SP2000-PIN
SENSUS PENDUDUK 2000 PEMETAAN PERKOTAAN
PEDOMAN MSTRUKTUR NASIONAL
BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA
KATA PENGANTAR
Dalam rangka persiapan Sensus Penduduk Tahun 2000 (SP2000) Badan Pusat Statistik memandang perlu untuk membentuk dan memetakan wilayah kerja petugas. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam perencanaan dan pelaksanaan SP2000, terutama menghindari terjadinya ganda cacah dan lewat cacah.
Pada tahun anggaran 1998/1999 telah dipetakan seluruh wilayah propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan dan desa/kelurahan daerah pedesaan serta seluruh kelurahan di wilayah Propinsi DKI
Jakarta. Selanjutnya pada tahun anggaran 1999/2000 akan dilakukan pemetaan wilayah desa/kelurahan daerah perkotaan dan desa/kelurahan daerah pedesaan yang belum dipetakan pada tahun anggaran yang lalu.
Buku ini secara garis besar memuat petunjuk untuk Instruktur Nasional (Innas) mengenai pelaksanaan pemetaan khususnya dalam hal konsep dan definisi, metodologi, organisasi lapangan, penggambaran sketsa peta, pembentukan blok sensus, pengisian daftar, serta pengawasan dan pemeriksaan.
Innas diharapkan dapat memahami dan melaksanakan seluruh petunjuk yang ada agar kegiatan pemetaan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Januari 1999
Kepala Badan Pusat Statistik
Sugito Suwito, MA NIP. 340000452
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
i iii
v
vi 1
Latar Belakang
1
Landasan Hukum
1
Tujuan
1
Cakupan
2
Jadwal Kegiatan
2
Jenis Kegiatan
2
Jenis Dokumen
3
ORGANISASI LAPANGAN
5
Badan Pusat Statistik (BPS)
5
BPS Propinsi
5
BPS Kabupaten/Kotamadya
6
Pemeriksa Sketsa Peta Kecamatan (PMC)
6
Mantri Statistik (Mantis)/Koordinator Sensus Kecamatan (KSK)
6
Pemeta Kecamatan (PC)
7
Pemeriksa Sketsa Peta Desa/Kelurahan (PMD)
7
Pemeta Desa/Kelurahan (PD)
7
Pemeta Blok Sensus (PB)
8
KONSEP DAN DEFINISI
9
Wilayah
9
Bangunan Fisikdan Bangunan Sensus
12
Rumah Tangga dan Kepala Keluarga
13
Legenda Sketsa Peta
16
METODOLOGI
17
Pemetaan Wilayah Administrasi
17
Kode Wilayah Administrasi
17
Pembentukan dan Pemetaan Blok Sensus
20
Pemindahan UKE dari Wilcah/Wilker SE96 ke Blok Sensus
20
Halaman
KARAKTERISTIK PETA
23
Judul
23
Arah Mata Angin
23
SkalaPeta
23
Legenda
24
Nama Unsur
24
PENGGAMBARAN SKETSA PETA DAN PEMBENTUKAN BLOK SENSUS
Menyalin dan Memperkecil Peta Penggambaran Sketsa Peta Wilayah Pembentukan dan Penggambaran Blok Sensus Tata Cara Pengisian Daftar PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
27
27 32 35 46 55
Tata Cara Pengawasan Lapangan Sketsa Wilayah Administrasi
55
Tata Cara Pemeriksaan
55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: SatuSegmen
12
Gambar 2: Dua Segmen
12
Gambar 3: Bangunan tunggal tidak bertingkat Gambar 4: Bangunan tunggal bertingkat
14 14
Gambar 5: Bangunan gandeng dua tidak bertingkat Gambar 6: Bangunan tunggal berlantai banyak/apartemen
14 14
Gambar 7: Komplek Sekolah
15
Gambar 8: Denah Rumah Bali
15
Gambar 9: Deskripsi Kode Wilayah Administrasi
18
Gambar 10: Peta Indeks Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi
19
Gambar 11: Skala Grafts
24
Gambar 12: Contoh Penempatan Nama dan Batas Wilayah
26
Gambar 13: Peta Dasar Desa Batu Layang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Gambar 14: Sketsa Peta Desa Batu Layang (hasil pengecilan), Kecamatan Cisarua, Kabupaten
28
Bogor
29
Gambar 15: Sketsa Peta Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kotamadya Palangkaraya Gambar 16: Sketsa Peta Desa Paya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan
30 31
Gambar 17: Sketsa Peta Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi
33
Gambar 18: Pembentukan Blok Sensus Yang Salah
36
Gambar 19: Pembentukan Blok Sensus Yang Benar
36
Gambar 20: Satu SLS Bermuatan Lebih Dari 120 KK/BSBTT Terletak Dalam Satu Segmen
37
Gambar 21: Satu SLS Bermuatan Lebih Dari 120 KK/BSBTT Terletak Dalam Dua Segmen Gambar 22: Satu SLS Bermuatan Lebih Dari 120 KK/BSBTT Terletak Dalam Dua Segmen,
37
Dengan Muatan Yang Seimbang Setiap Segmen
Gambar 23: Sketsa Peta Kelurahan Sukadanau, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi
37
39
Gambar 24a: Sketsa Peta Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat
40
Gambar 24b: Sketsa Peta RW 07 Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat
41
Gambar 25: Sketsa Peta Blok Sensus 057B Sebelum Diperbesar
42
Gambar 26: Sketsa Peta Blok Sensus 057B Setelah Diperbesar
43
Gambar 27: Sketsa Peta Blok Sensus 057B Hasil Akhir
44
Gambar 28: Sketsa Peta Blok Sensus 060B Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin
45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar SP2000-RD, Kelurahan Sukadanau, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi Lampiran 2: Daftar SP2000-RC, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi Lampiran 3: Daftar SP2000-MW, Wilcah 04B0, Kelurahan Sukadanau, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi
Lampiran 4: Sketsa PetaWilker SE96-CWK , Wilcah 04B0, Kelurahan Sukadanau, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi setelah dilengkapi batas SLS dan blok sensus Lampiran 5: Daftar SE96-L1, Kelurahan Sukadanau, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi
Lampiran 6: Sketsa Peta Kelurahan Sukadanau, Kecamatan Cibitung, kabupaten Bekasi SP90 Lampiran 7: Daftar SP2000-DESA
Lampiran 8: Daftar Desa UrbanYang Terpilih Sensus Ekonomi 1996 Lampiran 9: Daftar Jenis Dokumen Dan Penggunaannya Lampiran 10: Arus Dokumen Pemetaan SP2000 Dari BPS Ke Petugas Dan Sebaliknya Lampiran 11: Bagan Organisasi Lapangan
Lampiran 12: Jadwal Pelatihan Innas/Petugas Lampiran 13: Laporan Innas
Lampiran 14: Rekapitulasi Biodata Peserta Pelatihan Lampiran 15: Daftar Nilai Peserta Pelatihan
Lampiran 16: Penilaian Innas Mengenai Petugas Lampirab 17: Permasalahan Yang Ditemui Selama Pelatihan Serta Pemecahan.
VI
PENDAHULUAN
Latar Belakang Data kependudukan sampai tingkat wilayah administrasi terkecil dapat diperoleh dari sensus penduduk dan registrasi penduduk. Pada saat ini registrasi penduduk belum menghasilkan data seperti yang diharapkan, oleh karena itu sensus penduduk merupakan sumber data utama kependudukan. Sensus penduduk mempunyai nilai yang sangat strategis mengingat hasilnya digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan di segala bidang. Dari sisi teknis statistik hasil sensus penduduk merupakan kerangka acuan berbagai kegiatan sensus Iainnya dan survei yang akan dilaksanakan kemudian.
Sejak Indonesia mcrdeka sensus penduduk telah dilakukan 4 (empat) kali yaitu pada tahun 1961. 1971, 1980, dan 1990. Sensus penduduk yang kelima akan dilaksanakan pada tahun 2000 (SP2000). Sensus penduduk adalah menghitung penduduk di suatu wilayah negara. Wilayah Negara Republik Indonesia sangat luas. dibagi menjadi wilayah-wilayah propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan dan desa/kelurahan. Wilayah desa/kelurahan yang merupakan wilayah administrasi terkecil masih terlampau luas jika digunakan untuk dasar penghitungan penduduk. Pencacahan penduduk dilakukan dalam wakru yang terbatas, oleh sebab itu perlu dibentuk wilayah kerja yang lebih kecil dari desa/kelurahan agar dapat diselesaikan oleh seorang pencacah dalam wakru yang ditentukan. Wilayah kerja petugas sensus ini selanjutnya disebut blok sensus. Untuk membentuk blok sensus dan menggambarkan sketsa petanya dilakukan kegiatan pemetaan SP2000.
Sketsa peta blok sensus digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan pencacahan untuk menghindari terjadinya ganda cacah atau lewat cacah, sedangkan blok sensus digunakan sebagai kerangka contoh induk untuk kegiatan statistik selanjutnya.
Dalam buku pedoman ini dijelaskan tata cara pembuatan sketsa peta kecamatan, sketsa peta desa/kelurahan, serta pembentukan dan pemetaan blok sensus.
Landasan Hukum Dasar hukum pelaksanaan pemetaan SP2000 ini adalah Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik, dan berbagai peraturanlainyang berkaitan dengan pelaksanaan sensus penduduk.
Tujuan Tujuan pemetaan SP2000 adalah sebagai berikut:
Membuat sketsa peta blok sensus.
2.
Membuat sketsa peta wilayah administrasi.
1.
Pedoman Instruktur Nasional
3 Memindahkan informasi tentang unit kegiatan ekonomi (UKE) hasil listing SE96 dari Wilcah/Wilker SE96 ke blok sensus SP2000.
4. Membuat kerangka contoh induk.
Cakupan Pemetaan SP2000 dilaksanakan di seluruh wilayah geografi Indonesia dalam 2 (dua) tahap yaitu:
1. Tahap pertama telah dilakukan pada tahun 1998 meliputi propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, dan desa/kelurahan pedesaan (rural) dan DKI Jakarta.
2. Tahap kedua pada tahun 1999 meliputi seluruh desa/kelurahan perkotaan (urban), dan desa/kelurahan pedesaan yang belum dipetakan tahun 1998.
Disamping itu, bila dalam satu wilayah administrasi, misal kecamatan, terjadi perubahan desa/kelurahan, maka sketsa peta kecamatan tersebut harus digambar sesuai dengan keadaan terakhir, demikian pula untuk sketsa peta desa/kelurahannya. Dalam hal ini termasuk juga penggambaran sketsa peta desa/kelurahan yang salah yang sudah dipetakan pada tahun 1998.
Jadwal kegiatan pemetaan SP2000 sebagai berikut: Pengiriman dokumen dari BPS ke BPS Propinsi
15 Februari 1999
Pelatihan Intama Pelatihan Innas
21Juni 1999
25 Juni 1999
12 Juli 1999
24 Juli 1999
2 Agustus 1999
Pelatihan petugas Pelaksanaan lapangan: Pembuatan sketsa peta wilayah administrasi • Pembentukan dan pembuatan sketsa peta
27 Februari 1999
28 Agustus 1999
30 Agustus 1999
25 September 1999
30 Agustus 1999
25 September 1999
6 September 1999 1 September 1999
30 September 1999 30 September 1999
blok sensus
Pemindahan informasi UKE hasil listing SE96 dari Wilcah/Wiker ke blok sensus
Pengawasan/pemeriksaan Pengiriman dokumen dari petugas ke BPS Kab/Kod
13 September 1999 -
Pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kod Ke BPS Propinsi Pengiriman dokumen dari BPS Propinsi ke
4 Oktober 1999
18 Oktober 1999
9 Oktober 1999 30 Oktober 1999
13 November 1999
BPS
Jenis Kegiatan Kegiatan pemetaan SP2000 didahului dengan studi (DI Aceh, Sumatra Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya) , uji coba (Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan) dan gladi bersih (Lampung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Tengah). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran berbagai aspek penyelenggaraan pemetaan, mulai dari tahap perencanaan, pengolahan dan penyajian hasil. Pedoman Instruktur Nasional
Secara garis besar kegiatan pemetaan SP2000 meliputi: 1. Pembuatan sketsa peta propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan dan desa/kelurahan.
2. Pembentukan blok sensus dan penggambaran sketsa peta blok sensus. Sketsa peta blok sensus yang dibuat hanya memuat batas-batas alam/buatan serta bangunan penting saja. Sketsa peta blok sensus tersebut akan dilengkapi dengan simbol simbol seluruh bangunan fisik pada kegiatan sensus perumahan tahun anggaran 2000/2001
3. Pemindahan informasi UKE dari dokumen SE96-L1 (per Wilcah/Wilker) ke blok sensus pada desa/kelurahan terpilih SE96.
Jenis Dokumen
uyi
1. Blangko SP2000-VVA adalah blangko sketsa peta yang digunakan untuk membuat sketsa peta wilayah administrasi yang meliputi propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan dan desa/kelurahan termasuk UPT dan PMT.
2.
Blangko SP2000-WB adalah blangko sketsa peta yang digunakan untuk membuat sketsa peta blok sensus.
3. Daftar SP2000-RD adalah daftar yang digunakan untuk membuat rekapitulasi banyaknya blok sensus per desa/kelurahan. Daftar SP2000-RD disajikan pada Lampiran 1. 4.
Daftar SP2000-RC adalah daftar yang digunakan untuk membuat rekapitulasi banyaknya desa/kelurahan dan blok sensus per kecamatan. Daftar SP2000-RC disajikan pada Lampiran 2.
5.
Daftar SP2000-MW adalah lembar kerja yang digunakan untuk menyalin UKE dari Wilcah/Wilker terpilih SE96 ke blok sensus. Daftar SP2000-MW disajikan pada Lampiran 3.
6. Sketsa Peta Wilcah/Wilker SE96-CWK adalah sketsa peta wilayah kerja dalam'pelaksanaan SE96
yang disimpan di BPS Kabupaten/Kotamadya. Sketsa peta Wilker ini digunakan'untuk mengetahui lokasi UKE pada setiap SLS dan blok sensus. Sketsa Peta Wilcah/Wilker SE96-CWK disajikan pada Lampiran 4. 7. Daftar SE96-L1 adalah daftar hasil listing SE96 yang memuat UKE yang disimpan di BPS Kabupaten/Kotamadya. Daftar ini digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan nomor urut UKE pada setiap SLS dan blok sensus. Daftar SE96-L1 disajikan pada lampiran 5.
