196
Sudarmadi /Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK Binaan Dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan Di Kabupaten Kulonprogo
Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK Binaan dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan di Kabupaten Kulonprogo Sudarmadi Pengawas Sekolah Kabupaten Kulonprogo Mapel Sains dan Teknologi E-mail :
[email protected] Abstrak-Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah (mengetahui, mendorong pengembangan, dan meningkatkan kemampuan) guru-guru Fisika SMA/SMK binaan dalam pembuatan alat praktikum fisika sederhana. Penelitian ini dilaksanakan kepada guru-guru fisika SMA/SMK binaan Kabupaten Kulonprogo sejumlah 10 orang yang menyebar pada 5 sekolah SMA/SMK di Kabupaten Kulon Progo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendampingan dengan tiga siklus mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan refleksi pada setiap siklus. Data diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian alat praktikum fisika sederhana yang dibuat oleh guru-guru fisika SMA/SMK binaan. Hasil penelitian melalui pendampingan dalam membuat alat praktikum fisika sederhana adalah: 9 orang guru atau 90% dari 10 orang guru telah membuat alat praktikum fisika sederhana dengan kategori baik, sedangkan 1 orang guru atau 10% telah membuat alat praktikum fisika sederhana dengan kategori cukup.
Kata kunci : Meningkatkan, Alat Praktikum Fisika Sederhana, Pendampingan. Abstract-The Objectives of this School Action Research (SAR) are knowing, encouraging development, and improving the ability of physics teachers in target SMA/SMK for making simple laboratory tools. This study was conducted to physics teachers in target SMA/SMK in Kulonprogodistrict for 10 people who are spread out in 5 high school/vocational school in Kulonprogo district. The method used in this study is through mentoring with three cycles starting from planning, implementation and reflection on each cycle. Data obtained on the basis of observations and simple physics labtesting tools created by the physics teachers in target SMA/SMK. The results of the research through assistance in making simple physics laboratory tools are: 9 people or 90% teachers of 10 teachers have made simple physics laboratory tools with good category, while one person or 10% teachers has made simple physics laboratory tools with sufficient category. Keywords: Improving, Simple physics laboratory tools, Assistance. I.
LATAR BELAKANG MASALAH Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Upaya tersebut antara lain yang termuat dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Disamping itu pemerintah telah berupaya meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan peningkatan kompetensi, pengadaan buku-buku, media/alat pembelajaran, perbaikan sarana prasarana dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun berbagai indikator dalam mewujudkan mutu pendidikan masih perlu peningkatan secara signifikan. Sebagian kecil sekolah menunjukkan peningkatan mutu yang cukup memuaskan namun sebagian besar sekolah lainnya masih memprihatinkan. Berbagai pengalaman dan analisis menunjukkan minimal ada 3 hal pokok yang mempengaruhi mutu pendidikan kita kurang memuaskan. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan yang menganggap bahwa bila semua komponen pendidikan seperti pendidikan dan pelatihan guru, pengadaan buku, media/alat pelajaran, perbaikan sarana prasarana
pendidikan terpeneuhi, maka hasil pendidikan secara otomatis akan terwujud. Kenyataan yang terjadi tidak demikian, mengapa ? Karena hanya memusatkan pada masukan pendidikan dan tidak memperhatikan proses pembelajarannya. Padahal proses pembelajaran sangat menentukan hasil pendidikan tersebut. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif mengembangkan dan memajukan lembaganya. Ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat sedikit. Partisipasi masyarakat pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan. Sekolah tidak mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat khususnya orang tua
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823
Sudarmadi /Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK Binaan Dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan Di Kabupaten Kulonprogo
197
3.
