perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
SKRIPSI
Disusun Oleh : Hanggoro Purnawan K 5407025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Oleh : Hanggoro Purnawan K 5407025
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Geografi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Maret 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sugiyanto, M.Si.,M.Si NIP. 19600606 198603 1 005
Rita Noviani,S.Si.,M.Sc. NIP. 19751110 200312 2 013
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
:
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Partoso Hadi, M.Si.
Sekretaris
: Setya Nugraha, S.Si.,M.Si
Anggota I
: Drs.Sugiyanto,M.Si.,M.Si ________________
Anggota II
: Rita Noviani, S.Si.,M.Sc
Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP.19600727 198702 1 001 commit to user iv
________________
________________
________________
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Hanggoro Purnawan. PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, April 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui sebaran pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010, (2) Mengetahui perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009, (3) Mengetahui karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010, (4) Mengetahui alasan pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Populasinya adalah masyarakat Kota Surakarta yang memiliki hak pilih. Penentuan sampel menggunakan metode multistage random sampling sejumlah 150 orang. Teknik pengumpulan data penelitian adalah menggunakan data primer berupa wawancara dengan angket dan data sekunder berupa studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi dengan SPSS berupa tabulasi frekuensi dan tabulasi silang (crosstabs) dan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan Arc View 3.3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Sebaran pemilih pasangan kandidat hasil Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki kecenderungan merata di seluruh PPK baik pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo maupun Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Total perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo 90,09% sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara. (2) Perolehan suara partai pendukung yang tergabung dalam koalisi partai tidak selalu mencerminkan perolehan suara pasangan kandidat. (3) Karakteristik pemilih terhadap pilihan pasangan kandidat cenderung memiliki pola dan variasi yang sama. (4) Alasan pemilih dapat mencerminkan jenis kategori pemilih. Mayoritas pemilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo adalah pemilih rasional karena alasan mereka didominasi kemampuan kandidat (40,7%) dan program/isu yang ditawarkan (22%). Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie mayoritas dipilih oleh pemilih tradisional karena alasan mereka lebih karena didukung oleh partai politik (5,3%), kepribadian kandidat (2,7%) dan kesamaan latar belakang (0,7%).
Kata Kunci : Pemilukada, koalisi partai, pemilih, dan SIG
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Hanggoro Purnawan. THE VOTER MAP PREFERENCE IN 2010 LOCAL CHIEF GENERAL ELECTION OF SURAKARTA CITY. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, April 2011. The objectives of research are: (1) to find out the voter distribution in 2010 Local Chief General Election of Surakarta City, (2) to find out the comparison between voter distribution for each candidate in 2010 Local Chief General Election of Surakarta City and the voter distribution of supporting party in 2009 Legislative General Election, (3) to find out the characteristics of voter in 2010 Local Chief General Election of Surakarta City, and (4) to find out the voter’s reasoning in 2010 Local Chief General Election of Surakarta City. This study employed a descriptive spatial. The population was Surakarta City residents having right to vote. The sampling technique used was multistage random sampling obtaining 150 respondents. Techniques of collecting data used were interview and questionnaire for primary data and documentation study for secondary data. Technique of analyzing data used was a descriptive analysis using SPSS with frequency tabulation and crosstabs and Geographical Information System (SIG) with Arc View 3.3. Considering the result of research it can be concluded that: (1) the voter distribution of candidate couple of 2010 Local Chief General Election of Surakarta City result, that is, the one obtaining the highest vote in each subdistrict of Surakarta City is Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo couple. This couple obtains 90.09% vote while Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie couple obtains 9.91% vote, (2) the vote gain of supporting parties integrating in party coalition not always reflect on the vote gain of candidate couples, (3) the voter characteristic in choosing the candidate couple tends to have similar pattern and variation, (4) the voter’s reasoning in choosing the candidate couple can reflect on the type of voter categories. Majority voters choosing Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo couple are the rational chooser because their reason is dominated by the competency of candidate (40,7%) and the program/issue they offers (22%). Meanwhile, Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie is chosen by traditional chooser because their reason is more dominated by political party’s support (5,3%), candidate’s personality (2,7%) and background similarity (0,7%).
Keyword : Local Chief General Election, party coalition, voter, and GIS
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
”Tugas kita di dunia bukanlah untuk berhasil, tetapi tugas kita di dunia adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil” (Mario Teguh)
“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orangorang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan” (Mario Teguh) ”Berkarakter kuat dan cerdas” (FKIP UNS) ”Seiring datangnya kekuatan yang besar, maka akan datang pula tanggung jawab yang besar” (spiderman) ”Sabar itu tak ada batasannya” (penulis)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
1. Ibu dan Bapakku terhormat 2. Kakak-kakak dan adikku tercinta 3. Rinduku yang tertulis di lauhul mahfuz 4. Almamaterku
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, inayah serta nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)”. Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh program Strata I Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof.Dr.Much.Syamsulhadi,Sp.Kj selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2.
Bapak Prof.Dr.Muhammad Furqon Hidayatullah,M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3.
Bapak Drs.Saiful Bachri,M.Pd. selaku Ketua Jurusan P.IPS FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4.
Bapak Drs.Partoso Hadi,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta;
5.
Bapak Setya Nugraha,S.Si.,M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta;
6.
Bapak Dr.Sarwono,M.Pd selaku Pembimbing Akademik (PA);
7.
Bapak Drs.Sugiyanto,M.Si.,M.Si. selaku Pembimbing I;
8.
Ibu Rita Noviani,S.Si.,M.Sc. selaku Pembimbing II;
9.
Segenap pimpinan dan staf KPU Kota Surakarta;
10. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Geografi angkatan 2007;
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Teman-teman yang tergabung dalam ”Tim Liar” Futsal Community Geo’07; 12. Teman-teman di Ikatan Eksekutif Pemuda Pulosari (IEPP), tetap ”all for one, one for all”; 13. Asisten-asisten pelatihan SIG (Lilik, Yaskinul, Nova Ari,Yunus, Eri, dan Isna) terima kasih atas pelatihan SIG’nya, Pak Yasin terima kasih sudah berkenan berdiskusi di awal pengajuan proposal dulu. 14. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................iv HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................................v HALAMAN MOTTO ..................................................................................................vii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................viii KATA PENGANTAR ..................................................................................................ix DAFTAR ISI .................................................................................................................xi DAFTAR TABEL .........................................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................xvi DAFTAR PETA ............................................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................6 C. Pembatasan Masalah ......................................................................................6 D. Perumusan Masalah........................................................................................7 E. Tujuan Penelitian ............................................................................................7 F. Manfaat Penelitian ..........................................................................................7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................9 1. Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung ..............................................9 2. Perilaku Pemilih .........................................................................................10 a. Pengertian ..............................................................................................10 b. Orientasi Pemilih ...................................................................................16 c. Jenis-Jenis Pemilih .................................................................................18 3. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat ..............................21 4. Partai Politik Dalam Pemilukada .............................................................. 24 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Alasan Pemilih Terhadap Kandidat Dalam Pemilukada ...........................28 6. Analisis Keruangan Dalam Pemilukada .....................................................29 7. Sistem Informasi Geografi (SIG) ...............................................................30 B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................32 C. Kerangka Berpikir ..........................................................................................35 D. Batasan Operasional .......................................................................................37 BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................39 B. Metode Penelitian ...........................................................................................39 C Sumber Data ....................................................................................................41 D. Populasi dan Teknik Sampling.......................................................................43 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................47 F. Analisis Data ...................................................................................................48 C. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................................53 1. Keadaan Geografis .....................................................................................53 2. Keadaan Penduduk .....................................................................................57 B. Hasil dan Pembahasan ....................................................................................66 1. Sebaran Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 ..............66 2. Perbandingan Sebaran Pemilih Kandidat dengan Pemilih Partai Pendukung .................................................................................................70 a. Hasil Perolehan Suara Partai-Partai Pendukung ....................................70 b. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan Partai Pendukungnya ..............................................71 c. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie dengan Partai Pendukungnya........................................77 3. Karakteristik Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 ......81 a. Hasil Survei Pemilih ..............................................................................81 b. Analisis Tabulasi Silang Karakteristik Pemilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat ................................................................................84 4. Alasan Pemilih Dalam Pemilukada KotatoSurakarta tahun 2010 ...............119 commit user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ..........................................................................................................125 B. Implikasi ...............................................................................................................126 C. Saran .....................................................................................................................127 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................128 LAMPIRAN
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
5
Tabel 2.1
Penelitian Yang Relevan
33
Tabel 3.1
Jenis Dan Sumber Data Penelitian
42
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Tingkat Kecamatan
45
Tabel 3.3
Metode Pengumpulan Sampel Tingkat Kelurahan
45
Tabel 3.4
Faktor, Indikator Dan Kriteria Karakteristik Pemilih Pada Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
51
Tabel 3.5
Faktor Dan Indikator Alasan Memilih
52
Tabel 4.1
Luas Dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RT, RW Di Kota Surakarta Tahun 2008
55
Tabel 4.2
Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta
56
Tabel 4.3
Luas, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008
58
Tabel 4.4
Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008
59
Tabel 4.5
Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Tahun 2008
61
Tabel 4.6
Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008
62
Tabel 4.7
Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2008
63
Tabel 4.8
Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008
65
Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
66
Tabel 4.10
Perolehan Suara Partai Pendukung Yang Mendapatkan Kursi DPRD Kota Surakarta Hasil Pemilu Legislatif 2009
Tabel 4.11
Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Tabel 4.12
77
Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Tabel 4.14
72
Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. WirabhumiSupradi Kertamenawie Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Tabel 4.13
71
81
Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan commit to user xiv
86
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.15
digilib.uns.ac.id
Tabulasi Silang Status Marital Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
Tabel 4.16
89
Tabulasi Silang Umur Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di MasingMasing Kecamatan
Tabel 4.17
92
Tabulasi Silang Pendidikan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
Tabel 4.18
95
Tabulasi Silang Pekerjaan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
Tabel 4.19
99
Tabulasi Silang Penghasilan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
Tabel 4.20
104
Tabulasi Silang Agama Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
Tabel 4.21
107
Tabulasi Silang Pengalaman Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
Tabel 4.22
111
Tabulasi Silang Pilihan Partai Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
Tabel 4.23
115
Tabulasi Silang Alasan Memilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing Kecamatan
119
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Pembagian Jenis Pemilih
11
Gambar 2.2
Konfigurasi Pemilih
18
Gambar 3.1
Bagan Tahapan Pengambilan Sampel
47
Gambar 4.1
Prosentase Luas Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2008
55
Gambar 4.2
Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2008
57
Gambar 4.3
Grafik Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008
58
Gambar 4.4
Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Di Kota Surakarta Tahun 2008
Gambar 4.5
Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2008
Gambar 4.6
62
Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2008
Gambar 4.8
64
Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008
Gambar 4.9
65
Grafik Perbandingan Suara Pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo Dengan Partai Pendukung
Gambar 4.10
86
Grafik Hasil Tabulasi Silang Status Marital dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.14
89
Grafik Hasil Tabulasi Silang Umur dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.15
82
Grafik Hasil Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.13
78
Grafik Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.12
73
Grafik Perbandingan Suara Pasangan Eddy S. WirabhumiSupradi Kertamenawie Dengan Partai Pendukung
Gambar 4.11
61
Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008
Gambar 4.7
59
93
Grafik Hasil Tabulasi Silang Pendidikan dengan Pilihan Pasangan commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kandidat di Tiap Kecamatan Gambar 4.16
96
Grafik Hasil Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Pilihan Pasangan
101
Kandidat di Tiap Kecamatan Gambar 4.17
Grafik Hasil Tabulasi Silang Penghasilan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.18
105
Grafik Hasil Tabulasi Silang Agama dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.19
108
Grafik Hasil Tabulasi Silang Pengalaman dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.20
112
Grafik Hasil Tabulasi Silang Pilihan Partai dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.21
117
Grafik Hasil Tabulasi Silang Alasan Memilih dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan
120
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA Halaman Peta 1
Administrasi Kota Surakarta
54
Peta 2
Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
69
Peta 3
Perbandingan Perolehan Suara Jokowi-Rudy dengan Koalisi Partai
76
Peta 4
Perbandingan Perolehan Suara Eddy-Supradi dengan Koalisi Partai
80
Peta 5
Sebaran Pemilih Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
83
Peta 6
Sebaran Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 7
87
Sebaran Pemilih Berdasarkan Status Marital Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 8
90
Sebaran Pemilih Berdasarkan Umur Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 9
94
Sebaran Pemilih Berdasarkan Pendidikan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 10
97
Sebaran Pemilih Berdasarkan Pekerjaan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 11
102
Sebaran Pemilih Berdasarkan Penghasilan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 12
106
Sebaran Pemilih Berdasarkan Agama Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 13
109
Sebaran Pemilih Berdasarkan Pengalaman Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 14
113
Sebaran Pemilih Berdasarkan Pilihan Partai Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Peta 15
118
Sebaran Pemilih Berdasarkan Alasan Memilih Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
124
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Dalam sistem politik yang demokratis, rakyat mempunyai hak untuk memilih wakil rakyat yang terhimpun dalam partai politik untuk duduk di parlemen dan juga mempunyai hak untuk terlibat aktif dalam kontestasi politik itu sendiri. Oleh karena itu, pemilu merupakan mekanisme paling penting sampai dengan saat ini dalam sistem politik modern yang bisa digunakan rakyat dalam membuat pilihan terbaiknya untuk memilih calon-calon yang menurut pandangannya mampu menjalankan roda pemerintahan, baik di level daerah, legislatif (DPR/DPD/DPRD), maupun pimpinan tertinggi eksekutif. Proses demokrasi yang terus bergulir di Indonesia telah mencatat sejarah baru yaitu berupa pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dilakukan secara langsung. Siapapun yang terpilih dalam hal ini akan lebih ditentukan oleh kuantitas suara rakyat pemilih dan bukan lagi oleh rekayasa politik yang dilakukan oleh sejumlah elite partai. (Soebroto, www.surabayapost.com, 9 Juli 2010). Di bawah Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004, Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) diselenggarakan secara langsung. Pemilukada di kota/kabupaten maupun provinsi dilakukan langsung oleh rakyatnya yang memiliki hak pilih. Pemilukada ini merupakan suatu langkah baru dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pemilukada langsung diharapkan akan menghasilkan figur kepemimpinan yang aspiratif dan berkualitas. Pemilukada langsung akan mendekatkan pemerintah dengan yang diperintah dan akuntabilitas kepala daerah benar-benar tertuju kepada rakyat. Di samping itu, Pemilukada langsung merupakan tuntutan dan desakan rakyat yang menghendaki bahwa kepala daerah tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi rakyat dapat menggunakan hak politiknya secara langsung seperti pada pemilihan presiden. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 59 ayat (1), dinyatakan bahwa pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai-partai politik. Sedangkan partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mendaftarkan pasangan calon adalah partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan perolehan sekuarang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan anggota DPRD yang bersangkutan. Pemilukada secara langsung pada akhirnya menarik untuk dianalisis tentang kecenderungan pemilih terhadap pilihan politiknya. Di titik inilah preferensi politik dalam memilih kepala daerah perlu kita lihat relevansinya terhadap motivasi seseorang (voter) untuk memberikan hak suaranya dalam Pemilukada. Pemilukada sangat menarik untuk dianalisis dalam ilmu geografi. Pendekatan analisis dalam geografi menggunakan bermacam-macam hampiran (approach) yaitu pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis) (Bintarto, 1983: 12). Berdasarkan pengertian ini, geografi memandang suatu fenomena secara menyeluruh meliputi persamaan maupun perbedaan fenomena geosfer, salah satunya adalah kajian tentang perilaku sosial politik masyarakat. Geografi politik merupakan salah satu aspek dari geografi manusia, salah satu kajian yang lebih besar tetapi di dalamnya terkandung elemen pembeda yang membuatnya lebih bersifat khusus. Dalam usaha untuk menggabungkan ilmu politik dengan geografi, pakar geografi terpaksa menghadapi berbagai ilmu yang berhubungan dengan kajiannya. Dibandingkan dengan bidang geografi yang lain, geografi politik paling banyak terdapat perbedaan pendapat dan definisi yang tidak seragam. Geografi kawasan tertentu sangat mempengaruhi keadaan politiknya dan kawasan-kawasan yang berdekatan dengannya. Pergerakan politik bergantung kepada kekurangan dan kelebihan yang timbul oleh perbedaan-perbedaan antar kawasan. Oleh karena itu, politik dan geografi memiliki hubungan yang sangat erat. Geografi commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
politik mencoba mengkaji hubungan tersebut ( Fauzi, http://umrefjournal.um.edu. Diakses tanggal 12 Maret 2011). Lebih lanjut Fauzi (2006) menjelaskan bahwa geografi politik memberikan tumpuan untuk memperhatikan, menganalisis, dan mencatat segala hal politik yang ada serta menyatukannya ke dalam corak atau bentuk ruang (space). Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu membatasi kajian pada bukti-bukti aktivitas dan organisasi manusia yang dapat dilihat. Meskipun demikian, pakar-pakar geografi politik dari dari aliran ini telah menghasilkan kajian yang mempunyai azas yang luas. Azas geografi politik adalah perbedaan fenomena politik antara satu tempat dengan tempat lain di muka bumi. Selain itu, geografi politik dianggap sebagai ilmu kawasan politik atau lebih khusus lagi, kajian negara sebagai satu ciri kawasan yang berhubungan dengan ciri-ciri kawasan yang lain. Oleh karena itu, pendekatan analisis keruangan (spatial analysis) dapat digunakan untuk kajian geografi politik hasil Pemilukada. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) dalam komputer menjadi semakin penting dan memiliki banyak manfaat di dalam penggunaannya. Dalam ilmu geografi pun, penggunaan komputer semakin memiliki arti penting untuk mempermudah analisis khususnya data keruangan dan data statistik guna memperoleh hasil penelitian yang baik dan berkualitas. Geografi mutakhir telah menggunakan statistik dan metode kuantitatif dalam penelitiannya bahkan telah pula digunakan komputer untuk menyimpan, mengolah dan menganalisa data. Hal ini sangat berfaedah seperti menentukan batas suatu wilayah, menentukan gerakan penduduk, menentukan pola penyebaran fenomena geografi, mencari kaitan antar satu variabel dengan variabel yang lain (Bintarto, 1983:7). Bentuk perkembangan teknologi komputer dalam analisis geografi yaitu dengan adanya Sistem Informasi Geografis (SIG). Menurut Aronoff, SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi : (a). masukan, (b). manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c). analisis dan manipulasi data, (d). keluaran (Prahasta, 2001:57). Adanya SIG maka data keruangan maupun data atribut dapat diolah sehingga menghasilkan peta tematik. Data keruangan seperti Kota Surakarta dan data atribut berupa hasil Pemilukada dapat diolah sehingga akan menghasilkan peta politik. Dalam hal ini dikenal dengan adanya kajian pemetaan politik yang mulai digunakan sebagai sarana untuk menentukan kebijakan politik sehingga sesuai dengan kondisi masyarakat di wilayah tertentu. Surakarta adalah salah satu kota yang pada tanggal 26 April 2010 untuk kedua kalinya menyelenggarakan Pemilukada untuk memilih walikota dan wakil walikota secara langsung. Dalam Pemilukada ini, terdapat dua pasangan calon walikota dan wakil walikota yang bersaing untuk memenangkan proses Pemilukada. Pasangan pertama adalah Joko Widodo dan FX. Hadi Rudyatmo yang didukung oleh PDI-P, PKS, PAN, Partai Gerindra dan PDS. Sedangkan pasangan kedua adalah Eddy S.Wirabumi dan Supradi Kertamenawie yang diusung oleh Partai Demokrat, Partai Golkar.dan Partai Hanura. Berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan KPU Kota Surakarta diketahui bahwa perolehan suara masing-masing pasangan adalah sebagai berikut.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1. Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 No
Pasangan Calon
Perolehan Suara
Prosentase
Partai Pendukung
1
Joko Widodo dan FX. Hadi Rudyatmo
248.243
90,09 %
2
Eddy S. Wirabumi dan Supradi Kertamenawie
27.306
9,91 %
PDIP, PKS, PAN, GERINDRA, PDS GOLKAR, DEMOKRAT, HANURA
Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2009 59,72 %
27,70 %
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah) Dari hasil rekapitulasi perolehan suara tersebut dapat diketahui bahwa pasangan nomor urut satu yaitu Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo menang mutlak dengan prosentase 90,09 % suara mengalahkan pasangan nomor urut dua yaitu Eddy S. Wirabumi dan Supradi Kertamenawie yang hanya meraih 9,91 % suara. Selain didukung oleh partai besar berpengaruh di Kota Surakarta, pasangan Joko Widodo FX. Hadi Rudyatmo juga merupakan incumbent di Pemilukada Kota Surakarta. Mereka telah menjabat sebagai walikota dan wakil walikota Surakarta selama lima tahun setelah memenangkan Pemilukada tahun 2005 lalu dan sekarang maju kembali sebagai calon incumbent Pemilukada tahun 2010. Dilihat dari perolehan suara, masing-masing pasangan calon memiliki kecenderungan sendiri-sendiri. Pasangan pertama jumlah perolehan suara jauh lebih besar dibandingkan dengan perolehan suara partai-partai yang mendukungnya. Sedangkan pasangan kedua meraih suara yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perolehan suara partai-partai pendukungnya. Ini artinya, pasangan nomor urut dua banyak kehilangan suara dari partai-partai yang mengusungnya sedangkan pasangan nomor urut satu berhasil memperoleh tambahan suara dari pemilih partaipartai yang mendukung pasangan lawan. Hasil Pemilukada Kota Surakarta memiliki catatan yang sangat menarik untuk dikaji. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara dimana jumlah suara koalisi partai pendukungnya 59,72 % suara pada Pemilu commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Legislatif 2009. Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie hanya memperoleh 9,91 % suara dengan jumlah perolehan suara koalisi partai yang mendukungnya mencapai 27,70 %. Hasil perolehan suara masing-masing pasangan tersebut menjadi sangat menarik untuk dianalisis tentang preferensi pemilih di Kota Surakarta. Dari data keruangan yang dikomparasikan data pendukung berupa data statistik pemilih pada Pemilukada 2010 di Kota Surakarta akan menghasilkan Peta Politik Pemilukada. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menyusun skripsi dengan judul : “PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)”. B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada masalah yang dapat diidentifikasi yaitu : Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara dimana perolehan total suara koalisi partai pendukung sebesar 59,72% sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara dimana perolehan total suara koalisi partai pendukung sebesar 27,70%. C.
Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan masalah perlu dilakukan untuk memperoleh kedalaman kajian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Hasil Pemilukada yang dianalisis adalah Pemilukada Kota Surakarta 2010. 2. Partai-partai pendukung (koalisi partai) yang dianalisis adalah partai politik yang memperoleh kursi di DPRD Kota Surakarta pada Pemilu Legislatif 2009. 3. Penelitian terhadap pemilih dalam Pemilukada dibatasi pada karakteristik pemilih dan alasan pemilih dalam memilih.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana sebaran pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010? 2. Bagaimana perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai- partai pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009? 3. Bagaimana karakteristik pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010? 4. Bagaimana alasan pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010? E.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sangat penting karena dengan ini kita dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuannya adalah : 1. Mengetahui sebaran pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010. 2. Mengetahui perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai –partai pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009. 3. Mengetahui karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010. 4. Mengetahui alasan pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010. F.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengembangkan ilmu geografi, khususnya dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dalam pemetaan politik Pemilukada. b. Untuk memperkaya khasanah keilmuan geografi politik. Selama ini ilmuilmu sosial hanya dipandang sebelah mata sebagai ilmu yang tidak memiliki makna dalam mendukung kehidupan manusia seperti ilmu-ilmu teknik yang kasat mata. Dengan adanya penelitian yang spesifik yaitu tentang commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemilukada maka geografi politik akan memberikan pencerahan bahwa hasil Pemilukada tidak hanya bisa dikaji oleh ilmu politik tetapi juga oleh geografi politik. c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan di sekolah dalam bidang studi Geografi tingkat SMA/MA Program IPS Kelas XII pada pokok bahasan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis. 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran kajian geografi politik mengenai peta preferensi pemilih pada Pemilukada tahun 2010 di Kota Surakarta.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung Pemilihan kepala daerah langsung adalah instrumen untuk meningkatkan participatory democracy. Melalui Pemilukada, masyarakat memilih langsung kepala daerahnya yang dianggap paling baik dan memenuhi semua unsur yang diharapkan. Sesungguhnya demokrasi itu bersifat lokal, maka salah satu tujuan Pilkada itu adalah untuk memperkuat legitimasi demokrasi itu sendiri. Meskipun demikian, dalam praktek di negera-negara lain, keberhasilan Pemilukada langsung tidaklah berdiri sendiri, tetapi juga ditentukan oleh kematangan dan kesiapan partai politik dan aktor politik, budaya politik yang tumbuh di masyarakat serta kesiapan dukungan administrasi penyelenggaraan Pemilukada. Kondisi politik lokal yang sangat heterogen, kesadaran dan pengetahuan politik masyarakat yang rendah, serta buruknya sistem pencatatan kependudukan dan penyelenggaraan pemilihan (electoral governance) seringkali menyebabkan kegagalan tujuan Pemilukada langsung (Prasojo, 2009:186). Diselenggarakannya Pemilukada secara langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme tersendiri. Pemilukada dinilai sebagai perwujudan pengembalian hak-hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekruitmen pimpinan daerah
sehingga mendinamisir kehidupan
demokrasi di tingkat lokal. Keberhasilan Pemilukada langsung untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung kritisisme dan rasionalitas rakyat sendiri (Nasution, 2009:37). Pada tanggal 26 April 2010 lalu, Kota Surakarta telah menyelenggarakan Pemilukada untuk kedua kalinya setelah era reformasi digulirkan. Pemilukada Kota Surakarta diselenggarakan pertama kali pada tahun 2005 dimana istilah yang masih digunakan adalah Pilkada. Kemudian setelah lima tahun berselang, Kota commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta kembali menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung pada tahun 2010 yang kini berganti dengan istilah Pemilukada. Penyelenggaraan Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki catatan tersendiri yang sangat menarik untuk dikaji. Pemilukada ini diikuti oleh dua pasangan calon dimana pasangan nomor urut satu yaitu Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo meraih kemenangan terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan Pemilukada di Indonesia yaitu perolehan suaranya mencapai 90,09 %. Sedangkan pasangan yang lain yaitu Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie hanya memperoleh 9,91 % suara. 2. Perilaku Pemilih a. Pengertian Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan (Firmanzah, 2009:102). Adapun perilaku pemilih menurut Ramlan Surbakti dalam Nasution (2009:30) adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) didalam suatu Pemilu. Bila voters memutuskan untuk memilih maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu. Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada kandidat jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau kandidat tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan. Perilaku pemilih juga sarat dengan ideologi antara pemilih dengan partai politik atau kontestan pemilu. Masing-masing kontestan membawa ideologi yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi dan pengelompokan antara ideologi yang dibawa kontestan. Masyarakat akan commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka (Nasution, 2009:31). Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu dan kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik dan seorang pemimpin. Kelompok masyarakat ini adalah para pendukung atau konstituen suatu partai politik di lingkungan internal atau konstituen dan pendukung pesaing-pesaing di lingkungan eksternal. Di samping itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik dan kandidat tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, dimana ideologi dan tujuan politik mereka tidak diikatkan kepada suatu partai politik tertentu atau kandidat tertentu. Mereka “menunggu” sampai ada suatu partai politik atau kandidat yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai politik atau kandidat tersebutlah yang akan mereka pilih. Berikut bagan pembagian jenis pemilih : Internal
Konstituen
Eksternal
Pemilih
Nonpartisan
Konstituen Partai Lain p
Gambar 2.1. Pembagian Jenis Pemilih (Firmanzah, 2007:103)
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perilaku pemilih dapat ditujukan dalam memberikan suara dan menentukan siapa yang akan dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam Pemilukada secara langsung. Pemberian suara atau voting secara umum dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana seorang anggota dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil. Pemberian suara dalam Pemilukada langsung diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Menurut Asfar dalam Nasution (2009:31-33), perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan, yaitu : 1) Pendekatan Sosiologis Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian Amerika. Karena itu, Flannagan menyebutnya sebagai model sosiologi politik Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini untuk menjelaskan perilaku pemilih masyarakat Inggris, menyebut model ini sebagai social determinism approach. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial dan karakteristik atau latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin, dan umur) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Pendek kata, pengelompokan sosial seperti umur( tua-muda), jenis kelamin
(laki-perempuan),
agama
dan
semacamnya
dianggap
mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, profesi, maupun commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya, merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang karena kelompokkelompok inilah yang mempunyai peranan besar dalam menentukan sikap, persepsi, dan orientasi seseorang. Menurut Bone dan Ranney ada tiga tipe utama pengelompokan sosial, yaitu: a) Kelompok kategorial, yang terbentuk berdasarkan faktor perbedaan jenis kelamin, usia, dan pendidikan. b) Kelompok sekunder, terdiri dari kelompok pekerjaan, status sosio ekonomi dan kelas sosial serta kelompok-kelompok etnis yang meliputi ras, agama dan daerah asal. c) Kelompok primer, termasuk pasangan-pasangan suami istri, orangtua dan anak-anak, serta kelompok bermain. (Prasetyo, 2009:27). 2) Pendekatan Psikologis Pendekatan ini berkembang di Amerika Serikat berasal dari Eropa Barat, pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat karena dikembangkan sepenuhnya oleh Amerika Serikat melalui survey research center di Universitas Michigan. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut Mazhab Michigan. Pelopor utama pendekatan ini adalah Angust Campbell. Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih jika ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini sosialisasilah yang menentukan perilaku memilih seseorang. commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penganut pendekatan ini menjelaskan sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang dan merupakan variabel yang cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu, dan orientasi terhadap kandidat. 3) Pendekatan Rasional Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku pemilih
oleh ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu
ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku pemilih (politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional, yaitu menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, maka dalam perilaku politikpun
maka
masyarakat
dapat
bertindak
rasional,
yakni
memberikan suara ke partai politik atau kandidat yang dianggap mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian. Teori tentang ekonomi politik ini diadaptasi dari lapangan ekonomi. Ahli politik mengadaptasi teori tersebut untuk menjelaskan perilaku pemilih dengan memperhitungkan apa dampak yang bisa dirasakan langsung oleh pemilih di masa datang kalau ia memilih partai tertentu. Seperti dalam lapangan ekonomi, pilihan seseorang atas kandidat tertentu didasarkan pada penilaian terhadap masa lalu dan penilaian atas kondisi ekonomi di masa datang. Disini, pilihan seseorang atas kandidat tertentu didasarkan pada pertimbangan rasional terutama kemampuan dalam mengatasi dan menangani masalah ekonomi.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Pendekatan Domain Kognitif (Pendekatan Marketing) Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh tujuan domain kognitif yang berbeda dan terpisah, sebagai berikut : a. Isu dan kebijakan politik b. Citra sosial c. Perasaan emosional d. Citra kandidat e. Peristiwa mutakhir f. Peristiwa personal g. Faktor-faktor epistemik Faktor
internal
dan
eksternal
individu
secara
simultan
mempengaruhi cara individu dalam berfikir dan mengikatkan dirinya secara politik dengan partai tertentu. Pilihan politik seseorang dapat dilihat dari dua perspektif antara environment-determinist dengan freechoice. Paradigma pertama, individu dianggap sebagai produk masyarakat. Sistem nilai dan perilaku yang muncul pada masingmasing individu merupakan hasil bentukan lingkungan. Sedangkan paradigma kedua, melihat individu dianggap memiliki derajat kebebasan yang cukup tinggi untuk berbeda dengan lingkungannya. Keputusan akhir dari perilaku yang akan diambil ditentukan sendiri oleh setiap individu (Firmanzah, 2007:128). Lebih
lanjut
Firmanzah
(2007:130)
menyatakan
bahwa
pertimbangan (judgment) pemilih dipengaruhi tiga faktor pada saat bersamaan : (1) kondisi awal pemilih, (2) media massa, (3) partai politik atau kontestan. Kondisi awal diartikan sebagai karakteristik yang melekat pada diri si pemilih. Tingkat pendidikan dan ekonomi misalnya, diyakini dapat mempengaruhi pemilih dalam membuat keputusan. Faktor kedua yang mempengaruhi pemilih adalah media commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
massa. Kemampuan media massa untuk mendistribusikan informasi merupakan kekuatan untuk pembentukan opini publik. Opini publik sendiri sangat ditentukan oleh seberapa besar informasi yang diberikan kepada masyarakat. Faktor ketiga adalah karakteristik partai politik dan kontestan itu sendiri. Atribut kontestan seperti reputasi, image, citra, latar belakang, ideologi, dan kualitas para politikusnya akan sangat
mempengaruhi
penilaian masyarakat
atas partai
yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini menggunakan kombinasi antara keempat pendekatan tersebut di atas. Kombinasi pendekatan tersebut akan menghasilkan karakteristik pemilih baik dari segi sosiologis, psikologis, rasionalitas dan domain kognitif. b. Orientasi Pemilih Firmanzah (2007:115) membagi orientasi pemilih menjadi dua hal yang bisa dijadikan ukuran mengenai cara memilih dalam menilai kedekatannya dengan partai politik atau seorang kontestan. Kedua hal tersebut yaitu : 1) Kesamaan mengenai cara pemecahan masalah (policy problem solving) Pemilih menaruh perhatian yang sangat tinggi atas cara kontestan (partai politik atau calon pemimpin) dalam menawarkan solusi
sebuah
permasalahan.
Semakin
efektif
seseorang/suatu
kontestan dalam menawarkan solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan, semakin tinggi pula probabilitas untuk dipilih oleh para pemilih. Para pemilih memiliki kecenderungan untuk tidak memilih partai politik atau calon pemimpin yang kurang mampu menawarkan program kerja dan hanya mengandalkan spekulasi serta jargon-jargon politik.
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara itu, Chappel dan Veiga dalam Firmanzah (2007:117) menyimpulkan dalam studi mereka bahwa kinerja ekonomi dan tanggung jawab politik kontestan secara bersamaan mempengaruhi hasil akhir Pemilu. Persoalan ekonomi menjadi pusat perhatian karena sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemilih akan cenderung memilih partai politik atau kontestan yang menawarkan solusi yang paling menarik untuk menyelesaikan persoalan ekonomi seperti pengangguran, inflasi, investasi dan pajak. Pemilih akan memberikan penilaian yang nantinya akan termanifestasikan dalam bentuk penghargaan (reward) atau hukuman (punishment) bagi partai atau kontestan yang sedang berkuasa. Penilaian tentang policy-problem solving bisa dilakukan secara ex-post dan ex-ante. Penilaian ex- post berarti menilai apa saja yang telah dilakukan sebuah partai atau pemimpin yang berkuasa untuk memperbaiki kondisi yang ada. Sementara ex-ante dilakukan dengan mengukur dan menilai kemungkinan program kerja dan solusi yang ditawarkan sebuah partai atau kandidat ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan. Reputasi masa lalu kontestan dan pengaruh pemimpin karismatik dari sebuah partai berkontribusi pada kesan serius dan legitimasi program kerja yang ditawarkan. 2) Kesamaan dalam paham serta nilai dasar ideologi (ideology) Struktur ideologi pemilih sangat menentukan partai apa dan kandiddat seperti apa yang menurut mereka akan menyuarakan suara mereka. Pemilih memiliki kecenderungan untuk memilih partai atau kandidat yang memiliki kesamaan ideologi dengan mereka daripada partai politik atau kandidat yang memiliki ideologi yang berbeda. Terdapat beberapa hal yang digunakan partai politik atau kandidat dalam hal ini. Pertama, partai politik atau kandidat berusaha menarik commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat yang memiliki kesamaan ideologi dengan mereka. Kedua, partai politik atau kandidat berusaha memperkenalkan dan meyakinkan kepada
kelompok-kelompok
masyarakat
yang
tidak
memiliki
kesamaan ideologi dengan mereka. Pemilih yang cenderung mementingkan ideologi suatu partai atau kandidat akan menekankan aspek –aspek subyektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai atau kontestan pemilu, pemilih akan cenderung memberikan suaranya ke partai politik atau kandidat tersebut (Nasution, 2009:34). c. Jenis-Jenis Pemilih Firmanzah (2007:133) menggunakan kedua orientasi pemilih tersebut untuk mengasumsikan penggunaannya oleh pemilih untuk menentukan pilihannya. Orientasi pemilih pada policy-problem solving berkisar antara rendah (low) dan tinggi (high). Hal yang sama juga terdapat pada orientasi pemilih pada ideology, yakni berkisar dari intensitas rendah (low) dan tinggi (high). Konfigurasi dari kedua faktor tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut.
