SISTEM DISTRIBUSI PT. JASATAMA POLAMEDIA MENGGUNAKAN METODE VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW Faris Yahya Hidayat; Dwi Satya; Nitya Paramitha Wisnuwardani; Ketut Gita Ayu Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah ,Jakarta 11480
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Abstract Today’s challenge in the media world is how to deliver information in the morning with a good distribution so that the news will still be fresh and on time. The problem occur in PT. Jasatama Polamedia as a distributor is the tardiness of the delivery (17%) caused by heavy traffic in Jakarta and little delivery time limit for the office area. Analyzing process focused on the design of the distribution process in order to overcome the tardiness of the delivery. VRPTW method is used as an analyzing method of the distribution process and RULA test is used to determine maximum capacity for the newspaper load that will be sent by each courier with ergonomy consideration. From the analization that has been done, the less precise of regional grouping and the courier load that exceed the maximum capacity become one of the cause of tardiness. It shows from the far area that are served more than one service point. The clustering process result in regional grouping that serve by the nearest service point, that will reduce the risk of tardiness. From the routing process, Clarke & Wright algorithm produce the shortest travelling time compared to sweep and nearest neighbor, where it does not exceed the maximum time capacity for the residential customer and office customer. The result can decrease tardiness up top 100% where almost 75% courier can finish residential area delivery 30 minute before maximum limit and 67% can finish office area delivery 15 minute before maximum limit. Keywords :VRPTW, Clarke &Wright algorithm, sweep, nearest neighbor, RULA, ergonomy Abstrak Tantangan media cetak saat ini adalah bagaimana mengirimkan informasi dipagi hari dengan distribusi yang baik sehingga berita tersebut masih hangat dan standar pelayanan waktu pengiriman dapat tercapai.Permasalahan yang dihadapi PT. Jasatama Polamedia sebagai distributor adalah adanya keterlambatan pengiriman (17%) yang disebabkan padatnya lalulintas di Jakarta serta batasan waktu pengiriman di daerah pelanggan perkantoran yang sempit. Proses analisa difokuskan pada desain sistem distribusi dengan tujuan mengatasi keterlambatan pengiriman. Metode VRPTW digunakan sebagai metode untuk analisa proses distribusi dan Uji RULA dilakukan untuk menentukan kapasitas maksimal koran yang dikirim oleh tiap loper mempertimbangkan faktor ergonomi. Dari hasil analisa yang dilakukan, kurang tepatnya pengelompokkan daerah pengiriman dan jumlah bawaan loper yang melebihi kapasitas menjadi salah satu kemungkinan penyebab keterlambatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang jauh dan dilayani lebih dari satu service point. Proses clustering yang dilakukan menghasilkan pengelompokan daerah yang dilayani oleh satu service point terdekat, sehingga akan mengurangi resiko keterlambatan. Dari proses routing, metode Clarke &Wright Algorithm menghasilkan waktu tempuh tersingkat dibandingkan metode sweep dan nearest neighbor, dimana tidak melebihi batasan waktu maksimal baik pelanggan perumahan dan perkantoran. Hasil tersebut dapat mengurangi keterlambatan hingga 100% dimana hampir 75% loper dapat menyelesaikan pengiriman daerah perumahan 30 menit sebelum batas maksimal dan 67% dapat menyelesaikan pengiriman daerah perkantoran 15 menit sebelum batas maksimal. Kata Kunci :VRPTW, Clarke &Wright algorithm, sweep, nearest neighbor, RULA, ergonomi
PENDAHULUAN Semakin berkembangnya dunia perekonomian, bisnis, dan politik di Indonesia, menuntut masyarakat untuk terus mendapatkan dan mengupdate berita daninformasi yang dibutuhkan.Sejalan dengan hal ini, berkembangnya teknologi di bidang komunikasi dan informasi juga turut serta mendukung masyarakat dalam mendapatkan berita dan informasi terbaru yang beredar.Terdapat 2 peranan besar yang mendukung tersebarnya informasi dan berita hingga ke masyarakat, yaitu media cetak dan media digital. Dengan semakin berkembangnya teknologi di bidang informasi digital, maka membuat peranan media cetak sulit untuk dapat bersaing dalam penyampaian informasi di masyarakat.Hal ini dikarenakan media digital dapat dengan cepat diakses dan diupdate informasi dan berita hangatnya yang sedang berkembang. Namun peranan media cetak sebagai dasar dan sejarah dari terbentuknya penyampaian informasi, masih dirasakan memiliki peranan penting oleh sebagian kelompok masyarakat, karena media cetak dianggap media yang memiliki aktualitas dan akurasi yang dapat dipercaya.Dua tantangan media cetak saat ini adalah bersaing dengan media digital dan juga antar media cetak itu sendiri.Hal yang harus dilakukan adalah bagaimana dapat mengirimkan informasi dipagi hari dengan distribusi yang baik sehingga berita tersebut masih hangat dan standar pelayanan waktu pengiriman dapat tercapai agar pelanggan tidak berpindah ke agen distribusi media cetak lainnya. PT. Jasatama Polamedia bergerak di bidang usaha distribusi media cetak yang mengutamakan distribusi produk Kompas Gramedia, dengan 99% dari semua produk yang didistribusikan adalah Koran Kompas Gramedia (KKG). Terdapat 4 service point yang melayani pengiriman koran di wilayah Jakarta , yaitu Tebet, Casablanca, Pasar Minggu, dan Palmerah. Total daerah yang dilayani oleh 4 service point terbagi menjadi 2 daerah pelanggan, yaitu perumahan dan perkantoran, dimana 83% dari total daerah adalah pelanggan perumahan. Permasalahan yang dihadapi oleh PT.Jasatama Polamedia sebagai distributor adalah adanya keterlambatan pengiriman (17%) yang disebabkan padatnya lalulintas di Jakarta dan waku pengiriman daerah pelanggan perkantoran yang sempit.Dari peta pembagian wilayah tujuan pengiriman terdapat 11 daerah yang dilayani lebih dari 1 service point.Adanya crossing daerah yang tidak dilayani oleh service point terdekat diperkirakan menjadi faktor pendukung terjadinya keterlambatan pengiriman.
