Sidang Seminar Tugas Akhir
Optimalisasi Penggunaan Material Hasil Cold Milling Untuk Daur Ulang Lapisan Perkerasan Jalan Beton Aspal Type AC (Asphalt Concrete)
Suwantoro 3106 100 004
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
Pendahuluan
LATAR BELAKANG 1. Hampir seluruh jalan-jalan di indonesia untuk lapisan permukaan (Surface) menggunakan perkerasan jalan type (AC) Asphalt Concrete. 2. Proses perbaikan permukaan jalan yang sudah mencapai Indeks Permukaan akhir seringkali dilakukan dengan pelapisan ulang di atas permukaan jalan lama, hal ini menyebabkan elevasi jalan terus bertambah. 3. Karena elevasi permukaan jalan dibatasi maka sebelum pelapisan ulang dilakukan penggarukan dengan cara Cold Milling permukaan jalan lama. 4. Tersedia banyak stok material hasil Cold Milling yang selama ini penggunaannya belum optimal, hanya digunakan sebagai urugan bahu jalan atau material penambal saja. Hasil Cold Milling tersebut perlu diusahakan untuk didaur ulang sebagai bahan perkerasan jalan kembali demi kelestarian lingkungan hidup. 5. Bahan penyusun lapisan perkerasan AC (Asphalt Concrete) adalah bahan bitumen dan agregat. Pada material hasil Cold Milling keberadaan kedua material ini sudah tercampur, hal ini tentu saja berbeda dengan kondisi pada saat kita mendesain campuran AC dengan material baru yang masih terpilah antara fraksi agregat dan bahan bitumen. 6. Sistim daur ulang perkerasan jalan mulai populer di negara maju sejak tahun 1980-an, 7. Di Indonesia, daur-ulang perkerasan jalan ini baru dimulai satu atau dua tahun kemarin dengan adanya trial daur-ulang ini pada jalan raya di Pantura Jawa oleh Bina Marga (PT. Tindodi Karya Lestari, 2009). Percobaan di Pantura dilakukan dengan sistem CMRFB (Cold Milling Recycling with Foam Bitumen) yaitu dengan menambahkan bitumen baru yang ditambahkan dengan cara mencampur bitumen dengan hot steam (uap air panas) 8. Wacana tentang konsep daur ulang ini sudah ada namun belum ada studi tentang cara pelaksanaan daur ulang yang baik dan analisa harga satuan perkerasan beton aspal hasil daur ulang jika dibandingkan dengan beton aspal non recycling.
Pendahuluan
PERUMUSAN MASALAH Permasalahan unun yang perlu dipecahkan adalah bagaimana caranya material hasil Cold Milling dapat dipergunakan lagi untuk daur ulang perkerasan jalan beton aspal tipe AC (Asphalt Concrete) dan berapa biayanya? 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bagaimana hasil pencampuran dari bahan Cold Milling tersebut kalau “Do Nothing”, hanya dicampur, dipanaskan dan dipadatkan saja tanpa dimodifikasi sama sekali? Bagaimana dengan gradasi yang didapat dari material Cold Milling ini, apakah masih memenuhi persyaratan? Bila tidak bagaimana cara memperbaikinya? Bagaimana dengan persyaratan bahan bitumen yang tersisa dari bahan Cold Milling tersebut? Bila tidak memenuhi bagaimana cara memperbaikinya? Bagaimana kualitas campuran material hasil pencampuran kembali bahan dengan adanya modifikasi? Berapa suhu pemadatan yang ideal untuk campuran Beton Aspal daur ulang ini? Bagaimana seharusnya nanti cara pelaksanaan pencampuran yang sudah termodifikasi ini di lapangan? Berapa perkiraan biaya untuk cara daur ulang termodifikasi ini? Bagaimana bila dibandingkan dengan Beton Aspal non recyling?
Pendahuluan
TUJUAN TUGAS AKHIR 1. Material hasil Cold Milling dapat digunakan secara optimal untuk didaur ulang pada lapisan perkerasan jalan baru type Asphalt Concrete (AC). 2. Diketahui cara pelaksanaan daur ulang yang baik dan harga satuan perkerasan beton aspal hasil daur ulang. BATASAN MASALAH Adapun batasan masalah pada Optimalisasi Penggunaan Material Hasil Cold Milling ini adalah: 1. Penelitian dilakukan terhadap sampel ruas jalan nasional perbatasan Mojokerto – Gemekan (Link-09). 2. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental di laboratorium 3. Pemeriksaan aggregat material Cold Milling dibatasi hanya pemeriksaan gradasi dan penyerapan agregat saja, hal ini didasarkan nilai historis aggregat tersebut yang sudah lolos sebagai bahan Asphalt Concrete (AC). 4. Penentuan kadar aspal optimum menggunakan metode Marshall Test. 5. Analisa biaya untuk campuran beton aspal non recycling tidak membahas perhitungan koefisien bahan, alat, maupun pekerja. 6. Analisa aliran kas untuk alat drum mixer dilakukan dengan konsep aliran kas sebelum pajak.
Pendahuluan
MANFAAT 1. Dengan penerapan konsep recycling pada material perkerasan ini pastinya akan dihasilkan saving cost untuk pengadaan material yang cukup signifikan. 2. Merupakan kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. 3. Merupakan sumbangan ilmiah dalam bidang konstruksi jalan raya yang nantinya diaharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan banyak. LOKASI STUDI Lokasi studi yang dipilih pada tugas akhir ini adalah Stockpile UPT Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa Timur, sampel yang diambil berasal dari ruas jalan nasional perbatasan Mojokerto – Gemekan (Link-09) dimana perkerasan yang digaruk merupakan beton aspal AC-WC (Asphalt Concrete – Wearing Coarse) dengan tahun pembuatan 2005.
Metodologi
START IDENTIFIKASI MASALAH
STUDI LITERATUR 1. TEORI PERKERASAN JALAN 2. METODE PERENCANAAN PERKERASAN 3. SPESIFIKASI AC (ASPHALT CONCRETE)
4. SNI PENGUJIAN BAHAN AGGREGAT DAN BITUMEN 5. RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT 6. CARA MIXING METODE DRUM MIX
7. ANALISA ALIRAN KAS
Metodologi Penelitian PENGAMBILAN SAMPEL
Secara general diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada gambar disamping
Pencampuran dengan do nothing, Sampel RAP hanya dicampur, dipanaskan, dan dipadatkan
Ekstraksi
Pemeriksaan Bahan Aggregat 1. Pemeriksaan Gradasi 2. Penyerapan Agregat
Modifikasi Agregat
Tidak Memenuhi
Pemeriksaan Bahan Bitumen 1. Test Penetrasi 2. Test Daktilitas 3. Test Titik Lembek 4. Test Titik Nyala/Titik Bakar
2 Modifikasi Bitumen
Tidak Memenuhi
Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Memenuhi
1
Memenuhi
3 Uji Suhu Pemadatan
Pencampuran dengan Modifikasi
4
Memenuhi
Uji Suhu Pemadatan
Uraian Rencana Pelaksanaan
Estimasi Biaya Keterangan Nomor Belah Ketupat Bagan Alir : 1. Memenuhi Persyaratan AC? 2. Memenuhi Spesifikasi Agregat? (Binamarga V, Binamarga IX, Binamarga X, The Asphalt Institut III D) 3. Memenuhi Spesifikasi Bahan Bitumen? 4. Memenuhi Persyaratan AC?
Perbandingan Analisa Biaya
FINISH
Introduction
Reclaimed Asphalt Pavement 1. Menurut Kearney (1997), RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) pada awalnya adalah material limbah hasil dari proses konstruksi perkerasan yang dihancurkan. Biasanya material limbah RAP digunakan sebagai bahan urugan. Namun ketika ada desakan krisis minyak dan isu lingkungan untuk mereduksi limbah, material RAP tersebut kemudian mulai dimanfaatkan secara progresif dengan cara diolah kembali untuk dijadikan bahan perkerasan baru. 2. Salah satu kelemahan material RAP adalah variabilitasnya dan banyaknya kandungan kontaminan. (Tabakovic, 2007) Cold Milling Cold Milling adalah penghancur perkerasan yang terkontrol untuk kedalaman yang dikehendaki, dengan peralatan penggilingan yang dirancang khusus untuk mereklamasi permukaan perkerasan kepada elevasi dan kemiringan yang ditentukan
Data dan Analisa
PENGUJIAN MARSHALL CAMPURAN BETON ASPAL “DO NOTHING” Pengujian Marshall campuran beton aspal “Do Nothing” adalah penyelidikan tes marshall yang dilakukan kepada sampel briket hasil campuran material RAP tanpa ada sedikitpun modifikasi, artinya tanpa ada perbaikan gradasi agregat maupun perbakan bahan aspal. Material RAP hanya diaduk hingga homogen dan ditimbang sesuai kebutuhan sampel lalu dipanaskan dan dipadatkan. Dalam pengujian marshall tentunya sebelumnya diperlukan penyelidikan-penyelidikan terhadap RAP diantaranya adalah kadar aspal, penyerapan agregat halus dan penyerapan agregat kasar.
Kadar No
Aspal
Berat Benda Uji Kering
SSD
Udara
Berat Max
Vol Total
Vol Total
% Rongga
Isi
Teoritis
Aspal
Agg
Thdp Agg
Berat
Dalam Air
Stabilitas VFB
VIM
Stabilitas
Flow Terkoreksi
%
%
1
4,04
1184,6
1205,9
686
2,28
2,48
8,89
83,10
16,90
52,57
8,02
220
824,48
2
4,04
1169,2
1193,3
679
2,27
2,48
8,87
82,91
17,09
51,88
8,22
235
828,89
4,2
3
4,04
1170,3
1187,6
672
2,27
2,48
8,85
82,78
17,22
51,40
8,37
260
917,07
3,85
4
4,04
1170,3
1187,1
675
2,29
2,48
8,91
83,35
16,65
53,51
7,74
285
1005,25
3,4
5
4,04
1170,2
1187,5
673
2,27
2,48
8,87
82,95
17,05
52,02
8,18
260
917,07
3,9
5,3
Data dan Analisa
Pengujian Marshall campuran beton aspal “Do Nothing” VFB (75-82)
No. Sampel
VIM (3-5)
Test
Ket
52,57
NOT OK
2
51,88
NOT OK
3
51,40
NOT OK
4 5
1
Flow (2-4)
Stabilitas (>750 kg)
Test
Ket
8,02
NOT OK
Test 824,48
8,22
NOT OK
8,37
53,51
NOT OK
52,02
NOT OK
Ket
Test
Ket
OK
5,3
NOT OK
828,89
OK
4,2
NOT OK
NOT OK
917,07
OK
3,85
OK
7,74
NOT OK
1005,3
OK
3,4
OK
8,18
NOT OK
917,07
OK
3,9
OK
Dari hasil pengujian campuran ”Do Nothing” ini dapat diambil poin-poin sebagai berikut: 1. Dari 5 buah benda uji Campuran Beton Aspal “Do Nothing” (Campuran dengan 100 % RAP tanpa modifikasi), untuk parameter Stabilitas semuanya memenuhi, parameter Flow dua buah benda uji tidak memenuhi, parameter VIM dan VFB semua benda uji tidak memenuhi. Dapat disimpulkan harus dilakukan modifikasi campuran. 2. Secara rata-rata campuran Beton Aspal “Do Nothing” menghasilkan Marshall Stability 898,55kg, Flow 4,13mm, Void Filled with Bitumen (VFB) 52,28 %, Void In Mix (VIM) 8,11% dan Density 2,28. Dari seluruh parameter tersebut hanya marshall stability yang memenuhi persyaratan Asphalt Concrete (AC). 3. Kualitas agregat RAP dari segi penyerapan dan berat jenis masih memenuhi persyaratan.
Data dan Analisa
PENGUJIAN KARAKTERISTIK RAP Berangkat dari kebutuhan modifikasi campuran maka perlu dilakukan penyelidikan terhadap material RAP, Investigasi atau penyelidikan terhadap material RAP adalah langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui sifat dan kandungan material ini yang nantinya akan sangat diperlukan dalam melakukan mix desain empiris untuk campuran beton aspal daur ulang. Jenis penyelidikan yang dilakukan antara lain penyelidikan karakteristik aspal yang terkandung dalam RAP (RAP binder properties) dan analisa saringan agregat RAP. RAP
Ekstraksi
Pemeriksaan Agregat Analisa saringan Penyerapan
Destilasi
Pemeriksaan Bahan Bitumen Penetrasi Daktilitas
Titik lembek Titik nyala & Titik bakar
Data dan Analisa
Pemeriksaan gradasi agregat Pembegian butir agregat merupakan parameter yang sangat erat hubungannya dengan density dan kekuatan campuran yang dihasilkan. Penyelidikan ini dilakukan kepada agregat yang telah diekstraksi, tujuannya untuk mengetahui komposisi agregat RAP yang nantinya akan diperlukan saat melakukan mix design empiris daur ulang RAP.
Data dan Analisa
Pemeriksaan bahan bitumen RAP Pengujian karakteristik sampel bitumen dari proses ekstraksi RAP didapatkan hasil sebagai berikut: Hasil tes penetrasi memberikan angka penetrasi 64,6 mm Hasil uji daktilitas memberikan panjang penguluran briket aspal sebelum putus sebesar 110 cm Hasil uji titik lembek menunjukkan titik lembek rata-rata untuk sampel bitumen dari proses ekstraksi RAP sebesar 48,50 C. Hasil uji titik nyala dan titik bakar menunjukkan titik nyala untuk sampel bitumen dari proses ekstraksi RAP sebesar 3100C dan titik bakar pada suhu 3200C
Dari hasil pengujian RAP Properties ini dapat diambil poin-poin sebagai berikut: 1. Kualitas aspal yang terkandung dalam RAP masih memenuhi persyaratan aspal penetrasi 60/70, sehingga masih dapat dipergunakan untuk beton aspal daur ulang. 2. Gradasi Material RAP yang telah diekstraksi menunjukkan adanya ketidaksesuaian terhadap spek yang diinginkan (Bina Marga V), agregat yang lolos saringan 3/8” jumlahnya terlalu banyak jika dibandingkan dengan spesifikasi. Hal ini bisa terjadi karena banyak agregat dengan ukuran lebih besar atau sama dengan 3/8” yang pecah menjadi ukuran yang lebih kecil akibat terkena garukan
Data dan Analisa
PENGUJIAN MATERIAL TAMBAHAN Analisa saringan Penyelidikan pembagian butiran baik agregat kasar, sedang, maupun halus pada agregat tambahan akan sangat diperlukan untuk perbaikan agregat RAP agar memenuhi spesifikasi gradasi butiran .
Agregat Kasar Agregat Sedang Agregat Halus
Penyerapan Agregat Seperti halnya pada agregat RAP Peyelidikan penyerapan agregat juga dilakukan pada agregat tambahan untuk pengolahan data marshall. Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar agregat tambahan menghasilkan Bulk specific gravity 2,65, Apparent specific gravity 2,76, dan penyerapan 1,5%. Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus menghasilkan Bulk specific gravity 2,53, Apparent specific gravity 2,60, dan penyerapan 1,17%.
Data dan Analisa
CAMPURAN PERKERASAN MODIFIKASI Blending Agregat Proses blending agregat adalah proses megkombinasikan dua fraksi atau lebih yang memiliki gradasi berbeda dengan tujuan mendapatkan komposisi agregat yang sesuai dengan spesifikasi (Asphalt Institute, 1983)
Kadar Aspal Optimum Empiris Kadar Aspal opt = 0,035 A + 0,045 B + 1,5 = 0,035 . 63,3 + 0,045 . 31.8 + 1,5 = 5,145 % Dimana: A = % Agg tertahan saringan No.8 B = % Agg lolos No 8 tertahan saringan No 200
= 100 – 36,7 = 36,7 – 4,9
= 63.3 = 31.8
Data dan Analisa
CAMPURAN PERKERASAN MODIFIKASI Pembuatan Proporsi Campuran Dengan Variasi Kadar Aspal Satu seri benda uji dibuat dengan kadar aspal yang berbeda sehingga akan didapatkan kurva lengkung yang memberikan Gambaran nilai optimum. Kadar aspal yang dibuat harus memiliki interval 0,5% minimal dua interval diatas kadar aspal optimum empiris dan dua interval di bawah kadar aspal optimum empiris (Asphalt Institute, 1983) Campuran I Berat campuran = 1200 gr Kadar aspal Campuran = 5,145 – 1 = 4,145 % Berat Kebutuhan Aspal = 4,145 % x 1200 = 49,7 gr Berat Kebutuhan Agg. = 1200 – 49,7 = 1150,3 gr Berat kebutuhan RAP = (% F RAP x 1150,3)/(100 – kadar aspal RAP) = (93,7 x 1150,3)/(100 – 4,04) = 1123,4 gr Berat agg. Tambahan = % F 2 x 1150,3 = 6, 281 % x 1150,3 = 72,2 gr Berat aspal tambahan = 49,7 – (% aspal RAP x 1123,4) = 49,7 – (4,04 % x 1123,4) = 4,4 gr Total campuran = 1123,4 + 72,2 + 4,4 = 1200 .....OK Perhitungan untuk kadar aspal lainnya dengan bantuan Microsot Excel
Camp. II Camp. III Camp. IV Camp. V
Kadar Aspal (%) 4,645 5,145 5,645 6,145
RAP (gr) 1117,5 1111,7 1105,8 1100
Agg. Tambahan (gr) 71,9 71,5 71,1 70,7
Aspal Tambahan (gr) 10,6 16,8 23,1 29,3
Data dan Analisa
CAMPURAN PERKERASAN MODIFIKASI Pengujian Marshall
Data dan Analisa
CAMPURAN PERKERASAN MODIFIKASI Pengujian Marshall
CAMPURAN PERKERASAN MODIFIKASI Pengujian Marshall
Dari rekapitulasi kadar aspal untuk masing-masing parameter pada uji karakteristik marshall didapatkan kadar aspal optimum berada pada interval 4,95-5,3% dan yang dipakai 5,125%,
Untuk pengawasan lapangan cukup dengan parameter kadar aspal dan berat isi, mengacu pada grafik yang ditunjukkan Gambar 21 campuran harus memiliki density 2,413 – 2,421. Apabila parameter ini memenuhi interval aspal optimum maka keseluruhan parameter pastinya juga akan memenuhi persyaratan.
Data dan Analisa
Uji Suhu Pemadatan Kontrol temperatur sangat ditekankan dalam setiap fase produksi maupun pelaksanaan di lapangan, mengingat pentingnya mengetahui suhu pemadatan ideal campuran ini maka dilakukan penyelidikan suhu pemadatan ideal di laboratorium, Adapun penyelidikan suhu pemadatan laboratorium terhadap parameter karakteristik marshall dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kadar No
Berat Benda Uji Berat Isi
Suhu (0C)
Aspal
Kering
1
160
5,125
1177,5
2
145
5,125
1178,7
3
130
5,125
1179,2
4
115
5,125
1175,7
SSD
Udara
Dalam
Berat Max
Vol Total
Vol Total
% Rongga
Teoritis
Aspal
Agg
Thdp Agg
Air 1190, 2 1189, 4 1196, 7 1188, 2
Stabilitas VFB
VIM
Stabilitas
Flow Terkoreksi
%
%
703,5
2,42
2,50
11,97
84,70
15,30
78,22
3,33
440
1762,13
3,8
701
2,41
2,50
11,94
84,49
15,51
76,98
3,57
432
1666,60
3,9
701
2,38
2,50
11,77
83,28
16,72
70,39
4,95
410
1581,73
4,1
683,5
2,33
2,50
11,52
81,55
18,45
62,47
6,92
334
1288,53
4,9
Data dan Analisa
Grafik uji Suhu Pemadatan
Data dan Analisa
CAMPURAN PERKERASAN MODIFIKASI
Dari rekapitulasi suhu pemadatan didapatkan suhu pemadatan optimum diatas 138 oC, hasil ini yang nantinya akan dijadikan acuan Quality engineer dalam melakukan pengawasan. Dari berbagai trial pemadatan yang telah dilakukan di lapangan didapatkan suhu pemadatan awal hotmix yang ideal berada dalam kisaran 125-145 0C (HPJI, 2008).
Dari hasil pengujian campuran modifikasi ini dapat ditarik poin-poin sebagai berikut: 1. Campuran beton aspal modifikasi dengan kadar aspal optimum 5,125% menghasilkan Marshall Stability 1815,69kg, Flow 3,97mm, Void Filled with Bitumen (VFB) 77,77%, Void In Mix (VIM) 3,38%, Density 2,42. 2. Campuran beton aspal termodifikasi memiliki performa yang sangat baik, campuran ini sudah memenuhi semua persyaratan beton aspal type AC. 3. Ketidak sesuaian gradasi terhadap spesifikasi Bina Marga V yang terjadi pada material RAP dapat diperbaiki dengan blending ulang dengan material tambahan.
Analisa Biaya
BETON ASPAL NON RECYCLING Dalam penentuan harga satuan untuk beton aspal non recycling ini koefisien bahan, tenaga dan alat mengacu pada proyek rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan Balai Pemeliharaan Jalan Mojokerto, paket pemeliharaan berkala jalan jurusan Lamongan-Gedeg (link 045.2) namun harga bahan, tenaga dan alat disesuaikan ulang dengan harga terbaru. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
No.
Uraian
Sat
Koef
A.
Upah
1.
Mandor
Jam
-
2.
Operator
Jam
-
3.
Pekerja
Jam
-
Biaya
Jumlah
Satuan (Rp)
Harga (Rp)
Total
0
B.
Alat
1.
Asphalt Mixing Plant
Jam
0.0167
2.
Dump Truck
Jam
-
3
Wheel Loader
Jam
0.0275
4
Asphalt finisher
Jam
-
5
Tandem roller
Jam
-
6
P.Tyre Roller
Jam
-
7
Genset
Jam
0.0167
8
Alat bantu
Ls
-
C.
Bahan
1
Agregat kasar
M3
0.5500
165,000.00
90,750.00
2
Agregat halus
M3
0.2357
130,000.00
30,641.00
3
Filler
Kg
44.0000
550.00
24,200.00
4
Aspal Curah
Kg
63.9000
7,500.00
479,250.00
5,484,518.00
91,591.45
342,582.00
9,421.01
332,303.00
5,549.46
Total
Total D
Sub Total
106,561.92
624,841.00 731,402.92
Data dan Analisa
BETON ASPAL RECYCLING Mencari Harga Satuan Alat Drum Mixer Pada daftar upah dan harga bahan belum terdapat item drum mixer sehingga perlu diestimasi harga satuan untuk item ini, estimasi harga satuan dilakukan dengan konsep analisa aliran kas dimana pengadaan alat diasumsikan sebagai pinjaman penuh yang harus diimbangi dengan pendapatan selama umur rencana. Masa Investasi : 10 th Kinerja Alat tahunan : Ringan (150 hr/tahun) Jam efektif : 7 jam/hr Investasi Alat Importir akan mengimpor barang dengan data-data sebagai berikut : Jenis barang : Drum mixer Merk : Vinayak Type : MDM - 25 Negara asal : India Jumlah : 1 unit Harga FOB : USD 130.000,Pos tarif BTBMI : 8474.32.10.00 (mesin untuk mencampur bahan mineral dan bahan bitumen) Bea Masuk :0% PPN : 10% PPnBM : 0% NDPBM : USD 1,- = Rp. 9.209,- (www. beacukai.go.id) Jika harga FOB tersebut diterima oleh Pejabat Bea dan Cukai sebagai nilai pabean, maka perhitungannya adalah sbb: Nilai pabean : 130.000 x Rp. 9.209,= Rp. 1.197.170.000,Bea Masuk : 0 % x Rp. 1.197.170.000,= Rp. 0,PPN : 10 % x Rp. 1.197.170.000,= Rp. 119.717.000,PPnBM : 0 % x Rp. 1.197.170.000,= Rp. 0,Total biaya investasi alat = Rp. 1.316.887.000,-
Data dan Analisa
Asumsi MARR 9% (A/P, 9%, 10) = 0,156 Pembayaran Pinjaman
= 0,156 x 1.316.887.000 = Rp. 205.197.500,= Rp. 263.377.000,= 7.800.450,= 562.464,= 69.582.450,= Rp 77.945.364,-
Nilai sisa (Asumsi 20%) = 0,2 x 1.316.887.000 O/M cost = Operator (1 org/hr) Montir (1 org/bulan) Lain-lain (10% Pendapatan) Total Target Profit / Laba Laba bersih pada akhir masa investasi diinginkan sebesar harga alat yang telah disesuaikan dengan faktor inflasi sehingga pada akhir masa investasi terdapat sisa uang untuk membeli alat baru. Besarnya inflasi berbeda pada tiap negara, nilai inflasi untuk Indonesia kurang lebih sebesar 5-10% (diambil 10%). Jika direncanakan usia investasi 10 tahun maka besarnya laba netto yang diinginkan sebesar: = 1.316.887.000 x (1+10%)10 = Rp. 3.415.665.727,-
Peta Rasio Inflasi Dunia (Sumber : CIA World Factbook 2010)
Data dan Analisa
BETON ASPAL RECYCLING Mencari Harga Satuan Alat Drum Mixer Poin-poin diatas akan digambarkan sebagai aliran kas selama umur rencana sebagaimana pada tabel dibawah ini tahun 0 Pinjaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-1316.887
Pendapatan Pembayaran Pinjaman
0
695.82
695.82
695.82
695.82
695.82
695.82
695.82
695.82
695.82
695.82
0
-205.20
-205.20
-205.20
-205.20
-205.20
-205.20
-205.20
-205.20
-205.20
-205.20
Beaya O&M
0.000
-77.95
-77.95
-77.95
-77.95
-77.95
-77.95
-77.95
-77.95
-77.95
-77.95
0
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
263.38
-1316.887
412.68
412.68
412.68
412.68
412.68
412.68
412.68
412.68
412.68
676.06
2.37
2.17
1.99
1.83
1.68
1.54
1.41
1.30
1.19
1.09
1.00
-3117.55
896.30
822.29
754.40
692.11
634.96
582.53
534.43
490.31
449.82
676.06
Nilai sisa Aliran Kas Sebelum Pajak Faktor diskon FW tahunan FW netto
3415.67
Analisa Biaya
No.
Uraian
Sat
Koef
A.
Upah
1.
Mandor
Jam
-
2.
Operator
Jam
-
3.
Pekerja
Jam
-
Biaya
Jumlah
Satuan (Rp)
Harga (Rp)
Total
BETON ASPAL RECYCLING Perhitungan analisa harga satuan beton aspal recycling diawali dengan perhitungan koefisien bahan, alat dan upah, hasil perhitungan koefisien bahan, alat, dan upah menghasilkan koefisien bahan, alat dan upah yang tertera pada tabel disamping.
B. 1. 2. 3 4
Alat Drum Mixer Dump Truck Wheel Loader Asphalt finisher
0
Jam
0,0533
662.690,00
35.343,47
Jam
0.4018
210.822,00
84,698.66
Jam
0,0275
342,582.00
9.432,93
Jam
-
5
Tandem roller
Jam
-
6
P.Tyre Roller
Jam
-
7
Genset
Jam
0,0533
332,303.00
17.722,83
8
Cold Milling
Jam
0,1096
1.615.897,00
177.181,69
9
Alat bantu
Ls
-
Total
324,379.58
C.
Bahan
1
RAP
m3
0,4470
2
Coarse Agregat
m3
-
3
Medium Agregat
m3
0,0468
m3
-
Kg
-
Kg
14,628
4 3 4
D
Fine agregat Filler Aspal Tambah
Total Sub Total
0
0
165.000,00
7.726,71
9.000,00
131.652,00 139.378,71 463,758.29
Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN 1. Campuran Beton Aspal “Do Nothing” (Campuran dengan 100 % RAP tanpa modifikasi) tidak memenuhi persyaratan AC dan harus dilakukan modifikasi campuran. Secara rata-rata campuran Beton Aspal “Do Nothing” menghasilkan Marshall Stability 898,55kg, Flow 4,13mm, Void Filled with Bitumen (VFB) 52,28 %, Void In Mix (VIM) 8,11% dan Density 2,28. Dari seluruh parameter tersebut hanya marshall stability yang memenuhi persyaratan Asphalt Concrete (AC). 2. Gradasi Material RAP yang telah diekstraksi menunjukkan adanya ketidaksesuaian terhadap spesifikasi yang diinginkan (Bina Marga V), ketidaksesuaian gradasi ini dapat diperbaiki dengan blending ulang agregat. 3. Kualitas aspal yang terkandung dalam RAP masih memenuhi persyaratan aspal penetrasi 60/70, dari hasil pengujian didapatkan angka Penetrasi 64,6 mm, Daktilitas 110 cm, Titik Lembek pada suhu 48,5 0C, titik nyala pada suhu 310 0C dan Titik Bakar pada suhu 320 0C. 4. Campuran beton aspal termodifikasi (Modified Hot Mix) memiliki performa yang sangat baik, campuran ini sudah memenuhi semua persyaratan beton aspal type AC. Campuran beton aspal modifikasi dengan kadar aspal optimum 5,125% menghasilkan Marshall Stability 1815,69kg, Flow 3,97mm, Void Filled with Bitumen (VFB) 77,77%, Void In Mix (VIM) 3,38%, Density 2,42. Dengan nilai marshall > 1500 campuran ini sudah dapat dipakai untuk perkerasan jalan heavily overloaded. 5. Suhu pemadatan ideal beton aspal daur ulang ini kurang lebih berada pada suhu lebih besar dari 138 0C. 6. Pemanfaatan Kembali Material RAP ini dilakukan dengan alat drum mixer dimana konsep daur ulang menggunakan Hot Process dan in Plant recycling. 7. Dari segi biaya beton aspal daur ulang sangat direkomendasikan, campuran beton aspal recyling dapat menjadi alternatif pengganti beton aspal konvensional dengan penghematan yang cukup signifikan. Biaya Beton Aspal non recycling (konvensional) per ton sebesar Rp.731.402,92 sedangkan biaya produksi beton aspal recycling per ton sebesar Rp.463.758,29. Dari angka tersebut didapatkan penghematan beton aspal recycling jika dibandingkan dengan beton aspal non recycling sebesar Rp.267.644,63 atau 36,69%.
Kesimpulan dan Saran
SARAN 1. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk meninjau masalah tingkat keawetan (Durability) beton aspal dari campuran RAP mengingat sifat aging pada aspal. 2. Dalam mix desain campuran termodifikasi proses penyelidikan dan modifikasi bitumen memakan waktu paling lama. Dalam rangka menghemat waktu saat melakukan perbaikan bitumen perlu adanya penelitian tersendiri untuk merumuskan proporsi baik campuran dua bitumen maupun campuran bitumen dan bahan lainya seperti minyak berat, dengan menghemat waktu mix desain campuran tentunya juga akan memperlancar pelaksanaan di lapangan. 3. Perlu segera disusun standar penggunaan material RAP (Semacam SNI untuk material RAP dalam campuran beton aspal) untuk memberikan rambu-rambu atau standar baku pada saat produksi dan juga untuk memudahkan proses pengawasan (Quality Control).