Resensi Buku ISSN : 0852-8489 e- ISSN : 2460-8165
Rasisme dan Marginalisasi dalam Sejarah Sosiologi Amerika Penulis: Oki Rahadianto Sutopo Dipublikasikan oleh: LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi FISIP-UI Diterima: Juli 2016; Disetujui: Juli 2016
MASYARAKAT, Jurnal Sosiologi, diterbitkan oleh LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia. Jurnal ini menjadi media informasi dan komunikasi dalam rangka pengembangan sosiologi di Indonesia. Redaksi MASYARAKAT mengundang para sosiolog, peminat sosiologi dan para mahasiswa untuk berdiskusi dan menulis secara bebas dan kreatif demi pengembangan sosiologi di Indonesia. Untuk kriteria dan panduan penulisan artikel maupun resensi buku, silahkan kunjungi tautan berikut: www.journal.ui.ac.id/mjs
Untuk mengutip artikel ini (ASA Style): Sutopo, Oki Rahadianto. 2016. “Rasisme dan Marginalisasi dalam Sejarah Sosiologi Amerika.” MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi 21(2):285-290.
SK Dirjen Dikti Akreditasi Jurnal No. 80/DIKTI/Kep/2012
Resensi
Rasisme dan Marginalisasi dalam Sejarah Sosiologi Amerika Oki Rahadianto Sutopo Jurusan Sosiologi FISIPOL Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected]
Morris, Aldon. D. 2015. The Scholar Denied: W.E.B Du Bois and the Birth of Modern Sociology. USA: University of California Press. xxvi+271 halaman. Hasil karya Aldon D. Morris, profesor sosiologi dan studi AfrikaAmerika dari Northwestern University ini penting untuk dibaca oleh sosiolog Indonesia yang peduli terhadap isu-isu keadilan sosial dan relasi kuasa yang tidak seimbang dalam produksi pengetahuan global. Dalam The Scholar Denied, Morris mencoba melakukan rekonstruksi terhadap sejarah sosiologi Amerika secara meyakinkan melalui sumber primer dan sekunder baik berupa dokumen-dokumen sejarah seperti surat-surat pribadi, autobiografi, tulisan-tulisan ilmiah, prosiding konferensi dan studi-studi sosiologi sebelumnya. Secara khusus, Morris mencoba memunculkan narasi alternatif mengenai pentingnya peran sosiolog keturunan Afrika/Amerika W.E.B Du Bois dan Atlanta school of sociology sebagai peletak dasar tradisi ilmiah ilmu sosiologi di Amerika. Studi dari Morris ini merupakan temuan yang menarik dan layak untuk diperdebatkan secara akademis karena dalam sejarah sosiologi Amerika Chicago School-lah yang secara taken for granted dianggap sebagai perintis tradisi ilmiah sosiologi, terutama melalui sosiolog-sosiolog kulit putih seperti: Albion Small, Florian Znanecki, W.I Thomas, dan Robert Park. Menurut Morris, W.E.B Du Bois dan tim peneliti Atlanta school1 pada masanya telah menghasilkan studi-studi sosiologi yang berpengaruh seperti The Philadelphia Negro 1
Atlanta School terdiri dari peneliti, akademisi, dan aktivis yang simpati terhadap program penelitian dan agenda aktivisme dari W.E.B Du Bois, salah satunya adalah pendiri Hull House, Jane Adams.