METODE PENELITIAN Untuk mengatasi permsalahan keterlambatan pengiriman pada PT. Jasatama Polamedia dimana terdapat batasan waktu pengiriman, dilakukan analisa sistem distribusi dengan menggunakan metode vehicle routing problem time window.
HASIL DAN BAHASAN Pada proses distribusinya PT. Jasatama Polamedia melakukan pengiriman koran Kompas dengan sistem langganan (reguler) dan non langganan (non reguler). Data awal yang dibutuhkan untuk dapat menganalisa demand adalah data permintaan pengiriman koran Kompas dalam jangka waktu 1 tahun terakhir. Didapatkan data koran yang harus dikirim ke pelanggan dari bulan April 2014 hingga Maret 2105. Dari data permintaan selama satu tahun terakhir, persentase jumlah permintaan pelanggan reguler pada service point Tebet adalah (99.05%), Casablanca (98.93%), Pasar Minggu (98.92%), dan Palmerah (99.44%), dimana mendominasi total pengiriman koran di seluruh service point. Tabel 4.1 menunjukkan rincian persentase jumlah koran yang dikirm ke pelanggan reguler dan non reguler. Tabel 1. Jumlah Total dan Persentase Permintaan Pelanggan Reguler dan Non Reguler Selama Satu Tahun Reguler
Jumlah Non Reguler
Total
Persentase Reguler Non Reguler
Tebet
350,315
3,345
353,660
99.05%
0.95%
Casablanca
280,334
3,026
283,360
98.93%
1.07%
91,037
998
92,035
98.92%
1.08%
101,723
573
102,296
99.44%
0.56%
Pasar Minggu Palmerah
Analisa selanjutnya adalah melihat bagaimana pola permintaan dari pelanggan reguler dan non reguler. Tabel 4.2 menunjukkan rincian dari rata-rata jumlah koran yang harus dikirim perhari dalam satu tahun terakhir. Dengan melihat persentase permintaan pelanggan reguler yang sangat mendominasi di empat service point, dan standar deviasi yang tidak signifikan, maka analisa sistem distribusi difokuskan pada pelanggan reguler, namun pada desain distribusi, tetap dipertimbangkan allowance capacity untuk memenuhi permintaan pelanggan non reguler. Tabel 2 Data Jumlah Rata-Rata dan Standar Deviasi Permintaan Pelanggan Reguler dan Non Reguler Selama Satu Tahun
Tebet Casablanca Pasar Minggu Palmerah
Max 967 780 272 288
Pelanggan reguler Min Mean Stdv 952 959.8 4.1 752 768.0 6.9 253 262.0 3.6 269 278.7 5.5
Pelanggan non reguler Max Min Mean Stdv 29 0 9.0 7.7 28 0 8.1 6.2 17 0 2.7 3.7 22 0 1.5 2.8
Uji Normalitas Setelah menganalisa jumlah permintaan selama satu tahun terakhir, maka proses pengumpulan data selanjutnya dengan melihat pola permintaan pada tiap daerah pengiriman. Diambil sample data untuk tiap service point dalam jangka waktu satu bulan, dengan melihat jumlah maksimal pengiriman dalam jangka waktu satu tahun.Analisa jumlah yang dikirim ke tiap daerah pengiriman bertujuan untuk melihat bagaimana fluktuasi permintaan ditiap daerah. Dari data, dapat dilihat bahwa permintaan di daerah tujuan pada empat service point tidak menunjukkan fluktuasi yang tinggi, dimana probabilitas bertambah atau berkurangnya pelanggan di service pointTebet-0.16%; Casablanca-0.99%; Pasar Minggu-1.11%; Palmerah-0.58%. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah permintaan di daerah tersebut berdistribusi secara normal sehingga dapat dilakukan rata-rata demand yang akan menjadi acuan untuk dilakukan analisa desain distribusi yang baru. Pada service point Tebet uji normalitas dilakukan pada daerah Pal Batu dan Casablanca, dimana terjadi penambahan sebanyak 1 pelanggan pada kedua daerah tersebut. Setelah dilakukan uji normalitas, semua daerah yang memiliki perubahan pelanggan menunjukkan distribusi normal (Tabel 4.4). Maka dengan hasil uji normalitas tersebut, didapatkan ratarata demand setiap hari di semua daerah tujuan yang dapat menjadi acuan sebagai jumlah permintaan koran yang akan dilakukan pengiriman di tiap daerah pada tiapservice point. Kapasitas Pengiriman Mempertimbangkan Faktor Ergonomi Dari hasil pengamatan yang dilakukan, kemungkinan loper membawa koran terbagi menjadi 3 : a. Menggunakan tas (58%) b. Menggunakan tas, namun melebihi kapasitas (16%) c. Tidak menggunakan tas (25%) Gambar 4.2 menunjukkan kemungkinan loper dalam menyusun koran untuk dilakukan proses pengiriman. Loper yang menggunakan tas tanpa melebihi kapasitas, menyusun koran hanya pada tas yang disediakan (a). Namun terdapat loper yang menggunakan tas namun membawa koran melebihi kapasitas yang disediakan dengan menambahkan bawaannya pada bagian belakang stang motor (b). Loper yang tidak menggunakan tas menyusun koran pada belakang jok dan bagian belakang stang (c). Dari hasil pengumpulan data menggunakan kuisioner Nordic Body Map untuk melihat keluhan Musculusketal Disorders (MSDs) yang disebar ke seluruh loper, ditemukan keluhan pada bagian tubuh tertentu pada tiga jenis loper diatas. Keluhan pada tubuh bagian atas; leher (83%), bahu (83%), lengan (83%), punggung(83%), dan pinggang (83%) dengan kategori “sakit” didominasi oleh jenis loper yang tidak menggunakan tas. Untuk melihat hasil lebih detailnya dapat dilihat pada grafik dan keterangan dibawah ini: Dengan melihat adanya permasalahan keluhan Musculusketal Disorders (MSDs) pada beberapa loper, maka dilakukan uji Rula (Rapid Upper Limb Assesment) untuk melihat bagaimana seharusnya posisi loper yang benar dalam mengendarai sepeda motor, dengan tujuan mengurangi resiko cidera yang dialami loper dalam proses distribusi. Untuk melakukan uji Rula, data yang dibutuhkan adalah posisi loper dalam mengendarai sepeda motor.Dilakukan pengambilan data untuk menentukan sudut-sudut posisi tubuh para loper yang sedang mengendarai sepeda motor.Posisi tubuh yang dilakukan pengukuran adalah arm, forearm, hand, head, lumbar+thoracic, foot, leg dan tight.
