RESEARCH REPORT: PORTFOLIO EVALUATION by INFOVESTA
EXECUTIVE SUMMARY Dari ulasan berbagai sentimen data-data makroekonomi global serta domestik yang dianggap dapat memberikan dampak signifikan terhadap kinerja indeks Pasar Modal domestik, maka kesimpulan beserta sikap-sikap yang perlu dicermati investor, sebagai berikut:
Makroekonomi o Global
Peluang
Kebijakan ekonomi ekspansif (stimulus maupun kelonggaran moneter) hingga saat ini masih terus dilancarkan oleh sejumlah bank sentral negara besar (AS, China, dan Uni Eropa)
Kenaikan suku bunga acuan AS, The Fed Rate, diprediksi terjadi diakhir tahun 2015 seiring data ekonomi yang masih beragam.
Penundaan pertimbangan CNY oleh IMF menjadi salah satu mata uang devisa dunia memberikan katalis positif di pasar keuangan.
Hambatan
Perlambatan ekonomi China pada sejumlah data makroekonomi masih terlihat dan menimbulkan kekhawatiran pelaku ekonomi global, khususnya mitra dagang China.
Kebijakan devaluasi Yuan oleh pemerintah China memberikan ancaman bagi mata uang negara lain khususnya regional asia.
o Domestik
Peluang
Suku bunga acuan dipertahankan stabil
Laju inflasi yang terjaga meskipun masih bertahan di atas 7%
Neraca perdagangan masih bertahan surplus
Kenaikan tarif bea masuk atas barang impor yang bersifat konsumsi memberikan peluang pertumbuhan bagi industri lokal
Reshuffle kabinet memberikan harapan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.
Hambatan
Pelemahan kurs Rp/USD masih berlanjut hingga menggerus cadangan devisa
Reshuffle kabinet dapat memberikan sentimen negatif jika orangorang baru yang muncul di kabinet tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat.
Pasar Saham o Jangka Pendek
Valuasi pasar saham menjadi lebih murah, namun masih rawan terkoreksi karena PER masih di atas rata-rata selama 5 tahun.
Aksi jual investor asing masih berlanjut, seiring minimnya sentimen positif baik dari dalam negeri maupun luar negeri
Alternatif pilihan pada sektor Konsumsi yaitu sektor Properti, sektor Infrastruktur, sektor Aneka Industri, dan sektor Keuangan.
o Jangka Panjang
Ekspektasi pemulihan kinerja emiten semester II-2015, seiring ekspektasi peningkatan realisasi anggaran pemerintah yang berpeluang menopang ekonomi.
Memanfaatkan momentum pelemahan untuk melakukan akumulasi pada saham-saham undervalued dari sektor yang prospektif
dalam jangka
panjang
Pasar Obligasi o SUN (Surat Utang Negara)
Pelemahan kurs IDR/US$ yang masih berlanjut terus membayangi kinerja pasar SUN
Minat investor asing terbilang masih tinggi, terutama pada tenor panjang
Kondisi tekanan di pasar SUN membuat perbandingan terhadap
o Korporasi
Sektor emiten yang prospektif dan defensif terhadap gejolak ekonomi dan minim eksposur terhadap pelemahan kurs Rp/USD
Alternatif pada obligasi dengan fundamental solid (rating minimal A dan potensi default kecil) yang memiliki yield kompetitif (2% di atas LPS)
Berikut adalah hasil rekapitulasi estimasi nilai investasi yang dilakukan pada setiap instrumen dalam portofolio beserta potensi kinerja hingga akhir tahun 2015.
Tabel Estimasi Nilai Investasi Portofolio per Akhir 2015 Instrumen Investasi Saham Reksa Dana
Obligasi Deposito KPD
Pendapatan Tetap Peny. Terbatas Saham Terproteksi Available For Sale Deposito Berjangka Deposit On Call KPD KPD Total
Nilai Investasi per 31 Juli (Rp) 54,249,967,500.00 484,008,937,986.43 1,009,470,510,324.94 134,800,036,317.20 661,392,287,000.00 1,450,844,588,000.00 1,030,728,752,101.40 79,750,000,000.00 99,402,593,193.75 44,312,683,131.16 5,048,960,355,554.88
Estimasi Investasi Akhir 2015 (Rp) 57,405,800,000.00 496,298,754,278.71 1,044,376,279,816.73 141,090,758,824.22 685,410,464,083.33 1,497,685,228,989.58 1,060,843,956,494.09 81,889,334,444.44 104,586,766,500.46 45,951,417,578.81 5,215,538,761,010.36
Return 5.82% 2.54% 3.46% 4.67% 3.63% 3.23% 2.92% 2.68% 5.22% 3.70% 3.30%
1. ULASAN MAKRO EKONOMI A. Ulasan Makro Ekonomi Global Saat ini, perhatian pelaku ekonomi tertuju pada kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) seiring isu kenaikan tingkat suku bunga di akhir tahun 2015 dengan pertimbangan kondisi ekonomi makro domestik serta kondisi ekonomi China yang melambat memberikan kekhawatiran pelaku ekonomi dunia termasuk Indonesia.
A.1. Amerika Serikat (AS) Pertumbuhan PDB tahunan AS Juni 2015 kembali mengalami penurunan menjadi 2,3%, namun sebaliknya pertumbuhan PDB kuartal II-2015 mengalami peningkatan menjadi 2,3% ditopang pengeluaran konsumen yang tumbuh menjadi US$11,16 triliun. Namun demikian, pertumbuhan PDB tahunan per Juni 2015 mengalami penurunan menjadi 2,3% dari semula 2,9% pada Maret 2015. Gambar A.1.1. Pertumbuhan GDP
Sumber : Tradingeconomic.com
Pengeluaran konsumen yang tumbuh di kuartal II-2015 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laju inflasi bulanan Juni 2015, tercatat inflasi mengalami penurunan menjadi 0,3% sehingga inflasi tahunan masih tetap di kisaran 0,1% masih jauh dari target capaian pemerintah AS sebesar 2%.
Gambar A.1.2. Data Inflasi
Sumber : Tradingeconomic.com
Sementara itu, tingkat pengangguran AS bulan Juni 2015 kembali mengalami penurunan menjadi 5,3% yang merupakan level terendah dalam 5 tahun terakhir, penurunan tingkat pengangguran tersebut ditopang data tenaga kerja Non Farm Payrolls (NFP) per Juni 2015 mencapai 223 ribu.
Gambar A.1.3. Data Tingkat Pengangguran
Sumber : Tradingeconomics
A.2. Tiongkok Pertumbuhan PDB per Juni 2015 sebesar 7% sesuai target pemerintah sekaligus di atas prediksi sebesar 6,9%. Hal tersebut ditopang oleh kebijakan pemerintah yang memangkas suku bunga sebanyak 3 kali dari 5,35% menjadi 4,85% sekaligus memberikan dorongan terhadap pertumbuhan industrial output yang mencapai sebesar 6,8%.
Gambar A.2.1 Pertumbuhan GDP
Sumber : Tradingeconomics
Sejalan dengan kebijakan moneter yang longgar dari pemerintah, memberikan dorongan terhadap laju inflasi tahunan Juni 2015, tercatat inflasi menguat tipis menjadi 1,4%. Namun demikian, laju inflasi tersebut masih jauh dari target pemerintah sebesar 3%.
Gambar A.2.2 Tingkat Inflasi Tiongkok
Sumber : Tradingeconomics
Sementara itu, Indeks manufaktur di China berdasarkan data PMI (Purchasing Manager Index) per Juli 2015 kembali mengalami penurunan menjadi 50 sekaligus mengindikasikan adanya potensi kelesuan ekonomi yang berkelanjutan jika menembus di bawah level 50 (indikasi kontraksi). Gambar A.2.3 Grafik Manufaktur
Sumber : Tradingeconomics
Berdasarkan kondisi ekonomi yang menunjukan pelambatan tersebut dan gejolak pasar finansial yang belum mereda, IMF memutuskan untuk menunda mata uang Yuan (CNY) sebagai mata uang cadangan resmi dunia atau currency reserve rencananya sampai dengan September 2016.
