IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE JIGSAW TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(PTK Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014)
Naskah Publikasi Pendidikan Matematika
DEWI AMBIKA TATA SETIANINGSIH A410100081
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos 1 – Pabelan, Kartasura Telp (0271) 717417 Fax: 715448 Surakarta 57102 Website: http://www.ums.ac.id Email:
[email protected]
: Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi : Nama
: Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom
NIP
: 196107221985031003
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi (tugas akhir) dari Mahasiswa : Nama
: Dewi Ambika Tata Setianingsih
NIM
: A 410 100 081
Program Studi
: PendidikanMatematika
Judul Skripsi
: Implementasi
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Jigsaw
Terhadap Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap MTs Muh 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014) Naskah artikel tersebut, layak dapat disetujui untuk di publikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 25 November 2014 Pembimbing
Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom NIP. 196107221985031003
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE JIGSAW TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Bagi Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh: Dewi Ambika Tata Setianingsih1 dan Budi Murtiyasa2 1
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,
[email protected] 2
Staff Pengajar UMS Surakarta,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah guru yang memberikan tindakan kelas dan penerima tindakan adalah siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah 2 Karangnayar berjumlah 36 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi metode. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terjadi dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika. Indikator dari penelitian menunjukkan: Siswa bertanya kepada guru sebelum dilakukan penelitian ada 3 siswa (8,34%), pada siklus I ada 15 siswa (41,6%), dan pada siklus II ada 20 siswa (72,23%). Siswa menjawab pertanyaan dari guru sebelum adanya tindakan ada 4 siswa (11,11%), pada siklus I ada 13 siswa (36,11%), dan pada siklus II ada 24 siswa (66,67%).Siswa presentasi di depan kelas , sebelum adanya tindakan ada 2 siswa (5,56%), pada siklus I ada 8 siswa (22,33%), dan pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa (50%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Kata kunci : Jigsaw, Keaktifan, Hasil belajar
PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa dapat diceminkan melalui tingkat pendidikan bangsa tersebut. Hal itu dikarenakan pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi. Penggunaan model pembelajaran yang monoton dimungkinkan siswa akan mengantuk dan perhatiannya kurang karena membosankan. Seharusnya model pembelajaran harus bisa mengubah siswa yang pasif menjadi siswa yang aktif. Guru dituntut mampu menciptakan situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tingkat menengah pertama berdasarkan Permen Diknas No. 23 tahun 2006, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep, tetapi penggunaannya dalam pemecahan masalah matematika dan sikap menghargai matematika. Pembelajaran yang berbasis masalah yang mengaitkan permasalahan kehidupan sehari-hari, dapat mengembangkan berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan dalam pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah tidak hanya keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika saja, tetapi juga keterampilan yang akan dibawa dalam pemecahan masalah sehari-hari pada kehidupan siswa. Berdasarkan hasil observasi keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester genap MTs Muh 2 Karanganyar tahun 2013/ 2014 dengan jumlah siswa 36 sangat bervariasi. Masalah-masalah tersebut ditunjukkan oleh banyaknya siswa bertanya kepada guru sebelum dilakukan penelitian ada 3 siswa (8,34%), Siswa menjawab pertanyaan dari guru sebelum adanya tindakan ada 4 siswa (11,11%), Siswa presentasi di depan kelas , sebelum adanya tindakan ada 2 siswa (5,56%). Berdasarkan akar penyebab yang diuraian diatas, penyebab yang paling dominan yaitu guru dalam pembelajaran yang kurang bervariasi. Hal tersebut
mengakibatkan siswa kurang aktif dan kurang berani dalam belajar matematika. Berbagai usaha telah dilakukan oleh guru matematika di MTs Muh 2 Karanganyar untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi tidak mampu secara menyeluruh untuk mengatasi masalah itu. Guru menggunakan berbagai tindakan untuk mengatasi masalah tersebut tetapi hasilnya kurang optimal. Di mana siswa masih banyak kurang aktif dan berani terhadap mata pelajaran yang diajarkan sehingga dalam hasil belajar yang didapat di kelas terlihat. Salah satu cara alternatif tindakan untuk mengatasi permasalahan yang dikemukakan diatas yaitu menerapkan strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran adalah urutan langkah-langkah pelaksanaan pengajaran di kelas untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah strategi kooperatif tipe jigsaw. Sementara Jigsaw merupakan sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Berdasarkan
latar
belakang
di
atas,
timbullah
keinginan
untuk
mengadakan penelitian mengenai pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 2 Karanganyar.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dikategorikan sebagai bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena penelitian ini berupa suatu tindakan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mengatasi masalah rendahnya keaktifan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar pada suatu kelas dan hasil belajar siswa. Suharsimi Arikunto (2010: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 2 Karanganayar. Pemilihan tempat berdasarkan pertimbangan kemampuan memecahkan masalah matematika masih rendah dan belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 12 Mei 2014 sampai 22 Mei 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru MTs Muhammadiyah 2 Karanganyar. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII. Kelas tersebut berjumlah 36 siswa, terdiri dari 14 perempuan dan 22 laki-laki. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang meliputi tahap dialog awal, tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan monitoring, tahap refleksi, tahap evaluasi, dan tahap penyimpulan. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terjadi dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Analisis dari fokus penelitian ini ditunjukan pada siswa dari keaktifan dan hasil belajar siswa dengan indikator: 1) Keberanian siswa dalam bertanya, 2) Menjawab pertanyaan, 3) Berani presentasi di depan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan disini berisi tentang uraian dan penjelasan mengenai hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti dan bekerjasama dengan guru matematika kelas VIII MTs Muh 2 Karanganayar. Beberapa hal yang dijelaskan dalam pembahasan adalah sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian dan hipotesis tindakan. Selama proses penelitian, tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas adalah berupaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika dengan strategi kooperatif tipe jigsaw. Adapun permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah dengan strategi pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran matematika di kelas VIII MTs Muh 2 Karanganyar? 2. Apakah dengan strategi kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas VIII MTs Muh 2 Karanganyar?
Dalam rangka meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika, guru selalu melakukan pembenahan dalam melaksanakan tindakan pada kegiatan pembelajaran di kelas VIII. Dengan cara mengaktifkan belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keaktifan belajar dilihat dari siswa bertanya, siswa menjawab pertanyaan, dan siswa berani presentasi di depan kelas dapat meningkat apabila melibatkan siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan secara kolaboratif antara guru matematika kelas VIII sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai observer. Guru dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung menerapkan strategi koopearitif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika. Indikator yang digunakan sebagai tolak ukur agar tercapainya keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu : (1) siswa bertanya, (2) menjawab pertanyaan, (3) berani presentasi di depan kelas. Sedangkan indikator yang digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui hasil belajar matematika yaitu hasil evaluasi tentang materi Prisma dan Limas dengan KKM ≥ 75. Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dapat memperlancar jalannya pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: 1.
Keberanian siswa dalam bertanya Bertanya merupakan strategi pokok dalam pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi hasil akhir siswa dalam penilaian. Keaktifan juga dapat dilihat dari indikator keberanian siswa dalam bertanya, hal ini mengakibatkan siswa lebih berani dalam berpartisipasi di dalam kelas. Siswa juga diberi nilai tambahan untuk menunjang hasil akhir, sebagai penghargaan telah mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran di kelas.
Gambar 1. Latihan Soal Pada Gambar 1 guru memberi permasalahan soal yang berkaitan dengan materi prisma yaitu prisma tegak segitiga siku-siku di P. Jika panjang PQ = 5 cm, PR = 12 cm, dan tinggi prisma 8 cm, tentukan : a. Panjang QR, b. Keliling alas, c. Luas alas, disitulah siswa terdorong aktif saat guru memberi soal / permasalahan. Dari situ keberanian siswa untuk bertanya terdorong antara lain siswa bertanya :
Gambar 2. Siswa Mengajukan Pertanyaan Rizki : bu, apakah mencari panjang QR menggunakan rumus phytagoras? Guru
: iya nak, dari gambar sangat terlihat itu gambar segitiga sikusiku penyelesaian untuk mencari panjang QR dari soal di atas menggunakan rumus phytagoras disitu kamu bisa mengetahui jawabanya.
Andung
: Rumus phytagoras itu gimana, bu??
Guru
: Perhatikan gambarnya
A
b
c
C
a
B
Gambar 3. Segita Siku – Siku Pada gambar 3 Sisi AB disebut juga dengan sisi c, sebab berhadapan dengan sudut C. Sisi BC disebut juga dengan sisi a, sebab berhadapan dengan susut A. Sisi AC disebut juga dengan sisi b, sebab berhadapan dengan sudut B. Rumus untuk mencari panjang sisi segitiga siku- siku dengan menggunkan rumus phytagoras adalah sebagai berikut : Pada Gambar 3 Segitiga Siku – Siku Kuadrat sisi AB = kuadarat sisi AC + kuadarat sisi BC. Atau AB2 = AC2 + BC2 Rumus untuk mencari panjang sisi alas yaitu : BC2 = AB2 - AC2 Rumus untuk mencari sisi samping yaitu : AC2 = AB2 - BC2 Andung : Sekarang saya sudah paham bu, mencari panjang PQ dari soal di atas. Dwiki
: Bu, yang menunujukan luas alas pada gambar yang mana?
Guru
: Kamu perhatikan gambar prisma segitiga siku- siku tersebut kamu cermati dengan teliti yang menunjukan luas alas yang mana , kalau panjang PQ udah diketahui dan tinggi segtiga dah diketahui.
Dwiki
: oh iya bu, saya udah tau yang menunjukan luas alas nya berarti luas segitiga siku – siku.
Guru : iya benar sekali . Dalam penelitian ini keberanian siswa untuk bertanya bisa dikatakan meningkat, dapat dilihat dari sebelum tindakan ada 3 siswa (8,34%), pada siklus I
ada 15 siswa (41,6%), dan pada siklus II ada 26 siswa (72,2%). Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa setelah adanya tindakan, keaktifan siswa dalam indikator keberanian siswa bertanya dapat dikatakan meningkat setelah diterapkannya strategi kooperatif tipe jigsaw. 2.
Keberanian siswa menjawab pertanyaan Untuk meningkatkan keaktifan siswa agar keberanian siswa menjawab
pertanyaan guru memberi sebuah permasalahan yaitu setiap anak dibagi 2 kelompok yaitu kelompok ahli dan kelompok asal biar keberanian siswa terdorong untuk menjawab pertanyaan. Setiap kelompok menyelesaikan soal yang berkaitan tentang materi prisma dan limas, setelah kelompok masing-masing selesai mengerjakan. salah satu dari kelompok mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok bersama temen sejawatnya.
Gambar 5. Latihan Soal Pada gambar 5 menunjukan soal yang dikerjakan siswa yaitu apabila volume limas E.ABCD = 400 cm2 dan alas berupa persegi dengan panjang 10 cm, maka panjang EF adalah... cm.
Gambar 6. Hasil Evaluasi Siswa Pada gambar 6 hasil evaluasi dari siswa yaitu diketahui volume limas = 400 cm2, panjang = 10 cm. Ditanya : panjang EF ? Jawab : Vlimas = 400 = t
=
t
=
x La x t x 100 x t
= 12 cm pajang EF = = 12²
= √169
²
5²
13
²
√144
25
Dari hasil evaluasi siswa guru merasa puas karena dari permasalahan yang diberi guru siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar . Terlihat sudah banyak siswa yang antusias untuk menjawab pertanyaan. jawaban yang dikemukakan oleh teman sejawatnya, karena sudah tidak ada lagi kesalahan dalam menyelesaikan soal.
Setelah setiap kelompok selesai menyelessaikan soal yang diberikan guru, selanjutnya guru menunjuk salah satu dari kelompok asal maupun kelompok ahli. Setelah selesai mempresentasikan hasilnya didepan kelas guru mengajukan pertanyaan. Guru
: coba tunjukan terhadap teman – teman kamu gambar yang telah kamu tulis yang menujukan luas alasnya??
Lukman : iyah bu terimakasih atas pertanyaanya. Teman – teman bisa diperhatikan dari gambar itu diketahui bahwa alas dari limas adalah berbentuk persegi. Jadi dapat diselesaikan jika alasnya persegi maka dapat diketahui jawabanya kita langsung mencari luas alasnya = s x s. Jadi 10 cm x 10 cm = 100 cm2. Guru
: benar sekali apa yang disampaikan lukman. Selanjutnya dari kelompok lain siapa yang ingin mengajukan pertanyaan.!
Puji
: lukman coba jelaskan cara mencari panjang EF dari gambar limas tersebut . Terimakasih
Lukman : iya terimakasih atas pertanyaan tersebut saya lemparkan jawanya kkelompok saya yang akan disampaika oleh Riski. Riski
: perhatikan teman- teman untuk mencari panjang EF kita bisa lihat dari gambar tersebut bahwa bidang panjang EF berbentuk segitiga siku-siku, kita mencari panjang EF dengan rumus phytagoras. Jadi pajang pajang EF =
²+
²
= 12² + 5² = √144 + 25 = √169 = 13
Dalam penelitian ini keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru meningkat. Hal ini dapat dilihat dari sebelum tindakan ada 4 siswa (11,1%), pada siklus I meningkat menjadi 13 siswa (36,1%), dan pada siklus II ada 24 siswa (66,6%). Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa setelah adanya
tindakan keaktifan siswa dalam indikator keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dapat dikatakan meningkat secara signifikan setelah diterapkannya strategi koopearatif tipe jigsaw. 3.
Keberanian siswa dalam presentasi di depan kelas Dalam penelitian ini keberanian siswa dalam presentasi di depan kelas
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari sebelum tindakan ada 2 siswa (5,56%), pada siklus I ada 8 siswa (22,2%), dan pada siklus II meningkat ada 18 siswa (50%). 4.
Hasil evaluasi Prisma dan Limas dengan KKM ≥ 75 Hasil belajar siswa ini ditunjukkan bahwa sebelum tindakan ada 9 siswa
(25%), pada siklus I ada 15 siswa (41,6%), dan pada siklus II ada 26 siswa (83,34%). Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIIA mengalami peningkatan yang signifikan. Data – data yang diperoleh mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi Prisma dan Limas di kelas VIII dalam pembelajaran matematika yang telah dijabarkan di atas dari sebelum tindakan sampai dengan tindakan kelas siklus II dapat disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Keaktifan Siswa Indikator
Sebelum tindakan
Siswa bertanya
3 siswa
13 siswa
20 siswa
(10,8%)
(46,4%)
(71,2%)
4 siswa
10 siswa
18 siswa
Pertanyaan
(14,3%)
(35,7%)
(64,3%)
Siswa berani presentasi
2 siswa
5 siswa
17 siswa
didepan kelas
(7,14%)
(17,9%)
(60,7%)
Siswa menjawab
Siklus I
Siklus II
Adapun grafik peningkatan keaktifan siswa dengan beberapa indikator pada pembelajaran matematika materi Prisma dan Limas dari sebelum tindakan sampai tindakan kelas siklus II dapat digambarkan pada gambar 8.
Peningkatan Keaktifan Siswa Bnayaknya Siswa
80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0%
72,2% 66,7% Siswa bertanya
50,0%
41,6% 36,1%
Siswa menjawab pertanyaan
22,3%
Siswa presentasi di depan kelas
11,1% 8,3% 5,56% Sebelum Siklus
Siklus I
Siklus II
Tindakan
Gambar 8. Data Peningkatan Keaktifan Siswa Data – data yang diperoleh mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi Prisma dan Limas di kelas VIII dalam pembelajaran matematika yang telah dijabarkan dari sebelum tindakan sampai dengan tindakan kelas siklus II dapat disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Data Hasil Belajar Siswa Indikator
Hasil KKM ≥ 75
Sebelum tindakan
Siklus I
Siklus II
7 siswa
11 siswa
24 siswa
( 25% )
(39,3%)
(85,7%)
Adapun grafik peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII dengan indikator KKM ≥ 75 pada materi Prisma dan Limas dari sebelum tindakan sampai
Banyaknya Siswa
tindakan kelas siklus II dapat dilihat pada gambar 9.
100%
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan KKM ≥ 75 83,3%
80% 60% 44,5%
40% 20%
Hasil belajar ≥ 75
25%
0% Sebelum siklus
Siklus I
Siklus II
Tindakan
Gambar 9. Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Penelitian yang dilaksanakan peneliti sejalan dan didukung dengan penelitian para ahli. Van Dat Tran dan Ramon (2012) menyatakan bahwa strategi Jigsaw memberikan perbaikan secara signifikan pada prestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pembelajaran, siswa sangat menikmatinya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilaksanakan peneliti. Manuel Vargas, dkk (2011) melakukan penelitian berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai metode yang tepat digunakan dalam pengajaran mata kuliah statistik. Penelitian yang dilakukan oleh Naomi dan Johnson (2013) menunjukkan bahwa peserta didik diajarkan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik daripada diajarkan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hasil juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan gender yang signifikan dalam prestasi ketika peserta didik diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilaksanakan peneliti, yaitu pembelajaran kooperatif Jigsaw mempengaruhi prestasi siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini mendukung diterimanya hipotesis bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Indikator yang digunakan sebagai tolak ukur agar tercapainya keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu : (1) siswa bertanya, (2) menjawab pertanyaan, (3) berani presentasi di depan kelas. KESIMPULAN Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru matematika dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi kooperatif tipe jigsaw sebagai upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar matematika pada materi Prisma dan Limas dapat diambil beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Siswa bertanya kepada guru sebelum dilakukan penelitian ada 3 siswa (8,34%), pada siklus I ada 15 siswa (41,6%), dan pada siklus II ada 20 siswa (72,23%). 2) Siswa menjawab pertanyaan dari guru sebelum adanya tindakan ada 4 siswa (11,11%), pada siklus I ada 13 siswa (36,11%), dan pada siklus II ada 24 siswa (66,67%). 3) Siswa presentasi di depan kelas , sebelum adanya tindakan ada 2 siswa (5,56%), pada siklus I ada 8 siswa (22,33%), dan pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa (50%). 4) Meningkatnya hasil belajar siswa dengan adanya penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang nilai KKM ≥ 75 mencapai 83%, sebelum diadakan penelitian ada 7 siswa (25%), pada siklus I.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Mbacho, Naomi W. dan Johnson M. Changeiywo. 2013. “Effects of Jigsaw Cooperative Learning Strategy on Students’ Achievement by Gender Differences in Secondary School Mathematics in Laikipia East District, Kenya”. Journal of Education and Practice. 4(16): 55-63. Tran, Van Dat dan Ramon. 2012. “The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese Higher Education Classroom”. International Journal of Higher Education. 1(2): 9-20. Vargas, Manuel, dkk. 2011. “Cooperative Learning In Virtual Environments: The Jigsaw Method In Statistical Courses”. Journal of International Education Research. 7(5): 1-8.