Uji Rula dilakukan menggunakan software Ergonomi Catia, dimana data yang di-input adalah data derajat posisi tubuh. Dari hasil uji Rula yang dilakukan, didapatkan score tertinggi ada pada loper yang tidak menggunakan tas (6), diikuti loper yang menggunakan tas namun menambahkan koran di bagian depan (4), dan yang terakhir adalah loper yang menggunakan tas tanpa melebihi kapasitas (3). Dengan hasil tersebut, maka resiko posisi tubuh yang mengalami cidera tertinggi ada pada loper yang tidak menggunakan tas. Dibawah ini adalah hasil uji Rula yang dilakukan pada ke-tiga jenis loper:
Posisi (a)
Posisi (b)
Posisi (c)
Dari uji Rula yang dilakukan, diketahui bahwa keluhan loper jenis ke-tiga (tidak menggunakan tas) berbanding lurus dengan hasil uji Rula yang dilakukan pada loper tersebut.Dari hasil kuisioner Nordic Body Map, loper jenis ke-tiga paling banyak mengalami keluhan bagian tubuh, diikuti oleh loper jenis ke-dua (menambahkan koran di bagian depan). Dengan mempertimbangkan faktor ergonomi, maka ditetapkan bahwa kapasitas maksimal yang dapat dibawa loper adalah sebanyak kapasitas tas yang telah diberikan oleh PT. Jasatama Polamedia, yaitu 210 eksemplar koran. Melihat dari standar berat beban sepeda motor berdasarkan Buku Panduan Beban Motor (150 kg) maka berat 210 eksemplarkoran (35 kg) masih masuk dalam standar berat beban yang ditetapkan. Penetapan kapasitas maksimal ini bertujuan untuk mengurangi resiko cidera dari para loper dalam melakukan proses distribusi, yang mana selama ini kerap dikeluhkan oleh para loper yang tidak menggunakan tas atau melebihi kapasitas tas yang disediakan. Dalam hal ini penentuan kapasitas maksimal dari koran yang akan dibawa akan berpengaruh pada proses analisa distribusi yang akan dilakukan, karena berhubungan pada penentuan batasan kapasitas dari loper tersebut.
Penentuan Rute Setelah melakukan analisa terhadap jumlah permintaan koran pada setiap daerah pengiriman dan menentukan kapasitas maksimal yang dapat dibawa oleh loper, dilakukan penentuan rute. Permasalahan distribusi pada PT. Jasatama Polamedia adalah pada keterlambatan waktu dan terdapat batasan-batasan yang berbeda pada daerah pelanggan perumahan dan perkantoran. Maka dengan permasalahan tersebut metode yang digunakan adalah vehicle routing time window dimana data yang dibutuhkan adalah matriks waktu. Pada prosesnya, dilakukan proses desain distribusi awal yaitu pada daerah perumahan. Hal ini dikarenakan para loper baru dapat melakukan distribusi pada daerah perumahan terlebih dahulu dikarenakan batasan waktu yang ada.
Daerah Perumahan Proses awal yang dilakukan adalah mengelompokkan semua daerah pengiriman pelanggan perumahan yang memiliki waktu tempuh tersingkat dengan service point. Proses ini disebut dengan clustering.
