LAPORAN PRAKTIK KERJA
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SEMARANG – SOLO TAHAP II RUAS BAWEN – SOLO, JEMBATAN TUNTANG PAKET 3.1 : BAWEN – POLOSIRI
Disusun oleh : Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016
ii
LAMPIRAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA Nomor : 0047/SK.rek/X/2013 Tanggal : 07 Oktober 2013 Tentang : PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SEMARANG – SOLO TAHAP II RUAS BAWEN – SOLO, JEMBATAN TUNTANG PAKET 3.1 : BAWEN - POLOSIRI
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan yang berjudul “Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen - Polosiri” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh nilai mata kuliah praktik kerja, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata terbukti bahwa laporan praktik kerja ini sebagian atau seluruhnya merupakan hasil plagiasi, maka saya rela untuk dibatalkan, dengan segala akibat hukumnya sesuai peraturan yang berlaku pada Universitas Katolik Soegijapranata dan/atau peraturan perundang – undangan yang berlaku. .
Semarang,
iii
Oktober 2016
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis mengucapkan puji dan syukur karena berkat rahmat, hidayat, dan anugrahnya maka laporan praktek kerja “Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen - Polosiri” dengan konsentrasi peralatan dapat diselesaikan. Laporan kerja praktek ini merupakan pertanggung jawaban dari penulis yang telah mengikuti kerja praktek selama 90 hari kalender, serta sebagai syarat menyelesaikan mata kuliah praktek kerja dan syarat untuk mengikuti mata kulaih tugas akhir. Sebagai tanda syukur telah selesainya laporan kerja praktek ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan praktek kerja ini, antara lain : 1. Bapak Dr. Ir. Djoko Suwarno, MSi. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Jawa Tengah 2. Bapak Daniel Hartanto, MT. Selaku kepala Program Studi Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Jawa Tengah. 3. Bapak Ir. Budi Santosa, MT. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta pembelajaran kepada penulis selama proses praktek kerja lapangan hingga menyelesaikan laporan praktek kerja. 4. PT.Trans Marga Jateng selaku Bouwher yang mengijinkan penulis untuk melaksanakan praktek kerja di proyek pembangunan jalan tol semarang – solo, tahap 2 Bawen – Solo, Paket 3.1 Bawen – Pulwosari. 5. PT. Eskapindo Matra dan PT. Dessa Cipta Rekayasa (KSO) selaku konsultan serta PT.Adhi Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor yang telah membimbing penulis selama di proyek pembangunan jalan tol semarang – solo, tahap 2 Bawen – Solo, Paket 3.1 Bawen – Pulwosari. 6. Keluarga penulis. Bapak Herman Prayitno, Ibu Dewi Astuti, Dimas Jalu Setyawan yang memberikan dukungan baik secara moril ataupun secara materil.
iv
7. Rosie Febri Setyadi, Vania Vasti Herinta Putri, dan Alfiana Putri sebagai rekan penulis selama kegiatan praktek kerja yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan sebaik-baiknya. 8. Disca Hidayantie yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan praktek kerja dan menyelesaikan laporan praktek kerja dengan sebaik - baiknya. 9. Teman
–
teman
mahasiswa
Teknik
Sipil
Universitas
Katolik
Soegijapranata Semarang angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dan angkatan 2012 yang telah memberikan pembelajaran dengan membagi pengalaman praktek kerja. 10. Serta berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat di sebutkan satu persatu oleh penulis dalam proses melaksanakan praktek lapangan ataupun proses pembuatan laporan kerja praktek. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan – kekurangan dalam laporan praktek kerja ini, maka dari itu penulis sangat berterima kasih terhadap kritikan dan saran guna memperbaiki laporan kerja praktek ini. Atas kritikan dan saran tersebut penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak terutama teknik sipil.
Semarang,
Oktober 2016
Penulis
v
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIK KERJA (Halaman 1)
vi
LEMBAR ASSISTENSI PRAKTIK KERJA (Halaman 2)
vii
SURAT PENDAFTARAN PRAKTIK KERJA DARI MAHASISWA
viii
SURAT PERMOHONAN IJIN PRAKTIK KERJA DARI PROGDI SIPIL.
ix
SURAT BALASAN DARI PROYEK
x
SURAT PERINTAH PRAKTIK KERJA
xi
SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN PRAKTIK KERJA
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA ......................... iii KATA PENGANTAR .........................................................................................iv LEMBAR ASISTENSI PRAKTIK KERJA ........................................................vi SURAT PENDAFTARAN PRAKTIK KERJA DARI MAHASISWA ........... viii SURAT PERMOHONAN IJIN PRAKTIK KERJA DARI PROGDI SIPIL ......ix SURAT BALASAN DARI PROYEK .................................................................. x SURAT PERINTAH PRAKTIK KERJA ............................................................xi SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN PRAKTIK KERJA ......................... xii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xviii DAFTAR TABEL ..............................................................................................xix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxiii
BAB I .................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN................................................................................................. 1 1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1 1.2. LOKASI PROYEK ...................................................................................... 3 1.2.1. Batas wilayah ................................................................................... 4 1.2.2. Batas lingkungan .............................................................................. 4 1.2.3. Deskripsi Batas Wilayah Proyek ...................................................... 4
xiii
1.3. FUNGSI BANGUNAN ............................................................................... 5 1.3.1. Jalan tol ............................................................................................ 5 1.3.2. Jembatan........................................................................................... 5 1.4. TATA CARA PELELANGAN .................................................................... 5 1.4.1. Data Kontrak .................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................... 9 PENGELOLAAN PROYEK ................................................................................ 9 2.1. PEMILIK PROYEK..................................................................................... 9 2.1.1. Tugas pemilik proyek ....................................................................... 9 2.1.2. Wewenang pemilik proyek ............................................................ 10 2.1.3. Data pemilik proyek ....................................................................... 10 2.1.4. Struktur organisasi pemilik proyek ................................................ 11 2.2. KONSULTAN PERENCANA .................................................................. 12 2.2.1. Tugas konsultan perencana ............................................................ 12 2.2.2. Wewenang konsultan perencana .................................................... 12 2.2.3. Data konsultan perencana .............................................................. 13 2.3. KOTRAKTOR ........................................................................................... 13 2.3.1. Tugas kontraktor ............................................................................ 13 2.3.2. Wewenang kontraktor .................................................................... 14 2.3.3. Data kontraktor............................................................................... 15 2.3.4. Struktur organisasi kontraktor ........................................................ 16 2.3.5. Sub kontraktor ................................................................................ 17 2.5. KONSULTAN PENGAWAS .................................................................... 20 2.5.1. Tugas konsultan pengawas ............................................................. 20 xiv
2.5.2. Wewenang konsultan pengawas .................................................... 20 2.5.3. Data konsultan pengawas ............................................................... 21 2.5.4. Struktur organisasi konsultan pengawas ........................................ 22
BAB III................................................................................................................ 23 PELAKSANAAN PEKERJAAN ....................................................................... 23 3.1. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................................. 23 3.1.1. Pekerjaan persiapan ........................................................................ 23 3.1.2. Pekerjaan struktur bawah ............................................................... 25 3.1.3. Struktur atas ................................................................................... 50 3.2. ALAT-ALAT BERAT ............................................................................... 58 3.2.1. Truk mixer...................................................................................... 58 3.2.2. Batching plant ................................................................................ 60 3.2.3. Truk concrete pump ....................................................................... 62 3.2.4. Concrete pump (Kodok) ................................................................. 67 3.2.5. Bucket ............................................................................................ 68 3.2.6. Concrete vibrator............................................................................ 69 3.2.7. Excavator........................................................................................ 71 3.2.8. Buldozer ......................................................................................... 72 3.2.9. Vibrator roller................................................................................. 73 3.2.10. Water tank truk............................................................................... 74 3.2.11. Dumptruk ....................................................................................... 75 3.2.12. Boring machine .............................................................................. 77 3.2.13. Lounching girder ............................................................................ 78 3.2.14. Jack Hidrolik .................................................................................. 82 xv
3.2.15. Tower crane.................................................................................... 86 3.2.16. Service crane 35 ton ....................................................................... 87 3.2.17. Tandem roller ................................................................................. 89 3.2.18. Genset ............................................................................................. 90 3.2.19. Bar bender ...................................................................................... 91 3.2.20. Bar cutter ........................................................................................ 92 3.2.21. Total statio / Theodolit ................................................................... 93 3.2.22. Waterpass ....................................................................................... 94 3.2.23. Stemper .......................................................................................... 95 3.2.24. Las dan bleder ................................................................................ 96 3.2.25. Scafolding ...................................................................................... 99 3.3. BAHAN-BAHAN .................................................................................... 100 3.3.1. Tulangan....................................................................................... 100 3.3.2. Ready mix .................................................................................... 101 3.3.3. Pasir .............................................................................................. 101 3.3.4. Agregat ......................................................................................... 102 3.4. PENGENDALIAN PROYEK.................................................................. 104 3.4.1. Pengendalian mutu ....................................................................... 104 3.4.2. Pengendalian biaya....................................................................... 106 3.4.3. Pengendalian waktu ..................................................................... 107 3.5. PENGAMATAN-PENGAMATAN DILAPANGAN ............................. 108 3.5.1. Kesulitan-kesulitan dalam proyek ................................................ 108 3.5.2. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi didalam proyek ....... 110
xvi
BAB IV ............................................................................................................. 113 PENUTUP ......................................................................................................... 113 5.1. KESIMPULAN ........................................................................................ 113 5.2. SARAN .................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 115
xvii
DAFTAR BAGAN Bagan.2. 1. Struktur organisasi PT. Trans Marga Jateng ....................................... 11 Bagan.2. 2. Struktur organisasi PT. Adhi Karya .................................................... 16 Bagan.2. 3. Struktur organisasi PT. Puja Perkasa .................................................. 18 Bagan.2. 4. Struktur PT. Eskapindo Matra ............................................................ 22
xviii
DAFTAR TABEL Tabel.3. 1. Data pile P1 hingga P8 ......................................................................... 26 Tabel.3. 2. Data pekerjaan footing ......................................................................... 33
xix
DAFTAR GAMBAR Gambar.1. 1.Peta lokasi proyek pembangunan tol semarang-solo seksi 3.1 ........... 3 Gambar.1. 2. Batas wilayah lokasi proyek pembangunan tol .................................. 3 Gambar.3. 1. Gudang PT. Adhi Karya ………………………………………….24 Gambar.3. 2.Sketsa letak pondasi A1 hingga P5 ................................................... 27 Gambar.3. 3. Sketsa pondasi pada P5 hingga A2 .................................................. 27 Gambar.3. 4. Sketsa letak pile P1 .......................................................................... 27 Gambar.3. 5. Tampak atas...................................................................................... 27 Gambar.3. 6. Kepala pile yang telah dibobok ........................................................ 30 Gambar.3. 7. Pengecoran guna membuat LC di abutment 1 ................................. 31 Gambar.3. 8. Letak footing pada A1 hingga P5 ..................................................... 32 Gambar.3. 9. Letak footing pada P5 hingga A2 ..................................................... 33 Gambar.3. 10. Pembesian footing .......................................................................... 33 Gambar.3. 11. Proses perangkaian besi footing dan pilar P1................................. 35 Gambar.3. 12. Proses pengecoran footing menggunakan condrete pump truk ...... 35 Gambar.3. 13. Footing yang sudah dilepas dari bekistingnya ............................... 35 Gambar.3. 14. Penimbunan di A1 .......................................................................... 36 Gambar.3. 15. Back wall dan wing wall ................................................................ 37 Gambar.3. 16. Rangkaian besi kolom hollow ........................................................ 38 Gambar.3. 17. Proses climbing lantai kerja ........................................................... 39 Gambar.3. 18. Pemasangan bekisting untuk segmen hollow pada pilar pier P3 ... 40 Gambar.3. 19. Pengecoran kolom pier menggunakan metode bucket ................... 41 Gambar.3. 20. Rangkaian besi pada kolom hollow ............................................... 42 Gambar.3. 21. Setting bekisting dalam menggunakan scaffolding ........................ 43 Gambar.3. 22. Bekisting yang telah siap dipasang ................................................ 44 Gambar.3. 23. Proses pengecoran P3 ..................................................................... 45 Gambar.3. 24. Penampilan kolom hollow saat bekisting sudah dilepas ................ 45 Gambar.3. 25. Pemasangan H beam ...................................................................... 46 Gambar.3. 26. Plywood sebagai bekisting ............................................................. 47 Gambar.3. 27. Pengangkatan H beam menggunakan Tower crane ....................... 47 xx
