PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411 - 4216
RANCANG BANGUN DAN UJI UNJUK KERJA DOUBLE LAYER SOLAR KILN Imam Djunaedi Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Center for Appropriate Technology Development – Indonesian Institute of Sciences Jl. KS Tubun 5 Subang - 41213, Tlp. 0260 411478/412878, Fax 0260 411239 Web site: http://www.ttg.lipi.go.id & http://www.subang-java.com E-mail :
[email protected] &
[email protected]
ABSTRAK Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI - Subang, telah mengembangkan dan melakukan uji unjuk kerja prototipe solar kiln dengan atap kolektor surya double layer. Prototipe ini telah diterapkan untuk proses pengeringan ikan di Pantai Segara Jaya Kabupaten Bekasi sebagai keluaran program Proyek DIP Pemda Bekasi tahun 2001. Efisiensi kolektor surya tertinggi yang adalah sebesar 73,32 % dicapai setelah kolektor beroperasi selama ± 4 jam dengan radiasi rata-rata sekitar 645,06 W/m2. Tingkat energi panas tertinggi yang dikonveksikan ke udara pada kolektor sebesar 20,96 kW saat radiasi mencapai 788 W/m2. Energi panas yang dibangkitkan kolektor menghasilkan energi panas untuk pengeringan sebesar 10,46 kW, selama 1 jam 45 menit. Efisiensi kiln tertinggi tidak dicapai saat radiasi maksimum pada pukul 12:00 sebesar 800 W/m2, tetapi efisiensi kiln tertinggi dicapai saat radiasi sebesar 578 W/m2 pada pukul 14:15. Fluktuasi efisiensi diakibatkan fluktuasi radiasi matahari yang terjadi pada saat pengujian dan dapat disimpulkan bahwa tingkat radiasi dan lama pemanasan sangat menentukan efisiensi sistem. Namun semakin tinggi radiasi yang diterima udara, semakin tinggi panas yang hilang sebagai rugi-rugi. Kata kunci: efisiensi; energi; kiln; kolektor; panas; pengering;performansi; solar; surya; uji. PENDAHULUAN Energi surya merupakan energi yang tersedia secara cuma-cuma sepanjang tahun dan usaha untuk mendayagunakan energi ini telah banyak dilakukan. Sejalan dengan meningkatnya kandungan CO2 di atmosfir, dorongan untuk pengembangan teknologi yang ramah lingkungan sebagai upaya mencegah pemanasan global menjadi sangat tepat saat ini. Kolektor matahari merupakan peralatan utama untuk mengubah energi matahari menjadi energi panas. Secara garis besar ada dua macam kolektor, yaitu kolektor datar dan kolektor dengan konsentrator. Pada kolektor pelat datar absorpsi cahaya surya terjadi pada daerah yang kecil, sehingga fluks cahaya lebih besar. Selama dua dasawarsa terakhir ini, solar kiln telah dibuat diberbagai tempat (Aleon, 1979; Banks, 1970; Campbel and Stevenson, 1976; Casin et.al, 1969; Chen, 1981; Gough, 1977; Harpole, 1988) dengan berbagai penyesuaian dalam penggunaan maupun kondisi lokal (Sattar, 1989). Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi lembaga penelitian dan pengembangan teknologi tetap mengembangkan dan membuat modifikasi untuk menghasilkan prototipe yang lebih baik dan dapat diterapkan pada berbagai penggunaan lain. Solar kiln BPTTG-LIPI yang disajikan dalam makalah ini merupakan prototipe kedua, perbedaan utama kedua buah prototipe adalah pada sistem pembangkit konveksi paksa pada kolektor surya double layer serta penutup dan dinding transparan. REKAYASA RANCANG BANGUN Prinsip sistem solar kiln adalah pemanasan udara dalam suatu lorong pengumpul panas agar kandungan air dalam kayu terevaporasi keluar. Kemudian udara panas dihisap dan disirkulasikan oleh kipas-kipas serta dialirkan melewati tumpukan kayu. Air yang keluar terserap udara disekitarnya dan udara dalam ruang pengering menjadi lembab oleh uap air yang diserap dari kayu. Udara yang sudah jenuh dengan uap air yang dievaporasi dari kayu dibuang melalui cerobong pembuang (damper/rotary window) dan pada saat yang sama dimasukkan kembali udara panas bersih ke dalam ruangpengering.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
