Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
ISSN: 1979-2328
PROTOTIPE ANTENA BI-HORN DENGAN DUA ARAH RADIASI DAN SATU FEEDING MONOPOLE BEROPERASI PADA FREKUENSI 2,4 GHz Ifa Hidayah1), Yono Hadi Pramono2) Pascasarjana Jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya, 2) Jurusan Fisika FMIPA ITS, Email : 1)
[email protected] 2)
[email protected]
1)
Abstract Prototype of A bi-horn antenna with double sides radiation using monopole feeding in a rectangular waveguide for 2.4 GHz frequency operation has been investigated. Dimension of this device structure is divided into three sections which the whole structure are fabricated from Aluminium plate with 2 mm of thickness . A rectangular Waveguide 12 x 6.1 x 12 cm3 of volume size is embedded between feeding apertures of horn antenna. Both horn antenna structures are similar which each horn having the front aperture about 50x38 cm2 of wide and 57cm of length . The Total length of the whole structure is about 127cm. The monopole Feeding is constructed by a copper bar with 3mm of diameter and 3 cm of length which is soldered on the tail of N-Female Connector. The characteristics of this antenna is measured under Network Analyzer equipment for obtaining their Return Loss, VSWR, Bandwidth, Gain and Radiation Pattern . The results show the Return Loss -17.692 dB is found at a frequency of 2.4 GHz with VSWR=1.3 and The bandwidth 838 MHz for range 2.173 to 2.789 GHz. The Optimum VSWR=1.05 and Return Loss -31.431dB is obtained at frequency 2.549 GHz . Both of Maximum Radiation for 0oand 180o are obtained which having 13dBi Gain for E-Plane and 7dBi Gain for H-Plane. This antenna can be favorable applied to wi-fi communication (aeronet) especially at repeater station between point- to- point access or joining their access point (WDS) by only using one card radio of 2.4GHz for attaining a longer distance. Key words: Bi-Horn, Antenna, VSWR, Radiation Pattern, Return Loss, Gain, Access Point 1. PENDAHULUAN Dalam era wi-fi dewasa ini pemanfaatan frekuensi 2,4GHz menjadi semakin menjamur di tanah air, baik untuk komunikasi internet maupun multimedia kamera dan telemetri dengan menggunakan Protokol tcp/ip. Seiring dengan perkembangan tersebut para peneliti baik yang bersifat komersil maupun riset telah banyak menyajikan disain antena yang tepat untuk keperluan komunikasi tersebut [Sujarwati dkk,2002], [Oktafiani dkk,2005], dan [Suherman dkk,2008]. Antena horn [Aswoyo dkk, 2000] dan [Ohri dkk, 2003] dengan disain yang sederhana telah diteliti dan mempunyai penguatan antara 9,5 sampai 22,0 dBi. Lebar pita yang luas iini menjadikan antena horn ideal untuk berbagai aplikasi broad band. Ada dua tipe antena horn yaitu rectangular horn dan circular horn. Antena rectangular horn mempunyai waveguide dan aperture horn berbentuk kotak sedangkan antena circular horn terdiri dari waveguide dan aperture horn yang berbentuk silinder. Salah satu bentuk antena rectangular horn adalah antena pyramidal horn dengan pelebaran di kedua bidang E dan H dengan berbasis saluran pandu gelombang (waveguide). Antena pyramidal horn pada umumnya dioperasikan pada frekuensi gelombang mikro (microwave) diatas 1.000 MHz. Antena Bi-horn yang terdiri dari gabungan dua antena horn dengan satu pandu gelombang kotak ditengahnya menjadi obyek penemuan kami yang cukup menarik, secara detail struktur dan karakteristiknya akan dipaparkan dalam makalah ini. 2. TINJAUAN PUSTAKA ANTENA HORN DAN WAVEGUIDE KOTAK Sebelum disajikan gambaran tentang struktur antena Bi-Horn, maka pertama kali akan diberikan teori antena horn terlebih dahulu Bentuk dan penampang longitudinal antena horn dapat dilihat pada gambar 1 sedangkan gambar 2 memberikan penjelasan hubungan geometri antara luas apertur dan panjang horn. Untuk mendapatkan distribusi yang seragam pada aperture, diperlukan horn yang panjang dengan sudut kecil. Namun supaya praktis seharusnya horn dibuat sependek mungkin[Hund,1989].