Gambar 1 Wilayah Pelanggan Perumahan Setelah Clustering Setelah didapatkan hasil pengelompokkan, makadilakukan pengambilan data matriks waktu setelahpengelompokkan.Dari data tersebut dilakukan penentuan rute pengiriman pada tiap service point. Proses penentuan rute dilakukan dengan tiga metode, yaitu sweep, nearest neighbor, clarkewright algorithm. Berikut adalah ketentuan dan batasan proses routing daerah perumahan:
a) Loper berangkat dari tiap service point pada pukul 04.30 pagi. b) Batasan waktu maksimal pengiriman pada daerah perumahan adalah pukul 06.30 pagi. c) Maksimal kapasitas koran yang dibawa oleh tiap loper sebanyak 210 eksemplar. Dari hasil penentuan rute dengan menggunakan tiga metode tersebut, didapatkan perbandingan waktu tempuh, jarak tempuh, dan jumlah loper yang dibutuhkan. Dari perbandingan proses routing antara tiga metode diatas, metode clarke wright mendapatkan waktu tempuh yang paling singkat di tiap service point dan jumlah loper yang paling sedikit Maka ditetapkan rute yang diambil adalah rute pada metode clarkewright. Berikut adalah detail hasil routing dari metode yang dipilih :
Casablanca
Tebet
Pasar Minggu
Palmerah
Tabel 3 Hasil Routing Service PointCasablanca Loper 1 2 3 4
Travel Time 98.5 41.5 98 46
Travel Distance 17.4 9.0 18.8 6.9
Demand 209 195 199 208
Tabel 4.Hasil Routing Service Point Tebet Loper
Travel Time
Travel Distance
Demand
1
38.5
5.68
159
2
67.5
10.99
198
Tabel 5 Hasil Routing Service Point Pasar MingguTabel 6 Hasil Routing Service PointPalmerah Loper
Travel Time
Travel Distance
Demand
1
75
14.77
143
Loper 1
Travel Time 29
Travel Distance 9.12
Demand 31
Daerah Perkantoran Dilakukan proses yang sama, yaitu dengan mengelompokkan daerah perkantoran yang memiliki jarak tempuh terdekat dengan service point.
Gambar 2 Wilayah Pelanggan Perkantoran SetelahClustering Setelah didapatkan hasil pengelompokkan, makadilakukan pengambilan data matriks waktu setelahpengelompokkan.Dari data tersebut dilakukan penentuan rute pengiriman pada tiap service
point. Metode yang digunakan yaitu sweep, nearest neighbor, danclarkewright algorithm. Terdapat perbedaan ketentuan dan batasan dengan pelanggan daerah perumahan, yaitu : a) Loper berangkat dari tiap service point pada pukul 06.30 pagi. b) Loper baru bisa masuk ke daerah perkantoran pada pukul 07.30 pagi c) Batasan waktu maksimal pengiriman pada daerah perkantoran adalah pukul 08.30 pagi. d) Maksimal kapasitas koran yang dibawa oleh tiap loper sebanyak 210 eksemplar Maka ditetapkan rute yang diambil adalah rute pada metode clarkewright. Berikut adalah detail hasil routing metode yang dipilih:
Casablanca
Tebet
Pasar Minggu
Palmerah
Tabel 7 Hasil Routing Service PointCasablanca
Loper 1 2 3 4 5 6
Travel Time 28 31 39 55 56 42
Travel Distance 3.74 4.61 3.31 2.72 3.18 3.6
Demand 32 47 40 92 152 44
Tabel 8 Hasil Routing Service Point Tebet
Loper 1
Travel Time
Travel Distance
Demand
57
4.4056
153
Tabel 9 Hasil Routing Service Point Pasar MingguTabel 10 Hasil Routing Service PointPalmerah Loper 1
Travel Time 41
Travel Distance 4.84
Demand 81
Loper 1
Travel Time 49
Travel Distance 6.77
Demand 41
Pembahasan Hasil Terdapat dua aspek yang mencakup proses perbaikan, yang pertama melihat dari aspek ergonomi para pekerja (loper), dan yang kedua dari aspek peningkatan pelayanan perusahana kepada para pelanggan.
Analisa Ergonomi Pekerja (Loper) Proses perbaikan sistem distribusi koran dimulai dari permasalahan yang timbul pada para loper dalam penentuan jumlah kapasitas maksimal koran dalam proses pengiriman. Penentuan kapasitas maksimal koran yang dibawa loper bertujuan sebagai batasan dari analisa sistem distribusi yang akan dilakukan. Keadaan yang terjadi di lapangan adalah tidak adanya batasan maksimal jumlah koran yang
dibawa oleh setiap loper, hal ini mengakibatkan seringnya terjadi keterlambatan pengiriman dikarenakan banyaknya jumlah koran yang harus dikirim. Adanya keluhan Musculusketal Disorders (MSDs) dari para loper menambah permasalahan dari tidak adanya batasan jumlah koran yang dapat dibawa, dimana menuntut untuk dilakukannya perbaikan. Dari hasil pengolahan data dengan uji RULA (Rapid Upper Limb Assesment), maka ditemukan penyebab keluhan tersebut, dimana posisi duduk dalam mengendarai sepeda motor untuk loper yang tidak menggunakan tas serta melebihi kapasitas memiliki tingkat resiko cidera yang lebih besar dari pada loper yang menggukana tas tanpa melebihi kapasitas. Uji Rula pada loper yang tidak menggunakan tas dengan menaruh bawaan koran pada bagian belakang, hasil akhir menunjukkan score 6. Hasil tersebut menunjukkan besarnya resiko dari cidera dan diperlukan perubahan dengan segera.Hasil yang didapat, bagian tubuh yang memiliki resiko cidera cukup besar ada pada pergelangan tangan (score 3) dan postur B; leher, punggung, dan kaki (score 7). Besarnya resiko pada bagian tersebut dikarenakan posisi tubuh yang cenderung lebih maju dari posisi normal, dikarenakan adanya bawaan koran pada bagian belakang punggung. Pada loper yang menggunakan tas namun membawa bawaan koran melebihi kapasitas, hasil akhir yang didapat menunjukkan score 