EXPOSURE DRAFT
PSAK No. 48 (revisi 2009)
20 Oktober 2009
EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AAKUNTANSI KEUANGAN
PENURUNAN NILAI ASET Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas exposure draft ini diharapkan dapat diterima paling lambat tanggal 31 Desember 2009 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
ED No.
48
(revisi 2009)
ED PSAK No. 48
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PENURUNAN NILAI ASET
Hak cipta © 2009, Ikatan Akuntan Indonesia
Dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Jalan Sindanglaya No. 1 Menteng Jakarta 10130 Telp: (021) 3190-4232 Fax : (021) 724-5078 Email:
[email protected],
[email protected]
Oktober 2009
ii
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan hanya untuk ditanggapi dan dikomentari. Saransaran dan masukan untuk menyempurnakan draft ini masih dimungkinkan sebelum diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan tertulis atas draft ini paling lambat diterima pada 31 Desember 2009. Tanggapan dikirimkan ke: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Jl. Sindanglaya No.1, Menteng, Jakarta 10310 Fax: 021 724-5078 E-mail:
[email protected],
[email protected] Hak Cipta © 2009 Ikatan Akuntan Indonesia Exposure Draft (ED) ini dibuat dengan tujuan untuk penyiapan tanggapan dan komentar yang akan dikirimkan ke Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Penggandaan ED ini oleh individu/organisasi/lembaga dianjurkan dan diizinkan untuk penggunaan di atas dan tidak untuk diperjualbelikan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia, Jl Sindanglaya No.1, Menteng, Jakarta 10310. Tel. 62-21 3190-4232, Fax: 62-21 724-5078 E-mail:
[email protected],
[email protected]
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
iii
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Pengantar Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui Exposure Draft PSAK 48 (revisi 2009) tentang Penurunan Nilai Aset dalam rapatnya tanggal 20 Oktober 2009 untuk disebarluaskan dan ditanggapi oleh kalangan anggota IAI, Dewan Konsultatif SAK, Dewan Pengurus Nasional IAI, perguruan tinggi dan individu/organisasi/lembaga lain yang berminat. Tanggapan akan sangat berguna jika memaparkan permasalahan secara jelas dan alternatif saran yang didukung dengan alasan. Exposure Draft PSAK 48 (revisi 2009); Penurunan Nilai Aset merevisi PSAK 48 (1998): Penurunan Nilai Aset. Exposure Draft PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset merupakan adopsi dari IAS 36: Impairment Of Aset. Exposure Draft ini disebarluaskan dalam bentuk buku, sisipan dokumen dalam majalah Akuntan Indonesia, homepage IAI: www.iaiglobal.or.id Jakarta, 20 Oktober 2009 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Rosita Uli Sinaga Agus Edy Siregar Etty Retno Wulandari Merliyana Syamsul Roy Iman Wirahardja Meidyah Indreswari Riza Noor Karim Setiyono Miharjo Saptoto Agustomo Jumadi Ferdinand D. Purba Irsan Gunawan Budi Susanto Ludovicus Sensi Wondabio Eddy R. Rasyid Liauw She Jin Sylvia Veronica Siregar
iv
Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Permintaan Tanggapan Penerbitan ED PSAK 48 (Revisi 2009) Penurunan Nilai Aset bertujuan untuk meminta tanggapan atas semua pengaturan dan paragraf dalam ED PSAK 48 tersebut. Untuk memberikan panduan dalam memberikan tanggapan, berikut hal-hal yang diharapkan masukannya: 1.
Masa Efektif
Apakah anda setuju bahwa masa efektif PSAK 48 (Revisi 2009) haruslah sama dengan PSAK 22 Kombinasi Bisnis (Revisi 2009) dan PSAK 19 Aset tidak berwujud (Revisi 2009)? ED PSAK 48 sangat berkaitan dengan PSAK 22 Kombinasi Bisnis (Revisi 2009) dan PSAK 19 Aset tidak berwujud (Revisi 2009). Apabila karena satu dan lain hal tanggal efektif PSAK 22 Kombinasi Bisnis (Revisi 2009) dan PSAK 19 Aset Tidak berwujud (Revisi 2009) tidak bisa 1 Januari 2011 maka masa efektif ED PSAK 48 akan menyesuaikan. 2.
Ketentuan Transisi
Apakah anda setuju bahwa PSAK 48 (Revisi 2009) berlaku prospektif murni? PSAK 48 (Revisi 2009) memuat beberapa pengaturan yang berbeda dengan PSAK 48 (Revisi 1998) sebelumnya seperti misalnya mengenai uji penurunan nilai setiap tahun atas goodwill dan aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. ED PSAK 48 mengusulkan ketentuan baru tersebut berlaku prospektif. Misalnya untuk goodwill dan aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas, maka yang terkena dampak perubahan PSAK 48 (Revisi 2009) adalah aset-aset tersebut yang didapatkan entitas setelah tanggal 1 January 2011. Sehingga untuk goodwill dan aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas yang didapatkan sebelum Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
v
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
tanggal efektif (1 Januari 2011), pengaturan dalam PSAK 48 (Revisi 1998) tetap berlaku.
vi
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Ikhtisar Ringkas Secara garis besar perbedaan ED PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset dengan PSAK 48 (1998): Penurunan Nilai Aset adalah sebagai berikut:
Perihal Ruang lingkup
ED PSAK 48 (revisi 2009) Pengecualian: a. Persediaan b. Aset timbul dari kontrak konstruksi c. Aset pajak tangguhan d. Aset dari imbalan kerja e. Aset keuangan f. Properti investasi yang diukur pada nilai wajar g. Aset dimiliki untuk dijual
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
PSAK 48 (1998) Pengecualian: a. Persediaan b. Aset timbul dari kontrak konstruksi c. Aset pajak tangguhan d. Aset dari imbalan kerja
vii
Penurunan Nilai Aset
Perihal Definisi
ED PSAK No. 48
ED PSAK 48 (revisi 2009) Recoverable amount: nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai
Nilai pakai: nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari aset atau unit penghasil kas
Identifikasi • Identifikasi aset yang penurunan mengalami nilai dilakukan penurunan sebelum mengukur nilai recoverable amount. • Pengecualian untuk aset tidak berwujud tak terbatas umur manfaatnya, aset tidak berwujud belum digunakan, dan goodwill
viii
PSAK 48 (1998) Recoverable amount: nilai tertinggi antara harga jual neto dan nilai pakai (Harga jual neto = Nilai wajar - Biaya yang terkait) Nilai pakai: nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima atas penggunaan aset dan penghentian penggunaan aset pada akhir masa manfaatnya Identifikasi penurunan nilai dilakukan sebelum mengukur recoverable amount.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
Perihal
Indikasi penurunan nilai
ED PSAK No. 48
ED PSAK 48 (revisi 2009)
Informasi internal: • Nilai tercatat aset neto > nilai kapitalisasi pasar Dividen dari investasi • Nilai investasi > Aset neto (termasuk goodwill) • Dividen > Pendapatan komprehensif Indikasi penurunan nilai untuk aset yang diukur pada nilai wajar (misal aset tetap)
Pengukuran Aset tidak berwujud recoverable dengan masa manfaat amount tidak terbatas
PSAK 48 (1998)
Informasi internal: • Tidak ada Aset yang sebelumnya disajikan sebesar nilai pakai: • Arus kas riil < Arus kas taksiran
Tidak ada
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
Harga jual neto
Nilai pakai
Nilai pakai
Komposisi taksiran Tidak ada penjelasan arus kas, tidak termasuk restrukturisasi masa depan yang belum ada komitmen dan peningkatan kinerja aset Arus kas valuta asing
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Tidak diatur
ix
Penurunan Nilai Aset
x
ED PSAK No. 48
Perihal
ED PSAK 48 (revisi 2009)
Pengakuan dan pengukuran kerugian penurunan nilai
Kerugian penurunan nilai aset yang diukur pada nilai wajar (misal aset tetap) dapat tidak diakui segera dalam laporan laba rugi
Unit penghasil kas
Identifikasi UPK: • Penjelasan kapan Tidak ada penjelasan recoverable amount aset individual tidak dapat ditentukan (Jika recoverable amount aset individual tidak dapat ditentukan, maka digunakan nilai pakai UPK) – Paragraf 67 • Jika ada pasar aktif, maka aset dan kelompok aset sebagai UPK (walaupun sebagian output digunakan secara internal)Paragraf 70 • UPK diidentifikasi secara konsisten, kecuali ada perubahan yang dapat dijustifikasi
PSAK 48 (1998)
Tidak diatur karena belum ada aturan model revaluasi dalam PSAK 16
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
Perihal
Goodwill
ED PSAK No. 48
ED PSAK 48 (revisi 2009)
PSAK 48 (1998)
• Goodwill Tidak ada penjelasan dari business combination dialokasikan ke UPK atau kelompok UPK (lowest level monitored internal management and operating segment) • Jika alokasi awal tidak dapat diselesaikan sebelum akhir periode tahunan business combination berdampak, maka harus selesai sebelum akhir periode tahunan pertama setelah tanggal akuisisi • Jika UPK dilepas, maka goodwill diperhitungkan dalam penghitungan keuntungan atau kerugian dari pelepasan • Jika ada perubahan struktur pelaporan, maka goodwill harus direalokasikan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
xi
Penurunan Nilai Aset
Perihal
xii
ED PSAK No. 48
ED PSAK 48 (revisi 2009)
PSAK 48 (1998)
Pengujian dilakukan secara “bottom up” atau “top down”
Uji penurunan nilai UPK dengan goodwill
Terdapat penjelasan mengenai Penurunan nilai UPK dimana goodwill belum dialokasikan dan bila goodwill sudah dialokasikan
Waktu uji penurunan nilai UPK
• Pengujian UPK Tidak ada penjelasan yang mengandung goodwill dilakukan kapan saja sepanjang periode asalkan konsisten • Pengujian aset yang membentuk UPK dan UPK yang membentuk kelompok UPK, dilakukan sebelum UPK dan kelompok UPK
Aset korporat
Bagian kerugian Tidak ada penjelasan penurunan nilai atas aset korporat yang dapat dialokasikan atau tidak dapat dialokasikan secara wajar
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
Perihal
Kerugian penurunan nilai UPK
ED PSAK No. 48
ED PSAK 48 (revisi 2009)
PSAK 48 (1998)
Alokasi kerugian Alokasi kerugian penurunan nilai: penurunan nilai: • Goodwill • Goodwill • Aset lainnya secara • Aset tidak pro rata berwujud yang tidak punya harga pasar • Aset harga jualnya < nilai tercatat • Aset lainnya secara pro rata • Alokasi penurunan • Alokasi penurunan nilai ke setiap nilai ke setiap aset tidak boleh aset tidak boleh mengakibatkan mengakibatkan jumlah tercatat jumlah tercatat aset lebih rendah aset lebih rendah darimana yang darimana yang paling tinggi antara paling tinggi dari FVCS (Fair antara harga jual Value less Cost to neto atau nol Sell), VIU (Value in • Kelebihan Use), atau nol kerugian • Kelebihan penurunan nilai kerugian dialokasikan ke penurunan nilai aset yang harga dialokasikan jual neto > nilai ke aset lainnya tercatat, dan aset secara pro rata lainnya secara pro rata
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
xiii
Penurunan Nilai Aset
Perihal
ED PSAK No. 48
ED PSAK 48 (revisi 2009)
PSAK 48 (1998)
Pembalikan • Aset individual: • Tidak diatur untuk nilai diakui dalam aset individual, laporan laba rugi, UPK, dan kecuali aset yang goodwill secara diukur pada nilai khusus, tetapi wajar (misal aset secara umum saja. tetap) • Goodwill dan aset • UPK: dialokasikan tidak berwujud ke setiap aset, yang ada pasarnya kecuali goodwill, dapat dibalik secara pro rata. bila kejadian spesifik penyebab • Goodwill: tidak ada penurunan nilai pembalikan telah pulih
xiv
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Perbedaan IAS 36: Impairment of Assets dengan ED PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset adalah sebagai berikut: Perihal
IAS 36
PSAK 48 (revisi 2009)
Ruang Lingkup Memasukkan Biological Aset dalam pengecualian ruang lingkup
Tidak memasukkan biological aset dalam pengecualian ruang lingkup. Jadi biological aset masih tercakup.
Paragraf 4a
Ruang lingkup mengenai subsidiaries
Diperjelas dengan menambahkan investasi dalam entitas anak yang disajikan dengan metoda biaya dalam laporan keuangan tersendiri seperti yang dijelaskan dalam PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri;
Paragraf 12 H
Mengenai sumber informasi penilaian apakah suatu aset mengalami penurunan nilai
Ditambahkan informasi sesuai dengan perubahan di PSAK 4 Paragraf 12 H huruf (i) dihapus karena tidak relevan, terkait dengan perubahan di PSAK 4
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
xv
Penurunan Nilai Aset
xvi
ED PSAK No. 48
Perihal
IAS 36
PSAK 48 (revisi 2009)
Penghapusan paragraf 91-95
Dihapus karena sudah menjadi appendiks C namun nomor paragraf selanjutkan tidak disesuaikan
Dihapus karena sudah menjadi appendiks C dan nomor paragraf selanjutnya disesuaikan
Appendiks B
Keterangan untuk menggunakan Appendiks B bila memakai IAS 16 versi sebelum 2003
Appendiks B dihapus karena tidak relevan. PSAK 16 sudah merujuk pada IAS 16 terbaru.
Paragraf 139
Masa Efektif 31 Maret 2004 secara prospektif
Masa efektif 1 Januari 2011 secara prospektif
Paragraf 140 A-D
Ketentuan Transisi Tidak diadopsi kafrena tidak terkait dengan perbaikan IFR/IAS relevan. lain
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Daftar isi: Paragraf PENDAHULUAN ..............................................
1 - 17
Tujuan .................................................................
1
Ruang Lingkup...................................................
2-5
Definisi.................................................................
6
Identifikasi Aset yang Mungkin Mengalami Penurunan Nilai .............................
7 – 17
PENGUKURAN JUMLAH TERPULIHKAN ...............
18 – 57
Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat yang Tidak Terbatas ..........................................
24
Nilai Wajar Dikurangi Biaya Penjualan ..........
25 – 29
Nilai Pakai...........................................................
30 – 57
Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan ...............
33 – 38
Komposisi Estimasi Arus Kas Masa Depan.........
39 – 53
Arus Kas Masa Depan Valuta Asing ....................
54
Tingkat Diskonto ..................................................
55 – 57
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN RUGI PENURUNAN NILAI........................................
58 - 64
UNIT PENGHASIL KAS DAN GOODWILL ......... 65 – 108 Identifikasi Unit Penghasil Kas Dimana Aset Tercakup .....................................................
66 – 73
Jumlah Terpulihkan dan Jumlah Tercatat Unit Penghasil Kas ............................................. 74 – 103 Goodwill...............................................................
80 – 99
Alokasi Goodwill Untuk Unit Penghasil Kas.......
80 – 87
Pengujian Unit Penghasil Kas Dengan Goodwill Untuk Penurunan Nilai ........................
88 – 90
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
xvii
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Waktu Pengujian Penurunan Nilai ......................
91 – 94
Aset Korporat .......................................................
95 98
Rugi Penurunan Nilai Untuk Unit Penghasil Kas ..................................................... 99 – 103 PEMBALIKAN SUATU RUGI PENURUNAN NILAI ........................................... 104 – 120 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Untuk Aset Individual........................................ 112 – 116 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Untuk Unit Penghasil Kas ................................. 117 – 118 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Untuk Goodwill .................................................. 119 – 120 PENGUNGKAPAN............................................ 121 – 128 Estimasi yang Digunakan Untuk Mengukur Jumlah Terpulihkan Dari Unit Penghasil Kas yang Mengandung Goodwill atau Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat Tidak Terbatas.......................... 129 – 132 KETENTUAN TRANSISI DAN TANGGAL EFEKTIF ....................................... 133 – 134 PENARIKAN .....................................................
