ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT DAN KINERJA JANGKA PENDEK PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING
SKRIPSI Dia jukan Sebagai sala h satu syarat untuk menyelesa ikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Disusun oleh: ANTONIUS DEDY KURNIAWAN NIM. C2C006018
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
: Antonius Dedy Kurniawan
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C006018
Fakultas/Jurusa n
: Ekonomi/Akuntansi
Judul Usulan Penelitia n Skripsi :
Dosen Pembimbing
“ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT DAN KINERJA JANGKA PENDEK PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING”
: Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt
Semarang, Juni 2011 Dosen Pembimbing
(Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt) NIP. 19740510 1998021001
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun
: Antonius Dedy Kurniawan
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C006018
Fakultas/Jurusa n
: Ekonomi/Akuntansi
Judul Usulan Penelitia n Skripsi :
Dosen Pembimbing
ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT DAN KINERJA JANGKA PENDEK PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING
: Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt
Telah dinyatakan lulus ujia n pada ……………………………………………… 2011 tanggal tanggal……………………………………………… ………………………………………………2011 Tim Penguji 1.
:
Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt (...........................................)
2.
Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si., Ak., Ph.D. (…………………………...)
3.
Dwi Cahyo Utomo, S.E., M.A., Akt. (...........................................)
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Antonius Dedy Kurniawan, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT DAN KINERJA JANGKA PENDEK PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING adala h hasil tulisa n saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dala m skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagia n tulisa n orang la in yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dala m bentuk rangka ian kalima t atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis la in, yang saya akui seola h-ola h sebaga i tulisa n saya sendiri dan tidak terdapat bagia n atau keseluruhan tulisa n yang saya salin, tiru atau saya ambil tulissa n orang la in tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentanga n dengan hal tersebut di atas, baik disengaja ma upun tidak dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebaga i hasil tulisa n saya sendiri ini. Bila kemud ian terbukti bahwa saya melakukan tind akan menyalin atau meniru tulisa n orang la in seola hola h hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang tela h diber ikan oleh Universitas batal saya terima.
Semarang, Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
(Antonius Dedy Kurniawan) NIM : C2C006018
MOTTO dan PERSEMBAHAN
"Kerjakanlah Pekerjaan Yang Membawa Berkah Bagimu Dan Orang Yang Kamu " Cintai"
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua ” Aristoteles
“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan”
Untuk Bapak dan Ibu terkasih dan adik-adikku tercinta
ABSTRACT
Today the state-owned companies (SOC) are encouraged to go public. Poor performa nce of SOCs is the reason the gover nment to privatize SOC. Privatization is involvement of private capital in the capital structure of listed companies so the fina ncia l performa nce can be affected directly by the investor through market mecha nisms. Problems that ma y arise is whether the state company that go public also perform earnings ma nagement ahead of the IPO. The purpose of this research to prove whether the SOCs perform earnings ma nagement ahead of the IPO and show whether there is a decrease in short-term performa nce of SOCs. Statistica l analysis methods used were one-sample test to test the decline in stock performa nce and paired sample tests to test the decline in fina ncia l performa nce. The results of this research indica te that almost SOCs perform earnings ma nagement. In addition the short-term performa nce of SOCs did not decrease . This indica tes that investors tend to notice the earnings information in assessing the company.
Key words: state-owned company, earnings management, IPO, stock performance, financial performance
ABSTRAK Dewasa ini perusa haan-perusahaan milik nega ra cender ung didorong untuk menjadi perusa haan yang go public . Kinerja BUMN yang buruk menjadi alasa n pemer intah untuk melakukan privatisasi perusa haan milik nega ra. Privatisasi berarti pelibatan moda l swasta dala m struktur moda l perusa haan publik sehingga kinerja fina nsia l dapat dipengaruhi secara la ngsung oleh investor mela lui meka nisme pasar. Masalah yang mungkin muncul adala h apakah perusa haan nega ra yang go public juga melakukan tindakan oportunis dengan melakukan ma najemen laba menjela ng IPO. Tujua n penelitia n ini untuk membuktikan apakah BUMN melakukan ma najemen laba menjela ng IPO dan melihat apakah terdapat penuruna n kinerja jangka pendek BUMN yang melakukan ma najemen laba. Metode analisis statistik yang digunakan adala h one sample test untuk menguji penuruna n kinerja saham dan paired sample test untuk menguji penuruna n kinerja keuangan. Hasil penelitia n ini menunjukkan bahwa hampir semua BUMN yang melakukan IPO terindikasi melakukan ma najemen laba. Sela in itu ditemuka n bahwa kinerja jangka pendek BUMN yang melakukan ma najemen laba tidak mengalami penuruna n. Hal ini menunjukkan investor cender ung hanya memperhatika n informasi laba dala m menila i BUMN.
Kata kunci: BUMN, ma najemen laba, IPO, kinerja saham, kinerja keuangan
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Alla h Bapa di Surga karena berkat kasih-Nya serta karunia-Nya penulis berhasil menyelesa ikan skripsi dengan judul “ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT DAN KINERJA JANGKA PENDEK PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING”. Pada kesempata n kali ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. H. Mohamad Nasir, Msi., Akt., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. 2. Bapak Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati dan Kesabarannya dala m membimbing, mend ukung dan mengarahkan penulis. 3. Bapak Prof. Dr., Mucha mad Syafruddin, Msi., Akt, selaku dosen wali yang tela h membimbing penulis dari awal hingga akhir studi di Fakultas Ekonomi UNDIP. 4. Untuk bapak dan ibu terkasih, terima kasih atas segala doa, kasih, dukungan, bimbingan dan nasehatnya. Serta untuk kedua adikku terkasih Dini Kurniasari dan Santi Kurniasari. 5. Seluruh Guru dan Dosen yang dengan tulus memberikan ilmu dan pengala mannya kepada penulis. 6. Untuk Laurentia Lucky, terima kasih untuk semua dukungan dan bantuannya hingga penulis dapat menyelesa ikan skripsi ini. 7. Untuk saudara-saudaraku terkasih, Mas Did it, Mas Wisnu, Mbak Lina dan Mas Pur terima kasih atas dorongan dan sema ngat yang kalia n berikan. 8. Untuk sahabat-sahabat Akuntansi 2006: Munir, Bagus, Helmi, Ginanjar, Arif, Dwi (Buyut), Iqbal, Febria n, Aji dan semua ma hasiswa jurusan Akuntansi 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk kerjasama dan kebersamaa n yang inda h. 9. Untuk sahabat-sahabatku: Rossi, Oni, Antok, Toper, Yoga, Kandoz, Todi, Nedhy, dan semua tema n-tema n yang la in.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapar disebutkan satu per satu yang tela h membantu hingga terselesika nnya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penelitia n la njuta n di masa mendatang. Akhir kata,
semoga
skripsi
ini bisa
memberikan ma nfaat bagi
pengembangan ilmu pengeta huan.
Semarang, Juni 2011
Antonius Dedy Kurniawan
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ……………………………………..
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI...................................................... iv MOTTO dan PERSEMBAHAN ……………………………………………… v ABSTRACT…………………………………………………………………… vi ABSTRAK…………………………………………………………………….. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xiii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah .............................................................................
8
1.3.
Tujua n Penelitia n ..............................................................................
9
1.4.
Sistematika Penulisa n ....................................................................
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 13
2.1.
Landasan Teori ................................................................................... 13 2.1.1. Agency Theory....................................................................... 13 2.1.2. Initial Public Offering……………………………………… 13 2.1.3. Alasan, keuntungan dan kerugia n perusa haan go public …... 14 2.1.4. Earnings management (ma najemen laba)………………….. 18 2.1.5. Discretionary Accrual ……………………………………… 19
2.2.
Penelitia n Terdahulu ......................................................................... 21
2.3.
Kerangka Pemikiran………………………………………………... 22
2.4.
Perumusa n Hipotesis ……………………………………………….. 23
BAB III
METODE PENELITI AN ............................................................... 28
3.1. Variabel Penelitia n dan Definisi Operasiona l .................................... 28 3.1.1. Variabel Penelitia n…………………………………………. 28 3.1.2. Definisi Opersiona l………………………………………… 29 3.2. Populasi dan Sampel Penelitia n ......................................................... 32 3.3. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 33 3.4. Metode Pengumpula n Data ................................................................ 34 3.5. Teknik Analisis Data .......................................................................... 34 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 36
4.1.
Deskripsi Objek Penelitia n................................................................. 36
4.2. Analisis Data………………………………………………………… 36 4.2.1. Statistik Deskriptif…………………………………………. 37 4.2.2. Pengujia n Hipotesis ………………………………………… 41 4.3. Pemba hasan…………………………………………………………. 47 BAB V
PENUTUP ........................................................................................ 50
5.1.
Kesimpulan ....................................................................................... 50
5.2.
Keterbatasa n Penelitia n...................................................................... 52
5.2.
Saran……………………………………………………………….. 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54 LAMPIRAN LAMPIRAN....................................................................................................... 56
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran……………………………………………. 23 Gambar 4.1 Kumulatif Return Saham Sela ma 1Tahun……………………... 40 Gambar 4.2 Perbandinga n Kumulatif Return…………………...................... 41
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6
Nila i Perubaha n Laba per Tahun……………………………………. 6 Daftar Perusa haan Sampel…………………………………………... 36 Statistik Deskriptif………………………………….......................... 37 Hasil Perhitungan Discretionary Accrual…………………………... 42 Uji Perubahan kinerja keuangan……………………………………. 43 Uji Normalitas ………………………………………………………. 45 Uji Perubahan Return Saham………………………………………. 46
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, perekonomia n juga semakin berkembang. Persaingan antar perusa haan semakin ketat. Persaingan tidak hanya dala m satu wila yah atau Negara saja namun juga sudah antar Negara. Setiap perusa haan dituntut untuk seefektif dan seefisien mungkin. Masing-masing perusa haan senantiasa mengusahakan suatu sistem yang dapat menjamin kela ngsungan hidup perusa haan di masa depan. Sala h satu caranya adala h perusa haan senantiasa mencari dana untuk mengembangkan perusa haan dan mena mbah pangsa pasar. Di sisi la in banyak dana yang menganggur di masyarakat yang tidak produktif. Oleh sebab itu muncul pasar moda l untuk mengakomodasi pihak yang membutuhka n dana dan pihak yang ingin menginvestasikan uang mereka. Pasar moda l adala h suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk di dala mnya adala h bank-bank komersia l dan semua lembaga perantara dibida ng keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga di dala mnya (Sunariyah,2000). Dari pengertia n di atas pasar modal mer upakan tempat pertemua n supply dan
demand dana jangka panjang. Adanya pasar moda l memungkinka n mereka yang membutuhka n dana memperoleh dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana.
Pihak yang memiliki dana bersedia menyerahkan dana mereka karena mereka juga mengharapkan imbala n yang sesua i dengan resiko yang mereka tanggung. Untuk memperoleh dana segar dala m jumla h besar, perusa haan dapat menerbitkan ekuitas dan menjua lnya di pasar moda l ( go public ). Saham perusa haan dengan demikia n tidak hanya dimiliki oleh pihak intern tetapi juga oleh masyarakat. Langkah perusa haan untuk menjua l sahamnya untuk pertama kalinya kepada masyarakat disebut Initial Public Offering (IPO). Apabila di waktu yang akan datang perusa haan ingin memperoleh tambahan dana la gi dengan cara menjua l saham la gi kepada masyarakat maka perusa haan dapat melakukan Seasoned Equity Offerings. Seasoned Equity Offerings adala h penawaran ekuitas tambahan yang dilakukan perusa haan public di luar ekuitas yang ditawarkan kepada masyarakat pada saat IPO. Namun diba lik ma nfaat pasar moda l tersebut juga dima nfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan pribadi. Sala h satunya adala h pratik ma najemen laba. Manajemen laba ( Earning management) tidak hanya dilakukan perusa haan yang mengalami kerugia n namun juga perusa haan yang akan melakukan penawaran saham. Menjela ng penawaran saham perusa haan bisa melakukan ma nipulasi laba yang bersifat mena ikkan laba pada saat penawaran saham. Hal ini dilakukan agar perusa haan mendapatkan tanggapan positif dari calon investor. Sehingga banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusa haan. Hal ini sesua i dengan penelitian Aminul Amin (2007). Dalam penelitia n tersebut ditemuka n bahwa rata-rata perusa haan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta
dari tahun 1990 hingga 2000 terindikasi melakukan ma najemen laba. Perusa haanperusa haan tersebut melakukan ma najemen laba pada tiga periode menjela ng IPO. Manajemen laba sangat mer ugikan investor, walaupun tidak sela lu earning ma nagement dika itka n dengan tindakan nega tif. Manajemen laba yang bersifat mena ikkan laba pada saat penawaran saham membua t ekspektasi investor terlalu tinggi. Padahal laba yang diakui bukanla h laba yang seharusnya. Wala upun pasar moda l tela h membua t sejumla h peraturan untuk melindungi investor, praktik ma najemen laba masih saja ditemuka n. Bagaima napun juga ma najemen laba berkaita n erat dengan peroleha n laba dan prestasi perusa haan sehingga banyak perusa haan yang melakukannya. Oleh sebab itu telaa h mengena i ma najemen laba terutama pada saat perusa haan akan go public menjadi penting. Telaa h mengena i ma najemen laba pada saat perusa haan akan go public menjadi penting karena dua hal menurut Teoh et. al. (1998) dala m Perwani (2009). Pertama, membuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi laba hasil rekayasa pada saat IPO. Akibatnya investor mengalami kesala han dala m mengalokasikan dananya. Kedua, karena kesenjangan informasi antara perusa haan dengan investor pada saat IPO dapat meningkatkan kemungkinan perusa haan untuk mema nipulasi laba. Manajemen laba dapat dilakukan dengan mema inkan discretionary accrual. Caranya dengan mengakui bia ya sekarang sebaga i bia ya masa depan dan atau mengakui pendapatan masa depan sebaga i pendapatan sekarang. Hal tersebut sesua i dengan penelitia n Gumanti (2001) yang menemukan bahwa adanya
abnormal discretionary accrual pada dua tahun sebelum IPO. Namun ma nipulasi
ini tidak dapat dilakukan secara terus mener us karena perusa haan pada akhirnya juga harus mengakui bia ya yang mereka tunda pengakuannya. Manajemen laba biasa nya akan diikuti dengan penuruna n kinerja (underperformance) setela h periode penawaran karena adanya negative abnormal return (Maria dan Francisco , 2006). Saat ini perusa haan-perusahaan milik nega ra juga banyak yang go public . Kinerja BUMN yang buruk menjadi alasa n pemer intah untuk melakukan privatisasi perusa haan milik nega ra. Privatisasi berarti pelibatan moda l swasta dala m struktur moda l perusa haan publik sehingga kinerja fina nsia l dapat dipengaruhi
secara
la ngsung
oleh
investor
mela lui
meka nisme
pasar
(Mardiasmo,2002). Sala h satu cara yang dapat dilakukan dala m upaya melibatkan moda l swasta adala h dengan menjua l saham perusa haan mela lui pasar moda l (go public). Motivasi penjua lan perusa haan nega ra adala h peningkatan efisiensi sektor publik. Sela in itu, harapan kemungkinan adanya laba, insentif yang lebih tinggi, efisiensi dan berorientasi pada konsumen adala h tujua n la in dari privatisasi (Bastian, 2002). Secara garis besar ada dua tujua n privatisasi menurut Bastia n (2002). Pertama, fokus pengenda lia n bia ya dapat dilakukan secara lebih tajam dan sistematis.
