Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 (STUDI KASUS : BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN KALI KONTO) 1)
Dita Widyo Putro1), Wasis Wardoyo2), Theresia Sri Sidharti2) Program Studi Magister Manajemen Aset Infrastruktur Jurusan Teknik Sipil - FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail:
[email protected] 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK
Sepanjang aliran Kali Konto merupakan daerah lahan irigasi pertanian, banyak bangunan air irigasi yang dibangun termasuk Bangunan Pengendali Sedimen (BPS) yang dilengkapi pintu pengambilan air. Namun bencana lahar dingin yang terjadi pasca letusan Gunung Kelud 2014 membawa material sedimen dan batuan yang menyebabkan kerusakan infrastruktur BPS Kali Konto dan membahayakan penduduk sekitar serta terganggunya kegiatan irigasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan perbaikan BPS tersebut ke kondisi semula. Permasalahan yang timbul adalah dana yang tersedia tidak mencukupi untuk melakukan semua usaha perbaikan infrastruktur tersebut. Untuk itu perlu dilakukan prioritas BPS yang akan diperbaiki. Penelitian ini menghitung angkutan sedimen total yang terjadi menggunakan rumus angkutan sedimen kemudian dibandingkan dengan uji sedimen laboratorium. Kemudian analisa kondisi struktur BPS dan fungsi bangunan dari sisi volume tampungan dan layanan pengambilan air irigasi sawah. Hasil analisa tersebut menjadi inputan proses analisa prioritas pemeliharaan BPS dengan AHP. Dari kajian didapat dari empat belas BPS hanya lima bangunan yang memiliki pintu pengambilan air irigasi dengan urutan prioritas perbaikan yakni BPS 1 Lemurung luas layanan 50 Ha, BPS 2 Siman luas layanan 166 Ha, BPS 3 Oro-oro Ombo luas layanan 50 ha , BPS 4 Damarwulan luas layanan 50 ha, BPS 5 Badas luas layanan luas 200 ha. Kata kunci: Bangunan Pengendali Sedimen, Prioritas Pemeliharaan, Angkutan Sedimen, AHP. PENDAHULUAN Bencana lahar dingin/debris atau sedimen sering terjadi di daerah Kabupaten Kediri dan Blitar, hal ini disebabkan endapan material piroklastik di lereng Gunung Kelud yang terbawa air hujan kemudian turun terbawa aliran sungai-sungai yang berhulu di Gunung Kelud. Material yang telah bercampur dengan air hujan ini memiliki berat jenis lebih besar daripada air sehingga tentu memiliki daya rusak yang hebat terhadap sekitarnya. Untuk mengatasi kemungkinan bencana yang timbul akibat aliran lahar dingin ini maka dibangunlah Bangunan Pengendali Sedimen (BPS) atau dikenal sebagai Sabo Dam. Bangunan Pengendali Sedimen adalah suatu teknologi berupa bangunan yang dapat dibuat, dioperasikan, dan dipelihara secara mudah, praktis dan berbiaya renda, berfungsi untuk mengendalikan muatan sedimen yang terdapat pada alur sungai (Kementerian Pekerjaan Umum, 2014). Salah satu jalur yang dilalui aliran sedimen Gunung Kelud adalah melalui Kali Konto pada Gambar 1, berhulu di Gunung Anjasmoro dan Argowayan aliran Kali Konto mengalir dari daerah batu turun ke pujon lalu ke ngantang. Disini Kali Konto dibendung pada suatu ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
waduk yang bernama Selorejo. Dalam perjalanan menuju hilir di sungai Brantas, Kali Konto mendapat tambahan debit aliran air dari sungai Namba'an, Nogo dan Sambong. Ketiga Sungai ini bagian hulunya berasal dari Gunung Kelud. Sehingga pada saat terjadi erupsi Kelud kemudian muncul lahar dingin yang memporak-porandakan infrastruktur dan lahan pertanian di sekitar Kali Konto pelaku utamanya adalah ketiga anak sungai tersebut dengan kontribusi sedimen transport yang cukup besar. Banyaknya bangunan pengairan di sepanjang aliran Kali Konto seperti PLTA Mandalan, PLTA Siman siphon Lemurung, siphon Prayungan serta bendung-bendung irigasi merupakan indikator bahwa kontinuitas aliran air Kali Konto mengalir sepanjang tahun. Pada tanggal 