135
LAMPIRAN A.Penggunaan Teknik Nilai Kini Untuk Mengukur Nilai Pakai B.Pengujian Penurunan Nilai Aset Unit Penghasil Kas dengan Goodwill dan Kepentingan Non-pengendali CONTOH ILUSTRASI PANDUAN IMPLEMANTASI
xviii
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 (REVISI 2009) PENURUNAN NILAI ASET Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset terdiri dari paragraf 1-135 dan Lampiran. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 48 (revisi 2009) harus dibaca dalam konteks prinsip-prinsip utama dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material. PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan memberikan dasar untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. PENDAHULUAN Tujuan 01. Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan Pernyataan ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. Pernyataan ini juga menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan. Ruang Lingkup 02. Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai terhadap semua aset, kecuali :
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.1
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.2
ED PSAK No. 48
(a) Persediaan (lihat PSAK 14: Persediaan); (b) aset yang timbul dari kontrak konstruksi (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi); (c) aset pajak tangguhan (lihat PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan); (d) aset yang timbul dari imbalan kerja (lihat PSAK 24: Imbalan Kerja); (e) aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; (f) Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (lihat PSAK 13: Properti Investasi); (g) biaya akuisisi tangguhan, dan aset tidak berwujud, yang timbul dari hak kontraktual penanggung berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Kontrak Asuransi; dan (h) aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. 03. Pernyataan ini tidak berlaku untuk persediaan, aset yang timbul dari kontrak konstruksi, aset pajak tangguhan, aset yang timbul dari imbalan kerja, atau aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk ke dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) karena Pernyataan yang berlaku untuk aset-aset tersebut memiliki persyaratan pengakuan dan pengukuran atas aset-aset tersebut. 04. Pernyataan ini berlaku untuk aset keuangan yang dikelompokkan sebagai investasi dalam entitas anak dan ventura bersama yang disajikan dengan metoda biaya dalam laporan keuangan tersendiri seperti yang dijelaskan dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri; Ketentuan mengenai penurunan nilai investasi dalam entitas asosiasi diatur dalam PSAK 15. Untuk penurunan nilai aset keuangan lainnya, merujuk kepada PSAK 55. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
05. Pernyataan ini tidak berlaku untuk aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 properti investasi yang diukur pada nilai wajar sesuai PSAK 13. Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset yang dicatat pada jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar) sesuai dengan Pernyataan lain, seperti model revaluasi dalam PSAK 16: Aset Tetap. Penentuan apakah suatu aset revaluasian mengalami penurunan nilai tergantung pada dasar yang digunakan dalam menentukan nilai wajar: (a) jika nilai wajar aset ditentukan berdasarkan nilai pasarnya, satu-satunya perbedaan antara nilai wajar aset dengan nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual adalah biaya tambahan langsung untuk pelepasan aset tersebut: (i) jika biaya pelepasan dapat diabaikan, jumlah terpulihkan aset revaluasian mendekati atau lebih besar dari jumlah revaluasiannya (yaitu nilai wajar). Dalam kasus ini, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, kemungkinan kecil aset revaluasian mengalami penurunan nilai dan jumlah terpulihkan tidak perlu diestimasi. (ii) jika biaya pelepasan tidak dapat diabaikan, nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset revaluasian lebih kecil dari nilai wajarnya. Oleh karena itu, aset revaluasian akan mengalami penurunan nilai jika nilai pakainya kurang dari jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar). Dalam kasus ini, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, entitas menerapkan Pernyataan ini untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai. (b) jika nilai wajar aset ditentukan dengan dasar selain nilai pasarnya, maka jumlah revaluasiannya (yaitu nilai wajar) dapat lebih besar atau lebih rendah dari jumlah terpulihkan. Oleh karena itu, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, entitas menerapkan Pernyataan ini untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.3
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.4
ED PSAK No. 48
Definisi 06. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Pasar aktif adalah pasar yang memenuhi semua kondisikondisi berikut: (a) aset yang diperdagangkan di pasar bersifat homogen; (b) pembeli dan penjual yang berkeinginan untuk bertransaksi biasanya dapat ditemui setiap saat; dan (c) harga tersedia untuk publik. Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai. Unit penghasil kas adalah kelompok terkecil aset teridentifikasikan yang menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain. Aset korporat adalah aset selain goodwill yang berkontribusi terhadap arus kas masa depan baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah maupun unit penghasil kas lain. Biaya pelepasan adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan pelepasan aset atau unit penghasil kas, tidak termasuk biaya pendanaan dan beban pajak penghasilan. Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai residunya. Penyusutan (Amortisasi) adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan suatu aset selama masa manfaatnya.1 1 Untuk aset tidak berwujud, istilah "amortisasi" lebih umum digunakan daripada "depresiasi". Dua istilah tersebut memiliki arti yang sama. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan aset. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Masa manfaat adalah: (a) jangka waktu suatu aset diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau (b) jumlah unit produksi atau unit sejenis yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu aset oleh entitas. Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima atau unit penghasil kas. Identifikasi Aset yang Mungkin Mengalami Penurunan Nilai 07. Paragraf 8-17 menetapkan kapan jumlah terpulihkan harus ditentukan. Persyaratan ini menggunakan istilah "suatu aset" tetapi berlaku sama untuk suatu aset individual atau suatu unit penghasil kas. Paragraf lain dari Pernyataan ini disusun sebagai berikut: (a) paragraf 18-57 menjelaskan persyaratan untuk mengukur jumlah terpulihkan. Persyaratan ini juga menggunakan istilah "suatu aset" tetapi berlaku sama untuk suatu aset individual dan suatu unit penghasil kas. (b) paragraf 58-103 menjelaskan persyaratan untuk mengakui dan mengukur rugi penurunan nilai. Pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk aset individual
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.5
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.6
ED PSAK No. 48
selain goodwill diatur dalam paragraf 58-64. Paragraf 65103 mengatur pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas dan goodwill. (c) paragraf 104-111 menjelaskan persyaratan untuk membalik rugi penurunan nilai yang diakui pada periode sebelumnya untuk aset atau unit penghasil kas. Sebagai penegasan kembali, persyaratan ini mengunakan istilah "suatu aset" tetapi berlaku sama untuk suatu aset individual atau unit penghasil kas. Persyaratan tambahan untuk suatu aset individual dijelaskan pada paragraf 112-116, untuk suatu unit penghasil kas pada paragraf 117 dan 118, dan untuk goodwill di paragraf 119 dan 120. (d) paragraf 121-128 menetapkan informasi yang harus diungkapkan mengenai rugi penurunan nilai dan pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset dan unit penghasil kas. Paragraf 129-132 menetapkan persyaratan pengungkapan tambahan untuk unit penghasil kas yang mendapatkan alokasi goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas untuk tujuan pengujian penurunan nilai. 08. Suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan. Paragraf 12-14 menjelaskan beberapa indikasi bahwa rugi penurunan nilai mungkin telah terjadi. Jika terdapat indikasi-indikasi tersebut, entitas diharuskan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan. Kecuali seperti yang dijelaskan pada paragraf 10, Pernyataan ini tidak mensyaratkan entitas untuk membuat estimasi formal jumlah terpulihkan jika tidak terdapat indikasi rugi penurunan nilai. 09. Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. 10. Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga harus: Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
(a) menguji penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau aset tidak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan nilai tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat dilakukan kapan saja dalam suatu periode tahunan asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya. Aset tidak berwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya pada waktu yang berbeda. Namun untuk aset tidak berwujud yang baru diakui dalam periode tahunan berjalan, aset tidak berwujud tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode tahunan berjalan berakhir. (b) menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis secara tahunan sesuai dengan paragraf 80-94. 11. Ketidakpastian mengenai kemampuan aset tidak berwujud dalam menghasilkan manfaat ekonomi masa depan yang cukup untuk memulihkan jumlah tercatatnya biasanya lebih besar pada saat aset tersebut belum dapat digunakan daripada setelah aset tersebut dapat digunakan. Oleh karena itu, Pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk menguji penurunan nilai, minimal sekali setahun, untuk jumlah tercatat aset tidak berwujud yang belum dapat digunakan. 12. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan, minimum, hal-hal berikut ini: Informasi dari sumber-sumber eksternal: (a) selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih dari yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal. (b) perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.7
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.8
ED PSAK No. 48
(c) suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara material. (d) jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya. Informasi dari sumber-sumber internal: (e) terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset. (f) telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset digunakan atau diharapkan akan digunakan. Perubahan-perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di dalamnya suatu aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang masa manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.2 (g) terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan. Dividen dari entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan terpisah berdasarkan metoda biaya seperti dijelaskan dalam PSAK 4 (h) untuk suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang disajikan dalam 2 Ketika suatu aset memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual (atau masuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual), aset tersebut dikeluarkan dari ruang lingkup Pernyataan ini dan dicatat sesuai dengan dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
laporan keuangan terpisah berdasarkan metoda biaya, investor mengakui dividen dari investasi dan terdapat bukti bahwa dividen melebihi total laba komprehensif entitas anak dan entitas yang dikendalikan bersama dalam periode dividen diumumkan. 13. Daftar indikasi penurunan nilai dalam paragraf 12 tidak dimaksudkan untuk mencakup seluruh indikasi. Entitas mungkin mengidentifikasi indikasi-indikasi lainnya bahwa suatu aset mungkin mengalami penurunan nilai dan indikasiindikasi ini juga mengharuskan entitas untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut atau, dalam kasus goodwill, melakukan suatu pengujian penurunan nilai sesuai dengan paragraf 80-94. 14. Bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai mencakup adanya: (a) arus kas untuk memperoleh suatu aset, atau kebutuhan kas selanjutnya untuk pengoperasian atau pemeliharaan aset tersebut, yang secara signifikan lebih tinggi dari yang dianggarkan sebelumnya; (b) arus kas neto aktual atau laba rugi operasi dari suatu aset yang lebih buruk dari yang dianggarkan; (c) penurunan signifikan arus kas neto atau laba operasi yang dianggarkan, atau kenaikan signifikan kerugian yang dianggarkan, yang berasal dari aset tersebut; atau (d) kerugian operasi atau arus kas keluar neto aset, ketika jumlah periode berjalan diagregasi dengan jumlah yang dianggarkan untuk masa mendatang. 15. Seperti diindikasikan dalam paragraf 10, Pernyataan ini mensyaratkan pengujian penurunan nilai, minimal setahun sekali, untuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau yang belum dapat digunakan dan goodwill. Terlepas kapan persyaratan dalam paragraf 10 diterapkan, konsep materialitas diterapkan dalam mengidentifikasi apakah jumlah terpulihkan suatu aset perlu diestimasi. Sebagai contoh,
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.9
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.10
ED PSAK No. 48
jika penghitungan sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah terpulihkan suatu aset lebih besar secara signifikan dari jumlah tercatatnya, entitas tidak perlu mengestimasi ulang jumlah terpulihkan aset tersebut jika tidak terdapat peristiwa yang akan menghapus selisih tersebut. Demikian pula, analisis sebelumnya mungkin menunjukkan bahwa jumlah terpulihkan aset tidak sensitif terhadap satu (atau lebih) indikasi-indikasi yang terdapat dalam paragraf 12. 16. Sebagai ilustrasi untuk paragraf 15, jika suku bunga pasar atau tingkat imbalan investasi pasar telah meningkat selama periode tertentu, suatu entitas tidak disyaratkan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan aset dalam kasuskasus berikut: (a) jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai suatu aset tidak mungkin akan terpengaruh oleh peningkatan tingkat imbalan pasar. Sebagai contoh, peningkatan suku bunga jangka pendek mungkin tidak akan berpengaruh material terhadap tingkat diskonto yang digunakan untuk aset yang memiliki sisa masa manfaat yang panjang. (b) jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai aset mungkin akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat imbalan pasar ini tetapi analisis sensitivitas sebelumnya atas jumlah terpulihkan menunjukkan bahwa: (i) tidak mungkin terdapat penurunan jumlah terpulihkan yang material karena arus kas masa depan juga mungkin meningkat (misalnya pada beberapa kasus, suatu entitas mungkin dapat menunjukkan bahwa pendapatannya disesuaikan sebagai kompensasi dari setiap kenaikan tingkat imbalan pasar); atau (ii) penurunan dalam jumlah terpulihkan tidak mungkin menghasilkan suatu kerugian penurunan nilai yang material. 17. Suatu indikasi yang ada bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai dapat juga mengindikasikan bahwa sisa masa Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
manfaat, metode depresiasi (amortisasi) atau nilai residu aset perlu ditelaah dan disesuaikan berdasarkan Pernyataan yang berlaku untuk aset tersebut, meskipun bila tidak terdapat rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset ini. PENGUKURAN JUMLAH TERPULIHKAN 18. Pernyataan ini mendefinisikan jumlah terpulihkan sebagai jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Paragraf 19-57 menjelaskan persyaratan untuk mengukur jumlah terpulihkan. Persyaratan ini menggunakan istilah "suatu aset" tetapi berlaku sama untuk aset individual atau unit penghasil kas. 19. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dari suatu aset tidak selalu perlu ditentukan dua-duanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan estimasi jumlah lainnya tidak perlu dilakukan. 20. Penentuan nilai wajar dikurangi biaya penjualan suatu aset mungkin dapat dilakukan meskipun jika aset tersebut tidak diperdagangkan dalam pasar aktif. Namun, kadang tidak mungkin untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan karena tidak terdapat dasar untuk membuat suatu estimasi yang dapat dipercaya atas jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan. Dalam kasus ini, entitas dapat menggunakan nilai pakai aset sebagai jumlah terpulihkan. 21. Jika tidak terdapat alasan untuk meyakini bahwa nilai pakai aset secara material melebihi nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan, nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan dapat digunakan sebagai jumlah terpulihkan. Ini akan sering terjadi dalam hal aset dimiliki untuk dilepaskan. Hal ini dikarenakan nilai pakai aset yang dimiliki untuk dilepaskan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.11
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.12
ED PSAK No. 48
sebagian besar akan merupakan hasil bersih dari pelepasan, karena arus kas masa depan dari pemakaian lebih lanjut atas aset sampai aset tersebut dilepas biasanya dapat diabaikan. 22. Jumlah terpulihkan ditentukan untuk suatu aset individual, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari aset-aset atau kelompok aset lain. Dalam hal ini, jumlah terpulihkan ditentukan untuk unit penghasil kas yang mencakup aset tersebut (lihat paragraf 65-98), kecuali: (a) nilai wajar dikurangi biaya penjualan aset tersebut lebih besar dari jumlah tercatatnya; atau (b) nilai pakai aset tersebut diestimasikan mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan, dan nilai wajar dikurangi biaya penjualan tersebut dapat ditentukan. 23. Dalam beberapa kasus, estimasi, rata-rata dan penghitungan jalan pintas dapat memberikan hasil yang mendekati penghitungan terperinci yang diilustrasikan dalam Pernyataan ini dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan atau nilai pakai. Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat yang Tidak Terbatas 24. Paragraf 10 mensyaratkan aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas untuk diuji penurunan nilainya setiap tahun dengan membandingkan jumlah tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya, terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Namun penghitungan rinci terkini atas jumlah terpulihkan aset yang dilakukan periode terdahulu dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk aset tersebut pada periode berjalan, sepanjang semua kriteria berikut dipenuhi: (a) jika aset tidak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan secara berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset-aset atau kelompok aset lain dan karenanya diuji penurunan nilainya Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
sebagai bagian dari unit penghasil kas yang mencakup aset tidak berwujud tersebut, aset dan laibilitas yang membentuk unit tersebut tidak berubah secara signifikan sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan; (b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat aset dengan marjin yang substansial; dan (c) berdasarkan analisis peristiwa yang telah terjadi dan kondisi-kondisi yang telah berubah sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil dari jumlah tercatat aset. Nilai Wajar Dikurangi Biaya Penjualan 25. Bukti terbaik dari nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan adalah harga dalam suatu perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang independen, disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara langsung dengan pelepasan aset. 26. Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat namun aset diperdagangkan di pasar aktif, nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut. Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran kini. Jika harga penawaran kini tidak tersedia, harga dari transaksi terakhir dapat menjadi dasar untuk mengestimasi nilai wajar dikurangi biaya penjualan, sepanjang tidak terdapat perubahan yang signifikan dalam kondisi ekonomi antara tanggal transaksi tersebut dengan tanggal ketika estimasi tersebut dibuat. 27. Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat atau pasar aktif untuk aset, nilai wajar dikurangi biaya penjualan didasarkan pada informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh entitas, pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan aset dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.13
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.14
ED PSAK No. 48
tekanan setelah dikurangi biaya pelepasan. Dalam menentukan jumlah tersebut, entitas mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa dalam industri yang sama. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan tidak menggambarkan suatu penjualan yang dipaksakan, kecuali manajemen terdorong untuk menjual segera. 28. Biaya pelepasan aset, selain dari yang sudah diakui sebagai kewajiban, dikurangkan dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan. Contoh biaya-biaya ini adalah biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset, dan biaya tambahan langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual. Namun, imbalan akibat pemutusan hubungan kerja (seperti dijelaskan di PSAK 24) dan biaya terkait dengan pengurangan atau reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan merupakan biaya tambahan langsung untuk pelepasan aset. 29. Terkadang dalam suatu pelepasan aset, pembeli diharuskan menanggung suatu laibilitas dan hanya tersedia satu nilai wajar dikurangi biaya penjualan yang mencakup aset dan laibilitas tersebut. Paragraf 78 menjelaskan apa yang harus dilakukan dalam kasus-kasus seperti ini. Nilai Pakai 30. Elemen-elemen berikut harus diperhitungkan dalam penghitungan nilai pakai aset: (a) estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset; (b) ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan tersebut; (c) nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku; (d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset; dan (e) faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menilai arus Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset tersebut. 31. Pengestimasian nilai pakai suatu aset meliputi langkahlangkah berikut: (a) mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian aset tersebut dan pelepasannya pada akhirnya; (b) menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut. 32. Elemen-elemen yang diidentifikasi dalam paragraf 30 (b), (d) dan (e) dapat diperhitungkan baik sebagai penyesuaian arus kas di masa depan atau sebagai penyesuaian tingkat diskonto. Pendekatan apapun yang digunakan untuk memasukkan unsur perkiraan kemungkinan variasi dalam jumlah atau waktu dari arus kas masa depan, hasilnya harus mencerminkan nilai kini arus kas masa depan yang diharapkan, yaitu rata-rata tertimbang dari seluruh hasil yang mungkin terjadi. Lampiran A memberikan panduan tambahan atas penggunaan teknik nilai kini dalam mengukur nilai pakai aset. Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan 33. Dalam mengukur nilai pakai, suatu entitas harus: (a) mendasarkan proyeksi arus kas pada asumsi-asumsi yang memadai dan terdukungkan yang mencerminkan estimasi terbaik manajeman mengenai rentang kemungkinan-kemungkinan kondisi ekonomi yang akan terjadi selama masa manfaat aset. Bukti eksternal diberi bobot yang lebih tinggi. (b) mendasarkan proyeksi arus kas pada anggaran atau prakiraan keuangan terkini yang disetujui manajemen, tetapi harus mengeluarkan unsur estimasi arus kas masuk atau arus kas keluar yang berkaitan dengan restrukturisasi masa depan atau perbaikan maupun peningkatan kinerja aset. Proyeksi berdasarkan anggaran
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.15
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.16
ED PSAK No. 48
atau prakiraan keuangan tersebut harus meliputi jangka waktu maksimum lima tahun, kecuali jika penggunaan waktu yang lebih panjang dapat dijustifikasi. (c) mengestimasi proyeksi arus kas yang melewati periode yang tercakup dalam anggaran atau prakiraan terkini dengan mengekstrapolasi proyeksi yang didasarkan pada anggaran atau prakiraan tersebut dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun untuk tahuntahun berikutnya, kecuali jika peningkatan tingkat pertumbuhan dapat dijustifikasi. Tingkat pertumbuhan ini tidak boleh melebihi tingkat pertumbuhan ratarata jangka panjang suatu produk, industri, negara atau negara-negara tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar tempat aset digunakan, kecuali tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dapat dijustifikasi. 34. Manajemen menilai kelayakan asumsi dalam proyeksi arus kas kini dengan memeriksa penyebab perbedaan antara proyeksi arus kas masa lalu dan arus kas sebenarnya. Manajemen harus memastikan bahwa asumsi yang digunakan terhadap proyeksi arus kas kini konsisten dengan hasil aktual di masa lalu, sepanjang pengaruh dari peristiwa kemudian atau kondisi yang tidak terjadi ketika arus kas aktual tersebut dihasilkan telah dipertimbangkan. 35. Anggaran/prakiraan keuangan atas arus kas di masa depan yang lebih rinci, jelas dan andal untuk periode yang lebih panjang dari lima tahun biasanya tidak tersedia. Untuk alasan ini, estimasi manajemen mengenai arus kas masa depan didasarkan pada anggaran/prakiraan terkini untuk masa paling lama lima tahun. Manajemen dapat menggunakan proyeksi arus kas yang didasarkan pada anggaran/prakiraan keuangan yang lebih lama dari lima tahun jika manajemen yakin bahwa proyeksi tersebut dapat diandalkan dan manajemen dapat menunjukkan kemampuannya dalam menyusun prakiraan arus kas secara akurat untuk periode lebih dari lima tahun, berdasarkan pengalaman masa lalu.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
36. Proyeksi arus kas sampai berakhirnya masa manfaat aset diestimasi dengan cara mengekstrapolasi proyeksi arus kas yang disusun berdasarkan anggaran/prakiraan keuangan yang menggunakan tingkat pertumbuhan untuk tahun-tahun selanjutnya. Tingkat pertumbuhan ini tetap atau menurun, kecuali kenaikan tingkat pertumbuhan sejalan dengan informasi tentang pola siklus hidup suatu produk atau industri. Jika tepat, tingkat pertumbuhan adalah nol atau negatif. 37. Dalam kondisi yang menguntungkan, pesaing kemungkinan akan memasuki pasar dan membatasi pertumbuhan. Oleh karena itu, entitas akan mengalami kesulitan dalam melampaui tingkat pertumbuhan rata-rata historis dalam jangka panjang (misalnya, dua puluh tahun) untuk produk, industri, negara atau negara-negara tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar tempat aset digunakan. 38. Dalam menggunakan informasi dari anggaran/ prakiraan keuangan, entitas mempertimbangkan apakah informasi mencerminkan asumsi-asumsi yang memadai dan terdukungkan serta mewakili estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang akan berlaku selama masa manfaat aset. Komposisi Estimasi Arus Kas Masa Depan 39. Estimasi arus kas di masa depan meliputi: (a) proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset; (b) proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan aset (termasuk arus kas keluar untuk menyiapkan aset agar dapat digunakan) dan dapat dikaitkan secara langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten, pada aset; dan (c) arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir masa manfaatnya.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.17