B. Ulasan Makroekonomi Domestik Kondisi makroekonomi domestik yang tercermin pada sejumlah indikator, seperti pertumbuhan PDB, inflasi, suku bunga, kurs Rupiah, dan neraca perdagangan. Sampai dengan data terakhir indikator makro ekonomi tersebut mengindikasikan terjadi pelambatan ekonomi. B.1. Pertumbuhan PDB Pertumbuhan ekonomi tahunan per Juni 2015 kembali turun menjadi 4,67% tetapi mampu mengalahkan ekspektasi. Secara kuartalan, pertumbuhan PDB naik 3,78% ditopang sisi produksi, yakni Pendidikan sebesar 12,16% dan sisi pengeluaran dari Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,97%. Realisasi anggaran belanja pemerintah masih belum memberikan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi sampai dengan Juni 2015, termasuk realisasi anggaran pembangunan infrastruktur. Gambar B.1 Pertumbuhan PDB
Sumber : Tradingeconomics
B.2. Inflasi Laju inflasi domestik per Juli 2015 kembali naik menjadi 0,93% diatas prediksi BI 0,6% sekaligus membuat inflasi tahunan di level 7,26% namun masih dalam pengendalian BI kisaran 4,5%±1%. Kenaikan inflasi disebabkan karena momen Lebaran, harga bahan baku makanan dan biaya transportasi mengalami peningkatan, tercatat kedua faktor tersebut mendorong laju inflasi di Juli 2015, masing-masing menyumbang 0,4% dan 0,35%.
Gambar B.2 Data Inflasi
Sumber : Infovesta.com
B.3. Suku Bunga Acuan BI rate dipertahankan di level 7,5% di tengah inflasi yang masih terkendali serta tindakan antisipasi dari pemerintah dan BI karena masih adanya ketidakpastian rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sepanjang 2015 dan stabilitas ekonomi masih tetap terjaga.
Gambar B.3 Suku Bunga Acuan
Sumber : Infovesta.com
B.4. Kurs Rupiah dan Cadangan Devisa Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa akhir Juli 2015 kembali turun sebesar US$430 juta menjadi US$107,6 miliar didengan posisi Juni 2015 yang mencapai US$108.03 miliar. Penurunan ini disebabkan karena bank sentral menggunakan dana tersebut untuk menjaga nilai kurs Rp/USD dan membayar utang luar negeri pemerintah. Grafik B.4 Kurs Rupiah dan Cadangan Devisa
Sumber : Infovesta.com
B.5. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan Juni 2015 kembali surplus US$477 juta, angka tersebut menyusut jika dibandingkan dengan bulan Mei 2015. Tercatat laju ekspor dan impor sama-sama mengalami kenaikan, ekspor naik tipis hanya mencapai 5,91% (US$ 13,44 miliar) sementara laju impor naik sebesar 11,63%(US$ 12,96 miliar). Namun demikian, dengan adanya kenaikan ekspor dan impor tersebut per Juni 2015 mengindikasikan sektor riil sudah membaik dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya yang sama-sama mengalami penurunan.
Grafik B.5 Neraca Perdagangan Indonesia
Sumber : BPS, Infovesta
C. Pasar Modal Domestik Perubahan dalam kondisi makroekonomi, baik global maupun domestik, serta isu-isu terkait yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi suatu negara menjadi sentimen yang cukup kuat terhadap pergerakan Pasar Modal, baik investasi saham maupun obligasi, di luar faktor-faktor lain yang lebih spesifik (seperti prospek dari sektor saham tertentu maupun berita-berita yang terkait dengan fundamental emiten). Sejumlah indikator untuk melihat kondisi investasi di Pasar Modal domestik, di antaranya kinerja indeks, aliran dana asing, dan valuasi kewajaran.
C.1. Pasar Saham Kinerja IHSG per Year To Date (YTD) Juli 2015 tambah negatif menjadi -0,82%. Rata-rata kinerja sektoral per MoM Juli 2015 negatif, kecuali sektor Konsumsi dan Perdagangan. Total sebanyak 7 dari 9 sektor yang memiliki kinerja negatif, paling buruk adalah sektor Pertambangan disusul sektor Industri Dasar dan Kimia.
Gambar C.1.1 Kinerja Bulanan IHSG dan Indeks Sektoral per Juli 2015
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Infovesta
Sementara itu, sampai dengan Juli 2015 investor asing masih melanjutkan aksi jual namun relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juni 2015. Secara kumulatif aksi jual yang dilakukan oleh investor asing sepanjang tahun 2015 mencapai Rp11,488.58 triliun
Gambar C.1.2 Rekapitulasi Transaksi Investor Asing
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Infovesta
Sepanjang Juli 2015, IHSG mengalami koreksi hingga menyentuh level 4.800an membuat PER indeks LQ-45 yang menjadi proxy valuasi fundamental IHSG menjadi relatif lebih murah (17,93 kali per 31 Juli 2015). Meskipun demikian, kondisi tersebut masih rawan koreksi karena posisi PER masih di atas rata-rata (17,22 kali per 31 Juli 2015)
Gambar C.1.3 Pergerakan Price Earnings Ratio (PER) Indeks LQ45
Sumber : Infovesta
Berdasarkan valuasi sektoral dengan menggunakan metode pemetaan PER-retrun YTD 31 Juli 2015, sektor yang dapat dijadikan sebagai alternatif investasi selain sektor Konsumsi yaitu sektor Properti, sektor Infrastruktur, sektor Aneka Industri, dan sektor Keuangan karena kinerjanya masih cenderung lambat sehingga potensial gain di sisa waktu tahun 2015 lebih besar
Gambar C.1.4 Peta PER dan Return YTD
Sumber : Infovesta
C.2. Pasar Obligasi Kinerja indeks obligasi korporasi per YTD 31 Juli 2015
meningkat menjadi 4,35%
sementara kinerja pasar SUN terus menipis menjadi 2,17%. Pelemahan kurs Rp/US$ sepanjang Juli 2015 membebani kinerja pasar SUN sehingga kinerja MoM Juli 2015 hanya bertumbuh 0,11%
Gambar C.2.1 Kinerja Indeks Obligasi
Sumber : Infovesta
Per Juli 2015, kepemilikan investor asing di pasar SUN turun menjadi Rp534,02 triliun atau mengalami penurunan tipis sebesar Rp351 miliar jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya Juni 2015 sebesar Rp537,53 triliun.
Gambar C.2.2 Kepemilikan Asing di Surat Utang Negara (Triliun)
Sumber : Infovesta
Di lain sisi, Tekanan terhadap pasar SUN sepanjang Juli 2015 membuat spread yield SUN tenor 10 tahun terhadap suku bunga FASBI semakin melebar di atas rata-rata 3 tahun menjadi 3,12% sekaligus mengindikasikan kondisi pasar SUN 10 tahun yang menjadi relatif lebih murah.
Gambar C.2.3 Spread Yield SUN Tenor 10 Tahun Terhadap FASBI
Sumber : Infovesta
Valuasi investasi di SUN masih kurang menarik bila dibandingkan negara-negara ASEAN dan Asia lainnya karena real yield yang masih relatif lebih rendah akibat tingginya laju inflasi tahunan, ditambah data inflasi pasca Lebaran mencapai 0,93% membuat inflasi tahunan menjadi 7,26%.
Gambar C.2.4 Analisis Komparatif Terhadap Regional Melalui Spread Yield dan Real Yield
Sumber : Tradingeconomics, Infovesta
Meskipun demikian, daya tarik SUN bagi investor asing masih cukup besar. Minat investor asing pada SUN dengan tenor panjang masih tinggi. Hal itu terlihat pada porsi kepemilikan investor asing pada kelompok tenor 5-10 tahun dan di atas 10 tahun yang cukup besar serta terlihat mengalami kenaikan per akhir Juni 2015
Gambar C.2.5 Porsi Dana Asing Berdasarkan Tenor
Sumber : DJPU
D. Kesimpulan dan Strategi Dari ulasan berbagai sentimen data-data makroekonomi global serta domestik yang dianggap dapat memberikan dampak signifikan terhadap kinerja indeks Pasar Modal domestik, maka kesimpulan beserta sikap-sikap yang perlu dicermati investor, sebagai berikut:
Makroekonomi o Global
Peluang
Kebijakan ekonomi ekspansif (stimulus maupun kelonggaran moneter) hingga saat ini masih terus dilancarkan oleh sejumlah bank sentral negara besar (AS, China, dan Uni Eropa)
Kenaikan suku bunga acuan AS, The Fed Rate, diprediksi terjadi diakhir tahun 2015 seiring data ekonomi yang masih beragam.
