Gustiyan Taufik Mahardika P056111501.48/R48
2. Jelaskan dan berikan contoh langkah langkah yang diperlukan dalam siklus pengembangan
suatu
sistem
informasi
untuk
membangun
dan
mengimplementasikan sistem informasi bisnis di suatu perusahaan. Jelaskan pula bagaimana prototyping dapat digunakan sebagai suatu teknik yang efektif untuk meningkatkan
proses pembangunan sistem bagi end users (pengguna sistem
informasi) dan bagi IS specialists (para spesialis sistem informasi!
Untuk mengembangkan SI dalam suatu perusahaan, terdapat satu metoda menggunakan pendekatan sistem. Sistem ini merupakan sistem dengan banyak langkah dan merupakan proses yang berulang. Sistem ini dinamakan System Development Life Cycle (SDLC). Gambar di atas menjelaskan tahap-tahap apa
saja yang berlangsung pada proses ini: (1) investigasi, (2) analisis, (3) desain, (4) implementasi, dan (5) perawatan. Akan tetapi penting untuk disadari bahwa semua kegiatan yang berlangsung pada SDLC sangat berhubungan dan interdependen satu sama lain. Namun dalam prakteknya beberapa kegiatan pengembangan dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan, dan beberapa kegiatan yang lain dalam langkah tertentu terjadi berulang kali. Hal ini berarti baik user maupun sistem analis dapat mengulang kegiatan yang sebelumnya kapan saja untuk memperbaiki dan memodifikasi sistem yang sedang dikembangkan.
1. Tahap Investigasi Pada tahap investigasi ini dilakukan feasibility study yang mencakup: Operational feasibility
Economic feasibility
Seberapa baik SI mendukung Menghemat biaya prioritas perusahaan Meningkatkan pendapatan Seberapa baik SI memecahkan Mengurangi investasi yang masalah yang ada dibutuhkan Seberapa baik SI beradaptasi Meningkatkan keuntungan dengan struktur perusahaan Analisis biaya Technical feasibility Human Factor feasibility
Kemampuan, kehandalan, dan ketersediaan software, hardware, dan jaringan. Legal/Political feasibility
Penerimaan pelanggan, supplier
pegawai,
Tidak terdapat pelanggaran hak paten atau hak cipta Software licensing hanya untuk pihak pengembang Tidak terdapat larangan dari pemerintah Tidak terdapat perubahan pada otoritas yang berlaku
Contoh: pada penerapan TI di jaringan Hotel Hyatt, yang ingin dituju oleh Hotel Hyatt adalah meningkatkan pelyanan terhadap pelanggan serta menyajikan informasi yang lebih akurat, efektif, dan relevan. Dengan TI, proses kerja menjadi lebih lancar, biaya operasional bisa ditekan, pelayanan kepada pelanggan meningkat, dan hal ini akan meningkatkan keuntungan. (Operational dan Economic feasibility)
2. Analisis Sebelum sistem yang baru didesain penting untuk mempelajari sistem yang akan dikembangkan atau diganti. Analisis yang dilakukan adalah bagaimana sistemnya menggunakan hardware, software, jaringan dan sumberdaya manusia untuk merubah sumber daya menjadi laporan dan display. Kemudian dicatat bagaimana aktivitas SI seperti input, proses, output, penyimpanan, dan pengendalian dilakukan.
Contoh: pada prinsipnya, sistem TI yang digunakan Hyatt terbagi dua: global dan lokal. TI global adalah hotel system dengan aplikasi property management system (PMS) Maxial/HY Advantage yang terintegrasi mulai dari aplikasi front office, purchasing, point of sales, sales and marketing, food and beverage hingga aplikasi accounting. Sementara itu untuk sistem TI lokal, setiap hotel diberi kebebasan menyediakan sistemnya sesuai kebutuhan. Contohnya pemanfaatan sistem human resources (HR) yang berbeda-beda, baik dari segi sistem aplikasi maupun vendor-nya.
3. Desain Setelah proses analisis selesai, proses desain sistem dapat dimulai. Pada bagian ini model logic dari sistem yang telah da dimodifikasi hingga dapat mewakili cetakbiru untuk sistem yang baru. Sistem desain dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada proses ini terjadi prototyping, yaitu pengembangan dan pengetesan yang dilakukan dengan cepat dari protipe atau model yang telah ada, atau aplikasi baru dalam suatu cara yang berulang dan interaktif, khususnya dimana enduser sulit untuk ditentukan.
