RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A Ikhsan Sodik Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Motor listrik sangat diperlukan untuk menunjang proses produksi suatu industri. Motor listrik yang banyak digunakan di industri adalah motor induksi tiga fasa. Sistem pengasutan motor induksi tiga fasa yang sering dijumpai di suatu industri. Juga tidak sedikit industri yang menggunakan motor induksi dengan pengasutan langsung dua kecepatan (dahlander). Saat ini masih banyak industri menggunakan rangkaian konvensional Double speed. Karena semakin pesatnya perkembangan yang teknologi, sehingga sistem Double speed dapat diubah menjadi lebih mudah untuk di rangkai. PLC yang memungkinkan untuk merubah rangkain konvensional sistem Double speed adalah komponen menjadi lebih mudah untuk di rangkai. Dengan menggunakan PLC rangkaian konvensional Double speed dapat dengan mudah dikembangkan, cukup dengan membuat program yang di inginkan dan tidak perlu merubah rangkaian secara signifikan.
Kata Kunci 1.
: Motor dua kecepatan dahlander,PLC CP1L-20DR-A
PENDAHULUAN
Suatu industri sangat membutuhkan motor listrik sebagai penggerak mesin-mesin untuk menunjang proses produksi. Setiap motor listrik yang digunakan untuk proses produksi tidak selalu menggunakan kecepatan motor yang tetap.Tetapi ada juga yang menggunakan kecepatan motor yang berbeda untuk proses produksinya. Salah satu cara untuk mengubah kecepatan motor yaitu dengan menggunakan motor double speed (dahlander).Karena teknologi semakin canggih maka pengasutan ini dapat dikontrol dengan menggunakan PLC. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Ketentuan Perencanaan Instalasi Listrik Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000) pasal 4.1.2 beserta sub pasalnya, rancangan instalasi listrik adalah berkas gambar rancangan dan uraian teknik yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik. Dalam hal ini meliputi menggambar diagram kontrol, diagram daya, dan layout alat yang direncanakan. Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah
dibaca dan dipahami oleh pihak teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku. 2.2 Prinsip Kerja Motor Induksi Prinsip atau cara kerja dari motor induksi tiga fasa yaitu perputaran motor ditimbulkan karena adanya medan magnet (flux) yang berputar yang dihasilkan dari kumparan statornya yang diberi tegangan tiga fasa, dan rotor mendapat arus yang terinduksi sebagai akibat adanya medan putar yang dihasilkan oleh stator tadi. Medan putar pada stator akan memotong konduktor-konduktor pada rotor sehingga terjadi arus. Arus ini menyebabkan adanya medan magnet pada rotor dan rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator.
Gambar 2.1 Prinsip kerja motor induksi dan Belitan stator motorinduksi 2 kutub
2.3. Prinsip Kerja Dua Kecepatan
2.5.Komponen yang Digunakan Komponen yang digunakan diantaranya: 1. Kabel 2. Kontaktor 3. Sakelar Tekan 4. Lampu Indikator 5. MCB (Miniature Circuit Breaker) 6. TOLR (Thermal Overload Relay) 7. PLC
Untuk merubah kecepatan motor dahlander, dilakukan dengan cara mengubah jumlah kutubnya. Semakin besar jumlah kutub, maka kecepatan putaran motor akan semakin rendah. Tetapi semakin kecil jumlah kutub, maka akan semakin tinggi kecepatan putaran motornya.
2.4. Prinsip Kerja PLC
Pada prinsipnya sebuah PLC melalui modul input bekerja menerima data-data berupa sinyal dari peralatan input luar (external input device) dari sistem yang dikontrol seperti yang diperlihatkan pada gambar 3. Peralatan input luar tersebut antara lain berupa sakelar, tombol, sensor. Data-data masukan yang masih berupa sinyal analog akan diubah oleh modul input A/D (analog to digital input module) menjadi sinyal digital. Selanjutnya oleh prosesor sentral (CPU) yang ada di dalam PLC sinyal digital itu diolah sesuai dengan program yang telah dibuat dan disimpan di dalam ingatan (memory). Seterusnya CPU akan mengambil keputusan dan memberikan perintah melalui modul output dalam bentuk sinyal digital. Kemudian oleh modul output D/A (digital to analog module) dari sistem yang dikontrol seperti antara lain berupa kontaktor, relay, solenoid, heater, alarm dimana nantinya dapat untuk mengoperasikan secara otomatis sistem proses kerja yang dikontrol tersebut.