Penundaan pertimbangan CNY oleh IMF menjadi salah satu mata uang devisa dunia memberikan katalis positif di pasar keuangan.
Hambatan
Perlambatan ekonomi China pada sejumlah data makroekonomi masih terlihat dan menimbulkan kekhawatiran pelaku ekonomi global, khususnya mitra dagang China.
Kebijakan devaluasi Yuan oleh pemerintah China memberikan ancaman bagi mata uang negara lain khususnya regional asia.
o Domestik
Peluang
Suku bunga acuan dipertahankan stabil
Laju inflasi yang terjaga meskipun masih bertahan di atas 7%
Neraca perdagangan masih bertahan surplus
Kenaikan tarif bea masuk atas barang impor yang bersifat konsumsi memberikan peluang pertumbuhan bagi industri lokal
Reshuffle kabinet memberikan harapan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.
Hambatan
Pelemahan kurs Rp/USD masih berlanjut hinggamenggerus cadangan devisa
Reshuffle kabinet dapat memberikan sentimen negatif jika orangorang baru yang muncul di kabinet tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat.
Pasar Saham o Jangka Pendek
Valuasi pasar saham menjadi lebih murah, namun masih rawan terkoreksi karena PER masih di atas rata-rata selama 5 tahun.
Aksi jual investor asing masih berlanjut, seiring minimnya sentimen positif baik dari dalam negeri maupun luar negeri
Alternatif pilihan pada sektor Konsumsi yaitu sektor Properti, sektor Infrastruktur, sektor Aneka Industri, dan sektor Keuangan.
o Jangka Panjang
Ekspektasi pemulihan kinerja emiten semester II-2015, seiring ekspektasi peningkatan realisasi anggaran pemerintah yang berpeluang menopang ekonomi.
Memanfaatkan momentum pelemahan untuk melakukan akumulasi pada saham-saham undervalued dari sektor yang prospektif
dalam jangka
panjang
Pasar Obligasi o SUN (Surat Utang Negara)
Pelemahan kurs IDR/US$ yang masih berlanjut terus membayangi kinerja pasar SUN
Minat investor asing terbilang masih tinggi, terutama pada tenor panjang
Kondisi tekanan di pasar SUN membuat perbandingan terhadap
o Korporasi
Sektor emiten yang prospektif dan defensif terhadap gejolak ekonomi dan minim eksposur terhadap pelemahan kurs Rp/USD
Alternatif pada obligasi dengan fundamental solid (rating minimal A dan potensi default kecil) yang memiliki yield kompetitif (2% di atas LPS)
2. EVALUASI DAN PROYEKSI PORTFOLIO SAHAM Evaluasi portofolio saham mencakup analisis fundamental yang terdiri dari rata-rata pertumbuhan laba bersih, tingkat profitabilitas, dan outlook dari masing-masing sektor yang terdapat dalam portofolio saham.
2.1. Rata-Rata Pertumbuhan Laba Bersih Rata-rata pertumbuhan laba bersih menggunakan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) selama 3 tahun terakhir dari laba bersih per kuartal yang disetahunkan. Tujuannya adalah untuk melihat tren kinerja emiten saham, baik kinerja yang meningkat maupun kinerja yang melambat berdasarkan nilai laba bersih emiten yang tertuang dalam laporan keuangan terakhir masing-masing emiten. Gambar 2.1. Grafik CAGR Laba Bersih Berdasarkan Saham Individual
3 Yr CAGR Net Income
40%
Syarat minimal CAGR Net Income sebesar 15%
3 Yr CAGR Net Income
20% 0% -20% -40%
-60% -80%
Sumber : Infovesta
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dari total 26 emiten saham hanya ada 3 emiten saham yang memiliki rata-rata CAGR selama 3 tahun berdasarkan data keuangan terakhir dari masing-masing emiten saham diatas 15%, ke-3 emiten saham tersebut yaitu ADHI, GIAA dan BMRI masing-masing sebesar 20,85%, 16,02% dan15,64%. Sementara sisanya sebanyak 23 emiten saham memiliki rata-rata CAGR selama 3 tahun dibawah 15%, secara lebih rinci 5 emiten saham diantara memiliki rata-rata CAGR selama 3 tahun diatas 10% dan 18 emiten saham lainnya masih dibawah 10% termasuk emiten saham dengan ratarata CAGR selama 3 tahun yang negatif.
Gambar 2.2. Grafik CAGR Laba Bersih Berdasarkan Sektor Saham
3 Yr CAGR Net Income 20% 9.02% 5.72% 0.24%
-40%
-50%
PROPERTI DAN REAL ESTATE
-30%
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
-20%
KEUANGAN
-10%
INDUSTRI BARANG KONSUMSI
3 Yr CAGR Net Income
0%
-1.19%
-37.98% PERTAMBANGAN
6.06%
INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI
10%
Syarat minimal CAGR Net Income sebesar 15%
Sumber : Infovesta
Sementara itu, gambar diatas merupakan rata-rata CAGR Laba Bersih periode 3 tahun terakhir dari masing-masing sektor yang terdapat dalam portofolio saham dan dapat dijelaskan bahwa dari total sebanyak 6 sektor tidak ada satu sektor pun yang memiliki CAGR Laba Bersih diatas 15%. Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan sektor yang memiliki rata-rata CAGR tertinggi mencapai 9,02% yang terdiri dari saham KLBF (12,73%), ICBP (12,25%), UNVR (9,57%) dan INDF (1,51%). Sebaliknya sektor yang memiliki rata-rata CAGR Laba Bersih negatif yaitu sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi serta Pertambangan masing-masing mencapai -1,19% dan -37,98%.
2.2. Return On Equity (ROE) Berbeda dengan CAGR pertumbuhan Laba Bersih, ROE merupakan rasio yang mengukur tingkat profitabilitas berdasarkan perbandingan nominal laba bersih suatu perusahaan terhadap nilai permodalan dari investor atau pemegang saham berdasarkan laporan keuangan terakhir dari masing-masing emiten saham. Gambar 2.3. Grafik ROE Berdasarkan Saham Individual
4 Qtr Average ROE
160% 140%
Average ROE
120% 100% 80% 60% 40%
Syarat minimal Average ROE sebesar 15%
20% 0% -20% -40% Sumber : Infovesta
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat 11 emiten saham memiliki ROE diatas 15%, sedangkan emiten saham dengan ROE dibawah 15% berjumlah 15 emiten saham. Secara lebih rinci emiten yang memiliki ROE kisaran 10%-<15% sebanyak 7 emiten saham dan sisanya ROE <10% sebanyak 8 emiten saham termasuk emiten saham yang memiliki ROE negatif seperti HRUM (-3,68%), INDY (-4,7%), ANTM (-6,16%) dan GIAA (14,33%).
Sementara itu, emiten saham yang memenuhi kriteria dengan syarat rata-rata CAGR Laba Bersih dan ROE diatas 15% hanya terdapat 2 emiten saham yaitu ADHI dan BMRI dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2.1. Daftar Saham dengan CAGR Net Income dan ROE di Atas Syarat Minimal
Kode Emiten
Sektor Saham
3 Yr CAGR Net Income
ROE
ADHI
Properti dan Real Estate
20,85%
21,58%
BMRI
Keuangan
15,64%
19,89%
2.2. Outlook Sektor Saham Berikut outlook dari sejumlah sektor saham yang terdapat dalam portofolio investasi.
Keuangan (Neutral) o The Fed menunda kenaikan tingkat suku bunga ditunda sampai akhir 2015 dan BI menetapkan suku bunga acuan stabil
o Pemerintah menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat dari 22% menjadi 12% berlaku mulai Juli 2015 o Kelonggaran sumber pendanaan / likuiditas Bank, yakni dari LDR menjadi LFR
Pertambangan Batu Bara (Underperform) o Harga batu bara acuan (HBA) Agustus 2015 (HBA) kembali turun menjadi US$59,14 per ton. o Pemerintah batal menaikan tarif royalti IUP dari 5% menjadi 13,50% dengan pertimbangan kondisi ekonomi yang masih lesu o Rendahnya harga dan besarnya produksi minyak dunia dan sebagai bahan bakar utama juga membuat harga batu bara tidak dapat merangkak naik. o India berencana terus mengurangi impor batu bara, karena negara tersebut akan menggenjot produksi domestik hingga 1,5 miliar ton pada 2021 serta mengembangkan 175 gigawatt (GW) energi terbarukan.
