Rancang Bangun Perangkat Lunak Pendeteksi Keseimbangan Tubuh Manusia
Bugie Taufik Iskandar, Jurusan Sistem Komputer - Universitas Gunadarma Jalan Margonda Raya 100, Depok 16424 Pembimbing I : Dr. -Ing. Farid Thalib Pembimbing II : Atit Pertiwi, Skom, MMSi
[email protected]
Abstrak Dalam rancang bangun perangkat lunak pendeteksi keseimbangan tubuh manusia, akan timbul suatu permasalahan, yaitu bagaimana memetakan pola pergerakan ayunan tubuh manusia, panjang ayunan tubuh manusia, luas ayunan tubuh manusia, nilai posisi rata-rata, keteraturan bentuk dan bagaimana mencari frekuensi. Tujuan dari perancangan sistem ini adalah agar dapat membantu di bidang kedokteran dalam mendiagnosis penyakit yang diakibatkan terganggunya keseimbangan tubuh. Rancangan perangkat lunak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu rancangan basis data, rancangan masukan dan rancangan keluaran. Rancangan basis data digunakan sebagai basis data pasien yang berisikan informasi-informasi identitas pasien dan hasil periksanya. Rancangan masukan merupakan masukan data dari perangkat keras dan masukan data informasi pribadi pasien. Sedangkan rancangan keluaran terdiri dari penerapan rumus-rumus yang akan digunakan sebagai satuan untuk menggambarkan grafik keluaran. Dengan melakukan pengujian sistem pada beberapa pasien didapatkan bahwa program perangkat lunaknya dapat melakukan perhitungan sesuai dengan teori-teori keseimbangan tubuh manusia dan menggambarkannya ke dalam grafik keluaran. Dari hasil tersebut didapatkan pola pergerakan ayunan tubuh, nilai panjang ayunan tubuh, nilai luas ayunan tubuh, nilai keteraturan bentuk, nilai rata-rata posisi dan frekuensi. Dimana hasilnya dapat digunakan oleh seorang dokter untuk menentukan jenis gangguan keseimbangan tubuh Kata Kunci : Keseimbangan Tubuh Manusia, Basis Data, Masukan, Keluaran Pendahuluan Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam upaya meningkatkan pembangunan, banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Namun hal ini juga menimbulkan dampak negatif, diantaranya timbul bising pada lingkungan kerja yang dapat berdampak buruk terhadap para pekerja. Yaitu dengan menyebabkan seringnya dijumpai para pekerja industri mengalami gangguan pendengaran. Hasil penelitian yang dilakukan pada pabrik peleburan besi baja di Jakarta, mendapatkan 31,55% pekerja menderita tuli akibat bising dengan intensitas bising antara 85105 dB dengan masa kerja rata-rata 8,99 tahun. [16].
