Rancang Bangun Sistem Lock And Controlling Class Rooms (LCCR) Berbasis Raspberry Pi 1
1
Mochamad Subianto Universitas Ma Chung, Malang,
[email protected]
Abstrak Suatu lembaga pendidikan mempunyai beberapa fasilitas khusunya ruang kelas yang mempunyai peranan paling penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan pengendalian agar proses belajar mengajar tidak terhambat atau terganggu. Telah dilakukan telaah mengenai proses pengontrolan sebuah ruangan beserta semua perangkat elektronik yang ada di dalam ruangan dengan menggunakan perangkat alat yang bernama Raspberry Pi. Raspberry Pi adalah komputer yang memiliki ukuran sebesar kartu kredit dengan harga relatif lebih murah dan dibuat oleh Raspberry Pi Foundation. Sistem pengontrolan Raspberry Pi dibantu oleh 2 buah alat yaitu Switch Arus Listrik dan Penguat Catu Daya. Switch Arus Listrik digunakan untuk memutus dan menyambungkan arus listrik AC. Penguat Catu Daya digunakan untuk meningkatkan arus DC dari GPIO menjadi 12V. Pemrograman untuk pengontrolan pada Raspberry Pi menggunakan bahasa pemrograman JAVA. Penggunaan MySQL database untuk central data yang ditelakkan pada server komputer sehingga konsep LCCR dapat diterapkan ke banyak ruangan atau beberapa Raspberry Pi. Pengontrolan sebuah ruangan untuk perkuliahan dan perangkat elektronik yang ada di dalam ruangan tersebut sangat penting untuk mengurangi kelalaian pengguna ruangan. Kata kunci : Pengontrolan dan Penguncian Ruangan, Raspberry Pi, GPIO 1. Pendahuluan Suatu lembaga pendidikan mempunyai beberapa fasilitas khusunya ruang kelas yang mempunyai peranan paling penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan pengendalian agar proses belajar mengajar tidak terhambat atau terganggu. Pengawasan dan pengendalian sejumlah ruang kelas membutuhkan banyak waktu karena harus berkeliling dari satu ruang kelas ke ruang kelas lainnya untuk mengetahui kondisi ruang kelas seperti kondisi AC, komputer, LCD proyektor, lampu dan pintu. Pengawasan dan pengendalian tersebut harus dilakukan secara berkala setiap waktu tertentu. Penggunaan peralatan elektronik yang terdapat dalam suatu ruang kelas juga harus diperhatikan dalam pengawasan. Peralatan elektronik dalam ruang kelas yang tidak sedang digunakan sebaiknya dimatikan untuk menghemat penggunaan listrik. Namun, terkadang pengguna ruangan lupa mematikan peralatan elektronik seperti AC atau komputer ketika meninggalkan ruangan. Oleh karena itu, proses pengawasan yang dilakukan harus memastikan bahwa peralatan dalam ruang yang menggunakan listrik telah dimatikan saat ruang kelas sudah tidak digunakan lagi. Di dalam penelitian sebelumnya adalah sistem pengontrolan pintu dan peralatan elentronik yang ada di laboratorium menggunakan port-parallel [1]. Dan sistem pengunci pintu dengan RFID sebagai input [2]. Ditahun selanjutnya sistem pengaman rumah dengan mikrokontroler [3]. Dan sistem Magnetic Lock Door menggunakan kode pengaman berbasis ATMEGA [4]. Serta sistem pengamanan akses kantor pribadi [5]. Semua sistem tersebut mempunyai kelemahan pada penggunaan komputer yang mempunyai jumlah port paralel tidak mencukupi dengan jumlah banyak ruangan dan penggunaan IC ATMega yang belum bisa terkoneksi dengan database. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dibutuhkan sebuah perancangan sistem yang dapat menangani pengawasan dan pengendalian dari jarak jauh untuk beberapa ruangan kelas serta pengaturan dalam peminjaman ruangan kelas yang disebut sistem
1
LCCR (lock and controlling class rooms) dengan menggunakan alat kontroler yang praktis dan dapat terintegrasi dengan database terpusat, sehingga dampak negatif yang terjadi akibat kelalaian pengguna dan petugas dapat diminimalisir. 2. Pembahasan 2.1 Metodologi Penelitian 1.1 Metode rancang bangun yang terdiri dari beberapa tahap yaitu : (1) Analisis Kebutuhan Sistem, (2) Desain Perancangan, (3) Pembuatan Alat, (4) Pengujian Alat. 1.2 Pengujian dilakukan pada blok-blok sistem dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat yang telah dirancang dapat bekerja sesuai rancangan. Pengujian ini meliputi pengujian blok-blok sistem, tingkat fungsi. Dari hasil pengujian ini dibuat analisa yang akan mengetahui sejauh mana sistem rancangan ini memiliki kesesuaian dengan spesifikasi pengukuran dalam pengujian. 1.3 Pengujian fungsionalitas perangkat keras (hardware) Pengujian fungsionalitas perangkat kerang dengan cara pengukuran tingkat presisi arus output dari raspberry pi terhadap kebutuhan arus Magnetic lock sehingga magnetic lock dapat bekerja sesuai fungsinya. Tingkat presisi dapat dinyatakan dapat bekerja dengan cukup baik jika persentase tingkatan 90%>=presisi <=100%, rumus presisi dapat dilihat pada Rumus 1 [6]. (1) Keterangan : 1.4 1.5
= nilai ideal pengukuran ke-n = nilai rata-ratanya n pengukuran
1.6
Pengujian juga dilakukan pengukuran responsibility dari perangkat lunak ke perangkat keras. Dalam hal ini tingkat responsibility dapat dinyatakan cukup baik jika rata-rata responsibility kurang dari 1 detik. Pengujian perangkat switch on/off listrik akan dilakukan dengan cara menyalakan dan mematikan lampu listrik. 1.7 2.2 Analisa Sistem 1.8 2.2.1 Alur sistem Alur sistem LCCR dijabarkan dalam dua gambar yaitu Gambar 1 mengenai alur sistem pemakaian ruangan.
Gambar 1: System Flow Peminjaman Ruangan 1.9
2. 3 Arsitektur Sistem LCCR 1.10 Arsitektur sistem LCCR digambarkan pada Gambar 3, menunjukkan topologi jaringan atau hubungan antar perangkat. Semua perangkat elektronik yang ada di ruangan dikontrol oleh raspberry pi. Input raspberry pi menggunakan barcode reader dan jaringan data ke database komputer server. Input dengan menggunakan barcode reader merupakan proses peminjaman
2
ruangan dan log off yang menandakan selesainya penggunaan ruangan. Input dengan database merupakan kontrol pusat untuk melakukan penguncian atau mengirimkan kondisi emergency. Penggunaan satu buah raspberry pi yang berfungsi untuk penerima data dari barcode reader, mengirim dan menerima data dari database, mengontrol buka dan tutup kunci pintu, serta mengontrol switch on/off listrik. Sehingga proses peminjaman pada arsitektur Gambar 3 dapat dilakukan di depan ruangan kelas yang akan dipinjam. Untuk itu dalam pengembangannya, pengontrolan beberapa ruangan, maka setiap ruangan terdapat satu buah raspberry pi.
Gambar 3: Arsitektur Sederhana Aplikasi LCCR Arsitektur sistem LCCR pada Gambar 4 mempunyai dua Switch Arus Listrik, yang membedakan keduanya hanyalah waktu prosesnya. Perangkat Switch Arus Listrik yang terhubung dengan kipas angin, lampu dan LCD monitor akan melakukan off jika pengguna dianggap sudah selesai menggunakan ruangan. Perangkat Switch Arus Listrik yang terhubung dengan AC, PC, dan LCD Proyektor hanya akan off jika tidak ada lagi jadwal pemakaian ruangan dan ruangan dalam kondisi tidak dipakai, hal ini dilakukankan karena perangkat yang terhubung pada switch ini mudah sekali rusak jika sering terjadi on/off listrik dalam waktu yang dekat. Dalam sistem LCCR ini untuk menjadikan kondisi standby atau menyala perangkat AC dan LCD Proyektor menggunakan remote device yang dikontrol oleh raspberry pi melalui perangkat Penguat Catu Daya (Lihat Gambar 4). Untuk pengontrolan PC menggunakan remote shutdown.
Gambar 4: Penggunaan Raspberry Pi Sistem LCCR menggunakan modem wavecom 1206B yang berfungsi sebagai media SMS(Lihat Gambar 3). SMS dalam hal ini digunakan untuk proses konfirmasi bahwa waktu pemakaian ruangan sudah habis dan untuk proses permintaan penambahan waktu pakai dari pengguna. 1.11 2.4 Implementasi 2.4.1 Rangkaian Hardware dan Prototype Ruangan 1.12 Berdasarkan rancangan sistem khususnya arsitektur sistem yang ada di atas, sehingga menjadikan dasar pembuatan perangkat dan prototype
3
sebuah ruangan. Bentuk perangkat Hardware dari sistem LCCR ini dapat dilihat pada Gambar 5. Pada Gambar 6 terlihat beberapa rangkaian dan alat elektronik yang digunakan sebagai pendukung dalam sistem LCCR. Rangkaian tersebut yaitu: rangkaian input raspberry pi, rangkaian Penguat Catu Daya, rangkaian Switch Arus Listrik, rangkaian Penyearah Catu Daya, dan rangkaian flasher.
Gambar 5: Perangkat Hardware Sistem LCCR Media pengontrolan ruangan dalam penelitian ini menggunakan prototype ruangan yang dapat dilihat pada Gambar 7. Dalam prototype yang dibuat terdapat sebuah pintu, lampu lambok DC, tombol exit request, lampu indikator, 2 buah terminal listrik dan remote AC serta electrric lock door.
Gambar 7: Protype Ruangan untuk LCCR 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Pengujian Perang Keras Pengujian perangkat keras LCCR dilakukan pengukuran menggunakan avometer dan hasil pengukuran tingkat presisi yaitu 92%. 3.2 Pengujian Perangkat Lunak Pengujian perangkat lunak LCCR dilakukan pengukuran menggunakan metode white box dan Black Box. Hasil pengukuran performa perangkat lunak rata-rata 1684ms. 3.3 Pembahasan Hasil Pengujian Berdasarkan hasil uji coba di atas bahwa sistem LCCR dapat mengontrol penggunaan ruangan dan mengontrol alat elektronik yang ada di dalam ruangan dengan mematikannya setelah ruangan selesai digunakan. Gambar 8 menunjukkan bahwa ruangan terkunci dan lampu listrik padam serta remote AC juga padam.
Gambar 8: Kondisi Prototype Ruangan Selesai Digunakan Berdasarkan hasil uji coba di atas bahwa sistem LCCR dapat mengontrol penggunaan ruangan dan mengontrol alat elektronik yang ada di dalam ruangan dengan menghidupkannya saat ruangan digunakan. Gambar 9 menunjukkan bahwa pengunci ruangan terbuka dan lampu listrik menyala serta remote AC juga menyala.
4
Gambar 9: Kondisi Prototype Ruangan Digunakan 4. KESIMPULAN Telah berhasil dibuat sistem Lock and Controlling Class Rooms (LCCR) menggunakan raspberry yang mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1. Dapat mengontrol pintu dan dapat mengontrol arus listrik pada prototype ruangan. 2. Dapat menghubungkan dan memutuskan jaringan listrik secara otomatis ketika waktu penggunaan ruangan sudah selesai dibandingkan sistem manual yang mempunyai tingkat kelalaian pengguna yang cukup tinggi. 3. Dapat diimplementasi di sebuah institusi pendidikan sebagai sistem pengamanan ruangan dan pengontrolan penggunaan ruangan serta pengontrolan alat elektrnik yang ada di dalam ruangan karena sistem LCCR terintegrasi dengan data Jadwal Kuliah. Daftar Pustaka 1. Subianto, M., 2010. Sistem Informasi Log Laboratorium (Si-Lola) Dengan Visual Basic.Net Dan Parallel Port Programming. Electrical Power, Electronics, Communication, Control, and Informatics Seminar. Volume 16 Desember 2010. 2. Verman, G. K. dan Pawan, T., 2010. A Digital Security System with Door Lock System Using RFID Technology. International Jurnal of Computer Aplication, Volume 5 No 11 Agustus 2010, Hal. 6 - 8. 3. Ahmed, A., Ahmed, T., Ullah, M. S. dan Islam, M. M., 2011, Controlling and securing a Digital Home using Multiple Sensor Based Perception system Integrated with Mobile and Voice technology, International Journal of Information and Communication Technology Research (IJICT), Vol.1, No.5 September 2011 , Hal. 189 - 196. 4. Ramakumbo, A. G., Yatmono, S. dan Ali, M., 2012. Magnetic Door Lock Menggunakan Kode Pengaman Berbasis Atmega 328. Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta. 5. Khan, R. S., 2012. Development of Low Cost Private Office Access Control System(OACS). International Journal of Embedded Systems and Applications(IJESA), Volume 2 No.2 Juni 20112, Hal. 1- 7. 6. Fiqri, M., Hambali, A. dan A, Ratri. D., 2010. Perancangan Dan Implementasi Power Meter Optik Berbasis Mikrokontroler 32 Bit Pada Panjang Gelombang 600NM – 1000NM. Bandung : Fakultas Teknik Elektro dan Komunikasi (Institut Teknologi Telkom).
5
Pengembangan Web Advertising Menggunakan Hierarki Model View Controller (HMVC) Dengan Framework Codeigniter Pada Niaga Binadarma 1
1, 2
2
Rasmila , Ari Muzakir Universitas Bina Darma, Jl. Jendral A.Yani No.12 Plaju Palembang 30264, 1
[email protected] 2
[email protected]
ABSTRAK Promosi dari suatu produk merupakan salah satu langkah yang tepat dalam meningkatkan income dari penjualan. Mempromosikan produk harus dilakukan secara intensif agar nilai penjualan terus meningkat. Advertising atau periklanan merupakan cara yang paling tepat dalam memperkenalkan produk yang kita jual kepada masyarakat umum, sehingga nilai jual dari produk yang ditawarkan semakin meningkat. media promosi dari iklan yang ditawarkan akhir-akhir ini terus meningkat diberbagai media, baik dari televisi, radio, koran, bahkan jejaring media sosial. niaga binadarma merupakan suatu sistem advertising online yang dimiliki oleh Universitas Binadarma dibawah binaan Binadarma Enterpreneurship Center (BDEC) yang digunakan oleh civitas akademika maupun umum dalam memperkenalkan atau menjual produk yang ingin dijual da jasa. Pengembangan yang dilakukan pada niaga binadarma diprioritaskan pada interface dari sistem jual beli dengan memanfaatkan framework codeigniter (CI) yang berbasis hierarchical model view controller (HMVC). HMVC adalah versi pengembangan dari design patern dari model view controller (MVC) sebagai software development yang saat ini banyak digunakan dalam mengembangkan aplikasi web. Framework CI dikenal dalam kemudahan pada saat pengembangan dan kecepatan pada saat akses ke suatu situs web sehingga diharapkan dapat meningkatkan transaksi yang dilakukan pengguna. Kata kunci: advertising, hmvc, framework ci 1. Pendahuluan Perkembangan dan penggunaan teknologi informasi saat ini telah mencakup segala bidang kehidupan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat tidak dapat dipungkiri memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi. Bagi perusahaan dan organisasi misalnya, telah menggunakan teknologi informasi sebagai modal untuk bersaing dengan kompetitor lainnya. Kelancaran di dalam berbisnis merupakan salah satunya. Saat ini terdapat jutaan situs web di internet yang mencakup berbagai topik, pemasaran dan pengembang usaha berlomba-lomba menampilkan situs perusahaan sebagai landasan pemasaran global. Advertising online merupakan salah satu cara dalam meningkatkan angka penjualan dari suatu produk yang ditawarkan. Hal ini yang tengah dilakukan oleh Niaga Binadarma sebagai salah satu situs jual beli online di Palembang. Niaga Binadarma merupakan organisasi penyedia jasa dan pengiklanan dibawah naungan Binadarma Enterpreneurship Center (BDEC) yang merupakan organisasi dalam memfasilitasi mahasiswa dalam berwirausaha. Niaga Binadarma sementara ini berfokus pada produk dan jasa yang ditawarkan civitas akademika Universitas Binadarma. Berbagai jenis produk yang diiklankan pada laman situs web ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat umum yang telah mengenal laman situs ini. Halaman situs Niaga Binadarma dapat diakses di alamat http://niaga.binadarma.ac.id yang saat ini dikelola oleh web admin BDEC. Salah satu kebutuhan sistem ifnormasi yang dapat dikembangan dengan pendekatan HMVC adalah dengan memanfaatkan framework Codeigniter (CI) yang dikenal dengan kemudahan dalam pengembangan dan kecepatan dalam pengaksesan. Saat ini, situs web niaga binadarma memiliki interface yang bisa dikatakan kurang interaktif dan tanggap. Ditambah pengembangan dan update yang belum pernah
6
dilakukan dari pertama kali di munculkan ke publik. Apalagi dukungan yang kurang memadai jika diakses menggunakan perangkat mobile atau perangkat genggam lainnya. Hal ini tentunya akan membuat pengguna dan pengakses ke situs niaga binadarma menjadi semakin berkurang. Hal ini dibuktikan dengan jumlah peminat untuk mengiklankan produk dan jasa yang semakin lama sepi pengunjung. Oleh karena itu dibutuhkan suatu website iklan jual beli online yang dapat memberikan kesan user friendly, mudah dan cepat dimanapun ketika diakses baik melalui perangkat komputer maupun mobile. Dalam proses pengembangan niaga binadarma tersebut dibutuhkan sebuah metode pengembangan sistem yang digunakan sebagai acuan dalam proses pengembangan. Metode pengembangan yang digunakan pada niaga binadarma ini adalah menggunakan prototyping model. Cakupan aktivitas dari prototyping model terdiri dari : 1. Mendefinisikan objektif secara keseluruhan dan mengidentifikasi kebutuhan yang sudah diketahui. 2. Melakukan perancangan secara cepat sebagai dasar untuk membuat prototype. 3. Menguji coba dan mengevaluasi prototype dan kemudian melakukan penambahan dan perbaikan-perbaikan terhadap prototype yang sudah dibuat. 2. Pembahasan Tampilan menu utama merupakan tampilan menu awal yang menunjukan menu untuk melihat web niaga binadarma. Kategori terdiri dari menu utama web advertising ini terdiri dari kategori iklan terbaru & iklan terpopuler, iklan terpopuler, halaman utama administrator, halaman moderasi iklan di halaman admin, halaman aktivasi member di menu admin, tampilan posting iklan baru oleh member.
Gambar 1 Menu Utama Web Advertising Untuk melihat iklan yang tayang dapat langsung mengakses halaman utama karena iklan akan otomatis muncul dihalam utama. Pada halaman utama web advertising ini terdapat space untuk iklan terbaru dan iklan terpopuler. Maka halaman yang muncul dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2 Halaman Iklan Terbaru dan Iklan Terpopuler
7
Pada halaman ini, iklan yang baru di tayangkan akan menempati urutan teratas masuk dalam bagian iklan terbaru sehingga ketika ada pengunjung akan langsung disuguhkan dengan iklan yang masih hot. Kemudian selain dari iklan terbaru juga terdapat iklan terpopuler. Iklan terpopuler ini merupakan iklan yang paling banyak diakses oleh pengunjung. Jika iklan di klik, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar berikut.
Gambar 3 Halaman Detail Iklan Terpopuler Halaman utama administrator berfungsi untuk memanajemen seluruh konten yang ada di web advertising niaga binadarma ini. Berikut diperlihatkan pada Gambar halaman utama admin.
Gambar 4 Halaman Utama Administrator Jika member ingin membuat iklan baru, maka iklan tidak akan langsung dapat ditampilkan namun harus melalui moderasi dari administrator. Jika iklan telah disetujui maka iklan baru bisa ditayangkan. Berikut diperlihatkan pada Gambar 13 proses moderasi iklan oleh admin.
Gambar 5 halaman Moderasi Iklan di Halaman Admin Pengunjung yang ingin bergabung menjadi member dapat langsung melakukan pendaftaran dimenu utama, namun untuk dapat menggunakan seperti posting iklan maka harus diaktifkan terlebih dahulu oleh admin. Berikut Gambar halaman aktivasi member oleh admin pada Gambar berikut.
8
Gambar 6 Halaman Aktivasi Member di Menu Admin Member yang ingin membuat iklan baru dapat dilakukan dengan sangat mudah setelah proses login berhasil. Gambar 15 berikut memperlihatkan bagaimana mudahnya member membuat iklan baru di halaman member sendiri.
Gambar 7 tampilan Posting Iklan Baru oleh Member 3. Kesimpulan Peran advertising bagi perekonomian khususnya di Indonesia sangat penting karena dapat meningkatkan penjualan produk dalam negeri di Indonesia sendiri maupun hingga ekspor keluar negeri, disamping dapat meningkatkan lapangan pekerjaan sehingga dapat menekan angka pengangguran. Maka dengan ada advertising, pembangunan negara Indonesia menjadi meningkat tapi pertumbuhan negara Indonesia juga bertambah. Daftar Pustaka 1. Allen ,2008, Pengertian Model View Controller. Diakses 9 November 2013 dari http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2012-1-00075-IF%20Bab%202.pdf 2. Baihalqi, P.A .2013. Practical PHP: CodeIgniter, Doctrine TWIG, Elex Media Komputindo, Jakarta. 3. Hakim .2010. Pengertian CodeIgeniter. Diakses 9 November 2013 dari http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2011-1-00153-IF%20BAB%202.pdf 4. Hakim, Wahyu Lukman. 2010. Prototyping Model Proses, Diakses tanggal 4 Desember 2013 dari http://www.scribd.com/doc/58298607/Pengertian-Prototype 5. Jason Cai, Ranjit Kapila, and Gaurav Pal (July 2000). "HMVC: The layered pattern for developing strong client tiers". JavaWorld. Retrieved 2006-05-25. 6. Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta : Erlangga. 7. Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
9
Analisa Penerimaan Pengguna Akhir Dengan Menggunakan Tam Dan Eucs Terhadap Penerapan E-Learning Pada Universitas Bina Darma Palembang Ade Putra, Nia Oktaviani Dosen Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12 Palembang E-mail :
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji model Penerimaan (Acceptance) penggunaan sistem E-Learning di Universitas Bina Darma dengan menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM) dan End User Computing Satisfaction (EUCS). Dalam lingkungan teknologi informasi yang bersifat Mandatory Use dimanapemakai tidak memiliki kebebasan penggunaan sistem informasi yang dipergunakan, tentunya Penerimaan (Acceptance) akan berbeda jika lingkunganteknologi tersebut bersifat Voluntary Use. Dalam lingkungan teknologi informasiyang bersifat Voluntary Use maka pemakai sistem E-Learning mempunyai Kebebasan (Freedom) untuk memutuskan memakai atau tidak memakai sistem informasitersebut. Dalam lingkungan yang bersifat Mandatory Use, kepuasan penggunamenjadi ukuran penerimaan penggunaan sistem ELearning. Subyek penelitian yang digunakan adalah para mahasiswa Universitas Bina Darma. Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM.) dengan memanfaat software AMOS. Kata Kunci :Technology Acceptance Model, End User Computing Satisfaction,mandatory use, sistem e-learning 1.
PENDAHULUAN Teknologi informasi salah satu bagian dari kebutuhan akan perkembangan zaman yang membantu para penggunanya menjadi lebih mudah serta efisien dalam pemanfaatannya. Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang tidak menjadi hambatan bagi para penggunanya untuk menggunakan sistem informasi yang tersedia. Menurut Syam (1999) dan Indriantoro (2000), penerapan TI bagi perusahaan mempunyai peranan penting dan dapat menjadi pusat strategi bisnis untuk memperoleh keunggulan bersaing. Selanjutnya Downing (1993); Trisnawati (1998); dan Syam (1999) juga menyebutkan bahwa saat ini teknologi informasi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap perusahaan terutama dalam menjalankan segala aspek aktivitas organisasi. Proses bisnis pun terpengaruh oleh adanya kemajuan teknologi yang sangat cepat ini. Universitas Bina Darma merupakan salah satu instansi pendidikan yang mengutamakan dalam bidang pendidikan teknologi informasi sebagai suatu keunggulannya. Penerapan dari teknologi informasi tersebut adalah sistem informasi yang bertujuan untuk mendukung aktivitas para mahasiswa dalam kebutuhan suatu informasi. Salah satu dari informasi yang digunakan mahasiswa tersebut adalah elearning.
2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Technology Acceptance Model (TAM) Model Technology Acceptance Model (TAM) sebenarnya diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action (TRA). variabel model TAM yaitu Kemanfaatan (usefulness) dan Kemudahan penggunaan (ease of use) dapat menjelaskan aspek keperilakuan pemakai (Igbaria.et.al, 1997). 2.2. End User Computing Satisfaction (EUCS)
10
Model ini dikembangkan oleh Doll dan Torkzadeh (1988) yang digunakan untuk mengukur kepuasan pemakai akhir komputer. Mereka mengembangkan instrumen pengukur kepuasan yaitu instrumen end user computing satisfaction (EUCS). Doll dan Torkzadeh mengembangkan instrumen EUCS yang terdiri dari 12 item dengan membandingkan lingkungan pemrosesan data tradisional dengan lingkungan end user computing, yang meliputi 5 komponen: Isi (content), Akurasi(accuracy), Bentuk (format), Kemudahan (ease) dan Ketepatan Waktu (timeliness). 2.3. Penerimaan Pemakai (User Acceptance) Dalam penelitian ini kepuasan pemakai (user satisfaction) menjadi indikator utama dalam penerimaan sistem core banking. Tingkat kepuasan pemakai dapat diukur berdasarkan beberapa karakteristik, antara lain hubungan antara staf TI dengan pemakai, kemudahan (ease of use) dan manfaat (usefulness) penggunaan system, informasi yang disajikan dan cara kerja system (Al-Gahtani, 2001). 2.4. Hipotesis Hipotesis 1 : Kemanfaatan (usefulness) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Hipotesis 2 : Kemudahan penggunaan (ease of use) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Hipotesis 3 : Isi (content) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Hipotesis 4 : Akurasi (accuracy) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Hipotesis 5 : Bentuk (format) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Hipotesis 6 : Kemudahan (ease) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Hipotesis 7 : Ketepatan waktu (timeliness) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning 2.5. Kerangka Pemikiran 2.5.1. Technology Acceptance Model (TAM) Dalam penelitian ini menggabungkan 2 (dua) model sebagai kerangka pemikiran teoritis yaitu Technology Acceptance Model (TAM) dan End UserComputing Satisfaction (EUCS) dalam lingkungan penggunaan sistem informasi yang bersifat mandatory use. 2.5.2. End User Computing Satisfaction (Eucs). kerangka konseptual untuk pengujian Hipotesis 3 sampai dengan Hipotesis 7 yang terdiri dari variabel Isi (content), Akurasi (accuracy), Bentuk (format), Kemudahan (ease) dan Ketepatan Waktu (timeliness) didasarkan pada model Kepuasan Pemakai Akhir Sistem (End User Computing Satisfaction) yang dikembangkan oleh Doll dan Torkzadeh (1988) dapat digambarkan sebagai berikut : 2.6. Motode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS version 20 untuk menganalisis hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan. 3. HASIL. 3.3. Hasil Analisis Data 3.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
11
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang ada di lingkungan Universitas Bina Darma dimana data awal dilakukan penyebaran kuisioner sebanyak 200 rangkap dan kuisioner yang di kembalikan sebanyak 102 lembar dan dimana telah dilakukan pengolahan data dapat di ambil sebanyak 68 data yang memiliki data yang baik. Pemeriksaan validitas instrumen dilakukan dengan uji interkorelasi dan jika r > 0.3 maka item bersangkutan dikatakan valid. Sedangkan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan melihat koefisien Cronbach, dan jika > 0.6 maka instrumen penelitian dikatakan reliable 3.3.2. Hasil Analisis Tahap Akhir TAM Hasil uji konstruk TAM tahp akhir akhir disajikan pada Gambar 4. dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices, kriteria model serta nilai kritisnya yang memiliki kesesuaian data seperti yang nampak pada Tabel 3.
Gambar 4. Analisis Tahap Akhir TAM Dengan memperhatikan pengaruh sikap dan kepuasan terhadap penerimaan Teknologi Informasi, pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan software AMOS 20. Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat jalur-jalur pada model Structural yang signifikan. Untuk mengetahui jalur-jalur hubungan (dampak) yang signifikan dapat dilihat pada uji koefisien path secara parsiil. Hasil uji secara parsiil terhadap koefisien path pada setiap jalur Tabel 3. Hasil Uji TAM Tahap Akhir Indikator
Loading Factor (p value)
Keterangan
Pengaruh PU Terhadap Acceptance_TI
1,000
FIX
Pengaruh PEU Terhadap Acceptance_TI
1,000
FIX
3.3.3. Hasil Analisis Tahap Akhir EUCS Hasil uji konstruk EUCS tahap akhir disajikan pada Gambar 5. dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices, kriteria model serta nilai kritisnya yang memiliki kesesuaian data seperti yang nampak pada Tabel 4
Gambar 5. Analisis Tahap Akhir EUCS
12
Dengan memperhatikan pengaruh sikap dan kepuasan terhadap penerimaan Teknologi Informasi, pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan software AMOS 20. Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat jalur-jalur pada model struktural yang signifikan. Untuk mengetahui jalur-jalur hubungan (dampak) yang signifikan dapat dilihat pada uji koefisien path secara parsiil. Hasil uji secara parsiil terhadap koefisien path pada setiap jalur Tabel 4. Hasil Uji EUCSTahap Akhir Indikator
Loading Factor (p value)
Keterangan
Pengaruh EUCS Terhadap Accuracy
1,000 (FIX)
FIX
Pengaruh EUCS Terhadap Format
1,000 (FIX)
FIX
Pengaruh EUCS Terhadap Easy of use
0,001
Signifikan
Pengaruh EUCS Terhadap Timeless
1,000 (FIX)
FIX
Pengaruh EUCS Terhadap Content
1,000 (FIX)
FIX
Pengaruh EUCS Terhadap Acceptance
0,176 (0,247
Signifikan
3.4. Pembahasan 3.4.1.Hipotesis 1 :Kemanfaatan (Usefulness) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (Acceptance) penggunaan sistem E-Learning Untuk hipotesa 1 yaitu kemanfaatan (Usefulness) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (Acceptance) penggunaan sistem E-Elearning hal ini dpat di benarkan dengan adanya pengujian hipotesis model TAM yang di uraikan pada gambar 4 dan di perjelas dengan rincian yang ada pada table 3. dimana pengaruh dari PU /Usefulness terhadap Acceptance_TI memiliki nilai loading factor p value sebesar 1,000 3.4.2. Hipotesis 2 : Kemudahan penggunaan (ease of use) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Untuk hipotesa 2 kemudahan penggunaan (easy of use) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (Acceptance) penggunaan system e-learning hal ini dapat dibenarkan dengan adanya pengujian hipotesa model TAM yang di uraikan pada gambar 4 dan di perjelas dengan rincian yang ada pada table 3 dimana pengaruh dari easy of use terhadap Acceptance_TI memiliki nilai loading factor p value sebesar 1,000 3.4.3. Hipotesis 3 : Isi (content) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Untuk hipotesa 3 yaitu Isi (content) berpengaruh secara pasti (Fix) terhadap penerimaan (Acceptance) penggunaan system e-learning hal ini dapat dibenarkan dengan adanya pengujian hipotesa model EUCS yang diuraikan pada gambar 5 dan di perjelas dengan rincian yang ada pada table 4 dimana pengaruh dari content terhadap acceptance memiliki loading factor p value sebesar 1,000 3.4.4. Hipotesis 4 : Akurasi (accuracy) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Untuk hipotesa 4 yaitu akurasi (accuracy) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan system e- learning hal ini dapat dibenarkan dengan adanya pengujian hipotesa model EUCS yang di uraikan pada gambar 5 dan diperjelas dengan rincian yang ada pada table 4 dimana pengaruh dari accruracy terhadap acceptance memiliki loading factor p value sebeasr 1,000 3.4.5. Hipotesis 5 : Bentuk (format) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Untuk hipotesa 5 yaitu bentuk (format) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan system e-learning hal ini dapat dibenarkan dengan adanya pengujian hipotesa model EUCS yang diuraikan pada gambar 5 dan diperjelas dengan rincian yang ada pada table 4 dimana pengaruh dari accuracy terhadap acceptance memiliki loading factor p value sebesar 1,000 3.4.6. Hipotesis 6 : Kemudahan (ease) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning
13
Untuk hipotesa 6 yaitu kemudahan (Easy of Use) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan system e- learning hal ini dapat dibenarkan dengan adanya pengujian hipotesa model EUCS yang diuraikan pada gambar 5 dan di perjelas dengan rincian yang ada pada table 4 dimana pengaruh dari Easy of Use terhadap Acceptance memiliki nilai p value sebesar 0,001 3.4.7. Hipotesis 7 : Ketepatan waktu (timeliness) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan sistem e-learning Untuk hipotesa 7 yaitu ketepatan waktu (timeless) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan (acceptance) penggunaansystem e-learning hal ini dapat dibenarkan dengan adanya pengujian hipotesa model EUCS yang diuraikan pada gambar 5 dan di perjelas dengan rincian yang ada pada table 4 dimana pengaruh dari timeless terhadap acceptance memiliki nilai p value sebesar 1,000. 4.
KESIMPULAN Peneliti mengunakan dua model, yaitu model TAM & EUCS, dan ingin mengetahui pengaruh penerimaan pengguna akhir dari system elearning di dlingkungan universitas bina darma Variabel yang diuji berkaitan dengan hipotesis meliputi Persepsi Manfaat dan effectiveness yang Dirasakan(PU) ,Persepsi Mudah Penggunaannya(PEU),Sikap Menggunakan TI (ATU), Penerimaan TI (ATI) dan Kepuasan Pemakai Akhir Komputer (EUCS). Jumlah mahasiswa yang dijadikan responden sebanyak 170 mahasiswa dari masing – masing program studi, tetapi hanya 102 mahasiswa yang mengembalikan kuisioner kepada peneliti, setelah data primer diolah terdapat beberapa responden yang tidak layak untuk diuji dengan menggunakan Amos 20 sehingga harus dilakukan penyesuain terahdap data primer yang dipakai sehingga hanya 68 kuisioner yang di anggap layak untuk dilakukan pengujian hipotesa Dengan menggunakan analisis SEM, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. System elearing yang ada di universitas bina darma memiliki manfaat yang baik terhadap mahasiswa untuk proses perkuliahaan hal ini yang dinyatakan dengan nilai loading factor p value 1,000 (Fix) / pasti memiliki pengaruh. 2. System elearning yang ada di universitas bina darma memiliki kegunaan yang berpengaruh positif terhadap penerimaan dari pengguna akhir yaitu seluruh mahasiswa dilingkungan universitas bina darma 3. System elearning yang ada di universitas bina darma memiliki struktur content yang baik sehingga berpengaruh positif terhadap pengguna akhir hal ini di nyatakan dengan nilai p value sebesar 1,000. 4. System elearning yang ada dilingkungan universitas bina darma memiliki akurasi informasi yang baik dan berpengaruh positif terhadap penguna akhir hal ini dinyatakan dengan adanya nilai loading factor p value sebesar 1,000. 5. System elearning yang ada dilingkungan universitas bina darma memiliki format tampilan yang baik sehingga berpengaruh positif terhadap pengguna akhir hal ini dinyatakan dengan adanya nilai loading factor p value sebesar 1,000 6. System elearning yang ada dilingkungna universitas bina darma memiliki kemudahan dalam penggunaannya sehingga berpengaruh secara positif terhadap pengguna akhir hal ini dinyatakan dengan nilai loading p factor sebesar 0,001 7. System elearning yang ada dilingkungan universitas bina darma memiliki ketepatan waktu yang baik sehingga berpengaruh positif terhadap pengguna akhir hal ini dinyatakan dengan nilai loading factor p value sebesar 1,000
14
DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Gahtani, Said S. 2001. ―The Applicability of TAM Outside North America: An Empirical Test in the United Kingdom.‖, http://www.ideagroup.com/articles/details..asp?id=361 2. Doll, W.J, and Torkzadeh, G. 1988. The Measurement of End-User Computing Satisfaction. MIS Quaterly (12:2), pp. 259-274. 3. Hair et al., (1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River : New Jersy. 4. Indriantoro, Nur.2000. ―Pengaruh Computer Anxiety terhadap keahlian dosen dalam penggunaan komputer ‖. Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAAI), Volume 4 no 2 Desember, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta 5. Igbaria, M.N., Zinaelli, P.C. and Cavaye, L.M. (1997). Personal Computing Acceptance Factors in Small Firms: A Structural Equation Model. MIS Quarterly, 21(3), 279-305 6. Syam Fazli BZ.1999. Dampak Kompleksitas Teknologi informasi bagi strategi dan kelangsungan usaha?, Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAAI) Vol.3 no.1, FE. UII Yogyakarta 7. Trisnawati Rina.1998. Pertimbangan prilaku dan faktor penentu keberhasilan pengembang sistem informasi ? Jurnal kajian bisnis , edisi September , Yogyakarta
15
Hold Altitude Design for QuadCopter Using Barometric BMP085 Based on Fuzzy Controller 1
2
3
Arbil Yodinata , YohanesGunawan Yusuf , Hendi Wicaksono Electrical Engineering Dept. Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya, 1 2 3
[email protected],
[email protected],
[email protected], ABSTRAK Quadcopter merupakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang akhir-akhir ini sudah banyak berkembang di kehidupan sehari-hari. Quadcopter mempunyai kemampuan untuk melakukan Vertical Take Off and Landing. Hal tersebut didukung dengan adanya 4 buah rotor sebagai penggeraknya. QuadCopter sendiri mempunyai 3 dasar gerakan terbang untuk bermanuver, yaitu gerakan pitch (gerakan depan dan belakang), gerakan roll (gerakan samping), dan gerakan yaw (gerakan memutar). Tiga gerakan dasar tersebut dihasilkan dari kecepatan 4 buah rotornya yang diatur sedemikian rupa dan dikontrol oleh sebuah kontroler terbang. Penggunaan kontroler terbang didasarkan dari fitur dan harga yang ada di pasaran. Kontroler terbang yang mempunyai harga yang tidak terlalu mahal dan mempunyai fitur cukup lengkap adalah board kontroler KK2.0. Namun KK2.0 mempunyai kekurangan, yaitu tidak adanya fitur Hold Altitude. Dengan menambahkan board kontroler baru yang bernama board kontroler YoHe v1.1, fitur Altitude Hold ditambahkan sebagai pelengkap kekurangan fitur pada KK2.0. Desain Altitude Hold dalam paper ini dipresentasikan menggunakan Fuzzy Controller dengan penggunaan sensor barometer BMP085 sebagai acuan ketinggian. Kata kunci: Altitude Hold, Fuzzy Controller, Quadcopter, Board YoHe v1.1. 1. Pendahuluan Pada makalah ini menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak bertipe multirotor yang mempunyai 4 buah rotor, dan sering disebut QuadCopter. QuadCopter sendiri mampu melakukan gerakan VTOL (Vertical Take-Off and Landing) secara langsung. Hal ini menjadi salah satu keunggulan QuadCopter dari UAV bertipe Fixed-wing atau sering disebut pesawat bersayap yang membutuhkan landasan untuk melakukan take-off and landing (Bouabdallah, Murrieri, &Siegwart, 2004). Selain itu, pada QuadCopter untuk melakukan gerakan pitch, roll, dan yaw hanya perlu mengatur kombinasi kecepatan dari keempat buah rotor (Salih & Moghavvemi, 2010). Ini juga menjadi keunggulan lain QuadCopter dari tipe UAV yang lain. Sebagai contoh UAV bertipe single rotor untuk melakukan gerakan pitch, roll, dan yaw membutuhkan gerakan mekanisme servo untuk mengatur arah rotor tersebut. QuadCopter sendiri biasanya banyak digunakan sebagai sarana surveillance dan monitoring. Ini disebabkan QuadCopter memiliki kemampuan hover di udara dalam ketinggian dan titik tertentu. Dalam mode surveillance juga harus bisa mengendalikan gerak roll, pitch, dan yaw dari QuadCopter. Gerakan roll, pitch, dan yaw sendiri seringkali mempengaruhi ketinggian dari QuadCopter baik bertambah tinggi maupun cenderung menurun. Dari sebab itu, dibutuhkan sebuah sistem kontrol untuk menyetabilkan ketinggian QuadCopter tersebut. Pada makalah (paper) ini mempresentasikan kebaruan (novelty) sistem altitude lock menggunakan sistem kontrol fuzzy dengan sensor barometer BMP085 sebagai sensor ketinggian. Sistem altitude lock diprogramkan pada board Yo-He v1.1 yang mengontrol (menambah atau mengurangkan) sinyal throttle yang diberikan ke board KK2.0 sebagai flight controller. Penulisan makalah ini disusun dalam 4 sub pembahasan, yaitu struktur Quadcopter yang digunakan, desain sistem kontrol Fuzzy, analisis performansi sistem kontrol Fuzzy, dan simpulan.
16
2. Struktur Quadcopter Sebuah Quadcopter membutuhkan beberapa bagian yang harus dirakit. Bagian-bagian minimal yang harus ada pada sebuah QuadCopter yaitu frame (kerangka), motor 3 fase, ESC (Electronic Speed Controller), remote control beserta modul TX-RX, baterai, propeller (baling-baling), dan board kontroler. Spesifikasi komponen Quadcopter yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi Komponen Quadcopter No Barang Jumlah Merk 1 Frame X-Copter 1 DJI F-450 Propeller 2 2 CW, 2CCW DJI Motor Brushless 3 4 Turnigy SK3 4 ESC 4 Turnigy Plush 30 A Flight Controller 5 1 KK2.0 6 Baterai Li-Po 3 cell 1 Turnigy 7 R/C 1 Turnigy 9XR Setelah semua bagian pada QuadCopter lengkap, maka dilakukan pemasangan dan pengabelan agar bagian-bagian tersebut menjadi satu kesatuan sistem yang saling berhubungan. Channel 1 – channel 5 pada RX dihubungkan dengan board kontroler KK2.0 pada bagian input. Pada umumnya sebuah QuadCopter membutuhkan minimal 4 channel yang secara berurutan terdiri atas throttle, aileron, elevator, dan rudder. Sedangkan pada kontroler KK2.0 ini membutuhkan tambahan sebuah channel, yaitu channel 5 yang berfungsi sebagai pengaktif self-leveling atau attitude hold. Kemudian kontroler KK2.0 bagian output dihubungkan dengan ESC di bagian input sinyal. Sedangkan pada bagian output ESC dihubungkan dengan motor. Untuk skema pengabelan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan pada pengabelan auto perbedaanya adalah pada channel 1 yaitu sinyal throttle dari RX yang semula masuk ke KK2.0 diputus. Selanjutnya sinyal throttle tersebut dihubungkan ke kontroler tambahanya itu board YoHe sebagai input kemudian output dari board YoHe dihubungkan ke KK2.0. Selain channel throttle RX, sisa channel RX yaitu channel 6 – channel 8 juga dihubungkan dengan board YoHe. Channel 6 ini berfungsi sebagai penenetu QuadCopter dikendalikan secara manual atau auto. Sedangkan channel 7 dan channel 8 nantinya digunakan untuk kombinasi parameter-parameter input membership function dari fuzzy. Skema pengabelan untuk sistem auto terlihat pada Gambar 2.
Gambar 1. Skema Pengabelan Quadcopter General
Gambar 2. Skema Pengabelan Quadcopter Sistem Auto
17
3. Desain Sistem Kontrol Fuzzy Dalam makalah ini desain sistem kontrol Fuzzy diprogramkan ke board Yo-He v1.1 yang menggunakan ATMega2560 sebagai IC mikrokontroler. ATMega2560 mempunyai kapasitas memori program sebesar 256 MB. Pemrograman sistem kontrol Fuzzy yang dibuat berbasis array. Hal tersebut dilakukan agar nantinya parameter-parameter Fuzzy menjadi lebih fleksibel dan mudah diubah pada proses optimalisasi performansi sistem kontrol Fuzzy yang dibuat. Sistem kontrol hold altitude yang dibuat mempunyai alur proses sebagai berikut. (1) Switch mode auto aktif dan dibaca Board Yo-He, (2) pengambilan target ketinggian dari nilai bacaan sensor barometer pertama kali saat switch mode auto aktif, (3) pengambilan nilai throttle saat switch mode auto aktif menjadi nilai throttle awal, (4) error didapatkan dari selisih nilai pembacaan sensor barometer dengan nilai target ketinggian (E) delta error didapatkan dari selisih error sekarang dan sebelum (dE). Input sistem kontrol Fuzzy adalah nilai E dan dE (5) proses kalkulasi Fuzzy dijalankan (6) output proses kalkulasi yang berupa nilai throttle dikirimkan ke board KK2.0. Alur sistem kontrol Fuzzy terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3. Alur Sistem Kontrol Fuzzy (Dadone, Vanlandingham, Baumann, &Sarin, 2001) 4. AnalisisPerformansiSistemKontrolFuzzy Optimalisasi performansi dari parameter-parameter fuzzy yang ada sudah banyak dilakukan seperti mengubah IMF error dan delta error baik dari nilai maupun jumlah keanggotaannya, mengubah nilai-nilai OMF, dan mengubah rule base. Berikut kombinasi perubahan yang dilakukan.
Gambar 4. Tiga Konfigurasi Optimasi Nilai IMF Error (Terbaik Warna Kuning) Gambar 5 menunjukkan hasil konfigurasi terbaik menghasilkan osilasi sebesar 0.82 m. Bisa dikatakan Quadcopter terbang sebesar ± 0.41 m dari target ketinggian. Hasil osilasi masih cukup besar ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dari sensor barometer yang digunakan. Sensor barometer BMP085 mempunyai ketelitian 0.5 m. Hal itu berarti
18
sensor pembacaan nilai ketinggian secara signifikan apabila terjadi perubahan sebesar 0.5 m.
Gambar 5. Hasil Optimasi Nilai IMF Error 5. Kesimpulan Setelah mencari parameter-parameter sistem kontrol Fuzzy didapatkan bahwa system kontrol Fuzzy sebagai hold altitude Quadcopter menggunakan sensor barometer menghasilkan respon terbang Quadcopter yang kurang baik dengan besar osilasi ± 0.41 m dari target ketinggian yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena ketelitian dari sensor barometer yang digunakan kurang teliti. DaftarPustaka 1. Bouabdallah, S., Murrieri, P., &Siegwart, R. (2004). Design and control of an indoor micro quadrotor. IEEE International Conference on Robotics and Automation, 2004. Proceedings. ICRA ‟04. 2004, 4393–4398 Vol.5. doi:10.1109/ROBOT.2004.1302409 2. Dadone, P., Vanlandingham, H. F., Baumann, W. T., &Sarin, S. C. (2001). Design Optimization of Fuzzy Logic Systems. Virginia Polytechnic Institute and State University. 3. Salih, A., &Moghavvemi, M. (2010). Flight PID controller design for a UAV quadrotor. … Research and Essays, 5(23), 3660–3667. Retrieved from http://www.researchgate.net/publication/230633819_Flight_PID_Controller_Design_f or_a_UAV_Quadrotor/file/d912f511361f422fdd.pdf
19
Altitude Lock Design for QuadCopter Using Sonar Based on Fuzzy Controller 1
2
3
Hendi Wicaksono , Yohanes Gunawan Yusuf , Arbil Yodinata Electrical Engineering Dept. Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya, 1 2 3
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Quadcopter merupakan sebuah pesawat tanpa awak yang terus dikembangkan belakangan ini. Quadcopter memiliki 4 buah baling-baling penggerak (propeller) yang memungkinkan pesawat tanpa awak ini dapat melakukan Vertical Take Off and Landing (VTOL). Terdapat 3 macam gerakan terbang Quadcopter yaitu gerakan pitch (gerakan ke depan dan belakang), gerakan roll (gerakan ke samping), dan gerakan yaw (gerakan memutar/rotasi). Quadcopter memerlukan sebuah kontroler terbang agar kecepatan putar 4 buah propeller dapat diatur sedemikian rupa agar dapat melakukan ketiga gerakan tersebut. Kontroler terbang yang popular dengan harga yang cukup terjangkau adalah board kontroler KK2.0. Dengan board kontroler KK2.0, Quadcopter dapat dengan mudah dikontrol gerak terbangnya. Pada paper ini mempresentasikan desain fitur baru yang tidak dimiliki KK2.0 yaitu fitur Altitude Lock yang didesain pada board kontroler YoHe v1.1 berbasis Fuzzy Controller. Dengan penggabungan board kontroler KK2.0 dan board kontroler YoHe dengan fitur Altitude Lock membuat Quadcopter mempunyai kemampuan selalu menjaga ketinggiannya tidak berubah-ubah. Fitur Altitude Lock pada board kontroler YoHe v1.1 ini mampu menjaga ketinggian ± 10 cm dari ketinggian yang diinginkan. Kata kunci: Altitude Lock, Fuzzy Controller, Quadcopter, Board YoHe v1.1. 1. Pendahuluan Bagi para pecinta aeromodelling, nama Quadcopter sudah tidak asing lagi. Quadcopter adalah pesawat tanpa awak yang mempunyai 4 buah baling-baling (propeller). Prinsip terbang Quadcopter menyerupai prinsip terbang helikopter yang mempunyai kemampuan Vertical Take Off and Landing (VTOL). Prinsip terbang VTOL mempunyai keuntungan lebih banyak dari prinsip terbang lainnya (Bouabdallah, Murrieri, & Siegwart, 2004). Quadcopter dikategorikan sebagai Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dikarenakan Quadcopter tidak memerlukan pilot untuk menerbangkannya (Salih & Moghavvemi, 2010). Sebuah Quadcopter dapat dikendalikan menggunakan R/C (Remote Control) ataupun terbang secara otomatis. Quadcopter memiliki 3 buah motion gerak, yaitu pitch, roll, dan yaw. (Salih & Moghavvemi, 2010). Board KK2.0 merupakan board flight controller yang popular di dunia aeromodelling. Flight controller ini pengoperasiannya mudah dan harga relatif terjangkau. Board KK2.0 ini mendeteksi besarnya pulsa yang keluar dari RX R/C kemudian dari informasi tersebut, KK2.0 mengatur kecepatan 4 buah motor agar menghasilkan motion gerak yang diinginkan. Dan setelah itu, KK2.0 secara otomatis menyetabilkan Quadcopter sejajar dengan bidang datar. Hal tersebut memudahkan pengguna dalam mengontrol gerak Quadcopter melalui sebuah R/C. Jika sebuah Quadcopter yang dilengkapi board KK2.0 terbang tidak stabil cenderung bergerak tak beraturan maka diperlukan pengaturan parameter-parameter kontrol PID yang ada dalam board KK2.0. Pada makalah (paper) ini mempresentasikan kebaruan (novelty) sistem altitude lock menggunakan sistem kontrol fuzzy dengan sensor sonar SRF05 sebagai sensor ketinggian. Sistem altitude lock diprogramkan pada board Yo-He v1.1 yang mengontrol (menambah atau mengurangkan) sinyal throttle yang diberikan ke board KK2.0 sebagai flight controller. Penulisan makalah ini disusun dalam 4 sub pembahasan, yaitu struktur Quadcopter yang digunakan, desain sistem kontrol Fuzzy, analisis performansi sistem kontrol Fuzzy, dan simpulan.
20
2. Struktur Quadcopter Pada makalah ini, frame Quadcopter yang digunakan adalah model frame X-Copter seperti yang terlihat pada Gambar 3. Kemudian frame Quadcopter tersebut dilengkapi dengan komponenkomponen Quadcopter seperti propeller, motor brushless, Electronic Speed Controller (ESC), flight controller. Semua komponen-komponen tersebut sifatnya spesifik untuk beberapa frame tertentu saja. Jadi jika diperlukan mengganti frame maka spesifikasi komponen-komponen yang diperlukan bisa jadi berubah. Detail komponen Quadcopter seperti propeller, motor brushless, Electronic Speed Controller (ESC), flight controller dapat dilihat pada Tabel 1. Skema pengabelan komponen-komponen tersebut jika digunakan standar pada umumnya dapat dilihat pada Gambar 4. Dapat dilihat bahwa sinyal keluaran dari penerima R/C alias RX masuk ke board KK2.0 sebanyak 4 kanal yaitu aileron, elevator, throttle, dan rudder. Tabel 1. Spesifikasi Komponen Quadcopter No 1 2 3 4 5 6 7
Item Frame XCopter Propeller Motor Brushless ESC Flight Controller Baterai R/C
Jumlah
Merk
Spek
1
Nylon SK-450
282 g
2 CW, 2CCW
Plastic
1038
4
Turnigy SK3
1150KV
4
Turnigy Plush
30 A
1
KK2.0
1 1
Li-Po 3 cell Turnigy 9XR
2.2 A 2.4 GHz
Gambar 3. Frame X-Copter
Sinyal dari 4 kanal yang diterima KK2.0 itu diolah dan selanjutnya menghasilkan sinyal pulsa untuk mengatur kecepatan masing-masing motor brushless dari 4 buah motor brushless melalui ESC. Pada Gambar 5 dapat dilihat skema pengabelan mode auto altitude lock. Sinyal keluaran RX hanya 3 kanal yang masuk board KK2.0 yaitu aileron, elevator, dan rudder. Kanal throttle dihubungkan ke board YoHe v1.1 ditambah 1 kanal aux sebagai sinyal masuk penanda pengaktif mode auto altitude lock. Dan 1 kanal dari board YoHe v1.1 keluar menuju KK2.0 menggantikan kanal throttle yang dari RX seperti skema sebelumnya. Board YoHe v1.1 menerima sinyal dari sensor sonar SRF05 sebagai acuan pengukur ketinggian.
Gambar 4. Skema Pengabelan Quadcopter General
Gambar 5. Skema Pengabelan Quadcopter dengan Sistem Auto Altitude Lock
21
3. Desain Sistem Kontrol Fuzzy Sistem kontrol Fuzzy bisa diprogramkan dengan 2 media, yaitu diprogramkan on-board YoHe v1.1 atau diprogram dan dijalankan menggunakan laptop. Pada makalah ini didesain sistem kontrol Fuzzy dan diprogramkan ke board Yo-He v1.1 yang menggunakan ATMega2560 dengan kapasitas memori program sebesar 256 MB. Sistem kontrol Fuzzy dibuat dengan parameter-parameter yang fleksibel agar nantinya dengan mudah dilakukan perubahan-perubahan untuk mengoptimalkan performansi dari sistem kontrol yang dihasilkan. Dengan menggunakan pemrograman berbasis array, hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan. Hal itulah yang membuat pada desain ini menggunakan ATMega2560 dengan memori program 256 MB. Sebelum melangkah lebih lanjut desain sistem kontrol Fuzzy, alur eksekusi proses sistem kontrol altitude lock sebagai berikut. (1) Board Yo-He menerima sinyal penanda mode auto diaktifkan, (2) nilai pembacaan sensor sonar pertama kali saat mode auto diaktifkan dianggap sebagai posisi ketinggian Quadcopter yang diinginkan, (3) nilai pembacaan throttle terakhir saat mode auto diaktifkan dijadikan nilai throttle awal, (4) pembacaan sensor sonar saat ini dibandingkan dengan nilai ketinggian yang diinginkan menjadi error (E) dan delta error (dE). Nilai E dan dE tersebut menjadi input sistem kontrol Fuzzy, (5) proses kalkulasi Fuzzy dijalankan, (6) didapatkan nilai throttle dari proses kalkulasi dikirimkan ke board KK2.0 untuk diolah menjadi kecepatan 4 buah motor brushless. Struktur sistem kontrol Fuzzy dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur Sistem Kontrol Fuzzy (Dadone, Vanlandingham, Baumann, & Sarin, 2001) Bagian pertama desain sistem kontrol Fuzzy adalah fuzzifier. Di dalam fuzzifier dilakukan proses fuzzification yang mengubah crisp (nilai real) input menjadi sebuah Fuzzy sets. Dari ulasan sebelumnya didapatkan 2 buah Fuzzy sets yaitu Fuzzy sets E dengan linguistic variables Error dan Fuzzy sets dE dengan linguistic variables delta Error. Setelah dilakukan percobaan pendahuluan Fuzzy sets dE ditetapkan hanya memiliki 3 linguistic labels, yaitu NdE (Negative delta Error), ZdE (Zero delta Error), PdE (Positive delta Error). Fuzzy sets dE memiliki membership function µ(dE) dengan membership degree dari 0 hingga 1. Sedangkan Fuzzy sets E dibuat bervariasi untuk dicari performansi terbaik mulai 3 linguistic labels, 5, 7, dan seterusnya. Untuk Fuzzy sets E dengan 3 linguistic labels ditentukan berikut ini, yaitu NE (Negative Error), ZE (Zero Error), PE (Positive Error). Fuzzy sets E memiliki membership function µ(E) dengan membership degree dari 0 sampai 1. Grafik membership function dari Fuzzy sets dE dan Fuzzy sets E dapat dilihat pada Gambar 7. Bentuk membership function dari kedua Fuzzy sets adalah trapezoid-triangular membership function. Untuk Fuzzy sets STPdT dengan linguistic variable SetThrottlePlusdeltaThrottle sebagai output fuzzy, yang selanjutnya akan dikirim ke board KK2.0 sebagai input throttle. Fuzzy sets STPdT mempunyai bentuk membership function berupa fuzzy singleton dengan 5 linguistic labels yaitu VDown (VeryDown), Down, Stay, Up, VUp (VeryUP). Bentuk grafik Fuzzy sets dapat dilihat pada Gambar 8.
22
Gambar 7. Grafik Membership Function dE dan E Tabel 2. IF-THEN Rules
Gambar 8. Grafik Membership Function STPdT Bagian berikutnya adalah Inference dan rule base. Pada Tabel 2 dapat dilihat konfigurasi rule base atau juga IF-THEN Rules. Pada bagian terakhir yaitu defuzzifier terdapat proses defuzzification yang mengubah Fuzzy sets kembali menjadi nilai crisp output. Pada makalah ini menggunakan metode Center Of Area (COA) dengan persamaan seperti terlihat pada persamaan (1). (1) 4. Analisis Performansi Sistem Kontrol Fuzzy Seperti diketahui bersama bahwa pengaturan poin-poin pada proses fuzzification, pengaturan rule base atau IF-THEN Rules membutuhkan tingkat expertise manusia yang mendesain Fuzzy tersebut. Dalam analisis performansi sudah dilakukan lebih dari 100 kali perubahan baik perubahan poin-poin di trapezoid input membership function dan juga pada konfigurasi sistem rule base. Berikut beberapa kombinasi perubahan yang dilakukan yang terbaik. Dari Gambar 11 dapat dilihat kofigurasi terbaik menghasilkan perbedaan antara tinggi maksimum dan tinggi minimum sebesar 19 cm. Jadi Quadcopter terbang dengan ketinggian sebesar ketinggian target ± 8.5 cm. Kemudian dilanjutkan dengan pengoptimalan besar poin-poin Fuzzy Singleton STPdT didapatkan perbaikan dengan ketinggian terbang sekarang adalah ketinggian target ± 7 cm seperti terlihat pada Gambar 12. Ketika banyaknya linguistic labels diperbanyak menjadi 5 dengan harapan hasil menjadi lebih baik, namun yang didapatkan sebaliknya semakin buruk osilasinya. Hal itu juga dikonfirmasi dengan mencoba ketika linguistic labels menjadi 7. Cuma tidak diteliti lebih lanjut penyebab semakin buruknya ini.
Gambar 9. Lima Konfigurasi Optimasi Poin Fuzzy Sets E (Yang Terbaik diberi Warna Kuning)
23
Gambar 10. Empat Konfigurasi Optimasi Poin Fuzzy Singleton STPdT (Terbaik Warna Kuning) 5. Simpulan Dengan konfigurasi parameter-parameter sistem kontrol Fuzzy di atas didapatkan desain altitude lock untuk Quadcopter menggunakan sensor sonar berhasil mempertahankan ketinggian terbang Quadcopter ± 7 cm dari ketinggian awal mode altitude lock diaktifkan. Dan hasil ini jika dilihat dalam pandangan visual langsung memang terlihat Quadcopter terbang stabil diam tidak naik turun.
Gambar 11. Hasil Optimasi Poin Fuzzy Sets E
Gambar 12. Hasil Optimasi Poin Fuzzy Singleton STPdT
Daftar Pustaka 1. Bouabdallah, S., Murrieri, P., & Siegwart, R. (2004). Design and control of an indoor micro quadrotor. IEEE International Conference on Robotics and Automation, 2004. Proceedings. ICRA ‟04. 2004, 4393–4398 Vol.5. doi:10.1109/ROBOT.2004.1302409 2. Dadone, P., Vanlandingham, H. F., Baumann, W. T., & Sarin, S. C. (2001). Design Optimization of Fuzzy Logic Systems. Virginia Polytechnic Institute and State University. 3. Salih, A., & Moghavvemi, M. (2010). Flight PID controller design for a UAV quadrotor. … Research and Essays, 5(23), 3660–3667. Retrieved from http://www.researchgate.net/publication/230633819_Flight_PID_Controller_Design_f or_a_UAV_Quadrotor/file/d912f511361f422fdd.pdf
24
Analisis Kualitas Portal Rumah Belajar Dengan Menggunakan Metode WebQual 4.0 (Studi Kasus Pada SMA Negeri di kota Palembang) 1
Megawaty , Helda Yudiastuti 1 2
2
Universitas Bina Darma, Jl. A. Yani No.12,
[email protected] Universitas Bina Darma, Jl. A. Yani No.12,
[email protected]
ABSTRAK Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat telah membuat banyak perubahan bagi kehidupan manusia saat ini dan mendorong upayaupaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar disekolah. Untuk itulah pemerintah terus mengupayakan pemberdayaan potensi internet untuk kebutuhan pendidikan. Salah satu upaya yang dikembangkan adalah membuat portal edukasi untuk pembelajaran, salah satu diantaranya adalah Edukasi.Net yang kini sudah berganti nama menjadi Rumah Belajar. Dalam penelitian ini, kualitas Portal Edukasi Rumah Belajar akan diukur dengan menggunakan metode WebQual. WebQual merupakan instrument yang menilai kualitas suatu website menurut perspektif pengguna akhir. Teknik pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti karena adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu, sampel diambil dari 150 orang siswa dan 50 orang guru. Survey dilakukan dengan wawancara dan memberikan kuesioner secara terbuka serta tertutup kepada siswa-siswi dan guru-guru di SMA yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hubungan antar dimensi dari webQual 4.0 yaitu usability, kualitas informasi, dan interaksi pelayanan terhadap kepuasan pengguna, pengukuran dilakukan dengan perangkat SPSS versi 19. Dari pengukuran, nantinya diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai rekomendasi bagi pemerintah dalam mengembangkan situs Edukasi.Net dengan memperhatikan kualitas website berdasarkan persepsi pengguna. Kata kunci: WebQual 4.0, Kepuasan, Rumah Belajar, Pengguna 1. Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat telah membuat banyak perubahan bagi kehidupan manusia saat ini dan mendorong upayaupaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar disekolah. Untuk itulah pemerintah terus mengupayakan pemberdayaan potensi internet untuk kebutuhan pendidikan. Salah satu upaya yang dikembangkan adalah membuat portal edukasi untuk pembelajaran, salah satu diantaranya adalah Edukasi.Net yang kini sudah berganti nama menjadi Rumah Belajar. Dalam penelitian ini, kualitas Portal Edukasi Rumah Belajar akan diukur dengan menggunakan metode WebQual. WebQual merupakan instrument yang menilai kualitas suatu website menurut perspektif pengguna akhir. Teknik Portal Rumah belajar adalah portal yang di bangun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memfasilitasi ketersediaan konten bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dan peserta didik, seperti bahan belajar interaktif yang dilengkapi dengan media pendukung gambar, animasi, video dan simulasi. Dengan portal ini diharapkan proses belajar mengajar akan semakin bervariasi untuk siswa.
25
Perumusan Masalah Masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah 1. Apakah kegunaan (Usability) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. 2. Apakah kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. 3. Apakah interaksi kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis dan mengetahui tingkat kepuasan pengguna Portal Rumah Belajar menggunakan metode WebQual 4.0 yang terdiri atas usability, kualitas informasi, dan interaksi pelayanan Pembahasan Objek Penelitian Objek Penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat pada penelitian, adapun yang menjadi objek pada penelitian ini adalah siswa-siswa dan guru yang memanfaatkan Portal Rumah Belajar pada SMA negeri di kota Palembang. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003 : 64) metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat. Teknik Pengambilan Sample Guru menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti karena adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu, jadi responden diambil sebanyak 50 orang guru. Sedangkan pada siswa yaitu meliputi keseluruhan siswa kelas X pada masing-masing sekolah yang berjumlah 1440 orang. Sampel menurut Arikunto (2004:102) adalah keseluruhan dari populasi yang diambil dengan menggunakan data tertentu. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, kuesioner, observasi. Alat Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah, olehnya penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai pedoman penafsiran. Teknik Analisa data dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda karena variabel independen yang digunakan lebih dari satu variabel. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data adalah SPPS versi 17.0 karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1). Uji Validitas Instrumen Konstruk
Item
Usability
U1
Corrected Item-Total Correlation 0.478*
U2
0.556*
U3
0.456*
U4
0.497*
26
Information Quality
Layanan Interaksi
Kepuasan Pengguna
U5
0.502*
U6
0.083
U7
0.404*
U8
0.370*
U9
0.494*
q1
0.209
q2
0.072
q3
0.218
q4
0.226
q5
0.101
q6
0.150
q7
0.214
q8
0.176
L1
0.673*
L2
0.670*
L3
0.561*
L4
0.585*
L5
0.092
L6
0.600*
KP1
0.101
KP2
0.547*
KP3
0.673*
r tabel = 0.195
Keterangan : * dinyatakan Valid Sumber: Data Primer diolah, 2014 Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan (error). Dengan bantuan program SPSS 17.0 nilai koefisien Cronbach Alpha dapat dilihat. Nilai koefisien Cronbach Alpha untuk masingmasing konstruk ditampilkan sebagai berikut: Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah model garis regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut dilakukan uji F. untuk mengetahui ada pengaruh dapat diketahui dengan melihat dari level of significant α = 0.05. jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
27
Tabel 5.14 ANOVA b
ANOVA Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
33.981
3
11.327
Residual
16.766
171
.098
Total
50.747
174
F 115.529
Sig. a
.000
a. Predictors: (Constant), Layanan_Interaksi, Information_Quality, Usability b. Dependent Variable: Kepuasan_Pengguna Sumber: Data Primer diolah, 2014 Dari hasil uji ANOVA atau F test didapat F hitung sebesar 115.529 dengan tingkat signifikansi uji F sebesar 0.000 ( p < 0.05) berarti variabel secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kepuasan Pengguna . 5.3.1
Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel bebas yang terdapat secara individu apakah berpengaruh terhadap nilai variabel terikat. Untuk pengujian ini dilakukan dengan melihat probabilitas uji parsial pada tabel koefisien signifikan pada tabel output Anova. Jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak, sebaliknya hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima pada tingkat signifikansi 5%. Tabel 5.14 Koefisien Regresi Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.911
.505
Usability
.022
.054
Information_Quality
.146
Layanan_Interaksi
.660
Standardize d Coefficients Beta
t
Sig.