Gambar.3. 28. Mortar pad ...................................................................................... 49 Gambar.3. 29. Perawatan mortar pad dengan disiram air ...................................... 49 Gambar.3. 30. Proses memasukan strand............................................................... 50 Gambar.3. 31. Prosses stressing ............................................................................. 51 Gambar.3. 32. Pekerja memegang selang grouting................................................ 52 Gambar.3. 33. Proses pencampuran semen grouting ............................................. 53 Gambar.3. 34. Penutupan ujung girder .................................................................. 53 Gambar.3. 35. Penempatan diafragma dilapangan................................................. 54 Gambar.3. 36. Angkur untuk menahan diafragma yang sedang dipasang ............. 55 Gambar.3. 37. Tampak dari bawah jembatan diafragma yang telah terpasang ..... 55 Gambar.3. 38. Tampak dari atas diafragma yang telah terpasang ......................... 55 Gambar.3. 39. Widges penahan straind diafragma ................................................ 56 Gambar.3. 40. Pengangkatan RC plate menggunakan tower crane ....................... 57 Gambar.3. 41. Penempatan RC Plat di atas girder dengan membobok akur ......... 57 Gambar.3. 42, Truk mixer ketika dalam batching plant ........................................ 60 Gambar.3. 43. Batching plant dalam lokasi proyek ............................................... 62 Gambar.3. 44. Tuas-tuas kontrol kaki .................................................................... 63 Gambar.3. 45. Remote pengendali boom ............................................................... 64 Gambar.3. 46. Pekerja menopang dan mengarahkan boom ................................... 65 Gambar.3. 47. concrete pump truk ......................................................................... 66 Gambar.3. 48. Concrete pum tipe kodo ................................................................. 67 Gambar.3. 49. Bucket dalam proyek ...................................................................... 68 Gambar.3. 50. Selang dan pangkal vibrato ............................................................ 70 Gambar.3. 51. Pengurugan P3 menggunakan excavator........................................ 71 Gambar.3. 52. Dozer menuju P3 ............................................................................ 73 Gambar.3. 53. Vibrator roller saat memadatkan timbunan material A2 ................ 74 Gambar.3. 54. Watertank memberi air untuk proses pengecoran footing P1 ........ 75 Gambar.3. 55. Dump truk kapasitas 7 ton.............................................................. 76 Gambar.3. 56. Boring machine .............................................................................. 78 Gambar.3. 57. Proses setting portal ....................................................................... 79 Gambar.3. 58. Setting plat troli elektrik darat ........................................................ 80 xxi
Gambar.3. 59. Setting mur pada sambunagn portal hoist dengan portal counter .. 80 Gambar.3. 60. Proses peluncuran girder ............................................................... 82 Gambar.3. 61. Proses pekerja memasukan straind ................................................ 83 Gambar.3. 62. Wedges dipasang disetiap tendon .................................................. 84 Gambar.3. 63. Semakin menuju ketengah tendon semakin menyatu .................... 85 Gambar.3. 64. Prosses Stressing ............................................................................ 85 Gambar.3. 65. Tower crane P1............................................................................... 87 Gambar.3. 66. Proses pengangkatan girder ............................................................ 88 Gambar.3. 67. Service crane jatra sejahtera ........................................................... 88 Gambar.3. 68. Tandem Roller ................................................................................ 89 Gambar.3. 69. Genset pada P2 ............................................................................... 90 Gambar.3. 70. Bar bender ...................................................................................... 91 Gambar.3. 71. Bar cutter ........................................................................................ 92 Gambar.3. 72. Proses pemeriksaan volume ........................................................... 93 Gambar.3. 73. Waterpass ....................................................................................... 95 Gambar.3. 74. Tabung blader berisi gas ................................................................ 97 Gambar.3. 75. proses pengelasan ........................................................................... 95 Gambar.3. 76. Set alat las....................................................................................... 97 Gambar.3. 77. Alat las............................................................................................ 98 Gambar.3. 78. Rangkaian scafolding guna penyangga bekisting .......................... 99 Gambar.3. 79. Perancah pata P1 ............................................................................ 99 Gambar.3. 80. Tulangan yang di gunakan dala proyek........................................ 100 Gambar.3. 81. Ready mix saat diambil sampel .................................................... 101 Gambar.3. 82. Ready mix ...................................... Error! Bookmark not defined. Gambar.3. 83. Pasir muntilan dalam lokasi baching plan .................................... 102 Gambar.3. 84. Agregat dari muntilan................................................................... 102 Gambar.3. 85. satu sak semen PPC gresik ........................................................... 103 Gambar.3. 86. Water tang di isi menggunakan air sungai tuntang ...................... 103 Gambar.3. 87. Benda uji kuat tekan beton ........................................................... 105
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Layout Drain dan Expansion Joint Jembatan Sungai Tuntang····
L-01
Lampiran 2
Data Teknik Proyek ·····················································
L-02
Lampiran 3
Detail Penulangan Bor Pile ············································
L-03
Lampiran 4
Detail Tabel Penulangan Footing P1 dan P8 ························
L-04
Lampiran 5
Detail Tabel Penulangan Footing P2 – P4 ···························
L-05
Lampiran 6
Detail Tabel Penulangan Footing P5 – P7 ···························
L-06
Lampiran 7
Dimensi Abuttment A1 ·················································
L-07
Lampiran 8
Penulangan Abuttment A1 ·············································
L-08
Lampiran 9
Dimensi Abuttment A2 ·················································
L-09
Lampiran 10
Penulangan Abuttment A2 ·············································
L-10
Lampiran 11
Penulangan Wing Wall Abuttment A1 ································
L-11
Lampiran 12
Penulangan Wing Wall Abuttment A2 ································
L-12
Lampiran 13
Detail Penulangan Kolom Pier P1 – P8 ······························
L-13
Lampiran 14
Tabel Penulangan Kolom Pier P1 – P4 ······························
L-14
Lampiran 15
Tabel Penulangan Kolom Pier P5 – P8 ······························
L-15
Lampiran 16
Dimensi Pier Head P1 ··················································
L-16
Lampiran 17
Dimensi Pier Head P2 ··················································
L-17
Lampiran 18
Dimensi Pier Head P3 ··················································
L-18
Lampiran 19
Dimensi Pier Head P4 ··················································
L-19
Lampiran 20
Dimensi Pier Head P5 ··················································
L-20
Lampiran 21
Dimensi Pier Head P6 ··················································
L-21
Lampiran 22
Dimensi Pier Head P7 ··················································
L-22
Lampiran 23
Dimensi Pier Head P8 ··················································
L-23
Lampiran 24
Penulangan Pier Head P1 (1)··········································
L-24
Lampiran 25
Penulangan Pier Head P1 (2)··········································
L-25
Lampiran 26
Penulangan Pier Head P2 – P3 dan P5 – P7 (1) ····················
L-26
Lampiran 27
Penulangan Pier Head P1 – P7 (2) ···································
L-27
Lampiran 28
Tabel Penulangan Pier Head P2 – P3 dan P5 – P7 (2) ·············
L-28
xxiii
Lampiran 29
Penulangan Pier Head P4 (1)··········································
L-29
Lampiran 30
Penulangan Pier Head P4 (2)··········································
L-30
Lampiran 31
Penulangan Pier Head P8 (1)··········································
L-31
Lampiran 32
Penulangan Pier Head P8 (1)··········································
L-32
Lampiran 33
Kurva S ··································································
L-33
Lampiran 34
RAB Alat ································································
L-34
Lampiran 35
Analisa RAB Alat ·······················································
L-35
Lampiran 36
Laporan Analisa Alat Konsultan ······································
L-36
Lampiran 37
Laporan Analisa Alat Konsultan ·····································
L-37
Lampiran 38
Presensi ··································································
L-38
xxiv
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebutuhan untuk mengembangkan infrastruktur di Indonesia dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian, kunci atas perekonomian berdasarkan pada kualitas infrastruktur dan kinerja logistic (Prakarsa, 2014). Jalan tol merupakan salah satu usaha pemerintah untuk menambah pendapatan negara. Menurut PT. Sarana Pembangunan Jawa tengah Pembangunan Trans Java Toll Road rencananya membentang sepanjang jalur utama Pulau Jawa bagian barat mulai dari Merak sampai dengan Banyuwangi di wilayah Jawa bagian timur. Salah satu obsesi daerah Jawa Tengah adalah pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo. Menurut Jasa Marga, di Indonesia pertumbuhan laju lalulitas selalu meningkat sekitar 37% dari 2011 hingga 2013, kenaikan lalulintas dapat
menyebabkan
laju
kemacetan. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun2004 Tentang Jalan Jalan raya yang belum memadai dan rekayasa lalu lintas yang belum tepat guna menjadikan penghambat untuk keseimbangan wilayah sebagai sistem transportasi. Sebagai upaya pemerintah Jawa Tengah untuk meningkatkan infrastruktur adalah dengan pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo. Pembangunan ini dapat dikatakan strategis bagi Jawa Tengah karena dapat mengembangan jaringan jalan secara khusus serta jaringan jalan dalam skala regional. Pemerataan pembangunan daerah akan berjalan dengan baik jika didukung oleh jalur akses antar wilayahnya yang mampu mencukupi kebutuhan akan sarana penunjang mobilitas wilayah tersebut, sehingga tercipta pengembangan wilayah secara terpadu dan menyeluruh. 1
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo pada saat ini telah mencapai seksi 3 yaitu menghubungkan Bawen – Salatiga sepanjang 17,5 kilometer. Pengerjaan proyek ini di kerjakan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk untuk Paket 3.1 Ruas Bawen-Polosiri, Paket 3.2 Ruas Polosiri-Sidorejo yang dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk, sedangkan Paket 3.3B Jembatan Kali Sanjoyo dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk dan paket 3.3D Sidorejo- Tengaran yang dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) KSO dengan PT Jaya Konstruksi baru. Fokus utama bahasan ini adalah Paket 3.1 Ruas BawenPolosiri yang akan terbentang sepanjang 3,6 kilometer dengan satu jembatan dengan Span 350 meter. Dalam pengerjaannya PT Adhi Karya di bantu oleh PT Puja Perkasa untuk pekerjaan struktur jembatan, PT KTA dan PT KIN untuk pekerjaan galian Timbunan, PT Wika Beton untuk precast girder dan PT Jatra Sejahtera untuk louching girder. Paket 3.1 ruas Bawen-Polosiri teridiri dari tiga zona yang secara urut dari utara menuju selatan. Proyek ini ditargetkan mulai pada 1 Agustus 2015 hingga 30 Juli 2016. Persetujuan Kotrak menggunakan sistem unit price. Dalam perjalanan proyek ini di adakan percepatan dan addendum dan di targetkan akan dapat digunakan pada 30 Juli 2016. Proses pelaksanaan yang sulit dengan banyak kendala baik medan dan cuaca membuat proyek memerlukan perlakuan khusus. Perencanaan Struktur yang tepat akan membuat bangunan kokoh. Penentuan penggunaan alat berat guna mempercepat pekerjaan terlebih dahulu di perhitungkan dengan efisien. Pemilihan material dengan mutu baik dilakukan agar kualitas bangunan menjadi baik. Manajemen yang baik akan memepersiapkan sistem agar tujuan
tersebut
dapat
terlaksana
dengan tentunya beberapa kontrol
dengan perencanaan jadwal, kebutuhan tenaga, kualitas dan mutu secara teknis melalui tes laboraturium.
2
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
1.2. LOKASI PROYEK
Gambar.1. 1.Peta lokasi proyek pembangunan tol semarang-solo seksi 3.1 (Sumber : Data Adhi Karya)
Gambar.1. 2. Batas wilayah lokasi proyek pembangunan tol
(Sumber : Data Adhi Karya)
3
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
1.2.1. Batas wilayah
Batas Utara
:
Bawen, Ungaran
Batas Barat
:
Ambarawa, Magelang
Batas Timur
:
Daerah Salatiga
Batas Selatan
:
Kota Salatiga
1.2.2. Batas lingkungan
Batas Kanan
:
Perkebunan Karet, Rumah Warga
Batas Kiri
:
Perkebunan Kopi, Sungai
1.2.3. Deskripsi Batas Wilayah Proyek Proyek Pembangunan Tol Semarang-Solo paket 3.1 diawali di STA 22+840 – 26+300 seperti yang dijelaskan oleh Gambar 1.1. STA 22+840 berada di Bawen berdekatan dengan gerbang pintu keluar Tol Ungaran-Bawen ± berjarak 200 m dari gerbang pintu keluar Tol Ungaran-Bawen, dan seperti penjelasan pada Gambar 1.2., batas utara dari paket 3.1 adalah Ungaran. Berdasarkan Gambar 1.2. dapat dijelaskan kembali bahwa dari STA 22+840 Jalur Tol pada paket 3.1 menuju arah selatan kearah Kota Salatiga. Sedangkan jika untuk batas ruas Bawen-Polosiri untuk bagian timur dengan daerah Salatiga dan barat berbatasan dengan Ambarawa dan Magelang. Pada Gambar 1.1. Kondisi Lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut, pada STA 22+840 – 26+300, tepatnya pada zona I berbatasan dengan beberapa rumah penduduk, menuju ke arah selatan beberapa segmen jalan melingtang melewati jalan lingkungan yang ditunjukan dengan garis berwarna coklat. Hingga Zona II awal batas kanan dari ruas Bawen-Polosiri berupa rumah penduduk namun pada batas sebelah kiri dari jalur Bawen-Polosiri berupa 4
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
perkebunan kopi. Menuju Zona III ke arah jembatan tuntang, batas kanan sebagian besar berupa perkebunan kopi hingga mencapai jalan raya Semarang-Salatiga dan beberapa ditumbuhi perkebunan karet serta melintasi sungai tuntang untuk sebelah kiri berbatasan langsung dengan lahan berupa pepohonan dan semak belukar yang masing belum difungsikan.
1.3. FUNGSI BANGUNAN Jalan Tol Semarang-Solo berfungsi sebagai penghubung antara kota Semarang – Solo dan bagian dari Trans Java Toll Road.
1.3.1.
Jalan tol Jalan tol adalah jalan yang dikhususkan untuk kendaraan bersumbu lebih dari dua (mobil, bus, truk), selain itu bertujuan untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lain. Pengguna jalan tol diberikan kewajiban membayar sesuai pada golongan kendaraan yang berlaku.
1.3.2.
Jembatan Jembatan
adalah
kontruksi
yang
memungkinkan
transportasi melalui sungai, pada proyek ini jalan tol akan melintasi sungai Tuntang selebar 15 m. Jembatan berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yaitu abutment satu dan abutment dua atau backwall yang terputus oleh sungai Tuntang.
1.4. TATA CARA PELELANGAN PT
Adhi
Karya
mendapat
penilaian
kompetensi
dan
kemampuan serta memenuhi persyaratan dan dipilihan langsung secara
5
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Pasca kualifikasi oleh PT. Trans Marga Jateng. Pelelangan secara Pasca Kualifikasi pekerjaan konstruksi terdiri dari sejumlah tahapan yaitu : 1. Pengumuman Pasca Kualifikasi 2. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan 3. Pemberian penjelasan 4. Pemasukan dokumen penawaran 5. Pembukaan dokumen penawaran 6. Evaluasi penawaran 7. Evaluasi kualifikasi 8. Pembuktian kualifikasi 9. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) 10. Penetapan pemenang 11. Pengumuman pemenang 12. Sanggahan 13. Sanggahan banding 14. Penunjukan penyedia barang / jasa Penunjukan langsung oleh PT.Trans Marga Jateng untuk mengerjakan paket 3.1 dengan sistem kontrak Unit Price. Dalam kontrak ini PT.Adhi Karya menawarkan kontrak senilai Rp. 454.000.000.000. Nilai kontrak yang telah ditawarkan sesuai dengan data perencanaan oleh PT. Trans Marga Jateng. Dalam alur pekerjaannya PT. Adhi Karya melakukan survei lapangan
sehingga
kebutuhan
akan
mendekati
dengan
kebutuhan
sebenarnnya. Sehingga kontrak dengan sistem Unit Price berkembang dan diterbitkanlah CCO (Change Contrac by Order).
1.4.1.
Data Kontrak Sebuah proyek pasti akan memiliki data mengenai kontrak yang tertulis rapi sebagai bentuk peninjauan kembali atau laporan. 6
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Berikut merupakan bentuk data proyek PT. Adhi Karya. Perolehan Proyek
: Tender bebas Pasca Kualifikasi
Nomer Kontrak
: No.TMJ.JPP.3.1./VI/2015/009
Nomor SIMK
: No. TMJ.AC.UM.215
Nomor Penetapan Pemenang
: No. TMJ.AA.UM.183
Nomer Penunjukan Pelaksanaan : No. TMJ.AA.UM.187 Waktu Pelaksanaan
: 390 hari kalender
Masa pemeliharaan
: 1095 hari kalender
Nilai Kontrak (Excl. PPn)
: Rp. 421.892.644.217,40
Nilai Kontrak (Incl. PPn)
: Rp. 454.181.908.000,00
Nilai Kontrak (dibulatkan)
: Rp. 454.000.000.000,00
Sumber Dana
: Swasta
(PT Trans Marga
Jateng) Jaminan Pelaksanaan (Excl. PPn) : 5% dari nilai Kontrak / NK Rp.20.644.632.211,00 Masa Berlaku jaminan
: Dari tanggal SPK s/d FHO + 60 hari pelaksanaan
Uang Muka (Excl. PPn)
: 5% dari nilai Kontrak / NK Rp.20.644.632.211,00
Cara pengambilan
: Dipotong Proporsional minimum 15% dari nilai kemajuan
Retensi
: 10% dari Nilai Kontrak/ NK Pengambilan Retensi 2% setelah 365 hari kalender masa pemeliharaan 3% setelah 730 hari kalender masa pemeliharaan 7
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
5% setelah 1095 hari kalender masa pemeliharaan Kelalaian, Denda, Sangsi dan
: Kontrak dinyatakan lalai/ wanprestasi apabila (Pemutusan Kontrak) ¼ waktu pelaksanaan progress fisik < 5% ½ waktu pelaksanaan progress fisik < 35% ¾ waktu pelaksanaan progress fisik < 80% Denda keterlambatan 10/00 per hari
Sistem Kontrak
: Unit Price
Pembayaran Termin
: Monthly Certificate
Eskalasi
: Tidak ada
8
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
BAB II PENGELOLAAN PROYEK 2.1. PEMILIK PROYEK Pemilik proyek adalah pemberi tugas yang sering disebut Owner atau Bouwher. Owner atau Bouwher dapat berbentuk badan usaha atau pun perorangan, baik pemerintahan maupun swasta sebagai pemilik proyek dan pemberi pekerjaan, serta menanggung biaya suatu proyek selama proses pembangunan suatu bangunan.