4. Secara detail, resiko cidera yang cukup besar ada pada bagian tubuh leher, badan, dan kaki yaitu dengan score 5. Besarnya resiko tersebut dikarenakan adanya tumpukan koran dibagian depan yang menyebabkan posisi kaki lebih melebar dari keadaan normal. Gambar 4.19 menunjukkan posisi kaki pada loper yang menaruh bawaan koran pada bagian depan. Dengan hasil tersebut, maka penetapan batas maksimal bawaan koran adalah sebanyak 210 dimana sesuai dengan kapasitas maksimal tas yang diberikan PT. Jasatama Polamedia. Hal ini dikarenakan pada uji RULA yang dilakukan, loper yang menggunakan tas tanpa melebihi kapasitas memiliki resiko cidera yang paling rendah (score 3). Tetap adanya resiko pada loper yang menggunakan tas dikarenakan kondisi tubuh loper yang kurang sempurna saat mengendarai sepeda motor dan terdapat motor yang telah diubah dan tidak seperti kondisi awal. Penetapan batasan maksimal ini diperlukan untuk mengurangi resiko cidera dari para loper, dimana batasan maksimal ini akan berpengaruh pada proses distribusi yang dilakukan Analisa Sistem Distribusi Dari hasil pengamatan dan pengolahan data yang dilakukan, penyebab keterlambatan pengiriman koran pada PT. Jasatama Polamedia adalah pada penerapan sistem distribusi yang dilakukan. Adanya sistem berlangganan secara direct atau langsung dengan loper akan berimbas pada jauhnya daerah cakupan dari service point tempat loper tersebut berangkat dan jumlah bawaan yang melebihi kapasitas. Hal ini dikarenakan para loper langsung menerima pesanan langganan tanpa mempertimbangkan lokasi daerah, waktu, dan jumlah koran yang dibawa. Dengan keadaan tersebut akan berakibat pada lamanya waktu pengiriman yang dilakukan dan menyebabkan tidak tercapainya standar waktu pengiriman baik di daerah perumahan dan daerah perkantoran. Keadaan ini dibuktikan dengan adanya loper yang mengirim dari service point Palmerah ke daerah Gatot Subroto atau dari service point Tebet ke daerah Menteng Pulo. Sempitnya waktu pengiriman di daerah perkantoran menambah sulitnya para loper dalam mencapai target standar waktu pengiriman. Gambar 4.20 (a)Peta Sebaran daerah Pengiriman Awal dan (b) Peta Sebaran daerah Pengiriman Setelah clustering, menunjukkan banyaknya daerah pengiriman yang jauh dari cakupan posisi service point dimana terdapat service point yang memiliki jarak tempuh lebih dekat. Dengan dilakukannya proses clustering daerah berdasarkan waktu tempuh terdekat, dan penentuan kapasitas maksimal makaakan mengurangi waktu tempuh para loper agar dapat mempermudah dalam pencapaian standar waktu pengiriman
Gambar 3(a) Gambar 3(b) Dari hasil penentuan rute menggunakan metode clarkewright, didapatkan rute yang dapat disarankan pada loper dalam pengiriman koran ke pelanggan. Dalam penentuan rute telah dipertimbangkan kapasitas dan waktu untuk daerah pelanggan perumahan dan perkantoran, sehingga loper dalam prosesnya dapat mencapai target standar waktu yang ditetapkan. Dari hasil rute yang didapat masih terlihat beberapa crossing rute pada service point tertentu.Maka dilakukan
penyempurnaan rute dengan tujuan apakah masih terdapat rute yang memiliki waktu tempuh yang lebih singkat.Dari hasil yang didapat, rute setelah penyempurnaan menunjukkan waktu tempuh yang lebih lama dari rute sebelumnya. Seperti yang dilakukan pada service point Pasar Minggu. Setelah dilakukan proses perbaikan, hasil jarak tempuh dapat berkurang dari 14.77 mile menjadi 13.23 mile, namun waktu tempuh menjadi 87 menit dari yang awalnya 75 menit (Tabel 4.23). Tabel 11 Perbandingan Travel Time dan Distancesetelah Improvement Travel Time
Travel Distance
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Casablanca
284
298
52.292
50.185
Pasar Minggu Casablanca (Perkantoran)
75
87
14.77
13.23
251
269
21.16
19.98
Dari hasil improvement yang dilakukan, dapat dilihat terdapat penambahan waktu tempuh pada tiap service point. Penambahan waktu tempuh ini akan berpengaruh pada batasan waktu baik daerah perumahan atau perkantoran. Pada service point Casblanca baik daerah perumahan atau perkantoran, penambahan waktu tempuh setelah improvementakan melampaui batas maksimal waktu. Namun untuk service point Pasar Minggu daerah perumahan, masih terdapat sisa waktu yang cukup walaupun terdapat penambahan waktu tempuh, maka rute improvement dapat digunakan hanya pada service point Pasar Minggu daerah perumahan, yaitu dengan rute baru D-7-3-8-4-11-2-6-5-10-9-1-12. Proses pengambilan data menggunakan aplikasi Waze dimana waktu tempuh mempertimbangkan kondisi jalanan di Jakarta yang sebenarnya, sehingga jarak tempuh yang dekat belum tentu menghasilkan waktu tempuh yang singkat. Dikarenakan fokus utama adalah waktu tempuh, maka dengan hasil tersebut ditetapkan tetap menggunakan rute awal. Dalam prosesnya, PT. Jasatama Polamedia menentukan honor loper berdasarkan banyaknya koran yang dibawa (Rp 100,- per eksemplar) dan pemberian uang bensin yang sama rata pada semua loper ( Rp 20,000,- per hari) tanpa melihat jarak tempuh pengiriman. Sebelumnya, PT. Jasatama Polamedia memiliki jumlah loper 24 orang di empat service point. Total biaya yang dikeluarkan PT. Jasatama Polamedia untuk honor sebelumnya adalah Rp 21,680,000,- per bulan, dimana rata-rata honor dari 24 loper adalah Rp 882,000,-. Dikarenakan terdapat perbedaan bawaan jumlah koran yang dikirim, gaji maksimal yang diterima loper sebelumnya sebesar Rp 1,410,000,- (dengan banyak koran yang dikirim 270) dan minimal Rp Rp 690,000,- (dengan banyak koran yang dikirim 30). Dari hasil penentuan rute menggunakan metode clarke wright, didapatkan jumlah total loper sebanyak 17 orang dengan rute pengiriman koran ke daerah perumahan dan perkantoran yang masuk dalam standar waktu pelayanan PT. Jasatama Polamedia. Dengan jumlah loper yang berkurang maka total biaya honor yang dikeluarkan PT. Jasatama Polamedia menjadi Rp 16,968,000,- untuk setiap bulan. Pengurangan ini dikarenakan berkurangnya jumlah loper dimana biaya bensin yang harus dikeluarkan perusahaan untuk 24 loper menjadi 17 loper.Jika para loper diberikan honor berdasarkan banyaknya jumlah koran yang dikirim, dimana dari proses routing yang dilakukan telah ditetapkan jumlah tetap koran untuk tiap loper (maksimal 210), maka akan berakibat pada pengurangan jumlah honor dari sebelumnya. Dengan keadaan tersebut, loper akan mencari pelanggannya sendiri untuk menambahkan honor yang diterima dan berakibat pada berubahnya clustering daerah dan rute yang telah ditetapkan. Alternatif Pertama Honor tambahan ditetapkan dengan adanya bonus yang akan diterima para loper jika standar waktu pengiriman dari koran yang dikirim tercapai. Bonus yang diterima para loper ditetapakan sebesar 4% dari total penagihan uang koran yang standar waktu pengirimmannya tercapai. Penetapan nilai 4% berdasarkan nilai bonus tersebut masih dibawah total biaya yang dikeluarkan perusahaan dan diatas honor yang akan diterima para loper dari sistem sebelumnya. Maka rata-rata honor yang diterima loper sebesar Rp 1,157,364,- dengan honor maksimal Rp 1,482,000,- ( jumlah maksimal koran yang dikirim dan tercapai standar waktu pengiriman) dan honor minimal Rp 726,000,- (jumlah minimal koran yang dikirim dan tercapai standar waktu pengiriman). Total biaya honor yang dikeluarkan PT. Jasatama Polamedia dengan sistem yang baru sebesar Rp 19,675,200,- (dengan asumsi semua pengiriman tercapai) untuk setiap bulanya. Perhitungan bonus yang diberikan: X= Jumlah totaldemand/bulan x harga kompas/eksemplar = 6,780 x Rp 3500,-
= Rp 236,880,000,Y = 4% x X = 4% x Rp 236,880,000,= Rp 9,475,200,Z = Y / 17(jumlah loper) = Rp 9,475,200 / 17 = Rp 555,364,Keterangan : X = Jumlah total penagihan uang koran yang dikirim Y = Jumlah total bonus (4%) yang diberikan untuk loper Z = Rata-rata bonus yang diberikan tiap loper Bonus maksimal = 4% x jumlah penagihan koran terbanyak yang dikirim = 4 % x (jumlah eksemplarmaksimal x 30 hari) = Rp 882,000,Honor maksimal = Bonus maksimal + uang Bensin = Rp 882,000,- + (Rp 20,000,- x 30 hari) = Rp 1,482,000,Rata-Rata Honor Loper/ Bulan
Gaji Maksimal
Gaji Minimal
Total Beban Honor /Bulan
Awal
IDR882,000
IDR1,410,000
IDR690,000
IDR21,168,000
Sekarang
IDR1,157,365
IDR1,482,000
IDR726,000
IDR19,675,200
Alternatif Kedua Alternatif lainya adalah dengan memberikan honor tetap berdasarkan banyaknya jumlah koran yang dikirim namun terdapat penambahan honor bensin sebesar Rp 5,308,- per hari. Penambahan honor bensin dialokasikan dari selisih total beban honor setiap bulan dengan bonus dan total beban honor setiap bulan dengan sistem banyaknya koran yang dikirim. Maka akan mengahasilkan total beban yang sama. Alternatif ini akan mengahasilkan rata-rata honor sebesar Rp 1,157,364,- dengan honor maksimal Rp 1,569,247,- dan honor minimal Rp 849,247,-. Alternatif dengan sistem banyaknya koran yang dikirim ini dengan catatan loper tidak boleh menambah jumlah pelanggan secara langsung, hal ini untuk mengantisipasi kelebihan kapasitas dan berubahnya clustering sehingga terjadi keterlambatan. Tabel 13 Perbandingan Rincian Beban Honor Setiap Bulan Berdasarkan Banyaknya Koran yang Dikirim dengan Uang Bensin Tambahan Jumlah Cost Jumlah Loper Demand/Bulan Bensin / Bulan Honor/Eks Awal
24
67680
IDR14,400,000
IDR6,768,000
Sekarang
17
67680
IDR12,907,200
IDR6,768,000
Tabel 14 Perbandingan Total Beban Honor Setiap Bulan Berdasarkan Banyaknya Koran yang Dikirim dengan Uang Bensin Tambahan Rata-Rata Honor Total Beban Honor Loper/ Bulan Gaji Maksimal Gaji Minimal /bulan Awal
IDR882,000
IDR1,410,000
IDR690,000
IDR21,168,000
Sekarang
IDR1,157,364
IDR1,569,247
IDR849,247
IDR19,675,200
Dengan memberikan kedua alternatif diatas, maka perusahaan dapat mempertimbangkan sistem pemberian honor berdasarkan bonus banyaknya jumlah koran yang sesuai standar pengiriman atau banyaknya jumlah koran yang dikirim dengan memberikan uang bensin tambahan, dimana keduanya menghasilkan saving 7 % dari beban honor awal. Kedua aternatif diatas dapat dipertimbangkan berdasarkan fokus perusahaan pada pencapaian target waktu pengiriman yaitu dengan pemberian honor berdasarkan jumlah koran yang mencapai target pengiriman, atau ingin meningkatkan kesejahteraan loper yaitu memberikan honor tetap berdasarkan banyaknya koran yang dikirim dengan uang bensin tambahan.
Proses pengiriman para loper untuk dapat tercapainya standar waktu pengiriman telah dipermudah dengan adanya rute yang ditetapkan dari proses routing denganmenggunakan metode clarke wright untuk setiap loper pada empat service point, dimana proses routing tersebut telah memperhatikan kapasitas maksimal dan waktu yang masuk dalam standar pelayanan pengiriman. Dengan diterapkannya sistem ini, PT. Jasatama Polamedia dapat mengurangi biaya honor sebesar 7% perbulan, dan dapat meningkatkan honor yang diterima para loper, dengan tetap memprioritaskan standar waktu pengiriman, karena para loper diberikan honor berdasarkan tercapainya standar waktu pengiriman.
Hasil Perbandingan Dari hasil pengolahan data dan analisa yang dilakukan, maka didapatkan beberapa poin yang dapat dibandingkan antara kondisi sebelum dan setelah dilakukan proses perbaikan pada sistem distribusi. Dibawah ini adalah tabel perbandingan dengan beberapa kategori yang dapat dilihat : No 1
Kategori Kapasitas koran
Kondisi Awal Tidak terdapat penentuan kapasitas maksimal koran yang dapat di bawa oleh loper, dimana terdapat loper yang menyusun koran melebihi kapasitas tas yang diberikan.
2
Proses Berlangganan
Terdapat dua tipe, yaitu secara direct( langsung dengan loper yang bersangkutan) dan secara terpusat (kantor)
3
Penentuan Covering Wilayah Service Point
4
Penentuan Rute Loper
Tidak terdapat aturan yang jelas pada proses penentuan cakupan wilayah service point, dimana hanya berdasarkan intuisi dan proses berlangganan secara direct. Loper melakukan pengiriman ke wilayah pelanggan secara acak tanpa memperhitungkan waktu tempuh tersingkat dan batasan wilayah pelanggan perumahan dan perkantoran.
5
Pemberian Honor
Pemberian honor dilakukan berdasarkan banyaknya jumlah koran yang dapat dikirim.
Kondisi Sekarang Berdasarkan hasil uji resiko, ditentukan kapasitas maksimal koran yang dapat dibawa sebanyak 210 eksemplar dimana loper diharuskan untuk menggunakan tas yang telah diberikan tanpa melebihi kapasitas tas tersebut Proses berlangganan dilakukan secara terpusat, dimana kordinator yang melakukan pengaturan berdasarkan hasil clustering yang dilakukan. Proses berlangganan secara direct dapat dilakukan dan akan mendapatkan bonus, dengan catatan loper tetap melaporkan pelanggan tersebut pada kordinator. Berdasarkan hasil clustering dengan metode nearest neighbor, cakupan wilayah pelanggan telah ditentukan berdasarkan waktu tempuh tersingkat. Dari hasil proses routing menggungakan metode Clarke Wright, telah ditentukan rute yang akan dilalui setiap loper dengan memperhitungkan waktu tempuh tersingkat, serta batasan waktu pengiriman dimana akan mempermudah dalam mengurangi resiko keterlambatan pengiriman.
Pemberian honor dilakukan berdasarkan standar tercapainya waktu pengiriman atau adanya tambahan uang bensin dimana setiap loper tidak boleh melebihi kapasitas maksimal koran yang ditentukan.
No 6
Kategori Pencapaian Target Waktu Pengiriman
Kondisi Awal • Tebet – 350,315 pengiriman, keterlambatan sebesar 45,720 (13%), dimana 18,111 (5%) perumahan dan 27.885 (8%) perkantoran. • Casablanca – 280,334 pengiriman, keterlambatan sebesar 53,640 (19%), dimana 14,016 (5%) perumahan dan 39,527 (14%) perkantoran. • Pasar Minggu – 91,037 pengiriman, keterlambatan sebesar 18,720 (21%), dimana 8,029 (9%) perumahan dan 9,368 (10%) perkantoran. • Palmerah – 101,723 pengiriman, keterlmabatan sebesar 25,200 ( 25%), dimana 6,358 (6%) perumahan dan 18,366 (19%) perkantoran.
Kondisi Sekarang Hasil analisa sistem distribusi dapat mengurangi keterlambatan hingga 100% dimana tidak terdapat keterlambatan pada rute yang baru pada empat service point. Hasil routing dengan metode Clarke Wright menunjukkan hampir 75% loper dapat menyelesaikan pengiriman daerah perumahan 30 menit sebelum batas maksimal, dan 67% dapat menyelesaikan daerah perkantoran 15 menit sebelum batas maksimal.
SIMPULAN 1. 2. 3.
