Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
SISTIM PROTEKSI FISIK DI REAKTOR SERBA GUNA G.A SIWABESSY*) Usup Sudiawan,Tatang Komarudin, Kasturi **) ABSTRAK SISTIM PROTEKSI FISIK DI REAKTOR SERBA GUNA G.A SIWABESSY Sistem Proteksi fisik pada reaktor riset pada dasarnya mengacu pada pada rekomendasi IAEA INFCIRC/225/Rev.4. Untuk melihat apakah sitem proteksi fisik suatu reaktor riset sesuai dengan standar IAEA. Dapat dilakukan dengan memuat dokumen evaluasi diri yang terdiri dari mengenai halhal sebagai berikut : Unjuk kerja dan sasaran proteksi fisik; organisasi pengamanan, sistem halangan fisik, prosedur kontrol akses, sistem diteksi, alarm dan surveilan, subsistem komunikasi, sistem kompensasi dan perangkat operasi, dan prosedur rencana kontingensi (kedaruratan). Hal tersebut di atas dapat dicapai tujuan akhir dari sistem proteksi fisik reaktor riset yang mengarah Pada: 1. Penyimpanan dan menggunakan bahan nuklir hanya pada daerah terproteksi; 2. Memberikan akses pada daerah terproteksi hanya pada orang yang berwenang untuk memasuki daerah tersebut 3. Mendeteksi dan asesmen terhadap penetrasi atau aktifitas ilegal pada daerah terproteksi; 4. Mempunyai kemampuan komunikasi untuk respon keamanan fasilitas dengan pihak otoritas keamanan wilayah 5. Mempunyai organisasi dan manajemen proteksi fisik dalam menjaga efektifitas dari sistemnya. Kata Kunci: Pengamanan itu mahal , tetapi lebih mahal kalau kondisi tidak aman
ABSTRACT SYSTEMS of PROTEKSI PHYSICAL MULTI PURPPOSE REACTOR G.A SIWABESSY System of physical protection at reactor research into basically relate at recommendation of IAEA INFCIRC/225/REV.4. To see do physical protection system reactor research into as according to standard of IAEA. Can be conducted by loading document evaluate self which consist of the follow performance work and target of physical protection; security organization, physical barrier system, control procedure access, and alarm of surveillance, system communication, compensation system and peripheral of operation, and procedure plan emergency .The mentioned above can reach [by] final purpose of system of protection reactor physical research into which [is] flange [At] 1. Store and use material only within protected area 2. Grant only authorized access to the protected area 3. Detect and assess unauthorized penetration of or activities within the protected area 4. Provided timely communication to designated response force, whenever necessary; 5. Manage the physical protection organization in manner that maintains its effectiveness. To ensure the five basic of performance of physical protection in research reactor are followed review plan for evaluation of physical protection plans must be establish and maintenance. Keyword: Security is costly, costly but rather if condition is not peaceful
849
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
I. PENDAHULUAN Reaktor Nuklir Serba Guna G.A. Siwabessy (RSGGAS) yang dibangun di Kawasan Pusat Ilmu Pengetahun dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). RSGGAS dikelola dan dioperasikan oleh Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) dengan jumlah karyawan 186 orang. Dari Struktur organisasi BATAN. Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) di bawah Deputi Kepala Batan Bidang Pengembangan Teknologi dan Energi Nuklir (PTEN). Tugas Pokok PRSG. Sesuai KEPRES No. 198 dan SK. KA. Batan No. 392. tahun 2005, adalah melakukan pengelolaan dan pengoperasian reaktor riset serta bertanggung jawab terhadap keselamatan oleh kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional. Sejalan dengan tugas dan fungsinya, maka PRSG melakukan proteksi atau perlindungan terhadap Instalasi Reaktor Nuklir Serba Guna G.A. Siwabessy (RSGGAS) dari ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang nya dari luar maupun dari dalam. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dirancanglah sistem perlindungan diri yang disebut Sistem Proteksi Fisik. Dalam merancang dan menerapkan Sistem Proteksi Fisik harus berpedoman pada ancaman dasar pengamanan yang disebut Design Basic Treat (DBT), ancaman dasar disuatu daerah atau negara yang satu dengan yang lain berbeda, maka sistem proteksi fisiknya pun akan berbeda pula. Dalam sistem proteksi fisik menganut suatu azas keseimbangan yang disebut Balance in dep, keseimbangan harus dilihat dari berbagai aspek baik dari segi ancaman dan pertahanan maupun luas daerah dan sistem perlengkapan dan perlatan yang dipasang dalam suatu instalasi nuklir oleh sebab itu DBT dan sistem proteksi fisik harus setiap saat dievaluasi untuk menjaga unjuk kerja dan efektifitas sistem proteksi fisik suatu instalasi nuklir. Lingkup bahasan dalam tulisan ini meliputi: gambaran umum Pusat Reaktor Serba Guna dan kawasan Penelitian Teknologi Nuklir (PPTN) Serpong, kemungkinan gangguan dan ancaman keamanan yang timbul, dan unjuk kerja sistem proteksi PRSG, yang meliputi sistem delay, diteksi (monitoring) dan respon serta mekaniusme penanggulangan kedaruratan. Adapun tujuan dari pembahasan dalam tulisan ini adalah untuk melihat sejauh mana unjuk kerja sistem proteksi fisik yang ada dapat melindungi fasilitas nuklir dari ancaman, hambatan tantangan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar, meminimalisir pencurian material nuklir dan non nuklir serta mencegah upaya sabotase fasilitas nuklir dan non nuklir, serta mencegah personil yang tidak mempunyai akses masuk ke dalam kawasan nuklir.
850
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
II. KEADAAN UMUM II.1 Situasi Internasional
•
Pasca Peristiwa 11 September 2001, Hancurnya gedung World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat (A.S.), teroris internasional dianggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Jaringan teroris internasional disinyalir tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Jamiyatul Islamiyah dinyatakan sebagai organisasi teroris, terlarang dan diawasi. Akibat dari peristiwa tanggal 11 September 2001 Badan PBB melalui organisasi IAEA yang disponsori oleh A.S. mengeluarkan beberapa kebijakan dan peraturan serta pengawasan terhadap semua fasilitas dan bahan nuklir. Mereka mengkhawatirkan terjadinya pencurian bahan nuklir yang dapat dijadikan bahan untuk pembuatan bom nuklir (terutama PLTN) dijadikan sasaran oleh kelompok teroris yang akan dapat menyebabkan terlepasnya zat radioaktif..
•
Penghapusan Senjata Pemusnah Massal Dengan peristiwa hancurnya WTC merupakan satu serangan pendadakan yang akibatnya vital bagi A.S. Akibat peristiwa tersebut timbul dugaan, bahwa satu waktu jaringan terorisme internasional akan menggunakan senjata nuklir atau dirty bomb. A.S. melalui PBB berusaha untuk memutus semua fasilitas jaringan diberbagai bidang, baik keuangan/ekonomi, poitik maupun kegiatannya. Salah satu alasan tentara koalisi menyerang Irak memiliki senjata pemusnah massal dan dalam pada itu Irak juga diduga merupakan negara yang membantu/bekerjasama dengan jaringan terorisme internasional. Sementara itu, pengembangan fasilitas nuklir di negaranegara Korea Utara dan
Iran, juga ditentang oleh beberapa negara (terutama A.S.), karena dikhawatirkan kedua negara tersebut mengembangkan senajta nuklir. Untuk maksud tersebut pengawasan dan pemeriksaan oleh Lemabaga PBB (IAEA) terhadap fasilitas dibebearapa negara menjadi semakin meningkat, bahkan menjadi issue central dalam rangka menciptakan dunia bebas dari bahaya atau ancaman senjata nuklir.
II.2 Situasi Nasional
Sosial Ekonomi 1.
Krisis ekonomi nasional masih belum selesai.