Pertambangan Logam (Underperform) o Perlambatan petumbuhan ekonomi Tiongkok yang berpotensi menurunkan permintaan timah berpotensi menurunkan ekspor timah. o Penguatan US$ terhadap mata uang lokal negara lain membuat harga emas lesu. o Mulai maraknya pembangunan smelter berdampak pada ekspor mineral yang akan kembali naik. Pasokan mineral ini berpotensi menurunkan harga jual. o Menteri ESDM merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 44/M-Dag/Per/7/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah dan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 33/M-DAG/PER/5/2015 yang berlaku 1 Agustus 2015 berpotensi menghambat eskpor timah.
Properti dan Real Estate (Neutral) o Semester II-2015 potensi penyerapan anggaran infrastruktur lebih cepat sehingga dapat berdampak positif pada sektor Konstruksi. o Kebijakan Pemerintah pada LTV untuk KPR diprediksi efektif semester II-2015 seperti dan program pembangunan sejuta rumah oleh Pemerintah berpotensi mendorong permintaan property.
Industri Barang Konsumsi (Neutral) o Sektor Barang Konsumsi merupakan sektor yang relatif defensif terhadap kondisi ekonomi.
Industri Dasar dan Kimia (Underperform) o Asosiasi Semen Indonesia menyatakan belum meratanya pengerjaan proyek infrastruktur pada semester I/2015 menyebabkan konsumsi semen pada periode ini hanya 31,34 juta ton atau turun 4,2% dari periode yang sama tahun lalu
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi (Neutral) o Target pemerintah dalam meningkatkan dan mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol dan pelabuhan. o Bisnis telekomunikasi yang semakin berkembang dengan layanan data o Menteri Komunikasi dan Informatika berencana mengkonsolidasikan operator telekomunikasi terkait efisiensi industri sehingga pada 2019 hanya terdapat sekitar tiga atau empat operator di Indonesia.
2.3. Analisis Peta PER Terhadap Return YTD Pemetaan kinerja indeks sektoral dalam portofolio melalui perbandingan antara Price Earnings Ratio (PER) terhadap return Year To Date (YTD) bertujuan untuk melihat peluang berdasarkan kewajaran kinerja dan valuasi fundamentalnya relatif terhadap IHSG sebagai indeks acuan.
45.0
PER (X)
Gambar 2.4. Grafik Peta PER Terhadap Return YTD 31 Juli 2015
Industri Dasar Dan Kimia 35.0
Properti
25.0
Konsumsi
-30.0
-20.0
Infrastruktur
IHSG 15.0 -10.0
Pertambangan
5.0
Sumber : Infovesta
Return YTD (%)
Keuangan
0.0
10.0
Berdasarkan metode pemetaan diatas, sektor yang dapat dijadikan sebagai alternatif investasi yaitu sektor Properti, sektor Konsumsi, sektor Keuangan dan sektor Infrastruktur. Hal tersebut dikarenakan kinerja ke-4 sektor masih dinilai belum optimal karena masih adanya sentimen negatif yang datang dari kondisi ekonomi sehingga ketika kondisi ekonomi membaik ke-4 sektor tersebut berpeluang memiliki kinerja menjadi lebih baik.
2.4. Proyeksi Nilai Portofolio Proyeksi nilai investasi di akhir tahun 2015 dari masing-masing saham dalam portofolio dengan menggunakan berbagai metode, seperti valuasi pasar berdasarkan Price to Earnings dan Price to Book Value maupun konsensus analis terakhir.
Tabel 2.2. Proyeksi Nilai Investasi Portofolio Saham Kode
Sektor
BTPN BBRI BMRI ANTM INDF BBCA ICBP BBNI BBKP WIKA BBTN GIAA SMGR ADHI UNVR ADRO HRUM TOTL PTRO KLBF JSMR PTBA PGAS TINS BKSL INDY
KEUANGAN KEUANGAN KEUANGAN PERTAMBANGAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI KEUANGAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI KEUANGAN KEUANGAN PROPERTI DAN REAL ESTATE KEUANGAN INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI INDUSTRI DASAR DAN KIMIA PROPERTI DAN REAL ESTATE INDUSTRI BARANG KONSUMSI PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN PROPERTI DAN REAL ESTATE PERTAMBANGAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI PERTAMBANGAN INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI PERTAMBANGAN PROPERTI DAN REAL ESTATE INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI Total
Investasi per 31 Juli 2015 456,750,000 5,000,000,000 4,524,375,000 1,163,750,000 1,830,000,000 5,567,500,000 3,218,910,000 238,000,000 1,953,125,000 3,849,750,000 1,053,000,000 677,350,000 4,292,500,000 3,220,000,000 2,532,000,000 1,416,000,000 1,243,750,000 1,394,000,000 693,000,000 1,396,000,000 1,595,557,500 2,730,000,000 2,500,000,000 302,500,000 843,900,000 558,250,000 54,249,967,500
Target Price 2015 3,610 11,350 10,725 530 6,700 14,345 13,425 5,145 675 2,850 1,240 461 10,580 2,400 41,475 610 1,020 840 392 1,770 5,800 5,910 3,775 545 78 208
Estimasi Akhir 2015 523,450,000 5,675,000,000 5,094,375,000 1,298,500,000 2,010,000,000 6,096,625,000 3,513,322,500 257,250,000 2,109,375,000 4,132,500,000 1,116,000,000 714,550,000 4,496,500,000 3,360,000,000 2,625,367,500 1,464,000,000 1,275,000,000 1,428,000,000 705,600,000 1,416,000,000 1,616,460,000 2,689,050,000 2,359,375,000 272,500,000 756,600,000 400,400,000 57,405,800,000
Potential Gain (Loss) 14.60% 13.50% 12.60% 11.58% 9.84% 9.50% 9.15% 8.09% 8.00% 7.34% 5.98% 5.49% 4.75% 4.35% 3.69% 3.39% 2.51% 2.44% 1.82% 1.43% 1.31% -1.50% -5.63% -9.92% -10.34% -28.28% 5.82%
Total nilai portofolio saham diprediksi akan naik sebesar 5,82% sampai dengan akhir tahun 2015 menjadi Rp57,41 miliar dari posisi Juli 2015 sebesar Rp54,25 miliar. Total 26 emiten saham dalam portofolio, terdapat 4 saham yang memiliki potensial keuntungan diatas 10% yaitu BTPN (14,60%), BBRI (13,50%), BMRI (12,60%) dan ANTM (11,58%), sementara keuntungan <10% sebanyak 17 saham. Sebaliknya potensial kerugian dalam portofolio
sebanyak 5 saham, 2 saham diantara berpotensi kerugian diatas 10% yaitu BKSL (-10,34%) dan INDY (-28,28%).
Selanjutnya rata-rata kinerja berdasarkan sektoral mayoritas positif, tercatat 5 dari 6 sektor saham berpotensi memiliki rata-rata kinerja positif, di pimpin oleh sektor Keuangan yang berpotensi mencapai 10,33% disusul Industri Barang Konsumsi sebesar 6,03%, sementara sektor infrastruktur -6,77%. Gambar 2.5. Grafik Rata-Rata Potential Gain (Loss) Berdasarkan Sektor Saham dalam Portofolio
12%
10.33%
10% 8%
6.03%
6%
4.75%
4% 1.31%
2%
0.95% -6.77% PROPERTI DAN REAL ESTATE
INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI
Sumber : Infovesta
PERTAMBANGAN
-6% -8%
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
-2% -4%
INDUSTRI BARANG KONSUMSI
KEUANGAN
0%
Alokasi portofolio per Juli 2015 yang mencapai Rp54,25 miliar dominan ke sektor Keuangan mencapai 34,64% disusul sektor Properti dan Real Estate 17,16% serta Industri Barang Konsumsi 16,55. Alokasi sektor dalam portofolio tersebut di nilai cukup berperan terhadap estimasi hasil portofolio ditahun 2015 yang mencapai 5,82% dalam sisa waktu 5 bulan di tahun 2015.
