Prosiding Pendidikan Agama Islam
ISSN 2460-6413
Tanggung Jawab Pendidik dalam Upaya Mencegah Anak Didik dari An Yaqilla Al-Ilmu Wa Yadzhara Al-Jahlu Berdasarkan Hadits Riwayat Bukhari tentang Tanda-Tanda Akhir Zaman 1
1
Ima Siti Rokayah Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail:
[email protected]
Abstrak. Tidak ada seorangpun mengetahui yang ghaib, salah satunya yaitu hari akhir ( kiamat ) bahkan Rasulullah pun tidak mengetahui akan kapan datangnya hari kiamat atau saat-saat kehancuran itu tiba. Akan tetapi, manusia hanya diberikan tanda- tanda sebagai peringatan supaya mereka dapat mempersiapkan diri. Tanda-tanda kiamat adalah alamat kiamat yang menunjukkan akan terjadinya kiamat tersebut. Tanda-tanda kiamat ada dua: tanda- tanda kiamat besar dan tanda-tanda kiamat kecil. Tanda – tanda kiamat besar adalah perkara yang besar yang muncul mendekati sebagai peringatan agar mereka dapat mempersiapkan diri. Tanda- tanda kiamat kiamat yang kemunculannya tidak biasa terjadi, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa a.s, Yajuj dan Majuj, terbit matahari dari barat dan lain-lain. Sedangkan tandatanda kiamat kecil dibagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah SAW., terbunuhnya Utsman bin „Affan, terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua, kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzinaan dan perbunuhan, banyaknya wanita dan lain-lain. Berdasarkan hasil uraian dari beberapa musyarrih pada H.R Bukhari mengenai tanda-tanda akhir zaman, maka dapat disimpulkan, bahwa ulama merupakan sumber keamanan, keutamanan dan kebaikan manusia di bumi ini. Ia senantiasa memberikan pengetahuan yang belum diketahui, senantiasa ingin selalu mengembangkan ilmu pengetahuannya, sebagai pewaris para Nabi yang sangat mulia mewariskan ilmu yang baik dan bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Dorongan untuk mencari ilmu, untuk memperbanyak ulama dan memberikan manfaat yang besar kepada umat manusia dalam perkara agama, dan hadits ini sebagai peringatan kepada seluruh manusia agar selalu menjaga ilmu dengan sebaik-baiknya, ilmu pengetahuan sangatlah penting, karena itu ulama atau guru menjadi pemeran dan sumber utama dalam menguasai ilmu dan gurupun bertanggung jawab dalam transformasi ilmu serta pengamalannya untuk generasi selanjutnya. Kata Kunci : tanda akhir zaman
A.
Pendahuluan 1.
Latar Belakang Al-Qur‟an al-Karim dan al-Sunnah merupakan dua sumber utama ajaran Islam. Al-Qur‟an sebagai kitab yang sempurna dan tidak ada keraguan didalamnya, mencantumkan iman kepada yang ghaib sebagai salah satu tanda orang yang beriman dan bertakwa. Mempercayai adanya Allah SWT adalah satu bagian dari keimanan kepada hal yang ghaib. Begitu pula dengan iman kepada hal yang ghaib lainnya, seperti malaikat, surga, neraka, hari akhir (Kiamat), dan lain sebagainya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam (QS AL Baqarah 2: 2-3)
َّ ةََ َوَُقُِ ًُىٌَ َٱن َصهَ َٰىجَََ َو ِي ًَّا ََ َِٰ َرن َ َۛ َۡ كَ ۡٱن ِك َٰرَةََُ ََلَ َس ِ ُۡ )َٱنَّ ِزٍَََََ ُۡؤ ِيُُىٌَ ََتِ ۡٱن َغ٢(َ ٍَُِةَفُِ َۛ ِهَهُ ٗذيَنِّ ۡه ًُرَّق َ)٣َ(ٌَََس َص ۡق ََُٰهُىۡ ََُُفِقُى Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugrahkan kepada mereka. (QS Al Baqarah 2: 2-3)
129
130 |Ima Siti Rokayah, et al.