3.
PERENCANAAN RANGKAIAN DAN KOMPONEN
3.1 Diagram Satu Garis Diagram satu garis adalah diagram yang menggambarkan suatu instalasi sistem secara singkat. Diagram satu garis pada pengasutan motor biasanya hanya merupakan rangkaian dari simbol-simbol listrik yang dihubungkan dengan satu garis.
Gambar 3.1 Diagram satu garis pengasutan dua kecepatan
Dari gambar diatas diketahui R, S, T merupakan fasa utama. Sedangkan N merupakan netral yang juga bersumber dari penyedia tenaga listrik. Netral dibutuhkan untuk kontaktor. Karena kontaktor dapat bekerja jika mendapatkan sumber fasa dan netral, MCB diatas berfungsi sebagai pengaman apabila terjadi hubung singkat dan beban lebih pada rangkaian 3.2 Diagram Kontrol Gambar 2.2 Bagian-bagian blok PLC
Rangkaian kontrol merupakan rangkaian yang mengendalikan fungsi kerja suatu rangkaian
Gambar 3.3Diagram daya pengasutan dua kecepatan
Gambar 3.2. Diagram kontrol pengasutan dua kecepatan
Rangkaian kontrol merupakan rangkaian yang mengendalikan fungsi kerja suatu rangkaian. Peralatan yang termasuk rangkaian kontrol adalah yang tidak berhubungan secara langsung dengan beban. Diagram yang menunjukkan bagaimana rangkaian kontrol itu berfungsi disebut diagram kontrol. Pembuatan diagram kontrol haruslah sesuai standar yang ditentukan. 3.3 Diagram Daya Rangkaian daya merupakan rangkaian utama yang menghubungkan sumber dengan beban secara langsung. Rangkaian daya berisi kontak-kontak utama yang bekerja berdasarkan fungsi menurut rangkaian kontrolnya.
3.4 Pemilihan MCB MCB yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 MCB yang digunakan
No 1 2 3 4 5
Spesifikasi
Nilai
Merk
Schneider
tipe
Domae
Arus Max
10A
Tegangan Max
400 V
Breaking Capacity
4500 A
3.5 Pemilihan Kontaktor Kontaktor yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan adalah sebagai berikut Tabel 3.2 Kontaktor yang digunakan
No 1 2 3 4 5 6 7
Spesifikasi Merk Tipe Kemampuan daya Tegangan Kontak Arus Kontak Tegangan koil Frekuensi koil
Nilai OTTO 4 kW 400 V 25 A 230 V 50 Hz
3.6 Pemilihan TOLR TOLR yang digunakan nameplate beban yaitu spesifikasi sebagai berikut:
berdasarkan mempunyai
3.9.Pemilihan Lampu Tanda
Iset TOLR ≤ In Tabel 3.3 TOLR yang digunakan No Spesifikasi Nilai 1 Merk Schneider Tipe LRD 10 Rating Arus 2.5-4 A 2 Merk Schneider Tipe LRD 12 Rating Arus 2.5-4A
Lampu tanda yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.6 Lampu tanda yang digunakan
No
Penggunaan
Spesifikasi
1
Indikator sistem bertegangan
V = 220Volt f = 50Hz Warna Putih/Tidak berwarna
2
Indikator Keadaan Normal
3
Indikator Over Load
3.7 Pemilihan Penghantar
Untuk menentukan KHA yaitu : KHA = 125% x In = 125% x 3,48 A = 4,35 A Menurut PUIL 2000, KHA 4,35 A didapat kabel dengan luas penampang 0,75 mm2. akan tetapi PUIL 2000 pasal 8.5.10.2 menyebutkan bahwa penghantar tembaga harus berukuran minimal 1,5 mm2. (Puil 2000, 2000: 366). Serta disesuaikan pula dengan sepatu kabel di pasaran yang memiliki ukuran minimal untuk penghantar 1,5 mm2. Maka luas penampang kabel kontrol dipilih dengan ukuran 1,5 mm2.. Tabel 3.4 Penghantar yang digunakan
Penggunaan
Kabel
Kabel Daya
NYAF 1.5 mm2
Kabel Kontrol
NYAF 1.5 mm2
Kabel Sumber
NYY 4 x1.5 mm2
3.8 Pemilihan Sakelar Tekan Sakelar tekan yang digunakan adalah sebagai berikut No
Tabel 3.5 Sakelar tekan yang digunakan
Penggunaan
1
Tombol Stop
2
Tombol Start low speed
3
Tobol Start High Speed
Spesifikasi V kontak = 220 Volt Warna = Hitam / Merah Bentuk = Bulat V kontak = 220 Volt Warna = Hijau / Putih Bentuk = Bulat V kontak = 220 Volt Warna = Hijau / Putih Bentuk = Bulat
3.10.
