PUTUSAN Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat banding dalam persidangan majelis telah menjatuhkan putusan dalam perkara cerai gugat sebagai berikut, antara : PEMBANDING, umur 40 tahun, agama Islam, Pendidikan S2, pekerjaan PEGAWAI NEGERI SIPIL, bertempat tinggal di KOTA TANGERANG SELATAN dalam hal ini memberikan Kuasa kepada Zulfansar Badaruddin, S.H., Ito Suhardi, S.H., Advokat dan Konsultan Hukum beralamat Kantor di Graha Permata Jalan Raya Kebayoran Lama, Nomor 101 Grogol Utara Kebayoran lama, berdasarkan
surat
kuasa
khusus
Nomor
83/KUASA/2412/2014/PA.Tgrs, tanggal 20 Februari 2014, semula disebut sebagai Tergugat sekarang Pembanding; Melawan TERBANDING, umur 35 tahun, agama Islam, Pendidikan Sarjana (S1) pekerjaan Wiraswasta,
bertempat
tinggal
di
KOTA
TANGERANG
SELATAN, dalam hal ini memberi Kuasa kepada Nandang Purnama, S.H., Iran Kamal Burhan, S.H., Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum “NIP & REKAN” yang beralamat di Perum Antariksa Permai Blok D5 Nomor 10, Bojong Nangka Gunung Putri, Kabupaten Bogor Telp (021) 29095399, berdasarkan
Surat
Kuasa
Khusus
Nomor
65/KUASA/2412/2014/PA.Tgrs. tanggal 13 Februari 2013, semula sebagai Penggugat sekarang Terbanding; Pengadilan Tinggi Agama tersebut; Telah mempelajari berkas perkara serta semua surat yang berhubungan dengan perkara ini; TENTANG DUDUK PERKARANYA Mengutip segala uraian sebagaimana termuat dalam putusan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 0000/Pdt.G/2013/PA. Tgrs, tanggal 30 Januari 2014 Masehi bertepatan dengan tanggal 28 Robiul Awal 1435 Hijriyah yang amarnya berbunyi sebagai berikut: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya ;
2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughro Tergugat (PEMBANDING) terhadap Penggugat (TERBANDING); 3. Menetapkan anak hasil perkawinan antara Pengugat dan Tergugat yang bernama ANAK I, umur 7 Tahun 6 bulan dan ANAK II, umur 6 tahun berada di bawah Pengasuhan (hadhanah) Penggugat sampai kedua anak tersebut dewasa atau mandiri (usia 21 tahun) tanpa mengurangi hak Tergugat sebagai ayah kandungnya untuk mencurahkan kasih sayang dengan mengajak jalan-jalan, menginap dan lain sebagainya sepanjang untuk kemashlahatan anak, dengan sepengetahuan Penggugat sebagai pemegang hak hadlonah; 4. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Tigaraksa untuk menyampaikan salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Wilayah tempat tinggal Penggugat dan Tergugat; 5. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara yang hingga kini dihitung sebesar Rp 391.000,- (tiga ratus sembilan puluh satu ribu rupiah) ; Membaca Akta permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 0000/Pdt.G/2013/PA.Tgrs, tanggal 10 Februari 2014 yang menyatakan bahwa Pembanding telah mengajukan upaya hukum banding atas putusan Pengadilan Agama Tigaraksa tersebut, dan permohonan banding mana telah diberitahukan kepada pihak lawannya pada tanggal 13 Februari 2014; Memperhatikan, bahwa untuk permohonan banding tersebut, Pembanding telah mengajukan memori banding sebagaimana Tanda Terima Memori Banding Nomor 0000/Pdt.G/2013/PA.Tgrs, tanggal 20 Februari 2014, memori banding tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawannya pada tanggal 14 Maret 2014; Memperhatikan, bahwa Terbanding Telah mengajukan Kontra memori banding, sebagaimana Tanda Terima Kontra Memori Banding Nomor 0000/Pdt.G/2013/PA.Tgrs, tanggal 7 April 2014, Kontra Memori Banding telah di beritahukan kepada pihak lawannya pada tanggal 7 April 2014; Memperhatikan, bahwa para pihak yang berperkara telah diberi kesempatan dengan patut untuk memeriksa dan mempelajari berkas perkara (inzage) sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama Banten, namun ternyata baik Pembanding maupun Terbanding tidak melakukan inzage atas berkas perkara banding tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam surat Keterangan Panitera Pengadilan Agama Tigaraksa tanggal 28 Mei 2014;
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan banding Pembanding telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara-cara sebagaimana ditentukan menurut Perundangundangan, maka permohonan banding Pembanding tersebut secara formal dapat diterima untuk diperiksa di tingkat banding; Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten, setelah membaca dan mempelajari secara seksama Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 0000/Pdt.G/2013/PA.Tgrs, tanggal 30 Januari 2014 M, bertepatan dengan tanggal 28 Rabiul Awal 1435 H, berkas perkara serta Berita Acara Sidang, bukti-bukti surat maupun keterangan para saksi, memori banding serta kontra memori banding, selanjutnya berpendapat bahwa apa yang telah dipertimbangkan dalam Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa, baik yang menyangkut dengan perkara pokok cerai gugat maupun perkara acesoir pengasuhan anak (hadhanah) adalah sudah tepat dan benar, sehingga seluruhnya dapat disetujui dan diambil alih oleh Mejelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten untuk menjadi bahan pertimbangan dalam memutus perkara a quo, namun Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten, memandang perlu untuk menambahkan pertimbangan sebagai berikut: Menimbang, bahwa pokok permasalahan yang didalilkan Penggugat dalam perkara a quo sebagaimana terurai dalam posita surat gugatan Penggugat poin nomor 4, 5 dan 6; Menimbang, bahwa posita poin nomor 4 disebutkan pada intinya bahwa pada awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan rukun dan harmonis selama lebih kurang 1 tahun, setelah itu rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada keharmonisan lagi, penyebabnya adalah: 4.1.
