PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
THE INFLUENCE OF MARKET CONCENTRATION RATIO ON PROFITABILITY IN INDONESIAN BANKING INDUSTRY by: Sapto Jumono
[email protected] or
[email protected] Chajar Matari Fath Mala
[email protected]
FEB, EsaUnggul University, Jakarta Abstract. This study aims to find out whether Indonesian banking industry is efficient (in terms of product differentiation) or still in collusive condition. The basic theory of this research is structure conduct performance theory. This research uses financial reports of Indonesian commercial banks and the chosen samples are 97 banks. The research result based on GMM Arellano-Bond method proved that HHI has a significant influence of BEP and ROE, while market share does not have a significant influence on BEP and ROE. This shows that Indonesian banking industry is in the collusive condition. Keywords: market share, HHI, market concentration, profitability, return on equity, basic earning power Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah industri perbankan Indonesia sudah efisien (dalam bidang diferensiasi produk) atau masih kolusif. Teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran adalah teori hipotesis structure conduct performance (SCP). Penelitian menggunakan data perbankan Indonesia dari tahun 2001 hingga 2014. Sampel yang terpilih adalah 97 bank. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis GMM Arelano-Bond membuktikan bahwa HHI berpengaruh positif signifikan terhadap BEP dan ROE, sementara pangsa pasar tidak menunjukkan indikasi pengaruh positif terhadap BEP dan ROE. Hal ini membuktikan bahwa industri perbankan Indonesia masih menunjukkan indikasi kolusif. Kata kunci: pangsa pasar, HHI, konsentrasi pasar, profitabilitas, return on equity, basic earning power
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Pendahuluan Intensitas perkembangan aktivitas perbankan yang terwujud dalam peningkatan penghimpunan dan penyaluran dana dari dan untuk masyarakat oleh manajemen industri perbankan akan berdampak langsung terhadap kondisi makroekonomi dan kondisi internal perbankan itu sendiri. Pembenahan kedalam industri perbankan untuk menyesuaikan dengan perubahan eksternal akan mampu merubah struktur aktiva, struktur finansial dan struktur laba perbankan. Aktivitas penyaluran kredit dan penghimpunan dana masyarakat juga merupakan manifestasi dari pelaksanaan tugas fungsi utama perbankan baik ditinjau secara teoretis maupun praktis. Dalam kondisi industri perbankan yang buruk apalagi dalam kondisi krisis ekonomi, penyaluran kredit perbankan dipastikan akan terhambat dan menurun. Kemudian jika pasar perbankan dinilai telah pulih dari krisis maka pertumbuhan kredit meningkat kembali. Pertumbuhan aktivitas penyaluran kredit perbankan antara lain tercermin dari koefisien LDR (Loan to Deposit Rasio). Dalam hal ini LDR dihitung dari perbandingan antara volume kredit dengan volume DPK yang dinyatakan dalam persentase. Volume kredit adalah nilai total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, sedangkan volume DPK (dana pihak ketiga) mencakup giro, tabungan, dan deposito. Untuk mengetahui perkembangan perilaku pasar perbankan Indonesia dapat ditelusuri melalui data aktivitas perbankan pada pasar kredit dan pasar deposito. Merujuk pada data empirik dari SPI (Statistik Perbankan Indonesia), sejak tahun 2001 volume kredit yang disalurkan sektor perbankan di Indonesia tercatat sebesar 316.059 miliar rupiah, kemudian pada tahun 2005 volume kredit naik 2,2 kali lipat menjadi 695.648 miliar rupiah. Lima tahun kemudian tahun 2010 total kredit perbankan menjadi 1.710.677 miliar rupiah (naik 5,4 kali dari tahun 2001) dan sampai dengan akhir tahun 2014 volume kredit yang berhasil disalurkan mencapai 3,526,364 miliar rupiah (naik 11,16 kali dari tahun 2001). Di lain pihak, perkembangan DPK (dana pihak ketiga) juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2001 tercatat DPK yang dihimpun sektor perbankan mencapai 957.417 miliar rupiah. Tahun 2005 volume DPK menjadi 1.166.065 miliar rupiah (naik 1,218 kali lipat dari tahun 2001), kemudian tahun 2010 menjadi 2.274.489 miliar rupiah (2,376 kali lipat dari tahun 2001). Sampai dengan akhir tahun 2014 volume DPK mencapai 3.943.697 miliar rupiah (4,1 kali lipat dari tahun 2001). Koefisien LDR pada tahun 2001 hanya mencapai 33%, pada tahun 2005 naik menjadi 59,7%, kemudian tahun 2010 naik lagi menjadi 75,2%; dan pada akhir tahun 2014 LDR menjadi 89,4%. Indikator LDR ini menunjukkan bahwa aktivitas pasar perbankan Indonesia semakin meningkat. LDR cukup tinggi tetapi belum pernah mencapai 100 %. Fenomena ini menunjukkan bahwa pihak perbankan masih dalam kondisi over liquidity karena dana masyarakat yang berhasil dihimpun belum mampu terserap sepenuhnya untuk kegiatan ekonomi masyarakat. Ditilik dari indikator harga atau suku bunga perbankan, kondisi pasar perbankan terlihat relatif normal. Kenaikan volume kredit dan DPK diikuti dengan penurunan suku bunga. Suku bunga acuan pasar (SBI-Sertifikat Bank Indonesia) selama periode 2001-2014 mengalami penurunan. Ini dapat dibuktikan dengan
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
besarnya suku bunga SBI yang mencapai 17,620% pada tahun 2001, pada tahun 2005 turun menjadi 12,750%, dan pada tahun 2010 turun lagi menjadi 6,5%, kemudian pada akhir 2014 berada disekitar 7,542%. Bank dunia mencatat pada tahun 2001 deposit rate di Indonesia mencapai 15%, di tahun 2005 turun menjadi 8 %, kemudian di tahun 2010 deposit rate kembali turun menjadi 7%, lalu pada akhir 2014 berada di sekitar 8%. Sementara di pasar kredit di tahun 2001 lending rate mencapai 19%, tahun 2005 turun menjadi sebesar 14 %, tahun 2010 turun lagi menjadi 13%, dan pada akhir tahun 2014 menjadi 12%. Sementara IRS (interest rate spread) di pasar perbankan Indonesia terlihat masih realatif tebal. Ini terbukti dari nilai IRS pada tahun 2001 masih sebesar 3%, tahun 2005 naik menjadi 6%, tahun 2010 IRS berada di kisaran 6% dan tahun 2014 turun lagi sekitar 3,9%. Jika suku bunga dikaitkan dengan inflasi terlihat ada perkembangan yang positif, ini terbukti dari real interest rate yang menunjukkan tren naik. Tahun 2001 real intrest rate hanya 1%. Di tahun 2005 naik menjadi 2%, tahun 2010 naik lagi menjadi 5% dan pada akhir 2014 naik lagi menjadi 6%. Ini pertanda bahwa penurunan inflasi di Indonesia lebih cepat dibandingkan dengan penurunan suku bunga pasar perbankan. Di tengah perkembangan pasar perbankan yang terlihat sedang mengalami kenaikan, ternyata ditinjau dari para pemain (individual bank) terjadi penurunan jumlah bank yang beroperasi. Pada tahun 2001 jumlah bank beroperasi di Indonesia terdapat 145 bank , di tahun 2005 menjadi 131 bank, di tahun 2010 hanya terdapat 122 bank, dan