tV?PkM y TyXkM AxNCPR ;`AayK$ AwG]yK@b' fyKAb%M ;`CPI#
بسم اهلل الرحمن الحيم Segala puji bagi Allah Yang telah Mensyari’atkan hukum dengan sempurna, Menghalalkan dan Mengharamkan, Mengenalkan dan Mengajarkan serta Menjadikan orang faqih dan faham tentang agama-Nya. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak diibadahi melainkan Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, Menetapkan kaidah-kaidah agama dengan Kitab-Nya yang sempurna, Menurunkannya sebagai petunjuk bagi seluruh umat. Saya juga bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hamba dan Rasul-Nya yang diutus untuk semesta alam, bangsa arab dan yang lainnya, dengan agama yang lurus dan syari’at yang menebar kasih sayang untuk seluruh mukallaf. Nabi yang senantiasa menyeru kepada agama serta membelanya dengan bukti dan argumentasi , menjaganya dengan dalil-dalil yang pasti. Semoga shalawat tercurahkan selalu kepadanya, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak setelahnya. Ammaa ba’du: Saya telah mengkaji tulisan ini yang berjudul (األربعة
تسهيل تعلم التوحيد من عقيدة األئمة
“Cara Mudah Mempelajari Tauhid Menurut Aqidah Imam Madzhab yang Empat”( yang disusun oleh sekelompok terpilih penuntut ilmu. Saya mendapatkan tulisan ini sesuai dengan aqidah yang benar, yang meniti cara beragama salaf (pendahulu kita) yang mulia, berdasarkan Al Qur’an dan As-Sunnah. Karena dinilai sangat pentingnya judul dan masalah-masalah yang dibahas dalam tulisan ini, maka saya mewasiatkan untuk dicetak dan disebar dengan harapan mudah-mudahan Allah Yang Maha Kuasa memberikan manfa’at dengan tulisan ini kepada seluruh pembacanya serta memberikan balasan kepada penyusun dengan sebaik-baik balasan dan Ia-lah yang mencukupinya.
Iman dan Khatib Masjid Nabawi, Qaadhi di Mahkamah Umum Madinah Munawwarah
Shalaah bin Muhammad al-Budair
1
CARA MUDAH MEMPELAJARI TAUHID MENURUT AQIDAH IMAM MADZHAB YANG EMPAT
Disusun oleh: Sekumpulan Terpilih Penuntut Ilmu
2
MUQADDIMAH Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad pemimpin para utusan, juga kepada keluarga dan sahabatnya semua. Ammaa ba’du: Ini adalah tulisan yang bermanfaat, sebuah keharusan bagi manusia untuk mempelajarinya, berkaitan dengan masalah-masalah tauhid yang diambil dari kitab-kitab akidah Imam Madzhab yang Empat beserta pengikut-pengikutnya -rahimahumullah ta’aala- serta orang-orang yang sepakat dalam aqidah ahlussunnah wal jama’ah dan tidak berselisih dalam masalah ini. Apabila anda termasuk pengikut salah satu madzhab-madzhab ini, maka inilah aqidah imam yang anda ikuti. Sebagaimana anda mengikuti mereka dalam masalah hukum-hukum (fiqih), maka ikutilah pemahaman mereka juga dalam masalah aqidah. Telah Kami susun (tulisan ini) dalam bentuk tanya jawab. Hanya kepada Allah sajalah Kita memohon taufiq untuk selalu menerima kebenaran, diberikan keikhlasan hanya untuk-Nya serta mutaaba’ah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga shalawat dan salam tercurahkan selalu kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
3
بسم اهلل الرحمن الرحيم
4
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Siapakah Tuhanmu? Jawab: Katakanlah: Tuhanku adalah Allah.
Tanya: Apakah makna “Rabb” (Tuhan)? Jawab: Katakanlah: ialah Tuhan Sang Penguasa, Yang Berhaq Disembah, Sang Pencipta, Sang Pemberi rezeki, Sang Pengatur dan Sang Pembentuk rupa. Tidaklah tercipta sesuatu melainkan atas izin-Nya, dan tidaklah sesuatu itu bergerak melainkan atas izin dan kehendakNya.
Tanya: Apakah makna ” Allah”? Jawab: Makna “Allah” ialah Tuhan Yang Berhaq Disembah dan Diibadahi oleh seluruh makhluk-Nya.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Dimanakah Allah ? Jawab: Katakanlah: Tuhanku ada diatas langit, diatas ‘Arsy. Sebagaiman Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
ﭽ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍﭼ “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang Bersemayam diatas ‘Arsy.” (QS. Thaaha: 5) Istiwa (bersemayam) yang dimaknai secara hakiki, sesuai dengan keagungan Allah dengan tidak Tasybih (menyerupakan), Tamtsil (mengumpamakan), Takyif (menanyakan cara dengan kata bagaimana ) dan Ta’thil (mengingkari). Tidak boleh hukumnya anda mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana, karena sifat “al Uluw” bagi Allah adalah sifat yang menunjukkan pujian. Oleh sebab itu ketika sujud kita membaca do’a “Subhaana rabbiyal a’laa” artinya Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi.
5
Para Imam Madzhab yang Empat sepakat bahwasannya Allah tidak turun ke bumi, serta sepakat akan kufurnya orang yang menyakini bahwa Allah hulul (menyatu) dengan salah satu makhluk-Nya. Pendapat yang benar adalah bahwa Allah tabaaraka wa ta’aala turun ke langit dunia sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, tidak ada yang mengetahui bagaimana cara turun tersebut kecuali hanyalah Allah, yaitu pada waktu sepertiga malam terakhir, seraya berkata: “Apakah ada yang berdo’a, yang akan Aku kabulkan permohonannya?...” sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Adapun firman Allah:
ﭽ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸﭼ “Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid:4) Maka Ma’iyyah (kebersamaan) yang dimaksud disini adalah ditinjau dari sisi Ilmu Allah dan kehendak-Nya, karena segala sesuatu itu tidak terlepas dari pengawasan Ilmu Allah dan Kehendak-Nya.
Tanya : Apabila dikatakan kepadamu: Dengan apa anda mengenal Tuhanmu? Jawab : Katakanlah: Saya mengetahui-Nya dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan makhluk ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮶ ﮷ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ﭼ “ Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.” (QS. Fusshilat: 37) Dan diantara makhluk ciptaannya-Nya ialah tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi beserta isinya. Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya firman Allah ta’aala:
“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas ‘Arsy. Dia menutup malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. al-A’raf: 54)
Tanya : Apabila dikatakan kepadamu: Untuk tujuan apakah Allah menciptakanmu? Jawab : Katakanlah: Untuk beribadah kepada-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, menta’ati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹﭼ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. ad-Dzaariyat: 56), juga firman-Nya:
ﭽ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜﭼ “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. (QS. an-Nisa: 36)
Tanya : Apabila dikatakan kepadamu: Maksiat apakah yang paling besar dosanya? Jawab : Katakanlah: Maksiat yang paling besar dosanya adalah syirik (menyekutukan Allah dengan yang lain). Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊﭼ “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
7
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. alMaidah: 72) Syirik artinya seseorang menjadikan untuk Allah sekutu, dari malaikat, rasul, ataupun wali yang ia berdo’a kepadanya, berharap darinya, takut darinya, berpasrah diri kepadanya, meminta selain kepada Allah atau menjadikannya sekutu dalam meminta kepada-Nya, serta memalingkan ibadah kepada selain-Nya secara umum.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah makna ibadah? Jawab: Katakanlah : ibadah itu ialah sebuah nama yang mencakup semua hal yang Allah cintai dan ridhai, baik dari perkataan ataupun perbuatan yang tersembunyi dan yang nampak. Diantara hal yang termasuk ibadah adalah berdo’a, Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿﭼ “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang didalamnya disamping (menyembah) Allah.” (QS. al-Jin: 18) Dalil yang menunjukkan bahwa berdo’a kepada selain Allah itu kufur hukumnya, firman Allah ta’aala :
ﭽ ﯥ ﯦ ﯧ ﯨ ﯩ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷﭼ “Dan barangsiapa menyembah Tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhan-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. al-Mu’minun: 117)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah do’a itu termasuk ibadah? Jawab: Katakanlah: Sesungguhnya do’a itu ibadah yang paling agung. Sebagaimana firman Allah ta’aala :
8
ﭽ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫﭼ “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Ghaafir: 60) Dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
)) ُ(( الدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَة “Do’a itu adalah ibadah”. (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hal pertama yang difardhukan Allah kepada hamba-Nya? Jawab: Katakanlah: Hal pertama yang Allah fardhukan kepada hamba-Nya adalah beriman kepada Allah serta kufur (berlepas diri) dari Thaghut. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka diantara umat itu ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. an-Nahl: 36) Thaghut artinya : Perkara-perkara yang seorang hamba melampaui batasannya, baik yang disembah, diikuti atau ditaati.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa agamamu? Jawab: Katakanlah: Agamaku adalah Islam.
9
Islam artinya : menyerahkan diri kepada Allah dengan tauhid, sikap pasrah kepada Allah dengan ketaatan serta berlepas diri dari syirik dan ahlinya. Sebagaimana Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔﭼ “ Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orangorang yang telah diberi AlKitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali Imran: 19) Serta firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼﭼ “ Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran: 85) Telah shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda: “ Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan Yang Hak diibadahi melainkan Allah, serta bersaksi sesungguhnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan serta melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu diperjalanannya”. (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa makna Syahadatain ? Jawab: Katakanlah: Makna syahadat laa ilaaha illallah ialah tidak ada Tuhan Yang Berhak diibadahi melainkan Allah. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘﭼ “ Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu”. (QS. az-Zukhruf: 28) Adapun makna syahadat Muhammad Rasulullah ialah persaksian bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam itu hamba Allah dan utusan-Nya, sebagai seorang hamba yang tidak disembah dan seorang Nabi yang tidak didustakan. Perintahnya ditaati, apa yang beliau kabarkan dibenarkan, larangannya dijauhi serta tidaklah Allah disembah melainkan dengan mengikuti
10
syari’atnya. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang semua jenis bid’ah (sesuatu yang baru dalam agama yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), serta tidak mengecualikan sedikitpun dari hal tersebut, karena dalam Islam tidak ada bid’ah hasanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ َ(( إِيَّا ُكم وم ْح َدث ضالَلَةٌ )) رواه اإلمام أمحد َ ات ْاْل ُُم ْوِر فَِإ َّن ُك َّل ُم ْح َدثٍَة بِ ْد َعةٌ َوُك َّل بِ ْد َع ٍة َُ ْ “ Jauhilah oleh kalian sesuatu yang baru (dalam urusan agama), karena sesungguhnya seluruh hal yang baru (dalam agama) itu bid’ah, dan seluruh bid’ah itu sesat”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ِ س َعلَْي ِو أ َْم ُرنَا فَ ُه َو َردّّ )) رواه مسلم َ (( َم ْن َعم َل َع َمالً لَْي “ Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak ada tuntunannya dariku (dalam islam), maka ia tertolak”. (HR. Muslim) Dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ َ (( من أَح َد س ِم ْنوُ فَ ُه َو َردّّ )) متفق عليو ْ َْ َ ث في أ َْم ِرنَا َى َذا َما لَْي “ Barang siapa membuat hal baru dalam urusanku ini ( masalah agama) yang tidak ada tuntunannya, maka ia tertolak”. (Muttafaqun ‘alaih).
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa dalil difardhukannya shalat, zakat, puasa dan haji? Jawab: Katakanlah: Dalil difardhukannya shalat dan zakat firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩﭼ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’aatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikain itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5).
11
Allah subhaanahu wa ta’aala memulai ayat ini dengan ketauhidan serta sikap berlepas diri dari kesyirikan. Perintah Allah yang paling agung adalah perintah untuk bertauhid, sebaliknya larangan-Nya yang paling besar adalah larangan berbuat syirik. Selanjutnya Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Inilah pokok ajaran agama yang terpenting, adapun syari’at agama yang datang setelahnya maka menginduk pada hal pokok diatas. Adapun dalil difardhukannya puasa firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭣﭤﭥﭦ ﭧﭨﭩ ﭪ ﭫﭬﭭﭮ ﭯ :ﭰ ﭱ ﭼ إىل قولو تعاىل ﭽ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩﮪ ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﮲ ﮳ ﮴﮵ ﮶ ﮷﮸﮹ ﮺﮻﮼ ﮽﮾﮿﯀﯁﯂ ﭼ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. al-Baqarah: 183) sampai pada firman Allah ta’aala: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa diantar kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. al-Baqarah: 185). Adapun Dalil difardhukannya haji firman Allah ta’aala:
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (diantaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97).
