Program Lanjut Jenjang PJJ Akatel - PENS
PE
l e t a k A S N
Modul 2-2 Jaringan Teleponi Prima Kristalina – PENS (November 2014)
1. Teknik Switching
a. Circuit-Switching dan Packet-Switching b. Jenis sambungan pada Circuit-Switching c. Time Division, Space Division, TST Switching
l e t a k A S N
2. Teknik Multiplexing a. b. c. d.
TDM, FDM Teknik Multiplexing pada Teleponi Struktur E-1 dan T-1 Hirarki Multiplexing Digital
a. b. c. d. e.
Pensinyalan Pensinyalan Pensinyalan Pensinyalan Pensinyalan
a. b. c. d.
Hirarki Jaringan Sentral PSTN Sistim Penomoran Berdasarkan rekomendasi ITU E.164 Sistim Penomoran Darurat Sistim Penomoran Sentral Telepon Bergerak
PE
3. Teknik Pensinyalan
Supervisory, Address, Progress in-band & out-band Loop-start & Ground-start E&M CAS & CCS
4. Sistim Penomoran
Dasar Jaringan Telepon - 2
2
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
3
Switching
Teknik switching didefinisikan oleh ITU-T sebagai: “penyiapan-berdasarkan permintaan- dari sebuah
l e t a k A S N
koneksi individual sepasang inlet tertentu menuju outlet tertentu dalam sekumpulan inlet dan outlet ketika akan diperlukan transfer informasi”
PE
Ada dua jenis switching untuk pentransferan data / informasi, berdasarkan penyiapan jalur: 1. Circuit Switching 2. Packet Switching
Dasar Jaringan Telepon - 2
4
Circuit Switching:
• Metode penyambungan dimana dua node (inlet dan outlet) yang akan berkomunikasi, menyiapkan sebuah jalur dedicated (sirkit) terlebih dulu sebelum dilakukan pentransmisian informasi. • Biasanya diimplementasikan di jalur telepon analog (PSTN)
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
5
Packet Switching:
◦ Data-data informasi dijadikan dalam bentuk paket-paket terlebih dahulu sebelum ditransmisikan. Masing-masing paket hanya dilengkapi dengan alamat asal dan tujuan, sementara rute masing-masing paket tergantung pada jalur mana yang kosong, bukan jalur dedicated. QoS dari informasi yang menggunakan metode ini lebih buruk dibandingkan menggunakan circuitswitched. ◦ Diimplementasikan di jalur data (internet)
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
6
Tiga tahapan circuit switching:
1. Pembentukan sirkit (link fisik) yang dedicated 2. Transfer sinyal 3. Pemutusan sirkit
l e t a k A S N
PE
Tiga jenis circuit switching:
1. Sambungan lokal 2. Sambungan Outgoing 3. Sambungan Incoming
Dasar Jaringan Telepon - 2
7
Jenis Circuit-Switching
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
8
Ada 3 jenis teknik switching berdasarkan perlakuan terhadap sampel data / informasinya:
l e t a k A S N
1. Time Division Switching 2. Space Division Switching 3. Time-Space-Time Switching
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
9
Time Division Switching (TDS)
◦ Teknik ini mengadopsi model Time Division Multiplexing ◦ Ada proses menukar posisi sampel informasi dalam frame, dilakukan oleh Time Slot Interchange (TSI)
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
10
Space Division Switching (SDS)
◦ Pada teknik ini masing-masing sampel informasi menggunakan jalur yang berbeda untuk penyambungan tergantung tujuannya
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
11
Time-Space-Time Switching (TST)
◦ Menggunakan kombinasi time switch dan space switch ◦ Beberapa tipe switching dengan teknik ini: Time-SpaceTime (TST), Time-Space-Space-Time (TSST), Space-TimeTime-Space (STTS), dll
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
12
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
13
Teknik Multiplexing : Penentuan / pembagian jalur yang akan dilewati oleh sampel-sampel informasi Proses switching dan multiplexing dilakukan secara simultan pada sebuah sentral telepon Teknik Multiplexing secara umum terdiri dari:
l e t a k A S N
PE
◦ Frequency Division Multiplexing (FDM)
Proses Multiplexing jalur informasi berdasarkan pembagian frekuensi
◦ Time Division Multiplexing (TDM)
Proses multiplexing jalur informasi berdasarkan pembagian waktu
Perangkatnya disebut: Multiplexer dan Demultiplexer Dasar Jaringan Telepon - 2
14
Frequency Division Multiplexing (FDM)
l e t a k A S N
Frequency
PE
Kanal frekuensi
Pita frekuensi
Time
Dasar Jaringan Telepon - 2
15
Frequency Division Multiplexing (FDM)
l e t a k A S N
PE
a) Frekuensi masing-masing channel b) Kedudukan frekuensi pada pita frekuensi c) frekuensi yang di-multiplex Dasar Jaringan Telepon - 2
16
Time Division Multiplexing (TDM) Time frame
l e t a k A S N
Frequency
PE
Time Slot
Time
Dasar Jaringan Telepon - 2
17
Time Division Multiplexing (TDM)
l e t a k A S N
PE
Ilustrasi pembagian jalur menggunakan frame dan time slot pada TDM
Dasar Jaringan Telepon - 2
18
TDM pada sistim teleponi
l e t a k A S N T
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
19
l e t a k A S N
PE
20
PE
l e t a k A S N Channel 31 8 bit
...
Channel 1
Channel 0
8 bit
8 bit
1 frame = 256 bit (ch 0 &c h 16 utk signaling)
E-1: 8000 frames/s=8000x256 bps=2.048 Mbps 21
Hirarki Multiplexing Digital
l e t a k A S N
PE
Sumber: Mike Yuliana, PENS- Modul Dasar Jaringan Telepon, 2011
22
1.
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah sistim TDM. Ada 4 kanal input dan 1 kanal output. Jika dalam 1 time slot ada 1 bit sampel data, carilah: 1. 2. 3. 4.
l e t a k A S N
Bit rate Frame rate Durasi time slot Durasi frame
PE
(1/5x106x4x5=4 Mbps) (106 frame/detik) (1/4 microdetik) (1 microdetik)
Dasar Jaringan Telepon - 2
23
2.
Empat channel masing-masing 1 kbps dimultiplex dalam 1 jalur. Tiap 1 time slot berisi 1 bit data. Carilah: 1. 2. 3. 4.
3.
l e t a k A S N
Frame rate Bit rate Durasi frame Durasi time slot
PE
Jika ada 4 channel masing-masing mengirim 100 bytes data/detik di-multipleks dalam 1 jalur, dimana 1 time slot berisi 1 byte data. Dapatkan: 1. 2. 3. 4.
Frame rate Bit rate Durasi frame Durasi time slot
Dasar Jaringan Telepon - 2
24
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
25
Pensinyalan
Pemberian tanda (sign), baik kepada perangkat pengguna (pemanggil dan yang dipanggil) maupun perangkat sentral untuk menginformasikan kepada perangkat tersebut perihal adanya aktifitas (komunikasi) yang akan dikenakan kepada perangkat tersebut.
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
26
Klasifikasi Pensinyalan
l e t a k A S N Pensinyalan
PE
Pelanggan - Sentral
Sentral - Sentral
Channel associated
Dasar Jaringan Telepon - 2
Common channel
27
1.
2.
3.
Pelanggan – Sentral Pelanggan Sentral
l e t a k A S N
– – – –
Informasi Informasi Informasi Informasi
kondisi off-hook nomor tujuan jumlah uang yang dimasukkan (khusus untuk payphone) kondisi on-hook ketika panggilan usai
– – – –
Informasi bahwa sentral siap menerima nomor tujuan Informasi mengenai status tujuan (busy atau tidak) Informasi kongesti atau interception Sinyal charging (khusus untuk payphone)
PE
Sentral Pelanggan Pemanggil
Sentral Pelanggan dipanggil
– Sinyal ringing untuk menarik perhatian pelanggan tujuan
Dasar Jaringan Telepon - 2
28
Sentral – Sentral
Disebut juga pensinyalan trunk, terdiri dari 2 jenis:
l e t a k A S N
• Channel Associated Signalling • Common Channel Signalling
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
29
Beberapa jenis pensinyalan berdasarkan kegiatannya:
l e t a k A S N
◦ Pensinyalan Supervisory ◦ Pensinyalan Address ◦ Pensinyalan Progress
PE
Beberapa jenis pensinyalan berdasarkan bandwidth-nya: ◦ Pensinyalan in-band ◦ Pensinyalan out-band
Dasar Jaringan Telepon - 2
30
Pensinyalan Supervisory
Bertujuan untuk pengawasan perangkat (baik pengirim maupun tujuan) Beberapa jenis pensinyalan supervisory: 1. 2. 3. 4.
l e t a k A S N
On-Hook (mendeteksi kondisi memutus sentral) Off-Hook (mendeteksi kondisi menyambung sentral) Ringing (alert) Recall
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
31
Pensinyalan Supervisory
◦ Pensinyalan supervisory dapat diaplikasikan pada beberapa perangkat berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
l e t a k A S N
Telephone set - CO switch Telephone set - PBX Telephone set - Foreign exchange station (FXS) module PBX switch - CO switch PBX switch - FXS module PBX switch - foreign exchange office (FXO) module FXS - FXO module
PE
Sumber: www.certificationkits.com
Dasar Jaringan Telepon - 2
32
Loop Start & Ground Start
Loop start •
•
Ground Start
l e t a k A S N
Pada Sentral yang menggunakan model Loop start, ketika telephone set off hook maka terjadi pembentukan jalur secara local loop dengan sentral. Sentral mengirim arus dan tegangan DC sebesar 48V. Loop start ini rentan terhadap kondisi di mana permintaan call sangat tinggi (di perkantoran yang sibuk. Karena jalur yang tersedia hanya sepasang, sehingga pada saat itu jalurnya tidak bisa digunakan sebagai incoming dan outgoing call secara bersamaan. Kondisi ini disebut “Glare”.
PE
•
•
•
•
Pada Sentral yang menggunakan model Ground Start, pembentukan jalur dideteksi jika salah satu jalur (Tip atau Ring) dari sentral terhubung ke Ground. Pembentukan jalur incoming dan outgoing call dengan model Ground start bisa dilakukan secara terpisah, sehingga bisa menerima incoming dan outgoing call secara bersama-sama. Keuntungan: meminimisasi kondisi “Glare” Kerugian: sebuah jalur sudah didedikasikan sebagai Incoming saja atau outgoing saja.
Dasar Jaringan Telepon - 2
33
Loop - Start
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
34
Ground - Start PBX/Telephone sedang on hook. PBX/ telephone memonitor ground pada jalur Tip. BAT di CO/FXS diberikan pada jalur Ring
l e t a k A S N
PBX/Telephone menyambungkan jalur Ringnya ke Ground
PE
CO/FXS men-sense adanya Ground jalurTip yang berasal dari PBX/ Telephone. CO/FXS meng-Ground jalur Tip.
PBX/ Telephone men-sense Ground jalur Tip yang berasal dari CO/FXS, kemudian membuat loop 2-wire nya, dan menghapus Gound Ring. Rangkaian berlaku seperti Loop-Start
Sumber: ccievoicewithin5month.blogspot.com Dasar Jaringan Telepon - 2
35
Pensinyalan Address
◦ Digunakan untuk membawa informasi addressdalam hal ini nomor telepon- tujuan ◦ Yang termasuk Pensinyalan addressing:
l e t a k A S N
1. Dual Tone Multi Frequency (DTMF) 2. Pulse Dial
PE
DTMF
1209
1336
1477
697
1
2
3
770
4
5
6
852
7
8
9
941
*
0
# 36
Pensinyalan Progress
◦ Digunakan untuk mendeteksi sampai sejauh mana proses inisiasi panggilan sedang berlangsung ◦ Beberapa jenis pensinyalan progress: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
l e t a k A S N
Dial tone (sentral – subscriber A) Busy tone (sentral – subscriber A) Ring back tone (sentral – subscriber A) Congestion tone (sentral – sentral) Reorder tone (sentral – subscriber A) Receiver off hook tone (sentral – subscriber B) No such number tone (sentral – subscriber A)
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
37
Beberapa pensinyalan call-progress di Indonesia
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
38
Pensinyalan inband Informasi call control berada pada kanal yang sama dengan kanal suara (300 – 3400 Hz) Pensinyalan outband Informasi call control berada pada kanal yang berbeda dengan kanal suara( < 300 Hz atau > 3400 Hz)
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
39
Contoh Pensinyalan inband: ◦ Nada DTMF
l e t a k A S N
Contoh Pensinyalan outband
◦ SS6 (Signaling System #6) ◦ SS7 (Signaling System #7) digunakan untuk pensinyalan sentral – sentral Voice Channel ◦ Pensinyalan E&M
PE
Voice Signal
Teg.output
Pensinyalan Inband .2
1
2
3
4
Tone Dialing Systems Control Signals Signals
Frequency (K-Hertz) 40
Pensinyalan E & M
◦ Pensinyalan E & M (Earth & Magneto, Ear & Mouth) merupakan pensinyalan supervisory yang menggunakan arus dan tegangan DC pada jalur yang berbeda ◦ 8 kabel E&M pada sebuah sentral: 1. 2. 3. 4. 5.
l e t a k A S N
PE
E (arah inbound) M (arah outbound) SG dan SB (Signal Ground & Signal Batery) T & R (Tip & Ring) ke pasangan jalur penerima T1 & R1 (Tip & Ring) ke pasangan jalur pengirim
Dasar Jaringan Telepon - 2
41
Pensinyalan E & M
l e t a k A S N
State On-Hook Off-Hook
E-Lead
M-Lead
Open
Ground
Ground
Battery Voltage
PE
Hubungan 8 kabel E&M lead pada sentral
Sumber: wikipedia 42
Channel Associated Signaling (CAS) o
o
o
Informasi suara (speech ) dan informasi pensinyalan dikirim melalui kanal yang sama, yaitu kanal suara. Pensinyalan PCM - menggunakan timeslot 16 – merupakan salah satu contoh pensinyalan dengan teknik CAS.
l e t a k A S N
PE
Beberapa macam CAS :
Pensinyalan dilakukan secara bersama dengan suara pada kanal yang sama menggunakan DC signaling (inband) 2. Pensinyalan dilakukan secara bersama dengan suara pada kanal yang sama, tetapi menggunakan frekuensi yang berbeda (outband) 1.
o
Contoh pemakaian CAS: o
DTMF
Dasar Jaringan Telepon - 2
43
Common Channel Signalling (CCS) - Signaling System Number 7 (SS7) o
o o
l e t a k A S N
Informasi pensinyalan menggunakan jalur yang terpisah dengan informasi suara (out-of-band)
Diaplikasikan pada kanal digital 64 kbps bidirectional mendukung call-establishment, billing, routing, dan fungsi pertukaran informasi pada PSTN
PE
o Contoh pemakaian CCS:
1. Incoming Caller Identification (Caller ID), 2. Informasi roaming, 3. Layanan WINS (Wireless Intelligent Network), seperti layanan prabayar dan pasca bayar
Dasar Jaringan Telepon - 2
44
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
45
Teknik Penomoran adalah pemberian nomor dengan metode tertentu kepada jalur pengguna yang terhubung dengan sentral telepon.
l e t a k A S N
◦ Penomoran (Numbering Plan) digunakan untuk:
PE
- Membedakan setiap pelanggan dengan nomor yang unik - Merutekan setiap panggilan ke tujuannya - Mengaktifkan perangkat pembebanan (charging)
◦ Penomoran telepon didefinisikan oleh daerah administratif PSTN setempat Dasar Jaringan Telepon - 2
46
Hirarki Jaringan PSTN secara umum Gate way
Gate way
l e t a k A S N
Setra
Transmisi
Tertier Sekunder Primer
Setra
PE
[ Fiber Optik, Satelit, Mikrowave ]
Tertier Sekunder Primer
Lokal
Local
Subcriber s Sumber: STMB Telkom, SM241013 - Pengantar Sistem Telekomunikasi Sem genap 2006-2007
47
Hirarki Jaringan PSTN di Indonesia Konfigurasi Jaringan
Versi FTP Telkom
PE
l e t a k A S N
Versi Amerika
Gate way : Sentral Gerbang Internasional
Class 1
Tertiary Center : Sentral Trunk / Transit Nasional
Class 2
Secondary Center : Sentral trunk / Transit Regional
Class 3
Primary Center : Sentral Trunk/Tandem
Class 4
STO : Sentral Lokal / End office
Class 5
Pelanggan / subscriber Dasar Jaringan Telepon - 2
48
Klasifikasi Penomoran di Indonesia berdasarkan hirarki Sentral
l e t a k A S N
Gate way
Jaringan Internasional
PE
Tertier
Sekunder
Jaringan Nasional
Jaringan Regional
Primer Lokal
Dasar Jaringan Telepon - 2
49
Standarisasi Penomoran Telepon PSTN
◦ ITU memberikan standarisasi penomoran telepon berdasarkan rekomendasi E.164 untuk interoperabilitas seluruh anggotanya ◦ Struktur penomoran berdasarkan rekomendasi E .164 : 1. 2. 3.
l e t a k A S N
Country Code (CC) National Destination Code (NDC) Station /Subscriber Number (SN)
PE
◦ Jumlah digit maksimal penomoran adalah 15 digit. Nomor Internasional:
Kode negara (1-3 digit) + Nomor Nasional
Nomor Nasional:
Kode Tujuan Nasional (3-4 digit) + Nomor Pelanggan
Nomor Pelanggan:
Kode Sentral (3 digit) + Nomor unik pelanggan
Dasar Jaringan Telepon - 2
50
Alokasi Penomoran Internasional di Indonesia Kode Negara Country Code (CC)
+
PE
1-3 digit
Prefix, menunjukkan awal penomoran internasional
l e t a k A S N
Kode Tujuan Nasional National Destination Code (NDC)
Nomor Pelanggan Subscriber Number (SN)
Nomor (Signifikan) Nasional
Nomor Internasional ( max 15 digit)
Contoh:
+62 – 31 – 5947280 Indonesia - Surabaya – (CC) (NDC)
Dasar Jaringan Telepon - 2
PENS (SN)
51
Alokasi Penomoran Nasional di Indonesia Kode Tujuan Nasional National Destination Code (NDC)
l e t a k A S N
3 – 4 digit
Kode Tujuan Nasional (NDC)
Nomor Pelanggan Subscriber Number (SN)
PE
No. subscriber
Mengandung informasi geografis
Kode Wilayah
Tidak Mengandung informasi geografis
Kode Akses Jaringan/ Kode Akses Pelayanan
Contoh:
Kode Akses Jaringan: Kode Wilayah: Surabaya 031 Telkomsel 0812 Padang 0751
52
Alokasi Penomoran Lokal di Indonesia
l e t a k A S N
Nomor Sentral 3 – 4 digit
Nomor pelanggan
No. subscriber
Biasanya terdiri dari maximum 8 digit dan minimum 6 digit, dengan 3-4 digit nomor sentral
PE
Contoh: 594 - 7280 STO Manyar - PENS
53 - 679106 STO Palmerah - Binus Square Dasar Jaringan Telepon - 2
53
Pembagian wilayah pengkodean penomoran Nasional di Indonesia
l e t a k A S N
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
54
Penomoran Darurat
◦ Pemberian nomor darurat memiliki aturan sebagai berikut :
l e t a k A S N
a) Maksimum 3 digit b) Dimulai dengan digit “1” c) Pelayanan khusus local (11x) Contoh : 113 Pemadam Kebakaran 117 Pengaduan gangguan 110 Polisi d) Pelayanan khusus terpusat (10x) Contoh : 108 Informasi 103 Waktu e) Pelayanan bagi operator (19x)
PE
Dasar Jaringan Telepon - 2
55
Penomoran Sistem Telepon Bergerak STB Analog
Dimana : M1 M2 M1M2 M3 – M7 M1 = M1 = M1 = M1 = M1 = M1 = M1 = M1 =
l e t a k A S N
: Wilayah pesawat yang bersangkutan : Home MSC dalam area M1 : Area dimana pesawat STB berada : Pesawat pelanggan STB yang berinduk pada MSC M1M2(M3)
PE
1 2 3 4 5 6 7 9
: : : : : : : :
Jakarta ; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Timor Timur ; Sulawesi Kalimantan ; Sumatra Utara, Aceh Sumatra Barat, Riau, Lampung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu Ambon, Jayapura Dasar Jaringan Telepon - 2
56
Penomoran Sistem Telepon Bergerak STB Digital
l e t a k A S N
PE
Dimana : N adalah Operator STBS digital penyelenggara Contoh :
811 : Telkomsel 816 : Satelindo 818 : Excelcomindo Sumber: Jur.T.Elektro Univ.Widyakarttika – Dasar Teknik Telekomunikasi
Dasar Jaringan Telepon - 2
57