V = 220Volt f = 50Hz Warna Hijau V = 220Volt f=50Hz Warna Kuning
Pemilihan PLC OMRON CP1L
Penggunaan PLC dalam pengasutan ini yaitu hanya untuk mengerakan koil kontaktor. Maka untuk pemilihan PLC harus diketahui terlebih dahulu banyaknya pengoperasian serta kontaktor yang digunakan, karena banyaknya kontaktor dan pengendali yang digunakan sama dengan banyaknya input dan output PLC yang dibutuhkan. Dalam pengoperasian pengasutan ini terdapat 3buah kontaktor dan 3 buah push button pengoperasian. Maka dapat ditentukan PLC yang digunakan adalah PLC yang memiliki 4 buah input dan 4 buah output.Namun pada MCC ini menggunakan 2 buah pengoperasian sehingga membutuhkan input dan Output 12 input dan 8 output. Berdasarkan hasil diatas maka PLC yang digunakan dan yang ada dipasaran yaitu 12 input dan 8 output. 3.11.
Tabel Input/Output (I/O)
Sebelum membuat program kita terlebih dahulu harus membuat tabel input/output (I/O).Tabel ini fungsikan agar kita dapat menentukan variable dan alamat pada ladder diagram PLC
Tabel 3.7 Input/Output double speed Nama Komponen I/O
TOLR1
Input
TOLR2
Input
LS
Input
HS Stop K1
3.14. Wiring Diagram
Input Input Output
K2
Output
K3
Output
OL 1
Output
3.12. Timing Diagram
Gambar 3.6. Wiring Diagram
4.1
Analisa Gambar
Pada PUIL 2000 pasal 4.1.2.3 menyebutkan bahwa gambar rancangan instalasi listrik harus terdiri dari beberapa gambar dibawah ini. Gambar 3.4. Timing Diagram
3.13. Ladder Diagram
Gambar 3.51. Ladder Diagram
a. Gambar Instalasi, meliputi: gambar tata letak komponen dan tanda yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik b. Diagram garis tunggal, meliputi: keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang, Sistem pembumian, serta ukuran dan jenis penghantar yang dipakai. c. Gambar rinci, meliputi: cara pemasangan perlengkapan listrik, cara pemasangan kabel, serta cara kerja instalasi kendali (bisa dilengkapi dengan keterangan atau uraian) d. Tabel bahan instalasi, meliputi: jumlah dan jenis kabel, penghantar serta perlengkapan, juga jumlah dan jenis perlengkapan bantu, Sedangkan dari perencanaan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, gambar rancangan instalasi terdiri dari: a. Gambar kontrol
b. c. d. e. 4.2
Gambar diagram satu garis Gambar diagram daya Gambar penempatan MCC Gambar lay out MCC
Analisa Pemilihan Komponen
4.2.1 Analisa Pemilihan MCB (Miniature Circuit Breaker) Pemilihan MCB dilakukan dengan metode perhitungan berdasarkan arus nominal tertera pada name plate motor, seperti yang yang telah dijelaskan pada sub bab 3.5.1 juga berdasarkan pada pembacaan kurva karakteristik MCB yang
