BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Menurut data sensus penduduk tahun 2010 (BPS,http://sp2010.bps.go.id),
penduduk kota DKI Jakarta sebesar 9.607.787 jiwa. Menjadikan kota ini sebagai kota yang paling padat penduduknya (14.469 jiwa/km2) di seluruh Indonesia dan merupakan magnet ekonomi Indonesia dengan sebagaian besar perputaran uang (+60%) terdapat di Jakarta. Dengan tingginya kepadatan penduduk kota DKI Jakarta, maka tingkat aktivitas warga kota Jakarta juga semakin tinggi dalam memenuhi segala kebutuhan hidup dan gaya hidup kota Jakarta. Dimana selanjutnya akan meningkatakan volume perjalanan atau jumlah perjalanan yang dilakukan warganya, dalam berpergian dari satu tempat menuju tempat lainnya. Seperti contohnya perjalanan pulang-pergi pelajar / mahasiswa ke kampus atau ke sekolah, rutinitas perjalanan ke tempat kerja atau kantor, perjalanan berbisnis, berbelanja, berkunjung ke sanak-saudara (sosialisai) ataupun bertamasya / berekreasi dan lain sebagainya. Semuanya itu dilakukan untuk memenuhi gaya hidup atau tuntutan kota Jakarta, yang didasari atau dimulai dengan aktivitas berpergian atau traveling.
1
2
1.1.1. Kebutuhan Perjalanan Warga DKI Jakarta Untuk
mengetahui
seberapa
besar
kebutuhan
warga
Jakarta
dalammemenuhiaktivitas berpergian atau berperjalanansetiap harinya, berikut ini adalah data atau statistik yang dikumpulkan dari berbagai sumber: Berdasarkan data statistik dari Polda Metro Jaya, jumlah perjalanan warga DKI Jakarta pada tahun 2009 sebanyak 20,7 juta perjalanan per hari. Berdasarkan survei yang dilakukan Jabotabek Urban Transportation Policy Integration Project (Kompas, Oktober 2011), pada tahun 2010 terdapat 1,1 juta komuter yang melakukan perjalanan (dari Botabek) ke Jakarta setiap harinya, baik menggunakan kendaraan pribadi (62%) maupun sarana transportasi umum (38%), atau terdapat +418000 komuter yang menggunakan transportasi umum setiap hari. Didalam kota Jakarta sendiri berdasarkan data yang dipublikasi BLU Transjakarta, periode Januari-Oktober 2011, tercatat total 84.571.480 penumpang menggunakan bus Transjakarta (Busway). Atau dalam kata lain,rata-rata bus Transjakarta mengangkutsebanyak 281.905 penumpangper hari yang melakukan perjalanan di dalam kota Jakarta.
TABEL1.1. Statistik Penumpang Transjakarta Januari - Oktober 2011
sumber: BLU Transjakarta Busway
3
Sarana transportasi umum lainnya, seperti kereta api (KRL). Berdasarkan data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statisik (BPS, PT. KA), jumlah pengguna kereta api pada periode yang sama, Januari - Oktober 2011,adalah sebesar 101,5 juta orang. Atau dalam kata lain, rata-ratapengguna KRL sebanyak 338.253 penumpangper hari yang berpergian dari-ke kota Jakarta atau di dalam kota Jakarta.
TABEL 1.2. Statistik Penumpang Kereta Api Januari - Oktober 2011 Bulan
Jabotabek
2011
(000 Orang)
Januari
10 354
Februari
9 270
Maret
10 733
April
10 188
Mei
10 513
Juni
10 147
Juli
10 749
Agustus
9 678
September
9 692
Oktober
10 152
sumber: BPS, PT. KA
1.1.2. Tendensi Penggunaan Moda Transportasi Berdasarkan data yang dipublikasikan YLKI (November 2011), jumlah kendaraan bermotor yang melintasi jalanankota Jakarta per hari sekitar 5,8 juta unit, yang terdiri darikendaraan pribadi sebanyak 98,5% danangkutan umumsebesar 1,5%. Bila membandingkannyadengan prosentase penggunaan
4
moda transportasi di berbagai kota besar di dunia, seperti yang ditampilkan pada tabel (1.3.) berikutini.