pada akhir 2014 hingga kini hanya ada 119 bank. Di lain pihak, bersamaan dengan penurunan jumlah bank yang beroperasi, jumlah kantor cabang justru mengalami peningkatan pesat. Tahun 2001, jumlah kantor cabang dari bank beroperasi hanya 6.765 unit, di tahun 2005 menjadi 8.236 (naik 1.417 unit), tahun 2010 menjadi 13.837 (naik 5.601 unit), tahun 2010 menjadi 13.837 (naik 6.111 unit) dan pada akhir 2014 mencapai 19.948 unit (naik 6111 unit) kantor cabang. Perkembangan profitabilitas perbankan di Indonesia ditinjau dari BEP (basic earning power) atau RE (rentabilitas ekonomi) menunjukkan kenaikan signifikan. Tahun 2001 BEP hanya mencapai 0,207% kemudian di tahun 2005 menanjak naik menjadi 1,410%. BEP pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 1,606%, dan pada akhir tahun 2014 BEP mencapai 2,56%. Kenaikan BEP selama empat belas tahun terakhir ini dikarenakan adanya peningkatan laba operasi (net operating income) yang meningkat jauh lebih besar daripada kenaikan TA (total asset) perbankan. TA perbankan selama periode tersebut rata-rata naik 14% sementara laba operasi ratarata naik 54%. Fenomena umum seperti tersebut di atas mendeskripsikan kondisi pasar perbankan Indonesia yang semakin baik. Jika diperhatikan secara seksama terlihat ada hal-hal yang sifatnya tidak normal. Perkembangan asset, loan, dan deposit yang signifikan diikuti penurunan suku bunga adalah normal. Tetapi penurunan jumlah bank adalah indikator yang menunjukkan bahwa selama periode 2001-2014 sebanyak 26 bank kalah bersaing di pasar. Mereka yang kalah akan keluar atau gabung (merger) untuk mempertahakan eksistensinya. Pengembangan jumlah kantor dan kantor cabang adalah indikator perilaku individual bank yang masih tetap eksis di
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
pasar. Mereka melebarkan jaringan distribusi untuk mempertahankan dan meningkatkan market share. Bank-bank besar dengan jaringan yang luas akan memperoleh market share yang besar akhirnya akan memunculkan konsentrasi pasar (market concentration). Semakin pasar terkonsentrasi, maka pasar semakin mengarah pada monopoli. Harga pasar uang (suku bunga) menjadi semakin bertahan yang ditunjukan dengan interest rate spread yang relatif tinggi. Kondisi pasar seperti ini akan berpotensi memunculkan kolusi dan terhambatnya efisiensi operasional perbankan. Penelitian Belangkaehe et al., (2014) dengan data panel menggunakan sampel 28 bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2012, menyimpulkan bahwa perilaku industri perbankan Indonesia mendukung teori hipotesis diferensiasi dan hipotesis efisiensi. Artinya peningkatan pangsa pasar merupakan hasil diferensiasi produk (sebagai wujud efisiensi) mampu berperan dalam meningkatkan profitabilitas perbankan. Profit yang dihasilkan adalah hasil dari efisiensi perbankan. Yudaruddin dan Hilmawan (2013) dalam penelitian menggunakan analisis pendekatan struktural dan non struktural serta hipotesis “concentration-stability” dan hipotesis “concentration-fragility”, pada bank umum konvensional dan syariah di Indonesia periode bulan Januari 2002 sampai Desember 2012, menyimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi bank menyebabkan menurunnya persaingan bank dan meningkatnya perilaku kolusi pada bank konvensional dan syariah. Namun kolusi justru menciptakan stabilitas bagi bank. Sutardjo (2011) menyatakan berdasarkan perhitungan indeks HHI dan CR4 terdapat indikasi penurunan konsentrasi pasar perbankan di Indonesia. Pengujian pasar persaingan perbankan dengan menggunakan metode Panzar dan Rosse menyimpulkan bahwa struktur pasar perbankan Indonesia memiliki ciri-ciri pasar persaingan monopolistik dan masih mengandalkan persaingan berbasis suku bunga. Lebih lanjut disimpulkan bahwa struktur pasar perbankan Indonesia tidak mengalami perubahan struktur dalam periode 1999-2009. Hasil analisis secara parsial untuk kelompok bank berdasarkan status kepemilikannya menunjukkan bahwa masingmasing kelompok bank juga memiliki ciri-ciri struktur pasar persaingan monopolistik. Namun kelompok bank campuran dan kelompok bank asing terlihat mengandalkan basis pendapatan non-bunga (fee based income). Sastrosuwito (2012) menganalisis faktor-faktor penentu profitabilitas perbankan Indonesia paska krisis selama periode 2001-2008. Berdasarkan analisis data panel menyimpulkan bahwa intensitas manajemen biaya, kapitalisasi, dan pinjaman secara signifikan mempengaruhi profitabilitas bank. Lebih jauh penelitian menemukan bukti kebenaran teori hipotesis struktur-perilaku-kinerja (SCP) yang ditunjukkan oleh efek positif dan signifikan dari konsentrasi industri terhadap profitabilitas. Selain itu, bukti dampak lingkungan makroekonomi tidak dapat dikonfirmasi karena hasil yang tidak signifikan. Lubis (2012) memperkirakan tingkat kekuatan pasar pada bank-bank komersial di pasar kredit Indonesia dengan menggunakan model oligopoli Bresnahan-Lau, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tingkat kekuatan pasar yang dilakukan
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
oleh bank-bank komersial di pasar kredit relatif rendah; atau tingkat persaingan di pasar kredit di Indonesia cukup tinggi. Dari data empirik dan penelitian sebelumnya atas kondisi perbankan Indonesia menghasilkan temuan yang pro (mendukung) tetapi ada yang bersifat kontradiktif antar temuan. Untuk lebih mendalami kondisi perbankan Indonesia, maka dalam riset ini akan mengangkat tiga pertanyaan besar penelitian yaitu (1) bagaimanakah perkembngan kondisi struktur pasar perbankan di Indonesia ditinjau dari konsentrasi pasar kredit dan pasar deposito selama periode 2001-2014, (2) dalam setiap kondisi pasar (pada tingkat konsentrasi tertentu dan tahun tertentu bagaimanakah pencapaian profitabilitas individual bank sebagai pemain pasar yang berada didalamnya, (3) apakah konsentrasi pasar mempengaruhi profitabilitas individual bank atau market share individual bank yang mempengaruhi profitabilitas bank? Teori Struktur Pasar dan Profitabilitas Pengukuran Struktur Pasar Untuk mengetahui tentang bagaimana perkembangan struktur pasar deposito dan pasar kredit perbankan Indonesia. Pertama, perlu diketahui pangsa pasar yang menunjukkan porsi penguasaan deposito/kredit individual bank di pasar dari total volume deposito/kredit pasar. Masing-masing bank mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda yaitu antara 0 hingga 100% dari total volume industri/pasar. Pangsa pasar sebuah perusahaan dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: MSi = ( Si / St ) x100 ………………………………….(1) dimana, MSi adalah pangsa pasar bank i (%); Si = volume deposito/kredit bank i (rupiah) dan Stot = volume total deposito/kredit bank dalam satuan rupiah. Kedua, menghitung tingkat konsentrasi industri perbankan dengan menggunakan Concentration Ratio (CR). CR adalah persentase dari total keluaran industri perbankan (kredit dan deposit). Formula Concentration Ratio (CR) adalah sebagai berikut: n CRt MSit ……………………………………………….(2) j 1