8. Sketsa peta desa/kelurahan hasil pemetaan SP90 atau hasil SE96 (SE96-SW). Sketsa peta ini digunakan untuk mengetahui lokasi Wilcah pada desa/kelurahan. Sketsa peta desa/kelurahan SP90 disajikan pada Lampiran 6. 9. Daftar SP2000-DESA adalah daftar nama dan kode wilayah administrasi keadaan 1998. Daftar ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pemetaan. Daftar ini disimpan di BPS Kabupaten/Kotamadya. Daftar SP2000-DESA disajikan pada Lampiran 7. 10. Peta Indeks Kecamatan adalah peta indeks yang berisi desa/kelurahan dalam satu kecamatan hasil
digitasi berdasarkan Daftar SP2000-DESA. Peta ini digunakan sebagai acuan dalam penggambaran dan pemberian kode desa/kelurahan baru. Peta indeks ada pada halaman 19 Gambar 10. 11. Daftar Desa Urban yang terpilih SE96 adalah daftar nama dan kode desa/kelurahan urban terpilih SE 96 berdasarkan Daftar SP2000-DESA dan SE96-DSW Final (listing SE96). Daftar ini digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pemindahan informasi UKE dari Wilcah/Wilker SE96 ke blok sensus. Daftar ini disajikan pada Lampiran 8
Pedoman Insiruklur National
12. Buku pedoman yang digunakan dalam kegiatan pemetaan SP2000 adalah:
SP2000-PCP
•
SP2000-PIN SP2000-PKK
. •
SP2000-PTK
.
: Pedoman Teknis BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kotamadya. : Pedoman Instruktur Nasional (Innas). : Pedoman Koordinator Sensus Kecamatan (KSK). : Pedoman Pemeta.
Daftar jenis dokumen dan penggunaannya disajikan pada Lampiran 9, sedangkan arus dokumen dari BPS ke daerah dan sebaliknya dapat dilihat pada Lampiran 10.
Pedoman Instruktur Nasional
ORGANISASI
LAPANGAN
Pusat•Statistik- (BPS) Kepala BPS bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan pemetaan SP2000 dan memberi instruksi, petunjuk teknis, dan administratif tentang penyelenggaraan pemetaan baik di pusat maupun daerah.
Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, Kepala BPS dapat membentuk tim teknis yang bertugas memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemetaan SP200O. Penanggung jawab teknis pemetaan adalah Kepala Biro Metodologi Statistik Hubungan kerja antar instansi dan petugas digambarkan dalam bagan organisasi lapangan yang disajikan pada Lampiran 11.
BFSItojHnsi BPS Propinsi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Meiakukan koordinasi pelaksanaan pemetaan di daerah sesuai petunjuk yang digariskan oleh Kepala BPS.
2. Bertanggung jawab atas pendistribusianseluruh dokumen ke BPS Kabupaten/Kotamadya. 3. Memberi petunjuk kepada kepala BPS Kabupaten/Kotamadya tentang jumlah petugas sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh BPS.
4. Mengatur lata cara penyelenggaraan pelatihan petugas.
5. Meiakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemetaan dan pemeriksaan terhadap hasil pemetaan.
6. Mengatur mekanisme penyimpanan sketsa peta. Penanggung jawab penyimpanan sketsa peta propinsi, kabupaten/kotamadya dan kecamatan adalah Kepala Bidang Pengolahan, Penyajian dan Pelayanan Statistik. Sedangkan penanggung jawab teknis pelaksanaan pemetaan adalah Kepala Bidang Statistik Kependudukan.
7. Mengirim dokumen sesuai ketentuan (sketsa peta dan daftar) hasil pelaksanaan ke BPS. 8. Membuat laporan pelaksanaan ke Kepala BPS.
Pedoman Instruktur Nasional
BPS Kabupaten/Kotamadya BPS Kabupaten/Kotamadya mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh Kepala BPS Propinsi yang mencakup masalah
pengerahan petugas, penyelenggaraan pelatihan, pengawasan lapangan dan hal lain sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan.
2. Bertanggung jawab atas pendistribusian seluruh dokumen ke Mantri Statistik (Mantis) /Koordinator Sensus Kecamatan (KSK).
3. Meiakukan koordinasi pelaksanaan pemetaan dengan Kepala Kecamatan dan Kepala Desa/ Kelurahan pada wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Meiakukan pengawasan pelaksanaan pemetaan dan pemeriksaan terhadap hasil pemetaan.
5. Mengatur mekanisme penyimpanan sketsa peta. Penanggung jawab penyimpanan sketsa peta kabupaten/kotamadya, kecamatan, desa/kelurahan dan blok sensus adalah Kepala Seksi statistik Distribusi, Neraca Wilayah dan Pelayanan Statistik.
6. Mengirim dokumen sesuai ketentuan (sketsa peta dan daftar) ke BPS Propinsi. 7. Membuat laporan pelaksanaan kepada Kepala BPS Propinsi.
Pemeriksa Sketsa Peta Kecamatan (PM€$ PMC adalah staf BPS Kabupaten/Kotamadya yang ditunjuk, dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mengikuti pelatihan pemetaan.
2. Memberi bimbingan kepada pemeta kecamatan (PC) dalam pembuatan sketsa peta kecamatan. 3. Mengenali wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Menginstruksikan kepada PC untuk memperbaiki sketsa peta bila ditemukan kesalahan. 5.
Memeriksa Daftar SP2000-RC.
6. Menginstruksikan perbaikan kepada PC bila ditemukan kesalahan. 7. Menandatangani sketsa peta kecamatan yang telah dinyatakan benar. 8. Mematuhi jadwal kegiatan yang telah ditetapkan.
Mantri Statistik (Mantis)/Koordinator Sensus Kecamatan (KSK) Mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengikuti pelatihan pemetaan.
2. Melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh Kepala BPS Kabupaten/Kotamadya yang mencakup masalah pengerahan petugas, pengawasan lapangan dan hal lain yang sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.
3.
Bertanggung jawab atas pendistribusian seluruh dokumen ke" petugas.
Pedoman Instruktur Nasional
4.
Meiakukan koordinasi pelaksanaan pemetaan dengan Kepala Desa/Kelurahan pada wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
Pemeta Kecamatan (PC) PC adalah Mantri Statistik atau staf BPS Kabupaten/Kotamadya yang ditunjuk. Seorang PC bertugas pada satu kecamatan dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: 1. Mengikuti pelatihan pemetaan. 2. Mengenali wilayah kecamatan yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Membuat sketsa peta kecamatan. 4.
Mengisi Daftar SP2000-RC.
5.
Menandatangani sketsa peta kecamatan.
6.
Menyerahkan sketsa peta kecamatan (SP2000-WA) dan Daftar SP2000-RC kepada PMC.
7. Mematuhi jadwal kegiatan yang telah ditentukan.
Pemeriksa Sketsa Pete Desa/Kelurahan (PMD) PMD adalah Mantri Statistik atau staf BPS Kabupaten/Kotamadya yang ditunjuk, oleh sebab itu PMD dapat merangkap sebagai PC dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: 1. Mengikuti pelatihan pemetaan .
2. Mendistribusikan seluruh dokumen kepada pemeta desa/kelurahan (PD). 3. Mengenali wilayah yang menjadi tanggungjawabnya. 4. Memberikan bimbingan kepada PD untuk kelancaran tugas. 5. Memeriksa hasil pekerjaan PD.
6. Menginstruksikan kepada PD untuk memperbaiki sketsa peta bila ditemukan kesalahan 7. Menandatangani sketsa peta desa/kelurahan yang telah dinyatakan benar.
8. Menyerahkan semua dokumen yang sudah dinyatakan benar kepada BPS Kabupaten/Kotamadya. 9. Mematuhi jadwal kegiatan yang telah ditetapkan.
Pemefe Desa/Kelurahan (PD)
PD adalah Mitra Statistik yang mengenai wilayah tugas desa/kelurahan yang dipilih dari staf desa/kelurahan, guru dan Iain-lain termasuk perangkat satuan lingkungan setempat (SLS). Tugas dan kewajiban PD sebagai berikut: 1. Mengikuti pelatihan pemetaan.
2. Mengenali wilayah desa/kelurahan yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Membuat sketsa peta desa/kelurahan.
Pedoman Instruktur Nasional
4. Menggambar batas SLS pada sketsa peta desa/kelurahan dan sketsa peta Wilcah/Wilker SE96CWK.
5. Membentuk blok sensus berdasarkan ketentuan yang berlaku.
6. Menggambar blok sensus pada Blangko SP2000-WB serta melengkapi dengan simbol bangunan penting.
7. Mengisi Daftar SP2000-RD dan Daftar SP2000-MW. 8. Menandatangani semua dokumen yang telah dinyatakan benar.
9. Menyerahkan semua dokumen yang sudah dinyatakan benar kepada PMD. 10. Mematuhi jadwal kegiatan yang telah ditentukan.
Pemeta Blok Sensus (PB) Untuk desa/kelurahan yang padat, PB membantu tugas PD dalam menggambar sketsa peta desa/kelurahan dan blok sensus. PB adalah Mitra Statistik yang dipilih dari staf desa/kelurahan, guru, termasuk perangkat SLS. Tugas dan kewajiban PB sebagai berikut: 1. Mengikuti pelatihan pemetaan.
2. Menggambar sketsa peta desa/kelurahan yang menjadi beban tugasnya pada blangko SP2000-WA dan mengisi Daftar SP2000-RD sesuai dengan wilayah desa/kelurahan yang digambarnya.
3. Menggambar sketsa peta blok sensus yang menjadi beban tugasnya pada blangko SP2000-WB
4. Melengkapi sketsa peta desa dan blok sensus dengan simbol bangunan penting lainnya. 5. Menandatangani sketsa peta blok sensus yang dinyatakan benar.
6. Menyerahkan seluruh sketsa peta desa dan blok sensus yang telah dinyatakan benar kepada PD.
7.
Mematuhi jadwal kegiatan yang telah ditetapkan.
Pedoman Instruktur Nasional
KONSEP DAN DEFINISI
Wilayah Kecamatan-? V\fr\X_ Qrvm^mp- ^w^W^- A>- '•/'••. v i; yO^—^v-^. o W^y^ ^^ Cw-:-~~*hf>\>a».^"- *— y^sv-VA-l-oN^— ^-aV,— CV>oL %~>)
Kecamatan adalah satuan wilayah administratif pemerintalian yang merupakan wilayah kerja perangkat
pemenntah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan umum, yang langsung di bawah
Bupati/Walikotamadya dan membawahi beberapa desa/keluralian. Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah. Desa
Desa adalah satuan wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintalian terendah dan langsung di bawah Camat, serta berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa). Kepala Desa dipilih oleh rakyat desa tersebut. Kelurahan
Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung di bawah Camat, dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (Undang- undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintalian Desa). Kepala kelurahan (Lurah) adalah pegawai negeri dan tidak dipilih oleh rakyat.
Status hukum desa/kelurahan adalah status hukum desa/kelurahan yang berdasarkan surat keputusan pembentukannya yaitu Definitif, Persiapan, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) dan Permukiman Masyarakat Terasing (PMT).
Desa/Kelurahan Definitif adalah desa/kelurahan yang telah memiliki SK Gubernur yang disetujui oleh Mendagri.
Desa/Kelurahan Persiapan adalah desa/kelurahan yang status definitifnya sedang diusulkan Gubernur dan belum disetujui oleh Mendagri.
Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) adalah suatu wilayah permukiman yang ditempati sejumlah penduduk transmigrasi yang terdiri kurang lebih 500 Kepala Keluarga sebagai satu kesatuan
masyarakat. .
\ 5>*ju ^cavs ;---"- '-v<
Pemukiman Masyarakat Terasing (PMT) adalah tempat bermukim masyarakat suku terasing yang secara geografis terpencil, terisolir, dan terasing. Masyarakat terasing adalah masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: _
1>
u,.
SUvi *X -
Pedoman Instruktur Nasional
1. Hidup berkelana, menetap sementara atau menetap dalam kelompok-kelompok yang terpencar.
2. Sumber penghidupannya tergantung pada alam yakni berburu, meramu obat. menangkap ikan dan bercocok tanam secara berpindah-pindah.
3. Perilaku hidup sehat masih sangat rendah baik menyangkut kesehatan diri maupun lingkungannya. 4. Busana yang dipakai masih sangat sederhana dan ada yang tidak berpakaian sama sekali. 5. Kondisi permukimannya tidak layak huni.
6. Tingkat pengetahuan dan teknologi yang dikuasai masih terbatas.
7. Sistem kepercayaan mereka pada umumnya masih menganut animisme dan dinamisme. 8. Keterikatan dengan sistem nilai dan adat istiadat masih sangat tinggi, sehingga cenderung bersifat tertutup.
(Kaji Tindak Program IDTpada Masyarakat Terasing 1994-1997, Bappenas). Satuan Lingkungan Setempat (SLS)
SLS adalah satuan lingkungan di bawah desa/kelurahan. Istilah SLS bisa berbeda antar daerah, seperti rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), dusun, dan lingkungan. Batas SLS bisa berupa batas alam/buatan, tetapi ada yang hanya berupa dinding rumah atau tanah kosong.
SATUAN LINGKUNGAN SETEMPAT (SLS) adalah
satuan lingkungan di bawah desa/kelurahan, seperti RT, RW, dusun, dan lingkungan
Dusun/Lingkungan
Dusun/lingkungan adalah bagian wilayah dalam desa/kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1981 Tentang: Pembentukan Dusun Dalam Desa dan Lingkungan Dalam Keluralian. Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT)
Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) adalah organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran
pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan. Setiap RT sebanyak-banyaknya terdiri dari 30 kepala keluarga (KK) untuk desa dan sebanyak-banyaknya 50 KK untuk kelurahan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Taliun 1983 Tentang: Pembentukan Rukun Tetangga clan Rukun Warga.
10
Pedoman Instruktur Nasional
Blok Sensus
Blok sensus adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang pencacah. Syarat blok sensus adalah sebagai berikut: 1. Membagi habis desa/kelurahan menjadi beberapa blok sensus.
2. Harus mempunyai batas-batas, batas alam/buatan yang jelas. Bila batas SLS adalah batas jelas (batas alam/buatan) maka batas SLS diutamakan menjadi batas blok sensus.