peserta didik, sebagai salah satu unsur yang berkepentingan dengan pendidikan. Terkait dengan proses interaksi belajar mengajar, menuntut terjadinya retensi tinggi, terkontrol dan berlangsung sesuai perencanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang terjadi menjadi efektif, efisien sebagaimana ditetapkan dalam standar proses salah satu penentu produktifitas pembelajaran adalah pendidik/guru. Guru dituntut untuk menghasilkan aktivitas instruksional yang mampu menghasilkan penguatan kognitif, psikomotorik dan afektif pada peserta didik dan iklim kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran mandiri. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik[1] Pembelajaran di lingkungan sekolah harus didesain untuk menjadikan pembelajaran yang mandiri dan terjadi inkuiri. Kesalahan konsep, kesalahan praktik harus dihindari melalui perencanaan pembelajaran, sehingga hasil akhir pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri dan dijaminkan sebagai alat menghantarkan peserta didik meraih hasil pembelajaran yang optimal. Untuk memenuhi tuntutan pembelajaran fisika yang berkualitas dapat dilakukan dengan menggunakan alat praktikum yang memadahi, karena alat praktikum merupakan sarana untuk mengembangkan pemahaman konsep fisika yang lebih bermakna. Pembuatan alat praktikum sederhana oleh guru-guru sangat diperlukan agar kompetensi pedagogiknya menjadi meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan guru dalam pembuatan alat praktikum sederhana kualitas pembelajaran fisika menjadi lebih berkualitas. Dari catatan hasil supervisi di sekolah binaan ditemukan bahwa guru-guru fisika dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran baru 2 orang guru atau 20%dari 10 orang guru menggunakan alat praktikum atau alat demonstrasi praktikum dengan baik. Kenyataan ini terlihat guru kurang memiliki kompetensi menggunakan alat praktikum atau sekolah tidak memiliki alat praktikum yang memadai. Berdasarkan permasalahan diatas penulis berusaha membantu guru-guru fisika disekolah binaan dalam membuat alat praktikum fisika sederhana melalu pendampingan. Tujuan PenelitianTindakan Sekolah (PTS) ini adalah untuk : 1. Mengetahui kemampuan guru-guru Fisika SMA/SMK binaan dalam membuat alat praktikum sederhana. 2. Mendorong guru-guru Fisika SMA/SMK binaan mengembangkan pembuatan alat praktikum sederhana.
Meningkatkan kemampuan guru-guru Fisika SMA/SMK binaan dalam mengembangkan pembuatan alat praktikum sederhana.
II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Pembelajaran Fisika Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika teori dan terapan. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika. Pada tingkat SMA/SMK, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah: (1) membekali ilmu peserta didik sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara logis; (2) membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. [2] B. Tujuan Pembelajaran Fisika Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis d. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823
198
Sudarmadi /Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK Binaan Dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan Di Kabupaten Kulonprogo
e.
membutuhkan banyak praktik karena tidak memiliki alat peraga yang memadai. Menurut Nyoman Kertiasa (1994) dalam Rudi Susilana dan Cepi Riyana, (2007, hal. 60-70) menyatakan bahwa pengertian alat peraga/praktik IPA sederhana atau disebut juga alat IPA buatan sendiri, adalah alat yang dapat dirancang dan dibuat sendiri dengan memanfaatkan alat/bahan sekitar lingkungan kita, dalam waktu relatif singkat dan tidak memerlukan keterampilan khusus dalam penggunaan alat / bahan / perkakas, dapat menjelaskan / menunjukkan / membuktikan konsep-konsep atau gejala-gejala yang sedang dipelajari, alat lebih bersifat kualitatif daripada ketetapan kuantitatif. [5] Jenis-jenis alat peraga/praktik IPA sederhana yang dikembangkan berupa: a. Prototipe, yaitu alat yang sebelumnya tidak ada, atau dapat juga merupakan pengembangan dari alat yang sudah ada. b. Tiruan, yaitu alat yang dibuat mirip dengan aslinya c. Model, yaitu alat yang dibuat merupakan bentuk model misalnya model atom dengan menggunakan LED d. KIT, yaitu alat yang dibuat merupkan komponenen-komponen yang harus dirakit dan alat ini dapat digunakan untuk beberapa percobaan.