Tanya: Apabila dikatakan kapadamu: Adakah agama yang diterima di sisi Allah setelah agama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam? Jawab: Katakanlah: Tidak ada agama yang diterima di sisi Allah selain agama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼﭼ “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran: 85).
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah boleh hukumnya mengatakan kesatuan agama-agama ? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh hukumnya mengatakan demikian, karena Islam adalah agama yang telah sempurna. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅﮆ ﮓﭼ “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. al-Maidah: 3). Maka agama islam tidak membutuhkan penggabungan dengan agama yang lainnya dalam membuat sebuah syari’at tertentu, karena Allah tidak akan menerima agama selain Islam berdasarkan dalil diatas (QS. Ali Imran: 85), serta sabda Rasulullah shallallahu ‘ailaihi wa sallam:
“Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, tidaklah salah seorang diantara umat ini mendengar ajaranku, baik itu yahudi ataupun nashrani, kemudian tidak beriman kepadaku, kecuali ia akan masuk neraka”. (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapakah Rukun Iman itu? Jawab: Katakanlah: Rukun Iman itu ada enam, yaitu beriman kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruknya dari Allah ta’aala. Tidaklah sempurna (dan tidaklah sah) keimanan seseorang kecuali dengan mengimani seluruh dari rukun iman yang enam tersebut sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun orang yang mengingkari salah satunya, maka ia telah keluar dari lingkaran keimanan. Dalil yang menunjukkan hal ini ialah firman Allah ‘azza wa jalla:
ﭽ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫﮬ ﮭ ﮮ ﮯﮰ ﮱ ﮲ ﮳ ﮴ ﮵ﭼ “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta’at”. (Mereka berdo’a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. (QS. al-Baqarah: 285) Serta sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang iman, seraya berkata: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, hari akhir dan engkau beriman kepada qadar yang baik dan yang buruknya”. (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa saja konsekwensi dari rukun iman yang enam itu? Jawab: Katakanlah: Konsekwensi dari beriman kepada Allah antara lain beriman bahwa Allah berada di atas ‘Arsy-Nya, juga beriman atas Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-Nya serta Asma wa Sifat-Nya. Konsekwensi dari beriman kepada malaikat-Nya antara lain beriman dengan keberadaan dan tugas masing-masing dari mereka (yang Allah perintahkan).
14
Konsekwensi dari beriman kepada kitab-kitab-Nya antara lain beriman bahwasannya Allah menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul-Nya yang kita ketahui diantaranya Taurat, Injil, Zabur, Shuhuf Ibrahim dan Al Qur’anul Karim. Pokok Isi dari kitab-kitab terdahulu telah mengalami perubahan kecuali Al Qur’anul Karim. Konsekwensi dari beriman kepada rasul-rasul-Nya antara lain bahwasannya Allah mengutus rasul-rasul-Nya yang sebagian mereka disebutkan dalam Al Qur’anul Karim, diawali dari Nuh ‘alaihissalam dan diakhiri oleh Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam yang paling utama diantara mereka semua. Konsekwensi dari beriman kepada hari akhir antara lain beriman dengan adanya Jazaa (pembalasan), Hisab (perhitungan ‘amal), adanya surga dan neraka serta hal-hal yang berkaitan dengan hari akhir yang disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Konsekwensi dari beriman kepada qadar yang baik dan yang buruknya antara lain beriman bahwasannya Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu, Ia mengetahui hal tersebut sebelum proses penciptaan, kemudian Ia tulis di Lauh Mahfuzh, dan semuanya terjadi dengan kehendakNya. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﰌ ﰍ ﰎ ﰏ ﰐ ﰑﭼ “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS. al-Qamar: 49) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉ ﰊ ﰋ ﰌ ﰍﭼ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. al-An’am: 59) Juga firman-Nya:
ﭽ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩﮪ ﮫ ﮬ ﮭ ﮮﮯ ﮰ ﮱ ﮲ ﮳ ﮴ ﭼ “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasannya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (QS. al-Hajj: 70)
15
serta firman-Nya:
ﭽ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶﭼ “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. at-Takwir: 29) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau memohon pertolongan maka mohon pertolonganlah kepada Allah. Ketahuilah! bahwasannya kalaulah umat semuanya berkumpul untuk memberimu suatu kemanfa’atan, maka tidaklah mereka bisa memberimu kemanfa’atan itu kecuali apa yang telah Allah tuliskan kemanfa’atan itu untukmu. Dan kalaulah mereka semua berkumpul untuk memberimu sebuah kemadharatan, maka tidaklah mereka bisa memberimu kemadharatan itu kecuali apa yang telah Allah tuliskan kemadharatan itu untukmu. Qalam telah diangkat, lembaran-lembaran telah kering”. Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, dan ia berkata: Hadits hasan shahih. Dalam riwayat lainnnya selain Imam at-Tirmidzi: “Jagalah Allah maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, kenalilah Allah di waktu senggang, maka Allah akan mengenalimu di waktu sempit. Ketahuilah! bahwasanya apa yang Allah tidak taqdirkan kepadamu maka tidaklah akan menimpamu, dan apa yang Allah taqdirkan kepadamu maka tidak akan salah menimpamu. Dan ketahuilah! Bahwasannya kemenangan itu ada bersama kesabaran, dan jalan keluar itu ada bersama kesulitan, serta kemudahan itu ada bersama kesusahan.”
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah azab dan nikmat kubur itu telah ditetapkan keberadaanya dalam Al Qur’an dan As-Sunnah? Jawab: Katakanlah: Ya. Allah ta’aala berfirman tentang kaum Fir’aun:
ﭽ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫﭼ “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada Malaikat): “ Masukanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS. Ghafir: 46)
16
Juga firman-Nya:
ﭽ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷﭸ ﮁﭼ “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim: 27) Dalam sebuah hadits qudsi dengan redaksi yang panjang dari sahabat al Barra bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu: “ …Maka menyerulah penyeru dari langit: “Hamba-Ku ini telah benar, hamparkanlah permadani untuknya di surga, pakaikanlah ia dari pakaian surga, bukakanlah baginya pintu ke surga.” Maka didatangkan kepadanya wewangian surga, lalu diluaskanlah kuburnya sejauh mata memandang. Adapun orang kafir, maka disebutkanlah kematiannya, (rawi berkata): ruhnya pun dikembalikan pada jasadnya, maka datanglah dua malaikat yang mendudukannya seraya berkata: “Siapakah Tuhanmu?” Maka iapun menjawab: “Hah..hah..aku tidak tahu!” Ditanyakan lagi padanya: “Apakah agamamu?” Iapun menjawab: “Hah…hah…aku tidak tahu!” Ditanyakan lagi padanya: “Siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Ia pun menjawab: “Hah…hah… aku tidak tahu!”. Maka menyerulah penyeru dari langit: “Bahwasannya ia telah mendustakan, hamparkanlah baginya hamparan dari neraka, kenakanlan pakaian dari neraka, bukakanlah untuknya pintu ke neraka, maka didatangkan kepadanya panas dan baunya neraka, lalu kuburnya disempitkan hingga tulangnya saling berhimpitan.” Dalam riwayat yang lain dengan tambahan: “Kemudian ia dibelenggu dalam keadaaan buta dan bisu. Dan baginya disediakan sebuah pemukul dari besi, sekiranya pemukul itu dipukulkan pada sebuah gunung, niscaya akan menjadi debu. Laki-laki kafir itu kemudian dipukul dengan pemukul tersebut hingga suaranya dapat didengar oleh semua makhluk dari ujung timur hingga ujung barat kecuali jin dan manusia hingga menjadi debu, kemudian ruhnya dikembalikan.” (HR. Abu Dawud)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah Al Qur’an itu munazzal (wahyu yang diturunkan) ataukah makhluk? Jawab: Katakanlah: Al Qur’an itu wahyu yang diturunkan, bukan makhluk. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﰅ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉ ﰊ ﰋﭼ “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (QS. al-Insan: 23)
17
Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞﭼ “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah Ihsan itu? Jawab: Katakanlah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اا )) رواه البخاري َ (( أَ ْن َ ْ ُ َد اهللَ َك َنَّ َ َ َراهُ فَِإ ْن لَ ْم َ ُ ْن َ َراهُ فَِإنَّوُ يَ َر “(Al-Ihsan) yaitu engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Ia melihatmu.” (HR. Bukhari)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah iman itu cukup tanpa amal? Jawab: Katakanlah: Iman itu harus disertai dengan amal. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉ ﰊ ﰋ ﰌ ﰍ ﰎ ﰏ ﰐﭼ “Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguhsungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperolah tempattempat yang tinggi (mulia).” (QS. Thaahaa: 75) Allah mensyaratkan terkumpulnya iman dan amal untuk masuk ke dalam surga.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Kapankah amal seorang mu’min itu terputus? Jawab: Katakanlah: Amal seorang mu’min itu tidaklah terputus kecuali ketika kematian menjemputnya. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇﭼ
18
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. al-Hijr: 99) Makna yakin dalam ayat ini adalah kematian; karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan amal semasa hidupnya. Dan bukanlah makna yakin disini yaitu derajat tertentu dari keimanan seseorang yang membuatnya boleh berhenti beramal atau kewajiban beramal telah diangkat darinya.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah manusia itu musayyar (terkendali tanpa punya pilihan) ataukah mukhayyar (mempunyai pilihan) ? Jawab: Katakanlah: Pernyataan bahwa manusia itu musayyar ataukah mukhayyar tidak bisa dimutlakkan satu sama lainnya, karena kedua pernyataan tersebut keliru. Nash Al Qur’an dan As-Sunnah telah menunjukkan bahwa bagi manusia itu ada kehendak, serta secara hakikat ia sendiri sebagai pelakunya, akan tetapi semua itu tidak keluar dari ilmu Allah serta kehendak dan wewenang-Nya. Firman Allah ta’aala menjelaskan:
ﭽ ﯨ ﯩ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶﭼ “ (Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.at-Takwir: 28-29)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapakah jenis tauhid itu? Jawab: Katakanlah: Tauhid itu ada tiga jenis: 1.
Tauhid Uluhiyyah: Yaitu keyakinan yang pasti bahwasannya Allah itu Dialah Yang Berhak Disembah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid ini termasuk jenis mentauhidkan Allah dengan perbuatan hamba-Nya. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮩﭼ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. al-Bayyinah: 5) 2. Tauhid Rububiyyah: Yaitu keyakinan yang pasti bahwasannya Allah itu Dialah Yang Menciptakan, Yang Memberi rezeki, Yang Mengatur seluruh makhluk, tidak ada sekutu bagi-Nya serta tidak butuh penolong (yang membantu-Nya). Tauhid ini termasuk jenis mentauhidkan Allah dengan perbuatan-Nya (sendiri). Allah ta’aala berfirman:
19
ﭽ ﯸ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﰀﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅﰆ ﰇ ﰈ ﰉﭼ “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS. Faathir: 3) Firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋﭼ “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. ad-Dzaariyat: 58) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮜﭼ “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi.” (QS. as-Sajadah: 5)
3.
Tauhid Asma wa Sifat: Yaitu meyakini bahwa bagi Allah itu Nama-Nama Yang Baik dan Sifat-Sifat Yang Sempurna yang telah ditetapkan oleh Kitab dan Sunnah dengan tidak tasybih (menyerupakan), tamstil (mengumpamakan), ta’thil (mengingkari) dan ta’wil (memalingkan dari makna sebenarnya), serta tidak ada yang sama dengan-Nya Sesuatu apa pun. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﭡ ﭢ ﭣﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨﭼ “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. as-Syuura: 11) Juga firman allah ta’aala:
ﭽ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷﭸ ﮃﭼ “Hanya milik Allah Asma-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu.” (QS. al-A’raf: 180)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Siapakah yang mengatur langit, bumi beserta isinya?
