Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
SISTEM INFORMASI INVENTORY DENGAN MENGGUNAKAN METODE FIRST IN FIRST OUT (FIFO) Faisal Rahman ,* Tony Hartono Bagio Fakultas Ilmu Komputer Universitas NAROTAMA, Surabaya ABSTRACT inventory atau persediaan bukan merupakan hal yang asing lagi bagi setiap perusahaan. Namun masalah inventory terkadang masih menjadi salah satu kendala untuk mencapai tujuan perusahaan, karena sistem inventory yang tidak terkendali dan tidak adanya pengawasan yang benar serta metode yang dapat dijalankan dengan baik. Hal ini setelah diteliti ternyata disebabkan kesulitan dalam penentuan harga pokok produk yang berawal dari penentuan biaya bahan baku yang digunakan, sehingga berakibat keuntungan perusahaan terus berkurang walaupun persentase penurunannya tidak banyak, namun apabila permasalahan ini dibiarkan diperkirakan akan terus menurun dan kerugian yang dialami akan semakin besar. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, maka dibuat suatu desain sistem dengan menggunakan metode First in First out (FIFO) perpetual, dimana barang yang pertama kali masuk gudang akan digunakan pertama kali pula dalam produksi, dan siklus keluar masuknya barang dapat diketahui dengan jelas. Keyword : Inventory System, FIFO Method 1. Pendahuluan PT.XYZ adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Consumer Good dengan produk yang diproduksi adalah tissue. Jenis tissue yang dihasilkan perusahaan ini beraneka ragam, sekitar 7 jenis tissue dengan fungsi dan spefikasi yang berbeda, yaitu : 1. Tissue Roll Tissue ini berbentuk gulungan yang ditengahnya terdapat core, yaitu gulungan kertas karton yang tebal. Tissue jenis ini bisa digunakan dikamar kecil di Hotelhotel, Restaurant. Ukuran gramatur yang dihasilkan 120 gram, 100 gram dan 90 gram. 2. Napkin Tissue Tissue jenis ini berbentuk bujur sangkar , berukuran sekitar 28 cm 8 x 28 cm dan biasa digunakan sebagai lap makan atau pembungkus sendok dan garpu. 3. MG Tissue MG adalah singkatan dari Machine Glassis, dikatakan demikian karena pada proses akhir pembuatannya, tissue jenis ini dilapisi semacam lilin yang pada hasil akhirnya akan terlihat seperti ada lapisan kaca pada permukaannya. Bentuk dan ukuran yang dihasilkan hampir sama dengan tissue jenis Napkin. Jenis ini biasa
4.
5.
6.
7.
digunakan sebagai alas makanan yang berminyak, karena daya serapnya yang baik. Facial Tissue Jenis ini mempunyai 2 kategori, ada yang diberi wangi-wangian dan ada yang tidak. Ukuran sekitar 20 cm x 20 cm, dikemas dalam 11 macam kotak yang berbeda ukuran dan isi lembar tissue yang berbeda pula. Pocket Tissue Pada dasarnya kegunaan dan jenisnya sama dengan facial tissue namun jenis ini dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan sederhana. Kemasan tissue dibagi menjadi 3 jenis, untuk isi 10 lembar, 6 lembar dan 5 lembar. Tissue Towel Fungsinya hampir sama dengan Tissue jenis Roll, namun ukuran dan beratnya saja yang berbeda. Jenis ini diproduksi dengan tinggi 25 cm dan diameter 15 cm, dengan berat 250 gram dan 450 gram. Tissue Cocktail Tissue lebih halus dari tissue jenis facial dan napkin, ukuran yang dihasilkan juga lebih kecil, sekitar 23 cm x 23 cm dan biasa digunakan sebagai tatakan gelas atau alas roti.
