RESEPSI MUALLAF MINORITAS TANA TORAJA DI KOTA BONTANG TERHADAP AL-QUR’AN
Oleh:
SUHERMAN, S.Th.I. NIM: 1320510037
TESIS Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Qur’an dan Hadis
YOGYAKARTA 2015
ABSTRAK
Tesis ini mencoba untuk menggambarkan proses orang-orang muallaf minoritas Tana Toraja yang ada di kota Bontang Kalimantan Timur dalam mengkaji Al Quran, terutama cara mereka membaca dan memahami isinya. Prosesnya dimulai ketika mereka merantau ke kota Bontang dan terjadi pernikahan silang dengan suku lain yang ber-agama Islam, kemudian bertahan sampai sekarang. Dalam hal ini, penulis tertarik melakukan penelitian setelah melihat kondisi mereka yang minoritas di tengah-tengah mayoritas non muslim Toraja. Penelitian ini di awali dengan melakukan observasi terhadap responden dan melakukan interview secara mendalam selama kurang lebih tiga bulan di kota Bontang. Bontang adalah salah satu kota terkecil di Kalimantan Timur yang dihuni oleh kebanyakan imigran dari berbagai suku, mulai dari Banjar, Jawa, Bugis/Makassar, Kutai, Mandar, Mamuju, Sunda dan Toraja. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh banyak keterangan tentang keadaan orang-orang muallaf Tana Toraja di kota Bontang terutama interaksi mereka terhadap Al Quran. Dalam kesimpulan, tesis ini memaparkan beberapa catatan tentang implikasi Al Quran terhadap kehidupan orang-orang muallaf minoritas Tana Toraja, beberapa diantara mereka mengaku sudah mampu membaca Al Quran, meskipun banyak yang masih tahap belajar iqra’. Namun, yang terpenting adalah orang-orang Toraja yang sudah muallaf mampu meninggalkan tradisi lama yang berbau mistik kemudian beralih mempelajari dan mendalami Al Quran.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
ا
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ب
ba’
b
be
ت
ta’
t
te
ث
sa’
ׁs
es (dengan titik di atas)
ج
jim
j
je
ح
ha’
h
ha (dengan titik di bawah)
خ
kha
kh
ka dan ha
د
dal
d
de
ذ
żal
z|
zet (dengan titik di atas)
ر
ra’
r
er
ز
zai
z
zet
س
sin
s
es
ش
syin
sy
es dan ye
ص
sad
s
es (dengan titik di bawah)
ض
dad
d
de (dengan titik di bawah)
ط
ta
t
te (dengan titik di bawah)
ظ
za
z
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik
غ
gain
g
ge
ف
fa
f
ef
ق
qaf
q
qi
ك
kaf
k
ka
ل
lam
l
‘el
م
mim
m
‘em
ن
nun
n
‘en
و
waw
w
w
ha’
h
ha
ء
hamzah
'
apostrof
ي
ya
Y
ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap "! دة
Ditulis
Muta'addidah
Ditulis
‘iddah
ّة$
C. Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h %&'(
ditulis
Hikmah
%)$
ditulis
'illah
+ا,)-. ا%"'*ا
ditulis
Karāmah al-auliyā'
*/0)ز'اةا
ditulis
Zakāh al-fitri
ditulis
A
ditulis
fa'ala
ditulis
i
ditulis
żukira
ditulis
u
ditulis
yażhabu
D. Vokal Pendek __َ___
fathah
20
_____
kasrah
ِ *ذآ __ُ___ 6ه89
dammah
E. Vokal Panjang Fathah + alif
Ditulis
A
ه
ditulis
jāhiliyyah
Fathah + ya’ mati
ditulis
ā
ditulis
tansā
ditulis
i
ditulis
karim
ditulis
ū
ditulis
furūd
Kasrah + ya’ mati آ Dammah + wawu mati وض
F. Vokal Rangkap Fathah + ya’ mati
Fathah + wawu mati ل
Ditulis
Ai
ditulis
bainakum
ditulis
au
ditulis
qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof :!;اا
Ditulis
a’antum
ّت$ا
ditulis
u’iddat
:=<ن ?'*ﺗ
ditulis
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf "al". ا=@*ان
Ditulis
al-Qur’ān
سA,@=ا
ditulis
al-Qiyās
ءA&B=ا
ditulis
al-Samā’
C&?=ا
ditulis
al-Syam
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya. *وضD=ذوى ا
Ditulis
żawi al-furūd
%GB= ا2اه
Ditulis
ahl al-sunnah
KATA PENGANTAR سيِ ِدنَا َّ صالَة ُ َوال َّ ال.سانَ َما لَ ْم َي ْعلَ ْم َ سالَ ُم َ ،علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم َ ِي َ علَى َ علَّ َم اْ ِإل ْن ْ ال َح ْمد ُ هللِ الَّذ . اما بعد.ُم َح َّم ٍد َخي ِْر اْألَن َِام Rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah S.W.T., Tuhan Pemilik Alam Raya, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga dengan izinNya peneliti dapat merampungkan tesis ini. Sholawat serta taslim semoga tetap terlimpahkan kepada teladan kita Rosulullah s.a.w., panutan bagi setiap insan. Pada akhirnya, penulis menyatakan bahwa penyelesaian tesis ini tidak terlepas pertolongan Allah Yang Rahim melalui interaksi dialogis dengan beberapa hambaNya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: a. Prof. H. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. b. Prof. Noorhaidi, S.Ag., M.A., M.Phil., Ph.D., Selaku Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta staff; Ketua Prodi Agama dan Filsafat beserta Staf dan seluruh dosen Pascasarjana. c. Dr. Ahmad Baedowi, M.Si., selaku pembimbing, melalui bimbingan dan masukan beliau sehingga tesis ini dapat penulis rampungkan. d. Dr. Phil. Al Makin, M.A., yang telah menjadi penguji sekaligus memberikan masuk-masukan demi pengembangan tesis ini.
vii
e. Terkhusus dan teristimewa kedua orang tua penulis yang tak pernah berhenti mendo’akan, Ayahanda Rakhman dan Ibunda Siti. Rahilah, sosok yang tidak pernah lelah dalam membimbing lima orang anak-anaknya, lima anak yang berhasil di sekolahkan. Anak pertama sudah berhasil menyelesaikan studi Master di CRCS UGM dan saat ini sedang mengajar di UNIBA Balikpapan, anak yang kedua sedang berjuang menyelesaikan Magister di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Anak yang ketiga sudah menyelesaikan kuliah di AKPER Samarinda. Anak yang keempat telah menyelesaikan Starata Satu di UNMUL Samarinda dan saat ini sedang menempuh Program Magister di kampus yang sama. Anak yang kelima adalah calon bidan yang saat ini sedang fokus menyelesaikan studi. Lima anak yang berhasil di sekolahkan hanya dengan bermodalkan ijazah SMP dan SMA, ayahanda yang tak kenal lelah saat ini sudah pensiun dari PNS sebagai guru SD di usianya yang sudah menginjak 62 tahun. Sedangkan Ibunda yang hanya lulusan SMP mengajar di TK TPA As’adiyah Santan Tengah, dari hasil jerih payahnya itulah yang kemudian dikirimkan ke anak-ankanya yang masih sementara kuliah termasuk ke penulis. Semoga Allah Swt senantiasa merahmati mereka berdua. f. Terima kasih kepada Kakanda Hudriansyah Lc., M.A., dan istrinya Atika Husnul Khotimah, yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.