20
Jawab: Katakanlah: Allah-lah semata Yang Mengatur urusan langit dan bumi, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang ikut andil bersama-Nya serta tidak ada seorangpun yang ikut membantu-Nya. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉ ﰊﭼ “Dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.” (QS. Sabaa: 22)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Bagaimanakah hukum orang yang meyakini bahwa alam ini diatur oleh penguasa yang empat ( dari tokoh-tokoh kelompok sufiyah yang berlebihan, dengan keyakinan mereka bahwa empat penguasa ini mempunyai peran dalam menjaga dan mengatur jagat raya ini ) ? Jawab: Ulama sepakat akan kufurnya orang yang berkeyakinan bahwa alam ini diatur oleh penguasa yang empat, karena ia mengingkari firman Allah ta’aala diatas (QS. Sabaa: 22), juga ini berarti tuduhan kepada Allah bahwa Ia tidak mampu dalam mengatur alam ini karena kelemahan-Nya (Maha Suci Allah atas tuduhan ini).
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Siapakah Nabimu? Jawab: Katakanlah: Nabiku itu adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Mutthalib bin Hasyim bin ‘Abdul Manaf, yang Allah pilih dari Quraisy, sedangkan Quraisy itu diantara keturunan Isma’il yang utama. Ia (Muhammad) diutus oleh Allah kepada golongan manusia dan jin, diturunkan padanya Kitab (Al Qur’an) dan Hikmah (Sunnah). Ia mengajak manusia untuk mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dan meninggalkan peribadahan kepada selain Allah, dari menyembah berhala, batu, pohon, para nabi, orang-orang shaleh, malaikat dan yang lainnya. Ia menyeru manusia supaya meninggalkan syirik, mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah, melarang berdo’a kepada selain Allah dalam mendatangkan manfa’aat atau menolak madharat. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡﯢ ﯣ ﯤ ﯥﯦ ﯧ ﯨ ﯩ ﯪﭼ “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)
21
sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. an-Naml: 62) Ia juga mengajarkan mereka bahwa kemampuhan untuk mendatangkan kebaikan dan ilmu ghaib itu hanya milik Allah, yang tidak bisa dimiliki oleh para rasul, malaikat, para wali serta tidak pula yang lainnya. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﯞﭼ “Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat.” (QS. al-An’am: 50) Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah para wali itu mengetahui yang ghaib dan bisa menghidupkan yang telah mati? Jawab: Katakanlah: Tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali Allah, dan tidak ada yang bisa menghidupkan yang mati kecuali Allah. Dalilnya firman allah ta’aala:
ﭽ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦﭧ ﭯﭼ “Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyakbanyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan.” (QS. al-A’raf: 188) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦﭼ “Katakanlah: “Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. al-Jatsiyah: 26) Para Imam Madzhab yang Empat telah sepakat bahwa barangsiapa yang berkeyakinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu mengetahui yang ghaib atau bisa menghidupkan yang telah mati, maka ia telah murtad (keluar) dari islam, karena ia telah mendustakan Allah tabaaraka wa ta’aala yang telah memerintahkan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengatakan kepada manusia dan jin:
ﭽ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﯞﭼ
22
“Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat.” (QS. al-An’am: 50) Serta telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya dari jalur ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ﭽ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ: ُس ََّل يَ ْ لَ ُم ُه َّن إََِّّل اهلل ٌ (( َم َفا ُ الْ َْي ِ َخ ْم ﯳ ﯴ ﯵﯶ ﯷ ﯸ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼﯽ ﯾ ﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃﰄ ﰅ ﰆ ﰇ )) ﰈﭼ “Kunci-kunci ilmu ghaib itu ada lima, tidak ada yng mengetahuinya selain Allah: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Menetahui lagi Maha Mengenal.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengetahui sesuatu yang ghaib, kecuali apa yang Allah wahyukan dan diajarkan kepadanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak pernah mengakui dirinya bisa menghidupkan orang yang telah mati dari sahabat-sahabatnya atau salah satu dari putera-puterinya yang telah meniggal sebelum beliau. Maka bagaimana dengan orangorang (yang mengaku bisa menghidupkan orang yang telah mati dan mengetahui ilmu ghaib) yang derajatnya dibawah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan beliau itu sebaikbaik para nabi dan para wali seluruhnya?
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Nabi Isa ‘alaihissalam bisa menghidupkan yang telah mati dan mengetahui apa yang orang-orang simpan di rumah-rumah mereka, apakah wali-wali yang lain juga bisa melakukannya? Jawab: Katakanlah: Ini adalah mu’jizat khusus yang Allah berikan kepada Nabi Isa ‘alihissalam, dan tidak Allah berikan kepada selainnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saja yang kedudukan beliau lebih utama dari Nabi Isa ‘alaihissalam tidak pernah mengaku mempunyai kemampuan seperti itu, maka bagaimana seseorang yang mengaku ada wali fulan yang bisa menghidupkan orang yang telah mati?
23
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah sebutan ”wali” itu khusus bagi orang mukmin tertentu saja? Jawab: Katakanlah: Semua orang yang beriman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka ia termasuk wali Allah. Jadi sebutan “wali” itu sifatnya umum untuk seluruh orang-orang yang beriman baik laki-laki ataupun perempuan. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭑﭒﭓﭔﭕﭖﭗﭘﭙﭚ ﭛﭜﭝﭞ ﭟ ﭠﭼ “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63) Tidak ada kekhususan dalam hal ini yang sifatnya perorangan diantara kaum mu’minin. Takwa ialah menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta menjauhi apa yang dilarang Allah dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Maksud dari firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭑﭒﭓﭔﭕﭖﭗﭘﭙﭚ ﭛﭜﭝﭞ ﭟ ﭠﭼ “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus: 62-63) Apakah menunjukkan bolehnya berdo’a kepada para wali? Jawab: Katakanlah: Dalam ayat tersebut tidak ada makna bolehnya berdo’a kepada para wali, atau istighatsah (meminta pertolongan) kepada mereka. Ayat ini menjelaskan kedudukan wali-wali Allah, yang tidak ada kekhawatiran bagi mereka di dunia ini dan tidak pula bersedih nanti di akhirat kelak. Berdo’a kepada selain Allah hukumnya syirik.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah orang-orang beriman akan melihat Tuhan mereka di surga kelak?
24
Jawab: Katakanlah: Ya. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠﭼ “Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS. al-Qiyaamah: 22-23) Serta sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
)) (( إِنَّ ُ ْم َستَ َرْو َن َربَّ ُ ْم “Sesungguhnya Kalian akan melihat Tuhan kalian” (HR. Bukhari Muslim) Maksudnya nanti di surga.
Tanya: Apakah wali-wali Allah selain dari para nabi itu dima’shum (dijaga) dari kabaair (dosa besar) dan shaghaair (dosa kecil)? Jawab: Seorang wali Allah selain dari para nabi itu tidak dima’shum dari terjerumus ke dalam dosa kecil ataupun dosa besar.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah Khidhir itu masih hidup? Jawab: Katakanlah: al-Khadhir sudah meninggal sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus. Karena Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﯹﭼ “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal.” (QS. al-Anbiyaa: 34) Kalaupun Khadhir masih hidup, maka ia akan mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta ikut serta berjihad bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; karena Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada makhluk seluruhnya, baik jin ataupun manusia. Firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩﭼ
25
“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (QS. al-A’raf: 158) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ِ ٍ ِ ِ ِ ْ(( أَرأَي ت ُ م لَي لَت ُ م ى ِذهِ فَِإ َّن َعلَ رأ َح ٌد ُ َ ْ َ ْ ْ َْ َ َ س مااَة َسنَة ََّل يَ ْ َق َعلَ َو ْ و اْل َْر ِ َم ْن ُى َو َعلَْي َها الْيَ ْوَ أ َ (( متفق عليو “Perhatikanlah malam kalian ini, sesungguhnya pada batasan seratus tahun itu tidak ada seorangpun yang hidup diatas muka bumi ini sampai sekarang.” (Muttafaq ‘Alaih) Ini adalah dalil bahwa khadhir sudah meninggal sebagaimana keumuman manusia yang lainnya. Maka oleh sebab itu, dia tidak bisa mendengar panggilan orang yang memanggil, tidak pula memberi petunjuk kepada orang yang tersesat di jalan ketika orang itu meminta petunjuk darinya.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapakah jenis syirik itu? Jawab: Katakanlah: bahwa syirik itu ada dua jenis: 1. Syirik Akbar (besar): seperti istighatsah (meminta pertolongan) kepada mayyit, isti’anah (meminta bantuan) kepada selain Allah sesuatu yang tidak mampu melaksanakannya selain Allah, bertawakkal (menyerahkan diri) kepada selain Allah, meminta kekuatan kepada mayyit, menyembelih untuk selain Allah, dan yang lainnya. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨﭼ “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (QS. an-Nisa: 48) Serta sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa bertemu dengan Allah sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa bertemu dengan Allah sedangkan ia berbuat syirik, maka ia akan masun neraka.” (HR. Muslim) Menyembelih itu tidak dilakukan kecuali hanya dipersembahkan untuk Allah. Firman Allah ta’aala:
26
ﭽ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍﭼ “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS. al-Kautsar: 2) Serta sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ (( لَ ن اهلل من َب لِ َْي ِر اهلل )) رواه مسلم ََ َُْ ََ “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah” (HR. Muslim) 2. Syirik Ashgar (kecil): Seperti riya (beramal karena ingin dilihat orang), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesuatu yang paling aku takutkan mengenai kalian yaitu syirik asghar (kecil), maka ditanyakan tentang hal itu, beliau menjawab: riya. " (HR. Muslim) Begitu pula seperti bersumpah dengan nama selain Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ (( من حلَ َ بِ َْي ِر اهلل فَ َق ْد َك َف َر أ َْو أَ ْ َر َا )) رواه الرتمذي َ َْ “Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah kafir, atau musyrik” (HR. at-Tirmidzi)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah orang yang mati itu bisa mendengar atau mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepadanya? Jawab: Katakanlah: Orang yang telah mati tidak bisa mendengar dan tidak bisa mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepadanya, sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲﭼ “Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (QS. Fatir: 22) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬﭼ
27
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar.” (QS. anNaml: 80) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮆ ﮇﮈﮉﮊﮋﮌ ﮍﮎﮏ ﮐﮑﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣﭼ “Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka akan mengingkari kemusyrikanmu, dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fatir: 13-14)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Jadi suara apakah yang terkadang terdengar di sekitar sebagaian kubur orang yang meninggal yang perkaranya dibesar-besarkan oleh orang awam? Jawab: Katakanlah: Yaitu suara syaitan dari bangsa jin, dengan tujuan mereka supaya mengelabui orang-orang awam bahwa suara tersebut berasal dari penghuni kubur, padahal penghuni kubur tidak bisa mendengar orang yang berdo’a kepadanya ataupun orang yang memanggilnya, sesuai dengan dalil dalam Al Qur’an surat an-Naml ayat 80, dan surat Fatir ayat 14 serta ayat 22 diatas.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah oran-orang yang mati dari para wali dan yang lainnya itu bisa mengabulkan permohonan orang yang istighatsah (meminta pertolongan) kepada mereka serta orang yang meminta kekuatan dari mereka? Jawab: Katakanlah: Mereka itu tidak mempunyai kemampuan untuk mengabulkan permohonan orang yang yang berdo’a ataupun istighatsah kepada mereka, sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮆ ﮇﮈﮉﮊﮋﮌ ﮍﮎﮏ ﮐﮑﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣﭼ “Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu;
28
dan kalau mereka akan mengingkari kemusyrikanmu, dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fatir: 13-14) Allah ta’aala menyebut do’a mereka itu sebagai kesyirikan.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah makna “Ahyaa-a” pada firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢﭼ “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati: bahkan mereka itu hidup disisi Tuhan-Nya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169) Jawab: Katakanlah: Sesungguhnya makna “Ahyaa-a” dalam ayat ini menunjukkan bahwa mereka itu hidup dengan kehidupan yang penuh kenikmatan, karena arwah para syuhada itu diberi kenikmatan di surga. Oleh sebab itu Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢﭼ
Serta kehidupan mereka tidaklah sama dengan kehidupan di dunia, karena mereka tidak bisa mendengar orang yang berdo’a kepada mereka, tidak pula mampu untuk mengabulkan permohonan mereka sebagaimana telah disebutkan dalam ayat sebelumnya, maka tidak ada kontradiksi diantara ayat-ayat tersebut.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Bolehkah penggunaan nama “’Abdu” yang dinisbatkan kepada selain Allah, seperti Abdunnabiy atau Abdul Husain, dan yang lainnya? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh. Karena para Imam Madzhab yang Empat telah sepakat atas haramnya penisbatan nama “Abdu” kepada selain Allah. Maka wajib hukumnya merubah nama tersebut. Adapun nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman, sebagaimana dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdirrahman” (HR. Muslim) Adapun orang yang telah mati (yang namaya dengan “Abdu” yang dinisbatkan kepada selain Allah) , maka nama mereka tidak perlu dirubah.