1
Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi tissue hampir sama dengan kertas, yaitu pulp. Perbedaan yang pokok adalah pada proses produksi dan bahan-bahan pembantu lainnya. Pulp adalah sejenis kayu pinus yang sudah diproses dan akhirnya berbentuk lembaranlembaran. Jenis pulp yang dibeli oleh perusahaan untuk proses produksi bermacam-macam, karena setiap jenis tissue membutuhkan komposisi pulp yang berbeda. Ada 3 jenis pulp yang diperlukan, yaitu : a. North Bleach Karft Pulp (NBKP) Dihasilkan di Kanada dan New Zealand, dengan panjang serat 2 mm, sering disebut dengan “Soft Wood” karena mempunyai serat yang halus dan berwarna putih. b. Leaf Bleach Karft Pulp (LBKP) Dihasilkan di Riau,Chili dan Thailand, berasal dari jenis kayu Equalyptus. Disebut dengan “Hard Wood” karena seratnya lebih kasar. c. Cheme Thermo Mechanical Pulp (CTMP) Pulp jenis ini agak kasar dari 2 jenis diatas dan tidak berwarna putih, karena pulp ini tidak terdapat unsur pemutih (bleaching). Setiap jenis tissue membutuhkan komposisi pulp yang berbeda, misalnya untuk tissue - Facial, NBKP = 35 % LBKP = 65 % - Napkin & Towels, NBKP = 30 % LBKP = 70 % - Tissue Roll, NBKP = 20 % LBKP = 80 % Selain pulp, bahan baku lain yang dibutuhkan antara lain : 1.Core 2.Lem 3.Plastik Pembungkus 4.Karton Box 5.Parfum 6.Bahan-bahan kimia 7.Karung Plastik
2. Landasan Teori
2.1 Pengertian Inventori Inventori merupakan sebuah konsep yang mencerminkan sumber daya yang dapat digunakan tetapi tidak/belum dipergunakan. Pengertian inventori dapat diartikan dalam beberapa hal yang berbeda, antara lain : 1. Stock yang tersedia pada saat itu juga. 2. Daftar perincian barang yang tersedia. 3. (Untuk keuangan dan akunting) jumlah stock barang yang dimiliki oleh suatu organisasi pada suatu waktu. Fungsi pokok dari inventori adalah memenuhi semua permintaan pelanggan dengan persediaan barang yang seminimal mungkin. Namun kita tidak boleh melihat keuntungan yang diperoleh hanya dengan memperhatikan segi inventori dari bagian gudang saja karena inventori berpengaruh dalam semua departemen yang ada dalam suatu perusahaan.
2.2 Biaya Inventori Biaya inventori adalah biaya-biaya operasi dari sebuah sistem inventori yang berasal dari kegiatan suatu manajemen yang menerapkan sistem inventori. Sasaran dari manajemen inventori sendiri adalah untuk mendapatkan nilai yang sesungguhnya dari bahan baku, supplies dan barang jadi ditempat yang benar, pada waktu yang tepat dan biaya yang murah. 1. Biaya pembelian (Purchase cost) Untuk biaya ini selalu dikategorikan sebagai biaya dari sebuah jenis barang apabila unit barang tersebut ditempatkan dalam inventori. Sebagai contoh untuk jenis barang yang dibeli, biaya pembelian adalah harga beli ditambah dengan biayabiaya lainnya atau potongan harga. Harga pembelian dapat berubah tergantung banyaknya barang yang dibeli, biasanya semakin besar jumlah yang dibeli, semakin besar pula potongan yang diberikan oleh supplier. Sebagai contoh dipabrik, yang termasuk sebagai biaya pembelian adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan bahan baku utama . 2. Biaya pemesanan (Order/Setup Cost) Biaya ini berasal dari masuknya pesanan dari supplier. Biaya ini biasanya diamsusikan sebagai jumlah dari pesananpesanan dan bukan diamsusikan sebagai
2
Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
3.