3. Satu blok sensus harus terletak pada satu hamparan tidak boleh terpisah oleh blok sensus lain.
Berdasarkan batasan di atas maka blok sensus dibedakan atas tiga macam yaitu: 1. Blok sensus biasa (BB) memuat antara 80-120 rumah tangga (rt)/bangunan sensus bukan tempat tinggal (BSBTT) atau gabungan keduanya dan sudah jenuh. Yang dimaksud jenuh adalah muatan blok sensus sulit bertambah. Dalam kegiatan ini jumlah rumah tangga didekati dengan jumlah kepala keluarga (KK). wmammmmtamamamammaammmmmmmmmammBimmmammmmsammmmmmmmmmmmsam
Blok Sensus harus memenuhi syarat: mempunyai batas yang jelas, memuat 80-120 rumah tangga/bangunan sensus bukan tempat tinggal atau gabungan dari keduanya. Bila batas SLS tersebut batas jelas (batas alam/buatan) batas SLS diutamakan menjadi batas blok sensus
Khusus untukpembentukan blok sensus pada apartemen keterangan jumlah KK tidak bisa diperoleh di kantor lurah. Untuk itu petugas harus menghubungi pengelola gedung. Pada gedung-gedung seperti ini umumnya tidak dibentuk SLS (RW/RT) sehingga lantai dijadikan batas segmen dan penentuan blok sensus cukup berdasarkan jumlah KK/unit apartemen. -•;•;.'
*
2. Blok sensus khusus (BK) adalah blok sensus yang tertutup untuk umum. Pembentukan blok
sensus
42#3^BSB'rT Tempat-tempat yang bisa dijadikan blok sensus khusus antara lain •
Asrama/barak militer
•
Asrama perawat dengan 100 penghuni atau lebih.
•
Panti asuhan dengan 100 penghuni atau lebih
•
Lembaga pemasyarakatan (tidak dibatasi muatannya)
3. Blok sensus persiapan (BP) adalah blok sensus kosong seperti sawah. kebun, tegalan, rawa, hutan atau daerah yang dikosongkan (digusur), bekas pemukiman yang terbakar.
Pedoman Instruktur Nasional
11
Prasegmen
._} vy v-v fasf*--
Prasegmen adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang mempunyai batas jelas baik batas alam/buatan seperti sungai/kali, jalan, gang/lorong. Besarnya prasegmen tidak dibatasi oleh jumlah rumah tangga/bangunan fisik tetapi mengacu pada batas jelas. Segmen
V tux ^-i^
Segmen adalah bagian dari suatu wilayah blok sensus yang mempunyai batas jelas baik batas alam/buatan seperti sungai/kali, jalan, gang/lorong. Besarnya segmen tidak dibatasi oleh jumlah rumah tangga/bangunan fisik tetapi mengacu pada batas jelas. Untuk blok sensus yang terbentuk dari bangunan bertingkat seperti apartemen/rumah susun, maka lantai bangunan tersebut dapat dijadikan batas segmen.
Gambar I: Satu Segmen
Gambar 2: Dua Segmen
BangunanJElsikdan Bangunan Sensus Bangunan Fisik Bangunan fisik adalah tempat berlindung tetap maupun sementara, yang mempunyai dinding, lantai dan atap, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal. Bangunan fisik yang tidak digunakan untuk tempat tinggal dianggap sebagai satu bangunan fisik, jika luas Iantainya lebih dari atau sama dengan 10 nr. Sedangkan bangunan tempat tinggal, walaupun luas Iantainya kurang dari 10 m2, tetap dianggap satu bangunan fisik. Contoh bangunan bukan tempat tinggal misalnya, kantor, toko, pabrik, rumah sakit, mesjid, gereja, vihara, dan gudang. Contoh bangunan fisik dapat dilihat pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 6.
Bangunan Sensus
Bangunan sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar/masuk sendiri dalam satu kesatuan fungsi/penggunaan.
Menurut penggunaannya bangunan sensus dibagi menjadi:
1.
Bangunan sensus tempat tinggal, yaitu bangunan sensus yang seluruhnya digunakan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal tetapi belum dihuni.
12
Pedoman Instruktur Nasional
••'•
2.
Bangunan sensus bukan tempat tinggal, yaitu bangunan sensus yang seluruhnya digunakan bukan untuk tempat tinggal, misalnya toko, restoran, salon, tempat ibadah, rumah sakit, pabrik, sekolah, gedung kantor, balai pertemuan, dansebagainya.
3.
Bangunan sensus campuran, yaitu bangunan sensus yang sebagian digunakan untuk tempat tinggal dan sebagian lainnya digunakan untuk keperluan lainnya, misalnya ruko, rukan.
Rumah Tangga dan Kepala Keluarga Rumah Tangga
Rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Makan dari satu dapur diartikan sebagai pengurusan kebutuhan bersama sehari-hari di bawah satu pengelolaan. Kepala Keluarga (KK)
KK adalah kepala keluarga berdasarkan catatan ketua/kepala SLS, termasuk KK yang tidak tercatat pada ketua/kepala SLS, tetapi berdomisili pada SLS yang bersangkutan. Catatan:
Khusus untuk wilayah-wilayah yang berdekatan dengan sentra pendidikan atau sentra industri biasanya banyak terdapat bangunan yang disewakan (tempat indekost). Dalam hal ini penghitungan jumlah KK berdasarkan jumlah kamar yang disewakan. DZnrikiappjda'halnya dengan potidokpesdntretv>~
*-V
Pedoman Instruktur Nasional
V^TST^
^s\^\
\
jWuiA.
13
Penjelasan:
Gambar 3: Bangunan tunggal tidak bertingkat
Gambar 4: Bangunan tunggal bertingkat
>«
Gambar 5: Bangunan gandeng dua tidak bertingkat
Gambar 6: Bangunan tunggal berlantai banyak/ apartemen
14
Pedoman Instruktur Nasional
Bila dijumpai suatu bangunan fisik bukan tempat tinggal seperti kantor, pabrik, dan sekolah, maka tidak setiap ruangan yang mempunyai pintu keluar masuk tersendiri didaftar sebagai satu bangunan sensus,
melamkan melihat pada kegunaan dari masing-masing mangan. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 7 di bawah ini
Gambar 7: Komplek Sekolah
Bangunan dapur, kamar mandi, garasi dan lainnya yang terpisah dari bangunan induknya tetapi merupakan satu kesatuan penggunaan, dalam SP2000 dianggap sebagai bagian dari bangunan induknya (tidak merupakan bangunan fisik/sensus tersendiri). Kasus ini banyak terdapat di Bali atau di daerah pedesaan di Jawa seperti yang tampak pada Gambar 8.
~l K.
Tidur
K.
K.
Tidur
h
Balai
Tidur
impi
Sembahyang
MM
Cede
1
Pintu
Gerbang
VVc^vs Sfp^sr&^tJ^r. 1 Bangunan Fisik 1 Bangunan Scniuo
Gambar 8: Denah Rumah Bali
Pedoman Instruktur Nasional
15
Legenda Sketsa Peta Batas Alam/Buatan
1.
Batas alam adalah batas wilayah yang terbentuk oleh alam, misalnya sungai, pantai, waduk dan danau.
2.
Batas buatan adalah batas wilayah yang dibentuk oleh manusia, misalnya jalan raya, jalan kereta api, jalan desa/kelurahan, dan saluran irigasi.
Jalan Raya/Besar
(i
)
Jalan raya/besar adalah jalan yang permukaannya aspal atau beton dapat dilalui kendaraan bermotor roda empat atau lebih.
Jalan yang Diperkeras £
)
Jalan yang diperkeras adalali jalan yang permukaannya belum diaspal atau dibeton, tetapi sudah diperkeras dengan lapisan kerikil, pasir, dan sebagainya serta dapat dilalui kendaraan bermotor beroda empat atau lebih.
Jalan Tanah/Lorong/Gang (:
)
Jalan tanah adalali jalan yang permukaannya masih tanah. Lorong/gang biasanya sudah diperkeras dan hanya dapat dilalui oleh kendaraan bermotor maksimum roda tiga.
Klasifikasi ketiga jalan tersebut diatas hanya untuk keperluan pembuatan sketsa petapada kegiatan pemetaan SP2000
16
Pedoman Instruktur Nasional
METODOLOGI
Pemetaan WiSayafc A&niinistrasi 1. Blangko yang digunakan dalam pembuatan sketsa peta wilayah administrasi adalah Blangko SP2000-WA.
2. Jenis sketsa peta yang dibuat pada dasarnya adalah desa/kelurahan perkotaan dan beberapa desa/kelurahan pedesaan yang belum dipetakan pada kegiatan pemetaan tahun 1998. Desa/kelurahan yang akan digambar, kode dan namanya tercantum pada Daftar SP2000-DESA. Bila ada desa/kelurahan yang belum tercantum pada daftar tersebut, penggambaran sketsa petanya tetap dilakukan apabila desa/kelurahan tersebut memenuhi kriteria yang disyaratkan dalam pemetaan SP2000. Kemudian dilakukan updating terhadap sketsa peta kecamatan dan Daftar SP2000-DESA. Selanjutnya salinan Daftar SP2000-DESA tersebut dikirim ke BPS bersama sketsa petanya.
Keberadaan/pembentukan wilayah administrasi tersebut harus mempunyai landasan hukum
seperti berikut:
pV&F 2-^V). WcWr$j?*\i>^ \j\).
Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah.
•
Desa/kelurahan berdasarkan SK Mendagri atau SK Gubernur.
•
UPT berdasarkan SK Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan.
•
PMT berdasarkan SK Menteri Sosial.
3. Peta dasar yang digunakan adalah peta dasar mutakliir yang dibuat oleh instansi berwenang baik yang berada di BPS Kabupaten/Kotamadya, pemerintah daerah atau instansi lain setempat. Peta Indeks Wilayah Administrasi hasil digitasi BPS yang menggambarkan banyaknya wilayah administrasi setingkat dibawahnya bisa digunakan sebagai pembanding bentuk dan tata letak wilayah administrasi yang dipetakan. Apabila ada perbedaan, penggambaran sketsa peta tetap dilakukan sesuai dengan keadaan lapangan.
4. Sketsa peta wilayah administrasi harus memuat batas-batas alam/buatan termasuk batas wilayah administrasi satu tingkat di bawahnya. Khusus untuk sketsa peta desa/kelurahan harus dicantumkan batas satuan lingkungan setempat (SLS) dan jumlah rumah tangga atau jumlah kepala keluarga (KK) sesuai keadaan terakhir di lapangan.
5. Pencantuman simbol-simbol informasi penting seperti; kantor, pabrik, sekolah, pasar, hutan, sawah dan sebagainya harus sesuai dengan legenda yang disediakan.
Kode Wilayah Adnunistrasi Kode wilayah merupakan identitas wilayah administrasi yang berguna untuk membedakan satu wilayah administrasi dengan wilayah administrasi lainnya dan juga untuk memudahkan pemakai. Kode wilayah administrasi yang digunakan pada kegiatan ini adalah kode yang tercantum pada Daftar SP2000-DESA. Khusus untuk kecamatan dan desa/keluralian termasuk UPT/PMT dilakukan pengkodean kembali. Berikut ini dijelaskan mengenai deskripsi kode wilayah administrasi. Pedoman Instruktur Nasional
17
Deskripsi Kode Wilayah Administrasi
Kode wilayah administrasi terdiri 10 angka (dijit) yang dapat diurai seperti dalam Gambar 9di bawah int.
10
Desa/kelurahan
Kecamatan
Kabupaten/kotamadya Propinsi
Gambar 9: Deskripsi Kode Wilayah Administrasi
Keterangan rincian kode wilayah administrasi adalali sebagai berikut:
1. Dijit pertama dan kedua menunjukkan kode wilayah administrasi daerah tingkat I (propinsi.daerah istimewa, dan daerah khusus) dalam satu wilayah pulau/kepulauan, sedangkan dijit pertama menunjukkan wilayah pulau/kepulauan.
2. Dijit ketiga dan keempat menunjukkan kode wilayah administrasi kabupaten/kotamadya dalam satu daerah tingkat I. Kabupaten diberi kode mulai dari 01 sampai dengan 69, sedangkan kotamadya diberi kode mulai dari 71 sampai dengan seterusnya. Kota administratif bukan merupakan daerah tingkat II
3. Dijit kelima, keenam, dan ketujuh menunjukkan kode wilayah administrasi kecamatan dalam satu kabupaten/kotamadya. Kecamatan yang langsung berada di bawah pemerintahan kabupaten/kotamadya diberi kode mulai dari 010 sampai 690, sedangkan kecamatan-kecamatan yang membentuk kota administratifdiberi kode mulai dari 710 dan seterusnya. 4.
Dijit
kedelapan,
kesembilan
dan
kesepuluh
menunjukkan
kode wilayah administrasi
desa/kelurahan dalam satu kecamatan.
Pemberian kode baru pada wilayah administrasi hanya dilakukan
pada wilayafi administrasi \kecanwtanjtgn desa/kelurdhan^ang mengalami perubahan setelah pemetaan pada tahun 1998 dan telah memenuhi syarat landasan hukum
<£e,\iWj>j>- U^G-^oV,^^ 'ftvS^-v
18
^tC»\
Pedoman Instruktur Nasional
Tata Cara Pemberian Kode Kecamatan dan Desa/Kelurahan:
1. Pemberian kode kecamatan dimulai dari kecamatan yang berada di batas daerah kabupaten/kotamadya sebelah barat daya, kemudian ke kecamatan di sebelah timurnya dan terus sampai dengan kecamatan di batas daerah kabupaten/kotamadya sebelah tenggara, selanjutnya berbelok kearah barat, dan seterusnya berakhir pada kecamatan yang berada di batas daerah kabupaten/kotamadya sebelah barat laut atau timur laut. Cara ini dikenal dengan nama "Serpentin" atau zig zag. 2. Kode kecamatan dalam satu kabupaten/kotamadya dimulai dengan 010, 020 sampai 690.
dan seterusnya
3. Kode kecamatan yang terletak pada kota administratif dimulai dengan 710,720... dan seterusnya.
4. Cara pengkodean desa/kelurahan mengikuti kaidah yang sama dengan yang digunakan untuk kode kecamatan. Kode desa/kelurahan dimulai dari 001,002 dan seterusnya dalam satu kecamatan.
Contoh dapat dilihat pada Gambar 10 +
*
<•"—.
•*
• -
+ " T
*
'
. huktiva*1 (OI7)
«
*
>
-...
* »•'
»..*
•»
*
»•+••*•
;
••
\
oia.
