SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN DALAM PROGRAM MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) UNTUK BAYI DIBAWAH 2 BULAN Hamzah Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Respati Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto Km 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Email :
[email protected]
Abstract Integrated Management of Childhood Healthy is an approach that was initiated by WHO and UNICEF to prepare health workers conduct an assessment, classification and provide measures to children against diseases that can be life-threatening. Inadequate number of trained health personnel and lack of understanding of the parents to the disease of children under five become an obstacle in the program Integrated Management of Childhood Healthy resulting in the risk of death for children under five. This research aims to develop software that can assist medical personnel in conducting the assessment, analysis, diagnosis and action to infants under the age of 2 (two) months of the disease experienced. This knowledgebased system developed with PHP and MySQL as DBMS. Results of this study are expected to assist medical personnel in providing service to provide independent training for all medical personnel, medical personnel and community candidates in the management program of Integrated Management of Childhood Illness in young infants under the age of 2 months.
Keywords: Knowledge Base, Integrated Management of Childhood Illness, Medical PENDAHULUAN Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita setiap jamnya. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%. Penyakit-penyakit penyebab kematian tersebut pada umumnya dapat ditangani di tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas perawatan namun masih sulit untuk ukuran Puskesmas nonperawatan. Hal ini disebabkan antara lain karena masih minimnya sarana/peralatan, alat diagnostik, obat-obatan dan ketersediaan SDM di tingkat Puskesmas terutama Puskesmas non-perawatan dan Puskesmas di daerah terpencil, selain itu seringkali Puskesmas tidak memiliki tenaga dokter yang siap di tempat setiap saat. Padahal, Puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas kesehatan yang paling diandalkan di tingkat kecamatan. Kenyataan lain di banyak provinsi, keberadaan Rumah Sakit pada umumnya hanya ada sampai tingkat kabupaten/kota sedangkan masyarakat Indonesia banyak tinggal di pedesaan. Saat ini penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi namun belum semua Puskesmas dapat menerapkannya karena berbagai kendala antara lain: terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang
dapat dilatih MTBS, perpindahan (mutasi) tenaga kesehatan yang telah dilatih, kurang lengkapnya sarana dan prasarana pendukung, dsb. Sebagai gambaran, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia ada sekitar 7500 Puskesmas (data Depkes tahun 2006), untuk menerapkan MTBS perlu dilatih 2 orang tenaga kesehatan di setiap Puskesmas. Dalam 1 kali penyelenggaraan pelatihan MTBS kita dapat melatih 30-40 tenaga kesehatan yang dibagi dalam 3-4 kelas dengan lama pelatihan 6 hari. Apabila dalam 1 tahun Depkes (pusat) hanya menyelenggarakan pelatihan MTBS 10 kali saja (jumlah ini sudah termasuk banyak, mungkin kurang dari itu), maka berarti Depkes hanya dapat meng-cover sekitar 300-400 tenaga kesehatan/tahun atau sekitar 5 % saja yang dapat dilatih MTBS. Belum lagi bila dikurangi jumlah tenaga kesehatan yang pindah atau pensiun maka jumlah itu sangat tidak memadai Wijaya[9]. Hasil penelitian yang dilakukan Mardijanto, Hasanbasri (2005) menyimpulkan bahwa bahwa pelaksanaan MTBS telah berjalan bergantung pada petugas yang sudah pernah dilatih. Kinerja proses seperti kelengkapan pengisian formulir dan pembuatan klasifikas keluhan terjadi tidak bertambah baik selama periode tiga tahun. Meskipun mutu pelayanan dan pengelolaan pneumonia bertambah baik, angka rasio kotrimoksasol belum menggembirakan. Hasil seperti ini, menurut kami terkait dengan dukungan manajemen yang lemah di tingkat puskesmas maupun dinas kesehatan. Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan oleh Hidayati, ,Wahyono [5] diperoleh simpulan bahwa ada hubungan antara tatalaksana pelayanan MTBS dengan kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Bergas dengan nilai p ( 0,037) < α (0,05). Tidak ada hubungan antara perilaku petugas MTBS dengan kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Bergas dengan nilai p ( 0,867) > α (0,05). Ada hubungan antara sarana pendukung MTBS dengan kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Bergas dengan nilai p ( 0,018) < α (0,05). Penelitian yang dilakukan Pratono, dkk[7] membuktikan bahwa puskesmas memiliki semangat untuk mengimplementasi program inovasi. Yang baru mereka bisa kerjakan adalah membuat contoh case management dari sisi ruangan, alur pelayanan, serta pencatatan dan laporan. Dinas Kesehatan baru mampu mengembangkan program MTBS sebatas penyelenggaraan pelatihan dan mendorong puskesmas untuk memulai. Ini pun dilakukan sebatas meneruskan program dari pusat dan WHO. Fungsi case manager ini didukung oleh manajemen uskesmas. Pengembangan program ini di tingkat puskesmas menuntut adanya otonomi puskesmas menuntut adanya otonomi puskesmas yang lebih luas sehingga mereka dapat mencari strategi dari lapangan yang bisa cocok dengan kebutuhan pemecahan masalah dalam implementasinya. Kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan bagian dari ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Sistem cerdas (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan teknikteknik artificial intelligence. Kusumadewi[6]. Sistem Pakar (Expert System) adalah program berbasis pengetahuan yang menyediakan solusi-solusi dengan kualitas pakar untuk problema-problema dalam suatu domain yang spesifik. Sistem pakar merupakan program komputer yang meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu Kusumadewi[6]. Implementasi sistem pakar / program berbasis pengetahuan banyak digunakan pada berbagai bidang karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan pengetahuan pakar pada bidang tertentu dalam program komputer sehingga keputusan dapat diberikan dalam melakukan penalaran secara cerdas. Wijaya[9] dalam penelitiannya mengembangkan Sistem Pakar/ Sistem Berbasis Pengetahuan untuk spesifikasi jenis penyakit infeksi dibatasi pada kategori penyakit-penyakit antara lain : demam berdarah, demam cikungunya, flu burung, leptospira. Sistem Pakar ini secara bertahap dirancang agar dapat bersifat fleksibel, sehingga dapat memberikan kemudahan pada pengembangan selanjutnya.
Rohman, Fauzijah [10] dalam penelitiannya melakukan rancang bangun dengan implementasi yang diterapkan sistem pakar dalam bidang psikologi, yaitu untuk sistem pakar / Sistem Berbasis Pengetahuan untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak. Anak-anak merupakan fase yang paling rentan dan sangat perlu diperhatikan satu demi satu tahapan perkembangannya. Contoh satu bentuk gangguan perkembangan adalah conduct disorder. Conduct disorder adalah satu kelainan perilaku dimana anak sulit membedakan benar salah atau baik dan buruk, sehingga anak merasa tidak bersalah walaupun sudah berbuat kesalahan. Dampaknya akan sangat buruk bagi perkembangan sosial anak tersebut. Oleh karena itu dibangun suatu sistem pakar yang dapat membantu para pakar/ psikolog anak untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak dengan menggunakan metode Certainty Factor (CF). Hartati [8] dalam penelitiannya mengembangkan sebuah aplikasi sistem pakar/ Sistem Berbasis Pengetahuan yang mampu menjadi media konsultasi penyakit kelamin pria. Sistem ini melakukan diagnosa penyakit berdasarkan dari gejala-gejala yang diinputkan ke sistem. Gejala-gejala ini sering mengandung ketidakpastian yang bisa terjadi karena informasi atau fakta yang tidak lengkap. Untuk mengatasi masalah ketidakpastian ini, system mengadopsi metode certainty factor berdasarkan probabilitas Bayesian. Dari berbagai permasalahan terkait tatalaksana MTBS, hasil-hasil penelitian yang menyangkut MTBS dan penelitian perangkat lunak yang sudah dikembangkan terkait rancang bangun sistem pakar seperti yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti berkinginan untuk mengembang aplikasi sistem pakar untuk manajemen terpadu balita sakit untuk bayi usia muda dibawah 2 (dua) bulan yang nantinya diharapkan dapat membantu departemen kesehatan dalam hal ini bagi seluruh petugas kesehatan yang jumlahnya terbatas dan juga masyarakat yang secara mandiri dapat belajar untuk dapat serta berpatisipasi dalam program manajemen terpadu balita sakit agar dapat berkelanjutan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah pengembangan sistem pakar dalam manajemen terpadu balita sakit pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan. Pengembangan aplikasi pakar nantinya berbasis web dengan perangkat lunak pengembang dengan bahasa pemrograman PHP dan basisdata menggunakan MySQL. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian yaitu tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain Penelitian digambarkan seperti gambar 1. 2. Metode Pengumpulan Data a. Studi Literatur Tahap ini merupakan tahapan pengumpulan pengetahuan dari sumber buku, hasil penelitian yang mendukung penelitian. b. Wawancara Melakukan wawancara langsung kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam proses asuhan keperawatan dan beberapa kasus yang ditangani 3. Metode Pengembangan Perangkat Lunak Metode Pengembangan perangkat lunak merupakan tahapan dalam mengembangkan perangkat lunak basis pengetahuan. Adapun tahapan pengembangan perangkat lunak nantinya seperti pada gambar 2.
Metode Pengumpulan data: 1. Studi Literatur 2. Wawancara 3. Observasi
- Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan - Menentukan alat dan Bahan Penelitian
Data Penelitian
Metode Pengembangan Perangkat Lunak: 1. Analisa 2. Desain 3. Kode 4. Test
Pengembangan Perangkat Lunak
Dokumentasi/Publikasi
Gambar 1. Desain Penelitian
Analisa
Desain
Code
Test
Gambar 2. Tahapan pengembangan perangkat lunak
a.
b.
c. 4.
Analisa Identifikasi Awal, melakukan pengumpulan data terkait proses bisnis yang saat ini berjalan, data dan informasi yang dibutuhkan, yaitu: merumuskan Kelayakan Sistem, berdasarkan identifikasi awal yang sudah dilakukan berdasarkan infrastruktur, perangkat keras, perangkat lunak dan sumber daya manusia. Merumuskan Kebutuhan Sistem, berdasarkan identifikasi awal, berdasarkan data dan informasi yang dibutuhkan. Rancangan/Desain Merupakan tahapan setelah dilakukan tahap analisa. Adapun rancangan sistem yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: 1) Basis Pengetahuan. 2) Model Proses, memberikan gambaran proses aliran data dan informasi 3) Model Data, memberikan gambaran rancangan data secara logic dan fisik pada media penyimpan. Coding Merupakan proses pembuatan aplikasi berdasarkan hasil analisa dan rancangan.
Alat Penelitian a. Hardware yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1) PC 2) Printer 3) Koneksi Internet b. Software yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) Webserver : XAMPP 2) Browser 3) PHP Programming 4) PHP Designer
5.
Bahan Penelitian Bahan penelitian dalam objek penelitian ini adalah berbagai entitas menyangkut basis pengetahuan terkait program Manajemen Terpadu Balita Sakit yang meliputi : a. Pedoman MTBS b. Aturan-aturan terkait Diagnosa Medis c. Dokumen diagnosa keperawatan
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Basis Pengetahuan a. Manajemen Terpadu Balita Sakit Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
b. Data jenis penyakit pada bayi muda. Data jenis penyakit pada anak merupakan daftar dari jenis penyakit yang dialami oleh bayi muda dibawah 2 (dua) bulan. Seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis Penyakit KODE P1 P2 P3 P3
NAMA JENIS PENYAKIT Infeksi Bakteri Diare Ikterus Berat badan Menurun/masalah Pemberian ASI
c. Data klasifikasi penyakit pada bayi muda. Merupakan penggolongan beberapa klasifikasi dari jenis penyakit pada bayi muda dibawah 2(dua) bulan berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Seperti pada tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi penyakit KODE KLASIFIKASI PENYAKIT K1 Infeksi Bakteri Berat K2 Infeksi Bakteri Lokal K3 Mungkin bukan Infeksi K4 Dehidrasi Berat K5 Dehidrasi Ringan/Sedang K6 Diare Tanpa Dehidrasi K7 Ikterus Berat K8 Ikterus K9 Tidak Ada Ikterus K10 Berat Badan Rendah Menurut Umur Atau Maslah Pemberian ASI K11
Berat Badan Tidak Rendah Menurut Umur Atau Tidak Ada Masalah Pemberian ASI
d. Data gejala penyakit pada bayi muda Merupakan daftar gejala/masalah yang dialami bayi muda dan sebagai kajian oleh tenaga medis untuk menentukan analisa, diagnosa dan rencana tindakan. Seperti pada tabel 3.
2.
3.
Representasi Pengetahuan Merupakan cara untuk menyajikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam suatu skema/diagram tertentu sehingga dapat diketahui relasi antara suatu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain dan dapat dipakai untuk menguji kebenaran penalarannya. Pada Tabel 4 disajikan representasi pengetahuan logika dari hubungan antara gejala dengan klasifikasi penyakit. Model Proses Adalah model yang memfokuskan pada seluruh proses di dalam pengembangan sistem berbasis pengetahuan Manajemen Terpadu Balita Sakit untuk bayi muda dibawah 2 (Dua) bulan yang mentransformasikan data penyakit, gejala menjadi informasi rencana tindakan/solusi. Seperti pada gambar 3.
Tabel 3. Gejala penyakit apda bayi muda KODE NAMA GEJALA G1 Bayi Kejang G2 Tidak Mau Minum Atau Memuntahkan Semuanya G3 Bergerak Hanya Jika Dirangsang G4 Nafas Cepat >=60 Kali/Menit G5 Nafas Lambat <30 Kali Menit G6 Tarikan Dada Kedalam yang Sangat Kuat G7 Merintih G8 Demam >=37.5'C G9 Nanah yang Banyak Dimata G10 Pusar kemerahan dan Meluas ke Dinding Perut G11 Adakah Pustul Kulit G12 Letargis atau tidak sadar G13 Mata Cekung G14 Apabila Cubit Kulit Perut Kembalinya Sangat Lambat G15 Gelisah/Rewel G16 Apabila Cubit Kulit Perut Kembalinya Lambat G17 Timbul Kuning pada Hari Pertama (<24 Jam) Setelah lahir G18 Kuning ditemukan lebih dari 14 hari G19 Kuning sampai Telapak Tangan atau Kaki G20 Tinja Berwarna Pucat G21 Timbul Kuning >=24 jam sd <=14 hari G22 Tidak ada Kuning pada Telapak Tangan atau Kaki G23 Tidak Kuning G24 Berat Badan Menurut Umur Rendah G25 Ada Kesulitan dalam Pemberian ASI G26 ASI Kurang dari 8 Kali/Hari G27 Mendapat Makanan dan Minuman Selain ASI G28 Posisi Bayi Tidak Benar G29 Tidak Melekat Dengan Baik G30 Tidak Menghisap Dengan Efektif G31 Terdapat Bercak Putih atau Luka Dimulut G32 Ada Celah Bibir/Langit-langit
Tabel 4. representasi pengetahuan logika dari hubungan antara gejala dengan klasifikasi penyakit No Aturan IF Bayi Kejang AND Tidak Mau Minum Atau Memuntahkan Semuanya AND Bergerak Hanya Jika Dirangsang AND Nafas Cepat >=60 Kali/Menit AND Tarikan Dada Kedalam yang Sangat Kuat AND Merintih AND Demam >=37.5'C AND Nanah yang Banyak 1 Dimata AND Pusar kemerahan dan Meluas ke Dinding Perut AND Adakah Pustul Kulit THEN Infeksi Bakteri Berat
2
IF Nanah yang Banyak Dimata AND Pusar kemerahan dan Meluas ke Dinding Perut AND Adakah Pustul Kulit THEN Infeksi Bakteri Lokal ELSE Bukan Infeksi IF
3
Letargis atau tidak sadar AND Mata Cekung AND Apabila Cubit Kulit Perut Kembalinya Sangat Lambat AND Gelisah/Rewel THEN dehidrasi berat
4
IF Mata Cekung AND Apabila Cubit Kulit Perut Kembalinya Sangat Lambat Gelisah/Rewel THEN dehidrasi sedang/ringan ELSE Tidak dehidrasi
5
6
7
AND
IF Timbul Kuning pada Hari Pertama (<24 Jam) Setelah lahir AND Kuning ditemukan lebih dari 14 hari AND Kuning sampai Telapak Tangan atau Kaki AND Tinja Berwarna Pucat AND Timbul Kuning >=24 jam sd <=14 hari THEN ikaterus berat IF Timbul Kuning pada Hari Pertama (<24 Jam) Setelah lahir AND Kuning ditemukan lebih dari 14 hari AND Tinja Berwarna Pucat AND Timbul Kuning >=24 jam sd <=14 hari THEN ikaterus ringan ELSE Tidak ikaterus IF Berat Badan Menurut Umur Rendah AND Ada Kesulitan dalam Pemberian ASI AND ASI Kurang dari 8 Kali/Hari AND Mendapat Makanan dan Minuman Selain ASI AND Posisi Bayi Tidak Benar AND Tidak Melekat Dengan Baik AND Tidak Melekat Dengan Baik AND Tidak Menghisap Dengan Efektif AND Terdapat Bercak Putih atau Luka Dimulut AND Ada Celah Bibir/Langit-langit THEN Berat badan Menurun/masalah Pemberian ASI ELSE tidak ada masalah Pemberian ASI
Gambar 3. Diagram konteks
4.
Model Data Merupakan sekumpulan konsep-konsep yang digunakan untuk menerangkan data, hubungan-hubungan antara data dan batasan-batasan data yang terintegrasi di dalam sistem berbasis pengetahuan Manajemen Balita Terpadu Sakit bagi bayi muda dibawah 2 (dua) bulan. Seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Relasi Tabel Adapun rincian atribut dari relasi dari setiap tabel pada gambar 4 dijabarkan dalam tabel 5. Tabel 5. Rincian atribut setiap tabel Attributes: Entity: gejala Primary key constraint name Comment Table options Attributes: Column name kode_gejala Nama_gejala
PK_gejala
Primary key Data type Yes VARCHAR(2) No VARCHAR(40)
Not NULL Yes No
Entity: jenis_penyakit Primary key constraint PK_jenis_penyakit name Comment Table options Attributes: Column name kode_penyakit Nama_penyakit
Primary key Data type Yes VARCHAR(2) No VARCHAR(40)
Entity: klasifikasi_penyakit Primary key constraint PK_klasifikasi_penyakit name Comment Table options
Not NULL Yes No
Attributes: Column name kode_klasifikasi Klasifikasi_penyakit kode_penyakit
Primary key Yes No Yes
Entity: pasien Primary key constraint name Comment Table options Attributes: Column name No_rekmed Nama Jenis_Kelamin Nama_orangtua Alamat
Attributes: Column name id tanggal_periksa jenis_periksa Diagnosa_medis No_rekmed kode_gejala
Not NULL Yes No Yes
PK_pasien
Primary key Yes No No No No
Entity: periksa Primary key constraint name Comment Table options
Data type VARCHAR(2) VARCHAR(40) VARCHAR(2)
Data type VARCHAR(4) VARCHAR(40) VARCHAR(1) VARCHAR(40) TEXT
Not NULL Yes No No No No
PK_periksa
Primary key Yes No No No Yes Yes
Data type VARCHAR(4) DATE VARCHAR(40) VARCHAR(40) VARCHAR(4) VARCHAR(2)
Entity: Rencana_Tindakan Primary key constraint PK_Rencana_Tindakan name Comment Table options
Not NULL Yes No No No Yes Yes
Attributes: Column name kode_tindakan tindakan kode_klasifikasi kode_penyakit
Primary key Yes No Yes Yes
Entity: rule Primary key constraint name Comment Table options Attributes: Column name id kode_klasifikasi kode_penyakit kode_gejala
5.
Not NULL Yes No Yes Yes
Data type VARCHAR(40) VARCHAR(2) VARCHAR(2) VARCHAR(2)
Not NULL No Yes Yes Yes
Data type VARCHAR(3) VARCHAR(40) VARCHAR(5)
Not NULL Yes No No
PK_rule
Primary key No Yes Yes Yes
Entity: user Primary key constraint name Comment Table options Attributes: Column name id_user user_name password
Data type VARCHAR(2) TEXT VARCHAR(2) VARCHAR(2)
PK_user
Primary key Yes No No
Implementasi Setelah dilakukan tahapan pengumpulan data , analisa sistem dan perancangan sistem selanjutnya adalah membangun sistem basis pengetahuan Manajemen Terpadu Balita Sakit pada bayi muda dibawah 2(dua) bulan berbasis web yang dapat diakses menggunakan browser. Dalam prose pengembangan sistem dalam penelitian menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai DBMS. Adapun beberapa tampilan hasil pengembangan sistem yang sudah dihasilkan seperti pada gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Tampilan proses input data jenis penyakit
Gambar 6. Tampilan Proses input Klasifikasi Penyakit
KESIMPULAN 1. 2. 3.
Dari hasil penelitian dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Telah dikembangkan sistem berbasis pengetahuan untuk Manajemen Balita Terpadu Sakit yang dapat digunakan oleh tenaga medis dalam layanan kesehatan. Dari hasil penelitian rancangan model yang terdiri dari beberapa proses, yaitu : Konteks Diagram, Proses Tabel Referensi Diagram, Proses Konsultasi Diagram, Proses Registrasi Pasien dan Proses Pengelolaan User. Dari hasil rancangan model data terbentuk tabel basis pengetahuan, yaitu Tabel Jenis Penyakit, Tabel Klasifikasi Penyakit, Tabel Gejala, Tabel Rencana Tindakan, Tabel Pasien, Tabel User dan Tabel Rule.
SARAN Hasil pengembangan perangkat lunak tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang perlu dikembangkan pada penelitian lanjutan. Adapun saran dari hasil penelitian adalah : 1. Penelitian pengambangan sistem berbasis pengetahuan masih sebatas pada penganan tenaga medias untuk bayi muda dibawah 2(dua) bulan. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat dikembangkan pada penelitian untuk bbalita 2 bulan sampai dengan 5 tahun yang memilki klasifikasi penyakit dan gejala yang berbeda. 2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat dikembanglan aplikasi yang dapat berjalan pada perangkat mobile sehingga memudahlan tenaga medias dalam melakukan tindakan kepada pasien di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA [1] ________. 2011. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. [2] Desiani. A., Arhami.M. 2006. Konsep Kecerdasan Buatan. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2006. [3] EVALUASI MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT DI KABUPATEN PEKALONGAN. Mardijanto, D., Mubasysyir Hasanbasri,M. 2005. s.l. : JMPK, 2005, Vol. Vol. 08/No.01. [4] Fadli, A.i. 2003. Sistem Pakar Dasar. IlmuKomputer.com. [Online] 2003. [Cited: 3 15, 2010.] http://IlmuKomputer.com. [5] HUBUNGAN PELAYANAN PUSKESMAS BERBASIS MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BALITA. Hidayati, A.,N.,Wahyono,B. 2011. Semarang : Jurnal Kesehatan MAsyarakat, 2011, Vol. Vol 7 No 1. [6] Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003. [7] Manajemen Terpadu Balita Sakit - Evaluasi Pelaksanaan MTBS di Puskesmas Tanah Laut. Pratono, H. Lazuardi,L., Hasanbasri,M. Januari 2008. Yogyakarta : KMPK, Januari 2008, Vol. Working Paper Series No.3. [8] MEDIA KONSULTASI PENYAKIT KELAMIN PRIA DENGAN PENANGANAN KETIDAKPASTIAN MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR BAYESIAN . Hartati, S. 2005. Yogyakarta : Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2005 (SNATI 2005) , 2005. [9] Penggunaan Sistem Pakar dalam Pengembangan Portal Informasi Untuk Spesifikasi Jenis Penyakit Infeksi. Wijaya, R. 2007. s.l. : Jurnal Informatika, 2007, Vol. Vol 3 No 1. [10] Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk Menentukan Jenis Gangguan Perkembangan Anak. Rohman, F.,F., Fauzijah,A.,2008. 2008. s.l. : Media Informatika, 2008, Vol. Vol 6 No 1. [11] Turban, Efraim, Aronson, Jay and Liang, Ting-Peng. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems (Sistem pendukung keputusan dan sistem cerdas). Yogyakarta : Andi, 2005.