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.18
ED PSAK No. 48
40. Estimasi arus kas masa depan dan tingkat diskonto menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum. Oleh karena itu, jika tingkat diskonto memasukkan dampak kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum, maka arus kas masa depan diestimasikan pada nilai nominal. Jika tingkat diskonto tidak memasukkan dampak kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum, maka arus kas masa depan diestimasikan dalam nilai sebenarnya (tetapi termasuk kenaikan atau penurunan harga tertentu masa depan). 41. Proyeksi arus kas keluar mencakup arus kas keluar untuk pemeliharaan rutin aset dan biaya overhead masa depan yang dapat diatribusikan secara langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten, terhadap penggunaan aset. 42. Ketika jumlah tercatat aset belum mencakup semua arus kas keluar yang akan terjadi sebelum aset siap digunakan atau dijual, estimasi arus kas keluar masa depan mencakup estimasi arus kas keluar lainnya yang diharapkan akan timbul sebelum aset siap digunakan atau dijual. Contohnya, untuk kasus gedung dalam masa konstruksi atau suatu proyek pengembangan yang belum selesai. 43. Untuk menghindari penghitungan ganda, estimasi arus kas keluar masa depan tidak mencakup: (a) arus kas masuk dari aset yang menghasilkan arus kas masuk independen dari arus kas masuk aset yang sedang ditelaah (contoh, aset keuangan seperti piutang); dan (b) arus kas keluar terkait dengan kewajiban yang telah diakui sebagai laibilitas (contoh, utang, pensiun, atau provisi). 44. Arus kas masa depan diestimasi berdasarkan kondisi aset saat ini. Estimasi arus kas masa depan tidak mencakup arus kas masuk atau keluar masa depan yang diharapkan timbul dari: (a) restrukturisasi masa depan yang mana entitas belum Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
berkomitmen; atau (b) perbaikan dan peningkatan kinerja aset. 45. Karena arus kas masa depan diestimasi dengan kondisi aset saat ini, nilai pakai tidak menggambarkan: (a) arus kas keluar masa depan atau penghematan biaya yang terkait (contohnya pengurangan biaya karyawan) atau manfaat yang diharapkan timbul dari restrukturisasi masa depan di mana entitas belum berkomitmen; atau (b) arus kas keluar masa depan yang akan memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau arus kas masuk terkait yang diharapkan timbul dari arus keluar tersebut. 46. Restrukturisasi adalah suatu program yang direncanakan dan dikendalikan manajemen dan mengubah secara material baik ruang lingkup bisnis yang dilakukan oleh entitas maupun cara bagaimana bisnis dilaksanakan. PSAK 57: Kewajiban diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi memberikan petunjuk yang menjelaskankan kapan suatu entitas berkomitmen untuk restrukturisasi. 47. Ketika suatu entitas berkomitmen untuk restrukturisasi, beberapa aset mungkin akan terpengaruh oleh restrukturisasi ini. Ketika entitas berkomitmen untuk restrukturisasi: (a) estimasi arus kas masuk dan arus kas keluar masa depan untuk tujuan menentukan nilai pakai menggambarkan penghematan biaya dan manfaat lain dari restrukturisasi (berdasarkan anggaran/prakiraan keuangan terkini yang telah disetujui manajemen); dan (b) estimasi arus kas keluar masa depan untuk restrukturisasi diperhitungkan dalam penentuan provisi restukturisasi sesuai dengan PSAK 57. Contoh ilustrasi 5 menjelaskan dampak dari restrukturisasi masa depan dalam penghitungan nilai pakai. 48. Sampai entitas mengalami arus kas keluar yang memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset, estimasi arus kas masa depan tidak termasuk estimasi arus kas masuk yang
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.19
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.20
ED PSAK No. 48
diharapkan timbul dari kenaikan manfaat ekonomi yang diasosiasikan dengan arus kas keluar tersebut (lihat Contoh Ilustrasi 6). 49. Estimasi arus kas masa depan meliputi arus kas keluar masa depan yang diperlukan untuk memelihara tingkat manfaat ekonomis yang diharapkan timbul dari aset dalam kondisinya saat ini. Ketika suatu unit penghasil kas terdiri dari aset dengan estimasi masa manfaat yang berbeda (yang semuanya adalah penting untuk kelangsungan operasi unit tersebut) penggantian aset dengan masa yang lebih pendek dipertimbangkan sebagai bagian dari pemeliharaan rutin unit tersebut ketika mengestimasi arus kas masa depan yang berkaitan dengan unit tersebut. Demikian pula, ketika aset tunggal terdiri dari komponen-komponen dengan estimasi masa manfaat yang berbeda, penggantian dari komponen dengan masa yang lebih pendek dipertimbangkan sebagai bagian dari pemeliharaan rutin aset ketika mengestimasi arus kas masa depan yang dihasilkan oleh aset tersebut. 50. Estimasi arus kas masa depan tidak termasuk: (a) arus kas masuk atau keluar dari aktivitas pendanaan; dan (b) penerimaan atau pembayaran pajak penghasilan. 51. Estimasi arus kas masa depan menggambarkan asumsi yang konsisten dengan cara penentuan tingkat diskonto. Jika tidak, dampak dari beberapa asumsi akan dihitung dua kali atau diabaikan. Karena nilai waktu uang dipertimbangkan dengan mendiskontokan estimasi arus kas masa depan, arus kas ini tidak termasuk arus kas masuk atau keluar dari aktivitas pendanaan. Demikian pula, karena tingkat diskonto ditentukan atas dasar sebelum pajak, arus kas masa depan juga diestimasi atas dasar sebelum pajak. 52. Estimasi arus kas neto yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir masa manfaat merupakan jumlah yang diharapkan akan diperoleh entitas Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
dari pelepasan aset melalui transaksi yang wajar antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan aset yang bersangkutan. 53. Estimasi arus kas neto yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir masa manfaat ditentukan dengan cara yang serupa dengan penentuan nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan, kecuali, dalam mengestimasi arus kas neto tersebut: (a) entitas menggunakan harga yang berlaku pada tanggal estimasi untuk aset sejenis yang telah habis masa manfaatnya dan telah beroperasi dalam kondisi serupa dengan aset yang akan digunakan. (b) entitas menyesuaikan harga tersebut dengan dampak kenaikan harga masa depan akibat inflasi umum maupun kenaikan atau penurunan harga yang spesifik. Namun demikian, jika estimasi arus kas masa depan dari penggunaan aset dan tingkat diskonto mengecualikan dampak inflasi umum, entitas juga mengecualikan dampak tersebut pada estimasi arus kas neto pelepasan aset. Arus Kas Masa Depan Valuta Asing 54. Arus kas masa depan diestimasi dalam satuan mata uang ketika akan dihasilkan dan kemudian didiskonto menggunakan suatu tingkat diskonto yang tepat untuk satuan mata uang tersebut. Entitas mentranslasikan nilai sekarang dengan menggunakan tingkat pertukaran spot pada tanggal penghitungan nilai pakai. Tingkat Diskonto 55. Tingkat diskonto ditetapkan atas dasar tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari: (a) nilai waktu uang; dan (b) risiko spesifik atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.21
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.22
ED PSAK No. 48
56. Tarif diskonto yang mencerminkan penilaian pasar kini atas nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset tertentu adalah tingkat pengembalian yang disyaratkan investor jika seandainya mereka hendak memilih suatu investasi yang menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu dan profil risiko yang sama dengan yang entitas harapkan akan dihasilkan dari aset tersebut. Tingkat diskonto ini diestimasi dari tingkat diskonto implisit pada transaksi pasar kini terhadap aset sejenis atau dari rata-rata tertimbang biaya modal entitas yang tercatat di bursa efek yang memiliki aset tunggal (atau suatu portfolio aset) sejenis dalam kaitannya dengan jasa potensial dan risiko aset yang ditelaah. Namun demikian, tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur nilai pakai aset tidak harus menggambarkan risiko estimasi arus kas masa depan telah disesuaikan. Jika tidak, dampak dari beberapa asumsi akan dihitung dua kali. 57. Ketika suatu tingkat diskonto spesifik aset tidak tersedia secara langsung di pasar, entitas menggunakan pengganti untuk mengestimasi tingkat diskonto. Lampiran A menyediakan pedoman tambahan dalam mengestimasi tingkat diskonto pada keadaan tersebut. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN RUGI PENURUNAN NILAI 58. Paragraf 59-64 menjelaskan persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk aset individual selain goodwill. Pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas dan goodwill diuraikan dalam paragraf 65103. 59. Jika, dan hanya jika, nilai terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya, nilai tecatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai. 60. Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laporan laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
sesuai dengan Pernyataan lain (contoh, sesuai dengan model revaluasi pada PSAK 16). Setiap rugi penurunan nilai aset revaluasian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi sesuai dengan Pernyataan lain. 61. Rugi penurunan nilai aset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama. Rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk aset tersebut. 62. Ketika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat aset yang terkait, entitas mengakui laibilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh Pernyataan lain. 63. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset disesuaikan di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat aset revisian, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa masa manfaatnya. 64. Jika rugi penurunan nilai diakui, semua aset atau laibilitas pajak tangguhan yang terkait ditentukan sesuai dengan PSAK 46 dengan membandingkan nilai tercatat aset revisian dengan nilai dasar pajaknya (lihat penjelasan contoh 3). UNIT PENGHASIL KAS DAN GOODWILL 65. Paragraf 66-103 dan Lampiran C menjelaskan persyaratan untuk mengidentifikasi unit penghasil kas aset dan penentuan nilai tercatatnya, dan mengakui rugi penurunan nilai untuk, unit penghasil kas dan goodwill.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.23
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.24
ED PSAK No. 48
Identifikasi Unit Penghasil Kas Dimana Aset Tercakup 66. Jika terdapat indikasi bahwa suatu aset turun nilainya, jumlah terpulihkan diestimasi untuk aset individual. Jika tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual, entitas menentukan nilai terpulihkan dari unit penghasil kas yang mana aset tercakup ( aset dari unit penghasil kas). 67. Jumlah terpulihkan dari suatu aset individual tidak dapat ditentukan jika: (a) nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari penggunaan aset tidak dapat diestimasi menjadi tak berarti); dan (b) aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain. Dalam kasus ini, nilai pakai dan, jumlah terpulihkan, dapat ditentukan hanya untuk unit penghasil kas aset. Contoh Suatu entitas pertambangan memiliki jalur kereta api pribadi untuk mendukung aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api pribadi dapat dijual hanya untuk nilai sisanya dan itu tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari aset lain pertambangan itu. Tidak dimungkinkan mengestimasi jumlah terpulihkan dari jalur kereta pribadi itu karena nilai pakainya tidak dapat ditentukan dan kemungkinan berbeda dari nilai sisanya. Oleh karena itu, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas dimana jalur kereta pribadi tersebut tercakup, yaitu pertambangan itu secara keseluruhan. 68. Seperti didefinisikan dalam paragraf 6, unit penghasil kas aset adalah kelompok terkecil dari aset yang termasuk aset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain. Mengidentifikasi unit penghasil kas aset memerlukan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan tidak dapat ditentukan untuk aset individual, entitas mengidentifikasi agregasi terendah atas aset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. Contoh Suatu perusahaan bus menyediakan kontrak jasa pelayanan dengan suatu kotamadya yang mensyaratkan pelayanan minimal untuk setiap lima rute berbeda. Aset yang disediakan bagi setiap rute dan arus kas dari setiap rute dapat diidentifikasi secara terpisah. Salah satu rute beroperasi dengan kerugian yang signifikan. Karena entitas tidak memiliki pilihan untuk membatasi salah satu rute bus, tingkat terendah dari arus kas masuk yang dapat diidentifikasi yang independen dari arus kas masuk aset lain atau kelompok aset lain adalah arus kas masuk yang dihasilkan kelima rute bus tersebut. Unit penghasil kas untuk tiap rute adalah perusahaan bus itu secara keseluruhan. 69. Arus kas masuk adalah arus masuk dari kas dan setara kas yang diterima dari pihak luar entitas. Dalam mengidentifikasi apakah arus kas masuk dari suatu aset (atau kelompok aset) independen dari arus kas masuk aset lainnya (atau kelompok aset), entitas mempertimbangkan berbagai faktor termasuk bagaimana manajemen memonitor operasi entitas (seperti lini produksi, bisnis, lokasi individual, wilayah distrik atau regional) atau bagaimana manajemen membuat keputusan tentang melanjutkan atau melepaskan aset dan operasi entitas. Contoh Ilustrasi 1 memberikan contoh cara mengidentifikasi unit penghasil kas. 70. Jika terdapat pasar aktif untuk hasil produk yang diproduksi oleh aset atau kelompok aset, aset atau kelompok aset tersebut diidentifikasi sebagai unit penghasil kas, meskipun jika sebagian atau keseluruhan hasil produksi digunakan secara internal. Jika arus kas masuk yang
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.25
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.26
ED PSAK No. 48
dihasilkan setiap aset atau unit penghasil kas dipengaruhi oleh penetapan harga transfer internal, entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan yang dapat dicapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: (a) arus kas masuk masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai aset atau nilai pakai unit penghasil kas; dan (b) arus kas keluar masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai dari setiap aset atau unit penghasil kas lain yang dipengaruhi oleh penetapan harga transfer internal. 71. Meskipun jika sebagian atau keseluruhan hasil yang diproduksi oleh aset atau kelompok aset digunakan oleh unit lain entitas (contoh, produk yang berada pada tingkat menengah dari satu proses produksi), aset atau kelompok aset tersebut membentuk suatu unit penghasil kas terpisah jika entitas dapat menjual hasil produknya di pasar aktif. Hal ini karena aset atau kelompok aset tersebut dapat menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk aset atau kelompok aset lainnya. Dalam menggunakan informasi berdasarkan anggaran/ prakiraan keuangan yang berhubungan dengan unit penghasil kas (atau untuk setiap aset atau unit penghasil kas lainnya yang dipengaruhi oleh penetapan harga transfer internal), entitas menyesuaikan informasi ini jika harga transfer internal tidak mencerminkan estimasi terbaik manajemen atas harga masa depan yang dapat dicapai dalam transaksi wajar. 72. Unit penghasil kas diidentifikasi secara konsisten dari periode ke periode untuk aset atau jenis aset yang sama, kecuali perubahan dapat dijustifikasi. 73. Jika entitas menetapkan bahwa suatu aset dimiliki unit penghasil kas yang berbeda dari periode sebelumnya, atau apabila jenis aset yang diagregasi untuk unit penghasil kas aset telah berubah, paragraf 125 mensyaratkan pengungkapan tentang unit penghasil kas, jika rugi penurunan nilai diakui atau dibalik untuk unit penghasil kas. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Jumlah Terpulihkan dan Jumlah Tercatat dari Unit Pernghasil Kas 74. Jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dan nilai pakainya. Dalam menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas, setiap rujukan dalam paragraf 19-57 mengenai “suatu aset” dimaksudkan sebagai rujukan mengenai “unit penghasil kas”. 75. Jumlah tercatat unit penghasil kas ditentukan atas dasar yang konsisten dengan cara menetapkan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas. 76. Jumlah tercatat dari unit penghasil kas: (a) mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke unit penghasil kas dan akan menghasilkan arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan (b) tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap laibilitas yang diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan laibilitas tersebut. Hal ini karena nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dari unit penghasil kas ditetapkan dengan mengecualikan arus kas berkaitan dengan aset yang bukan merupakan bagian dari unit penghasil kas dan laibilitas yang sudah diakui, (lihat paragraf 28 dan 43). 77. Ketika aset-aset dikelompokkan untuk dinilai sebagai dapat terpulihkan, sangat penting bagi unit penghasil kas untuk mencakup semua aset yang menghasilkan atau digunakan untuk menghasilkan arus kas masuk terkait. Sebaliknya, unit penghasil kas dapat terlihat menjadi dapat terpulihkan sepenuhnya ketika faktanya telah terjadi rugi penurunan nilai. Dalam beberapa kasus, meskipun beberapa aset berkontribusi
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.27
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.28
ED PSAK No. 48
untuk mengestimasi arus kas masa depan dari unit penghasil kas, aset tersebut tidak dapat dialokasikan untuk unit penghasil kas atas dasar yang layak dan konsisten. Ini dapat menjadi kasus untuk goodwill atau aset korporat seperti aset kantor pusat. Paragraf 80-98 menjelaskan bagaimana memperlakukan aset-aset ini dalam menguji penurunan nilai atas unit penghasil kas. 78. Dimungkinkan perlu untuk mempertimbangkan beberapa laibilitas yang sudah diakui untuk menetapkan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas. Hal ini mungkin terjadi jika pelepasan suatu unit penghasil kas mensyaratkan pembeli menanggung laibilitas. Dalam kasus ini, nilai wajar dikurangi biaya penjualan (atau arus kas estimasian dari pelepasan akhir) dari unit penghasil kas adalah estimasi harga jual aset unit penghasil kas dan laibilitas secara bersamaan, dikurangi biaya pelepasan. Untuk menghasilkan suatu perbandingan berarti antara jumlah tercatat unit penghasil kas dan jumlah terpulihkannya, jumlah tercatat dari laibilitas dikurangkan dalam menetapkan nilai pakai unit penghasil kas dan jumlah tercatatnya. Contoh Suatu entitas yang mengoperasikan sebuah pertambangan di suatu negara dengan perundang-undangan yang mensyaratkan pemilik harus memulihkan kembali lokasi tambang pada saat penyelesaian operasi pertambangan tersebut. Biaya pemulihan tersebut termasuk penggantian lapisan tanah atas (overburden) yang harus dipindahkan sebelum memulai penambangan. Penyisihan untuk biaya pengganti lapisan atas diakui segera setelah lapisan tanah atas dipindahkan. Jumlah yang disediakan diakui sebagai bagian dari biaya pertambangan dan disusutkan selama masa manfaat pertambangan tersebut. Jumlah tercatat atas penyisihan untuk biaya pemulihan adalah Rp500, (a) yang setara dengan nilai kini dari biaya pemulihan tersebut. Entitas menguji penurunan nilai dari pertambangan. Unit penghasil kas untuk pertambangan adalah pertambangan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
itu secara keseluruhan. Entitas telah menerima berbagai penawaran untuk membeli pertambangan itu pada harga sekitar Rp800. Harga ini mencerminkan fakta bahwa pembeli akan menanggung kewajiban untuk memulihkan yang terlalu membebani. Biaya pelepasan untuk pertambangan dapat diabaikan. Nilai pakai pertambangan itu mendekati Rp1,200, diluar biaya pemulihan. Jumlah tercatat pertambangan itu adalah Rp1,000. Nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan adalah Rp800. Nilai ini mempertimbangkan biaya yang sudah disediakan untuk pemulihan. Sebagai konsekuensinya, nilai pakai dari unit penghasil kas ditetapkan setelah mempertimbangkan biaya pemulihan dan diestimasi menjadi Rp700 (Rp1,200 dikurangi Rp500). Jumlah tercatat dari unit penghasil kas adalah Rp500, dengan jumlah tercatat dari pertambangan (Rp1000) dikurangi jumlah tercatat penyisihan untuk biaya restorasi (Rp500). Sehingga, jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas melebihi jumlah tercatatnya. (a) Dalam Pernyataan ini, jumah satuan moneter menggunakan "Rp"
79. Untuk alasan praktis, jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas terkadang ditentukan setelah mempertimbangkan aset yang bukan merupakan bagian unit penghasil kas (contoh, piutang atau aset keuangan lain) atau laibilitas yang telah diakui (contohnya, utang, pensiun, dan penyisihan lain). Dalam kasus tersebut, jumlah tercatat dari unit penghasil kas tersebut dinaikkan sebesar jumlah tercatat aset-aset tersebut dan diturunkan sebesar jumlah tercatat laibilitas-laibilitas tersebut. Goodwill
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.29
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.30
ED PSAK No. 48
Alokasi Goodwill Untuk Unit Penghasil Kas 80. Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperolah dalam suatu kombinasi bisnis harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi, terlepas dari apakah aset atau laibilitas lain dari pihak yang diakuisisi yang ditetapkan ke unit-unit atau kelompok unit-unit tersebut. Setiap unit atau kelompok unit yang memperoleh alokasi goodwill harus: (a) merupakan tingkat terendah dalam entitas yang goodwillnya dimonitor untuk tujuan manajemen internal; dan (b) tidak lebih besar dari suatu segmen operasi yang ditentukan sesuai dengan PSAK 5: Segmen Operasi. 81. Goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis adalah aset yang mewakili manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak terdentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah. Goodwill tidak menghasilkan arus kas secara independen dari aset atau kelompok aset lain, dan seringkali berkontribusi pada arus kas dari beragam unit penghasil kas. Goodwill kadang tidak dapat dialokasikan atas suatu dasar yang nonarbitrer terhadap unit penghasil kas individual, tetapi hanya pada sekolompok unit penghasil kas. Akibatnya, tingkatan terendah dalam entitas dimana goodwill dimonitor untuk tujuan manajemen internal terkadang terdiri dari sejumlah unit penghasil kas yang dengannya goodwill tersebut terkait, tetapi padanya goodwill tersebut tidak dapat dialokasikan. Rujukan di dalam paragraf 83-94 dan Lampiran C mengenai unit penghasil kas yang mendapatkan alokasi goodwill dimaksudkan juga sebagai rujukan mengenai sekelompok unit penghasil kas yang memperoleh alokasi goodwill. 82. Penerapan persyaratan dalam paragraf 80 menghasilkan goodwill yang diuji penurunan nilainya pada tingkat yang Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
mencerminkan bagaimana entitas mengelola operasinya dan bagaimana goodwill diasosiasikan secara alami. Sehingga, pengembangan system pelaporan tambahan secara khusus tidak diperlukan. 83. Unit penghasil kas yang mana goodwill yang dialokasikan untuk tujuan pengujian penurunan nilai mungkin tidak serupa dengan tingkat ketika goodwill dialokasikan dalam hubungannya dengan PSAK 10 (revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing untuk tujuan pengukuran keuntungan atau kerugian valuta asing. Contoh, jika PSAK 10 mensyaratkan entitas mengalokasikan goodwill pada tingkatan yang rendah untuk tujuan pengukuran keuntungan dan kerugian valuta asing, maka entitas tidak disyaratkan untuk menguji penurunan nilai goodwill pada tingkatan yang sama kecuali entitas juga memonitor goodwill pada tingkatan untuk tujuan manajemen internal. 84. Jika alokasi awal goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak dapat diselesaikan sebelum berakhirnya periode tahunan ketika kombinasi bisnis telah terjadi, alokasi awal tersebut harus diselesaikan sebelum akhir dari periode tahunan pertama setelah tanggal akuisisi. 85. Sesuai PSAK 22: Kombinasi Bisnis, jika akuntansi awal untuk kombinasi bisnis hanya dapat ditentukan secara sementara pada akhir periode terjadinya kombinasi bisnis, pengakuisisi: (a) mencatat kombinasi bisnis menggunakan nilai sementara tersebut; dan (b) mengakui setiap penyesuaian atas nilai sementara tersebut sebagai hasil penyelesaian akuntansi awal selama periode pengukuran, yang tidak melebihi 12 bulan sejak tanggal akuisisi. Dalam kondisi tersebut, mungkin saja alokasi awal goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis tidak dapat diselesaikan sebelum akhir dari periode tahunan ketika penggabungan terjadi. Ketika hal ini terjadi, entitas mengungkapkan informasi
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.31
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.32
ED PSAK No. 48
yang disyaratkan oleh paragraf 133. 86. Jika goodwill telah dialokasikan pada unit penghasil kas dan entitas menghentikan suatu operasi tertentu atas unit tersebut, goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan tersebut harus: (a) termasuk dalam jumlah tercatat operasi ketika menentukan keuntungan atau kerugian dari pelepasan; dan (b) diukur berdasarkan nilai relatif dari operasi yang dihentikan dan porsi dari unit penghasil kas yang ditahan, kecuali entitas dapat menunjukkan bahwa beberapa metode lain lebih baik dalam mencerminkan goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan. Contoh Suatu entitas menjual seharga Rp100 suatu operasi yang merupakan bagian dari unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill. Goodwill yang dialokasikan ke unit tersebut tidak dapat diidentifikasi atau diasosiasikan dengan suatu kelompok aset pada tingkat yang lebih rendah dari unit tersebut, kecuali secara arbitrer. Jumlah terpulihkan dari porsi unit penghasil kas yang ditahan adalah Rp300. Karena goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas tidak dapat diidentifikasi atau diasosiasikan secara nonarbitrer dengan satu kelompok aset pada tingkatan yang lebih rendah dari unit itu, goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan diukur berdasarkan nilai relatif dari operasi yang dihentikan dan porsi goodwill atas unit tersebut tetap melekat. Dengan demikian, 25 persen dari goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas termasuk di dalam jumlah tercatat dari operasi yang dijual. 87. Jika suatu entitas mereorganisasi struktur pelaporannya dengan cara merubah komposisi dari satu atau lebih unit