Tinggi
Pemilih Rasional
Pemilih Kritis
Orientasi policy-problem solving Rendah
Pemilih Skeptis
Pemilih Tradisional
Rendah Tinggi Orientasi ideology
Gambar 2.2. Konfigurasi Pemilih commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan konfigurasi pemilih tersebut terdapat empat jenis pemilih, yaitu: 1) Pemilih Rasional Pemilih rasional memiliki orientasi yang tinggi pada policyproblem solving dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau kandidat dalam program kerjanya. Program kerja atau platform dapat dianalisis dalam dua hal :1) kinerja partai atau kandidat di masa lalu (backward looking) dan 2) tawaran program untuk menyelesaikan permasalahan yang ada (forward looking). Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi kepada suatu partai atau kandidat. Faktor seperti paham, asal usul, nilai tradisional, budaya, agama dan psikografis memang dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang signifikan.
Pemilih cenderung melepaskan hal-hal yang bersifat
dogmatis, tradisional, dan ikatan lokasi dalam kehidupan politiknya. Analisis kognitif dan pertimbangan logis sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan. Hal terpenting bagi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau kandidat daripada paham dan nilai partai atau kandidat. 2) Pemilih Kritis Pemilih jenis ini adalah perpaduan antara tingginya orientasi pada
kemampuan
partai
atau
kandidat
dalam
menuntaskan
permasalahan yang ada maupun tingginya orientasi mereka dalam halhal yang bersifat ideologis. Pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik atau kandidat mana mereka akan commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai atau kandidat baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan paham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. 3) Pemilih Tradisional Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau kandidat sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asalusul, paham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau kandidat. Biasanya pemilih ini lebih mementingkan figur dan kepribadian pemimpin, mitos, nilai historis sebuah partai politik atau kandidat. Salah satu karakteristik mendasar pemilih jenis ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta paham yang dianut. Pemilih tradisional merupakan pemilih yang mudah dimobilisasi selama periode kampanye. 4) Pemilih Skeptis Pemilih ini tidak memiliki orientasi yang cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kandidat, juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang karena ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memperdulikan platform dan kebijakan sebuah partai politik atau kandidat. Penelitian ini akan mengkategorikan jenis pemilih menjadi dua macam yaitu pemilih rasional dan pemilih tradisional sehingga akan terlihat jelas commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbedaannya melalui alasan pemilih memilih pasangan kandidat. Alasan memilih karena kemampuan kandidat dan program/isu yang ditawarkan menunjukkan ciri dari pemilih rasional. Sedangkan alasan karena kepribadian kandidat, didukung partai pilihan dan kesamaan latar belakang menunjukkan ciri pemilih tradisional. 3. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat Dalam Pemilukada Ada berbagai macam faktor yang dapat menjadi analisis hubungan pemilih dengan kandidat dalam Pemilukada. Faktor-faktor tersebut dapat disarikan dari berbagai macam pendekatan dalam menganalisis perilaku pemilih (voter behaviour). Dengan mulai berkembangnya penelitian tentang studi perilaku pemilih, banyak hasil penelitian yang mencoba menyelidiki hubungan faktor preferensi pemilih dengan pemilih partai politik atau kandidat tertentu dalam Pemilukada khususnya faktor internal yang berupa karakteristik sosial pemilih (Prasetyo, 2009:29). Acuan analisis dapat menggunakan karakteristik pemilih yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Adapun karakteristik pemilih dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Demografis, meliputi : 1) Jenis Kelamin Secara psikologis ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam mengambil suatu keputusan. Ada pertimbangan yang berbeda antara keduanya yang dapat diteliti. Perilaku pemilih berdasarkan jenis kelamin akan sangat menarik untuk dikaji dalam Pemilukada. Peran perempuan semakin lama semakin sejajar dengan laki-laki termasuk peranan dalam bidang politik khususnya dalam menentukan pilihan terhadap kandidat. 2) Umur Umur merupakan salah satu indikator perkembangan manusia baik secara fisik maupun psikologinya. Umur seseorang mempengaruhi commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keputusan untuk menentukan pilihan terhadap kandidat. Pemilih dengan umur yang relatif tua cenderung memiliki sifat yang konservatif dan sulit untuk menerima perubahan ataupun hal-hal yang baru. Sebaliknya, umur yang relatif muda cenderung menginginkan hal-hal yang baru dan mudah menerima perubahan. 3) Status Marital Manusia secara fitrah memiliki rasa kebutuhan terhadap lawan jenis, termasuk dalam hal pernikahan. Seseorang yang telah menikah akan memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda dengan orang yang belum menikah termasuk dalam bidang politik. Perbedaan status kedua fase tersebut terhadap pilihan kandidat menarik untuk dikaji. b. Faktor Pendidikan Dalam buku ”Higher Education for America Democracy” yang dikutip Noorsyam,dkk (1981:3) dinyatakan sebagai berikut : ”Education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies. An educational system finds its the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in which in functions.” Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya baik rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) maupun jasmani (panca indera serta ketrampilan-ketrampilan (Noorsyam dkk, 1981:6). Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi pekerti yang luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat serta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh pendidikan adalah melalui pendidikan formal. Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang. Lembaga pendidikan dimulai dari pra sekolah commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampai dengan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal merupakan pengajaran sistematis di luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok masyarakat untuk memenuhi keperluan khusus. Perbedaan tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara pandang dan sikap terhadap suatu masalah yang dihadapi. Dalam politik, pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam menentukan
pilihannya.
Orang
yang
berpendidikan tinggi
cenderung
menggunakan pikiran-pikiran yang rasional dalam memilih. Berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah cenderung mengesampingkan hal-hal yang rasional. c. Faktor Ekonomi, meliputi : 1) Pekerjaan Manusia dituntut untuk bekerja agar kebutuhan ekonominya dapat tercukupi dengan baik. Jenis pekerjaan seseorang dapat mencerminkan tingkat kemampuan, ketrampilan dan pola pikir. Dari ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih kandidat. 2) Penghasilan Kondisi ekonomi yang berbeda dapat dilihat dari penghasilan yang diperoleh seseorang. Adanya perbedaan penghasilan seseorang akan dapat mempengaruhi cara bertindak dan berfikir dalam menghadapi suatu masalah tertentu. d. Faktor Agama Dalam ideologi Pancasila dinyatakan : ”Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini menunjukkan bahwa agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi, dan budaya. Menurut William Liddle, ”Religion is believed to be an important sociological factor in voting behavior. Lijphart (1977) found that religion commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
played a more important role in shaping party vote choice in Belgium, Canada, South Africa and Switzerland than did language or class. In the United States, recent studies find an upsurge of religious traditionalism among voters (Layman 1997; Layman and Carmines 1997). In Indonesia, as elaborated below, religious orientation in particular the cleavage between pious and nominal Muslims has long been claimed to be the main determinant of party choice. Moreover, as a new democracy Indonesia might be particularly susceptible to religious voting because weaker, uninstitutionalized political parties are less able to play a mediating role between voters’ most basic loyalties
and
the
national
political
process”.
(Liddle,
http://democracy.stanford.edu/Syllabi/TokaVBPPPE.htm, 19 Juli 2010). Agama merupakan salah satu faktor penting yang menentukan motivasi seseorang untuk menentukan pilihannya. Faktor sentimen agama masih sering muncul pada masyarakat pemilih di Indonesia. e. Faktor Pengalaman Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu melalui proses belajar formal dan dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang dihadapi. Pengalaman mengikuti Pemilukada dapat menjadikan seseorang lebih siap dan hati-hati dalam memilih kandidat. 4. Partai Politik Dalam Pemilukada a. Pengertian Partai Politik Partai politik menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik adalah: ”Organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum”. Menurut pendapat Sigmund Neumann (Budiardjo, 2000:162) bahwa: partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Pendapat Sigmund Neuman tersebut, menekankan bahwa partai politik merupakan tempat berkumpulnya aktivis politik dan terdapat persaingan antargolongan yang memiliki pandangan yang berbeda untuk menguasai pemerintahan. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan partai politik adalah organisasi warga negara yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan melalui proses pemilihan umum untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati oleh seluruh anggota partai. b. Fungsi Partai Politik Fungsi partai politik menurut UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik adalah sebagai sarana: 1) Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi Warga Negara Republik Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2) Penciptaan iklim yang kondusif dan program yang konkret serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk menyejahterakan masyarakat. 3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara. 4) Partisipasi politik warga negara. 5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan gender.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, partai politik diharapkan memberikan pendidikan politik kepada setiap warga negara untuk menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajibannya. Selain itu, partai politik menjadi bagian dalam upaya pemersatu bangsa untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dan penyerap, penyalur aspirasi rakyat. Jika ketiga fungsi partai politik tersebut terpenuhi maka diharapkan partai politik dapat meningkatkan partisipasi politik warga negara sehingga proses rekruitmen politik untuk mengisi jabatan politik menjadi tahap akhir dari proses fungsi partai politik. Menurut Budiardjo (2002: 163-164), dalam negara demokratis partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu : 1) Partai sebagai sarana komunikasi politik 2) Partai sebagai sarana sosialisasi politik 3) Partai sebagai sarana rekruitmen politik 4) Partai sebagai sarana pengatur konflik Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disarikan bahwa fungsi partai politik dalam kehidupan demokrasi Indonesia adalah sebagai wadah aspirasi rakyat sebagai wujud hak politik dalam membangun negara yang lebih demokratis dan sejahtera melalui proses pendidikan politik, partisipasi politik, dan rekruitmen politik untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa. c. Peran Partai Politik Dalam Pemilukada Dalam sistem demokrasi partai politik (Parpol) mempunyai beberapa fungsi yang penting dan utama, anatara lain fungsi rekrutmen, pendidikan dan pelatihan bagi orang-orang yang layak untuk menduduki posisi-posisi di legislatif maupun eksekutif (seleksi kandidat) atau sebagai pengurus partai, pengumpulan dan artikulasi kepentingan kelompok-kelompok tertentu, dan integrasi kepentingan-kepentingan tersebut ke dalam satu program politik.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam lingkup daerah parpol pada dasarnya juga berfungsi sebagai “jembatan” antara masyarakat dan sistem politik yang memberikan kesempatan kepada warga untuk berpartisipasi secara aktif dalam dunia politik. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses modernisasi diri. Maka dari itu, dewasa ini di negaranegara baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai (Budiardjo, 2002:159). Dalam perspektif komunikasi, Pemilukada langsung diharapkan akan lebih menjamin kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari unsur-unsur di dalamnya yang abstrak sebab berkaitan dengan persoalan psikologis, hingga terminologi Pemilukada langsung yang akan menjamin kesejahteraan rakyat yang merupakan tema umum dan masih diperdebatkan hingga kini. Di sisi lain, pasangan calon yang akan maju dalam Pemilukada harus didukung oleh parpol atau koalisi parpol. Menurut Undang-undang No. 32 tahun 2004 pasal 59 ayat (1), dinyatakan bahwa pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai-partai politik. Sedangkan partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mendaftarkan sebagai pasangan calon adalah partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan perolehan sekuarang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD atau 15% dari akumulai perolehan suara sah dalam pemilihan anggota DPRD yang bersangkutan (Pasal 59 ayat (2)UU No. 32 Th.2004 ). Mekanisme hubungan antara parpol dengan pemilih atau konstituen sangatlah sederhana, yaitu parpol membutuhkan suara pemilih dalam pemilihan (baik Pemilukada atau pemilu legislatif dan presiden). Suara pemilih atau commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konstituen tidak saja dibutuhkan oleh parpol pada saat pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat/Daerah (DPR/D), presiden dan wakil presiden, tetapi juga dalam pemilihan kepala daerah. Walaupun terkadang dalam mekanisme Pilkada terjadi koalisi atau gabungan antar parpol, hubungan dengan konstituen per parpol haruslah tetap dijaga, dipertahankan, dan ditingkatkan oleh setiap parpol. (Utomo,http://budiutomo79.blogspot.com/2010/05/pengaruh-perilaku partaipolitik.html,19 Juli 2010). Pemilukada Kota Surakarta tidak dapat lepas dari peran partai politik. Pasangan kandidat yang maju diajukan dan didukung oleh beberapa partai yang tergabung menjadi koalisi partai. Koalisi partai dalam Pemilukada Kota Surakarta yaitu PDI-P, PAN, PKS, Partai Gerindra dan PDS mencalonkan pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo sedangkan Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Hanura mengusung pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Peran koalisi partai ini dapat mempengaruhi perolehan suara pasangan kandidat. 5. Alasan Pemilih Terhadap Kandidat Dalam Pemilukada Dalam penelitian yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) terkait dengan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 lalu, salah satu informasi penting dalam Pilkada DKI Jakarta adalah alasan pemilih dalam memilih kandidat. Sebagian besar (28.5%) pemilih memilih kandidat berdasar pertimbangan kemampuan kandidat. Sebanyak 19.5% pemilih memilih kandidat berdasar kepribadian kandidat yang dinilai baik . Pemilih yang memilih kandidat berdasar kemampuan, lebih memilih Fauzi-Priyanto. Kemungkinan latar belakang Fauzi Bowo sebagai birokrat dan orang yang berpengalaman di dalam pemerintahan, membuat pemilih meyakini Fauzi Bowo lebih mempunyai kemampuan. Sementara pemilih yang memilih kandidat dengan pertimbangan kepribadian kandidat,
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbagi secara merata antara yang memilih Fauzi Bowo-Priyanto dan Adang Darajatun-Dani Anwar. (Eriyantodkk,http:/www.lsi.co.id/media/kajian_bulanan_edisi_nomor_4_%28_agu stus_2007%29.pdf, 19 Juli 2010). Dalam penelitian tersebut beberapa parameter
yang digunakan sebagai
penilaian atau alasan memilih kandidat yaitu : a.
Kemampuan kandidat
b.
Kepribadian kandidat
c.
Program/isu yang ditawarkan kandidat
d.
Didukung oleh partai pilihan
e.
Kesamaan latar belakang (suku, agama, dsb)
Penelitian ini akan menggunakan parameter seperti parameter tersebut di atas untuk mengkategorikan jenis pemilih pada Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010. 6. Analisis Keruangan Dalam Pemilukada Geografi melihat segala sesuatu dalam kaitannya dengan ruang. Tekanan utama geografi bukanlah pada substansi melainkan pada sudut pandang spasial. Produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah (regions) sebagai perwujudan dari persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada di muka bumi. Dari pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk modelmodel spasial, yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau rekomendasi (Hadi, http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id, 12 Maret 2011) Dalam geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan yaitu pendekatan analisis keruangan, analisis ekologi dan analisis kompleks wilayah. Analisis keruangan (spatial analysis) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk pelbagai kegunaan yang dirancangkan (Bintarto, 1983:12). Bidang geografi politik adalah satu bidang yang penting untuk melihat fenomena ruang dan corak pemilihan umum di suatu kawasan. Pemilu dan tingkah laku pemilih dapat dilihat dari sudut pandang keruangan dalam kajian geografi politik. Dalam bidang ini, orientasi empirik suatu keadaan itu dikaji secara sistematis untuk mendapatkan suatu gambaran, menerangkan dan meramalkan suatu peristiwa berdasarkan ruang. Para ahli geografi politik mencoba mendapatkan penemuan dan menguraikannya secara statistik, probabilitas, fungsional dan hubungan yang menjadi sebab dalam suatu peristiwa berdasarkan ciri lokasi dan ruang ( Fauzi, http://umrefjournal.um.edu. Diakses tanggal 12 Maret 2011). Pemilukada dapat dikaji dalam geografi politik dengan menggunakan analisis keruangan (spatial analysis). Analisis keruangan akan mengkaji tentang sebaran secara ruang baik sebaran perolehan suara masing-masing kandidat, karakteristik pemilih serta alasan memilih. Dari sebaran tersebut dapat dianalisis persamaan-persamaan
maupun
perbedaan-perbedaan
antar
ruang
dengan
menggunakan unit analisis PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan). Selain itu, dari sudut pandang keruangan akan dapat diketahui apa, dimana dan mengapa fenomena dalam Pemilukada tersebut terjadi. 7. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Pemilukada SIG merupakan sistem komputer yang sangat powerful baik dalam menangani masalah basisdata spasial (peta digital) maupun basisdata non-spasial (atribut). Sistem ini merelasikan lokasi geografi (data spasial) dengan informasiinformasi deskripsinya (non-spasial) sehinga para penggunanya dapat membuat peta (analog dan digital) dan menganalisis informasinya dengan berbagai cara (Prahasta, 2001:77).
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SIG sangat membantu pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang-bidang spasial dan geo-informasi. Karena demikian besar manfaatnya, SIG sangat dikenal orang hingga penggunaanya makin luas dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pada saat ini hampir semua disiplin ilmu (terutama yang berkaitan dengan informasi spasial) juga mengenal dan menggunakan SIG sebagai alat analisis dan representasi yang menarik. Fauzi (2006) menjelaskan bahwa, ”The application of Geographic Information System and election is a study that stresses geographic aspects which gives support to election boundaries, election information management system along with column analysis in election boundaries. Geographic Information System (GIS) is one of the information technologies that have recently grown rapidly worldwide. This system can prepare a framework to integrate a volume of total space data from many varieties of source and time period. Aside from that, the system can help management activities and information programs as a support tool for decision making. Thus, Geographic Information System is applied in various fields, including political geography and elections. With GIS, we can assess the national election pattern more effectively and comprehensively.” Demikian pula dalam bidang politik, SIG telah dimanfaatkan oleh beberapa instansi seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memetakan hasil Pemilu. KPU telah mengembangkan WebGIS dengan alamat http://webGIS.kpu.go.id. Penggunaan SIG ini semakin membuktikan bahwa SIG memiliki banyak manfaat untuk menghasilkan gambaran suatu fenomena keruangan di suatu wilayah. Penggambaran fenomena di suatu wilayah tersebut dengan mengkombinasikan data spasial dan data atribut. Dalam penelitian ini menggunakan data spasial berupa peta administrasi Kota Surakarta sebagai base map. Sedangkan data atribut diperoleh dari data tabulasi hasil Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dan data survei lapangan berupa data hasil wawancara dengan angket.
