RELEVANSI NILAI LABA, NILAI BUKU, DAN PENGUNGKAPAN INFORMASI MELALUI WEBSITE PERUSAHAAN
Disusun Oleh: Mohamad Fadhli Azhmi Dosen Pembimbing: Imam Subekti, SE., MSi., Ak., Ph.D., CA.
ABSTRACT This research is aimed to examine the value relevance of accounting information and the affect of broad information disclosure through company’s website towards value relevance of accounting information. The population of this research are companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2013. Results of this research indicate that there is value relevance of accounting information among public companies in Indonesia. The results also shows that the extent of information disclosure through company’s website is able to increase value relevance of earnings. On the other hand, the extent of information disclosure through company’s website is unable to increase value relevance of book value. Keywords: Value relevance, earnings, book value, information disclosure. 1. PENGANTAR Pelaporan keuangan menurut International Accounting Standard Board (IASB) yang diatur di dalam conceptual framework for financial reporting (2010) bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi pengguna informasi dalam membuat berbagai keputusan. Pengguna Informasi yang dimaksud salah satunya adalah investor dan calon investor. Investor dan calon investor
1
melakukan berbagai keputusan seperti pembelian, penjualan, atau penahanan ekuitas dan instrumen utang untuk mendapatkan dividen atau peningkatan harga pasar. Informasi keuangan dikatakan berguna apabila memenuhi beberapa karakteristik kualitatif. Berdasarkan conceptual framework for financial reporting (IASB, 2010), salah satu karakteristik kualitatif yang fundamental adalah relevansi. Informasi
keuangan
disebut
relevan
ketika
informasi
tersebut
mampu
mempengaruhi keputusan yang dilakukan oleh investor dan calon investor. Keharusan informasi keuangan memiliki karakteristik relevan agar dapat membantu investor maupun calon investor dalam membuat keputusan mendorong beberapa peneliti melakukan penelitian mengenai topik ini. Konsep relevansi nilai informasi akuntansi merupakan konsep yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut. Konsep relevansi nilai informasi akuntansi menjelaskan tentang bagaimana informasi akuntansi dapat membuat investor dan calon investor bereaksi (Puspitaningtyas, 2012). Reaksi dari investor dan calon investor akan membuktikan bahwa kandungan informasi akuntansi merupakan isu yang sangat penting dan menjadi pertimbangan penting dalam proses pengambilan keputusan investasi sehingga dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi berguna bagi investor dan calon investor (Scott dalam Puspitaningtyas, 2012). Beberapa studi empiris akuntansi telah berusaha untuk menemukan relevansi nilai informasi akuntansi dengan tujuan mempertinggi analisis laporan keuangan (Puspitaningtyas, 2012). Analisis laporan keuangan digunakan investor dan calon investor untuk menentukan keputusan yang akan diambil dimana keputusan tersebut selanjutnya akan merefleksikan nilai perusahaan. Pinasti (2004) menemukan bahwa relevansi nilai informasi akuntansi mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal ini membuktikan bahwa investor kurang memperhatikan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan investasinya. Istilah pengungkapan informasi dalam studi akuntansi merupakan salah satu jawaban di saat investor dan calon investor sudah mulai kurang memperhatikan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan investasinya. Menurut Suwardjono (2005), tujuan pengungkapan informasi adalah untuk menyajikan
2
informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor dalam membuat keputusan. Berdasarkan jenisnya, pengungkapan informasi terdiri atas pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela (Suwardjono: 2005). Menurut Suwardjono (2005), pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar dari yang diwajibkan standar akuntansi atau peraturan badan pengawas pasar modal. Adapun salah satu bentuk dari pengungkapan informasi sukarela adalah pengungkapan informasi melalui website perusahaan. Menurut Redman (dalam Ashbaugh et al., 1999) berbagai industri sudah mempromosikan website perusahaan sebagai cara untuk menyebarkan informasi termasuk di dalamnya siaran pers yang berkaitan dengan operasi perusahaan dan environmental reports. Menurut Lai et al. (2009), informasi yang diberikan perusahaan melalui website perusahaan terdiri dari informasi profil dasar, berita terbaru, informasi saham, dan yang terpenting informasi keuangan itu sendiri yang terdiri dari analisis dan prediksi keuangan, laporan tahunan, dan laporan keuangan. Pemberian informasi mengenai laporan keuangan melalui website perusahaan menjadi sesuatu yang penting karena laporan keuangan merupakan cerminan dari hasil bisnis perusahaan tersebut. Dengan memberikan informasi tentang hasil bisnis maka menjadi sebuah kesempatan paling penting dalam berkomunikasi dengan investor dan calon investor serta menjadi bukti bahwa perusahaan telah mencapai tujuan-tujuannya serta ekspetasi pasar (Đorđević et al., 2012). Menurut Hargyantoro (2010), pengungkapan berbagai informasi melalui website memiliki tujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan investor dan calon investor. Selain itu, dapat dikatakan pengungkapan informasi pada website merupakan suatu sinyal dari perusahaan kepada pihak investor dan calon investor untuk berbagi informasi penting termasuk informasi keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan oleh pihak perusahaan dan dapat digunakan pihak investor dan calon investor untuk mengetahui sustainability perusahaan tersebut.
3
Tentunya sesuai dengan tujuan dari pengungkapan informasi itu sendiri, pengungkapan informasi melalui website juga dapat membantu investor dan calon investor mengambil keputusan dalam melakukan transaksi perdagangan saham. Hal ini senada dengan pendapat Jogiyanto (dalam Hargyantoro, 2010) yang menyatakan bahwa para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten, sehingga dapat menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, perubahan pada harga saham, bid/ask spread, proporsi kepemilikkan, dan lain-lain. Pendapat ini serupa dengan pendapat Ball dan Brawn (1968) yang menyatakan saham akan bergerak ketika informasi yang berguna memasuki pasar modal. Beberapa penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa pengungkapan informasi melalui website perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan investor dan calon investor yang dapat dilihat dari harga saham maupun frekuensi perdagangan saham (Lai et al., 2009; Hargyantoro, 2010; dan Chandra, 2011). Hargyantoro (2010) menemukan bahwa pengungkapan informasi melalui website perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi perdagangan saham. Berdasarkan penelitian tersebut maka peneliti berpikir bahwa pengungkapan informasi melalui website perusahaan dapat memperbaiki kembali kepercayaan investor dan calon investor. Kepercayaan tersebut terlihat dari keputusan yang diambil oleh investor dan calon investor yang didapat dengan cara memperhatikan informasi akuntansi dan informasi berguna lainnya yang terdapat di website perusahaan. 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Teori dasar pada istilah relevansi nilai informasi akuntansi berasal dari Clean
Surplus Theory. Teori ini menyatakan terdapat hubungan antara nilai perusahaan dengan data-data akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan (Ohlson, 1995). Clean Surplus Theory mengasumsikan bahwa investor memiliki keyakinan dan pilihan yang sama serta terdapat hubungan surplus bersih antara ekuitas dan laba (Subekti, 2012). Teori ini memberikan rerangka yang konsisten dengan perspektif pengukuran dengan menunjukkan bagaimana nilai pasar dari perusahaan dapat
4
dilihat dari neraca dan komponen laba rugi (Scott, 2009). Kemampuan informasi akuntansi ini yang selanjutnya dikenal dengan relevansi nilai informasi akuntansi (Scott dalam Subekti, 2012). Menurut Nashih dan Hariani (2006) dengan meningkatnya persaingan informasi di pasar modal menyebabkan relative importance laporan keuangan menjadi penting untuk diketahui. Disinilah letak kegunaan relevansi nilai yaitu untuk merepresentasikan informasi laporan keuangan bagi investor terhadap seluruh informasi yang digunakan oleh investor pada pasar modal (Lev dan Zarowin dalam Nashih dan Hariani, 2006). Berdasarkan pendapat Francis dan Schipper (1999), terdapat empat pendekatan dalam mempelajari relevansi nilai informasi akuntansi. Keempat pendekatan tersebut, yaitu: (1) pendekatan analisis fundamental; (2) pendekatan prediksi; (3) pendekatan perwujudan informasi dari nilai relevansi; (4) pendekatan pengukuran relevansi nilai.
2.2
Pengungkapan Informasi Melalui Website Perusahaan Kemajuan teknologi informasi membuat investor dan calon investor diduga
dapat lebih mudah dalam melakukan transaksi perdagangan saham. Hal ini disebabkan karena beberapa perusahaan sekuritas sudah memiliki software komputer untuk melakukan transasksi saham yang terintegrasi dengan internet sehingga investor dan calon investor dapat melakukan transaksi perdagangan saham dimanapun selama tempat tersebut memiliki koneksi internet. Tidak hanya sampai disana, dengan adanya kemajuan teknologi informasi menyebabkan perusahaan mulai mengembangkan pengungkapan informasi melalui website yang dimiliki perusahaan baik terkait pengungkapan informasi keuangan perusahaan maupun non-keuangan. Hal ini dilakukan sebagai media komunikasi antara perusahaan dengan pengguna informasi termasuk didalamnya adalah investor dan calon investor. Selain sebagai media komunikasi, sesuai dengan tujuan dari pengungkapan informasi itu sendiri maka dengan mengungkapkan informasiinformasi yang berguna melalui website perusahaan akan mempermudah pengguna informasi khususnya investor dan calon investor dalam memperoleh informasi dan pengambilan keputusan.
5
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada pasar modal, tingkat pengungkapan informasi melalui website perusahaan sebagai indikator keluasan pengungkapan informasi melalui website mulai diperkenalkan oleh Ettredge, Richardson, Scholz pada tahun 2001 (Lai et al., 2009). Adapun isi dalam model tersebut terkait dengan informasi keuangan, informasi saham, dan berita-berita terbaru yang terkait dengan perusahaan. Selain Ettredge, Richardson, dan Scholz (2001), Spanos (2006) juga mengembangkan model penelitian untuk mengukur tingkat pengungkapan informasi melalui website perusahaan yang disebut Internet Disclosure Index (IDI). Dalam modelnya, Spanos (2006) memberikan 6 unsur utama yang selanjut tersebar kedalam 50 unsur yang menilai kriteria isi dan presentasi. Adapun 6 (enam) unsur utama yang termasuk ke dalam IDI yaitu: 1. Informasi akuntansi dan keuangan. 2. Informasi Corporate Governance. 3. Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) dan Sumber Daya Manusia. 4. Kontak investor yang dapat dihubungi dan hubungan investor lainnya. 5. Informasi dalam format yang dapat diproses. 6. Kecanggihan teknologi dan sarana pendukung bagi pengguna. Apabila melihat dari jenis pengungkapan informasi, pengungkapan informasi melalui website merupakan jenis pengungkapan sukarela. Sedangkan apabila dilihat dari tingkat keluasan pengungkapannya, pengungkapan informasi melalui website perusahaan masuk kedalam tingkat yang wajar. Hal ini karena semua pengguna informasi website perusahaan mendapat perlakuan atau pelayanan informasi yang sama. 2.3
Laba dan Nilai Buku dalam Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Laba dan nilai buku merupakan dua kompenen dari isi laporan keuangan
yang menjadi salah satu parameter investor untuk menilai kinerja perusahaan. Efek dari penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari fluktuatifnya harga saham yang disebabkan atas berubah-ubahnya keputusan investor. Menurut Adhani (2014), laba dan nilai buku masih merupakan variabel penting dalam proses penilaian perusahaan. Collins, Maydew, dan Weiss (dalam Adhani, 2014) membuktikan 6
bahwa terdapat peningkatan relevansi nilai laba dan nilai buku dari waktu ke waktu sehingga relevan untuk dijadikan dasar ekspetasi investor dan calon investor di masa mendatang. Penilaian relevansi nilai muncul dari tuntutan bahwa isi laporan keuangan harus relevan dan reliabel. Beaver (dalam Puspitaningtyas, 2012) mengartikan relevansi nilai sebagai kemampuan informasi akuntansi dalam menjelaskan nilai suatu perusahaan. Relevansi nilai memiliki manfaat untuk mengetahui hubungan empiris antara nilai-nilai pasar saham dengan isi laporan keuangan dalam kaitannya untuk menilai pengaruh angka-angka akuntansi tersebut kedalam penilaian fundamental perusahaan (Adhani, 2014). Dwimulyani (2010) melakukan penelitian atas relevansi nilai informasi akuntansi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20032007. Pada penelitian tersebut digunakan model yang dipakai oleh Francis dan Schipper (1999) dan Brown et al. (1999) dengan tujuan untuk menguji relevansi nilai informasi akuntansi yang dicerminkan dalam nilai R2. Adapun hasil yang didapat nilai R2 rata-rata dari analisis regresi berganda antara nilai pasar perusahaan dengan aktiva bersih sebesar 0,5637. Hasil tersebut memiliki arti bahwa nilai informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan posisi keuangan mempunyai relevansi informasi dengan ukuran sedang terhadap nilai pasar perusahaan. Selanjutnya, Dwimulyani (2010) melakukan pengujian kekuatan hubungan antara nilai pasar perusahaan dengan nilai buku ekuitas dan laba berjalan perusahaan. Pada pengujian kedua ditemukan nilai R2 rata-rata dari regresi nilai buku ekuitas dengan laba operasi sebesar 0,8458. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai buku ekuitas ketika ditambah dengan variabel laba maka relevansi nilai informasi akuntansi akan membaik. Andriantomo dan Yudianti (2013) dengan menggunakan price model menemukan bahwa laba dan nilai buku secara simultan memberikan informasi yang relevan untuk menjelaskan harga saham pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2000-2009. Temuan lain dari penelitian tersebut adalah laba dan nilai buku secara parsial juga memiliki relevasi nilai informasi akuntansi yang berarti secara terpisah variabel laba maupun variabel nilai
7
buku juga mampu memberikan informasi yang relevan dalam menjelaskan harga saham. Di lain sisi, Pinasti (2004) menemukan bahwa relevansi nilai informasi akuntansi di pasar modal Indonesia mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan respon investor terhadap informasi akuntansi yang dikarenakan tersedianya informasi-informasi alternatif dalam peniliaian perusahaan saat ini. Hal serupa juga ditemukan oleh Subekti (2012) dalam penelitiannya akan tetapi hanya untuk perusahaan yang berafiliasi dalam kelompok bisnis. Subekti (2012) menemukan bahwa informasi laba dan nilai buku dari perusahaan yang berafiliasi dengan kelompok bisnis memiliki relevansi nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan informasi laba dan nilai buku yang dari perusahaan tunggal. Hal ini karena investor minoritas kurang memperhatikan angka-angka akuntansi dari perusahaan kelompok bisnis dalam pembuatan keputusan investasinya. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini memiliki hipotesis pertama dan kedua sebagai berikut: H1: Informasi laba adalah relevan untuk menilai perusahaan. H2: Informasi nilai buku adalah relevan untuk menilai perusahaan. 2.4
Pengungkapan Informasi Melalui Website Perusahaan dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Berbagai cara dilakukan perusahaan dalam memberikan informasi yang
diperkirakan dibutuhkan oleh investor. Adapun salah satu cara tersebut adalah dengan mengungkapkan informasi-informasi melalui website yang dimiliki perusahaan. Dengan mengungkapkan informasi-informasi tersebut diharapkan perusahaan dapat menciptakan hubungan komunikasi yang baik dengan investor dan mengurangi asimetri informasi yang selanjutnya dapat mempengaruhi keputusan investor. Hargyantoro (2010) dan Chandra (2011) melakukan penelitian terkait pengaruh pengungkapan informasi melalui website terhadap harga saham maupun frekuensi perdagangan saham. Kedua penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengungkapan informasi melalui website 8
perusahaan terhadap harga saham dan frekuensi perdagangan saham. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi melalui website perusahaan dapat membuat investor dan calon investor kembali memperhatikan informasi akuntansi dan informasi berguna lainnya yang terdapat di website perusahaan dalam menilai perusahaan. Oleh sebab itu, penelitian ini memiliki hipotesis ketiga dan keempat sebagai berikut:
H3: Relevansi laba pada perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi melalui website perusahaannya adalah lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi melalui website perusahaannya. H4: Relevansi nilai buku pada perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi melalui website perusahaannya adalah lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi melalui website perusahaannya. 3. METODE PENELITIAN 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir periode 2013 sebanyak 485 perusahaan. Penentuan sampel dilakukan secara probability sampling dimana dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin dengan tingkat tingkat kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10% dan mendapatkan jumlah sampel sebanyak 83 perusahaan. Selanjutnya dikarenakan populasi mempunyai anggota yang heterogen dan berstrata secara proposional maka digunakan metode proportionate stratified random sampling. Adapun proses pemilihan sampel dilakukan dengan kriteria seperti Tabel 3.1.
9
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel No. 1 2 3 4
Sektor Industri (Jumlah perusahaan) Agriculture (20 perusahaan) Trade, Services & Investment (110 perusahaan) Finance (78 perusahaan) Property, Real Estate, and Building Construction (54 perusahaan) 5 Consumer Good Industry (37 perusahaan) 6 Miscellaneous Industry (42 perusahaan) 7 Mining (37 perusahaan) 8 Basic Industry and Chemical (61 perusahaan) 9 Infrastructure, Utilities & Transportation (46 perusahaan) Total Sampel Sumber: Olahan Peneliti, 2014
Jumlah Sampel 20/485 x 83 = 3 110/485 x 83 = 19 78/485 x 83 = 14 54/485 x 83 = 9 37/485 x 83 42/485 x 83 37/485 x 83 61/485 x 83 46/485 x 83
=6 =7 =6 = 11 =8
83 Perusahaan
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis ketiga dan keempat maka sampel dibagi menjadi subsampel IDI tinggi sebagai proksi dari perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi di website perusahaannya dan subsampel IDI rendah sebagai proksi dari perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi di website perusahaannya. Pengelompokkan ini dilakukan dengan cara mengukur Internet Disclosure Index (IDI) setiap sampel dan dicari nilai mediannya dimana selanjutnya apabila sampel memiliki nilai IDI di atas median maka akan dikelompokkan kedalam subsampel IDI tinggi. Sedangkan apabila sampel memiliki nilai IDI di bawah median maka akan dikelompokkan ke dalam subsampel IDI rendah. Metode pengelompokkan ini telah digunakan oleh Bae & Jung (2007) dan Subekti (2012) namun dengan berbeda variabel. Berdasarkan hal tersebut maka di dapatkan jumlah perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi di website perusahannya (IDI tinggi) sebanyak 45 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi di website perusahaanya (IDI rendah) sebanyak 38 perusahaan. 3.2
Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukuan dengan teknik
dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan termasuk dalam dokumen resmi yang dipublikasikan, yaitu dokumen yang berisi bahan-bahan informasi dari institusi
10
yang bersangkutan yang dipublikasikan kepada masyarakat. Peneliti melakukan penelusuran dokumentasi yang dipublikasikan oleh: 1. www.finance.yahoo.com untuk mendapatkan harga saham. 2. www.idx.co.id untuk mendapatkan laporan keuangan auditan yang digunakan untuk mengetahui angka akuntansi dalam laporan keuangan tersebut. 3. Website masing-masing sampel perusahaan yang diteliti untuk mengukur pengungkapan informasi melalui website yang dilakukan perusahaan. 3.3
Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informasi laba Informasi laba merupakan variabel independen pertama dalam penelitian ini. Untuk mengukur variabel informasi laba maka dapat diproksikan dengan laba per saham. Laba per saham adalah laba dalam suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan (PSAK no. 56, revisi 2011). Dalam pengukurannya, laba per saham didapat dari perhitungan laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar. Ukuran ini berdasarkan pada PSAK no. 56 (Revisi 2011).
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
2. Informasi nilai buku Informasi nilai buku merupakan variabel independen kedua dalam penelitian ini. Untuk mengukur variabel informasi nilai buku maka dapat diproksikan dengan nilai buku per saham. Nilai buku per saham adalah nilai yang menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham (Kusumo, 2013). Untuk mengukur nilai buku per saham maka dapat dilakukan dengan cara membagi antara total ekuitas dengan jumlah saham yang
11
beredar. Ukuran ini berdasarkan pada penelitian Kusumo (2013) serta Adhani (2014). 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
3. Pengungkapan Informasi melalui Website Pengungkapan informasi melalui website merupakan variabel pembeda dalam penelitian ini. Variabel pembeda merupakan variabel yang membagi sampel ke dalam masing-masing subsampel agar nantinya dapat membandingkan hasil antar subsampel . Untuk mengukur pengungkapan informasi melalui website maka dapat menggunakan Internet Disclosure Index (IDI). Internet Disclosure Index (IDI) merupakan model pengukuran yang dikembangkan oleh Spanos (2006) untuk mengukur pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan melalui website perusahaannya. 4. Nilai perusahaan Nilai perusahaan merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Untuk mengukur nilai perusahaan maka dapat diproksikan dengan harga saham. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan per lembar pada tiga bulan setelah akhir tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember. Ukuran ini berdasarkan pada penelitian Pinasti (2004), Subekti (2012), dan Adhani (2014).
3.4
Model Pengujian Hipotesis Penelitian mengenai relevansi nilai dapat menggunakan dua pendekatan
yaitu pendekatan return model dan price model (Sofwan, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan price model karena price model lebih dapat mengestimasikan koefisien slope model valuasi yang tidak bias (Kothari & Zimmerman, 1995). Penelitian ini juga akan menggunakan regresi explanatory power (R2) sebagai metrik untuk mengukur relevansi nilai dari informasi laba dan informasi nilai buku. Nilai R2 merupakan tolak ukur untuk mengukur relevansi nilai informasi akuntansi atau untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Sofwan, 2013).
12
Hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan keempat akan menguji pengaruh laba per saham dan nilai buku per saham terhadap harga saham untuk mengetahui relevansi nilai informasi akuntansi baik untuk sampel dan subsampel. Berdasarkan hal tersebut maka persamaan regresinya sebagai berikut: Pi = α0 + β1LPSi + β2NBPSi + εi Pi α LPSi NBPSi
εi
(1)
= Harga saham perusahaan i pada akhir tahun = Konstanta = Laba per saham perusahaan i = Nilai buku per saham perusahaan i = Residual error
Sedangkan untuk menguji explanatory power dari laba dan nilai buku secara terpisah, penelitian ini menggunakan model berikut ini:
Pi α LPSi NBPSi
εi
Pi = α0 + β1LPSi + εi
(2)
Pi = α0 + β2NBPSi + εi
(3)
= Harga saham perusahaan i pada akhir tahun = Konstanta = Laba per saham perusahaan i = Nilai buku per saham perusahaan i = Residual error 4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Statistik Deskriptif Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif dari data penelitian yang
digunakan dalam analisis. Berdasarkan tabel tersebut, semua data mentah yang disajikan menujukkan distribusi yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai deviasi standar yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata. Menurut Ghozali (2006), jika variabel tidak berdistribusi normal maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Oleh sebab itu, data ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln) agar diperoleh data yang berdistribusi normal dan selanjutnya penelitian ini menggunakan data yang sudah ditransormasikan ke dalam bentuk Ln tersebut untuk di analisis.
13
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif N
Min
A. Sampel Harga Saham Laba per Saham Nilai Buku per Saham IDI (%) Ln Harga Saham Ln Laba per Saham Ln Nilai Buku per Saham
83 83 83 83 83 83 83
102.88 4.20 60.71 10.00 4.63 1.44 4.11
28089.84 1361.02 16715.55 74.00 10.24 7.22 9.72
3410.33 195.66 1199.38 47.54 7.40 4.48 6.47
1613.36 99.60 622.50 48.00 7.39 4.60 6.43
5322.68 279.53 2025.92 15.57 1.19 1.13 1.10
B. Subsampel IDI Tinggi Harga Saham Laba per Saham Nilai Buku per Saham IDI (%) Ln Harga Saham Ln Laba per Saham Ln Nilai Buku per Saham
45 45 45 45 45 45 45
311.44 4.20 155.54 48.00 5.74 1.44 5.05
28089.84 1361.02 6241.85 74.00 10.24 7.22 8.74
4792.38 250.75 1366.19 59.47 7.87 4.85 6.83
2054.53 119.95 949.43 58.00 7.63 4.79 6.86
6349.64 309.74 1271.47 8.35 1.06 1.22 0.92
C. Subsampel IDI Rendah Harga Saham Laba per Saham Nilai Buku per Saham IDI (%) Ln Harga Saham Ln Laba per Saham
38 38 38 38 38 38
102.88 4.70 60.71 10.00 4.63 1.55
18842.19 1340.79 16715.55 46.00 9.84 7.20
1848.29 130.42 1001.85 33.42 6.85 4.04
757.50 54.82 427.54 35.00 6.63 4.00
3196.87 225.84 2664.53 8.76 1.10 1.35
Ln Nilai Buku per Saham
38
4.11
9.72
6.04
6.06
1.14
4.2
Maks
Rata-rata
Median
Deviasi Standar
Variabel Penelitian
Hasil Regresi Laba Per Saham dan Nilai Buku Per Saham Terhadap Harga Saham Tabel 4.2 menyajikan koefisien konstanta, laba per saham, dan nilai buku per
saham dari model persamaan regresi pada sampel dan masing-masing subsampel dengan menggunakan uji statistik t. Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa variabel Laba Per Saham (LPS) dan Nilai Buku Per Saham (NBPS) pada sampel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari t-hitung LPS dan NBPS yang lebih besar daripada t-tabel yaitu 5,378 > 1,664 dan 4,231 > 1,664. Selain itu dapat dilihat juga bahwa nilai probabilitas yang menunjukkan (ρ ≤ 0,01) untuk masing-masing variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
14
LPS dan NBPS pada sampel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sehingga H1 dan H2 dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui juga bahwa koefisien dari konstanta, laba per saham, dan nilai buku per saham memiliki nilai yang positif. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan LPS maupun NBPS secara parsial akan mengakibatkan peningkatan terhadap harga saham. Adapun variabel independen yang memilik pengaruh yang lebih dominan terhadap variabel dependen adalah variabel LPS. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel LPS yang lebih besar dari nilai koefisien NBPS. Hasil ini memberikan bukti empiris bahwasanya informasi laba dan nilai buku pada perusahaan go public di Indonesia masih digunakan untuk membantu investor dalam menilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. Hasil tersebut juga memberikan bukti empiris bahwa informasi laba lebih digunakan oleh investor dalam menilai perusahaan dibandingkan dengan informasi nilai buku. Informasi laba lebih digunakan oleh para investor di pasar modal Indonesia karena informasi laba dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pengembalian yang akan didapat oleh investor pada masa mendatang (Adhani, 2014). Informasi laba juga dapat dijadikan acuan oleh investor untuk mengukur seberapa baik kinerja manajemen perusahaan dalam melakukan efisiensi dan menjadikan hal tersebut ke dalam bentuk profitabilitas (Ikhsan dan Suprapto, 2008). Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa informasi laba dan nilai buku masih merupakan komponen penting dari isi laporan keuangan yang menjadi salah satu parameter investor untuk menilai perusahaan atau dapat dikatakan informasi laba dan nilai buku masih relevan untuk menilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung conceptual framework for financial reporting (IASB, 2010) yang mengharuskan informasi keuangan memiliki karaktersitik relevan. Selain itu, hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa informasi laba dan nilai buku memiliki relevansi nilai (Dwimulyani, 2010; Andriantomo & Yudianti, 2013; Adhani, 2014). Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian dari Adhani (2014) yang menemukan bahwa informasi laba lebih memiliki relevansi nilai dibandingkan dengan informasi nilai buku.
15
Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Laba Per Saham dan Nilai Buku Per Saham Terhadap Harga Saham Model I A. Sampel Konstanta (koefisien) Konstanta (t hitung) LPS (koefisien) LPS (t hitung) NBPS (koefisien) NBPS (t hitung) t tabel Adj. R2 Sig. F Change B. Subsampel IDI Tinggi Konstanta (koefisien) Konstanta (t hitung) LPS (koefisien) LPS (t hitung) NBPS (koefisien) NBPS (t hitung) t tabel Adj. R2 Sig. F Change
Model II
Model III
2.471*** 6.026 0.461*** 5.378 0.443*** 4.231 1.664 0.788 .000
3.957*** 17.038 0.769*** 15.466 1.664 0.744 .000
1.440*** 3.426 0.921*** 14.380 1.664 0.715 .000
3.033*** 4.748 0.565*** 5.465 0.307** 2.235 1.682 0.750 .000
4.258*** 12.428 0.744*** 10.861 1.681 0.727 .000
1.816** 2.346 0.887*** 7.890 1.681 0.582 .000
C. Subsampel IDI Rendah Konstanta (koefisien) Konstanta (t hitung) LPS (koefisien) LPS (t hitung) NBPS (koefisien) NBPS (t hitung) t tabel Adj. R2 Sig. F Change *** Signifikan pada level 1% ** Signifikan pada level 5% * Signifikan pada level 10% (marjinal)
4.3
2.341*** 4.044*** 4.279 13.258 0.270* 0.694*** 2.013 9.674 0.565*** 3.559 1.690 1.688 0.784 0.714 .000 .000 Model I : Pi = α0 + β1LPSi + β2NBPSi + εi Model II : Pi = α0 + β1LPSi + εi Model III : Pi = α0 + β2NBPSi + εi
1.723*** 3.654 0.848*** 11.054 1.688 0.766 .000
Perbandingan Relevansi Nilai antara Subsampel IDI Tinggi dan Subsampel IDI Rendah Tabel 4.3 Adjusted R2 Berdasarkan Regresi Untuk Subsampel IDI Tinggi dan Subsampel IDI Rendah Model I
Model II
Model III
A. Subsampel IDI Tinggi
.750
.727
.582
B. Subsampel IDI Rendah
.784
.714
.766
(.034)
.013
(.184)
C. Selisih Adjusted R2 (A-B) Model I : Pi = α0 + β1LPSi + β2NBPSi + εi Model II : Pi = α0 + β1LPSi + εi Model III : Pi = α0 + β2NBPSi + εi
16
Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa relevansi nilai laba pada subsampel IDI tinggi adalah lebih besar dibandingkan dengan subsampel IDI rendah yaitu 72,7% berbanding dengan 71,4%. Oleh sebab itu maka H3 diterima. Sedangkan apabila melihat penjelasan atas Tabel 4.3 berikutnya maka dapat disimpulkan bahwa relevansi nilai buku pada subsampel IDI tinggi adalah lebih kecil dibandingkan dengan susampel kepemilikan IDI rendah yaitu 58,2% berbanding dengan 76,6%. Oleh sebab itu maka H4 ditolak. Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa luasnya pengungkapan informasi khususnya pengungkapan informasi melalui website perusahaan dapat meningkatkan relevansi nilai dari laba. Terbukanya perusahaan dalam menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi investor di website perusahaannya menyebabkan investor percaya dan memperhatikan informasi-informasi yang diberikan. Selain itu, dengan kemudahan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan dimana informasi dapat diperoleh dengan waktu yang singkat dan biaya yang minim menjadikan investor menggunakan informasi-informasi yang didapat dari website yang disediakan oleh perusahaan untuk menilai perusahaan. Beberapa
alasan
tersebut
yang
selanjutnya
mendorong
investor
menggunakan informasi keuangan yang terdapat di website khususnya informasi laba untuk melakukan penilaian terhadap perusahaan yang tercermin dari harga saham dan pada akhirnya mendorong relevansi nilai dari laba itu sendiri. Hasil ini sesuai dengan tujuan pengungkapan informasi yaitu membantu tujuan pelaporan keuangan dalam menyajikan informasi keuangan yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusannya. Di sisi lain, hasil pengujian tersebut tidak dapat membuktikan bahwa luasnya pengungkapan informasi khususnya pengungkapan informasi melalui website perusahaan dapat meningkatkan relevansi nilai dari laba. Meskipun perusahaan telah
terbuka
dalam
memberikan
informasi-informasi
melalui
website
perusahannya namun hal tersebut tidak mendorong investor untuk memperhatikan informasi nilai buku. Alasan terjadinya perbedaan hasil yang didapat antara relevansi nilai dari laba dengan relevansi nilai dari nilai buku karena untuk mengakses informasi nilai buku yang di dalam penelitian ini di proksikan dengan Nilai Buku Per Saham
17
(NBPS) tidak semudah dalam mengakses informasi laba yang di dalam penelitian ini di proksikan dengan Laba Per Saham (LPS). Seperti yang diketahui, informasi LPS bisa langsung didapat dari laporan keuangan yang ada di website tanpa harus menghitungnya terlebih dahulu. Berbeda halnya dengan informasi NBPS dimana informasi NBPS tidak terdapat di dalam laporan keuangan yang mengharuskan investor mencari mencari terlebih dahulu informasi nilai ekuitas dan informasi saham yang beredar lalu menghitung sendiri untuk mendapatkan informasi NBPS. Alasan tidak praktisnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan ini yang selanjutnya membuat investor tidak terlalu memperhatikan informasi nilai buku pada perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi melalui website perusahaan. Dengan demikian, maka penemuan ini bertolak belakang dengan tujuan pengungkapan informasi yaitu membantu tujuan pelaporan keuangan dalam menyajikan informasi keuangan yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusannya. 5. PENUTUP Penelitian ini menemukan bahwa informasi akuntansi yaitu laba dan nilai buku tidak kehilangan kemampuannya dalam menjelaskan nilai perusahaan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa investor masih menggunakan informasi akuntansi khususnya informasi laba dan informasi nilai buku dalam melakukan penilaian terhadap perusahaan. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa informasi laba lebih berpengaruh terhadap harga saham dibandingkan dengan informasi nilai buku terhadap harga saham. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa informasi laba lebih digunakan oleh investor untuk melakukan penilaian terhadap perusahaan dibandingkan dengan informasi nilai buku. Simpulan berikutnya dalam penelitian ini adalah keluasan pengungkapan informasi melalui website perusahaan dapat meningkatkan relevansi nilai dari laba. Kesimpulan ini didapat setelah ditemukan hasil bahwa relevansi nilai dari laba pada perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi melalui website perusahaannya adalah lebih besar dibandingkan dengan relevansi nilai dari laba pada perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi melalui website
18
perusahaannya.
Namun,
penelitian
ini
menyimpulkan
bahwa
keluasan
pengungkapan informasi melalui website perusahaan tidak dapat meningkatkan relevansi nilai dari nilai buku. Kesimpulan ini didapat setelah ditemukan hasil bahwa relevansi nilai dari nilai buku pada perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi melalui website perusahaannya adalah lebih kecil dibandingkan dengan relevansi nilai buku pada perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit informasi melalui website perusahaannya. Keterbatasan dari penelitian ini adalah periode pengamatan dalam penelitian ini hanya satu periode yaitu tahun 2013. Selain itu, dalam pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin, peneliti mengambil tingkat kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode pengamatan dan memperkecil tingkat kelonggaran ketidaktelitian agar dapat memperoleh hasil yang lebih kokoh dalam pengujian hipotesis. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah variabel untuk pengukuran relevansi nilai informasi akuntansi seperti variabel arus kas, karena penelitian ini hanya menggunakan variabel laba dan nilai buku. Implementasi dari penelitian ini adalah memberikan suatu gambaran bahwa informasi akuntansi masih digunakan investor untuk melakukan penilaian terhadap perusahaan. Penelitian ini juga telah memberikan gambaran bahwa luasnya pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan khususnya pengungkapan informasi melalui website perusahaan dapat mendorong relevansi nilai informasi akuntansi yaitu informasi laba. Diperkirakan informasi nilai buku tidak dapat terdorong nilai relevansi nilainya akibat investor tidak praktis dalam memperoleh informasi nilai buku per saham di website perusahaan dan harus menghitung sendiri untuk mendapatkan informasi tersebut. Oleh sebab itu, diharapkan perusahaan memberikan informasi nilai buku per saham di website perusahaannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, Y. S. (2014). Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Alexa. (2014). Top Sites in Indonesia.(http://www.alexa.com/topsites/countries/ID (online) diakses 20 Juli 2014) Andriantomo., Yudianti, Ninik. (2013). The Value Relevance of Accounting Information at Indonesia Stock Exchange. International Conference on Business, Economics, and Accounting, 20-23 Maret 2013. Ashbaugh, H., Johnstone, K., & Warfield, T. (1999). Corporate Reporting on the Internet. Accounting Horizons, 13(3), 241-257. Bae, K.-H., dan Jeung, S. W. (2007). The Value-relevance of Earnings and Book Value, Ownership Structure, and Business Group Affiliation: Evidence From Korean Business Groups. Journal of Business Finance & Accounting, 34(5 & 6), 740-766. Ball, R., dan Brown, P. (1968). An Empirical of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research, autumn, 159-178. Chandra, Novie Mia. (2011). Analisis Pengaruh Internet Financial Reporting (IFR) dan Tingkat Pengungkapan Informasi Informasi Melalui Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Đorđević, Bojan., Đorđević, Mira., & Stanujkić, D. (2012). Investor Relations on the Internet: Analysis of Companies on the Serbian Stock Market. Economic Annals, 58(193), 113-135. Dwimulyani, Susi. (2010). Relevansi Nilai Informasi Akuntansi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, 5(2), 101-109. Fadhliyah, Alfi. (2008). Analisis Pengaruh Nilai Buku Ekuitas dan Laba Per Saham Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Francis, J., Schipper, K. (1999). Have Financial Statements Lost Their Relevance?. Journal of Accounting Research, 37, 319-352. Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Safri. (2003). Teori Akuntansi Keuangan (Edisi Kelima). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hargyantoro, Febrian. (2010). Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2009). Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (Rev.2011). Laba Per Saham. Penyajian Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.56. Ikhsan, A., dan Suprapto, H. B. (2008). Teori Akuntansi & Riset Multiparadigma. Yogyakarta: Graha Ilmu. International Accounting Standard Board (IASB). (2010). Conceptual Framework for Financial Reporting. Khotari, S. P., dan Zimmerman, Jerold. Price and Return Models. Journal of Accounting and Economic, 20, 155-192. Kusuma, Dewi Rachmat. (2014). Jumlah Investor di Pasar Modal RI Baru 350 Ribu Orang.(http://finance.detik.com/read/2014/05/03/154708/2572282/6/jum lah-investor-di-pasar-modal-ri-baru-350-ribu-orang (online) diakses 14 Juni 2014) Kusumo, Yuro Bimo. (2013). Relevansi Nilai Informasi Akuntansi, Sebelum Adopsi IFRS dan Setelah Adopsi IFRS Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Lai, S.-H., Lin, C., Lee, H.-C., & Wu. (2009). An Empirical Study of the Impact of Internet Financial Reporting on Stock Prices. The International Journal of Digital Accounting Research (10), 1-26. Nasih, M., dan Hariani, A. R. (2006). Value Relevance Laporan Keuangan di Indonesia dan Kaitannya Dengan Beban Iklan dan Promosi. Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26 Agustus 2006 Nilsson, Henrik. (2003). Essays on the Value Relevance of Financial Statement Information. Thesis. Department of Business Administration, Umea University. Ohlson, J. (1995). Earnings, Book Values, and Dividens in Equity Valuation. Contemporary Accounting Research, 11, 661-687.
Pinasti, Margani. (2004). Faktor-faktor yang Menjelaskan Variansi Relevansi-Nilai Informasi Akuntansi: Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif. Simposium Nasional Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004. Priyatno, D. (2008). Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Puspitaningtyas, Zarah. (2012). Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Manfaatnya Bagi Investor. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 164-183. Scott, W. R. (2009). Financial Accounting Theory. Toronto: Prentice-Hall International. Sekaran, Uma. (2003). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Sofwan, Fajar Lazuardi. (2013). Relevansi Nilai Laba Perusahaan, Nilai Buku, dan Struktur Kepemilikan Pada Perusahaan Group dan NonGroup di Indonesia. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Spanos, Loukas. (2006). Corporate Reporting on the Internet in a European Emerging Capital Market: the Geek Case. Department of Economic, University of Athens. Subekti, Imam. (2012). Relevansi Nilai Atas Informasi Akunatansi, Struktur Kepemilikan Saham, dan Afiliasi Group Bisnis Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XV, 20-23 September 2012. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi Ketiga). Yogyakarta: BPFE. Svensson, Elin., dan Larsson, Andreas. (2009). Value Relevance of Accounting Information-A Swedish Perspective. Bachelor thesis. Department of Business Administration, Gothenburg University. Traffic Estimate. (2014). Browse Website by Name. (http://www.trafficestimate.com/profiles/ websites/ (online) diakses 20 Juli 2014) Umar, Husein (2004). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.