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill, goodwill tersebut harus dialokasikan ulang ke unit-unit yang terpengaruh. Pengalokasian ulang ini harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai relatif yang serupa dengan yang digunakan ketika entitas menghentikan suatu operasi dalam unit penghasil kas, kecuali entitas dapat menunjukkan bahwa beberapa metode lain yang lebih baik dalam mencerminkan goodwill yang diasosiasikan dengan unit-unit yang sudah direorganisasi. Contoh Goodwill telah dialokasikan sebelumnya ke unit penghasil kas A. Goodwill yang dialokasikan ke A tidak dapat diidentifikasi atau diasosiasikan dengan kelompok aset pada tingkatan yang lebih rendah dari A, kecuali secara arbitrer. A akan dibagi dan diintegrasikan kedalam tiga unit penghasil kas, B, C dan D. Karena goodwill yang dialokasikan ke A tidak dapat secara arbitrer diidentifikasi atau diasosiasikan dengan suatu kelompok aset pada suatu level yang lebih rendah dari A, maka goodwill dialokasikan kembali ke unit B, C dan D berdasarkan nilai relatif dari tiga porsi dari A sebelum porsi tersebut diintegrasikan ke B, C dan D. Pengujian Unit Penghasil Kas dengan Goodwill untuk Penurunan Nilai 88. Seperti dijelaskan paragraf 81, jika goodwill terkait dengan unit penghasil kas tetapi belum dialokasikan ke unit tersebut, unit tersebut harus diuji penurunan nilai ketika terdapat suatu indikasi bahwa unit tersebut mungkin mengalami penurunan nilai. Pengujian penurunan nilai tersebut dilakukan dengan membandingkan jumlah tercatat dari unit tersebut (tidak termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya. Setiap rugi penurunan nilai harus diakui sesuai dengan paragraf 104.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.33
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.34
ED PSAK No. 48
89. Jika suatu unit penghasil kas yang digambarkan dalam paragraf 88 memasukkan (ke dalam jumlah tercatatnya) aset tidak berwujud yang memiliki masa manfaat yang tidak terbatas atau yang belum dapat digunakan dan aset tersebut dapat diuji untuk penurunan nilai hanya sebagai bagian dari unit penghasil kas, paragraf 10 mensyaratkan unit tersebut juga harus diuji penurunan nilai secara tahunan. 90. Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill harus diuji penurunan nilai secara tahunan, dan setiap kali apabila terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai, dengan membandingkan jumlah tercatat unit tersebut (termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya. Jika jumlah terpulihkan tersebut melebihi jumlah tercatatnya, unit dan goodwill yang dialokasikan ke unit tersebut harus dianggap tidak mengalami penurunan nilai. Jika jumlah tercatat unit melebihi jumlah terpulihkan, entitas harus mengakui rugi penurunan nilai sesuai dengan paragraf 99. Waktu Pengujian Penurunan Nilai 91. Uji tahunan penurunan nilai untuk unit penghasil kas yang telah merima alokasi goodwill dapat dilakukan setiap waktu selama suatu periode tahunan, sepanjang pengujian dilakukan pada waktu yang sama setiap tahun. Unit penghasil kas yang berbeda dapat diuji untuk penurunan nilai pada saat yang berbeda. Namun, jika beberapa atau seluruh goodwill (telah teralokasi ke unit penghasil kas) yang diperoleh dalam kombinasi bisnis selama periode tahunan berjalan, unit tersebut harus diuji penurunan nilai sebelum berakhirnya periode tahunan berjalan. 92. Jika aset-aset yang merupakan komponen unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill, diuji penurunan nilai pada saat yang sama dengan unit yang mengandung goodwill, aset-aset tersebut harus diuji penurunan nilainya sebelum unit tersebut. Demikian juga, Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
jika unit penghasil kas merupakan sekelompok unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji untuk penurunan nilai pada saat yang sama seperti kelompok unit yang mengandung goodwill, unit-unit individual harus diuji untuk penurunan nilai sebelum kelompok unit yang mengandung goodwill. 93. Pada saat pengujian penurunan nilai unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill, mungkin saja terdapat indikasi penurunan nilai suatu aset di dalam unit tersebut. Dalam kondisi demikian, entitas menguji aset untuk penurunan nilai terlebih dahulu, dan mengakui setiap kerugian penurunan nilai untuk aset tersebut sebelum pengujian penurunan nilai unit penghasil kas yang mengandung goodwill. Demikian juga, mungkin terdapat indikasi penurunan nilai unit penghasil kas dalam sekelompok unit yang mengandung goodwill. Dalam kondisi tersebut entitas menguji penurunan nilai untuk unit penghasil kas terlebih dahulu, dan mengakui setiap kerugian penurunan nilai untuk unit tersebut, sebelum menguji penurunan nilai kelompok dari unit yang memperoleh alokasi goodwill. 94. Penghitungan rinci terkini yang dibuat dalam periode terdahulu dari jumlah terpulihkan unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill dapat digunakan dalam pengujian penurunan nilai unit tersebut dalam periode berjalan jika semua kriteria berikut dipenuhi: (a) aset dan laibilitas yang membentuk unit tersebut tidak berubah secara signifikan sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan, (b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat unit dengan suatu marjin yang substansial; dan (c) berdasarkan suatu analisis dari kejadian yang telah terjadi dan kondisi yang telah berubah sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kemungkinannya kecil bahwa jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil dari jumlah tercatat saat ini dari unit tersebut.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.35
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.36
ED PSAK No. 48
Aset Korporat 95. Aset korporat termasuk aset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor pusat atau divisi dari entitas, perlengkapan EDP atau pusat penelitian. Struktur suatu entitas menentukan apakah aset memenuhi definisi Pernyataan ini mengenai aset korporat untuk suatu unit penghasil kas tertentu. Karakteristik khusus aset korporat adalah bahwa aset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen dari aset atau kelompok aset lain dan jumlah tercatatnya tidak dapat sepenuhnya diatribusikan ke unit penghasil kas yang sedang ditelaah. 96. Karena aset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk yang terpisah, jumlah terpulihkan aset korporat individual tidak dapat ditentukan kecuali manajemen telah memutuskan untuk melepas aset tersebut. Sebagai konsekuensinya, jika terdapat indikasi bahwa aset korporat mungkin turun nilainya, jumlah terpulihkan ditentukan untuk unit penghasil kas atau kelompok unit penghasil kas yang memiliki aset korporat tersebut, dan dibandingkan dengan jumlah tercatat dari unit penghasil kas ini atau kelompok dari unit pengasil kas dimaksud. Setiap kerugian penurunan nilai diakui sesuai dengan paragraf 99. 97. Dalam menguji rugi penurunan nilai suatu unit penghasil kas, entitas mengidentifikasi semua aset korporat yang terkait dengan unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian dari jumlah tercatat aset korporat: (a) dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit tersebut, entitas membandingkan jumlah tercatat dari unit (termasuk porsi dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan ke unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan. Setiap rugi penurunan nilai diakui sesuai dengan paragraf 99. (b) tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit itu, entitas harus: (i) membandingkan jumlah tercatat unit, diluar aset korporat, dengan jumlah terpulihkan dan mengakui Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
setiap rugi penurunan nilai sesuai dengan paragraf 99; (ii) mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mencakup unit penghasil kas yang ditelaah dan yang sebagian dari jumlah tercatat aset korporat dapat dialokasikan atas dasar yang layak dan konsisten; dan (iii) membandingkan jumlah tercatat dari kelompok unit penghasil kas tersebut (termasuk bagian dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan ke kelompok dari unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan dari kelompok unit itu. Setiap rugi penurunan nilai diakui sesuai dengan paragraf 99. 98. Contoh ilustrasi 8 menjelaskan penerapan persyaratanpersyaratan di atas untuk aset korporat. Rugi Penurunan Nilai Untuk Unit Penghasil Kas 99. Rugi penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas (kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill atau aset korporat) jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) lebih kecil dari jumlah tercatatnya. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan sebagai berikut: (a) pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas tersebut (kelompok dari unit); dan (b) selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut (kelompok dari unit) dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok dari unit). Pengurangan-pengurangan dalam jumlah tercatat diperlakukan sebagai rugi penurunan nilai atas aset individual dan diakui sesuai dengan paragraf 60.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.37
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.38
ED PSAK No. 48
100. Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai sesuai paragraf 99, entitas tidak harus mengurangi jumlah tercatat aset dengan jumlah yang tertinggi dari: (a) nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan); (b) nilai pakainya (jika dapat ditentukan); dan (c) nol. Jumlah rugi penurunan nilai yang semestinya dialokasikan ke aset tersebut menjadi harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit (kelompok dari unit). 101. Jika tidak praktis untuk mengestimasi jumlah terpulihkan dari setiap aset individual suatu unit penghasil kas, Pernyataan ini mensyaratkan suatu alokasi arbitrer dari rugi penurunan nilai antara aset dari unit, selain goodwill, karena semua aset dari unit penghasil kas yang bekerja bersamasama. 102. Jika jumlah terpulihkan aset individual tidak dapat ditentukan (lihat paragraf 67): (a) rugi penurunan nilai diakui untuk aset tersebut jika jumlah tercatatnya lebih besar daripada jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual dan hasil dari prosedur alokasi yang dijelaskan di paragraf 99 dan 100; dan (b) tidak ada rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset tersebut jika unit penghasil kas yang terkait tidak turun nilainya. Hal ini berlaku meskipun jika nilai wajar aset tersebut dikurangi biaya untuk menjual lebih kecil dari jumlah tercatatnya.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Contoh Sebuah mesin telah mengalami kerusakan fisik tetapi masih bekerja, meskipun tidak sebaik sebelum mesin itu rusak. Nilai wajar mesin dikurangi biaya untuk menjual kurang dari jumlah tercatatnya. Mesin tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen. Kelompok terkecil aset yang teridentifikasi yang mana mesin tersebut termasuk didalamnya (dan menghasilkan arus kas yang sangat tidak tergantung dari arus kas masuk aset lain) adalah lini produksi tempat mesin tersebut tercakup. Jumlah terpulihkan dari lini produksi tersebut menunjukkan bahwa lini produksi secara secara keseluruhan tidak turun nilainya. Asumsi 1: anggaran/prakiraan yang disetujui oleh manajemen mencerminkan bahwa tidak ada komitmen manajemen untuk mengganti mesin tersebut. Jumlah terpulihkan dari mesin tersebut sendiri tidak dapat diestimasi karena nilai pakai mesin tersebut: (a) mungkin berbeda dari nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual; dan (b) dapat ditentukan hanya untuk unit penghasil kas dari mesin tersebut (lini produksi). Lini produksi tidak turun nilainya. Sehingga, tidak ada rugi penurunan nilai yang diakui untuk mesin tersebut. Meskipun demikian, entitas mungkin perlu menilai kembali periode penyusutan atau metode penyusutan untuk mesin tersebut. Mungkin periode penyusutan yang lebih pendek atau metode penyusutan yang lebih cepat diperlukan untuk mencerminkan sisa masa manfaat yang diharapkan dari mesin tersebut atau bentuk dari manfaat ekonomi yang diharapkan didapat oleh entitas. Asumsi 2: anggaran/prakiraan yang disetujui manajemen mencerminkan komitmen manajemen untuk mengganti mesin dan menjualnya dalam waktu dekat di masa yang
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.39
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.40
ED PSAK No. 48
akan datang. Arus kas dari tetap menggunakan mesin sampai pelepasannya diperkirakan dapat diabaikan. Nilai pakai mesin tersebut dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual. Sehingga, jumlah terpulihkan dari mesin dapat ditentukan dan tidak ada pertimbangan yang diberikan ke unit penghasil kas dengan mesin tersebut (yaitu lini produksi). Karena nilai wajar mesin dikurangi biaya untuk menjual lebih kecil dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai diakui untuk mesin tersebut. 103. Setelah persyaratan dalam paragraf 99 dan 100 diterapkan, laibilitas diakui untuk setiap jumlah sisa dari rugi penurunan nilai untuk setiap unit penghasil kas jika, dan hanya jika, hal tersebut disyaratkan oleh PSAK lain. PEMBALIKAN SUATU RUGI PENURUNAN NILAI 104 Paragraf 105-111 menjelaskan persyaratan untuk membalikan rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset atau unit penghasil kas pada periode sebelumnya. Persyaratan ini menggunakan istilah "suatu aset" tetapi diterapkan sama terhadap aset individu atau unit pengasil kas. Tambahan persyaratan untuk aset individual dijelaskan dalam paragraf 112-116, untuk unit penghasil kas dalam paragraf 117 dan 118 dan untuk goodwill dalam paragraf 119 dan 120. 105. Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. 106. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini: Informasi yang bersumber dari luar (a) nilai wajar aset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut. (b) perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam hal teknologi, pasar, kondisi ekonomi maupun legal tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset itu didedikasikan. (c) suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun selama periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset sehingga meningkatkan jumlah terpulihkan secara material. Informasi yang bersumber dari dalam (d) perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat, seberapa jauh dan cara, aset tersebut digunakan atau diharapkan untuk digunakan. Perubahan ini termasuk biaya-biaya yang timbul selama periode tersebut untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau merestrukturisasi operasi di tempat aset tersebut tercakup (e) bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan. 107. Indikasi penurunan potensial dari rugi penurunan nilai dalam paragraf 106 sebagian besar mencerminkan indikasi rugi penurunan nilai potensial dalam paragraf 12. 108. Jika terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset (selain goodwill) tidak ada lagi, ada atau mungkin telah menurun, ini dapat mengindikasikan bahwa sisa
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.41
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.42
ED PSAK No. 48
masa manfaat, metode penyusutan (amortisasi) atau nilai sisa perlu ditelaah dan disesuaikan dengan PSAK yang diterapkan untuk aset tersebut, meskipun jika tidak ada rugi penurunan nilai yang dibalik untuk aset tersebut. 109. Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, kecuali seperti digambarkan pada paragraf 112, dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai. 110. Pembalikan rugi penurunan nilai menggambarkan peningkatan estimasi jasa potensial aset, baik dari penggunaan atau dari penjualan, sejak tanggal ketika entitas terakhir kali mengakui rugi penurunan nilai untuk aset tersebut. Paragraf 125 mensyaratkan entitas untuk mengidentifikasi perubahan dalam estimasi yang menyebabkan peningkatan estimasi jasa potensial. Contoh perubahan dalam estimasi termasuk: (a) perubahan dasar untuk menentukan jumlah terpulihkan (yaitu apakah jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakai); (b) jika jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai pakai, perubahan dalam jumlah atau waktu dari estimasi arus kas masa depan atau pada tingkat diskonto; atau (c) jika jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, perubahan dalam estimasi komponen dari nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. 111. Suatu nilai pakai aset bisa menjadi lebih besar dari jumlah tercatatnya karena nilai sekarang dari arus kas masuk masa depan meningkat seiring dengan semakin pendeknya periode ekspektasi arus kas. Namun, jasa potensial aset tidak meningkat. Sehingga, rugi penurunan nilai tidak dibalik hanya Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
karena perjalanan waktu (kadang disebut "melepaskan" dari diskonto), juga jika jumlah terpulihkan aset menjadi lebih tinggi dari jumlah tercatatnya. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Untuk Aset Individual 112. Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya. 113. Setiap peningkatan jumlah tercatat aset (selain goodwill) di atas jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya merupakan suatu revaluasi. Akuntansi untuk revaluasi tersebut diatur dalam PSAK terkait. 114. Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataan lain (contohnya, model revaluasi di PSAK 16). Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait. 115. Pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam laporan laba rugi komprehensif lainnya dan meningkatkan surplus revaluasi untuk aset tersebut. Namun, apabila rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang sama sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi, pembalikan rugi penurunan nilai itu juga diakui dalam laporan laba rugi. 116. Setelah pembalikan rugi penurunan nilai diakui, depresiasi (amortisasi) yang dibebankan ke aset tersebut harus disesuaikan di periode mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai sisanya
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.43
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.44
ED PSAK No. 48
(jika ada), dengan dasar yang sistematik selama sisa masa manfaatnya. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Untuk Unit Penghasil Kas 117. Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) pro rata dengan jumlah tercatat dari asetasetnya. Peningkatan dalam jumlah tercatat ini diperlakukan sebagai pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset individual dan diakui sesuai dengan paragraf 114. 118. Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas sesuai dengan paragraf 117, jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan diatas nilai yang terendah dari: (a) jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan (b) jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode sebelumnya. Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset tersebut harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Untuk Goodwill 119. Rugi penurunan nilai yang diakui untuk goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya. 120. PSAK 19: Aset Tidak Berwujud melarang pengakuan goodwill yang dihasilkan secara internal. Setiap kenaikan jumlah terpulihkan dari goodwill dalam periode setelah terjadinya pengakuan rugi penurunan nilai goodwill tersebut kemungkinan merupakan kenaikan goodwill yang dihasilkan secara internal, bukan merupakan pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui untuk goodwill yang diperoleh. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
PENGUNGKAPAN 121. Untuk setiap kelompok aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini: (a) Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai. (b) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai yang dibalik (c) jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode itu. (d) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode tersebut. 122. Kelompok aset adalah kumpulan aset-aset yang mempunyai sifat dan penggunaan yang serupa dalam operasi suatu entitas. 123. Informasi yang disyaratkan dalam paragraf 121 dapat disajikan dengan informasi lain yang diungkapkan untuk kelompok aset tersebut. Contoh, informasi tersebut tercakup dalam rekonsiliasi jumlah tercatat aset tetap pada awal dan akhir periode, seperti disyaratkan oleh PSAK 16. 124. Entitas yang melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5 mengungkapkan hal-hal berikut ini untuk setiap segmen: (a) jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi dan dalam laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode. (b) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi dan dalam laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.45
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.46
ED PSAK No. 48
125. Entitas mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap rugi penurunan nilai material yang diakui atau dibalik selama periode tertentu untuk suatu aset individual, termasuk goodwill, atau suatu unit penghasil kas: (a) peristiwa dan kondisi yang mengarah pada pengakuan atau pembalikan rugi penurunan nilai. (b) jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik. (c) untuk aset individual: (i) sifat dari aset; dan (ii) jika entitas melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5, segmen terlaporkan yang mencakup aset tersebut. (d) untuk unit penghasil kas; (i) deskripsi unit penghasil kas (seperti apakah unit penghasil kas merupakan suatu lini produksi, suatu pabrik, suatu operasi bisnis, suatu wilayah geografi, atau suatu segmen yang dapat dilaporkan seperti dijelaskan dalam PSAK 5); (ii) jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik oleh kelompok aset dan, jika entitas melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5, disajikan berdasarkan segmen terlaporkan; dan (iii) jika agregasi dari aset untuk mengindentifikasi unit penghasil kas telah berubah sejak estimasi sebelumnya dari jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas (jika ada), suatu uraian dari cara agregasi aset saat ini dan sebelumnya serta alasan perubahan cara unit penghasil kas diidentifikasi. (e) apakah jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) adalah nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakainya. (f) jika jumlah terpulihkan adalah nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual, dasar yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (seperti apakah nilai wajar ditentukan dengan mengacu kepada suatu pasar aktif). (g) jika jumlah terpulihkan adalah nilai pakai, tingkat diskonto yang digunakan pada estimasi saat ini dan estimasi sebelumnya (jika ada) dari nilai pakai. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
126. Entitas mengungkapkan informasi berikut untuk rugi penurunan nilai agregat dan pembalikan rugi penurunan nilai agregat yang diakui selama periode tertentu dalam hal tidak diungkapkannya informasi sesuai paragraf 125: (a) kelompok utama aset yang mengalami rugi penurunan nilai dan kelompok utama aset yang mengalami pemulihan rugi penurunan nilai. (b) peristiwa dan keadaan utama yang menyebabkan pengakuan rugi penurunan nilai dan pemulihan rugi penurunan nilai tersebut. 127. Entitas dianjurkan untuk mengungkapkan asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) selama periode. Namun, paragraf 129 mensyaratkan suatu entitas mengungkapkan informasi tentang estimasi yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan suatu unit penghasil kas ketika goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas tercakup dalam jumlah tercatat unit tersebut. 128. Sesuai dengan paragraf 84, jika setiap bagian dari goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis selama periode tersebut tidak dialokasikan ke unit penghasil kas (kelompok dari unit) pada akhir periode pelaporan, jumlah dari goodwill yang tidak dialokasikan diungkapkan bersamaan dengan alasan mengapa jumlah tersebut tetap tidak dialokasikan. Estimasi yang Digunakan Untuk Mengukur Jumlah Terpulihkan Dari Unit Penghasil Kas Mengandung Goodwill Atau Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat Tidak Terbatas 129. Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh (a)-(f) untuk setiap unit penghasil kas (kelompok dari unit) untuk mana jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas dialokasikan ke unit itu (kelompok unit) adalah signifikan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.47
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.48
ED PSAK No. 48
dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat yang tidak terbatas dari entitas: (a) jumlah tercatat goodwill dialokasikan ke unit (kelompok dari unit). (b) jumlah tercatat aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas dialokasikan ke unit (kelompok dari unit). (c) dasar dari jumlah terpulihkan dari unit ditentukan (yaitu nilai pakai atau nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual). (d) jika jumlah terpulihkan dari unit (kelompok unit) didasarkan atas nilai pakai: (i) suatu uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam proyeksi arus kasnya untuk periode yang dicakup oleh anggaran/prakiraan terkini. Asumsi utama adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap jumlah terpulihkan unit (kelompok unit). (ii) suatu gambaran pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama, apakah nilai-nilai tersebut menggambarkan pengalaman masa lalu, jika sesuai, konsisten dengan sumber informasi dari luar, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal tersebut berbeda dari pengalaman masa lalu atau sumber informasi dari luar. (iii) periode yang mana manajemen telah memproyeksikan arus kas yang didasarkan pada anggaran/ramalan keuangan yang disetujui manajemen dan, ketika periode lebih dari lima tahun digunakan untuk suatu unit penghasil kas (kelompok dari unit), suatu penjelasan dibutuhkan mengapa periode yang lebih lama dijustifikasi. (iv) tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas diluar periode yang dicakup oleh anggaran/prakiraan terkini, dan suatu justifikasi untuk menggunakan tingkat Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
pertumbuhan yang melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata jangka panjang untuk produk, industri, atau negara di tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar dimana unit (kelompok unit) tersebut didedikasikan. (v) tingkat diskonto yang diterapkan untuk proyeksi arus kas. (e) jika jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual tidak ditentukan dengan menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi untuk unit (kelompok dari unit), informasi berikut juga harus diungkapkan: (i) penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam penentuan nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual. Asumsi utama adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) (ii) penjelasan dari pendekatan manajemen dalam menetapkan nilai-nilai yang dipakai untuk setiap asumsi utama, apakah nilai-niai itu mencerminkan pengalaman masa lalu atau, jika sesuai, apakah konsisten dengan informasi yang bersumber dari luar, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal itu berbeda dari pengalaman masa lalu atau informasi yang bersumber dari luar. Jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual ditentukan dengan menggunakan proyeksi arus kas terdiskonto, informasi berikut juga diungkapkan: (iii) periode arus kas yang diproyeksikan manajemen (iv) tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas (v) tingkat diskonto yang diterapkan untuk proyeksi arus kas (f) jika suatu kemungkinan perubahan (yang beralasan) dalam asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.49