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B.
Penelitian Yang Relevan
Untuk lebih memperkuat kajian teori, maka akan dikemukakan beberapa penelitian yang telah dilakukan terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut disajikan ke dalam Tabel 2.1. sebagai berikut :
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C.
Kerangka Pemikiran
Hasil Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 sangat menarik untuk dikaji tentang preferensi pemilihnya. Hasil menunjukkan bahwa pasangan Joko WidodoFX. Hadi Rudyatmo meraih kemenangan dengan perolehan suara mencapai 90,09 % mengalahkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie yang hanya meraih 9,91% suara. Jika dibandingkan dengan perolehan suara koalisi partai pendukungnya masing-masing memiliki kecenderungan yang berbeda. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo didukung oleh koalisi PDIP, PKS, PAN, Partai GERINDRA, dan PDS. Koalisi ini pada Pemilu Legislatif Tingkat Kota Surakarta 2009 meraih 59,72% suara. Hal ini menunjukkan bahwa koalisi partai tersebut berhasil menggerakkan fungsi mesin politiknya untuk mengelola konstituen mereka agar tetap memilih pasangan yang didukung. Berbeda dengan koalisi partai pendukung pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie yang terdiri dari Partai GOLKAR, Partai DEMOKRAT dan Partai HANURA. Koalisi ini pada Pemilu Legislatif Tingkat Kota Surakarta 2009 meraih 27,70% suara. Jika dibandingkan dengan perolehan suara pasangan yang didukung menunjukkan bahwa koalisi ini gagal memaksimalkan peran mesin politik partai dalam perolehan suara Pemilukada. Karakteristik pemilih pada Pemilukada Kota Surakarta meliputi faktor demografi, ekonomi, pendidikan, agama, pengalaman dan pilihan partai politik. Dari faktor-faktor tersebut akan ditabelsilangkan dengan pilihan pasangan kandidat. Dari hasil crosstabs tersebut akan diketahui
pola preferensi pemilih menurut
karakteristiknya masing-masing. Alasan pemilih memilih pasangan kandidat meliputi kemampuan kandidat, kepribadian kandidat, program/isu yang ditawarkan, didukung oleh partai pilihan dan kesamaan latar belakang. Dari alasan pemilih tersebut dapat dianalisis tentang jenis pemilih yaitu pemilih rasional dan pemilih tradisional. Pemilih rasional jika alasan memilihnya adalah kemampuan kandidat dan program/isu yang ditawarkan,
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedangkan pemilih tradisional jika alasan memilihnya adalah kepribadian kandidat ,didukung oleh partai pilihan dan kesamaan latar belakang. Diagram alir penelitian dapat disajikan dalam Gambar 2.5 berikut.
Perilaku Pemilih
Pemilu Legislatif Kota Surakarta 2009
Pemilukada Kota Surakarta 2010
Sebaran Pemilih Koalisi Partai Pendukung
Sebaran Pemilih Kandidat
Survei Pemilih
Karakteristik Pemilih
Pemilukada Kota Surakarta 2010
Pemilukada Kota Surakarta 2010
Alasan Memilih Kandidat Pada Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 :
Tabulasi dan display peta dengan SIG
Preferensi Pemilih Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Gambar 2.5. Diagram Alir Penelitian
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini meliputi : 1. Preferensi Preferensi berasal dari bahasa Inggris preference yang artinya kecenderungan atau dukungan. Preferensi adalah sebuah konsep yang digunakan pada ilmu sosial. Ini mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara alternatifalternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. (wikipedia.com) 2. Pemilih Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. (Firmanzah, 2009:102) 3. Konstituen Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu dan kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik dan seorang pemimpin. (Firmanzah, 2009:103) 4. Partai Politik Partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum. (UU No. 2 Tahun 2008) 5. Koalisi Partai Koalisi Partai adalah gabungan dari partai-partai politik yang memiliki tujuan tertentu salah satunya untuk mendukung pasangan kandidat dalam Pemilukada. commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Pemilukada Pemilukada adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. 7. Sistem Informasi Geografis (SIG) SIG dijabarkan sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. (Budiyanto, 2002:2)
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Surakarta yang terdiri dari lima
kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan. Kota Surakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan dinamika politik yang cukup tinggi serta memiliki akar historis geopolitik sejak perkembangan masa kerajaan di Indonesia. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini mengkaji tentang hasil Pemilukada Kota Surakarta dan survei pemilih Kota Surakarta yang dilaksanakan di tahun 2010. Hasil Pemilu Legislatif Kota Surakarta yang dilaksanakan di tahun 2009 juga dijadikan referensi dalam penelitian ini. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif spasial yang didukung data survei lapangan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis (Tika, 2005: 4). Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang diteliti. Pendekatan tersebut dapat mengungkapkan secara hidup kaitan antara berbagai gejala sosial, dimana hal tersebut tidak dapat dicapai oleh penelitian yang bersifat menerangkan (Singarimbun, 1995:87).
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Geografi melihat gejala dalam ruang dengan memperhatikan tiap aspek dalam ruang tersebut. Pendekatan keruangan merupakan metode analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) yang berfungsi mengakomodasikan kegiatan manusia. Geografi sebagai ilmu yang mempelajari geospheric phenomena menyoroti obyek dalam ruang dalam 7 tema analisis spasial yaitu: spatial pattern analysis (analisis sebaran elemen pembentuk ruang), spatial structure analysis (analisis perubahan elemen-elemen pembentuk ruang), spatial process analysis (analisis proses keruangan), spatial interaction analysis (analisis interaksi antar ruang), spatial organisation analysis (analisis keterkaitan antar kenampakan yang satu dengan yang lain), spatial assocation (analisis asosiasi keruangan antar berbagai kenampakan), spatial tendency analysis (analisis dalam upaya mengetahui kecenderungan perubahan suatu gejala). (Hadi, http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id, 12 Maret 2011) Hadi (2010) mengemukakan tekanan utama geografi bukanlah pada substansi melainkan pada sudut pandang spasial. Produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah (regions) sebagai wujud dari persamaan dan perbedaan yang ada di permukaan bumi. Dari pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk model-model spasial, yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau rekomendasi. Dalam geografi politik pemilu dan tingkah laku pemilih dapat dilihat dari sudut pandang keruangan. Dalam bidang ini, orientasi empirik suatu keadaan itu dikaji secara sistematis untuk mendapatkan suatu gambaran, menerangkan dan meramalkan suatu peristiwa berdasarkan ruang. Para ahli geografi politik mencoba mendapatkan penemuan dan menguraikannya secara statistik, probabilitas, fungsional dan hubungan yang menjadi sebab dalam suatu peristiwa berdasarkan ciri lokasi dan ruang ( Fauzi, http://umrefjournal.um.edu. Diakses tanggal 12 Maret 2011).
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, baik berupa angket atau wawancara tatap muka peneliti dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait dan data pendukung lainnya.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian No
Jenis Data
Sumber
1
Data Primer : a. Data karakteristik pemilih
Angket dan wawancara dengan masyarakat pemilih (responden)
1) Faktor demografi (jenis kelamin, status marital dan umur) 2) Faktor ekonomi (pekerjaan dan penghasilan) 3) Faktor pendidikan 4) Faktor agama 5) Faktor pengalaman 6) Faktor pilihan partai b. Data alasan pemilih dalam memilih kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta 1) Kemampuan Kandidat 2) Kepribadian kandidat 3) Program/isu yang ditawarkan 4) Didukung oleh partai pilihan 5) Kesamaan latar belakang 2
Data Sekunder : a.
Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
a. BPS Kota Surakarta
b. Perolehan suara partai-partai pendukung masing-masing kandidat
b. KPU Kota Surakarta c. KPU Kota Surakarta
c. Perolehan suara pasangan kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta
d. BAKOSURTANAL
d. Peta RBI Lembar 1408-343 Surakarta
e. Sumber internet
pustaka
dan
e. Data pendukung lainnya
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Populasi dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dapat didefinisikan sebagai subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipejari dan kemudian ditarik kesimpulan (Susanto dalam Prasetyo, 2009:60). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Kota Surakarta yang memiliki hak pilih dalam Pemilukada, yaitu yang memenuhi syarat minimal berumur 17 tahun atau sudah menikah. Populasi ini tercatat sejumlah 393.703 pemilih (KPU Kota Surakarta,2010). 2. Teknik Sampling Sampel diartikan sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Susanto dalam Prasetyo, 2009:60). Penelitian ini menggunakan teknik multistage random sampling. Teknik ini memerlukan minimal dua tahapan penarikan sampel. Tahapan yang digunakan yaitu dengan teknik proporsional random sampling (sampel acak berimbang), purposive sampling dan simple random sampling (sampel acak sederhana). Penelitian ini mengambil sampel secara acak (random sampling) di 5 kecamatan dan seluruh kelurahan di Kota Surakarta. Jumlah sampel terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah 30 (Tika, 1997:33). Maka dari itu jumlah keseluruhan sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 150 sampel. Tahapan pertama pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu perhitungan pengambilan sampel tingkat kecamatan dengan menggunakan teknik proporsional random sampling dengan rumus sebagai berikut : commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah sampel tiap kecamatan = Jumlah Pemilih Kecamatan x Total Sampel Total Pemilih Berdasarkan data jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di KPU Kota Surakarta dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 (KPU Kota Surakarta, 2010) maka perhitungan jumlah sampel yang diambil di masing-masing kecamatan yaitu : Jumlah sampel Kecamatan Laweyan =
47.459 x 150 sampel = 25,30679
281.302 Dibulatkan menjadi 25 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Serengan =
26.967 x 150 sampel = 14,37974
281.302 Dibulatkan menjadi 14 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Pasar Kliwon =
43.320 x 150 sampel = 23,09973
281.302 Dibulatkan menjadi 23 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Banjarsari
=
89.173 x 150 sampel = 47,55014
281.302 Dibulatkan menjadi 48 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Jebres
= 74.383 x 150 sampel = 39,6636 281.302
Dibulatkan menjadi 40 sampel commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari perhitungan jumlah sampel tersebut dapat menjadi pedoman dalam penyebaran angket dengan teknik wawancara di masing-masing kecamatan yaitu : Tabel 3.2. Jumlah Sampel Tingkat Kecamatan No 1 2 3 4 5
Kecamatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon Banjarsari Jebres Jumlah Sampel
Sampel 25 14 23 48 40 150
Tahapan kedua pengambilan sampel yaitu perhitungan sampel tingkat kelurahan dengan teknik purposive sampling dan simple random sampling. Berikut ini Tabel 3.3. hasil perhitungan sampel di tingkat kelurahan. Tabel 3.3. Metode Penghitungan Sampel Penelitian Tingkat Kelurahan No
Kecamatan Laweyan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kelurahan
Purposive
Bumi Karangasem Jajar Kerten Laweyan Pajang Panularan Penumping Purwosari Sondakan Sriwedari Jumlah
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22
Danukusuman Jayengan Joyontakan Kemlayan Kratonan Serengan Tipes
2 2 2 2 2 2 2
Jumlah
14
Perhitungan Sampel Sisa sampel (random)
1
1
1
3
Total Sampel 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 25
Serengan 1 2 3 4 5 6 7
commit to user
2 2 2 2 2 2 2 0
14
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Kliwon 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Baluwarti Joyosuran Gajahan Kampung Baru Kedunglumbu Kauman Ps. Kliwon Sangkrah Semanggi Jumlah
2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
1 1
Banyuanyar Gilingan Kadipiro Keprabon Kestalan Ketelan Manahan Mangkubumen Nusukan Setabelan Punggawan Sumber Timuran Jumlah
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
1
Gandekan Jagalan Jebres Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan Mojosongo Pucangsawit Purwodiningratan Sudiroprajan Sewu Tegal Harjo
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
1 1
1 1 1 5
3 3 2 2 2 3 3 2 3 23
Banjarsari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1 1 1 1 1 1
1 9
4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 48
Jebres 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 1 1 1 1 7
4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 40
Tahapan ketiga pengambilan sampel yaitu penentuan nama-nama sampel yang akan dijadikan responden penelitian dengan teknik simple random sampling. Berdasarkan jumlah sampel tingkat kelurahan selanjutnya diambil nama-nama sampel secara random. Berikut ini Gambar 3.1. bagan tahapan pengambilan sampel dalam penelitian ini : commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta Kecamatan
Sample tingkat kecamatan (proporsional random sampling )
Kecamatan
------------------------------------------------------------------------------------------------------Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Sample tingkat kelurahan (purposive sampling dan simple random sampling)
------------------------------------------------------------------------------------------------------s- Responden
Responden
Responden
Responden
Penentuan nama-nama sampel responden (Simple random sampling)
Gambar 3.1. Bagan Tahapan Pengambilan Sampel E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Metode dokumentasi dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data dari instansi-instansi terkait yaitu KPU Kota Surakarta berupa data DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan data hasil Pemilu Legislatif 2009 maupun Pemilukada Kota Surakarta 2010, sedangkan dari BPS Kota Surakarta berupa Monografi Kota Surakarta Tahun 2009. 2. Angket Angket (kuesioner) adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden (Tika, 1997:82). Sedangkan menurut Subana yang dikutip Prasetyo (2009:65) angket adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dilengkapi oleh responden. Angket dapat memuat pertanyaan tentang commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fakta dan pendapat atau sikap. Angket merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan tertulis tentang suatu masalah yang akan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden atau subyek penelitian (Prasetyo, 2009:65). Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah angket semi terbuka dimana pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah tersusun rapi tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. Dari angket tersebut akan didapat data karakteristik maupun alasan pemilih. 3. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Tika, 1997:75). Dalam penelitian ini menggunakan wawancara berstruktur dengan adanya daftar pertanyaan yang telah disusun agar pengumpulan data lebih terarah kepada tujuan penelitian. F. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan dengan jalan mengumpulkan dan menata, mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditarik kesimpulan (Prasetyo,2009:66). Data yang diperoleh baik data primer dan sekunder kemudian dianalisis. Data akan ditabulasi dalam bentuk tabel silang dan grafik serta penyajian (display) dalam bentuk peta berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan prinsip statistik deskriptif. Statistik deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta penyajian hasil ringkasan tersebut. Data statistik yang biasa diperoleh dari hasil sensus, survei atau pengamatan lainnya umumnya masih acak, mentah dan tidak terorganisir dengan baik (raw data). Data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau presentasi grafik sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan (Santoso,2003:150). commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan bantuan program SPSS , data dianalisis dalam bentuk : a. Tabel Frekuensi Tujuan tabel frekuensi adalah memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data. Data yang digunakan bisa data kuantitatif atau kualitatif (Santoso, 2003:148). b. Tabel Silang (Crosstabs) Tabel silang (Crosstabs) adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau lebih dan satu kolom atau lebih. Jadi crosstabs digunakan untuk menyajikan deskripsi data dalam bentuk tabel silang yang terdiri dari baris dan kolom (Santoso, 2003:151). Baris dan kolom akan menunjukkan ada tidaknya pola hubungan karakteristik pemilih dan pilihan partai politik dengan pilihan terhadap kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010. c. Grafik (Chart) Grafik merupakan gambaran hasil peringkasan data tabel dapat berupa grafik batang (bar chart) atau lingkaran (pie chart). Dalam
penyajian
peta
berbasis
Sistem
Informasi
Geografis
(SIG)
menggunakan perangkat lunak Arc View 3.3. Arc View merupakan salah satu perangkat lunak SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute). Arc View memiliki kemampuan melakukan visualisasi data, eksplorasi data, menjawab query (baik database spasial maupun nonspasial), menganalisis data secara geografis, dan sebagainya. (Riyanto dkk, 2009:73). Data keruangan berupa Peta Kota Surakarta dikombinasikan dengan data atribut berupa hasil Pemilukada dan hasil survei diolah menjadi peta tematik. Arc View 3.3 dapat mengolah dan mengklasifikasikan data dengan berbagai metode. Salah satu metode yang sering digunakan dalam analisis yaitu metode klasifikasi Natural Breaks. Dengan metode ini akan mengidentifikasi dengan cara mencari kelompokkelompok atau pola-pola yang terdapat di dalam data yang bersangkutan. Nilai-nilai commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atribut unsur-unsur peta diurutkan mulai dari yang paling kecil hingga paling besar. Kemudian nilai-nilai atribut ini dibagi menjadi kelas-kelas baru (sebagai contoh adalah kelas “low”, “medium”, dan “high”
yang batas-batasnya cukup lebar.
(Prahasta, 2004:51). Analisis data dalam penelitian ini meliputi : 1. Sebaran Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Data hasil Pemilukada Kota Surakarta baik pasangan kandidat Joko Widodo-FX.Hadi
Rudyatmo
maupun
Eddy
S.
Wirabumi-Supradi
Kertamenawie diolah dengan tabulasi. Hasil tabulasi tersebut menjadi data atribut yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan unit analisis tingkat PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dibuat peta tematik. 2. Perbandingan Sebaran Pemilih Pasangan Kandidat dengan Sebaran Pemilih Partai-Partai Pendukung Data perolehan suara masing-masing kandidat dibandingkan dengan perolehan suara partai pendukung yang tergabung dalam koalisi partai kemudian diolah dengan tabulasi. Hasil tabulasi tersebut menjadi data atribut yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan unit analisis tingkat PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dibuat peta tematik. 3. Karakteristik Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Data karakteristik pemilih ditabulasikan dengan program pengolah data statistik SPSS . Data diolah dengan analisis tabulasi frekuensi dan tabulasi silang (crosstabs) faktor karakteristik terhadap pilihan kandidat pada Pemilukada. Kemudian hasil tabulasi tersebut menjadi data atribut wilayah yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan program Arc View 3.3 dibuat peta tematik.
