Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PRECAST CONCRETE DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL PROCESS CONTROL DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Heru Subiyakto1, Lukmandono2, Rony Prabowo3 1,2, 3 Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknik Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arif Rahman Hakim 100, Surabaya e-mail :
[email protected] ABSTRAK Tantangan perusahaan diberlakukan pasar bebas MEA saat ini adalah persaingan antar negara ASEAN sendiri. Oleh karena itu untuk memenangkan dalam bisnis saat ini harus memperhatikan customer. Customer satisfaction ini sangat efektif untuk kemajuan perusahan. Persaingan bisnis ini salah satunya adalah dibidang produk konstruksi beton. PT. Saeti Beton Pracetak merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur memproduksi produk precast concrete, persaingan bisnis di industri manufaktur precast concrete sangat kompetitif sehingga perusahaan harus mampu membuat produk yang berkualitas dengan harga bersaing dan sesuai dengan selera pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengurangi jumlah kecacatan dari produk yang dihasilkan dan mengembangkan produk sesuai dengan keinginan konsumen dengan memperhatikan aspek voice of customer dan aspek teknis perusahaan. Metode yang digunakan yaitu Statistical Process Control (SPC) dan Quality Function Deployment (QFD). Penerapan metode SPC untuk menjamin produk yang dihasilkan dalam kondisi kontrol kualitas, sedangkan penerapan metode QFD bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang menggunakan produk precast concrete dari PT. Saeti Beton Pracetak. Berdasarkan hasil observasi penelitian bahwa terdapat atribut kecatatan pada produk precast concrete yang harus diselesaiakan diantaranya: produk tidak simetris, cacat pada fisik, produk retak, produk kropos, dan produk bengkok. Hasil tersebut merupakan prioritas yang harus dilakukan perbaikan terhadap kecacatan produk precast concrete supaya customer merasakan kepuasan terhadap penggunakan produk tersebut. Sedangkan hasil penelitian yang mempengaruhi customer satisfaction terdapat atribut yaitu, kualitas produk sesuai harapan, sistem pembayaran fleksibel, pengiriman sesuai permintaan. Kata kunci : Concrete, Kualitas, Precast, , SPC, QFD
1. PENDAHULUAN PT. Saeti Beton Pracetak dalam beberapa tahun ini mengalami penurunan kapasitas permintaan dari pelanggan. Untuk mengetahui terjadinya penurunan permintaan maka perlu dilakukan perbaikan dan mendengarkan keluhan konsumen. Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Menurut Sukardi dkk (2011), perbaikan kualitas terhadap proses produksi harus dilakukan terus-menerus agar meminimalisir kecacatan produk. Salah satu perusahaan manufaktur adalah PT. Saeti Beton Pracetak yang berada di Gresik, Jawa Timur. Berdasarkan data permintaan konsumen terjadi penurunan jumlah order yang diterima dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Hal ini dapat menyebabkan pemenuhan target penjualan tidak tercapai dan keuntungan perusahaan menurun. Sehingga perlu dilakukan evaluasi, untuk mencari apa penyebab daripada adanya penurunan jumlah order yang terjadi di PT. Saeti Beton Pracetak ini. Adapun gambar grafik ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut:
499
Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
Gambar.1 Grafik jumlah Produk Precast Concrete
Gambar 1 Grafik Jumlah Produk Precast Concrete Sumber : PT. Saeti Beton Pracetak Khususnya pada Wilayah Provinsi Jawa Timur di era 1990 an perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur precast concrete masih dalam jumlah sedikit, mulai era 2000 an banyak bermunculan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur precast concrete dan di era 2010 an perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete dalam kondisi pasar yang jenuh dalam artian antara supply dan demand tidak berimbang. Untuk memenangkan persaingan bisnis ini tidak hanya dengan usaha yang keras saja melainkan harus diimbangi dengan menyediaan barang yang berkualitas dan yang berdaya saing tinggi serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Kondisi ini memicu PT. Saeti Beton Pracetak salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete yang sudah established sejak tahun 1989 untuk bersaing dengan perusahaan yang bisnis utamanya sama. Untuk bisa memenangkan persaingan bisnis usaha yang dilakukan adalah produk yang dihasilkan disesuaikan atau berpedoman pada kriteria-kriteria standart kualitas yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tidak dalam kondisi buruk atau cacat melainkan yang berkualitas dan produk yang diminati oleh konsumen. Bila perusahaan sulit bersaing dalam harga, maka perusahaan lebih baik menggunakan kualitas produk atau kualitas layanan dalam memenangkan persaingan (Zeithaml, 1990). Strategi manufaktur yang digunakan adalah cost, delivey, flexibilitas dan quality .Kualitas, Biaya, dan Pengiriman merupakan komponen-komponen yang dominan pada perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete, ketiga komponen tersebut yang harus dijadikan standart kebutuhan konsumen dengan demikian konsumen akan jadi loyal dan sulit konsumen untuk berpaling pada produk yang lain. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan kualitas serta mengatasi banyaknya cacat produk yaitu dengan statistical process control sedangkan untuk mengukur kepuasan terhadap produk menggunakan quality function deployment. Menurut Kotler dan Keller (2007), produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Oleh karena itu dalam menawarkan produk harus memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan. Produk precast concrete yang dikategorikan produk yang memiliki faktor kualitas negatif atau produk defect sebagai berikut: 500
Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
Gambar 2 Cacat Sarang Tawon (honey comb)
Gambar 3 Cacat Kropos Untuk mengendalikan kecacatan produk maka dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat yaitu dengan mengunakan metode Statistical Process Control (SPC). Pengendalian kualitas proses statistik (statistical process control) dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada Statistical Process Control (SPC)., Statistical Process Control (SPC).merupakan teknik penyelesaian problem yang dipergunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisa, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses dengan menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik (statistical process control). Jika produk yang dihasilkan dapat dikendalikan kualitas maka konsumen akan merasakan kepuasan terhadap produk tersebut. Adapaun alat ukur untuk kepuasan terhadap produk tersebut yaitu dengan quality function deployment. Quality Function Deployment (penyebaran fungsi kualitas) merupakan suatu alat atau metode yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap layanan yang diberikan oleh perusahaan baik berupa produk atau jasa. Fungsi dari pada quality function deployment yaitu metode untuk menangkap dan menerjemahkan suara konsumen ( voice of customer) kedalam karakteristik engineering produk atau jasa ( Paryani ,Maoudi And Cudney, 501
Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
dalam Poniman, 2016). Dalam mengidentifikasi suara konsumen maka dilakukan metode survey atau kuesioner untuk mengetahui kebutuhan produk atau jasa yang mana yang harus didahulukan untuk dilakukan peningkatan kualitas baik produk maupun jasa. Pada proses Quality Function Deployment terdapat empat fase dalam pengembangan suatu produk. Model empat fase ini menerjemahkan keinginan konsumen melalui beberapa tahap menuju proses perancangan produk. Setiap fase mempunyai matriks yang memuat kolom vertikal dan kolom horizontal. Kolom vertikal memuat tentang kebutuhan konsumen yang disebut “whats”, dan kolom horizontal memuat tentang bagaimana mencapai kebutuhan konsumen tersebut yang disebut “hows” (Ye Tian, 2011). Langkah pembuatan Quality Function Deployment dapat dikategorikan menjadi 4 tahap, yaitu (M.Z & Nurcahyo, 2010). Adapun gambar model empat fase dalam proses Quality Function Deployment adalah sebagai berikut:
Gambar 4 Model Empat Fase Dalam Qfd 2. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian unuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya (Sugiono: 2011) sedangkan populasi adalah produk precast concrete dan konsumen / pelanggan seluruh PT. Saeti Beton Pracetak. Adapun pengambilan sampling dengan menggunakan metode total sampling seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel, dengan pertimbangan karena sampel yang besar cenderung mendekati nilai yang sesungguhnya. Arikunto (2002). Adapun metode pengumpulan data yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada objek kecacatan produksi dan kuesioner yang disebarkan kepada konsumen untuk mengukur kepuasan terhadap produk tersebut. Sedangkan analisa data yaitu dengan menggunakan Statistical Process Control dan Quality Function Deployment 3. HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Saeti Beton Pracetak merupakan perusahaan dalam bidang manufacturing precast concrete. Penelitian ini dilakukan perusahaan cabang Surabaya yang berbagai jenis precast concrete. Hasil pengamatan ini dilakaukan berdasarkan tingkat kecacatan produk dari bulan Januari sampai Desember 2016. Kriteria defect pada produk precast conrete anatar lain : Dimensi Tidak Presisi, Kropos, Joint Tidak Simetris, Kelurusan dan Retak. Adapun data check sheet hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
502
Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
Tabel 1 Jenis Defect Pada Produk Precast Concrete Bulan
Jumlah Produksi
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
989 10 140 2260 1644 711 1695 1580 314 228 2192 447
Dimensi Tidak Presisi 14 0 0 80 33 24 73 28 10 8 40 34
Jumlah
12210
344
Kropos 8 0 1 83 33 1 63 22 18 0 54 3 286
Jenis Cacat Joint Tidak Kelurusan Simetris 12 4 0 0 1 0 1 0 8 0 4 0 19 0 4 0 0 0 1 0 6 0 0 0 56
4
Retak
Jumlah Produk Cacat
0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0
38 0 2 166 74 29 155 55 28 9 100 37
3
693
Berdasarakan tabel diatas dapat dilihat bahawa defect yang tertinggi adalah dimensi tidak presisi. Berdasarakan data terebut makan prioritas utama dalam melakukan perbaikan dan pengendalian produk yaitu pada kriteria dimensi tidak presisi. Gambaran data dapat dilakukan dengan histogram, yang menggambarkan terhadap produk cacat pada precast concrete. Adapun gambar histogram sebagai berikut:
Gambar 5 Histogram Produk Cacat Gambaran data dengan menggunakan control chart dapat dilihat bahwa terdapat 8 titik diluar batas toleransi UCL dan LCL sehingga perbaikan harus segera dilakukan. Adapun batas diluar toleransi yaitu bulan Februari, Maret, April, Juni , Juli, September , Oktober dan November. Adapun gambar control chart sebagai berikut:
503
Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
Gambar 6 Control Chart Defect Diagram Pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi , mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan kegagalan secara permanen. Dengan diagram ini maka akan diketahui jenis kegagalan yang paling dominan. Pembuatan diagram Pareto diawali dengan menyusun tabel frekuensi komulatif dari produk cacat Tabel 2 Komulatif defect pada produk precast concrete No
Jenis Cacat
Frekuensi
Persentase
Komulatif (%)
1
Dimensi Tidak Presisi
344
49,6 %
49,6 %
2
Kropos
286
41,3 %
90,9 %
3
Joint Tidak Simetris
56
8,1 %
99,0 %
4
Kelurusan
4
0,6 %
99,6 %
5
Retak
3
0,4 %
100 %
jumlah
693
100 %
Penyebab defect yang terjadi adalah pada kriteria dimensi tidak presisi, berdasarkan pengamatan tersebut prosentasi kecacatan sebesar 49,6%. Faktor yang menyebabkan defect ini dapat diminimalisir dikemuadian hari. Adapun gambar Pareto dapat dilihat sebagai berikut
Gambar 7 Pareto Diagram Jumlah Produk Defect
504
Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
Langkah - langkah antisipasi kecacatan dapat dilakukan dengan mencari sumber penyebab terjadinya kecacatan. Adapun bantuan tools yang digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan diagram Cause-and-Effect Diagram. Adapun analisa Cause-and-Effect Diagram sebagai berikut: pembuatan precast concrete env ironment
Material
Personnel
kualitas bahan kurang baik
kendala cuaca