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.50
ED PSAK No. 48
manajemen dalam penentuan jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) akan menyebabkan jumlah tercatat unit (kelompok unit) melebihi jumlah terpulihkan: (i) jumlah yang mana dari jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) melebihi jumlah tercatatnya. (ii) nilai yang dipergunakan dalam asumsi utama. (iii) jumlah yang mana nilai yang ditetapkan ke asumsi utama harus berubah, setelah memperhitungkan setiap konsekuensi yang diakibatkan oleh perubahan itu pada variabel lain (yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan), agar jumlah terpulihkan dari unit (kelompok unit) menjadi sama dengan jumlah tercatatnya. 130. Jika beberapa atau semua jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas dialokasikan ke beragam unit penghasil kas unit (kelompok unit), dan jumlah yang dialokasikan ke tiap unit (kelompok unit) tidak signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas dari entitas, fakta tersebut harus diungkapkan, bersamaan dengan jumlah tercatat agregat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas yang dialokasikan ke unit tersebut (kelompok unit). Sebagai tambahan, jika jumlah terpulihkan dari unitunit tersebut (kelompok unit) didasarkan pada asumsi utama yang sama dan jumlah tercatat agregat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas yang dialokasikan ke unit-unit itu signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas dari entitas, entitas mengungkapkan fakta itu, bersama dengan: (a) jumlah tercatat agregat goodwill yang dialokasikan ke unit-unit tersebut (kelompok unit). (b) jumlah tercatat agregat aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas yang dialokasikan ke unit tersebut (kelompok unit). (c) suatu gambaran dari asumsi-asumsi utama. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
(d) suatu gambaran dari pendekatan manajemen dalam menetapkan nilai-nilai yang ditentukan ke asumsi-asumsi utama itu, apakah nilai-nilai tersebut mencerminkan pengalaman masa lalu atau, jika tepat, konsisten dengan sumber informasi dari luar, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal tersebut berbeda dari pengalaman masa lalu atau sumber informasi dari luar. (e) jika suatu kemungkinan perubahan yang beralasan di dalam asumsi-asumsi utama dapat menyebabka jumlah tercatat agregat unit-unit (kelompok dari unit) melebihi agregat dari jumlah terpulihnya: (i) jumlah yang mana jumlah terpulih agregat dari unit-unit (kelompok unit) melebihi agregat dari jumlah tercatatnya. (ii) nilai-nilai yang dipergunakan dalam asumsi-asumsi utama itu. (iii) jumlah dari nilai yang ditetapkan ke asumsi utama harus berubah, setelah memasukkan setiap konsekuensi yang diakibatkan oleh perubahan itu pada variabel lain yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihnya, agar agregat jumlah terpulihnya dari unit (kelompok unit) menjadi sama dengan agreasi jumlah tercatatnya. 131. Penghitungan rinci terkini yang dibuat dalam periode terdahulu atas jumlah terpulihkan suatu unit penghasil kas (kelompok unit) dapat, sesuai dengan paragraf 24 atau 94, diteruskan dan digunakan dalam pengujian penurunan nilai untuk unit itu (kelompok unit) dalam periode berjalan sepanjang kriteria tertentu dipenuhi. Ketika hal ini terjadi, informasi untuk unit tersebut (kelompok unit) termasuk dalam pengungkapan disyaratkan oleh paragraf 129 dan 130 terkait dengan penghitungan jumlah terpulihkan yang diteruskan ke periode berikutnya. 132. Contoh ilustrasi 9 menggambarkan pengungkapan yang disyaratkan oleh paragraf 129 dan 130.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.51
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.52
ED PSAK No. 48
KETENTUAN TRANSISI DAN TANGGAL EFEKTIF 133. Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk penyusunan laporan keuangan tahunan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. 134. Entitas menerapkan Pernyataan ini secara prospektif. PENARIKAN 135. Pernyataan ini menggantikan PSAK 48 (1998): Penurunan Nilai Aset.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Lampiran A Penggunaan Teknik Nilai Kini Untuk Mengukur Nilai Pakai Lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PSAK. Lampiran ini memberikan pedoman mengenai penggunaan teknik nilai kini dalam mengukur nilai pakai. Meskipun menggunakan istilah "aset", pedoman ini juga berlaku untuk kelompok aset yang membentuk suatu unit penghasil kas. Komponen-Komponen Dalam Pengukuran Nilai Kini A1. Unsur-unsur berikut secara bersama-sama merefleksikan perbedaan ekonomis antara aset: (a) estimasi arus kas masa depan, atau dalam kasus yang lebih kompleks, rangkaian arus kas masa depan yang suatu entitas harapkan dapat diperoleh dari aset; (b) ekspektasi kemungkinan variasi dalam jumlah atau waktu dari arus kas tersebut; (c) nilai waktu uang, yang direpresentasikan oleh suku bunga pasar bebas risiko saat ini; (d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset; dan (e) lain-lain, yang kadang tidak dapat diidentifikasi, faktorfaktor (seperti illikuiditas) yang dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menentukan harga untuk arus kas masa depan yang entitas harapkan dapat diperoleh dari aset. A2. Lampiran ini membahas dua pendekatan yang berbeda dalam menghitung nilai kini. Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai pakai suatu aset. Pemilihan pendekatan mana yang digunakan tergantung pada kondisi yang ada. Dalam pendekatan "tradisional", penyesuaian untuk faktorfaktor (b) - (e) yang dijelaskan dalam paragraf A1 dimasukkan dalam penentuan tingkat diskonto. Dalam pendekatan "arus kas ekspektasian", penyesuaian yang berkaitan dengan faktor (b),
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.53
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.54
ED PSAK No. 48
(d) dan (e) dimasukkan dalam penentuan arus kas ekspektasian suaian risiko. Pendekatan apapun yang diadopsi entitas untuk mencerminkan ekspektasi kemungkinan variasi dalam jumlah atau waktu dari arus kas masa depan, hasilnya harus mencerminkan ekspektasi nilai kini dari arus kas masa depan, yaitu rata-rata tertimbang dari semua kemungkinan hasil. Prinsip-Prinsip Umum A3. Teknik yang digunakan untuk mengestimasi arus kas masa depan dan tingkat bunga akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lain tergantung pada kondisi seputar aset. Namun demikian, prinsip-prinsip umum berikut berlaku untuk penerapan teknik nilai kini dalam mengukur aset: (a) tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas harus merefleksikan asumsi yang konsisten dengan asumsi yang digunakan dalam penentuan arus kas estimasian. Jika tidak, dampak dari beberapa asumsi akan terhitung dua kali atau terabaikan. Sebagai contoh, suatu tingkat diskonto 12 persen diterapkan untuk arus kas kontraktual suatu piutang pinjaman. Tingkat diskonto itu mencerminkan ekspektasi akan kegagalan di masa depan dari pinjaman dengan karakteristik tertentu. Tingkat diskonto 12 persen yang sama tidak dapat digunakan untuk mendiskonto arus kas ekspektasian karena arus kas tersebut sudah mencerminkan asumsi tentang kegagalan di masa depan. (b) arus kas estimasian dan tingkat diskonto harus bebas dari bias dan faktor-faktor yang tak terkait dengan aset. Contoh adanya bias dalam pengukuran adalah dengan sengaja mengecilkan estimasi arus kas bersih untuk meningkatkan profitabilitas aset tersebut di masa depan. (c) arus kas estimasian atau tingkat diskonto harus mencerminkan rentang kemungkinan hasil ketimbang hanya satu kemungkinan jumlah baik itu merupakan jumlah yang paling mungkin terjadi, jumlah minimum atau jumlah maksimum.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Pendekatan Tradisional dan Arus Kas Ekspektasian Dalam Penentuan Nilai Kini Pendekatan Tradisional A4. Penerapan nilai kini dalam akuntansi secara tradisional menggunakan suatu arus kas estimasian tunggal dan tingkat diskonto tunggal, sering digambarkan sebagai "tingkat bunga sebanding dengan risikonya". Artinya, pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa penggunaan tingkat diskonto tunggal dapat menggabungkan semua ekspektasi tentang arus kas masa depan dan premi risiko yang tepat. Dengan demikian, pendekatan tradisional memberikan penekanan yang besar pada seleksi tingkat diskonto. A5. Dalam keadaan tertentu, misalnya ketika aset sebanding di pasar dapat diobservasi, pendekatan tradisional relatif mudah diterapkan. Untuk aset yang memiliki arus kas kontraktual, pendekatan tradisional ini konsisten dengan cara pelaku pasar menggambarkan aset tersebut, misalnya "obligasi 12 persen". A6. Namun demikian, pendekatan tradisional mungkin tidak dapat menyelesaikan beberapa masalah pengukuran yang kompleks dengan baik, seperti pengukuran aset non-keuangan yang pasarnya ataupun pasar aset lain yang sebanding tidak ada. Suatu pencarian "tingkat bunga yang sebanding dengan risiko" yang baik membutuhkan analisis atas setidaknya dua hal yakni (1) suatu aset yang ada di pasar dan memiliki suatu tingkat bunga amatan dan (2) aset yang sedang diukur. Tingkat diskonto yang tepat untuk arus kas yang sedang diukur harus ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat bunga teramatkan dari aset yang lain tersebut. Untuk menarik kesimpulan berdasarkan pertimbangan tersebut, karakteristik arus kas aset lain tersebut harus serupa dengan aset yang sedang diukur. Dengan demikian, pihak yang melakukan pengukuran tersebut harus melakukan hal-hal berikut ini: (a) mengidentifikasi rangkaian arus kas yang akan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.55
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.56
ED PSAK No. 48
didiskonto; (b) mengidentifikasi aset lain di pasar yang tampaknya memiliki kesamaan karakteristik arus kas; (c) membandingkan rangkaian arus kas dua aset tersebut untuk memastikan kesamaan mereka (misalnya, apakah kedua rangkaian arus kas tersebut merupakan arus kas kontraktual, atau apakah rangkaian arus kas yang satu adalah kontraktual sedangkan yang lain adalah suatu arus kas estimasian?); (d) mengevaluasi apakah terdapat suatu elemen dalam satu aset yang tidak ada dalam aset yang lain (misalnya, apakah yang satu lebih likuid dari yang lain?); dan (e) mengevaluasi apakah kedua rangkaian arus kas kemungkinan akan bergerak dengan pola yang serupa dalam kondisi ekonomi yang berubah. Pendekatan Arus Kas Ekspektasian A7. Dalam beberapa situasi, pendekatan arus kas ekspektasian merupakan alat pengukuran yang lebih efektif daripada pendekatan tradisioanal. Dalam melakukan suatu pengukuran, pendekatan arus kas ekspektasian menggunakan semua ekspektasi arus kas yang mungkin terjadi, bukan hanya satu arus kas yang paling mungkin terjadi. Sebagai contoh, suatu arus kas mungkin saja berjumlah Rp100, Rp200 atau Rp300 dengan probabilitas masing-masing sebesar 10 persen, 60 persen dan 30 persen. Arus kas ekspektasian adalah Rp220. Pendekatan arus kas ekspektasian berbeda dengan pendekatan tradisional karena berfokus pada analisis langsung atas arus kas dan atas pernyataan yang lebih eksplisit mengenai asumsi yang digunakan dalam pengukuran. A8. Pendekatan arus kas ekspektasian juga mengijinkan penggunaan teknik nilai kini ketika terdapat ketidakpastian mengenai waktu dari arus kas. Sebagai contoh, arus kas sebesar Rp1.000 mungkin diterima dalam satu tahun, dua tahun, atau tiga tahun dengan probabilitas masing-masing sebesar 10 persen, 60 persen dan 30 persen. Contoh di bawah Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
ini menunjukkan penghitungan nilai kini ekspektasian dalam situasi tersebut. Nilai kini dari Rp1.000 dalam 1 tahun pada 5% Rp 952,38 10% Probabilitas Nilai kini dari Rp1.000 dalam 2 tahun pada 5,25% Rp 902,73 Probabilitas 60% Nilai kini dari Rp1.000 dalam 3 tahun pada 5,50% Rp 851,61 Probabilitas 30% Nilai kini ekspektasian
Rp 95,24 Rp 541,64 Rp255,48 Rp892,36
A9. Nilai kini ekspektasian sebesar Rp 892,36 berbeda dengan konsep tradisional yang menggunakan estimasi terbaik yakni Rp 902,73 (probabilitas 60%). Penghitungan nilai kini tradisional yang diterapkan dalam contoh ini membutuhkan suatu keputusan tentang kemungkinan waktu yang mana dari arus kas yang digunakan dan oleh karena itu tidak akan mencerminkan probabilitas waktu yang lain. Ini dikarenakan tingkat diskonto dalam penghitungan nilai kini tradisional tidak dapat mencerminkan ketidakpastian dalam waktu. A10. Penggunaan probabilitas adalah suatu elemen pokok dari pendekatan arus kas ekspektasian. Beberapa pihak mempertanyakan apakah penetapan probabilitas untuk estimasi yang sangat subjektif seakan-akan menghasilkan presisi yang lebih besar daripada yang benar-benar ada. Namun demikian, penerapan pendekatan tradisional yang baik (seperti dijelaskan dalam paragraf A6) mensyaratkan estimasi dan subjektifitas yang sama tanpa memberikan transparansi penghitungan seperti yang ada dalam pendekatan arus kas ekspektasian . A11. Banyak estimasi yang dikembangkan dalam praktik saat ini telah memasukkan elemen-elemen dari arus kas ekspektasian secara informal. Disamping itu, akuntan sering harus mengukur suatu aset dengan menggunakan informasi yang terbatas tentang probabilitas dari arus kas yang mungkin terjadi. Sebagai contoh, seorang akuntan mungkin dihadapkan pada situasi-situasi berikut:
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.57
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.58
ED PSAK No. 48
(a) jumlah estimasian berkisar antara Rp 50 dan Rp 250, tetapi tidak ada jumlah tertentu dalam rentang tersebut yang kemungkinan terjadinya lebih besar dari jumlah yang lain. Berdasarkan informasi yang terbatas itu, estimasi arus kas ekspektasian adalah Rp 150 [(50+250)/2]. (b) jumlah estimasian berkisar antara Rp 50 dan Rp 250, dan jumlah yang paling mungkin adalah Rp 100. Namun demikian, probabilitas masing-masing jumlah tidak dapat diketahui. Berdasarkan informasi yang terbatas itu, estimasi arus kas ekspektasian adalah Rp 133,33 [(50+100+250)/3]. (c) jumlah estimasian adalah Rp50 (probabilitas 10%), Rp 250 (probabilitas 30%), atau Rp 100 (probabilitas 60%). Berdasarkan informasi yang terbatas itu, estimasi arus kas ekspektasian adalah Rp 140 [(50x0,10) + (250x0,30) + (100x0,60)]. Dalam tiap kasus, estimasi arus kas ekspektasian mungkin memberikan estimasi nilai pakai yang lebih baik daripada jumlah yang paling rendah, jumlah yang paling mungkin atau jumlah yang paling tinggi yang ditentukan secara sendirisendiri. A12. Penerapan pendekatan arus kas ekspektasian sangat tergantung pada kendala biaya dan manfaat. Dalam beberapa kasus, entitas mungkin mempunyai akses atas data yang ekstensif dan mungkin dapat mengembangkan banyak skenario arus kas. Dalam kasus yang lain, suatu entitas mungkin tidak dapat mengembangkan lebih dari pernyataan umum tentang variabilitas arus kas tanpa menghabiskan biaya yang substansial. Entitas tersebut perlu mempertimbangkan keseimbangan antara biaya untuk mendapatkan informasi tambahan dengan manfaat tambahan tingkat keandalan dalam pengukuran berkat informasi tersebut. A13. Beberapa pihak berpendapat bahwa teknik arus kas ekspektasian tidak cocok untuk mengukur suatu aset tunggal atau suatu aset dengan jumlah yang terbatas dari kemungkinanHak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
kemungkinan yang dihasilkan. Mereka menawarkan suatu contoh dari suatu aset dengan dua kemungkinan hasil: dengan probabilitas 90 persen arus kas yang dihasilkan menjadi Rp 10 dan dengan probabilitas 10 persen arus kas yang dihasilkan menjadi Rp 1.000. Mereka mengamati bahwa arus kas ekspektasian dalam contoh itu adalah sebesar Rp 109 dan memberikan kritik bahwa hasilnya tidak merepresentasikan salah satu jumlah yang mungkin pada akhirnya harus dibayar. A14. Asersi yang diuraikan diatas mencerminkan ketidaksesuaian dengan tujuan pengukuran. Jika tujuannya adalah akumulasi biaya yang akan terjadi, arus kas ekspektasian mungkin tidak dapat menghasilkan suatu representasi yang tepat tentang estimasi biaya ekspektasian. Namun demikian, Pernyataan ini mengatur masalah pengukuran jumlah terpulihkan dari suatu aset. Jumlah terpulihkan aset dalam contoh ini tidak mungkin Rp 10, meskipun itu adalah arus kas yang paling mungkin. Ini dikarenakan pengukuran sebesar Rp 10 tidak memasukkan ketidakpastian dari arus kas dalam pengukuran aset tersebut. Sebaliknya, arus kas yang tidak pasti disajikan seakan-akan pasti. Tidak ada entitas yang rasional akan menjual suatu aset dengan karakteristik seperti ini sebesar Rp 10. Tingkat Diskonto A15. Pendekatan apapun yang dipakai entitas untuk mengukur nilai pakai suatu aset, tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas tidak boleh mencerminkan risiko yang karenanya arus kas estimasian telah disesuaikan. Jika tidak demikian, dampak dari beberapa asumsi akan terhitung dua kali. A16. Ketika tingkat diskonto yang spesifik untuk aset tertentu tidak tersedia langsung di pasar, entitas menggunakan pengganti untuk mengestimasi tingkat diskonto. Tujuannya adalah untuk mengestimasi, sejauh mungkin, suatu penilaian
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.59
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.60
ED PSAK No. 48
pasar atas: (a) nilai waktu uang untuk periode sampai berakhirnya masa manfaat aset; dan (b) faktor-faktor (b), (d) dan (e) yang dijelaskan di paragraf A1, hanya jika faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan penyesuaian dalam menentukan arus kas estimasian. A17. Sebagai titik awal dalam membuat estimasi tersebut, entitas mungkin mempertimbangkan angka-angka berikut: (a) biaya modal rata-rata tertimbang entitas yang ditentukan dengan menggunakan teknik misalnya, Capital Aset Pricing Model; (b) tingkat bunga pinjaman tambahan entitas; dan (c) tingkat bunga pinjaman pasar lainnya. A18. Namun angka-angka tersebut harus disesuaikan: (a) untuk mencerminkan cara pasar dalam menilai risiko tertentu yang diasosiasikan dengan arus kas estimasian aset; dan (b) untuk mengeluarkan risiko yang tidak relevan dengan arus kas estimasian aset atau risiko yang karenanya arus kas estimasian telah disesuaikan. Risiko-risiko seperti risiko negara, risiko mata uang dan risiko harga harus dipertimbangkan. A19. Tingkat diskonto tidak bergantung pada struktur permodalan entitas dan cara entitas membiayai pembelian aset, karena arus kas masa depan yang diharapkan mengalir dari aset tidak bergantung pada cara entitas membiayai pembelian aset tersebut. A20. Paragraf 55 mensyaratkan bahwa tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat diskonto sebelum pajak. Dengan demikian, ketika basis yang digunakan untuk mengestimasi tingkat diskonto adalah setelah pajak, basis itu disesuaikan untuk mencerminkan tingkat diskonto sebelum pajak.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
A21. Entitas biasanya menggunakan suatu tingkat diskonto tunggal untuk mengestimasi nilai pakai aset. Namun demikian, suatu entitas menggunakan tingkat diskonto tersendiri untuk periode masa depan yang berbeda-beda jika besaran nilai pakai sensitif terhadap perbedaan risiko yang ada dalam periode yang berbeda atau terhadap struktur tingkat bunga.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.61
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.62
ED PSAK No. 48
Lampiran B Pengujian Penurunan Nilai Aset Unit Penghasil Kas dengan Goodwill dan Kepentingan Non-pengendali Lampiran ini adalah bagian tak terpisahkan dari PSAK. B1. Sesuai dengan PSAK 22: Kombinasi Bisnis, pengakuisisi mengukur dan mengakui goodwill pada tanggal akuisisi sebagai kelebihan dari (a) atas (b) dibawah ini: (a) agregasi dari: (i) Imbalan yang ditransfer, yang diukur sesuai dengan PSAK 22: Kombinasi Bisnis, yang pada umumnya mempersyaratkan nilai wajar pada tanggal akuisisi; (ii) jumlah dari setiap kepentingan non-pengendali pada pihak yang diakuisisi yang diukur sesuai dengan PSAK 22; dan (iii) untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi. (b) selisih jumlah aset yang dapat diidentifikasi yang diperoleh dan laibilitas yang diambil-alih pada tanggal akuisisi, yang diukur sesuai dengan PSAK 22. Alokasi Goodwill B2. Paragraf 80 dari Pernyataan ini mensyaratkan goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis dialokasikan ke setiap unit penghasil kas pengakuisisi, atau kelompok unit penghasil kas, yang diharapkan mendapatkan manfaat dari sinergi kombinasi itu, terlepas apakah aset atau laibilitas lain dari pengakuisisi yang diakuisisi termasuk dalam unit tersebut, atau kelompok unit. Beberapa sinergi yang dihasilkan dalam suatu kombinasi bisnis mungkin saja akan dialokasikan ke unit penghasil kas yang tidak memiliki kepentingan nonpengendali. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Pengujian Penurunan Nilai B3. Pengujian penurunan nilai meliputi proses membandingkan jumlah terpulihkan suatu unit penghasil kas dengan jumlah tercatatnya. B4. Jika suatu entitas mengukur kepentingan nonpengendali berdasarkan kepentingan proporsional atas aset bersih teridentifikasikan dari suatu entitas anak pada tanggal akuisisi, bukan atas nilai wajarnya, goodwill teratribusikan ke kepentingan non pengendali dimasukkan dalam jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas terkait tetapi tidak diakui di dalam laporan keuangan konsolidasi entitas induknya. Sebagai konsekuensinya, suatu entitas harus meng-gross up jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit untuk memasukkan unsur goodwill yang teratribusikan ke kepentingan nonpengendali. Jumlah tercatat suaian ini kemudian dibandingkan dengan jumlah terpulihkan unit untuk menentukan apakah unit penghasil kas mengalami penurunan nilai. Alokasi Rugi Penurunan Nilai B5. Paragraf 99 mengharuskan rugi penurunan nilai yang teridentifikasi dialokasikan pertama kali untuk mengurangi jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit dan kemudian ke aset lain dari unit secara pro rata berdasarkan jumlah tercatat dari setiap aset dalam unit itu. B6. Jika suatu entitas anak, atau bagian dari entitas anak, dengan kepentingan non-pengendali merupakan suatu unit penghasil kas, rugi penurunan nilai dialokasikan antara entitas induk dan kepentingan non-pengendali dengan dasar yang sama sebagaimana laba atau rugi dialokasikan. B7. Jika suatu entitas anak, atau bagian dari entitas anak, yang kepentingan non-pengendalinya merupakan bagian dari unit penghasil kas yang lebih besar, rugi penurunan nilai goodwill dialokasikan ke bagian-bagian dari unit penghasil
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.63
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.64
ED PSAK No. 48
kas yang memiliki kepentingan non pengendali dan ke bagianbagian yang tidak memiliki kepentingan non pengendali. Rugi penurunan nilai harus dialokasikan ke bagian-bagian dari unit penghasil kas berdasarkan basis berikut: (a) untuk rugi penurunan nilai yang terkait dengan goodwill dalam unit penghasil kas, jumlah tercatat relatif goodwill dari bagian-bagian sebelum penurunan nilai; dan (b) untuk rugi penurunan nilai yang terkait dengan aset teridentifikasikan dalam unit penghasil kas, jumlah tercatat relatif aset neto teridentifikasikan dari bagian tersebut sebelum penurunan nilai. Penurunan nilai ini dialokasikan ke aset-aset dari bagian dalam setiap unit secara pro rata berdasarkan jumlah tercatat dari setiap aset dalam bagian tersebut. Dalam bagian-bagian yang memiliki kepentingan nonpengendali, rugi penurunan nilai dialokasikan antara entitas induk dan kepentingan non pengendali dengan dasar yang sama sebagaimana laba atau rugi dialokasikan. B8. Jika suatu rugi penurunan nilai teratribusikan ke kepentingan non-pengendali terkait dengan goodwill yang tidak diakui dalam laporan keuangan konsolidasian entitas induk (lihat paragraf C4), penurunan nilai tidak diakui sebagai rugi penurunan nilai goodwill. Dalam kasus seperti ini, hanya penurunan nilai yang terkait dengan goodwill yang dialokasikan ke entitas induk diakui sebagai suatu rugi penurunan nilai goodwill. B9. Contoh ilustrasi 7 memberikan gambaran mengenai pengujian penurunan nilai dari suatu unit penghasil kas yang tidak sepenuhnya dimiliki tetapi memperoleh alokasi goodwill.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CONTOH ILUSTRASI Contoh-contoh ini melengkapi, tetapi bukan bagian dari PSAK 48. Semua contoh ini mengasumsikan bahwa entitas tidak memiliki transaksi selain dari yang digambarkan. Satuan moneter pada contoh ilustrasi ini menggunakan rupiah (Rp). Contoh 1. Mengidentifikasi Unit Penghasil Kas Tujuan dari contoh ini: (a) untuk mengindikasi bagaimana unit penghasil kas diidentifikasi dalam berbagai macam situasi; dan (b) untuk menyoroti faktor-faktor penting yang dapat dipertimbangkan entitas dalam mengidentifikasi unit penghasil kas dengan aset termasuk di dalamnya. A - Jaringan Toko Ritel Latar Belakang CI1. Toko X dimiliki oleh jaringan toko ritel M. X melakukan semua pembelian untuk toko ritelnya melalui pusat pembelian M. Kebijakan penetapan harga, pemasaran, iklan dan SDM (kecuali untuk menggaji kasir dan staff penjualan toko X) diputuskan oleh M. M juga memiliki lima toko lain di kota yang sama dengan X (meskipun di lingkungan yang berbeda) dan 20 toko di kota yang lain. Semua toko dikelola dengan cara yang sama dengan X. X dan empat toko lainnya dibeli lima tahun lalu dan goodwill sudah diakui. Apakah unit penghasil kas untuk X? Analisis CI2. Dalam mengidentifikasi unit penghasil kas X, entitas mempertimbangkan apakah, sebagai contoh: (a) pelaporan manajemen internal digunakan untuk mengukur kinerja atas dasar dari toko ke toko; dan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.65
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.66
ED PSAK No. 48
(b) bisnis dijalankan atas dasar keuntungan dari toko ke toko atau berdasarkan daerah atau kota. CI3. Semua toko M berada di lingkungan yang berbeda dan kemungkinan memiliki basis konsumen yang berbeda. Jadi, meskipun X dikelola pada tingkat korporat, X menghasilkan arus kas masuk yang independen dari toko-toko M lainnya. Oleh karena itu, dimungkinkan bahwa X adalah suatu unit penghasil kas. CI4. Jika unit penghasil kas X mewakili level terendah dalam grup M yang goodwill-nya dimonitor untuk tujuan internal manajemen, M menerapkan uji penurunan nilai ke unit penghasil kas tersebut seperti penjelasan paragraf 90 dari PSAK 48. Jika informasi tentang jumlah tercatat goodwill tidak tersedia dan dimonitor untuk tujuan internal manajemen pada tingkat unit penghasil kas X, M menerapkan uji penurunan nilai ke unit penghasil kas tersebut seperti penjelasan paragraf 88 dari PSAK 48. B. Pabrik Untuk Tahapan Antara Dari Suatu Proses Produksi Latar Belakang CI5. Suatu bahan mentah yang signifikan digunakan untuk produksi akhir pabrik Y adalah suatu produk antara yang dibeli dari pabrik X dari entitas yang sama. Produk X dijual ke Y pada harga transfer yang memberikan semua keuntungan kepada X. Delapan puluh persen dari produksi akhir Y dijual ke pelanggan diluar entitas. Enam puluh persen dari produksi akhir X dijual ke Y dan sisanya empat puluh persen dijual ke pelanggan di luar entitas. Untuk setiap kasus berikut, apa unit penghasil kas untuk X dan Y?