2.1.1.
Tugas pemilik proyek 1. Menyediakan
dan
mengusahakan kontraktor pelaksana
mendapat pendanaan yang sesuai 2. Mengadakan Pelelangan (jika diperlukan) 3. Menunjuk wakilnya dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, dalam hal ini menunjuk konsultan perencana dan kontraktor pelaksana, serta pengawas pelaksanaan proyek terpilih melalui sistem lelang atau pun penunjukan langsung 4. Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya, mutu dan waktu pelaksanaan 5. Memberikan
keputusan
terhadap
perubahan
pelaksanaan dengan memperhatikan pertimbangan
waktu yang
diberikan oleh konsultannya 6. Menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi antara bawahannya dengan pihak pemborong.
9
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.1.2.
Wewenang pemilik proyek 1. Membuat Surat Perintah Kerja (SPK) 2. Sebagai pengesah atau penolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan 3. Memberikan perintah pertanggungjawaban kepada pelaksana proyek untuk hasil konstruksi nantinya 4. Sebagai pemutus kontrak jika ada pihak yang tidak bekerja sesuai isi surat perjanjian kontrak 5. Menentukan pemenang dalam pelelangan yang dapat dipertanggung jawabkan atas dokumen yang diajukan oleh pemenang.
2.1.3.
Data pemilik proyek Pemilik Proyek
: PT. Trans Marga Jateng
Alamat Pemilik
: Jl. Slamet Riyadi-Bawen
Telephone/Faks/Email
: (0298) 523254/ 024-7475735/
[email protected] Pemimpin Proyek
: Ir. Indriyono
10
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.1.4.
Struktur organisasi pemilik proyek
Bagan.2. 1. Struktur organisasi PT. Trans Marga Jateng
Ir. Indriyono PIMPINAN PROYEK
Ir. Prayudi
Ir. Prayudi
KABAG ADM & REKAYASA TEKNIK
Sumarmo KABAG REKAYASA UTILITAS
Florisco/Ciko KABAG PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN 2
KABAG PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN 1
Suhartono
SUBAG.ADM & Teknik
SUBAG. Jalan, Drainase dan Missel
Eric Januar SUBAG Jalan & Fungsilitas Tol
SUBAG. Pengendalian Mutu
Didik R
Toguh
SUBAG Jalan & Drainase
SUBAG. Jalan & Fasilitas Tol
Heri Arso SUBAG. Jalan, Drainase dan Missel
Rustanto KABAG PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN 3
SUBAG Pengendalian Mutu
Sutomo SUBAG. Jalan, Drainase dan Missel
Sumber : Data Teknis PT Adhi Karya
11
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
SUBAG. Jalan, Drainase dan Missel
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.2. KONSULTAN PERENCANA Konsultan perencana mempunyai kewajiban atau tugas yang merencanakan suatu rencana dalam perencanaan struktur, arsitektur, dan mekanikal/ elektrikal, dengan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik proyek. PT. Cipta Strada terpilih dalam proyek ini sebagai konsultan perencana, dalam pekerjaan di lapangan tidak ada kegiatan yang meyertakan konsultan perencana, konsultan perencana hanya bekerja untuk perencanaan proyek.
2.2.1.
Tugas konsultan perencana 1. Membuat sketsa dan memberikan suatu gagasan gambaran pekerjaan, meliputi pembagian ruang, rencana pelaksanaan dan lainnya 2. Membuat
gambar
detail/ penjelasan
lengkap
dengan
perhitungan konstruksinya 3. Membuat rencanan kerja dan syarat-syarat (RKS) dan rencana anggaran biaya (RAB) 4. Tempat
berkonsultasi
jika
ada
hal-hal
yang
meragukan di bidang arsitektural, struktur dan ME.
2.2.2.
Wewenang konsultan perencana 1. Menentukan kualitas dan jenis material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek
2. Mempertahankan desain jika didalam pembangunan terjadi kesalahan design oleh pihak-pihak pelaksana bangunan yang tidak sesuai dengan rencana
3. Merubah ketentuan design gambar yang disesuaikan perubahan kondisi
12
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
4. Menjelaskan
sebuah
perencanaan
pada
waktu
diskusi,
menyusun dokumen pelaksanaan dan melakukan monitoring berkala kemudian dilaporkan kepada kontraktor utama.
2.2.3.
Data konsultan perencana Konsultan perencana : PT. Cipta Strada Alamat Konsultan Perencana : Promenade Tower Y, Jl. Bangka Raya 20, Jakarta Selatan 12720
2.3.
Telephone/Faks/Email
: (021) 7183700 /- /-
Kontak Personil
: Ir. Bhujon
KONTRAKTOR Kontraktor pelaksana adalah perusahaan berbadan hukum
yang bergerak
dalam
bidang
pelaksanaan
pemborongan.
Berupa
peroranga maupun badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Yang telah ditetapkan dari pemilik proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK). Kontraktor pelaksana ini bekerja dengan mengacu pada gambar kerja (bestek), rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) yang telah disusun sebelumnya.
2.3.1.
Tugas kontraktor 1. Melaksanakan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak kerja, baik dari segi scheduling pelaksanaan maupun masa pemeliharaan 2. Mematuhi dan melaksanakan segala petunjuk yang diberikan oleh direksi 3. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pelaksana harus membuat dan menyerahkan gambar kerja (shop drawing) serta metode kerja 13
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
4. Menyediakan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan : a. Biaya pelaksanaan b. Waktu pelaksanaan c. Kualitas pekerjaan d. Kuantitas pekerjaan e. Keamanan kerja. 5. Membuat
laporan
harian,
mingguan
dan
bulanan
yang diserahkan kepada direksi 6. Bertangung jawab atas kualitas dan mutu pekerjaan 7. Membayar ganti rugi akibat kecelakaan yang terjadi pada waktu pelaksanaan pekerjaan 8. Berhak menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaaan yang telah selesai dari pemberi tugas dengan kesepakatan yang tercantum dari kontrak kerja 9. Kontraktor pelaksana perlu menyusun sebuah struktur orgnisasi yang didalamnya tercantum alur-alur pemberian perintah kerja atau tugas pada masing-masing jabatan untuk bekerja dengan maksimal dan tidak terjadi overlapping tanggung jawab. Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor pelaksana dibantu oleh sub-sub kontraktor yang ditunjuk oleh kontraktor pelaksana yang berupa perorangan maupun badan hukum.
2.3.2.
Wewenang kontraktor 1. Membuat peraturan keamanan dalam pelaksanaan proyek 2. Mengatur pekerjaan didalam proyek 3. Memberikan perintah pertanggung jawaban kepada pelaksana pekerja secara langsung 14
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
4. Sebagai penindak kepada pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan rencana 5. Menentukan tindakan yang harus dilaksanakan sesuai persetujuan konsultan pengawas dan owner.
2.3.3.
Data kontraktor Pemilik Proyek
: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, Divisi Kontruksi VII
Pemilik
: Jl. Jendral Urip Sumuharjo KM 13,5, Tugu, Semarang
Telephone/Faks/Email
: (024) 3547455/ (024) 3547455/ -
Diwakili oleh
:
Kepala Divisi
: Ir. Sukaryo
Wakil Kepala Divisi
: Imam Listyono
Manajer Operasional-II
: Sudiyat Miko, ST
Project Manager
: Ir. Moh. Markus
15
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.3.4.
Struktur organisasi kontraktor Bagan.2. 2. Struktur organisasi PT. Adhi Karya
Project Manager Ir.MOH.Marcus
Sekertaris
Personalia
Pangesti
Yoen Krisna
Proj. Engeneering Manager
Proj. Production Manager
D. Pranata Yuana
MOH. Cholil, ST
Project Procurement
Surveyor
Tri Joko Suryono
Bambang Joko Setiyono
Proj. Finance Manager Yoen Krisna
Umum Saparjo
Project Planing
Peralatan
Nanang Widiatmoko, ST
Sulistiyanto
Kholifatur Rusyadi (draft) KEU.(Kasir) & Penarikan
Atik Amalia K, ST (SCHE) Musta'in,ST (QS)
Muh. Zaenudin
Hastono, ST (Adtek)
Akuntansi & Pajak
Supervisor Kaspari, ST
Project Control Hardian Andreasworo, ST Ahmah Muhroji, ST Jujuk Pujo Asmoro, ST (lab&QS)
Fajar Rahmat Sabu, SE
Djoko Hermanto Hadi Sutrisno Partono
Sumber : Data Teknis PT. Adhi Karya
16
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.3.5.
Sub kontraktor 1. PT. Puja Perkasa PT. Puja Perkasa merupakan perusahaan di bidang pelaksanaan kontruksi yang berdomisili di bawen. Dalam Pelaksanaannya PT. Adhi Karya dibantu oleh PT. Puja Perkasa untuk pekerjaan sruktur jembatan pada seksi 3.1. sistem kerja dalam proyek berupa pekerjaan langsung dikerjakan oleh pelaksana kontruksi dari PT. Puja Perkasa serta dibantu oleh pelaksana kontruksi oleh PT. Adhi Karya di beberapa titik seperti pada pilar tiga serta sebagai kepala zona, (Lokasi Jembatan : Zona III). Penanganan pekerjaan langsung memang dikerjakan oleh subkontraktor namun seluruh pekerjaan administrasi dan keputusan ditentukan oleh PT. Adhi Karya yang sebelumnya diadakan forum diskusi bersama dengan semua pihak terkait. Wewenang PT. Puja Perkasa adalah sebagai pengendali dan pengatur pekerja mereka sehingga mereka wajib menegur dan berkomunikasi langsung dengan pekerjannya.
17
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Bagan.2. 3. Struktur organisasi PT. Puja Perkasa
Site Manager Eko Sungkono, ST
Pelaksana
Pelaksana
Keuangan
Adm. Teknik
Nuzuludin Lubis
Aditio Kurniawan
Masduqi
Aar Nicho
Logistik Basuki
Driver
Driver
Aris
Agus Sumber : Data Teknis PT Puja Perkasa
2. PT. Jatra Sejahtera PT. Jatra Sejahtera merupakan perusahaan bergerak di bidang kontruksi, pekerjaan kontruksi yang dikerjakan perusahaan ini berupa launching girder. PT. Jatra Sejahtera berdomisili di kota Surabaya, memiliki sekitar 16 pekerja termasuk kepala pelaksana dalam pekerjaan proyek tol semarang hingga solo. Dalam proyek ini PT. Jatra Sejahtera mengerjakan launching girder jembatan yang melintasi sungai tuntang sepajang 350 m dengan ketinggian 40 m pada seksi 3.1 zona tiga. Tugas PT. Jatra Sejahtera berupa merencanakan sistem kerja, pengendalian dan pengatur pekerja dalam pelaksanaan lauching girder sepanjang jembatan, kepala pelaksana diwajibkan menegur dan memberi peringatan kepada pekerjannya. Dalam pekerjaan ini kepala pelaksana mengarahkan pekerja untuk mengerjakan tahap-tahap pekerjaan seperti persiapan lahan 18
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
kerja dan menyesuaikan launcher dengan kondisi lapangan, beliau pula merencanakan sistem kerja dari launcher, seperti menempatkan girder sesuai urutan yang telah ditentukan, tujuannya agar peer head menerima beban dengan seimbang. Dalam alur hirarki pekerja langsung berhubungan dengan kepala pelaksana lounching girder PT. Jatra Sejahtera.
Data PT. Jatra Sejahtera Pelaksana Lounching Girder
: PT. Jatra Sejahtera
Alamat
: Kota Surabaya
Telephone/Faks/Email
:-
Kontak Personil
: Suyono
3. PT. WIKA BETON PT. Wika Beton merupakan perusahaan yang bekerja dalam pekerjaan precast beton yang berdomisili di Purwodadi. Pada Proyek ini PT. Wika Beton mengerjakan precast girder I dan stressing strand sepanjang 40 m persegmen. Tugas PT. Wika Beton adalah merencanakan sistem pekerjaan, pengendalian dan mengarahkan pekerja. Pelaksana diwajibkan mengarahkan pekerja dalam pekerjaan stressing dilapangan dengan efektif. Dalam alur hirarki pekerja langsung berhubungan dengan kepala pelaksana stressing dan grouting girder PT. Wika Beton.
Data PT. Wika Beton Pelaksana Stressing dan Precast Girder : PT. Wika Beton Alamat
: Boyolali
Telephone/Faks/Email
:-
Kontak Personil
: Faisal
19
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.5. KONSULTAN PENGAWAS Konsultan pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama Pemilik Proyek (owner). Pengawas
harus
mampu
bekerjasama
dengan
Konsultan Perencana dalam suatu proyek.
2.5.1.
Tugas konsultan pengawas 1. Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan, petunjuk dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti hasil-hasil yang telah dikerjakan 2. Memberi rekomendasi progress report pekerjaan pelaksana untuk meminta dana kepada Pemilik Proyek (owner) guna membiayai pelaksanaan pekerjaan selanjutnya 3. Memberikan teguran dan atau peringatan kepada pelaksana konstruksi apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari spesifikasi dan gambar-gambar teknis 4. Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek kepada pemilik proyek (owner).
2.5.2.
Wewenang konsultan pengawas 1. Menegur kontraktor jika melakukan penyimpangan 2. Mengarahkan kontraktor jika pekerjaan mereka kurang sesuai dengan rencana 3. Melaporkan segala kegiatan yang terjadi dilapangan dengan lengkap dan detail tanpa batasan serta intervensi 4. Memberi saran teknis kepada owner terhadap pekerjaan pelaksana.
20
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.5.3.