dimana, MSit merupakan pangsa pasar perusahaan ke i pada tahun t dan CRt = nilai rasio konsentrasi pasar. Salah satu acuan yang dapat dipergunakan untuk membuat kriteria atau mengklasifikasi industri dengan CR4 adalah sebagai berikut:
CR4 = 0 0 < CR4 < 40 40<=CR4 < 60 60 <= CR4
: perfect competition : effective competition atau monopolistic competition : loose oligopoly atau mono[polistic competition tight oligopoly atau dominant firm with a competitive fringe
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
90 <= CR4
: effective monopoly atau dominant firm with a competitive fringe
Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi persaingan pasar perbankan selain menggunakan analisis CR4, dalam penelitian ini juga dilengkapi dengan HHI (Herfindahl and Hirschman Index). Ukuran ini dikembangkan atas rujukan bahwa persaingan pasar akan didominasi oleh beberapa perusahaan jika terjadi konsentrasi pada beberapa perusahaan yang memiliki kekuatan menguasai pasar. Perhitungan HHI menggunakan rumus: n ……………(3) HHI ( MS i2 ).100 i 1
dimana, MSi adalah pangsa pasar setiap perusahaan. Angka HHI maksimum adalah 10.000 (kuadrat dari 100). Angka HHI mendekati 10.000 mengindikasikan ada konsentrasi kekuatan pasar pada beberapa perusahaan, dan sebaliknya jika mendekati 1 mengindikasikan praktek persaingan yang ketat. Interpretasi dari acuan ini adalah sebagai berikut: HHI < 1000 1000
: effective competition atau monopolistic competition : monopolistic competition atau oligopoly
1800 < HHI
: oligopoly, dominant firm with a competitive fringe atau monopoly
Struktur pasar dalam arti tingkat konsentrasi tersebut akan berimbas pada tingkat persaingan, perilaku, dan kinerja individual sebagai reaksi atas perubahan kondisi pasar tersebut. Intinya pemain pasar akan bertindak untuk tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya karena mendapat dua kesempatan, yaitu akan saling bersaing dengan perilaku efisien atau justru malah berkolusi. Pengukuran Profitabilitas Secara umum profitabilitas dipandang sebagai efisiensi sering diukur dengan rasio. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen di sini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.Syafri(2008) rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain meliputi Gross Profit Margin ; Net Profit Margin , Return on Investment. Return on Equity, EPS dan BEP (Basic Earning Power) Diantara rasio profitabilitas, yang merupakan pure profitability adalah RE (rentabilitas ekonomi) atau BEP (basic earning power). Rasio ini menunjukkan kemampuan profitabilitas perusahaan diukur dari jumlah laba operasi sebelum
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio menunjukkan semakin baik efisiensi. Brigham dan Houston (2010) menyatakan bahwa RE menunjukkan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba operasional dari total aktiva perusahaan, angka ini bermanfaat dalam membandingkan perusahaanperusahaan dengan berbagai situasi pajak. RE mengukur efektifitas manajemen perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dimiliki perusahaan. RE dapat dihitung dengan mengalikan OPM (operating profit margin) dengan TATO (total asset turnover). Tinggi rendahnya RE tergantung dari TATO dan OPM. OPM adalah rasio/perbandingan antara laba operasional dengan pendapatan/penjualan. OPM merupakan angka rasio yang menggambarkan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan (Syamsuddin, 2009:61). Operating profit disebut murni dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari imbal hasil operasi perusahaan (dengan mengabaikan kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan RE sebagai proksi kinerja profitabilitas perbankan. RE dihitung sebagai produktivitas asset perusahaan. RE merupakan persentase dari laba operasi perusahaan sebelum dikenakan bunga dan pajak yang diperoleh dari penggunaan keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan. Modigliani dan Miller (1961) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Hasil positif earning power yang semakin tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien perputaran aset dan/atau semakin tinggi profit margin perusahaan. Para investor mempertimbangkan RE atau BEP ini dalam melihat situasi kondusif bagi penanaman modalnya, karena pada umumnya, para investor tersebut cenderung lebih mempertimbangkan besaran laba operasi karena lebih mencerminkan keberhasilan manajemen suatu perusahaan dalam mendayagunakan aktiva yang dimiliki. Sehingga apabila nilai rentabilitas tersebut tinggi, maka investor memandang manajemen telah menciptakan profitabilitas yang tinggi dengan memanfaatkan seluruh aktiva perusahaan. Dalam analisis CAMEL untuk menilai industri perbankan pengukuran profitabilitas dalam arti luas dapat menggunakan formula ROTA versi Du Pont System yang telah diadopsi oleh BIS (bank for intenational settlement) dan Bank Indonesia (BI) dengan formula Earning Asset = ROTA = Laba Sebelum Pajak Disetahunkan / Rata-rata total Aset (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). Semakin besar koefisien ROTA berarti semakin efektif bank dalam mengelola asset yang dimilikinya. Profitabilitas dalam kaitannya dengan kodisi pasar disamping dapat dijelaskan dengan SCP teori dan efisiensi, dapat juga diperjelas dari ilmu manajemen strategik seperti ditulis Roathermal (2012) yang mendeskripsikan hubungan antara profitabilitas dengan konsentrasi pasar berbanding lurus (berkorelasi positif). Artinya, semakin tinggi konsentrasi pasar (semakin menurun kompetisi) maka pretasi profitabilitas perusahaan semakin tinggi, dan sebaliknya jika konsentrasi pasar menurun (kompetisi naik), maka profitabilitas perusahaan juga menurun.