REVIEW KARAKTERISTIK DAN MODEL SISTEM TERDISTRIBUSI
Nama Kelompok: Riani Afiah Amin
(13102024)
Lusi Annisa L.
(13102049)
Syarifah Camelia Ambami
(13102063)
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2016
A. Definisi Sistem Terdistribusi Sistem Terdistribusi berasal dari dua kata, yakni “Sistem” dan “Terdistribusi”. “Sistem” memiliki arti sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitandan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.[1] Sedangkan “Terdistribusi” berasal dari kata “distribusi” yang mengandung arti penyebaran, sirkulasi, penyerahan, pembagian menjadi bagian-bagian kecil.[3] Maka, sistem terdistribusi adalah sebuah sistem yang dimana komponen software atau hardware terletak dalam jaringan komputer serta saling berkomunikasi menggunakan message passing (sebuah teknik untuk melakukan sinkronisasi dan komunikasi antara proses-proses yang saling berinteraksi).[2]
B. Karakteristik Sistem Terdistribusi Dalam sebuah sistem terdistribusi memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Resource and Sharing Dalam
karakteristik
resource
and
sharing
mempunyai
kemapuan
menggunakan hardware, software atau data dimanapun dan kapanpun. Karakteristik ini dapat menentukan siapa saja yang mampu mengakses dalam sebuah sistem terdistribusi. Contoh, sebuah web terdapat .htacceess yang hanya bisa diakses oleh user yang telah diperbolehkan untuk mengakses file tersebut. 2. Openness (Keterbukaan) Merupakan sebuah karakteristik dalam sistem terdistrisi yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan fleksibilitas terhadap peningkatan kinerja suatu sistem, misal penambahan modul baru serta ketersediaan extention atau plug in yang mampu terhubung dengan sistem lain. Contoh, dalam sebuah aplikasi web perbankan yang mampu terkoneksi pada sistem web milik perusahan keuangan. 3. Concurency Pada karakteristik concurency semua proses dalam sistem terdistribusi dilakukan secara bersama – sama. Dengan itu untuk mencegah inkonsistensi serta ketidak falid an sebuah data dan proses. Contoh, aplikasi web yang diakses oleh banyak user. Misal saat server melakukan sebuah update semua user yang mengakses halaman web ini akan langsung mendapatkan update terbaru.
4. Scalability Sistem terdistribusi dengan karakter ini diharuskan dapat meningkatkan kinerja tanpa mengubah sebuah komponen yang ada di dalamnya. Contoh, aplikasi web digunakan user yang terlalu banyak dengan itu unutk meningkatkan kinerja dari web tersebut agar tidak terjadi overload atau sistem down dilakukan upgrading processor dan ram upgrading (komponen dalam web tidak perlu diubah). 5. Fault Tolerance (Toleransi Kesalahan) Sebuauh
sistem
terdistribusi
dirancang
untuk
memiliki
kemampuan
menangani hal – hal seperti masalah jaringan, power supply, bencana alam atau human error. Contoh, dibangunnya sebuah clustering server. Jadi apabila server utama mengalami down maka extended server langsung mem back up sistem utama dan menggantinya. 6. Transparency Sistem terdistribusi dlam karakter transparansi ini tidak berlaku untuk user biasa yang menngunakan fungsinalitas. Secara khusus bagi seorang pengelola baik itu developer atau administrator sistem perlu untuk mengertahui arsiterktur dari sebuah sistem yang sedang digunkan, sebab untuk mempermudah user dalam mengembangkan dan memelihara sistem.[3]
C. Model Sistem Terdistribusi Sistem terdistribusi memiliki model – model sebagai berikut : 1. Model Arsitektur (Architectural Model) Di dalam model arsitektur memiliki cara kerja sistem terdistribusi antara komponen – kompone sistem dana bagaimana komponen tersebut berada pada sistem terdistribusi. Yaitu, a. Client Server Model Server merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan – kumpulan proses dan memberikan layanan kepada pengguna yang disebut client. Model client – server ini biasanya berbasiskan protokol request atau reply. Contoh, RPC (Remote Procedure Calling) serta RMI (Remote Method Invocation) yaitu, client mengirimkan request berupa pesan pada server guna mengekses suatu service. Lalu server menerima
pesan tersebut dan mengeksekusi permintaan client tadi dan membalas hasil kepada client.