akan digunakan. Dan diperoleh data MCB yang direncanakan sebagai berikut : Tipe :C Tegangan : 380 V Arus pemutusan maks : 8.7 A Ihs : 3473 A Namun MCB dipilih yang tersedia di pasaran dan mendekati data diatas adalah sebagai berikut: Merk : Schneider Tipe : MY310E Arus :6A Tegangan : 400 V Breaking Capacity : 4500 A Dari data hasil perhitungan dan data ketersediaan MCB di pasaran, terdapat perbedaan yang cukup terlihat. Yaitu arus, tegangan, dan breaking capacity. Namun MCB yang dipilih masih tetap aman. Untuk arus maksimal pada hasil perhitungan diperoleh arus sebesar 8.7 A, maka kita harus memilih MCB dengan arus dibawah 8.7 A. Berdasarkan ketersediaan di pasaran maka dipilih MCB dengan arus 6 A. Untuk tegangan maksimal yang diizinkan masuk ke MCB berdasarkan rencana yaitu 380 V, namun ketersediaan di pasaran yaitu tegangan 400 V. pemilihan tersebut masih aman, karena dengan name plate 400 V berarti MCB masih bisa dialiri tegangan sebesar 380 V. Breaking Capacity berdasarkan metoda tabulasi dan perhitungan didapat BC sebesar 3.4 KA. Namun MCB yang tersedia
di pasaran memiliki BC 4.5 KA. Perbedaan ini masih aman, karena dengan kemampuan BC 4.5 KA akan dapat menahan arus hubung singkat prospektif sebesar 3.4 KA. 4.2.2
Analisa Pemilihan Kontaktor
Pemilihan kontaktor dilakukan dengan metode perhitungan berdasarkan data yang tertera pada name plate motor, seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 3.6.2. Dan diperoleh data kontaktor yang direncanakan sebagai berikut:
Tipe : AC 3 Arus : ≥ 3.4 A Daya : ≥ 1.5 kW Tegangan kontak : 380 V Tegangan koil : 220 V Frekuensi : 50 Hz Namun kontaktor dipilih yang tersedia di pasaran dan memenuhi data perhitungan diatas adalah sebagai berikut: Merk : OTTO Tipe : S-N10 Arus : 20 A Daya : 4 kW Tegangan kontak : 400 V Tegangan koil : 230 V Frekuensi : 50 Hz Berdasarkan name plate kontaktor yang dipilih, rating arus, daya dan tegangan sudah sangat memenuhi dari data hasil perencanaan dan perhitungan. Sehingga kontaktor dapat bekerja ketika dialiri arus sebesar 3.4 A, daya beban motor 1.5KW, tegangan kontak dan koil 380V/220V, serta frekuensi 50 Hz. 4.2.3 Analisa Pemilihan Overload Relay (TOLR)
Thermal
Pemilihan TOLR dilakukan dengan melihat rating arus pada beban yang digunakan. Telah dijelaskan pada PUIL 2000 pasal 5.5.4.3 yang menyebutkan bahwa rating TOLR tidak boleh melewati batas arus nominal motor. Pada name plate motor telah diketahui bahwa besarnya arus nominal adalah sebesar 2.8 A dan 3.4 A. Dengan mengetahui besarnya arus nominal pada motor, maka kita dapat menentukan besarnya rating TOLR yang digunakan yaitu :
Seting TOLR ≤ TOLR ≤ 2.8 A Seting TOLR ≤ TOLR ≤ 3.4 A
In
atau
seting
In
atau
seting
Dan TOLR yang dipilih memiliki spesifikasi sebagai berikut: Merk : Schneider Tipe dan Rating arus : LRD 08 ( 2.5 A sampai 4 A ) Pemilihan TOLR dengan rating arus seperti diatas sudah memenuhi rating arus beban yang akan digunakan dan sudah sesuai dengan standar PUIL 2000. Dimana untuk kecepatan rendah dengan arus 2.8 A dan kecepatan tinggi 3.4 A menggunakan pengaman TOLR tipe LRD08 (2.5A sampai 4A).
4.2.4
Analisa Pemilihan Penghantar
Berdasarkan hasil perhitungan 1.25 x In pada persamaan (2.1) seperti telah dijelaskan pada sub bab 2.3.1 diperoleh penghantar dengan KHA 4.3 A. Jika dilihat pada tabel 2.2 maka luas penampang yang digunakan adalah 0.75 mm2. Namun penghantar yang dipilih adalah penghantar dengan luas penampang 1.5 mm2. Hal ini terjadi karena berdasarkan PUIL 2000 pasal 8.5.10.2 menyebutkan bahwa penghantar tembaga harus berukuran minimal 1.5 mm2. Serta disesuaikan pula dengan sepatu kabel di pasaran yang memiliki ukuran minimal untuk penghantar 1.5 mm2. Maka berdasarkan standar PUIL 2000 yang menjadi acuan dan ketersediaan di pasaran maka dipilih kabel NYAF dengan luas penampang berukuran 1.5 mm2 dapat digunakan untuk sistem pengoperasian pengasutan ini. 4.2.5
Analisa Pemilihan Push Button
Push button atau sakelar tekan dipilih berdasarkan warna, jenis kontak serta tegangan kontaknya. Dibawah ini adalah data push button yang dipilih. 1. Merk Tegangan kontak Warna Jenis kontak
: Shemsco : 240 V : merah : NC
2. Merk Tegangan kontak Warna Jenis Kontak
: Shemsco : 240 V : hijau : NO
Pemilihan warna push button diatas sudah sesuai dengan standar IEC 60204-1 seperti telah dijelaskan pada sub bab 2.3.6. dimana warna merah difungsikan sebagai tombol stop sedangkan warna hijau difungsikan sebagai tombol start. Tegangan kontak pada push button juga sudah sesuai dengan perencanaan. Dimana push button dengan tegangan kontak 240 V akan dapat mengalirkan tegangan sebesar 24 V. 4.2.6
Analisa Pemilihan Lampu Tanda
Lampu tanda dipilih berdasarkan warna serta tegangan kontaknya. Dibawah ini adalah data lampu tanda yang dipilih. 1. Merk : Shemsco Tegangan kerja : 220 V Warna : putih / tidak berwarna Type : AD 16-22DS 2. Merk : Shemsco Tegangan kontak : 220 V Warna : hijau Type : AD 16-22DS 3. Merk : Shemsco Tegangan kontak : 220 V Warna : kuning Type : AD 16-22DS Pemilihan warna lampu tanda diatas sudah sesuai dengan standar IEC 60204-1 seperti telah dijelaskan pada sub bab 2.3.7. Dimana warna hijau difungsikan sebagai tanda bahwa motor sedang bekerja dalam keadaan normal, sedangkan warna kuning difungsikan sebagai tanda bahwa motor dalam keadaan tidak normal dan membutuhkan penanganan secepatnya oleh operator. Untuk warna putih dijelaskan dalam standar IEC bahwa diperbolehkan untuk fungsi lain, oleh karena itu warna putih pada perencanaan ini digunakan sebagai tanda bahwa sistem dalam keadaan bertegangan. Tegangan kontak pada lampu tanda juga sudah sesuai dengan perencanaan. Dimana lampu tanda memiliki tegangan kontak sebesar 220V.
4.2.7
Analisa Pemilihan PLC Seseuai dengan yang tertera pada sub bab 3.6.8 mengenai tabel I/O kita dapat mengetahui jenis komponen apa saja yang dikendalikan menggunakan PLC. Dan mengetahui berapa jumlah Input dan output yang diperlukan.
