Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
RE-STYLING INTERIOR TK KING’S KIDS SURABAYA Airin Valentine, Celvin Anlenxia, Dominica Giovanna Kailimang, Ellena Felicia Antono, Faustine Farellya Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Surabaya Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Service Learning (SL) merupakan salah satu metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar pada Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra, khususnya pada mata kuliah Manajemen Proyek. Melalui metode ini, mahasiswa diajak untuk menerapkan ilmu serta menyalurkan kreativitasnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh suatu komunitas atau masyarakat pada lingkup tertentu, dengan dasar pelayanan. Pada periode 2015/2016, sejumlah 25 orang mahasiswa peserta mata kuliah Manajemen Proyek mengaplikasikan metode SL dengan melakukan re-styling interior Taman Kanak-kanak (TK) King’s Kidz Surabaya, salah satu sekolah gratis bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Penggunaan konsep Biblical Story serta warna yang cerah, sangat cocok dan menjadikan suasana interior lebih mendukung proses belajar mengajar pada sekolah berbasis pengajaran yang berlandaskan iman Kristiani. Penambahan elemen visual berupa Biblical Mural pada dinding ruang juga membantu para siswa dalam memahami kisah Alkitab dengan lebih mudah. Diharapkan proyek dengan metode SL ini tidak hanya berakhir di sini, namun tetap berkesinambungan kedepannya dengan penambahan fasilitas pendukung belajar maupun bermain lainnya. Sehingga suasana belajar, mengajar, dan bermain semakin maksimal. Kata kunci: Service Learning, Re-styling, Pendidikan, Kristiani,
ABSTRACT Service Learning (SL) is one of the learning methods that applied in the process of learning-teaching system in Interior Design Department, Petra Christian University, especially in the “Project Management” subject. Through this method, the students has been able to apply their knowledge and creativity in solving the problems which faced by a community or society in particular as a student service activity. In the 2015/2016 academic period, 25 participants from the Management Project subject,applied the SL method by re-styling The King‟s Kidz Kindergarten Surabaya, as one of charge-free school for children from poor families. The use of „Biblical Story‟ concept and bright colors palletes, very fits and makes the ambience more support for the learning-teaching process in the Christian faith-based school. The additional of Biblical Murals on the walls as visual elements, also help the children in garsping the Bible story easily.With the smooth running of this process, hopefully this SL did not stop here but keep running to makes the facilities more complete and the environment reach the maximum standard. Keyword : Service Learning, Re-Styling, Education, Chritianity
277
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
LATAR BELAKANG Kegiatan akademis dengan metode Service Learning merupakan salah satu muatan dalam proses pendidikan di Universitas Kristen Petra. Melalui metode ini, mahasiswa diajak untuk terjun langsung mengaplikasikan ilmu dan kreativitas yang telah diperoleh pada mata kuliah tertentu. Pada program studi Desain Interior, metode Service Learning diterapkan dalam mata kuliah Manajemen Proyek yang membimbing mahasiswa tidak hanya menjadi desainer saja, namun juga dilatih untuk menjadi pemimpin suatu proyek yang dapat bernegosiasi dengan klien serta menkoordinasi anggota tim untuk melakukan perencanaan suatu proyek yang ideal. Pada periode akademik 2015/2016, metode Sevice Learning mata kuliah Manajemen Proyek diaplikasikan dengan re-styling sebuah sarana pendidikan yang juga ditujukan sebagai bentuk pengabdian masyarakat. Pendidikan adalah kunci kesuksesan. pendidikan dapat diperoleh dari berbagai pengalaman, proses hidup, dan pembelajaran yang berlangsung dari segala lingkungan yang akan mempengaruhi pertumbuhan setiap individu. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sampai usia 4 tahun tingkat kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50% pada usia 8 Tahun mencapai 80% tahun ke atas. Bredekamp dan Copple (1997) mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir sampai Delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan perkembangan, intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak. Usia ini merupakan masa keemasan atau golden age dan periode yang kritis dalam tumbuh kembang anak. Melalui pendidikan juga pola pikir dan kepribadian seseorang akan terbentuk secara alami. Namun realita yang terjadi di Indonesia memperoleh pendidikan yang sesuai standar tidaklah mudah, terutama bagi mereka kaum marginal. Anakanak dengan latar belakang ekonomi lemah cenderung terlupakan dan diremehkan. Padahal dalam Pembukaan UUD’45 telah tertulis “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Sesungguhnya pemerintah tidak tinggal diam dengan permasalahan ini. Kebijakan adanya sekolah gratis merupakan wujud nyata usaha pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dibutuhkan adanya kerjasama antara pemerintah dan kesadaran masyarakat umum untuk saling membantu dan berkontribusi mensukseskan citacita nasional. Kebijakan positif ini tidak berjalan berbanding lurus dengan realisasi dan perawatannya. Banyak terlihat fasilitas sekolah gratis yang kurang terawat dan tidak memenuhi standar. Hal ini akan mempengaruhi psikologis dan menurunkan semangat belajar anak. Sekolah gratis memang ditujukan untuk anak kurang mampun dengan kondisi ekonomi lemah, tapi bukan berarti hal ini menjadi alasan untuk mengurangi kualitas pendidikan mereka. Justru mereka lebih membutuhkan perhatian dan dukungan lebih untuk lebih memperjuangkan pedidikan dan masa depannya. Maka dari itu sebagai mahasiswa desain interior, hal paling sederhana untuk turut ambil bagian dalam membatu meningkatkan pendidikan berupa re-styling salah satu sekolah gratis. Dengan memperbaiki kondisi kelas, maka anak – anak tersebut akan mendapatkan kondisi sekolah yang lebih kondusif dan meningkatkan semangat belajar mereka untuk mendapatkan pendidikan yang setara.
278
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
MASALAH Taman Kanak-kanak (TK) Kristen King‟s Kidz merupakan sekolah gratis bagi anakanak dari keluarga kurang mampu yang berusia 4-5 tahun. Sekolah ini telah berdiri selama 3 tahun, dipelopori oleh Ibu Ruth Julia. Bangunan ini awalnya memiliki fungsi sebagai rumah tinggal yang sudah lama tidak digunakan, yang kemudian dialih fungsikan sebagai sarana pendidikan. Menurut literatur, fungsi ruang kelas TK adalah tempat belajar seraya bermain atau bermain sambil belajar dengan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Ruang kelas harus mempunyai akses langsung terhadap ruang-ruang pendukung belajar lainnya dengan kriteria penempatan ruang kelas yang tenang dan terhindar dari semua bentuk aktivitas aktif yang dapat menimbulkan gangguan suara. Sehingga dapat dikatakan bangunan yang digunakan TK King’s Kidz kurang mencapai standar fungsi ruang bagi sekolah setaraf TK. Selain itu fasilitas yang ada juga masih minim, contohnya saja tidak ada permainan edukasi yang menstimulasi kecerdasan anak seusia TK. Bagi pihak orang tua murid, fasilitas yang sudah ditawarkan pada sekolah ini dianggap cukup layak. Tetapi jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum lainnya, bisa dikatakan bahwa TK King’s Kids ini kurang dapat meningkatkan semangat belajar anak. Terutama bagi anak-anak usia dini (3-5 tahun) yang memerlukan suasana yang dapat memancing kreativitas dan semangat belajar, karena anak kecil cenderung mudah bosan dan sulit berkonsentrasi. Pada usia dini, psikologi anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Aneka ragam warna perlu ditampilkan agar kreatifitas anak-anak dapat terstimulasi. Begitu pula dari penataan ruang yang lebih luang dan rapi sangat membantu anak-anak untuk berkreasi lebih luas dan bebas. Berangkat dari hal tersebut, mahasiswa desain interior mengambil bagian dalam mengabdi kepada Negara untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pada anak usia dini. Tidak hanya itu, mahasiswa juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk terlibat dalam kegiatan ini, diantaranya yaitu ArtGrass, PT. Sumber Djaja Prakarsa (Duma), dan PT. Mikatasa Agung (TAKA Paint). Kontribusi dari pihak mahasiswa diberikan berupa proses re-styling kelas menggunakan konsep yang menyesuaikan visi misi sekolah tersebut. Sedangkan dari pihak corporate yang terlibat, kontribusi diberikan dalam rupa pengadaan material dan bahan yang dibutuhkan. Dengan sedikit perhatian melalui bantuan penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih baik, akan sangat membantu perkembangan dan proses belajar bagi anak-anak yang kurang mampu.
METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan yang akan digunakan yaitu metode service learning, metode penerapan IPTEK bagi masyarakat, dan mediasi. Ming,et al. (cit. Permaul, 2009) mencatat bahwa “Service learning memadukan studi akademis dengan pengabdian masyarakat secara sukarela. Pengabdian yang dilakukan oleh para mahasiswa menggambarkan dan memperkuat studi akademis mereka melalui proses pemikiran kritis dan refleksi diri.” Menggunakan metode penerapan IPTEK dalam masyarakat, kegiatan ini menghasilkan produk bagi konsumen berupa
279
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
ruang-ruang yang lebih kondusif untuk aktivitas belajar mengajar pada sekolah TK King’s Kidz. Metode ketiga yang digunakan adalah metode mediasi. Metode mediasi merupakan metode untuk kegiatan yang didalamnya pelaksana PkM memposisikan diri sebagai mediator para pihak yang terkait dan bersama-sama menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud sebagai pihak terkait adalah seluruh pihak TK King’s Kids terutama murid-murid serta guru-guru yang mengajar. Sedangkan mahasiswa Desain Interior Universitas Kristen Petra bertindak sebagai pelaksana PkM yang bertindak sebagai mediator yang melakukan negosiasi serta melakukan pengajuan desain sebagai materi untuk pemecahan masalah. Pelaksanaan re-styling proyek berjalan selama ±3 bulan. Kegiatan re-styling dilakukan pada ruang kelas TK A, ruang kelas TK B serta pembuatan reading corner pada area ruang tengah, yang meliputi pengecatan dinding dengan biblical mural, penambahan storage, penataan storage eksisting, penambahan reading corner, dan membenahi beberapa fasilitas eksisting. Teknik Pengumpulan Data Kegiatan service learning ini menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan survey data lapangan. Wawancara terhadap pemilik dan pengajar :
(1)
Nama Sekolah Alamat Penanggung Jawab Kepala Sekolah
: TK Kristen King's Kids : Jl. Raya Darmo Harapan Utara ET-3 : Ibu Ruth Julia, : Ibu Ria dengan kontak Telp : 085784392565.
Dari hasil wawancara, dididapat kesepakatan bahwa konsep yang ingin diangkat yaitu Biblical Concept, dimana dinding pada ruang-ruang kelas diberi lukisan yang menceritakan kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab. Hal ini bertujuan agar para murid mendapatkan pendidikan yang berbasis ajaran Kristiani dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan. Selain melalui dinding mural, pendidikan rohani juga diterapkan melalui acara doa bersama serta praise and worship setiap hari Jumat di Ruang Kelas TK A karena ruang tersebut lebih luas bila dibandingkan dengan Ruang Kelas TK B. Tidak hanya pendidikan rohani saja, untuk menjaga kesehatan jasmani para murid, diadakan senam pagi setiap hari Jumat pagi di ruang kelas masing-masing. Pada siang hari, area ruang tengah digunakan sebagai tempat untuk makan siang bersama. Namun terdapat kendala, yaitu para guru harus memindahkan kursi dan meja dari ruang kelas ke ruang tengah yang digunakan sebagai fasilitas makan sehingga kurang praktis dan efisien. Teknik pengumpulan data kedua adalah teknik survey data lapangan yang berfungsi untuk mengetahui suasana dan
peletakkan serta organisasi ruang pada TK King’s Kids. Terdapat 2 ruang kelas, yaitu TK A dan TK B pada area sebelah kiri. Ruang Kelas TK A lebih luas dibandingkan dengan ruang kelas TK B. Luas Ruang Kelas TK A ±35 m², sedangkan luas Ruang 280
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
kelas TK B ±19 m². Pada area ruang tengah TK King’s Kidz berfungsi sebagai hall. Pintu dapur terhubung dengan ruang tengah sehingga memudahkan akses saat menyiapkan makan siang. Pada bagian belakang rumah terdapat taman yang berfungsi untuk memberi sentuhan kesegaran pada TK King’s Kidz. (2)