,--
/
/
<><Mi
•'
r
"
(oil) Oil
:
\
f
.-
•'
/
*
>
'KALlJAfA .' <«•<» * O10
* «
#
*
1,*- — J.^ ,,•—•-.. «,•-*-*
,'
/
OM
JATIVAHdl
*
* ♦•♦■•
' •»
i OAM*u|NI>AH I• «, , . ' , ' too*; '
•>
» KSC.ClKAftAMfi
V
\
■♦I
KBC. J6TU
•;
!
SUKMAjAfA
; \
/Tfl«*nu«m
' TBLACAAIiH i ! COIA) /
coo?)
•_v..- )
* •*•* «.
'
*
ow
v I
/
,'
*
'
<"•-./"
»''*m»»»\ (OU> /
T
/ i
X
on
*•„
ore
>
/•-•'
,
K4B.TAM0K.TI
•
*
* «
*.
.
* \
.
*
s
on
**
«
\» y *
s
.*• •»--ft- •♦••«■ •*••*
I
"*n
-«'
*
^ ^ ».*
Gambar 10: Peta Indeks Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi 19
Pedoman Instruktur Nasional
#!wafceafc
MokSera
•
1. Pembentukan bit
de!
••.—
iapan) didasarkan pada sketsa peta
ban SP2000-WA yang memuat batas-batas SLS, batas prasegmen, jumlah KK dan
bangunan sensus bukan tempat tinggal.
2. Setelah blok ensus dibentuk. setiap blok sensus biasa dan khusus digambar pada Blangko SP20 I ang dilengkapi dengan batas alam/buatan (sungai, saluran irigasi, jalan, gang,
lorong. dan scbagainya) atau batas segmen yang lebih rinci dan simbol bangunan penting sesuai dengan legenda. Penggambaran sketsa peta blok sensus pacta SP2000-WB hanya untuk blok is, sedang blok sensus persiapan tidak digambar pada SP2000-WB tetapi harus digambar pada SP2000-WA.
Sketsa peta blok sensus SP2000-WB hanya memuat batas alam/buatan dan bangunan penting saja
PenimdahaF}
#6keBlofc^
Dokumen yang D: 1.
Daftar SP2<XW)-MW.
2.
Daftar SE
3. Sketsa peta V/iicali/Wilker SE96-CWK . 4. kelurahan yang telah dilengkapi batas SLS dan blok sensus (SP2000-WA). Tahapan PetnindalianUKE dari Wilcah/WUker SE96 ke Blok Sensus 1. Melengkapi batas SLS dan blok sensus pada sketsa peta WilcahAVilker SE96-CWK.
2. Melengkapi keterangan nama/nomor SLS untuk setiap segmen pada Daftar SE96-L1. 3. Melengkapi keterangan nomor dan jenis blok sensus untuk setiap SLS pada Daftar SE96-L1 dengan bantuan sk^Lsp. pet;'. SE96-CWK. 4. Menyalin keterangan identitas yang tercantum pada Daftar SE96-L1 Blok IV ke Daftar SP2000-MW Blok HI dimulai dari nomor urut segmen terkecil sampai dengan nomor urut terakhir 5. Menyalin noi unit PND " dan URT :' dari Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (17) dan Kolom (26) ke Daftar SP2000-MW
•y\,tf
URUUMtaRa
r >xr „ij. anf (trl 'ufi **p^ diWulj.. ;*»i nasi Scic«. tap mrm tan/a paleagbpan uahanya
ilpiaL'; pindahkan
Jf. *)
20
PND (Penmhan Non Dirckni)
. ut»k bntjoto'!•
•.•annvj di loiciyang imp, y>«" «li «**> tKTjuim. jemm SE96. oui KmpM pttfcngtapm usihinyi nhv.
ilipnnlihpind.lM.a"
Pedoman Instruktur Nasional
Sebelum mencantumkan nama/nomor dan jenis blok sensus pada Daftar SE96-L1 beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Apabila satu segmen terletak pada sebagian SLS. atau satu SLS utuh. maka nama/nomor SLS dapat langsung dicantumkan di sebelah kanan nomor segmen yang bersangkutan. b.
Apabila satu segmen terletak pada dua SLS atau lebili, maka harus ditentukan dahulu muatan
masing-masing SLS, yaitu bangunan fisik atau nama kepala rumah tangga pada segmen, dengan cara:
•
Mencocokkan nomor urut bangunan fisik pada sketsa peta Wilcah/Wilker SE96-CWK yang telah dilengkapi batas SLS dengan nomor urut bangunan fisik pada Daftar SE96-L1 Kolom (2), sehingga dapat diketahui letak bangunan fisik pada SLS.
• •
Jika nomor bangunan fisik tidak tercantum pada sketsa peta Wilcah/wiiker SE96-CWK atau sketsa peta SE96-CWK tidak tersedia, maka melalui bantuan perangkat desa/kelurahan atau ketua SLS ditanyakan lokasi SLS dari setiap nama kepala rumahtangga yang tercantum pada kolom (19) Daftar SE96-L1, sehingga dapat diketahui letak bangunan fisik pada setiap SLS. Apabila satu SLS mencakup satu blok sensus. maka nomor dan jenis blok sensus tersebut dapat langsung dicantumkandi bawah nama/nomor SLS yang tercantum pada Daftar SE96-L1.
Apabila satu SLS mencakup lebih dari satu blok sensus, maka harus ditentukan dahulu pada blok sensus mana letak bangunan fisik atau nama kepala rumahtangga.
Pedoman Instruktur Nasional
21
» ,
22
Pedoman Inaruklur Nasional
Bab
KARAKTERISTIK PETA Peta adalah suatu bentuk/gambar sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar yang memberikan informasi tentang keadaan suatu wilayah. Untuk memudalikan pembacaan, maka peta harus mempunyai judul, arah mata angin, skala, legenda, dan nama wilayah. Supaya tujuan penggambaran peta tercapai dengan baik, maka diperlukan peta dasar.
Peta dasar adalali peta yang harus dijadikan acuan pada pembuatan peta. Dalam kegiatan pemetaan SP2000, peta dasar yang digunakan adalah peta wilayah administrasi keadaan terakhir. Peta dasar bisa didapat dari Kantor Dinas Pekerjaan Umum,\Dinas Pendaftaran Tanah.j Kantor Dinas Transmigrasi, BPS Kabupaten/Kotamadya, dan DJnas_Pemetaan. Dari beberapa!peta dasar tersebut harus dipilih yang
mutakliir dan terbaik serta sesuai dengan keadaan lapangan.
M'AJ
V!&^7iWf>1Jp-
Judul
Judul peta harus singkat dan jelas serta diletakkan pada tempat yang tersedia. Pada blangko sketsa peta yang berasal dari BPS judul peta diletakkan di tengah atas dan keterangan diletakkan di samping kanan.
Arah Mata Angin Arah Utara-Selatan pada blangko sketsa peta yang disediakan BPS tercantum pada sudut kanan atas peta
dengan huruf U di atas tanda panah (*'). Petugas harus menggambar sketsa peta dengan arah utara selatan sesuai dengan tanda *' yang tersedia pada blangko sketsa peta. Bila sketsa peta yang digambar letak arah utara-selatannya berbeda dengan letak tanda V yang tersedia, maka petugas dapat merubah arah tanda i' pada blangko sketsa peta. Cara merubah tanda arah utara- selatan tersebut adalah dengan mencoret tanda Yyang tersedia dan menggantinya dengan tanda 1' yang baru sesuai letak sketsa peta
yang digambar.
rir>^ ScwvT &% ptf*, ^W *(*>«"• "^rT^T
Skahl'teta
Skala adalah perbandingan jarak antara dua buah titik pada peta dengan jarak antara dua buah titik sebenarnya di lapangan. Jenis skala
Skala numerik adalah skala yang dinyatakan dalam bilangan perbandingan, umumnya ditulis dengan 1:X. Makin besar angka pembagi (X) maka gambarnya makin kecil, sehingga peta dengan skala 1:50.000 akan tergambar lebih besar dibanding peta dengan skala 1:100.000. Contoh:
1.
1:50.000 artinya 1cm di peta sama dengan 50.000 cmdi lapangan.
Pedoman Instruktur Nasional
23
2.
Jika jarak antara dua titik pada peta berskala 1:10.000 adalali 2 cm, berarti jarak sebenarnya di lapangan adalali (2 x 10.000) cm = 200m. Skala grafis adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk garis yang diberi ukuran, biasanya dalam kilometer. Pada peta berskala grafis selalu dicantumkan jarak antara dua titik dengan panjang tertentu. Contoh skala grafis ada pada Gambar 11. Jarak dari 0 ke 1 pada skala grafis adalah 2,5 cm berarti setiap 2,5 cm panjang di peta menunjukkan jarak 1km di lapangan.
yv- ^ l^r_0 Njn "^ S^^^0 s
1
2
3km
Gambar 11: Skala Grafis
Legenda adalah daftar simbol yang harus ada dalam penyajian peta. Legenda sangat membantu pembaca untuk mendapatkan gambaran tentang informasi yang disajikan. Legenda yang digunakan pada sketsa peta SP2000-WA dan sketsa peta SP2000-WB ditampilkan pada sebelah kanan blangko sketsa peta .
' Batas wilayah administrasi harus digambar dengan warna merali, blok sensus warna hijau, dan simbol sungai, danau, rawa, dan laut digambar dengan warna biru.
Bila batas wilayah administrasi berbatasan dengan wilayafi administrasi yang lebih tinggi, maka yang digambar adalah batas wilayah administrasi tertinggi. Sebagai contoh sebagian batas luar desa/kelurahan juga
merupakan batas kotamadya. yang digambarkan adalah batas kotamadya (lihat Gambar 12).
Batas blok sensus liarus digambar seluruhnya, walaupim batas blok sensus merupakan batas wilayah administrasi.
Nama wilayah yang berbatasan dengan wilayah yang digambar harus ditulis pada peta, begitu pula jalan dan sungai yang menuju ke daerah sekelilingnya.
Nama Uiisur
Nama unsur-unsur alam/buatan ditulis dengan huruf cetak, jelas dan mudah dibaca.
1.
Penulisan unsur-unsur harus terletak bebas satu dengan yang lain (tidak tumpang-tindih) dan jarak antar huruf harus sama.
2.
Penulisan nama kota dan bangunan harus teratur dan sejajar dengan garis tepi (horisontal). Apabila hal tersebut tidak mungkin, penulisan dapat dilakukan dari bawah ke atas atau sebaliknya disesuaikandengan bentuk wilayahnya.
24
Pedoman Instruktur Nasional
3.
Nama unsur-unsur yang memanjang seperti sungai, jalan, dan rangkaian pegunungan harus dituliskan pada atau di samping unsur tersebut. Apabila unsurnya cukup panjang, penulisan nama sebaiknya diulang pada jarak tertentu.
Contoh penempatan nama dapat dilihat pada Gambar 12.
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sketsa peta /.
Pensil selalu runcing agar gambar rapi, tanda-tanda batas jelas. Usahakan penggambaran dilakukan pada bidang rata.
2. Penggambaran unsur hendaklah sebanding, misal bila jalan lebih lebar daripada sungai maka jalan harus digambarkan lebih lebar dari pada sungai.
3. Bila menggambar unsur-unsur yang lurus gunakan penggaris.
25
Pedoman Instruktur Nasional
»«•.•.«,».,
IRS
I
y
i . i . - l ! ».«»>» »*eea •, •<»••»-.•*.»",*»ua
",^-... i, *.
i
O
Tin
re
I 0|
iUi
c*uw«3x J3DV^ twVHV^n-ia> V13d VS13WS
S
»« OOOfdS
s
yJcu«ikv- UU~k&
PENGGAMBARAN SKETSA I SENSUS
Menyalin dan Memperkecil Peta Untuk mendapatkan sketsa peta wilayah hendaknya sama/ lebih besar dengan ukura Menyalin Peta
1. Salin unsur dan informasi yang dibutu doorslag.
2. Buat garis mendatar dan tegak pada s; sama.
3. Gambarkan semua unsur yang terdapat WA dengan petunjuk garis mendatar c dibuat sama dan sebangun dengan salin; 4.
Setelah selesai dan semua unsur telah di
Memperkecil Peta
1. Salin unsur dan informasi yang dibutuh doorslag. Contoh peta dasar dapat diliha
2. Tentukan perkecilan sketsa peta dengan a. Ukur sisi pendek/panjang salinan pe b. Bandingkan sisi pendek/panjang blai c.
Perkecilan
skala
ditentukan
berc
panjang/jarak mendatar adalah 24 : 14 atau 1,7 : 1 maka pengecilan mal 3. Dengan perbandingan 1,7 : 1 tersebut dengan jarak 1,7 cm dan pada blangko kanan dan bawah.
4. Gambarkan semua unsur yang terdapat WA dengan petunjuk garis mendatar d; dibuat sebangun dengan peta asli. Cor memperkecil peta dasar dapat dilihat pad 5. Tentukan skala peta yang disalin. Bila s adalah 1 : 42.000
6.
Setelah selesai dan semua unsur telah dip
Gambar 13: Peta Dasar Desa Be
Pedoman Instruktur Nasional
28
Layang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
Pedoman Instruktur Nasional
(
II
—3«=.
-9 <3 44000
ite
mix 1
» u
I
m o
'
-
* I
! 11 . ' I
.{|ii..ii JiiHh
i
J.i II JJi! li
' 1
'1
Illl. is
- ililliiii!! Mi rittr)
1 li
-*<
Gambar 14: Sketsa Peta Desa Batu Layang (hasil pengecilan), Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
Pedoman Instruktur Nasional
29
Inset Peta
Pembuatan "Inset" peta bertujuan untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. Biasanya dilakukan bila sebagian wilayah terpisah jauh, misal kepulauan/pulau atau daerah kantong. atau wilayah
pemukiman yang terletak di tengah hutan sehingga bila digambarkan tanpa membuat inset daerah pemukiman tidak akan tergambar dengan jelas. Bisa juga terjadi dalam hal penggambaran suatu wilayah yang disebabkan oleh keterbatasan ukuran blangko peta, maka untuk penggambarannya seluruh wilayah tersebut menggunakan beberapa blangko peta. Contoh sketsa peta dengan inset dapat dilihat pada Gambar 15 (pemukiman di tengah hutan) dan Gambar 16 (wilayah kantong). 2; «*
-SO 44QQQ
, O.
i-,
121 SL o
l
1
IS ill ii
SL v3
IS
U
,!:
:;il ::l
s : ::.' s r
j
I til!
ill ill hi I \w\h\m\ MMi«,Il ill Ml , • |iifli!j liHlil liti
ii
1*11 Jul.'
SlJs I
II
IIJ!!!!J
-^
•6
2 J
5
i t i <
i
i
*
3 j u> •J
Gambar 15: Sketsa Peia Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kotamadya Palangkaraya
30
Pedoman Instruktur Nasional
louoisvfi] jnpmjisvj uvutopjj
te
iiDjops Sundunrj udivdnqvyi 'unujdj Suopvj uomiuvody 'dKvj ossq viaj osjdys :g\ jvqmvr) (.Hi
->-!>» -t>t ^m-)Vt>'->rnC7
;ls
4
<
"If"" w
1^1
-Oi, >«->r»o
f\a>^C
^
^8
II Lr.
II
C
H
z
I' N
n 8
C*
03
X
II II
X
8 II
N
II
II II II ri
4
il — I
b
1j:>|(p|i>-( >*>mo
( Hill i i
7 h.
Iff If JJ
iff II
li
If
>•-!
ii«|tfir«ii
l JCSX
hfFHH
iflfflfj r f n li*
r !'!
«
.
j
I 5*5 7 > c
1*8 1 5
llffa
\k ||-«.
• •
I
••
:•>
li
Penggatttbaiwi sketsa peta kecamatan hanya untuk kecamatan bam dan kecamatan yang mengalami perubahan, kecamatan yang
mengalami perubahan adalali kecamatan yang sudah dipetakan tetapi desa-desanya mengalami perubafian (penggabungan atau pemecahan)
Kecamatan
1. Melengkapi sketsa peta kecamatan dengan batas alam/buatan termasuk batas desa/kelurahan dan informasi penting lainnya. Simbol yang harus digambarkan pada peta kecamatan dibatasi •
Jalan negara, jalan propinsi, jalan kabupaten dan jalan kecamatan.
•
Ibukota kecamatan dan kantor desa/kelurahan.
•
Sungai yang melintasi desa/kelurahan.
2. Menuliskan nama dan kode lama serta kode baru setiap desa/kelurahan. Penulisan kode lama dalam tanda kurung (....). Contoh dapat dilihat pada Gambar 17.
3. Mengisi kode wilayah pada kotak yang tersedia dan seluruh keterangan. 4. Mengisi seluruh keterangan wilayah administrasi pada kotak yang tersedia di sebelah kanan. 5. Mencantumkan tanda tangan PC. kemudian sketsa peta tersebut disahkan (cap dan tanda tangan) oleh Camat bersangkutan.
6. Sketsa peta kecamatan digambar sebanyak tiga rangkap. Lembar pertama berserta Daftar SP2000RC untuk BPS, lembar kedua untuk BPS Propinsi dan lembar ketiga untuk BPS Kabupaten/Kotamadya.
32
Pedoman Instruktur Nasional
8 /&
\J
IP
gfl. - fe -QJ«,
V.^MV
&&'>aJVr*4iS9
. ^._
--«
—
•SV«/.W.
<-
n—*»n
t«W«H*«M* > - - '
S
.'».»'.V-T>IT.|lll
^3
G s rm
a
a:
! a
1 *
°00 - g/ ;
I
•«l
n '.»•-•"
vnvP
4
WtVO
nvvw
VMOOOJdS
00 GO 0 Z.0 8 I 2 £
=)wnj.>Bi3
NWJ.VHVD3X VJ.3dVSJ.3MS
Desa/Keluralian
1. Menyalin peta dasar desa/kelurahan pada kertas doorslag.
2. Meiakukan cek lapangan sambil membawa salinan tersebut. Bila ada prasegmen atau uasur penting lainnya seperti jalan/gang/lorong. sungai/kali, jembatan yang belum tergambar maka perbaiki/tambahkan pada salinan peta dasar (doorslag) sesuai keadaan sebenarnya. Kemudian gambar sketsa peta pada blangko SP2000-WA sesuai ketentuan. 3. Melengkapi batas SLS sesuai keadaan terakhir di lapangan. Tuliskan nama/nomor SLS pada sketsa peta desa/kelurahan seperti RT 002/01. 4.
Mencantumkan simbol-simbol dan nama-nama sesuai legenda untuk informasi penting seperti
^£C1 kantor, sekolah, pabrik dan sebagainya. Khusus untuk pemukiman yang berada di atas air (sungai, (_^^_^-^Aj^. 'aut) 'iarus menggambarkan simbol /V\/V (warna biru )pada tempat dimana pemukiman tersebut berada (simbol /\/\/\y tidak tercantum pada legenda sketsa peta)
lwWy— 5. Mengisi banyaknya KK dan bangunan sensus bukan tempat tinggal (BSBTI") untuk setiap : - •, m>—p •••••- prasegmen pada sketsa peta. Contoh: 102/10 berarti ada 102 KK dan 10 BSBTT. Memperkirakan jumlah KK per prasegmen dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
^6-
• Tanyakan kepada ketua SLS berapa jumlah KK yang berdomisili di wilayahnya begitu pula jumlah bangunan sensus bukan tempat tinggal. • Sambil menunjukkan sketsa peta desa/kelurahan, tanyakan jumlah KK dan BSBTT per prasegmen di wilayahnya.
6. Mencocokkan posisi/letak SLS pada sketsa peta dan mencek jumlah KK dan bangunan sensus bukan tempat tinggal setiap prasegmen/SLS sesuai dengan keadaan lapangan. 7. Menulis nomor prasegmen dan jumlah KK/BSBTT per prasegmen pada sketsa peta desa/kelurahan. Pemberian nomor prasegmen dimulai dari ujung barat daya dan berikutnya ke arah timur secara zig-zag sedemikian rupa sehingga seluruh prasegmen dalam desa/kelurahan mempunyai nomor. Nomor pra segmen terdiri dari tiga angka (dijit), dimulai dengan X 001. X 002 dst. 8. Membentuk blok sensus sesuai ketentuan pada sketsa peta desa/kelurahan dan mengisi Daftar SP2000-RD.
9. Mengisi kode wilayah pada kotak yang tersedia di sebelah kanan atas dan seluruh keterangan termasuk dasar hukum.
10. Mengisi keterangan wilayah administrasi pada kotak yang tersedia di sebelah kanan. yaitu banyaknya blok sensus (biasa, khusus dan persiapan), luas lahan (sawah dan pertanian lainnya). luas hutan, luas desa/kelurahan dan sumber peta dasar yang digunakan 11. Menggandakan sketsa peta desa/kelurahan pada Blangko SP2000-WA sebanyak dua rangkap. 12. Menandatangani sketsa peta yang dibuat dan meniinta pengesahan dari Kepala Desa/Lurah setempat (cap dan tanda tangan) . Lembar pertama sketsa peta serta Daftar SP2000-RD untuk BPS dan lembar kedua untuk BPS Kabupaten/Kotamadya.
34
Pedoman Instruktur Nasional
Desa yangpembentukannya berdasarkan SKBupati, SK Pangab dan SK lainnya yang sejenis tidak dipetakan sendiri, tetapi digabung dengan desa induk meskipun pada saatpelaksanaan aparat desa setempat menghendaki wilayahnya dipisahkan.
Catatan:
Apabila satu desa/kelurahan digambar lengkap dengan batas SLS dalam satu lembar Blangko SP2000WA menghasilkan muatan sketsa yang kurang jelas, maka desa/kelurahan tersebut harus digambarkan dalam beberapa lembar Blangko SP2000-WA (dilakukan oleh PD dan PB). PD harus menggambar sketsa peta desa/kelurahan pada satu Blangko SP2000-WA. Penggambaran sketsa peta tersebut hams
memperhatikan lial-lial berikut:
^
i^wv^xM—-
1. Pemotongan/pemecahan harus memperhatikan batas jSL^ yang jelas. Selanjutnya untuk memudahkan petugas dalam membentuk blok sensus, pada sebelah kanan atas setiap blangko SP2000-WA dituliskan " lembar
dari
lembar".
2. Lembar.pertama yang digambar hams terletak pada daerah barat daya desa/kelurahan. 3. Pada setiap lembar peta harus dicantumkan sketsa peta desa/kelurahan secara utuh dengan ukuran 10 xlO cm. Desa/kelurahan tersebut diutamakan digambar pada sebelah kiri bawah sketsa peta SP2000-WA, bila tidak memungkinkan digambar pada tempat yang sesuai dengan bentuk peta, dan bagian desa/kelurahan yang digambar harus diarsir.
4. Penomoran prasegmen dimulai dari nomor urut X001, X002, ... sampai dengan nomor unit terakhir pada setiap lembarsketsa peta SP2000-WA.
5. Penomoran blok sensus dimulai dari lembar pertama hingga nomor unit blok sensus untuk lembar
berikutnya merupakan kelanjutan dari lembar sebelumnya. Dengan demikian perlu ada koordinasi dalam penomoran blok sensus, bila petugas lebili dari satu orang. ......
.
•.
^Ifcaggamto Pembentukan blok sensus dilakukan berdasarkan sketsa peta desa/kelurahan SP2000-WA dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Pembentukan blok sensus harus berasal dari prasegmen yang berdekatan dengan memperhatikan
jumlah KK (termasuk tempat tinggal kosong) dan BSBTT serta kemudalian pelaksanaan di lapangan. 2.
Penggambaran batas-batas blok sensus pada sketsa peta desa/kelurahan menggunakan garis warna hijau.
3.
Setelah blok sensus dibentuk, Pemeta Desa (PD) menggambar masing-masing blok sensus pada Blangko SP2000-WB secara optimal. Disaat menggambar/memperbesar blok sensus agar diperhatikan batas-batas alam/buatan yang belum tergambar dalam sketsa peta desa/kelurahan
fHt Pedoman Instruktur Nasional
7 35
f(M"**0(*V* Yc^H^-v^-v W"A.VtW- JkC^.— %>OX)V- ^PZOfjD-UJ^ .
?Y\a\WADt^ &^-W^^ Wa\(W ^W-4^X^ 9.UU. «7*w$v9 h. Kemudian dilakukan penomoran segmen per blok sensus yang dimulai dari arah barat daya sebagai berikut: S010, S020
dan seterusnya.
5. Penomoran blok sensus pada sketsa peta desa/kelurahan sama seperti penomoran segmen. Nomor blok sensus terdiri dari tiga angka (dijit) dan satu huruf. Tiga angka pertama adalah nomor urut blok sensus dalam desa/kelurahan dan satu huruf terakhir menunjukkan jenis blok sensus. Contoh:
025K
blok sensus nomor 2 denganjenis biasa blok sensus nomor 25 dengan jenis khusus
123P
blok sensus nomor 123 dengan jenis persiapan
002B
6.
Melengkapi sketsa peta blok sensus yang dibuat dengan batas-batas yang jelas, seperti batas alam/buatan (sungai, jalan, gang, lorong, dsb) dan simbol serta nama bangunan penting sesuai dengan legenda.
Khusus untuk pemukiman yang berada di atas air ( sungai, laut ) harus menggambarkan simbol ' WV (warna biru) pada tempat dimana pemukiman tersebut berada (simbol AA/V tidak tercantum pada legenda sketsa peta) 7. Membuat sketsa peta blok sensus pada Blangko SP2000-WB sebanyak satu rangkap untuk BPS Kabupaten/Kotamadya.
Dalam pembentukan blok sensus harus diperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1.
Bila dalam suatu desa/kelurahan terdapat daerali kosong, pisahkan daerah kosong dengan daerah pemukiman yang jenuh, cari batas jelas yang terdekat dengan pemukiman sebagai pemisah. Daerali kosong dibentuk menjadi BP, sedang daerah pemukiman dijadikan satu atau lebih BB sesuai ketentuan.
Contoh :
Gambar 18: Pembentukan Blok Sensus yang salah
36
Gambar 19: Pembentukan Blok Sensus yang benar
Pedoman Instruktur Nasional
2.
Bila jumlah KK dan BSBTT dalam satu SLS (yang mempunyai batas jelas) lebih besar dari 120, maka pembentukan blok sensusdilakukan seperti contoh di bawah ini.
Contoh:
a. Satu SLS dengan muatan 130 KK/BSBTT terletakdalam satu segmen, maka dibentuk satu blok sensus.
Gambar 20: SatuSLSbermuatan lebih dari 120 KK/BSBTT terletak dalamsatusegmen
b. Satu SLS dengan muatan 140 KK/BSBTT terletak dalam dua segmen, segmen yang satu bermuatan 90 KK/BSBTT dan segmen lainnya bermuatan SO KK/BSBTT. Dengan demikian segmen yang bermuatan 90 KK/BSBTT dibentuk satu blok sensus, sedang segmen lainnya digabung dengan SLS/segmen tetaneeanya.
Gambar 21: SatuSLSbermuatan lebih dari 120 KK/BSBTT terletak dalamdua segmen
c. Satu SLS terletak dalam dua segmen dengan muatan masing-masing segmen 60 KK/BSBTT dan 70 KK/BSBTT dan tidak bisa digabung dengan SLS tetangganya, maka dibentuk dua blok sensus.
Gambar 22: Satu SLSbermuatan lebih dari 120 KK/BSBTT terletak dalam dua segmen, dengan muatan yang seimbang setiap segmen
Pedoman Instruktur Nasional
37
3.
Penggabungan beberapa SLS harus memperhatikan kernudalian lapangan, sehingga tidak menyulitkan petugas dalam pencacahan.
4.
Jika ada sekelompok rumah yang terpencil/terpisah jauh dari pemukiman induk dapat dibentukjadi 1 (satu) BB walaupun jumlah KK/BSBTT kurang dari 80, pembatas antara blok seasus ini harus dicari sedemikian rupa sehingga dapat dikenali, misal pematang sawah, batas tanah kering dan tanah sawah dan lain sebagainya yang sejenis.
Contoh sketsa peta desa/kelurahan yang telah dilengkapi dengan batas alam/buatan, SLS, blok sensus dan informasi penting lainnya disajikan pada Gambar 23 dan contoh sketsa peta desa/kelurahan yang dibuat lebih dari satu lembar SP2000-WA disajikan pada Gambar 24a dan Gambar 24b.
Cara Menggambar Sketsa Peta Blok Sensus
\*W^ <xio*D-v*b -5X*?
Sebelum menggambarkan blok sensus pada blangko SP2000-WB petugas harus menyalin setiap gambar blok sensus yang dilengkapi infonnasi penting ke kertas doorslag, dengan perbandingan 1:1. kemudian perbesar sketsa tersebut dengan cara sebagai berikut: 1. Ukur panjang dan lebar salinan sketsa blok sensus (Gambar 25) maupun blangko sketsa peta SP2000-WB, pada contoh perbandingan antara salinan dan blangko peta adalah: panjang/jarak mendatar 9:19 atau 1:2 dan lebar/jarak tegak 7:17 atau 1:2 maka perbesaran maksimum yang dapat dilakukan hanya 2 kali atau dengan kata lain peta dasar diperbesar 200 persen.
2. Dengan perbandingan 1 : 2 tersebut buatlah garis mendatar dan tegak pada sketsa blok sensus 057B (peta dasar) dengan jarak 1 cm dan pada blangko peta 2 cm. Beri nomor urut dari kiri atas ke arah kanan dan bawah.
3. Gambarkan semua unsur yang terdapat dalam peta dasar pada blangko peta SP2000-WB dengan petunjuk garis mendatar dan tegak lurus, sedemikian rupa sehingga peta yang dibuat sebangun dengan peta asli yang diperbesar, cantumkan pula jumlah KK dan bangunan seasus bukan tempat tinggal, nomor segmen dan nomor SLS dan nomor blok sensus pada daerah sekitar blok sensus
yang digambarkan. Confoh sketsa peta blok sensus yang diperoleh setelah diperbesar dapat dilihat pada Gambar 26.
4. Cantumkan nama wilayah yang berbatasan dengan blok sensus. 5. Tentukan skala sketsa blok sensus. Bila skala sketsa peta desa/kelurahan adalah 1 : 2.000, maka skala sketsa blok sensus adalah 1 : 1.000.
6. Setelah selesai dan semua unsur telah dipindahkan, garis-garis bantu dihapus. Contoh sketsa peta blok sensus yang telah dilengkapi batas jelasdan informasi penting dapat dilihat pada Gambar 27 dan contoh sketsa peta blok sensus pada rumah susundapat dilihat pada Gambar28.
Sketsa peta blok sensus SP2000-WB dibuat satu rangkap, untuk BPS Kabupaten/Kotamadya.
38
Pedoman Instruktur Nasional
)(
.«¥.
•• ..(Hi <J 44QGQ
lilt
il. I
I
fill
8S3 I
Hi
'it
ill
Jill III.
;i!
J J J ilJl
illliliiifuiil
11! if |
ii HI
=^<
Gambar 23: Sketsa peta Kelurahan Sukadanau, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi
Pedoman instruktur Nasional
39
to 0 o
r
-*si
r
t
Ml
r
i
-I
M
11 • «X,
••
t ••
ill*
o
If
o
K •0
55*
1
I
I ll H
.
!».. .1
i
II |llllllli. flil!«illi%i.iijf..iililsii ii.. I* »'lliliiilllll fcllli
iijiiimnuiiminn!in ml h
i
-<
2 I
3 u>
UI a
< (A •Ui 10
8
Gambar 24a: Sketsa peta Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat
Pedoman Instruktur Nasional
40
I I I
I 0\
S3
g 5
to
SKETSA PETA BLOK SENSUS
MO. BLOK SENSUS '
O 5 7
Qt.TA
S
. .(SVJST TW5?'^ ITkfjAit AflANS
.
XJ)KiJ.A«;*RT>
fc.7
SP20C0-WB
KELURAHAN:
KECAMATAN
tUaiKOOVA
LECENOA
SKALA 1.IOOO.
A
I
Dauhwrai Btus Kah*awn/*oumaffia
ftaiat KlCMMW Btlll OMtKlMMII
BtutSLSl
(niHaSMM
Jala* Vang Dip«l%afas
Jalan Rata/BeiM
MU.KWM.Ap
Jala. TanaaA.o>wig/Cang
S.nga;
JI.DKIJI
n a« a
.'aw*.
PawatfOanav
LaM.St.an
A
£23
J
©
Gunung/e«u
K w. vian
Sag mt. Bangijnan Tamp* T*gga< eangxilii Campurtn B»ngi*n» Tamaai I'taM >tng>*an la«M|.
wa»««i»aw*
P.aai
Staeta.
£j
>8
t«5
Ttmpat teaAafilainnya
Gmia
Ba.-/*a/iia Bangunan gamut
Batnaiura Bangunan Fma
KETEAANGAM BLOK SENSUS
a-
.6
^1_
X?rlfc.«jy
euOAuC H.
: \V.'V.,i3il
??....
Sam
Banraunallunit. Tangga
§
Mama Ptnfeiai SMlu
Tanggal Pamtuttan Sulu
Tanoa TanganmtPfNMS Tangs*) Ptngawawn tanggal Pimtntiaan Nama PtngawavPemankaa
Tana. Ttngan/ttANUS
"> e
•iTtAaunnamaeioaw rjrvy
9
N
E?
SP2000-WB
SKETSA PETA BLOK SENSUS
058B
KO BLOK SENSUS
MSA< KCUIKAHAM
KECAMATAN
KABIKOOTA
\0j6jZA
Of/ 3.
t*xer Tcwst*
JAkAtT* fiagAr
♦
*
•
* » ♦ - »
££/. JAt4
♦ ♦
skala i ypQ.a,
MOPMSI
LEGENDA
♦ •»
♦
-
Baal t-icpn. anas r.aSuMitn/Kaiaaiaara
•atai Oata/Katunwan
-----
___
z^^^xs :::*:: ' ",
I
Saat Ktcamaian
Baiat Bioa Sa.au>
:_=r «£
j«an Hat a/TMaa<
BaaiSLSI
Jala. »ang {fcpeftttat Jdtn TanatwanngyCixg jam Kama »*>
;=;
S.nga.
'"-**.V".
.*»,
- ~ -
ftlwa
Jamt.ia*
Cwiung/Outl
Bangunan Tempai Tingga>
1
^^
i
''*»'• 0
PantaAanav
UMnSaaan K.Du'an
Bangunan Camavran
Y///X ' i
lig.ii
Bangunan InaKUHM Bangunan La^nta
ft
E>
KEL.
BEiNPOHfiANc.
4t
Tl
mouatiwPa&m
WlLiH.
'•ii'
Ba->«*«»a Bangunan Sanaua
a«iM(i Bangunan frnt
.A '°
° »
?'
tanoa TangaMNiPiNMS Tanggal Ptngawa&an
Nama Ptmbuat Saalu
Tanggal Ptmbuaun Stataa
Banraaara!4gman Bar.iaania Ruma*. Tangga
KCTERANGJ.NBLOK SENSUS.
TampM n>aoan taenia
0««»ia
Mtvd
Saaoian
to re
I
So
a-
8
to
oj*&
*i BtnwvninKin
Tanggal Pimanawan Nama Pa«ga»ai/Pamank*a Tanaa Tangan/NiPiNMS
"I ll«*warAaivw
§
SP2000-WB —
.ini-T-
i|
t<
•
i
• •<
I"
LANTAI 4
§
4 030
LANTAI 5
§
& too
SKETSA PETA BLOK SENSUS • p
S
J wo
§ LANTAI
J*-} o
0 LANTAI 4
4 oSo
1
BLOK B|
LANTAI
LANTAI 2
5 070
LANTAI 3
S 03O
3
§
Al
§ LANTAI
1
2
s, ox©
§ LANTAI
LANTAI
BLOK
OfcoB
HO. BLOK SENSUS :^^j^vyUiyVj'y
KECAMATAN KABJKOOYA
DKtJAMKTA.
:TANAH/uMNfi &KARTAPU5AT
OESA/KELURAHAN: KARET.TtNoSIH
prop**
LEOENOA
•
*
»
•
»
LAJ
of
A
A
A
9
'MM
*
♦-♦-♦-
SKALA 1:JU1M..
Baits hoaua
I
Batta liatupalaMKsltmaavt
BauiOataAXalurahan
BataiKacamatan
BiutSLSI
Btita Blot gamut
jalan Kama Ap
Jttn Vang fMMrttrot Jala. TanaNUreng/Ctne
Sungai
Rawa
Jambalaa
Panuulnaau
LahanSawan
Gunung)t*m
Kuftufan
Sagman Bangunan Tampa Tnggal Bangunan Campurta Bangunan Tanpn (.nana Bangunan Lauwita
WOuatiVPaona
P.aac
Tcmpai toaaa* lamnya
Ganit
..7»
: ..^j~.
KETERANGAN BLOK SENSUS
mm.
Ba-'/ataia Bangunan Sanaa
BtntthwaBtnguninWat
Banrauu/t Runa* Tangga
Mama PtmbuM Statu
TanggalPtneuaun Sunt
TanMTanoanmaP/NMS
Tanggal ft ipfaitn Tanggal PamanUaan
Tanoa TangamKtP/NUS
Nama Ptnoaaat/Pamankaa
*> 6an«amannanjli -> I
Daftar SP200ORD
Pengisian Daftar SP2000-RD didasarkan pada sketsa peta SP2000-WA. Daftar SP2000-RD dibuat 1 (satu) rangkap dan digabung dengan sketsa peta SP2000-WA dan dikirim ke BPS. Jika satu desa/kelurahan digambar pada beberapa lembar SP2000-WA, maka Daftar SP2000-RD dibuat sebanyak jumlah SP2000-WA Blok I. Pengenalan Tempat Rincian 1 s.d 4
Isikan kode dan nama propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, dan desa/kelurahan pada tempat yang disediakan. Kode baru untuk kecamatan dan desa diisi oleh PMD. Rincian 5.
Lingkari kode "1" bila desa/kelurahan tersebut perkotaan dan kode "2" bila desa/kelurahan tersebut pedesaan, kemudian isikan kode tersebut pada tempat yang tersedia. Blok II. Keterangan Petugas Rincian 1 s.d 4:
Isikan nama, NIP/NMS, tanggal pembuatan/pemeriksaan dan tanda tangan dari petugas pembuat dan pemeriksa.
Blok lTJ. Keterangan Desa/Kelurahan Kolom (1): Nomor dan Jenis Blok Sensus
Isikan nomor dan jenis blok sensus sesuai dengan yang tercantum pada sketsa peta desa/kelurahan SP2000-WA mulai dari nomor unit terkecil sampai nomor urut terakhir. Kolom (2), (3) dan (4): Jenis Blok Sensus:
Isikan angka T pada salah satu Kolom (2), (3) atau (4) sesuai dengan jenisblok sensus yang nomornya tercantum pada Kolom (1).
Kolom (5): Nomor Prasegmen
Isikan nomor prasegmen yang dicakup oleh blok sensus yang tercantum pada Kolom (1). Kolom (6): Nama/Nomor SLS
Isikan nama/nomor SLS yang dicakup oleh blok sensus yang tercantum pada Kolom (1). Kolom (7): Banyaknya KK Tuliskan banyaknya KK untuk setiap blok sensus.
Kolom (8): Banyaknya bangunan sensus bukan tempat tinggal Tuliskan banyaknya BSBTT untuk setiap blok sensus. Kolom (9): Banyaknya KK + BSBTT Tuliskan banyaknya KK dan BSBTT untuk setiap blok sensus. Isian kolom ini adalah penjumlahan dari isian Kolom (7) dan Kolom (8). Kolom (10): Nomor Wilcah Isikan nomor Wilcah untuk setiap blok sensus sesuai dengan letaknya. Nomor Wilcah disalin
dari sketsa peta desa/kelurahan kabupaten/kotamadya.
46
hasil
SP90/SE96
yang
disimpan
di
BPS
Pedoman Instruktur Nasional
Kolom (11): Catatan mengenai Blok Sensus Isikan catatan mengenai blok sensus khusus dan persiapan yang tercantum pada Kolom (1), misalnya sawah, hutan (untuk blok sensus persiapan), Lembaga Pemasyarakatan Cipinang (untuk blok sensus khusus) dan sebagainya.
a.
Isikan batas dari masing-masing blok sensus, jika satu blok sensus memuat sebagian SLS (satu SLS tetapi tidak utuh).
b.
Isikan nama perumahan jika suatu blok sensus terletak dalam suatu lokasi perumahan, contoh Perumahan Pondok Cipta, Vila Bekasi Indah 2, Perumahan BDN dan Iain-lain.
c.
Isikan nama rumah susun atau apartemen jika suatu blok sensus terletak di apartemen atau rumah susun. Contoh Rumah Susun Klender, Apartemen Prapanca, Apartemen
d.
Palma Citra.
V' / ^ fcCos,ofc/t")-a
SP2000-RD
Catatan
' Nama/Nomor SLS
Nomor dan Jenis Blok Sensus
(6)
(1)
LP GyVr/i v^&^j—-x .
002K
(ID
Lembaga Pemasyarakatan
Cipinang RT05, RT06, RT 08
003B
RT
05
9 ~^J\ terletak
sebelah
barat jalan Ramte RT05, RT09
004B
RT
05
terletak
sebelah
timur jalan Ramte RT001RW07
031B
-5?..v^--=Y?n •nsvv^T
067B
Perumalian BDN
Semanggi Tower Ltl s.d
Baris Jumlah halaman ini:
Tuliskan jumlah isian masing-masing Kolom (2) s.d (4) dan Kolom (7) s.d (9) pada baris ini.
Baris Jumlah s.d halaman sebelumnya:
Isikan jumlali masing-masing kolom (2) s.d (4) dan Kolom (7) s.d (9) dengan menyalin dari isian baris jumlah kumulatif pada halaman sebelumnya. Baris Jumlah kumulatif:
Tuliskan jumlali masing-masing kolom (2) s.d (4) dan Kolom (7) s.d (9) pada baris ini. Isian baris ini adalah isian baris jumlah halaman ini ditambah dengan isian baris jumlah halaman
sebelumnya.
Selanjutnya angka ini disalin ke baris Jumlah
halaman sebelumnya pada
halaman berikutnya. Halaman
dari
halaman
Tuliskan nomor halaman pada setiap halaman Blok III yang ada isiannya di sudut kanan atas. Halaman pertama adalah pengenalan tempat, sehingga nomor halaman pertama Blok III merupakan halaman 2.
Pedoman Instruktur Nasional
47
Contoh : Daftar SP2000-RD Blok III yang ada isiannya sebanyak 3 halaman, maka penulisan nomor halaman pada daftar tersebut adalah: Halaman 2 dari 4 halaman
Halaman 3 dari 4 halaman Halaman 4 dari 4 halaman.
Contoh Daftar SP2000-RD yang ada isiannya dapat dilihat pada Lampiran 1 Setelah selesai penggambaran sketsa peta desa/kelurahan dan pengisian Daftar SP2000-RD, maka petugas harus menggabungkan seluruh dokumen tersebut untuk diserahkan kepada PMD
Daftar SP2000-RC
Daftar SP2000-RC adalah rekapitulasi jumlah blok sensus per desa/kelurahan dalam satu kecamatan. Daftar ini dibuat 1 (satu) rangkap untuk BPS. Desa/kelurahan yang dicatat pada daftar ini adalah desa/kelurahan yang dipetakan pada tahun anggaran 1999/2000.
Blok I. Pengenalan Tempat Rincian 1 s.d 3:
Isikan kode serta nama propinsi, kabupaten/kotamadya, dan kecamatan pada tempat yang disediakan, sesuai isian Daftar SP2000-RD Blok.I Rincian 1 s.d 3.
Blok U. Keterangan Petugas Rincian 1 s.d 4:
Isikan Nama, NIP/NMS, tanggal pembuatan dan tanda tangan petugas pembuat. Rincian 5 s.d 8 :
Isikan Nama, NIP/NMS, tanggal pemeriksaan dan tanda tangan pemeriksa. Blok III. Keterangan D_e.sa/Keluralmn Kolom (1) dan (2): Kode Lama Desa/Kelurahan dan Kode Baru Desa/Kelurahan
Isikan kode desa/kelurahan sesuai dengan isian Daftar SP2000-RD Blok I Rincian 4. Kolom (3): Nama Desa/Kelurahan Isikan nama desa/kelurahan sesuai dengan isian Daftar SP2000-RD Blok I Rincian 4. Kolom (4) dan (5): Daerah Perkotaan dan Pedesaan.
Isikan angka ' 1' pada salali satu kolom yang sesuai dengan isian Daftar SP2000-RD Blok I Rincian 5.
Kolom (6): Banyaknya Blok Sensus Biasa Tuliskan banyaknya blok sensus biasa, jumlah ini sama dengan banyaknya angka ' 1' pada Daftar SP2000-RD Blok III Kolom (2). Kolom (7): Banyaknya Blok Sensus Khusus Tuliskan banyaknya blok sensus khusus, jumlah ini sama dengan banyaknya angka ' 1' pada Daftar SP2000-RD Blok III Kolom (3). Kolom (8): Banyaknya Blok Sensus Persiapan Tuliskan banyaknya blok sensus persiapan, jumlah ini sama dengan banyaknya angka T pada Daftar SP2000-RD Blok III Kolom (4). 48
Pedoman Instruktur Nasional
Kolom (9): Banyaknya Blok Sensus Tuliskan banyaknya seluruh blok sensus dengan menjumlalikan isian Kolom (6) s.d Kolom (8). Baris Jumlah Halaman ini :
Tuliskanjumlali masing-masing kolom (4 ) s.d (9) pada baris ini. Baris Jumlah s.d Halaman Sebelumnya :
Tuliskan jumlah masing-masing kolom (4 ) s.d (9) pada baris ini. Isian baris ini disalin dari baris jumlah kumulatif halaman sebelumnya. Baris Jumlah Kumulatif :
Tuliskan jumlali masing-masing kolom (4 ) s.d (9) pada baris ini. Isian baris ini adalah penjumlahan baris jumlah halaman ini dengan baris jumlali halaman sebelumnya. Angka ini kemudian disalin pada baris jumlah halaman sebelumnya pada halaman berikutnya. Contoh Daftar SP2000-RC yang ada isiannya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pengisian Daftar SP2000-MW dilakukan setelah pembentukan dan penggambaran blok sensus serta pengisian Daftar SP2000RD selesai.
Daftar SP2000-MW
Dalam pengisian Daftar SP2000-MW diperlukan Daftar SE96-L1, sketsa peta Wilcal/Wilker SE96-CWK dan sketsa peta desa/kelurahan (SP2000-WA) yang telah dilengkapi batas SLS dan blok sensus. Tahapan penyalinan nomor urut UKE dari Wilcah ke Blok Sensus A. Daftar SE96-L1 dan Sketsa Peta SE96-CWK tersedia
1. Lengkapi batas SLS dan blok sensus pada sketsa peta Wilcah/Wilker SE96-CWK berdasarkan batas SLS dan blok sensus yang ada pada sketsa peta desa/kelurahan SP2000-WA. Contoh sketsa peta Wilcah/Wilker SE96-CWK Kelurahan Suka Danau Wilcah 04B0 yang dilengkapi
batas SLS dan blok sensus dapat dilihat pada Lampiranj&fA^ 2. Cantumkan nama/nomor SLS untuk setiap segmen di Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (3) berdasarkan sketsa peta Wilcah/Wilker SE96-CWK yang telah dilengkapi dengan batas-batas SLS. Untuk mengetahui nama/nomor SLS yang akan dicantumkan, maka dilakukan pencocokan nomor urut bangunan fisik yang ada pada sketsa peta SE96-CWK dengan yang ada pada Daftar SE96-L1 Kolom (2).
Contoh Daftar SE96-L1 Kelurahan Suka Danau nama/nomor SLS dapat dilihat di bawah ini.
Wilcah 04B0 yang mencantumkan
Dalam satu Wilcah 04B0 terdiri dari 3 segmen yaitu Segmen 010, Segmen 020 dan Segmen 030. Setiap segmen diberi keterangan nama/nomor SLS.
Segmen 010 terdiri dari satu SLS yaitu RT001 RW04, segmen 020 terdiri dari dua SLS yaitu RT 001 RW04 dan RT002 RW04, dan segmen 030 terdiri dari satu SLS yaitu RT 002 RW04. Pedoman Instruktur Nasional
49
CONTOH DAFTAR SE96-L1 YANG DILENGKAPI KETERANGAN SLS
ULOKIVs
I'UNUAKTAKAN
UNIT
TuGtktn pgnogunun bangunan
danawnuaiaiatktgiatan/Utah.
di dtltm btnguntn ttram SE96 W
Taa.'M >
aallMl
Nam* bangunan/ lokui kegiaun
aaaa • antra
•konomi/utaht
r«
.1
U
Urolun
-I
limn* -UI4II m a -a
TMrt -a
rata 4
ffcBjuar
mUllH
WBtmW&m rtooi/om" oto
i
•ran sroa Etna toe tag gsraMoixagza:? ukotj arora Eirna u t e ^ >rn g t.
TgMPAT TINGGAL.
J
TEMPAT TINGGAL T«?MW TINGGAL T6MPAT TIM66AL
T6MIW TINGGAL T6MrVirTipJGSAL
75 020
ISO rcMivfr tinggal
RTOOI tO*i
IJ2 T6MPAT TlMGtSAL
77
>3I T6MMT TIMSSAL
T$
r t ooa /OH
fO TBMPW TiUgfiAL
IOU
150 TEMPAT TlWGGAL
91
030 10S
RT002/0LJ
'?-'
T6MPAT TINGGAL
19? TfeMPAT T'M6GAL
a» TEMPAT T
«SS
«98 MASJH)
tots
Pedoman Instruktur Nasional
50
3. Cantumkan nomor dan jenis blok sensus untuk setiap SLS di bawah nama/nomor SLS yang telah tercantum pada Daftar SE96-L1. Nomor dan jenis blok sensus diperoleh dari sketsa peta SE96CWK. Contoh Daftar SE96-L1 Kelurahan Suka Danau. Wilcah 04B0 yang telah dilengkapi keterangan nama/nomor SLS dan nomor danjenis blok sensus dapat dilihat di bawah ini.
Unruk segmen 010 yang berada di RT001 RW04 terletak pada blok sensus 027B,segmen 020 yang berada di RTOOl RW04 dan RT002 RW04 terletak pada blok sensus 026B dan segmen 030 yang berada di RT002 RW04 terletak pada blok sensus 025B.
CONTOH DAFTAR SE96-L1 YANG DILENGKAPI KETERANGAN SLS DAN BLOK SENSUS
IILOKIV:
Tutoken ponggunjjjn bangunar.
Anria.
dan sontua jcna kogtslan / mata
IM.W
di detent bangi/nonsonsus SE96 in!
I'ENDAKTAUAN
Mod*
bun
tattt
ItOMM
UNIT
aVwWk
4t»tW*
Cut*.*
MM
So***
tafcMU
Nam* bangunan/
fttMhOf
takati kigiMan
ll.llM
•kcnomifuHht
aMf«a*
»!•—Ow»V
r*
*•
~
Urulun MM
Maa
l>MI
tttdtt
t«ga*L»<>
(MM
. i
r«
i
U
-1
lt**f
tl—l*~ WlUlf
M*1
a*.
MM
n * . -a
atatw
4
TWm -t
ftajptftV
*5H Wi OIO
BUaraVl).
RTOOl /OH
0*7 &
2
•TTHWHVnnn(TiTTrSSTTKOR''1T^*""J"»nvjvtmifi»T7TTaue»7fT'>^ro> rJiiimi 1
T6MMT TINGGAL.
1
z
TEMPAT TINGGAL
1
3
T£MPAT TINGGAL
1
S
T6MPAT TIN66AL
1
5
T6M PAT TIN66AL
1
6
TGMPAT TINGGAL
1
."
^
j
•
7* 010
r*6
RTOOl /OH 62*1*.
7? ;
9i
1
131 TCMrMCT TINGGAL.
1
•32 T6MMT TlWStfAL
1
1
•
RT 002/OM
62&B
j.
ly© ITEM PAT" TINGGAL
RTOOl/OM oa»B
#
1
'•
i
IC", oyo IOS
ISO TEMPAT TINGGAL
'7° T6MPAT TINGGAL »7»
TEMrW TINGGAL *
1
1 *
m
»*7 lOtS ',
135
Pedoman Instruktur Nasional
TCMftAT TINGGAL.
>98 MASJIJ) *
299
'.
T€MPAT TINGGAL
1 o
o
,
1
51
-
4. Salin beberapa keterangan identitas yang tercantum pada Daftar SE96-L1 Blok IV ke Daftar SP2000-MW mulai dari nomor urut segmen terkecil sampai dengan nomor urut terakhir.
KETERANGAN IDENTITAS
5.
DAFTAR SE96-L1
DAFTAR SP2000-MW
1. Nomor dan jenis blok sensus
Blok IV Kolom (3)
Blok III Kolom (1)
2.
Nama/nomor SLS
Blok IV Kolom (3)
Blok III Kolom (2)
3.
Nomor urut segmen
Blok IV Kolom (1)
Blok III Kolom (3)
4.
Nomor urut bangunan fisik
Blok IV Kolom (2)
Blok III Kolom (4)
Salin semua nomor urut PND dan URT dari Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (17) dan Kolom (26) ke Daftar SP2000-MW Blok III, pada keterangan identitas yang telah tercantum di Daftar SP2OO0-MW
B.
Daftar SE96-L1 ada dan
Sketsa Peta SE96-CWK tidak tersedia atau Sketsa Peta SE96-CWK tidak
dilengkapi nomor bangunan fisik
rTJ-l .
Tanyakan lokasi SLS dari setiap nama kepala rumahtangga yang tercantum pada Kolom (19) Daftar SE96-L1 melalui bantuan perangkat desa/kelurahan, sehingga dapat diketahui nomor bangunan fisik yang ditempati nama kepala rumahtangga tersebut terletak pada SLS mana.
2..
Cantumkan nama/nomor SLS untuk setiap segmen di Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (3) berdasarkan keterangan SLS dari tempat tinggal nama kepala rumahtangga.
3.
Cantumkan nomor dan jenis blok sensus untuk setiap SLS di bawah nama/nomor SLS yang telah tercantum pada Daftar SE96-L1. Nomor dan jenis blok sensus diperoleh dari sketsa peta desa/kelurahan SP2000-WA yang telah dilengkapi batas SLS dan blok seasus. Salin keterangan identitas yang tercantum pada Daftar SE96-L1 Blok IV (Nomor dan jenis blok
4.
sensus, nomor urut segmen, nama/nomor SLS, dan nomor bangunan fisik) ke Daftar SP2000MW mulai dari nomor urut segmen terkecil sampai dengan nomor urut terakhir. Salin semua nomor urut PND dan URT dari Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (17) dan Kolom (26) ke Daftar SP2000-MW Blok III, pada keterangan identitas yang telah tercantum di Daftar SP2000-MW
Cara Pengisian Daftar SP2000-MW : Blok I. Pengenalan Tempat dan Ringkasan Rincian 1: Propinsi Salin nama dan kode propiusi dari Daftar SE96-L1 Blok I Rincian 1. Rincian 2: Kabupaten/Kotamadya Salin nama dan kode kabupaten/kotamadya dari Daftar SE96-L1 Blok I Rincian 2.
Isikan kode kabupaten/kotamadya keadaaan sekarang (kode baru), jika terjadi perubahan kabupaten/kotamadya setelah pelaksanaan listing Sensus Ekonomi 1996. Kode sekarang (baru) kabupaten/kotamadya diisi oleh PMD. Rincian 3: Kecamatan
Salin nama dan kode kecamatan dari Daftar SE96-L1 Blok I Rincian 3. Kode baru kecamatan diisi oleh PMD.
52
Pedoman Instruktur Nasional
Rincian 4: Desa/Kelurahan Salin nama dan kode desa/kelurahan dari Daftar SE96-L1 Blok I Rincian 4. Kode baru desa/kelurahan diisi oleh PMD. Rincian S: Daerah
Lingkari dan salin kode status desa/kelurahan sesuai Daftar SE96-L1 Blok I Rincian 5. Rincian 6: Nomor wilayah pencacahan Salin nomor wilayah pencacahan dari Daftar SE96-L1 Blok I Rincian 6. Rincian 7: Nomor kode sampel Salin nomor kode sampel dari Daftar SE96-L1 Blok I Rincian 8. Rincian 8: Nomor Wilker dari Salin nomor Wilker
dari
Wilker Wilker dari Daftar SE96-LI Blok I Rincian 9.
Rincian 9: Banyaknya PND
Salin banyaknya PND dari barisjumlah kumulatif halamanterakhir Daftar SP2000-MW Blok UI Kolom (6).
Rincian 10 : Banyaknya URT
Salinbanyaknya URT dari barisjumlah kumulatip halaman terakhir Daftar SP2000-MW Blok m Kolom (8).
Blok II. Keterangan Petugas
Isikan nama petugas, tanggal pencatatan/pemeriksaan, NIP/NMS, dan tanda tangan pada tempat yang tersedia (Rincian 1 s.d 4).
Blok IH. Muatan Wilcah (Disalin dari Daftar SE96-L1 Blok IV) Kolom (1): Nomor dan Jenis Blok Sensus Isikan nomor dan jenis blok sensus dari Daftar SE96-L1 Contoh: 002B, 004P.
Kolom (2): Nama/Nomor SLS
Isikan nama/nomor SLS sesuai dengan isian Daftar SE96-L1 Kolom (3): Nomor Unit Segmen
Isikan nomor urut segmen sesuai dengan nomor urut segmen yang tercantum pada Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (1).
Kolom (4): Nomor Urut Bangunan Fisik
Isikan nomor urut bangunan fisik sesuai dengan nomor urut bangunan fisik pada DaftarSE96Ll Blok IV Kolom (2).
Kolom (5): Nomor Unit PND Salin seluruh nomor urut UKE untuk PND dari Daftar SE96-L1 Blok IV kolom (17) mulai
dari nomor urut 1 sampai dengan nomor urut terakhir yang ada pada SLS kolom (2). Kolom (6): Banyaknya PND
Hitung banyaknya PND pada kolom (5) dan isikan hasil hitungan tersebut pada kolom (6). Kolom (7): Nomor Urut URT Salin seluruh nomor urut UKE untuk URT dari Daftar SE96-L1 Blok IV kolom (26) mulai
dari nomor urut 1 sampai dengannomorurut terakhiryang ada pada SLS kolom (2). Kolom (8): Banyaknya URT
Hitung banyaknya URT pada kolom(7) dan isikan hasil hitungantersebut pada kolom(8). Pedoman Instruktur Nasional
"
Baris jumlah halamanini Jumlahkan isian PND pada kolom (6) dan URT pada kolom (8) pada halaman yang bersangkutan. Baris jumlah halamansebelumnya
Isikan jumlah masing-masing kolom (6) dan (8) dengan menyalin dari isian baris jumlah kumulatif halaman sebelumnya. Untuk halaman pertama Blok JH yang telah terisi, maka isian baris ini adalah tanda strip ( -).
Baris jumlah kumulatif
Isikan jumlah masing-masing Kolom (6) dan (8) pada baris ini. Isian baris ini adalah isian baris halaman ini ditambah dengan isian baris jumlah halaman sebelumnya. Untuk halaman pertama Blok HI yang telah terisi, maka baris inidisalin dari jumlah halaman ini pada halaman tersebut. Selanjutnya angka ini disalin ke baris "Jumlah s.d halaman sebelumnya" pada halaman berikutnya. Halaman
dari
halaman
Tulis nomor halaman pada setiap halaman Blok HI yang ada isiannya di sudut kanan atas. Halaman pengenalan tempat adalah halaman 1, sehingga halaman pertama Blok HI merupakan halaman 2. Jika Blok III yang terisi sebanyak 3 halaman, maka halaman pertama Blok III di sudut kanan atas akan ditulisi Halaman 2 dari 4 halaman, Halaman 3 dari 4 halaman dan Halaman 4 dari 4 halaman.
Contoh Daftar SP2000-MW dan Daftar SE96-L1 yang telah diisi masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 5.
54
Pedoman Instruktur National
7 PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan lapangan dan mengurangi terjadi kesalahan perlu dilakukan pengawasan pelaksanaan pemetaan beserta pemeriksaan hasilnya. Pengawasan dilakukan dengan meneliti/memeriksa pelaksanaan pemetaan sketsa peta wilayah administrasi dan blok sensus.
Dalam pelaksanaan pemetaan SP2000 ini yang bertugas sebagai pengawas/pemeriksa adalah PMD dan PMC.
1. Mengatur jadwal pengawasan sehingga pengawas dapat bertemu dengan petugas di lokasi. 2. Meiakukan pemantauan pelaksanaan pemetaan agar kesalahan dapat dikurangi/dihindari. 3. Memberi petunjuk kepada petugas daiani pembuatan sketsa peta, khusus PMD harus memberi petunjuk dalam membentuk blok sensus.
4. Membantu memecahkan masalah-masalah yang ditemui petugas.
SketsaPeta Wilayah Adrnhiistrasi
1. Sketsa peta SP2000-WA secara garis besar harus sesuai dengan keadaan lapangan. 2. Arah mata angin dan batas-batas wilayah pada sketsa peta SP2000-WA harus sesuai dengan keadaan lapangan.
3. Simbol-simbol yang digunakan harus sesuai dengan legenda.
4. Identitas wilayah administrasi pada kolom sebelah kanan harus lengkap dan benar. 5. Keterangan wilayah administrasi yang ada di sebelah kanan sketsa peta harus ditulis secara lengkap dan benar.
6. Keterangan tanggal, nama, dan tanda tangan pembuat, pengawas/pemeriksa sketsa peta harus sudah terisi dengan lengkap dan benar.
7. Khusus untuksketsapeta desa/kelurahan perludiperhatikan:
sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Penomoran prasegmen harus sesuai dengan ketentuan. Penomoran dan jenis blok sensus hams sesuai dengan ketentuan.
a
Pembentukan blok sensus harus sesuai dengan Daftar SP2000-RD dan penggambarannya harus
•
Periksa kesamaan antar 2 lembar SP2000-WA
•
Pedoman Instruktur Nasional
55
Sketsa Peta Blok Sensus
1. Banyaknya sketsa peta blok sensus SP2000-WB sama dengan banyaknya blok sensus biasa (BB) ditambah banyaknya blok sensus khusus (BK) yang tercantum pada sketsa peta SP200O-WA dan sesuai dengan jenisnya.
2. Arah mata angin dan batas-batas wilayah pada sketsa peta SP2000-WB harus sesuai dengan keadaan lapangan.
3. Bentuk setiap blok sensus yang digambar pada SP2000-WB harus sebangun dengan bentuk blok sensus pada SP2000-WA
4. Periksa kelengkapan batas alam/buatan dan muatannya apakah sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
5. Simbol-simbol yang digunakan harus sesuai dengan legenda. 6. Identitas wilayah administrasi pada kolom sebelah kanan harus lengkap dan benar.
7. Keterangan wilayah administrasi yang ada di sebelah kanan sketsa peta harus ditulis secara lengkap dan benar.
8. Keterangan tanggal, nama, dan tanda tangan pembuat, pengawas/pemeriksa sketsa peta harus sudah terisi dengan lengkap dan benar.
9. Penomoran segmen harus sesuai dengan ketentuan.
10. Periksa apakah ada bangunan penting pada setiap blok sensus, bila di lapangan benar-benar tidak ada, maka harus digambar salah satu bangunan fisik yang dapat dijadikan pedoman, contoh : gardu listrik, pos satpam dan sebagainya, sehingga dapat membantu petugas lain untuk mengenali blok sensus yangbersangkutan dengan lebih mudah
Apabila ditemukan isian Daftar SP2000-RD yang tidak sesuai dengan keterangan yang tercantum padasketsa peta desa/kelurahan (SP2000-WA) tanyakan terlebih dahulu kepada PD sebelum diperbaM.
Daftar SP2000-RD
Banyaknya Daftar SP2000-RD sama dengan banyaknya lembar sketsa peta desa/kelurahan SP2000-WA. Blok I. Pengenalan Tempat
Rincian 1 s.d 5 harus sama dengan isian identitas sketsa peta desa/kelurahan yang tercantum pada bagian kanan blangko SP2000-WA.
Blok n. Keterangan Petugas
Rincian 1 s.d 4 harus sudah terisi nama, NIP/NMS, tanggal pembuatan dan tanda tangan. BlokHI. Keterangan Desa/Kelurahan
1. Jumlah halaman yang terisi harus sesuai dengan yang tercantum pada baris Halaman dari
halaman
2. Isian nomor dan jenis blok sensus pada Kolom (1) s.d (4) harus sama dengan sketsa peta desa/kelurahan (SP2000-WA)
56
Pedoman Instruktur Nasional
3. Isian jumlah KK dan bangunan sensus bukan tempat, tinggal pada Kolom (7) dan (8) harus sama
dengan jumlah KK dan BSBTT untuk prasegmen yang membentuk blok sensus pada Kolom (1). 4. Isian nomor Wilcah pada Kolom (10) harus sama dengan nomor Wilcah pada sketsa peta SE96. 5. Isian nomor prasegmen pada Kolom (5) harus sama dengan prasegmen pada sketsa peta desa/kelurahan (SP200O-WA)
6. Isian nama/nomor SLS pada Kolom (6) harus sama isian sketsa peta desa/kelurahan (SP2000WA)
7. Nama/nomor SLS yang dituliskan adalah SLS yang digunakan untuk pembentukan blok sensus.
8. Isian catatan mengenai blok sensus pada Kolom (11) harus sesuai dengan sketsa peta blok sensus SP2000-WB dan keadaan lapangan
9. Isian baris jumlah halaman ini yang tercantum pada Kolom (2) s.d (4) harus benar untuk setiap halaman.
10. Isian baris jumlah halaman sebelumnya yang tercantum pada Kolom (2) s.d (4) harus sama dengan jumlah kumulatif pada halaman sebelumnya untuk setiap halaman.
11. Isian baris jumlah kumulatif yang tercantum pada Kolom (2) s.d (4) harus sama dengan jumlah halaman ini ditambah jumlah halaman sebelumnya untuk setiap halaman, kecuali halaman 2yang merupakan Blok III yang pertama kali ada isiannya harus sama dengan isian baris jumlah halaman pada halaman tersebut.
Apabila ditemukan isian Daftar SP2000-RD yang tidak sesuai dengan ketentuan tanyakan dahulu kepada PD sebelum diperbaM. Daftar SP2000-RC
Blok I. Pengenalan Tempat
Isian Rincian 1s.d 3 harus sama dengan isian Daftar SP2000-RD Blok I Rincian 1s.d 3 Blok II. Keterangan Petugas
Rincian 1s.d 8 harus terisi nama, NIP/NMS, tanggal pembuatan dan tanda tangan. BlokDI. Keterangan Kecamatan
1. Jumlah halaman yang terisi harus sesuai dengan yang tercantum pada baris Halaman dari
halaman
2. Isian kode lama desa/kelurahan pada Kolom (1) harus sama dengan isian Daftar SP2000-RD BlokI Rincian 4 untuksetiapdesa/kelurahan.
3. Isian kode baru desa/kelurahan pada Kolom (2) harus sama dengan isian Daftar SP2000-RD BlokI Rincian 4 untuk setiap desa/kelurahan.
4. Isian nama desa/kelurahan pada Kolom (3) harus sama dengan isian Daftar SP2000-RD Blok I Rincian4 untuk setiap desa/kelurahan. 5. Isian angka ' 1' pada Kolom (4) harus sama dengan isian Daftar SP2000-RD Blok I Rincian 5 untuk setiap desa/kelurahan.
6. Isian angka ' T pada Kolom (5) harus sama dengan isian Daftar SP2000-RD Blok I Rincian 5 untuk setiap desa/kelurahan.
Pedoman Instruktur Nasional
57
7. Isian banyaknya blok sensus biasa pada Kolom (6) harus sama dengan isian banyaknya blok sensus biasa pada Daftar SP2000-RD Blok 111 Kolom (2) untuk setiap desa/kelurahan. 8. Isian banyaknya blok sensus khusus pada Kolom (7) harus sama dengan isian banyaknya blok sensus khusus pada Daftar SP2000-RD BlokUI Kolom (3) untuk setiap desa/kelurahan. 9. Isian banyaknya blok sensus persiapan pada Kolom (8) harus sama dengan isian banyaknya blok sensus persiapan pada Daftar SP2000-RD Blok III Kolom (4) untuk setiap desa/kelurahan. 10. Isian banyaknya blok sensus pada Kolom (9) harus sama dengan penjumlahan Kolom (6), (7) dan (8).
11. Isian baris jumlah halaman ini yang tercantum pada Kolom (4) dan (5) harus sama dengan banyaknya isian angka T.
12. Isian baris jumlah halaman ini yang tercantum pada Kolom (6) s.d (9) harus benar. 13. Isian baris jumlah halaman sebelumnya yang tercantum pada Kolom (4) s.d (9) harus sama dengan jumlah kumulatif pada halaman sebelumnya untuk setiap halaman, kecuali halaman 2 disalin dari baris jumlah halaman ini pada halamanpertama.
14. Isian baris jumlah kumulatif yang tercantum pada Kolom (4) s.d (9) harus sama dengan jumlah halaman ini ditambah jumlah halaman sebelumnya untuk setiap halaman.
Apabila ditemukan isian Daftar SP2000-RCyang tidak sesuai dengan ketentuan tanyakan dahulu kepada PCsebelum diperbaiki
]
Daftar SP2000-MW
Seluruh Daftar SP2000-MW yang diterima hams mencakup seluruh wilcah yang terpilih Sensus Ekonomi 1996 pada desa/kelurahan yang bersangkutan. Blok I. Pengenalan Tempat dan Ringkasan
1. Seluruh isian Rincian 1 s.d 6 harus sama dengan isianDaftar SE96-L1 BlokI Rincian 1 s.d 6. 2. Isian Rincian 7 dan 8 hams sama dengan isianDaftar SE96-L1 Blok I Rincian 8 dan 9. 3. Isian Rincian 9 harus sama dengan isian Blok 111 Baris Jumlah kumulatif ini Kolom (6) pada halaman terakhir.
4. Isian Rincian 10 harus sama dengan isian Blok III Baris Jumlah s.d halaman ini Kolom (8) pada halaman terakhir.
Blok II. Keterangan Petugas
Rincian 1 s.d 4 harus sudah diisi nama, NIP/NMS, tanggal pencacatan/pemeriksaan dan tanda tangan petugas. Blok UI. Muatan Wilcah
1. Jumlah halaman yang terisi harus sesuai dengan yang tercantum pada baris Halaman
dari
halaman
2. Isian nomor dan jenis blok sensus pada Kolom (1) harus sesuai dengan isian Daftar SP2000-RD BlokIII pada wilcahyang terpilihSE96. 3. Isian nama/nomor SLS pada Kolom (2) harus mencakup seluruh SLS yang ada pada sketsa peta wilcah/wilker SE96-CWK.
58
Pedoman Instruktur Nasional
4. Isian nomor urat segmen pada Kolom (3) hams mencakup seluruh nomor urut segmen pada Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (1).
5. Isian nomor urut PND pada Kolom (5) haras sesuai dengan isian Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (17) berurutan dari nomor unit 1 sampai dengan nomor unit terakhir. 6. Isian nomor urat URT pada Kolom (7) haras sesuai dengan isian Daftar SE96-L1 Blok IV Kolom (26) berurutan dari nomor urut 1 sampai dengan nomor urut terakhir.
Apabila ditemukan isian Daftar SP2000-MWyang tidak sesuai dengan ketentuan tanyakan dahulu kepada PD sebelum diperbaiki
59
Pedoman Instruktur Nasional