Data konsultan pengawas Konsultan pengawas
: PT. Eskapindo Matra
Alamat
: Komplek Rukan Sentra Pemuda
Telephone/Faks/Email
: (021) 4712482-47051/ (021)
47869168/ Diwakili oleh
: Ir. Pratikta
21
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.5.4.Struktur organisasi konsultan pengawas Bagan.2. 4. Struktur PT. Eskapindo Matra Presiden Engginering
Supportiing Staff
Ir. Astiyanto
Office Manager : Suciati Aqmar OPT.Simpro : Purwanto, Amd OPT.Cad : Ikhwan Aziz Prasetya, Amd OPT.Com 1 : Dimas Tegar Saputra, S.psi OPT.Com2 : Bania Aldilas N, S.Kom Driver 1 : Bobby Juniyanto Driver 2 : Yanto Driver 3 : Yasin Driver 4 : Maman
Driver 5 : Office Boy : Herori Watchman : Tedjo Purnomo
V.S.STRUCT
ENVIROMENTAL SPECIALIST
V.S.GEOTECTNICAL
Supradata ,Msi
Dr.Ir.Edy Purwanto, CES, DEA
Pavement/Soil Material Engginer AST.Pavement/Soil Material Engginer
CHIEF INSPECTOR
Structure Engginer
Highway Engginer
Drainace Engginer
Ir.Narto AST.Structure Engginer
Utari Zurada, ST Tulus Sumanto, ST
Quantty Surveyor Geodetie Surveyor
PAV/EARTH/DRAIN :Yogo Prasetyo Inspector Strctur : Aji Prio Caroko, ST Structure 1 ()Main Bridge) :Nanag Hedro W Structure 2 (OP/UP)
Highway Engginer
Structure 3 (Main Bridge)
Ari Widiatmoko, ST
Structure 4 (OP/UP)
MHD Geeutriawan, ST
PAV/Earth Work 1 : Chusnul Yakin, ST PAV/Earth Work 2 : Bayu Tri X PAV/Earth Work 3 : Sugeng Handoko PAV/Earth Work 4 M : Harum Saptono, ST Plan 1 : Afri Prasetyo, ST Plan 2 ; Amirul Adli S, ST Utilitas/M.electrical
Sumber : Data PT. Adhi Karya 22
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN 3.1. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Metode pelaksanaan pekerjaan menjelaskan mengenai tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan oleh PT. Adhi Karya beserta subkontraktor pendukung. Secara umum pekerjaan dibagi kedalam tiga tahap, tahap-tahap pembangunan berupa : 1. Pekerjaan persiapan 2. pekerjaan struktur bawah 3. pekerjaan struktur atas Tahap awal dalam proyek seperti pekerjaan persiapan dan sebagian struktur bawah seperti pelaksanaan bor, tes terhadap pile, pekerjaan pile cap dan beberapa kolom pier segemen massive telah terlaksana, untuk menghubungkan pekerjaan yang telah terlaksana dengan pekerjaan yang disaksikan secara langsung diperlukan deskripsi mengenai pekerjaan tersebut agar sesuai dengan pekerjaan yang disaksikan secara langsung.
3.1.1.
Pekerjaan persiapan Pekerjaan awal dalam proyek merupakan pekerjaan persiapan, dimana bentuk pekerjaan berupa pekerjaan pembersihan lahan, pembangunan direksi kit, pembangunan gudang serta seksi K3 melengkapi perlengkapan K3 dari plang nama proyek, spanduk kelengkapan pekerja, tata tertib dan rambu-rambu dilapangan. 1. Pembersihan lahan Pembersihan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap proyek, agar semua kondisi proyek dapat terlihat. Pekerjaan
23
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
pembersihan
lahan
mempermudah
pekerjaan-pekerjaan
berikutnya Berikut tahap-tahap pekerjaan pembersihan lahan : a. Penebangan pohon-pohonan menggunakan excavator b. pengupasan semak dan akar-akar pohon menggunakan buldozer c. setelah lahan dibersihkan, kemudian dilakukan pekerjaan pemerataan tanah dengan mengunakan buldozer. Untuk memindahkan tanah bekas galian excavator bekerja sama dengan dump truck menggangkat dan membawa material tanah ke disposal. 2. Pembangunan direksi kit dan gudang
Gambar.3. 1. Gudang PT. Adhi Karya Sumber : Data pribadi
Dalam proyek pembangunan tol tahap bawen-solo diperlukan direksi kit dan gudang yang berguna bagi pekerja untuk berdiskusi, menyimpah bahan material, pabrikasi alat maupun material dan berlindung atau istirahat. Direksi kit PT. Adhi 24
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Karya menggunakan box container yang didesain menjadi ruangan-ruangan Berikut tahap-tahap pekerjaan pembangunan direksi kit a. Container dibuat lubang pintu dan jendela, setelah itu dipasang kan pintu dan jendela b. Pekerjaan
dilanjutkan
pemasangan
instalasi
listrik
sederhana c. Pekerjaan terakhir adalah pemasangan lantai Berikut tahap-tahap pekerjaan pembangunan gudang a. Menyiapkan kayu-kayu usuk untuk dijadikan kolom dan balok ruangan b. Lalu menyiapkan playwood 9 mm untuk dijadikan dinding c. Pekerjaan dilanjutkan pemasangan instalasi listrik d. Pemasangan pintu, jendela dan membuat lantai LC. 3. Melengkapi K3 dan Plang Nama Dalam setiap proyek diwajibkan untuk menyiapkan plang nama sebagai identitas pekerja yang bertujuan agar warga sekitar proyek mengetahui siapa yang sedang mengerjakan proyek tersebut. Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan kerja menjadi hal yang penting dalam setiap proyek, pada awal proyek disiapkan beberapa rambu-rambu, motto dan peraturan untuk melengkapi perlengkapan K3 selain menyiapkan tempat perawatan dan pertolongan pertama.
3.1.2.
Pekerjaan struktur bawah 1. Pondasi Pondasi merupakan penopang utama suatu bangunan, pondasi pada jembatan tuntang menggunakan pondasi bor pile dengan kedalaman bervariasi dari 10 m hingga 17 m, dikerjakan 25
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
dengan alat bor. Karena tanah pada daerah jembatan sangat keras maka dipilih metode bor, untuk meninjau kekerasan daritanah dapat ditinjau pada lampiran gambar. Dimensi dari pile berdiameter 120 cm, dengan jumlah yang bervariasi pula, kolom pier memiliki jumlah 20 buah hingga 30 buah dan di tiap abutment sebanyak 10 buah. Dalam pengecoran Pondasi dengan volume terbesar memerlukan ± 8,33 jam dalam kondisi menggunakan tiga truck mixer sekaligus.
Tabel.3. 1. Data pile P1 hingga P8 Jarak antar Pile
Jumlah Pile Titik
Depth
(m)
Diameter
(m)
Volume
(m) Lebar
Panjang
Jumlah Total
Antar
Garis
Pile
Luar
(m)
(m)
(m3)
A1
17
1,2
2
5
10
3,6
1,7
189,75
P1
12
1,2
4
5
20
3,6
1,6
266,46
P2
11
1,2
5
6
30
3,5
1,5
365,78
P3
11
1,2
5
6
30
3,5
1,5
365,78
P4
11
1,2
5
6
30
3,5
1,5
365,78
P5
10
1,2
4
7
28
3,6
1,6
309,75
P6
13
1,2
4
7
28
3,6
1,6
404,70
P7
16
1,2
4
7
28
3,6
1,6
499,65
P8
10
1,2
4
6
24
3,6
1,6
265,50
A2
17
1,2
2
5
10
3,6
1,7
189,75
Sumber : Data Pribadi
26
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 2.Sketsa letak pondasi A1 hingga P5 Sumber : Data PT. Adhi Karya
Gambar.3. 3. Sketsa pondasi pada P5 hingga A2
Sumber : Data PT. Adhi Karya
Gambar.3. 4. Tampak atas Sumber : Data pribadi 27
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Tahap pelaksanaan boring pile a. Pekerjaan persiapan pengeboran 1) Marking dan pemberian nomeran urut pengeboran 2) sebagai tepat penyimpanan sementara air buangan, dipersiapkan bak penampungan yang berfungsi dan tempat pencampuran air dengan tanah liat sebagai media pembantu dalam proses pengeboran 3) air kotor dipompa 4) dan material pendukung (tanah liat dan readymix) 5) lalu ulangan baja di rakit. b. Pengeboran Pengeboran basah metode pengeboran dalam proyek ini. Untuk mengurangi gesekan dalam lubang Air digunakan untuk menghancurkan material tanah. Langkah – langkah pengeboran dijelaskan sebagai berikut : 1) Pekerjaan pengeboran -
Untuk
menghancurkan
pengangkutan
keluar
tanah lubang
serta
guna
pengeboran
menggunakan cross drill dibantu dengan semprotan air (air berlumpur) yang mengalir
melalui lubang
batang -
penyemprotan air setelah kedalaman perencanaan tercapai merupakan bentuk pembersihan tahap pertama
-
untuk membawa dan memotong tanah sisa yang tidak dibawa oleh air digunakan bor spiral yang. Tahap ini adalah langkah terakhir dari pengeboran. Dengan sistem ini, diharapkan bahwa semua sisa pengeboran bias terangkat.
28
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
c. Pekerjaan pasangan -
Pipa trime dipasang sesuai dengan kedalaman lubang yang dibor
-
perakitan tulangan baja
-
melalui pipa trime untuk membersihkan lubang dari endapan lumpur, dilakukan penyemprotkan air bertekanan.
d. Pekerjaan cor Berikut merupakan langkah pengecoran bore pile setelah pekerjaan pembersihan terakhir dilakukan : 1) Kantong plastik yang diisi dengan campuran beton bertujuan untuk memisahkan campuran beton dari endapan lumpur di dalam pipa trime 2) dari kedalaman 1 meter dari corong trime kantong plastik dimasukkan, lalu menunggu tenaga pengecoran siap untuk melakukan pengecoran secara konstan 3) lalu tas plastik dapat dilepas ketika campuran beton diisi kedalam lubang pipa sampai kepermukaan saluran. Pada saat yang sama, campuran beton yang dimasukkan mendorong air lumpur di luar pipa trime keluar 4) vibrator untuk membantu aliran campuran beton kedalam lubang agar tidak ada udara yang terjebak dalam campuran beton 5) pipa trime bisa ditarik perlahan-lahan sambil terus menuangkan campuran beton. Jika didapat campuran tidak dapat turun lebih jauh, dengan kata lain permukaan campuran beton di dalam lubang bor telah meningkat cukup jauh 6) maka Penarikan pipa trime harus dijaga sehingga ujung bawah pipa tetap terendam 1 meter di dalam campuran 29
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
beton. Pipa trime dapat diangkat jika campuran beton telah naik lebih dari 3 meter di bawah pipa trime. Pengecoran dapat dihentikan jika campuran beton sampai kepermukaan lubang (meluap) dan benar-benar bersih dari lumpur atau kotoran lainnya 7) tahap-tahap pengeboran diatas dilanjutkan ke titik-titik pengeboran yang lain sesuai dengan nomor pengeboran yang telah ditentukan. e. Pekerjaan pembersihaan dan bobok pile cap 1) Agar limbah tidak menumpuk/ membanjiri area kerja dan tidak mengganggu pekerjaan pengeboran berikutnya, bak penampungan limbah khusus harus disiapkan untuk lumpur yang dihasilkan dari proses pengeboran 2) pengambilan dari luar wilayah pengeboran lumpur kental yang mengisi bak
Gambar.3. 5. Kepala pile yang telah dibobok Sumber : Data Pribadi
30
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3) pembobokan pile bagian atas setelah umur beton 7 hari, sepanjang level atau batas yang telah ditentukan. Setelah pile terbentuk lalu dilakukan tes-tes apakah telah mencapai kapasitas yang direncanakan, tes yang dilakukan adalah adalah tes PDA dan tes PIT.
Gambar.3. 6. Pengecoran guna membuat LC di abutment 1
Sumber : Data Pribadi
Dalam tahap ini PT. Adhi Karya Berkerja sama dengan PT. Batindo Sarana Nusantara untuk melakukan Pile Driving Analyzer (PDA) guna mengetahui daya dukung tiang dan tegangan yang belaku pada tiang. Semua hasil dan metode akan dikerjakan sesuai persetujuan PT. Eskapindo Matra sebagai 31
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
konsultan pengawas dan PT. Trans Marga Jateng sebagai pemilik proyek. Terdapat dua titik pile yang telah di tentukan yaitu P02 dan P04. Kedua pile tersebut berada pada P4, sesuai dengan analisis yang disimpulkan oleh PT. Batindo Sarana Nusantara dapat disimpulkan bahwa hasil tes mampu mewakilkan keadaan seluruh pile dengan metode yang sama. PDA merupakan suatu sistem pengujian untuk mendapatkan data kapasitas tiang, energi palu, penurunan dll. Memperoleh data tersebut melalui strain transducer dan accelerometer yang diolah oleh komputer dengan CAPWAP/ASIAWAP untuk menghasilkan kurva gaya dan kecepatan ketika palu dipukul dengan berat tertentu. 2. Footing Dalam proyek ini terdapat 8 titik footing yang diberi identitas footing P1 hingga footing P8, footing sendiri bertujuan untuk menggabungkan beberapa pile agar dapat menerima gaya dengan besaran yang sama. Dengan menggunakan asumsi rerata berat jenis dan luas sebesar 4,66 kg/m dan 0,00059 m2 dalam pengecoran footing dengan volume terbesar memerlukan ± 19,24 jam dalam kondisi menggunakan lima truk mixer sekaligus.
Gambar.3. 7. Letak footing pada A1 hingga P5 Sumber : Data PT. Adhi Karya
32
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 8. Letak footing pada P5 hingga A2 Sumber : Data PT. Adhi Karya
Gambar.3. 5. Pembesian footing Sumber : Data Pribadi
Tabel.3. 2. Data pekerjaan footing Titik
P1
Lebar
Panjang
Footing
Footing
(m)
(m)
14
42,4
Tebal
Tebal
Footing
Footing
Volume
Tengah
Tepi
m3
(m)
(m)
2,5
2
1051
33
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Titik
P2
Lebar Footing (m) 17
Panjang Footing (m) 51,5
Tebal Footing Tengah 2,5
Titik
2
Lebar Footing (m) 1924
P3
17
51,5
2,5
2
1924
P4
17
51,5
2,5
2
1924
P5
14
49,6
2,5
2
1478
P6
14
49,6
2,5
2
1478
P7
14
49,6
2,5
2
1478
P8
14
46
2,5
2
1371
Sumber : Data Pribadi
Tahap pekerjaan footing a. Pembobokan kepala pile menggunakan hammer, bertujuan untuk memunculkan besi pile agar dapat dikaitkan dengan besi footing b. Perangkaian besi bawah, samping dan atas menggunakan kawat drat serta dipuntir menggunakan catut c. Pemasangan
bekisting
menggunakan
playwood
dengan
scaffolding untuk menyangga bekisting d. Pengecoran footing, dengan menggunakan concrete pump yang menyalurkan ready mix dari truk mixer kemudian diratakan menggunakan scraper ketika mencapai top cor, selama proses pengecoran vibrator diarahkan pekerja kebagian yang dirasa ready mix sulit mengalir e. Pelepasan bekisting setelah 14 hari. Dalam pekerjaan footing terdapat kendala, yaitu ketinggian permukaan footing lebih rendah dibanding dari tinggi muka air sungai tuntang pada P3 sehingga air masuk dan menggenangi lokasi footing sehingga sulit untuk melakukan pengecoran footing 34
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
dan pengerjaan pilar. Solusi dalam pekerjaan ini dengan melakukan penimbunan footing kemudian menggali dasar sungai agar air tidak cepat meninggi.
Gambar.3. 10. Proses perangkaian besi footing dan pilar P1 Sumber : Data Pribadi Gambar.3. 11. Proses pengecoran footing menggunakan condrete pump truck Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 12. Footing yang sudah dilepas dari bekistingnya Sumber : Data pribadi 35
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3. Abutment Abutmentmerupakan
bangunan
yang
berfungsi
sebagai
tumpuan dari jembatan dan penyalur gaya menuju pile, dalam proyek ini terdapat dua titik abutment yang di beri identitas dengan A1 dan A2. Tahapan Pekerjaan Abutment a. Pembobokan kepala pile kemudian mengkaitkan besi dari pile ke rangkaian besi base wall b. perangkaian footing dimulai dengan perangkaian besi base wall dan pemasangan bekisting c. dilanjutkan pengecoran base wall d. pekerjaan dilanjutkan dengan perangkaian besi untuk back wall dan wing wall serta dilanjutkan dengan pemasangan bekisting e. tahap terakhir pengecoran back wall dan wing wall f. pelempasan bekisting setelah 14 hari g. penimbunan base wall, wing wall dan back wall.