Teknik Analisis Data Ruang Kelas TK A Ruang kelas TK A terletak pada bagian belakang dan cukup luas. Sebagian besar dinding cukup sederhana dengan cat berwarna putih. Sesuai dengan visi misi sekolah yang menganut nilai kekristenan, maka dinding pada kelas ini diberi mural yang berkonsep biblical untuk mengajarkan nilai keKristenan pada para murid. Ditinjau dari sisi furniture, peletakan rak sepatu yang dekat dengan white board dirasa kurang tepat sehingga menimbulkan kesan tidak nyaman dan memerlukan penataan ulang yang lebih baik dan tepat. Ruang Kelas TK B Ruang kelas TK B terletak pada bagian depan dan memiliki luas yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan ruang kelas TK A. Dindingdindingnya pun hanya di cat putih polos sehingga kurang menarik dan kurang mendukung proses belajar mengajar. Adanya meja besar di tengah ruangan dan kursi-kursi yang menumpuk di sudut ruangan membuat ruang ini terasa sempit. Ruang Tengah Pada ruang tengah yang cukup luas menjadi terkesan sempit akibat banyaknya barang yang terletak di sekitar dinding ruangan. Hal ini dapat diantisipasi dengan mengurangi jumlah barang yang ada, dan sebagai gantinya menambahkan read corner sebagai fasilitas untuk membaca buku. (4) Lokasi, waktu, dan durasi kegiatan. Tempat : TK King‟s Kidz Jl. Raya Darmo Harapan Utara ET 3 Hari, tanggal : Tanggal 23 – 29 Oktober 2015 Survey lapangan
: Tanggal 30 Oktober 2015 sampai Tanggal 8 November 2015 (Analisa site dan pengukuran) 281
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Perencanaan Desain (Tim Mahasiswa Desain Interior) mencari data lapangan dilaksanakan pada Tanggal 9 November 2015 sampai dengan Tanggal 3 Desember 2015 dalam bentuk Pengajuan desain, revisi, dan penetapan desain terpilih yang dilanjutkan dengan eksekusi lapangan. I. Pembuatan Biblical Mural Ruang kelas TK A dan TK B. II. Pembuatan Reading Corner (pembuatan storage dan penataan fasilitas pendukung antara lain: buku, PC, TV). Tanggal 4 Desember 2015 Proses serah terima kepada pihak TK King‟s Kidz. Aktivitas bersama anak-anak TK King‟s Kidz.
HASIL DAN PEMBAHASAN Anak-anak pada usia TK masih masuk dalam jenjang golden age (0-5 tahun), yang mana pada tahap ini perkembangan fisik dan otak anak sangat baik. Jenjang TK juga merupakan tahap dimana anak-anak melakukan transisi perilaku, yang ditunjukan melalui rasa keingin tahuan dan rasa inisiatif yang lebih tinggi dari sebelumnya. Anak-anak TK juga sudah mulai mengenal bentukbentuk dasar, warna, dan symbol- symbol tertentu. Namun, pada lokasi kegiatan SL, ada 2 permasalahan yang kurang mendukung aktifitas dan perkembangan anak-anak pada usia dini, diantaranya yaitu : 5. Suasana ruang yang kurang mendukung proses belajar di sekolah setaraf Taman Kanak-Kanak. Permasalahan yang pertama berangkat dari fungsi banguanan pada awalnya. Karena bangunan awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal yang sudah lama tidak ditempati dan tidak dirawat, maka suasana interiornya sangat tidak memfasilitasi untuk digunakan sebagai learning space. Menurut Preiser dalam Laurens (2004:1) menjelaskan bahwa kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Adapun lingkungan fisik tersebut antara lain berupa kondisi fisik hunian (bangunan), ruang (interior) beserta segala perabotnya, dan sebagainya. Suatu interior yang dirancang dengan baik akan mempengaruhi kemudahan belajar bagi anak dan dapat mengurangi perilaku yang bersifat negative. Penggunaan warna yang tepat salah satunya, merupakan salah satu upaya yang cukup berpengaruh untuk menstimulus perilaku anak dalam merespon situasi. Pada usia dini diperlukan susasana ruang dengan warna-warna cerah dan kontras namun tidak menyilaukan agar mata anak-anak tidak mudah lelah. Sebagai penyelesaian permasalahan yang pertama, solusi yang diberikan adalah pembuatan Biblical Mural pada ruang kelas TK A, TK B, dan pada reading corner. Warna yang digunakan untuk finishing pewarnaan adalah warna-warna yang kontras namun tidak menyilaukan anak-anak. 282
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Pada bagian lantai juga menggunakan finishing agar saat tidak menggunakan kursi anak-anak tetap merasa nyaman duduk di bawah. Sebelum dilakukannya proses re-styling, tidak ada fasilitas atau ruang khusus yang mewadahi kebutuhan aktivitas baik siswa maupun guru yang mengajar di lokasi. Hanya tersedia 2 ruang kelas yang cukup sempit untuk mewadahi aktivitas, terutama saat siswa TK A dn TK B dilebur menjadi satu. Salah satu aktivitas TK King’s Kidz adalah belajar menggunakan media video animasi. Sebelum dilakukan re-styling, para siswa menonton beramai-ramai di dalam ruang TK A. Situasi ini membuat kebebasan anak dalam bergerak menjadi terbatas, karena akan mengganggu yang lainnya. Selain itu, masalah lainnya yang timbul yaitu, guru selalu kerepotan memindah perlengkapan menonton keluar masuk berkali-kali. 2.
Masih minimnya fasilitas pendukung proses belajar dan bermain bagi siswa TK King’s Kidz
Maka solusi dari permasalahan yang kedua adalah dengan pengadaan reading corner yang juga memfasilitasi untuk area multimedia. Area yang digunakan berada di ruang tengah antara pantry dan gudang. Pada area ini, ditambahkan furniture berupa rak buku lantai yang juga berfungsi sebagai meja TV dan komputer Dengan begitu guru tidak perlu memindah-pindahkan peralatan menonton lagi, dan bagi para siswa, ruang gerak mereka lebih luas. Dan apabila perlu dilakukan pembelajaran untuk melatih system motoric, ruang gerak cukup luas. Sehingga siswa dapat bergerak lebih bebas. Setelah menjalani 3 bulan pengerjaan proyek, ada kendala-kendala yang muncul. Seperti misalnya keterbatasan waktu pengerjaan, karena mahasiswa yang terlibat juga masih memiliki tanggungan perkuliahan. Proses pengerjaan hanya dilakukan pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Sehingga realisasi rencana pengadaan fasilitas belum maksimal seperti yang di rencanakan di awal, contohnya penambahan ambalan di ruang kelas belum sesuai jumlah yang direncanakan. Namun tidak mempengaruhi fungsi guna ruangan. Keterbatasan waktu juga memberi cukup kesusahan pada negosiasi yang dilakukan saat mengajak sejumlah perusahaan untuk terlibat dalam kegiatan ini, karena jarak pengajuan proposal ke perusahaan dengan jadwal pengerjaan di lapangan terlalu berhimpit, sedangkan pada masing-masing perusahaan memiliki prosedur persetujuan yang membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan. Akhirnya hanya 3 perusahaan yang menyetujui untuk bekerja sama.
KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan ini telah menjadi dampak bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, berikut penguraiannya : o Mahasiswa Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra Mahasiswa secara tidak langsung terlatih untuk menghadapi situasi riil yang terjadi di lapangan. Masalah yang tidak terduga di awal, melatih mahasiswa untuk tanggap, berpikir kritis dan mampu memutuskan sesuatu dengan waktu yang singkat namun tetap memikirkan dampak jangka panjang. Selain itu mahasiswa juga terlatih untuk bernegosiasi dengan pihak luar dan mencari solusi yang dapat meyakinkan klien. o Perusahaan yang terlibat kerjasama dalam kegiatan ini dapat ditunjukkan pada setiap perusahaan, masing-masing memiliki tuntutan untuk mengadakan kegiatan yang bersifat untuk pengabdian kepada Negara. Dengan bergabungnya perusahaan yang antara lain ArtGrass, PT. Sumber Djaja Prakarsa (Duma), dan PT. Mikatasa Agung (TAKA Paint); maka dalam catata . 283
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
TK King’s Kidz Surabaya. Dengan terealisasinya kegiatan ini, maka permasalahan yang ada sebelumnya sudah menemukan solusi sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih kondusif, serta semangat siswa dan guru dalam proses belajar mengajar semakin meningkat. Melihat respon positif yang diberikan dari masing-masing pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini, maka penulis menyarankan agar kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai di sini saja, namun jika memungkinkan dilanjutkan di periode akademik berikutnya atau sebagai alternatif lain juga dapat dilakukan oleh pihak lainnya sesuai bidang peminatan masing-masing. Contoh alternatif bidang peminatan serta bentuk kegiatan yang disarankan oleh penulis antara lain: Unsur Seni pada tahapan anak usia TK, pengembangan sistem motorik dan sangatlah penting. o Salah satu cara yang mudah dilakukan yaitu dengan mengadakan aktivitas kelas seperti melipat origami. Saat ini, bentukan origami sangatlah bervariatif, maka dapat dilakukan pelatihan seni melipat origami bagi guru-guru di TK King’s Kidz yang diberikan oleh praktisi, yang kemudian dapat diaplikasikan pada siswa TK King’s Kidz. Psikologi Anak-anak memiliki karakter yang berbeda-beda pada setiap individu. Pada anak usia o dini masih belum bisa mengontrol emosinya masing-masing. Modal khusus sangat dibutuhkan bagi para guru untuk mengenali dan menghadapi masing-masing siswanya. Maka saran kegiatan yang diajukan bagi bidang peminatan ini dapat berupa workshop tentang cara mengenali karakter dan cara menghadapinya. Apabila kegiatan ini dapat berkesinambungan kedepannya maka diharapkan sekolah gratis ini dapat menyetarai dengan standar TK lainnya. Sehingga anak-anak semakin termotivasi untuk melanjutkan pendidikan kedepannya, tanpa terganggu oleh kekurangan yang melatarbelakanginya. o
DAFTAR PUSTAKA Bredekamp dan Copple, 1997. Model-model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ghiyats Alfiani Puspita Darutami, Dita. (2012). “Hubungan Kualitas Interior Ruang Kelas dan Motivasi Belajar Anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Depok Yogyakarta”. Astrini, Wulan. (2005). “Pengaruh Interior Ruang Belajar dan Bermain Terhadap Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Anak di Tk Negeri Pembina Malang”. Universitas Kristen Petra. 3. 1. Adi Purnomo, Kresna. (2010). “Desain Interior Sekolah Taman Kanak Kanak Cuypers Global School di Surakarta (Dengan Pendekatan Konsep Modern)”. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=55886&val=407
SESI TANYA JAWAB Nama Pemakalah Dominica Giovanna Kailimang
Nama Penanya
Asal Institusi
Prof.Johan na Endang Prawitasari ,Ph.D
Universitas Kristen Krida Wacana
Isi Pertanyaan
Jawaban
Ruang dari Alkitab agama anak-anak?
Itu merupakan design awal yang sudah mendasi dasar karena sekolah berbasis kristen
Bagaimana dengan issue kristenisasi bila agama orang tua anak beragama?
Terkait service learning, guru selesai bekerja sehingga pembelajaran setelah sepulang sekolah. Biasanya guru-guru disana ikut menemani dan mengawasi. Kristenisasi tidak ada karena awal sudah
284
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X jelas.
Yohanes Budi Sarwo
UNIKASo egijapranat a
PAUD yang direnovasi milik yayasan atau negara?
PAUD Milik Yayasan Kristen
Dalam sekolah dimunculkan gambar yang nuansanya kristiani, apakah tidak jadi masalah jika PAUD tersebut bukan milik yayasan kristen Apakah Indikator /tanda bahwa sehingga interior ini berpengaruh terhadap proses belajar mengajar? Apakah ada kendala saat mencari sponsor ke perusahaan ? Serta penduduk sekitar?
Pada saat awal sudah berbasis kekristenan karena yayasan kristen, pada saat pendaftaran orang tua sudah mengetahui klo sekolah tersebut berbasis kristen
Sarlina Palimbong
UKSW
Laurentius Kuncoro, S.T.,M.En g
UKDW Yogyakarta
Cynthia Hayat
Universitas Kristen Krida Wacana
Apa landasan/dasar penentuan mitra?
Arwyn W.Nusawa kan
Universitas Kristen Satya Wacana
Terkait kegiatan service learning di TK tersebut, bagaimana proses pelibatan pengurus / guru TK dalam kegiatan ini?
285
indikator : proses tidak berhenti tetapi jurusan kami tetap follow up TK tersebut, dengan langsung menanyakan langsung pada anak TK. Kendala sponsor ada krn tiap perusahaan berbeda-beda untuk tutup buku, apabila memasuki harus awal tahun. Kami banyak ditolak tetapi tetap maju terus mencari kita sudah, dengan penentuan awal Dasar penentuan : cat ruang TK A, Mural dan memberikan perabot dan ditentukan design lantai kemudian mencari melalui program CSR kemudian difollowup kembali.penentuan berdasarkan design kita. Guru-guru bekerja seusai mereka sekolah, anak-anak pulang baru kami melakukan re-styling ruang.kami tidak berharap guru-guru untuk membantu