Berkaitan dengan iman kepada yang ghaib, dalam kamus besar bahasa Indonesia ghaib diartikan sebagai sesuatu yang tersembunyi, tidak kelihatan, abstrak, lenyap dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Sedangkan menurut Murthadha Muthahari kata ghaib berarti tersembunyi, dari tangkapan panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan rasa. (http://www.referensimakalah.com/2012/12/definisighaib-menurut-pakar.html ) Menurut Quraish Shihab ( 2007:20 ), keimanan kepada Allah SWT tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir. Keimanan kepada Allah SWT menuntut adanya perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan keimanan tentang adanya hari akhir. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di akhirat nanti. seperti firman Allah SWT dalam QS Al A‟raf ( 7: 188 )
ُ ٱللَُ َونَ ۡىَ ُك ٓ َّ َقُم ُ َِلَأَيۡ ه َخ َُ ة ََلَ ۡعرَ ۡكََ ۡش ََ ُۡ ُدَأَ ۡعهَ ُىَ ۡٱن َغ َض ًّّشاَإِ ََّلَ َياَ َشآ َءَ َّه َ َاَو ََل َ ٗكَنَُِ ۡف ِغٍَََ ۡفع ٞ َشَ َوتَ ِش ٞ ِيٍَ َ ۡٱن َخ ُۡ ِشََ َو َياَ َي َّغُِ ٍََٱنغ ُّٓى ه َُءَإِ ٌَۡأَََ ۠اَإِ ََّلَََ ِز َ ٌَُشَنِّقَ ۡى ٖوََ ُۡؤ ِيُُى
Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang Dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyakbanyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pemberi berita gembira bagi orang- orang yang beriman.” Tidak ada seorangpun mengetahui yang ghaib, salah satunya yaitu hari akhir ( kiamat ) bahkan Rasulullah pun tidak mengetahui akan kapan datangnya hari kiamat atau saat-saat kehancuran itu tiba. Akan tetapi, manusia hanya diberikan tanda- tanda sebagai peringatan supaya mereka dapat mempersiapkan diri. Tanda-tanda kiamat adalah alamat kiamat yang menunjukkan akan terjadinya kiamat tersebut. Tanda-tanda kiamat ada dua: tanda- tanda kiamat besar dan tanda-tanda kiamat kecil. Tanda –tanda kiamat besar adalah perkara yang besar yang muncul mendekati sebagai peringatan agar mereka dapat mempersiapkan diri. Tanda- tanda kiamat kiamat yang kemunculannya tidak biasa terjadi, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa a.s, Yajuj dan Majuj, terbit matahari dari barat dan lain-lain. Sedangkan tanda-tanda kiamat kecil dibagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah SAW., terbunuhnya Utsman bin „Affan, terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua, kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzinaan dan perbunuhan, banyaknya wanita dan lain-lain. (http://www.duniabaca.com/tanda-tanda-hari-kiamat-menurutislam.html) Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa diantara tanda-tanda kehancuran diungkapkan pula dalam Hr. Al-Bukhari sebagai berikut :