Gambar.3. 13. Penimbunan di A1 Sumber : Data Pribadi
36
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 6. Back wall dan wing wall Sumber : Data pribadi
Pekerjaan antara kedua abutment dikerjakan tidak bersamaan atau dengan waktu yang sama, pada proyek ini pekerjaan dimulai dengan mengerjakan A2 serta dilanjutkan pengerjaan pilar-pilar lalu menjelang pilar mencapai piar head pekerjaan abutment pada A1 mulai dikerjakan. Dalam pekerjaan abutment mengunakan alat-alat seperti truck mixer, concrete pump, bekisting, vibrator, scraper serta untuk pekerjaan tanah menggunakan vibrator roller, bulldozer dan stemper agar tanah terhampar dan padat.
4. Pekerjaan Kolom Pilar
37
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Kolom pilar (Kolom pier) merupakan bangunan yang berguna untuk menyalurkan beban kontruksi yang diterima oleh jembatan. Dalam proyek ini terdapat 16 pilar karena dalam satu titik footing terdapat dua kolom, biasanya kolom tersebut disebut dengan sebutan P1 kanan atau jika berada disebelah kiri disebut dengan P1 kiri. Dimensi kolom pier adalah 3×3 m dengan panjang segmen untuk kolom masive setinggi 3 m dan untuk kolom hollow setinggi 4 m dengan ketebalan selimut 40 m cm.
Gambar.3. 7. Rangkaian besi kolom hollow Sumber : Data pribadi
Tahap-tahap pekerjaan kolom pier a. Segmen Massive 1) Pekerjaan perangkaian besi atau penulangan, dalam pekerjaan penulangan kolom digunakan besi ulir dengan Ø 16, 19, 22, 25, 29, 32. Dalam alur pekerjaan pembesian diawali dengan pekerjaan pabrikasi besi dengan bar cutter untuk memotong dan bar bending untuk membengkokkan besi-besi tersebut. Besi-besi 38
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
yang telah dipotong dan dibengkokkan sesuai rencana akan dibawa menuju lokasi proyek menggunakan up crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat yang dipuntir dengan catut 2) penyambungan dengan tulangan pada footing, dengan menekuk besi mengait kepada rangkaian tulangan footing dan direkatkan menggunakan kawat drat dan beberapa bagi direkatkan dengan bantuan las
Gambar.3. 16. Proses climbing lantai kerja Sumber : Data pribadi
3) setelah
kegiatan
penulangan,
dilanjutkan
dengan
pemasangan bekisting. Bekisting yang digunakan adalah bekisting yang sudah dipabrikasi sebelum proyek
39
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 8. Pemasangan bekisting untuk segmen hollow pada pilar pier P3 Sumber : Data pribadi
Plat besi yang dirangkai menjadi bentuk balok yang bagian sisi atas dan bawahnya tidak tertutup setinggi 5 m. Pengangkatan bekisting menggunakan bantuan tower crane. Sebelum dilakukan penyambungan besi pekerja melakukan climbing lantai kerjauntuk menaikkan tempat kerja mereka sesuai ketinggiaan kolom massive yang sudah dilepas dari bekisting 4) penyetingan bekisting dan periksaan apakah bekisting sudah terpasang dengan baik (tegak) dengan memeriksa menggunakan waterpass yang menembak prisma yang diletakkan petugas di atas bekisting
40
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 18. Pengecoran kolom pier menggunakan metode buchket Sumber : Data pribai
5) pengecoran hingga 21 m3 setiap segmen massive, pemerataan
agregat
dan
penyebaran
ready
mix
menggunakan vibrator elektrik yang di arahkan oleh pekerja. b. Segmen Hollow 1) Pekerjaan perangkaian besi atau penulangan, dalam pekerjaan penulangan kolom digunakan besi ulir dengan D 16, 19, 22, 25, 29, 32. Dalam alur pekerjaan pembesian diawali dengan pekerjaan pabrikasi besi dengan bar cutter untuk memotong dan bar bending untuk membengkokkan besi-besi tersebut. Besi-besi yang telah dipotong dan dibengkokkan sesuai rencana akan di bawa menuju lokasi proyek menggunakan up 41
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat yang dipuntir dengan catut.
Gambar.3. 19. Rangkaian besi pada kolom hollow Sumber : Data pribadi
2) senyambungan dengan tulangan pada pada kolom pier massive, dengan dilas sesuai panjang sambungan yang telah di tentukan. 3) setelah
kegiatan
penulangan,
dilanjutkan
dengan
pemasangan bekisting. Bekisting yang digunakan adalah bekisting yang sudah dipabrikasi sebelum proyek. Plat besi yang dirangkai menjadi bentuk balok yang bagian sisi atas dan bawahnya tidak tertutup setinggi 5 m sebagai cover luar bekisting, lalu bagian dalam agar kolom pier menjadi hollow dibuat dengan bahan yang sama dengan ukuran yang lebih kecil dan di tahan oleh asskom ketika pemasangan. Penyanggapenyangga di dalam bekisting berguna agar menahan 42
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
plat tidak melendut menggundakan scafolding dengan sambungan jack U dan jack pass. Pengangkatan bekisting menggunakan bantuan tower crane.
Gambar.3. 9. Setting bekisting dalam menggunakan scaffolding Sumber : Data Pribadi
Sebelum
dilakukan
penyambungan
besi
pekerja
melakukan climbing lantai kerja untuk menaikkan tempat kerja mereka sesuai ketinggiaan kolom massive yang sudah dilepas dari bekisting.
43
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 21. Bekisting yang telah siap dipasang Sumber : Data pribadi
4) penyetingan bekisting dan periksaan apakah bekisting sudah terpasang dengan baik (tegak) dengan memeriksa menggunakan waterpass yang menembak prisma yang diletakkan petugas di atas bekisting. 5) pengecoran hingga 21 m3 setiap segmen massive, pemerataan
agregat
dan
penyebaran
ready
mix
menggunakan vibrator elektrik yang diarahkan oleh pekerja.
44
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 10. Proses pengecoran P3 Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 23. Penampilan kolom hollow saat bekisting sudah dilepas Sumber : Data pribadi
5. Pekerjaan Pier Head Pier head merupakan bagian atas dari kolom pier yang berguna menyangga 12 girder. Pembuatan pier head dalam proyek ini 45
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
dilakukan
dengan
metode
shoring,
pengecoran
beton
konvensional dan penggunaan perancah yang ditumpukan pada balok konsol. Tahap-tahap pekerjaan kolom pier
Gambar.3. 24. Pemasangan H beam Sumber : Data pribadi
a. Pemasangan baja H beam sebagai perancah bertumpu pada balok konsol dan diberi pengait, ditambah perangkaian scafolding b. pemasangan bottom bekisting disangga oleh perancah dalam bentuk scaffolding yang dikolaborasi menggunakan baja canal C yang di hubung kan dengan jack U c. pemasangan bekisting bagian samping depan, belakang kanan dan kiri d. lalu dilanjutkan dengan perangkaian besi (penulangan) e. pada pier head P1 dan P7 di beri back wall untuk menahan girder
46
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 25. Plywood sebagai bekisting Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 26. Pengangkatan H beam menggunakan Tower crane Sumber : Data pribadi
47
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
f. setelah
penulangann
selesai
dilakukan
pengecoran
menggunakan concrete pump jenis kodok dengan bantuan truk mixer untuk membawa ready mix ke lokasi pengecoran g. lalu setelah 14 hari bekisting dilepas, lalu dipasanglah mortar pad dengan campuran semen : Air ( 1 sak : 2,5 liter air) menggunakan bekisting persegi yang telah di siapkan seukuran 20×20 cm. Tahap Pekerjaan pier head di P1 menggunakan metode soring menggunakan scaffolding a. Mempersiapkan scaffolding dengan diameter pipa ukuran sedang kelokasi P1 b. lalu penyusunan scaffolding dengan tinggi disesuaikan bekisting pier head, tentunja bagian samping kanan, kiri dan tengah di buat sesuai tinggi bekisting bottom pier head menggunakan rangkaian scaffolding berdiameter lebih kecil dari pada pipa shoring dan di padukan menggunakan jack pass untuk membuat sanggaan terhadap bekisting pier head dikolaborasi menggunakan profil baja canal C. c. lalu dilakukan pemasangan bekisting d. dilanjutkan perakitan besi e. lan dilakukan pengecoran menggunakan concrete pump truck. Tahap-tahap memasang mortar pad dan bearing pad a. Memasang pembesian pada mortar pad b. menyiapkan alat aduk berupa ember cat dengan ukuran 20 liter cat dan kayu adukan c. semen satu sak dicampur sika dengan ember seukuran 2,5 liter cat kedalam ember adukan d. campuran tersebut dicampur dan diaduk merata
48
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
e. bekisting dengan bentuk persegi telah di persiapkan di titik ass mortar pad f. lalu adukan tersebut di tuang dan dilepas ketika berumur satu minggu untuk perawatan mortar pad hanya di tutup menggunakan lembaran plastik dan disiram air agar suhu terjaga dari cuaca panas.
Gambar.3. 27. Mortar pad Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 28. Perawatan mortar pad dengan disiram air Sumber : Data pribadi
49
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.1.3.
Struktur atas 1. Stressing girder Girder merupakan bagian struktur atas, girder dalam proyek ini berbentuk I girder yang di produksi secara precast oleh PT. Wika Beton dan diantar menuju proyek dari boyolali menggunakan bantuan truck container dengan membawa satu segmen girder sepanjang 5 m. Girder yang tiba di lokasi proyek lalu di tempatkan langsung di belakang abutment dua dan di ganjal oleh bantalan-bantalan beton, pemindahan girder dari truck container dikerjakan menggunakan service crane berkapasitas 35 ton, dalam proyek ini berjejer 12 girder sepanjang 40 m di tiap girder, girder yang sudah berada di lokasi proyek sebelumnya di beri strand baja untuk bertujuan untuk melawan momen yang timbul akibat beban yang nantinya diterima jembatan. Straind di-streesing menggunakan jack hidraulik yang ditahan angkur berkapasitas 2 ton, sebelumnya lubang-lubang di beri wedges untuk menahan ujung straind ketika di stressing. Tahap-tahap stressing straind baja.
Gambar.3. 29. Proses memasukan strand Sumber : Data pribadi
50
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3.30. Prosses stressing Sumber : Data pribadi
a. Girder di susun persegmen, lalu straind di tarik memasuki lubang sebanyak 16 pada lubang satu dan 18 pada lubang 2,3,4. Lalu di beri wedges agar tertahan b. setelah tertahan ujung yang belum di beri wedges diberi wedges dan di tarik (stressing) menggunakan jack yang di tahan angkur sebesar 75%. c.
setelah mencapai 75% widges di pukul agar mengunci straind dan dilakukan di ke tiga lubang berikutnya
d. setelah semua tertarik straind sisa dipotong menggunakan grenda dan di tutup dengan semen. e. lalu dilanjutkan dengan groting semen
51
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Tahap-tahap groting
Gambar.3. 11. Pekerja memegang selang grouting Sumber : Data pribadi
a. Menyiapkan adukan, dicampur sika beton dengan campuran 1 sak semen dengan 0,5 liter sika kedalam adukan semen b. lalu adukan semen tersebut dialirkan kedalam kompresor semen untuk diinjek kedalam girder dengan bantuan selang c. satu pekerja bersiap di sisi girder yang tidak di tembak semen untuk mengontrol apakah grouting sudah mencapai ujung dan menutup lubang grouting, setelah grouting selesai lubang grouting di tutup dengan semen. Dalam pekerjaan stressing girder dan grouting semen kendala yang mempersulit pekerjaan adalah keadaan medan atau jalan menuju tempat peletakan girder yang berkubang serta licin akibat lumpur sehingga truck container banyak terjebak 52
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
dikubangan
lumpur,
serta
cuaca
yang
sering
hujan
memperlambat pekerjaann. Dalam menghadapi permasalahan tersebut selalu di adakan perbaikan terhadap jalur yang di lintasi truk, lalu sebagian titik di beri ready mix yang di bantu bambu untuk membuat jalur agar tidak berkubang.
Gambar.3. 12. Proses pencampuran semen grouting Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 33. Penutupan ujung girder Sumber : Data pribadi
53
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2. Diafragma Diafragma
pada
jembatan
berfungsi
sebagai
segmen
mempersatu struktur atas, dengan dibantu dengan straind baja yang melintasi girder dan diafragma. Diafragma berdimensi 165 × 184 cm dengan ketebalan 20 cm dengan sistem precast. Tahap-tahap pemasangan diafragma a. Beberapa tumpuk diafragma di angka menggunakan bantuan tower crane untuk di letakan di dekat titik pemasangan diafragma b. pekerja menyeting angkur pada titik pemasangan diafragma c. dua pekerja mengangkat diafragma dan di kaitkan akur untuk menahan dan menurunkan diafragma agar dapat terpasang di tengah-tengah girder d. setelah terpasang girder di beri ganjal sementara
Gambar.3. 34. Penempatan diafragma dilapangan Sumber : Data pribadi
54
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 35. Angkur untuk menahan diafragma yang sedang dipasang Sumber : Data pribadi
e. Setelah seluruh baris girder terpasang, barulah straind baja dipasang dan ditarik melintasi girder dan diafragma f. Setelah itu lubang starin di beri wedges agar straind tertahan dan di beri penahan di ujung satunya.
Gambar.3. 13. Tampak dari bawah jembatan diafragma yang telah terpasang Sumber : Data pribadi Gambar.3. 14. Tampak dari atas diafragma yang telah terpasang Sumber : Data pribadi
55
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Dalam pekerjaan pemasangan Diafragma mengalami kendala saat cuaca hujan karena berbahaya ketika mengerjakan dikondisi hujan diatas ketinggian ±40 m sehingga pekerjaan ini
Gambar.3. 15. Widges penahan straind diafragma Sumber : Data pribadi
diminta untuk cepat menyelesaikan atau pun terhambat karena cuaca pekerja di minta mengejar target di hari berikutnya.
3. RC plate RC plat merupakan jenis plat bertulang yang diproduksi secara precast, dengan dimensi 100 × 145 cm dengan tebal 7 cm oleh PT Wika Beton. Dalam proyek ini precast adalah bagian terakhir sebelum nanti diberi rigid pavement. Tahap-tahap pekerjaan RC Plate a. prescas yang sudah berada di lokasi proyek langsung diangkat menggunakan tower crane mendekati jembatan b. setelah itu, pekerja membobok angkur dalam RC plat agar memudahkan mengangkatnya menggunakan angkur, dua 56
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
pekerja mengakat dan menyusun RC plate dari ujung abutment 2 menuju pilar 8.
Gambar.3. 39. Pengangkatan RC plate menggunakan tower crane Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 40. Penempatan RC Plat di atas girder dengan membobok akur Sumber : Data pribadi
57
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Dalam pekerjaan pemasangan RC plate mengalami kendala saat cuaca hujan karena berbahaya ketika mengerjakan dikondisi hujan diatas ketinggian ±40 m sehingga pekerjaan ini diminta untuk cepat menyelesaikan atau pun terhambat karena cuaca pekerja di minta mengejar target di hari berikutnya.
3.2. ALAT-ALAT BERAT Dalam pelaksanaan suatu proyek peran alat berat sangat besar untuk membantu proses pekerjaan dilapangan. Dalam mengoprasikan alat berat diperlukan pula operator yang handal dalam mengendalikannya.