TABEL 1.3. Rasio Penggunaan Transportasi di BerbagaiKota Besar Dunia
sumber: Urban Age Conference, November 2009
Melalui perbandingan penggunaan moda transportasi di atas dengan kondisi transportasi di kota Jakarta, dapat di tarik kesimpulan bahwa sistem transportasi umum (publik) di Jakartabelum berjalan secara maksimal, dan juga kondisi transportasi di Jakarta sudahsangat jenuhdengan tingginya jumlah kendaraan pribadi yang bersifat konsumtif. Tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun, semakin memperparah kondisi lalu lintas kota Jakarta. Pertumbuhan kendaraan bermotor rata-rata pertahun antara 8-9% (1.172 kendaraan: 186 mobil dan 986 sepeda motor per hari),sedangkan pertambahan ruas jalan hanya + 0,01% per tahun. Oleh karena itu banyak ahli transportasi memperkirakan bahwa Jakarta akan mengalami kemacetan total pada tahun 2014. Dimana ruas jalan di DKI
5
Jakarta tidak dapat lagi menampung jumlah kendaraan yang melintasi jalan raya, ditandai dengan menurunnya laju kendaraan (Bambang Susantono: rata-rata kecepatan kendaraan di Jakarta 8,3 km/jam) dan semakin sempitnya ruang gerak kendaraan di jalan raya seperti yang diilustrasikan pada gambar (1.1.) berikut ini.
sumber: News Okezone, Oktober 2010
GAMBAR 1.1. Grafik Ilustrasi Jumlah Kendaraan Roda >4 Terhadap Luas Jalan di Jakarta
Berdasarkan hasil kajian ilmiah yang didapatkan YLKI, jumlah kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat kemacetan di Jakartamencapai Rp.28,17 trilyun per tahun. Potensi kerugian bahan bakar yang disebabkan karena kemacetan lalu lintas mencapai Rp.10,7 trilyun per tahun, sedangkan kerugian waktu produktif yang habis di jalan sebesar Rp.9,77 trilyun per tahun. Kerugian yang timbul di atas sebagian besar akibat dari menumpuknya kendaraan pribadi di jalan raya, dimana ruas jalan yang ada tidak dapat lagi menampung banyaknya kendaraan bermotor, yang sebagian besar adalah kendaraan pribadi, dan menyebabkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Pengemudi kendaraan pribadi yang terjebak dalam kemacetan juga tidak dapat
6
meninggalkan kendaraannya dan harus bersabar menunggu sampai lalu lintas terurai. Akibat dari kemacetan juga menyebabkan pemborosan BBM dalam jumlah besar untuk aktivitas yang kontra-produktif. Selain itu banyaknya kendaraan
pribadi
juga
menyebabkan
berkurangnya
lahan
parkir
dan
meningkatkan biaya pengeluaran untuk kendaraan secara keseluruhan.Beberapa permasalahan yang telah disebutkan diatas menyebabkan banyak pengguna kendaraan pribadi merasa tidak nyaman dan terbebani menggunakan kendaraan pribadi, dan membutuhkan solusi berpergian yang nyaman dan cepat.
1.1.3. Solusi Kedepan Transportasi DKI Jakarta Menghadapi permasalahan transportasi Jakarta dan menjawab tuntutan warga Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak tanggal 15 Januari 2004 menawarkan solusi sistem transportasi yang baru yang dinamakan bus priority atau “Busway”. Busway adalah tahap awal dari Program Pengembangan Pola Transportasi Makro (PTM) DKI Jakarta atau Jakarta Macro Transportation Scheme (JMaTS). Dimana rencananya program ini akan mengintegrasikan 4 modul / sistem transportasi, yaitu Bus Rapid Transit (Busway), Light Rail Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT) dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Waterway). Berdasarkan penuturan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso kepada media informasi Berita Indonesia (Oktober 2010). Sutiyoso menyatakan bahwa Transjakarta merupakan titik awal atau embrio reformasi total angkutan umum ibukota Jakarta.Dimana Transjakarta menawarkan perjalanan menggunakan
7
