Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 Rosi Wulandani Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi,
[email protected] Drs. PC. Subyantoro, M.Kes Dosen Pembimbing Mahasiswa Abstrak Pembelajaran geografi khususnya Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi di SMAN 1 Sumberrejo, masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional berupa metode ceramah. Hal tersebut didukung dengan pernyataan guru pengajar geografi kelas X “Drs. Ubaid Rasyidi” bahwa hasil post-test siswa kelas X pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi 75% tidak tuntas. Dari masalah tersebut, penelitian ini mengambil tema penelitian penerapan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan antara nilai pre-test dan post-test setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional, mengetahui perbedaan nilai kognitif antara pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional, dan mengetahui perbedaan nilai afektif antara pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Design. Penelitian ini dilakukan di kelas X-6 dan X-9 SMAN 1 Sumberrejo. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket, observasi, dokumentasi, wawancara, dan metode tes. Teknik analisis data menggunakan SPSS 16 For Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan nilai pre-test dan post-test di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Namun nilai pre-test dan
post-test lebih tinggi di kelas kontrol. Kondisi demikian dipicu oleh beberapa faktor yaitu waktu yang diberikan saat kegiatan belajar mengajar tidak sesuai jadwal dan adanya perbedaan karakteristik antara mata pelajaran geografi dan matematika. Pada nilai kognitif melalui Uji-T didapat hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai kognitif kelas X-9 dan X-6 meskipun secara rata-rata nilai kognitif di kelas kontrol lebih tinggi. Hal tersebut penyebabnya juga sama seperti saat kondisi pre-test dan posttest. Sedangkan pada nilai afektif, di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata efektif lebih tinggi dibandingkan di kelas kontrol, kondisi demikian dipicu karena minat siswa terhadap materi, penilaian siswa tentang guru saat mengajar, dan respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan. Saran, sebaiknya dalam penggunaan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik harus disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR), Pendekatan Pembelajaran Konvensional Abstract Geography learning in particulary basic competence of earth formation history in SMAN 1 Sumberrejo, still using coventional learning approach form of a lecture. This is supported by the statement of geography teachers of class X “Drs.Ubaid Rasyidi” that post-test results of class X on basic competence of earth formation history is not complete with minimum score is 75%. From this problems, this research takes theme implementation of Realistic Mathemathics Education approach. Aims of this research is to know differencess of pretest and post-test score, cognitive and affective score after learning implementation of Realistic Matemathics Education approach and conventional learning. This research uses a Quasi- Experimental Design. This research was conducted in class X-6 and X-9 SMAN 1 Sumberrejo . Data collection techniques using questionnaires, observation, documentation, interviews, and testing methods . Data analysis technique uses SPSS 16 for windows. Results of this study indicate that there are differences in score of pretest and posttest in experimental class and control class. Pre-test score is higher than post-test score in control class. This condition is influenced by score factor such us, time given is different with schedule and differences characteristic between geography and mathematics subject. Cognitive score based on T-test is gotten that there is no significant differences between cognitive score in X-9 and X-6 classes althought cognitive average score of control class is higher. This condition is caused by same condition in pre-test and post-test in affective. Score in experiment class has higher average score than control class. This condition is influence by student interest in materi, student assesment in teacher skill and student respond in learning approach used. This suggestion is in implementation of Realistic Mathematics Education approach must be suitable with subject characteristic. Keywords: Student Results, Realistic Mathematics Education Learning Approach (PMR), Conventional Learning Approach
370
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 (Ariyadi, 2011: 21) menyatakan, proses belajar siswa hanya akan terjadi jika pengetahuan (Knowledge) yang dipelajari bermakna bagi siswa (Freudenthal, 1991). Suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu konteks (CORD, 1999) atau pembelajaran menggunakan permasalahan realistik. Suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata (real world problem) dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Suatu cerita rekaan, permainan, atau bahkan bentuk formal disiplin ilmu bisa digunakan sebagai masalah realistik. Menurut Soedjadi (2001:2), “PMR adalah pemanfaatan realitas yaitu hal-hal yang nyata atau konkrit dan dapat diamati secara langsung sesuai dengan lingkungan tempat siswa berada”. Dengan demikian, dalam pembelajaran PMR tidak dapat mengesampingkan lingkungan siswa, pengalaman-pengalaman siswa dalam kehidupannya. Guru harus mampu memotivasi siswa agar aktif dalam proses belajar. Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar dan mengoptimalkan keikutsertaan minat siswa. Pengoptimalan seluruh minat siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan yang dimunculkan guru dalam kelas, baik respon secara lisan, tertulis, ataupun bentuk-bentuk representasi lain secara demonstrasi. Selain itu mengoptimalkan seluruh minat siswa juga diperlukan komunitas matematika yang kondusif, dalam arti bahwa lingkungan belajar harus mampu membangkitkan setiap siswa untuk berpartipasi aktif. Hasil belajar geografi dalam penelitian ini yaitu pada ranah kognitif dan afektif, dimana ranah kognitif tersebut diambil dari nilai post-test siswa, sedangkan ranah afektif diambil dari penilaian sikap atau perilaku siswa saat proses belajar-mengajar. Pengaruh atau hubungan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) terhadap hasil belajar dalam penelitian ini yaitu saat proses belajar-mengajar melalui penerapan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) ini akan memberi pengaruh terhadap transfer materi terhadap siswa, karena pendekatan pembelajaran ini bersifat realistik atau pendekatan pembelajaran yang menciptakan suatu proses belajar-mengajar yang dapat diimajinasi oleh siswa, sehingga tidak tergambar secara abstrak dalam pemahaman siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Wijaya dalam buku Pendidikan Matematika Realistik (2011: 21) bahwa, suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata (real world problem) dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Suatu masalah disebut “realistik” jika masalah tersebut dapat dibayangkan (imagineable) atau nyata (real) dalam pikiran siswa. Suatu cerita rekaan, permainan atau bahkan bentuk formal matematika bisa digunakan sebagai masalah realistik. Penggunaan permasalahan realistik (sering juga disebut sebagai context problems)
PENDAHULUAN Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bersama ilmu sejarah, ekonomi, dan sosiologi. IPS memiliki karakteristik yang sangat berhubungan dengan masyarakat, yang memiliki tujuan untuk membekali manusia sebagai makhluk sosial agar dapat berinteraksi dengan sesama, dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya, dan dapat saling melengkapi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Posisi geografi sebagai cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang fenomena di permukaan bumi, yang tentu berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan pengertian geografi secara harfiah yang berasal dari dua suku kata, yaitu geo adalah bumi dan graphien adalah gambaran, sehingga geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena permukaan bumi. Berdasarkan hasil semlok (seminar dan lokakarya) Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang tahun 1988 (dalam Sukma, 2012: 81) mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa geografi mempelajari tentang fenomena geosfer. Dengan demikian dalam mempelajari geografi di sekolah memiliki lingkup materi yang luas yang terdiri dari keterkaitan antara lingkungan fisik dan sosial. Materi pelajaran geografi yang demikian kompleks, menuntut guru (pendidik) untuk tidak hanya mengajarkan geografi secara abstrak, tetapi mengajarkan secara nyata yang bisa dibayangkan/diimajinasikan oleh siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang realistik. Berdasarkan hasil temuan di SMAN 1 Sumberrejo melalui wawancara dan pengamatan langsung pada mata pelajaran geografi saat PPL II tanggal 16 Juli 2013, menyatakan bahwa siswa merasa tidak suka terhadap mata pelajaran geografi karena mereka menganggap geografi merupakan disiplin ilmu yang bersifat hafalan, monoton, dan membosankan. Berdasarkan pengamatan secara langsung guru pengajar geografi selalu menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional berupa metode ceramah. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan guru pengajar geografi kelas X “Drs. Ubaid Rasyidi” bahwa hasil post-test siswa kelas X pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi 75% tidak tuntas atau di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menjadi dasar untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang bersifat realistik untuk mengatasi permasalahan di atas. Pemilihan penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR), dilandaskan pada pemikiran bahwa pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan atau pembelajaran secara nyata. Dalam buku Pendidikan Matematika Realistik 371
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 dalam Pendidikan Matematika Realistik memiliki posisi yang jauh berbeda dengan penggunaan permasalahan realistik dalam pendekatan mekanistik. Dalam Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi dibutuhkan pembelajaran yang bersifat realistik. Jadi dalam penelitian ini menguji coba apakah pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) juga cocok digunakan dalam pembelajaran geografi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan antara nilai pre-test dan post-test setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional, mengetahui perbedaan nilai kognitif antara pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional, dan mengetahui perbedaan nilai afektif antara pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional. Penelitian ini diajukan dengan memiliki asumsi yang dianggap penting diungkap dan menjadi dasar pemikiran pengkajian, yaitu memiliki persamaan karakteristik mata pelajaran matematika dan mata pelajaran geografi. Mata pelajaran matematika tidak bisa serta merta diajarkan pada siswa secara abstrak butuh penjabaran secara realita, ada keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Begitu pula pada mata pelajaran geografi tidak bisa serta merta hanya diceritakan secara abstrak butuh penjabaran secara realita, karena geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan, sehingga berasumsi bahwa penerapan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dianggap juga dapat diterapkan pada mata pelajaran geografi.