4.
ukuran/banyaknya barang yang dipesan. Sebagai contoh biaya pesanan ini adalah biaya pemesanan, penulisan pesananpesanan, penerimaan barang, pengecekan barang, penulisan faktur penjualan, dan pekerjaan-pekerjaan penting lainnya yang berfungsi untuk melengkapi transaksi tersebut. Dalam suatu produksi biaya yang dapat dikategorikan dalam biaya ini adalah penjadwalan kerja, ekspedisi/pengiriman dan pengecekan kualitas barang. Biaya penyimpanan (Holding Cost) Adalah biaya-biaya tambahan yang berasal dari berbagai sumber karena adanya penyimpanan di gudang seperti biaya modal ,pajak, asuransi, penyimpanan dan biaya penyusutan. Biaya kekosongan Barang (Stockout Cost) Biaya ini dapat berasal dari dua sumber yaitu sumber eksternal apabila terdapat kejadian dimana pelanggan tidak dapat memperoleh apa yang dipesan dan akibat yang ditimbulkan adalah tertundanya pengiriman, kehilangan penjualan dan kepercayaan pelanggan, sedang sumber internal terjadi apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan barang yang diminta oleh pelanggan. Tertundanya pengiriman dapat mengakibatkan timbulnya biaya pengangkutan, biaya pengiriman dan biaya pengepakan. Kepercayaan langganan dapat mengakibatkan pelanggan tersebut tidak akan melakukan pemesanan lagi dikemudian hari. Namun hal ini biasanya oleh perusahaan diatasi dengan cara membeli produk yang diinginkan ke perusahaan lain dan dijual kembali kepada pelanggan tersebut, yang terkadang tidak mendatangkan keuntungan dan bahkan tidak jarang perusahaan mengalami kerugian.
dikonsumsikan yang sudah ada lebih lama dan hal itu berarti stock yang tersedia adalah pembelian yang paling lama atau paling dulu diproduksi dan unit yang digunakan akan dibebankan pada harga dari barang yang terlama. Metode yang dapat digunakan ada 2, yaitu : 1. Perpetual Dengan cara ini setiap keluar atau masuknya barang dapat diketahui dengan pasti dan terinci, karena selalu dicatat setiap jenis barang yang keluar atau masuk, serta biaya bahan yang dikeluarkan. Dengan cara ini dapat memudahkan kita dalam melakukan pengecakan terhadap keluar masuknya barang. 2. Periodik Dengan cara periodik persediaan barang dapat diketahui dalam satu periode tertentu, namun dengan cara ini keluar masuknya barang tidak dapat diketahui dengan rinci, karena dalam pencatatan hanya masuknya barang saja yang dicatat. Untuk mengetahui berapa biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi harus dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan bahan baku yang masih ada digudang pada akhir periode akuntansi. Harga pokok persediaan awal ditambah harga pokok bahan baku yang dibeli dikurangi harga pokok persediaan bahan baku yang masih ada pada akhir periode adalah biaya-biaya bahan baku yang dipakai.
2.3 Metode Inventori FIFO (First In First Out) Metode alur / flow dari inventori menunjukan cara suatu barang diambil dari inventori. Alur inventori dalam akunting mungkin tidak akan sama dengan alur dalam keadaan sebenarnya dari barang jadi. Dengan FIFO, biaya inventori diperhitungkan dalam barang yang siap dijual atau
3
Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
3. METODE PENELITIAN Sistem Inventori terbagi menjadi tiga, yaitu 1. Bahan Baku dan Bahan pembantu Pada bagian inventori ini menyimpan persediaan bahan baku sepeti pulp, kertas, lem, core, bahan-bahan kimia dan bahan pembantu lainnya. Bahan-bahan ini akan diproses di departemen Paper Mill yang akan mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi. 2. Barang Setengah Jadi (Work in Process) Barang setengah jadi atau barang dalam proses, maksudnya adalah persediaan barang yang sudah jadi namun masih memerlukan proses selanjutnya untuk diolah menjadi barang jadi dan siap untuk dipasarkan. Jumbo roll dengan berbagai warna, ukuran dan jenis yang berbedabeda masuk dalam kategori inventori ini. 3. Barang Jadi (Finished Good) Barang jadi adalah barang yang sudah selesai diolah oleh departemen Converting menjadi produk jadi dalam kemasan yang telah ditetapkan dan siap untuk dipasarkan. 4. Barang Rusak Barang rusak adalah barang yang tidak memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan oleh departemen Quality Control, sehingga barang ini disimpan di gudang persediaan barang rusak yang mana persediaan ini akan diproduksi ulang atau dilebur kembali.