C-14-1
Skema prinsip kerja kiln: Udara panas disirkulasikan ke arah tumpukan kayu
Air terevaporasi dari kayu dan menjadi uap air
Udara dipanaskan secara konveksi di dalam lorong kolektor
Uap air terserap oleh udara panas sampai kelembabannya menjadi jenuh
Udara bersih dari luar
Udara jenuh dan berkelembaban tinggi dibuang keluar ruang oven
Gambar 1. Sirkulasi Udara pada Solar Kiln Sistem pengering kayu dengan sumber energi pemanas udara surya terdiri dari beberapa sub-sistem alat, yaitu: Kolektor perangkat pengumpul panas matahari yang akan memindahkan panas dari pelat penyerap ke udara yang melewati lorong secara konveksi paksa. Fan hisap kipas untuk menghisap/ menarik udara dari lingkungan masuk melewati bidang pemanas di dalam lorong kolektor. Beban objek yang dikeringkan. Jendela sirkulasi sarana ventilasi untuk menukar/ mengeluarkan udara lembab dari dalam ruang pengering. Neraca Energi Kinerja termal berbagai tipe kolektor surya dapat dievaluasi oleh suatu neraca energi yang menentukan jumlah radiasi masuk yang diberikan sebagai energi berguna ke fluida kerja. Untuk kolektor pelat rata seluas Ac, neraca energi ditunjukkan dengan model sebagai berikut:
I c Ac Ts α s = qu + qloss +
d ec dt
(1)
Secara sederhana, efisiensi sesaat suatu kolektor , ηc, adalah perbandingan antara energi berguna untuk memanaskan udara dengan energi matahari total yang diterima kolektor. Secara model dituliskan sebagai berikut (Kreith, F. and Kreider, J.F., 1978):
ηc =
qu Ac I c
(2)
Dalam praktek, efisiensi harus diukur selama jangka waktu yang singkat. Dalam suatu pengujian kinerja, standar jangka waktu itu berlangsung selama lima belas atau dua puluh menit. Untuk keperluan perancangan, kinerja harian atau jangka waktu yang lebih panjang, t, adalah penting. Sehingga dapat dilakukan identifikasi efisiensi rata-rata yang mempresentasikan kinerja secara proporsional. t
∫q d u
ηc =
t
0
(3)
t
∫A I d c c
t
0
dimana t adalah jangka waktu rata-rata. Pengujian Kolektor Thermal Matahari Ada dua metode dasar untuk pengujian kolektor matahari, yaitu: prosedur sesaat (instantaneous) dan prosedur kalorimetrik. Kedua prosedur tersebut dapat menentukan karakteristik fundamental kolektor dan masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. prosedur metoda sesaat JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
C-14-2
1.
Ukur laju aliran massa fluida dan perpindahan panas yang mengalir melewati kolektor secara simultan. 2. Ukur beda temperatur (Tin dan Tout). 3. Ukur radiasi langsung yang jatuh pada permukaan kolektor. 4. Catat data yang diperoleh dan lakukan analisa. Efisiensi sesaat dapat diperoleh dari hubungan:
qu
ηc =
Ac
Ic
=
G ⋅ C p ⋅ (T fout − T fin ) Ic
(4)
Metode sesaat khususnya berguna untuk pengujian suatu kolektor yang sudah terpasang di lapangan sesuai dengan instalasi secara keseluruhan karena pengukurannya sederhana dan dapat dilakukan dengan alat ukur yang banyak tersedia secara komersial dengan akurasi kurang lebih 10%. Selain itu, prosedur pengukuran sesaat hanya memerlukan pengukuran pada dan di sekeliling kolektor. Hal ini merupakan suatu keuntungan untuk prosedur lapangan. prosedur kalorimetrik Prosedur kalorimetrik menggunakan sebuah sistem tertutup, dimana laju waktu perubahan temperatur dari suatu massa thermal yang konstan diukur dan dihubungkan dengan energi surya yang jatuh.