B-47
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
ISSN: 1979-2328
Gambar 1. Bentuk antena pyramidal horn
LH
a
LE
αH R1
A
αE
b
R2
RH
B
RE
Gambar 2. Bidang H dan E pada antena horn Dengan meninjau sebuah antena horn dengan bagian longtudinal pada gambar 2, maka persamaanpersamaan yang berkaitan dengan bidang H dan E pada gambar 2 adalah sebagai berikut :
L 2 1 R H = ( A − a ) H − 4 A L 2 1 R E = (B − b ) E − 4 B
1/ 2
(1)
1/ 2
(2)
Bidang H mempunyai nilai optimum untuk LH = 7,8 λ, δ0 = 0,4 λ dan 2αH = 360. Sedangkan pada bidang E nilai optimum LE = 4 λ, δ0 = 0,25 λ dan 2αE = 290. Bentuk pandu gelombang (waveguide) yang digunakan sebagai media pemandu gelombang elektromagnetik pada antena horn rectangular adalah pandu gelombang yang berbentuk persegi (rectangular waveguide). Dimensi x,y dan z sebuah pandu gelombang persegi dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.
y
b x a z
Gambar 3. Dimensi x, y dan z dari sebuah pandu gelombang rectangular
B-48
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
ISSN: 1979-2328
Ukuran pandu gelombang kotak disesuaikan dengan frekuensi kerja antena. Supaya gelombang dapat menjalar di dalam pandu gelombang kotak maka frekuensi kerja antena harus lebih besar dari frekuensi cut-off pandu gerlombang. Mode yang digunakan adalah mode yang frekuensi cut-off nya paling kecil yaitu mode TE10, dengan menggunakan persamaan : TE m , n
fc
=
f cTE10 =
f cTE10 =
2
c 2 µ 1ε 1
m n + a b
2
3.10 8 2a 1
3.10 8 2a
Frekuensi kerja (2,4 GHz) harus lebih besar dari fc (frekuensi cut-off), maka
2,4.10 9 >
3.10 8 2a 1
8
3.10 2.2,4.10 9 a > 6,25cm
a>
Ukuran dimensi dalam pandu gelombang yang digunakan adalah panjang 11,8 cm dan lebar 5,9 cm. Ukuran ini sudah memenuhi syarat supaya gelombang dapat menjalar dalam pandu gelombang. Sedangkan ketebalan dari pandu gelombang tidak berpengaruh pada propagasi. Dimensi pandu gelombang ditunjukkan pada gambar 4. 12 cm a=11,8 cm 6,1 cm b=5,9 cm
Gambar 4. Dimensi pandu gelombang Pada pandu gelombang persegi, dimensi x harus lebih dari 0,5 λ di frekuensi terendah yang bisa diteruskan. Dalam prakteknya dimensi y biasanya dibuat hampir setara dengan 0,5 x untuk menghindari kemungkinan beroperasi di frekuensi lain selain mode dominan[Kraus,1999].
3. ANTENA BI-HORN Struktur antena Bi-Horn yang simetri dapat dilihat dalam gambar 5 lengkap dengan ukuran pandu gelombang kotak ditengahnya. Nampak dalam gambar tersebut ukuran batang tembaga sepanjang 3 cm (1/4 λ, untuk frekuensi 2,4GHz) yang disolder ke ujung konektor N-Female di tempelkan di tengah sekaligus sebagai feeding antena.
12 cm
50 cm
50 cm
12 cm
6,1 cm
38 cm
38 cm
65,7 cm
monopol di pusat pandu gelombang
65,7 cm
Gambar 5. Struktur geometri antena Bi-Horn B-49
50 cm
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
ISSN: 1979-2328
4. HASIL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA BI-HORN Hasil fabrikasi antena Bi-Horn dari bahan plat aluminium setebal 2mm dapat dilihat pada gambar 6
Gambar 6. Hasil fabrikasi antena Bi-Horn
4.1 Hasil Pengukuran Return Loss, Bandwidth, VSWR, Pola Radiasi dan Gain pada Antena Bi-Horn Hasil pengukuran Return Loss dan VSWR dengan menggunakan Network Analyzer dengan tipe HP 8753 ES yang mempunyai sumber gelombang dengan frekuensi antara 0.3.– 6000.MHz dapat dilihat dalam gambar 7 dan gambar 8. Sedangkan gambar 9 adalah hasil pola radiasi dua arah main lobe pada 0o dan 180o baik bidang E (vertical) maupun bidang H(horizontal).