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.4. Faktor, Indikator dan Kriteria Karakteristik Pemilih Pada Pemilukada Kota Surakarta 2010 No 1
Faktor Demografi
Indikator a. Jenis Kelamin b. Status Marital c. Umur
2
Pendidikan
Pendidikan formal
3
Ekonomi
a. Pekerjaan
b. Penghasilan per bulan 4
Agama
a. Agama yang dianut
5
Pengalaman
Mengikuti Pemilukada
Kriteria 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Belum menikah 2. Sudah menikah 1. 19 tahun/dibawahnya 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. 50 tahun/diatasnya 1. Tamat SD/dibawahnya 2. Tamat SMP/sederajat 3. Tamat SMA/sederajat 4. Pernah kuliah/diatasnya 1.PNS 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta,pedagang,dll 4. Profesional guru,dosen,dokter,pengacara,dsb 5. Pensiunan 6. Pelajar/mahasiswa 7. Buruh 8. Petani 9. Nelayan 10. Ibu Rumah Tangga 11. Pekerja informal,sopir,ojek,becak 12. Pengangguran/belum bekerja 13. Lainnya 1.
Rp.1.000.000 1. Islam 2. Kristen 3. Katolik 4. Hindu 5. Budha 6. Lainnya 1. 1 kali 2. 2 kali
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
6
Pilihan Partai
digilib.uns.ac.id
Dalam Pemilu Legislatif DPRD Surakarta 2009
1. PDIP 2. DEMOKRAT 3. GOLKAR 4. PKS 5. PAN 6. HANURA 7. GERINDRA
8. PDS 9. Lainnya 7
Pilihan Cawali Cawawali
Pemilukada 2010
1. Joko Widodo-FX.Rudyatmo 2. Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie
Sumber : Diolah dari Prasetyo (2009:51) 4. Alasan Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Data alasan memilih terhadap kandidat ditabulasikan dengan program pengolah data statistik SPSS . Data diolah dengan analisis tabulasi frekuensi dan tabulasi silang (crosstabs) faktor alasan pemilih terhadap pilihan kandidat pada Pemilukada. Kemudian hasil tabulasi tersebut menjadi data atribut wilayah yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan program Arc View 3.3 dibuat peta tematik. Faktor dan indikator alasan pemilih terhadap kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta dapat dilihat dalam Tabel 3.6. berikut ini. Tabel 3.5. Faktor Dan Indikator Alasan Memilih Kandidat Faktor Alasan memilih kandidat
Indikator/Pilihan Jawaban a. Kemampuan kandidat b. Kepribadian kandidat c. Program/isu yang ditawarkan kandidat d. Didukung oleh partai pilihan e. Kesamaan latar belakang (suku, agama, dsb) f. Lainnya
Sumber : Diolah dari Eriyanto,dkk (2007)
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografis a. Letak Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta yang merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah dan DIY selain kota-kota lainnya seperti Kota Semarang maupun Kota Yogyakarta. Secara astronomis Kota Surakarta terletak antara 110º46’10’’ dan 110º51’25’’ Bujur Timur dan antara 7º32’13’’ dan 7º35’12’’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan kota strategis yang dikelilingi oleh kota-kota besar seperti Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan Kota Surabaya. Dengan posisi yang strategis ini, Kota Surakarta menjadi pusat informasi dan aktivitas masyarakat di daerah sekitarnya. Dengan demikian terjadi dinamika yang yang sangat tinggi di segala bidang termasuk dalam bidang politik dan pemerintahan. Kota Surakarta menjadi salah satu kota barometer politik nasional termasuk penyelenggaraan Pemilukada tahun 2010 yang memiliki fenomena menarik untuk dikaji dan dianalisis. b. Batas Secara administratif, Kota Surakarta memiliki batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah barat
: Kabupaten Karanganyar dan Boyolali : Kabupaten Sukoharjo : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo : Kabupaten Sukoharjo
Administrasi Kota Surakarta divisualisasikan dalam Peta 1 berikut ini.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Luas Luas daerah Kota Surakarta mencapai 44,06 km² yang tediri atas 5 PPK, yaitu : PPK Laweyan, PPK Serengan, PPK Pasar Kliwon, PPK Jebres dan PPK Banjarsari. PPK Banjarsari merupakan PPK terluas dengan luas mencapai 14,81 km² sedangkan PPK Serengan merupakan PPK terkecil dengan luas hanya 3,19 km². Kota Surakarta. Kota Surakarta terbagi dalam 51 kelurahan yang terdiri atas 592 RW dan 2.644 RT. Secara rinci luas masing-masing PPK dan pembagian administrasi dapat disajikan dalam Tabel 4.1. berikut. Tabel 4.1. Luas Dan Banyaknya PPK, Kelurahan, RW dan RT Di Kota Surakarta Tahun 2009 No PPK Luas (Km²) Kelurahan RW RT 1 Laweyan 8,63 11 105 451 2 Serengan 3,19 7 75 332 3 Pasar Kliwon 4,82 9 100 424 4 Jebres 12,58 11 145 605 5 Banjarsari 14,81 13 167 832 Jumlah 44,03 51 592 2644 Sumber : Diolah dari Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2009 Dari data luas masing-masing PPK tersebut dapat dibuat pie graph prosentase luasnya yang disajikan pada Gambar 4.1. berikut.
Gambar 4.1. Prosentase Luas PPK Kota Surakarta Tahun 2009
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Surakarta sebagian besar didominasi untuk lahan perumahan/permukiman sebesar 62 %, jasa (10%), perusahaan (7%). Hal ini dimungkinkan karena Kota Surakarta merupakan kota yang cukup padat penduduknya dan aktivitas di sektor ekonomi
jasa dan perusahaan sangat
mendominasi. Lahan untuk pertanian sangat sedikit yaitu sawah sebesar 4 % dan tegalan hanya 2 %. Penggunaan lahan di Kota Surakarta dapat disajikan dalam Tabel 4.2. berikut ini. Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2009 (Dalam Ha) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penggunaan Lahan Perumahan/permukiman Jasa Perusahaan Industri Tanah kosong Tegalan Sawah Kuburan Lapangan Olahraga Taman Kota Lain-lain Jumlah
Pasar Laweyan Serengan Kliwon 563,83 210,43 308,94 88,61 17,17 37,69 42,2 30,16 39,73 39,4 6,11 9,77 7,28 2,52 16,38 0 0 0 40,9 0 3,36 6,05 1,38 1,67 12,24 2,61 9,55 0,15 0 0 63,2 49,02 54,43 863,86
319,4
Jebres Banjarsari 673,37 980,91 176,75 106,91 87 88,39 25,38 20,76 16,19 11,01 81,46 0,5 21,33 80,58 38,98 24,78 10,51 30,23 22,6 8,85 104,61 128,18
481,52 1258,18
1481,1
Total Luas 2737,48 427,13 287,48 101,42 53,38 81,96 146,17 72,86 65,14 31,6 399,44 4404,06
Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2009 Secara sederhana prosentase penggunaan lahan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut.
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2. Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2009 2. Keadaan Penduduk a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Pada tahun 2009 Kota Surakarta memiliki jumlah penduduk mencapai 565.853 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat di PPK Banjarsari dengan jumlah penduduk mencapai 162.093 jiwa tetapi memiliki kapadatan penduduk terendah yaitu sejumlah 10.945 jiwa/km². Jumlah penduduk terendah terdapat di PPK Serengan dengan jumlah penduduk sebanyak 63.558 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu mencapai 19.924 jiwa/ km². PPK Banjarsari dan PPK Jebres menjadi PPK yang memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perolehan jumlah suara karena memiliki jumlah penduduk yang sudah memiliki hak pilih dalam jumlah yang besar. Luas, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tiap PPK di Kota Surakarta Tahun 2009 dapat disajikan dalam Tabel 4.3. berikut.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kota Surakarta Tahun 2009 No
PPK
Luas (km²)
1 2 3 4 5
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah
8,64 3,19 4,82 12,58 14,81 44,04
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km²)
109.930 63.558 87.980 142.292 162.093 565.853
12.723 19.924 18.253 11.311 10.945 12.849
Sumber: Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2009 Perbandingan kepadatan penduduk tiap PPK di Kota Surakarta tahun 2009 dapat divisualisasikan dalam Gambar 4.3. berikut:
Gambar 4.3. Grafik Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2009 b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kota Surakarta memiliki jumlah penduduk mencapai 565.853 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 279.324 jiwa (49,36 %) sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 286.529 jiwa (50,64 %). Rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 97,48 yang artinya bahwa jika terdapat 100 penduduk perempuan maka terdapat 97 penduduk laki-laki.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Jumlah penduduk Laki-Laki Sex Ratio =
x 100 Jumlah penduduk Perempuan
= 279.324 x 100 286.529 = 97,48 Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang
sama untuk
menentukan pilihannya masing-masing. Namun, secara psikologis terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menentukan pilihannya pada Pemilukada Kota Surakarta. Tabel 4.4. dan Gambar 4.4. menunjukkan keadaan penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin. Tabel 4.4. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Prosentase (%) 1 Laki-laki 279.324 49,36 2 Perempuan 286.529 50,64 Jumlah 565.853 100 Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4. Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Di Kota Surakarta Tahun 2009 c. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur Penduduk menurut kelompok umur di Kota Surakarta didominasi oleh kelompok usia muda yaitu kelompok umur 15-19 tahun (43.138 jiwa), kelompok umur 20-24 tahun (57.833 jiwa) dan kelompok umur 25-29 tahun (49.076 jiwa). Umur dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya termasuk pemilih pada Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010. Tabel 4.5. dan Gambar 4.5. terkait keadaan penduduk Kota Surakarta dapat diamati sebagai berikut.
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5. Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Tahun 2009 Umur (Tahun) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 17.542 17.781 21.098 18.726 16.592 18.725 20.861 22.277 27.968 29.865 24.656 24.420 19.676 21.810 19.439 20.388 18.493 20.150 13.513 21.572 13.511 17.305 11.852 13.275 9.008 8.535 13.037 20.858 247.246 275.687
Jumlah Total 35.323 39.824 35.317 43.138 57.833 49.076 41.486 39.827 38.643 35.085 30.816 25.127 17.543 33.895 522.933
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009
Gambar 4.5. Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Surakarta didominasi oleh penduduk yang berpendidikan menengah . Jumlah terbesar yaitu lulusan SMP dengan jumlah mencapai 101.351 jiwa (21,14%) dan lulusan SMA sebanyak 101.353 jiwa (21,15%). Faktor tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap pilihan pemilih Kota Surakarta. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka cenderung memiliki pemikiran kritis dan rasional terhadap pasangan kandidat yang akan dipilih. Penduduk Kota Surakarta menurut tingkat pendidikan direpresentasikan dalam Tabel 4.6. dan Gambar 4.6. sebagai berikut. Tabel 4.6. Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 No
Tingkat Pendidikan
Laweyan Jumlah %
Serengan Jumlah %
PPK Pasar Kliwon Jumlah %
Jebres Jumlah %
Banjarsari Jumlah %
Total Jumlah
%
3
Tidak Sekolah Belum Tamat SD Tidak Tamat SD
4
Tamat SD
19.316
4,03
12.886
2,69
15.695
3,27
22.199
4,63
28.022
5,84
98.118
20,46
5
Tamat SMP
20.772
4,33
11.493
2,40
18.565
3,87
23.095
4,82
27.426
5,72
101.351
21,14
6
Tamat SMA Tamat Akademi/PT
23.280
4,86
10.205
2,13
19.199
4,00
18.455
3,85
30.214
6,30
101.353
21,15
9.311
1,94
3.113
0,65
6.970
1,45
5.756
1,20
10.489
2,19
35.639
7,43
Jumlah
94.958
19,80
46.085
9,61
79.041
16,48
121.355
25,31
138.064
28,79
479.503
100,00
1 2
7
4.135
0,86
1.278
0,27
1.084
0,23
18.858
3,93
6.837
1,43
32.192
6,71
10.481
2,19
4.297
0,90
11.174
2,33
16.810
3,51
24.037
5,01
66.799
13,93
7.663
1,60
2.813
0,59
6.354
1,33
16.182
3,37
11.039
2,30
44.051
9,19
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6. Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 e.
Keadaan Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk Kota Surakarta yaitu sebanyak 406.339 jiwa (73,52%). Agamaagama lain merupakan agama minoritas dengan jumlah penganut yang sedikit. Faktor sentimen agama dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap pasangan kandidat. Data selengkapnya terkait dengan keadaan penduduk menurut agama yang dianut di Kota Surakarta disajikan dalam Tabel 4.7. dan Gambar 4.7. berikut.
Tabel 4.7. Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009 No
Agama
Islam Jumlah %
Kristen Katolik Jumlah %
Agama Kristen Protestan Jumlah %
Total Hindu Jumlah %
Budha Jumlah %
Jumlah
%
1
Laweyan
88.520
16,02
10.464
1,89
10.564
1,91
530
0,10
426
0,08
110.504
19,99
2
38.545
6,97
5.532
1,00
6.532
1,18
91
0,02
100
0,02
50.800
9,19
3
Serengan Pasar Kliwon
67.686
12,25
10.238
1,85
9.139
1,65
167
0,03
750
0,14
87.980
15,92
4
Jebres
95.296
17,24
20.802
3,76
22.518
4,07
872
0,16
1.804
0,33
141.292
25,57
5
Banjarsari
116.292
21,04
23.256
4,21
20.700
3,75
463
0,08
1.382
0,25
162.093
29,33
Jumlah
406.339
73,52
70.292
12,72
69.453
12,57
2.123
0,38
4.462
0,81
552.669
100,00
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009 commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.7.Grafik Penduduk Kota Surakarta Berdasarkan Agama Yang Dianut Tahun 2009 f. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk Kota Surakarta didominasi oleh orang-orang yang bekerja sebagai buruh industri (70.034 jiwa) maupun buruh bangunan (72.823 jiwa). Pekerjaan pemilih dapat mempengaruhi keputusan untuk memilih karena mencerminkan tingkat kemampuan, keterampilan dan pola pikir seseorang. Kota Surakarta terkenal dengan banyaknya “wong
cilik” yang merupakan
representasi dari penduduk yang memiliki mata pencaharian menengah ke bawah. Penduduk ini menjadi target para pasangan kandidat untuk memaksimalkan perolehan suara agar dapat memenangkan Pemilukada. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8. dan Gambar 4.8. berikut.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8. Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 PPK No
Pekerjaan
Laweyan Jumlah
%
Serengan Jumlah
Total
Pasar Kliwon
%
Jumlah
%
Jebres
Banjarsari
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
0,02
337
0,08
456
0,11
-
397
0,10
429
0,10
1
Petani Sendiri
38
0,01
0
-
0
-
81
2
Buruh Tani
32
0,01
0
-
0
-
0
3
Pengusaha
964
0,23
1.124
0,27
2.237
0,54
1.119
0,27
2.810
0,68
8.254
2,01
4
Buruh Industri
16.421
3,99
5.264
1,28
8.894
2,16
17.653
4,29
21.802
5,30
70.034
17,02
5
Buruh Bangunan
12.648
3,07
4.372
1,06
17.653
4,29
16.534
4,02
21.616
5,25
72.823
17,70
6
Pedagang
5.387
1,31
3.713
0,90
7.751
1,88
4.478
1,09
11.045
2,68
32.374
7,87
7
Angkutan
2.154
0,52
1.726
0,42
4.051
0,98
1.627
0,40
6.218
1,51
15.776
3,83
8
PNS/TNI/POLRI
5.027
1,22
1.307
0,32
3.333
0,81
7.167
1,74
9.590
2,33
26.424
6,42
9
Pensiunan
3.711
0,90
647
0,16
1.826
0,44
8.637
2,10
7.862
1,91
22.683
5,51
10
Lain-lain
37.644
9,15
17.166
4,17
16.611
4,04
49.155
11,94
41.714
10,14
162.290
39,43
Jumlah
84.026
20,42
35.319
8,58
62.356
15,15
106.451
25,87
123.391
29,98
411.543
100,00
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009
Gambar 4.8. Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata PencaharianTahun 2009
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil dan Pembahasan 1. Sebaran Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Surakarta tahun 2010 dilaksanakan pada tanggal 26 April 2010 untuk memilih pasangan walikota dan wakil walikota masa jabatan 2010-2015. Pemilukada tersebut diikuti dua pasangan calon yaitu pasangan pertama Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dan pasangan kedua Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Dari hasil rekapitulasi perhitungan suara oleh KPU Kota Surakarta diketahui bahwa pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91 % suara. Adapun hasil selengkapnya perolehan suara masing-masing kandidat tiap PPK disajikan pada Tabel 4.9. berikut ini. Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 PPK No
1
2
Kandidat
Joko WidodoFX. Hadi Rudyatmo Eddy S. WirabhumiSupradi Kertamenawie Jumlah
Laweyan
Serengan
Total
Pasar Kliwon
Banjarsari
Jebres
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
41.280
88,51
23.710
89,80
36.800
87,41
79.637
91,19
66.816
91,43
248.243
90,09
5.358
11,49
2.692
10,20
5.299
12,59
7.693
8,81
6.264
8,57
27.306
9,91
46.638
100,00
26.402
100,00
42.099
100,00
87.330
100,00
73.080
100,00
275.549
Sumber: Diolah Dari Data Hasil Pemilukada Kota Surakarta 2010, KPU Kota Surakarta Masing-masing pasangan kandidat calon walikota dan wakil walikota Surakarta mempunyai suara pemilih yang tersebar di masing-masing PPK di Kota Surakarta. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya masing-masing PPK turut mempengaruhi sumbangan jumlah perolehan suara. PPK Banjarsari memiliki total pemilih yang menggunakan hak pilihnya secara sah sejumlah 87.330 pemilih dan PPK Jebres dengan jumlah pemilih 73.080. Sedangkan di PPK lain memiliki jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya jauh lebih sedikit yaitu PPK commit to user
66
100,00
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Laweyan 46.638 pemilih, PPK Pasar Kliwon 42.099 pemilih dan PPK Serengan sejumlah 26.402 pemilih. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh kemenangan dengan suara mayoritas di setiap PPK di Kota Surakarta. Perolehan suara yang diraih pasangan ini sangat mutlak dibandingkan dengan pasangan lawan. Pasangan ini memperoleh 88,51% suara di PPK Laweyan, 89,80% suara (PPK Serengan), 87,41% suara (PPK Pasar Kliwon), 91,19% suara (PPK Banjarsari) dan 91,43% suara (PPK Jebres). Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 11,49% suara di PPK Laweyan, 10,20% suara (PPK Serengan), 12,59% suara (PPK Pasar Kliwon), 8,81% suara (PPK Banjarsari) dan 8,57% suara (PPK Jebres). Kemenangan pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di setiap PPK di Kota Surakarta tidak lepas dari popularitas dan kinerja pasangan ini selama periode kepemimpinan sebelumnya. Pasangan ini merupakan pasangan incumbent yang kembali mencalonkan diri dengan formasi yang sama sebagai calon walikota dan wakil walikota Surakarta. Sebagai pasangan incumbent, mereka memiliki keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan pasangan yang bukan incumbent. Jabatan sebagai walikota dan wakil walikota periode yang lalu sangat mempengaruhi tingkat popularitas mereka di mata publik. Popularitas mereka semakin tinggi di mata publik seiring dengan kinerja kepemimpinan yang baik. Popularitas yang tinggi dan kinerja yang baik inilah yang menjadi kunci besarnya kemenangan pasangan ini di seluruh PPK di Kota Surakarta. Berbeda dengan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Pasangan ini tidak begitu popular di mata publik Kota Surakarta. Pasangan ini dapat dikatakan bukan lawan sepadan bagi pasangan lawannya. Posisi Eddy S. Wirabhumi sebagai salah satu Ketua DPC Partai Demokrat di Kota Surakarta faktanya tidak mempengaruhi popularitas pasangan ini. Begitu pula sosok Supradi Kertamenawie sebagai seorang pejabat di lingkungan Pemkot Surakarta juga tidak commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat menyokong popularitas pasangan ini di mata publik. Masalah kinerja juga tidak seperti pasangan lawan. Pasangan ini adalah wajah baru yang kepemimpinan mereka belum terbukti di mata publik, sehingga pemilih enggan memberikan suaranya kepada pasangan tersebut. Hasil perolehan suara Pemilukada Kota Surakarta baik dari pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo maupun pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie dapat divisualisasikan melalui Peta 2.