qu
ηc =
Ac
Ic
m ⋅ C ⋅ dT A p dt c = Ic
(5)
Prosedur kalorimetrik harus mengukur radiasi surya yang jatuh dan waktu perubahan temperatur massa di dalam sistem. Prosedur kalorimetrik terbatas hanya untuk kolektor yang menggunakan zat cair sebagai fluida kerja sebab kapasitas panas gas seperti udara terlalu kecil untuk diukur dengan mudah. Selain itu energi kolektor tidak dapat disimpan dan ditentukan tanpa dipindahkan ke medium lainnya. METODOLOGI Pengujian karakteristik kinerja kamar pengering merupakan bagian penting dari proses rancang bangun. Pengujian ini dapat mengidentifikasi kehandalan sistem pengering sekaligus evaluasi terhadap kinerja sistem pengering untuk kebutuhan pengembangan. Metoda pengujian yang diterapkan mengacu pada ASHRAE Standard 93-77, 1977 sesuai prosedur yang digunakan pada ASEAN-Canada Project on Solar Energy in Drying Processes dengan beberapa penyempurnaan yang disesuaikan dengan kebutuhan di lokasi pengujian. Tujuan dari pengujian adalah: • Mengidentifikasi kerja kolektor yang optimal pada cuaca tertentu. • Mengidentifikasi potensi energi panas pada kamar pengering kayu. Pengujian dilakukan pada kondisi cuaca yang mendekati ideal dan diasumsikan kondisi eksternal sebagai berikut: • Cuaca cerah dengan Tamb berkisar antara 25oC – 30oC • Matahari berada pada posisi tidak terhalang terhadap kolektor • Fluida mengalir sepanjang kolektor dalam kondisi tunak. Instalasi Sirkuit Pengujian Pengujian dilakukan pada bangunan solar kiln di BPTTG – LIPI, Subang. Skema pengujian seperti ditunjukkanpada gambar 2. Deskripsi ujinya adalah sebagai berikut: Tamb, Tf in, Tf out kolektor dan ruang pengering diukur dengan termokopel yang dipasang di beberapa titik pengujian. Kecepatan udara di dalam lorong diukur dengan anemometer. Laju aliran udara ditentukan dari kecepatan udara rata-rata dan luas diagonal lorong. Radiasi matahari diukur dengan sebuah piranometer yang dipasang sesuai dengan kemiringan kolektor (5,37o). Tudara masuk dan kelembaban relatif pada bagian keluar pengering dan pada sisi masuk pengering diukur dengan termometer genggam digital, hygrometer analog serta sebuah sensor kelembaban. Kandungan kadar air serta laju penguapan air diukur dengan sebuah moisturemeter. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur kadar air kayu di beberapa tempat sekaligus secara merata. Konsumsi energi pengering diukur dengan mencatat konsumsi energi listrik di kWh-meter pada panel pengering.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
C-14-3
Gambar 2. Instalasi Uji Kolektor Solar Kiln. Peralatan yang Digunakan 1. Piranometer 2. Hygrometer
: :
3.
Thermokopel
:
4.
Digital Thermometer
:
5. 6. 7.