viii
g. Ucapan terima kasih penulis kepada Lisma (Mahasiswi Magister Ilmu hukum) UNDIP Semarang, yang telah bersedia memberikan masukan, dukungan dan kritikan terhadap tesis penulis. h. Terima kasih kepada adinda Minarwati yang telah meluangkan waktunya membantu penulis serta adinda Sriwahyuni dan Elya Rahmawati atas do’a dan dukungannya. i. Terima kasih kepada nenek tercinta (ma’aji) Hj. Hasanah dan semua keluarga di Santan Tengah yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, yang sudah memberikan dukungan dan do’anya sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini. j. Ucapan terima penulis kepada para responden yang bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancarai oleh penulis untuk pengumpulan data, bapak Sinaeng selaku imam masjid al-Falah dan ketua Kerukunan Keluarga Toraja Muslim (KKTM) di kota Bontang, ibu Hum Habibah, ibu Annisa, Daeng Rani, ibu Ratna Amaliah, dan Ustadz Abdillah selaku pembina muallaf Tana Toraja. k. Ucapan terima kasih penulis untuk keluarga besar Himpunan Mahasiswa Bontang (HMB) teruma teman-teman asrama yang sudah menampung penulis selama di Yogyakarta l. Ucapan terima kasih penulis kepada Kerukunan Mahasiswa Pascasarjana (KAMPs) Anging Mammiri Sulawesi Selatan berserta teman-teman penghuni asrama merapi empat. ix
m. Ucapan terima kasih penulis kepada teman-teman mahasiswa/mahasiswi Sulawesi Selatan di Pascasarjana UIN Suna Kalijaga Yogayakarta yang selalu meluangkan waktunya untuk berkumpul tiap akhir pekan. n. Teman seperjuangan di SQH Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga; Fikri Hamdani dan Basri al-Marosy. o. Kepala perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan seluruh Perpustakaan yang penulis pernah kunjungi. p. Keluarga Besar Pondok Pesantren Sunni Darussalam terkhusus orang tua kami Kyai Dr. Ahmad Fattah, M. Ag dan bu Nyai Dra. Nisrinun Ni’mah, serta seluruh pembina dan santri Darussalam. q. Sahabat-sahabat Aufklarung yang kuliah di UGM Yogyakarta; Andi Tendripada
dan
kawan-kawan.
Sahabatku
mahasiswa
Sospol
UGM
Machadani Afala, mahasiswa Hukum UGM Prawira, mahasiswa Filsafat UGM Muhammad Takbir, dan sahabat yang lain-lain. Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, secara langsung ataupun tidak langsung kepada penulis hingga tesis ini dapat terselesaikan. Semoga mendapat pahala yang berlipat disisi Allah Swt. amin Yogyakarta, 19 September 2015 Penulis,
Suherman NIM. 1320510037
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ...................................................................... HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. NOTA DINAS PEMBIMBING .. ............................................................................ ABSTRAK ................................................................................................................. PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................. BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
i ii iii iv v vi vii viii-x xi-xii 1 1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................
13
D. Kajian Pustaka ...................................................................................
14
E. Kerangka Teoritik ...............................................................................
16
F. Metodologi Penelitian ........................................................................
23
G. Sistematika Pembahasan ....................................................................
26
BAB II : KEBERADAAN MUALLAF TANA TORAJA DI KOTA BONTANG ................................................................................................. A. Sejarah ...............................................................................................
27 28
1. Sejarah Singkat Tana Toraja .......................................................
28
2. Sekilas tentang Tongkonan .........................................................
33
3. Asal Mula Munculnya Muallaf di Kota Bontang ........................
35
B. Kehidupan dan Mata Pencaharian .....................................................
41
1. Kondisi di Tengah-Tengah Non Muslim .....................................
41
2. Sumber Mata Pencaharian ...........................................................
43
3. Hubungan antara Sesama Muallaf dan Pemeluk Agama Lain .....
47
C. Perkembangan Muallaf Toraja di Kota Bontang ...............................
59
D. Sekretariat KKTM .............................................................................
60
xii
BAB III : PANDANGAN MUALLAF MINORITAS TANA TORAJA TERHADAP AL-QUR’AN .....................................................................
63
A. Interaksi Muallaf Toraja Terhadap Al-Qur’an ...................................
63
1. Membaca Al-Qur’an ....................................................................
58
2. Cara Membaca Al-Qur’an ............................................................
66
3. Membaca Terjemahan .................................................................
67
4. Belajar Tajwid dan Tartil .............................................................
71
5. Mengkaji Al-Qur’an ....................................................................
74
6. Bentuk-Bentuk Ritual ..................................................................
78
B. Fungsi Al-Qur’an Menurut Muallaf Minoritas Tana Toraja .............
83
1. Sumber Hidayah .........................................................................
83
2. Sumber Kebaikan .........................................................................
89
3. Hukum Halal dan Haram Yang Sudah Jelas ................................
91
4. Al-Qur’an Menuntun Seseorang Menjadi Lebih Baik .................
93
C. Keistimewaan Al-Qur’an di Mata Muallaf Toraja .. ..........................
94
1. Mulia ............................................................................................
95
2. Bentuk Teks Yang Berbahasa Arab ..............................................
97
3. Memperoleh Pahala Ketika Membacanya ....................................
100
4. Memperoleh Ketenangan Batin Saat Membacanya .....................
106
D. Paradigma Orang-Orang Muallaf Tana Toraja Terhadap AlQur’an.. ...............................................................................................
108
1. Perintah Wajib Dalam Al-Qur’an .. ..............................................
108
2. Memperoleh Berkah dari Allah Swt .. ..........................................
112
E. Kontribusi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Yaumil Terhadap Muallaf Minoritas Tana Toraja .. .....................................................................
115
BAB IV : IMPLIKASI AL-QUR’AN ..................................................................
119
A. Praktek Bacaan Al-Qur’an .................................................................
119
B. Perubahan Tradisi ..............................................................................
112
BAB V : KESIMPULAN ........................................................................................
128
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
131
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam memiliki berbagai dimensi. Salah satu dimensi yang ada di dalam agama ini adalah dimensi ajaran atau doktrin. Dimensi ini menjadi titik tekan utama pengembangan Islam di masyarakat dan dilakukan melalui dua pola yang saling terkait dan menimbulkan cause per effectum “sebab akibat”, yaitu pola doktrinasi dan pola diskursif. Pola pertama mengidealkan kekuatan struktur objektivitas internalnya, sedangkan pola kedua mengidealkan kekuatan struktur rasionalitas eksternalnya. Dalam konteks doktrinasi, studi Islam membentuk identitas keagamaan yang menjamin keberlangsungan substansi, fungsi, dan peran agama bagi dan untuk penganutnya. Sebalinya, dalam konteks diskursif, studi Islam membentuk rasionalitas keagamaan yang menjamin tegaknya konstruksi argumentasi
substansi, fungsi, dan peran
agama bagi dan untuk masyarakat.1 Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal kebudayaan manusia, agama, dan kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari 1
H. Zuhri, Studi Islam Dalam Tafsir Sosial, (BIDANG AKADEMIK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Cet. I, hlm. 1-2.
1
2
semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan kepada kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat, dan sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya dan kebutuhan akan bantuan dan perlindungannya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan desakan dari sisi internal diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah manusia.2 Selanjutnya agama dan kehidupan keagamaan yang terbentuk bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan akal serta budi daya manusia itu disebut dengan akal atau agama budaya. Sementara itu sepanjang kehidupan manusia di muka bumi, sejak awal sejarahnya, Allah telah memberikan petunjuk-petunjuk-Nya melalui Rasul-rasul tentang agama dan kehidupan keagamaan yang benar (ajaran tauhid). Para Rasul itu juga berfungsi untuk memberikan petunjuk guna peningkatan daya akal budi manusia dalam menghadapi dan menjawab tantangan serta memecahkan permasalahan
2
25.
