Prosiding PerlemuanIlmiah SainsMateri III Serpong,20 -21 Oktober 1998 Q
ISSN1410-2897
RENCA NA PENYEDIAN TENAGA LISTRIK
PLN
Eden N apitupulu Direktur Divisi Perencanaan PT. PLN (persero)Pusat,Jakarta
ABSTRAK RENCANA PENYEDJAN TENAGA LISTRIK PLN. Makalah ini disusun sebagai tinjauan terhadap perencanaan tenaga listrik di Indonesia hingga tahun 2003 dengan telah mempertimbangkan kondisi perekonomian hingga akhir semesterII 1998. Sedangkan prediksi perekonomian masa mendatang didasarkan pada asumsi makro ekonomi yang disampaikan sewaktu peluncuran Kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan pada akhir Agustus 1998 yang lalu. Krisis ekonomi telah mendorong Pemerintah untuk lebih mempercepat proses restrukturisasi sektor ketenagalistrikan, yaitu beralih dari regulated sector ke competitivepower market,yang secaratentatif akan dimulai bertahapberupa simplified energy bidding pada tahun 1999 hingga tahapankompetisi penuh di tingkat retailer pada tahun 2006. Dengan menggunakan simulasi dynamic programing pada regulated sector telah disusun perencanaanpenyediaantenaga listrik untuk seluruh Indonesia sampai dengan tahun 2003.Pada sektor ketenagalistrikanyang berorientasi pasarbebastidak akan ada lagi perencanaanketenagalistrikan yang terpusatkarena arah perkembangan sistem akan dipicu keseimbangansupply and demand dengan penekanan kepada kesehatan aspek finansial dari para pelaku sektor tersebut.
PENDAHULUAN Adanya krisis moDelerdi Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 telah membuatpenunll1an pertumbuhan ekonomi yang drastis, yaitu dari rata-rata sebesar7, 1%pertahun selama Repelita VI menjadi -15% pada RAPBN 1998/99, telah pula mengakibatkan penumnan peftumbuhan kebutuhan listrik dan tarif dasar listrik dalam nilai riil.
Sebagai konsekuensi dari krisis ekonomi telah membuat pernbahan yang tajam dari kondisi keuangan PLN. Tahun 1996masih menciptakankeuntungan, tetapi sebaliknya saat ini PLN mengalami kesulitan keuangan yang sangat berat. Pertumbuhan PLN yang terns berlanjut daD strnkturnya yang monolitik (regulated industry) pada mulanya berjalan baik, Damon pada beberapa tahun terakhir kemampuan PLN meresponkenaikan peianggan melamban daD kurang mampu berantisipasi dalam meningkatkan efisiensi yang diperlukan dalam wilayah yang beragam yang hams dilayani. Untuk mengatasi permasaIahan tersebut, pemerintah akan melakukan upaya-upaya pernbahan pada sektorketenagalistrikan, yang padapokoknya terdiri dari empat hal : (i) pemulihan kelayakan keuangan sektor ketenagalistrikan sehingga mengakhiri krisis keuangan yang terjadi. (ii) untuk membuat sektor lebih efisien dan lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen dengan cara manambah jumlah perusahaan dalam sektor, memperkenalkan kompetisi, sefta memperkuat pengaluran (iii) meningkatkan partisipasi swasta yang transparan daD kompetitif (iv) mengurangi pecan pemerintah dari sektor ini dan memisahkan misi sosial dan misi komersial. Ahir-ahir ini di banyak negara sedangberkembang proses restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan, yaitu di Eropa: Inggris, Scotland, Spanyol, Swedia,
32
Norwegia, Hungary, CIS dll; di Amerika: US, Canada, Argentina, Chile dlI; di Australia: Victoria daD Asia: Singapore,Philippine dan lain-lain. Sesungguhnyapemerintah dan PLN sudah Cukup lama memulai pemikiran untuk adanya restrukturisasi sektor ketenagalistrikan. Hal itu sudah disebut dalam RencanaPerusahaanLima Tahun (Rensalita)pada tahun 1994, daD juga berbagai studi konsultan seperti Coopers& Lybrand (1996), Nera (1996) daDNomura & OECF (1996). Krisis ekonomi yang terjadi sekarang ini memepercepat pelaksanaan restrukturisasi sektor ketenagatistrikanyang padapokoknya adaIahmerupakan perubahan dari regulated market menuju competitive market. Salah satu ciri dari regulated maJi{etyang selarna ini dilakukan oleh PLN dan pemerintah ialah adanya perencanaan terpadu (integrated resource planning) untuk memanfaatkan somber daya alarn memenuhi kebutuhan tenaga listrik dengan memperhatikan juga indikator makro ekonorniIndonesia.Hal ini menyebabkan besarnya resiko business yang dipikul PLN terhadap ketidakpastianperekonomianmasadepan karena fasilitas ketenagalistrikan itu umumnya bersifat padat modal dan membutuhkan waktu panjang membangunnya. Competitive market bersifat lebih menekankan padakeadaanjangka pendeksertatidak mengenaladanya perencanaan terpadu yang umurnnya bersifat jangka panjang dan sentralistik. Pola penyediaan daD pola pemakaian akan ditentukan oleh mekanisme pasar sehingga kebutuhan tambahan pembangunan fasilitas sektor ketenagalistrikan akan sangat ditentukan oleh signal harga listrik yang berlaku. Tujuan akhir dari restrukturisasi sektor ini akan menciptakan bentuk mekanisme pasar ketenagalistrikan barn yang bentuk akhirnya berrnuara pada mekanisme multi buyers multi sellers. Bentuk pasar seperti ini mempunyai ciri antara lain pengoperasian unit-unit
Eden Napitupulu
] ~
ProsidingPerlemuanIlmiah SainsMateri III Serpong,20 -21 Oktober 1998
ISSN 1410-2897
pembangkit didasarkan kepada harga penawaran termurahdalarn lelang periodik real time.Lelang tersebut diselenggarakan dalam suatu pasar yang menerapkan persaingan bebas,sehingga indikator harga merupakan faktor utarnatanpa mempersoalkanbentuk energi primer yang dipergunakan.
PERENCANAAN DALAM REGULATED SECTOR Dari sisi PLN, krisis ekonomi dan moneter berdampak kepada pertumbuhan kebutuhan listrik (demand side) dan penyediaan tenaga listrik (supply side). Dampak tersebut adalah berupa timbulnya resiko ketidakpastian yang meliputi berbagai aspek ekonomi, moneterdan politik. I. Pertumbuhan ekonomi yang positip berkaitan erat. 10500
karenadianggapkurangtanggapterhadappembahan pasar. Penurunanbebanpuncak sisteminterkoneksi JawaBali. Pengaruh kontraksi ekonomi yang sedang berlangsung telah terlihat pada sistem Jawa-Baii. Pada bulan Nopember 1997 beban puncak sudah mencapai tingkat 10.000 MW, namun pada bulan Januari 199R turun menjadi 9.100 MW lihat gambar-i. Pertanyaan yang muncul dari observasi ini adalah bagaimana korelasi antarapertumbUhan GDP dengan pertumbuhan listrik. Indeks elastisitas sekitar 1.5 -1.8 yang diamati selama PJP-I hanya berlaku untuk pertumbuhan ekonomi yang positif dan belum temji untuk kontraksi ekonomi. Dalam keadaan kontraksi ekonomi konsumen cendemng akan melaksanakan konservasi sehingga
I~c
:
I
I 10000
9500
9000 r 1887
8500
8000
7500 I
!
,
&'
~ Garnbar
~
i
I. Perkembangan
~~ beban puncak
dengan pertumbuhan kebutuhan listrik, dan berdasarkan data beberapa tahun terakhir mempunyai elastisitas 1.5 -1.8. Namun hubungan elastisitas tersebut tidak dapat dipastikan akan tetap demikian dalam pertumbuhan ekonomi yang negatip, misalnya daTi+ 7.2 % dalam beberapatahun terakhir menjadi15% pada APBN 1998/99, sehingga hat itu akan menimbulkan resiko ketidak pastian pertumbuhan kebutuhan listrik. 2. Aspek moneter yang menyangkut resiko nilai tukar valas dan inflasi akan mempengaruhi meningkatnya kewajiban hutang dan biaya operasi yang membutuhkan pembiayaan dalam valas, sedangkan di lain pihak penerimaan PLN semakin mengecil daya beli efektifnya karena hyperinflasi. 3. Sebagaimana diatur dalam undang-undang ketenagalistrikan(UUNo.15tahun 1985)bahwapenetapan tarif juallistrik PLN ke masyarakat dilakukan oleh Pemerintah. Hal itu berarti tarif tersebut lebih merupakan keputusan politik yang mempunyai cakupansosial yang luasdan menimbulkan resiko tarif
EdenNapitupulu
~ Jawa-bali
f
R
f
i
1997 dan 1998
hubungan ekonomi dan listrik akan menjadi tidak linier. Prakiraan Pertumbuban Listrik Pembuatan prakiraan kebutuhan energi listrik yang lebih mutahir perin dilakukan untuk reoptimisasi perencanaan penyediaan tenaga listrik sebagai antisipasi terhadap perubahan makro ekonomi yang drastis ini. Kesulitan yang dihadapi dalarn membuat prnkiraan ini antara lain adalah karena tidak adanya acuan yang bersifat makro daDjangka panjang sebagai pengganti Repelita. Demikian pula dinarnika perubahan yang berlangsung sangat cepat yang secara eksplisit ditandai oleh penurunanbeban puncak sistemtenaga listrik yang coram seperti yang dilladapi sekarang, membuat kurva pertumbuhan menyerupai suatu kurva discountinue sehingga pendekatan-pendekatan statistik dalam prakiraan pertumbuhan kebutuhan listrik seperti selama ini diterapkan menjadi tidak dapat dipergunakan lagi. Adanya antusiasme terhadap pertumbuhan kebutuhan listrik yang tinggi pada masa lalu dapat terlihat pada Gambar-2. Dari empat buah prakiraan
33
yang
ProsidingPertemuanllmiah SainsMateri III ISSN1410-2897
Serpong, 20 -21 Oktober 1998
beban yang pemah ada menunjukkan bahwa realisasi pertumbuhan selalu lebih kecil dari perkiraan. Namun demikian di dalam ~g-~g prdkirdan tersebuttarget kebutuhan listrik akhir Repelita VII tetap, daD senantiasa diupayakan akselerasi pertumbuhan untuk mengejar target tersebut. Hal itu dipengarohi kenyataan pertumbuhan listrik selama PJP-I dan awal Repelita VI berlangsung terns dengan laju yang tinggi. Proyeksi pertumbuhan kebutuhan total Indonesia sampai dengan tahun 2003 daD asumsi makro ekonomi adalah seperti diberikan pada Tabel I. Terlihat Beban Jawa-S_1I 23000'. ~I
~~~
20000 t--
_UKN.9'
tinggi dan terns menems selama 27 tahun terakhir.Ditambah pula oleh project cycle yang panjang dan contingency terhadap project slippage di Indonesia yang relatif lebih lambat. Berdasarkan pengaiaman PLN kelambatanpelaksanaanproyek rata-rata sekitar 10 bulan untuk proyek pembangkit daD 13 bulan untuk transmisi.
Pendekatan under-Rlanning Padapendekatanperencanaanyang underplanning secara prinsip dilakukan dengan menyusun pengembangan sistem berdasar prakiraan beban yang
Puncak System 22000
_RUKN-94
17000
_RVPTL-.' -.. ~ 14000f--c--~ R'.."',
,12148
11000+ 8000
=~~
"-..'
5000
-:
1993
.
..~
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2002
2001
2003
T.hun Garnbar2. Beberapaskenario pertumbuhan Tabel I. Asumsi makro ekonomi dan proyeksipenjualan listrik Tabun Pertumbuhan P D B (0/0) Inflasi (%)
Kurs Rp/US$ Pertumbuhan Listrik (%)
KebutuhanListrik (TWh)
1999
1998 -IS
80 !OOOO
2000
2001
2002
2003
0
2
2
4
5
10
10
10
10
10
11.579
12.458
13.404
14.423
10.760
0
0
3.3
3,3
6.S
8,1
64,3
64,3
66.4
68,6
73.0
79,0
dari Gambar-2,perkiraanbeban puncak sistemJawa-Bali telah mengaiami penunmanyang drnstis dari 22000 MW pada tabun 2003, menjadi hanya 12000MW. Pendekatan Perencanaan Dari peristiwakrisis ekonomi yang dialami, dapat dipetik pelajaranbahwa pertumbuhanberkesinarnbungan sewaktu-waktu bisa terganggu. Untuk menghindari dampakfinansial bagi PLN, perludilakukan tinjauanulang terhadap pendekatanperencanaan. Pendekatanover-Qlanning Sejak semula pendekatan perencanaan yang dilakukan PLN adalah Over-Planning, daD hal itu dilatarbelakangi oleh pertumbuhan kebutuhan listrik
paling pesimis. Jadi dengan perkataan lain pendekatan perencanaandari bawah. Sebagaicontingency terhadap perencanaanini digunakan crashprogram. Jadi program pengembanganakan berisi proyek-proyek investasiyang selanjutnya akan disebut sebagai proyek inti (core plan), yang diharapkan kelangsungannya akan lebih mutus, karena tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan perekonomian. Perangkat Analisis Teknis
Analisis prakiraan beban dilakukan dengan menggunakan model yang dikembangkan sesuai kebutuhanPLN yang disebutModel DKL 3.0. Model statistik tersebut mengakomodasi 3 penggerak pertumbuhanlistrik. yaitu: (i)pertumbuhanekonomi,
!
ProsidingPertemuanIlmiah SainsMateri /II Serpong,20 -21 Oktoher 1998
ISSN 1410-2897 cummulant daIam perhitungan beban.Dalam tahap perencanaanpada umumnya keandalansuatu sistem tenagalistrikan diukur denganjumlah kemungkinan timbulnya kekuranganpembangkityaitu 1 hari/tahun
(ii)program elektrifikasi daerah belurn berlistrik, dan (iii) pengambilaalihan captive power. Dalam model tersebut kebutuhan energi listrik dibagi dalam 4 sektor, yaitu: (i)mrnah tangga, (ii)industri, (iii)komersial, dan (iv)sosial.
Tabel 2. Penambahankapasitaspembangkit (MW) JENIS
1997
1998
PLTA
1999
808 47
130.3
PLTGI
130
460
[ PLTGUI
981
599
PLill
85.4
2001
2002
222.4
210
136
35.5
33.5
27
46.S
5a
30
45
ISO
50
8.5
15.18
PLTMI
2000
39.01
180
5.6
55
I PLTU
1300
I Total
2S13 I 2612.48
65
461.91
I 191.4
2191
65 344.1
4381
_RlU
~R.TAA.lnOff -Nm Al\I -R. 1U ffiM -R. TG ffiM
_R.
10.2
3
600
Load Duration Curw SistemJAWA
1
7.64
20
PLTP
2003
1255 398.64
1461.7
BALI
6571
Batlba-a
mu BOO
~RmEBG ~RmEBM
8760
~R1F c==:J RlU EBG ~ R lGU BBIJ1
-R;TA
8e-banP\.r.,~
-Bebar
Gambar
3. Kurva
lama pernbebanan
Dalam melakukananalisisjaringan, sepertianalisa load flow, hubung singkat daD stabilitas sistem, dipergunakan software standaryang banyak dipakai oleh utility listrik, yaitu Power System Simulator Electric (PSSE) yang dikeluarkan oleh Power Technologies Incorporation (PTI). Kriteria contigencyyang digunakan n-1 dan kualitas tegangan 5% dari tegangan nominal. Analisis pengembangan sistem pembangkit dilakukan dengan menganut metoda least cost. Untuk analisis ini PLN menggunakan inhouse software yang dinamakan PPLN. Paket PPLN ini menggunakanmetode dynamic programing dalam menentukan kebutuhan pembangkit yang akan dibangun untuk mengantisipasi kebutuhan beban dengan menggunakan met ode
Eden Napitupulu
sitem Jawa-Bali
untuk sistem Jawa-Bali daD 3-5 hari/tabun untuk sistem luar Jawa. Rencana Penyediaan Sarana Kelistrikan Kebutuhan tambahan sarana pembakit guna memenuhikebutuhan listrik ditunjukkan pada Tabel-2. Gambar-3 menunjukkan komposisi pemakaian energi dalam satu tahun dari pembangkit yang ada pada sistemJawa-Bali. Dari kurva tersebut kebutuhan beban dasarberkisar 50-60 % daTibebanpuncak. Sedangkankebutuhan tambahan sarana penyaluran yaitu trafo-trafo tenaga pada gardu induk dan saluran transrnisi, ditunjukkan pada Tabel-3.
35
Prosiding PertemuanIlmiah SainsMateri III Serpong,20 -21 Oktober 1998
ISSN1410-2897
Tabel 3. Kebutuhan tambahan sarana penyaluran
1998 r Trafo
2000
1001
2002
7.003
2220
3200
3680
3160
2780
3900
210
330
450
1040
1190
1500
2430
3530
4130
4200
3970
5400
Jawa-Bali
1356
1597
1186
578
405
132
Luar Jawa-Bali
2019
2229
1743
1670
847
1061
Indonesia
3375
3826
1919
2248
1252
1193
Jawa-Bali Luar Jawa-Bali Indonesia
I Transmisl
I
1999
(MVA]
(kmI)
SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DALAM INDUSTRI BAKU (COMPETITIVE MARKET) Latar Belakang Dalam restrukturisasi sektor ketenagalistrikan menuju persaingan pasar, perlu diperhatikan beberapa pertimbanganyang mempengaruhi bentuk kompetisi dan kebutuhankelembagaanterdiri dari tiga faktor utama : (i) apakahada pemisahanpengendalidan pemilik dari jaring transmisi (ii) kompetisi yang dibentuk apakanmandatory atauvoluntary bagi semuapelaku pasar,(iii) berapa luas kompetisi yang dilakukan, apakah hanya pada tingkat pembangkit saja atau sampai tingkat retail. Perlu dijabarkan model pasartenaga listrik yang sesuaidengan perilaku para pelaku pasar serta kondisi spesifik Indonesia. Karena jaringan transmisi daD disbibusi yang secaraalamiah sifatnyamonopolistik maka mekanisme niaga yang menyangkut jaringan transmisi dan distribusi masih bersifat regulated. Selamaini hanyadikenal hanya satuBUMN yang khusus dibentuk untuk menyediakan tenaga listrik di Indonesia, yaitu PLN. Dengan akan dimulainya proses restrukturisasisektorketenagalistrikan,di Jawa-Baliakan dilakukan pemecahan (unbundling) sesuaidenganjenis usaha yang diperlukan, yaitu akan ada (i)beberapa pemsahaanpembangkitan, (ii)satu perusahaantransmisi yang pada tahap awal akan berfungsi sebagai single buyer daD kemudian juga mungkin akan sebagai pengelola pool market, (iii)beberapa perusahaan distribusi yang selanjutnya juga akan dibagi kepada pemsahaan jaringan distribusi (wire company) daD perusahaan retailer. Di loaf Jawa-Bali masih akan diberlakukan satu pemsahaan listrik yang terintegrasi mengelola seluruh fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi. Bentuk terintegrasi ini tetap dipertahankan karena secara keekonomian belum layak untuk diberlakukan mekanisme niaga yang sehat secara finansial, artinya tanpa subsidi pemerintah.
Perencanaan Sektor Tenagalistrik Dengan akan diterapkanya market model yang berorentasi kompetisi pasar bebas pada sektor kctenagaiistrikan,maka nantinya tidak akanada lagi perenamaan terpadu daDterpusat. Di Sistem Jawa-bali, Pemerintah masih akan menyelenggarakanperencanaan somber-somber energi jangka panjang ( Long Term Energy Resources Planning). Keputusan implementasi proyek-proyek barn pembang-kit dan transmisi sepenuhnya diserahkan kepada pelaku pasar ataupun kepada pengembang swasta lain yang berminat. Agar menjamin terciptanya fairness, data daDinformasi tentang kebutuhan demand daDharga listrik wajib disajikan secara terbuka kepada umwn. Pada sistem Luar Jawa-Bali masih te~p dipertahankan sistem ketenagalistrikan yang regulated karena tingkat keekonomian sektortenagalistriknya masih belurn memadai. Dengan demikian pada daerah ini masih dimungkinkan untuk diterapkan mekanisme subsidi pada
daerah-daerah khusus,serta sistem perencanaan ketenagalistrikan terpusat yang didasarkan kepada integrated resource planning. Stmktur Industri Pengenalankompetisi dilakukan secarabertahap. Pada tahap awal akan diberlakukan model single buyer yang berkadar kompetisi masih terbatas tetapi secara bertahapakan ditingkatkan ke arab kompetisi yang lebih tinggi, yaitu ~rti pada model multi buyers-multi sellers. -Single Buyer; direncanakan untuk diberlakukan pada pertengahan tahun 1999. Kompetisi pada sisi pembangkit lisrik baik pada pengadaan proyek baru maupun pada pengoperasian pembangkit. Semua produksi listrik dibeli oleh single buyer (yang biasanya dirangkap oleh perusahaan transmisi) sebagai pengelola pool kemudian disalurkan ke perusahaan-perusahaandistribusi. -Wholesale Competition; direncanakan diberlakukan pada tabun 2003. Kompetisi tidak lagi hanya pada sisi
ProsidingPertemuanIlmiah SainsMateri III Serpong,20 -21 Oktober 1998 pembangkit tetapijuga pada sisi distribusi. Pada tahap ini perosahaan distribusi/retailer berhak untuk membeli listrik langsungdari perusahaanpembangkit ataumelalui pool market. Konsumenbesarjuga berhak untuk membeli langsung dari pemsahaanpembangkit. Pemsahaantransmisi hanya akan menerima fee dari pelaku pasar lainnya atas pemanfaatanfasilitas open accessdari jaringan transmisi yang dimilikinya. .Retail Competition; diperkirakan dimulai pada tabun 2007. Pada saatini pemsahaan distribusi hams sudah terpsah yaitu berupa perusahaan retailer daD perusahaanjaringan(wire company).Kadar kompetisi pada tahap ini makin meningkat karena konsumen dapatmemilih perusahaanpembangkitdan perusahaan raailer. Aspek Legal yang Mendukung Undang-undang Ketenagalistrikan yang Barn. Agar struktur industri ketenagalistrikan yang berbentuk pasar dengan tingkat persaingan yang tinggi seperti dalam bentuk multi buyers -multi sellers dapat terselenggara diperlukan adanya perubahan UU no.15 / 1985tentang ketenagalistrikan antara lain : .Aspek perencanaan perluasan sistem yang bersifat terpadu daD sentralistik, diganti dengan bentuk perluasan yang berorientasi pasar. .Perlunya pembentukan Regulator dalam sektor ketenagalistrlkan sebagai suatubadan yang mandiri serta bertanggungjawab secara jelas kepada pemerintah, para pelaku sektorketenagalistrikan dan konsumen. .Tarif dasar listrik yang uniform ditetapkan oleh pemerintah dianggap tidak relevan lagi untuk mengantisipasi mekanisme niaga baik pada sisi pembangkit maupun sisi retail. .Membuat peraturan-peraturan yang diperlukan, termasukpool rules dan grid codes yang mendukung. ReJrulatorDada sektor ketenawistrikan Pembentukanregulator yang didasarkan kepada perundangan sangatpenting agar legitimasinya menjadi kuat, sehingga dapat bersikap transparan dan beroleh otonomi yang luas dalam menyelenggarakanpengaturan kompetisi pasartenagalistrik. Beberapa togas regulator antara lain adalah : .Mengupayakan penyedian tenagalistrik yang cukup untuk pemenuhan kepentingan konsumen. .Mengupayakan peningkatan efisiensi dan keekonomian sektor ketenagalistrikan melalui kompetisi pasar. .Melindungi kepentingan
konsumen terhadap
kesewenangan monopoli penyedia tenagalistik, terutamabagi listrik desaatau tempat-tempatterpencil lainnya. .Menjamin
bahwaperusahaantenaga listrik yang telah
Eden Napitupulu
ISSN 1410-2897 berolehijin akandapatsehatsecarafinansial. .Mentransformasikan keinginan konsumen daD konsumenindustribesardalamkebijakanyangakan ditempuh. .Menjamin bahwaindustriketenagalistrikan ill aman, baik bagi pengguna maupun pekerja di industri tersebut. Periiinan dan Kode yang ~rlukan Guna mendukung mekanisme bisnis bagi para pelaku pasar pada tiap tahapan restrukturisasi di atas diperlukan perijinan dan Kode sebagai berikut : .IUKU ( Ijin UsahaKetenagalistrikan bagi kepentingan Umum) bagi kegiatan-kegiatan ; pembangkitan, transmisi, distribusi dan retailer. .Kode Perencanaandan Pengadaan,kode ini diperiukan pada tahap single buyer dimana perencanaan serta pengadaan pembangkitan dan transmisi harus lebih
transparan. .Kode Jaringan, merupakan persyaratan teknis yang perlukan bagi perencanaan daD operasi sistem transmisi sertamenjabatkanhubungan antarapemakai danjaringan transmisinya. .Kode Tarif, menjabarkan penerimaan yang diijinkan bagi setiap pelaku di sektor ketenagalistrlkan. Restrukturisasi Sektor Energi Primer Keberhasilan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan akan juga ditentukan oleh adanya deregulasi sektor energi primer, yaitu transparansi ketersediaanenergi primer dan harga energi primer yang menunjukkannilai keekonomiannya.
KESIMPULAN Ketidakpastian kondisi perekonomian nasional masa yang akan datang berpengarnh luas kepada masa depan sektorketenagalistrikan. Pembahan tersebutakan meliputi juga kepada restrukturisasi sektol ketengalistrikan, yang pada intinya beralih daTi regulated sector ke competitive market, diharapkan dapat merupakan jalan keluar dalam menghadapi persoalanpersoalan ekonomi dan finansial yang ada. Regulated sector yang pada pokoknya melakukan perencanaan secara terpadu dan terpusat memperkirnkan bahwabebanpuncak di sistemJawa-Bali akan mencapai 12.000 MW, yang akan terdiri daTi pembangkit pemikul beban dasar sebesar60%. Akurasi dari perencanaan penyediaan tenagalistrik ini sangat ditentukan oleh asurnsi makro ekonomi yang diambil, yang hingga saat ini belurn dikeluarkan secara resmi oleh Pemerintah. Pada sektor ketenagalistrikan yang berorientasi kepada pasar bebas, yang sesuai Kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan yang sudah diluncurkan Pemerintahpada bulan Agustur 1998,akan
37
I~~ IIH.N 1 !:-~F~ I~~ 'JW: lOW:
ProsidingPertemuanIlmiah SainsMateri III Serpong,20 -21 Oktoher 1998
ISSN1410-2897
Irnplikasi Restrukturlsasi SektorKetenagalistrikan
~ I\:IaramII
SInidu"
~
liIrif
~
~
I-Slim~
~
~
' -MVDIIre
I -SeIt'FnIrIx:
-l!BI
Tefp.BIt
I
~
-l.1H1
.
-~
I1.N
IUUxm
1~1d1
-SImti~ 1-SIiRti
(s'dtln ~)
JW lJW
-Slim
INat UiiJIm
-Sel'Fn.m
~
RN
ISiT1*' ~
Nootkibm
~N
I~~
1- Sei"F~ j UW
:-:r-~
-&rF~
-lJDI
-StiRi
-SH:FI-Slim~
-M:IaItBIr. PISI/
-M:IaIIBre~
Tahap awal Non Unifu:>m
-M:km6n:IIaIJW
UW
~
bI)eIS
IMii
ditentld
Rrl~
~
Prix:,IiIp jlln
Tailap Kon1Jetilif
.ms
-TeIPHJti
.
-~
-SelF~
1- ~F"nII:e -SHF -SlJm~I
-llmII
SElFI:
ff.N
~~ I1~1d1
Multi
Buyer -Multi
Seller
---
~[~gnrLN.
"'"
I}11mumm
Slim I'=rn:IICIh
Single -Buyer
IPPs
liilklKh
Tr8nsco
"
IPLN-GenCOa P / /
-')-
payment
I
/
/
-Energy
Sal~
terjadi perubahan mendasar daD radikal dari aspek perencanaan. Masing-masing pelaku pasar beroleh hak untuk menentukan sendiri keputusan implementasi projek tenaga listrik yang didasarkan kepada supply demand serta indikator hargajuallistrik yang diberikan. Oleh karena itu tidak lagi memperhatikan kepadajenis bahanbakar tetapi lebih memperhatikanaspekfinancial. Dengan demikian pada sektor ketenagalistrikan yang berorientasi pada pasar bebas tidak diperlukan lagi perencanaan yang menggunakan integrated resource
38
Energy Sates I reverse payment
planning yang terpusat, daD implementasi proyek lebih menekankankebutuhanjangka pendek sertamengurangi proyek yang bersifat infrasuktur. Keberhasilan dari restrukturisasi sektor ketenagalistrikan dalam mencipkan persaingan pasar bebas barns didukung oleh terciptanya perangkat regulasi yang baik dan badan regulator yang mandiri daD otoritas yang luas, serta telah dilakukannya restrukturisasi sektorenergi primer.
Eden Napitupulu