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Kasus 1: X dapat menjual produknya ke Y pada suatu pasar yang aktif. Harga transfer internalnya lebih tinggi dari pada harga pasar. Kasus 2: Tidak ada pasar aktif untuk produk yang dijual X ke Y. Analisis Kasus 1 CI6. X dapat menjual produknya ke suatu pasar aktif, sehingga, menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk yang berasal dari Y. Oleh karena itu, kemungkinan X adalah unit penghasil kas terpisah, meskipun sebagian dari produksinya digunakan oleh Y (lihat PSAK 48 paragraf 70). CI7. Dimungkinkan bahwa Y adalah suatu unit penghasil kas terpisah juga. Y menjual 80% dari produksinya ke pelanggan diluar entitas. Sehingga, arus kas masuknya dapat dianggap sebagian besar independen . CI8. Penetapan harga transfer internal tidak mencerminkan harga pasar untuk hasil keluaran X. Sehingga, dalam menentukan nilai pakai baik X maupun Y, entitas menyesuaikan anggaran/ perkiraan keuangan untuk mencerminkan estimasi terbaik manajemen tentang harga di masa depan yang dapat dihasilkan dari transaksi wajar untuk produk-produk X yang digunakan secara internal tersebut (lihat PSAK 48 paragraf 70). Kasus 2 CI9. Dimungkinkan bahwa jumlah terpulihkan dari setiap pabrik tidak dapat dinilai secara terpisah dari jumlah terpulihkan pabrik lainnya karena: (a) mayoritas dari produksi X digunakan secara internal dan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.67
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.68
ED PSAK No. 48
tidak dapat dijual di pasar yang aktif. Sehingga, arus kas masuk dari X tergantung pada permintaan atas produk Y. Dengan demikian, X tidak dapat dianggap menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk Y. (b) kedua pabrik dikelola bersama. CI10. Sebagai konsekuensinya, dimungkinkan bahwa X dan Y bersama-sama adalah kelompok terkecil aset yang menghasilkan arus kas masuk yang independen. C - Entitas dengan Produk Tunggal Latar Belakang CI11. Entitas M memproduksi suatu produk tunggal dan memiliki pabrik A, B dan C. Tiap pabrik berlokasi di benua yang berbeda. A memproduksi suatu komponen yang dirakit pada B atau C. Kapasitas gabungan dari B atau C tidak sepenuhnya dimanfaatkan. Produk M dijual ke seluruh dunia dari B atau C. Sebagai contoh, produksi B dapat dijual di benua C jika produknya terkirim lebih cepat dari lokasi B daripada dari lokasi C. Tingkat pemanfaatan pabrik B dan C bergantung pada alokasi penjualan antara kedua pabrik itu. Untuk setiap kasus berikut, apa unit penghasil kas untuk A, B dan C? Kasus 1: Terdapat pasar aktif untuk produk A. Kasus2: Tidak terdapat pasar aktif untuk produk A. Analisis Kasus 1 CI12. Dimungkinkan bahwa A adalah suatu unit penghasil kas yang terpisah karena terdapat pasar aktif untuk produknya (lihat Contoh B – Pabrik untuk suatu tahapan antara dari suatu proses produksi, Kasus 1). Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CI13. Meskipun terdapat pasar aktif untuk produk yang dirakit oleh B dan C, arus kas masuk untuk B dan C bergantung pada alokasi produksi kedua pabrik. Tidak mungkin bahwa arus kas masuk di masa depan untuk B dan C dapat ditentukan secara individual. Sehingga, dimungkinkan bahwa B dan C bersama adalah grup aset terkecil yang dapat diidentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk yang independen. CI14. Dalam menentukan nilai pakai dari A,B dan C, M menyesuaikan anggaran/ perkiraan keuangan untuk mencerminkan estimasi terbaiknya dari harga di masa depan yang dapat dihasilkan dari transaksi yang wajar untuk produk A (lihat lihat PSAK 48 paragraf 70). Kasus 2 CI15. Dimungkinkan bahwa jumlah terpulihkan dari setiap pabrik tidak dapat dinilai secara independen karena: (a) tidak terdapat pasar aktif untuk produk A. Sehingga, arus kas masuk A bergantung pada penjualan dari produk akhir B dan C. (b) meskipun terdapat pasar aktif untuk produk yang dirakit oleh B dan C, arus kas masuk untuk B dan C bergantung kepada alokasi produksi antara kedua pabrik itu. Adalah tidak mungkin bahwa arus kas masuk di masa depan untuk B dan C dapat ditentukan secara individual. CI16. Sebagai konsekuensinya, dimungkinkan bahwa A, B dan C secara bersama (yaitu M sebagai satu kesatuan) adalah kelompok aset terkecil yang dapat diidentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.69
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.70
ED PSAK No. 48
D- Judul Majalah Latar Belakang CI17. Sebuah penerbit memiliki 150 judul majalah yang 70 diantaranya dibeli dan 80 dibuat sendiri. Harga yang dibayarkan untuk sebuah judul majalah yang dibeli diakui sebagai suatu aset tidak berwujud. Biaya menciptakan judul majalah dan memelihara judul-judul yang sudah ada diakui sebagai suatu pengeluaran di saat terjadinya. Arus kas masuk dari penjualan langsung dan iklan dapat diidentifikasi untuk setiap judul majalah. Judul-judul majalah dikelola menurut segmen pelanggan. Tingkat pendapatan iklan untuk suatu judul majalah bergantung pada kisaran judul dalam segmen pelanggan yang berhubungan dengan judul majalah tersebut. Manajeman memiliki kebijakan untuk meninggalkan judul yang lama sebelum berakhir umur ekonomisnya dan menggantinya segera dengan judul yang baru untuk segmen pelanggan yang sama. Apa unit penghasil kas untuk suatu judul majalah secara individual? Analisis CI18. Dimungkinkan bahwa jumlah terpulihkan dari suatu judul majalah secara individual dapat dinilai. Meskipun tingkat pendapatan iklan untuk sebuah judul dipengaruhi dalam halhal tertentu oleh judul-judul lain dalam segmen pelanggan, arus kas masuk dari penjualan langsung dan iklan dapat diidentifikasi untuk setiap judul. Sebagai tambahan, meskipun judul dikelola menurut segmen pelanggan, keputusan untuk meninggalkan judul dibuat berdasarkan masing-masing judul secara individual. CI19. Oleh karena itu, dimungkinkan bahwa judul majalah secara individual menghasilkan arus kas masuk yang independen satu dengan yang lain dan bahwa setiap judul majalah adalah unit penghasil kas yang terpisah. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
E – Gedung yang Sebagian Disewakan dan Sebagian Ditempati Untuk Digunakan Sendiri Latar Belakang CI20. M adalah perusahaan manufaktur. M memiliki sebuah gedung kantor pusat yang biasanya ditempati sepenuhnya untuk keperluan internal. Setelah pengurangan pegawai, setengah dari gedung sekarang digunakan secara internal dan setengahnya lagi disewakan ke pihak ketiga. Perjanjian sewa dengan penyewa berlaku untuk lima tahun. Apa unit penghasil kas dari gedung tersebut? Analisis CI21. Tujuan utama dari gedung adalah untuk melayani sebagai suatu aset korporat, mendukung aktifitas manufaktur M. Sehingga, gedung secara keseluruhan tidak dapat dipertimbangkan untuk menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk entitas secara keseluruhan. Jadi, adalahmungkin bahwa unit penghasil kas untuk gedung adalah M secara keseluruhan. CI22. Gedung tidak dimiliki sebagai sebuah investasi. Sehingga, tidak tepat untuk menentukan nila pakai dari gedung berdasarkan pada proyeksi sewa terkait dengan pasar di masa depan. Contoh 2 Penghitungan Nilai Pakai dan Pengakuan dari Suatu Rugi Penurunan Nilai Dalam contoh ini, pengaruh pajak ditiadakan. Latar Belakang dan Penghitungan dari Nilai Pakai CI23. Pada akhir 20x0, entitas T memperoleh entitas M senilai Rp 10.000. M memiliki pabrik manufaktur di tiga negara.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.71
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.72
ED PSAK No. 48
Tabel 1. Data pada akhir 20x0 Akhir 20x0
Aktifitas di Negara A Aktifitas di Negara B Aktifitas di Negara C Total
Alokasi Harga Beli
Goodwil
Rp
Nilai wajar dari aset teridentifikasi Rp
3.000
2.000
1.000
2.000
1.500
500
5.000
3.500
1.500
10.000
7.000
3.000
Rp(a)
(a) Aktifitas di setiap negara menggambarkan tingkat terendah yang goodwillnya dimonitor untuk tujuan manajemen internal (ditentukan sebagai selisih antara harga beli dari aktivitas di setiap negara, seperti ditetapkan di dalam perjanjian pembelian, dan nilai wajar aset teridentifikasi).
CI23A. Karena goodwill telah dialokasikan ke aktifitas di setiap negara, setiap aktifitas tersebut harus diuji untuk penurunan nilai secara tahunan atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa goodwill mengalami penurunan nilai (lihat PSAK 48 paragraf 90). CI24. Jumlah terpulihkan (yaitu yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) dari unit penghasil kas ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. Pada akhir 20x0 dan 20x1, nilai pakai dari setiap unit penghasil kas melebihi jumlah tercatatnya. Dengan demikian, aktifitas-aktifitas di setiap negara dan goodwill yang dialokasikan ke aktifitas-aktifitas tersebut dianggap tidak turun nilainya. CI25. Pada awal dari 20x2, sebuah pemerintahan baru terpiliih di negara A. Pemerintah mengesahkan perundangundangan yang secara signifikan membatasi ekspor dari produk utama T. Hasilnya, dan untuk masa yang akan datang dapat diperkirakan produksi T di negara A akan berkurang 40 persen. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CI26. Pembatasan ekspor secara signifikan dan hasil produksi yang menurun juga mensyaratkan T untuk mengestimasi jumlah terpulihkan dari operasi negara A pada awal 20x2. CI27. T menggunakan depresiasi garis lurus selama masa 12 tahun untuk aset teridentifikasikan di negara A dan mengantisipasi tidak ada nilai sisa. CI28. Untuk menentukan nilai pakai unit penghasil kas di negara A (lihat Tabel 2), T melakukan: (a) menyiapkan perkiraan arus kas yang diperoleh dari anggaran/perkiraan keuangan terkini untuk lima tahun mendatang (tahun 20x2-20x6) yang disetujui oleh manajemen. (b) mengestimasi arus kas berikutnya (tahun 20x7-20y2) berdasarkan pada penurunan tingkat pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan untuk 20x7 diestimasi akan menjadi 3 persen. Tingkat ini lebih rendah dari rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di negara A. (c) memilih tingkat diskonto 15 persen, yang menggambarkan tingkat bunga sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar saat ini atas nilai waktu uang dan risiko yang spesifik dari unit penghasil kas di negara A. Pengakuan dan Pengukuran dari Rugi Penurunan Nilai CI29. Jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas di negara A adalah Rp 1.360. CI30. T membandingkan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas di negara A dengan jumlah tercatatnya (lihat Tabel 3). CI31. Karena jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan sebesar Rp 1.473, T mengakui suatu rugi penurunan nilai Rp 1.473 segera dalam laba atau rugi. Jumlah tercatat dari goodwill yang berhubungan dengan operasi negara A
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.73
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
dikurangi menjadi nol sebelum mengurangi jumlah tercatat aset teridentifikasikan dalam unit penghasil kas di negara A. (lihat PSAK 48 paragraf 99). CI32. Pengaruh pajak dicatat secara terpisah sesuai dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
74
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 2 3
3% (2)% (6)% (15)% (25)% (67)%
Rp
Tingkat pertumbuhan jangka panjang
2301 2531 2731 2901 3041 3132 3072 2892 2452 1842 612
Arus kas masa depan
0,86957 0,75614 0,65752 0,57175 0,49718 0,43233 0,37594 0,32690 0,28426 0,24719 0,21494
Faktor Nilai kini pada tingkat diskonto 15%3
Berdasarkan estimasi terbaik manajemen atas proyeksi arus kas bersih (setelah dipotong 40%) Berdasarkan suatu ekstrapolasi dari arus kas tahun terdahulu menggunakan tingkat pertumbuhan menurun. Faktor nilai kini dihitung dengan k=1/(1+a)n, dengan a = tingkat diskonto dan n = periode diskonto.
20x2 (n=1) 20x3 20x4 20x5 20x6 20x7 20x8 20x9 20y0 20y1 20y2 Nilai pakai
Tahun
Arus kas masa depan terdiskonto Rp 200 191 180 166 151 135 115 94 70 45 13 1.360
Tabel 2. Penghitungan nilai pakai unit penghasil kas negara A pada awal tahun 20X2
Penurunan Nilai Aset ED PSAK No. 48
48.75
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.76
ED PSAK No. 48
Tabel 3. Penghitungan dan alokasi rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas negara A pada awal 20X2
Awal 20X2
Biaya historis Akumulasi depresiasi (20X1) Jumlah tercatat Rugi penurunan nilai Jumlah tercatat stlh rugi penurunan nilai
Goodwill
Aset yang dapat teridentifikasikan
Total
Rp
Rp
Rp
1.000 -
2.000 (167)
3.000 (167)
1.000 (1.000) -
1.833 (473) 1.360
2.833 (1.473) 1.360
Contoh 3 Pengaruh Pajak Tangguhan A – Pengaruh Pajak Tangguhan Atas Pengakuan Suatu Rugi Penurunan Nilai. Menggunakan data untuk entitas T seperti disajikan pada contoh 2, dengan informasi tambahan sepeti dberikan pada contoh ini. CI33. Pada awal 20X2, dasar pajak aset teridentifikasikan dari unit penghasil kas negara A adalah Rp 900. Rugi penurunan nilai tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak. Tarif pajak adalah 40%. CI34. Pengakuan suatu rugi penurunan nilai atas aset dari unit penghasil kas negara A mengurangi perbedaan temporer pajak terkait dengan aset-aset tersebut. Laibilitas pajak tangguhan dikurangkan karenanya.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Awal 20X2
ED PSAK No. 48
Aset Rugi teridentifikasikan Penurunan sebelum penurunan Nilai nilai Rp
Jumlah tercatat Dasar pajak Perbedaan sementara kena pajak Laibilitas pajak tangguhan 40%
1.833 900 933 373
Aset teridentifikasi Setelah rugi penurunan nilai Rp Rp
(473) (473) (189)
1.360 900 460 184
CI35. Sesuai dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan, tidak ada pajak tangguhan berhubungan dengan goodwill yang awalnya diakui. Dengan demikian, rugi penurunan nilai terkait dengan goodwill tidak memberikan kenaikan pada penyesuaian pajak tangguhan. B – Pengakuan Rugi Penurunan Nilai Menimbulkan Aset Pajak Tangguhan CI36. Suatu entitas memiliki suatu aset teridentifikasikan dengan jumlah tercatat Rp 1.000. Jumlah terpulihkannya adalah Rp 650. Tarif pajak 30% dan dasar pembebanan pajak untuk aset tersebut Rp 800. Rugi penurunan nilai tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak. Pengaruh rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.77
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.78
ED PSAK No. 48
Sebelum Penurunan nilai
Pengaruh penurunan nilai
Setelah penurunan nilai
Rp
Rp
Rp
1.000
(350)
650
Dasar pajak
800
-
800
Perbedaan sementara kena pajak (mengurangi)
200
(350)
(150)
Laibilitas (aset) pajak tangguhan dengan tarif 30%
60
(105)
(45)
Awal 20X2
Jumlah tercatat
CI37. Sesuai PSAK 46, entitas mengakui aset pajak tangguhan sepanjang kemungkinan besar terdapat laba kena pajak yang dapat dikurangi dengan memanfaatkan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tersebut. Contoh 4. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Menggunakan data untuk entitas T seperti disajikan pada contoh 2, dengan tambahan informasi sebagaimana yang disediakan dalam contoh ini. Pada contoh ini, pengaruh pajak ditiadakan. Latar Belakang CI38. Pada 20X3, pemerintah masih berkuasa di negara A, namun situasi bisnis telah membaik. Pengaruh peraturan ekspor pada produk yang dihasilkan T terbukti tidak seburuk yang awalnya diperkirakan oleh manajemen. Akibatnya, manajemen mengestimasi bahwa produksi akan meningkat sebesar 30%. Perubahan yang menguntungkan ini mensyaratkan T untuk mengestimasi kembali jumlah terpulihkan aset neto untuk Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
operasi di negara A (lihat PSAK 48 paragraf 105 dan 106). Operasi di Negara A masih tetap merupakan unit penghasil kas untuk aset neto dari operasi di negara A tersebut. CI39. Penghitungan yang serupa dengan Contoh 2 menunjukkan bahwa jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas negara A kini sebesar Rp 1.910. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai CI40. T membandingkan jumlah terpulihkan dengan jumlah tercatat neto dari unit penghasil kas negara A. Tabel 1. Penghitungan jumlah tercatat unit penghasil kas negara A pada akhir 20x3 Aset teridentifikasikan Rp Rp
Goodwill
Awal 20x2 (contoh 2) Biaya historis Akumulasi depresiasi Rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai Akhir 20x3 Tambahan depresiasi (2 tahun)a Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Kelebihan jumlah terpulihkan atas jumlah tercatat
1.000 (1.000) -
-
Total Rp
2.000 3.000 (167) (167) (473) (1.473) 1.360 1.360
(247)
(247)
1.113
1.113 1.910 797
a Setelah pengakuan rugi penurunan nilai pada awal 20X2, T merevisi beban depresiasi untuk aset teridentifikaskan di negara A (dari Rp 166,7 per tahun menjadi Rp 123,6 per tahun), berdasarkan jumlah tercatat yang direvisi dan sisa masa manfaat (11 tahun) yang direvisi.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.79
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.80
ED PSAK No. 48
CI41. Terdapat perubahan menguntungkan pada estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset neto di negara A sejak diakuinya rugi penurunan nilai terakhir. Dengan demikian, sesuai dengan PSAK 48 paragraf 109, T mengakui suatu pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui pada 20X2. CI42. Sesuai PSAK 48 paragraf 117 dan 118, T meningkatkan jumlah tercatat aset teridentifikasikan negara A sebesar Rp 387 (lihat Tabel 3), yaitu sampai pada jumlah yang lebih rendah antara jumlah terpulihkan (Rp 1.910) dan biaya historis terdepresiasi aset teridentifikasikan (Rp 1.500) (lihat Tabel 2). Peningkatan ini diakui segera dalam laba rugi. CI43. Sesuai PSAK 48 paragraf 119, rugi penurunan nilai pada goodwill tidak dibalik. Tabel 2. Penentuan biaya historis terdepresiasi dari aset teridentifikasikan Negara A pada akhir 20X3 Aset teridentifikasikan
Akhir 20x3
Rp
Biaya historis Akumulasi depresiasi (166,7 x 3 tahun) Biaya historis terdepresiasi Jumlah tercatat (Tabel 1) Selisih
2.000 (500) 1.500 1.113 387
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Tabel 3. Jumlah tercatat aset di negara A pada akhir 20X3 Akhir 20X3
Jumlah tercatat bruto Akumulasi amortisasi Akumulasi rugi penurunan nilai Jumlah tercatat Pembalikan rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah pembalikan rugi penurunan nilai
Aset yang dapat diidentifikasi Rp Rp
Goodwill
Total Rp
1.000 -
2.000 (414)
3.000 (414)
(1.000) -
(473) 1.113
(1.473) 1.113
0
387
387
-
1.500
1.500
Contoh 5. Perlakuan Suatu Restrukturisasi Di Masa Depan Pada contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI44. Pada akhir 20X0, entitas K menguji penurunan nilai suatu pabrik. Pabrik itu adalah unit penghasil kas. Aset pabrik dicatat pada biaya historis terdepresiasi. Pabrik memiliki jumlah tercatat sebesar Rp 3.000 dan sisa masa manfaat 10 tahun. CI45. Jumlah terpulihkan pabrik (yaitu yang tertinggi antara nilai pakai dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. Nilai pakai dihitung menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak sebesar 14%. CI46. Anggaran yang disetujui manajemen mencerminkan bahwa: (a) pada akhir 20X3, pabrik akan direstrukturisasi pada biaya estimasi sebesar Rp 100. Disebabkan K belum berkomitmen untuk restrukturisasi, suatu kewajiban
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.81
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.82
ED PSAK No. 48
diestimasi (provision) belum dapat diakui untuk biaya restrukturiasi di masa depan. (b) Akan terdapat manfaat di masa depan dari restrukturisasi ini dalam bentuk arus kas keluar yang berkurang. CI47. Pada akhir 20X2, K berkomitmen untuk restrukturisasi. Estimasi biaya masih sebesar Rp 100 dan oleh karena itu suatu kewajiban diestimasi (provision) diakui. Estimasi arus kas masa depan pabrik yang tercermin dalam anggaran terkini yang disetujui manajemen dijelaskan dalam paragraf CI51 dan tingkat diskonto saat ini adalah sama seperti pada akhir 20X0. CI48. Pada akhir 20X3, biaya restrukturisasi aktual sebesar Rp 100 timbul dan dibayar. Sekali lagi, estimasi arus kas masa depan pabrik yang tercermin dalam anggaran terkini yang disetujui manajemen dan tingkat diskonto saat ini adalah sama seperti yang diestimasi pada akhir 20X2.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Pada akhir 20x10 Tabel 1. Penghitungan nilai pakai pabrik pada akhir 20x10 Didiskonto pada Arus kas Tahun 14% masa depan 20x1 20x2 20x3 20x4 20x5 20x6 20x7 20x8 20x9 20x10 Nilai pakai
Rp 300 280 4201 5202 3502 4202 4802 4802 4602 4002
Rp 263 215 283 308 182 191 192 168 141 108 2.051
1 Mengecualikan estimasi biaya restrukturisasi yang tercermin dalam anggaran manajemen 2 Mengecualikan estimasi manfaat yang diharapkan dari restrukturisasi yang tercermin dalam anggaran manejemen.
