LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL
RAGAM BAHASA PERAWAT KESEHATAN (PARAMEDIS) DI KOTA MAKASSAR (KAJIAN PSIKOSOSIOLINGUISTIK) Oleh Ketua Anggota
: Dr. Hj. Nurhayati, M.Hum. : Munirah Hasyim, S.S., M.Hum. Drs. Syairuddin Muhiddin, M.Pd.
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor: 322/SP2H/DP2M/PP/III/2008 tanggal 5 Maret 2008
FAKULTAS SASTRA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN ' 2008
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL
1. a. Judul b. Jenis Penelitian 2. Ketua Peneliti a. Nama b. Jenis Kelamin c. Pangkat/Gol d. Jabatan Fungsional e. Fakultas/Jurusan f. Universitas g. Pusat Penelitian 3. Jumlah Tim Peneliti 4. Lokasi Penelitian 5. Kerja sam dengan Instansi Lain a. Nama b. 6. Masa Penelitian 7. Biaya yang Djperlukan
Ragam Bahasa Perawat Kesehatan (Paramedis) (Kajian Psikososiolinguistik) : Fundamental Dr. Hj. Nurhayati, M.Hum. Perempuan PembinaUtama Muda /IVC Lektor Kepala Sastra/Indonesia Hasanuddin Lembaga Penelitian Unhas 3 Orang Kota Makassar
10 Bulan Rp 27.000.000,00 (Dua Puluh Tujuh juta Rupiah)
Makassar, Oktober 2008
i
ABSTRAK
NURHAYATI. Ragam Bahasa Perawat Makassar: Tinjauan Psikolinguistik.
Kesehatan
(Paramedis)
di
Kota
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan istilah-istilah dan bentukbentuk bahasa ragam paramedis, perilaku berbahasa paramedis, pengaruh ragam bahasa paramedis di lingkungan kerja, dan menguraikan ciri khas ragam bahasa paramedis di Kota Makassar. Metode yang digunakan adalah metode simak dengan teknik rekam, intervieu, dan angket. Untuk teknik angket digunakan 66 orang paramedis yang terdiri atas dokter, perawat, dan bidan. Analisis data digunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwaperawat kesehatan (paramedis) dalam berbahasa kepada pasiennya sering menggunakan istilai-istilah kedokteran. Ditemukan 8 jenis perilaku berbahasa perawat kesehatan yaitu: membujuk, memerintah, menjelaskan, melarang, memaksa, menggoda, mengintrogasi, dan menasehati. Faktor-faktor yang memengaruhi bahasa perawat kesehatan adalah asal, bahasa, lingkungan kerja, penghasilan, pekerjaaan, dan pasien. Adapun ciri khas ragam bahasa perawat kesehatan (paramedis) adalah menggunakan istilah kedokteran, melakukan interferensi bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, memerintah, dan mengintrogasi.
maupun keluarganya. Misalnya, seorang perawat mengatakan, "Silakan bawa anak Anda ke pediatri." Mendengar kata pediatri tentu saja membingungkan si orang tua karena kata itu tidak dimengerti. Padahal makna pediatri adalah perawatan anak. Contoh lain, seorang dokter memerintahkan
susternya
untuk
menyuntik
pasiennya
dengan
mengatakan "Tolong di prik Suster!" artinya tolong disuntik Suster. Mendengar kalimat ini si pasien akan betanya-tanya apa artinya itu prik. Demikian pula kalimat yang dilontarkan seorang dokter "Anda mengalami amenortnea."
Mendengar kalimat ini si pasien bertanya-tanya apa itu
amenorthea. Amenorthea berarti gangguan tidak terjadinya menstruasi. Seharusnya
dokter itu setelah mengatakan istilah tersebut dilanjutkan
dengan penjelasan tentang istilah itu. Demikian pula penggunaan kata atau istilah yang tidak dimengerti oleh si pasien ataupun keluarganya, para perawat kesehatan (paramedis) sering emosional dalam berkomunkasi terhadap pasiennya.