kurang pengalaman
komposisi bahan tidak imbang
kurang pelatihan
kendala pengiriman bahan baku bany ak campuran kerikil
kelalaian
penaruhan terlalu keras
terjadi cacat mesin tetap beropeasi
k ecacatan precast concrete
pengepresan tidak rata pengaw asan lemah
Methods
peralatan kurang bersih prev entiv e mesin tidak berjalan
Machines
Gambar 8 Cause-and-Effect Diagram 3.1 Analisa QFD Berdasarkan hasil analisa spc maka pengembangan produk harus dilakukan perbaikan terhadap hasil kecacatan tersebut. Qfd dalam penelitian ini untuk mengukur kepuasan konsumen terhadap penggunaan precast concrete setelah dilakukan perbaikan dengan analisa kecacatan terebut. Adapun hasil atribut – atribut dan nilai kepentingan konsumen. Tabel 3 Tingkat Kepentingan Konsumen No
Atribut pernyataan
Average important
1 2 3 4 5
Produk yang dihasilkan berkualitas tinggi Kesesuian produk atas permintaan konsumen Ketersediaan produk saat permintaan urgent Memiliki berbagai varian produk Hasil produk simetris Produk yang dihasilkan memiliki performa yang tinggi Produk tidak cacat retak dan kropos
4 4 4 5 5
Harga terjangkau Sistem pembayaran lebih fleksibel
5
9 10
Pengiriman dijanjikan
11
Kecepatan dan ketepatan pelayanan terhadap konsumen
4
12
Kesopanan dan keramahan staf dalam melayani konsumen
5
6 7 8
sesuai
dengan
505
waktu
4 4 4
yang
4
Seminar Nasional IENACO - 2017
ISSN: 2337 - 4349
Berdasarkan data tersebut diatas maka harapan konsumen terhadap perbaikan produk memiliki nilai antara 4 sampai 5. Artinya bahwa konsumen menginginkan harapan produk yang berkualitas tinggi. Sedangan prioritas perbaikan berdasarkan analisis quality function deployment adalah sebagai berikut: Tabel 4 Komulatif Defect pada Produk Precast Concrete Absolut Score
Persentase Score
Ranking Score
Standarisasi Material
146
29,92
1
Komposisi Material
100
20,49
2
Pelatihan Karyawan
50
10,25
3
Pejadwalan Maintenance
49
10,04
4
Kebersihan Cetakan
40
8,20
5
Quality Control Yang Ketat
39
7,99
6
Ruang Perawatan Beton
39
7,99
7
SDM Yang Berkualitas
25
5,12
8
Tecknical Correlation
Berdasarkan tabel tersebut urutan prioritas perbaikan adalah standarisasi material menempati urutan pertama dengan nilai 146 dan terendah SDM yang berkualitas dengan score 25 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penyebab utama timbulnya cacat / produk defect pada produk precast concrete yaitu kurang pengalaman, kurang pelatihan, kelalaian, kualitas bahan kurang baik, komposisi bahan tidak imbang, bahan baku banyak campuran kerikil, kendala cuaca, kendala pengiriman, pengawasan lemah , penyetakan tidak rata, peletakan terlalu keras, preventive mesin tidak berjalan, peralatan kurang bersih dan terjadi cacat mesin tetap beropeasi. 2. Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan memperhatikan voice of customer yang terdapat dua belas atribut customer important. 3. Strategi yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan yaitu dengan menerapkan pengendalian kualitas defect dengan metode SPC dan pengukuran kepuasan dengan menggunakan QFD. Prioritas perbaikan harus dilakukan sesgera mungkin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan customer. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Kotler, Philip And Kevin Lane Keller. 2007. Marketing Manajment, New Jersey: Pearson Prestice Hall,Inc Nasution, Arman Hakim 2006. Manajemen Industri. Penerbit Andi Ofhset . Yogyakarta Poniman, 2016. Upaya Peningkatan Pelayanan Jasa (Service Excellent) Terhadap Kepuasan Konsumen Menggunakan Pendekatan Servqual Dan Quality Function Deployment (QFD). Tesis Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : CV Alfabeta Sukardi, Effendi, U., Astuti, D.A. (2011), Aplikasi Six Sigma pada Pengujian Kualitas Produk di UKM Keripik Apel Tinjauan dari Aspek Proses. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.12, No.1, Pp. 1-7. Tian, Ye, 2011. Apply Quality Function Deployment Model In After-Sales Service Improvements: Case Company X, Thesis Department Of Business Technology, Aalto University Zeithaml,V.A.,M.J.Bitner,1990, Service Marketing, New Jersey: The McGraw-Hill Companies, Inc.
506