Terbuailah Ripah Ripah gempar. Kasak-kusuk yang beredar, Presiden akan datang ke Ripah bertepatan dengan pembukaan musim tanam sepekan lagi. Jarang-jarang ada orang besar dari Jakarta mengunjungi Ripah, apalagi ini orang nomor satu di Republik. Ripah jauh dari pusat negara, jumlah penduduknya pun tidak besar. Kalaulah sekarang ada orang besar datang ke Ripah, pastilah orang yang datang itu orang yang tulus hati dan tidak peduli dengan berapa banyak suara yang akan ia dapat di pemilu nanti. Begitu pikir banyak orang Ripah.
Salah satunya adalah Manjo.
“Prisiden datang ke Ripah, di Lapangan Pasir Himpit. Bapidato dia di sana ahad, Mak..,” semangat betul Manjo bercerita pada Mak Husin. “Prisiden apa, Jo?” sela Mak Husin. “Eeeh Mak, yang sering kita itu lihat ada di tipi. Kabarnya, bagi-bagi dia traktor ke kita orang Ripah. Jadi bisa pensiunkan itu Arong dan Aring dari bajak Mak punya sawah,” Manjo menggebu. “Panas Kau Jo, berapapun Prisiden itu kasih krator, Arong Aring tidak akan pensiun,” ujar Mak Husin belepotan. Manjo menggerutu, menjual kerbau hari-hari ini harganya mahal tapi apa daya dirinya jikalau Mak Husin sudah paten dengan kerbaukerbaunya. *** Ahad, Lapangan Pasir Himpit dipadati manusia. Banyak polisi dan laki-laki tegap berbaju hitam siaga berjaga. Presiden akan meyampaikan sepatah dua patah kata menyambut musim tanam yang baru di Ripah. Kabar bahwa Presiden akan membagikan traktortraktor kepada orang Ripah ternyata juga bukan isapan jempol. Sejak dua hari lalu, ratusan traktor merah sudah berjajar rapi di sepanjang jalan Ripah. Sejak hari itu pula, perdagangan
kerbau di Ongen, pusat niaga hewan ternak mulai meningkat dari biasanya. Banyak orang Ripah mulai ancang-ancang menjual kerbau-kerbaunya. Beberapa sudah benar-benar menjual kerbaukerbaunya. Mumpung harga masih mahal, jika nanti banyak yang berbondong-bondong menjual harga pasti akan perlahan turun. Begitu pikir mereka. Sorak-sorai menyeruak ketika rombongan Presiden tiba. Nama Presiden dielu-elukan oleh mereka yang memadati Lapangan Pasir Himpit. Banyak yang ingin mendekat ke podium utama, melihat wajah presidennya dari jarak dekat. Apalah daya, pasrahlah ketika barisan berbadan tegap dengan seragam hitam-hitamnya sudah menghadang. Manjo yang begitu antusias dengan kedatangan Presiden dari awal justru telat bangun. Ia pulang lewat tengah malam setelah membantu Mak Saleh, pamannya yang lain yang tidak lain adalah adik dari Mak Husin untuk mempersiapkan sawah yang akan digunakan Presiden untuk penanaman benih Padi secara simbolis hari ini. “Waaaaah, Mak tidak bangunkan saya awal-awal, telat Maaak lihat Presiden bapidato,” ujar Manjo panik sambil bersiap-siap seadanya. Mak Husin yang sedari awal memang tidak begitu antusias nampak cuek dan tersenyum kecut memperhatikan Manjo yang sedang kalang kabut. “Mak ini memang tak peka, aih…,” ujar Manjo sambil menggerutu. “Mak tak dengar kata-kata aku dulu. Traktor sudah lihat, datang sudah itu. Elok bukan? Kapan hari Mak Saleh sudah jual dia punya kerbau, masih mahal waktu itu. Sekarang, kalo Mak pengen itu traktor dan jual Arong dan Aring, sudah murah itu. Menyesal Mak sekarang…”, ujar Manjo meninggalkan Mak Husin menuju Lapangan Pasir Himpit. “Siapa mau krator…,” Mak Husin tersenyum sinis.
*** Traktor-traktor secara simbolis sudah diserahkan ke Bupati untuk dibagi ke penduduk Ripah. Dengan sepatu booth Presiden turun ke sawah menanam benih padi sebagai pertanda dimulainya musim tanam di Ripah. Kilatan kamera mengabadikan momen-momen merakyat Presiden di Ripah. Ripah kembali sunyi setelah Presiden dan rombongannya pergi. Traktor-traktor yang akan dibagi masih berderet di jalanan Ripah, di sampingnya terdapat truk-truk yang beberapa hari lalu membawa traktor-traktor itu ke Ripah. “Kapan ini dibagi, Njo..,” tanya Mak Saleh pada Manjo. Manjo menggeleng sambil meminta pamannya sabar. Menjelang sore, traktor-traktor itu diangkut kembali oleh truk-truk. Instruksi Dinas Pertanian, katanya. Sontak banyak orang Ripah yang sudah berharap kecewa bukan kepalang. “Apa-apaan Njo, kerbauku sudah kau jual. Tak dapat aku traktor gratis,” Mak Saleh sedikit murka. Raut muka Manjo pucat pasi. “Makanya Njo Leh, sabarlah sekejap. Tak usah tergesa. Makmu ini tak buta politik, lebih banyak ingkar dari tepatnya.” Mak Husin tersenyum menang. (*)
Perpustakaan UNAIR Kumpulkan Koleksi Buku Dosen dalam Satu Pojok UNAIR NEWS – Kini, Perpustakaan UNAIR memiliki satu pojok yang menjadi tempat koleksi buku yang ditulis oleh sivitas
akademika UNAIR. Pojok baca bernama Satria Airlangga Corner (SAGA Corner) itu baru saja diresmikan di lantai dua Perpustakaan UNAIR Kampus B oleh Rektor Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, Kamis (2/6). Peresmian ini merupakan puncak dari serangkaian acara perayaan HUT ke-61 Perpustakaan UNAIR. Peresmian itu disaksikan oleh Kepala Perpustakaan UNAIR Prof. Dr. I Made Narsa, SE., Ak, Rektor UNAIR periode 1984 – 1993 Prof. Dr. H.R. Soedarso Djojonegoro, dr., AIF, dan jajaran pimpinan UNAIR lainnya. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengatakan, perpustakaan merupakan gudang ilmu pengetahuan. Sehingga, salah satu faktor penentu kualitas perguruan tinggi bergantung pada keberadaan dan fungsi perpustakaan. “Bahwa perpustakaan itu memiliki peran yang strategis dalam pengembangan universitas. Maju mundurnya universitas juga ditentukan oleh perpustakaan. Maka, perpustakaan merupakan gudangnya ilmu pengetahuan. Sehingga, kita akan lakukan banyak perbaikan. Dalam beberapa kasus, perguruan tinggi besar di dunia, pasti perpustakaannya juga bagus. Perpustakannya hebat pasti perguruan tingginya juga hebat,” tutur Prof. Nasih. Prof. Nasih dalam sambutannya juga memuji kinerja pustakawan dan pimpinan Perpustakaan UNAIR. Menurutnya, perbaikan sarana prasarana perpustakaan sudah mulai banyak terlihat. Sampai saat ini, perbaikan infrastruktur yang terlihat diantaranya penambahan jumlah komputer untuk mengakses repositori, laman baru untuk mengakses repositori institusi UNAIR, hingga digitalisasi tempat penitipan barang pengunjung. Dengan adanya SAGA Corner, Rektor UNAIR berharap akses ilmu pengetahuan terhadap sivitas akademika bisa lebih terbuka. “Sehingga kinerja dan prestasi sivitas akademika kita akan lebih terangkat,” pesan Prof. Nasih. Peresmian itu ditandai dengan penandatanganan dua papan prasasti tokoh inspiratif yang berisi ungkapan Prof. Nasih dan
Prof. Soedarso. Ketika ditemui, Kepala Perpustakaan UNAIR, mengatakan bahwa pojok baca itu berisi seluruh buku karya sivitas akademika UNAIR. “Baik yang diterbitkan di UNAIR ataupun yang diterbitkan di penerbit lainnya. Ada buku, pidato guru besar, maupun karyakarya lainnya. Prinsipnya, adalah pojok baca ini menampung seluruh karya sivitas akademika UNAIR, mulai dari dosen, mahasiswa, dan karyawan di lingkungan UNAIR,” tutur Prof. Narsa. SAGA Corner terletak di lantai dua. Dulunya, ruangan ini digunakan untuk memuat jenis ‘Koleksi Khusus Buku I’ yang berisi buku fiksi maupun non-fiksi terbitan lima tahun terakhir. Saat ini, jumlah koleksi SAGA Corner berada di angka 443 judul. Karya-karya tersebut merupakan terbitan dari tahun 1974 sampai 2016. Untuk menambah kenyamanan pelanggan, SAGA Corner dilengkapi meja dan sofa.
Rektor UNAIR periode 1984 – 1993 Prof. Dr. H.R. Soedarso Djojonegoro, dr., AIF, saat peresmian SAGA, Kamis (2/6).
(Foto: UNAIR NEWS) Bedah buku Setelah acara peresmian usai, acara dilanjutkan dengan bedah buku karya Prof. Soedarso, dan Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan Badri Munir Soekoco, Ph.D. Keduanya merupakan pengajar di lingkungan UNAIR yang rutin menerbitkan berbagai karya penelitian. Kali ini, sivitas akademika berkesempatan untuk menghadiri bedah buku karya keduanya. Pada bulan November 2015 lalu, Prof. Soedarso menerbitkan buku berjudul “Jalan Pengabdian: Catatan Seorang Dokter, Pendidik, dan Diplomat dalam Mencetak Generasi Bangsa”. Dalam kesempatan itu, Prof. Soedarso mengemukakan alasan yang mendasari dirinya menulis buku autobiografi. Pada tahun 1997, ia masih bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Prancis. Di sela-sela penugasan itu, ia juga pernah diminta untuk menguji salah satu mahasiswa di luar negeri. “Dia mengucapkan terima kasih. Dia juga bilang ‘saya kagum dengan profesor’. Dia bertanya, bagaimana profesor berhasil menjadi rektor dan duta besar. Apa tidak sebaiknya bikin semacam memoar untuk menjadi inspirasi bagi kaum muda,” tuturnya. Akhirnya, selepas itu ia membuat catatan-catatan penting dalam hidupnya. Pada tahun 2004, ia ditanyai oleh seorang gadis buta yang kala itu duduk di kelas VI sekolah dasar. “Apa kunci agar saya bisa sukses seperti Bapak?,” ujar Prof. Soedarso mengutip tanya gadis itu. Untuk meraih sukses, kata Prof. Soedarso, adalah dengan terus berusaha dan berdoa. Ia kemudian berpikir untuk membuat catatan-catatan penting menjadi sebuah buku setelah bertemu salah satu wartawan. Ketua BPP UNAIR, Badri, juga membedah buku miliknya yang berjudul “Teori Strategi: Evolusi dan Evaluasi”. Buku yang terbit pada tahun 2015 dengan cover dominan putih itu mengulas tentang evolusi dan evaluasi manajemen strategi. Ada juga
ulasan mengenai teori perilaku firma, organisasi industri, dan ekonomi organisasi. (*) Penulis: Defrina Sukma S.
Mahasiswa FST Temukan Selaput Penutup Organ Pencernaan untuk Atasi Kasus Gastroschisis UNAIR NEWS – Lima mahasiswa prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, dalam inovasi penelitiannya berhasil membuat selaput penutup organ pencernaan untuk menangani kasus gastroschisis yaitu kelainan dinding perut yang terbuka. Padahal kasus yang umumnya menimpa pada bayi yang baru lahir itu, di Indonesia masih merupakan kasus dengan resiko cukup tinggi. Mengapa masih berisiko tinggi, berdasarkan hasil penelitian karena di Indonesia masih banyak terdapat kehamilan usia sangat muda akibat pernikahan usia dini. Kemudian karena paritas tinggi, yaitu semakin banyaknya kelahiran pada seorang ibu (atau ibu banyak melahirkan) walau hal ini masih ada kaitannya dengan kehamilan pada usia tua, serta karena kekurangan asupan gizi pada ibu hamil. Sedangkan salah satu solusi untuk menangani kasus gastroschisis tersebut adalah menutupnya dengan selaput penutup organ pencernaan yang bersifat sementara sampai dilakukannya operasi penutupan abdomen pada bayi tersebut. Tindakan ini dikenal dengan menggunakan teknik SILO (silastic
springs-loaded silo). Hasil temuan Karina Dwi Saraswati (22), Fadila Nashiri Khoirun Nisak (22), Inas Fatimah (22), Fulky A’yunni (21), dan Claudia Yolanda Savira (21) ini bahkan menarik perhatian Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti, yang kemudian memberi dana pengembangan penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE). Di bawah bimbingan Dr. Prihatini Widiyanti, drg. M.Kes mereka mengemas hasil penelitian ini dalam judul “Studi In Vivo Poly-LactidCo-Glicolic-Acid (PLGA) dengan Coating Kitosan Sebagai Selaput Penutup Organ Pencernaan Untuk Aplikasi Kelainan Dinding Perut Yang Terbuka.” Diterangkan oleh Karina, sebagai ketua kelompok, pada umumnya SILO tersebut terbuat dari bahan dasar silikon yang bersifat toksik, sehingga kelima mahasiswa FST UNAIR tersebut berhasil membuat selaput penutup organ pencernaan yang terbuat dari bahan Poly-Lactid-co-Glicolic-Acid (PLGA) dilapisi Kitosan yang bersifat biokompatibel (dapat diterima oleh tubuh) dan tidak mengandung senyawa toksik. “Pemilihan material PLGA ini dikarenakan sifat PLGA tersebut elastis, biokompatibel, serta tahan degradasi dalam waktu yang cukup lama. Selain itu penambahan coating atau pelapisan kitosan ini dimaksudkan untuk meningkatkan biokompatibilitas, meningkatkan proliferasi dan cell attachment, sehingga yang diharapkan selaput penutup organ pencernaan dapat menutup organ pencernaan sementara sampai pada saatnya dimasukkan kembali ke dalam rongga abdomen,” tambah Karina Dwi Saraswati. Hasil pengujian gugus fungsi menunjukkan bahwa meningkatnya pita serapan pada bilangan gelombang 1747,50 cm yang merupakan gugus amida I menunjukkan keberadaan kitosan yang terbentuk bersama PLGA. Hasil kekuatan tarik untuk setiap variasi adalah 4,78 MPa (PLGA) dan 12,96 MPa (PLGA-kitosan). Hasil Uji Sitotoksisitas PLGA-Kitosan menunjukkan persentase
batas minimal sel hidup yaitu lebih dari 60%. Ini menandakan bahwa membran Spring-loaded silo ini tidak bersifat toksik. Selain itu, dari hasil Uji Morfologi tidak terlihat pori pada permukaan silo yang dikarenakan pori membran sangatlah kecil. Ukuran pori ini sesuai untuk diaplikasikan sebagai selaput penutup sementara organ pencernaan yang memiliki ukuran pori 0,1–10 mikro. Pada saat ini diakui masih dalam tahap pengujian pada hewan coba, tetapi berdasarkan hasil uji secara in-vitro, membran Poly-Lactid-co-Glicolic-Acid (PLGA) yang dilapisi kitosan memiliki potensi sebagai kandidat selaput penutup organ pencernaan yang baik. (*) Penulis : Bambang Bes