Misalnya,
seorang Suster memarahi pasiennya dalam kalimat "Mengapa Bapak masih jalan padahal Bapak akan dioperasi!" Dengan kalimat ini merasa ciut hatinya menghadapi operasi. Mengapa tidak dikatakan saja, "Tolong Pak, jangankik jalanialan lagi, sebentar lagi Bapak dioperasi." Dengan kalimat ini pasien akan merasa tenang dan merasa dihargai dibandingkan dengan kalimat tadi, apalagi bila disertai dengan bentakan. Demikian pula di kamar bersalin seorang Ibu sementara berjuang untuk melahirkan dengan berteriak-teriak, bukannya Suster menenangkan, melainkan memarahinya dengan umpatan kata Jangan atau Istri Bapak sudah partus atau melahirkan.selalu berteriak Bui Padahal dengan berteriak si pasien merasa 2
berkurang rasa sakit yang dialaminya. Contoh lain seorang dokter mengatakan kepada seorang Bapak yang tengah menunggui istrinya yang sedang dalam proses melahirkan "Istri Bapak sudah partus." Kata partus yang berarti melahirkan jelas kata itu tidak dimengerti oleh bapak tersebut. Mengapa tidak dikatakan, "Istri Bapak sudah melahirkan, Dengan banyaknya istilah-istilah kedokteran yang tidak dimengerti oleh mereka yang tidak berkecimpung di bidang ini dan perilaku berbahasa paramedis yang sering susah dimengerti oleh pihak pasien maka perlu diungkap dan ditulis (dibukukan)
penggunaan istilah-istilah tersebut dan
bagaimana bentuk-bentuk bahasa mereka serta bagaimana sebaiknya paramedis berkomunikasi kepada pasiennya walaupun menggunakan istilah-istilah kedokteran, namun pasien tetap mengerti apa yang dimaksud istilah-istilah itu.
1.2. Masalah yang Diteliti Masalah yang diteliti menyangkut bahasa perawat kesehatan (paramedis) di Kota Makassar dengan mengambil lokasi di Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo, Rumah Sakit Ibnu Sina, Rumah Sakit Haji, dan Puskesmas Kassi-kassi. Bahasa perawat kesehatan (Paramedis) dilihat dari Psikososiolinguistik. Judul ini dipiiih didasarkan pada asumsi bahwa para medis dalam berkomunikasi
biasanya menggunakan istilah atau
kosakata yang tidak dimengerti pasien dan keluarga pasien. Akibatnya, para pasien tidak mengerti apa yang dikomunikasikan oleh paramedis tersebut. Ada pula yang bersikap acuh dan tidak memperhatikan pasien.
berkurang rasa sakit yang dialaminya. Contoh lain seorang dokter mengatakan kepada seorang Bapak yang tengah menunggui istrinya yang sedang dalam proses melahirkan "Istri Bapak sudah partus." Kata partus yang berarti melahirkan jelas kata itu tidak dimengerti oleh bapak tersebut. Mengapa tidak dikatakan, "Istri Bapak sudah melahirkan, Dengan banyaknya istilah-istilah kedokteran yang tidak dimengerti oleh mereka yang tidak berkecimpung di bidang ini dan perilaku berbahasa paramedis yang sering susah dimengerti oleh pihak pasien maka perlu diungkap dan ditulis (dibukukan)
penggunaan istilah-istilah tersebut dan
bagaimana bentuk-bentuk bahasa mereka serta bagaimana sebaiknya paramedis berkomunikasi kepada pasiennya walaupun menggunakan istilah-istilah kedokteran, namun pasien tetap mengerti apa yang dimaksud istilah-istilah itu.
1.2. Masalah yang Diteliti Masalah yang diteliti menyangkut bahasa perawat kesehatan (paramedis) di Kota Makassar dengan mengambil lokasi di Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo, Rumah Sakit Ibnu Sina, Rumah Sakit Haji, dan Puskesmas Kassi-kassi. Bahasa perawat kesehatan (Paramedis) dilihat dari Psikososiolinguistik. Judul ini dipilih didasarkan pada asumsi bahwa para medis dalam berkomunikasi
biasanya menggunakan istilah atau
kosakata yang tidak dimengerti pasien dan keluarga pasien. Akibatnya, para pasien tidak mengerti apa yang dikomunikasikan oleh paramedis tersebut. Ada pula yang bersikap acuh dan tidak memperhatikan pasien.
Seharusnya pasien dapat perawatan yang baik, tetapi kadangkala yang terima sebaliknya, pasien dibiarkan. Dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1). Mendeskripsikan istilah-istilah dan bentuk-bentuk bahasa ragam paramedis di Makassar. 2). Menguraikan perilaku bahasa paramedis. 3)
Mendeskrpsikan
pengaruh
bahasa
ragam
paramedis
di
lingkungan kerjanya. 4) Mendeskripsikan ciri khas bahasa paramedis.
4
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
2.1 Tujuan Penelltiam Berdasrakna latar belakang dan masalah yang diteliti di atas maka penelitian ini bertujuan: 1) Menegetaui
istilah-istilah dan bentuk-bentuk bahasa ragam
paramedis di Makassar. 2) Mendeskripsikan perilaku bahasa paramedis. 3) Mendeskripsikan pengaruh bahasa ragam paramedis di lingkungan kerjanya 4) Menguraikan ciri khas bahasa paramedis.
2.2 Manfaat Penelitan Dari hasil penelitian ini diperoleh manfaat: 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat menambah referensi terhadap ragam bahasa khsusnya ragam bahasa paramedis. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa fakultas sastra dan mahasiswa fakultas kedokteran. Demikian pula bagi paramedis, hasil penelitian dapat menjadi alat kotrol ketika menghadapi pasien dan keluarga pasien.
5
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
2.1 Tujuan Penelitiam Berdasrakna latar belakang dan masalah yang diteliti di atas maka penelitian ini bertujuan: 1) Menegetaui
istilah-istilah dan bentuk-bentuk bahasa ragam
paramedis di Makassar. 2) Mendeskripsikan perilaku bahasa paramedis. 3) Mendeskripsikan pengaruh bahasa ragam paramedis di lingkungan kerjanya 4) Menguraikan ciri khas bahasa paramedis.
2.2 Manfaat Penelitan Dari hasil penelitian ini diperoleh manfaat: 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat menambah referensi terhadap ragam bahasa khsusnya ragam bahasa paramedis. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa fakultas sastra dan mahasiswa fakultas kedokteran. Demikian pula bagi paramedis, hasil penelitian dapat menjadi alat kotrol ketika menghadapi pasien dan keluarga pasien.
5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ragam Bahasa Pengertian ragam bahasa telah banyak dimukakan oleh para pakar di antaranya Ditmar (dalam Halim, 1979:93) mengemukakan bahwa ragam bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat bagian: (1) ragam baku, (2) ragam daerah, (3) ragam sosial, dan (4) ragam fungsional. Ragam baku adalah ragam bahasa yang dikembangkan dan dipakai oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya dengan rujukan kerangka norma bahasa. Ragam daerah adalah ragam bahasa yang norma dan kaidahnya didasarkan
atas
kesepakatan
Sedangkan ragam fungsiolek
bersama
dalam
lingkungan
sosial.
adalah ragam bahasa yang berkaitan
dengan profesi, lembaga, dan lingkungan kerja. Menurut Suwito (1983:148) ragam bahasa adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan salah satu dari sekian banyak variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini timbul karena adanya kebutuhan penutur akan komunikasi yang sesuai dengan situasi dan konteks sosialnya. Sedangkan menurut Moeliono (1989:142)
ragam
bahasa adalah bentuk bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan makna sosial atau makna artistik. Nababan (1984:22) mengemukakan ada lima tingkat gaya yang dipergunakan dalam berbahasa Indonesia. (1) Ragam beku {frozen) adalah ragam bahasa yang paling resmi dipergunakan dalam situasi yang khidmat dan upacara-upacara 6
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Diksi Ragam Perawat Kesehatan Perawat kesehatan dalam berkomunikasi menggunakan beberapa istilah yang tidak dimengerti oleh orang lain (pasien). Beberapa hasil penelitian yang ditemukan berikut ini: Data 1 Dokter
: Dia menderita GE (Gas Entritis)
Coass:
: Iya dok
Pasien
: (Bingung)
Data 2 Keluarga pasien Dokter
: Kenapa dok? : Dia suspech tumor colom
Pasien
: (Bingung)
Pada data (1) dan (2) di atas dokter menggunakan kata GE (Gas Entritis) dan kata
suspech dan tumor kolom. Kata Gas Enkritis dalam
Kamus Kedokteran adalah Gastritis yang berarti radangan lambung dan suspech yang berarti terjangkit suatu penyakit dan kata tumor kolom nama penyakit semacam daging tumbuh. Kata Gaskritis, suspech, dan tumor kolom tidak dimengerti oleh pasien. Sebaiknya disertai dengan penjelasan masing-masing kata itu. Data 3 Dokter Suster
: Tolong dibiopsi : Dimana Dok! 20
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut 1) Bahasa perawat kesehatan (paramedis) banyak menggunakan istilah-istilah kedokteran yang tidak dimengerti oleh pasien dan keluarga pasien. 2) Ada 8 sikap berbahasa perawat kesehatan (paramedis) yaitu: a) Membujuk b) Memerintah c) Menjelaskan d) Melarang e) Memaksa f) Menggoda g) Introgasi h) Menasehati. 3) Faktor yang memengaruhi bahasa peraway kesehatan (paramedis) adalah:) a) Asal daerah paramedi b) Bahasa sehari-hari c) Kenyamanan bekerja. d) Gaji e) Tempat bekerja f) Pilihan pekerjaan
g) Pasien 4) Ciri Khas ragam Bahasa Paramedis: a) Banyak menggunakan istilah kedokteran. b) Banyak melakukan interferensi bahasa. c) Banyak mengintrogasi. d) Banayk memerintah.
6.2 Saran Adapun yang diajukan adalah: a) Sebaiknya perawat kesehatan (paramedis) bila menggunakan istilah kedokteran disertai dengan penjelasannya, jika perlu menggunakan bahasa daerah. b) Sebaiknya lebih banyak memberikan bahasa yang lebih mmberikan petunjuk-petunjuk masukan untuk kesembuhan pasien. c) Kepada pemerintah memperhatikan lingkungan kerja bagi perawat kesehatan dengan membuat nyaman tempat mereka bekerja, misalnya adanya AC pada setiap ruangan kerja. d) Agar perawat kesehatan (paramedis) memperhatikan hak-hak pasien.
58
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah. 1987. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung, Aksara. Ancok, Djamaluddin. 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Blount,
Ben G. 1974. Language, Culture and Society. Cambridge, Massachusetts, Winthrop Publishers, Inc.
Bodor,
Peter. 1997. "On The Usage of Emotional Language: A Development View of the Tip of an Iceberg". Amsterdam, Jhon Benjamin Publishing Co.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik.: Perkenalan Awal. Jakarta, Gramedia. Clark, Herbert H. dan Eve V.Clark. 1977 Psychology and Language an Introduction to Psycholinguistics. New York, Harcourt Brace Jovanovich. Eson, Morris E. 1964. Psychological Foundation of Education. New York, Holt. Rinehart and Winston, INC. Hasan, Zaini. 1990. "Karakteristik Penelitian Kualitatif. Ed. Aminuddin. Malang, Yayasan Asih, Asah, Asuh. Hymes, Dell. 1966. Language in Culture & Society. New York, Harper & Row. Juniati S. 2003. Konsep Prakti Keperawatan Mandiri dan Keperawatan mandiri di Rumah. Jakarta, FKUI. Lakoff, George. 1977. "What You can do with Word: Politeness, Pragmatics and Performatives in Rogers, Andy, Wall and Murphy, John (eds). Proceeding of the Texas Conference on Performatives, Presuppositions and Implicatures, 79 - 106", Ariinton, VA:Center for Applied Linguistics. Lambert, Wallace E. 1972. Language, Psychology, and Culture. California, Stanford University Press. Langacker, Ronald W.1983. Jovanovich, Inc.
New York. California,
Harcourt Brace,
Kamaruddin. 1992. .Kajian tentang Hubungan KedwibahasaanKeberaksaraan dan Sikap Bahasa dengan Kesadaran 59
Adopsilnovasi pada Masyarakat Desa Sulawesi Disertasi. Ujung Pndang, Universitas Hasanuddin.
Selatan."
Killer, J. 1984. Principle of Vocational Education. Boston, De Heart and Company. Mackey, W.F. 1967. Language Teaching. New York, Mc. Graw-Hill. Martin, Risnowati. 2001. "Ungkapan Emotif dalam Bahasa Perancis, dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia." Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya. Miles, M. B. dan A. M. Hubermen. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta, Universitas Indonesia Press. Moeliono, Anton M. (Ed.) 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka. Moenir. 2001. Mejemen Pelayan Umum di Indonesia. Jakarta, Bina Aksara. Nababan, P.W.J. Gramedia.
1991.
Sosiolingusitik:
Suatu
Pengantar.
Jakarta,
Narbuko, Cholid . 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta, PT Bumi Aksara. Niemeier, Susanne. 1997. "Nonverbal Expression of Emotions in a Business Negatiation. Amsterdam, Jhon Benjamin Publishing Co. Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta. Nurhayati,
1996. "Pemerolehan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama Anak Usia Prasekolah di Kotamadya Ujung Pandang". Tes/s. Ujung Pandang, Pascasarjana Unhas.
Pateda, Mansoer. 1990. Aspek-aspek Psikolinguistik. Ende, Nusa Indah. Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung, PT Remaja Rosdakarya. Samarin, W. J. 1993. Ilmu Bahasa Lapangan. Terj. Jus Badudu. Yogyakarta, Kanisius. Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta, Erlangga. Saporta, Sol. 1961. Psycholinguistics: A Book of Readings. New York, Holt Rinehart and Winston.
60
Segal, Jeanne. 20001. Meningkatkan kecerdasan Emosional. Jakarta, Citra Aksara Publishing. Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed.). 1987. Metode Penelitian Survei. Jakarta, LP3ES. Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Teori dan Problem. Surakarta, Fakultas Sastra. Sudaryanto. 1988. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta, Duta Wacana University Press. .
1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa.Yogyakarta, Duta
Wacana University Press. Suryana. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta, EGG. Talbot, Mary M. 1998. Language and Gender. Malden, Polity Press. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung, Angkasa.
61