transportasi umum yang nyaman, layak dan manusiawi. Selain itu, hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan minat masyarakat menggunakan transportasi umum, dan sebagai bukti bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berpihak kepada masyarakat pengguna transportasi umum. Secara keseluruhan Program Pola Transportasi Makro (PTM) DKI Jakarta initerdiri dari 15 buah Koridor Busway, yang mana saat ini (pada saat penyusunan tesis) baru direalisasikan sebanyak 11 koridor (Koridor XI resmi dibuka pada 28 Desember 2011). Adapun koridor-koridor atau rute perjalanan yang dilayani Busway adalah: 1. Kota – Blok M 2. Pulo Gadung – Harmoni 3. Kalideres – Harmoni 4. Warung Jati – Imam Bonjol 5. Kampung Melayu – Ancol 6. Kp. Rambutan – Kp. Melayu 7. Pulo Gadung – HI 8. Ps. Minggu – Manggarai 9. Kp. Melayu – Roxy 10. Tomang – Harmoni – Ps. Baru 11. Senayan – Tanah Abang 12. Pulo Gebang – Kp. Melayu 13. Lebak Bulus – Kebayoran Lama 14. Kali Malang – Blok M 15. Ciledug – Blok M
8
sumber: BLU Transjakarta Busway
GAMBAR1.2. Peta Jaringan Transportasi Bus Transjakarta
Pengembangan selanjutnya akan dikembangkan angkutan umum massal berbasis rel, yang terdiri dari Light Rail Transit (LRT) yang berupa monorel dan Mass Rapid Transit (MRT) yang berupa subway. LRT terdiri dua jalur yaitu Green Line yang bergerak memutar di sepanjang lingkaran dalam kota dan Blue Line jurusan Kampung Melayu – Taman Anggrek. Sedangkan pengembangan MRT melayani rute Lebak Bulus – Fatmawati – Blok M – Kota. Dari Lebak Bulus hingga Ratu Plaza, MRT bersifat elevated (layang), kemudian dari Ratu
9
Plaza berubah menjadi subway, bergerak masuk bawah tanah menembus Jalan Sudirman hingga di Harmoni muncul kembali ke permukaan. Dari Harmoni, MRT kembali memanfaatkan jalur elevated. Kemudian juga akan dikembangkan angkutan umum massal berbasis air atau Waterways Transport, yang rencananya memanfaatkan sungai-sungai yang sudah ada. Di Jakarta minimal terdapat 13 aliran sungai yang memiliki lebar antara 100-300 meter yang dapat dimanfaatkan menjadi waterways transport. Sungai-sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai waterways transport antara lain: 1. Banjir Kanal Timur (BKT) yang mengaliri Cipinang – Laut (23,6 km); 2. Banjir Kanal Barat (BKB) yang mengaliri Petamburan – Kapuk Muara (9,2 km); 3. Banjir Kanal Selatan (BKS) yang mengaliri Karet Tengsin – Cipinang Cempedak (9,6 km); 4. Sodetan Ciliwung – BKT yang mengaliri Bidara Cina – Cipinang Besar Selatan (2,4 km); 5. Buaran yang mengaliri Cakung Barat – Duren Sawit (4,3 km); 6. Cakung Drain yang mengaliri Cakung Barat – Laut (11,9 km). Selain itu, sungai yang memiliki fungsi utama sebagai penanggulangan banjir ini, dapat juga dimanfaatkansebagai sarana ekonomis (pariwisata), yaitu dengan memanfaatkan jalur sungai untuk berkeliling menyaksikan kota Jakarta, atau citytour dari atas kapal.
10
sumber: Badan Perencanaan Daerah DKI Jakarta
GAMBAR 1.3. Daerah Aliran Sungai Jabodetabek
Kawasan Dukuh Atas, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, akan menjadi simbol integrasi perlintasan tiga basis angkutan umum massal yang aplikasinya menghasilkan lima moda. Yaitu moda kereta api, subway, monorel, waterway, dan busway. Untuk melengkapinya, dibangun berbagai sarana dan prasarana. Seperti, di pinggir-pinggir kota Jakarta akan didirikan parking right. Dengan parking right berbiaya terjangkau, pemilik kendaraan Bodetabek tidak perlu membawa kendaraannya memasuki kota Jakarta. Cukup diparkirkan di parking right, lalu sore atau malamnya diambil lagi. Dari parking right warga Bodetabek diskenariokan akan meneruskan perjalanan menaiki kereta api, busway, monorel, subway atau waterway menuju pusat kota. Di dalam kota sendiri sebagian besar on street parking akan dihapus, digantikan off street parking atau building park bertarif mahal. Hal ini untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi berada di dalam Kota.