4.
5.
6.
7.
Keterlambatan yang terjadi selama ini dikarenakan kurang tepatnya pemetaan wilayah pengiriman. Hasil clustering yang dilakukan dengan metode nearest mengelompokkan daerah pengiriman berdasarkan waktu tempuh tersingkat. Dari hasil uji RULA, resiko cidera paling rendah (score 3) adalah loper yang menggunakan tas tanpa melebihi kapasitas (kapasitas maksimal 210). Hasil proses routing yang dilakukan menggunakan metode clarke wright, menghasilkan rute dengan waktu tempuh tersingkat dimana dapat membantu loper dalam mencapai standar waktu proses pengiriman Koran. Hasil analisa sistem distribusi dapat mengurangi keterlambatan hingga 100% dimana tidak terdapat keterlambatan pada rute yang baru. Hampir 75% loper dapat menyelesaikan pengiriman daerah perumahan 30 menit sebelum batas maksimal, dan 67% dapat menyelesaikan daerah perkantoran 15 menit sebelum batas maksimal. Terdapat pengurangan jumlah loper dari 24 menjadi 17 loper. Pengurangan ini menghasilkan saving biaya honor yang dikeluarkan untuk para loper. Ada dua alternatif yang ditawarkan kepada PT. Jasatama Polamedia dalam proses pemberian honor kepada loper, yang pertama adalah tetap memberikan honor berdasarkan banyaknya koran yang dikirim dengan uang bensin tambahan, atau pemberian honor berdasarkan jumlah koran yang mencapai target waktu pengiriman dimana keduanya menghasilkan saving sebesar 7%.
SARAN 1.
Proses berlangganan dapat dilakukan secara terpusat (Kantor PT. Jasatama Polamedia) atau secara langsung dengan loper. 2. Proses berlangganan dengan loper dapat dilakukan, dengan catatan loper tersebut melaporkan data alamat pelanggan baru ke kordinator pusat, dan kordinator yang akan menentukan daerah tersebut akan dikirimkan oleh service point dan loper tertentu berdasarkan hasil clustering yang dilakukan. 3. Jika sebelumnya proses pemberian honor para loper dilakukan hanya berdasarkan banyaknya jumlah koran yang dikirim, maka sistem yang baru dirubah menjadi bonus yang diberikan berdasarkan banyaknya koran yang dikirim sesuai
standar waktu yang ditentukan. Alternatif kedua adalah loper tetap diberikan honor berdasarkan banyaknya jumlah koran yang dikirim dengan uang bensin tambahan, namun dengan catatan loper tidak boleh menambah pelanggan secara langsung. 4. Untuk tetap memicu para loper dalam mencari pelanggan baru demi menambah jumlah pelanggan PT. Jasatama Polamedia, maka bonus tambahan akan diberikan pada loper yang mendapatkan pelanggan dan melaporkan data pelanggan pada kordinator pusat.
REFERENSI Laporte, G. (1992). The Vehicle Routing Problem: An Overview Of Exact And Approximate Algorithm. European Journal Of Operational Research, 59, 345-358. Sun, K., Yang, G.K., Chen, Y.W. (2008). Hybrid Scatter Search With Extremal optimization for Solving the Capacitated Vehicle Routing Problem.Advanced Intelligent Computing Theories and Applications With Aspects of Artificial Intelligence: Fourth International Conference on Intelligent Computing.De-Shuang Huang, Donald C. Wunsch, Daniel S. Levine, Kang-Hyun Jo (Eds). 2557, 251-258. McAtamney, L., Corlett, E. N. (1993). RULA: A Survey Method For The Investigation Of WorkRelated Upper Limb Disorders. Applied Ergonomics, 24(4), 91-99. Straka, M., Greskovicova, S., Lenort, R., Besta, P. (2012). Methodology For Optimization Of Transport Plans In Tesco Distribution Center Presov. Carpathan Logistic Congress, 11, 79. Nurmianto, E. (2003).Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Edisi Pertama. Guna Widya: Surabaya. Pinem, D. (2009). Catia Si Jago Desain Tiga Dimensi Versi 5R-16.Edisi Pertama. Kawan Pustaka : Surabaya. Kroemer, K. H. E., Kroemer, H. B., danKroemer-Elbert, K. E.(2001). Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. 2nd ed . Prentice Hall of International Series: New Jersey. P., Surekha, S., Sumathi.(2011). Solution to Multiple Depot Vehicle Routing Problem Using Genetics Algorithms.World Applied Programming, 1(3), 118-131. Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPS. BP Universitas Diponegoro, Semarang. Kai, N.,Yao-Ting, Z.,&Yue-Peng, M. (2014). Shortest Path Analysis Based on Dijkstra’s Algorithm in Emergency Response System. TELKOMNIKA Indonesia Journal of Electrical Engineering, 12(5), 3476-3482. Zuhori, S. T., Peya, Z. J., Mahmud, F. (2012). A Novel Three-Phase Approach for Solving MultiDepot Vehicle Routing Problem with Stochastic Demand.Algorithm Research. 1(4), 15-19. Goetschalckx, M. (2011).Supply Chain Engineering. 1st ed. Springer: US Fransiskus, A., Rizani, N. C., Dian M. S. (2008). Identifikasi Risiko Ergonomi Pada Stasiun Perakitan Daun Sirip Diffuser di PT. X.J@TI Undip. 3(2), 108-117. Lucyan, T. (2011).PenentuanMetode Heuristics Klasik Terbaik Pada Permasalahan Rute Kendaraan. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Studi Teknik Industri Universitas Indonesia.