Kedua,
privatisasi meningkatkan tanggung jawab lingkungan,
kesela matan pekerja, dan kualitas pela yanan yang diprod uksi. Berdasarkan Peraturan Pemer intah Pengganti Undang-undang No. 19 Tahun 1960 pasal 1 disebutkan yang dimaksud dengan perusa haan nega ra adala h semua perusa haan dala m bentuk apapun yang moda lnya seluruhnya mer upakan kekayaan
nega ra, kecuali jika ditentuka n la in dan atau oleh Undang-undang. Dalam pasal 4 ayat 2 juga disebutkan tujua n perusa haan nega ra adala h untuk turut membangun ekonomi nasiona l dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentra man serta kesena ngan kerja dala m perusa haan menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dari uraia n tersebut jelas
disebutkan bahwa perusa haan nega ra dala m
menjala nkan usahanya perusa haan harus mengutamakan kepentingan rakyat. Masalah yang mungkin muncul adala h apakah perusa haan nega ra yang go
public juga melakukan tindakan oportunis dengan melakukan ma najemen laba menjela ng IPO. Dari tabel 1.1 dapat diliha t bahwa rata-rata peruba han laba bersih BUMN yang melakukan IPO cender ung naik menjela ng IPO. Tetapi nila i laba terus menurun pada kurun waktu setela h IPO. Dari rata-rata perusa haan di atas, mereka mengalami kenaikan laba bersih pada satu tahun sebelum IPO sebesar Rp 233,662,00. Tetapi setela h itu nila i rata-rata pertamba han laba per tahun mereka mula i menurun hingga mencapai minus Rp 4,006,225 pada perioda dua tahun setela h IPO. Hal ini memunculkan dugaan bahwa BUMN juga cender ung untuk mengelola labanya menjela ng IPO. Tujua nnya adala h untuk memperoleh respon positif dari pasar.
Tabel 1.1 Nilai Perubahan Laba per Tahun BUMN yang melakukan IPO (dalam ribua n rupiah)
No.
Nama Perusahaan
Laba Bersih
Perubahan Laba per Tahun
1
Bank Negara Indonesia
Tahun-2 151,928
Tahun-1 122,095
Tahun 0 61,110
Tahun+1 -19,896
Tahun+2 -43,918,876
2 3
Bank Rakyat Indonesia Bank Mandiri
1,063,890 2,745,757
461,050 840,460
977,495 999,849
1,130,793 669,635
175,359 -4,652,332
4
Adhi Karya
42,335
-4,840
32,990
7,434
17,661
5
Wijaya Karya
68,382
25,515
35,242
26,895
33,188
6 7
Indofarma Kimia Farma
117,009 98,246
-6,718 71,573
12,251 -37,556
-62,716 -96,855
69,744 7,521
8
Aneka Tambang
42,522
-9,898
36,893
229,839
-74,168
9
Tambang Timah
23,974
96,243
14,296
22,092
21,208
10 11
Perusahaan Gas Negara Tambang Batubara Bukit Asam
312,603 160,444
803,111 111,778
-596,262 -94,267
-45,114 32,435
387,765 209,412
12
Telekomunikasi Indonesia
500,978
293,572
112,332
596,394
-351,176
Rata-rata
444,006
233,662
129,531
207,578
-4,006,225
Manajemen laba biasa nya juga akan diikuti dengan penuruna n kinerja saham setela h penawaran perdana. Hal ini disebabkan karena issuer tidak dapat mempertahankan sinya l positif dala m jangka. Terbukti dari rata-rata laba bersih BUMN yang melakukan IPO, merek a mengalami penuruna n laba pada periode setela h IPO. Hal ini sesua i dengan penelitia n Maria dan Francisco (2006). Penelitia n tersebut mencoba untuk melihat apakah perusa haan yang melakukan IPO melakukan ma najemen laba dan bagaima na kinerja sahamnya dala m tiga tahun setela h IPO. Dalam penelitia n tersebut disebutkan bahwa perusa haan yang semakin besar melakukan ma najemen laba akan mengalami penyesua ian harga saham yang semakin besar pula.
Beberapa
penelitia n
sebelumnya
tela h
menguji
fenomena
earnings
management yang menyerta i kebijakan IPO dan menguji kinerja saham pasca IPO seta kinerja keuangan pasca IPO, namun tidak menguji fenomena-fenomena tersebut secara komprehensif (serempak). Padahal ketiga hal tersebut mer upakan fenomena yang sela lu menyerta i pelaksanaan IPO. Berawal dari adanya asimetri informasi yang mendorong sikap oportunistik ma najer untuk melakukan ma nipulasi terhadap kinerjanya sebelum penawaran (yang tercermin dala m prospectus perusa haan). Manipulasi yang dilakukan ma najer dapat menjadi IPOtrap (jebakan IPO) bagi investor. Manajemen melakukan
ma nipulasi dengan
menggunakan discretionary accruals , yaitu kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaa n pada ma najemen untuk menentukan jumla h transaksi akrua l secara fleksibel. Sehingga terjadi peningkatan laba (income increasing ) menjela ng penawaran (IPO), memuncak pada saat penawaran dan menurun setela h penawaran dan dala m jangka panjang akan berdampak pada penurunan kinerja perusa haan. Penelitia n terdahulu mengena i earning management lebih terfokus mengena i penyebab dan dampak earning ma nagement terhadap harga saham perusa haan. Seperti penelitia n Maria dan Francisco (2006) yang lebih berfokus pada kinerja saham setela h IPO dan kemungkinan penyebabnya. Penelitia n mengena i ma najemen laba pada BUMN belum banyak dikemukakan. Penelitia n mengena i BUMN juga penting karena biasa nya BUMN menguasai sektor-sektor penting dala m perekonomia n. Dita mbah la gi himbauan Menteri BUMN agar semua BUMN dapat go publik. Perubaha n kinerja fina nsia l setela h IPO juga penting
untuk diper hatikan karena kinerja fina nsia l adala h acuan untuk menila i suatu perusa haan. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang di atas maka penelitia n ini diber i judul: “ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT DAN KINERJA JANGKA PENDEK PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING”
1.2 Rumusan Masalah Persaingan yang semakin ketat di era globlisasi dan renda hnya kinerja BUMN menjadi alasa n uta ma dilakukannya privatisasi. Ada dua tujua n uta ma dari privatisasi yaitu, fokus pengenda lia n bia ya dapat dilakukan secara lebih tajam dan sistematis,
serta
privatisasi
meningkatkan
tanggung
jawab
lingkungan,
kesela matan pekerja, dan kualitas pela yanan yang diprod uksi (Bastian, 2002:94). Oleh sebab itu, pemer intah terus mendorong badan-badan usaha milik pemer intah untuk go public , sehingga semakin tahun semakin banyak BUMN yang go public . Masalah yang mungkin muncul apakah BUMN yang mer upakan perusa haan milik Negara juga melakukan tindakan oportinis dengan melakukan ma najemen laba menjela ng IPO. Manajemen laba adala h suatu tindakan oportunis yang dilakukan
ma najemen
perusa haan.
