PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penulis: Ade Dwi Utami, M.Pd Azizah Muis, M.Pd Dr. Hapidin, M.Pd Dra. Nurbiana Dhieni, M.Psi Dr. Sofia Hartati, M.Si Sri Indah Pujiastuti, M.Pd Dra. Winda Gunarti Dra. Sri Wulan, M.Si Dr. Asep Supena, M. Psi Dra. Edwita, M. Pd Dra. Gusti Yarmi, M. Pd Dr. Yuliani Nuraini Sudjiono Dra. Suprayekti, M. Pd Dr. Rusilanti, M. Si Dr. Supriyadi, M. Pd Dr. Umasih Drs. Abrar, M. Hum
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |i
KATA PENGANTAR
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003, Undang-undang RI Nomor 14 2005 dan Peraturan Pemerintah nomoe 19 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik (kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru mencakup penguasaan kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial yang diberikan dengan sertifikat pendidikan yang diperoleh melalui sertifikasi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi prasyarat. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Berdasarkan peraturan pemerintah RI nomor 74 tahun 2009 tentang guru, pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi guru yang memenuhi persyaratan. Peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan, diharuskan (a) untuk melengkapi portofolio, atau (b) mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Untuk menjamin standarisasi mutu proses dan hasil PLPG. Modul bahan ajar PLPG ini digunakan sebagai sumber acuan bagi instruktur dan peserta dalam proses belajar mengajar selama kegiatan PLPG. Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun modul bahan ajar PLG yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi dalam menyempurnakan modul ini. Mudahmudahan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan PLPG yang akan berdampak pada peningkatan kompetensi guru sesuai amanat Undang-undang.
Jakarta, Januari 2013 Universitas Negeri Jakarta Rektor,
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M. Pd NIP. 1951031601987031001
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................................................. iii Glosarium .................................................................................................................................. iv
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bab I Pendahuluan Deskripsi ........................................................................................................................ 1 Prasayarat ..................................................................................................................... 2 Petunjuk Penggunaan Modul ............................................................................................ 2 Tujuan Akhir .................................................................................................................. 2 Bab II Kebijakan Pengembangan Profesi Guru A. Tujuan Antara .......................................................................................................... 3 B. Uraian Materi ............................................................................................................ 3 1. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ................................................................ 3 2. Hakikat Guru Profesional .................................................................................. 62 3. Kompetensi Guru ............................................................................................. 64 Bab III Materi Pembelajaran 1: Model dan Perangkat Pembelajaran A. Model Pembelajaran ................................................................................................ 81 1. Konsep Model Pembelajaran .............................................................................. 81 2. Model Pembelajaran Ekspositori ........................................................................ 84 3. Model Pembelajaran Inkuiri .............................................................................. 85 4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................................... 88 5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir ........................................ 89 6. Model Pembelajaran Kooperatif ......................................................................... 92 7. Model Pembelajaran Kontekstual ....................................................................... 94 8. Model Pembelajaran PAKEM .............................................................................. 98 9. Lesson Study .................................................................................................. 131 B. Pengembangan Silabus dan RPP ........................................................................... 143 Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran ..................................................... 143 Bab IV Materi Pembelajaran 2: Penelitian Tindakan Kelas A. Materi Penelitian Tindakan Kelas ............................................................................ 197 B. Contoh Penelitian Tindakan Kelas .......................................................................... 216 Bab V Materi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini .............................................................. 239 Evaluasi ................................................................................................................................ 405 Lembar Kunci Jawaban ........................................................................................................... 408 Asesmen ................................................................................................................................ 409 Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 416 Lampiran................................................................................................................................. 418
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | iii
PERISTILAHAN/GLOSSARY
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Afektif Belajar
: :
Desain sistem
:
Indikator klasikal
: :
Kognitif
:
Kompetensi
:
Kompetensi dasar (KD)
:
Media
:
Paradigma Pembelajaran
: :
Perangkat
:
Psikomotorik RPP
: :
Silabus
:
Sistematik
:
Sistemik
:
Standar kompetensi (SK) Taksonomi tujuan belajar
: :
Berkaitan dengan sikap, perasaan dan nilai Perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya. Proses rancangan sistem pembelajaran secara sistemik dan sistematis Pembelajaran Bukti yang menunjukkan telah dikuasainya kompetensi dasar kompetensi Cara mengelola kegiatan belajar dengan sejumlah peserta didik dalam suatu kelas, yang memungkinkan belajar bersama, berkelompok dan individual. Berkaitan dengan atau meliputi proses rasional untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman konseptual. Periksa taksonomi tujuan belajar kognitif. 1. Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. 2. Keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur. Kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif. Segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan isi pelajaran, pembelajaran memberikan kemudahan proses belajar siswa. Cara pandang dan berpikir yang mendasar (1) Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas); (2) Usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik. Dokumen yang dibuat guru untuk mengimplementasikan pencapaian tujuan pembelajaran pembelajaran, terdiri dari: silabus, RPP, bahan ajar, media pembelajaran, penilaian hasil belajar. Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan silabus, bersifat operasional, berfungsi sebagai pedoman pencapaian kompetensi dasar. Rancangan pembelajaran pada tingkat mata pelajaran sebagai pedoman pencapaian standar kompetensi. usaha yang dilakukan secara berurutan agar tujuan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Holistik: cara memandang segala sesuatu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas. Ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif. (1) Meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Benjamin Bloom dkk, 1956) (2) Terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan yang terdiri dari atas faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi, dan dimensi proses kognisi yang meliputi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Lorin W. Anderson dkk, 2001, sebagai revisi dari taksonomi Bloom dkk).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | iv
BAB I PENDAHULUAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Deskripsi Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagaimana amanat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik. PLPG merupakan salah satu pola yang diselenggarakan untuk memenuhi guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan regulasi tersebut. Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi pengayaan secara substansial maupun pedagogik kepada guru-guru peserta PLPG, sehingga selesai mengikuti program pelatihan kompetensi guru meningkat, sehingga memungkinkan guru dapat mengubah paradigmanya dalam pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu dapat meingkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru dari sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap terkait dengan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pada tahun 2012 telah ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dengan editor Prof. Dr. Sudarwan Danim. Pada bab-bab berikutnya dibahas tentang Model-model dan Perangkat Pembelajaran yang ditulis dalam Bab III (Kegiatan Pembelajaran I). Penguasaan dan pemilihan terhadap model-model pembelajaran akan sangat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran di kelas tidak membosankan. Sudah saatnya siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga paradigma pembelajaran yang teacher oriented harus sudah mulai ditinggalkan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Demikian pula dengan atau tanpa pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membuat perangkat pembelajaran (silabus, RPP, pengembangkan bahan ajar, pembuatan media, dan evaluasi) sudah melekat menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru. Bab IV Kegiatan Belajar 2 tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan di kelas sebagai “pengobatan” atas masalah-masalah yang dapat diamati di kelas terkait dengan proses pembelajaran. Dengan melakukan penelitian di kelas bukan saja pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, tetapi kemampuan guru dalam menemukan solusi atas permasalahan pembelajaran dan pengembangan kreativitasnya dapat terwadahi. Secara administratif guru juga akan memperoleh nilai tambah untuk pengumpulan angka kreditnya yang dapat digunakan untuk kenaikan pangkat/jabatan. Hal yang lebih jauh diharapkan tentunya mutu pembelajaran meningkat kearah yang lebih baik. Bab V Kegiatan Belajar 3 berisi tentang substansi materi dari masing-masing bidang studi. Penguasaan guru terhadap bidang studinya tentu menjadi sesuatu yang mutlak, karena bagaimana pun baiknya penguasaan kelas atau dalam interaksi dengan siswa tidak akan memberikan arti apa-apa tanpa penguasaan bidang studi (materi pembelajaran). Dalam bab V isi modul ini diharapkan memberikan wawasan dan pengayaan yang lebih kepada guru-guruserta melengkapi sumber belajar lain yang dipelajarinya. Prinsip belajar sepanjang hayat mengharuskan guru juga belajar sepanjang masa agar apa yang telah dikuasai terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Modul ini diakhiri dengan assessment, yang terdiri dari assessment untuk kegiatan 1, 2 dan kegiatan 3. Tujuan pembuatan Assesment adalah selain untuk memberi latihan dalam menyelesaikan soal-soal juga member masukan atas keberhasilan dalam mempelajari modul. Secara keseluruhan, substansi modul ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya tentang peningkatan profesi, kompetensi pembelajaran, penilaian, kompetensi penelitian tindakan kelas serta etika profesi guru. Substansi modul ini diharapkan dapat menginspirasi dan menambah wawasan peserta PLPG untuk memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan secara baik hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |1
B. Prasyarat Dalam mempelajari modul ini tidak memerlukan persyaratan secara spesifik. Akan tetapi tidak ada salahnya jika para peserta pelatihan memahami dengan baik terlebih dahulu dalam kaitannya dengan : 1. Regulasi penyelenggaraan PLPG 2. Teori-teori pembelajaran 3. Metodologi penelitian 4. Teknik penilaian.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Petunjuk Penggunaan Modul Untuk memudahkan dalam mempelajari modul ini bacalah bagian-bagian substansi kajian pada bagian awal dalam bab-bab yang tersedia sesuai dengan materi yang diberikan instruktur. Kerjakan latihan-latihan yang disediakan pada bagian bagian berikutnya, dengan terlebih dahulu mempelajari contoh-contoh dan penjelasan pengerjaannya. Jika mengalami kesulitan, tanyalah pada instruktur yang memberikan materi sesuai dengan kajiannya atau mencari dari sumber belajar dan buku-buku lainnya yang relevan. Pada akhir kegiatan, anda diminta untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang telah tersedia. D. Tujuan Akhir Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta PLPG dapat meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang professional sesuai dengan tuntutan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang kualifikasi guru,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |2
BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU A. Tujuan Antara Setelah mempelajari bab ini diharapkan pesrta dapat menganalis kebijakan-kebijakan terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru professional, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan hakikat tenga profesi yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran/ pendidikan B. Uraian Materi A. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru PENDAHULUAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Latar Belakang Pada peradaban bangsa manapun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015. Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk menyediakan guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan pendidikan dan pembelajaran yang buruk. Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh konflik. Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem pendidikan. Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan profesional mereka. Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender, ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik atau opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya komunitas. Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan kerjasama di antara anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi kekaryaan internasional, dan masyarakat madani. Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |3
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. Standar Kompetensi Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang diharapkan disajikan berikut ini. 1. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. 3. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru. 4. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir. 5. Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya. 6. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. C. Deskripsi Bahan Ajar Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, deskripsi umum bahan ajarnya disajikan berikut ini. 1. Pengantar ringkas. Mengulas serba sekilas mengenai kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. 3. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru. 4. Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir. 5. Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya. 6. Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. D. Langkah-langkah Pembelajaran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |4
Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok. Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar. Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara relatif luas dan mendalam tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. KEBIJAKAN UMUM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi modelmodel dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan, kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang. Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban. Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pasca lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti tersaji pada Gambar 1.1.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |5
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan, penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait. B. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |6
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan. Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi. Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan. Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang “legal” direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit untuk bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus sekolah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan induksi. Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran atau pada sekolah-sekolah yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan menjadi tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai tandem itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh, masih diperluan program induksi untuk memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional. Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri. Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |7
dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku ini. Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Alur Pengembangan Profesi dan Karir Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.
Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |8
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lainlain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya. Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan yang terakreditasi. Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karir guru.
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional. Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |9
tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/ mengadopsi program sejenis. Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian, kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi. Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru.
Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 10
sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan, kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
E. Kebijakan Pemerataan Guru Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru di negeri tercinta ini. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012. Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antar kabupaten/ kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain. 1. Kebijakan dan Pemerataan Guru Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan bahwa: a. Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama. b. Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. c. Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah. d. Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara. e. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS. f. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 11
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota a. Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS. b. Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS. c. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. d. Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. e. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu wilayah provinsi. f. Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. g. Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan. Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara bersama-sama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menneg PAN dan RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masingmasing.Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarpendidikan di kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya. Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan pengawasan. Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini. 1. Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri. 2. Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan Nasional. 3. Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di lingkungan Kementerian Agama. 4. Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah kabupaten/kota. Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi. Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 12
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini. 1. Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun berjalan. 2. Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan. Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan. 3. Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan. 4. Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan Nasional melakukan evaluasi dan menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS secara nasional paling lambat bulan Juli tahun berjalan. 5. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan. Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya. 2. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 3. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan penilaian kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PENINGKATAN KOMPETENSI A. Esensi Peningkatan Kompetensi Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 13
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya. Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial. Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya. Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama. Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan modern, perlu mengembangkan sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar adalah mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya. B. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir 1. Prinsip-prinsip Umum Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran. e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. 2. Prinsip-pinsip Khusus Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. c. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 14
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan Ipteks. f. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. g. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional. h. Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya. i. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain. j. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. k. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas. l. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru. m. Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi. n. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru; o. Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik; p. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru. q. Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal. C. Jenis Program Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini. 1. Pendidikan dan Pelatihan a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya. b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman nyata. c. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 15
d.
e.
f.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
g. h.
dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.
2. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya. b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya. d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan. f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran). g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat. D. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 16
berorientasi praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama. Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan kepangkatan III/a dengan melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari golongan kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah. Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan pengembangan karir guru.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru, selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan guru yang profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya. Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini. 1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. 2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa mendatang. 3. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. 4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. 5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat. Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 17
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang. Dengan PKB untuk guru, bagi sekolah/madrasah diharapkan mampu menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga sekolah/madrasah dapat menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di sekolah akan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur. PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik. PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya.
Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah, baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan. Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual atau TIK.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 18
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini. 1. Dilakukan oleh guru sendiri: a. menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya; b. menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll); c. mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran; d. membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan e. mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh. 2. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain: a. mengobservasi guru lain; b. mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar; c. mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching); d. bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap permasalahan yang dihadapi di sekolah; e. membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan f. merancang persiapan mengajar bersama guru lain. 3. Dilakukan oleh sekolah : a. training day untuk semua sumber daya manusia di sekolah (bukan hanya guru); b. kunjungan ke sekolah lain; dan c. mengundang nara sumber dari sekolah lain atau dari instansi lain. Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini. 1. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan. 2. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari sekolah. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB. 3. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut. Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya. 4. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya guru tidak bisa ‘dikembangkan’ oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihak-pihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan masukan/saran. 5. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus melibatkan guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari. Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktik-praktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan ketentuan tersebut mencakup antara lain: 1. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (guru pendamping). 2. Guru pendamping tersebut berasal dari sekolah yang sama dengan guru binaannya atau dipilih dari sekolah lain yang berdekatan, apabila di sekolahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi. 3. Setiap sekolah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat sekolah, yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah yang mempunyai banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator PKB, sedangkan sekolah kecil dengan jumlah guru yang terbatas, terutama sekolah dasar, sangat dianjurkan untuk bekerja sama dengan sekolah lain di sekitarnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 19
Dengan demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di beberapa sekolah. 4. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menunjuk dan menetapkan seorang Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung jawab untuk gugus sekolah tertentu). 5. Sekolah, KKG/MGMP serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. 6. Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat sekolah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas pembelajaran siswa.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. 1. Pengembangan Diri Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan. Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masingmasing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas, dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di sekolah secara sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan yang disahkan oleh kepala sekolah. Sementara itu, kegiatan pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan yang disahkan oleh kepala sekolah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 20
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada guru- guru yang lain, minimal di sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan dan pengembangan sekolah secara utuh/menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber. 2. Publikasi Ilmiah Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu: a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat sekolah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat. c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah. 3. Karya Inovatif Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi. Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan PKB. E. Uji Kompetensi Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun keprofesian. Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 21
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing- masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu: a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 2. Kompetensi Kepribadian Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah: a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3. Kompetensi Sosial Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini. a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 22
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus. Keaktifan pesertadidik harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong pesertadidik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya. Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsip- prinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar. Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini. a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu. c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan materi pembelajaran setiap guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli. b. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda. c. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi. d. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru, dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal. e. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan mengorbankan waktu dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 23
biaya yang sedikit. Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan seperti berikut ini. 1. Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja. 2. Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya. 3. Memberi perlakauan khusus untuk jenis guru tertentu, misalnya guru produktif, normatif, guru TK/LB, atau melalui tes kinerja atau performance test. 4. Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan. 5. Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Latihan dan Renungan 1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru? 2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru? 3. Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis kompetensi guru! 4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1 5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan? 6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru! 7. Apa esensi uji kompetensi guru? 8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru? PENILAIAN KINERJA A. Latar Belakang Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan. Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama. Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai masukan dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka cita‐cita pemerintah untuk menghasilkan ”insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi” lebih cepat direalisasikan. B. Pengertian Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 24
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji kompetensi. Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan (2) guru yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan. Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang ditetapkan diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya, guru yang belum mencapai standar minimum yang ditetapkan, diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi. Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan diberi peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru adalah (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa. Guru yang sudah mengikuti PK Guru, akan dihitung angka kredit yang diperoleh atas kinerjanya pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.
Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsur‐unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya, khususnya pada empat fokus utama, seperti disebutkan di atas.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 25
C. Persyaratan Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis. 1. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur komponenkomponen tugas guru dalam melaksanakanpembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. 2. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun. 3. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. Prinsip Pelaksanaan Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut. 1. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku. 2. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari‐hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah meliputi: a. disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), b. efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), c. keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan d. motivasi belajar siswa. 3. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus memahami semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan penilai harus memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian. 4. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun dengan memperhatikan hal‐hal berikut. a. Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari‐hari. b. Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua guru yang dinilai. c. Dapat dipertanggungjawabkan. d. Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir profesinya. e. Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan, untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan penilaian tersebut. f. Mudah tanpa mengabaikan prinsip‐prinsip lainnya. g. Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan. h. Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses, yakni bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut. i. Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang menjadi guru. j. Boleh diketahui oleh pihak‐pihak terkait yang berkepentingan. E. Aspek yang Dinilai Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga dimungkinkan memiliki tugas‐tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut. 1. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru kelas, khususnya berkaitan dengan, (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa. 2. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil evaluasi pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan. Seperti halnya guru mata pelajaran, fokus utama PK bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor juga mencakup (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 26
efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa. 3. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala sekolah/madrasah per tahun; (2) menjadi wakil kepala sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau (5) menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang mengurangai jam mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan instrumen khusus yang dirancang berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut. Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar guru dihargai langsung sebagai perolehan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku. F. Prosedur Pelaksanaan PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri, sekolah/madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guru‐guru dengan PK Guru di bawah standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian standar kompetensi tersebut. Sementara itu, bagi guru‐guru dengan PK Guru yang telah mencapai atau di atas standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif digunakan untuk menetapkan perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru sumatif juga digunakan untuk menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di bawah standar, telah mencapai standar, atau melebihi standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru. Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru pembelajaran atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian PK Guru di tingkat sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan sebagaimana berikut. 1. Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh penilai maupun guru yang akan dinilai, yaitu: a. memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan pengembangan profesi guru; b. memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan dalam bentuk indikator kinerja; c. memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil pengamatan dan pemantauan, serta mengumpulkan dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil penilaian; dan d. memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru yang akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal pelaksanaannya. 2. Tahap Pelaksanaan Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum menetapkan nilai untuk setiap kompetensi, yaitu: a. Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai sebelum dilakukan pengamatan dilaksanakan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada pertemuan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi tentang berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi sebagai bukti penilaian kinerja. Untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 27
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain karena tidak ada format khusus yang disediakan untuk proses pencatatan ini. b. Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing‐masing penilaian kinerja. Untuk menilai guru yang melaksanakan proses pembelajaran atau pembimbingan, penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan. Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama proses tatap muka tanpa harus mengganggu proses pembelajaran. Pengamatan kegiatan pembimbingan dapat dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu maupun kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil pengamatan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika diperlukan, proses pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau pembimbingan. Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, data dan informasi dapat diperoleh melalui pencatatan terhadap semua bukti yang teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masing‐masing kriteria penilaian. Bukti‐bukti ini dapat diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan pemangku kepentingan pendidikan (guru, komite sekolah, peserta didik, dunia usaha dan dunia industri mitra). c. Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil pertemuan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Pertemuan dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh penilai dan guru yang dinilai. Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya dapat dicatat pada Format Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja. 3. Tahap Penilaian a. Pelaksanaan penilaian Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2 pada masing‐masing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan kepada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta bukti‐bukti berupa dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap kompetensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. 1) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masing‐masing indikator setiap kompetensi. Pemberian skor ini dilakukan dengan cara membandingkan rangkuman catatan hasil pengamatan dan pemantauan di lembar format laporan dan evaluasi per kompetensi dengan indikator kinerja masing‐masing kompetensi 2) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil penilaian kinerja guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, nilai untuk setiap kompetensi direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi penilaian kinerja untuk mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala nilai sesuai Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009. 3) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai sesuai dengan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan sebutan dan persentase angka kreditnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 28
Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit Nilai Hasil PK Guru
Sebutan
91 – 100 76 – 90 61 – 75 51 – 60 ≤ 50
Amat baik Baik Cukup Sedang Kurang
Persentase Angka kredit 125% 100% 75% 50% 25%
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib memberitahukan kepada guru yang dinilai tentang nilai hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk setiap kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode berikutnya. 5) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani format laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut. Format ini juga ditandatangani oleh kepala sekolah. 6) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah atau lebih (guru multi sekolah/madrasah), maka penilaian dilakukan di sekolah/madrasah induk. Meskipun demikian, penilai dapat melakukan pengamatan serta mengumpulkan data dan informasi dari sekolah/madrasah lain tempat guru mengajar atau membimbing. b. Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai dapat mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian tersebut. Keberatan disampaikan kepada Kepala Sekolah dan/atau Dinas Pendidikan, yang selanjutnya akan menunjuk seseorang yang tepat untuk bertindak sebagai moderator. Dalam hal ini moderator dapat mengulang pelaksanaan PK Guru untuk kompetensi tertentu yang tidak disepakati atau mengulang penilaian kinerja secara menyeluruh. Pengajuan usul penilaian ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai PK Guru dari moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru. Penilaian ulang hanya dapat dilakukan satu kali dan moderator hanya bekerja untuk kasus penilaian tersebut. 4. Tahap Pelaporan Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK Guru formatif dilaporkan kepada kepala sekolah/koordinator PKB sebagai masukan untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya. Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua instrumen, yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku. G. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru. Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru. Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai dokumen (Hasil PK Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan hasil pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam Format Laporan dan Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang disampaikan oleh sekolah untuk pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 29
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke sekolah/madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Penghitungan angka kredit dapat dilakukan di tingkat sekolah, tetapi hanya untuk keperluan estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di sekolah, selanjutnya dicatat dalam format penghitungan angka kredit yang ditanda‐tangani oleh penilai, guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala sekolah. Bersama‐sama dengan angka angka kredit dari unsur utama lainnya (pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan PK Guru yang dilakukan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan direkap dalam daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka kredit kenaikan jabatan fungsional guru. 1. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4. Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan angka kredit untuk pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun bagi guru diperhitungkan dengan menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan dipromosikan naik jenjang pangkat dan jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus memiliki angka kredit kumulatif minimal sebagai berikut. Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan Fungsional Guru
Jabatan Guru Guru Pertama Guru Muda Guru Madya Guru Utama
Pangkat dan Golongan Ruang Penata Muda, III/a Penata Muda Tingkat I, III/b Penata, III/c Penata Tingkat I, III/d Pembina, IV/a Pembina Tingkat I, IV/b Pembinaan Utama Muda, IV/c Pembina Utama Madya, IV/d Pembina Utama, IV/e
Persyaratan Angka Kredit kenaikan pangkat dan jabatan Kumulatif Kebutuhan minimal Per jenjang 100 50 150 50 200 100 300 100 400 150 550 150 700 150 850 200 1.050
Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3 adalah jumlah angka kredit minimal yang dimiliki untuk masing‐masing jenjang jabatan/pangkat; dan (2) Angka kredit pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan minimal angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. 2.
Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru. Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut. a. Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah perlu diubah terlebih dahulu ke skala 0 ‐ 100. b. Masing‐masing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%), Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. c. Angka kredit per tahun masing‐masing unsur pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung menggunakan rumus tertentu. d. Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 30
3.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut: 1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka kreditnya = 25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas tambahan sebagai kepala sekolah. 2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah t otal angka kreditnya = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah. 3) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan/ laboratorium/bengkel, atau ketua program keahlian; total angka kredit = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap muka guru Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang diperoleh diperhitungkan sebagai berikut. a. Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim kurikulum, pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun. b. Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugas‐tugas sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler, menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.
H. Penilai PK Guru 1. Kriteria Penilai Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut. a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat guru/kepala sekolah yang dinilai. b. Memiliki Sertifikat Pendidik. c. Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang tugas Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai. d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka. f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah. Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina, dan Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru yang akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah lain atau oleh Pengawas Sekolah dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan memahami PK Guru. 2. Masa Kerja Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara berkala oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan prinsip‐prinsip penilaian yang berlaku. Untuk sekolah yang berada di daerah khusus, penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 31
I. Sanksi Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar prinsip‐prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas sekolah. 2. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK Guru. 3. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
J. Tugas dan Tanggung Jawab Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan semangat otonomi daerah serta mengutamakan prinsip‐prinsip efisiensi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihak‐pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan sekolah. Konsekuensi dari adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak‐ pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung jawab masing‐masing pihak dirinci berikut ini. 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan a. Menyusun dan mengembangkan rambu‐rambu pengembangan kegiatan PK Guru. b. Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru. c. Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru. d. Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat pusat. e. Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru. f. Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional. g. Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru kepada Dinas Pendidikan dan sekolah sebagai umpan balik untuk ditindak lanjuti. h. Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakan‐kebijakan terkait PK Guru. 2. Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP a. Menghimpun data profil guru dan sekolah yang ada di daerahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah. b. Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota. c. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada di bawah kewenangan provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi. d. Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah yang ada di bawah kewenangannya. e. Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada di bawah kewenangannya. f. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah yang ada di bawah kewenangannya. g. Dinas Pendidikan Provinsi bersama‐sama dengan LPMP membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan/atau Kemdiknas, cq. unit yang menangani Pendidik. 3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota a. Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada di wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah. b. Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota. c. Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah yang ada di wilayahnya. d. Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di sekolah‐sekolah yang ada di wilayahnya. e. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru yang berada di bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas. f. Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru yang diajukan sekolah. g. Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan kegiatan PK Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 32
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Guru di sekolah‐sekolah yang ada di daerahnya. h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru untuk menjamin pelaksanaan yang efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dan sebagainya. i. Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru di sekolah‐ sekolah yang ada di wilayahnya dan mengirimkannya kepada sekolah, dan/atau LPMP dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi masing‐masing. 4. UPTD Dinas Pendidikan a. Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada di kecamatan wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah. b. Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di wilayah kecamatannya. c. Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di wilayah kecamatannya. d. Menetapkan dan mengesahkan penilai PK Guru dalam bentuk Keputusan penetapan sebagai penilai. e. Menyediakan pelayanan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada di daerahnya. f. Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan kegiatan PK Guru di tingkat kecamatan untuk disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. 5. Satuan Pendidikan a. Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru b. Menyusun program kegiatan sesuai dengan Rambu‐Rambu Penyelenggaraan PK Guru dan prosedur operasional standar penyelenggaraan PK Guru. c. Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas Kabupaten/Kota. d. Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun secara efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dsb. e. Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan tugas. f. Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan PK Guru. g. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi, keuangan (jika ada) dan pelaksanaan program. h. Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk tahun berikutnya. i. Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat, LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPTD Dinas Pendidikan Kabupaten di Kecamatan, dan Pengawas Sekolah. j. Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai kewenangannya sebagai dasar penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung dan menetapkan angka kredit, terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi sekolah. Sekolah juga menyampaikan laporan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke UPTD Pendidikan Kecamatan. k. Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada guru yang memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang ditetapkan . PENGEMBANGAN KARIR A. Ranah Pengembangan Guru Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu. Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 33
Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV, seperti disajikan pada Gambar 4.1. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan. Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga (PP Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP, publikasi buku pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus, dan/atau penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir, seperti disajikan pada Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.
Gambar 4.2. Jenis Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 34
Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di dalam melaksanakan tugasnya. Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. Ranah Pengembangan Karir Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi profesi guru, serta guru secara pribadi. Secara umum kegiatan itu dimaksudkan untuk memotivasi, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. 1. Penugasan Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru melakukan kegiatan pokok yang mencakup: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas sekolah. Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu: a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap. c. Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. d. Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika paling sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. e. Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional. Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan tersebut secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas guru berdasarkan jenisnya. Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan melibatkan individu dan/atau institusi dengan ketentuan sebagai berikut. a. Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran 1) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat memenuhi beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban kerja tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mengatur Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 35
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 5) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. 6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru wajib memenuhi beban mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. 7) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional apabila beban kerjanya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan Menteri Pendidikan Nasional. b. Penugasan sebagai Guru Bimbingan dan Konseling 1) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru bimbingan dan konseling dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban membimbing tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan kepada dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing bimbingan dan konseling paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 5) Apabila pengaturan penugasan guru bimbingan dan konseling pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. 6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru bimbingan dan konseling wajib memenuhi beban membimbing paling sedikit 40 peserta didik pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun. Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban mengajarnya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai guru bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150 peserta didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan kementerian pendidikan. Hal ini masih dalam proses penelaahan yang saksama. Guru berhak dan wajib mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Kepala sekolah/madrasah wajib memberi kesempatan secara adil dan merata kepada guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. c. Guru dengan Tugas Tambahan 1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 36
2)
3) 4) 5) 6)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7)
6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor. Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor. Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran wajib melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan wajib melaksanakan tugas sebagai pendidik, dengan ketentuan berpengalaman sebagai guru sekurangkurangnya delapan tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memiliki Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan tugas pengawasan.
Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan penugasan dalam aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penempatan guru pada jabatan struktural dimaksud dapat dilakukan setelah yang bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama delapan tahun. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural itu dapat ditugaskan kembali sebagai guru dan mendapatkan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan . Hak-hak guru dimaksud berupa tunjangan profesi dan tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan profesi dan tunjangan fungsional berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan ditempatkan pada jabatan struktural. 2. Promosi Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru. Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional. C. Kenaikan Pangkat Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang terrendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan sesuai dengan Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru yang dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 37
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). 1. Pendidikan Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas: a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah. Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas guru dan sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu: 1) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV; 2) 150 untuk Ijazah S-2; atau 3) 200 untuk Ijazah S-3. Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai dengan sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka kredit yang diberikan adalah sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan berdasarkan gelar/ijazah lama dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. b. Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi. Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan program induksi yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan. 2. Pengembangan Profesi Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan karya inovatif. Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru), publikasi ilmiah (hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru), karya inovatif (menemukan teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni; membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya). Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut: a. Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit. b. Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit. c. Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit. d. Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah. e. Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN. f. Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 38
Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN. g. Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 14 (empat belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN. h. Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN. i. Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama, golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin g diatas juga wajib melaksanakan presentasi ilmiah.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Unsur Penunjang Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini. a. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya. Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka kredit sebagai berikut. 1) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5; 2) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan 3) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang membidangi pendidikan atau pejabat yang menangani kepegawaian serendah-rendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan Kementerian Agama, surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut berasal dari pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II. b. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya harus sesuai dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan tersebut di antaranya: 1) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler dan yang sejenisnya 2) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat nasional. 3) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi 4) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya 5) Menjadi tim penilai angka kredit 6) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya. c. Memperoleh penghargaan/tanda jasa Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh pemerintah atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi yang dicapai seorang guru dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan. Tanda jasa dalam bentuk Satya Lencana Karya Satya adalah penghargaan yang diberikan kepada guru berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu tertentu. Penghargaan lain yang diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam pengabdiannya kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut dicapai karena pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi tingkat nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan jabatan/pangkat. Latihan dan Renungan 1. Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan pengembangan karir guru? 2. Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan fungsionalnya?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 39
3. Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-IV dan belum bersertifikat pendidik dengan yang sudah memilikinya? 4. Sebutkan jenis-jenis pengembangan karir guru! 5. Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis lembaga dengan yang berbasis individu? PERLINDUNGAN DAN PENGHARGAAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Pengantar Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan potensi bagi mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia secara nyaris tanpa batas akses geografis, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun demikian, kondisi ini yang menyebakan sebagian guru terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis, ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain. Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan masyarakat terhadap guru belum begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan kesejahteraan, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum optimum. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa perlakuan yang cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran untuk terus mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan martabat yang jelas dan mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya Undang-Undang (UU) Nomomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang perlindungan hukum bagi mereka . Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini diperbaharui dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan hukum bagi guru tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas spektrumnya dengan diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan terhadap guru meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI. Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan komprehensif mengenai standar operasi dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar yang memungkinkan terwujudnya perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru. B. Definisi 1. Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum, perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI yang diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS maupun bukan PNS. 2. Perlindungan hukum adalah upaya melakukan perlindungan kepada guru dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlindungan hukum atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain. 3. Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan yang mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. 4. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada guru mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain. 5. Perlindungan HaKI adalah pengakuan atas kekayaan intelektual sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya sesuai dengan peraturan perundangModul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 40
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
undangan. 6. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat dan disepakati bersama antara penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dengan guru. 7. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang dibuat dan disepakati bersama secara tripartit, yaitu penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, guru, dan Dinas Pendidikan atau Dinas Ketenagakerjaan pada wilayah administratif tempat guru bertugas. 8. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma dalam bentuk konsultasi hukum oleh LKHB mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain kepada guru. 9. Advokasi adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka pemberian perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI bagi guru. Advokasi umumnya dilakukan melalui kolaborasi beberapa lembaga, organisasi, atau asosiasi yang memiliki kepedulian dan semangat kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan. 10. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa guru berdasarkan perundingan yang melibatkan guru LKBH mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain sebagai mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa untuk membantu mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan. C. Perlindungan Atas Hak-hak Guru Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Sesuai dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat, kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan. Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai HAM yang telah diterima oleh Indonesia. Di samping hak asasi manusia juga dikenal kewajiban dasar manusia yang meliputi: (1) kepatuhan terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam upaya pembelaan negara, (3) wajib menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, sebagai wujud tuntutan reformasi (demokrasi, desentralisasi, dan HAM), maka hak asasi manusia dimasukkan dalam UUD 1945. Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya seperti berikut ini. 1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas. 2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain. 4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. 5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 41
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru. Frasa perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya. 1. Perlindungan hukum Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau tindakan semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa: a. tindak kekerasan, b. ancaman, baik fisik maupun psikologis c. perlakuan diskriminatif, d. intimidasi, dan e. perlakuan tidak adil 2. Perlindungan profesi Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini. a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian, minat, dan bakatnya. b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan Guru Indonesia. c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar. f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan. g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk: mengungkapkan ekspresi, mengembangkan kreatifitas, dan melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan dan pembelajaran. h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain. i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari pelbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman. j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi: substansi, prosedur, instrumen penilaian, dan keputusan akhir dalam penilaian. k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi: penetapan taraf penguasaan kompetensi, standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus. l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi: mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar keyakinan akademik, memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi guru, dan bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi. m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan formal, meliputi: akses terhadap sumber informasi kebijakan, partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan formal, dan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 42
memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas, yaitu: a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah. b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat luas. c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap: resiko gangguan keamanan kerja, resiko kecelakaan kerja, resiko kebakaran pada waktu kerja, resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan. d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain. e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan akibat: kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. f. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja, akibat: bahaya yang potensial, kecelakaan akibat bahan kerja, keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya, frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja, resiko atas alat kerja yang dipakai, dan resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja. 4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup: a. hak cipta atas penulisan buku, b. hak cipta atas makalah, c. hak cipta atas karangan ilmiah, d. hak cipta atas hasil penelitian, e. hak cipta atas hasil penciptaan, f. hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan; g. hak paten atas hasil karya teknologi Seringkali karya-karya guru terabaikan, dimana karya mereka itu seakan-akan menjadi seakan-akan makhluk tak bertuan, atau paling tidak terdapat potensi untuk itu. Oleh karena itu, dimasa depan pemahaman guru terhadap HaKI ini harus dipertajam. D. Jenis-jenis Upaya Perlindungan Hukum bagi Guru 1. Konsultasi Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI, guru dapat berkonsultasi kepada pihak-pihak yang kompeten. Konsultasi itu dapat dilakukan kepada konsultan hukum, penegak hukum, atau pihakModul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 43
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pihak lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh guru tersebut. Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang merupakan konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Konsultan hanya bersifat memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh kliennya. Keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada salah satu LKBH, penegak hukum, orang yang ahli, penasehat hukum, dan sebagainya berkaitan dengan masalah pembayaran gaji yang tidak layak, keterlambatan pembayaran gaji, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai pendapat oleh guru ketika berkonsultasi tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan keputusan, melainkan sebatas memberi pendapat atau saran, termasuk saran-saran atas bentuk-bentuk penyelesaian sengketa atau perselisihan. 2. Mediasi Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pihak-pihak lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu memediasinya. Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999, atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan pendapat antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan dapat diselesaikan melalui bantuan “seorang atau lebih penasehat ahli” maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan iktikad baik. Kesepakatan tertulis antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib dilakasanakan dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran. Mediator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak, dan mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak. 3. Negosiasi dan Perdamaian Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang negosiasi kepada guru atau kelompok guru. Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999, pada dasarya para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan pendidikan dan guru, berhak untuk menyelesaikan sendiri sengket yang timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak. Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis dan tidak di bawah ancaman. Namun demikian, dalam hal ini ada beberapa hal yang membedakan antara negosiasi dan perdamaian. Pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari, dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan di antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan maupun setelah sidang peradilan dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam atau di luar pengadilan. 4. Konsiliasi dan perdamaian Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau perdamaian. Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas, konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang Undang Nomor 30 tahun 1999. Konsiliasi atau perdamaian merupakan suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses litigasi, dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 44
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pengadilan, konsiliasi atau perdamaian tetap dapat dilakukan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 5. Advokasi Litigasi Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan advokasi litigasi. Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi. Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata. Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote), menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan melakukan ‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis. 6. Advokasi Nonlitigasi Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan advokasi nonlitigasi. Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi. Alternatif penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dengan cara mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang terlampau padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time), biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis (formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1) angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa masyarakat dimungkinkan memakai alternatif lain dalam melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. E. Asas Pelaksanaan Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai berikut: 1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru. 2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya. 3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal. 4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli. 5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau mengutamakan musyawarah untuk mufakat. 6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan. 7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat dilakukan dengan pendekatan formal, informal, litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 45
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
F. Penghargaan dan Kesejahteraan Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada guru yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus. Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan pendidikan, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan/atau internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya, seperti satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, jabatan fungsional, jabatan struktural, bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk penghargaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya perjalanan untuk pemakaman guru yang gugur di daerah khusus. Guru yang gugur dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa sampai ke perguruan tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik berupa gaji maupun penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji dan penghasilan lainya. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di luar gaji pokok, guru pun berhak atas tunjangan yang melekat pada gaji. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan penggajian yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian kerja dan/atau kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional. Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, serta peraturan lain yang menjadi ikutannya, memiliki hak atas aneka tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Khusus berkaitan dengan jenis-jenis penghargaan dan kesejahteraan guru disajikan berikut ini. 1. Penghargaan Guru Berprestasi Pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dilakukan melalui proses pemilihan yang ketat secara berjenjang, mulai dari tingkat satuan pendidikan, kecamatan dan/atau kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Pemilihan guru berprestasi dimaksudkan antara lain untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerjanya. Prestasi kerja tersebut akan terlihat dari kualitas lulusan satuan pendidikan sebagai SDM yang berkualitas, produktif, dan kompetitif. Pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk memberdayakan guru, terutama bagi mereka yang berprestasi. Seperti disebutkan di atas, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa ”Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan”. Secara historis pemilihan guru berprestasi adalah pengembangan dari pemberian predikat keteladanan kepada guru melalui pemilihan guru teladan yang berlangsung sejak tahun 1972 hingga tahun 1997. Selama kurun 1998-2001, pemilihan guru teladan dilaksanakan hanya sampai tingkat provinsi. Setelah dilakukan evaluasi dan mendapatkan masukan- masukan dari berbagai kalangan, baik guru maupun pengelola pendidikan tingkat kabupaten/kota/provinsi, maka pemilihan guru teladan diusulkan untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi pemilihan guru berprestasi. Frasa “guru berprestasi” bermakna “prestasi dan keteladanan” guru. Sebutan guru berprestasi mengandung makna sebagai guru unggul/mumpuni dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru berprestasi merupakan guru yang menghasilkan karya kreatif atau inovatif antara lain melalui: pembaruan (inovasi) dalam pembelajaran atau bimbingan; penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan; penulisan buku fiksi/nonfiksi di bidang pendidikan atau sastra Indonesia dan sastra daerah; penciptaan karya seni; atau karya atau prestasi di bidang olahraga. Mereka juga merupakan guru yang secara langsung membimbing peserta didik hingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 46
Pemilihan guru berprestasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 2002. Penyelenggaraan pemilihan guru berprestasi dilakukan secara bertingkat, dimulai dari tingkat satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional. Secara umum pelaksanaan pemilihan guru berprestasi berjalan dengan lancar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Melalui pemilihan guru berprestasi ini telah terpilih guru terbaik untuk jenjang Taman-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, atau yang sederajat. Sistem penilaian untuk menentukan peringkat guru berprestasi dilakukan secara ketat, yaitu melalui uji tertulis, tes kepribadian, presentasi karya akademik, wawancara, dan penilaian portofolio. Guru yang mampu mencapai prestasi terbaik melalui beberapa jenis teknik penilaian inilah yang akan memperoleh predikat sebagai guru berprestasi tingkat nasional.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Penghargaan bagi Guru SD Berdedikasi di Daerah Khusus/Terpencil Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian serius dari pemerintah. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir ini, pemberian penghargaan kepada mereka dilakukan secara rutin baik pada peringatan Hari Pendidikan Nasional maupun pada peringatan lainnya. Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat dan martabat guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian profesionalitasnya sebagai pendidik bangsa dihormati dan dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kedua, memberikan motivasi pada guru untuk meningkatkan prestasi, pengabdian, loyalitas dan dedikasi serta darma baktinya pada bangsa dan negara melalui pelaksanaan kompetensinya secara profesional sesuai kualifikasi masing-masing. Ketiga, meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam melaksanakan pekerjaan/jabatannya sebagai sebuah profesi, meskipun bekerja di daerah yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami bencana alam; bencana sosial; atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin. Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan yang bersifat seremoni belaka. Penghargaan ini secara selektif dan kompetitif diberikan kepada d u a orang guru sekolah dasar (SD) Daerah Khusus dari seluruh provinsi di Indonesia. Masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi diminta dan diharuskan menyeleksi dan mengirimkan dua orang guru daerah khusus, terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan yang berdedikasi tinggi untuk diberi penghargaan, baik yang berstatus sebagai guru pegawai negeri sipil (Guru PNS) maupun guru bukan PNS. Untuk dapat menerima penghargaan, guru SD berdedikasi yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan khusus. Kriteria umum dimaksud antara lain beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; memiliki moralitas,kepribadian dan kelakuan yang terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman sejawat dan masyarakat sekitarnya; dan mencintai tugas dan tanggungjawabnya. Kriteria khusus bagi guru SD Daerah Khusus untuk memperoleh penghargaan antara lain, pertama, dalam melaksanakan tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar biasa, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan segala keterbatasan yang ada di daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun secara terus menerus atau selama delapan tahun secara terputus-putus. Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah menerima penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima, responsif terhadap persoalan-persoalan yang aktual dalam masyarakat. Keenam, dengan keahlian yang dimilikinya membantu dalam memecahkan masalah sosial sehingga usahanya berupa sumbangan langsung bagi penanggulangan masalahmasala tersebut. Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan serta integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam masyarakat. Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 47
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Penghargaan bagi Guru PLB/PK Berdedikasi Penghargaan bagi guru Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan Khusus (PLB/PK) berdedikasi dilakukan sejak tahun 2004. Penghargaan ini diberikan kepada guru dengan maksud untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru PLB/PK, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang memiliki dedikasi dan kinerja melampaui target yang ditetapkan satuan Pendidikan Khusus mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan/atau menghasilkan karya kreatif atau inovatif yang diakui baik pada tingkat daerah, nasional dan/atau internasional; dan/atau secara langsung membimbing peserta didik yang berkebutuhan khusus sehingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler. Seleksi pemilihan guru berdedikasi tingkat nasional dilaksanakan di Jakarta. Mereka berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Pemilihan guru PLB/PK berdedikasi ini dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Pemberian penghargaan ini diharapkan dapat mendorong guru PLB/PK dalam meningkatkan kemampuan profesional yang diperlukan untuk membantu mempersiapkan SDM yang memiliki “kelainan” tertentu untuk siap menghadapi tantangan kehidupan masa depannya. Dalam penetapan calon guru PLB/PK yang berdedikasi untuk diberi penghargaan, criteria dedikasi dan prestasi yang menonjol bersifat kualitatif. Kriteria tersebut dapat dijadikan acuan atau pertimbangan dasar, sehingga guru PLB/PK berdedikasi yang terpilih untuk menerima penghargaan benar-benar layak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Kriteria dedikasi dan prestasi dimaksud meliputi pelaksanaan tugas, hasil pelaksanaan tugas, dan sifat terpuji. Dimensi pelaksanaan tugas mencakup, pertama, konsisten dalam membuat persiapan mengajar yang standar bagi anak berkebutuhan khusus. Kedua, kecakapan dalam melaksanakan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Ketiga, keterampilan mengelola kelas sehingga tercipta suasana tertib. Keempat, kemampuan melaksanakan komunikasi yang efektif di kelas. Kelima, konsisten dalam melaksanakan evaluasi dan analisis hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus. Keenam, objektivitas dalam memberikan nilai kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Dimensi kemampuan menunjukkan hasil pelaksanaan tugas secara baik mencakup, pertama, penemuan metode/pendekatan yang inovatif, pengembangan/pengayaan materi dan/atau alat peraga baru dalam khusus. Kedua, dampak sosial/ budaya/ ekonomi/ lingkungan terhadap proses belajar mengajar yang dirasakan atas penemuan metode/pendekatan yang inovatif, pengembangan/pengayaan materi dan/atau alat peraga baru dalam pembelajaranb agi anak berkebutuhan khusus. Ketiga, kemampuan memprakarsai suatu kegiatan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Keempat, memiliki sifat inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumber/alat peraga yang ada di lingkungan setempat untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar bagi anak berkebutuhan khusus. Kelima, mampu menghasilkan peserta didik yang terampil sesuai dengan tingkat kemampuan menurut jenis kebutuhan peserta didik. Dimensi memiliki sifat terpuji antara lain mencakup kemampuan menyampaikan pendapat, secara lisan atau tertulis; kesediaan untuk mendengar/menghargai pendapat orang lain; sopan santun dan susila; disiplin kerja; tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas; kerjasama; dan stabilitas emosi. Dimensi memiliki jiwa pendidik mencakup beberapa hal. Pertama, menyayangi dan mengayomi peserta didik berkebutuhan khusus. Kedua, memberikan bimbingan secara optimal kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Ketiga, mampu mendeteksi kelemahan belajar peserta didik berkebutuhan khusus. Pemilihan guru berprestasi serta pemberian penghargaan kepada guru SD di Daerah Khusus dan guru PLB/PK berdedikasi seperti disebutkan di atas merupakan agenda tahunan. Namun demikian, meski sifatnya kegiatan tahunan, program ini bukanlah sebuah kegiatan yang bersifat seremonial belaka. Pelembagaan program ini merupakan salah satu bukti kuatnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap profesi guru. Tentu saja, di masa datang, kualitas dan kuantitas pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dan berdedikasi senantiasa perlu ditingkatkan. 4. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan Sejalan dengan disahkannya Undang–Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi memiliki hak atas penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasinya. Penghargaan tersebut diberikan kepada guru pada satuan pendidikan atas dasar pengabdian, kesetiaan pada lembaga, berjasa pada negara, maupun menciptakan karya yang luar biasa. Kriteria guru yang berhak menerima penghargaan Satyalancana Pendidikan, meliputi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum antara lain warga negara Indonesia; Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 48
berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta mempunyai nilai dalam DP3 amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurang-kurangnya bernilai baik untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi, pertama, diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di tempat terpencil atau tertinggal sekurangkurangnya selama lima tahun terus menerus atau selama delapan tahun terputus-putus. Kedua, diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di daerah perbatasan, konflik, dan bencana sekurangkurangnya selama 3 tahun terus menerus atau selama 6 tahun terputus-putus. Ketiga, diutamakan yang bertugas selain di daerah khusus sekurang-kurangnya selama 8 tahun terus menerus dan bagi kepala sekolah sekurang- kurangnya bertugas 2 tahun. Keempat, berprestasi dan/atau berdedikasi luar biasa dalam melaksanakan tugas sekurang-kurangnya mendapat penghargaan tingkat nasional. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan organisasi/asosiasi profesi guru, kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan di berbagai sektor. Keenam, tidak pernah memiliki catatan pelanggaran atau menerima sanksi sedang dan berat menurut peraturan perundang-undangan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5. Penghargaan bagi Guru yang Berhasil dalam Pembelajaran Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba sejenis dapat memotivasi guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya, khususnya dalam kemampuan perancangan, penyajian, penilaian proses dan hasil pembelajaran atau proses bimbingan kepada siswa; dan meningkatkan kebiasaan guru dalam mendokumentasikan hasil kegiatan pengembangan profesinya secara baik dan benar. Lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Pertama, sosialisasi melalui berbagai media, antara lain penyusunan dan penyebaran poster dan leaflet. Kedua, penerimaan naskah. Ketiga, melakukan seleksi, baik seleksi administrasi maupun seleksi terhadap materi yang ditulis. Para finalis melaksanakan presentasi dan wawancara di hadapan dewan juri yang memiliki keahlian di bidang masing-masing. Sejalan dengan itu, aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut: penyusunan pedoman lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian naskah lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian penentuan nominasi pemenang lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penentuan pemenang lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; dan pemberian penghargaan pemenang lomba tingkat nasional. Hasil yang dicapai dalam lomba tersebut adalah terhimpunnya berbagai pengalaman guru dalam merancang, menyajikan, dan menilai pembelajaran atau bimbingan dan konseling yang secara nyata mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, sehingga dapat dimanfaatkan oleh rekan guru yang memerlukan dicetak dalam bentuk buku yang berisi model-model keberbasilan dalam pembelajaran sebagai publikasi. 6. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional. Sejalan dengan itu, guru-guru bidang studi yang termasuk dalam skema Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan salah satu diterminan utama peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan OSN untuk Guru (ONS Guru) merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran yang tercakup dalam kerangka OSN. Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk Guru merupakan wahana bagi guru menumbuhkembangkan semangat kompetisi dan meningkatkan kompetensi profesional atau akademik untuk memotivasi peningkatan kompetensinya dalam rangka mendorong mutu proses dan luaran pendidikan. Tujuannya adalah (1) menumbuhkan budaya kompetitif yang sehat di kalangan guru; (2) meningkatkan wawasan pengetahuan, motivasi, kompetensi, profesionalisme, dan kerja keras untuk mengembangkan IPTEK; (3) membina dan mengembangkan kesadaran ilmiah untu mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi masa kini dan yang akan datang; (4) mengangkat status guru sebagai penyandang profesi yang terhormat, mulia, bermartabat, dan terlindungi; dan (5) membangun komitmen mutu guru dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran secara lebih merata. Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat nasional. Hadiah dan penghargaan diberikan kepada peserta OSN Guru sebagai motivasi untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya. Hadiah bagi para pemenang tingkat kabupaten/kota dan tingkat provinsi pengaturannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kepada pemenang di tingkat nasional diberi hadiah dan penghargaan dari kementerian pendidikan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 49
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7. Pembinaan dan Pemberdayaan Guru Berprestasi dan Guru Berdedikasi Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga maupun masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan nasional, kedudukan dan peran guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi era global. Untuk itu, kemampuan profesional guru harus terus menerus ditingkatkan. Prestasi yang telah dicapai oleh para guru berprestasi perlu terus dijaga dan dikembangkan, serta diimbaskan kepada guru lainnya. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan pemilihan guru berprestasi, perlu dilaksanakan pembinaan dan pemberdayaannya agar pengetahuan dan wawasan mereka selalu berkembang sesuai dengan kemajuan ipteks. Program kerjasama peningkatan mutu pendidik antarnegara Asia, dalam hal ini dengan The Japan Foundation, misalnya, merupakan kelanjutan program-program yang telah dilaksanakan sebelumnya. Program kerjasama ini dilaksanakan untuk memberikan penghargaan kepada guru berprestasi dengan memberikan pengalaman dan wawasan tentang penyelenggaraan pendidikan dan budaya di negara maju seperti Jepang untuk dijadikan bahan pembanding dan diimplementasikan di tempat tugas mereka.Kontinuitas pelaksanaan program kerjasama ini sangat penting, karena sangat bermanfaat bagi para guru untuk meningkatkan pengetahuannya dalam melaksanakan tugas profesionalnya. 8. Penghargaan Lainnya Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama pendidikan antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi. Kerjasama antarnegara ini dilakukan, baik di kawasan Asia maupun di kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya. Melalui kerjasama ini, guru-guru berprestasi yang terpilih diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi kebudayaan, studi banding, dan sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan dengan negara-negara Asean, Jepang, Australia, dan lain-lain. Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah Konstitusi tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara berjenjang mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional. G. Tunjangan Guru Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas pertimbangan prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian, penghasilan dimaksud merupakan hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia. Menyusul lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur beberapa sumber penghasilan gur u selain gaji pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus. 1. Tunjangan Profesi Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan sertifikat pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 50
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru . Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menamanatkan bahwa “Pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat”. Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya dalam melaksanakan tugas di sekolah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai peserta didiknya. Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru yang sudah bersertifikat akan menerima tunjangan profesinya jika guru yang bersangkutan mampu membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap muka per minggu dan persyaratan lainnya. Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang bersangkutan berumur 60 tahun. Usia ini adalah batas pensiun bagi PNS guru . Setelah berusia 60 tahun guru tetap berhak mengajar di manapun, baik sebagai guru tidak tetap maupun guru tetap yayasan untuk sekolah swasta, dan menyandang predikat guru bersertifikat, namun tidak berhak lagi atas tunjangan profesi. Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat profesi pendidik, mereka hanya berhak atas “satu” tunjangan profesi. Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu. Hal ini bermakna, bahwa guru bukan PNS pun akan mendapat tunjangan yang setara dengan guru PNS dengan kualifikasi akademik, masa kerja, serta kompetensi yang setara atau ekuivalen. Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan disesuaikan jenjang jabatan dan kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi tersebut dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 3. Tunjangan Fungsional Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 17 ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan fungsional ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat (3). Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS seharusnya sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki. N amun saat ini baru diberikan tunjangan tenaga kependidikan berdasarkan pada golongan/ruang kepangkatan/jabatannya. Khusus mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS, agaknya memerlukan aturan tersendiri, berikut persyaratannya. 4. Tunjangan Khusus Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen Pemerintah untuk terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, di samping peningkatan profesionalismenya. Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di di daerah khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara dengan satu kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru di Daerah Khusus, sasaran dari program ini adalah guru yang bertugas di daerah khusus. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain. a. Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil; dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang sulit dijangkau Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 51
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
oleh jaringan transportasi maupun media komunikasi, dan tidak memiliki sumberdaya alam. b. Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah daerah yang mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta tidak dilibatkan dalam kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan yang mengakibatkan daerah belum berkembang. c. Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara di darat maupun di laut kawasan perbatasan berada di kecamatan; dan pulau kecil terluar dengan luas area kurang atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titiktitik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional. d. Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di wilayah yang terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung api, banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap layanan pendidikan dalam waktu tertentu. e. Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi yang membahayakan guru dalam melaksanakan tugas dan layanan pendidikan dalam waktu tertentu. f. Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam keadaan yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami bahaya, kelaparan dan sebagainya yang memerlukan penanggulangan dengan segera. Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Penetapan Daerah Khusus ini rumit dan tentatif adanya. Sebagai “katup pengaman” sejak tahun 2007, pemerintah memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp 1.350.000 per bulan. Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi daerah yang ditempati sangat sulit, juga memotivasi guru untuk tetap mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi lain, pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah terpencil diharapkan juga semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan khusus ini. 5. Maslahat Tambahan Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk: (1) memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2) memberikan penghargaan kepada guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya dalam dunia pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi. Dengan demikian, pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru; (2) memberikan rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru; (3) merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap profesi guru hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 52
Latihan dan Renungan 1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan contohnya? 2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan contohnya? 3. Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan contohnya? 4. Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan contohnya? 5. Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru! 6. Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru! 7. Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja? 8. Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil perlu diberi tunjangan khusus? ETIKA PROFESI
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh masyarakat sebagai “profesi kelas dua”. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi guru adalah “panggilan jiwa” untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus. Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam itu, guru profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terus-menerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri, mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan seperti berikut ini. 1. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu. 2. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang “seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial. 3. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna etika kerja dan tata santun berhubunngan dengan atasannya. 4. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk merangsang pertumbuhan diri. 5. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang pendidikan. 6. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan dirinya. 7. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan mengatur dirinya. 8. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan-diri. 9. Memiliki empati yang kuat. 10. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah, dan masyarakat. 11. Menunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja. 12. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung. 13. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. 14. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif. Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik- karakteristik profesi seperti berikut ini. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 53
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi. b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “guru”, akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran. c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik biasa. d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik. e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization. Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas. f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun. g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja. h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggungjawab kepada komunita, terutama anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran. i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya. j. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain. B. Definisi Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu didefinisikan. 1. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis untuk mengembangkan profesionalitas anggotanya. 2. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan nasional. 3. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. 4. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran, pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru. 5. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah. 6. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis untuk menciptakan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 54
kondisi agar guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari normanorma yang dilarang dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, serta menjalani kehidupan di masyarakat.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru wajib: 1. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan perundang-undangan 2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik Guru dan Ikrar atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing. 3. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan dan disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing. 4. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif. 5. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi guru dimana dia terdaftar sebagai anggota. 6. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota. 7. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota. 8. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota. 9. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru harus memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang- undangan. D. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab. Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Dalam melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik puteraputeri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika. Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Disamping itu, guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak. Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh Kode Etik. Kode Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Kode Etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa “Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 55
bersifat independen.” Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
E. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat. Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud. Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan pembelajaran yang memenuhi kriteria edukatif berjalan secara efektif dan efisien di sekolah. Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya. KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa “semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.” Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI sebagaimana dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan tugas keprofesian. 1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat. c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran. d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan. e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik. f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 56
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan. g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik. h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya. i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya. j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil. k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya. l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisikondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan. n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan. o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama. p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan. b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik. c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya. d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya. f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan. g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 3. Hubungan Guru dengan Masyarakat a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan. b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya. e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya. f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat. g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat. h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah. b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan. c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif. d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah. e. Guru menghormati rekan sejawat. f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat. g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 57
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dan kearifan profesional. h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya. i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran. j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat. k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran. l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya. m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat. n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya. o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbanganpertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum. q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat. 5. Hubungan Guru dengan Profesi a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan. c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya. d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya. e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya. g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya. h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran. 6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan. b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan. c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat. d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya. e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya. g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya. h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Hubungan Guru dengan Pemerintah a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, UndangUndang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya. b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 58
c.
Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran. e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
F. Pelanggaran dan Sanksi Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru, karenanya, berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi atau asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk tujuan itu, Kode Eik Guru dikembangkan atas dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber utamanya, yaitu: (1) agama dan Pancasila; (2) kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (3) nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian. Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakana KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru. Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan negara. Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena tudingan melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan. Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. Tentu saja, istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. Selain itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI wajib melapor kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum menurut jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI. Latihan dan Renungan 1. Apa esensi etika profesi guru? 2. Sebutkan karakteristik utama profesi guru! 3. Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik? 4. Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota organisasi profesi? 5. Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi guru? 6. Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru? REFLEKSI AKHIR Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan agamais. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 59
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi pembangunan masa depan bangsa. Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi kependidikan itu sendiri. Frasa “tenaga kependidikan” ini sangat dikenal baik secara akademik maupun regulasi. Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis “profesi” atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali pun tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang profesional sebagai aktor langsung di dalam dan di luar kelas, termasuk di laboratoium sekolah. Karenanya, ketika berbicara mengenai “profesi kependidikan”, semua orang akan melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya termasuk pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam “rumpun pendidik”, kini telah memiliki definisi tersendiri. Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan (3) pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan adalah pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga administratif bidang pendidikan, dimana mereka berfungsi sebagai subjek yang menjalankan fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih; (2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah; dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalahmasalah manajerial atau administratif kependidikan. Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah muncul beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru melalui Sensus Data Guru sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil perhitungan dan rencana pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku yang dipublikasikan minimal setiap tiga tahun. Kedua, memperhitungkan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan ( supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru dan rasio guru:murid dapat di pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di sekolah sebenarnya terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di sekolah merasa teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus. Ketiga, merealisasikan pemerataan guru yang efektif dan efisien di semua satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang Pemindahan Guru PNS yang masih dalam proses penyelesaian telah terbit, maka berangsurangsur akan terjadi pemerataan guru. Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat dan cermat kebutuhan fiskal negara terkait dengan agenda kesejahteraan guru yaitu pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 60
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karir guru pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja rendah, pengembangan keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru. Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan perhatian dan priotitas utama. 1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. 2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara komprehensif berkaitan dengan: a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan mempertimbangkan kebutuhan satuan pendidikan. b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang telah ditetapkan. c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi akademik dan bidang keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. d. Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional melalui aspek pendanaan bidang pendidikan. e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel. f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang ditetapkan. h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya dan memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan intektual. i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah. j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru. 3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan gubernur/peraturan bupati/peraturan walikota Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan di muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa calon guru. Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri fisik, dan sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia calon guru dan/atau difilter melalui seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke depan hanya seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru. Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran sekolah. Dalam kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional yang tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karirnya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau merevitalisasi manajemen guru yang mampu mensinergikan lembaga penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya. Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru Indonesia bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Dalam melaksanakan tugas profesinya itu, guru Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan KEGI sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik puteraModul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 61
puteri bangsa. Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan kehormatan yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru. Dewan Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan. B. Hakikat Guru Profesional a. Pengertian Profesi Kata profesi adalah kata benda yang diambil dari kata profession, sedangkan profesional merupakan kata sifat yang berasal dari kata professional. Menurut Hornby, profession, n.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
occupation, esp one requiring advanced education and special training, eg the law, architecture, medicine, accountancy; … professional adj 1. of a profession (1): ~ skill; ~ etiquette, the special conventions, form of politeness, etc asociated with a certain pofession: ~ men, eg doctors, lawyers. 2. Doing or practising something as a full time occupation or to make a living.
Page & Thomas (1979) memberikan batasan tentang profesi sebagai berikut: … profession,
evaluative term describing the most prestigious occupations which may be termed professions if they carry out an essential social service, are founded on systematic knowledge, require lengthy academic and practical training, have high autonomy, a code of ethics, and generate in-service growth. Teaching should be judged as a profession on these criteria. Pengertian profesi pada hakekatnya menunjuk kepada pekerjaan atau jabatan. Tidak semua pekerjaan disebut sebagai profesi. Ada sejumlah ciri atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengatakan suatu pekerjaan sebagai profesi. b. Karakteristik Profesi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, pengertian guru professional sebagai berikut.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 1) Ciri Profesi Menurut Ornstein & Lavine (1984), suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah ciri sebagai berikut: melayani masyarakat, dan pekerjaan tersebut merupakan karier yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama (sepanjang hayat, tidak mudah berganti). pekerjaan tersebut membutuhkan bidang ilmu dan keterampilan yang khusus (tertentu), yang tidak semua orang dapat melakukannya. menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke dalam praktik. membutuhkan pelatihan (pendidikan) khusus dalam waktu yang panjang. terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau memiliki persyaratan khusus (izin) untuk menduduki pekerjaan tersebut. otonomi dalam membuat keputusan dalam lingkup pekerjaannya. menerima tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang diambilnya. memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, khususnya berkaitan dengan layanan yang diberikannya. menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, dan relatif bebas dari supervisi jabatan (dokter menggunkan tenaga administrasi untuk mengelola data klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter). mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesinya. mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan pekerjaan dokter dihargai dan diakui oleh IDI dan bukan oleh departemen kesehatan). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 62
mempunyai kode etik, sebagai pedoman dalam melaksanakan layanan. mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan dari setiap anggotanya. mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penulis lain mencoba menggolongkan ciri profesi menjadi dua kelompok yaitu (1) ciri utama dan (2) ciri tambahan (Sulistiyo-Basuki, 2004). Ciri utama adalah ciri yang mutlak harus ada atau melekat dalam suatu pekerjaan untuk dikatakan sebagai profesi. Jika ciri utama ini tidak tampak atau beberapa di antaranya tidak ada, maka sulit untuk mengelompokkan pekerjaan tersebut ke dalam profesi. Ciri Utama Ada tiga ciri utama yang harus dipenuhi oleh suatu jenis pekerjaan untuk dikatakan sebagai profesi yaitu (1) Sebuah profesi mensyaratkan suatu pendidikan atau pelatihan yang ekstensif sebelum memasuki profesi tersebut. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh gelar sarjana; (2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, dan pengrajin lebih merupakan ketrampilan fisik. Sedangkan pelatihan akuntan, engineer, dokter lebih didominasi oleh muatan intelektual; (3) Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi kepada pemberian layanan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Ciri Tambahan Ciri tambahan adalah ciri yang kehadirannya tidak mutlak harus ada. Jika ciri-ciri tambahan ini dipenuhi maka akan semakin memperkokoh kualitas atau eksistensi profesi dari pekerjaan tersebut. Ada tiga yang termasuk dalam katagori ciri tambahan, yaitu (1) Adanya proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak selalu perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat praktek sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian lisensi atau sertifikat tidak selalu menjadikan sesuatu yang mutlak sebagai syarat profesi; (2) Adanya organisasi profesi yang mewadahi para anggotanya sebagai sarana komunikasi dan sarana perjuangan untuk memajukan profesinya dan kesejahteraan anggotanya; (3) Otonomi dalam pekerjaannya. Profesi memiliki otonomi atas penyediaan jasanya dan tindakan-tindakan atas pengambilan keputusan dalam profesinya. Kode etik juga merupakan ciri tambahan dalam sebuah profesi. Kode etik disusun oleh organisasi profesi. Jadi kehadirannya terkait dengan keberadaan organisasi yang juga masuk dalam katagori ciri tambahan. 2) Guru Sebagai Profesi Apakah pekerjaan atau jabatan guru sebagai sebuah profesi? Jawabannya ya. Hal ini didasarkan kepada beberapa karakteristik sebagai berikut: Pekerjaan guru memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (penting) dalam masyarakat. Untuk bekerja sebagai guru dibutuhkan keterampilan atau keahlian tertentu (khusus). Keahlian dalam pekerjaan guru didasarkan pada teori dan metode ilmiah. Ilmu keguruan memiliki batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan eksplisit. Pekerjaan guru memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama. Guru memiliki organisasi profesi sebagai wadah untuk memperkuat kualitas profesinya. Guru memiliki kode etik sebagai landasan dalam bekerja. Dalam menjalankan tugasnya, para pendidik/guru berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap anggota yang bekerja sebagai guru mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap masalah profesi yang dihadapinya. Guru memiliki otonomi dan bebas dari campur tangan pihak luar dalam melaksanakan tugasnya memberi layanan kepada masyarakat. Pekerjaan guru mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat. Guru memperoleh imbalan (penghargaan finansial) yang cukup memadai.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 63
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Kompetensi Guru 1) Profil Pendidikan Guru Luangkanlah waktu anda sejenak saja untuk membayangkan peran seorang guru di dalam masyarakat. Kita akan melihat hasil kerja guru melalui orang-orang yang telah dididik oleh para guru. Mereka mampu menciptakan arsitektur bangunan-bangunan menjulang tinggi, memproduksi teknologi canggih, sebagai contoh nyata. Bukti hasil kerja guru banyak dan begitu besar. Tentunya, disamping keberhasilan masih banyak pula masalah yang perlu dibenahi, terutama masalah peran pendidik dalam membangun mental bangsa yang sehat, membangun karakter bangsa yang akan membawa kedamaian. Masalah ini berkaitan dengan pendidikan, merupakan beban berat yang harus dipanggul oleh para guru. Kekecewaan terhadap karya guru banyak pula didengar. Perilaku guru yang tidak senonoh, korupsi yang terjadi di lingkungan pendidikan, premanisme yang berkembang di sekolah.lantas, sosok guru seperti apa yang dapat membantu negara mengatasi masalah yang sangat kompleks dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan. Diharapkan para guru sendirilah yang harus memikirkan kembali, bermenung sejenak tentang dirinya dan profesi yang diembannya. Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang dirindukan: “Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu pengetahuan. Ia adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia, ia adalah musuh kebodohan, dan penghapus kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan mencerahkan akhlak.” Begitu mulianya seorang guru dimata Khalifah, guru adalah orang yang pantas mendapatkan penghormatan. Sungguh, orang yang mendidik anak-anak dengan kesungguhan berhak untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan. Terpujilah engkau guru seperti yang dinyanyi anak-anak kita. Bagaimana mungkin bisa menghasilkan output siswa yang baik jika yang mengajar punya kualiatas kurang? Profil pendidik guru mewakili gambaran tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai, yakni menyiapkan anak yang berkembang menjadi dewasa secara utuh, cerdas, beriman, taqwa dan berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohaninya. Untuk mencerdaskan anak didiknya guru haruslah mencerdaskan dirinya dahulu. Cerdas dibidang spiritual, yang dapat membimbing anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Cerdas menguasai, menerapkan dan mengembangkan keilmuannya. Cerdas dalam merawat kesehatan jasmani-rohani dan sosialnya sehingga patut ditiru. Dengan demikian profil guru pendidik adalah guru yang memiliki pribadi cerdas unggul. Sebutan pendidik dan guru di dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sama maksudnya. Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Pendidik memiliki batasan tugas yang lebih luas dalam pengertian awam, sedangkan guru lebih spesifik dimana tugasnya lebih jelas. Pendidik bisa siapa saja yang tertarik membantu mengembangkan orang lain dan waktu dan tempat tidak terbatas. Dalam bahasan ini digunakan kata pendidik guru. Karakteristik pendidik guru di antaranya adalah sebagai berikut: Pendidik yang juga guru, adalah seseorang yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman Pendidik guru adalah orang yang memiliki ilmu, yang mampu menangkap hakikat sesuatu, orang yang mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya. Pendidik guru adalah orang yang kreatif, yang mampu menyiapkan peserta didiknya agar mampu berkreaasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya. Seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadian kepada peserta didiknya. Pendidik guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, melatihkan berbagai keterampilan mereka sesuai bakat, minat dan kemampuan. Pendidik guru adalah seorang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan. Perilaku guru hendaknya dapat memberikan pengaruh baik kepada para anak didiknya, yang dapat mempengaruhi dan merubah kehidupan anak ke arah yang lebih baik.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 64
Pribadi unggul yang efektif Adalah Guru Cerdas Berakhlak Mulia Dan Guru untuk anak-anak yang memiliki masa depan Guru biasa adalah yang mampu membagi pengetahuan kepada anak didiknya Guru baik yang mampu menjelaskan Dan yang mampu mendemonstrasikan Guru luar biasa adalah yang mampu memberi inspirasi anak didiknya menjadi cerdas dan sukses di masa depan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Tanggung Jawab keprofesionalan 1) Makna Tanggung Jawab Tanggungjawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu. Sehingga bertanggungjawab adalah kewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Menurut Widagdo (2001) Tanggungjawab adalah kesadaran akan tingkahlaku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran dan kewajiban. Jenis tanggungjawab tersebut yakni; tanggungjawab terhadap diri sendiri, tanggungjawab terhadap keluarga, tanggungjawab masyarakat, tanggungjawab bangsa dan Negara, dan tanggungjawab terhadap tuhan. Tanggungjawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan hak, dan dapat juga tidak mengacu hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggungjawab terhadap kewajibannya. Pembagiaan kewajiban bermacam-macam dan berbeda-beda. Setiap keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Kedudukan, status dan peranan menentukan kewajiban seseorang. Kewajiban ini ada yang terbatas dan tidak terbatas. Kewajiban terbatas tanggungjawabnya sama untuk semua orang. Misalnya yang berkaitan hukum. Yang melanggar undang-undang sanksinya sama. Kewajiban tidak terbatas, tanggungjawabnya memiliki nilai yang lebih tinggi sebab dilakukan oleh suara hati nurani. Seperti guru melaksanakan tugasnya dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih di luar jadwal yang seharusnya. 2) Tanggung Jawab Guru, Kesadaran, Pengabdian, dan Pengorbanan Seseorang diharapkan melaksanakan tanggungjawab atas kesadaran. Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar artinya merasa, ingat (kepada keadaan sebenarnya) keadaan ingat akan dirinya, tahu dan mengerti. Jadi kesadaran adalah hati yang terbuka atau pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Seperti guru memilih pekerjaan sebagai guru atas kesadaran diri yang tinggi, sehingga ia akan dapat mempertanggungjwabkan tugasnya kepada diri sendiri, tidak suka mengeluh dan menyesali pilihannya. Diapun tahu kalau pihannya itu akan dipertanggunjawabkan kepada keluarga, negara, masyarakat dan Tuhannya. Guru saat melaksanakan kewajibannya mengelola pembelajaran di kelas, seringkali harus mengeluarkan dana sendiri untuk membeli kapur tulis,atau kebutuhan belajar lainnya karena barang belum tersedia. Rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap tugas yang tidak terbatas, kadangkala kita harus berkorban materi atau nonmateri. Pengorbanan artinya memberikan secara ikhlas, harta, benda, waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa, demi cinta atas sesuatu kesetiaan dan kebenaran. Pengorbanan dalam melaksanakan tanggungjawab juga memiliki makna pengabdian. Perbedaan pengertian antara pengorbanan dan pengabdian sering tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat pengabdian. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas, tanpa pamrih, tanpa perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja siap, saat diperlukan. Pengabdian merupakan perbuatan baik yang dapat berupa pikiran ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan dan kecintaan, rasa hormat atau suatu ikatan dan semuanya dilakukan dengan ikhlas. Timbulnya pengabdian itu hakikat dari rasa tanggung jawab. Menjadi guru merupakan pengabdian yang tulus dan ikhlas demi kecintaan pada bangsa dan Negara ini, yang akan dilaksanakan dengan sikap tanggungjawab yang tinggi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 65
Ciri-ciri khas orang yang mempunyai tanggung jawab pribadi yang tinggi: Mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya secara tuntas. Selalu berusaha menghasilkan yang terbaik Merasa bertanggung jawab atas semua yang dihasilkannya baik yang buruk atau yang jelek Cenderung menyalahkan diri sendiri, kalau ada hal-hal yang kurang tepat –salah Ciri khas dari orang yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi: Santai, tidak disiplin, kurang menghargai waktu. Sering tidak mengerjakan suatu pekerjaan secara tuntas. Hal-hal yang sering terjadi sering dilihat sebagai akibat dari keadaan dibanding dari tindak-tanduk sendiri.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berkembangnya rasa tanggung jawab pribadi disebabkan sebagian kecil oleh faktor bawaan dan sebagian dari faktor lingkungan pendidikan dan lingkungan rumah. Terbentuknya sikap bertanggungjawab karena adanya proses latihan dan pembiasaan yang akhirnya menjadi alami, menyatu dalam bentuk kesadaran diri. 3) Kewajiban Guru Profesional Apa yang harus dilaksanakan guru dalam tugas keprofesionalannya telah tercantum dengan jelas di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20, seperti yang dikutip berikut ini.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;
Tanggungjawab keprofesionalan juga dapat meliputi : Tanggungjawab moral, tenaga professional berkewajiban menghayati, mengamalkan Panca sila, mewariskan pada peserta didiknya. Tanggungjawab bidang pendidikan, bertanggungjawab terhadap proses pendidikan, mengelola, melakukan bimbingan. Tanggungjawab kemasyarakan, ikut bertanggungjawab memajukan masyarakat secara umum terutama berkaitan dengan pendidikan. Tanggungjawab keilmuan, di dalam melaksanakan tugas profesi sebagai guru bertanggungjawab memajukan ilmu pengetahuan dan tekonologi, terutama bidang keilmuannya sendiri. e. Kompetensi Guru Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1, butir c. adalah sebagai berikut :
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Selanjutnya jenis kompetensi guru tersebut lebih ditegaskan pada pasal 10: (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 66
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: (1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. (2) Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik. (3) Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. (4) Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. (5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Para siswa tidak hanya belajar dari apa yang dikatakan guru, mereka juga belajar dari totalitas kepribadian gurunya. Kepribadian guru yang tidak efektif akan menghalangi pembelajaran yang efektif. Beberapa kepribadian buruk guru yang sering ditemukan di sekolah, ditulis oleh Sukadi, diantaranya; sering meninggalkan kelas tidak menghargai siswa pilih kasih terhadap sisw menyuruh siswa menulis di papan tulis tidak disiplin kurang memerhatikan siswa materialistis Dengan ditetapkannya seperangkat kompetensi guru, masyarakat sangat berharap terjadi perubahan perilaku mengajar guru di kelas. Menurut Diaz dkk (2006) keberadaan guru di kelas hendaknya menjadikan ia sebagai model belajar dari peserta didiknya. Guru sebagai model diantaranya menunjukkan; Guru sebagai orang yang ahli di bidangnya. Guru sebagai contoh pembentukan moral Guru sebagai orang memiliki kepedulian dan melakukan tindakan Guru sebagai figure pemimpin yang memiliki otoritas Guru sebagai fasilitator yang selalu siap membatu siswanya Guru sebagai delegator Mulyana lebih memperluas peran guru professional yang akan mampu menciptakan kelas untuk anak-anak berprestasi unggul, yang merupakan ramuan dari bebagai kompetensi guru. Guru sebagai pendidik Guru sebagai pengajar Guru sebagai pembimbing Guru sebagai pelatih Guru sebagai penasihat Guru sebagai pembaharu (innovator) Guru sebagai model dan teladan Guru sebagai pribadi Guru sebagai peneliti Guru sebagai pendorong kreativitas Guru sebagai pembangkit pandangan Guru sebagai pekerja rutin Guru sebagai pemindah kemah Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 67
Guru Guru Guru Guru Guru Guru
sebagai sebagai sebagai sebagai sebagai sebagai
pembawa cerita actor emancipator evaluator pengawet kulminator
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
f. Pengembangan Profesional Guru 1) Citra Diri Positif Makna Citra Diri Citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, produk maupun suatu lembaga. Sedangkan citra diri (self-image), diartikan sebagai pandangan dalam berbagai peran (sebagai anak, orangtua, guru, dsb). Self-image menurut kamus Random House memiliki pengertian gagasan, konsepsi atau gambaran mental diri, self-estem, respect yang menguntungkan citra diri. Di dalam kajian psikologi kepribadian , citra diri sebagai konsep diri tentang individu. Citra diri sebagai salah satu unsure penting dalam penilaian diri sendiri.menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Bagaimana Anda melihat diri sendiri. Ini adalah gambaran diri yang telah dibangun dari waktu ke waktu. Apa harapan Anda? Apa yang anda pikirkan dan rasakan? Apa yang anda telah lakukan sepanjang hidup anda dan apa yang Anda ingin lakukan. Pandangan pribadi yang kita pahami tentang diri kita sendiri merupakan citra mental atau potret diri. Menggambarkan karakteristik diri, termasuk cerdas, cantik, jelek, berbakat, egois dan baik. Ciri-ciri membentuk representative, kolektif asset dan yang bisa teramati. Citra diri positif positif memberikan keyakinan ke pada seseorang dalam pikiran dan tindakan, dan citra diri negative membuat seseorang ragu akan kemampuan mereka. Citra Diri guru Citra Diri Guru dapat dimaksudkan sebagai gambaran tentang diri pribadi guru yang diberikan appresiasi oleh masyarakat. Penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap guru bisa positif atau negatif tergantung kepada kepribadian maupun karakter yang muncul sebagai wujud profesi guru secara utuh. Citra Diri Positif (positive self-image) dapat membangun dan mempermudah karir seseorang , karena dia memandang positif kepada kemampuan diri, melihat kelebihan diri, bukan kekurangannya. Dengan berpikir positif pada diri, membuat dirinya berharga. Pentingnya Citra Diri Positif “Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri” Bingung? Versi aslinya, mungkin malah lebih mudah dipahami: “You are what you think”. Maksudnya adalah jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, diantaranya orang sering diberi kepercayaan untuk mengemban tugas tertentu dan sering pula mendapatkan pelayanan secara khusus. Selanjutnya dengan citra diri positif akan dapat membangun rasa percaya diri dan meningkatkan rasa juang. Membangun Percaya Diri. Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Guru yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut. Meningkatkan Daya Juang. Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Guru yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 68
mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari guru dengan citra diri positif. Manfaat Citra Diri Positif Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citra diri positif dan lingkungannya tersebut adalah:
Guru akan membawa Perubahan Positif
Guru yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Perubahan positif tidak hanya terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya.
Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Selain membawa perubahan positif, guru yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong guru untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar. Seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita. Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah terbuka bagi kita. sebagai contoh, John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut. Bagaimana caranya? Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan untuk membentuk citra diri yang positif:
Persiapan
Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam menyelesaikan suatu masalah.
Berpikir Unggul
Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya. Semua ini dapat diraih guru jika selalu berpikir unggul. Setiap kali akan berciptakarya , yang dipikirkan guru adalah kemenangan atas keberhasilan belajar anak didiknya. Selalu berpikir kreatif dan inovatif.
Belajar Berkelanjutan
Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, guru Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 69
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yang dihasilkannya. Seringkali guru yang sudah lama mengajar maupun yang berada di tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia pikir, “Toh, aku sudah sukses.” Tambahan, orang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah, keberhasilannya pun melorot. Guru yang lebih muda yang terus belajar akan menggantikannya dan menangani masalah dengan lebih baik. Hal yang paling penting juga dalam membahas tentang citra diri ini adalah konsep diri, atau harga diri. Menurut Bandura, jika selama ini kita merasa hidup telah sesuai dengan standar-standar yang kita tentukan dan telah memperoleh imbalan atau penghargaan, itu berarti kita telah memiliki konsep diri (harga diri). Guru yang memiliki kemampuan membangun citra diri positif akan sukses dan mudah membangun karier. Ia selalu melihat kelebihan diri, bukan kekurangan. Guru mampu membuat dirinya berharga dimata orang lain. Contohnya antara lain citra kejujuran, kesabaran, ketegasan, kedisiplinan dan wibawa merupakan citra positif yang disukai siapapun. Di dalam membangun citra diri ini dibutuhkan kemauan dan keseriusan dan memang tidak mudah, sering tidak akan terlihat langsung hasilnya. Karena citra diri merupakan produk pembelajaran dari orangtua, pengasuh yang memberikan kontribusi terbesar pada citra diri kita. Pengalaman lain dari guru, teman dan keluarga, yang menjadi pantulan cermin dari orang yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian secara utuh. 2)
Etika Seringkali di dalam kehidupan sehari-hari kita mendengarkan maupun menggunakan kata etika, etis, etiket, moral, maupun akhlak. Coba kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini! “Guru PPL itu tidak punya etika, masuk ruangan tidak mengucapkan salam“ “Rupanya, moral guru itu rendah. Masak, anak didiknya ditendang dan dimaki-maki karena tidak ikut upacara “ “Tidak etislah kalau kita yang menyampaikan perihal kekurangan bapak pengawas” “Mahasiswa supaya memakai pakaian yang pantas di hari wisuda, jangan kita dikira tidak tahu etiket” Pada kalimat-kalimat di atas kita bisa melihat cara berperilaku dari manusia yang dianggap tidak baik dan benar. Mengapa kita sebagai guru perlu memahami tatacara hidup ini? Perlu beretika, bermoral dan berakhlak baik ? Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia diberi akal budi, perasaan dan kehendak. Dengan akal manusia bisa berpikir, dengan rasa manusia bisa mengatur keharmonisan hidup ini, dengan kehendak manusia bisa banyak berbuat amal kebaikan dan membuat karya. Karunia Allah jua, manusia mampu berbahasa, bisa mendidik dan dididik, berkehendak untuk menjadikan hidup ini lebih bermakna. Dengan kelebihan ini, manusia tentunya dapat berperilaku baik (kepribadian) setiap saat. Untuk memelihara keseimbangan kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama (sosial), manusia perlu mengetahui aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma umum, maupun aturan ajaran agamanya. Manusia yang selalu berpikir kritis akan mampu menimbang perilaku, mana yang berdampak baik dan berdampak buruk. Kesadaran diri, harus berperilaku bagaimana ini, yang dikenal dengan ilmu etika. Berikut ini, akan dibahas tentang etika, moral dan akhlak secara singkat. Dimulai dari pengertian tentang etika, macam dan hubungan etika dengan moral, etiket dan akhlak, sehingga membawa kita pada suatu pengertian “guru sebagai makhluk yang beretika dan berakhlak mulia”. Etika dan Etiket Etika yang dalam bahasa Inggris di sebut ethics. Secara etimologi, etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminologi etika
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 70
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Dalam batasan filsafat, Immanuel Kant yang dikutip dari Anshari (1982), menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencari jawaban dari empat persoalan pokok, salah satunya dijawab oleh etika. Persoalan tersebut berkaitan dengan, “Apakah yang boleh dikerjakan manusia?” Suseno dalam membahas etika dasar (1997), menyatakan bahwa etika adalah ilmu yang mencari orientasi. Salah satu kebutuhan fundamental manusia adalah orientasi. Etika sebagai sarana orientasi bagi manusia dalam menjawab pertanyaan: bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Begitu banyak yang dapat memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan; orangtua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman. Tetapi apakah benar apa yang mereka katakan? Dan bagaimana kalau mereka masingmasing memberi nasihat yang berbeda? Lalu siapa yang harus diikuti? Dalam situasi seperti ini etika akan membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak hidup dengan cara ikut-ikutan. Etika sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat, yang dapat memahami apa yang baik dan yang buruk. Arti susila dalam etika dimaksudkan kelakuan atau perbuatan seseorang bernilai baik, sopan menurut norma-norma yang dianggap baik. Etiket adalah tata cara dalam masyarakat, sopan dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Arti etiket disini sama dengan adat kebiasaan, yaitu sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulang-ulangi serta menjadi kebiasaan dalam masyarakat, berupa kata-kata atau macam-macam bentuk perbuatan manusia dalam berinteraktif dengan manusia lainnya. Agar seseorang dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu maka ia harus memahami etiket pergaulan berlaku pada masyarakat itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering ditutut untuk membawakan diri kita berperilaku sesuai dengan etiket tertentu. Seperti etiket berbusana, etiket di meja makan, etiket dalam berbicara, mengikuti upacara resmi, saat menghadapi atasan, dalam perjamuan resmi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa etiket merupakan aturan sopan santun dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Etika sebagai bagian (cabang) filsafat menurut beberapa ahli dinyatakan sebagai berikut: The Liang Gie; etika adalah filsafat tentang pertimbangan moral Harry Hamersma; etika dan estetika merupakan filsafat tentang tindakan Aristoteles, memasukkan etika ke dalam cabang filsafat praktis; ilmu etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagian dalam hidup perseorangan. Menurut Suseno, ada empat alasan mengapa manusia perlu beretika: Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik. Perlu kesatuan tatanan normatif. Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang sangat cepat. Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual, dan budaya itu nilai budaya tradisional tertantang. Perubahan-perubahan budaya terjadi begitu cepat akibat modernisasi. Dalam situasi seperti ini, etika membantu kita agar jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan antara yang hakiki dan apa yang boleh berubah dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, dengan etika kita dapat menghadapi ideologi-ideologi baru dengan kritis dan objektif untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak mudah terpancing. Etika juga membantu agar kita jangan naif atau ekstrem, tidak cepat bereaksi, terhadap suatu pandangan baru, menolak nilai-nilai hanya karena baru dan belum biasa. Keempat, etika juga perlu oleh agama untuk memantabkan pemeluknya dalam keyakinan dan keimanan. Dengan memperhatikan manfaat etika, diharapkan peran Guru di manapun, dalam situasi apapun keberadaannya tetaplah sebagai pembimbing, pembina perilaku, dan sekaligus model berperilaku manusia beretika. Karena ini bagian dari tanggung jawab sebagai pendidik.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 71
Moral dan Etika Moral berasal dari kata latin mos jamaknya moses yang berarti adat atau cara hidup. Berarti etika sama dengan moral? Magnis Suseno (1987) membedakannya. Ajaran moral dinyatakan Suseno sebagai wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika bukanlah ajaran, tetapi pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah ilmu, yang membuat kita mengerti tentang ajaran tertentu, dan bagaimana kita mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan ajaran moral. Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bukan berdasarkan perannya, seperti guru, olahragawan, dai, pendeta, dokter, dan lainnya. Norma-norma moral adalah tolok ukur segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Etika dan Akhlak Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis berarti: a) tabiat, budi pekerti ; b) kebiasaan atau adat; c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan; d) agama. Akhlak dalam konsep agama Islam adalah sebagai bukti amaliah dari keimanan dan ketaqwaan seseorang. Sebagai kita kita pahami etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah hidup kalau ia mau baik. Etika secara umum dikenal sebagai kesepakatan manusia secara bersama-sama terhadap suatu norma yang jadi pedoman berperilaku. Bagi pemeluk agama Islam cara berperilaku manusia tidak boleh terlepas dari ajaran agamanya. Manusia berbuat bukan hanya untuk kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga untuk kebahagiaan di akherat. Etika beragama di dalam agama Islam disebut dengan akhlak. Perilaku umat Islam haruslah berpedoman pada ajaran Alquran sebagai kitab suci dan cara pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari mencontoh akhlak guru besar nabi Muhammad SAW. Akhlak dalam agama Islam memiliki makna yang lebih mendalam dalam hidup manusia, yaitu cara manusia berperilaku yang merupakan pantulan dari tingkat keimanan hidup beragama. Berdasarkan kajian QS an-Nahl 16: 126 dan QS asy-Syuura 42:/40, KH Achmad Satori Ismail menjelaskan ada empat tingkatan akhlak dalam Islam. Pertama, akhlak sayyiah (tercela). Yaitu, semua yang dilarang Islam berupa keburukan atau kejahatan yang merugikan manusia dan kehormatannya,atau yang merusak makhluk secara umum. Misalnya. Bergunjing, mengadu domba, dan menipu. Kedua, akhlah hasanah (baik), adalah akhlak di mana kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan yang serupa. Ketiga, akhlak karimah (mulia), yaitu berperilaku sebagaimana yang diperintahkan Islam. orang yang selalu mampu memaafkan orang lain, walaupun orang tersebut mampu membalas hal yang tidak baik tersebut yang menimpa dirinya. Keempat, akhlak adzimah (agung). Kalau pada akhlak karimah ketika mendapatkan keburukan dari orang lain, cuma sampai memaafkan tersebut. Tapi, akhlak agung meningkat lebih tinggi, yaitu dengan berbuat baik kepada orang yang menzoliminya. Bahkan mendoakan orang tersebut untuk hal yang baik. Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad, Baihaqi dan Malik). “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmizi). “Orang yang paling baik keislamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Ahmad). “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak membawa manusia ke dalam surga” (HR. Tirmizi). “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang paling baik” (HR. Tirmizi).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 72
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Akhlak Nabi Muhammad SAW disebut juga akhlak Islam. Karena akhlak ini bersumber dari Al-Qur’an, dan Al-Qur’an datangnya dari Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan akhlak ciptaan manusia (etika, moral, adat, dll) . Ciri-ciri tersebut antara lain: Kebaikannya bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apapun. Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zamn dan di semua tempat. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan tempat atau perubahan kehidupan masyarakat. Kewajiban yang harus dipatuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakannya. Pengawasan yang menyeluruh. Karena akhlak Islam bersumber dari Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia, sehingga seseorang tidak berani melanggarnya kecuali setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk selanjutnya bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan perbuatan yang salah lagi. Ini trejadi karena agama merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup yang didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama serta diberi petunjuk. Sebagai guru yang beragama Islam tentu pedoman berperilakunya, akan meniru akhlaq guru besar Muhammad SAW. Yang selalu mengisi kehidupannya dengan kebaikankebaikan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akherat. Kode Etik Guru Kode etik merupakan bagian dari perilaku dan pengetahuan yang sangat penting yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru. Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus diperhatikan oleh setiap anggota profesi khususnya profesi guru di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam kehidupan di masyarakat. Seorang guru akan mengetahui tentang aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam melaksanakan profesinya sebagai seorang guru. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah lakau anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah untuk: menjunjung tinggi martabat profesi menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya meningkatkan pengabdian para anggota profesi meningkatkan mutu profesi meningkatkan mutu organisasi profesi Kode Etik Guru Indonesia Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan normanorma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Guru Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 73
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada dasar-dasar antara lain guru: berbakti membimbing peserta didik untk membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya berjiwa Pancasila. memiliki dan melaksanakan kejuruan profesional. berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat prosesinya. memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai saran perjuangan dan pengabdian. melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan Sembilan kode etik guru ini kalau kita simak satu per satu sudah mengandung nilai bagaimana menjadi guru yang profesional. 3)
Etos Kerja Etos kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kalau dikaitkan dengan profesi guru, etos kerja guru adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas guru dalam menjalankan profesinya. Orang yang bekerja dilingkungan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan , seharusnya tidak hanya melihat pekerjaannya sebagai tempat mencari nafkah. Ia harus melihatnya sebagai tugas yang mengemban esensi pendidikan. Menurut Isjoni dan Suarman (2003) pendidikan itu bukan hanya untuk hari ini dan esok, melainkan membangun kehidupan jauh kedepan. Esensi pendidikan dalam hal ini bagaimana mencerdaskan SDM, masyarakat dan bangsa, sehingga mampu beradaptasi sekaligus melakukan pembaharuan dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikuasai. Yang mampu mengusainya adalah orang yang cerdas IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ. Sumber daya manusia yang berkualitas hanya akan didapat dari guru yang memiliki berbagai kecerdasan tersebut. Guru yang berkualitas akan terbentuk jika memiliki etos kerja yang tinggi. Menurut Jansen Sinamo ada delapan etos kerja unggulan yang perlu dipahami, yang dapat dikembangkan oleh guru dalam bertugas. Etos kerja tersebut sebagai berikut: Kerja itu suci, kerja adalah panggilan ku, aku sanggup bekerja benar. Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras. Kerja itu rahmat, kerja adalah terima kasihku, aku sanggup bekerja tulus. Kerja itu amanah, kerja itu tanggungjawabku, aku sanggup bekerja tuntas. Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup kerja kreatif. Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdiaanku, aku sanggup bekerja serius, Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna. Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul Inilah wujud kecerdasan IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ bagi seorang pendidik guru. Hasil pekerjaaannya mendidik jauh ke depan. Jadi, tugas dan tanggungjawabnya bukan hanya pada saat itu dilakukan, akan tetapi menyiapkan pemimpin masa depan. Biasanya tenaga profesional jarang mempermasalahkan agar gajinya dinaikkan, melainkan kinerjanya sendirilah yang mengharuskan orang lain membayar mahal. Menurut Isjoni dan Suarman orang-orang profesional tidak menuntut gaji besar, namun mereka membuat gaji besar dari karyanya. Etos Kerja Dalam Pandangan Agama Islam Kerja seperti apapun dalam kehidupan di muka bumi harus dilihat dan dijalankan dalam suatu keseimbangan yang bernuansa ibadah. Islam menekankan pentingnya masyarakat muslim secara umum menghabis sepertiga hari mereka untuk bekerja,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 74
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
sepertiga lainnya untuk tidur dan istirahat, dan sepertiga lainnya untuk shalat, bersenang-senang, aktivitas keluarga serta masyarakat. Ujian muslim setelah berkomitmen terhadap etos kerja, kemudian perlu dipikirkan mengenai bagaimana rejeki didapat dan dimanfaatkan. Dalam surat Albaqarah 212, Allah mengatakan akan memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya. Dari ayat tersebut yang perlu disadari adalah kendati Allah memberikan rezeki lewat berbagai cara dan dalam jumlah yang tak terbatas, tetapi itu tak berarti rezeki datang dengan sendirinya, etos kerja harus ditumbuhkan Layak diperhatikan bagaimana pendapatan atau hasil orang per orang yang berupa rezeki bisa diperoleh. Tentu akhirnya kembali kepada beberapa besar usaha kita untuk memperoleh rezeki itu. Allah SWT juga banyak berfirman agar rezeki itu dimanfaatkan dengan baik. Ini berarti terlihat mata rantai suatu aliran pendapatan dari satu orang keorang lainnya, sehingga akhirnya bagaikan bola salju dan jadilah suatu pertumbuhan bagi orang tersebut baik secara moral maupun material. Sebagai guru muslim, kita layak merenungkan bahwa segala rezeki yang Allah berikan kepada kita, harus dimanfaatkan secara baik. Di samping itu manusia yang beradab pasti ingin bekerja keras dan cerdas, berusaha mencari rezeki dengan dilandasi oleh etos Islam. Allah telah meletakkan di dalam prinsip-prinsip penciptaannya, bahwa bekerja dan berusaha merupakan daya rahasia kemajuan dan pergerakkan. Alam telah mengajarkan kepada manusia bahwa segala yang ada di alam ini senantiasa bergerak, berkembang, dan bekerja untuk membangun sistemnya. Ajaran Islam amat menekankan etos kerja tanpa melupakan aspek spritual. Dengan keduanya, Islam mendorong manusia untuk membangun peradaban yang mempunyai nilai spritual. Menyalakan etos kerja di tengah krisis bangsa adalah langkah konkrit untuk perbaikan negeri ini. Kehormatan dan kemuliaan datang dari kerja dan usaha untuk ibadah. Etos Kerja Cerdas berlandasan Spritual dapat dikembangkan lagi oleh guru dan implementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yakni Etos kerja sebagai mental rohani. Bagaimana kita memandang tugas kita guru dari segi mental rohani, agar didapatkan kepuasan kerja, pahamilah hal berikut ini: Kerja adalah rahmat, kerja panggilan, kerja aktualisasi, kerja ibadah, kerja adalah seni, kerja merupakan kehormatan, kerja pelayanan. Rahmat; jiwa besar, pikiran luas, hati baik, rejeki akbar, sumber berkah, suka cita, ikhlas, bersyukur. Amanah; adil, benar, jujur, aman terpecaya, bertanggungjawab, pembangun,dan pengembang. Panggilan; responsif, ekspresif, unik, khas, berintegrasi, tuntas, tumbuh menjadi
bigger-higher, dan better.
Ibadah; penuh cinta, sayang, setia, komitmen, berbakti, mengabdi, berserah. Seni; indah, estetik,artistik, imajinatif, kreatif,, inovatif, Kehormatan; harkat,martabat, mulia, hebat, berkualitas, unggul, excellent. Pelayan; fokus pada pelangganan, sempurna, paripurna, ramah, simpatik, memuaskan. Etos juga dikenali sebagai kebiasaan, berbasis pada state of mind yang berhubungan kegiatan produktif. Etos kerja sebagai seperangkat perlikaku kerja, yang berakar pada kesadaran yang kuat, keyakinan yangjelas danmantab, serta komitmen yang teguh pada prinsip,paradigma, dan wawasan kerja yang khs dan spesifik Delapan kebiasaan (habitus) dalam bekerja cerdas Bekerja ikhlas penuh rasa syukur Bekerja penuh integitas Bekerja keras penuh semangat Bekerja serius penuh kecintaan Bekerja cerdas penuh kreativitas Bekerja tekun penuh keunggulan Bekerja pari purna penuh kesabaran.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 75
Bagaimana anda sebagai guru melaksanakan tugas profesinya selama ini, coba nilai sendiri, lakukan penilaian diri dengan jujur agar ke depan anda pantas menyadang gelar guru yang profesinal. 4)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Komitmen Makna Komitmen Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen, Pasal 7 dinyatakan bahwa salah satu prinsip profesionalitas butir c adalah guru memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Selanjutnya dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, Pasal 40 Ayat (2) butir b, menyatakan pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan butir c memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Komitmen adalah janji. Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang. Pilihan jadi guru hendaklah diperkuat dengan komitmen. Komitmen akan mendororong rasa percaya diri, dan semangat kerja, menjalankan tugas sebagai guru menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas phisik dan psikologi dari hasil kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkanbagi seluruh warga sekolah. Komitmen mudah diucapkan. Namun lebih sukar untuk dilaksanakan. Mengiyakan sesuatu dan akan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab adalah salah satu sikap komitmen. Komitmen sering dikaitkan dengan tujuan, baik yang bertujuan positif maupun yang yang bertujuan negative. Sudah saatnya kita selalu berkomitmen, karena dengan komitmen sesorang mempunyai keteguhan jiwa. Stabilitas social tinggi, toleransi,, mampu bertahan pada masa sulit, dan tidak mudah terprovokasi. Komitmen yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan. Memenuhi Komitmen (menepati janji sesuai dengan hati nurani) merupakan sikap dasar guru profesional. Menurut Pugach (2008) ada lima komitmen yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh guru, berkaitan dengan gelar profesional yang disandangnya. Selalu belajar mengembangkan pengetahuan dari berbagai sumber. Mengembangkan kurikulum dengan rasa tanggungjawab Selalu memperhatikan keragaman latar belakang keluarga peserta didik Memenuhi kebutuhan individual dalam belajar di kelas maupun di area sekolah. Aktif berkontribusi dalam tugas profesinya. Seorang guru tidak boleh berhenti belajar setelah menyelesaikan program pendidikannya. Mereka harus terus belajar melalui apa yang dipraktekkannya di kelas, belajar melalui teman-teman seprofesi. Hal ini akan terjadi kalau guru memiliki komitmen untuk membuka diri jadi yang terbaik, mempunyai semangat dalam meningkatkan diri, mengembangkan kariernya di dunia pendidikan. Kurikulum bukanlah dokumen statis, dimana guru hanya mengikuti tanpa perlu pertimbangan dan sikap bijaksana. Guru diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengembangkannya pada tingkat satuan pendidikan , tingkat kelas, sesuai kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, dituntut tanggung jawab guru dalam penggunaan kurikulum pendidikan. Guru secara terus menerus, tahun berganti tahun, bergantian angkatan, menerima anggota kelas yang berbeda-beda. Siswa yang datang dari beragam latar belakangnya. Untuk pembelajaran yang menyenangkan guru diharapkan selalu kreatif mengelola kelasnya. Dimana, siswa dapat merasa diterima keberadaannya, merasa aman dan nyaman, berada di lingkungan kelas dan lingkungan sekolah. Kegiatan belajar di kelas maupun lingkungan sekolah hendaklah diorganisir secara tepat guna. Pengelompokan kegiatan, pengelompokkan siswa perlu pertimbangan berbagai kebutuhan individu siswa.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 76
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mengajar bukanlah sekedar bekerja yang memperhatikan jam masuk dan jam keluar selesai pembelajaran. Bekerja bagaikan robot sesuai dengan apa yang diperintahkan. Guru sendiri harus mampu mengelola dirinya, mengembangkan profesinya, membutuhkan kesempatan untuk bergabung dengan teman satu profesi, ikut bertanggung jawab atas profesinya. Komitmen guru adalah akhlak guru Menepati janji adalah salah satu pokok ajaran akhlak yang harus dilaksanakan sebagai aktualisasi dari keimanan. Sewaktu diangkat menjadi guru pegawai negeri ada komitmen yang diucapkan (diambil sumpah) atas nama Tuhan dan ditandatangani sebagai bukti tertulis kita berjanji. Apa yang terjadi setelah kita guru memulai dunia kerja, janji tinggal janji. Komitmen sering terlupakan. Janji akan lebih mengutamakan tugas Negara daripada kepentingan pribadi, sering terbalik dalam pelaksanaannya. Beratnya kesalahan kita, kita berjanji dengan Allah. Guru diharapkan akan menjadi seseorang yang menepati janji, memegang ucapannya dan dapat dipercaya dan diandalkan. Guru akan tampil dalam sikap, perkataan dan perbuatan menepati janji betapapun kecilnya dan dapat diandalkan, terpercaya, beriman dan bertakwa. Komitmen dan Ketulusan-keikhlasan Ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja akan memudahkan terlaksananya komitmen sebagai seorang guru. Membicarakan tentang ikhlas, terkait dengan ketulusan niat. “Ikhlas itu adalah rahasia dari semua rahasia dan aku menempatkannya di hati hamba yang menjadi kekasih- Ku.” Demikian firman Allah SWT sebagaimana disabdakan nabi Muhammad SAW. Niat baik kita untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya merupakan tujuan hasil kerja yang berkualitas. Selalu ikhlas dalam bertindak dan niat karena Allah, diikuti dengan doa, akan membuahkan kebahagiaan bagi pribadi guru dan kesuksesan belajar siswanya. Bekerja sebagai pengajar bagian dari mencapai kebahagian dalam kehidupan. Keikhlasan harus selalu ditingkatkan dan dirawat. Menurut Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas : “Mencari kebahagiaan hakiki dalam kondisi ikhlas, manusia akan kuat, cerdas dan bijaksana jalan hidup yang efektif dan produktif menjadi kekuatan pribadi yakni pribadi dengan bantuan Allah (Power). Proses melatih diri secara kualtiatif dan kuwantitatif- meningkatkan keikhlasan dengan mengakses kekuatan dahsyat (Allah). Kebahagiaan hakiki tidak hanya dipahami melalui pikiran tatapi harus melalui hati dengan kelembutan tersendiri orang yang ikhlas: rela, sabar, bersyukur akan meraih cita-cita yang tertinggi di dunia dan akhirat. Manusia diciptakan dengan sebaiknya dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan. Fitrah sempurna di zone ikhlas, selalu berprasangka baik kepada orang lain dan bersyukur kepada apa yang telah didapat. Manusia computer hayati; hardware Otak’ Software Pikiran dan perasaan’ operating system hati nurani self maintence system iklas gangguan virusnya putus asa, nafsu, sombong dsb- prasangka buruk –manfaat hidup berkurang. Barsaing perang-bekerja sama. Kita sering diliputi pada hal-hal yang kurang enak. Takut maka timbul pikiran hal-hal yang menakutkan-usahakan tarik hal-hal yang membahagiakan/menarik hal-hal yang anda inginkan ingin sembuh focus pada kesehatan senang focus pada kebahagiaan tenang focus pada kedamaian. Selanjutnya Sentanu mengaitkan kerja otak dengan keikhlasan dan pentinya doa. Hidup di dunia berpasangan ada otak kiri dan otak kanan. Kiri berpikir analitik, logis, bahasa, pengetahuan. Kanan Intuisi, kuasi, seni, musik dsb. Tiap orang berbeda mana yang menonjol. Perlu kerja sama (kanan kiri) , menyeimbangkan diri. Perang besar melawan diri sendiri. Pikiran positif yang rasanya enak dihati ketika anda beraktivitas, lakukan dengan hati dengan cara penuh do’a kepada Allah SWT/ menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Allah SWT. Kita telah diberikan motivasi yang berbicara Zone ikhlas High energi syukur, sabar, tenang, Happy perasaan positive yang berenergi tinggi positive feeling. Kebanyakan manusia melihat lewat panca indera tetapi belum tentu memahami apa yang dilihat. Doa adalah senjata orang yang beriman D = Direction Minta yang jelas O = Obedience = yakin do’a akan dikabulkan A= Aceptance = syukur (menerima perasaan terkabulnya do’a). Komitmen dan Kesabaran Pepatah popular mengatakan, “Siapa yang bersabar akan beruntung.” Mengapa beruntung ? Satu surat dalam Al-Quran menuliskan yang artinya” …Sesungguhnya Allah Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 77
beserta orang-orang yang sabar” (QS 2:153). Jika Allah sudah menyertai seseorang, tidak ada siapa pun akan mampu mencelakan dia. Kebersertaan Allah dalam melaksanakan tugas sebagai guru haruslah diusahakan. Sering kita dalam melaksanakan tugas tidak sabar untuk meraih hasil terbaik. Sabar, adalah salah satu sikap terpuji yang terkait dengan kepribadian guru. Menurut Ubaedi kesabaran dalam konsep agama Isalam (Konsep Al-Quran) dimaksudkan untuk membuat manusia kuat menghadapi hidup. Konsep bagaimana menghadapi realitas atau menjalani praktek hidup. Seperti yang kita alami, menjalani hidup ini ternyata tidak cukup dengan memiliki keinginan yang baik, keinginan untuk menjadi orang baik, atau menjadikan orang lain disekitar kita lebih baik. Setiap orang memiliki keinginan untuk jadi baik, yang sering membuat kita tidak nyaman adalah realitas. Realitas yang kita hadapi sering tidak sesuai dengan harapan, bertentangan dengan keinginan atau yang telah direncanakan. Ada realitas yang menuntut kita mencari solusi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
“90% penyebab kegagalan manusia adalah kepasrahan terhadap realitas .”(Washington Irvin) “kesuksesan dilahirkan dari 99% kegagalan yang dipahami dengan sikap anti menyerah,” (James Dison) “keberhasilan seseorang itu 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual dan yang 80% ditentukan oleh serumpun kemampuan yang disebut Kecerdasan Emosinal.” (Daniel Goleman)
5)
Ubaedi lebih lanjut menjelaskan, bahwa meski sebagian besar kita sudah tahu arti kesabaran, tetapi dalam prakteknya masih banyak yang belum berhasil membedakan antara kesabaran dalam arti pasrah pada Tuhan dan kesabaran dalam arti pasrah pada kenyataan. Misalnya guru punya komitmen untuk meningkatkan hasil belajar siswanya. Kenyataannya, tidak semua anak didiknya dengan cepat ambil bagian berpartisipasi aktif dalam program yang sudah dirancang sedemikian rupa. Ada guru yang pasrah pada kondisi siswa, dengan menyatakan memang kemampuan dan kemauan siswa untuk belajar terbatas. Yang jelas kita sudah melaksanakan komitmen dalam menjalankan tugas mengajar. Sering pasrah pada realitas dengan mengatas namakan kesabaran, nasib, takdir, kehendak Tuhan, dan sebagainya. Bila kita sedang mengusahakan ide-ide baru dalam pendidikan (meningkatkan prestasi) lalu gagal ditengah jalan, orang lain akan mengatakan kepada kita sabar. Sabar disini mengandung konotasi menerima kegagalan itu apa adanya. Hal ini tentu tidak sejalan dengan kesabaran yang diajarkan oleh agama. Ide-ide positif, jika gagal dilaksanakan, agama memerintahkan kita bukan menerima apa adanya, melainkan menerima untuk memperbaiki. Yang diperbaiki bisa jadi rencana, proses, teknik, alat, sikap mental, dan lain-lain. Dengan menerima dan memperbaiki maka jiwa kita akan terdidik untuk menjadi kuat. Kesabaran adalah kemampuan. Ubaedi mengelompokkan kesabaran sebagai kemampuan: a) Kemampuan menunggu b) Kemampuan mempertahankan c) Kemampuan menjalankan Sikap-sikap tidak sabar, seperti mengambil jalan pintas yang melanggar hukum, main seradak-seruduk, atau malah apatis dan tidak melakukan apa-apa, hanya akan berakhir dengan kegagalan dan penyesalan. Komitnen kesabaran perlu ditingkatkan. Sabar dapat mengundang kehadiran Allah bersama kita. Sabar sebagai cara untuk meminta pertolongan Allah. Mendidik manusia tidaklah mudah, guru sering kehilangan kesabaran, sehingga komitmennya dalam menjalankan profesi sering berjalan tidak mulus. Usaha untuk selalu memperbaiki diri, mencari jalan terbaik dan doa kepada Allah merupakan kunci utama dalam mencapai hasil kerja terbaik. Disamping itu, guru hendaklah selalu berupaya menghadirkan Allah dan dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup individu maupun komunitas, agar selalu menjadi orang yang beruntung. Empati Makna Empati Empati dalam bahasa Yunani diartikan sebagai “ketertarikan fisik”, yang didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi dan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 78
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya. Seseorang yang berempati akan mampu mengetahui, pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap sebagai resonansi perasaan. Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antara manusia mampu merasakan emosi orang lain, yang akan bermanfaat membina relationship yang akrab dengan orang lain.. Empati dan kecerdasan emosional Empati adalah salah satu ciri kecerdasan emosional. Emosi menurut Goleman (1996) merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sejumlah kritikus mengelompokan emosi dalam beberapa golongan , sebagai berikut: Amarah; beringas, mengamuk, benci, jengkel, marah besar , terganggu, rasa pahit, bermusuhan tindak kekerasan Kesedihan; sedih, pedih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat. Rasa takut; cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, pobia, panic, tidak tenang. Kenikmatan; bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga, senang sekali, dan batas ujungnya, mania. Cinta; penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,, bakti, hormat, kasmaran, kasih. Terkejut; takjub, terpana, terkejut, terkesiap. Jengkel; hina, jijik muak, mual, benci tidak suka, mau muntah, Malu; rasa salah, malu hati, kesal hasil, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Guru yang memiliki empati tinggi, mampu membaca dan memahami kondisi emosi peserta didiknya pada waktu tertentu. Guru akan berusaha membantu, memberi bimbingan cara mengelola emosi mereka. Kecerdasan emosional: kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustasi, menendalikan dorongan hati dan tidak berlebihlebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Empati adalah kemampuan membaca emosi Kemampuan menerima sudut pandang orang lain Kemampuan dalam mendengarkan orang lain Kemampuan kepekaan akan perasaan orang lain Goleman menyebut empati sebagai”keterampilan dasar manusia”. Orang memiliki empati kata Goleman adalah pemimpin alamiah yang dapat mengekspresikan dan mengartikulasikan sentiment kolektif yang tidak terucapkan, untuk membimbing suatu kelompok menuju cita-citanya. Menumbuhkan dan Mengembangkan Empati di kelas Segal (2000) menyatakan, semakin banyak Anda mempelajari melalui perasaan, semakin mudah Anda memahami perasaan orang lain. Saya tidak dapat menemukan alat yang lebih ampuh untuk menelusuri kerumitan hubungan manusia, kecuali empati. Empati adalah keterampilan terakhir yang Anda peroleh ketika mendidik hati anda. Empati mengalir dari kesadaran aktif, rasakan setiap saat, seimbangkan kebutuhan anda dan kebutuhan orang lain demi kepuasan bersama untuk membetuk hubungan saling menghormati yang langgeng. Kesadaran aktif akan membuat anda cerdas. Empati membuat anda bijaksana dalam merasa. Memahami bahasa tubuh. Coba ingat dan catat bagaimana anda bereaksi setiap anda merasakan atau melihat hal-hal berikut ini pada orang-orang yang anda temui: mulut cemberut ringisan mata berbinar-binar irama suara alis berkerut senyum lebar kelopak mata berat nada suara melengking cuping hidung mengembang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 79
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Apakah anda merasakan ledakan emosioanal pada diri anda; Ketika anda melihat seseorang mengangis, Anda menangis pula. Ketika seseorang sangat ceria, Anda tertawa geli. Itu bukan empati sama sekali. Empati dapat dimaknai menyelami perasaan orang lain, namun masih tetap terjaga beberapa keterpisahan. Empati dapat merasakan kesedihan orang lain tanpa kehilangan jati diri dan kesadaran diri. Data penelitian menunjukkan bahwa empati merupakan kekuatan yang hebat untuk kebaikan. Guru yang memiliki tingkat empati yang tinggi dapat mengembangkan kemampuan akademik yang lebih besar pada muridnya daripada guru yang tingkat empatinya rendah. Carl Roger dalam Zuchdi (2008) mengatakan bahwa, empati merupakan alat yang paling efektif untuk membantu perkembangan pribadi dan meningkatkan hubungan serta komunikasi dengan orang lain. Empati guru merupakan kedekatan emosi dengan peserta didiknya, ikatan emosi dengan siswanya. Guru sering gagal mencerdaskan siswanya karena tidak memiliki empati pada peserta didiknya. Empati guru terhadap siswa dengan memahami kebutuhan siswanya, diantaranya; Sensitive, penuh perhatian terhadap kebutuhan siswa Menunjukkan kemampuan berada pada posisi siswa Memahami kebutuhan siswa, tetapi tidak sentimental, membedakan masalah-masalah pribadi anak dari masalah umum. Latihan membaca wajah siswa anda Seorang guru harus bisa menyelami, apakah siswa telah mengerti materi yang baru saja dijelaskan. Biasanya dari ekpresi wajah mereka dapat terlihat. Berikut ini Hasyim Ashari (2007) mendeskripsikan tanda yang bisa dibaca dari ekspresi wajah siswa. Ekpresi Wajah/suara Kepala manggut-manggut Terseyum sambil bilang oo… Wajah tidak tergerak dengan tetap memandang papan tulis Mengerutkan dahi Bel akhir pelajaran berbunyi, dan siswa bilang “kok cepat ya”
Artinya Memahami apa yang dijelaskan Sangat memahami Belum mengerti Susah memahami Anda sukses berkomunikasi dengan siswa
Guru harus kreatif jika di kelas yang diajarnya ada siswa yang ngobrol dengan temannya. Tidak melihat ke depan, atau kalau ditanya tidak menjawab. Teramati tidak semangat mengikuti pelajaran. Lakukan interaksi dengan memberi umpan balik. Guru harus berusaha mencari akar permasalahannya, jangan hanya fokus menyelesaikan program pembelajaran hari itu. Sikap empati yang tinggi dari guru akan mampu mengatasi masalah belajar siswanya. C. Lembar Kerja 1. Baca dan analisis tujuan pendidikan nasional dan buatlah rancangan profil guru yang akan mampu mewujudkan tujuan tersebut? 2. Lakukan evaluasi diri, apakah anda sebagai guru sudah memiliki profil pendidik guru yang digambarkan seperti di atas? 3. Rancanglah kegiatan yang harus dilakukan guru untuk satu minggu sesuai tanggung jawab profesi!
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 80
BAB III MATERI PEMBELAJARAN 1 MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Model Pembelajaran 1. Konsep Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Modeldiartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalammelakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2)suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasisesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsidari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agardapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin, 2000:152). Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar dapat difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembeiajaran. Dalam mengajar, guru dapat mengembangkan model mengajarnya yang dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam perilakusiswa, Pengembangan model-model mengajar tersebut dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar siswa. Salah satu batasan tentang model mengajar adalah :
‘’Model of teaching can be defined as an instructional design which describes theprocess of specifying and producing particular environmental situations which causethe students to interact in such a way that that specificchange occurs in their behavior”,(SS Chauhan,
1979:20). Dengan memperhatikan batasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa model mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Dalam dunia pendidikan, model diartikan sebagai a plan, method, or series of activitiesdesigned to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Jadi dengandemikian model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, model pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasukpenggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti tujuan penyusunan suatu model baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, model disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan model adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilrtas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu model. Kemp (1995) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran itu adalah adalah suatu set materi dan prosedur pembeiajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 81
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Upaya untuk mengimlernentasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal adalah dengan menggunakan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan model yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi dalam satu model pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan model ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karenanya, model berbeda dengan metode. Model menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan, model. Dengan kata lain, model adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a wayin achieving something. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan model adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan model maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.Oleh karenanya model dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan model pembeiajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan model pembelajaran discovery dan inkuiri serta pembelajaran induktif. Selain pendekatan, model, dan metode, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorangdalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu model pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkanbagaimana menjalankan model itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknikyang dianggapnya relevan dengan metode, dan dalam penggunaan teknik itu guru memiliki taktikyang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain. b. Klasifikasi Model Pembelajaran Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar, yakni model informasi, model personal, model interaksi dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok, yaitu : 1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models), menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masayarakst. Oleh karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual. 2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha mengalakkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggungjawab atas tujuannya. 3) Model Sosial (Social Family), menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 82
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perfaedaan dalam realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep“synergy” yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan, dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. Karena itu guru seyogianya mengorganisasikan belajar melalui’ kerja kelompok dan mengarahkannya, kemudian pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogianya mengajarkan proses demokratis secara langsung, jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelttian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan akademis. 4) Model sistem perilaku dalam pembelajaran ( Behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan. Sejalan dengan hal itu, teori konvergensinya William Stern implementasinya dalam hal belajar mengajar telah menyebabkan munculnya berbagai teori-teori belajar dan teori atau model mengajar, seperti: (1) model behavioral yang terdiri dari belajar tuntas, belajar kontrol diri sendiri, simu!asi, dan belajar asertif; (2) model pemrosesan informasi yang terdiri dari model mengajar inkuiri, presentase kerangka dasar atau“advance organizer”, dan model pengembangan berpikir; dan (3) lain sebagainya yang dapat dijadikan pendekatan yang efektif dalam pengajaran. 5) Pertimbangan Pemilihan Model Pembeiajaran Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir model apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien, Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, sebelum menentukan model pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan : a) Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor? Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah ? Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis? b) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu? Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak? Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu? c) Pertimbangan dari sudut siswa Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa? Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa? d) Pertimbangan-pertimbangan lainnya. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja? Apakah model yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan? Apakah model itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi? Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menerapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang dengan aspek kognitif, akan memiliki model yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau psikomotor, Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 83
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Model Pembelajaran Ekspositori a. Konsep Model Pembelajaran Ekspositori Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyarnpaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan model ekspositori ini dengan istilah model pembeiajaran langsung (direct instruction). Mengapa demikian? Karena dalam model pembelajaran ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah adi. Oleh karena model ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah model “chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model ekspositori. Pertama, model ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini. Oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah menguasai materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengsn benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembeiajaranyang berpusat pada guru (teacher-centered approaches). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan, guru menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model ini adalah kemampuan akademik siswa. Model pembelajaran ekspositori akan efektif manakala : Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa. Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross & Kyle, 1987) model ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untuk anak-anakyang memiliki kemampuan kurang. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan model yang berpusat pada siswa. b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembeiajaran Ekspositori Dalam penggunaan model pembeiajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. 1) Berorientasi pada Tujuan Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam model pembeiajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran; justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan model ini. Karena itu sebelum model pembelajaran ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. 2) Prinsip Komunikasi Proses pernbelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yangmenunjuk pada proses penyampaian pesan darr seseorang (sumber pesan)kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan), Pesan yang ingindisampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisrr dan disusunsesuai dengan tujuan tertentu yang ingin
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 84
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dicapai.Dalam proses komunikasiguru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerimapesan. 3) Prinsip Kesiapan Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” rnerupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan; sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik dari dari hukum belajar ini adalah agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kitaharus memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran, Jangan mulai kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. 4) Prinsip Berkelanjutan Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri. c. Prosedur Pelaksanaan Model Ekspositori Sebelum diuraikan tahapan penggunaan model ekspositori terlebihdahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan model ini 1) Rumuskan tujuan yang ingin dicapai 2) Kuasai materi palajaran dengan baik 3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampampaian Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada beberapa langkah dalam penerapan mode! ekspositori, yaitu : 1) Persiapan (Preparation) 2) Penyajian (Presentation) 3) Korelasi (Correlation) 4) Menyimpulkan (Generalization) 5) Mengaplikasikan (Aplication) 3. Model Pembelajaran Inkuiri a. Konsep Dasar Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasaYunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri. Pertama, model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalaui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat rnenumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 85
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student-centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri akan efektif manakala : Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model inkuiri, penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran. Akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Model inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir. Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan olehguru. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. b.
Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Model Pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibrium. Atas dasar tersebut, maka dalam penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. 1) Berorientasi pada Pengembangan intelektual. Tujuan utama dari model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan. 2) Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya, interaksi hanya berlangsung antar siswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun pada kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang dibicarakan sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri. 3) Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan datam menggunakan model pembelajaraninkuiri adaiah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawabsetiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuirisangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiapguru, apakah itu bertanya
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 86
4) 5)
c.
untuk melacak, bertanya untuk mengembangkankemampuan, atau bertanya untuk menguji. Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensti seluruh otak. Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkernbangan kemampuan logika dan nalarnya.Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Secara umum proses pembetajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah: Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2) Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu.Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3) Mengajukan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. 4) Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. 5) Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 87
6)
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengajuan hipotesis.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Konsep Dasar, Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi MPBM ada sejumlah kegiatanyang harus dilakukan siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran. Akan tetapi melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Untuk mengimplementasikan MPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yangmemiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisadiambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yangterjadi dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwakemasyarakatan. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan: Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan berpikir dalam membuat judgement secara objektif. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan serta membuat tantangan intelektual siswa. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab dengan belajarnya. Jika guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dan kenyataan) b. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan MPBM. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah MPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu : 1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. 3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakaan hipotesis yang diajukan. 6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 88
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir a. Hakikat dan Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan para guru kita adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apapun kita lebih banyak mendorong siswa agar menguasai sejumlah materi pelajaran. Metode pembelajaran yang dibahas pada bab ini adalah metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Metode pembelajaran ini pada awalnya dirancang untuk pembelajaran llmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran hafalan. Namun demikian, tentu saja dengan berbagai penyesuaian topik, model pembelajaran yang akan dibahas ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya termasuk mata pelajaran sejarah. Berdasarkan hasil penelitian, selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para orang tua siswa berpendapat IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan pelajaran lainnya, seperti IPA dan Matematika (Sanjaya, 2002). Hal itu merupakan pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran apapun diharapkan dapat membekali siswa baik untuk terjun ke masyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kekeliruan ini juga terjadi pada sebagian besar para guru. Mereka berpendapat bahwa IPS pada IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hapalan yang tidak menantang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran yang syarat dengan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan. Sekarang bagaimana mengubah paradigma berpikir tentang IPS dan sejarah sebagai mata pelajaran hafalan? bagaimana sejarah dapat dijadikan mata pelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa? Di bawah ini akan dijelaskan satu model pembelajaran berpikir dalam pelajaran Sejarah dan IPS. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran hasil dari pengembangan yang telah diuji coba (Sanjaya,2002). Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (MPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas. Pertama, MPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh MPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran. Akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasangagasan atau ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan bicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berpikir. Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil-hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupansehari-hari. Ketiga, sasaran akhir MPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalahmasalah soisal sesuai dengan taraf perkembangan anak. b. Hakikat Kemampuan berpikir dalam MPPKB Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir atau MPPKB merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reasin (1981), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurut Reason mengingat dan memahami lebihbersifat pasif daripada kegiatan berpikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan; sedang memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki mengingat dan memahami memiliki Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 89
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berpikir. Berdasarkan penjelasan di atas, maka MPPKB bukan hanya sekadar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep. Akan tetapi bagaimana data, fakta, dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan c. Karakteristik MPPKB Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk nengembangkan kemampuan berpikir, MPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran melalui MPPKB menekankan kepada proses mental siswasecara maksimal. MPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya, bahwa pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respon saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental yang diatur otaknya. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses implementasi MPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana mereka mempelajarinya. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari secara metoda apa yangakan digunakan. Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan antar bagian yang dipelajari. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian guru harus dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Siswa harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari. Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas secara fisik. 2) MPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. 3) MPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan penguasaan materi pembelajaran baru. d. Tahapan-tahapan Pembelajaran MPPKB MPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar hal ini sesuai dengan hakikat MPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman. Namun juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa (George W. Maxim, 1987).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 90
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Ada 6 tahap dalam MPPKB. Setiap tahap dijelaskan sebagai berikut: 1) Tahap Orientasi Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materipelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa, kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasn tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pata tahap orientasi sangat menentukan keberhasilan MPPKB. Pemahaman yang baik akan membuat siswa tahu kemana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka.Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam implementasi proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan guru pada tahapan ini harus mampu menggugah dan menumbuhkan minat belajar siswa. 2) Tahap Pelacakan Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang diangap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru rnenentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan Tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya. 3) Tahap Kontrontasi Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan. Mengapa demikian? Sebab, pemahaman terhadap masalah akan mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada tahap selanjutnya akan ditentukan oleh tahapan ini. 4) Tahap Inkuiri Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MPPKB. Pada tahap inilah siswa berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya 5) Tahap Akomodasi Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melaluiproses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.Tahap akomodasi dapat juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap kembali pembahasan yang diangap penting dalam proses pembelajaran 6) Tahap Transfer Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transper dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugasyang sesuai dengan topik pembahasan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 91
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6. Model Pembelajaran Kooperatif a. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, Ada empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat danbakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya. Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil oenelitian membuktikan bahwa pemggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalambelajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuandengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatifmerupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaranyang selama ini memiliki kelemahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Model pembelajaran ini bisa digunakan manakala : Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam belajar. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan. b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaantersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepadakerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuanakademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 92
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
adanyaunsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilahyang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatifdapat dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi,perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasikognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepadakelompok memungkinkan setiap angota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilankelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untukmemperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setap siswa akan salingmembantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompokmemperoleh keberhasilan. Bekerja secara kelompok dengan mengevaluasikeberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, di mana setiapanggota kelompok menginginkan semuanya memperolah keberhasilan.Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksiantara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikirmengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswaakan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik model pembelajarankooperatif adalah : 1) Pembelajaran secara kelompok 2) Didasarkan pada manajemen kooperatif 3) Kemauan untuk bekerja sama 4) Keterampilan bekerja sama c. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan dibawah ini: 1) Prinsip Ketergantungan Positif Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan Kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya 2) Tanggung Jawab Perseorangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. 3) Interaksi Tatap Muka Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka sating memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masingmasing. 4) Partisipasi dan Komunikasi Rembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 93
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: 1) Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan Tanya jawab, bahkan kalau perlu guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa. 2) Belajar dalam Kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. 3) Penilaian Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok 4) Pengakuan Kelompok Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap paling menonjol atau kelompok paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi kelompok untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivitasi kelompok lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka 7. Model Pembelajaran Kontekstual a. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk.dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya mener.ima pelajaran, akantetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materiyang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat rnemahami materi yang dipelajarinya,akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan seharihari. Materi pelajaran dalam kontek CTL, bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Sehubungan dengan itu, terdapat lima karakteristik penting dalam prosespembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. 1) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yangs udah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yanga kan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 94
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baruitu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajarai secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. b. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional Apa perbedaan pokok antara pembelajaran CTL dan pembelajaran konvensional seperti yang banyak diterapkan sekolah sekarang ini? Di bawah ini dijelaskan secarasingkat perbedaan kedua model tersebut dilihatdari konteks tertentu. 1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan 1 menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif 2) Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan member!. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran. 3) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil, sedangkan dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoretisdan abstrak. 4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan. 5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atau angka. 6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takit hukuman atau sekadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru. 7) Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional ha I ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. 8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas. Sejarah SMAPLPG Sertifikasi Guru 2012 Rayon 9 Universitas Negeri Jakarta 96 10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes. Beberapa perbedaan pokok si atas, tnenggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 95
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1) Asas-Asas CTL CTL memiliki 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Seringkali asas ini disebut juga komponenkomponen CTL. a) Konstruktivisme Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasar itulah, maka penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata b) Inkuiri Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan peneluan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari rnengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untuk mata pelajaran tertentu saja?Tentu tidak. Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melaluibeberapa langkah,yaitu : a. Merumuskan masalah b. Mengajukan hipotesis c. Mengumpulkan data d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan e. Membuat kesimpulan c) Bertanya Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran b. Membangkitkan motivasi belajar siswa c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu d) Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka sating membelajarkan;yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain. e) Pemodelan (Modeling) Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikansebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, dan lain sebagainya. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 96
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
terhindar dari pembelajaran yang teoretis abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme f) Refleksi Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara menurutkan kembali kejadian-refleksi, pengalaman belajar itu aKan dimasukkan dalam struKtur Kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisaterjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkansecara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengaiaman belajarnya. g) Penilaian Nyata (Authentic Assesment) Penilaian nyata (Authentic Assesment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakan siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengaiaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar. 2) Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi pasar. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsi dan jenis pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil belajar: Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dengan pasar nontradisional Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini: a. Pendahuluan 1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. 2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL : Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di pasar-pasar tersebut 3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan olehsiswa b. Inti 1) Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugaskelompok 2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Di dalam kelas 1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masingmasing 2) Siswa melaporkan hasil diskusi 3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain Penutup
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 97
4) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalahpasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai 5) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Apa yang dapat Anda tangkap dari pembelajaran dengan menggunakanCTL? Ya, pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk salin membelajarkan. Untuk itu ada beberapa Catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu model pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental, 2) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. 3) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperqleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. 4) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. 8. Model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (Model PAKEM) a. Pengantar Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanahair adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.Modul ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, danbagaimana PAKEM tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah yang dapat dilakukan instruktur. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses yang telah dirancang dalam modul ini, para peserta diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing.
(Depdiknas, 2005: 71) Gambar Model Pembelajaran PAKEM LANGKAH KEGIATAN Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar Langkah Model Pembelajaran PAKEM
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 98
1) 2)
3)
Kegiatan diawali dengan pengantar singkat oleh instruktur tentang rencana kegiatan dankompetensi yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan. Kemudian juga disampaikanpengaturan peserta dan aturan main pelaksanaan kegiatan. Kegiatan berikutnya adalah permodelan PAKEM.Instruktur memodelkan pelaksanaan PAKEM dengan melibatkan peserta sebagai murid. Pemodelan selain dimaksudkanagar peserta dapat menghayati bagaimana mengikuti PAKEM, mereka juga diharapkandapat merasakan perbedaan antara pengalaman sebelumnya dengan PAKEM. Diskusi kelompok. Diskusi kelompok (4-6 orang) tentang hal-hal baru yang ditemukandalam pembelajaran PAKEM ” ditinjau dari beberapa hal, antara lain: kegiatan anak danbentuk layanan yang diberikan guru, jenis pertanyaan atau penugasan yang dikerjakansiswa, interaksi antar siswa dan interaksi lainnya, sumber belajar yang digunakan,dan lain sebagainya. Selanjutnya proses dan hasil diskusi dituliskan pada format yang disajikan pada tabel berikut Tabel Format/Pencatat hasil Diskusi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Komponen Pembelajaran Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Interaksi Antar Siswa Interaksi Siswa dengan Guru Jenis Pertanyaan atau Penugasan Yang Dikerjakan Siswa Sumber Belajar Yang Digunakan Lainnya: ….
4)
5)
6) 7)
Hal baru yang Berbeda dengan Kebiasaan Pembelajaran selama Ini a. b. a. b. a. b. a. b. a. b. a. b. a. b.
Berbagi Hasil Diskusi Hasil diskusi kelompok selanjutnya dipajang di tempat-tempat yang agak terpisah Salah seorang dari setiap kelompok menunggui hasil kerjanya dan siap menjelaskan kepada kelompok lain yang mendatangi dan menanyakan segala sesuatu yang terkaitdengan hasil karyanya Kelompok lain mengunjungi dan belajar dari kelompok lain (berkeliling sehingga semuahasil kerja kelompok lain sempat dikunjungi dan dipelajari). Presentasi Video/multimedia tentang PAKEM Instruktur memberikan informasi kepada peserta pelatihan untuk memperhatikanrekaman ideo/multimedia secara cermat dan memberikan bentuk tagihannya, yakni,memperbaiki hasil diskusi kelompok sebelumnya. Instruktur menampilkan rekaman video/multimedia yang memperlihatkan pelaksanaanpembelajaran yang PAKEM. Setiap kelompok diminta melaporkan hal-hal yang dapat ditambahkan pada hasil kerjasebelumnya, dan kelompk lain menambahkan hala-hal lain yang tidak disebutkan olehkelompok sebelumnya. Diskusi kelompok Pada tahap ini kembali ke kelompok masing-masing danmengidentifikasi ciri-ciri PAKEMsecara lebih lengkap. Presentasi penguatan hasil diskusi PAKEM Instruktur menyajikan transparansi tentang PAKEM sebagai penguatan terhadap proses danhasil kerja para peserta pelatihan.
b. Apa, Mengapa PAKEM 1) Pengertian PAKEM PAKEM merupakan salah satu pilar dari program MBS (Menciptakan masyarakatyang peduli pendidikan anak) dan program ini merupakan program UNESCO dengan bekerja sama dengan Depdiknas. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 99
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakansuasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar harus merupakan suatu proses aktif dari siswadalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Vigotsky bahwa ada keterkaitan antara bahasa dan pikiran. Dengan aktif berbicara (diskusi) anak lebih mengerti konsep atau materi yang dipelajari. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Katz dan Chard bahwa anak perluketerlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Siswa yang lebih banyak duduk diam akan menghambat perkembangan motorik, akademik, dan kreativitasnya. Anak usia TK dan SD lebih cepat lelah jika duduk diam dibandingkan kalau sedangberlari, melompat, atau bersepeda Akan tetapi,dengan belajar yang aktif, motorikhalus dan motorik kasar mereka akan berkembang dengan baik. Melalui belajar aktifsegala potensi anak dapat berkembang secara optimal dan memberikan peluang siswa untuk aktif berbuat sesuatu sambil mempelajari berbagai pengetahuan. (Sowars, 2000: 3-10) Oleh karena itu, proses belajar harus melibatkan semua aspek kepribadian manusia,yaitu mulai dari aspek yang beruhubungan dengan pikiran, perasaan, bahasa tubuh,pengetahuan, sikap, dan keyakinan. Menurut Magnesen dalam Dryden bahwa dalambelajar siswa akan memperoleh 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. (Dryden,2000: 100) Unsur kedua dari PAKEM adalah kreatif. Kreatif artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996: 9). Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan menghasilkan generasi yang kreatif, artinya generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Semiawan daya kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan merupakan pengalaman yang paling mendalam dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan daya kreatif tersebut diperlukan suasana yang kondusif yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnya daya tersebut.(1999 : 66). Suasana kondusif yang dimaksud dalam PAKEM adalah suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktifdan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat mengemukakan gagasan dan ide tanpa takut disalahkan oleh guru. Adapun pembelajaran yang efektif terwujud karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa pengetahuan yang bersifat verbalisme namun diharapkan berupa kemampuan yang lebih bermakna. Artinya siswan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam. Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing) dan untuk siswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan bermain. Bermain dan bereksplorasi dapat membantu perkembangan otak, berbahasa, bernalar, dan bersosialisasi. Menyenangkan adalah suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya perhatian siswa terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa secara proses pembelajaran berlangsung, sebab siswa memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai,. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa. Kelas yang sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak adaaktivitas konkrit membosankan dan belajar tidak efektif tidak kritis, tidak kreatif,komunikasi buruk, apatis. Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neocortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh beban, guru galak akan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 100
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2)
menurunkan fungsi otak menuju batang otak dan anak tidak bisa berpikir efektif,reaktif atau agresif.(Pancamegawani, 2006) Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan siswa terlibat dalam berbagai kegiatanpembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan merekamelalui berbuat atau melakukan. Kemudian dalam PAKEM guru menggunakanberbagai alat bantu atau media dan berbagai metode. Dengan kata lain dapatdikatakan bahwa dalam PAKEM guru menggunakan multi media dan multi metode, sehingga kegiatan pembelajaran yang tecipta dapat membangkitkan semangatsiswa dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa. Yangtidak kalah pentingnya adalah PAKEM menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan siswan menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.Untuk penataan kelas dalam PAKEM guru mengatur kelas dengan memajang buku- bukudan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. Dengandemikian siswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada dalam kelas sehingga kemampuan anak dapat bekembang lebih optimal.Dalam strategi pembelajaran guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikandiselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1) Landasan PAKEM a) Landasan Yuridis Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1) b) Asumsi Dasar tentang Belajar Asumsi dasar belajar adalah belajar merupakan proses individual, belajar merupakan proses social, belajar adalah proses yang menyenangkan, belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti, belajar adalah membangun makna (Constructivism) Perubahan Paradigma Mengajar – Pembelajaran (Teaching – Learning) Penilaian– Perbaikan terus menerus (Testing–Continuous improvement) Perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat; TeknologiInformasi/sumber belajar sangat beragam; Bekal memenuhi kebutuhan manusiamodern–mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah; Persainganinternasional (Globalisasi) Belajar lebih efektif/pendalaman; Anak lebih kritis; Anak menjadi lebih kreatif; Suasana dan pengalaman belajar bervariasi; Meningkatkankematangan emosional/sosial; Produktivitas siswa tinggi; Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan; c) Cara Anak Belajar Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 101
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisa kankarena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspeklain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair,panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dariberbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secarabertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutanlogis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. c. Pembelajaran yang Efektif Kegiatan belajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang menunjang kompetensi siswa. Kegiatan belajara yang efektif adalah kegiata belajar yang memahami makna belajaryang sesusngguhnya, pembelajaran yang berpusat, pembelajaran yang mengalami, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, pembelajaran yang merupakan perpaduan kemandirian dan kerja sama, belajar sepanjang hayat. Makna belajar merupakan proses membangun pemahaman/ pemaknaan terhadap informasi dan atau pengalaman siswa. Siswa sebagai subjek belajar. Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa.Belajar mengalami artinya siswa terlibat langsungdalam pembelajaran. Hal ini dapat dikembangkan melalui pengalaman inderawi: melihat, mendengar, meraba/menjamah, mencicipi, mencium, Pengalaman simulasi , Audio-visual, mendengarkan informasi. Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan gagasan, hasil kreasi, hasil temuan, berinteraksi dengan lingkungan belajar kelompok, saling mempertajam, memperdalam, memantapkan, menyempurnakan gagasan.Keterampilan social dapat dilakukan dengan bersosialisasi dengan menghargai perbedaan pendapat, sikap, kemampuan, prestasi Bekerja sama dan mengembangkan empati. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Ber-Tuhan, yaitu dengan mengembangkan Rasa ingin tahu, peka, kritis, mandiri, dan kreatif Fitrah bertuhan,bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa Perpaduan Kemandirian dan Kerja Sama, berkompetisi , kerja mandiri, kerja sama, dan solidaritas. Adapun Belajar Sepanjang HayatUntuk bertahan (survive) & berhasil (success) Mengenali diri Keterampilan belajar: percaya diri, keingintahuan, memahami orang lain,kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama Pengalaman Belajar yang Beragam,Pengalaman Mental, Pengalaman Fisik, dan Pengalaman Sosial. Pengalaman Mentaldapat diperoleh Melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, markan berita radio,televisi, melakukan perenungan, menonton film Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 102
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengalaman Fisik dapat diperoleh melalui pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, karya wisata, dan pembuatan buku harian. Pengalaman sosial melalui berwawancaradengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazaar, melakukanpameran, mengamati, bertanya, mempertanyakan, menjelaskan, berkomentar, mengajukan hipotesis mengumpulkan data. Dengan situasi: nyata, buatan, audio-visual (misal: sajian film), visualisasi verbal: ilustrasi (cerita grafik,table) audio-verbal. Contoh-contoh Pengalaman Belajar menggubah syair dan bernyanyi • melakukan permainan • diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah) • menggambar dan mengarang • menulis prosa, puisi, pantun • membaca • menyimak • mengisi teka-teki • mengajukan pertanyaan penelitian • mengajukan pendapat dg alasan yang logis • mengomentari • bercerita • mendengarkan cerita • mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda • mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting • membuat rangkuman/sinopsis • mendemonstrasikan hasil temuan • mencari pemecahan soal-soal (matematika) • membuat soal cerita • mengukur panjang, berat, suhu • merencanakan dan melakukan percobaan, penelitian • membuat buku harian • membuat kamus • melakukan simulasi (dengan komputer) • mengelompokkan, mengidentifikasi ciri benda • mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya • membuat komik • membuat prediksi dan berekspolarsi • membuat grafik • membuat diagram • membuat carta • membuat jurnal • menyiapkan dan melaksanakan pameran • menggunakan alat (ukur, potong, tulis) • praktik ibadah • berceramah • membuat poster • membuat model (misal: kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran) • menata pajangan • menata buku perpustakaan • membuat daftar pertanyaan untuk wawancara • melakukan wawancara • membuat denah • membuat catatan hasil penjelasan/hasil pengamatan • membaca kamus • mencari informasi dari ensiklopedi • melakukan musyawarah • mengunjungi dan menemukan alamat situs website • berorganisasi • mendiskusikan wacana dari media cetak/media elektronik • membuat cergam • membuat resensi buku Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 103
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
• mengkritisi suatu artikel • mengkaji pola tulisan suatu artikel • menulis artikel ilmiah populer • membuat ensiklopedi (tambahkan kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir danmengaplikasikan pengetuan yang sudah dimiliki siswa) Pengelolaan KBM • Pengelolaan Tempat Belajar • Pengelolaan Siswa • Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran • Pengelolaan Isi Pembelajaran • Pengelolaan Sumber Belajar Pengelolaan Tempat Belajar • Bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang akandicapai • Memperhatikan intensitas interaksi antarsiswa • Yang dikelola: pajangan (hasil kerja siswa, gambar peta, diagram, model, benda asli,kumpulan puisi, karangan), meja kursi, perabot sekolah, sumber belajar Pengelolaan Siswa • Siswa dikelola secara individual, berpasangan, berkelompok, seluruh kelas • Hal yang perlu menjadi pertimbangan • jenis kegiatan • tujuan kegiatan • keterlibatan siswa • waktu belajar • ketersediaan sarana/prasarana • karakteristik siswa Tabel Keberagaman Karakteristik Siswa Faktor Keberagaman Isi(bycontent)
Minat dan motivasi(by interest)
Kecepatan tahapan belajar (by speed)
Tingkat kemampuan (by level) Reaksi yang diberikan siswa (by respond) Siklus cara berpikir (by circularsequence) Waktu (by time)
Pendekatan pembelajaran (by teachingstyle)
Pengelolaan Siswa Siswa berpeluang mempelajari materi yg berbeda dlm sasaran kompetensi yg sama ataupun berbeda Siswa berpeluang berkreasi sesuai dg minat dan motivasi belajar baik dlm kompetensi yg sama maupun berbeda. Siswa termotivasi belajarsecaramandiri Siswa berpeluang belajar (bekerja) sesuai dengan kecepatan yg dimilikinya. Keberagaman bias pada kompetensi, isi, maupun kegiatan Siswa berpeluang untuk mencapai kompetensi secara maksimal sesuai dg tingkat kemampuan yg dimiliki Siswa berpeluang menunjukkan respon melalui presentasi/menyajikan hsl karyanya secara lisan,tertulis,benda kreasi,... Siswa berpeluang menguasai kompetensi melalui cara-cara, dan seleksi berdasarkan perspektif yg mereka pilih Siswa berkemungkinan untuk memiliki perbedaan durasi untuk menguasi kompetensi tertentu Siswa diberi perlakuan secara individual sesuai dengan keadaannya
d. Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran Pertanyaan yg mendorong siswa berpikir dan berproduksi mengharap jawaban benarTujuan Bertanya adalah menharapkan jawaban yang benar dan meransang siswa berpikir danberbuat dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat produktif, terbuka, dan imajinatif.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 104
Tabel Kategori Pertanyaan Kategori Pertanyaan Terbuka Tertutup Produktif
Tidak Produktif
Arti Pertanyaanya memiliki lebih dari satu jawaban benar Pertanyaanya memiliki hanya satu jawaban benar Dpt dijwb melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan Dpt dijwb hanya dg melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan, atau penyelidikan
Contoh Mengapa ibukota Indonesia Jakarta? Apa Nama ibukota Indonesia? Berapa halaman kertas diperlukan untuk menghabiskan
Apa nama benda ini?