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (PRENADA MEDIA, 2007), Cet. II, hlm.
3
kehidupan umat manusia yang terus berkembang sepanjang sejarahnya. Agama dan kehidupan beragama yang diajarkan oleh Allah melalui Rasulrasulnya tersebut dengan agama samawi. Agama samawi yang dibawa oleh para Rasul Allah tersebut bukan hanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan semata, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial-budaya lainnya. Agama samawi ini mendorong agar kehidupan keagamaan, kehidupan sosial, dan kehidupan budaya lainnya dapat tumbuh dan berkembang bersama secara terpadu, untuk mewujudkan suatu sistem budaya dan peradaban yang Islami.3 Muhammad Saw adalah Rasul Allah yang terakhir, sebagai penutup dari serangkaian Rasul-rasul yang telah diutus oleh-Nya sepanjang sejarah kehidupan manusia di muka bumi ini. Beliau membawa agama samawi yang bersifat universal dan eternal. Dalam arti, bahwa jika Rasul-rasul sebelumnya diutus oleh-Nya untuk mendakwahkan ajaran agama samwi kepada lingkungan budaya bangsanya masing-masing, maka Muhammad Saw sebagai Rasul terakhir harus mendakwahkan ajaran agama samawi yang dibawanya kepada lingkungan budaya bangsa-bangsa di dunia dan berlaku sampai akhir zaman (QS. Al-Anbiya’: 107 dan QS. Saba’: 28), agama samawi yang dibawa oleh Nabi Muhammad inilah yang selanjutnya disebut dengan Agama Islam yang bersifat final, universal, dan eternal.4
3 4
Ibid., hlm. 25. Ibid., hlm. 26.
4
Sebagai suatu agama dan seperangkat ajaran, Islam merupakan tuntunan dan pedoman bagi pemeluknya dalam menjalani kehidupan, baik dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, maupun manusia dengan Tuhan-Nya.5 Dalam sejarahnya, studi Islam telah berkembang sejak era kenabian. Pada era itu, pemahaman-pemahaman tentang Islam disampaikan melalui khutbah, dialog, dan forum-forum diskusi di masjid (halqah dan ribath). Pada era-era berikutnya, studi Islam berkembang seiring proses ekspansi peradaban Islam yang semakin meluas. Pada era-era itulah, Islam ditelaah dalam berbagai dimensi. Dimensi teologi mengabadikan nama-nama seperti Abu alHasan al-Asy’ari dan Abd al-Jabbar, dimensi filsafat melahirkan nama-nama seperti al-Kindi, Ibn Sina, dan al-Farabi, dimensi hukum melahirkan empat madzhab fiqh, dimensi hadits melahirkan al-Imam al-Sittah, sementara dimensi sufistik melahirkan tokoh seperti al-Ghazali. Nama-nama di atas sekedar merupakan contoh dalam menggambarkan fakta dinamika internal Muslim pada zamannya. Mereka di didik dari institusi-institusi pendidikan keagamaan formal maupun pendidikan non formal.6 Mempelajari Islam sebenarnya dapat di dekati dengan menggunakan berbagai macam pendekatan baik pendekatan sosial, hukum, sejarah, bahasa, psikologi, maupun pendekatan-pendekatan lainnya. Dari berbagai pendekatan
5 6
Ibid., hlm. 36. Ibid., hlm. 37.
5
tersebut rupanya Richard C, Martin lebih menekankan pada pendekatan sejarah.
Mempelajari
ilmu
apa pun, termasuk mempelajari
Islam,
memerlukan metode tersendiri. Apabila suatu ilmu belum memiliki metode mempelajarinya maka akan memperoleh kesulitan, demikian pula sebaliknya apabila suatu disiplin ilmu telah memiliki metode secara mapan maka siapa pun yang memperlajarinya akan merasa mudah pula. Oleh karena itu menentukan merode mempelajari Islam seabagai agama ini juga sangat penting. Dengan demikian, apabila telah dtemukan metode yang paling tepat dalam mempelajari Islam maka akan lebih menarik untuk dipelajari, baik oleh Islam sendiri maupun oleh ilmuwan non muslim.7 Orientalisme muncul ke permukaan bertaut erat dengan latar belakang psikohistoris di atas. Islam pada abad-abad itu dicurigai, ditakuti tapi diamdiam juga dicemburui dan dikagumi. Mohammad Rafiuddin dalam buku Research Methodolgy in Islamic Perspective mengemukakan bahwa beberapa sarjana barat (orientalis) melakukan studi terhadap Islam dengan sikap prasangka sehingga posri karya mereka penuh refleksi yang bertentangan dengan realitas Islam. Perasaan-perasaan ini semakin mengental menjadi ketertarikan untuk mengkaji dunia timur ketika adanya kebutuhan akan
M. Arfan Mu’ammar dkk, Studi Islam, Perspektif Insider/Outsider, (IRCiSoD, Anggota IKAPI, 2012), Cet. I, hlm. 75. 7
6
kekuasaan kolonial Eropa Barat untuk belajar dan memahami masyarakat yang mereka kuasai.8 Al-Qur’an dan agama Islam adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.9 Karena Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang menjadi rujukan dan standar nilai utama dan pertama didalam Islam. Orisinalitas, kebenaran, dan keterpeliharannya diyakini oleh umat muslim. Al-Qur’an juga menjadi simbol pemersatu umat muslim. Madzhab dan aliran dalam Islamboleh bermacam-macam, tetapi Al-Qur’an mereka tetap satu. Al-Qur’an bahkan disepakati sebagai landasan dan sekaligus pedoman hidup di sepanjang seajarah umat muslim. Posisi Al-Qur’an yang sedemikian istimewa didalam dasar pikiran dan keyakinan umat Islam, menjadikan kitab suci ini lebih dari sekedar kitab suci. Ia memikat hati setiap muslim yang shaleh sehingga menaruh posisi Al-Qur’an di atas segala hal yang materi. Kebenaran Al-Qur’an diyakini sebagai kebenaran absolut, yang tak tertandingi oleh apa pun. Dan pada akhirnya, Al-Qur’an kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup umat muslim, yang pesan dan kandungan ajarannya mengalahkan semua pertimbangan.10 Umat muslim mengimani Al-Qur’an sebagai wilayah yang lebih tinggi dari keduniaan, yaitu sebagai firman Allah yang terjaga kemurniaannya dan 8
Ibid., hlm. 76. Al-Qur’an menjadi pedoman hidup dan dipelajari secara mendalam entah bagi mereka seorang muslim yang sejak lahir merupakan pemeluk Islam yang baik maupun seseorang yang baru menyatakan diri untuk memeluk Islam dalam hal ini adalah Muallaf. 10 Ali Romdhoni, Al-Qur’an dan Literasi, (Depok: Literatur Nusantara, 2013), Cet. I, hlm. 58. 9
7
tidak mungkin tergantikan (QS. Al-Hijr: 9). Kemudian Al-Qur’an terpelihara di al-Lauh al-Mahfuzh (QS. Al-Buruj: 21-22), kebenarannya (diyakini) melampaui seluruh pertimbangan ruang dan waktu. Kaum muslim menghormati Al-Qur’an sebagai ungkapan yang suci dari Allah. Tidak hanya kandungan maknanya, tetapi bahasa, dan bahkan huruf-huruf Al-Qur’an (yang tertulis dalam mushaf) pun diyakini umat muslim seabagai suci. AlQur’an juga dipahami sebagai teks yang luar biasa, mulia, dan sakral. Penyebutannya seabagai Al-Qur’an al-Karim, yang berarti “Al-Qur’an yang mulia” (QS. Al-Waqi’ah: 77) adalah untuk menggambarkan kesakralan yang melekat padanya.11 Para pembaca Al-Qur’an yang mukmin, yang mengimaninya sebagai wahyu Tuhan yang otentik, dia akan menghormati setiap kata yang tertulis dalam kitab suci. Bagi mukmin ini pula, membaca Al-Qur’an berarti aktifitas pembacaan yang bersifat ilahiah (sakral). Pembaca Al-Qur’an yang mukmin ini akan menemukan kebenaran yang didambakan.12 Sementara menurut Rasyid Ridha, Al-Qur’an diturunkan ke bumi untuk menjelaskan esensi agama, yang meliputi: pertama, keimanan kepada Allah dan hari kemudian serta amal shaleh. Kedua, menjelaskan kenabian dan kerasulan serta tugas dan fungsi mereka. Ketiga, menerangkan Islam sebagai agama fitrah yang selaras dengan rasio, ilmu pengetahuan dan kata hati.