Gangguan pendengaran selain disebabkan oleh efek bising dapat juga disebabkan oleh getaran. Bising dan getaran tersebut menimbulkan interaksi berbagai gelombang dengan banyak frekuensi dan amplitudo yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran dan gangguan keseimbangan tubuh manusia. Gangguan keseimbangan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada saraf yang mengendalikan keseimbangan tubuh itu sendiri dan akan berdampak lebih lanjut yang mengakibatkan
terbatasnya
aktifitas
dalam
kehidupan
sehari-hari,
sehingga
dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang. Gejala gangguan keseimbangan pada fase akut dapat berupa ketidak mampuan untuk bangun dari posisi berbaring dan berusaha bertahan pada posisi berbaring yang tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Ayunan tubuh dapat berlebihan pada saat duduk atau berdiri dan akan terlihat lebih jelas jika berada di lingkungan yang tidak stabil, misalnya di tempat gelap atau diatas busa. Pada saat ini pun telah terdapat sebuah alat yang digunakan untuk mendeteksi keseimbangan tubuh manusia. Namun alat tersebut mempunyai keterbatasan-keterbatasan, yaitu harga yang masih relatif mahal dan sukar ditemukan di Indonesia. Dengan melihat keterbatasan yang ada, perlu dikembangkan suatu alat alternatif dengan harga yang cukup terjangkau. Alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia tersebut terdiri dari sebuah platform yang mempunyai tiga buah sensor. Ketiga sensor tersebut akan menghasilkan pola pergerakan ayunan tubuh manusia. Alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia ini akan menghasilkan informasi yang dapat membantu seorang dokter dalam menganalisa gejala suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan seperti rasa tidak seimbang, kepala terasa ringan, hampir pingsan dan vertigo. Rancang bangun alat ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat kerasnya menitik beratkan pada penggunaan tiga buah potensiometer dengan rancangan mekanik yang khusus sebagai sensor beban yang diletakkan pada tiga buah titik yang membentuk sebuah segitiga sama sisi, sedangkan perangkat lunaknya merupakan sebuah program yang menerjemahkan keluaran dari sensor menjadi informasi-informasi yang digunakan untuk mengukur keseimbangan tubuh manusia. Perangkat lunak ini dibuat menggunakan Borland Delphi. Dalam rancang bangun alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia, akan timbul suatu permasalahan, yaitu : Bagaimana memetakan pola pergerakan ayunan tubuh manusia yang dihasilkan oleh tiga buah sensor tersebut ke komputer, bagaimana menghitung panjang
ayunan tubuh manusia, menghitung luas ayunan tubuh manusia, menghitung nilai posisi rata-rata dan menghitung keteraturan bentuk serta bagaimana mencari frekuensi. Tujuan penelitian adalah membuat sebuah prototipe alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia serta perangkat lunaknya yang dapat menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menghitung panjang ayunan tubuh manusia, luas ayunan tubuh manusia, nilai posisi rata-rata, keteraturan bentuk dan frekuensi. Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat membantu para dokter spesialis penyakit syaraf agar lebih cepat mendeteksi adanya kemungkinan gangguan keseimbangan pada tubuh pasiennya. Sehingga di kemudian hari gangguan keseimbangan tersebut dapat di tanggulangi lebih awal. Gangguan Keseimbangan Tiga sistem yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan ialah sistem vestibuler, visual dan somatosensorik / proprioseptif. Untuk mempertahankan keseimbangan, maka sedikitnya dua dari tiga sistem tersebut harus berfungsi dengan baik. Bila seseorang menderita vertigo, ini menunjukkan bahwa sistem vestibularnya terganggu. Rasa pening, rasa tidak seimbang, rasa tidak stabil, yang tidak disertai oleh pusing berputar (vertigo) dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, misalnya terdapat gangguan visual, proprioseptif dan juga oleh gangguan pada sistem vestibuler itu sendiri. Bentuk gangguan yang sering dijumpai adalah sebagai berikut: •
Rasa tidak seimbang (disekuilibrium) Keluhan ini dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan, misalnya gangguan vestibular, gangguan proprioseptif, penyakit susunan saraf pusat. Dan dapat juga diakibatkan oleh gangguan fungsi serebelum. Labirin yang tidak berfungsi, intoksikasi obat dan tumor di fossa posterior.
•
Kepala terasa ringan Keluhan ini dapat disebabkan oleh efek samping obat, seperti obat anti hipertensi, obat penenang. Keluhan ini juga dapat diakibatkan oleh gangguan sistematik, seperti demam, gangguan metabolik. Penderita dengan gangguan psikis tidak jarang mengemukakan bahwa kepalanya terasa penuh, tidak segar dan terasa ringan.
•
Hampir pingsan (sincope) Keluhan ini sering dijumpai pada gangguan homeostatik, gangguan aliran darah, penyakit jantung, anemia dan juga oleh obat-obatan. Gangguan irama jantung, kelainan katup jantung dapat mengakibatkan keluhan ini.
•
Vertigo Vertigo adalah perasaan berputar. Penderita merasa atau melihat lingkungannya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya gerakan berputar. Namun, kadang-kadang dapat berbentuk linier, seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Sesuai kejadiannya vertigo ada beberapa macam yaitu vertigo spontan dan vertigo posisi.