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Imajinatif dan interpretatif
Jwb-nya diluar benda/gambar/kejadian yg diamati
(Diperlihatkan gb gadis termenung dipinggir laut). Diajukan pertanyaan,“Apa yang sedang dipikirkan gadis itu?”
Faktual
Jwb-nya dpt dilihat pd benda/kejadian yg diamati
Apa yang dipakai gadis itu?
e. Penyediaan umpan balik yg bermakna Umpan balik bukanlah pernyataan yg memotivasi siswa Penilaian yg mendorong siswa melakukan unjuk kerja Penilaian dilakukan secara alami dlm konteks pembelajaran. Modus/medium untuk menilai tdk cukup satu jenis Tabel Umpan Bailk Guru terhadap Perilaku Siswa Perilaku Siswa Umpan balik dari guru Pak/Bu apakah di Mars ada kehidupan? Menurutmu bagaimana? Di mars pasti ada kehidupan Mengapa kamu berpendapat spti itu? Mengerjakan sesuatu berbeda dari Meminta penjelasan,“Dptkah kamu biasanya jelaskan, mgp demikian? Ini alas an yang saya tdk banyak tahu Berargumentasi Kamu tlh meyakinkanku, bgm pendapat temanmu? 1. Pengelolaan Isi Pembelajaran • Menyiapkan Silabus Pembelajaran • Kemungkinan pembelajaran tematik 2. Pengelolaan Sumber Belajar • Pemanfaatan sumber daya sekolah • Pemanfaatan sumber daya lingkungan 3. Strategi Pembelajaan • Siswa belajar secara aktif • Siswa membangun peta konsep • Siswa menggali informasi dr berbagai media • Siswa membandingkan dan mensintesiskan informasi • Siswa mengamati secara aktif • Siswa menganalisis peta sebab akibat • Siswa melakukan kerja praktik f. Mengapa Perlu PAKEM ? 1) Perlunya Belajar Aktif Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan manifestasi dari belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Keterlibatan mereka secara aktif dalam pembelajaran memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengeksplorasi informasi, mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta membangun sendiri konsepkonsep yang ingin dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat menjadi bekal untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Pribadi yang mampu belajar terus menerus seperti inilah yang diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai pesatnya perkembangan jaman serta berkompetisi di era global. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 105
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Alvin Toefler, salah seorang futurolog, menyatakan bahwa orang buta huruf pada saat ini bukanlah orang yang tidak bisa membaca melainkan orang yang tidak bisabelajar. Sebagai implikasinya, kemampuan belajar terus menerus atau menjadi manusia pembelajar seumur hidup merupakan keharusan jika kita ingin eksis di erainformasi. Hal inilah yang menjadi landasan mengapa pembelajaran yang aktif perludan penting bagi siswa. Aktivitas siswa secara berkelompok atau lebih tepatnya pembelajaran kooperatif diharapkan juga menumbuhkan siswa menjadi pribadi dan warga negara yang lebih toleran dan damai. Jika siswa terbiasa mengemukakan gagasan, toleran dan menghargai pendapat orang lain, diharapkan sikap dan perilaku tersebut dapat terus berkembang ketika mereka terjun di masyarakat kelak. Dengan demikianpembelajaran yang aktif juga ikut menyiapkan siswa menjadi warna negara yanglebih baik dan lebih demokratis 2) Perlunya Pembelajaran yang Kreatif Kendati saat ini banyak dibutuhkan, kreativitas dan orang-orang yang kreatif masih saja belum banyak jumlahnya. Konon hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak banyak menghasilkan paten atau temuan. Mandulnya bangsa Indonesia dalam menghasilkan temuan-temuan baru tentu saja menjadi kendala untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain didunia. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk semenjak dini menghasilkan kreasi-kreasi atau belajar mengkreasi sesuatu. Guru PAKEM seyogyanya memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menghasilkan karya baik secara berkelompok maupun individual. Pengembangan kreativitas semenjak dini ini diharapkan juga membentuk karaktersiswa menjadi pribadi-pribadi kreatif. Kelak ketika mereka dewasa kreativitas ini diharapkan dapat menjadi terobosan dan memecahkan berbagai masalah kehidupan diantaranya adalah menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Konon banyaknya sarjana yang menjadi antrean pencari kerja disebabkan karena semenjak kecil mereka tidak terbiasa menciptakan sesuatu. Kebiasaan belajar dengan menghapalkan dan meniru tidak banyak bermanfaat dalam kehidupan. 3) Perlunya Pembelajaran yang Efektif Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendidikandi negara kita masih jauh tertinggal dari negara-negarayang lain. Salah satu bukti rendahnyaprestasi belajar siswa Indonesia dapat dicermati dari hasil Trens in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang dilaksanakan oleh IEA. Institusi ini membandingkan prestasi belajar matematikadan sains siswa Amerika Serikat dan siswa-siswa di negara yang lain. Hasil rerata untuk sekolah menengah, Indonesia berada pada urutan ke 36 dari45 negara yang diteliti. Skor rerata siswa Indonesia adalah 420, jauh di bawah rata-rata internasional 471 (National Center for Educational Statistics, Desember 2004). Dengan demikian isu peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas pembelajaran memang perlu ditindak lanjuti diantaranya dengan menyelenggarakan pembelajaranyang efektif. Guru harus yakin bahwa ketika pembelajaran berakhir semua siswa telah menguasai indikator kompetensi dasar yang diharapkan. Melalui penilaian berbasis kelas informasi tentang penguasaan topik pembelajaran akan segera diketahui oleh guru dan informasi ini menjadi bekal untuk merefleksi pembelajaran yang lebihefektif pada masa berikutnya. 4) Perlunya Pembelajaran yang Menyenangkan Riset tentang learning society atau masyarakat belajar menunjukkan bahwa perilaku belajar anggota masyarakat dipengaruhi oleh pengalaman belajar mereka ketika masih kecil. Mereka yang mengalami pembelajaran yang menyenangkan cenderung akan mengulanginya dan tumbuh menjadi pembelajar seumur hidup. Mereka yangmengalami suasana pembelajaran yang buruk dan guru-guru yang galak cenderung untuk tidak melanjutkan proses belajar. Berkaitan dengan hal ini pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga siswa belajar dengan asyik atau menyenangkan. Waktu yang diluangkan oleh siswa di bangku pelajaran juga terbilang panjang. Dalam kurun waktu tersebut diharapkan siswa tidak merasa terpenjara atau sekolah sebagai penjara yang penuh siksaan-siksaan psikologis. Karena dampaknya tentu tidak baik bagi perkembangan anak. Seyogyanya siswa bisa menghabiskan waktu sekolahnya dengan senang hati, enjoy dan menikmati berbagai pengalaman belajarnya. Untuk itulah guru perlu menciptakan suasana fisik dan psikologis sedemikian rupa sehingga siswa kerasan di sekolah. Pendek kata siswa juga berhak menikmati masa-masasekolahnya dengan senang hati. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 106
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Belajar dan Pembelajaran Bermakna Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengananak, anak dengan sumber belajar dan anakdengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akanmenjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalamlingkungan yang nyaman dan memberikan rasa zaman bagi anak. Proses belajar bersifat individualdan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalamdiri individu sesuai dengan perkembangannya danlingkungannya. Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Hal yang Harus Diketahui dan Diperhatikan Guru dalam Melaksanakan PAKEM. Dalam dinyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami dan diperhatikan guru dalam melaksanakan PAKEM. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. Memahami Sifat yang Dimiliki Anak Anak memiliki berbagai potensi dalam dirinya. Diantaranya rasa ingin tahudan berimajinasi. Dua hal ini adalah potensi yang harus dikembangkan ataudistimulasi melalui kegiatan belajar mengajar. Karena kedua hal tersebut adalah modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif. Sikap berpikir kritis dan kreatif adalah kompetensi yang harus dimiliki olehsiswa. Seperti dikemukakan oleh Jhonson salah satu komponen dalam system pembelajaran yang ideal adalah berpikir kritis dan kratif. Artinya siswa dapatmenggunakan tingkat berpiki yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif (2002:24). Agar mampu berpikir kritis dan kreatif sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi yang sudah dimiliki anak perlu dikembangkan. Untuk mengembangkan kedua sifat yang dimiliki anak tersebut secara optimal perlu diciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Suasana pembelajaran bermakna ditunjukkan di antaranya dengan kebiasaan guru untuk memuji anak karena hasil karyanya atau prestasinya. Kemajuan seperti apapun yang ditunjukkan oleh siswa perlu dihargai oleh guru. Kemudian kebiasaan guru mengajukan pertanyaan yang menantang atau yang bersifat terbuka juga langkah tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tidak kalah pentingnya adalah guru yangmendorong anak untuk melakukan percobaan juga merupakan siswa yang subur untuk mengembangkan kemampuan yang dimaksud. Mengenal Anak Secara Perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM perbedaan individual perlu diperhatikandan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuaidengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitansehingga anak tersebut bwelajar secara optimal. Memanfaatkan Prilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar Sebagai makhluk sosial. Anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Prilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganiosasian Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 107
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
belajar. Dalam melakukan tugas atau membahan sesuatu, anak dapat bekerja, berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganaklisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir teraebut kritis dan kreatif bersal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduannya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yangterbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata ”Apa yang terjadi jika....,lebih baik dari pada yang dimulai dengan kata-kata”Apa, berapa. Kapan” yangumumnya tertutup hanya ada satu jawaban yang benar. Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang diapajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswalain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,puisi, karangan dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak harus selalu keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indra), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat trulisan, dan membuat gambar atau diagram. Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belaja. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada kelemahan siswa. Selain itu cara memberika umpan balik pun harus secara santun.Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya dirim dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikkan komentar dan cacatatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa darihanya sekedar angka Membedakan antara Aktif Fisik dan Aktif Mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatansibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yangsebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut baik takut ditertawakan, takut disepelekan,atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 108
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
g. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM 1) Pengantar Setelah peserta memahami pengertian dan gambaran tentang PAKEM pada unit 3, peserta dituntut membuktikan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakannya baik mengajar terhadap teman (simulasi) maupun terhadap siswa (praktik mengajar). Hal ini perlu dilakukan agar penghayatan tentang PAKEM menjadi lebih baik. Peserta juga perlu memperoleh pengalaman terutama tentang hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai calon fasilitator, mereka lebih siap untuk menyajikan PAKEM kepada peserta pelatihan selanjutnya. Contoh-contoh pembelajaran PAKEM untuk masing-masing mata pelajaran terdapat pada lampiran tersendiri. Contoh tersebut dapat digunakan dalam perencanaan pembelajaran PAKEM. I. Tujuan Pembelajaran a. Standar kompetensi Setelah mempelajari materi ini diharapkan memahami tentang hakikat PAKEM, dan mampu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan PAKEM b. Kompetensi Dasar Mampu merancang dan melaksanakan PAKEM c. Tujuan Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu : Membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM Melakukan Simulasi Melakukan evaluasi dan produk mengajar II. Langkah Kegiatan Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan sebagai berikut :
Gambar Langkah Pembelajaran PAKEM 1.
2.
Modeling PAKEM ( 30 menit) Peserta dikelompokkan dalam kelompok mata pelajaran. Fasilitator melakukan pemodelan PAKEM d i depan kelompok tersebut. Setiap kelompok mengamati pemodelan sesuai dengan kelompoknya. Langkah-langkah: Memilih skenario yang sudah tersedia, menyiapkan alat-alat,kemudian mempraktikkan cara mengajar yang PAKEM sesuai dengan skenario yang sudah dipilihnya. Dalam modeling, fasilitatormenjadi guru sedangkan peserta menjadi siswa/ pengamat. Modeling sebaiknya disesuaikan dengan level peserta, hal ini untukmenghindari ketidakseriusan. Diskusi Kelompok (30 menit) Peserta mendiskusikan hasil pengamatan mereka terhadap modeling.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 109
3.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4.
5.
6.
7.
Langkah-langkah: peserta mendapatkan scenario mengajar yang dipilih oleh fasilitator pada saat modeling; Peserta mendiskusikan struktur skenario dan pelaksanaannya (langkahlangkah pembelajaran, sumber belajar, manajemen kelas, pajangan dan kompetensi ) Diskusi didampingi oleh fasilitator yang menjadimodel pada kelompok itu. Kerja Kelompok: Membuat Persiapan Simulasi PAKEM ( 60 menit) Peserta diberi contoh RP yang dapat diambil dari buku ”bestpractice”atau contohcontoh RP yang lain. Dalam kelompok yang terdiri dari anggota kelompok 3-5 orang, peserta mendiskusikan RP yang bernuansa PAKEM tersebut. Kemudian RP disimulasikan di depan peserta lain. Selanjutnya peserta memperbaiki RP berdasarkan masukan yang ada. RP ini akan dipraktikkan di depan siswa di pertemuan berikutnya. Langkah selanjutnya, peserta menyiapan alat bantu belajar/mengajar, lembar kerja, bahan ajar, bahan bacaan (jika diperlukan). Peserta dapat menyesuaikan contoh PAKEM dengan keadaan setempat dan membuat perbaikan kalau mereka mempunyai ideyang lebih baik. Simulasi Mengajar (120 menit) Pelaksanaan simulasi dilakukan dengan cara salah satu peserta menjadi guru di depan peserta lain yang ada dalam kelompoknya. Simulasi dapat pula dilakukan dengan cara salah satu peserta dari satu kelompok melakukan simulasi di depan kelompok yang lain. Langkah-langkah: Pada jam yang sama setiap kelompok menampilkan salah satupeserta untuk melakukan simulasi. Setelah itu peserta lain jugamelakukan hal yang sama. Simulasi juga dapat dilaksanakan oleh anggota dari kelompok tertentu di depan kelompok yang lain. (Simulasi tidak perlu sampai tamat: 30 – 45 menit mungkin cukup.Ingatkan peserta/pengamat agar mengamati proses simulasi terutama dari segi sejauh mana pembelajarannya sesuai dengan ciri-ciri PAKEM). Fasilitator mengamati pelaksanaan semua simulasi sesuai dengan mata pelajaran yang telah dimodelkannya. Diskusi Kelompok: Hasil Simulasi (30 menit) Langkah-langkah: Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilan dan hambatan yang dirasakannya selama simulasi (5 menit); Peserta lain memberikan komentar terutama dari segi sejauhmana PEMBELAJARAN dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM dan alternatif mengatasi hambatan yang dirasakan oleh simulator. (Kelompok pelaku simulasi hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam menyempurnakan persiapan, lembar kerja, dan sebagainya). Perbaikan Persiapan PAKEM (120 menit) Langkah-langkah: Masing-masing kelompok memperbaiki persiapan, lembar kerja, dan bahan belajar lain yang dirancangnya dengan mempertimbangkan komentar dan masukan pada diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini akan digunakan dalam praktik mengajar dengan siswa sesungguhnya. Semua peserta harus ikut membuat persiapan dan siap pula untuk mempraktikkannya. (Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar siap dengan persiapan, LK, dan sebagainya yang telah diperbaiki sehingga setelah kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi pada masalah persiapan). Diskusi Kelompok: Proses Mengajar (180 menit) Kelompok mengkaji pelaksanaan praktik, sejauh mana PEMBELAJARAN memenuhi karateristik PAKEM. Diskusi terfokus pada kualitas tugas, perintah yang diberikan oleh guru; kegiatanyang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan hasil yang diharapkan dan hambatan yang dialami pada saat mengajar, serta alternative pemecahannya. Hasil diskusi dipajangkan dan menjadi bahan diskusikelompok lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 110
III.
Uraian Materi Bagaimana Pelaksanaan PAKEM Gambaran pelaksanaan PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Berdasarkan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan PAKEM yang telah diuraikan di atas, maka kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus sesuai dengan kemampuan tersebut. Adapun contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan tersebut akan diuraikan berikut ini. Gambaran penerapan PAKEM tersebut dapat ditinjau berdasarkan beberapa komponen pembelajaran Tabel Penerapan PAKEM
Komponen Pembelajaran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
Hal Baru Yang Berbeda dengan Kebiasaan Pembelajaran Selama Ini Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya: Percobaan Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan/cerita/puisi Berkunjung keluar kelas. Sesusai mata pelajaran, guru menggunakan misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan,atauwawancara Mengumpulkan data/jawaban danmengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan katakata sendiri Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebutt Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik
h. Implikasi PAKEM Dalam implementasi pembelajaran PAKEM di sekolah mempunyai berbagaiimplikasi yang mencakup: 1) Implikasi bagi guru Pembelajaran aktif, kretaif, efektif, dan menyenangkan memerlukan guruyang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak,juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Sebaliknya pembelajaran yang berpusat pada guru harus dihindari. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah menggunakan buku paket, jawaban harus sama dengan guru, guru mendiktekan apa yang harus dilakukan, guru memberi contoh, ceramah, hafalan. Dampak dari pembelajaran yangberpusat pada guru adalah siswa menjadi mahluk yang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 111
2)
3)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4)
5)
individualis, motivasi belajar siswa turun, siswa kurang dapat bekerjasama, siswa pasif, guru kurangkreatif. Implikasi bagi siswa Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecilataupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, danpemecahan masalah. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media a) PAKEM pada hakikatnya menekankan pada siswa baik secara individualmaupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. b) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapatdimanfaatkan ( by utilization). c) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaranyang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. d) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi Implikasi terhadap Pengaturan ruangan Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, danmenyenangkan perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajarmenyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: a) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. b) Susunan bangkupeserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengankeperluan pembelajaran yang sedang berlangsung c) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet d) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelasmaupun di luar kelas e) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didikdan dimanfaatkan sebagai sumber belajar f) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali. Implikasi terhadap Pemilihan metode Sesuai dengan karakteristik pembelajaran PAKEM, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanyajawab, demonstrasi, bercakap-cakap. a) Penerapan PAKEM dalam Kegiatan Belajar Mengajar Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Adapun hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini adalah guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya percobaan, diskusi kelompok menulis laporan, berkunjung keluar kelas. Dengan menerapkan PAKEM guru diharapkan menggunakan metode yang bervariasi. Penggunaan setiap metode mengarah pada keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan berbahasa. b) Alat Bantu dan Sumber Belar Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuaimata pelajaran, guru menggunakan, misal alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber, dan lingkungan. c) Metode Pembelajaran Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa dapat dapat melakukan percobaan, pengamatan,atau wawancara. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri, menarik kesimpulan,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 112
d)
e)
f)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
g)
memecahkan masalah, mencari rumus sendiri, menulislaporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri. Pengalaman Belajar Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui diskusi, lebih banyak pertanyaan terbuka, hasil karya merupakan pemikiran anak sendiri. Pemilihan Bahan Ajar Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuiai kemampuan (untuk kegiatan tertentu), bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut, tugas perbaikkan atau pengayaan diberikan. Pendekatan Pembelajararan Kontekstual Prinsip pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran bermakna. (meaningful learning). Salah satu ciri pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata dan siswa memahami manfaat dari pembelajaran yang dilaksanakannya dan siswa merasakan penting untuk belajar demikehidupannya di masa depan. (Kratf, 2000: 33). Impelementasi dalamkegiatan pebelajaran terlihat melalui guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Guru dapat meminta siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Diharapkan siswa dapat menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari. Penilaian atau Evaluasi Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa dan guru memberikan umpan balik. Penilaian harus dilakukan secara otentik dengan menggunakan instrumen penilain yangbervariasi. (Kratf, 2000:33) Tabel Lembar Observasi PAKEM Aspek
Uraian/ temuan
Bagaimana bentuk tugas yang diberikan? Apa yang dikerjakan siswa untuk melakukan tugas tersebut? Kemampuan apa yang dikembangkan melalui tugas tersebut? Bagaimana bentuk pertanyaan yang diberikan dalam tugas? Jenis pertanyaan apa saja yang diajukan guru kepada siswa dalam pembelajaran? Sejauh mana guru memperhatikan perbedaan siswa? Apa yang dilakukan oleh siswa selama mengerjakan tugas? Sejauh mana siswa diberi kesempatan untuk menanggapi kegiatan belajar yang telah dilakukan? Apa yang dilakukan siswa pada saat belajar kelompok, individu, berpasangan, atau klasikal? Pada saat ada kerja kelompok, berapa jumlah anggota kelompok? Apakah semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok? Apa yang dilakukan guru selama anak mengerjakan tugas?
Indikator Monev PAKEM Guru Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja (menemukan sendiri, mengungkapkan pendapat dsb.); Guru menciptakan pembelajaran yang menantang; Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar,termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan; Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa; Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa Siswa tidak takut bertanya; Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan masalah; Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 113
Siswa aktif bekerja; Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri; Siswa melakukan kegiatan baca mandiri; Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulis biograpi tokoh). Kelas Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa; Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar; Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa,siswa dan siswa; Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yang dimanfaatkan siswa.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
i. Desain Pembelajaran PAKEM 1) Pengantar Beberapa orang memandang bahwa PAKEM sama dengan kerja kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM. Akan tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk berkelompok, walau mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi tidak semua siswa bekerja, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAKEM. Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitas keterlibatan siswa dalam belajar. Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk penerapan PAKEM dikelas, biasanya akan menemui masalah. Beberapa masalah yang masih sering ditemukan baik dalam pelatihan maupun dalam penerapan PAKEM di kelas dapat dilihat di bawah ini. Beberapa isu-isu penerapan PAKEM di kelas adalah sebagai berikut: a) Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM yangbaik; b) Guru belum memiliki referensi (buku, video, dll) tentang pembelajaran PAKEMyangbaik; c) Tugas yang diberikan guru kepada siswa masih bersifat tertutup dan banyakpengisianlembar kerja (LK) yang kurang baik; d) Pembelajaran belum memberikan tantangan sesuai kemampuan siswa e) Pembelajaran hanya mengajarkan satu indikator dengan satu aktivitas; f) Perbedaaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/ perempuan, pintar/kurang pintar, sosial ekonomi tinggi/rendah; g) Pengelolaan siswa kurang sesuai dengan kegiatan; h) Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9; i) Pajangan cenderung menampilkan semua apa yang dikerjakan siswa dengan hasil yang seragam; Berbagai kendala selalu ada, akan tetapi dukungan pun tak kurang banyak dalam menerapkan PAKEM. Berbagai pelatihan telah diikuti dan para guru telah melakukannya di kelas masing-masing. Sebagai upaya untuk terus meningkatkan mutu pelaksanaan PAKEM, pada modul ini dibahas dan dikaji secara berurutan: 1). telaah PAKEM, 2). teknik bertanya, 3).pengorganisasian kelas, 4). pembelajaran kooperatif, dan 5). pengembangan ide pembelajaran 2) Tujuan pembelajaran Setelah mengikuti modul ini, diharapkan peserta: Mampu menidentifikasi sifat-sifat PAKEM tertentu dalam pembelajaran yang dilaksanakan Mampu mengidentifikasi jenis pertanyaan yang efektif Mampu mengorganisasikan kelas sesuai dengan tugas pembelajaran Mampu mengembangkan ide pembelajaran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 114
3) Langkah Kegiatan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Uraian Materi A. Pelaksanaan PAKEM Bagi Guru 1. Identifikasi Kesulitan Belajar a) Pengantar Tugas utama seorang guru adalah membuat perencanaan, melaksanakan dan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, guru sering mengalami kendala dan permasalahan sehingga kompetensi yang telah ditetapkan di masing-masing mata pelajaran tidak mencapai hasil yang maksimal. Faktor yang berasal dari luar diri guru dan memegang pengaruh penting terhadap pencapaian kompetensi adalah peserta didik. Keberadaan peserta didik, tingkat kecerdasan, motivasi belajar, dan lainnya berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah pembelajaran. b) Tujuan Tujuan identifikasi Belajar diharapkan guru dapat : 1) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran padasetiap mata pelajaran 2) Menemukan kemungkinan masalah dalam pembelajaran pada setiapmata pelajaran 3) Menemukan solusi/pemecahan dalam pembelajaran pada setiapmata pelajaran c) Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Kesulitan belajar seringkali diartikan sebagai gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan kemampuan memahami kompetensi dasar yang diajarkan. Kesulitan belajar dapat berhubungan dengan perkembangan peserta didik seperti gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial atau berhubungan dengan kemampuan akademik seperti kegagalan dalam penguasaan ketrampilan membaca, menulis, berhitung, dan kompetensi lainnya. Sementara ini yang sering terjadi, tinjauan terhadap kesulitan belajar peserta didik lebih banyak dibebankan kepada peserta didik. Mereka dianggap kurang serius dalam belajar, kemampuan intelegensinya rendah, bimbingan orang tua kurang dan masih banyak alasan serupa lainnya. Padahal dalam pembelajaran banyak unsur yang terkait dan mempengaruhi kualitas hasil belajar. Dalam konteks korelasi antara input-process-out put bisa kita lihat multi unsur yang memberikan andilhasil belajar. Input berupa raw input (peserta didik), inviromental input (lingkungan), dan instrumental input (kurikulum). Pada proses kita dapatmelihat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun sistem penilaian yang dikembangkan. Input dan proses tersebut akanmewarnai hasil belajar peserta didik berupa out put dan out come. Oleh karena itu, tidaklah adil apabila hasil belajar yang
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 115
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
rendah hanya dibebankankepada peserta didik dikarenakan pembelajaran bersifat kompleks. Adi Gunawan dalam Born to Be a Genius (2003) menyatakan bahwa factor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah denganmengenal dan memahami bahwa setiap individu adalah unik dengan gayabelajar yang berbeda satu dengan lainnya. Tidak ada gaya belajar yanglebih unggul dari gaya belajar lainnya. Semua sama uniknya dan semuasama berharganya. Kesulitan yang timbul selama ini lebih disebabkanoleh gaya mengajar yang tidak sesuai dengan gaya belajar. Dan yang lebih parah lagi adalah kalau anak sendiri tidak mengenal gaya belajar mereka. Kenyataan lapangan yang mendukung pendapat di atas adalah guruyang cenderung menggunakan satu cara saja dalam mengajar yaitu gaya visual. Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis dan buku (visual). Murid belajar dengan buku dengan kegiatan mencatat, mengerjakan tugas, dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Banyak pakar psikologi yang berpendapat bahwa panca indera merupakan pintu gerbang masuknya ilmu pengetahuan ke otak kita. Setiap peserta didik bersifat unik yang berbeda satu dengan lainnya, ketajaman panca indera mereka juga berbeda. Hal ini membentuk gaya belajar yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan lainnya. Ada lima gaya belajar yang berbeda di ataranya visual (penglihatan), auditori (pendengaran), tactile/kinestetik (perabaan/gerakan), olfactori (penciuman), dan gustatory (pengecapan). Dari kelima gaya belajar itu, ada tiga gaya belajar yangdominan dan paling sering digunakan yaitu gaya belajar visual, auditori,dan kinestetik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas belajar peserta didik dipengaruhi oleh unsur internal dan eksternal. Unsur eksternal berupa materi yang dipelajari, cara pembelajaran guru, media yang digunakan lingkungan belajar, dan lainnya. Sedangkan faktor internal berkaitan dengan kemampuan diri seperti tingkat kecerdasan, bakat dan minat,ketajaman panca indera yang membentuk gaya belajarnya, kemampuan mengolah informasi yang diterima, berimajinasi, dan sebagainya. Secarapraktis kita dapat mempelajari kelemahan pelaksanaan pembelajaranyang dilakukan dengan cara melakukan analisis diri terhadap perencanaan,proses, maupun lingkungan belajar. Berikut disajikan contoh tabel analisis pembelajaranyang selama ini dilakukan.
diri
terhadap
proses
Tabel contoh analisis diri terhadap proses pembelajaran Aspek Pengelolaan Kelas
Indikator
Hasil Refleksi Diri*) Ya Tidak
Pengelolaan peserta didik bervariasi, seperti klasikal, kelompok,berpasangan, individu, dsb) dan sesuai materi pelajaran. Pengelolaan kegiatan belajar peserta didik bervariasi, seperti wawancara, pengamatan, penelitian, bermain peran, dalam kelas, luar kelas, dan sesuai materi pelajaran. Guru menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, situasi kondisi, dan peserta didik. Guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran dan alatnya cukup jelas untuk dilihat oleh seluruh peserta didik. Pada saat berdiskusi, peserta didik saling mendengarkan ketika ada yang berbicara/ berpendapat. Bantuan atau intervensi guru kepada peserta
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 116
didik selalu bersifat memancing peserta didik untuk berfikir, misal dengan mengajukan pertanyaan (dalam batas kemampuannya)
Komunikasi dan Interaksi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Umpan Balik dan Penilaian
Kualitas Pertanyaan dan Cara Guru Bertanya
Refleksi
Keterlibatan Peserta didik
Pemandirian peserta didik
Sumber Belajar/Alat Bantu
Berbagai hasil karya peserta didik yang bervariasi dipajang di kelas. Perilaku peserta didik yang tidak disiplin/ sesuai dengan kesepakatan kelas diberi konsekuensi logis Semua/hampir semua (di atas 90%) pesertadidik menunjukkan disiplin dan prilaku positif sesuai kesepakatan kelas Guru mendorong peserta didik untuk bertanya, berpendapat, dan/atau mempertanyakangagasan guru/peserta didik lain. Banyak hasil karya para peserta didik dipajangkan dan ditata dengan rapi. Hasil karya peserta didik yang berupa tulisan merupakan kata-kata peserta didik sendiri dan sudah berkembang. Ada interaksi guru-peserta didik, peserta didikpeserta didik (multiarah). Peserta didik mengungkapkan gagasan dengan kata-kata sendiri, runtut, dan mengembangkannya. Peserta didik tidak takut bertanya, menjawab, atau menyatakan pendapat dengan tertib. Setiap proses pembelajaran bebas dari ancaman dan intimidasi Guru selalu memberikan umpan balik yang menantang (sesuai kebutuhan peserta didik) Guru memberikan umpan balik lisan dan tulisan secara individual. Guru menggunakan berbagai jenis penilaian (proses dan hasil) dan memanfaatkan hasilnya untuk kegiatan tindak lanjut. Setiap proses pembelajaran disertai dengan penghargaan dan pengakuan baik secara verbal maupun non-verbal Pertanyaan yang diajukan guru (selalu) memancing peserta didik untuk membangun gagasannya sendiri. Guru mengajukan pertanyaan, menyediakan waktu tunggu, dan menunjuk siapa yang harus menjawab tanpa pilih kasih. Guru selalu meminta peserta didik untuk melakukan refleksi setelah mempelajarisuatu konsep/keterampilan Sebagian besar peserta didik (75 % atau lebih) aktif bekerja Peserta didik asyik berbuat/bekerja dengan penuh konsentrasi. Ada program pengembangan kegiatan belajar mandiri peserta didik yang terencana dan dilaksanakan dengan baik. Peserta didik melakukan kegiatan membaca atau menulis atas keinginan sendiri. Peserta didik dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan membaca, bertanya, mencoba/ mengamati. Guru menggunakan berbagai sumber belajar (termasuk lingkungan sekitar) dan terbaik dari
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 117
Keterlibatan Peserta didik
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan (emosional, fisik,dan pelecehan seksual dan penelantaran)
Identifikasi layanan khusus serta individual
yang ada serta penggunaannya sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru membuat sendiri dan menggunakan alat bantu belajar sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru menggunakan alat bantu murah atau mudah diperoleh di sekitar. Tersedia sudut baca/perpustakaan dan dimanfaatkan oleh guru dan seluruh peserta didik. Lembar kerja mendorong peserta didik untuk menemukan konsep/ gagasan/cara/rumus dan menerapkannya dalam konteks lain. Sebagian besar peserta didik (atau lebih) aktif bekerja Peserta didik asyik berbuat/bekerja dengan penuh konsentrasi. Setiap proses pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan (emosional, fisik, dan pelecehan seksual dan penelantaran) Semua/hampir semua peserta didik mengalami peningkatan kompetensi personal/sosial sesuai potensinya seperti bisa bekerjasama, bertoleransi, menyelesaikan konflik dengan sehat, bertanggungjawab, kepemimpinan, dsb dalam kegiatan di dalam/luar kelas Semua peserta didik mengalami peningkatan kepercayaan diri seperti terlihat dalam keberanian mengajukan pertanyaan, menjawab dan tampil ke depan, dll Selalu melakukan identifikasi kebutuhan khusus serta merancang dan melaksanakan PPI (program pembelajaran individual) sebagai respon adanya kebutuhan khusus
2. Merencanakan Program Pembelajaran a) Pengantar Dalam praktik sehari-hari,banyak guru yang telah dilatih PAKEM memahami teori maupun contoh praktik, namun mereka sulit untuk kreatif menciptakan model-model pembelajaran lainnya yang memiliki kemungkinan sama besar atau bahkan lebih baik dari apa yang telah dilakukan selama ini. Hal ini terlihat dari prosedur yang kurang sistematis dalam skenario pembelajaran, kurang bervariasinya bentuk hasil belajar peserta didik, kegiatan pengelolaan peserta didik/kelas yang monoton,dsb. Karakteristik anak yang unik, suka bermain, suka bergerak, punya rasa ingintahu, suka berimajinasi, suka bertanya, dan mencoba; hal ini membuka peluang bagi kita mengelola kegiatan belajar secara beragam tanpa meninggalkan tuntutan pencapaian kompetensi. Anak akan selalu menantikan dan merindukan kegiatan pembelajaran beikutnya karena setiap kegiatan yang dilakukan guru senantiasa menarik menyenangkan, menantang dan tidak membosankan. Melalui modul ini dicontohkan bagaimana menciptakan berbagai variasi model pembelajaran yang menarik, menantang, dan berfokus kepada pencapaian kompetensi. b) Tujuan Tujuan membuat program Pembelajaran : 1) Membuat rancangan kegiatan yang menarik 2) Menyusun tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menentukan alat, sumber dan langkah-langkah pembelajaran yang bervariasi dengan kompetensi yang dikembangkan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 118
c) Cara Melaksanakan Program Pengembangan variasi pembelajaran identik dengan pengembangan kreativitas guru dalam menyusun rencana, melaksanakan, dan melakukan penilaianpembelajaran. Pada dasarnya kita terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu,kemampuan berimajinasi, dan fitrah bertuhan. Rasa ingin tahu dan kemampuanberimajinasi merupakan ‘modal dasar’ untuk berkembangnya kreativitas; fitrah bertuhan memungkinkan manusia beriman kepada Tuhan. Potensi rasa ingintahu dan kemampuan berimajinasi akan berkembang menjadi kreativitas apabila terus menerus berani ‘mencoba tanpa rasa takut bersalah’ sampai menemukan beberapa pola yang diyakini mampu menjadi langkah yang tepat dalam menyajikan pembelajaran. Sebagai gambaran sebelum melaksanakan program perlunya rancangan mencari alternatif kegiatan pembelajaran. Berikut ini salah satu contoh sebelum menyusun program pembelajaran: Bahasa Indonesia
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
No 1.
Alternatif Pembelajaran Benda berbicara
Kompetensi Dasar Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
Percakapan Rumpang
Menyusun Percakapan Acak Alih Bentuk
Kegiatan Inti mendeskripsikan benda yang dipilih untuk menentukan peran dalam percakapan
menyusun percakapan dengan memperhatikan ejaan melakukan percakapan bermain melanjutkan kalimat percakapan yang belum selesai diawali dari satu kalimat kemudian dilanjutkan oleh teman yang lainnya. melengkapi percakapan rumpang menyusun percakapan dengan memperhatikan ejaan bermain acak kalimat tanya-jawab menyusun percakapan acak menyusun contoh percakapan lainnya. melakukan percakapan Membaca prosa/cerita pendek. mengubah prosa ke dalam bentuk percakapan (dialog). melakukan percakapan/bermain peran
d) Contoh Rencana Pembelajaran ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Tema Kelas / Semester Hari / Tanggal Alokasi Waktu
: : : : :
Bahasa Indonesia Lingkungan VI (Enam) /1 (Satu) 2 x 35 menit (1XPertemuan)
1. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalambentuk formulir, ringkasan, dialog, dan paragraf. 2. Kompetensi Dasar Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan memperhatikan pengunaan ejaan. 3. Indikator a. Mendeskripsikan benda untuk menentukan peran dalam percakapan. b. Menyusun percakapan dengan memperhatikan penggunaan ejaan. c. Melakukan percakapan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 119
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4. Tujuan Pembelajaran a. Melalui diskusi, peserta didik dapat menentukan peran dalam percakapan dengan benar. b. Melalui diskusi, peserta didik dapat menyusun percakapan dengan memperhatikan penggunaan ejaan dengan benar. c. Melalui latihan bercakap – cakap, peserta didik dapat melakukan percakapan dengan baik. 5. Alat dan sumber bahan a. Alat : Buah – buahan b. Sumber bahan : 1) Silabus kelas VI 2) Buku Bina Bahasa dan Sastra Indonesia –Erlangga 6. Materi Pokok Pembelajaran Kalimat percakapan 7. Metode Pembelajaran a. Diskusi b. Bermain peran 8. Langkah – langkah Pembelajaran
No
Kegiatan
1Kegiatan Awal a. Mengkondisikan peserta didik dengan bermaintebak – tebakan. b. Penjelasan tujuan pembelajaran 2 Kegiatan Inti a. Membentuk kelompok b. Wakil kelompok mengambil LK dan buah - buahan c. Diskusi kelompok menentukan peran dalampercakapan d. Diskusi kelompok membuat percakapan dari sekelompok benda e. Dalam kelompok berlatih memainkan peran f. Melakukan percakapan g. Menangggapi tampilan kelompok lain dalam melakukan percakapan 3 Kegiatan akhir a. Memberi penguatan b. Memajang hasil karya peserta didik
Pengorganisasian Kelas Peserta Waktu didik K K
2’ 3’
K G G G K K K
5’ 2’ 5’ 15’ 13’ 10’ 7’
K I
5’ 3’
9. Penilaian a. Bentuk : Proses Teknik : Kinerja b. Bentuk : Produk Teknik : Karya dua dimensi ( LK terlampir) Mengetahui Kepala sekolah, NIP.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Surakarta, 10 Nopember 2009 Guru Kelas
P a g e | 120
Lampiran-lampiran LEMBAR KERJA 1 ( KELOMPOK ) Tema Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Kelas / Semester
: : Bahasa Indonesia : 4.3 Menyusun percakapan tentang berbagai topic dengan memperhatikan pengunaan ejaan. : VI / 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Disediakan bermacam – macam buah. 1. Tentukan peran masing – masing anggota dengan memilih salah satu buah! 2. Seandainya benda – benda tersebut bisa berbicara seperti manusia, apa saja yang akan mereka bicarakan? 3. Tuliskan percakapan tersebut di bawah ini! _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________ Kelompok : ______________________ Anggota : 1. __________________ sebagai __________________ 2. __________________ sebagai __________________ 3. __________________ sebagai __________________ LEMBAR KERJA 2 ( Individu ) Tema Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Kelas / Semester
: : : :
Disediakan wacana :
Buatlah percakapan dari benda – benda tersebut ! Jawaban ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ____________________ Nama No Absen
: __________ : __________
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 121
LEMBAR PENILAIAN DISKUSI MENYUSUN PERCAKAPAN Aspek yang di nilai No
Nama
Kerja sama
Aktifitas
( 1-40 )
( 1-30 )
Menghargai Pendapat ( 1-30)
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
LEMBAR PENILAIAN HASIL KARYA DIDIK (KARYA DUA DIMENSI) No
Nama
Kelengkapan (4)
Aspek yang di nilai Kesesuaian (4)
Ejaan (2)
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kriteria Penilaian a. Kelengkapan Jika jawaban lengkap Jika jawaban hampir lengkap Jika jawaban setengah lengkap Jika jawaban kurang lengkap Jika peserta didik tidak menjawab b. Kesesuaian Jika jawaban sesuai Jika jawaban hampir sesuai Jika jawaban setengah sesuai Jika jawaban kurang sesuai Jika peserta didik tidak menjawab c. Ejaan Jika ejaan seluruhnya benar Jika ejaan hampir seluruhnya benar Jika ejaan setengah benar Jika ejaan hanya sedikit benar Jika ejaan tidak ada yang benar
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 2 1,5 1 0,5 0
3. Pengelolaan Kelas Selama pembelajaran konvensional, meja dan kursi diatur menghadap ke papan tulis dan“peserta didik” duduk berjajar. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatanPAKEM pengaturan tempat duduk peserta didik disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru, misalnya pola tempat duduk berpasangan, pola tempat duduk dalam bentuk ”U” akan memudahkan peserta didik berinteraksi dan melakukan aksi dalam proses pembelajaran. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 122
Sebaiknya guru selalu mendesain pola tempat duduk yang disesuaikan dengan skenario pembelajaran yang dirancang dalam RPP Contoh model tempat duduk
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Contoh Model Tempat Duduk 4. Mengembangkan Keterampilan Bertanya 1) Pengantar Umpan balik merupakan salah satu bagian penting suatu proses pembelajaran. Respon guru terhadap sikap dan perilaku peserta didik di awal, proses, dan akhir pembelajaran dapat menjadi pengembang pola pikir, sikap dan tindakan peserta didik ke arah yang lebih baik. Kemampuan guru memberikan umpan balik yang sesuai baik kuantitasmaupun kualitas dapat meningkatkan perolehan belajar peserta didik. Pemahaman guru terhadap perilaku peserta didik dalam mengekspresikan hasil belajar menjadi pijakan kuat untuk memunculkan ”pertanyaan atau tugas” lanjutan sebagai pengembangan kegiatan peserta didik. Pelaksanaan umpan balik dilakukan sebagai respon guru setelah mencermati sikap peserta didik terhadap penilaian dirinya maupun kepuasan terhadap hasil kerjanya. Oleh karena itu, perlu diciptakan kesesuaian antara penilaian diri peserta didik, persepsi guru, dan harapan agar hasil belajar mencapai kompetensi secara optimal. Modul ini memberikan gambaran bagaimana membantu peserta didik dalam proses belajar melalui pemberian umpan balik yang mampu memotivasi dan mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan perolehan belajar yang optimal. 2) Tujuan Tujuan Umpan Balik/Ketrampilan Bertanya bagi guru dalam mengajar adalah a) Menggali potensi peserta didik sebelum pembelajaran dilaksanakan b) Meningkatkan kualitas pengembangan daya pikir, sikap, dan hasil belajar pesertadidik c) Melatih peserta didik berani mengemukakan pendapat 3) Cara Mengembangkan Adi W. Gunawan (2003) dalam Genius Learning Strategy ,menyatakan cara memberikan umpan balik yang benar sebagai berikut: a) Umpan balik harus bersifat korektif, guru dapat memberikan jawaban penjelasan,tidak hanya jawaban yang salah tetapi apa jawaban yang benar dan akurat serta bagaimana bisa mencapai jawaban yang benar tersebut. Yang terpenting adalahproses berfikir dibalik hasil jawaban yang salah maupun jawaban yang benar. b) Umpan balik harus diberikan pada waktu yang tepat, ajarkan materi yang inginanda ujikan setelah itu murid langsung diminta mengerjakan tes tanpa menunggujeda yang terlalu lama. c) Umpan balik harus spesifik dan mengacu pada satu kriteria tertentu, umpan balikdidasarkan pada satu level pengetahuan atau keahlian yang spesifik dengan cara membandingkan anak dengan dirinya sendiri bukan dengan rekan atau murid lainnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 123
d) Murid memberikan umpan balik untuk diri mereka sendiri, murid membuat catatan sendiri terhadap prestasi yang telah mereka capai dan melakukan pembandinganantara prestasi terdahulu dengan prestasi mereka saat ini.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Contoh Pemberian Bantuan dan Umpan Balik 5. Alat/MediaSumber Belajar a) Pengantar Fungsi utama alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau mengembangkankonsep yang abstrak, agar peserta didik mampu memahami arti sebenarnya dari konseptersebut. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi objek/alat peraga, peserta didikmemiliki pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti suatu konsep b) Tujuan Ada beberapa tujuan penggunaan alat peraga/media pembelajaran, antara lain: 1) Untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran 2) Mempermudah pemahaman konsep 3) Memberikan pengalaman yang efektif bagi peserta didik dengan berbagaikecerdasanyang berbeda. 4) Memotivasi peserta didik untuk menyukai pelajaran yang diajarkan 5) Memberikan kesempatan bagi peserta didik yang lamban berpikir untukmenyelesaikan tugas dan berhasil. 6) Memperkaya program pembelajaran bagi peserta didik yang lebih pandai. 7) Mempermudah abstraksi. 8) Efisiensi waktu. c) Contoh Alat Peraga/Media Pelajaran • PKn (Untuk materi tentang ketertiban berlalu lintas)
Gambar Rambu-rambu lalu lintas 6. Lembar Kerja a) Pengantar Lembar Kerja merupakan alat bantu pembelajaran agar peerta didik melakukan prosespembelajaran. Disamping itu juga Lembar Kerja merupakan alat atau petunjuk kegiatanyang akan dilakukan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Lembar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 124
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kerja jugamerupakan petunjuk tertulis untuk membantu guru dalam memberi tugas kepadapeserta didik agar peserta didik dapat menemukan sendiri. b) Tujuan LK 1) Membelajarkan peserta didik dan mendorong untuk berdiskusi 2) Untuk membantu guru dalam pembelajaran 3) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menguasai kompetensi. 4) Membimbing peserta didik untuk menemukan konsep 5) Menyatukan tindakan dan tujuan dalam pembelajaran. 6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran 7) Meningkatkan daya cipta peserta didik 7. Pemajangan a) Pengantar Karya peserta didik sebagai perolehan belajar yang baik dipajang di dalam ruang kelas. Pajangan ini dapat dilihat langsung oleh semua peserta didik. Bentuknya bisa karya dua dimensi atau tiga dimensi. Pajangan mencerminkan upaya yang dilakukan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang diharapkan, dan hasil suatu pembelajaran yang dilakukan. Dengandemikian,pajangan mempunyai dua sisi penting dalam pembelajaran. Di satu sisipajangan merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. Di sisi lainnya, pajangan juga dapat menjadi alat pemantau efektivitas proses pembelajaran. Modul ini mengkaji tentang bagaimana pajangan yang baik dan berkualitas sertaberbagai upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas hasil belajar pesertadidik (pajangan) sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. b) Tujuan 1) Untuk penghargaan peserta didik yang berhasil membuat karya 2) Meningkatkan motivasi perserta didik yang telah berhasil 3) Untuk sumber belajar bagi peserta didik 4) Untuk memotivasi siwa agar senantiasa berkarya c) Contoh Pajangan
Gambar Hasil kerajinan anak & Hasil lukisan anak 8. Penilaian a) Pengantar Penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Menurut Masnur Muslich (2007) penilaian dalam KBK dan KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan peserta didik dalam belajar,bekerja sama, dan menilai dirinya sendiri. Oleh karena itu, penilaian yang dilaksanakan harus penilaian berbasis kelas (PBK). Penilaian kelas merupakan kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu,diperlukan data sebagai informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan tingkat keberhasilan pesertadidik dalam mencapai suatu kompetensi. Alat ukur atau instrumen untuk penilaian kelas harus valid, reliabel, terfokus pada pencapaian kompetensi, objektif, dan mendidik. Misalnya alat ukur berupa tes. Alatukur itu harus valid. Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat digunakan untukmengukur apa yang akan diukur. Agar alat ukur valid, dalam menyusun soal Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 125
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b)
c)
d)
e)
f)
sebagai alat penilaian perlu memperhatikan kompetensi yang diukur dan menggunakan bahasa yangtidak mengandung makna ganda. Alat ukur yang reliabel berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Artinya,jika alat ukur itu digunakan untuk mengukur di dua tempat yang memiliki kondisiyang sama, hasil yang diperoleh itu cenderung mendekati sama. Selain itu, petunjukpelaksanaan dan penskorannya harus jelas. Selain harus valid dan reliabel, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi(rangkaian kemampuan), bukan hanya pada penguasaan materi (pengetahuan). Penilaian harus menyeluruh/komprehensif dengan menggunakan beragam cara dan alatuntuk menilai kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil yang sesungguhnyatentang kompetensi peserta didik. Penilaian harus objektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan,dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor. Penilaian yang dilakukan jugaharus mendidik. Artinya, penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik. KTSP tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan peserta didik, tetapi lebih memperhatikan kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Tehnik Penilaian Banyak cara atau teknik yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap peserta didik. Pada dasarnya, teknik penilaian tersebut adalah cara penilaian kemajuanbelajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harusdicapai. Penilaian ini didasarkan pada indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih (kognitif, afektif, dan psikomotor). Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah penilaian itu dilakukan dengan tes (tertulis atau lisan), observasi, praktek, dan penugasan secara individu atau kelompok. Di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Berikut ini sedikit gambaran masing-masing teknik penilaian. Penilaian melalui Tes Penilaian melalui tes dilakukan secara tertulis atau lisan (tes tertulis). Ada dua bentuk soal untuk penilaian tertulis ini, yaitu memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban dibedakan menjadi (1) pilihan ganda; (2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak); (3) menjodohkan; dan (4) sebab-akibat. Tes tertulis yang berupa mensuplai jawaban, dibedakan menjadi (1) isian atau melengkapi; (2) jawaban singkat ataupendek; dan (3) uraian. Penyekoran pada penilaian tertulis harus jelas. Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilaiterhadap aktivitas (dalam melakukan pekerjaan) peserta didik. Penilaian ini cocokuntuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugastertentu, misalnya presentasi hasil pengamatan di desanya tentang erosi. Penilaian Sikap Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran Geografi di SMA antaralain (1) sikap terhadap materi pelajaran; (2) sikap terhadap guru/pengajar; (3)sikap terhadap proses pembelajaran; (4) sikap berkaitan dengan nilai atau normayang berhubungan dengan suatu materi pelajaran, misalnya kasus atau masalahlingkungan hidup, berkaitan dengan materi IPA; dan (5) sikap berhubungan dengankompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Penilaianini menggunakan skala sikap dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Penilaian Penugasan (Proyek) Penilaian penugasan atau proyek dilakukan untuk mendapatkan gambarankemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual mengenai kemampuan pesertadidik dalam konsep dan pemahaman mata pelajaran. Dalam mata pelajaran IPS,teknik ini bermanfaat untuk menilai (1) ketrampilan peserta didik
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 126
g)
h)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
i)
j)
melakukanpenyelidikan; (2) pemahaman dan pengetahuan dalam bidang IPS; (3) kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu penyelidikan; dan (4) kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Contoh tugas penilaian penugasan: Lakukan penyelidikan mengenai proses pasar di daerah sekitarmu melalui tinjauan IPS. Penilaian Hasil Kerja atau Produk Penilaian hasil kerja atau produk adalah penilaian kepada peserta didik dalamproses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu tahap (1) persiapan,meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, danmengembangkan gagasan serta mendesain produk; (2) pembuatan produk(proses), meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi danmenggunakan bahan, alat, dan teknik; dan (3) penilaian produk (appraisal), meliputipenilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik. Hasil kerja ini disusunmenjadi sebuah portofolio. Jadi, potofolio merupakan koleksi pribadi hasil kerja peserta didik yang mencerminkan tingkat pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan, dan pekerjaan terbaiknya. Penilaian portofolio ini didasarkan pada kumpulan hasilkerja peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Penilaian Diri (self assessment) Pada prinsipnya, penilaian diri peseta didik menilai dirinya sendiri. Peserta didikdiminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian diri melalui pengukuran terhadap kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor Pemanfaatan dan Pelaporan hasil Penilaian 1) Pengolahan Hasil Penilaian Data hasil penilaian harus diolah sebaik mungkin. Pengolahan ini disesuaikan dengan jenis data hasil penilaiannya, yaitu penilaian kinerja atau unjuk kerja, penugasan(proyek), hasil kerja (produk), tes tertulis, portofolio, sikap, dan penilaian diri. Data Penilaian Tertulis Biasanya, tiap butir soal bentuk pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban benar danskor 0 jika jawaban salah. Perhitungan skor yang diperoleh peserta didik untuk suatuperangkat tes pilihan ganda sebagai berikut:
Data Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Data penilaian kinerja unjuk kerja diperoleh melalui pengamatan yang ditujukan terhadap kinerja peserta didik untuk suatu kompetensi. Skor diperoleh dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang telah ditentukan. Skor yang dicapai oleh peserta didik merupakan skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 (untukskala 0 -10) atau dikali 100 (untuk skala 0 -100). Misalnya, dalam suatu penilaian kinerja menggambar peta, paling tidak ada 6 aspek yang dinilai, yaitu kelengkapan peta, ketepatan skala, kerajian, kebersihan, keindahan, dan pewarnaan, Jika seorang peserta didik mendapat skor 6 dan skor maksimumnya 8, maka nilai yang akandiperoleh adalah = 6/8 x 10 = 7,5. Data Penilaian Sikap Skor hasil penilaian sikap bersumber dari catatan harian peserta didik berdasarkan pengamatan/observasi guru mata pelajaran. Data hasil pengamatan guru dapat dilengkapi dengan hasil penilaian berdasarkan pertanyaan langsung dan laporan pribadi. Hal yang harus dicatat dalam buku Catatan Harian peserta didik adalah kejadian-kejadian yang menonjol, yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 127
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar k)
unjuk kerja peserta didik, baik positif maupun negatif. Yang dimaksud dengan kejadian–kejadian yang menonjol adalah kejadian-kejadian yang perlu mendapat perhatian, atau perlu diberi peringatan dan penghargaan dalam rangka pembinaan peserta didik. Kejadian-kejadian yang menonjol tersebut dapat berupa kejadian yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Data Penilaian Penugasan (Proyek) Data penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh dari tahap-tahap: perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data/laporan. Dalam menilai setiap tahap, guru dapat menggunakan skor yang terentang dari 1 sampai 5. Skor 1 merupakan skor terendah dan skor 5 adalah skor tertinggi untuk setiap tahap. Jadi, total skor terendah untuk keseluruhan tahap adalah 4 dan total skor tertinggi adalah 20. Data Penilaian Hasil Kerja (Produk) Data penilaian hasil kerja (produk) meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan,pembuatan (produk), dan penilaian (appraisal). Informasi tentang data penilaianini diperoleh melalui cara holistik atau cara analitik. Cara holistik guru menilai hasil kerja peserta didik berdasarkan kesan keseluruhan dengan menggunakan criteria keindahan dan kegunaan produk tersebut pada skala skor 0 – 10 atau 1 – 100. Cara penilaian analitik, guru menilai hasil kerja melalui tahap proses pengembangan, yaitu mulai dari tahap persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian. Data penilaian Portofolio Skor penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan informasi yang telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru, (2) hasil pekerjaan peserta didik, dan (3) profil perkembangan peserta didik. Data Penilaian Diri Skor hasil penilaian diri adalah skor yang diperoleh dari hasil penilaian tentang kemampuan, kecakapan, atau penguasaan kompetensi tertentu yang dilakukan olehpeserta didik sendiri. Pada awalnya, hasil penilaian diri yang dilakukan oleh peserta didik tidak dapat langsung dipercayai dan digunakan oleh guru. Untuk itu, pada taraf awal, guru perlu melakukan langkah-langkah telaahan terhadap hasil penilaian diripeserta didik. 2) Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasilatau belum dalam menguasai suatu kompetensi. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuanakademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru sertaketersediaan sarana dan prasarana. Pemanfatan Dan Pelaporan Hasil Penilaian Kelas. Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang dapatdigunakan antara lain: (1) peserta didik (remedial atau pengayaan); (2) perbaikan programdan proses pembelajaran, (3) pelaporan, dan (4) penentuan kenaikan kelas. Bagi pesertadidik, data hasil penilaian menjadi alat penentu apakah dia harus menempuh remedial atau tidak. Bagi peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan perlu diberi pengayaan. Bagi guru, hasil penilaian ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Bagi kepala sekolah, dia mempunyai tugas dan tanggungjawab menilai kinerja guru. Salah satu penilaian terhadap kinerja guru dapat didasarkanpada tingkat keberhasilan peserta didik yang diperoleh melalui penilaian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 128
1)
2) 3)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4)
Pelaporan Hasil Penilain Kelas Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik Pelaporan hasil penilaian hendaknya (1) merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagipengembangan peserta didik; (2) memberikan informasi yang jelas, komprehensif,dan akurat; dan (3) menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya bermasalah dalam belajar (Puskur). Bentuk Laporan Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data kuantitatif maupun kualitatif. Isi Laporan Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai berikut:(1) Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial,dan emosional?; (2) Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?; (3)Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?; dan (4)Apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan prestasi anak lebih lanjut? Rekap Nilai Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu satu semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan remedial. Bagian A: Pengantar Kegiatan pada sesi ini diawali dengan pembukaan dari instruktur membuka dan menyampaikan informasi yang berkait dengan isu dalam kegiatan PAKEM. Kemudian memberikan informasi tentang pengalaman belajar apa yang akan dilaksanakan dalam sesi ini. Bagian B: Keterampilan Bertanya (60 menit) Instruktur membuka sesi dengan pertanyaan berikut untuk menimbulkan gagasandari peserta: Mengapa kita mengajukan pertanyaan kepada siswa? Pertanyaan apa yang sering disampaikan oleh guru, mengapa? Mengacu kepada kegiatan modeling sebelumnya, peserta diminta untukmengidentifikasi pertanyaan – pertanyaan yang terdapat pada kegiatan tersebut.Kemudian mendiskusikannya. Fasilitator memberi contoh bacaan (lihat Lampiran 10) dan berbagai pertanyaanyang memuat/mengacu pada ketiga jenis/sifat pertanyaan di bawah ini: Mencari informasi Memanfaatkan pengetahuan Menciptakan sesuatu yang baru dan memberikan pendapat Peserta (dalam kelompok kecil 3-4 orang ) menyusun 3 jenis pertanyaan di kertasyang berbeda dengan menggunakan teks yang sama. Kelompok saling menukar pertanyaan untuk mendiskusikan kualitas pertanyaandan memberi tanggapan/perbaikan. Peserta meninjau kembali hasil perbaikan dansaran dari kelompok lain untuk kemudian disempurnakan dan dikembangkan Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: Manakah pertanyaan yang dianggap mudah untuk ditulis dan dijawab?Mengapa? Manakah pertanyaan yang dianggap sulit untuk ditulis dan dijawab? mengapa? Apa yang bisa membantu proses penyusunan pertanyaan seperti kategori b dan c.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 129
Jenis Pertanyaan: Tingkat 1 Mencari Informasi Bagian C : Pengorganisasian Kelas (60 menit) Berdasarkan kegiatan modeling, fasilitator memberikan kegiatan – kegiatan sebagai berikut: Fasilitator mengajukan pertanyaan berikut kepada peserta tentang organisasikelas(Klasikal, kelompok, dan individu). Apa yang anda ketahui tentang belajar klasikal, kelompok, dan individu? Kapan siswa belajar klasikal, kelompok atau individual? Mengapa siswa bekerja/belajar secara klasikal, kelompok, dan individual? Peserta dan fasilitator kemudian membahas bersama beberapa jenis organisasi dengan mencoba memberikan contoh tugas/kegiatan yang sesuai untuk jenis organisasi masing-masing. Peserta mengidentifikasi kegiatan yang harus dikerjakan secara klasikal, kelompok, dan individual dengan menggunakan lembar kerja berikut.:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel Pengorganisasian kelas Mengidentifikasi Kegiatan Klasikal, Kelompok, dan Individual Kegiatan pembelajaran
Pengelolaan kelas Klas klp Indv
Alasan
Mendengarkan instruksi guru Menggunakan thermometer Mencari kota-kota di peta Melaporkan hasil tugas Membuat diagram alir Curah pendapat tentang tsunami Menceritakan pengalaman waktu kecil Meragakan tokoh cerita Menulis cerita Mengerjakan soal-soal matematika Memperkirakan luas ruang kelas
Sesudah tugas selesai peserta saling menukar pilihan dengan memberikan alasandan komentar. Selanjutnya fasilitator dapat memberikan tips pengorganisasiankelas Bagian D: Pembelajaran Kooperatif (60 menit) Dalam sesi ini ada 2 kegiatan pokok. Pertama, fasilitator menyajikan bahan bahan/informasiyang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif. Kedua, peserta melakukan aktivitas yangberhubungan dengan pembelajaran kooperatif melalui bahan yang sudah disiapkan oleh fasilitator. Bagian E: Pengembangan Gagasan Pembelajaran (60 menit) Setelah peserta mengamati 2 model pembelajaran di atas, peserta mendiskusikanhasilkegiatan termasuk membahas lembar pengamatan yang diisi kelompok pengamat. Aktivitasberikutnya ialah peserta mengaitkan berbagai hasil pengamatannya dengan keterampilanbertanya, pengorganisasian kelas, dan pembelajaran kooperatif. Setelah berdiskusitentang berbagai hal tersebut, peserta mencoba mengembangkan ide-ide sederhana yangmungkin bisa diterapkan dalam pembelajaran PAKEM yang akan dilakukan, termasuk: carabertanya, pengorganisasian kelas, kerja kelompok, dan sebagainya. Peserta dalam kelompok 4-5 orang mengembangkan langkah-langkah KBM untuk satu topik yang diberikan oleh fasilitator atau diseleksikan oleh peserta sendiri. Langkah-langkahtersebut harus memperhatikan ciri-ciri pembelajaran PAKEM di atas. Dalamproses pengerjaan, peserta dapat menggunakan tabel di bawah ini. Setiap kelompok saling menukar hasil kerjanya dan memberikan masukan perbaikan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 130
Tabel Pengembangan Ide Pembelajaran Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Sumber Belajar
Kegiatan Belajar
Keterampilan Bertanya
Pengorganisasian Kelas
Pembelajaran Kooperatif
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Indikator Monev: (Bahan referensi untuk fasilitator) a) Guru - Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja (menemukan sendiri, mengungkapkan pendapat dsb.); - Guru menciptakan pembelajaran yang menantang; - Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar, termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan; - Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa; - Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. b) Siswa - Siswa tidak takut bertanya; - Ada interaksi antara siswa untuk mmebahas dan memecahkan masalah; - Siswa aktif bekerja; - Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri; - Siswa melakukan kegiatan baca mandiri; - Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulis biograpi tokoh). c) Kelas - Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa; - Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar; - Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa, siswa dan siswa; - Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yang dimanfaatkan siswa.
B. 1.
Lesson Study
Landasan Yuridis, teoritis dan empiris perlunya Lesson Study a) Mutu Pendidikan Mutu pendidikan tercermin dari mutu SDM. SDM kita masih rendah berarti mutu pendidikan pun masih rendah. Mengapa demikian? Masyarakat beranganggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional (UN) baik maka dianggap sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Atau kalau suatu sekolah banyak meluluskan siswa ke perguruan tinggi melalui SPMB maka dianggap sekolah itu pavorit dan banyak diserbu orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Rangking sekolah diurut berdasarkan nilai UN. Akibatnya orang tua harus mengeluarkan uang ekstra untuk menitipkan anaknya pada bimbingan belajar yang melakukan latihan menjawab soal-soal UN atau SPMB, karena orang tua menginginkan anaknya diterima di sekolah paforit atau perguruan tinggi top. Proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan dari pemerintah, yang penting hasil UN (Ujian Nasional). Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara siswa mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum kepada siswa. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa dokumen renpel (rencana pelajaran). Pengawas sangat jarang masuk kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 131
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b)
menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru, seperti renpel dari pada masuk kelas melakukan observasi dan supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metoda mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan untuk percobaan IPA di laboratorium. Ini berarti bahwa selama ini kita kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran di dalam ruang kelas. Semestinya, kita lebih memperhatikan proses pembelajaran dan hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran. Secara internasional, mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, sebagai contoh dalam bidang MIPA, the Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2003) melaporkan bahwa di antara 45 negara peserta TIMSS, peserta didik SMP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-36 untuk IPA dan ke-34 untuk Matematika. Siswa-siswa Indonesia hanya dapat menjawab soal-soal hafalan tetapi tidak dapat menjawab soal-soal yang memerlukan nalar atau keterampilan proses. Proses pembelajaran yang baik seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan proses pembelajaran, sementara hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran yang benar. Seiring dengan perkembangan IPTEK, pengetahuan guru harus selalu disegarkan. Kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk penyegaran pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi. Sayangnya, tidak sedikit kepala sekolah yang tidak mengijinkan guru untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi dalam kegiatan MGMP. Seharusnya kepala sekolah mendorong bahkan memfasilitasi guru agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar untuk menambah wawasan guru. Selain itu, sedikit guru yang sudah memanfaatkan fasilitas ICT (Information Communication Technology) di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan padahal fasilitas itu sudah masuk ke sekolah, seperti komputer dan telpon. Sementara, sekolah mampu menyediakan dana untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata. Undang-undang Guru dan Dosen Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 2005 pemerintah dan DPR RI telah mensahkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi profesional. Di satu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi dipihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional. Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional akan diberikan manakala guru telah memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan (Pasal 8). Kualifikasi akademik tersebut harus „diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat“ (Pasal 9). Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi (Pasal 10 ayat (1)). Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud pada Undang-undang tersebut meliputi „kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional“ (Pasal 10 ayat (1)). Berdasarkan hasil pertemuan Asosiasi LPTK Indonesia, penjabaran tentang jenis-jenis kompetensi tersebut sebagai berikut: Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci kompetensi pedagogik meliputi : (1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual. (2) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didikdan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya. (3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik (4) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik (5) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik (6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatanpeserta didik dalam pembelajaran (7) Merancang pembelajaran yang mendidik (8) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik (9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 132
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c)
Kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini meliputi: (1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat. (3) Mengevaluasi kinerja sendiri (4) Mengembangkan diri secara berkelanjutan. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Kompetensi ini mencakup: (1) Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya. (2) Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi. (3) Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. (4) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi. (5) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan kompetensi ini, guru diharapkan dapat: (1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat. (2) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat. (3) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan global. (4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan pengembangan diri. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pasal 19 dari peraturan pemerintah ini berbunyi sebagai berikut: (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. (3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Peraturan pemerintah tersebut mengindikasikan bahwa sekarang pemerintah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Usaha baik dari pemerintah ini harus ditindaklanjuti sehingga mutu pendidikan menjadi kenyataan yang akan berdampak terhadap pembangunan Indonesia di masa mendatang. Tentunya, kerja keras kita dalam menindaklanjuti usaha pemerintah ini baru dapat dirasakan paling cepat dalam waktu 10 tahun mendatang. Tantangan bagi kita adalah bagaimana mengimplementasikan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan? Secara umum mutu pendidikan di negeri ini masih rendah tercermin dari pringkat hasil TIMSS dan indek pembangunan manusia yang berada pada posisi di bawah peringkat negara-negara tetangga kita di Asia Tenggara. Oleh karena itu, tantangan bagi kita adalah bagaimana kita dapat meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini. Mutu pendidikan merupakan dampak dari keprofesionalan pendidiknya. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik profesional. Namun demikian, untuk menjadi pendidik profesional diperlukan usaha yang sistemik dan konsisten serta berkesinambungan dari pendidik itu sendiri dan pengambil kebijakan. Melalui lesson
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 133
study sangat dimungkinkan meningkatkan keprofesionalan pendidik di Indonesia karena lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
2.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3.
4.
pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Pengertian Lesson Study Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui pelatihan dan tidak sedikit dana yang dialokasikan untukpelatihan guru. Sayangnya usaha dari pemerintah ini kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru. Minimal ada dua hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal. Padahal kondisi sekolah di suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain. Kadang-kadang pelatih menggunakan sumber dari literatur asing tanpa melakukan ujicoba terlebih dahulu untuk kondisi di Indonesia. Kedua, hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali “seperti dulu lagi, back to basic”. Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan, apalagi kalau kepala sekolah tidak pernah menanyakan hasil pelatihan. Selain itu, kepala sekolah tidak memfasilitasi forum sharing pengalaman diantara guru-guru. Untuk mengatasi kelemahan pelatihan konvensional yang kurang menekankan pada pasca pelatihan maka buku ini menawarkan model in-service training yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi masing-masing. Model tersebut adalah Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian, Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Tujuan Lesson Study Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar Meningkatkan hubungan kolegalitas Menguatkan hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai Meningkatkan motivasi untuk selalu berkembang Meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran Sejarah Perkembangan Lesson Study a) Asal Mula Lesson Study Lesson study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900an. Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri. Lesson Study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran. Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru-guru di suatu distrik atau diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang, semacam MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari beberapa sekolah berkumpul untuk melaksanakan lesson study. Lesson study yang sangat popular di Jepang adalah lesson study yang diselenggarakan oleh suatu sekolah dan dikenal sebagai konaikenshu yang berkembang sejak awal tahun 1960an. Konaikenshu juga dibentuk oleh dua kata yaitu konai yang berarti di sekolah dan kata kenshu yang berarti training. Jadi istilah konaikenshu berarti schoolbased in-service training atau inservice education within the school atau in-house workshop. Pada tahun 1970an pemerintah Jepang merasakan manfaat dari konaikenshu dan sejak itu pemerintah Jepang mendorong sekolah-sekolah untuk melaksanakan konaikenshu dengan menyediakan dukungan biaya dan insentif bagi sekolah yang melaksanakan konaikenshu. Kebanyakan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jepang melaksanakan konaikenshu. Walaupun pemerintah Jepang telah menyediakan dukungan biaya bagi sekolahsekolah untuk melaksanakan konaikenshu tetapi kebanyakan sekolah melaksanakan konaikenshu secara sukareka karena sekolah marasakan manfaatnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 134
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Suasana pembelajaran matematika dalam rangka lesson study di SD Hamanogo, Jepang tahun 2005. Kurang lebih 100 pengamat menghadiri kegiatan lesson study ini. Pengamat berdatangan dari berbagai sekolah SD atau SMP dari berbagai provinsi di Jepang. Alasan mengapa lesson study menjadi popular di Jepang karena lesson study sangat membantu guru-guru. Walaupun lesson study menyita waktu tetapi guru-guru memperoleh manfaat yang sangat besar berupa informasi berharga untuk meningkatkan keterampilan mengajar mereka. Mutu kegiatan konaikenshu sangat bervariasi bergantung pada kaliber leadership sekolah, mutu guru untuk membangun, mempererat persabahatan diantara mereka, dan kemaunan mereka dalam melaksanakan konaikenshu. b) Perkembangan Lesson Study di dunia The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi untuk membandingkan pencapaian hasil belajar mathematika dan IPA kelas 8 (kelas 2 SMP). Penyebaran Lesson Study di dunia pada tahun 1995 dilatarbelangi oleh TIMSS. Empat puluh satu negara terlibat dalam TIMSS, Dua puluh dari empat puluh satu Negara memperoleh skor rata-rata matematika yang signifikan lebih tinggi dari Amerika Serikat. Negara-negara yang memperoleh skor matematika yang lebih tinggi dari Amerika Serikat antara lain Singapura, Korea, Jepang, Kanada, Francis, Australia, Hongaria, dan Ireland. Sementara hanya 7 negara yang memperoleh skor matematika secara signifikan lebih rendah dari Amerika Serikat, yaitu Lithuania, Cyprus, Portugal, Iran, Kuwait, Colombia, dan Africa selatan. Posisi pencapaian belajar matematika siswa-siswa SMP kelas 2 di Amerika Serikat membuat negara itu melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan Jerman. Tim Amerika Serikat melakukan perekaman video pembelajaran matematika di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat untuk dilakukan analisis terhadap video pembelajaran tersebut. Pada waktu itu, Tim Amerika Serikat menyadari bahwa Amerika Serikat tidak memiliki sistem untuk melakukan peningkatan mutu pembelajaran, sementara Jepang dan Jerman melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan. Amerika Serikat selalu melakukan reformasi tapi tidak selalu melakukan peningkatan mutu. Selanjutnya ahli-ahli pendidikan Amerika Serikat belajar dari Jepang tentang Lesson Study. Sekarang Lesson Study telah berkembang di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan diyakini Lesson Study sangat potensial untuk pengembangan keprofesionalan pendidik yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, Lesson Study juga telah berkembang di Australia. c) Perkembangan Lesson Study di Indonesia Lesson study berkembang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project) yang diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI), IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta UNY), dan IKIP Malang (sekarang bernama Universitas Negeri Malang UM) bekerjasama dengan JICA (Japan Internatonal Cooperation Agency). Tujuan umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia, sementara tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA ditiga IKIP yaitu IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Pada permulaan implementasi IMSTEP, UPI, UNY, dan UM berturut-turut bernama IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Fase IMSTEP (1998 – 2003). Peningkatan mutu difokuskan pada pendidikan predan in-service di tiga Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) dari IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Beberapa kegiatan dirancang untuk mencapai tujuan tersebut antara lain melakukan revisi silabus program pre- dan in-service, pengembangan buku ajar bersama 3 universitas, pengembangan kegiatan praktikum, dan pengembangan teaching materials. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, pemerintah Jepang melalui JICA memberikan dukungan berupa gedung beserta fisilitasnya untuk IKIP Bandung sementara fasilitas laboratorium untuk IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang. Selain itu JICA memberi dukungan dalam bentuk penyediaan tenaga ahli Jepang dan pelatihan di Jepang bagi dosen UPI, UNY, dan UM. Sepuluh dosen UPI, UNY, dan UM mengikuti pelatihan di Jepang setiap tahunnya untuk mengenal sistem pendidikan di Jepang dan belajar mengembangkan digital teaching materials. Tenaga ahli Jepang Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa berturutturut bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator pada saat itu. Pada bulan Maret – April 2001, tim JICA dari Jepang melakukan evaluasi tengah proyek (mid-term) untuk mengetahui kemajuan dari IMSTEP. Hasil evaluasi JICA menunjukkan bahwa IMSTEP berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dilanjutkan untuk dua setengah tahun berikutnya dengan penyesuaian program melalui penambahan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 135
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kegiatan. Kegiatan yang ditambahkan pada IMSTEP adalah kegiatan “Piloting”. Kegiatan piloting bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran inovatif matematika dan IPA di sekolah secara kolaboratif antara guru-guru SMP/SMA dengan dosen-dosen F(P)MIPA dari UPI, UNY, dan UM. Tenaga ahli Jepang yang ditugaskan untuk perioda 2001- 2003 adalah Prof. Dr. Tokuda dan Mr. Nakatsu yang berturut-turut bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator melanjutkan tugas Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa. Untuk kegiatan piloting dipilih 4 sekolah (2 SMP dan 2 SMA) di masing masing kota di Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Sekolah yang dipilih adalah sekolah-sekolah yang berdekatan dengan kampus UPI, UNY, dan UM yang mutunya pada tingkat sedang berdasarkan NEM tetapi sekolahsekolah tersebut memperlihatkan keingingan dan komitmen untuk maju. Selanjutnya sekolah-sekolah tersebut menugaskan guru-guru matematika, IPA Fisika, dan IPA Biologi untuk SMP sementara guru matematika, fisika, biologi, dan kimia untuk SMA. Dosen-dosen dan guru-guru sebidang studi melakukan beberapa kali workshop untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru-guru di sekolah dan merancang model pembelajaran sebagai solusi terhadap permasalahan yang ditemukan. Model pembelajaran yang dikembangkan berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials. Setelah teaching materials yang dibuat dari bahan lokal tersebut diujicoba di laboratorium maka model pembelajaran diujicoba di kelas oleh guru sementara dosen menjadi pengamat. Guru beserta dosen telah mampu mengembangkan teachin gmaterials yang terbuat dari bahan-bahan di sekitar siswa dan melakukan pembelajaran berbasis hands-on activity dan daily life untuk menjelaskan konsep matematika dan IPA sehingga siswa-siswa menjadi senang belajar matematika dan IPA. Guru-guru yang terlibat piloting menjadi termotivasi untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran dan merasa dekat dengan dosen untuk memperoleh informasi ketika menghadapi kesulitan dalam melakukan inovasi pembelajaran. Sayangnya guru yang terlibat kegiatan piloting sangat terbatas pada satu guru per bidang studi per sekolah sehingga diseminasi pengalaman berharga dalam mengembangkan inovasi pembelajaran kurang berjalan baik walaupun dalam satu sekolah, apalagi kepala sekolah tidak terlibat langsung dalam kegiatan piloting. Biaya untuk kegiatan piloting berasal dari dana pendamping yang dikelola pihak universitas. Dosen dan guru memperoleh dana transportasi walaupun jumlahnya sangat kecil. Pada bulan Juli 2003, tim dari JICA (Jepang) melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek dan berkunjung ke sekolah menyaksikan kegiatan pembelajaran di sekolah. Tim JICA menyimpulkan bahwa kegiatan piloting berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials sangat potensial untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selanjutnya tim JICA merekomendasikan untuk melanjutkan Followup Program IMSTEP selama 2 tahun. Fase Follow-up IMSTEP (2003–2005). FPMIPA UPI, FMIPA UNY, dan FMIPA UM mengimplementasikan program Follow-up IMSTEP sejak bulan Oktober 2003 sampai dengan September 2005 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu inservice teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan mutu pendidikan calon guru (preservice teacher training) dalam bidang matematika dan IPA di UPI, UNY, dan UM. Dr. Eisuke SAITO dan Isamu KUBOKI berturut-turut sebagai chief adviser dan coordinator membantu mengarahkan ketiga universitas mengimplementasikan Follow-up IMSTEP. Melalui Program Follow-up IMSTEP diharapkan dihasilkan model in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan model pre-service teacher training (pendidikan calon guru) dalam bidang MIPA. Peningkatan mutu pendidikan MIPA akan dicapai manakala terjadi kerjasama yang baik antara LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) penyelenggara pendidikan preservice, sekolah piloting, dan MGMP penyelenggara program inservice. LPTK dapat menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan dari pengalaman nyata di sekolah dan LPTK memberikan masukan ke sekolah piloting untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi aktif belajar. MGMP merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalan guru. Kegiatan piloting yang telah dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase Follow-up Program IMSTEP melalui kegiatan Lesson Study. Pengiriman pelatihan singkat ke Jepang bagi dosen-dosen UPI, UNY, dan UM pada fase Follow-up Program IMSTEP difokuskan pada tema Lesson Study dan diharapkan mereka dapat mengembangkan Lesson Study di Indonesia setelah selesai pelatihan di Jepang. Peserta pelatihan yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan Lesson Study di Indonesia antara lain Riandi (UPI), Rahayu (UM), Sumar Hendayana (UPI), Harun Imansyah (UPI), Sukirman (UNY), Muchtar A. Karim (UM), Siti Sriyati (UPI), Suratsih (UNY), dan Ridwan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 136
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(UM). Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY, dan UM) dan sekolahsekolah piloting di Bandung, Yogyakarta, dan Malang makin dipererat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan piloting pembelajaran di sekolah mitra. Tahap observasi dan refleksi dari kegiatan Lesson Study (plan-do-see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh, siswa tidak terganggu dengan adanya observer di dalam kelas karena observer tidak mengganggu siswa belajar tetapi lebih konsentrasi pada observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan refleksi setelah pembelajaran. Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya. Setelah bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Follow-up IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi pembelajaran, sekarang observer lebih suka mengambil posisi di samping kiri dan kanan ruang kelas untuk melakukan observasi pembelajaran. Ketika fase IMSTEP, tahap refleksi kurang mendapat penekanan, kadang-kadang tahap ini dilakukan pada hari lain sehingga sebagian informasi pengamatan kelas terlupakan oleh observer. Ketika fase Follow-up, tahap refleksi dilakukan langsung setelah pebelajaran untuk mendiskusikan hasil pembelajaran dan bertukar pengalaman tentang lesson learnt yang diperoleh para observer. Selain itu, dilakukan diseminasi pengalaman berharga dari kegiatan piloting kepada MGMP melalui workshop dan uji coba pembelajaran berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials dalam rangka kegiatan Lesson Study di MGMP Matematika dan IPA SMP di Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari guru-guru terutama guruguru model. Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson Study, mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah tingkat nasional. Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan Lesson Study maka dilakukan pendekatan oleh pimpinan fakultas di 3 universitas. Dalam kasus di Bandung, pimpinan FPMIPA UPI bersilaturrahmi dengan kepala kepala sekolah piloting yang kebetulan baru terjadi pergantian kepala sekolah untuk berdiskusi tentang keberlanjutan dari kegiatan kerjasama antara sekolah dan FPMIPA UPI. Diskusi terfokus pada resource sharing artinya pimpinan FPMIPA UPI menyediakan nara sumber termasuk kebutuhannya sementara sekolah piloting mendorong guru-guru termasuk kebutuhannya untuk berkolaborasi. Selain itu pimpinan FPMIPA UPI meminta kepala sekolah terlibat dan melibatkan guru-guru lain dalam observasi dan refleksi pembelajaran. Ajakan pimpinan FPMIPA UPI disambut baik untuk keberlanjutan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan Lesson Study di sekolah-sekolah piloting. Sebagai wujud keberlanjutan program kerjasama tersebut, kepala sekolah memfasilitasi kegiatan Lesson Study dengan memberdayakan MGMP di sekolah tersebut dan melaksanakan kegiatan Lesson Study secara bergilir dari mata pelajaran ke mata pelajaran lain. Kepala sekolah juga terlibat dalam kegiatan observasi pembelajaran dan memandu diskusi untuk merefleksi pembelajaran. Sekarang kegiatan Lesson Study bukan milik guru MIPA saja tetapi guru nonMIPA pun melakukan kegiatan Lesson Study. Sebagai contoh, SMAN 9 Bandung telah melaksanakan kegiatan Lesson Study Biology, PPKn, Sosiologi, dan Bahasa Indonesia pada semester genap 2005/2006. Pembicaraan tentang keberlanjutan program kerjasama dalam kegiatan Lesson Study juga dilakukan dengan pengurus MGMP matematika dan IPA SMP kota Bandung. Sebagai tindak lanjut, beberapa workshop tentang Lesson Study telah dilaksanakan untuk MGMP wilayah tenggara, wilayah timur, dan wilayah barat kota Bandung. MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung telah menindaklanjuti workshop Lesson Study tersebut dengan persiapan perancangan dan pengembangan model pembelajaran berbasis handson activity, daily life, dan local materials. Selanjutnya MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung pada semester genap 2005/2006 telah mengimplementasikan model pembelajaran tersebut di SMP Miftahul Iman, SMPN 12 Bandung, SMP Labschool UPI, SMPN 29 Bandung, dan SMP YWKA. Lesson study berasal dari Jepang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Keberhasilan Jepang dalam pendidikan membuat pakar pendidikan di Amerika Serikat dan negaranegara Eropa serta Australia belajar lesson study dari Jepang. Kalau negara-negara maju belajar dari Jepang, mengapa kita tidak? Walau demikian, lesson study yang berkembang di Indonesia tidak begitu saja mengadopsi konsep lesson study dari Jepang, akan tetapi melalui pengkajian dan ujicoba di sekolah-sekolah piloting sejak tahun 2001 melalui Program Kerjasama Teknis IMSTEP-JICA di UPI, UNY, dan UM. Untuk memperoleh model sosialisasi lesson study pada tingkat yang lebih luas, saat ini sedang dilakukan piloting lesson study di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Pasuruan. Piloting ini melibatkan seluruh guru Matematika dan IPA SMP dan MTs. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 137
5.
Desain Lesson Study Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement). Skema kegiatan Lesson Study diperlihatkan pada Gambar berikut.
Gambar Skema kegiatan Lesson Study
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, beberapa guru dapat berkolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bagaimana menjelaskan suatu konsep. Permasalahan dapat juga berupa pedagogi tentang metoda pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien atau permasalahan fasilitas, bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran. Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran atau lesson plan, teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metoda evaluasi. Teaching materials yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam kelas. Kegiatan perencanaan memerlukan beberapa kali pertemuan (2 – 3 kali) agar lebih mantap. Pertemuan-pertemuan yang sering dilakukan dalam workshop antara guru-guru dan dosen-dosen dalam rangka perencanaan pembelajaran menyebabkan terbentuknya kolegalitas antara guru dengan guru, dosen dengan guru, dosen dengan dosen, sehingga dosen tidak merasa lebih tinggi atau guru tidak merasa lebih rendah. Mereka berbagi pengalaman dan saling belajar sehingga melalui kegiatankegiatan pertemuan dalam rangka Lesson Study ini terbentuk mutual learning (saling belajar). Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Juga dosen-dosen atau mahasiswa melakukan pengamatan dalam pembelajaran tersebut. Kepala sekolah terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan memandu kegiatan ini. Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefieng kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswaguru, dan siswa-lingkungan yang terkait dengan 4 kompetensi guru sesuai dengan UU No. 14 tentang guru dan dosen. Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa. Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas siswa teramati dengan baik. Selama pembelajaran berlangsung para pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama pengamat dan tidak menganggu aktifitas dan konsentrasi siswa. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut. Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 138
6.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 7.
Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See). Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajran. Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam kegiatan Lesson Study harus memperoleh lesson learnt dengan demikian kita membangun komunitas belajar melalui Lesson Study. Karakteristik Lesson Study Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Tipe lesson study yang berkembang ada dua tipe yaitu: a) Lesson Study berbasis sekolah Jika lesson study yang dikembangkan berbasis sekolah, maka orang-orang yang melakukannya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah tersebut serta Kepala Sekolah. Lesson study dengan tipe seperti ini dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson study meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru terlibat secara aktif dalam ketiga kegiatan tersebut. Dalam setiap langkah dari kegiatan lesson study tersebut, guru memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas, melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. Walaupun lesson study tipe ini secara umum hanya melibatkan warga sekolah yang bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melibatkan fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang diperlukan karena kedudukannya. b) Lesson study berbasis MGMP / Bidang Studi Lesson study juga bisa dilaksanakan dengan berbasiskan MGMP (bidang studi). Sebagai contoh, sekelompok guru matematika di suatu wilayah bersepakat untuk melakukan lesson study guna meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar matematika di wilayah tersebut. Karena kelompok guru matematika tersebut berasal dari beberapa sekolah, maka pelaksanaannya dapat dilakukan secara bergiliran dari satu sekolah ke sekolah lain. Langkahlangkah kegiatan yang dilakukan dalam lesson study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang diuraikan sebelumnya. Perbedaannnya hanya pada anggota komunitas yang datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian, lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencakup satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten, atau lebih luas lagi. Pada tahapan perencanaan, anggota komunitasnya selain guru-guru sebidang dari sekolah yang berbeda-beda, dimungkinkan pula datang dari fihak lain misalnya universitas. Sementara pada tahapan implementasi pembelajaran dan refleksi, anggota komunitasnya dimungkinkan untuk sangat beragam termasuk guru-guru dari bidang studi berbeda. Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe lesson study di atas pada dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan, implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara bersama-sama sehingga membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu menciptakan terobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajaran inovatif. Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-development sehingga memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas belajar lainnya Tahap-tahap Pelaksanaan Lesson Study a) Persiapan Lesson Study (Plan) Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa lesson study pada dasarnya meliputi tiga bagian kegiatan yakni perencanaan, implementasi, dan refleksi. Untuk mempersiapkan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 139
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
sebuah lesson study hal pertama yang sangat penting adalah melakukan persiapan. Tahap awal persiapan dapat dimulai dengan melakukan identifikasi masalah pembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials (hands on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan berperan menjadi guru. Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program yang sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar dan hands on yang dipilih perlu dilakukan secara bersama-sama untuk memperoleh alternatif terbaik yang dapat mendorong proses belajar siswa secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perlu dipertimbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait. Dalam kaitannya dengan materi ajar yang dikembangkan, juga perlu dikaji kemungkinan-kemungkinan respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat penting dilakukan terutama untuk mengantisipasi respon siswa yang tidak terduga. Jika materi ajar yang dirancang ternyata terlalu sulit bagi siswa, maka kemungkinan alternatif intervensi guru untuk menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa perlu dipersiapkan secara matang. Sebaliknya, jika ternyata materi ajar yang dirancang terlalu mudah bagi siswa maka kemungkinan intervensi yang bersifat pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan demikian, sebelum implementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki kesiapan yang mantap sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat lesson study dilaksanakan mampu mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 4.1 di bawah ini memperlihatkan sekelompok guru bersama beberapa orang dosen sedang melakukan diskusi untuk mempersiapkan sebuah lesson study. Selain aspek materi ajar, guru secara berkelompok perlu mendiskusikan strategi pembelajaran yang akan digunakan yakni meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Analisis kegiatan tersebut dapat dimulai dengan mengungkapkan pengalaman masing-masing dalam mengajarkan materi yang sama. Berdasarkan analisis pengalaman tersebut selanjutnya dapat dikembangkan strategi baru yang diperkirakan dapat menghasilkan proses belajar siswa yang optimal. Strategi pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif; aktivitasaktivitas belajar bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada kegiatan inti pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan materi ajar, interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa dengan guru; bagaimana proses pertukaran hasil belajar (sharing) antar siswa atau antar kelompok harus dilakukan; bagaimana strategi intervensi guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta bagaimana aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat berjalan secara mulus, maka rangkaian aktivitas dari awal sampai akhir pembelajaran perlu diperhitungkan secara cermat termasuk alokasi waktu yang tersedia. Selain mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajarannya, tidak kalah penting untuk mempersiapkan fihakfihak yang perlu diundang untuk menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru sebidang, dalam pelaksanaan lesson study tidak tertutup kemungkinan untuk mengundang guru-guru mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli pendidikan bidang studi atau ahli bidang studi terkait, para pejabat yang berkepentingan, atau masyarakat pemerhati pendidikan. Kehadiran Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting karena informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di kelas dan refleksi pasca pembelajaran dapat menjadi masukan berharga bagi peningkatan kualitas sekolah secara keseluruhan. Keragaman observer yang hadir dalam kegiatan lesson study sangat menguntungkan karena latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda dapat menghasilkan pandangan beragam sehingga bisa memperkaya pengetahuan para guru. b) Pelaksanaan Pembelajaran dalam Lesson Study (Do) Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan singkat (briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada pertemuan ini, setelah Kepala Sekolah menjelaskan secara umum kegiatan lesson study yang akan dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas untuk melaksanakan pembelajaran hari itu diberi kesempatan mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan dilakukan di kelas. Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya Kepala Sekolah mengingatkan kepada para observer untuk tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Observer dipersilahkan untuk memilih tempat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 140
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
strategis sesuai rencana pengamatannya masing-masing. Setelah acara briefing singkat dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas sebagai pengajar melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana. Walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer, guru hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin. Berdasarkan pengalaman lesson study yang sudah dilakukan, proses pembelajaran dapat berjalan secara alamiah. Hal ini dapat terjadi karena observer tidak melakukan intervensi apapun terhadap siswa. Mereka biasanya hanya melakukan pengamatan sesuai dengan fokus perhatiannya masing-masing. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas berikut akan diuraikan contoh pelaksanaan pembelajaran dalam suatu lesson study yang dilakukan di SMPN 1 Lembang. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, Kepala Sekolah memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada saat itu dijelaskan bahwa materi yang akan dipelajari siswa adalah tentang luas lingkaran yang harus diturunkan rumusnya melalui kegiatan eksplorasi. Pertemuan Singkat Sebelum Pembelajaran Awal pembelajaran dimulai dengan penjelasan singkat tentang materi yang akan dipelajari hari itu serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk menarik perhatian siswa, guru memperlihatkan benda-benda yang ada disekitar siswa yang bagiannya berbentuk lingkaran. Kemudian guru mengajukan sebuah pertanyaan “Tahukah kamu cara menemukan atau menurunkan rumus luas daerah lingkaran?” Setelah guru mengajukan pertanyaan tersebut, selanjutnya dijelaskan bahwa secara berkelompok siswa diharapkan dapat menemukan rumus luas daerah lingkaran dengan menggunakan pendekatan luas daerah bangun geometri yang sudah diketahui. Cara Melakukan Observasi dalam Lesson Study Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik oleh guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa yang akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran, tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku, dan kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang menggambarkan seting kelas yang digunakan. Akan lebih baik jika peta posisi tempat duduk tersebut dilengkapi dengan nama-nama siswa secara lengkap. Dengan memiliki gambaran yang lengkap tentang pembelajaran yang akan dilakukan, maka seorang observer dapat menetapkan apa yang akan dilakukan di kelas pada saat melakukan pengamatan. Sebagai contoh, seorang observer dapat memfokuskan perhatiannya pada siswa tertentu yang penting untuk diamati misalnya karena alasan tingkat kemampuannya dibandingkan siswa lain atau ada hal khusus yang penting untuk diamati. Observer lain mungkin tertarik dengan cara siswa berinteraksi dengan temannya dalam kelompok, cara mengkomunikasikan ide baik dalam kelompok atau kelas, atau cara mengajukan argumentasi atas solusi dari masalah yang diberikan. Ada juga observer yang mungkin tertarik dengan respon siswa pada saat mengalami kesulitan dan memperoleh intervensi dari guru. Fokus observasi pada pelaksanaannya akan sangat beragam tergantung pada minat serta tujuannya masing-masing. Semakin beragam target yang menjadi fokus observasi, maka semakin lengkaplah informasi yang bisa digali, dianalisis, dan diungkap pada saat dilakukan refleksi. Jika akan dilakukan rekaman video, tentukan siapa yang akan melakukannya, pilih tempat strategis untuk melakukan pengambilan gambar yang meliputi aktivitas siswa dan guru, dan pastikan bahwa rekaman video yang dibuat menggambarkan seluruh proses pembelajaran secara utuh. Rekaman video ini sangat penting sebagai bagian dari dokumentasi yang sewaktu-waktu dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan diskusi pengembangan lesson study atau diskusi masalah-masalah pembelajaran secara umum. Untuk mengantisipasi kemungkinan banyaknya observer yang datang, kelas sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga mobilitas siswa, guru, dan observer dapat berlangsung secara nyaman dan mudah. Pada saat melakukan observasi, disarankan untuk melakukan beberapa hal berikut: Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan siswa serta jangan lupa menuliskan nama atau posisi tempat duduk siswa.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 141
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Membuat catatan tentang situasi dimana siswa melakukan kerjasama atau memilih untuk tidak melakukan kerjasama. Mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi pemahaman melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Membuat catatan tentang variasi metoda penyelesaian masalah dari siswa secara individual atau kelompok siswa, termasuk strategi penyelesaian yang salah. Selain membuat catatan tentang beberapa hal penting mengenai aktivitas belajar siswa, seorang observer selama melakukan pengamatan perlu mempertimbangkan atau berpedoman pada sejumlah pertanyaan berikut: Apakah tujuan pembelajaran sudah jelas? Apakah aktivitas yang dikembangkan berkontribusi secara efektif pada pencapaian tujuan tersebut? Apakah langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan berkaitan satu dengan lainnya? Dan apakah hal tersebut mendukung pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari? Apakah hands-on atau teaching material yang digunakan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan? Apakah diskusi kelas yang dilakukan membantu pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari? Apakah materi ajar yang dikembangkan guru sesuai dengan tingkat kemampuan siswa? Apakah siswa menggunakan pengetahuan awalnya atau pengetahuan sebelumnya untuk memahami konsep baru yang dipelajari? Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa? Apakah gagasan siswa dihargai dan dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari? Apakah kesimpulan akhir yang diajukan didasarkan pada pendapat siswa? Apakah kesimpulan yang diajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran? Bagaimana guru memberi penguatan capaian hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung? c) Kegiatan Refleksi (See) Kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas. Dalam kegiatan ini paling tidak ada tiga orang yang harus duduk di depan yaitu Kepala Sekolah, Guru yang melakukan pembelajaran, dan tenaga ahli yang biasanya datang dari Perguruan Tinggi. Dalam acara ini, Kepala Sekolah bertindak sebagai fasilitator atau pemandu diskusi. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam refleksi adalah sebagai berikut: Fasilitator memperkenalkan peserta refleksi yang ada di ruangan sambil menyebutkan masing-masing bidang keahliannya. Fasilitator menyampaikan agenda kegiatan refleksi yang akan dilakukan (sekitar 2 menit). Fasilitator menjelaskan aturan main tentang cara memberikan komentar atau mengajukan umpan balik. Aturan tersebut meliputi tiga hal berikut: (1) Selama diskusi berlangsung, hanya satu orang yang berbicara (tidak ada yang berbicara secara bersamaan), (2) Setiap peserta diskusi memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara, dan (3) Pada saat mengajukan pendapat, observer harus mengajukan bukti-bukti hasil pengamatan sebagai dasar dari pendapat yang diajukannya (tidak berbicara berdasarkan opini). Guru yang melakukan pembelajaran diberi kesempatan untuk berbicara paling awal, yakni mengomentari tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Pada kesempatan itu, guru tersebut harus mengemukakan apa yang telah terjadi di kelas yakni kejadian apa yang sesuai harapan, kejadian apa yang tidak sesuai harapan, dan apa yang berubah dari rencana semula. (15 sampai 20 menit). Berikutnya perwakilan guru yang menjadi anggota kelompok pada saat pengembangan rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk memberikan komentar tambahan. Fasilitator memberi kesempatan kepada setiap observer untuk mengajukan pendapatnya. Pada kesempatan ini tiap observer memiliki peluang yang sama untuk mengajukan pendapatnya. Setelah masukan-masukan yang dikemukakan observer dianggap cukup, selanjutnya fasilitator mempersilahkan tenaga ahli untuk merangkum atau menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 142
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Fasilitator berterimakasih kepada seluruh partisipan dan mengumumkan kegiatan lesson study berikutnya. 8. Evaluasi Kegiatan Lesson Study Kegiatan lesson study pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampu mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning community) yang secara konsisten melakukan continuous improvement baik pada level individu, kelompok, maupun pada sistem yang lebih umum. Pengetahuan yang dibangun melalui lesson study dapat menjadi modal sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kinerja masing masing fihak yang terlibat. Sebagai contoh, seorang guru yang terlibat dalam observasi sebuah lesson study berhasil menemukan sejumlah hal penting berkenaan dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Menurut pendapatnya, bahan ajar eksploratif yang digunakan ternyata telah mampu mendorong kreativitas siswa sehingga mereka mampu menampilkan sebuah strategi baru yang bersifat orisinal. Berdasarkan pengalaman ini dia akan berusaha mencoba menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran di sekolahnya. Seorang observer dari salah satu negara Afrika, pada saat kegiatan refleksi menyatakan kekagumannya pada cara guru mengembangkan pola interaksi antar siswa dalam kelompok. Menurut pengamatannya pola kerjasama kelompok seperti yang dia lihat dalam pembelajaran telah berhasil menciptakan peluang untuk terjadinya sharing pengetahuan dan saling tolong-menolong, sehingga siswa yang memiliki kemampuan kurang sekalipun menjadi sangat terbantu oleh teman-temannya. Berdasarkan proses pembelajaran yang diamati di kelas, dia menyatakan memperoleh pelajaran berharga yang bisa menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan di negaranya. Seorang Kepala Sekolah, setelah mengikuti beberapa kali lesson study secara intensif, mengajukan pendapatnya bahwa kegiatan tersebut sangat potensial mendorong banyak fihak untuk melakukan hal yang terbaik. Siswa ternyata menunjukkan motivasi yang sangat tinggi untuk menunjukkan potensinya masingmasing pada saat lesson study dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut mampu menjadi dorongan untuk tumbuhnya motivasi berprestasi pada diri siswa. Guru-guru lain yang baru melihat aktivitas lesson study banyak yang mulai tertarik untuk mencobanya. Dengan mencoba melakukan lesson study, berarti dia terdorong untuk melakukan persiapan yang lebih baik dibanding biasanya sehingga proses pembelajaran yang dikembangkan kadang-kadang sangat diluar dugaan bahkan sangat inovatif. Seorang dosen, setelah beberapa kali mengikuti kegiatan lesson study juga mengaku mulai terpengaruh untuk mencoba memperkenalkan dan menerapkan hal-hal positif yang dia dapatkan dari aktivitas tersebut pada kelas yang me njadi tanggungjawabnya. Seorang Dekan juga tidak kalah dengan fihak-fihak lain untuk mencoba mengambil manfaat dari lesson study bagi mahasiswa calon guru di fakultasnya. Berdasarkan pengalamannya melakukan lesson study bersama guru-guru di sekolah, dia akhirnya menetapkan suatu kebijakan bahwa setiap mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan diharuskan terlibat secara aktif dalam kegiatan lesson study. C. Pengembangan Silabus dan RPP Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran 1. Pengembangan Silabus dan Penyusunan RPP Penyusunan Silabus dan RPP merupakan satu indikator dari standar proses pendidikan yang ditetapkan dalam PerMenDikNas Nomor 41 Tahun 2007. Silabus dan RPP merupakan dokumen guru dalam merencanakan pembelajaran. Kedua dokumen ini untuk setiap satuan pendidikan dapat berbeda pada indikator, pengalaman belajar atau komponen lainnya. Oleh karena itu ditetapkan standar minimal penyusunannya di dalam peraturan tersebut. Walau demikian dasar teori keduanya perlu Anda pahami untuk membentuk pola pikir dan perilaku berkarya. a) Desain Sistem Pembelajaran Dasar teori dalam pengembangan Silabus dan penyusunan RPP adalah Desain Sistem Pembelajaran. Desain Sistem Pembelajaran dalam kawasan Teknologi Pendidikan merupakan salah satu solusi mengatasi masalah belajar bertujuan, dimana guru sengaja menyediakan kondisi eksternal melalui perencanaan pembelajaran. Desain sistem pembelajaran memberikan bantuan untuk mencapai tujuan belajar yang harus diselesaikan oleh peserta didik, dengan jalan mengembangkan komponenkomponen pembelajaran untuk memudahkan belajar peserta didik. Untuk memahami apa dan bagaimana desain sistem pembelajaran, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sistem pembelajaran. Pembelajaran sebagai sebuah sistem dikenal dengan sebutan sistem pembelajaran, yang menggambarkan sebuah proses yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran saling berinteraksi satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 143
Contoh: Sistem pembelajaran di kelas Proses Pembelajaran Input
Siswa
Ruangan kelas Media Silabus, RPP Guru Bahan Ajar Evaluasi
Input Lulusan
Umpan Balik
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Interaksi Sistem Pembelajaran di Kelas Berdasarkan contoh tersebut, maka Silabus dan RPP merupakan subsistem pembelajaran. Untuk mengembangkan Silabus dan menyusun RPP, maka keduanya harus di pandang sebagai sistem. Oleh sebab itu perlu diketahui apa yang disebut pendekatan sistem. Menurut Dick Carey (2005, p. 367) yang dikutip oleh Benny A. Pribadi (2009, p. 27-28), pendekatan sistem adalah sebuah prosedur yang digunakan oleh perancang desain sistem pembelajaran untuk menciptakan sebuah pembelajaran secara sistemik dan sistematik. Secara sistemik yaitu cara pandang yang menganggap sebagai satu kesatuan yang utuh dengan komponen-komponen yang berinterfungsi. Secara sistematik merujuk pada upaya melakukan tindakan terarah langkah demi langkah. Pendekatan sistem ini dapat memberi keuntungan kepada perancang pembelajaran yaitu: Perancang akan memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap langkah yang dilakukan dalam sebuah sistem akan diasahkan pada upaya untuk mencapai tujuan. Contoh: Jika guru sudah mengidentifikasi standar kompetensi, maka kompetensi dasar, materi, strategi, evaluasi diarahkan untuk mencapai standar kompetensi. Perancang pembelajaran akan mampu melihat keterkaitan antar sub sistem atau komponen dalam sebuah sistem, melalui mekanisme umpan balik sehingga dapat dilakukan revisi. Contoh :
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 144
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
U M
Indikator Materi Pembelajaran
P A
Langkah Pembelajaran / Strategi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
N Metode Pembelajaran B
Media / Sumber
A L
Evaluasi Hasil Belajar
I
Gambar RPP sebagai system
K Pembelajaran sebagai sistem dan pendekatan sistem merupakan prinsip dalam memahami Silabus dan RPP sebagai sebuah sistem. Perancangan Silabus dan RPP merupakan proses yang dilakukan sebelum tindakan atau pelaksanaan pembelajaran. Proses ini dalam Teknologi Pendidikan disebut Desain Sistem Pembelajaran. Pada dasarnya prosesnya sama dengan melihat sub sistem sebagai bagian dari sistem, mengidentifikasi fungsi dan kaitan antar sub sistem, mensintesis sub sistem menjadi satu kesatuan. Dengan demikian desain sistem pembelajaran merupakan proses rancangan pembelajaran secara sistematik dan menyeluruh. Desain sistem pembelajaran sebagai proses rancangan pembelajaran secara sistematik dan menyeluruh, biasanya digambarkan dalam bentuk model yang dipersentasikan dalam bentuk grafis atau flowchart. Dengan demikian desain sistem pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh untuk menciptakan pembelajaran. Terdapat beberapa model desain sistem pembelajaran, yaitu berorientasi kelas, berorientasi produk dan berorientasi sistem. Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, didasarkan pada model desain sistem pembelajaran berorientasi kelas. Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para guru dan siswa, dan dapat diaplikasikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Asumsi model ini adalah adanya sejumlah aktivitas yang akan diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Guru, murid, kurikulum dan fasilitas tertentu telah tersedia sebelumnya. Di sini guru bukan merancang pembelajaran yang sama sekali baru, karena standar kompetensi dan kompetensi dasar telah dirumuskan dalam standar isi. Model desain sistem pembelajaran berorientasi kelas antara lain model Gerlach dan Ely (1980) seperti dikutip oleh Toeti Sokemato (1993, h. 18-21) langkah-langkah model desain sistem pembelajaran Gerlach dan Ely adalah sebagai berikut: Langkah pertama, penyusunan tujuan belajar dan penentuan materi. Langkah kedua, penilaian perilaku awal siswa berdasarkan tujuan belajar dan materi yang telah ditetapkan. Langkah ini dikenal dengan sebutan pre tes. Langkah ketiga, menentukan strategi (metode), mengatur pengelompokkan siswa, mengalokasikan waktu, menentukan tempat atau ruangan dan memilih sumber belajar. Dilaksanakan secara simultan berdasarkan langkah-langkah pertama dan kedua. Langkah keempat, evaluasi hasil belajar berdasarkan tujuan belajar yang telah ditentukan. Langkah keenam, umpan balik setelah rancangan pembelajaran diimplikasikan di kelas. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 145
Secara visual model desain sistem pembelajaran Gerlach dan Ely digambarkan seperti di bawah ini. Penentuan Strategi
Pengaturan Kelompok
Penentuan Materi Penilaian Perilaku Awal Penyusunan Tujuan Belajar
Alokasi Waktu Alokasi Tempat
Evaluasi Hasil Belajar
Pemilihan Sumber Belajar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Analisis Umpan Balik
Gambar Model DSP Gerlach dan Ely Model pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, tidak digambarkan dalam bentuk visual melainkan dalam bentuk langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh. Prosedur pengembangan Silabus dan penyusunan RPP didasarkan minimal harus ada 4 komponen yaitu tujuan pembelajaran, materi, strategi dan evaluasi. Desain sistem pembelajaran Silabus dan RPP oleh teori ilmiah dengan harapan produk yang dibuat guru realistik. Beberapa teori ilmiah itu adalah sebagai berikut. 1) Sistem Desain sistem pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan sistem, di mana setiap komponen berinteraksi dengan komponen lainnya dan saling ketergantungan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Teori ini berimplikasi kepada setiap komponen pembelajaran harus dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan pembelajaran. Apabila satu komponen tidak dikembangkan dengan baik (konsisten dan memadai) akan mengakibatkan kualitas akan menjadi rendah dan pengimplementasian di lapangan terganggu. Implikasi lain adalah melalui pendekatan sistem ini adalah setiap komponen dapat segera diperoleh umpan balik dapat direvisi setiap saat. Hal ini tampak dalam model sistem dari Filbeck yang menjelaskan bahwa sub sistem (komponen sistem) saling berhubungan atau berintegrasi dalam menjalankan fungsinya. Sebagai contoh dikemukakan adanya sistem dalam perencanaan pembelajaran, tampak dalam model berikut ini.
Gambar Sistem Perencanaan Pembelajaran Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 146
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Analisis Peserta Didik Paradigma pembelajaran pada saat ini telah bergeser dari guru kepada siswa ( learned oriented). Konsekuensi paradigma ini, perencanaan harus disusun atas dasar kebutuhan siswa. Sebagai contoh adalah: (a) siswa dengan karakteristik gaya belajarnya berimplikasi kepada pemilihan media, (b) siswa dengan karakteristik perkembangan kognitif berimplikasi kepada penentuan metode pembelajaran, dan (c) siswa memiliki karakteristik kemampuan awal berimplikasi pada penguasaan kompetensi dasar satu, sehingga materi pelajaran akan dimulai dengan pencapaian kompetensi dasar kedua. Konsep ini sejalan dengan Mollenda, yang mengontrol kondisi internal siswa adalah variabel di dalam diri siswa. Dalam konsep belajar yang menjadi perhatian adalah proses belajar di dalam internal siswa. Oleh karena itu, perubahan perilaku siswa tergantung bagaimana siswa memproses perolehan pengalaman belajarnya di dalam dirinya. Implikasi dari teori ini, perancang pembelajaran harus dapat memanfaatkan hal itu di dalam mengelola aktivitas belajar siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Sebagai contoh dikatakan oleh B.F. Skinner tentang prinsip belajar: "perilaku dapat dibentuk melalui proses penguatan". Atas dasar teori ini perencanaan pembelajaran yang disusun guru, dapat dituliskan pada komponen evaluasi pembelajaran dengan merencanakan aktivitas belajar atau respon yang benar. Contoh lain adalah tentang motivasi belajar dari Keller: "seseorang akan melakukan sesuatu kalau ia akan melihat hasil yang memiliki nilai atau manfaat". Implikasi teori ini adalah guru merencanakan pembelajaran pada bagian prosedur (urutan) pembelajaran yaitu pendahuluan direncanakan dengan menjelaskan relevansi isi materi pelajaran dengan dunia kerja, kegiatan pendidikan selanjutnya dan kegiatan yang menunjang praktik. 3) Pembelajaran Mengusahakan siswa belajar adalah tugas utama guru sebagai fasilitator pembelajaran. Hal ini merupakan implikasi dari sifat teori pembelajaran yaitu preskriptif (menyarankan bagaimana sebaiknya proses belajar diselenggarakan). Contoh: teori pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam perencanaan pembelajaran adalah model pembelajaran berpikir induktif dari Hilda Taba yang membantu siswa dalam pengembangan keterampilan berpikir. Berdasarkan model tersebut guru dapat merencanakan strategi pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut. Pembentukan konsep Pada tahap ini siswa mempelajari konsep berdasarkan masalah dan ditunjang oleh data atau fakta-fakta yang relevan dengan cara berikut. Mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan. Mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik. Membuat kategori serta label pada kelompok-kelompok data yang memiliki kesamaan karakteristik. Interpretasi data Kegiatan tahap ini siswa diminta untuk melakukan: verifikasi (pengujian), data yang telah dikategorikan sesuai dengan konsep yang diperoleh, dan membuat kesimpulan dari hasil kegiatan verifikasi data. Penerapan prinsip Tahap ini merupakan aplikasi prinsip dan kesimpulan data yang dirumuskan siswa dengan cara: mengajukan permasalahan baru. menjelaskan prediksi atau hipotesis, dan menjelaskan dasar teori untuk memperkuat argumen hipotesisnya. Apabila model ini dikuasai guru langkah pembelajaran lebih bervariasi dan paradigma belajar berorientasi siswa terjawab. 4) Komunikasi Merupakan pengiriman pesan dari sender kepada receiver. Konsep komunikasi dari Berlo yang disebut S - M - C- R, Source- Message- Channel - Receiver menggambarkan betapa penting saluran penyampaian pesan yaitu media. Implikasi dari teori ini, dalam perencanaan pembelajaran komponen media menjadi sub sistem pembelajaran yang berfungsi untuk mengurangi verbalisme dan dapat membantu pemahaman siswa dengan persepsi yang sama. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 147
Contoh: Guru menggunakan media realia untuk membelajarkan siswa jurusan akuntansi yaitu bukti-bukti transaksi, dan Guru menjelaskan cara pembuatan burger dengan media realia sayuran, mayones, roti burger dan beef burger.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Desain sistem pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru minimal 4 komponen, yang akan diuraikan berikut ini: a) Tujuan Pembelajaran Rancangan pembelajaran sebagai suatu sistem dimulai dengan komponen pertama dan utama yaitu tujuan pembelajaran/kompetensi. Tujuan pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (Bloom, dkk.). Sedangkan kompetensi merupakan kecakapan peserta didik yang memadai untuk melakukan suatu tugas dengan standar tertentu. Bullard, dkk. Menyebut istilah ini adalah performance objective/tujuan penampilan. Dick dan Carey menyebutkan dengan istilah tujuan performansi. Berdasarkan kedua istilah tersebut, tujuan pembelajaran tampak belum mengarah pada perbuatan sedangkan kompetensi menunjukkan perilaku secara totalitas untuk mendemonstrasikan unjuk kerja/perbuatan. Dengan mengacu kepada kedua istilah diatas yang terpenting adalah makna keduanya menggambarkan pernyataan penampilan peserta didik setelah mengikuti proses belajar. Tujuan pembelajaran/kompetensi merupakan hasil akhir yang dicapai oleh siswa, bermanfaat dalam membantu arah pembelajaran secara umum, seperti berikut. Memberikan petunjuk materi pelajaran yang harus dipelajari siswa. Memberikan pengarahan pemilihan metode yang sebaiknya diterapkan. Memberikan pengarahan penentuan media yang digunakan. Memberikan pengarahan dalam merencanakan langkah pembelajaran. Memberikan pengarahan dalam menilai hasil belajar siswa. siswa.
Dengan kata lain tujuan pembelajaran/kompetensi dapat membantu usaha belajar
Hierarki tujuan pembelajaran (Perceival dan Ellington) atau tujuan penampilan (Bullard) diklasifikasikan menjadi dua yaitu tujuan umum (terminal objective/goal) dan tujuan khusus (enabling objective). Dalam konteks kurikulum tingkat satuan pendidikan istilah ini setara dengan standar kompetensi (kompetensi ) dan kompetensi dasar (sub kompetensi). Untuk mencapai tujuan khusus dirumuskan indikator (kriteria unjuk kerja). Ruang lingkup tujuan umum adalah luas dan merupakan pernyataan tentang penampilan/perilaku akhir yang dapat dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu mata pelajaran atau satu tema pelajaran (pendekatan tematik). Jadi luas jangkauannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang sedang dilakukan. Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan tentang penampilan/perilaku yang lebih spesifik dan dapat dicapai siswa setelah menyelesaikan satu materi pokok (pokok bahasan). Jadi tujuan khusus dijabarkan dari tujuan umum. Untuk mengetahui keberhasilan mencapai tujuan khusus diperlukan indikator yaitu pernyataan yang merupakan kumpulan dari perilaku yang menunjang tercapainya tujuan khusus. Berdasarkan paparan di atas, maka hierarki tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 148
Tujuan Umum Tujuan Pembelajaran Umum/Standar Kompetensi/ Tujuan Kurikuler Standar Kompetensi
Kompetensi
Atau
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan Khusus Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum Kompetensi Dasar
Khusus/Kompetensi Dasar/Sub Kompetensi Indikator Kriteria Untuk Kerja
Indikator Kriteria Unjuk Kerja
Gambar Hierarki Tujuan Pembelajaran Istilah-istilah tersebut dapat disesuaikan dengan memperhatikan jangkauan dan ruang lingkup kegiatan yang dilakukan. Pernyataan yang merupakan perilaku yang ditunjukkan siswa oleh Bloom, dkk. digambarkan dalam jenjang bagaimana berpikir (ranah kognitif), bagaimana bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik). Ketiga ranah ini dijabarkan sebagai berikut: a. Ranah Kognitif menurut Anderson dan Krathwohl Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang tinggi, yaitu pengetahuan,' pemahaman, mengaplikasikan, menganalisis, mensistesis, dan menilai. Tingkatan taksonomi ini kemudian direvisi mulai dari mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta. Deskripsi dari masing-masing jenjang tersebut adalah sebagai berikut. Mengingat (remember): Meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan. Contoh: siswa akan dapat menyebutkan langkah-langkah mengukur berat bahan untuk mengolah makanan. Mengerti (understand): mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis. Contoh: siswa akan dapat membuat ringkasan sejarah timbulnya akuntansi. Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan masalah. Contoh: siswa akan dapat menggunakan prosedur cara membuat laporan keuangan. Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur. Contoh: siswa akan dapat menjabarkan pengaruh inflasi terhadap berbagai nilai uang. Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Contoh: siswa mampu membuat kritik tentang laporan rugi laba. Mencipta (create): membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. Contoh: siswa mampu menciptakan masakan nusantara yang mengandung unsur-unsur kekayaan alam daerah Nusantara Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 149
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Ranah Kognitif b.
Ranah Psikomotor Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow, disusun secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai tingkat yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai tingkat yang paling kompleks.S Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuro-maxular yaitu keterampilan dengan gerakan otot. Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. Contoh: siswa dapat mengulang gerak menyapukan kuas dengan benar di atas nastar yang sudah dibentuk. Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Pada dasarnya tujuan tingkat ini sama dengan meniru, bedanya adalah siswa tidak lagi melihat contoh tapi hanya diberi instruksi secara tertulis atau verbal. Contoh: siswa dapat menghidupkan komputer dengan membaca manual dan penjelasan secara verbal. Memantapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Contoh: siswa dapat mengetik kata ke dalam format data base tanpa membuat kesalahan. Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh: siswa dapat menggunakan kalkulator untuk mengerjakan 10 soal matematika dalam waktu 10 menit. Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan dan otomatis. Siswa melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya. Contoh: siswa dapat mengoperasikan program data base dengan lancar.
Meniru Mengamati Mencontoh gerak
Menerapkan Mengikuti petunjuk Menampilkan gerak
Memantapkan Mencermati penampilan Mengoreksi kesalahan
Merangkai Mengkoordi nasikan gerak Konsistensi internal
Naturalisasi Penampilan alamiah Efisiensi & efektivitas gerak
Gambar Ranah Psikomotor Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 150
c.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Ranah Afektif Krathwohl, Bloom & Maisa mengembangkan taksonomi tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok. Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal, bersedia menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Contoh: siswa bersedia mendengarkan ceramah tentang etika profesi juru masak. Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini siswa diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta. Contoh: siswa bersedia berlatih membuat laporan keuangan. Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskannya. Contoh: siswa dengan sukarela berpartisipasi dalam aksi penghematan energi. Mengorganisasikan (organization): menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana, yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang. Dalam hal ini siswa menjadi commited terhadap suatu sistem nilai. Contoh: siswa akan mampu memilih dari berbagai alternatif cara meningkatkan gizi masyarakat yang sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Mengamalkan (characterization): berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini siswa telah mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan, dan perilakunya akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut. Contoh: siswa akan menghindari sikap-sikap yang otoriter selama praktik kerja secara kelompok.
Menerima Menyadari Menampung Memperhatik an
Menanggapi Mengikuti Melibatkan Memuaskan
Menghargai Menerima nilai Memihak pada nilai Komitmen pada nilai
Mengornisasi kan Mengkonsep tualisasi Merangkai sistem
Mengamalkan Menggeneraal isasi sistem nilai Menginter nalisasi nilai dalam hidup
Gambar Ranah Afektif Menuliskan tujuan pembelajaran/kompetensi yang baik dan benar adalah penting. Perancang pembelajaran dituntut untuk mampu menggambarkan sejelas dan setepat mungkin tentang apa yang perlu dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Untuk memenuhi harapan guru dalam menentukan tujuan pembelajaran umum/kompetensi umum, menurut Dick Carey sebaiknya dilakukan melalui identifikasi kebutuhan pembelajaran melalui sumber-sumber guru, pengguna
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 151
lulusan dan masyarakat (sosial budaya). Sumber-sumber ini akan membantu perumusan tujuan/kompetensi umum memiliki nilai yang lebih berarti. Sedangkan tujuan pembelajaran khusus/ kompetensi dasar dijabarkan melalui pendekatan analisis pembelajaran dengan menjabarkan sub-sub kompetensi lebih terinci dan memiliki kaitan yang satu dengan lainnya. Rincian sub-sub kompetensi agar proses belajar mudah dilaksanakan oleh siswa. Pendekatan analisis pembelajaran/kompetensi sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan ke empat pola sebagai berikut. Struktur Hierarkial Merupakan susunan beberapa tujuan/kompetensi khusus di mana satu/beberapa tujuan/kompetensi khusus menjadi prasyarat bagi kompetensi berikutnya. Tujuan Pembelajaran Umum/Kompetensi Umum
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus 1
Gambar Struktur Hierarkial Struktur Prosedural Dalam struktur ini kedudukan beberapa tujuan/kompetensi khusus menunjukkan satu rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi antar tujuan/kompetensi tersebut tidak menjadi prasyarat untuk kompetensi lainnya. Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran Umum/ Kompetensi Umum
Gambar Struktur Prosedural Struktur Pengelompokkan Pada struktur ini beberapa tujuan/kemampuan khusus yang satu dengan yang lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus dimiliki secara lengkap untuk menunjang kemampuan berikutnya. Tujuan Pembelajaran Umum/ Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1
Gambar Struktur Pengelompokkan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 152
Struktur Kombinasi Analisis pembelajaran dengan struktur kombinasi digunakan apabila beberapa tujuan/kompetensi khusus susunannya terdiri dari struktur hierarkial, prosedural, maupun pengelompokkan. Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran Umum/ Kompetensi Umum
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 3 Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1
Gambar Struktur Kombinasi
Empat struktur kompetensi di atas hanya dapat dilakukan oleh pembelajar melalui analisis pembelajaran. Dengan demikian, analisis pembelajaran bermanfaat bagi perencana pembelajaran dalam melakukan identifikasi kompetensi, menentukan urutan pelaksanaan pembelajaran dan menghubungkan/mengaitkan kompetensi satu dengan lainnya serta dapat menentukan penjabaran kegiatan belajar/tugas yang harus dilakukan oleh siswa serta waktu yang dibutuhkan. Untuk membantu pembelajar trampil melakukan analisis pembelajaran dapat melalui langkah-langkah berikut: Menulis semua tujuan pembelajaran khusus/kompetensi khusus yang relevan dengan Tujuan Pembelajaran Umum/kompetensi umum dalam potongan kertas ukuran kartu pos. Memberi nomor setiap Tujuan pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus, dimulai dari Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus yang paling awal (dari nomor 1 dan seterusnya). Menggambarkan dan menentukan hubungan antar Tujuan pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus tersebut dalam bentuk bagan yang dengan struktur kompetensi. Memberikan tanda panah pada setiap hubungan antar Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus, Perumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dapat berlandaskan pada teori dari Mager yang mempersyaratkan kriteria rumusan tujuan dengan komponen "Audience, Behavior, Condition, dan Degree/Standard”, Sedangkan menurut Bullard kriteria rumusan kompetensi minimal mengandung tiga komponen yaitu “Performance, Condition dan Standard”. Kriteria perumusan dari ahli tidak berbeda, karena relevansinya pada pelaksanaan proses pembelajaran lebih nyata/memadai. Contoh: siswa kelas XII SMK Negeri XYZ" semester ganjil mampu menghitung mean, median, dan modus secara akurat bila disediakan nilai hasil penjualan selama satu bulan. Bila dianalisis rumusan tujuan ini memiliki kriteria lengkap yaitu sebagai berikut. Audience adalah siswa yang belajar. Siapa? Siswa kelas XII SMK Negeri 'XYZ" semester ganjil.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 153
Behavior (performance) adalah perilaku yang akan dilakukan siswa setelah mengikuti pelajaran, dengan menuliskan perilaku dalam bentuk kata kerja dan dilengkapi objeknya. Perilaku? Menghitung mean, median dan modus dalam bentuk kuantitatif. Condition adalah prasyarat atau syarat yang diberikan kepada siswa pada saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran/tugas evaluasi. Kondisi? Nilai hasil penjualan selama satu bulan. Degree/standard adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku yang diharapkan. Standar? Secara akurat. Perumusan tujuan pembelajaran yang mengandung dua kriteria yaitu audience dan behaviour sudah memadai tetapi akan memberikan kesulitan dalam proses pengukuran karena ketidakjelasan kondisi dan standar keberhasilan. 2.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Materi Pembelajaran Komponen materi pembelajaran pada sistem rancangan pembelajaran merupakan salah satu isi pengalaman belajar, dirancang sebagai bahan kajian yang disebut mata pelajaran. Hal ini dikemukakan dalam pasal 20 PP RI No 15 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, "setiap perencanaan pembelajaran akan memuat antara lain materi ajar yang dikelola secara sistematis setelah perumusan tujuan”. Tyler dalam model pengembangan kurikulum menyebut dengan istilah merinci konten dan mengorganisasikan konten. Sedangkan Reigeluth menyebut dengan istilah pengorganisasian isi mata pelajaran. Materi pelajaran adalah konten atau isi pelajaran yang diorganisasikan sesuai dengan tujuan pembelajaran/kompetensi ya ng dicapai peserta didik. Isi pelajaran dalam perencanaan pembelajaran dirinci menjadi bagian-bagian kecil agar memudahkan siswa untuk menyampaikan, mengolah, dan menggunakannya kembali. Bagian-bagian kecil isi pelajaran disusun mulai dari materi pokok (pokok bahasan/topik), kemudian sub materi pokok (sub pokok bahasan/sub topik) dan terakhir adalah bahan ajar. Dengan demikian, isi pelajaran menjadi konsisten dan memadai serta dapat dipertanggungjawabkan dari segi ontologi, epistimologis, dan aksiologi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merinci dan mengorganisasikan isi pelajaran menurut Tyler adalah dengan melakukan berikut. Pengaturan Horizontal Penataan isi secara horizontal berhubungan dengan keluasan dan kedalaman isi pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan materi pelajaran. Pengaturan Vertikal Penataan isi pelajaran vertikal berhubungan dengan muatan dan kesinambungan yaitu penyajian menggambarkan kontinuitas sesuai kebutuhan siswa dan tuntutan keilmuan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberlangsungan isi pelajaran dari konkrit menuju abstrak, dari sederhana menuju rumit, dari khusus menjadi umum, dari umum menjadi khusus, dan lainlain. Dengan demikian isi pelajaran ditata secara bertahap sesuai dengan perkembangan dan kesiapan peserta didik serta berkelanjutan. Contoh: Tujuan pembelajaran khusus/kompetensi dasar Siswa kelas X terampil memotret dengan tiga teknik pencahayaan tanpa salah bila tersedia lampu photo studio dan kamera photo tipe FM 10. Materi pembelajaran Memotret dengan teknik pencahayaan. Isi pelajaran diatur dalam format peta konsep.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 154
Memotret dengan teknik pencahayaan
Sinar depan
Definisi
Sinar samping
Prasya
Prosed
rat
ur
Sinar belakang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Materi Pelajaran Reigeluth dan Merill mengemukakan pengorganisasian isi pelajaran melalui tipe isi pelajaran menjadi empat yaitu sebagai berikut. Fakta yaitu isi pelajaran berbentuk objek, peristiwa, simbol yang ada didalam lingkungan nyata/imajinasi dan dapat merupakan asosiasi antara objek dan lainnya. Contoh: Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan nasional di Indonesia, beliau mendirikan organisasi Taman Siswa di Yogyakarta. Konsep yaitu isi pelajaran yang merupakan sekelompok objek, peristiwa atau simbol yang memiliki karakteristik dan diidentifikasi dengan nama sama. Contoh: konsep ekonomi memiliki karakteristik dan sebutan nama yang sama seperti definisi ekonomi, jenis kategori ekonomi, kegiatan ekonomi. Prinsip, yaitu isi pelajaran yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara konsepkonsep. Contoh: prinsip gizi masyarakat "empat sehat lima sempurna" bermakna pada konsep kategori makanan dan pelengkap makanan serta dampak dari implementasi prinsip tersebut. Prosedur yaitu isi pelajaran yang menjelaskan urutan langkah untuk mencapai suatu tujuan, memecahkan masalah atau sesuatu. Contoh: penyusunan neraca saldo keuangan rugi laba. o Mencatat transaksi o Mengelompokkan transaksi debet dan kredit o Menghitung sisa uang dari sisa transaksi o Dan seterusnya. Empat tipe isi pelajaran seluruhnya atau sebagian dapat terkandung di dalam materi pokok, dan biasanya terkait satu dengan lainnya. Contoh: Materi pokok : Kebutuhan pokok dalam ekonomi Fakta : manusia mempunyai kebutuhan akan makan, pendidikan, rumah, dll. Konsep : definisi kebutuhan teori kebutuhan Prinsip : kebutuhan yang bersifat utama, penting dan segera harus menjadi prioritas. Prosedur : usaha perdagangan wiraswasta, bekerja dalam pemerintahan Tabel Tipe Isi Pelajaran
Fakta Obyek Peristiwa Simbol Asosiasi ketiganya
Konsep Definisi Klasifikasi Ciri Fungsi
Prinsip Aturan Hukum Syarat
Prosedur Urutan Cara kerja Langkah/tahapan
Ahli pembelajaran Tony Buzan mengemukakan pengembangan isi pelajaran dengan nama mind map (peta pikiran), dimana cara kerjanya disesuaikan teori belahan otak Sperry yaitu belahan otak kiri berpikir secara logika dan belahan otak kanan bekerja secara emosi. Oleh karena itu, diperlukan tidak hanya teks, tetapi perlunya dengan gambar dan warna serta Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 155
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
setiap rincian isi pelajaran dihubungkan dengan garis seolah-olah adalah simbol neuron atau sel saraf, prinsip cabang-cabang pohon dan memudahkan penggambaran poin-poin utama. Berdasarkan peta pikiran dapat dikembangkan ke dalam bentuk bahan ajar cetak dan atau non cetak disesuaikan dengan tipe isi pelajaran dan gaya belajar siswa serta perkembangan kognitif siswa. Guru atau pembelajar dapat mengembangkan bahan ajar dengan format seperti: bahan ajar mandiri (modul), buku teks, diktat, hand out, CD pembelajaran, VCD pembelajaran, slide power point dan lain-lain. Mengembangkan bahan ajar dapat dilakukan pembelajar dengan cara berikut. - Menulis Sendiri Isi pelajaran Isi pelajaran ditulis oleh pembelajar sendiri karena keahliannya kemampuan menulis yang dimilikinya. - Mengemas Kembali Isi pelajaran. Isi pelajaran yang sudah ada dikumpulkan dan disusun kembali dengan gaya bahasa dan strategi yang sesuai. Ketersediaan sumber referensi yang relevan sangat diutamakan. - Menata Isi pelajaran dengan Kompilasi Isi pelajaran ditata berdasarkan sumber belajar tersedia dan kemudian sumber tersebut di foto copy ulang atau cetak utang dan dikompilasi secara lengkap. Ketersediaan berbagai sumber belajar harus dipilih secara akurat. Penyajian bahan ajar dapat dikemas sesuai kebutuhan, tetapi perlu dipelihara keterbacaan dan kemudahan untuk dipelajari oleh siswa. 3.