َكَقَا َل َََلُ َح ِّذثََُّ ُك ْى ٍ ِظَ ْت ٍَِ َيان ِ ََََح َّذثََُاَ ُي َغ َّذ ٌدَقَا َلَ َح َّذثََُاَََحْ ًََُع ٍََْ ُش ْعثَحََع ٍََْقَرَا َدجََع ٍََْأ َّ ًَّصه َّ ُىل ُ َح ِذًََّا َََل ََُ َح ِّذثُ ُك ْى َأَ َح ٌذ َ َت ْع ِذٌ َ َع ًِع ٍَْ ََّللاُ َ َعهَ ُْ ِه َ َو َعَهَّ َى َََقُى ُل َ ِي َ َ ََِّللا َ ْد َ َسع ْ َََان َج ْه ُم َ َو ْ َََو ْ ظهَ َش ْ أَ ْش َشا ِط َانغَّا َع ِح َأَ ٌْ َََقِ َّم َظهَ َش َان ِّضََاَ َوذُ ْش َشبَان َخ ًْ ُش َ َوذَ ْكَُ َش َ َان ِع ْه ُى ْ َانقَ ُِّ ُى ْ ًّانُِّ َغا ُءَ َوََقِمََّان ِّش َجالَُ َحرًََََّ ُكىٌَ َنِ َخ ًْ ِغٍَُ َا ْي َشأَج َان َىا ِح َُذ Musaddad telah menyampaikan hadits kepada kami, katanya menerima hadits dari Yahya dari Syu‟bah, dari Qatadah dari Anas bin Malik yang menyatakan: Saya akan sampaikan hadits yang mungkin tidak ada yang menyampaikannya seorang pun sepeninggalku. Saya mendengar Rasul SAW bersabda: di antara
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)
Tanggung Jawab Pendidik dalam Upaya Mencegah Anak Didik dari An Yaqilla Al-Ilmu Wa Yadzhara Al-Jahlu Berdasarkan Hadits Riwayat Bukhari Tentang Tanda-Tanda Akhir Zaman | 131
tanda akhir jaman; sedikitnya ilmu, munculnya kebodohan, merajalela perzinaan, merebaknya khamr, banyaknya kaum wanita sedikitnya pria, sehingga satu pria berbanding lima puluh wanita. (Hr. Al-Bukhari) Syarah Hadits menurut Muhadits Mansur Ali Nashif, (At-Taj, III h.23) mengomentari hadits ini dengan menyatakan bahwa di antara tanda akhir zaman adalah: (1) hilangnya ilmu disebabkan kaum ulama banyak yang wafat, dan tidak ada yang menggantikannya hingga kebodohan semakin merajalela yang berakibat manusia banyak yang sesat, (2) khamr atau minuman keras, narkotik, dan sebangsanya serta perzinaan merajalela. Saat ini telah nampak sehingga kedua perbuatan jahat ini mendapat legitimasi dan legalitas.(3) semakin sedikitnya kaum pria, karena banyak terjadi peperangan, dan kaum wanita semakin banyak jumlahnya hingga satu pria berbanding lima puluh wanita. Menurut riwayat Abu Awanah, Anas mengatakan: ٌ َلَحذثكىَاحذَعًعهَيٍَسعىلََّللاَصهًََّللاَعهُهَوعهىَتعذartinya: Tidak seorang pun yang mengabarkan hadits ini orang yang langsung mendengar dari Rasulullah setelah aku. Diketahui bahwa setelah Anas memang benar-benar tidak ada shahabat Rasul SAW yang menyampaikan hadits ini di daerahnya, al-Bashrah. Pada saat itu shahabat Rasulullah yang tinggal di Bashrah tinggal Anas Bin Malik. Dengan demikian perkataan ٌ َلَحذثكى َته َتعذini dapat berfungsi khusus kepada orang Bashrah khususnya, karena beliaulah shahabat yang terakhir menyampaikan hadits. Dapat pula berfungsi umum, karena hadits ini disampaikan oleh Anas di kala usianya hampir berakhir. Perkataan عًعدmerupakan penjelas dari perkataan serbelumnya, yang menunjukkan bahwa beliau itu langsung mendengar dari Rasulullah SAW. Sabda Rasul: اٌ ََقِم َانعهىdalam riwayat Muslim berbunyi: اٌ ََشفع َانعهىsebagaimana riwayat Sa‟id bin Abi Syaibah dan Hammam sebagaimana dikutip dalam kitabul-Hudud, kitabul-Asyribah dan kitabun-Nikah riwayat Bukhari. Perkataan َ اٌ ََقمyang berarti menjadi sedikit, ada kemungkinan menunjukkan di permulaan akhir zaman, yang kemudian lama kelamaan menjadi hilang ilmu itu sebagaimana ditandaskan اٌََشفع. Namun sebenarnya perkataan اٌََقمَانعهىjuga bisa saja mempunyai makna hilang ilmu. Sabda Rasul SAW: وذكَش َانُغاءada kemungkinan disebabkan terjadinya banyak kekacauan yang menimbulkan peperangan hingga kaum pria banyak yang terbunuh, karena mereka ahli perang beda lagi dengan wanita. Namun pendapat ini perlu dipertimbangkan