Gambar 4.1Rangkain konvensional sistem Double speed
Tabel 3.7 Input/Output double speed Nama Komponen I/O
TOLR1
Input
TOLR2
Input
LS
Input
HS Stop K1
Input Input Output
K2
Output
K3
Output
OL 1
Output
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa sistem pengoperasian pengastutan langsung double speed membutuhkan 5 input dan 4 output. Berdasarkan hasil diatas seharus nya PLC yang digunakan yaitu 5 input dan 4 output.Namun pada kenyataan PLC ini di gukanan untuk 2 pengasutan yang berbeda dan membutuhkan input dan output yang lebih banyak, Maka PLC yang digunakan dalam pengasutan ini adalah : Merk : Omron Type : CP1L – L20DR-A I/O : 12/8
Gambar 4.2. Wiring Diagram
Analisa: Dari gambar 4.1 dan 4.2 dapat dilihat perbedaan antara sistem double speed yang menggunakan rangkaian konvensional dan sistem double speed berbasis PLC OMRON CP1L. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa penggunaan PLC akan memudahkan pembuatan dan pengkabelan rangkaian dibandingkan dengan sistem double speed konvensional. Dan apabila rangkaaian tersebut ingin diberi inovasi lebih dengan menggunakan PLC seperti penambahan fungsi timer atau fungsi kerja system. Tidak perlu adanya perubahan rangkaian ,cukup dengan menambahkan program dalam PLC. Beda hal nya dengan system yang konvensional yang harus merubah system rangkaian. Setelah merancang pengasutan langsung double speed berbasis PLC terdapat kelebihan dan kekurangan antara konvensional dengan alat yang berbasis PLC, diantaranya yaitu : a. Kelebihan menggunakan PLC 1. dalam pengasutan langsung berbasis PLC kabel penghantar
yang digunakan lebih efisien dibandingkan dengan pengasutan konvensional. 2. Kemungkinan mengalami gangguan sangat kecil dikarenakan dalam merangkai pengasutan berbasis PLC tidak terdapat sambungan. banyak 3. Dengan pengasutan berbasis PLC apabila terjadi gangguan dapat diketahui dengan cara komunikasi melalui PC tanpa harus merubah rangkaian. 4. Untuk pengoperasian pengasutan berbasis PLC tidak harus mengubah rangkaian, melainkan mengubah program pada hanya ladder diagram. b. Kekurangan menggunakan PLC 1. Biaya perancangan cukup mahal untuk kebutuhan input dan output kurang dari 20 input dan output. Dari perbandingan diatas sudah tertera pada gambar diagram kontrol sub bab 3.6.9 dan diagram ladder pada sub bab 3.6.10 bahwa pengasutan berbasis PLC lebih unggul dibandingkan dengan pengasutan konvensional. Karena pengasutan berbasis PLC lebih simpel dibandingkan dengan pengasutan konvensional. 4.3 Analisa Perbandingan Sistem Double
5.2 Saran Sebelum kita melakukan perancangan, kita harus mempersiapkan perencanaan dengan matang, agar tidak ada kesalahan dalam perancangan yang akan kita rancang dan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 2002. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Jakarta : Yayasan PUIL.
Double speed Berbasis PLC OMRON
Budiyanto, M., A. Wijaya, Pengenalan Dasar-dasar PLC(Programmable Logic Controller), Gava Media, Yogyakarta.
CP1L
CX-Programmer User Manual Version 9.3
Speed Konvensional dengan Sistem
5.1 Kesimpulan Setelah melakukan perancangan tentang sistem double speed maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan PLC OMRON CP1L-L20DR-A menjadikan perancangan sistem pengasutan double speed menjadi lebih sederhana dan mudah menelusuri rangkaian ketika terjadi gangguan dibandingkan dengan sistem double speed konvensional
yang lebih sulit ketika menelusuri letak terjadinya gangguan 2. Untuk membuat instalasi double speed berbasis PLC OMRON CP1L-L20DRA harus berdasarkan standar. Dalam hal ini standar yang digunakan adalah PUIL 2000, standar IEC, manual book PLC OMRON CP1L-L20DR-A, dan manual book MCB merek Schneider Domae. 3. Pemrograman PLC OMRON CP1LL20DR-A yang dapat bersinkronisasi dengan sistem double speed memudahkan untuk melakukan inovasi dibandingkan dengan rangkaian konvensional yang akan lebih sulit untuk melakukan inovasi dikarenakan harus merubah rangkaian secara signifikan.
Ismail, Fauzi Nur : 2011. Perencanaan instalasi sistem pengasutan langsung motor dahlander dengan dua arah putar pada motor control center. Bandung : Polban OMRON. 2009. Introduction Manual OMRON. 2009. Programming Manual
SYSMAC SYSMAC
CP1L CP1L
Siswoyo: 2008. Teknik Listrik Industri, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta
Sumardjati, Prih. 2008. Instalasi Listrik Domestik. Bandung: Polban www.sucaco.com ,20 juni 2012