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Perbandingan Sebaran Pemilih Kandidat Dengan Pemilih Partai –Partai Pendukung a. Hasil Perolehan Suara Partai-Partai Pendukung Pada Pemilu Legislatif DPRD Tingkat II Kota Surakarta Tahun 2009 Pemilu Legislatif 2009 dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009 untuk memilih anggota legislatif yang akan menjadi wakil rakyat di DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi dan DPRD Tingkat Kabupaten/Kota. Pemilu Legislatif 2009 sama halnya dengan Pemilu Legislatif 2004 yaitu pemilih dapat mengetahui nama-nama calon legislator yang akan dipilih karena nama-nama calon legislator dicetak dalam surat suara. Dalam Pemilu Legislatif 2009, Kota Surakarta dibagi menjadi 4 Daerah Pemilihan (DP) DPRD Tingkat Kota yaitu : 1)
Daerah Pemilihan (DP) Surakarta I terdiri dari PPK Laweyan
2)
Daerah Pemilihan (DP) Surakarta II terdiri dari PPK Serengan dan PPK Pasar Kliwon
3)
Daerah Pemilihan (DP) Surakarta III terdiri dari PPK Banjarsari
4)
Daerah Pemilihan (DP) Surakarta IV terdiri dari PPK Jebres Berikut ini perolehan suara partai yang memperoleh kursi di DPRD Kota
Surakarta periode 2009-2014 dan menjadi pendukung pasangan kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta 2010 pada Tabel 4.10.
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10. Perolehan Suara Partai Pendukung Yang Mendapatkan Kursi DPRD Kota Surakarta Hasil Pemilu Legislatif 2009 Perolehan Suara Pasar Kliwon Banjarsari
Partai Politik
Laweyan
Serengan
Jumlah
% Suara
1
HANURA
1.609
914
2.298
3.816
1.941
10.578
4,16
2
GERINDRA
2.002
581
841
3.266
1.375
8.065
3,17
3
PKS
5.620
2.667
3.962
6.832
4.638
23.719
9,32
4
PAN
4.416
1.078
2.548
5.440
3.441
16.923
6,65
5
GOLKAR
4.431
1.296
3.113
6.979
4.879
20.698
8,13
6
PDS
1.440
1.177
967
4.701
3.360
11.645
4,58
7
PDIP
11.440
9.544
14.768
25.071
30.839
91.662
36,02
8
DEMOKRAT
7.500
4.782
5.297
13.026
8.611
39.216
15,41
No
Jebres
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah) b. Perbandingan Sebaran Pemilih Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo Dengan Pemilih Partai Koalisi Pendukung Dalam Pemilukada Kota Surakarta 2010, pasangan nomor urut satu adalah Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pasangan kandidat ini didukung oleh lima partai yang mempunyai suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif 2009. Kelima partai pendukung tersebut yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) dan Partai Damai Sejahtera (PDS). Perbandingan sebaran perolehan suara antara pasangan kandidat Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan partai yang mendukungnya dapat dilihat pada Tabel 4.11. di bawah ini.
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo Dengan Partai Pendukung No 1
2
3
4
PPK Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Banjarsari
Suara Kandidat 41.280
23.710
36.800
79.637
% Suara 88,51
Partai Pendukung
Suara Partai Pendukung
% Suara
PDIP
11.440
26,62
PKS
5.620
13,08
PAN
4.416
10,28
GERINDRA
2.002
4,66
PDS
1.440
3,35
Jumlah
24.918
57,98
PDIP
9.544
38,58
PKS
2.667
10,78
PAN
1.078
4,36
GERINDRA
581
2,35
PDS
1.177
4,76
Jumlah
15.047
60,83
PDIP
14.768
37,85
PKS
3.962
10,16
PAN
2.548
6,53
GERINDRA
841
2,16
PDS
967
2,48
Jumlah
23.086
59,17
PDIP
25.071
31,14
PKS
6.832
8,49
PAN
5.440
6,76
GERINDRA
3.266
4,06
PDS
4.701
5,84
Jumlah
45.310
56,29
89,80
87,41
91,19
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
5
Jebres
digilib.uns.ac.id
66.816
91,43 PDIP
30.839
45,84
PKS
4.638
6,89
PAN
3.441
5,11
GERINDRA
1.375
2,04
PDS
3.360
4,99
Jumlah
43.653
64,88
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah)
Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Suara Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo Dengan Partai Pendukung Dari data di atas dapat diketahui bahwa pasangan kandidat tersebut memperoleh suara
melebihi
dari
perolehan suara
partai-partai
yang
mendukungnya. Di PPK Laweyan, perolehan suara pasangan ini sejumlah 41.280 pemilih (88,51%) sedangkan pada Pemilu 2009 jumlah suara partaipartai yang mendukungnya 24.918 suara (57,98%). Di PPK Serengan, pasangan ini memperoleh 23.710 suara (89,80%) sedangkan partai yang mendukungnya 15.047 (60,83%). Di PPK Pasar Kliwon, pasangan ini memperoleh 36.800 suara (87,41%), partai pendukungnya 23.086 suara (59,17%). Di PPK Banjarsari, pasangan ini memperoleh 79.637 suara (91,19%) sedangkan partai pendukung memperoleh 45.310 suara (56,29%). Di PPK Jebres, pasangan ini memperoleh 66.816 suara (91,43%) sedangkan partai pendukung memperoleh 43.653 suara (64,88%). commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelima koalisi partai ini mampu menggerakkan mesin politiknya untuk memaksimalkan perolehan suara pasangan kandidat yang didukung. Koalisi partai
ini
berhasil
meyakinkan
masing-masing
konstituen
maupun
simpatisannya untuk memilih pasangan yang didukung. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa koalisi partai yang solid mampu memenangkan pasangan kandidat yang didukung. Koalisi pendukung pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo merupakan koalisi yang komplit jika dilihat dari kategori partai. Pasangan ini didukung oleh dua kekuatan besar yaitu partai nasionalis dan partai Islam. Partai nasionalis diwakili oleh PDI-P sebagai partai utama, PDS dan Partai Gerindra sedangkan partai Islam diwakili oleh PKS dan PAN. Kolaborasi dari dua kekuatan ini semakin memperkokoh pondasi koalisi dan implikasinya terhadap perolehan suara pasangan yang didukung memperoleh hasil yang sangat mutlak. Dari kelima PPK tersebut diketahui bahwa PPK Jebres dan Banjarsari merupakan PPK yang menyumbang suara paling banyak dengan rata-rata prosentase lebih dari 90%. Kedua PPK tersebut merupakan basis utama PDI-P dimana partai tersebut merupakan pendukung utama dari pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. PDI-P merupakan partai yang menguasai perolehan suara di Pemilu Legislatif Kota Surakarta tahun 2009 lalu, sehingga tidak mengherankan apabila pasangan yang diusung partai “moncong putih” ini mampu mempengaruhi konstituen maupun simpatisannya untuk memenangkan calon yang diusungnya khususnya di PPK Jebres dan PPK Banjarsari. Perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di PPK Laweyan dan PPK Serengan tidak sebesar di PPK Banjarsari dan PPK Jebres. Meskipun demikian, perolehan suara tersebut masih cukup besar. PDI-P beruntung menjalin koalisi dengan PKS, PAN, Partai Gerindra dan PDS. Basis PDI-P di kedua PPK tersebut tidak terlalu besar sehingga yang menjadi motor commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggerak perolehan suara adalah mitra koalisi PDI-P. Partai dengan background Islam seperti PKS dan PAN berperan cukup penting dalam perolehan suara di PPK Laweyan dan Pasar Kliwon. Selama ini partai-partai Islam memiliki suara signifikan atau memiliki basis utama di kedua PPK tersebut. Di PPK Serengan perolehan suara pasangan pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo juga tidak sebesar di dua PPK yang menjadi basis utama PDIP. PPK ini dapat pula dikatakan bukan basis utama dari PDI-P sebagai partai utama pengusung pasangan tersebut. Namun, dengan adanya mitra koalisi tersebut perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dapat dimaksimalkan dengan baik. Perbandingan perolehan suara pasangan Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan partai pendukung dapat dilihat melalui Peta 3 berikut.
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Perbandingan Sebaran Pemilih Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie Dengan Pemilih Partai Pendukung Pasangan ini didukung oleh koalisi 3 partai politik yang mendapat kursi hasil Pemilu Legislatif DPRD Kota Surakarta 2009. Ketiga partai pendukung tersebut yaitu Partai DEMOKRAT, Partai Golongan Karya (GOLKAR) dan Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA). Perbandingan perolehan suara pasangan ini dengan partai pendukung dapat dilihat pada Tabel 4.12. dan Gambar 4.10. bawah ini. Tabel 4.12. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie Dengan Perolehan Suara Partai Pendukung No 1
2
3
4
PPK Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Banjarsari
Suara Kandidat 5.358
2.692
5.299
7.693
% Suara 11,49
Partai Pendukung
Suara Partai Pendukung
% Suara
DEMOKRAT
7.500
17,45
GOLKAR
4.431
10,31
HANURA
1.609
3,74
Jumlah
13.540
31,51
DEMOKRAT
4.782
19,33
GOLKAR
1.296
5,24
HANURA
914
3,69
Jumlah
6.992
28,27
DEMOKRAT
5.297
13,58
GOLKAR
3.113
7,98
HANURA
2.298
5,89
Jumlah
10.708
27,45
DEMOKRAT
13.026
16,18
GOLKAR
6.979
8,67
HANURA
3.816
4,74
Jumlah
23.821
29,59
10,20
12,59
8,81
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
5
Jebres
digilib.uns.ac.id
6.264
8,57 DEMOKRAT
8.611
12,80
GOLKAR
4.879
7,25
HANURA
1.941
2,88
Jumlah
15.431
22,93
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah)
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S WirabhumiSupradi Kertamenawie Dengan Koalisi Partai Pendukung Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di semua PPK,pasangan Eddy S. Wirabhumi memperoleh suara sangat sedikit dibandingkan dengan perolehan suara koalisi partai yang mendukungnya. Di PPK Laweyan, pasangan ini hanya memperoleh
5.358
suara
(11,49%)
sedangkan
partai
pendukungnya
memperoleh 13.540 suara (31,51%) pada Pemilu Legislatif 2009. Di PPK Serengan, pasangan ini memperoleh 2.692 suara (10,20%) sedangkan partai pendukung memperoleh 6.992 suara (28,27%). Di PPK Pasar Kliwon, pasangan ini
mengumpulkan
5.299
suara
(12,59%)
dimana
perolehan
partai
pendukungnya 10.708 suara (27,45%). Di PPK Banjarsari, pasangan ini memperoleh 7.693 suara (8,81%) sedangkan partai pendukung mendapatkan 23.821 suara (29,59%). Di PPK Jebres, pasangan ini mendapatkan suara sejumlah 6.264 pemilih (8,57 %) sedangkan suara partai pendukungnya sejumlah 15.431 suara (22,93 %). Koalisi partai pendukung pasangan Eddy S Wirabhumi-Supradi Kertamenawie
tidak
mampu
menggerakkan
commit to user
mesin
politiknya
untuk 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memaksimalkan perolehan suara. Koalisi partai ini tidak mampu meyakinkan konstituen maupun simpatisan partainya masing-masing untuk mendukung pasangan kandidat yang didukung. Kegagalan ini menunjukkan bahwa koalisi ketiga partai tersebut kurang solid. Koalisi partai yang dibangun pasangan ini tidak seperti koalisi pasangan lawan. Keterwakilan unsur partai nasionalis dan partai Islam tidak lengkap. Koalisi ini hanya terdiri dari partai nasionalis yaitu Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Hanura. Partai Islam tidak turutserta memperkuat koalisi ini. Hasilnya tentu saja berpengaruh terhadap perolehan suara pasangan nomor urut dua tersebut. PPK Banjarsari menyumbang suara paling banyak jika dibandingkan dengan PPK-PPK yang lain. Partai Demokrat sebagai partai utama yang mengusung pasangan ini sebenarnya memiliki basis utama di PPK Banjarsari. Namun, belum mampu menyokong perolehan suara meskipun adanya jalinan mitra koalisi dengan Partai Golkar dan Partai Hanura Partai Demokrat sebenarnya memiliki basis yang cukup kuat di PPK Laweyan dan Pasar Kliwon tetapi kurang berhasil dalam memaksimalkan perolehan suara pasangan yang diusung termasuk kedua mitra koalisinya yaitu Partai Golkar dan Partai Hanura. PPK Serengan juga tidak mampu dimanfaatkan oleh koalisi partai ini yang sebenarnya bukan basis utama PDI-P. Perbandingan perolehan suara pasangan Pasangan Eddy S Wirabhumi-Supradi Kertamenawie dengan partai pendukung dapat divisualisasikan melalui Peta 4 berikut.
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Karakteristik Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 a. Hasil Survei Pemilih Berdasarkan hasil survei terhadap responden pemilih diketahui bahwa mayoritas responden memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di seluruh PPK di Kota Surakarta. Pada dasarnya seluruh PPK di Kota Surakarta adalah basis dari pasangan tersebut karena seluruhnya diraih dengan suara yang mutlak. Pemilih terbanyak terdapat di PPK Banjarsari dengan jumlah pemilih mencapai 29 % responden, disusul PPK Jebres sebesar 24,7%, PPK Laweyan dan Pasar Kliwon dipilih dengan prosentase yang sama yaitu 14% responden serta PPK Serengan sebanyak 7% responden. Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie dipilih sedikit responden di semua PPK di Kota Surakarta. Di PPK Banjarsari dipilih sebanyak 3,3%, PPK Laweyan (3%), PPK Jebres dan PPK Serengan masingmasing 2% sedangkan PPK Pasar Kliwon hanya 1,3%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.34. dan Gambar 4.30. berikut ini. Tabel 4.13. Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Tiap PPK PPK
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Banjarsari Jebres Total
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah % Jumlah % 21 14,0 4 2,7 11 7,3 3 2,0 21 14,0 2 1,3 43 28,7 5 3,3 37 24,7 3 2,0 133 88,7 17 11,3
Total Jumlah 25 14 23 48 40 150
% 16,7 9,3 15,3 32,0 26,7 100,0
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.11. Grafik Hasil Tabulasi Silang PPK dengan Pilihan Pasangan Kandidat Hasil survei responden tentang preferensi pemilih terhadap pasangan kandidat di masing-masing PPK memiliki kecenderungan yang sama dengan hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memenangi perolehan suara dengan perbandingan suara yang mutlak terhadap pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie di semua PPK di Kota Surakarta. Perbandingan perolehan suara masing-masing pasangan hasil survei di tiap PPK dapat dipresentasikan dalam Peta 5 berikut ini.