3.2.1.
Truk mixer Truk mixer merupakan kendaraan penganggkut beton cair dari baching plant menuju lokasi proyek serta menjaga keadaan beton cair sesuai dengan mutu rencana. Setiap truck mixer terdiri dari satu pengemudi, dan semua intruksi berdasarkan pelaksana pada lokasi yang akan dicor. Pekerjaan ini dikerjakan oleh PT. Varia Usaha dengan jumlah armada sebanyak lima truck mixer yang beroperasi setiap harinya didalam proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo seksi 3.1. Truk mixer PT. Varia Usaha memiliki Spesifikasi sebagai berikut : Tipe
: Hyne
Tahun pembuatan
: 2010
Kapasitas Produksi : 20m3/ jam Jumlah Unit
: 5 Unit
Status
: Sewa (PT. Varian Usaha) 58
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Pekerjaan
: Seluruh Pekerjaan Cor (Pile, Pile Cap, Pilar, Box Culvet, Abutment, Peer Head, Back wall, dll)
Manajemen Alat
: Penggunaan truck mixer diatur untuk bekerja secara bergantian dan berulang dengan satuan rate (Putar). Penggunaan truck mixer juga
diatur
pekerjaan
mampu
pengecoran
mengerjakan sekaligus
dua
dengan
membagi armada menjadi dua tim, ketika salah pekerjaan selesai maka tim tersebut akan membantu menyelesaikan pekerjaan yang masih berjalan. Kendala
: -Keadaan
jalan
yang
buruk
(Tanah
berlumpur) - Lembur di hari berikutnya - Perijinan rute Penyelesaian
: - Beberapa jalan diberi Land Concrete dengan
menggunakan
bambu
sebagai
tulangan - Membagi tim menjadi 3 truk dan 2 truk dan melembur di hari berikutnya - Membuat rute yang tidak menggagu warga seperti melintasi perkebunan. Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
59
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 41. Truk mixer ketika dalam batching plant Sumber : Data pribadi
3.2.2.
Batching plant Batching plant merupakan tempat pengolahan produk PT. Varia Usaha yang mengolah bahan material menjadi satu campuran beton cair yang telah didesain kekuatannya dan karakteristiknya, proyek ini menggunakan mutu K-400.
Proses kerja dari batching plan dapat dijelaskan melalui alur berikut : Stok pile – cool bin – timbangan material – pan mixertruck mixer. Proses tersebut menghasilkan 5 m3 ready mix selama 10 menit. Dari stok pile buldozer mengarahkan material pasir dan agregat 2 mm yang semuanya berasal dari muntilan diarahkan menuju cool bin dan diangkut ketimbangan material, lalu di campur dalam pan mixer. Dalam berlangsungnya seluruh proses
60
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
tersebut di tangani oleh satu pelaksana satu pengawas dan operator baching plan. Baching Plant milik PT Varia Usaha terletak kurang lebih 1 km dari basecamp hingga lokasi proyek sehingga memudahkan manajemen pekerjaan pengecoran. Baching Plant PT. Varia Usaha memiliki Spesifikasi Sebagai berikut : Tipe
: WGS
Tahun pembuatan
: 2010
Kapasitas Produksi : 60 m3/ jam Jumlah Unit
: 1 Unit
Status
: Sewa (PT. Varian Usaha)
Pekerjaan
: Ready Mix
Manajemen Alat
: Penggunaan baching plant diatur untuk
diatur untuk bekerja sesuai volume pekerjaan per harinya, Penggunaan Baching Plant juga diatur mampu mengerjakan dalam sekali waktu semua pencampuran ready mix, bertujuan agar penggunaan bahan bakar lebih hemat dan alat menjadi awet. Kendala
: -Kendala cuaca hujan sehingga proses bias dihentikan sebelum pengecoran selesai.
Penyelesaian
: -Melembur di hari berikutnya.
Jadwal Kerja
: Terlampir Dalam kurva S.
61
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 42. Batching plant dalam lokasi proyek Sumber : Data pribadi
3.2.3.
Truck concrete pump Truck concrete pump merupakan alat berat yang digunakan untuk menyalurkan beton cair ketempat yang tinggi atau sulit di jangkau. Dalam proyek PT. Tugu Beton ini sebagai penyedia jasa Truck concrete pump. Truck concrete pump milik PT. Tugu Beton berjumlah satu unit yang selalu stand by di dalam lokasi proyek. Tahap yang dilakukan dalam pengoprasian truck concrete pump adalah dengan menyeting nivo betujuan untuk membuat concrete pump mampu bekerja dengan baik, bahkan bila posisi tidak rata atau sedikit miring tidak dapat dioperasikan. Penyetingan nivo dilakukan menggunakan tuas-tuas di samping truk sejumlah lima tuas yang bertujuan untuk mengendalikan masing-masing kaki hidrolik pada truck. 62
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 43. nivo pada truck Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 16. Tuas-tuas kontrol kaki Sumber : Data pribadi
63
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 17. Remote pengendali boom Sumber : Data pribadi
Pengoprasian boom menggunakan remote bertombol yang di operasikan oleh operator yang memiliki cukup pengalaman menggunakan concrete pump. Pelaksana pengecoran berkerja sama dengan operator concrete pump untuk mengaarahkan boom, pada pangkal boom pekerja pula menopang dan membantu mengarahkan boom.
64
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 18. Pekerja menopang dan mengarahkan boom Sumber : Data pribadi
Truck concrete pump PT. Tugu Beton memiliki spesifikasi sebagai berikut : Tipe
: IHI
Tahun pembuatan
: 2009
Kapasitas Produksi : 50 m3 / Jam Jumlah Unit
: 1 Unit
Status
: Sewa (PT. Tugu Beton)
Pekerjaan
: Memompa ready mix ketempat yang sulit dijangkau atau tinggi
Manajemen Alat : Penggunaan truck concrete pump dalam proyek berjalan dengan baik, sebab ketika pengecoran dilaksanakan di dua tempat dalam waktu bersamaan penggunaan truck concrete pump dibantu oleh pengecoran dengan sistem buckhet sehingga penggunaan truck concrete 65
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
pump lebih diarahkan pengecoran di tempat sulit sesuai jadwal yang telah direncanakan, penggunaan
truck
concrete
pump diatur
mengerjakan dalam sekali waktu kegiatan pengecoran. Kendala
: -Alat sering tersumbat -Boom dan silt boom seling bocor dan pecah -Sulitnya medan dalam proyek.
Penyelesaian
: -Diakukan pembersihan alat dan memberi air ketika pengecoran
Gambar.3. 19. concrete pump truk
Sumber : Data pribadi
-Penggantian silt boom dan boom yang pecah -Perbaikan jalan menuju lokasi proyek Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
66
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.4.
Concrete pump (Kodok) Jangkau dari concrete pump truck dirasa terbatas ketika struktur sudah mencapai ketinggian 35 m keatas, penggunaan buchket pun dirasa kurang efektif ketika pekerjaan pengecoran pier head yang memiliki volume yang cukup besar, dengan adanya kondisi tersebut concrete pump tipe kodok dapat berguna dengan baik dan tepat karena boom yang dirangkai dapat mencapai ketinggian yang diingginkan.
Gambar.3. 20. Concrete pum tipe kodo Sumber : Data pribadi
Concrete pump memiliki spesifikasi sebagai berikut : Tipe
: HBT6013132E
Tahun pembuatan
: 2016
Kapasitas Produksi : 50 m3 / Jam Jumlah Unit
: 1 Unit
Status
: Sewa (PT. Tugu Beton)
Pekerjaan
: Memompa ready mix
67
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Manajemen Alat
: Penggunaan untuk pengerjaan pier head dengan cara bergiliran karena pekerjaan perancah
pier
head
pun
dilaksanakan
bergantian. Kendala
: -boom yang tersumbat
Penyelesaian
: -Pembersihan secara rutin dan penggantian boom yang pecah.
Jadwal Kerja
3.2.5.
: Terlampir dalam kurva S.
Bucket Buchket merupakan alat bantu dalam kegiatan pengecoran yang digunakan untuk menyalurkan beton cair ketempat yang tinggi atau sulit di jangkau menggunakan bantuan tower crane.
Gambar.3. 21. Bucket dalam proyek Sumber : Data pribadi
Buchket milik PT. Adhi Karya berjumlah dua unit yang selalu stand by di dalam lokasi proyek. Buchket memiliki Spesifikasi Sebagai berikut : 68
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Tipe
: Buatan Sendiri
Tahun pembuatan : 2016 Kapasitas Produksi: 1 m3 Jumlah Unit
: 2 Unit
Status
: Milik Sendiri
Pekerjaan
: Menjangkau lokasi pengecoran yang sulit dengan dibantu tower crane.
Manajemen Alat : Pengangkutan menggunakan tower crane, dalam pekerjaan pengecoran dilaksanakan oleh empat orang dengan pembagian satu pekerja berada di gondola buchket dua orang mengarahkan corong truck mixer satu orang menekan tombol truck mixer agar beton cair keluar. Kendala
: -Corong tersumbat -Kesulitan penggunaan ketika hujan karena tidak diberi tutup.
Penyelesaian
: -Pembersihan secara rutin dan penggantian selang -siberi
penutup
pada
atas
bucket
atau
penghentian pengecoran. Jadwal Kerja
3.2.6.
: Terlampir dalam kurva S.
Concrete vibrator Concrete vibrator merupakan alat yang berguna untuk meratakan penyebaran ready mix, vibrator yang digunakan dalam proyek ini menggunakan tenaga listrik. Dalam pelaksanaan 69
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
vibrator di pegang oleh pekerja dan diarahkan kebagian pengecoran yang sulit untuk dipenuhi oleh ready mix. Tipe
: Mikasa M TR 100
Tahun Pembuatan : 2011 Kapasitas
: 3 HP
Jumlah
:8
Status
: Milik Sendiri
Pekerjaan
: Meratakan penyebaran ready mix.
Manajemen Alat : menggunakan 3 hingga 4 alat dalam sekali proses pengecoran. Kendala
: -Tempat yang tinggi sulit untuk menggunakan listrik -Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian
: -Menggunakan kabel yang menjangkau tempat tertinggi -Diberi penutup pada atas kolom
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 22. Selang dan pangkal vibrato Sumber : Data pribadi
70
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.7. Excavator Merupakan alat dalam pekerjaan tanah yang berguna untuk menggali dan menimbun tanah. Dalam pekerjaan tanah pelaksana mengarahkan operator excavator untuk memangkas bagian yang cukup tinggi untuk ditimbun ke tempat yang lebih redah atau memindahkannya dengan diakut oleh dump truck. Tipe
: Komatsu
Tahun Pembuatan : 2009-2014 Kapasitas
: 0,8 m3
Jumlah
:2
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Menggali dan menimbun tanah
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan P3 dalam pekerjaan menimbun pilar dan pekerjaan abutment 2. Kendala
: -Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan
diberhentikan
dan
dilanjutkan
dihari berikutnya Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 23. Pengurugan P3 menggunakan excavator Sumber : Data pribadi
71
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.8.
Buldozer Buldozer merupakan alat yang berguna meratakan permukaan tanah, agar permukaan memiliki elevasi yang sesuai dengan rencana. Dalam proyek ini seksi 3.1 zona tiga Buldozer berkerja pada P3 dan abutment, untuk meratakkan tanah timbunan yang berada pada abutment, pada P3 buldozer juga membantu meratakan tanah timbunan guna meninggikan permukaan sepadan sungai. Tipe
: Komatsu
Tahun Pembuatan : 2009 – 2014 Kapasitas
: 7 ton
Jumlah
:1
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Meratakan permukaan tanah
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan Abutment dalam pekerjaan dan P3 Kendala
: -Kesulitan penggunaan ketika hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan
diberhentikan
dan
dilanjutkan
dihari berikutnya Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
72
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 24. Dozer menuju P3 Sumber : Data pribadi
3.2.9.
Vibrator roller Vibrator roller merupakan alat berat yang erat dalam mengerjakan pekerjaan tanah, tujuan penggunaan alat ini untuk mendapatkan permukaan tanah yang rata mendekati sempurna. Pekerjaan menggunakan vibrator roller berada pada abutment. Tipe
: HAMN
Tahun Pembuatan : 2009 – 2014 Kapasitas
: 7 ton
Jumlah
:1
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Memadatkan Tanah Timbunan
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan Abutment yang dikerjakan secara bergantian Kendala
: -Kesulitan penggunaan ketika hujan
73
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Penyelesaian
: -Pekerjaan
diberhentikan
dan
dilanjutkan
dihari berikutnya Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 25. Vibrator roller saat memadatkan timbunan material A2 Sumber : Data pribadi
3.2.10.
Water tank truck Watertank dalam proyek ini sangat berguna dalam memenuhi kebutuhan air bersih, dalam proyek ini watertank mengelilingi lokasi proyek dan mengurangin debu yang di timbulkan oleh proyek. Tipe
: Mitsubishi
Tahun Pembuatan : 2011 Kapasitas
: 5000 liter
Jumlah
:1
Status
: Sewa
74
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Pekerjaan
: Membantu kebutuhan air dalam pengecoran, pemadatan tanah dan membersihkan jalan proyek dari debu
Manajemen Alat : digunakan setiap hari dengan rolling disekitar proyek Kendala
: -Melewati jalan proyek yang buruk karena hujan
Penyelesaian
: -Memperbaiki jalan di lingkungan proyek dengan LC.
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 26. Water tank sedang memberi air untuk proses pengecoran footing P1 Sumber : Data pribadi
3.2.11.
Dumptruk Dumptruk merupakan alat angkut material dalam proyek, material yang banyak diangkut oleh dump truck berupa tanah galian. Dalam pelaksanaan dumptruk mengangkut dalam satuan
75
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
rate. Rate adalah satu putaran dari lokasi awal kembali kelokasi awal. Tipe
: Nissan, Hino, Mitsubishi dan Dyana H T
Tahun Pembuatan : 2009 – 2014 Kapasitas
: 7 Ton
Jumlah
:5
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Mengangkut material
Manajemen Alat : Digunakan pada pekerjaan abutment dan P3 Kendala
: -Kesulitan penggunaan ketika jalan buruk akibat hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan dihari berikutnya
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 27. Dump truck kapasitas 7 ton Sumber : Data pribadi
76
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.12. Boring machine Boring machine merupakan yang berguna untuk mengebor tanah dalam keperluan pembuatan pile,
penggunaan
boring machine digunakan ketika menemui tanah yang cukup keras. Pekerjaan pengeboran dibantu dengan kucuran air yang membantu melunakan permukaan tanah yang akan dibor. Dalam pelaksanaannya pekerjaan menggunakan metode double core borel yaitu menggunakan dua mata bor, karena keadaan tanah cukup keras. Dalam pelaksanaan penyaksian langsung tidak dilakukan menyebabkan infomasi yang didapat hanya sesuai data yang ada. Tipe
: Sany / SR-180
Tahun Pembuatan : 2011 Kapasitas
: Dia. 120 cm
Jumlah
:1
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Mengebor lubang pile
Manajemen Alat : Digunakan secara bergantian Kendala
: -Kesulitan penggunaan hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan dihari berikutnya
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
77
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 28. Boring machine Sumber : Data pribadi
3.2.13.