13 Februari 2014 Gunung Kelud mengalami Erupsi setelah terakhir terjadi pada 2007 silam. Sebaran material hasil erupsi menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Geologi (PVMBG) sebesar 100 juta - 120 juta meter kubik dan berada di lereng Gunung Kelud berpotensi menjadi banjir lahar dingin apabila terjadi hujan intensitas tinggi. Terbukti banjir lahar pertama terjadi berselang 5 hari setelah letusan pertama pada tanggal 18 Februari 2014 di Kali Konto dimana debit banjir yang terpantau di peilschale BPS Siman mencapai 850 meter kubik perdetik yang mengakibatkan beberapa bangunan infrastruktur yang rusak diantaranya fasilitas bangunan sabo pada aliran Kali Konto seperti Kantong Lahar I Kali Konto (Badas) terisi penuh material sedimen lahar dingin, Tanggul BPS Dam Oro-oro Ombo jebol, BPS Siman Gambar 2 dan BPS Lemurung rusak parah, beberapa infrastruktur seperti jembatan,jaringan irigasi mengalami kerusakan dimana semua infrastruktur tersebut berada di wilayah administrasi Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kediri.
Gambar 1 Lokasi Bangunan Sabo Kali Konto
Untuk merehabilitasi semua infrastruktur BPS yang rusak seperti semula dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dana yang ada harus dioptimalkan penggunaanya, oleh karena itu penelitian ini berupaya mencari langkah penanganan dengan melakukan prioritas pemeliharaan BPS di Kali Konto. Usaha tersebut membutuhkan faktor-faktor yang digunakan dalam pengambilan keputusan pemilihan prioritas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan faktor kondisi bangunan dan volume tampung sedimen sebagai dasar prioritas, faktor lainnya adalah pertimbangan bahwa dengan banyaknya bangunan pengairan di Kali Konto yang ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
membuktikan kontinuitas aliran air Kali Konto sepanjang tahun berarti terdapat pula lahan irigasi pertanian di sepanjang Kali Konto. Selain itu manfaat BPS terhadap lingkungan sekitar juga menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh penulis. Batasan masalah yang digunakan penulis agar bahasan penelitian fokus sesuai tujuan yakni BPS yang ditinjau hanya yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Pusat dalam hal ini BBWS Brantas.
Gambar 2 BPS Siman Hancur.
METODE Penelitian ini secara garis besar terdiri dari dari tiga tahap, yaitu tahap pra-lapangan, lapangan dan pasca lapangan. Penelitian ini juga menggunkan beberapa rumus angkutan sedimen total seperti metode Chih Ted Yang, Engelund and Hansen dan Shen Hung serta metode pengambilan keputusan multi kriteria dengan Analytic Hierarchy Process (AHP). Tahap Pra-Lapangan Tahap pra-lapangan dilakukan dengan identifikasi kondisi lapangan dengan cara survey lokasi untuk mendapatkan permasalahan yang ada, identifikasi BPS baik jenis dan lokasi serta pemeliharaan serta wawancara dengan pihak pelaksana teknis lapangan PPK Pengendalian Lahar Gunung Kelud. Selain itu dalam tahap ini juga dilakukan studi literatur yang mendukung penelitian. Tahap Lapangan Tahap lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian. Yakni : 1. Data Primer Data primer yang digunakan dalam penelitian antara lain : lokasi koordinat BPS, Kondisi aktual BPS kerusakan komponen bangunan BPS, dokumentasi dan kuesioner bobot kriteria pemeliharaan BPS. Komponen BPS yang dinilai antara lain : a. b. c. d.
Main Dam Sayap Dinding tepi Apron
e. f. g. h.
Sub dam Lubang Air Pintu Pengambilan Bagian pelengkap lainnya.
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk mengambil keputusan dengan multi kriteria. Hasil survey menjadi bahan pertimbangan para pengambil kebijakan di instansi yang berwenang yang didapatkan dengan kuesioner kemudian diolah dengan pairwise comparison untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria dan prioritas BPS yang akan dipelihara.
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Gambar 3 Komponen-komponen BPS
2. Data Sekunder Memberikan gambaran awal kondisi lokasi penelitian yang didapatkan dari instansi terkait antara lain : Data sedimen, data teknis BPS, biaya pemeliharaan dan kajian irigasi. Tahap Pasca Lapangan Tahap pasca lapangan mengolah semua data yang telah dikumpulkan baik data primer dan sekunder. Analisa data yang dilakukan : 1. Analisa Kondisi Infrastruktur BPS Penilaian dilakukan pada saat survey lapangan dengan peralatan GPS dan camera digital. Penilaian kondisi meliputi komponen-komponen BPS dan kondisi sekitarnya. Dengan skala penilaian 1-5 dimana masing-masing nilai memiliki parameter yang telah ditentukan oleh Balai Sabo Kementerian Pekerjaan Umum. 2. Analisa Angkutan Sedimen Total Analisa angkutan sedimen dilakukan untuk menghitung potensi sedimen yang akan turun ke hulu kali konto. Setelah volume potensi sedimen diketahui kemudian akan diperhitungkan dengan kapasitas tampung BPS yang ada. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metode perhitungan angkutan sediment total seperti metode Yang’s, metode Engelund dan Hansen dan metode Shen Hung untuk menghitung kapasitas angkut sedimen. Hasil perhitungan akan dibandingkan dengan hasil uji sedimen laboratorium untuk menentukan dasar rumus perhitungan yang dipakai. a. Metode Chih Ted Yang
.. ............................................................................................... ............................................................................................ Dimana : Ct D50 ω V Vcr S U*
= Konsentrasi sedimen total = diameter sedimen (mm) = Kecepatan jatuh (m/s) = Kecepatan Aliran (m/s) = Kecepatan Kritis (m/s) = Kemiringan saluran = Kecepatan geser (m/s)
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-4
(1) (2) (3)
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
W D Qs Qa
= Lebar sungai (m) = Kedalaman saluran(m) = Muatan Sedimen (kg/s) = Debit saluran (m3/s)
b. Metode Engelund and Hansen ........................................
(4)
............................................................................................
(5)
Dimana : τ* = tegangan geser (Kg/m2) Qs = Muatan Sedimen (Kg/s) c. Metode Shen Hung ......
(6)
...................................................................................
(7)
.............................................................................................
(8)
Dimana : Ct = Konsentrasi sedimen total ω = Kecepatan jatuh (m/s) V = Kecepatan Aliran (m/s) W = Lebar sungai (m) D = Kedalaman saluran(m) Qs = Muatan Sedimen (kg/s) Q = Debit saluran (m3/s) 3. Analisa Kriteria Pemeliharaan BPS Kriteria yang menjadi faktor prioritas pemeliharaan didapatkan dengan survey langsung di lokasi disertai dengan tanya jawab dengan para expert dan pemangku kebijakan Bangunan Pengendali Sedimen serta hasil studi literatur. Hasil dari pencarian faktor-faktor kriteria kemudian diambil yang dipilih paling banyak oleh para expert. Faktor kriteria yang dipilih kemudian dicari studi literature yang menguatkan argument pemilihan faktor kriteria tersebut. 4. Analisa Prioritas Pemeliharaan BPS Hasil pemilihan kriteria pemeliharaan kemudian menjadi dasar inputan pemodelan prioritas pemeliharaan BPS. Dengan menjadikan kriteria-kriteria hasil pemilihan sebagai faktor kriteria dalam hirarki pemodelan (level 1) AHP. Setelah hirarki pemodelan prioritas pemeliharaan terbentuk dengan level 0 berupa tujuan atau goal, level 1 berupa kriteria-kriteria pemilihan dan level 2 berupa alternatif-alternatif pilihan BPS yang akan dipelihara. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden. Penulis dalam hal ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana penulis menentukan siapa saja responden yang dirasa oleh penulis memiliki pengetahuan,pengalaman dan jabatan yang terkait dengan pemangku kebijakan mengenai Bangunan Pengendali Sedimen di BBWS Brantas. Penulis menggunakan aplikasi bantu expert choice dalam mengolah hasil kuesioner.
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Tabel 1 Perbandingan Berpasangan SKALA NO
BPS
BPS 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
ELEMEN I
ELEMEN II
2
ELEMEN I
ELEMEN III
3
ELEMEN I
ELEMEN IV
4
ELEMEN I
ELEMEN V
Gambar 4 Skor Penilaian AHP
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi dan Volume Tampung BPS Berdasarkan data sekunder yang didapat dari BBWS terdapat empat belas BPS di Kali Konto yang berada di bawah wewenang Pemerintah Pusat dalam hal ini BBWS BRANTAS. Dalam penelitian ini ke empat belas BPS dicatat lokasi koordinatnya kemudian ditampilkan dalam peta Gambar 1. Tabel 2 Daftar BPS di Kali Konto No
NAMA BANGUNAN
1. Check Dam Bronjong I - V K.Konto 2. Konsolidasi Dam VIII K.Konto 3. Konsolidasi Dam XII (Oprit) K.Konto 4. Kantong Lahar I K.Konto 5. Overflow Kantong Lahar I Badas K.Konto 6. Konsolidasi Dam XIII K.Konto 7. Tanggul Kantong Lahar II K.Konto 8. Overflow Kantong Lahar II Rolag 70 Afvoer Besuk 9. Overflow Kantong Lahar II Rolag 70 K.Konto 10. Konsolidasi Dam XVI K.Konto 11. Konsolidasi Dam I K.Avfoer Besuk 12. Konsolidasi Dam Syphon Siman 13. Konsolidasi Dam Syphon Lemurung 14. Konsolidasi Dam Syphon Jatiganggong Sumber : BBWS Brantas
Ds. Nambaan Damarwulan Orooroombo Badas Badas Blaru Parelor Parelor Parelor Sumberejo Parelor Siman Brumbung Jatiganggong
Lokasi Kec Kab. Kasembon Kediri Kandangan Kediri Pare Kediri Pare Kediri Pare Kediri Pare Kediri Kunjang Kediri Kunjang Kediri Kunjang Kediri Kunjang Kediri Kunjang Kediri Kepung Kediri Kepung Kediri Bd.Kdgmlyo Jombang
Th Pemb 1969/1970 - hancur/hilang 1994/1996 1987/1988 1975/1976 1975/1976 & 2009 1978/1979 1979/1980 1979/1980 1979/1980 2003 2003 2011 2011 2011
Sesuai dengan faktor yang ditinjau dari ke empat belas BPS tersebut yang memiliki keterkaitan dengan faktor irigasi dalam hal ini memiliki pintu pengambilan air berjumlah lima BPS antara lain : BPS Siman, BPS Lemurung, BPS Damarwulan, BPS Oro-oro Ombo dan BPS Badas. Kondisi struktur BPS disurvey setiap bagian komponen kemudian diberikan penilaian sesuai kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Balai Sabo. Berdasarkan klasifikasi kerusakan infrastruktur oleh Kementerian Pekerjaan Umum didapatkan BPS yang berada dalam kondisi BAIK sebanyak satu yakni BPS KL I Badas, BPS dengan kondisi RUSAK RINGAN sebanyak tiga yakni BPS Siman, BPS VIII Damarwulan dan BPS XII Oro-oro Ombo. Sedangkan sisanya RUSAK BERAT sebanyak satu yakni BPS Lemurung. ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Tabel 3 Klasifikasi Kerusakan infrastruktur NO 1
KONDISI BAIK RUSAK RINGAN RUSAK SEDANG RUSAK BERAT
2 3 4
REKOMENDASI
DESKRIPSI Tingkat Kerusakan dibawah 10% dari kondisi awal Tingkat Kerusakan 10%-20% dari kondisi awal Tingkat Kerusakan 20%-40% dari kondisi awal Tingkat Kerusakan lebih dari atau sama dengan 40% kondisi awal
Pemeliharaan Preventif Pemeliharaan Korektif Pemeliharaan Korektif Pemeliharaan Rehabilitatif
Tabel 4 Rekapitulasi Kondisi BPS NO
BPS
KONDISI
PROSENTASE KONDISI
1.Kapasitas tampung penuh
2. Lubang air tersumbat bebatuan. 1
Siman
83.57 3. Kondisi Buffer Fill Dam ambrol.
1. Main Dam Terkelupas & retak 2. Lantai & dinding apron hancur dan tergerus 2
Lemurung
3. Sub Dam terkelupas
51.67
4. Kapasitas tampung penuh
1. Sedimentasi di hilir setinggi crest dam 3
KD VIII Damarwulan
2. Subdam ke tiga tertimbun
89.17
sedimen 3. Lantai apron ada terkelupas.
1. Ada gerusan lokal di buffer dam 2. Bffer sub dam ambrol sbelah kiri 4
KD XII Orooro Ombo
3. Tanggul sebelah hilir kiri
84.44
ambrol 4. Kapasitas tampung hampir penuh
1. Kondisi Baik 5
KL I Badas
89.23
Sumber : Hasil Analisa
Hasil perhitungan angkutan sedimen total Kali konto berdasarkan perhitungan rumus didapatkan Tabel 5 Angkutan Sedimen Metode
Muatan Sedimen Volume Endapan Volume Timbunan (Ton/hari) (m³/hari) (m³/hari)
Yang's
1081.50
654
916
Angelund and Hansen
3107.90
142
199
Shen and Hung
234.54
1,171
1640
Sumber : Hasil Analisa
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Gambar 5 Kerusakan BPS Lemurung
Konsentrasi sedimen hasil perhitungan menggunakan rumus 1,4 dan 6 dibandingkan dengan konsentrasi sedimen hasil uji laboratorium. Didapatkan bahwa hasil perhitungan dengan metode Chih Ted Yang dengan hasil 1388 ppm paling mendekati hasil uji 1440 ppm. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan hasil tersebut. Setelah diketahui angkutan sedimen total per hari maka dengan asumsi debit air setiap harinya sama dengan pada saat pengambilan sampel sedimen lapangan sebesar 9,018 m3/detik maka dapat dihitung sisa umur tampungan BPS dengan membandingkan sisa kapasitas BPS setelah erupsi, dalam hal ini menggunakan data kapasitas tampung 2014. Tabel 6 Kapasitas Tampung BPS Kapasitas Tampung Kapasitas 2014 Sisa (m³) Desain (m³) (m³)
No
Lokasi
1
KD Siman
20,000
20,000
0
2
KD lemurung
21,500
21,500
0
3
KD VIII Damarwulan
58,981
45,000
13,981
4
KD X12 Oro-oro ombo
12,600
12,000
600
5
KL I Badas
2,000,000
1,800,000
200,000
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 7 Prediksi Umur Layanan BPS No
Lokasi
Sisa Kapasitas Tampung (m³)
Volume Endapan (m³/hari)
1
KD Siman
0
654
Umur Fungsi (hari) 0
2
KD lemurung
0
654
0
3 4
KD VIII Damarwulan
13,981
654
21
KD X12 Oro-oro ombo
600
654
22
5
KL I Badas
200,000
654
328
Sumber : Hasil Analisa
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Prioritas Penanganan BPS Bentuk model yang digunakan dalam penelitian ini adalah AHP, menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun kriteria yang dijadikan analisis dalam penelitian ini adalah : 1. Volume Tampungan Menunjukan kemampuan sisa kapasitas tampung BPS terhadap aliran sedimen yang akan datang. 2. Kondisi BPS Menunjukan kondisi struktur dan komponen-komponen BPS. 3. Luas Layanan Irigasi Menunjukan luas layanan irigasi yang mendapat suplesi aliran dari BPS 4. Potensi Pendapatan Potensi pendapatan hasil panen irigasi dengan adanya pintu pengambilan air di BPS. 5. Manfaat Manfaat lain dengan adanya BPS terhadap lingkungan sekitar. Pembobotan setiap elemen dalam hirarki AHP penelitian dilakukan menggunakan input penilaian responden yang telah dirata-rata. Penentuan prioritas dengan proses analisis pembobotan setiap elemen dalam hirarki struktur untuk menunjukkan skala prioritas seberapa penting kriteria atau faktor dalam pencapaian penelitian. Bobot kriteria diperoleh dari pengolahan data kuesioner yang berisi perbandingan bepasangan antar kriteria. Peringkat dari setiap faktor atau kriteria yang digunakan menunjukkan besarnya kepentingan masing-masing faktor kriteria dalam memberikan konstribusi pencapaian penelitian ini. Tabel 8 Daftar Prioritas faktor penentuan penanganan BPS
No
Faktor
Bobot Ranking
1
Volume Tampung
0.45
1
2
Kondisi Struktur
0.29
2
3
Luas Layanan Irigasi
0.095
4
4
Potensi Pendapatan
0.065
5
5
Manfaat Sosial
0.105
3
Sumber : Hasil Analisa
Proses pengambilan keputusan dengan metode AHP bertujuan memberikan penilaian bagi faktor terukur dan tidak terukur yang mempengaruhi keputusan pemilihan prioritas penanganan perbaikan Bangunan Pengendali Sedimen (BPS). Penilaian perbandingan diberikan berdasarkan hasil kuesioner untuk kriteria dan berdasarkan data-data primer dan sekunder untuk perbandingan alternatif. Hasil Akhir AHP berupa suatu ranking berdasarkan penilaian bobot prioritas dari setiap alternatif yang ada. Hasil dari prioritas penanganan BPS dengan metode AHP adalah : Tabel 9 Prioritas Penanganan perbaikan BPS No
Nama Bangunan
1 BPS Lemurung 2 BPS Siman 3 BPS Oro-oro Ombo 4 BPS Damarwulan 5 BPS Badas Sumber : Hasil Analisa
Bobot
Ranking Prioritas
0.339 0.249 0.167 0.141 0.103
1 2 3 4 5
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor kriteria volume kapasitas tampung sisa merupakan kriteria utama dalam penentuan prioritas penanganan BPS. 2. BPS Lemurung dipilih sebagai urutan pertama prioritas penanganan dengan bobot prioritas 0.339 dikarenakan volume tampung sisa yang sudah penuh dan kondisi struktur bangunan yang rusak berat. Prioritas ke dua adalah BPS dengan bobot 0.249. Prioritas penanganan ke tiga BPS Oro-oro ombo dengan bobot 0.167, Prioritas ke empat BPS Damarwulan dengan bobot prioritas 0.141 danyang terakhir adalah BPS Badas dengan bobot 0.103. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Faktor kriteria penanganan bisa ditambahkan lebih banyak seperti kerentanan social ekonomi, infrastruktur dan biaya. 2. Analisa prioritas ini bisa dilanjutkan dengan analisa optimasi biaya pemeliharaan apabila bisa didapatkan harga satuan dan rancangan anggaran biaya pembangunan awal BPS. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2011 tentang komponen Bangunan Sabo. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.13/PRT/M/2012 tentang Pengelolaan Aset Irigasi. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2008). Penilaian Kerusakan dan Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kerugian.
BBWS Brantas. (2014). Bencana Letusan Kelud 2014. Surabaya: BBWS Brantas. BBWS Brantas. (2012). Inventaris Bangunan Pengendali Sedimen. Surabaya: BBWS Brantas Mananoma, T., Rahmat, A., & Legono, D. (2006). Prediksi Kapasitas Tampung Sedimen Kali Gendol Terhadap Material Erupsi Gunung Merapi 2006. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI ke-23 , Manado , 181-185. Mardijanto, I. (2011). Perencanaan Teknis Sabo. Yogyakarta: BBWS Serayu Opak. Masaharu, F., Hiroshi, T., S, M., & Y, G. (2011). A study on the precessof collapse of sabo structures due to floods after Mt Merapi eruption in 2010. the 9th International symposium on Mitigation of Geo-disaster in Asia , 137-143. Sabo Training Centre. (2013). Pengantar Teknologi Sabo . Yogyakarta: Sabo Training Centre. Yayasan Air Adhi Eka dan Japan International Cooperation Agency. (2009). SABO untuk Penanggulangan Bencana Akibat Aliran Sedimen. Jakarta: Yayasan Air Adhi Eka dan Japan International Cooperation Agency.
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-2-10