Strategi Pembelajaran Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang jitu untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran/kompetensi. Mengapa? Karena keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran/ kompetensi tergantung kepada banyak faktor antara lain tipe isi pelajaran, tempat proses pembelajaran berlangsung atau dari pelaksana pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, unit ini sebaiknya Anda cermati dengan seksama. Pembelajaran merupakan proses mengupayakan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah ditetapkan atau kegiatan memfasilitasi peserta didik berinteraksi dengan lingkungan sehingga diperoleh pengalaman belajar. Upaya dan kegiatan ini direncanakan oleh guru di dalam komponen strategi pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan. Strategi pembelajaran oleh sebagian ahli diidentikkan dengan sebutan metode pembelajaran atau pendekatan dalam membelajarkan. Metode pembelajaran oleh Reigeluth didefinisikan adalah cara-cara yang berbeda dalam mencapai hasil belajar. Cara-cara tersebut dapat meliputi bagaimana materi pembelajaran disampaikan kepada peserta didik, dan atau bagaimana peserta didik dapat menerima materi pembelajaran serta bagaimana peserta didik merespon masukan dari peserta didik lainnya. Berdasarkan definisi ini, strategi pembelajaran meliputi langkah pembelajaran, media dan interaksi belajar mengajar. Ahli Teknologi Pendidikan Yusufhadi Miarso mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Berdasarkan definisi ini maka pembelajar dapat merencanakan pencapaian tujuan pembelajaran atas dasar teori belajar behavioristik, humanistik, konstruktivistik atau teori dari ahli pembelajaran lainnya disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya siswa. Dengan demikian, strategi pembelajaran akan dapat bersifat spesifik. Sebagai contoh guru menganut pada falsafah pilar belajar dari UNESCO maka pembelajar dapat merencanakan kegiatan pembelajaran dengan tahapan berikut. Learning to know siswa mempelajari konsep Learning to do. siswa membuktikan konsep dengan eksperimen, observasi dan lain-lain. Learning to live together. siswa diminta memecahkan masalah secara berkelompok Learning to be siswa memantapkan konsep yang telah diketahui secara berkelompok dengan refleksi. Contoh lain apabila guru merencanakan strategi dengan pandangan teori belajar John Dewey "learning by doing” maka ia dapat merencanakan tahapan pembelajaran seperti berikut: Siswa dikenalkan dengan konsep pengukuran gizi bagi pasien DBD. Siswa ditugaskan ke rumah sakit untuk mengukur gizi seimbang bagi pasien DBD. Siswa menganalisis hasil pengukuran dengan berbagai alternatif bahan makan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 156
Dengan teori belajar ini siswa bukan hanya mendengar atau melihat, juga melakukan sehingga pengalaman belajarnya menjadi berkualitas. Kedua contoh pandangan tersebut sejalan dengan definisi strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Seels dan Richey yaitu spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan proses belajar atau kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Mengorganisasi Pengalaman Belajar Tujuan Pembelajaran Strategi
Strategi
Pembelajaran
Pembelajaran
Materi Pembelajaran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
METODE Langkah Pembelajaran/ Urutan Kegiatan Pembelajaran
Interaksi Belajar Mengajar
Media
Interaksi Belajar Mengajar
Gambar Mengorganisasi Pengalaman Belajar Pada sub kegiatan belajar ini akan diuraikan beberapa jenis strategi pembelajaran yang sangat berkaitan erat dengan bagaimana proses belajar direncanakan, sehingga tujuan pembelajaran/kompetensi dapat dicapai secara optimal. Strategi pembelajaran dilihat dari subjek yang belajar (siswa) dan yang membelajarkan (guru). Dalam hal ini Percival dan Ellington menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut.: Strategi pembelajaran Berpusat kepada Guru. Strategi ini hampir seluruh kegiatan belajar mengajar dikendalikan penuh oleh guru. Guru mengkomunikasikan isi pelajaran kepada para siswa baik untuk tingkat pokok bahasan/materi pokok maupun tingkat silabus/mata pelajaran/tema. Sangat terikat kepada waktu terjadwal dan banyak menggunakan metode ceramah. Siswa dituntut menyesuaikan cara belajarnya dengan keputusan proses pelaksanaan pembelajaran yang diambil oleh guru. Akibatnya kebutuhan/potensi siswa secara individual yang berbeda kurang diperhatikan atau tidak terlayani. Strategi pembelajaran Berpusat pada Siswa. Strategi ini kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas belajar siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap keseluruhan aspek belajarnya. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru perlu mempersiapkan bahan ajar dalam berbagai bentuk cetak dan atau noncetak yang didalamnya dapat dilengkapi pedoman belajar. Selain itu guru perlu memfasilitasi dengan sumber-sumber belajar sehingga pengalaman belajar siswa lebih luas dan kemampuan siswa belajar secara mandiri akan terbentuk. Ahli lain Gerlach dan Ely mengklasifikasikan strategi pembelajaran sebagai suatu kontinum yang silih berganti dalam pemanfaatannya, yaitu strategi pembelajaran ekspositori dan strategi pembelajaran diskoveri.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 157
Strategi Pembelajaran Ekpositori Strategi pembelajaran ekspositori dapat dikatakan identik dengan strategi berorientasi pada guru atau metode deduktif (dari umum menuju khusus), namun potensi belajar siswa tetap harus dikembangkan. Tahapan pembelajarannya ada lah sebagai berikut. Penyajian informasi berupa fakta, prinsip-prinsip umum, aksioma, dalil, konsep, proses kerja dan sebagainya kepada siswa melalui penjelasan guru atau peragaan/ demonstrasi/atau contoh oleh guru. Pengujian pemahaman siswa atas informasi yang sudah diberikan melalui tanya jawab atau membahas informasi yang belum dipahami. Pemberian praktik atau aplikasi/latihan dari informasi yang telah dipelajari oleh siswa dengan pengawasan guru. Penugasan kepada siswa dalam bentuk aplikasi atau tugas-tugas lain kedalam situasi yang sebenarnya sebagai tindak lanjut dari pengalaman belajar. Strategi Pembelajaran Diskoveri Identik dengan strategi pembelajaran berorientasi siswa atau metode induktif (dari khusus menuju umum), dan peran guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran. Adapun tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut. Siswa diberikan kasus, masalah, contoh-contoh, fakta-fakta atau fenomena khusus (pertanyaan yang harus dijawab tentang apa yang dikaji). Siswa diminta untuk meneliti hubungan sebab akibat dari kasus/masalah melalui pengumpulan data, analisa data dan perumusan hipotesis atau membuat asumsi atau prediksi. (pertanyaan yang harus dijawab mengapa terjadi demikian). Siswa diminta untuk membuktikan asumsi/prediksi/hipotesis melalui teori-teori, pengumpulan data dan analisa data (pertanyaan yang harus dijawab bagaimana membuktikan tentang alasan kemengapaannya). Siswa diminta membuat suatu kesimpulan atau generalisasi, dan guru memperteguh dengan nilai paparan (pertanyaan yang dijawab apa yang telah dihasilkan/ditemukan). Siswa ditugaskan oleh guru untuk mencari kasus yang baru dan membuktikan melalui proses yang pernah dilakukannya sebagai penguatan sehingga pengalaman belajar dapat disimpan lebih lama. Strategi pembelajaran yang dikemukakan masing-masing ahli berbeda tetapi tujuannya sama yaitu agar tujuan pembelajaran dicapai dan materi pembelajaran dapat diterima oleh siswa. De porter sebagai pakar Quantum Learning menjelaskan strategi pembelajaran dengan teknik orkestrasi konteks (Iatar) dan orkestrasi isi (materi). Kedua teknik ini tidak dipisahkan tetapi harus dilaksanakan secara bersamaan. - Orkestrasi Konteks Strategi pembelajaran ini digunakan untuk terlaksananya proses pembelajaran, meliputi: Penciptaan suasana kelas secara kondusif melalui pendekatan kepada peserta didik seperti menjalin rasa simpati, rasa keterkaitan, rasa saling membutuhkan dan siswa belajar secara rileks (tidak tegang)/menyenangkan; Penataan ruang kelas disesuaikan dengan gaya belajar siswa (auditif, visual dan kinestitik) sehingga penggunaan media, musik, dan afirmasi dipilih secara hati-hati; dan Membangun komunitas belajar dengan, berlandaskan pada tujuan, prosedur/aturan dan agenda kegiatan. -
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
-
Orkestrasi Isi Strategi ini merupakan langkah menyajikan materi pembelajaran yang dapat direncanakan oleh guru sehingga proses pelaksanaan pembelajaran berhasil. Kegiatan yang harus direncanakan adalah: Penyajian prima Artinya guru menyampaikan isi pelajaran dengan menggunakan keterampilan mengajar mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Selain itu kemampuan berkomunikasi baik verbal (volume, kejelasan, kecepatan, jeda, tulisan) maupun nonverbal (ekspresi, kontak mata, gerakan tubuh pakaian, posisi berdiri, cara bersolek) sangat menentukan penyajian materi pembelajaran menjadi prima.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 158
Interaksi belajar mengajar secara elegan Motivasi belajar, keterampilan belajar bagaimana belajar dan keterampilan hidup dan kecakapan sosial harus dibangun pada saat penyajian materi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa mencapai tingkat penguasaan 90%. Kedua format strategi pembelajaran ini dapat dimanfaatkan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) karena aspek-aspek didalamnya sangat detail. Demikian pula jenis strategi pembelajaran yang telah dipaparkan di atas atau teori strategi pembelajaran dari ahli lain. Di bawah ini adalah perbandingan dari tiga ahli yang mengemukakan jenis strategi pembelajaran di atas. Tabel Jenis Strategi Pembelajaran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perceival Aktivitas belajar belum optimal Tanggung jawab kurang dilatih Kebutuhan/ potensi individu kurang dihargai Ceramah tanya jawab Nara sumber belajar Tatap muka komunikasi
& Ellington Aktivitas belajar optimal Tanggung jawab dilatih Kebutuhan/ potensi individu Kasus, diskusi kerja kelompok Tersedia bahan ajar/sumber belajar
Gerlach & Ely De Deduktif Induktif Suasana Ceramah Pemecahan belajar Guru adalah masalah Ruang kelas nara sumber Guru fasilitator Komunitas Siswa pasif pembelajaran belajar Sumber belajar Siswa aktif terbatas Sumber belajar tak terbatas
Porter Keterampilan mengajar Komunikasi Interaksi belajar mengajar
Joyce dan Weil mengemukakan model pembelajaran menjadi rumpun sosial, rumpun proses informasi, rumpun personal dan rumpun sistem perilaku. Dalam menerapkan rumpun pembelajaran tersebut, terdapat lima unsur sebagai struktur yaitu: Sintaks, adalah urutan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rumpun pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai; Sistem sosial, menggambarkan peran pembelajar dengan peserta didik serta pola hubungan antara keduanya. Pembelajar dapat sebagai sumber utama, fasilitator, tutor atau konselor. Siswa dapat berperan aktif, atau dapat memperoleh kebebasan; selama proses pembelajaran berlangsung. Prinsip reaksi merupakan cara bagaimana pebelajar melihat peserta didik dalam bentuk perilaku sesuai dengan rumpun pembelajaran yang dipergunakan; Sistem bantuan, yaitu hal-hal yang akan membantu tercapainya tujuan dengan menerapkan rumpun pembelajaran tertentu; dan Pengaruh pembelajaran dan pengaruh ikutan. Dikenal dengan istilah instructional effect dan nurturant effect. Pengaruh pembelajaran adalah pengaruh yang berlangsung dari kegiatan pembelajaran, sedangkan pengaruh kegiatan adalah hasil simpangan dari kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh dikemukakan struktur tersebut dengan metode inkuiri sebagai bagian dari rumpun proses informasi. 1) Sintaks Menghadapkan siswa pada masalah yang bersifat menantang, dan menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan belajar dan cara penelitian. Siswa memeriksa hal-hal atau kejadian-kejadian yang masalah berdasarkan sumber belajar yang dimilikinya, hipotesis sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Mengumpulkan data dan melakukan percobaan/pembuktian hipotesis/ penelitian. Siswa menyusun analisis dari data yang telah dikumpulkan dan menarik kesimpulan/membuat generalisasi. Siswa menuliskan laporan dan melaporkannya di kelas. 2) Sistem sosial Mengkondisikan belajar dengan situasi masalah. Menunjukkan perlunya penelitian untuk mengatasi masalah. Memberikan reaksi pada perilaku siswa dengan informasi yang tepat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 159
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Membantu siswa merumuskan inti masalah penelitian. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan melaksanakan penelitian. 3) Prinsip reaksi Membantu siswa untuk bersedia menyelesaikan penelitian. Memelihara emosi siswa untuk dapat bersifat terbuka terhadap informasi baru dari siswa lainnya. Mengendalikan proses penelitian sesuai dengan prosedur yang sebenarnya. 4) Sistem bantuan Menyediakan bahan, dan sumber-sumber belajar. Informasi-informasi yang mendorong pentingnya penelitian berfungsi sebagai penguatan seperti poster-poster, kata-kata yang bersifat membangun chart proses penelitian. Dorongan guru sebagai fasilitator. 5) Pengaruh/dampak pembelajaran dan pengaruh/dampak ikutan (pengiring) Terampil melaksanakan penelitian. Belajar aktif Terampil berkomunikasi secara tertulis dan lisan. Berpikir logis dan sistematis. Bersikap terbuka. Ellington dan Perceival mengklasifikasikan teknik pembelajaran untuk menyampaikan isi pelajaran menjadi tiga yaitu sebagai berikut: 1) Teknik pembelajaran massal Merupakan cara-cara menyampaikan isi pelajaran yang dapat diterima oleh banyak peserta didik dengan kondisi dan mutu pelajaran sebagai teknik pembelajaran individual dan kelompok. Metode yang dapat digunakan adalah metode kuliah dan ceramah, metode kerja praktek metode penyajian film dan video, serta metode siaran pendidikan. Media yang digunakan adalah media audio, media visual dan media audio visual. 2) Teknik pembelajaran berkelompok Merupakan cara-cara penyampaian isi pelajaran dengan mengoptimalkan interaksi kelompok atau dinamika kelompok dan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik (menganalisis, menilai, mencipta). Metode yang digunakan yaitu diskusi di bawah kontrol guru, diskusi singkat, tutorial, seminar, proyek, permainan, stimulus dan studi kasus. Media yang dapat digunakan adalah bahan ajar berbentuk tugas/proyek atau alat-alat permainan/ simulasi. 3) Teknik pembelajaran individual Merupakan cara penyampaian isi pelajaran yang bersifat fleksibel di mana metode pembelajarannya dititikberatkan kepada berkurangnya hambatan-hambatan institusional yang dialami peserta didik namun kontrol belajar dapat setiap saat dapat dimonitor di tempat-tempat belajarnya. Misalnya mahasiswa yang mengikuti program pendidikan universitas, siswa yang mengikuti SMP/SMA Terbuka. Kemudahan metode pembelajarannya dapat ditinjau dari sistem yang digunakan yaitu berinduk pada lembaga, lokal dan belajar jarak jauh, sedangkan peserta didik menggunakan metode belajar mandiri dan ditunjang dengan bahan belajar mandiri yaitu bahan cetak, bahan audiovisual, bahan yang berhubungan dengan komputer. Bahan belajar didesain sebagai media pembelajaran individual, yaitu model, atau modul yang dilengkapi dengan media audio visual atau media siaran, media berbantuan komputer (CAI) untuk tutorial dan atau laboratorium. Sebagai contoh adalah teknik pembelajaran kelompok yang dikemukakan oleh Slavin dengan sebutan pembelajaran kooperatif. Di sini prosedur pembelajaran dikategorikan menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut. - Tahap persiapan Pada tahap ini guru merencanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dipersiapkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup komponen materi pelajaran, teknik dan media pembelajaran yang akan digunakan, latar pembelajaran mekanisme kontrol terhadap kegiatan pembelajaran yang akan digunakan, dan alokasi waktu. Rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan tingkat satuan pendidikan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 160
-
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
-
Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan gambaran ringkas tentang keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran yang akan dicapai(kompetensi dasar dan indikator) dan mekanisme pelaksanaan pembelajaran. Pada kegiatan inti guru mulai mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil dan memberikan penugasan yang harus dikerjakan secara kelompok. Kemudian guru menyajikan pokok-pokok materi dan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara kelompok. Setelah mendapatkan penugasan, para siswa duduk berkelompok dan mendengarkan penjelasan guru serta mulai mengerjakan tugas yang diberikan. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan tugas khusus dari kelompok untuk diselesaikan dan kemudian disampaikan dalam forum yang lebih luas. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, para siswa berkesempatan untuk memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di sekolah (misalnya mencari rujukan atau materi yang perlu di perpustakaan, bertanya kepada guru, berdiskusi dengan teman kelompok, dan sebagainya). Guru selama proses ini berlangsung bertindak sebagai fasilitator dan memberikan bantuan dan kemudahan kepada siswa untuk bekerja. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan, kemudian diadakan panel hasil kelompok. Wakil dari setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya (turnament) kepada seluruh kelas dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengajukan koreksi, sanggahan, kritik atau masukan-masukan yang perlu demi perbaikan. Pemilihan wakil kelompok tidak ditentukan oleh kelompok tetapi oleh guru yang dilakukan secara acak atau melalui undian. Ini dimaksudkan agar semua siswa mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan tidak menggantungkan harapannya pada siswa tertentu. Selama panel ini berlangsung, guru membuat penilaian terhadap kinerja kelompok berdasarkan kinerja yang diperlihatkan anggota-anggota kelompok selama panel. Kegiatan penutup berisi rangkuman dan tindak lanjut untuk kegiatan berikutnya. Kuis dapat berbentuk individual, teka teki silang, atau kerja kelompok. Tahap evaluasi Evaluasi dilakukan secara berkala pada setiap pergantian pokok bahasan. Pada tahap ini dilakukan evaluasi secara menyeluruh baik terhadap proses maupun hasil yang dicapai. Bobot evaluasi hendaknya diberikan lebih besar kepada aktivitas kelompok. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan berdasarkan kinerja kelompok secara keseluruhan, bukan berdasarkan kinerja siswa secara individual. Meskipun pada akhirnya tes akan diberikan secara individual dalam bentuk ujian akhir dan nilai siswa itu bersifat individual, namun bobot tes untuk kelompok. Ini dimaksudkan untuk mendorong para siswa agar senantiasa terlibat dalam proses kelompoknya dan berkompetisi dengan kelompok lain. Contoh lainnya adalah seorang guru yang merencanakan strategi pembelajaran dengan metode studi lapangan. Langkah pembelajaran yang harus dilakukannya adalah sebagai berikut. i. Persiapan Merumuskan tujuan studi lapangan. Menentukan lokasi, waktu dan pembimbing. Mengkondisikan pengetahuan/keterampilan siswa di lapangan. Menyiapkan instrumen dan bahan lainnya. ii. Pelaksanaan Menginformasikan tujuan studi lapangan. Membagikan bahan tugas dan instrumen. Mengobseruasi ke lapangan. Memonitoring kesulitan yang dialami siswa. Menyusun laporan. Mempresentasikan laporan. iii. Penutup Memberi umpan batik.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 161
Tabel Strategi Pembelajaran Beberapa Ahli Tujuan dari ahli Gagne Dick Carey Joyce & Weil Slavin
Ide Peristiwa pembelajaran Strategi pembelajaran Model pembelajaran Pembelajaran kooperatif
Sintesis Kreasi 1. Persiapan 2. Pelaksanaan 3. Evaluasi
Rencana pengembangan strategi pembelajaran dapat pula menggunakan satu teori dari ahli yang bersifat operasional yang dikemukakan Atwi Suparman, dan dapat digunakan untuk tingkat perencanaan pembelajaran mikro (RPP). Sedangkan untuk komponen metode, media dan waktu dapat digunakan untuk tingkat perencanaan pembelajaran makro (silabus). Rencana pengembangan pembelajaran dibuat dalam bentuk bagan beserta contohnya sebagai berikut: Tabel Bagan Strategi Instruksional
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Urutan Kegiatan Instruksional Deskripsi Singkat: Relevensi: Pendahuluan TIK: Uraian: Contoh: Penyajian Latihan: Tes Formatif: Umpan Balik Penutup Tindak Lanjut.
Sedangkan di bawah ini.
komponen
metode
dan
Metode
media
Media
dijelaskan
Waktu
seperti
tabel
Tabel Bagan Hubungan antara Metode dan Kemampuan yang akan Dicapai No 1 2
Metode Ceramah Dokumentasi
3 4 5
Penampilan Diskusi Studi Mandiri
6 7 8
Kegiatan Instruksional terprogram Latihan dengan teman Simulasi
9
Sumbang saran
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Studi kasus Computer Assisted Learning Insiden Praktikum Proyek Bermain peran Seminar Simposium Tutorial
19
Deduktif
20
Induktif
Kemampuan dalam TIK Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur Melakukan suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur tertentu. Melakukan suatu keterampilan Menganalisis/memecahkan masalah Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistensi/mengeval uasi/ melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif, psikomotorik. Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur Melakukan suatu keterampilan Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu konsep dan prinsip Menjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep, prinsip, dan prosedur tertentu Menganalisis/memecahkan masalah Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis/ mengevaluasi/melakukan Menganalisis/memecahkan masalah Melakukan suatu keterampilan Melakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatan Menerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedur Menganalisis/memecahkan masalah Menganalisis masalah Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep atau prinsip Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep. Prinsip, prosedur Mensistesis suatu konsep, prinsip, atau perilaku
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 162
Berdasarkan teori tersebut maka guru sebagai perencana pembelajaran dapat mengkreasikan semua komponen strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan situasi belajar yang ada. 4.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Evaluasi Pembelajaran Kata evaluasi pada tulisan ini diidentikkan dengan kata penilaian yaitu proses kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian tujuan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai peserta didik setelah diberikan perlakuan dengan alat ukur tertentu. Kemampuan tersebut meliputi: Kemampuan berpikir (cognitive) terdiri dari mengingat (C-1), mengerti(C-2), memahami (C3), menganalisis (C-4), menilai (C-5) dan mencipta (C-6); Kemampuan mengadopsi suatu nilai dan sikap (Affective) terdiri dari menerima (A-1), menanggapi (A-2), menghargai (A-3), mengorganisasikan/mengatur diri (A-4), dan mengamalkan/menjadikan pola hidup (A-5); dan Kemampuan gerakan otot (psychomotor) terdiri dari meniru (p-1), menerapkan/ menggunakan/manipulasi (p-2), memantapkan/ ketepatan (p-3), merangkai/artikulasi (p-4) dan naturalisasi (P-5). Berdasarkan paparan di atas maka evaluasi pembelajaran adalah proses kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh perceivat dan Ellington: penilaian pembelajaran siswa adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan program pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif pendek (singkat). Definisi ini sejalan dengan pasal 20 dan pasal 22 ayat 1 pada Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 yang mengatur tentang penilaian pembelajaran oleh pendidik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Implikasi dari definisi ini adalah evaluasi/penilaian pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, sehingga harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada perkembangan kurikulum yang berjalan sekarang (KTSP) maka rencana penilaian pembelajaran harus berdasarkan kemampuan minimal yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa. Dengan demikian, pendekatan penilaian yang tepat adalah penilaian Acuan Kriteria/Patokan (PAP). Konsekuensi PAP adalah siswa dinyatakan berhasil apabila telah mencapai batas kelulusan dari perilaku (indikator/kriteria unjuk kerja) yang telah ditetapkan. TPK/Sub Kompetensi/ Kompetensi Khusus/ Kompetensi Dasar
Penilaian
Batas lulus minimal 60% - 100%
Indikator/ Kriteria Unjuk Kerja
Pengukuran Tes/ Non Tes
Gambar Proses Penilaian Pembelajaran Jenis tagihan dapat ditinjau dari aspek tugas individu atau tugas kelompok, aspek proses atau produk aspek lingkup penilaian formatif, sub sumatif atau sumatif, aspek ulangan harian; serta ulangan umum bersama semester atau ujian akhir. Tagihan adalah apa yang harus dilakukan/dikerjakan siswa atau perilaku siswa yang akan diukur, dengan menggunakan berbagai alat penilaian. Dalam hal ini Suharsimi menyebut dengan istilah obyek evaluasi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 163
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berbagai alat penilaian di bawah ini dapat digunakan dalam membantu realisasi pengukuran tagihan seperti yang dikemukakan Depdiknas dalam Sistem Penilaian Kelas. 1) Penilaian Tertulis - Menggunakan tes tertulis dengan ragam soal kemampuan kognitif dan pengetahuan keterampilan berbentuk pilihan ganda, benar-salah, uraian atau lainnya. - Butir soal adalah pertanyaan, pernyataan atau tugas-tugas yang harus dilakukan. 2) Penilaian Penampilan/Kinerja - Menggunakan tes praktik dengan ragam soal kemampuan aplikasi/keterampilan berbentuk rating scale atau checklist. - Butir soal adalah kinerja/perbuatan yang didemonstrasikan oleh siswa. Misal: Siswa diminta untuk berpidato dengan kemampuan ekpresifisik, suara dan verbal. Siswa diminta untuk berpidato dengan sistematika membuka, menyajikan dan menutup. 3) Penilaian Portofolio - Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan hasil kerja dalam waktu tertentu melalui penilaian diri dan kuesioner. - Butir soaladalah dokumen/hasil kerja siswa/koleksi pekerjaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. penilaiannya dapat dibedakan dari portofolio kerja, portofolio dokumentasi, dan portofolio pertunjukkan 4) Penilaian Sikap - Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan siswa dalam menilai terhadap objek, orang atau masalah tertentu. Kemampuan, ini, terdiri dari afeksi.(perasaan), kognisi (kepercayaan/keyakinan) dan konasi (kecenderungan berbuat). Alat penilaiannya adalah skala sikap dari Likert, observasi (daftar cek). - Butir soal adalah perilaku afeksi, kognisis, atau konasi (dapat berdiri sendiri atau gabungan). Misal: Kebijakan tentang pembuangan sampah dengan kompetensi siswa mampu menerima peraturan kesehatan lingkungan. Penilaian proses dan hasil belajar dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap perilaku yang tercantum dalam indikator. Menurut Depdiknas untuk merencanakan penilaiannya harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini. Mengacu kepada kompetensi. Menggunakan acuan kriteria (standar kelulusan belajar mengajar/SKBM). Bersifat holistik mencakup aspek kognitif, afektif dan psimotorik. Kegiatan penilaian merupakan proses yang berkelanjutan. Membangun rasa keingintahuan siswa terhadap kemampuan dirinya. Menggali informasi melalui berbagai tagihan (alat) ukur yang harus ditempuh oleh siswa Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa untuk digunakan sebagai bahan umpan balik. Rowntree mengemukakan prinsip-prinsip penilaian hasil belajar harus memenuhi ketentuan: Validitas (Kesahihan) Kesesuaian pengukuran (pertanyaan, tes, atau alat ukur lainnya) dengan tujuan penilaian dan perilaku yang akan dicapai. Reliabilitas (Keterandalan) Suatu ukuran konsistensi dari alat ukur menunjukkan hasil yang sarna dari kondisi yang berbeda (setara untuk diperbandingkan). Dapat Diterapkan (praktis) Penilaian memungkinkan untuk dilaksanakan, sehingga alat ukur/tagihan yang diminta kepada siswa realistis. Manfaat dan Kewajaran Penilaian harus mencerminkan tingkat ketepatan perilaku (wajar) dan memberikan masukan tentang keadaan dirinya dan mendorong siswa untuk terus memacu dirinya berprestasi di kelas. Sedangkan langkah-langkah untuk merancang penilaian hasil belajar sebagai komponen perencanaan pembelajaran, yang diadopsi dari Dick dan Carey adalah sebagai berikut. Menentukan maksud penilaian hasil belajar. Membuat tabel spesifikasi untuk menjabarkan proporsi alat ukur. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 164
Misal: Kompetensi Dasar
Indikator
Tes
Jenis Tagihan Portofolio
Jumlah
Menulis butir-butir alat ukur dilengkapi dengan petunjuk sesuai dengan jenis tagihan yang telah direncanakan Menuliskan kunci jawaban atau rambu-rambu kunci jawaban untuk alat ukur nontes. Merencanakan skor dan nilai masing-masing alat ukur yang digunakan sebagai informasi kemajuan hasil belajar siswa baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif.
Langkah-langkah di atas dapat dilakukan guru pada perencanaan pembelajaran tingkat mikro (RPP/rencana pelaksanaan pembelajaran). Sedangkan untuk tingkat mata pelajaran/tema yaitu di dalam silabus cukup menuliskan jenis tagihannya dan alat penilaiannya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5.
Prosedur Pengembangan Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi dan penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apakah kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok Bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran beserta alokasi waktu dan alat/sumber belajar yang diperlukan; dan Bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang dinilai. Penyusunan silabus harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup menunjang pencapaian kompetensi dasar. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 165
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini: Identifikasi Berisi identifikasi satuan pendidikan, kelas, semester dan mata pelajaran yang akan dikembangkan silabusnya Standar Kompetensi Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi siswa yang akan dicapai. Kompetensi Dasar Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi dasar siswa yang akan dicapai dari beberapa unit pembelajaran. Materi Pokok Berisi materi pokok (konsep, fakta, prinsip, prosedur) yang akan dipelajari untuk mencapai kompetensi dasar. Indikator Rumusan penanda ketercakapan tujuan pembelajaran berupa kompetensi yang lebih khusus. Kegiatan Pembelajaran Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran untuk mencapai indikator keberhasilan belajar. Penilaian Jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran baik tes maupun non tes. Alokasi Waktu Durasi pembelajaran selama pertemuan berlangsung untuk materi dan indikator yang telah ditentukan, termasuk alokasi waktu penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran. Sumber/Bahan/Alat Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dicantumkan disini disertai bahan dan yang digunakan, misal antara lain: buku teks, alat, nara sumber. Silabus merupakan bagian terintegrasi dari KTSP dan merupakan dokumen bagi guru dalam merencanakan berdasarkan Standar Isi yang tercantum dalam Pemendiknas Nomor 20 tahun 2006. Pengembangan silabus dapat mengikuti format sesuai dengan keperluan dengan tidak mengurangi komponen-komponen penting dari silabus yang telah dibahas dalam modul. Format silabus memiliki dua komponen identitas dan komponen pengembangan (pokok). Ada tiga bentuk format silabus yang dapat dipilih, yaitu: Contoh Format Matrik 1 SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar ……
Materi Pokok ……
: …………………………………………. : …………………………………………. : …………………………………………. : ………………………………………….
Indikator ……
Kegiatan Pembelajaran ……
Penilaian ……
Alokasi Waktu ……
Komponen identitas
Sumber Bahan/Alat ……
Komponen pengembangan/pokok
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 166
Contoh Format Matrik 2 SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompete nsi ……
: …………………………………………. : …………………………………………. : ………………………………………….
Kompete nsi Dasar
Materi Pokok
Indikator
……
……
Komponen identitas
Kegiatan Pembelajar Penilaian an …… ……
Alokasi Waktu ……
Sumber Bahan/ Alat ……
Komponen pengembangan/pokok
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Format Naratif SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
: : :
…………………………………………. …………………………………………. ………………………………………….
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber/Bahan/Alat
: …. : …. : …. : …. :…. : …. :…. :….
Komponen identitas
Komponen pengembangan/pokok
Komponen pengembangan/pokok pengembangan silabus dengan pendekatan mata pelajaran disusun melalui tahapan berikut: Mengisi Kolom Identitas Identifikasi adalah sesuatu yang akan diuraikan atau penanda silabus, seperti nama sekolah, maka pelajaran, kelas/semester. Penyusun silabus mengisi sesuai dengan identifikasi pada format yang diberikan, Contoh: SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
: : : :
SD Matematika V/1 …..
Kompetensi identitas
Menulis dan mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sebelum menuliskan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) terlebih dahulu mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: - Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di S1 - Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; - Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 167
SILABUS Contoh: Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : V/1 Standar Kompetensi : 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber /Bahan /Alat
2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mengidentifikasi Materi Pokok Dalam mengidentifikasi materi pokok harus dipertimbangkan: - Potensi peserta didik - relevansi dengan karakteristik daerah, - tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; - kebermanfaatan bagi peserta didik; - struktur keilmuan; - aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; - relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan - alokasi waktu yang tersedia Selain itu juga harus memperhatikan: - Tingkat keahlian (valid): materinya teruji kebenaran dan kesahihannya. - Tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh siswa. - Kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya. - Layak dipelajari (leam ability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat. - Menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut. Contoh: Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam
Materi Pokok
: : Matematika : V/1 : 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan dalam pemecahan masalah Kegiatan Pembe lajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/A lat
Pengukuran (waktu, sudut, jarak, dan kecepatan
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup : sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, maka pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 168
terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kriteria indikator: - Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa - Berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar - Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills) - Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor). - Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan - Dapat diukur/dapat dikuantifikasi - Memperhatikan ketercapaian standar lulusan secara nasional - Menggunakan kata kerja operasional (terlampir) - Tidak mengandung pengertian ganda (ambigu). Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik" Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: - Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. - Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus diajukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. - Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. - Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur pendiri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. - Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian untuk memperoleh menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan prosentase pemenuhan indikator. Berdasarkan pada PP Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Penilaian dengan tes bentuk tertulis, lisan dan perbuatan (praktik). Adapun penilaian dengan non tes dapat dilakukan dengan pengamatan, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk" Dalam rangka mendukung pelaksanaan penilaian yang bermakna dapat dilengkapi portofolio untuk masing-masing anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut: - Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. - Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. - Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 169
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan minimal, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. - Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. - Penilaian dapat dilakukan secara: Tes tertulis, lisan, unjuk kerja, penugasan, produk, kinerja, dan pengamatan. Bentuk instrumen penilaian dipilih sesuai dengan teknik/jenis penilaiannya. Beberapa contoh bentuk instrumen penilaian yang dapat dipilih sebagai berikut: -
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
No 1
2 3
4 5 6 7
Teknik/jenis Tes Tertulis
Tes Lisan Tes Perbuatan (Unjuk Kerja) Penugasan Observasi Wawancara Portofolio
Bentuk Instrumen Tes isian Tes uraian Tes Pilihan Ganda Menjodohkan Jawaban singkat Benar-Salah Dan lain-lain Daftar pertanyaan Tes identifikasi Tes Simulasi Uji petik kerja produk Uji petik kerja prosedur Tugas rumah Tugas proyek Lembar observasi Pedoman wawancara Dokumen pekerjaan, karya, prestasi siswa
Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar" Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Alokasi waktu termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 170
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh : Silabus untuk SMK Keahlian Administrasi Perkantoran Nama : SMK “X” Mata Pelajaran : Keadilan Administrasi Perkantoran Kelas/Semester : XI/1 Standar Kompetensi : Siswa SMK “X” Kelas XI Semester 1 Mampu Bekerja Dalam Satu Tim Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian bekerja dalam suatu tim
Materi Pokok Pengertian bekerja dalam satu tim
Kegiatan Pembelajaran 1. Menjelaskan arti bekerja 1. Mengamati manajemen1. dalam satu tim koperasi sekolah 2. Menjelaskan tujuan bekerja 2. Mendeskripsikan hasil dalam satu tim pengamatan 2. 3. Menyimpulkan manfaat bekerja dalam satu tim Indikator
Penilaian Portofolio laporan pengamatan Unjuk kerja diskusi kelompok
Alokasi Sumber/ Waktu Bahan/Alat 2 jam 1. Modul Bekerja pelajaran Sama dengan Pelanggan 2. Latar Koperasi
Mengetahui Kepala SMK “X”
Jakarta, …………………………. Guru Yang Bersangkutan
____________________
______________________
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 171
6.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Prosedur Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP terdiri dari: Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi Indikator pencapaian adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI. Kegiatan pembelajaran 1) Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 2) Inti Kegiatan inti merupakan pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elobarasi, dan konfirmasi. 3) Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 172
Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dalam penyusunan RPP prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah: Perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai tulisan. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 7. Desain Materi Pembelajaran Objek formal dalam teknologi pembelajaran adalah masalah belajar. Salah satu alternatif pemecahannya dalam definisi teknologi pendidikan menurut AECT (1977) menggunakan sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran yang lengkap. Artinya sumber belajar yang dipilih, dirancang dan atau dimanfaatkan tidak dapat terlepas dari silabus dan RPP yang telah Anda rancang. Guru perlu mempersiapkan sumber pustaka untuk mengembangkan materi pembelajarannya baik melalui perpustakaan maupun internet. Perangkat bahan ajar modul dan LKS ini disusun, sejalan dengan kondisi satuan pendidikan dari berbagai aspek yang berbeda, sehingga modul dan LKS harus disusun oleh guru. Pengembangan bahan ajar diarahkan untuk meningkatkan kualitas pemahaman diri siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa diarahkan kepada kemampuan belajar mandiri siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Di bawah ini akan dijelaskan pengembangan bahan ajar modul dan LKS. Untuk mempermudah Anda dalam mengikuti kegiatan belajar ini pelajari kembali komponen-komponen desain sistem pembelajaran. Sumber belajar bahan (perangkat lunak) modul dan LKS merupakan satu kesatuan dengan desain pembelajaran yang Anda kembangkan. Sebagai sistem pembelajaran, bahan ajar yang akan dikembangkan saling terkait dengan komponen lain dalam berproses mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Ketiadaan komponen sumber belajar bahan akan mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pengembangan sumber belajar bahan yang dirancang oleh guru terkait dengan pengolahan isi pelajaran dan aktivitas belajar siswa. Pengolahan isi pelajaran atau pengetahuan yang akan dipelajari siswa dapat dirancang dalam bentuk bahan ajar modul dan lembar kerja siswa (LKS). Bahan ajar adalah isi pelajaran dari suatu bidang ilmu yang disajikan dan dikemas dalam bentuk cetak atau non cetak. Bahan ajar seperti modul dan LKS yang sengaja dirancang sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, dilakukan melalui tahap perancangan dan tahap pengembangan materi. Tahap produksi evaluasi dapat dilakukan oleh pihak lain (tenaga Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 173
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
khusus). Tahap perancangan, guru harus menyusun garis besar isi modul dari jabaran isi modul/LKS. Sedangkan tahap pengembangan, guru harus mengimplementasikan jabaran isi modul/LKS sesuai sistematika penulisan dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan keakuratan disiplin ilmu pengetahuan, bahasa dan ilustrasi. a. Pengembangan Bahan Ajar Modul Modul dalam kawasan teknologi pembelajaran merupakan sumber belajar teknologi cetak. Sumber belajar ini berfungsi sebagai upaya interaksi peseta didik dengan modul sehingga dapat terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian siswa berinteraksi secara tidak langsung dengan guru melalui bahan ajar yang dikembangkan sehingga dapat membuat siswa belajar. Pengembangan modul berbeda dengan LKS dari aspek komponen, fisik dan gaya bahasa. Bahasa yang digunakan lebih komunikatif, seolah-olah guru hadir di kelas dan siswa memperhatikannya. Modul merupakan kelengkapan dari buku teks, karena digunakan untuk keperluan belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan belajarnya. Sebelum modul dikembangkan, guru perlu merancang terlebih dahulu garis besar isi modul. Garis besar isi modul dan jabaran isi modul merupakan acuan guru dalam mengembangkan isi modul. 1) Garis Besar Isi Modul dan Jabaran Isi Modul (GBIM dan JIM) Langkah pertama dari pengembangan modul, pola pikir Anda tidak boleh terlepas dari bagaimana Anda melakukan pengembangan tujuan pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran dan menentukan pengalaman belajar. Hal-hal yang sudah Anda lakukan pada kegiatan belajar 1 akan mempermudah penyusunan GBIM dan JIM. Garis Besar Isi Modul merupakan acuan isi materi yang akan dijabarkan dan disusun dalam bentuk matriks. Komponen-komponennya terdiri dari identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, metode, media, waktu, tes dan pustaka. Komponen-komponen ini dikembangkan tidak berbeda dengan silabus. Yang berbeda hanya pada bagian tes karena fungsi tes untuk menilai sejauh mana penguasaan siswa terhadap isi modul. Keterkaitan antara komponen harus diperhatikan. Langkah-langkah penyusunannya GBIM adalah sebagai berikut: 1) Menuliskan identitas mata pelajaran sama seperti dalam silabus 2) Mengidentifikasi standar kompetensi, dan kompetensi dasar dari standar isi 3) Menuliskan indikator berdasarkan analisis pembelajaran yang telah Anda lakukan, mulai dari indikator yang paling. 4) Menuliskan materi pokok dan sub materi pokok. 5) Menentukan metode dan media yang diperlukan untuk pengembangan isi pelajaran. 6) Menentukan alokasi waktu yang harus digunakan siswa dalam mempelajarinya. Selain itu harus diperhatikan tingkat kesulitan materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa. 7) Menentukan evaluasi yang akan dikembangkan (latihan dan tes formatif) 8) Menuliskan sumber pustaka untuk mengembangkan materi. Tujuh langkah GBIM tersebut dituliskan dalam bentuk matriks. Contoh: GARIS BESAR ISI MODUL (GBIM) Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1.
Indikator 1.1 1.2
: : : Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1 1.1 1.2
Metode
Media
Waktu
Tes Evaluasi
2 jam 1. Latiha pelaja ran 2. Tes fif
Sumber Pustaka 1. 2.n 3. 4. 5.
Berdasarkan GBIM, selanjutnya guru perlu membuat jabaran isi modul (JIM) dalam bentuk matriks. Pada JIM harus dituliskan uraian materi esensial dari tiap sub materi pokok dan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 174
butir-butir evaluasinya baik untuk latihan atau tes formatif. Selain itu nomor kegiatan belajar dan judul modul juga dilengkapi. Contoh: JABARAN ISI MODUL Mata Pelajaran : Kelas / Semester : Standar Kompetensi :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nomor Kegiatan Belajar 1
Judul Modul Bekerjasama dengan pelanggan
....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... Kompetensi Dasar Mampu bekerja sama dengan pelanggan
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. 1.1 1.2
Evaluasi (Butirbutir) Latihan :
Uraian (Materi Esensial) 1.1 1.2
Tes formatif 1:
2) Pengembangan Isi Modul Tahap pengembangan isi modul yang harus diperhatikan oleh guru adalah sistematika modul dan prinsip mengembangkan bagian-bagian modul (Sitepu, 2006, h. 110-116). Modul belajar mandiri terdiri atas tiga bagian utama. Bagian awal modul berisi pendahuluan, bagian inti berisi bahan pelajaran, dan bagian akhir modul berisi tes sumatif. a) Bagian Awal memberikan informasi umum tentang bahan pelajaran, kegunaan, tujuan pembelajaran umum, susunan dan keterkaitan antar judul modul bahan pendukung lainnya, dan petunjuk untuk mempelajari bahan pelajaran. b) Bagian Inti terdiri atas unit-unit pelajaran. Masing-masing unit terdiri atas pendahuluan, kegiatan belajar, dan daftar pustaka. Pendahuluan berisi cakupan materi (deskripsi singkat), tujuan pembelajaran khusus, perilaku/kemampuan awal, manfaat, dan urutan pokok bahasan secara logis, dan petunjuk belajar/cara mempelajari modul. Kegiatan belajar mencakup uraian bahan pelajaran, contoh-contoh, latihan, rangkuman, tes formarif dan kunci jawaban. Daftar pustaka berisi daftar sumber dan bacaan yang dapat dipergunakan pemelajar untuk memperkaya isi pokok bahasan. c) Bagian Akhir berisi penutup modul, tes sumatif, glosarium, dan lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul. Bahan belajar mandiri dikembangkan dengan prinsip bahwa i bahan pelajaran itu: 1. memberikan tuntunan, 2. membangkitkan motivasi belajar, 3. menimbulkan rasa ingin tahu, 4. memacu, 5. mengingatkan, 6. menanyakan, 7. memberikan umpan balik, 8. mengevaluasi hasil dan kemajuan belajar, 9. memberikan bantuan remedial, dan 10. memberikan pengayaan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 175
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Bagian Awal Penyusunan dan pengembangan bagian awal dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Memberikan penjelasan umum tentang isi bahan pelajaran secara keseluruhan sehingga memberikan gambaran tentang hal-hal yang akan dipelajari serta kedalaman dan keluasan bahasannya. Apabila diperlukan, disebutkan perilaku/pengetahuan awal yang perlu dimiliki pemelajar sebelum mempelajari bahan pelajaran itu. Menyebutkan manfaat bahan pelajaran itu bagi pemelajar. Manfaat yang dimaksud termasuk untuk belajar lebih lanjut dan/atau dalam melakukan tugas profesional atau dalam kehidupan sehari-hari. Menguraikan tujuan umum bahan pelajaran secara jelas yang menggambarkan kompetensi yang akan diperoleh. Menggambarkan peta konsep bahan pelajaran secara lengkap sehingga terlihat hubungan antar konsep. Memberikan petunjuk dan langkah-langkah yang operasional bagaimana cara menggunakan dan mempelajari bahan pelajaran itu sehingga membantu dan memudahkan pemelajar mempelajari dan menguasai bahan pelajaran itu. Dalam petunjuk ini hendaknya pula diberitahu bagaimana cara mengerjakan tugas, latihan, dan tes serta cara menggunakan kunci jawaban yang disediakan. Oleh karena bagian awal ini merupakan pembukaan kegiatan belajar, maka dalam menyusun dan mengembangkan isi bahan awal ini hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. Disusun secara sistematis dan mudah dipahami. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pemelajar. Enak dibaca dan menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin membacanya lebih lanjut. b) Bagian Inti Bagian inti disusun dalam bentuk unit-unit pelajaran yang masing-masing berdiri sendiri. Masing-masing unit diberi judul dan terdiri atas pendahuluan, kegiatan belajar dan daftar pustaka. 1) Pendahuluan Pendahuluan disusun dengan cara berikut. Menyebutkan cakupan bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan. Cakupan itu meliputi materi pokok, teori, dan konsep yang akan dipelajari. Menjelaskan hubungan antara bahan pelajaran yang bersangkutan dengan bahan pelajaran pada unit sebelumnya Menyebutkan manfaat mempelajari dan menguasai bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan. Menyebutkan secara operasional dan terukur kompetensi yang akan diperoleh dengan mempelajari bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan. Kompetensi yang dimaksud dinyatakan dalam rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK/TIK) yang memuat unsur sasaran (audience), perilaku (behavior), kondisi (condition), dan tingkatan (degree) Bila perlu, menyebutkan kemampuan/perilaku awal yang perlu dimiliki pembelajar sebelum mempelajari unit tertentu. Menjelaskan cara mempelajari bahan pelajaran termasuk cara menggunakan media yang melengkapi (kalau ada) dan sumber-sumber belajar lain yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan penguasaan pemelajar atas bahan pelajaran. 2) Kegiatan belajar. Kegiatan belajar memuat uraian yang merupakan bahan pelajaran untuk unit yang bersangkutan. Kegiatan belajar ini disajikan dalam bentuk uraian, contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban. Uraian bahan pelajaran dilakukan dengan cara berikut. Menguraikan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus (TPK). Menyusun urutan konsep-konsep dan teori-teori secara sistematis, mudah dipahami, serta sesuai dengan teori belajar dan membelajarkan. Memperjelas konsep-konsep dengan teori-teori, contoh-contoh dan/atau ilustrasi seperti gambar, grafik, atau tabel. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 176
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dalam menyusun dan mengembangkan bahan kegiatan belajar hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. Strategi, metode, dan teknik pembelajaran memperhatikan karakteristik pemelajar serta karakteristik bahan pelajaran. Teknik penyajian informasi dalam bentuk naratif, deskriptif, eksposisi, dedukatif, induktif, ekplanasi, atau argumentasi bergantung pada tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bahan pelajaran. Organisasi bahan pelajaran dibuat dengan ukuran dan susunan yang sistematis dan logis sehingga memudahkan pemelajar melihat kaitan antar bab dengan subbab, dan paragraf secara jelas. Uraian menumbuhkan atau meningkatkan motivasi pemelajar untuk berpikir dan berbuat. Susunan dan penempatan naskah dan ilustrasi dibuat sedemikian rupa sehingga informasi mudah dipahami dan menarik dipelajari. Ilustrasi ditempatkan sedekat mungkin dengan konsep yang dijelaskan. Isi uraian, contoh, dan ilustrasi tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut pemelajar atau lingkungan tempat belajar serta dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Untuk memantapkan pemahaman dan penguasaan pemelajar atas konsep yang sedang dipelajari, perlu diberikan latihan yang sesuai dalam bentuk soal, tugas, eksperimen, dan lain-lain. Latihan yang diberikan relevan dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajari serta sesuai dengan kemampuan pemelajar dan menantang pemelajar berpikir dan berbuat kritis. Latihan dapat diberikan di tengah atau pada akhir uraian suatu pokok bahasan. Untuk memudahkan siswa mengingat, setiap unit bahan pelajaran diakhiri dengan rangkuman yang berisikan inti bahan pelajaran itu serta terkait dengan TPK yang disebutkan pada awal unit. Rangkuman berfungsi untuk menyimpulkan dan memantapkan pengalaman dan perolehan hasil belajar. Rangkuman disusun secara ringkas, berurutan, mudah dipahami, dan bersifat menyimpulkan. Rangkuman diletakkan sebelum tes formatif. Menggunakan bahasa yang komunikatif dan menarik. 3) Tes formatif Tes formatif diberikan pada akhir setiap unit atau pokok bahasan dengan tujuan untuk mengukur Penguasaan pemelajar atas bahan pelajaran pada unit atau pokok bahasan tertentu dengan mengacu pada TPK yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif i dijadikan sebagai dasar untuk langkah belajar lebih lanjut, apakah dapat diteruskan ke unit atau pokok bahasan berikutnya atau memerlukan remedial. Tes formatif biasanya menggunakan tes objektif yang jawabannya adalah tunggal dan tidak mungkin bervariasi. Penggunaan jenis tes ini akan memudahkan pemelajar untuk memeriksa kebenaran jawabannya dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Dalam menyusun butir soal tes objektif, secara umum perlu diperhatikan berikut. Butir tes mengukur TPK yang sudah ditetapkan. Butir tes hendaknya disusun secara jelas, tepat, dan menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar Butir soal dirumuskan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan pemahaman Pemelajar. Hendaknya dihindari penggunaan struktur bahasa yang terlalu mudah atau terlalu sulit. Semua informasi yang diperlukan untuk memilih jawaban yang benar seharusnya tersedia dalam butir soal dan menghilangkan kata-kata dan frase yang tidak berfungsi. Budi soal yang diangkat langsung dari bahan pelajaran hanya akan mengukur kemampuan menghafal dan bukan pemahaman. Butir soal yang membantu atau mempersulit menjawab soal berikutnya hendaknya dihindari. Yang dimaksud dengan membantu ialah butir soal yang memberikan arah untuk jawaban butir soal yang berikutnya. yang dimaksud dengan mempersulit ialah butir soal yang tidak dapat dijawab tanpa dapat menjawab soal yang sebelumnya dengan benar.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 177
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tes objektif dapat disusun dalam 4 bentuk tes, yaitu (1) jawaban singkat, (2) padanan/penjodohan, (3) pilihan benar-salah, dan (4) pilihan ganda. (1) Jawaban Singkat Tes dalam bentuk ini meminta pemelajar mengisi ruang yang dikosongkan dalam suatu Pernyataan, dengan kata atau frase yang benar atau memberikan jawaban yang singkat terhadap suatu pertanyaan. Dalam menysusun butir soal ini perlu diperhatikan: Butir soal hendaknya untuk melengkapi pernyataan. Hindari membuat lebih dari dua tempat kosong untuk dilengkapi dalam satu pernyataan sehingga maknanya secara keseluruhan tidak jelas. Jika menggunakan pernyataan yang tidak lengkap, hendaknya tempat yang dikosongkan berada pada akhir pernyataan. (2) Padanan/Penjodohan Padanan/penjodohan adalah bentuk tes yang meminta pemelajar memilih padanan/atau jodoh yang sesuai dengan soal/stimulus yang diberikan. Bentuk tes seperti ini dapat mencakup bahan pelajaran lebih efisien dibandingkan dengan pilihan ganda. Dalam menyusul butir soal dalam bentuk tes ini perlu diperhatikan ha-hal berikut. Soal/stimulus dan padanannya/jodohnya disusun dalam kolom terpisah. Soal/stimulus disusun dalam kolom sebelah kiri dan padanannya/jodohnya pada kolom sebelah kanan. Butir soal/stimulus diberi nomor secara berurut dengan menggunakan angka, sedangkan butir padanan/jodoh diberi nomor secara berurut dengan menggunakan huruf. (3) Benar-salah Benar-salah adalah bentuk tes yang meminta pemelajar menentukan benar atau salah atas suatu pernyataan yang diberikan. Di samping banyak dikritik karena dianggap hanya mengukur kemampuan hafalan dan jawabannya dapat diberikan dengan cara menebak, bentuk soal ini dipertahankan oleh banyak ahli. Bentuk tes ini tetap dianggap efektif dan efisien untuk mengukur berbagai jenis kemampuan apabila disusun secara cermat dan tepat. Dalam menyusun butir soal benar-salah perlu diperhatikan hal-hal berikut. 1) Setiap pernyataan mengandung konsep atau masalah-masalah yang penting. 2) Pernyataan disusun relatif singkat. 3) Pernyataan dalam bentuk kalimat negatif khususnya negatif ganda perlu dihindarkan. 4) Pernyataan yang membingungkan dan mengecohkan dihindarkan. 5) Kata-kata penjurus yang mengarahkan jawaban pada salah satu pilihan tidak digunakan. 6) untuk pernyataan yang bersifat pendapat seseorang, hendaknya dikutip sesuai dengan aslinya atau yang resmi. 7) Panjang pernyataan dibuat relatif sama antara pernyataan yang menghendaki jawaban benar dan salah. 8) Jumlah pernyataan dibuat sama antara pernyataan yang menghendaki jawaban benar dan salah. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir soal pilihan ganda antara lain ialah sebagai berikut. (a) Butir soal dapat dibuat dalam bentuk penanyaan atau kalimat penggalan (pernyataan yang tidak lengkap). (b) Bila yang dipergunakan adalah kalimat penggalan, maka pilihan ganda diletakkan pada akhir penggalan. (c) Soal dibuat secara singkat dan jelas dengan memperhatikan tingkat kemampuan membaca pemelajar. (d) Dihindari membuat soal dengan mengutip langsung dari teks bahan pelajaran. (e) Soal dirumuskan dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang benar. (f) Jumlah pilihan untuk setiap butir soal adalah empat atau lima, tetapi untuk pemelajar pemula sebaiknya hanya tiga pilihan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 178
(g) Jumlah kata atau panjang pilihan dibuat sama atau hampir sama. (h) Semua pilihan terkait dengan isi kalimat penggalan yang mendahuluinya (i) Sedapat mungkin dihindari kalimat dalam bentuk negatif. Tes formatif dilengkapi dengan kunci jawaban yang dapat ditempatkan pada halaman khusus/tersendiri. Pada awal unit hendaknya sudah diberitahukan kepada pemelajar cara mengerjakan tes formatif, cara menggunakan kunci jawabannya, serta cara menghitung skor hasilnya. 4) Daftar Pustaka Pada akhir unit diberikan daftar pustaka sebagai bacaan lebih lanjut untuk memperkaya pengalaman belajar pemelajar. Dalam membuat daftar pustaka tersebut hendaknya diperhatikan kemungkinan pemelajar dapat memperoleh bahan bacaan tersebut. Hendaknya diperioritaskan bahan bacaan yang mungkin dapat diperoleh pemelajar di perpustakaan, toko buku, atau tempat lain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c) Bagian Akhir Bagian akhir modul terdiri atas Penutup Tes sumatif Kunci jawaban tes formatif dan tes sumatif Glosarium Lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul Pada bahan belajar mandiri untuk SMU yang dikembangkan Pustekom bekerjasama dengan Depdiknas (2002) bahwa modul terbagi atas: 1) Petunjuk guru, yang terdiri dari: Gambaran umum modul, yang berisi tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi, dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Peran guru dalam membantu siswa menguasai materi pembelajaran, berisi strategi pembelajaran, bantuan khusus, petunjuk untuk pemanfaatan media yang lain, dan pengayaan untuk siswa. Evaluasi, berisi tugas guru dalam mengevaluasi dan strategi evaluasi. Refernesi Kunci jawaban tes akhir modul Tes akhir modul 2) Kegiatan siswa, yang terdiri dari: Pendahuluan, yang berisi gambaran singkat tentang materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, petunjuk atau cara mempelajari modul bagi siswa, kegunaannya, serta waktu untuk mempelajari modul. Kegiatan belajar, yang berisi tujuan pembelajaran khusus, uraian materi, dan tugas. Penutup, yang berisi rangkuman, tidak lanjut, kunci jawaban tugas, daftar istilah, dan daftar pustaka. Contoh: Pengembangan isi modul dari penulis Sri Endang R. dan Sri Mulyani untuk SMK tampak pada daftar isi berikut. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PETA KEDUDUKAN MODUL GLOSARIUM
v vi viii ix
I. PENDAHULUAN A. Deskripsi Umum B. Prasyarat C. Petunjuk Penggunaan Modul D. tujuan Akhir Pemelajaran E. Standar Kompetensi dan Cek Kemampuan
1 2 2 2 3 4
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 179
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
II. PEMELAJARAN Kegiatan Belajar 3: Memelihara Standar Presentasi Pribadi A. Pentingnya Grooming dalam Penampilan Prima B. Kekuatan Kepribadian C. Etika, Moral, dan Etiket (Tata Krama) D. Bahasa Tubuh E. Komunikasi Nonverbal F. Jamuan Bisnis dan Tabel Manner Tes Formatif Aktivitas Skala Sikap
7 8 8 17 26 30 32 37 52 57 65
Kegiatan Belajar 4: Bekerja dalam Satu Tim A. Pengertian Bekerja dalam Satu Tim B. Prinsip-prinsip Bekerja dalam Satu Tim C. Tujuan Bekerja dalam Satu Tim D. Manfaat Bekerja dalam Satu Tim E. Tugas dan Tanggung Jawab dalam Tim F. Tahapan Perkembangan Tim G. Karakter Budaya Kerja dalam Tim H. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Masing-masing Tim I. Hubungan Internal Vertikal-Horizontal J. Arti dan Manfaat Hubungan Antarpribadi (Interpersonal
66 66 67 69 70 71 73 75 78 80
Relationship)
K. Pengembangan Profesional Kerja Tes Formatif Aktivitas Skala Sikap III. EVALUASI A. Uji Kompetensi Teori B. Uji Kompetensi Keterampilan DAFTAR PUSTAKA INDEKS
82 83 88 93 96 104 105 105 106
b. Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS telah banyak dibuat oleh guru dan dimanfaatkan di sekolah. Guru telah mampu membuat sesuai dengan kebutuhan. Komponen dalam LKS berbeda yang dikembangkan oleh guru baik yang digunakan di sekolah atau yang tersedia di pasaran. Penyusunan LKS harus melalui tahap perancangan dan pengembangan isi. Di dalam kedua tahapan tersebut yang harus diperhatikan guru, pengalaman belajar dan tagihan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan demikian guru harus memperhatikan komponen tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran (kegiatan belajar serta evaluasi dari desain silabus dan RPP yang telah dibuat. Perangkat RPP lebih bersifat operasional karena LKS dapat digunakan untuk mengimplementasikan kegiatan pembelajaran (inti: elaborasi) dan tagihan (evaluasi hasil belajar) dalam bentuk unjuk kerja. LKS sebagai sumber belajar dapat dirancang dengan berdiri sendiri dan atau terintegrasi dengan modul (bahan ajar lainnya). LKS disajikan dalam bentuk cetak dan fungsinya sebagai sarana siswa dalam menyelesaikan tugas seperti praktikum latihan soal dan lain-lain. LKS adalah sejenis bahan ajar cetak yang sengaja dirancang untuk membimbing para siswa belajar sehingga dapat menunjang proses pembelajarannya. LKS disusun secara sistematis dan disajikan dapat berbentuk lembaran atau buku. LKS dapat memuat isi pelajaran dengan ragam pengetahuan dan berfungsi sebagai panduan kegiatan belajar teori dan praktek sehingga hasil belajarnya meningkat. Prinsip-prinsip penulisan LKS yang baik menurut Gray yang dikutip oleh Tarigan (1989, h. 43-44) adalah: Membuat setiap materi dan latihan sesuai dengan program instruksional setiap kelas atau tingkatan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 180
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Menyediakan tipe-tipe latihan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan minat para siswa. Jangan membiarkan menjadi tujuan akhir, akan tetapi menjadikan praktek atau latihanlatihan menjadi suatu sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berupaya agar para siswa pemakai LKS mudah memahami dan menguasai apa, bagaimana, dan mengapa mereka harus melakukan setiap hal yang mereka kerjakan. LKS seperti halnya modul harus dirancang dengan terlebih dahulu menyusun garis besar isi LKS. Garis besar isi LKS berisi komponen identitas mata pelajaran dan komponen pengembangan dan komponen pengembangan yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, pengalaman belajar, metode, media, waktu dan evaluasi. Forma GBI LKS berbentuk matriks, begitu juga jabaran isinya. Selanjutnya dalam tahap pengembangan isi LKS disesuaikan dengan pengalaman belajar siswa. Prinsip keakuratan ilmu pengetahuan, bahasa damn ilustrasi harus diperhatikan oleh guru. Demikian pula desain sistem pembelajaran yang telah disusunnya. Untuk tahap produksi dan evaluasi dapat dilakukan pihak lain (tenaga khusus). 1) Garis Besar Isi LKS (GBI LKS) dan Jabatan Isi LKS (JI LKS) Langkah penyusunannya sama seperti modul, hanya terdapat langkah menentukan pengalaman belajar sesuai dengan analisis tugas yang harus dilakukan siswa pada kegiatan inti dan bentuk evaluasinya. Tugas dan tagihan siswa dapat menentukan isi LKS.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 181
Contoh : GBI LKS
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1.
: .......................................................................................................... : .......................................................................................................... : .........................................................................................................
Indikator
1.1
Materi Pokok dan Sub Materi 1. 1.1
Pengalaman Belajar Mengamati ciri-ciri makhluk hidup di lingkungan sekolah
Metode Penugasan
Media LKS
Waktu 30 menit
Evaluasi
Sumber Pustaka
Laporan pengamatan
1.2 1.2 Berdasarkan GBI LKS kemudian disusun jabaran isi LKS dengan menguraikan isi dari komponen pengalaman belajar dan evaluasi. Format JI LKS disusun dalam bentuk matriks. Komponen yang dikembangkan identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar (uraian) dan evaluasi (uraian). Anda dapat memeriksa kembali perangkat pembelajaran RPP yang telah Anda buat. Contoh : JI LKS Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No. LKS 1.
: .......................................................................................................... : .......................................................................................................... : .........................................................................................................
Judul LKS
Kompetensi Dasar
Observasi ciri-ciri makhluk hidup
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Pengalaman Belajar Mengamati ciri-ciri makhluk hidup di lingkungan sekolah.
Uraian - Bahan, Alat - Prosedur kerja
Evaluasi
Uraian
Laporan - Judul Pengamatan - Proses Pengamatan - Hasil Pengamatan - Kesimpulan
P a g e | 182
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Pengembangan Isi LKS Isi LKS dapat berbentuk tugas pengamatan, tugas memeriksa mesin, atau job sheet, tugas praktikum, tugas melakukan percobaan, tugas pendalaman pemahaman prinsip dan lain-lain. Sistematika penyajiannya sama seperti modul terdiri dari tiga bagian yaitu awal, inti dan akhir. Karena tujuan pengembangan isi modul berbeda, maka tiap bagian dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan GBI LKS dan JBI LKS. Dengan demikian LKS disusun dalam bentuk unit-unit kecil yang berdiri sendiri agar mudah dipelajari. Tahap pengembangan isi LKS dengan mengadopsi teori Sitepu, tentang sistematika modul, maka sistematik LKS adalah: Bagian awal identitas LKS, berisi judul LKS, standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bagian inti LKS terdiri dari : a) Pendahuluan berisi rangkuman materi, petunjuk belajar menyelesaikan tugas atau latihan. b) Kegiatan belajar berisi tugas/latihan yang harus dikerjakan siswa. c) Daftar pustaka berisi sumber dan bacaan yang dipergunakan. Bagian akhir berisi penutup LKS LKS seperti tagihan yang terkait dengan isi tugas, lampiran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi LKS (Suryadi, 2000, h. 21-22) yaitu: o Penyajian menekankan kebermaknaan dan manfaat bagi siswa. Kebermaknaan dan manfaat konsep pada suatu mata pelajaran akan senantiasa mengingatkan siswa kepada konsep yang telah ia pelajari sebelumnya saat siswa diperhadapkan pada suatu masalah. Hal ini dapat dimunculkan melalui penyajian dengan menggunakan konteks yang dekat dengan lingkungan siswa. o Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi diri. Pada bagian evaluasi diri siswa dapat mengukur sendiri kemampuannya sehingga siswa dapat mengetahui kemajuan yang telah ia lakukan. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya soal-soal latihan yang menguji pemahaman siswa secara menyeluruh sesuai dengan materi yang dibahas. o Penyajian dapat dipahami siswa. Penyajian secara psikologi dapat dipahami oleh siswa berdasarkan pada penggunaan ilustrasi atau gambar, grafik atau diagram yang jelas. o Penyajian mencerminkan alur berpikir logis. Hal ini dapat dilihat dari penyajian secara runtut. Misalnya penyajian materi dimulai dari yang mudah menuju ke yang sulit. o Penyajian menarik perhatian siswa. Hal ini dapat dilihat melalui penyajian soal-soal berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dan dengan masalah kontekstual atau pengalaman sehari-hari siswa. Contoh : Rancangan LKS Observasi Bagian Awal Judul LKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bagian Inti
Pendahuluan
:
Kegiatan belajar :
Rangkuman Materi Petunjuk belajar Alat dan bahan Cara kerja
Pengamatan 1. ………………….. 2. …………………… Penutup : Daftar Pustaka Bagian Akhir : Laporan 1. Proses Pengamatan 2. Hasil Pengamatan 3. Kesimpulan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 183
Contoh : Kegiatan belajar dalam LKS Tulislah cerpen yang akan kamu kembangkan pada halaman ini, Menulislah dengan gaya bahasamu. Ingat! Gaya bahasamu adalah apa yang kamu tulis.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... Jika LKS dikembangkan dalam bentuk buku biasanya terintegrasi dengan buku pelajaran dan disebut buku kerja. Di lapangan, buku kerja pada bagian inti berisi tugas-tugas dan bagian akhir berisi evaluasi seperti tes formatif 1. Kreativitas pengembangan isi LKS oleh guru harus ditingkatkan dengan tetap memperhatikan kesesuaian dengan kurikulum (Silabus dan RPP). Contoh: Lembar kerja siswa untuk menunjang tugas latihan akan pemahaman materi dengan ragam pengalaman prinsip matematika (sumber skripsi mahasiswa Teknologi Pendidikan). Sebagian prototipe bagian awal dan bagian inti dari LKS. Bahasa untuk bahan ajar LKS lebih formal.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 184
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 185
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 186
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 187
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. Pemanfaatan dan Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran dalam teknologi pendidikan merupakan bagian dari sumber belajar yang digolongkan kedalam bahan dan alat. Media pembelajaran merupakan saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan dari sumber peran kepada penerima peran. Dalam hal ini dapat dicontohkan guru sebagai sumber pesan menyampaikan materi pembelajaran (peran) dengan media power point kepada penerima pesan (siswa). Berdasarkan ilustrasi tersebut, media merupakan saluran komunikasi pembelajaran. Media pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso (2004, h. 458=460) didefinisikan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang di sengaja, bertujuan dan terkendali. Sedangkan kegunaan dari media pembelajaran (Yisifhadi Miarso, 2004, h. 458-460) adalah: Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat berfungsi optimal. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Melampaui batas ruang kelas. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya. Menghasilkan keseragaman pengamatan Membangkitkan keinginan dan minat baru Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkrit maupun abstrak. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar) Meningkatkan kemampuan ekspresi dan siswa. Berdasarkan definisi dan kegunaan media pembelajaran di atas, maka guru di dalam perangkat pembelajarannya selain silabus, RPP, bahan ajar juga dilengkapi dengan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dirancang sendiri oleh guru atau memanfaatkan dari media yang telah tersedia. Perangkat pembelajaran media pembelajaran merupakan sub sistem dari sistem pembelajaran di kelas yang Anda bina. Jika sub sistem media tidak disediakan maka akan terdapat kesenjangan dalam mencapai tujuan pembelajaran seperti perbedaan persepsi terhadap materi pembelajaran. Dampaknya hasil belajar siswa tidak optimal. Media pembelajaran dapat dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat dimanfaatkan di dalam kelas atau di luar kelas sesuai kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. 1. Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran pada perkembangan sekarang ini sangat beragam. Ada media penyaji, media objek dan media interaktif. Media penyaji yaitu media yang mampu menyajikan informasi. Misal gambar, poster, foto (yang digunakan sebagai alat peraga), transparansi, radio, telepon, film, video, televisi, multimedia (kit). Media objek yaitu media yang mengandung informasi seperti realia, replika, modul, benda tiruan. Media interaktif yaitu media yang memungkinkan untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Misal scrabble, puzzle, simulator, laboratorium, atau komputer. Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, maka guru perlu mempelajari klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan media seperti tabel berikut. Tabel Pemilihan media menurut tujuan belajar, menurut Allen Tujuan Belajar Media Visual diam Film Televisi Objek 3-D Rekaman Audio Pelajaran Terprogram Demonstrasi Buku teks cetak Sajikan lisan
Info Faktual Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang
Pengenalan Visual Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Sedang
Prinsip Konsep Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang
Rendah Sedang Sedang
Sedang Rendah Rendah
Sedang Rendah Sedang
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah
Keteram pilan Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah
Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang
Sedang Rendah Rendah
Sedang Rendah Rendah
Sedang Sedang Sedang
Prosedur
Sikap
P a g e | 188
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Klasifikasi media ini penting dipertimbangkan karena tidak ada satu jenis media yang terbaik untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan. Antara satu media dengan media lainnya saling melengkapi. Selain taksonomi media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, kriteria dalam memilih media juga harus diperhatikan. Kriteria tersebut adalah: Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tepat untuk mendukung materi pembelajaran Praktis, luwes dan tahan lama Guru terampil menggunakannya Jumlah peserta didik Mutu teknis media pembelajaran seperti ketersediaan energi listrik, cahaya di dalam ruangan. Guru diharapkan tidak memilih media karena suka dengan media tersebut. D I samping itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta didik kita dalam proses belajar. Jadi, pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan peserta didik belajar, serta yang menarik dan disukai peserta didik. Menurut Bates (1995), pemilihan media berbasis teknologi komputer antara lain akses, biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan penggunaan, pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan. Pertimbangan mengenai akses pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana peserta didik memiliki akses terhadap media yang akan digunakan dalam mempelajari paket bahan ajarnya? Pertimbangan biaya berlaku bagi sekolah maupun peserta didik, yaitu seberapa mahal/murah media yang dipilih untuk digunakan oleh sekolah dan peserta didik sebagai paket bahan ajar (biaya produksi atau pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya beli untuk peserta didik). Pertimbangan pedagogis merupakan pertimbangan yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik materi keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari peserta didik. Pertimbangan interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran, dan sejauh mana media tersebut mempermudah peserta didik dalam belajar? Pertimbangan mengenai organisasi merupakan pertimbangan manajerial meliputi pengelolaan media dalam proses pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran (penyimpanan, dll). Pertimbangan novelty berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan atau kesukaran beradaptasi serta siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang kecepatan suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu media menyampaikan informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada didik. Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik, sehingga dapat membantu proses belajar peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, ragam media yang digunakan harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang bijaksana. Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi: 1) Media cetak a. Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau buku pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri. b. Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk mendampingi buku pelajaran. c. Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran yang di susun sendiri. d. Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur, pamphlet, yang diperlukan untuk memperjelas konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam bahan ajar. e. Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk memandu peserta didik melakukan latihan, tugas, praktek, praktikum, dan digunakan untuk melengkapi buku pelajaran.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 189
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Media audio/visual a. Kaset audio/CD audio b. Siaran radio (radio broadcasts) c. Slide (film bingkai) d. Film e. Kaset video/CD video f. Tayangan TV (TV broadcasts) g. Video interaktif h. Pembelajaran berbantuan komputer (simulasi, Computer Assisted Instruction) 3) Media Praktek/Demonstrasi a. Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realita b. Laboratorium dan peralatannya c. Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik dari material atau barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah d. Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll) e. Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah, kolam, kandang ternak, dll). f. Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan Herbarium buatan peserta didik. g. Pasar h. Museum 4) Media lainnya a. Game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles untuk mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang kali-bagi, flashcard, permainan memori, monopoli, atau game dalam bentuk program komputer, dan lainlain b. Game atau perangkat permainan yang dibuat sendiri oleh instruktur dan atau peserta didik. c. Kit sains, kit seni, dan lain-lain. Sedangkan menurut Heinich, dkk (1982) pemilihan media dilakukan setelah langkah perumusan tujuan pembelajaran, sesuai dengan model perencanaan penggunaan media pembelajaran (ASSURE) artinya media dapat dirancang sendiri oleh guru, dapat memanfaatkan yang tersendiri atau modifikasi keduanya. Guru dalam memanfaatkan pembelajaran dapat memilih media jadi (yang tersedia) dan atau media yang dirancang. Jika memanfaatkan media yang dirancang maka komponen dari media tersebut harus mengandung tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi. Misal merancang lembar balik Presiden Republik Indonesia dengan urutan: Guru dalam merancang media pembelajaran flipchart, harus memperhatikan jumlah peserta didik, biaya, ukuran tulisan, ukuran gambar, warna dan lain-lain. Untuk menghemat biaya dapat digunakan bagian belakang kalender yang sudah tidak dimanfaatkan (ukuran 60 x 40 cm). 2. Pemanfaatan Media Pembelajaran Pemanfaatan media pembelajaran identik dengan penggunaan media pembelajaran. Menurut Heinich (1983), pemanfaatan merupakan satu komponen dari model sistem pembelajarannya yang disebut utilisasi. Utilisasi (pemanfaatan) merupakan satu tugas pembelajaran (guru) dalam membantu mempermudah siswa belajar. Seels dan Richey (2002, h. 50) dalam buku Teknologi Pembelajaran mendefinisikan pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Berdasarkan definisi tersebut, maka pemanfaatan merupakan aktivitas menggunakan serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil belajar dan segala sesuatu yang mendukung terjadinya belajar (seperti: sistem pelayanan, bahan pembelajaran dan lingkungan). AECT (Association for Educational Communication and Technology) mengungkapkan pendapat serupa dimana fungsi pemanfaatan adalah mengusahakan agar pembelajar dapat berinteraksi dengan sumber belajar atau komponen pembelajaran. Fungsi ini penting karena memperjelas hubungan pemelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran (Yusufhadi Miarso, 1986, h. 194). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 190
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Fungsi pemanfaatan merupakan fungsi yang cukup penting karena memperjelas hubungan pemelajar dan sistem pembelajaran. Pemelajar akan menggunakan suatu sumber belajar jika ia mengetahui bahwa dengan menggunakan sumber belajar tersebut ia akan memperoleh keuntungan dalam proses pembelajarannya. Menurut Sadiman dkk (1993, h. 189-190) ada dua pola dalam memanfaatkan media yaitu: Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya dipadukan dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini dibagi menjadi dua kelompok utama. - Pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan masing-masing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam pemanfaatan secara bebas, kontrol atau kendali berada pada individual, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhannya. - Pemanfaatan secara terkontrol, ialah bahwa media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah dalam menggunakannya, yaitu: Persiapan sebelum menggunakan media Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan dapat berupa mempelajari petunjuk penggunaan, mempersiapkan peralatan, serta menetapkan tujuan yang akan dicapai. Kegiatan selama menggunakan media Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang digunakan. Kegiatan tindak lanjut Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan. Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan pola pemanfaatan. Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini. 1. Tahap persiapan a. Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pembelajaran, misal untuk menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, dengan sasaran guru di sekolah. b. Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power point yang telah disusun (misal power point terlampir). c. Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebelum pelaksanaan pelatihan. 2. Tahap pelaksanaan a. Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan waktu tersedia b. Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan sesuai dengan prosedur pembelajaran. 3. Tindak lanjut a. Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan. b. Kepala sekolah memberikan umpan balik. Contoh: 1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala sekolah tidak boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointer yang ditunjukkan pada layar. 2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap menjaga kontak mata antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 191
‘
Latihan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Instruktur Siswa Instruktur Siswa Instruktur Siswa Instruktur
: : : : : : :
Siswa Instruktur
: :
Siswa Instruktur
: :
Siswa
:
Selamat pagi, dll Selamat pagi, dll Apakah saudara / anda cerdas ? Kami cerdas Seberapa cerdas ? Sangat cerdas ? Bagaimana saudara/anda memperlakukan diri sendiri Hormat, santun, dll. Bagaimana saudara/anda memperlakukan instruktur? Hormat Apa yang hendak saudara/anda berikan dengan mengikuti diklat ini? 100 persen Menerapkan ‘DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter, Mark Readon, dan Sarah Singer Nourie (2002). Quantum teaching (Terjemahan). Bandung: Kaifa Made Wena (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sutanto Windura (2008). Panduan Praktis Learn How to Learn Sesuai Cara Kerja Otak. Jakarta : PT. Gramedia. Contoh lain agar pemanfaatan siaran langsung pendidikan di sekolah mengikuti langkahlangkah sebagai berikut, yaitu. persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut a. Persiapan sebelum menggunakan media Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, perlu dibuat persiapan yang baik pula. Terlebih dahulu guru dan siswa mempelajari buku petunjuk yang telah disediakan. Bila pada petunjuk disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lain yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sebaiknya hal tersebut dilakukan karena akan memudahkan para pengguna dalam belajar menggunakan media. Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media itu juga perlu disiapkan sebelumnya, sehingga pada saat menggunakannya nanti, tidak akan terganggu pada hal-hal yang mengurangi kelancaran penggunaan media itu. b. Pelaksanaan selama menggunakan media Dalam penggunaan media hal yang perlu diperhatikan adalah suasana ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi harus dihindarkan. Bila kita menulis atau membuat gambar atau membuat catatan singkat, usahakan hal tersebut tidak mengganggu konsentrasi. Jangan sampai perhatian banyak tercurah pada apa yang tertulis sehingga tidak dapat memperhatikan sajian media yang sedang berjalan. c. Kegiatan tindak lanjut Maksud kegiatan tindak lanjut adalah untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai untuk memantapkan pemahaman terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan soal tes yang akan dikerjakan dengan segera sebelum siswa lupa isi materi itu.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 192
Contoh:
Jadwal Mata Pelajaran
Silabus dan RPP
Mempelajari buku petunjuk
Jadwal Siaran Televisi Pendidikan
Mengikuti Siaran Televisi Pendidikan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Memperhatika n mencatat
Menanggapi Bertanya Latihan
T E S
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam memanfaatkan media pembelajaran adalah kebutuhan siswa. Jika siswa berkebutuhan khusus (misal tuna netra) maka guru mempersiapkan media pembelajaran audio karena gaya belajar cenderung auditif. Siswa diberitahukan untuk terlibat atau berpartisipasi aktif dengan media pembelajaran. Guru perlu memberikan umpan balik dan penguatan agar pembelajaran bermakna. E. Penyusunan Perangkat Penilaian Penyusunan perangkat penilaian yang dibuat oleh guru tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dirancang dalam format silabus dan RPP. Pada unit kegiatan belajar 1 telah diuraikan bagaimana mengembangkan evaluasi hasil belajar di dalam sistem pembelajaran. Artinya perangkat penilaian yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Perangkat penilaian dalam satu kesatuan desain sistem pembelajaran akan menghasilkan alat penilaian tes dan non tes yang dilengkapi petunjuk pelaksanaan, sehingga akan memudahkan proses pengukuran yang dilakukan oleh guru. Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi (tujuan pembelajaran) peserta didik. Penilaian ini dilakukan secara konsisten dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu penilaian dilakukan secara sistematik yaitu menggunakan langkah-langkah yang berurutan dalam perencanaannya. Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik melalui berbagai teknik, dan pemberian nilai terhadap hasil belajar berdasarkan standar tertentu. Kegiatan menilai hasil belajar siswa tersebut harus terarah dan terprogram. Hal ini dimaksudkan bahwa menilai hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang telah dirumuskan di dalam silabus dan RPP. Selain itu metode dan teknik penilaian dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dalam silabus dan RPP. Dengan demikian penilaian yang dilakukan guru merupakan satu rangkaian yang tidak dapat terpisahkan seperti ilustrasi berikut:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 193
Tujuan pembelajaran/ SK-KD dan Indikator
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Komponen penilaian dalam silabus: SK dan KD
Metode dan Teknik
Komponen Penilaian dalam RPP: KD dan Indikator
Butir-butir tes, non tes, tugas dan lain-lain (Perangkat)
Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat penilaian berbasis kelas. 1. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi dan prosedur merencanakan seperti yang telah dijabarkan pada unit kegiatan belajar satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian. Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya dipahami dengan baik. Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund (1985) dalam Zaenal Arifin (1009, h. 91-102) dari beberapa langkah: a) Menentukan Tujuan Penilaian Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan). Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik, penempatan atau seleksi. b) Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam silabus dan RPP. Dengan kata lain, pada tahap ini harus diidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes. Untuk memudahkan kegiatan tahap ini, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi tujuan pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy Bloom yang dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang dikelompokkan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor. c) Menyusun Kisi-kisi Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisi-kisi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 194
adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan tes/non tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi guru dalam menyusun butir-butir tes / non tes. Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam pengembangan dan penyusunan tes / non tes, karena didalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain: Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan dinilai. Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami. Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus mata pelajaran atau RPP. Jadi guru/evaluator harus melakukan analisis silabus/RPP terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal. Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen pokok.
Komponen Identitas
Komponen Pokok
Contoh : KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR Sekolah : Kelas/Semester : Standar Kompetensi : Jenis Soal/Kinerja : Jumlah butir :
No
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator
No. Soal/ Kinerja
Gambar Contoh Format Kisi-kisi Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor. d) Mengembangkan Draf Instrumen (Menulis butir-butir instrumen) Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir tes/non tes dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan atau aspek kinerja yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan atau aspek kinerja harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif. Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf kesukaran, kompleksitas, serta gaya pemahaman yang paling sesuai dengan siswa. Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya, penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik penulisan soal, kemampuan dalam hal ini harus menguasai teknik penulisan butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masing-masing jenis soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya. e) Uji-coba dan Analisis Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilah butir instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah tes/non tes. Secara garis besar, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 195
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui butir instrumen yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrumen mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen dengan hasil belajar yang akan diukur (apakah butir instrumen telah mengukur apa yang akan diukur/valid). Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrumen dari aspek bahasa, sehingga dapat dimungkinkan kesalahan siswa dalam merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses yang panjang mulai dari ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan. Diperlukan pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. f) Revisi dan Merakit (Instrumen Baru) Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang valid dengan kisikisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, selanjutnya dirakit menjadi sebuah perangkat tes/non tes. Sedangkan yang belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan. Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir instrumen secara total. Untuk soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tes/non tes yang valid dan dilanjutkan dengan merakit tes/non tes hasil revisi. Selanjutnya terkait urutan/penomoran, dalam suatu tes/non tes pada umumnya urutan dilakukan menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang sederhana menuju kompleks.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 196
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN 2 PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas 1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu. Beberapa karakteristik PTK antara lain: Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual. Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah. Data diambil dari berbagai sumber. Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst. Partisipatif, dilakukan sendiri. Kolaboratif, dibantu rekan sejawat. Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut: PTK: Dilakukan sendiri oleh guru Memperbaiki pembelajaran secara langsung Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen Sampel tidak perlu representatif Penelitian Formal: Dilakukan oleh orang lain Mengembangkan teori, melalui generalisasi Biasanya mempersyaratkan hipotesis Menuntut penggunaan analisis statistik Instrumen harus valid dan reliabel Sampel harus representatif
Cara Memulai PTK Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman Anda tentang prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan hal yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu Anda memperbaiki pembelajaran secara sistematis. Jadi Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda akan melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah menyelesaikan bagian ini Anda akan dapat menulis “proposal sederhana” berbentuk matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal lengkap”. Dengan proposal sederhana sebenarnya Anda sudah dapat memulai PTK. Analogi Guru-Dokter Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan kegiatan Anda sebagai “guru peneliti PTK” dengan kegiatan seorang “dokter” . Perhatikan Tabel berikut ini. Tabel Analogi Guru dengan Dokter No Dokter 1 Menanyakan gejala penyakit 2 Mendiagnosis penyakit 3 Menulis resep Menentukan tema pengobatan, misalnya 4 “Mengobati sakit perut”
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Guru Peneliti PTK Mendeskripsikan masalah Menemukan akar masalah Menyusun hipotesis tindakan Menuliskan judul penelitian
P a g e | 197
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mendeskripsikan Masalah Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di hadapannya? Ia akan bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?" Maksudnya adalah untuk meminta Anda mendeskripsikan keluhan-keluhan yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali sebanyak mungkin dengan berbagai pertanyaan: “Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu apa saja terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana hasilnya?" Belum cukup dengan keterangan lisan, ia masih meminta Anda berbaring di dipan. Kemudian ia menempelkan stetoskop di dada dan perut Anda, menekan-nekan dan mengetuk-ngetuk perut Anda, melihat telakup mata Anda, melihat tenggorokan Anda dengan senter, dan sambil lalu ia sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu ia masih menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi Anda. Singkatnya ia ingin mengungkap serinci mungkin gejala penyakit Anda; tujuannya adalah untuk ”mendiagnosis” penyakit Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi gejala penyakit Anda akan makin mudah ia mendiagnosis penyakit Anda itu. Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus dideskripsikan secara rinci; tujuannya adalah agar Anda dapat menemukan “akar masalah” penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah Anda, makin mudah Anda menemukan akar masalah. Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan PTK. Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak terburu-buru memberikan tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran adalah dokter yang mengobati rasa pusing berkepanjangan yang dialami pasien. Mula-mula ia mendiagnosis secara terburu-buru sebagai penyakit maag; obat yang diberikan adalah promaag. Tentu saja setelah minum obat selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung hilang. Setelah didiagnosis ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi. Setelah gigi dirawat, lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang sesuai, rasa pusing itupun hilang. Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan masalah penelitian Anda secara rinci: 1. Mulailah dengan satu kalimat masalah. 2. Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
a. b. c. d.
Dari mana tahunya? Bagaimana datanya? Upaya apa yang telah dilakukan? Bagaimana hasilnya?
3. Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman; setelah itu biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya. Contoh:
(Kalimat masalah) ”Nilai fisika siswa kelas I SMA X Jakarta pada umumnya rendah.” (Dari mana tahunya?) Mereka tampak mengerti penjelasan dan contoh soal yang diberikan guru;
tetapi ketika soal diganti sedikit saja, mereka menjadi bingung dan tidak mampu mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang sudah dijelaskan; halhal yang baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi. Pada ulangan akhir standar kompetensi (SK) skor rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir-semester skor rata-rata juga 5. (Bagaimana datanya?) Hal itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi pada hampir seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. (Upaya yang sudah dilakukan) Agar pemahaman siswa lebih mantap, guru sering menggunakan alatalat untuk demonstrasi di kelas maupun eksperimen di laboratorium. Guru juga sudah menggunakan media Power Point dalam menerangkan; sekali dua kali penjelasan diselingi dengan program animasi flash. Siswa-siswa yang bernilai rendah sudah diberi program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. (Bagaimana hasilnya?) Kegiatan demonstrasi/praktikum itu tampaknya belum berhasil menanamkan konsep-konsep fisika secara mantap kepada siswa. Program remedial juga tidak banyak menolong karena siswa yang nilainya rendah pada umumnya berusaha untuk menghindar.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 198
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Menemukan Akar Masalah Deskripsi masalah yang rinci sebanyak 1/2 -- 1 halaman itu biasanya sudah dapat mengantarkan Anda ke penemuan akar masalah. Dari deskripsi masalah di atas jelas sekali bahwa akar masalahnya adalah ”pemahaman siswa yang kurang mantap”. Menyususun Hipotesis Tindakan Dalam kasus di atas, metode demonstrasi/eksperimen dan media pembelajaran yang interaktif jelas bukan merupakan “obat” bagi akar masalah ”kurang mantapnya pemahaman siswa”. Guru sudah melakukan hal itu dan ternyata tidak berhasil. Program remedial juga bukan merupakan obat yang tepat; guru sudah melakukannya dan tidak berhasil. Guru harus menemukan ”obat” atau ”tindakan” lain. Marilah sejenak kita berfikir tentang hal lain, yaitu pemahaman kita atas konsep "kursi". Begitu mantapnya pemahaman kita sehingga ditunjukkan kursi model apapun--berkaki empat, berkaki tiga, berkaki satu, pendek, sedang, tinggi, bersenderan, tanpa senderan, berbentuk bulat, berbentuk segi empat, berbentuk sembarang, bahan kayu, bahan logam, ditambahi busa agar empuk, dengan pegangan tangan, tanpa pegangan tangan, dsb.--kita tidak akan pernah terkecoh, selalu dapat membedakan antara kursi dan bukan kursi. Hal itu kontras sekali dengan pemahaman konsep fisika oleh siswa dalam kasus di atas, diubah sedikit saja mereka sudah bingung. Apa rahasia penanaman konsep yang mantap tentang kursi itu? Dalam menanamkan konsep, pemberian "contoh" yang terbatas jenisnya akan membuat siswa mengalami under-generalization atau generalisasi yang terlalu sempit. Sebaliknya lupa memberikan "noncontoh" akan membuat siswa mengalami over-generalization atau generalisasi yang terlalu luas. Baik under-generalization maupun over-generalization duaduanya akan mengganggu pemahaman konsep siswa secara mantap. Pemberian contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh diduga akan dapat memantapkan pemahaman siswa ketika diterangkan. Dalam literatur, cara itu dikenal dengan metode concept attainment atau metode pencapaian konsep. Hipotesis-tindakan penelitian ini menjadi: "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta." Secara operasional tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode concept attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh. 2. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai dengan jawaban. 3. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian soal latihan dan PR yang terlalu banyak”. Catatan: Penggunaan alat-alat untuk demonstrasi/praktikum tetap dilakukan karena merupakan karakteristik pembelajaran fisika. Program remedial bagi siswa-siswa yang lambat juga terus dilakukan karena merupakan prinsip pembelajaran yang sudah baku. Jadi tindakan dalam PTK tidak dimaksudkan untuk “menggantikan” metode dan prinsip sudah baku, melainkan “menambahkan” metode-metode baru. Menuliskan Judul Penelitian Akhirnya Anda tinggal menuliskan judul penelitian, secara singkat tetapi jelas. Isi judul sama dengan isi hipotesis tindakan, tetapi redaksinya diubah dari kalimat menjadi frasa. Hipotesis tindakan, kalimat: "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta." Judul penelitian, frasa: “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas I SMA X melalui Metode Concept Attainment” Penulisan frasa untuk judul penelitian menggunakan huruf besar pada tiap kata, dan tidak diakhiri dengan titik; sedangkan penulisan kalimat untuk hipotesis tindakan hanya menggunakan huruf besar di awal kalimat, dan diakhiri dengan titik. Dari uraian di atas jelas bahwa judul penelitian datang "paling akhir", setelah deskripsi masalah, penemuan akar masalah, dan penyusunan hipotesis tindakan. Sangat aneh kalau ada peneliti PTK yang langsung ingin menemukan judul. Analoginya adalah dokter yang begitu bersemangat dengan obat barunya, baru kemudian mencari orang yang sakit. Penelitian harus dimulai dari masalah, karena pada dasarnya penelitian adalah pemecahan masalah.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 199
Catatan: Analogi guru-dokter dalam penelitian PTK tidak seluruhnya benar. Minimal ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam dunia kedokteran setelah pasien sembuh pemberian obat dihentikan; dalam PTK setelah perlakuan berhasil akan dilanjutkan terus sebagai metode baru yang lebih efektif. Kedua, dalam dunia kedokteran pengobatan pada umumnya hanya berfungsi untuk mengembalikan pasien ke kondisi awal/normal, yaitu sehat; dalam PTK dapat dicobakan hal-hal baru yang melebihi keadaan awal/normal. Proposal Sederhana Dari hasil analisis di atas dapatlah dirangkum proposal sederhana dalam bentuk matriks seperti pada tabel berikut ini: Tabel Proposal Sederhana dalam Pelajaran Fisika SMA
1 2 3
Aspek-aspek Penelitian Kalimat Masalah Akar Masalah Hipotesis Tindakan
4
Judul Penelitian
No
Uraian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nilai fisika siswa Kelas I SMA X Jakarta pada umumnya rendah. Pemahaman siswa kurang mantap ketika diterangkan. "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta." Tindakan Operasional: a. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode concept attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh. b. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai dengan jawaban. c. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian soal latihan dan PR yang terlalu banyak”. “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas I SMA X melalui Metode Concept Attainment”
Dengan berbekal proposal sederhana ini Anda sudah dapat mulai melakukan PTK di kelas Anda. Tindakan yang akan Anda lakukan sudah jelas karena bersifat operasional. Ukuran operasional adalah dapat dilakukan oleh orang lain yang membaca hipotesis itu. Analoginya dengan dunia kedokteran, hipotesis tindakan "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta" adalah sebagai obat, sedangkan ”tindakan operasional” yang terdiri dari tiga butir itu adalah cara meminum atau dosisnya. Contoh Proposal Sederhana Lainnya Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran IPS SMP
1 2 3
Aspek-aspek Penelitian Kalimat Masalah Akar Masalah Hipotesis Tindakan
4
Judul Penelitian
No
Uraian Para siswa cepat lupa dalam pelajaran IPS Kelas VII SMP Y Bekasi. Siswa kurang berkesan dalam tiap peristiwa pembelajaran. "Cerita-cerita yang aneh akan meningkatkan daya ingat siswa dalam pelajaran IPS Kelas VII SMP Y Bekasi." Tindakan Operasional: a. Tiap pembelajaran tatap muka, guru menyiapkan beberapa cerita aneh yang relevan, dapat diambil dari surat kabar atau artikel internet. b. Dalam membahas konsep penting, cerita aneh itu dibacakan. Satu pertemuan tatap muka cukup 1—2 cerita aneh. c. Siswa diminta menanggapi cerita aneh itu secara kelompok; .yang baik diberi pujian. “Peningkatan Daya Ingat Siswa melalui Pembacaan Cerita-cerita Aneh dalam Pelajaran IPS Kelas VII SMP Y Bekasi”
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 200
Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran Matematika SD No
Aspek-aspek Penelitian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1
Kalimat Masalah
2
Akar Masalah
3
Hipotesis Tindakan
4
Judul Penelitian
Uraian Siswa yang lemah tidak peduli dengan nilai rendah dalam mata pelajaran matematika di Kelas VI SD Z Depok. Persepsi diri siswa rendah, merasa dirinya sebagai siswa yang bodoh. "Pemberian Pengalaman Sukses akan Meningkatkan Kepedulian Siswa terhadap Nilai Matematika Kelas VI SD Z Depok." Tindakan Operasional: a. Dalam pembelajaran, guru memberi perhatian lebih besar kepada siswa-siswa yang lemah. b. Tiap pertemuan tatap muka, satu dua orang siswa yang lemah diberi tugas yang mudah. Setelah yakin dapat mengerjakan, mereka diminta maju ke papan tulis, diikuti dengan pujian. c. Siswa yang pandai tetap diberi tugas, seperti biasanya. “Peningkatan Kepedulian Siswa terhadap Nilai Matematika melalui Pemberian Pengalaman Sukses dalam Pelajaran Matematika Kelas VI SD Z Depok”
Masalah yang Layak Diteliti dan Profesionalisme Guru Masalah yang Layak Diteliti Tidak semua masalah dapat dipecahkan melalui PTK, hanya masalah yang berada dalam kendali guru. Rendahnya "input siswa" yang masuk sekolah Anda, suara berisik karena "sekolah Anda berada di pinggir jalan", dan "status ekonomi sosial orang tua siswa" adalah contoh-contoh masalah yang berada di luar kendali guru, tidak layak untuk diteliti. Sebaliknya masalah yang sudah terlalu jelas juga tidak layak diteliti karena tidak perlu. Misalnya selama ini Anda mengajar secara monoton, menggunakan metode ceramah sepanjang hari, dan siswa merasa jenuh. Kemudian Anda akan menerapkan metode bermain peran agar siswa lebih aktif. Hal itu sudah terlalu jelas, siswanya pasti akan menjadi aktif. Anda tinggal melaksanakan secara langsung. Analoginya adalah upaya Anda menyiram tanaman di pot yang layu karena tidak disiram. Anda tinggal langsung meyiram, tidak perlu meneliti dulu; hasilnya sudah jelas, tanaman pasti akan menjadi segar. Penelitian diawali dengan masalah, yang masih meragukan. Profesionalisme Guru Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian ”Mendeskripsikan Masalah” di atas penting untuk dikemukakan. Hal itu menandakan bahwa Anda seorang guru profesional, yang telah menerapkan berbagai metode secara kreatif tetapi belum berhasil. Bagian yang belum berhasil itulah yang Anda teliti melalui PTK. Analogi dengan tanaman di pot tadi, jika telah disiram dan dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu, barulah itu merupakan masalah penelitian yang sangat menarik. Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa memberikan tindakan secara sistematis. Anda juga akan merasakan bahwa PTK tidak banyak berbeda dengan pembelajaran biasa. Secara tidak sadar Anda akan melakukan PTK setiap saat; dan Anda akan mendapat predikat sebagai guru profesional yang reflektif.
b. Metode Penelitian
Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan, yaitu PTK, disertai model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah menggunakan Model Kemmis & Taggart seperti gambar di bawah ini.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 201
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar PTK Model Kemmis & Taggart Siklus Penelitian Salah satu ciri khas PTK adalah adanya siklus. Menurut Kemmis dan McTaggart siklus terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Analoginya dengan pengobatan oleh dokter, satu siklus adalah rangkaian empat kegiatan: (1) Pemberian resep kepada pasien, (2) Peminuman obat oleh pasien, (3) Pengukuran peningkatan kesehatan pasien ketika kembali lagi ke dokter, dan (4) Analis dan evaluasi kesehatan pasien. Siklus PTK sebenarnya adalah satu satuan penelitian yang lengkap, karena komponen-komponennya lengkap dari perencanaan sampai refleksi. Jadi kalau Anda melakukan PTK dengan lima siklus, sebenarnya Anda melakukan lima penelitian secara berkelanjutan. PTK sebaiknya minimal terdiri dari tiga siklus; kalau baru satu siklus sudah berhasil kemungkinan masalahnya terlalu sederhana. Satu siklus minimal terdiri dari tiga pertemuan tatap muka dengan perlakuan yang sama, agar intensif. Misalnya Anda melakukan siklus dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama Anda menggunakan metode concept attainment pada konsep-konsep penting yang diajarkan, diikuti dengan pemberian contoh soal yang bervariasi, dan PR yang bervariasi juga. Pada pertemuan kedua dan ketiga Anda melakukan hal yang sama secara konsisten. Analoginya adalah proses minum obat oleh pasien; selama tiga hari ia meminum obat yang sama dengan dosis yang sama, berulang-ulang. Hal itu dilakukan agar data yang diperoleh bersifat jenuh, artinya lengkap. Kalau perlakukan hanya dilakukan satu kali dan hasilnya baik, ada kemungkinan hal itu hanya kebetulan. Tetapi kalau perlakuan sudah dilakukan tiga kali dan hasilnya baik, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil itu memang benar-benar baik, bukan karena kebetulan. Perencanaan Perencanaan pada siklus pertama tidak lain adalah hipotesis-tindakan yang telah Anda tetapkan sebelumnya. Perencanaan adalah variabel bebas penelitian Anda. Perencanaan pada siklus kedua, ketiga, dan selanjutnya belum dapat ditentukan karena harus dibuat berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus sebelumnya. Dalam RPP, hipotesis-tindakan itu harus dapat dilihat posisinya, bisa di pembelajaran pendahuluan, pembelajaran inti, dan/atau di pembelajaran penutup. Ada baiknya dalam RPP hipotesis tindakan itu Anda cetak tebal agar posisinya dalam pembelajaran-biasa terlihat dengan jelas. Seperti telah disinggung sebelumnya, sebaiknya hanya bagian tertentu dari pembelajaran yang Anda diperbaiki melalui PTK. Analoginya dengan badan kita, hanya bagian-bagian tertentu yang diobati oleh dokter. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah uraian tentang implementasi perencanaan Anda, masih berbicara tentang variabel bebas. Kalau seluruh perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik sepanjang siklus, Pelaksanaan hanya akan berisi satu kalimat, yaitu: "Seluruh perencanaan dapat dilaksanakan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 202
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dengan baik." Tetapi hal itu jarang terjadi; yang sering terjadi adalah sebaliknya: "Perencanaan sih boleh, tetapi pelaksanaannya?" Analoginya dengan dokter, pelaksanaan adalah uraian tentang kegiatan minum-obat pasien. Mungkin saja pertama kali minum obat pasien merasa mual dan muntah, sehingga obat belum bisa masuk. Yang kedua dan ketiga masih mengalami hal serupa. Baru pada peminuman keempat, pada hari kedua, obat itu bisa masuk. Cerita yang ingin didengar dokter dalam Pelaksanaan berkisar pada hal itu, belum berbicara tentang peningkatan kesehatan pasien. Uraian Pelaksanaan sifatnya holistik, mencakup ketiga pertemuan dalam satu siklus, tetapi tidak menceritakan pertemuan per pertemuan. Agar uraian menjadi sistematis dan tidak terjebak pada pertemuan per pertemuan, Anda perlu membuat unsur-unsur variabel bebas itu, kemudian diuraikan keberhasilan dan kegagalannya. Dalam hal penggunaan metode concept attainment misalnya, unsur-unsurnya adalah langkah-langkah metode itu sendiri. Contoh uraian Pelaksanaan Siklus 1: "Ketika diberikan dua kolom berisi daftar istilah fisika, yang satu diberi judul YA dan satu lagi BUKAN, sebagian besar siswa memperhatikan sambil berfikir. Perhatian siswa meningkat ketika mereka diminta menambahkan istilah baru di kolom YA. Mereka mulai berdiskusi dengan teman kelompoknya dan berusaha menemukan istilah-istilah baru. Masih ada beberapa siswa di barisan belakang yang belum terfokus perhatiannya. Ketika diminta memberi nama konsep yang mewakili semua istilah yang berada di kolom YA, mereka lebih tertantang lagi. Beberapa siswa tunjuk tangan dan menyebutkan konsep; guru menuliskan di papan tulis. Tetapi ketika diminta menyebutkan atribut kritikal dari konsep yang diajukan mereka mendapat kesulitan. Dst., dst...." Pengamatan Pada bagian inilah Anda mulai memaparkan perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel terikat, yaitu variabel yang Anda tingkatkan melalui PTK ini. Seluruh hasil pengukuran menggunakan instrumen, disajikan datanya di bagian Pengamatan ini. Dalam PTK instrumennya bermacam-macam, tidak hanya tes; semua datanya disajikan di sini. Tampilan yang khas di bagian Pengamatan ini adalah tabel, diagram, dan grafik; tetapi uraian naratif juga ada, yaitu untuk menyajikan hasil wawancara atau catatan lapangan. Refleksi Dalam refleksi, Anda akan membahas data yang telah tersaji dalam Pengamatan di atas. Baik keberhasilan maupun kegagalan semuanya dibahas. Keberhasilan perlu dibahas untuk mengetahui apakah benar penyebabnya adalah tindakan yang Anda berikan. Jika benar berarti hipotesis-tindakan Anda benar. Tetapi Anda harus jeli, belum tentu keberhasilan itu akibat dari hipotesis-tindakan. Sebagai contoh dalam metode concept attainment, setelah berlangsung satu siklus ternyata pemahaman siswa tidak meningkat. Kemudian pada siklus berikutnya Anda sebagai peneliti memberikan tambahan drill sebanyak-banyaknya sehingga siswa hafal akan tipe-tipe soal yang keluar dalam tes. Pada akhir siklus-kedua pemahaman siswa meningkat. Apakah peningkatan itu akibat dari hipotesis penelitian? Boleh jadi bukan; peningkatan itu lebih banyak disebabkan oleh metode drill and practice daripada metode concept attainment. Terutama kegagalan, harus dibahas secara sungguh-sungguh, sebaiknya bersama kolaborator Anda. Langkah-langkahnya sama dengan pada awal siklus pertama: mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah, bertanya mengapa dan mengapa, dan mencari alternatif tindakan. Ingat bahwa siklus pertama sebenarnya adalah satu penelitian. Pada siklus kedua Anda melakukan satu penelitian lagi. Tujuan utama refleksi adalah mencari alternatif tindakan untuk diterapkan pada siklus berikutnya. Sebaiknya Anda bukan mengganti tindakan melainkan melengkapi atau memodifikasi tindakan; tindakan utamanya concept attainment masih tetap. Pergantian Siklus Pergantian dari satu siklus ke siklus berikutnya dapat dilakukan berdasarkan jumlah pertemuan, seperti telah disinggung di atas. Tetapi Anda dapat menggunakan dasar lain, misalnya jumlah minggu, kompetensi dasar, atau pokok bahasan. Tindakan pada siklus berikutnya ditentukan berdasarkan refleksi terhadap hasil siklus sebelumnya. Analoginya dengan dokter, resep-baru dibuat berdasarkan hasil penilaian terhadap resep sebelumnya. Tindakan pada siklus baru harus berbeda secara signifikan dengan siklus sebelumnya. Kalau hanya pengulangan berarti masih bagian dari siklus sebelumnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 203
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Insrumen Penelitian Karena PTK mengandung unsur inovasi, biasanya ada hal-hal tertentu yang perlu dipersiapkan secara khusus. Salah satunya adalah instrumen penelitian, yang berbeda dengan instrumen yang biasa Anda pakai sehari-hari. Tes hasil belajar yang biasanya cukup dengan C1, C2, ... s.d. C6 misalnya, sekarang akan terfokus pada C2 saja, tetapi dirinci menjadi tujuh komponen, yaitu: (1) menginterpretasi, (2) memberi contoh, (3) mengklasifikasi, (4) merangkum, (5) menginferensi, (6) membandingkan, dan (7) menjelaskan. Wawancara dengan siswa yang biasanya Anda lakukan secara spontan, sekarang dibuat pedomannya dulu agar lebih terfokus; demikian juga kegiatan observasi, Anda buat lembar observasinya. Catatan lapangan perlu Anda siapkan dulu penulisannya; ini paling mudah karena tidak perlu ada instrumen khusus. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan harian atau diary, untuk menuangkan hal-hal yang sangat berkesan. Kalau penelitian dilakukan dengan penuh antusiasme, Anda akan menemukan hal-hal yang sangat berkesan dan secara mudah dapat dituliskan dalam catatan lapangan. Agar lebih sederhana kita sepakati dulu bahwa yang dimaksud dengan instrumen dalam PTK adalah alat untuk mengukur keberhasilan tindakan pada variabel yang ingin Anda tingkatkan, yaitu variabel terikat. Agar lebih ilmiah, setiap instrumen yang Anda buat harus dibuat kisikisinya dulu; dan kisi-kisi itu dibuat berdasarkan teori yang ada di bagian Kajian Pustaka. Oleh karena itu, teori dalam Kajian Pustaka hendaknya sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan pembuatan instrumen. Sangat kurang baik teori yang diuraikan secara panjang lebar tetapi tidak memberikan petunjuk apapun untuk pembuatan instrumen. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Yang sudah Anda kenal dengan baik tentu saja instrumen untuk mengukur hasil belajar, yang biasa disebut tes. Tes yang baik harus valid, yaitu mengukur apa yang harus diukur. Validitas tes biasanya didekati dengan kisi-kisi, yang akan menjamin keterwakilan kompetensi dan tingkat kognisi yang akan diukur. Validitas seperti itu disebut validitas isi, karena penekanannya pada keterwakilan isi. Syarat lainnya, tes yang baik harus reliabel atau ajeg, yaitu jika digunakan dengan cara yang sama hasilnya akan sama. Reliabilitas tes diketahui setelah tes diuji coba; koefisiennya dihitung dengan rumus-rumus statistik, seperti rumus split half test, KR-20, atau Alfa Chronbach. Dalam PTK uji reliabilitas tes seperti itu tidak dilakukan karena jarang guru yang mengujicobakan tes sebelum menggunakan. Tetapi penggunaan kisi-kisi untuk menjamin validitas tes seperti dijelaskan di atas sebaiknya dilakukan oleh peneliti PTK. Di samping tes, dalam PTK digunakan berbagai jenis instrumen, di antaranya: (1) Lembar observasi, (2) Pedoman wawancara, (3) Pedoman telaah dokumen, (4) Kuesioner, (5) Rating scale, (6) Portofolio, (7) Skala sikap, dan (8) Catatan lapangan. Seperti halnya tes, instrumen-instrumen itu harus dibuat berdasarkan kisi-kisi agar validitas-isi nya terjamin. Di samping itu masih ada validitas lain yang harus dipenuhi oleh instrumen-instrumen itu, yaitu validitas konstruk. Untuk memperoleh validitas konstruk, kisi-kisi instrumen harus dibuat berdasarkan teori yang telah dibahas di Kajian Pustaka. Singkatnya, "Instrumen harus dibuat berdasarkan kisi-kisi, dan kisi-kisi harus dibuat berdasarkan teori." Triangulasi Sebagai ganti penghitungan menggunakan rumus-rumus, reliabilitas instrumen dalam PTK didekati dengan teknik triangulasi. Artinya, satu variabel terikat (yang akan ditingkatkan) diukur dengan beberapa instrumen. Motivasi siswa misalnya, tidak cukup diukur dengan kuesioner, tetapi ditambah dengan wawancara dan observasi. Jika ketiga instrumen itu menghasilkan data yang sama atau mirip, barulah dapat ditafsirkan bahwa data itu benar. Reliabilitas instrumen dalam PTK juga dapat didekati dengan pengamatan yang cukup lama sehingga datanya mencapai tingkat jenuh atau mencukupi. Lamanya pengamatan harus dibarengi dengan tingkat ketelitian dan keseksamaan. Pelanggaran Validitas Instrumen Seringkali peneliti PTK secara tidak sadar telah melanggar validitas instrumen, yaitu membuat instrumen tanpa didasari kisi-kisi dan teori. Serinkali instrumen bahkan tidak mengukur yang harus diukur. Mengukur motivasi misalnya, menggunakan tes hasil belajar.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 204
Instrumen Spontan Peneliti sering membuat instrumen secara spontan yang diperkirakan dapat mengukur keberhasilan penelitiannya. Dasarnya lebih banyak perasaan daripada penalaran yang sistematis. Setelah instrumen jadi dan ditanyakan kisi-kisinya, peneliti itu tidak dapat menjawab. Hampir dapat dipastikan bahwa instrumen seperti itu tidak ada dasar teorinya. Spontanitas itu seringkali menghasilkan bermacam-macam instrumen, untuk mengukur berbagai variabel. Maksud hati mungkin ingin menerapkan triangulasi, tetapi kurang tepat arahnya. Kalau triangulasi adalah mengukur satu variabel dengan beberapa macam instrumen, dalam instrumen spontan itu mengukur banyak variabel dengan banyak instrumen yang tidak jelas dasar teorinya.
Kisi-kisi Instrumen Yang paling mudah adalah membuat kisi-kisi tentang hasil belajar; Anda sudah terbiasa melakukannya. Berikut ini diberikan beberapa contoh instrumen untuk mengukur hasil belajar atau pemahaman siswa. Tabel Contoh Kisi-kisi Tes Pemahaman Siswa Menjelaskan
Membandingka n
Menginferensi
Merangkum
Mengklasifikasi
Kompetensi dan Indikator
Memberi Contoh
Proses Kognitif dan Jumlah Butir Soal Menginterpreta si
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Instrumen ”Teh Botol” "Apapun makanannya, minumannya Teh Botol"; begitulah bunyi iklan di televisi. Hal serupa sering terjadi dalam PTK. "Apapun masalahnya, instrumennya tes hasil belajar." Masalah rendahnya motivasi misalnya, instrumennya tes hasil belajar, seperti telah disinggung sebelumnya. Dasar pemikirannya, kalau motivasi meningkat siswa akan belajar lebih aktif sehingga hasil belajarnya meningkat. Hal itu bisa benar, tetapi bisa juga tidak. Peningkatan hasil belajar itu bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti minat, media, dan tingkat kesulitan soal. Yang jelas teori tentang motivasi berbeda dengan teori tentang hasil belajar. Kalau teorinya berbeda kisi-kisinya harus berbeda, dan instrumennya dengan sendirinya akan berbeda. Jadi mengukur motivasi dengan hasil belajar dapat dikatakan mengukur variabel lain.
KD 1 Indikator 1 Indikator 2 KD 2 Indikator 1 Indikator 2
Keterangan: KD = kompetensi dasar Tabel Contoh Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pemahaman Siswa Kompetensi dan Indikator KD 1 Indikator 1 Indikator 2 KD 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Kriteria
Sangat Kurang
Kurang
Baik
Sangat Baik
Interpretasi tentang Indikator 1 Kemampuan klasifikasi tentang indikator 2 Inferensi tentang indikator 3 Kemampuan membandingkan tentang indikator 4 Kemampuan menjelaskan tentang indikator 5
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 205
Tabel Contoh Kisi-kisi Lembar Observasi Pemahaman Siswa No 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Pemahaman Menginterpretasi Memberi contoh Mengklasifikasi Merangkum Menginferensi Membandingkan Menjelaskan
Sangat Kurang
Kurang
Baik
Sangat Baik
Perlu diperhatikan bahwa ketiga kisi-kisi di atas mengukur variabel yang sama, yaitu pemahaman siswa, secara triangulatif. Artinya variabel yang sama diamati dari berbagai sudut pandang.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Instrumen untuk Variabel Bebas? Perlukah variabel bebas (metode yang digunakan) diukur-ukur menggunakan instrumen seperti halnya variabel terikat (variabel yang ditingkatkan)? Marilah kita bandingkan dengan pekerjaan dokter. Apakah yang biasanya diukur oleh seorang dokter, kegiatan minum obat pasien sesuai resep (variabel bebas) atau peningkatan kesehatan pasien (variabel terikat)? Tentu saja yang terakhir. Ketepatan pemakaian metode memang perlu diperhatikan dalam PTK, tetapi tidak perlu diukur-ukur menggunakan instrumen. Jika dilakukan, pekerjaan peneliti akan bertambah banyak, yang akan membuatnya stress dan lelah. Setelah selesai penelitian ia akan mengatakan dalam hati: "Sekali ini saja saya melakuan penelitian." Hal ikhwal variabel bebas cukup disampaikan secara naratif di bagian "Pelaksanaan" dari siklus penelitan (yang terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi). Ada kerugian lain jika variabel bebas diukur-ukur dengan instrumen dan disajikan datanya dalam bentuk tabel-tabel. Benang merah laporan penelitian menjadi kabur dan hasil penelitian sukar dipahami oleh pembaca. Kolaborasi Perlu dikemukakan jumlah dan latar belakang pendidikan kolaborator, dan waktu pertemuan. Misalnya kolaborator internal adalah teman sejawat, guru semata pelajaran. Pertemuan dilakukan secara intensif pada penulisan proposal dan pembuatan instrumen. Pada saat implementasi, pertemuan dilakukan seminggu sekali pada akhir pekan untuk membicarakan masalah-masalah yang ditemukan pada minggu berjalan, dan rencana untuk minggu berikutnya. Kolaborator internal juga membantu melakukan pengukuran menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia pada akhir siklus. Kolaborator ekternal adalah dosen perguruan tinggi yang membantu pada penulisan proposal.
c. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Setelah mempunyai proposal sederhana, hasil kegiatan sebelumnya, Anda akan sangat mudah mengembangkannya menjadi proposal lengkap. Hal-hal yang esensial telah tertulis dalam proposal sederhana itu, terutama deskripsi masalah, rumusan masalah, dan hipotesis tindakan. Sistematika Proposal Penelitian Sistematika proposal penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Judul Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian Bab 2 Kajian Pustaka A. Deskripsi Teori B. Hasil Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berfikir D. Hipotesis Tindakan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 206
Bab 3 Metodologi Penelitian A. Setting Penelitian B. Metodologi Penelitian C. Siklus Penelitian D. Kriteria Keberhasilan E. Instrumen Penelitian F. Anallisis Data G. Kolaborasi H. Jadual Penelitian Daftar Pustaka
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Judul PTK Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus singkat tetapi jelas. Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi dengan rumusan yang berbeda. Judul harus mengandung variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variable terikat (variabel yang akan ditingkatkan). Contohnya adalah sebagai berikut: “Peningkatan Hasil Belajar Fisika SMA Kelas I SMA X Jakarta Melalui Metode Concept Attainment” Variabel bebasnya metode concept attainment dan variabel terikatnya hasil belajar sejarah. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 15. Topik atau pokok bahasan kurang perlu untuk dicantumkan dalam judul karena keterangan “Fisika Siswa Kelas I SMA “ sudah cukup spesifik. Jika topik dicantumkan, misalnya “Kemagnetan”, seolah-olah metode concept attainment itu hanya berlaku pada topik Kemagnetan. Masalah yang dipecahkan dalam PTK seharusnya yang bersifat lintas pokok bahasan, seperti: hasil belajar, motivasi, dan kreativitas. Dengan demikian penggunaan siklus akan lebih leluasa, tanpa dibatasi oleh topik. Judul sebaiknya menampilkan hal-hal yang inovatif untuk menarik pembaca; pertama kali orang membaca hasil penelitian Anda adalah pada judulnya. PTK pada dasarnya adalah sarana untuk melakukan inovasi pembelajaran. Sejak munculnya PTK orang menganggap bahwa cooperative learning merupakan pembelajaran inovatif. Hampir semua peneliti PTK memilih judul itu kalau diminta membuat proposal. Akibatnya cooperative learning sudah diteliti oleh banyak orang, dan menjadi hal yang biasa. Sayangnya PTK yang mereka lakukan bersifat semu; setelah selesai PTK mereka kembali ke pembelajaran biasa. Pendahuluan (Bab 1) Fungsi utama pendahuluan adalah untuk menjelaskan mengapa penelitian Anda perlu dilakukan. Sampai halaman kedua, pendahuluan harus sudah dapat mengemukakan masalah penelitian secara jelas. Uraian di halaman-halaman berikutnya masih dapat ditambahkan, tetapi sifatnya hanya menegaskan dan melengkapi. Sebaiknya dihindarkan uraian kesana-kemari sampai berhalaman-halaman, dan baru mengemukakan masalah penelitian di bagian akhir. Latar belakang masalah berfungsi untuk membuat masalah penelitian Anda terlihat lebih menonjol, penting, dan mendesak. Masalah penelitian tidak lain adalah deskripsi masalah yang sudah Anda tulis sebelumnya, di Bagian A; sifatnya mikro, yaitu tentang pembelajaran di kelas Anda. Agar terlihat penting, masalah mikro itu harus dibingkai dengan masalah makro yang berskala nasional. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa Anda sebagai peneliti memahami isu-isu nasional yang relevan. Namun perlu dihindari kesan bahwa penelitian Anda berskala nasional; kenyataannya penelitian Anda hanya berskala kelas. Oleh larena itu uraian latar belakang maksimal dua alinea, dan segera disambung dengan masalah mikro yang berupa deskripsi masalah itu. Berikut ini adalah contohnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 207
Bab 1 Pendahuluan A.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Latar Belakang Masalah Standar kompetensi luluan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) melalui Permendiknas Nomor 22 Tahun 2002 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah menuntut kompetensi yang tinggi dari para lulusan sekolah menengah. Bersamaan dengan itu dikeluarkan juga Standar Proses yang menuntut proses pembelajaran yang berkualitas, menuju lulusan yang “cerdas dan komprehensif”, sesuai dengan moto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Implikasinya guru harus senantiasa meningkatkan kompetensi agar kualitas pembelajarannya terus meningkat. Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah tenaga profesional yang dilatih secara khusus melalui pendidikan profesi, untuk mendapatkan sertifikat sebagai pendidik profesional. Salah satu ciri guru profesional adalah bersifat reflektif. Setiap kali melaksanakan pembelajaran ia selalu melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan-kelemahannya, dan selanjutnya berusaha untuk memperbaiki. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan cara yang sistematis untuk melakukan refleksi secara intensif dan melakukan perbaikan pembelajaran secara sistematis. Di SMA Negeri X Jakarta nilai sejarah Kelas I pada umumnya rendah. Mereka tampak mengerti penjelasan dan contoh soal yang diberikan guru, tetapi ketika soal diganti sedikit saja mereka menjadi bingung dan tidak dapat mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang dijelaskan; hal-hal baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi. Pemahamannya barulah sampai di permukaan, belum mendalam. Pada ulangan akhir yang mencakup satu standar kompetensi nilai ratarata siswa 5; pada ulangan akhir semester rata-rata juga 5. Hal itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi di hampir seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mengatasi masalah itu. Guru telah menggunakan salat-alat peraga untuk demonstrasi di kelas, dan melakukan eksperimen di laboratorium. Guru juga sudah menggunakan media Power Point untuk menjelaskan; sekali-sekali penjelasan guru diselingi dengan program animasi flash. Tetapi hasilnya belum seperti yang diharapkan. Siswa-siswa yang hasil belajarnya rendah sudah disediakan program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. Tetapi hasilnya juga belum seperti yang diharapkan; siswa yang nilainya rendah cenderung ingin menghindar dari kegiatan itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep siswa kurang mantap ketika diterangkan. Kemungkinan contoh-contoh yang diberikan guru kurang banyak sehingga siswa mengalami under-generalization; noncontoh juga tidak disertakan sehingga siswa mengalami over-generalization. Kedua-duanya membuat pemahaman siswa tidak mantap. Perlu dicarikan metode alternatif yang membuat siswa belajar secara mantap. Rumusan masalah penelitian telah tersirat dalam hipotesis tindakan yang ada dalam proposal sederhana yang telah Anda buat di Bagian A; Anda tinggal memindahkan ke sini. Masalah penelitian biasanya disajikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi tidak harus. Inilah contohnya. B. Rumusan Masalah Apakah metode concept attainment dapat meningkatkan hasil belajar sejarah kelas I SMA Negeri X Jakarta? Bagian terakhir pendahuluan adalah tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan PTK tidak sekedar ingin “mengetahui peningkatan” variabel terikat (yang akan ditingkatkan), tetapi lebih pada “meningkatkan” variabel terikat itu. Ingin “mengetahui peningkatan” mempunyai konotasi “setelah tahu akan selesai” sehingga peneliti PTK banyak yang kembali ke metode semula setelah penelitian selesai; sedangkan “meningkatkan” mempunyai arti ingin menggunakan metode baru yang ditemukan untuk seterusnya. Manfaat penelitian sebaiknya dirinci untuk berbagai pihak agar makna penelitian menjadi labih besar, misalnya bagi siswa, guru, dan sekolah. Inilah contohnya. C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sejarah siswa. D. Manfaat Penelitian Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahamannya. Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membiasakan diri menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi sekolah, penelitian ini Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 208
bermanfaat untuk meningkatkan citra sebagai sekolah yang efektif, yang membimbing siswa menjadi insan yang cerdas dan komprehensif.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kajian Pustaka (Bab 2) Deskripsi teori memberikan dasar teori pada variabel-variabel yang Anda teliti. Baik variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variabel terikat (yang ditingkatkan) dua-duanya harus didukung dengan teori. Ini sejalan dengan ciri seorang profesional, yang setiap tindakannya didukung dengan teori yang sudah mantap. Analoginya dengan dokter, setiap obat yang diresepkan harus didukung dengan teori atau hasil penelitian yang sudah mantap. Jika tidak, dokter itu akan lebih tepat disebut dukun. Namun fungsi teori dalam PTK agak berbeda dengan fungsinya dalam penelitian formal. Asumsinya, peneliti PTK adalah guru profesional yang sudah berusaha menerapkan teori-teori yang sudah mantap itu dalam pembelajaran, tetapi belum berhasil. Sebagaimana kita ketahui banyak sekali teori-teori yang mantap itu berasal dari negara Barat, yang berbeda budaya dengan kita. Dalam PTK Anda dapat saja menemukan teori yang sama sekali baru—disebut grounded theory—yang sesuai dengan konteks sekolah Anda. Jadi teori yang dirujuk dalam PTK sifatnya hanya sebagai bahan pertimbangan. Kata “pustaka” digunakan untuk membedakan dengan “teori’ yang bersifat akademis. Pustaka lebih bersifat umum; Undang-Undang dan Peraturan Menteri dapat dimasukkan ke dalamnya. Dokumen-dokumen itu merupakan kebijakan sehingga tidak dapat dimasukkan dalam kategori teori. Selain variabel bebas dan variabel terikat, Anda perlu mencari teori yang berkenaan dengan pembelajaran khusus, untuk mata pelajaran Anda. Gunanya agar temuantemuan yang Anda peroleh nanti tidak menyimpang dari karakteristik mata pelajaran yang Anda ampu. Sebaiknya penyajian hakikat variabel bebas didahulukan agar pembaca langsung dapat mengetahui inovasi yang ditawarkan pada kesempatan pertama. Berikut ini adalah contoh deskripsi teori untuk judul “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas I SMA X Jakarta melalui Metode Concept Attainment”. Bab 2 Kajian Pustaka A. Deskripsi Teori 1. Concept Attainment Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi dengan model concept attainment menurut Uno (2008) dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner, dkk. yang yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep. Concept attainment adalah suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya, pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih pada pengenalan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir analisis. Prosedur pembelajarannya melalui tiga tahap yaitu: kategorisasi, penemuan konsep, penyimpulan. Kategorisasi adalah upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh. Setelah kategori yang tidak sesuai disingkirkan, kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep. Setelah itu, suatu konsep tertentu baru dapat disimpulkan. Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan
concept attainment.
2. Hasil Belajar Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang tumbuh dari dalam diri sesorang (individu). Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang seperti kelelahan dan pengaruh obat (Purwanto, 2003). Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar (Munir, 2008); perilaku itu meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar pada aspek pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi tahu, pada aspek keterampilan dari tidak mampu menjadi mampu. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 209
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati. Proses belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap, yaitu: perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol (encoding), dan mendapatkan kembali informasi (retrieval). Mengajar merupakan upaya dalam rangka mendorong (menuntun dan menemukan hubungan) antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. 3. Pembelajaran Sejarah Sesuai dengan yang disampaikan Suparno (2005) bahwa selama proses pembelajaran terjadi interaksi yang khas antara siswa dan guru, siswa berupaya menyerap informasi dan guru bertugas mendampingi siswa dalam belajar. Dalam filsafat pendidikan modern, siswa dipandang bukan sebagai objek dalam pembelajaran tetapi juga sebagai subjek. Siswa tidak dipandang sebagai orang yang tidak tahu, tapi dipandang sebagai orang yang tahu meskipun belum sempurna. Sejarah merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang manusia pada masa lampau yang mencakup konsep ruang dan waktu serta perubahan. Dalam standar isi mata pelajaran sejarah dijelaskan bahwa pembelajaran. Pembelajaran sejarah dengan pendekatan proses sains baik bagi saintis maupun guru-guru sains karena dirasakan sebagai yang paling baik dan tepat (Druxes, 1996). Di samping itu siswa dapat menikmatinya sebab mereka adalah subjek belajar yang aktif. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menimbulkan suasana yang menyenangkan. Melihat pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika merupakan rangkaian pengembangan, pengetahuan dan keterampilan yang menekankan proses berpikir dengan menggunakan keterampilan sains. Penelitian yang relevan diperlukan untuk mengetahui state of the art atau perkembangan terbaru tentang masalah yang diteliti. Penelitian seperti itu dapat diperoleh dari jurnal ilmiah. Berbeda dengan buku, jurnal ilmiah menyajikan informasi yang relatif lebih baru. Berikut ini adalah contohnya. B.
Penelitian yang Relevan Concept attainment didesain untuk memberi latihan pada siswa menganalisis data dan mengembangkan keterampilan berfikir kritis tanpa menggunakan alat-alat lab. yang merepotkan. Struktur pelajaran induktif membimbing siswa untuk memahami materi pelajaran tahap demi tahap menuju pemahaman yang mendalam atas ide-ide baru dan memberi kerangka berfikir sistematis seiring dengan proses menggabung-gabungkan atribut-atribut esensial dari konsep yan dituju. (Reid, 2010). Rerata hasil belajar kelas yang diajar menggunakan model concept attainment berbantuan CD Interaktif yaitu X1= 75,83 jauh lebih besar dari kelas yang diajar menggunakan model konvensional yaitu X2 = 67,93. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperoleh bahwa kelas yang diajar menggunakan model concept attainment berbantuan CD Interaktif lebih baik dari pada kelas yang diajar menggunakan model konvensional (Winasmadi, 2011). Setelah mendeskripsikan berbagai teori tentang concept attainment berdasarkan buku teks dan temuan-temuan terbaru dari artikel jurnal, Anda perlu mengemukakan kerangka berfikir. Isinya adalah uraian singkat, sekitar 2—3 paragraf, untuk meyakinkan pembaca bahwa metode concept attainment memang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kerangka berfikir merupakan hasil pemikiran Anda sendiri, yang merupakan sintesis dari berbagai teori yang Anda rujuk sebelumnya. Kerangka berfikir yang baik dapat membuat pembaca mengemukakan sendiri kesimpulannya sebelum Anda menuliskan di bagian akhir. Berikut ini adalah contohnya:
C.
Kerangka Berfikir Siswa akan memperoleh pemahaman yang mantap jika dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Contoh-contoh yang cukup banyak akan menghindarkan siswa dari under-generalization atau penyimpulan terlalu sempit. Sementara penyajian noncontoh akan menghindarkan siswa dari overgeneralization atau penyimpulan terlalu luas. Baik under-generalizatin maupun over-generalization dua-duanya akan membuat pemahaman konsep siswa menjadi lemah. Metode concept attainment memberi contoh yang cukup banyak kepada siswa, disertai dengan noncontohnya. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk berfikir secara aktif dalam mengelompokkan contoh-contoh itu ke dalam konsep-konsep yang dipelajari. Karena masingmasing siswa mempunyai pendapat sendiri yang dipercayai kebenarannya, proses Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 210
pengelompokkan itu akan menimbulkan perbedaan pendapat yang mendorong terjadinya diskusi yang seru dan menyenangkan. Dapat disimpulkan bahwa metode concept attainment akan meningkatkan pemahaman siswa. Hipotesis tindakan merupakan bagian akhir dari kajian teori di Bab 2. Isinya sama dengan kalimat terakhir kerangka berfikir, yang merupakan kesimpulan. Dalam proposal sederhana yang sudah Anda buat di pasal sebelumnya, sudah terdapat hipotesis tendakan. Anda tinggal memindahkannya ke sini. Seperti telah dijelaskan, hipotesis tindakan sebaiknya disertai dengan tindakan operasional, yang merupakan operasionalisasi dari hipotesis itu. Analoginya dengan kedokteran, hipotesis tindakan adalah resepnya; tindakan operasional adalah dosis atau aturan minumnya. Inilah contohnya. D.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Hipotesis Tindakan Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas I SMA X Jakarta. Tindakan Operasional: 1. Tiap peristiwa yang esensial disajikan menggunakan metode concept attainment. Sejumlah contoh yang berupa nama-nama peristiwa diletakkan dalam kolom-kolom yang diberi kata “Ya” dan “Tidak”. Siswa kemudian diminta menambahkan tiga nama peristiwa lain di masingasing kolom. Di antara contoh-contoh itu disertai noncontoh. 2. Contoh soal yang diberikan guru harus cukup banyak dan bervariasi. 3. Dihindari pemberian contoh soal yang terbatas tetapi pemberian PR yang terlalu banyak.
Metodologi Penelitian (Bab 3) Metodologi penelitian diawali dengan mendeskripsikan setting; sebagaimana sudah disinggung sebelumnya. Gunanya adalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang konteks penelitian Anda. Setelah itu uraian Bab 3 ini disusul berturut-turut dengan: metode penelitian, siklus penelitian, kriteria keberhasilan, instrumen penelitian, analisis data, kolaborasi, dan jadual penelitian. Berikut ini adalah contohnya. Bab 3 Metodologi Penelitian A. Setting Penelitian ini akan dilakukan dalam mata pelajaran sejarah pada semester ke ... tahun ... di SMA X Jakarta. Subyek penelitian adalah siswa kelas I yang berjumlah 32 orang siswa. Sekolah ini merupakan Sekolah Standar Nasional yang berukuran besar, mempunyai 27 kelas. Gurunya 80% berkualifikasi S1 dengan program studi yang relevan dengan mata pelajaran yang diampu. Yang sudah memperoleh Sertifikat Pendidik Profesional sekitar 50%. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan McTaggart yang prosesnya disajikan seperti pada Gambar berikut.
Gambar. PTK Model Kemmis & McTaggart
C.
Penelitian direncanakan akan berlangsung selama tiga siklus, yang masing-masing terdiri dari: perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Tiap siklus minimal akan terdiri dari tiga pertemuan tatap muka sehingga keseluruhan penelitian akan terdiri dari sekitar sembilan pertemuan tatap muka. Siklus Penelitian Plan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan dilaksanakan secara berulang-ulang dalam siklus I, sebanyak beberapa kali pertemuan tatap muka. Pelaksanaan tindakan akan diamati dan dicatat dengan seksama. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 211
D.
E.
Pada akhir siklus pengamatan terhadap variabel terikat dilakukan dengan tes. Data hasil tes dianalisis atau direfleksi untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencanakan tindakan alternatif atau revised plan, yang akan diterapkan pada siklus II. Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus I; demikian juga plan untuk siklus III sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus II. Kriteria Keberhasilan Siklus “plan-act-observe-reflect” akan berlangsung terus sampai criteria keberhasilannya tercapai, yaitu skor rata-rata kelas mencapai 75, yang disebut kriteria ketuntasan minimal (KKM). Walaupun penelitian telah berlangsung sebanyak tiga siklus, akan terus dilanjutkan selama KKM belum tercapai. Instrumen Penelitian Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa (variable yang ditingkatkan) akan dilakukan dengan tes hasil belajar. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut: Tabel. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
KD 1 Indikator Indikator KD 2 Indikator Indikator
F.
G.
Kreasi
Evaluasi
Analisis
Aplikasi
Pemahaman
Kompetensi dan Indikator
Ingatan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Proses Kognitif
1.1 1.2 2.1 2.2
Di samping itu peningkatan hasil belajar akan diukur juga dengan menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara atau tes lisan. Kedua instrumen itu akan dibuat berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas. Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi, yaitu melihat satu variabel dari berbagai instrumen yang berbeda. Pengukuran akan dilakukan secara sampling, yaitu terhadap beberapa orang siswa yang dipilih secara acak. Teknik ini dipilih karena jika dilakukan terhadap seluruh siswa akan memakan waktu yang lama; peneliti praktis akan sangat sibuk dan kehilangan waktu untuk membimbing siswa secara intensif. Pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variabel bebas atau tindakan yang diberikan, tidak akan diukur secara kuantitatif, tetapi cukup secara kualitatif menggunakan catatan lapangan. Sifatnya lebih global dan fleksibel dengan memperhatikan hal-hal yang penting, yaitu: 1. Kemampuan siswa menambahkan nama-benda baru pada kolom “ya” dan “Tidak” 2. Kemampuan siswa menemukan konsep yang ada pada kolom “Ya” dan “Tidak” 3. Kemampuan siswa berargumentasi dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas. Data tidak akan ditabulasi seperti halnya skor hasil belajar, tetapi cukup dituliskan secara naratif berupa catatan lapangan, seperti telah disinggung di atas, sebanyak ½--1 halaman tiap akhir pertemuan tatap muka. Analisis Data Data hasil belajar siswa akan dianalisis dengan statistik deskriptif, seperti rata-rata dan persentase. Peningkatan hasil belajar akan dilihat dari kecenderungan kenaikan skor rata-rata dari siklus ke siklus. Data dari lembar observasi dan pedoman wawancara akan dianalisis secara kualitatif, kemudian dilihat juga kecenderungannya dari siklus ke siklus. Kolaborasi Kolaborator penelitian adalah teman sejawat, semata pelajaran, di SMA X Jakarta. Proses kolaborasi dilakukan pada saat penulisan proposal penelitian dan pengembangan perangkatperangkat pembelajaran. Pada saat-saat tertentu, kolaborator ikut masuk kelas untuk membantu mengamati pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variable bebas atau tindakan dalam PTK, dan pada akhir pembelajaran diadakan diskusi singkat. Pada akhir minggu pertemuan kolaborasi kembali dilakukan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan penelitian dalam satu minggu, dan merencanakan tindakan untuk minggu berikutnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 212
H.
Jadual Penelitian Tabel Jadual Penelitian No
Kegiatan
1
2
3
4
Minggu Ke 5 6 7
8
9
10
11
1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Persiapan a. Menyusun RPP b. Membuat Perangkat Pembelajaran c. Membuat Media d. Menyusun Jadual e. Menyusun Instrumen 2 Pelaksanaan a. Menyiapkan Siklus 1 b. Membuat Laporan Siklus 1 c. Melaksanakan Siklus 2 d. Membuat Laporan Siklus 2 e. Melaksanakan Siklus 3 f. Membuat Laporan Siklus 3 3 Pelaporan a. Membuat Laporan Gabungan Siklus 1, 2, dan 3 b. Membuat Makalah Seminar c. Seminar hasil penelitian d. Merevisi Laporan Berdasarkan Hasil Seminar e. Menulis Artikel Jurnal f. Mengirimkan Artikel Jurnal Ke Pengelola Jurnal
Berbeda dengan penelitian formal, pada penelitian tindakan kelas laporannya sebaiknya dibuat secara bertahap, per siklus. Maksudnya agar hal-hal yang bersifat kualitatif tidak terlupakan; dengan demikian laporan akan bersifat lebih holistik, melihat berbagai aspek pembelajaran. pembuatan laporan secara bertahap juga akan membuat pekerjaan terasa lebih ringan. Laporan akhirnya lebih berupa kompilasi dari laporan per siklus. Bagian terakhir dari Bab 3 adalah Daftar Pustaka. Semua referensi yang ada dalam proposal harus didukung dengan daftar pustaka. Daftar pustaka hendaknya bersifat asli dan baru. Asli artinya diambil dari penulisnya secara langsung; baru artinya tahun penerbitan sedapat mungkin 10 tahun terakhir. Satu atau dua yang usianya lebih dari 10 tahun masih dapat diterima. Anda bebas memilih cara penulisan daftar pustaka asalkan konsisten. Berikut ini adalah contoh dari daftar pustaka: Daftar Pustaka Druxes, Herbert, dkk. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Alih Bahasa: Soeparno. Bandung: CV Remadja Karya Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta Purwanto, Ngalim. (2008). Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) Reid, Barbara. (2010). The Concept Attainment Strategy. The Science Teacher, Vol. 078 Issue 1 Suparno, Paul. (2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika . Jakarta: Grasindo Uno, Hamzah B. (2008). Model Pembelajaran. diakses dari http://asepawaludinfajari.wordpress.com/2011/11/22/concept-attainment-modelmodel-pembelajaran-perolehan-konsep/ tanggal 22 Maret 2012 Winasmadi, Praja Achsani. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika dengan Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga Kelas VII. Jurnal PP, No. 1 Vol. 2 Desember 2011.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 213
d. Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Untuk menyusun laporan akhir penelitian harus mengikuti acuan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/golongan guru melalui pengembangan profesi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1) Kelengkapan laporan dan sistematika sebagai berikut: SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (KALAU ADA) DAFTAR GAMBAR (KALAU ADA) DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB A. B. C. D.
2 KAJIAN PUSTAKA Deskripsi Teori Hasil Penelitian Yang Relevan Kerangka Pikir Hipotesis Tindakan
BAB A. B. C. D. E. F. G. H.
3 METODE PENELITIAN Settin Penelitian Metodologi Penelitian Siklus Penelitian Kriteria Penelitian Instrumen Penelitian Analisis Data Kolaborasi Jadual Penelitian
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Contoh perangkat pembelajaran 2. Instrumen 3. Personalia 4. Data 5. Bukti lain pelaksanaan (foto, CD, hasil pekerjaan siswa, berita acara seminar hasil penelitian) 2) Deskripsi dari tiap-tiap komponen di atas adalah sebagai berikut: SAMPUL LAPORAN Format sampul laporan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian Pendidikan Nasional HALAMAN PENGESAHAN Format halaman pengesahan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian Pendidikan Nasional Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 214
ABSTRAK Abstrak berisi ringkasan permasalahan dan cara pemecahan masalahnya, tujuan, prosedur, dan hasil penelitian. Abstrak diketik satu spasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (lebih baik bila ada). Jumlah kata dalam abstrak tidak melebihi 200 kata (ada juga yang menetapkan 250 kata) dan dilengkapi dengan kata kunci 3 – 5 kata KATA PENGANTAR Kata pengantar berisi hal-hal yang akan disampaikan oleh peneliti sehubungan dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Di bagian ini dapat pula disampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelaksanaan penelitian.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
DAFTAR ISI Daftar isi memuat bagian awal laporan, bab dan sub-bab, bagian akhir, disertai pencantuman nomor halamannya. DAFTAR TABEL Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam laporan disertai pencantuman nomor halamannya. Judul tabel berada di bagian atas tabel. DAFTAR GAMBAR Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada dalam laporan disertai pencantuman nomor halamannya. Judul gambar berada di bagian bawah gambar. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang diambil selama proses penelitian berlangsung dan berguna antara lain untuk menggambarkan situasi kelas/laboratorium,respon/mimik siswa selama dilaksanakan tindakan, hasil karya siswa, grafik/diagram batang yang menggambarkan data hasil penelitian. BAB 1 – 3 Isi sama dengan proposal Penelitian Tindakan Kelas pada pembahasan sebelumnya. BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada awalnya dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian masing-masing siklus dengan desertai data lengkap beserta aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi ke dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus kedalam suatu ringkasan tabel/grafik. Dari tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian yang disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun segi negatifnya. DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan hanya yang benar-benar dirujuk dalam naskah. Daftar pustaka ditulis secara konsisten dan alphabetis. Daftar pustaka dapat bersumber dari buku, jurnal, majalah, dan internet. LAMPIRAN Lampiran memuat contoh perangkat pembelajaran: RPP, kurikulum, silabus, instrumen yang digunakan, personalia, data, foto pelaksanaan penelitian dan bukti lain pelaksanaan termasuk berita acara seminar hasil penelitian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 215
B. Contoh Penelitian Tindakan Kelas dalam PAUD Judul PTK “Peningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Usia 6-7 Tahun Melalui Permainan Teka-teki (Penelitian Tindakan di SDN 05 Utan Kayu, Jakarta Timur)” Bab 1 Pendahuluan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Latar Belakang Masalah Masa usia dini merupakan masa anak mulai mengenal diri dan lingkungan. Masa usia dini merupakan masa berlangsungnya proses pendidikan, yaitu sejak anak berada dalam kandungan, masa bayi hingga anak berumur delapan tahun. Masa usia dini merupakan masa keemasan untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan anak dengan memberikan berbagai rangsangan atau stimulasi yang positif. Usia dini merupakan usia anak membutuhkan berbagai stimulasi positif yang dapat diberikan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Anak usia dini memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dengan anak yang usianya berada di atas delapan tahun, baik dari segi fisik, intelektual, emosi, kreativitas, bahasa dan sosial. Banyak aspek kemampuan dalam diri anak yang perlu mendapat stimulasi agar dapat teraktualisasikan. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan pada usia dini disamping aspek kemampuan yang lain, seperti kognitif, motorik dan sosial emosional. Kemampuan berbahasa memungkinkan manusia untuk dapat saling berkomunikasi, baik itu mengkomunikasikan pikiran, perasaan maupun sikap dan dengan bahasa pula manusia dapat meningkatkan kemampuan intelektual. Tanpa memiliki kemampuan berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak akan dapat dilakukan. Tanpa bahasa manusia juga tidak akan dapat mengembangkan diri dan lingkungannya, karena tanpa bahasa tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki pada orang lain. Bahasa memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Semiawan menyatakan bahwa bahasa berfungsi untuk menyatakan diri (fungsi ekspresi), menyampaikan pendapat, menangkap pikiran dan perasaan orang lain (fungsi sosial).1 Fungsi tersebut dapat dimiliki seseorang terutama jika anak mempunyai ragam kemampuan terutama kemampuan berbahasa. Mampu berbahasa, berarti mampu mengekspresikan suatu hal dengan mempergunakan kosa kata yang dimiliki. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki anak, semakin besar kemungkinan anak mampu berbicara. Pengembangan dan penguasaan berbagai macam kosa kata merupakan sarana untuk membantu anak untuk terampil berbahasa terutama dalam terampil berbicara, maka tidaklah mengherankan jika anak-anak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada orang di sekitarnya (misalnya: orang tua, guru) tentang hal-hal yang dilihat, serta akan memberikan wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang membuat belajar dalam segala hal akan lebih mudah. Penguasaan kosa kata merupakan unsur penting dalam usaha peningkatan kemampuan berbahasa. Pembelajaran kosa kata merupakan penguasaan sejumlah kosa kata yang harus dikuasai anak sesuai dengan jenjang pendidikan di kelas. Penguasaan kosa kata dapat membantu anak dalam meningkatkan pemahamannya, sehingga memudahkannya dalam menjalankan proses belajar mengajar. Semakin meningkatnya kosa kata, maka anak akan memahami banyak hal dan dapat mempergunakan kosa kata tersebut dalam berbagai bentuk dan situasi, misalnya dalam bentuk kalimat ketika anak ingin mengungkapkan perasaannya atau ingin menyampaikan informasi. Dengan demikian pembelajaran kosa kata perlu mendapat perhatian khusus dalam proses pembelajaran anak usia dini. Banyak hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran kosa kata pada anak berhasil sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, diantaranya dalam sistem pembelajaran harus menggunakan dan mengoptimalkan berbagai macam strategi dan metode agar dapat Conny R Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), h. 49 1
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 216
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
berhasil melakukan perbaikan bahasa anak khususnya kosa kata. Guru, terutama guru kelas satu harus selalu berusaha memperkaya kosa kata anak didiknya. Penggunaan media secara efektif harus selalu diterapkan agar tujuan pembelajaran kosa kata tercapai. Penerapan metode dan teknik yang tepat bagi anak juga harus diperhatikan karena usia antara 6-7 tahun merupakan masa peralihan dari prasekolah ke masa Sekolah Dasar (SD), dimana pada masa ini kemampuan berbahasa anak berkembang pesat. Pemilihan media dan teknik yang tepat dalam pembelajaran akan membantu pengembangan kosa kata anak. Salah satu teknik pengembangan pembelajaran kosa kata adalah dengan permainan. Permainan merupakan kebutuhan bagi anak usia dini, mengingat bermain merupakan kebutuhan dasar bagi anak. Permainan adalah suatu bentuk kegiatan yang memiliki aturan dan peserta. Peserta yang terlibat didalamnya atau pemain-pemainnya bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. Permainan juga merupakan selingan dari kegiatan-kegiatan belajar secara rutin yang dapat menghilangkan kejenuhan, membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, santai, bahagia, namun tetap memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan anak pada berbagai aspek perkembangan. Masa bermain adalah masa yang cocok untuk usia dini, tidak hanya senang dengan permainan fisik, tetapi juga dengan keterampilan intelektual, bahasa, fantasi, serta mulai terlibat dalam permainan kelompok atau tim untuk belajar memahami tentang persaingan alamiah. Freud menyatakan bahwa perasaan orang yang terlibat dalam bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif.2 Anak didik, terutama dalam masa pertumbuhan segera secara langsung menanggapi dengan positif bila ada ajakan bermain. Sebagai salah satu kebutuhan, maka dengan berbagai teknik dan cara anak akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan bermainnya. Ada banyak cara dan alat yang dapat digunakan anak untuk bermain. Dengan demikian, akan ditemukan keanekaragaman teknik dan alat bermain anak. Oleh karena itu, pengembangan teknik dan alat permainan sangat dibutuhkan untuk peningkatan kualitas bermain anak usia dini. Bermain tidak akan berhasil jika tidak ada interaksi dan komunikasi baik secara aktif maupun pasif, karena kedua hal tersebut merupakan sarana efektif dalam proses terjadinya kegiatan bermain ataupun permainan (selain media yang digunakan dalam kegiatan bermain). Dengan berinteraksi dan berkomunikasi dalam bermain, secara tidak langsung dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak, karena bahasa merupakan sarana komunikasi bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Permainan yang dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak dapat disebut permainan bahasa. Melalui permainan bahasa anak dapat memperluas kosa kata, bercerita secara sederhana serta lancar dalam mengeluarkan kata-kata sederhana yang bermakna. Perkembangan kemampuan berbahasa anak secara tepat dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan kalimat dengan baik dan benar. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa diantaranya adalah bercakap-cakap, bercerita dan tanya jawab. Kegiatan permainan bahasa sangat bermanfaat bagi anak usia dini, karena pada masa tersebut anak mengalami peningkatan kosa kata yang sangat pesat, baik yang didapat melalui pengalaman baru, pengajaran langsung, membaca pada waktu senggang, ataupun mendengarkan radio dan menonton televisi. Melalui kegiatan permainan bahasa, anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang ada dalam dirinya. Permainan bahasa yang dilakukan akan dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anak dalam berkreasi membuat kata-kata sederhana, mencari sebanyak-banyaknya kosa kata baru serta merangkai kata-kata yang ada menjadi suatu kalimat sederhana atau bahkan membuat suatu cerita sederhana yang dibuat sendiri oleh anak.
Robyn Gee dan Susan Meredith, Entertaining and Educating Your Preschool Child (London: Usborne Publishing Ltd, 1997), h. 94 2
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 217
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Salah satu teknik pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa adalah permainan bahasa, khususnya permainan teka-teki yang dapat dimodifikasi menjadi beberapa jenis permainan, yaitu tebak benda, tebak gambar, dan tebak kata. Pembelajaran dengan konsep bermain yang menarik dan sesuai dengan perkembangan anak tanpa melepaskan proses pembelajaran dibutuhkan dalam pengembangan kemampuan bahasa anak. Permainan bahasa dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan informal, bebas dari ketegangan dan kecemasan namun terarah. Dalam permainan teka teki anak dilibatkan dan dituntut untuk aktif dalam memberikan hasil pemikiran, tanggapan dan membuat keputusan dalam permainan tersebut. Namun, kenyataannya berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Negeri 05 Utan Kayu khususnya kelas 1 bahwa kemampuan berbahasa anak masih kurang memadai dan permainan teka teki belum di terapkan dalam pembelajaran bahasa di sekolah. Hal ini terlihat masih banyak anak yang belum mampu: (1) mengembangkan kosa kata dalam berbicara, (2) bertanya dan menjawab pertanyaan, (3) mengembangkan karangan yang dibuatnya, dan (4) mengungkapkan tentang sesuatu hal yang diketahui dari apa yang dilihat dan didengarnya. Hal ini berarti anak kurang mampu mengungkapkan suatu hal dengan baik dan benar mengingat kemampuan berbahasa anak kurang terutama dalam penguasaan kosa kata. Bahkan ada yang tidak berani berbicara sama sekali, padahal kemampuan berbicara ini sangat penting bagi anak sebagai generasi bangsa dan negara, karena kualitas bangsa dan negara ditentukan oleh sumber daya manusianya. Menyadari kelemahan-kelemahan tersebut peneliti terdorong untuk mengembangkan kosa kata anak khususnya kosa kata Bahasa Indonesia yang harus bertambah, baik yang berasal dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Hal ini tentu akan berdampak pada pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu bertambahnya kosa kata yang harus dikuasai anak. Untuk itu diperlukan cara agar anak mau ikut aktif dalam proses pembelajaran. Berbagai kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan harus disiapkan untuk merangsang keaktifan anak. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk membahas penerapan permainan teka teki untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia 6-7 tahun. Peneliti mencoba untuk terjun langsung dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberikan stimulasi melalui kegiatan bermain teka teki untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, khususnya kemampuan mendengar atau menyimak dan kemampuan berbicara pada anak usia 6-7 tahun di SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur? C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak. D. Manfaat Penelitian Bagi Sekolah, memberikan masukan pada pihak sekolah dalam usaha peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa anak, seperti media, metode, proses pembelajaran, perpustakaan, area bahasa, dan seni serta area lain yang dapat menunjang kemampuan anak dalam berkreasi. Bagi pendidik, dapat memotivasi guru dalam berkreasi guna membantu anak mengembangkan kemampuan berbahasa anak melalui berbagai kegiatan permainan bahasa. Bagi orang tua, memberikan informasi tentang upaya pengembangan berbahasa anak dengan penerapan permainan teka-teki. Bagi masyarakat umum, memberikan informasi pengembangan kemampuan berbahasa anak agar dapat diterapkan di lingkungan masing-masing.Bagi peneliti selanjutnya, menjadi acuan untuk meneliti kembali bagaimana cara yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan kemampuan berbahasa anak selain permainan teka teki.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 218
Kajian Pustaka (Bab 2) Bab 2 Kajian Pustaka A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Hakikat Kemampuan Berbahasa a. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keingintahuan maupun kebutuhannya. Anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa anak tidak hanya mengarah pada kemampuan membaca saja, namun didukung oleh kemampuan menguasai kosa kata, pemahaman serta kemampuan berkomunikasi. Bahasa merupakan tanda atau simbol dari benda-benda serta menunjukkan pada maksud tertentu. Menurut Hurlock, bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas, seperti tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni.3 Pendapat tersebut menyatakan bahwa kata dan kalimat di dalam bahasa selalu menyampaikan arti-arti tertentu di dalam komunikasi dengan orang dewasalah bahasa anak itu muncul dan bisa berkembang. Bahasa adalah alat transformasi yang merupakan cermin peradaban. Montessori berpendapat ”language is an instrument of collective thought”.4 Pendapat ini mengandung arti bahwa bahasa adalah alat bagi sekelompok masyarakat untuk mengekspresikan pemikirannya. Manusia berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan manusia lain. Proses komunikasi terjadi melalui perantara bahasa. Hal-hal yang akan diungkapkan manusia antara lain pikiran, perasaan, kebutuhan, dan keinginan kepada orang lain diutarakan melalui perantara bahasa. Chaer mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. 5 Pendapat ini mengandung arti bahwa bahasa sebagai sistem terdiri atas beberapa subsistem (fonologi, sintaksis dan leksikon) yang dalam kinerjanya bersifat sistematis. Sistem lambang bahasa berupa bunyi yang dihasilkan dari alat ucap manusia. Sistem bahasa bersifat arbitrer mempunyai arti bahwa antara lambang yang berupa bunyi tidak memiliki keterkaitan atau hubungan dengan konsep yang dilambangkan atau diwakili. Sistem bahasa mempunyai fungsi sosial sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi di dalam masyarakat. Bahasa pada anak meliputi kemampuan mendengar atau menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berbicara dan mendengar atau menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung dan merupakan komunikasi tatap muka.6 Pada usia awal sekolah dasar yang paling umum dikuasai anak yaitu kemampuan mendengar atau menyimak dan berbicara. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada individu yang didahului keterampilan mendengar atau menyimak. Banyak pihak menganggap bahwa mendengar atau menyimak merupakan keterampilan yang paling penting diantara keterampilan lain. Pada usia ini anak mudah sekali beraksi terhadap suara atau bunyi yang didengar, isyarat atau perkataan dan gambar yang menarik. Kemampuan membaca dan menulis biasanya berawal ketika anak senang melihat gambar melalui buku-buku cerita bergambar. Pada masa ini anak-anak senang sekali meniru baik meniru tulisan maupun gambar yang dilihatnya. Bahasa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang. Bahasa merupakan kesepakatan bersama yang berlaku secara universal. Bahasa merupakan kemampuan yang harus dikembangkan untuk menunjang kemampuan berkomunikasi. Pengembangan kemampuan bahasa dapat dilakukan melalui permainan-permainan yang sifatnya menyenangkan bagi anak.
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak I (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 176 Maria Montessori, Curriculum Planning (London: Modern Montessori International, 2002), h. 74 5 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 30 6 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 28 3 4
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 219
b. Fungsi Bahasa Bahasa memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dengan bahasa manusia dapat berpikir dan belajar dengan lebih baik. Bahasa memungkinkan manusia dapat mengekspresikan sikap dan perasaan. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan dan dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain. Menurut Bromley, bahasa adalah “ an ordered system of symbols for transmitting meaning.
Language is a refinement of communication that involves a specified symbol system recognized and used by a certain group to communicate ideas and information.”7 Pendapat ini mengandung arti
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
bahwa bahasa adalah sistem simbol yang ditata untuk menyampaikan arti. Bahasa adalah suatu kehalusan tutur kata dalam komunikasi yang meliputi suatu simbol yang telah ditetapkan, dikenali dan digunakan oleh kelompok tertentu untuk mengkomunikasikan ide-ide dan informasi. Bahasa sebagai sistem yang mengandung simbol, tanda aturan tertentu disusun secara sistematis dan telah disepakati dalam suatu kelompok tertentu yang menggunakannya. Bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok sosial dapat berbeda dengan kelompok lainnya. Bahasa mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan. Lubis menjelaskan bahwa bahasa mempunyai tiga fungsi, yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi, alat untuk mempengaruhi orang lain, alat untuk memberi nama. 8 Berdasarkan fungsi di atas dapat dikatakan bahwa bahasa berfungsi untuk menyatakan ekspresi seseorang akan suatu hal, mempengaruhi orang lain, dan memberikan nama untuk mewakili benda. Bahasa memungkinkan seseorang untuk dapat menyatakan ekspresi, keinginan, permohonan, alasan, perasaan atau empati, menunjukkan kepunyaan, mempengaruhi orang lain, berfantasi, dan sebagai alat penghubung sosial. Heyster berpendapat bahwa fungsi bahasa bagi anak dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu bahasa sebagai pernyataan jiwa, bahasa sebagai peresapan atau mempengaruhi orang lain dan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pandapat. 9 Selanjutnya Michel yang dikutip Chaer mengemukakan bahwa fungsi bahasa terdiri dari fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainmen. 10 Dari dua kutipan tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa fungsi bahasa. Fungsi tersebut berkaitan dengan diri sendiri dan diri orang lain di lingkungannya. Fungsi tersebut berguna untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri dalam berinteraksi dalam lingkungan. Fungsi ekspresi berkaitan dengan pernyataan perasaan misalnya perasaan senang, benci, kagum, marah, dan sedih. Fungsi informasi berkaitan upaya penyampaian pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi berkaitan upaya menjelaskan suatu hal, perkara dan keadaan. Fungsi persuasi berkaitan dengan penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi dan mengajak orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Fungsi entertainmen berkaitan penggunaan bahasa untuk menghibur dan menyenangkan orang lain. Dengan demikian bahasa sangat berguna untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri dalam berinteraksi dalam lingkungan. Kemampuan bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia baik orang dewasa maupun anak-anak, dengan demikian kemampuan berbahasa harus diasah dan dikembangkan sejak usia dini, khususnya pada masa peka sehingga kemampuan bahasa anak dapat berkembang dengan optimal. c.
Komponen Bahasa Keterampilan berbahasa berkaitan erat dengan komponen bahasa. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan tentang bahasa mencakup diantaranya komponen bahasa dan kosa kata. Pada aliran linguistik mana pun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga komponen, yaitu sintaktik, fonologi dan semantik. 11 Fonologi atau suara adalah sistem suara yang membentuk kata. Sintaktik adalah tata bahasa atau susunan kata yang membentuk kalimat. Sematik merupakan hubungan antara ide dan kata yang membentuk arti dari kata-kata yang disusun. Pendapat di atas mengandung arti bahwa fonem merupakan suara atau bunyi untuk membentuk kata atau unit bahasa terkecil yang disebut morfem. Morfem dapat berupa keseluruhan Karen D. Bromley, Language Arts: Exploring Connections Second Edition (New York: Simon and Schuster, 1992), h. 15 8 Zulkifli Lubis, Psikologi Perkembangan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), h. 34 9 RP. Tambunan, Ilmu Jiwa Berkembang (Jakarta: IKIP,1978), h.13 10 Abdul Chaer, op. cit., h. 33 11 Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 18 7
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 220
kata atau bagian dalam satu kata. Morfem disusun dalam susunan kata atau sintaksis sehingga menjadi kalimat yang disusun oleh kata-kata. Dengan demikian dapat dideskripsikan secara singkat bahwa bahasa memiliki tiga komponen, yaitu fonologi (suara), semantik (arti), dan sintaksis (aturan tata bahasa). Ketiga komponen bahasa saling berkaitan dalam penggunaannya sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungan sosial.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Tahapan Perkembangan Bahasa Berpijak pada pemikiran kaum behavioris bahwa bahasa merupakan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan, maka faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang pertama dan utama bagi setiap anak (individu) adalah Iingkungan keluarga. Artinya, di dalam keluarga itulah terjadi interaksi antara orang tua (ayah dan ibu) dan anak dalam proses pengasuhan. Semua anak mempelajari bahasa ibu. Pada usia yang kira-kira sama, anak mewujudkan pola perkembangan bicara yang hampir sama, walaupun berbeda latar belakang budaya. Tugas-tugas perkembangan bahasa tidak hanya meliputi pengendalian mekanisme suara tetapi juga kemampuan untuk memperluas arti dan menghubungkannya dengan kata-kata yang berfungsi sebagai simbol arti. Tugas-tugas perkembangan ini jauh lebih sulit daripada apa yang tampak mula-mula, maka dapat dimengerti bahwa yang akan diletakkan hanyalah dasar-dasar keterampilan yang terlibat dalam bicara. Pola perkembangan bahasa secara umum, yaitu belajar mengenal suara baik vokal maupun konsonan, belajar penggabungan suara, belajar kata-kata, belajar fungsi kata yaitu kata benda, kata kerja, dan kata sifat lalu dilanjutkan dengan belajar penggabungan kata dan yang terakhir adalah membuat kalimat. Pola perkembangan bahasa dimulai dari urutan yang termudah yaitu, belajar mendengar sampai pada kemampuan berbicara yang melibatkan kemampuan mendengar dan membuat kata-kata dalam sebuah kalimat. Tugas dan pola perkembangan bahasa masing-masing individu memiliki irama dan waktu yang berbeda. Namun, secara umum beberapa pakar dapat mengidentifikasi dalam beberapa tahap. Dalam pola belajar berbicara biasanya terdapat empat bentuk prabicara: menangis, bergumam (bubling), berceloteh, isyarat, dan mimik serta untuk pengungkapan emosi. Menangis amat sering dilakukan selama bulan-bulan pertama, meskipun dari sudut pandang jangka panjang, mengoceh atau berceloteh merupakan tindakan yang paling penting karena sebenarnya inilah yang mengembangkan kemampuan berbicara. Belajar berbicara mencakup tiga tugas yang sulit dan tidak saling berhubungan. Bayi belajar bagaimana mengucapkan kata-kata, menggunakan kosa kata dengan rnenghubungkan pengertiannya dengan kata-kata yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan maksudnya pada orang lain, dan menggabungkan kata-kata menjadi kali mat yang dimengerti oleh orang lain. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan bahwa tahapan perkembangan bahasa terdiri dari pengucapan huruf, membangun kosakata, dan membangun kalimat. Pengucapan dimulai dari saat bayi belajar mengucapkan kata-kata sebagian melalui cobacoba tetapi terutama dengan meniru ucapan orang dewasa. Huruf mati dan campuran huruf mati lebih sulit diucapkan bayi daripada huruf hidup dan diftong. Anak-anak sulit belajar mengucapkan bunyi tertentu dan kombinasi bunyi, seperti dua huruf mati , w, d, s, dan g dan kombinasi huruf rnati st- str, dr, dan fl. Ada anak usia dua tahun telah dapat membunyikan huruf [p], [b], [t], [d], [h], fm], [n], [1L [wj, [y], [k], [s], [rj]. Banyak ucapan bayi yang tidak dapat dimengerti sampai usia delapan belas bulan, setelah itu berangsur-angsur terjadi kemajuan yang mencolok. Membangun kosa kata dimulai saat bayi mulai belajar nama-nama orang dan benda. Sesaat sebelum masa bayi belajar beberapa kata sifat seperti "manis" dan "nakal," dan juga beberapa kata keterangan. Kata depan, kata penghubung dan kata ganti umumnya belum dipelajari sampai awal masa kanak-kanak. Kosa kata meningkat dengan bertambahnya usia. Kosa kata anak-anak rneningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata lama. Peningkatan kosa kata yang pesat selama awal rnasa kanak-kanak. Dalam menambah kosa kata anak-anak mudah belajar kata-kata yang umum seperti "baik" dan "buruk," "memberi" dan "menerima" dan juga banyak katakata dengan penggunaan khusus seperti bilangan dan nama-nama warna. Anak usia tiga tahun telah dapat menyebutkan kata sebagai berikut dengan bunyi [datal] "gatal", [ladi] "lagi", [dalpu] [galpu] "garpu", [dulita] [gulita] "gurita". Menyusun kalimat dengan "kalimat" bayi yang pertama muncul antara usia dua belas dan delapan belas bulan, biasanya terdiri dari satu kata yang disertai dengan isyarat. Lambat laun katakata merambat dalam kalimat, tetapi isyarat masih banyak digunakan sampai memasuki masa kanakkanak. Kalimat biasanya terdiri dari tiga atau empat kata sudah mulai disusun oleh anak usia dua tahun dan biasanya oleh anak usia tiga tahun. Kalimat ini banyak yang tidak lengkap, terutama terdiri
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 221
dari kata benda dan kurang kata kerja, kata depan dan kata penghubung. Sesudah usia tiga tahun, anak membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata. Pada mulanya, isi pembicaraan anak-anak bersifat egosentris dalam arti ia terutama bicara tentang dirinya sendiri, berkisar pada minat, keluarga, dan miliknya. Menjelang akhir awal masa kanak-kanak mulailah pembicaraan yang bersifat sosial dan anak berbicara tentang orang lain di samping dirinya sendiri. Namun banyak dari pembicaraan sosial awal ini sebenarnya tidak bersifat sosial karena isinya lebih banyak mengarah pada kritik kepada orang lain dalam bentuk pengaduan atau keluhan. Kebanyakan anak-anak juga memberi komentar buruk, komentar yang merendahkan orang lain, mengenal perilaku dan miliknya. Lain halnya dengan Piaget dalam Sinolungan mengajukan pola perkembangan bahasa sebagai berikut : (1) Tahap sensori motor usia 0-2 tahun, bergantung para refleks dan bawaan, (2) Tahap fungsi semiotis usia 2 – 4 tahun, dengan kemampuan berpikir simbolis, (3) Tahap egosentris 4 – 7 tahun, yang berpusat pada aku (ego) dimana anak belum memperhatikan pendapat orang lain. Mereka yang berusia 7 tahun atau lebih mampu berkomunikasi secara verbal. 12
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Secara umum setiap anak pada usia tertentu mempunyai pola perkembangan bahasa yang sama meskipun ada perbedaan individu. Pola tersebut meningkat secara bertahap dan berkesinambungan, dimulai dengan menangis, mengoceh, membentuk satu kata, banyak kata dan kalimat. Oleh karena itu, anak selalu terlibat dalam berbagai peristiwa, banyak melihat (mengamati), belajar mendengar dan mengekspresikan berbagai keinginan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa. e. Aspek Kemampuan Bahasa Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi mempunyai beberapa aspek. Sower menyatakan bahwa aspek bahasa dapat dibagi menjadi jenis yaitu aspek reseptif dan aspek ekspresif/produktif. Jika ditinjau dari cara penyampaiannya maka aspek bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu secara lisan dan secara tertulis.13 Aspek reseptif (menerima informasi) bahasa meliputi keterampilan menyimak dan membaca. Aspek ekspersif/ produktif (menyampaikan informasi) bahasa meliputi keterampilan berbicara dan menulis. Kemampuan mendengar atau menyimak adalah kemampuan pertama yang dimiliki oleh anak, bahkan sejak dalam kandungan. Jalongo menerangkan bahwa 80 persen informasi yang ada kita peroleh dengan kemampuan mendengar.14 Kemampuan mendengar merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pengetahuan. Oleh karena itu kemampuan ini harus distimulasi sedini mungkin dengan cara yang tepat. Salah satunya dengan adanya anjuran bagi para orang tua untuk sesering mungkin berkomunikasi dengan anak mereka sedini mungkin, bahkan sejak anak berada dalam kandungan. Mengajak anak berbicara adalah stimulasi yang tepat untuk mengembangkan kemampuan mendengar anak. Kemampuan berbahasa yang berkembang setelah kemampuan mendengar adalah kemampuan berbicara. Ketika anda mengajak anak anda berbicara, ia akan menyerap semua katakata yang anda ucapkan. Setelah alat berbicaranya matang maka anak akan mengeluarkan semua informasi berupa kata-kata yang didengarnya. Jalongo menerangkan bahwa berbicara berkaitan dengan interaksi sosial. Ketika di dalam kelas, bagaimanapun juga guru secara keseluruhan mengumpulkan penggunaan bahasa anak dengan mendefinisikan ketika anak berbicara, apa yang mereka bicarakan dan untuk berapa lama.15 Dengan demikian, untuk mengembangkan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang melibatkan anak dalam interaksi sosial. Kemampuan berbahasa dapat dikaitkan dengan aspek perkembangan yang lain. Membaca, menulis, dan bahasa lisan bukanlah komponen yang terpisah satu sama lain dalam kurikulum atau merupakan komponen yang berdiri sendiri, namun komponen tersebut ada dalam setiap kegiatan
A. E. Sinolungan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Manado: Universitas Negeri Manado, 2001), h. 139 13 Jayne Sower, Language Art in Early Education (Georgia: George Fox University, 2000), h. 2 14 Mary Renck Jalongo, Early Childhood Language Arts (USA: Pearson Education, Inc., 2007), h. 76 15 Ibid., h. 102 12
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 222
yang dilakukan anak usia dini, seperti sains dan pelajaran sosial, serta juga dapat terintegrasi dengan kegiatan seni.16 Aspek dalam kemampuan berbahasa tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Mengenai hubungan antara kemampuan berbahasa, Zuchdi dan Budiasih menyatakan bahwa empat kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, meskipun masing-masing keterampilan memiliki ciri tertentu. Oleh karena itu, adanya hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan lain.17 Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan tentang bahasa berdasarkan aspek-aspek kemampaun bahasa. Pengetahuan tentang bahasa mencakup komponen bahasa dan kosakata. Semua keterampilan berbahasa bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki seseorang.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 6-7 Tahun Perkembangan bahasa pada anak mempunyai bentuk yang berbeda-beda tiap masanya. Papilaya menguraikan tentang kemampuan berbahasa anak sebagai berikut: Anak usia 5-7 tahun sudah dapat mengartikan kata sederhana, tahu beberapa lawan kata. Anak sudah dapat menggunakan beberapa kata sambung, kata depan dan kata sandang dalam pembicaraan sehari-hari. Bahasa egosentrisnya mulai berkembang dan lebih banyak bahasa sosial. Pada usia ini anak sudah memiliki kurang lebih 2000-25.000 perbendaharaan kata.18 Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa anak usia 6-7 tahun masuk ke dalam masa kalimat majemuk dimana kemampuan berbahasa anak mulai meningkat. Anak mampu mengucapkan kalimat yang panjang, dapat menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk dan mempunyai perbendaharaan kata yang cukup tinggi. Hurlock secara terperinci juga memperkirakan bahasa anak usia kurang lebih 7 tahun (kelas satu) memiliki 20.000-24.000 perbendaharaan kata, anak kelas enam mengetahui kira-kira 50.0000 kata.19 Kutipan tersebut menunjukkan tingginya perbedaharaan kata yang dimiliki anak usia 6 – 7 tahun dilihat dari perbedaharaan kata. Kemampuan tersebut akan berkembang optimal bila memperoleh motivasi yang tepat. B. Acuan Teori Rancangan-rancangan atau Disain-disain Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih 1. Hakikat Permainan a. Pengertian Permainan Bermain merupakan bagian yang penting dalam seluruh kehidupan anak. Bermain bersifat alamiah, menyenangkan, sukarela, spontan dan tidak mempunyai tujuan secara langsung. 20 Istilah permainan berasal dari kata “main-main”, yang berarti perbuatan untuk menyenangkan hati yang dilakukan baik menggunakan alat atau tidak. Bermain dan permainan pada dasarnya mengandung makna yang sama, namun permainan lebih ditekankan pada kegiatan yang dilakukan dengan aturanaturan yang telah disepakati bersama. Bermain adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena terdapat unsur kegembiraan. Bermain merupakan cara bagi anak untuk meniru dan menguasai perilaku orang dewasa untuk mencapai kematangan, dalam hal ini bukan hanya terkait dengan pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan sosial dan mentalnya. Para ahli menyatakan bahwa bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. 21 Anak-anak tidak pernah merencanakan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ketika melihat objek yang menarik maka saat itu juga dapat timbul minat untuk bermain, dengan kata lain kapan saja, dimana saja, dan dengan objek apa saja anak dapat bermain.
Weafer, Constance, Reading Process and Practice: From Socio-psycholinguistic to Whole Language (Portsmouth, N.H.: Heinemann, 1988), h. 44-45 17 Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas Rendah (Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h. 100 18 Diane E Papilaya, A Child World Infancy Through Adolescence (New York: Mc Graw Hill, 1982), h. 318 19 Elizabeth Hurlock, op. cit., h. 189 20 George W. Maxim, The Very Young (USA: Macmillan Publishing Company, 1993), h. 144 21 Seto Mulyadi, Bermain dan Kreativitas (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004), h. 54 16
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 223
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Setiap permainan yang dilakukan anak mempunyai makna dan fungsi sendiri bagi anak yang akan berguna dimasa sekarang atau dimasa yang akan datang. Menurut Gross, permainan dipandang sebagai latihan fungsi-fungsi yang sangat penting dalam kehidupan dewasa nanti. 22 Sebagai contoh, permainan peran, anak perempuan yang bermain dengan bonekanya dianggap sebagai latihan bagi perannya kemudian sebagai seorang ibu. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa permainan yang dilakukan anak merupakan latihan yang akan berguna di masa yang akan datang. Hurlock mengemukakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar. 23 Didalam permainan terdapat unsur rintangan atau tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu kadang berupa masalah kadang pula berupa suatu kompetisi. Bermain memberikan anak kesempatan untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bermain dapat memberikan dampak dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Dockett dan Fleer berpendapat bahwa pendidik perlu memahami mengapa bermain mempunyai potensi untuk menjadi faktor yang penting dalam pengajaran dan pembelajaran dan perlu menyadari dampak dari perbedaan pandangan secara teoretik tentang bermain .24 Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa bermain mempunyai potensi besar dan dampak yang berarti dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Bermain tidak hanya berfungsi sebagai metode pembelajaran. Schaller mengutarakan pendapatnya bahwa permainan sebagai kelonggaran seseorang sesudah melakukan tugasnya dan sekaligus mempunyai sifat membersihkan. 25 Maksud dari pendapat tersebut bahwa permainan dapat berfungsi sebagai alat untuk menghilangkan lelah atau relaksasi saat seseorang berada dalam situasi yang membosankan, dengan demikian bukan hanya anak-anak yang membutuhkan permainan untuk mendapatkan kesenangan tetapi juga orang dewasa. Permainan berisi aktivitas yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh suatu kemampuan dengan cara yang menggembirakan. Aktivitas dalam bermain dapat berbentuk menagkap, mengejar, melempar, berbicara, mendengarkan dan memecahkan masalah. Aktivitasaktivitas tersebut kadang kala dapat dilakukan dengan mudah, namun juga mempunyai kesulitan dan unsur rintangan berbeda yang harus dihadapi oleh anak saat bermain. Situasi ketika melakukan aktivitas tersebut memberikan latihan yang menyenangkan dan akhirnya membentuk pengalaman. Melalui aktivitas dan pengalaman yang dilakukan, anak akan memiliki keterampilan atau kemampuan tertentu. b. Manfaat Bermain dan Permainan Semakin banyak kegiatan bermain yang dilakukan anak, maka semakin banyak manfaat yang diperoleh anak. Kegiatan bermain yang dilakukan anak memberikan begitu banyak manfaat untuk pengembangan berbagai aspek perkembangan diri antara lain fisik, motorik kasar dan motorik halus, sosial, emosi atau kepribadian, kognisi, mengasah ketajaman penginderaan serta mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. 26 Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat digemari oleh anak-anak pada masa usia dini dan sebagian waktu anak digunakan untuk bermain sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa usia dini adalah usia bermain. Anak yang mendapatkan kesempatan bermain dengan melibatkan gerakan-gerakan tubuh akan membuat tubuhnya menjadi sehat dan akan melatih serta menguatkan otot-ototnya. Dengan menggerakkan tubuh secara optimal, anak akan dengan mudah menyalurkan energi yang berlebihan sehingga tidak membuat anak merasa gelisah, seperti yang diungkapkan oleh Spencer bahwa dalam diri anak terdapat kelebihan tenaga, sehingga kelebihan tenaga tersebut harus dilepaskan dalam kegiatan bermain.27 Bermain merupakan salah satu sarana untuk melepaskan energi. Semua kegiatan yang dilakukan anak ketika bermain membutuhkan energi, baik itu untuk bergerak atau untuk berpikir. F.J. Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu, op.cit., h. 129 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 320 24 Sue Dockett dan Marilyn Fleer, Play and Pedagogyin Early Childhood (Australia: Nelson Australia Pty Limited, 2002), h. 14 25 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Main dan Permainan (Jakarta: Grasindo Widia Sarana Indonesia, 2001), h. 6 26 Ibid., h. 39-46 27 Zulkifli Lubis, op. cit., h. 39 22 23
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 224
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dari segi aspek perkembangan sosial, permainan dapat melatih anak untuk belajar berbagi, menggunakan mainan secara bergantian, melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh teman mainnya serta dapat belajar berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal mengemukakan pikiran dan perasaan maupun memahami perkataan yang diucapkan oleh teman tersebut, sehingga hubungan dapat terbina dan dapat saling bertukar informasi. Bermain juga dapat menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan menyalurkan dorongandorongan yang muncul dalam diri anak, yang dapat membuat anak merasa lebih nyaman dan relaks, misalnya jika anak merasa sering gagal untuk meraih prestasi yang bagus, ia dapat menyalurkan keinginannya dengan bermain dengan boneka-bonekanya seolah-olah ia adalah anak terpandai di kelasnya, dan sebagainya. Manfaat yang paling penting saat melakukan kegiatan bermain adalah mengembangkan kemampuan kognitif anak, seperti kemampuan berbahasa, kreativitas, daya pikir serta daya ingat. Cara paling mudah dalam meningkatkan kemampuan yang ada dalam diri anak adalah dengan memberikan kebebasan dan membiarkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya melalui bermain, dengan bermain akan lebih mudah bagi anak untuk menyerap dan menyimpan informasi yang diterima daripada mengajarkan anak secara formal karena rentang perhatian anak usia prasekolah sangat singkat, sehingga anak akan merasa cepat bosan. Beda halnya jika pengetahuan yang akan disampaikan dilakukan sambil bermain. Dengan bermain, akan mudah melihat minat dan kemampuan anak tanpa harus bersusah payah mengajarkannya. Senada dengan Tedjasaputra, Hurlock mengemukakan bahwa: Bermain dapat memberikan berbagai manfaat bagi anak, seperti: mengembangkan aspek fisik, dorongan komunikasi, penyaluran energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber belajar, rangsangan bagi kreativitas, perkembangan wawasan diri, belajar bermasyarakat, standar moral, belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin dan perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.28 Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan kembali bahwa kegiatan bermain dapat membantu anak dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang ada dalam dirinya, serta dapat memberikan kebebasan pada anak untuk menjelajah lingkungannya sehingga akan menghadirkan kesenangan tersendiri bagi anak serta dapat menumbuhkan kreativitasnya. Mulyadi mengemukakan manfaat kegiatan bermain bagi anak dari segi yang tidak jauh berbeda dengan pendapat ke dua ahli sebelumnya, yaitu bermain memberikan manfaat bagi fisik, terapi, edukatif, kreativitas, pembentukan konsep diri, sosial serta moral anak. 29 Dari pendapat di atas dapat diutarakan bahwa dengan bermain akan meningkatkan potensi-potensi kritis dalam diri anak, mempersiapkan fungsi intelektual serta mempersiapkan aspek emosi dan sosial anak pada saat memasuki masa sekolah. Dengan demikian, bermain berkembang bukan hanya menjadi sarana yang dapat dinikmati dan menyenangkan saja tetapi juga bersifat mendidik anak sejak dini. c.
Tahap-tahap Perkembangan Bermain Bermain, selain berfungsi penting bagi perkembangan pribadi juga memiliki fungsi sosial dan emosional. Melalui bermain, anak merasakan berbagai pengalaman emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui bemain pula anak memahami kaitan antara dirinya dan lingkungan sosialnya, belajar bergaul dan memahami aturan ataupun tata cara pergaulan. Selain itu, kegiatan bermain berkaitan erat dengan perkembangan kognitif anak. Sejalan dengan jalannya kognitif anak Jean Piaget mengemukakan tahap bermain sebagai berikut: “(1) sensory motor play, (2) symbolic atau make belive play, (3) social play games rules, (4) games with rules and sport.”30 Pada tahap sensor motor/sensory motor play (3,4 bulan-1 bulan), bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensor motor, sebelum usia 3-4 bulan. Pada tahap ini anak belum mampu bermain. Kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Namun pada usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan adalah berupa pengulangan dan disertai dengan variasi. Pada masa ini adalah masa kreativitas, pada bulan ini bayi mulai belajar mengembangkan minat dan sikap yang disebut kreativitasnya kemudian dan untuk penyesuaian
Hurlock, loc.cit. Seto Mulyadi, op.cit., h. 60-62. 30 Meyke Tejdasaputra, op. cit., h. 24-27 28 29
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 225
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dirinya dengan pola-pola yang diletakkan orang lain/orang tua. Masa ini disebut sebagai masa kritis dalam perkembangan kepribadian karena masa ini merupakan periode dimana dasar-dasar kepribadian pada masa ini diletakkan. Tahap yang kedua adalah tahap pra operasional/s ymbolic atau make believe play (2-7 tahun). Pada masa ini menjadikan anak bersikap egosentris. Dan anak dapat menggunakan berbagai benda-simbol. Bermain simbol dapat berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonstruksikan atau menggabungkan pengalaman emosional anak. Bermain simbol juga merupakan latihan berpikir serta mengarahkan anak untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Tahap yang ketiga adalah tahap konkrit operasional atau social play games rules (8-11 tahun). Berdasarkan teori di atas, tahap perkembangan bermain akan terlihat bahwa bermain yang tadinya sekedar kesenangan lambat laun mengalami pergeseran. Bukan hanya rasa sayang yang menjadi tujuan, tetapi ada suatu hasil akhir yang diinginkan yang ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik. Setiap anak pada usia yang berbeda mempunyai tahapan bermain yang berbeda pula. Hal ini juga menjadi dasar pemilihan jenis dan konsep permainan yang akan diterapkan. Apabila jenis dan konsep bermain tidak disesuaikan dengan tahapan bermain anak, maka tujuan bermain anak tidak akan tercapai. Oleh karena itu pendidik harus memahami tahapan perkembangan bermain anak yang akan melakukan kegiatan bermain. d. Karakteristik Permainan Anak Usia 6-7 Tahun Memasuki masa sekolah bukan berarti anak berhenti bermain. Aktivitas bermain masih terus dilakukan dalam berbagai kesempatan. Pada saat itu anak bermain dengan bersunggguh dengan lebih mengembangkan daya imajinasinya.31 Bila memperhatikan defenisi tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan bermain tersebut justru anak dapat belajar. Ada beberapa asumsi yang secara khusus mendasari bermain bersungguh-sungguh sebagai model pembelajaran, yaitu : (1) desain dimaksudkan sebagai pembelajaran yang alami, (2) materi pelajaran selalu digunakan dalam lingkungan pendidikan formal, (3) lingkungan belajar termasuk guru yang profesional yang bekerja berkaitan dengan siswa, (4) desain selalu berdasarkan pada teknologi yang ada, (5) sekolah yang menggunakan karya kita memiliki infrastruktur yang memadai.32 Semakin jelas bahwa bermain pada masa usia sekolah juga dapat dijadikan sebagai situasi belajar. Bahan-bahan material yang digunakan untuk memunculkan kegiatan bermain yang mendukung perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik kelompok masih tetap sama. Namun jenis dan jumlahnya sudah semakin bervariasi. Hal ini tentu disesuaikan dengan tingkat perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik yang dikembangkan. Pada aspek motorik rentang kegiatan yang diharapkan dilaksanakan anak berada pada kegiatan melibatkan diri dalam aktivitas yang berkaitan dengan otot besar, seperti melompat, memanjat, main bola dan lainnya sampai anak termotivasi untuk aktif terlibat dalam kegiatan pertandingan atau peningkatan keterampilan. Pada aspek perseptual kognitif berbagai kegiatan dilakukan antara lain mulai dari dapat memusatkan perhatian secara langsung pada satu objek dalam beberapa tahapan kegiatan sampai menunjukkan perhatian yang besar pada berbagai waktu dan tempat. Pada aspek sosial linguistik ditunjukkan dalam kegiatan yang menaruh minat pada teman sebaya dan merasa bagian dari kelompok itu, memiliki teman spesial dalam kelompok, ada kecocokan antar kelompok dan simbol-simbol khusus kelompok sampai mulai menunjukkan minat yang besar pada masyarakat dan merasa menjadi bagian dari masyarakat. Bahan bermain digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan konsep, seperti adanya kegiatan menimbang untuk mengetahui ukuran berat, menentukan mana yang lebih berat dan lainnya. Pada aspek seni juga ditunjukkan dengan melakukan aktivitas yang menghasilkan karya seni yang lebih membutuhkan perhatian dan ketelitian yang lebih banyak. Kegiatan ini selain melatih imajinasi juga melatih perkembangan motorik halus dan perseptual kognitif. Dengan demikian, semakin banyak bahan atau objek bermain yang dapat dieksplorasi anak maka akan semakin banyak aspek kemampuan yang dapat dikembangkan.
31 32
Rieber, L P., Smith, L, & Noah, D.. The Value of Serious Play. Educational Technology (1998), h. 29-37 Ibid. p. 34 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 226
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Hakikat Permainan Bahasa a. Pengertian Permainan Bahasa Permainan bahasa adalah suatu metode yang kuat untuk mengajarkan keterampilan berbahasa kepada anak-anak. Anak-anak memperluas kosa kata dan meningkatkan keterampilan berbahasa reseptif dan ekspresif melalui interaksi dengan anak-anak yang lain maupun orang dewasa dalam situasi permainan yang alamiah. 33 Interaksi dan komunikasi memungkinkan anak mempelajari kosa kata baru tentang berbagai hal. Dengan demikian, interaksi dan komunikasi dengan lingkungan juga akan mendukung perkembangan bahasa anak. Permainan bahasa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya dalam berbagai aspek dengan cara yang menyenangkan. Carton mendefinisikan bahwa permainan bahasa adalah sebagai alat untuk mengajar atau mengembangkan kemampuan bahasa anak.34 Dalam permainan bahasa anak dapat memperluas kosa kata dan meningkatkan bahasa yang bersifat ekspresif. Permainan bahasa dikembangkan sejak anak usia dini atau dikembangkan oleh individu sepanjang proses belajar terutama melalui pengalaman berkomunikasi dengan lingkungan. Berdasarkan teori di atas dapat dilihat bahwa permainan bahasa adalah permainan yang dapat menyenangkan dan dapat menggembirakan anak tanpa ada unsur paksaan. Permainan bahasa dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan bercerita, bermain peran atau bermain kartu huruf/kata, bernyanyi, mendongeng, dan sebagainya, sehingga dapat menambah perbendaharaan kata dalam berbicara atau berkomunikasi dengan teman sebaya. Permainan bahasa akan memunculkan kreativitas anak, dimana dengan sendirinya akan keluar ide-ide baru yang ada dalam pikirannya yang dapat berkembang dengan baik, anak juga berkesempatan mengembangkan imajinasinya sehingga anak menjadi kreatif dalam permainan bahasa, oleh karena itu anak harus diberi kesempatan. Sebagai penunjang kreativitas anak dalam permainan, bahasa dapat merangsang keinginan anak untuk mencoba dan menjajakinya, dengan bahan yang ada, anak dapat menyalurkan keinginan dan menambah rasa ingin tahu dan pengetahuannya, selain itu juga menunjang kreativitas anak jika anak dibimbing dan didorong untuk mengeksplorasi bahan permainan yang telah disiapkan. b. Jenis Permainan Bahasa Agar anak tertarik dalam mengembangkan kemampuan bahasanya diperlukan stimulasi yang menarik misalnya melalui permainan bahasa. Permainan bahasa diperlukan karena biasanya anakanak senang dengan aktivitas yang menyenangkan bagi mereka. Pernyataan Kemp yang dikutip oleh Soeparno mengklasifikasikan permainan bahasa menjadi 14 macam, yaitu: (1) bisik berantai, (2) simon says, (3) sambung suku, (4) kategori bingo, (5) silang datar, (6) teka teki, (7) scable, (8) sramble, (9) 20 pertanyaan, (10) spelling bee, (11) piramid kata, (12) berburu kata, (13) mengarang bersama, (14) ambil-ambilan.35 Dari jenis permainan bahasa yang diuraikan di atas dapat dilihat bahwa dalam mengembangkan bahasa anak dapat dilakukan dengan berbagai macam permainan dan dengan permainan bahasa tersebut kreativitas anak dapat dikembangkan dengan optimal. Melalui permainan di atas, pendidik dapat melatih anak dalam perkembangan mendengar, bicara, menulis, dan membaca. Pelaksanaan permainan berbahasa membutuhkan perencanaan. Kaufman mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai.36 Pelaksanaan permainan bahasa memerlukan perencanaan dalam hal materi, media, metode dan evaluasi. Oleh karena itu dalam melaksanakan permainan bahasa harus memperhatikan komponen-komponen tersebut. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam setiap komponen tersebut meliputi: 1) Materi Materi kegiatan permainan bahasa pada masa usia dini merupakan dasar pengembangan dari kemampuan dasar berbahasa yang dijadikan pedoman guru dalam rangka kegiatan permainan bahasa pada masa usia dini. Menyusun materi kegiatan permainan bahasa berorientasi pada kemampuankemampuan dan kebutuhan anak di usianya. Kemampuan-kemampuan yang dikembangkan disesuaikan dengan prinsip dasar pembelajaran pada masa usia dini yaitu bermain sambil belajar.
Carol E. Catron, Jean Allen, op.cit., h. 25. Ibid,.h. 25. 35 Soeparno, Media Pengajaran Bahasa (Jakarta: Intan Pariwara, 1988), h. 61 36 Roger A. Kaufman, Educational System Planning, (New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1972), h. 6-8 33 34
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 227
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Persiapan kegiatan pelaksanaan permainan bahasa yang melatih motorik anak antara lain menjejak huruf, kata dan kalimat sederhana, menjejak dan menjiplak huruf, mengurutkan dan menceritakan gambar seri, bercerita secara sederhana melalui gambar yang diperlihatkan, menirukan kembali urutan kata, menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ciri-ciri tertentu, bicara lancar dengan kalimat sederhana, bernyanyi dan mengucapkan syair. Bentuk permainan bahasa meliputi mencontoh dan melukis bentuk huruf secara bertahap, menjiplak huruf dan kata yang sesuai dengan gambar, mengurutkan dan menceritakan gambar seri, menyebutkan kembali kata-kata melalui gambar yang diperlihatkan, bercerita gambar yang dibuat sendiri, mengenal suara huruf awal dari kata yang berarti, menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ciri-ciri tertentu, memberikan keterangan, bicara lancar dengan kalimat sederhana, bernyanyi dan mengucapkan syair. 37 Dengan demikian, variasi kegiatan pembelajaran yang diterapkan dapat menghindarkan anak dari kejenuhan dalam belajar. Semua aspek perkembangan anak pada masa usia dini dikembangkan melalui tema yang berdekatan dengan lingkungan anak, termasuk juga dalam kegiatan permainan bahasa. Decker and Decker menerangkan bahwa tema pembelajaran harus berkaitan dengan pengalaman kehidupan anak setiap harinya, pembelajaran yang diberikan harus meliputi objek yang nyata. 38 Pemilihan tema yang dekat dengan kehidupan anak akan memudahkan anak dalam memahami materi. 2) Metode Dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa dapat menggunakan beberapa metode/teknik mengajar, seperti metode bercerita, sandiwara boneka, bercakap-cakap, dramatisasi, bermain peran/sosiodrama, mengucapkan syair, dan karyawisata. 39 Keseluruhan metode mengembangkan keaktifan dan memunculkan minat serta motivasi yang tinggi pada anak. Moeslichatoen mengungkapkan, guru mengembangkan kreativitas anak, metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. 40 Metode yang diterapkan harus dapat melibatkan anak secara aktif dalam pembelajaran yang berlangsung, agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak. Metode atau teknik yang diterapkan dapat dipilih dari salah satu metode atau gabungan dari beberapa metode yang sesuai dengan kemampuan yang ingin dicapai, fasilitas, kegiatan belajar mengajar yang disajikan dan disesuaikan pula dengan bahan pengembangan dan kebutuhan minat, kemampuan anak serta lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat diutarakan bahwa permainan bahasa adalah suatu reaksi yang menyenangkan pemain dengan menggunakan kegiatan bahasa dan seperangkat aturan permainan dan bertujuan untuk menyenangkan pemain. 3) Media Salah satu upaya yang dilakukan dalam permainan bahasa adalah dengan menyediakan pojok bahasa/sentra bahasa sebagai tempat untuk memotivasi anak bereksplorasi secara alami dengan menyediakan perangkat-perangkat yang dapat mendorong dan merangsang tumbuh dan kembang anak melalui komunikasi yang bermakna menggunakan media. Media yang akan digunakan dalam pembelajaran adalah media yang dapat mendukung atau memperlancar proses pembelajaran. Menurut Harjanto menerangkan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media antara lain: media hendaknya menunjang pengajar yang telah dirumuskan, tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari, kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta dan besar kecilnya kelemahan peserta didik, memperhatikan ketersediannya di sekolah serta sulit dan mudahnya memperoleh media tersebut, memiliki kejelasan dan kualitas yang baik, dan ada keseimbangan antara biaya yang dikaluarkan dengan hasil yang akan didapat.41 Adanya pemiliham media yang tepat dalam bermain, maka akan menunjang pelaksanaan bermain dan tercapainya tujuan bermain. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap pemilihan kegiatan permainan bahasa. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak tergantung dari modern Ibid., h. 15-16 Anita Decker and John Decker, Administering Early Childhood Programs (Ohio: Merril Publishing Company, 1988), h. 248 39 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h.28 40 Ibid., h. 20 41 Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 238-239 37 38
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 228
atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh guru. 4) Evaluasi Tujuan kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui ketercapaian kemampuan yang telah direncanakan sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini berguna sebagai upaya untuk mengadakan perbaikan kegiatan belajar mengajar, menentukan kemampuan yang didasari oleh minat anak dan memberikan informasi kepada orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Bentuk evaluasi yang digunakan harus disesuaikan dengan proses dan situasi pembelajaran. Bentuk kegiatan evaluasi dapat berupa pengamatan, catatan anekdot, dan pemberian tugas.42 Pengamatan dilakukan selama proses interaksi edukatif berlangsung dari awal hingga akhir pembelajaran, kejadian-kejadian yang menarik pada perkembangan dan pola perilaku anak yang memerlukan stimulasi yang sifatnya segera ataupun tertunda dapat dicatat di catatan anekdot, sedangkan pemberian tugas merupakan upaya untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman anak terhadap pembelajaran yang diberikan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Hakikat Permainan Teka Teki Pada hakikatnya permainan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok untuk memperoleh hiburan. Permainan merupakan suatu bentuk kegiatan yang pemainnya bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Permainan tidak hanya memperoleh kesenangan, namun permainan yang ada hubungannya dengan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adenan mengatakan ”Puzzles and games are obvious motivating material. They have strong an appeal”.43 Teka teki juga dapat menimbulkan minat dan motivasi dalam mengikuti mata pelajaran, karena teka teki merupakan suatu bentuk permainan. Bermain teka-teki dapat dilakukan anak dengan berbagai cara, seperti tebak benda, tebak gambar dan tebak kata. Permainan teka teki dapat mengembangkan kemampuan anak usia dini dalam berbagai aspek, termasuk aspek bahasa. Jeffree, McConkey dan Hewson mengemukakan bahwa bermain tekateki bermanfaat bagi perkembangan anak khususnya untuk mengembangkan keterampilan berpikir anak, menimbulkan rasa ingin tahu anak, membangun kemandirian anak44 Inti dari permainan teka teki adalah menggabungkan bagian-bagian yang terpisah menjadi sesuatu yang utuh, bagian itu dapat berupa benda maupun informasi. Bermain teka-teki dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya kepada anak diberikan beberapa potong yang dapat disusun menjadi sesuatu dalam berbagai bentuk. Anak diminta untuk menyusun potongan-potongan benda tersebut. Pada anak-anak di Indonesia, bermain teka teki dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek kemampuan yang lain, misalnya matematika. Permainan teka teki dapat dilakukan dengan menggunakan guli atau kelereng, batu atau apa saja. Anak diminta menebak berapa banyak benda yang disimpan. Atau bentuk permainan teka taki yang lain, anak diminta untuk menebak ada pada siapa benda yang tadi dilihat setelah ia menutup mata (dalam permainan daerah, seperti cublekcublek sueng). Permainan ini dilakukan dalam situasi gembira dan bahkan dapat diiringi nyanyian. Anak bersama-sama bernyanyi sambil melakukan aktivitas sesuai dengan bentuk teka-teki yang diberikan. Permainan teka teki melalui menyusun bangunan di dalamnya terdapat unsur kebebasan dan berkreasi. Anak bebas menyusun dalam berbagai bentuk. Bila ini dilakukan berulang kali akan memunculkan kreasi bentuk yang baru. Dengan demikian permainan ini dapat mengembangkan kreativitas anak. Permainan ini pada dasarnya dapat dilakukan pada anak usia sekitar satu tahun sampai dengan delapan tahun. Hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesulitan teka-tekinya. Anak-anak yang masih sangat kecil diminta atau diberi tebakan yang sangat sederhana, misalnya ada pada siapa benda yang tadi ditunjukkan. Kalau membuat bangunan tentu alat yang digunakan harus sesuai ukurannya dengan kondisi fisik anak. Banyak permainan yang termasuk dalam jenis permainan teka-teki. Permainan maze dan puzzle menurut Jeffree, McConkey dan Hewson juga termasuk dalam kelompok permainan teka-teki.45 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 9 Ferry Adenan, Puzzles and Games (Bandung: Kanijiwa 1984), h. 9 44 Jeffree, Dorothy, M,. Mcconkey, Roy, dan Hewson, Simon, Let me play (Kanada: A Condor Book Souvenir Press (E&A) Ltd, 1988), h. 22 42 43
45
Ibid., h. 40 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 229
Permainan sudah lebih terikat menggunakannya dibanding dengan alat untuk menyusun. Anak sudah harus mengikuti aturan dari maze atau puzzle yang digunakan. Pada bentuk permainan ini lebih mengasah ketepatan dan keterampilan berpikir anak. Bermain teka-teki dapat dilakukan anak dengan berbagai cara. Jeffree, McConkey dan Hewson mengemukakan bahwa bermain teka-teki bermanfaat bagi perkembangan anak khususnya untuk: (1) mengembangkan keterampilan berpikir anak; (2) menimbulkan rasa ingin tahu anak; (3) membangun kemandirian anak. 46 Misalnya kepada anak diberikan beberapa potong yang dapat disusun menjadi sesuatu dalam berbagai bentuk. Anak diminta untuk menyusun potongan-potongan benda tersebut. Permainan teka teki dapat divariasi dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak. C.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Hasil Penelitian yang Relevan Teka-teki dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan kosa-kata. Wittizar dalam Project Paper-nya mengemukakan bahwa karena dalam teka-teki ada unsur permainan dan daya tarik, maka kemungkinan teka-teki akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. 47 Susanti pada skripsinya mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang positif permainan teka-teki silang pada penguasaan kosakata bahasa Indonesia dengan menunjukan bahwa penguasaan kosakata siswa yang dibelajarkan dengan teka-teki silang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak dibelajarkan teka-teka teki silang.48 Dengan demikan bahwa permaianan teka-teki silang dapat berpengaruh positif untuk mengembangkan kosakata siswa sekolah dasar. Teka-teki silang dapat digunakan juga sebagai media peningkatan kemampuan verbal dalam menulis. Purwatiningsih dalam skripsinya menyimpulkan bahwa media teka-teki silang berpengaruh pada penalaran verbal dalam penulisan karangan.49 Untuk meningkatkan penalaran verbal dalam menulis karangan, guru perlu mengefektifkan penggunaan media teka-teki silang. D.
Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan Anak usia dini mempunyai banyak kemampuan potensial yang perlu diaktualisasikan melalui stimulus yang tepat. Salah satu kemampuan potensial tersebut adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis saja, namun termasuk juga kemampuan menyimak dan berbicara. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, anak perlu mempelajari tentang penguasaan kosa kata dan maknanya. Salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif diterapkan pada anak adalah melalui kegiatan bermain. Bermain adalah kegiatan yang memberi kesenangan dalam diri anak dan menjadi bagian dalam keseharian anak. Bermain menjadi tempat untuk menyalurkan semua imajinasi anak dan merupakan sarana untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Melalui bermain secara tidak sadar anak juga sedang melakukan proses belajar. Dengan demikian proses pembelajaran dilakukan dengan suasana yang menyenangkan. Ketika anak melakukan kegiatan bermain, maka akan terjadi interaksi dan komunikasi dengan lawan mainnya. Dengan terjadinya interaksi dan komunikasi tersebut berarti anak juga sedang mengembangkan kemampuan berbahasa yang dimiliki. Peran serta dan kerja sama pendidik atau orang dewasa dalam pengembangan kemampuan berbahasa anak sangat dibutuhkan, yaitu dengan memberikan permainan yang bermanfaat untuk proses pembelajaran anak. Dengan menerapkan konsep bermain sambil belajar, diharapkan informasi yang diberikan dapat lebih mudah diterima dan dipahami oleh anak. Kegiatan bermain juga dapat diterapkan dalam usaha pengembangan kemampuan berbahasa anak usai dini. Salah satu permainan bahasa yang dapat diterapkan dalam rangka mengembangkan kemampuan bahasa anak usia dini adalah dengan permainan teka teki. Permainan teka teki memungkinkan anak untuk mengembangkan penguasaan kosakata, mengembangkan kemampuan membentuk kalimat, serta kemampuan komunikasi anak, selain itu dengan konsep bermain yang 46
Ibid., h. 41
Wittizar, Pengajaran Kosakata melalui Teka-teki, Project Paper (Jakarta: IKIP Jakarta, 1983) h.24 Indah Susanti, “Pengaruh Permainan Teka-Teki Silang terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 05 Rawa Barat, Jakarta Selatan”, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2001), h.i 49 Purwatiningsih, Pengaruh Penggunaan Media Teka-teki Silang terhadap penalaran verbal dalam karangan siswa kelas V SDN Sempur Kaler Bogor, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2006), h.65 47 48
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 230
diterapkan, permainan teka-teki dapat memberikan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran bahasa anak. Permainan teka teki dapat dilakukan dalam berbagai bentuk permainan, seperti tebak benda, tebak gambar atau pun tebak kata. Penyajian permainan dengan cara yang beragam ini dapat mengindarkan anak dari rasa bosan. Modifikasi permainan juga dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan kemampuan bahasa anak. Pendidik dapat menerapkan permainan teka teki dengan berbagai variasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak, khususnya pada kemampuan menyimak dan berbicara. E.
Hipotesis Tindakan Berdasarkan pengembangan konseptual perencanaan tindakan, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah jika permainan teka teki diberikan, maka kemampuan berbahasa anak dapat ditingkatkan. Dengan kata lain permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia 6-7 tahun.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Metodologi Penelitian (Bab 3) Metodologi penelitian diawali dengan mendeskripsikan setting; sebagaimana sudah disinggung sebelumnya. Gunanya adalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang konteks penelitian Anda. Setelah itu uraian Bab 3 ini disusul berturut-turut dengan: metode penelitian, siklus penelitian, kriteria keberhasilan, instrumen penelitian, analisis data, kolaborasi, dan jadual penelitian. Berikut ini adalah contohnya. Bab 3 Metodologi Penelitian A. Setting Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur pada bulan April-Juni 2007. Peneliti memilih SD tersebut karena masalah pada penelitian ini ditemukan pada anak-anak kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur. B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode action research atau penelitian tindakan. Menurut Ebbut, seperti dikutip oleh Rochiati menjelaskan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakantindakan tersebut.50 Dari pengertian tersebut dapat diterangkan bahwa dalam penelitian tindakan dilakukan upaya perbaikan suatu praktek pendidikan melalui pemberian tindakan berdasarkan refleksi dari pemberian tindakan tersebut. Arikunto menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu tindakan, eksperimen yang secara khusus diamati terus menerus, dilihat kelebihan dan kekurangannya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.51 Bentuk penelitian tindakan pada penelitian ini yaitu dengan memberikan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dalam bentuk permainan teka teki (variabel bebas) untuk diketahui pengaruhnya dalam bentuk kemampuan berbahasa (variabel terikat) yang timbul karena adanya pemberian tindakan yang dilakukan. 2. Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis dan Taggrat. 52 Rancangan ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan (observing); dan (d) refleksi (reflecting). Berdasarkan refleksi, peneliti mendapatkan peningkatan hasil intervensi tindakan dan memungkinkan untuk melakukan perencanaan tindakan lanjutan dalam siklus selanjutnya.
50
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 12 51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 2 52 Wiriaatmadja, op. cit., h. 66 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 231
Sumber
: David Hopkins, A Teacher’s guide to classroom research (Buckingham: Open University Press, 2002), h. 28
Gambar 2. Disain Penelitian.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Subjek dan Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anak-anak kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur dengan rentangan usia 6-7 tahun. 2. Partisipan yang Terlibat a. Guru kelas Ibu Karti, beliau adalah guru di SD Negeri 05 Utan Kayu. Selama proses pelaksanaan penelitian beliau akan berperan sebagai kolaborator. b. Teman Sejawat Nesna Agustriana, beliau adalah mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini. Selama proses pelaksanaan penelitian beliau akan berperan sebagai kolaborator. C. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian 1. Peran Peneliti Dalam penelitian tindakan tersebut, peneliti berperan sebagai pemimpin perencanaan (planner). Peneliti melakukan persiapan-persiapan pra penelitian seperti membuat surat perizinan penelitian, menentukan waktu penelitian, menentukan subjek penelitian, mencari sumber data dan membuat perencanaan tindakan penelitian. 2. Posisi Peneliti Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti ikut serta dalam melakukan pengamatan selain juga memberikan tindakan pada subjek penelitian. Peneliti membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan secara sistematik, lalu memberikan tindakan pada subjek yang diteliti. Selama menjalani proses penelitian, peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan yang hasil dari pengamatan tersebut akan dievaluasi secara kolaboratif. Hasil pengamatan dan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai bahan analisis data dan perencanaan untuk siklus selanjutnya. D. Tahapan Intervensi Tindakan 1. Kegiatan Pra-Penelitian Sebelum peneliti melakukan siklus I, peneliti melakukan persiapan-persiapan pra-penelitian sebagai berikut: a. Mencari dan mengumpulkan informasi atau data anak yang menjadi subjek dalam penelitian. Informasi atau data tersebut diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap anak-anak yang menjadi subjek dalam konteks pembelajaran. Berdasarkan observasi awal ke sekolah dapat diketahui bahwa kemampuan berbahasa anak belum berkembang baik yang dapat dilihat dari perbendaharaan kata dan kemampuan menangkap isi pembicaraan atau petunjuk. b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian, yaitu pada bulan April-Juni dengan waktu pelaksanaannya sebanyak 4 kali pertemuan dalam setiap siklus. c. Mempersiapkan media dan alat yang akan digunakan selama penelitian, seperti benda tiruan ’si mulut besar’, alat tulis perlengkapan sekolah, kartu bergambar, kartu kata, papan planel, tape recorder dan kaset.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 232
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Kegiatan Siklus I Setelah melakukan persiapan-persiapan pra penelitian, selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah penelitian tindakan yang dimulai dari siklus I dengan tahapan sebagai berikut: a. Perencanaan (planning) Dari hasil observasi pra-penelitian, peneliti menyusun perencanaan untuk pelaksanaan penelitian tindakan siklus I, yaitu: 1) Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan pada anak pada siklus I. Pada siklus I ini ditekankan pada pemberian tindakan, yaitu kegiatan permainan teka teki dengan menggunakan benda konkret (tebak benda) dan dengan menggunakan kartu kata (tebak kata). Satuan perencanaan disusun berdasarkan tujuan, kegiatan, media, dan alat pengumpul data yang terbagi dalam 4 kali pertemuan yang direncanakan. 2) Menyiapkan media yang sesuai dengan tindakan yang akan diberikan, yaitu alat permainan tebak benda yang terdiri dari ”si mulut besar” dan benda-benda konkret dan alat permainan tebak kata, yaitu kartu kata. 3) Menyiapkan alat yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data, yaitu catatan lapangan dan lembar pedoman observasi. b. Tindakan (acting) Dalam tahapan ini peneliti bersama dengan kolaborator melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang telah dibuat, yaitu permainan teka teki yang mencakup permainan tebak benda dan tebak kata. Tabel 1. Satuan Perencanaan Tindakan Siklus I Materi : Kegiatan bermain teka teki dengan menggunakan alat permainan Tujuan : Mengembangkan kemampuan berbahasa anak Waktu : 4 x pertemuan (@ 35 menit) Waktu Pelaksanaan Kegiatan Media 1. Pertemuan ke-1 Permainan Tebak Benda Benda tiruan ”si mulut (8 Mei 2007) besar” dan benda konkret 2. Pertemuan ke-2 Permainan Tebak Benda Benda Tiruan ”si mulut (9 Mei 2007) besar” dan benda konkret 3. Pertemuan ke-3 Permainan Tebak Kata Kartu kata (10 Mei 2007) 4. Pertemuan ke-4 Permainan Tebak Kata Kartu kata (11 Mei 2007)
Alat Pengumpul Data Pedoman Observasi Catatan Lapangan
Tape recorder Kaset
Pengamatan (observing) Selama kegiatan permainan teka teki berlangsung, peneliti dan kolaborator mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakan-tindakan tersebut sesuai dengan yang direncanakan. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk uraian pada lembar catatan lapangan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator secara langsung. Selain itu mengamati setiap kemampuan berbahasa yang muncul baik pada saat pemberian tindakan maupun di luar tindakan selama waktu pembelajaran berlangsung dengan memberi tanda cek list (√) pada lembar pedoman observasi kemampuan bahasa. d. Refleksi (reflecting) Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengematan, peneliti bersama kolaborator mengadakan refleksi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan, yaitu permainan teka teki yang mencakup permainan tebak benda dan tebak kata, apakah kegiatan permainan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Peneliti melakukan perbandingan antara kemampuan berbahasa anak sebelum diberikan tindakan dengan sesudah diberikan tindakan pada akhir siklus I. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari seluruh pelaksanaan siklus I. Refleksi tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk merevisi perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I guna merencanakan tindakan lanjutan pada siklus selanjutnya. c.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 233
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
E. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian tindakan yang dilakukan ini adalah meningkatnya kemampuan berbahasa anak, yang mencakup kemampuan mendengar atau menyimak dan kemampuan berbicara sesudah tindakan diberikan pada anak, yaitu permainan teka teki. Berdasarkan hasil observasi dan skor yang diperoleh, kemampuan menyimak anak sebelum tindakan masih rendah. Hal tersebut dilihat dari ketidaksanggupan anak dalam mengulang kalimat yang diberikan dalam satu kali kesempatan, ketidaksanggupan anak dalam membedakan bunyi, ketidaksanggupan anak menjawab tebakan dalam satu kali kesempatan dan ketidaksanggupan anak mencari kata kunci pada kalimat dalam satu kali kesempatan. Setelah diberikan tindakan, yaitu permainan teka teki diharapkan kemampuan menyimak anak lebih meningkat. Indikator keberhasilan tindakan hasil kesepakatan antara kolaborator meliputi kesanggupan membedakan bunyi, menangkap isi kalimat pernyataan yang diberikan, mengidentifikasi kata-kata kunci dalam kalimat pernyataan dan menemukan jawaban yang benar dari kalimat-kalimat pernyataan yang diberikan dalam satu kali kesempatan. Berdasarkan hasil observasi dan skor yang diperoleh kemampuan berbicara sebelum mendapatkan tindakan juga masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidaksanggupan anak mengucapkan bunyi benda sesuai dengan nama benda, menyebutkan deskripsi benda dengan kalimat lebih dari tiga kata dan menyebutkan kalimat dengan intonasi berita. Namun, setelah mendapatkan tindakan, diharapkan kemampuan berbicara dapat berkembang. Indikator keberhasilan tindakan hasil kesepakatan antara kolaborator meliputi kemampuan anak mengucapkan bunyi benda dengan benar, kesanggupan menggunakan kata-kata kunci objek dan menggunakan kalimat yang benar dan intonasi yang benar pada saat mendeskripsikan benda yang diminta dengan kalimat yang terdiri lebih dari tiga kata dalam satu kali kesempatan. Secara keseluruhan keberhasilan tindakan tersebut dilihat dari adanya peningkatan skor yang diperoleh dari hasil observasi. Peningkatan ini 60 % dari rata-rata sebelum penelitian. Signifikansi peningkatan diuji dengan menggunakan uji t. Dengan demikian dapat terlihat dengan jelas adanya peningkatan yang diperoleh dan seberapa besar peningkatan tersebut baik pada akhir siklus I maupun pada akhir siklus II. F. Data dan Sumber Data 1. Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tindakan berupa hasil observasi kemampuan berbahasa anak meliputi kemampuan mendengar atau menyimak dan kemampuan berbicara, serta rekaman hasil kegiatan anak dalam dalam mengucapkan nama benda dan mendeskripsikan benda. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian tindakan ini adalah anak-anak kelas 1 dan guru kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur, hasil observasi kemampuan anak sebelum diberikan tindakan, hasil observasi pelaksanaan tindakan dan hasil observasi kemampuan anak setelah diberikan tindakan. G. Instrumen-instrumen Pengumpul Data 1. Definisi Konseptual Definisi konseptual kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan tentang bahasa berdasarkan aspek-aspek kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. 2. Definisi Operasional Kemampuan berbahasa adalah skor yang diperoleh dari hasil tes dan pengamatan terhadap perilaku anak yang meliputi kemampuan menyimak dan berbicara sebagai respon yang ditimbulkan dari tindakan yang diberikan. Kemampuan menyimak meliputi kesanggupan menangkap isi kalimat pernyataan yang diberikan, mengidentifikasi kata-kata kunci dalam kalimat pernyataan, menemukan jawaban yang benar dari kalimat-kalimat pernyataan yang diberikan. Kemampuan berbicara meliputi kesanggupan menggunakan kata-kata kunci objek dan menggunakan kalimat yang benar dan intonasi yang benar pada saat mendeskripsikan benda yang diminta. 3. Kalibrasi Instrumen Sebelum instrumen dipakai, maka terlebih dahulu dilaksanakan uji keabsahan data. Uji keabsahan data yang digunakan adalah uji validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesasihan suatu instrumen.53 Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya yang kurang valid berarti validitasnya rendah. 53
Arikunto, op. cit., h. 144 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 234
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal yang berdasarkan pada kesesuaian dengan kemampuan berbahasa anak. Arikunto menyatakan bahwa validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung ”misi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data variabel yang dimaksud.54 Setiap bagian instrumen yang dibuat mewakilkan tujuan utama dari instrumen tersebut sehingga data yang diperoleh sesuai dengan variabel yang diteliti. 4. Kisi-kisi Instrumen Indikator kemampuan bahasa yang akan diteliti, dikembangkan berdasarkan teori dari aspekaspek perkembangan bahasa pada rentang usia 6-7 tahun yang difokuskan pada kemampuan menyimak dan berbicara. Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berbahasa No. 1
Aspek Kemampuan Kemampuan Menyimak
Indikator 1. Menangkap isi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Mengidentifikasi kata kunci
2.
Kemampuan Berbicara
3. Menggunakan kata kunci 4. Membunyikan deskripsi benda
5. Menggunakan kalimat sederhana
6. Menggunakan intonasi
Subindikator Mengenal bunyi Membedakan bunyi Memberi tanda sesuai dengan informasi Menentukan nama benda Meniru atau mengulang deskripsi benda Mendeskripsikan benda lain Melafalkan bunyi kata kunci Menyebutkan nama benda Menyebutkan ciri benda Menyebutkan benda dengan kalimat sederhana Membunyikan kalimat dengan intonasi berita
Sebaran Soal 1, 2, 4 5, 7, 8 3, 6, 9 10, 15 11, 13 12, 14, 18
20, 23 21, 24 17, 25 19, 22
16
H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Teknik non tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksaaan tindakan dan data kemampuan berbahasa (variabel terikat) yaitu observasi. Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.55 Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian tindakan ini, maka jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka.56 Teknik observasi yang digunakan adalah observasi berstruktur (structured or controlled observation), yaitu observasi yang direncanakan dan terkontrol. Pada observasi berstruktur, biasanya pengamat blankoblanko daftar isian yang tersusun dan di dalamnya telah tercantum aspek-aspek atau pun gejalagejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu dilakukan. 57 Dengan teknik seperti ini observasi yang dilakukan lebih terarah dan pencatatan hasil observasi partisipan menjadi lebih teliti. 54
Ibid., h. 147-148 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 149. 56 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 70. 57 Purwanto, log. cit. 55
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 235
Dalam pengisian lembar observasi, pengamat memberikan tanda check list (√) pada skala kemunculan kemampuan berbahasa yang sesuai. Model yang digunakan adalah model skala Likert, yaitu untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek-objek tertentu. Setiap butir indikator diberikan tanda check list (√) pada kolom baik, cukup dan kurang. Setiap butir indikator diberi skor 1-3 sesuai dengan tingkat jawabannya. No. 1. 2. 3.
Tabel 4. Skala Kemunculan Kemampuan Bahasa Pilihan Jawaban Skor Baik 3 Cukup 2 Kurang 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Teknik tes yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berbahasa anak, khususnya kemampuan menyimak adalah tes tertulis. Teknik tes tertulis merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang terdiri dari soal-soal yang menghendaki jawaban tertulis dari peserta tes. Soemanto menyatakan bahwa tes tertulis adalah seperangkat soal atau pertanyaan yang disusun secara sistematis yang menghendaki jawaban peserta tes secara tertulis. 58 Dengan adanya tes tertulis ini dapat memberikan data yang lebih konkret tentang kemampuan bahasa anak. Jenis tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini adalah tes isian, sehingga terlihat dengan jelas kemampuan anak dalam menyimak dan menebak suatu benda. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trustworthiness) Studi Kriteria teknik pemeriksaan keterpercayaan (trustworthiness) studi yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah credibility (kepercayaan), transferability (keteralihan), dependability (kebergantungan), confirmability (kepastian). Penerapan kriteria credibility (kepercayaan) berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. 59 Teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian ditempuh dengan memperpanjang waktu keikutsertaan, melakukan pengamatan secara terusmenerus, melakukan tanya jawab dengan teman sejawat, mengecek keanggotaan, membuat buktibukti yang terstruktur atau koheren, membuat referensi yang memadai dan menerapkan teknik triangulasi yang terdiri dari peneliti dan kolaborator dengan menggunakan data berupa lembar pedoman observasi dan lembar kerja yang dilakukan anak. Transferability (keteralihan) merupakan keabsahan hasil penelitian terhadap kelompok yang diteliti. Teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian dilakukan dengan mengoleksi deskripsi data secara detail dan mengembangkan secara detail deskripsi data setiap konteks yang diteliti untuk membuat keputusan tentang ketidakcocokan dengan konteks lain yang mungkin. Dependability (kebergantungan) berkenaan dengan keseimbangan data penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan metode yang overlaping yang sama artinya dengan proses triangulasi dan mengadakan jejak audit. Confirmability (kepastian) berkenaan dengan kenetralan dan objektivitas data penelitian yang dikumpulkan. Teknik pemeriksahan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dan membuat refleksi. Setelah melaksanakan tindakan, peneliti dan kolaborator merefleksi pemberian tindakan yang telah dilakukan dan memeriksa perkembangan bahasa anak berdasarkan lembar observasi dan lembar kerja yang telah diberikan. I.
J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis 1. Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah dalam bentuk data kuantitatif, yaitu data mengenai kemampuan berbahasa anak ditambah dengan data pelaksanaan permainan teka teki. Analisis data ini dilakukan dalam setiap siklus dengan pengolahan data mentah dan uji hipotesis tindakan. Teknik analisis data yang digunakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan berupa permainan teka teki terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak usia 6-7 tahun. a. Pengolahan Data Mentah
58
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 14. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2004), h. 324 59
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 236
Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari (1) data maksimum dan data minimum dari seluruh data; (2) rentangan, yaitu selisih antara data maksimum dan data minimum; (3) rata-rata atau mean, yaitu skor rata-rata data tunggal; (4) modus, yaitu data yang paling sering muncul; (5) median, yaitu skor tengah dari data yang telah diurutkan;(6) varians, yaitu jumlah kuadrat data dikurangi rata-rata dibagi banyak data dikurangi satu; (7) simpangan baku, yaitu akar dari varians. b. Uji Hipotesis Tindakan Untuk menguji hipotesis tindakan dilakukan dengan menggunakan pengukuran prosentase kenaikan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
K. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan Jika pelaksanaan siklus I dan siklus II pada penelitian ini belum menunjukkan peningkatan hasil yang optimal, maka dilakukan pengembangan perencanaan tindakan untuk penelitian tindakan selanjutnya. Pengembangan perencanaan tindakan ini lebih dikhususkan pada kegiatan-kegiatan pengembangan bahasa, seperti permainan teka teki, anagram dan bisik berantai yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan menyimak dan berbicara kepada anak usia 6-7 tahun. Bagian terakhir dari Bab 3 adalah Daftar Pustaka. Semua referensi yang ada dalam proposal harus didukung dengan daftar pustaka. Daftar pustaka hendaknya bersifat asli dan baru. Asli artinya diambil dari penulisnya secara langsung; baru artinya tahun penerbitan sedapat mungkin 10 tahun terakhir. Satu atau dua yang usianya lebih dari 10 tahun masih dapat diterima. Anda bebas memilih cara penulisan daftar pustaka asalkan konsisten. Berikut ini adalah contoh dari daftar pustaka:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 237
DAFTAR PUSTAKA
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Adenan, Ferry. Puzzles and Games. Bandung: Kanijiwa 1984. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Bromley, Karen D. Language Arts: Exploring Connections Second Edition. New York: Simon and Schuster, 1992. Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003. Decker, Anita and Decker, John. Administering Early Childhood Programs. Ohio: Merril Publishing Company, 1988. Gee, Robyn dan Meredith, Susan. Entertaining and Educating Your Preschool Child. London: Usborne Publishing Ltd, 1997. Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Hopkins, David. A Teacher’s guide to classroom research. Buckingham: Open University Press, 2002. Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak I. Jakarta: Erlangga, 1995. Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga, 1997. Jalongo, Mary Renck, Early Childhood Language Arts, USA: Pearson Education, Inc., 2007. Jeffree, Dorothy M, Mcconkey, Roy, dan Hewson, Simon. Let me play. Kanada: A Condor Book Souvenir Press (E&A) Ltd, 1988. L.P., Rieber, Smith, L, & Noah, D. The Value of Serious Play, Educational Technology. 1998. Lubis, Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Maxim, George W. The Very Young. USA: Macmillan Publishing Company, 1993. Monks, F.J, Knoers, A.M.P. dan Rahayu, Siti. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University, 1994. Montessori, Maria. Curriculum Planning. London: Modern Montessori International, 2002. Mulyadi, Seto. Bermain dan Kreativitas. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004. N.K, Roestiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara, 2000. Papilaya, Diane E. A Child World Infancy Through Adolescence. New York: Mc Graw Hill, 1982. Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT Prenhalindo, 2002. Sinolungan, A.E. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Manado: Universitas Negeri Manado, 2001. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Soemanto,Wasty. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002. Soeparno. Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: Intan Pariwara, 1988. Sower, Jayne. Language Art in Early Education. Georgia: George Fox University, 2000. Tambunan, RP. Ilmu Jiwa Berkembang. Jakarta: IKIP,1978. Tedjasaputra, Mayke S. Bermain, Main dan Permainan. Jakarta: Grasindo Widia Sarana Indonesia, 2001. Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas Rendah. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 238
BAB V MATERI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Profesionalisme Guru Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang hams dimiliki oleh seorang pendidik anak usia dini menunjukkan hasil belajar dengan indikator sebagai berikut: a. Peserta PLPG memahami gambaran tentang profesi guru, seperti: mengapa guru dibutuhkan di Indonesia, mengapa kualitas guru perlu ditingkatkan, mengapa perlu adanya persiapan baik mental pengetahuan maupun fisik serta dana atau yang lebih penting lagi adanya itikad baik tinimbang profesi-profesi lainnya. b. Peserta PLPG mampu menjelaskan pengetahuan (knowledge) guru dalam beragam bidang keilmuan dengan spesifikasi bidang anak usia dini (early child hood education). c. Peserta PLPG memahami konsep yang utuh tentang persiapan persiapan yang harus dijalankan dalam proses KBM mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. 2. Uraian Materi Pendahuluan Guru adalah kata yang sangat akrab dikalangan anak didik, demikian juga kata murid akra dikalangan guru ,dengan demikian ada keterpaduan yang harmonis antara guru dan murid. Di zaman dulu, guru adalah sosok yang disegani bukan saja oleh murid namun juga oleh masyarakat, kondisi saat itu membentuk opini masyarakat bahwa guru adalah sosok yang serba tahu sehingga menjadi tempat bertanya bagi masyarakat, namun seiring berjalannya waktu serta berkembanganya zaman memasuki era globalisasi, maka tuntutan masyarakat juga mengalami perubahan. Sekarang guru diharapkan memiliki kompetensi, keterampilan, berwawasan serta kreatif disamping secara normatif tetap sebagai sosok yang “digugu dan ditiru” mampu membangun citra guru yang baik, seperti yang tertera didalam undang-undang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 tahun 2005, yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing atau mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah. Dengan demikian guru diharapkan melaksanakan tugas kependidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya ,artinya hanya mereka yang memang khusus telah bersekolah Untuk Menjadi Guru yang Dapat menjadi guru profesional. Guru adalah profesi yang mulia, pada hakikatnya setara dengan jabatan profesilainnya, seperti kata pepatah, guru dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan profesi lainnya, seperti dokter, pengacara, apoteker dll, yang bersifat profesi, bernomor registrasi dan memiliki kode etik profesi. Profesionalisme seorang guru bukan hal yang mustahil terjadi walaupun data hasil survey the political and economicrisk country (PERC), yakni sebuah lembaga konsultan di Singapura yang pada tahun 2001 menempatkan Indonesia diurutan ke 12 dari 12 negara di asia dalam hal kualitas guru. Dengan demikian menciptakan guru profesional adalah suatu hal yang mendesak diberlakukan negara kita, karena memposisikan guru seperti itu akan memperbaiki nasib guru yang selama ini termarjinalkan (terpinggirkan), guru juga akan menjadi lebih bertanggung jawab pada pekerjaannya. Sementara itu dalam Perpu 19 tahun 2005 dikatakan bahwa seorang guru haruslah memiliki 4 kompetensi, Yakni kompetensi paedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional. Adapun untuk kompetensi guru PAUD di Indonesia sudah dibuatkan standart tersendiri, diantaranya seorang guru PAUD hendaknya memiliki rasa seni (sense of art) dan berbagai bentuk disiplin agar dapat mengenali pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, selain itu seorang guru PAUD diharapkan memiliki pemahaman teori perkembangan dan implikasinya secara praktis terlebih lagi guru PAUD harus memahami Bahwa anak belajar dalam bermain. Dari uraian diatas tampak bahwa menjadi guru PAUD ternyata tidak hanya berdasarkan naluri keibuan atau kebapakan semata, namun diharapkan dapat memahami tentang peraturan perundang undangan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja dll. Semua itu hendaknya dilakukan dengan ikhlas, karena guru PAUD diharapkan ikut serta membentuk manusia indonesia seutuhnya dengan beragam pendekatan seperti Montessori, Regio Emilio, High Schoop ataupun pendekatan dari Indonesia sendiri seperti metode dari aman Siswa, INS Kayu Tanam, dan KH Ahmad Dahlan ketiganya menanamkan nilai-nilai moral dan budi pekerti sejak awal anak mengenal pendidikan formal. Guru juga diminta agar dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan Aman serta gembira demi untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar (PBM),serta dapat bekerja sama dengan orang tua serta Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 239
masyarakat (komite sekolah) dalam mengambil prakarsa sekolah. Modul profesionalisme guru PAUD ini hendaknya dipelajari lebih awal dari mata kuliah lain agar mahasiswa PLPG sejak awal memiliki gambaran tentang profesi guru. Modul ini ada dua satuan kegiatan (workshop) keduanya harus dipelajari secara berurutan adapun modul profesionalisme guru ini sebagian besar terdiri dari kegiatan praktek dengan demikian urutannya adalah satuan kegiatan satu hendaknya dibaca, dipelajari, didikusikan serta dipraktekan melalui metode sosio drama (bermain peran) setelah itu dilakukan juga dengan urutan yang sama pada satuan kegiatan dua.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Pengertian Profesionalisme Guru P.G PAUD 1) Persiapan Persiapan yang dimaksud disini adalah persiapan teknis dan non teknis.Persiapan non teknis adalah persiapan mental yang mengarah kepada pembentukan konsep diri sebagai guru melalui pertanyaan–pertanyaan yang secara jujur hendaknya bisa dijawab oleh masing–masing peserta. Adapun pertanyaan –pertanyaan tersebut antara lain adalah a) Sudah siapkah aku menjadi guru AUD? b) Bisakah aku menghadapi anak-anak? c) Bisakah aku mengajar anak-anak dengan benar? d) Apakah aku mampu membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi anak? e) Apakah aku mampu memotivasi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan mereka? f) Apakah aku bisa diterima oleh rekan sejawat? g) Apakah aku sanggup mengahadapi orang tua murid? Pembentukkan konsep diri sebagai guru dimaksudkan agar guru tersebut memiliki kepercayaan diri (self confidence) sebelum melaksanakan tugasnya, karena Guru yang tidak memiliki rasa percaya diri akan menghambat pekerjaannya sebaga i guru yang profesional. Persiapan teknis adalah persiapan yang hendaknya dilakukan oleh seorang guru sebelum menjalankan tugasnya yang bertujuan untuk melancarkan pekerjannya sebagai guru. Adapun persiapan teknis tersebut adalah: a) Menyelesaikan urutan administrasi b) Membuat persiapan KBM sesuai dengan kurikulum serta visi dari masing-masing sekolah. Hal yang dilakukan adalah membuat rapat kecil dengan kepala sekolah juga teman sejawat agar ada keterpaduan dalam pelaksanaan program KB yang disesuaikan dengan rencana sekolah. c) Merancang kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tema yang telah direncanakan dan dipersiapkan. d) Membuat satuan kegiatan tahunan sesuai dengan tema yang direncanakan, seperti satuan kegiatan harian (SKH) satuan kegiatan mingguan. e) Menyiapkan model pembelajaran yang akan dilakukan f) Menyiapkan media guna mendukung kegiatan beajar mengajar g) Menyiapkan setting kelas-ruangan. h) Menyiapkan metode yang akan digunakan berikut kegiatan penunjangnya seperti gerak dan lagu, yel-yel dll. 2) Performance Perfomance yang dimaksud disini adalah : bagaimana kita berpenampilan yangsebagai guru A UD dalam hal: a) Perawatan tubuh. Guru AUD diharapkan dapat merawat dan membersihkan tubuh sehingga terkesan berenergi, bersih, wangi, dan tidak kusam. b) Berpakaian. Melalui pakaian dapat menampakkan ekspresi seluruh kepribadian hendaknya guru AUD berpakaian sesuai dengan budaya Indonesia, yakni sopan, namun dapat menunjang aktivitas c) Bahasa tubuh (Body Language). Selalu Positive thinking , memilki motivasi yang tinggi, semangat serta senantiasa menanamkan keikhlasan dalam bekerja dengan sendirinya akan mewujudkan bahasa tubuh yang baik. d) Komunikasi (Public Speaking). Hendaknya guru AUD mampu menjalik komunikasi dengan pihak manapun, terlebih dengan anak didik, artinya guru AUD diharapkan memiliki relations yang baik dengan berbagai pihak. e) Sikap. Guru AUD sebaiknya senantiasa bersikap ramah dan selalu tersenyum, karena senyuman seorang guru membuat anak –anak menjadi nyaman berada di dalam kelas.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 240
3) Pengetahuan Seorang guru PAUD hendaknya memahami dua bidang Persiapan Pembelajaran keilmuan sebagai dasar ilmu-ilmu yang lainnya yakni : a) Ilmu jiwa perkembangan (Psikologi Anak) b) Ilmu Pendidikan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Peran guru P.G PAUD Seorang guru PAUD pada kegiatan kesehariannya dalam bekerja secara profesional dapat melakukan beragam fungsi sekaligus (multi peran). Adapun perandari guru tersebut adalah : a) Guru anak usia dini sebagai pendidik : Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh sentral serta panutan (model) bagi murid dan lingkungannya. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup wibawa, tanggung jawab, mandiri, dan disiplin. b) Guru anak usia dini sebagai pengganti sementara ayah atau ibu : Anak usia dini dalam kesehariannya dikelas membutuhkan sosok pengganti sementara ayah atau ibu, untuk itu guru harus bisa berperan menjadi pengganti sementara ayah atau ibu (selama berada di sekolah), namun harus tetap dapat menjaga batasan-batasannya demi untuk menjaga keprofesionalan seorang guru. c) Guru anak usia dini sebagai teman Bersikap sebagai teman bagi anak usia dini sangat dibutuhkan, karena akan mempelancar komuni kasi antara guru dan murid. Sehingga anak usia dini tidak merasa berjarak dengan guru yang dapat memotivasi anak usia dini untuk bersemangat berangkat ke sekolah (karena akan bertemu dengan teman-temannya). d) Guru anak usia dini sebagai pengajar Guru AUD membantu murid yang tumbuh dan berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahui dengan cara senantiasa memotivasi murid agar dapat mengembangkan potensinya. e) Guru anak usia dini sebagai pengasuh AUD adalah anak belum terbentuk kepribadiannya sehingga dibutuhkan guru yang mengerti menggunakan pola asuh yang tepat disaat dibutuhkan oleh anak didik. f) Guru anak usia dini sebagai model dan teladan. Menjadi teladan merupakan sifat dasar dalam kegiatan pembelajaran selain itu sebagai model dan teladan berakibat bahwa guru senantiasa akan disorot tingkah lakunya baik oleh anak didik maupun lingkungannya. g) Guru anak usia dini sebagai pribadi Jika kita memiloih profesi guru AUD maka sudah selayaknya kita memiliki kepribadian yang mencemirkan seorang pendidik. Adapun kepribadian seorang guru AUD yang diharapkan adalah kepribadian yang hangat, selalu tersenyum, ceria, terbuka, serta sabar. h) Guru anak usia dini sebagai pesulap: Memiliki ketrampilan sebagai pesulap dibutuhkan bagi anak usia dini oleh karena itu guru anak usia dini hendaknya melakukan kegiatan sulap sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar, tujuannya adalah agar murid menjadi tidak bosan. i) Guru anak usia dini sebagai penyanyi : Keterampilan bernyanyi memiliki referensi lagu-lagu anak serta yel-yel sangat dibutuhkan bagi seorang guru anak usia dini yang senantiasa membutuhkan suasana gembira dalam kegiatan belajar mengajar. j) Guru anak usia dini sebagai pencerita : Bercerita adalah metode salah satu metode yang dibutuhkan bagi anak usia dini dalam menyampaikan pesan, nasehat, tentang makna kehidupan. k) Guru anak usia dini sebagai entertainment : Guru AUD memang dituntut serba bisa (multi peran) salah satunya adalah menjadi entertainment, maka akan diperoleh nilai-nilai kreatif, inovatif dalam suasana yang menyenangkan dan gembira bagi anak usia dini. Latihan 1 1) Diskusikanlah secara berkelompok dengan beberapa kawan anda, apa hakikat guru dalam kaitannya dengan pendidikan usia dini. 2) Coba telaah lebih lanjut tentang tugas guru dan kesiapan yang harus dilakukan jika hendak menjadi guru AUD yang profesional. 3) Apakah kendala utama bagi kita jika ingin menjadi guru AUD yang profesional.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 241
b. Persiapan Pembelajaran 1) Pengertian Profesionalisme Guru P.G PAUD a) PROFESI adalah bidang pekerjaan dan pengabdian tertentu yang karena sifatnya membutuhkan persyaratan dasar, ketrampilan teknis dan sikap kepribadian. b) Menurut EVERETT HUGHES merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri. c) PROFESIONAL adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk melaksanakannya. d) PROFESIONALISASI adalah suatu proses menjadi seseorang yang memiliki profesi. e) PROFESIONALISME adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Ciri-Ciri Guru Sebagai Profesi Guru sebagai suatu profesi dapat dikenali ciri-ciri sebagai berikut: a) Lebih mementingkan layanan kemanusian daripada kepentingan pribadi b) Ada pengakuan dari masyarakat. c) Pratek profesi itu didasarkan pada pengetahuan dan keahlian khusus yang diperoleh dalam waktu relatif lama. d) Memiliki kreaativitas dan intelektual tinggi. e) Memiliki organisasi profesi yang menetapkan standar kualifikasi. f) Adanya komitmen dari anggotanya bahwa jabatan guru mengharuskan pengikutnya menjujung tinggi martabat kemanusian lebih dari pada mencarikeuntungan diri sendiri. g) Suatu profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional dalam waktu tertentu. h) Harus selalu menambah pengetahuan agar terus menerus bertumbuh dalam jabatannya. i) Memiliki kode etik tertentu yang mengikat guru. j) Memiliki kemampuan intelektual untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi. k) Selalu ingin belajar terus menerus mengenai bidang keahlian yang ditekuni. l) Menjadi anggota dari suatu organisasi profesi. m) Jabatan itu dipandang sebagai sumber suatu karier. 3) Kompetensi Guru PAUD Guru PAUD harus memilki kompetensi pribadi, sosial, dan profesional. Kompetensi guru PAUD di Indonesia sudah dibuatkan standar yang sudah disyahkan oleh Menteri Pendidikan Nasional RI. Kompetensi guru PAUD yang dibawah ini merupakan rangkuman yaitu: a) Guru AUD memiliki rasa seni (sense of art) dan mengenal berbagai bentuk disiplin agar dapat mengenali pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. b) Guru AUD memiliki pemahaman teori perkembangan dan implikasinya secara praktis. c) Guru AUD memahami pentingnya bermain sebagai sarana pengembangan perkembangan dan pendidikan anak. d) Guru AUD dapat berinteraksi dengan orang tua sebagai upaya untuk meningkatkan kesuksesan pendidikan anak. e) Guru AUD perlu memperoleh kemampuan untuk mensupervisidan mengkoordinakan pengajaran anak dengan rekan sejawat lainnya. 4) Peran dan Tanggung Jawab Guru PAUD Peran dan tanggung jawab seorang guru PAUD adalah sebagai berikut : a) Menunjukkan perhatian kepada anak. b) Memilki kepekaan terhdap individu anak. c) Mengembangkan hubungan yang alamiah dengan anak. (relationship) d) Menggunakan otoritas orang dewasa secara bijaksana dalam membantu pertumbuhan anak.
(scaffolding)
e) Merancang kegiatan yang bermakna bagi anak f)Mengenalkan disiplin sebagai suatu pengalaman belajar bagi anak dan menemukan kesalahan sebagai peluang potensi pembelajaran. g) Mengakui adanya kompetensi dalam diri anak. h) Mengorganisasi kurikulum yang berlandaskan pada DAP. i) Bekerja sama dengan orang tua dalam tanggung jawabnya terhadap perkembangan anak. j) Memilki dedikasi yang tinggi sebagai profesional dalam bidang pendidikan anak. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 242
k) Mampu menyuarakan kebutuhan anak pada orang tua, pihak sekolah, pengelola dan serta pembuat kebijakan. Mengakui adanya kompetensi dalam diri anak. l) Mengorganisasi kurikulum yang berlandaskan pada DAP.
masyarakat
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Karakteristik Guru PAUD a) Menunjukan rasa cinta dan menghargai pada semua anak. b) Dapat menunjukan rasa percaya diri dan rasa nyaman pada anak. c) Memilki semangat untuk selalu mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikannya. d) Mampu bertingkah laku sopan terhadap orang lain. e) Mampu bekerja keras. f) Bersedia menyediakan waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas profesi. g) Tepat waktu. h) Dapat menjaga rahasia. i) Bersedia dikoreksi apabila membuat kesalahan. j) Mengamati peran kelompok yang ditangani. k) Mampu meninggalkan masalah di rumah dan mampu menjaganya agar tidak berdampak terhaddap pekerjaan. l) Mengabaikan rumor dan menjauhi gosip. m)Menjaga diri agar tetap terawat dan rapi. n) Menggunakan peralatan dan perlengkapan secara hati-hati seperti barang milik sendiri. 6) Kode Etik a) Pengertian kode etik Norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. b) Tujuan kode etik · Menjunjung tinggi martabat profesi · Menjaga dan memelihara Kesejahteraan para anggotannya · Meningkatkan pengabdian para anggota profesi · Meningkatkan mutu organisasi c) Penetapan Kode Etik Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi yang berlaku dan mengikat para anggotanya tidak boleh perorangan. d) Sanksi Pelanggaran Kode Etik ·Sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral, misal: mendapat celaan dari rekan-rekan. · Sanksi terberat: si pelanggar dikeluarkan dari profesi. e) Kode Etik Guru Inddonesia · Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila · Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional ·Guru berusaha memperoleh informasi mengenai peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan · Guru menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya kegiata belajar mengajar ·Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan ·Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya · Guru memelihara hubungan seprofesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial ·Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI, IGTKI/IGRA dan HIMPAUDI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian c. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD menurut Badan Standar Nasional Pendidikan 2009 1) Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD didasarkan pada Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 th 2007 tentang Standar Kualifiaksi Akademik dan Kompetensi Guru besera lampirannya. Bagi guru PAUD Formal (TK, RA, dan yang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 243
sederajat) dan guru PAUD Non Formal (TPA, KB, dan yang sederajat) yang belum memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi sebagaimana dimaksud disebut guru pendamping dan pengasuh. 2) Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendamping a) Kualifikasi Akademik: · Memiliki ijazah D-II PGTK dari Perguruan Tinggi terakreditasi; atau ·Memiliki ijazah minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan memiliki sertifikat pelatihan / pendidikan/ kursus PAUD yang terakreditasi. b) Kompetensi Penjelasan akan diberikan pada tabel berikutnya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kompetensi/ Sub kompetensi 1. Kompetensi kepribadian 1.1 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologi anak
1.2 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak
1.3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur. 2. Kompetensi Profesional Kompetensi/ Sub kompetensi 2.1 Memahami tahapan perkembangan anak
2.2 Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak
Indikator 1. Menyayangi secara tulus 2. Berperilaku sabar, tenang, ceria, serta penuh perhatian 3. Memiliki kepekaan, responsive dan humoris terhadap perilaku anak 4. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif dan bijaksana. 5. Berpenampilam bersih, sehat dan rapi. 6. Berperilaku sopan, santun menghargai dan melindungi anak. 1. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, budaya dan jender 2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hokum, dan norma social yang berlaku dalam masyarakat. 3. Mengembangkan sikap anak didik untuk menghargai agama dan budaya lain. 1. Berperilaku jujur 2. Bertanggung jawab terhadap tugas 3. Berperilaku sebagai teladan
Indikator 1. Memahami kesinambungan tingkat perkembangan anak usia 0-6 tahun. 2. Memahami standar tingkat pencapaian perkembangan anak. 3. Memahami bahwa setiap anak mempunyai tingkat ketepatan pencpaian perkembangan yang berbeda. 4. Memahami faktor penghambat dan pendukung tingkat pencapaian perkembangan. 1. Memahami aspek-aspek perkembangan fisik motorik , kognitif, bahasa, social emosi dan moral agama. 2. Memahami faktor -faktor yang menghambat dan mendukung aspekaspek perkembangan di atas 3. Memahami tanda- tanda kelainan paad tiap aspek perkembangan anak. 4. Mengenal kebutuhna gizi anak sesuai dengan usia. 5. Memahami cara memantau nutrisi, kesehatan dan keselamatan anak.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 244
2.3 Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan dan perlindungan
2.4 Membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kompetensi/ Sub kompetensi 3. Komptensi Pedagogik 3.1 Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan dan perlindungan
3.2 Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan dan perlindungan.
3.3 Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan pengasuhan dan perlindungan
4. Kompetensi Sosial 4.1 Beradaptasi dengan lingkungan
6. Mengetahui pola asuh yang sesuai dengan usia anak. 7. Mengenal keunikan anak. 1. Mengenal cara-cara pemberian rangsangan dalam pendidikan, pengasuhan dan perlindungan secara umum. 2. Memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan. 1. Mengenal faktor-faktor pengasuhan anak, social kemasyarakatan yang mendukung dan menghambat perkembangan anak. 2. Mengkomunikasikan program lembaga (pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak) kepada orang tua. 3. Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam program di lembaga. 4. Meningkatkan kesinambungan program lembaga dengan lingkungan keluarga. Indikator 1. Menyusun rencana kegiatan tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. 2. Menetapkan kegiatan bermain yang mendukung tingkat pencapaian perkembangan anak. 3. Merencanakan kegaitan yang disusun berdasarkan kelompok usia. 1. Mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun berdasarkan kelompok usia. 2. Menggunakan metode pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak. 3. Memilih dan menggunakan media yng sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak 4. Memberikan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan 5. Memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak. 1. Memilih cara-cara penilaian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 2. Melakukan kegiatan penilaian yang sesuai dengan cara- cara yang telah ditetapkan. 3. Mengolah hasil penilaian 4. Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk berbagai kepentingan pendidikan. 5. Mendokumentasikan hasil-hasil penilaian. 1. Menyesuaikan diri dengan teman sejawat. 2. Menaati aturan lembaga 3. Menyesuaikan diri dengan masyarakat
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 245
Kompetensi/ Sub kompetensi 1.2 Berkomunikasi secara efektif
sekitar 4. Akomodatif terhadap anak didik, orang tua, teman sejawat dari berbagai latar belakang budaya dan social ekonomi. Indikator 1. Berkomunikasi secara empatik dengan orang tua peserta didik 2. Berkomunikasi efektif dengan anak didik, baik secara fisik, baik verbal maupun non verbal
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Latihan 2 1) Ajaklah dua orang teman anda untuk melakukan observasi di dua sekolah TK untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh sekolah tersebut. 2) Kembali dri observasi lakukanlah kegiatan FGD (Focus Group Discussion) dengan teman dari kelompok anda. 3) Setelah FGD presentasikan di depan kelas dari masing-masing kelompok 4) Pada waktu presentasi, hendaknya dilakukan tanya jawab dengan peserta dari kelompok lainnya 3. Evaluasi Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar! 1. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar pada anak usia dini pada umumnya sangat ditentukan oleh... a. Media dan metode yang digunakan b. Area bermain yang luas c. Gedung sekolah yang memadai d. Guru yang memiliki kemampuan mengajar 2. Seorang guru PAUD hendaknya memilki pemahaman dua ilmu dasar yakni : a. Ilmu pendidikan dan Ilme pertanian b. Ilmu jiwa perkembangan dan Ilmu pendidikan c. Ilmu pendidikan dan Ilmu filsafat d. Ilmu jiwa perkembangan dan Ilmu kesehatan 4. Daftar Pustaka Brewer, Jo Ann, Introduction To Early Childhood education, Allyn and Bacon: Boston, 2006 Gestwicki, Carol., Development Appropriate Practice Curricullum and Development in Early Education 3rd Ed, Thomson Delmar: New York, 2007 Gordon, Ann Miles & Kathryn W. Browne, Beginnings & Beyond Foundations In Early Chilhood Education, Thomson Delmar : New York, 2004 Hohmann, Mary & David P.Weikart, Education Young Children, High Scope: Michigan, 1995 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung, 2005, PT. Remaja Rosda karya W.S Wimkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta, 2004 PT Media Abadi
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 246
B. Pembelajaran Inovatif Pendidikan Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik anak usia dini menunjukkan hasil belajar dengan indikator sebagai berikut: a. Mengetahui berbagai model pembelajaran anak usia dini b. Menganalisis masing-masing model pembelajaran anak usia dini c. Mengaplikasikan model pembelajaran anak usia dini dalam pembelajaran sehari-hari di sekolah d. Memodifikasi model pembelajaran agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Uraian Materi Pendahuluan Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan memberikan konsep konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anakmelalui pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal dengan menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator bagi anak. Melalui proses pendidikan seperti ini diharapkan dapat menghindari bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan guru menjadi dominan. Proses pendidikan mempunyai peranan penting dalam upaya pengembangan individu secara khusus dan pengembangan bangsa secara umum. Proses pendidikan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan keterampilan secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya diberikan sedini mungkin agar upaya pngembangan kemampuan da keterampilan individu dapat berlangsung optimal. Pada rentang usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional dan spiritual. Upaya pengembangan individu melalui proses pendidikan berlangsung di berbagai lembaga- lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan anak usia dini. Pada saat ini telah bermunculan berbagai lembaga pendidikan anak usia dini yang menggunakan standar internasional di kota-kota besar di Indonesia, terutama lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang mengadopsi kurikulum penyelenggaraan dari berbagai negara maju. Kurikulum yang dikembangkan tersebut mengacu kepada model pembelajaran yang sudah ada di negara tertentu yang telah dikembangkan selama bertahun- tahun. Beberapa model pendidikan yang dimasud antara lain model pembelajaran aktif, model pembelajaran proyek, model pembelajaran berbasis masyarakat dan model pembelajaran keterampilan hidup. A. Model-model Pembelajaran Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dari materi tentang model-model pembelajaran anak usia dini ini adalah: a. Peserta PLPG mampu menguasai beberapa model pembelajaran anak usia dini b. Peserta PLPG mampu menggunakan salah satu model pembelajaran anak usia dini c. Peserta PLPG mampu mengembangkan satu model pembelajaran anak usia dini 2. Isi/Paparan Materi a. Model Pembelajaran High/scope Pendekatan high scope pada awalnya dikembangkan untuk anak anak luar biasa dari lingkungan miskin di Ypsilanti, Michingan. Pada tahun 1962, David P. Weikart, direktur pelayaan khusus dari Ypsilanti Public School, yang menamakan Perry Preschool Project (yang kemudian dikenal sebagai High/Scope Preschool Project). Weikart mendesain proyek ini untuk merespon kegagalan yang senantiasa terjadi pada murid SMA dari lingkungan miskin Ypisilanti. Sepanjang tahun tersebut, anak-anak secara konsisten dinilai dalam tingkat bawah dalam tes kecerdasaan dan tes prestasi akademik. Ditandai oleh tren atau situasi ini, Weikart mencari penyebab dan penyelesaiannya. Weikart menyimpulkan bahwa rendahnya skor IQ direfleksikan oleh terbatasnya kesempatan bagi sekolah untuk melakukan persiapan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 247
daripada karena kecerdasaan bawaan anak. Weikart juga menyimpulkan bahwa pencapaian siswa yang rendah di sekolah menengah berkorelasi dengan keadaannya di sekolah dasar.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Weikart kemudian mencoba untuk memberikan intervensi bagi anak usia 3–4 tahun, dengan tujuan untuk menyiapkan anak anak pra sekolah dari lingkungan miskin ini agar bisa sukses di sekolah. Untuk mendukung gagasan ini, Weikart meminta ijin untuk menyelenggarakan program pendidikan pra sekolah yang berlokasi disebuah pusat komunitas kemudian pindah ke Perry Elementary School. Pada tahun 1970, Weikart meninggalkan sekolah umum tersebut dan mendirikan High/scope Educational Research Foundation. Program pendidikan High/Scope merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada teori Piaget. Pendekatan ini menekankan identifikasi terhadap keadaan anak berdasarkan pada tingkatan perkembangan dengan menguji pada pemenuhan kekuatannya. Proyek High/scope memandang jarn dalam kemampuan dan ketidakmampuan perilaku anak seusia dalam kelompoknya sebagai keterlambatan perkembangan, bukan sebagai penyimpangan. Berdasarkan pada tugas mereka dalam tujuan ini, guru kemudian berinisatif menggunakan pendeatan yang sesuai dengan perkembangan (DAP=Developmentally appropriate Practice) dalam pembelajaran dalam kelas DAP merupakan tujuan jangka panjang dalam proyek ini. Tujuan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan anak dengan menggunakan berbagai macam kegiatan seni dan gerak; untuk mengembangkan kemampuan mereka terhadap objek bedasarkan konsep pendidikan; untuk mengembangkan kemampuan berbicara mereka, dramatisi, dan kemampuan grafikal yang dipresentasikan melalui pengalaman dan mengkomunikasaikan pengalaman mereka terhadap sesama teman atau orang dewasa; untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama dengan orang lain; membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan sesuatu; dan merencanakan penggunaan waktu dan energi mereka; dan untuk mengembangkan mereka dalam menerapkan perolehan kemampuan pemikiran baru mereka dalam jangkauan yang luas dan natural berdasarkan situasi dan dengan menggunakan berbagai macam material. Kurikulum High/scope akan membantu anak-anak prasekolah menjadi lebih independen, bertanggung jawab dan menjadi pembelajar yang percaya diri. Selain itu dalam pembelajaran di High/Scope anak-anak akan dilibatkan pada pembelajaran melalui keterlibatan yang aktif terhadap alat alat permainan yang ada. Orang orang yang terlibat dalam pembelajaran dan gagasan gagasan yang muncul, anak-anak pra sekolah akan belajar juga membuat perencanaan sendiri dan berlatih menerapkannya untk mencapai pengetahuan dan kemempuan yang dibutuhkan oleh mereka untuk membangun landasan yang kuat bagi pembelajaran mereka selanjutnya. Kurikulum High/Scope harus memperhatikan beberapa hal berikut: 1) Belajar aktif Anak anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, pengalaman bersentuhan langsung dengan orang orang, benda benda gagasan gagasan dan peristiwa. Pengalaman pembelajaran aktif akan membantu anak anak membengun pengetahuan mereka, seperti: belajar konsep, membentuk gagasan, menciptakan simbol dan abstraksi mereka sendiri. Sebagai fasilisator, yang akan mengobservasi dalam berpartisipasi dalam kegiatan anak anak, guru akan dipandu oleh beberapa kunci pengalaman bahwa seluruh anak perlu untuk memiliki bagian dari kecerdasan motorik, fisik sosial dan perkembangan emosi. Terdapat 10 kunci kategori, antara lain: representasi kreatif, bahasa dan keaksaraan, hubungn sosial dan inisiatif, gerak, musik, klasifikasi, serasi, angka, ruang, dan waktu. Kunci pengalaman ini akan sangat berperan dalam pemerolehan sosial saat ini dan yang akan datang serta kemampuan akademik yang dibuthkan agar suksesdi sekolah. 2) Interaksi Anak dengan Orang Dewasa Orang dewasa mengamati dan berinteraksi dangan anak anak pada level mereka untuk menemukan bagaimana setiap anak berpikir dan mencari alasan. Orang dewasa mengzinkan anak untuk mengambil kontrol dalam pembelajarn individual mereka. Mereka juga mendukung motivasi dari dalam diri anak dalam pembelajaran dengan cara mengatur jadual dan lingkungan, memperhatikan iklim sosial yang kondusif, mendukung penyelesaian konflik yang konstruktif, menginterpretasi tindakan anak anak dalam bagian
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 248
kunci pengalaman, merencanakan pendalaman pembelajaran aktif yang berdasarkan pada minat dan kemampuan anak. 3) Lingkungan Pembelajaran Ruang kelas disusun dalam lima atau lebih pusat minat. Area area ditandai dengan nama sederhana sehingga dapat memberikan pengertian kepasa anak, seperti “area buku”,”area rumah” dan didefinisikan secara jelas.Variasi bahan bahan dalam menemukan jalan anak, menggunakan, dan menggembalikan apa yang telah mereka selesaikan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengaturan seperti ini akan mendukung anak untuk menemukan dan menggunakan bahan untuk bereksplorasi, menemukan dan belajar tentang dunia mereka. Secara terperinci, lingkungan pembelajaran dalam pembelajaran High/ Scope Curriculum harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain: 1) Sekolah harus menyediakan lingkungan fisik pembelajaran yang kondusif untuk belajar dan merefleksikan tahapan yang berbeda dalam perkembangan masing masing anak. 2) Seolah harus menyediakan ruang yang layak untuk melakukan seluruh program kegiatan. 3) Pusat ruang harus disusun dalam area yang fungsional yang dapat dikenali oleh anak dan mengizinkan terjadinya interaksi sosial dan aktifitas individual. Selain itu, peralatan, permainan anak, dan furniture dalam sekolah High/Scope harus memenuhi kriteria sebagai berikut harus menyediakan/ mengatur peralatan yang cukup, baik mainan anak, alat-alat, dan furniture untuk memfasilitasi partisipasi antara anak dan orang dawasa. Karena itu sekolah harus: (a) mendukung objeksivitas pendidikan yang spesifk dan program lokal, (b) mendukung latar belakang budaya dan etnis anak, (c) sesuai dengan usia, aman, dan mendukung kemampuan dan perkembangan setiap anak, (d) mudah dijangkau, atraktif, dan mendorong minat penemuan anak, (e) didesain untuk menyediakan berbagai jenis pegalaman belajar dan menyemangati setiap anak untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi,(f) aman, tahan lama, dan tetap terjaga dalam kondisi yang baik, (g) disimpan dalam tempat yang aman dan tetap dalam petunjuk yang rapi dalam kondisi yang baik. Sasaran jangka panjang kurikulum High/Scope adalah keseimbangan akademik, sosial, emosional dan aspek fisik. Yang termasuk dalam aspek sosial-emosional adalah kemampuan interpersonal dan kemampuan intrapersonal.Indikator kemampuan interpersonal: kemampuan mengertiorang lain, kemampuan berempati, kemampuan bekerjasama,kemampuan berkomunikasi,kemampuan rasa tanggung jawab. Indikator kemampuan intrapersonal: percaya diri, kreatif, jiwa sosial kebijakan, kemandirian, kritis. Untuk membantu anak anak agar mereka sukses dalam pembelajaran dan belajar bertanggung jawab terhadap sekolah dan kehidupannya maka sekolah High/scope akan menyediakan suatu daftar kegiatan harian yang seimbang antara kegiatan yang merupakan atas inisiatif anak dangan aktivitas yang melbatkan orang dewasa secara langsung termasuk kegiatan yang bersifat individual maupun kegiatan kelompk. kegiatan kelompok juga harus mendukung perkembangan sosial-emosi anak dengan merencanakan kegiatan rutin dan transisi yang tepat sehingga anak – anak dapat memperkiran cara yang akan dilakukan. Setiap harinya program High/Scope memiliki perencanaan kegiatan yang sama, menyediakan kerangka kerja yang kosisten untuk orang dewasa dan anak. Rangkaian perencanaan-tindakan-review (plan-do-review) harian adalah sebuah kegiatan inti High/Scope yang memberikan kebebasan kepada anak untuk mempertimbangkan minatnya, membuat rencana, mengikuti kehendaknya, menggambarkan pengalaman. Dibalik rangkaian rencana-pelaksanaan-review di atas, pengaturan jadwal sehari hari juga mengizinkan anak beertemu dan berkumpul dalam sebuah kelompok kecil atas inisatif orang dewasa yang didasari oleh minat anak, kebutuhan, dan tingkat perkembangan mental anak dan melibatkannya dalam sebuah aktivitas berdasarkan kelompok dalam berinteraksi sosial, musik dan pergerakan fisik. Assesmen adalah kunci praktisi,ini memungkinkan mereka untuk memahami tingkat perkembangan mental anak, mengidentifikasi minat yang dinyatakan, mengamati kunci pengalaman yang melibatkan setiap anak. Guru-guru dalam kelas High.Scope mencatat perilaku anak, pengalamn, dan minat. Mereka menggunakan catatancatatannya untuk menilai perkembangan dan merencanakan aktivitas yang akan datang guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Proses assesmen ini memerlukan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 249
perencanaan kelompok, catatan pengamatan harian, kumpulan catatan rekaman tiap semester. Catatan – catatan ini juga digunakan sebagai keterangan orang tua untuk membantu agar lebih baik mengerti perkembangan anak. b. Model pembelajaran Bermain Kreatif Model pembelajaran bermain kreatif mulai dikembangkan pada tahun 1985 di University of Tnnessee, Knoxville yang dilandasi oleh teori Piaget dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran bermain kreatif dengan pendekatan pembelajaran konstruktivis merupakan sebuah konsep pembelajaran dengan dasar teori perkembangan anak dimana anak akan membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan konstruktivis memberikan pendidikan yang menyeluruh pada anak usia dini. Konsep model pembelajaran bermain kreatif tersebut terdiri dari praktek pembelajaran untuk anak, konten area untuk anak, seperangkat asesmen untuk mengukur tingkah laku dan kemajuan anak, dan model pelatihan untuk membantu orang dewasa dalam mendukung perkembangan anak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pembelajaran disusun berdasarkan kepercayaan bahwa anak belajar dengan baik melalui pembelajaran yang aktif (active learning), pengalaman langsung, interaksi dengan orang dewasa, kejadian dan ide-ide. Ruang-ruang kelas ditata sedemikian rupa dengan sangat selektif, berhati-hati agar pembelajaran aktif pada anak dapat terjadi. Area dibagi berdasarkan area minat anak yang diatur dalam permainan yang spesifik, seperti area balok, area perpustakaan, area rumah tangga, area memasak, area pasir dan air, area seni. 1) Area Balok Balok adalah peralatan yang standar untuk kelas anak-anak yang pertama dan itu penting untuk mengimplementasikan Kurikulum Kreatif. Balok-balok kosong cocok untuk anak-anak yang menyukai permainan dramatik. Dalam waktu yang singkat balok-balok yang besar ini menjadi sebuah boneka, rumah, sebuah bis, atau alat pemadam kebakaran. Unit balok-balok ini menyediakan sebuah kekayaaan dalam belajar aktivitas ini yang mengizinkan anak-anak untuk mendapatkan konsep-konsep dalam matematika, pengetahuan alam, geometri, ilmu sosial, dan banyak lagi. Balok kayu adalah kebutuhan yang alami untuk anak kecil karena balok-balok itu halus, keras dan simetris. Anak-anak suka untuk mengembangkan karakter fisik balok-balok itu dengan menyentuhnya, mengusapnya, dan memukul balok-balok itu bersama untuk mendengarkan suara balokbalok itu. Balok kayu adalah permaianan material yang mengajak anak-anak untuk menciptakan sesuatu yang mau. Di sini tidak ada cara yang benar atau salah untuk meciptakan sesuatu dengan balok-balok itu-anak-anak dapat membuatnya semau mereka. Kadang-kadang anak-anak memulai dengan sebuah idea apa yang mereka ingin buat, dan juga desain tiga dimensi ini berkembang sesuai bagaimana anak-anak menempatkan balok bersama secara acak atau dengan pola. Seperti seni lainnya, kreasi anak-anak menghasilkan dengan balok-balok tersebut sering mengingatkan mereka pada apa yang pernah mereka lihat, jadi mereka mulai untuk menamakan apa yang mereka ciptakan: rumah, jala, atau pesawat roket. Membangun balok penting untuk perkembangan kognitif (kemampuan untuk memandang sesuatu). Seperti pengalaman anak-anak dengan dunia sekelilingnya, mereka membentuk gambaran di pikiran mereka dari apa yang mereka lihat. Bermain dengan balok memberi mereka sebuah kesempatan unutk menciptakan kembali gambargamabar ini dalam bentuk nyata. Kemampuan menciptakan ini yang mewakilkan pengalaman-pengalaman mereka adalah sesuatu kemampuan penting dimulai dari pikiran yang abstrak. Terlebih lagi, karena balok-balok didesain dalam unit matematika, anak-anak bermain dengan itu mendapat pengertian yang nyata dari konsep yang penting untuk berpikir logis. Mereka belajar tentang ukuran, bentuk, jumlah, jenis, area, panjang, dan berat sebagai apa yang mereka pilih, ciptakan, dan membersihkan balokbalok. Balok-balok permainan yang bernilai untuk perkembangan fisikal. Anak-anak menggunakan otot-otot besar mereka untuk membawa balok-balok dari satu tempat yang satu ke tempat yang lain. Mereka menempatkan balok-balok bersama dengan cermat untuk membentuk sebuah jembatan atau desain yang rumit, mereka menyempurnakan otot-otot kecil di tangan mereka, yang penting untuk menulis.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 250
Kompetensi pembelajaran dalam permainan balok adalah anak-anak dapat merealisasikan banyak keuntungan dari permainan balok saat guru mereka menetapakan Kompetensi yang realistik dan cocok untuk perkembangan mereka. Urutan di bawah adalah contoh Kompetensi yang dapat anda tempatkan sebagai anak-anak yang bermain dengan balok-balok.
Kompetensi Untuk Perkembangan Sosial-Emosi:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Bekerja dengan bebas dan dalam sebuah kelompok (memutuskan kapan, bagaimana, dan dengan siapa mereka bermain.) Hal 76 b) Menunjukkan kebutuhan, konsentrasi, dan ketakutan dalam jalan sosial yang dapat diterima (menciptakan rumah sakit atau gua dengan monster dan bermain membuat kepercayaan) c) Berbagi dan bekerjasama dengan yang lain (menjual barang dan tiang dan merencanakan proyek pembangunan bersama) d) Mendemonstrasikan kebanggaan dalam menyelesaikan dan sebuah konsep diri sendiri yang positif (membagikan bangunan mereka dengan berbicara mengenai apa yang mereka ciptakan)
Kompetensi dari perkembangan kognitif:
a) Mengembangkan sebuah pengertian tentang konsep, berat, dan area (membawa balok dan menggunakan balok-balok dalam konstruksi) b) Mengklasifikasikan dan menyusun objek dengan ukuran, bentuk, dan fungsi (menempatkan balok-balok dalam ukuran yang sama) c) Membuat kegunaan prinsip-prinsip fisikal (mengembangkan berat, stabilitas, persamaan, keseimbangan, dan kekuatan untuk mengungkit ) d) Memprediksikan penyebab dan efek persahabatan (melihat seberapa tinggi mereka dapat membangun mereka sebelum balok-balok itu jatuh) e) Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konstruksi (membuat jembatan atau langkah-langkah membuat rumah) f) Mengorganisasikan dalam sebuah baris (membuat balok dari rendah ke tinggi dan menghitung dengan benar) g) Menggunakan tambahan, dasar dan pecahan (menetapkan berapa banyak balok yang diperlukan untuk mengisi jarak yang kosong) h) Mengembangkan kemampuan membaca dan menulis (membuat tanda untuk bangunan)
Kompetensi dari Perkembangan Fisikal:
a) Menggunakan kemampuan otot kecil dan besar (memegang, mengangkat, menempatkan dan menyeimbangkan balok-balok) b) Mengembangkan koordinasi antara mata dan tangan (menempatkan balok pada pola yang benar) c) Mengontrol tempat objek-objek (bawah, atas, di atas, di bawah, di atas, dari, dan di sebelah saat berkontraksi dengan balok-balok)
2) Area Seni Sebagian besar anak kecil biasanya menyenangi seni. Mereka menyukai proses penggunaan cat ke kertas, menempel-nempelkan, memukul-mukul lilin. Bekerja dengan material seni menawarkan anak-anak kesempatan untuk bereksperimen dengan warna, bentuk, rancangan, dan tektur. Menggunakan material seni seperti lukisan, lilin, spidol, krayon, kanji dari tepung jagung, dan susunan benda-benda potongan kertas, anak-anak mengekspresikan ide dan perasaan pribadi. Dengan mereka memperlihatkan kreasi dan anak-anak yang lain, mereka belajar menghargai perbedaan. Untuk anak kecil, proses menciptakan adalah yang paling penting, bukan apa yang mereka buat. Karya seni menguntungkan semua aspek perkembangan anak. Saat anak menggambar, melukis, dan potongan kertas. Mereka bereksperimen dengan warna, garis, bentuk dan ukuran. Mereka menggunakan cat, bahan-bahan dan kapur untuk membuat pilihan, mencoba ide, rencana, dan eksperimen. Mereka mempelajari tentang sebab-akibat saat mencampur warna, melalui mencoba dan gagal, mereka belajar menyumbangkan. Melalui seni mereka, anak belajar mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan mereka terhadap dunia. Seni merupakan media yang membiarkan anak-anak merubah apa yang mereka tidak bisa ucapkan dengan kata-kata dengan terlihat dengan berbagai seni memberikan percaya diri dan kebanggaan. Seni juga memberikan kesempatan untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 251
pembentukan fisik. Saat anak-anak merobek kertas untuk mengguntuing kertas, mereka menyempurnakan otot-otot kecil membuat garis dan bentuk-bentuk dengan spidol dan pinsil warna membantu anak-anak membentuk otot-otot motorik yang diperlukan untuk menulis. Seni menyenangkan dan melegakan untuk anak-anak. Seni membuat mereka belajar banyak keahlian, mengekspresikan diri, menghargai keindahan, dan bersenangsenang semua pada saat yang sama. Kompetensi pembelajaran dalam permainan seni adalah guru dapat memilih berbagai kompetensi untuk anak bekerja sambil menjelajah dan menggunakan materi-materi. Kompetensi pembelajaran dapat membantu guru merencanakan pengalaman seni yang sesuai . Dengan menentukan Kompetensi, guru dapat lebih mudah menentukan media seni dan kegiatan yang akan membantu anak memperluas dan meningkatkan kemampuan mereka. Meskipun Kompetensi pilihan harus merefleksikan usia dan minat anak, Anda perlu mempertimbangkan Kompetensi-Kompetensi dibawah ini :
Kompetensi Untuk Perkembangan Sosial-Emosional
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Mengekspresikan perasaan (memilih warna terang untuk lukisan agar sesuai mood) b) Belajar menyalurkan frustasi dan amarah yang dapat diterima di lingkungan (memukul lilin) c) Melepas Individualitas (menggambar labu yang beda dengan warna dan desain orisinal) d) Merasakan kebanggaan (membuat mobil yang digantung di kelas) e) Berbagi dan bekerja sama dengan sesama (bekerja sama dalam membuat lukisan dinding)
f) Kompetensi Untuk Perkembangan Kognitif
g) Mengembangkan kreatifitas (memadukan materi dan tekstur) h) Membentuk pemahaman tentang sebab-akibat (observasi apa yang terjadi saat cat biru + kuning) i) Melabel bentuk dan benda (melukis lingkaran kuning dan menamakannya matahari) j) Memecahkan masalah k) Membentuk kemampuan merencanakan (menentukan warna apa yang didahulukan)
Kompetensi Untuk Perkembangan Fisik
a) Membentuk otot kecil (mewarnai dengan spidol) b) Menyempurnakan koordinasi mata-tangan c) Belajar arah (melukis lingkaran dengan 1x sapuan kuas) 3) Area Memasak Memasak memperkenalkan anak-anak kepada pengalaman di dunia makanan untuk pertama kalinya. Mereka tidak hanya mempelajari bagaimana makanan disiapkan tetapi juga bagaimana makanan itu mempengaruhi kesehatan dan kebahagiaannya. Kegiatan memasak menawarkan kepada anak-anak kesempatan untuk bereksperimen dengan makanan, kesempatan menjadi kreatif dan kesempatan untuk menyiapkan makanan ringan bernutrisi. Hal ini dapat menjadi pemikiran tentang “Kemampuan Bertahan Hidup” yang menjadi dasar bagi pendidikan semua anak-anak baik lagi-laki ataupun perempuan. Memasak dapat menjadi salah satu aktifitas yang paling menyenangkan di dalam kelas. Tidak hanya dalam menyiapkan makanan yang menyenangkan, tetapi juga sebagai laboratorium nyata untuk belajar. Sebagai anak-anak yang baru mengerti , mereka belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan. Pada saat mereka mengukur secangkir susu untuk sebuah resep membuat puding, mereka belajar tentang pengukuran dan isi. Mereka mengaduk mentega kacang, mencampur adonan biskuit, dan mengupas wortel. Mereka mengembangkan kemampuan fisik dan menambah kosa kata mereka. Membuat humus akan mengajarkan kepada anak-anak tentang nutrisi dan kebudayaan yang baik. Ketika anak-anak membuat makanan ringan mereka di pagi hari, anak-anak memulai pekerjaan hingga selesai dan bisa berbangga hati dengan penyelesaian itu. Memasak mempengaruhi penginderaan anak-anak dan menambah kekayaan dalam mendapat kesempatan. Salah satu aspek yang paling mempengaruhi dalam memasak bagi anak-anak adalah ternyata dalam memasak anak-anak diizinkan melakukan kegiatan lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan yang bisa dilakukan oleh orang dewasa. Pada sudut balok, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 252
mereka membuat jalan dan jembatan bohongan. Pada sudut rumah mereka membayangkan menjadi orang tua, guru, dan dokter. Dalam memasak mereka hanya memiliki kesempatan untuk bertingkah laku hanya seperti anak-anak yang dalam masa pertumbuhan- sebuah perlakuan yang jarang bagi anak-anak. Banyak guru anak-anak usia dini merasa bahwa pengalaman memasak merupakan program yang alami dan mereka memasukkan kegiatan memasak sebagai suatu pilihan kreatifitas secara reguler. Ada pula guru yang lainnya yang meniadakan kegiatan memasak sampai mereka merasa bahwa anak anak sudah terbiasa dengan kegitan rutin di dalam kelas, dapat memilih kegiatan-kegiatannya dan bekerja dengan bebas. Dikarenakan pengawasan adalah sesuatu yang penting untuk memastikan keamanan anak, anda mungkin menginginkan untuk mempertimbangkan jadual memasak pada hari-hari tertentu ketika seorang sukarelawan bersedia memberikan bantuan di dalam kelas. Faktor yang paling penting dalam membuat keputusan untuk memasukkan kegiatan memasak ke dalam program anda adalah tingkat kesenangan anda dan kemampuan anda untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dalam merencanakan dan menyiapkan kegiatan memasak tersebut.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jagalah agar anak-anak sehat dan aman adalah yang utama. Prioritaskan untuk memulai program memasak dengan mengetahui dengan baik tentang alergi makanan yang diidap anak-anak, sebaik anda mempercayai dan memilih keluarga untuk ikut terlibat dalam program ini. Konsultasikan data anak dan orang tua untuk informasi ini. Ulangi semangat dalam modul ini ketika anda memiliki waktu dan menemukan satu atau dua ide yang anda rasa siap untuk dicoba. Keberhasilan anda dalam mengimplementasikan sebuah pengalaman memasak atau mendirikan sebuah area memasak , dan antusias anak-anak untuk memilih kegiatan ini , mungkin memberi anda inspirasi untuk menjadikan kegiatan lebih berambisi. Kompetensi pembelajaran dalam permainan memasak adalah ketika berpikir tentang memasak, Kompetensi utama kita mungkin untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya sebuah ketrampilan menoling diri sendiri atau untuk memasang sebuah pondasi untuk lingkungan dengan nutrisi yang baik. Tetapi memasak merupakan kegiatan yang menarik untuk membantu anak-anak tumbuh dalam semua aspek socialemosional, kignitif, dan fisiknya. Saat kita memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan anak-anak di dalam kelas, perhatikan hal-hal dibawah ini:
Kompetensi untuk Perkembangan Sosio Emosional:
a) Bekerjasama dalam kelompok kecil (membuat roti) b) Mengembangkan ketrampilan menolong diri sendiri (menyediakan makanan ringan untuk diri sendiri) c) Menyelesaikan sebuah perintah (menyediakan sebuah resep dari mulai hingga selesai , termasuk bersih-bersih) d) Mengembangkan kemandirian (mengikuti sebuah resep melalui gambar tanpa bantuan orang dewasa) e) Menunjukkan perhatian (berbagi dan bergiliran ketika bekerja dengan teman yang lain) f) Mengembangkan kebanggaan terhadap diri sendiri dan kebudayaan yang kita warisi (menyiapkan dan menyediakan sebuah resep keluarga)
Kompetensi untuk Perkembangan Kognitif:
a) Belajar tentang nutrisi (menyiapkan sebuah makanan ringan yang sehat) b) Memecahkan masalah (menjelaskan seberapa tinggi mengisi cetakan muffin yang diperbolehkan dengan adonan agar bertambah tinggi) c) Mengembangkan ketrampilan membaca awal (menghubungkan gambar dalam kartu resep dengan tulisan dibawahnya) d) Membangun pondasi untuk mengenal konsep matematika seperti mengurutkan dan pengukuran (mengisi sebuah teko dengan empat cangkir air) e) Belajar tentang menggunakan makanan secara ilmiah (memutar cream ke dalam mentega dengan penuh semangat akan menggoncangkan cream tersebut) f) Mengekspresikan kreatifitas (membuat kue kering yang asin dengan bentuk-bentuk yang tidak tradisional)
Kompetensi Untuk Perkembangan Fisik: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 253
a) Mengembangkan kontrol motorik halus (mengambil seledri, mengaduk mentega, dan memeras lemon) b) Menyeimbangkan koordinasi mata-tangan (memecahkan telur) c) Belajar tentang petunjuk /tanda-tanda (menggunakan sebuah kocokan)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Area Pasir dan Air Hampir setiap orang menyukai rasa santai berjalan telanjang kaki diatas pantai berpasir atau berendam di dalam bak mandi berair hangat. Anak – anak sebagaimana juga orang dewasa hampir secara naluri tertarik pada pasir dan air. Daya tarik alami yang dimiliki anak akan bahan – bahan ini menjadikan anak-anak sempurna untuk kelas anak usia dini. Karena kebanyakan anak-anak telah terbiasa dengan bahan-bahan ini, mereka suka sekali menelitinya. Dengan air yang menyegarkan pada kulit mereka atau rasa senang mengayak pasir dengan jari-jari mereka sulit untuk dicegah. Permainan anak-anak dengan pasir dan air ini tentu saja membantu dalam pembentukan macam-macam keterampilan mereka. Dengan menciduk air dan menapis pasir, anak memperbaiki keterampilan fisik mereka. Secara bersama -sama meniup gelembung-gelembung air atau membuat benteng pasir, mereka mengembangkan keterampilan sosialnya. Pada waktu yang sama, mereka meningkatan keterampilan pengenalan, karena mereka memeriksa mengapa benda-benda tertentu tenggelam dalam air dan yang lain terapung. Main pasir dan air bisa berupa dua aktivitas yang berbeda atau terpisah. Masing-masing memberikan anak banyak kesempatan belajar. Sebagai benda cair, air bisa dipercikan, dituang, dan dibekukan. Sebagai benda padat/kering, pasir dapat disaring, digaruk, dan disekop. Permainan terpisah atas masing-masing benda itu dapat mempertebal rasa sosio emosional anak, kognitif dan pertumbuhan fisik. Namun bagaimanapun, permainan pasir dan air penting karena dua alasan. Pertama, pasir dan air adalah keduanya benda alam yang menjadi kesukaan bagi anak, yang menimbulkan jenis ekplorasi dan belajar. Kedua, permaina pasir dan permaian air meningkat ketika keduanya menjadi satu untuk membentuk tiga tipe permainan permainan pasir basah. Anda tentunya dapat menggunakan permainan air dan pasir sebagai aktivitas tersendiri. Namun bagaimanapun, dengan menggabungkan kedua tipe permainan dalam satu area bisa mengembangkan manfaat terpisah dari keduanya. Permainan pasir basah membuat anak – anak mengalami dasar matematika dan sains tangan pertama. Ketika anak – anak mencampurkan pasir dan air, mereka mendapatkan bahwa mereka telah mengubah sifat keduanya, pasir yang kering menjadi kuat dan airnya terserap. Tekstur/ bentuk kedua benda itu berubah juga. Tidak seperti pasir yang kering atau air cair, pasir yang kering bisa di bentuk. Secara individual dan bersama – sama permainan pasir dan air dapat secara efektif menarik dan menyejukan otak dan raga anak. Anak mendapat manfaat paling banyak dari permaian pasir dan air apabila guru – guru membimbing interaksi mereka. Dengan membuat pola–pola pengajaran yang spesifik bagi anak – anak, anda dapat mengasuh pertumbuhan dan perkembangan mereka. Daftar berikut ini menunjukan beberapa sasaran yang dianjurkan bagi permaianan anak – anak di area. Kompetensi pembelajaran dalam permainan area dan pasir adalah
Kompetensi Pengembangan Sosial Emosional
a) Bermain secara bekerja sama (berbagi alat – alat yang di gunakan untuk permainan air bersama dengan anak – anak yang lain) b) Menjajaki peran social (memandikan boneka dan mencuci piring) c) Mengembangkan rasa bangga atas karya yang dibuatnya (meminta agar bangunan benteng yang dibuat didalam bak pasir tidak dirobohkan pada akhir permainan) d) Mengawasi anak yang bermain sampai selesai (mengaduk dan menggunakan gelembung dan kemudian membersihkannya)
Kompetensi Pengembangan Kognitif
a) Perhatikan bahan – bahan untuk bagaimana mereka membandingkan dan mempertentangkan (menambahkan air pada pasir kering untuk melihat bagaimana itu berubah) b) Mengerti hubungan sebab dan akibat (memperkirakan apa yang terjadi bila serpihan sabun ditambahkan ke air)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 254
c) Memperhatikan konserpasi dari isi suatu benda (tuangkan pasir, air atau pasir basah ke dalam wadah yang tidak sama bentuknya dan membandingkannya) d) Pengembangan kemahiran penyelesaian masalah (bayangkan bagaimana caranya menggali terowongan pada pasir basah dengan tidak runtuh) e) Pengembangan kreativitas (mencetak pasir basah menjadi berbagai bentuk)
Kompetensi Pengembangan Fisik:
a) Memperkuat pengontrol motorik yang baik (dengan menggunakan pasir membuat angka delapan di atas pasir) b) Mengembangkan gerakan mata dan tangan (memperhatikan gerakan pasir melalui saringan) c) Meningkatkan koordinasi kemahiran (mengisi cangkir ukur dan sendok)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Area Rumah Tangga Area rumah tangga (house corner) merupakan sebuah area pada ruang kelas yang diperuntukkan untuk “bermain rumah-rumahan.” Pekerjaan yang anak-anak lakukan di area rumah tangga dinamakan permainan aksi, permainan berpura-pura, atau khayalan; hal ini melibatkan pengambilan peran dan terlibat dalam perilaku meniru. Permainan aksi-sosial, permainan dengan level yang lebih tinggi, menggabungkan interaksi verbal dengan paling tidak seorang anak yang lain dalam sebuah episode permainan. Anak-anak menggunakan area rumah tangga untuk mengambil peran jauh lebih luas di balik adegan keluarga yang familiar dan untuk menciptakan lingkungan seasing dan semenarik ruang angkasa atau setipe dengan gudang sepatu. Meskipun lingkungan rumah familiar adalah sebuah tema yang masuk akal untuk permainan aksi, anak-anak juga melakukan peran karakter nyata dan imajinasi. Dinosaurus dan setan dapat ditemukan di area rumah tangga semudah menemukan peran ibu, ayah, dokter, dan penjaga toko. Anak-anak suka bermain “khayalan.” Kami telah melihat kesenangan anak ketika berakting sebagai orang tua, memperlihatkan perbuatan super seperti pahlawan di televisi, atau menjadi bayi. Kenyataannya, anak-anak terlihat sangat membutuhkan aktivitas ini. Pada satu penelitian mengenai topik ini, peneliti menghilangkan area rumah tangga dari sebuah kelas pra sekolah dan mengamati bagaimana reaksi anak-anak. Dalam tiga hari, anak-anak telah membentuk area mereka sendiri untuk permainan aksi menggunakan kubus-kubus, meja, dan benda-benda kelas lain untuk menciptakan sebuah seting untuk permainan berpurapura. Anak-anak sangat merindukan area rumah tangga yang mereka hilangkan hingga mereka sendiri membangunnya kembali. Mengapa permainan aksi sangat penting bagi anak-anak kecil? Ketika anak-anak mengambil sebuah peran di area rumah tangga, mereka mengembangkan banyak ketrampilan baru. Mereka belajar mengenai diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan masyarakat di sekitar mereka. Dengan ikut serta dalam permainan aksi, mereka mengumpulkan dan menampilkan pengalaman masa lalu mereka. Mereka belajar untuk memutuskan dan memilih informasi yang relevan dalam memainkan sebuah episode permainan. Ini adalah sebuah ketrampilan esensial untuk pengembangan intelektual. Anak-anak juga belajar satu sama lain ketika mereka berinteraksi dalam permainan aksisosial. Mereka belajar untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dan bekerja sama untuk memecahkan persoalan. Mereka mengembangkan kemampuan mereka untuk konsentrasi ketika mereka mengambil tema permainan yang sama dalam periode waktu yang terus meningkat. Area rumah tangga mengandung banyak kesempatan untuk pengembangan sosio-emosional. Permainan aksi menawarkan anak-anak sebuah forum untuk menunjukkan peran takut dengan aman dan menghidupkan pengalaman hidup. Melalui permainan aksi, anak-anak dapat mengambil peran yang mereka takuti dan belajar mengendalikan kecemasan mereka. Sebagai contoh, seorang anak yang takut pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi dapat berpura-pura menjadi dokter. Dengan mengira-ngira peran seorang dokter, ia dapat merasakan secara langsung dan menampilkan kesannya menjadi seorang dokter. Dengan cara ini anak tersebut memperoleh kontrol untuk mengendalikan ketakutan mereka yang sebenarnya. Anakanak juga belajar menjadi fleksibel dan bekerja sama dengan yang lain dengan merundingkan peran dan bermain bersama. Tahu bagaimana berpura-pura membantu anak menjadi perencana yang lebih baik. Itu membolehkan mereka untuk mengantisipasi bagaimana mereka akan merasa dan bertingkah laku di situasi kehidupan nyata. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 255
Kompetensi pembelajaran dalam permainan area rumah tangga adalah keuntungan anak-anak dari permainan mereka di house corner ketika anak-anak menset dugaan realistis bagi mereka didasarkan pada tingkat perkembangan mereka. Ketika guru ikut serta dalam permainan peran anak-anak, permainan khayalan, dan permainan aksisosial, mereka dapat memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Kompetensi bagi Perkembangan Sosio-Emosional:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Berinteraksi satu sama lain (mengambil peran dan berakting) b) Mengekspresikan individualitas dan kreativitas (mengembangkan tema permainan berdasarkan rujukan dan pengalaman individual) c) Bermain kerja sama dengan yang lain (saling menukar dan berbagi material). d) Menunjukkan sebuah pemahaman dari dugaan dan sikap sosial bagi yang lain (bermain peran dan beraksi pengalaman hidup). e) Mengantisipasi bagaimana harus bertingkah dalam situasi baru (mengembangkan kemampuan berimajinasi). f) Mengendalikan ketakutan dan kecemasan (mencoba peran dan memainkan pengalaman sulit dan menakutkan). g) Menunjukkan empati kepada yang lain (mengembangkan peran lebih kompleks dan menunjukkan perhatian bagi yang lain dalam peran tersebut).
Kompetensi bagi Perkembangan Kognitif:
a) Menggunakan simbol untuk mewakili benda-benda dan situasi nyata (menggunakan kotak untuk mewakili telepon atau sebuah tali untuk menggantikan selang pemadam). b) Mengidentifikasi dan merencanakan episode permainan dengan yang lain. (“Ayo bermain toko-tokoan. Kamu yang jadi penjaga toko, saya yang akan berbelanja.”) c) Menampilkan informasi dan pengalaman masa lalu untuk memecahkan masalah. (“Apa yang akan kita lakukan untuk memberi makan bayi ini? Tidak ada sereal di dalam rumah! Kita harus pergi ke toko.”) d) Mengelompokkan properti menurut karakteristik umum. (“Kamu simpan peralatan memasak dan saya menyimpan perlengkapan makan.”) e) Menyusun benda-benda menurut ukurannya (membereskan properti dan mengembalikannya ke tempat yang berlabel). f) Bertekun dalam tugas (memainkan keterlibatan dalam episode permainan dalam jangka waktu yang terus bertambah).
Kompetensi bagi Perkembangan Fisik: a) Meningkatkan kontrol otot kecil (mengenakan pakaian, mengancing, dan meresleting). b) Menggunakan koordinasi mata-tangan (memakaikan pakaian pada boneka dan mencocokkan panci-panci dengan tempat cetakkan pada rak di mana benda tersebut disimpan). c) Menggunakan keterampilan membedakan secara visual (mencocokkan dan mengelompokkan benda-benda seperti peralatan dan perlengkapan makan). 6) Area Perpustakaan Sentra perpustakaan meliputi ruangan untuk melihat buku-buku, ruangan untuk mendengarkan musik/rekaman dan ruangan untuk menulis. Ada yang menempatkan ketiga kegiatan ini dalam satu ruangan yang sama; ada juga yang menggabungkan kegiatan menulis di dalam area seni dan mendengarkan rekaman atau kaset menjadi bagian dari area musik. Lepas dari penempatan tadi yang paling penting adalah bagaimana nanti guru menata ruangan dengan perlengkapannya. Sebagaimana di area – area lain, penataan area perpustakaan memainkan peranan besar dalam memfasilitasi pembelajaran anak. Kompetensi pembelajaran dalam permainan Area Perpustakaan: Sentra perpustakaan dapat membantu anak dalam mengembangkan aspek kognitif dan fisik. Penjelasannya dijabarkan dalam butir-butir berikut ini:
Kompetensi bagi Perkembangan Kognitif: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 256
a) Mengembangkan suatu pemahaman terhadap symbol – symbol (menghubungkan gambar anak laki – laki dengan kata yang tertulis “anak laki – laki”). b) Menambah perbendaharaan kata (mempelajari nama-nama binatang yang ada di Afrika). c) Memperkirakan suatu kejadian (memperkirakan apa yang terjadi selanjutnya dalam suatu cerita yang dibacakan dengan keras). d) Mengenalkan objek, warna dan bentuk (menunjuk pada objek di papan flannel dan menggambarkan ciri – cirinya) e) Menerapkan pengetahuan pada situasi baru (mengarang sebuah sajak setelah mendengarkan puisi – puisi sejenisnya dalam sebuah rekaman). f) Mengembangkan kemampuan menceritakan cerita (mendiktekan cerita kepada guru atau membuat tulisan tangan).
Kompetensi bagi Perkembangan Fisik:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Meningkatkan kemampuan otot kecil/halus (menulis dengan spidol). b) Menguatkan otot mata (melihat gambar dan kata dalam buku ketika dibacakan). c) Mengkoordinasikan antara gerakan mata dengan tangan (menempatkan objek pada papan flannel). d) Memperhalus kemampuan membedakan secara visual (mencari objek atau orang dalam sebuah ilustrasi yang rumit seperti dalam buku dimana Waldo) Guru bisa mengunakan area perpustakaan untuk mendapatkan lebih banyak lagi sasaran/kompetensi pembelajaran. Tidak semua sasaran yang disebutkan tadi tepat untuk setiap anak, anda bisa memilih sasaran mana yang paling tepat digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak – anak dalam kelompok anda. Model pembelajaran aktif dalam kegiatan sehari-harinya mendesain agar setiap kejadian merupakan suatu perencanaan harian yang memungkinkan anak-anak mengantisipasi apa yang akan terjadi kemudian. Kunci sentralnya adalah merencanakan, melakukan, menilai ulang (plan-do-review). Asesmen yang digunakan High/scope adalah sistem Child Observation Record (COR) untuk memantau kemajuan perkembangan anak. Hal-hal yang diobservasi oleh guru adalah Inisiatif (cara anak mengekspresikan pilihannya), hubungan sosial (cara berhubungan dengan teman), representasi kreatif (membangun, berpura-pura), musik dan gerakan (memiliki inisiatif gerakan saat mendengarkan tempo lagu), bahasa dan literatur (menghitung objek, menjabarkan jarak waktu). c. Model Pembelajaran Montessori Model pembelajaran Montessori mengacu pada pembelajaran yang dikembangkan Maria Montessori, seorang dokter wanita Italia pertama yang lahir di Chiaravalle, sebuah propinsi kecil di Ancona, Italia pada thaun 1870. Reputasinya di bidang pendidikan anak dimulai setelah Montessori lulus dari sekolah kedokteran dan mulai bekerja di sebuah klinik psikiatri Universitas Roma. Perkerjaan tersebut membuat Montessori sering berinteraksi langsung dengan masalah cacat mental. Montessori meyakini bahwa definisi mental lebih merupakan masalah pedagogik daripada gangguan medis dan merasa bahwa dengan latihan pendidikan khusus, orang-orang cacat tersebut dapat terbantu. Pemikiran Montessori tersebut sangat membantu dan memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam pengembangan kemampuan anak yang memiliki cacat mental. Pemikiran Montessori yang berkaitan dengan anak cacat mental dilanjutkan dengan pendirian Casai Dei Bambini atau children’s house di daerah-daerah kumuh Roma pada tahun 1907. Model pembelajaran Montessori meyakini bahwa pendidikan sudah dimulai ketika anak lahir. Model pembelajaran Montessori mempunyai landasan pemikiran bahwa bahwa dalam tahuntahun awal seorang anak mempunyai “sensitive periods” (masa peka). Masa peka dapat digambarkan sebagai sebuah pembawaan atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada waktu-waktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya. Montessori memberikan panduan periode sensitif atau masa peka ini dalam sembilan tahapan sebagai berikut:
USIA
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PERKEMBANGAN
P a g e | 257
USIA Lahir – 3 tahun 1,5 - 3 tahun 1,5 - 4 tahun 2 - 4 tahun 2,5 - 6 tahun 3 - 6 tahun 3,5 - 4,5 tahun 4 - 4,5 tahun 4,5 - 5,5 tahun
PERKEMBANGAN Masa penyerapan toral (absorbed mind), perkenalan dan pengalaman sensoris/ panca indera. Perkembangan bahasa Perkembangan dan koordinasi antara mata dan otot-ototnya. Perhatian pada benda-benda kecil. Perkembangan dan penyempurnaan gerakan-gerakan. Perhatian yang besar pada hal-hal yang nyata. Mulai menyadari urutan waktu dan ruang Penyempurnaan penggunaan panca indera. Peka terhadap pengaruh orang dewasa Mulai mencorat-coret. Indera peraba mulai berkembang Mulai tumbuh minat membaca
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dasar pendidikan model pembelajaran Montessori menekankan pada tiga hal, yaitu: 1) Pendidikan sendiri (pedosentris) Menurut Montessori, anak-anak memiliki kemampuan alamiah untuk berkembang sendiri. Anak-anak mempunyai hasrat alami untuk belajar dan bekerja, bersamaan dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan kesenangan. Selain itu, anak juga memiliki keinginan untuk mandiri. Keinginan untuk mandiri tersebut tidak muncul atas perintah dari orang dewasa melainkan muncul dari dalam diri anak sendiri. Dorongan-dorongan alamiah tersebut akan terpenuhi dengan memfasilitasi anak dengan aktivitas-aktivitas yang penuh kesibukan. Namun dalam kegiatan tersebut sebaiknya anak tidak dibantu melainkan harus berlatih sendiri. 2) Masa Peka Masa peka merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak. Ketika masa peka datang, maka anak harus segera difasilitasi dengan alat-alat permainan yang mendukung aktualisasi potensi yang dimiliki. Guru memiliki kewajiban untuk mengobservasi munculnya masa peka dalam diri anak agak dapat memberikan tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi anak. 3) Kebebasan Model pembelajaran Montessori memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir, berkarya dan menghasilkan sesuatu. Hal ini dkarenakan masa peka anak tidak dapat diketahui kapan kepastian kemunculannya. Kebebasan ini bertujuan agar anak dapat mengaktualkan potensi anak sebebas-bebasnya. Model pembelajaran Montessori memfokuskan pada pengembangan aspek motorik, sensorik dan bahasa. Penekanan utamanyaditempatkan melalui pengambangan alat-alat indera. Model pembelajaran Montessori membebaskan anak untuk bergerak, menyentuh, memanipulasi dan bereksplorasi secara bebas. Langkah pembelajaran dalam model pembelajaran Montessori terdiri dari tiga langkah, yaitu (1) langkah menunjukkan, (2) langkah mengenal, dan (3) langkah mengingat. Contoh: langkah menunjukkan: Seraya memperlihatkan kertas berwarna merah, guru mengakatan, “Ini merah!” begitu juga warna yang lainnya, langkah mengenal: guru mengacaukan kertas-kertas berwarna dan berkata kepada anak, “Ambillah merah!”, langkah mengingat: dari kertas-kertas berwarna yang telah dikacaukan, guru mengambil sehelai kertas dan bertanya, “Ini warna apa?” d. Model Pembelajaran Reggio Emilia Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan contoh model pembelajaran anak usia dini yang dicetuskan oleh Loris Mallaguzzi. Model pembelajaran Reggio Emilia membantu anakanak untuk belajar dengan membangun konstruksi pembelajarn mereka sendiri, dimana anak-anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya yang semuanya dilakukan dengan cara berpikir yang rkspresif, komunikatif dan ilmiah. Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan sebuah model pembelajaran yang mengarah kepada kepentingan dari anak itu sendiri secara seutuhnya. Model pembelajaran Reggio Emilia menerapkan pembelajaran proyek yang merupakan pengkajian yang lebih mendalam mengenai topik atau konsep yang sangat berarti bagi anak. Proyek dapat dilakukan oleh anak-anak selama beberapa hari atau beberapa minggu. Proyek yang diambil oleh anak-anak berdasarkan pada pengalaman dan konsep nyata kehidupan. Perencanaan berdasarkan model pembelajaran proyek berusaha Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 258
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
meningkatkan proses berpikir anak, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan negosiasi-sosial. Prinsip model pembelajaran Reggio Emilia adalah sebagai berikut: 1) Kurikulum emergent Kurikulum dibangun berdasarkan minat anak-anak. Topik untuk pembelajaran diperoleh melalui pembicaraan dengan anak-anak, sampai kepada masyarakat atau peristiwa keluarga, seperti halnya minat atau kesukaan anak-anak. Perencanaan kelompok merupakan suatu komponen penting dalam pembelajaran. 2) Proyek (pekerjaan) Proyek merupakan suatu pembelajaran mengenal konsep secara lebih mendalam terhadap gagasan dan minat yang muncul dalam kelompok.Proyek dapat dilaksanakan selama satu minggu atau dapat berlanjut sepanjang tahun pelajaran. Sepanjang proyek, guru membantu anak-anak untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti tata cara meneliti topik dalam pembelajaran dalam kelompok anak. 3) Kerja sama/kolaborasi Kerja sama/kolaborasi dipertimbangkan dalam model pembelajaran Reggio Emilia untuk membantu pemahaman koksep pada anak. Anak-anak diarahkan untuk melaksanakan diskusi, dialog, kritik, membandingkan, membuat hipitesis dan memecahkan masalah. Model pembelajaran Reggio Emilia memfokuskan pada keseimbangan antara pengembangan kemampuan idividu dan keanggotaan kelompok. 4) Guru sebagai peneliti Peran guru dalam model pembelajaran Reggio Emilia sangat kompleks. Selain aktif sebagai pendidik, peran guru yang bertama dan utama adalah sebagai pembelajar bersama anak-anak. Selain itu, guru juga merupakan peneliti dan sebagai peneliti guru harus dengan seksama menyimak/mendengarkan, mengamati, dan mendokumentasikan pekerjaan anak-anak dan pertumbuhan komunitas agar dapat merangsang proses berpikir dan kerja sama anak-anak dengan sebayanya. 5) Dokumentasi Serupa dengan portofolio, dokumentasi merupakan perekaman semua bukti proses pembelajaran yang memberikan gambaran ketika anak-anak sedang terlibat dalam pembelajaran atau ketika sedang melakukan sesuatu, penggunaan kata-kata yang mereka ucapkan, perasaan dan pemikiran anak-anak. Dokumentasi digunakan sebagai asesmen dan pertimbangan bagi guru untuk melakukan sesuatu. 6) Lingkungan Dalam model pembelajaran Reggio Emilia, lingkungan dipertimbangkan sebagai guru yang ketiga. Para guru sangat berhatihati dalam menata ruangan untuk pembelajaran anak baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, sekaligus ruangan untuk penataan hasil karya anak. Kompetensi pembelajaran dalam model pembelajaran Reggio Emilia adalah: a) Mengkomunikasikan kekuatan ide-ide dan hak-hak anak, potensi, dan sumberseumber yang seringkali terabaikan b) Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif dan kreatif. c) Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai kerjasama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan keluarganya. d) Menjadikan topik utama dari nilai-nilai penelitian, observasi, interpretasi dan dokumentasi dari pengetahuan yang dibangun dari proses berpikir anak. e) Mengorganisasikan kunjungan terbimbing ke dalam program pendidikan, pameran budaya, seminar, dan kursus-kursus dalam isu pendidikan dan budaya anak usia dini. Peranan guru dalam pendidikan dengan model pembelajaran Reggio Emilia adalah untuk membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak, mendorong agar anak mengeluarkan ide-ide, cara pemecahan masalah dan konflik, mengatur kelas dan bendabenda yang ada di kelas agar menjadi tempat yang menyenangkan, mengatur jenis barang-barang di kelas agar dapat membantu anak membuat keputusan mengenai benda-benda yang akan digunakan, mendokumentasikan perkembangan anak melalui visual, videotape, tape recorder, dan portfolio, membantu anak melihat hubungan yang ada antara pembelajaran dan pengalaman yang didapatnya, membantu anak Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 259
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mengekspresikan pengetahuan yang mereka dapatkan atau miliki melalui bentuk-bentuk presentasi, membentuk hubungan yang baik dengan guru-guru lainnya dan para orang tua, membuat dialog dan diskusi mengenai projek-projek yang dilakukan dengan para orang tua dan guru lainnya, menjaga bentuk hubungan yang sudah terbentuk dalam diri anak antara rumahnya, sekolah, dan komunitas lainnya. Pandangan model pembelajaran Reggio Emilia terhadap suatu proyek pembelajaran adalah: a) Memunculkan ide-ide yang diberikan anak atau dari minat anak. b) Projek dapat diprovokasi oleh guru untuk membantu perkembangan anak. c) Projek dapat diperkenalkan oleh guru melalui hal-hal yang menjadi minat anak. Misalnya: gedung-gedung tinggi, bentuk bangunan. d) Projek harus merupakan sesuatu yang membutuhkan banyak waktu dalam pengerjaannya agar dapat berkembang dalam pengerjaannya, sehingga anak dapat mendiskusikan ide-ide baru untuk melanjutkan pengerjaan projek, untuk bernegosiasi (dengan teman kelompok atau teman-teman sekelas mengenai bagaimana mengerjakan projek tersebut), dan untuk melatih anak mengurangi konflik. e) Projek harus memiliki bentuk yang kongkrit, menyangkut pengalaman yang ditemui anak dalam kehidupannya, penting bagi anak untuk lebih mengetahuinya, dan harus cukup ‘besar’ untuk memuat perbedaan pendapat. Selain itu, projek juga harus kaya akan ekspresi dalam penyajiannya. 3. Latihan a. Lakukanlah observasi pada salah satu lembaga pendidikan anak usia dini untuk melihat model pembelajaran yang diterapkan. b. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model pembelajaran aktif. c. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model pembelajaran keterampilan hidup. d. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model pembelajaran berbasis masyarakat e. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model pembelajaran proyek.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 260
MODEL- MODEL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Model Pembelajaran High/scope Pendekatan high scope pada awalnya dikembangkan untuk anak anak luar biasa dari lingkungan miskin di Ypsilanti, Michingan. Pada tahun 1962, David P. Weikart, direktur pelayaan khusus dari Ypsilanti Public School, yang menamakan Perry Preschool Project (yang kemudian dikenal sebagai High/Scope Preschool Project). Weikart mendesain proyek ini untuk merespon kegagalan yang senantiasa terjadi pada murid SMA dari lingkungan miskin Ypisilanti. Sepanjang tahun tersebut, anak- anak secara konsisten dinilai dalam tingkat bawah dalam te kecerdasaan dan tes prestasi akademik. Ditandai oleh tren atau situasi ini, Weikart mencari penyebab dan penyelesaiannya. Weikart menyimpulkan bahwa rendahnya skor IQ direfleksikan oleh terbatasnya kesempatan bagi sekolah untuk melakukan persiapan daripada karena kecerdasaan bawaan anak. Weikart juga menyimpulakan bahwa pencapaian siswa yang rendah di sekolah menengah berkorelasi dengan keadaanya di sekolah dasar. Weikart kemudian mencoba untuk memberikan intervensi bagi anak usia 3-4 tahun, dengan tujuan untuk menyiapkan anak anak pra sekolah dari lingkungan miskin ini agar bisa sukses di sekolah. Untuk mendukung gagasan ini, Weikart meminta ijin untuk menyelenggarakan program pendidikan pra sekolah yang berlokasi disebuah pusat komunitas kemudian pindah ke Perry Elementary School. Pada tahun 1970, Weikart meninggalkan sekolah umum tersebut dan mendirikan High/scope Educational Research Foundation. Program pendidikan High/Scope merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada teori Piaget Pendekatan ini menekankan identifikasi terhadap keadaan anak berdasarkan pada tingkatan perkembangan dengan menguji pada pemenuhan kekuatannya. Proyek High/scope memandang jarn dalam keampuan dan ketidakmampuan perilaku anak seusia dalam kelompoknya sebagai keterlambatan perkembangan, bukan sebagai penyimpangan. Berdasarkan pada tugas mereka dalam tujuan ini, guru kemudian berinisatif menggunakan pendeatan yang sesuai dengan perkembangan (DAP=Developmentally appropriate Practice) dalam pembelajaran dalam kelas DAP merupakan tujuan jangka panjang dalam proyek ini. Tujuan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan anak dengan menggunakan berbagai macam kegiatan seni dan gerak; untuk mengembangkan kemampuan mereka terhadap objek bedasarkan konsep pendidikan; untuk mengembangkan kemampuan berbicara mereka, dramatisi, dan kemampuan grafikal yang dipresentasikan melalui pengalaman dan mengkomunikasaikan pengalaman mereka terhadap sesama teman atau orang dewasa; untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama dengan orang lain; membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan sesuatu; dan merencanakan penggunaan waktu dan energi mereka; dan untuk mengembangkan mereka dalam menerapkan perolehan kemampuan pemikiran baru mereka dalam jangkauan yang luas dan natural berdasarkan situasi dan dengan menggunakan berbagai macam material. Kurikulum High/scope akan membantu anak-anak prasekolah menjadi lebih independen, bertanggung jawab dan menjadi pembelajar yang percaya diri. Selain itu dalam pembelajaran di High/Scope anak-anak akan dilibatkan pada pembelajaran melalui keterlibatan yang aktif terhadap alat alat permainan yang ada. Orang orang yang terlibat dalam pembelajaran dan gagasan gagasan yang muncul, anak-anak pra sekolah akan belajar juga membuat perencanaan sendiri dan berlatih menerapkannya untuk mencapai pengetahuan dan kemempuan yang dibutuhkan oleh mereka untuk membangun landasan yang kuat bagi pembelajaran mereka selanjutnya. Kurikulum High/Scope harus memperhatikan beberapa hal berikut: 1) Belajar aktif Anak anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, pengalaman bersentuhan langsung dengan orang orang, benda benda gagasan gagasan dan peristiwa. Pengalaman pembelajaran aktif akan membantu anak anak membengun pengetahuan mereka, seperti: belajar konsep, membentuk gagasan, menciptakan simbol dan abstraksi mereka sendiri. Sebagai fasilisator, yang akan mengobservasi dalam berpartisipasi dalam kegiatan anak anak, guru akan dipandu oleh beberapa kunci pengalaman bahwa seluruh anak perlu untuk memiliki bagian dari kecerdasan motorik, fisik sosial dan perkembangan emosi. Terdapat 10 kunci kategori, antara lain: a) Representasi kreatif, b) Bahasa dan Keaksaraan, c) Hubungn Sosial dan Inisiatif, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 261
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d) Gerak, e) Musik, f) Klasifikasi, g) Serasi, h) Angka, i) ruang, dan j) Waktu Kunci pengalaman ini akan sangat berperan dalam pemerolehan sosial saat ini dan yang akan datang serta kemampuan akademik yang dibutuhkan agar sukses di sekolah. 2) Interaksi dengan Orang Dewasa Orang dewasa mengamati dan berinteraksi dangan anak anak pada level mereka untuk menemukan bagaimana setiap anak berpikir dan mencari alasan. Orang dewasa mengzinkan anak untuk mengambil kontrol dalam pembelajarn individual mereka. Mereka juga mendukung motivasi dari dalam diri anak dalam pembelajaran dengan cara: · Mengatur jadual dan lingkungan · Memperhatikan iklim sosial yang kondusif · Mendukung penyelesaian konflik yang konstruktif · Menginterpretasi tindakan anak anak dalam bagian kunci pengalaman · Merencanakan pendalaman pembelajaran aktif yang berdasarkan pada minat dan kemampuan anak. 3) Lingkungan Pembelajaran Ruang kelas disusun dalam lima atau lebih pusat minat. Area area ditandai dengan nama sederhana sehingga dapat memberikan pengertian kepasa anak, seperti ”area buku”, ”area rumah” dan didefinisikan secara jelas. Variasi bahan bahan dalam menemukan jalan anak, menggunakan, dan menggembalikan apa yang telah mereka selesaikan. Pengaturan seperti ini akan mendukung anak untuk menemukan dan menggunakan bahan untuk bereksplorasi, menemukan dan belajar tentang dunia mereka. Secara terperinci, lingkungan pembelajaran dalam pembelajaran High/Scope Curriculum harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain: · Sekolah harus menyediakan lingkungan fisik pembelajaran yang kondusif untuk belajar dan merefleksikan tahapan yang berbeda dalam perkembangan masing- masing anak. · Seolah harus menyediakan ruang yang layak untuk melakukan seluruh program kegiatan. · Pusat ruang harus disusun dalam area yang fungsional yang dapat dikenali oleh anak dan mengizinkan terjadinya interaksi sosial dan aktifitas individual. Selain itu, peralatan, permainan anak, dan furniture dalam sekolah High/ Scope harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Harus menyediakan/ mengatur peralatan yang cukup, baik mainan anak, alat- alat, dan furniture untuk memfasilitasi partisipasi antara anak dan orang dawasa. Karena itu sekolah harus: (a) mendukung objeksivitas pendidikan yang spesifk dan program lokal, (b) mendukung latar belakang budaya dan etnis anak, (c) sesuai dengan usia, aman, dan mendukung kemampuan dan perkembangan setiap anak, (d) mudah dijangkau, atraktif, dan mendorong minat penemuan anak, (e) didesain untuk menyediakan berbagai jenis pegalaman belajar dan menyemangati setiap anak untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi,(f) aman, tahan lama, dan tetap terjaga dalam kondisi yang baik, (g) disimpan dalam tempat yang aman dan tetap dalam petunjuk yang rapi dalam kondisi yang baik. Sasaran jangka panjang kurikulum High/Scope adalah keseimbangan akademik, sosial, emosional dan aspek fisik. Yang termasuk dalam aspek sosial-emosional adalah kemampuan interpersonal dan kemampuan intrapersonal. Kemampuan interpersonal: · Kemampuan mengertiorang lain · Kemampuan berempati · kemampuan bekerjasama · kemampuan berkomunikasi · Kemampuan rasa tanggung jawab Kemampuan intrapersonal: · Percaya diri · Kreatif · Jiwa sosial kebijakan · Kemandirian · Kritis Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 262
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Untuk membantu anak anak agar mereka sukses dalam pembelajaran dan belajar bertanggung jawab terhadap sekolah dan kehidupannya maka sekolah High/scope akan menyediakan suatu daftar kegiatan harian yang seimbang antara kegiatan yang merupakan atas inisiatif anak dangan aktivitas yang melbatkan orang dewasa secara langsung termasuk kegiatan yang bersifat individual maupun kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok juga harus mendukung perkembangan sosial-emosi anak dengan merencanakan kegiatan rutin dan transisi yang tepat sehingga anak - anak dapat memperkiran cara yang akan dilakukan. Setiap harinya program High/ Scope memiliki perencanaan kegiatan yang sama, menyediakan kerangka kerja yang kosisten untuk orang dewasa dan anak. Rangkaian perencanaan-tindakan- review (plando-review) harian adalah sebuah kegiatan inti High/Scope yang memberikan kebebasan kepada anak untuk: · mempertimbangkan minatnya · membuat rencana · mengikuti kehendaknya · menggambarkan pengalaman Dibalik rangkaian rencana-pelaksanaan-review di atas, pengaturan jadwal sehari hari juga mengizinkan anak beertemu dan berkumpul dalam sebuah kelompok kecil atas inisatif orang dewasa yang didasari oleh minat anak, kebutuhan, dan tingkat perkembangan mental anak dan melibatkannya dalam sebuah aktivitas berdasarkan kelompok dalam berinteraksi sosial, musik dan pergerakan fisik. Assesmen adalah kunci praktisi,ini memungkinkan mereka untuk: · memahami tingkat perkembangan mental anak · mengidentifikasi minat yang dinyatakan · mengamati kunci pengalaman yang melibatkan setiap anak Guru-guru dalam kelas High.Scope mencatat perilaku anak, pengalaman,dan minat. Merekamenggunakancatatan-catatannyauntukmenilaiperkembangan dan merencanakan aktivitas yang akan datang guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Proses assesmen ini memerlukan: · perencanaan kelompok · catatan pengamatan harian · kumpulan catatan rekaman tiap semester Catatan - catatan ini juga digunakan sebagai keterangan orang tua untuk membantu agar lebih baik mengerti perkembangan anak. b. Model pembelajaran Bermain Kreatif Model pembelajaran bermain kreatif mulai dikembangkan pada tahun 1985 di University of Tnnessee, Knoxville yang dilandasi oleh teori Piaget dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran bermain kreatif dengan pendekatan pembelajaran konstruktivis merupakan sebuah konsep pembelajaran dengan dasar teori perkembangan anak dimana anak akan membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan konstruktivis memberikan pendidikan yang menyeluruh pada anak usia dini. Konsep model pembelajaran bermain kreatif tersebut terdiri dari praktek pembelajaran untuk anak, konten area untuk anak, seperangkat asesmen untuk mengukur tingkah laku dan kemajuan anak, dan model pelatihan untuk membantu orang dewasa dalam mendukung perkembangan anak. Pembelajaran disusun berdasarkan kepercayaan bahwa anak belajar dengan baik melalui pembelajaran yang aktif (active learning), pengalaman langsung, interaksi dengan orang dewasa, kejadian dan ide-ide. Ruang-ruang kelas ditata sedemikian rupa dengan sangat selektif, berhati-hati agar pembelajaran aktif pada anak dapat terjadi. Area dibagi berdasarkan area minat anak yang diatur dalam permainan yang spesifik, seperti area balok, area perpustakaan, area rumah tangga, area memasak, area pasir dan air, area seni. 1) Area Balok Balok adalah peralatan yang standar untuk kelas anak-anak yang pertama dan itu penting untuk mengimplementasikan Kurikulum Kreatif. Balok-balok kosong cocok untuk anakanak yang menyukai permainan dramatik. Dalam waktu yang singkat balok-balok yang besar ini menjadi sebuah boneka, rumah, sebuah bis, atau alat pemadam kebakaran. Unit balok-balok ini menyediakan sebuah kekayaaan dalam belajar aktivitas ini yang mengizinkan anak-anak untuk mendapatkan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 263
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
konsep-konsep dalam matematika, pengetahuan alam, geometri, ilmu sosial, dan banyak lagi. Balok kayu adalah kebutuhan yang alami untuk anak kecil karena balok-balok itu halus, keras dan simetris. Anak-anak suka untuk mengembangkan karakter fisik balok-balok itu dengan menyentuhnya, mengusapnya, dan memukul balok-balok itu bersama untuk mendengarkan suara balok-balok itu. Balok kayu adalah permaianan material yang mengajak anak-anak untuk menciptakan sesuatu yang mau. Di sini tidak ada cara yang benar atau salah untuk meciptakan sesuatu dengan balok-balok itu-anak-anak dapat membuatnya semau mereka. Kadang-kadang anak-anak memulai dengan sebuah idea apa yang mereka ingin buat, dan juga desain tiga dimensi ini berkembang sesuai bagaimana anak-anak menempatkan balok bersama secara acak atau dengan pola. Seperti seni lainnya, kreasi anak-anak menghasilkan dengan balok- balok tersebut sering mengingatkan mereka pada apa yang pernah mereka lihat, jadi mereka mulai untuk menamakan apa yang mereka ciptakan: rumah, jala, atau pesawat roket. Membangun balok penting untuk perkembangan kognitif (kemampuan untuk memandang sesuatu). Seperti pengalaman anak-anak dengan dunia sekelilingnya, mereka membentuk gambaran di pikiran mereka dari apa yang mereka lihat. Bermain dengan balok memberi mereka sebuah kesempatan untuk menciptakan kembali gambar-gamabar ini dalam bentuk nyata. Kemampuan menciptakan ini yang mewakilkan pengalaman pengalaman mereka adalah sesuatu kemampuan penting dimulai dari pikiran yang abstrak. Terlebih lagi, karena balok-balok didesain dalam unit matematika, anakanak bermain dengan itu mendapat pengertian yang nyata dari konsep yang penting untuk berpikir logis. Mereka belajar tentang ukuran, bentuk, jumlah, jenis, area, panjang, dan berat sebagai apa yang mereka pilih, ciptakan, dan membersihkan balok-balok. Balok-balok permainan yang bernilai untuk perkembangan fisikal. Anak anakmenggunakan otot-otot besar mereka untuk membawa balok-balok dari satu tempat yang satu ke tempat yang lain. Mereka menempatkan balok-balok bersama dengan cermat untuk membentuk sebuah jembatan atau desain yang rumit, mereka menyempurnakan otot-otot kecil di tangan mereka, yang penting untuk menulis. Kompetensi Pembelajaran Anak-anak dapat merealisasikan banyak keuntungan dari permainan balok saat guru mereka menetapakan Kompetensi yang realistik dan cocok untuk perkembangan mereka. Urutan di bawah adalah contoh Kompetensi yang dapat anda tempatkan sebagai anak-anak yang bermain dengan balok-balok.
a) Kompetensi Untuk Perkembangan Sosial-Emosi
·Bekerja dengan bebas dan dalam sebuah kelompok (memutuskan kapan, bagaimana, dan dengan siapa mereka bermain.) ·Menunjukkan kebutuhan, konsentrasi, dan ketakutan dalam jalan sosial yang dapat diterima (menciptakan rumah sakit atau gua dengan monster dan bermain membuat kepercayaan) ·Berbagi dan bekerjasama dengan yang lain (menjual barang dan tiang dan merencanakan proyek pembangunan bersama) · Mendemonstrasikan kebanggaan dalam menyelesaikan dan sebuah konsep diri sendiri yang positif (membagikan bangunan mereka dengan berbicara mengenai apa yang mereka ciptakan)
b) Kompetensi dari perkembangan kognitif:
· Mengembangkan sebuah pengertian tentang konsep, berat, dan area (membawa balok dan menggunakan balok-balok dalam konstruksi) · Mengklasifikasikan dan menyusun objek dengan ukuran, bentuk, dan fungsi (menempatkan balok-balok dalam ukuran yang sama) · Membuat kegunaan prinsip-prinsip fisikal (mengembangkan berat, stabilitas, persamaan, keseimbangan, dan kekuatan untuk mengungkit ) · Memprediksikan penyebab dan efek persahabatan (melihat seberapa tinggi mereka dapat membangun mereka sebelum balok balok itu jatuh) · Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konstruksi (membuat jembatan atau langkah-langkah membuat rumah) · Mengorganisasikan dalam sebuah baris (membuat balok dari rendah ke tinggi dan menghitung dengan benar) · Menggunakan tambahan, dasar dan pecahan (menetapkan berapa banyak balok yang diperlukan untuk mengisi jarak yang kosong) · Mengembangkan kemampuan membaca dan menulis (membuat tanda untuk bangunan) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 264
c) Kompetensi dari Perkembangan Fisikal: · Menggunakan kemampuan otot kecil dan besar (memegang, mengangkat, menempatkan dan menyeimbangkan balok-balok) · Mengembangkan koordinasi antara mata dan tangan (menempatkan balok pada pola yang benar) · Mengontrol tempat objek-objek (bawah, atas, di atas, di bawah, di atas, dari, dan di sebelah saat berkontraksi dengan balok-balok)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Area Seni Sebagian besar anak kecil biasanya menyenangi seni. Mereka menyukai proses penggunaan cat ke kertas, menempel-nempelkan, memukul-mukul lilin. Bekerja dengan material seni menawarkan anak-anak kesempatan untuk bereksperimen dengan warna, bentuk, rancangan, dan tektur. Menggunakan material seni seperti lukisan, lilin, spidol, krayon, kanji dari tepung jagung, dan susunan benda benda potongan kertas, anak-anak mengekspresikan ide dan perasaan pribadi. Dengan mereka memperlihatkan kreasi dan anak-anak yang lain, mereka belajar menghargai perbedaan. Untuk anak kecil, proses menciptakan adalah yang paling penting, bukan apa yang mereka buat. · Karya seni menguntungkan semua aspek perkembangan anak. Saat anak menggambar, melukis, dan potongan kertas. Mereka bereksperimen dengan warna, garis, bentuk dan ukuran. Mereka menggunakan cat, bahan-bahan dan kapur untuk membuat pilihan, mencoba ide, rencana, dan eksperimen. Mereka mempelajari tentang sebab-akibat saat mencampur warna, melalui mencoba dan gagal, mereka belajar menyumbangkan. Melalui seni mereka, anak belajar mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan mereka terhadap dunia. Seni merupakan media yang membiarkan anak-anak merubah apa yang mereka tidak bisa ucapkan dengan kata-kata dengan terlihat dengan berbagai seni memberikan percaya diri dan kebanggaan. · Seni juga memberikan kesempatan untuk pembentukan fisik. Saat anak-anak merobek kertas untuk mengguntuing kertas, mereka menyempurnakan otot-otot kecil membuat garis dan bentuk-bentuk dengan spidol dan pinsil warna membantu anak- anak membentuk otot-otot motorik yang diperlukan untuk menulis. Seni menyenangkan dan melegakan untuk anakanak. Seni membuat mereka belajar banyak keahlian, mengekspresikan diri, menghargai keindahan, dan bersenang-senang semua pada saat yang sama. Kompetensi Pembelajaran Guru dapat memilih berbagai Kompetensi untuk anak bekerja sambil menjelajah dan menggunakan materi-materi. Kompetensi pembelajaran dapat membantu guru merencanakan pengalaman seni yang sesuai. Dengan menentukan Kompetensi, guru dapat lebih mudah menentukan media seni dan kegiatan yang akan membantu anak memperluas dan meningkatkan kemampuan mereka. Meskipun Kompetensi pilihan harus merefleksikan usia dan minat anak, Anda perlu mempertimbangkan Kompetensi- Kompetensi berikut ini: a) Kompetensi Untuk Perkembangan Sosial-Emosional · Mengekspresikan perasaan (memilih warna terang untuk lukisan agar sesuai mood) · Belajar menyalurkan frustasi dan amarah yang dapat diterima di lingkungan (memukul lilin) · Melepas Individualitas (menggambar labu yang beda dengan warna dan desain orisinal) · Merasakan kebanggaan (membuat mobil yang digantung di kelas) · Berbagi dan bekerja sama dengan sesama (bekerja sama dalam membuat lukisan dinding) b) Kompetensi Untuk Perkembangan Kognitif · Mengembangkan kreatifitas (memadukan materi dan tekstur) · Membentuk pemahaman tentang sebab-akibat (observasi apa yang terjadi saat cat biru + kuning) · Melabel bentuk dan benda (melukis lingkaran kuning dan menamakannya matahari) · Memecahkan masalah · Membentuk kemampuan merencanakan (menentukan warna apa yang didahulukan) c) Kompetensi Untuk Perkembangan Fisik · Membentuk otot kecil (mewarnai dengan spidol) · Menyempurnakan koordinasi mata-tangan · Belajar arah (melukis lingkaran dengan 1x sapuan kuas) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 265
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Area Memasak Memasak memperkenalkan anak-anak kepada pengalaman di dunia makanan untuk pertama kalinya. Mereka tidak hanya mempelajari bagaimana makanan disiapkan tetapi juga bagaimana makanan itu mempengaruhi kesehatan dan kebahagiaannya. Kegiatan memasak menawarkan kepada anak-anak kesempatan untuk bereksperimen dengan makanan, kesempatan menjadi kreatif dan kesempatan untuk menyiapkan makanan ringan bernutrisi. Hal inidapat menjadi pemikiran tentang “Kemampuan Bertahan Hidup” yang menjadi dasar bagi pendidikan semua anak-anak baik lagi-laki ataupun perempuan. Memasak dapat menjadi salah satu aktifitas yang paling menyenangkan di dalam kelas. Tidak hanya dalam menyiapkan makanan yang menyenangkan, tetapi juga sebagai laboratorium nyata untuk belajar. Sebagai anak-anak yang baru mengerti, mereka belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan. Pada saat mereka mengukur secangkir susu untuk sebuah resep membuat puding, mereka belajar tentang pengukuran dan isi. Mereka mengaduk mentega kacang, mencampur adonan biskuit, dan mengupas wortel. Mereka mengembangkan kemampuan fisik dan menambah kosa kata mereka. Membuat humus akan mengajarkan kepada anak-anak tentang nutrisi dan kebudayaan yang baik. Ketika anak-anak membuat makanan ringan mereka di pagi hari, anak-anak memulai pekerjaan hingga selesai dan bisa berbangga hati dengan penyelesaian itu. Memasak mempengaruhi penginderaan anakanak dan menambah kekayaan dalam mendapat kesempatan. Salah satu aspek yang paling mempengaruhi dalam memasak bagi anak-anak adalah ternyata dalam memasak anak-anak diizinkan melakukan kegiatan lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan yang bisa dilakukan oleh orang dewasa. Pada sudut balok, mereka membuat jalan dan jembatan bohongan. Pada sudut rumah mereka membayangkan menjadi orang tua, guru, dan dokter. Dalam memasak mereka hanya memiliki kesempatan untuk bertingkah laku hanya seperti anak-anak yang dalam masa pertumbuhan- sebuah perlakuan yang jarang bagi anak-anak. Banyak guru anak-anak usia dini merasa bahwa pengalaman memask merupakan program yang alami dan mereka memasukkan kegiatan memasak sebagai suatu pilihan kreatifitas secara reguler. Ada pula guru yang lainnya yangmeniadakan kegiatan memasak sampai mereka merasa bahwa anak anak sudah terbiasa dengan kegitan rutin di dalam kelas, dapat memilih kegiatan-kegiatannya dan bekerja dengan bebas. Dikarenakan pengawasan adalah sesuatu yang penting untuk memastikan keamanan anak, anda mungkin menginginkan untuk mempertimbangkan jadual memasak pada hari-hari tertentu ketika seorang sukarelawan bersedia memberikan bantuan di dalam kelas. Faktor yang paling penting dalam membuat keputusan untuk memasukkan kegiatan memasak ke dalam program anda adalah tingkat kesenangan anda dan kemampuan anda untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dalam merencanakan dan menyiapkan kegiatan memasak tersebut.Jagalah agar anak-anak sehat dan aman adalah yang utama. Prioritaskan untuk memulai program memasak dengan mengetahui dengan baik tentang alergi makanan yang diidap anak-anak, sebaik anda mempercayai dan memilih keluarga untuk ikut terlibat dalam program ini. Konsultasikan data anak dan orang ta untuk informasi ini. Ulangi semangat dalam modul ini ketika anda memiliki waktu dan menemukan satu atau dua ide yang anda rasa siap untuk dicoba. Keberhasilan anda dalam mengimplementasikan sebuah pengalaman memasak atau mendirikan sebuah area memasak, dan antusias anak-anak untuk memilih kegiatan ini, mungkin memberi anda inspirasi untuk menjadikan kegiatan lebih berambisi. Kompetensi Pembelajaran Ketika berpikir tentang memasak, Kompetensi utama kita mungkin untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya sebuah ketrampilan menoling diri sendiri atau untuk memasang sebuah pondasi untuk lingkungan dengan nutrisi yang baik. Tetapi memasak merupakan kegiatan yang menarik untuk membantu anak-anak tumbuh dalam semua aspek social-emosional, kignitif, dan fisiknya. Saat kita memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan anak-anak di dalam kelas, perhatikan hal-hal dibawah ini: a) Kompetensi untuk Perkembangan Sosio Emosional · Bekerjasama dalam kelompok kecil (membuat roti) · Mengembangkan ketrampilan menolong diri sendiri (menyediakan makanan ringan untuk diri sendiri) · Menyelesaikan sebuah perintah (menyediakan sebuah resep dari mulai hingga selesai, termasuk bersih-bersih) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 266
· Mengembangkan kemandirian (mengikuti sebuah resep melalui gambar tanpa bantuan orang dewasa) · Menunjukkan perhatian (berbagi dan bergiliran ketika bekerja dengan teman yang lain) · Mengembangkan kebanggaan terhadap diri sendiri dan kebudayaan yang kita warisi (menyiapkan dan menyediakan sebuah resep keluarga)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) Kompetensi untuk Perkembangan Kognitif · Belajar tentang nutrisi (menyiapkan sebuah makanan ringan yang sehat) Memecahkan masalah (menjelaskan seberapa tinggi mengisi cetakan muffin yang diperbolehkan dengan adonan agar bertambah tinggi) · Mengembangkan ketrampilan membaca awal (menghubungkan gambar dalam kartu resep dengan tulisan dibawahnya) · Membangun pondasi untuk mengenal konsep matematika seperti mengurutkan dan pengukuran (mengisi sebuah teko dengan empat cangkir air) · Belajar tentang menggunakan makanan secara ilmiah (memutar cream ke dalam mentega dengan penuh semangat akan menggoncangkan cream tersebut) · Mengekspresikan kreatifitas (membuat kue kering yang asin dengan bentuk- bentuk yang tidak tradisional) c) Kompetensi Untuk Perkembangan Fisik · Mengembangkan kontrol motorik halus (mengambil seledri, mengaduk mentega, dan memeras lemon) · Menyeimbangkan koordinasi mata-tangan (memecahkan telur) · Belajar tentang petunjuk /tanda-tanda (menggunakan sebuah kocokan) 4) Area Pasir dan air Hampir setiap orang menyukai rasa santai berjalan telanjang kaki diatas pantai berpasir atau berendam di dalam bak mandi berair hangat. Anak-anak sebagaimana juga orang dewasa hampir secara naluri tertarik pada pasir dan air. Daya tarik alami yang dimiliki anak akan bahan - bahan ini menjadikan anak- anak sempurna untuk kelas anak usia dini. Karena kebanyakan anak-anak telah terbiasa dengan bahan- bahan ini, mereka suka sekali menelitinya. Dengan air yang menyegarkan pada kulit mereka atau rasa senang mengayak pasir dengan jari-jari mereka sulit untuk dicegah. Permainan anak-anak dengan pasir dan air ini tentu saja membantu dalam pembentukan macam-macam keterampilan mereka. Dengan menciduk air dan menapis pasir, anak memperbaiki keterampilan fisik mereka. Secara bersama-sama meniup gelembung-gelembung air atau membuat benteng pasir, mereka mengembangkan keterampilan sosialnya. Pada waktu yang sama, mereka meningkatan keterampilan pengenalan, karenamerekamemeriksamengapa benda-benda tertentu tenggelam dalam air dan yang lain terapung. Main pasir dan air bisa berupa dua aktivitas yang berbeda atau terpisah. Masing-masing memberikan anak banyak kesempatan belajar. Sebagai benda cair, air bisa dipercikan, dituang, dan dibekukan. Sebagai benda padat/kering, pasir dapat disaring, digaruk, dan disekop. Permainan terpisah atas masing-masing benda itu dapat mempertebal rasa sosio emosional anak, kognitif dan pertumbuhan fisik. Namun bagaimanapun, permainan pasir dan air penting karena dua alasan. Pertama, pasir dan air adalah keduanya benda alam yang menjadi kesukaan bagi anak, yang menimbulkan jenis ekplorasi dan belajar. Kedua, permaina pasir dan permaian air meningkat ketika keduanya menjadi satu untuk membentuk tiga tipe permainan- permainan pasir basah. Anda tentunya dapat menggunakan permainan air dan pasir sebagai aktivitas tersendiri. Namun bagaimanapun, dengan menggabungkan kedua tipe permainan dalam satu area bisa mengembangkan manfaat terpisah dari keduanya. Permainan pasir basah membuat anak anak mengalami dasar matematika dan sains tangan pertama. Ketika anak - anak mencampurkan pasir dan air, mereka mendapatkan bahwa mereka telah mengubah sifat keduanya, pasir yang kering menjadi kuat dan airnya terserap. Tekstur/ bentuk kedua benda itu berubah juga. Tidak seperti pasir yang kering atau air cair, pasir yang kering bisa di bentuk. Secara individual dan bersama - sama permainan pasir dan air dapat secara efektif menarik dan menyejukan otak dan raga anak. Anak mendapat manfaat paling banyak dari permaian pasir dan air apabila guru -guru membimbing interaksi mereka. Dengan membuat pola – pola pengajaran yang spesifik bagi anak-anak, anda dapat mengasuh pertumbuhan dan perkembangan mereka. Daftar berikut ini menunjukan beberapa sasaran yang dianjurkan bagi permaianan anak - anak di area.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 267
Kompetensi Pembelajaran
a) Kompetensi Pengembangan Sosial Emosional · · · ·
Bermain secara bekerja sama (berbagi alat - alat yang di gunakan untuk permainan air bersama dengan anak - anak yang lain) Menjajaki peran social (memandikan boneka dan mencuci piring) Mengembangkan rasa bangga atas karya yang dibuatnya (meminta agar bangunan benteng yang dibuat didalam bak pasir tidak dirobohkan pada akhir permainan) Mengawasi anak yang bermain sampai selesai (mengaduk dan menggunakan gelembung dan kemudian membersihkannya)
b) Kompetensi Pengembangan Kognitif · ·
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
· · ·
Perhatikan bahan - bahan untuk bagaimana mereka membandingkan dan mempertentangkan (menambahkan air pada pasir kering untuk melihat bagaimana itu berubah) Mengerti hubungan sebab dan akibat (memperkirakan apa yang terjadi bila serpihan sabun ditambahkan ke air) Memperhatikan konserpasi dari isi suatu benda (tuangkan pasir, air atau pasir basah ke dalam wadah yang tidak sama bentuknya dan membandingkannya) Pengembangan kemahiran penyelesaian masalah (bayangkan bagaimana caranya menggali terowongan pada pasir basah dengan tidak runtuh) Pengembangan kreativitas (mencetak pasir basah menjadi berbagai bentuk)
c) Kompetensi Pengembangan Fisik · · ·
Memperkuat pengontrol motorik yang baik (dengan menggunakan pasir membuat angka delapan di atas pasir) Mengembangkan gerakan mata dan tangan (memperhatikan gerakan pasir melalui saringan) Meningkatkan koordinasi kemahiran (mengisi cangkir ukur dan sendok)
5) Area Rumah Tangga Area rumah tangga (house corner) merupakan sebuah area pada ruang kelas yang diperuntukkan untuk ”bermain rumah-rumahan.” Pekerjaan yang anak-anak lakukan di area rumah tangga dinamakan permainan aksi, permainan berpura- pura, atau khayalan; hal ini melibatkan pengambilan peran dan terlibat dalam perilaku meniru. Permainan aksi-sosial, permainan dengan level yang lebih tinggi, menggabungkan interaksi verbal dengan paling tidak seorang anak yang lain dalam sebuah episode permainan. Anak-anak menggunakan area rumah tangga untuk mengambil peran jauh lebih luas di balik adegan keluarga yang familiar dan untuk menciptakan lingkungan seasing dan semenarik ruang angkasa atau setipe dengan gudang sepatu. Meskipun lingkungan rumah familiar adalah sebuah tema yang masuk akal untuk permainan aksi, anak-anak juga melakukan peran karakter nyata dan imajinasi. Dinosaurus dan setan dapat ditemukan di area rumah tangga semudah menemukan peran ibuu, ayah, dokter, dan penjaga toko. Anak-anak suka bermain ”khayalan.” Kami telah melihat kesenangan anak ketika berakting sebagai orang tua, memperlihatkan perbuatan super seperti pahlawan di televisi, atau menjadi bayi. Kenyataannya, anak-anak terlihat sangat membutuhkan aktivitas ini. Pada satu penelitian mengenai topik ini, peneliti menghilangkan area rumah tangga dari sebuah kelas pra sekolah dan mengamati bagaimana reaksi anak-anak. Dalam tiga hari, anak-anak telah membentuk area mereka sendiri untuk permainan aksi menggunakan kubus kubus, meja, dan benda- benda kelas lain untuk menciptakan sebuah seting untuk permainan berpura-pura. Anak-anak sangat merindukan area rumah tangga yang mereka hilangkan hingga mereka sendiri membangunnya kembali. Mengapa permainan aksi sangat penting bagi anak-anak kecil? Ketika anak- anak mengambil sebuah peran di area rumah tangga, mereka mengembangkan banyak ketrampilan baru. Mereka belajar mengenai diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan masyarakat di sekitar mereka. Dengan ikut serta dalam permainan aksi, mereka mengumpulkan dan menampilkan pengalaman masa lalu mereka. Mereka belajar untuk memutuskan dan memilih informasi yang relevan dalam memainkan sebuah episode permainan. Ini adalah sebuah ketrampilan esensial untuk pengembangan intelektual. Anak anak juga belajar satu sama lain ketika mereka berinteraksi dalam permainan aksi-sosial. Mereka belajar untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dan bekerja sama untuk memecahkan persoalan. Mereka
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 268
mengembangkan kemampuan mereka untuk konsentrasi ketika mereka mengambil tema permainan yang sama dalam periode waktu yang terus meningkat. Area rumah tangga mengandung banyak kesempatan untuk pengembangan sosioemosional. Permainan aksi menawarkan anak-anak sebuah forum untuk menunjukkan peran takut dengan aman dan menghidupkan pengalaman hidup. Melalui permainan aksi, anak anak dapat mengambil peran yang mereka takuti dan belajar mengendalikan kecemasan mereka. Sebagai contoh, seorang anak yang takut pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi dapat berpura-pura menjadi dokter. Dengan mengira-ngira peran seorang dokter, ia dapat merasakan secara langsung dan menampilkan kesannya menjadi seorang dokter. Dengan cara ini anak tersebut memperoleh kontrol untuk mengendalikan ketakutan mereka yang sebenarnya. Anak-anak juga belajar menjadi fleksibel dan bekerja sama dengan yang lain dengan merundingkan peran dan bermain bersama. Tahu bagaimana berpura-pura membantu anak menjadi perencana yang lebih baik. Itu membolehkan mereka untuk mengantisipasi bagaimana mereka akan merasa dan bertingkah laku di situasi kehidupan nyata.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kompetensi Pembelajaran Keuntungan anak-anak dari permainan mereka di house corner ketika anak-anak menset dugaan realistis bagi mereka didasarkan pada tingkat perkembangan mereka. Ketika guru ikut serta dalam permainan peran anak anak, permainan khayalan, dan permainan aksisosial, mereka dapat memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. a) Kompetensi bagi Perkembangan Sosio-Emosional · Berinteraksi satu sama lain (mengambil peran dan berakting) · Mengekspresikan individualitas dan kreativitas (mengembangkan tema permainan berdasarkan rujukan dan pengalaman individual) · Bermain kerja sama dengan yang lain (saling menukar dan berbagi material). · Menunjukkan sebuah pemahaman dari dugaan dan sikap sosial bagi yang lain (bermain peran dan beraksi pengalaman hidup). · Mengantisipasi bagaimana harus bertingkah dalam situasi baru (mengembangkan kemampuan berimajinasi). · Mengendalikan ketakutan dan kecemasan (mencoba peran dan memainkan pengalaman sulit dan menakutkan). · Menunjukkan empati kepada yang lain (mengembangkan peran lebih kompleks dan menunjukkan perhatian bagi yang lain dalam peran tersebut). b) Kompetensi bagi Perkembangan Kognitif · Menggunakan simbol untuk mewakili benda-benda dan situasi nyata (menggunakan kotak untuk mewakili telepon atau sebuah tali untuk menggantikan selang pemadam). · Mengidentifikasi dan merencanakan episode permainan dengan yang lain. (“Ayo bermain toko-tokoan. Kamu yang jadi penjaga toko, saya yang akan berbelanja.”) · Menampilkan informasi dan pengalaman masa lalu untuk memecahkan masalah. (”Apa yang akan kita lakukan untuk memberi makan bayi ini? Tidak ada sereal di dalam rumah! Kita harus pergi ke toko.”) · Mengelompokkan properti menurut karakteristik umum. (”Kamu simpan peralatan memasak dan saya menyimpan perlengkapa makan.”) · Menyusun benda-benda menurut ukurannya (membereskan properti dan pengembalikannya ke tempat yang berlabel). · Bertekun dalam tugas (memainkan keterlibatan dalam episode permainan dalam jangka waktu yang terus bertambah). c) Kompetensi bagi Perkembangan Fisik · Meningkatkan kontrol otot kecil (mengenakan pakaian, mengancing, dan meresleting). · Menggunakan koordinasi mata-tangan (memakaikan pakaian pada boneka dan mencocokkan panci-panci dengan tempat cetakkan pada rak di mana benda tersebut disimpan). · Menggunakan keterampilan membedakan secara visual (mencocokkan dan mengelompokkan benda-benda seperti peralatan dan perlengkapan makan). 6) Area Perpustakaan Sentra perpustakaan meliputi ruangan untuk melihat buku-buku, ruangan untuk mendengarkan musik/ rekaman dan ruangan untuk menulis. Ada yang menempatkan ketiga kegiatan ini dalam satu ruangan yang sama; ada juga yang menggabungkan kegiatan menulis Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 269
di dalam area seni dan mendengarkan rekaman atau kaset menjadi bagian dari area musik. Lepas dari penempatan tadi yang paling penting adalah bagaimana nanti guru menata ruangan dengan perlengkapannya. Sebagaimana di area - area lain, penataan area perpustakaan memainkan peranan besar dalam memfasilitasi pembelajaran anak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kompetensi Pembelajaran Sentra perpustakaan dapat membantu anak dalam mengembangkan aspek kognitif dan fisik. Penjelasannya dijabarkan dalam butir-butir berikut ini: a) Pengembangan Kognitif · Mengembangkan suatu pemahaman terhadap symbol-symbol (menghubungkan gambar anak laki - laki dengan kata yang tertulis “anak laki- laki”). · Menambah perbendaharaan kata (mempelajari nama-nama binatang yang ada di Afrika). · Memperkirakan suatu kejadian (memperkirakan apa yang terjadi selanjutnya dalam suatu cerita yang dibacakan dengan keras). · Mengenalkan objek, warna dan bentuk (menunjuk pada objek di papan flannel dan menggambarkan ciri - cirinya) · Menerapkan pengetahuan pada situasi baru (mengarang sebuah sajak setelah mendengarkan puisi - puisi sejenisnya dalam sebuah rekaman). · Mengembangkan kemampuan menceritakan cerita (mendiktekan cerita kepada guru atau membuat tulisan tangan). b) Pengembangan Fisik · Meningkatkan kemampuan otot kecil/halus (menulis dengan spidol). · Menguatkan otot mata (melihat gambar dan kata dalam buku ketika dibacakan). · Mengkoordinasikan antara gerakan mata dengan tangan (menempatkan objek pada papan flannel). · Memperhalus kemampuan membedakan secara visual (mencari objek atau orang dalam sebuah ilustrasi yang rumit seperti dalam buku dimana Waldo) Guru bisa mengunakan area perpustakaan untuk mendapatkan lebih banyak lagi sasaran/ kompetensi pembelajaran. Tidak semua sasaran yang disebutkan tadi tepat untuk setiap anak, anda bisa memilih sasaran mana yang paling tepat digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak-anak dalam kelompok anda. Model pembelajaran aktif dalam kegiatan sehari-harinya mendesain agar setiap kejadian merupakan suatu perencanaan harian yang memungkinkan anak-nak mengantisipasi apa yang akan terjadi kemudian. Kunci sentralnya adalah merencanakan, melakukan, menilai ulang (plan-do-review). Asesmen yang digunakan High/scope adalah sistem Child Observation Record (COR) untuk memantau kemajuan perkembangan anak. Hal-hal yang diobservasi oleh guru adalah : · Inisiatif (cara anak mengekspresikan pilihannya) · Hubungan sosial (cara berhubungan dengan teman) · Representasi kreatif (membangun, berpura-pura) · Musik dan gerakan (memiliki inisiatif gerakan saat mendengarkan tempo lagu) · Bahasa dan literatur (menghitung objek, menjabarkan jarak waktu). c. Model Pembelajaran Montessori Model pembelajaran Montessori mengacu pada pembelajaran yang dikembangkan Maria Montessori, seorang dokter wanita Italia pertama yang lahir di Chiaravalle, sebuah propinsi kecil di Ancona, Italia pada thaun 1870. Reputasinya di bidang pendidikan anak dimulai setelah Montessori lulus dari sekolah kedokteran dan mulai bekerja di sebuah klinik psikiatri Universitas Roma. Perkerjaan tersebut membuat Montessori sering berinteraksi langsung dengan masalah cacat mental. Montessori meyakini bahwa definisi mental lebih merupakan masalah pedagogik daripada gangguan medis dan merasa bahwa dengan latihan pendidikan khusus, orang-orang cacat tersebut dapat terbantu. Pemikiran Montessori tersebut sangat membantu dan memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam pengembangan kemampuan anak yang memiliki cacat mental. Pemikiran Montessori yang berkaitan dengan anak cacat mental dilanjutkan dengan pendirian Casai Dei Bambini atau children’s house di daerah-daerah kumuh Roma pada tahun 1907. Model pembelajaran Montessori meyakini bahwa pendidikan sudah dimulai ketika anak lahir. Model pembelajaran Montessori mempunyai landasan pemikiran bahwa bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai ”sensitive periods” (masa peka). Masa peka dapat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 270
digambarkan sebagai sebuah pembawaan atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada waktu-waktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya. Montessori memberikan panduan periode sensitif atau masa peka ini dalam sembilan tahapan sebagai berikut: Tabel 15. Tahapan Perkembangan Anak
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
USIA PERKEMBANGAN Lahir – 3 tahun · Masa penyerapan toral (absorbed mind), perkenalan dan pengalaman sensoris/ panca indera. 1,5 - 3 tahun · Perkembangan bahasa 1,5 - 4 tahun · Perkembangan dan koordinasi antara mata dan otot-ototnya. · Perhatian pada benda-benda kecil. USIA PERKEMBANGAN 2 - 4 tahun · Perkembangan dan penyempurnaan gerakan-gerakan. · Perhatian yang besar pada hal-hal yang nyata. · Mulai menyadari urutan waktu dan ruang 2,5 - 6 tahun · Penyempurnaan penggunaan panca indera. 3 - 6 tahun · Peka terhadap pengaruh orang dewasa 3,5 - 4,5 tahun · Mulai mencorat-coret. 4 - 4,5 tahun · Indera peraba mulai berkembang 4,5 - 5,5 tahun · Mulai tumbuh minat membaca
Dasar pendidikan model pembelajaran Montessori menekankan pada tiga hal, yaitu: 1) Pendidikan sendiri (pedosentris) Menurut Montessori, anak-anak memiliki kemampuan alamiah untuk berkembang sendiri. Anak-anak mempunyai hasrat alami untuk belajar dan bekerja, bersamaan dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan kesenangan. Selainitu, anak juga memiliki keinginan untuk mandiri. Keinginan untuk mandiri tersebut tidak muncul atas perintah dari orang dewasa melainkan muncul dari dalam diri anak sendiri. Dorongan-dorongan alamiah tersebut akan terpenuhi dengan memfasilitasi anak dengan aktivitas-aktivitas yang penuh kesibukan. Namun dalam kegiatan tersebut sebaiknya anak tidak dibantu melainkan harus berlatih sendiri. 2) Masa Peka Masa peka merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak. Ketika masa peka datang, maka anak harus segera difasilitasi dengan alat- alat permainan yang mendukung aktualisasi potensi yang dimiliki. Guru memiliki kewajiban untuk mengobservasi munculnya masa peka dalam diri anak agak dapat memberikan tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi anak. 3) Kebebasan Model pembelajaran Montessori memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir, berkarya dan menghasilkan sesuatu. Hal ini dkarenakan masa peka anak tidak dapat diketahui kapan kepastian kemunculannya. Kebebasan ini bertujuan agar anak dapat mengaktualkan potensi anak sebebas-bebasnya. Model pembelajaran Montessori memfokuskan pada pengembangan aspek motorik, sensorik dan bahasa. Penekanan utamanya ditempatkan melalui pengambangan alat-alat indera. Model pembelajaran Montessori membebaskan anak untuk bergerak, menyentuh, memanipulasi dan bereksplorasi secara bebas. Langkah pembelajaran dalam model pembelajaran Montessori terdiri dari tiga langkah, yaitu (1) langkah menunjukkan. Contoh: (1) Langkah menunjukkan Seraya memperlihatkan kertas berwarna merah, guru mengakatan, “Ini merah!” begitu juga warna yang lainnya. (2) Langkah mengenal Guru mengacaukan kertas-kertas berwarna dan berkata kepada anak, “Ambillah merah!” (3) Langkah mengingat Dari kertas-kertas berwarna yang telah dikacaukan, guru mengambil sehelai kertas dan bertanya, “Ini warna apa?” Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 271
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Model Pembelajaran Reggio Emilia Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan contoh model pembelajaran anak usia dini yang dicetuskan oleh Loris Mallaguzzi. Model pembelajaran Reggio Emilia membantu anak-anak untuk belajar dengan membangun konstruksi pembelajaranmereka sendiri, dimana anak anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya yang semuanya dilakukan dengan cara berpikir yang ekspresif, komunikatif dan ilmiah. Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan sebuah model pembelajaran yang mengarah kepada kepentingan dari anak itu sendiri secara seutuhnya. Model pembelajaran Reggio Emilia menerapkan pembelajaran proyek yang merupakan pengkajian yang lebih mendalam mengenai topik atau konsep yang sangat berarti bagianak. Proyek dapat dilakukan oleh anak anak selama beberapa hari atau beberapa minggu. Proyek yang diambil oleh anakanak berdasarkan pada pengalaman dan konsep nyata kehidupan. Perencanaan berdasarkan model pembelajaran proyek berusaha meningkatkan proses berpikir anak, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan negosiasi-sosial. Prinsip model pembelajaran Reggio Emilia adalah sebagai berikut: · Kurikulum emergent Kurikulum dibangun berdasarkan minat anak-anak. Topik untuk pembelajaran diperoleh melalui pembicaraan dengan anak-anak, sampai kepada masyarakat atau peristiwa keluarga, seperti halnya minat atau kesukaan anak-anak. Perencanaan kelompok merupakan suatu komponen penting dalam pembelajaran. · Proyek (pekerjaan) Proyek merupakan suatu pembelajaran mengenal konsep secara lebih mendalam terhadap gagasan dan minat yang muncul dalam kelompok. Proyek dapat dilaksanakan selama satu minggu atau dapat berlanjut sepanjang tahun pelajaran. Sepanjang proyek, guru membantu anakanak untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti tata cara meneliti topik dalam pembelajaran dalam kelompok anak. · Kerja sama/kolaborasi Kerja sama/kolaborasi dipertimbangkan dalam model pembelajaran Reggio Emilia untuk membantu pemahaman koksep pada anak. Anak-anak diarahkan untuk melaksanakan diskusi, dialog, kritik, membandingkan, membuat hipitesis dan memecahkan masalah. Model pembelajaran Reggio Emilia memfokuskan pada keseimbangan antara pengembangan kemampuan idividu dan keanggotaan kelompok. · Guru sebagai peneliti Peran guru dalam model pembelajaran Reggio Emilia sangat kompleks. Selain aktif sebagai pendidik, peran guru yang bertama dan utama adalah sebagai pembelajar bersama anakanak. Selain itu, guru juga merupakan peneliti dan sebagai peneliti guru harus dengan seksama menyimak/mendengarkan, mengamati, danmendokumentasikan pekerjaan anakanak dan pertumbuhan komunitas agar dapat merangsang proses berpikir dan kerja sama anak-anak dengan sebayanya. · Dokumentasi Serupa dengan portofolio, dokumentasi merupakan perekaman semua bukti proses pembelajaran yang memberikan gambaran ketika anak-anak sedang terlibat dalam pembelajaran atau ketika sedang melakukan sesuatu, penggunaan kata-kata yang mereka ucapkan, perasaan dan pemikiran anak anak. Dokumentasi digunakan sebagai asesmen dan pertimbangan bagi guru untuk melakukan sesuatu. · Lingkungan Dalam model pembelajaran Reggio Emilia, lingkungan dipertimbangkan sebagai guru yang ketiga. Para guru sangat berhatihati dalam menata ruangan untuk pembelajaran anak baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, sekaligus ruangan untuk penataan hasil karya anak. Kompetensi pembelajaran dalam model pembelajaran Reggio Emilia adalah: · Mengkomunikasikan kekuatan ide-ide dan hak-hak anak, potensi, dan sumber- sumber yang seringkali terabaikan · Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif dan kreatif. · Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi terhadap nilainilai kerjasama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan keluarganya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 272
· Menjadikan topik utama dari nilai-nilai penelitian, observasi, interpretasi dan dokumentasi dari pengetahuan yang dibangun dari proses berpikir anak. · Mengorganisasikan kunjungan terbimbing ke dalam program pendidikan, pameran budaya, seminar, dan kursus-kursus dalam isu pendidikan dan budaya anak usia dini.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Peranan guru dalam pendidikan dengan model pembelajaran Reggio Emilia adalah untuk: · membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak. · mendorong agar anak mengeluarkan ide-ide, cara pemecahan masalah dan konflik. · Mengatur kelas dan benda-benda yang ada di kelas agar menjadi tempat yang menyenangkan. · Mengatur jenis barang-barang di kelas agar dapat membantu anak membuat keputusan mengenai benda-benda yang akan digunakan. · Mendokumentasikan perkembangan anak melalui visual, videotape, tape recorder, dan portfolio. · Membantu anak melihat hubungan yang ada antara pembelajaran dan pengalaman yang didapatnya. · Membantu anak mengekspresikan pengetahuan yang mereka dapatkan atau miliki melalui bentuk-bentuk presentasi. · Membentuk hubungan yang baik dengan guru-guru lainnya dan para orang tua. · Membuat dialog dan diskusi mengenai projek-projek yang dilakukan dengan para orang tua dan guru lainnya. · Menjaga bentuk hubungan yang sudah terbentuk dalam diri anak antara rumahnya, sekolah, dan komunitas lainnya. Pandangan model pembelajaran Reggio Emilia terhadap suatu proyek pembelajaran adalah: · Memunculkan ide-ide yang diberikan anak atau dari minat anak. · Projek dapat diprovokasi oleh guru untuk membantu perkembangan anak. · Projek dapat diperkenalkan oleh guru melalui hal-hal yang menjadi minat anak. Misalnya: gedung-gedung tinggi, bentuk bangunan. · Projek harus merupakan sesuatu yang membutuhkan banyakwaktu dalam pengerjaannya agar dapat berkembang dalam pengerjaannya, sehingga anak dapat mendiskusikan ide-ide baru untuk melanjutkan pengerjaan projek, untuk bernegosiasi (dengan teman kelompok atau teman-teman sekelas mengenai bagaimana mengerjakan projek tersebut), dan untuk melatih anak mengurangi konflik. · Projek harus memiliki bentuk yang kongkrit, menyangkut pengalaman yang ditemui anak dalam kehidupannya, penting bagi anak untuk lebih mengetahuinya, dan harus cukup ‘besar’ untuk memuat perbedaan pendapat. Selain itu, projek juga harus kaya akan ekspresi dalam penyajiannya. 3. Evaluasi 1. Lakukanlah observasi pada salah satu lembaga pendidikan anak usia dini untuk melihat model pembelajaran yang diterapkan. 2. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model Pembelajaran aktif. 3. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model Pembelajaran keterampilan hidup. 4. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model Pembelajaran berbasis masyarakat 5. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model pembelajaran proyek.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 273
4. Daftar Pustaka Ann S. Epstein. Is the High/Scope Educational Approach Compatible With the Revised Head Start Performance Standart. High/Scope Educational Research Foundation. Catron, CE., JA (1999). Early Childhood Curriculum A Creative Play Model. New jersey: Prentice- Hall.Inc Dodse, Diane Tister (et.all). (2001). The Creative Curriculum for Family Childcare. Washington D.C: Teaching Strategies. Hainstock, Elizabeth G. (1999). Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Pra-sekolah. Jakarta: Pustaka Delapratasa. Amir, Antarina S.F. The High/Scope Early Childhood Edicational Model. Makalah yang disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung, 10 September 2003.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan mempelajari perkembangan kognitif anak adalah untuk membantu para guru anak usia dini dalam memberikan stimulasi kognitif yang sesuai dengan DAP (Developmentally Appropriate Practice) memperhatikan usia, tahapan perkembangan dan konteks sosial budaya dimana anak dibesarkan. Hal ini juga mencakup cara yang tepat dalam berinteraksi dengan anak, memberikan panduan dalam merencanakan program yang sesuai dengan anak. Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik anak usia dini menunjukkan hasil belajar dengan indikator sebagai berikut: a. Tujuan Pembelajaran materi perkembangan kognitif anak usia dini adalah:Peserta PLPG mampu menguasai konsep dasar perkembangan kognitif anak usia 0-8 tahun. b. Peserta PLPG mampu menguasai karakteristik perkembangan kognitif anak usia 0-8 tahun c. Peserta PLPG mampu menguasai tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-8 tahun d. Peserta PLPG Dapat Melakukan Deteksi Dini Dan Memberikan Rujukan Kepada Para Ahli Terkait Untuk Anak Yang Memiliki Kebutuhan Khusus. e. Peserta PLPG Mempu Merancang Pembelajaran Yang Sesuai (Appropriate) dan efektif Untuk Anak 2. Isi/Paparan Materi Pendahuluan Masa usia dini adalah periode penting yang memberikan pengalaman awal dalam rentang kehidupan manusia. Pengalaman awal yang diperoleh anak pada masa tersebut akan mempengaruhi sikap, perasaan, pikiran dan perilaku anak pada tahap selanjutnya. Pelatihan dan pengkondisian yang diberikan pada anak secara berkelanjutan akan membantu anak mencapai berbagai tugas perkembangannya secara optimal. Pemahaman terhadap perkembangan anak adalah faktor penting yang harus dimiliki guru dalam rangka optimalisasi potensi anak. Pemahaman terhadap perkembangan anak meliputi berbagai aspek diantaranya fisik-motorik, emosi-sosial, kognitif/intelektual, bahasa, dan pemahaman nilai-nilai moral dan agama. Guru yang memiliki pemahaman terhadap perkembangan anak diharapkan dapat memberikan stimulasi yang sesuai dengan karakteristik anak dan memiliki harapan yang realistis terhadap anak didiknya. Pemahaman terhadap perkembangan anak juga perlu diiringi dengan pemahaman guru terhadap perkembangan dirinya sendiri yang berperanv sebagai tauladan bagi anak didik. Salah satu tugas perkembangan yang perlu dimiliki anak adalah ketrampilan dalam belajar untuk menghasilkan gagasan melalui eksplorasi terhadap lingkungan. Tugas perkembangan tersebut terkait erat dengan perkembangan kognitif anak yang mencakup perkembangan intelektual dan pertumbuhan mentalnya. Perkembangan kognitif perlu didukung oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kematangan fisik, pengalaman dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, proses berpikir yang melibatkan berbagai aktivitas mental kepada anak seperti memerhatikan, mengingat, merencanakan, menalar, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 274
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
memecahkan masalah sederhana dan sebagainya, sangat dibutuhkan. Untuk mendukung hal tersebut, maka keterlibatan anak secara fisik, intelektual, dan emosional diperlukan untuk mengoptimalkan proses belajar. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO yang menyatakan bahwa pendidikan adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan kecakapan hidup (life skills), kecakapan untuk bertindak (to do), kecakapan untuk hidup (to be), kecakapan belajar (to learn), dan kecakapan hidup bersama. Dengan demikian tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kecakapan kognitif, afektif (emosi, sosial, spiritual) dan psikomotorik Gagasan pada anak dapat ditumbuhkan dengan memberi kesempatan belajar dengan berbagai gaya. Anak belajar dengan bermacam cara, diantaranya belajar melalui bermain, belajar dengan melakukan kegiatan (learning by doing), belajar melalui stimulasi panca indra, dan belajar dengan segenap kecerdasan majemuknya. Anak dapat belajar dengan optimal jika ditunjang situasi yang aman dan nyaman, secara fisik maupun psikologis. Dalam hal ini, situasi belajar harus bersifat kolaboratif, eksploratif, dimana anak terlibat langsung dalam kegiatan belajar, dan dapat saling berkomunikasi. Situasi belajar di mana anak usia dini ditekankan untuk mengerjakan berbagai soal calistung (baca-tulishitung), tidak sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Jika penekanan belajar calistung yang bersifat akademik diberikan pada anak usia dini, maka anak tidak mendapat pelajaran yang bermakna dan kontekstual Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini a. Pengertian Kognisi adalah proses dan produk yang terjadi dalam otak sehingga menghasikan pengetahuan. Kognisi mencakup berbagai aktivitas mental seperti memperhatikan, mengingat, melambangkan, mengelompokkan, merencanakan, menalar, memecahkan masalah, menghasilkan dan membayangkan. (Cognition refers to the inner processes and products
of the mind that leads to “knowing”. It includes all mental activities- attending, remembering, symbolizing, categorizing, planning, reasoning, problem solving, creating and fantasizing).
Perkembangan kognitif anak melibatkan ketrampilan belajar pada anak yang teradi melalui proses elaborasi di dalam otak (mind), dan kegiatan mental internal yang kompleks. Dengan demkian ketrampilan belajar bukan hanya diperoleh karena perubahan perilaku atau sekedar karena proses kematangan. b. Teori tenang Perkembangan Kogniif Teori perkembangan kognitif menyatakan bahwa pertumbuhan mental individu adalah bagian terpenting dalam perkembangan anak. Anak yang berkembang baik aspek kognitifnya, akan dapat belajar mengembangkan proses berpikir, merespon objek di lingkungannya, dan merefleksikan pengalamannya. Seiring dengan kematangan anak, akan terjadi strukturisasi yang progresif dalam proses kognitif anak, dimana proses berpikir anak berkembang menjadi lebih kompleks. Ketrampilan belajar pada anak terjadi melalui proses elaborasi di dalam otak (mind), bukan di luar otak. Sebagai contoh, ketrampilan anak seperti membaca atau menghitung, melibatkan kegiatan mental internal yang kompleks, jadi bukan hanya diperoleh karena perubahan perilaku (pendapat para ahli behavioristik), atau sekedar karena proses kematangan (pendapat para ahli maturationist). Ada beberapa teori yang memberikan kontribusi besar dalam menjelaskan perkembangan kognitif pada anak, diantaranya adalah teori konstruktivist, sosiokultural dan kecerdasan jamak (multiple intelligences). Teori perkembangan kognitif menyatakan bahwa pertumbuhan mental individu adalah bagian terpenting dalam perkembangan anak. Menurut teori ini, hampir semua aspek kehidupan individu misalnya yang berkaitan dengan sosialisasi, emosi dan lainnya secara langsung dipengaruhi oleh proses berpikir dan bahasa. Sebagai contoh, anak dapat memiliki teman bermain karena anak memiliki pengetahuan cara berteman dan cara bersikap terhadap dengan teman. Banyak pendidik anak usia dini yang berpedoman pada pandangan konstruktivist dalam melihat perkembangan kognitif pada anak. Prinsip dasar teori ini adalah bahwa anak membangun pemahamannya melalui interaksi dengan lingkungan sepanjang waktu. Dalam tiap tahapan, anak sebagai individu, terlibat dalam proses menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasi informasi baru. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, maka anak akan dapat mengembangkan ketrampilan kognitifnya, dan membangun pemahamannya tentang konsep maupun proses seperti memasangkan benda
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 275
(matching), mengelompokkan (grouping), melihat hubungan antar benda (seeing common relationship), seriasi, urutan, hubungan sebab akibat, dan penalaran logis.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Salah satu ahli perkembangan kognitif yang terkemuka adalah Jean Piaget (18961980), yang mengintegrasikan elemen-elemen psikologi, biologi, filosofi, dan logika dalam memberikan penjelasan yang menyeluruh tentang bagaimana pengetahuan bisa diperoleh individu. Salah satu prinsip mendasar dalam teorinya adalah bahwa pengetahuan dibangun melalui kegiatan/aksi individu (knowledge is constructed through the action of the learner). Piaget mengemukakan pendapatnya tentang perubahan perkembangan natural pada anak yang bukan ditentukan oleh faktor genetik, tetapi hanya merepresentasikan cara berpikir anak yang menyeluruh. Menurut Piaget, anak secara konstan mengeksplor, memanipulasi lingkungan, dan membangun struktur baru yang lebih elaboratif. Namun, Piaget juga mengkarakterisasi aktivitas anak-anak berdasarkan tendensi-tendensi biologis yang terdapat pada semua organisme. Tendensi tersebut adalah asimilasi, akomodasi, dan organisasi. Asimilasi berarti ’memasukkan/menerima’. Dalam lingkup intelektual, kita butuh mengasimilasi objek atau informasi ke dalam struktur kognitif kita. Sebagai contoh, orang dewasa mengasimilasi informasi dengan membaca buku. Pada awalnya, seorang bayi mungkin mencoba mengasimilasi sebuah objek dengan menggenggamnya, mencoba meraihnya ke dalam skema genggamannya. Akomodasi berarti merubah struktur kita.Beberapa objek yang kita lihat, belum tentu dengan struktur yang ada, sehingga kita harus melakukan akomodasi. Sebagai contoh, seorang bayi mendapati bahwa dia dapat menggenggam sebuah balok hanya dengan memindahkan sebuah rintangan. Untuk mencapai akomodasi demikian, bayi-bayi mulai membangun efisiensi dan elaborasi. Organisasi ide-ide ke dalam sistem yang koheren (masuk akal) dilakukan dengan mengkombinasikan kedua tendensi sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak laki-laki berusia 4 bulan, memiliki kapasitas untuk memperhatikan objek-objek di sekitarnya dan menggenggamnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada bayi bermula saat bayi belajar untuk mempercayai lingkungan sekitarnya. Pada usia sekitar 4 bulan, bayi mengembangkan intentionality, yaitu kemampuan melakukan sesuatu agar keinginannya terpenuhi. Sebagai contoh bayi ’belajar’ bahwa jika menangis, maka ibu atau pengasuhnya akan datang. Pada usia sekitar 6 bulan, bayi mulai menyadari bahwa suatu benda tetap ada sekalipun tak terlihat di hadapannya. Awalnya mereka akan mencari benda tersebut ke tempat terakhir mereka melihat keberadaan benda itu. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, bayi akan mencari benda itu dengan menyingkirkan penghalangnya ataupun mencoba mencari ke tempat lain. Dalam kondisi tertentu, bayi akan ’protes’ saat orang-orang terdekatnya tidak tampak dihadapannya, atau mainan yang disukainya, tidak bisa dia peroleh. Pada usia sekitar 18 bulan, kemampuan permanensi objek pada anak (usia toddler) sudah relatif mantap. Imajinasi mental (mental imagery) dan penalaran deduktif mulai berkembang. Anak sudah memiliki kemampuan untuk mencari benda-benda yang disembunyikan di beberapa tempat.Mereka juga dapat mengingat perilaku orang di sekitarnya , mengingat kejadian yang lalu, dan mulai meniru. Pada usia 3 sampai 4 tahun, anak pra sekolah sudah bisa memanipulasi lingkungan dan senang menemukan hal-hal baru. Mereka mulai menggeneralisasi satu situasi ke situasi lain. Pada usia TK, (45 tahun) anak sudah memahami bahwa simbol –simbol di sekitarnya memiliki arti. Usia 6 tahun, anak sudah belajar membaca tulisan, tertarik pada angka-angka, dimana dalam kegiatan ini, aktivitas fisik dan mental terlibat. Usia 7 sampai 8 tahun anak sudah mulai belajar berpikir logis. Usia 8 tahun, ketrampilan dasar seperti membaca dan menulis sudah relatif mantap. 1) Tahap Perkembangan Kognitif anak usia dini (lahir-8 tahun) menurut Piaget: a) Tahap Sensorimotor (lahir-18 bulan) Pada tahap ini, bayi hanya bergantung pada gerak dan indera dalam mengetahui sesuatu. Berpikir pada bayi dalam tahap ini, sangat berbeda dengan berpikir pada orang dewasa. Pada tahap ini, berpikir terkait erat dengan gerakan fisik dan indera bayi. Inteligensi adalah kemampuan untuk memperoleh apa yang diinginkan melalui gerakan dan persepsi. Piaget menyebut struktur aksi bayi dengan istilah skema. Sebuah skema dapat berupa pola aksi untuk menghadapi lingkungan, seperti melihat, menggenggam, memukul, atau menendang. Seperti Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 276
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
telah disebutkan, meskipun bayi membentuk skema dan kemudian membentuk struktur aktivitas sendiri, skema pertama bayi terdiri dari reflek-reflek bawaan. Reflek yang paling menonjol adalah reflek menghisap; bayi-bayi secara otomatis menghisap saat bibir bayi disentuh. Reflek-reflek menunjukkan kepasifan tertentu. Dengan demikian skema pun perlu diaktifkan dan distimulasi. Di usia 0-1 bulan, gerakan bayi sangat terbatas, namun bayi mengalami perkembangan yang signifikan, dimana terjadi proses dan pengaturan refleksrefleks. Di usia 1-4 bulan, bayi melakukan gerakan yang terjadi secara kebetulan, kemudian dilakukan berulang-ulang karena menimbulkan kesan yang menarik bagi bayi. Gerakan vokalisasi juga dilakukan berulang-ulang. Di usia 4-8 bulan, gerakan bayi sudah melibatkan objek di luar dirinya , seperti mainan, pakaian, dan juga orang-orang di dekatnya. Di usia 8 -12 bulan, terjadi perkembangan yang signifikan, dimana bayi mengkombinasikan gerakan-gerakan pada tahap sebelumnya . Bayi sudah mulai mengerti bahwa gerakan tertentu dapat menyebabkan terjadinya konsekuensi tertentu. Perilaku bayi sudah memiliki tujuan dimana bayi melakukan suatu tindakan agar menyebabkan atau menghasilkan sesuatu. Di usia 12-18 bulan, bayi bukan saja mengkombinasikan gerakan-gerakan yang telah dipelajarinya, namun mencoba berbagai cara untuk mencapai keinginannya. Pada tahap ini, bayi secara aktif, mencoba-coba cara baru (trial & error) untuk mendapatkan benda yang menarik perhatiannya tapi berada di luar jangkauannya. Reaksi sirkuler terjadi sewaktu bayi mendapat pengalaman baru dan mencoba untuk mengulanginya. Sebagai contoh adalah saat tangan bayi secara kebetulan menyentuh mulut, bayi kemudia menghisap ibu jarinya. Ketika tangan terlepas dari mulut, bayi mencoba mengembalikannya lagi ke dalam mulut. Terkadang bayi tidak dapat melakukannya. Mereka memukul wajahnya dengan tangan tetapi tidak dapat menangkapnya. Mereka menggerakan lengannnya tak beraturan; atau mereka berusaha meraih tangannya dengan mulut tetapi tidak dapat menangkapnya karena seluruh tubuhnya, termasuk tangan dan lengannya, bergerak sebagai satu kesatuan dengan arah yang sama. Dalam bahasa Piaget, mereka tidak mampu membuat akomodasi yang diperlukan untuk mengasimilasi tangan menjadi skema menghisap. Setelah mengalami kegagalan berulang kali, mereka mengorganisir hisapan dan gerakan tangannya dan menjadi lebih terampil menghisap ibu jari. Reaksi sirkuler ini terkait erat dengan pendapat Piaget yang mengatakan bahwa perkembangan intelektual merupakan sebuah ”proses konstruksi”. Bayi secara aktif ”menyatukan” gerakan-gerakan dan skema-skema yang berbeda. Bayi dapat mengkoordinasi gerakan-gerakan yang terpisah setelah mengalami kegagalan berulang kali.Perkembangan tahap kedua disebut reaksi sirkuler primer karena reaksi ini melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri. Reaksi sirkuler sekunder terjadi apabila bayi menemukan dan mereproduksi suatu kejadian menarik di luar dirinya. Sebagai contoh, saat bayi membuat gerakan dengan kakinya yang menyebabkan mainan mainan yang menggantung di atas bayi menjadi bergerak pula. Piaget menyebut reaksi sirkuler sekunder sebagai ”making interesting sights last”. Dia bespekulasi bahwa bayi-bayi senyum dan tertawa pada saat mengenali kejadian yang baru.. Pada saat yang sama, bayi tampak menikmati kekuatan dan kemampuannya sendiri untuk membuat suatu peristiwa terjadi berulang-ulang. Tahap sensori motor terbagi menjadi beberapa tahapan sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel 16. Sub tahapan perkembangan kognitif usia 0- 18 bulan: Sub tahapan Refleks-refleks
Usia 0 – 1 bulan
Reaksi-reaksi sirkular primer
1 – 4 bulan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Keterangan Bayi melakukan gerakan sederhana dan refleks refleks spontan , contoh : refleks hisap Bayi melakukan reaksi yang berulang-ulang dengan bagian tubuh mereka. Contoh: mengepak-ngepakan tangan, memegangmegang rambut dan sebagainya Pada sub
P a g e | 277
Reaksi-reaksi sirkular sekunder
4 – 8 bulan
Koordinasi reaksireaksi sirkular sekunder
8 – 12 bulan
Reaksi-reaksi sirkular tertier
12 – 18 bulan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
tahap ini bayi belum paham sebab akibat.. Bayi melakukan reaksi berulang yang melibatkan objek lain di luar dirinya. Contoh: menggoyang-goyangkan mainannya yang berbunyi gemerutuk, Pada sub tahap ini, bayi masih belum mengerti sebab-akibat. Bayi melakukan berbagai macam gerakan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Contoh: menggoyangkan mainan, membanting, dan menggigit mainannya. Bayi mencoba berbagai cara baru, yang belum pernah dicoba sebelumnya, untuk memecahkan masalah. Contoh: menarik kursi untuk mengambil sesuatu yang tinggi, mengetuk-ngetuk meja yang agak tinggi dengan mainannya, agar benda di atas meja jatuh dan bisa diperolehnya.
b) Tahap Pra operasional (18 bulan -6/7 tahun) Usia 18-24 bulan ini ditandai dengan internalized thought. Anak pada tahap ini mulanya memecahkan masalah dengan memikirkannya terlebih dahulu melalui kesan mental. Pada tahap ini anak mempelajari masalah sebelum bertindak dan terlibat dalam kegiatan trial dan error secara fisik. Pada anak usia pra sekolah, mereka dapat menggunakan simbol dan pikiran internal dalam memecahkan masalah. Pikiran mereka masih terkait dengan objek konkret saat ini dan sekarang. Tabel 17.Kogniif Pra Operasional Sub tahapan Kombinasi-kombinasi Mental
Usia 18 – 24 bulan
Keterangan Bayi dapat memecahkan beberapa masalah dengan menggunakan mental image. Mereka melakukan suatu tindakan dengan berpikir, sekalipun tidak selalu pernah dilakukan. Mereka dapat belajar meniru perilaku orang lain.
Tabel 18. Karakteristik berpikir pra operasional pada anak pra sekolah Karakteristik Berpikir berdasarkan persepsi (Perception-based thinking)
Berpikir Unidimensi ( Unidimensional thinking)
Irreversibilitas (Irreversibility)
Penalaran transduktif (Transductive reasoning)
Contoh Seorang anak melihat dua buah mangkuk yang masingmasing berisi 10 biji salak. Pada salah satu mangkuk, biji-biji itu letaknya tersebar. Anak tersebut berpendapat bahwa di dalam mangkuk itu terdapat biji salak yang lebih banyak. Seorang bapak sedang membuat kolam ikan dan meminta anaknya untuk mencari batu besar berbentuk persegi. Anak itu berusaha mencari batu yang diinginkan, dan datang ke bapaknya dengan membawa batu kecil berbentuk persegi. Bapaknya mengatakan bahwa batu yang diberikan anaknya terlalu kecil, dan menyuruhnya mencari yang besar. Tak lama kemudian sang anak kembali membawa batu yang besar tapi dengan bentuk yang bundar. Seorang anak TK membongkar proyek sains milik kakaknya. Sang ayah marah padanya dan memintanya untuk memasang kembali potongan-potongan yang telah dia bongkar. Namun anak tersebut tidak tahu cara mengembalikan dan menempatkan potongan-potongan itu seperti semula. Seorang anak mendorong adiknya kemudian mengambil boneka beruang yang sedang dimainkan adiknya. Sang anak mencium boneka beruang tersebut dan kemudian bersin-bersin. Tak lama ibunya datang dan marah padanya, lalu mengambil boneka beruang tersebut dari pelukan sang anak, dan mengembalikannya pada
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 278
Egosentrisme
adiknya. Anak tersebut menyangka bahwa dia dihukum ibunya karena telah bersin. Seorang anak yang memakai sepatu baru berpapasan dengan teman sebayanya yang memakai sepatu dengan model dan warna yang sama. Anak tersebut sangat marah dan meminta temannya untuk memberikan sepatu yang dipakainya kepadanya. Anak tersebut berpendapat bahwa sepatu yang dikenakan temannya adalah sepatu miliknya juga, sekalipun anak itu tahu bahwa dirinya sedang mengenakan sepatu tersebut.
Tabel 19. Eksperimen Piaget tentang kemampuan berpikir pra operasional pada anak Tugas Konservasi angka
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Konservasi kuantitas yang berkesinambungan (Conservation of Continuous Quantity) Pengelompokkan
Deskripsi dan Performansi Anak pada tahap Praoperasional Seorang anak diperlihatkan dua set benda yang sama jumlahnya, tetapi disusun dengan pola yang berbeda. Anak akan mengatakan satu set benda yang satu lebih banyak dari yang lainnya. Seorang anak diperlihatkan dua kontainer yang berbeda bentuknya, namun berisi sejumlah air yang sama. Anak itu akan mengatakan konteiner yang satu berisi air yang lebih banyak daripada yang lainnya. Seorang anak diberikan benda-benda yang ber-atribut ganda yang memiliki variasi bentuk warna dan ukuran. Anak tersebut diminta meletakkan “benda-benda yang serupa dalam kelompok yang sama’..Anak akan menggunakan hanya satu atribut – misalnya, warna – untuk mengkategorikannya. Contoh: semua bentuk yang berwarna kuning, hijau, biru akan diletakkan bersamasama, tanpa menghiraukan bentuk dan ukurannya.
Eksperimen Piaget tentang kategorisasi, anak diminta untuk mengelompokkan objek yang memiliki warna, bentuk dan ukuran yang berbeda. Anak pra sekolah biasanya hanya menyeleksi satu atribut dalam mensortir bentuk. Sebagai contoh adalah anak meletakkan objek berwarna hijau di satu tempat, sedangkan warna merah dan biru di tempat yang berbeda. Dalam gambar ini, anak hanya mengelompokkan dari segi bentuk, dan tidak melihat dari segi ukuran maupun warna.
Piaget berkeyakinan bahwa pada masing-masing periode perkembangan, terdapat hubungan antara berpikir ilmiah dan sosial.. Sebagai contoh, saat anak yang berada pada tahap pra operasional gagal memperhitungkan dua dimensi pada tugas-tugas konservasi, mereka juga tidak memikirkan perspektif lainnya saat berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak preoperasional seringkali egosentris,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 279
dimana mereka mempertimbangkan segala sesuatu hanya dari sudut pandang mereka sendiri c) Tahap Operasional konkret (8-12 tahun) Anak sekolah dasar lebih abstrak dalam berpikir. Mereka sudah dapat berpikir logis tahap awal dalam memecahkan masalah. Mereka masih butuh objek konkret dalam belajar. Teori tentang Mind pada Anak Pra sekolah Teori Kondisi emosi internal
Motif dan maksud
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mengetahui dan mengingat
Keterangan Anak-anak pra-sekolah dapat menginterpretasi dengan tepat emosi mereka dan emosi anak lainnya. Lebih jauh, mereka mengetahui bahwa emosi datang dari dalam dan mungkin disembunyikan orang lain. Anak-anak pra-sekolah dapat menginterpretasi motif-motif yang lain, sepanjang motif tersebut jelas. Mereka juga dapat mengidentifikasi maksud perilaku seseorang. Sebagai contoh ; anak mengatakan” dia tidak sengaja mendorong temannya” Anak-anak prasekolah memiliki pemahaman umum terhadap proses pemikiran internal. Mereka memahami bahwa katakata “tahu”, “ingat”, “kira”, “lupa”, dan “Perhatian” adalah hal-hal yan terjadi dalam pikiran, meskipun mereka mempunyai kesulitan dalam membedakan konsep-konsep tsb.
Outcome Perkembangan kognitif dan belajar anak usia 6 tahun antara lain: (1) Mengenali warna-warna (minimal 6 warna) (2) Mengenal bentuk-bentuk geometri (minimal 6 bentuk) (3) Memahami dimensi dan hubungan (seperti atas bawah, dalam luar, depan belakang) dan waktu yang berbeda ( pagi, sore, siang, malam) (4) Memahami perbedaan ukuran (besar kecil, pendek tinggi, tipis tebal, lebar sempit) (5) Memahami konsep sains sederhana (contoh: apa yang terjadi jika warna dicampur) (6) Memahami perbedaan rasa ( manis, asam, pahit, pedas, asin) (7) Memahami perbedaan bau/aroma (harum, wangi, apek, busuk) (8) Dapat mengekspresikan pikiran dan ide (9) Dapat membedakan antara laki –laki dan perempuan (10) Dapat bernyanyi (11) Senang bertanya (12) Memahami angka dan bisa menghitung angka (minimal sampai 10) (13) Dapat menggambar sederhana (14) Dapat menulis kata-kata sederhana (15) Dapa membuat kalimat sederhana (16) Dapat bermain pura-pura (17) Memahami fungsi uang Alat Penilai Aspek Kognitif untuk Umur 3 – 6 Tahun Nama Anak:_____________________ Umur Anak : _____________Tgl. Lahir:_____________________ Jenis ________________________ Nama Guru : ______________________ PERKEMBANGAN KOGNITIF Motivasi dan Memecahkan Masalah 1. Mengamati dan menyelidiki Menyelidiki bahan-bahan mainan dan bendabenda lain yang baru Memanipulasi benda
Tidak teramati
Tahap awal
Berkem bang
Konsis ten
□
□
□
□
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kelamin:
KOMENTAR
P a g e | 280
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
untuk memahami fungsinya Menggunakan lebih dari satu indera untuk memperoleh informasi tentang proyek 2. Menunjukkan keingintahuan dan hasrat untuk memecahkan masalah Menunjukkan minat terhadap apa yang terjadi di kelas Mencoba untuk menemukan penyebab dan akibat Bertanya tentang lingkungan, kejadian/peristiwa dan bahan-bahan Mengulang kegiatan yang pernah dilakukan sebelunya Tekun memecahkan masalah sampai selesai (contoh: permainan logika dan puzzle) 3. Menunjukkan pikiran yang konstruktif Menggunakan pengetahuan dan pengalaman di berbagai pusat kegiatan Menerapkan informasi atau pengalaman baru ke konteks baru Mencari benda-benda dengan cara yang sistematis Menemukan lebih dari satu cara dalam memecahkan sebuah masalah 4. Membuat perkiraan dan rencana Menyatakan apa yang akan direncanakan dan dilakukan Menggunakan perencanaan dalam melakukan sebuah tugas atau kegiatan Mencoba membuat dugaan dan perkiraan Memperkirakan serangkaian kejadian Cara Berpikir Logis dan Matematis 1. Mengklasifikasikan sesuai atribut Mengklasifikasikan benda sesuai warna, bentuk, ukuran dan lain-lain Mengumpulkan
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 281
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2.
3.
4.
5.
sekumpulan benda menurut fungsi dan label kelompok Mengklasifikasikan benda-benda ke dalam dua atau lebih subkelompok menurut bentuk, warna, ukuran, dan lain-lain dan memberi label pada kelompok Menemukan satu benda dalam sebuah kelompok yang tidak pada tempatnya dan memberikan komentar Mengurutkan benda Melihat adaya kesalahan dalam suatu penyusunan Mengatur benda dari yang terkecil sampai yang terbesar Menyisipkan sebuah benda baru d iantara benda-benda yang telah diurutkan Memproduksi kembali polapola dalam berbagai cara Mengulang pola, dan menambah pola sederhana dari sebuah irama, balok-balok dan lain-lain Menggambarkan pola ketika diminta dengan menggunakan kata-kata deskriptif Menciptakan pola-pola sendiri dengan menggunakan berbagai bahan Merekonstruksi dan mengingat kembali urutan kejadian Mengingat kembali lebih dari 3 langkah dalam melakukan kegiatan rutin Merekonstruksi urutan kejadian yang telah lalu Mengatur 4-5 gambar dalam sebuah urutan yang logis & menceritakan sebuah cerita Memahami hubungan kuantitatif Menghitung dari satu sampai ______ di luar kepala Menggunakan hubungan satu-satu Membandingkan yang lebih besar dan yang
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 282
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
lebih kecil, yang banyak dan yang sedikit Menggunakan kata-kata perbandingan untuk menjelaskan ukuran Menggunakan peralatan untuk mengukur panjang, berat atau isi Menambah dan mengurangi di bawah 10 Menghitung kelipatan 2 dan kelipatan 3 sampai 20 6. Menunjukkan kesadaran akan bentuk-bentuk geometris dan menggunakannya dengan benar Mengenali, memberi label dan menggambar bentuk-bentuk dasar geometris Mengenali bentuk-bentuk di lingkungan sekitarnya Dapat menyelesaikan puzzle sederhana 7. Memahami hubungan ruang dasar Mengerti kata-kata yang menunjukkan posisi dan arah dengan mengi kuti instruksi Menggunakan kata-kata yang menunjukkan posisi dan arah secara tepat Menyelesaikan berbagai macam puzzle 8. Menunjukkan kesadaran akan konsep waktu Mengetahui jadwal harian Mengetahui konsepkonsep waktu (siang/malam, pagi/sore) Mengerti kata-kata kemarin, besok, bulan lalu, sebelum, sesudah, pertama, nanti dll. Mengetahui urutan hari dalam seminggu, musim dan bulan Pengetahuan dan Informasi 1. Menunjukkan pengetahuan umum Mengetahui warna dan sebutannya Menyebutkan nama banyak benda di lingkungan sekitarnya Menceritakan tentang rumahnya, sekolah, mesjid dan lokasi-lokasi lainnya di sekitarnya
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
□
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 283
Menerangkan pokok pikiran dari profesiprofesi yang berbeda di lingkungannya Menunjukkan kesadaran akan beberapa tradisi nasional (perayaan hari kemerdekaan) 2. Mencari informasi dari berbagai sumber Bertanya
□
□
□
□
c) Tahap Operasional konkret (8-12 tahun) Anak sekolah dasar lebih abstrak dalam berpikir. Mereka sudah dapat berpikir logis tahap awal dalam memecahkan masalah. Mereka masih butuh objek konkret dalam belajar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Perilaku Kognitif Anak Usia Dini a) 0 - 6 bulan · Apakah anak meniru ekspresi wajah orang dewasa? · Apakah anak mengulang perilaku-perilaku tertentu yang memberikan kesenangan untuk anak? · Dapatkah anak mengenali orang-orang dan tempat? · Apakah perhatian menjadi lebih fleksibel dengan usia anak? · Apakah anak bisa berceloteh pada akhir periode ini? b) 6 - 12 bulan · Apakah anak memiliki tujuan tertentu dan perilaku disengaja? · Dapatkah anak menemukan benda-benda yang tersembunyi? · Dapatkah anak meniru aksi-aksi orang dewasa? · Dapatkah anak mengkombinasikan antara aktivitas sensori dan motornya? · Apakah anak berceloteh, termasuk suarasuara dalam bahasa bicara anak? · Apakah anak memperlihatkan gestur pra-verbal, seperti menunjuk? c) 12 - 18 bulan · Apakah anak memilih benda-benda ke dalam kategori tertentu? · Dapatkah anak menemukan bendabenda tersembunyi dengan mencarinya lebih dari satu tempat? · Apakah anak dalam bermain memperlihatkan belajar ’trial & eror’? · Apakah anak memiliki rentang perhatian yang bertambah baik? · Dapatkah anak berbicara, paling tidak mengatakan kata-kata pertama? · Apakahanak-anakmenggunakan kata-kata ‘overextension’ dan ‘under extension’ yang dia ketahui? · Dapatkah anak mengambil bagian ketika bermain game interaktif (ciluk ba) · Apakah anak melakukan eksperimen dengan perilaku yang berbeda untuk menghasilkan dan menemukan cara cara baru dalam memecahkan masalah? d) 18 - 24 bulan · Apakah anak dapat menemukan bendabenda yang hilang dari pandangan? · Apakah anak mencoba meniru sepenuhnya aksi-aksi orang dewasa? · Apakah anak ikut serta dalam permainan ’make-believe’? · Apakah anak memindahkan benda-benda ke dalam kategori tertentu selama bermain? · Apakah anak menggunakan frase dua kata? · Apakah anak menulis (cakar ayam) dengan krayon dan pensil? · Dapatkah anak menunjukkan dan memberi nama bagian-bagian tubuh? e) 24 - 36 bulan · Apakah permainan ‘makebelieve’ kurang berpusat pada diri dan lebih kompleks? · Apakah anak mempunyai pengenalan ingatan yang berkembang dengan baik? · Apakah anak memiliki perbendaharaan kata yang lebih berkembang? · Apakah anak menggunakan kalimatkalimat dengan penggunaan tata bahasa yang semakin bertambah? · Apakah anak memperagakan kemampuan bercakap-cakap? · Apakah anak mampu mengikuti arah-arah sederhana? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 284
· · f) 3 ·
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dapatkah anak menceritakan cerita-cerita sederhana? Apakah anak mampu menjawab pertanyaan? - 4 tahun Apakah anak menggunakan kata-kata untuk menyampaikan keinginannya? Dalam memecahkan masalah, apakah anak fokus pada keberadaan sebuah benda semata-mata tanpa memperhatikan kriteria yang lain? · Apakah anak melakukan kesalahan gramatikal (melebihi atauran) · Apakah anak semakin memperhatikan penggunaan tata bahasa dalam berbicara? g) 4 - 5 tahun · Apakah perbendaharaan kata yang dimiliki anak semakin bertambah? · Apakah anak menggunakan tata bahasa yang lebih baik dan kata-kata untuk berkomunikasi? h) 5 - 6 tahun · Apakah anak memiliki perbendaharaan kata sekitar 1.000 kata? · Apakah anak mengerti tata bahasa lebih baik daripada sebelumnya dan melakukan kesalahan gramatikal lebih sedikit? 3) Kemampuan Perkembangan Kognitif dan Belajar Anak usia 6 tahun Adapun kemampuan (outcome) perkembangan kognitif dan belajar anak usia 6 tahun antara lain: · Mengenali warna-warna (minimal 6 warna) · Mengenal bentuk-bentuk geometri (minimal 6 bentuk) · Memahami dimensi dan hubungan (seperti atas bawah, dalam luar,depan belakang)dan waktu yang berbeda ( pagi, sore, siang, malam) · Memahami perbedaan ukuran (besar kecil, pendek tinggi, tipis tebal, lebar sempit) · Memahami konsep sains sederhana (contoh: apa yang terjadi jika warna dicampur) · Memahami perbedaan rasa ( manis, asam, pahit, pedas, asin) · Understans smells · Dapat mengekspresikan pikiran dan ide · Dapat membedakan antara laki -laki dan perempuan · Dapat bernyanyi · Senang bertanya · Memahami angka dan bisa menghitung angka (minimal sampai 10) · Dapat menggambar sederhana · Dapat menulis kata-kata sederhana · Dapat membuat kalimat sederhana · Dapat bermain pura-pura · Memahami fungsi uang 4) Perkembangan Kognitif dan Kemampuan Calistung NAEYC (National Association for the Education of Young Children) memberikan pernyataannya yang senada tentang kesiapan sekolah : “School must be able to respond
to a diverse range of abilities within any group of children, and the curriculum in the earlygrades must provide meaningful contexs for children learning rather than focusing primarily on isolated skills acquisition.” (sekolah harus dapat merespon berbagai
kemampuan anak dalam kelompoknya, dan kurikulum di usia dini harus memberikan konteks yang bermakna bagi anak, bukan menekankan pada perolehan ketrampilan yang sulit dijangkau). Kesiapan membaca, menulis dan berhitung, sudah dapat dimulai sejak anak berusia pra sekolah. Kesiapan membaca pada anak dapat terlihat antara lain dari kemampuan anak untuk (1) mendengar dan membedakan bunyi bahasa; (2) memahami konsep tulisan; (3) memberi arti pada bacaan; (4) memahami dan menginterpretasi tulisan sederhana dan sebagainya. Kegiatan membaca merupakan sebuah proses berpikir yang perlu dipelajari dan dilatih, karena tidak terjadi secara otomatis. Dalam mengajarkan anak membaca, diperlukan bimbingan yang bersifat individual, waktu yang tidak sedikit, dan kesabaran pendidik dalam memotivasi anak. Kesiapan membaca dapat mengembangkan pemahaman anak tentang hubungan antara bahasa lisan dan simbol-simbol tulisan. Dengan memiliki kesiapan membaca, anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan berbagai kosa kata. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 285
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kesiapan menulis berawal dari ide/gagasan yang muncul, yang akan dituliskan di atas kertas. Dalam melatih anak kesiapan menulis, pendidik perlu memberikan kebebasan Pada anak untuk mengutarakan idenya secara alamiah, sebagaimana ketika anak berbicara. Anak perlu dimotivasi agar tidak perlu cemas atau khawatir saat menulis. Pendidik perlu menjelaskan secara eksplisit bahwa jika ada tulisan yang salah, anak memiliki kesempatan untuk menghapus atau merubahnya. Ide-ide yang muncul juga masih dapat disusun kembali, demikian pula jika ada pengejaan yang salah. Anak perlu dijelaskan pula tentang manfaat memiliki ketrampilan menulis yang akan sangat berguna dalam kehidupan seharihari. Kesiapan menulis dapat membantu anak untuk menulis dengan tujuan yang jelas, menulis kalimat secara benar, menggunakan tanda baca yang tepat, menulis dengan jelas dan relative rapi, merangkai ide dengan baik serta memilih kata-kata yang tepat. Kesiapan berhitung terkait erat dengan kemampuan anak dalam matematika. Anak perlu dijelaskan bahwa matematika sangat penting dalam kehidupan, dan kita membutuhkan ketrampilan ini dalam kehidupan sehari hari misalnya untuk membaca jam, membeli barang atau mainan, menghitung skor saat bermain game dan sebagainya. Pendidik perlu menjadi contoh bagi anak sebagai pribadi yang menyukai kegiatan berhitung. Anak pun perlu dimotivasi untuk menganggap dirinya sebagai ’ahli matematika’ yang dapat menyelesaikan masalah dan memiliki ketrampilan bernalar. Materi dalam pembelajaran matematika mencakup banyak hal, diantaranya berkaitan dengan bentuk, symbol angka, penjumlahan, pengurangan dan pengelompokkan. c. Peran Pendidik dalam Mengajarkan Kesiapan Calistung pada Anak 1) Peran pendidik dalam memfasilitasi anak agar senang membaca: · Menjadikan kegiatan membaca sebagai hobi yang menyenangkan bagi anak, misalnya dengan mencari buku bacaan/majalah yang menarik dan membacanya bersama, membacakan anak tulisan di kotak makanan atau minuman anak, label atau petunjuk di jalan dan sebagainya · Membaca puisi atau sajak bersama dengan anak. Saat membaca, orang tua dapat membantu anak dengan menunjuk bacaan, dengan menggerakkan jari dari arah yang tepat · Menyimak saat anak belajar membaca · Mengajak anak secara rutin mengunjungi toko buku atau perpustakaan · Menjadikan buku sebagai alternatif hadiah yang istimewa di saat –saat tertentu · Menyediakan buku, majalah, dan kertas di rumah agar bisa diakses dengan mudah oleh anak · Memotivasi anak yang lebih tua untuk membacakan cerita untuk adiknya · Mendampingi anak belajar membaca dan menuliskan apa yang telah dibaca 2) Peran pendidik dalam memfasilitasi anak agar senang menulis: · Memberi contoh pada anak bahwa kita senang menulis surat, menuliskan pesan singkat untuk anggota keluarga, menulis daftar belanjaan dan sebagainya · Mengirim surat atau kartu ucapan untuk anak · Memotivasi anak untuk senang membuat gambar dan merancang huruf huruf · Bermain ejaan misalnya crossword puzzles, scrabble, atau bermain peran sebagai pelayan restoran yang mencatat menu yang dipesan pelanggan · Berbincang dengan anak tentang motivasi orang menulis 3) Peran pendidik dalam memfasilitasi anak agar senang berhitung: · Motivasi anak bahwa matematika adalah kegiatan yang mudah dan menyenangkan · Memberitahu anak bahwa matematika ada di mana-mana, misalnya berat dan tinggi badan anak memerlukan hitungan matematika; membeli kue memerlukan kemampuan berhitung, dan juga menentukan waktu sekolah · Membantu anak berhitung dengan menghapal, atau memikirkannya di luar kepala · Melatih anak tentang angka, jumlah, perbandingan dan sebagainya · Bermain tebakan dengan menggunakan berbagai angka · Mengelompokkan benda-benda misalnya berdasarkan ukuran, warna atau bentuk 4) Peran pendidik terkait dengan strategi mengajar calistung: · Membuat perencanaan mengajar yang sesuai dengan tahapan perkembangan, kebutuhan dan minat anak · Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk melatih kemampuannya dalam calistung Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 286
· Menggunakan berbagai metode dan pendekatan dalam mengajarkan anak calistung dengan melibatkan seluruh potensi inteligensi anak/multiple inteligensi · Mengajarkan anak variasi teknik yang tepat dalam calistung · Menyediakan media/peralatan yang dapat mendukung anak untuk meningkatkan pemahamannya (bisa menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar atau membuat media sederhana)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Kegiatan yang Dapat Diberikan Guru untuk Menstimulasi Kemampuan Kognitif / Intelektual Anak Matematika/berhitung Membuat kantung (dari kain) dan batang es krim Mengumpulkan tutup botol Membuat kartu berisi bulatan Membuat kartu bentuk berpasangan Membuat pola ikan berwarna dan alat pancing Menyusun kepingan logam Membuat grafik buah-buahan dan binatang Membuat kartu jahit IPA Bermain dengan magnit (logam, gabus, kayu, tali, kancing, tutup botol, kertas,dll) Eksplorasi benda terapung, tenggelam atau melayang Mengukur volume air, minyak dsb (kertas corong, botol, gelas yang transparan dll) Mengenal larutan (gula, pasir, garam, pasir, tepung, potongan kertas, plastik dsb) Mengenal berat/timbangan Mencampur warna Bermain balon, kelereng dsb Pasir dan air Bermain busa sabun (ember lebar, sabun, pengocok telur dll) Meniup gelembung Menyaring air dan pasir Bermain kapal layar Menyusun gelas yang berisi air dengan volume berbeda Drama peran Membuat telepon dari kaleng, misal dalam tema keluargaku (kaleng, benang/tali pancing, isolasi, paku) Membuat teropong, misal: dalam tema alat transportasi di laut (gulungan tisue toilet, kabel, kertas tisue warna, pelubang kertas) Bermain bayangan (anak berdiri, jongkok, melompat dll) Membuat celengan dll Membaca dan menulis Membuat kotak misteri (berisi batuan, buah, ranting, daun, kerang, tali, bulu dsb) Membuat buku tentang ‘aku’; tentang binatang, tumbuhan, benda langit dll dengan berbagai bentuk Membuat kartu huruf, kartu kata dsb Seni Menempel biji bijian Mencetak motif Melukis dengan jari Membuat gambar berlapis lilin (krayon dilapisi cat air) dll Berikut ini beberapa refleksi yang harus dipikirkan oleh para pendidik anak usia dini, antara lain: 1. Seberapa pentingkah bagi guru untuk menerapkan variasi metode untuk merangsang perkembangan kognitif pada anak? 2. Sependapatkah Anda bahwa anak usia dini diberikan pelajaran nyang menekankan pada aspek akademi?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 287
3. Apakah selama ini guru di lapangan banyak menuntut anak untuk memahami hal-hal yang sebenarnya sulit bagi mereka untuk dijangkau? 4. Bagaimanakah pengalaman Anda sebagai guru ketika anak akan masuk SD dan harus mengikuti seleksi yang bersifat akademik? 5. Bagaimanakah pengalaman Anda sebagai guru ketika harus memberikan tes yang menekankan pada kemampuan intelektual pada anak-anak yang baru saja menyelesaikan TK?
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2). Bagaimana Anak Usia Dini Belajar Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan. Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram berikut :
Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu : Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran anak. Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam pikiran anak. Kedua hal itu merupakan kejadian asimilasi. Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan : Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu) Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 288
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Suatu komponen terpenting dalam teori perkembangan intelektual Piaget adalah melibatkan partisipasi anak. Artinya bagaimana anak mempelajari sesuatu sekaligus mengalami sesuatu yang dipelajari tersebut melalui lingkungan. Pengetahuan bukan semata-mata berarti memindahkan secara verbal, melainkan harus dikonstruksi dan bahkan direkonstruksi oleh anak. Piaget menyatakan bahwa anak-anak yang ingin mengetahui dan mengkonstruksi pengetahuan tentang objek di dunia, mereka mengalami dan melakukan tindakan tentang objek yang diketahuinya dan mengkonstruksi objek itu berdasarkan pemahaman mereka. Karena pengertian anak terhadap objek itu dapat mengatur realitas dan tindakan mereka. Anak harus aktif, dalam pengertian bahwa anak bukanlah suatu bejana yang harus diisi penuh dengan fakta. Pendekatan belajar Piaget merupakan pendekatan kesiapan. Pendekatan kesiapan dalam psikologi perkembangan menekankan bahwa anak-anak tidak dapat belajar sesuatu sampai kematangan memberikan kepada mereka prasyarat-prasyarat. Kemampuan untuk mempelajari konten kognisi selalu berhubungan dengan tahapan dalam perkembangan intelektual anak. Dengan demikian, anak yang berada pada tahapan dan kelompok umur tertentu tidak dapat diajarkan materi pelajaran yang lebih tinggi dari pada kemampuan umur anak itu sendiri. Pertumbuhan intelektual melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi melibatkan penggabungan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema. Seperti yang dipahami dalam teori schema, istilah schema (tunggal) merujuk pada representasi pengetahuan umum. Sedangkan jamaknya schemata tertanam dalam suatu komponen atau ciri ke komponen lain pada tingkat abstraksi yang berbeda. Hubungannya lebih mendekati kemiripan dalam web dari pada hubungan hirarki. Artinya, setiap satu komponen dihubungkan dengan komponen-komponen lain (SIL International, 1999). Lebih jauh, yang dimaksud dengan equilibrasi adalah keseimbangan antara pribadi seseorang dengan lingkungannya atau antara asimilasi dan akomodasi. Ketika seorang anak melakukan pengalaman baru, ketidakseimbangan hampir mengiringi anak itu sampai dia mampu melakukan asimilasi atau akomodasi terhadap informasi baru yang pada akhirnya mampu mencapai keseimbangan (equilibrium). Ada beberapa macam equilibrium antara asimilasi dan akomodasi yang berbeda menurut tingkat perkembangan dan perbagai persoalan yang diselesaikan. Bagi Piaget, equilibrasi adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak inteligensi logisnya berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya. 3). Implikasi Pandangan Piaget dalam Pendidikan Jika ada kurikulum yang menekankan pada filosofi pendidikan yang berorientasi pada pembelajar (murid) sebagai pusat, learner-centered, maka model kurikulum seperti itulah yang diinspirasi dari pandangan Piaget. Sedangkan, beberapa metode pengajaran yang diterapkan pada kebanyakan sekolah di Amerika waktu itu seperti metode ceramah, demonstrasi, presentasi audivisual, pengajaran dengan menggunakan mesin dan peralatan, pembelajaran terprogram, bukanlah merupakan metode yang dikembangkan oleh Piaget. Piaget mengembangkan model pembelajaran discovery yang aktif dalam lingkungan kelas. Inteligensi tumbuh dan berkembang melalui dua proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, pengalaman harus direncanakan untuk membuka kesempatan untuk melakukan asimilasi dan akomodasi. Anak-anak harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk untuk mencari, memanipulasi, melakukan percobaan, bertanya, dan mencari jawaban sendiri terhadap berbagai pertanyaan yang muncul. Namun demikian, bukan berarti pembelajar dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan. Kalau demikian halnya, apa peranan guru dalam ruangan kelas? Guru seharusnya mampu mengukur kemampuan, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki siswa. Pembelajaran harus dirancang untuk menfasilitasi keberbedaan siswa dan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk membangun komunikasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya, untuk berdebat, dan saling menyanggah terhadap isu-isu aktual yang diberikan kepada siswa. Keberadaan guru harus mampu menjadi fasilitator pengetahuan, mampu memberikan semangat belajar, membina, dan mengarahkan siswa. Seharusnya tidak menekankan kepada benar-salah, melainkan bagaimana menfasilitasi siswa agar dapat mengambil pelajaran dari kesalahan yang diperbuat. Pembelajaran harus lebih bermakna dengan memberi peluang kepada siswa untuk melakukan percobaan sendiri dari pada harus mendengarkan lebih banyak dari hasil ceramah dari guru. Guru harus mampu menghadirkan materi pelajaran yang membawa murid kepada suatu kesadaran untuk mencari pengetahuan baru. Dalam bukunya yang berjudul To Understand Is to Invent, Piaget mengatakan bahwa prinsip dasar dari Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 289
metode aktif dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk memahami harus menemukan atau merekonstruksi melalui penemuan kembali dan kondisi seperti ini harus diikuti jika menginginkan seseorang dibentuk guna mampu memproduksi dan mengembangkan kreativitas dan bukan hanya sekedar mengulangi. Dalam pembelajaran aktif, guru harus memiliki keyakinan bahwa siswa akan mampu belajar sendiri. c. Latihan 1) Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk sekolah hingga pulang sekolah! 2) Rekam dan catatlah perkembangan kognitif anak secara detail menggunakan berbagai teknik asesmen! 3) Buatlah laporan perkembangan anak secara lengkap mencakup aspek dan indicator perkembangan kognitif, komentar dan kesimpulan, dan tindak lanjut/stimulasi!
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Modul ini akan membahas tentang perkembangan motorik yang meliputi: batasan perkembangan motorik dan ruang lingkup perkembangan motorik. Setelah mempelajari modul pertama ini, anda diharapkan dapat: (1) Menjelaskan batasan perkembangan motorik, (2) Menjelaskan ruang lingkup perkembangan motorik, (3) Menjelaskan batasan perkembangan motorik halus, (4) Menjelaskan keterampilan yang berkaitan dengan motorik halus, (5) Mendeskripsikan perkembangan motorik halus. Anda perlu membaca rangkuman yang disajikan dalam tiap akhir modul untuk membantu Anda mengingat kembali pokok-pokok pembahasan yang telah Anda pelajari sebelumnya. Selain itu, diharapkan Anda juga mengerjakan latihan soal yang telah disiapkan, sehingga pemahaman Anda akan lebih komprehensif. Latihan soal dikembangkan dengan maksud membantu Anda mengukur tingkat pemahaman Anda terhadap materi yang dipaparkan. Akhirnya selamat belajar, semoga kesuksesan selalu menyertai Anda! 2. Isi/Paparan Materi Pendahuluan Anak usia dini (lahir8 tahun) yang sehat fisiknya adalah anak yang aktif atau banyak bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktu anak dipergunakan untuk bergerak -gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti berlari, memanjat, melompat, melempar atau gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti mendorong mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju boneka atau menggambar. Gerakan yang pertama dikenal sebagai ketrampilan gerakan/motorik kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah gerakan/motorik halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu, karena itu pulalah masa ini merupakan masa bermain. Pada awal usia dini (lahir -3 tahun), koordinasi fisik setiap bagian tubuh anak belum sempurna. Dalam hal melakukan aktivitas motorik, anak masih menggerakkan otot-otot yang tidak diperlukan. Misalnya ketika anak menendang, maka ia akan menggerakkan tangannya ke depan secara berlebihan. Hal ini terlihat pula ketika anak memegang benda, yang terlihat asal memegang bukan dengan cara yang seharusnya. Anak juga masih menggerakkan otototot tubuhnya dengan tujuan yang belum jelas, yang disebabkan karena belum matangnya otot-otot tubuh anak. Semakin sering anak berlatih menggunakan ototototnya – melalui bermain- maka ia akan semakin terampil dalam menggunakan anggota tubuhnya secara efektif. Kemajuan yang pesat akan dicapai anak baik aspek gross motor skills maupun fine motor skills-nya, sehingga perkembangan motorik anak semakin matang pada usia 4-5 tahun. Ketika mencapai usia 6-8 tahun, anak telah dapat menggunakan fisiknya secara baik. Koordinasi mata dengan tangan dan antar tiap-tiap anggota tubuh telah berjalan dengan sempurna. Anak memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan menggunakan otot-otot tubuhnya secara efektif.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 290
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perkembangan motorik sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Anak yang kondisi fisiknya terlatih akan memiliki kesempatan lebih banyak dalam mengeksplorasikan lingkungannya sehingga dapat lebih mengenal dan memahami lingkungannya. Hal ini menggambarkan mengapa perkembangan fisik (motorik) berkaitan erat dengan perkembangan mental intelektual anak. Perkembangan sosial emosional anak juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisiknya. Anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri yang kurang, terutama ketika ia membandingkan dirinya dengan anak-anak lain yang sebayanya. Kegagalan untuk menguasai ketrampilan motorik akan membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri. Oleh karena itu agar anak dapat mencapai dan melewati perkembangannya dengan optimal, perlu diperhatikan tahap-tahap perkembangan motorik anak dengan stimulasinya yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangannya. Disamping itu perlu kiranya dilakukan evaluasi terhadap perkembangan fisik anak agar dapat terdeteksi secara dini jika dalam proses perkembangannya terjadi penyimpangan atau hambatan yang akan mengganggu optimalisasi perkembangannya. Modul ini membahas tentang landasan dan tahap perkembangan motorik anak usia dini, teknik analisis perkembangan motorik motorik anak usia dini serta berbagai strategi dalam mengemas perangkat pengembangan motorik anak usia dini melalui kegiatan menyusun perencanaan dan mengembangkan kegiatan serta media pengembangan motorik anak usia dini. HAKIKAT DAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI 1. Tujuan Pembelajaran Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik anak usia dini melalui modul ini menunjukkan hasil belajar dengan indikator sebagai berikut: a. Memahami perkembangan motorik anak usia dini 1) Memahami landasan dan tahap perkembangan motorik anak usia dini 2) Melakukan analisis perkembangan motorik anak usia dini b. Membuat perangkat pengembangan aspek perkembangan motorik anak usia dini 1) Menyusun perencanaan pengembangan aspek perkembangan motorik anak usia dini 2) Mengembangkan kegiatan dan media pengembangan aspek perkembangan motorik anak usia dini 3) Pengemasan perangkat pengembangan motorik anak usia dini Untukmemudahkanmempelajarimodulinisehinggapendidikdapatmempraktekkannya di lapangan maka pendidik sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Baca dan pahami secara mendalam kompetensi dan indikator yang tercantu di atas b. Bacalah uraian materi secara seksama dan berurutan. c. Jangan berpindah kepada materi berikutnya sebelum materi awal dapat dipahami oleh anda dengan baik. d. Diskusikan atau konsultasikan materi-materi yang belum dipahami dengan teman/ sumber belajar atau orang yang dianggap ahli dalam bidang ini. e. Carilah sumber atau bacaan lain yang relevan untuk menunjang pemahaman dan wawasan tentang materi ini. f. Lakukan tugas yang diperintahkan dalam modul ini sebagai tindak lanjut untuk mengukur tingkat pemahaman dan ketrampilan dari hasil pembelajaran. 2. Uraian Materi Pendahuluan Anak usia dini (lahir-8 tahun) yang sehat fisiknya adalah anak yang aktif atau banyak bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktu anak dipergunakan untuk bergerak-gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti berlari, memanjat, melompat, melempar atau gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti mendorong mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju boneka atau menggambar. Gerakan yang pertama dikenal sebagai ketrampilan gerakan/motorik kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah gerakan/motorik halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu, karena itu pulalah masa ini merupakan masa Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 291
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
bermain. Pada awal usia dini (lahir - 3 tahun), koordinasi fisik setiap bagian tubuh anak belum sempurna. Dalam hal melakukan aktivitas motorik, anak masih menggerakkan otot-otot yang tidak diperlukan. Misalnya ketika anak menendang, maka ia akan menggerakkan tangannya ke depan secara berlebihan. Hal ini terlihat pula ketika anak memegang benda, yang terlihat asal memegang bukan dengan cara yang seharusnya. Anak juga masih menggerakkan otot- otot tubuhnya dengan tujuan yang belum jelas, yang disebabkan karena belum matangnya otot-otot tubuh anak. Semakin sering anak berlatih menggunakan otot-ototnya – melalui bermain- maka ia akan semakin terampil dalam menggunakan anggota tubuhnya secara efektif. Kemajuan yang pesat akan dicapai anak baik aspek gross motor skills maupun fine motor skills-nya, sehingga perkembangan motorik anak semakin matang pada usia 4-5 tahun. Ketika mencapai usia 6-8 tahun, anak telah dapat menggunakan fisiknya secara baik. Koordinasi mata dengan tangan dan antar tiap-tiap anggota tubuh telah berjalan dengan sempurna. Anak memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan menggunakan otot-otot tubuhnya secara efektif. Perkembangan motorik sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Anak yang kondisi fisiknya terlatih akan memiliki kesempatan lebih banyak dalam mengeksplorasikan lingkungannya sehingga dapat lebih mengenal dan memahami lingkungannya. Hal ini menggambarkan mengapa perkembangan fisik (motorik) berkaitan erat dengan perkembangan mental intelektual anak. Perkembangan sosial emosional anak juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisiknya. Anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri yang kurang, terutama ketika ia membandingkan dirinya dengan anak-anak lain yang sebayanya. Kegagalan untuk menguasai ketrampilan motorik akan membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri. Oleh karena itu agar anak dapat mencapai dan melewati perkembangannya dengan optimal, perlu diperhatikan tahap-tahap perkembangan motorik anak dengan stimulasinya yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangannya. Disamping itu perlu kiranya dilakukan evaluasi terhadap perkembangan fisik anak agar dapat terdeteksi secara dini jika dalam proses perkembangannya terjadi penyimpangan atau hambatan yang akan mengganggu optimalisasi perkembangannya. Modul ini membahas tentang landasan dan tahap perkembangan motorik anak usia dini, teknik analisis perkembangan motorik motorik anak usia dini serta berbagai strategi dalam mengemas perangkat pengembangan motorik anak usia dini melalui kegiatan menyusun perencanaan dan mengembangkan kegiatan serta media pengembangan motorik anak usia dini. HAKIKAT DAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI a. Pengertian Motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan tubuh. Secara umum, kemampuan motorik terbagi menjadi dua macam, yaitu ketrampilan motorik kasar atau gross motor skills dan ketrampilan motorik halus atau fine motor skills. Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar bagian tubuh. Gerakan motorik kasar memerlukan cukup tenaga dan dilakukan oleh otot- otot besar. Contoh gerakan motorik kasar adalah gerakan berjalan, berlari, melompat dan sebagainya. Sementara motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otototot kecil. Karena itu, gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. Contoh gerakan motorik halus adalah gerakan mengambil sebuah benda dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan, menggunting, menyetir mobil, menulis, menjahit, menggambar dan sebagainya. Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Dalam proses perkembangan anak, motorik kasar berkembang terlebih dahulu dibandingkan motorik halus. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia mampu mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar atau menggunting. Ketrampilan motorik kasar diawali dengan bermain yang merupakan gerakan kasar. Pada usia 3 tahun sesuai dengan tahap perkembangan, anak Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 292
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
umumnya sudah menguasai sebagian besar ketrampilan motorik kasar. Sementara ketrampilan motorik halus baru mulai berkembang, yang diawali dengan kegiatan yang amat sederhana seperti memegang pensil, memegang sendok dan mengaduk. Ketrampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya dari pada ketrampilan motorik kasar karena ketrampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain. Seiring dengan pertambahan usia anak, kepandaian anak akan kemampuan motorik halusnya semakin berkembang dan maju pesat. Kemampuan motorik anak usia 4-6 tahun mempunyai perbedaan dengan orang dewasa dalam hal: (1) cara memegang, (2) cara berjalan dan (3) cara menyepak/menendang. Pada anak cara memegang dilakukan secara asal saja, sedangkan orang dewasa memegang benda dengan cara yang khas agar dapat dipergunakan secara optimal. Ketika orang dewasa berjalan, hanya mempergunakan otot-ototnya yang diperlukan saja sedangkan anak-anak berjalan seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak-gerak. Dalam hal menyepak/menendang, anak-anak menyepak bola diikuti dengan kedua belah tangannya yang turut maju ke depan secara berlebihan. a. Pengertian Aktivitas sehari-hari, baik yang bersifat sederhana maupun yang kompleks, selalu berkaitan dengan gerak. Kegiatan seperti mengerjapkan mata, berjalan, berlari, menuang air, menyusun kepingan puzzle merupakan aktivitas yang berhubungan dengan gerak. Istilah gerak (movement) dalam bahasa Indonesia terkadang digabungkan dengan kata motorik (motor) sehingga terkadang muncul kata-kata “gerakan motorik”. Gallahue (1997: 17-18) menyatakan bahwa istilah motorik (motor) itu sendiri sebenarnya merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang mempengaruhi gerak (movement). Sementara istilah gerak (movement) merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati. Dengan demikian, motorik merupakan kemampuan yang bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh. Perubahan yang terjadi pada anak, ketika mereka bertambah tinggi, sistem syaraf yang semakin kompleks, pertumbuhan tulang dan otot pada intinya mengacu pada perkembangan motorik. Menurut Meggitt (2002: 2), istilah perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik. Perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Dodge (2002: 20) menyatakan bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan fisik anak. Pencapaian kontrol motorik kasar meliputi: memindahkan otot-otot besar dalam tubuh, khususnya lengan dan kaki secara sadar dan berhati-hati. Sedangkan pencapaian kontrol motorik halus mencakup penggunaan dan koordinasi otot kecil pada tangan, pergelangan tangan dengan tangkas. Gallauhe menjelaskan bahwa perkembangan motorik merupakan perubahan perilaku motorik yang terjadi terusmenerus sepanjang siklus kehidupan. Perilaku motorik (motor behavior) dapat diartikan sebagai perubahan pada pembelajaran dan perkembangan motorik dalam mewujudkan faktor pembelajaran dan proses kematangan yang berhubungan dengan performansi motorik. Studi dan penelitian tentang perilaku motorik akan berfokus pada kajian tentang pembelajaran motorik, kontrol motorik dan perkembangan motorik. Proses perkembangan motorik mengikuti suatu pola umum yang terdiri dari tiga arah utama, yaitu: (1) perkembangan dari otot kasar menuju ke otot kecil, (2) pertumbuhan dari kepala ke jari kaki, disebut dengan perkembangan cephalocaudal, (3) perkembangan dari sumbu tubuh menuju ke luar, disebut perkembangan proximoditsal.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 293
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gb 1.1 Pola Perkembangan Motorik (Nilsen, 2004: 83) Perkembangan dari otot besar menuju ke otot kecil mengacu pada penggunaan otot di dalam tubuh. Otot-otot besar (large muscles) meliputi perkembangan di leher, batang tubuh, lengan dan kaki. Sementara otot-otot kecil meliputi jari, tangan, pergelangan tangan. Hal ini dapat dilihat pada kondisi dimana bayi lebih mampu berjalan terlebih dahulu sebelum mereka dapat menjumput bendabenda yang berukuran kecil. Pola perkembangan cephalocaudal berasal dari bahasa Latin, from head to tail. Pada pola perkembangan cephalocaudal, perkembangan struktur dan fungsi tubuh berawal dari kepala, kemudian menuju badan dan akhirnya menyebar menuju ke kaki. Adapun pola perkembangan proximoditsal yang juga berasal dari bahasa Latin yang bermakna dari dekat ke jauh (near to far) menunjukkan bahwa perkembangan bergerak dari yang dekat mengarah ke luar sumbu pusat tubuh dan menyebar ke ujung-ujungnya. Hal ini dapat diamati pada seorang bayi yang mampu membalikkan badannya sebelum tangannya siap untuk menopang berat tubuhnya. Proses tersebut terjadi karena otot-otot yang berada di pusat tubuh berkembang lebih awal sehingga membalikkan badan akan dapat dilakukan oleh anak sebelum mereka dapat duduk. Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks. Perkembangan motorik mencakup dua klasifikasi, yaitu: (1) kemampuan motorik kasar (gross motor skills) dan (2) kemampuan motorik halus (fine motor skills). Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otot-otot besar pada tubuh yang digunakan antara lain untuk berjalan, berlari dan mendaki.Kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross manipulative skills) yang melibatkan satu gerakan anggota badan seperti melempar dan kemampuan manipulasi halus (fine manipulative skills) yang melibatkan penggunaan tangan dan jari secara tepat seperti dalam kegiatan menulis dan menggambar. Terdapat tiga jenis gerakan dasar yang perlu dikembangkan kepada anak, yaitu: gerakan lokomotor, manipulatif dan stabilitas. Gerakan lokomotor mencakup gerakan berjalan, berlari, melompat, meloncat, melompat-lompat, mendaki. Sementara gerakan manipulatif mencakup gerakan melempar, menangkap, menendang, memasukkan. Selanjutnya gerakan stabilisasi mencakup mengayun, berguling, membalikkan badan dan berjalan di atas papan titian. Catron menjelaskan bahwa perkembangan motorik meliputi empat domain, yaitu: (1) koordinasi mata – tangan/ mata-kaki, (2) kemampuan lokomotor, (3) kemampuan non lokomotor, (4) pengendalian dan pengaturan tubuh. Keempat domain tersebut perlu dikembangkan sejak dini. Koordinasi mata tangan perlu distimulasi agar anak dapat mempelajari Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 294
kemampuan manipulasi objek, kemampuan memproyeksi objek (melempar, menangkap dan memukul), kemampuan motorik halus (mencoret-coret, menggambar dan menulis), serta kemampuan megikuti jejak secara visual. Kemampuan lokomotor perlu dikembangkan dengan tujuan membantu anak mengembangkan kemampuan menggunakan otot-otot besar untuk berpindah (menggunakan semua anggota tubuh) secara horizontal dan proykesi tubuh seperti melompat, meloncat, berlari cepat, berjingkrak dan meluncur. Kemampuan non lokomotor perlu dikembangkan dengan tujuan untuk membantu anak melatih kemampuan berpindah (dengan sebagian atau semua anggota tubuh) dan manipulasi seperti gerakan menarik, mengangkat, memutar, mengulurkan tangan, berguling, melipat dan membungkuk.Kemampuan pengendalian dan pengaturan tubuh perlu distimulasi dengan tujuan agar anak mampu mengatur kemampuan motorik setiap hari dan membantu anak mempelajari keseimbangan dan kesadaran temporal, ketangkasan dan koordinasi (berkaitan dengan kemampuan berhenti, memulai dan berpindah) serta mempelajari persepsi tubuh dan ruang.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Fungsi Lima Pusat Kontrol Otak Masa lima tahun pertama (lahir-5tahun) adalah masa emas bagi perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan motorik yaitu otak, syaraf dan otot. Ketika motorik bekerja, ketiga unsur tersebut melaksanakan masing-masing peranannya secara interasi positif, artinya unsur- unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Jadi ketiga unsur tersebut saling bekerja sama sehingga terbentuk suatu gerakan yang bertujuan, misalnya berbicara, berjalan, berlalri, menulis menggambar dan sebagainya. Proses perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Ketrampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak, sesederhana apapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi otaklah, sebagai bagian dari susunan syaraf pusat yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental. Dengan kata lain aktivitas anak terjadi di bawah control otak, secara simultan (berkesinambungan) otak terus mengolah informasi yang diterimanya. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol akan mendiktekan setiap gerakan anak. Secara lebih jelas dapat dilihat pada bagan yang menggambarkan fungsi lima pusat kontrol di otak tersebut berikut ini : Tabel 20. Fungsi Lima Pusat Kontrol di Otak Otak dan Pusat Kontrol Syaraf Cerebral Cortex (Otak Besar) Basal Ganglia
Cerebellum (otak Kecil) Batang Otak
Jaringan Syaraf
Fungsi Merupakan pusat kontrol, yang menerima dan memproses informasi penginderaan. Kumpulan sel syaraf di dalam sistem syaraf pusat yang menyebabkan gerakan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Bagian yang mengatur pergerakan seluruh tubuh dan koordinasi gerakan tubuh. Merupakan bagian yang menghubungkan otak dengan jaringan syaraf, memiliki fungsi menyeleksi informasi dan membiarkan otak bereaksi sesuai kebutuhan. Merupakan jalur transmisi bagi pesan-pesan yang dating menuju otak.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 295
Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau ketrampilan motorik anak. Disamping ketrampilan motorik, otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individu lainnya, ketrampilan intelektual, emosional, sosial, moral dan kepribadian. Pertumbuhan otak yang normal dan sehat berpengaruh positif bagi perkembangan aspek-aspek lainnya. Apabila pertumbuhan dan perkembangan otak tidak normal cenderung akan menghambat perkembangan keseluruhan aspek-aspek tersebut.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Fungsi Perkembangan Motorik Adapun Hurlock menjelaskan bahwa keterampilan motorik dapat dikategorikan ke dalam empat bidang, yaitu: (1) keterampilan bantu diri, (2) keterampilan bantu sosial, (3) keterampilan bermain dan (4) keterampilan sekolah. Keterampilan bantu diri atau self help skills merupakan keterampilan yang berkaitan dengan keterampilan yang diperlukan oleh anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari (activity daily living), seperti: menggunakan sendok dan garpu untuk makan, mengancingkan baju, dan menalikan sepatu. Keterampilan bantu sosial merupakan keterampilan yang dipergunakan oleh anak sebagai upaya agar dirinya dapat diterima oleh lingkungan keluarga, teman sebaya dan masyarakat, seperti: membereskan pekerjaan di rumah dan sekolah. Keterampilan bermain merupakan beragam keterampilan yang dipelajari oleh anak ketika dirinya bergabung dalam kelompok teman sepermainan sebagai usaha untuk dapat diterima dan menghibur dirinya sendiri, seperti: bermain layang-layang, menggambar, menggunakan alat-alat permainan lainnya. Keterampilan sekolah berkaitan dengan keterampilan yang harus dikuasai oleh anak agar dirinya mampu mengerjakan sejumlah tugas yang bersifat akademis, seperti: menulis, menggunting, dan melukis. Penguasaan yang baik terhadap keterampilan sekolah akan sangat membantu anak dalam mencapai prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi yang bersifat akademis maupun non akademis. d. Klasifikasi/Tingkatan Kemampuan Motorik Benyamin Bloom menyatakan bahwa rentangan penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai kepada gerakan yang lancer dan luwes. Dave (1970) memperjelasnya dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik ke dalam lima kategori mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai pada tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut: 1) Imitation (Peniruan) Peniruan yaitu suatu ketrampilan untuk menirukan sesuatu gerakan yang telah dilihat, didengar atau dialaminya. Jadi kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, dimana ia mulai memberi respon serupa dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna. Contoh gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan gambar jadi tentang suatu gerakan dan menirukan langkah tari. 2) Manipulation (Penggunaan Konsep) Suatu ketrampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan (gerakan). Ketrampilan manipulasi ini menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi penampilan gerakan anak menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru tingkah laku saja. Contohnya adalah menjalankan mesin, menggergaji, melakukan gerakan senam kesegaran jasmani yang didemontrasikan. 3) Precition (Ketelitian) Suatu ketrampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Ketrampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit. Ketrampilan ini selain membutuhkan kecermatan juga proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilannya. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. Contoh gerakan ini adalah gerakan mengendarai/menyetir mobil dengan terampil, berjalan di atas papan titian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 296
4) Articulation (Perangkaian) Suatu ketrampilan untuk merangkaikan bermacam-macam gerakan secara berkesinambungan. Gerakan artikulasi ini menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh ketrampilan gerakan ini adalah mengetik dengan ketepatan dan kecepatan tertentu, menulis, menjahit. 5) Naturalization (Kewajaran/Pengalamiahan) Suatu ketrampilan untuk melakukan gerakan secara wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun psikis. Gerakan ini biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukkan keluwesannya. Misalnya memainkan bola dengan mahir, menampilkan gaya yang benar dalam berenang, mendemonstrasikan suatu gerakan, pantomim dan sebagainya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Dave, Anita Harrow membagi tingkatan keterampilan motorik menjadi 5 jenis gerakan, yaitu: 1) Gerakan refleks, yaitu tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus. Contoh: Merentangkan, melenturkan badan, menyesuaikan postur tubuh menurut keadaan. 2) Gerakan dasar, yaitu pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan campuran gerak refleks dan gerakan yang lebih kompleks. Contoh : Menggenggam, mencengkram, mencekal, menyambar. 3) Gerakan tanggap perseptual. Merupakan penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Hasil belajarnya dapat berupa kewaspadaan berdasarkan perhitungan dan kecermatan. Contoh : Bermain tali, menangkap, menyepak. 4) Kegiatan fisik, yaitu kegiatan yang memerlukan kekuatan-kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan dan kekuatan suara. Contoh : Semua kegiatan fisik yang memerlukan usaha dalam jangkauan panjang dan berat, pengerahan otot, gerakan sendi yang cepat. 5) Komunikasi tidak berwacana. Merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan tubuh merentang dari ekspresi mimik muka sampai gerakan koreografi yang rumit. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak Usia Dini Perkembangan motorik seorang anak tidak selalu berjalan dengan sempurna. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor tersebut: 1) Sifat dasar genetik Faktor ini merupakan faktor internal yang berasal dari dalam diri anak dan merupakan sifat bawaan dari orangtua anak. Faktor ini ditandai dengan beberapa kemiripan fisik dan gerak tubuh anak dengan salah satu anggota keluarganya, apakah ayah, ibu kakek, nenek atau keluarga lainnya. Sebagai contoh anak yang memiliki bentuk tubuh tinggi kurus seperti ayahnya, padahal sang anak sangat suka makan (dianggap dapat membuat anak menjadi gemuk) tetapi kenyataannya anak tidak menjadi gemuk. 2) Kondisi pra lahir ibu Ketika anak berada dalam kandungan, pertumbuhan fisiknya sangat tergantung pada suplai gizi yang diperolehnya dari ibunya. Jika kondisi fisik seorang ibu yang sedang mengandung terganggu karena kurang gizi, maka anak yang dikandungnya pun akan mengalami pertumbuhan fisik yang tidak sempurna. Contohnya ibu hamil yang kekurangan asam folat akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan otak dan cacat pada janin. 3) Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan faktor internal atau faktor di luar diri anak. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif dapat menghambat perkembangan motorik anak, dimana anak kurang mendapatkan keleluasaan dalam bergerak dan melakukan latihan-latihan. Misalnya ruangan bermain yang terlalu sempit, sedangkan jumlah anak banyak, akan mengakibatkan anak bergerak cepat dan sangat terbatas bentuk gerakan yang dilakukannya. 4) Kesehatan & gizi Kesehatan dan gizi anak sangat berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan motorik anak, mengingat bahwa anak berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan pertambah volume dan fungsi tubuh anak. Dalam pertumbuhan fisik/motorik yang pesat ini anak membutuhkan gizi yang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 297
5)
6)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7)
8)
cukup untuk membentuk sel-sel tubuh dan jaringan tubuhnya yang baru. Kesehatan anak yang terganggu karena sakit akan memperlambat pertumbuhan/perkembangan fisiknya dan akan merusak sel-sel serta jaringan tubuh anak. IQ Kecerdasan intelektual turut mempengaruhi perkembangan motorik anak. Kecerdasan intelektual yang ditandai dengan tinggi rendahnya skor IQ secara tidak langsung membuktikan tingkat perkembangan otak anak dan perkembangan otak anak sangat mempengaruhi kemampuan gerakan yang dapat dilakukan oleh anak, mengingat bahwa salah satu fungsi bagian otak adalah mengatur dan mengendalikan gerakan yang dilakukan anak. Sekecil apaun gerakan yang dilakukan anak, merupakan hasil kerjasama antara 3 unsur yaitu otak, urat saraf dan otot, yang berinteraksi secara positif. Adanya stimulasi, dorongan dan kesempatan Perkembangan motorik anak sangat tergantung pada seberapa banyak stimulasi dan dorongan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena otot-otot anak baik otot halus maupun kasar belum mencapai kematangan. Gerakan otot yang dilakukan anak masih sangat kasar. Dengan latihan-latihan yang cukup akan membantu anak untuk mengendalikan gerakan ototnya sehingga mencapai kondisi motoris yang sempurna yang ditandainya dengan gerakan yang lancar dan luwes. Pola asuh Ada tiga pola asuh yang dilakukan oleh orangtua yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Pola asuh otoriter cenderung tidak memberikan kebebasan kepada anak, dimana anak dianggap sebagai robot yang harus taat pada semua aturan dan perintah yang diberikan. Sedangkan Pola asuh permisif sangat berlawanan dengan otoriter, yaitu orangtua cenderung akan memberikan kebebasan tanpa batas pada anak dan cenderung membiarkan anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan sendirinya tanpa dukungan orangtua. Pola asuh yang terbaik adalah demokratis dimana orangtua akan memberikan kebebasan yang terarah artinya orang tua memberikan arahan, bimbingan dan stimulasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, jadi orang tua berusaha memberdayakan anak. Ketiga pola asuh ini tentunya akan menentukan suasana kehidupan yang akan dialami anak dalam kesehariannya dan tentu saja akan sangat mempengaruhi proses perkembangannya diantarannya perkembangan motorik. Cacat fisik Kondisi cacat fisik yang dialami oleh anak akan mempengaruhi kemampuan gerak anak. Kecacatan ini akan menghambat kelancaran dan keluwesan anak dalam bergerak. Contoh sederhana seorang anak yang mengalami cacat tuna netra cenderung terlihat kaku dalam bergerak, atau anak yang mengalami kelumpuhan mengalami gangguan dalam keseimbangan badan.
f. Strategi Pengembangan Aspek Perkembangan Motorik Anak Usia Dini 1) Prinsip - Prinsip Pengembangan Untuk mengembangkan motorik anak usia dini secara optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut : a) Berikan kebebasan ekspresi pada anak. Ekspresi adalah proses pengungkapan perasaan dan jiwa secara jujur dan langsung dari dalam diri anak. b) Lakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk kreatif. Kreativitas merupakan kemampuan mencipta sesuatu yang baru yang bersifat orisinil/ asli dari dirinya sendiri. Kreativitas erat kaitannya dengan fantasi (daya khayal), karena itu anak perlu diaktifkan dengan cara membangkitkan tanggapan melalui pengamatan dan pengalamannnya sendiri. c) Berikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media. Ketika melakukan kegiatan motorik halus, anak menggunakan berbagai macam media/alat dan bahan, oleh karena itu perlu kiranya anak mendapatkan contoh dan menguasai berbagai cara menggunakan alat alat tersebut, sehingga anak merasa yakin akan kemampuannya dan tidak mengalami kegagalan. Latihan menggunakan alat ini dapat dilakukan dengan berbagai gerakan sederhana misalnya bermain jari (finger plays). d) Pupuk keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak. Hindari komentar negatif ketika melihat hasil karya motorik halus Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 298
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
anak, begitu pula kata-kata yang membatasi berupa larangan atau petunjuk yang terlalu banyak serta labeling kepada anak. Hal-hal tersebut dapat menyebabklan anak berkecil hati, kurang percaya diri dan frustasi dengan kemampuannya. Berikan motivasi dengan kata-kata positif, pujian, dorongan dan reward lainnya sehingga anak termotivasi untuk terus menungkatakan kemampuannnya. e) Bimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan anak. Dalam perkembangan anak terdapat karakteristik perkembangan yang berbeda-beda untuk tiap usia. Karena itu perlu kiranya memperhatikan apa dan bagaimana bimbingan dan stimulai yang dapat diberikan kepada anak sesuai dengan usia perkembangan anak. f) Berikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenangkan pada anak. Anak akan melakukan kegiatan dengan seoptimal mungkin jika ia berada dalam kondisi psikologis yang baik, yaitu dalam suasana yang menyenangkan hatinya tanpa ada tekanan. Karena itu ciptakan suasana yang memberikan kenyamanan psiklogis da anak dalam berkarya motorik halus. g) Lakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan. Dalam mengembangkan kegiatan motorik halus orang dewasa perlu memberikan perhatian yang memadai pada anak, hal ini untuk memberikan dorongan pada anak dan sekaligus menghidari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertengkaran memperebutkan alat berkarya, atau kegagalan membuat karya atau bahkan kecelakaan ketika anak tidak berhati-hati mengguanakan alat, seperti gunting. 2) Teknik Pengembangan Dalam melaksanakan pengembangan motorik anak usia dini, ada tiga teknik pelaksanaan yang dapat dilakukan guru yaitu pelaksanaan terpimpin, pelaksanaan setengan terpimpin dan pelaksanaan bebas. Berikut ini akan dipaparkan ketiga teknik pelaksanaan tersebut secara lebih rinci. a) Pelaksanaan Terpimpin Pelaksanaan terpimpin adalah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dibawah bimbingan guru atau atas bimbingan guru untuk menghasilkan keterampilan motorik halus yang sudah ditentukan. Pelaksanaan ini terdiri dari 3 macam cara yaitu : · Klasikal Setiap anak dalam kelas melakukan bentuk kegiatan yang sama yang telah ditentukan guru secara individual. · Kerja Kelompok Kecil Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil (5-7 anak perkelompok). Setiap kelompok mengerjakan tugas/kegiatan yang berbeda-beda, yang satu dengan lainnya tidak ada hubungan. · Kerja Kelompok Besar Guru memberikan satu tugas besar kegiatan motorik halus, yang dikerjakan bersamasama dengan cara kelas dibagi dalam beberapa kelompok besar (10-20 anak perkelompok), masing-tugas saling berhubungan. b) Pelaksanaan Setengah Terpimpin Prinsip pelaksanaan setengah terpimpin adalah “bebas tapi terikat”, artinya anak bebas dalam memilih kegiatan dan cara melaksanakan tugas dengan caranya sendiri, tetapi terikat kepada tugas yang sudah dipilih untuk dikerjakan sampai selesai. c) Pelaksanaan Bebas Pada teknik ini anak melakukan kegiatan-kegiatan motorik halus dengan berbagai media kreatif menurut minat masing-masing secara bebas, anak boleh memilih alat/bahannya sendiri, memilih tempat melakukannya serta memilih bentuk-bentuk kegiatan yang disukainya. Keterangan: Ketiga teknik pelaksanaan tersebut tidak dilaksanakan secara mutlak, tetapi disesuaikan dengan kemampuan anak, waktu pelaksanaan, jenis tugas yang diberikan serta metode pembelajaran yang diterapkan. Pada saat awal pembelajaran biasanya guru menerapkan teknik pelaksanaan kegiatan terpimpin dan setengah terpimpin, dengan tujuan mengkondisikan dan membantu anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru ditemuinya. Setelah itu (karena anak sudah mengetahui kegiatan motorik yang telah dilaksanakan sebelumnya), maka guru dapat menerapkan teknik pelaksanaan bebas. Dalam hal ini, guru hanya berperan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 299
sebagai fasilitator dan memberikan kebebasan anak berkreasi untuk menumbuhkan minat dan inisiatifnya c.
Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi. Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang diungkapkan Petterson (1996)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
During middle childhood, the body and brain undergo important growth changes, leading to better motor coordinator, greater strength and more skilfull problem-solving. Health and nutrition play an important part in these biological developments. Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
The period of from desease. before school Zealand child
middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably free The average child suffers fewer bouts of illness than during the years entry, and the risk of death for a contemporary Australian or New is lower than at any earlier or later period during the life span.
(Petterson, 1996). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua: 1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga. 2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan bendabenda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002) Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak lakilaki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 300
Teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
“…….to develop motor skill, infants must perceive something in the environment that motivates them to act and use their perceptions to fine-tune their movement. Motor skills represent solutions to the infant’s goal.”
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem. c. Batasan Keterampilan Motorik Halus Keterampilan motorik halus (fine motor skills) merupakan gerakan yang dilakukan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tidak memerlukan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat seperti koordinasi mata, tangan dan telinga. Kontrol motorik halus pada tahap yang paling awal masih berupa genggaman yang bersifat refleks. Gerakan ini kemudian akan menjadi lebih terkoordinasi dan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia dan pengalaman. Pada umumnya, anak akan menunjukkan kemajuan perilaku kontrol motorik halus sederhana pada usia 4-6 tahun, kemudian akan semakin meningkat pada usia 5-12 tahun yang dicirikan dengan meningkatnya keterampilan motorik halus secara signifikan di bagian pergelangan tangannya. d. Keterampilan yang berkaitan dengan Motorik Halus Keterampilan motorik halus mencakup tidak hanya koordinasi mata dan tangan. Keterampilan ini mencakup keterampilan lainnya, yaitu: (1) kekuatan otot, (2) postur/posisi tubuh, (3) tekanan otot, (4) kemampuan menggenggam berbagai ukuran dan bentuk, (5) koordinasi tangan dan mata, (6) kecepatan manipulatif, (7) kelancaran lengan ketika memindahkan, (8) pengendalian kekuatan, (9) kecepatan manipulatif, (10) kestabilan tangan, (11) kepekaan kinestetis, (12) kecermatan dalam menggenggam, dan (13) pelepasan genggaman. Penjelasan secara terperinci setiap keterampilan tercantum dalam bagan berikut ini: Kemampuan menggenggam berbagai ukuran dan bentuk Koordinasi mata dan tangan(eye-hand
coordination)
Kelancaran lengan ketika memindahkan
(fluency of arm transport)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kemampuan memperkirakan, persepsi dan control tentang ukuran dan bentuk dengan menggegam Ketepatan koordinasi mata dan tangan dalam melihat dan mengerjakan sesuatu dengan tangan. Pergerakan tubuh antara bahu, tangan, tungkai dan jari –jari lancar dan ketepatan menggerakkan tubuh sesuai dengan tugas yang diminta.
P a g e | 301
Pengendalian kekuatan (force control)
Kemampuan mengendalikan kekuatan yang digunakan dalam kegiatan manipulatif
Kecepatan manipulatif (manipulation speed)
Pengendalian terhadap kecepatan gerakan (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat)
Kestabilan tangan(hand steadiness)
Kestabilan gerakan tangan (mengurangi gemetar)
Kepekaan kinestetik (kinesthetic sensitivity)
Umpan balik dari otot, sendi, kulit dan tendon/urat daging yang digunakan untuk membantu dalam memperhalus gerakan Kemampuan memilih dan menggerakkan jari yang digunakan untuk tugas tertentu secara tepat . Kemampuan untuk mengambil dan memanipulasi objek; melibatkan penggunaan ibu jari dan telunjuk dan seringkali jari tengah. Kecepatan dan ketepatan dalam melepas benda dari genggaman.
Pemisahan jari-jari (finger isolation) Kecermatan
grip)
dalam
menggenggam
(precision
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pelepasan genggaman (grip release)
e. Perkembangan Motorik Halus Masa prasekolah merupakan masa yang paling bagus untuk mengembangkan sejumlah keterampilan motorik halus. Pada usia ini, seiring dengan semakin matangnya organ motorik maka gerakan yang dilakukan oleh anak juga mengalami peningkatan yang pesat. Hurlock mengatakan bahwa usia prasekolah merupakan masa yang paling ideal untuk mengembangkan keterampilan karena pada usia ini: (1) tubuh anak lebih lentur, (2) anak belum memiliki banyak tanggung jawab, (3) anak bersedia mengulangi tindakan sehingga sangat memungkinkan mereka untuk banyak mencoba, (4) anak lebih berani mencoba, dan (5) anak belum memiliki banyak keterampilan. Nilsen mendeskripsikan perkembangan fisik, baik motorik kasar dan motorik halus, dalam piramida terbalik berikut ini:
Olahraga-kaitan dengan gerak (Sport)
Fundamental 5 tahun
Motorik Kasar, Gerakan Lokomotor Lebih halus dan stabil Mengelak Bermain voli Menangkap Memantulkan bola Memukul Menendang Melempar sampai di atas kepala Lompat tali Seimbang berjalan di papan titian Mengayuh pedal Berlari dengan terkontrol Berjingkrak Memanjat Melompat-lompat
Belum sempurna (Rudimentary) 2 tahun
Mulai berlari cepat Meloncat Melompat Berlari Berjalan
Refleks (Reflexive) 1 tahun
Menjelajah Menarik Duduk Merambat Merangkak
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Motorik Halus, Gerakan Manipulatif Kontrol menulis lebih baik Menulis sambung Menalikan tali sepatu
Menyisir rambut Memotong makanan dengan pisau Membuka resleting Memotong dg satu tangan Memegang alat tulis dg jari Memegang gunting dg 2 tangan Puzzle: jumlahnya meningkat, ukurannya makin kecil Mengancingkan baju Belajar memegang alat tulis Memasang resleting Melepaskan terkontrol Menggenggam terkontrol Melepas baju Melepaskan Menggenggam Menjepit Menjangkau Merenggut Refleks Menggenggam
P a g e | 302
Adapun Woolfson (2006) mendeskripsikan bagaimana keterampilan yang dapat dicapai oleh anak usia prasekolah dan bagaimana perlakuan yang seharusnya diterima anak dari orang-orang yang bertanggung jawab dalam tabel berikut ini: Usia
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3 – 3.5 tahun
3.5 – 4 tahun
f.
Keterampilan Jika berkonsentrasi dengan4 sungguh3 sungguh, anak dapat memegang benda kecil dengan tangan yang 3 mantap dan menggerakkannya dengan cukup tepat tanpa ½ menjatuhkan dari genggamannya. Anak lebih mahir menggunakan t gunting, sebagian karena ukuran a jari-jari dan tangannya yang h bertambah besar tetapi juga karena u genggamannya lebih matang. n Mengenakan kancing dan membukanya kembali. Anak ingin melakukan sendiri berbagai hal dan bersedia bekerja keras untuk tugas ini.
Keterampilan menggambar 3 mengalami kemajuan demikian pesat sehingga anak dapat meniru secara akurat banyak garis dasar yang menjadi bagian dari huruf tertulis, walaupun anak belum dapat membentuk huruf dengan lengkap Koordinasi mata-tangan bertambah baik sehingga dapat menggunakan alat makan di masing-masing tangan. Anak menyukai aktivitas menantang yang menggunakan koordinasi tangan-mata dan siap mencobanya berkali-kali sampai sukses Pemahaman anak sudah mengalami kemajuan ditambah dengan pengendalian tangannya yang lebih baik berarti bahwa dia ingin menulis namanya asalkan anak mempunyai contoh tulisan untuk ditiru. Anak mulai berminat mengerjakan kegiatan rutin sehari-hari, seperti membasuh tangan, makan sendiri. Kendali anak atas pensil lebih matang. Memotong dan menggunting menjadi lebih baik dan akurat
Apa yang Dilakukan Letakkan setumpuk balok kayu di depannya dan mintalah anak untuk menyusunnya, yang satu di atas yang lain. Anak mungkin berhasil menjaga keseimbangan delapan atau Sembilan buah balok dengan cara ini sebelum akhirnya menaranya tumbang. Anak senang berlatih sampai berhasil melakukannya. Berikan gunting untuk anak dan biarkan anak memasukkan sendiri jari-jari tangannya. Setlah anak mengatakan bahwa dia dapat menggenggam dengan nyaman, berikan secarik kertas tebal berukuran besar kepadanya untuk digunting. Anak sekarang mampu menggunakan gunting memotong sepanjang kertas. Masukkan kancing baju ke dalam lubangnya (semakin besar ukuran kancing semakin baik). ½ Berikan pensil kepada anak untuk berlatih meniru gambar lingkaran, - garis lurus vertical, garis lurus horizontal, dan garis bergelombang 4 yang tidak terputus-putus. Tunjukkan kepadanya bagaimana garis-garis ini t dapat disatukan dengan berbagai cara a untuk membuat pola menarik yang h bervariasi. u Tentukan saat anak harus n menggunakan peralatan makan. Berikan segenggam manic-manik kayu warna warni yang tengahnya mempunyai lubang. Minta anak untuk membuat kalung dengan memasukkan beberapa ke dalam benang. Tunjukkan kepada anak saat kita menulis namanya dengan ukuran huruf yang besar dan jelas. Minta anak untuk berlatih mengikuti tulisan tersebut di bawahnya. Dorong anak agar mandiri dalam kebersihan diri sendiri dan kebersihan di lingkungan sekitarnya. Sediakan berbagai peralatan seperti cat, kapur tulis, krayon, pensil untuk melatih keterampilan menulis. Berikan sehelai kertas dan minta anak untuk membagi dua dan kembangkan dengan menggunting bagian sisanya menjadi dua.
Asesmen Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Teknik asesmen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pencapaian perkembangan motorik halus anak adalah dengan checklist perkembangan. Checklist perkembangan merupakan daftar sejumlah criteria yang telah ditetapkan sebelumnya untuk merekam hasil obervasi. Dengan checklist perkembangan, kita akan mengetahui rangkaian perkembangan yang ditunjukkan oleh anak.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 303
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berikut ini adalah contoh checklist perkembangan keterampilan prasekolah (Gober dalam Nilsen, 2004): Nama Anak : Usia : Indikator Terobservasi Perkembangan Motorik Halus Usia 3 tahun Meniru membuat lingkaran Memanipulasi plastisin, puzzle, gunting Membangun sesuatu Mulai memasang resleting, mengancingkan baju Usia 4 tahun Menggambar, melukis, menggunakan gunting Mandi sendiri Koordinasi mata tangan mulai berkembang Usia 5 tahun Merawat diri sendiri (menalikan tali sepatu, mengancingkan baju) Menggunting dengan akurat Memegang pensil dan gunting dengan tepat Dominasi tangan, kanan atau kiri Menggunakan lem dengan benar dan mudah Usia 6-8 tahun Menulis huruf dan angka dengan baik Menggambar orang dengan pakaian dan bagian-bagian tubuhnya
motorik
halus
anak
Tidak terobservasi
Contoh checklist untuk anak prasekolah (3-6 tahun) dapat juga berupa tanda cek seperti contoh berikut ini (Coughin, 2000): Nama Anak : Usia Anak : Jenis Kelamin : Guru : Indikator
Tidak teramati
Tahap Awal
Berkem bang
Konsisten
1. Menunjukkan kontrol Menunjukkan kecenderungan penggunaan tangan (kanan atau kiri) Mengambil dan menjumput benda dengan mudah Memegang alat tulis, gunting dengan pegangan yang benar 2. Menggunakan gerakan terkoordinasi Menunjukkan koordinasi mata tangan (memasukkan benang ke lubang jarum) Memasangkan dan mencocokkan kembali kepingan benda kecil Menutup resleting dan mengancingkan baju Memotong menurut garis Menggambar atau menulis dengan terkontrol
3. Latihan a. Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk sekolah hingga pulang sekolah! b. Rekam dan catatlah perkembangan motorik halus anak secara detail menggunakan berbagai teknik asesmen! Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 304
c. Buatlah laporan perkembangan anak secara lengkap mencakup aspek dan indicator perkembangan motorik halus, komentar dan kesimpulan, dan tindak lanjut/stimulasi! g. Strategi Pengembangan Motorik Halus Ada 4 strategi yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan kegiatan pengembangan motorik, yaitu : STRATEGI 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Anak bekerja dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 - 5 anak. Setiap kelompok memiliki sebuah tugas khusus yang harus di hasilkan pada sentra tertentu. Pada 3 – 5 menit terakhir, anak berputar ke sentra yang lain. Guru memiliki kesempatan untuk memberikan penguatan dan arahan kepada anak dalam mengerjakan tugas tersebut, atau dapat membantu jika ada kesalahan yang dilakukan anak. Hal ini dilakukan kepada semua kelompok. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa kegiatan finger play atau pengembangan keterampilan visual motor (koordinasi mata dan tangan). STRATEGI 2 Strategi I ditujukan untuk anak-anak yang berada dalam kelompok-kelompok yang cukup banyak. Untuk strategi 2, di setiap sentra memiliki 2 macam aktivitas yaitu A dan B, dimana masing-masing menggunakan konsep yang serupa. Misalnya sebuah tugas bimanual (2 cara pengerjaan). Di setiap sentra kedua aktivitas telah digandakan sesuai dengan jumlah anak dalam kelompok. Sebagian anggota kelompok menyelesaikan tugas aktivitas sentra A (2 - 3 menit), ketika yang lainnya menyelesaikan aktivitas sentra B. Kelompok - kelompok tersebut kemudian berputar kegiatan pada sentra tersebut dan setelah menyelesaikan tugas/aktivitas kedua, berputar ke sentra lainnya. Keuntungan dari strategi ini adalah anak tidak perlu menetap pada suatu aktivitas dalam waktu yang lama. Untuk anak yang masih kecil - terutama anak yang berkesulitan konsentrasi- hal ini akan sangat bermanfaat. Sebagaimana strategi I, anak-anak harus menyelesaikan tugas yang yang telah ditentukan. STRATEGI 3 Strategi ini dapat dilakukan anak yang dibagi menjadi 4 - 5 perkelompok , dimana setiap kelompok bekerja pada sebuah sentra untuk semua sesion pembelajaran. Setiap sentra menyediakan berbagai aktivitas untuk area pengembangan/pengendalian motorik halus. Karena banyaknya aktivitas yang dilakukan maka strategi ini bersifat lebih produktif, sehingga dapat kita rekomendasikan bahwa orangtua atau anak yang lebih besar dapat menjadi tutor pada sentra-sentra tersebut. Sebagai contoh, Kelompok 1 bekerja dengan pensil dan kertas; Kelompok 2 bekerja membuat model/ benda tiruan; Kelompok 3 bekerja dengan arena fine-motor manipulation (kegiatan motorik halus dengan mengubah-ubah); Kelompok 4 kegiatan permainan dan jual beli; dan Kelompok 5 kegiatan bermain bebas terstruktur.. Kelompok yang melakukan perputaran hanya satu yaitu Kelompok 3. Pada sesi berikutnya, kelompok akan tinggal di tempat yang sama dan bekerja di sentra yang berbeda. Oleh karena itu, anak diperbolehkan selama 2 - 4 minggu menyelesaikan perputaran (kegiatan pada sentra) tergantung pada berapa sesi dalam tiap minggu yang dapat dicapai. STRATEGI 4
Tempatkan anak ke dalam beberapa kelompok sehingga anak anak menghabiskan waktu 3 - 5 menit pada setiap aktivitas. Satu atau dua sentra memiliki ciri ‘teacher directed’ dan yang lainnya memiliki ciri melibatkan kegiatan bermain bebas terstruktur. Anak menjadi lebih bertanggung jawab untuk merancang kegiatan. (Jika orangtua bertindak sebagai asisten, dapat menggunakan 2 buah sentra yang berciri ‘teacher directed”) Berbagai Strategi untuk Pengayaan Gerakan Motorik Secara Kelompok atau Individual: Kegiatan latihan otot jari tangan dan keterampilan visual motor dilaksanakan dengan pemanasan dan penutupan kegiatan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 305
CONCEPT APPROACH Aktivitas berbeda-beda tetapi berfokus pada satu konsep. Anak berputar pada beberapa kegiatan selama 3 - 5 menit. Strategi ini sangat baik bagi anak yang memiliki kesulitan yang serupa.
TABLOID APPROACH
Berbagai aktivitas yang berbeda dari berbagai area pengembangan /pengendalia motorik halus yang berbeda pula disiapkan untuk anak. Artinya, anak akan latihan beberapa aktivitas yang mereka sudah siap melakukannya, mereka akan melakukan dengan baik karena aktivitas tersebut telah mereka alami dan ketahui kesulitannya.
STRUCTURED FREE PLAY
Strategi ini memberikan kesempatan bagi anak untuk menghabiskan waktu bereksperimen dengan berbagai bahan yang berbeda, menggunakan metode yang berbeda pula dalam berkarya. Umpan balik dalam teknik masih perlu diberikan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Evaluasi 1) Lakukan kegiatan classroom observation untuk mendapatkan gambaran perkembangan motorik anak usia dini berdasarkan rentangan usia: a. Infant (0 - 1 tahun) b. Toodler (1 - 3 tahun) c. Kindergarten (3 - 4 tahun) d. Pre School (4 - 6 tahun) e. Primary School ( 6 - 8 tahun) 2) Diskusikanlah hasil observasi anda dan buatlah analisis perkembangan motorik anak usia dini tersebut. 3) Susunlah sebuah perencanaan dan perangkat pengembangan perkembangan motorik anak usia dini yang mencakup kegiatan dan media pengembangan motorik anak usia dini. 4. Daftar Pustaka Bredekamp, Sue (Editor), DAP in Early Childhood Programs Serving Children from Birth through Age 8, Washington DC: NAEYC. Bronson, Martha B., The Right Stuff for Children Birth to 8: Selecting Play Material to Support Development, NAEYC, Washington, DC, 1995. Hurlock, Elizabeth., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1998. Landy, Joanne M., dan Burridge, Keith R., Fine Motor Skills & Handwriting Activities for Young Children, West Nyack, NY 10994, The Center For Applied Research, 1999. Woolfson, Richard C, Bayi Yang Cerdas, Memahami dan merangsang perkembangan anak Anda, Batam Centre: Karisma Publishing Group, 2001. Woolfson, Richard C, Balita Yang Cerdas, Memahami dan menstimuli perkembangan anak Anda, Batam Centre : Karisma Publishing Group, 2001. Woolfson, Richard C, Anak Yang Cerdas, Memahami dan merangsang perkembangan anak Anda, Batam Centre : Karisma Publishing Group, 2001 C. Pembelajaran Bahasa Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran materi pembelajaran bahasa anak usia dini ini adalah a. Peserta PLPG mampu menguasai konsep dasar pembelajaran bahasa anak usia dini b. Peserta PLPG mampu mengembangkan kemampuan menyimak anak usia dini c. Peserta PLPG mampu mengembangkan kemampuan berbicara anak usia dini d. Peserta Peserta PLPG mampu mengembangkan kemampuan membaca anak usia dini e. Peserta PLPG mampu mengembangkan kemampuan menulis anak usia dini 2. Isi/Paparan Materi Pendahuluan Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Seorang anak akan mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Melalui berbahasa, komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 306
sehingga anak dapat membangun hubungan. Tidak heran bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu system tanda, baik lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan system komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal. Bahasa dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang. Bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dan memotivasi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PEMBELAJARAN BAHASA ANAK USIA DINI a. Landasan Teori Pemerolehan Bahasa Teori-teori yang digunakan untuk pengembangan bahasa bagi anak usia dini adalah 1) Teori Behaviorist dari Skinner a) Teori behaviorist Teori ini mendefinisikan pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku. Para behaviorist mempercayai bahwa manusia dibentuk oleh lingkungan eksternalnya. Jadi kita perlu mengubah lingkungan pembelajaran agar dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku yang positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi, karena pemberian penguatan secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku anak. b) Aktivitas pemerolehan bahasa yang mengimplementasikan teori Behavioristist Pendidik perlu memberikan penguatan dalam bentuk pujian atau hadiah terhadap bicara anak walaupun belum lancar atau jelas pengucapannya. Hal ini akan mendorong anak untuk mau berbicara dengan siapapun. Guru menyiapkan kondisi kelas atau sekolah yang mendorong perkembangan bahasa anak. Misalnya agar anak menyukai bacaan, pendidik menyediakan buku-buku bacaan yang sesuai dengan usia anak dimana saja di sudut –sudut sekolah. Anak menyenangi tulisan, pendidik menyediakan alat-alat tulis (pensil, spidol, krayon, arang, dll) dan kertas (bisa kertas baru atau bekas). Dengan kondisi yang kita siapkan tersebut dapat mendorong anak memperoleh kemampuan bahasa. 2) Teori Nativist dari Chomsky a) Teori Nativist Mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkat kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Teori ini mengatakan bahwa meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa ( Language Acquisition Devise /LAD). b) Aktivitas pemerolehan bahasa yang mengimplementasikan teori Nativist Pendidik tidak memaksa kehendak pada anak, bahwa anak memiliki kemampuan. Mereka bukan makhluk Tuhan yang kosong tetapi makhluk yang sudah memiliki potensi tinggal dikembangkan. Peran pendidik adalah menjadi model, memfasilitasi dan memotivasi. 3) Teori Constructive dari Piaget, Vygotsky, Gardner a) Teori Constructive Perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Dengan berinteraksi dengan orang lain, maka pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia- usia tertentu, tetapi melalui interaksi social, anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. b) Aktivitas pemerolehan bahasa yang mengimplementasikan teori Contructive Anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan. Sementara anak melakukan kegiatan, anak perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi. Jika anak mengalami kesulitan, peran orang dewasa yang tepat akan membantu anak memecahkan persoalan sehingga anak dapat belajar sesuatu dari peristiwa tersebut. Karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 307
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini b. Isi/Paparan Materi 1) Konsep Dasar Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Kita semua menyadari bahwa bahasa merupakan suatu hal yang penting. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap anak karena merupakan mahkluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan sesamanya. Anak selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Melalui berbahasa, komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik sehingga anak dapat membangun hubungan. Tidak heran bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Dengan adanya bahasa, satu individu dengan individu lain akan saling terhubungkan melalui proses berbahasa. Badudu (1989) mendefiniskan bahasa sebagai alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya. Sementara Bromley (1992) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. Pengembangan keterampilan berbahasa pada anak usia dini mencakup empat aspek, yaitu: berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif karena anak dituntut untuk menghasilkan bahasa. Sebaliknya, keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif karena anak lebih banyak menyerap bahasa yang dihasilkan oleh orang lain. Keterkaitan antara keempat aspek keterampilan ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Menurut teori nativisme, terdapat keterkaitan antara faktor biologis dan perkembangan bahasa. Pada saat lahir, anak telah memiliki seperangkat kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Teori ini menjelaskan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara kemampuan intelegensi dan pengalaman pribadi anak. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Hal ini dkarenakan anak memiliki alat penguasaan bahasa (language acquisition device) dan mampu mendeteksi kategori bahasa tertentu. Selanjutnya, teori behavioristik lebih mengedepankan peran perlakukan lingkungan setelah anak dilahirkan. Ketika dilahirkan, anak tidak memiliki kemampuan apapun. Belajar bahasa harus dengan pengkondisian lingkungan, proses imitasi dan diberikan penguatan. Dengan demikian, pengkondisian lingkungan menjadi sebuah faktor yang sangat kritis karena lingkunganlah yang perlu memberikan pengaturan pada stimulus dan konsekuensi yang
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 308
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
ditimbulkannya. Jika stimulasi bahasa yang diberikan kepada anak baik maka konsekuensi atau hasil yang akan didapatkan oleh anak juga akan baik. Berbeda dengan kedua teori sebelumnya, teori konstruktivisme memandang bahwa ketika anak memperlajari bahasa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya: peran aktif anak terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa. Melalui proses interaksi dengan orang lain, maka pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Keterampilan berbahasa pada anak usia dini berkembang sangat cepat. Dalam fase kehidupan anak usia dini yaitu rentang usia 0-8 tahun, bahasa digunakan dengan cara yang semakin baik seiring dari hari ke hari. Hal ini sebagian terjadi karena anak memahami aturan bahasa dengan lebih baik, sebagian karena kosakatanya bertambah banyak, dan sebagian karena keterampilan belajarnya lebih baik. Anak mulai menggunakan bahasa bukan hanya untuk mengkomunikasikan kebutuhannya sendiri, tetapi juga untuk mendengarkan perasaan dan pandangan orang lain. Kalimatnya menjadi lebih panjang, dengan struktur tata bahasa yang lebih canggih, dan juga mengandung lebih banyak arti. Seorang anak berusia 5 tahun pada umumnya dapat memberikan kontribusi yang baik pada percakapan apapun dengan anak-anak lain dan orang dewasa. Keterampilan berbahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif dan kompetensi sosial anak. Menurut Howard, Shaughnessy (et.al) dalam Jalongo (2007) dijelaskan bahwa anak yang belajar berbicara dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain cenderung lebih berkembang dalam kemampuan keaksaraan dan belajar beragam pengalaman. Sebaliknya, anak yang gagal dalam perkembangan keterampilan berbahasa sesuai usianya memiliki resiko dalam kehidupan sosialnya, bermasalah dalam keterampilan membaca, dan kesulitan akademik lainnya di sekolah. Menurut Neuman (2000), beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh guru dan orang dewasa dalam pengembangan bahasa anak antara lain: a) Berbicaralah (dua arah – ada interaksi timbal balik) dengan anak, libatkan anak dalam percakapan sehari-hari. b) Berbicara dua arah kepada anak tidak sama dengan orang dewasa berbicara dan anak lebih banyak menyimak apa yang orang dewasa katakan. Dalam berbciara dua arah, kita meminta anak untuk ikut serta terlibat dalam percakapan. Anak memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban, menanggapi pembicaraan, menunjukkan ketidaksetujuan, dsb. Melalui pengalaman seperti ini, anak akan belajar kosa kata baru dan berbicara dalam berbagai konteks yang sangat penting bagi anak dalam memperluas pengalamannya dalam berbahasa. c) Bacakan dan ulangi bacaan cerita dengan teks yang dapat diprediksi oleh anak. d) Dengan seringnya kita membacakan buku cerita bagi anak, bukan hanya nilai moral yang dapat kita tanamkan, akan tetapi anak juga akan belajar bahwa tulisan dan gambar yang ada dalam buku cerita sebenarnya memiliki arti. Anak akan belajar memahami sebuah simbol dan memprediksi kelanjutan sebuah cerita. e) Semangati anak untuk menceritakan pengalaman dan mendeskripsikan ide dan kejadian yang penting bagi mereka. f) Anak prasekolah memiliki peningkatan pengalaman yang lebih luas dibandingkan pada masa sebelumnya. Anak tentu akan senang sekali menceritakan pengalaman yang mereka dapatkan sepanjang hari ketika bermain dengan teman-temannya. Kita juga sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan gagasan yang dimilikinya sekaligus untuk memupuk kepercayaan diri mereka. g) Kunjungi perpustakaan secara teratur. h) Mengunjungi perpustakaan secara teratur tidak hanya menumbuhkan kesadaran akan budaya keaksaraan. Akan tetapi anak akan belajar bahwa perpustakaan dapat menjadi tempat utama untuk mempelajari dunia di sekitar mereka dengan membuka banyak buku. Jika memungkinkan, kita dapat meminta orang tua untuk membuat perpustakaan di rumah masing-masing dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. i) Sediakan kesempatan bagi anak untuk menggambar dan mencetak, menggunakan alat-alat menulis. j) Pengalaman ini akan membantu anak mengungkapkan pengalaman pribadinya melalui coretan (tertulis). Berikan pengalaman kepada anak untuk menggunakan peralatan menulis seperti menulis menggunakan pensil, krayon atau spidol sedini mungkin. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 309
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2). Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Banyak hal yang mempengaruhi kebiasaan mendengarkan. Hal yang paling berpengaruh adalah kapasitas meliputi pengaruh kemampuan psikologis kemampuan auditory. Selanjutnya adalah persepsi secara auditori(membedakan suara, mengabung suara, dan menyimpan kedalam ingatan), Berikut merupakan tahapan perkembangan mendengar anak (yang sesuai dan yang mengkuatirkan/red flags). a) Usia 3-4 tahun (1) Mengingat permainan (2) Memahami konsep sederhana (besar/sedikit, hari ini, waktu tidur) (3) Menikmati mendengarkan cerita yang sama yang diulang-ulang (4) Menggabungkan kata-kata dan kalimat dari awal berdiskusi ke diskusi selanjutnya dengan buku yang sama (5) Menunjukan dan memberi mnama hewan-hewan yang berbeda (6) Mampu mamahami dua perintanh secara langsung (contoh :pertama, pakai jaketmu, kemudian pakai topimu) (7) Mencocokan secara khusus suara-suara musik terhadap alat-alat yang menghasilkan sura tersebut (contoh : piano, gitar, drum) (8) Menanggapi secara tapat pertanyaan-pertanyaan selama bercakap (9) Menegakan jari tangan dengan benar dalam menanggapi pertanyaan” berapa umurmu?” (10) Memahami dan memberi definisi obyek yang mereka gunakan (11) Memahami perbandingan sederhana (contoh : besar, lebih besar, paling besar) (12) Memahami pernyataan kondisi (contoh: jika/lalu karena) (13) Memahami “hanya berpura-pura” dengan kenyataannya (14) Mempelajari kata-kata yang berhubungan dengan masa lalu (contoh : kemarin), saat ini (contoh : hari ini) dan akan datang “ contoh : besok” (15) Dapat berbocara secara singkattenatng apa yang dilakukan (16) Berusaha untuk menyamai gaya berbicara orang dewasa. b) Usia 5-6 tahun (1) Dapat mengenali warna dan bentuk dasar (2) Dapat menunjukan pemahaman emngenai hubungan temapat (diatas, dibawah, didekat, disamping) (3) Mampu merasakan perbedaan nada (tinggi/rendah) dan mengerti “tangga nada” (4) Dapat melakukan hal yang membutuhkan petunjuk yang lebih banyak (contoh: ya, kamu boleh pergi, tapi kamu perlu pakai sepatumu”) (5) Mampu menjaga informasi dalam urutan yang benar (contoh : mampu menceritakan kembali sebuah cerita secara terperinci) c). Daftar Perkembangan “Red Flags” untuk preschool/SD awal (1) Anak merasa lebih tidak nyaman ketika berada di lingkunganyang bising atau dudukmenajuh dari pembicara (2) Anak tidak menanggapi pernyataan atau pertanyaan yang terasa tidak menyyeanagkan anak-anak dalam kelompok (contoh : siapa yang ingin membantu memberi makan kelinci?” (3) Anak sering mengatakan “apa?” atau “huh?” (4) Anak cukup mengalami kesulitan untuk mengikuti petunjuk ketika tidak melihat wajah pembicara. DAFTAR PERKEMBANGAN BERBICARA ANAK No. 1.
Usia Lahir -3 bulan
-
2.
4-6 bulan
-
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Proses Berbicara anak membuat suara yang menyenangkan anak akan mengulangi suara yang sama secara berulangulang (seperti ocehan) anak akan menangis dengan cara berbeda untuk menunjukkan kebutuhannya yang berbeda-beda pula (misal : menangis dengan melengking tinggi jika kesakitan) anak akan berceloteh ketika sendirian anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi atau gerakan tubuh) secara berulang ketika bermain anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya
P a g e | 310
3.
7-12 bulan
-
4.
12-24 bulan
-
5.
24-36 bulan
-
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6.
4-6 tahun
-
anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya anak akan melakukan imitasi untuk berbagai jenis bunyi/ suara anak akan berceloteh dengan kata-kata sederhana : “mamam”, “da-da”’ tapi masih belum jelas pengucapannya anak telah dapat menggunakan berbagai bunyi huruf konsonan pada awal kata anak sudah bisa menyusun dua kata. Contoh : mau minum, mama ma’em, dll. Anak dapat bertanya dengan 2 kata sederhana, misal : “mana kucing?”, “itu apa?” Anak bisa bertanya dan mengarahkan perhatian orang dewasa dengan mengatakan nama benda yang dimaksud. Cara anak berbicara sudah dapat dipahami secara keseluruhan Anak sudah dapat menghafal kata-kata untuk keseharian Anak memahami tata bahasa secara sederhana, misal “aku mau naik sepeda” Anak sudah bisa menggunakan kata secara lebih rumit Misal : “Ibu, aku lebih suka baju yang berwarna merah. Yang hijau tidak bagus.”
Daftar kemampuan mendengar dan berbicara pada anak usia prasekolah diharapkan pendidik dapat menggunakan daftar tersebut dalam membuat perencanaan pembelajaran. Kegiatan yang akan dirancang dalam perencanaan pembelajaran harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak secara individu. 4). Tahapan Perkembangan Menulis dan Membaca (1). Tahapan Perkembangan Menulis Anak Usia Dini a) Scribble stage (tahap mencoret atau membuat goresan) Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat-alat tulisan. Anak mulai belajar bahasa tulisan. Biasanya dilakukan di dinding, kertas atau apa saja yang dianggapnya dapat ditulis. Orang tua dan guru pada tahap mencoret dapat menjadi model dan menyediakan bahan untuk menulis seperti cat, buku, kertas dan krayon. Orang tua b) Linear repetitive stage (Tahap pengulangan secara linear) Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal. Tulisan yang dihasilkan anak seperti membuat gambar rumput. Orangtua dan guru memberi kegiatan yang berkaitan dengan tulisan, misalnya bermain peran di restoran, dimana seorang pramusaji menuliskan menu yang akan dipesan oleh pelanggan, atau seorang dokter yang akan menulis resep obat. Kegiatan tersebut akan membantu anak untuk menyenangi menulis. Biasanya anak akan ingat kata apa saja yang ditulis walaupun bentuk tulisannya seperti rumput. c) Random letter stage (Tahap Menulis secara random) Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan walaupun huruf yang muncul masih acak. Pada tahap ini orangtua dan guru dapat memberi kegiatan menceritakan gambar yang dibuat oleh anak. Kegiatan ini membantu anak untuk menuangkan ide pada gambar menjadi tulisan walaupun kata yang muncul tidak utuh (hurufnya acak), contoh: anak ingin menulis kata ” aku pergi ke taman safari” tetapi yang muncul ”aku pgi k tmn sfri”. d) Letter Name writing or phonetic writing Stage (tahap menulis tulisan nama) Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Sebagai contoh, anak menulis kata “dua” dengan “duwa”, “pergi” dengan “pegi”, “sekolah” dengan “skola”. Pada tahap ini anak menulis sesuai dengan apa yang ia dengar.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 311
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Tahapan Perkembangan Membaca Anak Usia Dini a) Tahap Magical Stage (Tahap fantasi) Anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berfikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikkan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. b) Self Concept Stage (Tahap Pembentukan Konsep Diri Membaca Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan c) Bridging Reading Stage (Tahap Membaca Gambar ) Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad d) Take Off Reader Stage (Tahap Pengenalan Bacaan) Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteksnya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu,pasta gigi atau papan iklan e) Independent Reader Stages (Tahap Membaca Lancar) Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas, menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. Usia Lahir-3 bulan
4-6 bulan
7-12 bulan
12-24 bulan
Proses Mendengar/ Memahami bayi terbangun ketika mendengar suara yang keras (biasanya reaksinya adalah menangis) bayi mendengar orang lain berbicara dengan cara memperhatikan orang yang berbicara bayi tersenyum ketika diajak bicara bayi mengenali suara pengasuhnya dan menjadi berhenti menangis ketika diajak ngobrol
anak sudah dapat merespon nada suara (lembut ataupun keras) anak akan melihat sekeliling untuk mencari sumber bunyi (contoh : bunyi bel, telepon atau benda jatuh) anak akan memperhatikan bunyi yang dihasilkan dari mainannya (misal : memukul-mukul mainan ke lantai)
anak menyukai permainan „ciluk-ba‟ anak akan mendengarkan ketika diajak berbicara anak mengenali kata-kata yang sering ia dengar, misal : susu, mama, dll.
anak sudah dapat memahami perintah dan pertanyaan sederhana, contoh : “mana bolanya?”, “ambil bonekanya” anak akan menunjuk benda yang dimaksud ketika ditanyai
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Proses Berbicara anak membuat suara yang menyenangkan anak akan mengulangi suara yang sama secara berulang-ulang (seperti ocehan) anak akan menanagis dengan cara berbeda untuk menunjukkan kebutuhannya yang berbeda-beda pula (misal : menangis dengan melengking tinggi jika kesakitan) anak akan berceloteh ketika sendirian anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi atau gerakan tubuh) secara berulang ketika bermain anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya anak akan melakukan imitasi untuk berbagai jenis bunyi/ suara anak akan berceloteh anak telah dapat menggunakan berbagai bunyi huruf konsonan pada awal kata anak sudah bisa menyusun dua kata. Contoh : mau minum, mama ma‟em, dll.
P a g e | 312
24-36 bulan
4-6 tahun
anak dapat menunjuk beberapa gambar dalam buku ketika ditanyai
Anak bisa memahami dua perintah sekaligus (contoh : “ambil bolanya dan ditaruh di kursi”) Anak sudah dapat memperhatikan dan memahami berbagai sumber bunyi (misal : suara TV, pintu ditutup, dll) Anak telah memahami perbedaan makna dari berbagai konsep, misal : “jalan-berhenti”, “di dalam-di luar”, “besar-kecil”, dll)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Anak dapat bertanya dengan 2 kata sederhana, misal : “mana kucing?”, “itu apa?” Anak bisa bertanya dan mengarahkan perhatian orang dewasa dengan mengatakan nama benda yang dimaksud. Cara anak berbicara sudah dapat dipahami secara keseluruhan Anak sudah dapat menghafal kata-kata untuk keseharian Anak memahami tata bahasa secara sederhana, misal “aku mau naik sepeda” Anak sudah bisa menggunakan kata secara lebih rumit misal: “Ibu, aku lebih suka baju yang berwarna merah. Yang hijau tidak bagus.”
1. Latihan a. Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk sekolah hingga pulang sekolah! b. Rekam dan catatlah perkembangan bahasa anak secara detail menggunakan berbagai teknik asesmen! c. Buatlah laporan perkembangan anak secara lengkap mencakup aspek dan indicator perkembangan bahasa, komentar dan kesimpulan, dan tindak lanjut/stimulasi! d. Pembelajaran Bahasa Anak Usia Dini 1) Prinsip Pembelajaran Bahasa Prinsip pembelajaran bahasa untuk anak usia dini adalah interaksi aktif. Ada tiga hal penting yang menjadi sumber pembelajaran bahasa bagi anak di kelas, yaitu : 1) Anak Anak perlu dirangsang untuk dapat saling bercakap-cakap satu dengan yang lainnya. Dengan interaksi aktif antar anak, maka bahasa anak akan berkembang dengan cepat. Karena itu di lembaga PAUD perlu menggabungkan anak dari berbagai usia. Harapannya adalah anak yang lebih tua dapat mencontohkan bahasa yang lebih kaya kepada anak yang lebih muda, demikian sebaliknya anak yang lebih muda akan banyak belajar dari anak yang lebih tua. 2) Orang dewasa (tutor/pendidik) Orang dewasa yang hanya diam di dalam kelas kurang mendukung perkembangan bahasa anak. Segala sesuatu yang dilakukan anak dapat diperkuat oleh pendidik dengan ucapanucapan yang menggali kemampuan berpikir anak lebih tinggi yang tentunya akan terucap melalui percakapannya dengan pendidik. Pendidik menggali dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka sehingga anak dapat berpikir aktif. Karena itu perlu pendidik yang aktif akan memberikan pengalaman pada anak dalam menggunakan bahasa yang tepat. Pendidik juga perlu mengucapkan kalimat dengan bahasa yang benar. Jika orang dewasa memberikan contoh kata-kata yang keliru, maka anak akan meniru kata-kata tersebut. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang dewasa untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa anak, antara lain: a) Pembelajaran bahasa bagi anak-anak menjadi mudah apabila mereka memiliki lingkungan dan stimulasi yang tepat. b) Bayi belajar dan mendapat ide untuk “bicara” dari mendengar orang-orang disekitarnya bercakap-cakap. c) Anak siap belajar untuk membuat suara dari bahasa yang ia pelajari. Bila seorang anak hidup dalam lingkungan dimana dua bahasa dipakai maka ia akan dapat membunyikan suara kedua bahasa tersebut. d) Pertama-tama kita harus menjadi pendengar yang baik. Bicaralah sebanyak mungkin dengan bayi dan mencoba membuat percakapan pribadi dengan mereka. Usahakan agar anak melihat bahasa tubuh anda.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 313
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e) Biarkan anak memahami perkataan dan perasaan kita dengan cara mencocokkan apa yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan atau yang kita katakan dengan ekspresi wajah kita. f) Sangatlah penting untuk mengaitkan antara perkembangan bahasa dengan perkembangan lingkungan dan sosial anak-anak. Kurikulum seharusnya diletakkan pada kerangka budaya. g) Belajar membaca dan menulis akan terserap jauh lebih cepat dan efektif oleh anak-anak yang sudah memiliki latar belakang pemahaman dan kemampuan verbal. h) Untuk menambah kosa-kata anak, pendidik harus menggunakan kata-kata tersebut secara ekspresif. Penggunaan kosa-kata baru sebaiknya dilakukan berulangkali. Dan kata-kata tersebut hendaknya bermakna dan menyentuh perasaan anak-anak sehingga tidak mudah dilupakan. 3) Lingkungan Lingkungan tempat anak itu berada juga harus merupakan lingkungan yang aktif, yaitu lingkungan yang kaya dengan bahasa. Orang dewasa bisa meletakkan banyak kata di lingkungan bermain anak. Di mana-mana anak dapat melihat tulisan sehingga menolong anak dalam mempelajari keaksaraan. Pendidik yang aktif akan membawa lingkungan di luar anak yang kaya dengan bahasa ke dalam pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada di dalam pikiran anak ke luar melalui bahasa yang diucapkan anak. Dengan demikian pengetahuan anak akan terus bertambah. b. Kegiatan Membaca dan Menulis 1) Persiapan untuk membaca: a) Bagaimana cara membalik halaman, dari kiri ke kanan, membalik ke depan kembali) b) Istilah-istilah buku (halaman, cover, pengarang, gambar cetakan) c) Persamaan dan perbedaan antara penyebutan dan bahasa dengan tulisan. d) Dasar elemen cerita (tempat, karakter, alur cerita) e) Bagaimana bertanya dan menjawab pertanyaan. Saat mengevaluasi ilustrasi yang ada pada buku anak, lihatlah ilustrasi yang “dapat dimengerti, merangsang emosional dan respon emosional yang besar, dapat melatih imajinasi pembaca. Dalam buku bergambar, harus ada salah satu dari kelima elemen (garis, warna, tekstur, bentuk, dan penyusunan atau komposisi) untuk melengkapi cerita. Ajari anak untuk melihat ilustrasi sebagai bagian dari pengalaman mereka dalam membaca buku cerita. Salah satu tantangan dalam menggunakan kesusastraan adalah mencocokan buku dengan anak atau kelompok anak. Dibawah ini ada tips memilih buku untuk anak yang merujuk pada perkembangan karakteristik anak. 2) Tips memilih buku yang tepat untuk anak usia dini. a) 0-2 tahun Pengembangan karakteristik: menjelajahi dunia lewat sensorik input dan aktivitas motorik (Piaget); berhubungan dengan permasalahan membangun basic trust (Erikson); mempesona dengan kebiasaan baik/buruk dan pemberian hadiah/sanksi (Kohlberg). Buku yang tepat: Buku yang mudah didapat, awet, tidak asing, berwarnawarni, interaktif. b) 2-4 tahun. Pengembangan karakteristik: melanjutkan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan memperoleh konsep dasar; umur dimana garis antara fantasi dan kenyataan tidak tergambar dengan jelas (Piaget); berhubungan dengan permasalahan kemerdekaan hak dan kenyataan diri (Erikson); umumnya ingin menyenangkan orang lain (Kohlberg). Buku yang tepat: Buku yang ringkas, dan mempunyai alur cerita yang sederhana dengan akhir yang menyenangkan; irama, persamaan bunyi, pengulangan; dan prilaku baik/buruk. c) 4-7 tahun. Pengembangan karakteristik: menampilkan operasi mental dasar (Piaget); berhubungan dengan masalah memperoleh kompetensi dan keahlian baru yang dapat mengarahkan penyelesaian (Erikson); melihat perilaku yang menyesuaikan dengan ekspetasi peran perempuan/laki-laki. Buku yang tepat: Buku yang mempunyai imajinasi dan fantasi dan komedi; juga buku dongeng, buku yang berisi informasi. d) 7-9 tahun. Pengembangan karakteristik: mulai mengerti waktu; mulai menguasai ide-ide abstrak lainnya dan membangun sosial (pendapat) (Piaget); mulai mandiri (Erikson); mulai Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 314
meneliti tentang aturan, hukum, dan mulai menghormati wewenang yang yang sudah tersusun dalam masyarakat (Kohlberg). Buku yang tepat: Buku yang memiliki fantasi yang tinggi dan petualangan dan dapat menjelajahi waktu lampau dan masa depan. Menari dengan misteri, memecahkan masalah dan mengidentifikasi karakter. Menikmati non fiksi, biografi dan petualangan. 3.Evaluasi a. Buatlah perencanaan pembelajaran bahasa untuk anak usia 3 sampai 6 tahun. b. Buatlah media pembelajaran bahasa yang sesuai dengan perencanaan yang anda buat. c. Persiapan draf pengaturan kelas yang akan disediakan untuk anak sesuai dengan perencanaan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Daftar Pustaka Brewer, Jo Ann, Introduction To Early Childhood Education, Allyn and Bacon : Boston, 2006 Bromley, Karen D’Angelo., Language Arts: Exploring Connections 2nd Ed, Allyn & Bacon:Boston, 1992 Gestwicki, Carol., Developmentally Appropriate Practice Curriculum and Development in Early Education 3rd Ed, Thomson Delmar : New York, 2007 Gordon, Ann Miles & kathryn W. Browne, Beginnings & Beyond Foundations in Early Childhood Education, Thomson Delmar : New York, 2004 Hohmann, Mary & David P. Weikart, Educating Young Children, High Scope : Michigan, 1995 Jalonggo, Mary Renck, Early Childhood Language Arts 4th Ed, Pearson Education : Boston, 2007 Morrison, George S, Early Childhood Education Today, Pearson Prentice Hall : New Jersey, 2007 Roopnarine, Jaipul L. & James E. Johnson, Approaches to EarlyChildhood Education 4th Ed, New Jersey : Pearson Prentice Hall, 2005 Sonawat, Reeta ang Jasmine M. Francis, Language Development for Preschool Children, Mumbay : Multi Tech Publishing, 2007 Warner, Laverne & Judith Sower., Educating Young Children, Boston : Pearson Education, 2005 Weaver, Constance., Understanding Whole Language, Irwin Publishing : Toronto, 1990 D. Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti workshop, diharapkan PLPG mampu: 2. Memahami karakteristik perkembangan social emosi anak usia dini 3. Memahami tahapan perkembangan social emosi anak usia dini 4. Memahami berbagai aspek perkembangan anak yang perlu distimulasi 5. Memahami peran pendidik dalam pengembangan kemampuan sosial dan emosi anak 6. Mengetahui peran lingkungan, termasuk pengaruh sosial dan budaya dalam pengembangan kemampuan sosial dan emosi anak 2. Isi/Paparan Materi b. Latar Belakang Masa usia dini adalah periode penting yang memberikan pengalaman awal dalam rentang kehidupan manusia. Pengalaman awal yang diperoleh anak pada masa tersebut akan mempengaruhi sikap, perasaan, pikiran dan perilaku anak pada tahap selanjutnya. Pelatihan dan pengkondisian yang diberikan pada anak secara berkelanjutan akan membantu anak mencapai berbagai tugas perkembangannya secara optimal. Salah satu tugas perkembangan yang perlu dimiliki anak adalah ketrampilan dalam berinteraksi dengan lingkungan serta kemampuan mengekspresikan emosi secara positif dan wajar. Hal ini terkandung dalam kompetensi pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO yang menyatakan bahwa pendidikan adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan kecakapan hidup (life skills), kecakapan untuk bertindak (to do), kecakapan untuk hidup (to be), kecakapan belajar (to learn), dan kecakapan hidup bersama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan kecakapan akademik kognitif saja, melainkan kecakapan afektif (emosi, sosial, spiritual) dan psikomotorik. Untuk memperoleh ketrampilan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama bagi anak yang berperan penting dalam mengembangkan sikap dan perilaku anak agar sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat. Lingkungan sekolah juga memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana sebagian aktivitas anak dilakukan di sekolah dengan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 315
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
bimbingan pendidik/guru. Kerjasama yang terjalin antara pihak keluarga dan pihak sekolah akan memberikan pengaruh positif bagi kemajuan perkembangan anak. Dengan bimbingan pendidik yaitu orang tua dan guru, anak akan berkembang optimal dan dapat menghadapi berbagai tantangan di lingkungan. Masa usia dini adalah periode terbaik bagi anak untuk belajar mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengekspresikan emosi secara positif. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan keterlibatan pendidik , dalam hal ini guru untuk memfasilitasi anak dalam belajar proses sosial. Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan materi tentang pengembangan sosial dan emosi anak pada modul ini dapat menambah wawasan guru tentang tahapan perkembangan emosi dan sosial pada anak dalam ragka membimbing anak untuk mengekspresikan emosi dan beradaptasi sesuai dengan harapan sosial. Para guru juga diharapkan dapat mengembangkan berbagai kegiatan yang dapat memfasilitasi anak mengembangkan ketrampilan sosial dan emosinya. c. Perkembangan Sosial Emosi Anak Perkembangan sosialisasi pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilakunya. Perkembangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan ketrampilan interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang orang di luar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilaku. Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Emosi anak perlu dipahami para guru agar dapat mengarahkan emosi negative menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial. Perkembangan sosial emosional melibatkan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan orang lain. Feeney (et.al) menyatakan bahwa perkembangan sosial emosional mencakup: kompetensi sosial (kemampuan dalam menjalin hubungan dalam kelompok sosial), kemampuan sosial (perilaku yang digunakan dalam situasi sosial), kognisi sosial (pemahaman terhadap pemahaman, tujuan, dan perilaku diri sendiri dan orangl lain), perilaku prososial (kesediaan untuk berbagi, membantu, bekerjasama, merasa nyaman dan aman, dan mendukung orang lain) serta penguasaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas (perkembangan dalam menentukan standar baik dan buruk, kemampuan untuk mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan orang lain). Perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak tidak terlepas dengan kondisi emosi dan kemampuan anak merespon lingkungannya di usia sebelumnya. Bayi yang mendapat pengasuhan dan perawatan secara baik dimana kebutuhannya secara fisik dan psikologis terpenuhi, akan merasa nyaman dan membentuk rasa percaya terhadap lingkungan sekitarnya.Sebaliknya, bayi yang tidak terpenuhi kebutuhannya, dimana mendapatkan penolakan dari orang tua atau pengasuhnya, akan mengembangkan rasa cemas dan membentuk rasa ketidakpercayaan dengan lingkungan sekitarnya pula. Dengan demikian, mereka memiliki potensi mengalami masalah kesehatan secara fisik dan mental di tahap kehidupannya. Erikson menyatakan bahwa individu, termasuk anak, tidak hanya mengembangkan kepribadian yang unik tetapi juga memperoleh ketrampilan dan sikap yang dapat membantunya menjadi aktif dan bermanfaat sebagai bagian dari masyarakat. Erikson juga memberikan penjelasan tentang adanya perkembangan yang bersifat alamiah dan pengaruh budaya. Selain itu perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak juga dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pada usia pra sekolah, anak sudah mulai menyadari bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi. Namun demikian, hal ini bukan berarti anak sudah mampu mengendalikan perasaan atau emosinya saat harapannya tak dapat diperoleh. Kemampuan sosialisasi dan emosi anak akan berkembang seiring dengan penambahan usia dan pengalaman yang diperolehnya. Aspek kognitif juga berperan penting dalam hal ini dimana dengan kematangan di segi kognitif, anak dapat membedakan hal yang baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat. d. Pengertian Sosialisasi Dalam bersosialisasi, anak mengalami suatu proses untuk berperilaku sesuai dengan norma atau adat istiadat di lingkungan sosialnya. Proses sosialisasi pada anak tidak selalu berjalan lancar karena anak memiliki keterbatasan. Seiring dengan bertambahnya usia anak dan meningkat tahap perkembangannya, anak akan belajar bersosialisasi dengan lebih baik. Sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 316
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri. Sosialisasi pada anak merupakan reaksi anak terhadap rangsangan dari dalam diri maupun reaksi anak terhadap situasi di lingkungannya. Sosialisasi merupakan proses dimana anak belajar untuk berperilaku sesuai dengan harapan budaya dimana anak dibesarkan. Sebagaimana Manning menyatakan ‘ socialization is the process by which children learn to behave in acceptable manner, as defined by culture of which the family is apart. Drever mengemukakan pengertian sosialisasi yaitu suatu proses dimana individu beradaptasi dengan lingkungan social dan menjadi dikenali, dan bekerjasama dengan anggota kelompok tersebut. e. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Sosial Ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi yaitu: (1) lingkungan keluarga; (2) lingkungan sekolah; (3) lingkungan kelompok masyarakat; (4) factor dari dalam diri anak . Keluarga adalah lingkungan pertama dalam kehidupan anak. Di dalam keluarga, anak diajrkan dan dibiasakan dengan norma-norma social untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan social. Keutuhan keluarga, pola asuh, status ekonomi , tauladan orang tua akan memberikan kontribusi besar terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi. Lingkungan sekolah juga berpengaruh besar terhadap kemampuan sosialisasi anak, mengingat anak menggunakan sebagian waktunya di sekolah. Di sekolah anak belajar bergaul dan melakukan berbagai aktivitas bersama teman sebaya. Di sekolah pula anak mendapatkan berbagai pengalaman yang mungkin tidak diperoleh di rumah. Lingkungan masyarakat membawa pengaruh besar terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi. Dalam lingkungan masyarakat, anak dibesarkan dan mendapat pengalaman berinteraksi dengan banyak orang. f. Proses Sosialisasi Dalam bersosialisasi, anak membutuhkan keterampilan agar dapat melakukan proses sosialisasi yaitu 1) proses imitasi; 2) proses identifikasi; 3) proses internalisasi. Proses imitasi adalah proses dimana anak belajar meniru perilaku yang dapat diterima secara sosial. Proses imitasi ini dilakukan ketika anak melihat secara langsung perilaku orang lain yang dijadikan contoh/model. Setelah melakukan proses imitasi, anak melakukan proses identifikasi. Proses identifikasi adalah proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak ingin menjadi seperti orang yang dicontoh. Dalam proses identifikasi, anak berusaha berperilaku sesuai dengan orang yang ditirunya. Proses internalisasi adalah proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Dalam proses ini diperlukan pemahaman anak untuk membedakan nilai-nilai sosial yang baik dan buruk. Bandura mengemukakan tahapan/fase yang dilalui individu dalam mengamati perilaku tertentu yaitu: 1) Memperhatikan (attention), 2) Menyimpan (retention), 3) Mereproduksi (reproduction), 4) Motivasi (motivation). Sebagai contoh, anak akan mengamati perilaku orang dewasa melalui tahapan tersebut. Hal ini berarti jika orang dewasa membentak, mengancam, memukul dan sebagainya, maka akan diperhatikan anak, tersimpan dalam memori, dicontoh dan memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama. Sosialisasi melibatkan 3 proses yaitu (1) belajar berperilaku sesuai dengan harapan sosial; (2) bermain sosial sesuai dengan peran yang diharapkan; (3) pengembangan sikap sosial. 1). Arah Perkembangan Imitasi Tidak ada keraguan lagi bahwa peniruan yang bersifat selektif terjadi pada usia 7 atau 8 bulan yang kemudian akan menjadi lebih sering dan kompleks dalam beberapa tahun berikutnya. Bayi berusia 1 tahun meniru gerak siyarat,suara, dan perilaku lain yang dilihat dan didengar, walaupun mungkin mereka lebih meniru perilaku yang dapat mereka lihat sendiri ( misalnya gerakan tangan), disbanding tindakan yang tidak dapat mereka lihat sendiri (misalnya mengeluarkan lidah). Aksi meniru yang terlambat mungkin terjadi sebelum usia 2 tahun. Seorang anak berusia 15 bulan, memandang dengan diam pada ibunya yang sedang memutar telpon,beberapa menit,jam atau minggu kemudian anak itu akan mengulangi tindakan tersebut diatas. Koordinasi motor yang diperlukan akan memutar nomor telepon telah lama ada didalam daftar pikiran anak sebelum tindakan meniru terjadi. Hal serupa terjadi jika seorang anak usia 20 bulan, melihat pada seorang peneliti laboraturium yang meletakan sebuah balok kayu pada sebuah tempat kayu dan berkata,” boneka ini amat lelah dan kita harus meletakkannya ditempat tidur. Selama tidur boneka”. Anak itu gagal meniru sebagian kejadian itu selama 20 menit berikutnya. Tetapi jika ia memasuki ruang yang sama sebulan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 317
kemudian dan melihat mainan yang sama, ia segera akan meletakkan balok kayu itu pada sebuah tempat kayu dan mengatakan,”selamat tidur”. Aksi meniru meningkat frekusensinya antara usia 1 dan 3 tahun, namun kemungkinan meniru suatu tanggapan tertentu tergantung dari jenis perilaku. Jenis perilaku ini ada 3 bentuk , yaitu : a) Meniru sejumlah variasi dari gerakan. Contoh bentuk ini adalah jika ada seorang dewasa menggerakkan sebuah balok sepanjang meja. b) Meniru perilaku social. Misalnya seorang dewasa meletakkan sebuah tirai didepan wajahnya dan mengintip dari samping dua kali. c) Meniru yang membutuhkan koordinasi dua tindakan terpisah di dalam satu deretan gerak motorik. Contohnya adalah orang dewada yang mengangkat sebuah cangkir kuningan dengan sebuah tali dan memukulnya tiga kali dengan tangkai baja.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dari hasil penelitian dengan menggunakan jenis-jenis perilaku tersebut, dapat diketahui bahwa perilaku motorik akan segera ditiru, karena didapat hasil pada anak usia 2 tahun bahwa mereka meniru sebanyak 80 % dari model yang diberikan, dan perilaku social merupakan perilaku selanjutnya yang sering ditiru. Sedangkan peniruan dari deretan yang terkoordinasi jarang terjadi sebelum 18 bulan, namun meningkat antara usia 1,5 dan 2 tahun. Anak – anak melihat model ditelevisi/ film dan contoh yang hidup. Sebelum ulang tahun yang kdeua, anak- anak meniru contoh di televisitidak sesering mecontoh orang dewasa yang hidup, tetapi pada saat menjelang usia 3 tahun mereka sama seringnya meniru kedua contoh tersebut. Penemuan ini menunjukkan bahwa anak mudah meniru sebagian besar perilaku dan mereka mendapatkan keterangan yang diberikan di televise pada usia muda. Dari hasil penelitian para ahli, terdapat beberapa hipotesismengenai faktor-faktor yang menentukan dalam imitasi, yaitu: (1). Pengaruh Ketidakpastian Salah satu pengaruh yang mungkin dalam meniru selama 2 tahun pertama adalah ketidakpastian anak mengenai kemampuannya dalam menjalankan suatu tindakan yang telah disaksikannya. Pengamatan anak-anak menunjukkan bahwa mereka mungkin meniru perilaku yang sedang dalam proses pemahaman mereka. Mereka tampaknya kurang suka meniru tindakan yang telah dikuasainya dan yang terlalu kompleks, sehingga mereka merasa tidak mampu mencobanya. Contoh untuk ini adalah : Seorang wanita yang mengangkat telepon, merupakan contoh menarik bagi anak berusia 15 bulan, tetapi bukan untuk anak yang berusia 6 atau 36 bulan, yaitu usia dimana kemampuan motorik untuk mengangkat sebuah telepon mainan telah ada. Jadi, anak usia 15 bulan merasa kurang pasti akan kemampuannya melakukan tiap tanggapan, tetapi anak yang berusia 6 bulan tidak berharap untuk melakukannya, dan yang berusia 36 bulan (3tahun) merasa pasti dapat melakukannya. Jika seorang anak dalam tahun kedua merasa tidak pasti akan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan yang disaksikannya, maka mereka akan menunjukkan tanda-tanda tertekan, misalnya berhenti bermain, protes dan bergantung pada ibunya, bahkan menangis. Reaksi tertekan ini tidak akan terjadi bila tindakan yang diperlihatkan mudah ditiru atau jauh di bawah kemampuan anak tersebut. (2). Meniru untuk memajukan interaksi sosial Jika seorang bayi meniru orang tuanya, maka orang tuanya sering tersenyum, dan berseru betapa pandai dan cerdas bayinya, dan sebaliknya meniru sang bayi. Tangggapan orang tua dapat memperkuat perilaku meniru seorang bayi. Penguatan social semacam itu meningkatkan kecenderungan umum bayi untuk meniru dan juga mempengaruhi perilaku yang dipilih bayi untuk ditiru. Anak- anak lebih mungkin meniru suatu tindakan yang telah disetujui, misalnya makan dengan sendok, disbanding suatu tanggapan yang tidak diperhatikan misalkan memukul 2 garpu secara serentak. (3) Meniru untuk mempertinggi kemiripan terhadap yang lain Dasar ketiga untuk meniru, timbul pada saat anak memasuki tahun ketigadan mulai lebih meniru orang-orang tertentu disbanding dengan tindakan-tindakan tertentu. Pada ulang tahun kedua, kebanyakan anak sadar bahwa mereka mempunyai kualitas yang membuat mereka lebih mirip ke beberapa orang tertentu di banding ke yang lain ( misalnya seorang anak lakilaki mengenali dirinya dan ayahnya mempunyai cirri-ciri anatomis yang sama). Pengenalan kemirirpan dengan ayahnya dan laki-laki lain, menyebabkan anak itu mengambil kesimplan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 318
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
bahwa ia termasuk suatu kategori yang sama dengan laki- laki lain. Hal serupa terjadi pada anak gadis yang berkesimpulan bahwa mereka termasuk kategori yang sama dengan wanita lain. Pengetahuan ini membangkitkan usaha setiap anak yang aktif dalam mencari kemiripan tambahan dengan orang lain, sebagai usaha menegeskan kedalam jenis kategori apa mereka termasuk. Mereka melakukan hal ini dengan meniru tindakan orang-orang tersebut. (4).Timbulnya emosi sebagai dasar dari meniru Anak – anak akan meniru orang tuanya lebih sering dibading meniru orang lain. Salah satu alasan mungkin disebabkan orang tua merupakan sumber timbulnya emosi yang lebih berkesinambungan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak dibandingkan dengan kebanyakan orang lain. Orang- orang yang mempunyai kekuasaan untuk menimbulkan emosi anak, apakah itu kegembiraan, ketidakpastian, kekuatan atau kemarahan, menerima perhatian anak, dan sebagai hasilnya anak itu mempelajari tindakan mereka secara lebih mendalam dibandingkan dengan orang yang kurang menarik perhatiannya. Proses tanpa terjadi di antara anak-anak yang bermain bersama. Jika pasangan anak-anak usia 2 tahun yang tidak saling kenal bermain bersama. Seringkali terjadi anak yang pasif dan pendiam meniru anak yang labih dominant dengan waspada. Jika anak yang dominant melakukan suatu tindakan yang berada dalam batas kemampuan anak ayang pasif ( misalnya meloncat dari meja) maka anak yang pasif suka meniru tindakan tersebut dalam beberapa menit berikutnya. (5) Meniru untuk mencapai tujuan Meniru dapat merupakan suatu usaha hati nurani seseorang untuk mencapaiu kesengan,kekuasaan, milik, atau sejumlah tujuan lain yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang anak mencoba membangun rumah dengan balok kayu, akan mengamati secara seksama anak atau orang lain yang membangun struktur serupa untuk kemudian menirunya. Anak usia 3 tahun akan meniru perilaku yang menganggu dari anak lain, karena dengan perilaku tersebut ia berhasil mendapatkan mainan yang dinginkannya dari anak lain. Dasar dari meniru ini khususnya timbul setelah tahun ke dua. Kini tepat untuk mengatakan bahwa anak-anak “mempunyai motivasi untuk meniru orang lain”, karena mereka mempunyai gagasan dalam mencapai suatu tujuan melalui tindakan meniru. 2). Arah Perkembangan Identifikasi Sejalan dengan perkembangannya, anak mendapatkan banyak sifap dan pola perilaku yang sama dengan sikap perilaku orang tua mereka. Kadang-kadang persamaan mereka ditunjukkan dalam karakteristik seperti cara berjalan,gerak tangan, serta perubahan lagu suara yang cukup mencolok. Dalam hal demikian anak dikatakan identik dengan ibu atau ayahnya. Kondisi identifikasi berasal dari aliran Psikoanalisa dan memegang memegang peranan penting dalam teori Freud. Dalam teori Psikoanalitik, identifikasi dihubungkan dengan proses tidak disadari yang dilalui seseorang dalam meniru karakteristik ( sikap, pola, perilaku, emosi) orang lain. Anakanak, dengan meniru sikap serta ciri orang tua mereka, akan merasa bahwa mereka telah menyerap sebahagian kekuatan dan persyaratan yang dimiliki orang tuanya. Identitifasi menurut pandangan Psikioanalitik, lebih dari penjiplakan perilaku orang tua; anak itu memberi respon seolah-olah ia adalah ibu atau ayah. Jadi seorang anak perempuan yang mengidentifikasikan dirinya dengan ibunya, merasa bangga jika ibunya menerima penghargaan atau kehormatan seolah-olah ia sendiri yang menerimanya. Melalui proses identifikasi,anak memperolah perilaku yang berbeda-beda yang terlibat dalam perkambangan kontrol diri, pertimbangan yang baik buruk dibentuk dengan cara menggabungkan standar perbuatan orang tua sehingga anak berbuat menurut standar tersebut meskipun pada waktu ibu atau ayah sedang tidak ada, dan anak akan merasa berdosa jika melanggar standar itu. Beberapa ahli psikologi meragukan pandangan psikoanalitik mengenai identifikasi sebagai proses tidak disadari yang menyatu. Mereka menyatakan bahwa tidak semua anak menyamai orang tua mereka dalam semua hal. Sebagai contoh, seorang anak perempuan mungkin akan mencoba menyamai kemampuan bergaul dan rasa humor seperti ibunya., tetapi bukan nilai-nilai moralnya. Para ahli psikologi memandang identifikasi sebagai suatu bentuk kegiatan belajar ; anak-anak menirukan perilaku tertentu dari orang tua mereka, karena mereka diberi ganjaran untuk melakukan itu. Saudara kandung, teman sebaya, guru dan tokoh TV merupakan model lain yang berperan sebagai sumber imitasi atau identifikasi. Menurut pandangan ini, identifikasi merupakan proses yang berkesinambungan pada saat respon baru diperoleh sebagai hasil pengalaman langsung dan tidak langsung bersama orang tua atau model lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 319
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sebagian besar ahli psikologi – tanpa memandang cara mereka mengidentifikasikannya – memandang identifikasi sebagai proses dasar melatih pergaulan anak-anak. Dengan cara menirukan orang penting dalam lingkungan mereka, anak-anak memperoleh sikap dan perilaku yang diharapkan orang dewasa dalam masyarakat mereka. Orang tua, karena merupakan sekutu yang paling awal dan paling bertemu. Merupakan sumber utama identifikasi salah satu orang tua yang jenis kelaminnya sama merupakan model untuk perilaku seks yang dicontoh. Jika pada masa kanak-kanak dahulu anak-anak selalu menemukan setiap perbuatan ibu dan ayahnya, dengan bermain ibu-ibuan atau ayah-ayahan, suka memakai baju dan sepatu ibu serta ayah (melakukan identifikasi terhadap orang tuanya,),maka pada usia prapuber, dan dengan ditemukan AKU-nya, anak berusaha melepaskan identifikasi lama itu. Anak mulai bersikap kritis terhadap orangtuanya, terutama sekali terhadap ibunya. Anak lalu melebih-lebihkan kemampuan sendiri, dan berusaha keras untuk berbeda dengan orang tuanya. Dan sebagai substitusi / pegganti orangtuanya, anak mengadakan identifikasi dengan salah seorang kawan, guru di sekolah, bintang film, tokoh pahlawan, dan seterusnya. Sebab pribadi-pribadi tersebut dianggap sebagai substitusi – identifikasi atau sebagai Aku ideal aku ideal ini dianggap mempunyai sifat-sifat yang unggul dari orang tuanya. Usaha ini ada baiknya, sebab peleketan menyeluruh atau identifikasi total terhadap orang tua bisa menjadi penghalang bagi proses kemandirian anak. Identifikasi ekstrim terhadap salah satu kedua orang tuanya mengakibatkan anak tetap dalam status infantilisme- psikis, dan tidak mampu menjadi dewasa secara penuh. Gejala infantilisme – psikis tersebut sering terdapat pada orang dewasa, sebagai bentuk penlekatan pada figure ibu atau ayahnya tidak bisa di sublimasikan atau diselesaikan selama periode pra purbertas. Selanjutnya selama pra-purbetas ini proses subtitusi identifikasi tadi lebih banyak peniruan, seperti bermain – main saja, dan berganti-ganti bentuknya. Karena itu anak sering berganti teman dang anti “pacar”; dan cintanya berupa cinta monyet. Perbuatan identifikasi ini diharapkan untuk membeikan rasa aman atau rasa kehangatan pada diri anak yang masih labil mentalnya itu. Sebab, sungguhpun anak-anak sudah mengangkat diri sendiri sebagai “ dewasa” , dan merasa lebih besar, lebih pandai atau lebih mengerti dari pada orangtuanya, namun jauh dalam lubuk hatinya masih banyak bersarang perasaan lemah takut dan bimbang ragu. Oleh karena itu dia memberikan rasa aman atau rasa kehangatan pada diri anak yang masih banyak bersarang perasaan lemah takut dan bimbang ragu. Oleh karena itu dia memerlukan seorang duplikat; yaiyu seorang kawan yang keadaannya hamper sama dengan dirinya sebagai “ penyangga”EGO-nya. Agaknya peristiwa memajukan diri- mendua kalikan diri dengan mencari seorang kawan substitusi, untuk menyangga kepribadiannya itu, dianggap perlu, untukmemberikan dukungan moril agar dirinya menjadi lebih kuat. Dapat dipahami kalau anak-anak puer ini memerlukan seseorang untuk dijadikan kawan berbincang dan tempat curahan suka-dukanya , kawan untuk membagikan rasa kecemasan dan permusuhan, untuk ikut memikul semua rahasia dan dambaan hati, rasa dosa dan pedih dan sebagainya. Dengan membagikan/ mencurahkan beban hati serta pikiran yang kompleks itu akan terasa oleh anak bahwa “penderitaannya”bisa terungkit lepas. Banyak kualitas pribadi yang sama sekali bukan tipe menurut jenis kelamin, misalnya antusiasme, rasa humor, keramahtamahan, dan kesatuan karakteristik yang dibagi antara laki-laki dan perempuan. Seorang anak dapat mempelajari karakteristik semacam itu dari salah satu orangtuanya tanpa melanggar kebiasaan peran jenis kelamin. Ketika mahasiswa perguruan tinggi diinterview mengenai persamaan perilaku mereka dengan orang tua mereka dalam hal temperamen dan minat, seperempat dari jumlah laki-laki percaya bahwa mereka menyerupai ibunya dalam hal itu dan jumlah yang sama dipihak perempuan merasa menyerupai bapak mereka, banyak juga yang menyatakan persamaan dengan kedua orang tua mereka (H.Hilgard,1980). Eksperimen yang pernah dilakukan memberi kita beberapa petunjuk mengenai jenis variable yang mempengaruhi identifikasi, diantaranya adalah: 1. Beberapa studi menunjukkan bahwa orang dewasa yang hangat dan mendidik lebih cenderung ditiru daripada mereka yang tidak hangat dan tidak mendidik. Anak laki-laki yang memperoleh skor tinggi dalam tes kejantanan condong memiliki hubungan yang lebih hangat dan lebih penuh kasih sayang dengan ayah mereka dibandingkan dengan anak laki-laki yang memperoleh skor anak perempuan yang dinilai cukup feminim juga memiliki hubungan yang lebih hangat dan inti, dengan ibu mereka daripada anak perempuan yang dinilai kurang feminism (Mussen dan Rutherford, 1963).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 320
2. Kekuasaan orang dewasa dalam mengontrol lingkungan anak juga mempengaruhi kecenderungan terhadap proses identifikasi. Jika pihak ibu dominant, anak perempuan cenderung lebih menyamai ibu daripada bapak, dan anak laki-laki mungkin akan menghadapi kesulitan mengembangkan peran berdasarkan jenis kelamin yang bersifat maskulin. Dalam keluarga dengan dominasi dipihak ayah, anak perempuan lebih menyamai ibunya pada tingkat derajat yang tinggi. Bagi anak perempuan, kehangatan dari kepercayaan diri ibunya nampaknya lebih penting daripada kekuasaannya (Hetherington dan Frankie,1967). 3. Faktor ketiga yang mempengaruhi identifikasi adalah persamaan persepsi antara anak/individu dan model (contoh)nya. Sampai pada taraf dimana seorang anak mempunyai dasar yang obyektif dalam memandang dirinya sama dengan salah seorang tuanya, anak itu akan cenderung menyamakan dirinya dengan ibu atau ayahnya. Seorang anak perempuan yang tinggi dan berangka tubuh besar dengan bagian muka yang sama dengan ayahnya akan menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam menyamakan dirinya dengan ibunya yang perawakannya mungil dibandingkan dengan adik perempuannya yang perawakannya sama dengan ibunya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
g. Tahapan Bermain Sosial 1) Solitary Play (0-2 years): Anak cenderung bermain sendiri. Anak senang bermain dengan orang yang lebih dewasa tetapi kurang berinteraksi dengna teman sebaya 2) Parallel Play (2+ years): Anak mulai duduk bersama dengan teman lain yang sebaya. Namun anak tidak banyak melakukan interaksi satu sama lain. 3) Associative Play (3+ years): Anak menunjukkan ketertarikan pada teman sebaya dan ingin bermain dengan anak lain. Pada tahap ini anak bermain dalam kelompok kecil dan mengikuti arahan guru 4) Group Play (4+ years): anak siap berpartisipasi dan bekerjasama dalam melakukan suatu kegiatan di kelompok kecil. Anak juga sudah siap untuk belajar mengatur dirinya dan bermain secara mandiri 5) Games with Rules (6+ years): anak dapat memahami aturan dalam bermain. Permainan yang bersifat teamwork dan kompetitif baru dapat diberikan setelah tahap ini tercapai. h. Karakteristik Perkembangan Sosial Menurut Erikson, masa kanak-kanak merupakan gambaran awal individu sebagai seorang manusia, dimana pola sikap dan perilaku yang diperoleh anak, akan menjadi peletak dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini, khususnya pada usia 4-5 tahun sangat senang meniru pembicaraan maupun tindakan orang lain. Menurut Erikson, tahapan perkembangan psikososial pada anak pra sekolah adalah tahapan inisiatif /prakarsa versus rasa bersalah . Pada tahap ini anak terlihat aktif dan mulai bermain serta menjalin komunikasi dengan anak-anak lain. Pada tahap ini, anak juga memiliki rasa ingin tahu yang besar dan menunjukkan perhatian terhadap perbedaan jenis kelamin. Ciri-ciri perkembangan sosial menurut Steinberg (1995), Hughes (1995) dan Piaget (1996) adalah: (1) memilih teman yang sejenis; (2) cenderung lebih percaya pada teman sebaya; (3) agresivitas lebih meningkat; (4) senang bergabung dalam kelompok; (5)memahami keberadaan bersama kelompok; (6) berpartisipasi dengan pekerjaan orang dewasa; (7) belajar membina persahabatan dengan orang lain; (8) menunjukkan rasa setia kawan. Ketrampilan sosialisasi yang diharapkan berkembang pada anak adalah kerjasama, bergiliran, inisiatif/kepemimpinan, berbagi, disiplin, partisipasi. i.
Pengertian emosi Emosi berperan penting bagi anak . Pada usia dini, anak telah belajar tentang emosi, walaupun di usia tersebut anak belum dapat menginterpretasi serangkaian emosi negatif yang diekspresikan orang lain. Sebagaimana dinyatakan oleh Sroufe: ‘By the preschool period, children have learned
a great deal about emotion and emotional expression. Although preschoolers are still not very good at interpreting the range of negative emotions that others may express.’ Emosi
menunjukkan kondisi perasaan anak. Anak yang sedang gembira akan menunjukkan emosi dengan cara tertawa atau tersenyum. Anak yang sedang sedih akan menunjukkan emosi dengan menangis atau merengutkan wajah. Berbagai emosi yang diekspresikan anak menunjukkan pada orang lain, apa yang anak rasakan atau anak inginkan pada saat tertentu. Kata ’emosi’ berasal dari bahasa latin yang berarti ’mengeluarkan (to move out), menstimulasi dan memotivasi (to excite). Arti yang sepadan sering digunakan oleh para psikolog yaitu perasaan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 321
(affect, feeling), yang dikontraskan dengan kognisi (cognition) ataupun tindakan (action). Menurut Lindgren, pada dasarnya emosi adalah keadaan antusiasme umum yang diekspresikan dengan perubahan pada perasaan dan kondisi tubuh. ‘Essentially, emotion is a state of generalized excitement that expresses itself in changes in feeling tone and body condition.’ Santrock memandang emosi dari segi psikologis dan gejala yang timbul. Emosi adalah perasaa afeksi yang melibatkan kombinasi stimulasi psikologis (seperti jantung yang berdetak lebih kencang) dan ekspresi perilaku (seperti senyuman atau menyeringai). ‘Emotion as feeling of affect that involves
a mixture of psychological arousal (fast heartbeat) and overt behavior(a smile or grimace).’
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Keinginan memberikan definisi yang komprehensif tentang emosi. Hal itu berkaitan dengan perasaan seseorang saat merasa emosional. Dasar dari emosi adalah kondisi tubuh dan fisiologis . Dengan demikian, emosi akan berpengaruh terhadap persepsi, berpikir dan berperilaku. Emosi dapat diekspresikan melalui bahasa, ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Emosi dapat menjadi pendorong bagi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah reaksi yang meliputi perubahan fisiologis, ekspresi tingkah laku dan perubahan perasaan karena suatu kejadian yang dialami seseorang saat menghadapi situasi tertentu. j. Pola Dasar Emosi Ada tiga pola dasar emosi yang timbul pada anak yaitu takut, marah dan cinta (fear, anger and love). Jenis emosi tersebut menunjukkan respon tertentu yang memungkinkan terjadinya perubahan pada perilaku anak. Emosi dapat berubah bukan hanya disebabkn adanya perubahan perasaan , tapi juga karena kondisi lingkungan yang dialami anak. Hurlock menyatakan ada 3 jenis ekspresi emosi yang umum, yaitu takut, marah dan senang. Rasa takut dapat timbul karena adanya kejadian yang mendadak atau tidak terduga, dimana anak perlu menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. Rasa marah biasa muncul pada anak-anak untuk menarik perhatian orang lain, Rasa senang merupakan bentuk emosi yang menunjukkan kegembiaraan atau keriangan yang dapat siertai dengan ekspresi tawa, senyum sebagai tanda relaksasi tubuh. Ahli psikologi lainnya melihat pola emosi dari segi sumber atau asal emosi itu, yaitu marah, takut dan cinta. Marah terjadi saat anak bergerak menentang sumber frustasi atau masalah. Takut terjadi saat anak bergerak meninggalkan sumber frustasi atau masalah. Sedangkan cinta yaitu dimana anak bergerak menuju ke sumber kesenangan. k. Tipe Emosi Anak Ada berbagai macam emosi yang biasa ditunjukkan pada anak pra sekolah sebagai berikut: 1) Takut adalah perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. Pembiasaan, peniruan dan ingatan anak terhadap pengalaman yang kurang menyenangkan, berkontribusi terhadap munculnya rasa takut terhadap sesuatu. 2) Senang adalah perasaan yang positif dimana anak merasa nyaman karena keinginannya terpenuhi 3) Marah adalah reaksi terhadap situasi frustasi yang dialami, dimana melibatkan perasaan tidak senang atas hambatan yang dihadapi. Anak mengungkapkan rasa marah dengan berbagai cara misalnya menangis, menendang, menggertak, memukul dan sebagainya 4) Ingin tahu adalah keingintahuan anak terhadap hal-hal baru, yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya 5) Sedih adalah perasaan yang muncul saat anak kehilangan atau tidak memperoleh sesuatu yang diharapka. Biasanya ungkapan rasa sedih anak adalah dengan menagnis atau kehilangan minat untuk melakukan sesuatu. 6) Afeksi adalah perasaan anak yang diwujudkan dalam bentuk kasih sayang pada sesuatu, misalnya dengan memeluk, mencium, atau menepuk objek yang disukai l. Manfaat dan Fungsi Emosi Anak Emosi diperlukan anak dalam kehidupan sehari-hari, bahkan emosi semacam marah dan takut sekalipun. Saat anak mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan emosi, anak mendapatkan pengalaman dan bisa merasakan kesenangan dalam kehidupan sehari-hari. Emosi juga mempersiapkan tubuh anak untuk melakukan suatu aktivitas. Semakin intens emosi yang terjadi, maka terjadi ketidakseimbangan dalam tubuh sehingga hal ini dapat mendorong tubuh untuk mempersiapkan tindakan tertentu. Jika persiapan tersebut tidak dibutuhkan, maka akan membuat anak gugup ataupun cemas. Emosi memberikan kekuatan tanda pada social tentang perasaan seseorang. Anak memberikan tanda ini melalui berbagai ekspresi wajah yang dapat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 322
mengkomunikasikan perasaan mereka. Dengan demikian hal itu dapat membantu anak beradaptasi dengan lingkungan, menyebabkan terjadinya physiological arousal, dan memotivasi terjadinya perilaku. m. Emosi sebagai Bentuk Komunikasi Emosi merupakan bentuk dari komunikasi, dimana anak mengekspresikan emosi dengan menunjukkan perubahan pada ekspresi wajah dan perubahan tubuhnya . Anak juga mengkomunikasikan perasaannya pada orang lain dan berusaha menginterpretasi perasaan orang lain terhadap dirinya. Emosi dapat mewarnai kehidupan anak. Cara anak memandang perannya dan posisinya di lingkungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, dipengaruhi oleh kondisi emosi mereka, apakah senang, ingin tahu, malu, takut, agresif, dan sebagainya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
n. Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Berikut ini adalah karakteristik emosi pada anak usia dini: 1) Emosi anak berlangsung singkat 2) Emosi anak bersifat intense 3) Emosi anak bersifat temporer 4) Emosi anak muncul cukup sering 5) Respon emosi anak bermacam-macam 6) Emosi anak dapat dideteksi dengan melihat gejala perilakunya 7) Kekuatan emosi anak dapat berubah 8) Ekspresi emosi anak dapat berubah Menurut Piaget, anak yang berada pada tahap perkembangan kognitif pra operasional (2-7 tahun) ditandai dengan egosentrisme yang kuat, gagasan imajinatif, bertindak berdasarkan pemikiran intuitif atau tidak berdasarkan pemikiran yang rasional. Kroh menyatakan bahwa emosi anak usia 4-5 tahun berada pada masa kegoncangan atau biasa disebut sebagai trotz period. Pada masa ini muncul gejala ‘kenakalan’ yang umum terjadi pada anak, dimana anak menunjukkan sikap menentang pada kehendak orang tua, kadang menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar hal yang dilarang dan sebagainya. Pada usia ini, anak juga tekadang mengalami temper tantrum yaitu letupan kemarahan atau mengamuk. Bentuk perilaku misalnya dengan menangis, menjerit, melempar barang, membuat tubuhnya kaku, memukul, berguling atau tidak mau beranjak ke tempat lain. Temper berarti suatu gaya, sikap atau perilaku yang menunjukkan kemarahan. Tantrum adalah suatu ledakan emosi yang kuat, disertai rasa marah, serangan yang bersifat agresif, menangis, menjerit, melempar, berguling atau menghentakan kaki. Tenper tantrum adalah ungkapan kemarahan anak yang disertai dengan tindakan negative atau destruktif. Temper tantrum terjadi karena anak belum memahami cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi atau mengendalikan diri. Tantrum pada anak dapat menguji batasan apakah pendidik menyatakan atau menerapkan sesuatu secara sungguh-sungguh. Anak akan melihat reaksi atau respon pendidik saat menghadapi tantrum.Di satu sisi, tantrum dapat memungkinkan anak untuk menyatakan kemandiriannya, mengekspresikan individualitasnya, menyuarakan pendapatnya, melepaskan kemarahan/frustasi, melepaskan energi atau emosi yang tertahan dan sebagainya. Di sisi lain, anak perlu dibimbing untuk dapat mengekspresikan kemarahannya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan. Penyebab tantrum antara lain sebagai berikut: (1) frustasi; (2) kelelahan; (3) lapar; (4) sakit; (5) kemarahan; (6) kecemburuan; (7) perubahan dalam rutinitas; (8) tekanan di rumah (misalnya akibat ketidakharmonisan orang tua, pindah rumah, kematian, sakit atau masalah keuangan); (9) tekanan di sekolah; dan (10) rasa tidak nyaman. Dalam penanganan tantrum, pendidik tidak diharapkan untuk menetapkan harapan yang tinggi pada anak sebagaimana standar orang dewasa. Pendidik tidak menafsirkan kemampuan berbicara anak sebagai ketrampilan menalarnya. Hal ini dikarenakan terkadang anak mampu mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka pahami. Langkah-langkah untuk meminimalkan munculnya temper tantrum pada anak : (1) mengenali pola tantrum pada anak. (2) Memberikan kegiatan yang menyenangkan dan positif bagi anak serta dan pujian/hadiah untuk usaha anak; (3) memberi label emosi pada anak; (4)mengajarkan kontrol diri : (5)mengajarkan relaksasi; (6)menentukan batasan yang wajar untuk anak. Respon pendidik saat anak tantrum : (1) memastikan keamanan untuk anak; (2) bersikap tenang dalam menghadapi tantrum: (3) mengabaikan tantrum jika itu dimaksudkan untuk mencari perhatian; (4) membendung kekacauan; (5) memaafkan dan melupakan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 323
Borden menjelaskan, bahwa di usia pra sekolah (5-6 tahun), karakteristik perkembangan emosi anak antara lain adalah sebagai berikut: 1) Memiliki keinginan untuk menyenangkan hati teman 2) Sudah lebih mampu mengikuti aturan 3) Sudah lebih mandiri di satu sisi, namun juga menunjukkan ketergantungan di sisi lain 4) Sudah lebih mampu membaca situasi 5) Mulai mampu menahan tangis dan kekecewaan 6) Mulai sabar menunggu giliran 7) Menunjukkan kasih sayang terhadap saudara maupun teman 8) Menaruh minat pada kegiatan orang dewasa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
o. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak (1) kematangan secara mental akan mempengaruhi bagaimana seseorang berkembang emosinya. Kematangan biasanya dipengaruhi oleh usia kronologis, artinya semakin bertambah usia kronologis orang tersebut, ada kecenderungan emosinya semakin matang. (2) Belajar: pembiasaan dan contoh Anak yang dibiasakan untuk mengekspresikan emosinya secara wajar akan memiliki perkembangan emosi yang baik dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan kesempatan.Anak akan mendapatkan keseimbangan emosi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan lainnya. Contoh melalui pembiasaan untuk bersikap positif terhadap ekspresi emosi yang muncul akan menjadikan anak tidak mengalami gangguan dalam perkembangan emosi. (3) Inteligensi; (4) Jenis kelamin; Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi perkembangan emosi terutama karena perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. Peran jenis kelamin dan tuntutan social sesuai jenis kelamin juga akan mempengaruhi perkembangan emosi anak. (5) Status ekonomi; (6) Kondisi fisik; (7) Pola Asuh; Keluarga berperan optimal dalam perkembangan bila menerapkan pola pengasuhan demokratis. Pola asuh ini akan memenuhi kebutuhan psikologis anak karena orang tua cenderung memberikan perlakuan yang tepat terhadap ekspresi emosi anak. Pola asuh demokratis juga akan membuat keluarga menjadi harmonis yang sangat membantu anak dalam membangun kecerdasan emosinya. 1) Kematangan 2) Belajar: pembiasaan dan contoh 3) Inteligensi 4) Jenis kelamin 5) Status ekonomi 6) Kondisi fisik 7) Posisi anak dalam keluarga a. Kecerdasan Emosi Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan social yang melibatkan kemampuan emosi diri dalam berhubungan dengan orang lain, kemampuan memilah dan menggunakan informasi dalam berpikir dan berperilaku. Dengan demikian, kecerdasan emosional berada dalam wilayah kecerdasan social. Sebagai contoh, dalam berinteraksi dengan orang lain, emosi dan perasaan individu ikut berperan. Goleman mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan diri, dan mengatur suasana hati. Dari berbagai definisi yang ada, dapat dideskripsikan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan mengenali dan memahami emosi diri. Hal ini terkait dengan kemampuan mengungkapkan perasaan secara baik, tepat dan wajar. Kecerdasan emosi terkait dengan berbagai kemampuan sebagai berikut: (1) Kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri; (2) Kemampuan untuk mengelola & mengekspresikan emosi diri dengan tepat; (3) Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri; (4) Kemampuan untuk mengenali orang lain; (5) Kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, untuk memiliki kecerdasan emosional, membutuhkan proses dan latihan. Ketrampilan mengelola perasaan perlu dilatih sejak anak berusia dini secara bertahap. Jika ini dilakukan, maka diharapkan anak dapat bertahan dan dapat melakukan pemecahan masalah dalam kehidupannya. b. Peran Guru dalam Pengembangan Kemampuan Sosial dan Emosi Anak Peran pendidik dalam mengembangkan kemampuan sosialisasi dan emosi pada anak usia dini adalah sebagai berikut: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 324
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1) Memberikan berbagai stimulasi pada anak. Pendidik perlu memberikan stimulasi atau rangsangan edukatif agar kemampuan sosial emosi anak dapat berkembang sesuai dengan tahapan usianya. Kegiatan belajar seraya bermain dapat dioptimalkan sebagai cara untuk menstimulasi anak, misal: mengajak anak terlibat dalam permainan kelompok kecil, melatih anak bermain bergiliran, mengajak anak menceritakan pengalamannya di depan kelas, melatih kesadaran anak untuk berbagi dalam kegiatan kemanusiaan jika terjadi sebuah bencana, dsb. 2) Menciptakan lingkungan yang kondusif Pendidik perlu mengelola kelas menjadi tempat yang dapat mengembangkan kemampuan sosial emosi anak, terutama kesadaran anak untuk bertanggung jawab terhadap benda dan tindakan yang dilakukannya. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik dan psikis. Lingkungan fisik menekankan pada ruang kelas sebagai tempat anak berlatih kecakapan sosial emosinya sedangkan lingkungan psikis lebih ditekankan pada suasana lingkungan yang penuh cinta kasih sehingga anak merasa aman dan nyaman di kelas. 3) Memberikan contoh Pendidik adalah contoh konkret bagi anak. Segala tindakan dan tutur kata pendidik akan diikuti oleh anak. Oleh karena itu, pendidik seyogyanya dapat menjaga perilaku sesuai dengan norma sosial dan nilai agama, seperti menghargai pendapat anak,bersedia menyimak keluh kesah anak, membangun sikap positif anak, berempati terhadap masalah yang dihadapi anak, dsb. 4) Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak Pendidikan sebaiknya tidak sungkan memberikan pujian terhadap kecakapan sosial yang sudah dilakukan oleh anak secara proporsional. Pujian dapat diberikan secara lisan maupun non lisan. Secara lisan, pujian diberikan sesegara mungkin setelah anak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pengembangan sosial emosional tercapai. Sementara pujian non lisan dapat berupa senyuman, pelukan, atau pemberian benda-benda tertentu yang bermakna untuk anak. 1) Memberikan berbagai stimulasi pada anak 2) Memperhatikan usia, kebutuhan dan tahap perkembangan anak 3) Menciptakan lingkungan yang kondusif 4) Memberikan contoh 5) Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak c. Peran Guru dalam Pengembangan Program untuk Meningkatkan Sosilisasi dan Emosi anak Dalam mengembangkan program untuk optimalisasi ketrampilan sosialisasi dan emosi anak, guru perlu melakukan hal sebagai berikut: 2) Memberikan pilihan pada anak 3) Memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya 4) Memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi lingkungan 5) Mendorong anak untuk bekerja secara mandiri 6) Menghargai ide/gagasan anak 7) Membimbing anak untuk melakukan pemecahan masalah 3. Latihan Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas! a. Bagaimanakah peran guru dalam mengembangkan ketrampilan social dan emosi pada anak usia dini? b. Bagaimana sikap dan perilaku yang perlu ditunjukkan seorang guru dalam menghadapi anak yang mengalami temper tantrum/mengamuk? c. Berikan contoh kegiatan dalam mengembangkan ketrampilan yang menekankan pada sosialisasi pada anak usia dini! d. Berikan contoh kegiatan dalam mengembangkan ketrampilan yang menekankan pada pengembangan emosi pada anak usia dini! e. Berikan contoh konkret pengaruh budaya terhadap pelaksanaan program di lembaga anak usia dini!
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 325
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
G. Perkembangan Moral dan Agama Anak Usia Dini 1. Uraian Materi Pendahuluan Moral berasal dari bahasa latin “Mores” yang artinya tata cara, kebiasaan, dan adat. Menurut Hurlock moralitas adalah kebiasaan yang terbentuk dari standar sosial yang juga dipengaruhi dari luar individu. Moralitas berkaitan dengan sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan yang terjadi di bawah sadar tentang tindakan yang benar dan yang salah, dan untuk memastikan individu tersebut akan berusaha berbuat sesuai dengan harapan masyarakat. Menurut Immanuel Kant moral adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum batiniah kita, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa moralitas adalah sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan tentang perbuatan benar dan salah yang terbentuk dari kebiasaan-kebiasan dari standar sosial yang dipengaruhi dari luar individu atau sesuai dengan harapan masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Perkembangan moral itu sendiri berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Moral berhubungan dengan penerapan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, dalam perbuatan yang seharusnya dilakukan dalam interaksi sosial. Menurut Gibs dan Power, perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal yang mengatur aktivitas seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik. Tindakan, sikap dan tingkah laku anak dan setiap individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya tidak lepas dari perilaku moral yang dimiliki. Melalui perilaku moral tersebut setiap individu akan mampu menempatkan diri dan diterima oleh lingkungan yang sesuai dengan standar norma-norma yang berlaku. Pendidikan moral akan berhasil apabila pendidikan itu dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak. Perilaku moral tidak diperoleh begitu saja, melainkan harus ditanamkan. Hal ini dikarenakan pada saat lahir anak belum memiliki konsep tentang perilaku anak yang baik dan tidak baik. Selain itu, pemahaman anak tentang mana yang benar, bertindak untuk kebaikan bersama, dan menghindari hal yang salah belum dikembangkan dalam diri anak. Awalnya anak berperilaku hanya karena dorongan naluriah saja yang seolah tak terkendali. Atas dasar tersebut maka pada diri anak harus ditanamkan perilaku moral yang sesuai dengan standar yang berlaku dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal. Pada usia 4-6 tahun anak mulai menyadari dan mengartikan bahwa sesuatu tingkah laku adayang baik dan tidak baik. Anak memperlihatkan sesuatu perbuatan baik tanpa mengetahui mengapa ia harus berbuat demikian. Ia melakukan hal ini untuk menghindari hukuman yang mungkin akan dialami dari lingkungan sosial atau memperoleh pujian. Anak pada usia 4 tahun, umumnya mereka mulai memasuki dunia barunya, yaitu dunia sekolah.Di sekolah anak dituntut untuk berinteraksi dengan teman-teman di sekolah dan juga guru-guru mereka. Jadi dalam hal ini interaksi anak lebih luas dari yang awalnya hanya berinteraksi didalam lingkungan keluarga dan sekarang bertambah menjadi lingkungan sekolah. Pada usia 4 tahun perkembangan moral anak semakin luas di usia ini pengetahuan anak tentang nilai dan norma sebagai dasar perilaku moral berkembang luas Anak belajar mengetahui tentang apa yang seharusnya ia lakukan dalam berinteraksi dengan teman-teman dan guru mereka di sekolah. Selain itu anak dapat membedakan apa yang berlaku di rumah dan di sekolah, hal ini membuat anak agar dapat berlaku sopan dimanapun ia berada. Tahapan Perkembangan Moral Menurut Piaget dalam pengamatan dan wawancara pada anak usia 4-12 tahun menyimpulkan bahwa anak melewati dua tahap yang berbeda dalam cara berpikir tentang moralitas yaitu : 1. Tahap Moralitas Heteronom Anak usia 4-7 tahun menunjukkan moralitas heteronom, yaitu tahap pertama dari perkembangan moral. Anak berpikir bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa diubah dan dikontrol oleh orang. Anak berpikir bahwa peraturan dibuat oleh orang dewasa dan terdapat pembatasan-pembatasan dalam bertingkah laku. Pada masa ini anak menilai kebenaran atau kebaikan tingkah laku berdasarkan konsekuensinya, bukan niat dari orang yang melakukan. Anak juga percaya bahwa aturan tidak bisa diubah dan diturunkan oleh sebuah otoritas yang berkuasa. Anak berpikir bahwa mereka tidak berhak membuat peraturan sendiri, melainkan dibuatkan aturan oleh orang dewasa. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 326
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Orang dewasa perlu memberikan kesempatan pada anak untuk membuat peraturan, agar anak menyadari bahwa peraturan berasaldari kesepakatan dan dapat diubah. 2. Tahap Moralitas Otonomi Usia 7-10 tahun, anak berada dalam masa transisi dan menujukkan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua yaitu moralitas otonom. Anak mulai sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, anak akan mempertimbangkan niat dan konsekuensinya. Moralitas akan muncul dengan adanya kerjasama atau hubungan timbal balik antara anak dengan lingkungan dimana anak berada. Pada masa ini anak percaya bahwa ketika mereka melakukan pelanggaran, maka otomatis akan mendapatkan hukumannya. Hal ini seringkali membuat anak merasa khawatir dan takut berbuat salah. Namun, ketika anak mulai berpikir secara heteronom, anak mulai menyadari bahwa hukuman terjadi apabila ada bukti dalam melakukan pelanggaran. Piaget yakin bahwa dengan semakin berkembang cara berpikir anak, anak akan semakin memahami tentang persoalan-persoalan sosial dan bentuk kerjasama yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Selain Piaget, Kohlberg juga menekankan bahwa cara berpikir anak tentang moral berkembang dalam sebuah tahapan. Kohlberg menggambarkan 3 (tiga) tingkatan penalaran tentang moral, dan setiap tingkatannya memiliki 2 (dua) tahapan, yaitu : 1. Moralitas Prakonvensional, Penalaran prakonvemsional adalah tingkat terendah dari penalaran moral, pada tingkat ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan punishment (hukuman) eksternal. Tahap satu, Moralitas Heteronom adalah tahap pertama pada tingkat penalaran prakonvensional. Pada tahap ini, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, anak berpikir bahwa mereka harus patuh dan takut terhadap hukuman. Moralitas dari suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisiknya. Contoh: “Bersalah” dicubit. Kakak membuat adik menangis, maka ibu memukul tangan kakak (dalam batas-batas tertentu). Tahap kedua, individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran. Pada tahap ini, anak berpikir bahwa mementingkan diri sendiri adalah hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu, anak berpikir apapun yang mereka lakukan harus mendapatkan imbalan atau pertukaran yang setara. Jika ia berbuat baik, maka orang juga harus berbuat baik terhadap dirinya, anak menyesuaikan terhadap harapan sosialuntuk memperoleh penghargaan. Contoh: Berbuat benar dipuji “pintar sekali”. 2. Moralitas Konvensional Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau menengah dalam tahapan Kohlberg. Pada tahapan ini, individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya oleh orangtua atau pemerintah. Moralitas atas dasar persesuaian dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Tahap satu, ekspektasi interpersonal, hubungan dengan orang lain, pada tahap ini anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar penilaian moral. Pada tahap ini, seseorang menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Contohnya adalah mengembalikan krayon ke tempat semula sesudah digunakan (nilai moral = tanggung jawab). Tahap kedua, moralitas sistem sosial, pada tahap ini penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Seseorang yakin bahwa bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, maka mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari keamanan dan ketidaksetujuan sosial. Contohnya adalah bersama- sama membersihkan kelas, semua anggota kelompok wajib membawa alat kebersihan (nilai moral = gotong royong). 3. Moralitas Pascakonvensional Penalaran pascakonvensional merupakan tahapan tertinggi dalam tahapan moral Kohlberg, pada tahap ini seseorang menyadari adanya jalur moral alternatif, dapat memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang peraturan, dan moralitas didasari pada prinsipprinsip yang diterima sendiri. Ini mengarah pada moralitas sesungguhnya, tidak perlu disuruh karena merupakan kesadaran dari diri orang tersebut.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 327
Tahap satu, hak individu, pada tahap ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama. Seseorang perlunya keluwesan dan adanya modifikasi dan perubahan standar moral apabila itu dapat menguntungkan kelompok secara keseluruhan. Contoh pada tahun ajaran baru sekolah memperkenankan orang tua menunggu anaknya selama lebih kurang satu minggu, setelah itu anak harus berani ditinggal. Tahap kedua, prinsip universal, pada tahap ini seseorang menyesuaikan dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bukan untuk menghindari kecaman sosial (orang yang tetap mempertahankan moralitas tanpa takut dari kecaman orang lain). Contohnya adalah anak secara sadar merapikan kamar tidurnya segera setelah ia bangun tidur dengan harapan agar kamarnya terlihat selalu dalam keadaan rapih.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengembangan Moral pada Anak Usia Dini Membentuk moral anak bisa dilakukan sejak dini, bahkan ketika anak memasuki tahun pertama usianya. Dengan pengetahuan moral, anak diajak berpikir dan membangun etika dan karakter dirinya yang baik. Orangtua memiliki peran penting dalam upaya pengembangan moral anak sejak usia dini. Pada tahun- tahun pertama dari kehidupan anak, orang tua hendaknya menanamkan dasar mempercayai orang lain. Misalnya anak harus dilindungi dan mendapatkan rasa aman dari orang tuanya terutama saat mengalami rasa sakit, cemas dan takut demikian pula apabila orang tua menjanjikan sesuatu hendaknya berusaha untuk menepatinya, sehingga orang tua tidak dicap sebagai “pembohong”. Orangtua dan guru di sekolah dapat saling bekerja sama dalam pengembangan moral anak usia dini. Anak diajarkan tentang interaksi sosial dan perbedaan dalam lingkungan masyarakat. Agar perkembangan moral anak berkembang dengan optimal harus dirangsang oleh lingkungan usaha-usaha yang aktif. Pentingnya pengembangan moral pada anak usia dini : · Mempelajari apa saja yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sesuai hukum, kebiasaan dan peraturan yang diberlakukan. · Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku anak tidak sesuai dengan harapan kelompok. · Kesempatan untuk berinteraksi sosial untuk belajar tentang apa-apa saja yang diharapkan anggota kelompok. Anak akan berkembang secara wajar dengan berbagai tahapan proses, yang pada setiap tahapan membutuhkan stimulas dan motivasi yang tepat sehingga diharapkan terjadi perubahan pada semua aspek/dimensi secara teratur dan progresif. Pada anak usia 1 tahun, dimana anak tersebut sedang mulai belajar berbicara, maka dapat diajarkan untuk mengucap salam bila bertemu dengan orang lain, mengucapkan kata maaf bila melakukan kesalahan atau mengucap terima masih bila diberi sesuatu dan lain sebagainya. Misalnya pada usia anak mencapai 6 - 8 tahun yang rata pada usia tersebut anak duduk di kelas 1 – 3 Sekolah Dasar, maka “Pekerjaan Rumah” adalah disamping untuk menguji kemampuan anak mengenai suatu materi, maka anak pun sekaligus berlatih untuk bertanggung jawab, melatih memori, juga kemandirian serta bagaimana anak belajar mengatur waktunya. Pengembangan moral pada anak usia dini juga dapat dilakukan dengan pemodelan (modelling) atau belajar melalui imitasi. Salah satu cara pemodelan pada anak yaitu dengan bermain peran (role playing), ketika bermain peran anak menciptakan suatu situasi dimana anak diminta untuk melakukan suatu peran tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak lazim peran tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan dan untuk menggambarkan suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya. Nilai-nilai moral yang dapat dibelajarkan pada anak usia dini Pengembangan moral pada anak usia dini berkaitan dengan Pendidikan Karakter yang diajarkan di sekolah. Pendidikan Karakter memberikan kesempatan untuk mengembangkan perilaku moral pada anak. Beberapa perilaku moral yang dapat dikembangakan pada anak usia dini, yaitu : Kerjasama. Kerjasama dapat diajarkan kepada anak melalui kegiatan belajar dalam kelompok. Kerjasama penting diajarkan kepada anak agar mereka mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain dan mampu memahamiadanya perbedaan dalam setiap individu. Salah satu cara mengajarkan kerjasama pada anak misalnya, guru membagi anak menjadi beberapa kelompok untuk melakukan kegiatan belajar, guru akan mengajakanakbelajar membuat sebuah hasil karya dari daundaun yang ada di sekitarsekolah, kemudian anak bersama dua temannya mencari daun bersama dankemudian membuatdaun tersebut menjadi sebuah gambar atau hasil karya lainnya Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 328
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bergiliran Bergiliran perlu dijarkan kepada anak agar mereka belajar untuk sabar,memahami aturan, dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Hal inidapat diajarkan misalnya, anak mendapatkan giliran untuk memimpin doa di depan kelas, anak bergiliran untuk memberikan pendapat, dan anak bergiliran untuk mencuci tangan sebelum makan. Disiplin diri Disiplin dapat dibangun dalam diri anak melalui banyak cara, salah satunya melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari di sekolah. Disiplin diajarkan kepada anak agar anak memahami aturan dan tepat waktu. Disiplin dapat diajarkan dengan cara misalnya, membiasakan anak untuk meletakkan sepatunya di rak sepatu, dan membiasakan anak untuk merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang telah selesai digunakan. Kejujuran Kejujuran perlu dibangun dalam diri anak sejak usia dini. Sikap jujur dapat ditanamkan dalam diri anak melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari. Kejujuran diajarkan kepada anak dengan tujuan agar anak mampu berprilaku sesuai dengan norma yang ada dan berani mengakui kesalahannya. Kejujuran dapat diajarkan dengan cara misalnya, ketika anak melakukan kesalahan atau berbuat salah, guru dapat mengajak anak tersebut untuk berbicara berdua guru bertanya dengan cara yang lembut kepada anak agar si anak mau mengakui kesalahannya. Tanggung jawab Rasa tanggung jawab dapat dibangun dalam diri anak sejak usia dini. Salah satunya melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari, misalnya anak dibiasakan bertanggung jawab atas barang miliknya. Salah satu bentuk tanggung jawab anak terhadap barang miliknya adalah merapikan kembali mainannya setelah selesai digunakan. Bersikap sopan dan berbahasa yang santun Hal yang paling penting ketika anak berada dalam lingkungan sosialnya adalah anak mampu bersikap sopan dan berbahasa yang santun agar mereka bisa diterima di lingkungannya. Sikap sopan dan bahasa yang santun dapat dibangun dalam diri anak melalui contoh perilaku yang ditunjukaan oleh orang dewasa yang ada di sekitar mereka, salah satunya dari pendidik di sekolah. Pendidik harus selalu menunjukkan sikap sayang dan berkata lembut kepada anak, agar si anak pun dapat memiliki rasa sayang dan bicara dengan bahasa yang baik. Strategi Pembiasaan Perilaku Moral Cara terbaik untuk anak belajar adalah melalui bermain. Dalam upaya pengambangan moral pada anak usia dini, pendidik dapat menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan dan menggunakan strategi belajar yang bervariasi. Beberapa strategi pengembangan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu : - Memberi anak kesempatan untuk sharing tentang perasaan dalam lingkungan yang nyaman dan aman - Mengajarkan hal hal yang realistik dapat dimengerti oleh anak - Memberi kesempatan anak untuk berlatih belajar kooperatif dan berbagi tanggung jawab - Mengundang teman yang berbeda budaya, mengembangkan rasa nasionalisme - Mengembangkan aturan kelas bersama - Memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapat, bereksperimen dalam belajar - Memberi contoh sikap/perilaku yang baik: keingintahuan, toleransi dll Perkembangan Sikap Beragama Anak 4-6 Tahun Makna sikap beragama memiliki arti yang sangat luas dan bermuara ke arah hal hal yang mulia sebagai perwujudan manusia sebagai mahluk ciptaanNYA. Sikap beragama merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku anak dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya. Sikap beragama merupakan suatu hal yang sangat penting yang diperlukan, karena spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, moral dan rasa memiliki, memberi arah dan arti pada kehidupan. Sikap beragama merupakan suatu kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar daripada kekuatan diri manusia dan suatu kesadaran yang menghubungkan manusia langsung kepada sang maha penciptaHal ini dapat dimengerti anak dengan adanya rasa kagum atas ciptaan Allah dan gejala alam yang dapat dirasakan dan dialaminya, seperti adanya angin, hujan, matahari yang selalu terbit dan terbenam.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 329
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pendidikan agama mempunyai suatu landasan pokok, yaitu penanaman iman pada diri anak sebagai bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Tugas utama dari orang tua/ orang dewasa terhadap anak dalam menanamkan keimanan kepada anak perlu berhati-hati baik dalam contoh hiasan, tulisan maupun perbuatan. Penanaman kemampuan pada anak- anak bertujuan agar dalam jiwa anak berangsur-angsur tertanam perasaan cinta kepada Tuhan dan agama. Agama merupakan pondasi awal untuk menanamkan rasa keimanan pada diri anak. Dalam agama terdapat dua unsur yang sangat penting yaitu keyakinan dan tata cara yang mana kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada usia 0-2 tahun, merupakan masa ketergantungan terhadap orang tua,anak-anak kecil memperoleh tingkah lakunya hampir seluruhnya melalui pola peniruan. Walaupun anak kecil itu tidak mengerti arti perbuatan tersebut, ia menirukan apa yang dilihatnya dan belajar menentukan pola hidupnya untuk yang baik atau yang buruk. Konsepsi anak kecil tentang Allah sebagian besar ditentukan oleh konsep dan sikap orang tua terhadap Allah. Anak yang berumur 2-3 tahun dapat mengerti bahwa Al-Kitab datangnya dari Allah, Yesus adalah anak Allah, Gereja adalah rumah Allah, dan Allah mencintai dan memelihara dia. Oleh karena ingatan mereka belum dapat diandalkan dan perbendaharaan katanya terbatas maka konsepsi harus diajarkan berulang- ulang dengan berbagai cara. Anak balita menyukai pengalaman ini. Cerita-cerita Al-Kitab harus selalu disebut sebagai kebenaran dan diajarkan dari Al-Kitab yang terbuka. Anak balita meniru orang tuanya, guru, dan kakaknya. Mungkin ia tidak mengerti maksud tindakan-tindakan tersebut, tetapi ia meniru apa yang dilihat dan akhirnya hidupnya ikut teladan orang-orang yang ditirunya, hal ini sering kali menyangkut perasaan anak kepada Tuhannya. Pada usia 4-6 tahun, anak dapat belajar mencintai Allah sebagaimana ia belajar mencintai orang-orang dalam rumahnya. Mungkin ia tidak mengerti sepenuhnya tentang Allah sebagai Pencipta atau Yang Maha Tinggi, tetapi ia dapat merasakan rasa terima kasih, cinta, dan penghormatan serta mengungkapkan perasaanperasaan itu. Pujian dan do’a anak usia ini harus diutarakan dalam kata-kata yang dapat dimengerti dan hendaknya mengungkapkan perasaannya sendiri. Hidup do’anya itu hendaknya menuntun dia untuk menaikkan ucapan syukur maupun permintaan do’a kepada bapa di surga. Dengan mudah guru dapat mempengaruhi anak pada usia ini. Ia percaya segala sesuatu yang diucapkan kepadanya. Ia pun perlu menyadari pengetahuan orang tua dan guru terbatas juga walaupun mereka telah hidup lebih lama dari dia. Usia 6-8 tahun, kemampuan anak untuk mengenal Allah bertambah ketika dunia lingkungannya bertambah luas dan pengalamannya bertambah banyak. Anak memperoleh manfaat bila ia beribadah sesuai dengan tingkat pengertiannya sendiri dalam kebaktian sekolah minggu, kebaktian anak-anak, dan pekan rohani anak. Anak usia ini senang mendengar cerita. Akan tetapi, karena hidup ini sekarang menjadi kenyataan maka setelah mendengar cerita itu ia akan bertanya, ”Apa itu sesungguhnya benar?”. Cerita sinterklas dan lain sebagainya dipertanyakan dan kemudian ditolak karena cerita-cerita Al-Kitab diceritakan dan dibumbui hal-hal yang tidak benar, maka ceritacerita itu pun akan ditolaknya. Berdusta pada usia 8 tahun dianggap lebih serius daripada berkata bohong padausia 4 tahun. Nilai keagamaan yg dikenalkan pada anak usia 4-6 tahun, adalah Kedamaian, Kebahagiaan, dan Mencintai mahluk ciptaan Tuhan. Pengembangan nilai agama pada anak usia dini dapat dilakukan melaui pemodelan (modelling), anak belajar melalui imitasi. Bermain Peran (role playing),yaitu menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak lazim peran tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan. Simulasi (simulation) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya. Balikan Penampilan (performance feedback) adalah informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role playing, bentuknya dapat berupa reward, reinforcement, kritik dan dorongan. Contoh Pengembangan Nilai Moral dan Agama 1. Nama Permainan : ”GILIRANMU ... GILIRANKU...” Sasaran : Anak usia 4-5 Tahun Tujuan : Membiasakan anak untuk menunggu giliran Media : tali / pita dan kue Evaluasi : anak mampu menunggu giliran dan belajar sabar ketika menunggu giliran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 330
Deskripsi Kegiatan: Ibu guru membagikan kue, setiap anak mendapat satu potong. Secara bergiliran anak menerima kue dari bu guru. Ibu guru mengurutkan anak berdasarkan posisi mereka, misalnya berjajar ke belakang. Ingatkan anak untuk tidak saling berebutan atau saling mendahului. Selalu katakan “semua pasti dapat .... dan kita dapat makan bersama” Kiat Keberhasilan: Biasakan anak untuk belajar melakukan kegiatan seperti ini disemua kesempatan, dimana saja, kapan saja dan siapa saja harus antri.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Nama Kegiatan Sasaran Tujuan Media Evaluasi
: : : : :
“MARI BERDOA BERSAMA” Usia 4-5 tahun Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Diri sendiri Anak mampu membaca doa sebelum dan sesudah melakukan Kegiatan
Deskripsi Kegiatan: Biasakan anak untuk berdoa setiap sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan. Guru harus selalu mengajak dan mengingatkan anak-anak untuk berdoa. Kiat Keberhasilan: Biasakan anak berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan setiap saat. 2. Latihan 1. Berdasarkan perkembangan moral dan agama yang telah dipelajari buatlah program kegiatan bermain yang berisi: Nama Kegiatan, Sasaran, Tujuan, Metode, Media, Evaluasidan Deskripsi Singkat H. Bermain dan Permainan Untuk Anak Usia Dini 1. Uraian materi Pendahuluan Kita semua gemar bermain, terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah aktivitas khas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan.Bermain berbeda dengan aktivitas lain yang bersifat ’serius’ seperti bekerja atau belajar. Bermain selalu membahagiakan dan tidak pernah menjadi ’beban’. Bila suatu aktivitas bermain sudah menjadi beban artinya aktivitas tersebut bukanlah lagi bermain. Bagi anak usia dini, bermain bukanlah merupakan kegiatan main-main. Bermain adalahkegiatan pokok dan penting untuk anak, karena bermain bagi anak mempunyai nilaiyang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Artinya bermain merupakansarana untuk mengubah kekuatan potensial yang ada dalam diri anak menjadi pelbagai kemampuan dan kecakapan dalam kehidupan anak kelak. Sebagaimana makan dan minum, bernapas dan tidur, kegiatan bermain sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Melalui bermain, anak mendapatkan berbagai pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya. Dengan stimulasi bermain pula anak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, sehingga memberikan dasar yang kokoh dan kuat bagi pemecahan kesulitan hidupnya di kemudian hari. Anak-anak perlu menjelajahi lingkungannya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Kegiatan bermain berlangsung dalam jenis tertentu dengan tingkat yang berbeda-beda. Anak adalah pemimpin alami bagi permainan mereka sendiri. Millestone perkembangan anak dapat didukung melalui penataan lingkungan bermain yang baik. Menjadi tugas orang tua dan pendidik untuk menyajikan lingkungan bermain yang kondusif yang mampu membantu proses stimulasi bagi optimalisasi perkembangan anak usia dini. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain memiliki arti yang sangat penting bagi anak usia dini dalam kehidupannya. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan berbagai usaha untuk menyajikan kegiatan bermain yang kondusif bagi perkembangan anak. Orangtua dan guru perlu memahami hakikat bermain dan permainan yang meliputi makna bermain, berbagai jenis permainan, syarat bermain yang baik, perkembangan bermain anak usia dini serta bagaimana merancang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 331
kegiatan bermain dan alat permainan yang edukatif (APE) Disamping itu hendaknya orangtua dan pendidik dapat berperan sebagai pendamping atau ’teman’ bermain yang baik bagi anak, yaitu sebagai fasilitator dan motivator sehingga dapat mengarahkan kegiatan bermain yang edukatif.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Definisi/pengertian Bermain dan Permainan James Sully dalam bukunya Essay on Laughter menyatakan bahwa tertawa adalah tanda dari kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersama sekelompok teman. Artinya kegiatan bermain mempunyai manfaat tertentu. Hal yang penting dan perlu ada di dalam kegiatan bermain adalah rasa senang dan rasa senang ini ditandai oleh tertawa. Karena itu, suasana hati dari orang yang sedang melakukan kegiatan bermain, memegang peran untuk menentukan apakah orang tersebut sedang bermain atau bukan.Plato adalah orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Aristoteles berpendapat bahwa anak -anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa dewasa nanti. Sedangkan menurut Frobel bahwa bermain dapat meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan anak. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat diuraikan beberapa pengertian bermain : · Bermain adalah aktivitas yang khas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan. · Kesibukan yang dipilih sendiri oleh anak sebagai bagian dari usaha mencoba-coba dan melatih diri. · Dunia Anak = Dunia Bermain, jadi bermain merupakan kegiatan pokok dan penting untuk anak. · Bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. a. Sejarah perkembangan teori bermain Pada awalnya aktivitas bermain pada anak belum mendapatkan perhatian yang khusus dari para ahli ilmu jiwa. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan tentang perkembangan anak. Secara umum perkembangan teori bermain terbagi menjadi dua yaitu teoriteori klasik dan teori-teori modern. Berikut ini akan dijabarkan bagai tentang intisari teori-teori perkembangan bermainvtersebut. i. TEORI-TEORI KLASIK (Abad ke 18 - 19) TEORI Surplus energi Rekreasi Rekapitulasi Praktis
PENGGAGAS Schiller/Spencer Lazarus G. Stanley Hall Groos
TUJUAN Mengeluarkan energi berlebih Memulihkan energi/tenaga Memunculkan instink nenek moyang Menyempurnakan instink
ii. TEORI-TEORI MODERN TEORI Surplus energi Rekreasi Rekapitulasi Praktis
PENGGAGAS Schiller/Spencer Lazarus G. Stanley Hall Groos
TUJUAN Mengeluarkan energi berlebih Memulihkan energi/tenaga Memunculkan instink nenek moyang Menyempurnakan nstink
ii. TEORI-TEORI MODERN TEORI Psikoanalitik- Sigmund Freud Kognitif-Piaget Kognitif-Vygotsky
Peran bermain dalam perkembangan anak Mengatasi pengalaman traumatik, coping terhadap frustasi Mempraktekan dan melakukan konsolidasi konsepkonsep serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya Memajukan berpikir abstrak, belajar dalam kaitan ZPD, pengaturan diri
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 332
Kognitif- Bruner/Sutton-Smith Singer Arousal Modulation Bateson
- Memunculkan fleksibilitas perilaku dan berpikir, imajinasi dan narasi. - Mengatur kecepatan stimulasi dari dalam dan dari luar. Tetap membuat anak terjaga pada tingkat optimal dengan menambah stimulasi Memajukan kemampuan untuk memahami berbagai tingkatan makna.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Fungsi dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan berikut: 1. Perkembangan Bahasa Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak. 2. Perkembangan Moral Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya. 3. Perkembangan Sosial Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap sosial lainnya
Gambar 12. Proses Sosial Anak. 4. Perkembangan Emosi Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi. 5. Perkembangan kognitif Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya. 6. Perkembangan Fisik Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan. 7. Perkembangan Kreativitas Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak mendapatkan kebebasan. B. Tahapan perkembangan bermain anak usia dini Masa kanak-kanak sering disebut sebagai “Masa Bermain”. Pada masa ini anak sangat menyukai permainan yang menggunakan alat permainan. Sejalan dengan pertambahan usianya, anak secara perlahan-lahan akan meninggalkan permainan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 333
b. Fungsi dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan berikut : 1. Perkembangan Bahasa Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak. 2. Perkembangan Moral Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya. 3. Perkembangan Sosial Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap sosial lainnya yang menggunakan alat permainan. Anak akan beranjak menuju permainan yang tidak menggunakan mainan, namun ia tetap berada pada masa bermain dan menyukai kegiatan yang bersifat bermain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dengan demikian kegiatan bermain anak akan melalui tahap-tahap perkembangan yang berbeda sejalan dengan usianya. Tahap-tahap perkembangan bermain anak usia dini, menurut Mildred Parten melalui 6 tahap yaitu ; 1. Unoccupied Behavior / Gerakan Kosong Anak sepertinya belaum melakukan kegiatan bermain, hanya mengamati sesuatu sejenak saja. Misalnya bayi mengamati jari tanganatau kakinya sendiri dan menggerakannya tanpa tujuan. 2. Onlocker Behaviour/Tingkah laku pengamat Anak memperhatikan anak yang lain yang sedang melakukan suatu kegiatan atau sedang bermain. Misalnya seorang anak yang memperhatikan temannya sedang bermain petak umpat, tanap ia ikut bermain tetapi ia turut merasa senang seolah ia ikut bermain. 3. Solitary Play / Bermain Soliter Anak bermain sendiri mencari kesibukan sendiri, tanpa perduli dengan orang lain/ teman lain yang ada disekitarnya. 4. Parraley Play /Bermain Paralel Anak melakukan kegiatan bermain di antara anak yang lain tanpa ada unsur saling mempengaruhi. Misalnya anak bermain puzzle dan anak lain juga bermain puzzle, mereka ada bersama tetapi tidak saling mempengaruhi. 5. Associative Play / Bermain Asosiatif Anak melakukan kegiatan bermain bersama anak lain tetapi belum ada pemusatan tujuan bermain. Misalnya beberapa anak bermain menepuk-nepuk air di kolam bersama- sama. 6. Cooperative Play / Bermain Koperatif Anak melakukan kegiatan bermain bersama-sama dengan teman secara terorganisasi dan salingbekerja sama, ada tujuan yang ingin dicapai bersama dan ada pembagian tugas yang disepakati bersama. Misalnya bermain rumah-rumahan ada yang jadi bapak, ibu dan anak, masingmasing memiliki tugas. Anak membuat rumah-rumahan tersebut dengan kain atau balok-balok dan bermain peran dengan boneka. Tahap perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Mildred Parten ini lebih menekankan pada aspek sosialisasi anak dalam bermain. Artinya, bahwa kegiatan bermain merupakan gambaran proses sosialisasi yang dilalui anak sejak lahir, masa bayi, masa kanak-kanak dan masa anak pra sekolah hingga masa anak sekolah kelas awal. Selanjutnya Jean Piaget mengemukanan tahap perkembangan bermain anak yang lebih menekankan pada aspek perkembangan intelektual anak sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini : BERMAIN PRAKTIS
BERMAIN SIMBOLIS
Anak mengeksplorasi aemua kemungkinan dari satu
Anak Mulai Menggunakan makna simbolis benda-benda
BERMAIN DENGAN PERATURAN Anak Mulai menggunakan aturan termasuk aturannya sendiri
Gambar 13. Bagan Perkembangan bermain anak. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 334
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain anak usia dini. Semua anak senang bermain, tetapi melakukan kegiatan bermain tidak dengan cara yang sama. Ada anak yang suka bermain aktif adapula yang lebih menyukai bermain pasif. Demikianpula dengan jenis alat permainan yang dipilih anak akan berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut Elizabeth Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai variasi kegiatan bermain yang dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : a. Kesehatan Anak yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain aktif daripada pasif, karena banyaknya energi yang dimiliki anak, membuatnya lebih aktif dan ingin menyalurkan energinya tersebut. Sementara anak yang kurang sehat akan mudah lelah ketika bermain sehingga lebih menyukai bermain pasif karena tidak membutuhkan banyak energi. b. Perkembangan Motorik Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motorik terutama motorik kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan keterampilan dan koordinasi motorik. Dengan demikian anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan lebih banyak memilih kegiatan bermain aktif dan begitu pula sebaliknya anak yang kurang terampil motoriknya cenderung memilih kegiatan bermain yang pasif. c. Inteligensi Anak yang memiliki inteligensi yang baik (pandai/cerdas) cenderung akan menyukai baik kegiatan bermain aktif maupun pasif. Karena biasanya anak yang pandai akan lebih aktif daripada anak yang tidak pandai. Anak yang pandai juga akan lebih kreatif dan penuh rasa ingintahu, sehingga mereka suka dengan permainan yang membutuhkan kemampuan problem solving (misal puzzle) melibatkan daya fantasi dan imajinasi (drama), permainan konstruktif (lego, balok) juga permainan membaca buku, dan musik d. Jenis kelamin Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Perbedaan ini terjadi karena secara alamiah dan ditentukan secara genetik. Tetapi juga dapat muncul juga karena adanya perbedaan perlakuan yang diterima oleh anak laki-laki dan anak permpuan sejak mereka bayi. Anak laki-laki cenderung menyukai kegiatan bermain aktif tetapi anak perempuan menyukai permainan konstruktif dan permainan lainnya yang bersifat ‘tenang’. Berbagai kecenderungan ini bersifat umum dan belum tentu terjadi pada setiap anak, karena pasti akan terjadi perbedaan-perbedaan pada setiap individu mengingat manusia adalah mahluk yang unik. e. Lingkungan dan taraf sosial ekonomi Lingkungan dan taraf sosial ekonomi akan mempengaruhi jenis kegiatan bermain dan alat permainan yang digunakan oleh anak. Anak kota dengan anak desa menggunakan alat permainan yang berbeda , misal anak kota biasa bermain dengan mobil-mobilan bertenaga baterai, komputer dan video games, sedangkan anak desa bermain dengan mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, serta bermain dengan daun, ranting kayu, kerikil dan bahan alam lainnya. f. Alat permainan Ketersediaan berbagai alat permainan yang dimiliki anak mempengaruhi jenis kegiatan bermain. Perlu kiranya disediakan berbagai variasi alat permainan anak sehingga memungkinkan anak untuk bermain dengan berbagai cara dan jenis permainan. Hal ini akan berdampak positif bagi semua aspek perkembangannya. D. Tipe dan Jenis Kegiatan Bermain Aneka kegiatan bermain bisa membuat anak asyik sekaligus merangsang perkembangannya. Alat permainan yang digunakan oleh anak hendaknya sesuai dengan kebutuhan anak, begitu pula jenis kegiatan bermain sesuai dengan usia perkembangan anak. Berbagai jenis kegiatan bermain anak adalah sebagai berikut: I. Bermain Aktif Dalam kegiatan bermain aktif,anak melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan seluruh indera dan anggota tubuhnya. Diantara jenis kegiatan bermain aktif adalah : 1. Tactile Play, Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari anak serta membantu anak memahami dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan penglihatnnya. 2. Functional Play, Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang melibatkan panca indera dan kemampuan gerakan motorik dalam rangka mengembangkan aspek motorik anak. (Charlotte Buhler)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 335
3. Constructive Play, Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau membentuk bangunan dengan media balok,lego dansebagainya 4. Creative Play, Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri. 5. Symbolic /Dramatic Play, Permainan dimana anak memegang sustu peran tertentu. 6. Play Games, Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat kompetisi/ persaingan. II. Bermain Pasif Kegiatan bermain pasif tidakmelibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya melibatkan sebagian indera saja terutama pendengaran dan penglihatan. Kegiatan bermain pasif diantaranya adalah : 1. Receptive Play, Permainan dimana anak menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif (bukan fisik yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang dia dengar dan ia lihat.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
E. Syarat-syarat bermain dan permainan edukatif anak usia dini Bermain dapat memberikan manfaat yang maksimal pada anak jika terpenuhi syaratsyaratnya. Ada 5 syarat bermain dan permainan edukatif untuk anak usia dini yaitu : A. Play Time, Anak harus memiliki waktu yang cukup dalam bermain. Masa usia dini merupakan masa bermain, bukan masa anak untuk dipaksa belajar atau bekerja. Saat yang tepat untuk anak bermain dapat disesuaikan dengan jenis permainan. Jika permainan di luar ruangan (gross motor/fungsional play) sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, agar anak merasa nyaman dengan udara yang sejuk dan tidak panas. B. Play Things, Jenis alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan taraf perkembangannya. Alat permainan hendaknya memnuhi kriteria; · Aman bagi anak · Ukuran, bentuk dan warna sesuai usia anak dan taraf perkembangannya, · Berfungsi mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, · Dapat dimainkan secara bervariasi/cara · Merangsang partisipasi aktif anak, menurut DR. Fitzhugh Dodson - 90 % aktivitas anak dan 10 % aktivitas alat permainan, · Sesuai kemampuan anak (tidak terlalu sulit atau terlalu mudah) · Menarik dari segi warna dan bentuk atau suara (jika bersuara) · Tahan lama/tidak mudah rusak · Mudah didapat dan dekat dengan lingkungan anak · Diterima oleh semua budaya. Jumlah alat permainan yang digunakan hendaknya cukup, dengan kebutuhan anak, tidak terlalu sedikit atau tidak terlalu banyak. C. Play Fellows, Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain jika ia memerlukan. Teman bermain dapat ditentukan anak sendiri ,apakah itu orangtua, saudara atau temannya. Jika anak bermain sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. D. Play Space, Untuk bermain perlu disediakan tempat bermain yang cukup untuk anak sehingga anak dapat bergerak dengan bebas. Luas tempat bermain dapat disesuaikan dengan jenis permainan dan jumlah anak yang bermain. E. Play Rules, Anak belajar bermain, melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberitahu caranya oleh orang lain (guru atau orangtua). Cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anak akan mendapat keuntungan lebih banyak lagi. Jadi permainan yang baik adalah permainan yang ada cara/aturan bermainnya. B. Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran materi pembelajaran matematika anak usia dini adalah: a. Peserta PLPG mampu menguasai konsep dasar pembelajaran matematika untuk anak usia dini b. Peserta PLPG mampu mengembangkan kemampuan aljabar anak usia dini c. Peserta PLPG mampu mengembangkan kemampuan geometri anak usia dini Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 336
d. Peserta PLPG mampu mengembangkan kemampuan aritmatika anak usia dini e. Peserta PLPG mengemas perangkat pembelajaran matematika anak usia dini
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Isi/Paparan Materi a. Landasan Pembelajaran Matematika Anak usia Dini Pembelajaran matermatika pada anak usia dini merupakan proses yang akan terus terjadi sepanjang kehidupan anak. Anak membangun pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi langsung dengan lingkungan dan orang lain yang berada disekitar anak. Oleh karena itu anak harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berinteraksi sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menemukan dan mempelajari fakta, menemukan konsep, dan membuat hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya sehingga bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan anak kelak. Adapun landasan pembelajaran matematika pada anak usia dini, yaitu: anak dapat mempelajari fakta – fakta, berpikir kritis, anak mampu untuk memecahkan masalah, dan bermakna bagi anak. Konsep matematika anak usia dini sebenarnya dipelajari oleh anak sejak bayi melalui kegiatan sehari – hari. Misalnya pada saat bayi sudah dapat membedakan mana suara ibunya dengan orang lain. Pada usia dua tahun anak mulai dapat memilih pasangan pakaiannya sendiri, melalui kegiatan ini anak mulai membangun konsep mencocokan (matching). b. Prinsip Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini 1) Untuk menyelenggarakan pembelajaran matematika yang bermakna bagi anak terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu: a) Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara aktif. b) Observasi atau amati anak untuk memahami kemampuan dan minat anak. c) Berikan kesempatan anak belajar sesuai cara belajar anak. d) Pendidik sebagai fasilitator, bukan sekedar pemberi pengetahuan, karena beberapa konsep dalam matematika perlu dipahami dengan cara dilakukan langsung oleh anak. e) Berikan anak permasalahan dan konflik untuk memunculkan kemampuan berpikir, akomodasi dan adaptasi. f) Merancang aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan hingga anak mencapai area perkembangan proximal (zone proximal development). g) Berikan aktivitas matematika yang bermakna, sehingga anak dapat menggunakan pengetahuan matematika tersebut dalam kehidupan sehari – hari. h) Buatlah pertanyaan yang menarik anak atau mengundang rasa ingin tahu anak. i) Doronglah anak untuk dapat menjelaskan apa yang dipikirkannya melalui kata-kata, gambar, tulisan dan simbol. j) Dorong anak untuk berbicara, baik kepada guru maupun anak lain. k) Pelajaran berurutan mulai dari enactive (konkrit) sampai pada simbolik. l) Bangunlah pembelajaran matematika berdasarkan pembelajaran sebelumnya. m) Gunakan berbagai macam alat atau benda yang berbeda untuk membantu anak mempelajari berbagai konsep matematika. c. Konsep Matematika Anak Usia Dini Konsep matematika anak usia dini hingga sekolah menengah berdasarkan The National Council Teachers of Mathematics (NCTM) tahun 2000 terdapat lima konsep yang dipelajari oleh anak, yaitu: bilangan dan operasi bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data serta probabilitas (Henniger, 2009). Sebelum anak mempelajari konsep matematika tersebut, anak perlu untuk diberikan pengalaman matematika permulaan yaitu mencocokan, korespondensi satu – satu, klasifikasi, membandingkan, mengurutkan atau seriasi. Pengalaman matematika permulaan ini merupakan keterampilan dasar dalam untuk memahami konsep matematika selanjutnya. 1) Konsep Matematika Permulaan a) Mencocokan (Matching) Keterampilan mencocokan merupakan konsep dari korespondensi satu – satu dan mencocokan juga konsep dasar dari berhitung. Misalnya pada konsep ini anak belajar untuk mengamati dan mengungkapkan lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan mencocokan dapat dimulai dengan mencari perbedaan, persamaan, hingga konsep lebih banyak dan lebih sedikit.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 337
Gb. 1. Mencocokan gambar corak payung.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gb. 3. Mencocokan pakaian.
Gb. 2. Mencocokan gambar yang sama.
Gb. 4. Mencocokan dengan berbagai ketentuan.
Gb. 5 kegiatan mencocokan satu orang dengan satu kursi
b) Mengelompokan (Classification) Pada masa usia dini anak mengembangkan kemampuan untuk mengelompokan benda berdasarkan ciri – ciri tertentu. Piaget (1964) menyatakan bahwa anak dapat mengelompokan benda dimulai berdasarkan warna, bentuk, dan kemudian ukuran (Papalia & Olds, 2008). Kemampuan anak untuk melakukan klasifikasi merupakan kemampuan dasar untuk memahami nilai tempat pada bilangan, misalnya konsep puluhan dan satuan bilangan 25 terdiri atas dua puluhan dan lima satuan (Henniger, 2009).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 338
Gb. 6. Mengelompokan warna binatang sesuai dengan warna kandang
Gb. 7. Mengelompokan/ klasifikasi menggunakan tutup botol
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c) Mengurutkan atau seriasi Mengurutkan atau seriasi melibatkan kemampuan untuk menempatkan dua benda atau lebih ke dalam tata urutan tertentu, dari yang sederhana misalnya berdasarkan ukuran besar hingga kecil , ketinggian tinggi hingga rendah, ketebalan tebal hingga tipis hingga yang memerlukan ketelitian seperti warna gelap hingga terang, tekstur kasar hingga halus, posisi terdekat hingga terjauh, kapasitas isi dari banyak hingga sedikit, dan mengurutkan bilangan ordinal seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Ada dua jenis pengurutan yaitu pengurutan 1 – 1, dan pengurutan 2 – 2 (set) yang disebut dengan dobel seriasi (double seriation)
Gb.8 Mengurutkan atau seriasi 1 - 1
Dobel Seriasi
Gb. 9 Kegiatan dobel seriasi diambil dari cerita “beruang dan goldilocks” papa beruang mangku besar, mamberuang mangkuk sedang dan anak beruang mangkuk kecil.
2) Konsep Bilangan a) Pemahaman Bilangan (Number Sense) Berdasarkan pernyataan NCTM (2000) kemampuan pemahaman bilangan atau berhitung dan mengenal angka meliputi kemampuan untuk memahami bilangan, menghubungkan bilangan dengan angka, dan sistem urutan bilangan. Anak juga diharapkan memahami arti dari operasi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 339
bilangan dan hubungan antar bilangan, serta mampu untuk membilang dan membuat perkiraan. Menurut Piaget ada 2 cara mengajarkan berhitung pada anak, yaitu berhitung berurutan secara ordinal (count in sequence) dan berhitung berdasarkan nilai bilangan atau kardinal(count in the set of number). (1) Count in sequence 1 (2)
2 3 4 Count in sets of number
5
6
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Cara ke 2 lebih mudah dipahami anak, karena dua adalah 1 lebih, tiga adalah 2 lebih 1. Empat artinya 3 lebih 1. Lima artinya 4 lebih 1, dan seterusnya. Awalnya ajarkan anak menghitung secara berurutan, misalnya diri kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah. Setelah itu baru diajarkan dengan cara acak, yang memiliki kesulitan lebih tinggi. Anak perlu menguasai arah membaca dengan baik dari kiri ke kana dari atas ke bawah. Dalam mengembangkan kemampuan pemahaman bilangan, anak akan melewati proses memahami konsep: (1) Lebih atau kurang (more or less); (2) Menghitung/cardinalitas: menghafal hitungan, hubungan 1 – 1, menghitung secara berurutan, menghitung dalam sejumlah benda, urutan bilangan, perkiraan (estimasi); (3) Pengaturan spasial; (4) Lebih 1, lebih 2, kurang 1, kurang 2; (5) Benchmark 5 dan 10; (6) perkiraan jumlah; (7) bagian dari keseluruhan (part – part whole): Konsep bagian dari keseluruhan, yaitu pemahaman bahwa suatu set bilangan terdiri atas beberapa sub set bilangan, misalnya bilangan 5 dapat terdiri atas 1+4, 2+3, 3+2, 4+1 atau 1+2+2, 1+3+1, dan seterusnya. b) Aritmatika Kegiatan aritmatika merupakan kegiatan yang kaya akan pemecahan masalah. Untuk memecahkan suatu masalah merupakan proses untuk menemukan jawaban yang tepat dengan menggunakan berbagai cara. Polya (1962) menyatakan bahwa terdapat empat langkah untuk memecahkan masalah, yaitu; memahami masalah, membuat perencanaan untuk memecahkan masalah, melaksanakan rencana, dan lakukan pemeriksaan ulang (Smith, 2009). (1) Penjumlahan dan pengurangan Penjumlahan merupakan operasi biner atau melibatkan dua bilangan (binary operation) yang digabungkan agar menjadi satu satuan bilangan. Operasi penjumlahan bilangan yaitu; kumulatif, asosiatif, transitif, dan elemen identitas. Operasi Penjumlahan Elemen Identitas Penjumlahan Komutatif Penjumlahan asosiatif Penjumlahan transitif
Keterangan 1+0 = 1 Atau jika saya memiliki 1 buah mangga ditambah nol buah mangga, maka saya hanya punya 1 buah mangga 8+5 =13 sama dengan 5+8=13 6+8 = 6+6+2 = 14 Untuk mendapatkan jumlah 6, maka dapat diperoleh dari penjumlahan 1+5, 2+4, 3+3, dst.
(2) Perkalian dan pembagian Perkalian merupakan operasi yang digunakan untuk menemukan hasil dari dua faktor yang telah diketahui sebelumnya, faktor x faktor = hasil. Sedangkan pembagian digunakan pada saat keseluruhan hasil dan satu faktor. Hasil : pembagi (faktor) = faktor (3) Nilai tempat Nilai tempat yang biasa dikenal yaitu bernilai sepuluh (based ten system). Terdapat empat jenis based ten system, sebagai berikut: sistem yang menggunakan bilangan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 340
1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 0, angka nol digunakan sebagai penentu tempat; kelipatan sepuluh sebagai sistem letak, misalnya 10, 100, 1000, 10000; Algoritma.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Aljabar Permulaan Aljabar permulaan mengarah pada hubungan antar jumlah dan bagaimana jumlah dapat berubah dikarenakan adanya hubungan satu dengan lainnya. a) Pola (Patterning) Pola merupakan cara yang digunakan oleh anak untuk mengenal urutan untuk membuat prediksi atau perkiraan mana yang muncul terlebih dahulu dan kemudian secara berurutan. Fungsi anak mempelajari untuk membuat pola yaitu pertama untuk mengenal pola urutan bilangan. Kedua yaitu mengajarkan kepada anak untuk berpikir secara berurut sebagai bentuk dari kegiatan memecahkan masalah. Mempelajari pola dapat membantu anak untuk melihat dan menemukan pola hubungan, membuat generalisasi, dan prediksi. Terdapat beberapa jenis pola, yaitu: (1) Pola berulang misalnya AB-AB-AB, AAB-AAB-AAB, ABC-ABC-ABC, dan seterusnya. (2) Pola yang berkembang AB-ABB-ABBB-ABBBB. (3) Pola hubungan, misalnya satu anak memiliki dua mata, dua anak ada empat mata, dst. (4) Pola simetris b) Fungsi Konsep fungsi dibangun berasal dari data pada pola yang berkembang. Misalnya 1 mobil memliki 4 roda, jika ada 4 empat mobil maka ada berapa roda? 3) Analisis Data: Grafik dan Probabilitas Berdasarkan standar NCTM (2000) mengenai konsep grafik dan probabilitas, yaitu anak mampu untuk membbuat pertanyaan berdasarkan data yaitu mampu untuk mengumpulkan, menyusun, dan menunjukan data yang ada untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Anak mampu untuk memilih dan menggunakan metode statiska yang tepat untuk melakukan analisa data. Membangun dan memperbaiki perkiraan sebelumnya berdasarkan data yang didapat. Memahami dan mampu menerapkan konsep dasar dari probabilitas. a) Grafik Grafik menyajikan informasi numerasi secara visual. Terdapat beberapa bentik grafik, yaitu; dengan menggunakan benda nyata, grafik batang, grafik pie atau lingkaran, dan grafik garis. Grafik memiliki judul dan nama pada setiap bagiannya. Manfaat penggunaan grafik bagi anak yaitu anak dapat melihat dan membandingkan perbedaan dan persamaan, menuangkan perbendaan yang ada pada grafik dan membuat keputusan, mendiskusi berbagai perkiraan, dan mengkomunikasikan hasil. Untuk memahami konsep grafik seorang anak terlebih dahulu terampil dalam melakukan korespondensi satu – satu, memahami konsep bilangan, dan anak perlu memahami bahwa garis horizontal dan vertikal pada grafik sebagai titik utama. b) Probabilitas Tujuan konsep probabilitas dalam pembelajaran matematika anak usia dini yaitu anak diajak berpikir untuk memperkirakan hasil. Kegiatan bermain yang dapat dilakukan bersama anak dengan menggunakan benda nyata misalnya dengan menggunakan bermain lempar koin, berapa kali kemungkinan akan muncul gambar tertentu dalam dua kali lemparan. 4) Geometri: Bentuk dan Ruang NCTM (1989) mendefinisikan kepekaan ruang (spaial sense) sebagai intuisi seseorang terhadap ruang disekelilingnya dan benda yang ada disekitarnya. Untuk mengembangkan kepekaan ruang, seorang anak harus memiliki pengalaman yang mengarah pada hubungan geometri, yaitu arah, orientasi ruang dan sudut pandang terhadap benda di dalam ruang, ukuran dan bentuk benda, serta bagaimana bentuk dapat berubah yang dipengaruhi oleh perubahan ukuran. a) Ruang Konsep yang akan dikembangkan pada anak yaitu anak memahami posisi dan arah (atas, bawah, luar, dalam, kiri, kanan, depan, belakang, jauh, dan dekat). Untuk mengembangkan kemampuan pemahaman ruang, kegiatan bermain dapat dilaksanakan didalam dan diluar ruang. Kegiatan didalam ruang sebaiknya tidak menggunakan ruang yang sempit dan tidak terlalu banyak barang didalamnya. Kegiatan pemahaman ruang dapat berupa bermain ular naga, balok, kucing dan tikus, gobaksodor (galah asin), dan lain sebagainya. b) Bentuk Tujuan mempelajari konsep bentu yaitu agar anak dapat mengenali berbagai bentuk yang di temui sehari hari, misalnya lingkaran pada jam dinding, persegi pada jendela rumah, sehingga anak mampu membuat hubungan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 341
c) Geometri Tujuan anak mempelajari geometri dari jenjang pra-sekolah hingga SD kelas rendah yaitu: (1) Mengenal bentuk (2) Memahami bentuk (3) Mengenal bentuk berdasarkan ciri – cirinya (4) Memahami bentuk kurva tertutup dan terbuka (5) Mengenali bentuk geometri yang bergerak (6) Memahami bentuk simetri (7) Pemetaan dengan menggunakan koordinat geometri (8) Luas dan volume (9) Sudut (konsep dasar) (10) Pengukuran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gb. 19 Contoh kegiatan bereksplorasi dengan berbagai bentuk geometri
d) Pengukuran Pengukuran menggunakan nilai angka untuk mengukur benda fisik maupun non fisik. e) Pengukuran Fisik (1) Panjang dan tinggi (2) Luas area (3) Kapasitas dan volume (4) Berat dan massa f) Pengukuran Non-Fisik (1) Waktu (2) Suhu (3) Uang
Gb. 20 Contoh buku cerita tentang konsep waktu dengan “The grouchy lady bug”
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 342
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran matematika anak usia dini dapat diselenggarakan di sentra, area maupun sudut kegiatan bermain anak. Untuk mengelola kegiatan belajar yang baik ada beberapa hal yang menjadi perhatian guru, yaitu: 1) Kegiatan Belajar a) Kumpulkan anak untuk duduk berbentuk setengah lingkaran. Jika diperlukan sediakan alas duduk bagi anak. Posisi tersebut memberikan kesempatan pada anak untuk saling bertatap muka. b) Mulailah dengan kegiatan belajar dengan berbagai kegiatan seperti bernyanyi, bermain peran, memberikan pertanyaan, atau mengulan konsep matematika yang sudah dibahas sebelumnya. c) Buatlah kesepakatan aturan bersama. Lakukan kegiatan membuat aturan dengan berdiskusi dengan anak, batasi dua hingga tiga aturan saja. Misalnya tunjuk tangan jika ingin bertanya dan mendengarkan teman saat teman berbicara. d) Berikan anak waktu untuk beradaptasi dengan aturan yang telah disepakati bersama. Ingat jangan paksa anak untuk langsung paham mengenai aturan pada saat itu juga. 2) Pengelolaan Bahan Belajar Anak a) Perkenalkan hanya satu alat kegiatan main anak. Persiapkan alat main tersebut untuk kelompok kecil misal : tiga hingga empat orang anak. b) Perkenalkan alat main tersebut, jelaskan dari mana asalnya dan cara main alat tersebut. c) Diskusikan bersama anak aturan bermain bersama, dan jelaskan juga alasanya. Misalnya menyimpan alat mainan kembali pada tempatnya agar anak mudah menemukannya jika ia memerlukannya kembali. d) Peragakan apa yang akan terjadi jika anak tidak mengikuti aturan main bersama. Misalnya jika ada anak yang membawa pulang mainan. e) Jika ada anak yang tidak mentaati aturan main atau menyalah gunakan alat kegiatan main pisahkan anak dari kelompoknya, tetapi jangan berikan peringatan, ajak anak untuk duduk di luar kelompoknya dan minta anak untuk mengamati apa yang dilakukan temannya. Jika anak sudah memahami kesalahannya gabungkan kembali anak dengan kelompoknya. 3) Pengelolaan Lingkungan dan Kegiatan Belajar Anak a) Kumpulkan alat dan bahan main sesuai dengan konsep yang akan dibahas bersama anak. b) Tata alat dan bahan main anak. c) Pada waktu tertentu berikan anak kesempatan untuk bereksplorasi dengan alat dan bahan mainan baru. d) Lakukan kegiatan belajar dengan tahapan sebagai berikut: (1) Perkenalkan konsep matematika didalam kelompok besar (2) Atur anak menjadi kelompok – kelompok kecil untuk melakukan aktivitas matematika. (3) Guru mengamati anak pada saat kegiatan berlangsung dan lakukan pencatatan. Sesekali berikan pertanyaan pada anak untuk merangsang kemampuan berpikir dan untuk mengetahui sejauh mana anak memahami konsep matematika dari satu kegiatan main. (4) Pisahkan anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan. Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari anak – anak yang mengalami kedulitan tersebut. (5) Lakukan review dengan melakukan tanya jawab pada anak setelah setiap kegiatan dilakukan. e) Contoh Kegiatan Matematikan Anak Usia Dini Sentra : Cooking / Bermain Peran Kegiatan : ”Sate Buah” Usia : 5 – 6 tahun (15 anak) Tujuan: Anak mampu untuk mengidentifikasi nama, warna, tekstur dan rasa dari buah buahan yang digunakan untuk ”Sate Buah” Anak mampu untuk membuat ”Sate Buah” mengikuti suatu pola Anak dapat mengurutkan pola-pola yang dibuat pada selembar kertas Alat dan bahan: Buah pepaya, semangka dan nenas Kantong ”perabaan” Talenan Pisau Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 343
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tusuk sate Piring Kertas ”Chart” Krayon Gambar tempel/kartu bergambar Langkah – langkah kegiatan: Pembukaan: Guru menceritakan berbagai macam buah – buahan Guru melakukan tanya jawab bersama anak seputar buah– buahan. Guru menjelaskan kegiatan mebuat sate buah Prosedurpembelajaran: Anak memotong buah-buahan dan dibuat sate buah berdasarkan pola yang diinginkan anak. Guru bertanya kepada anak mengenai nama, rasa, tekstur, warna dari buah-buah tersebut.Guru menanyakan pola buah yang dibuat oleh masing-masing anak. Kegiatan Penutup: Anak membuat pola dari sate buah yang dibuatnya dalam selembar kertas ”chart” Aktifitas lanjutan: Bermain membuat pola dengan cara berbaris. Anak dibagi menjadi buah pepaya, semangka, dan nenas. Guru memanggil nama buah, anak yang terpanggil akan maju dan membuat urutan sesuai pola. Asesmen: Guru mengamati kemajuan dan partisipasi anak dan melakukan wawancara untuk mengetahui pemahaman anak mengenai pola dari sate buah yang dibuatnya. Anak diminta untuk presentasi hasil sate buah masing – masing. 3. Latihan Rancanglah kegiatan belajar matematika anak usia dini berdasarkan konsep matematika. Dengan komponen sebagai berikut: a) Tentukan tujuan kegiatan belajar matematika AUD. b) Rancanglah kegiatan bermain yang mengembangkan kemampuan tersebut. c) Buatlah langkah – langkah kegiatan bermain d) Buatlah media alat permainan yang menudukung kegiatan tersebut. e) Integrasikan kegiatan tersebut ke dalam sentra/ area/ sudut kegiatan anak. f) Buatlah rancangan setting lingkungan dan penataan alat dan bahan g) Rencanakan bentuk asesmen yang akan digunakan sebagai bukti bahwa anak telah menguasai suatu konsep dari matematika. 4. Daftar Pustaka Carruthersand, Elizabeth dan Maulfry Worthington, Children’s Mathematics Making Marks Making Meaning, London: Sage Publication, 2006. Charlesworth, Rosalind, Experience in Math For Young Children, 5th Edition. New York: Thomson Delmar Learning, 2005. Cooke, Heathet, Mathematics for Primary and Early Years, London: Sage Publication, 2007. Copley, Juanita V., The Young Child and Mathematics, Washington D.C: NAEYC, 2000 Dodge, Diene Trister, Creative Curriculum for Pre-School 4th Editition, Washinton DC: Teaching Strategies, 2007. Haylock, Dereck dan Fionna Thangata, Key Concepts in Teaching Primary Mathematics, London: Sage Publication, 2007 Henniger, Michael L., Teaching Young Children, New Jersey: Thompson Delmar Learning, 2009. Smith, Susan Sperry, Early Childhood Mathematics International Edition, New York: Pearson. 2009. Van De Walle, John, Matematika Pengembangan dan Pengajaran, Jakarta: Erlangga, 2007. Jurnal Online www.proquest.com/pqdweb Koleksi Foto TIM NEST dan koleksi pribadi. C. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini 1. Tujuan Pembelajaran Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik anak usia dini menunjukkan hasil belajar dengan indikator sebagai berikut: a. Peserta PLPG memahami gambaran mengenai pambelajaran sains yang tepat bagi anak usia dini. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 344
b. Peserta PLPG mampu menjelaskan stimualsi yang tepat bagi pengembangan pembelajaran sains untuk anak usia dini. c. Peserta PLPG memahami konsep yang utuh tentang persiapan-persiapan yang harus dijalankan dalam proses KBM mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi pada pembelajarn sains bagi anak usia dini. 2. Isi/Paparan Materi
All the flowers of all tomorrows are in the seeds of today (Chinese proverb). Kandungan makna
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
yang tersirat dari proverb Cina tersebut sangat benar adanya, bahwa biji yang ditanam hari ini suatu saat atau esok akan menjadi bunga. Anak-anak kita hari ini terutama untuk anak usia dini akan menjadi “seseorang” nantinya, kita harus memberikan suatu proses yang terbaik bagi anak-anak agar dapat tumbuh dan kembang secara sempurna Usia dini adalah masa emas untuk memberikan stimulasi dalam rangka mengoptimalkan fungsi otak, dimana kisaran usia dini adalah 0-8 tahun. Perkembangan otak pada usia dini bukanlah suatu proses yang berjalan sebagaimana adanya, melainkan suatu proses aktif yang membutuhkan stimulasi melalui alat-alat indera (sebagai reseptor-reseptor otak diseluruh bagian tubuh). Perkembangan otak manusia dapat terbagi dalam 4 tahapan berdasarkan usia yaitu : 0 - 4 tahun mencapai 50 %; 4 – 8 tahun, mencapai 80 %; 8 - 18 tahun mendekati 100%. a. Landasan Pembelajaran Sains Anak usia Dini 1) Pengertian Sains Sains didefinisikan dalam webster new collegiate dictionary yakni “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam. Manusia mengetahui banyak hal di muka bumi ini baik melalui penang-kapan indera maupun hasil olah pikir. Kumpulan hal-hal yang diketahui tersebut dinamakan pengetahuan. Sedangkan Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan logis dengan mempergunakan metode-metode tertentu. Berdasarkan definisi di atas sudah menimbulkan kesan rumit atau sulit dalam memahami dan mempelajari ilmu pengetahuan atau sains. Oleh karena itu tidak heran jika timbul mitos di masyarakat bahwa sains hanya dapat dipahami dan dimengerti oleh sekelompok orang dengan melakukan serangkaian penelitian. Istilah penelitian itu sendiri sudah menimbulkan kerumitan. Seolah-olah penelitian itu hanya dapat dilakukan oleh para pakar, para ilmuan dan mereka-mereka yang kesehariannya disesaki oleh referensireferensi ilmiah. Padahal setiap orang dan pada semua tingkatan usia dapat melakukan penelitian tanpa ia sadari bahwa ia telah melakukan penelitian. Penelitian secara sederhana dapat dilakukan hanya dengan berangkat dari suatu pertanyaan, "Mengapa?" dan berusaha mencari jawaban baik dari diri sendiri maupun dari sumber lain yang lebih mengetahui. Bagi seorang siswa, penelitian dapat dimulai ketika ia mulai bertanya kepada gurunya, bertanya kepada orang tuanya, atau bahkan bertanya kepada temanteman sebaya yang telah bersentuhan langsung dengan obyek yang dipertanyakan.
Science is built up of facts as a house of stones, but a collection of fact is no more a science than a pile of stones is a house (Henry Poincare, La Science et l’Hypothese, 1908). The goal of education is to produce independently thinking and acting individuals (Albert Einstein). Sains adalah kerangka pengetahuan. Pembelajaran sains itu penting
karena: (1) Sains adalah bagian penting dari budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas berpikir manusia; (2) Adanya laboratorium yang ditindaklanjuti dengan penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan bahasa, logika, serta kemampuan memecahkan masalah dalam kelas; (3) Untuk jangka waktu panjang, dapat diciptakan saintis-saintis muda; (4) Negara sangat tergantung kepada kemampuan teknis dan saintifik dari masyarakatnya untuk persaingan ekonomi global serta keperluan nasional. Ada 3 area sains yang diajarkan dalam kurikulum, yaitu: 1) sains kehidupan: Biologi (tubuh manusia), Zoologi (hewan), Botani (tumbuhan), 2) sains bumi, meliputi: Geologi (kulit keras bumi), astronomi (langit, musim, luar angkasa), 3) Fisika: ilmu kimia (benda padat dan cair), ilmu fisika (keseimbangan dan gerakan) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 345
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Ada tiga faktor utama mengapa dalam pembelajaran sains pembentukan sikap adalah penting (Martin, 1984), yakni: a) Sikap seorang anak membawa satu kesiapan mental bersamanya. Dengan sikap yang positif, seorang anak akan merasa sains objek, topic, aktifitas dan orang secara positif. Seorang anak yang tidak siap atau ragu-ragu karena alasan apapun juga akan kurang kemauannya untuk berinteraksi dengan orang dan hal-hal yang berhubungan dengan sains. b) Sikap bukan pembawaan dari lahir atau bakat. Ahli kejiwaan berpendapat bahwa sikap itu dipelajari dan disusun lewat pengalaman selagi anak-anak berkembang (Halloran, 1970; Oskamp,1977), sikap seorang anak dapat berubah melalui pengalaman. Guru dan orangtua mempunyai pengaruh terbesar atas sikap sains (George & Kaplan, 1998) c) Sikap adalah hasil yang dinamis dari pengalaman yang bertindak sebagai faktor pengaruh ketika anak memasuki pengalaman–pengalaman baru. Akibatnya sikap membawa suatu emosional dan intelektual, yang keduanya mengarah kepada pembentukan keputusan dan membentuk evaluasi. Keputusan dan evaluasi ini dapat menyebabkan seorang anak menetapkan prioritas dan memegang pilihan-pilihan yang berbeda. Selain pembentukan sikap, pembelajaran sains yang produktif juga dapat mengembangkan tiga aspek penting lainnya yakni: (1) Pengembangan dari sikap anakanak; (2) Pengembangan dari pemikiran anak dan ketrampilan kinestetik (motorik kasar, halus serta koordinasi mata dan tangan, demikian juga dengan pelatihan, perasaan);(3) Pengembangan ilmu pengetahuan yang dibangun dari pengalaman di dalam setting yang alami. Sikap mental dari saintis muda (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005) Emosional Dari keingintahuan yang besar anak-anak untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru, kita dapat meningkatkan mereka untuk membangun: 1. Rasa ingintahu yang besar 2. Ketekunan 3.
Pendekatan positip terhadap kesalahan
4.
Pikiran yang terbuka
5.
Bekerjasama dengan yang lain
Intelektual Dari pengalaman pembelajaran yang positip pada anak-anak, kita dapat mengembangkan mereka: Ada keinginan untuk mencari sumber informasi Ada ketidakpercayaan; keinginan untuk menunjukkan atau untuk mempunyai nilai alternatif dari bukti yang digambarkan Mengabaikan generalisasi secara luas ketika ada keterbatasan bukti Mempunyai toleransi terhadap opini lain, penjelasan atau nilai yang digambarkan Mempunyai keinginan untuk menahan keputusan sampai semua bukti atau informasi ditemukan dan diujikan
Sikap mental dari saintis muda (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005) Emosional
Intelektual Menolak untuk mempercayai dalam superstition atau menerima klaim tanpa bukti Terbuka terhadap perubahan pemikiran mereka ketika bukti-bukti terhadap perubahan telah diberikan terbuka terhadap pertanyaan mengenai ide mereka.
2) Memulai Belajar Penelitian Anak-anak adalah saintis alamiah. Para ahli perkembangan anak pernah berdebat dalam masalah ini, tidak hanya didasari pada fakta dasar behavior anak-anak, tetapi lebih pada hubungan antara behavior dan aspek penting dari pemikiran saintifik. Anak-anak yang dibawa ke kelas sains memiliki rasa keingintahuan yang alami dan menset idea serta memahami konseptual framework dimana terdapat hubungan antara pengalaman di dunia alami dan informasi lain yang telah mereka pelajari sebelumnya (terdapat koneksi). Sejak Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 346
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mereka memiliki berbagai pengalaman, anak-anak diberikan dalam kisaran yang luas kemahirannya (skill), pengetahuan, serta adanya pengembangan konsep. Anak usia dini pada tingkatan taman bermain, TK A dan B maupun anak usia sekolah dasar sampai kelas dua belum saatnya diberikan pelajaran tentang kemampaun penelitian ilmiah, konsep-konsep ilmiah ataupun prinsip-prinsip penelitian. Karena memang pada anak usia dini (0-8 tahun) mereka baru mempelajari tentang kemampuan dasar yang terdiri dari pengamatan, klasifikasi, komunikasi, ukuran, estimasi, prediksi dan kesimpulan. Pada kelas tiga SD, anak sudah diajarkan mengenai kemampuan dasar dan kemampuan terpadu. Kemampuan terpadu terdiri dari mengidentifikasikan variabel, mengontrol variabel, definisi operasional, membentuk operasional pengalaman, grafis, interpretasi data, model dan investigasi. Namun demikia, sikap mental peneliti sudah dapat diberikan oleh guru dalam bentuk yang sederhana dan yang berada di lingkungan terdekat dari dunia anakanak. Oleh karma itu seorang guru dituntut untuk dapat menjelaskan area sains secara tepat kepada anak-anak, kendatipun kurikulum yang tersedia saat ini tidak menyediakan bahan-bahan penelitian yang dibutuhkan olch seorang guru. Seorang guru harus mampu mengevaluasi setiap pengetahuan anak-anak dan konseptual serta perkembangan skill/kemahiran, sebaik tingkat metakognisi anak-anak mengenai pengetahuannya, kemahiran dan konsep, juga menyediakan lingkungan pembelajaran anakanak dimana setiap anak dapat bergerak mengembangkan dalam semua aspek. Pertanyaan kunci untuk instruksi ini adalah bagaimana mengadaptasi tujuan instruktusional ke pengetahuan yang telah ada dan kemahiran dari murid, sebaik bagaimana memilih teknik instruktusional sehingga akan lebih efektif. Bagan Kemahiran Proses Sains (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005) Kemahiran Dasar Observasi Klasifikasi Komunikasi Pengukuran Estimasi Prediksi Kesimpulan Proses Kemahiran Observasi Klasifikasi Memanipulasi material Mengkomunikasikan Mencatat/menyusun data Prediksi Inferensi Mengestimasi Penyelidikan Pemecahan masalah/membuat keputusan
Pra Taman Kanak- kanak X X X X X X
Taman Kanak- Kanak X X X X X X X
Menggunakan indera untuk menggabung-kan informasi Mengelompokkan, ordering, mengkategori-kan, merangking, memisahkan, mem-bandingkan. Memberikan perlakuan pada material secara efektif Berbicara, menulis, menggambar Logs, jurnal, grafik, table, gambar, rekaman Dimulai dengan hasil yang diharapkan didasarkan pada pola atau bukti yang ada Membuat kesimpulan (perkiraan yang educated) didasarkan pada alasan untuk menjelaskan observasi Menggunakan penilaian hingga aproksimat sebuah nilai/kuantiti Proses yang terintegrasi dari penelitian Proses yang terintegrasi untuk menilai dan menghasilkan solusi
3) Pembelajaran sains secara alami Pembelajaran sains terhadap anak-anak yang terbaik adalah ketika mereka ter-motivasi. Oleh karena itulah maka pemberian pembelajaran harus menarik, menyenangkan, menantang, melalui interaksi dengan lingkungan, dilakukan bersama antara yang seusia dengan dewasa, dengan menggunakan benda konkrit. Adapun pembelajaran ini dapat dilakukan melalui penyelidikan untuk melihat : pola, perhubungan, proses, dan masalah. Pembelajaran sains juga dapat mengembangkan bahasa. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 347
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar3. Pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Anak-anak juga dapat melihat hubungan, proses dan masalah serta jalan keluar. Pembelajaran sains dilaksanakan secara kooperatif. Adapun prinsip dan teknik digunakan untuk membantu murid bekerjasama lebih efektif. Kerjasama adalah sesuatu yang bernilai, hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat melihat kerjasama mempunyai tujuan yang kuat, melihat teman sebagai teman berkolaborasi yang potensial, dan untuk memilih kerjasama sebagai kemungkinan pilihan yang layak untuk berkompetisi dan pekerjaan individual. Adapun prinsip pembelajaran sains adalah kooperatif, yakni: (1) adanya keterkaitan yang positif; (2) sebagai individu yang dapat diperhitungkan; (3) adanya interaksi yang simultan; (4) adanya partisipasi yang setara. Pada pembelajaran secara berkelompok, anak-anak diharapkan dapat bekerjasama dengan cara berdiskusi antar teman sebelum akhirnya ditanyakan kepada guru. Anak-anak berdiskusi tentang prosedur maupun kandungan isinya. Selain berdiskusi dengan satu kelompok mereka juga dirangsang untuk berdiskusi antar kelompok sebelum bertanyan pada gurunya. Apabila satu kelompok dapat mengerjakan tugas dengan cepat maka dapat membantu kelompok lain yang belum selesai. Tujuan dari pendidikan sains pada anak usia dini adalah (1)Mempersiapkan anak-anak dengan pengalaman yang dapat membantu mereka menjadi terpelajar secara saintifik; (2) Membimbing anak-anak saat mereka mempelajari kandungan arti dan membangun indera berdasarkan pengalaman oleh pemahaman terfokus dengan menggunakan ide sains, kemahiran, dan sikap mental; (3) Berbagi tanggungjawab dengan anak-anak terhadap apa yang mereka pelajari; (4) Mengadaptasi kurikulum, mengatur waktu dan mengatur praktek, termasuk untuk tema pelajaran yang mengambil waktu beberapa hari atau minggu; (5) Menguji kemajuan dalam berbagai cara untuk mengelompokkan mana yang anak-anak ketahui dan dapat lakukan. 4) Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini a) Pengertian Organisme Organisme adalah semua mahluk hidup yang terdiri dari pepohonan, mamalia, lumut, serangga, jamur dan bakteri yang tersusun dengan struktur yang berbeda untuk fungsi yang berbeda. Ciri-ciri dari mahluk hidup adalah: (1) Makanan, tumbuhan membuat makanan mereka sendiri. Hewan memakan organisme lain. Jamur mencerna dan menyerap makanan mereka sendiri. (2) Nafas, menghirup oksigen untuk bernapas. Mengeluarkan karbondioksida (3) Respirasi, mencerna makanan untuk menghasilkan energI (4) Pembuangan, melepaskan zat-zat sisa yang beracun seperti karbondioksida dan kotoran (5) Pertumbuhan, bertambahnya ukuran bagi bakteri dan organisme bersel satu. Bertambahnya jumlah sel bagi organisme bersel banyak menuntun kepada bertambahnya ukuran dan perubahan bentuk.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 348
(6) Berkembang biak, pembagian sederhana ke dalam dua sel bagi bakteri dan organisme satu sel. Reproduksi seksual dan non seksual. (7) Respon, respon terhadap rangsangan. Hewan biasanya bergerak menjauh dengan cepat, respon semua hewan; tumbuhan merespon melalui cara bertumbuh, biasanya dengan gerakan tubuh. (8) Gerakan, kebanyakan organisme bersel satu dan hewan bergerak secara keseluruhan. Jamur dan tumbuhan bergerak dengan anggota-anggota tubuh mereka. (9) Asal terbentuknya, organisme terbuat dari sel-sel
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Beberapa hal yang tidak menggambarkan karakteristik yang jelas dari mahluk hidup. Sebagai contoh bawang merah, kentang atau biji-bijian tidak terlihat seperti mahluk hidup, namun pada saat bawang merah, kentang atau biji-bijian menemukan habitat yang cocok maka mereka mempunyai potensi untuk berkembang. b) Pengelompokkan Organisme Ada 30 juta spesies dari mahluk hidup di bumi dan beberapa ilmuwan memperkirakan sebesar 100 juta. Dari data ini, hanya sebagian kecil dari spesies antara 1.5 sampai 1.8 juta yang telah dideskripsikan. Dengan keragaman yang besar dari organisme di sekeliling kita ini, kita hanya mengerti lingkungan kita dengan membaginya ke dalam kelompok dan dikenal dengan dengan istilah The 5 Kingdom THE 5 KINGDOM Sistem pembagian Kingdom dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika yakni Robert H. Whitaker (1969). Sistem ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang dimiliki adalah penggolongan jamur yang dimasukan ke dalam kingdom tersendiri. Alasan yang dikemukakan adalah jamur tidak mencerna sendiri makanan seperti yang dilakukan oleh binatang, tetapi mereka mengeluarkan enzim pencernaan disekitar makanan mereka, kemudian menyerapnya ke dalam sel. Begitu juga terlihat jelas perbedaannya dengan monera. Jamur atau fungi termasuk dalam jenis organisme eukariot bukan prokariot. Kingdom ini sudah melengkapi dari kingdom sebelumnya. Adapun kelemahannya yakni belum mampunya sistem ini mendefinisikan kingdom monera secara tepat sehingga didalam kelompok kingdom monerapun masih memiliki perbedaan yang cukup signifikan baik dalam hal RNA polymerase, RNA sequence, membran lipid, dan lainnya. Organisme dikelompokkan ke dalam lima kingdom: (1) Monera. Monera merupakan golongan yang bersifat prokariotik (inti sel tidak memiliki selaput inti). Monera terbagi menjadi dua golongan, yaitu Golongan bakteri (Schizophyta/ Schyzomycetes) dan golongan ganggang biru (Cyanophyta). Hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Ditemukan di udara, air, tanah dan didalam organisme lain. (2) Protista (organisme bersel satu). Protista merupakan organisme yang bersifat eukariotik (inti selnya sudah memiliki selaput inti). Pembentukan kingdom ini diusulkan oleh Ernst Haeckel atas pertimbangan adanya organisme-organisme yang memiliki ciri tumbuhan (berklorofil) sekaligus memiliki ciri hewan (dapat bergerak). Yang termasuk dalam kingdom protista adalah Protozoa dan Ganggang bersel satu. Kebanyakan dilihat dengan mikroskop. Bersel satu dengan nucleus asli seperti tumbuhan atau seperti hewan. Pada dasarnya ditemukan di air atau di dalam organisme lain. (3) Fungi (jamur). Fungi merupakan organisme uniseluler (bersel satu) dan multiseluler (bersel banyak) yang tidak berklorofil. Fungi multiseluler dapat membentuk benangbenang yang disebut hifa. Tidak memiliki klorofil. Hidup di tanah atau didalam organisme lain. Berkembang biak dengan spora. Bersifat heterotrof. Contoh: Aspergillus niger. Kingdom ini dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu: 1. Oomycotina; 2. Zygomycotina; 3. Ascomycotina; 4. Basidiomycotina; 5. Deuteromycotina (4) Tumbuhan. Tumbuhan hijau meliputi organisme bersel banyak (multiseluler) dan sel-selnya mempunyai dinding sel. Membuat makanan sendiri (fotosintesa), hampir seluruh anggotanya berklorofil sehingga sifatnya autotrof. Yang termasuk kingdom tumbuhan: Ganggang bersel banyak (diluar ganggang biru), Lumut (Bryophyta), Paku-pakuan (Pteridophyta), Tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 349
(5) Hewan. Memakan organisme lain, biasanya bergerak. Hewan atau animal yang kita kenal selama ini dapat dibagi menjadi sepuluh macam filum (phylum), yaitu
protozoa, porifera, coelenterata, plathyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca, echinodermata, arthropoda dan chordata.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(a) Phylum Protozoa. Protozoa adalah hewan bersel satu karena hanya memiliki satu sel saja alias bersel tunggal dengan ukuran mikroskopis (hanya dapat dilihat dengan mikroskop). Protozoa dapat hidup diair atau dalam tubuh mahluk hidup atau organisme lain sebagai parasit. Hidupnya dapat sendiri (soliter) atau beramai-ramai (koloni). Contoh: Amuba (amoeba) (b) Phylum Porifera. Porifera adalah binatang atau hewan berpori. Tubuhnya berpori-pori mirip spon. Hidup dengan memakan makanan dari air, kemudian disaring oleh organ tubuhnya. Contoh: bunga karang. (c) Phylum Coelenterata. Coelenterata adalah hewan berongga bersel banyak yang memiliki tentakel. Simetris tubuh coelenterata adalah simetris bilteral yang hidup di laut. Contoh : Ubur-ubur. (d) Phylum Platyhelminthes. Plathyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan tubuh simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syaraf yang berpasangan. Cacing pipih kebanyakan sebagai penyebab timbulnya penyakit karena hidup sebagai parasit pada binatang/hewan atau manusia. Contoh: cacing hati, cacing pita. (e) Phylum Nemathelminthes. Nemathelminthes atau cacing gilik/giling adalah hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak memiliki sistem peredaran darah. Contoh: cacing tambang, cacing askaris, cacing gilik. Setiap kingdom lebih jauh lagi dibagi ke dalam kelompok yang lebih kecil dan lebih kecil lagi seperti: filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies. c.Kegiatan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Tujuan kegiatan pembelajaran sains bagi peserta didik yaitu agar dapat mengembangkan rencana pembelajaran akademik bagi anak usia dini dengan Tema Hewan Peliharaan dan sub tema Ikan. 2. Uraian Materi Ikan termasuk dalam vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27000 di seluruh dunia. Secara taksonomi ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Klasifikasi ikan. Ikan adalah kelompok parafiletik artinya setiap kelas yang memuat semua ikan akan mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Ikan terbagi dalam ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 persen termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondricthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan bertulang keras atau sejati inilah yang mencakup hampir semua ikan pada masa kini. Ekologi Ikan. Ikan dapat ditemukan dihampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman yang bervariasi, dari yang dekat permukaan hingga ke beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun demikian, ada satu danau yang kadar asinnya terlalu tinggi yakni Great Salt Lake tidak bisa didiami oleh ikan. Ada beberapa spesiesn ikan yang dibudidayakan untuk dipelihara dan dipamerkan dalam akuarium. Ikan Mas (Cyprinus carpio). Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak, termasuk golongan teleostei. Tubuhnya terbungkus oleh kulit yang bersisik, berenang dengan menggunakan sirip dan bernapas dengan insang. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 SM di Cina. Di Indonesia mulai dipelihara sekitar tahun 1920, adapun asal dari ikan ini adalah dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Klasifikasi Ikan Mas. Filum : Chordata. Kelas: Pisces. Sub Kelas: Teleostei. Ordo: Ostariophysi. Sub Ordo: Cyprinoidea. Famili: Cyprinidea. Famili: Cyprinidea. Genus: Cyprinus. Spesies: Cyprinus carpio L
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 350
Contoh Rencana Pembelajaran Tematik RENCANA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA SUB TEMA KELAS/SEMESTER WAKTU
: : : :
HEWAN PELIHARAAN IKAN II/1 2 x PERTEMUAN (70 MENIT)
I. STANDAR KOMPETENSI Pembiasaan/moral · Menyayangi mahluk cipataan Tuhan Bahasa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kognitif
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan bertanya, bercerita dan deklamasi Mengenal bentuk ikan dan bagian-bagiannya Menulis kata-kata dengan menjawab pertanyaan sederhana Melaksanakan perintah sederhana secara lisan atau tertulis Membuat cerita singkat tentang ikan -
Mengenal bentuk dan bagian-bagian ikan (morfologi dan anatomi ikan) Mengetahui proses perkembanganbiakan ikan
Sains
Mengamati bentuk dan bagian-bagian ikan (organ ikan) Seni/motorik halus Menggambar ikan (hasil observasi) Bahasa Inggris Melafalkan kata yang berkaitan dengan tema dalam Bahasa Inggris II. KOMPETENSI DASAR Menceritakan perlunya menjaga dan menyayangi mahluk ciptaan Tuhan (moral/pembiasaan) Menceritakan bentuk bagian-bagian ikan Melaksanakan sesuatu sesuai perintah atau petunjuk sederhana (bahasa) Mencontoh kalimat dari buku atau papan tulis (bahasa) Menggambar ikan (seni, hasil dari observasi anak) Membuat cerita singkat tentang ikan III. INDIKATOR Bahasa - Menulis kata atau kalimat Menjawab pertanyaan, mengemukakan ide dan pendapat dengan kalimat Benar Menceritakan kembali cerita yang sudah dilihat dan didengar - Menyimpulkan secara sederhana dengan menggunakan bahasa sendiri tentang cerita yang dilihat atau didengar Kogintif - Mengetahui bentuk dan bagian-bagian ikan - Memahami proses perkembangan ikan Moral/pembiasaan - Menyayangi mahluk ciptaan Tuhan IV. LANGKAH PEMBELAJARAN ■ Kegiatan Awal ■ Kegiatan Inti ■ Kegiatan Penutup V. Alat dan Sumber ■ LCD, CD, Komputer/laptop ■ Lembar kerja siswa ■ Ikan, piring, garpu, pisau/cutter, Tray ■ KTSP ■ Metode yang digunakan : demonstrasi, observasi, tanya jawab, tugas Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
inkuiri, bercerita, pemberian
P a g e | 351
VI. PENILAIAN ■ Penilaian Lisan ■ Pengamatan ■ Penilaian Produk ■ Penilaian Portofolio ■ Evaluasi yang dilakukan oleh guru adalah: ■ Apakah anak dapat menyebutkan bentuk, bagian dan jenis ikan? ■ Apakah anak dapat menyebutkan alat pernapasan pada ikan? ■Apakah anak dapat menyebutkan bagaimana proses perkembangan biakan ikan? Dapatkah anak menggambar ikan hasil observasi? ■Dapatkah anak membuat cerita singkat tentang ikan sesuai bahasa mereka masing- masing? Kegiatan Belajar 2 Tujuan mengenal lingkungan kita adalah agar kita memahami dan menjaga lingkungan disekitar kita.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Teori: Lingkungan mengacu pada sekeliling kita, semua yang hidup dan benda-benda mati serta interaksi diantara mereka. Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi lingkungan mencakup cahaya, panas, air, angin, substrat (bebatuan, pasir, tanah, lumpur), zat non organik dan gas seperti oksigen dan karbondioksida. Faktor-faktor biotik yang mempengaruhi lingkungan mencakup semua mahluk hidup dan pengaruh-pengaruh mereka terhadap satu sama lainnya. Lingkungan bisa saja daratan (tanah), perairan (air) atau gabungan antara darat dan air seperti rawa bakau. Meskipun spesies manusia hanyalah sebuah kelompok kecil dari organisme, pengaruh manusia terhadap lingkungan sangat luas dan hebat. Kitatelah memperkenalkan spesies tumbuhan dan hewan ke dalam lingkungan yang baru dan beberapa spesies yang telah diperkenalkan ini telah menjadi hama setiap waktu. Manusia juga mengadakan penebangan-penebangan di hutan curah hujan untuk diambil kayunya mengakibatkan tanah menjadi longsor dan erosi (pengikisan tanah akibat air). Selain dari itu adanya metode penebangan yang salah dan juga pembakaran hutan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan kebakaran hutan. Dampak dari penebangan ini adalah tumbuh-tumbuhan kehilangan habitat alami,begitu juga dengan organisme lain yang tak terhitung jumlahnya, ada beberapa diantaranya yang tidak dikenal oleh kita. Nilai-nilai tanggungjawab terhadap lingkungan dan sosial diperlukan agar lingkungan kita tidak tercemar. 2) Asesmen Tujuan dari asesmen berdasarkan kurikulum adalah untuk melihat kompetensi anak dari bidang akademik. Saat ini pendidik menginginkan dan memerlukan anak-anak yang tidak saja dapat mengulang kembali pengetahuan, kemahiran dan prosedur tetapi juga apa yang mereka pikirkan. Sebagai contoh jika anak berpikir bahwa segala sesuatu yang hidup akan diklasifikasikan bersama karena mereka dapat bergerak dan memiliki facial features, lalu kita dapat tanyakan kepada mereka dengan bahasa sederhana untuk mengidentifikasikan mahluk hidup dan tidak hidup. Asesmen dapat dilakukan secara formal dan informal. Asesmen formal biasanya berbentuk dokumen tertulis seperti tes atau kuiis yang diberi skor atau grade berdasarkan kinerja siswa. Asesmen informal biasanya tidak terlalu berkontribusi untuk penilaian akhir, asesmen ini lebih kepada keadaan umum dan dapat dilakukan melalui observasi, pedoman inventoris, partisipasi, melalui teman, evaluasi diri dan diskusi. Asesmen individual atau dalam kelompok kecil. Ada berbagai cara yang berbeda untuk membangun asesmen. Yang harus dipertimbangkan adalah Wawancara; guru – anak, Running records; Anekdot; contoh kerja anak: ilustrasi anak, model, diagram, cerita, laporan, perencanaan, poster, video atau audio recording; Performance: aturan permainan, debat, drama, nyanyi, puisi; Peta konsep; Auditape dari grup diskusi (kecil maupun besar); Observasi pada saat anak bekerja, Checklist, Tes (praktek dan tulisan), Dokumentasi pada saat anak mengadakan kegiatan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 352
Kumpulkan semua hasil kerja anak, kemudian dianalisis tipe pembelajaran yang di ases. Kita akan mengetahui kelemahan dan kekuatan dari masing-masing tipe. Langkah-langkah dalam pembuatan asesmen: Analisis hasil identifikasi Penentuan bentuk alat yang akan digunakan dalam asesmen Penentuan butir-butir pernyataan/pertanyaan yang akan diterapkan dalam alat yang telah ditentukan dalam asesmen Penentuan kriteria penilaian, penentuan bentuk laporan. Contoh penyusunan dan pemberian tingkatan pada seorang siswa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Organiser and Level Life and living Hidup bersama Struktur dan fungsi Kergamanan mahluk hidup, perubahan dan kesinambungan Natural and processed materials Material dan penggunaannya Struktur dan sifat Reaksi dan perubahan Working Scientifically Merencanakan investigasi Membangun investigasi Memproses data Mengevaluasi yang didapat Penggunaan sains Acting responsibility Earth and beyond Bumi, langit dan manusia Perubahan bumi Tempat hidup kita Energi dan Perubahannya Energi dan kita Transfer energi Energi dan sumber serta penerima
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3. Latihan a. Kembangkan minimal dua alat asesmen untuk pembelajaran sains bagi anak usia dini dengan menggunakan tematik dan beri alasan mengapa menggunakan alat tersebut. b. Jelaskan kemahiran dasar yang harus diberikan pada pembelajaran sains anak usia dini? c. Buatlah satu perencanaan (lesson plan) untuk pembelajaran sains yang terintegrasi. K. Pengembangan Pengetahuan Sosial Anak Usia Dini 1. Pengembangan Pengetahuan Sosial Anak Usia Dini Seperti yang telah didefinisikan oleh National Council for the Social Studies (NCSS), ilmu sosial adalah ilmu yang terintegrasi dari ilmu pengetahuan sosial dan humanistik untuk memajukan kompetensi yang sifatnya kewarganegaraan. Ilmu sosial saling berkordinasi, sistematika pembelajarannya menggambarkan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, filsafat, pengetahuan politik, psikologi, agama dan sosiologi atau humanistik. (NCSS, 2003) Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, hubungan antar manusia serta dengan lingkungan sekitar manusia itu sendiri, seperti sosiologi, ekonomi, politik, antropologi, sejarah, psikologi, geogrofi dan lain-lain. Tujuan dari ilmu sosial adalah untuk membantu anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang beralasan sebagai bagian dari warga masyarakat yang demokratis di dalam keragaman budaya di dunia yang saling tergantung. (NCSS, 2003) dengan mempelajari ilmu sosial, anak belajar mengenal diri dan lingkungan sosialnya. Selain itu, dengan memahami diri dan lingkungan sosialnya, anak akan belajar untuk menempatkan diri sesuai dengan siatuasi dan kondisi yang mereka hadapi. Dua tujuan utama dari ilmu sosial yaitu menyiapkan anak untuk ”mengasumsikan kewarganegaraan dan untuk mengintegrasi pengetahuan, ketrampilan dan etika dengan dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 353
melalui disiplin ilmu. Kedua tujuan tersebut dapat membedakan ilmu sosial dengan ilmu yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu sosial memiliki cirri khas tersendiri.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Budaya Kebudayaan adalah uraian pertama dari sepuluh uraian tematik yang dikembangkan oleh National Council for the Social Studies (NCCS, 1994) yang berfungsi sebagai kerangka untuk program pengetahuan sosial k-12. Kebudayaan adalah sentral untuk kita sebagai individu dan sebagai masyarakat. Kebudayaan adalah salah satu unsur yang sangat melekat dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Kebudayaan adalah cara hidup, lingkungan buatan manusia, nilai-nilai dan kepercayaan, symbol, interpertasi, sudut pandang yang diberikan oleh kelompok sosial (Banks, 2008). Kebudayaan menetapkan cara bagaimana berpikir, merasakan, dan berperilaku. Budaya kelompok dibuktikan melalui nilai-nilai, komunikasi nonverbal, bahasa, hubungan interpersonal, dress codes, parenting, peran gender, kebiasaan, adat istiadat sosial, dan hiburan. Berbagi kebudayaan membuat kita dapat tinggal berkelompok, dan inilah cara suatu kelompok beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal. Karakter penting lain mengenai kebudayaan adalah bahwa kebudayaan itu berubah secara konstan. Ringkasnya, kebudayaan itu mengikat dan membagi atau memisahkan masyarakat. Mengerti dan menerima perbedaan dan kesamaan dapat dilakukan pada masa usia dini. Upaya untuk mengenalkan perbedaan dan kesamaan serta penerimaan terhadap perbedaan tersebut dapat dilakukan dengan konsep pembelajaran ilmu sosial yang menarik dan bermakna. Lingkungan hendaknya mengembangkan kebudayaan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang merayakan keragaman dan kesatuan dibangun atas dasar rasa saling menghormati yang dalam terhadap semua individu dan kelompok (Copple, 2003; Garcia, 2003). Untuk menciptakan ruang kelas yang menggabungkan rasa saling menghargai yang dalam bagi individu dan kelompok berarti pendidik harus terlebih dahulu mengerti beberapa hal: · Perilaku, nilai-nilai, dan gagasan anda sendiri mengenai orang lain · Perilaku, nilai-nilai, dan gagasan anak mengenai orang lain · Bagaimana perilaku terhadap orang lain dipelajari Perilaku dan nilai-nilai yang langsung dan membimbing merupakan dasar untuk merayakan keanekaragaman. Tetapi sebagai seorang pendidik, anda harus lebih dari sekedar memahami perilaku anda sendiri dan perilaku anak. Pendidik juga harus familiar dengan konsep kunci untuk mempelajari merayakan keanekaragaman seperti: · memahami keterkaitan dan saling ketergantungan · pengetahuan mengenai kesamaan yang menyatukan orang-orang dari beragam budaya, pengalaman, Ras / etnis dan bangsa · keterampilan untuk menyelesaikan konflik interpersonal yang kemudian menjadi dasar untuk bekerja sama dengan orang lain B. Waktu, Kesinambungan dan Perubahan 1. Waktu Anak usia dini mengenal konsep waktu dengan sederhana. Anak usia dini mengenal lamanya dalam satu hari adalah ketika ia bangun tidur, sampai dengan ia tidur kembali. Ia mengetahui adanya perubahan ketika melihat fotonya yang baru lahir dan membandingkan dengan kondisi dirinya pada masa sekarang dengan banyak perubahan. Anak usia dini mengetahui bahwa makan dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada waktu pagi hari, pada waktu siang hari dan pada waktu malam hari. Anak-anak memiliki pengertian tentang waktu, tetapi lebih bersifat naluri daripada konvensional. Selama anak usia dini, anak-anak dapat membedakan masa lalu dari sekarang dan mulai untuk menggambarkan kejadian sehari-hari dalam pola berurutan. Anak-anak mengasosiasikan waktu kronologis dengan waktu pribadi sebagai cerminan dari siklus alami kejadian sehari-hari. Anak usia dini memiliki keterbatasan persepsi mereka tentang urutan dan lamanya waktu dan kemampuan mereka untuk mengatur urutan dan pengalaman sehari-hari. Ide intuitif anak usia dini tentang waktu adalah subyektif. Subjektivitas ini penyebab utama kesalahan yang terjadi. Usia 5 tahun mengetahui bahwa menunggu selama 10 menit, akan lebih sulit daripada menunggu 5 menit, tetapi mereka juga menyimpulkan bahwa diperlukan waktu lebih sedikit untuk roda yang berbalik cepat dalam putaran selama 5 menit daripada yang dilakukannya untuk sebuah keran Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 354
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
yang menitik dalam waktu yang sama (Vukelich dan Thornton, 1990). Pemahaman yang terbentuk kadang kala bertentangan dengan konsep yang sebenarnya. Waktu yang berdasarkan intuisi berbeda dari waktu operasional. waktu operasional menyangkut pemahaman hubungan urutan, lama, dan berdasarkan operasi persamaan dalam logika, baik itu kualitatif atau kuantitatif (Piaget, 1946). Tidak sampai memasuki operasi formal anak, dekat dengan masa remaja awal, apakah mereka mampu menguasai waktu operasional. Mungkin karena urutan sementara hanya membutuhkan perbandingan kualitatif, seperti sedikit lawan besar, anak-anak berusia 4 atau 5 dapat menunjukkan beberapa pemahaman kemampuan untuk mengurutkan peristiwa. Usia 4 sampai 6 tahun dapat melakukan tindakan secara berurutan untuk mencapai tujuan; mereka tahu peristiwa yang terjadi dan mereka dapat mengurutkan kejadian sehari-hari dengan mengorganisir siklus (Vukelich & Thornton, 1990). Usia 4 tahun dapat akurat dalam menilai sesuatu yang bersifat sementara atas tingkat kesempatan; pada usia 5 tahun, anak-anak dapat menilai urutan terbelakang dari kegiatan sehari-hari dan urutan terdepan dari titik yang telah ditentukan dalam beberapa hari dan dapat mengevaluasi panjang interval dari kegiatan sehari-hari. Sekitar usia 7, anak-anak juga dapat menilai urutan peristiwa mundur dari beberapa titik acuan. Anak-anak belajar konsep urutan sementara - seperti sebelum dan sesudah, besok dan kemarin, atau mereka yang hanya membutuhkan bahwa posisi anak dalam dua poin waktu - lebih mudah daripada hubungan kuantitatif sementara. Untuk memahami hubungan kuantitatif sementara, seorang anak harus menyadari bahwa jarak 1:00-2:00 adalah sama dengan jarak 2:003:00. Anak-anak yang hanya mengerti urutan mungkin tidak sepenuhnya memahami bahwa jarak adalah sama. Sambil lalu, ini masalah yang sama dengan ciri kesalahan awal anak dalam menggunakan jarak linier. Seiring waktu anak mencapai Taman Kanak-kanak, mereka menggunakan istilah-istilah waktu dan jam dalam bercerita. Meskipun, mereka belum diinternalisasi konsep lamanya jarak, seperti jam dan menit, mereka memahami bahwa istilahistilah ini memiliki makna. Anak pertama memulai dengan kegiatan mengasosiasikan jadwal kelas reguler setiap hari, kemudian mereka mencocokkan jadwal ini dengan waktu yang ada di jam. Selanjutnya, konsep jam, setengah jam, dan seperempat jam dapat berkembang. Usia 5 tahun mulai mengerti unit sementara waktu - seperti hari, tanggal, dan waktu kalender, dirumuskan pada urutan sementara atau peristiwa yang berurutan dan dapat menyesuaikan diri pada waktunya, mencocokkan waktu dengan peristiwa eksternal: “itu adalah hari; matahari bersinar,” atau “itu adalah malam; bintang-bintang berada di luar”. Memahami kalender waktu termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep seperti waktu pertama, terakhir, berikutnya, kemudian, lebih cepat, sebelum, dan sesudah. Pada usia 5 tahun, anak-anak dapat mengatakan apa hari itu dan akan menggunakan istilah-istilah umum seperti musim dingin sebelum mereka akan menggunakan istilah umum hari ini, sebelum, atau dalam beberapa hari (Ames, 1946). Anak pertama bisa menanggapi kata waktu; berikutnya, mereka dapat menggunakan kata sendiri; akhirnya, mereka dapat menggunakan kata waktu untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Pada usia 6, 7 dan 8, anak-anak dapat mulai menggunakan metode konvensional untuk menyesuaikan diri mereka dalam waktu; jam, jam tangan, dan kalender mulai memiliki beberapa arti. Pengetahuan tentang konsep waktu anak-anak berkembang mengarah pada gagasan bahwa anak-anak muda menerima instruksi yang direncanakan dalam waktu -yaitu, ketika pengajaran ini didasarkan pada siklus, berulang, dan kegiatan yang berurutan dari hari dan kehidupan anak. Walaupun tidak patut untuk meminta anak-anak untuk menghafal nama-nama hari atau bulan, untuk memberitahu waktu, atau mempelajari konsep waktu operasional, hal itu adalah tepat bagi orang dewasa untuk memberi label pada anak-anak dan untuk memastikan rutinitas kehidupan mereka. Dengan mengalami rutinitas, mengukur waktu dan bagian dengan langkah yang berubahubah, anak akan mendapatkan konsep-konsep waktu. 2. Perubahan Dalam banyak hal, studi sejarah adalah studi perubahan. Beberapa perubahan merupakan kemajuan; yang lain tidak. Namun demikian, perubahan bersifat universal. Tidak peduli di mana kita tinggal atau bagaimana, perubahan akan menjadi bagian dari kehidupan kita (Brophy & Alleman, 2002). Mampu menerima dan beradaptasi dengan perubahan adalah penting untuk hidup. Daripada takut perubahan, anak-anak dapat diajarkan untuk menerima keniscayaan perubahan dan belajar cara untuk beradaptasi dengan perubahan pengalaman mereka. Sekitar anak dengan kesempatan untuk mengubah pengalaman, lingkungan langsung menawarkan banyak alat belajar. Dari studi lingkungan sekolah, alam dan diri mereka sendiri, anak-anak dapat belajar bahwa (a) perubahan kontinu dan selalu hadir, (b) perubahan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 355
mempengaruhi hidup mereka dengan cara yang berbeda, dan (c) perubahan bisa dicatat dan catatan tersebut dapat membantu orang lain untuk memahami hal-hal yang telah berubah.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Orang, Tempat dan Lingkungan Perencanaan untuk mengajar geografi dimulai dengan studi lingkungan langsung fisik anak-anak dan kemampuan mereka dan kesempatan untuk mengamati, berspekulasi, menganalisis dan mengevaluasi lingkungan. Baik lingkungan dan eksplorasi anak-anak di dalamnya sangat kompleks dan rumit. Untuk membantu pendidik mengatur anak-anak untuk belajar geografi dalam suatu lingkungan, standar nasional geografi, Geography for Life (Geography Education Standards Project, 1994 dan The National Council for The Sosial Stidies) (1998) mengidentifikasi tema utama dan konsep kunci untuk mempelajari geografi. Percaya bahwa studi geografi adalah lebih dari sekedar tempat geografi. 1. Bumi Tempat Tinggal Kita “Semua batu telah dibuat oleh tukang bangunan dari bumi dan bumi adalah batu yang terpecah”. “Pegunungan membuat dirinya sehingga kita bisa ski”. Penjelasan tentang sifat bumi diberikan dalam menjawab petanyaan yang diajukan denan Piaget (1965, P. 207), dan mereka menunjukkan anak-anak berpikir tentang sifat bumi. Piaget telah melabel tahap berpikir ini sebagai “artifisialisme”, gagasan bahwa anak-anak memandang benda-benda di bumi untuk mereka gunakan sendiri, dibuat untuk tujuan-tujuan (biasanya mereka). Dan dibuat sendiri atau oleh orang lain- pegunungan membuat dirinya sendiri, tukang bangunan membuat batu Dalam usaha untuk menentukan dimana anak-anak memperoleh pemikiran seperti ini, Piaget menyarankan pendidikan religius atau pengalaman pendidikan: Pemikiran artifisial mungkin tidak pernah dipertimbangkan sebelumnya. Atau dapat muncul dari kekuatan orang tua bagi anak-anak, yang tampak seperti dewa bagi anak- anak, menyebabkan anak-anak yakin bahwa orang-orang yang kuat, seperti orang tua mereka, dapat menghancurkan batu untuk menciptakan bumi. Ingat terus pemikiran anak-anak usia dini, anda dapat membantu anak-anak membangun konsep yang lebih akurat tentang bumi dengan memberikan pengalaman terstruktur yang langsung dan konkrit dilingkungan mereka. Dalam merencanakan pengalaman penelitian bumi, anda harus bertanya pada diri sendiri, “Apa yang telah anak-anak melalui pengalaman mereka tentang cara bumi berfungsi?” “Apa yang telah mereka pelajari tentang fenomena alam kekuatan bumi, bagaimana air mengali menuruni bukit, efek pertumbuhan tanaman dan binatang?” Anda dapat menggunakan jawabannya untuk merencanakan pengalaman untuk anak-anak berdasarkan konsep kunci identifikasi geografi, pengetahuan tentang bumi. Kita hidup, dan kita tinggal dibumi. Ide yang sungguh sederhana-kecuali anda adalah anak kecil yang yakin bahwa semua yang bergerak itu hidup dan bahkan beberapa benda yang tidak bergerak, seperti racun, yang dapat membunuh anda, juga hidup (Piaget, 1965). Bagi anakanak mobil, perahu, awan, sungai dan seluruh benda yang bergerak memiliki nyawa dan kesadaran. Saat anak-anak menggali lingkungan anda, anda dapat memberikan pertanyaan untuk membantu anak-anak membedakan benda hidup dan benda tidak hidup. Tanyakan pada mereka apakah benda yang mereka mainkan hidup atau tidak hidup. Berdasarkan jawaban mereka, anda dapat memberikan pertanyaan lain atau memberikan saran-saran. Usahakan memperluas pemikiran anak-anak dengan bertanya, “apakah menurutmu ini hidup?” ”kenapa menurutmu ini hidup?” ”bagaimana kamu tahu?” ”apakah Kamu hidup?” ”benda apalagi yang hidup?” ”benda apa yang tidak hidup?” Setelah melakukan perjalanan, anda dapat menyiapkan meja, papan bulletin, atau diagram benda hidup dan benda tidak hidup. Anak-anak dapat meletakkan benda atau gambar yang mewakili benda-benda yang mereka lihat dalam perkalanan ke diagram yang sesuai. Batu, pasir dangam bar rumah dapat ditempatkan pada bagian benda tidak hidup dan gambar atau bagian tanaman dan pohon dan gambar hewan dan burung dibagian benda hidup. Anda juga dapat membantu anak-anak membuat bukle benda hidup dan tidak hidup. Anda dapat membantu anak-anak menuju generalisasi bahwa benda hidup memerlukan makanan dan air sementara benda tidak hidup tidak memerlukannya. Pengalaman lain dapat mendukung konsep bahwa kita hidup dipermukaan bumi. Saat bermain di luar ruang, anak-anak dapat mengelompokkan benda-benda yang ada dibumi. Anda dapat memperoleh pemahaman tentang proses berfikir mereka, yang diperlukan untuk merencanakan dan menilai proses belajar mengajar. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 356
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Daratan dan Air Dengan mengenali lingkungannya, anak-anak dapat mulai mengetahui perbedaan permukaan bumi dan hubungan antara permukaan ini dan bagaimana mereka hidup. Anakanak perlu waktu untuk bermain, bereksperimen dan mengeksplorasi sifat pasir air dan tanah di dalam dan di luar untuk mempelajari sifat permukaan bumi. Seluruh bahan ini dicampur dengan pasir dan tanah dan bermain dengan Lumpur dan air membantu anakanak membangun pengetahuan fisik tentang bumi dimana mereka tinggal - pengetahuan yang sangat diperlukan untuk pemikiran formal tentang bumi nantinya. (NRC & IM, 2000) Eksplorasi anak -anak dengan air pasir dan lumpur dapat membantu mereka mengetahui bahwa bahan-bahan ini mengambil bentuk tempat penampungannya dan mempraktekan ide bahwa jumlah bahan tersebut tetap sama, bahkan saat dimasukkan ke dalam penampung yang berbeda bentuknya. Pada sebuah grafik, anak-anak usia primer dapat menghitung dan mengingat berapa jumlah cangkir pasir, air atau tanah yang dibutuhkan untuk mengisi penampung yang besar. Minta mereka menuangkan isi cangkir kedalam penampung lain dan untuk memperkirakan apakah jumlah air tetap sama. Mereka dapat menguji hipotesa mereka dengan bahan tersebut kembali ke kontainer awal. Ingatlah bahwa pengalaman ini bersifat eksplorasi dan harus konkrit. Konsep abstrak dari sifat tanah dan air seperti evaporasi, haru diajarkan dengan cara konkrit. Walaupun begitu, pemahaman anak-anak mungkin tetap parsial. Peneliti menyarankan bahwa bahkan setelah instruksi yang melibatkan pengalaman langsung anak-anak usia 7-8 tahun yakin bahwa air telah berevaporasi (menguap) dari makanan sebenarnya terserap kedalam makanan. Apalagi, spons dan handuk menyerap air, jadi kenapa makanan tidak. (Landry dan Forman, 1997) Di sekolah atau lingkungan sekitar, anak-anak dapat menemukan permukaan tanah yang berbeda. Tempat bermain mungkin berumput, atau memiliki daerah berpasir. Anakanak dapat merasakan permukaan yang berbeda dan pengelompokkan sebagai keras, lunak, kasar atau halus dan mendiskusikan tujuan dan penggunaan masing-masing. Tanyakan, ”kenapa jalan raya keras? Apa yang terjadi jika kamu terjatuh diatasnya?” ”apa kamu pernah terjatuh di pinggir jalan? Apa yang terjadi?” ”kendarai sepedamu dijalan, dia ats rumput dan kemudian diatas pasir. Dimana yang dengan mudah dikendarai? Kenapa?”. Beberapa permukaan mungkin dibuat oleh manusia, yang lain secara alami. Anak-anak TK dan usia Primer mungkin telah mampu mengelompokkan permukaan. Perjalanan dilakukan di komunitas yang lebih luas memungkinkan anak-anak untuk mengamati bahwa bumi ditutupi juga oleh air selain daratan. Satu kelas tingkat 2 di Boston melakukan perjalanan malam ke tempat wisata danau untuk berenang di danau, mendaki gunung disekellingnya, dan bener-bener mengalami sendiri perbedaan permukaan bumi. Bahkan dengan melakukan perjalanan, anak-anak tidak mampu benar benar mengenali seluruh permukaan bumi. ”tugas sekolah adalah untuk melengkapi bahan-bahan sumber pelajaran” (Mitchell,1934). Berbagi pengalaman dengan foto, lukisan atau gambar digital dan bahan rujukan atau audiovisual dapat digunakan untuk membantu anak anak megembangkan kesadaran tentang perbedaan jenis permukaan bumi. Pilih buku rujukan factual dan juga bacaan anak-anak untuk memperluas pengetahuan anak-anak tentang permukaan bumi. Mulailah dengan memilih buku-buku tentang lingkungan dan komunitas anak. Gunakan buku-buku lain untuk membawa anak-anak ketempat yang belum pernah ditangani. Tergantung pada pengalaman langsung anak dengan tanah dan air dan buku yang mereka telah membaca, mereka dapat melakukan beberapa kegiatan berikut: · Membuat dua lukisan dinding dengan label ”Di bumi, Di air” dan memasukkan gambar dari hal-hal yang hidup di darat atau di air, ditempatkan dengan benar· Mengklasifikasikan gambar kelompok bidang tanah, perbukitan, pegunungan, lembah, padang pasir dan sekelompok gambar permukaan sungai, air terjun, danau, laut dan air. Anak-anak dapat mengurutkan dua kelompok gambar ke dalam kotak yang sesuai label. Membahas dan menggambar jenis kegiatan yang terjadi di darat dan di air, membuat buku kecil atau grafik untuk kelas. Berenang, memancing dan berperahu diklasifikasikan sebagai kegiatan air, berkemah, bermain bola dan kegiatan berkebun diklasifikasikan sebagai kegiatan di darat b. Merawat Bumi Kita Hal ini sangat mengkhawatirkan bahwa banyak anak-anak tidak berhubungan dari apa yang kita sebut alam. Kita sendiri adalah bagian dari alam, berevolusi bersama dengan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 357
hewan dan tumbuhan lain. Kita sebaiknya memberikan perhatian lebih untuk habitat kita, mengetahui bahwa kehilangan mereka adalah penyebab utama kepunahan spesies (Rivkin, 1995) dan iklim, mengetahui bahwa perubahan iklim merupakan penyebab utama dari pemanasan global. Setiap individu, dimulai dari anak-anak, harus belajar untuk peduli terhadap tempat tinggal kita dibumi. Setiap orang harus peduli dengan ratai kehidupan, kekayaan akan burung, serangga, rumput dan pohon-pohon dan kondisi udara, air dan tanah. Berdasarkan beberapa studi, belajar untuk merawat bumi (a) adalah proses yang berkesinambungan (b) terdiri dari berbagai disiplin ilmu (c) harus sesuai usia (d) harus secara langsung berhubungan dengan anak-anak, pengalaman sehari-hari dan (e) harus mencakup konsep dan sikap dan nilai-nilai. Kamu dapat memulainya dengan mendorong anak-anak untuk belajar mengamati lingkungan mereka, memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan pemahaman tentang saling ketergantungan, kesadaran estetika, dan kesadaran sosial, seluruh bagian dari pendidikan lingkungan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. Identitas dan Perkembangan individu Pengembangan kompetensi sosial adalah fitur utama dari program preschool dan penelitian menunjukkan pentingnya untuk kesuksesan sekolah nanti. Perbedaan dalam kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain juga bergantung pada kematangan anakanak. Meskipun kebanyakan 3- 4 tahun- berpindah dari bermain asosiatif pararel ke awal bermain dan dapat mengelola satu teman bermain pada satu waktu, yang lain lebih suka bermain soliter dan belum siap untuk berhubungan dengan orang lain. Pada usia 5 tahun, anak umumnya telah mengembangkan teman khusus dan akan dapat mengunjungi teman mereka sendiri. Oleh anakanak waktu 6 atau 7, paling paling dapat giliran, bernegosiasi, dan bekerja sama untuk terus akan bermain: dan mereka mulai membentuk kelompok dengan sebaya. Anak-anak memasuki kelas preschool-primer dengan berbagai perkembangan sosial dan keterampilan. Para peneliti telah menunjukkan sejumlah teori untuk menjelaskan mengapa anakanak berbeda dalam kemampuan mereka untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain. Diantaranya adalah teori perilaku, teori erikson, dan teori-teori sosial- kognitif saat ini (Bronson,2000). a. Identifikasi umum: Nama Nama populer yang unik. Menggunakan nama-nama anak dalam kelas mendorong apresiasi mereka makna. Bila menggunakan nama seorang anak berkata, “Aku tahu dan menghormati dia.” pendidik dapat mendorong anak-anak tidak hanya saling memanggil dengan nama, tetapi juga menggunakan nama-nama pendidik, sukarelawan dan pembantu. Dengan cara ini, anak-anak belajar bahwa setiap orang adalah orang penting dan bahwa masing-masing berbeda dari yang lain. Mungkin sekali anak-anak didorong untuk belajar nama pertama orang tua mereka. Memahami bahwa ibu dan ayah mereka memiliki nama sendiri untuk membantu anak- anak melihat orangtua mereka sebagai orang-orang di kanan mereka sendiri. Di kelas Anda dapat melakukan hal berikut: - Gunakan nama anak-anak berada di jalur dan pengganti nama mereka di cerita, puisi, dan permainan. - Tulis nama anak-anak pada objek yang mereka milik. - Buat berita dengan menggunakan nama anak-anak: “Susan memiliki sepatu baru coklat.” - Membeli pad cap dan stempel karet dengan nama anak-anak terdaftar secara individual pada masing-masing. Anak-anak baru belajar membaca nama mereka menikmati prangko. - Tempat dua tumpukan pada permainan kartu meja untuk anak-anak untuk bermain dengan. Anak-anak dapat mengurutkan melalui dan menemukan nama mereka sendiri, semua nama mereka dapat membaca, atau nama yang sama. Tergantung pada umur mereka, mereka dapat mengklasifikasikan kartu nama sesuai dengan anak laki-laki, perempuan, teman, atau awal pemilihan akhir. - Ambil gambar anak-anak dan tingkat mereka pada kartu dengan nama-nama mereka. Karena anak yang akrab dengan gambar dan nama-nama, nama lembar dipotong. Lalu anak-anak dapat mencocokkan nama dengan gambar. - Bagaimana papan pesan menggunakan nama anak-anak. Ini mungkin bahwa “kita di TK. Ada 15 anak-anak” dengan anak-anak potret diri dan nama di bawah ini. - Buatlah nama buku bergambar. Tempatkan foto setiap anak di halaman.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 358
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kemudian anak atau penulis nama Anda di bawah foto dan kalimat tentang apa yang dia suka. dalam kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain juga bergantung pada kematangan anak- anak. Meskipun kebanyakan 3- 4 tahun- berpindah dari bermain asosiatif pararel ke awal bermain dan dapat mengelola satu teman bermain pada satu waktu, yang lain lebih suka bermain soliter dan belum siap untuk berhubungan dengan orang lain. Pada usia 5 tahun, anak umumnya telah mengembangkan teman khusus dan akan dapat mengunjungi teman mereka sendiri. Oleh anak-anak waktu 6 atau 7, paling paling dapat giliran, bernegosiasi, dan bekerja sama untuk terus akan bermain: dan mereka mulai membentuk kelompok dengan sebaya. b. Fisik diri Anak-anak sebagai makhluk fisik, sikap mereka tentang diri mereka sendiri yang melibatkan tubuh fisik. Bagaimana tubuh bergerak dan berinteraksi, bagaimana mereka berpikir anak-anak menonton, jenis keterampilan tubuh mereka dapat mempengaruhi- semua diri. Diperkirakan berasal ketika bayi mulai menemukan diri mereka sendiri dan lingkungan mereka dengan melemparkan lengan mereka tentang dan mempelajari apa bagian tubuh mereka dan apa yang tidak. sensasi dingin, kelaparan dan kehangatan semua bekerja sama untuk membantu bayi belajar tentang tubuh dan diri. periode sensorimotor keseluruhan, anak-anak menggunakan tubuh mereka untuk belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Yang terpenting pada diri anak untuk perkembangan harga diri : · Ambil banyak foto anak untuk buku tempel, papan bulletin atau hadiah · Menceritakan tentang perbedaan warna kulit. anak-anak akan tertarik untuk mengeksplorasi apa warna kulit mereka dipanggil! anak-anak dapat diajarkan bahwa mereka memiliki jumlah yang berbeda melanin dalam tubuh mereka · Menyediakan semua jenis cermin bagi anak-anak untuk menggunakan full-length, tangan, kuningan-dan memberikan anak-anak umpan balik deskriptif karena mereka melihat diri mereka sendiri: “ Anda memiliki mata coklat gelap” “Melihat melewati · Mencatat tingi dan berat badan anak. kasir kaset atau strip panjang kertas, persis tinggi anak-anak, membantu mereka mengetahui berapa tinggi mereka. Pastikan kamu sensitive pada anak yang lebih tinggi atau yang lebih kecil dari yang lain. · Ukur bagian lain tubuh, seperti tangan, kaki, telinga, jempol dan hidung dengan pengukuran yang sebenarnya seperti tangan dan kaki. · Buat grafik dengan nama anak pada satu sumbu dan kulit, rambut atau warna mata pada sumbu yang lain. · Diskusikan perbedaan warna kulit, rambut dan mata. Bermain dengan menekankan bagian tubuh - kepala, lengan, lutut dan jari kaki; Looby Loo: or Simon says. · Menyediakan peralatan otot besar dan kecil untuk anak-anak untuk memanjat, melalui, naik turun dan memanipulasi dengan jari-jari dan tangan mereka · Buat bookklet atau bagan pada hal apa yang dapat dilakukan anak. Sebuah booklet kita sebut I can Run dapat dimulai dengan kalimat utama “I Can Run” yang kemudian berfungsi sebagai dasar untuk halaman selanjutnya pada buku tersebut: “I Can Run Quickly; I can run slowly or angrily or happily: dan begitu selanjutnya. Anak dapat mengilustrasikan halaman tersebut. Buku serupa dapat diberi judul I Can Jump atau yang lain. Bagian terpenting pada fisik diri anak adalah gender. Sebagai anak dewasa, mereka menjadi peduli pada perbedaan seksual. Kepedulian ini sering terlihat jelas dalam diskusi ketika menggunakan kamar mandi atau gambar detail seseorang. Kepercayaan diri dan kepedulian pendidik membahas diskusi dan pertanyaan dengan respect dan siap membantu mengatasi kesalahan-kesalahan konsep (Chrisman & Counchenour, 2002). Pendidik dan orangtua harus memperharikan kepentingan seksualitas dan hubungan perasaan positif atau negative pada anak tentang dirinya (National PTA, 2002). Orang dewasa yang sedang bekerja dengan anak harus menggunakan nama asli untuk jenis kelamin, berbicara terus terang tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan mendorong anak untuk tetap pada aturan dan perasaan ketika bermain peran. Sikap orang dewasa terhadap seksualitas penting bagi harga diri anak. Untuk banyak orang dewasa, topik seksualitas menghasilkan rasa bersalah dan kecemasan dan perasaan positif. Orang dewasa yang menduga dalam cara yang lembut bahwa perilaku tertentu itu buruk mungkkin bisa membuat kecemasan atau malu pada anak. Perasaan positif didapatkan dari pendidik yang mengerti dan menerima seksualitas anak. Sikap gender berkembang ketika masa prasekolah (Gunnar, 2003). Promosi ketidakbiasan dan nilai perhatian gender dan aturan gender membutuhkan anda, seorang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 359
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pendidik, untuk menguji nilai dan prasang kamu. Perubahan wanita terbentuk dari kepedulian bangsa pada bagian sosialisasi dalam menugaskan kekakuan aturan gender awal dalam kehidupan. Kita dapat membantu anak menjadi peduli pada seksualitas mereka sendiri tanpa menugaskan mereka urutan aturan gender : · pastikan bahwa blok, mainan kayu dan roda area yang tidak boleh menjadi sentra anak lakilaki dan masak-masakan area sentra anak perempuan · menghilangkan atau memanggil bersama anak dengan sepatu merah, celana biru, resleting jaket, mata hijau dan lainnya, daripada membagi kelompok dari laki-laki dan perempuan · melengkapi model laki-laki dan perempuan dalam variasi pekerjaan · Tanya anak laki-laki untuk membantu membersihkan, memasak, mengelap meja dan melakukan tugas lain sering seperti pekerjaan wanita · Temukan cerita untuk melukiskan laki-laki dan perempuan dalam variasi pekerjaan tidak ditugaskan dari aturan gender. · Uji anak ketika meraka membuat statemen seperti ”laki-laki tidak dapat melakukan itu” atau ”itu bukan untuk perempuan” dengan memberikan informasi dan fakta untuk mengoreksi pemikiran mereka. E. Kekuatan, Kekuasaan, Sipil dan Pemerintahan Dalam program prasekolah dan primer, anak-anak tidak hanya mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang demokratis, tetapi mereka benar-benar warga negara yang demokrasi (Dewey, 1944). Harian, berkontribusi pada penciptaan dan promosi suatu masyarakat yang demokratis dan menerima manfaat dari milik masyarakat ini. Melalui setiap pengalaman dalam program ini, anak-anak belajar bahwa mereka layak, dihargai dan dihormati. Mereka tahu bahwa mereka akan memenuhi kebutuhan individu dan keinginan Anda dan untuk melindungi kebebasan berekspresi, mengejar kebahagiaan dan hak-hak lainnya. Namun, sambil belajar untuk memperluas keprihatinan mereka dan memberikan sebagian dari keegoisan mereka. Sebagai anggota komunitas demokratis, anak-anak mengembangkan rasa kekhawatiran, mengakui bahwa kepentingan mereka tumpang tindih dengan kepentingan orang lain dan kesejahteraan mereka erat terkait dengan kesejahteraan orang lain (Boyle-Baise, 2003). Belajar untuk menyeimbangkan kebutuhan individual dengan kepentingan umum. Pendidik membangun dan mempertahankan prinsip-prinsip dasar demokrasi di kelas. Caracara di mana pendidik menetapkan kontrol, berkaitan dengan masing-masing anak dan interaksi mereka satu sama lain dan mengajar siswa dari semua mengirim pesan yang kuat kepada anak-anak tentang nilai-nilai demokrasi. Meskipun tidak ada cara yang benar atau salah untuk melakukan hal ini pendidik, mengamati kelas demokratis, satu segera menjadi sadar bagaimana pendidik secara aktif mendukung nilai serta martabat sambil melindungi dan mempromosikan kesejahteraan dari total kelompok. Dalam kelompok demokratis, sistematis mengikuti prinsip-prinsip tertentu: 1. Pendidik berbagi kontrol. Jangan memberikan perintah dan mengharapkan anak-anak untuk membuta mengikuti instruksi mereka. Alih-alih hanya menekankan tugas atau kemampuan untuk belajar, pendidik berfokus pada bagaimana anak-anak rasakan, bereaksi dan berinteraksi dengan satu sama lain juga (Bredekamp & Copple, 1997). 2. Anak-anak membuat keputusan. Mampu membuat keputusan yang bijaksana diperlukan peserta dalam masyarakat demokratis (Longstreet, 2003). 3. Disiplin yang tegas dan konsisten, tetapi tidak berbalik dengan kekerasan, paksaan, ancaman atau malu. Sudah datang untuk percaya bahwa aturan otoritas dan yang menjadi berarti baik mengikuti perintah, anak-anak harus berpartisipasi dalam mendefinisikan dan mengikuti aturan dan memulai proses panjang memisahkan niat dari tindakan. 4. Kebebasan berpikir dan berbicara yang dikembangkan. Anak diharapkan memiliki pendapat dan dapat mengekspresikannya. Harapan ini mencangkup bagian dari kurikulum (Greenberg, 1992). daripada memberi anak-anak potongan kertas warna atau pola untuk kegiatan artistik, para pendidik meminta mereka untuk mengekspresikan ide-ide mereka sendiri, pemikiran dan perasaa dalam menggambar, melukis atau konstruksi. Mereka dibiarkan untuk berdiskusi menulis dan mengekspresikan apa yang mereka tahu dan rasakan dalam seni bahasa dan membuat pilihan tentang bagaimana mereka akan belajar matematika dan kemampuan sains. Pendidik taman kanak-kanak, melihat dari kesukaan anak terhadap dinosaurus, mintalah mereka untuk menggambar dinosaurus kesukaan mereka. 5. Anak tidak pernah kewalahan oleh kekuatan orang lain. Pendidik adalah sosok yang kurang kuat di dalam kelas, dan mereka tidak mengizinkan anak-anak untuk mengatur melalui kekuatan pernyataan, kebohongan, atau ancaman. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 360
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6. Rasa kemasyarakatan yang dibangun. Ruangan kelas adalah grup dari individual dan pendidik mengembangkan grup ini menjadi sebuah komunitas dengan membantu mereka berbagi tujuan. Meskipun anak kecil dapat mulai merasakan bahwa mereka adalah bagian dari komunitas itu dan berbagi di dalamnya, kelengkapan dari keluarganya, memiliki grup sendiri dari teman, kelas, dan sekolah. Tidak hanya anak yang didukung untuk melihat bagian dirinya yang merupakan bagian dari keseluruhan grup, tetapi bagian kecil grup termasuk ke dalam keseluruhan grup yang dikembangkan (New, 1999a). 7. Pendidik sebagai contoh yang menghormati orang lain (DeRoach, 2001). Pendidik yang memperdulikan dan menghormati setiap anak di dalam grup dan setiap orang dewasa yang bekerja sama dengan anak menjadikan dirinya sebagai contoh untuk anak. Contoh pendidik dan pengaruh kebiasaan hormat akan membuat anak mengetahui bagian jalan terbaik yang masingmasing menghormati dan memperdulikan. 8. Pendidik yang perduli mendapatkan rasa hormat dari anak. Pendidik adalah contoh kuat untuk anak. Mereka tidak hanya contoh dari rasa hormat, rasa perduli, tetapi mereka menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anak dan menemukan berbagai cara untuk mencontohkan rasa hormat. Kemampuan untuk bertanggung jawab untuk satu orang dan kepada seluruh partisipasi dalam kesejahteraan grup adalah asset dalam sebuah masyarakat. Tetapi dalam masyarakat demokrasi, ini adalah persyaratan dari anggota masyarakat (Morgan & Sterb, 2001). Standar nasional untuk Masyarakat dan Pemerintah (Pusat dari Pendidikan Kewarganegaraan, 1994) tercantum di dalamnya, akhir dari tingkat 4, anak harus dapat dikembangkan dengan mengikuti kemampuan berpartisipasi : · Mempengaruhi keputusan dengan bekerja sama dengan yang lainnya · Kesenangan memperjelas artikulasi dan membuat mereka mengetahui untuk membuat keputusan · Membangun koalisi, negosiasi, membuat perjanjian dan melihat sensus penduduk · Mengurus konflik Kecondongan untuk bekerja demi kebaikan bersama dan berpartisipasi dalam upaya bersama dimulai sejak awal kehidupan. Untuk anak di bawah usia 7 atau 8, partisipasi dimulai ketika mereka memikul tanggung jawab untuk diri mereka sendiri. Ruangan untuk anak usia 3 - 4 tahun tidak hanya diatur untuk memungkinkan tetapi untuk mempromosikan tanggung jawab anak untuk berpakaian sendiri, toilet, dan mencuci. Anak-anak sangat muda ini mungkin mulai untuk memikul tanggung jawab untuk orang lain dan kelompok dengan bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk diskusi, kegiatan, cerita, atau lagu. Dengan bantuan orang dewasa, 3 dan 4 tahun dapat berpartisipasi dalam mengatur meja, menyajikan makanan, membersihkan setelah bermain dan bekerja, atau merawat tanaman dan hewan yang menjadi anggota kelompok. Sebelumnya, anak-anak belajar untuk berpartisipasi dalam memungkinkan anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk berfungsi sepenuhnya dalam kelompok (Copple, 2003). Dasar anakanak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok lain. Mereka dapat merencanakan bersama dan berbagi tanggung jawab. Dengan berbagi ide, anak-anak di kelas primer dapat memecahkan masalah dan membuat rencana untuk pembelajaran mereka sendiri. Anak-anak yang diberi tanggung jawab bahwa mereka dapat memenuhi dalam kelompok belajar untuk berpartisipasi dalam masyarakat demokratis. Belajar untuk hidup dan berpartisipasi dalam suatu kelompok berarti mengatur peraturan dan mengikuti mereka (civitas, 2003). Anak-anak harus mengambil bagian dalam membangun aturan di kelas. Mereka dapat berkontribusi dengan aturan dalam mengerjakan kayu,membangun blok, menggunakan kamar mandi dan meja air, dan sebagainya. peraturan lain yang dibuat untuk mereka. Semua harus berpartisipasi dalam latihan kebakaran, dan karena ada sedikit kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi pada latihan peraturan, mereka dapat menggunakan kesempatan ini untuk mendiskusikan mengapa penting untuk mengikuti aturan-aturan tertentu, mengapa peraturan dibuat, siapa yang membuat mereka, dan bagaimana mereka dibuat. Anak-anak juga dapat menyadari aturan lain yang mereka harus mengikuti: Undang-undang lalu lintas, aturan untuk naik bus, dan aturan di rumah. Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin akan dibahas: “apa yang akan terjadi jika tidak ada orang yang mengikuti aturan” “Apakah anda pikir semua orang harus mematuhi peraturan lalu lintas” “kenapa?” Mengalami peraturan dan mendiskusikan tujuan mereka dapat membantu anak-anak menyadari bahwa peraturan dibuat untuk melindungi mereka dan lain-lain. Anak-anak juga harus menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mengikuti aturan, untuk membuat aturan yang diperlukan untuk hidup dalam kelompok, untuk mengubah aturan yang tidak berfungsi lama Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 361
untuk melindungi mereka dan orang lain, dan untuk menyesuaikan aturan sesuai dengan perubahan situasi (Nolte, Harris & Harris, 1998). Kelas rapat merupakan cara yang efektif untuk model dan praktek nilai-nilai demokrasi dengan cara yang otentik untuk menjelaskan aturan, menyelesaikan konflik interpersonal, dan melakukan pemecahan masalah kolektif (Angell, 2004). 2. Latihan 1. Berikan penjelasan bagaimana anak-anak di belajarkan tentang diri dan perkembangan individu.? 2. Bagaimana membelajarkan anak mengenai budaya dan waktu kepada anak? 3. Bagaimana cara mendampingi dan memfasilitasi anak usia dini belajar sains?
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Sumber Belajar Brewer, Jo, Ann. Introduction to Early Childhood Education Preschool Through Primary Grades sixth edition. New York: Pearson Education, Inc, 2007. Miller, Linda. Exploring Science in Early Childhood. Dalma Learning Publisher. George S. Morrison, The World of Child Development Conception to Adolescence, (London:Delmar Publisher, 1992), h. 12. Diane E. Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, Human Development, Tenth Edition, (New York: The McGraw-Hill Companies, 2008), h. 12. Isbell, Rebecca. (1995). The Complete Learning Center Book. Beltsville, Maryland, Gryphon House, Inc. Herr, Judy, Yvonne Libby Larson, (2000). Creative Resources for The Early Childhood Classroom, 3rd Edition, USA: Delmar Thomson Learning. Kostelnik,Majorie J. and Howe, Donna. (1991). Teaching Young Children Using Themes. USA: Good Year Books. Phelp, Pamela C. (2005). Beyond Centers and Circle Time: Scaffolding and Assesing The Play of Young Children. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning, Inc. (CCCRT). Phelp, Pamela C. (2005). Beyond Cribs Rattles. Playfully Scafolding the Development of Infantand Toddlers. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning, Inc. (CCCRT). Wolfgang, Charles H, (1981). Bea Mackender, Mary E. Wolfgang. Growing and Learning through Play. USA: Judy/Instructo. L. PEMBELAJARAN SENI UNTUK ANAK USIA DINI 1. Uraian Materi Pembelajaran pada anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain. Seorang pendidik harus dapat menyiapkan kegiatan bermain anak dengan cara menyiapkan materi (content), dan proses belajar. Salah satu materi (content) pembelajaran yang harus dipersiapkan oleh pendidik adalah seni. Secara tradisional, seni merupakan bagian penting pada program program pembelajaran anak usia dini. Friedrich Froebel, percaya bahwa anak usia dini harus terlibat dalam proses menciptakan seni mereka sendiri dan menikmati seni orang lain. Menurut Froebel, kegiatan seni yang penting adalah bukan karena membantu pendidik untuk mengenali anak-anak dengan kemampuan yang luar biasa, juga untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak (Froebel, 1826). Secara alamiah anak sudah memiliki kemampuan seni. Anak usia dini sudah bisa memiliki dan mengembangkan imajinasi. Anak berumur 1 tahun sudah mulai mencoret-coret apa saja. Ia mulai mempelajari dan menyerap segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setiap benda yang dimainkan, berfungsi sesuai dengan imajinasi si anak. Menurut Nancy Beal dan Gloria Bley Miller (2003 : 1) Seni merupakan lakon, yang menolong anak-anak untuk memahami dunia mereka. Namun seni melebihi lakon yang akan membuat mereka mengekspresikan pengalaman-pengalaman dan fantasi-fantasi individu dengan cara- cara konkret dan spontan. Seni ”mengundang” anak-anak untuk menyentuh dan melakukan eksperimen, mengeksplorasi dan mentransformasi segala hal yang anak-anak jumpai dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, seni adalah suatu media yang dapat membantu anak usia dini menyampaikan sesuatu (gagasan/ide, perasaan, keinginan, imajinasi, dan lain-lain) yang tidak mampu mereka ungkapkan melalui kata-kata. Seni merupakan hal yang menyenangkan dan memuaskan untuk anak usia dini. Hal ini memungkinkan mereka untuk belajar banyak ketrampilan, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 362
menyatakan perasaan diri mereka, menghargai keindahan, dan memiliki kesenangan pada waktu yang sama.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sasaran Pembelajaran Seni Seni memiliki peranan penting untuk membantu anak menyampaikan gagasan dan perasaannya. Proses menciptakan sesuatu sebagai bentuk penuangan gagasan atau perasaannya merupakan hal yang paling penting, dibandingkan dengan “hasil” yang mereka ciptakan. Oleh karena itu, seni memiliki sasaran pengembangan di antaranya: a. Sasaran pengembangan sosial emosional Melalui pembelajaran seni, anak akan belajar menyatakan dan menyalurkan perasaan atau emosi, menyatakan kekhasan individunya (bangga dan percaya diri dengan keunikan pribadinya), belajar berbagi dan bekerjasama dengan orang lain. Anak usia dini akan merasakan kepuasan emosional ketika mereka terlibat dalam kegiatan seni. Misalnya membuat pemodelan bentuk tertentu dengan tanah liat, menggambar dengan krayon, atau membuat kolase dari bahan sisa daur ulang. Kepuasan ini berasal dari kebebasan menggunakan alat dan bahan yang mereka gunakan dan otonomi dalam pengambilan keputusan yang mereka buat (Schirrmacher, 1998; Seefeldt, 1993). Memutuskan sendiri apa yang akan mereka buat dan bahan apa yang akan mereka gunakan, harus menjadi kesempatan pertama bagi anak dalam membuat pilihan dan membuat keputusan secara independen. Terlibat dalam kegiatan seni juga membangun harga diri anak dengan memberi mereka kesempatan untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan (Klein, 1991; Sautter, 1994). Sautter (1994) menyatakan bahwa ketika anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan seni dengan teman sekelas, umpan balik yang mereka berikan satu sama lain dalam membangun harga diri adalah dengan membantu mereka belajar menerima kritik dan pujian dari orang lain. Kegiatan seni juga membantu anak-anak berlatih keterampilan sosial yang penting seperti bergiliran, berbagi, dan bernegosiasi dalam penggunaan alat dan bahan untuk kegiatan seni. b. Sasaran Pengembangan Kognitif Melalui pembelajaran seni, anak akan belajar meningkatkan kreativitas yang dimilikinya, mengembangkan pemahaman sebab dan akibat, menyatakan bentuk dan obyek (untuk memperkaya kosa kata), memecahkan permasalahan (problem solving) dan mengembangkan keterampilan perencanaan (designing). Untuk anak usia dini, seni merupakan kegiatan eksplorasi sensorik. Mereka menikmati perasaan bagaimana krayon bergerak di atas kertas dan melihat gumpalan cat berwarna yang menyebar menjadi lebih besar. Kamii dan DeVries (1993) menyarankan bahwa kegiatan mengeksplorasi bahan seni sangat penting karena melalui eksplorasi bahwa anak-anak membangun pengetahuan tentang objek di dunia di sekitar mereka. Kegiatan seni juga mendukung anak-anak untuk membuat keputusan dan melakukan evaluasi diri. Klein (1991) menggambarkan empat keputusan tesebut, yaitu pertama, mereka memutuskan apa yang akan mereka gambar (orang, pohon, seekor naga). Kedua, mereka memilih media yang akan mereka gunakan, pengaturan objek dalam pekerjaan mereka, dan perspektif orang lain. Anak-anak memutuskan berikutnya seberapa cepat atau seberapa lambat mereka akan menyelesaikan proyek mereka, dan akhirnya, bagaimana mereka akan mengevaluasi hasil penciptaan mereka. Paling sering, anak-anak mengevaluasi karya seni mereka dengan berpikir tentang apa yang mereka sukai dan apa yang orang lain katakan kepada mereka adalah menyenangkan (Feeney & Moravcik, 1987). Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, keputusan seni anak-anak bergerak mulai dari kegiatan mengeksplorasi dengan indra mereka dan mulai melibatkan penggunaan simbol. Anak-anak mulai “mewakilkan” benda-benda nyata, peristiwa, dan perasaan dalam karya seni mereka. Menggambar, khususnya, menjadi sebuah kegiatan yang memungkinkan mereka untuk melambangkan apa yang mereka ketahui dan rasakan. Ini merupakan sarana yang diperlukan oleh anak-anak dalam mengembangkan kosa kata, baik itu tertulis atau lisan (de la Roche, 1996). Penggunaan simbol awal dalam karya seni sangat penting karena merupakan dasar untuk melambangkan benda dengan kata-kata serta melatih kemampuan menulis permulaan. c. Sasaran Pengembangan Fisik Seni juga memberi peluang untuk pengembangan fisik. Ketika anak anak merobek kertas untuk kolase atau menggunakan gunting untuk memotong, mereka mempergunakan otot kecil. Mereka melakukan gerakan melompat-lompat ketika mendengar dan menyanyikan lagi “kelinci”, saat itu mereka menggunakan otot besar. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 363
Kegiatan seni dapat mengembangkan kontrol otot besar dan kecil bagi anak anak (Koster, 1997). Gerakan lengan diperlukan untuk melukis atau menggambar di kanvas atau di atas kertas besar di lantai. Hal ini akan membangun koordinasi dan kekuatan otot. Gerakan- gerakan kecil dari jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan diperlukan untuk menggunakan gunting, bermain dengan tanah liat atau plastisin, atau menggambar atau melukis pada permukaan yang lebih kecil, dapat mengembangkan control dan keterampilan motorik halus. Pengulangan-pengulangan kegiatan tersebut akan menumbuhkan kepercayaan diri dalam penggunaan alat dan bahan untuk kegiatan seni, yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk kegiatan menulis. Kegiatan seni juga membantu anak mengembangkan koordinasi mata-tangan (Koster, 1997). Anak usia dini dapat memutuskan bagaimana menata bagian- bagian tertentu menjadi satu dan ditempatkan di posisi mana. Dengan demikian, anak belajar mengkoordinasikan apa yang mereka lihat dengan gerakan tangan dan jari. Koordinasi mata-tangan ini sangat penting untuk melakukan banyak kegiatan, termasuk menulis dan membuat jarak antar huruf dan kata-kata.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Komponen Pembelajaran Seni Setiap individu sejak dilahirkan telah memiliki potensi untuk menjadi kreatif. Pada anak usia dini, mereka membutuhkan kesempatan untuk mengungkapkan cara pandangnya secara bebas sehingga imajinasi/fantasi yang dipikirkan dapat diekspresikan secara bebas pula, dan inilah yang menjadikan anak menjadi kreatif. Proses kreatif pada anak usia dini, dimunculkan pada kegiatankegiatan yang sering dilakukan anak dengan situasi dan kegiatan yang menyenangkan (kegiatan bermain). Buku Nurturing Early Learners Aesthetic and Creative Expression (dipublikasikan oleh Preschool Unit Ministry of Education, Singapore, 2003) menjelaskan bahwa salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi kreatif anak, di antaranya adalah melibatkan anak dalam pengalaman seni. Pengalaman seni tersebut dapat berupa kegiatan menari (dance), bermain musik (music), seni dan kerajinan tangan (art and craft) serta bermain drama (theatre or performing art). Pengalaman-pengalaman tersebut menjadikan anak-anak menjadi ekspresif, kreatif dan imajinatif. Keterlibatan tersebut dapat menstimulasi indera mereka dan meningkatkan pembelajaran dan pemikiran mereka. Pengalaman-pengalaman tersebut memberikan kesempatan pada anak untuk: (a) Mengekspresikan ide dan perasaan mereka tentang dunia sekitarnya; (b) Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengkomunikasikan ide dan mengekspresikannya; (c) Banyak akal dan kreatif; (d) Membuat keputusan tentang apa yang mereka inginkan dan bagaimana mendapatkannya; (e) Mengapresiasi sesuatu yang berbeda yang dibuat oleh orang lain. Dalam hal ini pendidik anak usia dini dapat menggunakan kegiatan seni, dalam semua aspek lingkungan pembelajaran. Menstimulasi anak untuk mengamati dan mengeksplorasi lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, mengeksplorasi berbagai elemen seni dan musik, mengeksplorasi yang bisa dilakukan oleh tubuhnya dalam ekspresi kreatif. Mengekspresikan dan menunjukkan obyek, ide dan pengalaman menggunakan media seni, alat musik dan pola gerakan. Meningkatkan rasa percaya diri dalam mengekspresikan potensi kreatif mereka. Mengapresiasi dan merespon ragam karya seni dan kerajinan serta ekspresi yang Artistik Adapun komponen pembelajaran seni mencakup (1) menari; (2) bermain musik; (3) bermain drama serta (4) seni dan kerajinan tangan. 1. Menari Menari adalah aktivitas menggerakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan, merespon musik, dan mencurahkan perasaan. Menari memiliki tujuan untuk mendemonstrasikan suatu ketrampilan motorik (misalnya berlari, melompat, meloncat dan lain-lain), melatih keseimbangan saat bergerak, menempatkan diri dalam peran dan situasi tertentu serta memahami dan mengikuti instruksi. Menari sebagai salah satu bentuk kegiatan seni, memiliki keragaman jenis, namun tidak semua kegiatan menari sesuai untuk anak usia dini. Menari lebih spesifik dikatakan oleh Stinsonsebagaigerakanyangberaturan,signifikandandipengaruhiolehpenjiwaan.Tari yang kreatif adalah gerakan yang ditampilkan secara menarik dengan menyesuaikan alunan lagu atau musik.Terlepas dari itu,gerakan tari untuk anak usia dini sebaiknya yang mudah dan tidak terlalu bervariasi, menyenangkan dan dalam kondisi tertentu gerakan tari anak bersifat alami. Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6 gerakan, dengan ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh pendidik adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologis anak saat ingin menari. Memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan suatu gerakan tari, terlebih harus sempurna, hanya akan membuat kondisi anak menjadi semakin buruk dan tidak mengembangkan kreativitas mereka. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 364
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kegiatan kreatif tari dapat berupa: - Bergerak bebas mengikuti irama lagu atau instrument - Bergerak bebas menyesuaikan dengan tempo musik/lagu - Bergerak dan berhenti - Menari dengan menggunakan gerakan hewan, tumbuhan, robot, kendaraan, dan Sebagainya - Menari dengan pola yang bervariasi - Menari dengan gerakan formasi 2. Bermain Musik Musik adalah kombinasi suara dan atau instrumen untuk mengkreasi melodi dan bunyi yang teratur. Musik memiliki tujuan untuk memahami dan mengulang pola, menunjukkan kesadaran akan konsep dan urutan, memahami angka dan hitungan, menyimak dan membedakan suara, memahami instruksi lisan dan lain-lain. Bermain musik serta mendengarkan musik merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak akan dengan mudah mengikuti kegiatan ini. Sering kita lihat seorang anak yang berhenti sejenak dengan kegiatannya hanya karena ada suara lagu di televisi kemudian ia fokus memperhatikan TV. Ada pula anak-anak yang dengan asyiknya menyanyikan lagu-lagu yang sering ia dengar saat mereka sedang makan, mandi, menjelang tidur, ataupun bermain. Bagi anak, musik dapat menimbulkan rasa kebersamaan serta rasa gembira. Menurut beberapa penelitian, musik sudah dapat distimulasikan sejak anak masih berada dalam kandungan, karena dianggap mampu menstimulasi kerja neuron- neuron pada otak anak. Bagaimanapun, musik akan sangat membantu anak dalam melatih kemampuan menyimak, konsentrasi serta menambah pembendaharaan kosa katanya. Kegiatan kreatif musik dapat berupa: - Bernyanyi dengan bermacam ekspresi - Bersenandung tanpa mengurangi unsur musik: nada, irama dan temponya. - Membuat beragam yel-yel - Bermain syair: mengubah syair, mengikuti pola syair (o le,,le, o la..la..,bola..bola) - Membuat pola tepuk yang variatif (disesuaikan tema ataupun tujuan) - Bermain jentik jari - Membuat alat musik ritmis dan alat musik melodis buatan dengan bahan-bahan yang ada di sekitar - Mengiringi lagu dengan alat musik buatan - Tebak lagu dengan instrumen atau senandung - Membuat permainan dengan menggunakan lagu - Bernyanyi dengan menggunakan jari-jari - Musik cepat-lambat atau mengubah tempo di mana saja - Mendengarkan musik sambil menggambar Contoh kegiatan bermain musik dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut ini : a. Menyanyikan lagu-lagu anak Pendidik mengajak anak menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan tema-tema yang digunakan atau yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dalam hal ini pendidik dapat membuat atau mengkreasikan lagu baru ciptaannya sendiri. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat musik pengiring. b. Bermain Tepuk Kegiatan bermain tepuk merupakan salah satu kegiatan yang juga sangat digemari anak selain bernyanyi. Anak akan dikenalkan berbagai pola tepuk yang disesuaikan dengan tema-tema. Gerak dan ekspresi sangat memberi pengaruh dalam kegiatan ini. Pendidik juga dapat berkreasi membuat berbagai permainan tepuk yang memotivasi, mengenalkan sebuah konsep, atau melatih konsentrasi anak. c. Tebak nada dan lagu Dalam kegiatan ini, pendidik dapat melakukannya dengan bantuan alat musik ataupun dengan bersenandung tanpa syair. Kemudian anak diminta menebak lagu berdasarkan bunyi solmisasi dari alat musik tersebut atau nada yang dimunculkan dari suara senandung guru. d. Bermain alat musik buatan Ada beberapa jenis alat musik yang bisa dipelajari atau dilatihkan kepada anak Alat musik juga ada yang berupa alat musik permanen maupun alat musik buatan di mana bahannya dapat diperoleh di sekitar anak. Agar lebih menarik, alat-alat itu kemudian dihiasi dengan berbagai macam hiasan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 365
e. Gerak dan Lagu Secara umum ada dua jenis tarian dalam kegiatan seni itu sendiri. Pertama, kegiatan tari daerah. Kemudian dilanjutkan dengan menari modern. Sebelum anak diajarkan tari, biasanya anak akan diajak bergerak bebas mengikuti irama musik. Kemudian mereka mulai dikenalkan dengan kegiatan gerak tari yang berpola dan menggunakan beberapa formasi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Bermain Drama Bermain drama adalah mengekspresikan cerita melalui aksi dan dialog. Aksi bisa berupa gerakan badan anak yang bisa mengkomunikasikan pesan. Bermain drama memiliki tujuan memahami dan memanage perasaan diri, memahami dan merespon perasaan orang lain, menempatkan diri dalam peran dan situasi tertentu serta mengekspresikan kata-kata. Seperti halnya kegiatan musik, bermain dramatisasi juga banyak membantu anak dalam membangun ingatan, perbendaharaan kata serta imajinasi. Kegiatan ini dapat terbagi menjadi kegiatan bermain peran maupun sosio drama. Pada saat bermain peran, unsur symbolic dan makebelieve play sangat terlihat. Anak-anak menyenangi perannya sebagai salah satu atau beberapa tokoh dengan menggunakan berbagai media atau atribut yang ada. Aktivitas ini umumnya lebih disukai oleh anak-anak yang lebih kecil usianya. Sedangkan permainan sosio-drama menunjukkan aktivitas kelompok dengan adanya pembagian peran dan memunculkan banyak dialog. Alur cerita dapat terhenti kapan saja sesuai kesepakatan mereka. Apa yang diperankan atau didramatisasikan oleh anak diilhami dari kejadian dan contoh yang biasa mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik dapat menambah informasi bagi anak dengan kegiatan fieldtrip, membacakan buku, ataupun berdiskusi tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh mereka. Kegiatan kreatif dramatisasi dapat berupa: - Bermain peran sebagai polisi, dokter, seorang ibu, guru, tukang kayu, koki, penyiar, pemain musik, dan sebagainya. - Menggunakan benda-benda di sekitar sebagai telepon/handphone, mesin kasir, komputer/ laptop, kendaraan, bayi/adiknya, alat masak, binatang, peralatan dan perlengkapan profesi seperti suntikan, botol obat, pistol, martil, stetoskop, dan sebagainya. - Menggunakan balok-balok untuk bermain ‘make-believe’ seperti: suasana perkotaan, kebun binatang, suasana rumah, mall, dan sebagainya. - Bermain sosio-drama dengan tema keluarga, market/pasar, rumah sakit, perjalanan dengan pesawat atau bus, sekolah, cerita ksatria dan penjahat, dan sebagainya. 4. Seni dan Kerajinan Tangan Aktivitas ini mengajak anak mengamati, meraba, mencium, menggunakan dan memperlakukan alat dan bahan untuk menghasilkan sesuatu. Adapun beragam contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan di antaranya : - Menggambar dan mewarnai berbagai bentuk dengan crayon, cat air dan kuas, maupun pensil warna dan spidol - Finger-painting atau melukis dan menghias gambar dengan jari-jari - Menggambar dengan kapur kemudian dihias dengan cat air - Mewarnai dengan pasir warna - Menggambar di bak pasir dengan jari atau kayu kecil - Bermain dengan cat minyak untuk menemukan berbagai bentuk - Menyablon dan menggambar di atas kaus, baju maupun bahan kain - Brushing/penyemprotan dengan sikat gigi dan cat air - Membuat berbagai bentuk dengan plastisin - Kolase atau menempel potongan-potongan kertas, serbuk, serpihan, serabut, kapas, berbagai tekstur, atau benda-benda kecil pada sebuah gambar - Bermain dengan stiker-stiker kecil - Menggunting dengan berbagai bentuk - Membuat stempel dengan berbagai media dan bentuk yang variasi - Meronce dengan berbagai pola, bentuk dan bahan - Melipat berbagai bentuk dengan beragam kertas - Membuat bermacam bentuk dengan stik es cream, lidi atau batang korek api - Membuat alat permainan, hiasan, maupun ragam kreasi lainnya dengan benda-benda yang sudah tak terpakai. Berikut ini beberapa contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan yang bisa dilakukan oleh anak usia dini. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 366
Tabel 26. contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan yang bisa dilakukan oleh anak usia dini Nama Karya
Cara Membuat
Contoh Hasil Karya
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sun Catcher “kupu- Potong bentuk kupu-kupu dari kertas hitam. Bentuk ini harus kupu” simetris. Kemudian ajaklah anak menggunakan pembolong kertas untuk menghasilkan bulatan-bulatan kertas untuk ditempelkan di kedua sisi sayap kupu-kupu. Setelah kering, gantunglah di jendela Trek Mobil Tuangkan cat tempera beberapa warna di atas busa (spons tipis). Kemudian ambillah mobil-mobilan yang rodanya memiliki gerigi. Tempelkan ban atau roda mobil-mobilan pada spons yang telah diberi cat, kemudian jalankan roda mobil-mobilan di atas kertas untuk membuat aneka macam warna trek mobil. Ikan Kertas Ambillah sebuah piring kertas. Dengan bimbingan pendidik, mintalah anak untuk menggunting salah satu sudut piring kertas membentuk segitiga. Kemudian tempelkan guntingan segitiga tersebut pada sisi piring kertas yang lainnya sehingga membentuk “ekor”. Selanjutnya mintalah anak mewarnai ikan tersebut dengan menggunakan kertas kref, atau cat air atau juga bisa dengan menggunakan glitter. Stempel Balon Tuangkan cat tempera beberapa warna di atas busa (spons tipis). Kemudian ambillah sebuah balon dan bantulah anak untuk meniupnya, cukup dengan ukuran kecil saja. Selanjutnya ajaklah anak untuk menempelkan salah satu sisi balon dan cap/stempelkan pada kertas putih. Gelembung Ceria Tuangkan cairan sabun ke dalam mangkuk plastik. Bimbinglah anak untuk meniup cairan sabun tersebut sehingga menghasilkan gelembung-gelembung. Kemudian tuangkan pewarna makanan di atas gelembung sabun. Ambil selembar kertas dan tempelkan di atas gelembung sabun. Selanjutnya keringkan. Merobek kertas Berikan sebuah kertas putih dan kertas berwarna lain pada anak. Bimbing anak untuk merobek kertas berwarna menjadi serpihanserpihan kecil. Ajak anak untuk membuat sesuatu dengan cara menempelkan serpihan-serpihan kertas kecil di kertas putih. Biarkan anak berekspresi sesuai dengan imajinasinya. Lukisan kelereng Ambillah sebuah tutup kaleng dan lapisi dalamnya dengan sebuah kertas sehingga membentuk tutup kaleng tersebut. Buatlah beberapa adonan cat warna dan celupkan beberapa buah kelereng di dalamnya. Ajak anak untuk mengambil kelereng tersebut (bisa menggunakan tangan atau garpu penjepit). Ajak anak untuk menggoyang-goyangkan tutup kaleng tersebut sehingga kelereng bergerak kesana kemari membentuk sebuah lukisan indah. Stempel Tangan Ajak anak untuk melumuri telapak tangannya dengan cairan pewarna. Akan lebih indah jika beberapa warna. Kemudian minta anak untuk menstempelkan telapak tangannya pada sebuah kertas atau kain. Setelah kering, mintalah anak menambahkan garis atau bentuk tertentu sehingga tercipta gambar yang unik dari hasil stempel tangan tersebut. Lukisan benang Ajak anak untuk membuat cairan beberapa pewarna. Kemudian celupkan benang pada cairan pewarna tersebut. Satu buah benang untuk satu cairan pewarna. Minta anak untuk menggoreskan celupan benang tersebut pada kertas putih.
2. Kesimpulan Seni adalah suatu bagian penting dalam kurikulum anak usia dini. Setiap hari, anak-anak akan menemukan beragam alat dan bahan yang ia jumpai dalam kegiatan sehari-hari, yang menyediakan peluang untuk melakukan aktivitas seni. Melalui kegiatan seni, anak dapat menyatakan perasaan dan gagasan, meningkatkan koordinasi mata dan tangan mereka, mengembangkan ketrampilan otot yang kecil, belajar untuk mengenali warna, ukuran dan bentuk suatu benda serta mengembangkan kreativitas dengan cara mengeksplorasi dan menggunakan alat dan bahan-bahan seni.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 367
3. Latihan Pikirkanlah sebuah tema kecil. Kemudian buatlah rancangan kegiatan seni yang dapat memberikan pemahaman pada anak tentang tema kecil tersebut. Buatlah rancangan kegiatan seninya yang meliputi komponen seni menari, bermain musik, dramatisasi dan kegiatan seni & kerajinan tangannya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4.Daftar Pustaka Dockett, Sue, Marilyn Fleer. (2002). Play and Pedagogy in Early Childhood Education: Bending The Rules., Australia: Thomson. Fox, Jill Englebright & Stacey Berry. (2011). Art in Early Childhood: Curriculum Connections, Virginia: Virginia Commonwealth University. Koralek, Derry (ed.). (2004). Spotlight on Young Children and Play, Washington DC: NAEYC. Mayesky, Mary. (1990). Creative Activities for Young Children. USA: D elmar Publishers Inc. Preschool Unit of Ministry of Education, Singapore. (2003). Nurturing Early Learners : Aesthetic and Creative Expression. Singapore : Tien Wah Press Pte. Ltd. Tegano. (1990). Early Childhood : A Creative Play Model, Second Edition. Manuscript. Trister Dodge, Dianne, Laura J. Colker, Cate Heroman. (2002). The Creative Curriculum for Preschool. 4th ed. Washington DC: Teaching Strategies. Wolfgang, Charles H., dan Mary E. Wolfgang, (1992). School for Young Children: Developmentall Appropriate Practices, Boston: Allyn and Bacon. M. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran PAUD 1. Pengantar TIK TIK atau Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih dikenal dengan istiah ICT. ICT adalah kependekan dari Information and Communication Technologies. Jika merujuk pada sejarah kemunculannya, istilah ICT mulai dikenal setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer, baik peramgkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi ini berkembang sangat pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Dalam pengertiannya, TIK adalah perpaduan antara teknologi informasi dan teknologi komunikasi, akan diurai-kan sebagai berikut. a. Teknologi Informasi Teknologi informasi merupakan studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputeruntuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apasaja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar. Lucas (dalam munir, 2008) menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, micro komputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak memproses transaksi, perangkat lembar kerja dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi informasi. Informasi yang disampaikan berupa pesanpesan elektronik. b. Teknologi Komunikasi Teknologi komunikasi merupakan perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil. Keterkaitan Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi Teknologi Informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengmbil, memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkat-perangkat teknologi elektronik terutama komputer. Sedangkan teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan perangkat teknologi elektronika dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif. Meskipunsecara terpisah masing-masing kata pembentuknya memiliki makna sendirisendiri, namun secara konsep pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak terpisahkan, sebagaimana ditulis dalam Wikipedia berikut: “...TIK adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan.” (id.wikipedia.org, diakses tanggal 19 peb 2012) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 368
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jadi, TIK mengandung pengertian segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, perekayasaan, pengelolaan, dan pemindahan informasi antarmedia 1. Fungsi TIK dalam Pembelajaran PAUD TIK memiliki tiga fungsi utama dalam pembelajaran, yaitu: 1) Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), mengandung pengertian dalam hal ini perangkat teknologi digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, misalnya sebagai alat untuk mengolah kata, mengolah angka, membuat grafik, dll. 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science), mengandung pengertian bahwa teknologi adalah bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai peserta didik, misalnya teknologi komputer menjadi jurusan di sekolah atau adanya mata pelajaran TIK di sekolah sehingga menuntut peserta didik untuk menguasai komptensi tertentu dalam TIK. 3) Teknologi sebagai bahan dan alat bantu untuk proses pembelajaran (literacy), mengandung makna bahwa teknologi berfungsi sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai kompetensi tertentu melalui bantuan komputer. Keberadaan TIK tentu tidak pernah terlepas dan segala kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan TIK bisa diartikan sebagai manfaat, antara lain adalah sebagai berikut: a. Sebagai peralatan untuk mendukung konstruksi pengetahuan: untuk mewakili gagasan pelajar pemahaman dan kepercayaan, dan untuk organisir produksi, multi media sebagai dasar pengetahuan peserta didik. b. Sebagai sarana informasi untuk menyelidiki pengetahuan yang mendukung peserta didik: untuk mengakses informasi yang diperlukan dan untuk perbandingan perspektif, kepercayaan dan pandangan dunia. c. Sebagai media sosial untuk mendukung pembelajaran: untuk berkolaborasi dengan orang lain dan untuk mendiskusikan, berpendapat serta membangun konsensus antara anggota sosial. d. Sebagai mitra intelektual untuk mendukung pelajar: untuk membantu peserta didik mengartikulasikan dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. e. Sebagai sarana meningkatkan mutu pendidikan. f. Sebagai sarana meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. g. Sebagai sarana mempermudah mencapai tujuan pendidikan. Jika mengacu pada tiga fungsi TIK dalam pembelajaran, maka khusus untuk pembelajaran anak usia dini, pendidik dapat menentukan salah satu atau setidaknya dua fungsi, yaitu teknologi sebagai alat (tools) dan/atau sekaligus sebagai bahan untuk stimuasi dalam pencapaian perkembangan tertentu. Namun untuk pemanfaatan TIK dalam PAUD yang layak bagi anak tentu harus mempertimbangkan prinsip dalam penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran bagi anak usia dini, sekalipun dalam praktiknya dapat dikendalikan oleh atau di bawah pengawasan pendidik. Selain itu perangkat TIK yang digunakan pun disesuaikan dengan memperhatikan perkembangan anak. Efektif tidaknya pemanfaatan TIK bagi proses tumbuh kembang anak usia dini mutlak menjadi pertimbangan para guru sebelum menentukan untuk memilih jenis perangkat yang tepat. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran perlu dirancang, direncanakan, dilaksanakan, dan selalu dievaluasi dari waktu ke waktu. Agar pamanfaatan TIK dalam pembelajaran PAUD dapat benar-benar optimal dari segi dukungannya pada pelaksanaan fungsi dan tercapainya tujuan dalam rangka menyiapkan generasi bangsa yang cerdas dan ceria, perlu mengoptimalkan kemanfaatannya dan meminimalkan dampak negatifnya. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK perlu dilandasi oleh prinsip. Suwarsih (2011) mengusulkan kerangka pikir dan lima prinsip dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sebagai berikut. a. Pemanfaatan TIK dalam pendidikan hendaknya mempertimbangkan karaktersitik peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan pembuatan keputusan TIK. b. Pemanfaatan TIK hendaknya dirancang untuk memperkuat minat dan motivasi pengguna untuk menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, baik dari segi intelektual, spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi. c. Pemanfaatan TIK hendaknya menumbuhkan kesadaran dan keyakinan akan pentingnya kegiatan berinteraksi langsung dengan manusia (tatap muka), dengan lingkungan sosial-budaya (pertemuan, museum, tempat-tempat bersejarah), dan lingkungan alam (penjelajahan) agar tetap mampu memelihara nilai-nilai sosial dan humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan terhadap alam sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. d. Pemanfaatan TIK hendaknya menjaga bahwa kelompok sasaran tetap dapat mengapresiasi teknologi komunikasi yang sederhana dan kegiatan-kegiatan pembelajaran tanpa TIK karena
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 369
tuntutan penguasaan kompetensi terkait dalam rangka mengembangkan seluruh potensi siswa secara seimbang. e. Pemanfaatan TIK hendaknya mendorong pengguna untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga tidak hanya puas menjadi konsumen informasi berbasis TIK.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Jenis-jenis TIK yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pada PAUD Sebelum menguraikan tentang jenis-jenis Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran PAUD, dapat dibedakan menurut cara penggunaannya, yaitu yang interaktif dan noninteraktif. Berikut ini akan dibahas berbagai perangkat TIK. a. Audio dan Video Player Audio dan Video Player adalah perangkat TIK yang paling mudah digunakan. Selain karena kemudahan dalam penggunaannya ketersediaan perangkatnya pun relatif lebih mudah ditemukan. Perangkat audio dan video player banyak dijumpai di masyarakat saat ini. Audio dan Video player, merupakan media pembelajaran yang menggabungkan antara media audio dan media visual, secara terpisah dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Media Audio dan Karakteristiknya Pembahasan tentang proses pembelajaran dengan menggunakan media audio tidak lepas dari pembahasan aspek pendengaran. Kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendengarkan dari pada untuk melakukan komunikasi lainnya. Para ahli berpendapat bahwa 70% dari waktu sadar kita dipakai untuk berkomunikasi,yaitu membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Bila masing-masing beraktivitas tersebut di bagi-bagi, hasilnya menunjukkkan bahwa 42% dipakai untuk mendengarkan, 32% untuk bercakapcakap, 15% untuk membaca, dan 11% untuk menulis. (http://abdiplizz.wordpress.com) Mendengarkan sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur: (1) mendengar, (2) memperhatikan, (3) memahami, dan kemudian (4) mengingat. (2) Jadi definisi mendengarkan adalah ”proses selektif untuk memperhatikan, mendengar, memahami, dan mengingat”. 2) Media Video/Visual dan Karaktersitiknya Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata dalam bentuk tulisan dan pesan non verbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual. Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis, bentuk, warna, dan tekstur. b. Komputer Komputer adalah salah satu perangkat TIK yang sudah banyak dimanfaatkan keberadaaannya dalam proses pembelajaran. Berbagai jenis komputer pabrikan dapat menjadi pilihan sesuai kemampuan masing-masing. Kendala utama biasanya adalah dalam pengadaan perangkat ini. Sebelum lebih jauh bagaimana Guru PAUD dapat memanfaatkan perangkat ini, terlebih dahulu akan dibahas secara singkat mengenai peran komputer dalam perkembangan kecerdasan manusia. Komputer adalah produk kecerdasan manusia, tetapi komputer dapat pula mempengaruhi kecerdasan manusia. Penelitian tentang pengaruh komputer terhadap perkembangan intelegensi telah banyak dilakukan oleh para pakar. Hasilnya antara lain menunjukkan bahwa penggunaan komputer secara benar secara timbal balik akan mempengaruhi kecerdasan. Jika dilengkapi dengan aplikasi-aplikasi, komputer mampu memenuhi rasa ingin tahu manusia. Di samping itu, kecepatan, kecermatan, keterkinian informasi dapat diperoleh melalui sistem jaringan komputer, sehingga memberikan pengayaan fungsi otak penggunanya. Riset yang dilakukan terhadap pengaruh komputer terhadap perkembangan intelegensi diperoleh pengaruh yang positif dari keduanya. Hal tersebut karena ”kerjasama” antara komputer-otak dan intelegensi yang satu dengan lainnya mendorong manusia untuk makin memenuhi rasa ingin tahunya, yang merupakan sifat khas manusia. Komputer dengan jaringannya dalam kehidupan kini tidak terpisahkan dari berbagai kepentingan untuk memperoleh informasi yang cepat, cermat, lengkap, dan aktual. Dengan demikian tidak salah jika penggunaan komputer dengan program yang sesuai umur anak-anak dapat dilakukan oleh para Guru. Dalam materi ini tidak akan dijelaskan secara detil cara mengoprasikan komputer, tetapi penyusun menyarankan sebaiknya Guru berinisiatif untuk menggunakan sumber lain dalam belajar tata cara mengoperasikan komputer. Bahan ajar ini akan memberikan panduan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 370
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
bagaimana guru dapat menetapkan tema dan materi bermain anak untuk selanjutnya memilih aplikasi yang tepat dan sesuai untuk disampaikan dengan menggunakan komputer. Penting juag dicatat oleh para Guru PAUD bahwa berbagai aplikasi khusus dalam bentuk permainan untuk anak sudah dirancang, diproduksi dan dipasarkan oleh pihak lain, yang dapat dimanfaatkan oleh para Guru. c. Internet Manfaat internet dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi dengan tersedianya informasi dalam berbagai bidang dalam jumlah yang melimpah. Kekayaan akan informasi yang sekarang tersedia di internet harus benar-benar dimanfaatkan oleh para penentu kebijakan dalam pendidikan, baik oleh kepala sekolah, guru maupun staf administrasi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam kaitannya dengan kelebihan internet bagi guru, Rekdale mengemukakan bahwa internet sangat potensial untuk mendukung pengembangan profesional guru karena internet menawarkan beberapa kesempatan untuk diraih, yakni (a) meningkatkan pengetahuan; (b) berbagi sumber di antara rekan sejawat; (c) bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri; (d) kesempatan untuk menerbitkan/mengumumkan gagasan yang dimiliki secara online; (e) mengatur komunikasi secara teratur; dan (f) berpartisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional (Rekdale dalam Nurdin Noni, makalah, 2011). Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) mengakses rencana belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bahan jadi yang cocok untuk segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbagi sumber. Untuk peserta didik, internet menawarkan kesempatan untuk belajar sendiri secara cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan (b) belajar berinteraktif, dan (c) mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu, internet juga menawarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi dengan peserta didik lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh dunia Manfaat internet dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi dengan tersedianya informasi dalam berbagai bidang dalam jumlah yang melimpah. Kekayaan akan informasi yang sekarang tersedia di internet harus benar-benar dimanfaatkan oleh para penentu kebijakan dalam pendidikan, baik oleh kepala sekolah, guru maupun staf administrasi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam kaitannya dengan kelebihan internet bagi guru, Rekdale mengemukakan bahwa internet sangat potensial untuk mendukung pengembangan profesional guru karena internet menawarkan beberapa kesempatan untuk diraih, yakni (a) meningkatkan pengetahuan; (b) berbagi sumber di antara rekan sejawat; (c) bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri; (d) kesempatan untuk menerbitkan/mengumumkan gagasan yang dimiliki secara online; (e) mengatur komunikasi secara teratur; dan (f) berpartisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional (Rekdale dalam Nurdin Noni, makalah, 2011). Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) mengakses rencana belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bahan jadi yang cocok untuk segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbagi sumber. Untuk peserta didik, internet menawarkan kesempatan untuk belajar sendiri secara cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan (b) belajar berinteraktif, dan (c) mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu, internet juga menawarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi dengan peserta didik lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh dunia N. Pemanfaatan Dan Pemilihan Media Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Standar Kompetensi Peserta PLPG mampu membuat perangkat pembelajaran dari mata pelajaran yang diampunya. Kompetensi Dasar Peserta di PLPG mampu mengembangkan media pembelajaran dari mata pelajaran yang diampunya. Indikator Peserta PLPG mampu a. Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran b. Memanfaatkan media yang telah dipilih untuk keperluan pembelajarannya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 371
2. Uraian Materi Media pembelajaran dalam teknologi pendidikan merupakan bagian dari sumber belajar yang digolongkan kedalam bahan dan alat. Media pembelajaran merupakan saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan dari sumber peran kepada penerima peran. Dalam hal ini dapat dicontohkan guru sebagai sumber pesan menyampaikan materi pembelajaran (peran) dengan media power point kepada penerima pesan (siswa). Kedudukan media dari contoh tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 55. Kedudukan Media Berdasarkan ilustrasi tersebut, media merupakan saluran komunikasi pembelajaran. Media pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso (2004, h. 458=460) didefinisikan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang di sengaja, bertujuan dan terkendali. Sedangkan kegunaan dari media pembelajaran (Yisifhadi Miarso, 2004, h. 458-460) adalah: a. Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat berfungsi optimal. b. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. c. Melampaui batas ruang kelas. d. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya. e. Menghasilkan keseragaman pengamatan f. Membangkitkan keinginan dan minat baru. g. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar h. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkrit maupun abstrak. i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri. j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru. k. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar) l. Meningkatkan kemampuan ekspresi dan siswa. Berdasarkan definisi dan kegunaan media pembelajaran di atas, maka guru di dalam perangkat pembelajarannya selain silabus, RPP, bahan ajar juga dilengkapi dengan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dirancang sendiri oleh guru atau memanfaatkan dari media yang telah tersedia. Perangkat pembelajaran media pembelajaran merupakan sub sistem dari sistem pembelajaran di kelas yang Anda bina. Jika sub sistem media tidak disediakan maka akan terdapat kesenjangan dalam mencapai tujuan pembelajaran seperti perbedaan persepsi terhadap materi pembelajaran. Dampaknya hasil belajar siswa tidak optimal. Media pembelajaran dapat dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat dimanfaatkan di dalam kelas atau di luar kelas sesuai kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. a. Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran pada perkembangan sekarang ini sangat beragam. Ada media penyaji, media objek dan media interaktif. Media penyaji yaitu media yang mampu menyajikan informasi. Misal gambar, poster, foto (yang digunakan sebagai alat peraga), transparansi, radio, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 372
telepon, film, video, televisi, multimedia (kit). Media objek yaitu media yang mengandung informasi seperti realia, replika, modul, benda tiruan. Media interaktif yaitu media yang memungkinkan untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Misal scrabble, puzzle, simulator, laboratorium, atau komputer. Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, maka guru perlu mempelajari klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan media seperti tabel berikut. Tabel 32. Pemilihan media menurut tujuan belajar, menurut Allen
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Klasifikasi media ini penting dipertimbangkan karena tidak ada satu jenis media yang terbaik untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan. Antara satu media dengan media lainnya saling melengkapi. Selain taksonomi media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, kriteria dalam memilih media juga harus diperhatikan. Kriteria tersebut adalah: 1) Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Tepat untuk mendukung materi pembelajaran 3) Praktis, luwes dan tahan lama 4) Guru terampil menggunakannya 5) Jumlah peserta didik 6) Mutu teknis media pembelajaran seperti ketersediaan energi listrik, cahaya di dalam ruangan. Guru diharapkan tidak memilih media karena suka dengan media tersebut. Disamping itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta didik kita dalam proses belajar. Jadi, pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan peserta didik belajar, serta yang menarik dan disukai peserta didik. Menurut Bates (1995), pemilihan media berbasis teknologi komputer antara lain akses, biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan penggunaan, pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan. Pertimbangan mengenai akses pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana peserta didik memiliki akses terhadap media yang akan digunakan dalam mempelajari paket bahan ajarnya? Pertimbangan biaya berlaku bagi sekolah maupun peserta didik, yaitu seberapa mahal/murah media yang dipilih untuk digunakan oleh sekolah dan peserta didik sebagai paket bahan ajar (biaya produksi atau pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya beli untuk peserta didik). Pertimbangan pedagogis merupakan pertimbangan yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik materi keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari peserta didik. Pertimbangan interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran, dan sejauh mana media tersebut mempermudah peserta didik dalam belajar? Pertimbangan mengenai organisasi merupakan pertimbangan manajerial meliputi pengelolaan media dalam proses pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran (penyimpanan, dll). Pertimbangan novelty berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan atau kesukaran beradaptasi serta siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang kecepatan suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu media menyampaikan informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada didik. Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik, sehingga dapat membantu proses belajar peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, ragam media yang digunakan harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang bijaksana. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 373
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi: 1) Media cetak a. Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau buku pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri. b. Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk mendampingi buku pelajaran. c. Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran yang di susun sendiri. d. Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur, pamphlet, yang diperlukan untuk memperjelas konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam bahan ajar. e. Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk memandu peserta didik melakukan latihan, tugas, praktek, praktikum, dan digunakan untuk melengkapi buku pelajaran. 2) Media audio/visual a. Kaset audio/CD audio b. Siaran radio (radio broadcasts) c. Slide (film bingkai) d. Film e. Kaset video/CD video f. Tayangan TV (TV broadcasts) g. Video interaktif h. Pembelajaran berbantuan komputer (simulasi, Computer Assisted Instruction) 3) Media Praktek/Demonstrasi a. Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realita b. Laboratorium dan peralatannya c. Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik dari material atau barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah d. Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll) e. Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah, kolam, kandang ternak, dll). f. Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan Herbarium buatan peserta didik. g. Pasar h. Museum 4) Media lainnya a. game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles untuk mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang kali-bagi, flashcard, perma AECT (Association for Educational Communication and Technology) mengungkapkan pendapat serupa dimana fungsi pemanfaatan adalah mengusahakan agar pembelajar dapat berinteraksi dengan sumber belajar atau komponen pembelajaran. Fungsi ini penting karena memperjelas hubungan pemelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran (Yusufhadi Miarso, 1986, h. 194). Fungsi pemanfaatan merupakan fungsi yang cukup penting karena memperjelas hubungan pemelajar dan sistem pembelajaran. Pemelajar akan menggunakan suatu sumber belajar jika ia mengetahui bahwa dengan menggunakan sumber belajar tersebut ia akan memperoleh keuntungan dalam proses pembelajarannya. Menurut Sadiman dkk (1993, h. 189-190) ada dua pola dalam memanfaatkan media yaitu: 1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya dipadukan dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 2) Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini dibagi menjadi dua kelompok utama. a) pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan masingmasing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam pemanfaatan secara bebas, kontrol atau kendali berada pada individual, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhannya. b) Pemanfaatan secara terkontrol, ialah bahwa media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 374
Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah dalam menggunakannya, yaitu: a) Persiapan sebelum menggunakan media. Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan dapat berupa mempelajaripetunjuk penggunaan, mempersiapkan peralatan, serta menetapkan tujuan yang akan dicapai. b) Kegiatan selama menggunakan media. Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang digunakan. c) Kegiatan tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan pola pemanfaatan. Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini. 1. Tahap persiapan a. Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pembelajaran, misal untuk menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, dengan sasaran guru di sekolah. b. Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power point yang telah disusun (misal power point terlampir). c. Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebelum pelaksanaan pelatihan. 2. Tahap pelaksanaan a. Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan waktu tersedia b. Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan sesuai dengan prosedur pembelajaran. 3. Tindak lanjut a. Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan. b. Kepala sekolah memberikan umpan balik. Contoh: 1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala sekolah tidak boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointer yang ditunjukkan pada layar. 2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap menjaga kontak mata antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian. Guru dalam merancang media pembelajaran flipchart, harus memperhatikan jumlah peserta didik, biaya, ukuran tulisan, ukuran gambar, warna dan lain-lain. Untuk menghemat biaya dapat digunakan bagian belakang kalender yang sudah tidak dimanfaatkan (ukuran 60 x 40 cm). b. Pemanfaatan Media Pembelajaran Pemanfaatan media pembelajaran identik dengan penggunaan media pembelajaran. Menurut Heinich (1983), pemanfaatan merupakan satu komponen dari model sistem pembelajarannya yang disebut utilisasi. Utilisasi (pemanfaatan) merupakan satu tugas pembelajaran (guru) dalam membantu mempermudah siswa belajar. Seels dan Richey (2002, h. 50) dalam buku Teknologi Pembelajaran mendefinisikan pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Berdasarkan definisi tersebut, maka pemanfaatan merupakan aktivitas menggunakan serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil belajar dan segala sesuatu yang mendukung terjadinya belajar (seperti: sistem pelayanan, bahan pembelajaran dan lingkungan). a) Kegiatan selama menggunakan media, Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang digunakan. b) Kegiatan tindak lanjut, Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan. Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan pola pemanfaatan. Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini. 1. Tahap persiapan a. Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pembelajaran, misal untuk menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, dengan sasaran guru di sekolah. b. Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power point yang telah disusun (misal power point terlampir). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 375
c. Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebelum pelaksanaan pelatihan. 2. Tahap pelaksanaan a. Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan waktu tersedia b. Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan sesuai dengan prosedur pembelajaran. 3. Tindak lanjut a. Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan. b. Kepala sekolah memberikan umpan balik. Contoh: 1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala sekolah tidak boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointer yang ditunjukkan pada layar. 2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap menjaga kontak mata antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh lain agar pemanfaatan siaran langsung pendidikan di sekolah mengikuti langkahlangkah sebagai berikut, yaitu. persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. a. Persiapan sebelum menggunakan media Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, perlu dibuat persiapan yang baik pula. Terlebih dahulu guru dan siswa mempelajari buku petunjuk yang telah disediakan. Bila pada petunjuk disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lain yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sebaiknya hal tersebut dilakukan karena akan memudahkan para pengguna dalam belajar menggunakan media. Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media itu juga perlu disiapkan sebelumnya, sehingga pada saat menggunakannya nanti, tidak akan terganggu pada hal-hal yang mengurangi kelancaran penggunaan media itu. b. Pelaksanaan selama menggunakan media Dalam penggunaan media hal yang perlu diperhatikan adalah suasana ketenangan. Gangguangangguan yang dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi harus dihindarkan. Bila kita menulis atau membuat gambar atau membuat catatan singkat, usahakan hal tersebut tidak mengganggu konsentrasi. Jangan sampai perhatian banyak tercurah pada apa yang tertulis sehingga tidak dapat memperhatikan sajian media yang sedang berjalan. c. Kegiatan tindak lanjut Maksud kegiatan tindak lanjut adalah untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai untuk memantapkan pemahaman terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan soal tes yang akan dikerjakan dengan segera sebelum siswa lupa isi materi itu. Contoh:
Gambar 57. Kegiatan tindak lanjut Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam memanfaatkan media pembelajaran adalah kebutuhan siswa. Jika siswa berkebutuhan khusus (misal tuna netra) maka guru mempersiapkan media pembelajaran audio karena gaya belajar cenderung auditif. Siswa diberitahukan untuk terlibat atau berpartisipasi aktif dengan media pembelajaran. Guru perlu memberikan umpan balik dan penguatan agar pembelajaran bermakna. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 376
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Merancang Kegiatan Pembelajaran PAUD berbasis TIK Pemanfaatan TIK pada Pembelajaran Anak Usia Dini sesuai Tingkatan Perkembangan Teknologi bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, memiliki sisi positif dan negatif. Untuk itu implementasinya pun akan berbeda pada setiap usia perkembangan anak. Pemanfaatan TIK pada pembelajaran anak usia dini membawa beberapa konsekuensi yang harus menjadi perhatian guru dan pengelola. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Beraktivitas dengan perangkat TIK, harus siap dengan hal-hal yang tidak terduga. Perlu persiapan yang matang sehingga pada saat pelaksanaannya, dapat dihindari hal-hal tak terduga yang dapat mengakibatkan tidak efektifnya waktu bermain anak. Jika perangkat tidak dipersiapkan dengan baik dan diperiksa sebelum digunakan, kemungkinan “kaset kusut” bisa terjadi dan ini akan menghambat prose pembelajaran. 2) Perlu antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kaset kusut. Guru harus mengantisipasinya dengan menyiapkan rencana cadangan jika terjadi kaset kusut, atau komputer error. Berikut adalah contoh pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran pada anak usia 5 – 6 tahun: Pada usia ini, pemanfaatan TIK sudah bisa dilakukan lebih meningkat. Bahkan bila memungkinkan guru sudah dapat memperkenalkan kepada anak tentang perangkat TIK, misalnya pengenalan perangkat keras (hardware) yang bisa dilihat dan dipegang langsung oleh anak, misalnya: CPU, monitor, mouse, keyboard dan printer.
3. Rangkuman Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan materi pembelajaran. Tiap jenis media memiliki kegunaan masing-masing dengan karakteristik media. Pemilihan media pembelajaran didasarkan beberapa kriteria seperti, tujuan pembelajaran, peserta didik, kemampuan media, dan lain-lain. Media pembelajaran yang akan digunakan dalam sistem pembelajaran dengan pola kurikulum – guru – media – siswa dikategorikan media yang dirancang dan media jadi. Pemanfaatan media pembelajaran melalui tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap tindak lanjut. 4. Latihan 1. Jika Anda akan membelajarkan peserta didik tentang sikap saling tolong menolong, media pembelajaran apa yang Anda akan pilih? Tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menunjukkan rasa empati kepada orang lain. 2. Bagaimanakah cara Anda memilih dan memanfaatkan media pembelajaran? Jelaskan dan beri contoh. Petunjuk jawaban latihan 1. a. Media pembelajaran film karena film dapat menyentuh emosi siswa. b. Film pembelajaran harus dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran. c. Film pembelajaran yang telah tersedia dipilih dari katalog yang ada apakah meminjam dari Pustekkom DepDikNas atau mencari di pasaran. d. Sebelum dimanfaatkan film dicoba terlebih dahulu agar dapat terjaga kualitas perannya. 2. Tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap tindak lanjut. Penjelasan sesuai dengan contoh.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 377
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5. Tes Formatif 3 1. Media pembelajaran dalam sistem komunikasi merupakan komponen: a. Sumber c. Saluran b. Pesan d. Penerima 2. Kriteria utama dalam memilih media: a. Kemampuan media c. Jumlah siswa b. Tujuan pembelajaran d. Kemudahan penggunaan 3. Media yang merupakan objek pengganti, kecuali: a. Mock up c. Model b. Simulator d. Realia 4. Media yang dapat dengan mudah membangkitkan efek emosi: a. Audio c. Video b. Film d. Radio 5. Kriteria pertama pemilihan media yang berbasis teknologi komputer a. Akses c. Kemudahan penggunaan b. Biaya d. Kecepatan 6. Komponen media yang dibuat sendiri oleh guru, kecuali: a. Tujuan c. Strategi b. Materi d. Evaluasi 7. Prosedur memanfaatkan media kecuali: a. Pengumpulan bahan c. Pelaksanaan b. Persiapan d. Tindak lanjut 8. Scrabble, puzzle tergolong media pembelajaran: a. Penyaji c. Permainan b. Objek d. Interaktif 9. Jika tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mendeskripsikan komponen mesin kendaraan, dengan situasi laboratorium otomotif maka media yang dipilih: a. Realia c. Foto b. Model d. Gambar 10.Manfaat media pembelajaran kecuali: a. Meningkatkan perhatian siswa b. Memberikan kesamaan persepsi materi pembelajaran c. Memberikan hiburan kepada siswa d. Memberikan rangsangan pada indera siswa. Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3. Jika jawaban Anda kurang tepat bacalah kembali kegiatan belajar modul ini. Analisislah alasan jawaban yang Anda pilih, mengapa tepat dan kurang tepat. Jika jawaban Anda benar 80% lanjutkan pada modul kegiatan belajar 4. 7. Daftar Pustaka Arif S. Sadiman, dkk (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali. Bates, A.W. (1995). Technnology, Open Learning anda Distance EducatiEducation. London: Routledge. Cecep Kustandi (2010). Menggunakan Media Pembelajaran di dalam Pelatihan. (Makalah ToT) Yusufhadi Miarso (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta: Rajawali Pers.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 378
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR ANAK USIA DINI Lingkungan merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak usia dini karena dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui perasaan yang terbentuk, kenyamanan yang dirasakan, kesempatan untuk berinteraksi yang diberikan oleh lingkungan yang dirancang sedemikian rupa. Lingkungan membantu pengaktualisasian potensi anak yang telah dibawa sejak lahir. Berbagai komponen yang terdapat pada lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak, mulai dari ukuran ruangan atau tempat yang tersedia, ketersediaan area bermain di luar, warna dinding yang digunakan, tipe perabot dan lantai serta jumlah jendela yang tersedia dapat mempengaruhi proses anak belajar. SETTING LINGKUNGAN Adapun lingkungan pendidikan yang dihadapi seseorang dalam proses perkembangannya sebagai berikut: 1. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dikatakan pertama karena sejak anak masih ada dalam kandungan dan lahir berada dalam keluarga. Dikatakan utama karena keluarga merupakan yang sangat penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh. Suasana yang ada dalam keluarga memungkinkan berkembangnya kreativitas. Semua sifat dan sikap itu dapat ditanamkan pada anak dalam upaya mengembangkan kreativitasnya Adanya bermacam-macam alat permainan menyebabkan anak-anak senang bermain. 2. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang kedua. Pada lingkungan ini kreativitas anak sebaiknya dikaitkan dengan pelajaran. Guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya prestasi pendidikan anak tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umumnya. Guru dapat melumpuhkan kemelitan (rasa ingin tahu) alamiah, merusak, motivasi, harga diri dan kreativitas anak, namun juga sebaliknya guru dapat melatih ketrampilan bidang pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus, seperti bahasa, matematika, atau seni. Pada umumnya orang melihat ini sebagai pekerjaan dan tugas guru. Sampai batas tertentu, guru juga dapat mengajarkan ketrampilan kreatif cara berpikir menghadapi masalah secara kreatif, atau teknik teknik untuk memunculkan gagasan-gagasan orisinal. Keterampilan seperti ini dapat diajarkan secara langsung, tetapi paling baik disampaikan melalui contoh. Sekolah yang bagus dan ideal adalah sekolah yang tenang dan menyenangkan bagi anak usia dini. Tingkat kreativitas akan selalu meningkat sesuai dengan tingkat pendidikan anak, hal ini seiring dengan tingkat kematangan, kecerdasan dan pengalaman anak. 3. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat lebih luas dan kompleks, sehingga agak sulit mengawasinya. Namun demikian lingkungan ini memberi kesempatan yang sangat luas bagi anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Pada lingkungan masyarakat dibedakan menjadi 4 macam: a. Tempat tinggal b. Tempat Kerja c. Organisasi d. Tempat Bergaul ALAT PERMAINAN (BAHAN PERMAINAN) Sumber belajar bagi anak adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk belajar anak baik dalam bentuk alat maupun bahan yang mengembangkan semua kemampuan anak dengan cara bermain. Salah satu sumber belajar yang menjadi media pembelajaran anak usia dini adalah Alat Permainan Edukatif atau APE. Media belajar anak atau APE bisa berupa apa saja yang dipergunakan untuk bermain. Berdasarkan bahannya APE dapat digolongkan menjadi: APE buatan, APE alami, APE bahan campuran. APE buatan adalah APE yang pembentukannya di buat oleh manusia, baik dengan cara manual maupun dibuat oleh pabrik. APE alami adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yaitu air, pasir, tanah liat, daun, pantai. Hal-hal yang syarat utama media yang sesuai dengan kebutuhan anak : a. Aman. APE harus aman artinya bahan maupun bentuknya tidak berbahaya bagi anak, misalnya : bahan cat tidak beracun, tidak lancip, tidak tajam. b. Mengembangkan kemampuan anak. APE harus mengembangkan kemampuan anak yaitu meliputi 8 jenis kecerdasan: kecerdasan logika, kecerdasan matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdesan musik, kecerdasan naturalistik, intrapersonal, interpersonal, linguistik, dan spiritual. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 379
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Sesuai bentuk dan ukuran Bentuk dan ukuran APE yang digunakan untuk anak harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yaitu tidak terlalu besar/ tinggi, atau tidak terlalu kecil sesuai dengan usia anak. d. Menarik APE sebaiknya didesain sedemikiam rupa sehingga anak tertarik untuk mengambil, dan kemudian memainkannya. Pada umumnya APE dibuat dengan warna-warni yang mencolok, kemudian pada bentuk dan kemudian pada cara bermain bahan tersebut. e. Tidak bertentangan dengan nilai sosial dan agama Mendidik anak tidak semata-mata mengembangkan kemampuan anak saja, tetapi juga membentuk anak menjadi anak yang bertakwa juga membentuk anak yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sehingga APE yang digunakan anakpun sebaiknya tidak bertentangan dengan nilainilai agama dan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat dimana anak bertempat tinggal. Di mana untuk memperoleh media tersebut adalah: Memanfatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Membeli dari pabrikan atau buatan. Membuat sendiri oleh tenaga pendidik. Area Drama, yang di dalamnya mencakup peralatan perlengkapan dapur, kursi dan meja, telepon, perlengkapan kebersihan, rak pakaian untuk menyimpan kostum Area seni, terdiri dari: variasi warna, menggambar, krayon, kertas gambar Area musik, terdiri dari: peralatan musik (piano, gitar, drum, angklung) Area menulis, mendengar, dan perpustakaan, yang terdiri dari: buku-buku cerita, majalah anak, tape recorder, kertas, variasi warna, alat tulis, dll) Area balok, yang terdiri dari: aneka bentuk balok mainan, lego, mainan jenis-jenis alat transportasi Area sains, yang terdiri dari: aquarium, piring, gelas, alat pengukur, magnet, bak dan ember plastik Area permainan (games) / matematika / manipulasi, yang terdiri dari: puzzle, boneka tangan, Area pekerjaan, yang terdiri dari: perlengkapan mainan berbagai profesi, misalnya: perlengkapan dokter (suntikan, stetoskop, tabung infus, dll), perlengkapan petani (cangkul, caping, sabit), dll. Area air dan pasir, yang terdiri dari: bak air dan pasir, gelas plastik, sendok pasir, ember, alat cetak kue), dll. Area olah raga, terdiri dari: bola besar, bola kecil, tali skipping, raket, meja pingpong, kaos olah raga, dll. Area ruang konseling, terdiri dari: televisi, video, cermin besar, sofa, tempat tidur, dll. Area penyimpanan (gudang), terdiri dari: peralatan dan perlengkapan yang sudah tidak terpakai. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN Penyediaan lingkungan sebagai pendukung dalam proses pengembangan potensi anak usia dini membutuhkan kaidah-kaidah yang tepat, sehingga apa yang telah direncanakan dapat direalisasikan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pengembangan tersebut memiliki beberapa prinsip: Anak harus dapat bebas bergerak di dalam kelas Masing-masing anak harus mampu diamati satu persatu Anak sering menggunakan alat yang telah disediakan untuk mereka Yakin bahwa masing-masing anak melihat atau mudah menemukan alat atau material yang memang disediakan untuk mereka. Proses pengembangan sarana dan prasarana pada lembaga PAUD dilakukan melalui tahapantahapan yang dijelaskan pada penjabaran di bawah ini. Perencanaan Sebelum menyiapkan sarana dan prasarana, perlu dibuat sebuah perencanaan yang matang dan terprogram. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana dapat berupa perencanaan kebutuhan sarana yang perlu diadakan, perencanaan mengganti sarana yang sudah tidak layak, perencanaan perbaikan jika masih memungkinkan untuk digunakan kembali, perencanaan budget, serta perencanaan waktu untuk merealisasikannya. Pengadaan dan Pengorganisasian Menyiapkan suatu kegiatan sekolah untuk pendidikan anak usia dini, dapat diumpamakan bila akan main sandiwara, guru mempunyai tugas mempersiapkan panggung, tempat pertunjukan akan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 380
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dilakukan. Ruang kelas harus dipersiapkan, semua perabotan, peralatan dan perlengkapan harus di susun sedemikian rupa yang akan diperuntukan kegiatan belajar mengajar sepanjang tahun ajaran yang akan datang. Lingkungan fisik diatur agar dapat menarik bagi anak untuk bisa berkreativitas, hal ini dapat diatur dengan adanya tempat buku, seni, meja-meja untuk kepentingan permainan anak. Lingkungan kelas mempunyai nilai tertentu bagi anak didik. Ruangan yang tidak rapih akan memberikan kesan kepada anak bahwa tidak apa-apa kalau ia meninggalkan kertas di sembarang tempat. Sehari-hari di sekolah, kegiatan anak dapat dilakukan dalam kelompok besar, kecil atau individual. Untuk hal tersebut, setiap kali guru harus mengorganisasikan ruang dan material sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Ruang kelas hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga mudah dipergunakan untuk melaksanakan program. Bila memungkinkan lantai ruang diberi alas sehingga bersih. Dinding harus ditata agar lebih menarik. Berikan ruang di dinding untuk menempel berita yang aktual dan menarik bagi anak. Papan tulis dan kapur perlu bergantung pada sebagian dinding. Jendela ruang dapat membantu penyinaran di dalam ruang. Apabila memungkinkan sebaiknya ada kran air diperlukan apabila anak mencuci tangan atau untuk membersihkan ruang. Kamar mandi atau kamar kecil perlu di dalam sarana ruang kelas. Ruang kelas anak usia dini biasanya merupakan kelas yang di organisasikan sesuai dengan pusat-pusat kegiatan. Masing-masing pusat kegiatan memiliki program tertentu. Pusat kegiatan tersebut selalu berorientasi pada anak sebagai pusat bukan orang dewasa. Setiap kali diharapkan agar anak selalu aktif dalam mengikuti kegiatan baik yang bersifat kelompok-kelompok besar, kecil ataupun dalam kegiatan individual. Pengadaan ruang tenang juga diperlukan oleh anak agar anak yang ingin menyendiri, dapat memisahkan diri dari kelompok dan teman. Tempat tersebut dapat berubah kursi goyang bantal besar yang ada di lantai, kotak karton besar yang dipotong atau sisinya sehingga anak dapat masuk ke dalamnya. Setelah direncanakan, harus segera direalisasikan dengan baik. Kepala lembaga PAUD atau koordinator dapat menunjuk orang yang dapat diamanatkan dalam pengadaan sarana ini. Penempatan sarana dan prasarana yang sudah tersedia atau dimiliki disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana awal. Anak-anak perlu disosialisasikan dan diberi pengertian akan penggunaannya, kemudian mereka pun dibiasakan untuk merasa memiliki sarana yang sudah disediakan, baik yang berupa media, alat peraga, alat permainan, sumber belajar dan lain sebagainya Pengawasan Selama anak-anak menggunakan sarana dan prasarana tersebut para tutor ataupun pendidik wajib melakukan pengawasan kepada mereka. Anak-anak diajak untuk bertanggung jawab dan memperlakukan sarana pembelajaran tersebut dengan baik. Di samping itu, guru juga selalu memerhatikan beberapa sarana yang mudah rusak sehingga segera ada tindak lanjut untuk mengganti atau memperbaikinya. Pemeliharaan Setiap sarana dan prasarana perlu dirawat dan dipelihara, terutama pada alat-alat permainan dan media pembelajaran perlu ada wadah atau tempat penyimpanannya. Setiap benda yang telah digunakan harus dikembalikan ke tempat semula. Guru dan anak-anak harus terbiasa berdisiplin dalam merawat berbagai sarana yang digunakan. Penggunaan alat sebaiknya sesuai dengan fungsinya, tidak dirusak. Jika anak berimajinasi untuk menggunakan sarana di luar kebiasaan fungsinya, tetap diperkenankan dengan catatan tidak membahayakan diri, orang lain dan juga alatnya. Evaluasi Setiap guru ataupun pengelola dapat mengevaluasi setiap sarana dan prasarana pembelajaran yang telah tersedia atau digunakan oleh anak. Sejauh mana sarana tersebut dapat membantu menstimulasi perkembangan anak. Keamanan dari sarana tersebut pada saat digunakan oleh anak. Observasi juga dapat dilakukan oleh guru dalam mengidentifikasi fungsi sarana dan prasarana dari segi estetika atau kemenarikannya. Serta menjadi acuan dalam melakukan revisi, perbaikan, penggantian, atau bahkan peniadaan jika sarana tersebut tidak memberi pengaruh positif dan memberi dampak negatif bagi anak. Untuk memastikan keefektifan ruang bermain anak, anda harus mengamati dan mengevaluasi bagaimana anak menggunakan ruang-ruang tersebut. Anda dapat melakukannya selama bekerja atau proses pembelajaran/bermain, ketika anak memilih sendiri aktivitas bermain kesukaan mereka. Pengamatan yang berlangsung memungkinkan anda mengetahui benda-benda yang selalu di pilih anak, bagaimana benda tersebut digunakan, dan bagaimana anak berhubungan dengan teman sepermainannya. Berikut beberapa contoh yang dapat dijadikan acuan dalam mengevaluasi keefektifan sarana dan prasarana lingkungan: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 381
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bagaimana Anak Memilih Ruang Bermain untuk Pengembangan Potensi Ruang mana yang jarang digunakan saat bekerja? Ruang dan benda apa yang biasanya dipilih? Apakah area dan alat permainan memungkinkan anak bermain dengan aman? Apakah anak memilih benda yang sama, mirip atau berbeda setiap hari? Dapatkah anak menemukan benda dan menaruhnya kembali dengan sendirinya? Apakah anak menunjukkan adanya pemilihan benda atau mainan yang sesuai dengan jenis kelamin atau latar budaya? Bagaimana Anak Menggunakan Benda Apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan benda-benda yang mereka pilih? Apakah anak memiliki kemampuan untuk menggunakan benda tersebut dengan baik? Apakah anak menggunakan benda dengan tepat dan kreatif? Jenis benda apa yang merangsang permainan drama? Permainan kelompok? Apakah anak yang berbeda bermain dengan cara berbeda dengan benda yang sama Benda mana yang paling lama menarik minat anak? Bagaimana pemilihan benda berubah dalam satu tahun ajaran? Apakah ada benda yang cukup sehingga anak tetap terlibat dengan serius? Apakah benda yang ada menggambarkan latar belakang anak dan kehidupan keluarga? Apakah anak memelihara benda dan mengembalikan kembali pada tempatnya? E. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN UNTUK ANAK USIA DINI (CREATING ENVIRONMENT FOR CHILDREN) Penataan ruangan yang kondusif merupakan hal terpenting dari keberhasilan pembelajaran bagi anak usia dini. Ruangan belajar/bermain erat kaitannya dengan lingkungan sekitar ruangan itu berada. Dalam konsep perencanaan pembagian ruang pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua hal, yaitu ruang indoor serta ruang outdoor. 1. Lingkungan Indoor NAEYC menyatakan bahwa luas ruang gerak anak berkisar 30-40 ftsq/anak (berkisar 1m2 per anak) Ruang indoor terdiri dari ruang aktivitas bersama, ruang kelas, ruang bermain indoor, ruang audio-visual, ruang komputer, ruang ibadah, kamar mandi untuk anak, dapur, ruang administrasi, ruang pustaka, serta beberapa area/sudut di setiap kelas. Setiap ruangan tersebut dilengkapi dengan beberapa sarana yang berorientasi pada karakteristik dan kebutuhan anak. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menata ruang bermain anak, yaitu: Pisahkan tempat yang ramai dari tempat yang sepi Sekat setiap ruangan dengan menggunakan lemari buku atau perabot lain Pajang benda-benda pada ketinggian yang dapat dijangkau anak Pisahkan benda-benda untuk guru dengan benda anak Pastikan guru dapat melihat semua ruangan tanpa halangan Tempatkan sebuah area dekat dengan sumber yang dibutuhkan Rancang pola pengaturan sehingga anak tidak saling mengganggu a.
Ruang Kelas Perbedaan yang mencolok dalam gaya pengaturan kelas sekitar tiga puluh tahun yang lalu adalah antara kelas yang terbuka dan kelas yang tradisional. Pada umumnya kelas terbuka mempunyai struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap kinerja siswa, dan lebih banyak pada perhatian individual. Gerakan kelas terbuka yang diprakarsai seputar tahun 1960 dinyatakan sebagai cara yang baik untuk memupuk belajar yang bermakna dan kreativitas pada anak. Manfaat penting dari kelas terbuka adalah penekanannya pada pembelajaran Individualized. Anak akan belajar lebih baik jika program disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan anak serta gaya belajar anak yang berbeda-beda. Pembelajaran yang diindividualisasikan didasarkan pada minat dan pengalaman unik siswa. Di samping itu, ruang kelas hendaknya merangsang secara visual, tanpa mengganggu perhatian. Ruangan kelas penuh dengan berbagai produk hasil karya anak yang beragam. Ada lukisan foto, karangan, patung, dan karya-karya lain. Bahan pendidikan yang beragam tersedia dalam jumlah yang banyak. Pusat sains di dalam kelas mengandung berbagai material yang memungkinkan melakukan banyak kegiatan dan eksperimen. Pusat membaca menampilkan buku dan artikel untuk tingkat membaca yang berbeda-beda. Terutama untuk anak kecil ”pusat aktivitas” dimana mereka dapat bermain dan bereksprerimen dengan macam-macam bahan, akan sangat merangsang kreativitas. Anak-anak dapat mengusahakan bahan-bahan untuk kelas mereka. Mereka dapat membawa objek-objek dari rumah, atau berbagi material. Pengaturan ruang kelas yang luwes dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 382
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
tidak konvensional merupakan tantangan bagi siswa untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara kreatif. Dalam merancanakan lingkungan pada pembelajaran, perlu diperhatikan penyusunan ruangan dan penyediaan perlengkapan. Lingkungan dibuat oleh guru secara refleks filosofi dengan adanya tujuan. Secara umum tujuan program yang termasuk menolong siswa sebagai berikut: 1. Anak dapat memilih dan menentukan ide-idenya. 2. Belajar dan ketrampilan mengaplikasikan makna dalam sebuah konteks 3. Menyediakan berbagai bahan-bahan (material) 4. Adanya kemampuan kebutuhan komunikasi dan perasaan 5. Belajar menggunakan berbagai informasi dari: orang, bahan-bahan cetak dan bahan-bahan visual 6. Dapat mengekspresikan kreativitasnya Ruangan yang digunakan untuk kelas harus memperhatikan mobilitas dan kenyamanan bagi anak, terutama pada rentang usia 2–4 tahun. Kelas tidak harus diisi dengan bangku dan meja dalam jumlah yang banyak, jikapun ada sebaiknya diletakkan di sudut ruangan. Ventilasi dan kebersihan ruang selalu dalam kondisi yang baik. Anak-anak kelompok bermain dapat duduk di atas karpet dengan beragam formasi, seperti lingkaran, segitiga, setengah lingkaran, dan lain sebagainya. Selain itu, kelas juga perlu mendapat pencahayaan yang cukup terutama pencahayaan dari sinar matahari. Hal penting lainnya adalah kelas harus jauh dari kebisingan. Penataan lingkungan dan alat permainan juga hendaknya mudah diubah-ubah sesuai dengan aktivitas pembelajaran yang akan dilaksanakan. Jika memungkinkan di dalam ruang kelas dapat disediakan perlengkapan, seperti rak penyimpanan sarana belajar yang seukuran dengan tinggi anak, wadah-wadah tempat penyimpanan media dan alat permainan edukatif, meja putar atau berbentuk kotak di salah satu sudut ruangan. Serta dapat ditambahkan pula papan display, penjadualan, papan prestasi, papan ekspresi, dan beberapa hiasan ruangan baik yang digantung maupun yang ditempel di dinding atau di jendela. Dinding ruangan sebaiknya dicat dengan warna-warna carah atau terang, demikian pula dengan pemilihan ubin lantai. Sedangkan pada bagian pintu, guru dapat menempelkan figura yang kreatif yang di dalamnya terdapat foto-foto wajah anak, kemudian menuliskan nama kelasnya. Warna yang digunakan pada pintu dapat berupa warna carah atau yang disesuaikan dengan warna dinding. b. Sentra atau Area Setiap ruang kelas sebaiknya dilengkapi dengan area-area atau sentra pengembangan, seperti area balok, area dramatisasi, area art craft, area pustaka, serta area manipulatif. Hal ini juga harus didasari oleh analisa kebutuhan dan ketepatsasarannya dalam proses pembelajaran di satuan PAUD nonformal.
Area Balok dan Manipulatif
Dalam area balok dapat disediakan berbagai macam jenis balok, dapat berupa balok-balok warna, balok dengan warna standard, balok dengan berbagai bentuk. Puzzle dengan 3–4 keping, lego, lotto, lassy, alat-alat permainan bongkar pasang lainnya, menara gelang, miniatur rumah, gedung-gedung bangunan serta berbagai miniatur kendaraan dapat disertakan pula di dalamnya. Untuk persiapan ke tingkat pendidikan selanjutnya, anak-anak dapat distimulasi dengan kartu-kartu huruf bergambar, bentuk-bentuk angka 1–10, manik-manik, kancing, karet gelang, penjepit kertas, serta media lainnya yang dapat dimanipulasikan oleh anak.
Area Sosiodrama
Sementara di area dramatisasi, guru-guru maupun lembaga penyelenggara PAUD dapat menyiapkan berbagai sarana yang terkait. Hal ini dapat direalisasikan dengan pengadaan mediamedia seperti beragam jenis boneka, baik boneka binatang, boneka miniatur manusia, boneka tangan, atau boneka lainnya. Ditambahkan pula dengan alat-alat permainan dramatisasi, seperti miniatur alatalat rumah tangga, miniatur kitchen set, miniatur peralatan dan perlengkapan berbagai profesi, pakaian-pakaian profesi, pakaian-pakaian beberapa daerah, serta ditambahkan dengan cermin seukuran anak atau lebih yang ditempelkan pada dinding.
Area Seni
Pada area art craft sarana yang perlu disiapkan antara lain, satu paket crayon untuk setiap anak, cat-cat air, wadah bermain cat air, plastisin atau play dough, kertas warna origami, kertas asturo, kertas cref, kertas folio, kertas gambar, lem, gunting, spidol berbagai warna dan ukuran, serta peralatan lainnya.
Area Perpustakaan
Usia 2–3 tahun adalah awal bagi seorang anak untuk mengenal dan bereksplorasi dengan buku, sehingga sangatlah tepat jika aktivitas keseharian anak di dalam kelas disertai dengan interaksi mereka dengan berbagai buku yang sesuai dengan karakteristik, kematangan, serta keberminatan mereka. Buku-buku tersebut ditata dengan rapi pada rak-rak buku yang didisain dengan menarik, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 383
seukuran atau lebih rendah dari tinggi anak. Perbendaharaan buku ini dapat berupa buku-buku bergambar seri pengetahuan alam, buku gambar profesi, buku gambar kendaraan, buku pengenalan warna, buku pengenalan bentuk, buku gambar tubuh dan panca indera, buku-buku cerita, dan bukubuku lain yang dapat menambah kewacaan anak akan tema yang dilaksanakan oleh mereka.
Area Circle time
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Area ini biasanya digunakan untuk kegiatan koordinasi atau pengembangan apersepsi. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa anak-anak dapat berkumpul dan berdiskusi tanpa harus menggunakan kursi dan meja. Anak-anak dan guru dapat melakukan aktivitas bersama di atas karpet berbentuk lingkaran dengan gambar yang menarik yang disertakan bantal-bantal kecil. Area ini akan lebih baik jika diletakkan di tengah-tengah kelas. c. Ruang Bermain Indoor Dalam ruang indoor, disediakan secara khusus area untuk bermain yang dilengkapi beberapa alat permainan seperti rumah-rumahan, mobil-mobilan, papan seluncur indoor, meja lego dengan APE lego beragam bentuk dan warna. Bola-bola karet, area mandi bola, panggung bongkar pasang, hiasan dinding. d. Ruang Audio-Visual Pengembangan kemampuan bahasa, visual, musikal dan kinestetik anak dapat dieksplorasi lebih luas di dalam ruang audio-visual ini. Ruangan ini dilengkapi dengan televisi, VCD/DVD player, keping CD, tape radio, kaset-kaset lagu anak, alat-alat musik seperti keyboard, gitar, tamborin, rebana dan sebagainya. e. Ruang Ibadah Aktivitas latihan beribadah pada dasarnya dapat dilakukan di area klasikal di dalam kelas, akan tetapi untuk bisa mengakomodasi sarananya maka dibutuhkan ruang khusus terkait dengan hal ini. Sarana yang dimaksud adalah beberapa locker atau rak-rak yang digunakan untuk menyimpan sejadah, sarung, mukena, atau perlengkapan ibadah lainnya yang sesuai dengan agama. Dalam ruang ini disediakan pula hiasan-hiasan kelas yang bernuansa agama, dapat berupa hiasan gantung, hiasan tempel atau alat-alat permainan yang mendukung. f. Kamar mandi Kamar mandi atau toilet adalah salah satu ruangan yang cukup penting di lingkungan di mana aktivitas anak berlangsung. Kamar mandi untuk orang dewasa sebaiknya dibedakan dengan kamar mandi untuk anak. Toilet yang digunakan anak tidak diperkenankan dalam kondisi yang licin, sehingga perlu menggunakan lantai yang kasat, atau menggunakan karpet kamar mandi yang cukup keras atau kasat. Wastuffle yang digunakan harus di bawah tinggi anak, lebih tepatnya seukuran di bawah dada anak. Demikian pula dengan penggunaan kloset yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah keset di depan kamar mandi sehingga meminimalisir keberbahayaan pada anak. g. Dapur Penggunaan dapur biasanya terbagi menjadi dapur bersih dan dapur kotor. Dapur yang dapat digunakan oleh anak sebaiknya adalah dapur bersih, di mana anak dapat belajar mengolah beberapa makanan atau minuman sederhana pada kegiatan Cooking Day. Di dapur bersih anak dapat menemukan peralatan seperti gelas-gelas plastik berbagai ukuaran, piring-piring plastik berbagai ukuran, kitchen set, sendok dan garpu plastik, kulkas, dispenser, meja berukuran sedang di sudut ruangan, juga lemari kecil untuk menyimpan celemek. h. Ruang Komputer Pengenalan komputer sejak dini adalah sebuah pilihan yang bijak dalam mengembangkan keterampilan dan IPTEK pada anak. Penyediaan komputer untuk memenuhi kebutuhan di atas tentunya dibarengi dengan ruangan yang cukup representative, artinya ruangan disesuaikan dengan jumlah komputer yang digunakan. Selain itu, guru perlu menyiapkan berbagai CD interaktif juga video edukatif yang bervariasi. i. Ruang Administrasi Ruangan administrasi perlu untuk dialokasikan khusus sehingga tidak bergabung dengan ruang-ruang yang digunakan anak dalam berbagai aktivitas. Seorang staff administrasi membutuhkan sarana computer, meja administrative, meja penerima tamu, locker yang digunakan untuk penyimpanan file. Telepon, nota, buku telepon, kalkulator, papan penjadualan, dan laci arsip.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 384
Contoh Disain Lingkungan:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Lingkungan Outdoor Kegiatan bermain di luar ruangan penting bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Area luar ruangan memberikan kesempatan pada anak untuk memanjat, berlari, melompat, berloncat-loncat, melempar, menangkap dan menggunakan suara “luar” mereka (berteriak) sehingga menjadikan anak sehat, bebas dan keluar dari aktivitas yang tenang di dalm kelas. Dengan berada di luar, memungkinkan anak untuk melatih otot-otot, menghirup udara yang segar dan menikmati kebebasan gerak. Anak dapat melihat tumbuhan-tumbuhan, mengikuti perubahan cuaca, melihat perubahan warna daun, menyentuh kulit kayu pohon, mendengarkan jangkrik, mencium udara setelah hujan dan menggunakan seluruh indera mereka untuk belajar tentang dunia. Seni, musik, membaca, bermain peran, permainan membangun, permainan sosial, dan merawat binatang peliharaan, semuanya dapat juga dilakukan di luar ruangan. Merancang Lingkungan di Luar Ruangan NAEYC menyatakan bahwa luas ruang gerak anak minimum 75 ftsq/anak atau idealnya 100-200 ftsq/anak (80-100 m2) yang aman, jauh dari jalan raya, bebas dari puing-puing, api dan dari peralatan berbahaya lainnya. Aktivitas yang dapat dilakukan di luar ruangan antara lain: aktivitas bermain fisik, bermain pasir dan air, bermain tenang, bermain kendaraan, bermain peternakan, berkebun dan pertukangan. Jika tempat yang ada terbatas, maka tempat beraktivitas dapat dikombinasikan, misalnya area bermain tenang dapat digunakan sebagai area seni atau permainan kelompok. Kunci dari kesuksesan penggunaan area di luar ruangan ini adalah keamanan dan adanya aturan bermain yang jelas. Anak harus memiliki kejelasan akan aktivitas-aktivitas apa yang dilakukan sehingga memungkinkan untuk mencegah kecelakaan, kebingungan dan perasaan sakit untuk mendukung terjadinya pembelajaran dan kesenangan. Ada beberapa pertimbangan untuk merancang area bermain di luar rumah. Pertimbanganpertimbangan tersebut antara lain : Berapa usia anak dan apa ketrampilan anak. Apakah lokasi tempat tersebut dekat dengan WC atau toilet. Apakah area tersebut luas terbuka ataukah ada daerah yang memang akan dipergunakan anak untuk bersembunyi. Bagaimana area keamanan di daerah tersebut, apakah tanahnya berlubang-lubang, adakah pagar pengaman, adakah selokan yang membahayakan anak. Bagaimanakah kondisi tanah permukaan, apakah berumput, pasir atau tanah liat? dapatkah daerah tersebut dipergunakan untuk mengendarai sepeda atau peralatan lain yang dipergunakan anak-anak. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 385
-
Apakah daerah yang dipergunakan panas atau terlindung karena banyak pohon. Area yang akan dipergunakan sebaiknya seimbang antara daerah panas dan daerah terlindungnya. Perlu dibuat tempat menyimpan alat yang akan dipergunakan diluar gedung. Tempat penyimpanan tersebut sebaiknya dapat dipindah-pindahkan. Perlu pula dipikirkan dimana akan diletakan kran air.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Memilih Material dan Alat Untuk Kegiatan di Luar. Alat-alat yang dipergunakan di luar bangunan tidak hanya untuk melatih gerakan motorik kasar saja tetapi juga sebagai sarana mengembangkan kreativitas dan daya imajinasinya. Baik alat untuk diluar dan di dalam ruang memiliki arti yang sama pentingnya bagi perkembangan anak. Alatalat yang disarankan adalah panggung untuk bermain drama, alat-alat beroda, bola, alat-alat bercocok tanam, air dan pasir dengan berbagai peralatannya, alat untuk bermain bangunan, misalnya membangun tenda atau rumah-rumahan. Perencanaan, organisasi dan peralatan yang tersedia dengan baik akan menghasilkan suatu program belajar yang efektif. Guru harus selalu mewaspadai dan bertanggung jawab terhadap keselamatan kegiatan bermain anak khususnya di luar gedung. Umumnya kegiatan di luar lebih banyak mengundang bahaya dibandingkan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di dalam gedung. Frost dan Wortham (1988) dalam buku The Creative Curriculum For Early Chilhood (2000: 42) memberikan berbagai saran agar terjaganya rasa aman, bermain di luar gedung, yaitu : Adanya pagar pengaman untuk melindungi anak dari bahaya jalan dan air. Jarak area bermain misalnya bermain pasir dari alat ayunan, panjatan dan alat yang bergerak lain (jungkat-jungkit). Alat-alat yang dipergunakan, hendaknya sesuai dengan tahap usia anak. Alat bermain sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian yang tajam, runcing dan mudah rusak. Alat-alat hendaknya kuat dan tidak mudah lepas bagian-bagiannya. Tempat bermain harus bebas dari aliran listrik yang membahayakan. A.
AKTIVITAS BERMAIN FISIK Anak menyukai permainan di luar ruangan dan sangat menikmati kesempatan untuk memanjat, meluncur, berayun, melompat, dan bergantung. Kesesuaian perkembangan anak dan alat permainan harus diperhatikan dalam proses pemilihan alat. Area bermain dipastikan menyenangkan dan aman saat alat-alat permainan itu cukup menantang untuk diikuti anak, tetapi tidak terlalu menantang sehingga dapat menimbulkan bahaya. Anak dapat mengembangkan kekuatan, koordinasi tubuh, dan mempraktekkan kemampuan-kemampuan baru mereka dengan menggunakan alat-alat permainan di luar ruangan tersebut. Mereka juga dapat membentuk rasa penghargaan diri dan belajar untuk berbagi dan bekerja sama.
Alat-alat permainan luar ruangan antara lain: -
Balok keseimbangan dan logam strukur Tempat yang berliku/miring kolam luncur yang dangkal Tiang-tiang gelantung dan ayunan Tangga-tangga/jaring-jaring panjat Ban panjat/lompatan batu Tangga laba-laba/tangga horizontal Jembatan, terowongan/seluncuran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 386
B.
AKTIVITAS BERMAIN PASIR DAN AIR Bak pasir adalah area favorit bagi anak. Area pasir yang baik adalah area yang cukup luas untuk beberapa anak untuk bermain sendiri atau bersama-sama tanpa merasa terganggu. Dengan menetapkan area ini dekat dengan sumber air maka akan menstimulasi anak untuk bereksperimen tentang pasir basah dan kering serta bermain air.
Alat-alat yang dapat melengkapi area ini, yaitu : -
Plastik dan logam, mangkok, dan ember Sekop, sendok, sekop dan corong Pot, panci, dan cetakan pompa air dan pasir Gerobak kecil, truk tua, mobil dan kereta-keretaan Orang-orangan/binatang-binatang Objek alami seperti kerang, sticks, batu atau daun
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C.
AKTIVITAS BERMAIN KENDARAAN Permainan kendaraan mendukung perkembangan kekuatan otot-otot kasar, keseimbangan dan koordinasi anak. Area berkendaraan membutuhkan permukaan yang keras. Kegunaan area dapat ditingkatkan dengan memasang tanda-tanda jalan dengan kapur dan panah-panah untuk mengontrol lalu lintas serta dapat juga ditambahkan kotak-kotak dalam aktivitas bermain, misalnya sebuah kotak peralatan obat yang dapat membuat kendaraan seolah-olah seperti ambulans. Anak-anak juga dapat menikmati sepeda roda tiga dan menghubungkannya dengan pemadam kebakaran, polisi, dan pengantar surat. D.
AKTIVITAS BERMAIN TENANG Walupun banyak aktivitas yang “hidup” dan berisik yang dilakukan diluar ruangan, anak juga ingin untuk keluar dari kesibukan memanjat, berkendaraan dan berteriak dan membutuhkan kembali dari aktivitas tingkat tinggi dan relax dengan ketenangan. Idealnya, area di luar ruangan yang tenang harus di tempatkan dalam tempat yang terlindungi, jadi anak menjadi “tenang”. Disana dapat diadakan tempat-tempat untuk duduk, seperti sebuah selimut atau sebuah meja piknik dekat sebuah pohon sehingga anak bisa merasa nyaman. Area ini dapat dilengkapi dengan : - Krayon, kapur dan kertas - Buku-buku - Tape recorder dan radio - Lukisan-lukisan - Permainan papan dengan ukuran - Jerami/selimut untuk tempat berlindung/bermain rumah-rumahan - Alat permainan rumah-rumahan dari kayu atau plastik E.
AKTIVITAS BERKEBUN Untuk sains, lingkungan luar ruangan adalah laboraturium yang sempurna. Area berkebun menawarkan kesempatan untuk dapat belajar dan mengeksplorasi banyak hal, seperti tumbuhan, tanah dan bumi..
Alat-alat yang diperlukan untuk mendukung area ini meliputi: -
Pralatan berkebun Gerobak kecil dan jaring Bibit-bibit atau tanaman
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 387
-
Tas-tas sampah atau humus Akses air dan penyiram
F.
AKTIVITAS BETERNAK Memiliki binatang peliharaan mengajarkan anak untuk dapat memelihara binatang-binatang dan mereka juga belajar bertanggung jawab memelihara kelinci, hamster dan binatang peliharaan lainnya. Pendampingan dalam area ini dibutuhkan, agar dapat mengajarkan mereka bagaimana cara memegang, memeluk dan membelai binatang tanpa menyakitinya. Anak dapat mengembangkan kemampuannya di berbagai aspek perkembangan dengan mengamati pertumbuhan, perubahan, dan kebiasaan binatang. Anak juga dapat belajar tentang kelahiran, cara hidup, dan kadang-kadang kematian. G.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
AKTIVITAS PERTUKANGAN Aktivitas yang dapat dilakukan dalam area ini bisa sangat sederhana, misalnya memukul paku ke batang pohon yang lebar atau bekerja di meja panjang dengan alat-alat, kayu dan menyusun objekobjek untuk dekorasi bangunan. Hendaknya area ini ditempatkan di lokasi yang tenang, agar anak merasa tidak terganggagu. Peralatan harus dipastikan aman dan dalam kondisi yang baik untuk digunakan anak, misalnya jika menggunakan meja panjang, guru harus memastikan bahwa meja itu kokoh, sesuai dengan berat dan tinggi anak serta penyimpanan peralatan bermain pertukangan dikotak yang aman.
Alat-alat dasar yang ada di sentra ini meliputi: -
Palu, kikir dan amplas Gergaji Gunting dari kayu yang halus Paku dengan ujung yang besar Bor tangan Penggaris
Rasa aman terhadap lingkungan bermain di luar ruangan yang direncanakan dengan hati-hati, dapat meningkatkan kesadaran diri, emosi, sosialisasi, komunikasi, kognitif, dan ketrampilan motorik perseptual anak usia dini. Stone (1970) yang dikutip oleh Brewer, dalam bukunya Introduction to Early Childhood Education Preschool Through Primary Grades 6th ed (2007 : 78). memandang permainan di luar ruangan sebagai bagian yang integral dari pengalaman pendidikan. Range (1979) dengan sumber yang sama, menyebutkan perhatian yang berupa perilaku dengan perkembangan nilai-nilai yang sedikit terhadap anak. Lingkungan adalah segala sesuatu yang bersifat eksternal terhadap diri individu, karena lingkungan itu merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui pancaindera. Semua informasi diteruskan ke otak melalui saluran-saluran neuro–fisiologis, semula sebagai impuls elektro kimiawi yang menjadi isyarat tertentu, kemudian dimodifikasi dalam bentuk bahasa tertentu. Selanjutnya bahwa Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan atau keadaan, kondisi tempat yang ada disekitar anak yang mempengaruhi berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan secara umum dibagi menjadi tiga macam yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan ini mempunyai peranan yang besar dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak menuju terbentuknya kepribadian anak. Prinsip terbentuknya kepribadian anak ditentukan dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang dimaksud adalah bakat atau pembawaan, sedangkan faktor luar adalah lingkungan dimana anak dididik dan dibesarkan. Lingkungan yang bersifat langsung adalah pengaruh yang diperoleh dari alam, manusia, tempat bergaul di sekitarnya. Lingkungan yang tepat bagi anak adalah yang memberikan pengaruh yang kondusif, maksudnya dapat mendorong berkembangnya kreativitas. Empat jenis kreativitas sesuai dengan empat bidang dalam struktur intelek Guilford (1975) yang dikutip oleh Dodge dan Diane Trister, dan Laura J. Colker dalam buku Creative Curriculum for Early Childhood (2000 : 77) yaitu figural, simbolis, semantic, dan sosial (perilaku). Pengaruh ini menyenangkan, sesuai dengan perkembangan anak yang memungkinkan timbulnya inovasi dan kemauan anak untuk mencoba. Selain pengaruh yang bersifat positif dan negatif ada pula pengaruh yang berkualitas rendah dan tinggi, biarpun keduanya bersifat positif. Pendidik sepantasnya memilih pengaruh yang positif dan berkualitas tinggi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 388
F. PERENCANAAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN Aktivitas pembelajaran dan rutinitas harian merupakan struktur dasar harian yang jika hal tersebut direncanakan sesuai dengan pengembangan dan kebutuhan individu anak dalam kelompok maka aktivitas pembelajaran dan rutinitas harian akan membuat proses perkembangan potensi anak lebih lancar dan menyenangkan bagi semua orang. Perencanaan aktivitas pembelajaran yang baik untuk anak-anak menawarkan keseirnbangan antara tipe-tipe aktivitas: Waktu aktif dan tenang Aktifitas kelompok besar, kelompok kecil, waktu bermain sendin atau dengan orang lain Waktu bermain di dalam dan luar ruangan Waktu bagi anak untuk memilih aktivitas mereka sendiri dan waktu guru mengarahakan aktifitas anak Rencana pembelajaran adalah suatu rancangan tertulis mengenai kegiatan main anak yang dilakukan secara rutin yang menjelaskan tentang struktur kegiatan dan aktivitas bermain. Kegiatan bermain merupakan kegiatan yang dikenal dan disukai oleh anak, maka pendidik PAUD harus menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Rencana Pembelajaran a. Perkembangan Anak Perkembangan anak merupakan aspek yang paling utama yang harus diperhatikan pendidik PAUD dalam membuat perencanaan pembelajaran. Aspek-aspek perkembangan dan tugas-tugas perkembangan sebagai acuan pencapaian dalam melaksanakan pembelajaran bagi anak usia dini. Dalam membuat perencanaan pembelajaran kemampuan anaklah yang menjadi ukuran, bukan hasil dari suatu kegiatan. Salah satu contoh perencanaan yang memperhatikan perkembangan anak adalah tema-tema yang dibangun bersumber dari kehidupan anak. Misalnya: keluarga, binatang, teman, mobil, truk, makanan favorit, dan semua yang mereka alami sendiri dalam hidup mereka. b. Pengelompokan Faktor kedua yang mempengaruhi perencanaan adalah pengelompokan. Pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan usia anak, kemauan dan minatnya. Namun seorang pendidik PAUD harus mampu menelusuri minat anak, kemampuan anak serta motivasi anak saat mengikuti kegiatan. Ketika pendidik PAUD menyiapkan berbagai aktivitas dalam setiap sentra, pendidik hendaknya memperhatikan dan mengarahkan anak dengan menata lingkungan main berdasarkan tiga jenis main (main sensori, main peran dan main pembangunan). Jumlah anak di setiap sentra sebaiknya tidak terlalu banyak. Rasio pendidik dan anak dalam satu kelompok adalah 1:6 untuk usia 2-3 tahun dan 1:10 untuk anak usia 3-6 tahun. Dengan memperhatikan perbandingan jumlah pendidik PAUD dan anak maka setiap anak akan merasa terlayani. c. Perbedaan Individual Anak Setiap anak berbeda dalam kebutuhan dan minatnya. Berdasarkan pengetahuan ini, pendidik PAUD merumuskan tujuan belajar untuk masing-masing murid. Untuk anak yang satu, tujuannya adalah partisipasi dalam kegiatan di dalam kelas dan belajar bernegosiasi dengan anak lain. Untuk anak yang lain tujuannya adalah berhitung hingga sepuluh dan lebih aktif dalam diskusi di waktu makan dan dalam kegiatan kelompok. Perkembangan sosial, emosional, kognitif, berbahasa, kebiasaan dan lainnya harus menjadi bahan pertimbangan. d. Catatan Pengamatan Kemajuan Individu Pengamatan dan catatan pendidik PAUD sangat berharga untuk perencanaan. Catatan mengenai perkembangan setiap anak akan sangat berguna. Pengamatan harus berkelanjutan supaya setelah satu sasaran tercapai dapat dilanjutkan dengan yang lain. 2. Pendekatan Tematik dalam Rencana Pembelajaran Pendekatan tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang pengembangan. Pembelajaran tidak dilakukan secara terpisah melainkan terintegrasi antara bidang pengembangan yang satu dengan lainnya. Pendekatan tematik sangat tepat dilakukan dalam proses pembelajaran anak usia dini, mengingat pengembangan potensi anak tidak bisa dilakukan secara terpisah. a. Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik Pembelajaran dengan pendekatan tematik merupakan salah satu strategi yang cocok dalam menanamkan berbagai konsep yang diperlukan bagi pengembangan anak usia dini, karena pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: berpusat pada anak Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 389
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
memberikan pengalaman langsung pada anak memadukan seluruh bidang pengembangan menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam satu proses pembelajaran pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan anak. b. Prinsip Pembelajaran melalui Tema Pembelajaran tematik dilakukan melalui tema-tema yang menarik bagi anak, oleh karena itu pembelajaran tematik memilki prinsip-prinsip sebagai berikut: Menyediakan kesempatan pada untuk terlibat langsung dengan objek yang sesungguhnya. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak. Membangun kegiatan dari minat anak. Membantu anak membangun pengetahuan baru Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan. Memenuhi kebutuhan anak akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak fisik, interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif. Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk mewujudkan pengalaman kepada pemahaman. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat dibawa anak ke kelas. Menemukan jalan untuk melibatkan anggota keluarga dari anak. c. Strategi Pengembangan Tema Dalam mengembangkan tema hal yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana membangun pengetahuan secara menyeluruh. Empat jenis pengetahuan yang dapat dibangun menjadi tema adalah: Pengetahuan sosial Misalnya: keluarga, rumah, teman, binatang peliharaan, kepedulian diri, pakaian, kesehatan gigi, kendaraan. Konsep sains (ilmu pengetahuan alam) Misalnya: tumbuhan, hewan, jenis-jenis burung, air, langit/ ruang angkasa, batuan, mesin, dinosaurus.serangga. Konsep matematika Misalnya: bank, toko, kantor pos Bahasa dan seni Misalnya: cerita, bernyanyi, bermain musik, puisi.
d. Peran Tema
Tema dalam pembelajaran anak usia dini memiliki peran yang cukup penting karena dengan tema anak akan lebih mudah dalam mengenal suatu konsep pengetahuan. Beberapa kelebihan dalam pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai bidang pengembangan dalam tema yang sama Pemahaman terhadap materi pengembangan lebih mendalam dan berkesan Aspek pengembangan bahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas Anak lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk bidang kemampuan lain. Pendidik PAUD dapat menghemat waktu karena bidang pengembangan yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Ketika membangun sebuah tema, pendidik PAUD bisa memulai dengan mendengarkan dan menanyakan kepada anak tentang minat mereka. Pendidik dapat menelusuri minat anak dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti: adakah kejadian di sekolah atau di sekitar rumah yang menarik perhatianmu? Siapa yang baru saja mendapatkan adik? Apakah kamu pernah melihat film Dinosaurus? Atau siapa pada saat liburan kemarin yang pergi ke tempat rekreasi?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 390
Berdasarkan jawaban-jawaban anak tersebut pendidik PAUD bisa merencanakan sebuah tema yang akan dibahas pada minggu atau bulan berikutnya. Jangka waktu tiap-tiap tema bergantung kepada minat anak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
G. Tema Dalam Kurikulum Tema membantu anak untuk belajar tentang dunia sekitar (belajar tentang sosial). Tema aakan membuat anak memperoleh informasi dan konsep yang berarti tentang aktivitas yang dilakukan di area minat. Isi dari kurikulum di mulai dari "disini dan sekarang", lingkungan yang pertama kali dilihat oleh anak-anak. Guru yang menggunakan kreatif kurikulum memilih tema sesuai dengan apa yang anak ketahui tentang komunitas mereka dan minat dari anak-anak, bukan karena buku kurikulum mendikte bahwa, "hari ini adalah waktu untuk anak-anak belajar tentang peternakan". Hal ini berarti bahwa kurikulum yang diambil oelh seorang guru di perkotaan akan berbeda dengan apa yang diambil di daerah pedesaan. Di daerah perkotaan, tema yang cocok mungkin, "took di sebelah rumah", karena anak-anak sering ikut orangtuanya belanja kebutuhansehari-hari. Tema ini akan tidak cocok untuk anak-anak di pedesaan. Tema di mulai dengan apa yang anak lihat dan anak tahu setiap hari. Tema binatang di perkotaan mungkin termasuk di dalamnya, kucing, anjing, burung, dll. Tema yang sama di daerah pertanian bisa terdiri dari sapi, kuda, ayam, dan bebek. Guru pada masing-masing lokasi tadi bisa memilih hewan yang cocok untuk ditunjukkan dengan gambar yang dipajang, buku yang dibaca, barang-barang yang mereka taruh di pojok balok, dan aktivitas yang mereka rencanakan. Tema bisa berkembang dari kejadian yang tidak diharapkan yang memberi kesempatan untuk dieksplorasi. Andaikata, sebagai contoh, sebuah proyek bangunansedang berlangsung di dekat sekolah. Anak-anak melihat mesin besar dibawa kedalam galian fondasi; mereka melihat pipa yang ditaruh dan tembok yang sedang dibangun. Karena anak-anak antusias, anda memutuskan utuk memasuki proyej bangunan ke dalam kurikulum dan membuat kujungan yang teratur dan mendorong anak untuk menceritakan pekerjaan apa yang sedang dikerjakan dan perubahan yang mereka catat. Langkah Merencanakan Tema Untuk menggunakan tema denga kreatif, rencana sangat penting langkah berikut ini bisa membantu anda menyusun rencana pembelajaran : Pilih tema yang sesuai Dengan perkembangan mental dan kemampuan anak akan memberikan kesempatan eksplorasi dan penemuan Familiar dengan subjek (bahan ajar). Guru adalah juga orang yang belajar. Belajar tentang subjek yang berhubungan perjalanan, meletakkan buku dengan dan material, serta berbicara dengan orang. Mengeksplorkan lingkungan lebih dulu membantu guru mengantipasi pertanyaan yang diajukan anak dan minat mereka. Bawalah benda-benda yang sesuaidenga tema dalam kelas. Mengajak anak dan keluarga untuk membawa benda yang sesuai dengan tema. Sebagaimana guru mengumpulkan buku dan gambar tentang tema pastikan mereka memberi rasa hormat kepada etnis tertentu, gaya hidup, dan hubungan dengan gender. Rencana dalam Kurikulum Hal ini berarti memikirkan bagaimana guru akan menterjemahkan tujuan akhir utnuk anakanak ke dalam perkembangan belajar mereka. Rencana yang efektif aakn membuat guru selalu dalam jalur. Tim kerja sangat berpengaruh di dalam perencanaan. Dengan kerja sama guru, siste, dan sukarelawanbisa merubah gagasan, sharing pengamatan tentang anakdan mendiskusiakn strategi baru. Rencana jangka panjang Rencana jangka panjang mendorong guruutnuk berpikir tentang sebulan ke depan. Ini dibutuhkan jika guru inginmengatur periode tema secara berkala, Hal ini memfasilitasi pengaturanuntuk mengisi perjalanan dan event khusus Rencana perjalanan Ide yang baik utnuk berkunjung ke suatu tempat bersama anak-anak. Akan memungkinkan guruuntuk menentukan arah untuk anak, rule dan tempat yang paling diminati oleh anak. Sebelum melakukan perjalanan, ide yang bagus jika guru merembuk bersama dalam kelas. Rencana mingguan Dalam kurikulum yang berbasis lingkungan, focus pada rencana mingguan adalah bagaimana merancang apa yang dilakukan kelompok ketika dalam area minat. Rencana mingguan memungkinkan anda untuk mengumpulkan dan mebyiapkan materi yang dibutuhkan. Pengamatan adalah dasardari perencanaan. Dengan pengamatan, anda bisa menemukan materi sesuai dengan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 391
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
keinginan anak. Kami merekomendasikan tim pengajar mendiskusikan rencana mingguan setiap hari untuk memastikan semua dipersiapkan dan disetujui. Rencana harian Berdasarkan perencanaan program aktivitas harian pendidik, maka secara garis besar aktivitas pembelajaran harian dirancang sebagai berikut: Kedatangan dan keberangkatan Makan dan mengemil Tidur/istirahat Aktivitas pembelajaran terstruktur Membantu menguasai keahlian-keahlian pribadi seperti: buang air besar/kecil, berpakaian dan mencuci tangan Bersih-bersih Transisi dari aktivitas ke aktivitas lain Pentingnya Konsistensi Konsistensi merupakan karakteristik penting jadwal harian. Anak-anak lebih merasa aman ketika mereka bisa memprediksi susunan kegiatan dan memiliki kontrol atas kegiatan mereka. Di samping itu, prediktibilitas memberi anak-anak perasaan mendasar terhadap waktu karena mereka mulai belajar apa saja kegiatan hari ini, kegiatan kedua, selanjutnya dan terakhir. Jadwal yang konsisten juga dapat membangun kepercayaan. Walau bagaimanapun juga, konsistensi tidak menghindarkan fleksibilitas atau spontanitas. Peristiwa spesial dapat dijadikan alasan yang cukup baik untuk menggantikan rutinitas harian. Misal, pemandangan ketika turun salju dapat menggantikan kegiatan kelas. Jadwal harus berkembang sesuai dengan perkembangan kurikulum. Waktu menunggu harus diminimalisir dan berikan cukup waktu untuk belajar menggunakan jas, topi, makan dan ngemil dan bersih-bersih. Berikan waktu yang cukup untuk anak memilih materi dan aktivitas, merencanakan apa yang ingin dilakukan, kemudian bersih-bersih tanpa di buru waktu. Untuk membantu anak memahami jadwal tersebut, pendidik dapat membuat ilustrasi setiap waktunya dalam gambar-gambar dan menempelkannya di ruangan dimana anak dapat melihat dengan mudah. Waktu Berkumpul Waktu berkumpul memberi kesempatan kepada anak untuk mengambangkan rasa memiliki terhadap kelompok. Kemampuan bersosialisasi meningkat ketika anak belajar untuk membagi ide dan mendengarkan ide orang lain. Waktu berkumpul lebih berhasil ketika yang direncanakan sesuai dengan usia dan waktu yang disedikan dengan mempertimbangkan rentang perhatian ketertarikan dan kemampuan anak. Merencanakan waktu berkumpul yang efektif Jika memungkinkan, bagi kelompok besar ke dalam dua kelompok kecil, hal ini dapat Iebih mengajak anak turut berpartisipasi. Jadwal waktu berkumpul 10-15 menit. Gunakan transisi yang tertib untuk mempermudah anak masuk dan keluar dari waktu berkumpul mulai dengan bernyanyi untuk mengumpulkan anak bersama-sama disatu area. Hindari aktivitas-aktivitas seperti pertunjukan atau diskusi panjang dimana anak duduk lama mendengarkan guru tanpa berinteraksi Beri anak petunjuk anak yang jelas tentang aktivitas dan apa yang anak lakukan. Bersiap-siaplah untuk mengganti, memperpendek atau menghilangakn aktivitas kelompok yang tidak berhasil. Waktu Transisi Perhatian terhadap waktu transisi sangat penting untuk mengefektifkan pengaturan ruang kelas. Waktu transisi bisa menjadi kacau juga bisa santai dan mengusahakan kesempatan untuk mempelajari dan memperkuat konsep dan keahlian. Beberapa cara untuk membuat transisi berjalan lancar yaitu: Bedakan prosesnya. Hindarkan anak-anak agar tidak berpindah dari satu aktivitas keaktivitas lain, sebagai sebuah keiompok. Beri pengumuman pada anak. Lima samapi sepuluh merit sebelum beres-beres bicaralah pada anak-anak di tempat masing-masing. Berikan waktu yang secukupnya. Berikan cukup waktu pada anak-anak untuk berbenah sehmgga mereka tidak dihuru-buru waktu Berikan tugas, Libatkan anak dalam merapihkan tempat untuk makan, merapihkan bekas menggamhar dan mengumpulkan sampah setelah makan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 392
Harus jelas dan konsisten. Beri arahan pada anak selama masa transisi dan yakinkan semuanya sesuai usia. Tetapkan rutinitas setiap harinya agar anak tahu apa yang hams dilakukannya sendiri. Harus fleksibel. Jika memungkinkan beri anak waktu ekstra untuk melengkapi proyek tertentu atau aktivitas yang mereka lakukan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Waktu Makan Ada banyak cara dimana guru dapat membuat waktu makan menyenangkan dan membantu mengembangkan perilaku positif. Pertama, fokus pada aktivitas makan dan bersantai dengan kelompok daripada memaksa anak untuk mencoba makanan tertentu. Adab makan juga hal yang sekunder, mereka akan mempelajarinya sesuai dengan bertambahnya usia. Saran-saran untuk mrenjadikan waktu makan menjadi hal yang menyenangkan bagi anak untuk belajar dan berkembang: Buat acara makan lebih nyaman Bangun suasana yang menyenangkan (dongeng sebelum makan) Dorong anak agar mengatakan apa yang sedang mereka makan, bagaimana makan itu disiapkan, atu sesuai dengan lingkungan sosial (percakapan yang menyenangkan) Atur waktu makan hingga pendidik tidak melompat dari meja Beri anak wakttu yang cukup unuk makan Dorong anak untuk membantu Anak dapat membantu dengan merapihkan meja, mengelap meja, bekas makan dan mengedarkan tempat sampah Sediakan tempat susu dan alat-alat lainnya agar anak dapat menuangkan susu mereka dan menyajikan makanan mereka sendiri Waktu Istirahat Lamanya waktu istirahat berbeda tergantung pada berapa lama anak mengbabiskan waktu dalam program pendidikan setiap harinya. Ingat juga bahwa anak memiiiki pola dan cara tidur yang berbeda. Pendidik harus memnggunakan cara yang berbeda pula untuk mereka beristirahat. Berikut ini saran-saran untuk membuat waktu istirahat berjalan lancar Persiapan Tidur Buat aktivitas tenang tepat sebelum istirabat seperti dongeng, permainan jari tangan, lagu santai atau mendcngarkan musik Berikan tempat tertentu untuk setiap anak Izinkan anak untuk membawa mainan saat tidur atau selimutkhusus dari rumah untuk dipakai pada saat istirahat Selama Waktu Istirahat Biarkan anak duduk di tempatnyajangan paksa mereka untuk tidur Awasi waktu istirahat. Orang dewasa wajib berada didekat anak pada saat istirahat Pendidik harus mempunyai rencana untuk anak yang bangun sebelum waktu istirahat habis dan untuk anak yang tidak mau tidur Membiarkan anak bangun sendiri, dengan harapan mereka bangun dengan cepat atau merasa senang dan bangun tidur. Anak yang mengikuti proses pembelajaran adalah seorang individu yang masing-masing memiliki minat, kemampuan, pengalaman, dan kebutuhan yang unik. Agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif, pendidik/guru anak usia dini harus selalu mengingat berbagai karakteristik dan kebutuhan tiap anak dalam kelompok seperti halnya mengingat dinamika serta kebutuhan dari kelompok anak sehingga dapat terpenuhi melalui program atau aktivitas pembelajaran yan telah dirancang. Adanya pemahaman mengenai perkembangan anak merupakan awal yang baik. Pada saat kurikulum yang digunakan berdasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana anak tumbuh dan berkembang - baik secara emosi, kognitif, sosial, maupun secara fisik, maka kegiatan yang dijalankan, lingkungan, jadwal, serta harapan terhadap perilaku dan proses belajar anak dapat disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak. Hal ini sejalan dengan ketika kurikulum yang digunakan mendorong guru untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada setiap anak budaya, bahasa, etnik, kemampuan, dan gender - serta memberikan cara untuk menilai kekuatan, minat, serta kebutuhan dari tiap-tiap individu, maka program tersebut sesuai bagi setiap anak sebagai individu. Program pembelajaran juga dirancang dengan tujuan antara lain: Membantu Anak Bermain bersama Anak-anak lainnya Perkembangan kemampuan sosial - bergaul/bermain dengan anak lainnya - adalah sasaran yang mendasar pada ruang lingkup pendidikan anak usia dini. Kemampuan sosial meliputi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 393
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kemampuan untuk membina hubungan dengan anak atau orang lain dan mempertahankannya. Anak harus belajar bagaimana melakukan pendekatan terhadap anak lainnya, bagaimana membuat aturan bergiliran, serta bagaimana berkomunikasi secara efektif. Anak yang mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan persahabatan akan mengarah pada kesuksesan dan produktif ketika mereka nanti dewasa. Perkembangan sosial anak akan menguat ketika mereka memiliki hubungan yang aman/kondusif dengan orangtua dan guru mereka serta berkesempatan untuk bermain dengan anak lainnya. Ketika hubungan yang penting dalam kehidupan mereka tidak terwujud dan kesempatan untuk bermain bersama yang dimilikinya sedikit, mereka akan sedikit sekali mengembangkan kemampuan sosial yang mereka miliki. Beberapa anak nampak mampu mengembangkan kemampuan sosialnya dengan mudah. Mereka secara alamiah tahu bagaimana cara berteman dan memposisikan diri mereka di dalam kelompok. Beberapa anak lainnya mungkin membutuhkan waktu dan bantuan untuk dapat menyesuaikan diri dalam kelompok. Anak yang tidak mampu berteman dan cenderung memiliki perasaan tidak diterima dalam kurun waktu yang lama, seringkali memiliki masalah yang serius di kehidupannya nanti. Anak tersebut akan rendah diri dan memiliki kemampuan sosial yang kurang mencukupi daripada yang mereka perlukan untuk mengembangkan hubungan persahabatan. Karena mereka tidak diterima oleh rekan-rekan sebayanya, mereka memiliki sedikit kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial dan mereka juga kesulitan untuk keluar dari masalah ini. Anak-anak memberikan tantangan yang berbeda-beda bagi guru. Anak-anak yang pemalu atau terlalu agresif seringkali kesulitan bergaul dengan teman mereka. Kita bisa membantu anak-anak ini dengan diawali mengidentifikasi inti permasalahan. Dengan membangun kekuatan mereka dan membantu mereka memperoleh pengakuan/penerimaan, kita akan dapat membantu anak-anak ini untuk mempunyai kemampuan sosial. Membantu Anak untuk Berbagi Sebagaimana yang diketahui oleh guru/pendidik anak usia dini, materi atau bahan mengenai berbagi sangat sulit bagi anak-anak, terutama bagi anak yang baru mengikuti program. Anak yang tidak memiliki mainan mereka sendiri seringkali menolak berbagi. Dengan membiarkan mereka memiliki sendiri buku atau mainan, mereka akan lebih mudah untuk berbagi. Ketika anak mulai merasa telah menjadi bagian dari kelompok, mereka akan melihat nilai utama berbagi. Mendorong anak untuk bermain bersama merupakan salah satu cara memperkenalkan anak untuk berbagi. MembuatAnak Lebih Mudah untuk Menerima Giliran Menunggu giliran adalah bagian dari berbagi. "Lima menit lagi giliranmu" namun bagi anak lima tahun bisa terasa seperti selamanya. Bukan hanya karena anak sering merasa tidak sabaran namun juga mereka belum memahami konsep waktu. Berikut ini adalah strategi agar anak belajar mengenai koteks waktu secara konkret: Gunakan Stopwatch yang biasa digunakan di dapur. Dengan suara belnya yang dapat digunakan oleh anak untuk mengetahui kapan giliran mereka. Gunakan Timer/Jam Psir mainan untuk menentukan giliran mereka. Buat daftar tunggu/giliran di bagian mainan yang paling diminati., dan buat daftar tunggu bai anak-anak. Gunakan jam untuk menunjukkan anak tentang waktu. H. MENGORGANISASIKAN PEMBELAJARAN ANAK Apakah anak benar-benar belajar dalam sebuah program kurikulum yang menekankan/mengutamakan pada aktifitas awal anak dan bermain. Ini adalah pertanyaan penting yang harus dijawab. Pengunjung yang datang ke ruang kelas AUD mungkin akan melihat anak dan guru terlibat dalam beragam aktivitas, mereka mungkin tidak mengerti pelajaran apa yang sedang mereka lakukan dan bagaimana beragam aktivitas ini berhubungan dalam satu kurikulum. Pengamat yang hanya kebetulan melihat anak-anak "hanya sedang bermain". Para orang tua., administrator, dan banyak guru khawatir bahwa anak mungkun tidak dapat belajar apa yang mereka butuhkan untuk sukses secara akademik jika " semua yang mereka lakukan adalah bermain". Memastikan Keberhasilan Akademik Anak Banyak orang tua dan administrator familiar dengan anggapan bahwa "bermain adalah pekerjaan anak", tetapi mereka masih saja membuat perbedaan antara bekerja dengan bermain. Untuk beberapa orang, bekerja didefinisikan sebagai tugas terstrukutr seperti lembar kcrja yang harus diselesaikan anak ketika belajar abjad dan angka-angka. Melatih siswa bersuara dan angka dipandang sebagai cara mempersiapkan mereka untuk membaca dan berhitung. Beberapa sekolah memfokuskan perhatian pada tipe pelajaran yang menekankan pada program "akademik". Bahkan untuk mengukur Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 394
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
keberhasilan anak, ada teori yang menyatakan "lebih awal lebih baik" makin cepat anak belajar, makin mungkin mereka berhasil. Tapi mengapa banyak anak yang sekolah di TK dan SD yang menekankan pada keahlian akademik dan hafalan di usia dini anyak yang gagal? Mengapa banyak anak yang menguasai keterampilan tersebut membutuhkan bantuan remedial, mengulang tingkatan, atau drop out? Alasannya adalah bahwa tipe abstrak ini, belajar dengan cara menghafal tidak cocok untuk anak-anak. Mereka bisa mempelajari keahlian ini jika kita mengajari mereka, tapi hal ini tidak berarti anak benarbenar mengerti apa yang mereka pelajari. Jika mereka tidak siap untuk memahami apa yang kita ajarkan pada mereka dan mereka tidak dimotivasi untuk mempelajarinya, maka mereka tidak akan mampu menggunakan keahlian baru mereka. Bagaimana kita mengukur kesuksesan Sukses di sekolah sangat bcrnilai dan penting. Oleh karena itu, kita harus mendefmisikan secara jelas arti dari kesuksesan tersebut. Salah satu cara mendefinisikan kesuksesan adalah dengan menjawab pertanyaan berikut ini : "akankah anak-anak yang kita ajar hari ini tumbuh menjadi pelajar yang kompeten dan bisa sukses dibidang akademik, kompeten dalam pergaulan dan dalam masyarakat?" apabila kita ingin mereka sukses sekarang dan di masa depan, kita harus mengajarkan mereka untuk memikirkan diri sendiri, menyelesaikan masaiah, dan bergaul dengan sesama. Untuk mengimplemenlasikan kurikulum ini secara efektif, guru, administrator, dan orang tua mengetahui nilai dari permainan yang bisa membantu mereka dala mengembangkan keterampilan, pemahaman dan sikap mereka yangh bisa menentukan keberhasilan mereka. Peran Permainan Sebagai Aktvitas Pembelajaran Dalam Kurikulum Ketika anak-anak bermain, permainan mereka tidak semuanya sama. Terdapat beberapa perbedaan dalam permainan, masing-masing memberikan peranan yang berbeda dalam perkembangan anak dan keberhasilan akademis. Dr. Sara Smilansky mengelompokan permainan menjadi 4 macam, permainan fungsional, permainan konstrutif, permainan dengan aturan dan permainan drama. Permainan Fungsional Permainan funsional adalah tipe permainan untuk anak usia 6 bulan sampai 6 tahun. Dalam permainan fungsional, anak mengeksplorasi dan menguji rungsi serta sifat objek atau bahan mated di lingkungan sekitar mereka. Mereka menguji bagaimana rasa, bau, suara dan apa yang objek itu lakukan. Permainan ini membantu anak memahami lingkungan mereka lebih baik. Ketika anak didorong untuk mengeksplorasi dan menemukan, keingintahuan mereka meningakat dan mereka termotivasi untuk tahu lebih banyak. Untuk mempromosikan permainan ini, buat lingkungan yang menarik dan menantang yang diisi dengan benda-benda yang menarik anak dan menginspirasi penjelajahan mereka. Mereka berbicara dengan anak-anak tentang apa yang mereka lakukan untuk membantu mereka manamai dan mengatur dunia mereka dan menantang mereka agar berpikir. Pernyataan deskriptif dan perintaan informasi membuat anak-anak sadar akan apa yang sedang mereka lakukan dan dorong mereka untuk menggunakan kata-kata untuk menjelaskan tindakan dan penemuan mereka. Berbicara dengan anak-anak, anda membantu mereka belajar dan mengunakan bahasa untuk member! label dan pengaturan. Permainan Konstruktif Bahan-bahan yang anak eksplorasi dalam permainan fungsional sering digunakan untuk membangun sesuatu yang lain. Contohnya, saat anak-anak selesai mengeksplorasi fungsi balok-balok, mereka mulai balok-balok itu untuk membangun sesuatu yang berguna seperti jalan dan rumah. Peran guru dalam mengenalkan permainan konstruktif ialah mengambil petunjuk dari anakanak dan memperluas ide mereka. Hindari mengira-ngira atau berasumsi bahwa anda tahu apa yang dimaksud anak, karena anda mungkin saja salah. Lebih baik anada kuatkan permainan konstruktif anak dan tanyakan beberapa pertanyaan berikut: "Kamu sudah lama menyusun balok-balok ini. Beri tahu saya tantang bangunamu". "baimana kau memutuskan untuk membentuk lempung dengan cara seperti itu?" "maukah kau memberitahu saya tentang gambarmu?" "apa saja yang bisa kita buat dengan pasir hari ini?" Pernyataan dan pertanyaan ini mengundang anak untuk mengatakan apa yang sedang mereka lakukan tanpa merasa ditekan atau dihakimi. Permainan dengan aturan Permainan ini dibantu dengan petunjuk dimana masing-masing anak yang terlibat mengetahui dan setuju dengan aturan tersebut dan bisa bermain dengan baik. Contoh perainan ini seperti petak umpet, lampu merah dan hijau dan Simon Berkata. Permainan ini hanya akan sukses jika anak engerti Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 395
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dan sepakat mengikuti peraturan permainan. Pennainan ini membantu anak untuk berkonsentrasi, memahami peraturan, dan mengontrol prilaku mereka agar sesuai dengan peraturan permainan. Permainan ini juga mengajari anak untuk berlomba dan berhubungan dengan kesuksesan dan kegagalan. Permainan Drama Model permainan yang keempat adalah drama, yang melibatkan anak untuk berinteraksi dalam sebuah episode (jeda), permainan drama social. Dalam permainan ini anak mengambil sebuah peran, berpura-pua menjadi orang lain dan menggunakan benda nyata atau khayalan untuk memainkan perannya. Permainan drama mempunyai kaitan erat dengan kesuksesan akademik dan proses pengaktualisasian potensi anak. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara kemampuan untuk bermain peran dengan kesuksesan akademik anak. Berpikir secara abstrak berarti menciptakan gambaran mental atau symbol yang mewakili benda atau peristiwa nyata. Jika mareka sudah terbiasa menciptakan hal-hal yang abstrak seolah-plah menjadi nyata, maka mental mereka akan lebih siap mempelajari sejarah, kesanggupan membaca dan menulis, ilmu penetahuan dan matematika, dsb karena semua itu perlu penyelama dan peniptaan symboi-simbol dalam pikiran mereka. Setiap anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk terlibat dalm drama, tapi tidak semua anak memperoleh kesempatan melakukan hal tersebut. Ketika guru memberikan sebuah aturan dalam aktivitas di lingkup ruangan, mereka membantu anak mengembangkan kemampuan keterampilan dan kemampuan belajar mereka. Bagaimana Anak Mempelajari Subjek Akademik Melalui Permainan Anak mempelajari subjek akademik seperti matematika dan ilmu pengetahuan hampir sejak mereka lahir. Pemahaman mereka tentang dunia muncul dan berkembang setiap hari ketika secara spontan mereka merasakan dunia dengan berinteraksi dengan lingkungan mereka, dengan bendabenda dan orang lain. Melalui cara ini, mereka mendapatkan keahlian-keahlian dan konsep baru bersaman dengan bertambah komplesnya cara berpikir. Implementasi kurikulum kreatif membantu anda menciptakan lingkungan yang mendukung naluri anak dan kemampuan belajarnya. Anak-anak belajar secara lebih efektif ketika waktu pembelajaran yang anda berikan dibangun atas dasar pengetahuan dan pengalaman anak. Semua anak masuk program pra-sekolah dan TK dengan konsep kesanggupan membaca dan menulis, matematika dan ilmu pengetahuan. Contohnya, anak dapat mengelompokkan tutup botol sesuai warnanya yang berbeda-beda, terlepas apakah mereka tahu nama-nama warna tersebut atau tidak. Munculnya Kesanggupan Membaca dan Menulis Menurut penelitian, kemampuan membaca dan menulis dimulai sejak anak masih kecil. Ketika orang tua mereka berbicara dan membacakan dongeng, proses belajar membaca dan menulis dimulai ketika itu. Anak-anak adalah komunikator yang alamiah. Bunyi-bunyi bayi pertama dan usaha mereka untuk menirukan suara-suara adalah awal dari bahasa mereka, Ketika kosakata mereka meningkat dan makin lama akan menggunakan kalimat yang lebih kompleks, maka muncullah kemampuan membaca dan menulis anak. Mendengarkan dan membicarakan dongeng, melihat orang tua yang membaca Koran atau menulis catatan, memberi label wadah makanan hanya sedikit dari banyak cara untuk menjelaskan anak bahwa tulisan tersebut digunakan untuk berkomunikasi. Belajar membaca bukanlah masalah dalam mengenal huruf-huruf dan kata-kata; ini adalah proses pembentukan makna dari tulisan. Kesadaran akan tilisan adalah langkah awal dalam belajar membaca dan menulis. Beberapa anak datang ke sekolah dengan sudah bisa membaca dan berhitung, kaya kosakata, tahu cara memegang buku, mengenal huruf atau membuat atau mengingat cerita. Dengan melihat cara anak berinteraksi dengan buku atau dengan lingkungan anda bisa menilai kemampuan mereka dalam tulis menulis. Apa yang Bisa Dilakukan Guru Didasari dengan apa yang sudah diketahui anak, anda membantu mereka untuk merasa kompeten dan bisa mengikuti pelejaran. Ketika anak bisa memahami tulisan dengan membuat tanda untuk bangunan mereka, menempelkan tulisan pada gambar, mereka akan tertarik untuk belajar lebih dalam hal membaca dan menulis. Anda bisa menunjukkan pada anak bahwa tulisan itu berarti penting dalam berkomunikasi ketika anda melakukan aktivitas berikut: • Membuat daftar belanja bersama anak • Membuat daftar kegiatan • Menulis pesan terima kasih untuk pengunjung kelas • Memberi petunjuk atau tanda dijalan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 396
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
• Mengucapkan kata dengan keras apa yang ditulis dalam table • Menunjukan kata-kata dalam halaman buku saat cerita dibacakan dengan lantang • Mendorong anak untuk menulis pesan kepada anda atau kepada teman • Menggunakan pertanyaan pembuka dan penutup dan pernyataan untuk membantu anakmengekspresikan perasaan. Penelitian menunjukan bahwa anak-anak belajar sangat baik ketika tulis-menulis digunakan secara fungsional bukan semata pembahasan. Dalam pembelajaran tulis menulis yang fungsional, pengalaman didapat oleh anak ketikanlenyelesaikan sebuah pekerjaan yang berarti. Dalam pelajaran tulis-menulis yang sebatas pemahaman, guru menerangkan apa yang akan terjadi. Berikut contohnya: Pembelajaran tulis-menulis yang fungsional : seorang anak berusia 4 tahun membuat beberapa garis dan bentuk pada selembar kertas, kemudian dia akan bilang ke gurunya "Ini adalah surat untuk ibuku. Bisakah anda menuliskan 'ibu' untuk saya di luar sini?" dia menunjuk ke bagian atas kertas. Berikutnya, guru akan melihat bahwa anak tadi akan berusaha menulis huruf "I" secara capital. Pembelajaran tulis-menulis secara pemahaman : seorang guru menjelaskan kepada anak usia 4 tahun untuk membuat kartu ucapan hari ibu dan menunjukkan kapada rnereka cara menulis "Ibu". Unsur yang hilang disini adalah inisiatif dari seorang anak. Buku kelas bisa membantu pembelajaran tuliamenulis dalam kelas kurikulum kreatif. Membuat buku, membacanya ketika waktu bercerita, dan memajang dalam rak terbuka yang membiarkan anak melihat bagaimana sebuah cetakan digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan sebagaimana ia melihat buku tersebut. Berikut ini ada dua saran: Ambil foto aktivitas anak yang dalam era minat berbeda dalam ruang kelas. Letakkan foto dalam kertas berwarna. Biarkan anak membuat catatan singkat dalam foto tersebut, kemudian laminating kertas atau beri cover. Pasang kertas kecil tadi dalam sebuah binder. Tiap kali anak-anak mengadakan perjalanan atau ada kejadian khusus, seperti pindah ruang kelas atau ada tamu yang berkunjung, buatlah sebuah buku dengan foto yang diberi catatan atau gambar oleh anak. Meskipun sangat penting, ruangan pepustakaan bukanlah satu-satunya tempat untuk mengembangkan keterampilan tulis-menulis. Anda bisa mengembangkan keterampilan ini di ruang mana saja. Sebagai contoh, anda bisa meletakkan kertas dan spidol di ruangan mainan sehungga anak bisa membuat tanda pada mainan tadi. Pada ruangan seni, anada bisa menmbantu anakmngembangkan keterampilan berkomunikasi dengan membuat pertanyaan atauu pernyataan seperti berikut : "Ceritakan pada asya tentang gambarmu itu?" atau "Bagaimana anda membuat bentuk itu?" Apakah tanganmu diputar-putar?" dalam hal ini anda akan mendapatkan ekspresi ide dalam kata-kata. Ketika guru membuat "lingkungan baca", semua anak bisa mengeksplorasi dan bereksperimen dengan bahasa, keterampilan membaca dan menulis pada level kemampuan dan minat. Munculnya Pemikiran yang Matematis Matematika bukanlah sebuah nomor yang gampang dikenal, hanya membaca tidak mencerinkan pengenalan surat dan suara. Lebih mudah memikirkan matematikan sebagai konsep belajar dengan symbol dan aturan. Ketika anak belajar menghafal matematika, mereka belajar tetapi mereka tidak bisa mengaplikasikannya dalam pelajaran atau dalam pemecahan masalah. Biasanya mereka menjadi bosan dengan matematika. Matematika adalah kemampuan berpikir secara logis, memecahkan masalah dan membangun hubungan. Bagaimana Anak Mengembangkan Matematika Untuk menjadi pemikir yang matematis, anak butuh menjelajah, menggerakkan dan mengatur benda-benda nyata sebelum mereka bisa mengabstraksikannya dalam bentuk symbol. Ketika bermain, anak bisa belajar untuk bertanya, menganalisa dan mendiskusikan temuan mereka dan melihat matematika adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum kreatif, guru membantu anak utnuk meneliti dan memikirkan tentang hubungn: matematis yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti mereka bemain dengan balok, menuangkan air ke atas meja air, menyiapkan makanan, atau membuat irama instrument. Dalam merespon anak yang bermain di dalam kardus, guru bisa mengatakan, "aku lihat kau membuat dirimu muat dalam ruang yang sangt kecil". Respon si anak mungkin seperti in: "Aku membuat diriku menjadi kecil". Dengan begini, guru menolong anak itu untuk memegang konsep dan belajar bahasa matematika, dalam hal itu kata "kecil". Matematika meliputi semuaarea miant dala kurikulum kreatif. Sebagaimana anak belajar menggunakan material yang nyata dan mendapat kesempatan untuk menjabarkan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka mulai mengembangkan pemahaman akan hubungan matematis. Pengalaman ini meliputi : Mengenal pola Mengelompokan dan mengklasifikasikan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 397
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Menggambar Menaksirkan Mengukur Kemungkinan Mengenal Pola Pola menujukan bermacam-macam hubungan, urutan, pengulangan, pengaturan atau sebab akibat. Pola adalah bagian dari kehidupan anak di rumah dan di kelas. Pengenalan pola mengembangkan keterampilan penting dalam menyelesaikan masalah. Mengidentifikasi, menjabarkan dan membuat poal, anak harus bisa mengatur informasi, membedakan persamaan dan perbedaan, dan mernbuat keputusan. Mengelompokkan dan Mengklasifikasi Adalah awal yang baik untuk belajar matematika karena hal itu membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir. Anak senang membuat dan menggunakan koleksi. Mereka mungkin mulai menyortir tanpa pikiran atau tujuan. Kemudian mereka mulai menyortis sesuia dengan tujuan, seperti kesamaan warna, bentuk dan ukuran. Grafiks Grafik adalah bentuk langsung dari menyotir dan mengelompokkan, Sebuah grafik memberikan informasi dalam sebuah cara pengaturan. Sebagai sebuah tampilan penyajian dari data, hal ini membantu anak melihat hubungan. Grafik adalah sebuah cara untuk anak melihat berbagai perbdaan dari bermacam informasi dalam sebuah form. Sebuah grafik sederhana tentang macammacam sesuatu yang dipakai anak bisa dibuat dengan urutan sbb : contoh konkrit sepatu bertali, Velcro atau sepatu kancing bergambar : ganbar yang menyajikan bermacam tipe sepatu simbolik : symbol abstrak ynag menyajikan bermacam tipe sepatu Setelah anak belajar bagaimana melihat dat dalam bentuk grafik, mereka kemudian bisa menganalisa dan menggabungkan data. Hal ini melibatkan perbandingan, menghitung, menambah dan mengurangi, menggunakan lebih besar, lebih kecil, sama dengan dan tidak sama dengan. Probabilitas/kemungkinan Probabilitas merujuk pada suat kejadian yang meirip. Bekerja dengan data, berpikir tentang prediksi, dan bertanya suatu pertanyaan baru adalah keterampilan berpikir kritis yang perlu menghubungkan probabilitas, Anak bisa balajr tentang probabilitas dengan melempar koin atau melempa dadu. Aktivitas yang berhubunan dengan kemungkinan membantu anak untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan belajar tentang angka. Sebagaimana anak mengeksplorasi aktivitas ini, anda bisa mendorong mereka untuk menjabarkan, bertanya, dan mendiskusikan apa yang mereka kerjakan. Munculnya Pemikiran yang Ilmiah Anak usia dini adalah penyelidik, penuh curiga dan penuh dengan keinginan. Mereka dilahirkan menjadi seoarang ilmuan. Dengan menggunakan indera, mereka menyentuh, melihat, mencium dan mendengar serta mereka menemukan hubungansebab akibat. Inilah munculnya pemikiran yang ilmiah. Guru yang mengunakan kreatif kurikulum mendorong antusiasme anak untuk mengekplorasi dengan membuat pertanyaan, membuat prediksi, dan menemukan sesuatu denagn cara yang berbeda untuk membuktikan hipotesis mereka. Apa Yang Bisa dilakukan Guru Untuk membuat lingkungan yang mendukung munculnya pemikiran yang ilmiah pada anak dengan membiasakan anak untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dalam semua area minat dalam ruang kelas. Guru bisa membantu anak untuk lebih mengembangkan kemampuan investigasi mereka dengan membuat pertanyaan pembuka dan penutup. Ketika anak membuat koleksi, guru bisa mendorong mereka untuk mengklasifikasikan sesuai dengan kesamaan dan perbedaan dan menjabarkan apa yang mereka lihat dengan menggambar, grafik dan diskusi. Ketika guru mengajak anak untuk meneliti sesuatu dan menjabarkan apa yang mereka lihat, guru membiarkan mereka mengetahui bahwa guru tertarik dengan apa yang mereka pikirkan. Membantu anak menjadi peneliti yang hati-hati yang bisa menjabaran apa yang mereka lihat membuat mereka menjadi percaya diri dan kompeten menjadi pemikir sains, seperti ilusrasi berikut: Ketika bermain di luar ruangan, guru mengusulkan sekelompok anak-anak, "Ayo berbaring di tanah lihat ke langit, Apa yang kalian pikir dan yang akan kita lihat?". Anak-anak dengan semangat berbaring dan menunjuk burung-burung, awan, pesawat terbang, dan sarang di pohon yang tinggi. Guru bertanya, "Seperti apa bentuk awan itu?", Setelah mendengar dengan seksama, sang guru member! nasehat, "Apakah kalian mau menjadi seperti seorang ilmuan dan mengingatkan apa yang kalian lihat? Ayo seua masuk ke dalam untuk mengambil kertas hitam dan kapur. Kalian bisa Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 398
mengambar bentuk awan yang terlihat hari ini", Ketika mereka mengerjakan , guru bertanya, "Jika kalian menggambar awan pada hari minggu ini, apakah menurut kalian awan terlihat sama?". Sang guru mengajak anak untuk berspekulasi. Ketika proses dijalankan selama seminggu, anak-anak terlihat dalam kegiatan tersebutmenggambar apa yang dilihat dan didiskusikan. Ketika guru mengajak anak-anak untuk membuat prediksi, ujilah ide mereka, teliti basil akhirnya dan akan berpikir secara ilmiah. Adapun metode ilmiah meliputi : Identifikasi masalah Membuat prediksi Eksperimen dan menemukan solusi Meneliti apa ynag terjadi Berpikir dan membicarakan apa yang kita lihat dan lakukan Guru yang menggunakan kreatif kurikulum mengembangkan sifat eksplorasi anak danmengembangkan pemikiran mereka ketika mereka bergabung secara spontan dan eksplorasi. Contoh penerapan pembuatan silabus:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PENGEMBANGAN SILABUS Pengembangan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Hasil Belajar, adalah langkah awal dalam membuat materi mata kegiatan agar dapat dilaksanakan di sekolah. Dalam pengembangan kurikulum yang mencakup kompetensi yang akan dikembangkan dan hasil belajr yang akan dicapai, maka harus disusun suatu silabus guna menunjang dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Adapun langkah-langkah Pengembangan Silabus, antara lain sebagai berikut: 1. Menentukan Tema Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya pembendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Maksud dari penggunaan tema adalah agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pada prinsipnya tema ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu : 1) Kedekatan; maksunya tema dipilih mulai dari tema terdekat dengan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak. 2) Kesederhanaan; maksudnya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana menuju pada tema-tema yang lebih sulit dan rumit. 3) Kemenarikan; artinya tema dipilih mulai dati tema-tema yang menarik minat anak ke arah tema-tema yang kurang menarik minat anak, dan 4) Keinsidentalan; maksudnya tema yang dipilih berdasarkan peristiwa atau kejadian yang ada disekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih hari itu. 2. Langkah Penentuan Tema Dalam menentukan tema-tema yang akan dipilih maka yang harus dilakukan adalah : (1) Mengidentifikasi tema yang sesuai denga hasil belajar dan indikator dalam kurikulum. (2) Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema. (3) Penjabaran tema kedalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas. Dan (4) Memilih sub tema yang sesuai. Adapun tema yang dapat digunakan pada Taman Kanak-kanak dijabarkan dalam perencanaan semester adalah sebagai berikut: Tema Semester No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tema Semester 1 Diri Sendiri Lingkunganku Kebutuhanku Binatang Tanaman
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tema Semster 2 Rekreasi Pekerjaan Air, udara, dan api Alat komunikasi Tanah airku Alam Semesta
P a g e | 399
A.
Perencanaan Semester Perencanaan semester merupakan program yang berisikan jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang ditata secara urutan dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam semester 1 dan 2. Adapun langkah-langkah pengembangan program semester sebagai berikut : (1) Mempelajari dokumen kurikulum, yaitu kerangka dasar dan standar kurikulum. (2) Menentuka tema-tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut kedalam setiap kelompok dalam 1 semester. (3) Membuat ”matrik hubungan kompetensi dasar dengan tema”. Dalam langkah ini adalah memasukkan hasil belajar dan/ indakator kedalam jaringan tema. (4) Menetapkan alokasi waktu untuk setiap jaringan tema dengan memperhatikan keluasan cakupan pembahasan tema dn minggu efektif sekolah. Contoh penyajian tema yang menyatu denga alokasi waktu dalam bentuk satuan semester. Tema semester 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
No 1 2 3 4 5
Tema Diri Sendiri Lingkunganku Kebutuhanku Binatang Tanaman JUMLAH
Alokasi Waktu 3 minggu 4 minggu 4 minggu 3 minggu 3 minggu 17 minggu
Tema Semester 2 No. 1 2 3 4 5 6
Tema Rekreasi Pekerjaan Air, udara, dan api Alat komunikasi Tanah airku Alam semesta JUMLAH
Alokasi Waktu 4 minggu 3 minggu 2 minggu 2 minggu 3 minggu 3 minggu 17 minggu
Catatan : Antara minggu ke 8 dan 9 pada semester 1 dan 2 dilakukan kegiatan tengah semester selam kurang lebih 4 hari. Kegiatan tengah semester berisikan kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas anak didik dalam rangka pendidikan anak seutuhnya. Kegiatan tersebut seperti: pekan olahraga dan seni, karyawisata/rekreasi, lomba kreativitas, praktek pembelajaran, bazar, atau kegiatan lainya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 400
Contoh perencanaan semester 1 TK Kelompok A DIRI SENDIRI 3 Minggu Perkembangan Nilai Moral dan Agama
Standar Kompetensi :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Anak mampu mengucapkan bacaan doa/lagu keagamaan, meniru gerakan beribadah, dan mengikuti aturan serta dapat mengendalikan emosi.
Kompetensi Dasar:
Kompetensi Dasar :
Dapat berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
Dapat menyanyikan lagu keagamaan secara sederhana
Indikator Hasil Belajar : 1. Berdoa sebelum dan sesudah makan 2. Sebelum dan sesudah belajar
Indikator Hasil Belajar : 1. Menyanyikan lagu keagamaan
B.
Perencanaan Mingguan Perencanaan mingguan dibuat dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai keluasan pembahasan tema dan subtema. SKM dibuat berdasarkan SKM model pembelajaran kelompok dan pembelajaran berdasarkan minat. C.
Perencanaan Harian Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok dan klasikal selama satu hari. Secara garis besar dalam SKH kegiatan dibagi dalam beberapa sesi, yaitu : kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat/makan, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal adalah kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal berupa kegiatan berdoa/mengucap salam, membicarakan tema atau subtema, dan sebagainya. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian, kemampuan, sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen yang akan memunculkan inisiatif, kemandirian, dan kreativitas anak. Kegiatan inti dapat dilaksanakan secara individual maupun kelompok. Istirahat/makan adalah kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak dalam kegiatan makan seperti mengenalkan kesehatan, makanan bergizi, tata tertib makan dan sebagainya. Setelah kegiatan makan selesai anak melakukan kegiatan bermain untuk pengembangan motorik dan sosialisasi anak. Kegiatan akhir Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 401
merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal diberikan pada akhir pembelajaran melalui membacakan cerita buku, mendramatisasikan cerita dan lain-lain. Pada kegitan awal berisikan pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan inti berisikan kegiatan-kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk ber eksplorasi dan bereksperimen, sehingga mampu menumbuhkan sikap inisiatif, kemandirian, kreativitas, serta meningkatkan pemahaman anak akan konsep,konsentrasi, dan mengembangkan kebiasaan bekerja denganbaik dan sesuai dengan aturan, baik dilaksanakan secara individul maupun kelompok. Kegiatan istirahat/ makan merupakan kegiatan rileksasi sekaligus mengenalkan dan membiasakan tentang pola makan yang seimbang dan bergizi, serta melatih anak bertanggungjawab dan mandiri pada saat makan bersama. Kegiatan akhir merupakan kegiatan penutup yang berisikan penenangan dan review dari kegiatan yang dilaksanakan selama satu hari itu, biasanya dilaksanakan secara klasikal.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 402
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
SATUAN KEGIATAN HARIAN Kelompok : TK A Tema : Aku Semester/Minggu : I/pertama Sub tema : Indentitasku Hari/tanggal : Senin/23 Februari 2009 Alokasi Waktu : Pembukaan: -. Salam pagi hari : menyambut kedatangan setiap anak dengan kehangatan dan cinta -. Ikrar dan berdoa : anak bersama guru, boleh dipimpin oleh salah satu anak yang bersedia -. Jurnal pagi : menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi ini, membicarakan kegiatan kemarin dan kegiatan yang akan dilakukan hari ini (appersepsi) Kegiatan inti: Aspek Pengembangan dan Indikator Anak dapat bernyayi (seni)
Anak dapat berkomunikasi secara lisan dengan lafal yang benar Anak mampu menyebutkan nama dan jenis kelaminnya. (bahasa) Anak dapat menggunakan kata ganti (aku, saya, kamu, dia) (bahasa) Mengenal ukuran panjang, berat, dan isi (kognitif) Menunjukkan rasa percaya diri (pembiasaan) Dapat menggambar sederhana dengan pensil warna, crayon, dll (seni) Dapat menggerakkan jari tangan untuk kelenturanm kekuatan otot, dan koordinasi (fisik/motorik)
Strategi Pengembangan Materi Metode Media Lagu anak “Aku Praktek Piano Anak Sehat” langsung
identitas diri siswa
Praktek langsung Bercakapcakap. demonstrasi
Gambar diri
Praktek langsung
Foto keluarga
Kertas gambar (A4) Pensil warna Krayon
Pengalaman Belajar dan Urutan Kegiatan Guru mengajak anak untuk berdiri di samping meja masing-masing. Guru memainkan piano dan mengajak anak bernyanyi Aku Anak Sehat” Guru mengulang lagu tersebut dua kali. Guru menjelaskan tentang maksud dari identitas diri secara sederhana. Guru mencontohkan dengan menceritakan identitasnya di depan siswa dengan menunjukkan foto keluarganya. Guru meminta siswa untuk mengeluarkan foto keluarganya masing-masing. Guru meminta salah satu siswa untuk maju dan menceritakan identitasnya. Guru membagikan kertas gambar dan pensil warna/crayon kepada siswa. Guru meminta siswa menggambar dirinya sendiri dengan cita-citanya
Asessmen Perkembangan Anak Lisan perbuatan
Lisan Perbuatan Portofolio Anecdotal record
Perbuatan Portofolio hasil karya anak.
Penutup : -. Jurnal siang : review kegiatan satu hari, umpan balik dan informasi tentang kegiatan esok hari sebagai motivasi bagi anak -. Do’a pulang dan salam perpisahan Mengetahui Kepala TK ---------------------
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jakarta, ......................... Guru Kelas, ---------------------------
P a g e | 403
SATUAN KEGIATAN HARIAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kelompok : TK A Tema : Aku Semester/Minggu : I/pertama Sub tema : Tubuhku Hari/Tanggal : Selasa/24 Februari 2009 Alokasi Waktu : Pembukaan: -. Salam pagi hari : menyambut kedatangan setiap anak dengan kehangatan dan cinta -. Ikrar dan berdoa : anak bersama guru, boleh dipimpin oleh salah satu anak yang bersedia -. Jurnal pagi : menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi ini, membicarakan kegiatan kemarin dan kegiatan yang akan dilakukan hari ini (appersepsi) Kegiatan inti: Aspek Pengembangan dan Indikator Anak dapat bernyayi (seni)
Materi Lagu anak “
Anak dapat bergerak sesuai dengan irama (seni)
Strategi Pengembangan Metode Media Praktek Piano langsung Lagu anak “
Dapat menggunakan bahasa isyarat seperti seperti anggukan kepala, gerkan tubuh, tangan dan mata Dapat mendengarkan dan menyimak guru dan temannya. (bahasa) Mampu melaksanakan beberapa perintah secara berurutan dengan benar (bahasa)
Anggota tubuh
Praktek langsung Bercakapcakap
Lagu “tunjuk aku”
Dapat bertanggung jawab (pembiasaan) Terbiasa untuk disiplin (pembiasaan) Dapat berkomunikasi secara lisan dengan lafal yang benar (bahasa) Dapat menyebutkan perbedaan dua buah benda (kognitif)
Anggota tubuh
Praktek langsung
Gambar anggota tubuh (rambut, hidung, mata)
Cara merawat anggota tubuh (rambut, hidung, mata)
Pengalaman Belajar dan Urutan Kegiatan Guru mengajak anak untuk berdiri di samping meja masing-masing. Guru memainkan piano dan mengajak anak bernyanyi “…” Guru meminta anak untuk bernyanyi dengan gerakan sesuai dengan lirik dan irama lagu Guru mengulang lagu tersebut dua kali. Guru mengajak anak untuk menyebutkan aggota tubuh yang ada. Guru mengajak anak bermain “tunjuk aku” Guru akan menyanyikan lagu “tunjuk aku” dan akan menyebutkan salah satu anggota tubuh. Dan siswa akan membalas lagu tersebut dengan menunjuk anggota tubuh yang diminta guru. Guru mengeluarkan gambar anggota tubuh (rambut, hidung, mata) Guru meminta anak untuk menyebutkan bagaimana cara mereka dalam merawat rambut, mata, dan hidung
Penutup : -. Jurnal siang : review kegiatan satu hari, umpan balik dan informasi tentang kegiatan esok hari sebagai motivasi bagi anak -. Do’a pulang dan salam perpisahan Mengetahui Kepala TK --------------------Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Asessmen Perkembangan Anak Lisan perbuatan
Lisan Perbuatan Anecdotal Record
Lisan Perbuatan
Jakarta, ......................... Guru Kelas, --------------------
P a g e | 404
A. EVALUASI 1.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perkembangan kognitif anak usia dini adalah a. perubahan yang terjadi pada fungsi berpikir anak secara kualitatif b. pertumbuhan yang terjadi pada otak anak secara kuantitatif c. berkembangnya intelektual anak dalam waktu cepat d. berkembangnya dendrite dan myelin pada otak anak secara bertahap 2. Kemampuan kognitif anak usia dini perlu dikembangkan karena … a. anak merupakan generasi penerus bangsa b. anak akan menghadapi dan memecahkan masalah dalam kehidupannya c. anak memiliki potensi yang harus dikembangkan d. anak akan hidup di dunia lebih lama dan membutuhkan pengetahuan 3. Menurut Piaget, tahapan perkembangan anak usia 4 – 6 tahun berada pada tahap praoperasional yang berarti… a. anak mampu mengenal benda, warna, dan ukuran dengan baik b. anak mampu mempelajari sesuatu yang abstrak c. anak belajar mengenal sesuatu melalui intuisi d. anak masih berpikir satu arah 4. Anak sudah mulai belajar membilang dengan benda pada usia 4 tahun karena… a. Anak tidak bisa berpikir abstrak b. anak sudah mulai tertarik dengan angka c. anak baru bisa menghitung benda d. anak mulai berpikir melalui benda konkrit 5. Cara mengenalkan konsep sebab akibat pada usia TK adalah …. a. melakukan percobaan di alam secara langsung b. mengenalkan contoh-contoh sebab akibat dengan gambar c. melakukan kegiatan bermain peran dalam pembelajaran d. melakukan praktek/demonstrasi di depan anak 6. perkembangan bahasa adalah … a. perubahan yang terjadi pada fungsi komunikasi secara kualitatif b. pertumbuhan yang terjadi pada struktur pengucapan dan otak secara kuantitatif c. berkembangnya fungsi mulut, lidah, pendengaran, dan telinga secara d. berkembangnya perbendaharaan kosa kata, dan bertambah lancarnya pengucapan anak 7. Kemampuan bahasa anak usia dini perlu dikembangkan karena … a. anak membutuhkan orang lain dalam kehidupannya b. anak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan c. anak tidak bisa hidup sendiri d. anak memiliki pengetahuan yang perlu dikembangkan 8. Yang termasuk dalam kemampuan bahasa adalah … a. membaca, menulis, dan berhitung b. menyimak, membaca, dan membilang c. berbicara, membaca, dan menulis d. menulis, menyimak, dan mengarang 9. Pada usia 3 tahun anak sudah mulai mencoret karena … a. anak sudah mulai mengikuti perilaku orang dewasa b. anak peka terhadap gambar dan tulisan c. anak ingin mengembangkan motorik halusnya d. anak sedang berada pada tahapan menulis permulaan (scribbling) 10. Cara mengenalkan membaca pada tahapan membaca gambar yang paling efektif adalah … a. membacakan buku cerita bergambar pada anak b. menunjukkan gambar dan mengeja suku kata gambar tersebut c. menempelkan gambar di dinding rumah atau sekolah d. menempatkan suku kata/kata di sebelah gambar 11. Berikut ini yang bukan termasuk faktor yang mempengaruhi aspek sosial dan emosi anak adalah: a. Belajar b. Kematangan c. Pola asuh d. Keturunan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 405
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
12. Proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak ingin menjadi seperti orang yang dicontoh disebut dengan istilah: a. Imitasi b. Identifikasi c. Klarifikasi d. Internasilisasi 13. Berikut ini adalah karakteristik emosi pada anak: a. Emosi anak berlangsung singkat b. Emosi anak jarang muncul c. Respon emosi anak tidak beragam d. Kekuatan emosi anak tetap konstan 14. Cara yang perlu dihindari guru dalam mengembangkan program untuk optimalisasi ketrampilan sosialisasi dan emosi anak , adalah a. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi lingkungan b. Mendorong anak untuk bekerja secara mandiri c. Menghargai ide/gagasan anak d. Memberitahu anak solusi pemecahan masalah 15. Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam mengembangkan kemampuan sosialisasi dan emosi pada anak usia dini, kecuali: a. Stimulasi yang seragam b. Usia anak yang beragam c. Kebutuhan tiap anak yang unik d. Tahap perkembangan anak 16. Usia prasekolah merupakan masa yang paling ideal untuk mengembangkan keterampilan karena hal-hal berikut ini, kecuali…. a. Anak mau mengulang-ulang tindakannya b. Anak berani mencoba c. Anak belum memiliki banyak keterampilan d. Anak banyak memiliki tanggung jawab 17. Gerakan fundamental merupakan karakteristik perkembangan motorik anak pada usia…. a. 0-1 tahun b. 3-5 tahun c. 5 - 6 tahun d. 6-8 tahun 18. Kemampuan memilih dan menggerakkan jari yang digunakan untuk tugas tertentu secara tepat merupakan keterampilan yang berkaitan dengan…. a. Pemisahan jari-jari b. Pelepasan genggaman c. Kepekaan jari-jari d. Pengendalian gerakan jari 19. Kecepatan manipulative merupakan …. a. Kestabilan gerakan tangan (mengurangi gemetar) b. Pengendalian terhadap kecepatan gerakan (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat) c. Umpan balik dari otot, sendi, kulit dan tendon/urat daging yang digunakan untuk membantu dalam memperhalus gerakan. d. Kemampuan untuk mengambil dan memanipulasi objek; melibatkan penggunaan ibu jari dan telunjuk dan seringkali jari tengah. 20. Keterampilan motorik halus anak dapat dilatih dengan memberikan pensil kepada anak untuk berlatih meniru gambar lingkaran, garis lurus vertical, garis lurus horizontal, dan garis bergelombang yang tidak terputus-putus. Usia yang tepat untuk menstimulasi kegiatan tersebut adalah saat anak berusia… a. 3 – 3 ½ tahun b. 3 ½ - 4 tahun c. 4 ½ - 5 tahun d. 5-6 tahun 21. Model pembelajaran high scope adalah … a. pembelajaran yang mengutamakan anak-anak miskin dan berkebutuhan khusus agar menjadi anak yang mandiri b. pembelajaran berbasis masyarakat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 406
22.
23.
24.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
c. pembelajaran yang mengutamakan interaksi anak dengan orang dewasa d. pembelajaran yang menyediakan pusat-pusat minat anak Area memasak pada pembelajaran kreatif mampu mengembangkan kognitif anak dengan cara sebagai berikut, kecuali … a. mengenal warna dan bentuk makanan b. menggunakan peralatan masak c. mengenalkan anak pada gizi yang terkandung dalam makanan d. mengetahui perbedaan makanan sebelum dan sesudah di masak Montessori menekankan pada masa peka anak dalam belajar karena … a. saat itu anak sedang muncul mood-nya b. anak sedang tertarik pada hal-hal tidak biasa c. anak sudah mulai pada belajar akademik d. fungsi-fungsi fisiknya mulai berkembang Prinsip kurikulum emergent pada model Reggio Emilio dimaksudkan adalah… a. kurikulum sudah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran b. kurikulum dikembangkan sendiri oleh sekolah c. materi yang disampaikan berdasarkan minat anak d. materi pelajaran berdasarkan standar yang ditetapkan oleh kementerian pendidikan nasional Cara memunculkan minat anak dalam belajar adalah … a. melalui pemberian kesempatan seluasnya-luasnya/bermain bebas b. melalui pembicaraan/percakapan ketika memulai pelajaran c. melalui pemenuhan kebutuhan anak saat bermain d. melalui wawancara dengan orangtua dan/atau pengasuhnya Pembelajaran bahasa anak usia dini adalah … a. pelajaran yang mengembangkan kemampuan membaca dan menulis anak usia dini b. kegiatan yang membantu anak dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya c. seperangkat langkah-langkah kegiatan yang mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak usia dini d. pembelajaran yang mengarahkan anak agar dapat bercerita secara lisan dan tertulis Bahasa perlu dipelajari oleh anak karena … a. anak hidup dalam lingkungan masyarakat yang berbudaya b. anak akan mendapatkan pengetahuan yang lebih kompleks c. anak memiliki potensi untuk berkomunikasi dengan baik d. anak adalah individu yang membutuhkan bantuan Cara anak memperoleh bahasa melalui … a. pergaulan dengan lingkungan b. pengaruh genetika dari orangtuanya c. gabungan dari faktor keturunan dan lingkungan d. semuanya benar Penggunaan kalimat positif sangat ditekankan dalam berkomunikasi dengan anak karena … a. membantu otak anak dalam mengembangkan dendrite dan myelinnya sehingga anak dapat berpikir kreatif b. membantu anak menemukan ide yang positif sehingga anak lebih cerdas c. kalimat negative akan mematikan perkembangan berpikir anak d. kalimat positif sangat efektif untuk mengajarkan hal-hal yang baik pada anak Metode yang tepat untuk mengajarkan membaca lancar pada anak adalah … a. menyuruh anak untuk mengeja huruf, suku kata, kata, dan kalimat b. menunjukkan gambar dan suku kata pada anak, lalu anak membaca c. memberi kesempatan pada anak untuk bercerita sesuai dengan pengalamannya d. guru membacakan terlebih dahulu, setelah itu anak mengikuti Pembelajaran Matematika adalah … a. rancangan kurikulum yang mengajarkan kemampuan berhitung permulaan b. seperangkat langkah-langkah kegiatan yang mengembangkan kemampuan aljabar, geometri, dan aritmetika c. pembelajaran yang mencakup semua materi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian d. kegiatan bermain yang mengutamakan kemampuan kognitif anak Prinsip mengajarkan matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata karena … a. matematika bukan hanya pemikiran dalam otak, tetapi berguna untuk kehidupan perekonomian anak di kemudian hari Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 407
b. c. d. 33.
34.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
35.
36.
37.
38.
39.
40.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
anak hidup dalam pengalaman nyata dalam pemenuhan kebutuhannya anak membutuhkan pengetahuan yang lebih kompleks dalam berhitung matematika mengarahkan anak dalam berpikir logika dan penalaran untuk memecahkan masalah dalam kehidupan Tahap awal mengenalkan aljabar permulaan pada anak adalah mengenalkan … a. pengelompokkan b. warna dan bilangan c. pola d. bentuk dan ukuran Cara mengenalkan bentuk geometri pada anak usia TK adalah … a. bercakap-cakap tentang konsep ruang dan posisi b. menugaskan anak untuk mengisi lembar kerja tentang letak benda c. menyuruh anak mengambil bentuk-bentuk geometri di suatu tempat d. mengajak anak bermain bebas bersama Anak mengenal probabilitas pada saat … a. ketika anak bermain dadu b. ketika anak berkhayal tentang sesuatu c. ketika anak menghitung benda atau waktu d. ketika anak diajak bercakap-cakap tentang sesuatu yang akan terjadi Pembelajaran sains adalah … a. pelajaran yang memuat tentang alam semesta dan isinya b. konsep tentang mahluk hidup dan benda mati dalam kehidupan c. kegiatan yang mengembangkan berbagai pengetahuan dalam kehidupan anak d. pembelajaran yang berkaitan dengan biologi, matematika, dan fisika Sains perlu dipelajari sejak usia dini karena … a. sains adalah pengetahuan yang didapatkan secara alamiah b. sains sangat berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan c. anak membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya d. anak hidup dalam dunia nyata Cara anak mempelajari sains sebagai berikut, kecuali … a. mencobakan dan meralatkan b. mengamati dan mengklasifikasi c. mengukur dan mengkomunikasikan d. memperhitungkan dan memperkirakan Yang termasuk natural sains adalah … a. ilmu bumi dan geografi b. kesehatan dan ilmu alamiah dasar c. matematika dan fisika d. kimia dan astronomi Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan oleh anak ketika mempelajari sains sebagai berikut, kecuali … a. anak mengenal sebab akibat b. anak membedakan berbagai mahluk hidup c. anak menemukan sesuatu yang baru d. anak mengenal warna, bentuk, dan ukuran
a b c d a a b c d a d
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
b a d a d b a b b a b
KUNCI JAWABAN 23. d 24. c 25. b 26. c 27. b 28. d 29. a 30. c 31. b 32. d 33. c
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
d a c b a b d
P a g e | 408
ASSESMENT
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Assesment Pembelajaran 1 1. Kompetensi Guru Evaluasi : 1. Jelaskan pengertian guru ? 2. Jelaskan pengertian pendidik ? 3. Deskripsikan profil pendidik guru yang ideal menurut anda. 4. Jelaskan makna tanggungjawab 5. Jelaskan hubungan tanggungjawab, kesadaran, pengabdian dan pengorbanan 6. Jelaskanlah kewajiban yang harus dilaksanakan guru professional 7. Jelaskanlah empat kompetensi guru professional dan berikan contoh-contoh pelaksanaan dalam pembelajaran 8. Bagaimana jika salah satu kompetensi tidak dikuasai guru dan apa dampaknya pada pembelajaran 9. Deskripsikan citra diri positif 10. Jelaskan manfaat citra diri positif 11. Jelaskan langkah-langkah pengembangan citra diri positif 12. Jelaskan pengertian etika ? 13. Jelaskan perbedaan antara etika ,moral, dan akhlak ? 14. Untuk apa guru memahami etika ? 15. Jelaskan makna komitmen 16. Jelaskan mengapa komitmen terhadap tugas penting bagi guru 17. Jelaskan makna empati 18. Jelaskan mengapa guru perlu memiki rasa empati yang tinggi terhadap siswanya 19. Jelaskan dampak empati guru terhadap siswanya dalam pembelajara? 1.
B. Assesment Pembelajaran 2 Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran Tes Formatif 1: 1. Teori ilmiah yang melandasi desain silabus dan RPP yang berkaitan dengan proses belajar. a. Teori analisis peserta didik b. Teori pembelajaran c. Teori belajar d. Teori komunikasi 2. Jenjang terakhir tujuan pembelajaran dan ranah yang telah direvisi. a. menilai b. mencipta c. mensintesis d. menganalisis 3. Komponen pertama Pengembangan Silabus dan RPP a. Tujuan b. Materi c. Strategi d. Evaluasi 4. Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator harus menggunakan kata kerja yang bersifat operasional, kecuali: a. Membaca b. Menyanyi c. Menguasai d. Menjawab 5. Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan berdasarkan: a. Strategi pembelajaran b. Pendekatan pembelajaran c. Metode pembelajaran d. Teknik pembelajaran Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 409
6.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Manakah yang tergolong materi fakta ? a. Peristiwa gempa bumi b. Hukum Archimedes c. Prosedur menabung d. Ciri-ciri makhluk hidup 7. Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP merupakan dokumen pengembangan KTSP sesuai PerMenDikNas. a. Nomor 14 Tahun 2007 b. Nomor 41 Tahun 2005 c. Nomor 14 Tahun 2005 d. Nomor 41 Tahun 2007 8. Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dapat memiliki keterkaitan dan kesesuaian bila dikembangkan melalui: a. Identifikasi kebutuhan b. Analisis pembelajaran c. Analisis kurikulum d. Identifikasi masalah pembelajaran 9. Kegiatan inti pembelajaran yang dikembangkan dalam RPP kecuali: a. Eksplorasi b. Elaborasi c. Konfirmasi d. Refleksi 10. Komponen silabus dan RPP yang bukan komponen pengembangan: a. Identitas mata pelajaran b. Indikator c. Sumber referensi d. Alokasi waktu Tes Formatif 2 6. Fungsi bahan ajar modul/LKS a. untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa b. untuk meningkatkan hasil belajar siswa c. untuk mengisi waktu luang siswa d. untuk menambah waktu belajar siswa 7. Manakah bahan ajar yang lengkap dan dapat digunakan secara mandiri oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ? a. Buku b. Video c. Modul d. Surat kabar 8. Komponen latihan pada modul diletakkan setelah komponen: a. tes formatif b. rangkuman c. uraian materi d. kunci jawaban 9. Bagian penting dalam LKS yang membedakan antara LKS satu dan lainnya adalah: a. bagian inti b. bagian penutup c. bagian awal d. bagian akhir 10. Fungsi rangkuman materi pada bagian pendahuluan LKS a. memperbanyak halaman LKS b. merupakan alat motivasi belajar c. mengulangi isi buku pelajaran d. mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan kegiatan belajar siswa 11. Prinsip mengembangkan isi modul/LKS kecuali: a. bahasa b. ilustrasi c. keakuratan ilmu pengetahuan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 410
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. fisik modul/LKS 12. Syarat-syarat penulisan LKS , kecuali: a. sesuai dengan silabus dan RPP b. tersedia tipe tugas atau latihan c. mudah dipahami siswa d. alur penyajian tidak sistematis 13. Variasi kegiatan belajar yang merupakan ciri isi LKS kecuali: a. meringkas buku b. menjawab soal-soal c. melakukan percobaan d. memasangkan gambar dengan kata 14. Penulisan modul/LKS diawali dengan tahap: a. perancangan b. pengembangan c. produksi d. evaluasi 15. Tahap yang memerlukan tenaga khusus dalam masalah pencetakan: a. perancangan b. pengembangan c. produksi d. evaluasi Tes Formatif 3 1. Media pembelajaran dalam sistem komunikasi merupakan komponen: a. Sumber b. Pesan c. Saluran d. Penerima 2. Kriteria utama dalam memilih media: a. Kemampuan media b. Tujuan pembelajaran c. Jumlah siswa d. Kemudahan penggunaan 3. Media yang merupakan objek pengganti, kecuali: a. Mock up b. Simulator c. Model d. Realia 4. Media yang dapat dengan mudah membangkitkan efek emosi: a. Audio b. Film c. Video d. Radio 5. Kriteria pertama pemilihan media yang berbasis teknologi komputer a. Akses b. Biaya c. Kemudahan penggunaan d. Kecepatan 6. Komponen media yang dibuat sendiri oleh guru, kecuali: a. Tujuan b. Materi c. Strategi d. Evaluasi 7. Prosedur memanfaatkan media kecuali: a. Pengumpulan bahan b. Persiapan c. Pelaksanaan d. Tindak lanjut Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 411
8.
9.
10. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Scrabble, puzzle tergolong media pembelajaran: a. Penyaji b. Objek c. Permainan d. Interaktif Jika tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mendeskripsikan komponen mesin kendaraan, dengan situasi laboratorium otomotif maka media yang dipilih: a. Realia b. Model c. Foto d. Gambar Manfaat media pembelajaran kecuali: a. Meningkatkan perhatian siswa b. Memberikan kesamaan persepsi materi pembelajaran c. Memberikan hiburan kepada siswa d. Memberikan rangsangan pada indera siswa.
Tes Formatif 4 1. Tes objektif seperti pilihan ganda dikategorikan metode penilaian: a. kognitif b. afektif c. psikomotorik d. tertulis 2. Langkah pertama merencanakan penilaian hasil belajar a. mengidentifikasi hasil belajar b. menentukan tujuan penilaian c. membuat kisi-kisi d. menuliskan draft butir instrumen 3. Sarana untuk mendeskripsikan proporsi soal a. kisi-kisi b. cetak baru c. blue print d. kalibrasi 4. Perangkat penilaian yang diberikan kepada siswa pada saat pelaksanaan tes tertulis, kecuali: a. lembar soal b. lembar jawaban c. lembar soal dan lembar jawaban d. kisi-kisi instrumen penilaian 5. Teknik penilaian hasil belajar untuk mengukur penguasaan kompetensi siswa secara alamiah, kecuali: a. skala penilaian diri sendiri b. lembar observasi c. skala sikap d. daftar pertanyaan 6. Bentuk kinerja siswa yang dapat dinilai, kecuali: a. portofolio b. hasil karya c. proyek d. kognisi 7. Aspek penilaian siswa yang berhubungan dengan kinerja praktek di laboratorium dengan kinerja praktek: a. persiapan alat dan bahan b. pelaksanaan praktek c. penulisan laporan praktek d. memelihara kebersihan ruang laboratorium 8. Bukan deskripsi lembar soal tes uraian yang akan dikerjakan siswa: a. berisi petunjuk pengerjaan soal b. berisi pertanyaan terbuka c. berisi kolom untuk menjawab soal P a g e | 412 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. berisi alokasi waktu pengerjaan soal Penulisan butir instrumen pada tahap keempat setelah kegiatan: a. menguji coba butir instrumen b. membuat kisi-kisi c. mengidentifikasi tujuan pembelajaran d. merumuskan tujuan penilaian 10. Kriteria penilaian hasil belajar A, B, C, D atau E diperoleh dari standar skor berbentuk: a. interval skor b. angka c. skala ordinal d. skala nominal 9.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C.Assesment Pembelajaran 3 1. Penelitian Tindakan Kelas Evaluasi A: 1. Apa arti guru reflektif? 2. Apa hubungan antara PTK dengan guru profesional? 3. Mengapa hasil PTK tidak dapat digeneralisasi? 4. Mengapa pendekatan statistik jarang digunakan dalam PTK? 5. Apa hal penting yang Anda lakukan ketika sedang berusaha melakukan perbaikan pembelajaran? 6. Apa tujuan dokter mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang keluhan Anda sebagai pasien? Apa padanannya dengan peneliti PTK? 7. Kalau dokter menggunakan berbagai alat ukur dalam mengungkapkan keluhan pasien, alat ukur apa saja yang Anda gunakan dalam mendeskripsikan masalah pembelajaran? 8. Kalu dokter "melakukan diagnosis" dan "memberikan resep", apa yang dilakukan oleh peneliti PTK? 9. Apa hal penting yang dilakukan oleh guru peneliti PTK tetapi tidak dilakukan oleh guru biasa? 10. Apa perbedaan antara "masalah" dengan "akar-masalah"? 11. Apa kira-kira akar-masalah kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta yang tidak kunjung dapat dipecahkan? 12. Apa yang akan terjadi dengan "tindakan" yang tidak didasarkan pada "akar masalah"? Apa analoginya dengan pekerjaan dokter? 13. Berikan contoh akar-masalah yang berada di luar kendali guru, dan karenanya tidak dapat dipecahkan melalui PTK. 14. Apa tujuan pertanyaan "Upaya apa yang telah dilakukan?" dalam menemukan akar-masalah? 15. Apakah pengalaman-sukses seorang guru dalam pembelajaran dapat dituliskan sebagai laporan PTK? Evaluasi B: 1. Apa analogi siklus PTK dengan proses pengobatan dokter? 2. Mengapa peneliti PTK perlu menjelaskan tentang setting penelitian? 3. Apa isi Perencanaan dalam Siklus I, II, dan selanjutnya? Apa analoginya dengan pengobatan dokter? 4. Apa hubungan antara perencanaan dengan RPP? 5. Apa isi Pelaksanaan? Apa analoginya dengan pengobatan dokter? 6. Apa Isi Pengamatan? Apa analoginay dengan pengobatan dokter? 7. Apa isi refleksi? Apa analoginya dengan pengobatan dokter? 8. Apa syarat sebuah siklus baru? 9. Apa yang sebaiknya diukur menggunakan berbagai instrumen? 10. Mengapa instrumen harus berdasarkan kisi-kisi? 11. Apa kelemahan pengukuran terhadap variabel perlakuan? 12. Apa yang dimaksud dengan triangulasi? 13. Apa yang dimaksud dengan kolaborasi?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 413
Kunci Jawaban
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A.
Assesment 1
B.
Assesment 2
C.
Assesmet 3 PTK Evaluasi A: 1. Guru yang selalu berusaha menemukan kelemahan dalam pembelajaran yang telah dilakukan, dan berusaha untuk memperbaiki. 2. Guru profesional senantiasa melakukan PTK, walaupun tidak secara formal. 3. Karena PTK bersifat kontekstual; hal yang ditemukan do satu kelas belum tentu berlaku di tempat lain. 4. Peneliti tidak akan punya waktu untuk melakukan karena PTK dilakukan sambil mengajar. 5. Mengidentifikasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi, kemudian mencari alternatif metode. 6. UUntuk "mendiagnosis penyakit" secara tepat. Padanannya dengan peneliti PTK adalah "mendeskripsikan masalah secara rinci". 7. Tes hasil belajar, lembar observasi, dan kuesioner 8. “Menemukan akar-masalah" dan "menyusun hipotesis-tindakan" 9. Mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah secara seksama, memilih akar masalah yang akan diperbaiki, dan berkolaborasi dalam menemukan akar masalah maupun merencanakan tindakan untuk memecahkannya. 10. Masalah mempunyai beberapa kemungkinan penyebab; akar-masalah adalah salah satu penyebabnya. 11. Jumlah kendaraan bermotor terlalu banyak, tidak sebanding dengan luas jalan yang tersedia 12. Hasilnya akan mengecewakan. Resep yang tidak berdasarkan diagnosis yang cermat. 13. Input siswa, sistem UN, dan gaji guru; ketiga-tiganya tidak dapat dipecahkan melalui PTK. 14. Untuk melokalisir akar-masalah; dalam kasus di atas jelas bahwa penyebabnya bukan pada metode pembelajaran yang monoton atau media yang konvensional, karena guru sudah cukup profesional. Jadi akar-masalah berada di luar itu. 15. Sebaiknya jangan; pengalaman mengajar biasanya kurang sistematis, terutama dalam menerapkan siklus-siklusnya. Pengalaman sukses berarti masalah sudah berhasil dipecahkan, tidak perlu dilakukan PTK lagi. Guru yang sukses memperbaiki pembelajaran biasanya banyak menemukan masalah-masalah baru, sesuai dengan prinsip "pemecahan masalah akan menimbulkan masalah baru yang lebih banyak". Harusnya ia dengan mudah menemukan masalah baru untuk melakukan PTK, bukan terpaku pada satu masalah lama.
Evaluasi Formatif 1 1. c 2. b 3. a 4. c 5. a 6. a 7. d 8. a 9. d 10. a
Evaluasi Formatif 2 1. b 2. c 3. c 4. a 5. d 6. d 7. d 8. a 9. a 10. c
Evaluasi Formatif 3 1. c 2. b 3. c 4. d 5. b 6. a 7. c 8. d 9. a 10. c
Evaluasi Formatif 4 1. a 2. b 3. a 4. c 5. d 6. d 7. d 8. c 9. b 10. a
PTK Evaluasi B : 1. Siklus PTK dapat dianalogikan dengan resep dokter; satu resep adalah satu siklus penelitian. Jika penyakit belum sembuh akan diberikan resep berikutnya, sampai pasien sembuh. 2. Agar pembaca yang ingin menduplikasi hasil penelitian merasa yakin bahwa kondisi kelasmya sama (atau tidak sama) dengan kondisi kelas penelitian. Jika sama ia akan melanjutkan duplikasi; jika tidak mungkin ia akan membatalkan. 3. Perencanaan dalam Siklus I tidak lain adalah hipotesis tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Perencanaan dalam siklus II dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus I; perencanaan dalam siklus III dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus II; dst. Analoginya dengan pengobatan, Perencanaan adalah resep dokter. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 414
4. 5. 6.
7.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
8. 9. 10. 11. 12. 13.
Perencanaan PTK harus tercermin dalam RPP; tindakan yang diberikan hendaknya dicetak bold agar jelas posisinya dalam pembelajaran. Pelaksanaan berisi uraian tentang penerapan tindakan, sebagai variabel bebas. Analoginya dengan pengobatan, Pelaksanaan mendeskripsikan tentang kelancaran atau hambatan proses meminum obat. Pengamatan berisi data tentang hasil peningkatan variabel yang ingin ditingkatkan, sebagai variabel terikat, baik data kuantitatif berupa angka-angka maupun kualitatif berupa kata-kata. Analoginya dengan pengobatan, Pengamatan mendeskripsikan tentang peningkatan kesehatan pasien. Refleksi berisi analisis terhadap data Pengamatan, tentang keberhasilan dan kegagalan tindakan. Terutama kegagalan, dianalisis penyebabnya untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Analoginya dengan pengobatan dokter, Refleksi adalah analisis dokter ketika pasien datang lagi kepadanya. Tindakan dalam siklus baru harus berbeda secara signifikan dari siklus sebelumnya. Variabel yang ingin ditingkatlkan, atau variabel terikat. Agar valid, yaitu mengukur yang seharusnya diukur. Disamping akan melelahkan peneliti, instrumen untuk variabel perlakuan biasanya tidak dibuat berdasarkan kisi-kisi. Pengukuran variabel tertentu menggunakan berbagai jenis instrumen atau berbagai responden. Biasanya yang diukur adalah variabel yang ingin ditingkatkan, atau variabel terikat. Kolaborasi adalah kerjasama antara peneliti PTK dengan teman sejawat atau treman yang lebih senior dalam melakukan penelitian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 415
DAFTAR PUSTAKA
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta: Rajawali Pers. Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing: A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman. Anhari, Endang Saifudin. 1992. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu Arif S. Sadiman, dkk (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali. Ashari, Hasyim. 2007. Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah. Yoyakarta: Pinus Baba,T. and Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation Agency (Ed.) Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. Bates, A.W. (1995). Technnology, Open Learning anda Distance Education. London: Routledge. Benny A. Pribadi. (2009). Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Boeree, C.George. 2004. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia. Terjemahan. Jogyakarta: Prismasophia Bullard, R. et.al. (1994). The Occasional Trainer’s Handbook. New Jersey: Educational Technology Publications. Cecep Kustandi (2010). Menggunakan Media Pembelajaran di dalam Pelatihan. (Makalah ToT) Coghlan, D and Brannick, T. (2005). Doing Action Research in Your Own Organization. London: SAGE Publications Dasuki, H.A. Hafizh. (pemred).1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
Tentang Guru Dan Dosen
Diaz, Carlos. Pelletier, Carol Marra. Provendo, Carol. 2006. Touch the Future Teach. Boston: Pearson Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New York: Pearson Allyn and Bacon. DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas. Era Sentanu.QUANTUM IKHLAS (Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) “The power of positive feeling “ Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Fullan, Michael. 2007. The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Press Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Hermawan. 1983.Etika Keguruan : Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Guru Indonesia. Jakarta: Margi Rahayu Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Isyoni dan Suarman, 2003. Falsafah dan Sistem Pendidikan. Pekanbaru: Unri Press Khalifah, Mahmud, Usamah Khutub, 2009. Menjadi Guru yang Dirindu: Bagaimana Menjadi Guru Yang Memikat dan Profesional. Terjemahan Muhadi Kadi. Surakarta :Ziyad Visi Media Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership. Made Putrawan, 2000. Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Jakarta. Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9 (1): 47-59. McCarty, Andrew. 2006. How to Positive Thingking (Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif) Terjemahan oleh R. Hikmah. Jakarta : Prestasi Pustakaraya McNiff, J and Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles ang Practice. London: Routledge Falmer Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan (tidak diterbitkan). Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Mulyana, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Mulyasa,E.2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 416
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nonaka (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Universitas Indonesia. Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa. Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of Wiconsin John Wiley & Son, Inc Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey: Lawrence Erlbauno Associaties Publ. Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: ASA Mandiri. Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2007. Sagor, R. (200). Action Research. Virginia: Asscociation for Supervision ang Curriculum Development Saito, E., Harun, I., Kuboki, I. and Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study in Practice: Case Study of Indonesian Mathematics and Science Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Seels, B.B & Richey, R>C. (1994). Instructional Technology: The definition and domain of the field. Washington DC: AECT. Shadily, Hassan (pemred). 1980. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve Siregar, E. (2007). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Stevenson., H.W., and Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone. Stigler, J.W., and Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press. Stringer, ET. (2007). Action Research. Third Edition. London: Sage Publication Inc. Suharsimi Arikunto, suharjono dan Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara, Jakarta. Suharsimi, A. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu Sukadi. 2009. Guru Powerful Guru masa depan. Bandung: Kolbu Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI. Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Suprayekti. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Surajiyo. 2007. filsafat ilmu: Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Suseno. Franz Magnis. 1997. Etika Dasar: Masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius Teacher Education Project. Journal of In-service Education. 32 (2): 171-184. Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda Tim Pengembangan dan kualitas pembelajaran, 2008. Materi Workshop Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK (PPKP). Direktorat Ketenagaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan. Tim TOT Block Grant, 2007. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Jakarta Ubaedi, UN. 2009. Quantum Sabar. Jakarta: Kinza Books Undang-Undang Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Wahyono, Teguh. 2006. Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi Offset Widagdho, Djoko.2001. Ilmu Budaya dasar.Jakarta: Bumi Aksara Ya`qub, Hamzah. 2001.Etos Kerja Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya Yulaewati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya Yusufhadi Miarso (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Zuber-Skerritt, O (Ed.). (1996). New Directions in Action Research. London: Falmer Press Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 417
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Lampiran 1 Modeling pembelajaran Konvensional dan PAKEM 1) Persiapan dan pengorganisasian kelompok a. Persiapan Selama kegiatan ini, fasilitator akan memberikan 2 contoh (model) pembelajaran, yakni: pembelajaran konvensional, dan pembelajaran PAKEM. Contoh tersebut mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia (Lihat Lampiran 1- 4). Untuk melaksanakan tugas ini dengan baik, fasilitator harus merencanakan dan menyiapkan pembelajaran yang meliputi: Mengorganisasikan peserta ke dalam kelompok beserta peran masing-masing dalam kelompok Mengorganisasikan ruang belajar Mengorganisasikan bahan-bahan yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran b. Pengorganisasian kelompok Pengorganisasian kelompok akan tergantung pada jumlah peserta dan ketersediaan ruangan. Saran pengaturan diberikan tetapi Anda mungkin menyesuaikannya dengan situasi setempat. Model ini didasarkan jumlah peserta 100 orang peserta. Kegiatan ini dilakukan dalam ruang sidang pleno dan melibatkan setengah kelompok menjadi “siswa” dan setengahnya lagi menjadi pengamat. Pembagian kelompok dapat dilakukan secara acak dengan berbagai cara misalnya: Peserta menghitung nomor urut dari satu, dua, tiga dst sampai peserta terakhir. Kemudian Fasilitator memberitahukan bahwa peserta dengan nomer ganjil menjadi ”siswa” dan peserta nomer genap menjadi ”pengamat”.Cara lain misalnya dengan membagikan 2 buah gambar yang berbeda, misalnya gambar burung dan kuda secara acak. Peserta yang mempunyai gambar burung menjadi ”siswa” dan gambar kuda menjadi pengamat. c. Pengorganisasian ruang belajar Selama pembelajaran konvensional, meja dan kursi diatur menghadap ke papan tulis dan “siswa” duduk berjajar. Meja dan kursi perlu diatur kembali setelah model pembelajaran pertama (pembelajaran konvensional) untuk memberikan kesempatan kepada peserta bekerja dalam kelompok-kelompok pada model pembelajaran kedua (pembelajaran PAKEM).
Pembelajaran konvensional
Pembelajaran PAKEM
= Peserta = Pengamat Selama pembelajaran konvensional, pengamat duduk di samping “siswa” . Dalam pembelajaran PAKEM para pengamat duduk di antara kelompok “siswa”. Atau membuat lingkaran di luar siswa. Tujuan pengaturan tempat duduk ini adalah agar pengamat tahu persis apa yang dilakukan setiap siswa selama pembelajaran.Kalau pengamat ”menonton” dari jauh, tidak mungkin mengamati apa yang dikerjakan siswa, bagaimana hasil kerjanya dsb. Pengamat tidak berpartisipasi di dalam pembelajaran, tetapi mengamati dan mengisi lembar observasi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 418
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengorganisasian bahan untuk pelajaran. Bacalah dengan teliti daftar bahan yang diperlukan pada awal model pelajaran dan pastikan Anda sudah siap dengan foto copy lembar kerja dan bahan yang tersedia. Bacalah petunjuk pelajaran dengan baik agar Anda mengetahui benar apa yang harus dikerjakan. 2) Pelaksanaan model pembelajaran Ikutilah petunjuk yang diberikan dan usahakan melaksanakan pembelajaran seperti yang diberikan dalam model pembelajaran. Bagikan lembar observasi kepada para pengamat untuk mendeskripsikan aspek-aspek PAKEM. Laksanakan terlebih dulu pembelajaran konvensional dan kemudian pembelajaran PAKEM. a) Dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 orang (sebagian anggota sebagai pengamat dan sebagian sebagai “siswa”) menyimpulkan hasil pengamatannya dan membandingkan hasil dari pengamatan proses dan hasil kerja “siswa” antara pembelajaran konvensional dan PAKEM. b) Peserta membandingkan ciri-ciri kedua pembelajaran tersebut. Peserta diminta untuk mengidentifikasi ciri-ciri pembelajaran PAKEM, misalnya: Tugas terbuka Pertanyaan yang mengundang tanggapan siswa yang bervariasi Mengorganisasikan kelas sesuai dengan tugas pembelajaran. c) Fasilitator menyimpulkan hasil diskusi dengan menekankan ciri-ciri pembelajaran PAKEM dengan menggunakan power point/OHP yang terkait dengan ketiga ciri di atas.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 419