11 12
Ibid., hlm. 60. Ibid., hlm. 61.
8
Keempat, membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan yang meliputi kemanusiaan, agama, undanga-undang, persaudaraan, hukum dan bahasa. Kelima. Menerangkan keistimewaan Islam tentang pembebanan kewajiban-kewajiban kepada manusia baik yang jasmani atau rohani, material atau spiritual, membawa kebahagiaan dunia akhirat. Keenam, menerangkan prinsip-prinsip politik dan bernegara, manata kehidupan material, menjelaskan pedoman umum tentang perang dan cara-cara mempertahankan diri dari agresi dan intervensi musuh. Ketujuh, mengatur hak-hak wanita. Kedelapan, memberikan petunjuk-petunjuk tentang kemerdekaan hak.13 Memperlakukan Al-Qur’an sebagai teks seperti yang dilakukan oleh banyak pemikir kontemporer maupun klasik sangat lah menarik. Hal ini mengingatkan konsekuensi dari perlakuan tersebut yang menempatkan wahyu seabagai hasil komunikasi Tuhan-Manusia, dimana Tuhan sebagai pengirim aktif, sedang manusias sebagai penerima pasif, dan kitab suci sebagai kode komunikasi. Komunikasi verbal tersebut, dalam kacamata linguistik, bisa juga dianggap sebagai model komunikasi antara komunikator dan komunikasi dengan menggunakan kode komunikasi.14 Disini, “perlakuan” terhadap Al-Qur’an sebagai teks melinbatkan, setidaknya, dua metode, pertama, hermeneutik, dan kedua, estetik. Hermeneutik berhubungan dengan pemahaman tentang ilustrasi gambar, teks, 13
Ibid., hlm. 64. M. Nurkholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2005), Cet. I, hlm. 52. 14
9
ritual, serta manusia sendiri sebagai pencipta teks. Tentang refleksi aspekaspek hermeneutik apa yang disebut dengan lingkaran hermeneutik menjadi sangat penting, mengingat titik tolak dari pertanyaan hermeneutik, dalam perkembangannya, merupakan seni pemahaman dan perantara yang bisa menghantarkan pada pemahaman teks. Arti penting lingkaran hermeneutik adalah ia berangkat atau bertolak dari wilayah yang tergeser dari sesuatu tak terpikirkan menjadi terpikirkan. Dalam bahasa seni memahami, “pemahaman” selalu bertolak dari relasi, baik relasi itu sendiri, eksistensi manusia atau dalam “sejarah peran”.15 Arti penting hermeneutik, dalam kaitannya dengan Al-Qur’an sebagai teks, terletak pada perannya yang proporsional dalam menetapkan pertanyaanpertanyaan mengenai refleksi teologis sebagai prosedur penafsiran. Terlebih, bisa juga dikatakan dalam pergulatan dengan teks secara akademis. Ketika resepsi teks tidak seabagai kerja awal yang pasif, melainkan sebaagai bentuk pergulatan yang produktif antara teks dengan pambaca, maka makna dari sebuah teks tidak lagi dihasilkan dari cara baca konvensional melainkan dari proses yang dinamis antara teks dengan horizon pemahaman pembaca.16 Metode
yang
kedua
adalah
estetik.
Tatkala
hermeneutik
bersinggungan dengan aturan-aturan penafsiran, maka tugas dari estetik adalah meneliti tentang fenomena. Fenomena yang dimaksud adalah setiap
15 16
Ibid., hlm. 54. Ibid., hlm. 54.
10
gejala yang ada di alam sekitar. Gejala tersebut kemudian menjadi bahan renungan ketika masing-masing dari gejala tersebut memiliki signifikansi dalam hal tertentu. Ketika orientasi heremenutik terarah pada prinsip-prinsip koherensi secara struktural, maka pertanyaan-pertanyaan estetik berorientasi pada awal dari pemahaman tanpa secara prinsip dipengaruhi oleh konsistensi atau harapan kebenaran.17 Tujuan mempelajari Al-Qur’an bukan mempertanyakan kebenaran AlQur’an seabagai wahyu, tetapi misalnya mempertanyakan: bagaimana cara membaca Al-Qur’an, kenapa cara membacanya begitu, barapa macam jenis bacaan itu, siapa yang menggunakan jenis-jenis bacaan tertentu, apa kaitannya dengan bacaan sebelumny, apa sesungguhnya yang melatar belakangi lahirnya suatu ayat, apa maksud ayat itu. Maka lahirlah misalnya tafsir maudhu’i yang merupakan salah satu bentuk jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.18 Berbagai macam cara dilakukan oleh manusia untuk berusaha memahami petunjuk di dalamnya, karena pada dasarnya Al-Qur’an masih bersifat umum dan global. Hal ini berimplikasi bahwa ajaran dalam bentuk
17
Ibid., hlm, 55. H.M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam, Dalam Teori dan Praktek, (PUSTAKA PELAJAR, 2001), Cet. VIII, hlm. 21. 18
11
wahyu tersebut bersifat universal, dalam artian dapat dilaksanakan dalam setiap waktu dan tempat, di setiap situasi dan kondisi sepanjang zaman.19 Namun, manusia tidak serta merta dapat memahami petunjuk dari Allah tanpa alat bantu yang dinamakan interpretasi terhadap kitab suci AlQur’an, terma khusus yang digunakan dalam pengertian kegiatan interpretasi dalam wacana keilmuan Islam adalah tafsir, bahasa Arab fassara atau fasara ini digunakan secara teknis dalam pengertian di kalangan orang Islam dari abad ke-5 hingga sekarang.20 Dalam usaha memahami Al-Qur’an, yang penting menurut Fazlur Rahman, adalah bagaimana memahami Al-Qur’an dengan metode yang tepat untuk mengungkap kandungannya, karena dalam kenyataannya, Al-Qur’an itu laksana puncak sebuah gunung es yang terapung, sembilan persepuluh darinya di bawah lautan seajarah dan hanya sepersepuluh darinya yang tampak dipermukaan. Karena itulah, untuk memahami Al-Qur’an, orang harus mengetahui sejarah Nabi dan perjuangannya selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Selain itu juga perlu memahami situasi dan kondisi Arab pada awal Islam serta kebiasaan, pranata-pranata dan pandangan hidup orang Arab.21
19
Yunahar Ilyas, Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadits, (Yogyakarta: LPPI UMY, 1996), hlm. 95. 20 Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Qur’ani, (Yogyakarta: Qalam, 2002), hlm. 42. 21 Abdul Mustaqim dan Sahiron Syamsuddin, Studi Al-Qur’an Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 47.
12
Dalam hal mempelajari dan mendalami isi Al-Qur’an, ternyata bukan hanya umat Islam saja yang menggelutinya, tapi juga didalami dan dipelajari oleh pemeluk agama lain seperti umat Kristiani, dengan bentuk huruf dan cara baca Al-Qur’an yang tidak pernah berubah membuat beberapa umat Krisitiani merasa penasaran akan otentisitas-nya. Oleh karena itu, banyak diantara mereka yang beralih agama menjadi Muslim (muallaf22) karena takjub akan isi dan kandungan Al-Qur’an dan mereka memperoleh hidayah dari pembacaan tersebut. Pada kenyataannya di masyarakat, mereka yang baru memeluk Islam (muallaf) lebih intens mempelajari Al-Qur’an dibanding mereka yang sejak lahir sudah memeluk Islam, mereka lebih aplikatif dalam mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur’an. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengangkat tema: “Resepsi Muallaf Minoritas Tana Toraja di Kota Bontang Terhadap AlQur’an.” Disini, Penulis ingin mencoba menganalisis tentang cara mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an, karena mereka hidup di tengah-tengah mayoritas non-muslim, sudah pasti memperoleh tantangan untuk mempelajari Al-Qur’an. Mereka (muslim dan non muslim) adalah merupakan imigran dari
22
Orang-orang Non Muslim yang mengucapkan dua kalimat syahadat dengan memantapkan diri untuk memeluk Islam setelah memperoleh hidayah dari Allah, baik setelah mempelajari Al-Qur’an maupun melalui mimpi yang mengantarkannya untuk mempelajari dan mendalami isi dalam AlQur’an.
13
Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah bermukim di Kalimantan Timur selama bertahun-tahun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut di atas, maka studi ini akan merumuskan beberapa masalah berikut: 1. Bagaiman pandangan orang-orang Muallaf Minoritas Tana Toraja di kota Bontang Terhadap Al-Qur’an? 2. Bagaimana interaksi Muallaf Minoritas Tana Toraja di kota Bontang Terhadap Al-Qur’an? 3. Bagaimana pengaruh Al-Qur’an terhadap kehidupan Muallaf Minoritas Tana Toraja di kota Bontang? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah seperti tersebut di atas, yaitu: a. Tujuan 1. Ingin mengetahui bagaimana pandangan Muallaf Minoritas Tana Toraja yang ada di kota Bontang Kalimantan Timur Terhadap AlQur’an. 2. Ingin mengetahui bagaimana interaksi para Muallaf Minoritas Tana Toraja yang ada di kota Bontang Kalimantan Timur Terhadap AlQur’an.
14
3. Ingin mengetahui apa pengaruh Al-Qur’an terhadap Muallaf Minoritas Tana Toraja yang ada di kota Bontang Kalimantan Timur. b. Kegunaan 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan dan memberi kontribusi serta memperkaya khazanah para sarjana dan kalangan ilmuan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan motivasi dalam rangka mengembangkan pemahaman terhadap kitab suci AlQur’an bagi seluruh umat Islam. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi seluruh umat Islam. D. Kajian Pustaka Sejauh pengamatan penulis dalam menelusuri karya ilmiah terkait tema yang diangkat, ada beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan judul yang diangkat. Akan tetapi tidak membahas secara eksplisit tentang Resepsi Muallaf Minoritas Tana Toraja Terhadap Al-Qur’an. Pertama, Al-Qur’an sebagai Realitas Sosial (Kajian Sosiologis Atas Masyarakat
Muslim
Desa
Sukorejo-Trenggalek),
yang
diteliti
oleh
Mohammad Dimyati, dalam penelitian ini mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Sukorejo dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an dan
15
membudayakan Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. 23 Kedua, Faturrohim meneliti dengan judul Bacaan Al-Qur’an Dalam Tradisi Ngupati (Studi Living Qur’an Dalam Masyarakat Sidareja Kabupaten Cilacap), yang dalam pembahasannya mengungkap asal-usul bacaan AlQur’an ngupati, prosesi acara ngupati, pemberian makna dan tujuan bacaan beberapa surah dalam Al-Qur’an menurut tradisi tradisi masyarakat Sidareja.24 Ketiga, Pembacaan Ritual Surat Yasin Dalam Ritual Kematian Di Indonesia, yang ditulis oleh Nablur Rahman Annibras, Lc. tulisan ini menggambarkan tentang keutamaan membaca surat yasin, tema-tema pokok dalam surat yasin, dan korelasi antara surat yasin dengan kematian.25 Selanjutnya, penulis menemukan tema yang ditulis oleh Yusran S.Th.I dengan judul Tradisi Berkomunitas Kajian Al-Qur’an Mahasiswa Tafsir Hadits UIN Sunan Kalijaga, kajiannya mendeskripsikan tentang kajian AlQur’an di lingkungan mahasiswa tafsir hadits UIN Sunan Kalijaga beserta dinamika dalam melakukan kajian.26
23 Tesis ini ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Program Studi Agama dan Filsafat, Konsentrasi Studi Qur’an Hadis, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2010 24 Tesis ini ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Humaniora, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2013 25 Tesis ini ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Dalam Ilmu Agama Islam, rogram Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Qur’an dan Hadits, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014 26 Tesis ini ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Humaniora, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011
16
Dan selanjutnya, penulis menemukan judul tesis Problematika Kemampuan Membaca Al-Qur’an (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 29 Semarang) oleh Istiqomah, dalam tulisan ini digambarkan tentang konsep belajar membaca Al-Qur’an, dan analisis tentang problematikan kemampuan membaca Al-Qur’an.27 Dari beberapa tema-tema tersebut diatas, sedikit banyaknya ada korelasi. Namun tema sentral yang diangkat oleh penulis adalah Resepsi Muallaf Minoritas Tana Toraja Terhadap Al-Qur’an. Penulis ingin menganalisa tentang interaksi orang-orang muallaf terhadap Al-Qur’an dan implikasi Al-Qur’an itu sendiri terhadap kehidupan orang-orang muallaf. E. Kerangka Teoritik Berdasarkan pembahasan, fokus kajian penelitian ini yaitu “Resepsi Muallaf Minoritas Tana Toraja di Kota Bontang Terhadap Al-Qur’an”. Agar gagasan dari penelitian dapat tersampaikan kepada publik maka penulis merasa perlu untuk membatasi dari setiap istilah dalam penelitian ini. Pertama, tentang makna dari kata ‘resepsi’ yang digunakan dalam tesis ini. Sebagaimana dalam kamus Babylon, reception bermakna ‘acceptence’, act of receiving’, yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia akan bermakna resepsi atau penerimaan. Adapun resepsi yang dimaksud di sini
27
Tesis ini ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Islam, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2009
17
adalah bagaimana Al-Qur’an sebagai teks diresepsi atau diterima oleh orangorang muallaf Tana Toraja.28 Kedua, untuk kata muallaf penulis merujuk ke penafsiran Quraish Shihab pada surah at-Taubah : 60, ( )مألفة قلوبهمbermakna yang dijinakkan hati mereka. Ada sekian banyak yang dapat ditampung oleh kelompok ini. Garis besarnya dapat dibagi dua. Pertama orang kafir, dan kedua muslim. Yang pertama terbagi dua, yaitu yang memiliki kecenderungan memeluk Islam maka mereka dibantu, dan yang kedua mereka yang dikhawatirkan gangguannya terhadap Islam dan ummatnya. Keduanya tidak diberi dari zakat, tetapi dari harta rampasan.29 Ketiga, kata ‘minoritas’ penulis merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata minoritas dimaknai dengan golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika dibandingankan dengan golongan yang lain dalam suatu masyarakat dan karena itu didiskriminasikan oleh golongan lain itu. Oleh karena itu, kaitannya dengan judul tesis yang diangkat adalah muallaf Tana Toraja dengan jumlahnya yang jauh lebih sedikit hanya 50 kepala keluarga jika dibandingan dengan warga Tana Toraja yang masih non muslim dengan jumlahnya mencapai ribuan sesuai data yang telah penulis tunjukkan di bab berikutnya.30
28 Babylon merupakan kamus yang programnya penulis download dari google. Aplikasi ini memiliki ragam Bahasa yang cukup banyak, sehingga pengguna bisa memilih bahasa apa saja yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh pengguna. Dalam hal ini, penulis menggunakan bahasa Inggris yang artinya dijelaskan dengan bahasa Inggris juga. 29 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera hati, 2002), Vol. 5, hlm. 143. 30 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
18
Dalam tesis ini, penulis menggunakan “Teori Sosial” dengan mengambil definisi dari Bramson. Bramson berhasil memilah tiga arti fundamental teori sosial. Defini pertama menyebut teori sosial adalah upaya untuk memahami watak dan sifat masyarakat dan bagaimana masyarakat bekerja. Dalam sosiologi “teori sosial berarti usaha untuk mencoba menjelaskan fenomena sosial dengan cara yang sama dengan cara orang menjelaskan fakta-fakta dunia fisik dengan menggunakan hukum-hukum ilmu alam yang terus berkembang. Secara singkat, teori sosial mencakup dari upaya yang dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu ekonomi, sosiologi, dan demografi untuk menjelaskan fenomena sosial atau “sosial” sendiri. Akan tetapi, Bramson menjelaskan arti kedua, yaitu pengembangan teori-teori normatif tentang apa yang akan atau seharusnya membentuk suatu sebagai “masyarakat yang baik”. Dalam pengertian ini, suatu teori sosial tidak hanya sekedar deskriptif, dan eksplanatori, tetapi juga normatif dan preskriptif, dan bahkan mungkin membangun strategi-strategi untuk untuk menciptakan suatu dunia baru yang lebih baik. Arti yang kedua ini sangat ditentang karena arti ini menyatakan bahwa teori ilmiah apa pun tentang masyarakat harus bebas nilai dan bersifat netral terhadap nilai. Pembelaan atas sebuah pandangan ilmiah tentang peneyelidikan sosial yang kadang-kadang disebut sebagai orientasi positivistik secara khusus sudah dilegetimasi dengan mengacu pada esai-esai terkenal Max Weber tentang objektivitas dalam ilmu-ilmu sosial yang disunting oleh Shils dan Finch. Terakhir, Bramson menyatakan bahwa
19
teori-teori sosial kerap merupakan bagian dan paket ideologi-ideologi politik seperti fasisme dan komunisme dalam pengertian bahwa, misalnya, teori Lenin tentang partai adalah sebuah “teori sosial” tentang bagaimana politik bekerja dan bagaimana mengorganisasi aktivitas revolusioner. Dengan demikina, Bramson sengaja menegaskan bahwa teori sosial, betapapun bebasnilainya, pasti terikat dengan gerakan-gerakan sosial aktual serta kelas-kelas sosial. Salah satu contohny adalah fakta bahwa teori-teori Weber sendiri tentang kepemimpinan menjadi sebuah aspek yang fundamental dalam politik Jerman sebagian melalui pengaruh ahli hukum Carl Schmitt.31 Dari tiga definisi tersebut diatas, penulis memilih definisi pertama yang mengatakan bahwa teori sosial adalah upaya untuk memahami watak dan sifat masyarakat dan bagaimana masyarakat bekerja. Dalam hal ini, memahami watak para muallaf minoritas Tana Toraja dalam kajian Living Quran atau upaya untuk menghidupkan dan berinteraksi dengan Al-Qur’an. Kajian Sosiologi sangat erat kaitannya dengan kajian Antropogi yang khusus mengkaji tentang manusia. Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu tentang defenisi Antropologi. Antropologi berasal dari dua kata Yunani: Anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti kata atau kajian. Jadi, dalam arti paling luas, antroplogi berarti kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup
31
Bryan S. Turner, Teori Sosial dari Klasik sampai Postmodern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Hlm. xxvi
20
maupun yang sudah mati, yang sedang berkembang maupun yang sudah punah. Dalam praktiknya, antropologi terkait dengan beberapa sub-bidang yang
berbeda
tetapi
saling
terkait,
yang
masing-masing
sudah
mengembangkan beberapa spesialisasi teoretis dan metodis yang tersendiri selama beberapa abad terkahir. semua itu dapat dirangkum sebagai berikut: Yang pertama Antropologi Fisik, antropologi fisik memiliki kaitan erat dengan ilmu pengetahuan alam, seperti biologi dan genetika. Antropologi fisik berupaya memahami cara manusia berevolusi dari nenek moyang mereka yang hominid (primate dari keluarga Hominidae, dan Homo Sapiens, merupakan satu-satunya spesies yang masih ada). Yang kedua, Arkeologi, para ahli arkeologi meneliti berbagai bentuk organisasi sosial dan budaya yang berbeda yang menjadi ciri khas manusia dari waktu ke waktu. Yang ketiga, Antropologi Linguistik, bahasa sebagai sebuah cara komunikasi yang kompleks yang digunakan manusia di seluruh dunia, merupakan sebuah subyek penelitian yang kaya. Yang keempat, Antropologi Sosial dan Budaya, ini adalah studi tentan organisasi-organisasi budaya dan sosial dari manusia yang masih hidup.32 Dalam arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai berpikir tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara
32
I, hlm. 8
Simon Coleman dan Helen Watson, Pengantar Antropologi, (Bandung: Nuansa, 2005), Cet
21
sadar memutuskan untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka.33 Sasaran pokok dalam antropologi adalah manusia, baru kemudian prilaku budayanya, tidaklah sebaliknya sebagaimana dalam ilmu yang lain. Tekanan pada sasaran manusia dan kenyataan-kenyataan yang dikemukakan manusia itu membuat ia lupa pada Khalik Penciptanya, dengan alasan segala sesuatu yang berada diluar kenyataan tidak termasuk dalam bidangnya. Berdasarkan pikiran yang timbul dari gagasan kenyataan semata-mata, maka muncullah kepermukaan antropologi untuk mengemukakan sesuatu konsepsi yang dipengaruhi oleh teori evolusi biologi, yang berkembang pada pertengahan abad 19, yang beranggapan bahwa manusia itu adalah sejenis makhluk di antara berbagai jenis makhluk yang lain di muka bumi ini. Pendapat yang sekuler (duniawi, kebendaan) itu menyamakan manusia yang diciptakan berakal ini sama dengan hewan yang berkembang secara evolusi dari dahulu kala sampai sekarang.34 Sejarah perkembangan ilmu antropologi telah mencatat bahwa ilmu itu sejak mulanya hingga sekarang objek-objek penelitiannya masih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan suku bangsa yang hidup di luar lingkungan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika modern. Antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal meneleti kebudayaan-
33 34
Ibid., hlm. 24. Hilman, Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Alumni), hlm. 4.
