JIMVET. 01(3): 492-498 (2017)
ISSN : 2540-9492
RESISTENSI Escherichia coli TERHADAP ANTIBIOTIK DARI DAGING AYAM BROILER DI PASAR RUKOH THE ANTIBIOTIC RESITANCE Escherichia coli IN BROILER MEAT AT RUKOH MARKET
Akmal Mukti1, Rastina2, Abadul Harris3, Ismail2, Darniati4, Dian Masyitha 5 1Program
Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 3Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 4Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 5Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2Laboratorium
E-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran resistensi beberapa jenis antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli yang diisolasi dari ayam broiler di Pasar Rukoh. Prosedur identifikasi E.coli menggunakan metode Bacteriological Analytic Manual (BAM) dan pengujian kepekaan bakteri E.coli terhadap antibiotik dilakukan dengan metode difusi cakram (disc diffusion method). Penelitian ini menggunakan 4 sampel bagian paha atas dan 4 sampel bagian punggung dari ayam broiler, antibiotik yang digunakan yaitu ampisilin, gentamisin, streptomisin, siprofloksasin, eritromisin, sulfametoksasol, dan tetrasiklin. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan resistensi antibiotik streptomisin, eritromisin dan ampisilin sebanyak 8 isolat, tetrasiklin dan gentamisin 5 isolat, siproflokasin 4 isolat dan sulfametoksasol 3 isolat. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan Isolat bakteri E.coli dari ayam broiler yang diperoleh menunjukkan tingkat resistensi antibiotik cukup tinggi, kecuali antibiotik jenis sulfametoksasol. Kata kunci: Esherichia coli, antibitik, resisten, daging ayam broiler. ABSTRACT The aim of this study was to get an overview of antibiotic resistance in some types of Escherichia coli which isolated from broilers in the Rukoh's market. Identification test of E.coli used Bacteriological Analytical Manual (BAM) method and sensitivity test for E.coli to antibiotics is done by disc diffusion method. This study used 4 samples of upper thigh and 4 samples of the broiler’s back, the antibiotics that used were ampicillin, gentamicin, streptomycin, ciprofloxacin, erythromycin, sulfametoksasol, and tetracycline. The data were analyzed descriptively. The results of this study show resistance to the streptomycin antibiotic, erythromycin and ampicillin as much as 8 isolates, 5 isolates for tetracycline and gentamicin, 4 isolates for siproflokasin and 3 isolates for sulfametoksasol. The conclution is this study showed a fairly high level of resistance, except kind of sulfametoksasol antibiotics. Keywords: Esherichia coli, antibiotic, resistance Chicken meat.
PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat Indonesia akan protein hewani terutama daging ayam menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan permintaan ini juga diimbangi dengan permintaan masyarakat akan keamanan pangan yang akan dikonsumsinya (Ahmad dan Elfawati, 2008). Bahan pangan yang dikonsumsi jarang sekali dalam keadaan aman, kecuali bila sudah diolah, sudah dimasak atau telah mendapatkan perlakuan khusus untuk mematikan mikroorganisme penyebab kontaminasi. Kontaminasi oleh mikroba pada bahan pangan menyebabkan penurunan kualitas bahan pangan dan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit (Marsani, 2015). Salah satu aspek dari keamanan pangan adalah adanya kontaminasi dari mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan parasit. Selain kontaminasi dari mikroorganisme, bahaya yang lain adalah adanya penambahan bahan kimia seperti formalin, adanya residu logam berat, residu hormon, residu antibiotik, dan juga meningkatnya kejadian bakteri yang resisten terhadap antibiotik proses penyediaan daging ayam atau pengolahan pascapanen yang dilakukan 492
JIMVET. 01(3): 492-498 (2017)
ISSN : 2540-9492
para pedagang daging ayam, terutama skala usaha kecil sampai menengah, masih sangat kurang dalam menjaga sanitasi dan higiene produknya (Susanto, 2014). Permintaan daging ayam yang semakin meningkat mengakibatkan produksi ayam juga mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena daging broiler memiliki harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Daging juga merupakan salah satu produk asal ternak yang dapat mengandung bahaya kimiawi yaitu residu antibiotik. Keberadaan residu antibiotik pada daging dikarenakan peternak tidak mematuhi dosis dan waktu henti pemberian obat. Keberadaan residu antibiotik yang melewati batas maksimum residu (BMR) menyebabkan daging tidak aman untuk dikonsumsi (Tantina, 2014). Usaha meningkatkan kualitas dan keamanan pangan terutama produk peternakan perlu dilakukan untuk mengurangi kejadian foodborne disease. Salah satu cara adalah dengan melakukan uji keberadaan mikroba patogen pada bahan pangan asal ternak, seperti Escherichia coli yang merupakan bakteri enterik patogen pada manusia dan hewan. Daging yang terkontaminasi oleh E.coli yang telah resisten dapat memindahkan bakteri tersebut ke manusia melalui jalur rantai makanan atau secara kontak langsung. Pemakaian antibiotik dalam waktu yang lama dan terus menerus akan berpengaruh secara signifikan terhadap ketahanan bakteri, baik patogen maupun mikroflora normal di dalam tubuh makhluk hidup (Efrianto, 2014). Menurut Kang dkk. (2005) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik dalam pakan ternak berhubungan erat dengan kejadian resistensi antimikrobial terhadap bakteri Antibiotik banyak digunakan pada peternakan ayam dalam beberapa tahun terakhir sebagai antibiotic growth promotor (pemacu pertumbuhan). Pemberian antibiotik dapat dilakuk an melalui pakan, minuman maupun secara parenteral. Salah satu efek yang ditimbulkan dari penggunaan antibiotik yang berlebihan sebagai bahan tambahan pakan pada suatu peternakan ayam adalah terjadinya resistensi antibiotik terhadap bakteri patogen yang dapat membahayakan manusia (Carter dan Wise, 2004). Pemakaian antibiotik di peternakan berperan besar dalam perkembangan resistensi bakteri komensal dan patogen serta dapat meningkatkan resiko pada manusia yang terinfeksi oleh bakteri yang telah mengalami resistensi. Kejadian resistensi mengakibatkan proses pengobatan akibat infeksi bakteri pada manusia menjadi tidak efektif bahkan terjadi kegagalan. Resistensi antibiotik dapat meningkatkan kerugian materi, kualitas hidup, kematian, serta mengurangi keberhasilan program-program peningkatan kesehatan (WHO, 2010). Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya residu antibiotik dalam pangan asal ternak, berupa penolakan produk terutama bila produk tersebut diekspor ke negara yang konsisten dan serius dalam menerapkan sistem keamanan pangan (Crawford dan Franco, 1994). MATERIAL DAN METODE Metode pengujian mengacu pada SNI 01-2897-2008 tentang metode pengujian cemaran mikroba dalam daging, telur dan susu, serta hasil olahannya Badan Standarisasi Nasional (BSN, 2008). Pengujian kepekaan bakteri Escherichia coli terhadap antibiotik dilakukan dengan metode difusi cakram (disc diffusion method) dan interpretasi hasil mengacu pada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI 2012). Penelitian ini menggunakan 4 sampel bagian paha atas dan 4 sampel bagian punggung dari ayam broiler. Kemudian dilakukan uji isolasi Escherichia coli dan pengujian terhadap kepekaan Escherichia coli terhadap antibiotik. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif.