11
Lalu, setelah ketiga basis angkutan umum disediakan berikut sarana dan prasarana fisik, kemudian akan ada aturan pembatasan lalu lintas atau traffic restraints. Traffic restraints dimaksudkan untuk mendukung penuh keberhasilan sistem BRT (busway), LRT, MRT dan waterway. Di samping itu, terminal tidak luput dari rencana PTM Jakarta. Terminal, khususnya yang berfungsi ganda untuk dalam kota dan luar kota, seperti Pulo Gadung dipindah ke Pulo Gebang. Terminal ini dikondisikan menjadi lebih menyerupai plaza tempat untuk berbelanja atau shopping. Sehingga, siapa pun yang datang ke sana akan serasa bukan mau masuk ke terminal tetapi masuk ke plaza untuk belanja atau shopping pakaian dan segala macam. Tetapi siapa pun yang mau pergi ke luar kota maka akan ada kendaraan ke luar kota, demikian pula untuk yang dalam kota. Berdasarkan skenario angkutan umum massal Pola Transportasi Makro Jakarta di atas, tampak tujuan jangka panjang yang ingin dicapai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan kualitas transportasi umum secara keseluruhan dan mengoptimalkan penggunaan angkutan umum sebagai sarana transportasi utama warga Jakarta. Dimana tujuan tersebut dapat dicapai melalui penyediaan infrastruktur yang memadai dan kebijakan pemerintah / peraturan yang sejalan dengan perkembangan sistem transportasi yang ada.Sedangkan melalui sudut pandang yang berbeda, penerapan Pola Transportasi Makro ini dapat memiliki efek yang negatif,yaitu sistem transportasi di Jakarta akan semakin kompleks dengan banyaknya sarana alternative bertransportasi.
12
1.1.4. Akar Permasalahan Transportasi Umum Kondisi transportasi umum di Jakarta, pada saat ini masih mengandalkan sarana transportasi seperti Metromini, Kopaja, Angkot / Mikrolet, kereta api, dan yang masih dalam tahap pengembangan, Transjakarta (Busway). Minat masyarakat untuk menggunakan sarana transportasi umum pada saat inimasih tergolong rendah. Terdapat beberapa penyebab yang menyebabkan hal tersebut. Menurut
Wakil
Menteri
Perhubungan
Bambang
Susantono,
dalam
sebuahLokakarya Nasional Permasalahan DKI Jakarta pada akhir tahun 2010, terdapat beberapa akar permasalahan transportasi di Jakarta (Tempo Interaktif, 2010): 1. Kesalahan persepsi pembangunan infrastruktur transportasi yang berdasar pada orientasi pergerakan kendaraan bermotor dan bukan pergerakan manusia; 2. Insentif bagi masyarakat yang menggunakan transportasi publik masih kurang, karena tidak jelasnya informasi seperti petunjuk menggunakan transportasi apa, informasi jadwal dan tiket? 3. Investasi angkutan massal yang tidak tepat dari segi waktu dan jenis moda, dimana seharusnya lebih mengarah pada pembangunan di sektor kereta api. Berdasarkan beberapa akar permasalahan yang disampaikandi atas, menunjukkan bahwa salah satu penyebab rendahnya minat masyarakat menggunakan transportasi umum adalah akibat tidak jelasnya atau tidak tersedianya informasi yang memadai mengenai transportasi umum di Jakarta. Beberapa penelitian yang dilakukan perguruan tinggi mengenai kondisi
13
transportasi umum di Jakarta,juga menunjukkan permasalahan yang serupa, berikut ini adalah beberapa hasil survei yang mengindikasikan permasalahan tersebut: 1. 65,4% pengguna angkutan bus menyatakan mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi mengenai trayek bus (Shandra et al., 2006); 2. 93% pengguna angkutan kota menyatakan bahwa informasi angkutan kota tidak cukup memadai (Herrohmin et al., 2011); 3. 41% pengguna bus Transjakarta menyatakan informasi yang terdapat di halte kurang mencukupi dan 45% responden menyatakan kesulitan dalam menentukan rute perjalanan (Florens et al., 2009); 4. 55% pengguna bus Transjakarta menyatakan informasi mengenai Transjakarta kurang memadai (Putra et al., 2009). Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada tahun 2005, di Jakarta terdapat 17.053 angkutan bus (Mikrolet, Kopaja dsb.) dengan jumlah lintas trayek berjumlah 612 trayek (Rini, 2007). Tentunya dengan jumlah lintasan trayek sebanyak itu, akan sulit bagi seseorang untuk mengingat semua trayek / rute
perjalanan
angkutan
umum
beserta
dengan
nomor