3. EVALUASI PORTFOLIO REKSA DANA Portofolio Reksa Dana terdiri dari 5 jenis, yakni Reksa Dana Saham, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Terproteksi, dan Reksa Dana Penyertaan Terbatas. Evaluasi portofolio mencakup pemeringkatan (scoring) Reksa Dana, pertumbuhan dana kelolaan (Asset Under Management) dan unit penyertaan, serta Sharpe Ratio.
3.1. Scoring Reksa Dana, Sharpe Ratio, dan Pertumbuhan Dana Kelolaan Scoring Reksa Dana oleh Infovesta mempertimbangkan 3 aspek dalam evaluasi, yakni kinerja pengelolaan, kepercayaan investor, dan ketaatan pada peraturan. Aspek kinerja menggunakan metode Sharpe Ratio dan Total Return selama periode pemeringkatan. Aspek kepercayaan investor diukur dengan pertumbuhan Unit Penyertaan. Aspek ketaatan pada peraturan terlihat pada nilai dana kelolaan dengan batas minimal Rp25 miliar.
Sementara Sharpe Ratio mengukur tingkat optimalitas kinerja Reksa Dana berdasarkan imbal hasil (return) terhadap potensi resiko fluktuasi harga Reksa Dana (risk) selama periode tertentu. Semakin besar nilai Sharpe Ratio dibanding Reksa Dana lainnya yang sejenis, maka kinerja Reksa Dana tersebut dianggap semakin optimal. Hasil Sharpe Ratio positif mengindikasikan rata-rata return Reksa Dana secara historis yang mampu melebihi imbal hasil (return) investasi bebas resiko (Deposito) selama periode tertentu dan angka Sharpe Ratio di atas 1 juga berarti Reksa Dana tersebut mampu memberikan ekstra return yang lebih besar dibandingkan potensi resiko fluktasinya secara historis dan sebaliknya.
Dana kelolaan yang semakin besar menunjukkan kemampuan Manajer Investasi dari suatu produk Reksa Dana untuk menjaga kepercayaan investor yang terlihat pada peningkatan jumlah unit penyertaan dengan atau tanpa disertai peningkatan jumlah investor reksa dana tersebut.
Tabel 3.1. Evaluasi Reksa Dana Selain Terproteksi & Penyertaan Terbatas Periode 31 Juli 2015 Nama Reksadana
Jenis Reksa Dana
Investasi Reksa Premium Lautandhana Fixed Income Mega Dana Ori Dua Trim Dana Tetap 2 Mega Dana Pendapatan Tetap Dana saham Optimal RHB OSK Alpha Sector Rotation SAM Indonesian Equity Fund Dana Pratama Ekuitas
Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Saham Saham Saham Saham
Scoring 1 Tahun per Juli 2015 ** ** *** ***+ ***+ *** ****+ **+ ****+
Sharpe Ratio 1 Tahun -0.75 -1.14 0.14 0.57 0.16 -1.11 -0.68 -1.21 -0.65
AUM per 31 Juli 2015 (Rp Miliar) 138,203,852,738 127,748,450,661 59,133,656,135 289,592,820,256 103,871,568,223 962,050,076,741 664,210,546,244 1,130,099,622,665 241,017,195,702
Growth AUM YoY Juli 2015
Growth UP YoY Juli 2015
-0.49% -0.40% -0.06% -8.51% 0.18% 88.89% 130.40% 14.96% 185.58%
0.00% 0.00% -6.32% -13.78% -6.13% 106.83% 137.88% 33.09% 195.06%
Sumber : Infovesta
Dari 9 Reksa Dana dalam portofolio selain jenis Terproteksi dan Penyertaan Terbatas yang sudah memiliki kinerja selama 1 tahun terakhir, evaluasi berdasarkan scoring 1 tahun cukup bervariasi dengan scoring tertinggi yakni bintang 4+, seperti RHB OSK Alpha Sector Rotation dan Dana Pratama Ekuitas. Sementara scoring terendah yakni bintang 2, seperti Investasi Reksa Premium dan Lautandhana Fixed Income. Dari sisi hasil evaluasi Sharpe Ratio periode 1 tahun, terdapat 3 Reksa Dana dengan nilai Sharpe positif dan seluruhnya Reksa Dana Pendapatan Tetap. 3.2. Proyeksi Nilai Portofolio Proyeksi nilai investasi menggunakan metode-metode yang disesuaikan dengan jenis dan karakter portofolio Reksa Dana, sebagai berikut:
Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Pendapatan Tetap menggunakan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) di mana indeks acuan Reksa Dana Saham berupa IHSG sementara Reksa Dana Pendapatan Tetap berupa IGBI.
Reksa Dana Pasar Uang menggunakan estimasi suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga akhir 2015 setelah pajak 20%.
Reksa Dana Terproteksi dan Penyertaan Terbatas yang berbasis investasi pada obligasi maupun MTN dengan menggunakan metode Hold To Maturity (HTM) setelah memperhitungkan pajak obligasi 5% (karena investasi melalui Reksa Dana).
Reksa Dana Penyertaan Terbatas yang berbasis investasi pada saham menggunakan metode CAPM dengan indeks acuan berupa IHSG.
Tabel 3.2. Proyeksi Nilai Investasi Portofolio Reksa Dana Nama Reksa Dana Investasi Reksa Premium Lautandhana Fixed Income Mega Dana Ori Dua Trim Dana Tetap 2 Mega Dana Pendapatan Tetap Dana saham Optimal RHB OSK Alpha Sector Rotation SAM Indonesian Equity Fund Dana Pratama Ekuitas Mandiri Optima Terbatas 4 RDPT AAA Multisectoral Fund Si Dana Terbatas IV Penyertaan Terbatas Capital Growth Fund Danareksa BUMN FUND 2013 - Infrastruktur 3 PNM Pembiayaan Mikro BUMN 2014 Seri II PNM Multisektoral I Capital Protected Fund 5 Lautandhana IYAKKAPI Proteksi II Lautandhana Proteksi Dinamis VI BNIAM PROTEKSI LVI RDT Tram Terproteksi Prima VIII Reksa Dana Terproteksi Mega Dana Terproteksi XI Proteksi Cemerlang 11 Total
Jenis Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Saham Saham Saham Saham Penyertaan Terbatas Penyertaan Terbatas Penyertaan Terbatas Penyertaan Terbatas Penyertaan Terbatas Penyertaan Terbatas Penyertaan Terbatas Terproteksi Terproteksi Terproteksi Terproteksi Terproteksi Terproteksi Terproteksi
Investasi per 31 Juli 2015 (Rp) 138,203,854,579.34 127,748,449,415.70 61,079,244,679.51 49,939,110,555.20 107,038,278,756.68 22,483,816,007.25 45,862,350,199.52 42,936,542,434.10 23,517,327,676.33 143,088,655,000.00 254,397,385,829.90 209,644,463,925.72 58,840,567,523.99 17,433,014,650.32 76,066,423,395.00 250,000,000,000.00 94,031,499,000.00 34,450,700,000.00 189,457,588,000.00 100,030,000,000.00 94,195,000,000.00 90,995,500,000.00 58,232,000,000.00 2,289,671,771,628.57
Est. Investasi Akhir 2015 (Rp) 141,728,881,063.53 130,960,164,840.73 62,645,705,757.77 51,194,413,897.27 109,769,588,719.41 23,527,661,015.71 47,970,108,621.29 44,962,115,032.36 24,630,874,154.86 148,995,280,000.00 261,370,312,500.00 216,541,766,788.88 60,776,422,195.53 18,006,560,832.32 77,998,437,500.00 260,687,500,000.00 97,269,415,666.67 35,219,606,250.00 195,965,088,000.00 103,841,875,000.00 97,342,864,583.33 95,358,572,916.67 60,413,041,666.67 2,367,176,257,002.99
Return 2.55% 2.51% 2.56% 2.51% 2.55% 4.64% 4.60% 4.72% 4.74% 4.13% 2.74% 3.29% 3.29% 3.29% 2.54% 4.28% 3.44% 2.23% 3.43% 3.81% 3.34% 4.79% 3.75% 3.38%
Nilai investasi portofolio Reksa Dana hingga akhir 2015 diperkirakan bertumbuh 3,38% menjadi Rp2,37 triliun dari posisi per akhir Juli 2015 sebesar Rp2,29 triliun. Rata-rata potential gain tertinggi diperkirakan dimiliki pada jenis Reksa Dana Saham dengan rata-rata pertumbuhan 4,67% hingga akhir tahun 2015. Rata-rata estimasi kinerja reksa dana tertinggi dari reksa dana Saham mencapai 4,67% sedangkan rata-rata estimasi kinerja terendah adalah reksa dana Pendapatan Tetap sebesar 2,54%.