286 |
OKI R AHADIANTO SUTOPO
(1899), The Negro Artisan (1902), The Souls of Black Folk (1903), dan Atlanta University Series (1898-1910) jauh mendahului publikasi pertama Florian Znanecki dari Universitas Chicago, yaitu The Polish Peasant in Europe and America (1918), ataupun studi mengenai ras dari Robert Park, yaitu Race and Culture (1950), namun dalam sejarah sosiologi, peran Du Bois cenderung termarginalkan. Hal ini karena rasisme mengakar tidak hanya dalam budaya Amerika, namun juga termanifestasi dalam reproduksi pengetahuan sosiologi sekaligus pola pikir sosiolog-sosiolog perintis itu sendiri. Jika temuan dari Morris ini benar, saya sepakat dengan provokasi dari Profesor Julian Go (2016) dari Universitas Boston yang menjelaskan bahwa mengapa kita menghabiskan banyak waktu mempelajari, menulis, dan berdebat mengenai Chicago school? Sebagai pengajar sosiologi, mengapa kita tidak pernah memasukkan karya-karya W.E.B Du Bois dalam silabus perkuliahan, misalnya mata kuliah pengantar sosiologi, sejarah pemikiran sosiologi atau sosiologi klasik? Lebih lanjut, jika temuan Morris ini benar, di sisi mana kita akan menempatkan pemikiran W.E.B Du Bois? Apakah di antara canon-canon sosiolog yang lain ataukah sebagai sosiolog pertama yang meletakkan dasar ilmiah dalam sosiologi Amerika? Dalam konteks sosiologi Indonesia, bagaimana kita sebagai sosiolog akan merespon temuan dari Morris tersebut? Dalam jangka panjang, akankah kita berani menulis ulang buku-buku teks sosiologi baik di tingkat sekolah menengah atas (SMA) maupun universitas yang sangat Amerika-sentris tersebut? Di sisi yang lain, secara realistis akankah kita sebagai sosiolog tersadar bahwa selama ini reproduksi pengetahuan khususnya sosiologi telah terdistorsi oleh rasisme dan berani melakukan perlawanan? Hal ini perlu menjadi renungan ke depan bagi sosiolog-sosiolog Indonesia jika ingin meneruskan agenda decentering social theory (Connell 2013; Go 2013). Dalam The Scholar Denied, Morris menceritakan bahwa Du Bois merupakan keturunan Afrika-Amerika pertama yang mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Harvard dan memperoleh kesempatan untuk belajar dengan dua pemikir terkemuka Adolph Wagner dan Gustav von Schmoller dari Universitas Berlin (Morris 2015:15). Sebagai seorang sosiolog sekaligus aktivis di era di mana rasisme diterima secara apa adanya dan secara sistematis direproduksi tidak hanya melalui kebijakan dan interaksi dalam kehidupan seharihari, namun juga melalui justifikasi ilmiah untuk mempertahankan M A S YA R A K AT Ju rna l Sosiologi Vol. 21, No. 2 , Ju li 2016: 285 -290
R ASISME DAN MARGINALISASI
| 287
privilege dari warga kulit putih, Du Bois memfokuskan studinya pada isu-isu mengenai ras. Kontras dengan wacana dominan dari penganut eugenics dan darwinisme pada waktu itu yang mereproduksi bahwa ras kulit hitam berada dalam posisi inferior secara fisik dan kultural, menurut Du Bois, inferioritas tersebut merupakan produk dari konstruksi sosial (Morris 2015:29). Hal ini meliputi reproduksi sistem perbudakan, segregasi ras—termasuk yang termanifestasi dalam kebijakan nasional Amerika pada waktu itu. Untuk mengonstruksi wacana alternatif tersebut, Du Bois melakukan studi empiris dengan mixed methods di komunitas kulit hitam Philadelphia. Hasil studi ini dipublikasikan dalam The Philadelphia Negro dan The Negroes of Farmville dan menurut Morris merupakan pioner studi empiris sosiologi pertama dalam tradisi Amerika (Morris 2015:45). Sebagaimana dijelaskan oleh Jerabek (2016:1394), “The Philadelphia Negro was a model and example of how to handle research design, data collection and data analysis in empirical investigations.” Bagi Du Bois, studi empiris ini penting guna melawan asumsi rasis dan prasangka dalam produksi pengetahuan atau scientific racism (Morris 2015:55) terutama yang diwakili oleh para intelektual kulit putih. Dalam bab 4 dan 5 di buku ini, keterlibatan Du Bois sebagai public sociologist 2 dalam melawan rasisme juga ditunjukkan dalam perdebatannya mengenai kebijakan publik bagi pemberdayaan keturunan AfrikaAmerika dengan Booker T. Washington yang didukung oleh Robert Park dari Universitas Chicago. Du Bois menentang rekomendasi dari Booker T. Washington yang menjelaskan bahwa keturunan AfrikaAmerika lebih cocok bekerja sebagai buruh manual dan berasimilasi dengan budaya kulit putih supaya lebih maju. Menurut Du Bois, pola pikir ini sangat kental dengan bias rasisme dan direproduksi untuk mempertahankan keistimewaan kaum kulit putih. Dalam bab 3 dan 7 Morris menjelaskan kontribusi Du Bois berlanjut saat mengembangkan disiplin sosiologi dan mendirikan laboratorium sosiologi di Universitas Atlanta. Sebelum memutuskan mengajar di Universitas Atlanta yang mayoritas muridnya adalah keturunan Afrika-Amerika, Du Bois mencoba melamar di berbagai Universitas “kulit putih” namun tidak diterima karena perbedaan warna kulit meskipun Du Bois telah menghasilkan karya yang 2
Public sociologist merupakan tipe sosiolog yang aktif terlibat dalam isu-isu publik dan secara kritis berkontribusi dalam pemecahan masalah-masalah publik (Burawoy 2004). M A S YA R A K AT Ju rna l Sosiologi Vol. 21, No. 2 , Ju li 2016: 285 -290
288 |
OKI R AHADIANTO SUTOPO
berpengaruh. Menurut Morris, jauh sebelum Universitas Chicago mengklaim kota Chicago sebagai laboratorium untuk studi perkotaan secara empiris, Du Bois telah memulai inisiatif yang sama dengan menggunakan kota Atlanta sebagai laboratorium untuk studi empiris mengenai segregasi rasial. Dari sini lahir karya-karya berpengaruh mengenai ras, termasuk The Negro Artisan (1902) dan Atlanta University Series (1898-1910) yang disunting oleh Du Bois. Di sana ia juga “mencetak” sosiolog-sosiolog keturunan Afrika Amerika hasil bimbingannya dan secara teratur menginisiasi konferensi Atlanta (Morris 2015:79) selama 12 tahun yang menghasilkan prosiding konferensi yang berpengaruh dalam produksi pengetahuan mengenai sosiologi dan ras di Amerika. Melalui Atlanta school ini pula Du Bois memformulasikan konsepnya mengenai double consciousness berdasarkan pengalaman keturunan Afrika-Amerika sebagaimana dijelaskannya: “The Negro is a sort of seventh son, born with a veil, and gifted with second sight in this American world a world which yields him no true self consciousness, but only lets him see himself through the revelation of the other world.” (Du Bois 1903: 3). Dalam bab 6 dan 8, dengan bukti empiris yang kuat, Morris juga berhasil menunjukkan pengaruh Du Bois terhadap pemikiran Max Weber terutama mengenai ras. Hal ini ditunjukkan melalui bukti korespondensi surat antara Du Bois dan Weber. Lebih lanjut Weber bahkan meminta Du Bois untuk berkontribusi dalam jurnal yang dikelolanya di Jerman dan memfasilitasi karya Du Bois untuk diterjemahkan dalam Bahasa Jerman. Bukti yang ditunjukkan oleh Morris ini menarik untuk dielaborasi lebih lanjut karena selama ini yang tertulis dalam sejarah adalah Max Weber-lah yang memengaruhi pemikiran Du Bois mengenai ras. Dalam bab 8, Morris juga menceritakan mengenai pengaruh dari karya Du Bois, The Philadelphia Negro (1899), terhadap karya monumental dari Gunnar Myrdal, The American Dilemma (1944), yang memengaruhi cara pandang Amerika mengenai ras: “We cannot close this description of what a study of a Negro community should be without calling attention to the study which best meets our requirement, a study which is now all but forgotten. We refer to W.E.B Du Bois, The Philadelphia Negro, published in 1899.” (Morris 2015:216). Dalam The Scholar Denied, Morris menunjukkan bagaimana rasisme sangat melekat dalam berbagai ranah kehidupan di Amerika termasuk dalam disiplin sosiologi pada abad 20: “As research for this M A S YA R A K AT Ju rna l Sosiologi Vol. 21, No. 2 , Ju li 2016: 285 -290
R ASISME DAN MARGINALISASI
| 2 89
book proceeded, I was surprised by how deeply racism was embedded in American social science during most of twentieth century.” (Morris 2015:221). Sebagaimana ditunjukkan dalam bukti-bukti dokumen, meskipun Du Bois berjasa sebagai pioner sosiologi ilmiah pertama di Amerika melalui Atlanta school yang produktif dalam menghasilkan karya ilmiah mengenai sosiologi ras dan secara aktif melakukan advokasi publik mengenai ketidakadilan akibat rasisme, namun perannya dengan sengaja dimarginalkan dalam sejarah sosiologi Amerika. Secara kontras, sejarah sosiologi Amerika justru mengklaim peran dari Universitas Chicago yang didominasi sosiolog berkulit putih sebagai perintis studi ilmiah sosiologi pertama di Amerika. Penolakan dan penyangkalan terhadap sumbangsih Du Bois karena faktor rasisme ini menurut penulis berpengaruh besar tidak hanya dalam sejarah sosiologi Amerika, namun lebih dalam lagi yaitu menyangkut aspek epistemologi, ontologi, dan aksiologi dari sosiologi itu sendiri, tidak terkecuali dalam produksi pengetahuan sosiologi di Indonesia. Buku ini berhak mendapatkan pujian atas keberhasilannya melalui bukti-bukti dokumen sejarah yang kuat dan detail untuk mengonstruksikan sejarah dan produksi pengetahuan alternatif mengenai peran Du Bois, seorang keturunan Afrika-Amerika dalam pembentukan sosiologi Amerika. Inisiatif ini perlu dihargai, disambut hangat, dan dilanjutkan di berbagai tradisi sosiologi di negara-negara lain sebagai upaya untuk melawan rasisme dan marginalisasi dalam produksi pengetahuan sosiologi yang sampai sekarang secara implisit masih berlanjut dalam berbagai level. Proses penyadaran kritis perlu dilakukan dan secara perlahan membongkar selubung-selubung hegemoni yang telah lama terpatri dalam pikiran kita mengenai superioritas kulit putih dan inferioritas kulit berwarna. Buku ini menunjukkan bahwa setiap ras memiliki posisi dan potensi yang sama untuk berkarya. Secara implisit, isi buku ini juga menawarkan agenda bahwa segala macam bentuk rasisme harus dilawan! Dalam konteks sosiologi di Indonesia, buku ini dapat digunakan sebagai pemantik diskusi dan inspirasi perumusan agenda guna mendekonstruksi narasi-narasi besar sejarah sosiologi yang telah diterima apa adanya sejak sosiologi Amerika diinternalisasi pada era Orde Baru (Samuel 1999). Buku ini juga dapat menjadi inspirasi untuk menggali sumbangan sosiolog-sosiolog Indonesia yang pada masa lalu termarginalkan oleh rezim karena berasal dari ras minoritas, M A S YA R A K AT Ju rna l Sosiologi Vol. 21, No. 2 , Ju li 2016: 285 -290
29 0 |
OKI R AHADIANTO SUTOPO
berideologi Marxis, dan kritis terhadap kebijakan penguasa. Dalam konteks produksi pengetahuan Sosiologi secara global, karya Morris ini perlu direnungkan dan direfleksikan secara kritis. Bukankah pembagian kerja mengenai sosiolog dari metropole sebagai pembuat teori dan sosiolog dari pinggiran (periphery) sebagai buruh pengumpul data juga merupakan bentuk rasisme yang tersembunyi dan terus direproduksi hingga saat ini?
DA F TA R PU S TA K A
Burawoy, Michael. 2004. “Public Sociologies: Contradictions, Dilemmas and Possibilities.” Social Forces 82(4):1603-1618. Connell, Raewyn. 2013. “Under Southern Skies.” Hlm. 173-182 dalam Political Power and Social Theory. Volume 25. Disunting oleh J. Go. UK: Emerald Group Publishing Limited. Du Bois, W.E.B. 1903. The Souls of Black Folk. Oxford: Oxford University Press. Go, Julian. 2013. “For a Postcolonial Sociology.” Theory and Society 42(1):25-55. _______. 2016. “The Case of Scholarly Repatriations: Race, the History of Sociology, and the Marginalized Man- Lessons from Aldon Morris’ Book ‘The Scholar Denied’”. Retrieved June 6, 2016 (http://berkeleyjournal.org/2016/01/the-case-for-scholarlyreparations/). Jerabek, Hynek. 2016. “W.E.B Du Bois on the History of Empirical Social Research.” Ethnic and Racial Studies 39(8):1391-1397. Morris, Aldon. D. 2015. The Scholar Denied: W.E.B Du Bois and The Birth of Modern Sociology. USA: University of California Press. Samuel, Hanneman. 1999. The Development of Sociology in Indonesia: The Production of Knowledge, State Formation, and Economic Change. PhD Dissertation. Swinburne University of Technology, Melbourne.
M A S YA R A K AT Ju rna l Sosiologi Vol. 21, No. 2 , Ju li 2016: 285 -290
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)