CI49. Jumlah terpulihkan pabrik (yaitu nilai pakai) adalah kurang dari jumlah tercatatnya. Dengan demikian, K mengakui kerugian penurunan nilai atas pabrik.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.83
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.84
ED PSAK No. 48
Tabel 2. Perhitungan rugi penurunan nilai pada akhir 20X0 Pabrik Rp Jumlah tercatat sebelum rugi penurunan nilai 3.000 Jumlah terpulihkan (Tabel1) Rugi penurunan nilai 2.051 Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai (949) 2.051 Pada akhir 20x1 CI50. Tidak ada kejadian yang mensyaratkan jumlah terpulihkan pabrik diestimasi ulang. Dengan demikian, tidak ada penghitungan jumlah terpulihkan yang harus dilakukan. Pada akhir 20x2 CI151. Entitas saat ini berkomitmen untuk menjalankan restrukturisasi. Dengan demikian, dalam menentukan nilai pakai pabrik, manfaat yang diharapkan dari restrukturisasi dipertimbangkan dalam penaksiran arus kas. Hal ini menghasilkan suatu peningkatan estimasi arus kas yang digunakan untuk menentukan nilai pakai pada akhir 20X0. Sesuai PSAK 48 paragraf 105 dan 106, jumlah terpulihkan dari pabrik ditentukan kembali pada akhir 20X2.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Tabel 3. Penghitungan nilai pakai pabrik pada akhir 20X2 Tahun 20x3 20x4 20x5 20x6 20x7 20x8 20x9 20x10 Nilai pakai
Arus kas masa depan Rp 4201 5702 3802 4502 5102 5102 4802 4102
diskonto 14% Rp 368 439 256 266 265 232 192 144 2.162
1 Mengecualikan estimasi biaya restrukturisasi karena suatu laibilitas telah diakui 2 Termasuk estimasi manfaat dari restrukturisasi yang tercermin dalam anggaran manajemen
CI52. Jumlah terpulihkan pabrik (nilai pakai) lebih tinggi dari jumlah tercatatnya (lihat Tabel 4). Dengan demikian, K membalik rugi penurunan nilai yang diakui untuk pabrik pada akhir 20X0. Tabel 4. Penghitungan pembalikan rugi penurunan nilai pada akhir 20X2
Jumlah tercatat pada akhir 20x0 (Tabel2) Akhir 20x2 Beban depresiasi (untuk 20x1 dan 20x2-Tabel5) Jumlah tercatat sebelum pembalikan Jumlah terpulihkan (Tabel 3) Pembalikan rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah pembalikan Jumlah tercatat: Biaya historis terdepresiasi (Tabel 5)
Pabrik Rp 2.051 (410) 1.641 2.162 521 2.162 2.400(a)
(a) Pembalikan tidak menyebabkan jumlah tercatat pabrik melebihi jumlah tercatatnya seandainya tetap menggunakan biaya historis terdepresiasi. Dengan demikian, pembalikan seluruhnya dari rugi penurunan nilai diakui.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.85
48.86 20x0 20x1 20x2 20x3
Akhir tahun ke
2.051 nc 2.162 nc
0 (205) (205) (270)
Jumlah Beban terpulihkan depresiasi yang disesuaikan Rp (949) 0 521 0
Rugi penurunan nilai
nc = tidak dihitung sepanjang tidak terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai telah meningkat/menurun.
Rp 3.000 2.700 2.400 2.100
Biaya historis terdepresiasi
2.051 1.846 2.162 1.892
Jumlah tercatat setelah penurunan nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Tabel 5. Ringkasan jumlah tercatat mesin
Penurunan Nilai Aset ED PSAK No. 48
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CI53. Terdapat suatu arus kas keluar Rp 100 ketika biaya restrukturisasi dibayarkan. Meskipun arus kas keluar sudah terjadi, tidak terdapat perubahan dalam estimasi arus kas masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai pada akhir 20X2. Dengan demikian, jumlah terpulihkan pabrik tidak dihitung pada akhir 20X3. Contoh 6 Perlakuan Atas Biaya Masa Depan Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan. Latar Belakang CI54. Pada akhir 20X0, entitas F menguji penurunan nilai sebuah mesin. Mesin itu adalah unit penghasil kas. Mesin itu dicatat pada biaya historis terdepresiasi dan jumlah tercatatnya adalah Rp 150.000. Mesin memiliki estimasi sisa masa manfaat 10 tahun. CI55. Jumlah terpulihkan mesin (yaitu yang lebih tinggi dari nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. Nilai pakai dihitung menggunakan suatu tingkat diskonto sebelum pajak sebesar 14 persen. CI56. Anggaran yang disetujui manajemen mencerminkan: (a) estimasi biaya yang diperlukan untuk memelihara tingkat manfaat ekonomi yang diharapkan muncul dari mesin pada kondisinya sekarang; dan (b) bahwa pada 20X4, biaya sebesar Rp 25.000 akan timbul untuk meningkatkan kinerja mesin dengan meningkatkan kapasitas produksinya. CI57. Pada akhir 20X4, terjadi biaya untuk meningkatkan kinerja mesin. Paragraf CI60 menunjukkan estimasi arus kas masa depan dari mesin yang tercermin dalam anggaran terkini yang disetujui manajemen dan tingkat diskonto sekarang adalah sama pada akhir 20X0.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.87
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.88
ED PSAK No. 48
Pada akhir 20x0 Tabel 1. Penghitungan nilai pakai mesin pada akhir 20X0 Tahun 20x1 20x2 20x3 20x4 20x5 20x6 20x7 20x8 20x9 20x10 Nilai pakai
Arus kas masa depan Rp 22.1651 21.5401 20.5501 24.7251.2 25.3251.3 24.8251.3 24.1231.3 25.5331.3 24.2341.3 22.8501.3
Diskonto pada 14% Rp 19.443 16.505 13.871 14.639 13.153 11.310 9.640 8.951 7.452 6.164 12.128
1. Termasuk estimasi biaya yang diperlukan untuk memelihara tingkat manfaat ekonomi yang diharapkan didapatkan dari mesin pada kondisinya sekarang. 2. Tidak termasuk estimasi biaya untuk meningkatkan kinerja mesin yang tercermin dalam anggaran manajemen. 3. Tidak termasuk estimasi manfaat yang diharapkan dari peningkatan kinerja mesin yang tercermin dalam anggaran manajemen.
CI58. Jumlah terpulihkan (nilai pakai) mesin adalah kurang dari jumlah tercatatnya. Dengan demikian, F mengakui suatu rugi penurunan nilai untuk mesin itu.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Tabel 2. Penghitungan rugi penurunan nilai pada akhir 20X0
Jumlah tercatat sebelum rugi penurunan nilai
Mesin Rp 150.000
Jumlah terpulihkan (Tabel 1)
121.128
Rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai
(28.872) 121.128
Tahun 20X1-20X3 CI59. Tidak terjadi peristiwa yang mensyaratkan jumlah terpulihkan mesin untuk diestimasi ulang. Dengan demikian, tidak ada penghitungan jumlah terpulihkan yang disyaratkan untuk dilakukan. Pada Akhir 20X4 CI60. Timbul biaya untuk meningkatkan kinerja mesin. Dengan demikian, dalam menentukan nilai pakai mesin, manfaat di masa depan yang diharapkan dari peningkatan kinerja mesin dipertimbangkan dalam menaksir arus kas. Ini menghasilkan suatu peningkatan dalam estimasi arus kas masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai pada akhir 20X0. Konsekuensinya, sesuai PSAK 48 paragraf 105 dan 106, jumlah terpulihkan mesin dihitung ulang pada akhir 20X4.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.89
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.90
ED PSAK No. 48
Tabel 3. Penghitungan nilai pakai mesin pada akhir 20X4 Arus kas Didiskonto pada Tahun masa depan(a) 14% 20x5 20x6 20x7 20x8 20x9 20x10 Nilai pakai
Rp 30.321 32.750 31.721 31.950 33.100 27.999
Rp 26.597 25.200 21.411 18.917 17.191 12.756 122.072
(a) Termasuk estimasi manfaat yang diharapkan dari peningkatan kinerja mesin seperti tercermin dalam anggaran manajemen.
CI61. Jumlah terpulihkan mesin (yaitu nilai pakai) adalah lebih tinggi dari jumlah tercatat mesin dan biaya historis terdepresiasi (lihat Tabel 4). Dengan demikian, K membalik rugi penurunan nilai yang diakui untuk mesin pada akhir 20X0 sehingga mesin dicatat pada biaya historis terdepresiasi. Tabel 4. Penghitungan pembalikan rugi penurunan nilai pada akhir 20x4 Mesin Rp Jumlah tercatat pada akhir 20X0 (Tabel 2) 121.128 Pada akhir 20x4 Beban depresiasi (20X1 sampai 20X4 – Tabel 5) (48.452) Biaya untuk meningkatkan kinerja mesin Jumlah tercatat sebelum pemulihan Jumlah terpulihkan (Tabel 3) Pembalikan rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah pembalikan Jumlah tercatat: biaya historis terdepresiasi (Tabel 5)
25.000 97.676 122.072 17.324 115.000 115.000(a)
(a) Nilai pakai mesin melebihi jumlah tercatat yang seandainya menggunakan biaya historis terdepresiasi. Dengan demikian, pembalikan dibatasi untuk suatu jumlah yang tidak menghasilkan jumlah tercatat mesin melebihi biaya historis terdepresiasi. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Contoh 7 Pengujian Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas Dengan Goodwill dan Kepentingan Non-pengendali Contoh 7A Kepentingan Non-pengendali Diukur Pada Awalnya Sebagai Bagian Proporsional Aset Neto Teridentifikasi Pada contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI62. Entitas induk memperoleh suatu hak kepemilikan 80 persen pada entitas anak sebesar Rp 2.100 pada 1 Januari 20X3. Pada tanggal itu, aset neto teridentifikasi dari entitas anak memiliki nilai wajar Rp 1.500. Entitas induk memilih untuk mengukur kepentingan non-pengendali sebagai hak proporsional aset neto teridentifikasi entitas anak sebesar Rp 300 (20% dari Rp 1.500). Goodwill Rp 900 adalah selisih antara agregasi dari pembayaran yang ditransfer dan jumlah dari kepentingan non-pengendali (Rp 2.100+Rp 300) dibandingkan aset neto teridentifikasi (Rp1.500). CI63. Aset dari entitas anak secara keseluruhan merupakan kelompok terkecil dari aset yang menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk aset lain atau kelompok aset lainnya. Oleh sebab itu, entitas anak adalah suatu unit penghasil kas. Karena unit penghasil kas lain dari entitas induk diharapkan teruntungkan dari sinergi penggabungan, goodwill sebesar Rp 500 yang terkait dengan penggabungan tersebut telah dialokasikan ke unit penghasil kas lain tersebut di dalam entitas induk. Karena unit penghasil kas yang terdiri dari entitas anak memasukkan goodwill dalam jumlah tercatatnya, maka unit penghasil kas harus diuji untuk penurunan nilai secara tahunan, atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa penurunan nilai mungkin terjadi (lihat PSAK 48 paragraf 90). CI64. Pada akhir 20X3, Entitas Induk menentukan bahwa jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas entitas anak adalah
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.91
48.92 Rp 150.000 135.000 120.000 105.000 90.000 25.000 115.000 95.833
Biaya historis terdepresiasi
122.072 nc
Rp 12.128 nc nc nc
Rp 0 (12.113) (12.113) (12.113) (12.113) (12.113) (19.167)
17.324 0
Rp (28.872) 0 0 0
115.000 95.833
Rp 121.128 109.015 96.902 84.789
Jumlah tercatat setelah penurunan nilai
nc = tidak dihitung sepanjang tidak ada indikasi bahwa rugi penurunan nilai mungkin telah naik atau turun.
20x5
20x0 20x1 20x2 20x3 20x4 Peningkatan
Tahun
Jumlah Beban terpulihkan depresiasi yang disesuaikan
Rugi penurunan nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Tabel 5. Ringkasan jumlah tercatat mesin
Penurunan Nilai Aset ED PSAK No. 48
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Rp 1.000. Jumlah tercatat dari aset neto entitas anak, diluar goodwill, adalah Rp 1.350. Pengujian Penurunan Nilai Terhadap Entitas Anak (Unit Penghasil Kas) CI65. Goodwill yang teratribusikan ke kepentingan nonpengendali dimasukkan ke jumlah terpulihkan Entitas Anak sebesar Rp 1,000 tetapi belum diakui dalam laporan keuangan Entitas Induk konsolidasian. Sehingga sesuai PSAK 48 paragraf C4 dari Lampiran B, jumlah tercatat dari Entitas Anak di-gross up untuk memasukkan goodwill yang dapat diatribusikan ke kepentingan non-pengendali, sebelum dibandingkan dengan jumlah terpulihkan sebesar Rp 1.000. Goodwill yang dapat diatribusikan ke Entitas Induk dengan hak kepemilikan Entitas Anak sebesar 80 persen pada tanggal akuisisi adalah Rp 400 setelah mengalokasikan Rp 500 ke unit penghasil kas lainnya dalam Entitas Induk. Dengan demikian, goodwill yang dapat diatribusikan ke 20 persen kepentingan non-pengendali pada Entitas Anak pada tanggal akuisisi adalah Rp 100.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.93
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.94
ED PSAK No. 48
Tabel 1. Menguji Entitas Anak untuk pengujian penurunan nilai pada akhir 20X3 Akhir 20x3
Jumlah tercatat
Goodwill Entitas Anak
Aset neto yang dapat diidentifikasi Rp Rp 400 1.350
Rp 1.750
Total
Kepentingan nonpengendali yang tidak diakui
100
-
100
Jumlah tercatat disesuaikan Jumlah terpulihkan
500
1.350
1.850 1.000 850
Rugi penurunan nilai Mengalokasikan Rugi Penurunan Nilai
CI66. Sesuai PSAK 48 paragraf 99, rugi penurunan nilai dari Rp 850 dialokasikan ke aset di dalam unit dengan pertama kali mengurangi jumlah tercatat goodwill. CI67. Dengan demikian, Rp 500 dari Rp 850 rugi penurunan nilai untuk unit dialokasikan ke goodwill. Sesuai PSAK 48 paragraf C6 Lampiran B, jika Entitas Anak yang dimiliki sebagian adalah unit penghasil kas itu sendiri, rugi penurunan nilai goodwill dialokasikan kepada kepentingan pengendali dan non-pengendali dengan dasar yang sama sebagaimana pengalokasian laba atau rugi dialokasikan. Dalam contoh ini, laba atau rugi dialokasikan dengan dasar hak kepemilikan relatif. Karena goodwill diakui hanya sampai hak kepemilikan 80 persen Entitas Induk pada Entitas Anak, Entitas Induk hanya mengakui 80 persen dari rugi penurunan nilai goodwill tersebut. (yaitu Rp 400).
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CI68. Sisa rugi penurunan nilai sebesar Rp 350 diakui dengan mengurangi jumlah tercatat aset Entitas Anak yang dapat teridentifikasi (lihat Tabel 2) Tabel 2. Alokasi Rugi Penurunan Nilai untuk Entitas Anak pada akhir tahun 20X3 Akhir 20x3
Jumlah tercatat Rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah penurunan nilai
Goodwill
Aset bersih yang dapat diidentifikasi
Total
Rp 400 (400)
Rp 1,350 (350)
Rp 1,750 (750)
-
1,000
1,000
Contoh 7B Kepentingan Non-pengendali Diukur Diawal Pada Nilai Wajar dan Entitas Anak yang Terkait Merupakan Unit Penghasil Kas yang Berdiri Sendiri Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan. Latar Belakang CI68A. Entitas Induk mendapatkan 80 persen hak kepemilikan pada Entitas Anak dengan membayar Rp 2.100 pada 1 Januari 20X3. Pada tanggal itu, aset bersih teridentifikasi dari Entitas Anak memiliki nilai wajar Rp 1.500. Entitas Induk memilih untuk mengukur kepentingan non-pengendali pada nilai wajar, sebesar Rp 350. Goodwill sebesar Rp 950 adalah selisih antara agregat dari jumlah pembayaran yang ditransfer dan jumlah dari kepentingan non-pengendali (Rp 2.100 + Rp 350) dibandingkan aset neto teridentifikasi ( Rp 1.500).
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.95
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.96
ED PSAK No. 48
CI68B. Aset dari Entitas Anak secara keseluruhan adalah kelompok terkecil dari aset yang menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk aset lain atau kelompok aset lainnya. Dengan demikian, Entitas Anak merupakan suatu unit penghasil kas. Karena ada unit penghasil kas lain dari Entitas induk yang diharapkan mendapat manfaat dari sinergi penggabungan, goodwill sebesar Rp 500 yang berkaitan dengan sinergi tersebut telah dialokasikan ke unit penghasil kas lain di dalam Entitas induk. Karena Entitas Anak memasukkan goodwill dalam jumlah tercatatnya, Entitas Anak harus diuji untuk penurunan nilai setiap tahunnya, atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa penurunan nilai Entitas Anak mungkin terjadi (lihat PSAK 48 paragraf 90). Pengujian Penurunan Nilai Terhadap Entitas Anak CI68C. Pada akhir 20X3, Entitas Induk menentukan bahwa jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas Entitas Anak adalah Rp 1.650. Jumlah tercatat aset neto Entitas Anak, diluar goodwill, adalah Rp 1.350. Tabel 1. Menguji Entitas Anak untuk penurunan nilai pada akhir 20X3 Aset bersih Total Akhir 20x3 Goodwill yang dapat diidentifikasi Rp Rp Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Rugi penurunan nilai
450
1.350
1.800 1.650 150
Mengalokasikan Rugi Penurunan Nilai CI68D. Sesuai PSAK 48 paragraf 99, rugi penurunan nilai sebesar Rp 150 dialokasikan ke aset di dalam unit dengan pertama kali mengurangi jumlah tercatat goodwill. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CI68E. Dengan demikian, jumlah rugi penurunan nilai seluruhnya sebesar Rp 150 untuk unit dialokasikan ke goodwill. Sesuai PSAK 48 paragraf C6 dari Lampiran B, jika Entitas Anak yang dimiliki sebagian merupakan unit penghasil kas itu sendiri, rugi penurunan nilai goodwill dialokasikan ke kepentingan pengendali dan kepentingan non-pengendali dengan dasar yang sama sebagaimana pengalokasian laba atau rugi. Contoh 7C Kepentingan Non-pengendali Diukur Diawal Pada Nilai Wajarnya dan Entitas Anak Terkait Merupakan Bagian Dari Suatu Unit Penghasil Kas yang Lebih Besar Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI68F. Andaikan bahwa, untuk kombinasi bisnis yang dijelaskan dalam paragraf CI68A contoh 7B, aset dari Entitas Anak akan menghasilkan arus kas masuk bersama-sama dengan aset lain atau kelompok aset lain yang dimiliki oleh Entitas induk. Dengan demikian, Entitas Anak bukan merupakan unit penghasil kas untuk tujuan pengujian penurunan nilai, namun Entitas Anak menjadi bagian dari suatu unit penghasil kas yang lebih besar, Z. Unit penghasil kas lainnya dari Entitas induk juga diharapkan mendapatkan manfaat dari sinergi penggabungan. Oleh karena itu, goodwill yang terkait dengan sinergi tersebut, sebesar Rp 500 telah dialokasikan ke unit penghasil kas tersebut. Goodwill dari Z yang terkait dengan kombinasi bisnis sebelumnya adalah Rp 800. CI68G. Karena Z memasukkan goodwill dalam jumlah tercatatnya, dari Entitas Anak dan dari kombinasi bisnis sebelumnya, Z harus diuji untuk penurunan nilai setiap tahun, atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa Z mungkin turun nilainya (lihat PSAK 48 paragraf 90).