Gambar 3.1. Rata-Rata Estimasi Kinerja Reksa Dana dari Tiap Jenis 5.0%
4.67%
Rata-Rata Potential Gain (Loss)
4.5% 4.0%
3.52%
3.5%
3.36%
3.0%
2.54%
2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0%
Saham
Terproteksi
Penyertaan Terbatas
Pendapatan Tetap
Sumber : Infovesta
Posisi per akhir Juli 2015, portofolio investasi Reksa Dana didominasi oleh jenis Penyertaan Terbatas mencapai 44,09% disusul reksa dana Terproteksi sebesar 28,89%. Sementara alokasi portofolio terkecil berada di jenis reksa dana Saham sebesar 5,89%. Dengan
demikian, proyeksi kinerja portofolio Reksa Dana hingga akhir tahun diperkirakan cukup konservatif karena minoritas portofolio berada di intrumen berbasis saham.
4. EVALUASI PORTFOLIO OBLIGASI Portofolio obligasi terdiri dari obligasi Korporasi dan obligasi Pemerintah (SUN). Evaluasi portofolio obligasi Korporasi mengarah pada analisa fundamental emiten berdasarkan data laporan keuangan terakhir untuk meminimalkan potensi gagal bayar.
4.1. Fundamental Emiten Obligasi Korporasi Evaluasi fundamental emiten dari obligasi korporasi menggunakan Z-Score dan Covenants selain memperhatikan rating penerbit maupun obligasi tersebut. Z-Score merupakan model persamaan yang digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan atau gagal bayar suatu emiten obligasi. Sementara Covenants mengukur kemampuan emiten obligasi untuk mempertahankan nilai rasio-rasio keuangan di level tertentu yang dipersyaratkan kreditur.
Kombinasi evaluasi berdasarkan metode Z-Score dan Covenants menghasilkan persyaratan emiten obligasi korporasi yang dianggap memiliki fundamental keuangan sehat sehingga potensi gagal bayar dianggap relatif kecil, sebagai berikut: 1. Emiten Sektor Finansial
Z-Score di atas 2,6.
Rasio T1 dari komponen Z-Score tidak boleh negatif dan atau cenderung turun.
Rasio Debt to Equity (DER) maksimal 10 kali.
2. Emiten Sektor Non Finansial
Z-Score di atas 2,6.
Rasio T1 dari komponen Z-Score tidak boleh negatif dan atau cenderung turun.
Interest Coverage Ratio (ICR) minimal 1,25 kali dan atau tren cenderung turun.
Rasio Debt to Equity (DER) maksimal 5 kali. Tabel 4.1. Evaluasi Fundamental Emiten Obligasi Korporasi Sektor Finansial
Nama Emiten Bank Nagari (BPD Sumatera Barat) Adira Dinamika Multi Finance Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Permata Tbk Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara PT Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk
Laporan Keuangan Mar-15 Jun-15 Jun-15 Mar-15 Mar-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Mar-15
Z-Score
DER
T1
4.402759 7.596767 4.578368 4.169521 4.749515 4.671449 4.108252 4.520851 8.998997
9.805383 6.632357 7.595647 9.717266 11.32025 8.993962 10.81636 11.22372 2.506517
0.124589 0.482656 0.138284 0.098002 0.176192 0.171019 0.079566 0.148461 0.805133
Tabel 4.2. Evaluasi Fundamental Emiten Obligasi Korporasi Sektor Non Finansial
Nama Emiten Danareksa (Persero) PT Intiland Development Tbk Fast Food Indonesia Tbk Ciputra Residence Waskita Karya Perusahaan Listrik Negara (Persero) Surya Semesta Internusa Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Mayora Indah Tbk AKR Corporindo Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Telekomunikasi Indonesia TBK
Laporan Keuangan Dec-14 Mar-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Mar-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15
Z-Score 6.428832 5.488876 7.329339 7.653652 6.249994 4.135545 7.762469 2.685679 8.258881 6.509036 5.476088 7.448266
ICR 1.703902 5.820393 7.551108 7.233623 4.30276 1.180397 6.20153 -1.32248 3.258013 10.12308 4.849947 15.5023
DER
T1
3.704573 0.965758 0.959972 1.313743 1.619008 3.741625 0.847771 2.626358 1.29113 1.195947 6.189488 0.872607
0.362322 0.05559 0.173538 0.329699 0.269203 -0.0218 0.209602 -0.07946 0.334132 0.13445 0.180842 0.055021
Sumber : Infovesta
Secara keseluruhan emiten obligasi dalam portofolio, baik sektor Finansial maupun sektor Non Finansial, berdasarkan data laporan keuangan terakhir memiliki nilai Z-Score di atas 2,6 yang mengindikasikan potensi gagal bayar yang relatif rendah. Namun ada beberapa emiten obligasi yang memiliki DER diatas 10 kali atau 5 kali berdasarkan sektornya , ICR dibawah 1,25 kali untuk sektor Non Finansial dan T1 yang masih negatif. Seperti sektor Finansial, DER di atas 10 kali yaitu Bank Bukopin Tbk mencapai 11,82 kali, Bank Tabungan Negara (Persero) 11,22 kali dan BPD Sumatera Utara 11,32 kali dan sektor Non Finansial dengan DER di atas 5 kali yaitu Adhi Karya (Persero) Tbk mencapai 6,19 kali. Sementara itu, ICR dibawah 1,25 kali yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) -1,32 kali dan T1 -0,08 kali dan sama halnya dengan PLN (Persero) yang memiliki ICR 1,18 kali dan T1 -0,02.
4.2. Proyeksi Nilai Portofolio Estimasi nilai investasi di akhir tahun 2015 menggunakan imbal hasil Kupon (coupon yield) berdasarkan harga pasar penutupan di akhir periode evaluasi untuk semua jenis obligasi dalam portofolio, baik dari Korporasi maupun Pemerintah serta memperhitungkan faktor pajak atas Kupon sebesar 15% dan tanpa memperhitungkan faktor reinvestasi penerimaan kupon maupun nilai pokok yang sudah jatuh tempo sebelum akhir tahun 2015.