Konsep Pengukuran Keseimbangan Panjang ayunan tubuh akan memperlihatkan panjang garis gelombang dari ayunan tubuh. Gambaran ayunan tubuh pasien terdiri dari himpunan titik dan garis. Titik pertama dan titik kedua dihubungkan dengan garis pertama. Titik kedua dan titik ketiga dihubungkan dengan faris kedua, begitu seterusnya hingga titik terakhir. Dasar untuk menghitung panjang yaitu dengan teorema phytagoras. Teorema phytagoras menyatakan bahwa pada segitiga siku, panjang hypotenusa dan dua sisi lainnya terhubung dengan rumus yang sederhana. Jika diketahui panjang dua sisi dari segitiga siku, maka dapat digunakan teorema pyhtagoras unyuk menemukan panjang sisi yang ketiga. Luas ayunan tubuh akan memperlihatkan daerah sekeliling dengan lingkar luar dari gambaran ayunan tubuh. Dari gambaran ayunan tubuh pasien, terlihat bahwa gambaran tersebut bertumpuk atau tumpang tindih. Sehingga untuk menghitung luas ayunan tubuh diperlukan pencarian garis lingkar terluar dari gambaran ayunan tubuh terlebih dahulu, hingga dihasilkan suatu gambar yang tidak bertumpuk lagi. Kemudian baru dihitung luas ayunan tubuh pasien tersebut. Nilai posisi rata-rata merupakan nilai rata-rata posisi sumbu X dan sumbu Y dari grafik ayunan tubuh. Dari gambaran ayunan tubuh didapat himpunan titik, titik pertama, titik kedua, titik ketiga sampai titik terakhir, atau dapat dinotasikan titik dengan A, sehingga terdapat A1, A2, A3…An. Setiap titik mempunyai dua nilai yaitu Ax dan Ay. Untuk sumbu X terdapat Ax1, Ax2, Ax3…Axn, demikian pula dengan sumbu Y akan terdapat Ay1, Ay2, Ay3…Ayn. Hasil dari perhitungan nilai posisi rata-rata adalah sebuah titik yang juga mempunyai dua buah nilai yaitu nilai sumbu X dan nilai sumbu Y. Untuk menghitung nilai posisi rata-rata adalah dengan menjumlahkan semua titik sesuai dengan sumbunya, kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya titik. Keteraturan bentuk digunakan untuk menggambarkan keteraturan bentuk dari suatu daerah atau bidang. Daerah atau bidang tersebut dapat berbentuk persegi panjang, segitiga, lingkaran, dan sebagainya. Tidak semua daerah atau bidang mempunyai bentuk yang teratur, daerah atau bidang dapat pula berbentuk suatu bentuk yang tidak beraturan seperti
pulau, sungai dan sebagainya. Keteraturan bentuk mempunyai skala pengukuran dari 0 sampai 1. Jika skala keteraturan bentuk semakin mendekati nilai 1, hal ini berarti bentuk dari bidang tersebut semakin teratur. Frekuensi digunakan untuk menghitung banyaknya titik pada suatu posisi. Pada grafik frekuensi, sumbu X akan menggambarkan banyaknya titik, sedangkan sumbu Y menggambarkan banyaknya posisi yang sama pada titik tersebut. Sistem Sensor Perangkat keras dari alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia ini berbasiskan pada sebuah sistem mekanik yang dirancang khusus untuk menggerakkan tiga buah potensiometer, yaitu jika terdapat beban yang bertumpu pada sistem mekaniknya maka hambatan potensiometer akan menjadi lebih besar. sensor diletakkan pada tiga buah titik yang membentuk segitiga sama sisi, Sensor-sensor ini akan menghasilkan nilai analog yang akan di konfersikan menjadi nilai digital melalu ADC. Masing-masing sensor akan menghasilkan data 8 bit yang akan digunakan sebagai masukkan ke dalam komputer melalui Serial PPI. Sensor 1 Titik tengah
Sensor 2
Sensor 3
ADC
Pengantarmukaan Paralel
Komputer Gambar 1 : Diagram Prototipe perangkat keras
Rancangan Sistem Secara Diagram Balok dan Diagram Alir
Alat pendeteksi Keseimbangan
Pengantarmukaan Paralel
Masukan Data Alat
Basis Data
Keluaran Data Pasien
Gambar 2 : Diagram balok rancangan sistem Perangkat Lunak.