1.803
.073
.019
.405
.686
.123
.053
1.184
.238
.038
.805
17.413
.000
a. Dependent Variable: Kepuasan_Pengguna 3. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan di SMA negeri di kota Palembang yang terkoneksi jaringan internet. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor Usability tidak berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pengguna Portal Rumah Belajar diperoleh sebesar 4.05% dengan tingkat signifikansi 0,686. Dari hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor usability tidak berpengaruh positif terhadap penerimaan pengguna. Sehingga apabila tingkat kegunaan (usability) yang dirasakan pengguna rendah maka akan berpengaruh pada tingkat Kepuasan. 2. Faktor Information Quality tidak berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pengguna Portal Rumah Belajar diperoleh sebesar 11.84% dengan tingkat signifikansi 0.238. Dari hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor Kualitas Informasi
28
(Information Quality) tidak berpengaruh positif terhadap Kepuasan pengguna. Sehingga apabila tingkat Kualitas Informasi yang dirasakan pengguna rendah maka akan berpengaruh pada tingkat Kepuasan. 3. Faktor layanan Interaksi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pengguna Portal Rumah Belajar. diperoleh sebesar 174.13% dengan tingkat signifikansi 0.000. Dari hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor Laynan Interaksi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pengguna Portal Rumah Belajar. Sehingga apabila tingkat layanan Interaksi yang dirasakan pengguna tinggi maka akan berpengaruh pada tingkat Kepuasan. SARAN Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini sehubungan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan pihak yang berwenang baik itu pemerintah maupun sekolah-sekolah untuk melakukan perbaikanperbaikan terhadap Portal Rumah Belajar dan dilakukan sosialisasi mengenai kegunaan portal rumah belajar bagi guru dan siswa . karena dengan dimanfaatkannya Portal Rumah Belajar secara optimal oleh siswa dan guru berdampak pada semakin meningkatnya peranan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai aspek kehidupan termasuk di bidang pendidikan. 2. Penelitian-penelitian lanjutan sehubungan kegunaan Portal rumah belajar untuk mengetahui kepuasan pengguna portal rumah belajar di sekolah secara lebih luas dimana akan didapatkan evaluasi dalam rangka pengembangan dan sekaligus feedback yang tepat sebagai solusi atas permasalahan kepuasan pengguna terhadap program tersebut. Daftar Pustaka 1. Barnes S, idgen, R. 2001. Assesing the Quality of Auction Website. 34th Hawaii International Conference on System Sciences. 2. Handini. 2009. Pengukuran Mutu layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi dengan Menggunakan Metode WebQual (Studi Kasus : Web Library Perguruan Tinggi Swasta dan Perguruan Tinggi Negeri). Jakarta : Universitas Guna Darma. 3. Imam Sanjaya. 2012. Pengukuran Kualitas Layanan Website Kementerian Kominfo Dengan Menggunakan Metode Webqual 4.0 Jurnal Penelitian IPTEK-KOM. Vol.14 No.1 4. Kusnandar,Uwes A. Chaeruman, & Ika Kurniawati. Studi Pemanfaatan E-Dukasi.Net di Sekolah(2005) 5. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ‖ Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan‖. 1 Juli 2014. http://setjen.kemdikbud.go.id/pustekkom/produk/rumah-belajar, 6. Tarigan, J. 2008. User Satisfaction Using WebQual Instrument : A Research on Stock Exchange of Thailand (SET). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.10 No.1 :34 – 47 7. http://www.webqual.co.uk/instrumnet.htm 8. www. E-dukasi.net
29
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tenaga Kerja Pada Maid Management Information System Berbasis Web Menggunakan Logika Fuzzy
1
1
2
Radius Tanone , Dedy Danu Widjaya FTI-UKSW, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia,
[email protected] 2 FTI-UKSW, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia,
[email protected]
ABSTRAK Besarnya kebutuhan masyarakat Singapura akan tenaga kerja wanita yang terus meningkat , mendorong tumbuhnya agen Maid serta sistem informasi Maid management di negara tersebut. Untuk pemilihan Maid yang tepat dan sesuai kriteria yang diinginkan employer, dibutuhkan suatu sistem pendukung keputusan yang dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang valid. SPK harus dapat memproses indikator yang ada dengan benar termasuk yang bersifat samar seperti pada Maid management adalah kriteria experience dan skill dari tenaga kerja serta umur dari maid. Indikator samar tersebut diproses menggunakan logika Fuzzy dengan representasi grafik segitiga dan operasi logika max untuk menghasilkan rekomendasi Maid yang telah diurutkan dari yang memiliki firestrength tertinggi. Kata Kunci : Maid Management, Sistem Pendukung Keputusan, Logika Fuzzy
1. Pendahuluan Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, semua aspek kehidupan manusia juga ikut berkembang, salah satunya adalah dunia bisnis. Peran teknologi dan informasi pun semakin diperlukan dalam mendukung proses bisnis yang ada, salah satunya adalah sistem informasi. Begitu juga dengan sistem informasi maid management yang memberikan layanan dan informasi seputar tenaga kerja bagi customer khususnya di wilayah Singapura. Permasalahan yang terjadi bagi masyarakat Singapura dalam pemilihan maid adalah customer harus mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Sedangkan tenaga kerja yang tersedia sangat bervariatif dalam segi pengalaman, umur dan kemampuanya, tidak kurang tiga ribu orang setiap bulannya berangkat ke Singapura untuk berkerja sebagai maid serta ditambah lagi dengan proses dan pengurusan legalitas yang selektif oleh pemerintah Singapura dalam pengambilan tenaga kerja wanita bagi warga negaranya [1]. Pada sistem informasi Prestige Maid, customer harus mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan seperti umur, kemampuan, serta pengalaman maid. Adapun tenaga kerja yang dimiliki oleh Prestige Maid Agency pada tahun 2013 ini adalah 136 orang. Melihat dan memeriksa satu per satu tenaga kerja akan memakan waktu serta belum tentu sesuai dengan kriteria yang diharapkan dan dibutuhkan. Kendala lain adalah waktu customer yang terbatas pada jam kerja Prestige Maid jika harus bertemu
30
dengan konsultan [2]. Oleh karena itu, dalam suatu sistem informasi dibutuhkan sistem pendukung keputusan pemilihan tenaga kerja untuk dapat membantu customer untuk memberikan rekomendasi dalam pemilihan maid yang sesuai dengan kriterianya, sehingga diharapkan customer dapat mencari informasi tentang produk, layanan, bahkan melakukan transaksi tanpa terbatas jam kerja perusahaan [3]. Untuk menghasilkan suatu rekomendasi yang valid, Sistem Pendukung Keputusan harus dapat memproses indikator yang ada dengan benar [4]. Akan tetapi, dalam sistem informasi maid management terdapat indikator yang bersifat samar. Sehingga dibutuhkan penanganan pada indikator samar tersebut, yaitu dengan logika Fuzzy. Dengan logika Fuzzy, data yang samar akan menjadi anggota dari banyak himpunan dengan derajat keanggotaan yang berbeda dalam masing-masing himpunan [5]. Pada maid management terdapat beberapa spesifikasi yang digunakan untuk menangani data yang samar yaitu experience, skill dan umur dari maid. Berdasarkan kebutuhan customer akan rekomendasi tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan tanpa terbatas jam kerja suatu perusahaan manajemen tenaga kerja serta tanpa terbatas ruang, maka dirancanglah suatu Sistem Pendukung Keputusan pemilihan tenaga kerja berbasis web yang dapat memproses masukan dari customer baik yang bersifat pasti maupun samar sehingga dihasilkan rekomendasi tenaga kerja yang valid dan sesuai dengan kriteria yang diharapkan customer. Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang SPK, salah satunya adalah Decision Support System Untuk Pembelian Mobil Menggunakan Fuzzy Database Model Tahani yang mengangkat permasalahan tentang proses perekomendasian mobil yang paling sesuai bagi pengguna atau calon pembeli dengan menerapkan metode Fuzzy Database Model Tahani. Dalam penelitian tersebut, parameter-parameter yang telah dimasukkan oleh user diproses oleh sistem sehingga menghasilkan output yang berupa rekomendasi mobil yang memiliki firestrength atau tingkat kesesuaian dengan parameter di atas angka nol sampai dengan angka satu [6]. Penelitian yang lain adalah Perancangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Untuk Menentukan Kelaiklautan Kapal. Pada penelitian ini, SPK dirancang dengan menggunakan metode pohon keputusan dan algoritma Iterative Dichotomiser 3 (ID3) untuk menganalisa tiga aspek utama keselamatan kapal yaitu nautis, teknis dan radio sehingga dihasilkan keputusan penentuan kelaiklautan kapal yang bernilai diskrit yaitu laik atau tidak laik [7]. Pada penelitian ini, sistem pendukung keputusan dirancang untuk membantu employer dalam memilih tenaga kerja agar sesuai dengan kriteria yang diinginkan tanpa harus melihat satu persatu profil maid yang tersedia sehingga diharapkan akan lebih efisien dalam waktu pemilihan maid. SPK akan menggunakan logika Fuzzy dalam memproses masukan Fuzzy dari employer, sehingga sistem dapat memberikan output yang berupa rekomendasi satu atau lebih Maid yang sesuai dalam kriteria yang telah dimasukkan beserta derajat rekomendasinya (firestrength). Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam proses pengambilan keputusan. Jadi, pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh sistem atau manusia, karena SPK hanya membantu manusia dalam proses pengambilan keputusan. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) mampu memberikan solusi bagi kebutuhan tersebut. SPK merupakan sistem yang membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tidak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. [4]
31
Logika Fuzzy (Fuzzy Logic) diperkenalkan oleh Lotfi Zadeh pada tahun 1965. Merupakan metode yang mempunyai kemampuan untuk memproses variabel yang bersifat kabur atau yang tidak dapat dideskripsikan secara pasti seperti misalnya tinggi, lambat, dan bising. Fuzzy dalam bahasa Inggris mempunyai arti kabur atau tidak jelas. Jadi, logika Fuzzy adalah logika yang kabur, atau mengandung unsur ketidakpastian. Dalam logika Fuzzy, variabel yang bersifat kabur tersebut direpresentasikan sebagai sebuah himpunan yang anggotanya adalah suatu nilai pasti (crisp) dan derajat keanggotaannya dalam himpunan tersebut. Logika Fuzzy meniru cara berpikir manusia dengan menggunakan konsep sifat kesamaran suatu nilai. Dengan teori himpunan Fuzzy, suatu objek dapat menjadi anggota dari banyak himpunan dengan derajat keanggotaan yang berbeda dalam masing-masing himpunan [5]. Terdapat beberapa hal yang harus diketahui dalam sistem Fuzzy, yaitu variabel Fuzzy yang merupakan variabel yang akan dibahas dalam suatu sistem Fuzzy, himpunan Fuzzy yang merupakan suatu group yang mewakili suatu kondisi tertentu dalam suatu variabel Fuzzy, semesta pembicaraan yang adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel Fuzzy, domain adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan Fuzzy, serta fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan). Fungsi keanggotaan suatu himpunan Fuzzy dapat ditentukan melalui pendekatan fungsi, yaitu representasi linier naik, representasi linier turun, kurva segitiga, kurva trapesium dan kurva bahu [8]. Maid Manajemen adalah agency atau perusahaan yang memberikan layanan kepada customer atau employer seputar tenaga kerja wanita baik dalam permintaan tenaga kerja maupun pengurusan legalitas serta semua yang bersangkutan dengan kebutuhan-kebutuhan maid. Maid management sangat dibutuhkan di Singapura karena kebutuhan masyarakat Singapura akan tenaga kerja wanita yang terus meningkat [9]. Peningkatan tersebut dibuktikan berdasarkan data Badan Nasional Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia tentang pengajuan ijin legalitas maid yang berasal dari negara Indonesia yang diselengarakan oleh pemerintah singapura, dalam penelitian tersebut tecatat 512 orang telah mengajukan ijin untuk pengurusan maid secara legal pada tahun 2009, 856 orang pada tahun 2010 dan tahun 2011 semester 1 ada 1140 orang [10]. Sistem informasi Maid management adalah sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan manajemen dan konsultan tenaga kerja untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan tenaga kerja dan memberi kesempatan kepada customer untuk melakukan permintaan tenaga kerja serta pengurusan kebutuhan-kebutuhan legalitas tenaga kerja [9]. Prestige Maid adalah agency tenaga kerja wanita di Singapura yang telah berdiri sejak tahun 2010. Prestige Maid bekerjasama dengan agen tenaga kerja Indonesia PT. Rizaldi Bina Bersama yang berkantor pusat di Kendal dan telah berdiri lebih dari sepuluh tahun. Prestige Maid memberikan pelatihan dan menyalurkan Maid dari berbagai negara seperti China, Malaysia, serta Singapura dan telah memiliki sekitar 2500 employer yang berada di Singapura [3].
2. Pembahasan Terdapat tiga tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :
32
1.
Identifikasi Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang ada pada sistem informasi Prestige Maid serta dilakukan perumusan kebutuhan bagi permasalahan tersebut, yaitu dibutuhkannya sistem pendukung keputusan pemilihan Maid dengan menggunakan logika Fuzzy. 2. Perancangan Sistem Perancangan sistem menggunakan prototype model yang memungkinkan adanya interaksi yang lebih baik antara pengembang program dan pengguna sehingga sistem yang dibuat hasilnya lebih maksimal.
Gambar 1. Prototyping Model [6] Proses dari perancangan sistem dengan menggunakan prototype model pada Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pengumpulan Kebutuhan Tahap pengumpulan kebutuhan adalah tahap untuk menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diperlukan dan gambaran bagian-bagian yang akan dibangun berikutnya. Pada tahap ini dilakukan wawancara ke client yang pada penelitian ini adalah Prestige Maids Agency. Kebutuhan yang didapat pada tahapan ini antara lain data layanan yang diberikan Prestige Maids Agency, data Maid, kebutuhan input sistem, serta informasi yang akan menjadi content pada sistem informasi Maid management, juga batas atas dan batas bawah dari setiap himpunan pada variabel Fuzzy yang digunakan. 2) Perancangan Tahap perancangan adalah tahap dimana dilakukan perancangan yang mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar prototype. Perancangan yang dilakukan adalah perancangan data, identifikasi kebutuhan software dan hardware, serta perancangan sistem. Perancangan data sistem pendukung keputusan pemilihan Maid adalah sebagai berikut : a. Kebutuhan Input Terdapat dua kebutuhan input data dalam sistem ini, yaitu : i. Input Non-Fuzzy (Kriteria) Input non-Fuzzy adalah kebutuhan input data pada sistem pendukung keputusan pemilihan Maid yang akan mengambil seluruh data tanpa melakukan perhitungan Fuzzy. Pada penelitian ini, input non-Fuzzy disebut dengan Kriteria. Terdapat empat input nonFuzzy, yaitu : 1. Country Country merupakan input non-Fuzzy pada sistem yang digunakan untuk user
33
memasukkan atau memilih asal negara Maid. 2. Religion Religion merupakan input non-Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan atau memilih agama Maid. 3. Marital Status Marital Status merupakan input non-Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan atau memilih status pernikahan Maid. 4. Education Education merupakan input non-Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan atau memilih pendidikan terakhir Maid. ii. Input Fuzzy (Spesifikasi) Input Fuzzy merupakan kebutuhan input data pada sistem pendukung keputusan pemilihan Maid yang akan dilakukan perhitungan Fuzzy pada data-data yang telah diambil berdasarkan input non-Fuzzy. Pada penelitian ini, input Fuzzy disebut dengan Spesifikasi. Terdapat tiga input Fuzzy yang diterapkan pada empat tipe pekerjaan Maid yaitu care of infant/children, care of elderly, care of disabled, dan general housework. Adapun tiga input Fuzzy tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Age Age merupakan input Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan usia Maid.
2.
Experience Experience merupakan input Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan pengalaman kerja Maid pada tipe pekerjaan yang telah dipilih.
3. Skill Skill merupakan input Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan kemampuan kerja Maid pada tipe pekerjaan yang telah dipilih.
b. Kebutuhan Output Hasil akhir dari sistem ini adalah rekomendasi Maid berdasarkan kriteria dan spesifikasi Maid yang telah ditentukan oleh user. Perancangan sistem pendukung keputusan menggunakan logika Fuzzy, data bentuk flowchart terlihat pada Gambar 2.
34
Start
Input Kriteria Maid (nonfuzzy)
Validasi data
Input Spesifikasi (fuzzy) ?
no
Hasil rekomenda si tanpa perhitungan fuzzy
yes
Menghitung fungsi keanggotaan
Menghitung firestrength
Hasil rekomendasi berdasarkan Kriteria dan Spesifikasi
end
Gambar 2. Proses Sistem Pendukung Keputusan Pada Gambar 2 dijelaskan bahwa setelah user melakukan input non-Fuzzy, tanpa input Fuzzy, sistem melakukan validasi data dan kemudian mengambil data dari database yang kemudian ditampilkan dalam hasil rekomendasi Maid tanpa perhitungan Fuzzy. Jika user melakukan input non-Fuzzy dan Fuzzy, sistem melakukan proses perhitungan fungsi keanggotaan dari setiap input Fuzzy dan data Maid yang telah diambil dari database. Proses selanjutnya adalah perhitungan firestrength dan kemudian ditampilkan sebagai hasil rekomendasi. Adapun rancangan kebutuhan pengguna sistem yang merupakan rancangan gambaran umum adalah sebagai berikut, sistem mempunyai dua pengguna, yaitu administrator dan user yang mempunyai hak akses masing-masing. Administrator dapat mengakses halaman web admin dan dapat melakukan penambahan, pengubahan (edit) serta penghapusan (delete) data pada database. Seorang administrator harus melakukan login terlebih dahulu untuk memasuki halaman web admin. Sedangkan user hanya dapat melihat (view) data dari database serta mengoperasikan sistem dengan memasukkan (input) kriteria. User dapat mengakses web utama tanpa harus melakukan login terlebih dahulu. Sedangkan untuk mengakses layanan-layanan yang ada pada Sistem Informasi Maid Management, user harus melakukan register customer dan login terlebih dahulu. Output yang dihasilkan adalah beberapa rekomendasi Maid yang sesuai dengan kriteria yang telah dimasukkan oleh
35
user. Hasil yang diperoleh merupakan hasil akhir setelah data diproses dengan menggunakan Logika Fuzzy. 3) Evaluasi Prototyping Tahap pengujian adalah tahap dimana dilakukan pengujian terhadap aplikasi yang telah dibuat. Pengujian dilakukan dengan kuisioner untuk uji efektifitas sistem dan black box testing untuk menganalisa fungsi sistem. Jika masih terdapat beberapa perubahan yang berhubungan dengan kebutuhan pada aplikasi maka akan diperbaiki lagi yang diawali dengan tahap pengumpulan kebutuhan sesuai dengan yang diperlukan saja. Jika aplikasi yang dibuat sudah bisa memenuhi, maka proses-proses pada model ini selesai.
3.
Kesimpulan Pada tahap ini dilakukan perumusan kesimpulan berdasarkan latar belakang masalah dan hasil dari implementasi sistem pendukung keputusan pada sistem informasi Prestige Maid management. Kesimpulan juga berdasarkan analisa sistem informasi Prestige Maid terhadap pengujian sistem yang dilakukan menggunakan black box testing dan uji efektifitas sistem dengan kuisioner yang diberikan kepada pelanggan Prestige Maid. Selain itu, diberikan saran untuk sistem pendukung keputusan yang lebih valid pada pengembangan selanjutnya. Sistem Informasi Maid Management yang telah dirancang terdapat dua halaman utama, yaitu web admin dan web utama.
Gambar 3. Halaman Dashboard Web Admin Gambar 3 menunjukkan halaman dashboard pada web admin. Pada web admin, seorang administrator dapat melakukan berbagai aktivitas untuk mengelola data-data yang digunakan pada sistem informasi ini. Pada master data, admin dapat menambah, mengubah maupun menghapus data Country dan Religion. Pada maid management, admin dapat menambah, mengubah data maid mulai dari profil maid, riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan sampai dengan kemampuan maid. Pada employer management, admin dapat menambah, mengubah serta menghapus data employer. Pada request, admin dapat melihat, mengubah status request serta menghapus request yang telah dimasukkan oleh employer. Pada halaman enquiry, admin dapat melihat, mengubah status enquiry serta menghapus enquiry yang telah dimasukkan oleh employer. Pada news, admin dapat memasukkan, mengubah serta menghapus berita yang ditampilkan pada halaman web utama. Pada users, admin dapat menambah, mengubah serta
36
menghapus data admin yang dapat mengelola sistem informasi tersebut. Halaman utama Sistem Informasi Maid Management terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Halaman Utama Sistem Informasi Pretige Maid Dari halaman utama, user yang belum terdaftar sebagai employer hanya dapat mengakses halaman maid list dan news dan employer registration serta melakukan pencarian maid sesuai kriteria yang diinginkan. Jika sudah terdaftar sebagai employer, user dapat login ke sistem informasi dan dapat mengakses menu services. Pada halaman SPK, user dapat memasukkan kriteria maid sesuai yang diharapkan. Terdapat empat kriteria non-Fuzzy yaitu Country, Religion, Marital Status, dan Education. Kriteria dan spesifikasi akan diproses sistem untuk menghasilkan rekomendasi maid. Misal di dimasukan kriteria Maid yaitu Indonesia pada Country, muslim pada Religion, married pada Marital Status, dan high school pada Education. Maka sistem akan mengambil data dari database berdasarkan masukan tersebut. Gambar 5 menunjukkan hasil pencarian tanpa memasukkan kriteria Fuzzy.
Gambar 5. Hasil Pencarian Maid Tanpa Spesifikasi (Input Fuzzy)
37
Pada Gambar 5 terlihat semua data yang sesuai dengan kriteria (input non-Fuzzy) ditampilkan tanpa ada spesifikasi maid. Spesifikasi Fuzzy pada sistem ini adalah age, experience,dan skill. Penilaian experience ditentukan dari lamanya Maid bekerja pada tipe pekerjaan tersebut. Sedangkan penilaian skill ditentukan dari hasil wawancara maid baik oleh Singapore EA maupun EA/training centre independen. Untuk melakukan proses perhitungan Fuzzy maka harus dimasukkan Spesifikasi atau input Fuzzy. Gambar 6 menunjukkan masukan Fuzzy pada Spesifikasi.
Gambar 6. Contoh Masukan Fuzzy Pada Form Spesifikasi Pada Gambar 6 terlihat bahwa telah dimasukkan young pada spesifikasi Age, Novice dan good pada tipe pekerjaan care of infants / childern, pada tipe pekerjaan care of elderly telah di masukan spesifikasi intermediate dan expert, sedangkan pada tipe pekerjaan care of disable dimasukan spesifikasi intermediate dan good, dan untuk tipe pekerjaan general housework dimasukan spesifikasi novice dan good untuk melengkapi masukan Kriteria seperti yang telah di input kan pada Gambar 5, maka hasil rekomendasi akan seperti yang terlihat pada Gambar 7.
38
Gambar 7. Hasil Pencarian Berdasarkan Kriteria dan Spesifikasi (Input Fuzzy dan NonFuzzy)
Pada Gambar 5 dan Gambar 7 terlihat perbedaan hasil pencarian yang hanya berdasarkan masukan non-Fuzzy (Kriteria) dengan gabungan masukan non-Fuzzy (Kriteria) dan Fuzzy (Spesifikasi). Pada Gambar 5 terlihat bahwa hasil pencarian belum dispesifikasikan berdasarkan umur, experience serta skill setiap maid pada tipe pekerjaan yang dipilih. Sedangkan pada Gambar 7 terlihat bahwa rekomendasi maid yang ditampilkan selain berdasarkan kriteria yang dipilih user, juga berdasarkan spesifikasi yang dimasukkan user dengan urutan nilai firestrength sebagai prioritas rekomendasi. Jadi hasil rekomendasi yang ditampilkan pada Gambar 7, dua maid paling atas adalah maid yang memiliki nilai rekomendasi (firestrength) dua tertinggi. Adapun pemrosesan Fuzzy yang terjadi pada sistem dilakukan dengan menggunakan masukan user yang berupa Kriteria untuk mengambil data pada database. Sedangkan masukan user yang berupa input Fuzzy (Spesifikasi) yang terdiri dari age, experience, dan skill akan diproses oleh sistem dengan terlebih dahulu mengambil data keanggotaan dari tabel membership. Data nilai keanggotaan tiap himpunan Fuzzy dari semua variabel tersebut akan disimpan pada array. Kemudian sistem akan melakukan perhitungan derajat keanggotaan pada masukan user, dan hasil perhitungan akan disimpan pada miu_maid_temp. Derajat keanggotaan yang telah disimpan akan diproses dengan menggunakan operasi logika OR untuk didapatkan nilai firestrength yaitu dengan mengambil nilai tertinggi dari derajat keanggotaan tiap variabel. Nilai firestrength dari setiap maid inilah yang merupakan dasar bagi prioritas rekomendasi pemilihan maid.
3. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang masalah mengenai kebutuhan masyarakat Singapura akan rekomendasi maid yang tepat dan sesuai kriteria yang diharapkan, dihasilkan sebuah sistem pendukung keputusan pada sistem informasi maid management Prestige Maid menggunakan logika Fuzzy. Sistem pendukung keputusan tersebut dapat menangani indikator Fuzzy maupun non-Fuzzy. Dan melalui pengujian black box serta uji efektifitas, disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan pemilihan maid dapat memberikan rekomendasi sesuai dengan kriteria yang dimasukkan employer. Saran untuk sistem
39
pendukung keputusan Prestige Maid pada penelitian yang akan datang sistem dapat dikembagkan dengan menambahkan kriteria Fuzzy seperti medical history maid, language abilities, dan spesifikasi skill lainnya.
Daftar Pustaka 1. http://rri.co.id/index.php/berita/2889/BNP2TKI-Ancam-Cabut-Izin-Pengiriman-TKI-keSingapura#.UjCsoX_Qy0h (diakses tanggal 10 september 2013) 2. Huda, Nurul Evani, 2004. Model-Model Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Web. Universitas Sriwijaya. 3. www.prestigeMaid.com (diakses pada tanggal 12 Agustus 2013) 4. Subakti, Irfan, 2002. Buku Panduan Sistem Pendukung Keputusan. is.itssby.edu/subjects/dss/Buku_Panduan_SPK.pdf. (diakses tanggal 27 Mei 2013) 5. Irwan, Deddy. 2008. Implementasi Fuzzy Query Pada Database Untuk Perekomendasian Beasiswa. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11888/1/09E00028.pdf. (diakses tanggal 1 Juli 2013) 6. Pressman, S, Roger, 2002. Rekayasa Perangkat Lunak : Pendekatan Praktis (Buku Satu), Yogyakarta : Andi 7. Eliyani, Utomo Pujianto & Didin Rosyadi, 2009, Decision Support System Untuk Pembelian Mobil Menggunakan Fuzzy Database Model Tahani, http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1242/1042. (diakses tanggal 5 Mei 2013) 8. Setiawan, dkk, 2007. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Untuk Menentukan Kelaiklautan Kapal. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10163Paper.pdf (diakses tanggal 10 september 2013) 9. Kusumadewi, Sri, & Hari Purnomo, 2004, Aplikasi Logika Fuzzy untuk Mendukung Keputusan, Yogyakarta : Graha Ilmu. 10. www.aeas.org.sg. (diakses tanggal 5 April 2013) 11. http://www.investor.co.id/home/bnp2tki-peluang-kerja-di-singapura-terbuka/16758 (diakses tanggal 6 April 2013) 12. Ayuliana. 2009. Testing dan Implementasi. http://www.gunadarma.ac.id. (diakses tanggal 22 Juli 2013)
40
Maraknya Transaksi Bisnis Prostitusi Melalui Media Sosial (Human Trafficking In Social Media) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik 1
2
3
Aris Martono , Nurlaila Suci Rahayu Rais , Albert Yusuf Dien 1) STMIK RAHARJA, TANGERANG ,
[email protected] 2) AMIK RAHARJA INFORMATIKA, TANGERANG,
[email protected] 3) UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF, TANGERANG,
[email protected] ABSTRACT Online media is one type of social media that is up-to-date at this time, not just a means to make friends and exchange information, but also as a tool to interact in business transactions, services or sources of socialization, even used as a tool to conduct illicit activities, as the rampant online prostitution business transactions today. The more spread of prostitution through the internet, the commercial sex workers (PSK) using social media as a way to peddle herself or himsef in attracting clients. The results of this study outline why they chose prostitution as a shortcut, the implications of prostitution in the social media community, who is behind prostitution in social media, how they work and to whom are sold. This research uses library research and field research. Primary data was obtained directly from the respondents in research locations. While the secondary data obtained from the books, the laws relevant to the subject matter, electronic media or the internet, processing and analysis of similar studies that have been published in various media. The technique data collected through direct observation to the field, conduct interviews, either directly or via phone which is based on a list of questions to obtain accurate information. Location of the research carried out in Bandung and Tangerang, particularly in South Tangerang. This study was conducted for 1 (one) year with activities such as preparation of proposals, data collection, research field 1 and field 2 and the preparation of reports. The negative impact of the presence of prostitution in social media is the moral degradation of society, undermine the moral of teenagers that are still very unstable, has the potential spread of HIV / AIDS and sex diseases, potentially damaging domestic harmony, and so on. The rise of online prostitution can not be separated from the role of procurers, and admin-website as an online media service provider, so that society as a massive social deviation. Keywords: Business Transactions Prostitution, social media online and off-line, the Crime of Trafficking in Persons. PENDAHULUAN Pengertian masyarakat kota (urban community) lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Perhatian masyarakat perkotaan tidak lagi pada kebutuhan primer saja, tetapi mereka sudah memandang kebutuhan hidup yang lebih luas lagi, yang mempengaruhi pandangan akan tingkat kedudukan sosial mereka, bahkan masyarakat kota memandang pakaian yang dipakai pun merupakan perwujudan dari kedudukan sosial si pemakainya. Permasalahan lain, orang kota memiliki pola hidup individual, rasional, dan lebih mementingkan emosional, karena mereka terbiasa hidup mandiri, dan ini tercermin dalam kehidupan sehari-harinya, dimana mereka meskipun bertetangga, tetapi tidak saling mengenal. Namun demikian mereka bersifat netral dan pandangan hidupnya lebih bersifat universal. Kerasnya kehidupan yang penuh persaingan dan tantangan, membuat mereka harus berjuang agar bisa hidup (survive) di kota. Pesatnya perkembangan teknologi membuat masyarakat perkotaan semakin maju dan modern. Gerak langkah masyarakat kota di era global ini sangat aktif, dalam
41
arti selalu mobile dari satu tempat ke tempat yang lain, kapanpun dia mau. Teknologi yang canggih memunculkan tumbuhnya media-media online yang dapat digunakan masyarakat untuk mempermudah cara berkomunikasi. Fenomena seperti tersebut diatas telah dimanfaatkan oleh pebisnis yang mampu memikat perhatian para remaja sebagai pemakai (user) produk teknologi canggih seperti handphone yang terus mengalami perkembangan, dengan pengoperasiannya semakin praktis, dilengkapi dengan berbagai feature yang bisa langsung terhubung dengan internet, sehingga pengaksesan informasi berjalan cepat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Hal ini membuat masyarakat kota terbiasa dengan pola hidup yang konsumtif. Kini, masyarakat lebih memilih mengakses media online untuk mengetahui berita perkembangan terbaru. Media online turut mempermudah akses informasi itu dengan memanfaatkan sosial media seperti Twitter dan Facebook sebagai sarana untuk menyebarluaskan berita terbaru. Menggunakan media sosial online sudah menjadi trend gaya hidup masyarakat kota. Media yang seharusnya dimanfaatkan untuk mencari informasi yang bermanfaat, namun kenyataannya, semakin canggih teknologi, ditambah dengan godaan gaya hidup glamour, serta rendahnya tingkat pendidikan, nampaknya pemanfaatan media sosial ini justru sebaliknya, bahkan telah memicu adanya penyimpangan sosial. Sebagai tolok ukur menyimpang atau tidaknya suatu perilaku ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Setiap tindakan yang menyimpang harus ditolak. Perilaku menyimpang yang ada dalam masyarakat dalam penelitian ini difokuskan pada hubungan seksual di luar nikah yang disebut prostitusi. Penyimpangan seksual artinya hubungan seksual atau hubungan kelamin yang dilakukan oleh pria dengan wanita di luar pernikahan yang sah. Namun yang menjadi permasalahan, bagaimana bila ada penyimpangan sosial yang bersifat mengganggu pisikologis remaja maupun sebagian masyarakat dewasa yang ingin mendapatkan segalanya dalam waktu yang singkat atau yang serba instan. Penyimpangan yang mengedepankan masalah materi ini biasanya merupakan jenis penyimpangan perdagangan orang atau dikenal dengan istilah menjual diri, baik itu dilakukan oleh dirinya sendiri maupun terorganisir dalam kelompok sindikat pelacuran. Maraknya kasus penjualan gadis di bawah umur, gadis-gadis menjual dirinya untuk ekonomi keluarga, mengeksploitasi gadis di bawah umur, menjadi pilihan-pilihan demi memenuhi ambisi mereka sebagai tuntutan hidup yang glamour di kota. Perdagangan seks atau perbudakan adalah eksploitasi perempuan dan anak-anak dalam skala nasional atau internasional, untuk tujuan kerja paksa seks. Media sosial kini marak digunakan sebagai sarana yang mudah dan efisien untuk memenuhi target dalam melakukan transaksi bisnis prostitusi. Semakin merebaknya pelacuran melalui internet, kini para wanita/ lelaki pekerja seks komersial (PSK) menggunakan media sosial untuk menjajakan dirinya dalam menjaring klien. Lewat beberapa media sosial seperti facebook dan twitter atau situs online dating, para PSK ini biasanya sengaja memasang dalam akunnya foto-foto vulgar yang seronok bahkan dalam pose setengah telanjang. Tidak ketinggalan para germo pun juga membuka lapak di media sosial untuk menjajakan para anak-anak asuhnya. Melalui media sosial dengan vulgar tubuh para penjaja seks diekspose habis-habisan tanpa menghiraukan norma kesusilaan. Fenomena seperti ini sudah menjadi pemandangan yang biasa manakala gambar/video porno tersebut tiba-tiba muncul dengan sendirinya, sehingga menggangu pengguna media sosial yang sebetulnya tidak berniat untuk melihatnya. Pengoperasiannya dimulai oleh para germo yang membuka akun jejaring sosial kemudian memasang foto-foto para wanita/ laki-laki yang diperdagangkannya. Selanjutnya sang germo memasang nomor HP dan email, dengan maksud bila ada lelaki hidung belang atau wanita kesepian yang tertarik supaya menghubungi nomor atau email tersebut. Setelah terjadi kesepakatan harga, selanjutnya germo mengantar wanita/laki-
42
laki yang dipesan ke tempat si pemesan. Ini kelihatanya sulit terjamah hukum, tetapi pelanggaran hukum kegiatan seks komersial lewat internet tetap melanggar hukum. 2. KAJIAN LITERATUR Kebutuhan seksual adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Demi memenuhi hasrat tersebut, manusia tidak serta merta melakukan kegiatan seksual tanpa melihat norma-norma yang ada dalam masyarakat, dimana kegiatan seksual harus dilakukan sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh setiap warga negara Indonesia. Karena agama yang akan mengatur kapan seseorang dapat melakukan pernikahan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, untuk selanjutnya memiliki keturunan sebagai bentuk aktualisasi diri dalam masyarakat. Melihat masalah seksual yang demikian sakralnya, maka masyarakat Indonesia yang religius akan memandang seks bebas sebagai perbuatan yang nista dan hina, mereka akan mengutuk dan bereaksi keras terhadap keberadaan pelacuran /praktek prostitusi dengan alasan apapun. Pengertian prostitusi yaitu ―suatu perbuatan dimana seseorang menyerahkan dirinya berhubungan kelamin dengan mengharapkan imbalan berupa uang atau bentuk lainnya‖ [4]. Pelacuran bahkan sudah ada sejak jaman Mesir Kuno, dan telah terjadi sepanjang sejarah manusia. Di Indonesia, bentuk industri seks yang lebih terorganisasi berkembang pesat pada periode penjajahan Belanda {Hull; 1997:3 dalam Alfian(2013)}. Kondisi ini terlihat dengan adanya sistem perbudakan tradisional dan perseliran yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuh-an seks masyarakat Eropa. Umumnya, aktivitas ini berkembang di daerah-daerah sekitar pelabuhan di Nusantara. Pemuasan seks untuk para serdadu, pedagang, dan para utusan menjadi isu utama dalam pembentukan budaya asing yang masuk ke Nusantara. [1]. Hull (1997) dalam Alfian(2013) menyatakan bahwa adanya perkembangan pelacuran di Indonesia dari masa ke masa, dimulai dari masa kerajaankerajaan di Jawa, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan setelah kemerdekaan.[11] Koentjoro (1989:3) dalam Alfian(2013) mengidentifikasi 11 kabupaten di Jawa yang dalam sejarah terkenal sebagai pemasok perempuan untuk kerajaan; dan sampai sekarang daerah tersebut masih terkenal sebagai sumber wanita pelacur untuk daerah kota, seperti Kabupaten Indramayu, Karawang, dan Kuningan di Jawa Barat; Pati, Jepara, Grobogan dan Wonogiri di Jawa Tengah; serta Blitar, Malang, Banyuwangi dan Lamongan di Jawa Timur. Kecamatan Gabus Wetan di Indramayu terkenal sebagai sumber pelacur; dan menurut sejarah daerah ini merupakan salah satu sumber perempuan muda untuk dikirim ke istana Sultan Cirebon sebagai selir. {Hull, at al.; 1997:2 dalam Alfian(2013)}. Prostitusi yang terorganisir dengan baik merupakan wujud dari perdagangan perempuan dan ini jelas sekali melanggar hak asasi manusia (HAM). Konsep perdagangan perempuan melibatkan korban yang dijadikan sebagai obyek perdagangan terutama yang berkaitan dengan eksploitasi seksual yang meliputi segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan. [12] Munculnya perdagangan manusia dipicu oleh adanya permintaan global atas tenaga kerja yang murah, mudah didapatkan, dan ilegal. Biasanya permintaan tenaga kerja seperti ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi dan skill tertentu seperti pelayan rumah tangga yang terkadang menjadi korban eksploitasi atau kerjapaksa. Seringkali mereka juga menjadi korban penipuan yang semula dijanjikan pekerjaan terhormat dengan gaji besar, ternyata dipekerjakan sebagai pelacur. Pasal 1 ayat (1) UU No. 21/2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang memberi penjelasan bahwa ‖Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
43
penjeratan uang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.‖ Dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa “Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Secara hukum Bangsa Indonesia menyatakan bahwa perbudakan atau penghambaan merupakan kejahatan terhadap kemerdekaan orang yang diancam dengan pidana penjara berkisar antara lima tahun sampai dengan lima belas tahun (Pasal 324-337 KUHP). Jumlah website yang menyediakan konten pornografi meningkat hingga 70 persen pada 2009[2]. Pornografi juga masih menjadi kon-sumsi tertinggi bagi para pengakses internet. Bahkan, 12 persen situs di dunia mengandung pornografi. Beberapa akun jejaring sosial, termasuk facebook. Setiap harinya sebanyak 266 situs porno baru muncul dan diperkirakan ada 372 juta halaman website pornografi, Sebanyak 25 persen pengguna memanfaatkan search engine untuk mencari halaman pornografi. menimbulkan kendala bagi Kementerian Kominfo melakukan pemantau-an dan pemblokiran terhadap situs-situs porno. [2] Pemerintah mengatur masalah pelacur-an dalam dua pasal, yaitu Pasal 296 dan Pasal 506. Pasal 296 KUHP mengatakan : "Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah." Mucikari dapat dijerat dengan Pasal 506 KUHP yang mengatakan : "Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya sebagai pencarian, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun." Pemerintah mengeluarkan undang-undang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, termasuk didalamnya yaitu mengenai prostitusi, UU No. 21/2007 tentang Perdagangan Manusia (Human Trafficking). Perdagangan orang, Pasal 1 ayat (1) UU No. 21/2007: "Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penam-pungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculi-an, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi." Tindakan kejahatan prostitusi yang melibatkan anak dapat diterapkan UU No. 23/ 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 88 UU Perlindungan Anak (eksploitasi seksual anak), menyangkut pelacur (PSK) yang belum dewasa, ancaman pidananya menurut UU Perlindungan Anak adalah "Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)". Anak adalah mereka yang berumur di bawah delapan belas tahun. Pasal 287 KUHP menyatakan bahwa "Barang siapa yang bersetubuh dengan seorang wanita di luar pernikahan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya lima belas tahun, atau kalau tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun." Apabila persetubuhan itu menimbul-kan luka-luka atau kematian, maka sipelaku dijatuhkan hukuman penjara lima belas tahun, sebagaimana ditetapakan dalam Pasal 291 KUHP ayat (2). Namun dengan keluarnya UU No. 23/2002 serta UU No. 21/2007, maka batas umur dalam Pasal 287 KUHP harus ditafsir dengan didasarkan pada undang-undang yang baru, yaitu di bawah umur delapan belas tahun (penafsiran sistematik).[8] Melihat fenomena maraknya praktik prostitusi di media sosial, diperlukan peran polisi dalam upaya penegakkan hukum. Selain undang-undang tersebut, pemerintah
44
masih memiliki UU No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), yang diharapkan mampu menjadi dasar hukum untuk menjerat pelanggaran hukum via internet. Pelaku dapat dijerat Pasal 27 ayat (1) UU ITE jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE. Pasal 27 ayat (1) UU ITE berbunyi: "Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan", dan Pasal 45 ayat (1) UU ITE yang menyangkut ketentuan pidananya berbunyi : "Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)." 3. METODE PENELITIAN Penelitian hukum normatif yang menggunakan data primer dan sekunder ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Data primer diperoleh langsung dari responden di lokasi penelitian. Sumber data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu dari buku, undang-undang yang relevan, media internet, dan pengolahan dan analisis dari penelitian sejenis yang sudah dipublikasikan di berbagai media. Teknik Pengumpulan data dilakukan langsung ke lapangan, dengan wawancara via telpon dan menyebarkan kuesioner, mangacu pada daftar pertanyaan untuk memperoleh informasi yang akurat. Melakukan observasi di lapangan dengan meneliti perkembangan media sosial yang digunakan untuk kegiatan prostitusi tersebut. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 1 di bawah ini. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN KUHP mengatur pasal-pasal yang Data primer : berkaitan dengan pelacuran, yaitu Pasal 296 Field research dan Pasal 506, namun kedua pasal tersebut Survei tidak menjerat pelaku pelacuran, tapi hanya Data sekunder : menjerat mucikarinya saja, karena KUHP -kepustakaan mengkategorikan prostitusi sebagai suatu -buku -internet delik terhadap perantaranya, artinya hanya Analisis: -jurnal menjerat germonya saja bukan PSK nya. Hukum normatif Akibat tidak tersentuh hukum, para PSK terus melakukan kegiatannya. PSK tidak jera, Menyusun karena apabila PSK menjual dirinya sendiri laporan tanpa mucikari, maka otomatis Polisi sebagai kemajuan salah satu aparat penegak hukum tidak mempunyai wewenang untuk menindak. Menyusun Pemerintah juga berupaya mencegah laporan akhir dan menanggulangi tindak pidana prostitusi Gambar 1. Metode Penelitian Hukum melalui media online di luar jalur hukum Normatif pidana dengan melalui pendekatan teknologi, sosial budaya dan kemasyarakatan, dengan cara meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anak-anak gadisnya, agar tidak tertipu sindikat perdagangan manusia. Diperlukan pula adanya kerjasama internasional, memperketat pengawasan kepada penyedia jasa internet dan pemilik website atau admin-website yang berperan dalam penyedia jasa online, seperti mewujudkan domain dan konten-konten iklan-iklan online prostitution, dsb.nya. Selain itu, pemerintah juga mengatur undang-undang untuk menjerat para pelaku penyimpangan seksual, diantaranya: UU No. 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan Manusia (Human Trafficking)[8], dan biasanya berkaitan dengan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pasal 27 ayat (1) UU ITE yang berbunyi: "Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
45
muatan yang melanggar kesusilaan", dan Pasal 45 ayat (1) UU ITE, yang menyangkut ketentuan pidananya yaitu berbunyi : "Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)." UU ITE diharapkan dapat menjerat para admin-website yang berurusan dengan polisi, akibat bekerjanya kurang hati-hati, sehingga polisi mengetahui kegiatan dalam memuluskan transaksi seks para PSK. Apabila dalam operasinya mereka tertangkap polisi, maka dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat (1) UU ITE jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE, sebagaimana diancam pidana yang dijelaskan diatas.[9] Berikut ini beberapa faktor yang melatar-belakangi mereka memilih prostitusi sebagai jalan pintas permasalahan, diantaranya: a. Faktor Ekonomi: merujuk pada masalah kemiskinan dan ini menjadi alasan yang sangat klasik sebagai penyebab banyak keluarga merencakanan strategi penopang kehidupan mereka dengan memperkerja-kan anak gadisnya karena jeratan hutang. b. Faktor Moral dan Akhlak: degradasi moral atau kemerosotan/kerusakan moral masa kini banyak dipengaruhi oleh dampak negatif globalisasi teknologi. Berkembangnya pornografi secara liar berpotensi memudarnya kualitas keimanan seseorang, terutama bagi remaja masa kini. c. Faktor Malas: Keinginan untuk memper-oleh materi dengan cepat, semua keinginnya dilakukan serba instan, mudah dan enak tanpa harus kerja keras, demi mengejar standar hidup yang lebih tinggi. d. Faktor Sosial Budaya: seperti ajakan teman-temannya yang sudah terlebih dahulu berprofesi sebagai pelacur, ini sangat mempengaruhi masyarakat yang sarat dengan godaan-godaan kehidupan glamour di kota; pentingnya pengawasan orang tua karean anak-anak rentan terhadap perdagangan orang (human trafficking). e. Faktor Yuridis: tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran dan melarang terhadap orang-orang yang melakukan hubungan seks sebelum pernikahan atau diluar pernikahan. f. Faktor Psikologis: ini bisa disebabkan karena keluarga yang tidak harmonis; anakanak broken home; mengalami trauma pernah diperkosa atau pelecehan seksual; adanya pengalaman traumatis mengakibatkan rasa ingin balas dendam yang pada akhirnya terjun ke dunia hitam. g. Faktor Biologis: nafsu seks yang tidak terkendali dan selalu tidak merasa puas dalam berhubungan suami/isteri. h. Faktor Globalisasi Teknologi: Penyalah-gunaan kemudahan dalam globalisasi teknologi informasi dan komunikasi, secara tidak disadari telah dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan seksual yang melibatkan kegiatan prostitusi. Implikasi prostitusi di media sosial pada masyarakat dan remaja kini, dapat diperinci sebagai berikut: 1. Degradasi Moral Masyarakat: masyarakat sudah mengabaikan masalah moral dan tidak mentaati lagi ajaran-ajaran agama yang mereka anut; kalangan remaja yang kurang mendapat bekal agama serta kurang mempertimbangkan akibat-akibat negatif penyimpangan seksual, bisa terpengaruh oleh sajian media massa yang merangsang pertumbuhan seksual remaja. 2. Merusak Ahlak Anak Dan Remaja: maraknya online prostitution membuat menjamurnya iklan pornografi. Implikasi kedepan, negara ini akan hancur apabila generasi muda sebagai calon-calon pemimpin bangsa ini sudah dirusak moral dan akhlaknya sejak dini. 3. Berpotensi Menyebarkan Penyakit Kelamin: penularan penyakit kelamin. Penularan penyakit ini akan sangat membahayakan suami istri dan dapat mengancam keselamatan anak yang dilahirkannya.
46
5. KESIMPULAN Prostitusi sebagai jalan pintas permasalahan masyarakat karena alasan faktor ekonomi/kemiskinan, faktor keme-rosotan moral/akhlak masyarakat, faktor pengaruh pergaulan, faktor tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, faktor psikologi seperti akibat anak-anak broken home, faktor biologis yaitu nafsu seks yang tidak terkendali, dan faktor globalisasi teknologi. Dampak negatif keberadaan prostitusi di media sosial seperti degradasi moral masyarakat, merusak ahlak remaja yang masih sangat labil, berpotensi tersebarnya HIV/AIDS dan penyakit kelamin, serta merusak keharmonisan rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA 1. Alfian, Rio, Konstruksi Sosial Masyarakat Di Lingkungan Pemakaman Kembang Kuning Surabaya Terhadap Aktivitas Prostitusi Di Area Makam, journal.unair.ac.id/ , diakses tgl. 25 Nopember 2013. 3. Puspitosari, Hervina, Upaya Penanggulangan Prostitusi Online Internet Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No. 1 Januari 2010. 4. Harian Jurnal Asia, Media Transformasi Sukses, Jumat, 14 Maret 2014, jam 12:03:50, Polisi Bongkar Prostitusi Lewat FB, Jakarta, Jurnal Asia, diakses tgl.15 Mei 2014. 5. Alam, A. S., Pelacuran dan Pemerasan; Studi Sosiologis Tentang Eksploitsi Manusia Oleh Manusia, Alumni, Bandung, 1984. 6. Poerwodarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1984. 7. Webster Universal Dictionary 8. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. 10. Komunitas Pecinta Sejarah Blambangan (KOSEBA), sejarahblambangan.blogspot.com/.../ ,diakses tgl.1Desember 2013. 11. ( , diakses tgl. 5 Desember 2013) 12. Hukum.kompasiana. com/ .../ memposisikan-tindak-pida ..., diakses tgl. 15 Mei 2014 13. Arbi sumandoyo, Pramirvan Datu Aprillatu, Pelacuran di internet (2), Bersolo karier lewat media sosial, merdeka.com, 20 Januari 2014, at 07:28, diakses tgl.25 Mei 2014). 14. (www.reskrimsus. metro.polri.go.id/.../Bisnis Prostitusi Online Diungkap Polisi/Polda Metro Jaya, diakses tgl.5 Juni 2014) 15. Mei Amelia R, Kamis, 13/03/2014 16:51 WIB, Polisi Bongkar Prostitusi Lewat Akun Facebook, 'Papi' Germo Diciduk, detikNews, diakses tgl.15 Mei 2014 16. Amin Widodo, walikota surabaya Google Groups: https://groups.google.com/d/topic/.../Vu7fJ64FWmw - Feb 12, 2014 - walikota surabaya. ... Wawancara Ibu Walikota sangat inspiratif, diakses tgl.20 Mei 2014
47
Desain Simulasi Penjaga Ketinggian Quadcopter Menggunakan T2Fuzzy Logic Sebagai Sistem Kontrol 1
2
3
Cornelius Kristanto , Yohanes Gunawan Yusuf , Hendi Wicaksono Electrical Engineering Dept. Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya, 1 2 3
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Di era modern ini, banyak model pesawat tanpa awak yang telah dikembangkan. Salah satu model yang sedang dikembangkan adalah QuadCopter. QuadCopter memiliki keunggulan pada saat take off dan landing, yaitu VTOL (Vertical Take Off and Landing). Terdapat 3 macam gerakan rotasi yang dimiliki oleh QuadCopter yaitu gerakan pitch (rotasi pada sumbu x), gerakan roll (rotasi pada sumbu z), dan gerakan yaw (rotasi pada sumbu y). QuadCopter memerlukan sebuah kontroler untuk mengatur kecepatan dari masing-masing rotor yang dimiliki agar dapat terbang dan melakukan beberapa gerakan yang dimiliki oleh QuadCopter. Board kontroler KK2.0 merupakan kontroler terbang dengan fitur yang berguna untuk memudahkan pengguna untuk mengontrol QuadCopter. Akan tetapi fitur penjaga ketinggian tidak ada pada board kontroler KK2.0. Fitur penjaga ketinggian ini akan disediakan oleh board YoHe v1.3 dengan basis T2-Fuzzy Logic Controller. Pada paper ini mempresentasikan desain T2-Fuzzy yang akan digunakan beserta dengan simulasi. Analisa hasil dari kontroler berbasis T2-Fuzzy Logic akan dipresentasikan di lain kesempatan. Kata kunci: Penjaga Ketinggian, T2-Fuzzy Controller, QuadCopter, Board YoHe v1.3. 1. Pendahuluan Pesawat tanpa awak memiliki banyak model yang sekarang ini sedang marak dikembangkan. QuadCopter merupakan salah satu model dari pesawat tanpa awak. Seperti namanya, QuadCopter memiliki 4 buah motor dimana masing-masing motor menggerak sebuah baling-baling (propeller). Prinsip kerja 4 buah motor ini memiliki keunggulan yaitu kemampuan Vertical Take Off and Landing (VTOL). Prinsip terbang VTOL memiliki keunggulan lebih banyak dari prinsip terbang lainnya (Bouabdallah, Murrieri, & Siegwart, 2004). Alasan QuadCopter digolongkan sebagai pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) karena QuadCopter tidak memerlukan pilot untuk menerbangkan (Salih & Moghavvemi, 2010). QuadCopter memiliki sebuah kontroler yang berfungsi untuk mengatur kecepatan dari masing-masing motor yang dimiliki. Kontroler yang sering dipakai saat ini adalah board KK2.0. Board KK2.0 memiliki fitur untuk menyetabilkan QuadCopter sejajar dengan bidang datar setelah QuadCopter melakukan sebuah gerakan. Board KK2.0 juga dilengkapi oleh sebuah fitur lain yaitu parameter-parameter kontrol PID yang berfungsi untuk menyetabilkan gerakan terbang dari QuadCopter. Akan tetapi, Board KK2.0 tidak memiliki fitur penjaga ketinggian yang sering disebut altitude lock. Pada makalah ini mempresentasikan desain penjaga ketinggian (altitude lock) menggunakan sistem kotrol berbasis T2-Fuzzy Logic. Sistem kontrol berbasis T2-Fuzzy ini disajikan dalam bentuk perhitungan dan simulasi. Penulisan makalah ini disusun dalam 4 sub pembahasan, yaitu teori T2-Fuzzy, desain T2-Fuzzy Logic yang digunakan, simulasi dan perhitungan dari T2-Fuzzy, dan simpulan. 2. Teori T2-Fuzzy Struktur T2-Fuzzy dapat dilihat pada Gambar 13. Bagian pertama dari desain T2-Fuzzy adalah fuzzifier. Pada fuzzifier dilakukan proses fuzzification yang akan mengubah nilai crisp input atau nilai real menjadi T2-fuzzy sets. T2-Fuzzy sets dapat dilihat pada Gambar 14. T2-Fuzzy memerlukan input minimal sebanyak 2, karena dasar dari perhitungan T2Fuzzy adalah membandingkan input. Berikutnya mencari nilai UMF dan LMF dari masingmasing Input Membership Function. Persamaan yang digunakan adalah jarak antara titik
48
awal segitiga ke input dibagi dengan jarak antara titik awal segitiga ke titik puncak segitiga.
Gambar 14. Grafik Membership Gambar 13. Struktur T2-Fuzzy Logic Function T2-Fuzzy (Wicaksono, 2001) Bagian kedua dari desain T2-Fuzzy adalah Inference dan rule base. Pada bagian ini output dari fuzzifier akan dimasukkan kedalam tabel rule dan diambil nilai Minimal dari input 1 dan 2 untuk masing-masing tabel rule yang mewakili. Contoh tabel rule dapat dilihat pada Gambar 15. Setelah mecari nilai minimal dari output UMF dan LMF, dari nilai-nilai tersebut diambil nilai maksimal pada tiap membership labelnya.
Gambar 16. Output Membership Function (Coupland, 2008) Bagian terakhir adalah defuzzifier yang berfungsi merubah output T2-fuzzy sets menjadi output crips atau output real. Proses yang pertama kali dilakukan adalah type reducer yang berfungsi untuk output T2-fuzzy sets menjadi output fuzzy sets. Setelah itu barulah dilakukan proses defuzzification, yaitu merubah output fuzzy sets menjadi output crips. Proses ini diawali dengan menentukan daerah output fuzzy sets yang didapat dari nilai output inference dan rule base. Gambar Output Membership Function dapat dilihat pada Gambar 16. Berikutnya mencari luas dari daerah output fuzzy sets yang merupakan hasil akhir dari T2-Fuzzy sistem. Gambar 15. Tabel T2-Fuzzy
3. Desain T2-Fuzzy T2-Fuzzy memiliki beberapa model perhitungan. Pada paper ini, model T2-Fuzzy yang digunakan adalah Fast Geometric T2-Fuzzy. Fast Geometric T2-Fuzzy tidak memerlukan proses Type Reducer, karena sudah menjadi satu dengan proses defuzzifier. Proses defuzzifier ini merupakan proses untuk menghitung luas dari output T2-fuzzy sets. Proses penghitungan luas ini dibagi menjadi 5 yaitu bagian a, b, c, d, dan e. Pembagian perhitungan luas ini dapat dilihat pada Gambar 5. Hal yang pertama kali dilakukan adalah membagi daerah output T2-fuzzy sets menjadi beberapa bagian, seperti pada perhitungan T1-fuzzy.
Gambar 5. T2-Fuzzy Sets Membership (1) (Coupland, 2008) Function (Coupland, 2008) Pada bagian a, output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan (1).
49
(2) (Coupland, 2008) (3) (Coupland, 2008) Pada bagian b, output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Sama seperti bagian a, nilai dari secondary membership grade tidak selalu ―1‖. Nilai secondary membership grade bervariasi dari 0.1 hingga 1. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan (2). Pada bagian c, nilai dari secondary membership grade akan selalu ―0‖. Berikutnya output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan (3).
(5) (Coupland, 2008) (4) (Coupland, 2008) Pada bagian d isi array sama dengan bagian c, hanya saja nilai dari secondary membership grade akan selalu ―1‖. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan (4). Pada bagian e, nilai dari membership grade akan selalu ―0‖ dan nilai dari secondary membership grade akan bervariasi dari 0.1 hingga 1. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan (5). Setelah didapatkan nilai-nilai array dari masing-masing bagian, maka masing-masing nilai array tersebut akan dimasukkan ke dalam persamaan berikut : dan (6) (Coupland, 2008) Setelah itu dicari centroid of a T2-fuzzy sets yang merupakan hasil akhir dari perhitungan T2-Fuzzy. Berikut adalah persamaan dari centroid dari T2-fuzzy sets :
(7) (Coupland, 2008) 4. Simulasi dan Perhitungan T2-Fuzzy dapat didesain dengan 2 cara, yaitu menggunakan perhitungan manual atau menggunakan perhitungan simulasi. Pada bagian pertama yaitu fuzzifier, merubah input real menjadi T2-Fuzzy sets untuk UMF dan LMF. Sebagai contoh, T2-Fuzzy diberi input seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7. Persamaan yang digunakan adalah jarak antara titik awal segitiga ke input dibagi dengan jarak antara titik awal segitiga ke titik puncak segitiga.
Gambar 6. Input Membership Function 1
Gambar 7. Input Membership Function 2
50
Diperoleh hasil sebagai berikut, hasil perhitungan manual dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 8. Pada perhitungan simulasi terdapat sebuah perbedaan yaitu adanya pembulatan dengan ketelitian 2 angka di belakang koma. Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh besar.
Gambar 8. Simulasi Perhitungan UMF dan LMF Bagian kedua dari T2-Fuzzy adalah Inference dan rule base. Tabel Rule yang digunakan dapat pada Tabel 3. Output dari proses fuzzifier dimasukkan ke dalam rule tabel yang terlihat pada Tabel 4 (UMF) dan Tabel 5 (LMF). Setelah itu dicari nilai Minimal dari Tabel rule UMF dan LMF. Berikutnya dari hasil tersebut dicari nilai Maksimal, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 1. Tabel UMF Input 1 dan Input 2
Tabel 3. Tabel Rules
Tabel 2. Tabel LMF Input 1 dan Input 2
Tabel 4. Tabel Rules UMF
Tabel 5. Tabel Rules LMF
Gambar 9. Simulasi Perhitungan Nilai Maksimal Gambar 10. Output T2-Fuzzy Tabel 6. Tabel nilai Min Sets dan Max dari UMF dan LMF Berikutnya membuat output T2-fuzzy sets dengan nilai maksimal dari UMF dan LMF yang didapat. Nilai UMF akan menjadi batas atas dari output T2-fuzzy sets dan LMF akan menjadi batas bawahnya. Output T2-fuzzy sets dapat dilihat pada Gambar 10. Setelah itu menentukan titik-titik pembagi untuk melakukan perhitungan selanjutnya. Tabel pembagian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tabel Nilai Pembagi Output T2-Fuzzy Sets Pada bagian terakhir adalah proses defuzzifier, dimana output T2-fuzzy sets diubah menjadi output crisp atau output real. Hal yang pertama dilakukan adalah membuat array dengan konfigurasi yang ada pada Subbab Desain T2-Fuzzy. Hasil array dapat dilihat pada Tabel 8. Berhubung data yang didapat cukup banyak, maka data yang disajikan hanya salah satu bagian yaitu bagian c. Sedangkan hasil perhitungan secara simulasi dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Berikutnya dari tabel tersebut dihitung dengan menggunakan persamaan (6), sehingga didapatkan nilai dari Area Triangel dan nilai x (C) Triangle. Selanjutnya dari hasil persamaan tersebut dilakukan perhitungan
51
menggunakan persamaan (7). Hasil yang didapat dari persamaan (7) dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 13.
Tabel 8. Tabel Output Triangel Bagian c (x,y) Tabel 9. Tabel Hasil Akhir Perhitungan T2-Fuzzy
Gambar 11. Gambar Hasil Simulasi Output Triangel Bagian C (X)
Gambar 12. Gambar Hasil Simulasi Output Triangel Bagian C (Y)
Gambar 13. Gambar Simulasi dari Hasil Akhir Perhitungan T2-Fuzzy 5. Kesimpulan Dengan menggunakan program simulasi di atas, perhitungan T2-Fuzzy dapat dilakukan secara simulasi program dengan selisih perhitungan yang kecil. Perbedaan yang dikeluarkan hanya berkisar 0.01 (tidak terlalu besar), sehingga program simulasi sudah layak untuk digunakan. Daftar Pustaka 1. Bouabdallah, S., Murrieri, P., & Siegwart, R. (2004). Design and control of an indoor micro quadrotor. IEEE International Conference on Robotics and Automation, 2004. Proceedings. ICRA ‟04. 2004, 4393–4398 Vol.5. doi:10.1109/ROBOT.2004.1302409 2. Wicaksono, H. (2010). Fast Geometric T2-Fuzzy Based Improved Lower Extremities Stimulation Response. 3. Salih, A., & Moghavvemi, M. (2010). Flight PID controller design for a UAV quadrotor. … Research and Essays, 5(23), 3660–3667. Retrieved from http://www.researchgate.net/publication/230633819_Flight_PID_Controller_Design_f or_a_UAV_Quadrotor/file/d912f511361f422fdd.pdf 4. Coupland, J. (2008). A Fast Geometric Method for Defuzzification of Type-2 Fuzzy Sets.
52
Pemanfaatan Lampu Ultraviolet Sebagai Pemercepat Pertumbuhan Tanaman Syafriyudin Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta
[email protected] Abstrak Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi atau dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman, dalam penelitian ini tanaman yang di buat sebagai specimen penelitian adalah cabe, tomat, kecambah(tauge), sawi, tanaman ini di sinari selama12 jam secara terus menerus dengan jarak tanaman terhadap lampu ± 70 – 120 cm dari ujung tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang diterima oleh tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang di dapatkan bahwa tanaman yang terkena sinar ultraviolet yang berasal dari alat dapat tumbuh 1,5 kali lebih cepat jika di bandingkan dengan tanaman yang dikenakan dengan sinar matahari biasa. Kata kunci : ultraviolet, tanaman, pertumbuhan. Latar belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhannya yang tinggi, maka upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan merupakan tantangan yang harus mendapatkan prioritas untuk kesejahteraan bangsa. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim dengan sumberdaya alam dan sosial budaya yang beragam, harus dipandang sebagai karunia Ilahi untuk mewujudkan ketahanan pangan. Sektor pertanian merupakan suatu solusi utama dalam permasalahan ketahanan dan keamanan pangan, yang didalamnya adalah petani sebagai masyarakat pelaksana. Namun sering kali masyarakat petani gagal melakukan panen yang disebabkan oleh hama penyakit dan yang sangat mengacaukan usaha atau tindakan petani adalah cuaca yang tidak menentu sehingga tanaman mereka layu bahkan mati karena tidak dapat melakukan fotosintesis yang pada akhirnya kualitas dan kuantitas hasil panen menurun dan sinar matahari yang ekstrim karena efek pemanasan global yang menyebabkan hancurnya klorofil tanaman. Secara umum semua orang pasti mengharapkan adanya suatu alat yang aman, mandiri dan dapat mengatasi permasalahan fotosintesis agar lebih maksimal kualitas dan kuantitasnya, apalagi dapat mempercepat pertumbuhan tanaman mulai dari pembibitan, pembesaran, pembungaan atau pembuahan sampai panen, bernilai ekonomis bagi pengguna maupun negara dan ramah lingkungan, dalam semua sektor ketahanan pangan khususnya pertanian pasti sangat mengharapkannya, selain hasil kualitas dan kuantitas panen lebih maksimal alat sudah mandiri. Tinjauan Pustaka. Dibandingkan dengan lama penyinaran dan jenis cahaya, intensitas cahaya merupakan factor yang paling berperan terhadap kecepatan berjalannya fotosintesis. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampai intensitas 10.000 lux, grafik kecepatan fotosintesis bergerak linear positif. Data penelitian tersebut adalah untuk tanaman dewasa, sedangkan untuk tanaman muda (tingkat semai-sapihan) belum diperoleh data, selain itu penelitian mengenai kekhususan
53
sifat akan kebutuhan cahaya pada jenis-jenis tanaman tertentu juga belum di kerjakan. Pengurangan intensitas sinar sampai 60 % (pada screenhouse) berpengaruh positif nyata terhadap pertumbuhan awal tinggi dan diameter semai kapur (Suhardi,1995), Spora dapat berkecambah dalam kondisi cahaya terang biasa ataupun gelap dan perkecambahan spora akan terhambat jika diberi penyinaran UV lebih dari 2 jam dan pemberian sinar matahari langsung (Pawirosoemardjo dan Purwantara, 1987). Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi matahari (Tjasjono, 1995). Budidaya krisan di rumah kaca jauh lebih baik dibandingkan di lahan terbuka, karena di negeri asalnya krisan dibudidayakan di rumah kaca. Hal ini karena untuk mendapatkan bunga tumbuh seragam, kompak dan bermutu tinggi dibutuhkan perlakuan khusus yang mutlak harus diterapkan, seperti manipulasi panjang hari dengan lampu pijar/ neon, aplikasi hormon, aplikasi penyinaran dan lain - lain. Perlakuan ini lebih mudah diatur dan diterapkan dalam rumah kaca atau plastik daripada di lahan terbuka.(Frendita Sandriawati,2012). Tanaman krisan memerlukan tanah dengan kesuburan sedang, Karena tanah yang subur akan mengakibatkan tanaman menjadi rimbun. Apabila di tanam di pot pH media yang sesuai adalah 6,2 - 6,7 secara genetik krisan merupakan tanaman hari pendek, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan produksi bunga yang tinggi, pertumbuhan vegetatifnya perlu diberi perlakuan hari panjang dengan penambahan cahaya lampu pijar atau neon (Dewi Ermawati.,2012). Pada proses pencahayaan pengaturan panjang hari pada bunga krisan. Lama penyinaran yang tepat untuk iklim Indonesia 14-16 jam sehari, sehingga pada daerah tropis paling tidak tanaman krisan perlu tambahan cahaya selama dua jam dengan intensitas cahaya minimal 40 lux bila menggunakan lampu TL dan 70 lux apabila menggunakan lampu pijar. Pemberian cahaya lampu dilakukan sejak awal tanam sampai tunas lateral yang keluar dari ketiak daun, tumbuh sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka tanaman akan masuk fase short day. Supaya bunga mekar secara serempak, ada penanam krisan pot yang melakukan blackout pada malam hari yaitu menutup tanaman dengan plastik hitam atau kain hitam sedemikian rupa sehingga cahaya dari luar sama sekali tidak mengenai tanaman.( Masyuhadi MF.,dkk., 2005) Tujuan dari penelitian dan pengujian alat adalah sebagai berikut : Mengetahui pengaruh lamanya sinar ultraviolet terhadap tumbuh batang, besar dan jumlah daun serta besar batang pada tanaman uji Metodologi Penelitian Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Alat 1. Alat pemacu pertunbuhan tanaman, Penggaris, Jangka sorong b. Bahan 1. Kacang hijau, benih (cabe , tomat, terong yang sudah disemai) 2. Polybag 6 X 10 cm berisi campuran tanah dan pupuk kandang. 1. Langkah pengujian Pengujian dilakukan dengan objek beberapa tanaman pada polybag. Dimana sinar tersebut menyinari tanaman pada polybag dengan jarak ±100 cm pada pukul 06.00-18.00 selama 12 jam. Pertumbuhan tanaman diukur setiap hari mengunakan pengaris dan jangka sorong. Adapun yang diukur pada tanaman tersebut sebagai berikut : Tinggi tanaman Ukuran batang Panjang, lebar dan banyaknya daun.