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Structure, Conduct, Perfomance (SCP- theory) Secara teoretis struktur pasar, perilaku, dan kinerja merupakan tiga elemen yang menggambarkan kondisi sebuah industri yang sering disebut dengan StructureConduct-Perfomance (SCP). Teori ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara struktur pasar, perilaku, dan kinerja. Untuk menentukan hubungan diantara ketiganya para pengamat industri biasanya menggunakan tiga pemikiran yaitu (1) teori hipotesis SCP tradisional yang menggambarkan adanya perilaku kolusi, (2) teori hipotesis diferensiasi yang menujukan adanya difensiasi produk, (3) hipotesis efisiensi yang didasarkan pada perilaku efisiensi. Dalam kajian literaturnya, Yudarudin (2011) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas industri perbankan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan kinerja bank. Hal ini didasarkan pada hipotesis SCP yang menyatakan bahwa struktur industri akan menentukan bagaimana industri berperilaku sehingga dari struktur dan perilaku tersebut akan menentukan kinerja industri. Tingkat konsentrasi pasar akan menjadi ukuran dari struktur dan tingkat persaingan atau kolusi antar industri yang dapat menggambarkan perilaku industri. Meningkatnya konsentrasi pasar berimpak pada meningkatnya perilaku kolusi dari pada berkompetisi. Hal ini menyebabkan industri menentapkan harga yang lebih tinggi untuk meningkatkan profitnya. Penelitian Sebelumnya Uji pembuktian kebenaran teori SCP dalam penelitian Bhatti dan Hussain (2010), dan Gajurel dan Pradhan (2011) terbukti. Temuan mereka menyatakan bahwa peningkatan konsenterasi pasar perbankan cenderung menurunkan tingkat kompetisi dan meningkatkan profitabilitas. Meskipun market share (pangsa pasar) dan profitabilitas berkolerasi tetapi market share tidak menunjukkan adanya hubungan antara tingkat konsenterasi dan profitabilitas. Di pihak lain, uji kontra SCP (pro efisiensi teori) dibuktikan dalam penelitian Al-Obaidan (2008) yang menyatakan bahwa tingkat konsenterasi tidak dinilai sebagai tindakan antikompetisi, tetapi harus dianggap sebagai konsekuensi dari efisiensi bank. Hasil penelitian lainnya Samad (2008), Seelanatha (2010), Mensi dan Zouari (2010), Rettab, Kashani, Obay, dan Rao (2010), Sanuri (2011), dan Tajgardoon, Behname, dan Noormohamadi (2012) menemukan bahwa peningkatan profitabilitas bank terjadi karena adanya peningkatan efisiensi yang dimiliki bank. Smirlock (1985) mengemukakan hasil temuan penelitian mendukung efisiensi hipotesis dan menolak hipotesis tradisional, dengan hasil pangsa pasar berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas,dan konsentrasi tidak mempengaruhi profitabilitas. Efisiensi yang diperoleh sebuah bank merupakan refleksi dari penghematan biaya yang dilakukan sehingga kegiatan operasional sebuah bank dapat berbiaya rendah dan akhirnya bisa menguasai pasar, dan ternyata konsentrasi tidak berpengaruh pada profitabilitas dalam industri perbankan. Lubis (2007) melakukan penelitian terhadap tingkat persaingan industri perbankan di Indonesia dengan menguji hipotesis SCP dan hipotesis efisiensi terhadap sampel 30 bank umum periode 2000 hingga 2005. Dengan merujuk pada model Polius (2002), hasil penelitiannya mendukung hipotesis efisiensi dan menolak
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
hipoteisis SCP tradisional. Sementaran penelitian Amalia dan Nasution (2010) memperbandingan profit bank Syariah dan bank konvensional menggunakan metode SCP. Temuan penelitian memberikan hasil bahwa industri perbankan syariah mendukung efficient structure hypothesis yaitu memperoleh pangsa pasar dan konsentrasi berdasarkan efisiensi yang dicapainya, sedangkan industri perbankan konvensional lebih mendukung differentiation hypothesis. Beberapa penelitian lainnya atas industri perbankan Indonesia mengarah pada pembenaran (pro) teori SCP seperti penelitian Santoso. Sebagian yang menunjukkan adanya kontra SCP seperti penelitian Subandi & Gozali, (2013); Raharjo, et al (2013); Ariyanto, (2013); Manurung & Dezmercoledi, (2013); dan Sarita (2012). Penelitian yang menunjukkan adanya mix (SCP dan ESH) adalah penelitian Yudarudin, et al., (2012); Trinugroho et al., (2012); Sastrosuwito, (2012). Hal ini menunjukkan bahwa penelitian SCP pada perbankan di Indonesia masih menunjukkan adanya pro-kontra SCP. Gap research ini menjadi daya tarik peneliti untuk masuk lebih jauh dan melakukan penelitian sendiri guna membuktikan apakah industri perbankan Indonesia sebenarnya sudah efisien atau masih kolusif. Metoda Penelitian Data dan Variabel Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan applied research karena tujuan penelitian ini sematamata untuk mengaplikasikan penelitian yang telah ada sebelumnya dan kemudian dikembangkan secara teoretis. Selain itu juga merupakan explanatory research karena tujuannya adalah untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesis (Cooper dan Schindler, 2003). Objek Penelitian Objek penelitian adalah pasar industri perbankan di Indonesia. Subjek penelitian adalah individual bank dalam kategori bank umum diseluruh Indonesia. Materi yang diteliti adalah informasi pasar dan informasi keuangan yang terdapat pada balance sheet dan income statement perusahaan. Aspek yang diteliti adalah perkembangan pasar kredit dan pasar deposito dan kinerja industri perbankan sebagai fokus penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa informasi laporan keuangan publikasi bank dari BI (Bank Indonesia), Bank Dunia, BPS, dan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada periode 2001 hingga 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi data sekunder berupa informasi pasar dan laporan keuangan industri perbankan dan statistik perbankan Indonesia (SPI). Teknik Sampling Populasi penelitian meliputi seluruh bank yang beroperasi di Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2014. Dari hasil pengamatan awal ditemukan
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
populasi penelitian ini menunjukkan adanya penurunan jumlah bank dari 145 bank pada tahun 2001 hingga 119 bank pada tahun 2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pemilihan non random sampling dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel yang disesuaikan menurut kriteria tertentu (Cooper dan Schindler, 2003). Kriteria yang ditentukan adalah pertama, semua bank yang terdaftar resmi di Bank Indonesia (BI) yang memiliki laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember dari tahun 2001 hingga 2014. Kriteria purposive sampling yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (a) bank tidak di-merger/gabung dengan bank lain (b) bukan bank syariah murni tapi dual banking dapat dimasukkan (c) bank mempunyai data lengkap (d) data bank tidak meragukan, (e) bank harus sudah tercatat ada dari awal sampai akhir periode. Penetapan sampling menyangkut 1) sampling frame/unsur/populasi pemilihan dan 2) sampling prosedur cara pengambilan/penarikan dapat dilihat pada lampiran 1.
Spesifikasi Model Untuk dapat mengetahui bagaimana dinamika struktur pasar perbankan Indonesia ditinjau dari indeks konsentrasi pasar dan pengaruhnya terhadap profitabilitas, digunakan model ekonometrika sebagai berikut: it 0 1 i ,t 1 2 depmsit 3dephhit 4 MS it * dephhit 5 depHHI t * Sizei t 6ldrit 7 nplit 8teta 9 der 10 fbirev 11ocrev eit
(4)
Untuk membuat pola hubungan konsentrasi pasar dengan profitabilitas bank, pada jalur pasar kredit dibangun model ekonometrika sebagai berikut it 0 1 i ,t 1 2loanmsit 3loanhhit 4 MS it * loanhhit 5loanHHI t * Size it 6 LDRit 7 nplit 8teta 9larit 10 fbirevit 11ocrevit eit
…….