Rancangan sistem terdiri dari 3 bagian utama, yaitu rancangan basis data, rancangan masukkan dan rancangan keluaran. Rancangan basis data digunakan sebagai basis data pasien yang berisikan informasi-informasi identitas pasien dan hasil periksanya. Rancangan masukan merupakan kumpulan data yang terbagi atas masukan data dari alat dan masukan data pasien. Sedangkan rancangan keluaran terdiri dari penerapan rumusrumus yang akan digunakan sebagai satuan untuk menggambarkan grafik keluaran. Masing-masing balok pada gambar diagram balok diatas memilki beberapa prosedur-prosedur pemrograman yang berbeda. Namun inti dari pemrograman perangkat lunaknya secara adalah : 1. Pengolahan basis data, baik itu untuk masukannya maupun menampilkan query dari data pasien keseluruhan untuk digunakan dalam pemeriksaan. 2. Masukan data mentah dari sensor dengan menggunakan komponen yang sudah disediakan oleh pengantarmukaan serial. 3. Pengolahan data dengan menerjemahkan algoritma-algoritma perhitungan yang teleh dijelaskan pada bab sebelumnya menjadi baris-baris pemrograman yang dapat dimengerti oleh bahasa pemrograman. 4. Menampilkan hasil perhitungan, baik itu dalam bentuk grafik ataupun angka. 5. Menampilkan query laporan yang dibutuhkan oleh dokter.
Mulai
Masukkan nomor identitas Perhitungan keteraturan bentuk
Cari nomor identitas
Buat identitas baru Perhitungan nilai posisi rata-rata
T Ada ? Masukkan identitas baru
Tampilkan hasil periksa
Y Tampilkan data pasien
Data sudah benar ?
Periksa keseimbangan
T
Simpan data Cetak data
Y
Tampilkan data pasien
Kembali ke menu utama ?
Data disimpan Mulai pemeriksaan Data sensor dari perangkat keras Perhitungan panjang ayunan tubuh
Perhitungan luas ayunan tubuh
Y
T
Perhitungan nilai posisi rata-rata
Selesai
Gambar 3 : Diagram Alir rancangan sistem perangkat lunak
Program dimulai dengan memasukkan nomor identitas pasien. Jika tidak di temukan data pasien dengan nomor identitas yang telah dimasukkan berarti pasien tersebut belum terdaftar atau terjadi kesalahan pada saat memasukkan no identitas pasien. Pasien yang merupakan pasien baru maka dia harus mengisi data pasien baru. Saat memulai permeriksaan keseimbangan dilakukan proses perhitungan yaitu : •
Perhitungan panjang ayunan tubuh
•
Perhitungan luas ayunan tubuh
•
Perhitungan nilai posisi rata-rata
•
Perhitungan keteraturan bentuk
•
Perhitungan frekuensi
Setelah selesai melakukan semua perhitungan, program akan menampilkan hasil periksanya beserta grafik keluarannya. data tersebut dapat disimpan pada basis data hasil periksa dan dapat pula dicetak. Pengujian Alat pendeteksi keseimbangan merupakan alat yang bertujuan menilai kuantitatif kemampuan seseorang dalam memelihara keseimbangan tubuh. Dengan cara menilai dari ayunan tubuh yang disebabkan oleh kepeningan, ketidakseimbangan atau gangguan keseimbangan.
Tubuh
penderita
yang
mengalami
gangguan
keseimbangan
akan
sempoyongan, maka gerakan ayunan penderita tersebut yang akan digambarkan pada komputer. Cara pengujian perangkat lunak pendeteksi keseimbangan tubuh manusia ini adalah penderita diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar diatas alat. Kemudian dilakukan perekaman pada keempat kondisi, masing-masing selama 60 detik, yaitu : •
Berdiri tenang dengan mata terbuka memandang titik tertentu
•
Berdiri tenang dengan mata tertutup
•
Berdiri tenang diatas alas yang tidak stabil dengan mata terbuka memandang titik tertentu
•
Berdiri tenang diatas alas yang tidak stabil dengan mata tertutup Setelah selesai dilakukan pengukuran maka akan dihasilkan beberapa informasi
yang dapat digunakan oleh seorang dokter. Adapun informasi yang dihasilkan dari alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia adalah sebagai berikut : •
Pergerakan ayunan tubuh terhadap sumbu X dan sumbu Y
•
Panjang ayunan tubuh
•
Luas ayunan tubuh
•
Nilai posisi rata-rata
•
Keteraturan Bentuk (Compactness)
•
Frekuensi Pergerakan ayunan tubuh terhadap sumbu X dan sumbu Y akan di tangkap oleh
sensor beban, hasilnya akan di konversikan menjadi grafik yang akan digambarkan oleh komputer sesuai dengan programnya.
Gambar 4 : Grafik awal
Titik merah pada grafik merupakan rekaman posisi pasien pada saat sensor mengambil data. Sedangkan garis yang berwarna hitam merupakan perjalanan perubahan dari titik pertama menuju titik kedua, ketiga dan seterusnya sampai titik ke enam puluh. Setelah program membuat grafik awal dan selesai melakukan semua perhitungan, maka grafik luas pun telah selesai dibuat.
Gambar 5 : Grafik Luas
Garis yang berwarna hijau muda merupakan garis pinggir atau tepi dari bangun yang terbentuk. Sedangkan titik-titik yang berwarna hijau tua merupakan sudut-sudut dari bangun tersebut. tampak bahwa masih terdapat garis hitam, yang merupakan garis panjang dari grafik awal sebelumnya.
Gambar 6 : Frekuensi
Untuk melakukan pengujian kinerja sistem, dilakukan pengujian terhadap 10 orang pasien secara berturut-turut. Hal ini dilakukan untuk menguji kemampuan dari perangkat lunak itu sendiri, baik itu untuk pengolahan basis data, pengolahan masukan dan proses perhitungan keluaran. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian terhadap 10 orang dari penggunaan alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia : Tabel 1. hasil pengujian terhadap 10 orang pasien
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
No id pasien 116.1209.10001 116.1209.10002 116.1209.10003 116.1209.10004 116.1209.10005 116.1209.10006 116.1209.10007 116.1209.10008 116.1209.10009 116.1209.10010
Nama pasien Umar W. Bugie T. Andri S. Adi P. Ahmad A. W. Riko Rasota Wisnu Indarto Willy M. Markus Ary
Panjang 1512.4042 1532.6282 1627.2906 1660.4095 1735.0487 1503.7468 1600.2998 1453.2046 1604.3712 1749.0277
Luas 1271 1272.5 1650 1193 1648 1240.5 1415 870.5 1623 2091.5
Compactness 0.0506 0.0407 0.0377 0.0439 0.0416 0.0308 0.0267 0.0251 0.0435 0.0422
Rata-rata 2.7;1.11 -1.1;-0.07 0.4;-1.6 0.05;-2.4 -2.2;-0.02 -2.9;-5 -0.2;-1.2 2.73;-0.4 -0.1;1.81 -5.5;-5.8
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian yang hanya bersifat mengukur nilai-nilai keseimbangan tanpa dapat diketahui apakah pasien tersebut menderita gangguan keseimbangan atau tidak, karena untuk mengetahui apakah seseorang menderita gangguan keseimbangan harus dengan bantuan seorang dokter. Kesimpulan Alat pendeteksi keseimbangan tubuh manusia ini merupakan alat monitoring hasil pemeriksaan pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. Pasien yang menderita gangguan keseimbangan akan diperiksa dengan menggunakan alat ini. Dari hasil pemeriksaan akan dihasilkan beberapa informasi dan gambar grafik hasil pemeriksaan tersebut. Untuk mengetahui kemajuan seorang pasien, dapat juga menggunakan alat ini. Perangkat lunak ini dirancang memiliki sebuah basis data pasien dan digunakan untuk mengukur pergerakan ayunan tubuh, panjang ayunan tubuh, luas ayunan tubuh, nilai posisi rata-rata, compactness dan frekuensi. Alat keseimbangan tubuh manusia ini masih berupa prototipe, sehingga masih dapat dikembangkan lagi menjadi alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi keseimbangan tubuh manusia. Alat keseimbangan tubuh manusia ini juga masih memiliki keterbatasanketerbatasan, yaitu alat ini tidak dapat mendeteksi atau menentukan suatu penyakit pasien atau penderita gangguan keseimbangan. Namun bila penggunaan alat ini ingin diperluas untuk kepentingan kedokteran (medis) perlu diadakan pengujian klinik minimal selama 6 bulan sampai 1 tahun. Daftar Pustaka [1]
Ana Kurniawati, ST., “Sistem Pendeteksi Keseimbangan Tubuh Manusia”, Tesis, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2002.
[2]
Anonim, “Manual Serial PPI”, PDF, de KITS.
[3]
Anonim, “Panduan Praktikum Teknik Kendali”, Lab. Elektronika dan Komputer, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2004.
[4]
Anonim, “Panduan Praktikum PASKOM”, Lab. Elektronika dan Komputer, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2003.
[5]
Anonim, “Phytagorean Theorem”, http://www.emsi.pni.gov:2080/docs/mathexpl/phytag.html, Januari 2005.
[6]
Anonim, “Trapezoidal Rule”, http://www.math.udel.edu/-schleini/m242/lesson2.html, Januari 2005.
[7]
Hendarmin H dan Hadjar E, “Noise and Noise Polutions in Jakarta”, Konas PERHATI II, Jakarta, 1971.
[8]
Hendarmin H, “Noise Induced Hearing Loss”, Konas PERHATI II, Jakarta, 1997.
[9]
Hengky A. M., “ Pemrograman Database menggunakan Delphi 7.0 dengan Metode ADO”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.
[10]
Lumbantobing S.M., “Vertigo Tujuh Keliling”, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1996.
[11]
Lusianawaty, “Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Tenaga Kerja di Perusahaan Plywood PT. X, Jawa Barat”, Tesis, Jakarta, 1998.
[12]
MADCOMS, “Pemrograman Borland Delphi 7”, jilid 1, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2002.
[13]
Martiem, “Diktat Faal I Sensibilitas
Telinga Keseimbangan”, Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti, Jakarta. [14]
Soepardi E.A. dan Iskandar N., “Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok”, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1997.
[15]
Stallings, William, “ Komunikasi Data dan Komputer”, Salemba Teknika, Jakarta, 2002
[16]
Sundari H., “Hubungan Pemajanan Bising dengan Ambang Pendengaran Tenaga Kerja di Bagian Peleburan dan Pengontrolan Besi Baja PT. B. D. Jakarta”, Jakarta, 1994.
[17]
Swan M. and Ridgway J, “Tools-Math ‘Creating Measures’ Compactness Task”, http://www.wcer.wisc.edu/nise/c11/flag/tools/math/measures/compactnessB.htm,
Juni
2005. [18]
Timoshenko, S.P., et al, “Theory of Elasticity”, 3rd Edition, McGraw-Hill Inc., Singapore, 1970.
[19]
Winther R, “Numerical Integration-Trapezoidal Rule ”, http://www.krellinst.org/UCES/archive/modules/potential/trap/, Juni 2005.