keabsahannya. Hadits Abi Musa dalam bab Zakat diterangkan bahwa jumlah kaum wanita itu akan lebih banyak. Tidak diterangkan apa sebabnya, melainkan hanya kepastian di akhir zaman. Mungkin saja pada satu saat Allah SWT menakdirkan seperti itu, sehingga yang lahir ke dunia ini lebih banyak wanita dibanding pria. Banyak kaum wanita juga ada kaitannya dengan semakin merajalelanya kebodoan dan menurunnya ilmu pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud dengan sabda Rasul ٍُ نخًغbisa bermakna hakiki jumlahnya secara kuantitas demikian, bisa juga bermakna majazi. Dalam hadits Abi Musa diterangkan bahwa nanti akan kau lihat seorang pria diikuti oleh empat puluh wanita. Sabda Rasul SAW : انقُىberarti orang yang bertanggung jawab urusan wanita. Kita ketahui bahwa kaum pria itu merupakan pemimpin bagi kaum wanita.
Pendidikan Agama Islam, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
132 |Ima Siti Rokayah, et al.
Melihat pembahasan tanda-tanda akhir zaman diatas tadi, maka hadits ini merupakan tanda-tanda kiamat kecil. Jika sudah terjadi tanda-tanda tersebut maka akan terjadinya kehancuran, baik itu kehancuran yang bermakna kiamat (tanda-tanda akhir zaman) ataupun kehancuran suatu kaum atau bangsa. Hadits ini merupakan peringatan untuk seluruh umat manusia, bahwa tandatanda akhir zaman itu semakin merebak dan semakin tampak di kalangan masyarakat. Hadits inipun merupakan peringatan untuk para pendidik khususnya, karena didalam ْ َََان ِع ْه ُى َ َو ْ ظهَ َش ْ )أَ ٌْ َََقِ َّمditinjau dari beberapa hadits ini disebutkan bahwa (جهْم َ َان pensyarah hadits ada yang menyebutkan bahwa hilangnya ilmu disebabkan kaum ulama banyak yang wafat, dan tidak ada yang menggantikannya hingga kebodohan semakin merajalela yang berakibat manusia banyak yang sesat. Dari penjelasan ini maka jelas bahwa ilmu itu akan musnah sedikit demi sedikit, baik itu karena banyak ulama yang wafat dan tidak ada regenerasi ataupun banyaknya orang yang memberikan fatwa tanpa didasari dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu peran guru sangat penting agar peserta didik atau generasi-generasi selanjutnya tidak termasuk orang-orang pintar yang tidak manfaat ilmunya, dan tidak sesat dalam menjalankan hidup di dunia karena tidak adanya ulama atau generasi penerus ulama. Diharapkan peserta didik itu dapat menjadi generasi penerus ulama-ulama tersebut. Hadits ini mengisyaratkan perlu adanya kesadaran guru atas tanggung jawabnya terhadap peserta didik dalam hal mencegah kebodohan. Manusia pada mulanya sebagai seseorang yang tidak mengetahui ilmu pengetahuan. Seseorang yang tidak tahu dengan berniat mencari ilmu maka kebodohan itu akan sirna. Bagi seorang yang berilmu wajib hukumnya untuk mengamalkan ilmu karena ilmu merupakan sesuatu yang dinamis membawa perubahan yang lebih baik kepada manusia. Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu untuk mengamalkan ilmu agar adanya regenerasi penerus dalam mengamalkan ilmu. Menurut Gustaf Asyirint (2010:5), seorang guru adalah manusia biasa yang tidak terkecuali mengemban amanah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dengan dasar untuk ibadah sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Tuhan atas amanah yang diembannya sebagai seorang guru, maka tentulah seorang guru harus melaksanakan kewajibannya dengan sebaik mungkin. Baik di mata Tuhan dan baik untuk anak didik serta masyrakat luas. Upaya guru mendidik, melatih, membimbing, dan mengajar anak didiknya bukanlah suatu hal yang mudah dan gampang. Menjadi guru membutuhkan pengalaman yang banyak dan penuh keseriusan, akan tetapi masih juga terdapat banyak kejanggalan dan kekurangan dan kesalahan di dalam mengembangkan tugas sebagai pendidik. Tidak semua guru memahami hakikat profesionalisasi keguruan sehingga banyak penyimpangan- penyimpangan guru yang seharusnya tidak terjadi. Seperti halnya seseorang guru kadang tidak menjadi teladan yang baik atau tidak bisa ditiru oleh peserta didik. Ada sebagian guru yang hanya memahami profesi guru hanya sebagai pekerjaan bukan sebagai pendidik. Maka dari itu dibutuhkan pemahaman yang lebih spesifik, bagaimana sosok seorang guru yang sebenarnya guna lebih memajukan pendidikan dan yang terpenting ilmu yang diajarkan bermanfaat sehingga mencetak generasi- generasi penerus yang mampu mengamalkan ilmunya dengan baik. Gustaf Asyirint (2010:9) mengatakan, Guru adalah cermin keteladanan bagi anak didik, maka pantulkan segala bentuk prestasi, kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang dan segala bentuk pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Kekayaan hati seorang guru sejatilah yang
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)
Tanggung Jawab Pendidik dalam Upaya Mencegah Anak Didik dari An Yaqilla Al-Ilmu Wa Yadzhara Al-Jahlu Berdasarkan Hadits Riwayat Bukhari Tentang Tanda-Tanda Akhir Zaman | 133
menjadi nilai lebih atas keberhasilan dalam mendidik siswa. Guru mempunyai tanggung jawab moral dimana setiap guru harus mempunyai kemampuan untuk menghayati perilaku serta etika yang sesuai dengan aturan atau norma Agama, sekaligus mengamalkannya. Guru bertanggung jawab dihadapan Allah SWT untuk mendidik generasi muda dengan benar dan menjamin masa depan mereka. Abdul Hasan an Nadawi berkata, “Saya tidak tahu sesuatu yang lebih bertanggung jawab, lebih serius, dan lebih berpengaruh pada masa depan bangsa maupun keadaan bangsa saat ini selain pendidikan dan pengajaran. Suatu cacat dalam bidang ini dapat menjerumuskan bangsa ke lubang terdalam, dan dapat mengakibatkan kebinasaan, kemunduran, dan anarki dalam moral, sosiologi, kebijakan, pengajaran, ketiadaan iman, dan ateisme. Pendidikan adalah suatu dan satu-satunya sarana yang melaluinya tuntutan intelektualitas dan mentalitas, pembentukan bangsa yang baru, serta masa depan yang menawan tercapai” (Baqir Syarif al Qarash ,2003:84) 2.
Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahuai makna An Yaqilla Al-ilmu wa Yadzhara Al-jahlu dalam HR Bukhari menurut pensyarah hadits 2. Untuk mengetahui esensi dari An Yaqilla Al-ilmu wa Yadzhara Al-jahlu dalam HR Bukhari Implikasi pendidikan yang terkandung dalam HR Bukhari terhadap tanggung jawab guru. B.
Landasan Teoritis
1. Urgensi Ilmu Tidak ada seorangpun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu itu bisa dimiliki manusia dan bisa juga dimiliki binatang. Dengan ilmu pengetahuan Allah SWT mengangkat derajat Nabi Adam as. di atas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat diperintahkan oleh Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as. Ilmu itu sangat penting karena ilmu sebagai perantara (sarana) untuk bertakwa. Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah SWT, dan keuntungan abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al Hasan bin Abdullah dalam syairnya: “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah dilautan ilmu yang berguna. Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa, ilmu paling lurus untuk dipelajari. Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Ia laksana benteng yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara‟ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu orang ahli ibadah tapi bodoh.” (asy-Syeikh az-Zarnuji,2009:6-7)
Pendidikan Agama Islam, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
134 |Ima Siti Rokayah, et al.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Al-Qur‟an telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya dalam pendidikan dan fungsi fundamental mereka dalam pengkajian ilmu-ilmu Ilahi serta aplikasinya. Isyarat tersebut salah satunya terdapat dalam firman-Nya berikut ini:
ۡ ََ َٱللَُ ۡٱن ِك َٰر ْ َُاطَ ُكى ََّ ََُياَ َكاٌَ َنِثَ َش ٍشَأٌَََُ ۡؤ ِذَُه ٍََعثَ ٗاداَنٍَِّ ِي ِ ىا ِ َُّةَ ََوٱنح ُۡك ََىَ َوَٱنُُّثُ َّى َجََثُ َّىَََقُى َلَنِه ْ َُٱللَِ َو َٰنَ ِكٍَ ُكى َ(ال عمران.ٌََةَ َوتِ ًَاَ ُكُرُىۡ َذَ ۡذ ُسعُى ََّ ٌَِ ُدو ََ َىاَ َس َٰتَّ ٍََُُِِّ َ ِت ًَاَ ُكُرُىۡ َذُ َعهِّ ًُىٌَ َ ۡٱن ِك َٰر ) ٩٧:
“Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berkan kepadanya Al-Kitab. Hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: ‟Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan menyembah Allah.‟ Akan tetapi (dia berkata): „Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imran:79) Allah yang MahaTinggi dan MahaAgung mengisyaratkan bahwa tugas terpenting yang diemban Rasulullah saw adalah mengajarkan Al-Kitab, hikmah, dan penyucian diri sebagaimana difirmankan Allah SWT:
ْ ُُىَلَ ِّي ُۡهُىۡ َََ ۡره ٗ َستََُّاَ َوَ ۡٱت َع ۡثََفُِ ِهىۡ َ َسع ََ ََوَُ َعهِّ ًُهُ ُىَ ۡٱن ِك َٰر َك َ ََِّةَ ََو ۡٱن ِح ۡك ًَحَََ َوَُ َض ِّكُ ِهىۡ ۖۡ َإ َ َىاَ َعهَ ُۡ ِهىۡ َ َءا َََٰرِك َ َأ )٩٢٧: َ(البقرة.ََدَ ۡٱن َع ِضَ َُضَ ۡٱن َح ِكُ َُى
“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur‟an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka, Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (alBaqarah:129) Keutamaan profesi guru sangatlah besar sehingga Allah menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasulullah saw. Dari gambaran ayat-ayat diatas, guru memiliki beberapa fungsi, diantaranya: a) Fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia. b) Fungsi pengajaran, artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. (Abdurrahman An Nahlawi,1983:169170) Analisis Pendidikan terhadap Esensi Hadits Riwayat Bukhari 1. Setiap Orang Wajib Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya Sudah menjadi tanggung jawab bagi setiap muslim agar berupaya meraih ilmu yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya guna meraih akhirat yang bahagia. Ilmu sangat penting karena menjadi pondasi utama sebelum berkata dan beramal, hendaknya manusia mengetahui terlebih dahulu, sebelum kemudian mengamalkannya, sebagaimana disebutkan oleh imam Bukhari ra dalam shahihnya berdasarkan firman Allah SWT:
َّ َ َل َإِ َٰنَهَ َإِ ََّل ۡ َف ۡ ٱللَُ َ ََو ٓ َ َ َُٱعهَىَۡ َأَََّ ۥه َ ۡٱللُ َََ ۡعهَ ُى َ ُيرَقَهَّثَ ُكى ََّ د َ ََو َِ ََُٰ ك َ َونِ ۡه ًُ ۡؤ ِيٍَُُِ َ ََو ۡٱن ًُ ۡؤ ِي َ ِٱعرَ ۡغفِ ۡشَ َنِ َز َۢث َ َ٩١َ َۡو َي َۡ َى َٰى ُكى Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)
Tanggung Jawab Pendidik dalam Upaya Mencegah Anak Didik dari An Yaqilla Al-Ilmu Wa Yadzhara Al-Jahlu Berdasarkan Hadits Riwayat Bukhari Tentang Tanda-Tanda Akhir Zaman | 135
orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal” ( Q.S Muhammad: 19) Ilmu menjadi penting karena ilmu merupakan kebutuhan rohani, kebutuhan ini melebihi kebutuhan jasmani terhadap makan dan minum. Sebab rohani merupakan penggerak utama bagi jasmani. Jika rohani telah kering dari ilmu maka pada hakikatnya dia telah mati sebelum mati dan manusia seperti ini ibarat mayat-mayat yang berjalan atau hidup bagaikan binatang ternak yang tidak dapat mengambil pelajaran dan pengajaran. 2. Guru Merupakan Pemeran dan Sebagai Sumber Utama dalam Menguasai Ilmu Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Bagi seorang guru, menjadi teladan bagi anak didik adalah mutlak dan tidak bisa ditinggalkan. Bahkan ketika sebelum menjadi seorang guru, keteladanan itu harus sudah tertanam dalam niat dan hati. Karena itulah jalan untuk bisa menciptakan anak didik yang unggul dan handal. Seorang guru sejati tidak akan pernah menyia-nyiakan segala tindakannya, terlebih ilmu dan tugasnya sebagai pendidik. Apa yang telah diniatkan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan segala daya dan kemampuan, dengan bekal keilmuan, seorang guru selalu berusaha mendapatkan kemanfaatan yang berguna bagi anak didik. 3. Guru Merupakan Penanggung Jawab Utama dalam Transformasi Ilmu dan Pengamalannya untuk Generasi Selanjutnya Baqir Syarif al Qarash (2003:84) Guru bertanggung jawab dihadapan Allah SWT untuk mendidik generasi muda dengan benar dan menjamin masa depan mereka. Abdul Hasan an Nadawi berkata, “Saya tidak tahu sesuatu yang lebih bertanggung jawab, lebih serius, dan lebih berpengaruh pada masa depan bangsa maupun keadaan bangsa saat ini selain pendidikan dan pengajaran. Suatu cacat dalam bidang ini dapat menjerumuskan bangsa ke lubang terdalam, dan dapat mengakibatkan kebinasaan, kemunduran, dan anarki dalam moral, sosiologi, kebijakan, pengajaran, ketiadaan iman, dan ateisme. Pendidikan adalah suatu dan satu-satunya sarana yang melaluinya tuntutan intelektualitas dan mentalitas, pembentukan bangsa yang baru, serta masa depan yang menawan tercapai” C.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dari beberapa musyarrih pada H.R Bukhari mengenai tanda-tanda akhir zaman, maka dapat disimpulkan, bahwa ulama merupakan sumber keamanan, keutamanan dan kebaikan manusia di bumi ini. Ia senantiasa memberikan pengetahuan yang belum diketahui, senantiasa ingin selalu mengembangkan ilmu pengetahuannya, sebagai pewaris para Nabi yang sangat mulia mewariskan ilmu yang baik dan bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Dorongan untuk mencari ilmu, untuk memperbanyak ulama dan memberikan manfaat yang besar kepada umat manusia dalam perkara agama, dan hadits ini sebagai peringatan kepada seluruh manusia agar selalu menjaga ilmu dengan sebaik-baiknya, ilmu pengetahuan sangatlah penting, karena itu ulama atau guru menjadi pemeran dan sumber utama dalam menguasai ilmu dan gurupun bertanggung jawab dalam transformasi ilmu serta pengamalannya untuk generasi selanjutnya. Pendidikan Agama Islam, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
136 |Ima Siti Rokayah, et al.
Esensi yang terkandung dalam H.R Bukhari mengenai tanggung jawab guru dalam upaya menjauhkan anak didik dari an yaqilla al-ilmu wa yadzhara al-jahlu, berdasarkan dari beberapa penjelasan para musyarrih yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Setiap orang wajib menuntut ilmu dan mengamalkannya; 2. Guru merupakan pemeran dan sebagai sumber utama dalam menguasai ilmu; 3. Guru merupakan penanggung jawab utama dalam trasformasi ilmu dan pengamalannya untuk generasi selanjutnya. Sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam maka dapat ditarik nilai-nilai pendidikan dari Hadits Riwayat Bukhari untuk dijadikan landasan pendiikan dan lain sebagainya, adalah sebagai berikut: 1. Guru harus mempunyai perencanaan untuk generasi selanjutnya dalam pelestarian ilmu. Pendidikan dan proses belajar mengajar tidak dapat berjalan begitu saja, semua hal tersebut membutuhkan perencanaan yang matang dan benar-benar sesuai dengan tujuan pendidikan. Dibekali berbagai pengetahaun sebagai bekal anak didik kelak di masa depan yang mana agar memiliki kemampuan intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan kedepan yang sangat kompetitif. 2. Guru sebagai motivator dalam menanamkan cinta ilmu kepada anak didik, karena menanamkan cinta ilmu adalah sebagai tugas guru, guru harus menanamkan kepada murid untuk cinta pada pelajaran. Guru sebagai motivator perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan demikian siswa dapat mencintai ilmu yang diperolehnya. Karena sesungguhnya apabila seseorang sudah sangat cinta ilmu apapun rintangan dan syarat yang harus ditempuh akan ia lakukan dengan senang hati tanpa mengeluh, karena sesungguhnya syarat yang harus ditempuh oleh anak didik sangatlah sulit. 3. Guru harus menguasai dan kedalaman pemahaman atas ilmu yang diajarkan. Mendidik anak didik membutuhkan ilmu, melebihi kebutuhan ilmu dalam bekerja atau yang lainnya, karena hal ini sangatlah tidak mudah, bagaimanapun ilmu itu akan terpahamkan kepada anak didik, jika benar-benar dikuasai oleh seorang pendidik. Seorang guru harus memahami peran dan tugas guru serta karakteristik anak didik, karena seorang guru dituntut harus siap menjadi pemeran dan sebagai sumber utama dalam menguasai ilmu untuk anak didiknya dan seorang guru dituntut bersikap secara prosesional. 4. Guru harus mempunyai „azam (i‟tikad kuat) untuk menciptakan anak didiknya sebagai penguasa dan pemelihara ilmu sehingga menjadi manusia yang berguna. karena guru merupakan orang yang memiliki kemampuan dan keahlian untuk mengantar anak didiknya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari salah menjadi benar dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Guru akan selalu mencari cara-cara strategis dan sistematis dalam proses pembelajaran, berharap apa yang dii‟tikadkan dapat tercapai. Guru harus sabar, ulet, dan telaten serta tanggap terhadap situasi dan kondisi.
DAFTAR PUSTAKA Al Qarashi, Baqir Syarif, (2003), Seni Mendidik Islami, Cet 1, Jakarta, Pustaka Zahra Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)
Tanggung Jawab Pendidik dalam Upaya Mencegah Anak Didik dari An Yaqilla Al-Ilmu Wa Yadzhara Al-Jahlu Berdasarkan Hadits Riwayat Bukhari Tentang Tanda-Tanda Akhir Zaman | 137
An Nahlawi, Abdurrahman, (1983), Pendidikan Islam, Di rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Cet 1, Jakarta, Gema Insani Asm, H.U Saifudin, (2013), Permata Hadits, Bandung, MUNKAHA Asyirint, Gustaf, (2010), Langkah Cerdas Menjadi Guru Sejati Berprestasi, Cet 1, Yogyakarta, MataPadi Presindo Az Zarnuji, Asy Syaikh, ( 2009), Terjemah Ta‟lim Muta‟alim, Surabaya, mutiara Ilmu Nashif, Mansur Ali, (1975), Al-Taj al-Jami Li al-ushul Fi al-Hadits al Rasul, Juz III, Bayrut, Dar al-Fikr Shihab, Quraish, (2000), Tafsir Al misbah,Jilid 2, Cet 1, Jakarta, Lentera Hati
Pendidikan Agama Islam, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015