Gambar 3.1 Siklus Barang
Gambar 3.2. Siklus Akuntasi Biaya Tetapi apabila kerusakan yang terjadi tidak begitu parah, misalnya warna tissue yang kusam atau dengan pertimbangan lain seperti biaya yang akan dikeluarkan akan lebih besar apabila dilebur ulang, maka bila ada pembeli yang berminat barang tersebut dijual dengan harga khusus. Adapun siklus dari produksi hingga ke inventori dapat kami gambarkan sebagai berikut :
4
Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
3.1 Pokok Permasalahan Permasalahan utama dari perusahaan ini adalah sering terjadinya kekosongan persediaan barang jadi maupun barang setengah jadi (out of stock) yang mengakibatkan terhambatnya pelayanan kepada pelanggan yang akhirnya mempengaruhi seluruh kegiatan dan tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Setelah kami survei dan teliti ternyata penyebab oleh perusahaan dari permasalahan ini adalah perusahaan kesulitan dalam menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi di departemen paper mill. Hal ini disebabkan perusahaan tidak mempunyai metode tertentu untuk menetapkan biaya bahan baku yang digunakan untuk produksi di departemen paper mill, sehingga barang yang sudah setengah jadi terhambat untuk dikeluarkan dari gudang persediaan barang setengah jadi yang akan diolah lebih lanjut oleh departemen converting. Akibat keterlambatan di produksi paper mill akan menghambat produksi converting, keterlambatan di departemen converting akan menghambat keluarnya barang jadi. Untuk lebih jelasnya kami akan gambarkan sistem yang ada saat ini secara garis besar. (Gambar 3.3)
Gambar 3.3 level 0
3.2 Alternatif Penyelaisan Masalah yang Diusulkan Dari permasalahan yang telah digambarkan diatas, permasalahan pokok yang terjadi adalah sulitnya departemen produksi untuk menentukan biaya bahan baku yang digunakan yang nantinya akan menentukan berapa harga pokok dari produk yang dihasilkan, sehingga barang jadi yang sebenarnya sudah siap dipasarkan jadi tertunda karena tidak mengetahui harga pokok barang yang bersangkutan. 1. Metode First in First out (FIFO) Perpetual Untuk mengatasi permasalahan ini, kami menentukan metode penulisan dan penentuan biaya bahan baku First in First out (FIFO) Karena dengan metode ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain : a. Keluar dan masuknya barang dapat diketahui dengan jelas. b. Umum digunakan dalam perusahaan baik dalam praktek maupun secara teori. c. Kualitas barang yang akan dijual lebih terjaga, siklus barang yang juga terjaga (Barang yang paling akhir diproduksi akan digunakan dalam produksi selanjutnya). 2. Dari Data Flow Diagram yang telah digambarkan, jelas sekali bahwa yang berhak meminta bahan baku ke gudang bahan baku hanya departemen converting saja, apabila departemen paper mill membutuhkan bahan baku harus mengajukan dahulu kepada departmen converting lalu diteruskan kebagian gudang bahan baku. Hal ini mengakibatkan sistem administrasi dan prosedur yang berbelit-belit dan menghambat kelancaran produksi, mengingat perusahaan juga menjual produk setengah jadi.Untuk mengatasi hal ini akan dibuat sistem yang baru dimana masing-masing departemen produksi berhak untuk meminta bahan baku ke gudang bahan baku. 3. Dari alur sistem tersebut juga terlihat bahwa masing-masing produksi baik paper mill maupun converting hanya berproduksi berdasarkan permintaan barang / pesanan, sehingga apabila terjadi banyak pesanan yang mendadak akan terjadi overtime mesin dan apabila pesanan sedikit akan terjadi pengurangan penggunaan mesin (idle machine), karena
5
Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
masing-masing produksi tidak mempunyai stock pengaman (buffer stock). Hal ini akan diatasi dengan menambahkan suatu cek yang akan mengatur produksi agar dibuat suatu ketentuan kapan tiap-tiap mesin harus berproduksi.
