Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
RESEARCH AND DEVELOPMENT JOURNAL OF EDUCATION (RDJE) DAFTAR ISI
Daftar Isi Editorial Board Penerapan Mind Mapping dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Mengajar: Studi Kasus Pada Guru Sekolah Yayasan Perguruan Darussalam, Jagakarsa Dini Amaliah, Deta Mulyani dan Nur’aeni (hal. 3-15) Analisis Penilaian Kinerja Guru Dalam Upaya Melakukan Penjaminan Mutu Guru di dalam Kelas: Studi Penelitian pada SMA/Sederajat Swasta seKecamatan Pasar Minggu Zainal Abidin dan Sutrisno (hal. 16-25) Efektifitas Perubahan Kurikulum terhadap Kegiatan Pembelajaran di Sekolah : Studi Kasus di SDN Ciracas 03 Pagi Fadjriah Hapsari (hal. 26-35) Implikasi Kecerdasan Interpersonal dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Di Jakarta Selatan Kanaria Herwati (hal. 36-44) Analisis Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dengan Menggunakan Kurikulum 2013 Di SMAN 46 Jakarta Elin Karlina dan Iswadi (hal. 45-54) Kemampuan Menyusun Alat Evaluasi Hasil Belajar Ditinjau dari Disiplin Guru dan Motivasi Berprestasi Pada SMK Swasta Jakarta Selatan Fadli Rasam (hal. 55-64)
Indeks Penulis danArtikel Pedoman Penulisan
1
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
RESEARCH AND DEVELOPMENT JOURNAL OF EDUCATION (RDJE) EDITOR IN CHIEF Elin Karlina, M.Pd Universitas Indraprasta PGRI
EDITOR BOARD MEMBERS Ani Interdiana Candra Sari, M.Pd Universitas Indraprasta PGRI Deta Mulyani, M.Pd Universitas Indraprasta PGRI Indra Suyahya, M.Pd Universitas Indraprasta PGRI Fadli Rasam, M.Pd Universitas Indraprasta PGRI Sri Hapsari, M.Pd Universitas Indraprasta PGRI
EDITOR SECRETARY Adeng Hudaya, S.Si., M.Pd Univesitas Indraprasta PGRI
PUBLISHER Pusat Kajian Ilmu Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka 58, Tanjung Barat Jagakarsa, Jakarta Selatan Tlp: 02187781300/0217818718. Fax: 02178835283 http://www.unindra.ac.id.
Research and Development Journal Of Education adalah Jurnal yang dikeluarkan oleh Pusat Kajian Ekonomi (PUSKANOMI) Universitas Indraprasta PGRI. Terbit 2 kali dalam satu tahun. Research and Development Journal Of Education hadir sebagai wadah bagi para dosen untuk menjalankan tugas dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi, serta bagi para akademisi dan peneliti untuk mengembangkan ilmu pendidikan di Indonesia melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, kemudian mempublikasikan hasil penelitian, karya ilmiah serta pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
PENERAPAN MODEL MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI MENGAJAR GURU 1
1
Dini Amaliah, 1Deta Muliyani dan1Nur’aeni
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI E-mail :
[email protected]
Abstrak:Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah ingin memperoleh jawaban secara empirik tentang hubungan yang signifikan antara penerapan metode pembelajaran mind mapping dengan peningkatan motivasi mengajar guru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan model mind mapping dengan motivasi mengajar guru Sekolah Yayasan Darussalam yang ditunjukkan oleh besarnya t hitung sebesar 3,75 > ttabel2,121 pada taraf signifikan 0,05. Kata kunci: mind mapping, motivasi PENDAHULUAN Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1, juga disebutkan bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”. Saat proses pembelajaran, ada banyak faktor pendukung agar dapat berjalan dengan baik. Beberapa diantaranya adalah kualitas pendidik dan kemampuan peserta didik itu sendiri. Pendidik dapat dikatakan berkualitas dan profesional apabila dapat melaksanakan tugas pokoknya serta dapat melakukan kegiatan belajar mengajar yang aktif dan efektif sehingga mampu membuat peserta didik paham dan mengerti akan materi yang disampaikan, termasuk dalam pemilihan metode pembelajaran. Seperti yang dijelaskan dalam pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidik bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”. Dengan kata lain, pendidik profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih untuk melaksanakan proses pembelajaran dari tahap awal hingga tahap evaluasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidik juga sebagai fasilitator untuk mengembangkan kreatifitas berpikir peserta didik dan meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Tapi kenyataannya pada saat praktik di kelas, ada beberapa pendidik yang tidak melakukan persiapan sebelum melakukan pembelajaran. Selain itu, pendidik melakukan proses pembelajaran hanya menyampaikan informasi dengan metode ceramah dan peserta didik sebagai penerima informasi yang pasif hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan pendidik, membuat peserta didik bosan dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan pendidik. Sesuai
3
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
dengan yang dikatakan Sutanto (2008) “sesuatu yang bersifat monoton dan terpola akan menyebabkan kebosanan otak”. Dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak semua peserta didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Peserta didik juga mengalami kesulitan untuk mengingat kembali materi yang sudah didapatkan dan dipelajari. Peserta didik cenderung lupa jika diminta untuk mengingat kembali materi yang sudah dipelajari. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan antara kecepatan bicara pendidik dengan tingkat kemampuan peserta didik mendengarkan apa yang disampaikan pendidik. Kebanyakan pendidik berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara peserta didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menit (setengah dari apa yang disampaikan pendidik). Karena peserta didik mendengarkan pembicaraan pendidik sambil berfikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan mesin perekam suara yang mampu merekam suara sebanyak apapun. Daya serap peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan bermacammacam, ada yang cepat, sedang, dan ada yang lambat. Menurut Wartana (2012), “setiap hari kita menerima sekitar 50.000 – 60.000 informasi”. Memori jangka pendek tidak akan sanggup menampung semuanya. Menurut George Miller dalam Wartana (2012), “memori jangka pendek hanya mampu menyerap antara lima sampai sembilan, atau rata-rata tujuh informasi pada setiap saat. Sebagian besar informasi itu akan diteruskan ke memori jangka panjang. Hal ini mungkin dapat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta didik”. Ketika dalam kelas, peserta didik hanya duduk di mejanya masing-masing dengan mendengarkan penjelasan yang disampaikan pendidik. Terkadang peserta didik mengobrol dengan teman sebangkunya ketika pendidik sedang menjelaskan. Tentu saja hal ini mengganggu dan menghambat proses pembelajaran. Maka dari itu, perlu dibuat suatu kelompok di dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Agar peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya melalui kelompok masingmasing. Selain itu, peserta didik dapat bersosialisasi dan mengenal satu sama lain dengan teman sekelasnya. Karena setiap peserta didik memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda. Untuk memadukan dan mengingat informasi baru, diperlukan metode yang menggunakan pendekatan keseluruhan otak agar mampu menghubungkan informasi baru tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki. Salah satunya dalah metode pembelajaran yang menyenangkan. Apabila peserta didik merasa senang dan nyaman ketika proses pembelajaran, peserta didik akan mudah dalam menerima setiap materi yang disampaikan pendidik. Mereka juga tidak akan merasa bosan, mengantuk, dan lelah di dalam kelas. Dengan begitu peserta didik mampu mempertahankan ingatan mengenai suatu materi dalam memori mereka dalam jangka waktu yang lama dan mampu merecall (mengingat kembali) apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran. Berkaitan dengan mata pelajaran ekonomi yang banyak sekali teori-teori dan membutuhkan hafalan. Maka mind mapping merupakan metode pembelajaran yang efektif diterapkan pada mata pelajaran ekonomi, karena mind mapping mampu meringkas materi ekonomi yang banyak menjadi satu lembar kertas. Selain itu mind mapping memliki beberapa keunggulan, yaitu menggunakan kedua belah otak peserta didik, menarik perhatian mata dan otak sehingga memudahkan konsentrasi, prosesnya menyenangkan, tidak membosankan,
4
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
sifatnya unik sehingga mudah diingat, membuat peserta didik menjadi kreatif dalam belajar. Mind mapping pertama kali diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun 1960-an. Menurut Tony Buzan dalam Swadarma (2013) “sebenarnya manusia dilahirkan dengan jutaan kali lebih canggih dari computer”. Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Menurut Swadarma (2013) “Mapping adalah cara mencatat yang efektif, efisien, krearif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran kita”. Mind mapping digambarkan dengan menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar sederhana, mendasar, dan alami sesuai dengan cara kerja otak. Mind mapping juga akan mengajarkan peserta didik untuk belajar mandiri. Dengan belajar atas kemauan sendiri peserta didik akan mengembangkan kemampuan memfokuskan dan merefleksikan serta memberi kesempatan untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya. Melalui peta pikiran, materi dapat dibuat ringkas meskipun objek yang dikaji luas, hemat tenaga dan waktu dalam menjelaskan secara keseluruhan, karena menjelaskan hubungan antar bagianbagiannya dengan bahasa yang singkat, memacu cara berpikir secara teratur dan tersusun lebih logis, merangsang berfikir imaginatif dan kreatif peserta didik, melatih peserta didik membentuk dan mengintegrasikan informasi lebih efektif, disamping juga menyenangkan dan tidak membosankan. Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada tujuan umum penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah ingin memperoleh jawaban secara empirik tentang hubungan yang signifikan antara penerapan metode pembelajaran mind mapping dengan peningkatan motivasi mengajar guru. KAJIAN PUSTAKA Belajar Menurut Hudojo (2005) belajar merupakan proses dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Hamalik,2008). Menurut Sardiman (2006) belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Menurut Winkel (2004) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi individu dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan sejumlah perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat tetap yang meliputi perubahan pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Dari berbagai pendapat tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha perubahan tingkah laku seseorang atau individu yang terjadi secara sadar, intensional, positif, aktif, efektif dan fungsional karena interaksi dengan lingkungan sekitarnya, yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang tidak ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor- faktor eksternal baik melalui latihan atau
5
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
pengalaman yang berlaku dalam waktu yang cukup lama. Pembelajaran Menurut Mulyasa (2007) pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Suherman dkk., 2001). Suherman (2001) juga menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti proses pembelajaran adalah prosessosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru dan teman sesama siswa. Menurut Usman (2002) pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2005). Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdiknas, 2004). Menurut Bettencourt sebagaimana dikutip oleh Partini dan Rosita E.K. (2002) pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik,melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Jadi,tugas pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu mengkonstrusikan pengetahuannya sesuai dengan situasi yang kongkret. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses kegiatan guru yang ditujukan pada siswa dalam menyampaikan pesan berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan serta membimbing dan melatih siswa agar belajar, dengan demikian guru harus menciptakan suatu kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Guru melakukan kegiatan pembelajaran atau mengajarkan siswa, sedang siswa melakukan kegiatan belajar. Menurut Oemar Hamalik dalam (http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertianpembelajaran/) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut: 1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis 2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar 3. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis 4. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa 5. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik 6. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
6
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
menyenangkan bagi siswa(http://digilib.unnes.ac.id/) Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap pada pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuanpembelajaran. Motivasi Menurut Hamalik (2001) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Echole (Usman, 2002) Motivasi berasal dari kata “motif”yang artinya sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Mc Donald (Hamalik,2001), “Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goalreactions.”Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mengantisipasi tercapainya tujuan. Dari pengertian tersebut, motivasi mengandung tiga elemen penting,yaitu : 1. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling” afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Motivasi menurut Sukmadinata (2003) didefinisikan sebagai kekuatan yang menunjuk suatu dalam diri individu dan mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan untuk mencapai sesuatu tujuan. Hamalik (2001) menyatakan bahwa motivasi ada 2 yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik sendiri. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh luar. Motivasi yang berasal dari dalam dapat berupa: keinginan untuk berhasil, keinginan untuk memperoleh pengetahuan, keinginan untuk trampil serta keinginan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar atau motivasi yang timbul dari pengaruh luar. Motivasi yang berasal dari luar berupa: adanya keinginan memperoleh penghargaan, adanya persaingan antar teman dan adanya dorongan dari guru. Sardiman (2007) juga mengartikan Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri
7
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
seseorang. Menurut Hamalik (2001), ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar siswa di sekolah diantaranya yaitu memberi nilainilai, hadiah, saingan/kompetisi, kerja kelompok, pujian dan film pendidikan. Motivasi juga timbul karena adanya kebutuhan, tujuan yang ingin dicapai dan lingkungan. Salah satu cara membangkitkan motivasi adalah dengan menunjukkan kepada siswa bahwa keterampilan yang mereka pelajari itu sangat diperlukan oleh mereka dalam rangka belajarnya(Usman,2002). Sementara itu Sardiman (2007), berpendapat bahwa menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Motivasi memiliki peran dalam menumbuhkan gairah dan semangat untuk belajar. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang kuat baik dari dalam diri seseorang maupun dorongan dari luar diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Motivasi Belajar Menurut Winkel (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kepada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar menurut Sardiman (2007) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Ada beberapa ciri orang yang memiliki motivasi belajar, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2006) yaitu: 1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3. Senang mencari dan memecahkan bermacam-macam masalah (Cepat bosan pada hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 4. Lebih senang bekerja mandiri. 5. Dapat mempertahankan pendapatnya (Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu kalau sudah yakin akan sesuatu). Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru, pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi menurut Hamalik (2001), fungsi motivasi itu adalah: 1. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar
8
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan 3. Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin mobil. Besar-kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas, maka motivasi belajar merupakan keseluruhan daya atau dorongan penggerak yang berasal dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) mau pun yang berasal dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik) untuk menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar, yang menjamin kegiatan kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah kepada belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. Mind Mapping Pengertian Mind Mapping Berbagai strategi digunakan pendidik untuk menarik minat peserta didik untuk belajar. Pendidik berupaya agar proses pembelajaran dapat mengikutsertakan keaktifan peserta didik. Salah satu strategi pembelajarannya adalah mind mapping. Pada tahun 1960, seorang pakar pengembangan otak, kreativitas, dan revolusi pendidikan dari Inggris bernama Tony Buzan memperkenalkan mind mapping dengan cara mengaitkan teknik peta konsep dengan teori radiant thinking. Radiant thinking merupakan cara berpikir yang sesuai dengan cara kerja sel otak yang saling terhubung satu sama lain. Ketika otak mengingat informasi, maka otak melakukannya dalam bentuk gambar, warna-warni, bunyi, simbol, dan emosi. Artinya peserta didik merekam informasi melalui simbol, gambar, warna, dan emosi, seperti cara kerja otak dalam memprosesnya. Sedangkan mapping bekerja dengan memadukan sistem kerja dua belahan otak sehingga peserta didik akan lebih mudah dalam mengingat materi pelajaran. Mind mapping merupakan sebuah sistem belajar dan berpikir yang menyenangkan bagi peserta didik. Sebab dapat memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk berkreatifitas dalam memahami sebuah materi pelajaran. Windura (2013) mendefinisikan mind mapp sebagai : “1) Sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak. 2) Sistem belajar dan berpikir yang menggunakan otak sesuai dengan cara kerja alaminya. 3) Sistem belajar dan berpikir yang mengeluarkan seluruh potensi dan kapasitas otak penggunanya yang masih tersembunyi. 4) Sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan apa yang terjadi secara internal di dalam otak saat belajar berpikir. 5) Sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan secara visual apa yang terjadi pada otak saat belajar dan berpikir”. Dari beberapa pengertian yang ada, maka dapat disimpulkan mind mapping adalah sistem pencatatan dengan menggunakan gambar-gambar, warna, garis lengkung, simbol, sehingga peserta didik mampu mengembangkan ide ke segala arah, berpikir kreatif dan berkonsentrasi, serta mampu merecall semua informasi yang telah diterima dengan memetakan pikiran. Berkaitan dengan sistem pencatatan, sistem pencatatan mind mapping berbeda dengan pencatatan yang biasa dilakukan peserta didik di dalam kelas.
9
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Tabel 1.Perbedaan Catatan Biasa dengan Mind Mapping
Catatan Biasa Hanya berupa tulisan-tulisan saja. Hanya dalam satu warna. Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama. Statis
Mind Mapping Berupa tulisan, simbol, dan gambar. Berwarna-warni. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih efektif dan cepat. Membuat individu menjadi lebih kreatif.
Sumber: Anang (2010)
Kegunaan Mind Mapping Dalam proses pembelajaran, mind mapping memiliki beberapa kegunaan, diantaranya (Swadarma 2013): 1. Mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara sistematis. 2. Memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang-ulang ide dan gagasan. 3. Mempermudah proses brainstorming karena ide dan gagasan yang selama ini tidak mudah direkam menjadi mudah dituangkan diatas selembar kertas. 4. Menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit, panjang, dan tidak mudah dilihat menjadi lebih mudah. 5. Mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antar topik yang satu dengan yang lainnya. 6. Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan unsur kreativitas. 7. Dapat melihat gambaran besar dari suatu gagasan, sehingga membantu otak bekerja terhadap gagasan tersebut. Dalam proses pembelajaran, peserta didik lebih banyak mendengarkan pendidik menyampaikan materi pelajaran, menulis catatan dengan tangan kanan, menulis catatan dibuku dengan metode linier hingga buku penuh, catatan dan bacaan yang ada dibuku hanya ada satu warna, membaca buku secara urut dari halaman terkecil ke halaman yang besar, menghitung, dan berdiskusi dengan teman. Semua kegiatan itu dilakukan dengan menggunakan otak kiri yang kegiatannya terstruktur dan rapi. Hal ini yang menyebabkan peserta didik merasa bosan dengan kurang berkonsentrasi, melamun, mengantuk, kelelahan, lupa, membuat sebuah gambar atau coret-coretan dibuku catatan diluar dari konteks materi pelajaran, mengobrol dengan teman sebangku, dan tidur. Beberapa bentuk kebosanan itu dilakukan untuk menyeimbangkan otak kanan, karena otak kiri sudah terlalu lelah untuk menerima dan memproses suatu informasi. Otak kanan berfungsi untuk memproses hal-hal yang tidak teratur, gambar-gambar, warna, musik, irama, dan imajinatif. Sebagian besar peserta didik lebih menyukai proses pembelajaran yang dapat menarik perhatian mereka melalui visualisasi. Seperti halnya membaca komik, menonton tv, bermain game, berseluncur di dunia maya, mampu membuat peserta didik mengahabiskan waktunya untuk kegiatan tersebut. Maka dari itu, mind mapping bekerja sesuai cara kerja otak dengan menggunakan
10
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
gambar, warna, simbol, dan garis yang dominan menggunakan otak kanan, dan digabungkan dengan kata-kata baik lisan ataupun tulisan yang dilakukan oleh otak kiri. Dengan begitu, dalam mind mapping kedua bagian otak sangat berperan aktif. Keunggulan Mind Mapping Metode pembelajaran mind mapping berbeda dengan metode pembelajaran yang lain. Mind mapping mengarah pada tingkat kreatifitas peserta didik dalam meringkas materi pelajaran yang banyak dan panjang lebar menjadi satu lembar kertas. Swadarma (2013) menyampaikan keunggulan mapping sebagai berikut : 1. Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan. 2. Memaksimalkan sistem kerja otak. 3. Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan. 4. Memacu kreatifitas, sederhana, dan mudah dikerjakan. 5. Dapat merecall data dengan mudah. 6. Menarik dan mudah ditangkap mata (eye catching). 7. Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah. Unsur Pembentuk Mapping Menurut Swadarma (2013) mapping adalah: “1) Cara mencatat yang efektif, efisien, kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran kita. 2) Sistem berpikir yang terpancar (radiant thinking) sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang. 3) Alat organisasi informasi yang bekerja sesuai dengan mekanisme kerja otak sehingga dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari dan ke dalam otak dengan mudah. 4) Metode penulisan yang bekerja dengan menggunakan prinsip manajemen otak, sehingga dapat membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi”. Dalam suatu kegiatan tentu ada unsur-unsur pembentuk, agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan teratur. Menurut Swadarma (2013) unsur pembentuk mapping adalah sebagai berikut: 1. Tema Besar (central image) Topik atau subjek yang akan dijadikan sebagai pokok pembahasan, terletak di tengah-tengah. 2. Sub tema Cabang dari tema besar yang telah dikelompokkan secara sistematis berdasarkan kategori tertentu. Subtema dapat dikembangkan lagi menjadi subsubtema yang lebih spesifik. 3. Urutan Hubungan antartema besar-subtema-sub subtema yang terjalin berdasarkan analisis yang dilakukan. 4. Garis hirarki Garis yang menandakan adanya hubungan sebab-akibat, waktu, tempat atau pelaksanaan. Hukum Mind Mapping Dalam pembuatan mind mapping tidak bisa dibuat begitu saja. Pembuatan mind mapping harus memperhatikan hukum pembuatan mind mapping, sehingga
11
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
mind mapping yang dibuat sesuai cara kerja otak. Hukum mind mapping menurut Windura (2013) adalah sebagai berikut : 1. Kertas: a) Gunakan kertas putih. b) Gunakan kertas polos (tidak bergarisbergaris). c) Ukuran kertas sebaiknya minimal kuarto/A4/folio. 2. Posisi kertas mendatar (landscape): a) Pusat mind mapping letaknya di tengah-tengah kertas. b) Berupa gambar, yang mencerminkan topik atau permasalahan utama. c) Berwarna-warni (minimum 3 warna). d) Besarnya proporsional (sekitar 4x4 cm atau 5x5 cm untuk ukuran kertas kuarto/A4/folio). d) Pusat Mind Map tidak diberi “pigura” lagi karena akan memutus asosiasi dari informasi yang ada di cabang utamanya. 3. Cabang Utama: a) Memancar langsung dari pusat mind map. b)Menempel langsung dengan gambar pusar mind map tersebut. c) Bentuk meliuk atau melengkung (bukan garis lurus atau segitiga). d) Bentuknya tebal ke tipis (disebut organic line atau organic branch). e) Diberi warna tertentu yang berbeda dengan cabang lain karena menunjukkan kelompok informasi yang berbeda pula. f) Memancar ke segala arah dari pusat mind map. 4. Cabang-Cabang: a) Melengkung atau meliuk. b) Terhubung satu dengan yang lain. c) Memancar ke segala arah. d) Kemiringan maksimum 45 0. e) Panjang cabang sesuai dengan panjang kata/gambar di atasnya. f) Semakin menjauh dari pusat mind map, cabang semakin tipis (menunjukkan hirarki). 5. Kata: a) Satu kata di setiap cabang. b) Kata harus berupa kata kunci (keyword). c) Kata diletakkan di atas cabang (bukan di sampingnya). d) Kemiringan penulisan kata sesuai dengan kemiringan cabangnya. e) Ukuran huruf kata semakin mengecil apabila semakin menjauh dari puast mind map (menunjukkan hirarki informasi). f) Gunakan huruf cetak (bukan huruf sambung). g) Warna tulisan kata mengikuti warna cabang atau warna lain harus seragam (misal : hitam semuanya, jangan dicampur-campur). 6. Warna: a) Warna harus berbeda antar cabang utama. b) Warna cabang mengikuti warna cabang utamanya. c) Gunakan warna yang kontras dengan warna kertas (warna kuning atau warna muda sebaiknya dihindari). d) Warna gambar bebas (berwarna-warni). 7. Gambar: a) Sebanyak mungkin gambar. b) Gambar dapat memperkuat kata kunci. c) Gambar dapat menggantikan kata kunci. d) Gambar-gambar pada cabang tidak lebih besar dan menarik dari gambar pusat mind map (pusat mind map adalah pusat perhatian mind map). e) Gambar boleh berwana-warni. f) Gambar terutama diberikan pada kata kunci yang penting atas kata kunci yang akan memancar banyak cabang berikutnya. Pada umunya format pelajaran di sekolah berupa kalimat-kalimat panjang, pendidik mendiktekkan materi juga berupa kalimat. Buku penunjang yang digunakan peserta didik juga berbentuk linier. mind mapping dapat digunakan untuk meringkas materi pelajaran yang panjang menjadi jelas dan pendek, mind mapping dapat meringkas materi yang awalnya lebih dari satu lembar halaman menjadi satu kertas. Windura (2008) menjelaskan cara meringkas materi pelajaran menjadi mind mapping sebagai berikut : 1. Membaca materi seluruhnya dengan tuntas. Hal ini dilakukan untuk memahami struktur materi, memperkirakan banyaknya materi, mengetahui tingkat kesulitan, memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk membuat mind mapping.
12
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
2. Memilih kata kunci utama sebagai pusat atau topik utama mind mapping. 3. Menuliskan cabang-cabang utama pada mind mapping, cabang utama yang pertama memiliki warna yang berbeda dengan cabang utama yang kedua, demikian seterusnya dengan warna yang berbeda-beda. 4. Mencari kata-kata kunci untuk mengembangkan mind mapping yang dibuat. 5. Menambahakan gambar atau simbol untuk memudahkan dalam mengingat karena gambar lebih mudah diingat daripada tulisan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Sampel penelitian ini sebanyak 20 guru yang ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling yaitu sampel yang ditarik secara acak dengan menggunakan undian. Cara ini memberi nomor-nomor pada seluruh anggota populasi, lalu secara acak dipilih nomornomor sesuai dengan banyaknya jumlah sampel yang dibutuhkan, dengan cara pengembalian sampel tanpa pengembalian berarti nilai probabilitas tidak konstan. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan bentuk angket adalah angket bentuk langsung dan tertutup. Penjawab angket adalah guru di Yayasan Darussalam di Jakarta Selatan. Pengujian Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas rumusan masalah. Untuk itu hipotesis harus diuji kebenarannya secara empiris. Pengujian hipotesis ini diperlukan karena data yang dikumpulkan melalui sampel merupakan data perkiraan dan hipotesis merupakan anggapan atau dugaan yang belum tentu kebenarannya. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji t, dengan kriteria sebagai berikut: Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima atau Ho ditolak. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak atau Ho diterima. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis koefisien korelasi dapat diinterpretasikan bahwa dari perhitungan didapatkan bahwa nilai (r) sebesar 0,663 nilai r tersebut lebih kecil dari 1, ini berarti bahwa terdapat hubungan positif antara penerapan model mind mapping terhadap motivasi mengajar Sedangkan dari perhitungan koefisien determiasi menunjukkan bahwa penerapan model mind mapping (Variabel X) mempunyai hubungan dengan motivasi mengajar 44%, sedangkan 56% motivasi mengajar dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk mengetahui keberartian korelasi antara penerapan model mind mapping terhadap motivasi mengajar, penulis melakukan uji-t dan berdasarakan perhitungan tersebut, dengan ketentuan tingkat kesalahan = 0,05; db = n-2= 20 – 2 = 18 sehingga didapat ttabel = diketahui bahwa t hitung dari ttabel, atau 3,75 >2,121. Berdasarkan hasil pengujian ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan model mind mapping dengan motivasi mengajar guru
13
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Sekolah Yayasan Darussalam yang ditunjukkan oleh besarnya t hitung sebesar 3,75 > ttabel2,121 pada taraf signifikan 0,05. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan model mind mapping dengan motivasi mengajar guru Sekolah Yayasan Darussalam. SARAN 1. Penerapan strategi Mind Mapping (peta pikiran) perlu dilatihkan secara terusmenerus sampai guru dapat menjadikan siswa benar-benar terampil dan terasah kreativitasnya. 2. Perlu waktu yang banyak untuk dapat membuat Mind Mapping (peta pikiran) dengan baik. 3. Diperlukan kreativitas yang tinggi dalam pembuatan Mind Mapping (peta pikiran) sehingga dapat menuangkan ide-ide yang orisinil. 4. Model Mind Mapping (peta pikiran) ini hendaknya bisa dijadikan media pembelajaran selama KBM berlangsung, karena selain memudahkan siswa memahami dan mengingat materi yang disampaikan, juga memudahkan guru menentukan poin-poin penting apa yang harus disampaikan kepada siswa di dalam kelas. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta penulis mengucapkan terima kasih kepada guru dan Kepala Sekolah Yayasan Darussalam Jakarta Selatan, serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. DAFTAR PUSTAKA Buku: Anang. 2010. One Minute Before Teaching. Alfabeta. Bandung. .............Depdiknas. 2004. ModelPembelajaran Matematika.Jakarta. Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Bumi Aksara. Jakarta. .2008. Proses BelajarMengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.Cetakan I. Universitas Negeri Malang (UM Press). Malang. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Partini, Siti dan Rosita E.K. 2002. Pembelajaran Modul Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan. FIPUNY. Yogyakarta.
14
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
..............Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sardiman, A.M, 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Grasindo Pusada. Jakarta. . 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Rajawali Press. Jakarta. Suherman, Erman dkk. 2001. Srategi Belajar Mengajar Kontemporer. JICA. Bandung. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping Pembelajaran. Elex Media Komputindo. Jakarta.
dalam
Kurikulum
Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung. .............Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wartana, Eka. 2012. Mind Web Konsep Berpikir Tanpa Mikir. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Windura, Sutanto. 2013. Mind Map, Teknik Berpikir & Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak. Elex Media Komputindo. Jakarta. . 2008. Mind Map Langkah Demi Langkah. Elex Media Komputindo. Jakarta. Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Media Abadi. Yogyakarta. Inter Net: http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 4Maret 2009. (http://digilib.unnes.ac.id/).
15
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Analisis Penilaian Kinerja Guru (PKG) dalam Upayanya Melakukan Penjaminan Mutu Guru di dalam Kelas (StudiPenelitian pada SMA/sederajat Swasta Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan) 1
1
Zainal Abidin dan 2Sutrisno
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI Email :
[email protected]
2
Abstrak : Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan PKG yang selama ini dilakukan tidak sesuai dengan ketentuannya. Disamping itu, indikasi ketidak seriusan sekolah dalam melakukan penjaminan mutu gurunya pun terlihat jelas ketika ditemukan guru belum mengalami PKG dengan masa abdinya yang lebih dari 3 tahun. Sementara disisi lainnya, dokumentasi sekolah yang menyatakan gurunya baik dalam Penilaian Kinerja Guru, dan berstatus tersertifikasi ternyata tidak sesuai dengan pengamatan peneliti dan hasil wawancara mendalam pada beberapa siswa mengenai kualitas gurunya tersebut. Sehingga pelaksanaan PKG ini perlu di evaluasi kembali demi mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik. Beranjak dari keterbatasan Manajemen Sekolah yang ada, paling tidak dalam rangka melakukan penjaminan mutu gurunya didalam kelas, pimpinan sekolah sangat bertanggung jawab atas kemungkinan-kemungkinan kegagalan yang terjadi pada peserta didiknya. Untuk itu, dirasa Pimpinan Sekolah sangat perlu melakukan kontrol penilaian kinerja guru dengan cara menjadikan siswa sebagai evaluator dalam Penilaian Kinerja Guru jika PKG yang selama ini dilakukan belum dianggap kredibel dalam keabsahan informasi datanya. Kata kunci:penilaian kinerja, mutu guru. PENDAHULUAN Dalam artikel yang dimuat indoforum.org dan biologimediacentre.com disebutkan bahwa peringkat satu negara berkualitas pendidikan tebaik didunia diraih Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA, yaitu mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga unggul dalam pendidikan anakanak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas! Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi negara dengan kualitas pendidikan nomor satu dunia? Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, dengan hitungan 30 jam saja perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finlandia yang menghabiskan 50 jam per minggunya.
16
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Jika kita mau bercermin, gambaran diatas sebenarnya merupakan tamparan hebat bagi kondisi pendidikan kita yang buram. Lihat saja daya saing SDM kita yang rendah, perilaku dan kemampuan lulusan kita yang tidak relevan dengan jenjang pendidikannya, serta tersingkirnya nilai-nilai kejujuran adalah bukti gagalnya para guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Penilaian Kinerja Guru (PKG) pada awalnya dicetuskan oleh terbitnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, No. 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Namun sangat disayangkan, pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang digadang-gadang akan menjadi pendongkrak kualitas pendidikan kita saat ini, ternyata hanya berjalan setengah hati dan berkesan hanya sebatas akses dalam meraih jabatan fungsional dan kenaikan pangkat guru. Sehingga dalam pelaksanaanya, PKG ini cenderung tidak sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang dituliskan pada buku pedoman tentang Penilaian Kinerja Guru yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di tahun 2010. Siswa dalam hal ini tentu saja sangat dirugikan oleh guru seperti itu dan bisa berakibat fatal pada kualitas siswanya dikemudian hari. Ini menjelaskan sekali lagi, bahwa PKG merupakan sebuah hal yang benar-benar harus diperhatikan dengan serius. Bahkan, bisa dibilang PKG sudah menjadi sebuah keharusan yang tidak boleh ditunda-tunda oleh kepala sekolah atau pengawas pendidikan. Penilaian ini merupakan salah satu kompetensi yang benar-benar harus dikuasai pengawas pendidikan, khususnya sekolah, karena PKG merupakan bagian dari kompetensi evaluasi pendidikan. Melihat dari latar belakang yang sudah diuraikan tadi, setidaknya ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang selama ini dilakukan? Apakah PKG yang telah dilakukan relevan dengan semangat awal ketika PKG dicetuskan? Apakah PKG telah memberikan dampak positif dalam peningkatan mutu guru didalam kelas? Bagaimana seharusnya Penilaian Kinerja Guru (PKG) ini dilakukan untuk menjamin mutu guru didalam kelas? TINJAUAN PUSTAKA Konsep Penilaian Kinerja Guru Pengertian PK Guru Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PK GURU adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Sistem PK GURU adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang
17
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Secara umum, PK GURU memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut. 1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. 2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Hasil PK GURU diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK GURU dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan, kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 16 Tahun 2007. Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus dapat ditunjukkan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan dan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan. Prinsip Pelaksanaan PK GURU Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan PK GURU adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan ketentuan PK GURU harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku. 2. Berdasarkan kinerja Aspek yang dinilai dalam PK GURU adalah kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. 3. Berlandaskan dokumen PK GURU Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses PK GURU harus memahami semua dokumen yang terkait dengan sistem PK GURU. Guru dan penilai harus memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian. 4. Dilaksanakan secara konsisten PK GURU dilaksanakan secara teratur setiap tahun diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun. Aspek yang Dinilai dalam PK GURU Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga dimungkinkan memiliki tugas-tugas lain yang relevan dengan fungsi
18
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa sub unsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut: 1. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Pengelolaan pembelajaran tersebut mensyaratkan guru menguasai 24 (dua puluh empat) kompetensi yang dikelompokkan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. 2. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan. 3. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaantugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Prosedur Pelaksanaan Pk Guru Prosedur dan Waktu Pelaksanaan PK GURU 1. Waktu Pelaksanaan PK GURU dilakukan 2 (dua) kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif). 2. Prosedur Pelaksanaan Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK GURU pembelajaran atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK GURU untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian PK GURU di tingkat sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan, sebagaimana tercantum pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan PK GURU di tingkat Sekolah/Madrasah
19
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Penilai dalam PK GURU 1. Kriteria Penilai Penilaian kinerja guru dilakukan di sekolah oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah tidak dapat melaksanakan sendiri, maka Kepala Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas 2. Masa Kerja Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. 3. Sanksi Penilai dan guru yang dinilai akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar prinsip-prinsip pelaksanaan PK GURU, dengan cara melanggar hukum. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif yang menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tehnik pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan trianggulasi ketika peneliti berusaha untuk mendapatkan kredibilitas data dengan memadukan teknik obeservasi, dokumentasi, dan wawancara untuk pengumpulan data yang sama. Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Memahami Penelitian Kualitatif” (2013), metode penelitian kualitatif akan cocok digunakan untuk meneliti masalah penelitian yang belum jelas, masih remang-remang, atau mungkin masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan menggunakan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan Grant Tour Question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Deskripsi data Secara spesifik, daftar sekolah menengah dan jumlah guru yang berada di Wilayah Kecamatan Pasar Minggu dapat dijelaskan bahwa jumlah total sekolah menengah (baik negeri maupun swasta) yang berada di wilayah Kecamatan Pasar Minggu berjumlah 28 sekolah. Tujuh sekolah diantaranya merupakan sekolah Negeri dan 21 lainnya merupakan sekolah swasta. Sedangkan penjelasan yang dapat diterangkan pada gambar diatas adalah: dari total 1.035 guru yang menyebar pada 28 sekolah diwilayah Kecamatan Pasar Minggu diketahui persentase status guru sebagai berikut; 27% berstatus PNS, 1% sebagai DPK (guru yang diperbantukan), 47% sebagai guru honorer, 17% merupakan guru tetap yayasan, 2% sebagai Pengajar Tidak Tetap, dan 6% berstatus Guru Bantu (GB). HASIL PENELITIAN Pada dasarnya penilaian kinerja guru dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di setiap unit satuan pendidikan. Namun pada kenyataan dilapangan pelaksanaan penilaian kinerja guru (PKG) ini tidak relevan dengan ketentuan dan aturan yang terdapat pada buku pedoman penilaian kinerja guru yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di tahun 2010. Hal ini 20
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
dibuktikan dengan data yang telah diperoleh melalui beberapa orang guru pada sekolah yang berbeda di wilayah Kecamatan Pasar Minggu mengenai pelaksanaan PKG yang telah mereka alami. Merujuk pada buku pedoman penilaian kinerja guru (PKG) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, tidak dapat disangkal lagi bahwa PKG adalah suatu keharusan yang wajib dilaksanakan oleh sekolah dua kali dalam setahun yang dilakukan setiap awal dan akhir tahun ajaran baru terhadap semua gurunya demi peningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik. Tapi sungguh data yang diperoleh dari penelitian ini justru menambah daftar panjang masalah-masalah yang harus dibenahi saat ini, karena berdasarkan hasil wawancara pada beberapa guru dan beberapa kepala sekolah ternyata tidak semua guru pernah mengalami pelaksanaan PKG pada dirinya, padahal seluruh guru tersebut sudah mengabdikan dirinya lebih dari 3 tahun disekolah tersebut. Pernyataan tersebut tentu saja bukan tidak beralasan, karena berdasarkan keterangan dari beberapa kepala sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa Pelaksanaan PKG yang terjadi di beberapa sekolah memang tidak dilakukan pada semua guru melainkan hanya pada beberapa guru saja misalnya pada guru bantu atau guru yang akan disertifikasi. Artinya, PKG yang seharusnya wajib dilakukan pada setiap sekolah demi mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik ternyata hanya sebatas formalitas melengkapi syarat yang harus dilengkapi atau hanya sebatas melaksanakan kewajiban sekolah demi mendapatkan atau mempertahankan akreditasinya, dan bukan untuk melakukan penjaminan terhadap kualitas gurunya dikelas. Selain itu, adanya perbedaan kali pelaksanaan PKG dan jadwal pelaksanaan PKG yang dialami oleh beberapa guru yang pernah disupervisi, semakin menguatkan bahwa pelaksanaan PKG yang selama ini dilakukan memang tidak optimal dilakukan oleh semua sekolah dalam melaksanakan instruksi dari buku pedoman Penilaian Kinerja Guru yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional seperti yang digambarkan pada chart berikut:
Tidak Pernah 10% Tidak Tentu 40%
Awal Tahun 50%
Gambar 2.Pernyataan Mengenai Jadwal Pelaksanaan PKG yang di alami guru
Temuan lain pada penelitian ini juga menggambarkan bahwa pelaksanaan PKG pada beberapa sekolah swasta memang tidak berorientasi pada usaha meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut, terutama dalam upaya memacu para guru-gurunya untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar
21
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
(KBM) dengan kualitas terbaik. Bukti tersebut dapat dilihat pada gambar berikut mengenai pernyataan guru-guru tentang transparansi hasil PKG yang mereka terima dan tindak lanjut setelah mereka mengalami pelaksanaan PKG.
Ya 40%
Tidak 60%
Gambar 3.Pernyataan Guru Mengenai Apakah Mereka Menerima Hasil PKG Setiap Periodiknya atau tidak
Ya 30%
Tidak 70%
Gambar 4.Pernyataan guru mengenai ada atau tidaknya tindak lanjut dari Pihak Manajemen Sekolah setelah mereka di supervisi dalam PKG
Pada prinsipnya sebuah penilaian dilakukan untuk menginformasikan apakah sesuatu yang telah dilakukan seseorang berada dalam kategori sangat baik atau buruk. Namun jika melihat pada gambar 3, dapat dijelaskan bahwa hanya 40% saja guru yang menerima hasil penilaian kinerja guru secara transparan, sedangkan 60% lainnya tidak pernah mengetahui hasil Penilaian Kinerja Mereka secara transparan. Ini menandakan bahwa dalam prakteknya sebagian besar sekolah yang berada di Wilayah Kec. Pasar Minggu tidak serius melakukan penjaminan mutu para gurunya didalam kelas. Sementara pada gambar 4, menerangkan bahwa hanya 30% saja yang mengalami tindak lanjut setelah di dinilai dalam kegiatan PKG, sedangkan 70% guru yang pernah mengalami penilaian yang dilakukan oleh sekolah tidak pernah mengalami tindak lanjut dari manajemen sekolah seperti adanya reward atau 22
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
kegiatan pengembangan-pengembangan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru setelah mereka dinilai. Untuk memastikan kembali apakah pelaksanaan PKG yang telah dilakukan selama ini berdampak positif atau tidak dalam peningkatan mutu guru didalam kelas. Peneliti berusaha mengumpulkan data dengan menggunakan teknik trianggulasi dengan tujuan menjaga kredibilitas data yang akan dianalisis. Yaitu dengan cara mencari data mengenai salah satu guru yang sudah disertifikasi dan dinilai dalam kegiatan PKG, lalu melakukan observasi partisipatif/mengamati kegiatan-kegiatan sehari-hari guru yang diamati, serta melakukan wawancara mendalam pada siswa-siswanya mengenai kualitas guru didalam kelas. Dan berdasarkan data-data yang peneliti kumpulkan, dapat diketahui guru yang sudah tersertifikasi tentunya sudah mendapatkan nilai dalam kategori baik dalam penilaian kinerja guru (PKG) - nya. Namun disisi lain ketika peneliti mencoba mengamati kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh guru tersebut ternyata tidak mencerminkan guru tersebut layak mendapatkan nilai seperti itu, ini terbukti dari perilaku dan kebiasaan guru yang tidak boleh dicerminkan pada saat didalam atau diluar kelas, minimnya kemampuan dalam mengelola kelas, variasi metode mengajar yang monoton, serta minimnya kemampuan menyampaikan materi dengan jelas. Hal ini ternyata juga selaras dengan hasil wawancara pada beberapa siswa yang pernah diajar oleh guru tersebut. Dalam pernyataannya diperoleh fakta bahwa guru tersebut tidak menguasai materi sehingga siswa mengalami kejenuhan karena seringnya sang guru memberikan tugas dan latihan pada kebanyakan pertemuan belajar. Selain itu, kualitas kehadiran guru pun sering dikeluhkan ditambah dengan sikap guru yang mudah marah. Tentunya data diatas menyimpulkan bahwa sebenarnya pelaksanaan PKG yang selama ini dilakukan belum berjalan selaras dengan semangat kenapa PKG ini dicetuskan sehingga belum memberikan dampak positif pada peningkatan mutu guru didalam kelas. Pihak manajemen sekolah tentu bertanggung jawab dalam melakukan penjaminan mutu para gurunya didalam kelas. Dan diatas keterbatasan manajemen sekolah dalam melakukan pengawasan dan penilaian pada semua gurunya, sepertinya peran siswa dalam mengevaluasi kinerja guru perlu dipertimbangkan sebagai kontrol kredibilitas penilaian yang telah dilakukan selama ini. Seperti yang digagas oleh Sudrajat (2008) dalam artikelnya yang menguraikan alasan pentingnya melakukan evaluasi kinerja guru oleh siswa dengan alasan sebagai berikut: 1. Para siswa merupakan sumber informasi utama tentang lingkungan belajar, termasuk didalamnya tentang motivasi dan kemampuan guru. 2. Para siswa pada dasarnya dapat menilai secara logis tentang kualitas, efektifitas, dan kepuasan dari materi dan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. 3. Penilaian kinerja guru oleh siswa dapat mendorong terjadinya komunikasi antara siswa yang bersangkutan dengan gurunya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan proses belajar mengajar. 4. Dalam mata pelajaran tertentu, hasil penilaian kinerja guru oleh siswa dapat dimanfaatkan oleh siswa-siswa lain dalam memilih mata pelajaran dan memilih guru sesuai dengan dirinya.
23
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
5. Dalam pendidikan yang berorientasi pada mutu, siswa pada dasarnya merupakan pelanggan utama yang harus didengar pendapat dan pemikirannya atas pelayanan pendidikan yang diberikan oleh gurunya. SIMPULAN Berdasarkan prosedur dalam buku pedoman, dilapangan data yang kami peroleh 50% responden nyatakan PKG dilaksanakan 1 kali di awal tahun, 40% dilaksanakan 1 kali dengan tidak tentu waktu pelaksanaannya, bahkan 10% responden menyampaikan sama sekali tidak pernah mengalami PKG yang dilakukan oleh sekolah. Dalam konteks lain, salah satu syarat system PKG adalah reliabel. Pelaksanan PKG yang selama ini terjadi dilakukan oleh team yang dibentuk oleh kepala sekolah, dan tidak jarang pula dilakukan sendiri oleh kepala sekolah dimana yang menjadi sumber penilaian adalah guru yang bersangkutan, rekan sejawat, bahkan penilaian atasan terhadap guru yang bersangkutan. Sumber penilaian tersebut sedikit diragukan reliabilitasnya karena obyektifitas diragukan. Jika kami sebagai guru misalnya, kalau ditanya soal kinerja yang sudah kami lakukan pasti ada kecenderungan menampilkan yang baik-baik saja. Begitu juga dengan rekan sejawat, rasa sungkan, ewuh pekewuh ketika harus memberikan penilaian kepada rekan pasti ada sehingga cenderung akan menghalangi hasil data yang didapat sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Sudah waktunya sekolah memasukan siswa sebagai sumber dalam memperoleh data tentang kinerja guru di dalam kelas. SARAN 1. Hendaknya para pimpinan sekolah atau yayasan menyadari betul bahwa tujuan dibangunnya sekolah bukanlah sebatas menjadikan sekolah sebagai mesin pencetak uang atau usaha pengadaan ijazah, namun yang perlu di ingat adalah bagaimana kelanjutan setelah peserta didik itu lulus dengan kemampuan yang dibawanya. 2. Pengawasan yang continue dan ketat yang mencakup elemen-elemen yang berkaitan perlu dilakukan dengan se efektif mungkin agar di tahun berikutnya masalah-masalah ini dapat di minimalisir sebaik mungkin. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru danKepala Sekolah Menengah Atas/sederajat Swasta Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional, (2006). Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen.
24
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Departemen Pendidikan Nasional, (2008). Penilaian Kinerja Guru. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, (2010). Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional, (2012). Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Kemendibud. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Internet: http://panduanguru.com/pentingnya-penilaian-kinerja-guru-pkg/ http://biologimediacentre.com Sudrajat, Achmad (2008). “Menggagas Evaluasi Siswa”.http://www.sudrajat.wordpress.com
25
Kinerja
Guru
oleh
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
EFEKTIFITAS PERUBAHAN KURIKULUM TERHADAP KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH (STUDI KASUS PADA SDN 03 PAGI CIRACAS) 1
1
Fadjriah Hapsari
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI E-mail :
[email protected]
Abstrak : Penelitian ini dilakukan di SDN 03 Ciracas, pada kelas IV yang terdiri dari 2 kelas. Setiap kelas berjumlah 36 dan 39 peserta didik, dimana peserta didik pada kelas tersebut mengalami perubahan kurikulum. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa, untuk kategori 1 (kemampuan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013) diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 38 peserta didik sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebanyak 30 peserta didik cukup aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan sisanya 7 peserta didik tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk kategori 2 (kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran pada kurikulum 2013) diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 40 peserta didik cukup terbiasa dengan media pembelajaran kurikulum 2013, sedangkan sisanya sebanyak 35 peserta didik mengalami kesulitan dengan media pembelajaran pada kurikulum 2013. Untuk kategori 3 (kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013) diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 56 peserta didik memiliki cukup memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013, sedangkan sisanya sebanyak 19 peserta didik kurang memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013. Untuk kategori 4 (tingkat ketergantungan peserta didik terhadap Guru dalam pembelajaran dengan kurikulum 2013) diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 21 peserta didik masih tinggi ketergantungannya dengan Guru dalam pembelajaran, sebanyak 30 peserta didik memiliki tingkat ketergantungan yang sedang terhadap Guru dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan sisanya 24 peserta didik sudah bisa melakukan kegiatan pembelajaran mandiri sesuai dengan tuntutan dari kurikulum 2013. Kata kunci: perubahan kurikulum, pembelajaran PENDAHULUAN Perubahan kurikulum merupakan siklus alami yang terjadi di dunia pendidikan. Kurikulum baru mempunyai tugas untuk memperbarui, mengembangkan sekaligus memperbaiki kurikulum yang sedang berjalan. Hal ini biasa terjadi dalam dunia pendidikan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, perubahan kurikulum sering menimbulkan persoalan di kalangan masyarakat, baik masyarakat sekolah maupun masyarakat umum. Yang selalu menjadi persoalan adalah mengenai bagaimana kurikulum baru diterapkan dan alasan dibalik perubahan kurikulum tersebut. Perubahan kurikulum yang terjadi sedikit banyak telah pula merubah tatanan atau sistem maupun kegiatan pembelajaran di sekolah. Perubahan kurikulum pada dasarnya adalah upaya pengembangan pendidikan oleh pemerintah. Karenanya, setiap perubahan kurikulum akan selalu menunjukkan upaya dan usaha perbaikan dalam bidang pendidikan oleh
26
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
pemerintah. Perubahan kurikulum yang dilaksanakan tentu membawa sejumlah perubahan dalam sistem pendidikan di sekolah, terutama dalam hal kegiatan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pasal 51 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan otonomi yang lebih luas kepada satuan pendidikan, termasuk satuan pendidikan di sekolah, agar secara mandiri mengelola proses pendidikan yang diselenggarakannya atas azas manajemenberbasis sekolah. Seiring dengan kebijakan manajemen berbasis sekolah yang diamanatkan oleh pasal 36 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan disusun dan dikembangkan : (a) dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik; (b) sesuai dengan jenjang pendidikan; dan (c) dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dampak dari perubahan kurikulum yang dirasakan langsung adalah terjadinya perubahan dalam kegiatan pembelajaran. Dimulai dari perubahan sistem mata pelajaran, jam belajar, kompetensi yang harus dimiliki serta proses belajar dan pembelajaran di dalam kelas. Terjadinya perubahan kurikulum yang menyebabkan perubahan pada kegiatan pembelajaran juga menuntut peran serta dan dukungan masyarakat, baik masyarakat sekolah maupun masyarakat umum. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai perubahan tersebut harus dilaksanakan dengan baik, benar dan tepat. Agar tujuan dari perubahan tersebut terwujud. Hal ini berarti dapat menunjukkan efektivitas dari perubahan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Kepentingan Masalah Berdasarkan konteks permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan kepentingan masalah yang ingin peneliti ungkap dalam penelitian ini. Kepentingan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap alasan ada tidaknya perubahan kegiatan pembelajaran yang terjadi di sekolah karena perubahan kurikulum. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas perubahan kurikulum terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kurikulum Kurikulum adalah istilah yang sangat fleksibel dan multi makna. Karena, menurut bahasa kurikulum berasal dari kata curere (dalam bahasa Yunani), yang memiliki arti lintasan atau jarak. Maka menurut bahasa, kurikulum dapat diartikan sebagai lintasan yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan. Dunia pendidikan mengambil kata kurikulum ini dan diartikan sebagai sebuah lintasan yang harus ditempuh seseorang (peserta didik) untuk mencapai tujuan akhir pendidikan (ijazah). Menurut Harold B. Albertys kurikulum adalah segala kegiatan yang difasilitasi oleh sekolah demi kepentingan siswa (Yamin, 2012). Sedangkan menurut istilah, kurikulum dikatakan sebagai sebuah konsep (Sukmadinata, 2009), yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai subsistem dan kurikulum sebagai bidang studi yang dipelajari. Konsep kurikulum sebagai substansi adalah istilah yang dikenal seharihari di sekolah, yaitu berupa rencana kegiatan belajar dan pembelajaran sebagai 27
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
perangkat untuk mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sebagai substansi, kurikulum ini diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis yang resmi digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran. Cakupan panduan itu dapat berada di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, atau satuan pendidikan. Konsep kurikulum sebagai sub-sistem dari sistem pendidikan di sekolah. Ditinjau dari prosesnya, dalam sistem pendidikan di sekolah memuat empat subsistem, yaitu: mengajar (teaching), belajar (learning), pembelajaran (instruction) dan kurikulum. Mengajar adalah kegiatan atau perlakuan profesional guru yang diberikan kepada peserta didik. Belajar adalah kegiatan dan upaya peserta didik dalam menanggapi kegiatan atau perlakuan yang diberikan oleh guru. Sedang pembelajaran merupakan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkaitan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar. Kurikulum merupakan rencana yang disusun sebelumnya yang dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar, mengajar dan pembelajaran. Kurikulum sebagai bidang studi atau kajian yang dipelajari dan diteliti oleh para ahli adalah untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum sebagai substansi maupun sebagai sub-sistem dalam sistem pendidikan di sekolah. Fokus pengkajian akan bergantung kepada perkembangan zaman dan kebutuhan. Pada awalnya, kajian kurikulum bersifat mikro yang berkutat kepada definisi, cakupan, dimensi, struktur dan komponen kurikulum. Dengan semakin kompleksnya persoalan kurikulum dengan konteks lingkungan pendidikan, maka topik-topik kajian berkembang menjadi bersifat makro. Landasan Perubahan (Pengembangan) Kurikulum Sejalan dengan perkembangan zaman, maka kurikulum pun harus mengalami perubahan. Perubahan kurikulum yang dimaksudkan adalah untuk memperbarui kurikulum yang sudah ada dan sedang berlaku agar sesuai dengan perkembangan zaman. Merubah kurikulum tidaklah sembarangan, akan tetapi diperlukan falsafah dasar dan landasan psikologis, sosial budaya, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipergunakan dalam menyelenggarakan pendidikan. Landasan Filosofis (Falsafah Dasar) Filsafat memegang peranan penting dalam perubahan (pengembangan) kurikulum, terutama filsafat pendidikan. Karena, kemana arah pendidikan akan dituju dan apa yang perlu ditekankan dalam isi kurikulum sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan yang mendasarinya. 1. Aliran Filsafat Perenialisme. Arah pendidikan menurut aliran filsafat ini adalah penekanan pada kebenaran absolut, yaitu kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Menurut filsafat aliran ini, kurikulum yang baik adalah yang berisikan kebenaran universal yang telah diakui dimasa yang lalu. 2. Aliran Filsafat Essentialisme. Arah pendidikan menurut aliran filsafat ini adalah pada pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Kurikulum yang baik adalah yang sudah ada di masa lalu. 3. Aliran Filsafat Existensialisme. Arah pendidikan menurut aliran filsafat ini adalah penekanan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna untuk memahami kehidupan. Kurikulum yang baik menurut aliran 28
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
ini adalah kurikulum yang dibangun dan dikembangkan dari hasil telaah kehidupan individu (peserta didik) beserta pengalamannya. 4. Aliran Filsafat Progresivisme. Arah pendidikan menurut aliran ini, adalah penekanan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Kurikulum yang baik menurut aliran ini adalah berpusat kepada peserta didik dan memberikan variasi dalam metodologi pengajaran untuk merespon perbedaan individual. 5. Aliran Filsafat Reconstructivisme. Arah pendidikan menurut aliran ini, adalah pada penekanan tentang pemecahan masalah, berpikir kritis dan sejenisnya. Kurikulum yang baik menurut aliran ini menekankan pada hasil belajar daripada proses yang berdampak kepada perubahan masyarakat. Aliran filsafat perenialisme, essensialisme, existensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari perubahan (pengembangan) model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, aliran filsafat progresivisme memberikan dasar perubahan (pengembangan) model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat reconstructivisme banyak diterapkan dalam perubahan (pengembangan) model Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum yang mengacu kepada sistem pendidikan nasional di Indonesia adalah yang dapat menterjemahkan dengan baik filsafat pendidikan Nasional ini secara operasional dalam konteks perkembangan yang berkelanjutan. 1. Landasan Psikologis Menurut Sukmadinata (2009), mengemukakan bahwa minimal ada dua cabang ilmu psikologi yang mendasari perubahan (pengembangan) kurikulum, yaitu ; psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi Perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam Psikologi Perkembangan dikaji tentang hakikat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu serta hal-hal lain yang berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari perubahan (pengembangan) kurikulum, baik yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, muatan beban isi kurikulum, maupun metodologi pengajaran yang digunakan. Kurikulum yang baik adalah yang dirancang sesuai dengan tahap perkembangan psikologis peserta didik. Psikologi Belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi Belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar. Kurikulum adalah rancangan proses belajar mengajar, oleh karena itu agar efektif, dalam menyusun rancangan tersebut perlu mempertimbangkan cara, proses dan perilaku peserta didik dalam belajar dengan memanfaatkan hasil kajian psikologi belajar. 2. Landasan Sosial Budaya Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan yang menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dimaklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyarakat.
29
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Scheffer (Sukmadinata, 2009), mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. 3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Landasan terkahir dalam perubahan (pengembangan) kurikulum, adalah landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Pada awal peradaban manusia IPTEK yang digunakan masih sangat sederhana, akan tetapi berkaitan dengan hakikat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup, maka IPTEK semakin berkembang. Sifat pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta kognisi dan kompetensi untuk berpikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian, karena berbagai penemuan teknologi baru terus berkembang. Kurikulum 2013 Untuk SD kelas IV Kurikulum 2013 juga termasuk kedalam KTSP. Hanya pada pelaksanaan di Sekolah mengalami perubahan dalam kegiatan pembelajarannya. Kurikulum 2013 memiliki kompetensi inti sebagai berikut : 1. Menerima dan menjalankan ajaran Agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah atau sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sisetematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Pada kurikulum 2013 khususnya pada jenjang Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran Tematik meskipun didalamnya mencakup mata pelajaran-mata pelajaran. Secara garis besar RPP dan Silabus kurikulum 2013 untuk kelas IV Sekolah Dasar adalah sebagai berikut : Semester 1 : 1. Indahnya Kebersamaan. 2. Selalu berhemat Energi. 3. Peduli Terhadap Mahluk Hidup. 4. Berbagai Pekerjaan. Semester 2 : 1. Menghargai Jasa Pahlawan. 2. Indahnya Negeriku. 3. Cita-citaku 4. Daerah Tempat Tinggalku. 5. Makanan Sehat dan Bergizi. Kegiatan Pembelajaran
30
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Kunandar, 2011). Pembelajaran memiliki makna dan arti yang lebih luas dari belajar, karena kata pembelajaran mengandung pengertian proses belajar yang diulang. Kegiatan pembelajaran sesungguhnya tidak sekedar memberikan pengetahuan dan ilmu kepada peserta didik. Karena peserta didik adalah subjek didik yang memiliki potensi. Jadi lewat kegiatan pembelajaran pendidik harus mampu membentuk masyarakat mengajar. Lebih menukik lagi dapat dikatakan bahwa lewat pembelajaran harus mampu menjadikan peserta didik merubah tingkah laku. Itu sebabnya dalam proses pembelajaran guru harus secara serta merta melaksanakan kegiatan mengajar, membimbing, melatih, mengarahkan (memberi teladan), menilai dan mengevaluasi dalam waktu nyaris bersamaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sebuah Sekolah Dasar Negeri di Jakarta Timur, yang terdiri dari 2 kelas. Setiap kelas masing-masing berjumlah 36 dan 39 peserta didik, dimana penelitian dilakukan pada saat peralihan Kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013. Kategori penilaian berdasarkan ; 1. Kemampuan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan Kurikulum 2013. 2. Kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran pada Kurikulum 2013. 3. Kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan Kurikulum 2013. 4. Tingkat ketergantungan peserta didik terhadap Guru dalam kegiatan pembelajaran dengan Kurikulum 2013. Gambaran Umum Responden Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV yang sudah dipilih dari populasi keseluruhan peserta didik. Alasan peneliti memilih peserta didik kelas IV, adalah karena peserta didik kelas IV merupakan peserta didik yang mengalami perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013. Responden yang terpilih adalah seluruh peserta didik kelas IV-A dan peserta didik kelas IV-B, dengan klasifikasi sebagai berikut: Tabel 1. Profil Responden berdasarkan Jenis Kelamin.
Kelas IV-A IV-B Total
Laki-laki 21 17 38
Perempuan 15 22 37
Jumlah 36 39 75
Sumber : data diolah (2014)
Berdasarkan data responden tabel 1 menunjukkan jumlah responden pada kelas IV-A sebanyak 36 peserta didik yang terdiri dari 21 laki-laki dan 15 perempuan, serta responden kelas IV-B sebanyak 39 peserta didik yang terdiri dari 17 laki-laki dan 22 perempuan.
31
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Interpretasi Hasil Untuk melihat Efektifitas Perubahan Kurikulum Terhadap Kegiatan Pembelajaran Di Sekolah Pada SDN 03 Pagi Ciracas, maka penilaian dilakukan dengan membagi kategori penilaian dalam 4 kelompok, yaitu ; Tabel 2. Kemampuan Siswa mengikuti Kegiatan Pembelajaran dengan Kurikulum 2013
Kategori Siswa sangat aktif dalam KBM Siswa cukup aktif dalam KBM Siswa tidak aktif dalam KBM
Jumlah 38 30 7
Sumber : data diolah (2014)
Dari tabel 2, data menunjukkan bahwa untuk kemampuan peserta didik mengikuti pembelajaran dengan kurikulum 2013 sebanyak 38 peserta didik sangat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan Kurikulum 2013, sebanyak 30 orang peserta didik cukup aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013, sedangkan sisanya sebanyak 7 peserta didik tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan Kurikulum 2013. Tabel 3. Kemampuan Siswa dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Pada Kurikulum 2013
Kategori Cukup terbiasa dengan Media Pembelajaran Mengalami Kesulitan
Jumlah 40 35
Sumber : data diolah (2014)
Berdasarkan tabel 3, data menunjukkan bahwa, untuk kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran pada Kurikulum 2013 sebagai berikut ; 40 peserta didik cukup terbiasa memanfaatkan media pembelajaran pada kurikulum 2013, sedangkan sisanya sebanyak 35 peserta didik mengalami kesulitan dalam memanfaatkan media pembelajaran pada kurikulum 2013. Tabel 4. Kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dengan Kurikulum 2013
Kategori Cukup paham Kurang paham jika harus mengembangkan konsep sendiri
Jumlah 56 19
Sumber : data diolah (2014)
Berdasarkan tabel 4, data menunjukkan bahwa, untuk kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan Kurikulum 2013 sebagai berikut; sebanyak 56 peserta didik cukup memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013, sedangkan sisanya sebanyak 19 peserta didik kurang memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013. Karena pada kurikulum 2013 lebih menekankan pada kemampuan peserta didik untuk mengembangkan konsep materi pelajaran dengan pemahaman sendiri.
32
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Tabel 5. Tingkat Ketergantungan Siswa terhadap Gurudalam Kegiatan Pembelajaran dengan Kurikulum 2013.
Kategori Sangat tergantung pada Guru (tinggi) Cukup tergantung pada guru (sedang) Kurang tergantung pada Guru (rendah)
Jumlah 21 30 24
Sumber : data diolah (2014)
Berdasarkan tabel 5, bahwa untuk tingkat ketergantungan peserta didik terhadap guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013 sebagai berikut, yaitu sebanyak 21 peserta didik masih sangat tergantung pada Guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013, sebanyak 30 peserta didik cukup tergantung pada Guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013, sedangkan sisanya sebanyak 24 peserta didik sudah mampu melepaskan ketergantungan dengan Guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum 2013 belum efektif dalam pelaksanaannya, karena hanya 24 peserta didik yang mampu melakukan proses pembelajran dengan prinsip penalaran (sesuai dengan konsep kurikulum 2013). SIMPULAN Hasil dari penelitian tentang Efektifitas Perubahan Kurikulum terhadap Kegiatan Pembelajaran di Sekolah akan dibagi menjadi 4 kategori, dimana setiap kategori memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan membutuhkan penanganan yang berbeda. Kategori 1 (kemampuan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan Kurikulum 2013): Berdasarkan hasil data kemampuan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 51% atau 38 peserta didik mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan sudah cukup baik sosialisasi perubahan kurikulum yang dilakukan pihak sekolah kepada para peserta didiknya. Kategori 2 (kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran dengan kurikulum 2013): Berdasarkan hasil data dari kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran dengan kurikulum 2013, maka dapat disimpulkan bahwa 53% atau 40 orang peserta didik sudah cukup terbiasa dalam menggunakan media pembelajaran untuk memperoleh pemahaman materi pelajaran sekolah. Hal ini dikarenakan kurikulum 2013 lebih menekankan kepada peserta didik dalam bidang IPTEK dimana kemajuan IPTEK pada masa sekarang sangat dan cukup memberi kemudahan bagi para peserta didik untuk mengakses materi pelajaran secara langsung atau online. Maka dapat dikatakan perubahan kurikulum cukup efektif terhadap kegiatan pembelajaran di Sekolah berdasarkan kategori kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran dengan Kurikulum 2013. Kategori 3 (kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013) : Berdasarkan hasil data dari kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013, maka dapat disimpulkan bahwa 75% atau 56 peserta didik memiliki kemampuan yang cukup untuk memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013, karena materi 33
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
pelajaran yang kontektual sehingga peserta didik dapat memahami frame of reference Guru menjadi dan mengaitkannya dengan frame of experience peserta didik sendiri. Maka dapat dikatakan perubahan kurikulum cukup efektif terhadap kegiatan pembelajaran di Sekolah berdasarkan kategori ini. Kategori 4 (tingkat ketergantungan peserta didik terhadap Guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013) : Berdasarkan hasil data dari tingkat ketergantungan peserta didik terhadap guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013, maka dapat disimpulkan bahwa hanya 32% atau 24 peserta didik saja yang mampu mewujudkan pembelajaran mandiri berdasarkan penalaran, sedangkan sisanya masih membutuhkan bantuan guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kurangnya kemandirian perserta didik dalam menyelesaikan tugas Sekolah. Maka dapat dikatakan untuk kategori tingkat ketergantungan peserta didik terhadap guru dalam kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013 belum efektif. SARAN Saran untuk efektifitas perubahan kurikulum terhadap kegiatan pembelajaran di Sekolah berbeda-beda mengingat kebutuhan penanganan dari kategori tersebut berbeda. Kategori 1 : Untuk kemampuan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013, maka hendaknya guru dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik lagi, sehingga efektifitas kegiatan pembelajaran dengan kurikulum baru (kurikulum 2013) lebih efektif lagi. Kategori 2 : Untuk kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran dengan kurikulum 2013 sudah cukup efektif. Akan tetapi masih bisa untuk ditingkatkan kembali efektifitas kegiatan pembelajaran dengan cara melibatkan para peserta didik secara lebih intens dalam proses pembelajaran. Kategori 3 : Untuk kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan kurikulum 2013 sudah cukup efektif. Tingkat efektifitas ini masih bisa ditingkatkan kembali dengan cara guru rajin menggali informasi aktual yang sedang terjadi dan membawanya kedalam konteks materi di dalam kelas sehingga peserta didik akan lebih bersemangat lagi dalam memahami materi pelajaran. Kategori 4 : Untuk tingkat ketergantungan peserta didik terhadap guru masih cukup tinggi, maka hendaknya dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan kepercayaan dan kesempatan yang luas untuk para peserta didik dalam mengeksplor materi pelajaran serta tidak terfokus pada satu jenis konsep saja. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta penulis mengucapkan terima kasih kepada peserta didik, guru dan KepalaSekolah Dasar Negeri 03 Pagi Ciracas Jakarta Timur, serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
34
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
DAFTAR PUSTAKA Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi KTSP. Rajawali Press.Jakarta. Sukmadinata. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosda. Bandung. Yamin, Moh. 2012. Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta.
35
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
IMPLIKASI KECERDASAN INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS 1
1
Kanaria Herwati
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI E-mail:
[email protected]
Abstrak :Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Jakarta Selatan, metode yang digunakan adalah metode survei dengan cara menyebarkan angket pada siswa kelas XI SMK Negeri Jakarta Selatan . Analisis data yang digunakan yaitu dengan mengunakan teknik regresi ganda. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh secara simultan kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Jakarta Selatan. Kata kunci: kecerdasan interpersonal, motivasi belajar, prestasi belajar IPS. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Keadaan sosial masyarakat selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dinamisasi kemajuan diberbagai bidang kehidupan harus dapat ditangkap dan diperhatikan oleh lembaga pendidikan yang kemudian menjadi bahan materi pembelajaran, sehingga bahan pelajaran secara formal dapat dituangkan dalam bentuk kurikulum. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.Melihat kondisi seperti inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam karya ilmiah ini dengan tema tentang peningkatan prestasi belajar IPS. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Prestasi Belajar IPS Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008),’’prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”. Menurut
36
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono,2006), prestasi belajar adalah kapabilitas yang dihasilkan dari kegiatan belajar yakni berupa keterampilan, pengetahuan, sikap, dan seperangkat nilai-nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik. Menurut Hamalik (2003), “belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta sustu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Selanjutnya pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Hidayati (2004), ”Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada awalnya berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat dengan nama Social Studies”. Sedangkan menurut (Fajar, 2004),” Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang di dalamnya mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan”. Menurut Nasution, (dalam Sofa, 2010),”IPS adalah sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial”. Prestasi belajar IPS menurut Poerwadarminta (2002 )adalah “Hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran IPS di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan, pengetahuan, dan keterampilan yang dikembangkan oleh guru setelah mengikuti assesment atau penilaian dan evaluasi. Penilaian dan evaluasi digunakan untuk mengukur prestasi belajar IPS siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran” Definisi Kecerdasan Interperonal Menurut Stenberg dan Slater (2002), kecerdasan adalah sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu. Kecerdasan ini dapat diukur dengan menggunakan alat yang berupa psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis. Sementara itu, Gardner berpendapat dalam bukunya yang berjudul “frames of mind: the theory of multiple intelligences (2003), bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen, yakni: 1) komponen kecerdasan lingustik-verbal, 2) kecerdasan logis-matematis, 3) kecerdasan spasial-visual, 4) kecerdasan ritmik-musik, 5) kecerdasan kinestetik, 6) kecerdasan interpersonal, dan 7) kecerdasan intrapersonal. Menurut Lwin (2008), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan memerkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak. Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan dan membangun hubungan dengan masyarakat. Anderson (dalam Safaria, 2005), mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi utama, yaitu sebagai berikut: 1. social sensitivity (sensitivitas sosial).
37
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal. Anak yang memiliki sensivitas yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif ataupun negatif. Adapun indikator dari sensivitas sosial itu sendiri menurut Safaria adalah sebagai berikut : a. Sikap empati Empati adalah pemahaman kita tentang orang lain berdasarkan sudut pandang, prespektif, kebutuhan-kebutuhan, pengalaman-pengalaman orang tersebut. Oleh sebab itu sikap empati sangat dibutuhkan di dalam proses bersosialisasi agar tercipta suatu hubungan yang saling menguntungkan dan bermakna. b. Sikap Prososial Prososial adalah tindakan moral yang harus dilakukan secara cultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati. 2. Social Insight Kemampuan seseorang untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun. Di dalamnya juga terdapat kemampuan dalam memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut.Fondasi dasar dari social insight ini adalah berkembangnya kesadaran diri anak secara baik. Kesadaran diri yang berkembang ini akan membuat anak mampu memahami keadaan dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosi-emosinya yang sedang muncul, atau menyadari penampilan cara berpakaiannya sendiri, cara berbicaranya dan intonasi suaranya. Adapun indikator dari sosial insight adalah : a. Kesadaran diri Kesadaran diri adalah mampu menyadari dan menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari keinginan-keinginannya, citacitanya, harapan-harapannya dan tujuan-tujuannya dimasa depan. Kesadaran diri ini sangat penting dimiliki oleh anak karena kesadaran diri memiliki fungsi monitoring dan fungsi kontrol dalam diri. b. Pemahaman situasi sosial dan etika sosial Dalam bertingkah laku tentunya harus diperhatikan mengenai situasi dan etika sosial. Pemahaman ini mengatur perilaku mana yang harus dilakukan dan perilaku mana yang dilarang untuk dilakukan. Aturan-aturan ini mencakup banyak hal seperti bagaimana etika dalam bertamu, berteman, makan, bermain, meminjam, minta tolong dan masih banyak hal lainnya. c. Keterampilan pemecahan masalah Dalam menghadapi konflik interpersonal, sangatlah dibutuhkan keterampilan dalam pemecahan masalah. Semakin tinggi kemampuan anak dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan di dapatkan dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut. 3. Social Communication Penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun
38
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya. Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup baik komunikasi verbal, non verbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik. Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan public speaking dan keterampilan menulis secara efektif (Anderson, 2005). a. Komunikasi efektif Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi harus dimiliki seseorang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Ada empat keterampilan berkomunikasi dasar yang perlu dilatih, yaitu memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain serta menerima diri dan orang lain. b. Mendengarkan efektif. Salah satu keterampilan komunikasi adalah keterampilan mendengarkan. Mendengarkan membutuhkan perhatian dan sikap empati, sehingga orang merasa dimengerti dan dihargai. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dinamakan kecerdasaan interpersonal adalah suatu kemampuan atau keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan. Kecerdasaan interpersonal mempunyai dimensi 1) social sensitivity (sensitivitas sosial) dengan indikator Sikap empati, dan Sikap Prososial. 2) social insight dengan indikator Kesadaran diri , Pemahaman situasi sosial dan etika sosial, dan Keterampilan pemecahan masalah. 3) social communication dengan indikator Komunikasi efektif dan Mendengarkan efektif. Definisi Motivasi Belajar Woodwort (2005:32) mengatakan “A motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”. Suatu motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2007) yang dimaksud dengan motivasi berarti menggerakkan atau yang membangkitkan. Dari arti kata secara etimologi ini dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang bersifat nyata atau tidak nyata dapat menggerakkan sesuatu yang lainnya, maka disebut motivasi. Dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Dari hasil penelitiannya Kenneth H. Hoover (dalam Hamalik, 2005) mengemukakan sejumlah prinsip sebagai berikut: 1. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai hasil kerja yang telah dilakukan. Oleh karena itu, memberikan pujian akan lebih efektif untuk membangkitkan motivasi belajar. 2. Para peserta didik memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. Peserta didik berbeda-beda dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut. Bagi peserta didik yang dapat memenuhi kebutuhannya
39
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
secara efektif nelalui kegiatan belajar sedikit memerlukan bantuan dibandingkan dengan peserta didik yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya itu. 3. Dorongan yang muncul dari dalam diri, lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar, dalam menggerakkan motivasi belajar peserta didik. 4. Tindakan-tindakan atau respons peserta didik yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar. Penguatan itu sangat penting artinya untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik melalui penguatan peserta didik akan merespons ulang setiap kali muncul stimulus. 5. Motivasi mudah menular kepada orang lain. Guru yang mengajar penuh antusias dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mendorong kepada temannya yang lain untuk meningkatkan motivasi belajarnya. 6. Pemahaman peserta didik yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik tahu arah dan tujuan pembelajaran. 7. Minat peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. Guru perlu mempertimbangkan pemberian tugas yang sesuai dengan minat peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa terpaksa untuk mengerjakannya. 8. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadang-kadang diperlukan untuk merangsang minar belajar peserta didik. Guru perlu memberikan penghargaan yang wajar sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 9. Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Guru perlu memahami dan mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ia capai. 10. Minat khusus yang dimiliki peserta didik akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. 11. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat peserta didik yang tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk peserta didim yang tergolong cepat belajar. Dalam mengembangkan berbagai teknik untuk merangsang minat belajar peserta didik, guru perlu memerhatikan kondisi peserta didik. 12. Tidak semua kecemasan berdampak negatife terhadap motivasi belajar peserta didik. Kecemasan dan frustasi yang berkadar lemah justru dapat membangkitkan motiovasi belajar peserta didik. Keadaan emosi yang lemah dapat membuat peserta didik lebih energik dalam menyelesaikan tugas. Guru hendaknya memerhatikan keadaan semacam ini supaya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. 13. Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang berat dapat menyebabkan kesulitan peserta didik dalam belajar. 14. Tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan frustasi pada peserta didik, bahkan dapat mengakibatkan munculnya efek-efek negatif, seperti munculnya perbuatan menyimpang (menyontek atau mencontoh). Oleh
40
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
sebab itu, guru perlu mempertibangkan setiap tugas yang diberikan kepada peserta didik. 15. Setiap peserta didik memiliki kadar emosi yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang bertambah giat belajar setelah mengalami kegagalan, dan sebaliknya ada peserta didik yang justru semakin tenggelam disebabkan kegagalan. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan motivasi peserta didik guru perlu membina stabilitas emosi setiap peserta didik. 16. Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan pengaruh orang dewasa dalam membangkitkan motivasi bagi para remaja. Oleh sebab itu, dalam bimbingan belajar guru perlu mengarahkan pada nilainilai kelompok. 17. Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas. Oleh karena itu, setiap motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dapat diarahkan untuk membangkitkan kreatifitas peserta didik. Sesuai dengan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun luar siswa (dengan meciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analistis dengan pendekatan kuantitatif melalui regresi.Objek penelitiannya adalah peserta didik kelas XI AP di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 25, 47, dan 62 Jakarta Selatan sedangkan sampel yang digunakan 100. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumentasi dan angket. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hubungan funsional antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y dapat disajikan dalam bentuk persamaan regresi yang diperoleh sesuai perhitungan yang, yaitu 𝐘 = = -2,331+ 0,214X1 + 0,908X2. Karena nilai koefisien regresi b1 dan b2 positif yaitu 0,214 dan 0,908 sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X1 (kecerdasan interpersonal) dan X2 (Motivasi belajar ) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y (Prestasi Belajar IPS) cukup tinggi. Untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan interpersonal (X1) dan motivasi belajar (X2) secara bersama-sama dengan prestasi belajar IPS (Y) maka diperlukan uji signifikansi koefisien regresi. Persyaratan koefisien regresi signifikan adalah jika Fhitung> Ftabel. Karena nilai Fhitung = 307,638 sedangkan nilai Ftabel untuk taraf nyata = 5%, n = 100 k = 2 (dk pembilang = 3 dan dk penyebut = 97) adalah 3,11 maka Fhitung > Ftabel, yang berarti bahwa koefisien regresi tersebut signifikan atau dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas Kecerdasan Interpersonal (X 1) dan Motivasi Belajar (X2) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Prestasi Belajar IPS (Y). Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi ganda antara variabel bebas X1 (Kecerdasan Interpersonal) dan X2 (motivasi belajar) dengan variabel
41
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
terikat Y (Prestasi Belajar IPS) adalah sebesar 0,929, maka menurut kriteria yang ada menunjukkan bahwa hubungan ketiga variabel tersebut adalah kuat. Sedangkan r2 adalah 0,864 dan koefisien determinasi sebesar 86,4% menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar mempengaruhi pretasi belajar IPS adalah sebesar 86,4%, sisanya 13,6% karena pengaruh faktor lain. Persyaratan koefisien signifikan adalah jika thitung> ttabel , dimana nilai t hitung = 2,805 dan t tabel = 1,98 maka terbukti bahwa koefisien korelasi ganda tersebut signifikan (berarti). Dengan kata lain benar bahwa variabel bebas X 1 (Kecerdasan Interpersonal) dan X2 (motivasi belajar) secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel terikat Y (Prestasi Belajar IPS Setelah diketahui hasil penelitian yang telah disampaikan diatas, maka diketahui: 1. Terdapat pengaruh secara simultan antara kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS di SMK Jakarta Selatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsuri dan Ghullam Hamdu bahwa kecerdasn dan motivasi adalah dua variabel yang menentukan besarnya prestasi belajar peserta didik sehingga dengan adanya kecerdasan interpresonal dan motivasi yang tinggi dalam belajar, maka prestasi peserta didik khususnya ketika mengikuti pelajaran IPS di SMK Negeri Jakarta selatan. 2. Terdapat pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap prestasi belajar IPS di SMK Jakarta selatan hal ini senada dengan hasil penelitian Syamsuri dari STAIN Sumenep yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Interpersonal terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs. Nurulhuda Pakandangan Barat Kec. Bluto Kab. Sumenep Tahun Pelajaran 2009/2010. Dimana hasilnya menujukan bahwa keceerdasan interpersonal berpengaruh terhadap prestassi belajar siswa. Dari hasil penelitian dan penelitian yang relevan jelas terlihat bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah berdasarkan kecerdasan interpersonal dari peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran . kecerdasan interpersonal yang baik akan memningkatkan prestasi belajar yang tinggi. 3. Terdapat pengaruh antara motivasi belajar dengan prestasi mata pelajaran IPS di SMK Negeri Jakarta Selatan. Hal ini sesuai dengan penelitin yang dilakukan oleh Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Jurnal Penelitian Pendidika Vol. 12 No. 1, April 2011pengaruh motivasi belajar siswa terhadap pestasi belajar IPA di sekolah dasar (studi kasus terhadap siswa kelas IV SDN Tarumanagara kecamatan Tawang kota Tasikmalaya). Apun hasil penelitiaya yaitu terdapat pengaruh antara motivasi dengan prestasi belajar. Hal ini menunjukan bahwa Motivasi adalah salah satu hal yang berpengaruh pada kesuksesan aktifitas pembelajaran siswa. Tanpa motivasi, proses pembelajaran akan sulit mencapai kesuksesan yang optimum.
42
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
SIMPULAN Terdapat pengaruh secara simultan antara kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS di SMK Jakarta Selatan. kecerdasn dan motivasi adalah dua variabel yang menentukan besarnya prestasi belajar peserta didik sehingga dengan adanya kecerdasan interpresonal dan motivasi yang tinggi dalam belajar, maka prestasi peserta didik khususnya ketika mengikuti pelajaran IPS di SMK Negeri Jakarta selatan. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta penulis mengucapkan terima kasih kepada peserta didik, guru dan KepalaSekolah Menengah Kejuruan Negeri 25, 47, dan 62Jakarta Selatan, serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. DAFTAR PUSTAKA Buku: Anderson. 2005.Introduction to Communication Theory and Practice. Cumming Public Company.Philippines. Arnie Fajar. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran IPS.Remaja Rosdakarya. Bandung. ...................Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia . PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. ...................Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Gardner, Howard. 2003. Multiple intellegences: The theory in prcice. Basic Books. New York. Hamalik, Oemar. 2003. Metode Belajar dan Kesulitan kesulitan Belajar. Tarsito. Bandung. Hidayati. 2004. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. IKIP Yogyakarta. Yogyakarta. Lwin, May. 2008. How To Multiply Your Child’s Intelligence. Indeks. Jakarta. Poerwadarminta, WJS. 2002. Kamus Umum bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Safaria. 2005. Interpersonal Intelligence. Amara Books. Yogyakarta. Stenberg and Slater. 2002. Adolescence. McGraw-Hill. New York.
43
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Woodworth dan Marquis. 2005. Psikological Intelligence.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Internet: Sofa. 2010. Pengertian, ruang lingkup, dan tujuan IPS. Diakes dari situs http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/viewFile/263/15 3 Pada Tanggal 06 Desember 2013. http://perpus.stainpamekasan.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4455 http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu1.pdf
44
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
ANALISIS PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013 DI SMAN 46 JAKARTA 1
1
Elin Karlina dan 2Iswadi
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI 2 Guru Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan SMAN 46 Jakarta E-mail :
[email protected]
Abstract :This study is aimed to analyze learning of craft and entrepreneurship by using curriculum of 2013 at SMA Negeri 46 Jakarta. The method used in this study is a qualitative case study approach,. The data collection methods used are interview, direct observation, documentation, and triangulation.The problem that will be studied is learning of craft and entrepreneurship of teachers and the tenth grade students of SMA Negeri 46 Jakartawho use the curriculum of 2013 of Academic Year in 2014/2015. The teacher uses the scientific learning of learning craft and entrepreneurship by using the process of learning as follow as: observating, asking, collecting data, associating, and communicating. The teacher uses the authentic assesment by using the obseravtion and rubric. The teache uses the project based learning to teach the students so that they are active to study craft and entrepreneuship. By using the curriculum of 2013, the tenth grade students of SMA N 46 Jakarta can use their high level thinking, competency, intelligence, and skill to explore their capabillity of creating craft and entrepreneurship. Key word : learning of craft and entrepreneurship, curriculum of 2013 PENDAHULUAN Kurikulum 2013 memposisikan mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan sebagai mata pelajaran wajib paket B yang bertujuan untuk membekali para siswa agar memiliki kreatifitas dan inovasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi perkembangan perekonomian bangsa Indonesia. Kurikulum 2013 diberlakukan karena adanya kekhawatiran pemerintah Republik Indonesia mengenai menurunnya kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia untuk bersaing dengan bangsa lain dan mengikisnya kepercayaan diri generasi bangsa untuk dapat mengembangkan diri melalui kegiatan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa Indonesia. Kurikulum 2013 juga tidak hanya membekali kecerdasaan intelektual para peserta didik untuk menyelesaikan suatu masalah, tetapi juga membekali peserta didik dengan kecerdasan spritual dan sosial yang ditambah lagi dengan kecerdasan dalam memahami suatu teori untuk diaplikasikan dalam praktek. Melalui kurikulum 2013 para peserta didik dibentuk agar memiliki kecerdasaan spritual, emosional, sosial, intelektual, dan pemahaman konsep untuk dapat menciptakan suatu prakarya dan menjadi seorang wirausahawan yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi bagi orang lain dan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan harus
45
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
mampu mengembangkan pembelajaran prakarya dan kewirausahaan agar sesuai dengan kurikulum 2013 dan menghasilkan lulusan-lulusan yang siap untuk menciptakan suatu karya yang dapat membanggakan bangsa Indonesia di mata dunia. Adanya tuntutan untuk berkembang dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang prakarya dan kewirausahaan, penulis berkeinginan untuk mengadakan studi dengan judul Analisis pembelajaran mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dengan menggunakan kurikulum 2013 di SMAN 46 Jakarta. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembelajaran mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dengan menggunakan kurikulum 2013 di SMAN 46 Jakarta. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 diterapkan dalam upaya pemerintah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk kreatif dan mampu meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk bersaing dengan negaranegara lain dalam bidang apapun. Tetapi sayangnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru di Indonesia masih berpusat pada guru sehingga keaktifan peserta didik di dalam belajar kurang dikembangkan oleh guru. Pembelajaran dikatakan berhasil untuk mengembangkan kemampuan peserta didik yaitu apabila pembelajaran tersebut mampu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik di dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Penilaian autentik sangat memungkinkan sekali bagi guru untuk menempatkan siswa sebagi pusat pembelajaran sehingga siswa akan mampu untuk menyeleseaikan masalahmasalah yang dihadapi melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Penilaian autentik juga diharapkan mampu memperbaiki mutu pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, dimana dapat kita lihat fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, banyak lulusan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang tidak mampu untuk menyelsesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan sehingga kegagalan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sangat terlihat. Dengan penilaian autentik yang dilaksanakan oleh guru diharapkan para siswa mampu untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diberikan melalui proses penyelesaian yang benar dan sistematis. Menurut Hidayat (2013), Istilah kurikulum muncul pertama kalinya dan digunakan dalam bidang olahraga. Secara etimologis curriculum yang berasal dari bahasa Yunani,yaitu curir yang artinya”pelari” dan curere yang berarti”tempat berpacu”. Jadi istilah kurikulum pada zaman Romawi kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Baru pada tahun 1985,istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan yang mengandung arti sejumlah mata pelajaran pada perguruan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pendapat kurikulum di atas mempunyai pandangan yang sempit. Hal ini dikarenakan kurikulum menurut pengertian di atas hanya menjelaskan bahwa kurikulum hanya berisi mata pelajaran yang ada di dalam sebuah institusi pendidikan.
46
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Pengertian yang luas juga dikemukakan oleh Ronal C. Doll (dalam Hidayat,2013), The commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects and courses to all the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school. George A.Beauchamp (dalam Hidayat, 2013) A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a a plan for the education of pupils during their enrollment in given school. Dari pengertian tersebut, kurikulum diartikan sebagai seperangkat dokumen yang berisi nama-nama mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa melalui proses belajar-mengajar dan berisi bagaiamana cara dan metode guru di dalam mengajar para siswa. Pendapat yang lebih luas didefinisikan oleh Undang-Undang No.20 Tahun 2003 (SISDIKNAS) pasal (1) ayat (9), Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengertian kurikulum menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 (SISDIKNAS) pasal (1) ayat (9) menggambarkan pengertian kurikulum yang lebih luas daripada pengertian-pengertian sebelumnya. Kurikulum menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 (SISDIKNAS) pasal (1) ayat (9) mendefinisikan bahwa kurikulum adalah seperangkat dokumen yang berisi tujuan, isi, strategi dan metode, serta penilaian. Tujuan adalah yang memuat tentang tujuan nasional pendidikan ditambah dengan tujuan lokal di mana sekolah tersebut berada, isi memuat nama-nama mata pelajaran yang disesuaikan dengan tingkat sekolah beserta penjelasan lainya yang terkait dengan isi kurikulum seperti pembagian waktu pembelajaran, strategi dan metode memuat cara-cara dan teknik serta prosedur yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran yang diampu oleh setiap guru, dan penilaian memuat cara-cara dan jenis-jenis penilaian yang digunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar siswa. Dari beberapa definisi di atas mengandung implikasi seperti yang dipaparkan oleh Hidayat (2013), sebagai berikut: 1. Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas,tidak hanya sekedar mata pelajaran (courses) tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggungjawab sekolah. 2. Tidak ada pemisahan antara kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler. Semuanya sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. 3. Pelaksanaan kurikulum tidak dibatasi hanya pada keempat dinding kelas saja,melainkan dilaksanakan di dalam dan diluar kelas sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang hendak dicapai. 4. Faktor siswa menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran. Dimungkinkan guru menggunakan berbagai media pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
47
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
5. Tujuan pendidikan bukan menyampaikan mata pelajaran (courses) melainkan pengembangan pribadi siswa dan belajar cara hidup dalam masyarakat atau pembinaan pribadi siswa secara utuh, dan ini dicapai melalui kurikulum sekolah/madrasah. Dapat disintesiskan bahwa kurikulum adalah dokumen yang berisi tujuan pendidikan yang diharapkan, isi dari kurikulum yang berisi mata pelajaran dan lain-lain yang terkait dengan isi yang akan dilaksanakan oleh kepala sekolah, guru, siswa, dan pihak-pihak lainya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan, dan evaluasi yang diterapkan. Di dalam kurikulum tidak boleh dikurangi oleh pelaksana kurikulum,tetapi menambah tujuan,isi,strategi dan metode pembelajaran, dan evaluasi yang digunakan selama masih sesuai dengan tujuan pengembangan kurikulum yang sedang dikembangkan maka boleh dilakukan. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya, dan bagaimana cara dan jenis penilaian apa yang sesuai dengan tujuan, isi, dan startegi dan metode yang ada dikurikulum, namun persoalan tersebut bukanlah persoalan yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai, sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem dan kebutuhan masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa kita pada persoalan menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses pengembangan kurikulum. Proses pengembangan berbeda dengan perubahan dan pembinaan kurikulum. Perubahan kurikulum adalah kegiatan atau proses yang disengaja manakala berdasarkan hasil evaluasi ada salah satu atau kompnen yang harus diperbaiki atau diubah sedangkan pembinaan adalah proses untuk mempertahankan dan meyempurnakan kurikulum yang sedang dilaksanakan. Dengan demikian pengembangan menunjuk proses merancang dan pembinaan adalah implementasi-implementasi dari hasil pembinaan. Oleh sebab itu, pengembangan dan pembinaan kurikulum merupakan dua kegiatan yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Hidayat (2013) menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang menjadi faktor perlunya pengembangan kurikulum 2013 sebagai berikut: 1. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran. 2. Kecenderungan akhir-akhir ini banyak Negara menambah jam pelajaran (KIPP= Knowledge is power program dan MELT = Massachusettes Extended Learning Time di AS, Korea Selatan). 3. Perbandingan dengan Negara-Negara lain menunjukan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat. 4. Pembelajaran di Finlandia relatif singkat,karena didukung dengan pembelajaran tutorial. Penilaian hasil belajar siswa berkembang sesuai dengan tujuan kurikulum yang sedang dikembangkan. Oleh karena itu, di bawah ini disajikan beberapa penilaian berbasis kurikulum 2013 beserta pengertianya: 1. Tugas dan rubrik
48
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Tugas dikatakan sebagai task dengan kriteria penilaiannya berupa rubrik. Bentuk-bentuk tugas dapat berupa suatu proyek,pameran,portofolio, atau tugas yang mengharuskan pebelajar memperlihatkan kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan dan ketrampilan nyata. 2. Log dan jurnal Johnson & Johnson dalam Rasyid dan Mansur, (2007), log dan jurnal belajar merupakan sarana kunci bagi pebelajar untuk mendokumentasikan dan merefleksikan pengalaman belajarnya. Log dan jurnal digunakan pebelajar untuk membuat laporan pribadi (self-report) yang isinya memuat catatan ringkas tentang materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Hal-hal yang dimasukan dalam log antara lain mencakup materi pelajaran tentang: 1) apa yang sudah dibaca,2) hasil pengamatan dari kegiatan percobaan, 3) pemecahan masalah yang matematis, 4) daftar bacaan yang telah dibaca di luar yang dipersyaratkan, 5) pekerjaan rumah yang telah diselesaikan, 6) atau catatan tentang seseatu yang lain karena pinjam-meminjam. 3. Penilaian diri sendiri Rasyid dan Mansur, (2007), Penilaian diri merupakan peranti yang andal yang dapat membantu siswa untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang perlu mereka lakukan untuk meningkatkan prestasi mereka. Disintesiskan bahwa penilaian diri dapat digunakan oleh siswa untuk mendeteksi kekurangan-kekurangan apa yang dialami oleh siswa itu sendiri di dalam belajar sehingga siswa tersebut dapat mencari solusi-solusi untuk memecahkan masalah-masalah di dalam belajarnya. 4. Penilaian teman sejawat Rasyid dan Mansur, (2007), salah satu keuntungan dari penilaian teman adalah turut serta membangun personaliti dan sifat sosial siswa. 5. Observasi Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahanbahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Kurikulum 2013 wajib menggunakan pendekatan scientific learning di mana, sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu: materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata., Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
49
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Adapun penjelasan dari pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pengertian Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Menurut Nurhayati, dkk (2013), pada kurikulum 2013, pendidikan prakarya dan kewirausahaan diajarkan kepada semua siswa SMA, MA, dan SMK. Adapun tujuan dari mata pelajaran ini adalah untuk menumbuhkan semangat berwirausaha sejak dini. Mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dapat digolongkan ke dalam pengetahuan transcience-knowledge, yaitu mengembangkan pengetahuan dan melatih keterampilan kecakapan hidup berbasis seni, tekniologi, dan ekonomis. Pembelajaran ini berawal dengan melatih kemampuan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide dan gagasan agar menyenangkan orang lain. Dan dirasionalisasikan secara teknologis sehingga keterampilan tersebut bermuaraapresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis, dan aplikatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem, manajemean,dan ekonomis (Kemendikbud, 2014). Menurut Nurhayati, dkk (2013), kata wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneurship, kata tersebut berasal dari bahasa Prancis entrepreneur yang berarti bertanggungjawab. Wirausahawan adalah orang yang bertanggungjawab dalam menyusun,mengelola, dan mengukur resiko suatu bisnis. Kewirausahaan adalah proses penciptaan seseatu yang baru(kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi). Pengertian Pembelajaran dan Belajar Susilana dan Riyana (2007), pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Dimyati dan Mudjiono (dalam Sutikno, 2007), pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Sadiman (dalam sutikno,
50
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
2007), pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Dapat disintesiskan pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif pembelajar agar berkembang dengan baik dan kegiatan ini secara sistematis dan terencana. Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Di dalam proses belajar tersebut interaksi antara peserta didik dengan pendidik sumber belajar harus menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang positif bagi peserta didik. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa agar guru dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi para siswa. Menurut Hilgard dalam Nasution, “Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the labolatory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Dari penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang berisi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mengubah para pelajar yang tidak tahu agar menjadi tahu. Para pengajar harus menyiapkan prosedur atau langkah-langkah yang tepat di dalam proses belajar, supaya proses belajar tesebut menghasilkan sebuah perubahan tingkah laku para pelajar yang positif. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penetian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan studi kasus,alat pengumpulan data yang digunakan berupa interview dengan guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan, observasi langsung dengan guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dan para peserta didik, dokumentasi, dan triangulasi. Masalah yang diteliti adalah pembelajaran mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di Kelas X SMA N 46 Jakarta yang menggunakan kurikulum 2013 pada guru dan peserta didik kelas X tahun pelajaran 2014/2015. HASIL DAN PEMBAHASAN Guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMAN 46 Jakarta telah mengimplementasikan kurikulum 2013 yaitu dengan menggunakan pendekatan scientific learningdalam kegiatan belajar dan pembelajaran mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan. Adapun metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode pembelajaran berbasis proyek, yaitu dengan mamaksimalkan dua kali pertemuan untuk membuat hasil prakarya dari bahan kain perca untuk dibuat menjadi suatu produk yaitu berupa bross. Di dalam melakukan penilaian hasil belajar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan guru menggunakan penilaian autentik yaitu dengan lembar obsevasi dengan rubrik. Pendekatan scientific laearning yang digunakan oleh guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan ini membuat para peserta didik menjadi berminat dan termotivasi untuk belajar prakarya dan kewirausahaan. hal ini di karenakan para peserta didik diberikan kesempatan untuk berkreasi dan mengembangkan kemampuannya baik secara afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Selain itu,
51
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan ini mengajarkan para peserta didik untuk pantang menyerah, mandiri, kreatif dan inovatif serta mampu membaca peluang dengan baik, karena pada mata pelajaran kewirausahaan ini para peserta didik diajarkan untuk mengembangkan ide melalui konsep kewirausahaan serta para peserta didik juga diajarkan mengenai bagaimana membuat suatu prakarya menjadi bernilai ekonomis. Agar mudah memberikan pemahaman kepada para peserta didik dan supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka guru menggunakan media pembelajaran berupa infocus, laptop, video, gambar-gambar dan sumber belajar yang digunakan yaitu buku-buku tentang kewirausahaan, prakarya dan kewirausahaan, serta internet. Adapun strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan yaitu menggunakan strategi yang dapat membuat para peserta didik aktif dan inovatif, yaitu dengan memberikan motivasi belajar serta melibatkan semua peserta didik untuk saling berdiskusi dan tentunya memberikan kesempatan pada para peserta didik untuk praktek membuat prakarya dan kewira usahaan sesuai dengan ide, kreasi dan inovasi mereka dalam membuat hasil jadi yang nantinya hasil dari praktek prakarya tersebut akan ditunjukkan dilingkungan sekolah atau pun di luar sekolah supaya para peserta didik merasa bangga dengan hasil karya yang sudah mereka buat. Kegiatan pembalajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan scientific learning ternyata sangat efektif dan efisien serta produktif karena waktu belajar menjadi tidak terasa, para siswa sangat tertarik dan antusias sehingga menghilangkan kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik dimanadi dalam kurikulum 2013, guru harus mampu memberikan motivasi belajar kepada para peserta didik yang diawali dengan membuka pelajaran. Guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMAN 46 Jakarta memiliki kamampuan dalam membuka pelajaran dengan sangat baik karena di awal pembelajaran guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru memberi salam dan menyuruh siswa untuk berdoa. 2. Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai. 4. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas pada pertemuan ini. Pendekatan scientific learningyang digunakan guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan sangat baik karena dalam hal ini guru membagi kelas dalam kelompok belajar di mana kelompok belajar tersebut akan melakukan aktivitas pembelajaran seperti di bawah ini: 1. Mengamati: Melakukan pengamatan dengan cara menonton dan menyimak video tentang pengetahuan kerajinan tekstil, jenis bahan dasar, alat, teknik, prosedur pembuatan karya, dan penyajian/pengemasan produk kerajinan tekstil agar terbangun rasa ingin tahu dan menunjukkan motivasi internal. 2. Menanya: a. Melakukan diskusi tentang aneka karya yang berkaitan dengan fungsi karya, bahan dasar, alat, teknik, dan prosedur pembuatan kerajinan tekstil
52
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
agar terbangun rasa ingin tahu sehingga dapat mensyukuri anugerah Tuhan. b. Menggali informasi yang berkaitan dengan kerajinan tekstil dan usaha kerajinan tekstil yang berkembang di wilayah setempat. 3. Mengumpulkan Data Melakukan kegiatan observasi dengan teknik wawancara tentang pengetahuan motif ragam hias daerah, bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan karya kerajinan tekstil serta tentang keberhasilan dan kegagalan wirausaha kerajinan tekstil yang ada di wilayah setempat agar terbangun rasaingin tahu, bersikap santun, bangga/cinta tanah air dan bersyukur sebagai warga bangsa. 4. Mengasosiasi a. Menyimpulkan dan membuat laporan hasil pengamatan/kajian literatur tentang pengetahuan, bahan, alat , teknik, dan proses yang digunakan pada pembuatan karya kerajinan tekstil yang ada dilingkungan wilayah setempat atau nusantara. b. Merekonstruksi model karya kerajinan tekstil dan mengidentifikasi bahan yang digunakannya untuk melatih rasa ingin tahu, ketelitian, dan rasa syukur terhadap anugerah kepandaian dari Tuhan yang diberikan oleh pengrajin c. Melakukan ekprerimen terhadap berbagai bahan dan teknik yang akan digunakan sebagai karya dan menampilkan semua hasil temuan dalam buku rancangan (ditempel dan diberi komentar, peserta didik, kawan, dan guru). d. Membuat rancangan gagasan dalam bentuk gambar skets/tertulis untuk kegiatan pembuatan karya kerajinan tekstil dan pengemasannya berdasarkan orisinalitas ide yang jujur, sikap percaya diri dan mandiri. e. Membuat karya kerajinan tekstil dan pengemasannya dengan cara/teknik dan prosedur yang tepat dengan menunjukkan bekerjasama, gotong royong, bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif, dan inovatif serta memperhatikan kerapihan dan kebersihan lingkungannya. 5. Mengkomunikasikan a. Melakukan konsultasi dalam berkarya dengan guru sebagai sumber belajar lainnya terhadap rencana karya yang akan dibuat. b. Mengevaluasi/menguji hasil pembuatan karya kerajinan tekstil untuk memperlihatkan kejujuran dalam berkarya. c. Membuat laporan portofolio dalam berbagai bentuk seperti tulisan, foto dan gambar yang mendeskripsikan pengetahuan,bahan, alat, teknik, dan proses pembuatan karya dan pengemasannya dengan tampilan menarik terhadap karya kerajinan tekstil yang dibuatnya sebagai pemahaman akan pengetahuan/ konseptual dan prosedural, serta mempresentasikan di kelas Hal terakhir yang dilakukan guru adalah menutup proses kegiatan pembelajaran dengan melakukan langkah sebagai berikut : 1. Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran. 2. Guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
53
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
3. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 4. Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk tugas kelompok dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 5. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Berdasarkan hasil triangulasi yang dilakukan oleh peneliti, maka hasil interview dengan guru sesuai dengan hasil obsevasi dan dokumentasi guru dan peserta didik disaat melakukan kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan, yaitu terciptanyakegiatan proses belajar dan pembelajaran mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMAN 46 Jakarta sesuai dengan kurikum 2013. Hal ini dikarenakan guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMAN 46 Jakarta menggunkan pendekatan scientific learning, metode pembelajaran berbasis proyek dan menggunakanpenilaian autentik dengan menggunakan lembar observasi dan rubrik dimana ketiga faktor tersebut merupakan ciri khas dari pengimplematasian kurikulum 2013. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan yang baik ini, kami sebagai peneliti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerja sama terutama kepada kepala sekolah dan civitas akademika SMAN 46 Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Rosda. Jakarta. Kemendikbud. 2014. Prakarya Dan Kewirausahaan: Buku Guru Kelas X SMA/MA/SMK/MAK. Cetakan kesatu. Jakarta. Nurhayati, Nunung dkk. 2013. Prakarya Dan Kewirausahan Untuk SMAMA/SMK kekas X. Yrama Widya. Bandung. Rasyid, Harun dan Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Wacana Prima. Bandung. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta. Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran.Wacana Prima. Bandung. Sutikno, M. Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif Dan Bermakna. NTP Press. Mataram. ........................Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003.Tentang Sistem Pendididkan Nasional Pasal (1) Ayat (9).Diknas. Jakarta.
54
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
KEMAMPUAN MENYUSUN ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR DITINJAU DARI DISIPLIN GURU DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SMK SWASTA DI JAKARTA SELATAN 1
1
Fadli Rasam
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI Email:
[email protected]
Abstract : This research aims to discover and analyze empirically ability to prepare an evaluation tool of learning outcomes in terms of teacher discipline and achievement motivation. Affordable population in this study was the teachers of social studies in the schools wich amoun to N=135 and selected a random sampel n=30 teachers of social science. Research method used was a survey with correlation and regression analysis. Data obtained from the questionnaires to the respondents, the discipline teacher professional achievement motivation and the ability to prepare an evaluation tool of learning outcomes. Results show there are significant teacher discipline and achievement motivation are together on the ability of crafting tools evaluation of learning outcomes in social sciences fields of study. This can be proved by calculating the value of f = 5.986 and sig. 0.007 < 0.05. Then there is also a disciplinary effect on the ability of teachers (X1) prepare an evaluation tool and significant learning outcomes (Y) this can be proven with t count = 2.411 and sig. = 0.023 < 0.05. Furthermore, there is no significant effect of achievement motivation (X2) on the ability of crafting tools evaluation of learning outcomes (Y). This can be proved t = 1.577 and sig. = 0.126> 0.05. Key words: ability to prepare an evaluation tool of learning outcomes, teacher discipline, achievement motivation PENDAHULUAN Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Berdasarkan pengertian diatas maka guru sebagai tenaga profesional dituntut menjadi manusia yang berdedikasi tinggi, setia terhadap pekerjaan, berkemauan keras, memiliki etos kerja yang tinggi, berdisiplin dan bermotivasi tinggi yang dapat mendukung berhasilnya tujuan pendidikan nasional. Dan pada akhirnya kualitas sumber daya manusia menjadi berkualitas. Bagi sekolah, guru sudah seharusnya jika memiliki sikap baik, berwibawa, berdaya guna, bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya untuk mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
55
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Menurut Singodimejo (Edy, 2011) mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan. Bagi guru disiplin bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam mendidik namun memiliki motivasi berprestasi juga penting. Motivasi berpretasi akan senantiasa melakukan peningkatan kemampuannya secara terus menerus dalam melakukan pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Bagi guru yang memiliki motivasi berprestasi dalam melakukan pembelajaran yang kreatif dan inovatif maupun dalam peningkatan wawasan dan keilmuan yang berkelanjutan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari motivasi guru dalam menciptakan prestasi. Artinya, bagi guru yang memiliki motivasi berprestasi, dia akan berusaha untuk menciptakan sistem pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dan akan senantiasa meningkatkan kemampuan dan wawasan dalam bidang pendidikan. Menurut Mc Clelland, dalam Handoko (2003), menyatakan motivasi manusia dibagi ke dalam tiga kebutuhan utama, yaitu: Kebutuhan untuk berprestasi (Need for achievement), Kebutuhan untuk berkuasa (Need for power) dan Kebutuhan untuk berafiliasi (Need for affiliation). Pokok penting dari masingmasing kebutuhan berbeda untuk tiap-tiap individu dan juga tergantung pada latar belakang kultur masing-masing individu. Ia juga menyatakan bahwa motivasi yang komplek ini adalah suatu faktor penting didalam perubahan sosial dan evolusi di dalam kemasyarakatan. Dalam mencapai prestasi guru harus membekali diri dengan pengetahuan dan kemampuan yang terus-menerus dikembangkan satu diantaranya adalah kemampuan menyusun alat evaluasi. Arikunto (2009) menyatakan “Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Alat evaluasi dikenal juga dengan instrumen evaluasi. Dengan pengertian tersebut alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi”. Dari pengertian diatas maka alat evaluasi menjadi penting bagi guru untuk dilaksanakan sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar disekolah. Guru yang mempunyai peranan sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, maka guru itu sendiri perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya serta perlu meningkatkan motivasi belajarnya dan berusaha untuk melakukan pembaharuan dan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, terutama perbaikan terhadap penegtahuan tentang evaluasi belajar. Pendidikan dapat berhasil apabila guru memiliki motivasi belajar, dedikasi dan disiplin dalam bekerja. TINJAUAN PUSTAKA Alat Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi adalah penaksiran pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dari
56
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
pengertian ini tujuan evaluasi ialah untuk mendapatkan ukuran yang menunjukkan tingkat kemampuan dan keberhasilan para siswa dalam mencapai tujuan. (Ngalim: 2002). Perkiraan atau keputusan yang didasarkan atas pengukuran atribut-atribut tersebut kemudian menentukan tingkat penguasaan peserta didik atau keberhasilan mengajar seorang guru, setelah dibandingkan dengan beberapa patokan atau harapan-harapan. (Arikunto, 2009). Pengelola kegiatan belajar mengajar dituntut memiliki kompetensi khusus yang mencerminkan keahliannya sesuai dengan profesi dan kewenangannya. Evaluasi adalah sarana untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan dan proses pengembangan ilmu sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain dapat dikatakan: apakah ada hubungan timbal balik antara evaluasi, tujuan pendidikan dan proses belajar mengajar, yang satu sama lain menunjukkan ikatan mata rantai yang tidak mungkin dapat diputuskan. Atas dasar uraian tersebut diatas, jelas bagi kita bahwa pengukuran hasil mengajar adalah : 1. Kegiatan untuk mengetahui status kecakapan belajar peserta didik dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan tujuan yang akan di ukur. 2. Usaha untuk meneliti hasil belajar peserta didik sebagai akibat kegiatan belajar dalam batas waktu tertentu. 3. Usaha menaksir pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam penyelesaian bahan belajar yang telah ditetapkan Dari uraian tentang pengertian alat evaluasi hasil belajar, maka dapat dibuat sisntesa bahwa yang dimaksud dengan tingkat kemampuan guru dalam menyusun alat evaluasi hasil belajar adalah kemampuan guru dalam menyusun perangkat tes yang berupa sekumpulan soal. Adapun indikator untuk mengukur kemampuan tersebut adalah beberapa aspek pedagogis maupun akademis guru, yaitu aspek kemampuan dalam mengelola pembelajaran di kelas, aspek pengembangan diri dan aspek penguasaan akademik. Disiplin Profesi Guru Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan aman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Menurut pendapat Sastrohadiwiryo (2003) disiplin kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Siagian (2008) menjelaskan disiplin merupakan tindakan untuk mendorong seseorang memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Disiplin kerja adalah menerapkan dengan sungguh-sungguh kode etik individu sebagai suatu profesi. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa, disiplin kerja merupakan suatu sikap dan prilaku yang berniat untuk metaati segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan dengan peraturan organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
57
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Profesi Guru Profesional berasal dari kata sifat yang berarti sangat mampu melakukan suatu pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional kurang lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesinya seperti pencaharian. Menurut pendapat (Wirawan, 2002) profesional adalah orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal S1 dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi. Dalam melaksanakan profesinya, profesional harus mengacu pada standar profesi. Standar profesi adalah prosedur dan normanorma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar keluaran kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi. Aidin Adlan (2011) mengemukakan bahwa dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian yaitu: (1) kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual, seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu, (2) Kompetensi afektif, yaitu kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas profesinya, seperti menghargai pekerjaannya, mencintai mata pelajaran yang dibinanya, dan (3) kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan pengertian disiplin profesi guru adalah mengarahkan tingkah lakunya sesuai dengan kebutuhannya dan selaras kaidah, norma tingkah laku, baik pengaruh dari dirinya sendiri maupun dari luar (lingkungan pendidikan dan masayarakat). Dapat juga didefinisikan bahwa pengertian disiplin profesi guru adalah Suatu tindakan berupa tingkah laku yang terorganisisr secara ajeg dan bertahan, memiliki motif, keadaan emosional, proses kognitif untuk memberikan respon terhadap dunia luar sesuai dengan keinginan diri sendiri dan kesediaannya untuk memenuhi praturan-peraturan serta laranganlarangan dalam melaksanakan pekerjaan yang dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, tanggungjawab, serta kesetiaan. Deskripsi Motivasi Berprestasi Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Adair (2008) lebih jauh menjelaskan bahwa setiap orang yang memiliki motivasi yang baik memiliki prestasi yang baik pula dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki motivasi. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan dapat mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku. Menurut konsep (Sudrajat, 2008) motivasi sebagai pembangkit perilaku mempunyai 3 karakteristik, yaitu : (a) intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu;
58
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
dan (c) persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terusmenerus. www.wijayalabs.wordpress.com Mangkunegara (2002) mengungkapkan beberapa karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi. Karakteristik tersebut sebagai berikut : 1. memiliki tingkat tanggung jawab yang tinggi; 2. berani mengambil dan memikul risiko; 3. memiliki tujuan yang realistik; 4. memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan; 5. memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan; 6. mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan; 7. melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya; 8. melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan; 9. menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan; 10. berkeinginan menjadi orang terkenal atau menguasai bidang tertentu; 11. melakukan pekerjaan yang sukar dengan hasil yang memuaskan; 12. mengerjakan sesuatu yang sangat berarti; 13. melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain; dan 14. berkeinginan menulis sesuatu yang bermutu. Keempat belas karakteristik tersebut dapat disederhanakan menjadi: 1. memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi; 2. memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berusaha merealisasikannya; 3. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapinya dengan hasil yang memuaskan; 4. memiliki keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu. Berdasarkan uraian teoritik di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi guru adalah suatu dorongan yang dimulai dari adanya kebutuhan guru yang menyebabkan timbulnya keinginan dan kreasi. Motivasi tersebut berfungsi mengaktifkan, mengarahkan, dan mengulang perilaku positif guru dalam mengatasi dan memenuhi kebutuhan yang menyebabkan munculnya dorongan pada diri guru untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebaik dan seoptimal mungkin. Indikator dari motivasi berprestasi yaitu 1) memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi; 2) memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berusaha merealisasikannya; 3) memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapinya dengan hasil yang memuaskan. 4) memiliki keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan teknik regresi linear ganda. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat, yaitu tingkat kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar (Y) dan dua variabel bebas, yaitu disiplin guru (X1), dan motivasi berprestasi (X2), maka model
59
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
konstelasi hubungan antar variabel dalam penelitian ini ada pada gambar 1: konstelasi hubungan antar variabel penelitian.
ε X1
Y
X2
Gambar 1. : Konstelasi hubungan antar variabel penelitian
Keterangan : Variabel Bebas (X1) Variabel Bebas (X2) Variabel Terikat (Y)
: Disiplin guru : Motivasi berprestasi : Tingkat kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar IPS. : Variabel lain yang tidak diteliti
ε
Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada SMK Swasta di Kotamadya Jakarta Selatan tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah populasi sebanyak 135 orang guru. Mengingat jumlah anggota populasi tidak terlalu banyak, yaitu 135 guru yang tersebar pada 114 sekolah, maka anggota sampel diambil sebanyak 25% dari populasi dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 30 orang yang diambil secara proporsional, sedangkan pemilihan anggota sampel yang mewakili setiap sekolah dipilih secara acak. Hasil uji validasi dan reliabilitas masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 1. Ringkasan instrument. Tabel 1. Ringkasan instrument
No.
1.
2.
3.
Variabel
Jenis Instrumen Angket
Jumlah Sebelu m Uji 30
Jumlah Setelah Uji 12
Kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar Disiplin Guru
Angket
26
Motivasi Berprestasi
Angket
35
Reliabilitas Validitas
0,9215
Rata-rata > 0,45
12
0,9438
Rata-rata > 0, 71
24
0,9438
Rata-rata > 0,81
Sumber: Diolah Penulis (2014)
Hasil uji persyaratan data masing-masing variabel normal dan linear, dapat dilihat pada tabel 2. Ringkasan hasil uji persyaratan data.
60
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Tabel 2. ringkasan hasil uji persyaratan data
No 1.
Variabel
Uji Normalitas
2.
Kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar Disiplin Guru
3.
Motivasi Berprestasi
Uji Linearitas
0,200 0,200 0,052
0,009 0,033
Simpulan Normal linear
dan
Normal linear Normal linear
dan dan
Sumber: Diolah Penulis (2014)
HASIL 1. Terdapat pengaruh disiplin guru dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar IPS yang dibuktikan dengan nilai F hitung > F tabel (5,986 >3,35) atau nilai sig 0,007 < 0,05. 2. Terdapat pengaruh disiplin guru terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar IPS yang dibuktikan dengan nilai t hitung > t tabel (2,411 > 1,701) atau nilai sig. 0,023< 0,05. 3. Tidak terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar IPS yang dibuktikan dengan nilai t hitung > t tabel (1,577 < 1,701) atau nilai sig. 0,126 > 0,05. 4. Persamaan garis regresi linear berganda Y = 20,705 + 0,477 X1 + 0,273 X2. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa setiap peningkatan variabel X1 danX2 akan meningkatkan variabel Y dan sebaliknya setiap ada penurunan varaibel X1 danX2 akan menurunkan variabel Y. 5. Variabel X1 danX2 memberikan kontribusi sebesar 30,7% terhadap variabel Y dan sisanya sebesar 69,3% dipengaruhi variabel lain. Hasil ringkasan penelitian dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Ringkasan analisis regresi linear berganda
No.
Variabel
1
X1, X2 atas Y
2 3
X1 atas Y X2 atas Y
Persamaan Regresi Ŷ= 20,705 + 0,477 X1 + 0,273 X2.
Pengaruh bersama 30,7 %
F hitung
thitung
5.986
2.411 1.577
Sumber: Diolah Penulis (2014)
PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan adanya: (1) Pengaruh Disiplin Guru dan Motivasi Berprestasi secara Bersama-sama Terhadap Kemampuan Menyusun Alat Evaluasi Hasil Belajar IPS. (2) pengaruh disiplin guru secara partial terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar IPS. (3) tidak ada pengaruh motivasi berprestasi secara partial terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar IPS.
61
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Menurut sintesis teori yang ada di BAB II, disiplin profesi guru adalah mengarahkan tingkah lakunya sesuai dengan kebutuhannya dan selaras kaidah, norma tingkah laku, baik pengaruh dari dirinya sendiri maupun dari luar (lingkungan pendidikan dan masayarakat). Dapat juga didefinisikan bahwa pengertian disiplin profesi guru adalah Suatu tindakan berupa tingkah laku yang terorganisisr secara ajeg dan bertahan, memiliki motif, keadaan emosional, proses kognitif untuk memberikan respon terhadap dunia luar sesuai dengan keinginan diri sendiri dan kesediaannya untuk memenuhi praturan-peraturan serta laranganlarangan dalam melaksanakan pekerjaan yang dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, tanggungjawab, serta kesetiaan. Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimulai dari adanya kebutuhan guru yang menyebabkan timbulnya keinginan dan kreasi. Motivasi tersebut berfungsi mengaktifkan, mengarahkan, dan mengulang perilaku positif guru dalam mengatasi dan memenuhi kebutuhan yang menyebabkan munculnya dorongan pada diri guru untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebaik dan seoptimal mungkin. Sedangkan kemampuan menyusun alat evaluasi adalah kemampuan guru dalam menyusun perangkat tes yang berupa sekumpulan soal. Adapun indikator untuk mengukur kemampuan tersebut adalah beberapa aspek pedagogis maupun akademis guru, yaitu aspek kemampuan dalam mengelola pembelajaran di kelas, aspek pengembangan diri dan aspek penguasaan akademik. Disiplin profesi guru yang positif akan berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Adanya disiplin profesi guru yang meningkatkan pekerjaan dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, mengadakan model pembelajaran, peningkatan kemampuan terhadap evaluasi dan adanya dukungan dari sekolah, terbuka dan mencari informasi yang terus berkesinambungan. Jika guru memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, maka ia akan bekerja dengan cerdas, keras dan ikhlas sehingga nilai yang baik pun akan diperoleh. Jika guru memperoleh hasil yang baik atas pekerjaan yang dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh maka akan meningkatkan kemampuan dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai kemampuan menyusun alat evaluasi belajar diperlukan keinginan dan motivasi yang kuat yang haru dibangun oleh seorang guru yang mengarah pada pencapain prestasi kerja, karateristik pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minat seorang individu dan harus mempunyai kesanggupan dan berusaha mendorong dirinya sendiri untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin. Tanpa adanya motivasi untuk berpretasi dalam dirinya memungkinkan kemampuan lewat pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Pekerjaan mengajar atau mendidik yang sangat bermanfaat bagi dirinya maupun masa depan peserta didiknya. Sehingga dengan adanya manfaat dari dorongan tersebut membuat guru menjadi termotivasi untuk menunjukan pekerjaannya yang berasal dari kemampuan dan keahlian yang terus dikembangkan. SIMPULAN Berdasarkan deskripsi data penelitian dan setelah dilakukan analisis data maka dapat disimpulkan:
62
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
1. Terdapat pengaruh yang signifikan disiplin guru dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan disiplin guru terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi belajar. 3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan motivasi berprestasi terhadap kemampuan menyusun alat evaluasi hasil belajar. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di wilayah Jakarta Selatan, serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. DAFTAR PUSTAKA Buku : Adair, John. 2008. Kepemimpinan yang Memotivasi. Gramedia. Jakarta. Aidin, Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Dita Kurnia. Kudus. Anwar, Prabu Mangkunegara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosda Karya. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2009.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Handoko, Hani. 2003. Manajemen edisi 2. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Ngalim, Purwanto. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. ...............Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nasional.Sekretariat Negara. Jakarta.
Sistem
Pendidikan
Sastrohadiwiryo, S. B. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia; Pendekatan Administratif dan Operasional.Bumi Aksara. Jakarta. Siagian, Sondang. P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed. 1, Cet. 15. Bumi Aksara. Jakarta. Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Prenada Media Group. Jakarta. Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi.Yayasan & Unhamka Press. Jakarta.
63
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Internet: Akhmad Sudrajat, 2008. Metode Dan Tehnik Pembelajaran. www.wijayalabs.wordpress.com (diakses Kamis, 24 April 2014, pukul 19.00).
64
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
INDEKS PENULIS DAN ARTIKEL Research and Development Journal Of Education
Vol. 1 No.01. Oktober 2014
Penerapan Mind Mapping dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Mengajar: Studi Kasus Pada Guru Sekolah Yayasan Perguruan Darussalam, Jagakarsa Dini Amaliah, Deta Mulyani dan Nur’aeni (hal. 3-15) Analisis Penilaian Kinerja Guru Dalam Upaya Melakukan Penjaminan Mutu Guru di dalam Kelas: Studi Penelitian pada SMA/Sederajat Swasta se-Kecamatan Pasar Minggu Zainal Abidin dan Sutrisno (hal. 16-25) Efektifitas Perubahan Kurikulum terhadap Kegiatan Pembelajaran di Sekolah : Studi Kasus di SDN Ciracas 03 Pagi Fadjriah Hapsari (hal. 26-35) Implikasi Kecerdasan Interpersonal dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Di Jakarta Selatan Kanaria Herwati (hal. 36-44) Analisis Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dengan Menggunakan Kurikulum 2013 Di SMAN 46 Jakarta Elin Karlina dan Iswadi (hal. 45-54) Kemampuan Menyusun Alat Evaluasi Hasil Belajar Ditinjau dari Disiplin Guru dan Motivasi Berprestasi Pada SMK Swasta Jakarta Selatan Fadli Rasam (hal. 55-64)
65
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
PEDOMAN PENULISAN
KETENTUAN UMUM 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan. 2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat, sedangkan dua lainnya tanpa nama dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail. 3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain 4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary Research and Development Journal Of Education (RDJE) Jl. Nangka 58, TanjungBaratJagakarsa,Jakarta Selatan Tlp :021 87781300/021 7818718. Fax :021 78835283 http://www.unindra.ac.id. Email:
[email protected] [email protected]
STANDARPENULISAN 1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 1 spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan, dan bawah masing-masing 3 cm. 2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada lembar terpisah dibagian akhir naskah. 3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Roman berukuran 10 point. 4. Naskah ditulis sebanyak10 – 15 halaman termasuk gambar dan tabel. URUTANPENULISANNASKAH 1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Materi danMetode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka. 2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Masalah dan Pembahasan, UcapanTerima Kasih, dan Daftar Pustaka. 3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata. 4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis dan e- mail. 5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia 6. Abstrak mengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasilutama, dan simpulan yang ditulis dalam satu spasi. 7. Kata kunci (Key words) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.
66
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
8. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh : Umar (2006); Sugiono dkk. (2004). 9. Materi dan Metode ditulis lengkap. 10. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas. 11. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu. 12. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji. 13. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihaky ang membantu sehingga penelitian dapat dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana. 14. DaftarPustaka a. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis, tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambil artikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit, dan tempat. b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal 80%. c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada RDJE berikut ini: Jurnal Yetton, PhilipW., KimD.Johnston, and JaneF.Craig.Summer1994. “ComputerAided. Architects : A Case Study of IT and Strategic Change. ”Sloan Management Review : 57-67. Buku Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. Prentice-Hall, Ince. UK. Prosiding Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasi dengan aras urea yang berbeda. Di dalam : Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (LustrumVIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. Fakutas Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60. Artikel dalam Buku Leitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Ligninon Lipid Metabolism of The Rat. In : G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York.
67
Research and Development Journal Of Education Vol. 1 No.01. Oktober 2014
ISSN 2406-9744
Skripsi/Tesis/Disertasi Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional dan Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta. Internet Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries, Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/9760.html. Diakses 15 September 2005.
68