angkutanyang
melayaninya. Umumnya cara yang ditempuh seseorang untuk mengetahui rute perjalanan adalah dengan cara bertanya atau menggunakan metode word of mouth, atau dengan kata lain: penyampaian informasi dari orang ke orang melalui rekomendasi. Seperti yang ditunjukkan melalui penelitian Herrohmin et al. (2011) terhadap 52 responden pengguna angkutan kota, yang menunjukkan hasil survei sebesar 52% responden mendapatkan informasi rute angkutan umum melalui
14
teman / relasi. Penyampaian informasi seperti ini tentunya kurang efektif, karena informasi yang ditawarkan terbatas dan belum tentu setiap orang memiliki jawaban yang dibutuhkan pencari jawaban (pe-nanya). Selain itu terdapat hambatan birokrasi yang dituangkan dalam jurnal penelitian Shandra et al. (2006) yang dihadapi Departement Perhubungan. Berikut ini adalah petikan permasalahan yang di kutip dari penelitian: “ Permasalahan utama yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan adalah sistem [prosedur pengelolaan informasi trayek angkutan umum] yang sedang berjalan saat ini sama sekali masih bersifat manual, belum terkomputerisasi. Buku panduan yang berisi penjelasan mengenai informasi trayek angkutan umum ini hanya ada satu dan tidak disebarluaskan kepada masyarakat umum. Buku ini pun tidak boleh dipinjam oleh masyarakat umum [hanya sebagai dokumentasi internal Dinas Perhubungan]. Akibatnya, masyarakat tidak dapat mengetahui secara pasti trayek angkutan umum yang ada di wilayah DKI Jakarta ini. Masyarakat hanya dapat memperoleh informasi trayek di terminal, halte, bus atau dari orang lain.”
1.1.5. Perkembangan Internet di Indonesia Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Yahoo bekerjasama dengan TNS Indonesia, mengenai perkembangan pengguna internet di Indonesia. Melalui survey yang dilakukan di 8 kota besar di Indonesia (Jakarta, Botabek, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Palembang dan Makassar), diketahui bahwa penetrasi / pengguna internet di Indonesia mencapai 37% (2010) atau meningkat sebanyak 9% dari tahun 2009. Sedangkan di Jakarta sendiri pengguna internet
15
sebesar 44% (dari tahun sebelumnya, 35%) dan Botabek sebesar 33% (dari tahun sebelumnya, 23%). Fakta menarik lainnya yang ditemukan dalam survey ini menunjukkan bahwakecenderungan pengguna internet mengakses internet via ponsel meningkat tajam dari 22% (2009) menjadi 48% (2010), atau meningkat sebanyak 26%. Kemudian penggunaan internet di rumah juga mengalami peningkatan sebesar 9% antara tahun 2009 – 2010. Berikut ini adalah grafik penggunaan internet berdasarkan tempat mengakses internet (gambar 1.4.).
sumber: Yahoo!-TNS Net Index 2010
GAMBAR 1.4. Grafik Survei Penggunaan Internet Berdasarkan Tempat Akses (%)
Selanjutnya berdasarkan riset yang sama ditemukan bahwa kebanyakan pengguna internet yang mengakses internet via ponsel berasal dari kalangan sosial ekonomi kelas A, yang disusul dengan kalangan kelas bawah (D, E/F). Dan dengan demografi pengguna internet via ponsel terbanyak pada kelompok umur 20-24 tahun. Survei lengkapnya dapat dilihat pada gambar (1.5.) berikut ini.
16
sumber: Yahoo!-TNS Net Index 2010
GAMBAR 1.5. Grafik Survei Pengguna Internet via Ponsel Berdasarkan Status Sosial dan Umur
Selain itu ditemukan bahwa kebanyakan pengguna internet via ponsel menggunakan ponsel yang memiliki fitur internet (Feature Phone) dibandingkan ponsel smartphone, yang mana jumlah pemilik smartphone terbatas (11%). Sebanyak 41% responden menyatakan menggunakan internet untuk mencari informasi. Dan 89% pengguna internet via ponsel mengakses jejaring sosial (social network) sedikitnya sebulan sekali, sedangkan 47% menyatakan mengakses jejaring sosial setiap hari.
1.1.6. Internet: Layanan Informasi Transportasi Internet sebagai media penyebar informasi, merupakan media atau sarana yang tepat bagi sebagian orang dalam mendapatkan berita / informasi atau untuk mencari informasi yang spesifik. Sifat media internet yang dapat diakses secara mudah dari berbagai sumber dan informasi yang up-to-date, membuat media ini menjadi media favorite bagi sebagian orang, termasuk di Indonesia.
17
Sulitnya akses informasi mengenai transportasi umum di Indonesia telah melahirkan beberapa website, blog, atau forum yang menyajikan informasi mengenai rute perjalanan menggunakan transportasi umum. Salah satu adalah blog www.transportasiumum.com. Blog ini dibangun secara komunitas dan tidak bersifat komersial. Informasi yang disajikan cukup beragam dari angkutan kota hingga rute kereta api, dengan jangkauan kota Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Informasi yang disajikan berupa list atau daftar trayek berdasarkan terminal / stasiun tempat moda atau sarana transportasi tersebut berangkat.
sumber: http://transportasiumum.com
GAMBAR 1.6. Tampilan Blog Transportasiumum.com
18
Selain itu terdapat juga website transportasi umum untuk bus Transjakarta di www.transjakarta.co.id. Website ini dikelola oleh BLU Transjakarta untuk memberikan pelayanan kepada pengguna bus Transjakarta mengenai informasi yang berhubungan dengan bus Transjakarta. Website ini dilengkapi dengan fitur webcam untuk memantau kondisi halte Transjakarta dan sistem pencari rute perjalanan. Fitur sistem pencari ini memudahkan pengguna bus Transjakarta untuk mencari informasi bus yang dibutuhkan untuk dapat mencapai tempat tujuan. Keberadaan fitur ini memudahkan user (pengguna) untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara cepat, tanpa harus membaca dan mencari alur rute perjalanan dari peta jaringan transportasi, seperti yang tampak pada gambar pada halaman sebelumnya (Gambar 1.2.; Peta Jaringan Transportasi Bus Transjakarta). Berikut ini adalah tampilan dari website Transjakarta.
sumber: BLU Transjakarta Busway
GAMBAR 1.7. Tampilan Website Transjakarta
19
Membandingkan dengan website layanan informasi transportasi yang terdapat di luar negeri, yaitu website www.bahn.de (Jerman). Website ini merupakan salah satu website yang sering dikunjungi masyarakat Jerman.Menurut data dari Deutschen Eisenbahn Reklame GmbH yang dipublikasikan melalui website http://www.marketing-boerse.de (2006), jumlah pengunjung website ini mencapailebih dari 180 juta pengunjung perbulannya. Beberapa kelebihan yang ditawarkan website ini, antara lain: 1. Melayani pencarian rute perjalanan multi-moda transportasi (Bus, trem, subway, city train, kereta api jarak dekat – jauh dsb.); 2. Sistem informasi yang terintegrasi dengan banyak moda transport; 3. Dapat melakukan pencarian rute perjalanan berdasarkan alamat (nama jalan atau daerah) sebagai data pencarian; 4. Menyediakan layanan informasi transportasi yang detail dan lengkap, sertamelayani informasitransportasi seluruh Jerman (se-nasional); 5. Dapat melakukan pemesanan tiket perjalanan melalui website. Penulisan tesisPerencanaan Bisnis: Sistem Layanan Informasi Transportasi ini, terinspirasi dari berbagai website diatas, terutama dari websitewww.bahn.de. Dimana website (sistem) yang hendak dibangun, dapat mengakomodasi informasi dari berbagai sarana transportasi umum yang ada di Indonesia (dalam tesis ini dibatasi pada kota Jakarta dan sekitarnya) dan mampu melakukan integrasi rute perjalanan antara berbagai jenis moda transportasi. Tampilan website DB Bahn (www.bahn.de) ini dapat dilihat pada gambar (1.8.) berikut ini.
20
sumber: DB Bahn
GAMBAR 1.8. Tampilan Website DB Bahn
1.1.7. Karkteristik Pengguna Transportasi Umum dan Trayek Angkutan Umum Untuk memahami profil penumpang atau karakteristik dari pengguna transportasi umum, berikut ini akan disajikan beberapa hasil survei yang menunjukkan karakteristik penumpang / pengguna moda transportasi: 1. Transjakarta (Busway); 2. Kereta api (KRL); 3. Angkutan umum kota.
21
Karakteristik dari pengguna Transjakarta, menurut survei berdasarkan hasil penelitian Rini (2007): 1. Jenis kelamin penumpang, pria (52%) dan wanita (48%); 2. Berdasarkan kelompok usia, penumpang berusia antara 21 – 30 tahun(42%), 31 – 40 tahun (23%), 41 – 50 tahun (16%), dibawah 20 tahun (11%), 51 – 60 tahun (7%) dan yang diatas 61 tahun (1%); 3. Jenis pekerjaan, swasta (28%), wiraswasta (25%), pelajar / mahasiswa (18%), Pegawai Negeri Sipil (12%), BUMN (7%) dan lain-lain (10%); 4. Penghasilan per bulan, penumpang dengan penghasilan Rp. 2.000.000 – 3.000.000 (34%), Rp. 1.000.000 – 2.000.000 (28%), diatas Rp. 3.000.000 (20%), dibawah Rp. 500.000 (10%), dan Rp. 500.000 – 1.000.000 (9%); 5. Keperluan perjalanan, bekerja (38%), bisnis (28%), sekolah (15%), rekreasi / sosial (12%), berbelanja (6%). Berikut adalah karakteristik dari pengguna sarana transportasi kereta api (KRL: ekonomi, AC ekonomi, dan eksekutif), berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan LIPI dan Depdiknas (Hidayat et al., 2009): 1. Jenis kelamin penumpang, pria (58%) dan wanita (42%); 2. Berdasarkan kelompok usia, penumpang berusia antara 16 – 40 tahun (69%) dan 41 – 65 tahun (31%); 3. Jenis pekerjaan, swasta (45%), PNS (21%), pelajar / mahasiswa (18%), wiraswasta (12%) dan ibu rumah tangga (4%); 4. Keperluan perjalanan, bekerja (61%), sekolah (16%), berkunjung ke saudara (6%), keperluan lain (17%).
22
Berikut ini adalah karakteristik pengguna angkutan kota yang bersumber dari penelitian YLKI dan FSTPT(Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi)yang diselenggarakan pada tahun 2000 (Rini, 2007). Karakteristik pengguna angkutan kota (Patas AC, Metromini, Angkot dsb.) adalah sebagai berikut: 1. Jenis kelamin penumpang, pria (60%) dan wanita (40%); 2. Berdasarkan tingkat pendidikan, penumpang adalah berpendidikan SMU (46%),perguruan tinggi (34%), SMP (10%), SD (4%) dan lain-lain (6%); 3. Jenis pekerjaan, swasta (42%), pelajar (22%), dan lain-lain (38%); 4. Penghasilan per bulan, penumpang dengan penghasilan Rp. 100.000 – 200.000 (24%),diatas Rp. 600.000 (23%), Rp. 300.000 – 400.000 (15%), dan Rp. 400.000 - 500.000 (14%);
5. Maksud perjalanan, bekerja (47%) dan lain-lain (21%); 6. Tujuan Perjalanan, kantor (29%), pasar (19%), sekolah/universitas (18%). Berdasarkan hasil penelitian Rini (2007), tingkat perpindahan moda atau banyaknya pengguna melakukan penggantianangkutan umum untuk mencapai tempat tujuan adalah sebesar 58%, dimana perpindahan 2 kalisebesar 49%, 3 kali pindah sebesar 8%, 1 kali pindah 4% dan 42%perjalanan yanglangsung tidak melakukan perpindahan. Data bersumber dari Ditjen Hubdat dan DLLAJ DKI Jakarta. Untuk mengetahui trayek dan ragam jenis moda transportasi, beserta rute transportasi / perjalanan yang dilaluinya. Berikut adalah tabel data trayek transportasi umum yang terdapat di DKI Jakarta. Data bersumber dari website
23
www.angkutanumum.com yang dihimpun dari berbagai sumber (data: Agustus 2009). Data tersebut dapat dilihat pada bab Lampiran tesis ini.
1.1.8. Penutup Mengacu pada berbagai permasalahan dan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa kota DKI Jakarta membutuhkan peningkatan sistem transportasi yang lebih baik, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berusaha mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan memperbanyak berbagai kebijakan yang mendukung penggunaan angkutan umum. Selain itu kedepan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan menyelesaikan Program Pola Transportasi Makro (PTM) yang akan menambah rumit dan kompleks sistem transportasi di Jakarta. Berangkat dari berbagai aspek tersebut, maka dibutuhkan sebuah sistem informasi transportasi yang baik,yang dapat membantu masyarakat umum dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam berpergian menggunakan transportasi umum. Melalui tesis berbentuk perencanaan bisnis ini, diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dari berbagai permasalahan di atas dan dapat merintis sebuah peluang usaha baru yang membuka lapangan kerja bagi banyak orang.