Thermometer Analog Anemometer genggam Moisturemeter Analog
: : :
merek “Solar 119 Haeni” merek “Analog Hygrometer & Digital Thermometer” dan Hygrometer genggam merek “Cole and Parmer”. Pembacaan untuk kelembaban udara dari 0-100% dan 23,0-131oF; resolusi 1% RH dan 0,1oF dengan keakuratan ± 2,5% dan ± 0,1oF. merek “Kane – May Measuring Instruments” dan Thermokopel genggam merek “Cole and Parmer” merek “Tegam 871 A Digital Thermometer buatan Tegam Inc., Madison, Ohio dan Merek “Cole and Parmer” Dry Bulb and Wet Bulb Thermometer, Analog Thermometer. merek “Cole and Parmer” tipe resistansi, max. RH 30%.
Pengujian Kolektor Surya Efisiensi sesaat kolektor ditentukan berdasarkan data temperatur ambient, temperatur fluida masuk dan keluar lorong kolektor yang diambil dalam selang waktu lima belas menit. Pengujian Sistem Solar Kiln Kebutuhan energi thermal pada ruang pengering bersesuaian dengan jumlah beban (volume kayu) yang dikeringkan. Sehingga keandalan sistem pengering solar kiln ditentukan oleh kapasitas panas yang terkumpul dan disalurkan ke dalam ruang pengering. Data diambil pada saat pengujian tanggal 25 Agustus 2000. pengujian dilakukan tanpa beban dengan memberikan laju aliran udara rata-rata 3,14 m/s selama ± delapan jam dengan selang waktu selama lima belas menit, agar efisiensi sistem yang paling optimal dapat diketahui dalam waktu yang cukup singkat. Keadaan cuaca berawan dengan kecepatan angin 2,59 mps. Parameter-parameter yang digunakan untuk menunjukkan performansi alat dapat dijelaskan sebagai berikut: Tamb, Tf in, Tf out, Tsk berturut-turut adalah data-data temperatur ambient, fluida masuk lorong kolektor, fluida keluar lorong kolektor dan ruang pengering. Qu dan Qrp merupakan laju penyerapan energi oleh fluida udara yang mengalir di dalam lorong kolektor yang dihitung berdasarkan rumus nomor (6). Kapasitas panas (Cp) diasumsikan sama yaitu sebesar 1,007 kJ/kg.K dan kerapatan udara 1,2 kg/m3. HASIL PENGUJIAN Efisiensi kolektor dihitung berdasarkan perbandingan antara laju penyerapan energi oleh fluida yang mengalir di dalam kolektor (Qu) terhadap energi total yang jatuh ke atas bidang penerima kolektor (Qrp) seluas Ac. Efisiensi tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 73,32 % dicapai setelah kolektor beroperasi selama ± 4 jam dengan radiasi rata-rata sekitar 645,06 W/m2. Tingkat energi panas tertinggi yang dikonveksikan ke udara pada kolektor sebesar 20,96 kW saat radiasi mencapai 788 W/m2 dan menghasilkan energi panas untuk pengeringan sebesar 10,46 kW, selama 1 jam 45 menit.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
C-14-4
Tabel 1. Effisiensi Kolektor Surya Laju Alir Udara : 3,14 m/s Kapasitas Panas : 1007,0 J/kg.K Tanggal : 25 Agustus 2000 Radiasi No.
Waktu
Tin-Tamb
Matahari Horizontal W/m
Tin o
C
Tout o
C
Gt
2
X 10
Qu
Ac.Ic
η
kW
kW
Kolektor
-3
%
1
10:05
607
35.00
40.1
1.98
5.22
16.15
2
10:15
645
33.25
41.0
0.08
7.94
17.16
46.25
3
10:30
673
33.50
39.0
0.15
5.65
17.9
31.55
4
10:45
669
34.85
41.0
0.22
6.59
17.8
37.02
5
11:00
730
34.63
42.5
1.82
8.03
19.42
41.34
6
11:15
753
35.60
45.6
0.27
10.13
20.03
50.57
7
11:30
671
35.78
45.7
2.65
10.05
17.85
56.30
8
11:45
788
34.70
45.0
9.14
10.46
20.96
49.89
9
12:00
782
37.00
46.2
12.79
9.29
20.8
44.66
10
12:15
750
36.00
45.0
12.00
9.05
19.95
45.35
11
12:30
769
35.63
45.4
11.22
9.90
20.46
48.40
12
12:45
744
37.10
45.1
12.23
8.09
19.79
40.89
13
13:00
686
35.60
45.1
12.54
9.63
18.25
52.78
14
13:15
186
34.30
37.0
39.26
2.78
4.95
56.14
15
13:30
637
35.90
42.4
13.19
6.61
16.94
39.03
16
13:45
604
34.75
41.3
14.16
6.69
16.07
41.63
17
14:00
272
32.65
37.8
24.45
5.30
7.24
73.32
18
14:15
167
34.25
37.3
49.40
2.31
4.44
52.04
19
14:30
162
33.25
36.5
45.99
2.73
4.39
62.26
20
14:45
201
33.10
35.7
36.32
2.68
5.35
50.21
21
15:00
442
35.33
37.9
21.10
2.64
11.76
22.46
22
15:15
401
34.31
37.5
20.72
3.28
10.67
30.74
23
15:30
372
35.93
37.6
26.58
1.72
9.9
17.35
24
15:45
145
35.53
36.8
67.07
1.31
3.86
33.95
25
16:00
112
33.95
35.2
72.77
1.29
2.98
43.30
26
16:15
117
32.13
33.7
60.90
1.63
3.11
52.50
27
16:30
126
32.20
33.7
57.14
1.56
3.35
46.43
28
16:45
88
32.35
33.5
83.52
1.19
3.14
38.01
29
17:00
73
31.30
33.5
86.30
2.25
3.09
72.08
30
17:15
54
31.30
32.4
118.52
1.14
2.13
53.80
31
17:30
18
30.20
32.5
294.44
1.25
2.1
59.53
32
17:45
17
28.20
29.1
247.06
0.95
2.31
40.87
33
18:00
15
28.00
29.0
266.67
1.05
1.6
65.88
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
32.30
C-14-5
Fluktuasi efisiensi diakibatkan fluktuasi radiasi matahari yang terjadi pada saat pengujian. Efisiensi tertinggi tidak dicapai saat tingkat radiasi maksimum, hal ini disebabkan oleh gradien suhu yang cukup tinggi antara ruang pengering dengan lingkungan sekitar. Isolasi yang buruk dan kebocoran yang mungkin terjadi mengakibatkan sebagian besar panas hilang terserap udara ambient yang lebih dingin dari udara kiln. Tabel 2. Sistem Termal Solar Kiln
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Waktu 0 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Waktu Matahari 9:30:34 9:45:00 10:00:00 10:15:20 10:30:02 10:45:00 11:00:00 11:15:12 11:30:00 11:45:04 12:00:00 12:15:00 12:30:00 12:45:00 13:00:00 13:15:05 13:30:00 13:45:02 14:00:09 14:15:05 14:30:03 14:45:00 15:00:00 15:15:02 15:30:00 15:45:00 16:00:00
Radiasi Matahari Horizontal 2 W/m 597 622 658 677 702 709 735 743 237 789 800 778 775 663 699 164 623 608 564 578 560 525 420 116 338 112 45
T amb o C 25.8 25.8 26 26 26 26 26 26 26 27 27 27 27 26.9 26.2 25 26.5 26.5 26 26 26 26 26.2 25.8 25.5 25.5 25
T f in o C
T f out o C
36.6 33.25 33.5 34.55 35.6 35.77 34.7 37 36 35.63 37.1 35.9 34.75 32.65 34.25 33.25 33.1 35.33 34.31 35.93 35.53 33.85 32.43 33.7 33.7 33.8 33.75
T sk o C 40.6 41 39 41 45.6 45.7 45 46.2 45 45.4 45.1 42.4 41.3 37.8 37.3 36.5 35.7 37.9 37.5 37.6 37.7 42.7 44.7 46 46.9 47.5 47.8
Qu kW 38.6 39.3 40.8 41.3 41.6 42.3 42.5 44.1 41 44 44.7 44.8 44.2 43.9 44.4 36.8 40.3 41.1 41.2 41.8 41.6 41 40.4 34.8 36.2 34.2 32.4
234.91 455.13 323 378.79 587.27 583.15 604.88 540.28 528.54 573.76 469.81 381.72 384.66 302.44 179.12 190.86 152.69 150.93 187.34 98.07 127.44 519.73 720.57 722.34 775.19 804.55 825.11
Qrp kW 30.14 31.79 34.85 36.03 36.74 38.39 38.86 42.63 35.33 40.04 41.68 41.92 40.51 40.04 42.86 27.79 32.5 34.38 35.8 37.21 36.74 35.33 33.44 21.2 25.2 20.49 17.43
Efisiensi Sistem % 12.83 6.99 10.79 9.51 6.26 6.58 6.42 7.89 6.68 6.98 8.87 10.98 10.53 13.24 23.93 14.56 21.28 22.78 19.11 37.94 28.83 6.8 4.64 2.93 3.25 2.55 2.11
Sebagai bahan perbandingan perhitungan efisiensi terhadap gradien temperatur, perhatikan tabel 3. untuk perhitungan rugi-rugi tersebut. Tabel 3. Perbandingan Effisiensi Sistem Solar Kiln. Parameter G Tamb Tsk Tf in Tf out Qu Qrp Tf out - Tf in Tsk - Tamb Qu - Qrp η
12:00 800 27 44,7 37,1 45,1 469,81 41,68 8 17,70 428,13 8,87
14:15 578 26 41,8 35,93 37,6 98,07 37,21 1,67 15,80 60,86 37,94
Satuan W/m2 o C o C o C o C kW kW o C o C kW %
Catatan
gradien suhu rugi-rugi
Efisiensi kiln tertinggi tidak dicapai saat radiasi maksimum pada pukul 12:00 sebesar 800 W/m2, tetapi efisiensi kiln tertinggi dicapai saat radiasi sebesar 578 W/m2 pada pukul 14:15.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
C-14-6
KESIMPULAN Dari data radiasi dapat diperoleh kurva radiasi yang membuktikan bahwa radiasi matahari berubah-ubah dari waktu ke waktu akibat perubahan keadaan cuaca (berawan). Radiasi matahari menurun hingga mencapai titik minimum saat matahari terbenam di sore hari. Hal ini mengakibatkan temperatur udara juga berubah-ubah sehingga terjadi fluktuasi efisiensi yang cukup besar. Selain radiasi matahari, kecepatan angin juga ikut mempengaruhi efisiensi kolektor karena daya absorpsi energi radiasi matahari oleh udara sangat dipengaruhi oleh gerak geseran udara. Potensi kerja kolektor matahari membuktikan bahwa tingkat radiasi matahari sangat mempengaruhi energi thermal yang diserap udara. Semakin tinggi radiasi matahari, semakin tinggi energi panas yang diserap oleh udara, begitu juga halnya dengan energi panas yang dihembuskan dalam ruang pengering. Semakin besar energi panas yang diserap udara dalam lorong kolektor, semakin besar pula energi panas yang dihembuskan dalam ruang pengering (Qrp). Potensi kerja ruang pengering menunjukkan bahwa radiasi matahari selalu berbanding lurus terhadap energi panas untuk pengeringan yang dihasilkan oleh sistem pengering. Fluktuasi efisiensi diakibatkan fluktuasi radiasi matahari yang terjadi pada saat pengujian dan dapat disimpulkan bahwa tingkat radiasi dan lama pemanasan sangat menentukan efisiensi sistem. Namun semakin tinggi radiasi yang diterima udara, semakin tinggi panas yang hilang sebagai rugi-rugi. NOTASI Ic Ac Ts αs qu qloss ηc
: : : : : : :
Radiasi matahari Luas bidang penerima kolektor Temperatur bidang kolektor Absorpsi bidang kolektor Panas yang diserap udara Rugi-rugi thermal udara Efisiensi kolektor
G Cp Tfin Tfout m Qrp
: : : : : :
Perolehan energi thermal matahari Kapasitas panas udara Temperatur fluida masuk Temperatur fluida keluar Laju aliran massa fluida Energi panas yang masuk ke dalam ruang pengering
DAFTAR PUSTAKA [1] Anderson, Bruce N., (1997), Solar Energy : Fundamental in Building Design, Mc. Graw-Hill, Von Hoffmann Press, Inc., USA. [2] Brojonegoro, A., dan Halawa, E.E.H., (1996), : Economic Competitiveness of a Solar Dryer, Dipresentasikan pada Workshop on Monitoring, Evaluation and Adoption Strategy of The ASEAN-Canada Project on Solar Energy in Drying Processes, Cebu, Philipines, 26-27 Februari 1996. [3] Cooper, William B., Lee, Raymond E., Quinlan, Raymond A., (1980), Warm Air Heating for Climate Control, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, USA. [4] Aleon, D., (1979), The Use of Solar Energy in Wood Drying, Energy Aspects of the Forest Industries, UNECE Timber Committee, pp. 359-370. [5] Banks, C.H., (1970), Sun’s Energy can be Harnessed to Dry Timber, World Woods, Vol. 11, No. 6, pp. 2527. [6] Campbell, G.S. and Stevenson, A., (1976), The drying of Ash Eucalyptus Using Solar Energy as a Heat Source, Melbourne, Australia, CSIRO, Division of Building Research, 3 p. [7] Casin, R.F., Ordinario, E.B. and Tamayo, G.Y., (1969), Solar Drying of Apitong, Narra, Red Laum and Tangile, The Philippine Lumberman, Vol. 15, No. 4., pp. 23-30. [8] Chen, P.Y.S., (1981), Design and Tests of a 500 BF Solar Kiln, Forest Product Journals, Vol. 31, No. 3, pp. 33-38. [9] Gough, D.K., (1977), The Design and Operation of Solar Timber Kiln, Research Note 67, Department of Forestry, Suva, Fiji, 17 p. [10] Harpole, G.B., (1988), Investment Opportunity: The FPL Low Cost Solar Dry Kiln, Forest Products Laboratory, USDA Forest Service, Technical Report FPL-GTR-58, 5 p. [11] Sattar, M.A., (1989), Construction and Operation of Solar Kilns for Seasoning Timber in Bangladesh, RERIC International Energy Journal, Vol. 11, No. 2, pp. 41-50. [12] Harder, Edwin L., (1982), Fundamentals of Energy Production, John Wiley and Sons, New York. [13] Howel, John R., (1982), Solar-Thermal Energy Systems, Analysis and Design, Mc. Graw Hill, USA. [14] Hill, J.E., at al., (1976) Development of Proposed Standards for Testing Solar Collectors and Thermal Storage Devices, National Bereau of Standards Report No. NBS-TN 899, Februari.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
C-14-7
[15] Hill, J.E. and Streed, E.R., (1976) A Method of Testing for Rating Solar Collectors Based on Thermal Performance, Solar Energy, Vol. 18, pp. 421-431. [16] McGuinness, William J., (1981), Mechanical and Electrical Equipment for Buildings, John Wiley and Sons, Inc., Singapore. [17] ASHRAE Standard 93-77, Method of Testing Solar Collectors Based on Thermal Performance, ASHRAE, New York, January 1977. [18] -, Timber Drying, www.mtc.com.my, 1996. [19] Takla, A., (1982), Technological Information Profile on Solar Energy Application, UNIDO [20] Siriwattanayotin, Suwit and Tia., (1996), Solar Dryer for Agricultural Products at Burirum, Thailand, Dipresentasikan pada Workshop on Monitoring, Evaluation and Adoption Strategy of The ASEAN-Canada Project on Solar Energy in Drying Processes, Cebu, Philipines, 26-27 Februari 1996.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
C-14-8