.--t, '
::lrJi
J
K$IT&R
:
llJl. Xmena$ &x'*fln &n*s l"*er! S$san&c
ffireffi%Kmxrus;
sffiM*ru&ffi &w&%ffiffiru&L trmp3*::aer:t*si KxrikuXlrs?t
2
* 1g dan Aktualir iasi
P*ndi$ilqa$ Ilmu Pengetahuan $*siel datram {Jpaya 1\{*:nantapkan trnsara }3erkaratr
*€*axp*xn**x Saa.jam* treradidlkan
llmu-l!mu $ssial lndonesia &ek*n!axa*ra &emgan Fendidikan !lrnu Pengetahuan Snsial "iurussn Fakultas Keguruan San llmu Fendidikan, Frograrn Fasca Sarlana trendidikan IPS *i
n iws r"s
**n;
j'iffifg* ff
m
n s f**r
rm*
Prosiding: Seminar Nasional Implementasi Kurikulum 2013 dan Aktualisasi pqrdidikan Ilmu dalam Upaya Memantapkan Insan Berkarakter
Pengetahuan Sosial
Editor: M. ZaenalArifinAnis Heri Susanto
Udin S. Winataputra Harpani Matnuh Suswandari
Moh. Yamin Ketut Prasetyo
M. ZaenalArifinAnis Herry Porda Nugroho Putro Ersis Warmansyah Abbas Syaharuddin
Lelly Qodariah Supardi
Fatchul Mu'in Endang Mulyani
Sri Setiri Wahyu
Acep Supriadi Rochgiyanti
Heri Susanto Anwar Senen Desain Sampul Dedy Hidayat
Cetskan Pertama Juni 2013
ISBN: 978-602-258-072-0
Diterbit*rn oleh: Jurusan Pendiditan IpS FKIp Unlam dan
Program Pascasarjana
pdidikan lps unlam
bekerjasama dengan
Himpunan sarjaaa Pendfttikan lrmu-irmu sosiar Idonesia Email : hispisi.kalsel@gmailm
(IilsplsD
ilAFMN ISI
KATA PENGANTAR .- iii D.A,FTAR
ISI -- v
BAGIAN I: KURIKULUM IPS, DAN JATIDIRI BAIYGSA Aktualisasi Pendidikan lhnu Pengetahuan Sosial dalam Memantapkan Insan Berkarakter: Menyongsong Implementasi Kurikulum
2A1^3
-- z
Udin S. Winatnputra Implementasi Perubahan Kurikulum 2013 Berasaskan pada Pemenuhan HakAsasi Pendidikan --
l7
Harpani Matnuh Social Studies di Beberapa Negara -- 24
Suswandari Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Bahasa yang Berkarakter di PIPS -- 34
Moh.lhrnin Posisi Geografi pada Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran IPS Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs). -- 42
Ketnt Prasetyo Obyek Sejarah, Jatidiri Bangsa dan Ketahanan Nasional -- 60
M. ZaenalArifinAnis BAGIAN II: PEhIDIDIKAN IPS DAN PENDIDIKAN KARAKTER Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Sebagai Pendidikan Karakter
-
68
Herry Porda Nugroho Putro Pembaharuan Pendidikan IPS dengan Mengadopsi Ajaran dan Metode Guru Sekumpul -- 76
Ersis Warmansyah Abbas Pendidikan IPS dan Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi dan solusi --
9l
Syaharuddin Pendidikan IPS dan Solusi Menyelesaikan Persoalan Sosial -- 103
Lelly Qodariah Dekonstruksi Pendidikan Ilnnu Sosial Melalui Pendekatan Cross Discipline untuk Pendidikan Bermakna --
Supardi Mengikis Kekerasan di Sekolah Melalui Pendidikan Berkonsep Cinta -- i17
Fatchul Mu'in Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di SMP -- 125
End*ng Mulyani
ll0
vi
ilrr:.",;irlii;g Setnir::r' Nasir:r:.rl
Pengaruh Latar Belakang Orang Tua Terhadap Kemandirian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
FKIP-Unlam Banjarmasin
-
136
Sri Setiti
BAGIAI{ III: GtiRU IPS, DAI\[ REVITALISASI PEMBELAJAR,AN IPS Shategi Penyiapam Guru IPS yang Berkarakter -- I44
Wahyu Karakter Guru IPS Berwawasan Lingkungan yang Cerdas Membantu Percepatan Keberhasilan Pernbelajaran di Kelas -- 155 Acep Supriadi Gagasan Pembelajaran IPS Berkarakter untuk Kelompok Belajar (Kejar) Paket B
(Studi di Pusat Kegiatan Belajar MasyarakatlPKBM Barito Banjarmasin) -- 162
Rochgiyanti Pembelajaran IPS Berbasis Multikulturalisme dalam Membentuk Karakter Kebangsaan ^- 172
Heri Susanto Menumbuhkan Sikap Mendem Jero Mikul DuwurMelalui Pembelajaran IPS (Suatu Kajian Pendidikan Nilai Berbasis Kearifan Lokal Budaya Jawa)
Anwar Senen
--
178
PEMBNUJANAN
PS
SERBASIS MUTTIKUTTURATISMH
NAI"{M MAMBNNTUK KARAKTER KESANGSAAN
per
Oleh:
Heri Susanto dan trhnu Pendidikan Unir Staf pengajar pada program Studi Pen
F{c
[au
Ert
b Abstrak: pelnbeutukarr wawasan IPS sebagai bagian dari ilmu sosial mempunyai peran penting 'Jalam upaya
kebangsaan adaiah awal dari kebangsaan melalui pernbelajaran yang dilakukan" Terbentuknya wawasan pemahaman dan internalisasi nilaitwtion clwracter building, proses ini tidak dapat dilepaskan dari upaya terdapat dua hal pokok yaitu: nilai rnultikuitur"alisne sebagai bagian dari identitas bangsa" Daiam tin;auan ini karakter kebangsaan' pembelajaran IpS trerbasis multikulturalisrne dan pembelajaran IFS dalam rnembentuk yang bermuara multikrrlturalisme berbasis stukh* konsep diawali dari bagaimana merumuskan pendidikan IFS pembelajaran IPS berbasis kebangsaang, selanjuhrya bagaimana membentuk karakter melalui
l
d
P
tr
.na
pada wawasan
i,u
multikulturalisme.
D
m
A.
Pendahuluan
rg
pendidikan IFS merupakan upaya untuk memperkenalkan kontlisi bangsa kepada peserta did;k' b* pendidikan IPS hanfl' dari segi geografis, sejarah, sosial, politik, maupun budaya. Dengan konsep tersebut permasalahJr" mampu mewadahi segala permasalahan dan memberikan pemahaman yang benar terhadap IPS bilh' permasalahan tersebut kepada peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan dikembangkan dengan perspektifyang benar terhadap kondisi bangsa. pendidikan IpS atau social study memiliki konten yang berbedapadatiap negara, akan tetapi seri negara rnerniiiki tujuan yung ,u*u, yaitu memperkenalkan kondisi bangsa kepada peserta didik" Kondisi
m
pe
mt
EI
sel
dn
menj sebagai negara kepuiauan dengan berbagai macam kebudayaan dan karakteristik masyarakat peserta pendidikan IPS mempunyai peran penting untuk memberikan pemahatnan yang benar pada
EI
perbedaan budaya yang ada membawa konsekuensi bahwa, budaya merupakan faktor penting
De
pendidikan IPS yang harus mendapat prioritas. Menjacii pemahaman bersama bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat kental dengan multikultural.isme. Keadaan ini membawa konsekuensi bahwa multikulturalisme haruslah dipahami
bs
c
setiap warga bangsa tidak terkecuali para pemuda yang dalah hal ini para peserta didik' M pemahaman yang benar tentang multikulturalisme berarti mengeliminir satu peluang disintegrasi bangr -masa yang akan datang. Dalam tatanan pendidikan formal upaya ini secara substantif menjadi
s&
jawab disiplin ilmu sosiai, yang dalam sistem persekolahan terutama pendidikan IFS'
e&s
Terkait pemahaman multikultural juga tidak dapat dilepaskan bahwa, pemahaman yang baik yang harus rnultikulturalisrne juga akan rnembentuk karakter peserta didik. Beberapa nilai karakter
ldet
perhatian terkait multitr
pen
dan
hs Eirs
kes
ceh LV2
.
i'npie**i;**'i.{nriki;turrr t{i1S
$*;z
,tr!.tuaisi;;,:;;#:,:!::,r::ft:ji,.;:.,!T"11.3;}"#
L7Z
multikulturalisme dalam upaya membentuk karakter peserta didik.
B'
Pendidikan Sebagai Proses Pembudayaan dan Pembentukan Karakter
Pendidikan sebagaimana kita pahami merupakan proses internalisasi gagasan, nilai, dan seperangkat pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian pendidikan pada dasarn u u6.1* proses pembudayaan. Melalui pendidikan terjacii proses penanaman nilai yang uk* *"n.rrtotun
u.otut
o*
tatanan masyarakat pada masa yang akan datang. Da.lam pengertian teoritis secaf,a sederhana dan umum, pendidikan bermakna'sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan (choirul
Mahtud,
'
20ll:32).
.
'
Terkait karakter, setiap proses pendidikan adalah pendidikan karakter. pendidikan karakter terjadi dengan lebih alamiah ketika dilaksanakan secara natural dan informal. oleh karena itu, tidak perlu ada mata pelajiran khusus tentang pendidikan karakter. Demikian juga, tidak perlu ada usaha-usaha terprogram untuk mengembangkan pendidikan karakter yang nantinya nnalah terjatuh pada fonnalisme, atau lebih parah lagi jatnh pada indoktrinasi (Doni Koeso ema, Z0 L2: 9). Pandangan tersebut memberikan petunjuk bahwa pendidikan karakter dapat terjadi di dalam maupum di luarkelas' Pendidikankarakter di dalam kelas sudah tentumelibatkan guru sebagai tokoh senhalpembelajaran.
Dalam hal
ini
kemampuan guru untuk merancang pembelajaran dan manajemen matefi pembelajaran menjadi sangat penting. Meskipun pendidikan karakter selayaknya bebas dari proses indoktrinasi, akan tetapi kernampuan guru dalam merancang materi pembelajaran akan sangat
memiliki karakter yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan.
menentukan apakah siswa akan
Thomas Lickona (2006) menyebutkan ada tiga hal penting dalam pendidikan karakter, yaitu; unsur pengetahuan tentang yang baik (knowing the good),tindakan yang baik (doing the good) dan unsur motivasi intemal dalam melakukan yang baik (loving the good). Jika ingin disimbolkan secar? otomatis, ketiga hal tersebut ingin mengatakan sebagai berikut. Pertama,pendidikan karakter mesti mengembangkan otak manusia sebagai salah satu cara untuk mengolah informasi, memahami, dan memaknai realitas di dalam diri dan di luar
dirinya' Kedua, pendidikan karakter mesti memaksimalkan fungsi tangan dan kaki sebagai sebuah tindakan bermakna' Ketiga, pendidikan karakter mesti menumbuhkan rasa indah, nyarnan, -*tup dalam hati karena ia tahu bahwa apayaf,g dilakukannya itu bermakna dan membuatnya bahagia (Doni Koesoema, 2012: r57)t. Dengan demikian domain pendidikan karakter menurut Lickona menyangkut otak, tangan dan hati.
C.
Pendidikan IpS Berbasis Multikuturalisme
Seperti telah dikemukakan bahwa pendidikan IPS pada hakekatnya adalah upaya memperkenalkan kondisi bangsa kepada peserta didik. 56r*an daiproses tersebut salah satunya adalah adanyakesadaran nasional sebagai warga negaE rndonesia. sedangkan tujuan akhir dari proses tersebut
sikap nasionalisme peserta didik. Dalam tinjauan
salah satuny a adalah
ini sikap nasionalisrne
dimaksud merupakan sikap nasionalisme yang diawali dari pemahaman budaya bangsa dan selanjutnya menerima keberagaman sebagai identitas bangsa. Kesediaan menerirna berbflgai keberagaman budaya merupakan langkah awal untuk membangun persepsi positif terhadap
t*eraganen budaya sebagai kekayaan bangsa yang pada akhi'rya akan melahirkan kesadaran kolektif' Dengan dE nikirq rmhrk mencapai kesadaran kolektif tersebut ssseorang harus menerima sekumpulan nilai yang akan mer*di dasar kesadarannya.
t74
: ;rr,;1iii,ti l.:'llli.lt]
lr:i 'lt:;t tl
Tiap budaya punya kesadaran kolektif
-
atas sebuah 'semangat nasional'(O'neii, 2008:207). Pada saat
individu sebagai anggota masyarakat telah mempunyai kesadaran koiektif atas sebuah semangat nasional karena sikap maka pada dasarnya individu tersebut juga teiah memiliki sikap nasionalisme, hal tersebut dan nasionalisme pada hakekatnya juga merupakan wujud kesa
memberikan kontribusi terhadap sikap nasionalisme. Merupakankenyataanyang sulitdiingkari,bahwanegara-bangsalndonesiaterdiri dari se.iumlahbesarkelornpok disebut sebagai etnis, budaya, agarna, dan lain-iain, sehingganegara-bangsa Indonesia secara sederhana dapat ..multikultural". Tetapi pada pihak lain, realitas "multikultural" tersebut berhadapan dengan masyarakat yang dapat menjadi kebutuhan mendesak untuk merekontruksi kembali "kebudayaan nasional Indonesia" seluruh keberagaman etnis dan budaya tersebut {Azyurnardi Aeta"ZA\l' 24}'
integratingforceyangmengikat
prinsip Kondisi tersebut mernbutuhkan sebuah strategi pencapaian yang seoara normatif sesuai dengan persepsi positif kebhinekaan dan seeara ideologis marnpu rnemperkuat persatuan bangsa" Fada kondisi initah Indonesia. ter"hadap keberagaman burJaya mejadi faktor penting dalam menanarnkan sikap nasiona"lissie penafsiran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari persepsi, dalam hal ini penafsiran dimaksud sikap mental merupakan upaya untuk mengidentifikasi dan memahami tiap unsur budaya sehingga terbentuk
ini tiap individu sebagai tafsiran dari pengetahuan tentang budaya yang diterima seseorang. Dalam proses Persepsi akan memunculkan pandangan yang berbeda terhadap objek persepsi, dalam hal ini adalah budaya.
I
positif akan muncul ketika seseorang mampu menerima dan memairami nilai-nilai budaya di luar lingkungan
I
alarn budayanya sendiri.
I semata-mata karena adanya alam tanah air Indonesia, molainkan
Kita bangga berbangsa Indonesia iukan kita sudah mempunyai nilai kebudayaan yang tinggi menurut ukuran waktu itu "juga karena nenek moyang (Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2011:154). Kenyataan inilah yang menjadi faktor penenttr mengapa setiap realitas suku bangsa memiliki kebudayaan yang kuat sebagai identitas mereka. Keadaan ini merupakan kebangsaan yang menjadi wama nasionalisme Indonesia, persepsi positif terhadap keberagaman budaya
juga secara tidak langsung juga merupakan refleksi dari sikap nasionalisme seseorang' Kenyataan tersebut rnenggambarkan adanya linearitas antara persepsi terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme' pernjelasan lain yang dapat dipergunakan untuk menguatkan asumsi hubungan antara persepsi terhadap keberagaman budaya dengan sitap nasionalisme adalah kenyataan bahwa nasionalisme Indonesia merupakan
d
h
Si
R
IX
m
m
se
nasionalisme yang didasari oleh empat pilar berbangsa dan bemegara, yaitu; Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Bukan tanpa alasan tentunya
M
jika keempat hal tersebut menjadi pilar kehidupan berbangsa dan bemegara, secara substansi keempatnya mempunyai pola hubungan yang saling melengkapi" Penerimaan terhadap konsep kebhinekaan telah melahirkan negara kesafuan dengan Undang-undang Dasar 45 sebagai landasan bernegara dan Pancasila
nl(
nil
bar
sebagai ideologi kebangsaan. Dengan demikian menerirna keberagarnan berarti mengakui dan menerima identitas kebangsaan Indonesia. yang terjadi Sebagai suatu bangsa yang terbentang luas dari sabang sampai ke Merauke dari berbagai pulau begitg saja, maka Indonesia tidak punya pilihan selain menerima keberagaman itu. Negara yang terbentuk dari belasan ribu pulau, sudah dengan sendirinya akan menerima keberagaman itu. Menolak keragaman itu dengan sama saja dengan menolak keberadaan manusia dari belasan ribu pulau itu" Menolaknya sarna saja 2011: (John Titaleg tersebut mengabaikan keberadaan hakiki dan jati-diri [ke-Indonesiaan] rnanusia-manusia
xxi).
SlSI
me
Me
dali
clGt berL
:?..:i.'raf,i!!;!*r-,r....;,,.,.
l,li.j'
,:ilt: ,ii.::;-ri,,,,.,
.,. .. ,t):t .,,. t; j:*,j;:i: :* "'ii;'#'ii.:;'#x:f ;
;.:
?,i''t
:;ti ; :;:f ;":
:
77
s
Dapat disimpulkan bahwa keberagaman merupakan identitas kebangsaan Indonesia, menerima keberagaman melalui persepsi positif terhadap keberagaman
budaya merupakan ciri sikap nasionalisme Indonesia' Dengan demikian dapat dirumuskan sebuah justilikasi bahwa persepsi terhadap keberagaman budaya memberikan kontribusi nyata bagi karakter kebangsaan peserta didik.
D.
Pembelajaran lps daram Membentuk Karakten Kebangsaan
Pendidikan secara fonnal tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran. seperti dikemukakan pada bagian sebelumnya, bila pendidikan merupakan proses pembudayaan dan penanaman karakter, maka
pernbelajaran merupakan rnedia yang menjadi penghubung antara icle dengan eksekutor ide yang dalam hal ini adalah peserta didik' Pembelajaran yang baik akan mempengaruhi kuaiitas hasil pendidika'. Dipandang dari siklus persekolahan, maka kegiatan pendidikan terdiri riari kornponen; input, proses dan output. pembelajaran secara langsung berada padatataran proses yang akan sangat *.*prn*u*hi output pendidikan. Pembelajaran tidak terbatas pada penguasaan materi yang bagus oleh guru. Dengan materi yang bagus PM' sebuah pelajaran tetap dapai membingingkan.
seorang guru juga membutuhkan strategi mengajar yang efektif yang dapat menstirnuiasi siswa untuk terlib at dalammateri dan memikirkannya dengan serius (Lickona, 20tZ:257). Alasan tersebut menjadi landasan unfuk mencari sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan tujrren
pernbelajaran yang bermuara pada tujuan pendidikan. Pembent'kan karakter pada dasarnya mempakan penanaman nilai kepada peserta didik. Meskipun telah dikemukakan bahwa proses ini tidak hanya menyangkut
proses pembelajaran di kelas, akan tetapi proses pembelajaran di kelas merupakan wadah yang sangat strategis
dalam upayapembentukan karakter, terutarna dalam proses pendidikan. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu menjadikan peserta didik memahami nilai-nilai yang terkandung auum mut".i ;;;;;; satu model yang dinilai.cocok untuk penanaman nilai ini adalah VCT (value clarification Tehnique). Model Pembelajaran vcr (vatue clarffication Technique) pertarna kali dikembangkan oleh Louis Raths tahun 1950 dari Universitas New York. Model pembelajaran klarifikasi nilai ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilii-nilai orang lain.Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelaiaran vcr (value clarification Technique) bertugas merakukan penyegaran nilai-nilai yang setiap saat mengalami fluktuasi agar diperoleh nilai yang baik yang diyakini oleh peserta di
setiap strategi pembelajaran nilai/moral pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Proses pemahaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalain diri peseila didik kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang herrdak ditanamkan kepada peserta didik (wina sanjaya, 2009:2g3). Model pembelajaran vcr (vatue clarification Technique) adalah teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan rnenentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghaclapi suatu persoalan melal*i Proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tcrtanafir outu* diri siswa d;;;;;il;;:;;;: Melalui model ini setiap peserta didik akan memahami berbagai situasi dan menenhrkan langkah terbaik
dalam menghadapi setiap persoaran sesuai dengan nilai yang mereka pahami.
simon' Hove' dan Krischenbaun menyatakan bahwa siswa yang dihadapkan pada clarification di sekoiah temyata sikap apatisnya,
prose
s
value
sikap betingka.hnya, dan sikap suka menolak menjadi berlcrrang' Siswa menjadi lebih bergairah, penuh semangat belajar dan cara berpikirnya lebth l
176
bei"hasil studi diseka'lahnya' clarificationmembawa siswa yang memiliki intelegensi rendah menjadi iebih proses yang digunakan Tujuan value clarification adalah untuk membantu sis"ol'a dalam meirgembangkan mengindoktrinasi siswa' Guru harus dalam nrenentukan niiai mereka sendiri. [/alue clarificationbukan untuk
siswa mengungkapkan bersikap terbuka tlan menerima pandangan atau pendapat siswa, membantu nilainya (h{ohAmien, fuIoh Noer, Wisnu Harso. !979: I7J'
nilai
berbagai cara' Kiarifiknsi nilai mencoba mempromosikan konsistensi tindakan tlengan nilai melaiui dalarn nilai yang mereka pegang' {i-r.lru didorong untuk bertanya pada siswanya bagainnana mereka bertindak (Lickona' isu-isu nilai dengan pertanyaan "Apa yang akan dilakukan?" Guru pun didorong untuk bertanya 2fiT7:346). dengan eara memahami Melaiui proses value clarification inisiswa akan mengembangkan kesadaran diri nilai' Proses ini seticlaknya mempunyai setiap permasalahan yang dihadapkan dan pada akhirnya menemukan
L
n p
beberapa tahap, Yaitu:
L 2. 3. 4. 5.
pelajaran yang disajikan Femaharnan fakta, konsep dan kaidali keilmuan sesuai dengan substansi Iderrtifikasi sejumlah permasalahan atau kondisi faktual yang dihadapi
Mencari dan menemukan niialnilai baru Analisis terhadap nilai-nilai baru Penyeiarasan niiai-nilai baru dengan nilai yang telah ada pada
diri siswa
untuk hanya Kelebihan model ini dalam pembelajaran ilmu-ilmu scsial adalah; siswa tidak dituntut nilai apa mengikuti nilai-nilai yang rJipaharni g.r*, akan tetapi siswa sendiri yang akan mengidentifikasi dirinya dengan yang mereka pahami, dan bagaimana merekka mernadukan nilai yang teiah hidup dalam kehidupan IpS sebagai bagian ilmu sosial kaya dengan nilai-nilai yang kemasyarakatan, Dalam
'ilai
bar.r.
posisinya dalam masyarakat' berbangsa nilai-nilai ini harus dipahami agar setiap warga bangsa menyadari posisinya dalam Dengan rnociel VUT ini secara tidak langsung siswa juga diharapkan mampu memahami
r\
C]
D,
In
masyarakat yang bermuara pada wawasall kebangsaan'
yaitu; (i) Relevansi penggunaan model pembelajaran VCT dalam pembentukan karakter kebangsaan dalam hal ini adalah p€serra didilc diharuskan untuk mengidentifikasi nilai melalui informasi yang dlberikan, (2) pesena nilai-nilai toleransi, persamaan hak, keselarasan, kesetiakawanan, saiing rnenghargai dan toleransi" baru yang ia didik dituntut untuk menyela,raskan nilai yang telah ada dalam pikirannya dengan nilai-nilai VCT mengutamakan dapatkan melalui inf,oormasi yang diberikan. Dengan demikian model pembelajaran
Jol
Ka Lic
proses inttemalisasi nilai dalam membentuk karakter kebangsaan peseita didik.
Lickona maka Jika dipadukan dengan konsep pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Thcmas aplikasi koirsep ini adalah:
l.
yang disajikan Tahap knowing the good;siswa memperoieh pergetahuan tentang nilai malalui informasi
lfo
dalam pembelajaran
Z.
dari persepsi yang Tahap doing thegood; siswa meiakukan tindakan-tindakan yang baik yang diawali pada dasamya merupakan penafsiran atas nilai
3.
rnotivasi intrinsik untuk Tahap loving the good; seteleh mengetahui dan melakukan, siswa inempunyai rnerupakan tanda dari terus mempraktekkan hal yang dianggap baik tersebut" iViativasi intrinsik tersebut laving the gaod.
O'n \t.':, I i ti
. E.
?tt'"pt":**nrs;r.j
r{ariii'i,,* ir#rii sa,i Ai,:ix;i:i;:,::f
*::iiJ;l,llr;:i;i,:.#,I;;1:;i,1:#i
L77
Kesimpulan
Pembelajaran merupakan janhng dari proses pendidikan, tidak terkecuali pembelajaran IpS. Hal mengindikasikan bahwa pembelajaran IPS mempunyai peran yang penting dalam sistem o.notoruun ufuh' sesuai dengan kondisi fakfual bangsa Indonesia yang kental dengan nuansa multikulfuralisme, maka pendidikan IPS juha harus mampu mewadahi multikulturalisme dalam pendidikan. pemahaman akan multikultualisme pada akhirnya akan menentukan bagairnana karakter individu sebagai
,"*
warga bangsa
(karakter kebangsaan) dapat terbentuk.
saiah satu model yang dapat clipakai dalam upaya pembontukan karakter kebangsaan adalah value clarfication Technique'Melalui model ini peserta didik akan mengidentifikasi nilai-nilai baru dan selanjutnya menyelaraskan nilai baru tersebut dengan nilai yang telah ada pada dirinya. Model ini sangat sesuai dengan pembelajaran iimu-ilmu sosial, karena mengutamakan adanya keselarasan antara intelektual, tindakkan dan rasa cinta terhadap nilai,
Ilaftar Pustaka Azyumardi Azra' 2011' "Jati Diri Indonesia: Pancasila dan Multikulturalisme,, dalam Jusuf, sutanto (edt.). The Dancing Leqder Hening-Mengalir-Bertindak.Jakarta: Kompas Media Nusantara. choirul Mahfud. 2011. pendidikan Murtikurtural. yogyakarta: pustaka perajar. Doni Kooesoema' 2012' Pendidikitn Karakter (Jtuh dan Menyeluruh.yogyakarta: penerbit Kanisius.
Imaniar Purbasari' 2012' "Pengaruh Model Pembelajaran vct (varue clarifrcation Technique)Terhadap Pemahaman Nilai Tradisi sejarah siswa Kelas X sekolah Menengah Atas Negeri Di Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran z\ll/2}lzDitinjau dari Kecerdasan Emosio pascasarjana uNS ir*rm S urakar t q. Tidak diterbitkan. "^:,-iti,John Titaley' 201l'"Hikmah sebuah Keragaman" dalam Jusuf sutanto (edt.). The Dancing Leader; HeningMengalir-B ertindak. J akarta: Kompas Media Nusantara.
Kansil' c's'T' dan christine Kansil' 20ll' Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Jakarta:Rineka cipta. Lickona' Thomas' 2006' character Education. "Restoring virtue to the Mission of schools,,. Dalam Lawrence E' Harrison dan Jarome Kagan (ed,') Developiig cultures. Essay on cultural change.New york: Routledge.
tentang sikap Hormat dan Bertanggung Jmuab. Jakarta:Bumi Aksara.
Moh Amien' Moh Noer" wisnu Harso. 1979. Humanistik Education. Depdikbud: Direktorat Jenderal proyek Pendidikan Tinggi
o'neil, william
Norrralisasi Kehidupan Kampus.
F. 200g. r&otogi-ideorogi pendidikan. yogyakarta: pustaka pelajar.
wina sanjaya' 20w'
straqi
Panbelajaran Berorientasi standar pr"oses pendidikan. Jakarta:Kencana.