1.2.
Rumusan Permasalahan Sistem transportasi di Jakarta yang terdiri dari banyak ragam moda
transportasi yang melayani berbagai rute perjalanan atau tujuan-tujuan tertentu,
24
membuat kondisi transportasi umum di Jakarta semakin rumit dan kompleks. Hal tersebut tercermin dari banyaknya pengguna transportasi umum yang tidak mengetahui perjalanan ke suatu daerah danbertanya-tanya selamadalam perjalanan kepada pengguna lainnya,mengenai rute perjalananatau tujuan perjalanan ke suatu daerah menggunakan transportasi umum. Penyebab utama dari permasalahan tersebut adalah kurangnya sarana informasi yang memadai dan lengkap. Berdasarkan latar belakang tersebut, makabeberapa permasalahan yang hendak dijawab dalam penyusunan tesis ini adalah: 1. Bagaimana pengguna transportasi umum di Jakarta mendapatkan informasi rute perjalanan secara praktis dan mudah? 2. Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut dapat membukasebuah peluang bisnis TI yang berkaitan dengan informasi rute perjalanan? 3. Bagaimana prosepek dari investasi dan model bisnis dari bisnis TItersebut?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin di capai melalui penulisan tesis ini adalah sebagai
berikut: 1. Menawarkan
solusi
bagi
pengguna
transportasi
umum,
melalui
pemanfaatan website (TI) sebagai sarana / media pencari rute perjalanan transportasi umum yang mudah dan cepat; 2. Merancang dan mengindentifikasi model bisnis yang sesuai dengan karakteristik layanan (informasi transportasi) yang ditawarkan;
25
3. Memprediksi dan mengevaluasi prospek dari bisnis TI ke depan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut ini adalah manfaat dari penulisan tesis ini yang dikelompokkan dalam 2 bagian, yaitu manfaat praktis dan manfaat akedemik. Manfaat praktis yang dapat diperoleh dalam penulisan tesis ini adalah terciptanya sebuah solusi dari permasalahan transportasi di Indonesia. Dan terbentuknya sebuah organisasi / institusi bisnis yang dapat menjawab tantangan tersebut (permasalahan transportasi). Manfaat akedemik yang diperoleh melalui penulisan tesis ini adalah mempelajari dan mengeksplorasi peluang bisnis yang dapat dikembangkan melalui pemanfaatan TI, terutama yang berhubungan dengan pendekatan bisnis customer-based dan bisnis model (B2B) pada bidang transportasi di Indonesia. Selain itu diharapkan tesis ini dapat menjadi masukkan bagi entrepreneur yang tertarik mengembangkan bisnis TI, dan bagi pengembang ataupun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap sistem transportasi di Indonesia (terutama di Jakarta).
1.4.
Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini akan dibagi menjadi 5 bab, yaitu:
26
BAB 1
: PENDAHULUAN Pada
bab
ini
akan
berisi
latar
belakang
pengangkatan masalah. Identifikasi masalah yang ada, tujuan dan manfaat produk ini diciptakan, metode dan pendekatan
yang
akan
dilakukan,
serta
sistematika
penulisan utuk mengetahui isi dari setiap bab.
BAB 2
: LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan penulisan tesis dan perencanaan bisnis yang di jadikan sebagai dasar dalam pembuatan perencanaan bisnis dari produk “Sistem Layanan Informasi Transportasi”.
BAB 3
: METODOLOGI PERENCANAAN BISNIS Bab ini akan menguraikan perihal tahapan – tahapan yang akan dilakukan dalam menyusun perencanaan bisnis, menggunakan
berbagai
analisa
dan
metode
yang
dibutuhkan dalam perencanaan bisnis ini.
BAB 4
: BUSINESS PLAN Bab ini akan menguraikan perencanaan bisnis secara rinci. Dimana didalamnya akan dijelaskan deskripsi dari produk, strategi pemasaran, rencana keuangan, manajemen SDM, dan pengukuran kinerja bisnis.
27
BAB 5
: KESIMPULAN & SARAN Bab ini merupakan bab penutup, dimana akan ditarik kesimpulan dari hasil perencanaan bisnis yang telah dibangun.Serta saran-saran yang dapat digunakanuntuk pengembangan produk selanjutnya.