4.2 Proses pemesanan barang Pada saat tiap bagian membutuhkan barang yang dibutuhkan, maka orang yang memerlukannya mengisi surat pesanan / Permintaan Barang (PPB) dan kepala bagian / manager bagian tersebut harus menyetujui dengan memberikan tandatangan pada surat tersebut.
4. DESAIN DAN ANALISA SISTEM Berdasarkan permasalahan penyelesaian yang telah dikemukakan di bab sebelumnya dapat dibuat disain sistem yang sesuai dengan kebutuhan permasalahan untuk membantu dalam perancangan sistem. Langkah – langkah sistem dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Pembuatan DFD 2. Pembuatan ERD 3. Normalisasi 4. Struktur Database 4.1 Pembuatan Data Flow Diagram (DFD) Sistem yang dibuat pada bab ini (Gambar 4.1) telah merubah sistem yang telah kami gambarkan pada bab sebelumnya yang banyak mengalami kesulitan dalam menjalankan. Perubahan ini antara lain masing-masing departemen produksi berhak meminta bahan baku ke gudang bahan baku, mengingat produksi paper mill juga menjual barang setengah jadi ke pasaran, sistem pencatatan dan perhitungan bahan baku yang menggunakan sistem First in First out (FIFO) perpetual Dan setiap proses yang ada kami jelaskan seperti dibawah ini :
4.3 Proses pembelian Bagian pembelian melaksanakan pembelian berdasarkan atas dasar surat Order Pembelian Barang (OPB) dari bagian gudang Bahan Baku. Untuk pemilihan pemasok atau supplier, bagian pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada supplier atau melakukan pengecekan lewat telepon. Setelah pemasok yang dianggap baik, baik dalam arti kualitas barang, harga barang, pembayaran maupun syarat-syarat pembelian, maka bagian pembelian membuat surat order pembelian (OP) yang ditujukan kepada pemasok yang dipilih.
4.4 Proses penerimaan barang datang Bagian penerimaan barang yang bertugas menerima barang, mencocokan jumlah, jenis serta spefikasi yang sesuai dengan permintaan. Apabila barang yang diterima telah sesuai dengan permintaan, maka bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk dikirim ke bagian akuntasi dan mengirimkan barang tersebut ke bagian gudang. 4.5 Proses pencatan di bagian gudang Bagian penerimaan menyerahkan ke bagian gudang. Bagian gudang menyiapkan dan mencatat jumlah dan jenis yang diterima ke dalam kartu gudang atau stock barang. Kartu ini digunakan untuk mencatat mutasi tiap jenis barang. Kartu gudang hanya berisi informasi jumlah tiap-tiap jenis barang yang disimpan di gudang dan tidak berisi informasi mengenai harganya. Catatan dalam kartu gudang diawasi dengan catatan bagian akuntasi berupa kartu persedian. Pada kartu persediaan inilah metode FIFO dilaksanakan dalam perhitungan biaya bahan baku.
Gambar 4.1 level 0
4.6 Proses perhitungan hutang Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok. Bagian pembelian memberikan tandatangan diatas faktur pembelian, sebagai
6
Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayarkan karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan. Faktur yang telah ditandatangani diserahkan kepada bagian akuntasi. Bagian akuntasi memeriksa faktur pembelian dan mencocokannya dengan informasi tembusan surat order pembelian barang (OPB) dan laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian penerimaan. Faktur pembelian yang dilampiri dengan tembusan OPB dan laporan OPB dicatat oleh bagian akuntansi dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur pembelian beserta dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam kartu persediaam pada kolom “diterima” dan kartu hutang untuk mencatat timbulnya hutang pada suplier. 4.7 Proses hitung biaya bahan baku Terdiri dari harga beli (yang tercantum dalam faktur) ditambah dengan biaya-biaya pembelian, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai bahan baku tersebut siap diolah, seperti biaya angkutan, biaya pembongkaran, upah buruh angkut dan lainnya. Diperusahaan ini biaya bahan baku yang dipakai berdasarkan harga beli yang ada di faktur pembelian, sedangkan biaya angkutan dan lain-lainnya diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik, dimana biaya-biaya ini pada awal tahun anggaran, jumlah yang akan dikeluarkan ditaksir selama satu tahun periode. Biaya bahan baku akan dihitung dengan metode First in First out (FIFO) perpetual 4.8 Proses quality control Bagian quality control mengambil / menerima contoh barang dari converting, lalu menguji contoh tersebut seperti kadar air, kelembutran, serat tissue, warna, apakah mengandung zat yang mengandung racun dan lain sebagainnya. Setelah contoh produk tersebut telah memenuhi standart quality control, maka produk tersebut layak dijual dan masuk stock gudang barang jadi, tetapi apabila tidak memenuhi standart quality control, hasil produksi barang tersebut dikirim ke gudang barang rusak yang nantinya akan diolah lagi atau dijual dengan harga lebih murah (hal ini tergantung dari kebijaksanaan pimpinan). Sistem ini telah teruji kebenarannya.