54
Gambar. 1 Contoh tanaman yang akan di uji
Gambar 2 Lampu Menyinari Tanaman Hasil Penelitian. a. Pengujian pada kecambah ( tauge) Tabel 1 pengujian pada kacang kecambah ( tauge). Hari 1 2 3
Sinar UV 2 3,3 4,3
Tanpa Penerangan 1,9 2,8 3,9
Matahari 1,5 2,2 3,3
panjang (cm)
Gambar 3 Tanaman kecambah umur 1 – 3 hari 5 4 3 2 1 0
sinar uv tanpa penerangan matahari
hari2 ke1 3 Gambar. Grafik pertumbuhan panjang kacang hijau (tauge) b. Pengujian pada tanaman tomat Tabel 2 hasil pengujian data tinggi dan banyaknya daun pada pertumbuhan tanaman tomat. Sinar UV Pupuk
Matahari Tanpa Pupuk
Pupuk
Tanpa Pupuk
Hari
Tinggi (cm)
Jumlah Daun
Tinggi (cm)
Jumlah Daun
Tinggi (cm)
Jumlah Daun
Tinggi (cm)
Jumlah Daun
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,5 1,2 2,4 2,9 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7
2 2 2 2 2 2
0,3 2,1 2,7 2,9 3 3,1 3,2 3,3 3,5
2 2 2 2 2 2 2 2
0,2 0,9 1,5 1,7 1,9 2 2,1
2 2 2 2 2
0,3 1,4 2,4 2,5 2,8 2,9
2 2 2 3
55
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
3,8 4 4,2 4,5 4,7 4,9 6,4 8,5 9 10,6 11 12,5 14,7 16,1 17,5 18,9 20,7 22,1 22,7
2 4 6 7 8 9 11 13 15 17 18 20 22 23 25 27 29 30 33
3,6 3,9 4 4,1 4,2 4,5 4,9 5,5 7,9 8,2 10,2 11,3 12,6 12,9 13,5 14,3 16,1 18,5 19,3
3 3 4 5 6 8 9 9 11 12 14 16 18 20 21 23 26 27 28
2,2 2,3 2,5 2,7 3,1 3,2 3,5 3,7 3,8 4,1 5,3 8,1 10,1 11,5 12,2 13,5 14,3 18,3 19,1
4 4 4 5 5 6 8 8 8 8 9 11 12 15 17 17 19 19 21
3,1 3,4 3,5 3,9 4,1 4,4 4,7 4,9 5 5,5 6,1 7,2 8,5 9,3 10,1 11,5 12,5 13,5 15,2
3 4 4 5 6 6 8 10 10 11 12 12 13 13 15 15 17 17 18
40 UV pu pu k
jumlah
30 20 10 0
1 3 5 7 9 111315171921232527 hari keGambar. 4. grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat. c. Pengujian pada tanaman cabai Tabel 3 Hasil pengujian tinggi dan banyaknya daun pada pertumbuhan tanaman cabai. SINAR UV Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
PUPUK Tinggi (cm) 0,5 2,1 2,4 2,5 3,1 3,3 3,5 3,6 3,8 4 4,1 4,3 4,4 4,5 4,6 4,9 5,3 6,1 6,9 7,6 8,9 9,7 10,5 11,4
Jumlah Daun 2 2 2 2 3 4 4 4 5 5 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 11 12 12
TANPA PUPUK Tinggi Jumlah (cm) Daun 0,5 1,2 2 1,9 2 2,1 2 2,5 2 2,9 2 3 2 3,1 2 3,2 3 3,3 4 3,4 4 3,5 4 3,7 5 3,9 6 4,1 6 4,5 7 4,7 8 5,9 8 6,5 8 7,3 10 8,5 10 9,4 10 9,8 10 9,9 10
56
MATAHARI PUPUK TANPA PUPUK Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah (cm) Daun (cm) Daun 0,3 1,9 0,2 2 2 0,9 2 2,3 2 1,1 2 2,4 2 1,9 2 2,5 3 2,1 2 2,6 4 2,2 2 2,8 4 2,3 2 2,9 4 2,4 3 3 4 2,8 4 3,1 4 2,9 4 3,2 5 3 4 3,5 5 3,1 4 3,9 5 3,2 5 4,1 6 3,4 5 4,3 7 3,6 5 5,1 8 3,7 6 5,7 8 4,5 6 6,1 8 4,9 7 6,7 8 5,1 7 7,2 9 5,4 7 7,8 9 5,9 8 8,4 9 6,4 8
25 26 27 28
12,1 13,2 13,7 14,2
13 14 14 14
10,2 10,5 11,5 11,8
10 10 11 11
8,5 8,7 9,5 10,3
9 10 10 10
15
6,8 7,2 7,9 8,3
9 9 9 10
UV pupuk
jumlah
10
UV tanpa pupuk
5 0 1 3 5 7 9 11 hari 13 15 ke-17 19 21 23 25 27
Gambar. 5 Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai d. Pengujian pada tanaman sawi. Tabael. 4. hasil pengujian lebar pertumbuhan daun pada tanaman sawi. Sinar UV Hari
Pupuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lebar (mm) 5,8 6,5 7 8 8,7 9,5 10,3 11,5 12,3 13 14 14,9 15,4 16,3 17
Matahari
Tanpa Pupuk Lebar (mm) 6 6,4 6,8 7,3 7,7 8,1 8,3 8,5 8,8 9,2 9,5 9,9 10,2 10,6 11
Pupuk
Tanpa Pupuk
Lebar (mm) 5,1 5,3 6 6,5 6,9 7,3 7,8 8 8,5 9 9,6 9,8 10,1 11,2 12
Lebar (mm) 5,9 6 6,2 6,4 6,5 6,7 6,8 7 7,4 7,8 8 8,5 9 9,5 10
UV & Pupuk
Lebar (cm)
20 15
UV
10 Matahari & Pupuk
5 0
Matahari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415 Hari Ke-
Gambar. 6 Grafik pertumbuhan tanaman sawi Kesimpulan. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisa hasil penelitian, maka dapat digaris bawahi beberapa poin penting sebagai berikut: 1. Pertumbuhan tanaman dan kecambah juga dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya yang diterima. Semakin besar itensitas cahaya maka semakin baik pula
57
pertumbuhan tanaman. Tetapi jika intensitas cahaya yang didapatkan tanaman kurang dan berlebihan, maka pertumbuhan tanaman akan kurang baik. 2. Tanaman mengunakan alat pemacu pertumbuhan ( dalam ruangan ) a. Pupuk Mengalami pertumbuhan tinggi yang cepat dan jumlah daunnya bertambah lebih cepat, berwarna hijau lebar dan tebal, dan batang tegak. Pertumbuhan yang cepat ini disebabkan oleh penyinaran yang cukup dan pertambahan pupuk kandang. Sehingga proses fotosintesis yang sangat cukup itulah yang menyebabkan tanaman tumbuh lebih cepat berdaun lebar, tebal dan banyak. b. Tanpa pupuk Mengalami pertumbuhan tinggi yang cepat, daun berwarna hijau lebar dan tebal, dan batang kecambahnya tegak, Namun pertambahan daunnya lambat. 3. Tanaman mengunakan sinar matahari ( di luar ruangan ) a. Pupuk Mengalami pertumbuhan yang kurang cepat, daun berwarna hijau, dan batang kecambahnya kokoh dan berisi, Namun pertambahan daunnya lambat. Pertumbuan disebabkan cahaya matahari yang setiap saat berubah-ubah intensitas dan suhunya. b. Tanpa pupuk Mengalami pertumbuhan yang kurang cepat, daun berwarna hijau, dan batang kecambahnya kokoh, Namun batang kecambahnya tidak seperti mengunakan pupuk dan pertambahan daunnya lambat. Pertumbuhan disebabkan cahaya matahari yang berubah-ubah intensitas, suhu dan tidak mengunakan pupuk. . DAFTAR PUSTAKA 1. Dewi Ermawati., 2012., Pengaruh warna cahaya tambahan terhadap pertumbuhan dan pembungaan tiga varietas tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) potong., Laporan Penelitian fakultas pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2. Frendita Sandriawati, dkk., 2012, Faktor- faktor yang Berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong di Desa hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman., laporan skripsi fakultas pertanian UNS. 3. Faridah, E, 1996, Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza dan serbuk arang pada pertumbuhan alam Drybalanops sp. Buletin penelitian Nomor 29 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 4. L. Widiastuti,dkk., 2004., Pengaruh Intensitas cahaya dan kadar damikosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot, jurnal ilmu pertanian In press Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 5. Masyuhadi MF., dkk., 2005.,Pengkajian potensi agribisnis tanaman hias di Daerah Istimewa Yogyakarta, laporan penelitian kegiatan Litbang pertanian DIY., Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 6. Marjenah, 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian Terhadap Pertumbuhan dan Respon Morfologi Dua Jenis Semai Meranti. Jurnal Ilmiah Kehutanan ‖Rimba Kalimantan‖ Vol. 6. Nomor. 2. Samarinda. Kalimantan Timur. 7. Pawirosoemardjo, S., Purwantara, A. 1987. Sporulation and spore germination of Corynespora cassiicola. Proceeding of IRRDB Symposium Pathology of Hevea brasiliensis, November 2-3, 1987. Chiang mai Thailand. P. 24-33
8. Suhardi., 1995., Effect of shading myccorhizza, Inoculated and organic matter on the growth of havea gregaria seeding., buletin penelitian no.28 fakultas kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
58
Penentuan Demand Dan Nilai Tambah Produk Industri Kreatif Pada Pasar Lokal 1
2
3
Made Irma Dwiputranti , Adriyani Oktora , Dodi Permadi 1.2.3 Politeknik Pos Indonesia, Jl. Sariasih No. 54 Bandung
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Industri kreatif pada perkembangan terakhir menunjukan pertumbuhan yang signifikan lk 8% dari PDB. Pertumbuhan ini masih terkendala dengan berbagai faktor, salah satunya adalah permodalan. Namun aspek ini belum terpecahkan dengan baik walaupun sudah ada dukungan penuh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan dan Inpres No.6/2009 (BN No. 7853 hal. IB - ISB) tentang Pengembangan Industri Kreatif. Hal ini disebabkan antara lain: 1) belum ada bentuk skema pembiayaan yang sesuai dengan industri kreatif; 2) jumlah komitmen penyaluran pinjaman oleh lembaga keuangan belum memadai kebutuhan usaha industri ini. 3) belum tersosialisasi dan terlaksana dengan baik. Kendala ini membutuhkan analisis lebih rinci tentang aspek yang paling dan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan industri kreatif. Penelitian ini dilakukan melalui analisis LFA (Logical framework approach) serta pendekatan Cluster industri dengan objek pada fashion dan desain yang merupakan industri kreatif cukup mapandi Kota Bandung. Luaran yang diharapkan antara lain: 1) Identifikasi Critical Success Factors pada industri kecil berbasiskan demand dan potensi lokalitas; 2) Terpetakannya model stimulus Pemodalan dan treatment terhadap Critical Success Factors(CSF); 3) Analisis nilai tambah produk berbasiskan demand dan pasar (lokal dan internasional); 4) Analisis kebijakan modal bagi industri kreatif secara umum (berdasarkan kebijakan pemerintah pusat dan daerah) Keyword: CSF; Industri Kreatif; Kebijakan; Permodalan; fashion dan desain PENDAHULUAN Saat ini, industri kreatifmembutuhkan dukungan pemerintah berupa fasilitasi pengadaan infrastruktur yang baik,kemudahan perizinan, dan peniadaan pungutan liar (Biranul Anas, 2008). Industri kreatif membutuhkan kebebasan dalam menciptakan sesuatu.Namun, pelaku usaha ekonomi kreatif seringkali terkendala biaya dalam mengembangkan usaha dan produktivitasnya.Melalui Inpres No.6/2009 (BN No. 7853 hal. IB - ISB) tentang Pengembangan Industri Kreatif, pemerintah telah meminta seluruh kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah untuk melakukan rencana aksi pengembangan usaha ekonomi kreatif. Usaha ini antara lain: 1) kegiatan ekonomi berbasiskan kreativitas, keterampilan, dan bakat Individu untuk menciptakan kreasi bernilai ekonomis. 2) Pemerintah akan meminta pihak perbankan untuk mendukung pengembangan usaha ekonomi kreatif dengan memberikan pinjaman modal ((21 Januari 2010, BusinessNews)). Hasil studi Kementerian Perdagangan (dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015), pengembangan industri kreatif menghadapi sejumlah kelemahan dari aspek pembiayaan. 1) belum ada bentuk skema pembiayaan yang sesuai dengan industri kreatif dimana syarat kolateral pada skema kredit konvensional memberatkan, dan tidak memotivasi pelaku industri kreatif karena seluruh risiko harus ditanggungnya. 2) jumlah komitmen penyaluran pinjaman oleh lembaga keuangan belum memadai kebutuhan usaha industri ini. 3) belum tersosialisasi dan terlaksana dengan baikSeluruh aspek kelemahan di atas akan menjadi hambatan untuk perkembangan industri kreatif, terutama dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum. Dibutuhkan peran pemerintah dalam bentuk dukungan yang lebih meringankan jika upaya pemodalan perbankan butuh perbaikan secara organisasi yang lebih rigid. Hal ini mengingat industri kreatif sangat fleksibel dan tumbuh serta berkembang alami.
59
METODE PENELITIAN Berikut adalah metode pelaksanaan penelitian: Studi Literatur
Studi Pendahuluan
Pengorganisasian Penelitian
Perumusan Lingkup Pemetaan dan Perancangan Industri Kreatif
Tujuan Penelitian
Identifikasi Critical Success Factor Industri Kreatif
Pelaksanaan Penelitan
-
Wawancara Observasi lapangan ( site survey ) LFA
- Analisis Nilai Tambah dan Pasar - Du Pont Analysis
-Analisis Nilai Tambah Industri Kreatif - Analisis Kebijakan Permodalan
,
- Pendekatan Klaster Industri - Analisis Statistik
Evaluasi faktor dominan dari CSF sebagai stimulus industri kreatif
Model Stimulus Berdasarkan CSF industri kreatif
Pengembangan tahapan implementasi sistem rantai pasok industri kreatif
Rekomendasi dan Evaluasi
Gambar 1 Metodologi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagian stakeholder berasal baik dari kalangan pelaku usaha, industri pendukung dan terkait, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya perlu diundang dalam suatu pertemuan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan atas inisiatif penelitian ini. a. Analisis Masalah (Faktor Penghambat) dan Potensi (Faktor Pendukung) Industri Fashion Masalah keunggulan daya saing sentra industri fashion dapat diidentifikasi dengan menggunakan model diamond competitiveness Porter. Berdasarkan model tersebut faktor-faktor yang dikaji berkaitan dengan keunggulan daya saing sentra industri fashion yaitu kondisi input, kondisi permintaan, kondisi strategi perusahaan dan persaingan, serta kondisi industri terkait dan pendukung. Selain faktor penghambat (masalah) dalam pembahasan ini juga disajikan faktor-faktor pendukung (potensi) keunggulan daya saing sentra industri fashion Kota Bandung. 1) Masalah (Faktor Penghambat) Input Sistem Industri fashion: Sinergitas dan pembinaan belum terwujud Majalaya menjadi kota semrawut Mesin modern teknologi belum dimiliki Daerah banjir Bahan baku mengandalkan impor dengan harga mahal Keamanan (demonstrasi, bom, gempa bumi) Bank tidak percaya Industri fashion Sulit perijinan Biaya transport mahal Biaya dan pajak promosi mahal Biaya energi (Listrik & BBM) naik terus
60
Proses Perijinan kurang transparan SDM kurang terampil Turn over SDM tinggi Peran pemerintah sebagai mediator antara perguruan tinggi dan pengusaha dalam mengembangkan desain tidak maksimal Vendor banyak tapi sedikit yang kualitasnya konsisten Program pemerintah kurang menyentuh terhadap pengusaha kecil tentang perberdayaan ekonomi dan entrepreneur pengusaha kecil menengah Penelitian dan pengembangan untuk usaha kecil dan menengah masih sangat kurang Pilihan bahan baku terbatas (kurang variatif) Kuantitas bahan baku harus partai besar (tidak melayani pemesanan dalam jumlah kecil) 2) Masalah (Faktor Penghambat) strategi perusahaan dan persaingan: Budaya jiplak masih tinggi Kurang kesadaran untuk bekerja sama antar perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar Permodalan yang terbatas Job order dengan marjin kecil Desain tidak berkembang jika hanya mengandalkan job order Kompetitor banting harga Komunikasi dan kerjasama usaha dg industri pendukung belum terbina dengan baik Kesadaran desain masih rendah Belum menerapkan standar kompetensi SDM Tidak tersedia informasi yg cukup yang menggambarkan kekhususan tentang jenis produk Persaingan yang ketat dengan produk Cina Sulit membuat proyeksi prospek kapan pelanggan akan pesan kaos Biaya promosi mahal 3) Masalah (Faktor Penghambat) berkaitan dengan faktor Demand: Standar produk kaos belum optimal Tingginya permintaan dengan merk asing Kurang sosialisasi standar mutu Industri fashion Issue lingkungan hidup (limbah sablon) Sarana dan prasana tidak menunjang 4) Masalah (Faktor Penghambat) berkaitan dengan industri pendukung dan terkait adalah pasokan bahan baku tidak konsisten (kualitas, harga, pengiriman). Potensi peningkatan keunggulan daya saing sentra industri fashion ditunjukkan dengan adanya faktor-faktor pendukung berikut ini. 1) Potensi (Faktor Pendukung) berkaitan dengan Input: Sentra industri tekstil Kota Bandung Lokasi Strategis Dilalui beberapa jurusan angkutan kota Bandung Sebagai kota fashion & trend Sumber daya manusia (SDM) tekstil relatif tersedia Banyak sekolah terkait Ada fasilitasi promosi dan misi dagang dari pemerintah Bahan baku tersedia 2) Potensi (Faktor Pendukung) berkaitan dengan strategi perusahaan dan persaingan adalah tersedia industri yang terintegrasi di Indonesia.
61
3) Potensi (Faktor Pendukung) berkaitan dengan Demand: Adanya permintaan yang signifikan di luar negeri untuk produksi tekstil yg berbahan baku serat alam Job Order (Pasar pasti) Permintaan lokal tinggi Belanja pemerintah untuk FASHION meningkat Peningkatan angkatan sekolah Permintaan ekspor cukup tinggi Potensi kebutuhan sandang tinggi (220 juta orang) Kualitas produk cukup bersaing 4) Potensi (Faktor Pendukung) berkenaan industri pendukung dan terkait: Banyak terdapat perguruan tinggi yg mempunyai jurusan desain Industri bahan pembantu cukup Industri aksesoris cukup. Quality control (QC) secara umum dilakukan secara terpisah dan memiliki pola yang berbeda antar setiap konveksi atau penjahit. Pada dasarnya pengecekan kualitas dilakukan pada pra produksi, produksi dan pasca produksi. Secara umum industri kreatif yang ada di Kota Bandung telah melakukannya walaupun dilakukan secara tidak seragam. Tabel 1 Quality Control
NO 1
Objek Pengecekan
Pengecekan Kualitas PraProses PascaProses Produksi Proses
Desain
Keterangan I: Dilakukan
Desain Awal (Ide/gagasan)
I
II
I
II: Kadang kadang
Desain Gambar
I
II
I
III: Tidak Dilakukan
Desain Prototife/Model
I
2
Bahan
I
I
3
Material Pendukung
I
I
4
Produksi Jahit
I
I
I
Sablon
I
I
I
Bordir
I
I
I
Printing
I
I
I
Quality control dilakukan oleh pemilik desain atau pemesan dengan pemilik yang menetapkan standar kualitas dan standar kualitas yang diinginkannya (customer). apabila tidak memenuhi standar maka akan dikembalikan ke supplier. Produk jadi akan dicek dengan pengecekan fisik yang mengacu pada standart quality yang diminta. Pemetaan proses secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Gambar 3 Proses Produksi Kemeja dan Kaos Gambar 3 dapat dilihat bahwa terdapat 6-7 proses utama yang dilalui material/bahan baku. Pada penelitian yang diamati pada proses jahit, desain dan Sablon. karena dinilai
62
bahwa proses tersebut memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap penentuan perbaikan kinerja kualitas produk. Jika diamati perhatian besar untuk produk fashion saat ini antara jahit dan desain memiliki bobot yang relatif hampir dekat walaupun masih lebih besar jahit. Perancangan Pengendalian Produk Fashion Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis, maka dapat dikermbangkan rancangan pengendalian produk fashion ini dengan acuan tabel 2. Tabel 2 Pengembangan Pengendalian Mutu Produk Fashian Proses
Jenis Pengendalian
Keterangan
Pra-Produksi
Inspeksi dan Pengujian
Proses Produksi
Mutu Proses Penjahitan
Inspeksi Kain dan Penyimpanannya Inspeksi kain, merupakan bagian yang sangat penting dan harus dilakukan segera setelah kain diterima. Jika tidak sesuai agar dapat segera dilakukan perbaikan oleh pabrik pembuatannya. Hal – hal yang perlu diinspeksi adalah : lebar kain, sebab berkaitan dengan marker yang telah direncanakan, cacat – cacat kain, baik cacat struktur anyaman atau cacat tenun, termasuk bowing dan skewness, cacat celupan maupun cacat printing. Penyimpanan kain sebelum diproses lebih lanjut, dimaksudkan agar tidak kotor dan rusak, jika mungkin dalam suhu dan kelembaban relatif tertentu agar dimensi kain tidak berubah dan tidak ditumbuhi jamur. Ujung gulungan diusahakan agar terlindungi dari sinar dan debu. Benang Jahit Zipper Gelar Susun Kain (Speardling) Pemotongan Pada proses penjahitan sangat rentan terhadap terjadinya cacat, hal ini sangat bergantung kepada tingkat keterampilan operator meupun kondisi peemesinan serta tingkat pengawasan dan inspeksi yang diterapkan. Cacat pada proses penjahitan dapat terjadi pada hasil jahitan, sambungan jahitan maupun pada penggabungan/perakitan. Inspeksi dilakukan terhadap
Pasca Produksi
Inspeksi Akhir
Cacat Jahitan Cacat Jahitan Sambung Cacat pada perakitan Proses penyempurnaan Pada pelaksanaan inspeksi akhir diperlukan adanya daftar pengamatan yang menerangkan bagian mana dari pakaian yang harus diperiksa. Daftar pengamatan yang harus ada tersebut adalah: 1. 2. 3.
Spesifikasi ukuran, menunjukkan dimensi dan toleransi bagian yang harus diukur. Cara pengukuran, pada spesifikasi ukuran harus dicantumkan pula cara pengukurannya. Spesifikasi mutu, yang meliputi mutu jahitan, mutu sambungan, mutu perakitan, letak aksesoris, kancing, lubang kancing, saku, cuff, pelekatan lapisan, penampilan hasil pressing/seterika, kenampakan pakaian, dll, serta mutu kain jika ada yang terlewatkan pada inspeksi awal.
63
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama ini maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok: 1. Sistem Kendali Mutu Proses Produksi Sistem Kendali yang dihasilkan meliputi tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. A. Tahap Pra Produksi terdiri dari Kain dan Penyimpanannya, Benang Jahit, Zipper, Spreadling (Gelar – Susun Kain), dan PEMOTONGAN (Cutting) B. Tahap Pengendalian Mutu Produksi Terdiri dari Pengendalian Mutu Proses Penjahitan, Cacat Jahitan (Sewing Defects), Cacat Jahitan Sambungan Kain (Seaming Defects), Cacat-cacat pada Waktu Perakitan (Assembly defects), dan Pengendalian Mutu Proses Penyempurnaan C. Pelaksanaan Inspeksi Akhir D. Inspeksi dengan Sistem Penyaringan (Screening) 2. Analisis nilai tambah proses, produk, dan pasar berbasiskan standar mutu proses dapat diidentifikasi melalui daya saing yang bisa digunakan melalui hasil produksi atau output, dengan menggunakan model diamond competitiveness Porter. Faktorfaktor pendukung (potensi) keunggulan daya saing sentra industri fashion Kota Bandung, antara lain: Adanya permintaan yang signifikan sehingga mutu produk sangat berpengaruh terutama karena ada Permintaan lokal tinggi,sehingga Kualitas produk cukup bersaing. DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal 1. Jatmiko, B., ―Pemetaan dan Perancangan Rantai Pasok Industri Kreatif Kota Bandung‖, Poltekpos., 2009 2. Simonin, B. L. (1997). The importance of collaborative know-how: An empirical test of the learning organization. Academy of Management Journal, 40(5), 1150-1174. 3. Leon J. Rosenberg, Logical Framework Approch, USAID pada tahun 1969. Practical Concepts, Inc. 4. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta. th 5. Stock, James R., and Douglas M.Lambert. 2001 ‖Strategic Logistics Management‖ 4 edition. Mc Graw Hill. 6. Porter, M. (1998). ―Clusters and the new Economics of Competition”, Harvard Business Review, Nov.-Dec. pp (77-90.) Internet 1. http://www.beritabandoeng.com/berita/2009-03/industri-kreatif-bandung-belumterakomodir 2. http://bandungcreativecityblog.wordpress.com/2008/05/10/bandung-jadi-kota-kreatifse-asia-timur/ 3. http://www.gugahseni.org/index.php?option=com_content&view=article&id=14:indus tri-kreatif-menggeliat-&catid=4:latest&Itemid=6 4. http://widyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.12 5. http://bataviase.co.id/detailberita-10549274.html 6. http://www.depdag.go.id/files/publikasi/berita_perdagangan/2009/20091120industri %20kreatif%20tembus%20pasar%20timteng..pdf
64
Tantangan Penerapan Project Scope Management Dan Implementasi Sistem Informasi (Studi Kasus: Divisi Produksi PT. XYZ) 1)
2)
Hendra Alianto San F Wijaya 1) 2) Santo F.Wijaya Hendra Alianto 1,2
Sistem Informasi, Ilmu Komputer, BiNus Universitas Jalan KH Syahdan No.9 Palmerah, Jakarta 11480 1 2
[email protected] [email protected],
ABSTRAK Dalam era informasi ini, perusahaan dituntut untuk mengintegrasikan informasi untuk pengambilan keputusan strategis dalam rangka mempertahankan bahkan mengembangkan bisnis. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan pengukuran kinerja terhadap penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi yang digunakan, dimana hal ini merupakan hal penting dalam upaya peningkatan daya saing perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan terutama dalam bidang industri yang sudah menggunakan penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi dalam pengelolaan aktivas bisnis proses yang dilakukan secara komputerisasi akan berpengaruh dalam peningkatan cara kerja menjadi lebih efektif dan efisien, yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja baik bagi perusahaan.Walaupun demikian, Tantangan yang dihadapi dalam penerapan peoject dan implementasi sistem informasi yang mengakibatkan kegagalan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pengukuran kinerja terhadap penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi agar dapat menghasilkan informasi sesuai kebutuhan manajemen dan dapat memberikan peningkatan kinerja perusahaan, yang akhirnya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan secara maksimal. Kata Kunci : Project scope management, implementasi sistem informasi 1.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beberapa faktor terjadinya kegagalan proyek di dalam pelaksanaannya, seperti : over budget, sumber daya manusia yang tidak kompeten, batas waktu yang relatif singkat. Untuk itu, perlu adanya Project Scope Management. Project scope management sebagai acuan pekerjaan yang harus dikerjakan dalam rangka menghasilkan produk proyek, beserta proses-proses yang dilakukan untuk membuat produk yang dimaksud. Dengan mendefinisikan apa yang akan dikerjakan atau apa yang tidak akan dikerjakan dalam sebuah proyek, berkaitan erat dengan jadwal, biaya, dan scope. Hal ini merupakan sesuatu yang intens dalam pelakasanaan suatu proyek. Jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan berakibat kegagalan dalam pelaksanaan suatu proyek. Proses project scope management terdiri dari tahap inisiasi, perencanaan ruang lingkup proyek, pendefinisian ruang lingkup proyek, membangun Work Breakdown Structure (WBS) akan dibuat, verifikasi ruang lingkup proyek, dan kendali perubahan ruang lingkup proyek. 2. LANDASAN TEORI Project Scope Management meliputi : 1. Scope management process yaitu : Scope planning Perencanaan verifikasi kapan waktu mulainya, proses yang sedang berlangsung, dan kapan proses tersebut selesai. Scope Planning menjelaskan bagaimana suatu scope didefinisikan, diuji, dan diawasi serta bagaimana Work Breakdown Structure (WBS) akan dibuat.
65
Scope definition Melakukan pendefinisian terhadap proyek seperti : tujuan proyek, nama proyek, manfaat, dan keuntungan proyek tersebut. Langkah selanjutnya adalah menentukan lebih lanjut pekerjaan yang dibutuhkan untuk proyek. Hasil utama dari scope definition adalah project scope statement. Scope verification Mengkonfirmasi bahwa proyek tersebut bisa berjalan, akurat, tepat, dan benar, dengan melibatkan persetujuan formal project scope yang diselesaikan oleh stakeholders. Persetujuan ini sering dicapai dengan melakukan penyelidikan pada pelangaran. Untuk menerima persetujuan formal project scope, tim proyek harus membuat dokumentasi yang jelas dari produk proyek dan prosedur untuk mengevaluasi jika proyek sudah diselesaikan dengan benar dan menimbulkan kepuasan. Untuk mengurangi perubahan scope, maka perlu dilakukan pekerjaan yang dapat memastikan project scope. Di dalam scope verification terdapat deliverables, Quality standards, Milestone, dan Review and Acceptance. 2. Project Time Managemet : Activity definition Mengidentifikasi aktivitas yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu project scope. Activity sequencing Menentukan apakah aktivitas dapat diselesaikan secara berurutan atau paralel dan setiap dependensi yang mungkin ada. Activity resource estimation Identifikasi tipe sumber daya (manusia, teknologi, fasilitas) yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas proyek dan Estimasi waktu penyelesaian setiap aktivitas. 3. Beberapa Teknik estimasi Pendekatan Manajemen Proyek Tradisional Guesstimating Estimasi dengan hanya mengambil nomor dari udara bukan cara terbaik untuk mendapatkan jadwal proyek dan anggaran. Delphi Technique Melakukan perhitungan, membandingkan antara satu dengan yang lain sampai estimasi mendekati satu sama lain. Melibatkan beberapa ahli anonim, dan setiap ahli membuat estimasi dan perkiraan dibandingkan. Time Boxing Estimasi biaya dilakukan dengan menyesuaikan waktu deadline. Dapat menurunkan moral tim bila tidak digunakan secara efektif (teknik alokasi waktu). Penyebab estimasi yang tidak akurat disebabkan oleh beberapa hal seperti : lingkup perubahan, diabaikan tugas, kelemahan terhadap pemahaman tentang tujuan proyek, kurangnya analisis, tidak ada metodologi, perubahan tim, birokrasi, kurangnya pengendalian proyek, tidak mengidentifikasi atau pemahaman dampak risiko. Faktor yang perlu diperhatikan ketika estimasi adalah seperti : tingkat persyaratan bisa berubah, pengalaman dan kemampuan tim proyek, proses atau metode yang digunakan dalam pengembangan, kegiatan khusus yang akan dilakukan, bahasa pemrograman atau alat pengembangan yang akan digunakan, kemungkinan jumlah bug atau cacat dan metode penghapusan, lingkungan ruang kerja, geografis pemisahan tim di lokasi, jadwal tekanan ditempatkan pada tim 3. Permasalahan Dalam melakukan penerapan project scope management, dijumpai permasalahan teknis dan non teknis, dimana pengguna tidak bersedia menggunakan sistem baru yang telah tersedia, dengan memberikan beberapa alasan, yang intinya tidak sesuai dengan kebutuhan. Secara umum, permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1. Penyampaian informasi ke pihak internal dan eksternal belum berjalan dengan lancar. 2. Pengelolaan dokumen atau arsip belum berjalan dengan baik.
66
3. Sulit dilakukan update secara rutin, karena hanya satu orang administrator yang melakukan 4. Adanya tuntutan tranparansi dalam menghadapi era reformasi. 4. Tujuan dan Manfaat a. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk membahas bagaimana pengukuran kinerja penerapan project scope management dan implementais sistem informasi dengan studi kasus divisi produksi PT XYZ dan diharapkan dapat memiliki pengaruh signifikan dalam upaya untuk meningkatkan proses bisnis internal perusahaan untuk menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kualitas dan efisiensi operasional. b. Manfaat penelitian Diharapkan manfaat penelitian akan dapat memberikan solusi terhadap tantangan yang dihadapi perusahaan khususnya perusahaan industri untuk pengukuran kinerja dalam penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi. 5. Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kasus dan analisis dokumen organisasi sebagai obyek penelitian, juga menggunakan metode studi pustaka, yaitu menggunakan beberapa buku dan literatur yang berkaitan dengan objek penelitian ini, terutama hal berkaitan dengan project scope management yang digunakan sebagai referensi, juga pengalaman penulis sebagai praktisi dan konsultan di bidang sistem informasi, dengan melakukan analisis terhadap penemuan fakta dan memberikan beberapa alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi. Untuk mendapatkan data yang akan diolah, maka dalam penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data, yaitu: a. Studi literatur Studi literatur dilakukan dengan membaca artikel atau tulisan-tulisan yang terkait dengan topik penelitian melalui buku, jurnal, dan internet. b. Observasi Pada metode obsevasi ini tim melakukan pengamatan langsung pada bagian-bagian terkait dengan penelitian. Penelitian ini dibutuhkan untuk mengetahui proses bisnis yang sedang berjalan, melihat informasi apa saja yang didapatkan dan dibutuhkan, dan teknologi yang dipakai oleh organisasi c. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis yang akan dibagikan kepada mereka yang terlibat pada proses bisnis.
3. PEMBAHASAN Pengembangan sebuah proyek berupa sistem informasi di perusahaan dan dokumen manajemen sistem yang akan mendukung fungsi-fungsi berikut : Repository online Memungkinkan perusahaan untuk menyimpan dokumen atau arsip, menemukan dokumen atau arsip yang telah tersimpan, serta mengupload dokumen atau arsip agar dapat diakses oleh pihak eksternal. Pelayanan Respond Online Memungkinkan pihak eksternal untuk menghubungi bidang tertentu ataupun semua bidang secara online, memungkinkan perusahaan untuk memberikan respon secara online, dan memungkinkan pihak eksternal untuk membaca respon yang diberikan oleh perusahaan secara online. Manajemen News Untuk mempublikasikan news kepada pihak internal atau pihak eksternal.
67
Pengguna dalam sistem perusahaan dapat digolongkan menjadi user internal dan user eksternal. User internal adalah anggota perusahaan, sedangkan user eksternal adalah pengguna sistem di luar perusahaan. Pengembangan Metode – metode yang digunakan 1. Project Methodology Alternatif rute-rute dalam melewati fase pengembangan sistem, rute-rute tersebut dibedakan berdasarkan tipe proyek, tujuan teknologi, kemampuan tim developer, dan strategi pengembangan proyek itu sendiri. Rute-rute tersebut antara lain MDD (Modeldriven development), RAD(Rapid application development), dan COTS (Commercial off the shelf). 2. Perencanaan Proyek Tujuan utama perencanaan proyek adalah mempersiapkan tahapan pengembangan proyek setiap bidang pengetahuan termasuk informasi perencanaan. 3. Eksekusi Proyek, Pengawasan Proyek, Penyelesaian Proyek dan Post-Project FollowUp 4.Project Documentation and Communication System Analyst dan Programmer melakukan komunikasi secara langsung sesuai yang sudah ditentukan untuk membahas mengenai perkembangan dari implementasi yang telah dilakukan oleh Programmer, serta System Analyst memberikan requirement yang harus dipenuhi. System Analyst dan System Owner melakukan komunikasi secara langsung pada waktu yang sudah ditentukan untuk membahas mekanisme proses bisnis yang sedang berjalan. Project Manager dan System Analyst melakukan pertemuan secara langsung pada waktu yang sudah ditentukan untuk melakukan quality assurance management. Project Team secara keseluruhan akan mengadakan pertemuan setiap bulannya untuk membahas mengenai perkembangan proyek yang telah dilaksanakan. Project Team dapat menggunakan sarana e-mail sebagai alat komunikasi untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing anggota tim. Pengukuran kinerja Pengukuran kinerja modul produksi, dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ditujukan kepada setiap pengguna dari departemen produksi. Pemilihan metode kuesioner untuk pengukuran kinerja dengan penerapan project scope management adalah dianggap mampu untuk mendapatkan hasil secara obyektif apakah penggunaan sistem telah sesuai dengan proses bisnis yang ada dan mampu memberikan solusi terhadap kinerja untuk pengembangan sistem yang lebih baik. Pada kuesioner yang ditujukan untuk divisi produksi, terdapat 11 user yang menggunakan sistem tersebut. Kategori pilihan jawaban atas pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner: Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 1 a) Sangat Efisien (> 5 menit) b) Cukup Efisien (> 3 – 5 menit) c) Efisien (> 1 – 3 menit) d) Kurang Efisien (<= 1 menit) e) Sangat Tidak Efisien (lebih lama daripada sistem lama) Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 2 a) Sangat Baik (6 modul) b) Cukup Baik (5 modul) c) Baik (4 modul) d) Kurang Baik (3 modul) e) Sangat Tidak Baik (2 modul) Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 3 a) Sangat Mudah (< 1 minggu)
68
b) c) d) e)
Cukup Mudah (> 1 – 2 minggu) Mudah (> 2 – 3 minggu) Kurang Mudah (> 3 – 4 minggu) Sangat Tidak Mudah (> 4 minggu)
Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 4 a) Sangat Jarang ( < 3 kali) b) Jarang ( > 3- 6 kali) c) Sering ( > 6 – 9 kali) d) Cukup Sering ( > 9 – 12 kali) e) Sangat Sering ( > 12 kali) Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 5 a) < 10 hari b) 10 - 20 hari c) 20 – 30 hari d) 1 - 2 bulan e) 2 bulan Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 6 a) < 3 kali b) > 3 – 6 kali c) > 6 – 9 kali d) > 9 – 12 kali e) > 12 kali Bobot penilaian yang digunakan untuk pilihan dari setiap pertanyaaan adalah: Nilai 5 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Sangat Efisien (> 5 menit) b. Sangat Baik (6 modul) c. Sangat Mudah (< 1 minggu) d. Sangat Jarang ( < 3 kali) e. < 10 hari f. < 3 kali Nilai 4 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Cukup Efisien (> 3 – 5 menit) b. Cukup Baik (5 modul) c. Cukup Mudah (> 1 – 2 minggu) d. Jarang ( > 3- 6 kali) e. 10 – 20 hari f. > 3 – 6 kali Nilai 3 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Efisien (> 1 – 3 menit) b. Baik (4 modul) c. Mudah (> 2 – 3 minggu) d. Sering ( > 6 – 9 kali) e. 20 – 30 hari f. > 6 – 9 kali Nilai 2 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Kurang Efisien (<= 1 menit) b. Kurang Baik (3 modul) c. Kurang Mudah (> 3 – 4 minggu) d. Cukup Sering ( > 9 – 12 kali) e. 1 - 2 bulan f. > 9 – 12 kali Nilai 1 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Sangat Tidak Efisien b. Sangat Tidak Baik (2 modul)
69
c. d. e. f.
Sangat Tidak Mudah (> 4 minggu) Sangat Sering ( > 12 kali) 2 bulan > 12 kali
Setelah bobot penilaian dikalikan dengan jumlah jawaban user dari setiap pilihan pertanyaan yang ada, maka akan didapatkan total nilai. Kemudian total nilai dibandingkan dengan range kategori jawaban setiap pertanyaan yang diperoleh dari pengurangan total nilai maksimal dan total nilai minimal terhadap total nilai hasil kuesioner.Kuesioner yang ditujukan untuk departemen Produksi, adalah sebagai berikut : Pertanyaan No. 1 Seberapa lama sistem dapat membantu mempercepat dalam penyelesaian pekerjaan dibandingkan dengan sistem lama?
Tabel 1 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 1 adalah 59, maka dapat disimpulkan bahwa sistem yang diterapkan di Departemen Produksi sudah efisien dan dapat membantu mempercepat dalam penyelesaian pekerjaan dibandingkan dengan sistem lama. Pertanyaan No. 2 Berapa jumlah modul yang sudah terintegrasi dengan baik?
Tabel 2 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 2 adalah 44, maka maka dapat disimpulkan bahwa modul sistem di departemen produksi perusahaan sudah terintegrasi dengan baik Pertanyaan No. 3: Berapa jumlah hari yang diperlukan oleh user Departemen Produksi dalam memahami dan menggunakan sistem?
Tabel 3 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 3 adalah 57, maka jumlah hari sekitar 2 – 3 minggu berarti sistem mudah dipahami dan digunakan oleh pengguna Departemen Produksi. Pertanyaan No. 4: Apakah systemyang diterapkan di Departemen Produksi masih sering mengalami error dalam jangka waktu 1 tahun terakhir?
70
Tabel 4 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 4 adalah 48, maka dapat disimpulkan sistem yang diterapkan di Departemen Produksi jarang mengalami error dalam jangka waktu 1 tahun terakhir. Pertanyaan No. 5: Berapa lama jumlah hari pelatihan yang sudah diadakan untuk pengguna (user) Departemen Produksi selama 1 tahun terakhir?
Tabel 5 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 5 adalah 66, yang membuktikan bahwa jumlah hari pelatihan yang telah diadakan untuk pengguna sistem adalah lebih dari 20 hingga 30 hari setiap tahunnya. Pertanyaan No. 6: Seberapa sering user Departemen Produksi membutuhkan bantuan tim support dalam menangani masalah yang terjadi pada sistem setiap bulannya?
Tabel 6 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 6 adalah 49, maka dapat disimpulkan bahwa user Departemen Produksi membutuhkan 9 – 12 kali bantuan tim support dalam menangani masalah yang terjadi pada sistem setiap bulannya. Implementasi sistem informasi Salah satu konsekuensi kemajuan teknologi informasi adalah hasil pengelolaan data melalui teknologi informasi dapat diekstrak untuk menghasilkan berbagai informasi sesuai kebutuhan pemakai. Kebutuhan informasi yang akurat, uptodate dan informatif bagi manajemen organisasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan. Hal ini agar manajemen organisasi dapat melakukan pengambilan keputusan untuk mengembangkan organisasi pada masa mendatang. Untuk itu, tiap organisasi dituntut untuk melakukan berbagai usaha demi tercapainya tingkat kerja yang lebih efisiensi. Salah satu langkah untuk mencapai hal tersebut adalah penggunaan sistem informasi berbasis teknologi. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kehadiran sistem informasi dapat meningkatkan kinerja Organisasi. Untuk mengetahui peningkatan kinerja tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan penerapan sistem informasi tersebut, sehingga dapat mengetahui efektifitas atau manfaat sistem informasi secara keseluruhan. Proses pengukuran evaluasi tersebut
71
merupakan hal penting yang dapat membuktikan apakah benar dengan penerapan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja organisasi, dengan menganalisa seberapa besar dampak kontribusi penerapan sistem informasi bagi proses bisnis suatu Organisasi. Keberhasilan penerapan sistem informasi yang mendukung penyempurnaan proses bisnis, dapat diukur dari tingkat ketergantungan pengguna (user) dan penyederhanaan proses bisnis untu k menjadikan cara kerja yang lebih efektif. Sistem informasi membutuhkan orang-orang profesional yang memiliki kompeten untuk mengelola berbagai informasi yang telah tersedia untuk pengambilan keputusan. Jadi mengelola sistem informasi adalah urusan mahal untuk membayar orang-orang profesional tersebut. Biaya ini harus dipertimbangkan dengan membandingkan manfaat sistem informasi tersebut. Walaupun demikian, dampak penggunaan sistem informasi yang efisien akan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia, menyederhanakan proses bisnis, mengurangi tingkat kesalahan dengan mengotomatisasikan pekerjaan yang berulang-ulang (double jobs), sehingga memungkinkan terjadinya budaya dan perilaku organisasi menjadi lebih baik, dengan telah tersedianya semua informasi yang akurat, informatif dan uptodate untuk kebutuhan manajemen dalam mengambil keputusan yang menunjang strategi bisnis, yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja organisasi, dimana tercapainya tingkat kepuasan pelanggan dengan memberikan solusi dan respon yang cepat dari permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, tingkat manajerial tidak selalu disibukkan dengan pengumpulan data untuk penyusunan laporan bagi manajemen organisasi, tetapi sebaliknya fungsi tingkat manajerial lebih difokuskan untuk bersinergi dalam pengambilan keputusan strategis bagi organisasi berdasarkan informasi yang telah tersedia dalam sistem informasi. Penerapan Sistem Informasi dapat berhasil baik, maka diperlukan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dengan memanfaatkan kemampuan Teknologi Informasi dalam menunjang pelaksanaan aktivitas bisnis. Struktur dari Sistem Informasi Berbasis Komputer terdiri dari hal-hal sebagai berikut : • Kebijakan dan Strategi, peraturan organisasi ( misi, strategi, tujuan, sasaran bisnis), Anggaran (biaya investasi, biaya operasi, pemeliharaan, sumber pembiayaan) • Organisasi dan Sumber Daya Manusia, fungsi dan struktur organisasi mendukung strategi bisnis, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang tepat • Sistem dan Prosedur, fungsi unit kerja dan kewenangannya ; alur data dan informasi ; sistem pelaporan • Data, sumber data ; volume data ; kualitas data ; tipe data • Teknologi Informasi, perangkat keras ; perangkat lunak (sistem operasi, aplikasi program) ; perangkat komunikasi • Informasi, kegunaan dan kepentingan ; ketersediaan dan keakuratan ; kemudahan mendapatkan Berikut adalah Perbandingan setelah penggunaan sistem informasi dan sebelum sistem informasi : setelah penggunaan sistem informasi Waktu, waktu pengerjaan dalam membuat suatu laporan akan relatif lebih cepat, lebih akurat dan informatif yang dapat digunakan bagi kepentingan manajemen puncak organisasi Pengulangan pekerjaan, dengan penggunaan aplikasi program ERP, maka secara otomatis dan bertahap akan mengurangi terjadinya pengerjaan yang berulang (double job), dimana melalui aplikasi program ERP, maka setiap transaksi yang diinput pada aplikasi program, secara otomatis dapat digunakan untuk transaksi berikutnya yang berkaitan. Hal ini tentunya akan terjadinya pengurangan waktu dalam proses bisnis. Proses kerja, proses transaksi dengan menggunakan aplikasi program ERP, tentunya akan lebih efisien, seperti hal yang sederhana akan terjadi pengurangan penggunaan kertas
72
Keuangan, meningkatkan kinerja keuangan dengan pengurangan nilai persediaan dan pengurangan nilai outstanding Account Receivable, karena informasi yang real-time Proses bisnis, penyempurnaan dan penyederhanaan bisnis proses yang praktis merupakan hal mutlak yang harus dilakukan, demi meningkatkan kompetitif bisnis agar organisasi dapat meningkatkan keuntungan secara maksimal. Produktivitas, meningkatkan kinerja organisasi dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan (customer satisfaction) hanya dapat dilakukan, jika organisasi meningkatkan produktivitas dalam melakukan proses produksi. Rantai persediaan, terintegrasi dengan supplier dan customer dalam menghasilkan suatu produk yang dibutuhkan pelanggan hanya tercapai, jika rantai persediaan berjalan baik. E-bisnis, tersedia fasilitas web based dalam sistem yang terintegrasi, agar proses transaksi bisnis tidak tergantung dengan waktu dan jarak. Komunikasi, tersedia fasilitas yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara supplier dengan customer secara efektif Informasi, tersedianya berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mendukung operasional fungsional untuk pengambilan keputusan strategis dalam perencanaan dan pengawasan bagi manajemen puncak Organisasi sebelum penggunaan sistem informasi : Waktu, pengerjaan proses bisnis memerlukan waktu yang relative lama dibanding dengan cara kerja menggunakan aplikasi program ERP. Proses transaksi, transaksi keuangan dengan multi-currency, maka diperlukan untuk beberapa file, sehingga proses lama Keuangan, meningkatkan biaya pengadaan inventory dan overdue saldo Account Receivable, karena informasi yang tidak update Proses bisnis, terjadinya duplikasi pekerjaan, sehingga terjadinya tidak efisien dalam pekerjaan dan proses bisnis yang berbelit-belit Produktivitas, terjadinya respon lambat, karena diperolehnya informasi yang kurang jelas Rantai persediaan, tidak terjadi integrasi dengan supplier dan customer E-bisnis, pekerjaan dilakukan secara tradisional, belum adanya fasilitas web based dalam Sistem informasi yang terintegrasi Komunikasi, tidak efektif dalam berkomunikasi antara supplier dengan customer, sehingga sering terjadi mis-komunikasi. Informasi, kurangnya berbagai informasi yang dibutuhkan dalam operasional fungsional untuk pengambilan keputusan strategis dalam perencanaan dan pengawasan, maka tiap fungsional manajerial disibukkan untuk pengumpulan datadata untuk pembuatan laporan yang dikerjakan secara manual. Infrastruktur merupakan hal utama dalam perencanaan membangun sistem informasi. Dengan adanya infrastruktur yang kuat, maka dapat dikatakan bahwa organisasi telah membangun pondasi yang kuat. Secara umum, Infrastruktur sistem informasi berbasis teknologi informasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Orang, orang yang terlibat dalam penerapan sistem informasi merupakan faktor yang sangat penting, terutama dalam hal komitmen waktu, dukungan, rasa memiliki, keterlibatan, semangat, dan rasa perlawanan yang minimum. b. Proses Bisnis, hal terpenting dalam proses yang merupakan acuan utama dalam melakukan implementasi sistem informasi tersebut adalah sebelum mengambil keputusan menggunakan sistem informasi, maka organisasi harus sudah memiliki bisnis prosedur yang baik yang akan diterapkan dalam implementasi dalam sistem informasi yang dibangun. c. Teknologi, penerapan sistem informasi terintegrasi identik dengan investasi yang relatif besar, dimana teknologi meliputi infrastruktur jaringan dan komunikasi, hardware, software.
73
KESIMPULAN Tantangan penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi adalah memastikan pengembangan sebuah proyek sistem informasi dapat berdayaguna dan dapat digunakan dan berguna bagi kepentingan pengguna, manajerial, pelanggan, dan pihak terkait, dengan adanya pengukuran kinerja dan hasil pencapaian kinerja sebagai bukti bahwa tercapainya tingkat efisien hasil pekerjaan, optimal dalam penggunaan orang dan proses bisnis. Dengan penerapan project scope management dan sistem informasi dalam divisi produksi, terbukti bahwa peningkatan daya saing pada perusahaan tercapai dan terbukti adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas produksi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja, mampu menghasilkan informasi yang real-time, dokumentasi yang sistematis sehingga memudahkan pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan dan akhirnya dapat meningkatkan keunggulan bersaing. Walaupun demikian, tantangan penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi dapat berjalan baik, bukan hanya tergantung perangkat software yang digunakan (pembelian paket software atau dilakukan in-house development), tetapi lebih ditentukan oleh kesiapan pengguna dan manajerial dalam memberikan respon terhadap terjadinya perubahan proses bisnis. Untuk itu, diperlukan adanya tindakan untuk menyelaraskan strategis bisnis dengan strategi teknologi informasi, dan komitmen pimpinan puncak menjadi teladan dan sumber perubahan sampai terjadinya perubahan pola pikir (change mindset) dari para pengguna dan manajerial.
DAFTAR PUSTAKA 1. Groover, P. M. (2008).“Automation, Production Systems, and Computerrd Integrated Manufacturing”. 3 Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall. 2. Jack T. Marchewka, 2010. “Information technology project management”, 3rd Edition. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken. 3. Kathy Schwalbe, 2007. “Information technology project management”, 5th Edition, Course Technology. Massachusetts. 4. Kerzner, Harold, 2005.“Project Management”, 5th Edition, New York: Van Nostrand Reinhold. 5. Santo F.Wijaya dan Darudiarto Suparto, 2009. ERP dan Solusi Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta, ISBN : 978-979-756-472-8 6. Santo F.Wijaya dan Hendra Alianto, 2012, Esensi dan penerapan ERP dalam Bisnis (dilengkapi studi kasus aplikasi ERP dengan menggunakan metode OOAD), Graha Ilmu, Yogyakarta, ISBN : 978-979-756-744-6 7. Turban,Efraim;Aronson,JE;Liang, Ting Peng, 2005.“Decision Support Sistem and Intelligent Sistems”, 6th Edition, Prentice Hall International, New Jersey.
74
MAC SAP (Ma Chung Student Approval) 1
1
2
Meme Susilowati , Fika Aditya Agus Wibawa Prodi Sistem Informasi - Universitas Ma Chung, Malang,
[email protected] 2 Prodi Sistem Informasi - Universitas Ma Chung, Malang,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini berawal dari evaluasi dan pengamatan sistem yang sedang berjalan dimana seluruh proses penerimaan calon mahasiswa baru berlangsung secara manual tanpa melibatkan sebuah sistem teknologi informasi yang terintegrasi secara tepat. Hal ini sangat tidak efektif mengingat setiap proses membutuhkan waktu yang lama untuk sekedar verifikasi maupun input data calon mahasiswa. Isu pasar global 2015 juga menjadi alasan Universitas Ma Chung (UMC) untuk menjangkau seluruh wilayah nusantara dengan dukungan sistem teknologi informasi yang mampu bekerja lebih efektif dan efisien. Penulis memberikan solusi permasalahan dengan membangun Sistem Informasi Pendaftaran dan Penerimaan Mahasiswa Baru atau kami sebut dengan MAC SAP (Machung Student Approval). Sistem ini menjadi penyelesaikan atas permasalahanpermasalahan seperti pengambilan formulir dapat dilakukan secara online dimanapun, kapanpun, kemudian informasi proses penyeleksian hingga penetapan kategori beasiswa secara realtime dan online sampai dengan mengatasi resiko kesalahan penginputan data oleh pihak manajemen maupun calon mahasiswa. Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC) dalam proses pengembangan sistem ini. Penulis membangun MAC SAP mulai dari Identifikasi Masalah dan Objek Pengembangan Sistem, kemudian berlanjut ke tahap perumusan kebutuhan informasi hingga tahap perancangan meliputi desain DFD (Data Flow Diagram), ERD (Entity Relationship Diagram), Kamus Data, Sitemap hingga desain form input output. MAC SAP dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman PHP (Hypertext Pre Processor) dan Oracle yang merupakan salah satu perangkat lunak DBMS (DataBase Management System). Dengan demikian MAC SAP berbasis web mampu menyajikan formulir pendaftaran online yang terjangkau diseluruh wilayah nusantara. MAC SAP juga memiliki kemampuan dalam penyajian informasi yang responsive dan realtime, juga mengurangi kegiatan input data yang berulang-ulang sehingga pengumuman penerimaan mahasiswa barupun bisa segera diketahui oleh calon mahasiswa mapun walinya. Konsep desain MAC SAP juga dapat dikembangkan untuk instansi pendidikan lain karena proses bisnis yang ada sudah memberikan inovasi untuk alir kerja Administrasi pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru secara umum. Kata kunci: sistem informasi, pendaftaran, penerimaan, mahasiswa baru 1. Pendahuluan Sistem teknologi informasi sudah merambah banyak dunia industri tanpa terkecuali dalam instansi pendidikan. Dimana saat ini seluruh instansi pendidikan harus menyiapkan dirinya menyambut pasar global 2015 karena tantangan untuk menjadi tuan di negeri sendiri tentu tidak mudah. Begitu pula dengan Universitas Ma Chung (UMC) yang merupakan salah satu dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di wilayah Kopertis VII Jawa Timur ini juga mempunyai target pasar seluruh wilayah Indonesia. Keinginan untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia demi pemerataan pendidikan maka diperlukan pula komponen sistem teknologi informasi sebagai pendukung kelancaran proses dan penerima mahasiswa barunya. Kebutuhan sistem informasi pada proses penerimaan mahasiswa baru ini berdasarkan kondisi sistem yang berlangsung sekarang masih manual. Hal ini berdampak pada lamanya proses menindak-lanjutin calon mahasiswa baru yang hendak mendaftar maupun bertanya seputar proses tersebut. Sehingga berakibat masyarakat enggan untuk
75
melanjutkan proses pendaftarannya. Alhasil tujuan lembaga untuk menjangkau masyarakat luas terutama diluar jawa terhambat. Berdasarkan kondisi tersebut penulis dapat merumuskan permasalahannya secara rinci yaitu bagaimana mengatasi proses pendaftaran, penyeleksian dan pengelolahan data calon mahasiswa sampai dengan menghasilkan informasi seputar pendaftaran serta penerimaan mahasiswa baru. Oleh sebab itu penulis bertujuan membangun sebuah sistem informasi pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru atau yang kami sebut dengan MAC SAP (Machung Student Approval). Dimana sistem ini memberikan solusi permasalahan-permasalahan seperti pengambilan formulir dapat dilakukan secara online dimanapun, kapanpun, kemudian informasi proses penyeleksian hingga penetapan kategori beasiswa secara realtime dan online sampai dengan mengatasi resiko kesalahan penginputan data oleh pihak manajemen UMC maupun calon mahasiswa baru. Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC) dalam proses pengembangan sistem ini. Metode SDLC meliputi Identifying problems, Determining Human Information Requirement, Analyzing system needs, Designing The recommended System, Developing and Documenting, Testing and Maintaining The System sampai dengan tahap terakir yaitu Implementing and Evaluating The System. (Kendall, 2011) MAC SAP dibangun menggunakan bahasa pemograman PHP dan Oracle sebagai pengelolah databasenya. Adapun PHP merupakan salah satu bahasa skrip yang dirancang untuk penggunaan dengan platform web yang bersifat dinamis. (Asrar, 2013) 2. Pembahasan Sesuai dengan latar belakang diatas maka pembahasan MAC SAP ini disesuaikan dengan tahapan SDLC. Tahap pertama yaitu indentifikasi masalah (Identifiying Problems) yang disajikan seperti tampak pada tabel dibawah ini: Tabel 1 : Identifikasi Masalah dan Objek Pengembangan Sistem Identifikasi Masalah Objektif Pengembangan Sistem Formulir daring (online) yang dapat Pengambilan formulir fisik untuk calon mahasiswa yang tidak berdomisili di Kota diakses dimana saja Malang. Belum ada pratinjau kategori grid calon Pratinjau kategori grid calon mahasiswa mahasiswa (dalam beasiswa atau reguler setelah memasukkan data formulir dan dan beberapa jalur yang telah ditetapkan berkas yang dibutuhkan dan disetujui UMC admisi Formulir fisik yang diisi calon mahasiswa Formulir langsung diisi oleh calon mahasiswa secara daring (online), admisi dimasukkan kembali oleh admisi ke aplikasi pengolah data (Microsoft Excel). hanya melakukan pengecekan kesesuaian dengan berkas yang Resiko kesalahan pemasukan data yang bersangkutan dilakukan oleh admisi karena data calon mahasiswa pada berkas formulir fisik relatif banyak Tahap kedua yaitu Kebutuhan Informasi (Determining Human Information Requirement). Tahap ini merupakan tahap analisis untuk menentukan kebutuhan informasi dari pengguna-pengguna yang terlibat dalam MAC SAP. Dimana aliran kerja diadaptasi dari proses yang ada pada sistem pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru di UMC. Nantinya aliran kerja ini dapat digunakan pada perencanaan berikutnya yaitu perencanaan kebutuhan data yang dibutuhkan oleh masing-masing peng-guna dalam penggunaannya di sistem yang direkomendasikan. Setelah memetakan proses yang terjadi pada sistem informasi pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru Universitas Ma Chung, maka kebutuhan data dapat didefinisikan untuk tiap-tiap proses yang terjadi. Data yang dibutuhkan oleh pengguna telah diklasifikasikan menurut kebutuhan akses masing-masing
76
Gambar 1 : Diagram Alir Kerja
Gambar 2 : DFD level 0 MAC SAP
SITARMABAGambar 3 : Sitemap admisi SAP (Designing the recommended System). Tahap ini Tahap ketiga yaitu DesainMAC Sistem
77
meliputi desain DFD (Data Flow Diagram), ERD (Entity Relationship Diagram), Kamus Data, Sitemap hingga desain form input output. Tahap keempat yaitu Pengembangan dan Dokumentasi Sistem (Developing and Documenting) MAC SAP yang dilakukan bersamaan dengan pengembangan modulmodul lain yang terangkum dalam grand desain sistem akademik online. MAC SAP dikembangkan menggunakan bahasa pemrograma PHP (Hypertext Pre Processor) dan Oracle yang merupakan salah satu perangkat lunak DBMS (DataBase Management System). Sedangkan untuk tahap selanjutnya yaitu Pengujian (Testing and Maintaining) dan Evaluasi (Implementing and Evaluating The System) akan disampaikan secara detail pada artikel berikutnya.
Gambar 4 : Form output Dashboard 3. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menyimpulkan bahwa MAC SAP dapat membantu meminimalisasi kelemahan-kelemahan pada sistem sebelumnya yaitu: 1. Formulir Pendaftaran mahasiswa baru MAC SAP yang disajikan secara online dapat memudahkan calon mahasiswa dalam pengisian data yang dibutuhkan untuk pendaftaran, tidak menutup kemungkinan bahwa calon mahasiswa yang berlokasi jauh sudah dapat mengisi formulir tanpa harus datang langsung ke UMC. 2. Untuk mengetahui informasi grid jalur tes maupun grid jalur rapor sebelumnya calon mahasiswa menunggu surat pemberitahuan mengenai hal ini tetapi dengan MAC SAP secara online, calon mahasiswa yang telah diverifikasi dapat masuk ke halaman pendaftar terverifikasi untuk melihat di grid mana calon mahasiswa tersebut diterima dan melanjutkan dengan penandatanganan SKR (Surat Keputusan Rektor) atau tidak dengan memasukkan pengajuan tanggal dan waktu persetujuan secara online. 3. Calon mahasiswa langsung mengisi formulir yang kemudian diverifikasi oleh admisi, tidak ada perulangan langkah yaitu pemindahan data pada formulir fisik yang dipindahkan ke aplikasi pengolah data oleh admisi untuk diolah lebih lanjut. 4. Data yang dimasukkan langsung oleh calon mahasiswa dan tidak perlu dimasukkan kembali oleh admisi yang dapat meminimalisasi kesalahan masukan oleh admisi. Sedangkan formulir untuk calon mahasiswa diperketat dengan validasi. 5. Dengan halaman pendaftar terverifikasi serta informasi melalui email, pemberitahuan grid maupun informasi lain kepada mahasiswa tidak terlambat dan lebih real-time. Berdasarkan paparan diatas maka kesimpulan penulis yaitu beberapa hal pada sistem lama telah diperbaiki pada sistem baru ini tetapi beberapa kekurangan akan ditambahkan pada saran pengembangan berikutnya MAC SAP merupakan salah satu bagian dari grand desain pengembangan sistem akademik online. Penulis memberikan saran untuk pengembangan sistem berikutnya untuk dapat mengintegrasikannya dengan sistem akademik sehingga MAC SAP tidak
78
berhenti sampai keluarnya SKR tetapi dapat berlanjut ke submisi mahasiswa lebih lanjut ke bagian akademik. Dengan begitu data mahasiswa dan data formulirnya akan terhubung dan dapat dengan mudah mencari berkas-berkas terkait mahasiswa tersebut. Selain itu, beberapa metode pendataan mungkin akan berkembang seiring berjalannya waktu, saran dari penulis adalah pengembangan sistem tersebut tetap memiliki inti yang sama, dengan kata lain melanjutkan pengembangan dengan sistem ini sehingga sistem secara generatif berkembang sesuai kebutuhan, tidak ditutupi dengan yang baru lalu sistem yang lama ditinggalkan. Pengkodean sistem ini masih menggunakan raw code tetapi tidak menutup kemungkinan kode-kode tersebut dapat dirapikan lalu ditetapkan sebagai framework baru (untuk MAC SAP) yang bisa dijadikan dasar untuk pengembangan sistem pendaftaran dan penerimaan Daftar Pustaka 1. Jr., Rainer, Cegieslski, RK, 2012, Introduction to Information Systems: Supporting and Transforming Business (4th edition), John Wiley & Sons, Inc., Amerika Serikat. 2. Asrar, W, 2013, Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Secara Online Pada Yayasan Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Harapan Bangsa Darussalam Banda Aceh Dengan Menggunakan PHP dan MySQL, Program Studi S1 Teknik Informatika, STMIK Ubudiyah Indonesia, Banda Aceh. 3. Kendall, JA, Kendall, EJ, 2011, System Analysis and Design: Eighth Edition, Prentice Hall, New Jersey. 4. Coronel, C, Morris, S, Rob, P, 2010, Database Systems: Design, Implementation, and Management, Cengage Learning, Amerika Serikat. 5. Wijaya, SWS, Mulyanto, A, Mustakim, M, 2010, Sistem Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru Berbasis Web Dan Wap, Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta.