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Analisis Tabulasi Silang Karakteristik Pemilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Berdasarkan data hasil wawancara terhadap responden pemilih, karakteristik pemilih pasangan kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta 2010 dikelompokkan berdasarkan faktor demografi, faktor pendidikan, faktor agama, faktor ekonomi dan faktor pengalaman. Analisis karakteristik pemilih ini menggunakan analisis tabulasi silang (crosstabs). Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) di tiap PPK dapat dipresentasikan dalam peta tematik setiap faktor karakteristik yang dianalisis. Berikut hasil tabulasi silang karakteristik responden pemilih dengan pilihan pasangan kandidat di tiap PPK. 1) Faktor Demografi a) Jenis Kelamin Berdasarkan faktor jenis kelamin terhadap pilihan pasangan kandidat diketahui bahwa di masing-masing PPK tidak terdapat variasi. Jika dilihat dari proporsi jumlah responden terpilih perbandingan antara pemilih laki-laki dan perempuan cenderung tidak berimbang. Jumlah pemilih laki-laki lebih banyak dari pemilih perempuan. Namun, keikutsertaan perempuan dalam menyalurkan suaranya dalam Pemilukada memiliki prosentase yang cukup tinggi. Perbandingan pemilih laki-laki dengan pemilih perempuan rata-rata 60:40 di PPK Laweyan, Pasar Kliwon, Banjarsari dan Jebres. Berbeda di PPK Serengan, perbandingan pemilih laki-laki dan perempuan mencapai 70:30. Di semua PPK mayoritas pemilih laki-laki maupun perempuan memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pemilih pasangan ini didominasi oleh laki-laki di 4 PPK yaitu PPK Laweyan, Serengan, Banjarsari dan Jebres. Sedangkan di PPK Pasar Kliwon didominasi pemilih perempuan pada pasangan yang sama. commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemilih pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie baik
laki-laki
maupun
perempuan prosentasenya
sangat
sedikit
dibandingkan pasangan pertama di semua PPK. Pemilih pasangan kedua ini didominasi oleh pemilih laki-laki di 4 PPK yaitu PPK Serengan, Pasar Kliwon, Banjarsari dan Jebres. Sedangkan di PPK Laweyan pemilih lakilaki maupun perempuan memiliki jumlah suara yang sama. Pemilih perempuan secara kuantitas memang tidak lebih banyak dari
pemilih
laki-laki,
tetapi
suara
pemilih
perempuan
juga
mempengaruhi perolehan suara pasangan kandidat. Terbukti pemilih pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo di PPK Pasar Kliwon justru didominasi oleh pemilih perempuan (43,5%). Fenomena di PPK ini sangat menarik karena Pasar Kliwon merupakan representasi dari pemilih Islam. Perempuan dalam pandangan Islam zaman dulu identik berada dibelakang laki-laki atau bahkan di bawah laki-laki. Tetapi dalam Pemilukada Kota Surakarta, perempuan mendominasi perolehan suara bagi pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo. Fenomena ini menegaskan bahwa peran perempuan khususnya perempuan Islam atau muslimah tidak lagi seperti pandangan zaman dulu. Sekarang perempuan memiliki hak yang sama dan kedudukannya sejajar dengan laki-laki. Adapun hasil tabulasi antara jenis kelamin dengan pasangan kandidat secara rinci terdapat pada Tabel 4.14. dan Gambar 4.12. berikut.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK PPK
Jenis Kelamin
Pilihan Kandidat Joko WidodoEddy S. WirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Laweyan
Banjarsari
Jebres
%
Jumlah
%
12
48,00%
2
8,00%
14
56,00%
Perempuan
9
36,00%
2
8,00%
11
44,00%
21
84,00%
4
16,00%
25
100,00%
Laki-Laki
8
57,10%
2
14,30%
10
71,40%
Perempuan
3
21,40%
1
7,10%
4
28,60%
11
78,60%
3
21,40%
14
100,00%
Laki-Laki
9
39,10%
3
13,00%
12
52,20%
Perempuan
10
43,50%
1
4,30%
11
47,80%
Total
19
82,60%
4
17,40%
23
100,00%
Laki-Laki
25
52,10%
3
6,30%
28
58,30%
Perempuan
18
37,50%
2
4,20%
20
41,70%
Total
43
89,60%
5
10,40%
48
100,00%
Laki-Laki
20
50,00%
2
5,00%
22
55,00%
Perempuan
17
42,50%
1
2,50%
18
45,00%
Total
37
92,50%
3
7,50%
40
100,00%
Total Pasar Kliwon
Jumlah
Laki-Laki Total Serengan
%
Total
Sumber :Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.12. Grafik Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK Berikut display Peta 6 hasil tabulasi silang faktor jenis kelamin dengan pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Status Marital Berdasarkan faktor status marital responden pemilih terhadap pilihan pasangan kandidat diketahui bahwa tidak terdapat variasi di tiaptiap PPK. Di semua PPK baik responden pemilih yang belum menikah maupun sudah menikah mayoritas memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pemilih pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie sangat sedikit yang memilih baik pemilih belum menikah maupun sudah menikah di semua PPK. Pemilih yang sudah menikah rata-rata lebih dari 75% di tiap PPK. Jumlah yang relatif besar ini dipengaruhi oleh kematangan pemikiran dan sikap yang berbeda jika dibandingkan dengan pemilih yang belum menikah. Pemilih yang sudah menikah cenderung berpikir secara komprehensif termasuk memikirkan nasib keluarganya sehingga pemilih tersebut akan memilih pasangan kandidat yang diyakini mampu mencipatkan kesejahteraan untuk masyarakat termasuk kesejahteraan keluarganya. Berbeda dengan pemilih yang belum menikah, pemilih ini cenderung belum matang dalam menyikapi pasangan kandidat yang ada. Pemilih ini belum memiliki tanggungan keluarga sehingga kurang memikirkan masalah kesejahteraan khususnya keluarga. Hasil tabulasi silang Tabel 4.15. dan Gambar 4.13. menunjukkan keterangan lengkap antara faktor status marital dengan pasangan kandidat.
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Status Marital dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing PPK PPK
Status Marital
Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Banjarsari
Jebres
Blm Menikah Sudah Menikah Total Blm Menikah Sudah Menikah Total Blm Menikah Sudah Menikah Total Blm Menikah Sudah Menikah Total Blm Menikah Sudah Menikah Total
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah % Jumlah % 2 8,00% 1 4,00% 19 76,00% 3 12,00% 21 84,00% 4 16,00% 3 21,40% 0 0,00% 8 57,10% 3 21,40% 11 78,60% 3 21,40% 3 13,00% 0 0,00% 16 69,60% 4 17,40% 19 82,60% 4 17,40% 6 12,50% 0 0,00% 37 77,10% 5 10,40% 43 89,60% 5 10,40% 7 17,50% 1 2,50% 30 75,00% 2 5.00% 37 92,50% 3 7,50%
Total Jumlah 3 22 25 3 11 14 3 20 23 6 42 48 8 32 40
% 12,00% 88,00% 100,00% 21,40% 78,60% 100,00% 13,00% 87,00% 100,00% 12,50% 87,50% 100,00% 20,00% 80,00% 100,00%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.13. Grafik Tabulasi Silang Status Marital dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing PPK Hasil tabulasi silang faktor status marital dengan pilihan pasangan kandidat divisualisasikan menjadi Peta 7 berikut. commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Umur Hasil tabulasi silang faktor umur terhadap pilihan pasangan kandidat menunjukkan bahwa di masing-masing PPK tidak terdapat variasi. Mayoritas pemilih di semua kelompok umur memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pasangan Eddy S. WirabhumiSupradi Kertamenawie dipilih dengan suara minoritas di semua kelompok umur di seluruh PPK di Kota Surakarta. Pemilih dengan kriteria umur muda jumlahnya tidak terlalu signifikan dalam Pemilukada Kota Surakarta. Proporsi antara pemilih muda dengan rentang umur di bawah 19 tahun dan umur 20-29 tahun lebih sedikit jika dibandingkan dengan pemilih umur dewasa (29-30 tahun) dan
kelompuk umur 30-49 tahun. Namun, pemilih muda
jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan pemilih tua (lebih dari 50 tahun). Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo mayoritas dipilih oleh pemilih pada kelompok umur dewasa yaitu 29-30 tahun di empat PPK. PPK tersebut yaitu PPK Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon dan Banjarsari dengan prosentase rata-rata hampir 30%. Sedangkan di PPK Jebres, pasangan ini dipilih oleh pemilih pada kelompok umur tua yaitu kelompok umur lebih dari 50 tahun dengan prosentase 32,5% pemilih. Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie di semua kelompok umur perolehan suaranya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan pasangan lawan. Namun jika dilihat perbandingan antar pemilihnya sendiri, terdapat perbedaan. Di PPK Laweyan semua kelompok umur memiliki prosentase yang sama yaitu 4%
kecuali
kelompok umur tua (di atas 50 tahun. Kecamtan Serengan antara kelompok umur 20-29 tahun dan umur 30-39 tahun memiliki prosentase yang sama yaitu sebesar 7,1%. PPK Pasar Kliwon dan Jebres didominasi commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh kelompok umur dewasa (30-39 tahun). Sedangkan di PPK Banjarsari, pemilih muda dengan rentang umur 20-29 tahun mendominasi dengan prosentase 6,3%. Hasil selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 4.16. dan Gambar 4.14. berikut ini. Tabel 4.16. Tabulasi Silang Umur dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di MasingMasing PPK PPK
Umur
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumi-Supradi FX.Hadi R K Jumlah
Laweyan
Jumlah
%
4,00%
1
4,00%
2
8,00%
20-29 tahun
5
20,00%
1
4,00%
6
24,00%
30-39 tahun
7
28,00%
1
4,00%
8
32,00%
40-49 tahun
3
12,00%
1
4,00%
4
16,00%
50 tahun/diatasnya
5
20,00%
0
0,00%
5
20,00%
21
84,00%
4
16,00%
25
100,00%
19 tahun/di bawahnya
2
14,30%
0
0,00%
2
14,30%
20-29 tahun
1
7,10%
1
7,10%
2
14,30%
30-39 tahun
4
28,60%
1
7,10%
5
35,70%
40-49 tahun
3
21,40%
0
0,00%
3
21,40%
50 tahun/diatasnya
1
7,10%
1
7,10%
2
14,30%
11
78,60%
3
21,40%
14
100,00%
19 tahun/di bawahnya
1
4,30%
0
0,00%
1
4,30%
20-29 tahun
5
21,70%
1
4,30%
6
26,10%
30-39 tahun
7
30,40%
2
8,70%
9
39,10%
40-49 tahun
5
21,70%
0
0,00%
5
21,70%
50 tahun/diatasnya
1
4,30%
1
4,30%
2
8,70%
19
82,60%
4
17,40%
23
100,00%
Total 19 tahun/di bawahnya
Banjarsari
%
1
Total
Pasar Kliwon
Jumlah
19 tahun/di bawahnya
Total
Serengan
%
Total
3
6,30%
0
0,00%
3
6,30%
20-29 tahun
12
25,00%
3
6,30%
15
31,30%
30-39 tahun
14
29,20%
2
4,20%
16
33,30%
40-49 tahun
11
22,90%
0
0,00%
11
22,90%
3
6,30%
0
0,00%
3
6,30%
43
89,60%
5
10,40%
48
100,00%
50 tahun/diatasnya Total
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
Jebres
19 tahun/di bawahnya 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50 tahun/diatasnya Total
digilib.uns.ac.id
1 6 6 11 13 37
2,50% 15,00% 15,00% 27,50% 32,50% 92,50%
0 0 2 0 1 3
0,00% 0,00% 5,00% 0,00% 2,50% 7,50%
1 6 8 11 14 40
2,50% 15,00% 20,00% 27,50% 35,00% 100,00%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.14. Grafik Tabulasi Silang Umur dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing PPK Berikut Peta 8 display tabulasi silang faktor umur dengan pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK.
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Faktor Pendidikan Berdasarkan tabulasi silang faktor pendidikan tidak terdapat variasi di tiap PPK antara kedua pasangan. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo tetap mendominasi di semua kelompok pendidikan di seluruh PPK. Di 4 PPK yaitu PPK Laweyan, Pasar Kliwon, Banjarsari dan Jebres pemilih pasangan ini mayoritas dari kelompok pendidikan tamat SMA/sederajat. Sedangkan di PPK Serengan pemilih pada kelompok pendidikan pernah kuliah/diatasnya lebih mendominasi. Ada hal yang menarik di mana pemilih tamat SMA/sederajat justru jumlahnya lebih banyak
yang
memilih
pasangan
Eddy
S.
Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie di PPK Serengan. Meskipun Eddy S. Wirabhumi seorang akademisi lulusan S3 tetapi tidak otomatis dipilih oleh pemilih yang memiliki pendidikan tinggi atau pernah kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pemilih tidak selalu berbanding lurus dengan pendidikan pasangan kandidat yang dipilih. Tabel 4.17. dan Gambar 4.15. berikut menggambarkan hasil tabulasi silang faktor pendidikan dengan pilihan pasangan kandidat. Tabel 4.17. Tabulasi Silang Pendidikan dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing PPK PPK
Pendidikan
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Laweyan
%
Jumlah
%
Total
Jumlah
%
Tamat SD/dibawahnya
2
8,0%
0
0,0%
2
8,0%
Tamat SMP
1
4,0%
1
4,0%
2
8,0%
Tamat SMA
10
40,0%
3
12,0%
13
52,0%
8
32,0%
0
0,0%
8
32,0%
21
84,0%
4
16,0%
25
100,0%
Pernah kuliah/diatasnya Total
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
Serengan
Tamat SD/dibawahnya
2
14,3%
0
0,0%
2
14,3%
Tamat SMP
2
14,3%
0
0,0%
2
14,3%
Tamat SMA
1
7,1%
2
14,3%
3
21,4%
Pernah kuliah/diatasnya
6
42,9%
1
7,1%
7
50,0%
11
78,6%
3
21,4%
14
100,0%
Tamat SD/dibawahnya
3
13,0%
0
0,0%
3
13,0%
Tamat SMP
4
17,4%
1
4,3%
5
21,7%
Tamat SMA
6
26,1%
3
13,0%
9
39,1%
Pernah kuliah/diatasnya
6
26,1%
0
0,0%
6
26,1%
19
82,6%
4
17,4%
23
100,0%
5
10,4%
0
0,0%
5
10,4%
Tamat SMP
10
20,8%
0
0,0%
10
20,8%
Tamat SMA
18
37,5%
5
10,4%
23
47,9%
Pernah kuliah/diatasnya
10
20,8%
0
0,0%
10
20,8%
Total
43
89,6%
5
10,4%
48
100,0%
Tamat SD/dibawahnya
9
22,5%
1
2,5%
10
25,0%
Tamat SMP
9
22,5%
1
2,5%
10
25,0%
Tamat SMA
17
42,5%
1
2,5%
18
45,0%
2
5,0%
0
0,0%
2
5,0%
37
92,5%
3
7,5%
40
100,0%
Total
Pasar Kliwon
Total Tamat SD/dibawahnya Banjarsari
Jebres
digilib.uns.ac.id
Pernah kuliah/diatasnya Total
Sumber :Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.15. Grafik Tabulasi Silang Pendidikan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing PPK Peta 9 memvisualisasikan tabulasi silang faktor pendidikan dengan pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK. commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Faktor Ekonomi a) Jenis Pekerjaan Dari hasil tabulasi silang faktor pekerjaan terhadap pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK diketahui bahwa pasangan Joko WidodoFX. Hadi Rudyatmo tetap mendominasi pilihan responden dibandingkan pasangan Eddy S. Wirabhumi Supradi Kertamenawie. Pasangan pertama tersebut mayoritas dipilih oleh responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta (pedagang, pengusaha) di PPK Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon dan Banjarsari. Sedangkan di PPK Jebres, pasangan ini mayoritas dipilih oleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta. Jika dikaitkan dengan background Joko Widodo sebagai seorang pengusaha ternyata menunjukkan hubungan yang berbanding lurus. Prosentase pemilih dengan pekerjaan sebagai wiraswasta (pedagang atau pengusaha) cukup signifikan mempengaruhi perolehan suara. Meskipun di PPK Jebres pemilih dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta mendominasi tetapi prosentasenya hanya terpaut sedikit dengan pemilih yang bekerja sebagai wiraswasta. Sementara itu, pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie secara umum mendapatkan jumlah pemilih minoritas di seluruh PPK. Akan tetapi ada hal yang menarik dimana responden pemilih yang bekerja sebagai PNS di PPK Serengan dan pegawai swasta di PPK Pasar Kliwon cenderung memilih pasangan kedua ini. Banyaknya PNS yang memilih pasangan ini dipengaruhi oleh figur seorang Supradi Kertamenawie yang merupakan birokrat di jajaran pemerintahan Kota Surakarta. Pendamping Eddy S. Wirabhumi ini terakhir kali menjabat sebagai Asisten Sekda Kota Surakarta sebelum mencalonkan diri. Figur Eddy S. Wirabhumi sebagai seorang professional (dosen) kenyataannya tidak mampu menarik simpati dari pemilih yang bekerja commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai professional khususnya dosen. Kalangan professional justru lebih banyak memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.18. dan Gambar 4.16. berikut ini. Tabel 4.18. Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing Masing PPK PPK
Pekerjaan
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Laweyan
%
Jumlah
%
Total
Jumlah
%
PNS
1
4,0%
0
0,0%
1
4,0%
Peg. Swasta
3
12,0%
1
4,0%
4
16,0%
Wiraswasta (pedagang,dll)
5
20,0%
1
4,0%
6
24,0%
Profesional
2
8,0%
0
0,0%
2
8,0%
Pensiunan
3
12,0%
0
0,0%
3
12,0%
Pelajar/mahasiswa
1
4,0%
0
0,0%
1
4,0%
Buruh
1
4,0%
1
4,0%
2
8,0%
Ibu rumah tangga
1
4,0%
1
4,0%
2
8,0%
Pekerja informal
2
8,0%
0
0,0%
2
8,0%
Pengangguran/blm bekerja
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Lainnya
2
8,0%
0
0,0%
2
8,0%
21
84,0%
4
16,0%
25
100,0%
Total
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
Serengan
Pasar Kliwon
PNS
0
0,0%
1
7,1%
1
7,1%
Peg. Swasta
2
14,3%
0
0,0%
2
14,3%
Wiraswasta (pedagang,dll)
4
28,6%
2
14,3%
6
42,9%
Profesional
1
7,1%
0
0,0%
1
7,1%
Pensiunan
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pelajar/mahasiswa
2
14,3%
0
0,0%
2
14,3%
Buruh
2
14,3%
0
0,0%
2
14,3%
Ibu rumah tangga
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pekerja informal
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pengangguran/blm bekerja
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total
11
78,6%
3
21,4%
14
100,0%
PNS
2
8,7%
1
4,3%
3
13,0%
Peg. Swasta
1
4,3%
2
8,7%
3
13,0%
Wiraswasta (pedagang,dll)
9
39,1%
0
0,0%
9
39,1%
Profesional
2
8,7%
0
0,0%
2
8,7%
Pensiunan
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pelajar/mahasiswa
1
4,3%
0
0,0%
1
4,3%
Buruh
4
17,4%
0
0,0%
4
17,4%
Ibu rumah tangga
0
0,0%
1
4,3%
1
4,3%
Pekerja informal
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pengangguran/blm bekerja
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total
19
82,6%
4
17,4%
23
100,0%
PNS
2
4,2%
0
0,0%
2
4,2%
Peg. Swasta
8
16,7%
2
4,2%
10
20,8%
Wiraswasta (pedagang,dll)
Banjarsari
digilib.uns.ac.id
12
25,0%
2
4,2%
14
29,2%
Profesional
3
6,3%
0
0,0%
3
6,3%
Pensiunan
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pelajar/mahasiswa
3
6,3%
0
0,0%
3
6,3%
Buruh
8
16,7%
0
0,0%
8
16,7%
Ibu rumah tangga
4
8,3%
0
0,0%
4
8,3%
Pekerja informal
2
4,2%
0
0,0%
2
4,2%
Pengangguran/blm bekerja
1
2,1%
1
2,1%
2
4,2%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
43
89,6%
5
10,4%
48
100,0%
Total
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNS Peg. Swasta
Jebres
1
2,5%
0
0,0%
1
2,5%
10
25,0%
2
5,0%
12
30,0%
Wiraswasta (pedagang,dll)
9
22,5%
1
2,5%
10
25,0%
Profesional
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pensiunan
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Pelajar/mahasiswa
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Buruh
5
12,5%
0
0,0%
5
12,5%
Ibu rumah tangga
7
17,5%
0
0,0%
7
17,5%
Pekerja informal
2
5,0%
0
0,0%
2
5,0%
Pengangguran/blm bekerja
3
7,5%
0
0,0%
3
7,5%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
37
92,5%
3
7,5%
40
100,0%
Total
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.16. Grafik Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK Hasil tabulasi silang faktor pekerjaan dengan pilihan pasangan kandidat dapat divisualisasikan melalui Peta 10 berikut. commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Penghasilan Berdasarkan hasil tabulasi silang faktor penghasilan terhadap pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK, semua kelompok penghasilan responden pemilih mayoritas memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Umumnya didominasi pemilih dengan kelompok penghasilan >Rp.1.000.000 (PPK Laweyan, PPK Pasar Kliwon dan PPK Banjarsari), PPK Jebres jumlah pemilih pasangan ini didominasi responden pemilih penghasilan menengah ke bawah yaitu < Rp.500.000 dan Rp.500.000Rp.1.000.000. Sedangkan di PPK Serengan jumlah responden pemilih dengan penghasilan Rp.500.000-Rp.1.000.000 dan >Rp.1.000.000 sama. Figur pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dikenal pandai merangkul semua golongan khususnya dari segi golongan ekonomi masyarakat. Baik dari golongan menengah ke bawah maupun menengah ke atas, semuanya menjadi lumbung suara bagi pasangan ini. Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie, di PPK Laweyan dan Banjarsari mayoritas dipilih oleh pemilih dengan penghasilan Rp.500.000-Rp.1.000.000. PPK Serengan didominasi pemilih dengan penghasilan >Rp.1.000.000, di PPK Pasar Kliwon pemilih berpenghasilan rendah mendominasi sedangkan di PPK Jebres relatif merata di semua kategori penghasilan. Golongan ekonomi menengah ke atas menjadi penyumbang terbesar bagi pasangan ini. Sosok Eddy S. Wirabhumi sebagai abdi dalem Kraton Surakarta Hadiningrat turut mempengaruhi pemilih ini. Kerabat keraton yang merupakan golongan elit menjadi penyumbang suara bagi pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Tabel 4.19. dan Gambar 4.17. menggambarkan rincian hasil tabulasi silang.