1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 3600 3800 4000 0 -2 -4 -6 -8 -10
return loss (dB)
-12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26 -28 -30 -32 -34
frekuens i (MHz)
Gambar 7. Grafik Return Loss pengukuran Network Analyzer
B-50
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
ISSN: 1979-2328
12 11 10 9 8
VSWR
7 6 5 4 3 2 1 0 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 3600 3800 4000
frekuens i (MHz)
Gambar 8. Grafik VSWR pengukuran Network Analyzer 0
0 340
350 40
330
10
40
30
50
25
300
70
5 0
270 260 250
50
20
60
230 220
5
90
270
0
100
260
90 100 110
240
120
230 220 210
150 170
80
250
130 140 210
70
10
80
120
190
40
280
110
240
200
30
25
290
10 280
20
15
15
290
10
30
300
60
20
350 35
330 320 310
30
35
320 310
340
20
130 140 150 200
160
180
190
170
160
180
Gambar 9. Pola Radiasi pada 2,4GHz Bidang E vertikal( Biru) dan Bidang H Horisontal(merah)
Pada gambar 7 dan 8 untuk menentukan lebar pita frekuensi (bandwith) diambil frekuensi yang memiliki nilai VSWR antara 1 – 2. Semakin mendekati nilai 1, maka daya sinyal yang dipancarkan ke ruang bebas akan semakin besar. Dari hasil pengukuran lebar pita frekuensi yang dihasilkan sebesar 838 MHz (1932 – 2770 MHz). Dengan demikian untuk frekuensi di bawah 1932 MHz dan diatas 2770 MHz antena tidak bisa bekerja dengan baik. Pada gambar 9 nilai daya sebesar 69 dB dan 37 dB juga ditunjukkan ketika berada pada posisi 1800. Hal ini dikarenakan bentuk antena Bi-Horn yang simetris sehingga pada arah yang berkebalikan akan menunjukkan besar daya yang sama. Besarnya HPBW pada pola radiasi horisontal sekitar 220 dan HPBW pada pola radiasi vertikal sekitar 180. Untuk mengetahui besarnya penguatan pada antena Bi-Horn maka dilakukan dengan membandingkan besarnya sinyal yang diterima antena horn yang telah difabrikasi dengan antena pembanding (Omni). Besarnya penguatan (Gain) untuk bidang E adalah 13 dBi,sedangkan untuk bidang H adalah 7 dBi 5. KESIMPULAN Kami telah memaparkan dalam makalah ini prototipe sebuah antenna bi-horn berikut karakteristiknya. Nilai VSWR, Return Loss, Bandwidth, Gain dan Pola Radiasinya. Hasil pengukuran menunjukkan VSWR=1,3, Return Loss=-17,692dB pada frekuensi 2,4GHz dengan Bandwidth 838 MHz pada range frekuensi 2,173 sampai 2,789 GHz. Nilai VSWR tertinggi 1,05 dengan Return Loss -31,431dB terjadi pada frekuensi 2,549GHz. Radiasi Maksimum terdapat pada arah 0oand 180odengan penguatan sebesar 13dBi untuk bidang E dan 7dBi untuk bidang H. Antena Bi-Horn ini diharapkan dapat diterapkan dengan baik dalam sistim komunikasi wi-fi (aeronet) khususnya pada stasiun repeater akses point-to-point atau join antar akses point (WDS) dengan hanya satu card radio 2,4GHz untuk menjangkau jarak yang lebih jauh. B-51
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
ISSN: 1979-2328
6. DAFTAR PUSTAKA Aswoyo, Budi, 2000, Perancangan Optimasi dan Implementasi Antena Horn Sektoral Bidang-E pada Frekuensi Band-X, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, ITS, Surabaya. Balanis, C.A, 1997, Antenna Theory Analysis and Design, Second edition, John Wiley and Sons, New York. Hund, E., 1989, Microwave Communications, Component and Circuit, McGraw Hill, New York. Kraus, John, 1999, Electromagnetics with Applications, Fifth edition, McGraw Hill, New York. Ohri, V., Amin, O., Gebremariam, H., Dubois, B., 2003, Microwave Horn Antenna Design and Test System, San Jose State University Suherman, Nanang, 2008, Analisis dan Fabrikasi Antena Mikrostrip Horn dilengkapi Reflektor Parabola dengan Metode FDTD, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITS, Surabaya. Sujarwati, N., Pramono, Y.H. dkk, 2002, Analisa Karakteristik Antena CPW Slot dan Patch dengan FDTD, Prosiding Seminar Fisika ITS, Surabaya
B-52