Tabel 1: Rincian Jumlah Siswa dalam Penelitian Jumlah Siswa Jumlah No Kelas Laki-laki Perempuan Seluruh Siswa X-9 8 20 28 1. X-6 9 19 28 2. 56 Jumlah Sumber: Data Primer Olahan 2013
Gambar 1: Desain Penelitian
Keterangan: X1 : Pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) kelas X-9 X2 : Pendekatan pembelajaran konvensional kelas X-6 01 : Pre-test (tes awal yang diberikan sebelum siswa menerima perlakuan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik) 02 : Post test (tes akhir yang diberikan setelah siswa menerima perlakuan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik) 03 : Pre-test (tes awal yang diberikan sebelum siswa menerima perlakuan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konvensional) 04 : Post test (tes akhir yang diberikan setelah siswa menerima perlakuan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konvensional) Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket, observasi, dokumentasi, wawancara, dan metode tes. Teknik analisis data menggunakan SPSS 16 For Windows yaitu Uji- T Independent Samples Test dan Uji-T Paired Samples Test. Data yang diperoleh dari hasil penelitan ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data hasil penilaian dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan nilai rata-rata dan persentase. 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) menggunakan “Uji-T Paired Sample Test” (SPSS for windows) nilai diambil dari hasil pretest dan post-test pada kelas X-9. 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada pendekatan pembelajaran konvensional menggunakan “Uji-T Paired Sample Test” (SPSS for windows) nilai diambil dari hasil pre-test dan post-test pada kelas X6. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional pada ranah kognitif menggunakan "Uji- T Independent Sample Test" (S P S S f o r windows), nilai diambil dari hasil post-test pada Kelas X-9 dan X-6. 4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di kelas X SMAN 1 Sumberrejo pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014 selama 4 minggu, yaitu pada tanggal 6 November 2013, 12 November 2013, 19 November 2013, 26 November 2013, dan 30 November 2013. Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Design, karena membandingkan hasil belajar siswa dengan menggunakan perlakuan yang berbeda pada tiap kelas yang bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan pandekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dengan pendekatan pembelajaran konvensional pada materi Sejarah Pembentukan Bumi Kelas X di SMAN 1 Sumberrejo. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Sumberrejo, memakai 2 kelas yang dipilih yaitu kelas X-9 dengan jumlah siswa 28 siswa dan kelas X-6 dengan jumlah siswa 28 siswa. Pengambilan subyek ini dilakukan dengan cara melakukan pre-test pada kelas X-1 sampai X-9, lalu dua kelas yang memiliki karakteristik nilai pre-test yang sama di ambil menjadi subyek penelitian. 372
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 Realistik (PMR) dan pendekatan pembelajaran konvensional pada ranah afektif menggunakan “Uji-T Independent Sample Test” (SPSS for windows), nilai diambil dari hasil skoring pada penilaian sikap dikonversikan menjadi nilai afektif.
menunjukkan 92%, dan jika diakumulasikan dan diratarata setiap pertemuan aktivitas guru menunjukkan angka 85,33%. Berdasarkan skala likert (Riduwan, 2009:21) persentase aktivitas guru dalam uji coba pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik tersebut, termasuk dalam kategori “Layak” (80% pada pertemuan pertama), persentase 84% pada pertemuan kedua termasuk dalam kategori “Sangat Layak”, persentase 92% pada pertemuan ketiga termasuk dalam kategori “Sangat Layak”, serta ketika diakumulasikan lalu diratarata aktivitas guru mendapat persentase 85,33% yang termasuk dalam kategori “Sangat Layak”.
HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMAN 1 Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro terletak di wilayah yang strategis, mudah dijangkau dengan sarana transportasi umum, baik dari arah Surabaya maupun Bojonegoro. Tepatnya di Jalan Raya No.131 Sumberrejo-Bojonegoro. Sekolah ini berjarak +2 Km dari pusat Kota Kecamatan Sumberrejo, dari arah Surabaya berjarak +96 Km, dan dari arah Bojonegoro +18 Km. SMAN 1 Sumberrejo merupakan sekolah yang berstatus negeri terakreditasi A (unggul). Jumlah guru bidang studi yang mengajar di SMAN 1 Sumberrejo hingga saat ini adalah 52 guru dan jumlah tenaga administrasi-tata usaha sebanyak 12 orang. Siswa yang belajar di SMAN 1 Sumberrejo selurunya 869 orang, siswa kelas X sebanyak 288 siswa yang terbagi dalam 9 kelas, kelas XI sebanyak 291 siswa yang terbagi dalam 4 program IPA sebanyak 139 siswa, 4 program IPS sebanyak 136 siswa, dan kelas XII sebanyak 290 siswa yang terbagi dalam 4 program IPA sebanyak 120 siswa, 4 program IPS sebanyak 146 siswa, dan 1 program bahasa sebanyak 24 siswa.
Respon Siswa Dari hasil angket respon siswa yang dibagikan, dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: 1. Respon siswa tentang materi Sejarah Pembentukan Bumi Tabel 2: Indikator Pendekatan Pembelajaran Konvensional Kelas X-6 No. Pernyataan Frekuensi % Senang 13 40,62% 1 Tidak Senang 19 59,38% 2 32 100% Total Sumber: Data Primer Olahan 2013
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-6 sebanyak 59,38% tidak senang pada materi Sejarah Pembentukan Bumi karena materi sulit dipahami dan sulit dipublikasikan. Sedangkan sebanyak 40,62% siswa kelas X-6 senang terhadap materi Sejarah Pembentukan Bumi karena mudah diterima dan dipahami, serta sangat membantu dalam belajar karena materi jelas. Tabel 3: Indikator Pendekatan Pembelajaran PMR Kelas X-9 No Pernyataan Frekuensi % Senang 24 75% 1 Tidak Senang 8 25% 2 32 100% Total
Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran dilakukan pengamatan/observasi terhadap aktivitas guru. Pengamatan terhadap aktivitas guru dilakukan oleh 2 orang observer yang terdiri dari 1 orang guru kelas, dan 1 orang mahasiswa geografi. Observasi tersebut dilakukan tiga kali untuk setiap kelas. Hal ini disesuaikan dengan jumlah tatap muka yang juga sebanyak tiga kali pertemuan untuk masng-masing kelas.Berdasarkan data tabel aktivitas guru kelas X-6 pada tiap pertemuan mengalami peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga. Pada pertemuan pertama menunjukkan angka 72%, pertemuan kedua menunjukkan angka 80%, pertemuan ketiga menunjukkan angka 92%, dan jika diakumulasikan lalu di rata-rata persentase aktivitas guru menunjukkan angka 81,33%. Berdasarkan skala likert (Riduwan, 2009:21) persentase aktivitas guru dalam uji coba pendekatan konvensional tersebut dikategorikan “Layak” (72% pada pertemuan pertama), persentase 80% pada pertemuan kedua termasuk kategori “Layak”, persentase 92% pada pertemuan ketiga juga termasuk kategori “Sangat Layak”, dan ketika diakumulasikan lalu di rata-rata setiap pertemuan aktivitas guru mendapat persentase 81,33% yang hal tersebut juga masuk dalam kategori “Sangat Layak”. Hal ini merupakan masalah yang dapat menghambat proses pembelajaran. Berdasarkan data tabel di atas aktivitas guru pada tiap pertemuan mengalami peningkatan, pada pertemuan pertama aktivitas guru menunjukkan 80%, pertemuan kedua menunjukkan 84%, pertemuan ketiga
Sumber: Data Primer Olahan 2013
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-9 sebanyak 75% senang terhadap materi Sejarah Pembentukan Bumi karena materi mudah diterima dan dipahami, serta sangat membantu dalam belajar karena materi jelas. Sedangkan sebanyak 25% siswa kelas X-9 tidak senang terhadap materi Sejarah Pembentukan Bumi karena materi sulit dipahami dan sulit dipublikasikan. 2. Respon siswa tentang cara pembelajaran yang diberikan guru dengan adanya pre-test dan post-test pada materi Sejarah Pembentukan Bumi Tabel 4: Respon siswa tentang pre-test dan post-test Kelas X-6 No Pernyataan Frekuensi % Senang 31 96,87% 1 Tidak Senang 1 3,13% 2 32 100% Total Sumber: Data Primer Olahan 2013
373
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-6 sebanyak 96,87% senang terhadap cara pembelajaran yang diberikan guru dengan adanya pre-test dan post-test pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena dapat mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan materi pelajaran Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi, mengetahui kekurangan materi saat awal pelajaran, dan mengetahui pendekatan pembelajaran yang mana yang cocok bagi siswa. Sedangkan 3,13% siswa kelas X-6 tidak senang terhadap cara pembelajaran yang diberikan guru dengan adanya pre-test dan post-test pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena banyak tes evaluasi yang harus diikuti oleh siswa. Tabel 5: Respon siswa tentang adanya pre-test dan post-test kelas X-9 No. Pernyataan Frekuensi % Senang 32 100% 1 Tidak 0 0% 2 Senang 32 100% Total