29
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukumnya memakai kalung atau gelang di tangan, dileher, di kendaraan (mobil) ataupun ditempat lainnya dengan tujuan untuk menolak ‘ain atau hasad? Jawab: Katakanlah: Perbuatan ini termasuk kesyirikan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
)) (( َم ْن َعلَّ َق َ ِم ْي َمةً فَ َق ْد أَ ْ َر َا “Barangsiapa menggantungkan tamimah, maka ia telah berbuat syirik” (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya). Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
ِ استَ ْن َ بِ ِرِ ْي ِع َدابٍَّة أ َْو َعظَ ٍم فَِإ َّن ُم َح َّمداً بَ ِر ْياٌ ِم ْنوُ )) رواه ْ (( َم ْن َع َق َد ل ْحيَتَوُ أ َْو َ َقلَّ َد َوَ ًرا أ َْو أمحد “Barangsiapa memintal jenggotnya, mengalungkan jimat, bersuci dengan kotoran hewan atau tulangnya, maka Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri darinya.” (HR. Ahmad) Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ الرق والت َّولَةَ ِ ْر ٌا )) رواه أبو داود ْ َّماا َم َوالت َ َ َ ُّ (( إِ َّن “Sesungguhnya rukyah, tamimah dan taulah itu (semuanya) syirik” (HR. Abu Dawud) Juga sabda Nabi shallallahu ‘aliahi wa sallam:
(( َم ْن َعلَّ َق َ ِم ْي َمةً فَ َال أََ َّم اهللُ لَوُ )) رواه ابن حبان يف صحيحو “Barangsiapa yang menggantungkan tamimah, maka Allah tidak akan menyempurnakannya.” Taulah: Sesuatu yang diyakini dapat membuat rasa cinta antara suami kepada isterinya. Perbuatan ini tidaklah dibenarkan.
30
Tamaaim: Sesuatu yang digantungkan pada leher anak, sebagai penangkal ‘ain dan hasad. Perbuatan ini termasuk kesyirikan. Makna Tamimah menurut al Mundziri: Jimat yang digantungkan, yang diyakini bisa menangkal bahaya dari mereka. Ini adalah perbuatan yang keliru dan sesat, karena tidak ada yang mencegah dan melindungi kecuali Allah ta’aala.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah boleh hukumnya mencari berkah dari pohon, batu ataupun tanah? Jawab: Katakanlah: Perbuatan ini termasuk kesyirikan. Imam Ahmad dan Tirmidzi telah meriwayatkan dari jalur Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Hunain –sedangkan pada waktu itu kami baru masuk islam – orang-orang musyrik memiliki pohon sidr yang mereka duduk-duduk di sekitar pohon tersebut dan menggantungkan pedang-pedang mereka di pohon tersebut, yang disebut Dzatu anwath. (Rawi) berkata: “Kami pun melewati pohon tersebut, sambil berkata: “Ya Rasulallah, buatkanlah bagi kami dzatu anwath sebagaimana untuk mereka (orang-orang musyrik) juga dzatu anwath. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Allahu Akbar ! Sesungguhnya itu adalah sunan (perbuatan orang-orang sebelum kalian). Demi Dzat yang diriku ada di tangan-Nya, apa yang kalian katakan itu sebagaimana perkataan Bani Israil: “Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).” (QS. al-A’raf: 138)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukumnya menyembelih untuk selain Allah sebagai pendekatan diri kepada yang dimaksudkan penyembelihan tersebut? Jawab: Katakanlah: Hukumnya termasuk syirik akbar (besar). Berdasarkan firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍﭼ “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS. al-Kautsar: 2) Juga firman Allah ta’aala:
31
ﭽ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞ ﯟﯠ ﯡ ﯢ ﯣ ﯤ ﯥ ﯦﭼ “Katakanlah : "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. al-An’am: 162-163) Serta sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ (( لَ ن اهلل من َب لِ َْي ِر اهلل )) رواه مسلم ََ َُْ ََ “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukumnya bernadzar untuk selain Allah ? Jawab: Katakanlah: Perbuatan tersebut termasuk syirik akbar (besar), sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ ِ ِ ْ صي اهلل فَ َال ي ِ ص ِو )) رواه البخاري َ َ َ ْ َ(( َم ْن نَ َذ َر أَ ْن يُط ْي َع اهللَ فَ لْيُط ْ وُ َوَم ْن نَ َذ َر أَ ْن ي “Barangsiapa bernadzar untuk ta’at kepada Allah, maka ta’atilah. Dan barangsiapa yang bernadzar untuk maksiat kepada Allah, maka janganlah ia bermaksiat.” (HR. Bukhari) Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah kita (boleh) meminta perlindungan kepada selain Allah? Jawab: Katakanlah: Meminta perlindungan kepada selain Allah dalam sesuatu yang tidak mampu kecuali Allah adalah perbuatan syirik. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒﭼ “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6) Karena isti’aadzah (meminta perlindungan) itu termasuk ibadah. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
32
ﭽ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯﮰ ﮱ ﮲ ﮳ ﮴ ﮵ﭼ “Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fusshilat: 36) Adapun hukum meminta perlindungan kepada makhluk yang hidup, hadir (ada di hadapan) dan ia pun mampu, maka dibolehkan.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa yang anda ucapkan ketika singgah di tempat tertentu? Jawab: Katakanlah: Saya mengucapakan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bersabda:
ِ َّام ِ ات ِ َعو ُ بِ َ لِم ض ُّرهُ َ ْياٌ َحتَّ يَ ْر َح َل ِم ْن َ (( َم ْن نَ َّ َا َم ْن ًَِّل فَ َق َّ اهلل الت ُ ِات ِم ْن َ ّْر َما َخلَ َق لَ ْم ي ْ ُ أ:اا َ منَ ْلِ ِو ل )) رواه مسلم “Barangsiapa singgah di sebuah tempat, kemudian ia mengucapkan: “Aku berlindung dengan Kalimat Allah Yang Sempurna, dari kejahatan makhluk” maka tidak akan terkena kemadharatan sedikitpun, sampai ia meninggalkan tempat tersebut.” (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukumnya beristighatsah (memohon pertolongan) kepada selain Allah dalam sesuatu yang tidak mampu selain Allah, seperti mendatangkan kebaikan ataupun menolak keburukan? Jawab: Katakanlah: Perbuatan ini (hukumnya tidak boleh, karena) termasuk syirik. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡﯢ ﯣ ﯤ ﯥﯦ ﯧ ﯨ ﯩ ﯪﭼ “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan.” (QS. an-Naml: 62) Maknanya: Tidak ada yang bisa memperkenankan do’a tersebut kecuali Allah, serta tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali Allah. Istighatsah kepada Allah itu termasuk ibadah.
33
Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﭑ ﭒ ﭓﭼ “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu.” (QS. al-Anfal: 9) Demikian juga dalam shahih Imam al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ (( ََّل أَلْ َفي َّن أَح ُد ُكم ي ِ يا ي و ال ِْقيام ِة َعلَ رقَ تِ ِو ب ِ ْي ر لَوُ ِر ِغاا فَ ي ُقو ُا يا رسو َا اهلل اَ ِغثْنِ ْي فََقُ ْو ُا ُْ َ َ ْ َ ٌ َ َ َ َْ ُ ْ َ ْ َ َ ٌ َ ََ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ٌس لَ َها َح ْم َح َمة َ قَ ْد أُبَلّْ ْتُ َ ََّل أ َْمل ُ لَ َ م َن اهلل َ ْيًا ََّل أَلْ َفيَ َّن أ ٌ َح َد ُك ْم يَ ْياُ يَ ْوَ الْقيَ َامة َعلَ َرقَ َتو فَ َر ِ ِ ِ َغثْنِي فََقُ و ُا ََّل أ َْملِ ُ لَ َ ِمن )) َ ُاهلل َ ْيًا قَ ْد أَبْ لَ ْت ْ ْ فَ يَ ُق ْو ُا يَا َر ُس ْو َا اهلل أ َ “ Pada hari kiamat nanti, aku akan bertemu dengan salah seorang diantara kalian datang pada hari kiamat sedangkan unta melenguh diatas tengkuknya dan berkata: “Wahai Rasulullah! Tolonglah aku.” Lalu aku katakana kepadanya: “Aku sudah tidak punya wewenang apa-apa lagi untuk (menolong)mu, semuanya telah aku sampaikan (larangan itu) kepadamu.” Pada hari kiamat nanti aku juga akan bertemu dengan salah seorang dari kamu datang dengan memikul seekor kuda yang sedang meringkik diatas tengkuknya . Dia berkata: “Wahai Rasulullah! Tolonglah aku. Lalu aku katakana kepadanya: “Aku sudah tidak mempunyai wewenang apa-apa lagi untuk (menolong)mu, semuanya sudah saya sampaikan kepadamu.” Boleh hukumnya meminta pertolongan kepada orang yang hidup, yang ada di hadapan kita dan ia mampu terhadap apa yang kita minta. Meminta pertolongan kepada makhluk yang hidup maksudnya meminta bantuan darinya, seperti sahabat Nabi Musa meminta bantuan kepada Nabi Musa dalam menghadapi musuhnya, sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶﭼ “Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya.” (QS. al-Qashas: 15) Adapun meminta pertolongan kepada penghuni kubur atau kepada orang yang tidak ada di hadapan kita, maka Imam madzhab yang Empat telah sepakat akan keharamannya, dan perbuatan tersebut termasuk kesyirikan.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapakah jenis nifaq itu? Jawab: Katakanlah: Ada dua jenis: Nifaq Akbar (besar) dan Nifaq Ashghar (kecil).
34
Nifaq Akbar: yaitu menampakkan keimanan, sedangkan bathinnya menyembunyikan kekufuran. Sedangkan Nifaq Ashghar: yaitu sikap yang menyerupai perbuatan orang munafik, tapi tidak menyembunyikan kekufuran dalam hatinya. Seperti seorang yang apabila ia berkata ia dusta, apabila ia berjanji ia ingkari, dan apabila ia diberi amanah ia khianat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ب َوإِ َا اْ تُ ِم َن َخا َن َوإِ َا َو َع َد أَ ْخلَ َ )) رواه البخاري ٌ َْمنَافِ ِق ثَال َ إِ َا َح َد:ث َ ث َك َذ ُ (( يَةُ ال “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: Apabila berkata ia dusta, apabila di beri amanah ia khianat, dan apabila berjanji ia ingkari.” (HR. Bukhari)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapakah jenis kufur itu? Jawab: Katakanlah: Ada dua jenis : 1. Kufur Akbar (besar): Yaitu jenis kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari islam. Seperti orang yang mencela Allah, Nabi-Nya, atau mengingkari sesuatu yang Allah telah fardhukan kepada hamba-Nya dari rukun islam atau hal lainnya dari pokok-pokok agama yang penting. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮋﮌﮍ ﮎﮏ ﮐﮑﮒﮓﮔﮕ ﮖ ﮗﮘ ﭼ “Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. at-Taubah: 65-66) 2. Kufur Ashghar (kecil): Seperti kufur nikmat atau memerangi seorang muslim, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ (( ِس اب ال س ْو ٌق َوقِتَالُوُ ُك ْف ٌر )) رواه البخاري ُ ُ َ ُ ُْم ْسل ِم ف “Mencaci maki seorang muslim itu termasuk kefasikan, sedangkan memeranginya termasuk kekufuran” (HR. Bukhari)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa saja jenis syafa’at itu?
35
Jawab: Katakanlah: Ada dua jenis: 1. Syafa’at pada hari kiamat yang tidak diminta kecuali dari Allah. Sebagaimana firman-Nya:
ﭽ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗﮘﭼ “Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya.” (QS. az-Zumar: 44) Syafa’at ini memiliki dua syarat: Izin untuk memberikan syafa’at, sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞ ﯟ ﯠﯡﭼ “Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanfa izin-Nya.” (QS. al-Baqarah: 255)
Ridha kepada yang akan diberi syafa’at, sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽﭼ “Dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada yang diridhai Allah” (QS. al-Anbiya: 28) Maka barangsiapa yang ingin diberi syafa’at pada hari kiamat kelak, hendaklah ia meminta kepada Allah dan tidak kepada yang lainnya. Sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Apabila kamu meminta, maka minta-lah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Maka ucapkanlah: “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang mendapatkan syafa’at pada hari kiamat kelak.” Dan haram hukumnya seorang hamba mengatakan: “Ya Rasulallah, jadilah engkau pemberi syafa’at untukku pada hari kiamat, “ atau do’a lainnya yang diharamkan. 2. Syafa’at diantara makhluk di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Maka hukumnya dianjurkan jika dalam hal kebaikan, tapi sebaliknya hukumnya haram jika dalam keburukan. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯦ ﯧ ﯨ ﯩ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶﯷ ﭼ
36
“Barangsiapa yang memberikan syafa’at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa yang memberi syafa’at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.” (QS. an-Nisa: 85)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah syafa’at itu diminta dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ia nanti akan memberi syafa’at tersebut pada hari kiamat? Jawab: Katakanlah: Syafa’at itu hanya milik Allah ta’aala, sebagaimana firman-Nya:
ﭽ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗﭼ “Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya.” (QS. az-Zumar: 44) Maka ketika kita meminta syafa’at kepada Allah, itu sebagai bentuk keta’aatan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda:
ْت فَ ْس َِا اهللَ )) رواه الرتمذي َ (( إِ َا َس َل "Apabila kamu meminta, maka minta-lah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi) Maka kita katakan: “Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang akan mendapatkan syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat kelak.”
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapakah jenis tawassul itu? Jawab: Katakanlah: Ada dua jenis: 1. Tawassul yang disyari’atkan: Yaitu tawassul kepada Allah dengan amal shaleh yang dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti orang yang bertawassul dengan keimanannya kepada Allah, keimanannya kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan keikhlasan amalnya karena Allah semata dan dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah makna dari firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯕ ﯖ ﯗﭼ “Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.” (QS. al-Maidah: 35)
37
Seperti orang yang mengatakan: “Ya Allah, dengan keikhlasanku karena Engkau semata dan keta’atanku dalam mengikuti sunnah Nabi-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sembuhkanlah aku dan berilah aku rezeki.” Sebagaimana AshaabusSakhrah (tiga orang yang terjebak dalam gua, karena batu yang menutupi mulut gua tersebut, sehinnga mereka tidak bisa keluar) yang bertawassul dengan amalan shaleh mereka supaya bisa keluar dari kesulitan tersebut. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kepada para sahabat tentang kisah tiga orang yang terjebak oleh tumpukan batu di dalam gua. Maka mereka pun memohon kepada Allah dengan amalan shaleh mereka (satu-persatu) supaya diberikan jalan keluar, maka (Allah pun mengabulkan permohonan mereka) dan mulut gua pun terbuka dari tumpukkan batu tersebut. (HR. Bukhari) Boleh hukumnya bertawassul dengan do’a seorang hamba yang shaleh (yang masih hidup), seperti orang yang meminta kepada seorang yang shaleh supaya ia mendo’akannya kepada Allah, sebagaimana para sahabat radhiyallahu ‘anhum meminta kepada al-Abbas agar berdo’a kepada Allah supaya diturunkan hujan. 2. Tawassul yang dilarang: Yaitu tawassul yang tidak ada syari’atnya dari Allah dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti bertawassul dengan orang yang sudah mati yang ia meminta darinya kekuatan dan bantuan. Maka tawassul seperti ini haram hukumnya berdasarkan ijma’ para Ulama, walaupun tawassul mereka itu kepada para nabi atau para wali.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa saja syarat diterimanya amal di sisi Allah? Jawab: Katakanlah: Suatu amal itu tidaklah diterima di sisi Allah sehingga terpenuhi padanya dua syarat: Syarat Pertama: Amal tersebut dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠﭼ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5) Syarat Kedua: Amal tersebut dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalilnya firman allah ta’aala:
ﭽ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸﭹﭼ
38
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali Imran: 31) Demikian juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ س َعلَْي ِو أ َْم ُرنَا فَ ُه َو َردّّ )) رواه مسلم َ (( َم ْن َعم َل َع َمالً لَْي “Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada (dasarnya) dalam islam, maka ia tertolak.” (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah cukup hanya dengan niat baik saja tanpa disertai dengan amal? Jawab: Katakanalah: Kedua hal tersebut harus terkumpul bersamaan, antara niat yang baik yaitu dengan mengikhlaskan amal karena Allah dan sesuai amal dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﰐ ﰑ ﰒ ﰓ ﰔ ﰕ ﰖ ﰗ ﰘ ﰙ ﰚ ﰛ ﰜﭼ “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. al-Kahf: 110) Dalam ayat ini Allah mensyaratkan diterimanya sebuah amal dengan adanya niat yang benar dan sesuai dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Niat yang benar itu bermanfa’at bagi pelakunya, akan tetapi diantara syarat iman itu mengharuskan adanya amal.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapa jeniskah hukum ziarah kubur bagi lakilaki? Jawab: Katakanlah: Ada dua jenis: 1. Ziarah kubur yang disyari’atkan, pelakunya diberi pahala: Yaitu ziarah kubur dengan tujuan mengingat akhirat. Sebagaimana sabda shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dahulu aku melarang kalian untuk ziarah kubur, ketahuilah! Berziarahlah kalian ke kubur, karena hal itu dapat mengingatkan kalian kepada akhirat.” (HR. Muslim)
39
Demikian pula termasuk ziarah yang disyari’atkan yaitu berziarah kuburan kaum muslimin untuk mengucapkan salam kepada penghuninya serta mendo’akan mereka . 2. Ziarah kubur yang tidak disyari’atkan, pelakunya berdosa: Yaitu ziarah yang bertujuan untuk meminta pertolongan kepada penghuni kubur, meminta bantuan dan kekuatan kepada mereka. Perbuatan ini termasuk syirik besar, sesuai dengan firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣﭼ “Demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka akan mengingkari kemusyrikanmu, dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fatir: 13-14)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa yang kamu ucapkan ketika berziarah kubur? Jawab: Katakanlah: Saya mengucapkan apa yang telah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabatnya ketika berziarah kubur mereka mengucapkan:
ِ ِ السالَ َعلَْي ُ م َدار قَ وِ ال )) اا اهللُ ََّل ِح ُق ْو َن ُ َّ (( َ َ ْم ْؤمن ْي َن َوأََا ُك ْم َّما ُ ْو َع ُد ْو َن غَ ًدا ُم َؤ َّ لُ ْو َن َوإِنَّا إِ ْن ُ ْ َ ْ رواه مسلم “Keselamatan untuk kalian penghuni kubur orang-orang mukmin, telah datang kepada kalian apa yang dijanjikan nanti di akhirat, sesungguhnya kami insyaa Allah akan menyusul.” (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukumnya kita mendekatkan diri kepada Allah dengan berdo’a di sekitar kubur orang-orang shaleh? Jawab: Katakanlah: Berdo’a kepada Allah di sekitar kubur orang-orang shaleh itu termasuk bid’ah yang diada-adakan, merupakan hal yang bisa mengantarkan kepada kesyirikan. Telah datang keterangan dari Ali bin Husain ketika ia melihat seseorang yang berdo’a kepada Allah di
40
sekitar kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia pun melarangnya sembari berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tanya: Apakah hukumnya seseorang yang menjadikan orang yang telah meninggal sebagai perantara antara dia dengan Allah ta’aala dalam mewujudkan permintaannya? Jawab: Perbuatan ini termasuk syirik besar, karena Allah ta’aala mencela orang yang menjadikan perantara antara Allah dengannya. Sebagaimana firman-Nya tentang mereka:
ﭽ ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯﭼ “Dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus: 18) Juga firman Allah ta’aala tentang mereka yang mengatakan perantara mereka:
ﭽ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖﭼ “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada dengan sedekat-dekatnya.” (QS. az-Zumar: 3)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah boleh hukumnya thawaf di selain Ka’bah? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh hukumnya tawaf di selain Ka’bah; karena Allah ‘azza wa jalla mengkhususkan thawaf di Baitullah al-Haram (Ka’bah), sebagaimana firman-Nya:
ﭽﮱ ﯓ ﯔﭼ “Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS. al-Hajj: 29) Allah ta’aala tidak mengizinkan melakukan thawaf di selain Baitullah (Ka’bah). Jika dengan thawafnya itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada makhluk, baik hidup ataupun mati, maka hal ini termasuk syirik besar yang mengeluarkannya dari islam; karena thawaf termasuk
41
ibadah, sedangkan memalingkan ibadah atau sebagiannya kepada selain Allah, maka termasuk syirik.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah boleh hukumnya mengadakan perjalanan (safar) menuju tempat-tempat ibadah selain masjid yang tiga? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh hukumnya mengadakan perjalanan dengan tujuan ibadah kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِِ ِِ ِِ ِ ِ ْص )) رواه ُ الر َح ّْ (( ََّل ُ َ ُّد َ ْح َراِ َوَم ْس د ْاْلَق َ َم ْس د ْي َى َذا َوَم ْس د ال:اا إََِّّل إِلَ ثَالَثَة َم َسا َد مسلم “Janganlah engkau mengadakan perjalanan (dengan tujuan ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Nabawi), Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha.” (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hadits-hadits berikut ini derajatnya shahih ataukah kedustaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Seorang wali itu jika ia mengatakan terhadap sesuatu “kun!” maka jadilah ia”
) ُ( َم ْن ا ْعتَ َق َد فِ ْي َ ْي ٍا نَ َف َو “Barangsiapa yang berkeyakinan terhadap sesuatu maka ia akan memberika manfa’at kepadanya.” Jawab: Katakanlah: Semua hadits-hadits diatas merupakan kedustaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanyalah Dan yang mengatakan kepada sesuatu “kun faykun” hanyalah Allah semata, tidak ada yang mampu melakukan hal tersebut, apakah itu para nabi ataukah para wali. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴﭼ “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yaasiin: 82)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah napak tilas peninggalan orang-orang shaleh serta mencari berkah dari mereka itu termasuk ibadah ataukah bid’ah? Jawab: Perbuatan ini semuanya termasuk bid’ah (sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada tuntunanya dalam syari’at), karena para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencari berkah dengan peninggalan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radiyallahu ‘anhum serta tidak napak tilas peninggalan-peninggalan mereka (berupa benda) padahal mereka itu umat yang paling utama setelah para nabi, karena mereka mengetahui bahwa hal tersebut hanya khusus untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masa hidupnya. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu belaiu menebang pohon Bai’atur-Ridhwan karena khawatir dijadikan tempat untuk mencari berkah dari pohon tersebut. Para shahabat adalah orang yang paling bersegera serta semangat dalam kebaikan, jikalah mencari berkah dengan para wali dan peninggalanpeninggalannya adalah ibadah, maka para shahabatlah yang akan mendahului kita dalam melakukannya !
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukumnya menghukumi seseorang dengan surga atau neraka ? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh hukumnya menghukumi seseorang baik dengan surga ataupun neraka, kecuali dengan nash (keterangan dari Al-Qur’an atau Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang datang berkenaan dengan hal itu. Akan tetapi diharapkan untuk orang yang berbuat baik baginya pahala, dan ditakutkan bagi pelaku kejelekan itu siksa.
43
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah seorang muslim dengan sebab maksiatnya dihukumi dengan kekufuran? Jawab: Katakanlah: Seorang muslim dengan sebab maksiatnya tidaklah dihukumi dengan kekufuran, akan tetapi ia tetap dalam keimanannya, dan termasuk orang yang bertauhid yang bermaksiat selama belum terjerumus pada Kufur Akbar atau Syirik Akbar atau Nifak Akbar.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah perbuatan hamba itu (makhluk) ciptaan Allah? Jawab: Katakanlah: Ya, perbuatan hamba itu termasuk makhluk ciptaan Allah dan merupakan usaha hamba tersebut. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒﭼ “Allah menciptakan segala sesuatu” (QS. az-Zumar: 62) Sesungguhnya Allah menciptakan perbuatan seluruhnya, baik itu kebaikan atau kejelekan sebagai cobaan dari-Nya. Adapun Dalil bahwasannya perbuatan hamba itu bagian dari usahanya yaitu firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣﭼ “Ia mendapatkan pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapatkan siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. al-Baqarah: 286)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah boleh hukumnya menguburkan mayit di dalam masjid atau membangun masjid di atas kuburan? Jawab: Katakanlah: Perbuatan itu termasuk hal yang diharamkan. Jika kuburan itu disembah selain Allah, atau berdo’a kepadanya, atau meminta kekuatan dan pertolongan darinya, maka hal ini termasuk Syirik Akbar. Tapi apabila tidak ada jenis ibadah yang dipalingkan kepada selain Allah dari hal do’a dan yang lainnya, maka ini termasuk bid’ah yang sangat berbahaya dan jalan yang dapat mengantarkan terjerumusnya kedalam kesyirikan. Adapun masjid yang dibangun diatas kuburan hukumnya tidak boleh shalat di dalamnya serta hukum membangunnya diharamkan. Dari ummul mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika beliau sakit menjelang wafatnya: ”Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nashrani yang menjadikan kuburan para nabi
44
mereka sebagai masjid.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata sebagai kecaman terhadap apa yang mereka perbuat. (HR. Bukhari Muslim) Dari sahabat Jundab bin Abdillah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannaya ia bersabda lima hari sebelum wafatnya: “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian ada yang menjadikan kuburan para nabi mereka dan kuburan orang shaleh diantara mereka sebagai masjid. Ketahuilah! Maka janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, karena aku melarang akan hal itu.” (HR. Muslim) Apabila ada masjid dibangun diatas kuburan maka wajib untuk menghancurkannya, sedangkan apabila masjid tersebut dibangun diatas selain kuburan kemudian ada mayyit yang dikuburkan di dalamnya, maka masjid tidak dihancurkan, akan tetapi kuburan tersebutlah yang harus digali kembali untuk dikeluarkan mayit yang ada di dalamnya dan dipindahkan ke kuburan umum kaum muslimin.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukumnya membangun kuburan? Jawab: Katakanlah: Membangun kuburan hukumnya bid’ah yang diingkari, karena terdapat sikap berlebihan dalam mengagungkan mayyit yang ada didalamnya. Perbuatan seperti ini dapat mengantarkan kepada kesyirikan, maka wajib menghilangkannya jika memungkinkan, dan meratakannya dengan tanah sebagai penebus kebid’ahannya dan menutup jalan menuju kesyirikan. Tentunya dengan pengawasan dari waliyyul amr (pemerintahan setempat). Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abil Hayyaaj Hayyah bin Nashiif ia berkata: “berkata kepadaku Ali radhiyallahu ‘anhu: “Inginkah saya tunjukkan dengan apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan kepadaku: “Tidaklah engkau tinngalkan gambar kecuali engkau hapuskan, dan kuburan yang dibangun kecuali engkau ratakan (dengan tanah).”
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah Rasulullah shsllallahu ‘alaihi wa sallam dikuburkan pertama kalinya di dalam masjid? Jawab: Katakanlah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikuburkan pertama kalinya di kamar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang terletak di luar masjid selama lebih dari 80 tahun. Kemudian pada masa kekhalifahan Bani Umayyah terjadi perluasan Masjid Nabawi yang menyebabkan dimasukkannya kamar ‘Aisyah kedalam area masjid, dan tidak menerima larangan para ulama pada masa itu dalam hal memasukkan kamar kedalam area masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda memperingatkan akan bahayanya maembangun masjid diatas kuburan: “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian ada yang menjadikan kuburan para nabi mereka dan kuburan orang shaleh diantara mereka sebagai masjid. Ketahuilah! Maka janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, karena aku melarang akan hal itu.” (HR. Muslim)
45
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menjadikan masjid diatas kuburan dan yang menerangi kuburan dengan lampu sebagaimana diriwayatkan oleh rawi ahli sunan.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kuburnya itu hidup dan keluar menuju manusia dalam acara maulid nabi yang biasa disebut dengan “hadhrah”? Jawab: Katakanlah: Para Imam Madzhab yang empat sepakat bahwa para sahabat radhiyallahu ‘anhum tidaklah menguburkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga diyakini bahwa ruh dan jasadnya telah terpisah. Tidaklah masuk akal bahwa para sahabat menguburkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan ia masih hidup. Tidaklah ada nukilan dari seorangpun dari para sahabat atau imam madzhab yang empat bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju manusia setelah wafatnya dan sempurna dikuburkan. Maka barangsiapa yang mengaku bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju manusia dalam keadaan sadar (bukan dalam mimpi) maka ia adalah seorang pembohong dan telah mengada-ngada kebohongannya terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah pengertian bid’ah? Apa saja jenisnya? Bagaimana hukum masing-masing jenis tersebut? Dan apakah dalam islam ada bid’ah hasanah? Jawab: Katakanlah: Bid’ah ialah sesuatu yang dianggap ibadah oleh seorang hamba yang tidak ada landasan secara dalil syar’i. Bid’ah ada dua jenis: Pertama: Bid’ah yang menyebabkan kekufuran seperti orang yang thawaf di kuburan dengan niat mendekatkan diri kepada penghuni kubur. Kedua: Bid’ah yang menyebabkan pelakunya berdosa tapi tidak menyebabkan kekufuran seperti orang yang melaksanakan maulid untuk seorang nabi atau seorang wali. Dalam islam tidak ada “bid’ah hasanah”, karena semua bid’ah itu haram hukumnya, dengan dalil sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ َ(( إِيَّا ُكم وم ْح َدث ضالَلَ ٍة فِ ْي َ ضالَلَ ٍة )) ويف رواية (( َوُك َّل َ ات ْاْل ُُم ْوِر فَِإ َّن ُك َّل ُم ْح َدثٍَة بِ ْد َعةٌ ِوُك َّل بِ ْد َع ٍة َُ ْ النَّا ِر)) رواه اإلمام أمحد “Jauhilah oleh kalian membuat perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya membuat perkara baru dalam agama adalah bid’ah, seluruh bid’ah itu adalah sesat.” Dalam riwayat yang lain: “Seluruh kesesatan itu tempatnya di neraka.” (HR. Imam Ahmad)
46
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengecualikan sedikitpun dari bid’ah ini, semuanya diharamkan, pelakunya berdosa, tidak berpahala, tertolak amalannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam:
ِ س َعلَْي ِو أ َْم ُرنَا فَ ُه َو َردّّ )) رواه مسلم َ (( َم ْن َعم َل َع َمالً لَْي “Barangsiapa yang melakukan sebuah amal yang tidak ada tuntunannya dalam islam maka ia tertolak.” (HR. Muslim) Juga sabda shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ َ (( من أَح َد س ِم ْنوُ فَ ُه َو َردّّ )) متفق عليو ْ َْ َ ث ف ْي أ َْم ِرنَا َى َذا َما لَْي “Barangsiapa yang membuat-buat hal yang baru dalam islam yang tidak ada tuntunannya maka ia tertolak.” (HR. Bukhari Muslim) Maksud dari lafadz
) (أمرناyaitu Islam.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa yang difahami dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
(( من سن سنة حسنةyaitu barangsiapa yang beramal dengan
amal yang ada tuntunannya dalam islam, karena sebab adanya hadits ini yaitu mengajak untuk bersedekah, sedangakan sedekah itu sudah ada tuntunannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Kemudian juga yang mengatakan hadits mengatakan (( ٌضالَلَة َ
)) ً (( َم ْن َس َّن ُسنَّةً َح َسنَةbeliau pula yang
)) ُك ُّل بِ ْد َع ٍة: Seluruh bid’ah itu sesat.
Sunnah itu ada dasar tuntunannya dalam Al Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan bid’ah tidak ada dasar tuntunannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa yang difahami dari perkataan Umar radhiyallahu
‘anhu dalam shalat tarawih “ ُعة َ الِْ ْد
ِ ” نِ ْ م ت َ
(sebaik-baik bid’ah) dan diadakannya adzan kedua
pada hari jum’at pada masa Utsman radhiyallahu ‘anhuma?
47
Jawab: Katakanlah: Sesunggunya perkataan Umar radhiayallahu ‘anhu
ِ ” نِ ْ م “ ُت الِْ ْد َعة َ
(sebaik-baik bid’ah) maksudnya makna bid’ah secara bahasa, bukan secara syar’i. Karena Umar radhiyallahu ‘anhu tidak mengatakan kalimat tersebut kecuali dalam hal shalat tarawih yang pelaksanaanya telah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesuatu yang sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah disebut bid’ah secara syar’i. Adapun apa yang Utsman radhiyallahu ‘anhu lakukan itu termasuk dalam hal yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan kepada kita, yaitu untuk mengikuti Sunnahnya dan Sunnah Khulafa ar-Raasyidin sebagaimana sabda shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ )) الرا ِ ِديْ َن َّ سنَّتِ ْي َو ُسن َِّة الْ ُخلَ َف ِاا ُ (( َعلَْي ُ ْم ب “Ikutilah Sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Raasyidin.” Maka selain Khulafaur Rasyidin kita tidak diperintahkan untuk mengikuti sunnahnya, karena Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam hanya memerintahkan untuk mengikuti Sunnahnya dan Sunnah Khulafaur Rasyidin, dan tidak menyebutkan yang lainnya. Demikian pula para Sahabat memperingatkan akan bahaya bid’ah seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu kepada sebuah kaum yang melakukan bid’ah dzikir jama’i (dzikir bersama) yang menurut mereka bahwa hal tersebut tujuannya bagus, maka Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka: “Apakah ilmu kalian melebihi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, ataukah kalian ingin mendatangkan sebuah bid’ah yang gelap?” mereka pun berkata: “Tidaklah kami melakukan hal ini kecuali kami menginginkan kebaikan.” Maka Ibnu Mas’ud menjawab: “Tidakalah semua yang menginginkan kebaikan itu mendapatinya (sesuai dengan kebenaran).” (HR. ad-Darimi dalam sunannya) Telah datang juga dalam atsar Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata:
ِ ) ًَّاس َح َسنَة َ ( ُك ِّل بِ ْد َع ٍة ُ ضالَلَةٌ َوإ ْن ِر َىا الن “Seluruh bid’ah itu sesat, walaupun orang-orang menganggapnya sebuah kebaikan.” Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah memperingati Maulid Nabi itu termasuk sunnah atau bid’ah? Jawab: Katakanlah: Memperingati Maulid Nabi itu tidak ada keterangannya dalam Al-Quran dan tidak pula dalam As-Sunnah, tidak ada landasannya dalam dalil syar’i, tidak ada keterangan satu pun dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum, tidak pula seorang dari Imam Madzhab yang empat.
48
Pencetus pertama yang melakukan peringatan Maulid Nabi adalah Fathimiyyun setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa abad, sebagai bentuk penyerupaan dan ikut-ikutan kepada kaum Nashrani yang mengadakan Maulid Isa ‘alaihissalam. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan akan bahaya bid’ah dalam sabdanya:
ِ َ (( من أَح َد س ِم ْنوُ فَ ُه َو َردّّ )) متفق عليو ْ َْ َ ث ف ْي أ َْم ِرنَا َى َذا َما لَْي “Barangsiapa yang membuat-buat hal yang baru dalam islam yang tidak ada tuntunannya maka ia tertolak.” (HR. Bukhari Muslim) Serta riwayat dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tentang pengingkarannya terhadap sebuah kaum yang melakukan dzikir bersama (diatas).
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hukum mempelajari sihir atau memperaktekannya? Jawab: Katakanlah: Hukum mempelajari sihir dan memperaktekannya itu termasuk kekufuran. Berdasarkan firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗﭘ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡﭼ “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir) padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS. al-Baqarah: 102) Juga firman allah ta’aala:
ﭽ ﯽ ﯾ ﯿﭼ “Mereka percaya kepada jibt dan thaghut.” (QS. an-Nisa: 51) Al-jibt: yaitu sihir. Allah meyertakann antara jibt dan thaghut, sebagaimana iman kepada thaghut itu kufur, maka demikian pula sihir itu termasuk kekufuran. Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹﭼ
49
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.” (QS. al-Falaq: 4) Serta sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ الس ْع الْموبَِق ِ ِ )) ...ات ْ ُ َ َّ (( ا ْ تَن ُ ْوا “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan…” Disebutkan diantaranya sihir. Dari sahabat Jundab secara marfu’:
ِ الس )) ِ الس ْي َّ ِض ْربُوُ ب َّ (( َح ُّد َ اح ِر “Hukuman bagi tukang siihir adalah dipenggal dengan pedang” Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ث فِ ْي َها فَ َق ْد َس َح َر َوَم ْن َس َح َر فَ َق ْد أَ ْ ِر َا )) رواه مسلم َ (( َم ْن َع َق َد ُع ْق َدةً ثُ َّم نَ َف “Barangsiapa yang mengikat ikatan (buhul) kemudian menghembuskan (tiupan roh jahat) padanya, maka ia telah melakukan sihir. Barangsiapa yang berbuat sihir maka ia telah melakukan kesyirikan.” (HR. Muslim) Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ (( لَي َّن أ َْو ُ ُ ّْه َن لَوُ أ َْو َس َح َر أ َْو ُس ِح َر لَوُ )) رواه البزار َ س منَّا َم ْن َطَيَّ َر أ َْو ُطُيّ َر لَوُ أ َْو َ َ ه َ ْ “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang melakukan tathayyur (menganggap sial sesuatu) atau minta diramalkan sial untuknya, orang yang melakukan perdukunan atau meminta perdukunan untuknya, orang yang menyihir atau yang meminta disihirkan untuknya.” (HR. al-Bazzar) Dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu menulis surat penetapan untuk para hakim:
ِ اح ٍر وس ِ ِ ِ ) ٍاح َرة َ َ ( أَن اقْتُ لُ ْوا ُك َّل س “Hendaklah membunuh semua para penyihir, baik laki-laki ataupun perempuan” (Diriiwayatkan oleh Imam Bukhari)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah pada tukang sihir itu ada manfa’at atau kebaikan?
50
Jawab: Katakanlah: Tidak ada kebaikan dan tidak ada manfa’at dari tukang sihir, sesuai dengan firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊﭼ “Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (QS. Thaahaa: 69)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah yang dilakukan tukang sulap berupa atraksi menusuk diri dan memakan benda-benda keras itu termasuk sihir dan sulap belaka ataukah kejadian sebenarnya dan karomah? Jawab: Katakanlah: Apa yang mereka lakukan itu termasuk praktek sihir yang membuat pandangan mata manusia seakan-akan bayangan semu (halusinasi), seprti yang dilakukan tukang sihir pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam, dan terbayang oleh Nabi Musa seakan-akan tali-tali tukang sihir itu bergerak cepat, padahal sebenarnya tidak bergerak sama sekali. Sebagaimana firman allah ta’aala:
ﭽ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪﭼ “Terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.” (QS. Thaahaa: 66) Kalaulah dibacakan dihadapan mereka Ayat Kursi dan dua surat Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas), akan gagalah praktek sihir dan sulap mereka dengan izin Allah ta’aala. Sedangkan karamah itu tidaklah diberikan kecuali untuk orang-orang shaleh yang bertauhid yang menjauhkan dirinya dari bid’ah dan khurafat. Pengertian karamah itu sendiri ialah kebaikan yang diterima oleh seoang mukmin atau tertolaknya kejelekan darinya. Dan ini tidak mesti menjadi pertanda bahwa ia lebih utama dari orang-orang mukmin lainnya.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah boleh hukumnya pergi ke tukang sihir untuk niat berobat? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh hukumnya pergi ke tukang sihir laki-laki ataukah perempuan, sebagaimana larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah ini. Dalilnya yaitu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang nusyrah, yaitu menangkal sihir dengan sihir sejenisnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Nusyrah itu termasuk perbuatan syaitan.” (HR. Abu Dawud)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah boleh hukumnya pergi ke dukun, tukang ramal, tukang sihir, orang yang membaca pada cangkir atau telapak tangan dan orang yang mengaku mengetahui ilmu masa depan? Jawab: Katakanlah: Hukum kita pergi dan bertanya kepada mereka itu haram. Wajib hukumnya kita menjauhkan diri dari mereka dan dari membenarkan perkataan mereka. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِ ص َّدقَوُ بِ َما يَ ُق ْو ُا فَ َق ْد َك َف َر بِ َما أَنْ َ َا َعلَ ُم َح َّم ًد َلَّ اهللُ َعلَْيوَ َو َسلَّ َم َ َ(( َم ْن أََ َع َّرافًا أ َْو َكاىنًا ف )) رواه أىل السنن “Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian ia membenarkan apa ia katakan, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (Al-Qur’an).” (HR. Ahlus- Sunan) Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
(( َم ْن أََ َع َّرافًا فَ َس َلَوُ َع ْن َ ْي ٍا لَ ْم ُ ْقَ ْل لَوُ َ َالةُ أ َْربَِ ْي َن لَْي لَةً )) رواه مسلم “Barangsiapa mendatangi tukang ramal, kemudian ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidaklah diterima shalatnya empat puluh malam.” (HR. Muslim)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Tindakan apakah yang dilakukan untuk melindungi diri dari kejahatan sihir sebelum dan setelah terjadinya ? Jawab: Katakanlah: Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan dzikir pagi dan petang, terutama do’a berikut ini:
ِ (( بِس ِم الس ِم ْي ُع الْ َلِ ْي ُم )) ثالث َّ الس َم ِاا َو ُى َو َّ اس ِم ِو َ ْياٌ فِ ْي اْل َْر ِ َوََّل فِي ُ َاهلل الَّ ِذ ْي َّلَ ي ْ ض ُّر َم َع ْ مرات صباحا و مساء “Dengan menyebut nama Allah Yang tidak bisa memberikan madharrat bersama nama-Nya sesuatu apapun di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dibaca 3 kali pagi dan sore.
52
ِ َّام ِ ات ِ (( أَعُو ُ بِ َ لِم )) ات ِم ْن َ ّْر َما َخلَ َق َّ اهلل الت ْ َ “Aku berlindung dengan Kalimat Allah Yang Sempurna dari kejahatan makhluk.” Adapun untuk penjagaan untuk anak, ucapkanlah:
ِ ٍ ََّام ِة ِمن ُك ّْل َ ْيط ِ ِ ِ )) ان َو َى َّام ٍة َوِم ْن ُك ّْل َع ْي ٍن ََّل َّم ٍة ْ َّ (( أُع ْي ُذ ُك ْم بِ َ ل َمات اهلل الت “Aku berlindung untuk kalian dengan Kalimat Allah Yang Sempurna dari seluruh syaitan dan binatang yang berbisa, dan dari ‘ain yang jahat.” Dan bacalah surat al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas) 3 kali setiap pagi dan sore, Ayat Kursi dan dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah pada malam hari. Adapun tindakan setelah terjadinya sihir ialah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan do’ado’a yang warid di dalam As-Sunnah kepada orang yang terkena sihir tersebut.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah hadits berikut ini shahih atau dusta?
) الس ْح َر َوََّل َ ْ َملُ ْوا بِ ِو ّْ ( َ َلَّ ُم ْوا “Pelajarilah olehmu sihir, tapi jangan engkau praktekkan ia.” Jawab: Katakanlah: Ini merupakan kedustaan kepada Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana mungkin Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jelas-jelas melarang perbuatan sihir, kemudian mengajak untuk mempelajarinya !!!
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Bolehkah kita berkeyakinan bahwa bintang-bintang itu mempunyai pengaruh terhadap alam ini dalam mendatangkan kebaikan atau menolak keburukan? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh hukumnya kita berkeyakinan seperti itu, karena bintangbintang itu tidak ada berpengaruh. Keyakinan seperti itu termasuk kesyirikan, berdasarka sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits qudsi:
“Sesungguhnya Allah ta’aala berfirman: “Barangsiapa berkata: “ Kami diberi hujan karena keutamaan Allah dan rahmat-Nya,” maka dia telah beriman kepada-Ku, kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan barangsiapa yang berkata: “Kami diberi hujan karena bintang ini dan itu,” Maka ia telah kufur kepada-Ku, beriman kepada bintang-bintang.” (HR. Bukhari Muslim) Masyarakat Jahiliyyah dahulu berkeyakinan bahwa bintang-bintang itu punya pengaruh untuk mendatangkan hujan.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Bolehkah berkeyakinan bahwa jenis bintang tertentu seperti bintang aquarius ataupun yang lainnya punya pengaruh bagi manusia terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang? Jawab: Katakanlah: Tidak boleh hukumnya berkeyakinan seperti itu, karena ilmu ghaib itu merupakan kekhususan Allah. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰﭼ “Katakanlah: “Tidak ada seorangpun dilangit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (QS. an-Naml: 65) Karena Allah sajalah yang bisa mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan. Barangsiapa yang berkeyakinan bahwa bintang tertentu itu mempunyai pengaruh, maka ia telah kafir.
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah kita wajib berhukum dengan apa yang Allah turunkan? Jawab: Katakanlah: Wajib kepada kaum muslimin semuanya berhukum dengan apa yang Allah turunkan. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯾ ﯿ ﰀﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉﭼ “Apakah hukum Jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin.” (QS. al-Maidah: 50)
Tanya: Apabila ditanyakan kepadamu: Bagaimana hukumnya orang yang mencemooh kepada Allah, Ayat-Nya, rasul-Nya atau agama islam?
54
Jawab: Katakanlah: \barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia telah kafir. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭼ ﭽ ﮋﮌﮍ ﮎﮏ ﮐﮑﮒﮓﮔﮕ ﮖﮗ “Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolokolok?” Tidak usah minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. at-Taubah: 65-66)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Apa saja syarat ”Laa ilaaha illallah” ? Jawab: Katakanlah: Syaratnya ada tujuh, yaitu: 1. Ilmu, dengan makna nafyi (meniadakan) dan itsbaat (menetapkan). Sekiranya hati mengetahui apa yang diucapkan lisan. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﰊ ﰋ ﰌ ﰍ ﰎ ﰏﭼ “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.” (QS. Muhammad: 19) Juga firman Allah Yang Maha Suci:
ﭽ ﯩ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯﭼ “Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang haq (tauhid) dan mereka meyakini(nya).” (QS. az-Zukhruf: 86) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:
(( من مات وىو ي لم أن َّل إلو إَّل اهلل دخل ال نة )) رواه مسلم “Barangsiapa mati sedangkan ia mengetahui (makna) Laa ilaaha illallah, maka ia masuk surga” (HR. Muslim) Makna “La ilaaha illallah” yaitu Tidak ada Tuhan Yang Berhak Diibadahi melainkan Allah. Ibadah maknanya yaitu segala sesuatu yang Allah cintai dan Ia ridhai, baik dari perkataan ataupun perbuatan, yang nampak ataupun yang tersembunyi. 2. Yakin, yaitu sempurnanya ilmu tentang “Laa ilaaha illallah” yang dapat menghilangkan keraguan, atau keyakinan yang pasti yang tidak menerima keraguan. Allah ta’aala berfirman:
55
ﭽ ﮬ ﮭﮮﮯﮰﮱ﮲﮳﮴ ﮵﮶﮷ ﮸ ﮹ ﮺﮻ ﮼ ﮽ ﮾ ﮿ﭼ “Sesungguhnya oraang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujuraat: 15) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Barangsiapa berkata: “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang haq diibadahi selain Allah, dan Aku (Muhammad) adalah utusan Allah, maka tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan dua kalimat tersebut tanpa ada keraguan padanya, kecuali ia masuk surga.” (HR. Muslim) 3.
Ikhlas, yang menghilangkan kesyirikan. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉﭼ “Ingatlah, hanya kepunyaan Alla-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. azZumar: 3) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠﭼ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’aatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat yaitu yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR. Bukhari) 4. Mahabbah (cinta) terhadap kalimat “Laa ilaaha illallah” serta hal yang menunjukkan padanya, juga perasaan senang dengan hal itu. Allah ta’aala berfirman:
56
ﭽ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍﭼ “Dan diantara manusia ada yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. al-Baqarah: 165) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Ada tiga hal apabila terkumpul, maka ia akan merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari yang lainnya, seseorang yang mencintai saudaranya karena Allah dan ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan kedalam api.” (HR. Muslim)
5. Sidq (jujur, benar) yang menghilangkan kidzb (kebohongan) yang mencegah dari kemunafikan. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﯕ ﯖ ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛﭼ “Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-‘Ankabuut: 3) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬﭼ “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. az-Zumar: 33) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa mati, sedangkan ia bersaksi bahwa tiada tuhan yang haq diibadahi selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam utusan Allah dengan sebenar-benarnya keluar dari lubuk hatinya, maka ia masuk surga.” (HR. Ahmad)
57
6. Pasrah terhadap hak-hak kalimat “Laa ilaaha illallah”, yaitu perbuatan yang wajib dilakukan dengan ikhlas karena Allah serta mengharapkan ridha-Nya. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﯜ ﯝ ﯞ ﯟ ﯠﭼ “Dan kembalilah kamu kepada Allah, dan berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. azZumar: 54) Juga firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓﭼ “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh.” (QS. Luqman: 22) 7. Sikap Menerima yang menghilangkan sikap menolak. Terkadang orang yang mengetahui kalimat ini mengatakannya, tapi ia tidak menerima ketika ada orang mengajak untuk bertauhid, sebagai sikap ta’assub (fanatik) dan takabbur (menyombongkan diri) darinya. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜﭼ “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.” (QS. as-Shaaffaat: 35)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Ada berapakah pembatal keislaman itu? Jawab: Katakanlah: Pembatal keislaman itu ada sepuluh, antara lain: 1. Melakukan kesyirikan dalam beribadah kepada Allah. Firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐﭼ “Sesungguhnya Allah tidak menampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. an-Nisa: 116) Juga firman Alllah ta’aala:
58
ﭽ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉﮊﭼ “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.” (QS. al-Maidah: 72) Diantara perbuatan syirik yaitu berdo’a kepada orang-orang yang telah mati, istighatsah (minta pertolongan) kepada mereka, bernadzar dan menyembelih untuk mereka seperti orang yang menyembelih untuk jin atau kubur. 2. Orang yang menjadikan rantara antara dia dengan Allah, ia berdo’a kepadanya, meminta syafa’at kepadanya, serta bertawakkal kepadanya. Maka ia telah kafir secara sepakat. Allah ta’aala berfirman:
ﭽ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓﭼ “Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya.” (QS. Jin: 20)
3. Orang yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu akan kekufurannya, atau membenarkan jalan yang ia tempuh, maka ia telah kafir; karena sikap ridha dengan kekufuran itu sebuah kekufuran pula, karena ia menyetujui kekufuran tersebut dan tidak ada sama sekali pengingkaran dalam hatinya, maka seakan-akan ia menyetujuinya. 4. Orang yang berkeyakinan bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu lebih sempurna dari petunjuknya, atau hukum selain hukum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu lebih baik dari hukumnya, seperti orang mengutamakan hukum thaghut daripada hukum Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah kafir secara sepakat. 5. Orang yang membenci suatu hal yang datang dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun ia mengamalkannya, maka ia telah kafir. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﯦ ﯧ ﯨ ﯩ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮﭼ “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci dengan apa yang diturunkan Allah (Al Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9)
59
6. Orang yang mengolok-olok sesuatu dari agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mengolok-olok pahala dan siksa, maka ia telah kafir. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮋﮌﮍ ﮎﮏ ﮐﮑﮒﮓﮔﮕ ﮖ ﮗﭼ “Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. at-Taubah: 65-66) 7. Perbuatan sihir, termasuk asshorfu (sihir yang bisa memisahkan antara suami dan isterinya) dan al’athfu (sihir yang bisa menumbuhkan rasa cinta antara lawan jenis ). Maka barangsiapa yang melakukan sihir atau ridha denganya, maka ia telah kafir. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴﭼ “Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” (QS. al-Baqarah 102) 8. Mendukung orang-orang musyrik dan membantunya dalam mengalahkan orang-orang muslim. Dalilnya firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫﭼ “Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk mereka. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Maidah: 51) 9. Orang yang berkeyakinan bahwa sebagian manusia boleh keluar dari syari’at Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana khadhir keluar dari syari’at Musa ‘alaihissalam, maka ia (yang berkeyakinan seperti ini) telah kafir.
10. Berpaling dari agama Allah, ia tidak mempelajarinya mengamalkannya. Dalilnya firman Allah ta’aala:
60
serta
tidak
ﭣﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩﭼ ﭤ ﭽ ﭛﭜﭝﭞ ﭟﭠ ﭡ ﭢ “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkandengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. as-Sajdah: 22)
Tanya: Apabila dikatakan kepadamu: Siapakah rasul pertama dan terakhir? Dan siapakah manusia yang paling utama setelah derajat para nabi? Jawab: Katakanlah: Rasul pertama (yang diutus oleh Allah) ialah Nuh ‘alaihissalam, dan diakhiri olen Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia paling utama setelah para nabi ‘alaihimussalam adalah para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Sahabat yang paling utama adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali radhiyallahu ‘anhum, kemudian sahabat yang lainnya radhiyallahu ‘anhum ajma’iin. Semua sahabat ridha dengan kekhilafahan sahabat yang empat, mereka mencintai satu sama lain, oleh sebab itu Ali radhiyallahu ‘anhu membeir nama putera-puteranya dengan nama khalifah sebelumnya; yang satu namanya Abu Bakar, kemudian Umar, dan Utsman. Maka Bohonglah orang yang mengatakan bahwa para sahabat itu tidak mencintai orang-orang mukmin dari Ahlil Bait.
Tanya: Jika dikatakan kepadamu: Apakah kewajiban kita terhadap para sahabat radhiyallahu ‘anhum, dan apa hukum mencaci salah seorang dari mereka? Jawab: Katakanlah: Wajib bagi kita mencintai mereka, menghormati mereka dan mendo’akan keridhaan bagi mereka semuanya tanpa terkecuali. Sebagaimana firman Allah ta’aala:
ﭽ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽﭼ “Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.” (QS.al-Mujaadilah: 22) Wajib pula mencintai Ummahaatul mukminin (isteri-isteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai ibu bagi kaum mukminin) serta mengagungkan mereka. Haram hukumnya mencaci salah satu dari mereka; karena perbuatan itu termasuk dosa besar, sebagaimana firman Allah ta’aala:
61
ﭽ ﯞ ﯟﭼ “Dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS.al-Ahzab: 6) Semua isteri Nabi itu adalah ibu bagi kaum mukminin; karena Allah tidak mengecualikan satupun dari mereka. Dalam hadits Abi Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ََن أَح َد ُكم أَنْ َف َق ِمثْل أُح ٍد َ َى ا ما ب لَ َغ م ُّد أَح ِد ِىم وَِّل ن ِ ص ْي َفوُ )) رواه ْ َ َّ سُّ ْوا أَ ْ َحاب ْي فَ لَ ْو أ َْ َ ُ َ َ ً ُ َ ُ َ (( ََّل البخاري ومسلم “Janganlah kalian mencela sahabatku; karena kalaulah salah seorang diantara kalian berinfak berupa emas sebesar gunung uhud, maka tidaklah menyamai infak para sahabat satu mud bahkan (tidak pula) separuhnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Tanya: Kalau dikatakan kepadamu: Apakah ancaman hukuman bagi orang yang mencela salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mencela salah satu Ummahaatul Mukminin ? Jawab: Katakanlah: Ancaman hukumannnya adalah dijauhkannya ia dari rahmat Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ُ(( من س َّ أَ ْ حابِي فَ لَْي ِو لَ ْ نَة ِ اهلل َوال َْمالَاِ َ ِة َوالن َّاس أَ ْ َم ِ ْي َن )) رواه الطرباين َ ْ َ َ َْ “ Barangsiapa mencela sahabatku, maka baginya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya.” (HR. Thabrani) Maka wajib hukumnya mengingkari dengan sangat kepada orang yang mencela salah seorang dari sahabat atau salah satu dari Ummahaatul Mukminin radhiyallahu ‘anhum ajma’iin.
Tanya: Jika dikatakan kepadamu: Dalam firman Allah ta’aala:
ﭽ ﮫﮬﮭﮮﮯ ﮰﮱ﮲﮳﮴﮵ ﮶ ﮷ ﮸ ﮹ ﮺ﭼ
62
“ Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapatkan Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisaa: 64) Apakah bisa difahami bolehnya memohon istighfar dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun setelah beliau wafat? Jawab: Katakanlah: Memohon istighfar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu khusus ketika beliau hidup, tidak setelah beliau wafat. Tidak ada keterangan dari para sahabat radiyallahu ‘anhum dalam sebuah hadits pun bahwa mereka memohon istighfar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat. Ketika Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendo’akannya serta memohonkan untuknya ampunan setelah ia wafat, maka Nabi berkata kepadanya: “ Jikalah saya hidup, maka aku akan mohonkan untukmu ampunan dan akan mendo’akanmu” sebagaimana dalam shahih Bukhari. Maka hadits ini menafsirkan ayat diatas bahwasnnya memohon ampunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu khusus ketika beliau hidup, dan tidak dilakukan setelah beliau wafat.
63
PENUTUP Demikianlah apa yang bisa kami kumpulkan dari pernyataan Imam Madzhab yang Empat beserta para pengikutnya dalam keyakinan mereka yang sesuai dengan manhaj (cara beragama) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah keharusan bagi engkau wahai saudaraku seislam baik laki-laki ataupun perempuan untuk berpegang teguh kepada kebenaran, mendakwahkannya, serta menghindari perbuatan syirik, menghindari sarana-sarana yang bisa mengantarkan kepada perbuatan syirik serta menghindari dari bentuk-bentuk kesyirikan tersebut. Jagalah dirimu supaya tidak termasuk ke dalam oarng-orang yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ِاعةُ حتَّ َلْح ُق قَ ااِل ِمن أ َُّمتِي بِالْم ْ ِركِ ْين وحتَ َ ْ ُد َقاا )) ب ُل ِم ْن أ َُّمتِ ْي ْاْل َْوثَا َن َّ ُ (( َوََّل َ ُق ْو َ ُ َ َ الس ََ ُ ْ ْ ُ َ َ إسناده صحيح على شرط مسلم “ Tidaklah terjadi hari kiamat sampai sekelompok orang dari umatku termasuk kedalam orang-orang musyrik, dan sekelompok dari umatku (yang lainnya) menyembah berhala” (Sanad hadits ini shahih sesuai dengan syarat Imam Muslim) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berdo’a kepada Tuhannya supaya tidak menjadikan kuburannya tempat untuk berdo’a, memohon pertolongan serta memohon syafa’at sebagaimana dilakukan oleh orang-orang awam disekitar kuburan para nabi, orang-orang shalih, maka Nabi bersabda:
ِ ض اهلل َعلَ قَ ْوٍ اَّ َخ ُذ ْوا قُ ُ ْوَر أَنِْيَااِ ِه ْم َم َسا ِ َد )) رواه ُ َّ(( ال َ َ َله َّم ََّل َ ْ َ ْل قَ ْ ِر ْي َوثَنًا يُ ْ َد ا ْ تَ َّد غ مالك يف املوطأ “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku ini sebagai berhala yang disembah. Sangatlah besar murka Allah kepada kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Imam Malik dalam al-Muwattha) Hindarilah pula olehmu hadits-hadits dha’if (lemah) atau dusta (palsu) yang menyelisihi kebenaran yang dibawa oleh Imam Madzhab yang Empat rahimahumullahu ta’aala. Semoga shalawat dan salam tercurahkan selalu kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, serta sahabatnya semua.