79
Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darma, Jl. A. Yani No 12 Palembang,
[email protected] Abstraksi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Diantara permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK adalah penentuan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria. Penelitian ini menggunakan metode AHP dalam menentukan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Kriteria dosen yang menjadi dasar pengambilan keputusan dalam menentukan dosen pembimbing dan penguji skripsi antara lain dosen yang memiliki jenjang akademik, kualifikasi pendidikan, dan golongan jabatan dosen. Produktivitas berarti apakah jumlah yang dibimbing atau yang diuji tersebut logis atau tidak, dilihat dari jumlah mahasiswa yang mengajukan skripsi, jumlah dosen yang akan ditetapkan sebagai pembimbing atau penguji, dan jumlah peserta ujian dalam satu semester. Adapun hasil akhir dalam penelitian ini adalah hasil prioritas kriteria dosen sebagai pembimbing I atau II dan penguji I atau II, yang diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, sehingga penentuan dosen pembimbing dan penguji dapat dengan mudah ditentukan. Kata kunci : Dosen, Pembimbing, Penguji, AHP. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tersebut tidak hanya dari sisi teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja, akan tetapi juga termasuk metode komputasinya ikut berkembang. Metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System). Pada teknologi informasi, sistem pengambilan keputusan merupakan cabang ilmu yang letaknya diantara system informasi dan sistem cerdas. Sistem pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi informasi karena di era globalisasi, suatu instansi dituntut untuk bergerak cepat saat mengambil suatu keputusan dan tindakan diantaranya adalah penetapan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Mengacu kepada solusi yang ada pada metode AHP (Analytical Hierarcy Process) untuk membantu membuat keputusan, seorang decision maker dapat menentukan keputusan tentang penetapan dosen pembimbing dan penguji secara objektif berdasarkan multi kriteria yang ditentukan. Pengambilan keputusan menetapkan dosen pembimbing dan penguji juga mengandalkan kriteria-kriteria sesuai dengan metode AHP yaitu metode pengambilan keputusan yang multi kriteria. Kriteria menetapkan dosen pembimbing dan penguji yang dipergunakan untuk mengambil keputusan akan sangat baik menggunakan metode AHP dengan multi kriteria. Permasalahan Permasalahan yang ada disebabkan sulitnya menentukan dosen pembimbing dan penguji berdasarkan kriteria dalam menetapkan dosen pembimbing dan penguji yang nantinya akan ditetapkan berdasarkan dosen yang memiliki jenjang akademik, urutan dosen yang memiliki kualifikasi pendidikan, jumlah bimbingan dan penguji yang logis. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah memberi pengetahuan tentang arti dari metode AHP dan untuk membuat menetapkan keputusan yang dapat membantu ketua program
80
studi atau pihak terkait untuk mengambil keputusan yang terbaik guna mencapai hasil yang maksimal. Pengertian Metode AHP Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan mengurai persoalan tersebut kedalam bagianbagiannya. Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan didasari dari berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kriteria yang ditentukan dan logika sesuai aturan dari berbagai persoalan, selanjutnya dengan menyeimbangkan dari berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok untuk diterapkan (Saaty, 1993). Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun kebijakan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat perkiraan agar masing-masing dapat memperoleh pemecahan dari persoalan yang ada sesuai dengan yang diinginkan Ada dua alasan untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain. Pertama adalah pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda. Kedua adalah menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, yang berarti perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dan yang lainnya tidak. Dari alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP AHP berdasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu: 1. Dekomposisi, dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuannya untuk mendefinisikan dari yang umum sampai khusus. Bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan dengan tujuan, kriteria dan level alternatif. Himpunan alternatif dapat dibagi dengan lebih banyak menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki tersebut merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin memiliki beberapa elemen, dari elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan apakah memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Bila perbedaan tersebut terlalu besar harus dibuatkan level yang baru. 2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments), menggunakan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen yang ada. Penilaian dapat menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan seacara berpasangan dalam bentuk matriks bila dikombinasikan akan menghasilkan prioritas. 3. Sintesa prioritas, dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi oleh kriteria. Hasil yang diperoleh berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya. AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu : 1. Aksioma resiprokal, menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, yang memperhitungkan C sebagai elemen parent, hal ini menunjukan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar dari B, maka B=1/5 A. 2. Aksioma homogenitas, menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Bila perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan
81
mempunyai nilai kesalahan yang tinggi. Saat hirarki dibangun harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi. 3. Aksioma ketergantungan, menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki. Kelebihan dan Kekurangan Metode AHP Kelebihan 1. Struktur yang berhierarki sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Kelemahan 1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Masukan utama berupa pendapat seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. Metode pairwise comparison Metode ―pairwise comparison‖ AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Model ini merupakan model yang komperehensif yang dapat membuat keputusan untuk menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana, dapat membangun semua prioritas untuk urutan alternatif. Pairwaise comparison AHP menggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada pendapat, pengalaman, intuisi sehingga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik tidak dapat menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif. Tahapan Dalam Metode AHP Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut 1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih dari alternatif yang ada atau menyusun prioriras alternatif, tahapan ini dilakukan untuk pengembangan alternatif. 2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur. 3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses tersebut menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas yang dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama. 4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Sedangkan langkah-langkah ―pairwise comparison‖ AHP adalah 1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti. 2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode ―pairwise comparison‖ AHP berdasar hasil kuisioner. 3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden. 4. Pengolahan dengan metode ―pairwise comparison‖ AHP. 5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka disimpulkan adanya konsitensi atau tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data
82
seperti semula, namun sebaliknya maka akan digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b). Menentukan Pembimbing dan Penguji Saat menentukan siapa dosen pembimbing dan penguji seorang mahasiswa dalam membuat dan melaksanakan ujian skripsi ditententukan oleh dosen yang memiliki jenjang akademik, urutan dosen yang memiliki kualifikasi pendidikan, dan golongan. Jumlah yang dibimbing ataupun yang diuji dosen juga menjadi pertimbangan secara logis dapat dijalankan atau tidak. Pertimbangan lain adalah dilihat dari jumlah mahasiswa yang mengajukan skripsi, jumlah dosen yang akan ditetapkan sebagai pembimbing atau penguji, dan dari jawdal ujian yang ditetapkan dalam satu semester. Penyelesaian 1. Langkah pertama Menentukan botot dari masing – masing kriteria. Jenjang akademik lebih penting 2 kali dari pada kualifikasi pendidikan. Jenjang akademik lebih penting 3 kali dari pada golongan. Kualifikasi pendidikan lebih penting 1.5 kali dari pada golongan. Pair Comparation Matrix Jenjang akademik Jenjang akademik 1 Kualifikasi pendidikan 0,5 Golongan 0,333 Jumlah 1,833 Pricipal Eigen Value (lmax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR) Kriteria
Kualifikasi pendidikan 2 1 0,667 3,667
Golongan 3 1,5 1 5,5
Priority Vector 0,5455 0,2727 0,1818 1,0000 3,00 0 0,0%
Dari gambar diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan) menunjukan bobot dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini Jenjang akademik merupakan bobot tertinggi/terpenting, disusul kualifikasi pendidikan dan yang terakhir adalah golongan. Cara menentukan tabel tersebut : 1. Untuk perbandingan antara masing–masing kriteria berasal dari bobot yang telah ditetapkan pertama kali. 2. Sedangkan untuk baris jumlah, merupakan hasil proses penjumlahan vertikal dari masing–masing kriteria. 3. Untuk Priority Vector didapat dari hasil penjumlahan dari semua sel disebelah kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan jumlah yang ada dibawahnya, selanjutnya hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3. 4. Untuk mencari Principal Eigen Value (lmax) rumusnya adalah menjumlahkan hasil perkalian antara sel pada baris jumlah dan sel pada kolom Priority Vector 5. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus CI = (lmax-n)/(n-1) 6. Sedangkan untuk menghitung nilai CR Menggunakan rumuas CR = CI/RI , nilai RI didapat dari : N RI
1 0
2 0
3 5,8
4 0,9
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
Jadi untuk n=3, RI=0.58. Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10%, ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima.
83
2. Langkah Kedua Berdasarkan penetapan pembimbing dan penguji semester sebelumnya telah ditentukan jumlah dosen pembimbing dan penguji dengan memperhatikan jumlah mahasiswa yang dapat menyelesikan skripsinya ( disebut sebagai pair-wire comparation). Jenjang akademik lebih penting 2 kali dari pada kualifikasi pendidikan. Jenjang akademik lebih penting 3 kali dari pada golongan. Kualifikasi pendidikan lebih penting 1.5 kali dari pada golongan. Pembimbing I 4 kali Jenjangnya lebih tinggi daripada Pembimbing II Pembimbing I 3 kali Jenjangnya lebih tinggi dari pada Penguji I Pembimbing II 1/2 kali Jenjangnya lebih tinggi dari pada Penguji I Pembimbing I 1/3 kali kualifikasi pendidikan daripada Pembimbing II Pembimbing I 1/4 kali kualifikasi pendidikan dari pada Penguji I Pembimbing II 1/2 kali kualifikasi pendidikan dari pada Penguji I Dari hasil penilaian tersebut maka dapat dibuat table (disebut Pair-wire comparation matrix) Jenjang akademik
Pemb. I
Pemb. I 1 Pemb. II 0,25 Penguji I 0,333 Pricipal Eigen Value (lmax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)
Pemb. II 4 1 2
Kualifikasi Pemb. I pendidikan Pemb. I 1 Pemb. II 3 Penguji I 4 Jumlah 8 Pricipal Eigen Value (lmax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR) Kualifikasi Pemb. I pendidikan Pemb. I 1,00 Pemb. II 100,00 Penguji I 10,00 Jumlah 111,00 Pricipal Eigen Value (lmax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)
Penguji I 3 0,5 1
Pemb. II 0,333 1 2 3,333
Pemb. II 0,010 1,00 0,100 1,11
Penguji I 0,25 0,5 1 1,75
Penguji I 0,10 10,0 1,0 11,10
Priority Vector 0,6233 0,1373 0,2394 3,025 0,01 2,2%
Priority Vector 0,1226 0,3202 0,5572 1,0000 3,023 0,01 2,0% Priority Vector 0,0090 0,9009 0,0901 1,0000 3 0 0,0%
3. Langkah ketiga Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk masing-masing kriteria bagi ketiga pilihan, maka langkah terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga kriteria tersebut. Dapat dirangkum semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite weight, seperti berikut :
84
Overall composit weight Jenjang akademik Kualifikasi pendidikan Golongan Composit Weight
Pemb. I 0,5455 0,2727 0,1818
Pemb. II 0,6233 0,1226 0,0090 0,3751
Penguji I 0,1373 0,3202 0,9009 0,3260
Penguji II 0,2394 0,5572 0,0901 0,2989
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Memakai metode ini dapat memberikan pertimbangan untuk menentukan pembimbing dan penguji skipsi berdasarkan kriteria yang ditetapkan. 2. Keputusan dapat membantu dan menghindari kesalahan dalam penentuan perimbangan siapa dapat membimbing dan menguji skipsi dapat berkurang.
Daftar Pustaka 1. Dewayana, A Budi. 2009, Pemilihan Pemasok Cooper Rod menggunakan Metode ANP (Studi Kasus: PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO)), Jurnal. UNDIP 2. Erika Susilo. 2011. Sistem Pendukung Keputusan Perizinan dan Penempatan Kolam Jaring Terapung Menggunakan Metode AHP Studi Kasus PT. PJB Cirata Badan Pengelolaan Waduk Cirata, Jurnal. Universitas Komputer Indonesia 3. http://haniif.wordpress.com/23-tinjauan-pustaka-sistem-pendukung-keputusan-spk/ 4. http://bangded.blogspot.com/2011/04/penerapan-metode-ahp.html 5. http://blog.uad.ac.id/sulisworo/2009/04/16/analisis-hierarki-proses/ 6. http://piithaselaludisinii.blogspot.com/2011/04/macam-macam-metode-sistempenunjang.html 7. Permenpan no 12 tahun 2013 tentang Jabatan fungsional dosen dan angka kreditnya. 8. Saaty, TL. 1993. The Analytical Hierarchy Process : Planning, Priority, Setting, Resources Allocation. The Wharton Scholl. University of Pennsylvania
85
Optimalisasi Pengelolaan Aset Perguruan Tinggi di UMC 1
2
Hendro Poerbo Prasetiya , Dede Wahyu Hidayat JurusanSistem Informasi, Universitas Ma Chung Malang,
[email protected] 2 JurusanSistem Informasi, Universitas Ma Chung Malang,
[email protected] 1
ABSTRAK Setiap perguruan tinggi memiliki aset yang harus dikelola dengan baikkarenaaset-aset tersebut merupakan nilai dari sesuatu yang dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi. Setiap tahun aset akan bertambah jumlahnya sesuai dengan perkembangan perguruan tinggi tersebut. Seiring berjalannya waktu aset-aset yang dimiliki pasti akan mengalami perubahan kondisi baik itu habis, rusak, dalam perbaikan atau bahkan hilang.kondisi-kondisi ini menyebabkan perlu adanya pengelolaan aset yang tepat dan cepat. Optimalisasi pengelolaan aset di universitas Ma Chung (UMC) perlu di lakukan karena didalam pengelolaannya tenaga yang dimiliki tidak sebanding dengan jumlah aset yang harus dikelola.Disamping itu juga tidak adanya sistem khusus untuk menangani aset-aset tersebut.Untuk itu perlu dibuat suatu sistem informasi yang dapat menangani dan pengelolaan aset-aset tersebut.Optimalisasi pengelolaan aset di Universitas Ma Chung dilakukan dengan cara membangun sebuah Sistem Informasi manajemen aset yang dirancang secara online berbasis web dengan melibatkan berbagai pihak yang terkaitdengan penanganan aset UMC.Sistem juga dirancang agar bisa terintegrasi dengan basis data dan sistem informasi perguruan tinggi yang sudah ada di UMCsehingga akan memberi kemudahan-kemudahan bagi penggunanya. Sistem Informasi manajemen aset di UMC yang dibuat telah menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan meskipun masih ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki dan disempurnakan.penggunaan Sistem Inforasi Manajemen aset telah membantu para pengelola aset di universitas Ma Chung didalam menangani pengelolaan aset-asetnya sehingga penanganan pengelolaan aset di UMC menjadi lebih lebih optimal darisebelumnya. Kata kunci— Sistem Informasi ,Manajemen, Aset, Optimalisasi 1.Pendahuluan Setiap perguruan tinggi memiliki aset yang harus dikelola dengan baikkarenaaset-aset tersebut merupakan nilai dari sesuatu yang dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi.Setiap tahun aset akan bertambah jumlahnya sesuai dengan perkembangan perguruan tinggi tersebut.Setiaptahun Universitas Ma chung(UMC) selalu menganggarkan biaya untuk pengadaan aset. Pihak-pihak yang mengajukan permintaan aset adalah Fakultas dan direktorat direktorat yang ada di UMC. Pengelolaan dan perawatan aset-aset UMC dilakukan oleh Direktorat adalah Direktorat Pemeliharaan & Pelayanan Kampus (P2K). Setiap awal dan akhir semester Direktorat P2K selalu disibukkan dengan kegiatan pengelolaan aset-aset UMC. Mulai dari pengecekan kondisi aset, perbaikan aset, perawatan aset bahkan auditterhadap seluruh aset yang dimiliki oleh UMC dan melakukan audit setiap kondisi aset karena Seiring berjalannya waktu aset-aset yang dimiliki pasti akan mengalami perubahan kondisi baik itu habis, rusak, dalam perbaikan atau bahkan hilang. Seluruh kegiatan yang ditangani oleh Direktorat P2K masih menggunakan cara manual dan belum terkomputerisasi. Data masih disimpan dalam bentuk excel. Proses pencarian informasi tentang data aset akan memerlukan waktu yang tidak sedikit jika masih menggunakan excel. Dalam pembuatan kartu inventaris dan laporan pengajuan aset masih menggunakan excel, sangat mungkin terjadi human error. Hal ini sangat menyulitkan Direktorat P2K dalam mengelola aset yang ada di UMC apalagi tenaga yang dimiliki tidak sebanding dengan jumlah aset yang harus dikelola.Untuk itu di perlukan sebuah sistem informasi manajemen aset.
86
Manajemena setadalah serangkaian kegiatan yang terkait dengan mengidentifika siapa saja yang dibutuhkan aset, mengidentifikasi kebutuhan dana, memperoleh aset, menyediakan sistem dukungan logistik dan pemeliharaan untuk aset, menghapus atau memperbaharui aset sehinggas ecara efektif dan efisien dapat memenuhi tujuan (Hastings,2010). Direktorat P2K UMC memerlukan sebuah system informasi manajemen aset yang bisa membantu pencatatan aset serta memudahkan pemeliharaan aset yang di UMC. Kegiatan manajemen aset dimulai dari identikfikasi aset, menentukan rating dan melakukan inventerisasi aset penilaian atas kondisi aset serta penilaian atas aset itu sendiri, mencatat sisa hidup aset, siklus pembiayaannya dan menganalisis kesenjangan yang ada. Aset juga perlu di monitoring atau dirawat. Aplikasi yang di butuhkan juga harus fleksible dan mobile agar bisa digunakan di manapun dan diakses dari manapun. Teknologi yang cocok untuk aplikasi yang dibutuhkan oleh Direktorat Pemeliharaan & Pelayanan Kampus adalah teknologi internet yaitu website aplication. Untuk mendukung penyimpanan data yaitu menggunakan teknologi basisdata Oracle. Sistem informasi manajemen aset ini mampu mengatasi kesulitan Direktorat P2K dalam mengelola aset yang ada di UMC diantara lain dalam hal pencatatan aset, pencarian informasi aset yang dimiliki UMC dan pembuatan laporan, kartu inventaris aset, pencetakan barcode dan menyajikan laporan bagi manajemen kampus sehingga optimalisasi pengelolaan aset dapat tercapai. 2. Pembahasan 2.1 Metodologi dan analisa kebutuhan Metodelogi yang digunakan untuk pengembangan Sistem Informasi Manajaemen Aset adalah metode wawancara pada Direktorat P2K yang diguanakan untuk keperluan melihat proses bisnis yang ada dan membuat daftar kebutuhan user. Sedangkan untuk Metodelogi pengembangan sistem yang digunakan adalah SDLC (System Development Life Cycle). Pada tahap analisa kebutuhandilakukanpenjabaransecara detail mengenaihal-hal yang diinginkanolehpenggunasistemininantinya. Padatahapinidilakukaninvestigasi yang lebihmendalammengenaialursistemsehinggadapatterlihatsecarajelas. Seperti tampak pada tabel 1. Tabel1TabelAnalisaKebutuhan ID Deskripsi 1 KebutuhanFungsionalSistem 1.1 1.1.1 1.1.2
1.1.3 1.1.4 1.1.5 1.1.6
1.1.7 1.1.8 1.1.9 1.1.10
Sistemdapatmenampilkan data barang Sistem dapat menampilkan data rekapitulasi barang per periode (barang elektronik non komputer, meubeller, ATK, mobil, dan Gedung/ruangan) Sistem dapat menampilkan data barang yang belum disetujui maupun belum disetujui (barang elektronik non komputer, meubeller, ATK, mobil, dan Gedung/ruangan) Sistemdapatmenampilkan data barang (per jenis), seperti barang elektronik non komputer, meubeller, ATK, mobil, dan Gedung/ruangan Sistem dapat menampilkan barang masuk dan keluar, seperti barang elektronik non komputer, meubeller, ATK, mobil, dan Gedung/ruangan Sistemdapatmembuatkodebarang (barcode) Sistem dapat menampilkan data barang (per kondisi), seperti ruangan dengan kondisi yang masih diperbaiki atau normal bisa dipakai, mobil yang sedang mengalami kerusakan, atau kursi yang sedang rusak dan berada di gudang Sistem dapat menampilkan data barang (per Unit) Sistem dapat menampilkan data barang (per ruangan), barang meubeler dan alat elektronik non komputer dapat di ketahui lokasinya. Sistem dapat menampilkan data barang (per tanggal datang) Sistemdapatmenampilkanlokasi barang, seperti barang elektronik non komputer, meubeller, ATK, mobil, dan Gedung/ruangan
87
ID 1.1.11 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.3 1.3.1 1.3.2 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
Deskripsi Sistem dapat menampilkan data barang dengan scanning barcode Sistemdapatmenampilkan data Unit Sistemdapatmenampilkanstokbarang yang ada unit, barang yang sering di monitoring seperti ATK yaitu kertas, spidol, dll Sistemdapatmenampilkandata barang yang diajukan oleh unit baik yang telah disetujui maupun belum disetujui Sistem dapat menampilkan data barang-barang yang ada di unit Sistem dapat menampilkan barang yang sudah diterima atau masih dalam pengadaan Sistemdapatmenampilkan data Ruangan Sistemdapatmenampilkan data Ruangan(per gedung) Sistem dapat menampilkan data Ruangan per kondisi ruangan KebutuhanFungsional User User dapatmenginputkan data barang baru User dapatmenginputkan data barang rusak User dapat menginputkan data ruangan baru User dapatmencetaklaporan User dapat mencetak kartu inventaris User dapat mencetak tag kode barang User dapat Login User dapat menginputkan kode barang untuk melakukan scanning barcode untuk monitoring barang
2.2. Perancangan Dalam mengelola aset UMC,Direktorat P2K memiliki 4 proses yaitu Pengajuan aset oleh unit, penerimaan barang dari yayasan, pendistribusian barang pada unit, pemeliharaan aset. Sedangkan aktor yang berperan dalam setiap proses bisnis yang mencakupi kebutuhan manajemen aset antara lainDirektoratPemeliharaan & Pelayanan Kampus, Unit dan Staff/Dosen.HubunganantaraktordanaktifitasnyadapatdilihatpadaUse Case Diagram didalamgambar 1.
Gambar 1.Use Case Sistem Manajemen Aset Dalam gambar 3.3 terdapat 4(empat) proses yaitu :Proses Penerimaan Barang,Proses Distribusi Barang,Proses Pemakaian dan Proses Pemeliharaan. Sedangkan untuk gambar Class Diagram dapat dilihat pada gambar 2 dan Entity Relationship Diagram (ERD) dapat dilihat pada gambar 3.
88
jumlah - kodebarang : int Unit
+ getjumlahbarang ()
- kodeUnit : int - unit : int distribusi
komplain -
nomorkomplain kategorikomplain ruangan nip statuskomplain
Barang
: int : int : int : int : int
- KodeBarang : char - Tipe : char + getBarangbytipe () + getBarangbykodeBarang ()
+ getkomlainbyruangan () + getkomplainbynip () + getkomlainbystatus ()
-
nomordistribusi kodebarang kodeinvestasi statusterima tanggal
: int : int : int : int : int
+ + + + +
getdisribusibyinvestasi () getdistribusibystatus () getditribusibykodebarang () getdistribusibyunit () getdistribusibytanggal ()
terima - nonota : int - kodebarang : int - tanggal : int + getbarangbynota () + getbarangbytanggal ()
Barang_Inventaris -
ruangan - koderuangan : int - kondisi : int
KodebarangInv kodebarang koderuangan kondisi
: char : char : char : char
+ getbarangbykondisi () + getbarangbyruangan () + getbarangbykode ()
+ getruangabykondisi ()
Gambar 2.Class Diagram Manajemen aset StokOpnam Id_StokOpnam KodeBarangInv TanggalStokOpnam StatusStokOpnam KodeRuangan
INTEGER
VARCHAR2(20) DATE VARCHAR2(1) VARCHAR2(10)
Maintenance Id_maintenance KodeBarangInv TglTerkahirMaintenance MasaMaintenance
Barang_Masuk NoNota KodeBarang TglBeli TglBarangMasuk JumlahBarangMasuk StatusSubmit
Kategori_Barang
VARCHAR2(20) VARCHAR2(10) DATE DATE INTEGER VARCHAR2(1)
KodeKategoriBarang VARCHAR2(1) Kategori VARCHAR2(100)
Satuan_Barang KodeSatuan INTEGER Satuan VARCHAR2(50)
INTEGER VARCHAR2(20) DATE INTEGER
Ruangan Barang
StokUnit ID_StokUnit KodeBarang KodeUnit LastUpdated
KodeBarang KodeKategoriBarang KodeSatuan NamaBarang Merk Ukuran Warna Harga Tipe
INTEGER VARCHAR2(10) VARCHAR2(4) DATE
Barang_inventaris KodeBarangInv KodeRuangan KodeBarang NoNota TanggalMasukBarang NomorSeri Kondisi StatusLengkap Keterangan
VARCHAR2(20) VARCHAR2(10) VARCHAR2(10) VARCHAR2(20) DATE VARCHAR2(20) VARCHAR2(2) VARCHAR2(1) VARCHAR2(150)
DetailDistribusi NomorDistribusi KodeBarang ID_INV_BRG KodeBarangInv SubmitDisInv StatusTerimaInv KeteranganDet
VARCHAR2(10) VARCHAR2(10) INTEGER VARCHAR2(20) SMALLINT VARCHAR2(1) VARCHAR2(255)
Periode ID_PERIODE NAMA_PERIODE TGL_AWAL TGL_AKHIR STATUS_PERIODE
INTEGER VARCHAR2(15) DATE DATE VARCHAR2(1)
Request_Barang ID_REQUEST NIP MEMO STATUSREQUEST TGL_REQUEST
INTEGER VARCHAR2(20) CLOB VARCHAR2(1) DATE
KategoriKomplain KodeKategoriKomplain INTEGER KategoriKomplain VARCHAR2(150)
VARCHAR2(10) VARCHAR2(1) INTEGER VARCHAR2(150) VARCHAR2(100) VARCHAR2(100) VARCHAR2(15) INTEGER VARCHAR2(1)
KodeRuangan KodeUnit KodeGedung Ruangan Lantai UkuranRuangan Kapasitas Kondisi
VARCHAR2(10) VARCHAR2(4) VARCHAR2(4) VARCHAR2(150) VARCHAR2(2) VARCHAR2(20) INTEGER SMALLINT
User UserID NIP Password LastLogin StatusUser
Stok_Habis_Pakai KodeBarang VARCHAR2(10) tglMasukHP DATE jumlahHP INTEGER
INTEGER VARCHAR2(20) VARCHAR2(150) DATE VARCHAR2(1)
DistribusiBarang NomorDistribusi KodeBarang ID_INV_BRG Jumlah TanggalDistribusi DistribusiSubmit StatusTerima KeteranganInv
VARCHAR2(10) VARCHAR2(10) INTEGER INTEGER DATE SMALLINT VARCHAR2(1) VARCHAR2(255)
Gedung KodeGedung Gedung UkuranGedung JumlahLantai
VARCHAR2(4) VARCHAR2(100) VARCHAR2(20) VARCHAR2(2)
INVESTASI_BARANG ID_INV_BRG ID_INVESTASI KodeBarang JML_BELI HARGA_BRG
Unit
INTEGER INTEGER VARCHAR2(10) INTEGER INTEGER
KodeUnit VARCHAR2(4) Unit VARCHAR2(150) Atasan VARCHAR2(4)
pegawai_master INVESTASI ID_INVESTASI NIP ID_PERIODE KODE_INVESTASI TUJUAN_INV WAKTU_PELAKSANAAN_INV KETERANGAN_INV SISA_DANA SISA_SALDO TOTAL_INV USULAN_ANGGARAN PERSETUJUAN_ANGGARAN_INV_FINAL CREATED_AT UPDATE_AT ALLOW_EDIT_INV NAMA_INVESTASI
INTEGER VARCHAR2(20) INTEGER VARCHAR2(20) VARCHAR2(255) DATE VARCHAR2(1024) INTEGER INTEGER INTEGER INTEGER INTEGER DATE DATE INTEGER VARCHAR2(200)
Komplain NomorKomplain KodeRuangan NIP KodeKategoriKomplain Komplain TanggalKomplain StatusKomplain KodeBarang
INTEGER VARCHAR2(10) VARCHAR2(20) INTEGER CLOB DATE VARCHAR2(10) VARCHAR2(10)
NIP KodeJabatan KodeUnit nama_pegawai NIDN tanggal_masuk jenis_kelamin_peg alamat_asal alamat_skrg telp1 telp2 email gol_darah tgl_lahir_pegawai StatusPegawai
VARCHAR2(20) VARCHAR2(5) VARCHAR2(4) VARCHAR2(50) VARCHAR2(20) DATE SMALLINT VARCHAR2(120) VARCHAR2(120) VARCHAR2(15) VARCHAR2(15) VARCHAR2(35) VARCHAR2(2) DATE SMALLINT
Jabatan
KodeJabatan VARCHAR2(5) Jabatan VARCHAR2(100)
Gambar 3.RancanganBasisdataSistemInformasiManajemen 2.3. Hasil Testing dilakukan langsung pada Direktorat Pemeliharaan & Pelayanan Kampus. Hasil dari testing yang dilakukan adalah Direktorat Pemeliharaan & Pelayanan Kampus membutuhkan sebuah Sistem yang dapat menangani masalah pendistribusian barang, yaitu barang yang didistribusikan harus sesuai dari barang yang diajukan kemudian barang masuk, mencatat semua barang masuk serta memonitoring aset yang demi
89
menjaga kualitas aset yang dimiliki Universitas . Untuk membantu pelabelan barang Sistem juga dapat mencetak barcode. Barcode terdiri dari kode ruangan kodebarang dan nomor urut. Barcode digunakan untuk memudahkan Direktorat Pemeliharaan & Pelayanan Kampus ketika melakukan stokopname yang dilakukan setiap akhir semester.hasil barcode dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. barcode barang. Untuk dashboard admin ditampilkan grafik tentang aset barang seperti barang yang sering didiajukan oleh unit atau barang yang sering mengalami kerusakan. Grafik ini dapat membantu Direktorat Pemeliharaan & Pelayanan Kampus dalam menentukan barang mana saja yang membutuhkan penambahan stok. Grafik barang yang sering rusak bisa menjadi pertimbangan oleh Universitas untuk membeli barang dengan jenis dan merk yang sama.hasil grafik dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. grafik barang 3. Kesimpulan Sistem Informasi Manajemen Aset UMC ini telah memenuhi tujuan untuk mengoptimalisasi pengelolaan aset UMC yaitu antara lain: membantu Direktorat Direktorat Pemeliharaan & Pelayanan Kampus dalam menerima, mendistribusikan, dan memelihara aset yang ada di UMC; Membantu Direktorat P2K dalam mengontrol jumlah aset yang di UMC; Memberikan Informasi tentang aset yang ada di Universitas Ma Chung. DAFTAR PUSTAKA 1. Nugroho, Adi, 2009,Rekayasa Perangkat Lunak Mengunakan UML dan Java, Penerbit Andi, Yogyakarta. 2. Abdul, Kadir,2009Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional, Penerbit Andi, Yogyakarta. 3. Bernd Bruegge dan Allen H. Dutoit , 2010,Object-Oriented Software Engineering Using UML, Patterns, and Java, Edisi 3. Pearson Education, Inc., USA. 4. George M. Marakas dan James A. O‘Brien , 2013,Introduction to Information Systems . Edisi 16. McGraw-Hill/Irwin, New York. 5. Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon,2012,Management Information Systems. Edisi 12. Pearson Education, Inc., USA. 6. Imam Heryanto dan Budi Raharjo ,2009,Menguasai Oracle, SQL, PL/SQL. Informatika, Bandung. 7. Hastings, Nicholas A. John, 2010,Physical Asset Management. Springer, London. 8. Baltzan, Paigan. 2014,Business Driven Information System. Edisi 4. McGrawHill/Irwin, New York. 9. Oz, Effy, 2009,Management Information System. Edisi 6. Cengage Learning, Inc. Boston.
90
Audit Tata Kelola Teknologi Informasi Pada Universitas Bina Darma Menggunakan COBIT 5.0 A Yani Ranius Universitas Bina Darma, Jl. A. Yani No 12 Palembang, [email protected] ABSTRAK COBIT 5 merupakan sarana yang dapat membantu perusahaan menciptakan nilai yang optimal dari penggunaan Teknologi Informasi dan dapat mengetahui untuk menjaga keseimbangan antara manfaat dan mengoptimalkan tingkat risiko maupun tingkat kegunaan sumber daya. Kerangka kerja yang dapat membahas teknologi informasi (IT) bidang fungsional di suatu instansi dan mempertimbangkan kepentingan yang berkaitan terhadap IT baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Audit Tata Kelola Teknologi Informasi telah menjadi kebutuhan untuk mengetahui dan pengembangan investasi dalam menerapkan teknologi informasi secara maksimal. Tujuan jangka panjang audit tersebut untuk mencapai agar tata kelola teknologi informasi dapat diketahui tingkat kegunaannya. Dari penelitian ini akan memberikan ruang untuk menentukan model tata kelola teknologi informasi pada Universitas Bina Darma. Metode penelitian yang dipakai yaitu mengaudit tata kelola teknologi informasi menggunakan kerangka kerja COBIT 5.0. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana akan mengetahui tata kelola teknologi informasi dengan kerangka kerja COBIT 5.0 serta dapat memberikan masukan terhadap langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja serta rekomendasi perencanaan tata kelola tersebut di masa yang akan datang. Keywords: tata kelola, teknologi informasi, cobit 5.0. 1. Pendahuluan Penggunaan dan fungsi teknologi informasi saat ini sudah menjadi bagian yang sangat penting dihampir semua sektor pemerintahan maupun bisnis. Agar teknologi informasi menjadi nilai tambah dalam sebuah instansi, maka perlu adanya audit tata kelola teknologi informasi agar faktor dimensi yang berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi akan bersinergi dan dapat bisa memberikan nilai tambah guna meningkatkan usaha pengembalian investasi sesuai yang diharapkan. Peningkatan pelayanan dan kepuasan para pengguna dan stakeholder dapat terjaga serta dapat terus ditingkatkan. Penerapan tata kelola teknologi informasi tepat sasaran akan memberikan nilai tambah tersendiri bagi Universitas Bina Darma. Tata kelola teknologi informasi yang dibutuhkan suatu instansi yaitu agar tercipta proses penyebaran informasi yang lebih interaktif dan dinamis, transparansi tata kelola operasional institusi, serta peningkatan kinerja berbasis evaluasi dengan penilaian yang transparan, keamanan data serta informasi yang berhubungan dengan hak intelektual. Tata kelola teknologi informasi akan menjawab apa yang telah dilakukankan pada teknologi informasi yang dapat memberikan hasil maksimal dan berguna terhadap institusi. Penelitian dengan menggunakan cara observasi dan dilakukan dengan analisis statistik untuk menyatakan bagaimana kondisi awal, kemudian melakukan mengimplementasikannya mulai dari cara kerja yang diperlukan menyesuaikan kerangka kerja COBIT 5.0. Agar dapat meningkatkan penilaian tata kelola teknologi informasi dan dapat memberikan rekomendasi yang akan dilakukan tahap berikutnya untuk perbaikan diwaktu kemudian. 2. Hasil Hasil dari pembahasan penerapan framework cobit 5 pada audit tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma pada domain Monitor, Evaluate, and Access (MEA) terhadap keadaan tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma. Dengan menggunakan capability model yang tergambarkan ke dalam bentuk
91
angka dan grafik, sehingga hal ini dapat memudahkan dalam menganalisa dan memperkirakan kebutuhan teknologi informasi dimasa yang akan datang. Dalam penelitian ini menggunakan model kapabilitas sebagai alat ukur terhadap jawaban responden dari kuesioner yang dibuat berdasarkan framework cobit 5 yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan dari domain Monitor, Evaluate, and Access (MEA), yaitu: 1. Monitor, Evaluate, and Access (MEA01) Pengawasan, evaluasi penilaian kinerja proses teknologi informasi pada Universitas Bina Darma terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan memberikan laporan yang sistematis dan tepat waktu. 2. Monitor, Evaluate, and Access (MEA02) Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian internal, termasuk dalam merencanakan, mengatur dan menjaga standarisasi untuk penilaian pengendalian internal dan jaminan proses kegiatan. 3. Monitor, Evaluate, and Access (MEA03) Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian ekternal yaitu mengidentifikasi dan memonitor perubahan dalam kebijakan, peraturan dan ketetapan lainnya yang harus dipenuhi dari teknologi informasi secara terus menerus. Berdasarkan rekapitulasi jawaban dari para responden, maka didapatkan nilai tingkat kapabilitas saat ini sebesar 3,54 pada rentang 0-5. Nilai kapabilitas tertinggi terdapat pada MEA01 yaitu sebesar 3, sedangkan nilai terendah terdapat pada MEA03 sebesar 3,34. Rekapitulasi ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Rekapitulasi model capability
3. Pembahasan Pada hasil observasi dan survey, Universitas Bina Darma hampir semuanya sudah melaksanakan secara komputerisasi. Data/informasi mengenai sumber daya aset (komputer, server, jaringan, proyektor) ataupun sumber daya manusia sudah dilakukan dan sudah mendekati ke titik nilai . Model capability merupakan alat ukur untuk mengetahui kondisi proses TI pada universitas Bina Darma. Kegiatan pengukuran ini akan menghasilkan penilaian tentang kondisi sekarang dari proses monitor, evaluate dan assess (MEA), terdiri dari monitor, evaluate, and access (MEA01), monitor, evaluate, and access (MEA02), Monitor, Evaluate, and Access (MEA03). Pada pengukuran Capability model ini digunakan pengambilan data melalui kuisioner. Sampel responden yang dilibatkan untuk pengisian kuisioner terutama adalah
92
pada unit kerja TI yang kesehariannya mengoprasikan secara langsung dan mengetahui masalah yang berkaitan dengan proses terpilih, responden berasal dari unit kerja lain yang terkait. Untuk mendukung audit tata kelola teknologi informasi ini diperoleh dari kuisioner akan diolah dan dilakukan : a. Perhitungan rata-rata terhadap masing-masing attribut jawaban dari semua responden. b. Penilaian tingkat model capability proses tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan rata-rata semua atribut atau proses . c. Representasi kondisi Teknologi Informasi yang ada. Ukuran dalam model ini meliputi ukuran ordinal dan ukuran nominal. Ukuran ordinal merupakan angka-angka yang diberikan dimana angka tersebut mengandung pengartian tingkatan. Ukuran nominal digunakan untuk mengurutkan obyek dari tingkatan terendah sampai tertinggi. Ukuran tersebut tidak memberikan nilai absolut terhadap obyek, akan tetapi hanya memberikan urutan tingkatan dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi. Selanjutnya merelasikan antara nilai tingkatan dan nilai absolut yang dilakukan dengan perhitungan dalam bentuk indeks menggunakan formula matematik. Dengan menggunakan model capability yang digambarkan ke dalam bentuk angka dan grafik, sehingga hal ini dapat memudahkan dalam hasil penelitian. Persamaan untuk menentukan nilai indeks ini adalah sebagai berikut: Σ Jawaban Kuesioner Indeks = Σ Pertanyaan Kuesioner Σ MEA01+ Σ MEA02+ Σ MEA03 Indeks = Σ Domain Proses 3,75 + 3,53 + 3,34 Indeks =
= 3,54 3 Pada skala pembuatan indeks bagi pemetaan ketingkat model capability terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 2 Skala Pembulatan Indeks Tingkat Model Capability 5 - Optimising Process 4 - Predictable Process 3 - Established Process 2 - Managed Process 1- Performed Process 0 - Incomplete Process Table 5.3 Hasil Pengukuran Tingkat Kapabilitas Proses TI Kondisi TI Saat ini Control Proses TI
Rata-Rata Per Proses TI
Tingkat Model Capability
Evaluasi dan penilaian kinerja dan kesesuai (MEA01)
3,75
Established Process
Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian internal (MEA02)
3,53
Established Process
93
Memastikan pemenuhan kebutuhan eksternal (MEA03)
terhadap
Total Nilai Tingkat Capability
3,34
Managed Process
3,54
Established Process
Dari hasil perhitungan diperoleh gambaran tentang pelaksanaan tata kelola teknologi informasi yang telah dilakukan. Pencapaian saat ini sudah tidak terlalu jauh dari harapan yang akan dicapai, hal tersebut dapat dilihat pada tabel pencapaian berdasarkan domain. Grafik hasil pengukuran tingkat kematangan proses audit tata kelola Teknologi Informasi menggunakan framework cobit 5 pada Universitas Bina Darma, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Grafik Penilaian Kuesioner
Gambar 2. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA01
94
Gambar 3. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA02
Gambar 4. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA03 4. Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbaikan kinerja tata kelola dapat ditingkatkan menggunakan kerangka kerja COBIT 5 terutama dalam menetapkan langkah-langkah perbaikan aktivitas yang dapat dikerjakan dalam tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma. Dalam beberapa langkah aktivitas perbaikan yang telah dilakukan, perlu ditingkatkan pelaksanaannya dengan menambahkan penggunaan perangkat lunak/sistem informasi yang berfungsi untuk melakukan pencatatan aset dan sarana komputer beserta sparepart-nya. 2. Untuk pengelolaan sumber daya manusia dibuat sistem informasi pelaksanaan aktivitas pembelajaran (elearning) disertai dengan manajemen pengelolaan komputer yang terhubung dengan server, sehingga terdapat tata kelola akses komputer yang lebih tersistematis dan terkontrol dapat tetap tersimpan di media penyimpanan yang ada di server. Daftar Pustaka 1. ITGI. 2012. Cobit 5 : Enabling Process. United States America. 2. Van Grembergen, Wim; Steven De Haes. 2009. Enterprise Governance of IT: Achieving StrategicAlignment and Value, Springer. 3. Van Grembergen, Wim; Steven De Haes. 2009. Moving From IT Governance to Enterprise Governance of IT, ISACA Jurnal. 4. Wibowo, Arianto Mukti. 2008. IT Governance Patterns in Indonesian Organization. IT Governance Lab UI. 5. www.isaca.org/cobit
95
Model Component-Based Web Framework pada Work Flow Management System: Studi Kasus Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) Kementrian Pertanian Sirojul Munir Sekolah Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri, Depok Kampus B Gedung PPSDMS-NF, Jl Lenteng Agung Raya No.20 [email protected]
ABSTRAK Bermula dari kebutuhan lembaga pengujian untuk menin1gkatkan efisiensi dan efektifitas operasional layanan pengajuan uji sampel bagi pelanggannya, BPMPT memerlukan suatu sistem yang dapat mengakomodasinya. Pengembangan sistem informasi alur kerja (workflow management system) bertujuan untuk mengetahui alur proses informasi pengajuan sampel oleh pelanggan yang terjadi pada lembaga tersebut. Pada penelitian ini membahas tentang model component-based web framework pada perancangan aplikasi workflow management system. Hasil penelitian berupa prototipe aplikasi berbasis web yang dikembangkan berdasarkan perancangan sistem dengan menggunakan pendekatan pengembangan sistem yang modular berbasis komponen (component-based) yang disesuaikan dengan kebutuhan sistem di BPMPT. Kata kunci: component-based, web framework, work flow management system, lembaga pengujian mutu Pendahuluan Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) adalah institusi pelayanan publik dibawah naungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI yang bertugas melayani pengujian produk tanaman pangan. Saat penelitian dilakukan BPMPT belum mempunyai sistem yang terintegrasi dalam melayani pelanggannya mulai dari proses pengajuan pengujian sampel hingga proses hasil laboratorium berupa sertifikat hasil pengujian. Proses pelayanan pelanggan melibatkan beberapa satuan kerja, mulai dari staff adminstrasi yang melayani penerimaan pengajuan sampel dan pembayaran, manajer teknis yang bertugas melakukan kelayakan dari sampel uji yang diajukan pelanggan, satuan kerja laboratorium yang melakukan proses pengujian sampel, hingga kembali ke staff adminstrasi yang akan melakukan proses pencetakan sertifikat hasil uji laboratorium. Sistem informasi yang akan dikembangkan pada lembaga BPMPT adalah sistem manajemen alur kerja atau lebih dikenal dengan sebutan workflow management system. Pengembangan sistem akan menggunakan aplikasi berbasis web, sehingga sistem yang dibangun dapat diakses melalui jaringan lokal (LAN) di lingkungan lembaga BPMPT dan kedepannya diharapkan sistem dapat juga di akses melalui internet. Tujuan umum dikembangkannya workflow management system di Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman Kementrian Pertanian adalah untuk efisiensi dan efektifitas operasional layanan yang dapat meningkatkan produktifitas kerja. Sedangkan tujuan khusus perancangan workflow management system ini adalah mengetahui implementasi penggunaan model component-based web framework pada pengembangan aplikasi, dengan fokus pada bisnis proses sesuai requirement dari sistem yang dikembangkan, yaitu: Mendukung pekerjaan dan tugas dari individu atau group alur kerja, Mendukung komunikasi antara individu atau group alur kerja dan Mendukung sistem pelaporan alur kerja berupa status yang sedang dijalankan.Pembahasan Pembahasan Dasar Teori Menurut Schwabe [1], Framework adalah sebuah kerangka kerja yang
96
menyediakan kumpulan file-file pustaka program (libraries) dan atau berupa class-class yang ketika digunakan akan bekerja sama untuk mengerjakan suatu perintah tertentu dalam mencapai tujuan atau keinginan suatu domain pekerjaan, sedangkan aplikasi framework adalah sebuah kerangka-kerangka (skeletons) dari himpunan aplikasi-aplikasi yang bisa dikustomisasi oleh pengembang aplikasi (programmer). Menurut Pressman [2], Komponen adalah bangunan pembentuk perangkat lunak komputer yang bersifat modular. Lebih formal, Unified Modeling Language Spesification yang dikeluarkan oleh OMG [OMG03a] mendefinisikan komponen sebagai ― bagian dari sistem yang bersifat modular, dapat dideploy, dapat digantikan, yang membungkus implementasi dan memperlihatkan sejumlah antarmuka‖. Menurut Pressman [2], salah satu elemen kunci yang menentukan keberhasilan atau kegagalan dari Componentbased software engineering (CBSE) adalah ketersediaan standar-standar berbasis komponen, yang sering dikenal dengan middleware. Midleware merupakan sejumlah infrastruktur komponen yang memungkinkan komponen-komponen pada domain problem saling berkomunikasi dengan komponen-komponen yang lainnya melintasi jaringan atau berkomunikasi dengan komponen-komponen di dalam suatu sistem yang kompleks. Menurut Thomas Schal [3], workflow adalah sebuah unit kerja yang men-generate produk dan jasa yang berhubungan dengan menghasilkan pekerjaan, atau mengakibatkan kepuasan bagi pelanggan (customer satisfaction). Sebuah workflow memiliki pelanggan utama, yang dilayani oleh penyedia jasa atau produk, atau dilayani oleh jaringan operasional sebagai rantai dari pelanggan dan pemasok, bekerja menuju kepuasan pelanggan utama. Sistem manajemen alur kerja (workflow management system) berhubungan dengan customer satisfaction atau kepuasan pelanggan. Menurut Thomas Schal [3], kepuasan pelanggan adalah aspek intangible dari kualitas yang mengungkapkan pelanggan tentang sifat-sifat global dan karakteristik yang memungkinkan suatu produk atau layanan. Untuk memenuhi kepuasan secara eksplisit serta implisit kebutuhan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah hasil dari hubungan komunikatif yang baik yang berfungsi untuk mengelola komitmen dalam rantai pelanggan dan pemasok. Manfaat utama yang dapat diperoleh dari proses kerja selain untuk kepuasan pelanggan, adalah pengurangan biaya, fleksibilitas dan meningkatkan kualitas kehidupan kerja. Metodelogi Penelitian 2.2.1 Penentuan Studi Kasus Metodologi penelitian ini merupakan studi kasus pada Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Model component-based web framework akan digunakan untuk menghasilkan sebuah prototype aplikasi yang dikembangkan. Secara garis besar sistem yang diharapkan dapat diimplementasikan pada lembaga pengujian mutu BPMPT terbagi menjadi dua bagian besar. Sistem Operasional : Sistem Pelaporan : 1. Pencatatan penerimaan Sampel Uji 1. Laporan Hasil Uji / Sertifikasi 2. Memo permintaan uji sample 2. Alur proses sample uji (status) 3. Pencatatan Pembayaran 3. Pencatatan hasil uji 4. Pengelolaan Produk Layanan 4. Statistik pelanggan 5. Pengelolaan Item Ruang Lingkup 5. Statistik transaksi pengujian 6. User Manajemen 6. Pengelolaan Data Pelanggan 7. Sistem pelaporan berbasis grafis / chart 2.2.2 Perancangan Sistem Proses workflow yang terjadi di BPMPT melibatkan beberapa role user yaitu: super user, pelanggan, customer service, manager teknis, penyelia, analyst, staff administrasi dan kepala balai pengujian. Pada tabel berikut ini ditampilkan detail role user dan deskripsi tugas-tugas yang dilakukan.
97
Tabel 1. User Role Workflow BPMPT No
Role
Task
1.
Super User
Menambahkan,mengelola User dan hak akses user, pengelolaan master data
2.
Pelanggan
Pendaftaran pelanggan baru, permohonan pengujian, melihat status pengujian, update Profile
3.
Customer Service
Verifikasi / Kaji ulang permohonan pengujian,penerimaan sampel,memo pengujian sampel ke manager teknis
4.
Manager Teknis
Kaji ulang permohonan pengujian dari CS,menerima memo pengujian sampel,meneruskan memo ke bagian penyelia,Verifikasi hasil pengujian sementara,mengirim hasil pengujian akhir ke bagian administrasi
5.
Penyelia
Menerima memo dari manager teknis untuk pengujian sampel,pendelegasian pengerjaan pengujian sampel ke analyst,menerima hasil pengujian sampel dari analyst,mengirim hasil pengujian sementara ke manager teknis
6.
Analyst
Menerima pengerjaan pengujian sampel,melakukan pengujian sampel,mengisi laporan hasil pengujian
7.
Administrasi
Menerima hasil akhir pengujian sampel,mencetak sertifika/laporan hasil pengujian,mengelola data pelanggan
8.
Kepala Balai
Melihat laporan permohonan pengujian, melihat laporan hasil pengujian
Dari hasil analisa pada proses user requirement yang didalamnya diantaranya proses identifikasi bisnis proses yang terjadi maka didapat gambaran analisa berupa diagram use case seperti pada gambar 1.
Gambar 1 : Use case proses bisnis workflow pada BPMPT 2.2.3 Implementasi Sistem Pemilihan Teknologi Web Pada tahapan ini ditentukan teknologi web yang akan digunakan untuk pengembangan prototipe aplikasi wokflow management system. Sesuai dengan tujuan penelitian maka pengembangan aplikasi menggunakan web framework dengan kriteria
98
yang dipilih adalah web framework berbasis component. Dari beberapa web frameworks berbasis bahasa pemrograman PHP yang tersedia seperti CodeIgniter, Symfony, Zend Framework dan Yii Framework, maka dipilihlah Yii Framework dengan alasan utama Yii Frameworks adalah frameworks berbasis component. Yii (Yes It Is) adalah software free dan open source untuk pengembangan aplikasi berbasis web menggunakan framework yang ditulis dengan bahasa pemrograman PHP5. Yii bekerja untuk membantu pengembang aplikasi web dengan memastikan kode program yang dibuat sangatlah efisien, dapat dikembangkan (extensible), kemudahan maintenance produk yang dihasilkan. Fitur yang penting terkait dengan penelitian ini adalah, Yii menyediakan mekanisme penyedian ektensi yang dapat di pasangkan dan dijalankan pada aplikasi berupa extension dan modules. Banyak tersedia ektensi yang siap download dan siap pakai di yiiframework.com. Pada penelitian ini akan diteliti apakah komponen-komponen yang tersedia dapat membantu pengembangan prototipe aplikasi workflow management system. Komponen Aplikasi Beberapa komponen Yii Framework yang dikembangkan oleh programmer open source tersedia dan siap digunakan untuk membangun aplikasi sesuai dengan kebutuhan dan bisnis proses yang ada. Berikut ini beberapa modul atau komponen yang akan digunakan pada pengembangan prototipe aplikasi workflow management system di lembaga pengujian mutu BPMPT. Modul Yii-User: komponen yang berupa ektensi yang digunakan untuk proses registrasi dan pengelolaan akun user aplikasi Modul Right: komponen Yii Framework yang digunakan untuk mengelola hak akses halaman oleh user. Modul Yii Booster: adalah pustaka program berupa komponen web yang telah mendukung desain web yang responsive. Modul OpenFlashChart: komponen berupa ektensi Yii Frameworks yang menyediakan pustaka program (API) untuk membuat grafik. Yii-PDF: adalalah komponen berupa program ektensi pada Yii Framework yang digunakan untuk menghasilkan dokumen PDF. Modul ini menggunakan dua pustaka program yaitu mPDF dan HTML2PDF. Modul EditTable: komponen program berupa ektensi yang menggunakan plugin EditTable dari pustaka program Bootstrap. Modul ini digunakan untuk proses edit data pada form yang berbentuk table, penggunaan modul ini akan banyak ditemui pada prototipe workflow management system dalam use cases edit data pengajuan dan kaji ulang pengajuan sampe uji Modul Yii Mail: komponen Yii-Mail adalah ektensi yang digunakan untuk membuat email, email dikirim dapat menggunakan jalur transport SMTP, sendmail, postfix atau jalur transport yang dapat di kustomisasi. Modul Yii-Forum: komponen Yii-Forum adalah modul aplikasi forum komunikasi antara user yang telah telah dilengkapi dengan fitur-fitur standar dan fitur tambahan. 2.2.3 Prototype Aplikasi Hasil prototipe aplikasi workflow management system yang telah di implementasikan menggunakan web frameworks berbasis component Yii Frameworks dapat dijelaskan dalam sebuah tabel yang berisikan pemetaan antara tujuan pengembangan sistem workflow di BPMPT dengan use cases yang didesain serta component web frameworks yang digunakan untuk menunjang implementasi use case.
99
Gambar 2: Tampilan prototype aplikasi workflow pada BPMPT Tabel 2 : Hasil prototipe workflow management system studi kasus pada BPMPT Tujuan Mendukung pekerjaan dan tugas dari individu atau group alur kerja
Mendukung komunikasi antara individu atau group alur kerja
Mendukung sistem pelaporan alur kerja berupa status yang sedang dijalankan.
Use Case / Requirement
Modul / Component
Implementasi
Catatan
Login
Yii User
Ya
Registrasi
Rights
Ya
Update Profile
Yii User
Ya
Permohonan Pengujian
Yii Booster
Ya
Form, GridView
Verifikasi Permohonan Uji Sampel
Yii Booster
Ya
Form, GridView
EditTable
Ya
Mengisi Laporan Pengujian
Yii Booster
Ya
EditTable
Ya
Kaji Ulang Permohonan Uji Sampel
Yii Booster
Ya
EditTable
Ya
Kelola Data Pelanggan
Yii Booster
Ya
EditTable
Ya
Memo Permohonan Pengujian
Yii Mail
Ya
Sistem alert
Forward Memo Pengujian
Yii Mail
Ya
Sistem alert
Mengirim Hasil Pengujian Sementara
Yii Mail
Ya
Sistem alert
Delegasikan Pengujian
Yii Mail
Ya
Sistem alert
Kirim Hasil Pengujian
Yii Mail
Ya
Sistem alert
Forum Komunikasi
Forum
Ya
Diskusi / info permasalahan
Melihat Hasil Uji
PDF Generator
Ya
Cetak Dokumen
OpenFlashChart
Ya
Grafik
Yii Booster
Ya
GridView
PDF Generator
Ya
Cetak Dokumen
PDF Generator
Ya
Cetak Dokumen
OpenFlashChart
Ya
Grafik
PDF Generator
Ya
Cetak Dokumen
View Memo Pengujian
View Hasil Pengujian
Cetak Sertifikat
Form, GridView
Form, GridView
Form, GridView
Dari hasil implementasi berupa prototype didapat semua use cases yang ada telah memanfaatkan component yang telah tersedia berupa pustaka program dan dapat dipasang (sebagai plugin) pada aplikasi workflow management system, dan pada
100
implementasinya dilakukan beberapa proses kustomisasi sesuai bisnis proses yang dilakukan. Kesimpulan Pada perancangan workflow management system dengan studi kasus pada balai pengujian mutu BPMPT didapat bahwa pengembangan aplikasi dengan menggunakan web framework berbasis komponen dapat dilakukan. Pustaka program berupa komponen siap pakai pada web framework dapat diimplementasikan pada bisnis proses di BPMPT karena komponen telah berjalan dengan baik dan mendukung proses bisnis untuk pekerjaan dan tugas dari individu atau group alur kerja dan mendukung komunikasi antara individu atau group alur kerja serta mendukung sistem pelaporan alur kerja berupa status yang sedang dijalankan. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah penggunaan web frameworks berbasis komponen apakah dapat diterapkan pada berbagai kasus pengembangan aplikasi sistem informasi seperti sistem informasi kepegawain, sistem informasi dashboard dan sistem informasi lainnya. Dari segi tools pengembangan aplikasi apakah web framework berbasis komponen dengan bahasa pemrograman selain PHP dapat juga diterapkan untuk kasus yang sama. Daftar Pustaka 1. Schwabe, Daniel & Rossi, Gustavo Rossi & Esmeraldo,Luiselena dan Lyardet, Fernando. ―Web Design Framework:An approach to improve reuse in Web applications‖, Departemento de Informatica, PUC-Rio, Brazil 2001 2. Pressman, Roger, ―Software Engineering – A pratitioner's Approach‖, Seventh Edition, New York, USA, McGraw-Hill, 2010 3. Schal, Thomas, ―Workflow Manage-ment Systems for Process Organisations‖, Germany, Springer, 1996 4. Van der Aaslt, Van Hee,‖Workflow Management Model, Methods and Systems‖, England, MIT Press Cambridge, 2012 5. Vanderfeesten, Irene, Master Thesis, ―Designing workflow systems‖, Technische Universiteit Eindhoven, Departement of Mathematics and Computing Science, 9 Agustus 2004 6. M. Fayad, D.Schmidt and R. Johnson (editors): ―Building Application Frameworks‖, Wiley 1999. 7. Freeman, Sanderson, ―Pro ASP.NET MVC 3 Framework‖, Third Edition, Apress, 2011 8. Landin, Niklas & Niklasson Axel, ―Development of Object-Oriented Frameworks‖, 1995 9. Maciaszek, Leszek,‖Requirements Analysis And System Design‖,thrid edition, Addison-Wesley,2007 10. Sommerville, ―Software Engineering 2‖, Springger, 2007
101
Perancangan Tabel OLAP Status Her Registrasi Mahasiswa dan Excel sebagai Tools Reporting Di Lingkungan Fakultas IlmuTerapan Universitas Telkom 1
2
Tora FahrudinM.T ,Suryatiningsih M.T ,Anak Agung Gde AgungS.T., M.M 1 Program StudiTeknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan, Bandung, [email protected] 2 Program Studi Manajemen Informatika Fakultas IlmuTerapan, Bandung, [email protected] 3 Program Studi Komputerisasi Akuntansi Fakultas IlmuTerapan, Bandung, [email protected]
3
ABSTRAK Fakultas Ilmu Terapan, sebelum bergabung dengan Universitas Telkom bernama Politeknik Telkom. Fakultas Ilmu Terapan mempunyai sebuah Sistem Informasi Akademik bernama TASS-IS. Proses bisnis akademik di lingkungan Fakultas Ilmu terapan sudah difasiliatasi menggunakan TASS-IS. TASS-IS juga menyediakan kebutuhan reporting seperti status her registrasi mahasiswa, baik jumlah sks pengambilan mahasiswa maupun status pembayaran perkuliahan mahasiswa. Akan tetapi ada permasalahanya itu adanya waktu eksekusi yang terlalu lama karena banyak menggunakan join tabel, hal ini mengingat tabel di rancang dengan menggunakan konsep normalisasi. Oleh karena itu penulis mengusulkan untuk membangun sebuah desain tabel OLAP yang terpisah, yang dibuat sesederhan amungkin dengan menggabungkan konsep denormalisasi pada atribut-atribut yang diperlukan untuk reporting, sehingga kebutuhan data untuk reporting dapat diakomodasi denga ncepat melalu itabel tersebut. Selain perancangan tabel OLAP, penulis juga mengusulkan front end reporting menggunakan excel. Adapun pertimbangan menggunakan Excel yaitu excel merupakan aplikasi perkantoran yang umum digunakan, selain itu excelmemiliki kemampuan untukmelakukan koneksi ke basis data, pengolahan data dengan formula aritmetik maupun statistic serta penyajian data yang atraktif seperti pivoting dangrafik.Hasil akhir yang dicapai adalah terbentuknya skema basis data OLAP untuk reporting da nlaporan dengan menggunakan excel yang terkoneksi dengan basis data OLAP. Kata kunci:normalisasi, denormalisasi, OLAP, reporting, excel. 1. Pendahuluan Sebuah organisasi pasti memiliki tingkatan atau struktur manajemen. Setiap tingkatan manajemen memiliki kebutuhan yang berbeda akan informasi. MenurutMcLeod(1996,p12), tingkatan manajemen terbagi atas: top level management, middle management dan operasional management [1]. Di posisi Top level management membutuhkan dukungan reporting manajerial untuk membantu menentukan arah kebijakan di lingkungan organisasi tersebut. Reporting manajerial adalah sebuah laporan yang menampilkan informasi informasi yang sifatnya rangkuman yang digunakan oleh top level manajemen dalam pengambilan keputusan. Saatini, Telkom Applied Science School atau Fakultas Ilmu Terapan yang berada di bawahUniversitas Telkom sudahmemiliki aplikasi Sistem Informasi Akademik yang diberinama TASS-IS (Telkom Applied Science School Information System). Contoh modul dashboard yang sudah dimiliki dapat dilihat sebagai berikut [2]
102
Gambar17.Contoh dashboard Statistik Her RegistrasiMahasiswa
Modul-modul di atas dapat diakses melaluiakunpimpinan di jajaran manajemen Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom.Kelemahan dari modul di atas adalah waktu pemrosesan yang lama, ha lini dikarenakan desain tabel pada database menggunakan konsep Online Transaction Processing (OLTP) memang lebih mengutamakan penyimpanan struktur data yang normal (tidakredundan). Sehingga tabeldipecah menjadibeberapa tabel yang saling berelasi. Olehsebabitu, ketikaterdapat permintaan (query) yang bersifat rekapitulasi, biasanyamembutuhkan data dari beberapa tabel (join) dan aggregate yang menyebabkanwaktu pemrosesan query menjadi lama. Oleh karena itu penulis mengusulkan untuk membangun sebuah desain tabel OLAP yang terpisah, yang dibuat sesederhana mungkin dengan menggabungkan konsep denormalisasi tabel. Atribut yang pentingdan dibutuhkanuntukmendukung reporting di denormalisasi kedalam sebuah tabel sederhana denganatribut yang diperlukantersebut memanjang kekanan. Sehingga ketika terdapat kebutuhan data untuk reporting, dapat diakomodasi dengan cepat melalui tabel tersebut. Pengaksesan data diusulkan menggunakan front end Microsoft Excel, hal tersebut dikarenakan excelmerupakan aplikasi perkantoran yang umum digunakan. Selainitu, excel memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus rumus aritmatika maupun statistika. Excel jugamendukung tampilan informasi yang atraktifsepertipivotingdangrafik.Kemampuan Excel didalammelakukanpengolahan data tersebut juga didukung dengan kemampuannya untukmengambil data dari berbagai sumber, baikitudari webdari Microsoft Access, text, dandarisumber database yang lain melaluiOpen Database Connectivity (ODBC) [3]. 2. Pembahasan Beriku ttahapan didalam perencanaan dan implemenasi Excel untukreporting di lingkunganTelkom Applied Science Schooldenganmengambilfokuspada Status Herregistrasimahasiswa. 2.1 Perancangan Arsitektur Sistem Perancangan arsitektur sistem dapatdilihat pada gambar sebagai berikut.
Server DB OLTP
Akses Excel dari Laptop Legend Server DB OLAP Switch
Legend Subtitle Symbol
kses Excel dari PC
Gambar2RancanganArsitekturSistem yang Dibangun
103
Count
Description
2
Server
1
Laptop computer
1
Terminal
1
Switch
Server/PC DB OLAP akan melakukan penarikan data dari server utama DB OLTP. Penarikan data menggunakankonsep ETL yang ada di datawarehouse meliputi Extract, Transform dan Load yang dibungkus oleh PL/SQL yang terjadwal secara periodik menggunakan windows task scheduler, dalam mengirim data transaksi dari mesin production (OLTP) kemesin khusus reporting (OLAP). Seluruh skema penarikan di gambarkan dalam workflow di dalam sebuah fungsionalitas transformasi dari spoon pentaho. Melalui koneksi jaringankabel (yang hanya bisa di akses daril ingkungan Unit Sistem Informasi FakultasI lmu Terapan), manaje mendapat mengaksesreporting menggunakanaplikasi Microsoft Exceldengan menggunakan koneksi ODBC yang sudah diatur username danpassword untuk akses ke database OLAP pada masing-masing piranti baik menggunakan laptop ataupun PC. 2.2 Perancangan OLAP / Tabel dengan konsep Denormalisasi Tabel OLAP / Tabel dengan konsep Denormalisasi, dibutuhkan sebagai tabel asal oleh Excel dalam mengambil sumber data untuk diolah informasinya menjadi grafik ataupun pivot tabel. Hasil dari Excel kemudian ditampilkan untukmendukung kebutuhan dashboard manajemen. Untuk kebutuha nreporting status her registrasi mahasiswa pada setiap awal ata uakhir her registrasi dibutuhkan detail info statistik jumlah mahasiswa yang melakukan her registrasi, berapa sks yang diambil, berapa jumlah mahasiswa yang belum lunas dan sebagainya. Berikut diagram relasi dari tabel OLTP untuk kasus status her registrasi mahasiswa di lingkungan Fakultas IlmuTerapan (meliputi status kontrol registrasi, pengambilan kela smata kuliah mahasiswa dan pembayaran biaya perkuliahan mahasiswa) Status Kontrol Registrasi PK,FK1 PK PK
NIM TahunAjaran Semester
Mahasiswa PK
status
NIM NamaMahasiswa Prodi Angkatan
Pembayaran Mahasiswa Matakuliah FK1
NIM TahunAjaran SemesterAkademik statusPembayaran Kdtagihan BesarTagihan BesarPembayaran
PK PK PK
KSM NamaMatakuliah
Dosen
KelasMatakuliah PK,FK1 PK,FK2 PK,FK2 PK PK,FK2 PK PK
KD_Dosen Prodi TahunKuriukulum KD_Kelas KD_Mk TahunAjaran Semester
KD_Mk Prodi TahunKuriukulum
PK
KD_Dosen
PK,FK3 PK,FK2
NIM Semester
FK2 FK2 FK2 FK2 FK2 FK2
KD_Mk KD_Kelas Prodi KD_Dosen TahunAjaran TahunKuriukulum
NamaDosen
Kapasitas Sisa
Gambar3. Diagram RelasiTabel Pengambilan Matakuliah dan Status Kontrol Registrasi Mahasiswa
104
StatusHerRegistrasiMhs PK
NIM nama_mhs prodi semester_tagihan tahun_ajar semester_akademik pembayaran_bpp pembayaran_sdp2 pembayaran_up3 pembayaran_sks pembayaran_cuti pembayaran_beasiswa status jml_sks angkatan best3 jalur status_kontrol_registrasi
Gambar 4. Hasil perancangan tabel OLAP Status Her Registrasi Mahasiswa hasil Denormalisasi KSM_Mahasiswa PK
NIM kelas kode_matakuliah kd_dosen thn_ajar semester_ajar prodi_mk sks_mk semester_akademik nama_mhs nama_matakuliah angkatan nama_dosen jml_sks angkatan
Gambar 5. Hasil perancangantabel OLAP Pengambilan Kelas Mata kuliah Mahasiswa hasil Denormalisasi
2.3 Perancangan proses ETL Proses ETL dilakukan dengan mempersiapkan script mapping dari data dalam bentuk format data transaksional yang banyakmembutuhkan join kedalam bentuk tabel yang tidak normal dengan atribut yang dilekatkankesamping dalam 1 tabel.Proses ETL sendiri menggunakan bantuan Aplikasi transformasi yang terdapat pada modul spoon di Pentaho. Pembuatan workflow transformasi dengan menggunakan spoon, di mulai dengan cara membuat koneksi dari database sumber yaitu database OLTP (data transaksional) dan koneksi ke database tujuanya itu database OLAP (data tabel yang sudah di denormalisasi). Setelah membuat koneksi dari databas esumber ke database tujuan.Selanjutnya mendefinisikan mapping proses dari sumber data transaksional kedalam bentuk tabel OLAP. Proses mapping bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu mapping dengan menggunakan node-node dari workflow transformasi yang dimiliki oleh spoon atau dari query yang di definisikan di database sumber. Langkah selanjutnya adalah menjadwalkan proses transformasi tersebut agar berjalan secara otomatis pada setiap hari pukul 5 AM dengan menggunakan fasilitas windows scheduler. Alasankenapa dijalankanpadapukul 5 adalahuntukmenghindari trafik yang padat di database OLTP. 2.4 Hasil implementasi Hasil implementasi menunjukkan bahwa proses mapping dan alir data berhasil secara sempurna di transformasikandari OLTP menujuke OLAP server. Detail data yang mengalir dan waktupemrosesan yang mengalir dapat dilihat sebagai berikut
105
Tabel1 :Jumlah data yang di kirimdari OLTP ke OLAP danwaktupemrosesan Jml Data Jml Data % Data Waktu No Nama Workflow Input Output Loss (detik) OLAP Status 1 Mahasiswa 30361 30361 0 958.3 2 Total
OLAP KSM Mahasiswa
219717
219717
0
157
250078
250078
0
1612.4
Total lama eksekusi ETL untuk memappingkan data darisumber data OLTP ke OLAP adalah 1115.3detik atau setaradengan 18.58 menit, dengan jumlah data yang hilang adalah 0%. Sedangkan dari sisi waktuuntuk menarik data dari tabel OLAP danmelakukan format pivoting ataugrafik hanya membutuhkan wakturata rata dibawah 5 detik. Hal ini lebih cepa tjika dibandingkandenganmenggunakanmodul dashboardaplikasi TASS-IS yang membutuhkanwaktu rata rata lebihdari 20 detik. Beriku tcontoh-contohl aporanyang berhasil di buatdengan menggunakan excel yang terkoneksidengansumber data dari basis data OLAP yang sudah ada
Gambar6Laporan Detail status her registrasimahasiswasetiap semester
Gambar7Laporan Detail pengambilanmatakuliahmahasiswa
Gambar8Pivot tabeljumlahskspengambilanmahasiswasetiap semester yang bisadidapatdari data detail padagambar17
106
Gambar9 :Grafik status her registrasimahasiswa 2013-2014 Genap
Gambar10 :Grafik statistik pembayaran BPP mahasiswa 2013-2014 Genap Untuk setiap angkatan 3. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa di ambil yaitu, dengan adanya perancangan dan implementasi tabel OLAP untuk reporting dapat memangkas waktu penyajiani nformasi reporting dengan lebih cepat, rata ratayaitu sekitar 5 detik. Denganmenggunakan excel sebagai tools penyajian informasi baik detail maupun summary, baik dalam bentuk tabel maupun grafis semua berfungsi dengan baik dan mampumenyajikantampilan yang menarik. Excel juga mempunyai kemampuan untuk terkoneksi dengan basis data. DaftarPustaka 1. Pakpahan, Bernard., SP Sinaga, Amrin., AwalP.Purba, Raja. 2009. Perancangan Digital Dashboard Pada PT.M Cashback Indonesia, http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-1-00448-SIAS%20Bab%202.pdf (diakses 10 November 2013) 2. Politeknik Telkom. 2009. Dokumentasi Manual SistemInformasiAkademikPoliteknik Telkom. 3. ______. Microsft Excel 2007 Help
107
Pembelajaran Model Think-Talk-Write (TTW) Sebagai Solusi Pengembangan Jiwa Kepemimpinan (Leadership) Siti Saudah Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta [email protected] Abstrak Dewasa ini yang menjadi problemdi Indonesia adalah kurangnya jiwa kepemimpinan.Sifat anarkhis dan tawuran dikalangan anak muda sudahmembudaya. Pengaruh budaya luar dan kurangnya keteladan merupakan salah satu faktor adanya krisis karakter bangsa ini. Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh model pemebelajaranThink-Talk-Write (TTW) terhadap penanaman jiwa kepemimpinan (Leadership)? Tujuan penelitian ini adalah Menumbuhkan jiwa kepemimpinan (leadership) anak melalui strategipembelajaranThink-Talk-Write (TTW). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yang memaparkan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari pembelajaran dengan metode think talk write (TTW) pada peserta didik, hasil pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik. Analisis data pengamatan aktivitas peserta didik dihitung dengan cara mendiskripsikan aktivitas yang muncul pada data lembar pengamatan. Hasil analisis penelitian ini adalah: dalam proses pembelajaran dengan metode think talk write (TTW). unsur-unsur jiwa kepemimpinan yang nampak pada aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran tersebut adalah: rajin membaca (cerdas), disiplin diri, bekerja dengan prioritas, kerjakan atau delegasikan, percaya, respek, emosi stabil, mampu berkomunikasi, mumpuni, mampu menulis,beretika dalam membuat keputusan, berpikir secara terbuka dalam pemecahan masalah,aktif, bekerjasama, bernegosiasi dengan anggota tim. Kata kunci: Pembelajaran, Think Talk Write,Jiwa Kepemimpinan. Latar Belakang Dewasa ini yang menjadi problemdi Indonesia adalah kurangnya jiwa kepemimpinan,sifat anarkhis merupakan salah satu contoh nyata kurangnya sebuah jiwa kepemimpinan. Tawuran dikalangan anak muda mulai menjadi salah satu budaya yang perlahan-lahan mendarah daging di jiwa pemuda Indonesia.Apabila memiliki jiwa kepemimpinan, maka mereka akan berpikir lebih lanjut untuk bertindakanarkhis. Melihat permasalahan-permasalahan tersebut maka melalui penelitian ini peneliti mencoba menerapkan suatu strategi pembelajaran kooperatif dan inovatif. Adapun strategi yang akan dilakukan adalah salah satu pempelajaran kooperatif dengan modelThink-Talk-Write (TTW). Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menumbuhkembangkan kemampuan siswa berfikir logis, mengambil keputusan, mengemukakan pendapat serta bertanggung jawab. Model pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran.Peserta didik dituntut untuk mau membaca dan berfikir secara mandiri dan mengungkapkan pikirannya melalui diskusi kelompok. Peserta didik akan terbiasa untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengemukakan pendapat serta mengambil keputusan dengan anggota kelompoknya. Dengan metode pembelajaran kooperatif dengan model Think-Talk-Write (TTW). ini diharapkan jiwa kepemimpinan (leadership) peserta didik akan terbentuk. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yang memaparkan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari pembelajaran dengan metode Think Talk Write (TTW) pada peserta didik jurusan Teknik Elektro semester IV (empat) dan VI (enam) di Institut Sains &Teknologi ‗Akprind‘ Yogyakarta, hasil pengamatan
108
dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik. Analisis data pengamatan aktivitas peserta didik dihitung dengan caramendeskripsikan aktivitas yang muncul pada data lembar pengamatan Alur pengembangan jiwa kepemimpinan dengan menggunakan teknik think-talkwrite(TTW) dapat terlihat pada bagan berikut ini. Pendidik
Situasi Masalah
Think Membaca teks dan membuat catatan secara individu
Talk Interaksi dalam grup membahas catatan kecil
Jiwa kepemimpinan
Write Konstruksi hasil dari think dan talk secara individual
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. Pendidik memberikan soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik serta petunjuk pelaksanaannya. 2. Peserta didik membaca teks dan membuat catatan kecil berupa hal-hal yang diketahui dan tidak diketahuinya (think) 3. Peserta didik berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas sisi catatan kecil (talk) 4. Peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman ke dalam tulisan argumentasi (write). Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:Menciptakan generasi muda yang mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership) untuk menciptakan bangsa yang maju dan tangguh melalui pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Tinjauan Pustaka Strategi mengajar adalah menyangkut cara yang dipilih oleh pendidik dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi kepada peserta didik di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran sering ditemui bahwa ketika peserta didik diberikan tugas tertulis, peserta didik selalu mencoba untuk langsung memulai menulis jawaban, Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika terlebih dahulu melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide dan menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Strategi think-talk-write (TTW) yang dipilih dalam penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan tersebut (berpikir, merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya). Tahap pertama kegiatan peserta didik yang belajar dengan strategi think-talk-write adalah think, yaitu tahap berfikir dimana peserta didik membaca teks berupa soal. Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan/atau hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Tahap kedua adalah talk (berbicara atau diskusi) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini peserta didik merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ideide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi peserta didik akan terlihat
109
pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain.
Tahap ketiga adalahwrite, peserta didik menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya.Huinker dan Laughlin (1996). Jiwa kepemimpinan (Leadership) bukan semata-mata diperoleh dari bakat sejak lahir saja namun juga dapat dipelajari dan dikembangkan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Baik pemimpin dalam cakupan besar maupu pemimpin untuk dirinya sendiri.Sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap, atau juga stagnan.Sikap ituterus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Untuk memupuk jiwa kepemimpinan harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: 1. Rajin membaca dan cerdas 2. Disiplin diri 3. Bekerja dengan prioritas 4. Kerjakan atau delegasikan 5. Percaya dan respek 6. Emosi stabil 7. Mampu berkomunikasi dan mumpuni 8. Mampu menulis 9. Gunakan manajemen (Kasali, 2010:99) Hasil Unsur-unsur Jiwa Kepemimpinan (ledership)yang muncul dari 37 responden yang diamati, namun ada 36 responden yang masuk datanya dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Rajin Membaca dan Cerdas Unsur/indikator ‗rajin membaca dan cerdas‘ yang muncul dari pembelajaran dengan model think talk write (TTW) yang terdiri dari 36 responden dari 4 kali tatap muka dapat diperoleh data sebagai berikut; ada 15 responden yang sudah membudaya/terbiasa membaca dalam menyelesaikan permasalahan, dan 19 responden yang menunjukkan baru tampak indikator itu dan yang terakhir ada 2 responden yang belum nampak/ tidak terbiasa membaca dalam menyelasaikan permasalahan. Model pembelajaran ini, tahap pertama think (berfikir)menuntut responden untuk aktif membaca dan menyelesaikan permasalahan. Dari aktivitas ini dapat dilihat unsur/indikator ‗rajin membaca dan cerdas‘ yang tampak pada responden.
Gambar 1 Membaca Materi Pembelajaran Model Think Talk Write (TTW) b. Disiplin Diri Unsur/indikator ‗disiplin diri‘ yang muncul dari pembelajaran dengan model thinks talk write (TTW) ini dapat diperoleh data sebagai berikut; ada 17responden yang sudah membudaya (baik), dan 19 responden yang menunjukkan tampak (cukup). Dengan model pembelajaran ini, muncul jiwa kepemimpinan responden melalui aktivitas dari tahap pertama think (berfikir) dan talk (berbicara) yaitu responden mendiskusikan hasil
110
berfikirnya dan yang terakhir write (menulis) responden dengan disiplin mendeskripsikan/menuliskan hasil yang telah diperoleh. c. Bekerja dengan prioritas Pembelajaran TTW ini unsur/indikator ‗bekerja dengan prioritas‘ nampak pada aktivitas responden dalam menyelesaikan masalah. Dalam tahap pertama think (berfikir) responden mampu untuk memilih masalah/soal yang mudah terlebih dahulu untuk dikerjakan sehingga prioritas itu tampak dalam pembelajaran ini. Tahap kedua talk (berbicara), responden mampu untuk memecahkan, mendiskusikan masalah yang urgen untuk diselesaikan terlebih dahulu. Unsur/indikator ‗bekerja dengan prioritas‘ yang muncul dari pembelajaran dengan model think talk write (TTW)yang terdiri dari 36 responden dapat diperoleh data sebagai berikut; 19 responden yang sudah membudaya (baik), dan 15 responden yang menunjukkan tampak (cukup) dan yang terakhir ada 2 responden yang belum nampak (kurang).
Gambar. 2 Proses Pembelajaran Think talk write (TTW) di kelas d. Menghargai dan percaya Penelitian ini indikator menghargai dan percaya dapat dilihat dari aktivitas mahasiswa yaitu membagi tugas dalam menyelesaikan masalah serta menghargai ideide solusi yang diberikan melalui diskusi di kelas. Berdasarkan pengamatan di kelas data awal dapat diperoleh sebagai berikut: dari 36 responden ada 14 mahasiswa yang menunjukkan sifat percaya dan menghargai sudah membudaya sedangkan 21 orang yang nampak dan 1 orang yang belum nampak. e. Mampu berkomunikasi Dari pengamatan dalam pembelajaran think talk write (TTW) ini dapan diperoleh data sementara indikator ini dapat diamati dari aktivitas anak di tahap kedua yaitu talk (berbicara). Dari pengamatan ini dapat diambil data awal sebagai berikut: dari 36 responden ada 18 orang yang mampu berkomunikasi dengan baik/ membudaya dan 7 orang yang kemampuan berkomunikasi masih sedang/mulai tampak dan 1 orang kemampuan berkomunikasi belum tampak. f. Mampu menulis Seorang pemimpin hendaknya mampu menuangkan ide, strategi, gagasan maupun pendapatnya dalam bentuk lisan dan tulis. Untuk menggali indikator kemampuan menulis ini dapat diketahui dalam proses pembelajaran think talk write (TTW) di tahap yang ketiga write (menulis). Mahasiswa mampu menuangkan ide atau solusi dalam permasalahan yang diberikan melalui tulisannya. Dalam pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu untuk membangun atau mengkonstruksi pengetahuan yang di dapat dari tahapan sebelumnya, yaitu tahap think (berfikir) dan tahap talk (berbicara). Dalam pengamatan di kelas dapat diketagui melalui aktivitas mahasiswa sebagai berikut: dari 36 responden ada 16 orang yang yang sudah mempunyai budaya menulis dan 20 orang mulai tampak. g. Jujur Proses pembelajaran think talk write (TTW) ini indikator jiwa kepemimpinan (leadership) ini tampak sudah membudaya. Hal ini dapat ditunjukkan aktivitas mahasiswa dalam mengerjakan/menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dari 36 responden berdasarkan pengamatan ada 21 orang yang terbiasa menyelesaikan dengan jujur dan 12 orang yang cukup kejujurannya dan 3 orang yang belum jujur dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. h. Berfikir terbuka
111
Pembelajaran dengan model think talk write (TTW) indikator ‗berfikir terbuka‘ tampak dalam proses pembelajaran pada tahap pertama think (berfikir) dan tahap kedua talk (berbicara). Hal ini ditunjukkan dalam aktivitas mahasiswa dalam menyelesaikan persoalan mampu berdiskusi dan dapat menerima pendapat orang lain. i. Bertanggung jawab Indikator ini nampak dalam proses pembelajaran yaitu pada aktivitas mahasiswa mampu untuk menyelesaikan tugas dengan baik terutama dalam tahap ketiga write (menulis) karena tahap ini merupakan tahap akhir. Dalam tahap ini dapat dilihat hasil penyelesaian persoalan yang diberikan, dengan demikian mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. j. Aktif Proses pembelajaran think-talk-write (TTW) mampu untuk menumbuhkan indikator ‗aktif‘ pada mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas mahasiswa pada semua tahap pembelajaran ini yaitu: tahap satu think (berfikir)mahasiswa ikut berfikir aktif berfikir dalam menyelesaikan masalah, tahap dua talk (berbicara) mahasiswa ikut aktif berdiskusi untuk menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan masalah dan tahap tiga write (menulis) mahasiswa aktif ikut dalam mengkonstruksi/membangun konsep untuk memecahkan permasalahan yang ada. k. Emosi stabil Proses pembelajaran model think talk write (TTW) ini dapat diketahui dalam aktivitas mahasiswa dalam tahap kedua talk (berbicara) yaitu dalam berdiskusi. Mahasiswa dapat sharing (saling berbagi) untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Saling mendukung dan tidak egois dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Jiwa sosial dan saling bekerjasama untuk mencapai suatu penyelesaian persoalan menjadi sebuah tujuan. Identifikasi Unsur-Unsur Jiwa Kepemimpinan (Leadership) dalam Pengelolaan Pembelajaran dengan Model Think-Talk-Write (TTW) No
Aspek yang Diamati /Indikator Pengamatan
1
Kegiatan Awal /Pendahuluan
2
a. Memotivasi siswa b. Menyampaikan tujuan Kegiatan inti 1.
2.
3.
Unsur-unsur Jiwa Kepemimpinan/Leadership Disiplin diri, aktif,
THINK (berpikir) a. Memberikan soal-soal /pertanyaan kepada mahasiswa b. Mengingatkan kembali pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran c. Membimbing mahasiswa membuat catatan kecil dengan bahasa sendiri TALK ( Berbicara) a. Membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok tiap kelompok 5 orang yang beragam (tingkat kemampuan mahasiswa). b. Mendengarkan secara hati-hati ide mahasiswa c. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan d. Membimbing dan menggali hasil yang dibawa mahasiswa untuk diskusi e. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi WRITE ( Menulis) a. Membimbing dan memberi informasi,
112
Rajin membaca, disiplin, bekerja dengan prioritas,, bertanggung jawab, aktif.
Disiplin, menghargai & percaya, mampu berkomunikasi, jujur, berfikir terbuka, bertanggung jawab, aktif, emosi stabil.
Bekerja berdasarkan prioritas, mampu menulis, berfikir terbuka, bertanggung
b.
3
mengklasifikasi mahasiswa dalam menyelesaikan persoalan. Membantu mahasiswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk tulisan.
Memberikan evaluasi
jawab, aktif, emosi stabil.
-
Kesimpulan Hasil analisis diperoleh data berupa deskripsi tentang jiwa kepemimpinan pada anak yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dengan model Think Talk Write (TTW) sesuai dengan indikator yang ditentukan adalah dari 36 responden yang di amati dapat di ambil kesimpulan yaitu dalam kegiatan tahap pertama Think (berfikir) dapat ditemukan jiwa kepemimpinan anak; rajin membaca, disiplin. Bekerja dengan prioritas bertanggung jawab dan aktif. Sedangkan dalam tahap kedua: talk (berbicara) dapat ditemukan jiwa kepemimpinan anak; Disiplin, menghargai & percaya, mampu berkomunikasi, jujur, berfikir terbuka, bertanggung jawab, aktif, emosi stabil.sedangkan pada tahap ketiga yaitu write (menulis) yaitu; Bekerja berdasarkan prioritas, mampu menulis, berfikir terbuka, bertanggung jawab, aktif, emosi stabil. Proses Pembelajaran dan analisa maka dapat disimpulkanbahwa penggunaan metode pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak.Respon positif ditunjukkan mahasiswa dalam aktivitasnya di setiap tahap pempelajaran Think-talk-write (TTW).dengan indikator; (1) rajin membaca dan cerdas (2) disiplin diri, (3) bekerja dengan prioritas, (4) menghargai dan percaya (5) mampu berkomunikasi (5) mampu menulis (7) jujur (8) berfikir terbuka (9) bertanggung jawab (10) aktif (11) emosi stabil.
DAFTAR PUSTAKA 1. Ali, Erdi. 2013. Merajut Jiwa Kepemimpinan Sebuah Renungan dan Harapan (kumpulan Artikel) Bogor: IPB. 2. Ansari, B.I. 2003.Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk-Write (Eksperimen di SMUN Kelas I Bandung).Disertasi Doktor pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. 3. Gayatri, Yuni. 2011. ―Mengembangkan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Biologi Berbasis Karya Ilmiah”. Dalam Seminar Nasional Soft Skill and Charakter Building. Universitas Muhammadiyah Surabaya Januari 2011. 4. Imam, Moejiono, 2002, Kepemimpinan dan Keorganisasian, Jogakarta, UII Press. 5. Kartono, Kartini. 2003. Pemimpin dan kepemimpinan:apakah pemimpin abnormal itu?. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 6. Kasali, Rhenald dkk. 2010. Modul Kewirausahaan. Bandung:Hikmah. 7. Muhammad,As‘adi. 2012. Dahsyatnya Senam Otak. Yogyakarta: Penerbit DIVA Press. 8. Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta:Erlangga.
113
Perkembangan Seni Digital di Indonesia Satrio Hari Wicaksono, M. Sn Institut Seni Indonesia Yogyakarta Perumahan Alam Citra E.20, Jln. Parangtritis KM.7, Sewon, Bantul Yogyakarta [email protected] Abstrak Seni tak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat akan mempengaruhi perkembangan seni rupa, baik secara langsung maupun tidak. Seni mengadaptasi apa yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat dan melampaui capaian-capaian yang telah dilakukan sebelumnya, bahkan tak jarang mendobrak batas-batas yang ada. Seiring dengan perkembangan dan ketergantungan masyarakat yang cukup tinggi terhadap teknologi, seni pun tak canggung untuk berintegrasi dan menggunakan „bahasa‟ yang sama dengan yang berlangsung dalam masyarakat, sebuah manifestasi dari faham postmodernisme yang yang berupaya menghilangkan batas-batas antara suatu disiplin ilmu dan kehidupan masyarakat, tak terkecuali seni. Teknologi digital sekarang ini bukanlah hal asing bagi mayoritas masyarakat. Hampir semua orang menonton melalui televisi, berkomunikasi menggunakan telepon seluler dan mengakses internet lewat perangkat komputer, gambaran betapa kita tak dapat dipisahkan dengan teknologi digital saat ini. Seni pun beradaptasi untuk mengkomunikasikan isu-isu dan pemikiran para seniman dengan menggunakan hal yang akrab dengan apa yang ada di masyarakat, lewat media video, foto, internet dan lainnya sebagai media yang mampu menjembatani dan mewadahi pemikiran sang seniman, yang mungkin sudah tak dapat terwakili jika menggunakan medium konvensional.Perkembangan seni digital terbilang cepat diadaptasi oleh para pelaku seni diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Banyak para seniman yang intens berkarya dengan media digital seperti video dan fotografi, khususnya para seniman muda yang kesehariannya lebih dekat dengan perangkat gadget digital. Sebuah disiplin ilmu seni yang terbilang baru namun dianggap mampu untuk mewakili kebutuhan gaya ungkap seniman terhadap isu-isu dan permasalahan yang terjadi. Kata kunci : Seni, Teknologi, Digital, Indonesia
Latar Belakang Perkembangan seni rupa selalu berubah seiring perubahan budaya dan juga kehidupan masyarakatnya. Tak hanya puas berada dalam satu titik, seni selalu mencari nilai kebaruan sebagai bagian dari eksplorasinya. Baik secara pemahaman, cara, dan juga media yang digunakan untuk mengekspresikan ide dari sang seniman selalu berubah seiring perubahan budaya yang berlangsung pada saat karya tersebut diciptakan. Maka tak salah jika dikatakan karya seni merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dari sebuah zaman. Perkembangan teknologi pun tercatat dalam sejarah banyak membantu dalam proses perkembangan seni rupa. Penggunaan kamera obscura sebagai media transfer gambar, penemuan mesin cetak dan proses peralihan dari tempera ke cat minyak dan kemudian cat akrilik menjadi beberapa contoh bahwa seni rupa menyerap penemuan teknologi baru sebagai bagian dari proses berkarya seniman. Terlebih pada saat ini,
114
dimana teknologi jauh berkembang, tak sedikit produk-produk sekarang ini yang berbasiskan media digital. Hal inilah yang kemudian menjadi peluang bagi para seniman untuk melakukan eksplorasi yang lebih luas, dengan menggunakan media digital, efektifitas dan efisiensi kerja seniman menjadi lebih optimal, proses sketsa dan pencarian bentuk yang dilakukan dengan perangkat lunak komputer mempermudah kerja seniman untuk menghasilkan gambaran dari karya yang ingin dibuat lebih efektif dibandingkan ketika proses sketsa dilakukan secara manual. Indonesia pun tak luput dari perkembangan seni digital, terlebih banyak seniman muda yang lebih memilih media digital karena dirasa mampu mewadahi ide dan hasil yang diinginkan oleh para seniman. Budaya dan pola kehidupan seniman kini yang lebih dekat dengan media digital menjadi salah satu alasan mereka berupaya untuk mengeksporasi hal yang dekat dengan keseharian mereka, hampir semua orang menggunakan perangkat komputer dan digital untuk menunjang aktifitas kesehariannya, begitu pula dengan para seniman masa kini. Perkembangan seni digital di Indonesia inilah yang menjadi daya tarik bagi penulis untuk menelusurinya lebih dalam, sejauh mana pemanfaatan media digital dalam proses berkesenian dari seniman lokal. Dengan mengkaji sejarah panjang asal mula penggunaan medium digital dalam proses berkesenian hingga pemanfaatannya pada masa sekarang ini, secara tidak langsung kita dapat memetakan dan mencatat perkembangan yang telah terjadi dalam penggunaan medium digital serta isu yang diwakilkannya sebagai identitas kekaryaan. Selain itu, kita dapat mengkaji lebih dalam apa yang menjadi perbedaan dengan perkembangan seni digital di luar Indonesia, terlebih di belahan dunia Barat yang telah eksis dan berkembang jauh sebelum negeri ini memulainya. Digital dan Teknologi Komputer Kata digital merupakan kata serapan asing yang digunakan untuk menggambarkan benda yang proses dan hasil akhirnya menggunakan teknologi komputer atau yang dikerjakan tidak secara analog maupun konvensional. Menurut Oxford Dictionaries, ada beberapa pemaknaan yang mampu mendefinisikan tentang digital, namun yang paling mendekati dengan definisi yang akan penulis bahas menurut kamus Oxford adalah :Involving or relating to the use of computer technology Dengan kata lain, berbicara tentang digital tak bisa dipisahkan dengan teknologi komputer. Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Banyak yang menyebutkan bahwa kehadiran komputer sebagai sebuah perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagai perwujudan dari revolusi industri yang kedua. Keduanya merubah pola hidup dan cara berpikir masyarakat secara bertahap namun menyeluruh. Tentu saja bila dibandingkan dengan revolusi industri pertama yang terjadi pada abad ke 19, penyebaran revolusi komputerisasi jauh lebih cepat, bahkan terlihat seperti berkembang secara bersamaan. Seni Digital Perkembangan seni selalu terkait erat dengan kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat. Seni kontemporer tumbuh dan berkembang dengan mengadaptasi faham postmodern yang berlangsung hingga kini, hal tersebutlah yang memungkinkan terbukanya peluang bagi media digital untuk dieksplorasi dalam ranah seni rupa, hal yang tak mungkin terjadi pada masa seni rupa modern. Pada akhir tahun 1950-an, banyak para seniman, kritikus dan para tokoh mazhab Frankfurt seperti Adorno dan Walter Benjamin yang menganggap bahwa seni modern tak bisa dipertahankan, mereka berpendapat bahwa modenisme secara estetis telah mandul dan secara politis adalah sebuah kompromi, hingga akhirnya perubahan pun terjadi. Perubahan kebudayaan ke postmodern memberikan dampak yang cukup signifikan bagi seni rupa, sebuah pandangan yang membawa seni tak hanya dapat berkembang di dalam wilayah seni itu
115
sendiri, seni haruslah merepresentasikan apa yang ada dalam masyarakat. Ini yang kemudian menjadi revolusi dalam dunia seni rupa. Dapat dikatakan perkembangan seni digital sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi komputer itu sendiri. Perkembangan teknologi digital berdampak dalam aktifitas berkesenian yang telah berjalan cukup lama seperti melukis, cetak grafis dan mematung, bahkan memunculkan gerakan seni baru seperti digital instalation art, web art, virtual reality dan lain sebagainya. Caraberkarya secara konvensional pun sedikit banyak mengalami perubahan, seperti munculnya teknik melukis secara digital, teknik cetak digital dan lain sebagainya. Seni digital, dikenal juga dengan istilah seni komputer (computer art) atau seni multimedia (multimedia art). Pada medio 1950-an, diduga merupakan awal mula para seniman dan desainer menggunakan perangkat mekanik dan komputer analog sebagai cikal bakal digunakannya teknologi digital.Beberapa seniman dan desainer yang berupaya untuk bereksperimen dengan perangkat elektronik ini, salah satu karya awal dalam penggunan media elektronik yang menjadi koleksi Victoria and Albert Museum (V&A) adalah karya Ben Laposky pada tahun 1952 yang berjudul 'Oscillon 40' yang menggunakan osiloskop untuk memanipulasi gelombang elektronik yang muncul di layar neon kecil. Sebuah osiloskop adalah perangkat untuk menampilkan bentuk gelombang sinyal listrik, yang biasa digunakan sebagai pengujian listrik. Gelombang ini tak pernah berhenti dan selalu bergerak pada gambaran layar, melalui fotografi Laposky mampu menangkap momen singkat tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah objek karya seni.
Gambar 1Oscillon 40, Ben Laposky, 1952 Sumber : http://www.vam.ac.uk/content/articles/a/computer-art-history/, 14 Agustus 2014, 15:45 Pada tahun 1960-an, penggunaan komputer sebagai media berkesenian semakin banyak digunakan. Sebagian besar karya yang berkembang pada periode ini berbentuk komposisi geometris, keterbatasan hasil dari perangkat komputer memungkinkannya terbentuk komposisi ini, selain itu, pengaruh seni modern masih sangat kuat dalam membentuk karakter berkesenian pada periode transisi ini, sehingga beberapa praktisi awal sengaja menghindari objek yang dikenali dalam rangka untuk berkonsentrasi pada bentuk visual murni. Ditengah perkembangan seni komputer, pada periode ini perkembangan seni digital juga diwarnai dengan hadirnya seni video (video art). Membicarakan seni video tidak lepas dari bagaimana perkembangan media massa pada era tahun 1960-an, khususnya televisi. Menurut para seniman video, televisi terkesan menyeragamkan selera masyarakat ke dalam satu golongan yang cenderung takmemberikan muatan apaapa, sehingga imajinasi dan pemikiran menjadi tidak kreatif dan tumpul. Para seniman ini
116
menyebut televisi sebagai ―Kotak Pembodohan‖ (Idiot Box). Untuk melakukan perlawanan dari gejala tersebut para seniman pun melakukan suatu pergerakan. Di saat yang sama, tepatnya pada tahun1965, ditemukanlah portable video camera yang praktis untuk dibawa kemana-mana.Dengan adanya kamera ini, setiap orang dapat menjadi sutradara, kameraman, dan aktor sekaligus penonton. Media ini menawarkan persepsi yang baru dalam kesenian, maka tak jarang video dianggap sebagai gelombang baru (the new wave) dalam seni.Tokoh-tokoh seperti Nam Jum Paik, Richard Sierra, dan Joan Jonas adalah generasi pertama perupa yang menggunakan video sebagai bahasa rupa. Kehadiran Apple dan Microsoft di akhir tahun 1970-an memberikan dampak yang cukup signifikan dengan munculnya personal computer (PC) dari kedua perusahaan tersebut. PC menghadirkan sistem operasional yang lebihmudah digunakan dibandingkan dengan komputer sebelumnya yang cenderung rumit. Seni Digital di Indonesia "..Can and/or should we view the practice of video art in Indonesia according to the first world's understanding and art historical catagories which view it a as collaboration between art and technology?" -Agung Hujatnikajennong Berbicara tentang perkembangan seni digital di Indonesia, secara tak langsung kita membahas tentang praktik seni video dan fotografi, bukan mengabaikan perkembangan dengan menggunakan medium lainnya, namun perkembangan dua medium tersebut terbilang paling vokal dibandingkan medium lainnya, baik secara eksekusi karya maupun wacana yang berkembang. Penggunaan medium digital atau komputer sebagai media berkesenian telah dimulai sejak periode 1980-an. Berdasarkan catatan Sanento Yuliman dalam kumpulan artikelnya pada buku Dua Seni Rupa, seni komputer mulai marak digunakan sejak awal September 1986, tepatnya ketika Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Pusilkom-UI) bekerja sama dengan majalah Aku Tahu menyelenggarakan lomba lukis komputer. Walaupun tak banyak kalangan seni berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini, namun ini merupakan awal integrasi antara seni dan teknologi digital di Indonesia. Hal ini berlanjut pada Festival Komputer dan Seni Grafis yang menggelar pameran hasil babak penyisihan lomba lukis tersebut dan juga hasil karya dari Djoni Djuhari dan Boedhihartono di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Festival ini mampu menarik perhatian para pelaku seni. Dalam festival ini terlihat bagaimana kecenderungan dan perkembangan awal dari seni digital di Indonesia. Pemandangan merupakan objek yang digunakan oleh mayoritas para peserta lomba lukis komputer ini, tarikan garis sederhana dan pewarnaan yang rata pun mendominasi visual yang dihadirkan. Berbeda dengan para peserta lomba, karya yang dihasilkan oleh Djoni Djuhari dan Boedhihartono, kompleksitas garis dan warna terlihat lebih matang, seperti tampilan pada cat atau pastel. Dan yang menjadi ciri khas dalam pameran ini ialah tampilan pixel yang terlihat kuat, sehingga tampilan garis diagonal terlihat bergerigi. Hal ini dikarenakan mayoritas para seniman menggunakan perangkat lunak komputer yang masih dasar dan sederhana. Jika menggunakan perangkat yang lebih maju saat itu, tampilan garis dan perpindahan warna bisa ditampilkan dengan lebih halus. Memasuki periode tahun 1980-an muncullah nama Krisna Murti yang menjadi salah satu pelopor dalam penggunaan media baru dalam berkesenian, khususnya media-media yang berbasis elektronik.Pameran seni videonya di Galeri R-66 Bandung tahun 1993 dengan karya yang berjudul “12 Jam dalam Kehidupan Penari Agung Rai”,menjadi sebuah penanda pertumbuhan seni media baru di Indonesia. Dapat dikatakan ini merupakan bentuk perlawanan Krisna terhadap budaya televisi saat itu.
117
Perkembangan seni digital, khususnya seni video pada tahun 2000 menjadi perbincangan hangat di kalangan praktisi seni. Diselenggarakannya OK Video : Internasional Video Art Festival yang pertama di tahun 2003, menggambarkan besarnya animo para seniman muda untuk mengeksplorasi dengan media video. Kegiatan yang diadakan oleh Ruangrupa ini merupakan even internasional pertama yang memfokuskan penggunaan media video secara khusus dalam berkesenian, dan bahkan masih menjadi satu-satunya yang diselenggarakan secara rutin setiap dua tahun sekali. Sejak tahun 2000 hingga kini banyak bermunculan para seniman muda yang intens berkarya dengan mengeksplorasi medium video. Nama-nama sepertiHafiz, Anggun Priambodo, Muhammad Akbar, Yusuf Ismail, dan Adel Pasha adalah beberapa nama yang terbilang cukup eksis berkesenian dengan medium video.Penulis akan membahas satu karya dari Yusuf Ismail yang terbilang cukup fenomenal pada saat itu. Jika menilik karya Yusuf Ismail, terlihat bagaimana ia menggambarkan dalam karyanya bahwa budaya instan telah mendarah daging dalam masyarakat kita. Dalam karyanya yang berjudul ―Ketik Reg Spasi Bla Bla Bla”, Yusuf menggambarkan visualisasi layaknya sebuah iklan sebuah sms premiumyang menawarkan sebuah solusi atau cara untuk mendapatkan kesuksesan, iklan sms premium pada saat itu sedang booming di seluruh media massa, khususnya layar kaca, ini yang kemudian menginspirasi Yusuf untuk menghadirkan fenomena yang sedang berlangsung di dalam masyarakat. Tak hanya itu, Yusuf pun memasukkan konten yang berhubungan dengan kondisi dunia seni rupa Indonesia, dengan menggunakan praktisi-praktisi seni yang cukup dikenal. Karya ini secara tak langsung mengkritisi tentang kehidupan dan cara pandang masyarakat yang telah menjadi karakter dan terbawa ke dalam seluruh aspek kehidupan tak terkecuali dunia seni rupa. Untuk menghadirkan kesan yang serupa dari iklan yang akan diparodikan dari televisi, pemilihan medium video merupakan eksekusi yang maksimal, karena dengan menggunakan video, sensasi yang diharapkan bisa sampai ke apresiator dengan karakter visual dan audio yang dapat dihadirkan.
Gambar 2“Ketik Reg Spasi Bla Bla Bla” series, Yusuf Ismail, 2008 Sumber : http://fluxcup.blogspot.com/2010/05/type-reg-space-blablabla.html, 19 Agustus 2014, 12:23 Kesimpulan Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa kehidupan masyarakat postmodern yang selalu berkutat dengan teknologi digital menjadikan intimasi bagi para individu saat ini, seni hadir untuk membahasakan bagaimana menggabarkan situasi yang berlangsung sekarang ini dengan menggunakan cara pendekatan, komunikasi dan bahasa yang sama agar mampu diapresiasi dengan lebih mudah. Tak mengherankan jika kemudian media ini tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat dan bermunculan
118
para seniman baru yang intens untuk menggali dan mengeksplorasi dengan sarana digital sebgai medium berkesenian. Seni digital hadir untuk melengkapi bagian-bagian yang sebelumnya tak mampu dicapai dengan menggunakan media konvensional. Bukan berarti menggantikan, namun memberikan suatu alternatif baru yangmampu memaksimalkan proses berkarya dari seorang seniman, seperti kualitas detail yang mampu ditangkap secara cepat lewat media fotografi dan juga menghadirkan gerak dan suara melalui media video. Di Indonesia sendiri perkembangan seni digital khususnya video dan fotografi diserap dengan sangat baik, terlebih di kalangan seniman muda. Tentu permasalahan yang ada di Indonesia ini tak kan sama dengan permasalahan yang ada di luar negeri ini. Walau dalam cangkang dan isu sentral yang sama, namun selalu ada karakter atau isu khusus yang hanya terjadi di negeri ini. Sebuah karakter khusus yang menjadi penanda tentang identitas, tinggal bagaimana para seniman mengeksekusi pemikiran tentang isuisu khas tersebut ke dalam tampilan yang tepatdan mampu diolah dengan pandangan personal yang kuat, dan sejauh ini, mereka yang cukup intens berkarya seni mampu melakukan tantangan tersebut.
Daftar Pustaka Buku : 1. Ali, M., 2011, Estetika, Pengantar Filsafat Seni, Sanggar Luxor, Tangerang 2. Rachmansjah, D., 2000, Media Digital; Beberapa Catatan Tentang Medium Komunikasi Visual Dalam Milenium Baru, Refleksi Seni Rupa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 3. Sumardjo, J., 2000, Filsafat Seni, Penerbit ITB, Bandung 4. Yuliman, S., 2001, Dua Seni Rupa, Yayasan Kalam, Jakarta Website : 1. 2. 3. 4.
http://fluxcup.blogspot.com/ http://indoartnow.com/ http://www.oxforddictionaries.com/ http://www.vam.ac.uk/
119
Pengunci Ketinggian Pada QuadCopter Berbasis Kontroler PID Menggunakan Sensor Ultrasonik 1
2
3
Henri Irawan , Yohanes Gunawan Yusuf ,Hendi Wicaksono Electrical Engineering Dept. Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya, 1 2 3 [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Pada beberapa tahun belakangan ini QuadCopter merupakan robot udara tanpa awak yang dapat dikontrol dari jarak jauh yang sangat banyak mendapatkan perhatian untuk dikembangkan.Salah satu kelebihan QuadCopter dibandingkan robot udara lainnya yaitu kemampuannya untuk melakukan penerbangan dan pendaratan secara tegak lurus/vertikal sehingga tidak membutuhkan ukuran landasan yang besar. Sesuai dengan namanya, QuadCopter merupakan robot udara yang dapat terbang dan bermanuver dengan kombinasi kecepatan dan arah putar keempat motor untuk menggerakkan balingbalingnya. Adapun manuver yang dapat dilakukan oleh QuadCopter adalah roll (pergerakan ke samping kanan-kiri), pitch (pergerakan maju-mundur), dan yaw (pergerakan rotasi).Untuk melakukan manuver tersebut, QuadCopter membutuhkan suatu kontroler yang mampu mengatur perilaku ke empat motor tersebut. Kontroler KK2.0, merupakan kontroler yang terkenal karena kemampuannya dalam mempermudah pengontrolan QuadCopter dengan harga yang relatif terjangkau. Kontroler ini juga dilengkapi dengan Attitude Lock, yaitu kemampuan QuadCopter untuk kembali ke posisi stabil setelah bermanuver.Namun kontroler ini masih belum dilengkapi kemampuan dalam mengunci ketinggian/Altitude Lock yaitu kemampuan QuadCopter untuk mempertahankan ketinggiannya.Dengan menambahkan board Yohe v1.2 yang berisikan pengunci ketinggian berbasis kontroler PID (Proportional-Integral-Derivative) pada kontroler KK2.0 maka QuadCopter mampu untuk mempertahankan ketinggiannya pada tinggi yang diinginkan. Kata kunci: Pengunci Ketinggian, Kontroler PID, QuadCopter, Board YoHe v1.2. 1. Pendahuluan Dalam dunia robotika, terutama untuk keperluan monitoring, penggunaan QuadCoptersangatlah umum dan secara masif digunakan.QuadCopter sendiri merupakan robot udara tanpa awak yang dapat dikendalikan dari jarak jauh.Robot ini memiliki empat baling-baling yang digerakkan oleh ke empat motornya. Kelebihan dari QuadCopter adalah dapat terbang dan mendarat secara tegak lurus/vertikal sehingga tidak memerlukan landasan yang besar (Bouabdallah, Murrieri, & Siegwart, 2004). QuadCopteratau Quadrotor dapat diklasifikasikanke dalam Unmanned Aerial Vehicle (UAV) karena tidak perlu membawa pengendara yang menerbangkannya (Salih & Moghavvemi, 2010). UAV ini mempunyai manuver berupa roll (kanan-kiri), pitch (majumundur), dan yaw (rotasi pada sumbu vertikal).Roll dapat dilakukan dengan cara mempercepat putaran kedua motor sebelah kanan untuk bergerak ke kiri, atau mempercepat putaran kedua motor sebelah kiri untuk bergerak ke kanan. Pitch dapat dilakukan dengan cara mempercepat putaran kedua motor sebelah belakang untuk bergerak maju, atau mempercepat putaran kedua motor sebelah depan untuk bergerak mundur. Yaw dapat dilakukan dengan cara mempercepat putaran motor sebelah kanan depan dan sebelah kiri belakang untuk berotasi ke kanan, atau mempercepat putaran motor sebelah kiri depan dan kanan belakang untuk berotasi ke kiri (Salih & Moghavvemi, 2010). Kontroler KK2.0 merupakan kontroler terbang yang terkenal karena harga yang terjangkau namun kemampuannya cukup memuaskan. Kontroler ini memproses sinyal input aileron(roll/kanan-kiri), elevator(pitch/maju-mundur), rudder(yaw/rotasi), dan throttle(naik-turun) dari receiver untuk menggerakan ke empat motorQuadCopter. KK2.0 telah dilengkapi kemampuan Attitude Lock (mengembalikan QuadCopter ke posisi stabil
120
setelah bermanuver), namun masih belum dilengkapi kemampuan pengunci ketinggian/Altitude Lock(mempertahankan ketinggian QuadCopter pada tinggi tertentu) Paper ini akan menyajikan kemampuan mengunci ketinggian/Altitude Lock berbasiskan kontroler PID(Proportional-Integral-Detivative) menggunakan sensor ultrasonik SRF05 untuk mengukur ketinggiannya. Program pengunci ketinggian akan dimasukkan dalam board YoHe v1.2 yang berfungsi untuk mengendalikan sinyal throttle dari receiver sebelum diteruskan ke kontroler KK2.0. Adapun paper ini terdiri dari 4 bagian bahasan, antara lain struktur QuadCopter, desain kontroler PID, analisa performa kontroler PID, dan simpulan 3. Desain Kontroler PID Desain kontroler PID akan diprogramkan ke dalam board YoHe v1.2 dimana memakai ATMega2560 yang dapat menyimpan program hingga 256 MB. Program kontroler PID ini akan dibuat hingga dalam menentukan hasil kontrol throttle QuadCopter yang terbaik dalam mempertahankan ketinggian hanya perlu mengatur nilai dari KP(Konstanta Proportional), KI(Konstanta Integral), dan KD(Konstanta Derivative). Urutan jalannya sistem pengunci ketinggian/Altitude Lock adalah seperti berikut ini. (1) Ketika switch Gear pada transmitter dinyalakan, maka receiver akan menerima sinyal dari transmitter dan mengirimkan outputnya yang menjadi input bagi board YoHe v1.2, (2) Ketika board YoHe menerima input bahwa switch gear telah diaktifkan, sensor ultrasonik akan mengambil nilai ketinggian QuadCopter dan menyimpannya menjadi nilai set poin, (4) Setelah itu sensor ultrasonik akan mengambil kembali nilai ketinggian saat ini, nilai ketinggian set poin dikurangkan dengan nilai ketinggian saat ini untuk mendapatkan nilai error, (5) nilai dari error tersebut diproses secara PID untuk mendapatkan sinyal kontrol, (6) nilai sinyal kontrol ditambahkan pada nilai throttle terakhir sehingga didaptkan nilai throttle yang baru, (7) nilai throttle yang baru dikirimkan ke KK2.0 untuk mengendalikan kecepatan motor brushless. Diagram blok kontroler PIDdapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 18.Diagram Blok Kontroler PID Ketinggian awal QuadCopter yang telah didapat sensor ultrasonik dan disimpan menjadi set poin di board YoHe v1.2 dikurangkan dengan ketinggian saat ini yang didapat oleh sensor ultrasonik. Error yang diperoleh dari hasil pengurangan menjadi input bagi kontroler PID. Pertama, nilai error tersebut dikalikan dengan KP untuk mendapatkan output kontroler P(Proportional). Fungsi dari KP ini adalah sebagai gain/pengali agar nilai dari output (dalam hal ini adalah ketinggian QuadCopter saat ini) dengan cepat dapat mencapai nilai ketinggian set poin. Kekurangan kontroler ini adalah menyebabkan overshoot dan juga osilasi pada sistem apabila nilai KP terlalu besar, namun apabila nilai KP terlalu kecil maka respon dari sistem untuk mencapai set poin juga melambat. Kekurangan lainnya, kontroler ini dapat menyebabkan steady state error karena apabila error menjadi nol maka aksi kontrol ini juga menjadi nol/tidak ada input ke sistem. Kontroler P (Proportional) dapat dirumuskan sebagai berikut :
121
P = KP X Kerr; Dimana, Kerr = Set poin – Poin saat ini
Untuk menghilangkan steady state error tersebut dibutuhkan komponen tambahan yaitu komponen I (Integral) yang merupakan total dari nilai error sebelumnya. Komponen ini dapat menghasilkan sinyal kontrol pada saat errorsama dengan nol. Nilai KI yang tinggi dapat mempercepat hilangnya steady state error dan mempercepat rise time, namun apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan osilasi. Kontroler I (Integral) dapat dirumuskan sebagai berikut : I = KI X Ierr; Dimana, Ierr = Ierr sebelumnya + Kerr Untuk mengurangi osilasi yang ada pada sistem, dibutuhkan komponen berikutnya yaitu komponen D (Derivative). Komponen ini dapat menghasilkan efek pengereman saat nilai yang terukur akan mencapai set poin sehingga dapat mengurangi overshoot dan meningkatkan kecepatan respon. Komponen ini hanya berfungsi saat ada perubahan error, sehingga apabila error statis maka komponen D (Derivative) tidak beraksi, maka dari itu komponen ini tidak bisa digunakan sendiri. Kontroler D (Derivative) dapat dirumuskan sebagai berikut: D = KD X Derr; Dimana, Derr = Kerr – Kerr sebelumnya Adapun pengaturan nilai dari KP, KI, dan KD pada paper ini dilakukan bertahap dengan urutan kerja menggunakan kontroler P, PI, lalu PID seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil dari masing-masing kontroler akan disajikan dalam bentuk grafik proses perubahan ketinggian QuadCopter terhadap setpoin sehingga mudah untuk dibandingkan. Hal ini dilakukan karena respon dari QuadCopter sangat cepat, sehingga bisa jadi tidak perlu PID, P atau PI saja cukup untuk mengontrol throttle sehingga ketinggian QuadCopter dapat cepat mencapai range ketinggian set poin.
Gambar 5. Bagan Urutan Kerja Kontroler 4. Analisa Performa Kontroler PID Untuk mendapatkan performa yang terbaik dari kontroler PID, pemilihan nilai KP, KI, dan KD harus tepat.Masalah utama apabila pemillihan nilai parameter tersebut tidak tepat adalah osilasi dan ketidakstabilan dari respon.
122
Penggunaan penguat KP pada QuadCopter memiliki perbedaan yang tidak didapati pada sistem otomasi pada umumnya dimana untuk QuadCopter dapat menaikkan ketinggiannya dibutuhkan nilai throttle yang besar karena melawan gaya gravitasi. Namun dalam menurunkan ketinggian QuadCopter, throttle hanya perlu dikurangi sedikit karena telah dibantu gaya gravitasi. Hal tersebut menyebabkan penguat KP yang digunakan ketika QuadCopter di atas set poin dan ketika di bawah set poin tidak bisa sama. Di bawah ini merupakan hasil pengukuran menggunakan kontroler P
Gambar 6.Grafik Ketinggian Nilai KP naik 2, 2.5, dan 3 dengan KP turun 0 Dari Gambar 6 tersebut dapat dilihat bahwa pada KP naik = 2 dan KP turun = 0, respon naik QuadCopter untuk mencapai set poin masih kurang. Sedangkan dengan KP naik = 2.5 dan KP turun = 0, QuadCopter berhasil naik cepat mencapai set poin. Dengan KP naik = 3 dan KP turun = 0, ternyata respon naik QuadCoptertidak sebaik KP naik = 2.5 dan KP turun = 0, sehingga dengan demikian nilai KP naik yang digunakan adalah 2.5
Gambar 7.Grafik Ketinggian Nilai KP naik 2.5 dengan KP turun 1, 1.5, dan 2
123
Dengan menambahkan nilai KP turun maka masalah gravitasi dapat diatasi dan penurunan ketinggian QuadCopter menuju set poin tidak terlalu drastis sehingga KP naik dapat segera mengatasinya tanpa harus turun terlalu jauh dari set poin. Dari Gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa nilai KP turun yang terbaik adalah 1.5 dimana osilasi yang dihasilkan ± 10 cm dari set poin. 5. Kesimpulan Melalui pengaturan nilai KP naik dan KP turun pada kontroler PID di atas, maka sistem pengunci ketinggian / Altitude Lock pada QuadCopter memakai sensor ultrasonik melalui pengamatan secara visual dapat menjaga ketinggiannya disekitar nilai set poin ketinggian yang tersimpan ketika pengunci ketinggian / Altitude Lock dinyalakan. Daftar Pustaka 1. Bouabdallah, S., Murrieri, P., & Siegwart, R. (2004). Design and control of an indoor micro quadrotor. IEEE International Conference on Robotics and Automation, 2004. Proceedings. ICRA ‟04. 2004, 4393–4398 Vol.5. doi:10.1109/ROBOT.2004.1302409 2. Dadone, P., Vanlandingham, H. F., Baumann, W. T., & Sarin, S. C. (2001). Design Optimization of Fuzzy Logic Systems. Virginia Polytechnic Institute and State University. 3. Salih, A., & Moghavvemi, M. (2010). Flight PID controller design for a UAV quadrotor. … Research and Essays, 5(23), 3660–3667. Retrieved from http://www.researchgate.net/publication/230633819_Flight_PID_Controller_Design_f or_a_UAV_Quadrotor/file/d912f511361f422fdd.pdf
124
Pengenalan Tanda Tangan Secara Real Time Menggunakan Metode Dominant Point Dan Fine Classification 1
Fitri Damayanti , Wahyudi Setiawan
2
1
D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang, PO BOX 2, Kamal, Bangkalan – 69162, [email protected] 2 D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang, PO BOX 2, Kamal, Bangkalan – 69162, [email protected] ABSTRAK Tanda tangan merupakan suatu skema untuk memvalidasi suatu transaksi maupun proses tertentu yang bersifat personal dan sudah umum digunakan. Dahulu sistem validasi atau proses pengenalan terhadap tanda tangan seseorang mungkin hanya dilakukan dengan proses pemantauan secara langsung dengan menggunakan mata telanjang. Dengan semakin majunya teknologi serta ilmu pengetahuan yang mendukungnya, maka sangat dimungkinkan untuk mengenali suatu tanda tangan secara komputerisasi. Pada penelitian ini dibangun sistem pengenalan tanda tangan secara real time dimana proses ekstraksi ciri menggunakan metode Dominant Point untuk mendapatkan ciri pada setiap karakter masukan. Dalam metode ini, sistem akan membaca arah goresan pena yang didasarkan pada kumpulan titik-titik. Pada proses klasifikasai serta pengenalan karakter menggunakan metode Fine Classification. Pada proses ini, pengenalan dilakukan dengan tiga tahap yaitu penilaian prakandidat, menyeleksi kandidat, lalu pencocokan karakter. Dari uji coba yang dilakukan pada sistem, hasil untuk pengenalan citra tanda tangan diperoleh dengan jumlah data pelatihan sebanyak 180 citra, dengan hasil akurasi sistem yang didapatkan sebesar 81 %. Kata kunci: Dominant Point, Fine Classification, Tanda Tangan, Real Time
1.
Pendahuluan
Pengenalan pola masih menjadi kajian yang menarik bagi para peneliti, termasuk penelitian tentang pengenalan pola tanda tangan. Di perkantoran maupun industri, sidik jari, pola geometri telapak tangan, suara ataupun wajah digunakan sebagai mesin absensi. Di dunia perbankan, untuk melakukan transaksi keuangan digunakan tanda tangan sebagai alat validasi. Di dunia kedokteran, iris mata digunakan untuk identifikasi adanya faal pada organ tubuh, pupil mata untuk untuk identifikasi tingkat kelelahan seseorang. Sistem identifikasi tulisan tangan secara otomatis telah digunakan di industri perbankan untuk mengurutkan cek, pelayanan kantor pos untuk mengurutkan surat. Pemilihan topik penelitian ini berdasarkan pengamatan pada beberapa proses yang membutuhkan tanda tangan untuk dijadikan sebagai bukti autentifikasi dari seseorang. Pada proses tersebut, pengecekan tanda tangan dilakukan secara manual, dimana proses pengecekan ini hanya melihat kemiripan tanda tangan sekarang dengan tanda tangan sebelumnya. Achmad Fauzi Arief pada tahun 2009 yang berjudul ―Perangkat Lunak Pengkonversi Teks Tulisan Tangan Menjadi Teks Digital‖ ( Fauzi, 2009). Pada penelitian tersebut dibuat suatu perangkat lunak yang dapat mengolah teks tulisan tangan menjadi
125
teks digital. Dalam proses pembuatan perangkat lunak tersebut dibuat menggunakan teks tulisan tangan sebagai citra masukan. Data tersebut diproses dan diwujudkan dalam pengolahan citra dengan proses segmentasi menggunakan Thresholding, kemudian hasil dari pengolahan citra dimasukan sebagai masukan unit pada jaringan syaraf tiruan Standart Backpropagation yang berfungsi sebagai pengambil keputusan dengan tujuan mengenali teks tulisan tangan tersebut dan selanjutnya diwujudkan dalam bentuk teks digital dalam sistem komputer berkode ASCII. Chandra Setia Rini tahun 2007 berjudul ―Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Metode Dominant Point‖ (Rini, 2007). Penelitian tersebut membahas tentang penggunaan ekstraksi ciri menggunakan Dominant Point. Pada penelitian tersebut proses pengenalan tulisan tangan dilakukan secara real time dari segi akurasi dan waktu pelatihan. Felicia Soedjianto, Lukas Dwi Kristianto, Rudy Adipranata pada tahun 2010 yang berjudul ―Signature Recognition with Dominant Point Method‖ (Soedjianto, 2010). Pada sistem pengenalan tanda tangan ini menggunakan metode titik dominan (Dominant Point). Dengan Dominant Point, keberhasilan pengenalan tergantung pada arah bergerak ketika menulis tanda tangan. Pada penelitian ini dibangun sistem pengenalan tanda tangan secara real time yaitu proses ekstraksi ciri menggunakan metode Dominant Point untuk mendapatkan ciri dari tiap karakter masukan. Metode ini pada dasarnya sistem akan membaca arah goresan pena yang didasarkan pada titik-titik local extrema kurva atau Dominant Point. Metode yang digunakan untuk klasifikasi juga merupakan faktor yang penting untuk memperoleh tingkat akurasi yang baik. Adapun pada proses klasifikasi serta pengenalan karakter menggunakan Fine Classification. Pada proses ini, pengenalan dilakukan dengan tiga tahap yaitu penilaian pra kandidat, menyeleksi kandidat, lalu pencocokan karakter. Proses inilah yang membuat sistem dengan cepat melakukan pengenalan.
2. Pembahasan Dominant Point Dominant Point adalah titik awal dan titik akhir stroke, local extrema, dan titik tengah yang menghubungkan kedua jenis titik tersebut secara yang berurutan [6] seperti ditunjukkan Gambar 1. Untuk mendapatkan titik awal dan titik akhir dari stroke yaitu dengan mengakses array pada indeks yang paling awal dan indeks paling akhir. Konteks kurva dala hal ini adalah fungsi f(x) (Putra, 2009). Jika ada fungsi f(x) dan f ' ( 1) = 0, dimana 1 adalah angka yang terletak dalam domain dari f, maka 1 disebut angka kritis dari fungsi f. dan titik ( 1,f( 1)) disebut titik kritis dari fungsi f(x).
Gambar 1. Contoh Dominant Point Start Area dan End Area Proses start area dan end area merupakan proses untuk menentukan titik awal dan titik akhir stroke. Karena proses yang dilakukan secara Real time, maka pengecekan yang dilakukan dua kali pada setiap stroke. Pengecekan dilakukan secara vertikal dan horizontal. Pada posisi vertikal, yang dilihat berdasarkan nilai titik awal dan akhir pada sumbu Y. Sedangkan pada posisi horizontal dilihat berdasarkan nilai titik awal dan akhir yang terletak pada sumbu X.
126
Karena pada tahap klasifikasi juga menggunakan nilai yang diperoleh dari start area dan end area pada setiap stroke, maka proses harus diseragamkan. Seperti pada Gambar 2. Pembagian area ini digunakan untuk membagi area sama antara vertikal maupun horizontal. Pembagian vertical area gambar yang telah dituliskan oleh pengguna dilakukan dengan membagi tinggi menjadi lima bagian. Karena tinggi dan lebar canvas adalah 100x100 pixel, maka tiap area (lebar dan tinggi) adalah 20 pixel (Li, 1996).
Gambar 2. Pembagian area Direction Primitive Direction Primitive digunakan untuk mengkonversi arah gerak ke dalam kode. Seperti ditunjukkan Gambar 3. ada delapan macam arah gerak, yaitu E, SE, S, SW, W, NW, N, NE. Arah ini akan memberi kode pada nomor 0 sampai 7. Cara bacanya sesuai dengan arah jarum jam. Setelah mengikuti arah pada kode rantai (chain code), maka akan diperoleh chain code untuk setiap stroke seperti ditunjukkan Gambar 3.
Gambar3. Contoh Direction Code Generate Chain Code Proses ini merupakan proses pencarian titik-titik Dominant Point dari tiap-tiap karakter. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mencari arah gerakan pena dari semua titik dalam karakter. Kemudian dilakukan tiga langkah selanjutnya yaitu penghalusan, pemampatan dan Dominant Point. Seperti ditunjukkan Gambar 4. jika ada fungsi f(x) dan f‟(x1)= 0, dimana 1 adalah angka yang terletak dalam domain dari f, maka 1 disebut angka kritis dari fungsi f. dan titik (x1, f(x1))disebut titik kritis dari fungsi f(x) (Sezgin, 1998). Keterangan: x : angka yang terletak dalam domain dari f x1 : disebut angka kritis dari fungsi f f(x1) : fungsi dari angka yang akan diobservasi (x1, f(x1)) : titik kritis dari fungsi f Oleh karena itu, titik tersebut dapat dikatakan local maximum jika terjadi perubahan fungsi dari increasing ke decreasing, dan dapat dikatakan local minimum jika terjadi perubahan fungsi dari decreasing ke increasing. Local maximum dan local minimum akan memiliki extreme value (nilai ekstrim) saja dalam beberapa interval fungsi domain.
127
Gambar 4. Local Maximum dan Minimum Extreme Cara lain yaitu nilai global maximum akan menjadi yang terbesar dari semua fungsi domain dan nilai global minimum akan menjadi nilai terkecil untuk semua fungsi domain. Setelah Dominant Point dari local extrema diperoleh, maka ditambahkan dengan titik awal dan titik akhir. Kemudian menentukan tipe Dominant Point yang ketiga yaitu titik tengah yang menghubungkan Dominant Point yang berupa titik awal dan titik akhir dengan Dominant Point yang merupakan local extrema yang berurutan. Klasifikasi Seleksi Kandidat Proses seleksi kandidat bertujuan agar pada tahap klasifikasi tidah membutuhkan waktu yang terlalu lama. Karena pemeriksaan kemiripan pada tahap Fine classification lebih mendetail, sedangkan pada tahap seleksi kandidat pemerikasaan bersifat lebih sederhana. Caranya adalah dengan memberi skor pada prekandidat yang telah ditentukan. Kriteria penilaian prekandidat adalah dengan menggunakan jumlah stroke, start dan end Area. Hasil dari semua skor yang didapat kemudian dilakukan rata-rata. Prekandidat yang memiliki skor yang lebih tinggi dari batas yang telah ditentukan adalah kandidat terbaik yang kemudian akan dimunculkan sebagai hasil pengenalan terbaik. Jika kode area tepat sesuai dengan kode yang diinginkan, maka skornya adalah 100. Namun, jika areanya bergeser ke area disebalahnya, maka skor yang diberikan adalah 50. Jika areanya melenceng jauh, maka skor yang diberikan adalah 0. Masing-masing skor untuk kode area akan dilakukan rata-rata sesuai dengan jumlah stroke (Latifah, 2012). Fine Classification Pada proses Fine classification akan menghitung skor dari semua kandidat. Kandidat yang memiliki skor paling tinggi akan menjadi hasil pengenalan. Pemberian skor akan dilakukan untuk setiap stroke. Kandidat yang kodenya lebih mirip dengan kode, akan mendapatkan skor yang lebih besar. Hal ini dikarenakan proses ini melibatkan arah gerak, maka skor yang diberikan bergantung pada kode/ arah geraknya. Perancangan Sistem Dalam penelitian ini dibangun sistem pengenalan dengan ekstraksi fitur tekstur menggunakan metode Dominant Point dengan proses pencocokan menggunakan metode Fine Classification. Pada dasarnya sistem ini terbagi menjadi 2 sub, yaitu proses pelatihan (data training) dan proses pengujian (data testing). Proses pertama dilakukan adalah pengambilan data dengan menggunakan media yang telah dirancang dalam sistem dengan bantuan mouse pen. Data masukan berupa tanda tangan real time menggunakan goresan dari mouse pen. Citra yang diperoleh dari perangkat masukan tersebut kemudian melalui tahapan preprosessing yaitu normalisasi dan pengecekan area, kemudian melalui tahapan Ekstraksi Fitur untuk mendapatkan kode stroke dari citra masukan. Pada proses ini menggunakan Dominant Point. Klasifikasi hasil dari data matrik kemudian diklasifikasikan menggunakan Fine
128
Classification. Hasil dari proses sistem ini tanda tangan yang dimasukkan oleh pengguna, dikenali oleh sistem atau tidak. Proses-proses tersebut dilakukan baik pada data pelatihan dan data testing maupun pada proses pembuatan database. Kemudian dilakukan proses pencocokan citra antara data testing dengan citra yang ada dalam database menggunakan metode pencarian nilai jarak yaitu Fine Classification Proses ini bertujuan untuk mencari citra yang mirip dengan citra yang tersimpan dalam database. Pada proses Dominant Point, seperti dijelaskan pada Gambar 6, langkah pertama setelah pengguna menggoreskan tanda tangan, kemudian menentukan titik awal dan titik akhir stroke, local extrema, dan titik tengah yang menghubungkan kedua jenis tersebut yang berurutan. Mulai
Menentukan Titik awal dan titik akhir
Menentukan Local Extrema
Menentukan titik tengah
Dominant Point
Selesai
Gambar 6. Flowchart Umum Dominant Point Pada proses klasifikasi, data yang dimasukkan terlebih dahulu melalui tahap ekstraksi fitur, kemudian diproses candidate selection. Pada proses ini, nilai yang didapat disimpan untuk kemudian di skorkan untuk proses klasifikasi seperti pada Gambar7. Hasil akhir dari proses klasifikasi adalah tanda tangan yang dimasukkan oleh pengguna, dikenali atau tidak beserta skor kandidatnya. Mulai
Candidate Selection
Fine Clasification
Hasil dikenali beserta Score
Selesai
Gambar 7. Flowchart Klasifikasi
129
Data Uji Coba Data uji coba merupakan citra tanda tangan dari 60 responden. Masing-masing responden terdiri dari 3 tanda tangan secara Real time, sehingga jumlah data pelatihan sebanyak 180 citra tanda tangan. Contoh citra yang digunakan sebagai data pelatihan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Contoh Data Pelatihan Yang Diambil Dari Responden SkenarioUji Coba Skenario uji coba merupakan perlakuan yang dilakukan untuk melakukan uji coba data testing terhadap data training. Skenario uji coba yang dilakukan sebagai berikut : - Data training diperoleh dari tanda tangan 60 mahasiswa, masing-masing mahasiswa membuat tanda tangan secara real time sebanyak 3 kali. Sehingga total tanda tangan yang diperolah secara real time adalah 180. - Data testing diperoleh dari tanda tangan 60 mahasiswa yang melakukan data training. Masing-masing mahasiswa membuat tanda tangan secara real time sebanyak 1 kali. Sehingga total tanda tangan testing secara real time sebanyak 60. Contoh Hasil Uji Coba Gambar 9 adalah contoh hasil uji coba pada yang dikenali benar (√) . dikenali sebagai
(√)
dikenali sebagai
(√)
Gambar 9. Contoh Hasil Uji Coba yang Dikenali Benar Gambar 10 adalah contoh hasil uji coba pada yang dikenali salah (x).
dikenali sebagai
dikenali sebagai
Gambar 10. Contoh Hasil Uji Coba yang Dikenali Salah
130
( X)
( X)
Analisis Hasil Uji Coba Setelah dilakukan uji coba terhadap pengenalan tanda tangan secara real time dengan beberapa kondisi , diperoleh hasil akurasi kebenaran sebesar 81%. Tanda tangan yang tidak berhasil dikenali disebabkan karena memiliki cara penulisan yang hampir sama. Error yang terjadi disebabkan oleh tanda tangan yang memiliki gaya penulisan mirip dengan jumlah stroke dan kode yang memiliki pola stroke yang sama.
3. Kesimpulan Setelah menyelesaikan perancangan dan pembuatan sistem pada aplikasi Pengenalan Tanda Tangan Secara Real Time Menggunakan Metode Dominant Point dan Fine Classification serta melakukan uji coba dan evaluasi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada sistem pengenalan tanda tangan ini, dapat digunakan untuk mengenali citra tanda tangan dengan nilai akurasi sebesar 81 % menggunakan pengukuran nilai kemiripan Fine Classification. 2. Error yang terjadi disebabkan oleh tulisan yang memiliki gaya penulisan mirip dengan jumlah stroke dan kode yang memiliki pola stroke yang sama. 3. Semakin bagus tanda tangan yang disimpan untuk pelatihan, maka semakin tinggi pula tingkat akurasinya. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dibiayai oleh DIKTI dalam Penelitian Hibah Bersaing BOPTN Universitas Trunojoyo Madura Tahun 2014.
Daftar Pustaka 1. Fauzi, A, ―Perangkat Lunak Pengkonversi Teks Tulisan Tangan Menjadi Teks Digital‖, 2009, Tugas Akhir Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 2. Latifah, C.S, ―Pengenalan Tulisan Tangan Carakan Jawa Secara Real Time Menggunakan Metode Dominant Point‖, 2012, Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Universitas Trunojoyo. 3. Li, X., Yeung, D.Y. 1996. ―On-line Handwritten Alphanumeric Character Recognition Using Dominant Points in Stroke‖. . Diakses Mei 2014. 4. Putra, D, 2009, Sistem Biometrika, Andi Publishing, Yogyakarta. 5. Rini, C.S, ―Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Metode Dominant Point‖, 2007, Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Universitas Trunojoyo. 6. Sezgin, T.M., 1998. ―Feature Point Detection and Curve Approximation for Early Processing of Free-Hand Sketches”,. Diakses April 2014. 7. Soedjianto, F., Kristianto, L.D., dan Adipranata, R., 2010. “Signature Recognition with Dominant Point Method”, . Diakses Mei 2014.