Bahwa Penggugat tidak dicukupi oleh pihak Tergugat dalam perekonomian rumah tangga;
4.2.
Bahwa Penggugat tidak dicukupi oleh pihak Tergugat dalam nafkah bathin;
4.3.
Bahwa Penggugat seringkali menerima kekerasan verbal dari pihak Tergugat yang sudah berlangsung lama dan terus menerus sehingga Penggugat merasa dalam tekanan bathin selama usia pernikahan berlangsung;
4.4.
Bahwa pihak Tergugat selama pernikahan berlangsung selalu tertutup dalam hal pekerjaan maupun penghasilan;
4.5.
Bahwa antara Penggugat dan Tergugat tidak ada lagi rasa saling menghormati ataupun kasih sayang satu sama lain;
4.6.
Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak ada kebahagiaan lahir dan bathin dan tidak ada harapan untuk kembali membina rumah tangga;
4.7.
Bahwa pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat namun tidak berhasil;
4.8.
Bahwa pihak Tergugat bila dalam keadaan emosi sering kali menyakiti Penggugat secara pisik dan bertindak kasar;
4.9.
Bahwa pihak Tergugat dalam bertindak kasar sering kali dilihat anak-anak, yang akan menimbulkan trauma pada anak-anak;
4.10. Bahwa pihak Penggugat dan Tergugat apabila bertengkar selalu didengar anakanak, yang sangat tidak baik buat perkembangan jiwa anak-anak; Menimbang, bahwa pada posita poin nomor 5 pada intinya menyebutkan bahwa pada tanggal 5 Mei 2012 pihak Penggugat memutuskan untuk berpisah rumah dan tinggal di rumah kontrakan orang tua, dengan sepengetahuan dan izin dari Tergugat, dan sejak itu pula telah berpisah tempat tinggal lebih kurang sudah 1 tahun 5 bulan; Menimbang, bahwa pada posita poin nomor 6 pada intinya menyebutkan bahwa puncak ketidak harmonisan rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat terjadi pada tanggal 23 Juni 2013, yakni Tergugat menceraikan Penggugat secara agama Islam yang disaksikan oleh adik kandung, adik ipar, keponakan dari pihak Tergugat dan tetangga dari pihak Penggugat; Menimbang, bahwa Penggugat menuntut hak asuh 2 orang anak yaitu; ANAK I umur 7 tahun 6 bulan dan ANAK II umur 6 tahun hasil pernikahan Penggugat dan Tergugat agar ditetapkan kepada Penggugat hak pengasuhan sebagai ibu kandungnya; Menimbang, bahwa berdasarkan pokok permasalahan alasan perceraian Penggugat yang disebutkan dalam posita poin nomor 4 (4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, 4.7, 4.8, 4.9, 4.10), 5 dan 6 serta adanya tuntutan hak asuh 2 orang anak tersebut Tergugat dalam jawabannya menyampaikan yang pada intinya menyebutkan bahwa: -
Tergugat menyangkal dalil-dalil yang di kemukakan oleh Penggugat yang diuraikan dalam posita surat gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas kebenarannya oleh Tergugat;
-
Tergugat menyangkal dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat dalam posita poin nomor 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.8 adalah tidak benar;
-
Tergugat mengakui dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat dalam posita poin nomor 4.5, 4.6, dan posita poin nomor 5 dan 6 adalah benar;
-
Tergugat pada prinsipnya tidak keberatan perkawinannya putus karena perceraian, namun tentang hak pengasuhan 2 orang anak memohon untuk dapat ditetapkan dalam pengasuhan Tergugat; Menimbang, bahwa usaha mendamaikan kedua belah pihak oleh Majelis Hakim,
begitupun melalui lembaga mediasi ternyata tidak berhasil; Menimbang, bahwa berdasarkan kenyataan terurai di atas dapat diduga bahwa rasa saling cinta diantara mereka sudah tidak ada, ikatan bathin yang merupakan unsur utama dalam membina rumah tangga sudah putus, Penggugat dan Tergugat tidak ada lagi menampakkan keinginan untuk rukun kembali; Menimbang, bahwa berkaitan dengan perkara a quo Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten sependapat dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 28/K/AG/1990 tanggal 5 Oktober 1994 yang menyatakan bahwa: Menurut Hukum Islam, pernikahan itu bukanlah sekedar perjanjian biasa untuk hidup bersama sebagai suami-isteri, akan tetapi perkawinan itu adalah suatu mitsaqon gholidhan yaitu suatu perjanjian suci, yang untuk terputusnya tidak boleh hanya di ukur dengan sekedar adanya kesalahan dari satu pihak, tetapi kalau Pengadilan telah yakin (dengan alasan-alasan yang diperoleh dalam proses perkara) bahwa pernikahan tersebut telah pecah tidak mungkin dapat diperbaiki kembali untuk terwujudnya rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah, itu berarti bahwa hati kedua belah pihak telah pecah pula. Dengan demikian berarti telah memenuhi maksud Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam (KHI); Menimbang, bahwa memperhatikan kondisi rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana tersebut di atas sudah sulit untuk dapat dirukunkan dan disatukan kembali, dan apabila rumah tangga Penggugat dan Tergugat dibiarkan, justru akan membawa madlarat kedua belah pihak antara Penggugat dan Tergugat; Dalam kontek ini Nabi Muhammad SAW bersabda yang berbunyi:
٢٠٣ ص٢ ج-ﻻﺿﺮوﻻﺿﺮار)رواه اﺣﻤﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪه واﺑﻦ ﻣﺎﺟﮫ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس( اﻟﺠﺎﻣﻊ اﻟﺼﻐﯿﺮ Artinya : Tidak boleh berbuat madlarat dan tidak boleh di buat madlarat (H.R. Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas/Al Jami’ushaghir Juz II halaman 203); Menimbang, bahwa dengan menambah pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas yang berkenaan dengan perkara pokok cerai gugat yang diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dengan mengabulkan gugatan cerai Penggugat terhadap perkara a quo patut untuk dipertahankan dan dikuatkan;
Menimbang, bahwa Penggugat sebagai Ibu Kandung menuntut untuk dapat ditetapkan hak pengasuhan 2 (dua) orang anak yang dilahirkan dari perkawinan Penggugat dengan Tergugat, masing-masing bernama : 1. ANAK I, laki-laki, umur 7 tahun 6 bulan; 2. ANAK II, perempuan, umur 6 tahun ; adalah berada dalam pengasuhan Penggugat. Begitu pula Tergugat sebagai bapaknya memohon hak pengasuhan 2 orang anak tersebut berada dalam pengasuhan dan pemeliharaan Tergugat; Menimbang, bahwa dalam hal hak pengasuhan 2 orang anak tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten menambahkan pertimbangan sebagai berikut: Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi I yang diajukan oleh Penggugat yang bernama : SAKSI I PENGGUGAT sebagai ibu kandung Penggugat menerangkan bahwa Penggugat adalah seorang ibu yang baik dan sangat sayang kepada anaknya dan Penggugat sanggup mengasuh anaknya dengan baik; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi III yang diajukan oleh Tergugat yang bernama SAKSI III TERGUGAT sebagai pembantu rumah tangga Penggugat dan Tergugat sejak 6 tahun yang lalu menerangkan bahwa : -
Saki III yang mengasuh anak-anak Penggugat dan Tergugat, anak-anak seringnya tidur dirumah Penggugat, anak-anak dekat dengan keduanya baik Penggugat maupun Tergugat;
-
Penggugat tidak bekerja, namun Penggugat mempunyai bisnis Songket, kalau ada yang memesan Penggugat mengantarkan barangnya;
-
Tergugat bekerja di PU sehingga jam kerjanya rutin, pergi jam 7 pulang sore atau kadang-kadang pulang jam 8 malam; Menimbang bahwa Tergugat dalam memori bandingnya yang terurai pada halaman
7 telah menyoroti putusan judex factie yang telah memberikan hak asuh anak kepada Terbanding/Penggugat adalah suatu kekeliruan yang nyata; Menimbang, bahwa selanjutnya Pembanding/Tergugat menyebutkan bahwa sesungguhnya Terbanding/Penggugat telah melakukan perbuatan yang keji. Bagaimana bisa seorang yang keji (pezina) akan mengajarkan akhlak dan perilaku yang baik/mulia kepada
anak-anak,
bahkan
terhadap
larangan-larangan
dari
Tuhannya
sendiri
Penggugat/Terbanding tidak takut dan melanggar. Tidak layak seorang yang melakukan perbuatan keji (pezina) diberi hak untuk merawat dan mengasuh anak; Menimbang bahwa berdasarkan bunyi Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam dalam hal terjadi perceraian :
a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun
adalah hak
Ibunya; b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya; c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya; Menimbang, bahwa memperhatikan pertimbangan tersebut di atas, baik keterangan dari saksi Penggugat maupun keterangan saksi Tergugat; bahwa dapat dipahami bahwa tidak ada indikasi Penggugat menyia-nyiakan kedua anak Penggugat dan Tergugat, walaupun tuduhan keji (pezina) dari Tergugat kepada Penggugat tidak dibantahnya oleh Penggugat; Menimbang bahwa pernyataan Pembanding/Tergugat dalam memori bandingnya bahwa tidak layak seorang yang melakukan perbuatan keji (pezina) diberi hak untuk merawat dan mengasuh anak, adalah sebagai refleksi kekhawatiran pembanding/Tergugat dan sebagai tanggung jawab ayah kandung kepada anak-anaknya, manakala masa depan anak-anaknya menjadi yang tidak baik; Menimbang bahwa Penggugat/Terbanding tidak mempunyai pekerjaan tetap, namun mempunyai usaha bisnis songket yang sering berada dirumah. Sedangkan Pembanding/Tergugat mempunyai pekerjaan rutin Pegawai PU; pergi jam 7 pagi, dan pulangnya sore, bahkan terkadang pulangnya jam 8 malam; Menimbang bahwa berdasarkan azas kemaslahatan anak-anak Penggugat dan Tergugat, karena anak-anak tersebut masih belum mumayyiz, maka Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten sependapat bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat berada dibawah hak pengasuhan Penggugat; sedangkan asli Akta Kelahiran anak dipegang oleh Tergugat dan biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab Tergugat; Menimbang bahwa meskipun hak pengasuhan ditetapkan berada ditangan Penggugat, namun tidak mengurangi hak Tergugat untuk mencurahkan kasih sayang selaku bapak kepada anaknya; Penggugat tidak dibenarkan menghalang-halangi Tergugat untuk bertemu dengan anaknya, sepanjang tidak mengganggu bagi ketentraman dan kesejahteraan anak, karena akan merusak psikologi anak dan termasuk tindak pidana yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak; Menimbang bahwa dengan menambahkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 0000/Pdt.G/2013/PA.Tgrs, tanggal 30 Januari 2014 M bertepatan dengan tanggal tanggal 28 Rabiul Awal 1435 H, tersebut harus dikuatkan yang akan dituangkan dalam amar putusan ini;
Menimbang bahwa karena perkara ini termasuk bidang perkawinan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, biaya perkara ditingkat banding dibebankan kepada Pembanding; Mengingat segala peraturan perundang-undangan dan hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini; MENGADILI 1. Menyatakan permohonan banding Pembanding dapat diterima; 2. Menguatkan
Putusan
Pengadilan
Agama
Tigaraksa
Nomor
0000/Pdt.G/
2013/PA.Tgrs, tanggal 30 Januari 2014 bertepatan dengan tanggal 28 Rabiul Awal 1435 H; 3. Membebankan kepada Pembanding untuk membayar biaya perkara pada tingkat banding sebesar Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);; Demikian putusan ini dijatuhkan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten pada hari Selasa tanggal 24 Juni 2014 Masehi bertepatan dengan tanggal 26 Sya’ban 1435 Hijriyah, oleh Drs. Darisman sebagai Ketua Majelis, Drs. H. Maftuh Abubakar, S.H., M.H. dan Drs. H.Trubus Wahyudi, S.H., M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 8 Juli 2014 Masehi, bertepatan dengan tanggal 10 Ramadhan 1435 Hijriyah oleh ketua majelis tersebut dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota yang sama dan dibantu oleh Drs. Asmawi H. Rawi sebagai Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak berperkara/kuasanya; Hakim Ketua Majelis ttd. Drs. Darisman Hakim Anggota,
Hakim Anggota,
ttd.
ttd.
Drs. H. Maftuh Abubakar, S.H., M.H.
Drs. H. Trubus Wahyudi, S.H., M.H.
Panitera Pengganti, ttd. Drs. Asmawi H. Rawi
Perincian Biaya : 1. Biaya Proses 2. Biaya Redaksi 3. Biaya Materai Jumlah
: Rp. 139.000,: Rp. 5.000,: Rp. 6.000,: Rp 150.000,-
untuk salinan yang sah sesuai dengan aslinya oleh: Wakil Panitera,
Rifki, S.H., M. Hum.