Tabel4.3. Proyeksi Nilai Investasi Portofolio Obligasi
Nama Obligasi Obligasi V Danareksa Tahun 2010 Seri B Obligasi Bank Nagari VI Tahun 2010 Sukuk Mudharabah I Bank Nagari Tahun 2010 Sukuk Negara Retail Seri SR-005 Obligasi PT. Intiland Development Tahun 2013 Seri A Obligasi Fast Food Indonesia I Tahun 2011 Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I ADMF Tahap I Th 2011 Seri C Obligasi I Ciputra Residence tahun 2014 Seri A Obligasi II Waskita Karya Tahun 2012 Seri B Obligasi II Waskita Karya Tahun 2012 Seri B Obligasi Subordinasi Bank CIMB Niaga I Tahun 2010 Obligasi PLN IX Tahun 2007 Seri A Obligasi PLN IX Tahun 2007 Seri A Obligasi Surya Semesta Internusa I tahun 2012 seri B Obligasi Surya Semesta Internusa I tahun 2012 seri B Obligasi Subordinasi II Bank Permata Tahun 2011 Obligasi Berkelanjutan I Garuda Indonesia Tahap I Tahun 2013 Obligasi Subordinasi I Bank Sumut Tahun 2011 IFR002 Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank BII Tahap I Th 2011 Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Bukopin Tahap I Thn 2012 Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Bukopin Tahap I Thn 2012 Obligasi I Ciputra Residence tahun 2014 Seri B Obligasi IV Mayora Indah Tahun 2012 Obligasi IV Mayora Indah tahun 2012 Obligasi Subordinasi II Bank Nagari tahun 2012 Obligasi Subordinasi II Bank Nagari Tahun 2012 Obligasi Sub Berkelanjutan I Bank BII Tahap II Tahun 2012 Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 Obligasi Subordinasi berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 Obligasi I AKR Corporindo Tahun 2012 Seri B Obligasi Berkelanjutan I Adhi Karya Tahap II Tahun 2013 Seri B Obligasi BTN XIV Tahun 2010 Obligasi Berkelanjutan I PLN Tahap I Tahun 2013 Seri A Obligasi II Telkom Tahun 2010 seri B Obligasi Subordinasi II Bank CIMB Niaga Thn 2010 Obligasi Berkelanjutan I Bank BTN Tahap I Thn 2012 Obligasi Berkelanjutan I Bank BTN Tahap I tahun 2012 Obligasi Sukuk Sub. Mudharabah Berkelanjutan I Bank Muamalat Tahap I/2012 Obligasi PLN XII Tahun 2010 seri B Sukuk Ijarah PLN V seri B tahun 2010 FR0043 Sukuk Sub Mudharabah Berkelanjutan I Tahap II Bank Muamalat Tahun 2013 FR0063 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0070 FR0047 FR0047 FR0064 FR0064 FR0064 FR0064 FR0064 FR0064 Surat Berharga Syariah Negara (Syariah Bonds) IFR-006 Surat Berharga Syariah Negara (Syariah Bonds) IFR-006 Surat Berharga Syariah Negara (Syariah Bonds) IFR-006 Surat Berharga Syariah Negara (Syariah Bonds) IFR-006 FR0052
Investasi per 31 Juli 2015 (Rp) 25,402,000,000 75,225,000,000 30,000,000,000 59,617,740,000 24,443,750,000 5,007,500,000 5,000,000,000 12,000,000,000 20,167,340,000 20,167,340,000 33,500,000,000 3,045,501,000 5,075,835,000 8,698,500,000 12,564,500,000 41,004,000,000 18,493,340,000 19,620,000,000 19,000,000,000 7,969,600,000 16,670,693,000 19,612,580,000 15,000,000,000 940,000,000 18,800,000,000 24,145,250,000 24,145,250,000 50,000,000,000 9,732,740,000 4,866,370,000 42,750,000,000 21,625,000,000 20,150,000,000 9,225,000,000 20,200,000,000 45,416,250,000 12,870,000,000 21,450,000,000 36,000,000,000 10,224,400,000 5,155,555,000 27,087,675,000 29,016,000,000 12,489,945,000 19,749,640,000 9,874,820,000 9,874,820,000 9,874,820,000 9,874,820,000 9,874,820,000 9,874,820,000 9,874,820,000 9,874,820,000 19,749,640,000 9,874,820,000 5,469,790,000 5,469,790,000 8,091,030,000 8,091,030,000 8,091,030,000 8,091,030,000 8,091,030,000 8,091,030,000 21,880,000,000 10,536,314,000 10,940,000,000 10,940,000,000 5,752,380,000
Estimasi Akhir 2015 (Rp) 26,341,250,000 77,848,046,875 31,049,218,750 60,892,740,000 25,307,031,250 5,175,729,167 5,159,375,000 12,484,500,000 20,857,965,000 20,857,965,000 34,840,697,917 3,156,001,000 5,260,001,667 8,994,937,500 12,992,687,500 42,562,333,333 19,148,548,333 20,423,958,333 19,804,135,417 8,252,933,333 17,227,620,083 20,267,788,333 15,658,750,000 970,104,167 19,402,083,333 25,043,947,917 25,043,947,917 51,638,020,833 10,065,656,667 5,032,828,333 44,144,531,250 22,377,604,167 20,876,041,667 9,508,333,333 20,922,500,000 47,145,468,750 13,289,687,500 22,149,479,167 37,290,937,500 10,592,733,333 5,339,721,667 27,995,227,083 30,240,000,000 12,788,773,125 20,342,869,167 10,171,434,583 10,171,434,583 10,171,434,583 10,171,434,583 10,171,434,583 10,171,434,583 10,171,434,583 10,171,434,583 20,342,869,167 10,171,434,583 5,646,873,333 5,646,873,333 8,307,957,083 8,307,957,083 8,307,957,083 8,307,957,083 8,307,957,083 8,307,957,083 22,606,041,667 10,885,939,365 11,303,020,833 11,303,020,833 5,938,317,500
Potential Upside 3.70% 3.49% 3.50% 2.14% 3.53% 3.36% 3.19% 4.04% 3.42% 3.42% 4.00% 3.63% 3.63% 3.41% 3.41% 3.80% 3.54% 4.10% 4.23% 3.56% 3.34% 3.34% 4.39% 3.20% 3.20% 3.72% 3.72% 3.28% 3.42% 3.42% 3.26% 3.48% 3.60% 3.07% 3.58% 3.81% 3.26% 3.26% 3.59% 3.60% 3.57% 3.35% 4.22% 2.39% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.00% 3.24% 3.24% 2.68% 2.68% 2.68% 2.68% 2.68% 2.68% 3.32% 3.32% 3.32% 3.32% 3.23%
FR0065 FR0065 FR0065 FR0065 FR0068 FR0068 FR0068 FR0068 FR0068 FR0050 FR0062 FR0062 FR0062 Total
8,111,720,000 8,111,720,000 8,111,720,000 8,111,720,000 19,250,980,000 9,625,490,000 9,625,490,000 9,625,490,000 9,625,490,000 5,870,000,000 51,350,000,000 101,673,000,000 10,270,000,000 1,450,844,588,000
8,346,355,417 8,346,355,417 8,346,355,417 8,346,355,417 19,844,209,167 9,922,104,583 9,922,104,583 9,922,104,583 9,922,104,583 6,055,937,500 52,478,906,250 103,908,234,375 10,495,781,250 1,497,685,228,989.58
2.89% 2.89% 2.89% 2.89% 3.08% 3.08% 3.08% 3.08% 3.08% 3.17% 2.20% 2.20% 2.20% 3.23%
Total investasi portofolio obligasi yang terdiri dari jenis Korporasi dan Pemerintah diperkirakan mengalami peningkatan nilai investasi di akhir 2015 sebesar 3,23% menjadi Rp1,50 triliun dibandingkan posisi per akhir Juli 2015 sebesar Rp1,45 triliun di mana semua penempatan investasi obligasi dicatat dalam kelompok Available For Sale (AFS). Bila dilihat berdasarkan penerbit, lebih dari 50% portofolio obligasi berasal dari Korporasi, dan sisanya dari Pemerintah.
5. EVALUASI PORTFOLIO DEPOSITO Portofolio Deposito terdiri dari Deposito Berjangka (Time Deposit) dan Deposit On Call (DOC). Evaluasi portofolio Deposito mengarah pada status kesehatan finansial Bank yang menjadi penempatan Deposito dengan menggunakan metode CAMEL.
5.1. Evaluasi CAMEL CAMEL mencakup 5 aspek, yaitu permodalan (Capital), kualitas aset (Asset), manajemen fungsi bank (Management), profitabilitas (Earnings), dan likuiditas (Liquidity). Dari kelima aspek tersebut, hasil evaluasi berupa status kesehatan finansial bank yang terdiri dari Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat, dan Tidak Sehat.
Tabel 5.1. Evaluasi CAMEL Berdasarkan Laporan Keuangan Terakhir Nama Bank PT Bank BUKOPIN PT Bank Cimb Niaga Tbk PT Bank DBS Indonesia PT Bank DKI PT BPD Jawa Barat Dan Banten PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank MEGA Tbk PT BPD Sumatera Barat PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank OCBC NISP Tbk PT Bank Panin PT Bank Panin Syariah PT Bank PERMATA Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT BPD Sumatera Selatan PT BPD Sumatera Utara PT Bank Tabungan Negara (Persero) PT BPD Jawa Tengah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Laporan Keuangan Jun-15 Jun-15 Mar-15 Mar-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Jun-15 Mar-15 Jun-15 Mar-15 Mar-15 Jun-15 Mar-15 Jun-15
CAR (%) 14.23% 15.98% 20.73% 19.93% 15.84% 17.63% 16.43% 14.38% 17.11% 18.67% 16.90% 21.17% 13.96% 20.41% 17.09% 16.01% 14.78% 14.96% 23.58%
EAQ (%) 97.79% 96.26% 98.03% 96.45% 97.58% 98.41% 97.55% 97.68% 97.89% 99.05% 98.42% 99.22% 98.72% 98.19% 94.24% 95.33% 95.78% 99.22% 99.37%
LDR (%) 82.26% 95.81% 80.39% 79.87% 67.47% 82.97% 69.58% 89.13% 87.63% 87.32% 101.33% 97.58% 88.79% 87.87% 69.44% 80.73% 109.94% 72.07% 97.54%
NPL (%) 2.16% 1.66% 1.95% 3.00% 0.82% 0.63% 2.86% 1.90% 0.78% 0.75% 0.50% 0.55% 0.64% 0.66% 2.56% 2.39% 3.37% 0.59% 0.44%
NIM (%) 3.41% 5.08% 3.70% 6.36% 6.03% 5.58% 5.65% 6.60% 6.53% 3.71% 4.34% 3.87% 3.58% 7.88% 8.06% 6.48% 4.72% 7.51% 11.19%
ROA (%) 1.55% 0.19% 0.53% 3.86% 1.77% 3.21% 1.96% 1.78% 1.48% 1.70% 1.72% 1.22% 1.57% 3.91% 2.41% 2.56% 1.55% 3.21% 3.35%
STM (%) 105.37% 121.49% 126.31% 125.08% 104.44% 116.53% 111.61% 116.32% 120.96% 128.94% 114.54% 121.68% 114.45% 110.32% 106.27% 117.18% 125.76% 108.51% 126.86%
Status Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
Sumber : Infovesta
Mayoritas bank yang menjadi penempatan instrumen Deposito menyandang status finansial Sehat berdasarkan evaluasi CAMEL per laporan keuangan terakhir.