493
JIMVET. 01(3): 492-498 (2017)
ISSN : 2540-9492
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Escherichia coli dari Sampel Daging Ayam Broiler Sampel daging ayam broiler yang diambil dalam penelitian ini adalah daging bagian punggung dan paha bagian atas. Hasil pengujian terhadap 8 sampel daging menunjukkan bahwa E. coli ditemukan pada keseluruhan sampel. Selanjutnya isolat E. coli digunakan untuk pengujian resistensi antibiotik. Hasil pemeriksaan jumlah cemaran E. coli pada ayam broiler ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pengamatan jumlah cemaran E. coli Sampel Pedagang Jumlah Sampel Bagian punggung 1 1 2 1 3 1 4 1 Bagian paha 1 1 2 1 3 1 4 1
Jumlah sampel positif E.coli Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa ju bmlah cemaran E.coli pada daging ayam broiler di Pasar Rukoh, dengan jumlah sampel 4 paha atas dan 4 bagian punggung semuanya positif terdapat bakteri E.coli. Keberadaan E. coli pada daging ayam dapat diketahui berdasarkan perubahan yang terjadi pada media yang digunakan. Media yang digunakan adalah Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Hasil identifikasi jumlah cemaran E.coli dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pertumbuhan koloni E.coli pada media Eosin Methylen Blue Agar 494
JIMVET. 01(3): 492-498 (2017)
ISSN : 2540-9492
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) adalah media selektif dan diferensial. Media ini mengandung eosin dan metilen biru, yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, maka media ini dipilih untuk bakteri Gram negatif. Warna media sebelum pemupukan bakteri berwarna merah keunguan. Perubahan warna hijau metalik pada media EMBA karena E.coli dapat memfermentasi laktosa yang mengakibatkan peningkatan kadar asam dalam media. Kadar asam yang tinggi dapat mengendapkan metylen blue dalam media EMBA (Lindquist dan Jhon, 2004). Pertumbuhan mikroba pada produk pangan dapat terjadi karena ketersediaan nutrisi, pH dan suhu yang sesuai serta kadar air. Oleh karena itu, E. coli dapat tumbuh dengan baik pada daging ayam sesuai dengan kondisi tersebut. Bakteri E. coli dapat tumbuh dengan baik di dalam lemak dan protein yang merupakan sumber nutrisi bagi mikroba. Daging ayam memiliki kandungan lemak dan protein yang tinggi, sehingga daging ayam dapat menjadi media pertumbuhan yang baik untuk E. coli (Rahardjo dan Santosa, 2005). Escherichia coli yang mencemari daging ayam umumnya berasal dari ruangan, peralatan maupun meja tempat pemotongan ayam, serta air yang digunakan selama proses pemotongan hingga pengolahan daging ayam. Oleh karena itu, adanya faktor di atas tersebut dapat mendukung meningkatnya jumlah E. coli pada daging ayam. Selain itu, peningkatan jumlah E. coli juga dipengaruhi oleh pengangkutan yang masih sederhana dan kurang higienis, transportasi yang dilakukan dengan tidak layak dapat mengakibatkan kontaminasi yang tinggi dari E.coli pada daging ayam. Cara pengangkutan yang benar seharusnya menggunakan kendaraan berpendingin atau chiller box agar bakteri tidak berkembang (Nugroho, 2005). Pengujian Kepekaan Escherichia coli Terhadap Antibiotik Pengujian kepekaan bakteri E.coli terhadap antibiotik dilakukan menggunakan metode difusi cakram (disc diffusion method). Cakram antibiotik diletakkan secara individual memakai forsep steril pada permukaan cawan petri berisi Muller Hinton agar yang telah diinokulasi bakteri E.coli. Hasil zona hambat resistensi antibiotik dapat dilihat pada gambar 4 dan hasil pengukuran resistensi antibiotik di tampilkan pada Tabel 3.
A B
Gambar 4. Hasil pengukuran resistensi antibiotik pada media Muller Hinton Agar (MHA). Terbentuk zona hambat (A), tidak terbentuk zona hambat (B). 495
JIMVET. 01(3): 492-498 (2017)
ISSN : 2540-9492
Tabel 3. Hasil pengukuran resistensi antibiotik dengan katagori hasil Resisten. Isolat Jumlah isolat yang resisten berdasarkan jenis antibiotik Bakteri AMP CN S CIP E SXT E. coli 8 5 8 4 8 3
TE 5
Keterangan : amplisilin (AMP), gentamisin (CN), streptomisin (S), ciproflokasin (CIP), eritromisin (E), Sulfametoksasol (SXT), terrasiklin (TE).
Hasil pengujian kepekaan terhadap antibiotik pada isolat E. coli dari ayam broiler menunjukkan resistensi antibiotik streptomisin, eritromisin dan ampisilin sebanyak 8 isolat, tetrasiklin dan gentamisin 5 isolat, siproflokasin 4 isolat dan sulfametoksasol 3 isolat. Isolat E. coli yang diperoleh dari ayam broiler menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi. Resistensi terhadap antibiotik yang didapatkan dari penelitian ini adalah ampisilin, tetrasiklin, eritromisin, streptomisin, ciproflokasin, gentamisin dan sulfametoksasol. Hasil ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Schipp (2012) di negara Australia antibiotik golongan makrolida termasuk didalamnya eritromisin merupakan antibiotik yang diperbolehkan digunakan sebagai bahan imbuhan pakan dan growth promotor. Resistensi yang cukup tinggi terhadap antibiotik eritromisin dan streptomisin di peternakan diduga karena kedua antibiotik tersebut banyak digunakan dan mempunyai daya kerja spektrum yang luas. Namun berbeda dengan hasil yang dilaporkan Suandy (2011) menunjukkan pola resistensi yang sedikit berbeda, dimana resistensi terhadap tetrasiklin merupakan resistensi antibiotik yang tertinggi dari bakteri E. coli. Penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan terutama sebagai pemacu pertumbuhan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik di Indonesia. Pengamatan di peternakan ayam broiler menunjukkan bahwa semua peternakan menggunakan pakan ayam komersial yang didapatkan dari pabrik pakan. Silbergerd dkk. (2008) menyatakan bahwa penambahan antibiotik dalam pakan merupakan faktor utama terjadinya peningkatan kejadian resistensi antibiotik. Pakan dalam usaha peternakan ayam broiler merupakan komponen utama yaitu mencapai 60%, sehingga jika pakan yang beredar di peternakan mengandung antibiotik bisa menjadi sumber terjadinya resistensi. Menurut Chambers (2006) faktor yang mempengaruhi kepekaan dan resistensi antibiotik adalah konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan dalam pengobatan dan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme namun harus di bawah ambang toksisitas obat. Refdanita dkk. (2004) penggunaan antibiotik di Indonesia yang cukup dominan adalah turunan tetrasiklin, penisilin, kloramfenikol, eritromisin dan streptomisin. Seperti juga di negara lain, pola penggunaan antibiotik tersebut telah mencapai tingkat yang berlebihan dan banyak diantaranya digunakan secara tidak tepat. Perkembangan resistensi kuman terhadap antibiotik sangat dipengaruhi oleh intensitas pemaparan antibiotik di suatu wilayah, tidak terkendalinya penggunaan antibiotik cenderung akan meningkatkan resistensi bakteri yang semula sensitif. 496
JIMVET. 01(3): 492-498 (2017)
ISSN : 2540-9492
Menurut Murdiati (1997) dalam bidang peternakan perlu diperhatikan waktu henti atau withdrawal time dari antibiotik yang bersangkutan. Waktu henti satu antibiotik tidak sama dengan antibiotik yang lainnya, tergantung juga dari jenis ternak dan cara pemakaian antibiotik, Waktu henti dari suatu obat termasuk antibiotika sangat dipengaruhi oleh proses absorbsi, distribusi dan eliminasi dari obat yang bersangkutan. Baggot (1977) proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain umur dan jenis hewan, status kesehatan dan nutrisi hewan, serta sifat kimia dan fisika dari obat seperti berat molekul, kelarutan dalam air maupun dalam lemak dan ikatannya dengan protein tubuh. Hasil pengujian resistensi antibiotik menunjukan isolat E.coli yang berhasil di deteksi secara umum memiliki resistensi terhadap tujuh jenis antibiotik. Selain menunjukan hasil resisten, terdapat isolat bakteri yang menunjukan hasil pengujian berupa tingkat penghabatan intermediet. Hasil pengujian resistensi antibiotik terhadap isolat bakteri yang memberikan hasil intermediet ditunjukan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil pengukuran resistensi antibiotik dengan katagori hasil intermediet. Isolat Jumlah isolat dengan reaksi intermediet berdasarkan jenis antibiotik Bakteri AMP CN S CIP E SXT TE E. coli 0 0 0 1 0 2 0 Keterangan : amplisilin (AMP), gentamisin (CN), streptomisin (S), ciproflokasin (CIP), eritromisin (E), sulfametoksasol (SXT), terrasiklin (TE).
Pengujian terhadap isolat E.coli menunjukan terhadap reaksi intermediet pada dua jenis antibiotik yang berbeda. Antibiotik ciproflokasin hanya menunjukan 1 sampel yang bereksi intermediet berbeda dengan sulfametoksasol yang menunjukan hasil 2 sampel yang bereksi intermediet KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Isolat bakteri E.coli dari ayam broiler yang diperoleh menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi terhadap antibiotik, kecuali antibiotik jenis sulfametoksasol.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad dan Elfawati. 2008. Performa ayam broiler yang diberi sari buah mengkudu (Morind citrifolia). Jurnal Peternakan. 5(1):10-13. Baggot, J.D. 1977. Principles of Drug Disposition in Domestic Animals. Saunders Co, Philadelphia USA. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur dan Susu, serta Hasil Olahannya. SNI 01-2897-2008. Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta. Carter, G.R. and D.J. Wise. 2004. Veterinary Bacteriology and Micology. State Press, Iowa USA. Chambers, H.F. 2006. Godman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed-11. McGraw-Hill, New York. 497
JIMVET. 01(3): 492-498 (2017)
ISSN : 2540-9492
Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). 2012. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-Second Informational Supplement. Clinical and Laboratory Standards Institute, West Valley Crawford, L. and D.A. Franco. 1994. Animal Drug and Human Health. Technomic Publ, USA. Efrianto, G.I. 2014. Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotik yang diisolasi dari sapi potong yang diimpor melalui pelabuhan tanjung priok Jakarta. Tesis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.. Kang, H.Y., Y.S. Jeong, J.Y. Oh, S.H. Tae, C.H. Choi, D.C. Moon, W.K. Lee, Y.C. Lee, S.Y. Seol, D.T. Cho, and J.C. Lee. 2005. Characterization of antimicrobial resistance and class 1 integrons found in Escherichia coli isolates from humans and animals in Korea. J Antimicrob Chemother. 55(5):639-644. Lindquist dan John. 2004. Diferensial Media:Eosin Methylene Blue Agar Eosin Metilen Blue Agar. http://www.jlindquist.net/generalmicro/dfemb.html. 09 Maret 2017. Marsani, M.A. 2015. Efektivitas beberapa jenis antibiotik terhadap Campylobacter jejuni yang diisolasi dari karkas ayam di kota Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Unversitas Hasanuddin, Makassar. Murdiati, T.B. 1997. Pemakaian antibiotika dalam usaha peternakan. Wartazoa. 6(1): 18-22. Nugroho. W.S. 2005. Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner Staphylococcus Bakteri Jahat yang Sering Disepelekan. http//:weesnugroho.staff.ugm.ac.id 09 Maret 2017. Refdanita., R. Maksum, A. Nurgani, dan P. Endang. 2004. Pola kepekaan bakteri terhadap antibiotika di ruang rawat intensif rumah Sakit Fatmawati Jakarta Timur tahun 20012002. Makara Kesehatan. 8:41-48. Rahardjo, A.H.D. dan B.S. Santoso. 2005. Kajian terhadap kualitas karkas broiler yang disimpan pada suhu kamar setelah perlakuan pengukusan. JAP. 7:1-5. Schip, M. 2012. Animal Production and Health Commision for Asia and the Pacific (APHCA). Proceedings of The International Workshop on the Use of Antimicrobials in Livestock Production and Antimicrobial Resistance in The Asia-Pacific Region. Bangkok. Silbergerd, E.K., J. Graham, and L.B. Price. 2008. Industrial food animal production, antimicrobial resistance, and human health. Ann Rev Public Health. 29:151-169. Suandy, I. 2011. Antimicrobial resistance in Escherichia coli isolated from commercial broiler farms in Bogor District, West Java. Thesis. Chiang Mai University, Chiang Mai. Susanto, E. 2014. Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotik yang di isolasi dari ayam broiler dan ayam lokal di Kabupaten Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tantina. 2014. Residu antibiotik fluorokuinolon pada daging ayam broiler di wilayah Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. World Health Organization (WHO). 2010. Regional strategy on prevention and containment of antimicrobial resistance. http://www.searo.who. int/entity /antimicrobial_resistance /Documents/sea_hlm_407/en/.24September 2016.
498