Lounching girder Lounching girder merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan balok girder, dalam proyek ini girder terbuat dari rangkaian portal. PT. Jatra sejahtera membuat tiga segmen portal sepanjang 65 m, yang pertama bertujuan untuk pemberat bagian depan, untuk bagian tengah merupakan lounching girder utama dan untuk segmen ketiga merupakan pemberat bagian belakang.Metode yang digunakan dalam lounching ini adalah metode couter weight.
78
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 29. Proses setting portal Sumber : Data pribadi
Untuk meluncurkan girder launcher menggunakan rel dengan alat penggerak berupa troli elektrik darat, tujuan troli ini untuk mengantarkan girder menuju portal hoist dan dilanjutkan dengan troli kedua yaitu troli eletrik hoist yang berada pada portal untuk menggantung dan menggerakan girder menuju tumpuan yang direncanakan. Masing-masing troli terdiri dari sepasang troli, yaitu bagian depan dan bagian belakang, troli ini menggunakan gear yang bertingkat di dalammya, bertujuan untuk meringankan gaya yang sangat besar dari girder sehingga pergerakan dari troli ini dinilai lamban namun kecepat tersebut sudah maksimal Persiapan awal yang dilakukan untuk penyetingan portal dengan
menyambung
rangkaian-rangkaian
yang
semulanya
terpisah karna keperluan ekspedisi, sehingga pada pekerjaan awal pekerja menyiapkan portal dengan menggunakan las dan bleder menggunakan bahan plat, IWF, H beam dan honey beam yang dirangkai
menjadi
sebuah
portal.
Setelah
melakukan 79
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
penyambungan dan pemotongan pekerjaan dilanjutkan dengan penyetingan mur penghubung.
Gambar.3. 30. Setting plat troli elektrik darat Sumber : Data pribadi
Setelah seluruh pekerjaan setting portal hoist selesai pekerjaan
dilanjutkan dengan
menyeting elektrik.
Pertama
pengecheckan rantai dan gear serta pemberian pelumas, setelah itu dilanjutkan dengan penyetingan kabel elektrikal.
Gambar.3. 31. Setting mur pada sambunagn portal hoist dengan portal counter Sumber : Data pribadi
80
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Pekerjaan terakhir untuk tahap persiapan launcher adalah penyetingan rel dan memberi dudukan untuk rel. terdapat dua rel dalam sistem lounching ini, yang pertama rel mampu mengerakan girder dengan arah maju atau mundur, lalu untuk pergerakan kedua rel mampu
menggerakkan girder kekanan
ataupun kekiri. Dalam penyetingan rel hanya melakukan pengelasa untuk membenarkan rel serta memberi tumpuan agar datar dan kemiringan sesuai dengan rencana super elevasi. Tipe
: Fabrikasi
Tahun Pembuatan : 2014 dan 2015 Kapasitas
: 140 ton
Jumlah
:1
Status
: Sewa (PT. Jatra Sejahtera)
Pekerjaan
: lounching girder (meletakan girder)
Manajemen Alat : Digunakan secara bertahap dari A2 menuju A1 Kendala
: -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan -kemampuan alat yang tidak bisa dipaksa untuk dipercepat
Penyelesaian
: -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan dihari berikutnya
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
81
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 32. Proses peluncuran girder Sumber : Data pribadi
3.2.14.
Jack Hidrolik Penggunaan jack hidrolik digunakan untuk melakukan stressing pada straind. Stressing dilakukan sekaligus dalam satu tendon. Masing-masing tendon terdiri dari 17 straind untuk tendon 2,3, dan 4 lalu 19 strand untuk tendon 1. Jack hidraulik bergantung pada angkur, lalu straind beri wedges setelah itu kabel straind dimasukkan seluruhnya kedalam jack hidraulik sesuai lubang dan diberi wedges lagi. Lalu dilakukan stressing untuk mencapai 75% nilai elongasi.
Pembacaan
menggunakan alat pumping dengan daya listrik 380 volt dengan nilai toleransi 7% dari elongasi rencana. Urutan untuk stressing dimulai dari tendon 2-1-3-4, untuk tendon 2 dan 1 dilakukan stressing dengan persentase 100% mencapai target stressing untuk tendon 3 dan 4 dilakukan dua tahap yang pertama 75% lalu ditambah 25% , proses tersebut dilakukan agar tendon tidak
82
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
rusak karena ketika stressing dilakukan dengan presetase 100% pada kedua tendo tersebut membuat straind mengkat girder.
Gambar.3. 33. Proses pekerja memasukan straind Sumber : Data pribadi
Dalam pekerjaan stressing terdapat empat pekerja, masing-masing bertugas untuk enjadi operator pumping, dan tiga lainnya untuk menyeting angkur dan jack hidraulik. Tipe
: ZB4-500
Tahun Pembuatan : 2010 Kapasitas
: Mpa
Jumlah
:3
Status
: Sewa
Pekerjaan
: stressing strand
Manajemen Alat : digunakan bergantian tiap tendon Kendala
: -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan dihari berikutnya 83
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 34. Wedges dipasang disetiap tendon Sumber : Data pribadi
84
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 35. Semakin menuju ketengah tendon semakin menyatu Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 36. Prosses Stressing Sumber : Data pribadi
85
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.15.
Tower crane Tower crane berguna untuk memindahkan barang berat dari satu tempat ketempat lain yang dikehendaki sejauh jangkauan lengan crane dengan berat maksimal 5 ton, serta tower crane mampu mengangkat benda menuju ketinggian yang diinginkan setinggi 60 m dengan penambahan tinggi pertahap dengan metode sambung menggunakan belt. Tipe
: EM K70-20 (K50/50) dan ZC 6517
Tahun Pembuatan : 2010 dan 2011 Kapasitas
: 5 ton dan 1,7 ton
Jumlah
:3
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Memindahkan peralatan berat
Manajemen Alat : Digunakan sesuai panjang lengan crane secara bergantian Kendala
: -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan dihari berikutnya
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
86
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 37. Tower crane P1 Sumber : Data pribadi
3.2.16.
Service crane 35 ton Service crane 35 ton merupakan crane yang bias berjalan dan tidak tertanam seperti tower crane, namun alat ini tidak mampu menjangkau kemampuan yang cukup tinggi. Alat ini digunakan untuk memindahkan girder dan portal lounching. Tipe
: Kobelco , Sumitomo dan Hitachi
Tahun Pembuatan : 1988 Kapasitas
: 35 ton
Jumlah
:2
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Memindahkan peralatan material berat (girder)
Manajemen Alat : Digunakan sesuai panjang lengan crane secara bergantian Kendala
: -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan dihari berikutnya
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S 87
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 38. Proses pengangkatan girder Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 39. Service crane jatra sejahtera Sumber : Data pribadi
88
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.17.
Tandem roller Alat untuk memadatkan timbunan atau tanah yang akan diratakan sehingga tanah atau timbunan menjadi padat. Dengan menciprsti permukaan tanah dengan air dan digilas berulang. Tipe
: Sakai W M770
Tahun Pembuatan : 2010 Kapasitas
: 10-12 ton
Jumlah
:1
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Meratakan permukaan tanah yang sudah di
padatkan Manajemen Alat : digunakan bergantian untuk memadatkan tanah pada abutment Kendala
: -Kesulitan penggunaan karena cuaca hujan
Penyelesaian
: -Pekerjaan diberhentikan dan dilanjutkan dihari berikutnya
Jadwal Kerja
: Terlampir.
Gambar.3. 40. Tandem Roller Sumber : Data pribadi 89
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.18.
Genset Genset merupakan pemsok listrik dalam proyek, setiap pagi sekitar pukul 08.00 wib seorang operator genset selalu menghidupkan dan mengecheck keadaan genset di proyek dan mematikannya menjelang sore.
Gambar.3. 41. Genset pada P2 Sumber : Data pribadi
Tipe
: Mitsubishi
Tahun Pembuatan : 2010 Kapasitas
: 300 KVA
Jumlah
:2
Status
: Sewa
Pekerjaan
: Menyediakan pasokan listrik proyek
Manajemen Alat : Digunakan setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB dengan pengecualian hingga lembur Kendala
:-
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S. 90
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.19.
Bar bender Bar bender berada pada tempat pabrikasi besi dalam proyek terdapat sebuah bar bender yang setiap harinya digunakan untuk menekuk besi sesuai rencana. Tipe
: TAKEDA B42
Tahun Pembuatan : 2010 Kapasitas
: 42 mm
Jumlah
:1
Status
: Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan
: Membengkokkan besi
Manajemen Alat : Memproduksi besi sesuai target perhari Kendala
:-
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 42. Bar bender Sumber : Data pribadi
91
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.20.
Bar cutter Bar cutter berada pada tempat pabrikasi besi dalam proyek terdapat sebuah bar cutter yang setiap harinya digunakan untuk memototng besi sesuai rencana. Tipe
: TOYO C43
Tahun Pembuatan : 2010 Kapasitas
: 43 mm
Jumlah
:1
Status
: Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan
: Memotong besi
Manajemen Alat : Memproduksi besi sesuai target perhari Kendala
:-
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 43. Bar Cutter Sumber : Data pribadi
92
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.21. Total statio / Theodolit Total Statio/theodolite merupakan alat ukur sudut dan jarak. Untuk total dilengkapi dengan processor sehingga bisa menghitung jarak datar, koordinat, dan beda tinggi
secara langsung tanpa
perhitungan. Namun untuk theodolit masih perlu menghitung menggunakan rumus. Tipe
: Topcon TL-6G
Tahun Pembuatan : 2011 Kapasitas
: 6’’ to 30’’ (0,002g to 0,01g)
Jumlah
:2
Status
: Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan
: Mengukur Elevasi
Manajemen Alat : Mengecheck elevasi dan menghitung volume pekerjaan (QS) Kendala
:-
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Gambar.3. 44. Proses pemeriksaan volume Sumber : Data pribadi
93
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.22. Waterpass Alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Tipe
: Topcon TL-6G
Tahun Pembuatan : 2011 Kapasitas
: 0’’ to 360’’ (0g to 400g)
Jumlah
:2
Status
: Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan
: Mengukur Elevasi
Manajemen Alat : Mengecheck beda tinggi dan menghitung volume pekerjaan (QS) Kendala
:-
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
94
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 45. Waterpass Sumber : Data pribadi
3.2.23.
Stemper Temper digunakan untuk memadatkan tanah dengan luasan yang kecil dengan kendali langsung oleh pekerja. Temper pada proyek ini digunakan untuk pemadatan tanah abutment bagian samping. Penggunaan temper menggunakan tenaga listrik.
Gambar.3. 74. proses pemadatan stemper Sumber : Data pribadi
95
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Tipe
:
Tahun Pembuatan : 2011 Kapasitas
:
Jumlah
:1
Status
: Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan
: Memadatkan tanah
Manajemen Alat : berfokus pada pekerjaan stemper pada tanah bagian samping abutment secara berangsur hingga seluruh bagian terpadatkan.
3.2.24.
Kendala
: cuaca ketik hujan
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
Las dan bleder Las merupakan alat untuk mempersatukan besi menjadi sebuah rangkaian pasangan las adalah bleder merupakan pemotong besi atau rangkaian besi yang telah direkatkan. Las menggunakan litrik yang di rubah menjadi energi panas, sedangkan untuk bleder menggunakan energi gas.
96
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 46. Tabung blader berisi gas Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 47. Set alat las Sumber : Data pribadi
97
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 48. Alat las Sumber : Data pribadi
Tipe
:-
Tahun Pembuatan : Kapasitas
:-
Jumlah
:2
Status
: Milik PT. Puja Perkasa dan PT. Jatra Sejahtera
Pekerjaan
: Memotong dan menyambungkan logam
Manajemen Alat : untuk las dan bleder milik PT. Puja perkasa berfokus untuk pekerjaan pengelasan perancah pier head, namun untuk milik PT. Jatra sejahtera difokuskan bertujuan untuk setting portal hois. Kendala
: cuaca ketik hujan
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
98
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.2.25.
Scafolding Scafolding merupakan rangkaian pipa dengan penyambung berupakan jack, terdapat dua macam jack yang digunakan yaitu jack pass dan jack u.
Gambar.3. 49. Rangkaian scafolding guna penyangga bekisting Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 50. Perancah pata P1 Sumber : Data pribadi 99
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Status
: Milik PT. Adhi Karya
Pekerjaan
: menyangga bekisting
Manajemen Alat : dikerjakan bekisting
bergantian kolom,
serta
untuk pada
menyangga pekerjaan
bekisting pier head P1 sebagai bagian dari metode menggunakan shoring. Kendala
: cuaca ketik hujan
Penyelesaian
:-
Jadwal Kerja
: Terlampir dalam kurva S.
3.3. BAHAN-BAHAN 3.3.1.
Tulangan Tulangan dalam bangunan berupa baja atau besi adalah salah satu material dalam bangunan yang memiliki peranan penting dalam struktur & konstruksi, sebagai struktur utama atau sebagai penguat struktur beton bertulang. Dalam proyek ini seluruh besi berjenis ulir memiliki sirip yang lebih mampu mengatasi gaya tarik. Pada pekerjaan jembatan besi tulangan yang digunakan adalah besi dengan diameter Ø 16, 19, 22, 25, 29, 32.
Gambar.3. 51. Tulangan yang di gunakan dala proyek Sumber : Data pribadi 100
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.3.2.
Ready mix
Gambar.3. 52. Ready mix saat diambil sampel Sumber : Data pribadi
Merupakan campuran agregat, semen dan air dengan komposisi yang telah di tentukan oleh proses mix desain. Tujuan mix desain adalah mencapai kekuatan beton yang diinginkan. Dalam proyek ini mix desain diuji dalam bentuk silinder dan diwajibkan mencapai kekuatan mutu E (239,34 kg/cm 2), C (239,34 kg/cm2), (B2 338,69 kg/cm2) dan BB (414,25 kg/cm2).
3.3.3.
Pasir Pasir dalam proyek ini diambil dari muntilan karena sudah terbukti berkualitas baik. Pasir adalah bahan material butiran. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Pasir juga penting untuk bahan bangunan bila dicampur Semen.
101
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Gambar.3. 53. Pasir muntilan dalam lokasi baching plan Sumber : Data pribadi
3.3.4.
Agregat Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral. Agregat dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat yang digunakan dalam proyek ini berasal dari muntilan dengan diameter kerikil sebesar 20 mm – 30 mm.
Gambar.3. 54. Agregat dari muntilan Sumber : Data pribadi 102
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.3.5.
Semen Semen merupakan bahan pengikat agregat dalam beton, semen dalam proyek ini menggunakan PPC dari semen gresik.
Gambar.3. 55. satu sak semen PPC gresik Sumber : Data pribadi
3.3.6.
Air Air Dalam proyek ini berasal dari sungai tuntang yang disedot menggunakan pompa dan kebutuhan air bersih menggunakan sumur yang berada dalam base camp PT. Adhi Karya.
Gambar.3. 56. Water tang di isi menggunakan air sungai tuntang Sumber : Data pribadi
103
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.4. PENGENDALIAN PROYEK Pengendalian proyek merupakan upaya untuk mengendali dan mengontrol proyek agar berjalan sesuai rencana. Dalam pelaksanaan bentuk pengendalian berupa pengendalian terhadap mutu, biaya dan waktu. Dalam proyek progress sampai tahap pekerjaan struktur dari footing hingga pekerjaan lounching girder, Pengendalian mutu berupa Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS), Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS), Gambar Kerja (DED) dan Hasil Tes bahan dari Laboratorium, untuk pengendalian biaya pengendalian berupa informasi sumber Dana Proyek yang valid, Progres pembayaran yang telah dilakukan dalam suatu pekerjaan (kontrak) sesuai dengan yang direncanakan, Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak local, Pengendalian biaya atas setiap item pekerjaan yang ada didalam Bill of Quantity, Tahapantahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak Internasional dan Pengendalian biaya atas rencana disburse / penyerapan dalam kontrak, sedangkan untuk pengendalian waktu dalam bentuk penyusunan jadwal pekerjaan yang disusun kedalam kurva S.