131
SITUS INTERNET SEBAGAI ALTERNATIF AGUNAN KREDIT PADA BANK
NENENG S. WULANDANI Pasca Sarjana Ilmu Hukum UNIVERSITAS PARAHYANGAN, [email protected]
ABSTRAKSI Dalam menjalankan usaha, modal merupakan salah satu faktor produksi dan merupakan penentu dari lancarnya suatu usaha.Pemberian Kredit oleh Bank merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan fasilitas kredit dari Bank pelaku bisnis wajib mempunyai agunan sebagai jaminan dari kreditnya dan Bank wajib memperhatikan jaminan tersebut dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Debitur untuk melunasi kewajibannya perkembangan berkembangnya
sesuai di
dengan
bidang
yang
Teknologi
transaksi-transaksi
diperjanjikan. Informasi,
perdagangan
Dengan mendorong
melalui
pesatnya semakin
internet
yang
diwujudkan dengan maraknya online shop dan maupun situs-situs lain yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Nilai ekonomis yang tinggi terhadap situs internet membuka peluang bagi pelaku bisnis untuk menambah modal mereka dengan menjadikannya sebagai agunan atas kredit Bank. Hak-hak yang dimiliki
132
oleh situs internet itu sendiri memungkinkan bagi Bank untuk dapat mengikatnya sebagai agunan kredit. Lembaga jaminan Fidusia dan cessie dapat digunakan untuk mengikat agunan ini. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, dengan disertai library research dan berbagai literatur yang dijadikan sumbernya. Keyword : Situs Internet, Agunan Kredit, Cessie, Fidusia.
133
1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan dunia yang sangat signifikan saat ini selain ekonomi, dan politik, ternyata yang tidak kalah sangat cepat adalah teknologi informasi. Informasi menjadi orientasi masyarakat, karena meningkatnya aktivitas sosial dan ekonomi dalam masyarakat dunia. Sistem informasi dan Teknologi telah digunakan pada banyak sektor , kehidupan, mulai dari perdagangan/bisnis (electronics commerce e
commerce),
pendidikan (electronic
education), kesehatan (tele
medicine), telekarya, transportasi, industri, pariwisata, lingkungan sampai ke sektor hiburan1. Berkembang secara pesatnya teknologi informasi dalam berbagai sektor tidak dapat kita sangkal merupakan salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak. Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik. Fenomena yang terjadi sejak awal tahun 1990-an hingga saat ini adalah perkembangan internet yang sangat cepat dan tidak dapat diduga, sehingga tidak ada lagi yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah menghilangkan garis-garis batas antar negara, terutama mengenai aliran informasi. Dalam dunia virtual (virtual world) kita tidak mengenal adanya batasan antara satu negara dengan negara yang lain, antara individu yang berada di belahan benua manapun, sehingga tidak ada sesuatu hal yang mampu untuk 1 Suhono Harso Supangkat,Teknologi Informasi dan Ekonomi Digital : Persiapan Regulasi di Indoesia, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2000
134
mencegah mengalirnya informasi ini. Penerapan teknologi seperti Intranet, Internet, Ekstranet, dan lain-lain semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat. Dunia virtual pun saat ini marak menjadi media bagi seseorang untuk mencari pembeli di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas melalui jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan mempergunakan electronic money. Dengan keadaan yang seperti diatas tersebut, maka mulai bermunculan situs-situs online shopping, yang memberikan kemudahan bagi masyarakat yang sibuk dan mencari kepraktisan. Kegiatan berdagang melalui situs internet ini mulai digeluti dengan serius oleh para pelaku bisnis. Dan seperti kita ketahui bahwa bagi para pelaku bisnis, modal merupakan salah satu faktor produksi yang menjadi penunjang kelancaran usaha. Salah satu cara pelaku bisnis untuk memperoleh modal usaha, lazim dilakukan dengan cara pinjaman Bank melalui fasilitas Kredit Modal Kerja, baik itu kriteria skala usaha kecil, usaha menengah maupun usaha besar (corporate). Dengan maraknya bisnis online shopping melalui situs internet, dan situs internet ini sudah established, bukan suatu hal yang tidak mungkin bahwa pelaku bisnis dapat mengagunkan situs internet ini kepada Bank. Permasalahan yang timbul adalah apakah memungkinkan situs internet yang sudah established ini untuk diagunkan kepada Bank, dan apakah memenuhi kriteria sebagai barang yang dapat diagunkan kepada Bank, dan bagaimana pula jenis pengikatan yang dapat dilakukan terhadap jaminan yang berupa situs internet ini. Dengan berdasarkan pada permasalahan tersebut diatas, Penulis sebagai Notaris mencoba untuk menyajikan makalah yang meneliti tentang situs internet sebagai alternatif agunan kredit pada Bank, yang ditinjau dari sudut pandang Hukum Penjaminan dan Hukum Perdata.
135
B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN TUJUAN Dari uraian tersebut diatas, dapatlah kiranya diidentifikasi tentang beberapa permasalahan yaitu : 1. Kriteria apa sajakah agar suatu barang dapat dijadikan agunan pinjaman kredit kepada Bank? 2. Apakah situs internet dapat dijadikan agunan pinjaman kredit kepada Bank? 3. Jenis pengikatan apa yang sesuai dan dapat dilakukan terhadap penjaminan situs internet? Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang : 1. Mengetahui dan memahami tentang kriteria apa saja agar suatu barang dapat dijadikan agunan pinjaman kredit kepada Bank 2. Menganalisa dan memahami tentang situs internet sebagai alternatif agunan pinjaman kredit kepada Bank. 3. Mengetahui dan memahami jenis pengikatan apa yang sesuai dan dapat dilakukan terhadap penjaminan situs internet.
C. METODE PENELITIAN Makalah ini disajikan dengan menggunakan metode penelitian dalam ilmu hukum. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analitis, sedangkan metode pendekatan dilakukan secara yuridis normatif serta tahap penelitian berupa library research.
2. PEMBAHASAN
A. TINJAUAN UMUM TENTANG SITUS INTERNET Situs atau Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya berada didalam World Wide Web (WWW) di Internet.2
2
Apa yang dimaksud dengan web,id.answers .yahoo.com, diunduh terakhir pada tanggal 29 Juni 2014.
136
Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikenal istilah situs yang artinya adalah tempat yang tersedia untuk suatu inkripsi. Agaknya istilah ini masih mengadopsi istilah asing. Saat kita akan membuat suatu situs, maka kita harus melakukan dua
tahap
awal
yaitu
pemilihan
namadomain
dan
pemilihanwebhosting. Nama domain sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik3 Pasal 1 angka 20 bahwa Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat, yangdapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet,yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unikuntuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet. Pemilihan nama domain selayaknya seperti pemilihan alamat dari tempat usaha yang akan kita jalankan. Untuk dapat memiliki nama domain, pelaku bisnis harus menyewa sebuah nama dengan susunan karakter unik yang membuat orang ingin mengunjungi suatu situs. Selanjutnya adalah pemilihan nama webhosting. Web Hosting adalah salah satu bentuk layanan jasa penyewaan tempat di Internet yang memungkinkan perorangan ataupun organisasi menampilkan layanan jasa atau produknya di web / situs Internet4. Web Hosting ini lebih mirip pemilik gedung yang menyewakan tempat usaha kepada para pelaku bisnis.
3
Selanjutnya disebut UUITE Web Hosting, kompas.com, diunduh terakhir pada tanggal 29 Agustus 2014
4
137
B. HUKUM JAMINAN Dalam pemberian kredit oleh Bank, ada beberapa pihak yang terkait, yaitu Kreditor5, Debitur6 dan Penjamin7 (jika ada). Berdasarkan pada Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata8, bahwa jaminan tersebut dibagi kedalam 2 kategori, yaitu:9 1. Jaminan Perseorangan (Persoonlijke zakerheid), Jaminan ini menimbulkan hak-hak perseorangan, sehingga terdapat hubungan hukum secara khusus antara Kreditor (Bank) dengan orang yang menjamin pelunasan Debitur (Penjamin). Jenis-jenis jaminan perseorangan meliputi : a. Jaminan Perseorangan /borgtocht/personal guarantee (jika penjaminnya adalah perseorangan); b. Jaminan
perusahaan/company
guarantee
(jika
penjaminnya adalah perusahaan); c. Bank Garansi (dalam hal penjaminnya adalah bank) 2. Jaminan kebendaaan (zakelijke zekerheid) Jaminan ini merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu, berupa harta kekayaan Debitur atau Penjamin. Pemberian jaminan kebendaan ini memberikan kedudukan preference (yang diutamakan) kepada Kreditor dalam hal Debitur wanprestasi (tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk membayar utang kepada Kreditor). Untuk
dapat
menentukan
bentuk
pengikatan
terhadap
jaminan, dapat dibedakan berdasarkan jenis benda yang dijaminkan : a. Benda tetap (tidak bergerak) adalah merupakan benda yang menurut sifat, tujuan ataupun penetapan undang5 Pengertian Kreditor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang berpiutang atau yang memberikan kredit, penagih. 6 Pengertian Debitur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Orang atau lembaga yang berutang kepada orang atau lembaga lain. 7 Penjamin adalah orang atau lembaga selain Kreditor dan Debitur yang menjamin atas pelunasan utang dari Debitur kepada Kreditor. Keberadaan Penjamin ini tidak selalu ada dalam suatu pemberian kredit. Biasanya Penjamin ada jika agunan bukan milik Debitor atau diperlukan adanya tambahan jaminan berupa janji dari Penjamin untuk melunasi utang Debitur. 8 Selanjutnya disebut KUHPer 9 Irma Devita, Hukum Jaminan Perbankan, Kaifa, Bandung, 2011, Hal. 4
138
undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak, yang diatur dalam Pasal 504 KUHPer. Untuk jenis benda tetap yang dijadikan agunan, diikat dengan Hak Tanggungan, hal ini diatur dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. b. Benda bergerak, adalah merupakan benda yang menurut sifat,
tujuan
maupun
penetapan
undang-undang
dinyatakan sebagai benda bergerak. Untuk jenis agunan benda bergerak ini dapat diikat dengan Fidusia (yang diatur dalam Undang-undang nomor 42 tahun 1999), Gadai (misalnya Gadai atas saham) dan Cessie (misalnya atas tagihan). c. Benda bergerak dengan ukuran bersih melebihi 20 m3, akan diikat dengan hipotek, sesuai dengan KUHPer. d. Benda yang didirikan datas alas hak milik pihak lain, maka diikat dengan fidusia (atas bangunan).
C. KRITERIA JAMINAN Agunan merupakan jaminan tambahan yang diperlukan dalam hal fasilitas kredit. Hal ini sesuai dengan pengertian agunan yang dijelaskan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 yang dirubah dengan
Undang-undang
nomor
10
tahun
1998
tentang
10
Perbankan dalam Pasal 1 angka 23 bahwa agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberianfasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu zekerheid atau cautie mencakup secara umum caracara Kreditor dipenuhi tagihannya, disamping pertanggungan jawab Debitur terhadap barang-barangnya.11Tidak semua jaminan dapat dijaminkan kepada lembaga perbankan, setidaknya harus memenuhi beberapa syarat-syarat sebagai berikut, yaitu : 12 a. Syarat - syarat hukum (yuridis) agunan : 10
Selanjutnya disebut UUP Salim H.S., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, RajaGrafindo, Jakarta, 2005, Hal. 5-6 Melayu S.P. Hasibuan., Dasar-dasar Hukum Perbankan,
11 12
139
1. Agunan harus mempunyai wujud nyata 2. Agunan harus merupakan milik debitor dengan bukti suratsurat autentiknya. 3. Jika agunan berupa barang yang dikuasakan, pemiliknya harus ikut menandatangani akad kreditnya 4.
Agunan sedang tidak dalam proses pengadilan.
5. Agunan sedang tidak dalam keadaan sengketa 6.
Agunan bukan yang terkena proyek pemerintah
b. Syarat-Syarat Ekonomis Agunan : 1. Agunan harus mempunyai nilai ekonomis pasar. 2. Nilai agunan kredit harus lebih besar daripada platfond kreditnya 3. Marketability yaitu agunan harus mempunyai pansaran yang cukup luas dan mudah dijual. 4. Ascertainability of value yaitu agunan kredit yang diajukan oleh debitor harus mempunyai standar harga tertentu (harga pasar). 5. Transferable yaitu agunan kredit yang diajukan debitor harus mudah dipindah-pindahkan baik secara fisik maupun secara hukum
D. SITUS INTERNET SEBAGAI ALTERNATIF AGUNAN KREDIT PADA BANK. Bila kita analisis bahwa situs internet jelas mempunyai nilai ekonomis untuk dapat dijadikan agunan pada kredit Bank, apalagi untuk situs yang sudah terkenal, misalnya saja seperti lazada.com atau elevenia.com. Disaat terjadi kemacetan dalam hal pembayaran Debitur, pihak ketiga sudah banyak yang ingin mengambil alih hak atas situs ini, karena merupakan situs yang sangat ramai dan banyak dikunjungi orang dengan transaksi elektronik yang sangat banyak per harinya. Hak yang dimiliki oleh pelaku bisnis terhadap situs miliknya bisa kita lihat dalam 2 sudut pandang :
140
1. Hak Sewa atas nama domain dan hak sewa atas webhosting yang dimiliki untuk jangka waktu tertentu; 2. Hak atas kekayaan intelektual, yaitu atas nama domain, yang tidak mungkin sama dengan yang lain, karena prinsip first come first serve, yang dianut oleh UUITE, hal ini diuraikan dalam Penjelasan Pasal 23 angka 1 yaitu bahwa nama domain berupa alamat atau jati diri penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau masyarakat, yang perolehannya didasarkan pada prinsip pendaftar pertama (first come first serve). Prinsip ini memberikan hak istimewa bagi pendaftar pertama, jika ada pihak lain yang mempunyai kesamaan dalam hal nama domain. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah
hak
kebendaan yang mempunyai nilai ekonomis. HKI dapat dialihkan, diperjualbelikan, disewakan, dan perjanjian lainnya.
Oleh karena
mempunyai nilai ekonomis, maka HKI merupakan harta kekayaan. Dengan demikian Bank dapat mengikat hak sewa yang dimiliki dan/atau hak atas kekayaan intelektual yang keduanya melekat pada suatu situs internet. Bentuk pengikatan atas jaminannya pun bisa dibuat dalam dua jenis, yaitu : 1. Pengikatan cessie atas hak sewa, dalam hal terjadi kemacetan dalam hal pembayaran, pihak bank mempunyai hak untuk mengalihkan hak sewa yang dimiliki oleh pemilik situs. 2. Pengikatan fidusia atas hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh situs tersebut. Karena situs internet ini merupakan sesuatu yang baru yang lahir karena perkembangan dalam teknologi informasi yang benarbenar tidak diduga, karena perkembangannya yang sangat cepat, tampaknya syarat mengenai kriteria barang jaminan atau agunan pada pemberian kredit Bank harus juga ada perubahan. Agak sulit untuk memasukkan seluruh kriteria yang diuraikan dalam pembahasan diatas untuk dapat diterapkan pada situs internet, ada beberapa hal yang masih harus disesuaikan dan diperbaharui 141
agar mengikuti perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ini. Disamping itu dengan mendasarkan pada UUITE Pasal 10 bahwa
(1)
Setiap
pelaku
usaha
yang
menyelenggarakan
Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan. (2) Ketentuan mengenai pembentukan Lembaga Sertifikasi Keandalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Pemerintah. Hal ini memberikan suatu pengakuan tentang keberadaan suatu situs internet. Karena dengan adanya lembaga sertifikasi, maka pihak pemberi kredit (Kreditor) mempunyai acuan terhadap kemampuan serta nilai ekonomis dari suatu situs internet yang akan dijadikan agunan kredit. Untuk itu Lembaga sertifikasi ini seharusnya
mempunyai
standar
penilaian
yang
baik
dan
berkualitas internasional sehingga situs internet di Indonesia dapat menjadi agunan pula bagi Kreditor-kreditor luar negeri dimasa yang akan datang.
142
3. KESIMPULAN Setelah uraian mengenai analisis tentang situs internet, ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan pada bab II, yaitu: 1. Kriteria yang ada saat ini tentang barang yang dijadikan agunan pada kredit Bank tidak semuanya memenuhi agunan yang berbentuk situs internet. 2. Situs internet dapat dijadikan agunan atas kredit Bank, karena ada nilai ekonomis yang terkandung didalamnya yang bisa dijadikan agunan. 3. Jenis pengikatan yang dapat dilakukan dapat dibagi menjadi dua yaitu cessie dan fidusia.
143
DAFTAR PUSTAKA
1. Supangkat, Suhono, Harso, Teknologi Informasi dan Ekonomi Digital : Persiapan Regulasi di Indoesia, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2000 2. Devita, Irma, Hukum Jaminan Perbankan, Kaifa, Bandung, 2011, Hal. 4 3. S.H. Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, RajaGrafindo, Jakarta, 2005, Hal. 5-6 4. Hasibuan. S.P. Melayu, Dasar-dasar Hukum Perbankan, P.T. Bumi Aksara, Jakarta, 2008
144
Identifikasi Sinyal Suara Pada Penderita Nodul Pita Suara 1
2
3
Hertiana Bethaningtyas , Firda Nurmalida , Imam Abdul Mahmudi , 4 5 Suwandi , RianFebrian Umbara 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas TeknikElektro, Universitas Telkom, [email protected] 2 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom , [email protected] 3 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom [email protected] 4 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom [email protected] 5 Program Studi IlmuKomputasi, FakultasInformatika, Universitas Telkom rianum123@gmailcom
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi sinyal suara pada penderita nodul pita suara. Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan mendesain perangkat perekam suara dengan dilengkapi ADC (Analog to Digital Converter) yang mudah dipindah dengan dimensi dan bobot yang ringan. Kemudian perangkat tersebut dihubungkan dengan perangkat lunak yang berfungsi untuk melakukan analisa suara yang telah direkam. Tahapan selanjutnya dilakukan pengambilan data suara pasien dan diikuti dengan validasi oleh dokter spesialis THT. Data suara diproses sehingga menghasilkan nilai jitter, shimmer, dan HNR (Harmonic to Noise Ratio). Dimana nilai tersebutdijadikan masukan untuk tahapan learning menggunakan algoritma Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Sehingga diperoleh model prediksi yang digunakan untuk memprediksi data suara yang baru apakah menderita nodul pita suara atau tidak. Kata Kunci : analisis sinyal suara, kelainan pita suara, jaringan syaraf tiruan
1.
Pendahuluan
Pita suara adalah organ yang memproduksi suara melalui pergerakan bolak-balik otot pita suara dan interaksi dengan organ lain. Gangguan yang sering terjadi pada pita suara adalah nodul pita suara. Nodul pada pita suara terbentuk akibat pemakaian suara yang berlebihan, terlalu keras atau terlalu lama yang sering ditandai dengan suara parau (Kusumaningrum, Arifianto, Sekartedjo, 2010). Suara parau adalah suatu istilah umum untuk perubahan suara akibat adanya gangguan. Suara parau dapat ditandai dengan ciri-ciri, suara terdengar serak, kasar dengan nada lebih rendah daripada biasanya, suara lemah, hilang suara, suara tegang dan susah keluar, suara terdiri dari beberapa nada, nyeri saat bersuara, dan ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu. Suara parau bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit. Perubahan suara seringkali berkaitan dengan kelainan pita suara yang merupakan bagian dari kotak suara (laring). Terdapat beberapa kendala dokter dalam melakukan diagnosa. Selain terbatasnya peralatan yang tersedia, kesulitan penegakan diagnosa juga terjadi pada dokter spesialis THT yang harus melakukan dengan memasukkan kabel optis elastis (laringoskopi) ke tenggorokan karena bersifat invasif, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (Saenz-Lechon, 2008). Pada penelitian ini dilakukan perancangan alat tanpa sentuh yang mudah digunakan untuk melakukan identifikasi penderita nodul pita suara.
145
Selain itu dilakukan juga perancangan dan implementasi aplikasi untuk diagnosa apakah seseorang menderita nodul pita suara atau tidak dengan menggunakan algoritma JST. Mencari ciri (feature) yang dapat dijadikan tolak ukur akurat untuk menentukan tipe dan tingkat parah-tidaknya kelainan pada pita suara, merupakan tantangan tersendiri mengingat sifat sinyal suara manusia yang berubah secara waktu (non-linear timevarying). Teknik yang dipakai adalah pasien diminta mengucapkan vokal (misal /a/) secara kontinu dalam satu tarikan nafas (Koike, 1969). Karakteristik suara yang dihasilkan pembicara memiliki dua kategori. Pertama adalah melalui persepsi bersifat subyektif pendengar. Misalnya pitch, dimana satu orang memiliki suara dasar yang rendah/berat sedangkan yang lain lebih tinggi walaupun keduanya memiliki jenis kelamin yang sama. Kriteria kedua adalah karakteristik fisis (obyektif) dari emisi akustik gelombang suara, misalnya frekuensi dasar dengan satuan hertz.
Gambar 1. Frekuensi Dasar Suara Normal (kiri) dan Suara Parau (kanan) Dalam menentukan kualitas patologi suara manusia dibutuhkan suatu metode untuk menghitung nilai variasi dari frekuensi dasar dan amplitudo, yaitu dengan cara menghitung nilai jitter, shimmer, dan HNR (Harmonics to Noise Ratio). Nilai yang diperoleh dapat menjadi salah satu aspek karakterisasi suara tertentu. Jitter merupakan modulasi frekuensi suara yang menghasilkan nilai variasi perbedaan frekuensi secara berturut-turut pada frekuensi dasar (Moran, 2006). (1) Dimana Fimerupakan magnituda frekuensi F0 yang diekstrasi dan N adalah banyaknya frekuensi yang diekstrasi. Shimmer adalah modulasi amplitudo suara yang dinyatakan sebagai perubahan amplitudo peak to peak dalam desibel (dB) (Michaelis, 1997). (2) dengan Ai adalah data amplitudo peak to peak yang diekstraksi. HNR biasa digunakan untuk mengetahui tingkat kejelasan dari sinyal suara yang diukur. Dengan mencari harga harmonisasi amplitudo sinyal dalam desibel (dB). Terdapat beberapa variasi perhitungan parameter dalam menentukan HNR. Namun pada identifikasi sinyal suara biasanya penentuan HNR didapatkan dari parameter spectogramberupa NFFT dengan persamaan (Moran, 2006): (3) Dimana Simerupakan nilai-nilai harmonik yang diperoleh dari spektrum daya yang dihasilkan. Sedangkan Ni adalah nilai-nilai noise yang terdapat pada daerah harmonik yang didapat dari estimasi noise fllr. Semakin besar nilai HNR yang diperoleh maka semakin harmonis sinyal yang digubakan(Kusumaningrum, Arifianto, Sekartedjo, 2010). Algoritma jaringan sayaraf tiruan merupakan algoritma yang meniru cara kerja otak manusia. Dalam algoritma JST terdapat arsitektur dan algoritma yang berbeda-beda. Salah satu yang sering digunakan adalah arsitektur Multilayer Perceptron (MLP) yang
146
menggunakan algoritma pembelajaran Backpropagation. Pada arsitektur MLP terdapat layer input, hidden, dan output. Untuk algoritma pembelajaran Backpropagation akan dilakukan proses pengubahan bobot dengan perhitungan maju dan mundur sehingga diperoleh nilai bobot akhir yang akan digunakan untuk melakukan pengujian dan prediksi. Perancangan dan implementasi pada sistem ini meliputi prosedur pengambilan data, kriteria pasien, peralatan yang dipakai serta kondisi eksperimen (experimental setup), dan perancangan aplikasi. Pengumpulan data dan literatur, beserta teori-teori yang terkait Perancangan alat perekaman
Pengumpulan Pengumpulan data eksperimen (jenis data, metode pengukuran, hasil pengukuran) Pengolahan dan pemrosesan data (jitter, shimmer, HNR) Pembangunan aplikasi menggunakan algoritma JST Gambar 2. Prosedur Penelitian Dalam penelitan ini perancangan alat dilakukan dengan menghubungkan mikrofon Roland DR-30 yang memiliki respon frekuensi rata pada rentang frekuensi suara manusia (speech). Mikrofon dihubungkan dengan ADC/DAC M-Audio Fast Track C400 yang berfungsi untuk mengkonversi sinyal analog yang diterima oleh mikrofon menjadi sinyal digital yang dapat terbaca oleh PC yang berfungsi sebagai penyimpan data digital dan pengolahan data.
Gambar 3. Desain Perancangan Alat dan Sistem Setelah dilakukan perancangan alat dan sistem yang digunakan, kemudian dilakukan proses perekaman suara partisipan. Sebelum perekaman dilakukan, pasien dijelaskan
147
prosedur pengambilan data. Partisipan diminta dengan satu tarikan nafas, melafalkan fonem /a/ secara kontinu sesuai kapasitas paru. Pada orang sehat, sekitar 12-14 detik fonasi. Pada penderita pita suara umumnya memiliki kapasitas paru yang lebih pendek tergantung stadium penyakit. Semakin parah penyakit yang diderita, semakin pendek durasi dari fonasi pada pelafalan. Data suara kemudian dikarakterisasi secara digital dengan memproses nilai jitter, shimmer, dan HNR yang terbentuk. Dari data tersebut dilakukan klasifikasi yang dapat membedakan data suara partisipan normal dengan penderita nodul pita suara. Data yang telah diperoleh dijadikan inputan untuk dilakukan proses learning pada aplikasi prediksi. 2.
Pembahasan
Gambar 4. Spektogram Suara Parau (kiri) dan Suara Normal (kanan) Gambar4 menunjukkan perbedaan antara spektogram suara parau dengan suara normal.Padaspektogramsuaraparaumemilikifrekuensi yang lebihrendahyaitupadarentangfrekuensi 0-2000 Hz, sedangkansuara normal cenderungberfrekuensitinggidanmemilikirentangfrekuensi 0-10000Hz. Dari hasil perekaman diperoleh 18 record data suara normal dan 14 record data penderita nodul pita suara. Pada keseluruhan data yang telah direkam, dilakukan analisa statistik pada frekuensi dan amplitudo data berupa nilai jitter dan shimmer untuk mengetahui presentase nilai simpangan data yang terjadi. Dimana juga dilakukan analisa nilai perbandingan harmonisasi sinyal suara pasien dengan noise yang terjadi pada perekaman data suara pasien dengan memperhitungkan nilai dari HNR seperti pada gambar 5. Pada gambar 5 terlihat nilai jitter dan shimmer suara parau (ditandai dengan titik warna jingga) lebih tinggi dibandingkan dengan suara normal, sedangkan nilai HNR suara parau lebih rendah dibandingkan dengan suara normal.
Gambar 5. Perbandingan Nilai Jitter (kiri) Shimmer (tengah) dan HNR (kanan) pada Suara Normal dan parau Setelah mendapatkan nilai jitter, shimmer, dan HNR dari 32 data suara dilakukan pengolahan data menggunakan jaringan saraf tiruan. Pada gambar 6 terlihat simulasi dari jaringan saraf tiruan dan tampilan akhir program.
148
Tabel 1. Data Suara Penderita Nodul Pita Suara Data Jitter Shimmer HNR (dB) 1
0.944131
1.432820
16.2009
2
0.922248
1.578290
17.8645
3
0.842203
0.690360
19.2367
4
0.788944
0.670322
21.0341
5
0.918504
1.144150
19.8877
6
0.987973
1.543170
16.8208
7
1.013820
0.995480
24.5331
8
0.909954
1.215990
18.2440
9
0.885845
1.322910
18.2036
10
0.952631
0.845852
22.0296
11
0.722036
0.904016
18.7041
12
0.447711
1.156220
19.6340
Tabel 1 merupakan tabel nilai jitter, shimmer, dan HNR pada suara parau setelah dilakukan analisa suara.
Gambar 6. Tampilan Akhir Program (kiri) dan Jaringan Saraf Tiruan (kanan) Arsitekturjaringansyaraftiruan yang digunakanmerupakanBackpropogation Feed Forward Neural Network (FFNN) Multi Layer Perception (MLP).Dalamarsitekturinidigunakantigabuahhidden layerdenganjumlahmaksimal data pelatihan (epoch) sebanyak 1000 kali.
149
3.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpilkan bahwa pada penderita nodul pita suara, menghasilkan nilai jitter 0,7-1 % dan pada shimmer sebesar 0.6-1.5 dB serta diikuti dengan nilai harmonisasi suara yang terbentuk sebesar 16-24 dB. Adanya parameter tambahan dalam pemberian nilai diperlukan untuk penelitian selanjutnya. Klasifikasi lebih detail mengenai tingkat keparahan serta penentuan berbagai jenis penyakit pita suara dapat dilakukan untuk menambah tingkat ketelitian dalam melakukan deteksi dini penyakit.
DaftarPustaka 1. ArifiantoD., Noveriyanto B., Kusumaningrum H., Sekartedjo, Best Basis Selection for Speech Pathology Identification. ICMNS (The Tihird International Conference on Mathematics Ana natural Sciences), November 2010, Bandung, Indonesia. 2. Kadriyan, Hansum, Aspek Fisiologis dan Biomekanis Kelelahan Bersuara serta Pelaksanaannya, Cermin Dunia Kedokteran, No. 155, 2007. 3. Koike, Yasuo, Vowel Amplitude Modulation Ni Patients Alt Laryngeal Diseases, J. Acoust, Soc. Amer., vol 45, on 4, pp. 839-844, 1969. 4. Kusumaningrum H., Arifianto D., Sekartedjo, Teknik Deteksi Dini Penderita Kelainan Pita Suara Menggunakan Analisa Sinyal Akustik, Proc. ISSN: 20873433, Seminar nasional Teknik Fisika (SNTF 10), October 2010, Surabaya, Indonesia. 5. Kusumaningrum H., Arifianto D., Sekartedjo, Voice Analysis in Determining Vocal Cord Disorder Severity Using Wavelet Transform, Proc. ISSN:2087-328X, 60th International Conference on Biomedical Engineering, BME Days 2010, October 2010, Surabaya, Indonesia. 6. Moran, R. J., Reilly, R.B., Chazal, P., Lacy, P. D., Telephony – Based Voice Pathology Assesment Using Automated Speech Analysis, IEEE Transaction on Biomedical Engineering, vol 53, on. 3, March 2006. 7. Saenz-Lechon N., Osma-Ruiz V., Godigo-Llorente Jl., Blanco-Velasco M., CntzRoldan F., Arias-Londono J., Effect of Audio Compression in Automatic Detection of Voice Pathologies, IEEE Tran. Biomed. Eng., vol 55, on. 12, pp. 2831-2835, December 2008. 8. Michaelis, D., Gramss, T., Strube, H W., Glottal-to-Noise Exitation ratio-a New Measure for Describing Pathological Noise, J. Acustica, Ata acustica, vol 83, pp.700-706.,1997.
150
KonsepPengembangan Sistem Pengumpulan Data Pengungsi Bencana Alam Berbasis SMS Gateway dan Location-Based Service 1
1,2,3
2
3
Kusworo Anindito , Theresia Devi Indriasari , Eddy Julianto Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya 1 Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 43 Yogyakarta 55281, [email protected] 2 3 [email protected] [email protected]
ABSTRAK Bencana alam dapat terjadi setiap saat. Ketika bencana datang, seringkali terjadi kepanikan dan kesimpangsiuran informasi yang sering pula berujung pada ketidakjelasan penanganan korban bencana.Kegiatan pemberian bantuan bencana ini seringkali terhambat karena adanya kekurangakuratan informasi mengenai pengungsi ini. Oleh karena itu dibutuhkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengumpulan data pengungsi secara lebih cepat dan menyajikannya ke petugas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pengumpulan data pengungsi menggunakan handphone yang kemudian ditampilkan pada peta di situs web, sehingga memudahkan petugas dalam memantau sebaran pengungsi. Kata kunci: pengungsi, bencana, mobile, sms gateway, location-based service 1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang besar. Tetapi Indonesia juga memiliki sisi lain dari kekayaan alam tersebut, yaitu memiliki kerawanan bencana yang besar juga.Secara geografis, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Filipina, dan lempeng Pasifik. Di selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah, sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi berbagai bencana seperti erupsi gunung api, gempabumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor (Sipahutar, 2013). Bencana baik alam maupun sosial dapat terjadi setiap saat. Tiada daya dan upaya ketika bencana datang, seringkali hanya kepanikan yang muncul dan kesimpangsiuran informasi yang sering pula berujung pada ketidakjelasan penanganan (Kementerian Sosial, 2013). Bencana alam terjadi karena faktor alam atau faktor buatan manusia. Bencana ini sulit diprediksi waktu kejadiannya. Pada saat terjadi bencana alam, pemerintah dan kelompok masyarakat terlibat dalam usaha untuk membantu para korban bencana agar dapat meminimalkan jumlah korban meninggal dan meringankan beban para korban yang hidup. Tetapi kegiatan pemberian bantuan bencana ini seringkali terhambat karena adanya permasalahan-permasalahan yang dapat menimbulkan terjadinya kekacauan di lapangan. Selama proses tanggap darurat berlangsung, sering kali masih ada persoalan klasik yang muncul dalam situasi darurat, yakni tidak meratanya distribusi bantuan untuk korban banjir. Padahal posko-posko bantuan sangat banyak didirikan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, pekerja kemanusian nasional maupun asing, bahkan ada juga posko yang dibentuk partai politik. Bencana dalam skala besar tentu saja akan sangat banyak sekali jumlah masyarakat yang terkena dampaknya.Ada kemungkinan aparat yang berada dilevel kelurahanpun terkena bencana sehingga pendataan masyarakat yang terkena dampak bencana akan sulit, dan sulit pula mendeteksi siapa mengungsi kemana dan sudah dapat bantuan atau belum. Ketiadaan data masyarakat yang terkena bencana ini menjadi pangkal persoalan tidak meratanya bantuan.
151
Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat pengumpulan (pengungsi) dengan mengembangkan aplikasi mobile yang petugas/relawan untuk mencatat data yang dibutuhkan beserta tersebut akan diterima di server dan ditampilkan pada peta, petugas dalam melakukan koordinasi penanganan bencana.
data korban bencana dapat digunakan oleh lokasi pencatatan. Data sehingga memudahkan
2. Pembahasan 2.1. Tinjauan Pustaka Layanan berbasis lokasi atau Location Based Service (LBS) telah banyak berkembang di masyarakat, tak hanya di luar negeri, tetapi juga di Indonesia. Maraknya aplikasi berbasis layanan ini dikarenakan kebutuhan masyarakat akan informasi tentang keberadaannya dan hal-hal yang sesuai dengan keberadaannya. Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi seiring berjalannya waktu membuat layanan ini sangat membantu dan berguna bagi masyarakat (Supernova, 2012). Layanan berbasis lokasi tidak jauh dari GPS, karena kebanyakan layanan mendeteksi keberadaan pengguna dengan menggunakan GPS. GPS dapat mendeteksi lokasi dengan tepat sekitar 97% (McKenzie et al, 2009). Akurasi GPS mencapai 4-40 meter, sementara penentuanlokasi yang menggunakan jaringan telepon seluler hanya mempunyai akurasi 2-20 kilometer. Beberapa aplikasi tidak membutuhkan akurasi yang tinggi, misalnya cukup dengan toleransi 30 meter. Tetapi aplikasi lain bisa saja memerlukan layanan informasi posisi yang harus akurat (Sunyoto, 2009). Tingkat penerimaan pengguna (user acceptance) penting bagi pengembangan LBS. Berdasarkan survei yang dilakukan di Kroasia, tipe aplikasi seperti gawat darurat (emergency), pertolongan, dan navigasi memiliki tingkat penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan tipe aplikasi lainnya (Park, 2009). Pada bidang navigasi, layanan berbasis lokasi bisa membantu pengguna untuk memilih jalur perjalanan terbaik yang harus dilewati, berdasarkan jalur tercepat secara dinamis (Kim et al, 2010). Teknologi GPS bekerja pada tempat terbuka agar satelit bisa menjangkau sinyal dari perangkat GPS tersebut (Kupper, et.al 2005). Karena adanya hal tersebut maka sebagai alternatif digunakan teknologi selain GPS yaitu dengan Cell ID Network atau sistem pemosisian mobile berbasis ID Sel Jaringan. Cell ID Network adalah sistem Pemosisian mobile berbasis ID sel jaringan adalah cara untuk mengetahui lokasi perangkat mobile yang efektif dan mudah dalam pengimplementasian pada jaringan mobile saat ini. Pemosisian berbasis ID Sel Jaringan adalah yang paling sederhana, murah, dan mudah untuk diimplementasikan (Kazadi, 2003). Cara kerjanya adalah sel di mana suatu perangkat terhubung dengan jaringan, sekali sel tersebut menampung suatu perangkat mobile, operator memiliki akses dan informasi sehingga mereka tahu di mana posisi perangkat itu berada (Brown, 2005). Dalam pencarian suatu lokasi untuk mengetahui posisi tidak hanya melalui data koordinatnya saja, tetapi koordinat tersebut juga bisa ditampilkan dalam sebuah peta sehingga memudahkan pengguna. Salah satunya adalah Google Maps. Google Maps dapat diperkecil maupun diperbesar sesuai kebutuhan. Google Maps menampilkan unsur teks, gambar, link, dan mengarah pada aplikasi lain (Chan, et.al 2005). Melalui penggunaan Google Map API aplikasi yang dibuat mampu menampilkan gambaran Peta berdasarkan posisi koordinat tertentu yang ditampilkan dari Google Maps (Jarayam, et.al 2008). Penggunaan Google Maps yang diimplementasikan pada Location-Based Service juga mempermudah untuk mencari lokasi yang menjadi tujuan. (Santi, 2010). LocationBased Service akan menjadi hal besar berikutnya bagi pengguna perangkat mobile (Woodrow, et.al 2008). Penggunaan teknologi dalam penanganan bencana telah banyak dilakukan, seperti penggunaan Internet pasca gempa bumi 1999 di Turki. Pada 17 Agustus 1999 gempa bumi melanda Turki yang mengakibatkan 15.000 orang meninggal dunia, lebih dari 120.000 rumah rusak parah. Infrastruktur telekomunikasi rusak parah sehingga layanan telepon tidak dapat digunakan, sedangkan telepon seluler dapat beroperasi dengan bandwidth yang terbatas. Pada situasi ini Internet merupakan satu-satunya media yang
152
dapat menghubungkan daerah bencana dan dunia luar. Beberapa aplikasi Internet digunakan pada pasca bencana terutama untuk mengatasi masalah koordinasi penyebaran bantuan dan mencari informasi orang yang hilang. Banyak organisasiyang mempunyai basis data orang-orang yang ditemukan pasca bencana (Zincir-Heywood & Heywood, 2000). Berikut ini beberapa fase dalam siklus manajemen bencana (Wattegama, 2007). a. Mitigasi (Mitigation): setiap kegiatan yang mengurangi baik kemungkinan bahaya yang terjadi atau bahaya yang berubah menjadi bencana b. pengurangan risiko (Risk Reduction): langkah-langkah antisipatif dan tindakan yang berusaha untuk menghindari risiko di masa depan sebagai hasil bencana. c. Pencegahan (Prevention): menghindari bencana d. Kesiapsiagaan (Preparedness): rencana atau persiapan yang dibuat untuk menyelamatkan nyawa atau harta, dan membantu respon dan penyelamatan operasi layanan. Fase ini meliputi pelaksanaan / operasi, peringatan dini sistem dan pembangunan kapasitas sehingga penduduk akan bereaksi dengan tepat ketika awal peringatan dikeluarkan. e. Respon (Response): termasuk tindakan yang diambil untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan properti, dan melestarikan lingkungan selama keadaan darurat atau bencana. Fase respon adalah pelaksanaan rencana aksi. f. Pemulihan (Recovery): mencakup tindakan-tindakan yang membantu masyarakat untuk kembali ke keadaan normal setelah bencana. 2.2. Rumusan Masalah Setiap kali terjadi bencana alam, salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana melakukan koordinasi antar pihak-pihak terkait berkaitan dengan lokasi pengungsian, informasi tentang jumlah pengungsi di masing-masing lokasi pengungsian, kondisi pengungsi, distribusi logistik dan hal-hal lain yang berkaitan dengan korban bencana (pengungsi) di tempat pengungsian. Sulitnya koordinasi dan minimnya informasi tentang korban dan logistik seringkali menjadi penyebab distribusi logistik dan relawan menjadi tidak tepat dan tidak merata, serta sulit diperoleh data yang akurat dan up-todate. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan sebuah layanan berbasis SMSGateway dan Location-Based Serviceyang dapat digunakan untuk mengumpulkan data pengungsi bencana yang dapat dimanfaatkan oleh koordinator penanganan bencana dalam mendistribusikan bantuan. Selain berguna untuk melakukan koodinasi, aplikasi yang dihasilkan dari penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan informasi tentang korban ataupun pengungsi dengan lebih valid. Pemilihan SMS Gateway sebagai teknologi yang dipilih dikarenakan dalam situasi bencana layanan SMS lebih bisa diandalkan, sedangkan koneksi internet belum tentu tersedia di daerah yang terkena bencana. Untuk mencapai tujuan penelitian ini dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana melakukan análisis kebutuhan untuk membangun aplikasi berbasis SMS Gateway dan Location-Based Service untuk penanganan koordinasi pengungsi dan bahan bantuan sebuah bencana alam? b. Bagaimana merancangaplikasi berbasis SMS Gateway dan Location-Based Serviceuntuk penanganan koordinasi pengungsi dan bahan bantuan sebuah bencana alam? c. Bagaimana membangun aplikasiberbasis SMS Gateway dan Location-Based Serviceuntuk penanganan koordinasi pengungsi dan bahan bantuan sebuah bencana alam? 2.3. Tahapan Penelitian Penelitian ini meliputi lima aspek utama yaitu (i) studi literatur, (ii) studi lapangan, (iii) analisis kebutuhan sistem, (iv) perancangan prototype sistem, dan (v) pengembangan sistem. Dengan demikian, penelitian ini mencakup lima tahapan besar untuk lima aspek utama tersebut.
153
Tahapan pertama yaitu studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai cara penanganan korban bencana. Tahapan kedua yaitu studi lapangan dilakukan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah, lokasi bencana, dan tempat pengungsian.Tahapan ketiga yaitu analisis kebutuhan sistem dilakukan untuk memotret kebutuhan sistem baik fungsional maupun non fungsional. Tahapan ini akan menghasilkan spesifikasi sistem dan kebutuhan fungsionalitas apa sajakah yang harus tersedia dalam sistem serta arsitektur informasi yang tepat untuk menyajikan informasi mengenai data korban bencana pada peta.
Gambar 1 (a)(b) Diagram Alir Metodologi Penelitian Tahapkeempat yaitu perancangan prototype sistem dilakukan untuk merancang sistem berdasarkan spesifikasi sistem, kebutuhan fungsionalitas sistem dan arsitektur informasi yang telah dihasilkan pada tahap pertama. Tahapan ini menghasilkan rancangan mengenai arsitektur sistem, basis data, dan antarmuka sistem. Rancangan yang dihasilkan meliputi sub sistem
Gambar 1 (c) Diagram Alir Metodologi Penelitian
154
Tahapan terakhir yaitu tahap pengembangan prototype sistem dilakukan untuk mengembangkan rancangan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya menjadi sebuah prototype. Pada tahap ini juga dilakukan pengujian untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari protoype sistem yang telah dihasilkan. Pengujian yang dilakukan mencakup dua aspek, yaitu aspek fungsionalitas dan user acceptance. Diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 (a), (b), dan (c). 2.4. Arsitektur Sistem
Gambar 2 Arsitektur Sistem Pendataan Pengungsi Sistem yang akan dikembangkan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu aplikasi mobile untuk memasukkan data pengungsi beserta koordinat lokasinya ke SMS Gateway, SMS Gateway untuk menerima data pengungsi dan mengirimkannya ke web service, serta aplikasi web yang dapat digunakan oleh koordinator penanggulangan bencana untuk melihat peta penyebaran konsentrasi pengungsi beserta data pengungsinya. Arsitektur sistem yang dikembangkan ini dapat dilihat pada gambar 2. 3. Kesimpulan Berikut kesimpulan dari penelitian pengembangan sistem pengumpulan data pengungsi bencana alam: a. Ketidakakuratan data pengungsi menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penanganan korban bencana. b. Pengembangan sistem pengumpulan data korban bencana membutuhkan beberapa tahap, yaitu studi literatur, studi lapangan, analisis kebutuhan, perancangan, serta pengembangan. c. Dibutuhkan tiga sub sistem dalam sistem ini, yaitu aplikasi mobile untuk menginputkan data pengungsi beserta lokasinya, SMS gateway untuk menerima data dan mengirimkannya ke web service, serta situs peta yang menampilkan data pengungsi di tiap lokasi. Daftar Pustaka 1. ---, 2013, Korban Bencana Harus Dapat Perlindungan Sosial, Kementerian Sosial RI, diakses dari: http://linjamsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=90, tanggal 16 Mei 2014. 2. Brown, Alison K., Olson, Paul. 2005, Urban/Indoor Navigation using Network Assisted GPS. NAVYS Corporation, US ARMY RDECOM/CERDEC/C2D.
155
3. Chan, Jian L., Gschwender, A., Workman, R., 2005, Campus Google Map Applications, Southern Connecticut State University. 4. Jayaram, Preethi, Nguyen, Trahan, S., M., Allred, I., 2008, Integrating Geocode Data from the Google Map API and SAS/Graph. 5. Kazadi, SANGA-NGOIE, 2003, GIS and Remote-Sensing For High Resolution Mapping and Digital Cartographic Databasebuilding In African Remote Areas, African Study Monographs, Vol. 24, No. 4. 6. Kim, Hansoo, Dongjoo Park, Chungwon Lee, and Kangdae Lee, 2010, LocationBased Dynamic Route Guidance System of Korea: System Design, Algorithms and Initial Results, KSCE Journal of Civil Engineering, Vol. 14, no 1, hal 51-59. 7. Kupper, Axel, 2005, Location-Based Services: Fundamentals and Operation, John Wiley & Sons. Meneses, F., Moreira, Adriano, 2003, Using GSM CellID Positioning for Place Discovering, Dept of Information Systems University of Minho Guimaraes, Portugal. 8. Park, Dongjoo, 2009, User Acceptance of Location-based Services, International Journal of Social Sciences, Vol. 4, no 2, hal 152-157. 9. Santi , Yani, Ahmad., 2010, Kebutuhan Basis Data untuk aplikasi sistem informasi Geografi dalam Era Otonomi Daerah. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 10. Sunyoto, Andi, 2009, API Location : Standar Penentuan Posisi Untuk Telepon Seluler Berkemampuan Java, Jurnal Dasi, Vol. 10, No. 1, hal 119-127. 11. Sipahutar, A.M. Julius, 2013, Tanpa Mitigasi Bencana Indonesia 2014 Masih Menangis, diakses dari http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Lain_Lain/Artikel/Tanpa_Mitigasi_Bencana_I ndonesia_ 2014_Masih_Menangis.bmkg, tanggal 16 Mei 2014. 12. Supernova, Lina, 2012, Pembangunan Aplikasi Panduan Bus Rapid Transit (BRT) Semarang Dengan Layanan Berbasis Lokasi Menggunakan J2ME, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. 13. Wattegama, C., 2007, ICT for Disaster Management, United Nations Development Programme – Asia-Pacific Development Information Programme (UNDP-APDIP) and Asian and Pacific Training Centre for Information and Communication Technology for Development (APCICT) – 2007 14. Woodrow, Stephen, 2008, C. C., Post, Location is Everything Balancing Innovation, Convenience, and Privacy in Location-based Technologies. 15. Zincir-H., A.Nur dan Heywood, M.I., 2000, In the Wake of the Turkish Earthquake: Turkish Internet, Proceedings of the Internet Society‟s iNet 2000 conference.
156
Perancangan Portabel Enose sebagai Alat Uji Cepat Masa Kadaluarsa Produk Herbal 1
1
Sari Wijayanti , Etika Kartikadarma , Eko Hartini 1 Prodi Teknik Informatika UDINUS 2 Prodi Kesehatan Masyarakat UDINUS
2
ABSTRAK Akan dibuat sistem olfaktori elektronik atau electronic nose(enose) sebagai instrumen elektronik handal dan cerdas untuk analisis kimia berdasarkan aroma. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah dapat diterapkannya instrumen enose yang dibangun pada industri dan bidang medis. Sementara target dari penelitian ini adalah terkait dengan kemampuan dan kemandirian tim peneliti di Universitas Dian Nuswantoro dalam membuat komponen enose dengan bahan dan performa berkualitas tinggi untuk menekan harga yang seharusnya diimpor seperti pompa mikro dan komponen elektromekanik. Motivasi dilakukannya penelitian adalah untuk menyediakan instrumen uji t dengan kemampuan sangat memadai, harga terjangkau dan dapat diterapkan padaindustri kecil (UKM) sehingga meningkatkan daya saing produknya. Diharapkan bahwa enose ini dapat digunakan sebagai salah satu instrumen uji cepat masa kadaluarsa produk herbal. Enose saat ini merupakan penyempurnaan dari generasi sebelumnya yang mencakup bagian larik sensor (terdiri atas larik berbagai macam sensor gas oksida logam (metal-oxide)), sistem penanganan aroma (odor handlingdan delivery system), mikroSD, sistem ekstraksi ciri, sistem pengenal pola dan sistem klasifikasi. Dengan semakin banyaknya sensor yang dipakai dalam enose, maka pembentukan pola akan semakin presisi sehinggadiharapkan performa sistem pengenal dan klasifikasi pola pada generasi ini juga semakin baik. Dari segi harga, enose akan sangat bersaing jika dibandingkan dengan enose komersial di pasar internasional. Kata kunci: Portable enose, PCA, Herbal 1. Pendahuluan Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang dipakai sejak dahulu dan sudah terbukti khasiatnya, tidak kalah dengan obat herbal impor (misalnya dari China) yang selama ini membanjiri pasar Indonesia karena era perdagangan bebas. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan bertekad untuk menjadikan jamu sebagai tuan rumah obat tradisional di negeri sendiri. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan jamu salah satunya adalah belum terintegrasinya obat tradisional/jamu dengan pelayanan kesehatan formal karena belum adanya pengakuan dari profesi tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi) bahwa jamu aman (tidak toksis), berkhasiat (efikasi), dan mutunya terjamin (standar). Untuk memperoleh pengakuan itu harus didasarkan pada bukti-bukti empirik yang akan didapatkan melalui proses saintifikasi jamu. Terkait dengan penyusunan regulasi dalam pengintegrasian obat tradisional dengan pelayanan kesehatan formal, ementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes No. 003 Tahun 2010 tentang Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu tujuannya adlah meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Keamanan produk jamu, dapat diawali dengan penentuan masa kadaluarsa jamu yang teruji secara laboratories. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun enose yang portable sebagai instrument uji cepat masa kadaluarsa produk herbal. 2. Metode Untuk mencapai tujuan penelitian, maka tahap-tahap penelitian dapat diuraikan berdasarkan desain enose (Gambar 1) sebagai berikut.
157
Gambar 1. Desain struktur enose portable sebagai instrument uji mutu bahan baku produk herbal. PARC adalah singkatan dari pattern recognition (pengenal pola). Berdasarkan desain struktur enose portable yang akan dikembangkan (Gambar 1), uraian secara rinci kegiatan penelitian untuk setiap tahap dideskripsikan berikut. 2.1 Persiapan penelitian Tahap penelitian dimulai dengan penyiapan seluruh komponen mekanik dan elektronik termasuk mikrokontroler, sensor-sensor gas, sensor suhu dan sensor kelembaban. Selanjutnya diakukan kalibrasi untuk seluruh sensor agar terjamin bahwa performa sensor dalam keadaan baik dan benar. 2.2 Perancangan dan pembuatan sistem Perangkat keras akuisisi data sistem sensor rasa. Perancangan pengkat keras sistem dimulai dari sinkronisasi desain sistem kendali pusat dengan desain sistem sirkuit elektronik. Karena kerumitannya maka diusahakan sistem sirkuit elektronik dibuat di atas PCB yang dibuat adalah multi-lapis.
Gambar 2. Tahapan rencana penelitian dan indikator kinerjanya Perangkat lunak akuisisi data sistem sensor rasa. Setelah perancangan sistem dilakukan, selanjutnya dibuat perangkat lunak atau software untuk otomatisasi dan sistem pengenal pola berbasis jaringan syaraf tiruan propagasi balik (BP) yang dikombinasikan dengan FLVQ serta sistem klastering data berbasis principle component analysis (PCA) (Wall dkk, 2003).
158
Gambar 3. Skema Komponen Enose 2.3 Pengujian sistem Pengujian sistem terdiri dari otomatisasi pengkondisi kelembaban, dan pengkondisi suhu, larik sensor rasa, pengkondisi sinyal, serta bagian akuisisi data juga diuji menggunakan data sintetis (secara simulasi) maupun data riil hasil pengukuran masing-masing sensor gas. 3. Pembahasan Skematik yang kami rancang adalah sebagai berikut : SKEMATIK
Sistem Minimum Mikrokontrol
Array Sensor
Rs dari Array Sensor
Sistem Mikro SD
Gambar 2. Diagram Skematik 1. Sistem minimum Mikrokontrol ATMEGA32
159
2. Sistem Mikro SD
3. Sistem Variable Rs dari Array Sensor
4. Sistem Array Sensor
Gambar 3. Sub Sistem dari system portable enose Program mikrokontroller dibuat dengan menggunakan software bascom karena lebih ringkas dan mudah dipahami dibandingkan dengan pemrograman menggunakan CVAVR ataupun dengan menggunakan assembler. START
END
Inisialisasi AVR (ATMEGA32)
Inisialisasi cristal pada sistem minimum
Ya
Apakah Catu off ?
Tidak Pengaturan Pin LCD Pengaturan Pin Mikrokontrol
Pengambilan data sensor pada ADC
Pengaturan fan Menyusun variabel Pengaturan Pin Mikrokontrol
Pengaturan Text yang muncul di LCD
Gambar 4. Flow Chard Software Langkah-langkah percobaan : 1. Menghidupkan catu daya rangkaian e-nose. 2. Mencatat kondisi awal dari masing-masing nilai larik sensor. 3. Menghubungkan rangkaian dengan serial port computer, kemudian menjalankan program hiperterminal pada PC.
160
4. Meletakan bubuk herbal pada tempat bubuk dan meletakkannya pada jarak kurang lebih 1 cm dibawah larik sensor. 5. Mencatat perubahan nilai sensor. 6. Meyalakan exhause fan selama kurang lebih 30 menit, untuk menghilangkan aroma bahan herbal, agar kembali pada posisi awal. Adapun data hasil pengujian adalah sebagai berikut: Grafik scatter udara bebas / tanpa sample 250 TGS813
200
TGS822
150
TGS825
100
TGS826
50
TGS2611
0
TGS2620 0
100
200
4. Kesimpulan Dari percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, keseluruhan sensor berjalan dengan baik. Walau belum sepenuhnya diuji coba secara maksimal. Daftar Pustaka 1. Baby, R., Cabezas, M., Castro, E., Filip, R., dan Walso de Reca, N.E., 2008, Quality Control of Medicinal Plants With an Electronic Nose, Sensor and Actuator B 106, 24. 2. Barbri, N.E., Llobet, E., Bari, N.E., Correig, X., dan Bouchikhi, B., 2008, Application of Portable Electronic Nose System to Assess The Freshness of Moroccan Sardines, Materials Science and Engineering C 28, 656. 3. Capelli, L., Sironi, S., Del Rosso, R., Centola, P., dan Grande, M., 2008, A Comparative and Critical Evaluation of Odour Assessment Methods on A Landfill Site, Atmospheric Environment 42. 7050 4. D'Amico, A., Natale, C.D., Paolesse, R., Macagnano A., Martinelli E., Pennazza G., Santonico M., dan Bernabei, M., 2008, Olfactory Systems for Medical Applications, Sensors and Actuators B, 130, 458. 5. D'Imporzano, G., Crivelli, F., dan Adani, F., 2008, Biological Compost Stability Influences Odor Molecules Production Measured by Electronic Nose During FoodWaste High-Rate Composting, Science of The Total Environtment, 278. 6. Gomez, A.H., Wang, J., Hu, G., dan Pereira, A.G., 2008, Monitoring Storage Shelf Life of Tomato Using Electronic Nose Tecnique, Jurnal of Food Engineering 85, 625. 7. Pavlou, A.K., Magan, N., Jones, J.M., Brown, J., Klatser, P., dan Turner, A.P.F., 2001, Detection of Mycobacterium Tuberculosis (TB) In Vitro and In Situ Using An Electronic Nose in Combination With A Neural Network System, Biosensors and Bioelectronics 20, 538. 8. Ponzoni, A., Depari, A., Falasconi, M., Comini, E., Flammini, A., Marioli, D., Troni, A., dan Sberveglieri, G., 2008, Bread Baking Aromas Detection by Low-Cost Electronic Nose, Sensors and Actuators B 130, 100. 9. Triyana, K., Masthori, A., Supardi, B. P., dan Bharata, A.M.I., 2007, Prototype of Electronic Nose Based on Gas Sensors Array and Back Propagation Neural Network for Tea Classification, Berkala MIPA, 17(3).
161
Penjadwalan Pengerja Sekolah Minggu Menggunakan Metode Forward Chaining Arief Samuel Gunawan, Evasaria M. Sipayung, Yosef Yunawan Departemen Sistem Informasi, Institut Teknologi Harapan Bangsa Jl. Dipatiukur 80-84, Bandung, Indonesia [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK Sekolah Minggu X merupakan organisasi gereja anak yang berada di bawah naungan sebuah gereja yang sedang berkembang di Bandung dengan jemaat 350 anak yang terbagi atas 3 kali ibadah. Namun, terdapat permasalahan pada sistem pembuatan jadwal pengerja Sekolah Minggu X yaitu terdapat kelebihan beban kerja yang dialami pengerjanya. Hal tersebut terjadi karena kurang memperhatikan rules ibadah, ketersediaan, dan kemampuan pengerjanya. Melihat permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa diperlukan sebuah sistem penjadwalan yang mampu mengontrol kelebihan kerja dengan lebih memperhatikan rules ibadah, ketersediaan, dan kemampuan pengerjanya. Untuk merancang kebutuhan tersebut dilakukan perhitungan kebutuhan pengerja, penetapan prioritas tugas-tugas yang ada, pemetaan kemampuan masing-masing pengerja, dan pengumpulan rules-rules atau constraint-constraint yang dibutuhkan. Berdasarkan rules dan constraint yang ada dan menggunakan metode forward chaining, dibuat suatu pohon keputusan untuk mendapatkan pengerja sesuai dengan tugas yang akan dijadwalkan. Dengan menggunakan metode forward chaining ini, permasalahan kelebihan beban kerja dapat diatasi dengan menangani kemampuan pengerja, tidak ada nama yang ganda dalam 1 kali ibadah, tidak ada pengerja yang bertugas lebih dari 2 kali. Meskipun terdapat jadwal yang tidak ada pengerjanya, namun hal tersebut tidak mengganggu jalannya ibadah karena terdapatnya prioritas tugas dari jadwal yang dibuat. Abstrak berisi uraian singkat tentang penelitian / makalah / konsep yang diajukan secara singkat, komprehensif dan dilengkapi dengan hasil yang didapatkan secara terstruktur. Jumlah maksimal abstrak adalah 300 kata. Abstrak ini bukanlah extended abstrak, sehingga perlu mengalami penyederhanaan dari extended abstrak yang memiliki muatan lebih detail tentang makalah yang diajukan Kata kunci: penjadwalan, rules, constraint, pohon keputusan, forward chaining
1. Pendahuluan Gereja merupakan suatu organisasi keagamaan bagi umat Kristen dan bersifat nonprofit. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, gereja dikelola oleh beberapa orangorang yang melayani sebagai full timer (penuh waktu), part time (paruh waktu), dan volunteer, yakni berdasar keinginan pribadi yang biasa disebut pengerja. Sekolah Minggu X merupakan organisasi gereja anak yang berada di bawah naungan sebuah gereja di Bandung dengan jemaat 350 anak yang terbagi atas 3 kali ibadah. Dan dalam setiap ibadahnya, rata-rata terdiri dari 4 kelas. Dalam menjalankan kegiatannya, Sekolah Minggu X ini dikelola oleh 50 pengerja volunteer yang terdiri dari usia sekolah
162
hingga usia kerja. Pengerja tersebut melayani sebagai pembawa firman, tim musik (keyboard, gitar, bass, dan drum), pemimpin pujian, singer, operator multimedia, soundman, usher, asisten, absen, dan doa. Dalam menjalankan ibadah dalam setiap minggunya yang terdiri dari sekitar 350 anak setiap minggunya yang terbagi dalam 3 kali ibadah. Dan dalam setiap ibadah terdiri dari 4 kelas, sehingga dibutuhkan pengerja-pengerja yang dapat disebar ke dalam kelaskelas yang ada. Jadi, dari 50 orang pengerja yang ada harus dibagi sesuai kebutuhan yang ada dalam 3 kali ibadah yang masing-masing terdiri dari 4 kelas. Idealnya dalam 1 kelas yang standar terdapat 1 pemimpin pujian, 1 pemain musik, 1 pembawa renungan, dan 1 asisten. Dan terdapat peraturan bahwa dalam melayani, setiap pengerja yang ada diharuskan mengikuti ibadah minimal 1 kali di minggu tersebut. Pengerja yang ada dipimpin oleh seorang PJT (Penanggung Jawab Tempat). PJT bertanggung jawab penuh dalam memberikan ibadah kepada jemaat yang ada setiap minggunya. Jasa yang diberikan dalam ibadah berupa pembawa renungan, tim musik (drum, keyboard, gitar, dan bass), pemimpin pujian, singer, operator multimedia, soundman, usher, asisten, absen, dan doa. Dalam mengatur pembagian tugas pelayanan yang ada, PJT bertanggung jawab dalam membuat jadwal. Pembagian tugas yang ada didasarkan pada kemampuan dan ketersediaan waktu yang dimiliki masingmasing pengerja. Namun dalam pelaksanaannya, seringkali terdapat masalah berkenaan dengan jadwal yang dibuat. Masalah yang timbul adalah terdapatnya kelebihan kerja yang dialami para pengerja dalam melakukan plotting atau pembagian tugas yang membuat pengerja yang bertugas harus bertugas dari pagi sampai sore. Hal tersebut terjadi karena PJT yang membuat jadwal terkadang kurang memperhatikan batasan yang ada seperti peraturan yang ada bahwa setiap pengerja yang bertugas harus minimal ibadah 1 kali.
2. Landasan Teori A. Sistem Pakar Sistem pakar adalah program komputer yang merepresentasikan dan melakukan penalaran dengan pengetahuan dari seorang pakar dalam bidang tertentu dengan pandangan untuk memecahkan masalah atau memberikan masihat. Pakar manusia (human expert) adalah seseorang yang mempunyai penguasaan terhadap suatu masalah. Berdasarkan pengalamannya, pakar manusia mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah secara lebih efisien dan efektif. Sistem pakar juga harus dapat menjelaskan alasan dari setiap langkah dalam mencapai suatu tujuan (goal) dan menjawab pertanyaan tentang solusi yang dicapainya, seperti halnya seorang pakar manusia. Pohon keputusan terdiri dari sejumlah simpul (nodes) dan cabang (branch) yang menghubungkan simpul orang tua (parents) ke simpul anak (child) dari bagian atas sampai bagian bawah dari pohon keputusan. Simpul paling atas disebut juga sebagai akar (roots). Akar tidak memiliki parents, sedangkan setiap simpul yang di bawahnya hanya memiliki satu parent. Simpul paling bawah yang tidak memiliki anak disebut sebagai simpul daun (leaf). Simpul daun merepresentasikan semua solusi (keputusan) yang diturunkan melalui pohon keputusan. Secara umum pohon keputusan menggunakan beberapa kriteria untuk memilih mana cabang yang akan dilalui sehingga nantinya hanya terpilih satu cabang yang menghasilkan keputusan. Teknik penalaran untuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
membangun
163
suatu
pohon
keputusan
dapat
1) Penalaran maju (forward chaining) 2) Penalaran mundur (backward reasoning) Pohon keputusan kemudian dapat dikonversi menjadi serangkaian aturan (rules) yang direpresentasikan oleh jalur (path) yang berbeda-beda pada pohon keputusan. Aturan yang dihasilkan dari pohon keputusan selanjutnya digunakan sebagai basis pengetahuan yang diperlukan pada sistem pakar [1].
B. Forward Chaining Operasi dari sistem forward chaining dimulai dengan memasukkan sekumpulan fakta yang diketahui ke dalam memori kerja (working memory), kemudian menurunkan fakta baru berdasarkan aturan yang premisnya cocok dengan fakta yang diketahui. Proses ini dilanjutkan sampai dengan mencapai goal atau tidak ada lagi aturan yang premisnya cocok dengan fakta yang diketahui. Pendefinisian struktur pengendalian data aturan ditulis dalam struktur If – Then dan diberi nomor aturan untuk membedakan aturan yang satu dengan yang lain. Aturan akan dituliskan pada file teks dengan menggunakan sintaks prolog [2]. Sintaks rule yang digunakan adalah sebagai berikut : rule if [:,…] then [,…]. Keterangan:
rule id : nomor identifikasi dari aturan tersebut. N : nomor identifikasi untuk kondisi kondisi : premis atau pola untuk dicocokkan dengan memori kerja aksi : konklusi atau aksi yang akan dilakukan.
Metode Forward chaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan ke depan yang dimulai dengan informasi yang ada dan penggabungan rule untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau tujuan. Pelacakan maju ini sangat baik jika bekerja dengan permasalahan yang dimulai dengan rekaman informasi awal dan ingin dicapai penyelesaian akhir, karena seluruh proses akan dikerjakan secara berurutan maju. Adapun struktur hirarki digambarkan pada Gambar 1 [3].
Gambar 1 Struktur Hirarki Forward chaining
164
3. Pembahasan Implementasi penjadwalan dengan forward chaining untuk mencari pengerja berdasarkan kemampuan, batasan, dan aturan yang ada. Dimulai dari pengumpulan data-data pengerja dan faktor yang berhubungan dengan penjadwalan seperti batasan, aturan, kemampuan pengerja, dan jumlah pengerja yang ada. Data tersebut diolah menggunakan metode forward chaining untuk mendapatkan alokasi pengerja yang sesuai. Berikut ini adalah gambar input, proses, output penelitian yang digunakan:
Gambar 2 Input- Proses-Output Penelitian 3.1 Pengumpulan Data Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Minggu X ini, terdapat 50 orang pengerja yang di plot berdasarkan ketersediaan, kemampuan dan prioritas tugas yang ada. Data-data pengerja yang ada dipetakan terhadap constraint yang ada dengan kemampuan, ketersediaan, dan kelas. Pemetaan ini dilakukan untuk memetakan kemampuan masing-masing pengerja yang mempunyai banyak kemampuan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis kemampuan yang dimiliki masing-masing pengerja. Pemetaan ini juga memperhatikan prioritas tugas yang ada. Prioritas pertama yaitu pembawa reungan dan pemimpin pujian. Kedua tugas ini merupakan tugas yang mempunyai bobot tugas paling utama karena merupakan tugas inti dalam jalannya ibadah dan akan diisi terlebih dahulu saat melakukan penjadwalan. Prioritas kedua mengacu pada tim musik, seperti pemain keyboard, gitar, dan drum. Tim musik masuk pada prioritas kedua karena pemain musik ini mendukung pada prioritas pertama yaitu mengiringi pemimpin pujian. Prioritas ketiga terdapat operator multimedia dan sound yang mendukung tim musik dan pemimpin pujian. Hal yang dilakukan adalah mengatur volume tim musik, dan pemimpin pujian. Tidak hanya itu, tetapi juga mendukung pembawa renungan dalam menampilkan gambar dan video. Sedangkan pada prioritas keempat terdapat usher, pendoa, singer, asisten, dan absen. Pada prioritas keempat ini tugas-tugas yang ada dapat dilakukan semua pengerja. Pemetaan pengerja dan kemampuan pengerja dijabarkan pada Gambar 3. 3.2 Analisis Forward Chaining Langkah-langkah penjadwalan pengerja dengan forward chaining adalah sebagai berikut: 1. Pengecekan kemampuan sesuai dengan prioritas tugas yang ada. Dalam setiap tugas yang dijadwalkan, diperlukan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Pengecekkan kemampuan dilakukan agar tugas yang akan di-plot dapat sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan. Pengecekkan kemampuan masing-masing pengerja dilakukan berdasarkan kebutuhan yang ada dapat dilihat melalui gambar 3. Prioritas berada pada pembawa firman dan pembawa pujian karena kedua tugas tersebut merupakan 2 tugas yang merupakan titik penting dalam setiap kelas dan setiap ibadah.
165
2. Mencari pengerja yang bertugas <1 kali di suatu ibadah Setelah dilakukan pencarian pengerja berdasar kemampuan yang dibutuhkan, dilakukan pengecekkan terhadap tugas yang dijadwakan di ibadah tersebut. Saat orang tersebut sudah mendapat tugas di suatu ibadah, maka orang tersebut tidak akan dijadwal di ibadah yang sama. 3. Mencari pengerja yang bertugas <3 kali dalam minggu tersebut. Setelah melakukan pengecekkan terhadap masing-masing ibadah, pengecekkan berikutnya dilakukan dengan menjumlahkan total ibadah yang dilayani dalam minggu tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak ada pengerja yang bertugas lebih dari 2 kali. Setelah melakukan pencarian pengerja berdasarkan prioritas jadwal, kemampuan, batasan ibadah, dan jumlah ibadah dimana pengerja tersebut bertugas maka dilakukan plotting jadwal. Disini setiap pengerja akan dialokasikan dalam tugas tertentu dalam suatu ibadah. Gambar 4 menggambarkan flowchart penjadwalan pengerja dengan forward chaining. Dalam penggunaan expert system/ sistem pakar dalam penentuan pengerja yang akan dijadwal, maka dibuat suatu pohon keputusan yang memetakan cara berpikir PJT (Penanggung Jawab Tempat) dalam dalam melakukan penjadwalan pengerja. Dalam kasus penjadwalan di Sekolah Minggu X ini, pohon keputusan dengan forward chaining dijabarkan pada Gambar 5. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan prioritas dan aturan penjadwalan dalam setiap ibadah seperti tidak ada nama yang ganda dalam setiap ibadah dan maksimal ibadah yang dilayani adalah 2 kali. pengerja okta mei yin lucy vina esther graddy hanny stefanus lazuardi stefanus aldi yosef caroline debora jhileta debora grace sisca fafa andi bob renata susan yefery moy dave frendy yosafat jefta gilang peter yosua angkesa yosua melvin kevin elvana kelly gaby windy friska ria david nathaniel syella yohana felicia josia angel debora syeila hanny friska sangfee michael jeremy
kemampuan variabel firman wl keyboard gitar bass drum singer usher asisten operator sound operator multimedia doa x1 v v v v v v x2 v v v v v v x3 v v v v v v x4 v v v v v v x5 v v v v v v x6 v v v v v v x7 v v v v v v x8 v v v v v v v x9 v v v v v v x10 v v v v v v v x11 v v v v v v v x12 v v v v v v x13 v v v v v v x14 v v v v v v x15 v v v v v v x16 v v v v v v v v v v v x17 v v v v v v v v v x18 v v v v v v x19 v v v v v v x20 v v v v v v x21 v v v v v v v x22 v v v v v v x23 v v v v v v v v x24 v v v v v v v x25 v v v v v x26 v v v v v v v x27 v v v v v v x28 v v v v v x29 v v v v x30 v v v v v x31 v v v v v x32 v v v v x33 v v v v x34 v v v v x35 v v v v x36 v v v v x37 v v v v v v x38 v v v v v x39 v v v v v x40 v v v v v v x41 v v v v v x42 v v v v v v x43 v v v v v x44 v v v v v x45 v v v v v x46 v v v v v x47 v v v v x48 v v v v v v v v x49 v v v v v x50 v v v v v
Gambar 3 Pemetaan Pengerja dan Kemampuan Pengerja
166
absen v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Mengecek pengerja yang ibadah bertugas <3 di minggu tersebut
Start
Apakah bisa membawa renungan? ya
tidak
Plot pengerja
Apakah pengerja tersebut sudah bertugas <3
Apakah kemampuan sesuai dengan tugas? Belum terjadwal
Mengecek pengerja yang sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan
Mengecek pengerja yang ibadah bertugas <1 di ibadah tersebut
Apakah bisa memimpin pujian?
Apakah di ibadah tersebut belum bertugas ? ya
belum Apakah sudah terjadwal 2 kali ?
Belum < 3
belum
Apakah di ibadah tersebut belum bertugas ?
None
belum Aruna 1 Aku Ditemani - Graddy Aku Bisa - Hanny ACC - Fafa, Caroline Teens - Yosef Aruna 2 Aku Ditemani - Debora J Aku Bisa - Gilang ACC - Sisca, Hanny K. Teens - Okta
Apakah pengerja tersebut belum terjadwal di ibadah tersebut? Udah <3 Sudah terjadwal
Tugas tersebut dikosongkan
Gambar 4 Alur forward chaining pada system
Aruna 3 Aku Ditemani - Frendy Aku Bisa - Vina ACC - Yosef, Esther Teens - Fafa
None
sudah
Pengerja tersebut di plot
End
tidak
sudah
None
sudah
Apakah sudah terjadwal 2 kali ? belum
Aruna 1 Aku Ditemani - Debora J Aku Bisa - Moy ACC - Sisca, oktha Teens - Syeila
None
sudah
None
Aruna 2 Aku Ditemani - Susan Aku Bisa - Stefanus A. ACC - Yefery, Lucy Teens - Caroline Aruna 3 Aku Ditemani - Renata Aku Bisa - Stefanus A. ACC - Debora G, Felicia Teens - Caroline
Gambar 5 Pohon Keputusan dengan Forward Chaining
4. Kesimpulan Kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah: 1.
2.
Sistem penjadwalan pengerja yang dikembangkan dapat melakukan plotting pengerja menggunakan constraint/ rules yang ada dan pemetaan kemampuan yang dimiliki masing-masing pengerja sehingga tidak ada pengerja yang memiliki kelebihan beban kerja. Plotting pengerja menggunakan metode forward chaining dapat mengakomodasi rules dan constraint yang ada, yaitu tidak ada pengerja yang bertugas dalam lebih dari 1 tugas dalam 1 kali ibadah yang sama dan tidak lebih dari 2 kali ibadah dalam 1 minggu. Dari sistem penjadwalan pengerja menggunakan metode forward chaining yang sedang berjalan, terdapat 29 tempat yang tidak terisi pengerja dan tidak mengganggu jalannya ibadah.
3. Daftar Pustaka 1. Hendrik, Antonius dan Riskadewi, Penerapan Sistem Pakar Forward chaining berbasis Aturan pada Pengawasan Status Penerbangan, Vol. 10 No. 3. November 2005. th 2. Jackson, Peter, 1999, Introduction to Expert system 3 Edition, Addison Wesley Longman Limited. 3. Sasikumar, M., 2007, A Practical Introduction to Rule Based Expert systems, Narosa Publising House.
167
Pengembangan Website Virtual Department Store
1
2
3
4
Gunawan , Fandi Halim , Intan Selviani , Nelly 1
Program Studi S-1 Sistem Informasi STMIK Mikroskil Medan, [email protected] 2
Program Studi S-1 Sistem Informasi STMIK Mikroskil Medan, [email protected]
ABSTRAK Banyak organisasi dan perusahaan diyakini telah memanfaatkan Internet dalam strategi bisnis mereka. Beberapa perusahaan yang memanfaatkan Internet dengan membangun website sebagai sarana penjualan produk secara online mengalami peningkatan penjualan berkat kehadiran website mereka. Beberapa perusahaan yang sukses dengan kehadiran website mereka contohnya adalah www.harrods.com dan www.walmart.com. Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu website virtual department store yang dapat menawarkan produk serta layanan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga. Pengembangan ini menggunakan metodologi pengembangan sistem Object Oriented Analysis (OOA). Pemodelan sistemnya menggunakan Unified Modeling Language (UML). Hasil akhir dari pengembangan sistem usulan adalah pemesanan dapat dilakukan secara online tanpa harus melakukan registrasi sebagai member terlebih dahulu dan pencarian produk bisa dilakukan berdasarkan kategori produk, yaitu berdasarkan kategori, subkategori, warna, dan merk. Kata kunci: department store, virtual, OOA, UML
1. Pendahuluan Seiring dengan semakin majunya perkembangan teknologi informasi dan komputer, maka kebutuhan manusia akan informasi pun semakin meluas. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi adalah dengan memanfaatkan fasilitas Internet. Dengan Internet dapat menghemat ruang dan waktu sehingga informasi yang diinginkan dapat ditemukan tanpa harus meninggalkan tempat dan aktivitas rutin. Seperti yang diketahui, pengguna Internet selalu bertambah dari tahun ke tahun. Beberapa di antaranya menggunakan Internet sebagai sarana komunikasi, media promosi, komunikasi interaktif, maupun media pertukaran data. Banyak organisasi dan perusahaan diyakini telah memanfaatkan Internet dalam strategi bisnis mereka. Dengan kemajuan Internet, perusahaan bisa memakai website sebagai salah satu sarana mereka untuk mempromosikan produk atau jasa mereka, dan juga sebagai strategi bisnis dalam melakukan penjualan dan memberikan pelayanan kepada pelanggan. Beberapa contoh penerapan Internet untuk kebutuhan bisnis adalah e-shop, e-malls, e-commerce, e-business, dan lain sebagainya. Department store atau istilah lainnya disebut sebagai ―toko serba ada‖ merupakan suatu bentuk usaha toko swalayan yang memenuhi berbagai barang kebutuhan pribadi maupun barang-barang yang dibutuhkan sehari-hari di rumah. Umumnya, department store menarik konsumen dengan menawarkan suasana yang menyenangkan, layanan yang baik, dan melakukan penataan barang dagangan yang sejanis dalam satu tempat. Setiap bagian dalam toko memiliki area penjualan khusus yang dialokasikan untuk itu, serta tenaga penjualan untuk membantu pelanggan. Department store sering menyerupai koleksi dari toko-toko khusus (Michael dan Weitz, 2012). Saat ini department store terus
168
bertambah di berbagai negara, tetapi tidak semua department store ramai dikunjungi orang. Kesulitan waktu dan memperoleh tempat parkir membuat orang enggan pergi untuk langsung berbelanja ke mall (sehingga mempengaruhi department store), ditambah lagi faktor cuaca yang tidak menentu dan macetnya jalanan. Hal ini dikarenakan aktivitas pengguna yang semakin padat serta semakin banyaknya waktu yang terbagi mengharuskan adanya kemudahan dalam pelaksanaan transaksi. Di lain pihak, seseorang yang memiliki produk, tetapi tidak memiliki cukup modal untuk menyewa toko akan mengalami kendala dalam mempromosikan dan menjual produk yang dimilikinya. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah calon pemilik department store merasakan kekurangan dari department store konvensional, seperti: 1. Memerlukan modal dan biaya yang besar untuk membuka dan mengoperasikan department store. 2. Sulitnya mendapatkan pegawai dalam jumlah banyak yang cocok dengan jabatan yang tersedia. 3. Sulitnya menjangkau konsumen yang lebih banyak, dikarenakan kesulitan mendapatkan lokasi yang strategis. 4. Kesulitan dalam memproses ijin membuka usaha department store. 5. Sulitnya melakukan pengendalian terhadap kinerja pegawai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan sebuah website virtual department store sehingga merupakan solusi bagi masyarakat yang memiliki anggapan bahwa department store konvensional kurang efektif dan efisien. Metodologi pengembangan sistem yang digunakan yakni metodologi berorientasi objek yang mengacu pada metodologi Object Oriented Analysis (OOA) dari Coad-Yourdon. Analisis dan perancangan berorientasi objek adalah cara baru dalam memikirkan suatu masalah dengan menggunakan model yang dibuat menurut konsep sekitar dunia nyata. Dasar pembuatan adalah objek, yang merupakan kombinasi antara struktur data dan perilaku dalam satu entitas (Hariyanto, 2004). Adapun tahapan dalam metodologi ini adalah: 1. Identifikasi kelas objek Pada tahap pertama didapatkan kelas dan objek yang relevan dan stabil dalam membentuk inti aplikasi yang diperoleh dengan memperhatikan unit organisasi atau struktur sistem, peranan yang dijalankan oleh orang di dalamnya, perangkat fisik yang berinteraksi dengan sistem, dan melakukan analisis terhadap domain permasalahan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk meningkatkan pemahaman analisis terhadap domain permasalahan. 2. Definisi struktur Pada tahap ini identifikasi struktur digambarkan dengan generalisasi kelas. 3. Identifikasi subjek Pada tahap ini menganalisis sistem berjalan dengan mengambil contoh website sejenis. Kemudian menganalisis apa yang menjadi kendala pada website tersebut dan mengidentifikasi kebutuhan sistem yang akan dirancang dengan menggunakan use case diagram. 4. Definisi atribut Setelah kebutuhan dari sistem diketahui melalui proses analisis, maka pada tahap ini dirancang class diagram dan basis data yang diperlukan dalam pengembangan sistem. 5. Definisi layanan Pada tahap ini dibuat rancangan proses yang akan digambarkan melalui diagram aktivitas, rancangan input dan output, dan rancangan spesifikasi proses. Setelah semua tahapan dikerjakan, berikutnya dikembangkan website department store berdasarkan hasil rancangan yang diperoleh.
169
2. Pembahasan 2.1. Identifikasi Subjek dan Definisi Atribut Analisis sistem berjalan dilakukan dengan melakukan observasi terhadap dua website sejenis, yaitu harrods.com dan walmart.com. Website Harrods.com (www.harrods.com) merupakan suatu toko online yang menjual berbagai macam kebutuhan, baik untuk wanita, pria, ataupun anak kecil, seperti baju, sepatu, perawatan kecantikan, barang elektronik, peralatan dapur, hingga makanan dan anggur (wine). Harrods juga memliki toko yang terletak di London, Inggris. Website Walmart.com (www.walmart.com) merupakan suatu toko online yang berfokus pada penjualan alat-alat elektronik dan kebutuhan rumah tangga, seperti televisi, laptop, perabotan (dapur, kantor, kamar, dan sebagainya), peralatan fitness, obat-obatan, perlengkapan bayi, dan lain-lain. Proses yang dianalisis dari kedua website tersebut meliputi pendaftaran sebagai anggota, login, serta pemesanan dan pembayaran produk. Berdasarkan observasi pada sistem berjalan didapatkan kebutuhan untuk sistem usulan, dimana dimodelkan dalam use case diagram seperti Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1 Use Case Diagram Sistem Usulan
170
Selanjutnya adalah mendefinisikan elemen-elemen data yang dapat menggambarkan objek secara utuh dan dimodelkan dengan class diagram seperti Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 Class Diagram Sistem Usulan 2.2. Tampilan Interface Tampilan antarmuka pada Virtual Department Store terbagi tiga bagian, yakni tampilan antarmuka front-end yang digunakan oleh pengunjung website untuk melakukan pembelian produk, tampilan backend yang digunakan administrator untuk mengelola website, dan tampilan back-end yang digunakan pemasok untuk mengelola produk yang dijual. Gambar 3 merupakan tampilan homepage pada Virtual Department Store setelah login member. Pada halaman home dapat dilihat beberapa produk yang ditawarkan, pengkategorian produk, status customer service yang melayani member maupun non member, serta informasi bank pembayaran. Pada bagian atas halaman disediakan fitur untuk melakukan pencarian produk, dimana bisa berdasarkan kategori, sub kategori, harga, merk, harga, dan periode penjualan.
171
Gambar 3 Tampilan Homepage Setelah Login Gambar 4 merupakan halaman informasi produk yang telah dipilih oleh pengunjung pada keranjang belanja Virtual Department Store. Tombol Lanjutkan Belanja adalah untuk melanjutkan memilih produk lain yang ingin dibeli dan tombol Selesai Belanja adalah melakukan check out. Gambar 4 Halaman Keranjang Belanja Gambar 5 merupakan halaman yang menampilkan data mengenai pemesanan yang telah dilakukan oleh pengunjung atau member. Halaman ini akan ditampilkan setelah pengisian data pengiriman dan data jenis pembayaran yang harus diisi oleh pengunjung atau member setelah melakukan pemesanan terhadap produk.
Gambar 5 Halaman Simpan Pemesanan Produk Gambar 6 menampilkan halaman beranda yang berisikan ucapan selamat datang kepada administrator. Pada halaman ini terdapat menu-menu yang dapat diakses oleh administrator website, menu untuk melakukan manajemen produk, manajemen pelanggan, manajemen pemasok, dan manajemen admin. Gambar 6 Halaman Beranda Administrator Gambar 7 merupakan halaman untuk mengelola produk yang terdapat di Virtual Department Store. Untuk mengedit produk tertentu dapat dilakukan dengan mengklik link edit, sedangkan untuk menghapus produk tertentu dapat dilakukan dengan mengklik link hapus.
172
Gambar 7 Halaman Kelola Produk Gambar 8 merupakan halaman untuk menampilkan laporan transaksi berdasarkan tanggal yang dipilih. Pada laporan ini ditampilkan daftar produk yang terjual, total keseluruhan, total diskon, jumlah produk yang terjual, dan jumlah keseluruhan produk yang terjual. Gambar 8 Halaman Laporan Transaksi
Gambar 9 Halaman Beranda Pemasok
Gambar 10 Halaman Kelola Pemesanan Produk
Gambar 9 merupakan halaman beranda yang berisikan ucapan selamat datang kepada pemasok. Pemasok dapat melakukan manajemen produk, manajemen pemasok, serta mengelola pemesanan produk dan melihat laporan transaksi. Gambar 10 merupakan daftar informasi pemesanan produk pada pemasok.Pemasok dapat melihat detil pemesanan dengan mengklik link Baca. Untuk menghapus pemesanan dengan mengklik link Hapus.
3. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan dalam pengembangan website Virtual Department Store, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Website yang dikembangkan dapat mengatasi masalah kurang efisiennya berbelanja pada department store konvensional, serta memudahkan para calon pemasok baru untuk bergabung, dimana para calon pemasok dapat mendaftarkan diri mereka secara langsung. 2. Website yang dikembangkan dapat membina dan menjaga hubungan antara administrator dengan pelanggannya yakni member maupun non member, dan juga sesama member dapat saling berkomunikasi melalui forum. 3. Untuk mempertahankan dan menarik pelanggan baru, pada website juga disediakan berbagai macam penawaran menarik, seperti promosi hadiah langsung pada proses pembelian, penukaran poin dengan produk yang disediakan, dan potongan harga (diskon) pada produk tertentu. 4. Laporan transaksi bagi administrator dan pemasok yang dapat dicetak sesuai dengan jangka waktu transaksi yang diinginkan. Daftar Pustaka 1. Hariyanto, B., 2004, Rekayasa Sistem Berorientasi Objek, Cetakan Pertama, Penerbit Informatika, Bandung. 2. Michael, L. dan Weitz, B. A., 2012, Retailing Management, Eight Edition, McGrawHill/Irwin, New York.
173
Pola Pergerakan Aktivitas Komunitas Online Perempuan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya Yudi Basuki*, Roos Akbar*, Pradono*, Miming Miharja* *Program Perencanaan Wilayah & Kota SAPPK ITB; Alamat korespondensi :[email protected] Abstrak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah terjadi sangat pesat dalam dua dekade ini tidak hanya di negara maju namun juga di negara berkembang. Kemudahan aplikasi internet telah memunculkan suatu terminologi komunitas baru yaitu komunitas online yang meretas batas-batas geografi. Hal ini juga memungkinkan kaum wanita untuk lebih mengaktualisasikan diri dengan membentuk komunitas online perempuan. Pada awalnya TIK diyakini dapat mengurangi pergerakan manusia karena kebutuhan manusia sudah dapat dipenuhi melalui jaringan internet namun ternyata masih terdapat kebutuhan untuk melakukan pertemuan fisik. Keputusan untuk melakukan pertemuan fisik dipengaruhi oleh faktor-faktor jarak, biaya, waktu, moda dan manfaat. Pertemuan fisik tersebut juga menimbulkan pola pergerakan baik dari jenis, frekwensi dan moda yang digunakan. Artikel ini bertujuan untuk menemukenali aktivitas komunitas online perempuan dalam memenuhi kebutuhan anggotanya. Artikel ini juga akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan pergerakan dalam upaya menghadiri pertemuan fisik dengan metode regresi linier. Selanjutnya artikel ini akan mendeskripsikan pola pergerakan yang terjadi. Kata kunci : Internet, komunitas online perempuan, pola pergerakan. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Teori transportasi telah mengalami perkembangan yang pesat mulai dari yang sederhana seperti pergerakan berdasar rasionalitas (Morlok, 1997; Manheim, 1979) menjadi berdasar aktivitas (Bowman, 2000; Akiva, 1997). Akses kaum wanita pada transportasi yang dahulunya terbatas saat inipun semakin terbuka. Sementara itu perkembangan perkotaan yang dipicu oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memunculkan gaya hidup dan budaya baru dalam masyarakat yang dikenal dengan masyarakat jejaring (network society) (Castell, 2010; 1989) yang telah menggeser bentuk hubungan sosial dari hubungan fisik (reality) menjadi hubungan melalui jejaring internet (cyberspace) dan meretas batas geografis.(Gamal, 2010; Francois, 2009; Hampton, 2007) Keterhubungan pada jejaring internet ini juga diyakini akan menyebabkan matinya konsep jarak (death of distance) (Cairncross, 1997). Perkembangan TIK juga dinikmati oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia internet mulai meningkat pesat penggunaannya di tahun 1998 (Lim, 2005; Social Media World Forum Asia, 2010). Kemudahan aplikasi di internet memudahkan orang untuk membentuk komunitas online berdasarkan kesamaan kepentingan dan ketertarikan. (Hummel & Leichner, 2002). Kemudahan aplikasi di internet ini juga memungkinan kaum wanita untuk lebih mengekspresikan dirinya melalui komunitas online perempuan. Pada dasarnya keputusan manusia untuk melakukan pergerakan disebabkan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya (Morlok, 1997). Kebutuhan manusia dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain atau kumpulan orang (komunitas) di lingkungannya. Komunitas online perempuan merupakan perwujudan kebutuhan manusia dalam aktualisasi diri (Maslow dalam Williams, 1995). Meskipun dapat meretas batas-batas geografis dan jarak, mamun tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dalam komunitas online perempuan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi inilah yang menjadi kebutuhan untuk melakukan pergerakan fisik. Kebutuhan seseorang akan menjadi kebutuhan untuk bergerak manakala telah terakumulasinya informasi dan pengetahuan
174
serta keinginan dari dalam individunya. Akumulasi ini adalah hasil pemrosesan informasi dalam kognitif seseorang (Williams, 1995). Secara garis besar keputusan ini didasari pertimbangan faktor pendorong dan faktor penghambat. Faktor pendorong adalah sesuatu yang menimbulkan pertimbangan seseorang untuk melakukan pergerakan sedangkan faktor penghambat adalah sesuatu yang menimbulkan pertimbangan seseorang untuk tidak melakukan pergerakan. Dalam transportasi faktor pendorong dan penghambat sering dipengaruhi oleh jarak, biaya, waktu dan moda (Bowman, 2000; Akiva, 1997). Namun dalam pengambilan keputusan individu yang menjadi anggota komunitas online perempuan diduga tidak hanya keempat faktor tersebut. Masih ada satu faktor lain yaitu manfaat atau tingkat kepentingan melakukan pergerakan. Dengan latar belakang di atas maka menjadi penting untuk mengkaji pola pergerakan yang diakibatkan oleh aktivitas komunitas online perempuan perempuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.2. Tujuan Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan melakukan pertemuan fisik anggota komunitas online perempuan dan pola pergerakan yang terjadi akibat pertemuan fisik pada komunitas online perempuan berdasar jenis, frekwensi dan moda yang digunakan 1.3. Metode Metode penelitian ini diawali dengan penyusunan konseptual model pola pergerakan akibat aktivitas jejaring sosial didasarkan pada teori transportasi yang terdahulu yang terdiri dari Sistem Aktivitas, Sistem Jaringan dan Sistem Pergerakan (Manheim, 1979) dengan fokus pada Sistem Aktivitas dan Sistem Pergerakan. Karakteristik pergerakan yang terjadi akan menarik untuk diteliti dari sisi jenis pergerakan (lokal, regional, internasional), waktu pergerakan (harian, mingguan, tahunan) serta moda yang digunakan. Apabila hal ini dapat diidentifikasi maka akan dapat dijelaskan implikasi dari pergerakan yang ditimbulkan baik besarnya, waktunya dan lokasi tujuannya. Sebagai kerangka sampel dipilih dua komunitas online perempuan yaitu Komunitas Emak Emak Blogger (KEB) dan Komunitas Ibu Hamil.com. (KIH). Dari masing masing komunitas diambil sampel yaitu 49 orang dari KEB dan 59 orang dari KIH. Analisa deskripsi digunakan untuk menemukenali karakteristik komunitas dan pemenuhan kebutuhan pada komunitas online perempuan wanita ini. Analisis regresi linier dilakukan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan melakukan pergerakan fisik. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk melakukan pertemuan fisik dilakukan analisis regresi linier dengan variabel terikatnya adalah frekwensi pertemuan fisik (kopi darat) dan variabel bebasnya adalah faktor biaya, faktor ketersediaan waktu, faktor ketersediaan moda, faktor jarak dan faktor manfaat dari pertemuan fisik. Pada akhir tulisan, analisis deskripsi kembali digunakan untuk menjelaskan pola pergerakan fisik yang ditimbulkan baik secara lokasi, waktu dan moda yang digunakan. 2. Pembahasan 2.1. Karateristik Komunitas Online Perempuan Pada Kumpulan Emak Blogger atau yang biasa disebut KEB adalah komunitas blogger perempuan Indonesia. Anggotanya terdiri dari ratusan (tidak ada data pasti jumlah anggota) blogger perempuan dari berbagai komunitas blogger Indonesia, baik yang berdomisili di dalam maupun di luar negeri. Komunitas ini didirikan oleh Mira Sahid pada tanggal 18 Januari 2012. Kegiatan yang dilakukan komunitas ini antara lain adalah berbagi inspirasi, informasi, motivasi dan karya anggotanya. Komunitas ini juga sering mengadakan pertemuan offline (kopi darat) komunitas blogger. Selain itu kegiatan komunitas ini juga dapat berupa peluncuran suatu produk perusahaan dan memfasilitasi tawaran kerja sama dari berbagai pihak. Anggota komunitas ini adalah wanita dengan
175
usia termuda 19 tahun dan tertua 45 tahun dengan profesi anggotanya beragam mulai dari ibu rumah tangga (53%), pegawai swasta (29%), wiraswasta (6%), pelajar/mahasiswa (9%) dan selebihnya adalah belum bekerja/sedang mencari pekerjaan (3%). Pada Komunitas Ibu Hamil.com (KIH) adalah merupakan group yang membahas seputar kehamilan dan parenting. Komunitas ini didirikan tahun 2011 dan memiliki anggota aktif 196 dari 849 anggotanya (data per bulan Maret 2013). Aktivitas yang dilakukan komunitas ini adalah diskusi seputar informasi pengetahuan tentang kehamilan dan parenting, seminar dan penjualan produk. Anggota komunitas ini adalah wanita dengan usia antara 19 dan 35 tahun dengan profesi yang beragam mulai dari ibu rumah tangga (66%), pegawai swasta (32%), dan selebihnya adalah belum bekerja/sedang mencari pekerjaan (4%). Keanggotaan kedua komunitas online perempuan ini berawal dari munculnya komunitas ini di internet. Pada awalnya diprakarsai oleh perorangan dan kelompok kecil yang tidak saling kenal yang kemudian berkembang dan bertambah anggotanya karena mengakses portal komunitas ini. Anggota kedua komunitas ini tersebar di kota kota besar maupun kecil di Indonesia. Sebagian besar berada di kota metropolitan seperti Jakarta (35%) dan kota kota besar lainnya seperti Bandung (18%), Semarang (8%), Yogyakarta (12%), Surabaya (18%), Medan (2%) dan Makasar (2%). Sebagian kecil anggota tersebar di kota kota kecil seperti Ciamis (2%), Kuningan (2%), Lampung (2%), Tulungagung (1%), Balikpapan (1%), Tarakan (1%), Jambi (1%), Padang (1%) dan Nabire (1%). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial komunitas ini tidak terpengaruh jarak dan letak geografis. Hubungan sosial komunitas ini lebih kepada kesamaan minat dan kebutuhan anggotanya sehingga hubungan yang terjadi bersifat fleksibel dan bukan hirarki (Francois, 2009). Hal ini terlihat dari sebaran lokasi anggota komunitas yang beragam dan proses bertambahnya anggota. Kedua komunitas ini memiliki anggota yang aktif dalam komunitasnya. Hal ini tercermin dalam frekwensi/ tingkat kekerapan anggota untuk mengakses komunitas online nya. Sebagian besar anggotanya setiap hari (72% untuk KEB dan 84% untuk KIH) aktif mengakses komunitas onlline nya dalam bentuk tanya jawab/mencari informasi. Hanya sedikit yang tidak aktif (belum tentu seminggu sekali) dalam memanfaatkan komunitas online ini (6% masing-masing untuk kedua komunitas). 2.2. Pemenuhan Kebutuhan Pada Komunitas Online Perempuan Salah satu tujuan perempuan menjadi anggota dari suatu komunitas perempuan adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini kebutuhan informasi menjadi kebutuhan yang paling besar yang didapat dari komunitas online perempuan. Informasi seputar kegiatan perempuan yang terwadahi dalam blog merupakan kegiatan utama untuk KEB. Sedangkan untuk KIH informasi seputar kehamilan, dokter, dan parenting menjadi contoh dari jenis informasi yang dibutuhkan. Namun tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dalam komunitas online perempuan. Dari anggota dua komunitas perempuan ini ternyata hanya sebagian besar kebutuhan yang terpenuhi (78% untuk KEB dan 76% untuk KIH. Artinya ada yang merasakan sudah terpenuhi namun ada yang menyatakan belum terpenuhi meskipun hanya sebagian kecil. Dari tingkat pemenuhan kebutuhan yang sebagian besar terpenuhi maka mendorong anggota kedua komunitas ini untuk melakukan pertemuan fisik atau istilah mereka kopi darat. Yang merasakan perlunya kopi darat cukup banyak (97% untuk KEB dan 93% untuk KIH). Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan akan teknologi informasi dan komunikasi mengurangi pertemuan fisik (Cairncross, 1997) tidak terbukti untuk kedua komunitas ini. Anggota komunitas masih memerlukan pertemuan fisik untuk menindaklanjuti dari komunikasi dalam komunitas online perempuan. Bahkan fenomena komunitas online perempuan ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi akan menimbulkan kebutuhan lanjutan yaitu pertemuan fisik meskipun kebutuhan informasi pada komunitas online telah sebagian besar terpenuhi.
176
2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehadiran Pada Pertemuan Fisik Berdasarkan hasil regresi linier maka pada KEB ternyata faktor yang paling berpengaruh adalah faktor manfaat. Dengan nilai koefisien terbesar (0,574) maka dapat disimpulkan bahwa faktor manfaat menjadi pertimbangan utama dalam menghadiri suatu pertemuan fisik. Adapun faktor lainnya adalah faktor jarak (-0,497), faktor biaya (- 0,041), 2 faktor waktu (- 0,028), faktor ketersediaan moda (- 0,023) pada kepercayaan model R 0,690. Pada KIH ternyata faktor yang paling berpengaruh adalah faktor manfaat. Dengan nilai koefisien terbesar (0,741) maka dapat disimpulkan bahwa faktor manfaat menjadi pertimbangan utama dalam menghadiri suatu pertemuan fisik. Adapun faktor lainnya adalah faktor jarak (-0,252), faktor biaya ( 0,012), faktor waktu (- 0,084), faktor 2 ketersediaan moda (- 0,155) pada kepercayaan model R 0,914. Hasil ini menjelaskan bahwa keputusan yang diambil dalam komunitas online perempuan tidak semata-mata dipengaruhi oleh pertimbangan yang bersifat positivistik seperti jarak, dan biaya. Keputusan yang diambil dalam komunitas online perempuan lebih mengutamakan manfaat aktualisasi diri yang didapat. Dengan kata lain faktor psikologis dalam aktualisasi diri lebih menjadi pertimbangan. 2.4. Pola Pergerakan 2.4.1. Jenis Pergerakan Pertemuan fisik (kopi darat) kedua komunitas ini adalah dalam rangka tindak lanjut dari pemenuhan kebutuhan anggoranya. Pertemuan fisik KEB berlokasi di kota asal anggotanya seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makasar, Ciamis, Kuningan, Lampung, Tarakan, Jambi, dan Padang. Adapun pertemuan fisik KIH juga berlokasi di kota asal anggotanya seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makasar, Tulungagung, Balikpapan, Tarakan dan Nabire. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan yang terjadi masih bersifat lokal. 2.4.2. Frekwensi Sebagai lanjutan dari pemenuhan kebutuhan pada komunitas online maka kaum wanita merasa perlu untuk melakukan pertemuan fisik. Pertemuan fisik yang dilakukan dan dihadiri sangat beragam jumlahnya. Pada KEB sebagian besar menghadiri pertemuan fisik sekali (28%) dan beberapa kali dalam setahun (32,7%) dan sebagian kecil menghadiri pertemuan yang lebih sering yaitu sekali (12,2%) dan beberapa kali (10,2%) dalam sebulan meskipun ada juga yang tiap minggu melakukan pertemuan fisik (10,2%). Hanya sedikit yang melakukan dan menghadiri pertemuan fisik yang sifatnya mingguan (6,1%). Pada KIH tidak jauh berbeda, yaitu sebagian besar anggotanya menghadiri pertemuan fisik sekali (23,1% dan beberapa kali dalam setahun (33,3%) dan sebagian kecil menghadiri pertemuan yang lebih sering yaitu sekali (15,4%) dan beberapa kali (5,1%) dalam sebulan meskipun ada juga yang tiap minggu melakukan pertemuan fisik (15,4%). Hanya sedikit yang melakukan dan menghadiri pertemuan fisik yang sifatnya mingguan (7,7%) Dengan data di atas maka frekwensi pergerakan akibat pertemuan fisik dapat dikatakan bersifat tahunan meskipun ada yang dilakukan beberapa kali dalam setahun. 2.4.3. Moda Dalam menghadiri pertemuan fisik kaum wanita pada KEB lebih sering mengunakan kendaraan sepeda motor (44,9%). Sebagian lagi menggunakan mobil (26,5%) dan angkutan umum (24,5%). Adapun pada KIH tidak jauh berbeda, yaitu sebagian besar menggunakan sepeda motor (42,1%) dan mobil (34,2%) dan sebagian kecil menggunakan angkutan umum (18,4%) Data di atas menjelaskan bahwa kaum perempuan lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi dalam melakukan pergerakan untuk pertemuan fisik komunitas online nya.
177
3. Hasil Hasil pembahasan akan merujuk pada bagan metodologi pada bagian sebelumnya yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu fenomena komunitas online sebagai bentukan komunitas baru, pemenuhan kebutuhan pada komunitas online perempuan, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan melakukan pergerakan dan pola pergerakan yang diakibatkannya. Dari pembahasan di atas maka hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan dengan gambar 1. Masyarakat Jejaring
Keputusan Melakukan Pergerakan
SISTEM AKTIVITAS
(network society)
Faktor2 Aktivitas pada Komunitas Online Perempuan
Information Communication Technology ICT RUANG MAYA (VIRTUAL)
•
Pemenuhan kebutuhan Aktifitas Pada Ruang Nyata
RUANG NYATA (REAL)
• Keterangan :
SISTEM PERGERAKAN Jenis Pergerakan
• • • • •
Manfaat (+) Jarak (-) Moda (-) Waktu (-) Biaya (+/-)
•
Lokal
Waktu Pergerakan Bulanan Tahunan Moda Sepeda motor
Pemenuhan kebutuhan
Mobil
SISTEM JARINGAN Prasarana Transportasi
Menyebabkan
Gambar 1 Fokus penelitianAkibat Komunitas online Perempuan dan Faktor-faktor Yang Pola Pergerakan Mempengaruhinya. Dari gambar 1 diatas maka dapat dijelaskan bahwa komunitas online perempuan di Indonesia merupakan upaya pemenuhan kebutuhan perempuan akan informasi seputar kepentingannya yang terfasilitasi oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Komunitas online perempuan ini telah meretas batas-batas fisik dan hirarki hubungan sosial masyarakat menjadi lebih fleksibel dan tersebar secara geografis. Meskipun sebagian besar kebutuhan anggota dapat dipenuhi dalam forum ternyata masih terdapat kebutuhan untuk bertemu secara fisik. Dalam memutuskan melakukan pergerakan untuk menghadiri pertemuan fisik maka faktor yang menjadi pertimbangan adalah faktor manfaat, biaya, waktu, jarak, dan ketersediaan moda. Dari kelima faktor tersebut, faktor utama menjadi faktor yang paling dipertimbangkan oleh angggota komunitas online perempuan. Dari pertemuan fisik yang terjadi maka pola pergerakan yang ditimbulkan bersifat lokal, tahunan dan moda yang digunakan adalah sepeda motor dan mobil. 4. KESIMPULAN Dari pembahasan data data di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Kemajuan dan kemudahan TIK telah menjadikan komunitas online perempuan di Indonesia suatu bentukan komunitas baru yang meretas batas-batas fisik dan hirarki hubungan sosial masyarakat menjadi lebih fleksibel dan tersebar secara geografis. Namun meskipun sebagian kebutuhan telah sebagian besar dipenuhi dalam komunitas online, masih terdapat kebutuhan untuk bertemu secara fisik. Faktor utama yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan pertemuan secara fisik adalah faktor manfaat
178
yang didapat dari pertemuan itu. Pola pergerakan yang terjadi bersifat lokal, tahunan dan moda yang digunakan adalah sepeda motor dan mobil. DAFTAR PUSTAKA 1. Bowman, J.L. ., M.E. Ben-Akiva., (2000) Activity-based disaggregate travel demand model system with activity schedules., Transportation Research Part A 35 Cambridge, MA. 2. Cairncross, F., (1997) The Death of Distance : How the Communications Revolution Will Change Our Lives, Havard Business School Press, Boston. 3. Castells, M., (2010) The Information Age: Economy, Society and Culture Volume I: The Rise of The Network Society, Second Edition, A John Wiley & Son, Ltd, Publication. 4. Castells, M., (1989) The Informational City : Information Technology, Economic Restructuring, and Urban-Regional Process, Blackwell Oxford UK & Cambridge USA. 5. François D., Shang, D., (2009) Becoming mobile in contemporary urban China: How increasing ICT usage is reformulating the spatial dimension of sociability ., International Development Research Centre. 6. Gamal, H,E., (2010) Network society: A social evolution powered by youth. Global Media Journal Arabian Edition Fall/Winter., Vol. 1, No. 1, pp. 16-26. 7. Hampton, K, N., (2007) Neighborhoods in the Network Society: The e-Neighbors ., Study Information Communication & Society., © Taylor & Francis. 8. Hummel, J. & Lechner, U. (2002). Social Profiles of Virtual Communities. Proceedings of the 35th Hawaii International Conference on Systems Sciences 9. Lim, M., (2005) The Internet, social network and reform in Indonesia. Research fund by NOW/WOTRO-DC Programme. 10. Manheim, M. (1979). Fundamentals of transportation systems analysis. MIT Press, 11. Morlok, E., (1997) Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta 12. Social Media World Forum Asia, (2010) 13. Williams, RN and Slife BD., (1995) What‟s behind the research: Discovering hidden assumptions in the behavioral sciences, Sage Publications, Inc, Printed in the United Stated of America
179
Analisis Penggunaan Proteksi Katodik Dengan Sistem Arus Tanding Sebagai Pengendali Laju Korosi Pada Circulating Water Pump Di PLTGU Muara Karang PT. PLN (Persero) 1)
Email :
1)
2)
Ir. Ishak Kasim, MT , Abrizal 2) [email protected] [email protected] Abstrak
Korosi adalah proses degradasi/perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya sehingga sangat merugikan bagi dunia perindustian dan rumah tangga. Untuk itu perlu dilakukan penanggulangan agar dapat mengurangi potensi terjadinya korosi. Salah satu cara yang banyak dilakukan untuk menanggulangi Circulating Water Pump yaitu metode proteksi katodik dengan menggunakan arus tanding. Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui penggunaan dari arus tanding pada perlindungan katodik dengan melakukan uji korosi galvanik pada pipa line di Circulating Water Pump. Kinerja yang diuku radalah luas pemukaan objek, arus yang dibutuhkan, jumlah anoda dan umur efektif dari proteksi katodik. Hasil analisa menunjukkan bahwamenggunakan proteksi katodik dengan arus tanding memperbaiki tingkat korosi yang terjadi di Circulating Water Pumpdengan nilai arus dibutuhkan pada Circulating Water Pump – Internal Surface sebesar 31.5 Ampere dan Circulating Water Pump – Outer Surface sebesar 8.4 Ampere. Dengan Sistem Porteksi ini struktur bagian utama dari pipa line yang mengalirkan air laut dan dilindungi Proteksi Katodik dengan Sistem Arus Tanding diperoleh Circulating Water Pump – Internal Surface bertahan selama 34,81 tahun sedangkan pada Circulating Water Pump – Outer Surface bertahan selama 31,84 tahun Kata Kunci: ArusTanding, Circulating Water Pump, Proteksi katodik Pendahuluan Korosi pada dasarnya merupakan sifat alamiah dari logam untuk kembali ke bentuk semula. Dengan demikian sebenarnya korosi tidak dapat dihilangkan sama sekali. Akan tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses korosi dapat dikendalikan sampai pada titik minimum yang dilakukan berdasarkan proses terjadinya. Salah satu metode pengendalian korosi untuk sistem perpipaan adalah proteksi katodik. Proteksi katodik untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun 1820-an sebagai sarana kontrol korosi utama pada alat pengiriman Naval di Inggris. Kemudian lebih dikenal dan banyak dipakai pada tahun 1930-an di Gulf Coast Amerika dalam mengendalikan korosi pada pipa yang membawa hidrokarbon (gas bumi dan produk minyak) bertekanan tinggi. Di Indonesia metode ini dipergunakan secara lebih luas sejak tahun 1970-an. Korosi tidak dapat dihilangkan namun dapat dicegah dengan memproteksi material dari lingkungan. Pada dasarnya proteksi katodik merupakan kontrol korosi secara elektrokimia dimana reaksi oksida pada sel galvanis dipusatkan di daerah anoda dan menekan proses korosi pada daerah katoda dalam sel yang sama. Dengan demikian, teknologi ini sebenarnya merupakan gabungan yang terbentuk dari unsurunsur elektrokimia, listrik dan pengetahuan tentang bahan. Unsur elektrokimia mencakup dasar-dasar proses terjadinya reaksi korosi, sedangkan unsur kelistrikan mencakup konsep dasar perilaku obyek yang diproteksi dan lingkungannya jika arus listrik dialirkan.
180
Sistem Arus Tanding (Impressed Current) Proteksi katodik arus paksa atau dikenal dengan Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) merupakan salah satu metode proteksi katodik (Cathodic Protection) dimana kebutuhan arus elektronnya disuplai dari luar sistem. Proteksi katodik biasa diaplikasikan ke struktur yang telah dilapisi dengan pelapisan (coating) yang menyediakan bentuk primer dalam perlindungan korosi. Sedangkan untuk sistem yang tidak terlapisi kebutuhan arus proteksi katodik biasanya selalu berlebih. Metode ini biasa digunakan untuk perlindungan pipa- pipa dan tangki yang dikubur, struktur di dalam perairan laut dan besi-besi penunjang. Contoh implementasi dua jenis sistem proteksi katodik dapat dilihat pada gambar 3.4. Pada tipe anoda tumbal / korban atau dikenal juga dengan anoda galvanik, proteksi logam dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan potensial reduksi untuk logam yang berbeda. Jika tanpa proteksi katodik maka salah satu area pada struktur logam akan lebih negatif dibanding area yang lainnya, sehingga akan menyebabkan terjadinya korosi. Jadi pada metode ini intinya adalah menghubungkan logam yang akan dilindungi ke logam yang lebih reaktif, sehingga proses korosi akan teralihkan ke logam tersebut.
Gambar 1. Tipe pencegahan korosi dengan metode proteksi katodik Untuk struktur yang lebih besar, sistem anoda tumbal tidak dapat menyediakan kebutuhan arus yang cukup untuk perlindungan secara menyeluruh, dan juga tidak ekonomis. Sistem proteksi katodik arus tanding dikembangkan untuk mengatasi kelemahan tersebut. Prinsip Dasar Sistem Proteksi Katodik Arus Tanding Pada prinsipnya sistem proteksi katodik arus tanding sama dengan anoda tumbal, hanya saja kebutuhan arus elektronnya disuplai dari luar sistem yaitu dari anoda yang dihubungkan ke sumber arus DC. Sumber arus DC dapat dihasilkan dari berbagai sumber seperti baterai, solar sel, dan generator. Idenya adalah dengan membanjiri struktur logam yang akan dilindungi dengan sumber elektron dari luar sistem sehingga membuat struktur logam tersebut menjadi bersifat katodik dan membuat struktur logam imun terhadap korosi. Komponen dasar yang membentuk sistem proteksi katodik arus tanding terdiri dari katoda yaitu logam yang akan dilindungi, sumber arus DC (Rectifier), anoda inert (Ground Bed atau Anode Bed), dan kawat penghubung (Metallic Circuit) antara anoda dan katoda, seperti yang terlihat pada gambar 3.5. Pada sistem ini, anoda dipasang di dalam tanah tempat logam yang akan diproteksi berada dan dihubungkan ke terminal positif dari output rectifier. Sedangkan logam yang akan dilindungi dihubungkan ke terminal negatif dari output rectifier. Aliran arus akan mengalir dari anoda melalui elektrolit di dalam tanah dan sampai ke logam.
181
Sistem proteksi katodik arus tanding dapat memiliki banyak konfigurasi anoda yang tergantung pada elektrolit dan logam yang akan dilindunginya.
Gambar 2. Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) Dengan menggunakan metode ini ada beberapa keuntungan yang tidak dapat dicapai dengan metode-metode lain, yaitu: 1. Besarnya tegangan dan arus dapat di desain untuk range yang lebih luas dan sesuai kebutuhan. 2. Area yang luas dapat di proteksi dengan hanya satu buah instalasi sistem proteksi katodik arus tanding. 3. Keluaran tegangan dan arus yang bervariasi dan dapat diatur. 4. Dapat diaplikasikan untuk lingkungan dengan tingkat resistivitas yang tinggi. 5. Efektif untuk melindungi struktur yang dilapisi maupun yang tidak. Selain memiliki kelebihan yang menguntungkan, metode ini juga memiliki kelemahankelemahan yang membatasi dalam penggunaannya, yaitu: 1. Dapat menimbulkan masalah interferensi katodik. 2. Dapat mengalami kegagalan suplai energi / power. 3. Memerlukan inspeksi dan maintenance secara berkala. 4. Memerlukan sumber daya dari luar, yang menyebabkan tambahan pengeluaran bulanan. 5. Proteksi yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan dari pelapisan. Parameter Perancangan Panjang object yang akan dilindungi : 1. CWP – Internal Surface = 74 m 2. CWP – Outer Surface = 59.4 m Diameter object yang akan dilindungi : D = 0.15 m Jumlah object yang akan dilindungi : N = 8 Arus densitas perlindungan : 1. CWP – Internal Surface : i = 0.45 A/m² 2. CWP – Outer Surface : i = 0.15 A/m² Tegangan potensial minimum = -0.8 (Ag/AgCl) Resistivitas tanah = 22 Ω.m Limit Potensial Positif = -0.85 V Limit Potensial nef=gatif = -1.1 V Perencanaan umur = 30 tahun
182
Perhitungan Luas Permukaan Object (Ap) Pada pipa yang terpendam dalam tanah, luas permukaan yang hendak dilindungi adalah luas permukaan pipa yang kontak langsung dengan tanah. Perhitungan luas permukaan luar dapat diperoleh dengan melibatkan diameter luar dan keseluruhan panjang pipa yang dipendam yaitu sepanjang 74 meter untuk CWP – Internal Surface dan 59.4 meter untuk CWP – Outer Surface menggunakan rumus berikut : Ap = π . d . l (3.1) Dimana : Ap = Luas Permukaan Objek (m2) Π = 3,14 d = Diameter 0.300 m l = panjang objek =74 m² Ap = π . d . l (3.1) CWP – Internal Surface : Ap = 3,14 . 0.300 m . 74 m = 70 m² CWP – Outer Surface : Ap = 3,14 . 0.300 m . 59.4 m = 56 m² Sehingga berdasarkan perhitungan diatas luas permukaan pada CWP – Internal Surface adalah 70 m² dan CWP – Outer Surface adalah 56 m². Perhitungan Arus yang dibutuhkan tiap CWP Arus perlindungan total yang diperlukan untuk melindungi pipa dihitung sesuai rumus berikut: Circulating Water Pump – Internal Surface Ip = Ap x i
(3.2)
Dimana : Ip = Arus yang dibutuhkan (A) Ap = Luas area yang diproteksi (m²) = 70 m² i = Densitas proteksi arus (A/m²) = 0.45 A/m² Dari rumus perhitungan di atas didapat Ip = 70m² x 0.45 A/m² (3.2) = 31.5 A Dari perhitungan arus diatas maka arus yang mengalir untuk area Circulating Water Pump – Internal Surface dari luas area 70 m² dengan densitas proteksi arus sebesar 0.45 A/m^2 yaitu 31.5 A Circulating Water Pump – Outer Surface Rumus : Ip = Ap x i (3.2) Dimana : Ip = Arus yang dibutuhkan (A) Ap = Luas area yang diproteksi (m²) = 56 m² i = Densitas proteksi arus (A/m²) = 0.15 A/m² Dari rumus perhitungan di atas didapat Ip = 56m² x 0.15 A/m² (3.2) = 8.4 A Dari perhitungan arus diatas maka arus yang mengalir untuk area Circulating Water Pump – Internal Surface dari luas area 56 m² dengan densitas proteksi arus sebesar 0.15 2 A/m yaitu 8.4 A.
183
Proteksi Katodik Sebagai Pengendali Laju Korosi pada Circulating Water Pump Resistivitas Air Laut = 22 Ω . cm (hasil survei) Radius Anode = 1.085 cm Panjang Anoda = 30 cm Tegangan output Platinized Titanium Anode = 8 V Arus Keluaran (maximum) = 10 A Perhitungan Tahanan pada Anoda Resistansi yang diperlukan untuk energi saat ini : (3.3) Dimana : R : Resistansi (Ω) V : Tegangan keluar anoda (V) I : Arus Keluaran rectifier (A) (3.3) = Resistan Anoda Resistansi pada anoda (Ω) =
(3.4)
Sumber : Recommended Practice DNV-RP-B401, January 2005 Dimana : = Resistifitas air laut L = Panjang anoda r = Radius anode Resistansi pada Anoda (Ω) =
(3.4)
= 0.133 x (2.303 log 6-1) = 0.133 x 3.71 = 0.49 (Ω) ................ <0.8 (Ω) Perhitungan Masa Anode dan Lifetime Circulating Water Pump – Internal Surface Circulating Water Pump (CWP) – Internal Surface PR-12010H (ketebalan Pt adalah 8 m) ..... 120 mm Luas permukaan Pt yang dilapisi (cm²) = Volume lapisan Pt (cm³) = Bobot anoda Pt =
(Kepadatan Pt = 21.4
)
Perhitungan lifetime dari anoda Umur efektif (lifetime) (3.6) Dimana : Laju pemakaian anoda Pt
=10
Anode Output Rasio pemakaian
= 90%
=5A
184
(3.6) = Perhitungan Masa Anode dan Lifetime Circulating Water Pump – Outer Surface Circulating Water Pump (CWP) – Outer Surface PL-2220H (ketebalan Pt adalah 8 m) ..... 21.7 mm x 300 mm Luas permukaan Pt yang dilapisi (cm²) = Volume lapisan Pt (cm³) = Bobot anoda Pt =
(Kepadatan Pt = 21.4
)
Perhitungan lifetime dari anoda Umur efektif (lifetime)
(3.6)
Dimana : Laju pemakaian anoda Pt
=10
Anode Output Rasio pemakaian
= 90%
= 10 A (3.6) = Tabel 1. Hasil Perhitungan yang dilakukan
No
Uraian
Hasil Perhitungan
Satuan
1
Luas Permukaan yang diproteksi CWP – Internal Surface
70
m²
CWP – Outer Surface
56
m²
0.45
Ohm
22
Ohm . cm
CWP – Internal Surface
31.5
A
CWP – Outer Surface
8.4
A
5
Resistansi Anoda
0.49
Ohm
6
Jumlah Anoda yang dibutuhkan CWP – Internal Surface
32
Pcs
CWP – Outer Surface
8
Pcs
0.49
Ohm
2 3 4
Tahanan Pipa Resistivitas Air Laut Kebutuhan Arus Proteksi
7
Tahanan Anoda
8
Anoda yang digunakan
9
Elektrode yang digunakan
10
Umur Proteksi
Platinum on Titanium Zinc 30
185
Tahun
Kesimpulan Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa penggunaan Proteksi Katodik dengan Sistem Arus Tanding pada Pipa Line Circulating Water Pump adalah sebagai berikut : 1. Faktor yang menyebabkan korosi pada Circulating Water Pump yang ada di PLTGU Muara Karang yaitu karena faktor eksternal yaitu lingkungan (air laut) yang menyebabkan korosi pada Circulating Water Pump yang menyebabkan pipa line untuk mengalirkan air laut menjadi berkarat. 2. Sistem proteksi yang digunakan untuk menanggulangi terjadinya korosi pada pipa line di Circulating Water Pump adalah Proteksi Katodik dengan Sistem Arus Tanding (Impressed Current Cathodic Protection). 3. Nilai arus dibutuhkan pada Circulating Water Pump – Internal Surface sebesar 31.5 Ampere dan Circulating Water Pump – Outer Surface sebesar 8.4 Ampere.Dengan Sistem Porteksi ini struktur bagian utama dari pipa line yang mengalirkan air laut dan dilindungi Proteksi Katodik dengan Sistem Arus Tanding (Impressed Current Cathodic Protection) yang didapat pada Circulating Water Pump – Internal Surface bertahan selama 34,81 tahun sedangkan pada Circulating Water Pump – Outer Surface bertahan selama 31,84 tahun. Daftar Pustaka 1. Parker Marshall E. 2001.‖Pipe Line Corrosion and Cathodic Protection‖.Huston, Texas 2. TM 5-811-7:Technical Manual:Electrical Design Cathodic Protection, Department of The Army USA, Washington, 1985 3. DNV-RP-B401: Cathodic Protection Design, Det Norske Veritas, 1993 4. Peabody, A.W., “Control of Pipeline Corrosion”, NACE, Houston, 2001 5. Review of corrosion management for offshore oil and gas processing, Capcis Limited, Manchester, 2001 6. Webster,S.; Woollam,R, ―Corrosion Monitoring Manual‖, BP Amoco, 1996 7. Fontana Mars G. 1985,‖Corrosion Engineering‖, 3 edition. Huston: The McGrawHill Book Company. 8. http://hardiananto.wordpress.com/2010/01/18/proteksi-katodik-lokal-padaindustrial-plant-dan-compressor-station/. Diunduh tanggal 20 Mei 2013. 9. http://pmahatrisna.wordpress.com/2010/02/01/korosi-apa-itu-part-1/. Diunduh tanggal 11 April 2013. 10. http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/4997/1/DOKUMEN%20P RESENTASI%2c1.pdf. Diunduh tanggal 21 Juli 2013.
186
Aplikasi Optical Character Recognition pada Perangkat Mobile Menggunakan Mixed Binarization 1
2
3
Ahmad Muhsin Kurnia , Mahmud Dwi Sulistiyo , Bedy Purnama 1 2 [email protected], [email protected], 3 [email protected] 1,2,3 Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung, Indonesia
ABSTRAK Perangkat mobile, seperti smartphone, saat ini sudah memiliki fitur yang sangat lengkap. Salah satu fitur yang dapat diimplementasikan pada smartphone adalah Optical Character Recognition (OCR). OCR mampu mengekstraksi tulisan dalam sebuah citra yang ditangkap menjadi data teks digital yang dapat dibaca oleh komputer dan diproses lebih lanjut. Namun, hasil pembacaan citra teks oleh aplikasi OCR pada umumnya masih kurang maksimal dalam hal akurasi. Hasil tersebut dapat lebih baik salah satunya dengan memperbaiki proses binarisasi pada tahap pre-processing. Metode Otsu pada proses global thresholding memiliki waktu komputasi yang singkat, tetapi terkadang kurang akurat. Sedangkan metode local thresholding yang digunakan, seperti Niblack atau Sauvola, memiliki waktu komputasi yang tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini, digunakan metode mixed binarization, yaitu gabungan antara global thresholding dan local thresholding. Dibandingkan tanpa melalui tahap preprocessing binarisasi, tingkat akurasi yang diperoleh menggunakan mixed binarization jauh lebih baik dengan selisih 62,11%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan metode global thresholding Otsu, hasilnya pun lebih baik 12,14%, meskipun waktu prosesnya jauh lebih lama. Kata kunci: perangkat mobile, OCR, pre-processing, binarization, mixed binarization 1
PENDAHULUAN
OCR merupakan proses ekstraksi teks dari sebuah citra sehingga teks tersebut dapat digunakan untuk proses selanjutnya. OCR juga membantu pembuatan dokumen yang berasal dari hardcopy. Citra yang diolah didapatkan dari berbagai sumber dan perangkat, di antaranya kamera handphone, kamera digital, webcam, dan sebagainya. Akurasi teks hasil proses OCR merupakan hal yang paling penting dalam menentukan kualitas sistem OCR yang digunakan. Untuk meningkatkan akurasi dari OCR tersebut salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan proses binarization pada tahap pre-processing [13]. Proses binarisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu global thresholding dan local thresholding. Global thresholding memiliki keunggulan pada waktu komputasinya yang cepat, tetapi terkadang akurasi yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Sedangkan local thresholding mampu memberikan hasil akurasi yang baik, tetapi memerlukan waktu komputasi yang lebih tinggi [5]. Dengan keunggulan dari masingmasing kedua metode tersebut, pada penelitian ini akan dicoba diterapkan metode mixed binarization. 2
METODE YANG DIGUNAKAN
2.1 Mixed Binarization Mixed Binarization merupakan teknik binerisasi yang menggabungkan antara global thresholding dan local thresholding [5]. Mixed Binarization yang digunakan pada makalah ini adalah penggabungan antara Fisher global thresholding dengan Sauvola local
187
thresholding. Fisher thresholding dilakukan sebagai tahap pertama, kemudian local thresholding dilakukan pada tahap keduanya. 2.2 Fisher Thresholding Gambar berikut menunjukkan alur proses dari metode Fisher thresholding.
Mulai
Input Citra Grayscale
Hitung histogram citra
Lakukan proses morphological erosi dan dilasi
Selesai
Output citra hasil Fisher Thresholding
gunakan nilai k yang menghasilkan nilai maksimum sebagai threshold
Hitung fungsi objektif untuk mendapatkan nilai maksimum
Gambar 1. Proses Fisher Thresholding
Fisher thresholding melakukan perhitungan threshold dengan mencari nilai maksimum antara Between-Class Scatter dan Within-Class Scatter. Misalkan I merupakan citra grayscale dengan L sebagai gray level [0,1, …, L-1], maka probabilitas dari nilai gray i yang muncul pada citra dapat didefinisikan sebagai berikut [4].
(1) Asumsikan piksel-piksel pada citra terbagi menjadi 2 kelas C1 dan C2 berdasarkan nilai gray t. (2) Maka nilai mean gray level pada tiap kelas dapat didefinisikan sebagai berikut. (3) Sedangkan variansi kelas dapat dihitung berdasarkan: (4) dan variansi antar kelas: (5) maka, nilai threshold dapat dihitung berdasarkan: (6) di mana nilai (7) yang memenuhi (8) Keterangan:
ni = Frekuensi gray level i N = Jumlah piksel pada citra L = Gray level 188
pi w k m σ2 λ
= Peluang gray level i = Probabilitas tiap kelas = Nilai threshold yang dihitung = Mean gray level tiap kelas = Variansi tiap kelas = Fungsi objektif
2.3 Sauvola Thresholding Mulai
Input Citra Grayscale
Hitung mean per window size
Hitung Standar Deviasi per window size
Selesai
Lakukan thresholding tiap window
Hitung nilai threshold per window size
Gambar 2. Proses Sauvola Thresholding
Metode Sauvola merupakan modifikasi dari metode Niblack [5]. Pendekatan dari Niblack adalah membedakan threshold citra berdasarkan nilai rataan dan standard deviasi lokal yang dihitung berdasarkan ketetanggaan pada piksel dengan menggunakan jendela ketetanggaan. Modifikasi yang dilakukan Sauvola adalah dengan menghitung threshold menggunakan nilai dinamis R dari standard deviasi [5]. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai threshold T [5]. (9) di mana nilai m merupakan rata-rata gray level tiap kelas dan nilai s merupakan standard deviasi. Nilai R yang digunakan adalah 128 yang merupakan nilai maksimum standard deviasi untuk citra grayscale. 3
PERANCANGAN SISTEM
Deskripsi Umum Sistem Gambar berikut menunjukan alur kerja sistem secara keseluruhan. Input Citra
Convert Grayscale
Morphological Operation
Fisher Thresholding
Output Data Teks
OCR melalui Tesseract Engine
Output Citra Biner
Sauvola Thresholding
Gambar 3. Alur kerja secara umum sistem OCR yang dibangun
Proses diawali dengan input citra melalui proses capture kamera atau me-load citra yang sudah ada pada storage. Kemudian, dilakukan proses Fisher Thresholding. Setelah itu dilanjutkan dengan Sauvola Thresholding pada citra. Citra biner yang dihasilkan dari mixed binarization tersebut kemudian diproses menggunakan Tesseract Engine untuk menghasilkan data teks dari hasil pengenalan kata yang terdapat pada citra.