22
kebudayaan suku bangsa penduduk pribumi di Amerika, Asia, Afrika, dan Oseania. Suku-suku bangsa itu biasanya hidup dalam masyarakat-masyarakt pedesaan yang kecil, yang dapat diteliti dalam keseluruhannya sebagai kebulatan.35 Dalam kajian Living Qur’an tidak menggunakan paradigma yang sama dengan paradigma yang digunakan untuk mengkaji Al-Qur’an sebagai sebuah kitab. Akan tetapi, teks dalam kajian Living Qur’an dimaknai secara metaforis dan merupakan sebuah model. Teks yang sesungguhnya adalah gejala sosial budaya itu sendiri, bukan kitab surat atau ayat.36 Diantara paradigma yang digunakan dalam kajian ini; paradigma akulturasi yaitu paradigma yang akan mencoba mengetahui proses dan hasil interaksi antara ajaran-ajaran yang ada dalam Al-Qur’an dengan sistem kepercayaan atau budaya lokal dalam suatu masyarakat. Paradigma fungsional, yaitu mengetahui fungsi-fungsi dari suatu gejala sosial budaya. Dengan paradigma ini, akan diketahui fungsi Al-Qur’an dalam konteks aktivitas masyarakat. Paradigma structural, paradigma ini mengungkap struktur yang ada di balik gejala-gejala sosial-budaya atau mengungkap struktur yang membangun sebuah model-model. Dengan demikian, kajian Living Qur’an akan
35 36
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Sosiologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 25. Heddy Shri Ahimsa Putra, “The Living Al-Qur’an... hlm. 250.
23
memahami gejala pemaknaan Al-Qur’an lewat model-model struktural tertentu. Adapun paradigma yang digunakan dalam kajian ini adalah paradigma fenomenologi yakni paradigma yang mempelajari suatu gejala sosial budaya dengan berusaha mengungkap kesadaran pengetahuan pelaku dan kesadaran mengenai prilaku.37 F. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.38 Maka dalam hal ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Sumber Data a. Data Primer, semua pembahasan yang menyangkut tentang Muallaf, dan hasil wawancara dengan orang-orang Muallaf Tana Toraja di kota Bontang. b. Data Sekunder, sumber-sumber yang mendukung penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi alam, sumber data primer, dan lebih pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan Lihat: Fathurrohim dalam tesisnya yang berjudul “Bacaan Al-Qur’an Dalam Tradisi Ngupati”, hlm.15 38 http://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi_Penelitian, diakses pada tanggal 26 Maret 2015. 37
24
dokumentasi.39 Oleh karena itu, penulis akan menggunakan teknik field research atau observasi terus terang atau samar. Dalam hal ini, penulis dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada subjek penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi, mereka subjek penelitian yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.40 3. Tahap Pengolahan Data Mengolah data berarti menimbang, menyaring, mengatur dan mengkalisifikasikan.41 Maka dalam konteksnya dengan judul tesis yang diangkat, terhadap data-data hasil observasi dan wawancara atau field research, penulis menggunakan analisis data kualitatif yaitu data tidak berbentuk angka yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis.42 4. Tahap Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, baik dari data wawancara, pengamatan yang sudah di catat di lokasi penelitian, gambar berupa foto, dan lain sebagainya.43
39
M. Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif, (AR-RUZZ MEDIA, 2012), Cet. I,
hlm. 164. 40
Ibid., hlm. 173
41 42 43
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) M. Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif... hlm. 245.
25
a. Pemilihan judul. Judul yang dipilih terkait dengan persoalan keagamaan yang membutuhkan perhatian serius. Dalam hal ini tema Resepesi Muallaf Minoritas Tana Toraja Di kota Bontang dirasa masih relevan dengan konteks masyarakat kontemporer. b. Pengumpulan data. Mengumpulkan data-data yang di peroleh dari hasil observasi dan wawancara terhadap subjek penelitian, dalam hal ini masyarakat Muallaf Minoritas Tana Toraja. c. Setelah dikumpulkan, langkah selanjutnya menelaah hasil observasi dan wawancara baik secara eksplisit maupun implisit, dimana yang menjadi fokus utama dalam tesis ini adalah mengungkap pemahaman Muallaf Minoritas Tana Toraja Terhadap Al-Qur’an. Sehingga nantinya penulis bisa melahirkan dan menyusun kerangka pembahasan yang terdiri dari tema-tema yang akan dibahas berikut juga subsubnya. 5. Jumlah Responden Dalam melakukan penelitian ini, penulis berhasil mewawancarai 14 orang dari 50 kepala keluarga yang terdaftar. Seyogiyanya penulis mewawancarai keseluruhan sebagai bentuk validitas sebuah data, akan tetapi ada berbagai macam kendala untuk menemui sisa dari kepala keluarga tersebut dengan rutinitas mereka yang variatif. Oleh karena itu, penulis berharap dengan hasil wawancara terhadap 14 kepala keluarga
26
tersebut sudah bisa memberikan data yang valid untuk dipertanggung jawabkan. Para responden yang berhasil penulis wawanacarai, sebagai berikut: 1. Fatmawati, 2. Nurmin, 3. Khatimah, 4. Ludiah, 5. Taufik, 6. Sinja, 7. Simon, 8. Firdaus, 9. Said, 10. Simanjuntak, 11. Deng Rani, 12. Mama Luis, 13. Hum Habibah, 14. Sinaeng, G. Sistematika Pembahasan Penelitian ini terbagi menjadi lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik, dan metodologi penelitian. Bab kedua berisi uraian tentang gambaran singkat Kota Bontang. Setelah itu, pemabahasan dilanjutkan dengan memberikan deskripsi tentang awal mula munculnya warga Tana Toraja, munculnya muallaf Toraja kondisi dan perkembangannya. Setelah itu penulis menjelaskan hubungan muallaf dengan sesamanya dan hubungannya dengan warga non muslim Toraja. Kemudian penulis melanjutkan dengan mendiskripsikan tentang sejarah terbentuknya Kerukunan Muallaf Muslim Toraja (KKMT) di Kota Bontang sebagai forum yang menaungi warga muallaf Tana Toraja yang ingin melaksanakan berbagai macam agenda keagamaan. Bab ketiga berisi tentang pandangan orang-orang muallaf Toraja terhadap Al-Qur’an, cara mereka membaca Al-Qur’an, bentuk-bentuk ritual,
27
dan kegiatan keagamaan. Setelah itu, penulis mendiskripsikan sejarah terbentuknya Lembaga Amil Zakat (Laz) Yaumil dibawah naungan PT. Badak LNG Kota Bontang yang aktif memberikan kontribusi, baik berupa sembako maupun berupa pembinaan. Bab keempat, penulis menjelaskan tentang implikasi Al-Qur’an terhadap orang-orang muallaf Tana Toraja, setelah mereka memeluk Islam dan mempelajari Al-Qur’an. Disini, penulis menjelaskan tentang konsistensi orang-orang muallaf dalam memabaca dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Kemudian dilanjutkan ke perubahan tradisi yang dialami oleh orang-orang muallaf Toraja dari tradisi lama khas Toraja ke tradisi baru yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Untuk bab kelima, diakhiri dengan kesimpulan dari seluruh bab.
*******
BAB V KESIMPULAN
Dari penelitian ini, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, keberadaan muallaf minoritas Tana Toraja di kota Bontang adalah bagian dari upaya untuk terus bertahan demi kelangsungan hidup. Merantau ke beberapa daerah, mencari pekerjaan, di anggap sebagai salah satu cara terbaik untuk merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Kebanyakan dari mereka datang ke kota Bontang dengan masih memegang teguh tradisi mereka sebagai orang Tana Toraja (Tator) dengan berbagai macam mistik khas Toraja. Dan para akhirnya, sebagaian dari mereka melakukan religion conversion (konversi agama) dengan menjadi seorang muallaf. Kedua, dalam posisi mereka sebagai seorang muallaf, tentunya harus mampu membedakan antara taradisi lama dengan tradisi baru yang mereka anut sekarang. Dalam hal ini, tradisi lama yang bertentangan denga Islam harus ditinggalkan secara totalitas. Dan selanjutnya mereka harus menjalankan tradisi baru yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an di dalam ajaran agama Islam. Selama menjadi muallaf, sebagian dari mereka sudah bisa membaca Al-Qur’an, bahkan mencoba menggunakan terjemahan demi kemudahan dalam memahami teks yang dibaca, namun sebagiannya juga masih ada yang belum bisa membaca Al-Qur’an, banyak diantara mereka masih
128
129
belajar iqra’, namun mereka tetap semangat. Dengan modal semangat tersebut, mereka bisa bertahan dengan agama yang dianutnya saat ini yaitu Islam. Disisi lain meskipun pemahaman mereka tentang Islam masih sangat minim, namun satu nilai prestise bagi mereka adalah adanya pengajian yang rutin dilaksankan tiap bulan demi mengenal Islam lebih jauh. Ketiga, mereka memberi penilaian dan pandangan terhadap Al-Qur’an dengan berbagai macam argumentasi, mulai dari tulisannya, kandungannya (setelah mendengar ceramah Ustadz) dan anggapan mereka bahwa Al-Qur’an adalah sumber hidayah, ketika mereka mendapat hidayah setelah mendengar Al-Qur’an itu dibacakan oleh orang lain. Keempat, setelah membaca dan mempelajari Al-Qur’an, muallaf Toraja kemudian berusaha mengamalkan hasil pembacaannya tersebut. Ada banyak implikasi dan efek yang dirasakan oleh muallaf Toraja setelah mempelajari AlQur’an, a. Mereka rutin membaca Al-Qur’an, mereka selalu meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur’an, baik setelah shalat maupun diwaktu-waktu luang lainnya jika selesai dari kesibukan masing-masing. b. Terjadi perubahan tradisi, warga Tana Toraja yang sudah puluhan tahun memeluk agama Kristen dengan berbagai macam tradisi dan mistik khas Toraja, mulai dari upacara adat kematian, pengantin dan adat-adat yang lain yang bagi sebagian kalangan dianggap menyusahkan diri mereka karena rasa komitmen mereka
130
mempertahankan tradisi yang sudah sejak lama di anut, dan tidak semua warga Toraja mampu melakukannya, tergantung status sosial. Maka sering muncul kesan bahwa seabagian diantara mereka terutama yang kurang mampu akan memaksakan diri untuk melaksanakan adat khas Tana Toraja, baik dengan cara mengutang kepada kerabat terlebih dahulu atau dengan cara-cara yang lain yang bisa memuluskan proses upacara adat. Maka setelah berpindah keyakinan ke agama Islam, mereka mengalami perubahan tradisi yang sangat signifikan. Mereka sanggup meninggalkan tradisi lama yang mengandung banyak mistik, kemudian mempelajari Al-Qur’an, setelah lama menjadi seorang muallaf dan telah mempelajari Al-Qur’an, mereka kemudian berusaha untuk mengamalkannya. Para muallaf rutin mengikuti pengajian dan acaraacara keagamaan yang diadakan oleh Kerukunan Keluarga Toraja Muslim (KKTM) di kota Bontang. *******
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006). Ali, Mursyid, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia, (Penerbit: CV PRASASTI 2009) Cet. Pertama. Al-Kahel, Daem, Abdel, Pengobatan Qur‟ani (Manjurnya Berobat Dengan AlQur‟an), (Jakarta: AMZAH, 2012) al-Qurthubi, Ahmad, bin, Muhammad, Imam, The Secret of Qur‟an (Panduan Lengkap Pengamalan Al-Qur‟an Demi Menggapai Kebahagiaan dan Sukses Ukhrawi dan Duniawi), (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2013), Az-Zuhaili, Wahbab, Tafsir Al-Wasith, (Depok: GEMA INSANI, 2013), Juz 3. Annibras, Rahman, Nablur, Tesis yang ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Dalam Ilmu Agama Islam, rogram Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Qur’an dan Hadits, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014. Coleman, Simon, dan Watson, Helen, Pengantar Antropologi, (Bandung: Nuansa, 2005), Cet I. Buijs, Kees, Kuasa Berkat Dari Belantara dan Langit (Struktur dan Transformasi Agama Orang Toraja di Mamasa Sulawesi Barat), (Makassar: Ininnawa, 2009) Dhavamony, Mariasusai, KANISIUS, 1995).
Fenomenologi
Agama,
(Yogyakarta:
PENERBIT
Dimyati, Mohammad, Tesis yang ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Program Studi Agama dan Filsafat, Konsentrasi Agama dan Filsafat, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2010. Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Metodologi Penelitian Living Qur’an, (Sleman: TERAS 2007),
131
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Federsipel, Howard, M., Kajian Al-Qur‟an Di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. I Faiz, Fakhruddin, Hermeneutika Qur’ani, (Yogyakarta: Qalam, 2002) Faturrohim, Tesis yang ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Humaniora, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2013 Ghony, Djunaidi, M., Metodologi Penelitian Kualitatif, (AR-RUZZ MEDIA, 2012), Cet. I. Gade, Anna, The Qur‟an An Introduction, (England: Onewolrld Publication, 2010). Hadikusuma, Hilman, , Antropologi Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Alumni). Ilyas, Yunahar, Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadits, (Yogyakarta: LPPI UMY, 1996) Istiqomah, Tesis yang ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Islam, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Sosiologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009) Geertz, Clifford, Agama Jawa, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2013). Jazuli, Samiun, Ahzami, Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur‟an, (Depok: GEMA INSANI, 1997), Cet. I, Khoirul Ulum dalam tesisnya yang berjudul “Pembacaan Al-Qur’an Di Lingkungan Jawa Timur (Studi Masyarakat Grujugan Bondowoso)” Mattson, Ingrid, Dr. “President Komunitas Islam Amerika Serikat”, Ulumul Qur‟an Zaman Kita, (Jakarta: Zaman, 2013). Mudzhar, Atho, H.M., Pendekatan Studi Islam, Dalam Teori dan Praktek, (PUSTAKA PELAJAR, 2001), Cet. VIII. Najati, Utsman, M., Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: PENERBIT PUSTAKA, 2004), Cet. I. 132
Putra, Ahimsa, Shri, Heddy, “The Living Al-Qur’an; Beberapa Perspektif Antroplog”, Jurnal Walisongo, Volume 20, Nomor 1, Mei 2012. Romdhoni, Ali, Al-Qur’an dan Literasi, (Depok: Literatur Nusantara, 2013), Cet. I. Setiawan, Nurkholis, M., Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2005), Cet. I. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1990), Cet. Keduabelas. Saeed, Abdullah, The Qur‟an An Introduction, (USA and Canada: Routledge, 2008) Shihab, Quraish, Secercah Cahaya Ilahi (Hidup Bersama Al-Qur‟an), (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007) Shihab, Quraish, Lentera Al-Qur‟an (Kisah dan Hikmah Kehidupan), (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2014), Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 4. Tim Peneliti, Sektiadi dkk, Sangiran dan Tana Toraja sebagai World Heritage: Studi tentang Pengelolaan Warisan Budaya Berperspektif Kesejahteraan Masyarakat, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, 2009. Yusran, Tesis yang ditulis untuk mendapatkan gelar Magister Humaniora, Program Pascasarajana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011. Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat, (PENERBIT: PT KOMPAS MEDIA NUSANTARA), Maret 2010.
133