Contoh: SI yang diimplementasikan di Hotel Hyatt dilakukan dengan proses perancangan yang meliputi desain infrastruktur/topologi, jenis layanan konuminkasi, dan jaringan komunikasi data. Desain SI ini berdasarkan pada keperluan hotel dan kebutuhan hotel untuk menggunakan TI dan SI
4. Implementasi Gambar di bawah menjelaskan bahwa tahap implementasi sistem melibatkan akuisisi hardware dan software, pengembangan software, pengetesan program dan prosedur, konversi sumber data, dan alternatif konversi yang bermacam-macam. Hal ini juga melibatkan edukasi dan pelatihan end user dan spesialis yang akan mengoperasikan sistem yang baru. Implementasi dapat menjadi proses yang sulit dan memakan waktu; akan tetapi, merupakan proses yang penting dalam memastikan kesuksesan dari sistem manapun yang baru dikembangkan. Bahkan sistem yang didesain dengan baik akan gagal jika tidak diimplementasikan dengan benar. Oleh karena itu proses implementasi pada umumnya memerlukan usaha project management pada bagian TI dan unit bisnis manajer.
Contoh: tahap implementasi TI di Hyatt selalu dimulai dari perencanaan menyangkut apa saja yang diperlukan untuk proses implementasi TI. Dilanjutkan
dengan
proses
perancangan
yang
meliputi
desain
infrastruktur/topology, jenis layanan komunikasi, dan jaringan komunikasi data. Proses implementasi TI di Hyatt juga mencakup pelatihan user (karyawan), proses maintenance (pengelolaan), serta tindakan perbaikan jika diperlukan. Pemilihan dan penentuan perangkat hardware dan software yang diperlukan, disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan. Perangkat
hardware yang tergolong utama (major) biasanya seragam. Semisal, server untuk aplikasi hotel system menggunakan IBM RISC/6000, dan untuk mail system menggunakan IBM Netfinity.
5. Pemeliharaan (Maintenance) Me-manage dan mengimplementasikan permintaan perubahan hanyalah satu aspek dari kegiatah fase pemeliharaan sistem. Dalam berbagai cara, begitu fase pemeliharaan dimulai, siklus daur hidup sistem informasi dimulai lagi. Kebutuhan yang baru didefinisikan, dianalisa, didesain, dan diperiksa keabsahannya, diuji, dan diimplementasikan. Meskipun kisaran dan sifat alami dari permintaan pemeliharaan tertentu bervariasi dari sistem yang satu dengan sistem yang lainnya, dasar pemeliharaan dapat dibagi menjadi empat kategori: (1) korektif (2) adaptif (3) perfektif (4) preventif. Kegiatan yang diasosiasikan dengan pemeliharaan korektif difokuskan pada memperbaiki kerusakan dan logic error yang tidak terdeteksi pada masa percobaan implementasi. Pemeliharaan adaptif adalah kegiatan
yang
berhubungan dengan memodifikasi fungsi-fungsi yang telah ada atau menambah fungsi-fungsi baru untuk mengakomodasi perubahan dalam bisnis atau lingkungan yang beroperasi. Kegiatan pemeliharaan perfektif melibatkan perubahan yang dilakukan pada sistem yang sudah ada yang ditujukan untuk mempernaiki penampilan sebuah fungsi atau interface. Kategori terakhir dari kegiatan pemeliharaan yaitu pemeliharaan preventif melibatkan kegiatankegiatan yang ditujukan untuk mengurangi kemungkinan sebuah sistem akan gagal atau memperlama kapasitas fungsional dari usia sistem yang sudah ada. Walaupun seringkali termasuk kegiatan pemeliharaan dengan prioritas terendah, pemeliharaan preventif bagaimanapun merupakan fungsi dengan nilai yang tinggi dan penting bagi organisasi untuk menyadari nilai investasi penuhnya dalam sistem.
Contoh: dalam praktiknya, proses implementasi TI tidak selamanya mulus. Persoalan utama yang dihadapi adalah bagaimana membuat ongkos yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang bakal diperoleh, sekaligus
menjadikannya keuntungan. Agar tujuan ini tercapai, evaluasi ekberhasilan pun mutlak diperlukan. Di Hyatt, ada beberapa ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan implementasi TI. Pertama dari segi waktu. Sejauh mana TI berpengaruh terhadap kecepatan proses kerja dibanding sebelum TI dimanfaatkan. Kedua, dari segi kualitas, sistem TI yang digunakan harus sesuai dengan standar TI yang sudah ditentukan. Ketiga, dari segi kuantitas, ukurannya adalah seberapa banyak jenis pekerjaan yang dapat diproses setelah implementasi, termasuk di dalamnya berapa jumlah sumber daya yang digunakan dibanding sebelumnya.
Prototyping Prototyping dapat digunakan untuk aplikasi yang kecil maupun yang besar. Pada umumnya, sistem bisnis yang besar membutuhkan pendekatan pengembangan sistem yang tradisional, tapi bagian-bagian dari sistem tersebut seringkali dapat di-prototype-kan. Sebuah prototipe aplikasi bisnis yang diperlukan oleh end user dikembangkan dengan cepat menggunakan beragam tool pengembangan aplikasi software. Sistem prototipe ini kemudian berungkali disempurnakan hingga pada akhirnya dapat diterima. Seperti yang diilustrasikan pada gambar bawah, prototyping adalah proses yang interaktif dan berulang. End user dengan pengalaman yang kurang dalam menggunakan tool pengembangan aplikasi dapat melakukan prototyping dengan sendirinya. Secara alternatif, anda dapat bekerjasama dengan spesialis SI untuk mengembangkan sistem prototipe dalam serangkaian sesi interaktifk. Contohnya, anda dapat mengembangkan, menguji, dan menyempurnakan laporan manajemen protipe, layar untuk data entry, atau display untuk output.
Pada umumnya, sebuah prototipe dimodifikasi beberapa kali sebelum dapat diterima oleh end user. Modul program kemudian dihasilkan oleh software pengembangan aplikasi menggunakan bahasa programming yang konvensional. Versi akhir dari sistem aplikasi kemudian dikembalikan kepada end user untuk penggunaan operasional. Meskipun prototyping merupakan metoda yang berguna untuk mengizinkan end user mengembangkan aplikasi software yang kecil, kekuatan sebenarnya adalah sebagai alat pengembangan dalam sebuah proyek siklus hidup untuk membantu analis dan end user mendapatkan hasil akhir berbagai interface dan fungsi dari sebuah sistem bisnis yang besar. Tabel berikut menggambarkan proses pengembangan sistem berdasarkan prototyping untuk aplikasi bisnis.
Contoh Pengembangan prototyping Tim. Beberapa end user dan pengembang SI membentuk sebuah tim untuk mengembangkan aplikasi bisnis. Skematik. Skematik awal desain protitpe dikembangkan. Prototipe. Skematik itu kemudian dikonversikan menjadi prototipe sederhana yang hanya tinggal mengarahkan dan mengklik menggunakan peralatan prototyping. Presentasi. Beberapa layar dan pentautan rutin ditampilkan kepada user.
Feedback. Setelah tim mendapatkan umpan balik dari pengguna, prototipe kemudian diuji kembali. Pengulangan. Presentasi dan pengujian kembali dilakukan. Konsultasi. Diadakan konsultasi dengan konsultan TI untuk mengetahui perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan dan menstandarkan performanya terhadap standar yang berlaku. Penyelesaian. Prototype kemudian digunakan sebagai model untuk menciptakan aplikasi yang sudah jadi. Penerimaan. Pengguna menilai dan bersedia untuk menerima sistem bisnis yang baru. Penginstallan. Software bisnis yang baru kemudian diinstall pada server jaringan.
Kesimpulan: Dengan proses prototyping, maka SI dan end user dapat dengan efisien dan efektif mengetahui bagaimana software yang tepat yang diperlukan oleh end user sehingga para pemrogrammer SI dapat menciptakan software aplikasi yang tepat. Dengan prototyping maka software yang tepat dapat dikembangkan oleh para pengembang SI bagi end user dengan cara yang efektif dan efisien dengan melakukan feedback, interaksi, dan pengulangan untuk memperbaiki kesalahan. Namun dengan teknik ini diharapkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan cepat. Karena jika tidak segera diberlakukan maka akan memperlama penyelesaian SI yang oleh karena itu akan menjadi tidak efektif dan efisien.