5.2. Proyeksi Nilai Portofolio Estimasi nilai investasi di instrumen Deposito menggunakan tingkat bunga Deposito setelah pajak 20% yang diasumsikan berlanjut (rollover) hingga akhir tahun 2015.
Tabel 5.2. Proyeksi Nilai Investasi Portofolio Deposito
Nama Simpanan Deposito Berjangka Deposit On Call (DOC) Total
Nilai Investasi per 31 Juli 2015 1,030,728,752,101.40 79,750,000,000.00 1,110,478,752,101.40
Estimasi Investasi Akhir 2015 1,060,843,956,494.09 81,889,334,444.44 1,142,733,290,938.54
Return 2.92% 2.68% 2.90%
Nilai portofolio investasi Deposito yang terdiri dari Deposito Berjangka dan Deposit On Call diperkirakan bertumbuh 2,90% menjadi Rp1,14 triliun dibandingkan posisi per akhir Juli 2015 sebesar Rp1,11 triliun. Sementara itu, alokasi penempatan deposito per Juli 2015 dominan ke Deposito Berjangka mencapai 92,82%.
6. EVALUASI PORTFOLIO KONTRAK PENGELOLAAN DANA Produk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) dalam portfolio dikelola oleh dua perusahaan Manajer Investasi.
Proyeksi pertumbuhan nilai investasi pada KPD dari PT. X Asset Management dan PT X menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) model Security Market Line (SML) dengan asumsi indeks acuan, yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan suku bunga bebas resiko setelah pajak di level 6% (7,5% x 80%). Hal itu disebabkan kedua produk KPD tersebut sudah lebih dari 1 tahun dan masing-masing diperkirakan hanya bertumbuh 4,40% dan 5,01% hingga akhir 2015. Ekspektasi kinerja KPD dari PT X Asset Management yang lebih rendah dikarenakan faktor beta terhadap IHSG yang konservatif di bawah 1 kali (0,53 kali).
Kinerja KPD sejak peluncuran Juni 2013 hingga Juli 2015 semakin tertekan menjadi -12,66% lebih rendah dibandingkan dengan kinerja IHSG meskipun tecatat -0,34% selama periode yang sama.
Gambar 6.1. Kinerja Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) PT. Prosperindo Asset Management KPD Batavia
IHSG
20% 15% 10% 5% 0%
-0.34%
-5% -10% -15%
-12.66%
Sumber : Infovesta
Sementara produk KPD masih mencetak kinerja positif sejak peluncuran akhir Mei 2012 sampai dengan Juli 2015 sebesar 10,07% sedangkan kinerja IHSG masih lebih baik dengan
periode yang sama mencapai 25,3%. Kinerja KPD dan IHSG sama-sama mengalami penyusutan mulai dari bulan Februari 2015 hingga Juli 2015.
Gambar 6.2. Kinerja Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) PT. Capital
KPD Syailendra
IHSG
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
25.30%
Sumber : Infovesta
Jun-15
Apr-15
Feb-15
Dec-14
Oct-14
Aug-14
Jun-14
Apr-14
Feb-14
Dec-13
Oct-13
Aug-13
Jun-13
Apr-13
Feb-13
Dec-12
Oct-12
Jul-12
May-12
10.07%
7. SUMMARY ESTIMASI PORTFOLIO INVESTASI Berikut hasil rekapitulasi estimasi nilai investasi yang dilakukan untuk tiap instrumen dalam portofolio beserta potential return hingga akhir tahun 2015. Tabel 7.1. Estimasi Nilai Investasi Portofolio per Akhir 2015 Instrumen Investasi Saham Reksa Dana
Obligasi Deposito KPD
Pendapatan Tetap Peny. Terbatas Saham Terproteksi Available For Sale Deposito Berjangka Deposit On Call KPD KPD Total
Nilai Investasi per 31 Juli (Rp) 54,249,967,500.00 484,008,937,986.43 1,009,470,510,324.94 134,800,036,317.20 661,392,287,000.00 1,450,844,588,000.00 1,030,728,752,101.40 79,750,000,000.00 99,402,593,193.75 44,312,683,131.16 5,048,960,355,554.88
Estimasi Investasi Akhir 2015 (Rp) 57,405,800,000.00 496,298,754,278.71 1,044,376,279,816.73 141,090,758,824.22 685,410,464,083.33 1,497,685,228,989.58 1,060,843,956,494.09 81,889,334,444.44 104,586,766,500.46 45,951,417,578.81 5,215,538,761,010.36
Return 5.82% 2.54% 3.46% 4.67% 3.63% 3.23% 2.92% 2.68% 5.22% 3.70% 3.30%
Potensial return pada total portofolio investasi hingga akhir 2015 diperkirakan sebesar 3.3% menjadi Rp5,22 triliun dari posisi akhir Juli 2015 sebesar Rp5,05 triliun di mana alokasi investasi paling dominan berada di instrumen Reksa Dana mencapai 45,35%, Obligasi 28,74% dan Deposito 21,99%. Dengan kata lain, strategi investasi yang diterapkan termasuk dalam kategori konservatif karena berinvestasi pada instrumen yang tidak terlalu beresiko.
DISCLAIMER Laporan ini bukan merupakan suatu penawaran untuk membeli atau menjual surat berharga atau instrumen tertentu, bukan pula merupakan suatu rekomendasi untuk melakukan transaksi apapun. Dalam membuat keputusan investasi, Anda harus menentukan risiko ekonomi (secara independen dapat menanggung risiko tersebut) dan manfaat serta pertimbanganpertimbangan lain, seperti hukum, pajak dan akuntansi, dan konsekuensi yang mungkin terjadi terkait transaksi yang dilakukan.
Dengan menerima laporan ini, Anda mengakui bahwa (a) Infovesta tidak memberikan pendapat hukum, pajak, dan atau akuntansi. (b) Bahwa selalu ada risiko hukum, pajak dan atau akuntansi yang terkait dengan transaksi yang dilakukan.
Informasi yang terdapat dalam laporan ini didasarkan pada materi yang diyakini dapat diandalkan, namun Infovesta tidak menjamin keakurasian, kelengkapan, dan kebenaran dari informasi tersebut. Asumsi, estimasi dan opini dalam laporan ini merupakan penilaian Infovesta pada tanggal laporan ini dibuat dan dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Setiap proyeksi didasarkan pada sejumlah asumsi mengenai kondisi pasar, namun Infovesta tidak menjamin bahwa asumsi-asumsi tersebut akan terjadi. Kinerja masa lalu tidak memberikan jaminan hasil di masa mendatang. Infovesta beserta semua direksi dan karyawannya, TIDAK BERTANGGUNG JAWAB, BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG, UNTUK SEMUA KERUSAKAN DAN ATAU KERUGIAN, TERMASUK HILANGNYA KEUNTUNGAN, KEPADA ANDA ATAU PIHAK KETIGA MANAPUN YANG MUNCUL AKIBAT PENGGUNAAN LAPORAN INI.