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. [3]
C. Alat Praktikum Proses pembelajaran IPA/ Fisika yang diterapkan harus memperlihatkan spesifikasi dari karakterisrik mata pelajaran serta perkembangan peserta didik sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif dan nampak semangat mereka dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang seperti inilah yang semestinya mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah melalui program-program yang dirancang sistematis dan berkesinambungan. Pada lingkup pembelajaran berbasis IPA/Fisika karakteristik yang paling menonjol yaitu adanya pengaitan konsep dengan kehidupan nyata melalui pengamatan atau percobaan di laboratorium. Menurut Widodo (1991: 72)[4] pada kasus tertentu tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai jika tidak mengadakaneksperimen dalam pembelajarannya, disamping untuk mencapai tujuan pembelajaran metode ini memberikan kesan yang mendalam dan lebih bermakna bagi peserta didik sehingga menumbuhkan sikap positif bagi proses dan hasil belajarnya. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam mendukung pembelajaran IPA/Fisika sehingga penyampaian konsep lebih bermakna yaitu tersedianya sarana dan prasarana berupa ruang laboratorium dan alat praktik yang sesuai. Tapi yang menjadi catatan bahwa laboratorium bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada dalam melakukan aktivitas percobaan apalagi bagi sekolah yang masih baru dan belum mampu dari segi finansial. Justru alat praktek lah yang harus tersedia walaupun nantinya melakukan aktivitas percobaan di ruang kelas reguler (bukan laboratorium). Yang dimaksudkan alat praktik disini adalah benda atau alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penggunaan alat praktik membantu memudahkan memahami suatu konsep secara tidak langsung atau bahkan digunakan secara langsung untuk membentuk suatu konsep. Penyediaan alat praktik untuk kebutuhan praktikum yang masih sangat minim dirasakan sebagian besar sekolah negeri atau swasta meskipun sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar. Sebagian sekolah bahkan tak mampu mengembangkan dan memperdalam materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
D. Prosedur Pembuatan Alat Praktikum Sebelum menetukan jenis alat praktikum yang dibuat oleh guru tentunya terlebih dahulu melakukan: (a) analisis Standar Isi;(b) analisis Standar Kompetensi Lulusan; (c)analisis Standar Proses; dan (d) analisis Standar Penilaian; (e) mengidentifikasi kebutuhan alat; (f) menetapkan jenis alat; (g) mengusulkan anggaran; (h) membuat alat; (i) menguji alat; (j) menyempurkan alat; (k) komponen pendukung pembuatan alat. Analisis kontek adalah merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran. Dalam petunjuk teknis Analisis Standar Proses disekolah Menengah Atas [6] analisis yang dilkukan guru meliputi analisis SK/KD, analisis SKL, analisis pelaksanaan pembelajaran dan analisis standar sarana pembelajaran. Tujuan melakukan analisis tersebut adalah untuk memetakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat menetukan alat dan jenis yang akan dipakai untuk merencanakan alat yang akan dipakai dalam pembelajaran. E. Pendampingan a. Pengertian Pendampingan Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran, samping menyamping, dan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823
Sudarmadi /Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK Binaan Dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan Di Kabupaten Kulonprogo
199
mengembangkan kompetensi guru dalam pembuatan alat praktikum sederhana. Model penelitian tindakan pada penelitian ini mengacu pada model spiral [8] yaitu : (1) perencanaan ; (2) pelaksanaan tindakan ; (3) pengamatan dan; (4) refleksi. Keempat tahapan dalam penelitian tersebut merupakan suatu siklus. Satu siklus penelitian yaitu kegiatan beruntun dari perencanaan, pelaksanaan, obserasi dan refleksi. Kurt Lewin dalam WinaSanjaya (2011: 49) menjelaskan bahwa ada 4 hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi, danrefleksi [9]. Setiap siklus tindakan dievaluasi untuk menentukan apakah perlu perbaikan proses pembuatan alat praktikum sederhana dan uji kelayakan alat pada siklus berikutnya. Penelitian tindakan ini diakhiri apabila terjadi perubahan peningkatan kemampuan guru dalam pembuatan alat praktikum sederhana dengan nilai indikator berkategori baik dengan melihat hasil penilaian alat praktikum sederhana yang dibuat oleh guru-guru fisika SMA/SMK binaan di Kulonprogo.
karenanya kedudukan antara keduanya (pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada dikotomi antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif, saran, dan bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.(BPKB Jawa Timur. 2001; 5 dalam Moh. Muzaqi : 2004)[7]. Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan kelompok. Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara mandiri. b.
Peran Pengawas /Pendamping Kelompok/guru-guru fisika perlu didampingi karena mereka merasa tidak mampu mengatasi permasalahan secara sendirian dan pendamping adalah mendampingi kelompok/guru. Dikatakan mendampingi karena yang melakukan kegiatan pemecahan masalah itu bukan pendamping. Pendamping hanya berperan untuk memfasilitasi bagaimana memecahkan masalah secara bersama-sama dengan kelompok guru-guru fisika, mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada implementasinya. Dalam rangka pendampingan ini, hubungan yang dibangun oleh pendamping adalah hubungan konsultatif dan partisipatif. Dengan adanya hubungan itu, maka peran yang dapat dimainkan oleh pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan adalah (1) Sebagai Motivator; (2) sebagai fasilitator dan (3) sebagai katalisator.[7]
B. Subjek dan Objek Penelitian Tindakan a. Subjek Penelitian Tindakan Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru fisika SMA/SMK binaan di Kulonprogo. b.
Objek Penelitian Objek penelitian adalah alat praktikum fisika sederhana. Aspek-aspek yang diamati dalam pembuatan alat praktikum fisika sederhana diantaranya: (1) Bentuk alat praktikum; (2) jenis alat praktikum; (3) kemanfaatan alat praktikum; (4) kualitas alat praktikum; (5) akurasi alat praktikum; (6) orisinalitas alat praktikum dan (7) pengembangan alat praktikum.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Tindakan Penelitian Tindakan Sekolah yang dilakukan terhadap Guru-guru fisika SMA/SMK Negeri/Swasta binaan di Kabupaten Kulon Progo untuk meningkatkan kemampuan guru-guru dalam membuat alat praktikum fisika sederhana melalului pendampingan. Perencanaan diawali dengan sosialisasi tentang prinsip-prinsip pembuatan alat praktikum fisika sederhanadan langkah-langkah pembuatan alat praktikum fisika sederhana. Pembuatan alat praktikum sederhana dalam rangka pengembangan kompetensi pedagogik guru dan dilakukan melalui tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi terhadap pembuatan alat praktikum tersebut. Untuk selanjutnya kegiatan guru menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan alat praktikum. Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi pemecahan masalah dibuatlah perencanaan pembuatan alat praktikum sederhana. Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah juga melibatkan kolaborator untuk ikut bersama dalam
C. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA/SMKNegeri/swasta Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu SMA Negeri 1 Kalibawang, SMA Negeri 1 Samigaluh, SMK Negeri 1 Samigaluh, SMK Muhammadiyah 1 Temon, SMK Ma’arif 1 Wates. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2011sampai dengan bulan Januari 2012. b. Prosedur Penelitian 1) Tahap Perencanaan Pada tahap ini yang dipersiapkan : (a) Mengumpulkan guru-guru fisika binaan di setiap sekolah binaan Pengawas; (b) Melakukan sosialisasi kepada guru-guru fisika tentang alat praktikum fisika sederhana; (c) Menyusun komitmen bersama: menentukan waktu pelaksanaan workshop tentang alat praktikum fisika sederhana dan menyepakati aturan; (d)
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823
200
Sudarmadi /Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK Binaan Dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan Di Kabupaten Kulonprogo
Penelitian tindakan ini dihentikan jika hasil penilaian alat praktikum fisika sederhana telah mencapai 80% dengan kategori baik
Pengawas memberikan materi langkah-langkah pembuatan alat praktrikum fisika sederhana. 2) Tahap pelaksanaan dan observasi a) Guru-guru fisika diajak mengidetifikasi masalah yang dihadapi dalam pembuatan alat praktikum fisika sederhana. Identifikasi berkaitan dengan : (1) Kebutuhan alat praktikum; (2)Menentukan jenis dan bentuk alat praktikum; (3) Langkah pembuatan alat praktikum; (4) Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan alat praktikum; (5) Menguji alat yang sudah jadi; (6) Menyempurnakan alat praktikum; dan (7) Menguji kembali alat praktikum yang sudah diusempurnakan. b) Pengawas mendatangi guru - guru fisika di sekolah masing-masing untuk melihat rencana alat praktikum yang akan dibuat dan berdiskusi langkah-langkah pembuatannya. c) Pada tahap diskusi tersebut, pengawas dapat mengemukakan hal-hal baru untuk diketahui oleh guru dalam melakukan pembuatan alat praktikum sederhana antara lain : (1) Langkah-langkah melakukan pembuatan alat; (2) Tahapan pembuatan alat praktikum; (3) Pelaksanaan pembuatan alat; (4) Bentuk alat praktikum; (5) Pengujian alat praktikum d) Menyempurnakan alat praktikum 3) Tahap analisis dan refleksi Hal-hal penting pada tahap refleksi adalah mempertimbangkan kembali alat praktikum fisika sederhana dan penyempurnaan alat praktikum fisika sederhana. Apakah alat praktikum fisika sederhana dan penyempurnaan alat praktikum fisika sederhana tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan kualitas pengembangan alat praktikum fisika sederhana. Apabila belum ada kesesuaian, hal apa yang belum sesuai, apakah bentuk alatnya atau akurasi alatnya. Pertimbangan ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan pembuatan alat praktikum fisika sederhana untuk siklus berikutnya. 2. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penilaian alat praktikum fisika sederhana yang dibuat oleh guru-guru fisika SMA/SMK binaan di Kulonprogo diperoleh data seperti terlihat pada Tabel 1 Berdasarkan hasil penilaian dokumentasi ala praktikum yang dibuat oleh guru-guru fisika SMA/SMK di sekolah binaan adalah: a. SIKLUS I Dari 10 orang guru di sekolah binaan telah membuat alat praktikum fisika sederhana dengan hasil: 1 orang guru atau 10% alat praktikum fisika yang dibuat baru mencapai kategori cukup baik, sedangkan 9 orang guru lainnya atau 90% barru mencapai kategori kurang. Hal ini disebabkan karena pendampingan dalam pembuatan alat praktikum belum optimal. Dengan demikian peneliti perlu perbaikan lagi dalam melakukan pendampingan dan peneliti perlu membuat perencanaan kembali pada siklus II untuk mengoptimalkan pendampingannya. Tabel 1. Rekapitulasi peningkatan pembuatan alat.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : (a) Dokumentasialatpraktikumsederhana yang dibuatoleh guru; dan (b) Metode observasi dilaksanakan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan yang dilaksanakan guru-guru fisika dalam pembuatan alat praktikum fisika sederhana dengan menggunakan lembar observasi penilaian validasi alat yang dibuat oleh guru-guru fisika. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan prosentase. Aspek yang diamati diberi skor, kemudian dibandingkan dengan jumlah skor maksimal yang ditetapkan.
NO
KODE GURU
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Rata-rata peningkatan
1
A
3,5
3,5
4,3
3,7
2
B
3,0
3,3
4,0
3,4
3
C
2,7
3,1
3,9
3,2
4
D
2,7
3,1
3,9
3,2
5
E
2,7
3,0
3,9
3,4
6
F
2,5
3,0
3,9
2,97
7
G
2,5
3,0
3,8
2,95
8
H
2,5
3,0
3,8
2,95
9
I
2,5
3,0
3,8
2,95
10
J
2,5
3,0
3,5
2,87
Jumlah
28,1
31
38,8
Rata-rata
2,81
3,1
3,88
Kategori
Kurang
Cukup
Baik
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823
Sudarmaadi /Meningkatk kan Kemampuan n Guru-Guru Fissika SMA/SMK Binaan Dalam Membuat M Alat P Praktikum Fisika a Sederhan na Melalui Pendampingan Di Kaabupaten Kulon nprogo
2 201
SIKLLUS I SIKLLUS II SIKLLUS III
4.5 4
3.
3.5 3 2.5 2 1.5
mengallami peningkkatan,setelah didampingi oleh o penelitii/pengawas seecara terus menerus. Peningkkatan kualittas alat prraktikum fissika sederhaana yang diibuat oleh guru-guru g fissika SMA/S SMK disekolaah binaan ad da 9 orang guru g atau 900% telah mencapai kategorri baik dan laayak digunakkan untuk praaktikum dan1 orang guru atau a 10% baaru mencapai kategori cuku up baik dan juga layak digunakan d untuuk praktikum
PUSTAKA A
1
[1]. Kemenddiknas, Peraturran Meneteri Republik R Indonnesia Nomor 41 4 tahun 2007 tentang Standa ar Proses, Jakaarta: BSNP, Bab B I, hal 1 [2]. Kemendiiknas, Peraturaan Pemerintah Republik R Indonnesia Nomor 19 tahun 20005 tentang Sistem S Pendiddikan Nasionaal, Jakarta: BSN NP, pasal 19 ay yat 1, hal 1 [3]. Kemenddiknas, Peraturran Meneteri Republik R Indonnesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Stan ndar Isi, Jakaarta: BSNP, ayat a B,mata pellajaran fisika SM MA, hal 443-4444. [4]. Widodo, R. Dkk ,Penggembangan Kurrikulum dan Baahan Belajar II. Jakartaa : Departemen n Pendidikan dan Kebudayyaan. Universittas Terbuka, 1991, hal 72. [5]. Rudi Suusilana dan Ceppi Riyana, Meedia Pembelajaaran. Bandungg : CV Wacanna Prima, cetakan pertama:20007, hal. 60-770 [6]. Kemendiiknas , Seri Pettunjuk Teknis Analisis A Konteks ks Di Sekolah Menengah Atas, Jak karta: Kementtrian ndaral Manajem men Pendidikkan Nasional, Direktorat Jen Pendidikkan Dasar dan Menengah, Dirrektorat Pembinnaan Sekolahh Menengah Ataas, 2010, petun njuk teknis Anaalisis Standar Proses disekolaah Menengah Atas, A hal. 29 – 34. 3 gan Tutor Terhaadap [7]. Muzaqi, Moh., Pengaruuh Pendamping Motivassi Belajar Wargga Belajar PKB BM Taman Bellajar Kecamaatan Kenjerann Surabaya.(T Tesis: Universsitas Airlanggga Surabaya, 20004) [8]. Arikuntto, Suharsimi, Suharjono, Supardi, S Peneliitian Tindakaan Kelas, Jakaarta: Bumi Ak ksara,2006, Bagian pertamaa hal. 16. [9]. Wina Sanjaya, S Penelitian Tindaka an Kelas, Jakaarta: Kencanaa Prenada Meddia Group, cetak kakan ke 3, Maaret: 2011, haal 49.
0.5 0 A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Gambar 1. Grafik peningkatan pembuuatan alat prakttikum
b.
SIKL LUS II Dalaam siklus kedua k ini haasil pendamppingan pembuataan alat prakttikum fisika sederhana terrhadap guru-guruu fisika dengan hasil seebagai berikuut: alat praktikum m fisika sedderhana yang dibuat olehh guru sudah meengalami peniingkatan yaituu 10 orang gurru atau 100% alaat buatannya sudah mencaapai kategori cukup, c namun perlu diperbaikki terutama paada akurasi allat, hal ini diseebabkan karrena penelitii/pengawas dalam melakukaan pendamppingan masihh belum opptimal. Dengan adanya haal tersebut pengawas/ppeneliti membuatt perencanaaan pada siklus III dan meningkaatkan pendam mpingannya. c.
SIK KLUS III Hasiil yang diperroleh penelitiian pada sikllus III terhadap penilaian alat praktikum m fisika sederhana yang di buat b oleh guruu-guru fisika di d sekolah binnanaan mengalam mi peningkataan yang signiffikan, dengan hasil 9 orang guuru atau 90% telah t mencapaai kategori baaik dan masih adda 1 orang guru g atau 10% % masih mencapai kategori cukup baik. Sesuai dengaan kriteria pennilaian h penilaiann alat praktikkum telah mencapai apabila hasil 80% denngan kategorii baik maka penelitian diheentikan dan peninngkatan guru--guru fisika SM MA/SMK disekolah binaan dalam pembbuatan ala tpraktikum fisika sederhanna seperti terlihhat pada Gam mbar 1
TANYA JA AWAB Siti Kholipah, UMP ? Bagaimanna cara menum mbuhkan krea ativitas diri unntuk membuat allat pratikum seementara dirii kamipun bingung meenentukannya.
SIMPULAN V. KES Berddasarkan hasillpenelitian dann pembahasann maka penelitiann ini disimpullkan sebagai berikut: b 1. Guruu-guru fisika SMA/SMK di sekolah binaan b setellah dilakukann pembinaan dan pendamppingan pembbuatan alat prraktikum fisikka sederhana,, maka guruu-guru fisika terdorong unntuk membuaat alat prakktikum sederhana yang dappat digunakan untuk mem mbantu pencappaian kompetensi matapellajaran fisikka. 2. Pem mbuatan alat praktikum p fisiika sederhanaa yang dilakkukan oleh guru-guru fisika SMA A/SMK
Sudarmadii, Pengawas S Sekolah Kulo onprogo √ Untuk meenumbuhkan kkreativitas dirii dalam membbuat alat praktikuum adalah: A. Lakukaan analisis materi/konsep p fisika unntuk menum mbuhkan keakktifan siswa pada p pemaham man konsep perlu praktiku kum atau tidak k. B. Rencannakan jenis daan kebutuhan n alat yang daapat digunakkan untuk mempermud dah pemaham man konsep fisika. C. Tentukan alat dan baahan yang akaan digunakan.
Prosiding Peertemuan Ilmiah h XXVI HFI Jatteng & DIY, Purrworejo 14 Aprill 2012 ISSN : 0853 3-0823
202
Sudarmadi /Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK Binaan Dalam Membuat Alat Praktikum Fisika Sederhana Melalui Pendampingan Di Kabupaten Kulonprogo
D. Untuk membuat alat praktikum usahakan terdiri dari bahan yang mudah dicari. E. Lakukan pembuatan alat praktikum dengan berkolaborasi dengan teman yang lebih tahu
F. Setelah alat praktikum jadi ujicoba distandarkan dengan alat yang ada
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012 ISSN : 0853-0823
atau