4.9
Pembuatan Entity Relationship Diagram (ERD) Dalam penyusunan ER diagram ini, akan diisikan file-file beserta atribut-atribut yang ada dan diantara atribut-atribut tersebut salah satunya digunakan sebagai field kunci OP No_OP Tgl Kode_Brg Kode_Supp Harga_Satuan Jml_Pesan Total_Harga Payment Keterangan
Kirim_01
Supplier Kode_Supp Nama_Supp Alamat_Supp Kota Telepon
Catat
Kartu_Persediaan Kode_Brg No_Bukti Harga_Masuk Harga_Keluar Harga_Sisa
Buat
Faktur_Beli NO_BBM Kode_Brg Tgl Jumlah Warna Keterangan
Catat
Gudang Kode_Brg Nama_Brg Tgl_Masuk Satuan Jml_Masuk Jml_Keluar Jml_Sisa Tgl_Keluar Jml_Awal Keterangan Warna
Dic atat
Kartu_Piutang No_Faktur Tgl Kode_Supp PD_Debet PD_Kredit Keterangan
Surat_Jalan
Kirim
No_SJ Kode_brg Tgl Kode_Cust Jml_ecer Jml_Karton
Surat J alan
Customer kode_cust Nama_cust Alamat_Cust Telepon Jenis_psr Keterangan
Gambar 4.4 ERD ( Entity RelationshipDiagram )
7
Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id
5. IMPLEMENTASI SISTEM
6. Kesimpulan
5.1 Input Data Kartu Persediaan Pada form ini diinputkan data barang-barang yang ada pada kartu persediaan.Berikut ini adalah contoh data yang diinputkan. Kartu Persediaan Kode Barang : BAR-00001 No Bukti : BTI-00001 Harga Masuk : 50000 Harga Keluar : 100000 Harga Sisa : 50000
1. Dengan metode FIFO perpetual yang telah didesain untuk pengendalian inventori, akan dapat membantu permasalahan tersebut karena dengan adanya metode yang digunakan dalam sistem inventori akan memudahkan dalam pengawasan. Dan dengan metode FIFO ini akan mudah mengontrol keluar masuknya barang, karena dapat dilihat dalam kartu persediaan secara terinci yang akan memudahkan pula dalam penentuan biaya bahan baku yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga pokok barang yang dihasilkan. 2. Dengan sistem terkomputerisasi untuk mengetahui informasi data persediaan barang menjadi lebih cepat dan efisien.
Input Data :
7. DAFTAR PUSTAKA C.Lois Hohenstein. 1982, Practical Stock and Inventori Techniques That Cut Coast and Improve ProfitC.J. Date, 1995, An Introduction to Database System, Six Edition, United States Jogiyanto H.M.,1990, Sistem Analisa dan Desain, Andi Offset, Yogyakarta Gambar 5.1 Input Data Persediaan Output :
Jefrey L, Whitten, Lonnie D.Bettley, Victor M.Barlow, 1989, System Analysis & Design Methods, Second Edition, Boston Mulyadi, 1991 Akuntasi Biaya. Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Richard J. Tersine. 1984, Principles of Inventori and Materials Management Second Edition, New York
Gambar 5.2 Laporan Data Persediaan Barang
8