189
3.1 Kebutuhan Sistem Sistem dibangun di atas platform Java menggunakan tools Eclipse, disertai Android Developer Tools, dan Android SDK. Adapun berikut penjelasan kebutuhan sistem dari sisi masukan, keluaran, beserta cara mengukur performansi sistem. 1) Input Sistem Input untuk aplikasi OCR yang dibangun berupa citra yang dapat diambil dari 2 cara, yaitu proses load citra dari media penyimpanan smartphone atau capture cita secara langsung menggunakan camera smartphone. 2) Output Sistem Output yang dihasilkan oleh sistem adalah teks hasil pengenalan oleh sistem terhadap citra yang diinputkan. 3) Performansi Sistem Performansi sistem dihitung berdasarkan Word Accuracy (Wacc) dan Character Accuracy (Cacc) teks hasil pengenalan terhadap teks sebenarnya. Untuk Cacc, dihitung dengan cara menghitung persentase banyaknya karakter yang dikenali dengan benar dibandingkan jumlah seluruh karakter pada teks yang dibaca. Sedangkan untuk Wacc, dilakukan penghitungan dengan rumus berikut [8]. (10) Keterangan: S = jumlah kata/karakter yang diganti D = jumlah kata/karakter yang dihapus I = jumlah kata/karakter yang ditambah C = jumlah kata/karakter yang benar 4
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Skenario Pengujian Pengujian terhadap aplikasi OCR yang dibangun mengunakan 100 buah citra teks uji. Citra yang diujikan berisi teks berberbahasa Indonesia yang diambil dengan kamera smartphone dengan resolusi 5 MP. Gambar diambil tanpa menggunakan flash dan berada pada pencahayaan yang cukup terang. Tulisan pada data yang diambil berjenis Times New Roman. Pengujian dan pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai-nilai terbaik dari parameter-parameter yang mempengaruhi OCR dengan Mixed Binarization ini. Dengan demikian akan dapat diketahui pengaruh penggunaan metode tersebut terhadap performansi sistem. Berikut adalah langkah-langkah untuk menguji dan menentukan nilai parameter-parameter yang diperlukan. 1. Data uji diproses menggunakan OCR tanpa pre-processing binerisasi. Hasil dari proses tersebut meliputi teks hasil proses dan waktu proses yang dibutuhkan. Selanjutnya teks hasil proses tersebut dihitung menggunakan Word Accuracy (Wacc) dan Character Accuracy (Cacc) 2. Selanjutnya data uji diproses menggunakan OCR pre-processing binerisasi dengan menggunakan nilai k-factor dan window size yang telah ditentukan sebelumnya. Nilai parameter erosi-dilasi pada Fisher Thresholding di-observasi dalam rentang nilai 1 sampai 10. Dari hasil teks dari proses tersebut akan dihitung Word Accuracy (Wacc) dan Character Accuracy (Cacc). 3. Pada tahap selanjutnya, pengubahan nilai parameter dilakukan pada nilai k-factor, nilai diubah dalam rentang 0.1 sampai dengan 0.9. Teks hasil proses tersbut dihitung kembali menggunakan Word Accuracy (Wacc) dan Character Accuracy (Cacc)yang kemudian data nilai tersebut dirata-ratakan untuk mengetahui nilai kfactor yang terbaik dan akan digunakan untuk pengujian selanjutnya. 4. Data uji diproses menggunakan OCR dengan pre-processing binerisasi. Pada tahap ini pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai k-factor yang telah ditentukan sebelumnya. Nilai parameter window size pada Sauvola Thresholding
190
diset dengan nilai-nilai ganjil dalam rentang 3 sampai 21. Dari teks hasil proses tersebut akan dihitung Word Accuracy (Wacc) dan Character Accuracy (Cacc). 5. Selanjutnya data uji diproses menggunakan OCR dengan pre-processing binarisasi Otsu. Hasil dari proses tersebut akan dibandingkan dengan proses yang menggunakan Mixed Binarization dan proses tanpa binarisasi. Parameter pengukur yang digunakan meliputi Word Accuracy (Wacc), Character Accuracy (Cacc) dan waktu proses pengenalan. 4.1 Hasil Observasi Parameter Erosi dan Dilasi Tabel berikut menunjukkan hasil observasi terhadap nilai-nilai erosi dan dilasi yang diujikan. Parameter pengukur yang dilihat ada 3, yaitu Wacc, Cacc, dan waktu proses. Tabel 1. Hasil observasi parameter erosi dan dilasi
Parameter OCR
Result (%)
Time(s)
Erosi dan Dilasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
75.16 76.68 63.17 38.85 37.45 19.30 15.28 11.79 9.09 8.67
92.84 94.96 82.34 71.76 61.00 51.01 38.59 36.02 32.49 22.16
156.67 152.31 151.15 160.57 153.94 157.74 161.39 154.45 160.87 150.72
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa parameter erosi dan dilasi berpengaruh terhadap tingkat akurasi teks yang dikenali oleh sistem. Besarnya nilai erosi dan dilasi yang digunakan akan mempengaruhi struktur stroke pada citra. Semakin besar nilai erosi dan dilasi, maka stroke pada citra akan semakin tipis, demikian pula sebaliknya. Nilai erosi dan dilasi yang terlalu kecil atau besar dapat membuat ukuran stroke yang sulit untuk diproses. Dari percobaan ini, diperoleh nilai erosi dan dilasi yang optimal, yaitu 2. 4.2 Hasil Observasi Nilai Parameter K-Factor Tabel berikut menunjukkan hasil observasi terhadap nilai-nilai k-factor yang diujikan. Parameter pengukur yang dilihat ada 3, yaitu Wacc, Cacc, dan waktu proses. Tabel 2. Hasil observasi nilai parameter k-factor
Parameter OCR
Result (%)
Time(s)
K Factor 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
5.41 77.56 0.00 0.00 2.60 0.50 0.00 1.30 0.00
47.98 89.57 10.67 12.39 12.00 15.32 9.23 13.88 7.85
155.18 151.46 159.64 157.16 150.24 160.97 150.38 151.18 156.15
Besarnya nilai k-factor yang digunakan berpengaruh terhadap nilai threshold pada setiap pixel. Jika nilai k = 0, maka nilai threshold sama dengan mean (rata-rata). Semakin besar nilai k maka semakin besar pula nilai threshold-nya. Nilai threshold yang tinggi cenderung menghasilkan nilai 1 atau mendekati warna putih. Hal tersebut menyebabkan kualitas citra yang kurang baik. Sebaliknya nilai threshold yang semakin kecil akan
191
menghasilkan warna yang mendekati hitam. Berdasarkan percobaan, nilai k-factor yang optimal untuk digunakan pada penelitian ini adalah 0.2. 4.3 Hasil Observasi Nilai Parameter Window Size Tabel 3 berikut menunjukkan hasil observasi terhadap nilai-nilai window size yang diujikan. Parameter pengukur yang dilihat ada 3, yaitu Wacc, Cacc, dan waktu proses. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa performansi sistem OCR terbaik secara umum ditunjukkan oleh parameter window size yang bernilai 11. Hal tersebut terutama dilihat dari akurasi kata (Wacc) yang paling tinggi di antara nilai-nilai window size yang lainnya. Namun, akurasi terbaik tersebut harus ‗dibayar‘ dengan waktu komputasi yang paling lama dibandingkan nilai-nilai window size yang lainnya. Tabel 3. Hasil observasi nilai parameter window size
Parameter OCR
Result (%)
Time(s)
Window Size 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
31.49 71.70 75.16 73.37 80.27 3.93 1.06 1.47 0.00 0.00
67.96 88.68 94.03 91.26 94.11 23.18 78.43 6.34 9.48 9.45
158.67 159.69 155.75 150.43 162.19 160.89 153.62 157.59 155.12 156.42
Hal tersebut dikarenakan nilai window size memiliki pengaruh pada hasil perhitungan nilai threshold untuk suatu pixel. Semakin besar nilai window size, maka akan memperluas atau memperbanyak pixel sekitar yang menjadi komponen perhitungan nilai threshold. Window size yang semakin besar tidak menjamin akan menghasilkan nilai threshold yang sesuai karena piksel-piksel yang jauh dari pusat window akan ikut terlibat dalam perhitungan nilai threshold. Di samping itu, nilai window size yang semakin besar akan membuat kompleksitas perhitungan di dalam setiap window semakin besar. Namun, jumlah perulangannya atau jumlah window yang harus dihitung menjadi semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya, sehingga penambahan ukuran window tidak berbanding secara linier dengan waktu proses perhitungan. 4.4 Hasil Perbandingan Antara Tanpa Binarisasi, Mixed, dan Otsu Dari percobaan yang dilakukan untuk membandingkan antara sistem yang tidak melakukan tahap binarisasi, sistem yang menggunakan Mixed Binarization, dan sistem yang menggunakan metode Otsu, diperoleh hasil yang dituliskan pada tabel 4 dan 5. Tabel 4. Hasil perbandingan antara OCR tanpa binarisasi dan dengan Mixed Binarization
Hasil tanpa Binarisasi 16.47%
51.59%
Time(s) 41.20
Hasil dengan Mixed Binarisasi 80.275
94.11%
Time(s) 108.400
Tabel 5. Hasil perbandingan antara OCR dengan Mixed Binarization dan dengan Otsu
Result dengan Otsu 68.13%
90.71%
Time(s) 43.63
Result dengan Mixed 80.27%
94.11%
Time(s) 108.400
Berdasarkan kedua tabel di atas, terlihat bahwa hasil proses pengenalan OCR dengan menggunakan binarisasi akan menghasilkan tingkat akurasi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil proses OCR yang tanpa melalui tahap binarisasi. Begitu juga
192
untuk perbandingannya terhadap penggunaan metode Otsu. Tingkat akurasi yang dihasilkan OCR dengan Mixed Binarization lebih baik dibandingkan metode Otsu. Meskipun demikian, baik dibandingkan dengan tanpa metode binarization dan dengan penggunaan metode Otsu, waktu proses yang dihasilkan selalu lebih lama. 5
KESIMPULAN
Dari hasil observasi, pengujian, dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Setiap parameter pada metode Mixed Binarization yang di-observasi memberikan pengaruh tersendiri terhadap performansi sistem OCR. a. Parameter erosi dan dilasi berpengaruh terhadap ketebalan stroke dari citra biner. Stroke yang terlalu besar atau terlalu kecil kurang baik dalam proses perhitungan sehingga akan berdampak pada akurasi pengenalan. b. Parameter k-factor berpengaruh terhadap brightness atau tingkat gelap-terang dari citra hasil pre-processing dan berpengaruh pula pada akurasi. Nilai k-factor yang semakin besar akan menghasilkan citra yang lebih terang, begitu pula sebaliknya. c. Semakin besar ukuran window yang digunakan, maka semakin banyak pula nilai pixel yang ikut terlibat sebagai komponen dalam perhitungan nilai threshold. Dengan demikian waktu proses perhitungan untuk setiap window akan lebih lama. 2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, konfigurasi parameter-parameter yang optimal pada metode Mixed Binarization untuk citra teks dengan jenis huruf Times New Roman 12 pt adalah sebagai berikut. a. erosi dan dilasi : 2 b. k-factor : 0.2 c. window size : 11 3. Dalam hal tingkat akurasi, penerapan metode Mixed Binarization pada penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan tanpa melalui proses binarisasi ataupun dengan penggunaan metode Otsu. Namun, dalam hal waktu proses atau kompleksitas perhitungan, metode Mixed Binarization kurang bagus dibandingkan kedua metode tersebut. Hal ini sekaligus menjadi saran untuk penelitian selanjutnya untuk membangun metode binarisasi yang bagus dalam menghasilkan citra hasil preprocessing sekaligus meminimalkan proses komputasi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA 1. Abdel-Azim, G. 2010. Thresholding based on Fisher linear discriminant. Saudi Arabia:College of Computer, Qassim. 2. Csetverikov, Dmitrij., et al. 2011.Basic Algorithms for Digital Image Analysis: a Course. Hungary: Institute of Informatics Eotvos Lorand University Budapest. 3. Eikvil, Line. 1993. Optical Character Recognition. Oslo: Norsk Regnesentral P.B 114 Blindern. 4. Fisher, Walter D.1958. On Grouping for Maximum Homogeneity. Kansas State College. 5. Gaceb, Djamel., Eglin, Veronique., Lebourgeois, Frank. 2011. A New Mixed Binarization Method Used in a Real Time Application of Automatic Business Document and P 6. Hahn, Jim., Ryckman, Nathaniel. 2012. Optical Character Recognition Software in Library Mobile Apps. Helsinki: University of Illinois at Urbana-Champaign. 7. Hladky, Peter. 2012.OCR on Mobile Device. Android Development. Zurich: Software Engineer AdNovum Informatik AG. 8. Kwon Soon-Kak, An Hyun-Jun, Choi Young-Hwan. 2012. Character Recognition System Based On Android Smart Phone. Department of Computer Software Engineering, Dongeui 9. O‘Brien, Sean., Haddej, Dhia Ben. 2012. Optical Character Recognition. Worcester Polytechnic Institute.
193
10. O‘Meara, John. 2012. Optical Character Recognition.Zanibbi, Richard Department of Computer Science, Rochester Institute of Technology 11. Palkovic, AJ. 2008.Improving Optical Character Recognition. United States: Villanova University. 12. Sachs, Jonathan. 1996.Digital Image Basics. Digital Light & Color. 13. Sharma, Om Prakash., Ghose, MK., Shah, Krishna Bikram., Thakur, Benoy Kumar.2013. Recent Trends and Tools for Feature Extraction in OCR Technology. International 14. Shi, Jianbo. 2007. Computer Vision.IEEE Conf. on Computer Vision and Pattern Recognition (CVPR), Kauai, Hawaii. 15. Smith, Ray. 2007. Tesseract OCR Engine. OSCON.
194
Lesson Learned Improving Teachers Capability To Developt Ict Media On Some Subyect At Muhammadiyah 3 Senior High School In Batu City East Java Nurwidodo dan Iin Hindun Universitas Muhammadiyah Malang [email protected] ABSTRACT Telah dilakukan implementasi program pengabdian masyarakat melalui Ipteks bagi Masyarakat (IbM) dengan judul IbM Profesi Guru untk Pengembangan Media Berbasis ICT. Program ini bermaksud untuk membangun pengetahuan, sikap dan keterampilan guru dalam menciptakan dan memanfaatkan media pembelajaran yang berbasis ICT. IBM didorong oleh tuntutan profesi guru yang inspiratif dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan mutakhir. Media pembelajaran berbasis ICT adalah salah satu contoh yang memenuhi kriteria tersebut. Namun, berdasarkan survei awal menemukan sangat sedikit guru yang memiliki kemampuan untuk membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT. Metode untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan pelatihan, lokakarya dan pendampingan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan guru dalam pembuatan media dan publikasi. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan peran media dalam pembelajaran menjadi semakin baik, seluruh peserta menyadari bahwa ICT merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pelatihan, workshop dan pendampingan telah dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT.
Kata kunci: Media pembelajaran ICT, kualitas pembelajaran, pengetahuan, sikap dan ketrampilan mengembangkan ICT.
A. PENDAHULUAN Pembelajaran yang inspiratif akan tercipta dengan memanfaatkan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dirancang dengan baik akan mampu membangkitkan gairah belajar dan kemandirian belajar siswa. Media pembelajaran berbasis ICT sangat memungkinkan dapat memenuhi harapan tersebut. Penggunaan ICT dalam berbagai bidang kehidupan sudah sangat ektensif dan intensif, hal mana di dunia media pembelajaran dan diharapkan juga demikian. Kegiatan ini didorong oleh keinginan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui pengembangan media dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT. Rangkaian kegiatan dimulai dengan melakukan perencanaan secara bersama, melaksanakan kegiatan, mewujudkan hasil pengembangan media dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar. Metode utama dalam kegiatan ini adalah melaksanakan pelatihan, melakukan kegiatan workshop dan memberikan bantuan pendampingan kepada guru di SMA Muhammadiyah 3 Batu untuk mengembangkan dan memanfaatkan media pembelajaran. Hasil pengembangan media pembelajaran dievaluasi secara konten maupun secara desain pengembangannya. Peranan media pembelajaran sangat penting karena dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran di satu pihak dan di lain pihak media akan
195
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Bahkan media dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Dengan media siswa dapat belajar sendiri tanpa kehadiran guru, dan hal itu dimungkinkan manakala dimanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Saat ini semakin kuat kecenderungan pemanfaatan/pendayagunaan media berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT atau information Communication Technology). Media pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi atau TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Dorongan untuk mengembangkan dan memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT kini semakin meningkat. Hal ini berseiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan persebarannya yang semakin menjangkau berbagai wilayah yang dulunya belum memungkinkan. Perangkat ICT sudah tidak asing di tangan anak anak kita, tidak hanya di kota namun juga sudah sampai pada pelosok desa. Berdasarkan hal itulah, maka mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT sudah tidak banyak lagi kendalanya. Agar media pembelajaran berbasis ICT dapat dikembangkan dan dimanfaatkan maka dalam pembuatannya perlu dipelajari dan diwujudkan oleh para guru. Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran biasanya menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) beserta aplikasinya, seperti: perangkat komputer yang tersambung dengan jaringan internet, LCD/proyektor, CD pembelajaran, televisi, bahkan menggunakan web atau situs-situs tertentu dalam internet. ICT dalam hal ini komputer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih leluasa memilih, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahaminya. Walhasil komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena komputer tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi, seperti yang diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang ada dalam pikiran siswa. Iklim inilah yang membuat tingkat retensi siswa pengguna komputer multimedia lebih tinggi daripada bukan pengguna. Dalam pembelajaran berbasis ICT, selain dukungan perangkat keras dan perangkat lunak, dukungan koneksi berbasis web (internet) juga sangat diperlukan. Hal ini memungkinkan para siswa dan guru melaksanakan aktifitas pembelajaran tidak harus selalu bertatap muka secara langsung, akan tetapi bisa dengan cara online yang tekoneksi dengan jaringan internet. Pengolahan materi yang akan disajikan dalam bentuk multimedia dapat mengikuti tahapan pengolahan materi subyek. Tahapan tersebut adalah seleksi I, strukturisasi, seleksi II, dan reduksi. Tahap 1. Seleksi buku. Memilih sebuah buku yang akan menjadi acuan dengan pertimbangan isi materi, tingkat kesulitan, metodologi instruksional, dan integritas keilmuan penulis. Tahap 2. Strukturisasi Sturkturisasi diawali dengan membuat proposisi dari teks dasar. Setelah menentukan proposisi utama, makro, dan mikro, langkah selanjutnya adalah mengalihkannya ke bentuk outline, sehingga didapatkan sebuah model representasi teks. Tahap 3. Seleksi materi yang sesuai kebutuhan siswa. Tidak semua materi yang ada pada topik/materi diperlukan oleh siswa. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan kembali terhadap materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tahap 4. Reduksi Reduksi pada materi yang akan diajarkan dilakukan dengan cara penyederhanakan bahasa, visualisasi, dan penggunaan teknik historis dalam pemaparannya.
196
Penyederhanaan bahasa dilakukan dengan mengabaikan hal-hal kurang relevan dengan kebutuhan siswa. Visualisasi dilakukan dengan memberikan gambar dari suatu proses yang terjadi. Akan lebih mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk gambar (visual). B. PEMBAHASAN Setelah pelatihan dilaksanakan, evaluasi terhadap proses dan hasil pelaksanaan pelatihan dilakukan untuk mengetahui efektifitas pelatihan. Evaluasi ini dilakukan dengan wawancara dan penulisan kesan pesan secara bebas oleh peserta pelatihan. Wawancara dilakukan oleh pelaksana kegiatan kepada kepala sekolah sebagai pemangku kepentingan dan kepada guru peserta pelatihan. Pertanyaan wawancara meliputi tiga bagian, bagian pertama adalah tentang identitas dan pengalaman guru dalam mengajar selama ini, bagian kedua berkaitan dengan kesan yang diperoleh dalam mengikuti pelatihan, dan bagian ketiga adalah pesan yang dapat diberikan setelah mendapatkan layanan pelatihan media ICT. Hasil wawancara pada bagian pertama menunjukkan bahwa hampir semua guru di SMA Muhammadiyah 3 Batu tidak pernah bahkan tidak mempedulikan peranan media dalam proses pembelajaran. Berikut pernyataan Sunarto, guru Fisika, ―….memang selama ini kami tidak pernah menggunakan media, karena tidak bisa menyiapkannya‖. Pernyataan yang sama juga datang dari Karnadi, guru Matematika, sebagai berikut : ― sebelumnya kami juga suda hada informasi tetang petignya media, tetapi belum saya pakai. Dengan pelatihan ini kesadaran saya akan pentingnya media dalam pembelajaran menjadi meningkat…..‖. Pernyataan dari dua orang guru ini dimaklumi oleh kepala sekolah, karena memang begitu adanya. Namun bapak kepala sekolah sangat berharap, dengan pelatihan ini maka kesadaran, pengetahuan dan ketrampilan para guru sasaran mejadi meningkat dan dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dengan media yang tepat. Hasil wawancara untuk pertanyaan bagian kedua dapat dilaporkan sebagai berikut. Kesan yang diperoleh selama mengikuti pelatihan dapat disimak oleh pernyataan Zainal, guru bahasa inggris sebagai berikut : ―….sekarang saya menjadi lebih merasa bersalah……mengapa sebelumnya saya tidak menghiraukan peranan media dalam pembelajaran, dengan pelatihan ini saya seperti dibawa pada pemahaman bahwa media pembelajaran memegang peranan yang penting dalam pembelajaran, membantu mempermudah siswa dalam memahami isi pelajaran….‖. Pernyataan lain disampaikan oleh Wahida, guru biologi : ―Pelatihan ini menyadarkan kembali pada ingatan saya yang sudah lama saya peroleh….tetapi tidak saya hiraukan…….kini saya kembali pada kesadaran akan pentingnya media bagi proses belajar siswa…..‖. Sementara itu bapak kepala sekolah memberikan komentar sebagai berikut ―Pelatihan ini baik dan memberikan manfaat yang besar bagi sekolah, apalagi instrukturnya adalah orang yang pakar dibidangnya bahkan sangat bersedia membantu jika ada kesulitan dalam mewujudkan media‖. Hasil evaluasi untuk mengetahui pesan yang dapat disampaikan oleh peserta dan kepala sekolah terhadap pelatihan ini adalah sebagai berikut. Gazali menyatakan ―Saya senang pak dengan pelatihan ini dan berharap saya mendapatkan bimbingan dan pendampingan untuk mewujudkan media pembelajaran berbasis ICT‖. Sementara itu Sumarto guru Fisika menyatakan sebagai berikut : ―Saya sudah mencoba membuat media ICT, namun belum begitu sempurna…saya berharap dapat diberikan bantuan lagi untuk menyempurnakan media yang saya siapkan. Selanjutnya saya juga minta bimbingan lanjut utuk menerapkan media ini dalam pembelajaran …… ‖. Bapak Karnadi memberikan komentar ―Jika nanti semua materi pelajaran sudah disiapkan medianya, guru akan mendapatkan leluasa…. Meskipun sedang ada kegiatan rapat, pembelajaran dapat berlangsung secara mandiri dengan media sebagai acuannya‖. Bapak Puriadi juga menyampaikan pesan : ―Semua guru peserta senang pak dengan kegiatan ini,
197
semoga dapat diteruskan untuk menyempurnakan media dan memanfaatkannya sebagai hasil karya guru … ―. Untuk mendapatkan penilaian tentang kualitas hasil pengembangan media pembelajaran oleh guru maka dilakukan evaluasi terhadap materi yang dikemas dalam media pembelajaran ICT tersebut. Penilaian ini dilakukan oleh ahli media pembelajaran. Hasil penilaian dicntumkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Data Hasil Penilaian Ahli Materi No Aspek yang Dinilai Persentase (%) Kualifikasi 1 Efektivitas Isi/Materi 80,5 Baik 2 Daya Tarik Isi/Materi 86,7 Baik Berdasarkan hasil penilaian dari ahli materi pada tabel 1.1. diperoleh informasi bahwa isi pengetahuan yang tekandung dalam media yag telah dibuat oleh guru sudah cukup baik, sehingga sebagai pengalaman pertama guru menyiapkan materi untuk media ICT ini tidak perlu dilakukan revisi karena data sudah valid, artinya materi yang ada pada multimedia sudah tepat dan benar..Berikut ini adalah data hasil penilaian dari aspek desain dan teknologi yang diiguakan oleh guru dalam mengembangkan media. Penilaian ini juga dilakukan oleh ahli media dan hasilnya sebagaimana tabel 1.2 berikut.
No 1 2 3 4 5
Tabel 1.2 Data Hasil Penilaian Ahli Media Aspek yang Dinilai Persentase (%) Efektivitas Teknologi 73,3 Efektivitas Desain Pesan 77,2 Efisiensi Teknologi 73,7 Efisiensi Desain Pesan 73,3 Daya Tarik 80
Kualifikasi Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
Pemanfaatan media berbasis ICT untuk proses pembelajaran Bahasa Inggris. Telah dimanfaatkan media pembelajaran bahasa inggris berbasis ICT untuk aktivitas pembelajaran. Kompetensi dasar yang dikembangkan dengan media adalah tentag kemampuan berbicara atau speaking. Media ini dapat mendorong siswa unuk belajar secara mandiri. Ada perkenalan tokoh, ada pertanyaan dan ada jawaban lisan dari tokoh dalam media ini. Berikutnya ada anjuran kepada para pemirsa untuk melakukan latihan dengan saling memberikan pertanyaan dan menjawabnya. Dalam media ini diberkan review cara mengembangkan jawaban secara lisan dan didasarkan pada kriteria yang seharusnya dipenuhi untuk menjadi jawaban yang berilai baik. Kriteria tersebut meliputi organisasi jawaban, kelancaran, out of topic atau in a topic, gramatikal dan waktu untuk menjawab yag diperlukan. Dengan media ini maka dapat memberikan pedoman bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berbicara dalam bahasa inggris (speaking). Media pembelajaran matematika dikembangkan untuk mempelajari kompetensi dasar 4.11 Merancang dan mengajukan masalah nyata terkait luas segitiga dan menerapkan aturan sinus dan kosinus untuk menyelesaikannya. Media yang dibuat dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dalam kompetensi dasar tersebut dengan melalui ekspose soal soalnya terlebih dahulu, seperti Sebuah kapal berlayar dari pelabuhan dengan arah 60derajad, Kecepatan rata rata kapal tersebut adalah 45mil/jam. Setelah 4 jam berlayar jarak kapal terhadap arah timur pelabuhan adalah?. Penyusun media memulai interaksi belajar dengan rangsangan pertanyaan, kemudian disajikan skema dan ilustrasi untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga dapat menemukan jawabannya. Pengguna media dapat melajutkan belajarnya dengan membuka soal berikutnya, dan mencermati cara menyelesaikannya sehingga
198
mendapatkan jawaban yang benar. Media ini dilengkapi dengan pertanyaan yang meminta pebelajar melatih untuk menjawab dengan caranya sendiri. Penerapan media dalam pembelajaran matematika dilaporkan dapat mendorong siswa untuk belajar secara mandiri. C. KESIMPULAN Berdasarkan proses dan hasil pengabdian Ipteks Bagi Masyarakat yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) profesi guru untuk pengembangan media pembelajaran berbasis ICT telah meningkatkan kesadaran guru akan pentingnya media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran 2. Penerapan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) profesi guru untuk pengembangan media pembelajaran berbasis ICT telah meningkatkan pengetahuan guru membuat media pembelajaran dalam ranga meningkatkan kualitas pembelajaran 3. Penerapan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) profesi guru untuk pengembangan media pembelajaran berbasis ICT telah meningkatkan ketrampilan guru untuk membuat media pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran 4. Penerapan media pembelajaran berbasis ICT yang dikembangkan memberikan kemudahan kepada guru dalam membelajarkan materi sesuai dengan bidang studi yang diampu guru. 5. Penerapan media pembelajaran berbasis ICT yang dikembangkan memberikan peningkatan proses dan hasil pembelajaran pada matapelajaran yang diampu guru yang bersangkutan. 6. Media pembelajaran ICT yang dikembangkan guru dapat dikategorikan cukup layak untuk digunakan dalam pembelajaran, hal ini berdasarkan pada hasil penilaian ahli dan penilaian siswa terhadap substansi isi dan fleksibilitas desain multimedia interaktif telah memenuhi kriteria uji kelayakan. Ditinjau dari beberapa aspek penilaian multimedia interaktif melalui angket, rata-rata memiliki kualifikasi cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA 1. Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) 2. Miarso, Yusufhadi, dkk, Tegnologi Komunikasi Prndidikan, (Jakarta : CV Rajawali, 1984) 3. Sadiman, Arif S, Media Pendidikan, (Jakarta : CV Rajawali, 1986) 4. Warsita, Bambang, Tekhnologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) 5. Wilkinson, Gene L., Media dalam Pembelajaran, Ter. Zulkarimen Nasution, (Jakarta : Rajawali. 1984) 6. Yusufhadi Miarso, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta : CV Rajawali, 1984),
199
Rendahnya Pendidikan Seks Dalam Keluarga Analisis Terhadap Iklan Pendidikan Seks Dalam Keluarga 1
2
Nurhablisyah , Yulianto Hadiprawiro , Wulandari
3
Program Studi DKV Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka 58C Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Indonesia, 1 2 3 [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya di tahun 2013, yang bertujuan untuk menguji iklan layanan masyarakat “Pendidikan Seks Remaja untuk Keluarga.”Dalam menguji pemahaman masyarakat terhadapa pesan iklan dan pola pendidikan seks di dalam keluarga, metode yang digunakan adalah FGD (Focus Group Discussion).Dalam FGD yang terdiri dari 10 peserta didapatkan hasil bahwa 60% peserta dewasa paham pesan iklan, sisanya yaitu 40% (peserta remaja) kurang paham. 70% peserta tidak pernah bicara seks dalam keluarga. Peserta remaja umumnya mencari tahu tentang seks dari teman dan media massa lain seperti internet, film dan teman. Sementara 3 peserta yang sudah berusaha memberikan pendidikan seks kepada keluarganya, memiliki latar belakang pekerjaan sebagai guru. Seorang peserta, laki-laki dan ayah dari 3 orang anak laki-laki mengatakan sebagai seorang ayah, ia tidak pernah bicara seks kepada anak-anaknya, karena anak-anak nantinya akan mencari tahu sendiri. Fenomena pendidikan seks sudah menjadi cita-cita sejak sepuluh tahun terakhir, namun pada kenyataannya baik di rumah dan di sekolah belum ada pendidikan secara resmi yang dapat dipraktikkan oleh keluarga dalam melindungi putra putri mereka dari kejahatan seks dan perilaku seks beresiko. Dari hasil penelitian ini maka disusunlah buklet dan poster yang dapat disebarkan kepada masyarakat. Kata Kunci: Uji Iklan, FGD, Pendidikan Seks A. PENDAHULUAN Tahun 2013 didapuk menjadi ―darurat kekerasan seks anak‖ di Indonesia.Setidaknya ada 925 kasus kekerasan anak yang diterima oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia).Jika dijumlahkan dalam tiga tahun terahir maka jumlah kasus kekerasan seks pada anak mencapai 3.500-3.600 kasus dari seluruh Indonesia. Anak-anak yang dimaksud adalah usia 0-18 tahun. Pelaku kekerasan seks berasal dari sekitar lingkungan anak, termasuk guru, kerabat, temanteman ataupun pekerja yang dipercaya bekerja di rumah korban. Menurut KPAI, ada tiga jenis kasus yang terus meningkat akhir-akhir ini, perebutan hak asuh anak, anak bermasalah dengan hukum dan pelecehan seksual terhadap anak. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/04/19/n4af39-kpai-925-kasuspelecehan-seksual-anak-terjadi-di-2013, diunduh 2 Agustus 2914). Kasus ini baru menjadi perhatian bangsa Indonesia setelah seorang anak laki-laki yang masih duduk di TK berusia 5 tahun diperkosa oleh 4 petugas kebersihan di sekolahnya.Kejadian ini berlangsung di JIS (Jakarta International School), sebuah sekolah internasional yang sangat dihormati dan memiliki sistem keamanan yang canggih.Kasus ini terungkap setelah orang tua korban melihat
200
keanehan yang terjadi pada anaknya, berupa sakit herpes di seputar alat kelamin anak.Si anak juga nampak murung dan tidak bersemangat.Belum selesai kasus JIS, masyarakat digemparkan lagi oleh Kasus Emon dari Sukabumi. Emon (24 tahun) nama panggilan seorang pemuda yang sehari-harinya menjaga kolam pemandian di Sukabumi, mengaku telah mencabuli sampai seratus anak laki-laki. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/14/05/06/n550lj-kpaitemui-emon-di-polres-sukabumi, diunduh 2 Agustus 2014) Kasus-kasus kekerasan seks sejak itu makin banyak dibicarakan, menjadi perhatian banyak orang tua dan guru.Para ibu-ibu menjadi sangat paranoid untuk melepas anak-anaknya bahkan untuk ke sekolah.Namun, memasuki Bulan Mei, masa kampanye capres dan cawapres RI periode 2014-2019, kasus ini tenggelam.Perhatian masyarakat tidak lagi bagaimana melindungi keluarga mereka dari predator seks, namun siapakah yang memenangi pertarungan dalam menduduki kursi panas kepresidenan.Dan kasus kekerasan seks pada anakpun tidak lagi dibahas, demikian juga solusi untuk memberikan pendidikan seks dalam keluarga.Maka untuk menindaklanjuti penelitian sebelumnya dan memberikan kesadaran kepada masyarakatakan pentingnya bicara seks dalam keluarga, dilakukanlah pengujian iklan layanan masyarakat ―Pendidikan Seks Remaja dalam Keluarga‖ melalui metode FGD. Hasil dari pengujian iklan ini akan diteruskan dalam bentuk poster dan buklet yang akan dibagikan kepada masyarakat. B. PEMBAHASAN Pendidikan Seks Pendidikan seks pada remaja dimaksudkan memberikan bimbingan dan penjelasan tentang perubahasn fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Pendidikan disesuaikan dengan norma dan ajaran agama yang berlaku (Dianawati, 2003:8). Cara umum yang dianjurkan untuk memberikan pendidikan seks dalam keluarga adalah dengan mengajak anak diskusi.Dengan demikian orang tua dapat mengukur sejauhmana pengetahuan anak tentang seks. Pendidikan jika diartikan dalam Bahasa Inggris adalah to educate, artinya adalah memperbaiki moral dan melatih intelektual, (Suwarno dalam Sasmita, 2010:24) Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Sasmita (2010:27), pendidikan seks adalah mengajarkan, memberi pengertian, dan menjelaskan masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan yang diberikan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap menerima hal-hal di atas. Pendidikan seksual tidak hanya menekankan pada aspek seksual, anatomis, biologis dan fisiologis.Tetapi juga mengenai psikologis, sosial, psikohigienis dan relijius (Sasmita, 2010:28). Utsman Ath-thawiil (Fathiyya, 2011:22), tujuan diberikan pendidikan seks kepada generasi muda adalah: 1. Memberikan informasi kepada generasi muda muslim sesuai dengan kebutuhannya ketika memasuki usia baligh, 2. Menjauhkan dari jurang kenistaan dan kemesuman, 3. Mengatasi problematika seksual dalam ajaran Islam,4. Menampilakan keuniversalan, kesempurnaan ajaran Agama Islam, 5.Memperkokoh ajaran Islam dan memelihara kemuliaan diri. Sarlito Wirawan dalam Fathiyya (2011:29), menerangkan bahwa masalah seksualitas remaja di kota besar timbul karena beberapa alasan, antara lain; 1. Kurangnya pendidikan seks di kalangan remaja yang menyebabkan mereka buta tentang terhadap masalah seks, 2.banyaknya rangsangan pornografi dari berbagai media, seperti film, bahan bacaan, obrolan dengan teman dan perkembangan teknologi, 3. Tersedianya kesempatan untuk melakukan hubungan seks, misalnya karena longgarnya pengawasan orangtua.
201
Dalam Paradigma Psikoanalisis, masa remaja (early adolescene) dikaitkan dengan istilah masa pubertas, yaitu pola aktivitas seksual yang mantap. Usia remaja yang tercakup di dalamnya yaitu 12-16 tahun. Pada saat ini ogan reproduksi remaja tengah berkembang. Hal ini dibarengi oleh pertumbuhan hormon-hormon reproduksi. Aktivitas seksual menjadi terlarang karena faktor budaya dan keyakinan. Ketika seorang remaja kesulitan mengkombinasikan intimasi dengan kepuasan seksual maka kegiatan yang dilakukan berupa masturbasi, lebih jauh lagi hubungan sesama jenis, Alwisoll (2004:190-191). Iklan layanan masyarakat (ILM) adalah kegiatan non-bisnis yang bertujuan untuk menggerakkan solidaritas masyarakat manakala menghadapi suatu masalah sosial. Kasali (1992:201), menjelaskan bahwa di negara maju, ILM digunakan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang dapat menghancurkan harmonisasi kehidupan umum. Badan Iklan Amerika Serikat (USA Ad Council) merumuskan syarat sebuah Iklan layanan mayarakat: iklan bersifat non-komersial, tidak bersifat keagamaan, tidak berbau politik, berwawasan nasional, diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat, diajukan oleh organisasi yang telah diterima atau diakui oleh masyarakat, dapat iiklankan, dan memiliki dampak kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional (Kasali, 1992:202). Definisi iklan layanan masyarakat dalam Undang-undang Penyiaran No.32 tahun 2002 Bab 1, pasal 1 ayat 7 adalah “Siaran iklan yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan gagasan, cita – cita, anjuran, dan/atau pesan – pesan lainnya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar berbuat dan/atau bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut.” Dalam mengukur Efektivitas pesan iklan, salah satunya dilihat dari pesan kreatif (copy) iklan yaitu: layout, musik, narasi, ukuran, dan lain-lain. Dimensi efek yang akan diteliti meliputi Kognisi (Attention, Awareness, Recognition, Comprehension, Recall), Afektif (Attitude Change, Like/dislike, Involvement), dan Konatif (Intention to buy, Buy, Purchase Behaviour), Kriyantono, (2009:353-356). Dalam penelitian ini, pengujian efektifitas pesan iklan dilakukan dengan metode FGD (Focus Grous Discussion). Sehingga didapatkan kesimpulan mengenai isi pesan iklan yang dapat ditangkap dan sesuai untuk masyarakat di wilayah Puskuemas Kecamatan Pasar Rebo. FGD adalah proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik dalam sebuah diskusi kelompok (Irwanto, 2006:2). Dalam sebuah kegiatan FGD, tim terdiri dari; 1 moderator, 1 orang pencatat proses, 1 orang penghubung peserta, 1 orang bagian logistik dan bocker. Peserta dalam FGD, jumlahnya 7-11 orang, tergantung kebutuhan penelitian (Irwanto, 2006; 7-73) Dalam kegiatan FGD ini, jumlah peserta ditentukan menjadi 10 orang, dengan rincian sebagai berikut; 2 orang adalah guru SMU (mengajar remaja), 1 orang ibu yang memiliki anak remaja, 1 orang ayah yang memiliki remaja, 1 orang ibu yang belum memiliki anak, 1 orang ayah yang belum memiliki anak, 2 remaja laki-laki dan 2 remaja perempuan. Pertimbangan dalam memilih peserta FGD adalah keragaman mengenai latar belakang yang ada kaitannya dengan bicara seks dalam keluarga. Focus Group Discussion ini sudah direncanakan sejak pembuatan proposal di akhir tahun 2013. Dari rencana 40 peserta FGD yang akan dieksekusi menjadi 4 kelompok (remaja,ayah, ibu dan guru), direduksi menjadi 1 kelompok dengan peserta yang berbeda karakter. Pertimbangan ini dimaksudkan agar jawaban dari setiap peserta bisa langsung dikonfirmasi kepada peserta lain.
202
Seluruh peserta tinggal dan melakukan kegiatan sehari-hari di wilayah lingkungan Puskesmas Kec. Pasara Rebo. Setiap peserta juga mengetahui bahwa Puskesmas Pasar Rebo adalah puskesmas rujukan.Mutiara Rizki adalah istri dari Harrio, pasangan ini belum dikaruniai anak dan sudah menikah selama 2 tahun.Tuti dan Hartono juga pasangan suami istri yang memiliki 3 anak laki-laki. Anak pertama mereka sudah bekerja, sedangkan anak kedua dan ketiga masih duduk di SMU. Dhias Pramunia dan Sukapti adalah guru yang bekerja di SMU 58 Ciracas- Jakarta Timur.Sukapti pernah menjadi wali kelas dimana salah satu siswi yang dibinanya hamil di luar nikah. Sukapti memiliki pengalaman mendamaikan dua orang tua yang anaknya terlibat hubungan seks di luar nikah sehingga mengakibatkan kehamilan di usia remaja. Melalui pengalamannya, Sukapti menuturkan, bahwa ketika mendapati anaknya hamil, orang tua tidak terima keadaan itu dan saling menyalahkan anak orang lain. Masing-masing orang tua yang tidak menerima jika anaknya disalahkan. Indira dan Rossa adalah siswa SMU yang duduk di kelas 10. Dari pengalaman keduanya, mereka mengakui rata-rata gaya pacaran teman-teman sudah melakukan hubungan seks. Peserta lainnya, Alpian dan Arief duduk di kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan (Teknik Mesin). Alpian dan Arief relatif tidak terbuka selama FGD, mereka mengutarakan jawaban seadanya, kadang mengikuti pola yang lain.
Gambar 1. Posisi Duduk Peserta FDG Doc. Peneliti Dari gambar di atas Posisi Peserta FGD, paling kiri adalah moderator, ketua peneliti: Nurhablisyah. Posisi selanjutnya adalah Mutiara Rizki, Harrio Sutomo, Indira Faritza, Rosa Rolina, Tuti, Hartono, Sukapti, Dhias, Alpian dan Arief.FGD dilakukan di Hotel Fiducia pada Selasa, 24 Juni 2014, mulai pukul 09:00 sampai 12:00. Sebelum ke lokasi, para peserta sudah dihubungi dan mendapatkan surat undangan dari tim peneliti. Syarat menjadi peserta adalah tinggal di wilayah cakupan Puskesmas Pasar Rebo Kelurahan Kalisari, memiliki anak remaja (bagi orang tua), merupakan orang tua muda, remaja laki-laki dan remaja perempuan dan guru. Dari penayangan ILM Pendidikan Seks Remaja Dalam Keluarga, terjadi perbedaan yang cukup signifikan dari pendapat peserta. Peserta yang dalam kategori muda (16 – 25 tahun) cenderung tidak memahami pesan iklan yang diperankan oleh talent laki-laki. Para peserta tidak dapat menangkap pesan seks dalam adegan talent laki-laki. Namun mereka menangkap bicara seks melalui menstruasi pertama seorang anak gadis kepada ibunya. Sementara peserta FGD di atas 25 tahun, sudah bisa memahami isi pesan ILM. Dari kegiatan ini, bicara seks pada remaja laki-laki sebaiknya dimulai secara langsung dan jelas, misalnya
203
bagaimana membahas mimpi basah. Hartono, seorang ayah dengan 3 anak laki-laki menyatakan tema mimpi basah penting ketimbang bicara rasa suka yang timbul dengan lawan jenis, walau Hartono sendiri tidak pernah membahas mimpi basah dengan 3 anak laki-lakinya. Menurut Hartono, hal seperti itu tidak perlu dibicarakan, nanti anak-anak juga akan belajar dari film dan teman. Selanjutnya para peserta diberikan pertanyaan bagaimana pendidikan seks dalam keluarga. Hasilnya, 70% peserta FGD tidak memiliki gambaran yang jelas bagaimana bicara seks dalam keluarga, karena mereka sendiri tidak pernah mengalaminya. Bagi peserta remaja, bicara seks artinya peringatan dari orang tua agar lebih waspada dalam bergaul dan memilih teman. Indira dan Rosa merupakan remaja perempuan dari keluarga yang bercerai.Hubungan dengan orang tua tidak terlalu dekat, sehingga masalah seks tidak pernah dibahas.30% peserta yang pernah bicara seks dalam keluarga (dengan anak) adalah Tuti, Sukapti dan Dhias.Mereka semua memiliki latar belakang guru.Pemahaman pendidikan seks diberikan kepada anak di bawah usia 5 tahun dengan cara menjelaskan alat-alat tubuh. Tuti adalah guru PAUD, sedangkan Sukapti dan Dhias adalah guru SMU. Pada pembahasan berikutnya, mengenai media yang dibutuhkan dalam membantu bicara seks dalam keluarga, peserta di bawah usia 25 tahun memilih website atau media sosial sebagai media yang dapat mendukung belajar seks yang benar dan sehat. Sementara bagi peserta di atas 25 tahun, memilih buku saku yang mudah dipahami, berisi ilustrasi yang menarik dan pembahasannya singkat. Bagi peserta di bawah 25 tahun, buku saku mungkin saja dibaca, jika sampulnya menarik dan sesuai dengan anak muda, pembahasan yang ada di dalamnya juga disajikan dengan tidak kaku. Kesimpulan Pada kegiatan post test iklan dengan menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion), yang terdiri dari 10 orang peserta, 4 remaja dan 6 orang dewasa (orang tua). Menunjukkan hasil bahwa iklan layanan masyarakat ―Bicara Seks Dalam Keluarga versi Menstruasi dan Suka dengan Lawan Jenis,‖ 60% peserta dari kalangan dewasa paham isi iklan dan dapat menceritakan dengan jelas.Sementara 40% peserta (peserta remaja) tidak paham iklan, terutama bagian talent remaja lakilaki yang menyukai teman adiknya.Peserta remaja lebih mengharapkan penggambaran yang jelas bagaimana memulai bicara seks dengan remaja laki-laki misalnya dengan membahas mimpi basah. Rancangan poster dan buklet yang merupakan panduan bagi orang tua, remaja dan guru untuk bicara seks yang benar dan sehat, meliputi beberapa unsur diantaranya: sampul buklet harus menarik minat pembaca, sebab itulah unsur grafis, foto, tipografi dan layout harus diatur sedemikian rupa sehingga terkesan segar dan tidak membosankan. Isi buklet terdiri dari teks dan ilutrasi dengan perbandingan masing-masing 50% per halaman.Setiap halaman terdiri dari ilustrasi berupa kartun atau foto, tujuannya, karena golongan ekonomi sosial menengah ke bawah umumnya memiliki kebiasaan membaca yang rendah, maka ilustrasi menjadi penting dalam mendorong mereka untuk memahami isi buku.Poster iklan harus dilengkapi dengan ilustrasi yang memberikan makna keluarga sedang bicara seks.Ilustrasi tersebut diwujudkan dalam bentuk buku tentang organ reproduksi yang sedang dibaca oleh setiap anggota keluarga.
Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain: dalam merancang isi pesan kepada masyakarat disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dalam menerima pesan. Buklet, terdiri dari ilustrasi dan teks, prosorsi teks tidak terlalu
204
banyak, tujuannya agar audiens tidak cepat bosan.Ilustrasi terkesan ringan dan menggunakan warna yang cerah.Ilustrasi berupa foto digunakan untuk penjelasan yang bersifat ilmiah.Pemerintah bekerjasama dengan institusi pendidikan dan institusi di masyarakat memberikan ruang yang luas dan memberikan fasilitas tempat, dalam usaha sosilisasi Pendidikan Seks Remaja dan Keluarga.Penelitian ini akan lebih bermafaat, jika didukung oleh instansi terkait, seperti BKKBN maupun Dinas Kesehatan, untuk sama-sama mengampanyekan ―Pendidikan Seks Remaja Dalam keluarga‖
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9.
Alwisol, 2007, Psikologi Kepribadian, Edisi revisi, UMM Press, Malang, Irwanto, 2006, Focus Group Discussion, Yayassan Obor Indonesia, Kasali Rhenald, 1992, Manajemen Periklanan Konsep dan aplikasinya di Indonesia, Grafiti, Jakarta Kriyantono Rachmat,2009, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Predana Media Group, Jakarta Fathiyyah Siti, Skripsi ―Hubungan Pendidikan Seks dengan Akhlak Siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Curug Wetan Tangerang,‖ 2011, Fakultas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tharbiyah dan Kegurtuan,. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4527/1/101470SITI%20FATHIYYAH-FITK.PDF, diunduh 2 Agustus 2014. Sasmita Yuni, ―Pendidikan Seks Untuk Anak (Usia 06-12 tahun) Dalam Perspektif Islam,‖ 2010, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jurusan Pendidikan Islam Fakultas tarbiyyah dan Keguruan, 2. http://digilib.uinsuka.ac.id/5275/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf, diunduh 2 Agustus 2014. Undang-undang Penyiaran No.32 tahun 2002 Bab 1, pasal 1 ayat 7 (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/04/19/n4af39-kpai-925-kasuspelecehan-seksual-anak-terjadi-di-2013, diunduh 2 Agustus 2014 (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/14/05/06/n550lj-kpaitemui-emon-di-polres-sukabumi, diunduh 2 Agustus 2014)
205
Perancangan Proses Dan Basis Data Pengelolaan Koleksi Museum 1
2
3
4
Wasino , Desi Arisandi , Bagus Mulyawan , Tony , Indrajani
5
Jl. Letjen S. Parman No. 1, Jakarta 11440 Indonesia 1,2,3,4
Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Tarumanagara 5 Sistem Informasi, Universitas Bina Nusantara Jl. KH Syahdan, Jakarta Barat [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Pengelolaan museum harus dilakukan dengan efisien dan efektir, terutama dalam melakukan pengelolaan koleksi dan pengunjung museum. Selain itu, juga mengelola data pameran dan edukasi mengenai koleksi museum. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah model basis data untuk inventarisasi koleksi museum yang nantinya dapat digunakan untuk menyimpan data koleksi museum secara elektronik. Dengan adanya model basis data koleksi museum ini akan memungkinkan museum untuk menjadi penyedia pengetahuan, data dan informasi dalam bentuk digital dengan teknologi informasi yang terintegrasi. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, pengumpulan data dengan wawancara dan pengamatan, penggambran sistem menggunakan diagram aliran data, dan analisis serta perancangan basis data dengan menggunakan teknik perancangan basis data konseptual, dan logika. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah sebuah model basis data yang menunjang pembuatan aplikasi dan data warehouse koleksi museum. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan adanya model basis data museum ini, maka dapat menjadi sumber data bagi data warehouse yang berguna untuk pengambilan keputusan bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi. Kata kunci : Desain proses, normalisasi, desain basis data 1. Pendahuluan Kekayaan sejarah dan budaya yang dimiliki Indonesia yaitu museum harus tetap terpelihara sebagai kekayaan budaya nasional Indonesia. Salah satu media untuk memelihara sejarah dan budaya tersebut adalah museum. Museum sangat berperan dalam pemeliharaan kebudayaan nasional, karena museum dapat menyediakan informasi tentang sejarah dan kejadian yang terjadi, khususnya di masa lampau bagi generasi saat ini. Museum didirikan dengan tujuan untuk menciptakan lembaga yang melestarikan warisan budaya yang dimiliki Indonesia, bukan hanya melestarikan warisan budaya secara fisik tetapi juga tetapi juga makna dan sejarah yang terkandung dibalik benda-benda tersebut. Saat ini, Museum belum memiliki sistem yang terintegrasi antara satu data dengan data lainnya, antara satu museum dengan museum lainnya, manajemennya belum dilakukan berdasarkan manajemen basis data terkomputeriasasi. Pada penelitian ini yang dihasilkan adalah rancangan model basis data museum, sehingga koleksi museum data menjadi menjadi terintegrasi dan tidak tejadi kerangkapan. Selain itu, saat ini untuk menghitung pendapatan tiket pengunjung dan acara pada museum masih dilakukan secara manual. Oleh karena itu, akan dibuat sistem manajemen pengunjung dalam satu sistem dengan manajemen koleksi sehingga perhitungan pendapatan tiket pengunjung dan acara pada musium dapat dilakukan dengan cepat dan akurat
206
Tujuan dari peracangan proses dan basis data pengelolaan museum adalah: (a) membantu pihak museum dalam memudahkan melakukan pendataan koleksi, dan (b) mendesain model data untuk menyimpan data museum secara logika tanpa adanya kerangkapan data. Manfaat yang diperoleh dari perancangan manajemen koleksi museum adalah untuk membuat pengelolaan koleksi-koleksi museum dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Metodologi yang digunakan dalam perancangan model basis data manajemen koleksi museum yaitu motodologi SDLC (System Development Life Cycle) yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, analisis, desain, dan implementasi. Perancangan digambarkan dengan beberapa alat bantu perancangan sistem yaitu diagram aliran data, diagram hubungan antar entitas internal, dan hubungan antar tabel. 2. Dasar Teoritis 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan komponen yang saling terkait yang bekerja bersama untuk mencapai beberapa tujuan umum [1]. Definisi lainnya mengatakan bahwa sistem adalah sekelompok bagian-bagian atau komponen yang bekerja sama sebagai suatu kesatuan fungsi [6]. 2.2 Museum Museum merupakan suatu badan tetap, tidak tergantung kepada siapa pemiliknya melainkan harus tetap ada. Museum bukan hanya merupakan tempat kesenangan, tetapi juga untuk kepentingan studi dan penelitian. Museum terbuka untuk umum dan kehadiran serta fungsi-fungsi museum adalah untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat. Museum dalam kaitannya dengan warisan budaya adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa [2]. 2.3 Basis Data Basis data adalah sebuah kumpulan besar data yang dapat digunakan secara bersamaan oleh banyak departemen dan pengguna. Semua item-item data pada sebuah basis data bukanlah file-file terpisah dengan adanya kemungkinan duplikasi data, tetapi lebih diintegrasikan dengan jumlah duplikasi yang seminimal mungkin. Saat ini, data tidak hanya dimiliki oleh satu departemen, tapi dapat dipergunakan juga oleh pihak lain, yaitu diistilahkan sebagai shared corporate resource. Sebuah basis data tidak hanya menyimoan data itu sendiri, tetapi juga deskripsi dari data. Oleh karena itu, basis data dapat didefinisikan juga sebagai self-describing collection of integrated records. Deskripsi data disini disebut juga sebagai katalog sistem atau kamus data atau meta-data yaitu data yang menjelaskan tentang data [5]. 2.4 Diagram Aliran Data Diagram aliran data merupakan gambaran dalam bentuk grafik proses yang terjadi, atau tindakan, pengumpulan, manipulasi, penyimpanan, dan pendistribusian data antar komponen dalam sebuah sistem. Diagram level-0 merupakan representasi proses yang utama dalam sebuah sistem, aliran datanya, simpanan datanya pada tingkatan yang paling tinggi [7]. Diagram aliran data memiliki tiga tingkatan diagram yang terdiri dari diagram konteks, diagram level 0, dan diagram level rinci. Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari satu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu system secara keseluruhan. Diagram level 0 adalah diagram yang menggambarkan rincian ata dekompisi diagram
207
konteks. Diagram level rinci adalah diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam diagram level 0 atau diagram level di atasnya. 2.5 Manajemen Koleksi Manajemen adalah serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif [3]. Koleksi museum merupakan bahan atau obyek penelitian ilmiah. Manajemen koleksi museum adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut berbagai aspek kegiatan, dimulai dari pengadaan koleksi, registrasi dan inventarisasi, perawatan, penelitian, sampai koleksi tersebut disajikan di ruang pamer atau disimpan di ruang penyimpanan [2]. 2.6 Normalisasi Data Tujuan utama dalam mengembangkan model data logis untuk sistem basis data relasional adalah untuk menciptakan representasi data yang akurat, hubungannya, dan batasan-batasan data. Normalisasi dilakukan berdasarkan ketergantungan fungsional dari setiap atribut. Normalisasi dilakukan sampai dengan tahap ke-3, yaitu dengan menghilangkan ketergantungan transitive [5]. 3. Identifikasi dan Desain Proses Entitas eksternal yang teridentifikasi merupaka pengunnjung, unit kerja atau bagian, dan pimpinan museum yang terlibat dalam sistem. 3.1. Identifikasi Entitas Eksternal Identifikasi setiap entitas (lingkungan luar) yang berhubungan dengan sistem di museum adalah sbb: a. Kepala Koleksi dan Perawatan Kepala koleksi memberikan data berupa data account administrator. Setelah itu, kepala pameran memberikan data asal koleksi, tempat koleksi, kondisi koleksi, bahan koleksi, jenis koleksi, penyumbang koleksi, pembuat koleksi, aliran koleksi, kategori koleksi, ukuran koleksi, koleksi, detail ukuran koleksi, dan detail koleksi. b. Kepala Pameran dan Edukasi Kepala koleksi memberikan data berupa daftar acara, berita, jam operasional, keterangan harga tiket, informasi harga tiket, akses museum, kunjungan kelompok, fasilitas, layanan masyarakat, sejarah, susunan organisasi, iklan, dan komentar kepala pameran. c. Kepala Tata Usaha Kepala tata usaha memberikan data berupa data harga tiket, harga acara, transaksi tiket, detail transaksi tiket, transaksi acara, dan detail transaksi acara. d. Pengunjung Pengunjung diberikan informasi mengenai daftar kategori koleksi, daftar ukuran koleksi, daftar koleksi, dan daftar detail ukuran koleksi. Selain itu, pengunjung juga diberikan informasi daftar berita, daftar acara, daftar jam operasional, daftar keterangan harga tiket, daftar informasi harga tiket, daftar akses museum, daftar kunjungan kelompok, daftar fasilitas, daftar layanan masyarakat, daftar sejarah, daftar susunan organisasi, dan daftar iklan. Kemudian, pengunjung memberikan masukan berupa nama dan e-mail serta komentar pengunjung. e. Kepala Museum Kepala museum diberikan informasi berupa laporan jumlah koleksi per kategori koleksi, laporan jumlah koleksi per kondisi koleksi, laporan jumlah koleksi per tempat koleksi, laporan tiket, dan laporan acara.
208
3.2 Identifikasi Proses Terdapat 5 proses pada diagra aliran data pada Level 0 dengan prosees yang terjadi sbb: a. Proses 1.0 - Data Master Proses yang akan digunakan untuk mengelola perekaman data subyek dari museum. Data yang disimpan adalah data administrator, data asal koleksi, data tempat koleksi, data kondisi koleksi, data bahan koleksi, data jenis koleksi, data penyumbang koleksi, data pembuat koleksi, data kategori koleksi, data ukuran koleksi, data detil ukuran koleksi, detail koleksi, data aliran koleksi, dan data koleksi. Proses ini menghasilkan 14 data store atau tabel untuk menyimpan data subyek. Dari proses ini dihasilkam 4 keluaran atau daftar yaitu daftar kategori koleksi, daftar ukuran koleksi, daftar koleksi, dan daftar ukuran koleksi secara detil yang dapat diakases oleh pengunjung museum. b. Proses 2.0 - Informasi Proses yang akan digunakan untuk pengelolaan pengunjung museum, proses ini terdiri dari data masukan yang berasal dari Kepala Pameran dan Edukasi yang terdiri dari data home (catatan tanggal administrator terdaftar), data berita, data acara, data jam operasional, data keterangan harga tiket, informasi harga tiket, data akses museum, data kunjungan kelompok, data fasilitas museum, data layanan masyarakat, data sejarah, data susunan organisasi, dan data iklan. Pada proses ini ada 13 masukan yang disimpan ke dalam 13 data store atau tabel. Laporan atau informasi yang dihasilkan pada proses ini terdiri dari 13 keluaran atau informasi. c. Proses 3.0 - Memberi Komentar Proses yang digunakan untuk mengelola data pengunjung museum secara online, data komentar pengunjung, dan data komentar kepala pameran yang dapat dibaca oleh pengunjung. Pada proses ini ada 3 masukan yang disimpan ke dalam 2 data store atau tabel sebagai hasil proses. d. Proses 4.0 - Administrasi Pengunjung Proses yang digunakan untuk mengelola data harga tiket, data harga acara, data transaksi tiket, data detail transaksi tiket, data transaksi acara, dan data detail transaksi acara. Pada proses ini ada 6 data masukan yang disimpan ke dalam 6 data store atau tabel sebagai data hasil proses. e. Proses 5.0 - Membuat Laporan Proses yang digunakan untuk pengelolaan laporan kepada Kepala Museum. Pada proses ini, menghasilkan laporan yang terdiri dari laporan jumlah koleksi per kategori koleksi, laporan jumlah koleksi per kondisi koleksi, laporan jumlah koleksi per tempat koleksi, laporan tiket, laporan acara. 3.3 Desain Proses Perancangan proses digambarkan mulai dari diagram konteks, diagram level 0, sampai dengan level rinci. Dalam diagram level 0 terdiri dari lima entitas eksternal dan lima proses. Entitas eksternal tersebut terdiri dari kepala koleksi dan perawatan, kepala pameran dan edukasi, kepala tata usaha, pengunjung, dan kepala museum. Gambar diagram aliran data level konteks seperti terlihat pada gambar 1. 4. Normalisasi Basis Data 4.1 Normalisasi Bentuk Ke-3 Hasil analis terhadap beberapa museum di DKI Jakarta, terdapat banyak perbedaan atribut data dan cara melakukan penyimpanan data, setelah melalui analisis terrhadap keterganungan data dan dilakukan normalisasi sampai dengan tahap nomral ke-3
209
dihasilkan data store sebanyak 35 dan dijadikan dalam sebuah basis data. Normalisasi tersebut dilakukan terhadap data koleksi museum yang terdiri [id_koleksi, nomor_inventaris, tanggal_masuk, nama_ penerima, nama_saksi, nama_obyek, gambar_koleksi, deskripsi, pustaka, kd_kategori_koleksi, nama_kategori_ koleksi, gambar_kategori_koleksi, id_aliran_koleksi, nama_ aliran_koleksi, id_ukuran_koleksi, nama_ukuran_ koleksi, ukuran, satuan, waktu_input]. Melalui normalisasi sampai dengan tahap ke-3 dihasilkan 4 tabel dengan menghilangkan ketergantungan parsial dan transitive. Tabel tersebut antara lain : tabel koleksi, tabel kategori koleksi, tabel aliran koleksi, tabel ukuran koleksi, dan tabel detil ukuran koleksi. 4.2 Desain Basis Data Model data yang pakai dalam desain basis data dengan diagram hubungan antar entitas yang digambarkan secara konseptual dan logika. Model data konseptual yang telah dibuat sebelumnya, diperbaiki dan digambarkan kembali ke dalam model data logika [4]. Entitas/tabel tersebut antara lain tabel administrator, pengunjung, asal koleksi, tempat koleksi, kondisi koleksi, bahan koleksi, jenis koleksi, penyumbang koleksi, pembuat koleksi, aliran koleksi, kategori koleksi, ukuran koleksi, koleksi, detail ukuran koleksi, detail koleksi, komentar, harga tiket, harga acara, transaksi tiket, detail transaksi tiket, transaksi acara, detail transaksi acara, home, berita, acara, jam operasional, keterangan harga tiket, informasi harga tiket, akses museum, kunjungan kelompok, fasilitas, layanan masyarakat, sejarah, susunan organisasi, dan iklan. Diagram hubungan antar entitas yang bersifat konseptual seperti pada Gambar 2.
4.2 Generalisasi Entitas/Tabel Proses generalisasi dan spesialisasi dapat dilakukan pada rancangan basis data yang akan diimpelmentasikan dalam program aplikasi. Diagram hubungan antar entitas seperti pada gambar 2 ada 35 entitas. Proses generalisasi dilakukan terhadap beberapa tabel mejadi satu tabel dengan menggunakan kunci (primary key) yang sama. Proses generalisasi ini dilakukan karena hubungan yang terjadi antar instance adalah satu hubungan. Entitas atau table yang dilakukan generalisasi antara lain: a. Tabel yang dilakukan generalisasi kedalam tabel daftar detilan koleksi (KL_DETIL) antara lain tabel kondisi_koleksi, tempat_koleksi, jenis_koleksi, asal_koleksi, dan bahan_koleksi. b. Tabel yang lakukan generalisasi kedalam tabel daftar museum (MUSEUM) antara lain tabel jam_operasional, tabel_sejarah. c. Tabel harga tiket (TIKET) merupakan generalisasi dari keterangan_harga_tiket, dan informasi_harga_tiket. d. Tabel harga_acara digabung kedalam tabel acara (ACARA) Sedangkan tabel ukuran_koleksi dan detil_ukuran_koleksi dijadikan satu atribut yaitu atribut ukuran, karena dari tiga tabel tersebut berisi masing-masing satu atribut, sehingga dijadikan satu atribut yang bersifat multivalue attribute. Proses generalisasi ini menghasilkan 18 tabel dari 35 tabel yang sebelumnya telah dilakukan normalisasi sampai dengan tahap ke-3. Diagram hubungan antar entitas yang bersifat logika seperti pada Gambar 3. 5. Kesimpulan Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebuah rancangan proses dan basis data pengelolaan musuem. Model data relasional menjadi normal sampai dengan bentuk ke-3 sehingga tidak ada ketergantungan transitive. REFERENSI [1] Brown, Carol V. et al. (2009). Managing Information Technology. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
210
[2] Direktorat Museum., 2007, ―Pengelolaan Koleksi Museum‖, diakses pada 25 Juni 2012, http://www.budpar.go.id/userfiles/file/4552_1360-PengelolaanKoleksi.pdf. [3] Griffin, Ricky. (2004). Manajemen. Jakarta: Erlangga. [4] Indrajani. (2010). Analisis dan Perancangan Sistem Basis Data Pada Rumah Sakit. Universitas Bina Nusantara. Comtech Vol. 1 No. 1, Juni 2010. [5] T. Connolly, C. Begg, ―Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation, and Management‖, 3rd Edition, Addison Wesley, 2002. [6] Syafaruddin, Anzizhan. (2004). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo. [7] J. Valacich, J.F. George, J.A. Hoffer (2001). Systems Analysis and Desain. Prenctice Hall, Inc.
Kepala Koleksi dan Perawatan
Daftar_Kategori_Koleksi Daftar_Ukuran_Koleksi Daftar_Koleksi Daftar_Detail_Ukuran_Koleksi Daftar_Home Daftar_Berita Daftar_Acara Daftar_Jam_Operasional Daftar_Keterangan_Harga_Tiket Daftar_Informasi_Harga_Tiket Daftar_Akses_Museum
Account_Administrator Asal_Koleksi Tempat_Koleksi Kondisi_Koleksi Bahan_Koleksi Jenis_Koleksi Penyumbang_Koleksi Pembuat_Koleksi Aliran_Koleksi Kategori_Koleksi Ukuran_Koleksi Koleksi Detail_Ukuran_Koleksi Detail_Koleksi
Daftar_Kunjungan_Kelompok Daftar_Fasilitas Daftar_Layanan_Masyarakat Daftar_Sejarah Daftar_Susunan_Organisasi Daftar_Iklan
Pengunjung Website
Kepala Pameran dan Edukasi Nama_dan_Email Komentar_Pengunjung_Website Home Berita Acara Jam_Operasional Keterangan_Harga_Tiket Informasi_Harga_Tiket Akses_Museum Kunjungan_Kelompok Fasilitas Layanan_Masyarakat Sejarah Susunan_Organisasi
Website Manajemen Koleksi Museum Bahari
Harga_Tiket Harga_Acara Transaksi_Tiket Detail_Transaksi_Tiket Transaksi_Acara Detail_Transaksi_Acara
Laporan_Jumlah_Koleksi_Per_Kategori_Koleksi Laporan_Jumlah_Koleksi_Per_Kondisi_Koleksi Laporan_Jumlah_Koleksi_Per_Tempat_Koleksi Laporan_Tiket Laporan_Acara
Iklan Komentar_Kepala_Pameran
Gambar 1. Diagram Konteks Pegelolaan Koleksi Museum
211
Kepala Tata Usaha
Kepala Museum
Nama_Tempat_Koleksi
Id_Tempat_Koleksi Nama_Pembuat_Koleksi Asal_Pembuat_Koleksi
Waktu_Input
Nama_Jenis_Koleksi
Nama_Bahan_Koleksi
Tempat Koleksi Id_Bahan_Koleksi
Waktu_Input
Id_Pembuat_Koleksi
Waktu_Input
Gambar_Detail_Koleksi
Tempat_Pembuatan Bahan Koleksi
Waktu_Input
Abad Jenis Koleksi
Pembuat Koleksi
Terdapat
Id_Jenis_Koleksi
Tahun_Pembuatan
Nama_Asal_Koleksi
Periode Terdapat
Id_Asal_Koleksi
Harga
Waktu_Input Menginput
Menginput
Kode_Detail_Koleksi
Terdapat
Asal Koleksi
Nama_Kondisi_Koleksi
Keterangan_Ahli
Id_Kondisi_Koleksi
Keterangan_Kondisi
Id_Koleksi
Terdapat
Waktu_Input
Menginput
Tanggal_Lahir
Waktu_Input Menginput
Menginput
Jabatan_Pekerjaan
Nama_Penyumbang_Koleksi
Detail Koleksi
Menginput
Nomor_Telepon
Alamat
Kondisi Koleksi
Nama_Lembaga
Id_Penyumbang_Koleksi Nama_Ukuran_Koleksi
Terdapat
Terdapat
Waktu_Input
Waktu_Input
Id_Ukuran_Koleksi
Penyumbang Koleksi
Terdapat Nama_Kategori_Koleksi Ukuran Koleksi
Judul_Berita
Memiliki Id_Aliran_Koleksi
Waktu_Input
Id_Kategori_Koleksi
Nama_Penerima
Nama_Aliran_Koleksi
Gambar_Kategori_Koleksi
Nama_Saksi
Isi_Berita
Tanggal_Masuk
Waktu_Input
Isi_Home
Menginput
Nama_Obyek
Gambar_Berita
Nomor_Inventaris
Id_Home
Ukuran Id_Ukuran_Koleksi
Aliran Koleksi
Kategori Koleksi
Tanggal_Berita Waktu_Input
Id_Berita
Deskripsi
Memiliki
Waktu_Input
Id_Koleksi
Satuan
Menginput
Home
Menginput
Id_Koleksi
Berita
Menginput
Koleksi
Waktu_Input
Memiliki
Detail Ukuran Koleksi
Gambar_Koleksi
Judul_Acara Isi_Acara
Menginput
Pustaka
Isi_Keterangan_Harga_Tiket
Isi_Jam_Operasional
Harga
Tanggal_Acara
Waktu_Input
Gambar_Acara
Id_Jam_Operasional
Waktu_Input
Id_Keterangan_Harga_Tiket Waktu_Input
Id_Acara
Menginput
Waktu_Input Menginput Password Acara
Menginput
Menginput
Keterangan Harga Tiket
Jam Operasional
Menginput
Username Nama
Email
Jabatan
Judul_Akses_Museum
Foto
Id_Susunan_Organisasi
Isi_Akses_Museum
Id_Akses_Museum
Waktu_Input
Judul_Layanan_Masyarakat
Isi_Layanan_Masyarakat
Id_Layanan_Masyarakat
Nama_Administrator Menginput
Waktu_Input
Menginput
Id_Administrator
Waktu_Input Layanan Masyarakat
Akses Museum
Administrator
Isi_Informasi_Harga_Tiket
Susunan Organisasi
Nama_Acara
Nama_Konsumen
Id_Informasi_Harga_Tiket Id_Harga_Acara
Tanggal_Transaksi_Acara
Menginput
Menginput
Waktu_Input
Tanggal_Acara
Total_Seluruh Id_Transaksi_Acara
Id_Transaksi_Acara
Status
Menginput
Menginput Detail Transaksi Acara
Transaksi Acara
Menginput
Harga Menginput
Nama_Fasilitas
Menginput
Isi_Fasilitas
Isi_Kunjungan_Kelompok
Gambar_Iklan
Menginput Isi_Sejarah
Menginput
Membalas Waktu_Input Id_Fasilitas
Waktu_Input
Id_Kunjungan_Kelompok
Waktu_Input Id_Sejarah
Nama_Harga_Acara
Perda
Id_Harga_Acara
Tanggal_Mulai
Waktu_Input
Nama_Iklan
Keterangan
Id_Iklan
Menginput
Fasilitas
Kunjungan Kelompok
Harga Acara
Tanggal_Berakhir
Menginput Sejarah
Menginput
Iklan
Waktu_Input
Total_Pengunjung Nama_Pengunjung
Nama_Harga_Tiket
Komentar
Id_Transaksi_Tiket
Tanggal_Transaksi_Tiket Id_Pengunjung
Perda
Waktu_Kirim
Email
Id_Komentar Id_Transaksi_Tiket
Pengunjung Website
Id_Harga_Tiket
Harga
Memberi
Komentar
Total_Pendapatan
Transaksi Tiket
Id_Harga_Tiket
Tanggal_Mulai
Tanggal_Berakhir
Detail Transaksi Tiket
Harga Tiket Waktu_Input
Total_Harga Jumlah_Pengunjung
Nomor_Akhir
Nomor_Awal
Gambar 2. Diagram Hubugan Antar Entitas Pengelolaan Koleksi Museum – Conceptual
212
Informasi Harga Tiket
Gambar 3. Diagram Hubugan Antar Entitas Pengelolaan Koleksi Museum - Logical
213