b. Proxy Server Model ini menyediakan hasil replikasi (copy) dari resource yang diatur dari server lain. Biasannya, proxy server digunakan untuk menyimpan hasil copy web resources. Saat client melakukan permintaan pada server, hal yang pertama dikerjakan adalah mengecek proxy server apakah yang diminta oleh client terdapat pada proxy server. Proxy server dapat diletakkan pada setiap client atau dapat juga dipakai bersama oleh beberapa client. Hal ini dilakuakan guna meningkatkan performansi dan availability dengan mencegah frekuensi akses ke server.
c. Peer Process Pada model ini, semua objek (proses) memiliki peran yang sama misalnya proses berinteraksi tanpa adanya perbedaan antara client maupun server. Pola komunikasi yang dipakai berdasarkan aplikasi
yang digunakan, dan merupakan model yang paling umum dan fleksibel.
2. Model Interaksi (Interaction Models) Sistem terdistribusi dalam model interaksi terbagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Synchronous Distributed System Pada batas atas dan batas bawah sistem ini waktu pengeksekusian dapat di atur , pesan yang dikirim maupun diterima dalam waktu yang sudah ditentukan,serta fluktuasi ukuran antara waktu
local berada
dalam suatu batasan. Dalam beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu sistem ini terdapat satu waktu global, hanya sistem ini yang dapat memprediksi perilaku(waktu), juga sistem ini dimungkinkan dan aman untuk mengunakan mekanisme timeout untuk mendeteksi kesalahan dalam proses komunikasi. b. Asynchronous Distributed System Ciri ciri dalam asynchronous distributed system ini tidak ada batasan dalam waktu pengeksekusian, tidak ada batasan dalam delay transmission (penundaan pengiriman ), serta tidak ada batasan terhadap fluktuasi waktu local.
3. Model Kegagalan (Failure Models) Dalam model kegagalan dapat terjadi proses atau kanal komunikasi serta dibutuhkan dalam membangun suatu sistem dengan prediksi terhadap kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi. Penyebabnya bersal dari hardware ataupun software.
Berikut 3 model kemungkinan kegagalan, yaitu : a. Omission Failures Omission failures adalah ketika prosesor dan kanal komunikasi mengalami kegagalan dalam melakukan hal yang seharusnya dikerjakan. Suatu proses dikatakan tidak memiliki omission failures jika terlambat tetapi pada akhirnya tetap terseksekusi dan aksi juga tereksekusi walaupun terjadi kesalahan pada hasil. Dengan menggunanakan synchronous system, omission failures dapat terdeteksi dengan timeouts. Ketika yakin bahwa pesan yang dikirim akan sampai, timeout menandakan bahwa proses pengiriman rusak. Contoh, fail – stop behavior pada sistem. b. Arbitary Failures Merupakan kegagalan yang paling buruk dalam sebuah sistem. Tahapan proses atau komunikasi diabaikan karena tidak diharapkan terjadi pengeksekusian. Dengan itu, hasil yang diharapkan tidak terjadi mengeluarkan hasil yang salah. c. Timing Failures Kemungkinan ini dapat terjadi pada synchronous system, ketika batas waktu diatur untuk eksekusi proses , komunikasi dan fluktuasi waktu. Timing failures mungkin terjadi bila waktu yang telah ditentukan terlampaui batas.[2]
D. Daftar Pustaka [1] Anonymous. (n.d.). PENGERTIAN SISTEM dan ANALISIS SISTEM. Retrieved February 5, 2016, from http://bayuaji.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/32090/Pengertian+Sistem+%26+ Analisis+Sistem.pdf. [2] F, M. R. (2013, April 7). Sistem Terdistribusi. Retrieved February 5, 2016, from http://www.slideshare.net/suryaprasetyashaleem/sistem-terdistribusi-18349602 [3] Zahrah, F. (2014). RANGKUMAN MATERI SISTEM TERDISTRIBUSI. Retrieved February 5, 2016, from https://www.academia.edu/10638873/RANGKUMAN_MATERI_SISTEM_TERDIS TRIBUSI