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-9 sebanyak 100% senang terhadap guru saat mengajar pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena cara mengajarnya komunikatif, penjelasan yang diberikan komunikatif, dan adanya nilai tambahan bagi siswa yang aktif. Sedangkan 0% siswa kelas X-9 tidak senang terhadap guru saat mengajar pada Materi Sejarah Pembentukan Bumi. 4. Respon siswa tentang pendekatan pembelajaran konvensional Tabel 8: Respon siswa tentang pendekatan pembelajaran konvensional kelas X-6 No. Pernyataan Frekuensi % Senang 17 53,12% 1 Tidak Senang 15 46,88% 2 32 100% Total Sumber: Data Primer Olahan 2013
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-6 sebanyak 53,12% senang terhadap pendekatan konvensional pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena keterangannya mudah dipahami, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga belajar lebih bersemanagt, serta adanya penghargaan berupa point plus plus. Sedangkan 46,88% siswa kelas X-6 tidak senang terhadap pendekatan konvensional pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena sulit dipahami sebab yang disampaikan guru hanya garis besar materi dan cara belajar lebih terpacu dan terkesan tergesa-gesa serta banyak tugas yang dibebankan kepada siswa. 5. Respon siswa tentang pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Tabel 9: Respon siswa tentang pendekatan pembelajaran PMR kelas X-9 No. Pernyataan Frekuensi %
Sumber: Data Primer Olahan 2013
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-9 sebanyak 100% senang terhadap cara pembelajaran yang diberikan guru dengan adanya pre-test dan post-test pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena dapat mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan materi pelajaran Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi, mengetahui kekurangan materi saat awal pelajaran, dan mengetahui pendekatan pembelajaran yang mana yang cocok bagi siswa. Sedangkan 0% siswa kelas X-9 tidak senang terhadap cara pembelajaran yang diberikan guru dengan adanya pre-test dan post-test pada materi Sejarah Pembentukan Bumi. 3. Respon siswa tentang guru saat mengajar pada materi Sejarah Pembentukan Bumi Tabel 6: Respon siswa tentang guru saat mengajar pada materi Sejarah Pembentukan Bumi kelas X-6 No Pernyataan Frekuensi % Senang 30 93,75% 1 Tidak Senang 2 6,25% 2 32 100% Total
1 2
Senang Tidak Senang Total
30 2 32
93,75% 6,25% 100%
Sumber: Data Primer Olahan 2013
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-9 sebanyak 93,75% senang terhadap pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena keterangannya mudah dipahami, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga belajar lebih bersemangat, serta adanya penghargaan berupa point plus plus. Sedangkan 6,25% siswa kelas X-9 tidak senang terhadap pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena sulit dipahami sebab yang disampaikan guru hanya garis besar materi.
Sumber: Data Primer Olahan 2013
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X-6 sebanyak 93,75% senang terhadap guru saat mengajar pada materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena cara mengajarnya komunikatif, penjelasan yang diberikan komunikatif, dan adanya nilai tambahan bagi siswa yang aktif. Sedangkan 6,25% siswa kelas X-6 tidak senang terhadap guru saat mengajar pada Materi Sejarah Pembentukan Bumi, karena cara belajarnya tidak komunikatif. Tabel 7: Respon siswa tentang guru saat mengajar pada materi Sejarah Pembentukan Bumi kelas X-9 No. Pernyataan Frekuensi % Senang 32 100% 1 Tidak Senang 0 0% 2 32 100% Total
Validasi Perangkat Pembelajaran Berdasarkan tabel penilaian RPP pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik dapat diketahui bahwa RPP telah divalidasi oleh ahli isi/materi. Rata-rata penilaian validasi RPP sebesar 83%. Menurut skala likert (Riduwan, 2009: 21) ketegori ini termasuk
374
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 dalam kategori “Sangat Layak”, sehingga RPP tersebut layak untuk digunakan pada kelas eksperimen. Serta tabel penilaian RPP pendekatan pembelajaran konvensional dapat diketahui bahwa RPP telah divalidasi oleh ahli isi/materi. Rata-rata penilaian validasi RPP sebesar 84%. Menurut skala likert (Riduwan, 2009: 21) ketegori ini termasuk dalam kategori “Sangat Layak”, sehingga RPP tersebut layak untuk digunakan pada kelas kontrol. Berdasarkan tabel penilaian Lembar Kerja Siswa diketahui bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) mendapat validasi sebesar 80% yang mendapat kategori “Layak” berdasarkan skala likert (Riduwan, 2009: 21). Hampir semua semua aspek yang dinilai mendapat persentase 80%, hanya tiga aspek saja yang mendapat nilai 60% yaitu kesesuaian dengan indikator, kecukupan bahan atau sumber belajar, dan kejelasan sumber belajar yang ditunjukkan.
memperhatikan segi sosial atau unsur manusianya terasa ada bagian obyek material yang ditinggalkan, karena unsur sosial selalu mengikuti dan memberi corak pada lingkungan alam, dapat merubah pola penyebaran persamaan dan perbedaan geosfer. Oleh karena itu maka dalam penyajian materi geografi di sekolah harus diberikan secara terpadu/terintegrasi antara fisik dan geografi sosial karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Melalui pembelajaran geografi guru diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir geografis, yaitu memahami interaksi dan interelasi keruangan dari gejala-gejala fisikal dan sosial di permukaan bumi, serta kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan teknologis di bidang geografi, untuk diterapkan dalam kegiatan produktif dan pelayanan bagi masyarakat. Sedangkan berdasarkan pernyataan tentang karakter pembelajaran pembelajaran matematika yang disampaikan oleh Wijaya (2011:11-12), sudut pandang yang pertama adalah posisi matematika, yaitu sebagai obyek ataukah sebagai alat. Kita harus memperluas pandangan kita terhadap matematika, bahwa matematika bukan sekedar “obyek belajar” atau “ilmu tentang” tetapi juga sebagai “suatu ilmu untuk” atau “a science for”. Ketika membicarakan pola (pattern) dalam matematika, kita tidak sekedar memposisikan pola sebagai suatu karakteristik yang kita amati atau temukan dalam matematika. Namun, kita juga perlu menggunakan pola dalam matematika sebagai media untuk menyelesaikan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak hanya bekerja di dalam matematika, tetapi kita sudah bekerja dengan matematika melalui proses berpikir matematis. Sudut pandang yang kedua adalah aspek matematika apa yang kita gunakan, aspek produk matematika (misal: rumus) atau aspek sifat dan prinsip matematika. Penekanan pada produk matematika memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan kemampuan melakukan matematika (bekerja di dalam matematika). Namun, jika hanya fokus pada produk matematika tanpa memperhatikan aspek sifat dan prinsip matematika maka kemampuan berpikir matematis akan sulit untuk dibangun. Kita akan bisa membangun kemampuan berpikir matematis jika kita memberi penekanan pada sifat dan prinsip matematika, misal pola dan hubungan (pattern dan relationship). Sudut pandang yang ketiga adalah jenis pengetahuan matematika. Ada tiga macam pengetahuan dalam matematika, yaitu pengetahuan prosedural, pengetahuan konseptual, dan pengetahuan kontekstual. Dari kutipan-kutipan di atas membuktikan bahwa disisi lain terdapat persamaan karakteristik, namun begitu banyak juga perbedaan karakteristik antara mata pelajaran geografi dan mata pelajaran matematika. Hal ini yang menyebabkan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik tidak cocok diterapkan pada mata pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi. Dalam suatu pembelajaran memang dibutuhkan pendekatan yang tepat suatu pembelajaran tersebut berhasil. Kondisi demikian didukung dengan adanya pendapat dari Djamarah (2010: 109-119) dalam bukunya
Hasil Belajar Siswa Diketahui bahwa nilai dari 28 siswa di kelas eksperimen memiliki nilai pre-test dan post-tes dengan rata-rata 46,43 dan 63,77. Sedangkan berdasarkan data yang ditunjukkan tabel tentang hasil pre-tes dan post-tes kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 50,51 dan 66,84. Serta diketahui bahwa nilai kognitif dari 28 siswa di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 63,77. Sedangkan berdasarkan data yang ditunjukkan tabel tentang hasil nilai kognitif kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 66,84. Serta diketahui bahwa nilai afektif dari 28 siswa di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 76,04. Sedangkan berdasarkan data yang ditunjukkan tabel tentang hasil nilai afektif kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 67,51. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian waktu yang diberikan pada saat kegiatan belajar mengajar tidak sesuai jadwal, sehingga aktivitas guru juga mengalami hambatan dan percepatan karena waktu yang semestinya 2 jam pelajaran, hanya tersedia 1 jam pelajaran yang tentu mengalami percepatan pengajaran baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Selain itu karena waktu yang tersedia tidak sesuai dengan jadwal yang ada, menyebabkan siswa mengalami kenaikan beban kognitif ekstrinsik karena padatnya materi dalam waktu yang singkat. Serta Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik merupakan pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran matematika, ada persamaan karakteristik antara mata pelajaran matematika dan geografi yaitu sama-sama membutuhkan pengajaran yang bersifat realistik. Namun di samping persamaan tersebut, masing-masing juga memiliki karakterisasi ilmu tersendiri baik mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran geografi. Berdasarkan pernyataan tentang karakter pembelajaran geografi yang disampaikan oleh Prasetya (2012:89-90), Geografi tidak dapat lepas dari lingkungan fisik dan sosial. Geografi yang hanya mempelajari bentang alam, lingkungan alam, dan penyebaran sumberdaya alam tanpa 375
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 tentang strategi belajar mengajar bahwa, Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang keberhasilan yang dicitacitakan, tetapi kegagalan yang ditemui disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor yang dimaksud adalah (1) tujuan, (2) guru, (3) anak didik, (4) kegiatan pengajaran, (5) alat evaluasi, (6) bahan evaluasi, dan (7) suasana evaluasi. Dengan dua alasan di atas membuktikan bahwa pendekatan konvensional lebih cocok digunakan pada mata pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi. Hasil belajar berupa pre-tes dan post-tes di kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Pernyataan tersebut sesuai dengan keunggulan pendekatan pembelajaran konvensional yang dikatakan oleh R. Phillip Wallace, bahwa pada pendekatan konvensional penekanan yang mendasar adalah pada bagaimana pengetahuan dapat diserap oleh siswa dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi siswa terabaikan. Hasil belajar pada ranah afektif di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas eksperimen dipengaruhi oleh tiga faktor di atas, yaitu minat siswa terhadap materi sejarah pembentukan bumi, penilaian siswa tentang guru saat mengajar pada materi sejarah pembentukan bumi, dan respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan saat materi sejarah pembentukan bumi. Jika dirinci antara lain, respon siswa di kelas eksperimen sebanyak 75% menyukai materi sejarah pembentukan bumi karena materi mudah diterima dan dipahami, serta sangat membantu dalam belajar karena materi jelas. Selanjutnya 100% respon siswa kelas eksperimen menyukai guru saat mengajar pada materi sejarah pembentukan bumi karena cara mengajarnya komunikatif, penjelasan yang diberikan komunikatif, dan adanya nilai tambahan bagi siswa yang aktif. Serta respon siswa sebanyak 93,75% di kelas eksperimen menyukai pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik pada materi sejarah pembentukan bumi karena keterangannya mudah dipahami, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga belajar lebih bersemangat, serta adanya penghargaan berupa point plus plus. Sedangkan jika diamati respon siswa pada kelas kontrol, yaitu sebanyak 59,38% tidak menyukai materi sejarah pembentukan bumi karena materi sulit dipahami dan sulit dipublikasikan. Respon selanjutnya 6,25% siswa kelas kontrol tidak senang terhadap guru saat mengajar pada materi sejarah pembentukan bumi, karena cara belajarnya tidak komunikatif. Serta 46,88% respon siswa kelas kontrol tidak menyukai pendekatan pembelajaran konvensional pada materi sejarah pembentukan bumi pada materi karena sulit dipahami sebab yang disampaikan guru hanya garis besar materi dan cara belajar lebih terpacu dan terkesan tergesa-gesa serta banyak tugas yang dibebankan kepada siswa.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di simpulkan sebagai berikut: a. Pada nilai pre-test dan post-test siswa di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol mengalami peningkatan baik dari nilai rata-rata maupun hasil analisis Uji-t. Namun jika diamati nilai rata-rata pretest dan post-test kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen, hal tersebut disebabkan oleh waktu pembelajaran yang tidak sesuai jadwal sehingga aktifitas pembelajaran mengalami percepatan yang secara otomatis juga mempengaruhi kenaikan beban kongnitif ekstrinsik siswa. Alasan kedua karena Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik tidak cocok diterapkan pada mata pelajaran geografi Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi karena terdapat banyak perbedaan karakteristik antara mata pelajaran matematika dan geografi, meskipun di satu sisi samasama membutuhkan pendekatan pembelajaran yang bersifat realistik. b. Pada nilai kognitif siswa, nilai rata-rata kognitif siswa di kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen yaitu kelas X-6 sebesar 66,84 dan kelas X-9 sebesar 63,77. Pada analisis Uji-t didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada nilai kognitif. Hal tersebut penyebabnya sama halnya dengan fenomena yang terjadi pada nilai pre-test dan post-test yaitu disebabkan oleh waktu pembelajaran yang tidak sesuai jadwal sehingga aktifitas pembelajaran mengalami percepatan yang secara otomatis juga mempengaruhi kenaikan beban kongnitif ekstrinsik siswa. Alasan kedua karena Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik tidak cocok diterapkan pada mata pelajaran geografi Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi terdapat banyak perbedaan karakteristik antara mata pelajaran matematika dan geografi, meskipun di satu sisi sama-sama membutuhkan pendekatan pembelajaran yang bersifat realistik. c. Pada nilai afektif siswa, nilai rata-rata nilai rata-rata afektif siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu kelas X-9 sebesar 76,04 dan kelas X-6 sebesar 67,51. Pada analisis Uji-t didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada nilai afektif. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh minat siswa terhadap materi sejarah pembentukan bumi, penilaian siswa tentang guru saat mengajar pada materi sejarah pembentukan bumi, dan respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan saat materi sejarah pembentukan bumi lebih tinggi di kelas eksperimen dibandingkan pada kelas kontrol. Dari ketiga alasan di atas dapat dijadikan alasan yang kuat terhadap kondisi yang terjadi, bahwa nilai afektif di kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan di kelas kontrol.
376
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional pada Kompetensi Dasar Sejarah Pembentukan Bumi Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMAN 1 Sumberrejo Tahun Ajaran 2013/2014 Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Yogyakarta: PT Cipta Merdeka.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, terdapat beberapa hal yang terkait saransaran dalam penelitian ini, diantaranya adalah: a. Bagi penulis, bila dalam kondisi di lapangannya saat penelitian, waktu penelitian kegiatan belajar mengajar tidak sesuai dengan jadwal karena ada perubahan jadwal dari sekolah maka peneliti harus bisa mensiasatinya agar kegiatan belajar mengajar di kelas tetap berjalan efektif dan efisisien. b. Bagi sekolah, sebaiknya jika waktu pembelajaran telah ditentukan maka harus konsisten dilaksanakan sesuai jadwal dalam penerapannya. c. Bagi guru, sebaiknya guru mempersiapkan secara baik materi yang akan disampaikan saat proses belajar mengajar, baik pendekatan pembelajaran, LKS, media, dan perangkat pembelajaran lainnya yang mendukung saat proses belajar mengajar. Serta guru harus mampu mengenal karakteristik siswa agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif. d. Bagi siswa, sebaiknya memperhatikan guru saat menerangkan meskipun materi yang diberikan sulit.
Suparmin, dkk. 2013. Pelatihan PAKEM Pendekatan Saintifik Kontekstual Geografi untuk SMA dan MA Kelas X. Surakarta: Mediatama. Suwarsono. 2001. Beberapa Masalah yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendidikan Matematika Realistic di Indonesia. Makalah disampaikan dalam seminar nasional “Pendidikan Matematika Realistik”. Yogyakarta Universitas Sanata Darma. 14-15 November 2001. Trisna. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik di Kelas VII Topik Persamaan Garis Lurus. Tesis. PPs Unesa: Surabaya. Uli H, Marah, dkk. 2006. Geografi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: ESIS. Wardiyatmoko. 2012. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik cetakan satu. Yogyakarta: Graha Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2006 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2004. Materi Ajar. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar cetakan empat. Jakarta: Rineka Cipta. Gagne. 1985. Hasil-Hasil Belajar. Jakarta. Grafindo Persada. Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Freudenthal Institute Utrechat. Gunawan, Totok, dkk. 2007. Fakta dan Konsep Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Inter Plus. Kholik, Muhammad. 2013. Metode Pembelajaran Konvensional, (online), (http://muhammadkholik.blogspot.com) diakses tanggal 10 Oktober 2013. Prasetya, Sukma Perdana. 2012. Kajian Kurikulum Geografi Sekolah Menengah Atas. Surabaya: CV. Istana. Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. 377