(5)
dimana simbol i menunjukkan individual bank sedangkan t adalah tahun; π = BEP (basic earning power) dan roe (return on equity) ; depMS = market share deposit individual bank; loanMS= market share kredit individual bank; LDR=Loan to Deposit Ratio; Kecukupan Modal = TETA ratio; Kualitas Aktiva produktif = NPL; DER= debt to equity ratio; LAR=loan to Assets ratio; FBI/REV = proporsi FBI dalam revenue; dan OC/Rev= proporsi overhead dalam revenue Menurut Smirlock (1985) dan Bhatti (2010), SCP tradisional (paradigma Harvard) akan ditunjukkan dari hubungan signifikan konsentrasi pasar dan pangsa pasar yang tidak signifikan pada kinerja. Jalur pasar kredit: λ 2 = 0, λ 3< 0 λ 4 < 0 Jalur pasar deposit: η2 = 0, η 3 < 0 η4 < 0
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Sementara itu, hipotesis ESH/efisiensi (paradigma Chicago) akan ditunjukkan dari hubungan signifikan pada konsentrasi rasio dan hubungan signifikan pangsa pasar pada kinerja. Jalur pasar kredit: λ 2 > 0, λ3 = 0, λ4 > 0 Jalur pasar deposit: η2 > 0, η3 = 0, η4 > 0, Uji model. Menurut Firdaus (2012), kriteria terpenting yang digunakan untuk menemukan model dinamik GMM terbaik adalah tidak bias, jika estimator bepLag1 GMM berada diantara OLS dan FEM, (OLS< GMM < FEM); instrument valid jika uji Sargan tidak dapat menolak hipotesis nol; dan konsistensi jika uji statistik AR1 menunjukkan hipotesis nol ditolak, sedangkan statistik AR2 menunjukkan hipotesis nol tidak dapat ditolak). Variabel Penelitian Definisi operasional variabel penelitian dalam penelitian dibuat berdasarkan pada definisi konsep yang telah dimodifikasi atas dasar kondisi objektif yang telah lazim digunakan dalam penelitian terdahulu, tentu saja disesuaikan dengan kondisi perbankan di Indonesia. Tabel 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Profit (it)
Profit (it)
Definisi/Ukuran/ Formula
Profit Perform (it-1) Market Share & Competition
Banking
setahun sebelumnya (lag-1)
Profit (I,t-1)
Laba Operasi / Aset (%),tahun sebelumnya (lag-1)
Pangsa Pasar deposito
Total deposito bank/ total deposito pasar %)
Konsentrasi Pasar deposit
Indeks Konsentrasi Pasar HHI pasar deposito
Pangsa Pasar Kredit
Total kredit bank/total kredit pasar (%) Indeks Konsentrasi Pasar HHI pasar kredit
Konsentrasi Pasar Kredit Interaksi konsentrasi pasar deposito dengan Size
Notasi
Laba bersih/Total Ekuitas (%) Laba Operasi/ Total Aset (%) Laba bersih/ Ekuitas (%),
Banking Market Structure
DETERMNAN PROFITABILITAS
VARIAB EL TERIKA T
Variabel
DepHHIt X Sizeit
Impak
ROEit BEPit ROEi,t-1
+
BEPit-1
+
depMSit
+
DepHHIt
+
loanMSit
+
LoanHHIt DepHHI* Sizeit
+
-
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
-
Interaksi konsentrasi pasar kredit dengan Size
loanHHIt X Sizeit
Interaksi konsentrasi dengan Pangsa pasar Deposito
loanHHI* Sizeit
DepHHIt X depMSit loanHHIt X loanMSit
Interaksi konsentrasi dengan Pangsa pasar Kredit Likuiditas
Loan to Deposit Ratio (%)
Kualitas Aset
Non Performing loan (%)
Permodalan
Equity/ Asset Ratio (%)
Ms*DepHHIit
+ +
Ms*LoanHHIit
LDRit NPLit TETAit
Analisis dan Pembahasan Struktur Pasar Perbankan Indonesia Analisis Konsentrasi Pasar Kredit Analisis grafik terhadap kondisi pasar kredit selama periode 2001-2014 menunjukkan bahwa konsentrasi pasar kredit naik. Indikator loanCR4 menunjukkan nilai kenaikan rata-rata sebesar 0.229% per tahun. Periode 2001-2010 gerakan loanCR4 relatif stabil dengan tern naik.Terjadi penurunan dari 43,096% ke 37,995% dari tahun 2010-2011 kemudian tren naik lagi mencapai 42,023% (2012). Artinya, bahwa empat bank besar (BMDR, BBNI, BBRI dan BBCA) sebagai empat besar menguasai pasar perkreditan di Indonesia. Akumulasi marketshare empat bank penguasaan pasar berkisar 40% - 46% selama 2001-2014. Berarti pasar kredit perbankan Indonesia dalam kategori oligopoly market. Sisa pasar kredit sebesar 50% - 54% terbagi untuk sekitar 115-141 bank yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia.
Gambar 27 Perkembangan Konsentrasi Pasar Kredit Perbankan Indonesia
+ _ _
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Indikator loanCR10 menunjukkan tren naik stabil. Periode 2001-2010 gerakannya relatif stabil dengan tren naik. Terjadi penurunan dari 65,062 ke 57,861% dari tahun 2010-2011 kemudian tren naik lagi mencapai 62,471%. Semua ini bermakna bahwa 10 bank besar (BMDR, BBNI, BBRI, BBCA, BDMN, NISP, CIMBNIAGA, PANIN, HKG, TOKYO) sebagai top ten penguasa pasar perkreditan di Indonesia. Akumulasi proporsi penguasaan pasar sepuluh bank terbesar berkisar 60% hingga 65% selama 2001-2014, pasar kredit perbankan Indonesia dalam kategori oligopoly market. Sisa pasar kredit sebesar 35% hingga 40% terbagi untuk sekitar 109-135 bank yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia selama periode 20012014. Indikator loanHHI menunjukkan tren naik. Selama periode 2001-2010 gerakannya fluktuatif dengan tern naik. Terjadi penurunan dari 563,695 ke 529,620 poin dari tahun 2010-2011 kemudian tren naik lagi mencapai 643,866 poin. Ditinjau dari HHI selama 2001-2014, pasar kredit perbankan Indonesia dalam kategori monopolistic competition market. Analisis Konsentrasi Pasar Deposito Analisis pasar deposito perbankan secara global memperlihatkan bahwa ditinjau dari CR4, CR10 dan HHI mengalami penurunan konsentrasi sebesar selama periode 2001-2014. Ini menunjukkan pasar deposito bersaing semakin ketat. Terlihat empat bank besar masih menguasai sekitar 49% - 55% yang menandakan sepuluh bank besar masih menguasai pasar deposito sebesar 68% hingga 73%.
Gambar 28 Perkembangan Konsentrasi Pasar Deposito Perbankan Indonesia Analisis deskriptif tentang kondisi perbankan ditinjau dari pasar kredit dan pasar deposito terlihat masih terkonsentrasi. Secara grafik pada pasar deposito indikator CR4, CR10 dan HHI terlihat menunjukkan tren menurun. Meskipun demikian, tetapi jika dilihat dari deposito biggest four bank, mereka menguasai sekitar 45%, sementara top ten bank menguasai sekitar 70%. Berarti struktur pasar deposito pasar perbankan Indonesia dalam kategori loose oligopoly dengan tren semakin menurun. Sementara jika ditinjau dari HHI pasar perbankan Indonesia dalam kategori monopolistic competition baik ditinjau dari pasar kredit mapun pasar deposito.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Analisis Performa Industri Perbankan Performa industri perbankan Indonesia periode 2001-2014, dipandang secara nasional ditinjau dari aspek profitabilitas, kualitas aset, likuditas dan permodalan menunjukkan efisiensi kinerja yang meningkat. Aspek BEP (basic earning power atau rentabilitas ekonomi (RE) sebagai pure profit industry terlihat menunjukkan tren naik. BEP industri terlihat lebih banyak diperankan oleh fluktuasi OPM (operating profit margin) dari pada TOA (turn over asset) yang cenderung stabil dan menurun. Artinya, pencapaian pure profit perbankan lebih banyak dipengaruhi oleh peningkatan efisiensi pengelolaan beban operasional bank ketimbang oleh putaran aset perbankan itu sendiri. Pertumbuhan laba operasi lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan aset perbankan.
Gambar 29 BEP, OPM dan TOA (kiri); dan APYD, AP (kanan) Industri Perbankan Indonesia Ditinjau dari kualitas aset (earning asset), industri perbankan Indonesia selama periode 2001-2014 terlihat menunjukkan peningkatan kuliatas asset yang sangat signifikan. Bukti data kuantitatif dari peningkatan kualitas asset perbankan ini dapat terlihat dari APYD/AP yang semakin kecil (menurun dari 4,7% menjadi sekitar 2,6%. Ini berarti manajemen aset perbankan semakin meningkatkan kualitas portfolio asset perbankan sehingga aktiva bermasalah dari penjualan kredit dan aktiva produktif lainnya mengecil.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Sumber : SPI, Bank Indonesia
Gambar 30 Permodalan dan LDR Industri Perbankan Indonesia Ditinjau dari aspek permodalan, industri perbankan Indonesia masih menunjukkan CAR yang tinggi di atas 15% (masih jauh di atas 8%). Rasio TETA menunjukkan tren positif (naik tajam). Peningkatan TETA memberi bukti bahwa porsi ekuitas motasdal dalam aktiva perbankan naik, solvabilitas perbankan semakin kuat. Kemampuan untuk menerima DPK dapat ditingkatkan karena angka kecukupan modal perbankan masih jauh di atas 8%, sebagai syarat minimal untuk dikatakan sehat. Ditinjau dari LDR, perbankan Indonesia menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan. Peningkatan LDR dari 33% (2001) menjadi 89% (2014) ini jelas bukan karena adanya kenaikan penyaluran kredit ke masyarakat. Tetapi secara grafik dapat dibuktikan karena adanya proporsi kenaikan DPK yang diikuti dengan kenaikan proposi kredit yang lebih cepat. Meskipun LDR naik tajam, tetapi belum pernah menunjukkan angka 100 %. Kondisi seperti ini membuktikan bahwa DPK belum mampu diserap oleh masyarakat dalam bentuk kredit. Rendahnya LDR berperan dalam penentuan besaran lending rate yang berpotensi pada rendahnya Investasi dan pertumbuhan produksi nasional. Pengaruh Indeks Konsentrasi Pasar terhadap Profitabilitas Hasil analisis pengaruh konsentrasi pasar terhadap profitabilitas pada 97 individual bank sebagai sampel terpilih dari tahun 2001-2014 dengan menggunakan analisis DPD A-Bond (Arelanno Bond) pada analisis jalur pasar kredir dan pasar deposito secara ringkas tersaji pada Tabel 20. Model dinamik GMM ABond baik ditinjau dari analisis jalur pasar kredit maupun jalur pasar deposito telah memenuhi syarat yaitu tidak bias, instrumen valid dan konsistensi. Dalam model analisis jalur pasar kredit dan jalur pasar deposito menunjukkan bahwa model tidak bias, karena estimator L1.π GMM berada diantara estimator OLS dengan FEM; estimator, OLS
5%; dan konsisten karena uji statistik AR1
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
menunjukkan hipotesis nol ditolak, Pr(z) < 5%; sedangkan statistik AR2 menunjukkan hipotesis nol tidak dapat ditolak, Pr(z) > 5%. Temuan terpenting dari analisis inferensial dalam penelitian ini secara ringkas ada dua yaitu (1) pola kerja industri perbankan Indonesia masih kolusif (2) profitabilitas satu tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan; sementara (3) variabel kontrol LDR, TETA dan NPL tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank tetapi FBI/REV dan OC/Rev berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Pengaruh Profitabilitas Sebelumnya Terhadap Profitabilitas Tahun Berjalan Pengaruh profitabilitas periode sebelumnya terhadap profitabilitas tahun berjalan terlihat dari koefisien L1.π yang bernilai positif signifikan. Hal ini dapat terlihat pada analisis jalur deposito dan jalur kredit. Koefisien L1.π juga menjelaskan tentang respon peningkatan πt (profitabilitas) perbankan pada tahun berjalan sebagai akibat dari adanya peningkatan 1% dari L1.π (profitabilitas bank pada tahun sebelumnya). Pada analisis jalur deposito koefisien L1.ROE sebesar 0,131 (significant at 10%) dan koefisien L1.BEP sebesar 0,253 (significant at 1%). Sementara pada analisis jalur deposito koefisien L1.ROE sebesar 0,125 (significant at 5%) dan koefisien L1.BEP sebesar 0,244 (significant at 1%). Koefisien positif L1.BEP pada analisis jalur pasar doposito ini sesuai dengan hasil yang diharapkan (expected sign). Hasil ini sejalan dengan temuan penelitian Pervan, Curak & Klime (2012) pada pasar deposito perbankan di Croatia, dengan sampel 46 bank periode 2002 – 2010 dan temuan penelitian Kundid, Škrabić, Ercegovac, 2011 pada pasar deposito, sampel 28 bank komersial di Croatia periode 2003-2008. Sementara pada analisis melalui jalur pasar kredit juga menunjukkan koefisien L1.π positif sebesar 0,148 seperti hasil yang diharapkan (expected sign). Hasil tersebut sejalan dengan temuan Diemitris, Hong Liu, Fiona dan John (2013) di pasar kredit USA. Tabel 22 Pengaruh Indeks Konsentrasi Pasar terhadap Profitabilitas
L1.π depms dephhi*size dephhi ms*dephhi loanms loanhhisize loanhhi ms*loanhhi teta lar der
Deposits Market π -ROE π -BEP Coef. Coef. P>z P>z 0.1297 c0.2534 -2.6768 -0.5610 -0.0038 a-0.0005 0.0539 a0.0067 0.0040 c0.0003
0.0036 -0.0002
0.0109 0.0004
Credits market π -ROE π -BEP Coef. P>z Coef. P>z a0.1266 b0.2248 c a a -7.6042 -0.0059 0.0969 0.0063 -.0082 0.0308
-0.7689 b -0.0009 a a0.0122 a0.0011 0.0071 0.0450
a
b a a a a
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
nplg ldr fbirev ocrev _cons
-0.4667 -0.0394 0.1105 -0.0557 22.146
7
-0.4875 -0.0412 b0.0968 a-0.0571 a18.478 9 1162 a62. 39
7
-0.0194 -0.0049 0.0304 -0.0470 c c2.3162 9 1162 a164.28
b a a 9
Number of obs/group Wald chi2(10)/Prob
1162 48.07
FE_πL1.
0.106
a0. 2027
a.09993
a.17677
a
Abond_ πL1.
0.1297
c0. 2534
a0.1266
b0.2248
a
OLS_ πL1.
0.218
a0. 4655
a.2196
a.46222
a
Sargan , chi (77)/Prob
82.056
79.8987
85.7814
82.5302
AR1, z/Prob
-2.530
b-3.7246
-2.6634 a
a-3.692
AR2, z/Prob 0.102 Sumber: Data Sekunder, diolah
-2.036
.13968
-1.9499
2
7
-0.0190 0.0009 0.0294 c-0.0464 a4.0543 9 1162 a177.55
7 a
a
Turgutlu (2010) menyatakan bahwa koefisien L1.π berkisar antara 0-1. Semakin mendekati nol, berarti pasar semakin bersaing dan sebaliknya jika nilainya semakin mendekati satu yang berarti berarti pasar semakin terkonsentrasi. Nilai L1.π mendekati satu menunjukkan tingkat penyesuaian lambat yang menyiratkan adanya kegigihan para bankir untuk mempertahankan abnormal profit. Tetapi jika nilai L1.π mendekati nol ini menujukan bahwa adanya konvergensi abnormal profit dari waktu ke waktu. Terkait dengan pernyataan Turgutlu, maka kondisi industri perbankan Indonesia adalah dalam kondisi yang semakin bersaing, baik ditinjau dari analisis pasar kredit maupun deposito. Pengaruh profitabilitas periode sebelumnya terhadap profitabilitas tahun berjalan menunjukkan bahwa manajemen perbankan di Indonesia dalam perencanaan kinerjanya selalu mempertimbangkan pencapaian kinerja dari budget, dimana target profitabilitas tahun berjalan adalah hasil dari pengaruh dari pencapaian target profitabilitas yang telah dicapai pada periode sebelumnya. Koefisien L1.π yang bernilai kecil (close to zero), menandakan pasar semakin bersaing. Hal ini didukung oleh hasil analisis deskriptif melalui CR-4 dan HHI yang menunjukkan ke arah pengertian yang sama dengan analisis inferensial tersebut di atas. Kondisi pasar perbankan Indonesia selama periode 2001-2014 ditinjau dari pasar deposito dan pasar kredit menunjukkan adanya tingkat persaingan pasar yang semakin ketat. Hasil analisis secara grafik dengan menggunakan analisis CR4 dan HHI terlihat sebagai berikut.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Gambar 3 Perkembangan Konsentrasi Pasar Deposito dan Konsentrasi Pasar Kredit Perbankan Indonesia Berbasis CR-4 (kiri) dan HHI (kanan) Grafik 3 menunjukkan bahwa ditinjau dari analisis konsentrasi rasio CR-4 struktur pasar deposito perbankan tamapak terkonsentrasi pada empat bank terbesar sekitar 50% pangsa pasar deposito, sisanya dikuasai oleh sekitas 115 bank; sementara pada pasar kredit empat bank terbesar menguasai pasar kredit sekitar 45%; sisanya dikuasai oleh sekitar 115 bank. Struktur pasar deposito dan pasar kredit perbankan Indonesia termasuk dalam kriteria oligopoli. Ditinjau dari konsentrasi rasio HHI terlihat bahwa struktur pasar deposito menunjukkan angka HHI yang semakin menurun, nilai HHI berkisar 600 poin; sementara pada pasar kredit angka HHI yang semakin meningkat dimana nilai HHI berkisar 700 poin. Ini menunjukkan bahwa struktur pasar deposito dan pasar kredit perbanakan Indonesia masuk dalam kriteria monopolistic competition, dengan tingkat persaingan yang semakin kuat. Uji SCP Hypothesis Theory Uji SCP Hypothesis Theory dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memperhatikan signifikan keterpengaruhan profitabilitas dari indeks konsentrasi HHI dan marketshare (MS). Jika indeks konsentrasi HHI berpengaruh pada profitabilitas sementara market share (MS) tidak, berarti SCP Hypothesis Theory diterima, pasar terindikasi kolusif. Tetapi jika indeks konsentrasi HHI tidak berpengaruh signifikan pada profitabilitas sementara markets hare (MS) berpengaruh signifikan, berarti SCP Hypothesis Theory ditolak, pasar terbukti efisien (diferensiasi produk perbankan membangun market share dan berimpak pada kinerja profitabilitas). Hasil penelitian menunjukkan bahawa HHI (dephhi dan loanhhi) berperngaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (BEP dan ROE), sementara pangsa pasar (msdep dan msloan) individual bank dampaknya tidak signifikan mempengaruhi profitabilitas (BEP dan ROE). Ini menandakan bahwa industri perbankan Indonesia masih bersifat kolusif. Teori SCP seperti yang dicetuskan oleh Harvard Business Shool, terbukti masih berlaku pada industri perbankan di Indonesia. Perhatikan signifikansi dari koefisien HHI (indeks konsentrasi pasar) yang bernilai positif (significant at 1%) pada jalur kredit analisis jalur deposito; Sementara koefisien MS (market share) tidak ada yang berpengaruh positif signifikan pada BEP dan ROE.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Menurut Smirlock (1985), secara statistik jika sebuah pasar perbankan masih terindikasi kolusi dapat ditandai dengan (1) koefisien indeks konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap profitabilitas (2) koefisien indeks pangsa pasar tidak berpengaruh positif terhadap profitabilitas (3) koefisien interaksi indeks konsentrasi pasar dengan pangsa pasar berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Dalam penelitian indikator (1), (2) dan (3) memenuhi, baik dalam analisis ROE maupun BEP dalam analisis melalui jalur pasar deposito dan jalur pasar kredit. Variabel interaktif antara konsentrasi pasar HHI dengan ukuran perusahaan/ size diproksikan oleh loanhhisize dan dephhisize. Pengaruh variabel loanhhisize dan dephhisize terlihat negatif signifikan pada profitabilitas. Ini menandakan bahwa perkembangan interaksi konsentrasi pasar dengan perkembangan luas perusahaan mempengaruhi profitabilitas dalam arti menghambat perkembangan BEP dan ROE perbankan. Laju percepatan perkembangan interaksi konsentrasi pasar dengan perkembangan luas perusahaan lebih kuat dibandingan dengan laju percepatan laba operasi dan laba bersih perbankan. Pengaruh Variabel Kontrol Dalam penelitian ini variabel kontrol LDR (likuiditas), NPL (non performing loan) dan TETA (porsi ekuitas modal) tidak signifikan berpengaruh pada profitabilitas. LDR (loan to deposits ratio) berimpak negatif pada profitabilitas tetapi tidak signifikan, berarti sisa DPK yang belum disalurkan dalam bentuk loan yang merupakan bagian dari likuditas internal bank tidak signifikan berpengaruh pada profitabilitas. Ditinjau dari variabel LAR (loan to asset ratio), koefisien LAR bernilai positif signifikan, berarti LAR memberikan dampak positif signifikan pada BEP (lihat analisis pada jalur kredit). Besar kecilnya BEP dipengaruhi oleh besar kecinya proporsi kredit dalam aktiva sebuah bank. Variabel NPL yang seharusnya berpengaruh negatif signifikan pada profitabilitas ternyata tidak signifikan, berarti penurunan NPL tidak berimpak signifikan pada kenaikan profitabilitas. Ini bukan berarti penurunan NPL tidak berimplikasi pada laba operasional perbankan, tetapi karena peningkatan laba operasional lebih kecil daripada peningkatan aktiva maka secara matematis profitabilitas naik, tetapi tidak signifikan jika dihubungkan dengan penurunan NPL. Variabel TETA (total equity to total assets ratio) yang seharusnya berpengaruh negatif signifikan pada BEP ternyata tidak signifikan tetapi TETA secara statistik berimpak positif tidak signifikan pada kenaikan profitabilitas. Ini bukan berarti TETA tidak berimplikasi pada laba operasional perbankan, tetapi karena pengaruh kenaikan TETA yang meningkatkan solvabilitas bank ini berimplikasi pada peningkatan laba operasional, tetapi peningkatan laba operasional lebih kecil daripada peningkatan aktiva sehingga secara matematis profitabilitas naik, tetapi tidak signifikan jika dihubungkan dengan kenaikan TETA. Variabel diversifikasi pendapatan yang diproksikan FBI/REV (proporsi FBI dalam revenue) berpengaruh positif signifikan pada BEP, tetapi tidak pada ROE. Koefisien FBI/REV bernilai positif sebesar 0,029 (significant at 5%) pada analisis jalur deposito, semantara dalam analisis jalur pasar kredit bernilai positif sebesar 0,030 (significant at 5%). Pengaruh positif signifikan ini menandakan bahwa jika
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
FBI/REV persentase laba operasi yang lebih besar dari persentase kenaikan aset sehingga secara matematis BEP meningkat. Variabel efisiensi beban overhead yang diproksikan oleh OC/Rev (proporsi overhead cost dalam revenue) berpengaruh negatif signifikan pada BEP dan ROE. Koefisien OC/Rev bertanda negatif ini ini menandakan bahwa jika efisiensi penggunaan overhead cost ditingkatkan (persentase OC/Rev diturunkan) maka BEP dan ROE akan naik. Penurunan persentase OC/Rev akan meningkatkan persentase laba operasi yang lebih besar dari persentase kenaikan asset; dan meningkatkan persentase laba bersih yang lebih besar dari peresentase kenaikan ekuitas sehingga secara matematis BEP dan ROE meningkat.seiring penurunan persentase penurunan beban overhead cost perbankan Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan diperoleh informasi yang merupakan kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Profitabilitas satu periode sebelumnya berpengaruh positif signifikan terhadap profitabiltas tahun berjalan. Kondisi strukrur persaingan pasar perbankan menunjukkan tingkat persaingan semakin ketat 2. Pasar perbankan Indonesia baik ditinjau dari jalur pasar kredit maupun pasar deposito konsentrasi rasio signifikan berimpak pada BEP maupun ROE. 3. Pangsa pasar individual bank tidak signifikan berimpak pada BEP maupun ROE. 4. Likuditas, non performing loan dan permodalan bank tidak signifikan berimpak pada profitabilitas. 5. Berarti besar kecinya proporsi kredit dalam aktiva bank berpengaruh terhadap besar kecilnya BEP. 6. Diversifikasi pendapatan melalui FBI berhasil meningkatan BEP, sementara efisiensi pengelolaan overhead cost mampu meningkatkan BEP dan ROE
DAFTAR PUSTAKA Amalia F, Nasution ME. 2007. Perbandingan profitabilitas industri perbankan syariah dan industri perbankan konvensional menggunakan metode struktur kinerja dan perilaku. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (JEPI).7 (2): 45-56. Arellano M, Bover O. 1995. Another look at the instrumental variable estimation of error-components models. Journal of Econometrics. 68 (1): 29-51. Ariyanto T. 2004. Profil persaingan usaha dalam industri perbankan Indonesia. Perbanas Finance and Banking Journal. 6(2): 1-13. Baltagi HH. 2005. Analysis of Panel Data, 3rd ed. England (GB): John Wiley & Son Ltd. Brealey, Richard, Stewart Myers and Franklin Allen. 2007. Principles of Corporate Finance. New York: McGraw Hill Series in Finance.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Brigham, Eugene, and Joel Houston. 2010. Fundamentals of Financial Management, 12th Edition. Florence, Kentucky: Cengage Learning. Belangkaehe R, Engka D, Mandeij D. 2014. Analisis struktur pasar, perlaku, dan kinerja industri perbankan Indonesia (studi pada bank yang terdaftar di BEI, 2008-2012), Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 14:3. Bhatti GA, Hussain H. 2010. Evidence on structure conduct performance hypothesis in Pakistani Commercial Banks. International Journal of Business and Management. 5 (9). Cooper, D.R. & Schindler, P.S. 2003. Business research methods (8th ed.). Boston: McGraw-Hill. Firdaus M. 2012. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Gajurel DP, Pradhan RS. 2012. Concentration and Competition In Nepalese Banking. Journal of Business, Economics & Finance, 1 (1): 5-16 . Gitman LJ. 2010. Principles of Managerial Finance. 12th ed. New York (US): Prentice Hall. Hsiao S. 2005. Why Panel Data?, IEPR Working Paper, Institute of Economic Policy Research. California (US): University of Southern California. Hong L, Diemitris KC, McMillan FJ, Wilson J. 2003. The Dynamics of US Bank Profitability. Working Papers in Responsible Banking & Finance. St Andrews (GB): University of St Andrews. Jumono, Sapto, et al., 2016. The Effect of Loan Market Concentration on Banking Rentability: A Study of Indonesian Commercial Banking, Dynamics Panel Data Regression Approach." International Journal of Economics and Financial Issues (6.1): 207-213. Jumono, Sapto, et al.,2916. The Impacts of ALMA Primary Variables on Profitability An Empirical Study of Indonesian Banking (13-32) International Research Journal of Business 8 (1): 13-32 Jumono, Sapto, et al. 2015. Market Concentration, Market Share, and Profitability (Study at Indonesian Commercial Banking in the Period of 2001-2012). Asian Social Science 11 (27), 18. Kalluci I. 2011. Analysis of The Abanian Banking System In a Risk Performance. Athena (GR): Bank of Greece. Keown, Arthur, John Martin, and John Petty. 2011. Foundations of Finance. 7th edition. London: Pearson PLC. Kundid A, Škrabić B, Ercegovac R. 2011. Determinants of bank profitability in Croatia. Croatian Operational Research Review. 2: 168-182. Lipczynski J, Wilson J, Goddard J. 2005. Industrial Organization: Competition, Strategy, Policy.2nd ed. London (GB): FT Prentice Hall. Lubis AF. 2007. Tingkat persaingan industri perbankan Indonesia: hipotesis structure-conduct-performance vs hipotesis efisiensi, MPKP FEUniversitas Indonesia. Jurnal Kebijakan Ekonomi. 2 (3). Mankiw NG, Murphy, RG. 2013. Macroeconomics, 8th ed. London (GB): Worth Publishers.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Manurung HA, Dezmercoledi A. 2013. Net interest margin: bank publik di Indonesia. Journal of Business and Entrepreneurship, 1 (1). Mishkin FS, Stanley G. 2000. Financial Market Institutions 4th ed. Washington DC(US): Addison Wesley. Pervan, Maja, M. Curak, and Klime Poposki. 2012. Industrial Concentration and Bank Performance in an Emerging Market: Evidence from Croatia."Advances in Finance and Accounting”. Polius T, Samuel W. 2001. Banking efficiency in the Eastern Caribbean Currency Union: an examination of the structure-conduct-performance paradigm and the efficiency hypothesis. Working Paper. Hal 1-26. Raharjo PG, Hakim DB, Manurung AH, Maulana TNA. 2014. The determinant of commercial banks’ interest margin in Indonesia: an analysis of fixed effect panel regression. International Journal of Economics and Financial Issues. 4 (2) : 295-308. Rothaermel F. 2012. Loose-Leaf for Strategic Management: Concepts and Cases Loose Leaf . New York (US): Mc.Graw-Hill Companies, Inc. Ross, Stephen, Randolph Westerfield, and Bradford Jordan. 2008. Essentials of Corporate Finance, 6th Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Santoso T. 2011. Pengaruh struktur pasar terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia periode 2005–2009 [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Sanuri. 2011. Pembuktian paradigma structure-conduct-performace atau hipotesis efficient-structure dalam industri perbankan Indonesia [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Sarita B, Zandi G, Shahabi. 2012. Determinants of performance in Indonesian banking: a cross-sectional and dynamic panel data analysis. International Journal of Economics and Finance Studies. 4 (2). Sastrosuwito S, Suzuki Y. 2012. The determinants of post-crisis Indonesian banking system profitability. Economics and Finance Review. 1 (11): 4857 Seelanatha L. 2010. Market structure, efficiency, and performance of banking industry in Sri Lanka. Bank and Bank Systems. 5 (1). Smirlock M. 1985. Evidence on the (Non) Relationship between Concentration and Profitability in Banking. Journal of Money, Credit and Banking. 17 (1) : 69-83. Subandi, Ghozali I. 2013. Determinan efisiensi dan dampaknya terhadap profitabilitas perbankan Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 17 (10): 123-135. Sutardjo. 2011. Struktur pasar persaingan perbankan Indonesia Periode konsolidasi. Jurnal Manajemen & Agribisnis. 8 (2). Syafri. 2012. Factors affecting bank profitability in Indonesia. The International Conference on Business and Management; 6 – 7 September 2012, Phuket – Thailand. Syamsudin L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
PROCEEDING, ICEBUSS, MALANG, DEC-2016
Tajgardoon G, Behname M, Noormohamadi K. 2012. Is profitability as a result of market power or efficiency in Islamic banking industri?, Economics and Finance Review. 2 (5). Trinugroho I, Agusman A, Tarazi A. 2013. Why Have Bank Interest Margins Been si High in Indonesia Since the1997/1998 Financial Crisis?. HAL Archieve. Turgutlu E. 2014. Dynamics of profitability in the Turkish Banking Industry. Ege Akademik Bakiş / Ege Academic Review.Triono S. 2007. Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan laba satu tahun dan dua tahun mendatang (studi pada bank umum di Indonesia periode 2001-2005) [tesis]. Semarang (ID): UNDIP. Yudaruddin R, Hilmawan R. 2013. Dilema kebijakan arsitektur perbankan indonesia; berkolusi atau bersaing? Samarinda Working Paper LPEB Faculty of Economics, Mulawarman University.