3.4.1. Pengendalian mutu Pengendalian mutu bertujuan untuk menjaga mutu agar kontruksi yang terbangun berkualitas baik. Berikut merupakan bentuk-bentuk pengendalian mutu yang dilakukan di proyek pembangunan tol semarang-solo : 1. Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS). 2. Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS). 3. Gambar Kerja. 4. Hasil Tes bahan dari Laboratorium.
104
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
a. Uji kuat tekan Dalam pengujian ini mengunakan mutu E (239,34 kg/cm2), C (239,34 kg/cm2), (B2 338,69 kg/cm2) dan BB (414,25 kg/cm2). Penggunaan mutu beton dengan mutu E digunakan untuk RC plate, Land Concrete, untuk mutu C digunakan untuk Reinforced Concrete Pipe, Abutment, Dinding Retaining Wall, Bottom Slab, mutu B2 digunakan untuk bore pile dan untuk mutu BB untuk bahan kolom. Untuk target umur pengujian untuk struktur yang berada dibawah menggunakan target umur 28 hari jika untuk struktur yang berada di ketinggian menggunakan target umur 7 hari.
Gambar.3. 57. Benda uji kuat tekan beton Sumber : Data pribadi
105
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
b. Slump tes Slump tes dilakukan setiap kali pengecoran dengan batas toleransi keruntuhan ± 2 cm. pengukuran slump tes langsung diambil dari ready mix yang berasal dari truk mixer.
3.4.2. Pengendalian biaya Pengendalian biaya bertujuan agar pengeluaran tidak terjadi pembengkakan karena pengunaan bahan, alat dan jumlah pekerja yang berlebih dan tidak efisien. Dalam proyek pembangunan tol Semarang – Solo kontrak yang digunakan adalah kontrak Unit Price, kontrak ini merupakan kontrak berdasar pada pengukuran kembali sesuai dengan pengukuran kembali saat pelaksanaan, untuk volume dalam perencanaan berupa volume rencana dan bias berubah sesuai kondisi lapangan. Berikut bentuk pengendalian yang dilakukan di dalam proyek : 1. Sumber Dana Proyek. 2. Progres pembayaran yang telah dilakukan dalam suatu pekerjaan (kontrak) sesuai dengan yang direncanakan. 3. Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak lokal. 4. Pengendalian biaya atas setiap item pekerjaan yang ada didalam Bill of Quantity. 5. Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak Internasional. 6. Pengendalian biaya atas rencana disburse / penyerapan dalam kontrak. a. Pengawas memperhatikan pembobotan masing-masing item pekerjaan.
106
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
b. Pengawas mengetahui prosentase dari masing-masing item pekerjaan yang telah diselesaikan c. Pengawas mengetahui jumlah biaya yang harus dibayarkan dalam setiap progres pekerjaan..
3.4.3.
Pengendalian waktu Pengendalian waktu bertujan agar waktu pelaksaan pekerjaan kontruksi tidak melebihi batas waktu yang telah ditentukan, serta mampu membuat pekerja mapu bekerja dengan efisien, karena bertambahnya waktu tentunya akan menambah biaya. Berikut merupakan bentuk pengendalian waktu : Penjadwalan dan penyusunan Kurva S Pembuatan kurva S dilakukan dalam tahap awal bertujuan agar pekerjaan dapat terarah. Dalam perjalanannya kontraktor juga membuat kurva S untuk mengatasi pekerjaan-pekerjaan yang mengalami kekurangan sehingga dilakukan penyusunan- ulang menyesuaikan keadaan lapangan agar pekerjaan mencapai target yang di kehendaki. Pengendalian Waktu dengan Jaringan Kerja dilakukan melalui rangkaian kegiatan (Network Planning) yang saling berkaitan yang menuju target yang telah ditentukan dengan sarana dan waktu yang terbatas. Pengawas pekerjaan memahami kegiatan-kegiatan
pekerjaan
rencana
yang
urutan pelaksanaan
sudah
dibuat
oleh
kontraktor, sedemikian rupa sehingga proyek bisa terlaksana sesuai dengan rancangannya (desain), dalam waktu yang telah ditetapkan, mutu sesuai standar dan biaya yang sudah direncanakan.
107
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
3.5. PENGAMATAN-PENGAMATAN DILAPANGAN Suatu proyek memiliki kondisi yang berbeda-beda yang menjadi pembeda sebuah proyek dengan proyek lainnya walaupun memiliki kesamaan dalam jenis pekerjaan, misal proyek pembangunan Jembatan Tuntang dengan proyek pembangunan proyek jembatan lainnya. Dalam pelaksanaan kontraktor akan mengalami kesulitankesulitan di titik tertentu dalam lokasi proyek tanpa terduga, sehingga kontraktor dituntut
mampu menyelesaikan kesulitan tersebut dengan
effisien. Selain kesulitan dalam suatu proyek pemilik proyek juga akan menerima resiko dengan menghadapi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pekerja atau penyedia jasa. Berikut merupakan bentuk-bentuk kesulitan dan penyimpangan yang terjadi di dalam proyek.
3.5.1.
Kesulitan-kesulitan dalam proyek 1. Kesulitan untuk menuju lokasi proyek karena kondisi jalur yang buruk dan pekerjaan yang dilakukan ketika kondisi hujan Jalur proyek yang masih dominan dalam kondisi tanah ternilai buruk karena jalur tersebut akan sangat berdebu saat siang hari yang terik dan akan sangat becek dan licin ketika hujan. Selain jalur yang masih dalam bentuk tanah, alat berat pula kesulitan menuju proyek karena masih menumpang dengan jalur warga, dan terdapat jalan yang cukup sulit sehingga terdapat satu truk mixer yang jatuh kejurang dan hampir menimpa rumah warga. Pada saat pelaksanaan proyek cuaca yang tiba-tiba berubah menjadi mendung dan dilanjutkan dengan hujan sangat kerap terjadi, sehingga pekerja mengalami kesulitan dalam bekerja seperti truk yang sulit di kendalikan saat posisi hujan sehingga sering terjadi penutupan jalur oleh pekerja untuk menjaga keamanan dan keselamatan mereka. 108
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
Solusi yang dilakukan oleh kontraktor adalah membuat jalur melalui kebun warga yang disewa sementara dan melapisi beberapa titik jalur menuju proyek dengan LC. 2. Rusaknya Sill dan tersumbatnya Concrete Pump Proyek pembangunan tol semarang solo seksi 3.1 memiliki sebuah truk concrete pump yang digunakan sepenuhnya untuk semua kegiatan pengencoran yang mampu dijangkaunya sehingga alat ini dinilai sangat efisien selain alat ini memiliki boom yang paling panjang sepanjang 33 m. Namun karena intensitas yang cukup tinggi dan boom sering terhantam agregat sehingga boom mengalami bocor dibagian badan boom atau pun bagian karet penghubung (sill) sehingga terkadang penutup sementara kebocoran mengalami kerembesan. Selain
pecahnya
boom,
tersumbatnya
boom
membuat pekerjaan proyrk mrnjadi tertuda dan harus diberhentikan beberapa saat. Kesulita-kesulitan ini memang tidak terlalu banyak namun cukup terasa kehadirannya. 3. Sulitnya akses untuk mengapai abutment dua karena masih berbentuk jalur yang licin dan miring Abutmen dua erda di posisi yang cuckup tinggi sehinga pembuatan jalur menjadi sangat miring di tambahlagi jalur tersebut masih dalam bentuk tanah, sehingga banyak truk mixer dan dump truk yang tidak kuat menanjak serta terdapat mahasiswa yang sedang kerja praktek terpleset saat menuruni jalur tersebut. Solusi yang dilakukan kontraktor dengan membuat LC dengan tulangan bamboo serta memberi plat-plat besi.
109
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
4. Genangan air di P3 Genangan di P3 terjadi karena rendahnya elevasi footing, sehingga ketika hujan atau sungai meluap mengalir dan menggenangi lokasi tersebut, ditambah pula rembesanrembesan yang menambah volume air genangan sehingga pekerja kesulitan dalam pengencoran footing dan melanjut kekolom peir. Dalam
menangi
kondisi
tersebut
kontraktor
menimbum footing sehingga elevasi tanah berada diatas talud sungai dam membuat bronjong dipinggir talud.
3.5.2.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi didalam proyek 1. Penambahan air ketika menyalurkan ready mix menggunakan concrete pump Kadar air dalam ready mix sudah memiliki tingkat yang telah disesuaikan dengan rencana mutu beton yang akan di dapat maka penambahan air tidak diperlukan lagi, penambahan air mampu membuat mutu beton menurun dan menimbulkan retak-retak ketika air menguap dan mencoba keluar dari beton yang mulai mengeras. Dalam kegiatan pengecoran kontruksi sering terlihat operator concrete pump mengucurkan air dari truk mixer, yang seharusnya air tersebut digunakan untuk mencuci mixer setelah usai membawa ready mix agar tidak merekat di mixer dan membuat alat rusak. Dalam keterangannya operator melakukan hal tersebut karena kawatir boom akan tersumbat dan rusak. Pengawas
telah
mencoba
untuk
memperingati
operator namun operator tetap membandel, sehingga ketika tidak dalam pengawasan penuh penyimpangan ini tetap dilakukan. 110
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
2.
Kurang memperhatikan tinggi jatuh ready mix yang disalurkan oleh boom concrete pump Perlunya memperhatikan tinggi jatuh beton adalah hal yang penting karena ketika hal tersebut tidak diperhatikan akan mengurangi mutu beton karena agregat tidak rata memenuhi beton sehingga mampu menurunkan kuatt tekan beton dititik-titik tertentu. Pekerjaan pengecoran dilakukan menggunakan boom yang diameternya cukup besar sehingga sulit menerobos rangkaian besi yang sudah terpasang dengan renggang yang cukup rapat, dibeberapa kegiatan pengecoran kontraktor menggunakan penyalur tambahan agar tinggi jatuh dari ready mix terjaga namun terdapat pula pekkerjaan yang tidak menggunakan penambahan boom seperti pengcoran di footing P1.
3. Membawa keluarga ke proyek menggunakan fasilitas proyek Lokasi proyek merupakan tempat yang cukup berbahaya karena resiko akan terjadi kecelakanan tentunya lebih tinggi. Terdapat kejadian yang cukup mengkhawtirkan ketika operator truk mixer ketika sedang melakukan proses pengecoran
membawa
satu
keluarga
kecilnya
tanpa
menggunakan perlengkapan keamanan kedalam cabin truk sedangkan kaca depan truk dalam keadaan rusak parah. 4. Terdapat pengawas yang tidak menggunakan rompi dan helem pengaman Berikut merupakan contoh yang tidak baik karena seorang pengawas dengan jabatan yang cukup tinggi di bandi pengawas lainnya meninjau proyek tanpa mengunakan rompi dan helm proyek dan dilakukan berulang walaupun K3 telah menegur 111
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
5. Pekerja tidak menggunakan rompi dan keamanan yang aman ketika menaiki tempat yang tinggi Hampir seluruh pekerja di proyek ini tidak menggunakan perlegkapan keamanan, seperti penggunaan rompi, sarung tangan dan sepatu keamanan. Kondisi yang cukup mengkhawatirkan pula terlihat ketika pekerja sedang berada di ketinggian sekitar ±40 m bahkan lebih dengan kondisi yang cukup sempit melakukan ekerjaan tampa pengaman. Perlengkapan keamanan yang digunakan pekerja hanya dalam bentuk penggunaan helm dan sepatu penutup tanpa fitur khusus keamanan. 6. Diagfragma yang tidak sesuai dengan girder Diafrgama adalah bagian dari struktur bawah, tujuan diafragma adalah mempersatukan girder, namun metode yang digunakan untuk mendapatkan diafragma dengan metode precast malah menjadikan pekerjaan menjadi bertambah, karena kehadiaran precast diafragma dilapangan dengan ukuran yang tidak sesuai mengharuskan pekerja untuk menyesuaikan ukuran dengan membobok bagian binggir diafragma dan akhirnya mengubah mutu dari kekuatan rencana difragma. 7. Hujan yang terlalu sering Di lokasi proyek hujan sering dirasakan. Ketika waktu mulai menjelang sore hujan dengan deras langsung mengguyur lokasi proyek yang menyebabkan pekerja tidak mampu berlindung di tempat
yang aman,
kebanyakan
pekerja
yang sedang
mengerjakan pilar tertahan diatas pilar hingga hujan reda atau memaksa turu perlahan.
112
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
BAB IV PENUTUP 5.1. KESIMPULAN 1. Terdapat 25 alat yang digunakan selalu dalam pekerjaan pembangunan jembatan. 2. Dalam pembangunan jembatan terdapat alat yang bernama launcher yang berguna untuk menempatkan girder ditumpuan. 3. Dalam pembangunan jembatan tol yang melintasi sungai tuntang pekerjaan tanah tidak begitu dominan, kegiatan dominan berupa pembuatan struktur. 4. Dalam pekerjaan lounching girder waktu yang di butuhkan sekitar 1,5 jam hingga 2 jam, untuk menempatkan girder dan setting launcher sehingga sehari dapat ditargetkan 4-5 girder terpasang pada pier head. 5. Dalam pekerjaan pier head menggunakan metode soring, yaitu menggunakan penumpu pada bekisting untuk menahan beban ready mix sampai menjadi beton. 6. Penumpu metode soring berupa scafolding yang di modifikasi dengan beberapa profil baja seperti canal c dan H beam yang direkatkan dengan bantuan las. 7. Alat yang selalu bekerja tiap harinya dari pukul 08.00 – 17.00 wib adalah genset dan tower crane. 8. Kondisi lapangan yang baik seperti jalan dan tempat bekerja membuat kinerja alat serta pekerja lebih baik. 9. Perawatan rutin dan pengisian bahan bakar di setiap harinya selalu dilakukan untuk semua alat berat. 10. Terdapat laporan rutin mengenai kondisi alat dan perawatan yang telah dilakukan. 11. Pekerja mampu dan baik dalam pengoprasian alat-alat berat. 12. Sikap operator yang tidak baik membuat pekerjaan menjadi tertunda. 113
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
13. Hampir seluruh pekerja tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja. 14. Terdapat beberapa bengawas yang tidak memakai perlengkapan keselamatan kerja.
5.2. SARAN 1. Disarankan
untuk
mengontrol
selalu
ketertiban
pekerja
dalam
mengoprasikan alat berat. 2. Disarankan untuk lebih megoptimalkan jalan menuju proyek dan keadaan lokasi kerja agar pekerja dapat bekerja lebih cepat. 3. Disarankan untuk pekerja, pelaksana dan pengawas lebih tertib dalam pemakaian perlengkapan keselamatan kerja dan bersikap dilokasi proyek.
114
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
DAFTAR PUSTAKA Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun2004 Tentang Jalan. JASA MARGA.INVESTOR SUMMIT & CAPITAL MARKET EXPO 2014. 2014.-.
115
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang