SKRIPSI PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR TAHUN 2016 SARTIKA KALEMBEN K 111 12 016
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
ii
iii
RINGKASAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU SARTIKA KALEMBEN “PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR” xi+ 127 halaman + 3 tabel + 6 gambar + 10 lampiran Perilaku merokok pada wanita merupakan suatu masalah serius yang mengancam kesehatan wanita. Jumlah prevalensi wanita yang merokok di Indonesia tergolong tinggi yang dibuktikan dengan adanya berbagai riset, survey dan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, semakin tahun semakin tinggi pula jumlah perokok wanita yang meninggal akibat kanker paru-paru.Dari keseluruhan jumlah perokok wanita yang ada, prevalensi perokok wanita terbanyak berasal dari kalangan mahasiswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku merokok pada mahasiswi di Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh informan sebanyak sembilan belas orang. Pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi. Keabsahan data dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data menggunakan content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan mengetahui informasi tentang zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dan pengaruh rokok terhadap kesehatan. Sikap informan menunjukkan hal yang berbeda dari pengetahuan yang dimiliki karena informan setuju terhadap iklan rokok, teman sebaya yang merokok dan setuju terhadap perilaku merokok pada perempuan. Slogan dan model dalam iklan rokok yang sering dilihat informan di Tv dan di jalan-jalan tidak menarik perhatian informan. Teman sebaya menjadi faktor utama yang mempengaruhi informan merokok. Selain itu, keluarga turut pula mempengaruhi perilaku merokok informan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk mahasiswi yang merokok dengan cara memiliki niat dan kemauan diri (komitmen) yang kuat disertai dengan turut serta dalam program berhenti merokok agar secara perlahan mengurangi kebiasaan merokoknya dan bagi keluarga (orang tua) agar memberikan teladan yang baik kepada anggota keluarganya dengan cara tidak merokok. Daftar pustaka
:62 (1980-2015)
Kata Kunci
: Perilaku, Merokok, Mahasiswi
iv
KATA PENGANTAR Syalom. Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkat, kasih
dan pertolongannya
sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Merokok Pada Mahasiswi di Universitas Hasanuddin Tahun 2016”. Pembuatan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian studi penulis pada jenjang pendidikan Strata Satu Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Selama proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis menerima begitu banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materi maupun non materi. Pertama-tama penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Muh. Arsyad Rahman, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Ridwan M. Thaha, Msc, selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan dengan sabar mengarahkan serta
memberikan masukan-masukan
kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan untuk seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi bagian terpenting dari skripsi ini dan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh penulis yang tanpa kesediaan mereka tentu skripsi ini tidak akan selesai . Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orangtua penulis, Ruben Kalemben dan Dorce L. Palayukan serta saudara-saudara penulis (Virgo, Eben, Putri, Vany) terima kasih
v
banyak atas segala dukungan, doa, semangat, motivasi, kesabaran, serta pengorbanan yang selama ini diberikan kepada penulis. 2. Bapak dr. Muksen Sarake, MS, Bapak Indra Dwinata, SKM, MPH dan Bapak Sudirman Nasir, S.Ked, MWH, Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Suriah, SKM, M.Kes, selaku Ketua Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku serta seluruh dosen Departemen PKIP, terima kasih untuk segala ilmu yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kak Ati dan Kak Yuli selaku staf Departemen PKIP atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan. 4. Bapak Dr, dr, Muhammad Tahir Abdullah, M,Sc, MSPH sebagai penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan di FKM Unhas. 5. Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Para Wakil Dekan dan seluruh staf akademik yang telah memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan di FKM Unhas serta kepada bapak/ibu dosen FKM, terima kasih untuk segala ilmu yang telah diberikan. 6. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Hasanuddin dan seluruh Wakil Dekan I Fakultas dalam Lingkungan Universitas Hasanuddin yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
vi
7. Keluarga PMK FKM UNHAS terima kasih atas segala pengalaman dan pembelajaran yang telah saya dapatkan. Secara khusus kepada saudara-saudaraku
angkatan 2012
terima
kasih
untuk
segala
kebersamaan, bantuan, dukungan dan doa yang selalu diberikan, juga kepada Asmira R.P terimakasih atas pinjaman laptopnya serta kepada patner skripsiku Gabriella A.S terimakasih untuk segala bantuan dan dukungannya. 8. Seluruh teman-teman angkatan 2012 “DEMENTOR”
terkhusus
kepada teman-teman PKIP 2012 terima kasih untuk segala bantuan dan dukungannya. 9. Sahabat-sahabatku (Fitri, Dita, Ibnur, Mp) dan kepada sepupu penulis (Rendi, Arnol, Lia) terimakasih untuk dukungan, bantuan dan doa yang telah diberikan. 10. Egi Ervan Patandung terima kasih banyak atas segala dukungan, doa, motivasi dan bantuan baik berupa tenaga dan pikiran yang tak hentihentinya diberikan kepada penulis. 11. Teman-teman PBL posko Desa Kapita, teman-teman KKNposko Desa Massolo, Ikasmansa Makale 2012, D’palma, MCM, Angel Voice Choir Makassar, pondok Assalam dan keluarga pondok Serafim terimakasih untuk segala bantuan dan dukungannya. 12. Kelompok PA “AKEYLIORA” (Kak Vivi, Aster, Rinda, Ratih, Ita, dan Stevi) terimakasih selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis. Terkhusus kepada Aster terima kasih sudah terbeban
vii
dan selalu ikhlas untuk membantu dan tak henti-hentinya memberikan semangat. 13. Pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini (Yosi, Ayu, Esy, Ningrum, Aldys, Agus, Tesa, Laksmi, Kak Kamil, Kak Putri, Opes, Andi Nurhanna, Yessi dan Kak Ichon) terima kasih atas bantuannya. 14. Teman-teman seperjuangan di akhir (Angel, Adiatma, Riska, Tanti, Echy, Ami, Ita dan terkhusus kepada Rinda terima kasih untuk semua bantuan, dukungan dan doanya. 15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik berupa materi dan non materi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya. Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik demi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap yang membacanya.
Makassar, Mei 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………......ii LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..iii RINGKASAN........................................................................................................iv KATA PENGANTAR. .....................................................................................v DAFTAR ISI.........................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR............................................................................................xi DAFTAR TABEL................................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................10 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................10 D. Manfaat Penelitian..................................................................................11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................12 A. Tinjauan Umum tentang Rokok. .............................................................12 B. Tinjauan Umum tentang Perilaku. ..........................................................21 C. Tinjauan Umum tentang Perilaku Merokok. ...........................................31 D. Tinjauan Umum tentang Perilaku Merokok Pada Wanita. .......................37 E. Tinjauan Umum tentang Mahasiswi........................................................40 F. Tinjauan Umum tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi. ........................................................42
ix
G. Kerangka Teori. .....................................................................................45 BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................46 A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti...................................................46 B. Pola Pikir Variabel Penelitian. ................................................................47 C. Definisi Konseptual. ...............................................................................48 BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................54 A. Desain Penelitian. ...................................................................................54 B. Lokasi dan Waktu Penelitian. .................................................................55 C. Pemilihan Informan Penelitian................................................................55 D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................56 E. Keabsahan Data. .....................................................................................57 F. Instrument Penelitian ..............................................................................57 G. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................57 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................59 A. Hasil...........................................................................................................59 B. Pembahasan..............................................................................................110 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................125 A. Kesimpulan..............................................................................................125 B. Saran........................................................................................................126 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................127
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Teori……………………………………………….....46 Gambar 3.1. Kerangka Konsep.........................................................................49 Gambar 5.1 Wawancara dengan informan........................................................65 Gambar 5.2 Lokasi merokok informan...........................................................102 Gambar 5.3 Informan merokok di kamar kost................................................105 Gambar 5.4 Kantin tempat informan merokok...............................................106 Gambar 5.5 Skema hasil wawancara dengan informan..................................114
xi
DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Karakteristik Informan..........................................................................62 Tabel 5.2 Frekuensi merokok (setiap hari) dan jumlah rokok yang dihisap informan...............................................................................................100 Tabel 5.3 Frekuensi merokok (tidak setiap hari) dan jumlah rokok yang dihisap informan...............................................................................................100 Tabel 5.4 Kondisi/situasi dan tempat informan merokok....................................105
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Informed Consent
Lampiran 2
Lembar Observasi
Lampiran 3
Pedoman Wawancara Pada Mahasiswi
Lampiran 4
Pedoman Wawancara Pada Penjual Rokok
Lampiran 5
Pedoman Wawancara Pada Teman Mahasiswi
Lampiran 6
Matriks Wawancara
Lampiran 7
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian Kepada Kantor Bkpmd
Lampiran 9
Surat Izin Penelitian Kepada Rektor Unhas
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian Kepada Wd 1 Fakultas Lampiran 11 Riwayat Hidup
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan pada masyarakat yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, di berbagai tempat dan kesempatan.Perilaku merokok adalah aktivitas membakar tembakau, menghisap lalumenghembuskan asapnya. Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.Badan Kesehatan Dunia(WHO,2014) menyebutkan bahwa sekitar 6 juta orang per tahun mengalami kematian akibat rokok. Terdapat berbagai bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, baik bahaya bagi perokok itu sendiri maupun bahaya bagi orang lain disekitarnya.Di dalam sebatang rokok terkandung 4.000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.Adapun tiga zat yang paling berbahaya dalam rokok adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monoksida (Co).Zat-zat kimia tersebut dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan bagi perokok, diantaranya kanker paru, stroke, hipertensi,
impotensi, gangguan
kehamilan dan janin (Survei Kesehatan Nasional dalam Profil Kesehatan Indonesia, 2004). Masalah rokok merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang dialami oleh penduduk dunia saat ini.Menurut WHO, sekitar 1,3 milyar penduduk dunia adalah perokok (Tarupay, 2014). Data WHO (2004) menyebutkan bahwa kasus kematian akibat rokok setiap tahunnya
1
mencapai 5 juta orang, 70% terjadi di negara berkembang, termasuk di kawasan Asia, seperti Thailand dan Indonesia. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau menjadi masalah kesehatan utama di dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahunnya dan separuhnya terjadi di Asia (Depkes, 2006). Selain itu, WHO juga telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang per tahun, 70% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2007). Prevalensi penduduk yang merokok di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 34,7%. Prevalensi perokok tertinggi di Provinsi Kalimantan Tengah (43,2%) dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar (28,3%). Prevalensi perokok tinggi pada kelompok umur 25-64 tahun dengan rentangan 37,0-38,2%, sedangkan penduduk kelompok umur 15-24 tahun yang merokok tiap hari sudah mencapai 18,6% (Riset Kesehatan Dasar, 2010). Menurut WHO (2008), Indonesia menduduki posisi peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Selain itu, Indonesia juga tetap menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007. Kebiasaan merokok pada masyarakat tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja melainkan juga dilakukan oleh kaum wanita.Hal ini menjadi masalah yang serius bagi kaum wanita karena rokok dapat mengakibatkan banyak gangguan kesehatan khusus bagi wanita. Gangguan kesehatan tersebut seperti: gangguan kesehatan yang berkaitan
2
dengan kesehatan reproduksi dan keselamatan janin. Selain gangguan kesehatan, masalah lain yang timbul dari perokok wanita adalah masalah ekonomi, sosial dan masalah kesehatan keluarga (WHO, 2001). Sekitar 250 juta perempuan di dunia merupakan perokok.Adapun prevalensi perokok wanita di dunia yaitu sekitar 22%.Di negara maju, prevalensi wanita yang merokok hampir mencapai 20-35%.Sedangkan pada negara berkembang, diperkirakan antara 2-10% wanita adalah perokok (WHO, 2009). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (1994), angka tertinggi prevalensi perokok wanita berada di Filipina yaitu 18,74% dan terendah di Singapura dan Vietnam. Terdapat beberapa survey, riset ataupun penelitian terhadap perokok wanita di Indonesia. Dalam survey GATS terhadap 16 negara (Global Adult Tobacco Survey) 2011 diketahui bahwa prevalensi perokokwanita di Indonesia yaitu 2,7%. Menurut WHO (2011), sebesar 3,1% wanita dengan usia 10 tahun ke atas di Indonesia diklasifikasikan sebagai perokok. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) diketahui bahwa prevalensi perokok wanita di Indonesia pada tahun 1995 yaitu 1,7%, tahun 2001 yaitu 1,3% dan tahun 2004 yaitu 4,5%. Kemudian, berdasarkan data Riskesdas, prevalensi perokok wanita di Indonesia tahun 2007 yaitu 5,2 %, tahun 2010 yaitu 4,2% dan tahun 2013 yaitu 6,9%.Dari data Susenas dan Riskesdas tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi fluktuasi prevalensi
3
perokok wanita di Indonesia dari tahun 1995 sampai tahun 2013.Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah perokok. Nuryati
dalam
Mardian
(2013)
mengungkapkan
bahwa
berdasarkan riset yang dilakukan oleh The Tobacco Control Research Program Of Southeast Asia Tobacco Alliance (SEATCA) dan Rockefeller Foundation, diketahui bahwa 88,78% dari 3.040 pelajar SMP putri hingga mahasiswi (13-25 tahun) di Indonesia merupakan perokok aktif. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi perokok wanita >15 tahun di provinsi Sulawesi Selatan hampir mencapai 5,0%. Menurut Yunita (2011), berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa mahasiswi yang pernah merokok di Universitas Hasanuddin sebesar 10,2%. Dari keseluruhan jumlah perokok wanita yang ada, prevalensi perokok wanita terbanyak berasal dari kalangan mahasiswi.Mahasiswa memiliki peran sebagai agen perubah dan pengontrol sosial sudah sepatutnya memiliki kekuatan moral dan menjadi contoh bagi masyarakat umum.Namun, berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, angka perilaku merokok pada mahasiswa masih tinggi (Muliyana, 2012).Minarsih dalam Lubis (2012) menyatakan bahwa, berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah wanita yang merokok di Indonesia mencapai 40,5% dari keseluruhan jumlah penduduk wanita yang ada. Peringkat pertama yaitu mahasiswa putri, kemudian disusul oleh pelajar.
4
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok pada mahasiswi.Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mulai merokok amat beragam.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumarna (2009) pada mahasiswi Fisip Universitas Indonesia, diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswi adalah karena pengetahuan yang mereka miliki tentang rokok. Pengetahuan tentang rokok adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai bahan atau zat yang terkandung dalam rokok serta dampak atau pengaruhnya bagi kesehatan.Pengetahuan merupakan faktor pemudah untuk terjadinya suatu perilaku spesifik sesuai dengan teori Lawrence
Green.Pengetahuan
meningkatkan
kontrol dirinya
seseorang sehingga
terhadap jika
rokok
akan
seseorang memiliki
pengetahuan yang baik tentang rokok maka orang itu cenderung tidak merokok dan sebaliknya. Namun, walaupun seseorang telah memiliki pengetahuan yang benar tentang rokok, faktor lain seperti kemampuan berfikir yang belum berkembang secara sempurna serta informasi yang salah mengenai rokok memiliki pengaruh yang kuat dalam pengambilan keputusan seseorang untuk merokok(Chotidjah, 2012). Selain pengetahuan, sikap juga merupakan salah satu faktor pemudah (Predisposing factors) yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku berdasarkan teori Lawrence Green.Sikap merupakan respons
5
tertutup seseorang terhadap suatu objek tertentu.Penelitian yang dilakukan oleh Shaluhiyah, dkk pada tahun 2005 menyebutkan bahwa pada umumnya, seseorang telah memiliki sikap yang baik terhadap bahaya perilaku merokok. Namun, sikap yang baik tersebut terkadang tidak diikuti oleh praktik merokok yang rendah.Hal ini disebabkan karena terjadinya inkonsistensi antara sikap dan praktik sehingga sikap yang baik terhadap bahaya merokok tidak diikuti dengan perilaku yang baik pula yaitu dengan tidak merokok. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rika (2009), iklan rokok juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang memulai aktivitas merokok.Banyaknya kegiatan-kegiatan remaja, seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan lain-lain yang disponsori oleh rokok juga menjadi salah satu faktor penyebab remaja merokok. Dengan gencarnya iklan dan banyaknya kegiatan remaja yang disponsori oleh rokok menyebabkan rasa ingin tahu remaja tentang rokok meningkat, sehingga trend merokok di kalangan remaja juga meningkat.Mardian (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa sebagian besar remaja putri mengaku terpengaruh untuk merokok karena melihat iklan rokok yang ada di Televisi. Hal ini terjadi karena iklan rokok dibuat dengan slogan yang terlihat “keren” dan menarik sehingga membuat orang menganggap merokok sebagai hal yang “keren” pula. Selain itu, adanya iklan produk rokok yang menayangkan tokoh idola remaja yang
6
menghisap rokok juga akan turut mempengaruhi remaja untuk meniru perilaku merokok tokoh idolanya tersebut. Komasari dan Helmi (2000) dalam penelitian yang dilakukannya menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi seorang remaja mulai merokok adalah karena pengaruh teman sebaya.Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarupay (2014), yang menyatakan bahwadari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswi yang merokok diketahui bahwa pengaruh dari teman sebaya menjadi faktor utama informan merokok. Seseorang yang hidup di lingkungan sosial dengan adanya teman sebaya yang merokok, sangat rentan
untukikut terpengaruh dengan
perilaku merokok tersebut. Hal ini disebabkan karena lingkungan teman sebaya
mempunyai
arti
yang
sangat
penting
bagi
seorang
remaja.Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting. Teman sebaya merupakan prediktor dan memberikan sumbangan yang cukup baik terhadap perilaku merokok remaja yaitu 38,4 % (Komasari dan Helmi dalam Tarupay, 2014). Perilaku merokok pada mahasiswi sudah sering dijadikan sebagai objek penelitian.Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, diketahui bahwa pengaruh keluarga juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswi. Penelitian Hamzah,dkk (2013) mengenai perilaku merokok di kalangan mahasiswi di lima
7
perguruan tinggi medis dan nonmedis di Saudi menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswi adalah karena kehadiran seorang perokok dalam keluarga. Kemudian, Shaluhiyah, dkk (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hubungan komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang baik karena kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua akan mempengaruhi terjadinya perilaku merokok pada anak.Pernyataan tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian dari Tarupay (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar orangtua informan tidak tahu bahwa informan adalah perokok.Hal ini berhubungan dengan pengawasan orang tua yang kurang terhadap anaknya.Selain itu, adanya anggota keluarga yang merokok dan sering melihat anggota keluarga yang merokok serta diketahui namun tidak dilarang merokok oleh kelurga merupakan hal yang turut mempengaruhi perilaku merokok seseorang. Berdasarkan jumlah konsumsi rokok harian, perokok terdiri atas 3 kategori yaitu: perokok ringan (1-10 batang/ hari), perokok sedang (11-20 batang/ hari dan perokok berat (> 20 batang/ hari) (Mu’tadin, 2002). Pada umumnya, penelitian yang telah dilakukan terkait dengan perilaku merokok pada mahasiswi hanya kepada informan dengan kategori perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat (Heavy Smoker).Oleh sebab itu, dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai informan yang mengonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil yakni ≤ 5 batang/ hari.Istilah untuk perokok ini adalah social smokeryaitu individu yang
8
merokok hanya pada situasi sosial atau situasi tertentu (Hahn dan Payne, 2003). Berdasarkan penelitian Kimberly, dkk (2006) tentang karakteristik perokok sosial pada mahasiswa diketahui bahwa sampai saat ini, tidak ada cara standar untuk mendefenisikan perokok sosial. Namun, dalam penelitiannya mereka mendefenisikan karakteristik perokok sosial sebagaiseseorang yang merokok lebih umum bersama orang lain daripada sendiri, merokok pada situasi sosial tertentu seperti pada saat pesta atau pada saat sedang bersosialisasi dengan orang lain. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Moran et al menyatakan bahwa seorang mahasiwa yang hanya merokok sesekali (tidak setiap hari). Berdasarkandata-data yang telah disajikan di atas, dapat diketahui bahwa jumlah prevalensi wanita yang merokok di Indonesia tergolong tinggi.Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai riset, survey dan penelitian yang telah dilakukan.Selain itu, semakin tahun semakin tinggi pula jumlah perokok wanita yang meninggal akibat kanker paru-paru. Dari tahun 2000 sampai tahun 2010 telah terjadi lonjakan jumlah wanita yang meninggal sebanyak 25 kali lipat (Kompasiana dalam Nastiti, 2014).Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa saat ini perilaku merokok pada wanita merupakan suatu masalah serius yang mengancam kesehatan wanita.Sebagaimana diketahui bahwa dampak yang ditimbulkan oleh perilaku merokok lebih berbahaya bagi perempuan dibanding bagi lakilaki.
9
Dibalik setiap perilaku merokok pada wanita, tentu terdapat hal-hal tertentu yang mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut. Pengaruh pengetahun, sikap, iklan, teman sebaya dan keluarga merupakan hal yang akan menjadi bahan penelitian oleh peneliti terkait perilaku merokok pada wanita khususnya pada mahasiswi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Merokok Pada Mahasiswi di Universitas Hasanuddin Kota Makassar”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakangmasalah tersebut memberikan dasar bagi penulis untuk meneliti tentang “Perilaku Merokok Pada Mahasiswi di Universitas Hasanuddin Kota Makassar” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimanaperilaku merokok pada mahasiswi di Universitas Hasanuddin Kota Makassar 2. Tujuan Khusus a. Memperoleh informasi mengenai faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap) mahasiswi yang merokok di Universitas Hasanuddin Kota Makassar b. Memperoleh informasi mengenai faktor pemungkin (iklan rokok) mahasiswi yang merokok di Universitas Hasanuddin Kota Makassar
10
c. Memperoleh informasi mengenai faktor penguat (teman sebaya dan keluarga) mahasiswi yang merokok di Universitas Hasanuddin Kota Makassar D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi bahan informasi dan pembanding bagi penelitian-penelitian berikutnya. 2. Manfaat Institusi Menjadi salah satu sumber informasi bagi instansi terkait dalam menentukan arah kebijakan kesehatan untuk mencegah perilaku merokok pada mahasiswi. 3. Manfaat Bagi Peneliti Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menduduki bangku kuliah serta menambah wawasan mengenai perilaku merokok pada mahasiswi.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan suatu benda yang tentusudah tidak asing lagi bagi masyarakat saat ini dan sering ditemui dalam kehidupan seharihari. Rokok berbentuk silinder dengan dua warna, yakni putih dan cokelat dengan ukuran 70-120 mm ini sudah terkenal dimana-mana. Bahkan, di dunia pun rokok sudah merajalela dengan berbagai nama, mulai dari cigarette, sigaret ataupun beragam nama lainnya. Hal lain yang terkenal dari rokok yakni asap yang dikeluarkan dan berbagai dampak yang ditimbulkan (Aula, 2010, hal:11). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Bahasa Pendidikan Nasional yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 2005 menyebutkan bahwa Rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (Hanafiah, 2012, hal:5). 2. Kandungan Rokok Setiap rokok atau cerutu mengandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia dan 400 dari bahan-bahan tersebut dapat meracuni tubuh sedangkan 40 dari bahan tersebut bisa menyebabkan kanker. Beberapa contoh zat berbahaya di dalam rokok yang perlu diketahui adalah sebagai berikut (Aula, 2010, hal:29-35):
12
a. Nikotin Nikotin merupakan bahan kimia dalam rokok yang menyebabkan ketergantungan.Nikotin menstimulasi otak untuk terus menambah jumlah nikotin yang dibutuhkan.Semakin lama, nikotin dapat melumpuhkan otak dan rasa, serta meningkatkan adrenalin, yang menyebabkan jantung diberi peringatan atas reaksi hormonal yang membuatnya berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras.Artinya, jantung membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat terus memompa.Nikotin juga menyebabkan pembekuan darah lebih cepat dan meningkatkan risiko serangan jantung. Secara perlahan, nikotin akan mengakibatkan perubahan pada sel-sel otak perokok yang menyebabkan perokok merasa perlu merokok lebih banyak untuk mengatasi gejala-gejala ketagihan. Nikotin termasuk salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, serta nikotin membuat pemakainya kecanduan. Secara cepat, nikotin masuk ke dalam otak saat seseorang merokok. Kadar nikotin yang dihisap akan menyebabkan kematian, apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Setiap batang rokok rata-rata mengandung nikotin 0,1-1,2 mg. Dari jumlah tersebut kadar nikotin yang masuk ke dalam peredaran darah tinggal 25%. Namun, jumlah yang kecil itu mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik.
13
b. Karbon Monoksida Gas berbahaya pada asap rokok ini seperti yang ditemukan pada asap pembuangan mobil. Karbon monoksida menggantikan sekitar 15% jumlah oksigen, yang biasanya dibawa oleh sel darah merah, sehingga jantung perokok menjadi berkurang suplai oksigennya. Hal ini sangat berbahaya bagi orang yang menderita sakit jantung dan paru-paru, karena ia akan mengalami sesak nafasdan dapat menurunkan stamina. Karbon monoksida juga dapat merusak lapisan pembuluh darah dan menaikkan kadar lemak pada dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. c. Tar Tar digunakan untuk melapisi jalan atau aspal. Pada rokok atau cerutu, tar adalah partikel penyebab tumbuhnya sel kanker.Sebagian lainnya berupa penumpukan zat kapur, nitrosmine dan B-naphthyl-amine, serta cadmium dan nikel. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, yang dapat merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Tar bukanlah zat tunggal, namun terdiri atas ratusan bahan kimia gelap dan lengke, dan tergolong sebagai racun pembuat kanker. Seringkali, banyak pabrik rokok tidak mencantumkan kadar tar dan nikotin dalam kemasan rokok produksi mereka.
14
d. Arsenic Arsenic merupakan sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga, yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: a) Nitrogen Oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu saluran pernafasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan perubahan kulit tubuh. b) Amonium Karbonat, yaitu zat yang bisa membentuk plak kuning pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah. e. Amonia Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen.Zat ini sangat tajam baunya.Amonia sangat mudah memasuki sel-sel tubuh.Jika disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh, racun yang terdapat dalam zat ini dapat menyebabkan seseorang pingsan. f. Formic Acid Formic acid tidaklah berwarna, bisa bergerak bebas, dan dapat mengakibatkan lepuh.Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk.Zat tersebut dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat ini dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi lebih cepat.
15
g. Acrolein Acrolein ialah sejenis zat tidak berwarna, sebagaimana aldehid. Zat ini diperoleh dengan cara mengambil cairan dari gliserol dengan menggunakan metode pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan. h. Hydrogen Cyanide Hydrogen cyanide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan.Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan ke dalam tubuh, maka dapat mengakibatkan kematian. i.
Nitrous Oksida Nitrous oksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna. Jika gas ini terisap maka dapat menimbulkan rasa sakit.
j.
Formaldehyde Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium (formalin).
k. Phenol Phenol merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan
16
arang. Phenol terikat pada protein dan menghalangi aktivitas enzim. l.
Hydrogen Sulfide Hydrogen sulfide ialah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).
m. Pyridine Cairan ini tidak berwarna dan memiliki bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. n. Methyl Chloride Methyl chloride adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu, yang unsur-unsur utamanya berupa hidrogen dan karbon. Zat ini merupakan compound organic yang dapat beracun. o. Methanol Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan terbakar.Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan, bahkan kematian. 3. Bahaya Akibat Rokok Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai.Namun, dibalik itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang yang ada di sekitar perokok yang bukan perokok.Rokok memiliki bahan kandungan yang berbaya.Bahkan,
17
masyarakat umum pun tahu bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan. Berikut ini adalah berbagai bahaya yang mengancam kesehatan yang disebabkan oleh rokok (Aula, 2010, hal:105-121): a. Kanker Merokok dapat menyebabkan kanker.Kematian akibat kanker
yang
disebabkan
oleh
merokok
pun
semakin
meningkat.Kematian karena kanker (terutama kanker paru-paru) meningkat 20 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok.Berbagai jenis kanker yang risikonya meningkat akibat merokok antara lain kanker trakea, bronkus, paru-paru, kanker mulut dan ofofaring, kanker lambung, kanker hati, kanker pankreas, kanker rahim, kanker kandung kemih, kanker esofagus, leukemia, myeloid akut, kanker ginjal dan ureter serta kanker usus besar (kanker kolon). b. Penyakit Paru-Paru Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru.Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar dan kelenjar mukus bertambah banyak.Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan dan penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.Karena terjadinya perubahan anatomi saluran nafas, perokok akan mengalami perubahan pada fungsi paru-paru
18
dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama
terjadinya
Penyakit
Obstruksi
Paru-paru
Menahun
(POPM).Merokok dianggap sebagai penyebab utama timbulnya POPM termasuk emfisema paru-paru, bronkritis kronis, dan asma. c. Penyakit Jantung Koroner Merokok terbukti sebagai faktor risiko terbesar untuk mati mendadak,
sebagaimana
yang
telah diuraikan
sebelumnya
mengenai zat-zat yang terkandung dalam rokok.Pengaruh utama pada penyakit jantung disebabkan oleh dua bahan kimia penting yang terdapat di dalam rokok, yakni nikotin dan karbon monoksida.Nikotin
dapat
mengganggu
irama
jantung
dan
menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan karbon monoksida dapat mangakibatkan suplai oksigen untuk jantung berkurang lantaran berikatan dengan Hb darah.Inilah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner (PJK). Risiko terjadinya penyakit jantung meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko
ini
meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi dan kadar lemak atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK.
19
d. Impotensi Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi. Zat ini akan mengganggu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor risiko gangguan
fungsi
seksual,
khususnya
gangguan
disfungsi
ereksi.Sekitar seperlima dari penderita Disfungsi Ereksi disebabkan oleh karena kebiasaan merokok (Haryanto, 2008). e. Mengancam Kehamilan Hal ini terutama ditujukan kepada wanita perokok.Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran, bahkan bayi meninggal saat dilahirkan. f. Gangguan Kesehatan Psikologi Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup.Berdasarkan penelitian dari CASA (Columbian University’s National Center on Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejalagejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok.Pada perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik daripada mereka yang tidak merokok.
20
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan.Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok.Riwayat depresi pun berkaitan dengan ada tidaknya gejala putus obat terhadap nikotin saat seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75% penderita depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi. Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi.Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat gejala fisik, misalnya berkurangnya konsentrasi, gsngguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan. B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku 1. Pengertian Perilaku Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan seterusnya (Notoatmodjo, 2010, hal:43). Manusia adalah makhluk hidup
ciptaan Tuhan
yang paling
21
sempurna.Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya.Dalam berperilaku manusia sangatlah didorong oleh kebutuhan biologis, seksualitas, pikiran, emosi, dan lingkungan terutama lingkungan sosial dan budayanya (Tarupay, 2014). Skinner (1938) dalam (Notoatmodjo, 2010, hal:43). seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses adanya stimulus kepada suatu organisme yang kemudian akan di respon, sehingga teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). 2. Batasan Perilaku Berdasarkan teori “S-O-R” dari Skiner (Notoadmodjo,
2010,
hal:44),
maka
perilaku
(1938) dalam manusia
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku Tertutup(Covert Behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons sesorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
22
b. Perilaku Terbuka(Overt Behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari luar (observable behavior). 3. Perilaku Dalam Kesehatan Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner, maka perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua (Notoadmodjo, 2010, hal:47), yakni: 1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat.Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup perilaku-perilaku overt dan covertbehavior dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau
23
penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). 2) Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk
memperoleh
penyembuhan atau
pemecahan masalah
kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Becker (1979) dalam (Notoadmodjo, 2010, hal:47), membuat klasifikasi
lain tentang perilaku
kesehatan,
dan
membedakannya menjadi tiga, yaitu: 1) Perilaku Sehat (Healthy Behavior) Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.Salah satu contohnnya adalah tidak merokok.Merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok cenderung meningkat. 2) Perilaku Sakit (Illness Behavior) Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari
24
penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. 3) Perilaku Peran Orang Sakit Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran
(roles),
yang
mencakup
hak-haknya(rights),
dan
kewajibansebagai orang sakit(obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit(the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain : a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan. c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya. d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya. e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya. 4. Domain Perilaku Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert), maupun perilaku terbuka (overt) seperti yang diuraikan oleh Skiner, tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, bahwa perilaku adalah
25
keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Perilaku seseorang sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2010, hal : 49-50). Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area atau domain dalam perilaku, yakni kognitif
(cognitive),
afektif
psikomotor(psychomotor).Kemudian
oleh
(affective), ahli
pendidikan
dan di
Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa dan peri tindak (Notoatmodjo, 2010, hal : 50). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Benyamin Bloom dan untuk kepentingan pendidikan praktis maka dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah (domain) perilaku, yaitu : 1) Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Proses pengindraan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimilikinya yang dibagi atas 6 tingkat yaitu: a. Tahu (Know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
26
b. Memahami (Comprehension),memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (Application),diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis
(Analysis),adalah
menjabarkan
dan
atau
kemampuan memisahkan,
seseorang kemudian
untuk mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. e. Sintesis (Synthesis),adalah menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (Evaluation), adalah berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
27
suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. 2) Sikap (Attitude) Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yaitu “an individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”.Jadi dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatantingkatan berdasarkan intensitasnya, yaitu : a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). b. Menanggapi (Responding), diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai
(Valuing),
diartikan
subjek
atau
seseorang
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
28
d. Bertanggung Jawab (Responsible), sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemohkan atau adanya resiko lain. Terdapat 3 komponen struktur sikap yang saling menunjang (Azwar, 2000) dalam (Sumarna, 2009), yaitu sebagai berikut: a. Komponen Kognatif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap,
komponen
kognatif
berisi
kepercayaan
stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan
atau
(opini)
terutama
apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. b. Komponen Afektif Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang. Komponen afektif disamakan
dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Komponen Konatif Merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi
29
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/berekasi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. 3) Tindakan atau Praktik (Practice) Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik).Tindakan adalah bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap seseorang atau respon terbuka dari seseorang (Tarupay, 2015). Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan berdasarkan kualitasnya, yaitu : a. Praktik Terpimpin (Guided Response) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. b. Praktik Secara Mekanisme (Mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. c. Adopsi (Adoption) Adopsi adalaah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas.
30
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrance Green (1980) dalam (Notoadmodjo, 2010, hal:59-60) adalah : 1. Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factors), yaitu faktorfaktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang,
antara
lain
pengetahuan,
sikap,
kepercayaan,keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor-Faktor Pemungkin (Enabling Factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi, uang dan sebagainya. 3. Faktor-Faktor Pendorong Atau Penguat (Reinforcing Factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.Misalnya, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Tarupay, 2015). C. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya. Meskipun semua orang mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh
31
aktivitas merokok, hal itu tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Fenomena tersebut bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum dan jalanan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok (Aula, 2010, hal:59). Beragam kalangan memandang perilaku merokok berdasarkan perspektifnya
masing-masing,
baik
ditinjau
dari
sudut
pandang
kedokteran, lingkungan, ekonomi dan agama.Dari berbagai pandangan tersebut, sebagian besar mengarahkan bahwa merokok memiliki dampak negatif. Bahkan, jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, adanya rokok dapat memberikan kontribusi tersendiri terhadap pendapatan negara jika ditinjau ulang, yaitu sifat konsumtif para pecandu rokok berkembang menjadi lebih akut seiring dengan tingkat konsumsi perokok tersebut (Aula, 2010, hal:60). Sebagian pihak berpendapat bahwa perilaku merokok bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan wanita sekalipun. Selanjutnya, hal tersebut mengarah kepada going up oleh para wanita pengonsumsi rokok dengan goal-nya yang menyebarkan opini bahwa perilaku merokok wajar dilakukan oleh wanita, karena hal itu bukanlah merupakan perilaku yang dimonopoli oleh para lelaki (Aula, 2010, hal:60). Di satu pihak menguatkan bahwa perilaku merokok dinilai wajar dan bisa dilakukan oleh siapa saja, yang tidak dibatasi oleh jenis kelamin maupun gender. Sterotype wanita yang seharusnya tidak merokok hanya
32
kebiasaan semata, yang sesungguhnya sesuai dengan perkembangan perilaku masyarakat.Maka, ketika para wanita perokok sekadarnya saja menunjukkan perilakunya, tentu tidak ada pandangan negatif lagi terhadap wanita perokok.Sebab, perilaku merokok merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh siapa saja. Sementara itu, pihak lain berasumsi bahwa nilai moral seorang wanita akan luntur ketika ia merokok. Hal yang menjadi titik berat di sini, yakni masih berada pada nilai normatif seorang wanita khususnya pandangan budaya Indonesia terhadap wanita (Aula, 2010, hal:61). Pada mulanya, perilaku merokok kebanyakan terjadi pada saat individu berusia remaja. Kebiasaan merokok terus berlanjut sampai ia memasuki masa dewasa, bahkan hingga usia lanjut. Dan, biasanya seseorang merokok untuk mengatasi masalah emosional. Maka, muncul fenomena masyarakat yang sebagian besar sudah mengetahui dampak negatif perilaku merokok, namun terus bersikeras merasionalisasikan dan menghalalkan tindakan merokok (Aula, 2010, hal:62). Menurut Laventhal dan Clearly, terdapat empat tahap dalam perilaku merokok. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut (Aula, 2010, hal:63): a) Tahap Preparatory Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, ataupun hasil membaca, sehingga menimbulkan niat untuk merokok.
33
b) Tahap Initiation (Tahap Perintisan Merokok) Tahap perintisan merokok yaitu tahap keputusan seseorang untuk meneruskan atau berhenti dari perilaku merokok. c) Tahap Becoming A Smoker Pada tahap ini, seseorang yang telah mengonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari cenderung menjadi perokok. d) Tahap Maintaining Of Smoking Pada tahap ini, merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan. Sementara itu, Silvon Tomkins membagi perilaku ini menjadi empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory. Keempat tipe tersebut adalah sebagai berikut (Aula, 2010, hal:64-66): a. Tipe Perokok yang Dipengaruhi oleh Perasaan Positif. Dengan merokok, seseorang mengalami peningkatan rasa yang positif. Green dalam Pshyhological Factor in Smoking(1978) menambahkan tiga sub tipe berikut ini: 1) Pleasure Relaxation, yakni perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningktakan kenikmatan yang sudah diperoleh, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. 2) Stimulation To Pick Them Up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekadarnya hanya untuk menenangkan perasaan.
34
3) Pleasure Of Handling The Cigarette, yakni kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, terutama yang dialami oleh perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau, padahal mengispnya hanya memerlukan waktu beberapa menit. Perokok pun lebih senang berlama-lama memainkan rokoknya dengan jari-jarinya sebelum ia menyalakannya menggunakan api. b.Perilaku Merokok yang Dipengaruhi oleh Perasaan Negatif. Banyak orang yang merokok demi mengurangi perasaan negatif, misalnya saat mereka marah, cemas dan gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.Mereka merokok bila perasaan tidak enak sedang dialami, sehingga mereka terhindar dari perasaan yang lebih tidak mengenakkan. c. Perilaku Merokok yang Adiktif. Hal ini dinamakan Psychological Addictionoleh Green. Orangorang yang menunjukkan perilaku seperti itu akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya berkurang. Pada umumnya, mereka akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam. Sebab, mereka khawatir bila rokok tidak tersedia, padahal mereka
sangat
menginginkannya.
35
d. Perilaku Merokok yang Sudah Menjadi Kebiasaan. Seseorang merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin.Baginya merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sehingga seringkali dilakukan tanpa dipikirkan dan disadari.Ia menyalakan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis. Ketika seseorang merokok, kita dapat mengetahui karakternya. Hal ini tidak hanya saat ia merokok saja. Sesungguhnya, dengan mengetahui tempat yang sering digunakan olehnya untuk merokok kita juga bisa mengetahui perilakunya. Berdasarkan tempat-tempat yang dijadikan untuk merokok, kita dapat mengelompokkan karakter perokok menjadi beberapa golongan berikut (Aula, 2010, hal:66-67): 1. Merokok di Tempat Umum (Ruang Publik) a. Kelompok Homogen (sama-sama perokok) secara bergerombol menikmati kebiasaan itu.
Pada umumnya,
mereka
masih
menghargai orang lain. Makanya, mereka merokok di smoking area. b. Kelompok yang Heterogen (merokok di tengah banyak orang yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain). Orang-orang yang berani merokok di tempat tersebut tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis, tidak mempunyai tata krama, bertindak kurang terpuji, kurang sopan dan
36
secara tersamar tega menyebar “racun” kepada orang lain yang tidak bersalah. 2. Merokok di Tempat-Tempat yang Bersifat Pribadi a. Ada pula orang-orang yang merokok di kantor atau kamar tidur pribadi.
Mereka
yang memilih tempat-tempat
seperti
ini
digolongkan sebagai individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan penuh rasa gelisah yang mencekam. b. Ada juga orang-orang yang merokok di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi. Bagaimanapun juga, dimanapun merokok dilakukan, merokok tetap saja berbahaya. Meskipun tidak merugikan orang lain, perilaku merokok dapat merugikan diri sendiri. Terkadang, perilaku merokok penuh dengan dilema ketika harus dihadapkan pada efek positif yang dihasilkan dari perilaku merokok.Maka, berpikirlah dua kali, bahkan ribuan kali bagi para perokok. Namun, jika kembali dihadapkan pada dampak negatif yang dihasilkan oleh perilaku merokok, maka jangan berpikir lagi atau terlalu lama berpikir demi mengambil keputusan untuk tidak berperilaku merokok (Aula, 2010, hal:67). D. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok Pada Wanita Perokok di masyarakat Indonesia ternyata tidak hanya di kalangan dewasa saja, tetapi juga pada remaja.Perilaku merokok, laki-laki dan perempuan umumnya pertama kali dilakukan ketika memasuki masa remaja.Secara nasional, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
37
tahun 2010, perokok di Indonesia pada umumnya mulai merokok pertama kali pada umur 15-19 tahun. Dapat disimpulkan bahwa usia remaja merupakan usia umum individu mulai merokok (Martini, 2014). Data WHO tahun 2008 menyebutkan statistik perokok dari kalangan remaja Indonesia yaitu 24,1% remaja pria adalah perokok dan 4,0% remaja wanita adalah perokok. Jumlah remaja perempuan perokok di Indonesia
memang
tidak
sebanyak
jumlah
remaja
laki-laki
perokok.Namun, dari data-data yang ada menyebutkan bahwa jumlah perokok perempuan terus meningkat.Tidak hanya itu, prevalensi merokok pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada perempuan dewasa.Para remaja putri perokok tentunya menyadari resiko yang mereka hadapi bila mereka merokok.Selain resiko kesehatan ada pula resiko dipandang buruk oleh orang-orang di sekitar mereka. Banyak dari masyarakat yang langsung memandang miring perempuan yang merokok, tanpa mengetahui alasan yang ada dibalik perempuan yang memilih untuk merokok (Handayani, dkk., 2012) dalam (Martini, 2014). Perempuan yang memilih untuk merokok tentunya memiliki alasan tersendiri.Ada banyak hal yang dapat digali dari seorang perempuan yang memilih untuk merokok,
salah satunya
mengenai makna
yang
mempengaruhi seorang remaja perempuan untuk merokok (Martini, 2014).Penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa faktor yang mendorong untuk mulai merokok amat beragam, baik berupa faktor dari
38
dalam dirinya sendiri (personal), sosio kultural dan pengaruh kuat dari lingkungannya (Aditama, 1997) dalam (Sumarna, 2009). Faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri. Dalam iklan-iklan kebiasaan merokok digambarkan
sebagai lambang
kematangan, kedewasaan, popularitas dan bahkan lambang kecantikan, kehidupan yang seksi serta feminisme. Semua ungkapan di atas adalah “mimpi” bagi remaja putri, dan mereka menganggap kalau mereka merokok mereka akan mendapat semua predikat di atas. Selain itu, bagi sebagian remaja putri lainnya, kebiasaan merokok juga disangkanya dapat dipakai
untuk
mengatasi
stress,
menghilangkan
kecemasan
dan
menenangkan jiwa remajanya yang bergejolak (Aditama, 1997) dalam (Sumarna, 2009). Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa para remaja putri yang menyangka bahwa kebiasaan merokok dapat membuatnya tampak dewasa, memberi kepercayaan diri dan mengontrol berat badannya akan lebih sering mulai mencoba merokok. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh ini lebih terasa pada remaja putri dibandingkan dengan prianya.Ada pula pendapat salah yang menyatakan bahwa pada kaum wanita kebiasaan merokok dapat mengatasi kesepian, kesedihan, kemarahan dan rasa frustasi.Harus disadari juga bahwa kurangnya pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan juga merupakan faktor yang penting (Aditama, 1997) dalam (Sumarna, 2009).
39
Faktor sosio-kultural yang penting dalam memulai kebiasaan merokok adalah pengaruh orangtua dan teman sebaya. Banyak sekali data yang menunjukkan bahwa kemungkinan menjadi perokok akan jauh meningkat bila orang tuanya adalah perokok. Angka di Amerika Serikat menunjukkan bahwa remaja putri yang orang tuanya perokok itu lima kali lebih sering menjadi perokok pula bila dibandingkan dengan yang orang tuanya tidak merokok. Punya teman-teman yang perokok juga merupakan faktor yang amat penting bagi seseorang remaja putriuntuk mulai merokok.Sekitar 75% pengalaman mengisap rokok pertama para remaja biasanya dilakukan bersama teman-temannya. Kalau seorang remaja tidak ikut-ikutan merokok maka ia takut ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan dikesampingkan (Aditama, 1997) dalam (Sumarna, 2014). E. Tinjauan Umum Tentang Mahasiwi Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat (Putri dan Budiani, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) dalam Tarupay (2014) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30
40
tahun. Sedangkan mahasiwi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mahasiswa perempuan. Sarwono (2001) dalam Aini (2013), menyatakan defenisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah.Masa remaja sebagai masa transisi menuju masa dewasa, sering menimbulkan kegelisahan pada remaja.Remaja ingin memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 1999) dalam (Tarupay, 2014). Data WHO tahun 2008 menyebutkanstatistik perokok dari kalangan remaja Indonesiayaitu 24,1% remaja pria adalah perokok dan 4,0%remaja wanita adalah perokok. Jumlah remajaperempuan perokok di Indonesia
memang
tidaksebanyak
jumlah
remaja
laki-laki
perokok.Namun, dari data-data yang ada menyebutkanbahwa jumlah perokok
perempuan
terusmeningkat.Tidak
hanya
itu,
prevalensi
merokokpada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkanprevalensi pada perempuan dewasa (Martini, 2014).
41
F. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi 1. Pengetahuan Menurut
Notoadmodjo
(2010),
pengetahuan
adalah
hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Proses pengindraan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimilikinya yang dibagi atas 6 tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2. Sikap Menurut Notoadmodjo (2010), sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senangtidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) dalam Notoadmodjo (2010), mendefinisikan sikap sangat sederhana, yaitu “an individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”.Jadi dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
42
3. Iklan Rokok Iklan, menjadi media yang penting bagi remaja dalam memperoleh informasi seputar rokok. Menurut Taryono (2007) dalam penelitiannya menegaskan bahwa sekitar 52,6% remaja mendapatkan informasi tentang rokok dari iklan terutama iklan di media elektronik. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mulai merokok adalah iklan.Sekitar tahun 1940, dunia periklanan mulai membangun
citra
yang
gemerlap
mengenai
perokok.Perokok
digambarkan sebagai seorang pahlawan, pilot yang gagah, tentara yang berani, dokter yang tampan, suster dan artis cantik melalui berbagai media iklan.Bahkan pada sekitar tahun 50-60an, rokok mulai mengincar pasaran konsumen remaja terutama mahasiswa.Sebagai hasil dari kampanye besar-besaran dari rokok ini, maka semakin banyak pria, wanita, tua dan muda yang menjadi perokok (Aditama, 1997) dalam (Sumarna, 2009). 4. Teman Sebaya Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.Teman sebaya memberi pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan perilaku sepanjang usia remaja. Saat remaja mencari identitas diri mereka secara terpisah dari orang tua, mereka seringkali mencoba identitas-identitas baru dengan turut berpartisipasi dalam perilaku teman sebaya yang berbeda
43
dari dirinya (Mu’tadin, 2002). Teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja.Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting (Komalasari dan Helmi, 2001) dalam (Aini, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Marwati tahun 2009 mengenai perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Tehnik Universitas Hasanuddin menemukan ada hubungan yang kuat antara pengaruh teman sepergaulan dengan perilaku merokok mahasiswa itu sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 68,7% mereka yang tergolong kedalam
perokok berat mempunyai teman
sepergaulan
yang
mendukung untuk merokkok. 5. Keluarga Faktor yang penting dalam memulai kebiasaan merokok adalah pengaruh orang tua. Data menunjukkan bahwa kemungkinan menjadi perokok akan jauh meningkat bila orang tuanya adalah perokok. Di Amerika Serikat, data menunjukkan bahwa remaja putri yang orang tuanya perokok itu lima kali lebih sering menjadi perokok pula bila dibandingkan dengan yang orang tuanya tidak merokok (Sumarna, 2009).
44
G. Kerangka Teori Faktor Predisposisi: 1. 2. 3. 4. 5.
Pengetahuan Sikap Kepercayaan Nilai Variabel Demografik
Faktor Pemungkin: 1. Ketersediaan sumber daya kesehatan 2. Aksesbilitas sumber daya kesehatan 3. Prioritas masyarakat/pemerintah dan komitmen terhadap kesehatan 4. Keterampilan yang terkait dengan kesehatan
Spesifik Permasalahan Perilaku
Faktor Penguat: 1. 2. 3. 4. 5.
Keluarga Rekan-rekan Guru Majikan atau pimpinan Penyedia layanan Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green
Green, LW, Kreuter, MW, Akta, SG, Partridge, KB (1980)
45
BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti Salah satu faktor perilaku yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia adalah perilaku merokok.Perilaku merokok dipengaruhi oleh berbagai faktor.Telah diuraikan pada tinjauan pustakabahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses adanya stimulus kepada suatu organisme yang kemudian akan di respon bahwa Skinner (1938) dalam (Notoatmodjo, 2010, hal:43). Perilaku seseorang sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas serta dipengaruhi oleh determinan.Dalam bab ini peneliti menggunakan teori Lawrance Green dalam meneliti mengenai perilaku merokok pada mahasiswi di Universitas Hasanuddin, Makassar.Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrance Green (1980) dalam (Notoadmodjo, 2010, hal:59-60) adalah : a.
Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan,keyakinan, dan nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku merokok pada mahasiswi. Dalam penelitian ini, pengetahuan dan sikap tentang rokok merupakan faktor predisposisi yang akan diteliti.
46
b.
Faktor-Faktor Pemungkin (Enabling Factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Contohnya dalam skripsi ini adalah pengaruh iklan rokok. Dalam penelitian ini, pengaruh iklan rokok merupakan faktor pemungkin yang akan diteliti.
c.
Faktor-Faktor Pendorong atau Penguat (Reinforcing Factors), adalah faktor-faktor
yang
mendorong
atau
memperkuat
terjadinya
perilakuyang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perilaku tersebut, dan berkontribusi terhadap persistensi atau penanggulangan perilaku tersebut. Misalnya, perilaku orang tua, perilaku teman sebaya, tokoh masyarakat, dan guru/dosen. Dalam penelitian ini, pengaruh teman sebaya dan pengaruh keluarga merupakan faktor penguat yang akan diteliti. B. Pola Pikir Variabel Penelitian Untuk memudahkan penelitian, maka peneliti membuat kerangka penelitian dengan menggunakan teori Lawrance Green yang terdiri dari 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat untuk melihat perilaku merokok pada mahasiswi di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kerangka konsep tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
47
Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap
Faktor Pemungkin: 1. Iklan rokok
Perilaku Merokok Pada Mahasiswi di Universitas Hasanuddin, Kota Makassar
Faktor Penguat: 1. Teman sebaya 2. Keluarga
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian C. Defenisi Konseptual a. Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Faktor-faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku merokok pada mahasiswi antara lain: pengetahuan dan sikap tentang rokok. b. Faktor-Faktor Pemungkin (Enabling Factors) Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
48
terjadinya perilaku kesehatan.Contohnya dalam skripsi ini adalah pengaruh iklan rokok. c. Faktor-Faktor Pendorong atau Penguat (Reinforcing Factors) Faktor-faktor pendorong atau penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perilaku tersebut, dan berkontribusi terhadap persistensi atau penanggulangan perilaku tersebut.Misalnya pengaruh teman sebaya dan pengaruh keluarga. d. Pengetahuan Menurut
Notoadmodjo
(2010),
pengetahuan
adalah
hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra
yang dimilikinya.
WHO
(1988) dalam Sinaga (2012),
menyebutkan bahwa pengetahuan pada umumnya datang dari pengalaman dan dari informasi yang diperoleh dari orang lain maupun buku. Dalam penelitian ini, pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh informan mengenai bahan atau zat yang terkandung dalam rokok serta dampak atau pengaruhnya bagi kesehatan. e. Sikap Menurut Notoadmodjo (2010), sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah
49
seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Sinaga, 2007). Dalam penelitian ini, sikap adalah mengenai informasi yang diberikan oleh informan terkait dengan tanggapan mereka terhadap iklan rokok, tanggapan mereka terhadap teman sebaya yang merokok, tanggapan mereka terhadap anggota keluarga yang merokok dan tanggapan mereka mengenai perilaku merokok pada perempuan. f. Iklan Rokok Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rika (2009), iklan rokok juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang memulai aktivitas merokok.Mardian (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa sebagian besar remaja putri mengaku terpengaruh untuk merokok karena melihat iklan rokok yang ada di Televisi. Hal ini terjadi karena iklan rokok dibuat dengan slogan yang terlihat “keren” dan menarik sehingga membuat orang menganggap merokok sebagai hal yang “keren” pula. Selain itu, adanya iklan produk rokok yang menayangkan tokoh idola remaja yang menghisap rokok juga akan turut mempengaruhi remaja untuk meniru perilaku merokok tokoh idolanya tersebut.
50
Iklan, menjadi media yang penting bagi remaja dalam memperoleh informasi seputar rokok. Menurut Taryono (2007) dalam penelitiannya menegaskan bahwa sekitar 52,6% remaja mendapatkan informasi tentang rokok dari iklan terutama iklan di media elektronik. Merokok karena faktor pengaruh iklan rokok jika: 1. Sering menyaksikan/ mendengar iklan rokok 2. Terpengaruh dengan slogan rokok yang terlihat keren 3. Orang yang diidolakan merokok Merokok bukan karena faktor pengaruh iklan rokok jika: 1. Tidak sering menyaksikan/ mendengar iklan rokok 2. Tidak terpengaruh dengan slogan rokok yang terlihat keren 3. Orang yang diidolakan bukan perokok g. Teman Sebaya Teman sebaya memberi pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan perilaku sepanjang usia remaja. Saat remaja mencari identitas diri mereka secara terpisah dari orang tua, mereka seringkali mencoba identitas-identitas baru dengan turut berpartisipasi dalam perilaku teman sebaya yang berbeda dari dirinya (Mu’tadin, 2002). Dalam penelitian ini, teman sebaya adalah orang-orang yang seumur dan bergaul dengan informan baik di kampus maupun teman sepermainan.Perilaku informan dalam hal ini adalah perilaku merokok, yang
disebabkan
karena
mengikuti
atau
meniru
teman
sebayanya.Perilaku merokok karena faktor teman sebaya jika berteman
51
dengan teman sebaya yang perokok dan sering ditawari rokok oleh teman sebaya dan tidak ditegur bila merokok (Rachmat, 2007). Merokok karena faktor teman sebaya jika: 1. Berteman dengan perokok 2. Sering ditawari rokok 3. Tidak ditegur bila merokok Merokok bukan karena faktor teman sebaya jika: 1. Berteman dengan bukan perokok 2. Tidak sering ditawari rokok 3. Ditegur bila merokok h. Keluarga Faktor yang penting dalam memulai kebiasaan merokok adalah pengaruh orang tua. Data menunjukkan bahwa kemungkinan menjadi perokok akan jauh meningkat bila orang tuanya adalah perokok. Di Amerika Serikat, data menunjukkan bahwa remaja putri yang orang tuanya perokok itu lima kali lebih sering menjadi perokok pula bila dibandingkan dengan yang orang tuanya tidak merokok (Sumarna, 2009). Dalam penelitian ini, keluarga adalah orang tua, saudara, dan orang-orang yang tinggal serumah dengan informan.Perilaku informan dalam hal ini adalah perilaku merokok, yang disebabkan karena adanya anggota keluarga yang merokok, baik itu orang tua, saudara, atau orang yang tinggal serumah.Perilaku merokok karena faktor keluarga jika ada
52
keluarga yang merokok, sering melihat keluarga merokok, diketahui merokok dan tidak dilarang keluarga (Rachmat, 2007). Merokok karena faktor dukungan keluarga jika: 1. Ada keluarga yang merokok 2. Sering melihat keluarga merokok 3. Diketahui dan tidak dilarang oleh keluarga Merokok bukan karena faktor dukungan keluarga jika: 1. Tidak Ada keluarga yang merokok 2. Tidak sering melihat keluarga merokok 3. Tidak Diketahui dan dilarang oleh keluarga
53
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi fenomenologi.Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci(Sugiarto, 2015).Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian
yang
mengungkap
situasi
sosial
tertentu
dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori dan Komariah, 2012). Fenomenologi adalah jenis penelitian kualitatif yang melihat secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-pengalamannya. Adapun tujuan
penelitian
fenomenologi
adalah
menjelaskan
pengalaman-
pengalaman yang dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain (Sugiarto, 2015).Fokus metode penelitian Fenomenologi adalah pengalaman hidup sehari-hari partisipan.Metode ini bertujuan untuk menggambarkan secara akurat pengalaman fenomena yang sedang diteliti dan tidak untuk menghasilkan teori atau model serta
54
tidak untuk mengembangkan penjelasan umum (Morse dan Field, 1996) dalam (Rachma, 2010). B. Waktu Dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 18 Maret-18 April 2016 2. Lokasi Penelitian Penelitian
ini
Makassar.Pemilihan
dilakukan lokasi
ini
di
Universitas
didasarkan
karena
Hasanuddin, berdasarkan
informasi yang didapatkan, diketahui bahwa terdapat mahasiswi yang merokok di Universitas Hasanuddin.Di sisi lain, diketahui bahwa Universitas Hasanuddin merupakan Universitas terbaik di Indonesia Timur. Seharusnya, setiap mahasiswa(i) yang berkuliah di dalamnya memiliki perilaku yang baik pula. C. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini berjumlah 19 orang yang terdiri dari 12 orang mahasiswi yang merokok, 6 orang teman mahasiswi dan 1 orang penjual rokok. Prosedur pemilihan informan yaitu berdasarkanpurposive sampling yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Peneliti mencari informan dengan memanfaatkan jaringan pertemanan. Peneliti menghubungi beberapa teman peneliti yang ada di Universitas Hasanuddin untuk menanyakan informasi yang mereka ketahui tentang adanya mahasiswi Unhas yangmerokok. Adapun kriteria yang ditetapkan peneliti untuk mahasiswi adalah mahasiswi seorang perokok, berstatus mahasiswi
55
yang sedang aktif berkuliah di Universitas Hasanuddin dan bersedia menjadi informan (Bersedia diwawancarai) D. Teknik Pengumpulan Data 1) Wawancara Mendalam (in-depth interview) Data primer yang dikumpulkan bersumber pada wawancara yang di lakukan
dalam
penelitian.
Peneliti
melakukan
wawancara
mendalam kepada informan. Dalam pelaksanaan wawancara ini lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur karena peneliti tidak sepenuhnya terpaku pada pedoman wawancara yang dipakai. Wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan pedoman wawancara (terlampir) serta handphone untuk merekam suara dan untuk dokumentasi. 2) Observasi Observasi juga dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data primer. Observasi dilakukan dengan cara melihat dimana informan merokok, dimana informan membeli rokok dan bagaimana kondisi/situasi informan saat peneliti melakukan wawancara. Observasi tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan lembar observasi
(terlampir)
serta
handphone
untuk
keperluan
dokumentasi. Hasil observasi tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara yang dilakukan.
56
E. Keabsahan Data Untuk menjamin derajat kepercayaan data yang dikumpulkan maka digunakan teknik triangulasi. Adapun dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.Triangulasi sumber dilakukan terhadap teman informan dan penjual
rokok.
Triangulasi sumber
dilakukan dengan
cara
membandingkan (cross check) antara informasi informan yang satu dengan yang lain, hal ini dilakukan untuk melihat korelasi informasi yang didapatkan
sedangkan
triangulasi
teknik
dilakukan
dengan
cara
membandingkan (cross check)antara informasi yang diperoleh dengan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan informasi dari hasil wawancara mendalam.Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi.. F. Instrument Penelitian Dalam penelitian kualitatif,yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Untuk memperoleh fakta-fakta di lapangan, peneliti melengkapi diri dengan pedoman wawancara, lembar observasi, alat dokumentasi dan perekam(handphone) serta catatan lapangan. G. Pengolahan Dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dilakukan secara manual sesuai dengan petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan tujuan penelitian ini dan selanjutnya dianalisis dengan metode content analysis. Data yang dikumpul adalah data yang bukan
57
angka sehingga analisa data dimulai dengan menuliskan hasil pengamatan, hasil wawancara, kemudian diklasifikasikan dan diinterpretasikan dan akhirnya disajikan dalam bentuk narasi.
58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN I. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Hasanuddin Makassar mulai tanggal 18 Maret-18 April 2016. Pada bagian ini peneliti menyajikan hasil penelitian mengenai perilaku merokok pada mahasiswi di Universitas Hasanuddin.Adapun sumber data informasi diperoleh dari pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam (In- depth interview) dan observasi (observation). A. Gambaran umum lokasi Universitas Hasanuddin merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang ada di kota Makassar, Sulawesi Selatan yang berdiri pada 11 juni 1956. Saat ini kampus Unhas dipimpin oleh rektor Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M. A. Kampus Unhas menempati area seluas 220 hektare di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10. Saat ini telah dikembangkan kampus baru Unhas yang dikhususkan untuk Fakultas teknik yang terletak di kabupaten Gowa. Adapun jumlah fakultas yang terdapat di Universitas Hasanuddin yaitu sebanyak 14 fakultas. Pada setiap fakultas terdapat program sarjana, pascasarjana S2 magister dan S3 doktoral. Berikut ini merupakan nama-nama fakultas yang ada di Unhas: fakultas ekonomi dan bisnis, fakultas hukum, fakultas kedokteran, fakultas sastra, fakultas ilmu sosial dan politik, fakultas pertanian, fakultas MIPA, fakultas peternakan, fakultas kedokteran gigi, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas ilmu 59
kelautan dan perikanan, fakultas kehutanan, fakultas farmasi dan fakultas teknik. B. Karakteristik informan Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang merokok dan sedang aktif berkuliah di Universitas Hasanuddin Makassar.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi yang dimaksudkan untuk mengetahui perilaku merokok pada mahasiswi di Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2016. Dalam penelitian ini peneliti berhasil memperoleh informan dengan total 19 orang informan. Informan tersebut antara lain yaitu 12 orang informan utama yaitu mahasiswi yang merokok dan 7 orang informan tambahan yang terdiri dari: 6 orang teman dari mahasiwi dan 1 orang penjual rokok. Adapun ke-12 orang informan utama tersebut berasal dari 6 Fakultas yang ada di Unhas yaitu Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dan Fakultas Peternakan. Informan terbanyak berasal dari Fakultas
Ilmu
Sosial
dan
Ilmu
Politikyaitu
sebanyak
5
informan.Selanjutnya, 2 orang informan berasal dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, 2orang informan dari Fakultas Teknik dan masing-masing 1 orang informan dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Peternakan. Adapun rentang umur informan yaitu mulai dari 20 tahun– 24 tahun. Paling banyak informan berumur 21 dan 22 tahun yaitu masing-masing 3
60
orang dan paling sedikit informan berusia 24 tahun yaitu 1 orang informan. Kemudian, kisaran semester dan angkatan informan yaitu mulai dari semester 4 angkatan 2014 – S2. Paling banyak informan duduk di semester 10 angkatan 2011 yaitu sebanyak 5 informan dan paling sedikit informan S2 yaitu 1 orang informan. Selain, mahasiswi yang merokok peneliti juga memperoleh informan tambahan yaitu teman dari mahasiswi dan berhasil melakukan wawancara yaitu sebanyak 6 orang informan. Informan tersebut berasal dari 5 fakultas yang ada di Unhas yaitu Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Hukum, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Selain itu, peneliti juga memperoleh 1 informan yaitu penjual rokok. Beliau merupakan salah seorang penjual rokok yang ada di kantin salah satu fakultas di Unhas. Adapun untuk lebih jelasnya karakteristik informan dapat dilihat pada tabelsebagai berikut:
61
No Informan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Umur Fakultas/Jurusan (Thn) TEKNIK/Geologi
Semester/ Angkatan
1.
PBS
Perempuan
21
2.
I
Perempuan
23
3.
G
Perempuan
21
4.
RL
Perempuan
23
5.
WAH
Perempuan
22
6.
HRE
Perempuan
24
02/ S2 FISIP/ Antropologi Antropolo gi
7.
A
Perempuan
22
FISIP/ Komunikasi
10/ 2011
8.
RUC
Perempuan
20
FISIP/ Antropologi
04/2014
9.
RV
Perempuan
22
FISIP/ Komunikasi
10/ 2011
10.
AWE
Perempuan
20
11.
RA
Perempuan
21
12.
GV
Perempuan
20
13.
YPP
Perempuan
21
14.
SAW
Perempuan
21
15.
RGP
Perempuan
21
16.
AVA
Laki-Laki
21
FKM/ AKK
08/ 2012
17.
A
Laki-Laki
19
FISIP/ Antropologi
04/ 2014
18.
O
Laki-Laki
20
19.
MR
Perempuan
51
FIKP/ Ilmu Kelautan Hukum/ Ilmu Hukum Ekonomi/ Manajemen FISIP/ Administrasi
6/ 2013 10/ 2011 10/ 2011 10/ 2011 08/2012
FIKP/ Perikanan (PSP) PETERNAKAN/ Teknologi hasil ternak TEKNIK/ Perkapalan
12/ 2010
TEKNIK/Geologi
06/ 2013
FIKP/ Ilmu Kelautan HUKUM/ Ilmu Hukum
FISIP/Ilmu Pemerintahan -
06/2013
06/ 2013
08/ 2012 08/ 2012
04/ 2014 -
Keterangan Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Mahasiswi yang merokok Teman mahasiswi Teman mahasiswi Teman mahasiswi Teman mahasiswi Teman mahasiswi Teman mahasiswi Penjual rokok
Sumber: Data Primer 2016
62
C. Hasil penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui perilaku merokok pada mahasiswi di Universitas Hasanuddin Makassar, maka peneliti menggunakan teori dari Lawrence Green. Teori ini menyatakan bahwa terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Dalam hasil penelitian ini akan dibahas bagaimana ketiga faktor tersebut menjawab tujuan penelitian. 1. Faktor Predisposisi Dalam bagian ini dibahas mengenai bagaimana pengetahuan dan sikap informan terkait dengan perilaku merokoknya. Adapun yang dibahas dalam bagian pengetahuan adalah pengetahuan informan mengenai zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok, pengetahuan informan mengenai bahaya/pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan serta sumber informasi informan tentang rokok. Kemudian, yang akan dibahas pada bagian sikap adalah tanggapan informan terhadap adanya iklan rokok, tanggapan informan terhadap adanya teman sebaya yang merokok, tanggapan informan terhadap adanya anggota keluarga yang merokok, serta tanggapan informan mengenai perilaku merokok pada perempuan. 1) Pengetahuan a. Pengetahuan informan mengenai zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
63
Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa sebagian besar informan mengetahui zat berbahaya yang terkandung dalam rokok, kebanyakan informan menyebutkan Nikotin dan Tar. “Saya tahu tapi tidak semua hanya beberapa. Saya tahu nikotin dan tar” (PBS, 21 Tahun, TEKNIK/ Teknik Geologi) “Iya saya mengetahui zat-zat yang terkandung dalam rokok namun tidak terlalu banyak. Tapi saya tahu ada nikotin dan ada tar di dalam” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Adapula
informan
yang
mengatakan
tidak
mengetahui zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok “Tidak. Saya tidak mengetahui zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak)
b. Pengetahuan informan mengenai bahaya/ pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan Berdasarkan wawancara mendalam yang telah dilakukan, diketahui bahwa informan mengetahui bahaya/pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan. Informan memberikan jawaban yang bervariasi seperti kutipan wawancara di bawah ini: “Iya tahu. Gangguan terhadap janin kalo sementara hamil, jantung, batuk yang berkepanjangan dan paru-paru. Itu yang saya tahu” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi)
64
“Ya, tahu. Dapat menyebabkan serangan jantung. Kalau pada laki-laki itu impoten kalau pada perempuan itu gangguan kehamilan dan bisa mengakibatkan kanker” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum) “Iya, tahu. Itu yang tercantum di bungkus rokok. Tentang serangan jantung, paru-paru, kanker tenggorokan, kanker mulut, dan gangguan janin” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) Lebih
lanjut
peneliti menanyakan
bagaimana
tanggapan informan terhadap bahaya rokok yang berpengaruh bagi kesehatan. Dari hasil wawancara informan mengatakan memiliki ketakutan terhadap bahaya rokok tersebut, namun sulit untuk berhenti karena sudah kecanduan dan sudah menjadi kebutuhan. “Ada ketakutan apalagi saya adalah seorang perempuan. Saya takut kedepannya ada yang mengganggu kesehatan saya tapi saya sudah kecanduan jadi sulit berhenti merokok” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) “Tentang bahaya rokok bagi kesehatan, ada ketakutan bagi saya tapi saya sudah kecanduan jadi sulit berhenti merokok. Tapi saya mengimbangi perilaku merokok saya dengan minum air putih yang banyak” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan)
Gambar 5.1 Wawancara dengan informan
65
Gambar di atas merupakan gambar ketika peneliti melakukan wawancara dengan informan I. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terdapat botol minuman di atas meja. Hal tersebut membenarkan pernyataan informan di atas bahwa dia mengimbangi perilaku merokoknya dengan meminum air putih yang banyak. Berbeda dengan informan sebelumnya, adapula informan yang mengatakan bahwa dia tidak memiliki ketakutan terhadap bahaya rokok karena merokok atau tidak merokok potensi kematian tetap akan ada. “Sejauh ini tidak ada ketakutan bagi saya tentang bahaya rokok karena menurut saya merokok atau tidak merokok potensi kematian itu tetap ada” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi)
c. Sumber informasi informan tentang rokok Hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara mendalam mengenai sumber informasi informan tentang rokok adalah dengan menggali informasi dengan
menanyakan
darimana pertama kalinya informan memperoleh/mengetahui informasi tentang rokok, apa alasan informan merokok serta sejak kapan informan mulai merokok. Kebanyakan informan mengatakan bahwa pertama kalinya mereka mendapatkan informasi tentang rokok dari teman mereka saat SMA dengan alasan coba-coba karena adanya ajakan serta tawaran merokok
66
dari teman.Informan memberikan jawaban seperti kutipan di bawah ini: “Dari teman. Waktu itu saya bersama teman-teman di jalan dan ada salah seorang teman saya yang mencuri rokok di warung ibunya jadi kami menghisap rokok itu bersama-sama. Pertama kali saya merokok dengan alasan penasaran dan coba-coba. Saya mulai merokok pada masa-masa SMA kelas 3. Waktu itu saya berumur 17 tahun” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan) “Dari teman-teman.Waktu itu saya melihat teman saya merokok. Kemudian, dia mengajak saya merokok. Akhirnya saya men coba merokok. Pertama saya hanya coba-coba awalnya memang saya tidak tahu tapi lama- kelamaan ternyata enak. Saya mulai merokok kelas 3 SMA” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) Hampir sama dengan informan sebelumnya, GV jugapertamakali mendapatkan informasi tentang rokok dari teman (mantan pacarnya), namun dia mencoba merokok karena adanya rasa penasaran bukan karena adanya ajakan atau tawaran dari teman. Semakin dilarang oleh teman-temannya justru semakin dia penasaran. “Dari mantan saya kak. Pada saat di SMA kelas 2 saya pacaran dengan anggota anak punk. Sebulan saya pacaran dengan dia saya masuk dalam dunia pergaulannya. Di situ saya bertemu dengan teman-teman perempuan pacar saya yang juga adalah anak punk dan merokok. Akhirnya saya ikut-ikutan mencoba rokok. Saking penasarannya dengan mereka akhirnya saya sendiri yang memutuskan mencoba untuk merokok. Mereka tidak pernah menawari bahkan mereka mengatakan kepada saya agar tidak pernah mencoba-coba merokok, tapi semakin dilarang semakin saya penasaran makanya saya mencoba rokok kak” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan)
67
Beberapa informan lainnya mengatakan bahwa mereka pertama kali mendapatkan informasi tentang rokok dari keluarga mereka yaitu dari orangtua dan dari saudara dan akhirnya merokok dengan dengan alasan coba-coba dan penasaran. “Waktu kecil karena bapak merokok. Awalnya saya sering melihat bapak saya merokok kemudian saya mencoba untuk merokok. Tapi saya tidak terlalu ketagihan, hanya pada saat saya mau.Saya mulai merokok pas SMA kelas 2” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP) “Dari keluarga yaitu kakak perempuan. Awalnya saya cobacoba merokok saat kelas 2 SMP karena faktor keluarga yaitu saudara kandung perempuan. Jadi kakak perempuan saya dulu merokok juga. Kemudian saya lihat. Saya menjadi penasaran kemudian saya bertanya kepada kakak saya kenapa dia merokok. Kemudian dia menawari saya untuk mencoba rokok. Akhirnya saya mencoba merokok dan setelah saya coba saya juga mengajak teman saya untuk mencoba merokok” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Adapula informan yang mengatakan bahwa pertama kali memperoleh informasi tentang rokok dari keluarga yaitu ibu dan bapak, namun dia mencoba rokok di kalangan teman sebaya. “Sebenarnya kalau informasi tentang rokok banyak sekali dari kecil karena keluarga saya keluarga perokok. Mama saya dulu perokok yang kemudian berhenti pada saat saya di dalam kandungan. Jadi ayah saya perokok aktif. Satu hari bisa menghabiskan 4 bungkus dji sam soe. Alasan saya pertama kali mulai merokok karena sejak SMA saya berteman dengan kebanyakan temanlaki-laki karena kalau dengan teman perempuan di depannya akan terlihat baik tapi diceritai di belakang kalau dengan teman laki-laki tidak ada yang seperti itu. Saya merokok sebenarnya karena pergaulan SMA. Saya mulai aktif merokok saat kelas 2 SMA” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi)
68
Selain dari teman dan keluarga, adapula informan yang pertamakali memperoleh informasi tentang rokok dari iklan dan merokok karena alasan coba-coba karena pergaulan. “Iklan. Awalnya coba-coba dari dalam diri sendiri karena melihat iklan-iklan rokok dan melihat teman yang juga merokok. Kalau sekarang saya merokok karena kebiasaan. Awalnya dulu karena coba-coba karena pergaulan…” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) Dari jawaban-jawaban di atas, dapat diketahui bahwa dalam hal pengetahuan informan mengenai zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dan bahaya/pengaruh rokok terhadap kesehatan kebanyakan diketahui informan dari tulisan yang ada di bungkus rokok. Kemudian, mengenai sumber informasi informan tentang rokok berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa informan pertamakali mendapatkan informasi tentang rokok dari lingkungan yang ada di sekitarnya seperti: teman, keluarga dan iklan. Adapun kebanyakan informan mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi tentang rokok pertama kali dari teman mereka saat SMA dengan alasan coba-coba karena penasaran dan adanya ajakan serta tawaran merokok dari teman. 2) Sikap a. Tanggapan informan terhadap adanya iklan rokok Dari hasil wawancara ditemukan jawaban informan yang hampir sama mengenai tanggapan mereka terhadap iklan rokok.
69
Rata-rata informan mengatakan setuju terhadap adanya iklan rokokdengan alasan yang bervariasi. Kebanyakan informan mengatakan setuju karena iklan rokok merupakan cara yang dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi rokok agar rokok produksi mereka dapat memiliki daya tarik konsumen. “Sah-sah saja menurut saya karena iklan itu merupakan bagian dari cara perusahaan memasarkan produknya supaya laku dan banyak yang tertarik beli” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) “Setuju. Karena antar perusahaan terdapat persaingan usaha. Jadi mereka membuat iklan yang bisa menarik konsumen untuk membeli produknya” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum) Adapula beberapa informan yang setuju terhadap adanya iklan rokok karena menurut mereka rokok merupakan sumber pendapatan negara yang terbesar jadi tidak apa-apa jika diiklankan. “Setahu saya rokok merupakan penyumbang terbesar keuangan negara jadi akan sulit jika itu diberhentikan. Jadi,menurut sayaiklan rokok yang ada itu sah-sah saja” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP) Beberapa informan lainnya justru tidak setuju terhadap adanya iklan rokok. Alasannya karena seperti telah diketahui bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan namun perusahaan
rokok
tetap
mengiklankan
bahkan
menjual
produknya. “Tidak setuju karena di iklan rokok terdapat peringatan tentang bahaya rokok tapirokok tetap saja di jual. Jadi membingungkan. Karena iklan itu dibuat untuk menarik 70
pelanggan namun masih juga ditampilkan bahayanyadan tetap pula dijual” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak)
“Tidak setuju. Karena pada dasarnya rokok mengandung zat berbahaya bagi kesehatan. Berarti secara tidak langsung produsen mengiklankan hal yang buruk atau mengiklankan sesuatu yang berbahaya bagi konsumen” (PBS, 21 Tahun, TEKNIK/ Teknik Geologi) b.
Tanggapan informan terhadap adanya teman sebaya yang merokok Hasil wawancara mendalam terkait tanggapan informan terhadap adanya teman sebaya informan yang merokok adalah hampir semua informan setuju akan hal tersebut. Adapun alasan yang diberikan informan bervariasi, seperti karena itu adalah hak dan urusan mereka, sudah menjadi kebutuhan serta karena mereka merokok memakai uang mereka sendiri. Namun kebanyakan infoman menjawab karena itu adalah hak dan urusan mereka.Berikut jawaban informan pada kutipan di bawah ini: “Tidak apa-apa. Alasannya karena setiap orang memiliki otoritas untuk dirinya sendiri,setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan setiap orang memiliki hak untuk menentukan apakah dirinya merokok atau tidak merokok” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) “Merokok adalah hak masing-masing orang. Jadi, terserah dia mau merokok atau tidak. Kalau dia merokok tidak apa-apa menurut saya” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan)
71
Adapula informan yang setuju teman mereka merokok karena seperti yang mereka rasakan sekarang rokok sudah menjadi kebutuhan, jadi tidak apa-apa teman mereka merokok. “Setuju-setuju saja. Apalagi itu sudah menjadi kebutuhan. Kecuali bagi yang baru mau mulai merokok sebaiknya tidak usah” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) “Kalau menurut saya kak, merokok bukan lagi hal yang wow sekali. Karena saya sudah biasa melihat mereka, saya sudah mengalami apa yang mereka rasakan dan kalau hanya merokok menurut saya itu bukanlah hal yang sangat kelewatan. Saya merasa rokok sebagai kebutuhan walaupun terdapat banyak sisi negatif dan tidak baik jika dilihat orang. Tetapi sebagai perokok, saya sendirilah yang bisa merasakan perasaan enak saat merokok walaupun dipandang buruk oleh orang lain. Jadi, sah-sah saja menurut saya kak. Saya merasa merokok adalah layaknya seperti kehidupan biasa” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) Selanjutnya, G mengatakan bahwa dia setuju-setuju saja terhadap adanya teman perempuannya yang merokok karena dia tidak merasa dirugikan dengan perilaku temannya jadi tidak apaapa temannya merokok. “Setuju-setuju saja karena mereka merokok memakai uang mereka sendiri. Mereka membeli rokok memakai uang mereka bukan memakai uang saya. Saya juga merasa tidak dirugikan dengan perilaku merokok mereka” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum) Adapula informan yang tidak setuju terhadap adanya teman sebaya informan yang merokok. Alasannya karena dia berfikir masih ada kemungkinan temannya berhenti merokok, jangan sampai menjadi perokok yang aktif merokok seperti dia.
72
“Sebenarnya dalam hati saya tidak setuju karena dia masih tergolong perokok pasif yang masih ada kemungkinan untuk berhenti jadi sebaiknya tidak usah merokok” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) Sama halnya dengan RUC, A mengatakan bahwa akan lebih baik jika temannya berhenti merokok. Karena selain berbahaya untuk kesehatan juga ada rasa bersalah dari A karena berdasarkan cerita dari A awalnya dia yang menawari temannya merokok dan sekarang temannya itu yang lebih aktif merokok daripada dia. “Kalau bisa dia berhenti karena tidak bagus untuk kesehatan apalagi kita adalah perempuan. Awalnya saya lah yang mengajak dan menawari mereka untuk mencoba rokok. Padasaat sedang ada acara kumpul angkatan kemudian ada rokok yang tidak terpakai 1 batang di meja jadi saya mengajak dan menwari mereka merokok” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) c.
Tanggapan informan terhadap adanya anggota keluarga yang merokok Berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan
diketahui bahwasebagian besar informan tidak setuju dengan adanya anggota keluarga mereka yang merokok, karena berbagai alasan. Seperti alasan berbahaya bagi kesehatan karena anggota keluarga informan ada yang sudah sangat berlebihan dalam merokok, dalam sehari dapat menghabiskan 3 bungkus rokok, kemudian faktor keuangan karena anggota keluarga informan membeli rokok dengan menggunakan uang dari orangtua dan karena adanya anggota keluarga yang merokok memberikan
73
contoh yang buruk bagi keluarganya. Berikut jawaban informan pada kutipan di bawah ini: “Tidak setuju karena bapak saya adalah perokok aktif. Tiap hari bisa menghabiskan 3 bungkus rokok. Jadi akan lebih baik jika beliau mengurangifrekuensi merokoknya apalagi sekarang umurnya sudah tua” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum) Pada kutipan di atas diketahui bahwa G tidak setuju terhadap anggota keluarga yang merokok karena ayah G sudah sangat berlebihan dalam merokok dan umurnya juga sudah tua. Berbeda dengan G, HRE tidak setuju terhadap anggota keluarga yang merokok yaitu adiknya karena adik HRE membeli rokok dengan menggunakan uang dari orangtua yang menurut HRE itu tidak baik. “Saya pernah menegur karena faktor keuangan/ekonomi. Kalau saya pribadi boleh merokok karena memakai uang sendiri untuk membeli rokok, saya tidak pernah memakai uang jajan yang diberikan orangtua. Maksudnya saya menggunakan uang dari hasil pekerjaan di organisasi” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) Selain itu, adapula informan yang juga tidak setuju terhadap anggota keluarga yang merokok karena itu merupakan contoh yang buruk. “Tidak setuju. Menurut saya itu adalah contoh yang kurang baikdan asapnya akan memenuhi ruangansehingga bisa dihirup oleh orang lain.” (PBS, 21 Tahun, TEKNIK/ Teknik Geologi) Berbeda dengan informan di atas, adapula beberapa informan yang setuju dengan adanya anggota keluarga informan
74
yang merokok. RUC mengatakan dia setuju karena dia merasakan manfaat merokok yang pasti dirasakan pula oleh anggota keluarganya yang merokok. “Biasa-biasa saja menurut saya. Karena saya tidak merasa terganggu dan menurut saya merokok adalah hal yang enak. Jadi tidak apa-apa jika dia merokok” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) Selain RUC, GV juga setuju dengan adanya anggota keluarganya yang merokok. Alasannya karena di mata GV dalam keluarganya rokok sudah menjadi kebutuhan, begitupun yang ia rasakan. “Saya adalah seorang yang merokok, jadi jika saya melihat keluarga saya merokok sebenarnya saya melihat hal itu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka. Sama halnya seperti manusia pada umumnya yang memerlukan makanan dan minuman. Namun, terkadang saya berfikiruntuk menyuruh mereka berhenti merokok ketika saya melihat mereka mulai batuk-batuk. Tapi saya adalah perokok jadi saya tahu bagaimana rasanya jika kita sangat ingin merokok namun tidak ada rokok” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) Selanjutnya, adapula informan yang setuju dengan adanya anggota keluarga yang merokok karena dia mengerti apa yang dirasakan oleh anggota keluarganya bahwa untuk berhenti merokok itu sangatlah sulit. “Tidak apa-apa. Karena mungkin itu adalah kebiasaannya dari usia muda dan untuk berhenti merokok secara langsungmerupakan hal yang sangat sulit” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Sama halnya dengan informan sebelumnya WAH juga mengatakan bahwa setuju dengan adanya anggota keluarganya
75
yang merokok namun dengan alasan yang berbeda. WAH tidak terlalu percaya dengan bahaya rokok terhadap kesehatan apalagi perempuan karena ada bukti yang dia lihat pada salah satu anggota keluarganya yang merokok yaitu tante yang semua anaknya lahir normal. “Kalau untuk laki-laki tidak apa-apa karena sudah merupakan hal yang lumrah tapi kalau untuk perempuan apalagi ibu-ibu biasanya orang beranggapan negatif. Karena katanya dapat menyebabkan gangguan janin dan bisa berpengaruh pada kandungan tapi saya melihat juga tante saya yang adalah seorang perokok memiliki 4 anak lahir normal dan tidak ada gangguan sama sekali. Jadi saya setuju” (WAH, 22 Tahun, FISIP/ Administrasi) Berbeda
dengan
informan-informan
sebelumnya,
I
merupakan satu-satunya informan yang dalam keluarganya tidak ada satupun anggota keluarga yang merokok. “Tidak ada anggota keluarga saya yang merokok. Dalam keluarga saya, sama sekali tidak ada anggota keluarga yang merokok. Hanya saya yang merokok. Karena dalam keluarga saya sangat melarang adanya orang yang merokok. Laki-laki pun dilarang” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan) d.
Tanggapan
informan
terhadap
perilaku
merokok
pada
perempuan Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, informan memberikan jawaban yang bervariasi terkait tanggapannya terhadap perilaku merokok pada perempuan. Namun, diketahui bahwa sebagian besar informan mengatakan bahwa untuk zaman sekarang ini, perilaku merokok pada perempuan itu sudah
76
lumrah, wajar-wajar saja, sudah biasa terjadi, bukan lagi menjadi hal yang barudan menurut mereka sah-sah saja jika perempuan merokok. “Kalau tanggapan sayadi zaman sekarang ini, itu merupakan hal yang lumrah. Perempuan yang merokok merupakan hal yang sudah sangat biasa dan menurut sayahal tersebut wajarwajar saja karena tidak ada peraturan yang melarang perempuan merokok. Hanya persepsi orang yang biasa menganggap perempuan merokok sebagai perempuan nakal dan sebagainya” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) “Biasa-biasa saja karena sudah banyak yang seperti itu, yang merokok. Perempuan yang merokok sudah merupakan hal yang lazim” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) Adapula informan yang menambahkan bahwa sah-sah saja perempuan merokok. Namun, seharusnya tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam hal merokok. Seharusnya disamakan saja karena efek yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan juga sama kecuali gangguan kehamilan pada perempuan. “Sebenarnya seharusnya disamakan saja dengan laki-laki. Supaya perempuantidak sembunyi-sembunyi merokok karena mereka merokok untuk kebutuhannya. Jadi kalau pandangan saya terserah orang lain kalau bagi saya sah-sah saja kalau perempuan merokok” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) “Tidak ada bedanya dengan laki-laki karena memang efeknya sama. Misalnya paru-paru. Kecuali saat sedang mengandung untuk perempuan. Jadi sah-sah saja perempuan merokok” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi)
77
Selain itu, I juga memiliki tanggapan yang berbeda. Menurutnya,
perempuan
terintimidasi
dan
yang
mendapatkan
merokok pandangan
dapat
merasa
negatif
dari
masyarakat sekitar. “Dapat menimbulkan rasa intimidasi dan cemooh dari masyarakat. Perempuan yang merokok pasti dipandang negatif oleh orang lain karena biasanya yang paling banyak merokok adalah kaum laki-laki” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan) Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa informan tambahan (teman informan), diketahui bahwa hampir semua dari mereka mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka tidak setuju terhadap perilaku merokok informan. Berikut adalah kutipan pernyataan salah satu dari mereka. “Tanggapan saya tidak setuju. Saya kaget dia merokok karena dia adalah seorang perempuan.Tidak enak jika dilihat oleh orang lain karena mereka pasti akan berfikiran negatif” (YPP, 21 Tahun, TEKNIK/ Geologi)
2. Faktor Pemungkin 1) Pengaruh Iklan Rokok a. Adanya iklan rokok yang sering dilihat/didengar informan Pada bagian ini, peneliti menggali informasi kepada informan dengan menanyakan apakah informan pernah melihat/ mendengar iklan rokok dan jika pernah dimana dan bagaimana bisa informan melihat/mendengar iklan tentang rokok tersebut. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa semua informan
78
pernah melihat/ mendengar iklan tentang rokok. Kebanyakan dari mereka melihat iklan rokok di tv saat mereka sedang nonton dan di jalan-jalan karena biasanya iklan rokok yang ada di jalan mempunyai ukuran yang besar sehingga mudah terlihat. “Iya. Saya pernah melihat iklan rokok di televisi dan pamfletpamflet jalan yang ukurannya sangat besar.Saya melihat iklan rokok di pamflet jalan biasanya saat saya mengendarai motor ketika saya sedang jalan-jalan ke suatu tempat. Pamflet rokok yang ada di jalan biasanya berukuran besar sehingga sangat mudah terlihat. Kalau di tv saya melihat iklan rokok saat saya sedang menonton film saya dan ada iklan rokok yang lewat” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP) “Pernah. Saya pernah melihat iklan rokok di tv dan di jalan. Menurut saya iklan tv sekarang yang paling banyak adalah iklan tentang rokok. Kalau yang di jalan,iklan rokok yang biasanya saya lihat adalah event yang disponsori oleh iklan rokok” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) Sama halnya dengan informan sebelumnya, A juga pernah melihat iklan rokok di TV dan di jalan, namun ditambahkan bahwa dia juga pernah mendengar iklan rokok di radio. “Selalu. Saya mendengar iklan rokok di radio dan melihat di tv dan di jalan-jalan berupa baliho-baliho.Biasanyasaya men dengar radio di mobil ketika di jalan dan pada saat iklan biasanya saya dengar iklan rokok. Kemudian kalau di TV memang sudah jelas bahwa selalu muncul iklan rokok dan yang di jalan raya saya lihat dari baliho atau pamflet-pamflet yang biasa ditempel” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Adapula informan yang pernah melihat iklan rokok di tv dandi surat kabar. “Pernah.Saya melihat iklan rokok di tv dan di surat kabar pun juga ada. Saat saya sedang nonton TV pasti ada iklan rokok
79
yang tayang. Pernah juga saya baca surat kabar dan saya lihat ada iklan rokok di situ” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum) Berbeda dengan informan-informan sebelumnya, GV mengatakan bahwa dia pernah melihat iklan rokok di tv, youtube dan sosial media seperti: Line dan facebook. “Kan selalu dari televisi, dari youtube juga kak yang biasanya diskip, dari line juga. Jadi paling sering saya lihat iklan rokok di iklan line dan di facebook.Alasannya karena social media saya yang paling aktif adalah line dan facebook kemudian yang kedua memang saya mengikuti akun yang mengeluarkan iklan rokok tersebut. Suatu hal yang wajar bagi saya melakukan hal tersebut karena saya adalah seorang perokok” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) b. Pengaruh slogan dalam iklan rokok Pada bagian ini peneliti menggali informasi pada informan terkait pengaruh slogan dalam iklan rokok dengan menanyakan apakah ada slogan rokok yang menarik dalam iklan rokok, bagaimana tanggapan informan terkait slogan tersebut dan apakah slogan tersebut berpengaruh terhadap perilaku merokok informan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui sebagian besar informan mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada slogan yang menarik dengan berbagai alasan. HRE mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada slogan rokok yang menarik karena menurutnya slogan rokok hanya seperti kata-kata biasa saja agar konsumen tertarik membeli produk rokok tersebut. “Kalau slogan rokok sebenarnya tidak ada yang membuat saya tertarik dek. Karena menurut saya slogan iklan rokokhanya seperti kata-kata biasa yang memang hanya ingin menarik
80
perhatian konsumen. Jadi menurut saya, tidak ada yang menarik, semua biasa saja dan slogan rokok sama sekali tidak ada pengaruhnya dengan perilaku merokok saya dek” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) Adapula beberapa informan yang mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada slogan yang menarik karena dalam iklan rokok mereka tidak terlalu memperhatikan slogan rokoknya namun mereka lebih tertarik melihat tayangan visual iklan rokok. “Kalau slogan rokok menurut saya tidak ada yang menarik hanya saja tayangan iklan rokoknya yang menarik. Yang kreatif menurut saya adalah iklan rokok Djarum. Karena setiap saat ada perubahan yang terjadi di iklan Djarum yang mempromosikan tentang rokoknya. Saya pribadi tidak terpengaruh karena rokok saya adalah rokok Marlboro bukan rokok produk Djarum. Marlboro juga tidak ada iklannya. Kalau saya tidak terpengaruh hanya saja saya suka melihat kreasinya” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) “Tidak ada yang menarik menurut saya kalau dari slogan rokok. Malah yang biasa menarik adalah visualnya. Alasan saya mengatakan slogan rokok tidak menarik karena tidak berpengaruh dengan penjualan. Kalau visual yang membuat menarik biasanya karena keunikan dari visualnya” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Selain itu, ada juga informan yang mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada slogan yang menarik, semua slogan sama saja. Namun, informan pernah mendengar slogan rokok yang menurutnya aneh yaitu “Merokok Membunuhmu”. Berikut kutipan jawaban informan: “Terkait dengan slogan rokok tidak ada yang menarik menurut saya. Semua slogan sama saja menurut saya. Slogan yang paling sering saya dengar adalah “merokok membunuhmu”.
81
Menurut saya itu adalah hal yang aneh. Karena mereka (industry rokok) yang membuat slogan itu tidak memiliki maksud yang jelas. Mereka membuat slogan yang memperingatkan orang tentang bahaya rokok tetapi mereka tetap saja memproduksi rokok. Namun jika memang rokok berbahaya dan dilarang,tapi di sisi lain sebenarnya apabila rokok dihilangkan di Indonesia akan terjadi banyak kerugian Negara karena salah satu pendapatan besar Negara kita adalah dari rokok. Kalau tidakada industry rokok kasihan para petani tembakau dan cengkeh” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum)
Adapula informan yang juga mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada slogan yang menarik, alasannya karena rata-rata slogan yang pernah ia lihat diperuntukkan untuk laki-laki seperti “pria punya selera”. “Menurut saya tidak ada slogan rokok yang menarik. Karena yang sering saya lihat adalah slogan rokok yang diperuntukkan untuk pria. Seperti pria punya selera. Jadi, slogan rokok tidak ada pengaruhnya terhadap perilaku merokok saya kak” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) Berbeda dengan informan-informan sebelumnya, adapula beberapa informan yang mengatakan bahwa di iklan rokok terdapat slogan yang menarik. RA mengatakan bahwa ia tertarik pada slogan “bukan basa-basi”, namun hanya sebatas tertarik saja untuk perilaku merokoknya dia sama sekali tidak terpengaruh terhadap slogan tersebut. “Iya ada slogan rokok yang menarik. Slogan rokok yang saya ketahui yaitu slogan “bukan basa basi”. Karena kata-katanya bagus dan menarik menurut saya.Namun slogan itu tidak berpengaruh dengan perilaku merokok saya. Yang saya tahu hanya perasaan bahwa merokok itu adalah hal yang enak, Makanya saya merokok” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak)
82
Sama halnya dengan RA, GV juga mengatakan bahwa di iklan rokok terdapat slogan rokok yang menarik yaitu “Pria punya selera” slogan rokok produksi Gudang Garam. Menurut penuturannya, RA penasaran dengan slogan tersebut oleh sebab itu dia mencoba rokok produksi Gudang Garam namun karena rokok Gudang Garam menurutnya tidak enak maka dia kembali merokok, rokok yang pertamakali dia hisap yaitu Marlboro merah.
Jadi dapat dikatakan bahwa
slogan rokoktidak
berpengaruh terhadap perilaku merokok RA karena sebelumnya dia telah merokok sebelum mencoba rokok dengan slogan rokok yang menarik perhatiannya. “Ada kak. Slogan rokok pria punya selera kak. Tanggapan saya tentang slogan itu adalah menarik kak karena saat baru mendengar kata pria punya selera entah mengapa, saya langsung merasa bahwa terdapat kata-kata yang membuat saya penasaran. Awalnya rokok saya adalah rokok Marlboro, kemudian setelah saya melihat slogan pria punya selera saya merasa tertarik dan penasaran kak. Jadi akhirnya saya mencoba rokok dari pabrik Gudang garam seperti rokok Surya namun, akhirnya saya kembali lagi mengonsumsi rokok Marlboro. Karena awalnya saya hanya penasaran dengan slogan di iklan rokok surya jadi saya mencoba rokok surya kemudian saya mengonsumsi rokok Marlboro karena saya merasa tidak nyaman dengan rokok Surya. Walaupun slogan Surya menarik namun rokoknya tidak terlalu enak menurut saya karena sepertinya rokok Surya diperuntukkan untuk laki-laki yang kuat untuk merokok. Saya mengonsumsi rokok merk Marlboro merah” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan)
83
c. Sosok yang diidolakan dalam iklan rokok Berdasarkan wawancara mendalam diketahui bahwa semua informan mengatakan bahwa dalam iklan rokok tidak ada sosok yang mereka idolakan. Alasan informan mengatakan demikian bervariasi, seperti: karena memang di iklan rokok tidak ada sosok model yang menarik perhatian informan, model-model yang ada di iklan rokok tidak dikenal oleh informan (tidak terkenal) dan jarang muncul di tv hanya di iklan rokok saja serta informan tidak peduli dengan sosok dalam iklan-iklan rokok mereka tahunya merokok saja. G dan HRE mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada sosok yang diidolakan karena memang di iklan rokok tidak ada sosok model yang diidolakan dan yang menarik perhatian mereka. “Tidak ada. Alasannya karena memang tidak ada orang yang saya idolakan di iklan rokok dan tidak ada juga model iklan rokok yang pernah saya lihat yang menurut saya bisa dijadikan idola” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum) “Tidak ada. Karena memang tidak ada sosok yang menarik perhatian saya di iklan rokok. Semuanya biasa saja” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) Kemudian, adapula informan yang mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada sosok yang diidolakan karena modelmodel yang ada di iklan rokok tidak dikenal oleh informan (tidak terkenal) dan jarang muncul di tv hanya di iklan rokok saja.
84
“Tidak ada. Alasannya karena tidak ada yang saya kenal di iklan rokok, tidak ada artis yang setiap hari muncul di acara gosip” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) “Tidak ada. Karena iklan rokok memakai artis yang tidak dikenal yang jarang muncul di tv hanya muncul di iklan rokok saja” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Hampir sama dengan informan sebelumnya, GV dan RA juga mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada sosok yang mereka idolakan namun dengan alasan yang berbeda, yaitu karena mereka tidak mengidolakan dan tidak peduli dengan sosok yang ada dalam iklan-iklan rokok mereka tahunya merokok saja. “Tidak ada yang saya idolakan di iklan rokok, saya tidak terlalu peduli dengan itu karena ketika saya merokok ceritanya saya ingin menikmati langsung rokok itu, saya tertarik dengan rokoknya bukan pada tokoh-tokoh yang berpengaruh di rokok kak” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) “Tidak ada.Karena memang tidak ada sosok yang saya idolakan di iklan rokok. Saya merokok hanya karena rokoknya” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) 3. Faktor Penguat 1) Pengaruh Teman sebaya a. Kepemilikan Teman Sebaya Yang Merokok Hasil wawancara mendalam terkait kepemilikan teman sebaya informan yang merokok dilakukan peneliti dengan menggali informasi kepada informan dengan menanyakan apakah informan memiliki teman yang juga merokok dan
85
bagaimana bisa berteman dengan teman tersebut. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa semua informan memiliki teman sebaya
perempuan
yang
merokok.
Informan
menjalin
pertemanan dengan mereka ada yang bermula dari jaringan pertemanan (berteman dari teman ke teman dan akhirnya lamakelamaan menjadi akrab) dan adapula yang telah berteman sedari SMA dan SMP hingga sekarang. Kebanyakan informan berteman lewat jaringan pertemanan. “Sebenarnya saya memiliki banyak teman yang merokok. Pertemanan saya dengan mereka berawal pertemanan dari teman ke teman sebenarnya. Kemudian lama-kelamaaan saya menjadi akrab dengan mereka akhirnya saya berteman sampai sekarang” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) “Iya. Ada beberapa teman saya yang merokok yang juga adalah mahasiswi Unhas. Saya berkenalan dengan mereka dari teman ke teman. Akhirnya lama-kelamaan karena sering bertemu, saya berteman sampai sekarang” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan) Pernyataan I, dibenarkan oleh salah seorang teman I yang mengatakan bahwa I memang memiliki teman sesama perokok di lingkungan Unhas baik itu teman satu fakultas maupun berbeda fakultas “Iya. Dia memiliki teman perokok yang juga adalah mahasiswi Unhas. Ada teman fakultas ada juga teman berbeda fakultas” (SAW, 21 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan) Selain itu, ada juga informan yang memiliki teman sebaya yang merokok sejak SMA.
86
“Ya. Teman-teman SMA saya. Kebanyakan perempuan di sana (Papua Nugini) merokok. Jadi teman saya yang perokok, masih ada yang di papua nugini saat ini dan ada juga yang kuliah di Makassar bersama dengan saya. Saya kuliah di Unhas karena saya mendapatkan beasiswa di sini” (PBS, 21 Tahun, TEKNIK/ Teknik Geologi) Adapula beberapa informan yang selain memiliki teman perokok karena berteman lewat jaringan pertemanan juga memiliki teman perokok sejak SMA, seperti yang disampaikan oleh HRE. “Iya ada. Teman perempuan saya yang merokok saya kenal dari teman ke teman. Awalnya memang kenalan dan tidak tahu kalau dia merokok. Kemudian lama-kelamaan saya menegtahui bahwa ternyata dia juga perokok. Ada pula teman dekat saya yang merokokmemang dari SMA” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) Hampir sama dengan informan sebelumnya, A mengatakan bahwa juga memiliki teman sebaya yang merokok dan dia sudah berteman sejak masih duduk di bangku SMP. Sampai sekarang mereka masih akrab karena teman-temannya juga berkuliah di Unhas dan masih sering merokok bersama hingga sekarang. “Iya. Saya menawarkan rokok kepada teman saya dengan mengatakan bahwa rokok itu enak. Lama-kelamaan justru teman saya yang kecanduan daripada saya. Jadi karena kami sering bersama-sama akhirnya kami juga bersama menjadi perokok aktif pada saat SMP kelas 2. Pada saat itu ada acara kumpul angkatan kemudian terdapat rokok yang terdapat di meja 1 batang kemudian saya menawarkan teman saya untuk mencoba rokok itu. Sejak saat itu kami merokok bersama-sama sampai sekarang. Mereka juga adalah mahasiswi Unhas” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi)
87
b. Adanya Tawaran Rokok Dari Teman Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir semua informan sering ditawari rokok oleh teman perempuan mereka yang merokok. Informan mengatakan mereka ditawari rokok pada saat mereka sedang kumpul-kumpul bersama atau pada saat informan tidak memiliki rokok. GV mengatakan bahwa dia biasanya ditawari rokok pada saat sedang kumpulkumpul bersama. “Iya. Pada saat saya sedang bergaul dengan mereka di Makassar. Biasanya kami kumpul-kumpul di Warung kopi bahkan kami juga bergabung dalam club Makassar. Pada saat itulahsaya ditawari rokok karena kami saling berbagi rokok kemudian merokok bersama-sama” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) Kemudian, HRE mengatakan bahwa dia biasanya ditawari rokok oleh temannya ketika dia kehabisan rokok “Iya sering. Pada saat saya sedang kehabisan rokok biasanya mereka menawari saya. Pada saat habis makan biasanya saya juga ditawari merokok” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) Hampir sama dengan GV dan HRE, RL juga mengatakan dia biasanya ditawari rokok pada saat sedang kumpul-kumpul bersama dan sedang tidak ada rokok. Namun dia tidak mengambil apabila merk rokok yang ditawarkan teman RL tidak sama dengan merk rokok yang dihisap oleh RL. “Sering ditawari. Pada saat saya sedang merokok bersama mereka. Tapi saya tidak mengambil rokok itu apabila merknya tidak sama dengan merk rokok yang saya hisap. Namun apabila saya sedang tidak memiliki rokok dan apabila merk rokok yang
88
ditawarkan sama dengan merk rokok yang saya hisap, maka saya mengambil rokok yang ditawarkan kepada saya. Terkadang pula saya merasa tidak enak apabila saya tidak mengambil rokok yang ditawarkan, apalagi jika yang menawarkan adalah teman yang sudah lama tidak bertemu” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) Berbeda dengan informan sebelumnya, RUC justru mengatakan bahwa dia tidak ditawari rokok oleh temannya justru dia yang menawari temannya rokok. “Tidak. Saya tidak pernah ditawari rokok oleh teman saya justru saya yang menawari mereka merokok kak. Mereka tidak pernah menawari saya karena mereka belum terlalu sering merokok. Berbeda dengan saya yang sudah ketergantungan dengan rokok” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) c. Respon Teman Terhadap Perilaku Merokok Informan Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa semua informan mengatakan bahwa respon teman terhadap perilaku merokok informan yaitu informan sering mendapatkan teguran dari teman atas perilaku merokoknya. Kebanyakan mereka ditegur karena alasan tidak enak dilihat orang apalagi informan adalah seorang perempuan. “Ditegur. Apalagi saat saya merokok di tempat yang ramai. Karena tidak enak dilihat orang apabila seorang perempuan merokok” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) Sama halnya dengan RA, RV juga mendapat teguran dari teman karena alasan tidak enak dilihat orang apalagi informan adalah seorang perempuan. Dan mengenai hal itu pernah dirasakan sendiri oleh informan. Berdasarkan apa yang pernah
89
dialaminya RV mengatakan bahwa memang perempuan merokok itu mendapat pandangan negatif dari orang lain, seperti: cewek yang merokok itu adalah cewek nakal dan cewek gampangan. “Sering. Sebagai perempuan yang merokok satu batang rokok akan menegaskan seperti apa seseorang. Ketika jaman rokok elektrik banyak teman-teman saya di kampus yang memakai rokok elektrik namun orang tidak menegur mereka sebagai perokok. Orang-orang hanya mengatakan bahwa mereka mempunyai rokok elektrik. Orang-orang tidak melihat mereka sebagai perokok. Namun ketika seseorang memegang satu batang rokok tiba-tiba orang menjudge dia sebagai perempuan nakal dan akan dilihat gampangan. 1 batang rokok akan memperlihatkan seolah-olah perempuan yang merokok itu telanjang sehingga terlihat sangat jelek dimata orang” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Selain itu, adapula informan yang ditegur oleh teman karena teman informan mengatakan bahwa berbahaya bagi kesehatan apalagi informan adalah seorang perempuan dapat menyebabkan kemandulan. “Ditegur. Pada saat saya sedang bersama dengan teman-teman kampus saya yang perempuan, yang kalem-kalem dan tidak merokok, mereka melarang saya untuk merokok karena merokok dapat menimbulkan banyak penyakit salah satunya adalah kemandulan. Terkadang pula mereka langsung mengambil rokok saya dan dibuang walaupun masih banyak” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP) Adapula informan yang ditegur karena teman mereka mengatakan perempuan yang merokok itu berbahaya bagi kesehatan dan juga tidak enak dilihat orang. “Ditegur, oleh sahabat saya yang tidak merokok. Dia tidak suka melihat perempuan merokok karena orang-orang pasti berpandangan buruk dengan perempuan yang merokok. Selain
90
itu, merokok juga tidak bagus untuk kesehatan apalagi saya adalah seorang perempuan. Itulah alasan mereka menegur saya” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) WAH juga mendapatkan teguran dari teman atas perilaku merokoknya. Dia mengatakan bahwa dia biasanya ditegur dengan teman yang tidak suka dengan asap rokok. “Ditegur. Saya biasanya ditegur oleh teman saya yang tidak suka dengan asap rokok. Jadi apabila ada teman yang sudah menegur seperti itu saya langsung mematikan rokok saya…” (WAH, 22 Tahun, FISIP/ Administrasi) 2) Pengaruh Keluarga a. Kepemilikan anggota keluarga yang merokok Pada bagian ini, peneliti menggali informasi pada informan dengan menanyakan apakah memiliki anggota keluarga yang merokok
dan
bagaimana
informan
mengetahui
anggota
keluarganya merokok. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa hampir semua informan memiliki anggota keluarga yang merokok. Dari jawaban informan diketahui anggota keluarga informan yang merokok yaitu ayah, ibu, kakak, adik, sepupu, kakek dan tante. Mereka mengetahui bahwa anggota keluarga mereka tersebut merokok karena informan sering melihat anggota keluarganya merokok di depannya. “Ada. Papa saya.Sejak saya kecil papa saya memang sudah merokok. Mungkin pada saat saya duduk di bangku SD kalau saya tidak salah ingat. Saya tahu papa saya merokok karena saya melihat sendiri papa saya merokok di depan saya” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum)
91
Sama halnya dengan G, RA juga memiliki anggota keluarga yang merokok yaitu bapak, ibu dan kakaknya. Sudah lama RA mengetahui anggota keluarganya merokok karena dia sering melihat mereka merokok di depan RA. “Ada. Mama, ayah dan kakaksaya semuanya merokok. Kalau mama dan ayah saya katanya mereka merokok dari muda. Saya pernah bertanya kepada mama saya kenapa beliau tidak berhenti merokok. Mama saya berkata bahwa dia sudah merokok dari dulu makanya ketagihan sampai sekarang. Saya tahu mereka merokok karena saya secara langsung melihat mereka merokok di depan saya” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) Begitu pula dengan GV, dia juga memiliki anggota keluarga yang merokok. mulai bapak, kakak, hingga kakeknya pun yang sudah tua masih merokok. GV mengetahui anggota keluarganya merokok karena dia melihat sendiri mereka merokok di depannya. “Iya ada. Bapak, kakak dan kakek saya. Semuanya merokok kecuali mama dan adik-adik dan kakak perempuan saya. Saya tahu mereka merokok karena saya melihat sendiri mereka merokok di depan saya. Kalau bapak saya, beliau sudah merokok semenjak saya masih kecil dan kalau kakak saya dia merokok kalau tidak salah pada saat saya SMA” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) WAH juga memiliki anggota keluarga yang merokok yaitu bapak dan tantenya. WAH mengetahui mereka merokok karena dia sering sering melihat bapak dan tantenya merokok. Bapak WAH merokok setiap hari dan WAH sering meminta rokok pada bapaknya.
92
“Iya ada. Bapak dan tante saya. Saya tahu mereka merokok karena saya biasa melihat mereka merokok. Dan setahu saya mereka sudah cukup lama merokok. Tante saya sudah memiliki 4 orang anak dan semua anak itu lahir dalam keadaan tante saya masih merokok.Kalau bapak, saya setiap harimelihat beliau merokok, bahkan saya sering meminta rokok bapak saya” (WAH, 22 Tahun, FISIP/ Administrasi) Selain itu, HRE juga memiliki anggota keluarga yang merokok yaitu adiknya. HRE tahu adiknya merokok sejak dua tahun yang lalu karena adiknya merokok di depannya. “Adik laki-laki. Saya mengetahui adik saya merokok karena dia merokok di depan saya. Saya tahu dia merokok sejak dua tahun yang lalu” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) b.
Respon keluarga terhadap perilaku merokok informan Hasil wawancara mengenai respon keluarga terhadap perilaku merokok informan diperoleh peneliti dengan menggali informasi pada informan dengan menanyakan apakah keluarga informan mengetahui bahwa informan merokok, bersama siapa informan tinggal di Makassar dan bagaimana tanggapan keluarga jika mengetahui informan merokok. berdasarkan wawancara diketahui bahwa sebagian besar informan tidak diketahui merokok oleh keluarga mereka walaupun kebanyakan informan tinggal di Makassar bersama keluarganya. Agar tidak diketahui
informan merokok
dengan
sembunyi-sembunyi
dengan jarang yang merokok di rumah. Adapun jika merokok di
93
rumah, mereka merokok di kamar atau kamar mandi agar tidak ketahuan seperti yang dikemukakan oleh A dan RUC. “Tidak tahu. Walaupun di Makassar saya tinggal bersama orangtua namun mereka tidak mengetahui kalau saya merokok karena saya merokok dengan sembunyi-sembunyi. Jadi saya tidak pernah merokok di rumah, saya merokok biasanya di kostan teman saya. Kakak perempuan saya dulu pernah diketahui merokok dan mendapatkan teguran dari ayah saya. Ayah saya dulu adalah seorang perokok yang sudah berhenti. Jadi saya tidak pernah merokok di rumah.Apabila mereka mengetahui saya merokok mereka pasti akan sangat marah dan saya akan disuruh berhenti. Karna merokok tidak bagus untuk perempuan dan juga tidak baik dimata orang lain” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) “Tidak tahu. Saya tinggal di Makassar bersama kakak sepupu saya dan dia tidak tahu kalau saya merokok. Oleh sebab itu, pada saat di rumah biasanya saya merokok di kamar atau wc. Apabila dia mengetahui saya merokok saya pasti akan mendapatkan teguran. Apalagi saya adalah seorang perempuan, dia pasti akan mengatakantidak baik seorang perempuan merokok” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) Adapula informan yang tidak diketahui merokok oleh keluarganya namun menurut penuturannya, informan pernah dicurigai merokok namun informan bisa mengelak sehingga masih dapat merokok sampai sekarang. “Saya tidak pernah bertanya apakah mereka mengetahui saya merokok atau tidak, namun sepertinya mereka memiliki kecurigaan. Misalnya korek yang biasa didapati di kantong saya. Suatu hari saya juga pernah ke pulau dan sampahnya saya masukkan di plastik di dalam tas dan kemudian tercecer di kamar dan didapatkan oleh orangtua saya.Sepertinya mereka memiliki kecurigaan. Namun, saya masih bisa mengelak sehingga mereka sepertinya tidak tahu. Seandainya orangtua tahu saya merokok mereka pasti akan sangat marah terhadapsaya. Karena seperti yang sudah saya katakan sebelumnya bahwa di keluarga saya tidak ada perokok satu pun.
94
Laki-laki saja tidak boleh apalagi perempuanDi Makassar saya tinggal bersama orangtua saya” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan) Sama halnya dengan I, AWE juga tidak diketahui merokok oleh keluarganya dan pernah dicurigai karena ibu AWE pernah menemukan bungkusan rokok di tasnya. Namun, sama seperti I, AWE juga mengelak sehingga masih dapat merokok sampai sekarang. Juga karena AWE tidak pernah merokok di lingkungan rumah sehingga dia tidak diketahui merokok oleh keluarganya. “Tidak tahu. Di Makassar saya tinggal bersama orangtua. Dulu ibu sayapernah curiga karena beliau pernah mendapat bungkusan rokok di dalam tas saya. Namun, saya berhasil mengelak dengan mengatakan bahwa itu adalah milik teman saya yang ketinggalan. Dan saya merokok selalu di luar rumah tidak pernah di sekitaran rumah. Apabila orangtua saya mengetahui saya merokok saya pasti akan diceramahi dan dimarahi. Apabila nilai saya turun, orangtua saya sudah sangat marah apalagi jika mereka mengetahui kalau saya merokok” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP) Berbeda dengan informan-informan sebelumnya, adapula informan yang diketahui merokok oleh keluarganya yaitu WAH dan RL. Namun karena adanya ketergantungan dari rokok yang sulit dihentikan jadi informan tetap merokok. “Iya, tahu. Orangtua saya tahu kalau saya merokok. bahkan saya sering meminta rokok di bapak saya karena di Makassar saya tinggal bersama orangtua. Saya pernah disuruh berhenti namun saya tidak bisa langsung berhenti, tentu ada tahap yang harus saya lalui secara perlahan tidak bisa langsung” (WAH, 22 Tahun, FISIP/ Administrasi) “Iya, tahu.Dulu memang saya pernah kedapatan merokok. Kedapatan sedang kumpu-kumpul sambil merokok bersama
95
teman-teman saya. Setiap hari saya kena marah dan ditegur. Ayah saya melarang saya untuk merokok tapi saya tetap merokok karena saya membangkang. Sampai ketika ayah saya sudah lelah menegur saya akhirnya yang penting saya tidak merokok di depan beliau.Di Makassar saya Kost” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) Dari penuturan informan, baik yang diketahui merokok maupun yang tidak diketahui merokok oleh keluarganya, diketahui bahwa semua keluarga informan secara tidak langsung melarang informan merokok. Dapat dilihat dari jawaban informan yang mengatakan bahwa jika dia ketahuan merokok dia pasti akan mendapat teguran dan akan kena marah dari keluarganya.Begitupun
halnya
dengan
informan
yang
mengatakan bahwa keluarga mereka mengetahui jika informan merokok, meskipun diketahui merokok awalnya mereka terkena marah dari keluarga namun karena adanya ketergantungan dari rokok yang sulit dihentikan jadi mereka tetap merokok walaupun dilarang. c. Sumber biaya yang didapatkan untuk membeli rokok Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar informan memperoleh rokok dengan membeli sendiri. Adapun sumber biaya informan untuk membeli rokok adalah dengan menggunakan uang jajan yang diberikan oleh orangtua yang mereka sisihkan. Informan biasanya membeli rokok di Alfamart atau di warung-warung kaki lima.
96
“Beli. Uang makan dan uang jajan saya dikirimkan perbulan oleh orangtua. Saya lebih banyak membeli rokok daripada makanan. Seperti kita ketahui bahwa umumnya kita makan 3 kali sehari tapi kalau saya biasanya saya makan hanya 1 kali sehari hanya malamnya saja. Selebihnya uang saya, saya gunakan untukmembeli rokok 4 bungkus sekaligus. Biasanya saya membeli rokok di Almafart atau Alfamidi” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) Sama halnya dengan GV, RUC juga mengatakan bahwa untuk membeli rokok dia menggunakan uang jajan perbulan yang diberikan orangtua kemudian dia sisihkan. “Beli sendiri. Saya membeli rokok di i warung-warung dekatdekat rumah. Saya beli perbatang. Tapi berkali-kali. Satu kali beli, 5 ribu. Apabila rokok yang saya beli habis dan saya sedang diam, tidak ada yang saya lakukanmaka saya kembali pergi untuk membeli rokok. Saya jarang membeli rokok per bungkus. Dalam satu hari biasanya saya 2 kali membeli rokok. Saya membeli rokok dengan memakai uang jajan perbulan dari orangtua yang saya sisihkan” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) Adapula informan yang memperoleh rokok dengan membeli sendiri rokok. Namun, dia memperoleh uang pembeli rokok dari hasil kerjanya, karena dia kuliah sambil kerja. “Beli sendiri. Saya biasa membeli rokok di Alfamart atau di Indomaret. Saya membeli rokok perbungkus. Saya membeli rokok dengan memakai uang sendiri, saya tidak pernah memakai uang jajan. Saat mendapatkan uang di organisasi jadi saya biasanya memakai uang itu untuk membeli rokok” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) “Beli sendiri tapi terkadang ada juga dari teman. Lebih sering sayamembeli rokok sendiri. Saya biasanya membeli rokok di warung. Biasanya sayamembeli perbungkus biasa pula saya beli per batang. Namun, lebih sering saya beli perbungkus. Saya membeli rokok dengan menggunakan uang hasil kerja saya. Saya bekerja sebagai Event Organizer” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi)
97
4. Perokok Sosial (Social Smoker) 1) Frekuensi Merokok Informan Pada bagian ini peneliti menggali informasi informan dengan menanyakan apakah informan merokok setiap hari dan berapa batang rokok yang informan hisap. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar informan merokok setiap hari dengan alasan karena adanya ketergantungan dengan rokok yang sulit untuk dihentikan. Jika tidak merokok seperti ada yang aneh yang mereka rasakan. “Setiap hari. Saya merokok setiap hari karena saya merasa ketergantungan dengan rokok jadi setiap hari pasti saya merokok karena ada perasaan yang aneh apabila saya tidak merokok, rasanya seperti makan tanpa minum…” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen) “Merokok setiap hari. Karena apabilasaya tidak merokok saya merasa seperti ada yang aneh, mungkin karena saya sudah mendapatkan nikmat dari merokok saat ini…” (HRE, 24 Tahun, FISIP/ S2 Antropologi) Sama seperti RL dan HRE, GV juga mengatakan bahwa dia merokok setiap hari. Kalau tidak merokok dia mondar-mandir kiri kanan seperti orang ngidam yang mencari makanan. Dari pernyataan tersebut juga dapat dikatakan bahwa GV merokok tiap hari karena adanya ketergantungan terhadap rokok. “Merokok setiap hari. Karena apabila saya tidak merokok saya mondar-mandir kiri kanan, ada rasa tersendiri yang saya rasakan seperti orang yang sedang ngidam yang mencari makanan. Kalau saya merokok saya merasa lebih segar bisa berfikir bebas dan lebih aktif” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan)
98
Berbeda dengan informan di atas, beberapa informan lainnya mengatakan tidak merokok setiap hari, dengan alasan yang bervariasi. PBS mengatakan bahwa dia tidak merokok tiap hari, ada situasi tertentu yang membuat dia merokok, seperti saat dia sedang sendiri, stress dan ketika dia memang sedang ada rasa untuk mau merokok. “Tidak merokok setiap hari. Karena ada situasi tertentu yang biasanya membuat saya merokok. Saya lebih suka merokok saat sedang sendiri, stress dan ketika saya mau merokok. Saya biasanya menghisap 2-3 batang sekali merokok. Rokok yang saya konsumsi adalah rokok Sampoerna” (PBS, 21 Tahun, TEKNIK/ Teknik Geologi) Kemudian, adapula informan yang merokok hanya pada saat dia merasa stress karena kuliah dan karena skripsi. “Sekarang saya tidak merokok setiap hari. Tetapi dulu saya pernah merokok 6 batang setiap hari. Sekarang sudah tidak. Saya sudah mau berhenti merokok. Namun, terkadang pada saat saya sedang stres karena skripsi dan kuliah saya merokok. Jadi sekarang saya sudah tidak merokok setiap hari” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Selain itu, juga ada informan yang tidak merokok setiap hari dan hanya merokok ketika sedang nongkrong/ kumpul-kumpul bersama dengan teman-teman mereka. “Tidak setiap hari. Hanya pada saat saya sedang nongkrongbersama teman-teman saya” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak)
“Tidak merokok setiap hari. Hanya terkadang pada saat saya sedang nongkrong dengan teman-teman saya dan pada saat saya sedang ada keinginan untuk merokok” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP)
99
Selanjutnya, ketika informan bertanya kepada informan yang merokok setiap hari mengenai jumlah batang rokok yang dihisap informan per hari, informan memberikan jawaban yang bervariasi, mulai dari 3 batang/hari-20 batang/hari. Adapun jumlah batang rokok yang dihisap informan yang tidak merokok setiap hari juga bervariasi. Mulai dari 2 batang-5 batang rokok yang dihisap informan dalam satu kesempatan.Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.2 Frekuensi Merokok (Setiap Hari)dan Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap Informan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Informan I RL WAH HRE RUC RV GV
Frekuensi Merokok Merokok setiap hari Merokok setiap hari Merokok setiap hari Merokok setiap hari Merokok setiap hari Merokok setiap hari Merokok setiap hari
Jumlah Rokok 6-7 batang/ hari 20 batang/ hari 5-8 batang/ hari 8 batang/ hari 10-16 batang/ hari 3 batang/hari 8 batang/ hari
Tabel 5.3 Frekuensi Merokok (Tidak Setiap Hari)dan Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap Informan No 1.
Informan PBS
Frekuensi Merokok Tidak merokok setiap hari
2.
G
Tidak merokok setiap hari
3.
A
Tidak merokok setiaphari
4.
AWE
Tidak merokok setiap hari
5.
RA
Tidak merokok setiap hari
Jumlah Rokok 2-3 batang satu merokok 3 batang satu merokok 3-5 batang satu merokok 4 batang satu merokok 3-4 batang satu merokok
kesempatan kesempatan kesempatan kesempatan kesempatan
Sumber: Data primer, 2016 100
2) Situasi/ Kondisi yang Menjadi Pemicu Informan Merokok Pada bagian ini, peneliti menggali informasi informan dengan menanyakan pada situasi/ kondisi yang bagaimana informan merokok dan dimana informan merokok. Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan diketahui bahwa informan memberikan jawaban yang bervariasi terkait situasi/ kondisi yang memicu informan untuk merokok, begitupun dengan tempat dimana informan merokok. Namun, kebanyakan dari informan yang merokok mengatakan bahwa mereka merokok pada saat sedang nongkrong/ kumpul-kumpul bersama dengan teman-temannya.RA mengatakan bahwa biasanya dia merokok saat sedang nongkrong dengan teman-temannya di café. “Pada saat nongkrong bersama teman-teman. Biasanya saya merokok bersama dengan teman-teman saya yang tomboy-tomboy di kafe atau di tempat nongkrong kami. Saya tidak pernah merokok di rumah karena saya takut kedapatan” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) Sama halnya dengan RA, I juga mengatakan bahwa dia lebih suka merokok saat sedang kumpul-kumpul bersama teman-temannya. Namun, ditambahkan oleh I bahwa ia juga sering merokok di saat dia sedang santai. I biasa merokok di café ataupun di kampus. “Saya suka merokok pada saat sedang kumpul-kumpul bersama teman-teman atau disaat-saat saya sedang santai. Alasannya karena saya merasa lebih enak merokok disaat-saat itu. Biasanya saya merokok di kampus pada sore hari seperti ini apabila saya melihat kampus sudah sepi, biasanya saya juga merokok di café” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan)
101
Gambar 5.2 Lokasi merokok informan Dari hasil wawancara, SAW (informan tambahan) membenarkan jika I biasa merokok di kampus ketika sore hari saat kampus sudah sepi. “Di kampus di bagian koridor pada saat sore hari apabila kampus sudah terlihat sepi” (SAW, 21 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan) Berbeda dengan informan sebelumnya,adapula informan yang merokok ketika sedang sendiri, stress dan ketika ingin untuk merokok danlebih sering merokok di kamar “Saya merokok ketika saya sedang sendiri, stress dan ketika saya sedang ingin untuk merokok. Saya lebih merasakan feelnya jika saya merokok pada keadaan tersebut. Saya lebih sering merokok sendiri di kamar karena saya tinggal di rumah kontrakan bersama beberapa teman saya. Jadi, saya memahami mereka oleh sebab itu saya tidak merokok di depan mereka” (PBS, 21 Tahun, TEKNIK/ Teknik Geologi) Adapula informan yang merokok pada saat bangun pagi, saat sedang lelah dan saat sedang mengerjakan tugas. Informan mengatakan bahwa dia biasanya merokok di kamar/ WC dan ketika
102
bersama teman-temannya dia biasanya merokok di kost-an teman dan juga di café. “Biasanya saya merokok pada saat saya bangun pagi ketika dudukduduk sebelum berangkat ke kampus. Saya juga biasa merokok ketika saya merasa lelah sepulang dari kampus apalagi saat saya sedang begadang mengerjakan tugas. Saat di rumah biasanya saya merokok di kamar atau wc. Kemudian saya juga biasa merokok di kost-an teman saya bersama teman-teman saya yang juga perokok. Ketika di café saya merokok ketika saya melihat cafe sepi dan orang cuek dengan saya dan saya tidak merokok apabila saya memakai jilbab” (RUC, 20 Tahun, FISIP/ Antropologi) Hampir sama dengan RUC, GV juga mengatakan bahwa dia merokok saat dia sedang lelah dan mengerjakan tugas. Namun, ditambahkan oleh GV bahwa dia juga merokok ketika selesai makan dan saat Buang Air Besar (BAB). GV biasanya merokok di rumah dan di warkop “Terdapat 3 situasi dimana saya sangat suka merokok kaksaat saya sedang di rumah. Yang pertama adalah ketika sesudah makan kemudian pada saat BAB di Wc dan pada saat saya sedang lelah kemudian mengerjakan tugas. Saya merasa semuanya seperti lancar. Ada orang yang paru-parunya mengalami kerusakan, namun dia tidak menikmati merokok. Kalau saya, tidak apa-apa paru-paru saya rusak tapi saya betul-betul menikmati merokok.karena ada kenikmatan tersendirinya kak, seperti ada yang terpenuhi. Saya paling suka merokok di warkop-warkop biasa juga di dalam mobil. Saya dapat merasakan feelnya merokok saat saya sedang berbincang-bincang atau melakukan sesuatu,apabila hanya diam dan merokok saya hanya sepertimenghisap asap saja” (GV, 20 Tahun, TEKNIK/Teknik Perkapalan) Dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat 2 pola coping strategy pada mahasiswi yang merokok yaitu dengan merokok secara sembunyi-sembunyi dan merokok secara terang-terangan. Informan memutuskan merokok secara sembunyi-sembunyi karena informan
103
tidak ingin kebiasaaan merokoknya diketahui oleh orangtua ataupun keluarganya. Selain itu, informan juga terkesan masih menjaga image dirinya agar tidak terlihat buruk di mata orang lain. “Saya tidak pernah merokok di tempat ramai seperti pantai losari atau mall dan di rumah. Alasannya karena saya adalah orang Makassar jadi banyak keluarga saya di sini. Saya takut banyak matamata. Jadi paling sering saya merokok di tempat makan sehabis makan, di café atau di tempat nongkrong saya” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP) “Jika saya di lingkungan kampus saya masih tertutup, saya tidak pernah merokok di sini dan di jurusan karena saya masih sadar tempat karena saya merasa tidak boleh terlalu menampakkan diri. Karna saya paling tidak suka apabila ada orang yang menjudge saya” (WAH, 22 Tahun, FISIP/ Administrasi) Selain itu, adapula informan yang memutuskan merokok secara terang-terangan karena informan tidak terlalu memikirkan apa yang dikatakan oleh orang lain kepada dirinya yang penting menurutnya dia tidak mengganggu kehidupan orang di sekitarnya, sehingga dia tidak menyembunyikan bahwa dia adalah seorang perokok.Selain itu, informan juga merasa bahwa rokok adalah kebutuhannya, jadi dimanapun dia berada dia merokok saat dia memang sedang ingin merokok. “Saya bukan tipe orang yang menyembunyikan jika saya merokok jadi saya merokok dimana saja. Saya tipe orang yang tidak terlalu memikirkan apa yang dikatakan orang lain kepada saya, yang jelas saya tidak mengganggu kehidupan mereka” (RV, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) “Saya merokok pada kondisi apa pun. Saya merokok apabila saya sedang ingin merokok. Tidak ada batasan yang membatasi saya untuk merokok. Saya merokok dimanapun dan bagaimanapun kondisi yang terjadi misalnya saja saat saya berada di tempat-tempat umum atau di
104
tempat makan saya tetap merokok, juga di rumah, di kampus dan di pertamina sekalipun. Saya merokok dimanapun karena saya selalu merasa membutuhkan rokok” (RL, 23 Tahun, EKONOMI/Manajemen)
Gambar 5.3 Informan merokok di kamar kost
Untuk lebih jelas mengenai kondisi/ situasi dan tempat informan merokok, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.4 Kondisi/Situasi dan Tempat Informan Merokok
1.
Infor man PBS
2.
I
3. 4
G RL
5.
WAH
6.
HRE
No
Kondisi/ situasi
Tempat
- Stress - Ketika sedang sendiri - Ketika ada keinginan untuk merokok - Kumpul-kumpul dengan temanteman - Saat sedang santai - Nongkrong sama teman-teman - Kondisi apa pun (dimanapun dan bagaimanapun kondisinya)
- Rumah (Kamar)
- Kampus(Gazebo/kor idor) - Rumah (WC) - Kampus (Kantin) - Tempat-tempat umum - Tempat makan - Rumah - Kampus - Nongkrong dengan teman-teman - Ramsis - Ketika habis makan - Rumah (Kamar) - Kumpul-kumpul dengan - Café temanteman - Rumah (Kamar)
105
7. 8.
A RUC
- Saat sedang santai - Stres - Saat bangun pagi - Saat lelah sepulang kuliah - Saat begadang kerja tugas
- Kost-an teman - Rumah (Kamar/ WC) - Kost-an teman - Café 9. RV - Saat sedang bersama teman- - Dimanapun teman - Ketika habis makan - Ketika sedang nonton 10. AWE - Nongkrong dengan teman-teman - Café - Saat sedang mood - Basecamp - Ketika habis makan Komunitas 11. RA - Nongkrong dengan teman-teman - Café - Tempat nongkrong 12. GV - Ketika habis makan - Warkop - Saat Buang Air Besar (BAB) - Rumah - Saat lelah - Di mobil - Saat mengerjakan tugas Sumber: Data primer, 2016
Gambar 5.4 Kantin tempat beberapa informan sering merokok Dari hasil wawancara peneliti dengan salah seorang penjual rokok (informan tambahan) di kantin di atas, diketahui bahwa banyak mahasiswi yang sering membeli rokok pada MR baik itu perbatang maupun perbungkus. MR juga mengatakan dia sering melihat 106
langsung mahasiswi merokok di kantin baik itu sendiri maupun bersama teman-temannya. “Banyak mahasiswi yang sering membeli rokok pada saya. Biasanyaada yang membeli rokok per batang dan ada pula perbungkus.Biasanya mereka merokok di sini (kantin). Yang saya lihat mereka biasanya merokok sendiri dan biasa juga bersama temannya. Teman-teman laki-laki” (MR, 51 Tahun, Maret 2016) 3) Bersama Siapa Informan Merokok Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa sebagian besar informan mengatakan bahwa mereka kadang merokok sendiri dan kadang juga bersama orang lain, tergantung dimana mereka berada. Jika sedang di rumah mereka cenderung merokok sendiri dan sebaliknya jika sedang di luar rumah mereka cenderung merokok dengan orang lain. Namun, kebanyakan mereka lebih sering merokok bersama orang lain.Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa informan seperti WAH dan I, mereka mengungkapkan bahwa lebih sering merokok bersama orang lain yaitu teman-teman mereka dan terkadang juga merokok sendiri saat sedang di rumah. “Paling seringdengan teman-teman sesama perokok saat sedang kumpul-kumpul di ramsis. Saya merasa lebih enak saat saya merokok bersama mereka sambil bercerita. Namun, saya juga biasa merokok sendiri di rumah sehabis makan” (WAH, 22 Tahun, FISIP/ Administrasi) “Teman-teman. Namun, saya juga biasa merokok sendiri di rumah di Wc.Tapi paling sering saya merokok bersama teman-teman saya saat kami sedang kumpul-kumpul atau ngopi” (I, 23 Tahun, FIKP/ Ilmu Kelautan)
107
Adapula beberapa informan yang memang hanya merokok pada saat bersama dengan teman-teman mereka. Tidak pernah merokok sendiri. “Paling sering bersama teman-teman apabila sedang kumpul-kumpul. Teman-teman yang selalu bersama-sama dengan saya yang mengetahui kalau saya merokok” (G, 21 Tahun, HUKUM/ Ilmu Hukum) “Teman-teman saya saat sedang nongkrong, baik itu teman perempuan maupun laki-laki. Namun, saya lebih sering merokok bersama teman perempuan saya. Saya tidak pernah merokok sendiri karena rasanya tidak enak. Saya tidak pernah merokok di rumah otomatis saat sedang berada di luar rumah saya merokok bersama teman-teman saya” (AWE, 20 Tahun, FIKP/ PSP) “Bersama teman perempuan sesama perokok di kost-an teman saya. Saya tidak berani merokok di depan umum. Karena saya khawatir orang akan beranggapan buruk dengan saya” (A, 22 Tahun, FISIP/ Komunikasi) Hal yang sama diungkapkan oleh RA yang memang hanya merokok pada saat bersama dengan teman-temannya. Tidak pernah merokok sendiri. Bahkan, RA menambahkan bahwa jika sedang kumpul-kumpul dengan teman-teman yang merokok dia merasa tidak enak jika tidak merokok juga. “Saya merokok selalu bersama teman-teman saya apabila sedang nongkrong. Ketika sedang kumpul saya merasa tidak enak apabila mereka merokok dan saya tidak” (RA, 21 Tahun, PETERNAKAN/ Teknologi Hasil Ternak) Berbeda dengan informan sebelumnya, PBS justru lebih sering merokok sendiri. PBS mengungkapkan bahwa dia lebih menikmati rokok ketika dia merokok sendiri.
108
“Biasanya saya merokok sendiri. Saya merokok sendiri di kamar. Saya memang suka merokok sendiri karena ketika saya merokok sendiri saya lebih menikmati rokok itu” (PBS, 21 Tahun, TEKNIK/ Teknik Geologi) Karakteristik perokok sosial (Sosial Smoker) seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang yaitu tidak merokok setiap hari, menghisap ≤5 batang rokok, merokok pada situasi sosial tertentu (bersosialisasi dengan orang lain), serta lebih umum merokok bersama orang lain daripada sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang telah disajikan di atas dapat diketahui bahwa pada bagian frekuensi merokok informan (tidak merokok setiap hari dan menghisap ≤5 batang rokok saat merokok)terdapat 5 orang informan yang memenuhi kriteria ini yaitu PBS, G, A, AWE dan RA. Kemudian pada bagian kondisi/ situasi yang memicu informan untuk merokok, diketahui bahwa sebagian besar informan merokok pada saat bersosialisasi dengan orang lain (kumpul-kumpul dengan teman-teman). Adapun informan yang dimaksud yaitu I, G, RL, WAH, HRE, RV, AWE, RA. Selanjutnya, pada bagian bersama siapa informan merokok, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar informan mengatakan mereka kadang merokok sendiri dan kadang juga bersama orang lain, tergantung dimana mereka berada. Jika sedang di rumah mereka cenderung merokok sendiri dan sebaliknya jika sedang di luar rumah mereka cenderung merokok dengan orang lain. Namun, yang memenuhi kriteria perokok sosial adalah informan yang hanya merokok pada saat bersama orang
109
lain. Adapun informan yang memenuhi kriteria tersebut adalah G, A, AWE dan RA. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa terdapat 3 orang informan yang memenuhi kriteria perokok sosial (social smoker) yaitu G, AWE dan RA.
II. Pembahasan A. Faktor Predisposisi Terbentuknya perilaku seseorang didukung atau dipengaruhi oleh faktor yang mempermudah terjadinya perilaku tersebut yang sering disebut faktor predisposisi. Dalam penelitian ini, faktor predisposisi yang dimaksud adalah pengetahuan dan sikap informan.Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui
indra
yang
dimilikinya
(Notoadmodjo,
2010).
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan informan mengenai zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok, pengetahuan informan mengenai bahaya/pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan serta sumber informasi informan tentang rokok. Menurut Pusat Promosi Kesehatanrokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Zat berbahaya dalam rokok antara lain tar, karbonmonoksida, sianida,arsen, formalin, dan nitrosamine. Adapun dampak jangka pendek yang dapat
110
timbul akibat merokok adalah batuk-batuk, mudah lelah, nafas pendek, serta kurangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa. Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat terjadi adalah kanker (bibir, lidah, kerongkongan dan paru-paru), gangguan pernafasan, TBC, jantung, hipertensi, osteoporosis, gangguan ginjal, gangguan kesuburan, kulit keriput dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pengetahuan informan mengenai zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dikategorikan cukup dilihat dari jawaban informan yang menjawab nikotin dan tar. Infoman mengetahui bahwa zat yang ada dalam rokok itu berbahaya dan sama saja seperti menghisap racun. Namun, dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa informan mengetahui zat yang terkandung dalam rokok karena melihat informasi yang ada di bungkusan rokok yaitu nikotin dan tar. Selebihnya, informan tidak dapat memberikan jawaban yang lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudi (2015)yang menyebutkan bahwa ketika membahas mengenai zat-zat yang terkandung dalam rokok, zat yang paling sering diungkapkan informan adalah nikotin dan tar. Meskipun sebenarnya masih banyak zat yang terkandung dalam rokok. Selanjutnya,
peneliti juga
menggali pengetahuan informan
mengenai bahaya/pengaruh rokok terhadap kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwapengetahuan informan dikategorikan baik dilihat dari jawaban informan yang telah menyebutkan beberapa
111
dari banyaknya bahaya rokok yang adaseperti: berbagai jenis kanker (paru-paru, rahim, mulut dan tenggorokan), asma, gangguan kehamilan, batuk yang berkepanjangan dan impoten. Walaupun informan mengetahui bahaya rokok yang berpengaruh terhadap kesehatan, mereka tetap saja merokok. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Calvin (2014) yang menyebutkan bahwa ternyata meskipun secara pengetahuan perokok mengetahui bahaya merokok, mereka tetap saja merokok dengan berbagai alasan. Pengetahuan menurut Notoadmodjo (2010) terdiri dari 6 tingkatan pengetahuan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (Analysis), sintesis (synthetic) dan evaluasi (evaluation). Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan informan dapat dikatakan baru sampai pada tingkatan memahami (comprehension), belum pada tahap aplikasi dan seterusnya. Informan baru sekadar tahu dan memahami zat dalam rokok dan bahayanya terhadap kesehatan,
namun informan belum dapat
mengaplikasikannya dengan tidak merokok. Ketika peneliti lebih lanjut bertanya kepada mereka mengapa masih saja merokok padahal sudah tahu bahaya rokok itu apa, kebanyakan dari mereka menjawab bahwa sebenarnya ada ketakutan tersendiri terhadap bahaya rokok tersebut. Namun, karena alasan bahwa sudah kecanduan, sudah adanya ketergantungan terhadap rokok, serta
112
adanya kesulitan untuk berhenti merokok secara langsung sehingga mereka tetap saja merokok. Lebih lanjut peneliti menggali informasi dari informan mengenai sumber informasi informan tentang rokok. Pada bagian ini peneliti menanyakan darimana pertama kalinya informan memperoleh informasi (pengetahuan) tentang rokok. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa informasi tentang rokok didapatkan informan dari lingkungan yang ada di sekitarnya dimana dia beraktivitas dan bertumbuh, baik itu lingkungan pergaulan dengan teman maupun lingkungan keluarga.Hal ini sejalan dengan Santi (2013) yang mengatakan bahwa pengetahuan tentang rokok dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor lingkungan. Faktor lingkungan bisa saja dari keluarga,tempat tinggal atau bahkan lingkungan pergaulan. Lebih lanjut Daravill dan Powell dalam Rahmadi, A, dkk (2013)mengatakan bahwa remaja cenderung merokok karena memiliki teman-teman atau keluarga yang merokok. Berikut skema hasil wawancara:
113
PBS
A
I
RUC
Teman G RL WAH
HRE
RV
Keluarga AWE
Iklan
RA GV
Gambar 5.5Skema hasil wawancara dengan Informan terkait darimana pertama kalinya informan memperoleh informasi tentang rokok. Adapun alasan informan pertama kali merokok karena coba-coba bersama teman-teman sepergaulannya. Selanjutnya diketahui bahwa informan merokok pada saat duduk di bangku SMA. Brahmana (2006)mengungkapkan bahwa faktor mencoba rokok pertama kali merupakan bagian dari tahap inisiasi yang dilakukan oleh mahasiswi untuk menjadi seorang perokok.Menurut Laventhal dan Clearly dalam Aula (2010) terdapat empat tahap yang umumnya dilalui seseorang untuk menjadi seorang perokok, yaitu tahap persiapan (preparatory), tahap inisiasi/ perintisan merokok (initiation), tahap menjadi perokok (becoming a smoker) dan tahap mempertahankan rokok (maintenance). Selanjutnya, dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai sikap informan. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
114
yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sikap yang dimaksudkan adalah sikap informan terhadap adanya iklan rokok, sikap informan terhadap adanya teman sebaya informan yang merokok, sikap informan terhadap adanya anggota keluarga yang merokok serta tanggapan informan terhadap perempuan yang merokok. Berdasarkan
hasil
wawancara
diketahui
bahwa
informan
mengatakan setuju terhadap adanya iklan rokok dengan alasan yang bervariasi. Informan mengatakan setuju karena iklan rokok merupakan cara yang dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi rokok agar rokok produksi mereka dapat memiliki daya tarik konsumen. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa juga terdapat informan yang tidak setuju dengan adanya iklan rokok. Hal ini sejalan dengan Effendi (2005)di dalam iklan terdapat pendapat yang pro dan kontra. Iklan merupakan suatu kegiatan yang sangat besar pengaruhnya terhadap nilai penjualan suatu produk karena dapat membuat produk yang diiklankan semakin dikenal oleh khalayak luas. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan besar mengiklankan produknya melalui media massa agar lebih efektif. Begitupun dengan sikap informan terhadap adanya teman sebaya informan yang merokok. berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa informan setuju akan hal tersebut. Adapun alasan yang diberikan informan bervariasi, seperti karena itu adalah hak dan urusan mereka, sudah menjadi kebutuhan serta karena mereka merokok memakai uang
115
mereka sendiri. Berbeda dengan sikap informan terhadap adanya anggota keluarga yang merokok. berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
informan tidak setuju dengan adanya anggota
keluarga mereka yang merokok, karena berbagai alasan. Seperti alasan berbahaya bagi kesehatan karena anggota keluarga informan ada yang sudah sangat berlebihan dalam merokok, dalam sehari dapat menghabiskan 3 bungkus rokok, kemudian faktor keuangan karena anggota keluarga informan membeli rokok dengan menggunakan uang dari orangtua dan karena adanya anggota keluarga yang merokok memberikan contoh yang buruk bagi keluarganya. Terkait dengan tanggapan informan terhadap perempuan yang merokok, dari hasil wawancara yang telah dilakukan, informan memberikan jawaban yang bervariasi terkait tanggapannya terhadap perilaku merokok pada perempuan. Informan mengatakan bahwa untuk zaman sekarang ini, perilaku merokok pada perempuan itu sudah lumrah, wajar-wajar saja, sudah biasa terjadi, bukan lagi menjadi hal yang baru dan menurut mereka sah-sah saja jika perempuan merokok. Adapula informan yang menambahkan bahwa seharusnya tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam hal merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati (2013)yang mengatakan bahwa konsep genderyang ada di Indonesia mengekang dan membatasi kebebasan berekspresi bagi perempuan. Tak terkecuali bagi perempuan yang merokok yang terbelunggu dengan konsep gender
116
tersebut. Rokok dianggap sebagian perokok perempuan di Indonesia sebagai simbol kebebasan perempuan untuk menyetarakan dengan derajat laki-laki. Lebih lanjut Krisnawati mengaitkan hal tersebut dengan teori gender yang menyatakan bahwa adanya perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki mengakibatkan perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki. B. Faktor Pemungkin Perilaku tertentu dapat terbentuk salah satunya dipengaruhi oleh karena adanya faktor yang memungkinkan/ memfasilitasi terjadinya perilaku tersebut (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini, iklan rokok merupakan faktor pemungkin yang dikaji oleh peneliti untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku merokok informan. Iklan rokok sebagaimana diketahui merupakan media yang penting dalam memperoleh informasi seputar rokok. Iklan merupakan media promosi yang sangat ampuh dalam membentuk opini publik di bidang rokok. Iklan-iklan rokok juga dapat dijumpai di mana saja, mulai dari Buildboard, spanduk, umbul-umbul, iklan di media cetak ataupun elektronik (Ninu, Zemida, dkk, 2013).Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan informan mengatakan pernah melihat/ mendengar iklan tentang rokok, bahkan ada yang setiap hari melihat iklan rokoktersebut. Dari hasil wawancara informan mengatakan pernah melihat/mendengar iklan tentang rokok di TV dan di pamflet-pamflet
117
atau baliho-baliho yang ada di jalan. Adapula informan yang pernah melihat/ mendengar iklan tentang rokok di surat kabar dan di radio. Di setiap iklan rokok yang ditayangkan di TV maupun yang dipasang di jalan-jalan berupa pamflet atau baliho, dll, biasanya terdapat
slogan
rokok.
Purwaningwulan
dalam
Ginting
(2011)menyebutkan salah satu contoh slogan dalam iklan rokok. Iklan rokok yang dimaksud adalah iklan rokok A Mild dengan label “A” yang diproduksi oleh PT HM Sampoerna Tbk. Iklan rokok tersebut menyajikan slogan yang selalu segar bagi para konsumennya, misalnya tema “Bukan Basa Basi” (BBB), versi “Kalau benda bisa ngomong”, “Silahkan Bicara” yang diikuti dengan gambar mulut yang teertutup plester. Peran slogan dalam menghadirkan iklan rokok diharapkan dapat membantu minat konsumen untuk selalu mengingat merk dari produk rokok yang ditawarkan. Slogan yang bermutu memerlukan kreatifitas yang tinggi, karena slogan memerlukan pilihan kata yang tepat dan dapat menarik hati sehingga dengan mudah dapat diingat oleh orang yang melihat (Wahyuni, 2010). Meskipun demikian, terkait dengan slogan rokok, informan mengatakan bahwa mereka tidak terpengaruh dengan slogan rokok yang ada di iklan rokok. Dikatakan demikian karena berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa informan mengatakan jika di iklan rokok tidak ada slogan rokok yang menarik perhatian mereka. Alasannya karena di iklan rokok yang ada mereka tidak terlalu memperhatikan
118
slogan rokoknya. Selain itu, informan juga mengatakan bahwa tidak ada orang yang mereka idolakan di iklan rokok. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa walaupun informan sering melihat iklan rokok yang ada
di TV ataupun di
jalanan, namun di sisi lain informan tidak terpengaruh dengan slogan rokok dan tidak mempunyai tokoh idola dalam iklan rokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang mengatakan bahwa sebagian besar subyek dalam penelitiannya tidak mendapatkan manfaat atau pengaruh dari iklan rokok yang mereka saksikan (Cahyo, dkk, 2012). C. Faktor penguat Terbentuknya perilaku seseorang juga sangat dipengaruhi oleh adanya faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku tersebut (faktor penguat). Dalam bagian ini, peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh teman sebaya dan pengaruh keluarga terhadap perilaku merokok informan yang diteliti. Informasi tentang rokok didapatkan informan dari lingkungan yang ada di sekitarnya dimana dia beraktivitas dan bertumbuh, baik itu lingkungan pergaulan dengan teman maupun lingkungan keluarga. Menurut Leventhal dalam Cahyo, dkk (2012) tekanan dari kelompok teman sebaya merupakan variabel terpenting yang menyebabkan seorang remaja merokok. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengaruh teman sebaya merupakan faktor utama informan merokok. Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa dari 12 orang informan, terdapat 7
119
informan yang pertama kali memperoleh informasi tentang rokok dari teman sebaya mereka. Adapun alasan informan pertama kali merokok karena coba-coba bersama teman-teman sepergaulannya. Awalnya mereka melihat teman mereka merokok kemudian mereka mendapat ajakan merokok dari teman. Bermula dari melihat teman yang merokok, mendapat ajakan merokok dari teman akhirnya informan coba-coba dan merokok sampai sekarang. Hal ini sejalan dengan Prohaska dan Hirchman dalam Sari (2008)yang menyatakan bahwa ketika anak muda mencoba rokok pertamanya, mereka biasanya merokok dengan ditemani teman-temannya dan dengan dorongan dari teman-temannya. Dari hasil wawancara diketahui bahwa informan memiliki teman sebaya perempuan yang merokok. Informan menjalin pertemanan dengan mereka ada yang bermula dari jaringan pertemanan (berteman dari teman ke teman dan akhirnya lama-kelamaan menjadi akrab) dan adapula yang telah berteman sedari SMA dan SMP hingga sekarang. Selain itu, diketahui pula bahwa informan sering ditawari rokok oleh teman perempuan mereka yang merokok. Informan mengatakan mereka ditawari rokok pada saat mereka sedang kumpul-kumpul bersama dan ada perasaan tidak enak jika informan tidak menerima rokok yang ditawarkan kepadanya. Hal ini sejalan dengan Cahyo, dkk (2012) yang mengatakan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh untuk terus merokok. Hal ini terjadi karena berkumpul dengan teman sebaya sudah menjadi kebiasaan dan telah menjadi gaya hidup bagi remaja sehingga
120
remaja ingin ikut merasakan rokok atau hanya karena merasa tidak enak karena semua temannya merokok. Informan mengatakan bahwa sering mendapatkan teguran dari teman atas perilaku merokoknya. Mereka ditegur karena alasan tidak enak dilihat orang apalagi informan adalah seorang perempuan. Namun, walaupun demikian informan tetap saja merokok karena seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa menurut informan perilaku merokok pada perempuan merupakan hal yang biasa/ wajar. Selain itu, informan juga telah menganggap rokok sebagai suatu kebutuhan serta adanya kenikmatan yang diperoleh informan ketika merokok sehingga sangat sulit bagi informan untuk berhenti merokok. Keluarga memiliki peran yang strategis dalam membentuk sikap remaja karena keluarga merupakan tempat pembelajaran pertama seorang remaja (Rachmat, 2013). Informan dalam penelitian ini memiliki anggota keluarga yang merokok. Dari jawaban informan diketahui anggota keluarga yang merokok yaitu ayah, ibu, kakak, adik, sepupu, kakek dan tante.Mereka mengetahui bahwa anggota keluarga mereka tersebut merokok karena informan sering melihat anggota keluarganya merokok di depannya. Hal ini sejalan dengan penelitian (Rachmat, 2013) yang mengatakan bahwa perilaku orangtua mendorong perilaku meniru seorang anak (remaja) terhadap orang tua, remaja yang tinggal serumah dengan orangtua yang merokok dan sering melihat mereka merokok, akan melakukan peniruan (imitasi) perilaku merokok.
121
Orang tua menjadi model tingkah laku anak, termasuk perilaku merokoknya. Informan tidak diketahui merokok oleh keluarga mereka walaupun kebanyakan informan tinggal di Makassar bersama keluarganya. Agar tidak diketahui informan merokok dengan sembunyi-sembunyi dengan jarang yang merokok di rumah. Adapun jika merokok di rumah, mereka merokok di kamar atau kamar mandi agar tidak ketahuan.Dari penuturan informan tersebut, diketahui bahwa keluarga informan secara tidak langsung melarang informan merokok. Dapat diihat dari jawaban informan yang mengatakan bahwa jika dia ketahuan merokok dia pasti akan
mendapat
teguran
dan
akan
kena
marah
dari
keluarganya.Begitupun halnya dengan informan yang mengatakan bahwa keluarga mereka mengetahui jika mereka merokok, namun meskipun diketahui merokok awalnya mereka kena marah dari keluarga namun karena adanya ketergantungan dari rokok yang sulit dihentikan membuat mereka tetap merokok walaupun dilarang. Terkait dengan sumber biaya informan untuk membeli rokok, berdasarkan wawancara diketahui bahwa informan memperoleh rokok dengan membeli sendiri. Adapun sumber biaya informan untuk membeli rokok adalah dengan menggunakan uang jajan yang diberikan oleh orangtua yang mereka sisihkan. Adapula informan yang membeli rokok dengan menggunakan uang hasil kerjanya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Cahyo, dkk (2012) yang mengungkapkan bahwa untuk
122
membeli rokok biasanya subyek penelitian (informan) memanfaatkan uang saku dari orang tua atau uang hasl kerjanyanya sendiri. Dalam penelitian ini juga dibahas mengenai perokok sosial (social smoker). Dan terkait dengan hal tersebut diketahui bahwa dari 12 orang informan terdapat 3 orang informan yang memenuhi kriteria perokok sosial. Informan yang dimaksud yaitu G, AWE dan RA. Ketiga informan ini diketahui tidak merokok setiap hari. Adapun jumlah rokok yang dihisap G adalah 3 batang satu kali merokok, AWE yaitu 4 batang satu kali merokok dan RA yaitu 3-4 batang satu kali merokok. Adapun kondisi/situasi yang memicu mereka untuk merokok yaitu pada saat mereka nongkrong/ kumpul-kumpul bersama dengan teman-teman mereka di café, tempat nongkrong ataupun di kampus (kantin). Selanjutnya, pada bagian bersama siapa informan merokok, dari hasil wawancara diketahui bahwa G, AWE dan RA hanya merokok pada saat bersama orang lain dan tidak pernah merokok sendiri. Dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat 2 pola coping strategy pada mahasiswi yang merokok yaitu dengan merokok secara sembunyi-sembunyi dan merokok secara terang-terangan. Coping strategy merupakan suatu usaha untuk mengatasi tuntutan internal maupun eksternal yang dinilai membebani atau menekan emosi seseorang. Informan dalam penelitian ini memutuskan merokok secara sembunyi-sembunyi
karena
informan
tidak
ingin
kebiasaaan
merokoknya diketahui oleh orangtua ataupun keluarganya. Selain itu,
123
informan juga terkesan masih menjaga image dirinya agar tidak terlihat buruk di mata orang lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kurniafitri (2015) yang mengungkapkan bahwa informan merokok secara sembunyi-sembunyi karena ia masih ingin dipandang sebagai anak baik-baik oleh orang lain dan informan juga tidak ingin diketahui merokok oleh orangtua ataupun pihak keluarga. Adapun informan yang memutuskan merokok secara terangterangan disebabkan karena informan merasa bahwa rokok adalah kebutuhannya, jadi dimanapun dia berada dia merokok saat dia memang sedang ingin merokok. Selain itu, informan juga tidak terlalu memikirkan apa yang dikatakan oleh orang lain kepada dirinya yang penting menurutnya dia tidak mengganggu kehidupan orang di sekitarnya, sehingga dia tidak menyembunyikan bahwa dia adalah seorang perokok. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Kurniafitri (2015) bahwa informan merokok terang-terangan karena informan tidak memperdulikan pandangan orang lain terhadapnya.
124
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perilaku merokok pada mahasiswi di kota Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi mahasiswi merokok yaitu informan sudah mengetahui informasi tentangzat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Sikap informan menunjukkan hal yang berbeda dari pengetahuan yang dimiliki karena informan setuju terhadap iklan rokok, teman sebaya yang merokok dan setuju terhadap perilaku merokok pada perempuan. 2. Faktor pemungkin Faktor pemungkin mahasiswi yang merokok yaitu iklan rokok yang diketahui melalui TV dan banyak terdapat di jalan. Informan mengatakan bahwa slogan dan model dalam iklan rokok tidak menarik perhatian mereka sehingga mereka tidak peduli dengan iklan rokok 3. Faktor penguat Faktor penguat mahasiswi yang merokok yaitu teman sebaya dan keluarga. Informan memiliki teman sebaya yang merokok, pertama kali memperoleh informasi tentang rokok dari teman sebaya dan sering ditawari rokok oleh teman mereka. Hal ini menjadi faktor utama yang
125
mempengaruhi informan merokok. Keluarga turut pula mempengaruhi informan merokok karena informan memiliki dan sering melihat langsung anggota keluarga merokok di depan informan. B. Saran 1. Sebaiknya mahasiswi yang merokok membentuk kesadaran dalam diri dengan cara memiliki niat dan kemauan diri (komitmen) yang kuat disertai dengan turut serta dalam program berhenti merokok agar dapat secara perlahan mengurangi kebiasaan merokoknya, karena merokok berbahaya bagi kesehatan apalagi bagi kaum perempuan. 2. Lingkungan keluarga merupakan tempat informan pertama kali mempelajari hal-hal tertentu. Oleh sebab itu, sebaiknya lingkungan keluarga (orang tua) memberikan teladan yang baik kepada anggota keluarganya
126
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nurul. 2013. Faktor-Faktor Psikologis Yang Menentukan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Kedokteran Di Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Asizah, Nur. 2015. Faktor Individu Yang Berhubungan Dengan Tindakan Merokok Mahasiswa Di Universitas Hasanuddin.Makassar: Universitas Hasanuddin.
Aula, Lisa Ellizabet. 2010. Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali!). Yogyakarta: Garailmu.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2007.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007).Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010).Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013).Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Brahmana, Karina Meriem Beru. 2006. Peningkatan Kesadaran Akan Dampak Negatif dari Merokok pada Mahasiswi Merokok. Depok: Tesis. Pascasarjana Universitas Indonesia
i
Cahyo, Kusyogo, dkk. 2012. Rokok, Pola Pemasaran dan Perilaku Merokok Siswa SMA/Sederajat di Kota Semarang. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11/No. 1, April 2012
Calvin. 2014. Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok. Medan: Universitas Sumatera Utara
Chotidjah, Sitti. 2012. Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal dan Perilaku Merokok.Jurnal Psikologi Pendidikan, Vol. 16, No. 1, Juli 2012: 49-56
Creswell, Jhon. 1998. Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006.Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006.Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: DepkesRI
Effendi, Evi Nuraidah. 2005. Analisis Semiotika Iklan Rokok LA Lights Versi Cinta Ditolak di Televisi. Malang: Universitas Merdeka
Ginting, Tarianna. 2011. Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan. Medan: Universitas Darma Agung
Green, L.W, dkk. 1980. Health Education Planning: A Diagnostic Approach. Mountain View, California, Mayfield Publishing Co.
Hahn & Payne. 2003. Focus On Health: Sixth Edition. Mc Graw Hill: New York
ii
Hamza, Norah, Ali, et all. 2013. Cigarette Smoking Among Female Students in Five Medical and Nonmedical Colleges. Journal of American College Health, Vol. 6: 719-727
Hanafiah, Fardhon. 2012. Berhenti Merokok Itu Gampang-Gampang Susah. Jakarta: Densuco Cipta Perkasa.
Haryanto. 2008. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Siswa SMU Negeri Faforit di Kabupaten Takalar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Kimberly, Kari, Sandra, et all. 2006. Characteristics of Social Smoking Among College Students. Journal of American College Health, Vol. 56, No.4
Komasari, Dian dan Avin Fadlillah Helmi. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi 2000 No.1, 37-47.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Krisnawati, Anna. 2013. Penerimaan Prempuan Terhadap Representasi Model Perempuan Pada Iklan Rokok Pall Mall “Light Up The Night” Dan Sampoerna Mild Pada Media Di Indonesia. Surabaya: Universitas Airlangga
Lodi, Daud. 2012. Perilaku Merokok Pada Masyarakat Suku Toraja Di Kecamatan Sangalla’ Kabupaten Tana Toraja. Makassar: Universitas Hasanuddin
Lubis, Agustina. 2012. Wanita Dan Rokok. Puslit Ekologi Kesehatan.Media Litbangkes Vol. IV No. 04/1994
Mardian, Rista. 2013. Citra Diri Self-Image Perempuan Perokok di Kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
iii
Martini, Sih. 2014. Makna Merokok pada Remaja Putri Perokok(Smoking Meaning In Young Woman Smokers). Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Volume 3, No.2
Marwati, Eka. 2009. Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Tehnik Universitas Hasanuddin Tahun 2009.Makassar: Universitas Hasanuddin
Muliyana, Dwi. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Merokok Pada Mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2012. Makassar: Universitas Hasanuddin
Mu’tadin, Zainun. 2002.Remaja dan Rokok. http:www.e-psikologi.com. Diakses Desember 2015
Nastiti, Danti Yulia. 2014. Pengambilan Keputusan Merokok pada Mahasiswi. Universitas pendidikan Indonesia
Ninu, Zemida, dkk. 2013. Peran Iklan Rokok dan Teman Sebaya Dalam Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja di SMA PGRI Kupang. Jurnal MKM Vol. 08 No. 01 Desember 2013
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Pusat Promkes. 2012. Dampak Rokok Terhadap Kesehatan.[Online]. http://www.promkes.depkesgo.id/images/download/factsheet2conv.pdf. Diakses April 2016
Putri, Anggia dan Meita Santi Budiani. 2012. Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Perilaku Belajar Pada Mahasiswa Yang Bekerja.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
iv
Rachma, Nurullya. 2010. Studi Fenomenologi Pengalaman Lanjut Usia Melakukan Perawatan Tekanan Darah Tinggi di Kelurahan Ngesrep Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah. Depok: Universitas Indonesia
Rachmat, Muhammad. 2007. Studi Perilaku Merokok Pada SMP Negeri 8 Makassar Tahun 2007. Makassar: Universitas Hasanuddin
Rachmat, Thaha & Syafar. 2013. Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 11, Juni 2013
Rahmadi, A, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Rokok Dengan Kebiasaan Merokok Siswa SMP di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(1)
Rika,M,A. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007. Medan: Universitas Sumatra Utara
Santi. 2013. Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa SMK Batik I Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sari, Betty. 2014. Analisis Gender terhadap Pemberdayaan Perempuan dalam Kelurahan Siaga : Studi Kasus di Kelurahan Siaga Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Salatiga: Universitas Kristes Satya Wacana
Sari, Dian Puspita. 2008. Kebiasaan Merokok Remaja Putri. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
v
Shaluhiyah, Zahroh, dkk. 2005. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik Merokok pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kudus Tahun 2005. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1/ No. 1/ Januari 2006
Sinaga, Debby. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi pada Masyarakat yang Merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok. Depok: Universitas Indonesia
Sinaga, Tinceuli. 2007. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki Di Sekolah Menengah Umum Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, Tahun 2007. Medan: Universitas Sumatera Utara
Sudi, Yasriani. 2015. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Merokok diDesa Mambulilling Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa. Makassar: Universitas Hasanuddin
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis. Yogyakarta: Suaka Media.
Sugiyono. 2013. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Sumarna, Riny. 2009. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Ekstensi Angkatan 2007 Di Fisip UI Tahun 2009. Depok: Universitas Indonesia.
Tarupay, Aditya. 2014. Perilaku Merokok pada Mahasiswi di Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
vi
Taryono, Yono. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja SMP.http://metlitblogspot/perilaku+merokok/.new. Diakses Desember 2015
Wahyuni, Sri. 2010. Makna Slogan Pada Iklan Rokok di Televisi Swasta di Indonesia. Medan: Universitas Sumatera Utara
World Health Organisation. 2004. Gender in Lung Cancer and Smoking Research. [Online]. www.who.int/entity/gender/documents/tobacco/9241592524/en/. Diakses November 2015
World Health Organisation. 2007. Protection from exposure to second-hand tobacco smoke: Policy recommendations. Geneve: WHO Press
World Health Organisation. 2008. WHO report on the Global Tobacco Epidemic. [Online]. http://www.who.int/tobacco/mpower/2009/gtcr_download/en/inde x.html. Diakses November 2015
World Health Organisation. 2011. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2011.[Online]. http://adsri.anu.edu.au/sites/default/files/research/transitiontoadulthood/Poli cy_Background_%232_Smoking-Bhs_Indonesia.pdf. Diakses November 2015
World Health Organization. 2014. Health effects of smoking among Adolescence. [Online]. http://www.who.int/tobacco/research/youth/health_effects/en/. Diakses November 2015
Yunita, Auliyana dkk. 2011. Survei Epidemiologi Perilaku Merokok dan Seks Bebas Mahasiswa di Universitas Hasanuddin, Makassar 2011. Makassar: Universitas Hasanuddin
vii
LAMPIRAN
viii
INFORMED CONSENT PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN Selamat Pagi/Siang/Sore Perkenalkan nama saya Sartika Kalemben. Saya adalah mahasiswi S1 angkatan 2012 bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Saya bermaksud melakukan penelitian tentang “Perilaku Merokok pada Mahasiswi Di Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2016”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Saya berharap saudara/i bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini dimana saya akan melakukan wawancara mendalam terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan. Semua informasi yang saudara/i berikan terjamin kerahasiaannya, dengan cara hanya mencantumkan inisial nama dari saudara/i dan tidak mencantumkan identitas informan ke dalam hasil penelitian saya. Setelah saudara/i membaca maksud dan kegiatan penelitian di atas, saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, setuju untuk ikut serta dalam penelitian. Nama
: ________________________________________
Tanda tangan
: ________________________________________
Terima kasih atas kesediaan Saudara/i untuk ikut serta di dalam penelitian ini.
ix
PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR
Lembar Observasi Observasi dilakukan dengan cara melihat perilaku merokok pada mahasiswi, seperti dimana ia merokok, dimana dia membeli rokok dan kondisi informan saat peneliti melakukan wawancara. Hasil observasi nantinya akan dibandingkan dengan hasil wawancara.
Tanggal : 20 maret- 18 april 2016
Observasi dilakukan dengan cara melihat tempat dimana informan merokok, dimana informan membeli rokok serta kondisi informan saat peneliti melakukan wawancara. Observasi ini dilakukan di lingkungan Universitas Hasanuddin.Observasi juga dilakukan di rumah kost salah seorang informan Hasil observasi kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara yang dilakukan
x
PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR
Pedoman Wawancara untuk Mahasiswi yang Merokok
A. Identitas Informan Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Fakultas/Jurusan
:
Semester/angkatan
:
Tanggal wawancara
:
B. Daftar Pertanyaan Variabel
Pertanyaan 1. Pengetahuan
tentang
zat-zat
berbahaya
yang
terkandung dalam rokok. a. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok 2. Pengetahuan Pengetahuan
tentang
bahaya/pengaruh
yang
ditimbulkan rokok terhadap kesehatan. a. Jelaskan bahaya/pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan 3. Sumber informasi informan tentang rokok a. Darimana
pertama
kalinya
anda
memperoleh/mengetahui informasi tentang rokok?
xi
Mengapa demikian? b. Kapan pertama kalinya anda mulai merokok? mengapa demikian? 1. tanggapan terhadap adanya iklan rokok 2. tanggapan terhadap adanya teman sebaya yang merokok Sikap
3. tanggapan terhadap adanya anggota keluarga yang merokok 4. tanggapan mengenai perilaku merokok pada perempuan 1. Adanya iklan rokok yang sering dilihat/didengar a. Apakah anda pernah melihat/mendengar iklan tentang rokok? Dimana? Jelaskan! 2. Pengaruh slogan rokok dalam iklan rokok a. apakah ada slogan rokok yang menarik menurut anda?
Pengaruh iklan rokok
b. bagaimana tanggapan anda mengenai slogan yang tertera di iklan rokok c. apakah slogan rokok tersebut berpengaruh terhadap perilaku merokok anda 3. Sosok yang diidolakan dalam iklan rokok a. Apakah ada sosok yang anda idolakan di iklan rokok? Mengapa demikian? 1. Kepemilikan teman sebaya yang merokok. a. Apakah anda memiliki teman yang juga merokok?
Pengaruh Teman Sebaya
b. Bagaimana anda bisa berteman dengan teman anda yang juga merokok? 2. Adanya tawaran rokok dari teman a. Apakah anda sering ditawari rokok oleh teman anda? Mengapa demikian?
xii
3. Respon teman terhadap perilaku merokok informan. a. Bagaimana respon teman anda ketika anda merokok? mengapa demikian? 1. kepemilikan anggota keluarga yang merokok. a. Apakah anda memiliki anggota keluarga yang merokok? b. Bagaimana
anda
mengetahui
jika
anggota
keluarga anda merokok? 2. Respon keluarga terhadap perilaku merokok pada informan. a. apakah keluarga anda mengetahui bahwa anda Pengaruh Keluarga
merokok? b. bagaimana
tanggapan
keluarga
anda
jika
mengetahui anda merokok? 3. Sumber biaya yang didapatkan untuk membeli rokok a. bagaimana anda biasanya memperoleh rokok? b. Darimana anda mendapatkan uang untuk membeli rokok?
xiii
1. Frekuensi merokok informan a. Apakah informan merokok setiap hari? Mengapa demikian b. Berapa batang rokok yang anda hisap? (per hari atau pada wktu anda merokok) Perokok Sosial
2. Situasi/kondisi
yang menjadi pemicu
informan
merokok a. pada
situasi/kondisi
yang
bagaimana
anda
merokok? Mengapa demikian? b. Dimana
biasanya
anda
merokok? Mengapa
demikian? 3. Bersama siapa informan merokok a. Dengan
siapakah
biasanya
anda
merokok?
Mengapa demikian?
xiv
PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR
Pedoman Wawancara untuk Penjual Rokok
Identitas Informan Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan Terakhir
:
Pekerjaan Selain Berjualan
:
Alamat
:
Nomor Telepon
:
Area Tempat Berjualan
:
Tanggal wawancara
:
Daftar Pertanyaan 1. Sejak kapan anda berjualan rokok di sini? 2. Apakah ada mahasiswi yang membeli rokok pada anda? 3. Berapa batang rokok yang biasanya mereka beli? 4. Apakah anda mengetahui dimana biasanya mereka merokok? 5. Bersama siapa mereka (mahasiswi) saat sedang merokok? 6. Bagaimana tanggapan anda terhadap mahasiswi yang merokok?
xv
PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR
Pedoman Wawancara untuk Teman dari Mahasiswi yang Merokok
Identitas Informan Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
Fakultas/ Jurusan
:
Semester/ Angkatan
:
Nomor Telepon
:
Tanggal wawancara
:
Daftar Pertanyaan 1. Bagaimana tanggapan anda terhadap mahasiswi yang merokok? 2. Apakah anda mengetahui bahwa teman anda yang merokok juga memiliki teman sesama perokok? 3. Bagaimana respon anda terhadap teman anda yang merokok? 4. Apakah anda mengetahui bagaimana teman anda memperoleh rokok (membeli sendiri atau dari orang lain?) 5. Berapa batang rokok yang biasanya teman anda hisap per hari atau saat sedang merokok? 6. Pada situasi yang bagaimana teman anda merokok? 7. Dimana biasanya teman anda merokok? 8. Bersama siapa teman anda saat sedang merokok?
xvi
MATRIKS HASIL WAWANCARA PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR I. WAWANCARA DENGAN INFORMAN YANG MEROKOK VARIABEL PENGETAHUAN Infor Pertanyaan Jawaban Informan Reduksi man Pengetahuan PBS Saya tahu tapi tidak semua hanya beberapa. Saya tahu nikotin dan tar Dari 12 orang informan: informan - 8 orang mengatakan I Sedikit sih. Nikotin dan tar, itu ji yang saya tahu mengenai Nikotin dan Tar G Yang saya tahu itu cuman nikotin dan tar. Saya nda hafal iya tapi zat-zat - 2 orang hanya saya tahu ji itu membahayakan berbahaya mengatakan Nikotin RL Tidak tahu. Baca pi baru saya tahu. yang - 2 orang tidak WAH Nikotin toh dan tar terkandung mengetahui zat dalam HRE Iya. Nikotin sama tar dalam rokok A rokok Itu ji paling nikotin sama tar. Itu ji RUC Nikotin itu ji ku tahu RV Iya saya mengetahui zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok namun tidak terlalu banyak. Tapi saya tahu ada nikotin ada tar di dalam ada apalagi itu, saya tahu sih rokok it kayak ngisap racun kayak gitu AWE Nikotin ji yang ku tau’ RA Tidak. Tidak ku tau ki apa zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok GV Agak sedikit tahu sih kak. Yang saya tahu itu nikotin yang dapat membuat kita kecanduan. Kemudian bahaya Tar nya adalah pada saat dibakar yang dapat menyebabkan kanker sama mengurangi nafsu makan sama membuat gelisah. Pengetahuan PBS Ya. Kanker, asma, gangguan kehamilan, batuk, nafas jadi lebih Semua informan informan pendek mengetahui
Kesimpulan Pengetahuan informan mengenai zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dikategorikan cukup dilihat dari jawaban informan yang sebagian besar mengetahui zat berbahaya yang terkandung dalam rokok walaupun kebanyakan dari mereka hanya menyebutkan nikotin dan tar.
Pengetahuan informan mengenai bahaya/pengaruh rokok terhadap
i
bahaya/ pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan
I
G
RL
WAH
HRE
A
Ya. Seperti penyakit paru-paru, radang paru-paru sampai kanker. Itu ji sih yang saya tahu. Tentang bahaya ini sihh ada ketakutan tapi sudah kecanduan jadi begini lah. Tapi saya imbangi ji dengan minum air putih yang banyak Ya. Dapat menyebabkan serangan jantung. Kalo pada laki-laki itu impoten kalo bagi cewek itu gangguan kehamilan dan bisa mengakibatkan kanker. It ji. Untuk bahaya rokok ada sih namanya ketakutan tapi ya begitu mi ada juga namanya ketergantungan toh Yang saya tahu itu cuman pengaruh terhadap paru-paru. Tanggapannya memang sebelumnya sih bahaya, walaupun saya nda tahu zat di dalam rokokkalo nda saya baca. cuman lama kelamaan setelah saya belajar isap rokok jadi lama-lama juga butuh. Kebutuhan primerlah sekarang jadi saya cuek mi dengan bahaya rokok. Ya. Gangguan paru-paru. Ada ketakutan tentang bahaya itu tapi yang namanya mau berhenti itu nda bisa langsung harus perlahan karena kalo saya sendiri mulai merokok sudah dari sekolah dulu toh umur skitar 17/18 tahun lah jadi sekitar 5 tahun terkhir ini. Jadi susah juga untuk ditinggalkan paling mengurangi ji ini perlahan-lahan. Tapi kalo untuk berhenti total itu nda bisa. Gangguannya memang sangat berpengaruh pada kesehatan tapi saya imbangi dengan olahraga dan minum air putih banyak. Kalo saya bilang untuk berhenti itu susah paling mengurangi saja. Iya tahu. Gangguan terhadap janin kalo lagi hamil, jantung, batuk yang berkepanjangan dan paru-paru. Itu yang saya tahu. Kebetulan teman dekatku kemarin habis ronsen dan dilihat memang ada asap di paru-parunya. Ada ketakutan lah apalagi saya kan perempuan takutnya kedepannya ada yang mengganggu kesehatan saya tapi ya namanya sudah kecanduan jadi. Ya tahu. Kan itu kalo orang jadi perokok aktif toh berpengaruh sama paru-paru trus buat cewek juga biasa susah hamil bedeg katanya dan apalagi kalo misalnya dia lagi isap rokok mentol katanya buat cowok
bahaya/pengaruh rokok terhadap kesehatan yaitu: asma, gangguan kehamilan, batuk yang berkepanjangan, nafas jadi lebih pendek, serangan jantung, impoten, dan berbagai jenis kanker (kanker mulut, kanker Rahim, kanker tenggorokan dan kanker paru-paru).
kesehatan dikategorikan baik dilihat dari jawaban informan yang mengetahui dan telah menyebutkan beberapa bahaya rokok yang ada.
ii
RUC
RV
AWE RA GV
Sumber informasi informan tentang rokok
PBS
I
itu ada istilah-istilah nya. Pokoknya bahaya kalo isap rokok yg mentol.Takut sih akan bahaya rokok makanya saya sekarang termasuk perokok pasif. Lagi mau pi lagi atau stress pi biasanya baru merokok. Nda kecanduan ji pas situasi tertentu ji pas lagi mau at lagi stress. Iya. Itu yang tercantum di bungkus rokok. Tentang serangan jantung, paru-paru, tenggorokan, mulut, dan gangguan janin Ada ketakutan tentang bahaya rokok sih. Tapi itu mi karena sudah kayak ketergantungn mi. Sebenarnya ada keinginn untuk berhenti tapi tinggal menunggu waktu sama mengumpulkan tekat. Pengaruh rokok apalagi untuk perempuan paling besar mungkin kanker ya trus kanker itu mungkin ada kanker rahim, kanker mulut jg trus bisa saja kemandulan atau kalo kita lagi mengandung itu kita bisa janinnya keguguran. Sejauh ini sih tidak ada ketakutan tentang bahaya rokok karena menurut saya merokok atau tidak merokok potensi kematian itu tetap ada. Pokoknya berhubungan dengan paru-paru. Yang kanker paru-paru. Paru-paru. Itu toh yang kayak di bungkus rokok yang kanker, impotensi, dan apalah itu segala macam Kalau dari kandungan-kandungannya itu yang paling banyak sih paru-paru kak, trus kedua kanker dan yang ketiga bikin Rahim itu jadi lemah Teman.Awalnya saya kumpul bersama teman-teman. Setelah itu, ada Dari 12 orang informan: teman yang menawari saya rokok. Di sana (Papua nugini) memang - 7 orang mendapat banyak perempuan yangmerokok. Jadi, saya juga ikut coba-coba. informasi tentang Akhirnya lama-lama saya ketagihan.saya merokok semenjak SMA rokok dari teman kelas 1 tahun 2010. Waktu itu saya berumur 15 tahun - 4 orang mendapat informasi tentang Dari teman sih. Waktu itu saya lagi bareng sama teman-teman di rokok dari keluarga jalan dan ada teman yang curi rokok di warungnya mamaknya jadi kita isap bareng-bareng. Pertama kali saya merokok dengan alasan - 1 orang mendapat informasi tentang penasaran. Coba-coba. Masa-masa SMA. Umur 17 tahun. Kelas 3
Informasi tentang rokok kebanyakan didapatkan informan dari lingkungan yang ada di sekitarnya dimana dia beraktivitas dan bertumbuh, baik itu lingkungan pergaulan dengan teman maupun lingkungan keluarga. Adapun alasan informan pertama kali merokok
iii
G
SMA. Dari teman. Kan waktu it teman-teman ku bolos ke rumah trus pas lagi ada nganggur ki rokok banyak punya nya papa ku toh..karena mungkin paceku nda isap rokok yang itu toh jadi na simpan ki di lemari. Temanku bilang daripada nda ada kita bikin toh, kan temanteman ku memang merokok semua mi yang cewek-cewek juga. Jadi mereka bilang sini mi. Jadi ku minta mi. Ku coba-coba to pertama kayak nda suka kag karena pusing kepalaku toh pusing, tapi pas SMA karena sering kag coba rokok yang ada mentol-mentolnya pas flu kag jadi bermula dari rokok mentol ji. Sebenarnya sih kalau bisa dibilang awalnya saya merokok yah coba-coba. Namanya remaja toh. Pernah kag waktu kelas 3 SMP. Pernah coba-coba tapi nanti pi pas SMA kelas 3 mungkin karena beban pikiran dan pergaulan juga.SMP cuman coba-coba SMA pi baru aktif merokok. Umur 16 tahun.
RL
Dari teman semua. Waktu itu awalnya saya ditawari rokok sama temanku. Ya istilahnya ikut-ikutan pergaulan lah. Mau dibilang keren. Saya belajar merokok dari SMP tapi patennya saya merokok kelas 1 SMA yang harus setiap hari saya merokok.
WAH
Keluarga. Pertama kali itu saya lihat bapakku merokok. Trus, ada keinginan untuk mau mencoba bagaimana rasanya itu rokok. Dan setelah saya coba ternyata memang ada kenikmatan tersendiri yang saya dapatkan. Awalnya masih coba-coba. Namanya kita masih usia remaja dan akhirnya keterusan apalagi kalau merokok pas setelah makan. Jadi lebih sering merokok ketika habis makan. Tapi jika saya di lingkungan kampus saya masih tertutup, saya nda pernah merokok di sini dan di jurusan saya masih sadar tempat karena istilahnya kita tidak boleh terlalu menampakkan diri. Karna saya paling nda suka kalo orang menjudge. Jadi terserah sekarang orang anggapannya ke saya bagaimana. Kalau di lingkungan kampus paling saya merokok di
rokok dari iklan
sebagian besar karena coba-coba bersama teman-teman sepergaulannya. Selanjutnya diketahui bahwa hampir semua informan merokok pada saat duduk di bangku SMA. Beberapa informan mengatakan bahwa saat pertama kali mencoba rokok mereka tidak langsung menjadi perokok yang aktif merokok namun mereka menjadi perokok yang aktif merokok 2/3 tahun kemudian. Adapula informan yang mengatakan bahwa dia sempat berhenti untuk merokok namun karena faktor tertentu seperti sulitnya memutuskan ketergantungan terhadap rokok sehingga informan kembali merokok.
iv
HRE
A
RUC
RV
ramsis.Saya mulai merokok saat SMA umur 17 tahun. Iklan Awalnya coba-coba sih dari dalam diriku sendiri karena melihat iklan-iklan rokok dan lihat temanku juga yang merokok.Kalau sekarang saya merokok karena kebiasaan. Awalnya dulu karena coba-coba karena pergaulan sempat saya berhenti tapi lama-lama saya coba lagi dan keterusan sampe sekarang. Kalau rasanya nda merokok kayak lain-lain. Mungkin sudah dapat nikmatnya merokok sekarang. Dari keluarga yaitu kakak perempuan.Awalnya itu saya coba-coba merokok karena faktor keluarga yaitu saudara kandung cewek. Jadi kakak cewek saya dulu merokok juga. Trus saya lihat. Penasaran jag. Saya tanya? Ih kenapa ko begitu? Dia bilang mau ko coba kah? Jadi saya coba mi dan pas setelah saya coba saya juga kasih coba teman ku. Pertama itu sih coba-coba. Trus lama-kelamaan saya cerita ke temanku kamu mau ini tidak enak loh? Ih lama-kelamaan temanku yang malah kecanduan daripada saya jadi karena sering baku bawa sama dia jadi sama-sama jadi perokok aktif dulu SMP kelas 2.Alasan pertama coba rokok karena coba-coba mau ji tahu bagaimana sebenarnya rasanya. Pas tahu jadi ketagihan tapi sempat berhenti kelas 1 SMA trus pas kelas 3 SMA dan kuliah lanjut lagi. Teman. Awalnya iseng-iseng ji sama teman-teman SMA dulu waktu masih pengayaan. Dulu awalnya nda suka ji trus ada masalah keluarga jadi timbul mi benak-benak yang jelek-jelek itu yang buat saya coba merokok. Begitu mi. Bermula dari situ. Awalnya satu batang 2 batang akhirnya sekarang banyak mi. saya mulai merokok pas kelas 3 SMA. Sebenarnya kalau informasi tentang rokok banyak sekali dari kecil karena keluarga saya keluarga perokok. Mama saya dulu perokok yang kemudian berhenti. Jadi ibu saya adalah seorang perokok yang
v
kemudian berhenti pada saat saya di dalam kandungn. Jadi ayah saya perokok aktif. Satu hari bisa menghabiskn 4 bungkus dji sam soe. Jadi banyak sekali mi perilaku merokok yang saya lihat seharian. Cuman saya mencoba di kalangan teman saya. Keluarga tidak pernah mendukung untuk merokok. Dari pola asuh mungkin. Kan gini. Mengasuh anak itu ada 2 dengan memberitahu atau memperlihatkan. Keluarga saya memperlihatkan bahwa merokok itu bukan sesuatu aib jadi ya gak apa-apa kalau saya melihat itu. Dari kecil saya melihat perilaku merokok keluarga saya jadi nda apa-apa ji saya merokok. Saya sebenarnya berhenti di semester awal karena juga mama saya bilang berhenti merokok. Jadi sampai sekarang mama saya tau saya merokok tapi sudah berhenti. Beliau tidak tahu kalau saya kembali aktif merokok. Alasan saya pertama kali mulai merokok itu karena saya dari SMA itu saya bertemannya sama kebanyakan berteman sama laki-laki karena apa ya, karena kalau sama cewek kalau kita di depan itu enak tapi kita diceritai di belakang kalau sama cowok tidak ada yang kayak begitu toh. Karena pergaulan lah sebenarnya. Pergaulan SMA. Kelas 2 SMA saya mulai aktif merokok. Tapi saya sempat berhenti pas semester satu sampai semester tiga. Enak sekali kalau berhenti merokok cuman pada saat semester 4 saya kembali merokok. Nda karena kenapa-kenapa ji nda karena stress nda ji, ada ji saja rokok dan mau saja. Itu ji. Ketergantungan terhadap rokok yang susah diputus. AWE
Waktu kecil karena bapak merokok. Awalnya sih saya sering lihat bapaknya merokok trus saya coba-coba mi. Tapi nda ketagihan banget, cuma ada tong pi mau. Saya mulai merokok pas SMA kelas 2.
RA
Dari teman-temanku ji.Waktu itu saya lihat temanku merokok. trus diajak kag merokok sama temanku. Jadi saya coba mi rokok. Pertama
vi
saya coba-coba ji awalnya memang nda tau sih tapi lama- kelamaan ternyata enak. Saya mulai merokok kelas 3 SMA GV
Pertanyaan Tanggapan terhadap adanya iklan rokok
Infor man PBS
I
Itu dari mantan saya kak. Kan memang dulu di SMA itu kelas 2 ya saya pacaran sama anggota anak punk. Sebulan pacaran sama dia saya masuk dalam dunia pergaulannya toh kak di situ saya ketemu sama teman-temannya cewek-ceweknya anak punk yang merokok. ya sudah saya ikut-ikutan saya coba rokok. Saking penasaranku sama mereka jadi saya ji yang coba sendiri. Kalau mereka nda pernah ji menawari bahkan mereka bilang jangan ko pernah coba-coba tapi karena semakin dilarang semakin saya penasaran makanya saya coba juga kak. VARIABEL SIKAP Jawaban Informan
Reduksi
Tidak setuju. Karena pada dasarnya rokok mengandung zat Dari 12 orang informan: berbahaya bagi kesehatan. Berarti secara tidak langsung produsen - 10 oranginforman mengiklankan hal yang buruk atau mengiklankan sesuatu yang setuju terhadap iklan berbahaya bagi konsumen rokok Nda apa-apa ji sih menurutku. Kan begini, untuk membuat produknya - 2 orang informan tidak setuju terhadap iklan dilirik oleh konsumen tentu para produsen rokok akan berusaha untuk rokok mengemas iklan tentang produk mereka bagaimanapun agar terlihat menarik toh
G
Setuju sih. Karena perusahaan kan ada namanya persaingan usaha. Jadi mereka bikin iklan yang bisa menarik konsumen untuk membeli produknya
RL
Setuju sih. Karena kan setau ku pendapatan terbesar Indonesia dari rokok. Jadi, walaupun berbahaya buat kesehatan rokok itu nda bisa kalau tidak diproduksi. Akan banyak juga pengangguran kalau begitu.
Kesimpulan Sebagian besar informan mengatakan bahwa mereka setuju terhadap adanya iklan rokok. Ada berbagai alasan yang diungkapkan oleh mereka. Namun, sebagian besar informan mengatakan bahwa iklan rokok itu merupakan cara yang dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi rokok agar rokok produksi mereka dapat memiliki daya tarik konsumen. Adapun alasan 2 dari 12 informan mengatakan tidak setuju terhadap adanya iklan rokok karena seperti
vii
WAH
Setuju-setuju saja sih. Alasannya karena 67% pendapatan negara itu dari penjualan rokok karena pajak yang tinggi. Bayangkan dalam satu bungkus itu bisa 3 ribu rupiah jadi kali banyak mi. Lihat mi cukainya dipengbungkusnya.
HRE
Kalau menurut saya iklan sebenarnya kan dari perusahaan yang mau menjual produknya jadi tidak ada masalah. Itu kan suatu keuntungan buat mereka. Tapi kembali lagi ke masyarakatnya bagaimana. Apakah masyarakat sadar apa sih rokok itu dan apa efeknya.
A
Kalau saya sih, apa dig. Sah-sah saja ji. Karena biarpun iklan itu menampilkan tayangan yang gambar paru-paru rusak dan sebagainya tidak bakalan ngaruh ji sama perilaku merokoknya orang. Apalagi perokok yang lama sekali mi merokok yang aktif sekali pasti susah sekali mi untuk berhenti merokok. Tidak ada ji pengaruhnya Sah-sah saja menurut saya karena iklan itu merupakan bagian dari cara perusahaan memasarkan produknya supaya laku dan banyak yang tertarik beli Kreatif. Iklan rokok selama ini adalah. Jadi Indonesia itu di seluruh negara, Indonesia adalah negara yang paling banyak iklan rokoknya. Saya sudah baca surveinya. Dan kemudian iklan rokok tersebut bisa dibilang semua iklan rokok adalah iklan yang memiliki ide yang segar. Kalau kamu nonton pasti itu toh. Iklan rokok selama ini selalu punya ide bersambung dan selalu ide yang segar-segar. Jadi perusahaan rokok sadar memang kalau misalnya orang Indonesia butuh yg segar-segar makanya mereka menyediakan itu iklan rokok. Tanggapan saya mengenai iklan rokok yang mengajak orang untuk tertarik membeli rokok ya selama ini kan iklan rokok tidak pernah menunjukkan rokok ya. Iklan rokok tidak pernah mmperlihatkan bagaimana perilaku merokok secara langsung. Iklan rokok bahkan cuman bold your life. Jadi sebenarnya iklan rokok secara tidak
RUC
RV
telah diketahui bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan namun perusahaan rokok tetap mengiklankan bahkan menjual produknya.
viii
lagsung tidak membuat kita merokok. Iklan rokok itu cuman sekedar penanaman di bawah alam sadar bahwa kalau kamu seorang perokok kamu harus coba rokok yang ini. Iklan rokok bukan untuk perokok pemula karena iklan rokok tidak kayak charm body fit yg ini bkin nyaman,pocari swet, youc1000, iklan rokok tidak begitu. Iklan rokok terhusus untuk para perokok.makanya dia bilang feel your taste karena perokok yang aktif itu dia tahu mana rasa rokok yang enak. Iklan tidak pernah menyuruh kita merokok. Dari semua logika iklan rokok, iklan rokok cuman mmpertahankan, istilahnya kalau ada orang yang sudah merokok Surya dari awal maka iklan Surya akan berusaha mempertahankan bagaimana mereka tetap memilih Surya.
Tanggapan
AWE
Setahu saya rokok merupakan penyumbang terbesar keuangan negara jadi bagamana mau diberhentikan susah mi itu. Jadi, sah-sah saja ji menurutku itu iklan rokok yang ada
RA
Tidak setuju karena di iklan itu dibilang bisa kena ini kena itu tapi tetap ji di jual begitu e. Jadi membingungkan. Karena iklan itu dibuat untuk menarik pelanggan toh tapi malah ditampilkan juga bahayanya tetap ji lagi dijual.
GV
Kalau saya setuju ji kak karena Sebenarnya itu iklan-iklan rokok benar ji kak toh tapi terkadang kita ketawai dan terkadang juga kita merasa takut. Yang diketawai itu adalah gambarnya kak yang dibilang merokok dapat menyebabkan ini, ini jadi kita selalu menggunakan gambarnya itu sebagai ejekan-ejekan bilang begini ko nanti jadi berhenti ko merokok. kalau itu yang takutnya kak yang bahaya yang diberitahukan aduh bagaimana nanti kalau begini kalau memang kandungan lemah dan tidak bisa melahirkan Tidak masalah. Karena setiap orang mempunyai hak untuk merokok Dari 12 orang informan: Sebagian besar informan dan kita tidak bisa melarangnya - 10 orang informan mengatakan bahwa mereka setuju
PBS
ix
terhadap
I
adanya teman sebaya yang
G
merokok RL
Ketika seseorang merokok itu adalah hak masing-masing orang. Jadi, terserah dia sih mau merokok atau tidak. Kalau dia merokok ya nda papa ji menurutku
mengatakan setuju terhadap adanya teman sebaya mereka yang merokok Setuju-setuju saja karena mereka merokok kan pake uangnya sendiri. - 2 orang informan Mereka beli rokok pake uangnya ji bukan ji pake uangku toh. Nda ada mengatakan tidak ji juga kerugiannya bagi saya merokok ki tawwa setuju terhadap adanya Setuju-setuju saja. Apalagi itu sudah menjadi kebutuhan toh. Kecuali teman sebaya merea bagi yang baru mau mulai ya sudah mending tidak usah. yang merokok
WAH
Kalau saya masalah merokok dengan tidak merokok sebelum saya kenal mereka itu kan hak mereka juga jadi istilahnya kita tidak boleh mencampuri urusan orang kalau istilahnya menurut saya dari sebatang rokok kita dapat memulai pertemanan.
HRE
Sah-sah saja sih tidak ada yang salah karena dia sama dengan saya. Sudah tahu apa sebenarnya itu rokok dan bagaimana merokok itu.
A
Kalau bisa dia berhenti karena nda bagus untuk kesehatan apalagi kita perempuan. Awalnya saya ji yang kasih coba mereka. Pas ada acara kumpul angkatan trus ada rokok yang nganggur 1 batang jadi saya kasih coba mi mereka.
RUC
Sebenarnya dalam hatiku sih nda setuju kag sih karena kan dia masih pasif ji merokok masih ada kemungkinan untuk berhenti jadi mending nda usah mi saja. Ya gak apa-apa. Alasannya karena tiap orang punya otoritas untuk dirinya sendiri, tiap orang punya latar belakang yang berbeda-beda, tiap orang punya hak untuk menentukan apakah dirinya merokok atau tidak merokok.
RV
atau sah-sah saja jika teman perempuan mereka merokok, karena berbagai alasan diantaranya karena mereka merokok memakai uang mereka sendiri, sudah menjadi kebutuhan, itu adalah hak dan urusan mereka. Kemudian, 2 orang informan lainnya mengatakan bahwa lebih baik jika teman mereka tersebut berhenti merokok karena tidak bagus untuk kesehatan dan masih ada kemungkinan untuk merokok karena teman informan tersebut belum terlalu aktif merokok.
x
AWE
Itu adalah haknya tapi kecuali yang berjilbab tidak masuk akal tapi mungkin ada faktor lainnya tawwa sehingga merokok ki.
RA
Itu kan urusan mereka, kita tidak bisa melarang mereka untuk merokok kan. Setiap orang punya hak untuk itu Kalau saya kak bukan lagi hal yang wow skali. Karena kan saya sudah biasa melihat mereka, saya sudah alami yang mereka rasakan dan yang rasakan kalau hanya merokok itu bukan hal yang kelewatan skali. Kalau saya rasa itu rokok semacam kebutuhan walau sisi negatifnya banyak dan kalau dilihat orang juga nda baik. Tapi kalau kita sebagai perokok itu kita dapat feel nya sendiri kak. Kita yang bisa rasakan sendiri walaupun kita dipandang buruk oleh orang lain. Sahsah ji menurutku. Saya rasa ini kayak kehidupan biasa sekali ji itu merokok Tidak setuju. Menurut saya itu contoh yang kurang baikdan asapnya Dari 12 orang informan: Sebagian besar informan tidak akan memenuhi ruangansehingga bisa dihirup oleh orang lain. - 6 orang informan tidak setuju terhadap adanya anggota setuju terhadap adanya keluarga yang merokok karena Tidak ada anggota keluarga yang merokok. Dalam keluargaku itu anggota keluarga yang berbagai alasan, seperti alasan sama sekali tidak ada anggota keluargaku yang merokok. Saya ji merokok berbahaya bagi kesehatan karena merokok. Karena dalam keluarga saya sangat melarang adanya orang - 5 orang informan anggota keluarga informan ada yang merokok. Laki-laki pun dilarang. setuju terhadap adanya yang sudah sangat berlebihan Tidak setuju karena kalau dilihat paceku itu perokok aktif. Tiap hari anggota keluarga yang dalam merokok, dalam sehari biasa 3 bungkus dihisap. Apalagi faktor umur mungkin sudah tua mi merokok dapat menghabiskan 3 bungkus jadi kalau bisa dikurangi itu merokok. kemudian faktor Kalau saya sih setuju-setuju saja. Karena saya memang nda pernah - 1 orang informan tidak rokok, memiliki anggota keuangan karena anggota tanya kenapa merokok tapi setelah saya merokok saya tahu keluarga yang keluarga informan membeli rokok bagaimana rasanya kalau tidak merokok. Bisa gila toh. merokok dengan menggunakan uang dari Kalau untuk laki-laki nda papa ji karena sudah hal lumrah tapi kalau orangtua dan karena adanya untuk cewek apalagi ibu-ibu biasanya orang beranggapan negatif kan. anggota keluarga yang merokok Karena dibilang ada gangguan janin dan bisa berpengaruh pada memberikan contoh yang buruk kandungan tapi saya lihat juga tanteku perokok 4 anaknya lahir bagi keluarganya normal dan tidak ada ji gangguan. Jadi saya setuju ji.
GV
Tanggapan terhadap
PBS I
adanya anggota keluarga
G
yang merokok
RL
WAH
xi
HRE
A
RUC RV
AWE
RA GV
Tanggapan mengenai perilaku merokok pada
PBS
I
Saya pernah menegur. Karena faktor keuangan/ekonomi. Kalau saya pribadi boleh merokok kan pake uang sendiri, saya nda pernah pake uang jajan. Maksudnya saya kan sebenarnya kalau memang ada kerjaan lain maksudnya kayak di organisasi trus dapat uang pasti pake itu. Sebenarnya saya adalah orang yang paling nda suka asap rokok jadi kalau dia merokok saya bilang aduh sana-sana ko deh. Kalau saya yang merokok tidak ji, tapi kalau orang lain begitu mi kayak lain-lain Nda ada ji biasa-biasa ji. Karena saya tidak merasa terganggu ji dan menurutku enak ji juga itu merokok. jadi, nda apa-apa ji dia merokok Hmm nda papa ji. Karena mungkin itu adalah kebiasaan nya dari usia muda dan untuk berhenti merokok merokok secara langsung itu sangat sulit Kalau bapak berlebihan sekali mi. Mau ditegur nda enak ki tapi pernah ku tegur dan agak berkurang-berkurang mi tapi nda tau garagara apa bertambah lagi. Karena sudah lama tapi setidaknya pernah mi ditegur Tidak setuju sebenarnya apalagi mamak ku tapi mau mi diapa dari dulu mi dia begitu. Tidak bisa juga dilarang toh karena itu haknya toh Saya kan merokok, trus kalau saya lihat keluargaku merokok sebenarnya saya melihat itu sebagai kebutuhan sehari-harinya. Kayak kita kan perlu makan dan perlu minuk. Cuman terkadang saya fikirkan kalau mereka mulai batuk-batuk terkadang saya mau suruh mereka berhenti tapi kan saya perokok jadi saya tahu itu bagaimana rasanya kalau kita mau sekali merokok baru tidak ada rokok kak. Hal tersebut tidak baik dan tidak sehat karena rokok mengandung zat Dari 12 orang informan: yang berbahaya apalagi untuk perempuan dapat menyebabkan - 9 orang informan gangguan kehamilan mengatakan bahwa menurut tanggapan Dapat menimbulkan rasa intimidasi dan cemooh dari masyarakat. mereka perilaku Perempuan yang merokok itu pasti dipandang negatif oleh orang lain
Kemudian, informan lainnya mengatakan setuju karena apa yang dirasakan oleh keluarga mereka tentu itu pula yang dirasakan oleh informan. Seperti: adanya manfaat yang dirasakan saat merokok, rokok merupakan suatu kebutuhan dan adanya rasa kecanduan sehingga sulit untuk berhenti merokok. adapula informan yang setuju karena dia tidak terlalu percaya dengan bahaya rokok terhadap kesehatan apalagi perempuan karena ada bukti yang dia lihat pada salah satu anggota keluarganya yang merokok yaitu tante yang semua anaknya lahir normal.
Sebagian besar informan setuju terhadap perilaku merokok pada perempuan. Alasan informan mengatakan hal demikian adalah karena perilaku merokok pada
xii
perempuan G
RL
WAH
HRE
A
RUC
RV
karena biasanya yang paling banyak merokok itu adalah kaum lakimerokok pada laki perempuan di zaman sekarang ini merupakan Nda bagus untuk kesehatan karena kalo untuk perempuan rokok dapat hal yang lumrah dan menyebabkan gangguan kehamilan. Saya tau ji bahanyanya itu rokok sudah biasa terjadi dan tapi di sisi lain saya merokok ji sampai sekarang toh menurut mereka sahSebenarnya seharusnya disamakan saja dengan laki-laki. Supaya sah saja jika perempuan kalau perempuan nda disembunyi-sembunyi merokok kan mereka merokok merokok untuk kebutuhnnya. Jadi kalau pandangan saya sih ya orang informan terserah orang lain kalau bagi saya sih sah-sah saja kalau perempuan - 2 mengatakan bahwa merokok. akan berdampak buruk Kalau menurut saya itu sudah menjadi hal yang lumrah sudah biasa. bagi kesehatan jika Itu kan juga dari dirinya orang kan. Orang bilang buruk tapi kalau perempuan merokok buat saya sih nda terlalu ji yang penting just merokok jangan sampai - 1 orang informan narkoba. mengatakan bahwa Tidak ada bedanya sama laki-laki karena memang efeknya sama. perempuan yang Misalnya paru-paru. Sama sih gitu. Kecuali kalo lagi mengandung merokok dapat merasa untuk cewek. Jadi yah sah-sah saja cewek merokok terintimidasi dan Kalau tanggapan ku kalau jaman sekarang sih lumrah mi. Biasa menimbulkan cemooh sekali mi itu cewek merokok dan menurutku wajar-wajar saja sih dari masyarakat. karena diaturan tidak ada ji yang larang perempuan merokok. Persepsinya ji orang biasa yang biasa menganggap cewek merokok sebagai cewek nakal dan sebagainya. Untuk sekarang sih sudah bukan hal yang baru kalau cewek merokok karena dilihat dari saya sendiri itu bukan ji faktor lingkungan luar yang bentuk kag seperti ini tapi lingkungan dari dalam toh entah itu orangtua atau apa. Yakin kag juga kalau cewek merokok itu pasti karena ada alasan tersendirinya. Terlebih dahulu saya adalah orang yang tidak membedakan jenis kelamin. Saya adalah orang yang tidak bias gender jadi saya melihat perempuan dan laki-laki hanya berbeda pada alat seksual selebihnya untuk perilaku seksual itu adalah sama. Apapun keputusan untuk
perempuan di zaman sekarang ini merupakan hal yang lumrah dan sudah biasa terjadi dan menurut mereka sah-sah saja jika perempuan merokok. adapula informan yang menambahkan bahwa sebaiknya perempuan dan laki-laki dalam hal merokok disamakan saja karena laki-laki dan perempuan sama-sama punya paru-paru dan punya kehendak untuk merokok. Adapun efeknya bagi kesehatan juga sama kecuali gangguan kehamilan bagi perempuan dan impoten bagi lakilaki
xiii
AWE
RA GV
merokok bukan berarti merokok itu baik karena dari kesehatan itu juga buruk karena menambah lagi satu ancaman kematian toh dibanding tidak merokok. Cuman permasalahannya adalah ketika perempuan dan laki-laki itu dibedakan karena merokok ya kasihan saja perempuannya. Sama-sama punya mulut sama-sama punya paruparu dan sama-sama punya kehendak untuk memastikan dirinya mau merokok atau tidak gitu. Berarti ya sah-sah saja kayak gitu. Cewek sama cowok bedanya cuman di alat kelamin.gituuu. Hal yang biasa. Sah-sah saja ji. Karena di dunia sekarang ini hal-hal yang bisa dilakukan oleh laki-laki tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan juga oleh perempuan. Sama halnya seperti merokok Biasa-biasa saja karena banyak mi begitu e yang merokok. Toh merokok untuk perempuan itu apa ya sudah lazim mi begitu e Jujur ya kak. Sebenarnya itu kalau kami lagi baku kumpul-kumpul sama teman-teman yang agak nakal seperti merokok dan tahu dunia malam begitu saya anggapnya itu semua adalah hal yang biasa, sebagai hiburan dan pengisi waktu kosong. Dan tanggapan saya susah menjelaskan kepada orang-orang yang menganggap perilaku kami ini adalah buruk.
VARIABEL PENGARUH IKLAN Pertanyaan Adanya
Infor man PBS
iklan rokok yang sering I dilihat/diden
Jawaban Informan
Reduksi
Saya sering lihat iklan rokok di tv saat saya sedang nonton acara tv Dari 12 orang informan: kesukaan saya. Jadi ketikafilm tersebut iklan,terkadang ada iklan - 7 informan melihat rokok yang muncul iklan rokok di TV dan di jalan-jalan (berupa Sering.Di TV dan di jalan-jalan yang ditempel-tempel itu. Saya lihat pamflet, baliho iklan rokok di tv itu kalau pas saya lagi nonton malam-malam. Saya ataupun papan perhatikan kebanyakan iklan rokok itu tayang di malam hari. Kalau reklame) yang di jalan-jalan yah saya lihat kalau pas saya lewati jalan itu
Kesimpulan Semua informan pernah melihat/ mendengar iklan tentang rokok. Kebanyakan dari mereka melihat iklan rokok di tv saat mereka sedang nonton dan di jalan-jalan karena biasanya iklan rokok yang ada di jalan mempunyai ukuran
xiv
gar G
RL
WAH
HRE
A
RUC RV
AWE
kalau mau ke kampus Pernah. Tv dan di surat kabar juga ada. Ya kalau saya lagi nonton TV pasti ada iklan rokok yang tayang. Pernah juga saya baca surat kabar dan saya lihat ada iklan rokok di situ Iya. Setiap hari di Tv saya lihat. Karena setiap hari kan saya nonton tv kalau tidak ada kegiatan jadi ya lihat lagi. Keseringan sih malam karena kalau malam santai toh tidak ada kegiatan. Jadi keseringan lihat iklannya kalo malam Ya. Pernah.Tv dan di jalan-jalan. Kalau yang saya perhatikan sih iklan rokok yang paling banyak itu di tv dan jalan. Saya biasa lihat iklan rokok di tv kalau saya lagi santai, duduk-duduk sambil nonton. Kalau iklan pasti selalu ada iklan rokok muncul. Trus kalau yang di jalan itu biasanya ada di papan reklame yang besar sekali itu. Biasa kalo macet saya lihat Iya. Pernah. Tv dan papan reklame yang ada di jalan-jalan. Saya lihat iklan rokok di Tv itu kalau saya lagi nonton dan kalau papan reklame itu kalau saya lagi jalan berhubung besar sekali juga jadi otomatis pasti dilihat Selalu. Di radio, di tv dan di jalan-jalan juga biasa banyak balihobaliho begitu toh.Kalau radio kan biasa kalau lagi di jalan toh dengar radio di mobil pas lagi iklan biasanya disitu saya dengar. Trus kalau di TV kan jelasmi toh selalu ji memang muncul iklan rokok trus yang di jalan raya yah lihat dari baliho atau pamflet-pamflet yang biasa ditempel. Begitu ji Iya. Pernah Di televisi kalau pas kag nonton kak sama di spandukspanduk yang ada di jalan karena sering saya lewati itu jalan Iya. Pernah. Di TV dan di papan reklame jalan.Saya lihat iklan di Tv itu kalau pas saya lagi nonton trus yang di jalan biasanya saya lihat karena besar sekali itu iklan rokok biar dari jauh kelihatan Iya. Pernah. Televisi dan pamflet-pamflet jalan yang besar sekali.Saya
- 2 informan melihat yang besar iklan iklan rokok di terlihat. TV - 1 informan melihat iklan rokok di TV dan surat kabar - 1 informan melihat iklan rokok di tv dan di jalan serta mendengar iklan rokok di radio - 1 informan melihat iklan rokok di tv, yotube, line dan facebook
sehingga
xv
mudah
RA
GV
Pengaruh
PBS
slogan rokok dalam iklan rokok I
G
lihat iklanrokok di pamflet jalan itu biasa kalau saya bawa motor jalan-jalan mau kemana begitu e baru itu kan pamflet rokok yang di jalan biasa besar-besar jadi kentara sekali kalau dilihat. Kalau di tv itu saya lihat kalau pas kag nonton filmku toh ada ki lewat. Pernah lah. Di tv dan di jalanan. Karena menurut saya iklan tv sekarang yang paling banyak itu iklan tentang rokok toh. Kalau yang di jalan biasa saya lihat yang iklan-iklan event yang disponsori oleh iklan rokok Jangankan iklannya kak di bungkus rokok saja itu semacam dia memang kayak ada iklan khususnya bilang ini rokok begini. Kan selalu dari televisi dari youtube juga kak yang di skip itu dari line itu kan semacam iklan-iklan juga. Jadi paling sering saya lihat iklan rook itu di iklan line dan di facebok. Alasannya karena social media saya yang paling aktif adalah line dan facebook kemudian yang kedua memang saya ikuti itu akun nya ini yang mengeluarkan iklan. Karena kan wajar ji karena saya adalah seorang perokok Tidak ada. Karena saya tidak terlalu memperhatikan slogan yang ada Dari 12 orang informan: di dalam iklan rokok. Biasanya yang saya perhatikan itu cuman - 9 orang informan tayangan iklannya saja. Awalnya saya tidak mengerti kalau itu iklan rokok lama-lama ternyata itu iklan rokok. Kemasan iklannya yang mengatakan bahwa di bagus bukan slogan nya. Saya merokok bukan karena pengaruh iklan rokok tidak ada slogan rokok slogan rokok yang Menurut saya, tidak ada. Alasannya yah karena memang nda ada ji yang menarik perhatianku begitu e. jadi nda ada ji itu pengaruhnya menarik slogan rokok dengan saya merokok atau nda. Kalau soal slogan nda ada ji menurutku yang menarik. Semua slogan - 3 orang informan sama ji menurutku. Slogan yang paling sering dengar itu adalah mengatakan di iklan “merokok membunuhmu”. Menurutku itu aneh. Karena mereka rokok ada slogan (industry rokok) yang buat slogan itu tidak jelas apa maksudnya. Mereka membuat slogan yang yang memperingatkan orang tentang
Sebagian
besar
informan
mengatakan bahwa di iklan rokok tidak ada slogan rokok yang menarik. Alasannya karena di iklan rokok yang ada mereka tidak
terlalu
memperhatikan
slogan rokoknya. Beberapa dari informan lebih
mengatakan
tertarik
pada
xvi
mereka tayangan
bahaya rokok tapi tetap ji mereka produksi rokok. Tapi kalau memang rokok bahaya dan dilarang sebenarnya kalau rokok dihilangkan di Indonesia akan banyak kerugian Negara karena salah satu pendapatan besar Negara kita itu dari rokok. Kalau nda ada industry rokok kasihan juga para petani tembakau dan cengkeh. RL
WAH
HRE
A
RUC
Kalau slogan rokok menurut saya nda ada ji menarik cuman tayangan iklan rokoknya yang menarik. Yang kreatif menurut saya itu Djarum sih. Karena setiap saat ada perubahannya yang iklan Djarum yang mempromosikan tentang rokoknya. Iklan djarum itu yang paling saya suka maksudnya.Kalau saya nda terpengaruh ji karena rokok ku Marlboro toh bukan ji produk Djarum. Marlboro juga tidak ada ji iklannya. Kalau saya nda terpengaruh ji cuman suka ji lihat kreasinya begitu e Tidak ada. memang saya sering ji lihat iklan tentang rokok tapi nda tahu kenapa saya nda terlalu perhatikan slogan rokoknya yang ada. nda ada ji pengaruhnya slogan rokok terhadap perilaku merokok ku. Saya merokok bukan ji karena slogan rokok Kalau slogan rokok sebenarnya nda ada ji yang bikin kag tertarik dek. Karena menurutu slogan iklan rokok itu seperti kata-kata biasa ji yang memang cuman mau menarik perhatian konsumen. Jadi menurutku nda ada ji yang menarik biasa semua ji dan nda ada ji sama sekali pengaruhnya slogan rokok sama perilaku merokok ku dek. Nda ada ji yang menarik menurutku kalau dari slogan. Malah yang biasa yang menarik itu adalah visualnya. Alasanku bilang nda menarik ji kalau dari slogan karena nda ngaruhji dengan penjualan. Kalau visual yang bikin menarik biasanya itu karena keunikan dari visualnya.
rokok yang menarik
visual iklan rokok yang kreatif daripada slogan rokok. Adapula informan yang mengatakan ada slogan
rokok
Namun, wawancara
yang
berdasarkan semua
menarik. hasil informan
mengaku bahwa slogan rokok yang ada di iklan rokok tidak ada pengaruhnya terhadap perilaku merokok mereka.
Kalau menurutku kak nda ada ji slogan rokok yang menarik. Karena yang sering saya lihat itu slogan rokok yang diperuntukkan untuk
xvii
laki-laki. Seperti pria punya selera. Jadi, nda ada ji pengaruhnya slogan rokok sama saya merokok kak RV
AWE
RA
GV
Ada. Slogan rokok merk Sampoerna yang “gak ad aloe gak asyik’. Alasannya karena menurut saya slogannya ada benarnya karena kalau yang saya rasa lebih enak merokok itu sama orang lain. Tapi, sebenarnya nda ada ji pengaruhnya itu slogan rokok terhadap perilaku merokok ku. Kan setelah saya sudah merokok baru saya perhatikan slogan itu. Ada iklan ku suka yang pergi mendaki-mendaki itu yang U-mild kalau nda salah. Keren sekali ki iklan itu. Tapi tetap yang paling keren itu pemandangannya sih menurutku bukan ji rokoknya.Rokoknya nda ku urus ji saya. Apalagi slogan rokoknya nda ku perhatikan ji yang itu kak. Nda penting ji. Jadi nda ada ji pengaruhnya sama perilaku merokokku. Karena merokok kemauanku sendiri ji nda ada ji nda berpengaruh ji itu keren iklan nya atau bagaimana Iya ada sih yang menarik. yang saya tahu itu slogan yang bukan basa basi. Bagus sih kata-katanya jadi menarik menurut saya. Slogan itu nda berpengaruh ji sama perilaku merokok ku. Yang saya tahu merokok itu enak ji. Makanya saya merokok Ada kak. Itu yang pria punya selera kak. Tanggapan saya tentang slogan itu ya menarik kak karena kan baru saja dengar kata pria punya selera tidak tahu kenapa langsung kayak ada kata-kata yang membuat saya penasaran begitu. Awalnya rokok saya kan Marlboro kak pas saya lihat itu slogan pria punya selera saya kayak tertarik dan penasaran begitu kak. Jadi saya coba mi itu rokok pabriknya Gudang garam kayak rokok Surya tapi akhirnya saya kembali ji ke Marlboro. Karena awalnya saya penasaranji sama slogannya jadi saya coba itu kemudian saya kembali ke Marlboro karena saya merasa tidak nyaman dengan rokok Surya. Walaupun slogan Surya
xviii
Sosok yang PBS diidolakan dalam iklan I rokok G
RL
WAH HRE A
RUC RV AWE
RA
menarik tapi rokoknya tidak terlalu enak kalau menurut saya karena kayaknya rokok Surya itu untuk laki-laki yang kuat untuk merokok, saya rokok Marlboro merah Tidak. Saya tidak terlalu suka dengan artis-artis yang profesinya Dari 12 orang informan: sebagai model-model iklan. Saya lebih suka artis yang berprofesi - 4 orang informan sebagai penyanyi seperti Avril Lavigne mengatakan tidak ada sosok yang diidolakan Tidak ada. Alasannya karena saya tidak terlalu peduli ji dengan iklan dalam iklan rokok rokok. Jadi mau slogan rokok ataupun sosok model dalam iklan rokok karena tidak ada model nda penting ji menurutku di iklan rokok yang Tidak ada. Ya karena memang tidak adaji orang yang saya idolakan mereka kenal itu di iklan rokok dan tidak adaji juga pernah saya lihat model iklan - 4 orang informan rokok yang menurutku bisa dijadikan idola mengatakan tidak ada Tidak ada. Alasannya karena nda ada yang saya kenal di situ di iklan sosok yang diidolakan rokok, nda artis yang setiap hari muncul di gosip kah apa kah kan dalam iklan rokok bukan mereka yang dipake. karena mereka Tidak ada. Karena orang-orang nda dikenal ji semua memang tidak peduli Tidak ada. Karena memang nda ada ji sosok yang menarik dengan sosok dalam perhatianku di iklan rokok. Biasa ji semua iklan rokok, mereka Tidak ada. Karena jarang ada artis ku suka yang jadi ambassador tahunya merokok saja rokok, nda suka ji kag juga sama cowok-cowok berotot yang ada di - 4 orang informan iklan rokok biasanya. Jadi tanggapankku biasa ji.. mengatakan tidak ada Tidak ada. Karena pada iklan rokok tidak ada ji artis yang saya kenal sosok yang diidolakan kak. dalam iklan rokok Tidak ada. Karena iklan rokok memakai artis yang tidak dikenal. karena model dalam Jarang muncul di TV begitu e. cuman muncul di iklan rokok saja iklan rokok tidak Tidak. Nda ada ji yang suka. Pemandangan ji itu keren. Nda terlalu menarik perhatian penting ji juga yang model di iklan rokok karena saya merokok kalau mereka mau ji saja atau ditawari jadi nda berpengaruh ji itu mau ada iklannya kah keren bagaimana nda berpengaruh ji Tidak ada. Karena memang nda ada ji sosok yang saya idolakan di
Semua informan mengatakan bahwa dalam iklan rokok tidak ada sosok yang mereka idolakan. Alasannya karena memang di iklan rokok tidak ada sosok model yang menarik perhatian informan, model-model yang ada di iklan rokok tidak dikenal oleh informan (tidak terkenal) dan jarang muncul di tv hanya di iklan rokok saja serta informan tidak peduli dengan sosok dalam iklan iklan rokok mereka tahunya merokok saja
xix
GV
iklan rokok. Saya merokok karena rokoknya ji Kalau yang di iklan rokok saya sih tidak mengidolakannya, saya tidak terlalu peduli ji dengan itu karena ketika saya merokok kan saya ingin menikmati ceritanya jadi langsung tertarik dengan rokoknya bukan ke tokoh-tokoh yang berpengaruh di rokok kak
VARIABEL PENGARUH TEMAN SEBAYA Pertanyaan Kepemilika n
Infor man PBS
teman
sebaya yang merokok.
I
G
RL
WAH
HRE
Jawaban Informan
Reduksi
Ya. Teman-teman SMA saya. Kebanyakan perempuan di sana (Papua Dari 12 orang informan: Nugini) merokok. Jadi teman saya yang perokok, masih ada yang di - 5 orang informan papua nugini saat ini dan ada juga yang kuliah di Makassar bersama dengan saya. Saya kuliah di Unhas karena saya mendapatkan mengatakan bahwa beasiswa di sini. memiliki teman sebaya Iya. Ada beberapa. Anak Unhas ji juga. Saya yah kenalan dari teman yang merokok dan ke teman ji. Akhirnya lama-lama karena sering bertemu jadi berteman sampai sekarang berteman dengan Ada. Saya berteman dengan mereka mulai dari masuk sekolah di SMA mereka lewat jaringan dan sekelas sama mereka. Kemudian, suatu hari saya diajak merokok sama mereka yang memang adalah perokok. pertemanan Ada sih, banyak sebenarnya. Kalau pertemanan ku sama mereka itu berawal dari teman ke teman ji juga sebenarnya sih. Trus lama-lama - 3 orang informan saya jadi akrab jadi akhirnya berteman mi. begitu mengatakan bahwa Ada. Dulu pernah ada kegitan saya ikuti. Lupa mag kegiatan apa itu. memiliki teman sebaya Trus pas duduk-duduk saya kenalan sama temannya temanku. Ternyata dia merokok. Bermula dari situ ji kami berteman sampai yang merokok dan sekarang berteman dengan Iya ada. Kalau temanku yang merokok cewek itu saya kenal dari teman ke teman ji. Awalnya memang kenalan dan tidak tahu kalau dia
Kesimpulan Semua informan memiliki teman sebaya perempuan yang merokok. Informan menjalin pertemanan dengan mereka ada yang bermula dari
jaringan
pertemanan
(berteman dari teman ke teman dan
akhirnya
lama-kelamaan
menjadi akrab) dan adapula yang telah berteman sedari SMA dan SMP hingga sekarang
xx
A
RUC RV
AWE
RA
merokok. lama-kelamaan pi baru saya tau ternyata dia juga perokok. mereka sejak SMA Ada juga teman dekatku yang merokok itu memang dari SMA kag serta berteman lewat dekat. Iya. Saya cerita ke temanku kamu mau ini tidak enak loh? Ih lamajaringan pertemanan kelamaan temanku yang malah kecanduan daripada saya jadi karena - 3 orang informan sering baku bawa sama dia jadi sama-sama jadi perokok aktif dulu mengatakan bahwa SMP kelas 2. Ceritanya itu Pas ada acara kumpul angkatan trus ada rokok yang nganggur 1 batang jadi saya kasih coba mi mereka. Sejak memiliki teman sebaya saat kami merokok sama-sama sampai sekarang. Mereka juga anak yang merokok dan Unhas Iya ada. Tapi mereka tidak aktif kayak saya. Pasif ji. Temanku ji juga telah berteman dengan di fakultas ini kak. Bertiga kag. mereka sejak SMA Iya ada. Banyak sebenarnya teman cewekku yang merokok. Saya berteman sama mereka itu awalnya dari teman ke teman ji. Kami hingga sekarang sering merokok sama-sama kalau lagi bertemu. Iya. ada temanku dari sekolah ada teman nongkrong dari komunitas - 1 orang informan juga sih yang cewek-cewek. Komunitas pecinta alam yang gabung kag mengatakan bahwa dari SMA. Trus rata-rata juga yang gabung di komunitas pecinta alam memiliki teman sebaya itu kebanyakan merokok yang cowok-cowoknya toh baru na lihat ki gaya ku yang begini (tomboy) jadi nasamakan mi sama temanyang merokok dan temannya telah berteman dengan Banyak. Saya berteman sama mereka itu ada dari bbm, ketemuan trus ada juga teman dari SMA. Kayak gitu ji nongkrong-nongkrong begitu mereka sejak SMP sambil merokok
xxi
Adanya
GV
Iya ada. Masih merokok semua ji sampai sekarang yang ku samakan merokok dari SMA dulu. Tapi kan saya sekarang sudah di Gowa jadi tinggal saya sendiri dalam lingkungan ku di Gowa yang cewek merokok. kalau saya ke Makassar saya gabung lagi sama mereka lagi yang memang teman merokok dari SMA dan sama kakak-kakak kelas. Rata-rata semuanya anak Unhas
PBS
Sering. Terkadang kalau sedang santai dan tidak ada sesuatu yang Dari 12 orang informan: sedang saya kerjakan saya diajak merokok dan terkadang ditawari - 11 orang informan rokok oleh teman saya mengatakan sering Iya sering. Kalau kami kumpul-kumpul pasti saya ditawari rokok sama teman saya ditawari rokok oleh Sering ditawari. Kalau pas lagi ngumpul-ngumpul pas nongkrong teman mereka. rame-rame di situ saya biasa ditawari rokok Sering ditawari. Ya kalo lagi pas merokok kag sama toh. Tapi kalau - 1 orang informan nda sama merk rokoknya ya saya nda ambil. Tapi kalau sama merk mengatakan tidak rokok sama yang ku hisap dan lagi nda ada rokok ku ya sama ambil. Nda enak juga kalau nda diambil toh apalagi kalau teman yang lama pernah ditawari rokok nda ketemu oleh teman justru dia Pastinya. Saya sering ditawari rokok oleh teman saya. Kalau kami lagi duduk-duduk trus nda ada ji dibikin ditaawari kag rokok, dia yang menawari bilang ayo merokok ada rokok ku di sini temannya rokok Iya sering. Kalau saya lagi kehabisan rokok biasa mereka tawari saya. Pas habis makan juga biasa saya ditawari merokok Sering. Bahkan sekarang ini dipengaruhi kag bilang ayo mi merokok lagi. Tapi saya berusaha sugesti diriku untuk nda merokok karena biasa sakit mi juga kepalaku sekarang kalau merokok kag Nda. Saya ji yang selalu tawari mereka rokok kak. Nda pernah itu mereka tawari kag, kan mereka merokok itu bisa dibilang nda terlalu
tawaran rokok teman
dari
I G RL
WAH
HRE A
RUC
hingga sekarang
Hampir semua informan sering ditawari rokok oleh teman cewek merreka yang merokok. informan mengatakan mereka ditawari rokok pada saat mereka sedang kumpul-kumpul bersama atau pada saat informan tidak memiliki rokok
xxii
RV AWE
RA GV
Respon
PBS
teman terhadap perilaku merokok informan
I
G
RL
sering. Beda sama saya saya sudah ketergantungan mi sama rokok Iya. Saya ditawari rokok itu kalau pas kami lagi kumpul-kumpul. Sering sekali. Biar bilang kag jangan moko berhenti mikag merokok pasti na tawari ji kag lagi. Jadi biasanya kalau setelah briefing itu kalau lagi cerita-cerita lepas itu ditawari kag rokok. Biasa juga langsung na sodorkan pernah ia langsung kag dibakarkan juga nda enak kalau ditolak Sering lah. Saya biasa ditawari itu kalau pas lagi nda ada rokok ku Iya. kalau saya lagi bergaul dengan mereka di Makassar. Kan kita biasanya pergi nongkrong di Warkop, coffe lovers begitu kak, sampai ikut-ikut dengan club Makassar di situ saya ditawari rokok, kita saling berbagi rokok dan merokok sama-sama Saya biasanya ditegur. Sebenarnya saya jarang merokok di depan teman serumah saya yang perempuan. Saya lebih sering merokok sendiri di kamar. Tapi jika ada teman laki-laki yang datang ke rumah, saya biasanya diajak merokok bersama. Disitu biasanya saya ditegur sama teman saya yang perempuan. Katanya tidak baik merokok karena saya ini perempuan dan orang akan berfikir jelek tentang saya nantinya Selalu ditegur. Biasa ada temanku tegur kag karena kan saya cewek jadi menurutnya nda bagus itu cewek merokok selain bahaya bagi kesehatan pasti ada orang-orang yang berpandangan negative Biasa ditegurkarena nda enak dilihat orangkatanya karena saya cewek juga toh. Akan ada orang yang berfikiran negatif sama cewek yang merokok Ditegur. Banyak yang tegur. Apalagi kita kaum perempuan. Tapi ya saya sendiri yang beli rokok jadi ko nda usah pusingi saya. Apalagi kalau teman yang baru tahu saya merokok trus tegur-tegur saya ya paling saya cuek. Bodo amat. Setiap saat banyak yang tegur toh. Apalagi kalau saya di tempat baru merokok pasti ditegur
Dari 12 orang informan: - 5 orang informan mengatakan bahwa sering ditegur oleh teman karena alasan tidak enak dilihat orang apalagi informan adalah perempuan - 3 orang informan mengatakan bahwa sering ditegur oleh teman karena berbahaya bagi kesehatan - 3 orang informan mengatakan bahwa sering ditegur oleh teman karena
Semua informan mengatakan bahwa sering mendapatkan teguran dari teman atas perilaku merokoknya. Kebanyakan mereka ditegur karena alasan tidak enak dilihat orang apalagi informan adalah seorang perempuan
xxiii
WAH
HRE
A
RUC RV
AWE
Ditegur. Saya biasanya ditegur sama teman ku yang tidak suka asap berbahaya bagi rokok. Jadi kalau ada teman yang sudah menegur begitu saya matikan kesehatan, juga karena mi rokokku tidak enak dilihat orang apalagi informan Ditegur. Dengan teman cowok yang tidak suka perempuan yang adalah perempuan merokok. trus kalau teman cewekku biasa juga ditegur kag. Katanya - 1 orang informan bahaya bagi kesehatan apalagi kan saya cewek katanya mengatakan bahwa Ditegur. Dengan temanku sahabatku yang dia tidak merokok. Dia nda sering ditegur oleh suka lihat cewek merokok toh karena orang-orang pasti teman yang tidak suka berpandangan buruk sama cewek yang merokok. trus, nda bagus juga asap rokok untuk kesehatan apalagi saya cewek. Jadi itu alasannya mereka tegur saya kayaknya. Apalagi ada teguran dari pacar. Dia nda mau lihat saya merokok jadi nda mau ma’ merokok. Kalau ada lagi keinginn untuk mau ya saya sugesti diriku untuk tidak merokok. Ditegur. Sama temanku yang selalu sama-sama saya setiap hari. Karena bahaya bagi kesehatan katanya apalagi cewek kag kak. Begitu Sering.Sebagai perempuan yang merokok satu batang rokok itu akan menegaskan seperti apa kau. Saya mau cerita. Dulu ketika jamannya rokok elektrik banyak teman-teman saya di kampus yang pake rokok elektrik tapi orang tidak menegur mereka sebagai perokok. Orangorang justru mengatakan ada loh rokok elektriknya itu. Orang-orang tidak melihat lagi mereka sebagai perokok tetapi ketika kita memegang satu batang rokok itu tiba-tiba orang menjudge diri kita sebagai cewek nakal itu yang pertama. Trus ih kenapa kau merokok kau kan perempuan? Yang begitu-begitu ji. Kau akan dilihat gampangan. 1 batang itu akan memperlihatkan seolah-olah kau telanjang seolah-olah kau langsung jelek sekali dimatanya orang. Ditegur. Kalau main kag sama temanku yang nda merokok toh yang teman-teman kampusku yang cewek-cewek dan yang kalem-kalem na bilang jangan ko merokok mandul ko nanti sakit ko nanti ini itu. Biasa juga mereka langsung ambil rokok ku dibuang ki walaupun masih banyak. Tapi bersyukur jikag kalau dikasih begitu. Jadi tergantung
xxiv
RA GV
lingkungan ji, kalau lagi sama kag anak-anak yang baik ya nda merokok kag karena ditegur kag pasti tapi kalau kembali kag ke komunitasku ya merokok kak karena ada yang tawari juga toh Ditegur. Apalagi kalau saya merokok pas di tempat ramai. Karena perempuan toh katanya nda enak dilihat orang Untuk pertama kalinya teman-temanku kan kaget pas melihat saya merokok. saya sudah banyak kali dapat teguran kak. Susah menjelaskan ke mereka. Mereka hanya tahu dampak negatifnya seperti bahaya untuk kesehatanku nda enak juga dilihat orang katanya. Mereka tidak tahu betapa segarnya saya dan betapa bebasnya saya pas selesai merokok. mereka tidak dapat merasakan feelnya merokok toh mereka hanya tahu dampak negatifnya. Makanya mereka selalu menegur
VARIABEL PENGARUH KELUARGA Pertanyaan
Infor man PBS
Kepemilika n anggota keluarga yang I merokok.
G
Jawaban Informan
Reduksi
Ayah saya. Bapak saya merokok kalau tidak salah sejak saya masih Dari 12 orang informan: kecil. Saya tahu bapak saya merokok karena dia merokok di depan - 11 orang informan saya di dalam rumah biasanya. memiliki anggota Tidak ada anggota keluarga yang merokok. Karena dalam keluarga saya sangat melarang adanya orang yang merokok. Laki-laki pun keluarga yang merokok dilarang. Ada. Papaku.sejak saya kecil papaku memang sudah merokok. - 1 orang informan tidak mungkin waktu saya SD kalau nda salah ingat kag. Saya tahu papaku memiliki anggota merokok karena ya saya lihat sendiri papaku merokok di depanku
Kesimpulan Hampir semua informan memiliki anggota keluarga yang merokok. Dari jawaban informan diketahui anggota keluarga yang merokok yaitu ayah, ibu, kakak, adik, sepupu, kakek dan tante. Paling
xxv
RL
WAH
HRE
A
RUC
RV AWE
Maceku merokok dulu, almarhum. Bapak merokok juga sama saudara-saudara semua merokok semua ji. Setauku bapakku itu kayaknya dari kecil dia merokok. kalau maceku mungkin sekitaran pas saya SMA lah baru dia merokok-merokok begitu. Kalau saudara-saudaraku SMP kag kayaknya merokok semua mi itu. Saya tahu mereka merokok itu karena pas saya ada di situ mereka merokok. merokok di depanku. Iya ada. Bapak dan tante. Saya tahu mereka merokok itu ya karena saya biasa lihat mereka merokok toh. Dan setahuku sudah dari lama mi itu mereka merokok. Tanteku 4 mi anaknya semua anaknya itu lahir dalam keadaan di masih merokok.Kalau bapakku iya tiap hari saya lihat merokok, bahkan saya sering minta rokoknya bapakku Adik cowok. Saya tahu adikku merokok karena dia merokok di depanku. Saya tahunya dia merokok itu sejak dua tahun yang lalu kayaknya Ada. saudara perempuan dan saudara laki-laki. Tapi sekarang saudara perempuan sudah berhenti merokok. Jadi kakak cewek saya dulu merokok juga. Trus saya lihat. Penasaran jag. Saya tanya? Ih kenapa ko begitu? Dia bilang mau ko coba kah? Jadi saya coba mi Bapak sama kakak sepupu yang laki-laki. Saya tahunya bapak merokok sejak saya masih kecil biasa merokok di depanku. Ayah, ibu dan tante saya. Tapi ibu sudah tidak merokok. Saya tahu mereka merokok karena mereka sering merokok di depan saya Bapak dan kakak yang cowok. Kalau kakak itu SMA pi baru ku tahu dia merokok tapi sembunyi-sembunyi ki. Kalau bapak itu nda ku tahu ki sejak kapan merokok karena nda pernah ku Tanya. Sekarang kakakku di tahu mi merokok dan tidak dilarang mi karena sudah kerja
keluarga yang merokok
banyak dari informan menjawab ayah. Mereka
mengetahui
anggota
keluarga
tersebut
merokok
bahwa merreka karena
informan sering melihat anggota keluarganya
merokok
depannya.
xxvi
di
RA
GV
Respon
PBS
keluarga terhadap perilaku merokok pada informan.
I
mi toh pake uang sendiri mi beli rokok. Saya tahu bapak merokok karena dari kecil saya lihat bapakku merokok. kalau kakak saya tahu merokok karena di tasnya dulu ada rokok di sembunyikan dan saya dapat dan itu juga kanada baunya toh bau khas tembakau jadi ku tahu ki Ada. Mamaku, bapakku, kakakku semuanya merokok. Kalau mamaku sama ayahku katanya dari muda katanya. Saya pernah tanya mamaku kenapa nda berhenti merokok. mamaku bilang dia sudah merokok dari dulu makanya ketagihan sampai sekarang.Saya tahu mereka merokok itu dari dulu ji saya lihat mereka merokok di depanku Iya ada. Bapakku kakakku dan kakekku. Semuanya merokok kecuali mama dan adik-adik dan kakak perempuanku. Saya tahu mereka merokok karena saya lihat sendiri mereka merokok di depanku. Kalau bapakku itu sudah merokok dari dulu waktu saya masih kecil kalau kakakku itu waktu SMA kayaknya. Tidak tahu. Keluarga saya tidak tahu saya merokok karena saat ini Dari 12 orang informan: saya jauh dari mereka. Dan lagipula di Makassar saya tidak punya - 10 orang informan keluarga, saya tinggal bersama teman-teman saya. Namun, sewaktu masih SMA saya tidak ketahuan merokok karena saya tidak pernah mengatakan bahwa merokok di rumah. saya selalu merokok bersama teman-teman saya keluarga mereka tidak setelah pulang sekolah. Jika orangtua saya tahu saya merokok mereka pasti akan marah karena alasannya saya adalah seorang perempuan mengetahui jika dan hal tersebut tidak bagus untuk seorang perempuan informan merokok. Kalau tahunya itu saya nda pernah tanya cuman kalau kecurigaan kayaknya ada. Contohnya kayak korek biasa didapati di kantong - 2 orang informan saya. Itu hari juga saya pernah ke pulau dan sampahnya saya mengatakan bahwa masukkan di plastik di dalam tas dan kemudian tercecer di kamar dan keluarga mereka didapatkan oleh orangtua. Kalau curiga sih iya. tapi saya bisa ji mengelak jadi kayaknya nda na tahu ji. Seandainya orangtua tahu mengetahui jika saya merokok mereka pasti akan marah sekali sama saya. Karena
Sebagian besar informan tidak diketahui merokok oleh keluarga mereka
walaupun
kebanyakan
informan tinggal di Makassar bersama keluarganya. Agar tidak diketahui dengan
informan
merokok
sembunyi-sembunyi
dengan jarang yang merokok di rumah. Adapun jika merokok di rumah, mereka merokok di kamar
xxvii
G
RL
WAH
HRE
A
seperti yang sudah saya bilang tadi di keluarga ku itu nda ada perokok satu pun. Laki-laki saja nda boleh apalagi ini saya perempuan Di Makassar saya tinggal sama orangtua saya Tidak tahu. Keluarga saya tidak tahu saya merokok karena saya merokok sembunyi-sembunyi. Saya tidak pernah merokok di depan mereka. Kalau misalnya mereka tahu saya merokok yah pasti mereka marah-marah. Mereka pasti bilang merokok tidak baik buat kesehatan apalagi buat anak perempuan. Di Makassar saya kost Iya, tahu. Dulu memang pernah kedapatan memang. Kedapatan lagi nongkrong sama teman-teman kedapatan lagi merokok. ya sudah, ketahuan kalau saya merokok. waktu setiap hari saya kena marah sih. Setiap hari ditegur bilang jangan begitu tapi ujung-ujungnya tetap ji saya merokok karena saya pembangkang ya sudah.Sampai capek mi menegur yang penting nda merokok mi di depannya jadi terserah kau dibelakang mau bikin apa mi. Di Makassar saya Kost Iya, tahu. Orangtua saya tahu kalau saya merokok. bahkan saya sering minta rokok di bapakku karena di Makassar saya tinggal bersama orangtua. Saya pernah disuruh berhenti tapi namanya orang tidak bisa langsung, pasti ada tahapnya toh secara perlahan tidak bisa langsung. Tidak tahu. Tapi ayah mungkin curiga karena ayah pernah bertanya kenapa suaramu berat sekali? Kayak lain-lain. Saya pernah bertanya ke temanku kenapa saya ditegur dan katanya perempuan perokok itu beda suaranya. Katanya. Jadi kalau di rumah saya merokok di dalam kamarsupaya ayah saya tidak tahu. Di Makassar saya tinggal dengan ayah saya Tidak tahu. Ya walaupun di Makassar saya tinggal bersama orangtua namun mereka tidak mengetahui kalau saya merokok karena saya merokok itu sembunyi-sembunyi. Jadi saya nda merokok di rumah paling di kost-an nya temanku ku tempati. Kakakku yang perempuan dulu sempat ketahuan dan pastilah dimarahi sama paceku. Paceku
informan merokok
atau kamar mandi agar tidak ketahuan. Dari
penuturan
informan,
diketahui bahwa keluarga semua informan secara tidak langsung melarang Dapat
informan diihat
informan
merokok.
dari
yang
jawaban
mengatakan
bahwa jika dia ketahuan merokok dia pasti akan mendapat teguran dan
akan
kena
marah
dari
keluarganya. Begitupun
halnya
informan
yang
bahwa
dengan mengatakan
keluarga
mengetahui merokok,
jika meskipun
mereka informan diketahui
merokok awalnya mereka kena marah
dari
keluarga
karena
adanya
namun
ketergantungan
xxviii
RUC
RV
AWE
RA
GV
dulu kan perokok tapi sudah berhenti. Jadi saya nda pernah merokok di rumah. Kalau mereka tahu saya merokok pasti mereka marah sekali dan paling saya disuruh berhenti. Karna nda bagus buat cewek itu merokok toh dan jelek juga imagenya di matanya orang lain. Tidak tahu. Saya tinggal di Makassar sama kakak sepupu saya dan dia nda tahu kalau saya merokok. Makanya kalau lagi di rumah biasanya saya merokok di kamar atau wc. Kalau dia tahu kag merokok pasti kena marah kag kak. Cewek kag toh, pasti na bilang nda bagus itu cewek merokok Ayah dan ibu tahu kalo saya merokok tapi sekarang mereka tahunya saya sudah berhenti merokok. Berarti mereka tidak tahu toh. Kalau mereka tahu saya merokok lagi mereka pasti akan marah. Di Makassar saya tinggal dengan adik saya. Tidak tahu. Di Makassar saya tinggal bersama orangtua. Dulu mamakku curiga karena pernah na dapat di tasku ada bungkusan rokok. Tapi saya bilang nda ji, punyanya temanku ketinggalan.Jadi aman ji kak. Dan saya juga kalau merokok selalu di luar rumah nda pernah ji di sekitaran rumah. Kalau misalnya orangtua saya tahu saya merokok pasti saya dimarah-marahi diceramahi juga. Kalau turun saja nilaiku marah-marahmi apalagi kalau yang begituan pasti lebih marah toh. Tidak tahu lah. Mereka tidak tahu karena saya tidak pernah merokok di depannya mereka. Saya nda pernah merokok di rumah. Pernah didapat rokoknya temanku di tasku dan mereka ngamuknya luar biasa apalagi kalau saya di tahu merokok. jadi ada larangan merokok lah dari orangtua. Di Makassar saya tinggal sama orangtua Tidak tahu. Mereka tidak tahu saya merokok karena kan kalau saya merokok itu di luar rumah. Itupun kalau saya merokok di rumah saya merokok di dalam wc atau di kamar. Karena saya tahu bagaimana caranya supaya setelah habis merokok tidak kentara baunya. Kalau saya merokok di wc itu saya merokok sebelum saya mandi jadi bau
dari rokok yang sulit dihentikan jadi
mereka
tetap
walaupun dilarang.
xxix
merokok
PBS
Sumber biaya
yang
didapatkan untuk
I
membeli rokok
G
RL
rokok tersamar dengan bau sabun. Kalau merokok di kamar kak biasanya saya buka jendela dan mandi parfum dan diselingi dengan makan gula-gula. Di Makassar saya tinggal dengan kakak saya di kost. Dia juga tidak tahu kalau saya merokok dan saya lakukan hal yang kayak tadi untuk menutupi itu. Aduh, saya nda tahu mi kalau misalnya orangtua tahu saya merokok. Baru saja keluar dari pintu rumah pertanyaan sudah bertubi-tubi mau kemana. Kan saya termasuk ji dapat IPK 3,00 kak jadi mereka tahunya saya baik-baik saja. Dulu waktu di SMA juga saya biasa mewakili sekolah untuk olimpiade jadi orangtua tahunya saya baik-baik saja. Di rumah saya itu sangat keras aturan penddikannya, tapi ya karena rasa penasaran saya jadi begini. Saya jarang merokok bersama teman-teman saya. Saya lebih suka merokok sendiri di kamar.Biasanya saya beli rokok di warung sekitar Dari 12 orang informan: rumah. Saya beli perbatang.Saya beli rokok dengan menggunakan uang jajan yang orangtua saya kirimkandan saya sisihkan - 10 orang informan Beli. Biasa juga dikasih teman. Tapi paling sering beli sendiri. mengatakan bahwa Di warung pinggir jalan atau di Alfamart. Di daerah Urip. Lebih sering beli perbatang sih kalausekarang.Saya membeli rokok itu pake mereka memperoleh uang jajan yang dikasih orangtua. Saya sisihkan uang jajanku rokok dengan membeli Beli sendiri. Di warung pinggir jalan atau di warung-warung di sendiri rokok. Adapun kantin biasa juga diSupermarket. Beli perbungkus. Saya beli rokok pake uang jajan yang dikasih kag biasa saya sisihkann untuk beli sumber biaya yang rokok didapatkan informan Beli sendiri. Di warung-warung kaki lima, di pinggir-pinggir jalan daerah Ukip atau sekitaran Perintis. Kalau di kampus biasa beli di adalah dari uang jajan kantin. Perbungkus yang diberikan oleh Saya beli rokok pake uang jajan yang dikasih kag biasa saya sisihkan untuk beli rokok. Semenjak orangtua tahu saya merokok uang jajan orangtua dan mereka saya dipotong. Uang makan dikurangi jadi lari ke uang pembeli rokok.
Sebagian
besar
memperoleh
rokok
informan dengan
membeli sendiri. Adapun sumber biaya informan untuk membeli rokok
adalah
dengan
menggunakan uang jajan yang diberikan oleh orangtua yang mereka
sisihkan.
biasanya
membeli
Informan rokok
di
Alfamart atau di warung-warung kaki lima
xxx
WAH
HRE
A
RUC
RV
AWE
RA
Beli sendiri, biasa dikasih juga. Biasa minta juga sama bapak atau sisihkan untuk membeli sepupu. Lebih sering beli sendiri sih. Untuk sekarang per batang.5 rokok batang biasanya saya beli di warung dekat-dekat rumah. Saya beli rokok pake uang jajan dari orangutan yang saya sisihkan - 2 orang informan juga Beli sendiri. Saya biasa beli rokok di Alfamart, Indomaret. Saya beli mengatakan perbungkus. Saya beli pake pake uang sendiri, saya nda pernah pake memperoleh rokok uang jajan. Maksudnya saya kan sebenarnya kalau memang ada kerjaan lain maksudnya kayak di organisasi trus dapat uang pasti dengan membeli sendiri pake itu. rokok. Namun, dia Beli sendiri. Ya beli rokok ya dari uang jajan yang diberikan sama orangtua. Kalau lagi banyak uang diAlfamart kalau nda ya di warungmemperoleh uang warung. Perbungkus. Saya beli rokok dengan menyisihkan uang jajan pembeli rokok dari hasil yang dikasih sama orangtua Beli sendiri. Di warung-warung dekat-dekat rumah. Perbatang. Tapi kerjanya, karena dia berkali-kali. Satu kali beli 5 ribu. Kalau habis lagi kalau diam kalau kuliah sambil kerja nda ada lagi di kerja kalau mau merokok ya beli lagi. Jarang beli per bungkus. Dalam satu hari bisa 2 kali beli rokok. Saya beli rokok pake uang jajan perbulah dari orangtua yang saya sisihkan Beli sendiri tapi ada juga dari teman. Lebih sering beli sendiri sih. Di warung. Biasa beli perbungkus biasa beli per batang tergantung. Tapi lebih sering beli perbungkus..saya beli rokok pake uang hasil kerja saya. Saya bekerja sebagai Event Organizer Kalau misalnya saya beli rokok itu pada saat saya mau sekali merokok trus temanku lagi nda ada rokoknya atau lagi sedikit mamirokoknya, baru kalau misalnya ada sisanya yang saya beli ku kasih mi temanku kalau mau mag pulang. Saya beli perbungkus biasanya di alfamart yang dekat basecamp.Saya beli rokok itu pake uang jajan yang dikasih sama orangtua. Kan biasa dikasih uang bensin, uang makan, itu mi yang biasa disisihkan pake beli rokok toh Beli sendiri. Di Alfamart. Saya biasanya beli perbungkus.Saya dapat uang untuk beli rokok itu dari orangtua. Dari uang jajan yang
xxxi
orangtua berikan saya sisihkan untuk beli rokok Beli. Kan kalau dari orangtua itu uang makan dan jajan saya dikirimkan perbulan. Saya lebih banyak membeli rokok daripada makanan. Kan makan 3 kali sehari tapi kalau saya biasanya saya makan hanya 1 kali sehari hanya malamnya saja. Selebihnya biasa saya belikan rokok 4 bungkus sekaligus. Biasanya saya beli rokok di Almafart atau Alfamidi. PERTANYAAAN UNTUK MENGETAHUI APAKAH INFORMAN “PEROKOK SOSIAL” ATAU BUKAN Infor Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan man PBS Tidak merokok setiap hari. Karena ada situasi tertentu yang biasanya Dari 12 orang informan: Sebagian besar informan membuat saya merokok. Saya lebih suka merokok saat sedang - 7 orang informan merokok setiap hari. Berdasarkan sendiri, stress dan ketika saya mau merokok. Saya biasanya mengatakan bahwa menghisap 2-3 batang sekali merokok. Rokok yang saya konsumsi mereka merokok setiap jawaban yang diberikan informan, adalah rokok Sampoerna hari diketahui bahwa informan I Kalau 6 bulan terakhir sih tiap hari iya saya merokok. Saya merokok - 5 orang informan mengatakan bahwa merokok setiap hari karena tiap hari itu karena mau ji saja kalau ada rokok. Ada yang kurang mereka tidak merokok saya rasa kalau saya nda merokok. Saya hisap 6-7 batang rokok adanya ketergantungan dengan setiap hari Sampoerna per hari. Nda pernah habis 1 bungkus per hari lah. rokok yang sulit untuk G Nda merokok tiap hari. Karena keadaan toh. Tergantung dimana saya berada. Kalau di tempat umum ya saya nda merokok. Kalau jumlah dihentikan. Mereka mengatakan rokok yang hisap 3 batang ji rokok Dunhill satu kali merokok kag. bahwa jika tidak merokok seperti RL Setiap hari. Saya merokok setiap hari karena saya ketergantungan mi toh sama rokok jadi pasti setiap hari saya merokok. karena kalau ada yang aneh yang mereka saya tidak merokok itu rasanya kayak aneh sih kayak makan nda rasakan. Adapun jumlah batang minum. 1 bungkus Marlboro merah setiap hari. WAH Setiap hari. Saya merokok setiap hari karena ya seperti yang sudah rokok yang dihisap informan saya bilang sebelumnya. Sudah ada rasa ketergantungan terhadap bervariasi, paling sedikit 3 rokok jadi susah kalau nda merokok.saya hisap 5 batang-setengah bungkus rokok Sampoerna per hari tidak pernah 1 bungkus. GV
Pertanyaan Frekuensi merokok informan
xxxii
HRE
A
RUC
RV
AWE
RA
GV
Merokok setiap hari. Karena kalau nda merokok itu seperti ada yang aneh, mungkin karena sudah saya dapatkan nikmatnya itu merokok sekarang. Hampir 1 bungkus per hari tapi tidak sering. Sering nya itu setengah bungkus rokok Sampoerna per hari. Kalau sekarang tidak merokok tiap hari. Tapi dulu pernah merokok tiap hari 6 btg. Sekarang nda mi. Mau ma’ berhenti. Kadang ji kalau lagi stress karena skripsi dan kuliah baru merokok biasanya 3-5 batang rokok Marlboro ice blast sekali merokok kak. Jadi sekarang sudah tidak tiap hari merokok. Terlalu banyak mi yang tegur kag juga jadi mau ma’ berhenti. Apalagi ada teguran dari pacar. Dia nda mau lihat saya merokok jadi nda mau ma’ merokok. Kalau ada lagi keinginn untuk mau ya saya sugesti diriku untuk tidak merokok. Setiap hari. Saya merokok setiap hari karena saya merasa ketergantungan mi sama rokok kak. Saya hisap 10 batang-1 bungkus rokok Sampoerna per hari. Ya. Saya merokok setiap hari. Saya merokok kemarin sebenarnya aktif sekali. Tapi belakangan ini tinggal 3 batang rokok Surya per hari. Jadi saya mulai mengurangi karena saya bercita-cita mau jd ibu. Saya mau lulus saya mau menikah jadi saya mau mengurangi rokok biar nanti anaknya sehat. Tidak merokok setiap hari. Kadang-kadang ji. Pas lagi nongkrong dengan teman-teman dan kalau lagi mood. Kalau pas kag merokok itu biasa habis 4 batang rokok Marlboro ice blast. Nda setiap hari ji sih. Kalau lagi nongkrong pi kag sama temantemanku. Dalam satu minggu saya biasanya bisa menghabiskan 10 batang rokok. Kalau lagi merokok kag itu paling 3-4 batang rokok Sampoerna ku hisap dalam satu kali kesempatan Merokok setiap hari. Karena kalau saya tidak merokok saya mondarmandir kiri kanan ada rasa tersendirinya kayak orang ngidam yang cari makanan begitu e. klau saya merokok saya merasa lebih segar bisa berfikir bebas dan lebih aktif.
batang/hari dan paling banyak 16 batang/hari. Selanjutnya, jumlah batang rokok yang dihisap informan yang tidak merokok
setiap
hari
juga
bervariasi. Mulai dari 2 batang-5 batang
rokok
informan
yang
dalam
satu
dihisap kali
kesempatan. Adapun alasan 5 informan tidak merokok setiap hari, 2 orang karena lebih suka merokok saat nongkrong sama teman-teman, 2 orang merokok hanya pada saat stress dan 1 orang tidak merokok setiap hari karena tergantung dimana dia berada. Dia tidak merokok di depan umum
xxxiii
Situasi/kond isi
PBS
yang
menjadi pemicu untuk
I
merokok G
RL
WAH
HRE
Saya biasanya hisap 8 batang rokok Marlboro per hari Saya merokok ketika saya sedang sendiri, stress dan ketika saya Dari 12 orang informan: sedang ingin untuk merokok. Saya lebih merasakan feelnya jika saya - 2 orang informan merokok pada keadaan tersebut. Saya lebih sering merokok sendiri di merokok pada saat kamar karena saya tinggal di rumah kontrakan bersama beberapa kumpul bersama teman saya. Jadi, saya memahami mereka oleh sebab itu saya tidak teman-teman dan pada merokok di depan mereka saat santai Saya suka merokok kalau lagi kumpul-kumpul sama teman-teman - 1 orang informan merokok pada saat atau disaat-saat lagi santai. Alasannya karena enak ji saya rasa. kumpul bersama Biasanya saya merokok di kampus kalau sore-sore kayak begini kalau teman-teman dan saya lihat kampus sudah sepi, biasa juga di cafe. ketika ada rasa untuk Nongkrong sama teman-teman. Saya juga kalau merokok itu nda di mau merokok, depan umum sama teman-teman ku ji yang tahu kag merokok. Nda informan merokok pernah kag merokok di depan umum yang dilihat sama orang banyak. tergantung mood Pas lagi kumpul-kumpul ji sama teman-temanku biasa saya di kantin - 2 orang informan merokok merokok pada saat Kondisi apa pun. Kalau lagi mau merokok ya merokok. tidak ada sedang kumpulbatasannya. Saya merokok dimanapun dan bagaimanapun kondisinya kumpul/ nongkrong kayak kalau misalnya saya di tempat-tempat umum atau di tempat bersama teman-teman makan saya merokok, di rumah, di kampus biarpun di pertamina. Saya - 1 orang informan merokok dimanapun karena ya saya selalu merasa butuh rokok merokok pada saat Kalau nongkrong dengan teman-teman di ramsis dengan teman-teman sedang kumpulyang merokok juga biasa.Tapi saya lebih sering merokok ketika habis kumpul/ nongkrong makan di rumah. Jika saya di lingkungan kampus saya masih tertutup, bersama teman-teman saya nda pernah merokok di sini dan di jurusan saya masih sadar dan ketika habis tempat karena istilahnya kita tidak boleh terlalu menampakkan diri. makan Karna saya paling nda suka kalo orang menjudge.Kalau di - 1 orang informan lingkungan kampus paling saya merokok di ramsis. merokok pada saat Biasa merokok dengan teman cewek sesama perokok di kamar atau di kumpul bersama kafe kalau lagi kumpul-kumpul. Biasa juga merokok pas lagi santai teman-teman, saat nda ada dibikin. Sebenarnya 2 bulan yang lalusaya sudah berhenti
Informan memberikan jawaban yang bervariasi terkait situasi/ kondisi yang memicu informan untuk merokok. yang
Situasi/kondisi
dimaksud
sedang
seperti:
nongkrong
saat
bersama
teman-teman, sedang santai, habis makan,
saat
nonton,
stress,
sedang sendiri, lelah, saat sedang BAB,
dan
saat
sedang
mengerakan tugas kuliah. Namun, kebanyakan merokok nongkrong/
dari pada
saat
informan sedang
kumpul-kumpul
bersama dengan teman-teman.
xxxiv
A
RUC
RV
AWE
tapi kembali lagi tapi sekarang sudah dikurangi. Kadang ji kalau lagi stress karena skripsi dan kuliah baru merokok. saya merokok itu buat hilangkan stress ku ji saja cuman kadang nda hilang ji iya. tapi kalau saya merokok pas stress itu kayak enak ji saya rasa. Saya biasanya merokok di kostan temanku Biasanyasaya merokok kalauhabis bangun pagi kayak duduk-duduk dulu toh sebelum pigi kampus merokok dulu biasa juga kalau capek pas pulang kampus apalagi kalau lagi begadang kerja tugas. Kalau di rumah biasanya saya merokok di kamar atau wc. Kalausama temanteman ya di kostnya temanku pasti mi itu merokok kag. Kalau di café tergantungsama pakaianku kalau pake jilbab kag nda merokok kag atau kalau ku lihat mi sudah malam mi sepi ji dan orang cuek ji samasaya yah merokok kag. Saya merokok biasanya saat lagi sama teman-teman, saat nonton, pada saat abis makan. Saya tidak merokok pada saat stress. Rokok itu bukan pelarian. Rokok itu tidak menyelesaikan apa-apa. Saya bukan tipe orang yang menyembunyikan kalo saya merokok jadi biar di jalan biar dimana. Saya tipe orang yang terserah kalian mau pikir apa yang jelas saya tidak mengganggu kehidupan kalian. Sering ji juga merokok di rumah Pas lagi nongkrong dengan teman-teman, pas lagi mau ji. Kan biasa orang itu merokok kalau stress kalau saya nda ji. Kalau bergaul kag sama temanku yang merokok biasa na tawari kag nda enak kag tolak ki jadi merokok ma’ juga. Jadi intinya saya merokok itu kalau pas lagi mood dan ada pengaruh dari lingkungan juga. Saya nda pernah merokok di tempat ramai seperti pantai losari atau mall dan di rumah. Alasannya karena kan saya orang makassar jadi banyak keluarga di sini takutnya banyak mata-mata. jadi paling sering saya merokok itu di tempat makan kalau pas abis makan, di café atau di basecamp kalau ditawari, biasa menolak kag kalau ditawari tapi kalau dipaksa sekali ya saya merokok
-
-
-
-
-
nonton dan pada saat abis makan 1 orang informan merokok pada saat sedang sendiri, stress dan ketika mau saja merokok 1 orang informan mengatakan bahwa dia merokok pada situasi apa pun dan dimana pun 1 orang informan merokok pada saat stress karena kuliah atau karena skripsi 1 orang informan merokok pada saat bangun pagi sebelum berangkat ke kampus , pada saat puang kampus karena lelah dan pada saat begadang kerja tugas 1 orang informan merokok pada saat habis makan, BAB, dan kerja tugas
xxxv
RA
GV
Bersama
PBS
siapa informan
I
merokok G
RL
WAH
HRE
Nongkrong sama teman-teman. Biasa merokok bareng tapi yang tomboy-tomboy. Di kafe atau di tempat nongkrong. Saya nda pernah merokok di rumah Ada 3 situasi yang saya suka sekali merokok kak kalau pas saya di rumah. Yang pertama pas habis makan trus pas BAB di Wc dan pas lagi capek kemudian kerja tugas. Rasanya itu kayak jadi lebih lancar. Ada orang yang rusak paru-parunya dan dia tidak nikmati merokok kalau saya nda apa ji rusak paru-paru ku tapi saya betul-betul menikmati merokok. ada kenikmatan tersendirinya kak. Kayak ada yang terpenuhi. Saya paling suka merokok itu di warkop-warkop biasa juga di dalam mobil. Saya dapat feelnya merokok kalau kita sedang berbincang-bincang atau melakukan sesuatu kalau hanya diam dan merokok saya kayak isap asap saja. Biasanya sendiri. Saya merokok sendiri di kamar. Saya memang suka Dari 12 orang informan: merokok sendiri karena ketika saya merokok sendiri saya lebih - 6 orang informan menikmati rokok itu mengatakan bahwa saat sedang merokok Teman-teman. Biasa juga sendiri ji di rumah di Wc. dia bersama orang Tapi paling sering saya merokok sama teman-teman kalo lagi kumpullain/teman-temannya kumpul atau ngopi. Sama teman-teman ji kalau lagi ngumpul-ngumpul paling sering. - 4 orang informan mengatakan bahwa Teman-teman yang selalu sama-sama saya. Yang tahu kalau saya saat sedang merokok merokok. kadang dia bersama Kebanyakan sama teman-teman di kampus karena masih ada pi juga teman-teman kadang kuliahku jadi sering kag ke kampus toh. Biasa juga sama teman-teman juga sendiri. kostku ya kalau cerita-cerita pasti merokok Tergantung dimana dia Paling sering dengan teman-teman kalau lagi nongkrong di ramsis berada. Kalau sedang dengan teman-teman yang merokok toh. Lebih enak ji merokok sama di rumah dia merokok mereka sambil cerita-cerita. biasa juga merokok sendiri di rumah sendiri kalau sedang di kalau habis makan luar rumah dia Biasa sama teman kalau lagi kumpul-kumpul. Biasa juga sendiri merokok bersama kalau lagi santai
Sebagian
besar
mengatakan
bahwa
informan mereka
kadang merokok sendiri dan kadang juga bersama orang lain, tergantung
dimana
mereka
berada. Jika sedang di rumah mereka sendiri
cenderung dan
merokok
sebaliknya
jika
sedang di luar rumah mereka cenderung
merokok
dengan
orang lain. lebih sering merokok bersama orang lain. Namun,
xxxvi
A
Sama teman cewek sesama perokok di kost-annya temanku. Saya nda teman-teman kebanyakan mereka lebih sering berani di depan umum. Karena pertama saya pake jilbab trus - 2 orang informan merokok bersama orang lain. takutnya nanti orang beranggapan apa. mengatakan bahwa saat sedang merokok RUC Untuk sekarang kebanyakan sendiri sih kak. Karena saya merasa dia lebih suka sendiri lebih bisa menikmati rokok kalau saya merokok sendiri saja RV Ada yang sendiri ada yang sama orang lain. Tergantung. Tapi kebanyakan sama orang lain. Sama teman-teman, sama orang-orang. Ada cewek ada cowok. Sembarang ji. Banyak teman cewek yang perokok dan sering merokok bareng kalau lagi ketemu. Saya biasa kalau di rumah juga merokok sama tante saya. AWE Teman-teman ku kalau pas nongkrong yang cewek dan cowok sama ji. Lebih sering merokok sama teman cewek. Saya nda pernah merokok sendiri. Karena kalau di rumah kan saya nda pernah merokok otomatis di luar kalau lagi sama teman-teman saya merokok RA Selalu sama teman-teman ku ji kalau lagi nongkrong. Kalau lagi ngumpul begitu kayak nda enak ji kag kalau mereka merokok saya nda. GV Kalau di Warkop itu biasanya saya dengan teman. Biasanya teman bergaul saya ada 3. Cowok 2 orang saya ji cewek. Mereka itu terbuka dan mereka anggap saya bukan orang yang salah. Kan mereka juga merokok jadi mereka tahu feelnya itu merokok dan tahu betapa sulitnya berhenti merokok. mereka biasa memperingati saya untuk mengurangi rokok dengan alasan takut saya nanti tidak punya keturunan. Kalau di rumah mi lagi saya sendiri ji merokok kak II. WAWANCARA DENGAN TEMAN INFORMAN Infor Pertanyaan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan man Tanggapan YPP Tanggapan saya yah kaget. Tidak setuju. Karena dia kan perempuan. Dari 6 orang informan: Hampir semua informan tidak terhadap Nda enak saja dilihat. Orang lain kalau lihat dia merokok pasti akan - 5 orang mengatakan setuju terhadap perilaku merokok teman yang berfikiran negatif tidak setuju teman mereka
xxxvii
merokok
SAW RGP AVA A O
Kepemilikia YPP n teman SAW sesama perokok RGP AVA A O Respon YPP terhadap teman yang merokok SAW RGP AVA A O Cara teman YPP
Sebenarnya saya tidak setuju. Karena anggapan ku yah perempuan - 1 orang mengatakan yang merokok itu istilahnya seperti anak-anak yang nakal setuju Tanggapan ku nda setuju kag. Nda suka kag.nda enak lah dilihat orang cewek merokok Normal ji menurutku. Tapi resikonya lebih banyak ke cewek kalau merokok Tanggapanku tidak setuju kag. Karena khawatir kag sama kesehatannya toh dan nda suka kag juga sama asap rokok Tidak setuju.Tidak wajar menurutku kak. Tapi mungkin dia punya alasan/ landasan sendiri sehingga dia merokok Iya. Saya tahu teman saya memiliki teman sesama perokok Dari 6 orang informan: Iya. Ada juga temannya merokok. Anak Unhas ji juga. Ada teman - 5 orang mengaku mengetahui teman fakultas ada juga beda fakultas mereka juga memiliki Tidak saya tahu teman sesama Ada itu teman sesama perokoknya perokok Ada. 2 orang cewek. - 1 orang tidak Iya. Ada kak mengetahui Meskipun teman saya jarang merokok di depan saya, namun saya Dari 6 orang informan: pernah menegur teman saya karena alasan dia itu perempuan, orang- - 4 orang pernah orang pasti akan berfikir negatif sama dia menegur teman mereka Nda pernah ku tegur. Karena nda enak juga dia lebih senior daripada - 2 orang tidak pernah saya toh menegur Sudah berapa kali saya tegur tapi tetap ji merokok Pernah saya tegur waktu awal-awal kag kenal dia tapi lama-kelamaan yah saya biarkan mi Sering saya tegur karena bahaya sama kesehatannya Belum pernah saya tegur kak. Tidak enak. Karena ku pikir mungkin dia punya landasan tersendiri kenapa dia merokok Saya tahu teman saya memperoleh rokok dengan membeli sendiri Semua informan
Hampir semua informan mengetahui bahwa teman mereka memiliki teman sesama merokok
Sebagian besar informan pernah menegur teman mereka atas perilaku merokoknya karena berbahaya bagi kesehatan apalagi informan adalah perempuan. Selain itu, juga dapat menimbulkan pandangan buruk dari orang sekitar.
Semua informan mengetahui jika
xxxviii
memperoleh rokok
SAW RGP AVA A O Jumlah YPP rokok yang SAW dihisap RGP teman AVA A O
Situasi/kond YPP isi teman merokok SAW RGP AVA A
rokoknya Beli sendiri Setahuku beli sendiri Beli sendiri Beli sendiri Beli sendiri kak Setahu saya 1-2 batang sekali merokok 5 batang per hari kayaknya 3 batang sekali merokok 1 bungkus 2 hari. 8-10 batang/hari 5 batang/ hari 2-3 batang/ hari kak
mengetahui jika teman teman mereka memperoleh rokok mereka memperoleh dengan membeli sendiri rokok dengan membeli sendiri
Dari 6 orang informan: Informan memberikan jawaban - 2 orang mengatakan 5 bervariasi terkait jumlah rokok batang/ hari yang dihisap oleh teman mereka. - 1 orang mengatakan 1-2 batang sekali merokok - 1 orang mengatakan 3 batang sekali merokok - 1 orang mengatakan 1 bungkus 2 hari. 8-10 batang/hari - 1 orang mengatakan 2-3 batang/hari
Pada saat stres, ada waktu senggang dan ketika ada yang Dari 6 orang informan: Informan memberikan jawaban mengajaknya merokok - 3 orang mengatakan yang bervariasi terkait ketika kumpul- situasi/kondisi yang memicu Biasanya kalau lagi duduk-duduk sama temannya, nda pernah dia kumpul dengan teman mereka merokok. Namun merokok sendiri ku lihat sama pi teman-temannya di koridor sore-sore teman-teman teman kebanyakan mengatakan teman Biasanya dia merokok ku lihat kalau kumpul-kumpul sama temanmerokok mereka merokok saat kumpultemannya. Tapi teman-teman yang akrab memang sama dia Kalau lagi nongkrong, nda ada dia kerja atau lagi santai, trus saat - 1 orang mengatakan kumpul atau nongkrong dengan teman merokok ketika teman-teman stres juga stres, waktu senggang Biasanya dia merokok di rumahnya biasa juga kalau lagi sama ki
xxxix
O
Tempat merokok teman
YPP
SAW RGP AVA A O Bersama YPP siapa teman SAW saat merokok RGP AVA A O
teman-temannya. Di kostan nya temannya Saat lagi santai pas nda ada dia kerja sama biasa juga saat kumpulkumpul cerita-cerita sama temannya
Biasanya dia merokok di kamar. Dia lebih suka merokok sembunyisembunyi di kamar karena dia sadar dan dia juga malu memperlihatkan kepada saya dan teman-teman yang lain kalau dia merokok Di kampus di bagian koridor kalau sore-sore kalau sepi mi kampus Di tempat nongkrongnya. Biasanya di cafe. Trus kalau di kampus biasanya di kantin kolong Di tempat nongkrong Setahuku di rumahnya, di toilet biasa juga di kostnya temannya Di himpunan lembaga mahasiswi. Biasa juga di rumah baca. Karena setahuku dia terlibat di komunitas perpustakaan Dia lebih sering merokok sendiri di kamarnya Sama teman-teman kampusnya yang sesama perokok. Ada cewek ada juga cowok Sama teman-temannya Sama teman-teman cewek dan teman-teman cowok juga. Biasa sendiri biasa sama teman juga Sama temannya kak
dan ada yang mengajak merokok - 1 orang mengatakan teman merokok ketika nongkrong dan santai (sedang tidak ada yang dilakukan) - 1 orang mengatakan teman merokok ketika nongkrong, santai dan stress Dari 6 orang informan: - 2 orang mengatakan teman mereka biasanya merokok di tempat nongkrong - 2 orang mengatakan di kampus - 1 orang mengatakan di kamar - 1 orang mengatakan di rumah dan di kostan teman Dari 6 orang informan: - 4 orang mengetahui teman mereka merokok bersama temantemannya - 1 orang mengetahui teman merokok sendiri saja
Informan memberikan jawaban yang bervariasi terkait tempat merokok teman mereka seperti di tempat nongkrong, kampus, kamar, dan kost-an teman
Sebagian besar informan mengetahui jika teman mereka sering merokok bersama temanteman sesama perokok
xl
- 1 orang mengetahui teman biasa sendiri dan biasa pula bersama teman-teman sesama perokoknya III. WAWANCARA DENGAN PENJUAL ROKOK Infor Pertanyaan Jawaban Informan man Lama MR Saya jual rokok di sini sejak tahun 1988. Sudah lama. berjualan rokok Adanya MR Banyak itu mahasiswi yang sering beli rokok di saya mahasiswi yang membeli rokok Jumlah MR Ada biasa yang beli per batang ada juga perbungkus. Saya jual 5 ribu/ rokok yang 3 batang rokok dibeli mahasiswi Tempat MR Biasanya merokok di sini (kantin) mahasiswi merokok Bersama MR Kalau saya lihat biasa sendiri biasa juga sama temannya. Temansiapa teman laki-laki mahasiswi merokok Tanggapan MR Kalau saya tanggapanku perempuan nakal itu mahasiswi merokok
xli
Dokumentasi Wawancara dengan Informan
i
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sartika Kalemben
Tempat/ Tgl Lahir
: Makale, 26 November 1994
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Toraja
Alamat
: Jl. Sahabat V, Unhas
Email
:
[email protected]
Nama orang tua
a. Ayah
: Ruben Kalemben
b. Ibu
: Dorce L. Palayukan
Pendidikan a. SDN 102 Makale 05, tahun 2000-2006 b. SMPNegeri 1 Makale, tahun 2006-2009 c. SMANegeri 1 Makale, tahun 2009-2012 d. Jurusan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP), Fakultas Kesehatan Masyarakat Univerrsitas Hasanuddin, tahun 2012-2016
vi