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.97
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.98
ED PSAK No. 48
Pengujian Penurunan Nilai pada Entitas Anak CI68H. Pada akhir 20X3, Entitas Induk menentukan bahwa jumlah terpulihkan unit penghasil kas Z adalah Rp 3.300. Jumlah tercatat aset neto Z, diluar goodwill, adalah Rp 2.250 Tabel 3. Menguji Z untuk penurunan nilai pada akhir 20X3
Akhir 20x3
Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Rugi penurunan nilai
Aset bersih Goodwill yang dapat diidentifikasi Rp Rp 1.250
2.250
Total Rp 3.500 3.300 200
Mengalokasikan Rugi Penurunan Nilai CI68I. Sesuai dengan PSAK 48 paragraf 99, rugi penurunan nilai sebesar Rp 200 dialokasikan ke aset di dalam unit dengan pertama mengurangi jumlah tercatat goodwill. Dengan demikian, jumlah rugi penurunan nilai seluruhnya sebesar Rp 200 untuk unit penghasil kas Z dialokasikan ke goodwill. Sesuai PSAK 48 paragraf C7 dari Lampiran B, jika Entitas Anak yang dimiliki sebagian membentuk bagian dari suatu unit penghasil kas yang lebih besar lagi, rugi penurunan nilai goodwill akan dialokasikan pertama kali ke bagianbagian unit penghasil kas, Z, dan selanjutnya ke kepentingan pengendali dan kepentingan non-pengendali dari Entitas Anak yang dimiliki sebagian. CI68J. Entitas Induk mengalokasikan rugi penurunan nilai ke bagian-bagian dari unit penghasil kas berdasarkan jumlah tercatat relatif dari goodwill pada bagian-bagian tersebut sebelum penurunan nilai. Dalam contoh ini Entitas Anak dialokasikan 36 persen dari penurunan nilai (450/1.250). Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Rugi penurunan nilai kemudian dialokasikan ke kepentingan pengendali dan ke kepentingan non-pengendali menggunakan dasar yang sama seperti mengalokasikan laba atau rugi. Contoh 8 Alokasi Aset Korporat Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI69. Entitas M memiliki 3 unit penghasil kas: A, B dan C. Jumlah tercatat dari ketiga unit tersebut tidak termasuk goodwill. Terdapat perubahan kondisi yang merugikan dalam lingkungan teknologi di tempat M beroperasi. Oleh karena itu, M mengadakan pengujian penurunan nilai dari masing-masing unit penghasil kasnya. Pada akhir 20X0, jumlah tercatat dari A, B dan C adalah masing-masing Rp 100, Rp 150 dan Rp 200. CI70. Operasi dikendalikan dari kantor pusat. Jumlah tercatat kantor pusat adalah Rp 200 yang terdiri dari sebuah gedung kantor pusat sebesar Rp 150 dan pusat riset sebesar Rp 50. Jumlah tercatat relatif dari unit penghasil kas adalah suatu indikasi yang layak dari proporsi pemanfaatan gedung kantor pusat ke masing-masing unit penghasil kas. Jumlah tercatat pusat riset tidak dapat dialokasikan dengan suatu dasar yang layak ke unit-unit penghasil kas individual. CI71. Sisa estimasi masa manfaat unit penghasil kas unit A adalah 10 tahun. Sisa masa manfaat B, C dan kantor pusat adalah 20 tahun. Kantor pusat didepresiasi atas dasar garis lurus. CI72. Jumlah terpulihkan (yaitu yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) dari masing-masing unit penghasil kas didasarkan pada nilai pakainya. Nilai pakai dihitung menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak sebesar 15 persen.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.99
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Identifikasi Aset Korporat CI73. Sesuai PSAK 48 paragraf 97, M terlebih dahulu mengidentifikasi semua aset korporat yang berkaitan dengan unit penghasil kas individual yang sedang ditelaah. Aset korporat adalah gedung kantor pusat dan pusat riset. CI74. M kemudian memutuskan bagaimana memperlakukan masing-masing aset korporat dimaksud: (a) jumlah tercatat gedung kantor pusat dapat dialokasikan secara layak dan konsisten ke unit-unit penghasil kas yang sedang ditelaah; dan (b) jumlah tercatat dari pusat riset tidak dapat dialokasikan secara layak dan konsisten terhadap unit-unit penghasil kas individual yang sedang dikaji. Alokasi Aset Korporat CI75. Jumlah tercatat gedung kantor pusat dialokasikan ke jumlah tercatat dari masing-masing unit penghasil kas individual. Suatu dasar alokasi tertimbang digunakan karena estimasi sisa masa manfaat dari unit penghasil kas A adalah 10 tahun, sedangkan estimasi masa manfaat unit penghasil kas B dan C adalah 20 tahun.
48.100
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Alokasi jumlah tercatat gedung (berdasarkan pada pro-rata diatas) Jumlah tercatat (setelah alokasi gedung)
Jumlah tercatat Masa manfaat Tertimbang didasarkan pada masa manfaat Jumlah tercatat setelah tertimbang Pro rata Alokasi Gedung
Akhir 20x0
38% (300/800) 56
12% (100/800) 19
206
300
100
119
B Rp 150 20 tahun 2
A Rp 100 10 tahun 1
275
(400/800) 75
50%
400
C Rp 200 20 tahun 2
600
100%
800
Total Rp 450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Tabel 1. Penghitungan suatu alokasi tertimbang dari jumlah tercatat gedung kantor pusat
Penurunan Nilai Aset ED PSAK No. 48
48.101
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Penentuan jumlah terpulihkan dan penghitungan rugi penurunan nilai CI76. PSAK 48 Paragraf 97 mensyaratkan, pertama bahwa jumlah terpulihkan dari setiap unit penghasil kas secara individu dibandingkan dengan jumlah tercatatnya, (termasuk porsi dari jumlah tercatat gedung kantor pusat yang dialokasikan ke unit), dan setiap yang menghasilkan rugi penurunan nilai diakui. PSAK 48 Paragraf 97 kemudian mensyaratkan jumlah terpulihkan M secara keseluruhan (yaitu kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang memasukkan pusat riset) harus dibandingkan dengan jumlah tercatatnya, termasuk gedung kantor pusat dan pusat riset.
48.102
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Tabel 2. Penghitungan nilai pakai A, B, C dan M pada akhir 20X0
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A
B
C
M
Arus kas Diskon masa 15% depan
Arus kas Diskon masa 15% depan
Arus kas Diskon masa 15% depan
Arus kas Diskon masa 15% depan
RP
RP
RP
RP
RP
RP
RP
RP
18 31 37 42 47 52 55 55 53 48
16 23 24 24 24 22 21 18 15 12
9 16 24 29 32 33 34 35 35 35 36 35 35 33 30 26 22 18 14 10
8 12 16 17 16 14 13 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 1
10 20 34 44 51 56 60 63 65 66 66 66 66 65 62 60 57 51 43 35
9 15 22 25 25 24 22 21 18 16 14 12 11 9 8 6 5 4 3 2
39 72 105 128 143 155 162 166 167 169 132 131 131 128 122 115 108 97 85 71
34 54 69 73 71 67 61 54 48 42 28 25 21 18 15 12 10 8 6 4
Nilai pakai
199
271
164
720(a)
(a) Diasumsikan pusat riset menghasilkan tambahan arus kas masa depan untuk entitas secara keseluruhan. Dengan demikian, jumlah dari nilai pakai masing-masing unit penghasil kas individual lebih kecil dari nilai pakai bisnis secara keseluruhan. Tambahan arus kas tidak diatribusikan ke gedung kantor pusat.
Tabel 3. Pengujian penurunan nilai A, B an C Akhir 20x0 Jumlah tercatat (setelah alokasi gedung)(Tabel 1) Jumlah terpulihkan (Tabel 2) Rugi penurunan nilai
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
A Rp
B Rp
C Rp
119
206
275
119 0
164 (42)
271 (4)
48.103
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CI77. Langkah berikut adalah mengalokasikan rugi penurunan nilai diantara aset dari unit penghasil kas dan gedung kantor pusat. Tabel 4. Alokasi dari rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas B dan C Unit penghasil kas Te r h a d a p g e d u n g kantor pusat Te r h a d a p u n i t penghasil kas aset
B Rp (12) (30) (42)
(42x56/206)
C Rp (1)
(4x75/275)
(42x150/206)
(3)
(4x206/275)
(4)
CI78. Karena pusat riset tidak dapat dialokasikan secara layak dan konsisten terhadap unit penghasil kas A, B dan C, maka M membandingkan jumlah tercatat kelompok terkecil unit penghasil kas dengan jumlah tercatat dari pusat riset yang dapat dialokasikan (yaitu M secara keseluruhan) ke jumlah terpulihkannya.
48.104
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
ED PSAK No. 48
Tabel 5. Pengujian penurunan nilai terhadap kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mana jumlah tercatat pusat riset dapat dialokasikan (yaitu M secara keseluruhan) Akhir 20X0
Jumlah tercatat Rugi penurunan nilai yang timbul dari langkah pertama pengujian Jumlah tercatat setelah langkah pertama pengujian
A
B
C
Gedung Rp
Pusat riset Rp
Rp
Rp
Rp
100
150
-
100
Rp
200
150
50
650
(30)
(3)
(13)
-
(46)
120
197
137
50
604
Jumlah terpulihkan (Tabel 2) Rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas “yang lebih besar”
M
720
0
CI79. Oleh sebab itu, tidak ada tambahan rugi penurunan nilai yang dihasilkan dari penerapan pengujian penurunan nilai terhadap M secara keseluruhan. Hanya rugi penurunan nilai sebesar Rp 46 yang diakui sebagai hasil penerapan langkah pertama pengujian terhadap A, B dan C. Contoh 9. Pengungkapan tentang unit penghasil kas dengan goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas Tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan pengungkapan yang disyaratkan oleh PSAK 48 paragraf 129 dan 130.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
105
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
Latar Belakang CI80. Entitas M adalah perusahaan manufaktur multinasional yang menggunakan segmen geografis untuk melaporkan informasi segmen. Tiga segmen dari M yang dapat dilaporkan adalah Eropa, Amerika Utara dan Asia. Goodwill telah dialoksikan untuk tujuan pengujian penurunan nilai terhadap ke tiga unit penghasil kas individual-dua di Eropa (unit A dan B) dan satu di Amerika Utara (unit C)-dan juga dialokasikan ke satu kelompok dari unit penghasil kas (terdiri dari operasi XYZ) di Asia. Unit A, B, C dan operasi XYZ masing-masing mewakili tingkatan terendah di dalam M yang goodwill-nya dimonitor untuk tujuan internal manajemen. CI81. M mengakuisisi unit C, sebuah pabrik yang beroperasi di Amerika Utara, pada Desember 20X2. Tidak seperti operasi pabrik M di Amerika Utara lainnya, C beroperasi di suatu industri dengan marjin dan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dan dengan benefit 10 tahun atas paten dari produk utamanya. Paten diberikan kepada C sebelum M mengakuisisi C. Sebagai bagian dari akuntansi untuk akuisisi C, M mengakui, selain paten, goodwill sebesar Rp 3,000 dan suatu merek sebesar Rp 1,000. Manajemen M telah menentukan bahwa merek tersebut memiliki masa manfaat tidak terbatas. M tidak memiliki aset tidak berwujud lain dengan masa manfaat tidak terbatas CI82. Jumlah tercatat dari goodwill dan aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas dialokasikan ke unit A, B dan C dan ke operasi XYZ adalah sebagai berikut:
48.106
Goodwill
A B C XYZ Total
Rp 350 450 3.000 1.200 5.000
Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas Rp
1.000 1.000
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
CI83. Selama tahun yang berakhir 31 Desember 20X3, M menentukan bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari setiap unit penghasil kasnya atau kelompok dari unit penghasil kas yang mengandung goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Jumlah terpulihkan (yaitu yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) dari unit-unit tersebut dan kelompok dari unit terkait ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. M telah menentukan bahwa perhitungan jumlah terpulihkan sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan dalam asumsi-asumsi berikut: Unit A dan B
Unit C Bunga obligasi Marjin kotor pemerintah AS selama periode 5 tahun selama anggaran (periode periode anggaran anggaran adalah (periode anggaran 4 tahun) adalah 5 tahun)
Operation XYZ Marjin kotor selama periode anggaran (periode anggaran adalah 5 tahun)
Kenaikan harga bahan baku selama periode anggaran
Kenaikan harga bahan baku selama periode anggaran
Nilai tukar Yen Jepang/dollar AS selama periode anggaran
Pangsa pasar selama peride anggaran
Pangsa pasar selama periode anggaran
Pangsa pasar selama periode anggaran
Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi arus kas setelah periode anggaran
Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi arus kas setelah periode anggaran
Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi arus kas setelah periode anggaran
CI84. Marjin kotor selama periode anggaran untuk A, B dan XYZ yang diestimasi oleh M didasarkan pada rata-rata
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.107
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
marjin kotor yang dicapai dalam periode segera sebelum dimulainya periode anggaran, naik 5 persen pertahun untuk mengantisipasi perbaikan efisiensi. A dan B memproduksi produk yang saling melengkapi dan dioperasikan oleh M untuk mencapai marjin kotor yang sama. CI85. Pangsa pasar selama periode anggaran diestimasi oleh M didasarkan pada rata-rata pangsa pasar yang dicapai di dalam periode segera sebelum dimulainya periode anggaran, disesuaikan setiap tahun untuk mengantisipasi pertumbuhan atau penurunan dalam pangsa pasar. M mengantisipasi bahwa: (a) pangsa pasar untuk A dan B akan berbeda, tetapi masingmasing akan tumbuh 3 persen per tahun selama periode anggaran sebagai hasil dari perbaikan terus menerus dalam kualitas produk. (b) pangsa pasar C akan tumbuh 6 persen per tahun selama periode anggaran sebagai hasil dari peningkatan belanja iklan dan manfaat dari proteksi paten selama 10 tahun pada produk utamanya. (c) pangsa pasar XYZ akan tetap tak berubah selama periode anggaran sebagai hasil kombinasi dari perbaikan terus menerus dalam kualitas produk dan antisipasi peningkatan kompetisi. CI86. A dan B membeli bahan baku dari pemasok Eropa yang sama, sedangkan bahan baku C dibeli dari berbagai pemasok Amerika Utara. Kenaikan harga bahan baku selama periode anggaran diestimasi oleh M akan konsisten dengan taksiran indeks harga pelanggan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah yang relevan di negara Eropa dan Amerika Utara. CI87. Bunga obligasi 5 tahun pemerintah AS selama periode anggaran yang diestimasi oleh M akan konsisten dengan imbal hasil beberapa obligasi pada awal dari periode anggaran. Nilai tukar Yen Jepang/Dollar AS yang diestimasi oleh M akan konsisten dengan rata-rata nilai tukar pasar
48.108
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
berjangka ke depan (average market forward exchange rate) selama periode anggaran. CI88. M menggunakan tingkat pertumbuhan tetap untuk mengekstrapolasi arus kas diluar periode anggaran untuk A, B, C dan XYZ. Tingkat pertumbuhan untuk A, B dan XYZ diestimasi oleh M akan konsisten dengan informasi yang tersedia di publik tentang rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di tempat A, B dan XYZ beroperasi. Namun, tingkat pertumbuhan untuk C melebihi rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di tempat C beroperasi. Manajemen M berpendapat bahwa hal ini adalah layak dipandang dari sudut proteksi dari patent berjangka waktu produk 10 tahun atas produk utama C. CI89. M memasukkan pengungkapan berikut di dalam catatan atas laporan keuangannya untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X3. Pengujian penurunan nilai untuk Goodwill dan Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas Goodwill telah dialokasikan untuk tujuan pengujian penurunan nilai ke tiga unit penghasil kas individual dua di Eropa (unit A dan B) dan satu di Amerika Utara (unit C)- dan ke satu kelompok dari unit penghasil kas (terdiri dari operasi XYZ) di Asia. Jumlah tercatat dari goodwill yang dialokasikan ke unit C dan operasi XYZ adalah signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat dari goodwill, tetapi tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah tercatat dari goodwill yang dialokasikan ke unit A dan B. Namun, jumlah terpulihkan dari unit A dan B didasarkan pada beberapa asumsi utama yang sama, dan jumlah tercatat agregat dari goodwill yang dialokasikan ke unit-unit tersebut adalah signifikan. Operasi XYZ Jumlah terpulihkan dari operasi XYZ telah ditentukan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.109
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
berdasarkan pada suatu perhitungan nilai pakai. Perhitungan tersebut menggunakan proyeksi arus kas yang berdasarkan pada anggaran keuangan yang disetujui oleh menajemen yang meliputi periode lima tahun, dan tingkat diskonto sebesar 8.4 persen. Arus kas diluar periode lima tahun tersebut telah diekstrapolasikan menggunakan suatu tingkat pertumbuhan tetap 6.3 persen. Tingkat pertumbuhan ini tidak melebihi rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di tempat XYZ beroperasi. Manajemen percaya bahwa setiap kemungkinan perubahan yang terjadi pada asumsi-asumsi utama yang mendasari jumlah terpulihkan XYZ, tidak akan menyebabkan jumlah tercatat XYZ melebihi jumlah terpulihkannya. Unit C Jumlah terpulihkan dari unit C juga telah ditentukan berdasarkan perhitungan nilai pakai. Perhitungan menggunakan proyeksi arus kas berdasarkan pada anggaran keuangan yang disetujui manajemen meliputi periode lima tahun, dan tingkat diskonto sebesar 9.2 persen. Arus kas C melebihi periode lima tahun diekstrapolasikan menggunakan suatu tingkat pertumbuhan tetap 12 persen. Tingkat pertumbuhan ini melebihi 4 poin persentase dari rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di tempat C beroperasi. Bagaimanapun, manfaat C dari proteksi 10 tahun paten atas produk utamanya, dibolehkan pada Desember 20X2. Manajemen percaya bahwa suatu tingkat pertumbuhan 12 persen layak dipandang dari sudut paten tersebut. Manajemen juga percaya bahwa setiap kemungkinan perubahan yang terjadi pada asumsi-asumsi utama yang mendasari jumlah terpulihkan C, tidak akan menyebabkan jumlah tercatat C melebihi jumlah terpulihkannya. Unit A dan B Jumlah terpulihkan dari unit A dan B telah ditentukan berdasarkan perhitungan nilai pakai. Unit-unit tersebut memproduksi produk yang saling melengkapi, dan jumlah
48.110
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
terpulihkan mereka didasarkan pada beberapa asumsi-asumsi utama. Kedua perhitungan nilai pakai menggunakan proyeksi arus kas yang berdasarkan pada anggaran keuangan yang disetujui manajemen meliputi periode empat tahun, dan tingkat diskonto 7.9 persen. Kedua arus kas yang melebihi periode empat tahun diekstrapolasikan menggunakan tingkat pertumbuhan tetap 5 persen. Tingkat pertumbuhan tidak melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata jangka panjang untuk pasar di tempat A dan B beroperasi. Proyeksi arus kas selama periode anggaran untuk A dan B juga didasarkan pada marjin kotor yang diharapkan selama periode anggaran dan kenaikan harga bahan baku yang sama selama periode anggaran. Manajemen percaya bahwa adanya kemungkinan perubahan yang layak dalam setiap asumsi utama tersebut tidak akan menyebabkan jumlah tercatat agregat dari A dan B melebihi jumlah terpulihkan agregat dari unit-unit tersebut. Operasi XYZ
Unit C
Units A dan B (secara agregat)
Jumlah tercatat dari goodwill
Rp 1.200
Rp 3.000
Rp 800
Jumlah tercatat dari merek dengan masa manfaat tidak terbatas
-
Rp 1.000
-
Asumsi kunci yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai(a) • Asumsi utama
• Marjin kotor yang dianggarkan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
• Tingkat bunga obligasi pemerintah AS 5 tahun
• Marjin kotor yang dianggarkan
48.111
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.112
• Dasar untuk menentukan nilainilai yang ditetapkan ke asumsi kunci
• Asumsi utama
ED PSAK No. 48
• Rata-rata marjin kotor yang dihasilkan dalam periode segera sebelum periode anggaran, dinaikkan untuk perbaikan efisiensi yang diharapkan
• Hasil bunga obligasi pemerintah AS 5 tahun pada awal periode anggaran
• Rata-rata marjin kotor yang dicapai dalam periode segera sebelum periode aggaran, dinaikkan untuk perbaikan efisiensi yang diharapkan
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi kunci mencerminkan pengalaman masa lalu, kecuali untuk perbaikan efisiensi Manajemen yakin perbaikan sebesar 5% pertahun adalah pencapaian yang layak.
• Nilainilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten dengan infomasi yang bersumber dari luar
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi utama mencerminkan pengalaman masa lalu, kecuali untuk perbaikan efisiensi. Manajemen yakin perbaikan sebesar 5% per tahun adalah pencapaian yang layak.
• Nilai tukar Yen Jepang/ dollar AS selama periode anggaran
• Kenaikan harga bahan baku
• Kenaikan harga bahan baku
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
• Dasar untuk menentukan nilainilai yang ditetapkan ke asumsi utama
ED PSAK No. 48
• Rata-rata nilai tukar pasar kedepan selama periode agaran
• Taksiran indeks hrga konsumen selama periode anggaran untuk negaranegara Amerika Utara darimana bahan baku dibeli
• Taksiran indeks harga konsumen selama periode anggaran untuk negaranegara Eropa darimana bahan baku dibeli
• Nilainilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten denagan informasi yang bersumber dari luar.
• Nilainilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten dengan informasi yang bersumber dari luar.
• Nilainilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten dengan informasi yang bersumber dari luar.
• Asumsi utama
• Pangsa pasar yang dianggarkan
• Pangsa pasar yang dianggarkan
• Dasar untuk menentukan nilainilai yang ditetapkan ke asumsi utama
• Rata-rata pangsa pasar dalam periode segera sebelum periode anggaran.
• rata-rata pangsa pasar di periode segera sebelum periode anggaran, dinaikkan setiap tahun untuk mengantisipasi pertumbuhan pangsa pasar
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
48.113
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ED PSAK No. 48
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi utama mencerminkan pengalaman masa lalu. Tidak ada perubahan di pangsa pasar yang diharapkan sebagai hasil dari perbaikan kualitas produk yang terus menerus berpasangan dengan peningkatan kompetisi yang diantisipasi.
• Manajemen yakin pangsa pasar tumbuh 6% per tahun adalah pencapaian yang layak disebabkan pengeluaran iklan yang meningkat, manfaat dari proteksi 10 tahun paten produk utama C, dan sinerji yang diharapkan dapat dicapai dari operasi C sebagai bagian dari segmen M Amerika Utara .
(a) Asumsi utama table ini untuk unit A dan B adalah asumsi utama yang hanya digunakan dalam penghitungan jumlah terpulihkan untuk kedua unit tersebut.
48.114
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA