Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008
SIKAP KONSUMEN TERHADAPJERUK DAN PISANG LOKAL SEGAR Kasus: Daerah Istimewa Yogyakarta oleh
Widodo
PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2008
SIKAP KONSUMEN TERHADAP JERUK DAN PISANG LOKAL SEGAR Kasus: Daerah Istimewa Yogyakarta1 CONSUMERS ATTITUDE OF YOGYAKARTA SPECIAL REGION TOWARDS FRESH LOCAL ORANGES AND BANANAS Widodo Agribusiness Department of Agricultural Faculty University of Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT When the barrier of imported fruits was opened on 1992, various fruits produced in foreign countries were marketed in Indonesia in large quantity. So, the domestic fruits was tightly enforced by imported fruits in domestic market competition, and the locally fruits must had superior characteristic to win the competition. These research aims were (i) to study the consumer attitude towards fresh domestic fruit, (ii) to identify the fruit characteristic that was important. Two cluster random sampling of 32 person of a RT population in Yogyakarta District and 30 person of a RT in Bantul District was used to be analyzed in this research. Consumer attitude was approached with Multi Attribute Model for Attitude. The result showed orange’s attributes, such as taste, price, size, and juicy, each was believed as a good attribute, but the important attribute were fruit clearance look, taste, price and juicy. Consumer attitude toward orange was neutral, consumer attitude towards orange’s taste and juicy was good. The fruit colour look, fruit clearance, price and taste and fruit’s size, each was believed as a good attribute of banana, but fruit colour look, fruit clearance look, taste, and price of bananas were important attribute for consumer. Consumers’ attitude toward banana was neutral, although consumer attitude toward fruit clearance look and taste were good. The orange agribusiness actors were suggested to enhance the orange clearance, to promote locally produced orange as the sweeter taste and more juicy orange. The banana agribusiness actors were suggested to produce banana that’s interesting in colour look more, and to promote locally produced banana as the sweeter and clearer look banana. Key words: market, orange, banana, attitude, multi attribute model
PENDAHULUAN
Indonesia yang jumlah penduduknya mencapai 206.264.595 jiwa (tahun 2000) dan tingkat pertumbuhan rata-rata 1,49% per tahun (BPS, 2003) merupakan pasar buah-buahan yang besar. Konsumsi buah-buahan masyarakat pedesaan dan perkotaan mengalami peningkatan. Pada tahun 1997 pengeluaran per kapita per bulan untuk buahbuahan sebesarRp. 3.000 untuk masyarakat perkotaan dan Rp 2.021 untuk masyarakat pedesaan (BPS, 1998), sedangkan tahun 2002 mengalami peningkatan menjadi Rp. 7.853 untuk masyarakat perkotaan dan Rp. 5.868 untuk masyarakat pedesaan (BPS, 1
Makalah ditulis berdasarkan penelitian yang dibiayai oleh Ditjen Dikti Depdiknas RI tahun 2007, disampaikan pada Seminar Nasional “Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani” yang diselenggakan oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen Pertanian, di Bogor tanggal 19 Nopember 2008
1
2003). Pada kasus apel impor, konsumsi selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Zainuddin, 1997). Peningkatan konsumsi buah-buahan ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat (Widodo, 2003a). Di dalam era globalisasi dan pasar bebas, berbagai barang dan jasa membanjiri pasar Indonesia. Konsumen menggunakan berbagai kriteria untuk membeli produk, diantaranya adalah membeli produk yang sesuai dengan kebutuhannya, seleranya, dan daya belinya. Konsumen akan memilih produk yang mutunya lebih baik dengan harga yang lebih murah (Sumarwan, 2002). Konsumen lebih menyukai buah-buahan yang berkualitas baik, cenderung membeli buah-buahan yang berkualitas baik, namun tidak menilai bahwa buah-buahan impor selalu berkualitas baik sehingga konsumen bersikap netral terhadap buah-buahan impor. Dengan demikian buah dengan label “impor” tidak serta merta menjadikan konsumen bersikap positif terhadap buah-buahan tersebut, tetapi penilaian terhadap buahlah yang menentukan sikap konsumen tersebut (Widodo, 2005). Sejak dibukanya kran impor buah pada tahun 1992, jumlah dan ragam buah yang masuk ke Indonesia semakin banyak. Pada tahun 1999 jumlah impor buah Indonesia 110.409.321 kg dengan nilai sebesar US $ 61.352.034. Jumlah impor buah tersebut meningkat menjadi 393.353.172 kg dengan nilai sebesar US $ 224.589.553 pada tahun 2004 (Deptan, 2006). Buah-buahan impor tersebut mudah diperoleh oleh konsumen di berbagai tempat penjualan, mulai dari pasar swalayan sampai pasar tradisional dan kios-kios buah di pinggir jalan (Widodo, 2003a). Konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan cenderung mengalami peningkatan, dan impor buah-buahan juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan gejala terjadinya pergeseran konsumsi buah, dari buah lokal menjadi buah impor. Perubahan gaya hidup (life style) masyarakat telah merubah pola dan gaya konsumsi produkproduk agribisnis yang telah meluas pada dimensi psikologis dan kenikmatan. Perubahan ini menyebabkan meningkatnya tuntutan keragaman produk dan keragaman kepuasan (Deptan, 2006). Keadaan ini menyebabkan tekanan yang besar bagi petani buah-buahan lokal. Produksi buah-buahan mengalamai peningkatan. Produksi mangga yang pada tahun 1999 sebesar 888.959 ton meningkat menjadi 1.526.474 ton pada tahun 2003, produksi jeruk yang pada tahun 1999 sebesar 449.552 ton meningkat menjadi 1.529,824 ton pada tahun 2003, dan produksi pisang yang pada tahun 1999 sebesar 3.376.661 ton meningkat menjadi 4.177.155 ton pada tahun 2003 (BPS, 2006). Produksi yang terus meningkat ini, secara bebas bersaing dengan buah impor di pasar dalam negeri. Oleh 2
karena itu, buah lokal harus mempunyai keunggulan agar dapat memenangkan persaingan tersebut. Sikap merupakan komponen penting dalam perilaku pembelian. Studi tentang sikap merupakan kunci untuk memahami perilaku pembelian. Sikap merupakan hasil evaluasi yang mencerminkan rasa suka atau tidak suka terhadap produk, sehingga pemasar dapat menduga potensi pembelian dan menyusun strategi yang lebih efektif (Rangkuti, 2003). Permasalahan yang muncul kemudian adalah bagaimanakah sikap konsumen terhadap buah lokal? Karakteristik buah yang manakah yang harus mendapat perhatian agar buah lokal sesuai dengan keinginan konsumen? Dengan demikian maka penelitian tentang sikap konsumen terhadap buah-buahan penting untuk membantu petani mengenali karakteristik buah yang diinginkan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap buah-buahan segar yang dihasilkan oleh petani dalam negeri, mengetahui karakteristik buah-buahan yang dihasilkan oleh petani dalam negeri, dan untuk mengetahui karakteristik buahbuahan segar yang dinilai penting bagi konsumen.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan pertimbangan wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pusat perdagangan bagi wilayah di sekitarnya. Sampel konsumen diambil dengan cara cluster random, yaitu diambil 1 wilayah RT secara acak dari Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kotamadya Yogyakarta dan wilayah Desa Singosaren, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Seluruh rumah tangga di RT terpilih diambil sebagai sampel. Sampel dari Kotamadya Yogyakarta terambil sebanyak 32 orang, sedangkan dari Kabupaten Bantul terambil sebanyak 30 orang, sehingga sampel secara keseluruhan adalah sebesar 62 orang sampel. Karakteristik responden disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Ciri personal responden dan keluarganya Ciri personal
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
Umur (tahun) 20 – 40 41 – 60 61 atau lebih
37 20 5
59,7 32,2 8,1
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tidak menjawab
15 45 2
24,2 72,6 3,2
3
Tingkat Pendidikan SD SMP SLA PT Tidak menjawab
14 8 19 18 3
22,6 12,9 30,6 29,0 4,8
Pekerjaan PNS, TNI, Polri Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya
9 6 15 22 10
14,5 9,7 24,2 16,1 35,5
Jumlah anggota keluarga 2 – 4 orang 5 – 6 orang 7 orang atau lebih
47 12 3
75,9 19,3 4,8
Pendapatan keluarga per bulan Rp. 500.000 atau kurang Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 Rp 1.000.001 – Rp. 1.500.000 Lebih dari Rp. 1.500.000 Tidak menjawab
27 17 11 6 1
45,3 27,4 17,7 9,6 1,6
Jumlah belanja keluarga untuk buah per bulan Rp. 25.000 atau kurang Rp. 25.001 – Rp. 50.000 Lebih dari Rp 50.000 Tidak menjawab
39 15 7 1
62,9 24,2 11,3 1,6
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden merupakan kelompok usia muda yang berasal dari keluarga menengah ke bawah, dengan jumlah belanja keluarga untuk buah-buahan yang relatif rendah. Dari 62 orang sampel tersebut 2 orang membuat pernyataan sikap tanpa ada variasi, dan 1 orang tidak dapat membuat pernyataan sikap terhadap buah pisang, sehingga analisis sikap terhadap jeruk dilakukan dari 60 orang sampel, sedangkan analisis sikap terhadap pisang dilakukan dari 59 orang sampel. Sikap konsumen terhadap buah-buahan ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut buah-buahan tersebut. Atribut buah-buahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) warna kulit, (2) kebersihan kulit buah, (3) rasa buah, (4) masa simpan, (5) harga, (6) ukuran dan (7) kesegaran buah/juicy. Variabel kekuatan kepercayaan (bi) diukur dengan menggunakan semantic-differential scale dengan skor 1 apabila konsumen menilai suatu buah memiliki atribut yang sangat buruk, sampai dengan skor 5 apabila konsumen menilai buah memiliki atribut yang sangat bagus.
4
Variabel evaluasi (ei) diukur dengan menggunakan semantic-differential scale dengan skor 1 apabila konsumen menilai suatu atribut sangat tidak penting baginya, sampai dengan skor 5 apabila konsumen menilai suatu atribut sangat penting baginya. Dalam penelitian ini digunakan korelasi Pearson sebagai uji validitas atribut. Untuk menguji keberartian korelasi dilakukan uji-t dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Hasil uji validitas disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Hasil uji validitas atribut jeruk dan pisang Uraian
Jeruk
Pisang
Kepercayaan terhadap atribut (bi) Warna kulit Kebersihan kulit Rasa Masa simpan Harga Ukuran Kesegaran (air buah)
0,496 ** 0,663 ** 0,649 ** 0,544 ** 0,663 ** 0,537 ** 0,661 **
0,746 ** 0,830 ** 0,755 ** 0,637 ** 0,766 ** 0,739 ** ---
Evaluasi atribut (ei) Warna kulit Kebersihan kulit Rasa Masa simpan Harga Ukuran Kesegaran (air buah)
0,642 ** 0,749 ** 0,568 ** 0,557 ** 0,609 ** 0,589 ** 0,728 **
0,663 ** 0,709 ** 0,761 ** 0,654 ** 0,612 ** 0,703 ** ---
Tabel 2 menunjukkan seluruh atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid sebagai karakter jeruk dan pisang. Dengan demikian data yang diperoleh sudah mewakili tanggapan sikap konsumen dan valid untuk digunakan dalam analisis sikap selanjutnya. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cronbach’s Alpha dengan nilai kritis sebesar 0,6. Tabel 3 menyajikan hasil analisis Cronbach’s Alpha. Tabel 3. Hasil analisis Cronbach’s Alpha Atribut Kepercayaan atribut buah Evaluasi atribut
Jeruk 0,7479 0,6842
Pisang 0,7583 0,8280
Tabel 3 menunjukkan semua data yang dihasilkan dengan pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel untuk mengetahui sikap konsumen terhadap jeruk dan pisang. Konsumen memberikan pernyataan yang konsisten atas kepercayaan dan evaluasi terhadap atribut jeruk dan pisang. Dengan demikian data yang dihasilkan layak untuk dianalisis.
5
Untuk mengukur sikap digunakan Model Multi Atribut Sikap dari Fishbein (Sumarwan, 2002), yang terdiri dari variabel kekuatan kepercayaan bahwa buah lokal memiliki semua atribut tersebut (bi), dan variabel evaluasi terhadap terhadap atribut tersebut (ei). Model Multi Atribut Sikap Fishbein digambarkan oleh formula sebagai berikut: n
Ao bi ei i 1
Ao = Sikap terhadap buah bi = Kekuatan kepercayaan bahwa produk memiliki atribut i ei = Evaluasi terhadap atribut i n = jumlah atribut yang dimiliki oleh buah Untuk mengetahui tingkat kepercayaan atribut jeruk atau pisang, evaluasi atribut, dan sikap konsumen dilakukan penghitungan skala skor dengan 3 katagori (Simamora, 2003). Untuk mengetahui kecenderungan sikap pada berbagai karakteristik konsumen dilakukan uji tabel silang (Malhotra, 2004).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kebanyakan sampel merupakan keluarga muda, berpendidikan minimal SLA, hampir separoh sampel mempunyai kegiatan di luar rumah, baik sebagai pegawai pemerintah, pegawai swasta maupun sebagai wiraswastawan. Selain itu mereka berasal dari keluarga yang berukuran relatif kecil, dan tingkat pendapatan keluarga yang rendah (berpendapatan maksimal Rp. 1.000.000). Keadaan yang demikian menyebabkan jumlah belanja buah-buahan relatif rendah, yaitu kurang dari Rp 25.000 per bulan. Tempat belanja buah-buahan masyarakat Yogyakarta bervariasi, mulai dari warung yang ada di dekat tempat tinggal, pedagang keliling, pasar tradisional, kios buah, dan super market. Masyarakat Yogyakarta lebih banyak membeli buah di pasar tradisional, sedangkan kios buah merupakan tempat pembelian kedua. Atribut jeruk dalam penelitian ini meliputi warna kulit, kebersihan kulit, rasa, masa simpan, harga, ukuran dan kesegaran buah, sedangkan atribut pisang meliputi warna kulit, kebersihan kulit, rasa, masa simpan, harga, dan ukuran buah. Tabel 4 berikut menunjukkan kepercayaan konsumen terhadap atribut jeruk dan pisang yang banyak dijumpai di pasaran.
6
Tabel 4. Kepercayaan konsumen terhadap atribut jeruk dan pisang lokal yang dijumpai di pasaran (bi) Atribut Warna kulit Kebersihan kulit Rasa Masa simpan Harga Ukuran Kesegaran (air buah) Rata-rata
Skor
J e r u k Katagori
3,07 3,65 4,17 3,50 3,92 4,00 4,46 3,82
Kurang bagus Kurang bagus Bagus Kurang bagus Bagus Bagus Bagus Bagus
Skor 3,98 4,26 4,54 3,51 3,92 4,12 --4,06
Pisang Katagori Bagus Bagus Bagus Kurang bagus Bagus Bagus --Bagus
Secara umum konsumen percaya bahwa buah jeruk lokal yang biasa dijumpai di pasaran sudah bagus. Cita rasa jeruk yang ditunjukkan dari atribut rasa dan kesegaran buah merupakan atribut jeruk yang terbagus bagi konsumen. Penampilan yang ditunjukkan oleh atribut warna kulit dan kebersihan kulit belum mendapat kepercayaan yang bagus bagi konsumen, walaupun ukuran dipercaya sudah bagus. Secara umum konsumen percaya bahwa buah pisang lokal yang biasa dijumpai di pasaran sudah bagus. Penampilan pisang yang ditunjukkan oleh atribut warna kulit, kebersihan kulit dan ukuran buah dipercaya sudah bagus oleh konsumen. Harga dan rasa juga dipercaya sudah bagus oleh konsumen, tetapi masa simpan pisang merupakan atribut yang masih dipercaya masih kurang bagus bagi konsumen. Secara umum, konsumen buah percaya bahwa buah yang diperjual-belikan di pasar telah mempunyai atribut: (i) rasanya
sudah manis, ukurannya sudah sesuai
dengan yang diinginkan konsumen, (ii) harganya sudah dinilai murah, dan (iii) masa simpan buah belum bagus. Secara khusus penampilan jeruk dipercaya masih kurang bagus. Evaluasi menggambarkan pentingnya atribut buah jeruk dan pisang bagi konsumen. Tabel 5 menunjukkan evaluasi konsumen terhadap atribut jeruk dan pisang. Tabel 5. Evaluasi konsumen terhadap atribut jeruk dan pisang (ei) Atribut Warna kulit Kebersihan kulit Rasa Masa simpan Harga Ukuran Kesegaran (air buah) Rata-rata
Skor 3,28 3,92 4,73 3,45 4,10 3,52 4,57 3,94
J e r u k Katagori Kurang penting Penting Penting Kurang penting Penting Kurang penting Penting Penting
Skor 4,12 4,31 4,63 3,66 4,02 3,66 --4,07
Pisang Katagori Penting Penting Penting Kurang Penting Penting Kurang Penting --Penting
7
Atribut warna kulit, masa simpan, dan ukuran jeruk dinilai kurang penting bagi konsumen, tetapi kebersihan kulit merupakan atribut yang penting. Harga, rasa dan kesegaran buah merupakan atribut terpenting bagi konsumen. Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa konsumen cenderung mengabaikan penampilan jeruk, tetapi memperhatikan cita rasa dan harga. Rasa bersama-sama dengan warna kulit dan kebersihan kulit merupakan 3 atribut pisang yang terpenting bagi konsumen, karena ketiga atribut tersebut secara bersamasama menunjukkan kualitas pisang. Demikian juga harga merupakan atribut yang penting bagi konsumen. Secara umum, atribut buah yang dianggap penting bagi konsumen adalah rasa buah, harga dan kebersihan kulit, sedangkan atribut yang dianggap kurang penting adalah masa simpan dan ukuran buah. Sikap merupakan evaluasi dari seseorang, ungkapan perasaan konsumen suka atau tidak suka terhadap buah jeruk dan pisang. Hasil analisis sikap konsumen dengan Model Multi Atribut Sikap dari Fishbein terhadap buah jeruk dan pisang dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Sikap konsumen terhadap atribut buah jeruk dan buah pisang (Ao) Atribut Warna kulit Kebersihan kulit Rasa Masa simpan Harga Ukuran Kesegaran (air buah) Total
Skor 10,67 14,40 20,02 12,92 16,82 14,43 20,80 15,72
J e r u k Katagori tidak suka kurang suka Suka Kurang suka Kurang suka Kurang suka Suka Kurang suka
Skor 16,73 18,78 21,49 13,88 16,53 15,46 --17,15
Pisang Katagori kurang suka suka suka kurang suka kurang suka kurang suka --kurang suka
Konsumen bersikap kurang suka terhadap buah jeruk lokal. Namun dijumpai beberapa atribut jeruk yang disukai oleh konsumen adalah rasa dan kesegaran buah, sedangkan yang kurang disukai adalah kebersihan kulit, masa simpan, harga dan ukuran buah jeruk, bahkan konsumen tidak suka terhadap warna kulit buah jeruk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa atribut pengalaman (rasa dan kesegaran) merupakan atribut jeruk local yang disukai, namun atribut pencarian (kebersihan, harga, ukuran, dan warna kulit kurang disukai oleh konsumen (Ragaert et
al, 2004; Poole dan
Carrasco, 2007). Konsumen pisang bersikap kurang suka terhadap pisang lokal. Namun
8
konsumen suka terhadap atribut kebersihan kulit dan rasa, dan bersikap kurang suka terhadap warna kulit, masa simpan, harga dan ukuran buah pisang. Tabel 7. Distribusi sampel menurut katagori sikap Katagori sikap Tidak suka Kurang suka Suka Jumlah
J e r u k (n=60) Jumlah Persentase 5 3 60 36 35 21 100 60
P i s a n g (n=59) Jumlah Persentase 6,8 4 37,3 22 55,9 33 100 59
Buah pisang cenderung lebih disukai konsumen masyarakat DIY bila dibandingkan dengan buah jeruk. Kelebih sukaan konsumen terhadap buah pisang disebabkan karena konsumen lebih mudah memperkirakan kualitas pisang daripada jeruk. Siklus hidup keluarga menggambarkan tahap-tahap yang dijalani oleh sebuah keluarga seiring dengan semakin meningkatnya usia anggota keluarga. Untuk memudahkan analisis, siklus keluarga digolongkan menjadi 2, yaitu keluarga muda dan keluarga matang/lanjut. Keluarga muda adalah keluarga dengan ibu rumah tangga berusia kurang dari 40 tahun sedangkan keluarga matang/lanjut adalah keluarga dengan dengan ibu rumah berusia lebih dari 40 tahun. Hasil analisis tabel silang sikap terhadap buah dengan siklus hidup keluarga disajikan dalam tabel 8. Tabel 8a. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap jeruk dengan siklus hidup keluarga Sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
Kelg. Muda Jumlah Persentase 73,3 26 26,7 9 100 35
Kelg. matang/lanjut Jumlah Persentase 52 13 48 12 100 25
Tabel 8b. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap pisang dengan siklus hidup keluarga Sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
Kelg. Muda Jumlah Persentase 52,9 18 47,1 16 100 34
Kelg. matang/lanjut Jumlah Persentase 32 8 68 17 100 25
Keluarga matang/lanjut cenderung lebih suka terhadap jeruk maupun pisang bila dibandingkan dengan keluarga muda. Keluarga matang/lanjut sudah mulai secara sungguh-sungguh memperhatikan kesehatan anggota keluarga, terutama kepada kepala keluarga dan ibu rumah tangga yang sudah menginjak usia matang dengan lebih
9
banyak mengkonsumsi buah (Ragaert et al, 2004), sehingga sikap terhadap makanan berbeda (Bogue et al, 2005). Ukuran keluarga merupakan pengelompokkan kelurga berdasarkan jumlah anggota keluarganya. Jumlah anggota keluarga menentukan jumlah dan jenis barang dan jasa yang dikonsumsinya. Dalam penelitian ini keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anggota keluarganya paling banyak 4 orang, jika lebih dari 4 orang dikelompokkan dalam keluarga besar. Tabel 9 menunjukkan sikap konsumen pada ukuran keluarga besar dan kecil. Tabel 9a. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap jeruk dengan ukuran keluarga Katagori sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
Keluarga kecil Jumlah Persentase 68,9 31 31,1 14 100 45
Keluarga besar Jumlah Persentase 53,3 8 46,7 7 100 15
Tabel 9b. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap pisang dengan ukuran keluarga Katagori sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
Keluarga kecil Jumlah Persentase 44,4 20 55,6 25 100 45
Keluarga besar Jumlah Persentase 42,9 6 57,1 8 100 14
Keluarga besar cenderung lebih suka jeruk maupun pisang (lokal) bila dibandingkan keluarga kecil, karena buah lokal segar lebih murah. Dengan sejumlah uang yang sama, keluarga besar dapat membeli buah yang lebih banyak, sehingga lebih banyak buah yang dapat dikonsumsi oleh anggota keluarganya. Hasil penelitian ini berbeda dengan Bogue et al (2005) yang menemukan ukuran keluarga tidak mempengaruhi sikap terhadap makanan sehat. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat Indonesia berbeda dengan Irlandia, sehingga sikap keluarga terhadap makanan berbeda (Ragaert, 2004). Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih senang mencari informasi yang banyak tentang produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya, bahkan informasi tentang produk makanan sangatlah penting, karena konsumen sering dihadapkan pada praktek penjualan yang merugikan dan menghadapi resiko secara fisik (aman bagi kesehatan) maupun keyakinan.
10
Tabel 10a. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap jeruk dengan pendidikan Katagori sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
max SMP Jumlah Persentase 65,4 17 34,6 9 100 26
min SLA Jumlah Persentase 64,7 22 35,3 12 100 34
Tabel 10b. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap pisang dengan pendidikan Katagori sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
max SMP Jumlah Persentase 50 13 50 13 100 26
min SLA Jumlah Persentase 39,4 13 60,6 20 100 33
Keluarga yang pendidikan ibu rumah tangganya minimal SLA cenderung lebih suka jeruk dan pisang bila dibandingkan dengan yang berpendidikan maksimal SMP. Konsumen yang berpendidikan lebih bagus mempunyai kesadaran yang lebih baik terhadap keterkaitan makanan dan kesehatan, sehingga mereka mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesehatan (Urala dan Lahteenmaki, 2003). Patut diduga bahwa konsumen berpendidikan rendah cenderung lebih suka terhadap bahan minuman rasa buah instan atau sirup buah, karena terbujuk oleh berbagai iklan yang ditayangkan mediamassa tanpa mempertimbangkan kemanfaatan produk tersebut bagi tubuh. Pendapatan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi konsumen untuk membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen, dan daya beli menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang dapat dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen dan seluruh anggota keluarganya. Tabel 11 menunjukkan sikap konsumen pada 2 tingkat pendapatan. Tabel 11a. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap jeruk dengan tingkat pendapatan Katagori sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
Pendpt rendah Jumlah Persentase 70,5 31 29,5 13 100 44
Pendpt menengah Jumlah Persentase 50 8 50 8 100 16
Tabel 11b. Analisis tabel silang sikap konsumen terhadap pisang dengan tingkat pendapatan Katagori sikap Tidak suka, kurang suka Suka Total
Pendpt rendah Jumlah Persentase 45,5 20 54,5 24 100 44
Pendpt menengah Jumlah Persentase 40 6 60 9 100 15
11
Keluarga yang berpendapatan menengah ke atas cenderung lebih suka jeruk maupun pisang segar bila dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan rendah. Pada kelompok pendapatan rendah, faktor ekonomi merupakan kendala utama untuk mengkonsumsi buah-buahan (Ragaert, 2004), sehingga cenderung membeli dan mengkonsumsi bahan minuman rasa buah instan daripada membeli buah segar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Atribut buah jeruk yang dipercaya telah bagus oleh konsumen adalah rasa, harga, ukuran, dan kesegaran. Dari keempat atribut yang telah dipercaya bagus oleh konsumen tersebut, atribut rasa, harga, dan kesegaran buah merupakan atribut yang dinilai penting bagi buah jeruk. Konsumen bersikap suka terhadap rasa dan kesegaran buah jeruk, sehingga konsumen telah bersikap suka terhadap cita rasa jeruk, walaupun secara umum konsumen bersikap kurang suka. 2. Atibut pisang yang dipercaya telah bagus oleh konsumen adalah warna kulit, kebersihan kulit, rasa, harga dan ukuran buah. Dari atribut tersebut yang dianggap penting adalah warna kulit, kebersihan, rasa, dan harga. Konsumen hanya bersikap suka terhadap kebersihan kulit dan rasa buah pisang, sedang terhadap warna kulit dan harga konsumen bersikap kurang suka, tetapi secara keseluruhan konsumen bersikap kurang suka terhadap buah pisang. 3. Atribut kebersihan jeruk dan warna kulit pisang merupakan atribut yang dinilai penting, namun kedua buah yang banyak dijumpai di pasaran dipercaya belum bagus. 4. Konsumen yang mempunyai keluarga besar, berasal dari keluarga matang/lanjut, berpendidikan lebih tinggi, dan berpendapatan menengah ke atas cenderung lebih menyukai buah jeruk dan pisang. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut: 1. Diperlukan upaya meningkatkan kebersihan kulit jeruk, baik dari kotoran yang melekat maupun dari tanda-tanda serangan hama. Peningkatan kebersihan kulit dari kotoran dapat dilakukan oleh petani atau pedagang dengan mencuci, sedangkan peningkatan kebersihan kulit dari tanda-tanda serangan hama dilakukan oleh petani dengan melaksanakan praktek pertanian jeruk yang baik.
12
2. Kepada petani pisang disarankan untuk melaksanakan praktek pertanian pisangyang baik dan melakukan penanganan pasca panen pisang secara baik agar warna kulit pisang menjadi lebih menarik konsumen. 3. Kepada pedagang pengecer jeruk agar mempromosikan cita rasa jeruk lokal (rasa lebih
manis, dan lebih segar/juicy) sebagai kelebihan jeruk lokal, dan kepada
pengecer pisang hendaknya mempromosikan rasa yang lebih manis dan kulit yang lebih bersih kepada konsumen, agar konsumen lebih memilihn jeruk dan pisang lokal. 4. Kepada pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat disarankan melakukan pendidikan konsumen, terutama kepada kelompok masyarakat keluarga muda, berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah, agar mereka lebih mengutamakan buah-buahan lokal segar. Karena dengan mengkonsumsi buah-buahan lokal segar akan membantu meningkatkan perekonomian agribisnis buah-buahan.
DAFTAR PUSTAKA
Bogue, Joe, Therese Coleman dan Douglas Sorenson. 2005. Determinants of Consumers’ dietary behaviour for health-enhancing foods. British Food Journal 107(1) hal 4-16. BPS. 1998. Statistik Indonesia tahun 1997. BPS. 2003. Statistik Indonesia tahun 2002. BPS. 2006. Produksi Buah-buahan Indonesia. http://www.bps.go.id Departemen Pertanian RI. 2006. Ekspor Impor Produk Hortikultura Indonesia. http:// agribisnis.deptan.go.id Malhotra, Naresh M. 2004. Marketing Research: An Applied Orientation, fourth edition. Prentice Hall, Saddle River, NJ. Poole, Nigel dan Laura Martines Carrasco, 2007. Information and WTP: Fruit Quality and Consumer Satisfaction. Makalah disampaikan pada I Mediterranean Conference of Agro-Food Social Scientist. 103rd EAAE Seminar ’Adding Value to the Ahro-Food Supply Chain in the Future Euromediterranean Space’, Barcelona, April 23rd – 25rd 2007. Ragaert, P., Wim Verbeke, Farnk Devlieghere, Johan Debevere, 2004. Consumer Perception and Choice of Minimallay Processed Vegetables and Package Fruits. Food Quality and Preference, Vol. 14 (2004) hal. 259-270 Rangkuti, F. 2003. Measuring Customer Satisfaction, Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLN-JP. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
13
Simamora, Bilson. 2003. Teknik Penelitian Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya. Ghalia Indonesia, Bogor. Urala, N., dan Liisa Lahteenmaki, 2003. Resesons Behind consumer’s functional food choices. Nutrition and Food Science, Vol. 33 (4) hal. 148-159. Widodo, 2003a. Analisis Permintaan Jeruk Impor di Kota Yogyakarta. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan), UMY. Widodo, 2005. Sikap Konsumen terhadap Buah Impor di Kota Jogjakarta. Laporan Penelitian UMY (tidak diterbitkan), Yogyakarta Zainuddin, 1997. Analisis Permintaan Apel Impor di Indonesia. Skripsi Fak. Pertanian UMY (tidak diterbitkan), Yogyakarta
14