2. Kenaikan harga sembako terus bergulir, kenaikan harga Tarif Dasar Listrik (TDL) dan BBM yang memberatkan masyarakat kecil. 3. Beberapa perusahaan asing menutup usahanya di Indonesia antara lain,
851
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
karena situasi keamanan yang tidak stabil dan tidak adanya kepastian hukum. 4. Penyelundupan belum dapat ditangani, bahkan semakin meningkat.
5. Jumlah rakyat di bawah garis kemiskinan semakin meningkat, kesenjangan kehidupan semakin melebar. 6. Kondisi ekonomi nasional sangat tergantung dan dikuasai oleh ekonomi asing.
Sosial Politik
1. Persiapan PEMILU 2004 sudah mulai terasa, partaipartai berkuasa mengumpulkan dana sebanyak mungkin (dengan berbagai cara) untuk memenangkan Pemilu.
2. Money politik terjadi disemua lini kehidupan dari mulai pemilihan daerah / Kepala Desa, pemilihan Bupati / Walikota, Gubernur sampai Menteri bahkan Presiden.
3. Pemilu 2004 akan diwarnai oleh money politik disamping lahirnya partai partai baru peserta Pemilu. 4. Gerakan Papua Merdeka Gerakan Republik Maluku Selatan
Sosial Budaya 1.
Issu HAM banyak menjadi tema sentral dalam gerakangerakan tertentu, sementara banyak terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh kelompok tertentu yang berakibat meresahkan masyarakat.
2. Supermasi hukum belum terwujud, pelanggaranpelanggaran hukum belum teratasi. Masih banyak kasuskasus pengadilan yang melanggar prinsip keadilan. 3. Jumlah angkatan kerja terus bertambah sementara kesempatan kerja semakin berkurang, keadaan demikian semakin menambah sulitnya kehidupan.
Teroris Internasional Disinyalir pelakunya dari kelompok Islam garis keras. Bentuk kegiatannya melakukan pemboman di beberapa tempat (fasilitas umum, tempattempat ibadah), serta kantor perwakilan asing. Peledakan bom di Bali merupakan salah satu kegiatan dari kelompok teroris ini. Dari hasil investigasi beberapa pelaku terungkap keterlibatan kelompok Islam garis keras yang jelas jelas tidak senang terhadap beberapa kebijaksanaan Internasional.
852
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Tindakan Kriminal Gangguan keamanan dalam bentuk penodongan, perampokan, pemerasan, pencurian diikuti dengan tindakan pembunuhan sangat meresahkan kehidupan masyarakat. Tindak kriminal banyak terjadi sebagai akibat langsung atau tidak langsung, karena keadaan perekonomian yang sangat memberatkan masyarakat. Hidup rakyat kecil sulit, lebihlebih di pedesaan. Gaya hidup konsumtif yang ditayangkan di acara TV ikut mendorong terjadinya penodongan/pencurian dan tindak kriminal lainnya sebagai jalan pintas untuk menjadi kaya (hidup senang)
II.3 Batan Serpong PPTN Serpong adalah salah satu Obyek vital nasional, yang merupakan asset bangsa yang bernilai strategis untuk menunjang pembangunan nasional. PPTN Serpong terdiri dari 13 ( tiga belas ) pusat dengan areal seluas ± 25 Ha dan 38 gedung dengan luas bangunan 52.788 m 2 dengan jumlah pegawai 1467 personil. Selain terdapat berbagai jenis instalasi nuklir terdapat pula sarana pendukung berupa laboratorium penelitian, gedung administrasi, bengkel mekanik dan elektronik. Kawasan PPTN Serpong berdampingan dengan beberapa laboratorium dan gedung yang melakukan berbagai penelitian dan pengembangan, antara lain : 1.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI )
2. Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi ( BPPT ) 3. Pusat Sarana Pengendali Dampak Lingkungan ( PUSARPEDAL ), dan
4. PUSPIPTEK yang berfungsi sebagai pengelola keselamatan, keamanan, dan sarana lainnya. Di luar kawasan PUSPIPTEK terdapat beberapa desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Serpong, dan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Sumber mata pencaharian mereka sebagian besar terdiri dari pertanian, buruh galian pasir dan bangunan. Lahan pertanian semakin hari semakin sempit dengan adanya pemabangunan perumahan baru BTN dan Real estate, demikian pula buruh pasir juga semakin sulit dengan krisis ekonomi yang tidak teratasi, kemudian diperparah lagi dengan adanya larangan dari masyarakat dan Pemda tentang penggalian pasir. Ini semua kemungkinan besar akan berdampak meningkatnya pegangguran dan kriminalitas (pencurian dan perampokan). Tingkat kesejahteraan karyawan cukup memadai berada digaris ratarata hidup pegawai negeri. Sebagian besar karyawan sudah tertampung dalam perumahan/BTN.
853
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Untuk mencapai tujuan BATAN antara lain sangat dipengaruhi oleh semangat dan disiplin karyawan secara keseluruhan. Disiplin karyawan cukup memprihatinkan. Disiplin ini akan mempengaruhi unjuk kerja dan akan berpengaruh pada hasil kerja serta suasana kerja. Unsur manusia dengan segala aspeknya akan sangat berpengaruh pada produktivitas kerja akan membuka peluang terjadinya pelangaranpelanggaran baik yang dimanfaatkan oleh unsur dari luar maupun dari dalam sehingga berdampak terganggunya keamanan dan ketertiban di kawasan dan lingkungan kerja.
III. KEMUNGKINAN GANGGUAN DAN ANCAMAN YANG TIMBUL Gangguan keamanan karena kegagalan operasi (teknis) kemungkinannya sangat kecil. Kemungkinan terjadinya gangguan keamanan di Instalasi Nuklir Reaktor Riset serba guna G.A. Siwabessy PPTN BATAN Serpong, disebabkan oleh faktorfaktor non teknis antara lain : 1.
Pencurian atau perampokan
2. Teroris 3. Separatis 4. Karyawan Yang Tidak Puas 5. Sabotase 6. Demonstrasi 7.
Aktivis (L S M)
III.1 Pencurian atau Perampokan (Kriminal) Krisis ekonomi yang berkepanjangan, Akibat dari kenaikan harga sembako, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarip Dasar Listrik (TDL) sangat memberatkan rakyat, terlebih bagi rakyat yang hidup di daerah pinggiran yang bermata pencaharian sebagai buruh tani. Serta adanya beberapa perusahaan asing yang menutup usahanya di Indonesia, sehingga mengakibatkan banyak perusahaan kecil gulung tikar (bangkrut), terjadinya pemutusan hubungan kerja yang menyebabkan semakin bertambah jumlah pengangguran. Keadaan di atas akan berdampak negatif terhadap aspek keamanan, banyak terjadi pencurian atau perampokan, pemerasan, penipuan, penodongan, bahkan tidak jarang diikuti dengan pembunuhan yang sangat meresahkan kehidupan masyarakat. Pada umumnya terjadinya hal tersebut karena permasalahan ekonomi. Dalam melakukan aksinya para pelaku tidak hanya sendirian saja melainkan secara berkelompok lebih dari 5 (lima) orang dengan persenjataan konvensional, bahkan
854
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
kadangkadang mereka menggunakan kendaraan roda empat. Komplek perkantoran BATAN menjadi salah satu sasaran pencurian, dimana di luar dan di dalam gedung banyak terdapat barang yang menarik untuk dicuri. Pencurian yang dilakukan oleh orang luar pada umumnya dilakukan pada malam hari, pada hari hari libur, dan pada saat petugas pengamanan lalai, dan lupa untuk memperhatikan situasi lingkungan yang rawan terjadinya pencurian. Terutama menjelang hari raya idul fitri dan ketika sulit mencari pekerjaan. Operasi pencurian biasanya dilakukan oleh pihak luar dengan memanfaatkan kelengahan pada pola kegiatan petugas pengamanan, tidak menutup memungkinkan pencurian dilakukan oleh orang dalam atau ada kerja sama antara orang dalam dengan pihak luar misalnya Sering terjadi pintupintu tertentu tidak terkunci, sehingga memudahkan pencuri masuk mengambil barang yang sudah “disiapkan”. adapun pencurian yang dilakukan oleh orang dalam biasanya pada hari kerja di luar jam kerja (pada saat lembur). III.2 Teroris Jaringan teroris internasional dituduh oleh AS berada dibalik runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) tanggal 11 September 2001. Jaringan teroris internasional disinyalir mempunyai militansi tinggi, terdidik ala militer, bahkan berpengalaman gerilya di luar negeri (Afganistan, Philipina, dan Thailand) dan diantaranya berkemampuan membuat/merakit bom. Peledakan bom yang terjadi di beberapa kota di Indonesia (Batam, Jakarta, Medan, Ambon, Menado dan terakhir di Kuta Bali) disinyalir pelakunya adalah dari kelompok tersebut.
III.3 Karyawan yang tidak Puas Disiplin karyawan cukup memprihatinkan yang akan berdampak pada unjuk kerja dan suasana kerja. Keadaan demikian potensial “dimanfaatkan” oleh kelompok vokal dan kelompok tidak puas lainnya untuk mendiskreditkan pimpinan BATAN. Sebab atau latar belakangnya sangat variable dan mungkin pribadi, sehingga sulit diidentifikasi. Mereka menyampaikan rasa ketidakpuasan terhadap kebijaksanaan pimpinan melalui Batannews, tidak sedikit pula yang menyampaikan rasa tidak puas/frustasi tersebut dengan menurunkan unjuk kerjanya.
III.4 Sabotase Pada umumnya kegiatan sabotase dipicu oleh motivasi politik, dalam rangka menentang pemerintah atau karena adanya rasa tidak puas yang dilakukan oleh
855
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
sekelompok kecil sabotir untuk dapat menyusup/membaur dikalangan karyawan. Kegiatan sabotase dapat terjadi adanya kerjasama dengan orang dalam. Yang perlu diwaspadai. adalah adanya sekelompok kegiatan separatis yang menyerang obyek obyek vital sebagai sasaran mereka. Dalam hal ini BATAN harus mengantisipasi segala kemungkinan untuk mendeteksi dan mencegah secara dini. Sabotase dilakukan dengan tujuan untuk mendapat perhatian nasional, bahkan internasional. Sasaran sabotir yang paling dominant dilakukan adalah di tempattempat vital seperti : gardugardu listrik, penyimpanan bahan bakar, atau tempattempat vital lainnya yang dapat menjadi perhatian kalayak umum. Kelompok sabotir ini militant, terdidik, dan berpengalaman militer, mobilitas tinggi, bergerak dalam kelompok kecil, tidak segansegan melakukan tindak kekerasan (pembunuhan). III.5 Demonstrasi Bisa dilakukan oleh orang dalam yang tidak puas terhadap kebijakan Pimpinan BATAN atau dilakukan oleh orang luar karena kepentingan tertentu, seperti anti PLTN (nuklir). Kedua unsur ini masingmasing bisa sendiri atau bergabung menentang kebijakan BATAN. Perlu diwaspadai kemungkinan adanya pengacau dari anasir teroris yang memanfaatkan situasi di atas dengan menggunakan bahan peledak. III.6 Aktivis ( LSM ) Motivasinya politik, bertujuan untuk mendapatkan perhatian secara nasional maupun internasional dengan mengangkat issueissue tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat TNI – POLRI maupun kelemahan atau kesalahankesalahan yang telah diperbuat oleh birokrasi pemerintahan. Dalam kegiatannnya LSM memanfaatkan orang dalam/karyawan yang tidak puas terhadap kebijaksanaan intensitasnya. Biasanya mereka mempunyai dukungan dana yang cukup dan bahkan bekerjasama dengan LSM luar negeri. Mereka tidak segan segan memberi informasi kepada pihak luar walaupun itu mungkin negaranya sendiri.
IV. SISTEM PENGAMANAN PROTEKSI FISIK IV.1 DELAY (Penghalang) Salah satu dari sistem delay adalah pemagaran , Sistem pemagaran adalah merupakan hal pokok dalam proteksi phisik, karena tidak mungkin menempatkan penjaga ditiaptiap tempat untuk melindungi instalasi nuklir terhadap ancaman dari pihak luar. Kawasan PPTN Serpong terdapat 3 ( tiga ) pemagaran, yaitu :
856
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
1.
ISSN: 14123258
Pagar kawasan PUSPIPTEK
2. Pagar kawasan Pagar Kuning 3. Pagar kawasan Daerah Tertutup IV.1.a Klasifikasi Daerah Areal Pusat Penelitian Tenaga Nuklir Serpong yang terletak di kawasan Puspiptek mempunyai 3 ( tiga ) klasifikasi daerah antara lain :
1. Daerah Terbatas. Daerah tersebut adalah daerah pengawasan yang berada di luar pagar kuning. 2. Daerah Terlarang Daerah ini adalah daerah pengawasan yang berada di dalam pagar kuning.
3. Daerah Tertutup. Daerah ini adalah gedung reaktor dan ruang penyimpanan Bahan Bakar Nuklir, Kolam Reaktor, Gedung operasi, Gedung Bantu, Menara Pendingin, Rumah disel, gedung kimia dan Instalasi penyimpanan sementara bahan bakar bekas (IPSB3), hanya orang orangorang tertentu saja yang boleh memasuki daerah ini.
IV.1.b Penjagaan (guarding) 1.
Penjagaan PUSPIPTEK Penjagaan kawasan Puspiptek dilakukan selama 24 jam oleh Satuan Pengamanan Puspiptek di bantu oleh POLRI sebanyak 1 ( satu ) Regu.
2. Penjagaan BATAN
a. Penjagaan dalam daerah terbatas ( Pintu Gerbang I ) Kawasana PPTN Batan Serpong Penjagaan gedung dilakukan selama 24 jam dengan system oleh Satuan Pengamanan PKTN.
b. Penjagaan di Main Gate Station ( M G S ) , penjagaan dan pemeriksaan lapis ke dua lalulintas personil dan materiil yang akan memasuki daerah tertutup pagar kuning. dilakukan selama 24 jam dengan system oleh Satuan Pengamanan PKTN.
c. Penjagaan di PRSG dilakukan selama 24 jam oleh Unit Pengamanan Nuklir PRSG, disini merupakan system pertahanan terakhir, melakukan pengamanan lalulintas personil dan materil, di dua pos penjagaan PRSG:
1. Pos Lobby Pengawasan dan Pengamanan lalulintas barang dan personil yang akan memasuki gedung Reaktor. 2. Pos Belakang Petugas yang berada di pos belakang bertugas untuk
857
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
mengawasi Lalulintas Barang dan Pemantauan areal belakang gedung reaktor.
IV.2 DETEC / MONITORING 1.
Sistem pengamatan video ( CCTV ), terdiri dari : •
Camera indoor
•
Camera outdoor
•
Electrik door
•
Doble lock
Sistem access control (Proximity card)
2. Telekomunikasi dan peringatan dini, terdiri dari : •
Keadaan normal
•
Keadaan darurat
•
Telepon darurat
•
Telepon PABX
•
Handy Talky, Rich
•
Paging System
3. BATAN Security System ( B S S ) Untuk memantau kegiatan, lalu lintas personil dan materiil Sistem proteksi fisik di PRSG dibantu oleh instalasi BSS (UPN PKTN) yang terbagi dalam 3 (tiga ) sistem, antara lain : a). Sistem pengolah data ( Data Gathering System ), terdiri dari : 1.
Fire Alarm
2. Health Physic 3. Intrusion
4. Process b). Sistem pengamatan video ( CCTV ), terdiri dari : 1. Camera indoor 2. Camera outdoor
c). Sistem access control, terdiri dari : 1. Release door 2. Proximity ard
858
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
IV.3 RESPONS Mekanisme penanggulangan : a. Apabila gangguan bersifat pencurian (Kriminal) Unit Pengamanan Nuklir (UPN) PRSG menghubungi operator BSS melalui telepon PABX untuk mengetahui melalui sistem BSS jenis gangguan yang terjadi dan tempat / zona kejadian. b. Amankan TKP, apabila gangguan dapat diatasi dianggap clear, jika gangguan berlanjut tidak dapat di atasi oleh UPN PRSG, dilanjutkan untuk meminta bantuan ke UPN PKTN. c. Unit Pengamanan Nuklir PKTN mengecek ke tempat kejadian perkara ( TKP ). d. Apabila gangguan tersebut bersifat teknis UPN PKTN menginformasikan tim kedarutan Nuklir kawasan PPTN Serpong. e. UPN PKTN melalukan koordinasi dengan UPN lain di kawasan PPTN Serpong dan aparat keamanan setempat ( Satuan Pengamanan Puspiptek, POLRI, dan TNI). IV.4 IV.4.a
RENCANA KONTIGENSI (KEDARURATAN) Mekanisme Penanggulangan: 1). Perkiraan Keadaan kerusakan dan korban 2). Isolasi Lokasi Kejadian 3). Rencana Evakuasi 4). Pertolongan Medis 5). Identifikasi Aset enting Lainnya
IV.4.b
Tindakan Penanggulangan 1). Evakuasi 2). Penanganan Medis Terhadap Korban 3). Penampungan Darurat (tempat Evakuasi)
IV.4.c
Dukungan Lainnya 1). Akomodasi dan Bantuan Medis Lanjutan 2). Transportasi dan Ambulan 3). Listrik/air/dan gas 4). Komunikasi/Informasi 5). Konstruksi/engineering 6). Pemadam Kebakaran
859
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
V. PENUTUP V.1 KESIMPULAN 1. Perkembangan situasi Internasional pasca penghapusan senjata pemusnah massal dan pasca peristiwa 11 September 2001 dan Perkembangan situasi nasional, khususnya , akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, serta kejadian ledakan Bom di ibu kota dan beberapa daerah sangat berpengaruh terhadap sistem Proteksi Fisik PRSG khususnya dan kawasan PPTN Serpong. 2. Sedang perkembangan sosial politik, sosial budaya tidak banyak berpengaruh terhadap sistem pengamanan PRSG dan PPTN Serpong. 3. Sistem Proteksi PRSG perlu ditingkatkan terutama:
Sistem Delay Sistem Pemagaran PRSG belum memenuhi persyaratan Standar pengamanan. Instalasi Nuklir. Letak pos Penjagaan, serta pintu gerbang masuk kendaraan yang sudah tidak sesuai lagi karena pemantauan petugas terhalang oleh gedung.
Sistem Monitoring (Ditections) Belum adanya CCTV dan sensor luar (exterior sensor) pada daerah rawan dan penting dibelakang gedung reaktor. Di bagian belakang gedung reaktor masih banyak rumput dan pohon – pohon di sekitar pagar yang menghalangai proses pemantauan. Masih adanya lampu taman dan lampu tembak yang mati (penerangan lampu)
Sistem Response 1. Belum dibentuknya tim Response (satuan perespon) Kawasan. Belum lengkapnya peralatan sarana pengamanan (mobil patroli, deteksi bom, radio komunikasi, dan senjata api). 2. Belum terbentuknya tim DBT kawasan PPTN Serpong, yang anggotanya terdiri dari kepala UPN yang berada di kawasan PPTN Serpong dan aparat daerah terkait. 3. Belum adanya Rumah sakit khusus yang menjadi rujukan, bila terjadi kedarutan Nuklir. 4. Masih lemahnya Disiplin karyawan, sehingga belum dapat terciptanya budaya keselamatan dikalangan pegawai Batan. 5. Belum terbentuknya tim Investigasi kawasan PPTN Serpong.
860
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
V.2 SARAN 1. Dengan berubahnya situasi Nasional dan Internasional, maka ancaman dasar (DBT) pun berubah dengan demikian perlukiranya sistem proteksi fisik PRSG dan kawasan PPTN Serpong ditingkatkan. Selain itu pula sarana dan perlengkapan petugas pengamanan , sebaiknya dilengkapi dengan alat/peralatan yang lengkap sesuai dengan standard pengamanan obyek vital Nasional. 2. Sistem proteksi fisik PRSG perlu kira ditingkatkan disamping peralatan yang sudah ada seperti: a. Sistem Delay Pagar PRSG perlu dilakukan penyempurnaan, yaitu dengan penambahan alat sensor dan kawat brigade (rool) bagian atas pagar. Penyempurnaan letak dan melengkapi Pos Penjagaan, serta pintu gerbang masuk kendaraan yang sudah tidak sesuai lagi karena pemantauan petugas terhalang oleh gedung. b. Sistem Monitoring (Ditections) Penambahan CCTV sensor luar (exterior sensor) pada daerah rawan dan penting. Pemeliharaan dan peningkatan sistem pengawasan tamu. Pemeliharaan kawasan agar tetap bersih dan bebas pandang (kebersihan rumput dan pohonpohon di sekitar pagar). Menyempurnakan sistem pencahayaan (penerangan lampu). 3. Perlu ditingkatkan kerjasama dan koordinasi dengan aparat setempat yang selama ini sudah berjalan dengan baik. 4. Perlu kiranya dibentuk tim DBT kawasan PPTN Serpong, yang anggotanya terdiri dari kepala UPN yang berada di kawasan PPTN Serpong dan aparat daerah terkait untuk mengevaluasi sistem proteksi fisik kawasan. 5. Perlu kiranya diadakan Rumah sakit khusus yang menjadi rujukan, bila terjadi kedarutan Nuklir. 6. Perlu ditingkatkan disiplin karyawan, sehingga budaya keselamatan kerja dapat diterapkan dikalangan pegawai Batan. 7.
Perlu dibentuknya tim Investigasi kawasan PPTN Serpong sebagai upaya cegah tangkal sistem keamanan kawasan PPTN Serpong.
861
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1
UU No. 7 / 1979, tentang ketanaga nukliran
2
Keputusan Kepala BATAN No. 539 / KA / XI / 2004, tentang Gugus Keamanan dan Ketertiban Nuklir BATAN.
3
Keputusan Kepala BATAN No. 392 / KA / XI / 2005, tentang Struktur organisasi Batan.
4
Keputusan Kepala Bapeten No.02P/Ka. BAPETEN/IV99, tentang Pedoman Proteksi Fisik Bahan Nuklir.
5
Kepres NO. 5 tahun 2005, tentang pengamanan obyek vital.
6
Skep. KAPOLRI. No.Pol: Skep/738/X/2005, tentang Pedoman Sistem Pengamanan Obyek Vital.
7
INFCIRS/225/Rev.4. The Physical Protection of Nuclear Material and Nuc. Facilities June 1999.
862
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Haendra ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.Apakah sudah dilakukan path analysis dalam SPF di RSG?
b.Berapa jumlah orang tiap shift? Jawaban: a.Sudah, sistem proteksi fisik PRSG. Dengan DBT yang semakin meningkat perlu ditingkatkan.
b.18 orang, dalam 2 Shift. Penanya: Praswadi ( PTBIN BATAN ) Pertanyaan: a.Apakah sistem seismik yang terpasang di pagar kawat berduri cukup efektif untuk mengetahui gejala awal tindakan negatif dari luar? b.Apakah ada rencana peryambungan sistem proteksi fisik di waktu yang akan datang? Jawaban: a.Ya, karena DBT semakin meningkat, maka Sistem Proyeksi Fisik PRSG dan PPTN Serpong masa mendatang akan ditingkatkan
Sistem Delay Desection dan Pemasangan Extension Sensor Motion dan Camera digabung dengan Seismik.
RS Perse
b.Dalam proses pengajuan.
863