Perusa haan
yang
hendak
melakukan
penawaran saham cender ung menerapkan ma najemen laba. Tujua nnya adala h untuk mendapatkan respon positif dari pasar (Amin, 2007). Sebagai contoh dapat diliha t pada tabel1.1. Dari semua BUMN yang melakukan IPO rata-rata laba bersihnya mengala mi peningkatan menjela ng IPO dan menurun pada periode
setela h IPO. Hal ini mer upakan indikasi kecender ungan ma najemen perusa haan untuk melakukan earning ma najemen menjela ng IPO. Seperti yang diungkapkan dala m Ritter (1991), perusa haan yang melakukan ma najemen laba biasa nya akan mengalami peningkatan kinerja menjela ng IPO tetapi akan mengalami penuruna n pada periode setela h IPO. Manajemen laba biasa nya akan diikuti dengan penuruna n kinerja perusa haan setela h penawaran perdana. Penurunan kinerja keuangan secara teori terjadi karena sikap oportunis ma najemen yang mema nfaatkan asimetri informasi pada saat IPO dengan melakukan income increasing . Tujua nnya adala h agar pada saat penawaran, perusa haan memperoleh respon positif dari pasar. Namun dala m jangka
panjang
ma nipulasi
tersebut
tidak
dapat
diteruska n
sehingga
mengakibatkan penuruna n kinerja keuangan. Sela in itu, kinerja saham perusa han juga kan mengalami penuruna n karena pasar berusa ha untuk mengoreksi tindakannya yang menila i perusa haan terlalu tinggi ( overvalued). Hal ini sesua i dengan penelitia n Maria dan Francisco (2006). Penelitia n tersebut mencoba untuk melihat apakah perusa haan yang melakukan IPO melakukan ma najemen laba dan bagaima na kinerja sahamnya dala m tiga tahun setela h IPO. Dalam penelitia n tersebut disebutkan bahwa perusa haan yang semakin besar melakukan ma najemen laba akan mengalami penyesua ian harga saham yang semakin besar pula. Permasa la han sela njutnya yang muncul adala h apakah BUMN yang melakukan ma najemen laba juga terindikasi melakukan ma najemen laba.
Dari uraia n di atas dapat diuraikan permasa la han sebaga i berikut: 1. Apakah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan IPO terindikasi melakukan ma najemen laba? 2. Apakah BUMN yang melakukan ma najemen laba mengalami penuruna n kinerja keuangan pada satu tahun setela h IPO? 3. Apakah BUMN yang melakukan ma najemen laba mengalami penuruna n kinerja saham pada 3 bula n dan 1 tahun setela h IPO?
1.3 Tujua n Penelitian Maksud dari penelitia n ini adala h untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sesua i dengan permasa la han yang ada dala m penelitia n ini. Sela njutnya data-data tersebut akan diola h, dia nalisis dan diinterpretasika n. Sehingga dari pengola han data tersebut dapat menjelaska n mengena i tindakan ma nagement Badan Usaha Milik Negara menjela ng penawaran saham perdana dan kinerja saham serta kinerja keuangan perusa haan satu tahun setela h penawaran perdana. Adapun tujua n yang ingin dicapai penulis dala m penelitia n ini adala h: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat indikasi praktik ma najemen laba pada Badan Usaha Milik Negara yang akan melakukan penawaran saham perdana. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat penuruna n kinerja keuangan BUMN yang melakukan ma najemen laba pada satu tahun setela h IPO.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat penuruna n kinerja saham BUMN yang melakukan ma najemen laba pada 3 bula n dan 1 tahun setela h IPO. Penelitia n ini diharapkan dapat berma nfaat bagi: 1. Investor Penelitia n ini diharapkan dapat member masukan kepada investor dan calon investor yang tertarik mena namkan moda lnya pada BUMN mela lui pasar moda l supaya lebih berhati-hati mencer mati kualitas laporan keuangan yang diterbitkan dala m prospektus dan hasil penelitia n ini dapat dijadika n referensi tambahan dala m mempertimbangkan keputusan investasi. 2. Bagi penelitia n berikutnya Sebagai tambahan pengeta huan mengena i ma najemen laba dala m laporan keuangan dan mena mbah referensi mengena i ma najemen laba.
1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisa n penelitia n ini sendiri terdiri dari: Bab I Pendahulua n Bab I berisi ringkasan dari isi penelitia n dan gambaran permasa la han yang dia ngkat dala m penelitia n ini. Bab ini membahas latar belakang masa lah, perumusa n masa lah, tujua n dan ma nfaat penelitia n serta sistematika penulisa n dala m penelitia n ini. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab II berisi la ndasan teori dan penelitia n terdahulu yang digunakan sebaga i acuan teori dan analisis. Teori mengena i ma najemen laba, teori dan motivasi mengena i ma najemen laba serta berbagai penelitia n sebelumnya yang akan mend ukung topic dan hipotesis dala m penelitia n ini. Bab III Metode Penelitia n Metode penelitia n membahas tentang gambaran populasi dan sampel yang digunakan dala m studi empiris, pengidentifikasia n variabel- variabel penelitia n serta penjelasa n mengena i cara pengukura n variabel- variabel tersebut. Bab ini juga berisi teknik pemiliha n data dan metode analisis data yang digunakan. Bab IV Hasil dan Pembaa hasan Bab ini mer upakan isi pokok dari seluruh penelitia n yang menyajikan deskripsi objek penelitia n, hasil pengola han data, analisis atas hasil pengola han tersebut.
Bab V Penutup Bab V berisi kesimpula n hasil penelitia n, keterbatasan penelitia n, saran dan implikasi bagi penelitia n berikutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Agency Theory (teori keagena n) Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269) mengasumsikan proses kontrak antara dua orang atau lebih, dima na sala h satu pihak disebut sebaga i agen (pihak yang menjala nkan kepentingan) dan pihak la in disebut sebaga i principal (pihak yang memiliki kepentingan). Dalam suatu perusa haan, pihak yang disebut agen adala h para ma najer sedangka n pihak yang disebut principal adala h pemilik perusa haan (pemega ng saham). Hubungan antara principal dengan agent biasa nya dala m situasi asimetri informasi. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan adanya pihak yang mempunyai informasi yang lebih (agen) diba ndingkan dengan pihak la in (prinsipal). Dengan asumsi masing-masing pihak berusa ha memaksima lkan kepentingan pribad inya, maka dengan adanya asimetri informasi mendorong agen untuk menyembunyikan informasi yang tidak dimiliki oleh principal. Dalam penyusunan laporan keuangan, agen juga memiliki asimetri informasi sehingga agen bisa lebih fleksibel mempengaruhi laporan keuangan guna memaksima lkan kepentingannya.
2.1.2 Initial Public Offering Fenomena untuk menjadi perusa haan publik semakin berkembang beberapa tahun belakangan ini. Banyak pendapat mengena i ma nfaat yang
diperoleh perusa haan dengan menjadi perusa haan publik. Beberapa alasa n perusa haan melakukan go public yaitu (Sunariyah, 2000): meningkatkan moda l dasar
perusa haan,
memungkinka n
pendiri
untuk
diversifikasi
usaha,
mempermuda h usaha pembelia n perusa haan la in dan memungkinka n masyarakat ma upun ma najemen mengetahui nila i perusa haan. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi pada perusa haan swasta tetapi juga terjadi pada perusa haan milik pemer intah yang dikena l dengan istila h privatisasi. Saat ini pemer intah mendorong badan usaha milik nega ra (BUMN) untuk beralih menjadi perusa haan yang go public. Secara garis besar ada dua tujua n uta ma privatisasi menurut Bastia n (2002). Pertama adala h fokus pengenda lia n bia ya dapat dilakukan secara
lebih tajam dan sistematis.
Kedua,
privatisasi
meningkatkan tanggung jawab lingkungan, kesela matan kerja dan kualitas pela yanan yang diprod uksi. Initia l Public Offering (IPO) adala h meka nisme yang harus dilakukan perusa haan saat melakukan penawaran saham pertama kalinya kepada masyarakat di pasar perdana. Sela in adanya bia ya penawaran (floa ting fees) yang harus ditanggung, sebagia n orang masih menganggap bahwa IPO masih mer upakan sala h satu cara termudah dan termurah bagi perusa haan untuk memenuhi kebutuhan dana sebaga i konsekuensi dari semakin besarnya atau berkembangnya perusa haan serta meningkatkan kebutuhan dana untuk investasi.
2.1.3
Alasan, Keuntungan dan Kerugia n Perusa haan Go public Perusa haan untuk memutuska n melakukan go public atu tetap menjadi
perusa haan privat mer upakan keputusan yang harus dipertimbangkan masakmasak. Perusa haan yang go public dihadapkan pada beberapa konsekuensi baik yang bersifat menguntungkan ma upun yang mer ugikan. Sala h satu alasa n uta ma perusa haan untuk go public adala h adanya dorongan atas kebutuhan moda l. Perusa haan yang melakukan go public umumnya adala h perusa haan yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dari penawaran umum tersebut, terdapat beberapa ma nfaat sekaligus konsekuensi-konsek uensi yang harus ditanggung perusa haan yang melakukan penawaran umum. Keuntungan dari go public menurut Jogiya nto (2003) adala h: 1.
Kemudahan meningkatkan moda l di masa mendatang. Untuk perusa haan yang tertutup, calon investor biasa nya enggan untuk mena namkan moda lnya disebabkan kurangnya informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedangkan untuk perusa haan yang sudah go public, informasi keuangan harus dilaporkan ke public secara berkala yang kela yakannya sedah diper iksa oleh akuntan publik. alasa n la in dari keputusan go public adala h kemungkinan akses kepada pihak luar yang lebih baik. Perusa haan yang sudah go public akan otomatis lebih dikena l oleh masyarakat, sehingga keberadaan perusa haan tidak la gi menjadi sesuatu yang harus disembunyikan.
2.
Meningkatkan likuiditas bagi pemega ng saham. Untuk perusa haan yang masih tertutup yang masih belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemega ng saham akan lebih sulit untuk menjua l sahamnya diba ndingkan jika perusa haan sudah go public .
3.
Nila i pasar diketa hui. Untuk alasa n-alasa n tertentu, nila i pasar perusa haan perlu diketa hui. Misa lnya jika perusa haan ingin memberikan insentif dala m bentuk opsi saham (stock option) kepada para ma najernya, maka nila i sebenarnya dari opsi tersebut perlu diketa hui. Jika perusa haan masih tertutup, nila i dari opsi silut ditentuka n.
Disa mping keuntungan dari go public , beberapa kerugia nnya adala h sebaga i berikut: 1.
Bia ya laporan meningkat. Untuk perusa haan yang sudah go public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-lapora n ini sangat ma hal terutama untuk perusa haan yang ukurannya kecil.
2.
Pengungkapan (disclosure) Beberapa pihak di dala m perusa haan umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Sedang pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki.
3.
Ketakutan untuk dia mbil alih. Manajer perusa haan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusa haan go public. Manajer perusa haan publik dengan hak veto kecil umumnya diga nti dengan ma najer baru jika perusa haan dia mbil alih. Dalam melakukan IPO, perusa haan harus menerbitkan prospectus sebelum
melakukan listing di BEJ. Prospectus adala h dokumen yang berisikan informasi tentang perusa haan penerbit sekuritas dan informasi la innya yang berkaita n dengan sekuritas yang ditawarkan. Dalam prospektus dica ntumkan: a)
Jumla h lembar dan harga saham perdana yang ditawarkan pada saat IPO.
b)
Jadwal kegiatan IPO
c)
Tujua n IPO
d)
Penggunaan dana hasil IPO
e)
Pernyataan huta ng dan kewajiban
f)
Analisis dan pembahasan oleh ma najemen
g)
Resiko usaha
h)
Kejadia n penting setela h tanggal Laporan Keuangan
i)
Keterangan tentang perseroan
j)
Modal sendiri dan kebijakan soal deviden
k)
Perpajakan
l)
Underwriter yang mengungkapkan proyeksi laba bersih untuk tahun yang akan datang dan penentuan harga saham.
m) Profesi penunjang pasar moda l n)
Persyaratan pembelia n saham
o)
Penyebarluasan prospektus Perusa haan yang memutuska n untuk go public dan melemparkan saham
perdananya ke publik (IPO), isu yang muncul adala h tipe saham apa yang akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya, dan kapan waktu yang paling tepat. Umumnya perusa haan menyerahkan permasa la han yang berhubunga n dengan IPO ke banker investasi yang memiliki keahlia n di dala m penjua lan sekuritas. Penjua lan saham baru perusa haan yang melibatkan banker investasi ini dijua l ke pasar primer atau disebut juga dengan pasar perdana. Setela h perusa haan menjua l surat berharganya di pasar primer, surat berharga tersebut dapat diperjua lbelikan di pasar sekunder (bursa efek).
2.1.4 Earnings Management (ma najemen laba) Sugiri (1998) dala m Wid yaningdyah (2001) membagi definisi earnings
management menjadi dua, yaitu: a) Definisi sempit
Earnings management dala m hal ini hanya berhubunga n dengan pemiliha n metode akuntansi. Earnings management dala m arti sempit ini didefinisika n sebaga i perilaku ma najemen untuk “berma in” dengan komponen discretionary accrual dala m menentukan besarnya laba. b) Definisi luas
Earnings
management
mer upakan
tindakan
ma najer
untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dima na ma najer tersebut bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Pada umumnya studi tentang ma najemen laba dinyatakan dala m perspektif oportunis. Manajemen laba diartikan sebaga i tindakan oportunis ma najemen untuk memperoleh keuntungan pribadi. Begitu juga dala m penelitia n ini, ma najemen laba diartikan sebaga i tindakan oportunis ma najemen untuk meningkatkan laba.
2.1.5 Discretionary Accrual Secara
umum
penelitia n
tentang
ma najemen
laba
menggunakan
pengukura n berbasis akrua l dala m mendeteksi ada tidaknya ma nipulasi. Sala h satu kelebihan dala m pendekatan total akrua l adala h pendekatan tersebut berpotensi untuk dapat mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan atau mena ikkan laba, karena cara-cara tersebut kurang mendapat perhatia n untuk diketa hui pihak luar. Menurut Pery dan Willia m (1994), total akrua l (TAC) terdiri dari komponen
discretionary accrual (DA) dan non discretionary accrual . Discretionary accrual adala h komponen akrua l yang berada dala m kebijakan ma najemen. Artinya, ma najer memberikan intervensinya dala m proses pelaporan keuangan. Sedangkan
non discretionary accrual adala h komponen akrua l diluar kebijakan ma najemen. Manajemen laba dapat diproksika n dengan discrea tiona ry accruals. Namun discrea tiona ry accruals tidak dapat diobser vasi secara la ngsung dari laporan
keuangan, maka harus diestimasi mela lui beberapa model. Sala h satunya adala h model yang dikembangkan oleh De Angelo (1986). Model ini membandingkan akrua l pada periode test dengan akrua l pada periode sebelumnya. Model yang dikembangkan De Angelo mengasums ika n bahwa peruba han total accrual antara dua periode terdiri dari dua komponen, yaitu peruba han karena pertumbuhan perusa haan dan peruba han karena kebijakan oleh ma najemen perusa haan. Ketika perusa haan bertumbuh, jumla h non discretionary accrual dan pengumpulan discretionary accrual akan bertumbuh juga. Untuk mengontrol efek dari pertumbuhan total accrual , digunakan sebuah model yang mengasumsikan bagia n proporsiona l yang konsta n antara total accrual dan penjua lan (SALE) digunakan. Jumla h total accrual yang dapat dihubungka n dengan kebijakan ma najemen adala h perbedaan antara total accrual pada periode test yang dista ndarisasi dengan penjua lan pada periode test dan total accrual pada tahun dasar yang dista ndarisasi dengan penjua lan pada periode tahun dasar (Friedla n, 1994;5 dala m Gumanti 2003). Discretionary accrual dapat dirumuska n sebaga i berikut: DACpt = (TACpt/SALEpt) – (TACpd/SALEpd) Total akrua l diperoleh dari selisih antara laba bersih perusa haan dengan aliran kas masuk dari kegiatan operasi. Adanya ma najemen laba ditandai dengan adanya discretiona ry accrual yang positif dan apabila discretiona ry accrual bernila i nega tif berarti tid ak terdapat ma najemen laba. Discretionary accrual yang positif mengindikasikan ma najemen perusa haan mema nipulasi laba dengan cara mena ikkan laba.
2.2
Penelitian Terda hulu Beberapa studi menemukan bahwa perusa haan melakukan ma najemen
laba sebelum IPO. Maria dan Francisco (2006) menemukan bukti bahwa perusa haan-perusahaan di Spanyol mena ikkan laba akuntansi pada perioda satu tahun sebelum IPO dan menemukan penuruna n kinerja saham dala m jangka panjang. Teoh et al. (1998) menemukan bahwa ada perusa haan yang berperilaku agresif (mena ikka n laba) dan ada yang berperilaku konser vatif dala m penyusunan laporan keuangan perioda satu tahun sebelum IPO dan menemukan bahwa setela h IPO, return saham jangka panjang mengalami penuruna n diba ndingkan dengan perusa haan yang tidak melakukan IPO. Penurunan ini berhubunga n dengan
discreationary accrual di sekitar IPO. Manajemen laba berhubunga n nega tif terhadap return saham, artinya investor memberikan reaksi nega tif terhadap praktik ma najemen laba. Di
Indonesia
sendiri
seperti
dala m
penelitia n
Gumanti(2003),
mengeva luasi 39 perusa haan yang go public pada tahun 1995-1997. Dalam penelitia n tersebut, terbukti perusa haan mena ikkan laba pada periode dua tahun sebelum IPO. Pada periode satu tahun sebelum IPO tidak ditemuka n indikasi yang kuat adanya peningkatan laba oleh ma najemen. Sedangkan penelitia n Aminul Amin (2007) menemukan adanya indikasi ma najemen laba pada tiga periode menjela ng IPO. Dalam penelitia n tersebut juga ditemuka n bahwa kinerja saham
perusa haan pada tiga bula n setela h IPO positif namun dala m kurun waktu satu hingga tiga tahun kinerja saham dan kinerja keuangan cender ung nega tif. Dalam penelitia n Gumanti (2003), disebutkan penelitia n-penelitia n mengena i ma najemen laba sebelumnya banyak dilakukan tetapi dala m beberapa penelitia n tidak ditemuka n bukti adanya ma najemen laba. Di sisi la in, dala m beberapa penelitia n dengan topik yang sama justru menemukan hasil yang tidak sama. Dengan kata la in, konflik temuan antar penelitia n dengan objek yang sama masih ditemuka n.
2.3
Kerangka Pemikiran Perusa haan yang akan melakukan IPO cender ung untuk melakukan
earning management . Hal itu bertujua n agar dapat menjua l saham dengan harga yang tinggi. Earning ma nagement dilakukan dengan cara mengakui pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang, sehingga laba yang dilaporkan menjadi terlalu tinggi dari yang seharusnya. Tujua nnya agar pasar memberikan penila ia n yang positif terhadap perusa haan sehingga perusa haan dapat menjua l sahamnya dengan harga yang tinggi. Dalam jangka pendek perusa haan dapat mempertahankan kinerja yang dilakukan lebih tinggi tersebut, namun dala m jangka panjang penuruna n kinerja tetap akan terjadi (Teoh et al, 1998). Bahkan penuruna n kinerja laba akan tetap terjadi mesk ipun terdapat pertumbuhan penjua lan dan pengeluaran moda l yang tinggi setela h IPO (Ritter, 1991) yang dikutip dala m Yuarny, 2005. Dari uraia n di atas, dapat diga mbarka n kerangka pemikiran teoritis pada gambar berikut.
Gamba r 2.1 Kerangka Pemikiran Asimetri informasi
IPO (metode Fried lan)
MANAJEMEN LABA (one sample test)
Penurunan kinerja saham
2.4
(Uji beda)
Penurunan kinerja keuangan
Perumusan Hipotesis Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269)
mengasumsikan proses kontrak antara dua orang atau lebih, dima na sala h satu pihak disebut sebaga i agen (pihak yang menjala nkan kepentingan) dan pihak la in disebut sebaga i principal (pihak yang memiliki kepentingan). Dalam suatu perusa haan, pihak yang disebut agen adala h para ma najer sedangka n pihak yang
disebut principal adala h pemilik perusa haan (pemega ng saham). Hubungan antara agen dan principal biasa nya dala m kondisi asimetri informasi. Pada saat perusa haan melakukan IPO, asimetri informasi terjadi antara agen dan principal. Manajemen perusa haan memiliki informasi yang lebih banyak mengena i perusa haan sebelum IPO diba ndingkan dengan investor yang hendak mena namkan moda lnya di perusa haan. Dalam keadaan asimetri informasi tersebut, ma najemen berusa ha untuk memaksima lkan keuntungan pribadinya. Manajemen cender ung melakukan ma najemen laba agar mendapat respon positif dari pasar pada saat penawaran. Gumanti (2001) menemukan bahwa perusa haan tidak terbukti secara kuat melakukan earnings management pada periode satu tahun sebelum IPO, namun terjadi pada periode dua tahun sebelum IPO. Setyawati (2002) membuktikan bahwa terjadi earnings ma nagement pada satu periode sebelum dan sesuda h IPO. Penelitia n Ihala uw dan Afni (2002) menemukan bukti bahwa pada periode satu tahun sebelum IPO terjad i earnings ma nagement. Tiono
(2004) dengan
menggunakan pendekatan total accruals menemukan bukti terjadinya earnings
management pada periode dua tahun dan satu tahun sebelum IPO. Hasil-hasil penelitia n terdahulu sebagia n besar memperoleh kesimpula n bahwa perusa haan yang melakukan kebijakan IPO terindikasi melakukan kebijakan earnings management sebaga i upaya untuk memberikan informasi kinerja yang “lebih baik” agar pasar merespon kebijakan IPO secara positif. Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka hipotesis penelitia n ini dapat dirumuska n sebaga i berikut:
H1
: BUMN yang melakukan IPO terindikasi melakukan ma najemen laba pada saat IPO. Perusa haan yang melakukan ma najemen laba menjela ng IPO cender ung
mengalami penuruna n kinerja keuangan setela h IPO. Penurunan kinerja keuangan secara teori terjadi karena sikap oportunis ma najemen yang mema nfaatkan asimetri informasi pada saat IPO dengan melakukan income increasing. Tujua nnya adala h agar pada saat penawaran, perusa haan memperoleh respon positif dari pasar. Namun dala m jangka panjang ma nipulasi tersebut tidak dapat diteruska n sehingga mengakibatkan penurunan kinerja keuangan. Dalam jangka panjang ma najemen laba tidak dapat diteruska n karena perusa haan yang melakukan ma najemen laba menjela ng IPO cender ung mena ikkan labanya dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang. Akibatnya, laba perusa haan pada tahun berikutnya akan cender ung turun karena pendapatan pada tahun tersebut tela h diakui tahun sebelumnya. Bahkan penuruna n kinerja laba akan tetap terjadi mesk ipun terdapat pertumbuhan penjua lan dan pengeluaran moda l yang tinggi setela h IPO (Ritter, 1991) seperti yang dikutip dala m Yuarny, 2005. Hal tersebut juga sesua i dengan penelitia n Aminul Amin (2007) yang menemukan bahwa adanya tren penuruna n kinerja perusa haan yang melakukan ma najemen laba hingga tahun ke tiga setela h IPO. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitia n ini dapat dirumuska n sebaga i berikut:
H2
: BUMN yang melakukan ma najemen laba mengalami penuruna n kinerja keuangan pada satu tahun setela h IPO Dalam teori agensi disebutkan antara agen dan principal senantiasa
berusa ha mencapai kepentingan masing-masing. Pada saat IPO, terjadi asimetri informasi antara ma najemen dengan investor. Manajemen berusa ha memperoleh keuntungan dari asimetri informasi tersebut dengan melakukan ma najemen laba. Perusa haan yang melakukan ma najemen laba bertujua n untuk menarik investor sehingga perusa haan dapat menjua l sahamnya dengan harga tinggi. Dalam jangka pendek harga tersebut dapat dipertaha nkan, namun harga tersebut dala m jangka panjang cender ung akan menurun karena investor akan segera mengoreksi tindakan mereka setela h mengetahui bahwa penila ia n mereka terlalu tinggi. Seperti dala m penelitia n Teoh (1998) yang melaporkan adanya penuruna n kinerja saham pada tiga tahun setela h IPO pada perusa haan yang melakukan ma najemen laba. Mario dan Francisco (2006) juga menemukan bukti yang sama pada perusa haan yang melkukan IPO di Spanyol. Pratiwi dan Kusuma (2001) menemukan bahwa kinerja saham IPO jangka pendek (tiga bula n) adala h positif dan kinerja jangka panjang (dua puluh empat bula n) adala h nega tif. Amin (2007) juga menemukan bahwa kinerja saham dala m tiga bula n setela h IPO adala h positif dan kinerja jangka panjang (satu dan dua tahun setela h IPO) adala h nega tif. Bukti ini menunjukkan bahwa dala m jangka panjang tela h terjadi penuruna n kinerja (underperformance). Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitia n ini dapat dirumuska n sebaga i berikut:
H3a
: BUMN yang melakukan ma najemen laba mengalami peningkatan kinerja saham pada tiga bula n setela h IPO
H3b
: BUMN yang melakukan ma najemen laba mengalami penuruna n kinerja saham pada satu tahun setela h IPO
BAB III METODE PENELITI AN
3.1
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasi
3.1.1
Variabel Penelitia n Variabel dala m penelitia n ini adala h ma najemen laba dan kinerja
perusa haan. Manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accrual yang diukur menggunakan model yang dikembangkan oleh Fried lan (1994). Secara umum penelitia n tentang ma najemen laba menggunakan pengukura n berbasis akrua l dala m mendeteksi ada tidaknya ma nipulasi. Sala h satu kelebihan dala m pendekatan total akrua l adala h pendekatan tersebut berpotensi untuk dapat mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan atau mena ikkan laba, karena caracara tersebut kurang mendapat perhatia n untuk diketa hui pihak luar. Menurut Pery dan Willia m (1994) dala m Gumanti (2000), total akrua l terdiri dari komponen
discretionary accrual dan non discretionary accrual . Discretionary accrual adala h komponen akrua l yang berada dala m kebijakan ma najemen. Artinya, ma najer memberikan intervensinya dala m proses pelaporan keuangan. Sedangkan
non discretionary accrual adala h komponen akrua l diluar kebijakan ma najemen. Kinerja perusa haan dala m penelitia n ini terdiri dari kinerja saham dan kinerja keuangan. Kinerja saham perusa haan dinila i dari kumulatif return saham perusa haan. Sedangkan kinerja keuangan perusa haan diproksika n dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang diukur dari laporan keuangan perusa haan.
3.1.2
Definisi Operasiona l Berikut ini akan dijelaska n mengena i definisi operasiona l variabel yang
digunakan dala m penelitia n ini:
1)
Discretionary Accruals Sesuai penelitia n yang dilakukan oleh Gumanti (2000), umumnya poin
awal dala m pengukura n discretionary accruals adala h total accruals , dima na total
accruals tersebut terdiri dari komponen non discretionary accruals dan discretionary accruals . Sela njutnya model yang dikembangkan Fried lan (1996) digunakan untuk mengukur discretiona ry accruals. Model pengukura n atas discretiona ry accruals pada penelitia n ini dijelaska n sebaga i berikut: DAC pt = (TACpt/SALEpt) – (TAC pd/SALEpd ) Dima na: DACpt
: Discretionary perusa haan pada periode test
TACpt
: Total accruals perusa haan pada periode test
SALEpt
: Penjua lan pada periode test
TACpd
: Total accruals perusa haan pada periode dasar
SALEpd
: Penjua lan pada periode dasar
Sedangkan TAC diperoleh dari: TAC = NI – CFO dima na TAC
= total accrual
NI
= laba bersih operasi
CFO
= aliran kas dari aktivitas operasi
2)
Variabel Kinerja Perusa haan Variabel kinerja perusa haan adala h hasil yang tela h dicapai oleh
perusa haan setela h melakukan IPO. Kinerja perusa haan dala m penelitia n ini diproksika n sebaga i kinerja keuangan dan kinerja saham. Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamenta l perusa haan dan akan diukur dengan menggunakan data fundamenta l perusa haan. Sedangkan kinerja saham akan mereflekesikan kinerja pasar perusa haan dan akan diukur dengan menggunakan nila i pasar saham perusa haan yang beredar di pasar moda l. a. Kinerja Keuangan Menurut Weston dan Copeland (1991:225) mengelompokkan ada empat jenis rasio keuangan yang uta ma yaitu liquidity ratio, leverage ratio, profitability
ratio dan turnover ratio yaitu: a) Liquid ity ratio digunakan untuk mengetahui kema mpua n perusa haan dala m memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitia n ini likuiditas diukur menggunakan cash ratio (CR), yaitu: jumla h kas diba gi huta ng la ncar. b) Leverage ratio digunakan untuk mengukur moda l perusa haan dengan moda l yang berasal dari kreditor. Dalam penelitia n ini Leverage diukur menggunakan debt to equity ratio (DER), yaitu: total huta ng diba gi total moda l. c) Profitability mer upakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan ma najemen. Rasio ini akan memberikan jawaban tentang efektivitas
ma najemen perusa haan. Dalam penelitia n ini profitabilitas diukur menggunakan return on equity (ROE), yaitu net income diba gi dengan
equity. d) Activity ratio digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusa haan mema nfaatkan semua sumberdaya yang dimiliki. Dalam penelitia n ini
turnover diukur menggunakan total assets turnover (TAT), yaitu penjua lan diba gi dengan total aktiva. b. Kinerja Saham Kinerja saham ini diukur
menggunakan kumulatif return atau jumla h
harga penutupan saham haria n. Dalam penelitia n ini, return saham yang dimaksud adala h capital gain atau capital loss yang didefinisika n sebagi selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang la lu. Dari definisi tersebut return saham dapat dicari dengan rumus sebaga i berikut seperti yang terdapat dala m Jogiya nto (1998): Return saham =
Pt − Pt − 1 Pt − 1
Dima na: Pt
= return saham sekarang
Pt-1
= return saham periode sebelumnya
Untuk menghitung kumulatif return digunakan rumus sebaga i berikut: Kumulatif return = R1+R2+R3 +…Rn Dima na: R
= return saham haria n
Rn
= return saham haria n pada hari terakhir pengamatan
3.2
Populasi Dan Sampel Penelitian
3.2.1
Populasi Penelitia n Populasi adala h wila yah genera lisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipela jari dan kemud ian ditarik kesimpula nnya (Sugiyono, 1996). Populasi dala m penelitia n ini adala h Badan Usaha Milik Negara yang melakukan IPO yang tela h tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2009 sejumla h 13 perusa haan. 3.2.2
Sampel Penelitia n Sampel adala h bagia n dari jumla h dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Karena keseluruhan data yang digunakan mer upakan data sekunder, maka teknik pengumpulan data menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik pengambila n sampel dengan berdasarkan ciri-ciri atau kriter ia tertentu. Metode purposive sampling terkadang sangat penting digunakan dala m mencari informasi sasaran spesifik, karena tipe-tipe khusus dari objek penelitia n dapat memberikan informasi yang dibutuhkan (Sekaran, 2006;136). Dalam penelitia n digunakan teknik sampling ini karena tidak semua sampel mempunyai data lengkap, sehingga sulit untuk dilakukan pengukura n. Kriteria pengambila n sampelnya adala h sebaga i berikut: 1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan IPO dan tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemiliha n tahun tidak digunakan karena jumla h BUMN yang tela h go publik tidak terlalu banyak yaitu hanya 13 perusa haan.
2) Terdapat laporan keuangan pada dua tahun sebelum IPO, saat IPO dan pada satu tahun setela h IPO. 3) Terdapat data harga saham pada saat IPO hingga satu tahun setela h IPO. 4) Terdapat kelengkapan data tambahan yang diper lukan. Antara la in penjua lan, laba bersih dan aliran kas. 3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1
Jenis Data Jenis data yang digunakan dala m penelitia n ini termasuk ke dala m jenis
data sekunder. Jenis data sekunder adala h jenis data penelitia n yang diperoleh peneliti secara tidak la ngsung mela lui med ia perantara (diperolehda n dicatat mela lui pihak la in). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan histor is yang tela h tersusun dala m arsip yang tela h dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Adapun data yang diper lukan adala h data sekunder berupa data time series untuk semua variabel yaitu harga saham, laba bersih, penjua lan, neraca dan arus kas. 3.3.2
Sumber data Data sekunder yang digunakan dala m penelitia n ini adala h data laporan
keuangan BUMN yang melakukan penawaran saham perdana yang diperoleh mela lui Pusat Referensi Pasar Modal. Sumber data berupa laporan keuangan satu tahun sebelum IPO, saat IPO dan dan satu tahun setela h IPO.
3.4
Metode Pengumpulan Data Data
yang akan diteliti diperoleh
dari laporan keuangan
yang
dipublikasikan yaitu laporan keuangan tahun 1990-2009 dan data harga saham saham haria n sela ma satu tahun setela h IPO dari perusa haan yang menjadi sampel yang diakses di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.5
Teknik Analisis Data Untuk membuktikan ada atau tidaknya ma najemen laba pada saat BUMN
melakukan IPO, terlebih dahulu dihitung discretionary accrual masing-masing perusa haan dengan menggunakan metode yang dikembangkan Fried lan (1996).
Discretionary accrual yang bernila i positif mengindikasikan adanya ma najemen laba pada saat perusa haan melakukan IPO. Sebaliknya discretionary accrual yang bernila i nega tif tidak mengindikasikan adanya ma najemen laba pada saat perusa haan melakukan IPO. Untuk menguji kinerja perusa haan dilakukan mela lui dua la ngkah, yaitu: a) Menguji kinerja keuangan dengan menggunakan uji Paired Sample
Test untuk membandingkan kinerja keuangan BUMN saat IPO dan kinerja keuangan BUMN pada satu tahun setela h IPO. Jika benar ada penuruna n kinerja keuangan, maka t-test akan mengindikasikan bahwa kinerja keuangan perusa haan pada saat IPO lebih tinggi diba ndingkan kinerja keuangan perusa haan pada satu tahun setela h IPO. b)
Menguji kinerja saham dengan menggunakan uji one sample test untuk
melihat peruba han kumulatif return pada tiga bula n pertama dan kumulatif return
pada satu tahun setela h IPO. Angka nol digunakan sebaga i nila i uji karena nila i 0 berarti mengindikasikan tidak adanya peruba han kinerja saham. Nila i t nega tif berarti mengindikasikan adanya penuruna n kinerja saham.