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19. Tabulasi Silang Penghasilan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK PPK
Penghasilan
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Serengan
Rp.500.000-Rp.1.000.000
Banjarsari
Jebres
Jumlah
%
3
12,0%
1
4,0%
Jumlah
%
4
16,0%
6
24,0%
2
8,0%
8
32,0%
>Rp.1.000.000
12
48,0%
1
4,0%
13
52,0%
Total
21
84,0%
4
16,0%
25
100,0%
3
21,4%
0
0,0%
3
21,4%
Rp.500.000-Rp.1.000.000
4
28,6%
1
7,1%
5
35,7%
>Rp.1.000.000
4
28,6%
2
14,3%
6
42,9%
11
78,6%
3
21,4%
14
100,0%
5
21,7%
3
13,3%
8
34,8%
Rp.500.000-Rp.1.000.000
5
21,7%
1
4,3%
6
26,1%
>Rp.1.000.000
9
39,1%
0
0,0%
9
39,1%
Total
19
82,6%
4
17,4%
23
100,0%
13
27,1%
1
2,1%
14
29,2%
Rp.500.000-Rp.1.000.000
14
29,2%
3
6,3%
17
35,4%
>Rp.1.000.000
16
33,3%
1
2,1%
17
35,4%
Total
43
89,6%
5
10,4%
48
100,0%
13
32,5%
1
2,5%
14
35,0%
Rp.500.000-Rp.1.000.000
13
32,5%
1
2,5%
14
35,0%
>Rp.1.000.000
11
27,5%
1
2,5%
12
30,0%
Total
37
92,5%
3
7,5%
40
100,0%
Total
Pasar Kliwon
%
Total
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.17. Grafik Tabulasi Silang Penghasilan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK Berikut display Peta 11 yang mempresentasikan hasil tabulasi silang faktor penghasilan dengan pilihan pasangan kandidat.
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Faktor Agama Berdasarkan faktor agama yang dianut responden pemilih terhadap pilihan pasangan kandidat diketahui bahwa dari agama apapun mayoritas responden memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di seluruh PPK. Prosentase terbesar adalah dari pemilih agama Islam dengan rata-rata lebih dari 50%. Meskipun Joko Widodo berpasangan dengan FX. Hadi Rudyatmo yang beragama nonIslam namun tidak mempengaruhi pilihan pemilih Islam terhadap pasangan tersebut. Sebelum pelaksanaan Pemilukada terdapat isu negatif tentang larangan untuk memilih pasangan yang beragama nonIslam dari kelompok tertentu tetapi tidak mempengaruhi pilihan masyarakat dalam menentukan pilihannya. Hal ini semakin memperjelas bahwa faktor agama tidak secara otomatis mempengaruhi pilihan seseorang. Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie juga dipilih oleh pemilih beragama Islam tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit di seluruh PPK. Rincian selengkapnya dapat diamati dalam Tabel 4.20. dan Gambar 4.18. di bawah ini. Tabel 4.20. Tabulasi Silang Agama dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing Masing PPK PPK
Agama
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Islam Laweyan
%
Jumlah
%
Total
Jumlah
%
18
72,0%
4
16,0%
22
88,0%
Kristen
3
12,0%
0
0,0%
3
12,0%
Katolik
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
21
84,0%
4
16,0%
25
100,0%
Total
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
Serengan
Pasar Kliwon
Banjarsari
digilib.uns.ac.id
Islam
8
57,1%
2
14,3%
10
71,4%
Kristen
1
7,1%
1
7,1%
2
14,3%
Katolik
2
14,3%
0
14,3%
2
14,3%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total
11
78,6%
3
21,4%
14
100,0%
Islam
17
73,9%
2
8,7%
19
82,6%
Kristen
2
8,7%
2
8,7%
4
17,4%
Katolik
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total
19
82,6%
4
17,4%
23
100,0%
Islam
39
81,3%
5
10,4%
44
91,7%
Kristen
3
6,3%
0
0,0%
3
6,3%
Katolik
1
2,1%
0
0,0%
1
2,1%
Lainnya
Jebres
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total
43
89,6%
5
10,4%
48
100,0%
Islam
25
62,5%
3
7,5%
28
70,0%
Kristen
9
22,5%
0
0,0%
9
22,5%
Katolik
2
5,0%
0
0,0%
2
5,0%
Lainnya
1
2,5%
0
0,0%
1
2,5%
37
92,5%
3
7,5%
40
100,0%
Total
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.18. Grafik Tabulasi Silang Agama dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK Berikut display Peta 12 yang menggambarkan tabulasi silang faktor agama terhadap pilihan pasangan kandidat.
commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Faktor Pengalaman Berdasarkan hasil tabulasi silang faktor pengalaman memilih responden di masing-masing PPK terhadap pilihan pasangan kandidat diketahui bahwa mayoritas responden baik dengan pengalaman memilih 1 kali maupun 2 kali meyatakan memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo
dibandingkan
pasangan
Eddy
S.
Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie. Faktor pengalaman memilih cenderung tidak terdapat variasi. Pemilih dengan pengalaman memilih sebanyak 2 kali lebih mendominasi di semua PPK. Pengalaman memilih akan mempengaruhi pemilih untuk memilih kembali atau tidak memilih kembali atau dengan kata lain memilih pasangan lain. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo merupakan pasangan yang terpilih pada tahun 2005 dan di tahun 2010 maju kembali dengan formasi pasangan yang sama. Pemilih yang memiliki pengalaman memilih pasangan ini memberikan reward karena kinerjanya yang dipandang baik. Wujud dari reward tersebut adalah dengan memilih kembali pasangan incumbent tersebut. Seandainya kinerja pasangan ini buruk, pemilih akan memberikan punishment yaitu dengan tidak memilih kembali. Tidak seluruh pemilih memandang baik kinerja Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Buktinya, ada pemilih yang memiliki pengalaman memilih lebih dari satu kali tetapi menjatuhkan pilihannya kepada pasangan lain. Pemilih ini memberikan punishment kepada pasangan incumbent karena kinerjanya belum seperti yang mereka harapkan. Namun, jumlah pemilih ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih incumbent. Tabel 4.21. dan Gambar 4.19. berikut ini merupakan rincian hasil tabulasi silang.
commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.21. Tabulasi Silang Pengalaman Memilih dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK PPK
Pengalaman
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Banjarsari
Jebres
1 kali
2
%
Jumlah
8,0%
1
%
Total
Jumlah
4,0%
3
% 12,0%
2 kali
19
76,0%
3
12,0%
22
88,0%
Total
21
84,0%
4
16,0%
25
100,0%
1 kali
3
21,4%
0
0,0%
3
21,4%
2 kali
8
57,1%
3
21,4%
11
78,6%
Total
11
78,6%
3
21,4%
14
100,0%
1 kali
1
4,3%
0
0,0%
1
4,3%
2 kali
18
78,3%
4
17,4%
22
95,7%
Total
19
82,6%
4
17,4%
23
100,0%
1 kali
3
6,3%
0
0,0%
3
6,3%
2 kali
40
83,3%
5
10,4%
45
93,8%
Total
43
89,6%
5
10,4%
48
100,0%
1 kali
2
5,0%
0
0,0%
2
5,0%
2 kali
35
87,5%
3
7,5%
38
95,0%
Total
37
92,5%
3
7,5%
40
100,0%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.19. Grafik Tabulasi Silang Pengalaman Memilih dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK Display Peta 13 merepresentasikan hasil tabulasi silang pengalaman memilih responden pemilih terhadap pilihan pasangan kandidat.
commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Faktor Pilihan Partai Politik Berdasarkan faktor pilihan partai politik terhadap pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK terdapat hal menarik yang dapat diamati. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo mayoritas dipilih oleh responden yang memilih PDIP sebagai partai pilihannya di PPK Serengan, Banjarsari dan Jebres. Di PPK Laweyan pemilih pasangan ini didominasi oleh responden yang memilih PKS sebagai partai pilihannya. Sedangkan di PPK Pasar Kliwon pemilih PDIP dan PKS memiliki suara mayoritas dengan prosentase yang sama dalam memilih pasangan ini. Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie meskipun didukung oleh Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Hanura akan tetapi responden yang menyatakan memilih partai-partai tersebut ternyata tidak seluruhnya memilih pasangan ini. Bahkan sebagian besar responden pemilih partai-partai tersebut justru memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo sebagai pilihannya. Hal yang menarik adalah responden pemilih yang memilih PDIP, PKS, Partai Gerindra, dan PDS sebagai partai pilihannya tidak ada yang memilih pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie di seluruh PPK di Kota Surakarta. Seluruh responden pemilih yang memilih partai-partai tersebut memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pemilih partai politik tidak selalu mengikuti kebijakan partai yang dipilihnya dalam menentukan pasangan kandidat yang akan dipilih. Pemilih menganggap bahwa Pemilu Legislatif berbeda dengan Pemilukada. Pemilukada lebih mementingkan figur calon daripada partai politik yang mendukungnya. Tidak mengherankan apabila pemilih tidak mengindahkan partai politik mana yang mendukung pasangan kandidat, tetapi cenderung melihat figur pasangan kandidat. Tabel 4.22. dan Gambar 4.20. merupakan
commit to user
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rincian hasil tabulasi silang faktor pilihan partai dengan pilihan pasangan kandidat. Tabel 4.22. Tabulasi Silang Pilihan Partai dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK PPK
Pilihan Partai
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
%
Jumlah
%
Total
Jumlah
%
PDIP
4
16,0%
0
0,0%
4
16,0%
DEMOKRAT
4
16,0%
1
4,0%
5
20,0%
GOLKAR
2
8,0%
0
0,0%
2
8,0%
PKS
6
24,0%
0
0,0%
6
24,0%
PAN
2
8,0%
0
0,0%
2
8,0%
HANURA
1
4,0%
2
8,0%
3
12,0%
GERINDRA
1
4,0%
0
0,0%
1
4,0%
PDS
1
4,0%
0
0,0%
1
4,0%
Lainnya
0
0,0%
1
4,0%
1
4,0%
Total
21
84,0%
4
16,0%
25
100,0%
PDIP
4
28,6%
0
0,0%
4
28,6%
DEMOKRAT
1
7,1%
1
7,1%
2
14,3%
GOLKAR
0
0,0%
1
7,1%
1
7,1%
PKS
3
21,4%
0
0,0%
3
21,4%
PAN
0
0,0%
1
7,1%
1
7,1%
HANURA
1
7,1%
0
0,0%
1
7,1%
GERINDRA
1
7,1%
0
0,0%
1
7,1%
PDS
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Lainnya
1
7,1%
0
0,0%
1
7,1%
Total
11
78,6%
3
21,4%
14
100,0%
PDIP
6
26,1%
0
0,0%
6
26,1%
DEMOKRAT
3
13,0%
1
4,3%
4
17,4%
GOLKAR
0
0,0%
2
8,7%
2
8,7%
PKS
6
26,1%
0
0,0%
6
26,1%
PAN
3
13,0%
0
0,0%
3
13,0%
HANURA
0
0,0%
1
4,3%
1
4,3%
GERINDRA
1
4,3%
0
0,0%
1
4,3%
PDS
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
19
82,6%
4
17,6%
23
100,0%
Total
commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id
Banjarsari
Jebres
digilib.uns.ac.id
PDIP DEMOKRAT GOLKAR PKS PAN HANURA GERINDRA PDS Lainnya Total PDIP DEMOKRAT GOLKAR PKS PAN HANURA GERINDRA PDS Lainnya Total
18 6 2 5 4 2 2 2 2 43 23 2 3 2 2 2 1 1 1 37
37,5% 12,5% 4,2% 10,4% 8,3% 4,2% 4,2% 4,2% 4,2% 89,6% 57,5% 5,0% 7,5% 5,0% 5,0% 5,0% 2,5% 2,5% 2,5% 92,5%
0 1 2 0 0 1 0 0 1 5 0 1 1 0 0 0 0 0 1 3
0,0% 2,1% 4,2% 0,0% 0,0% 2,1% 0,0% 0,0% 2,1% 10,4% 0,0% 2,5% 2,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 2,5% 7,5%
18 7 4 5 4 3 2 2 3 48 23 3 4 2 2 2 1 1 2 40
37,5% 14,6% 8,3% 10,4% 8,3% 6,3% 4,2% 4,2% 6,3% 100,0% 57,5% 7,5% 10,0% 5,0% 5,0% 5,0% 2,5% 2,5% 2,5% 100,0%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.20. Grafik Tabulasi Silang Pilihan Partai dengan Pilihan Kandidat di Masing-Masing PPK
Pasangan
Display Peta 14 tabulasi silang faktor pilihan partai terhadap pilihan pasangan kandidat disajikan sebagai berikut.
commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Alasan Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 Berdasarkan data hasil wawancara dengan responden pemilih, analisis alasan pemilih terhadap pasangan kandidat menggunakan analisis tabulasi silang. Hasil tabulasi silang antara alasan pemilih dengan pasangan kandidat disajikan melalui Tabel 4.23. dan Gambar 4.21. Tabel 4.23. Hasil Tabulasi Silang Alasan Memilih terhadap Pilihan Pasangan Kandidat di Masing-Masing PPK PPK
Alasan Memilih
Pilihan Kandidat Eddy S. Joko WidodoWirabhumiFX.Hadi R Supradi K Jumlah
Kemampuan Kandidat Kepribadian kandidat
Pasar Kliwon
%
0
0,0%
Jumlah 7
% 28,0%
0,0%
1
4,0%
1
4,0%
40,0%
1
4,0%
11
44,0%
Didukung partai pilihan
3
12,0%
2
8,0%
5
20,0%
Kesamaan latar belakang Lainnya
1
4,0%
0
0,0%
1
4,0%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
21
84,0%
4
16,0%
25
100,0%
Kemampuan Kandidat
2
14,3%
0
0,0%
2
14,3%
Kepribadian kandidat
3
21,4%
0
0,0%
3
21,4%
Program/isu yg ditawarkan
4
28,6%
1
7,1%
5
35,7%
Didukung partai pilihan
2
14,3%
1
7,1%
3
21,4%
Kesamaan latar belakang Lainnya
0
0,0%
1
7,1%
1
7,1%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total
11
78,6%
3
21,4%
14
100,0%
Kemampuan Kandidat
11
47,8%
0
0,0%
11
47,8%
Kepribadian kandidat
0
0,0%
1
4,3%
1
4,3%
Program/isu yg ditawarkan
2
8,7%
0
0,0%
2
8,7%
Didukung partai pilihan
5
21,7%
2
8,7%
7
30,4%
Kesamaan latar belakang Lainnya
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
1
4,3%
1
4,3%
2
8,7%
Total
19
82,6%
4
17,4%
23
100,0%
Kemampuan Kandidat
23
47,9%
2
4,2%
25
52,1%
Kepribadian kandidat
4
8,3%
1
2,1%
5
10,4%
10
20,9%
0
0,0%
10
20,9%
Didukung partai pilihan
3
6,3%
2
4,2%
5
10,4%
Kesamaan latar belakang Lainnya
2
4,2%
0
0,0%
2
4,2%
1
2,1%
0
0,0%
1
2,1%
43
89,6%
5
10,4%
48
100,0%
Program/isu yg ditawarkan Banjarsari
Jumlah
0
Total
Serengan
% 28,0%
10
Program/isu yg ditawarkan Laweyan
7
Total
Total
commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemampuan Kandidat Kepribadian kandidat Program/isu yg ditawarkan Didukung partai pilihan Kesamaan latar belakang Lainnya
Jebres
Total
18 0 7 5 3 4 37
45,0% 0,0% 17,5% 12,5% 7,5% 10,0% 92,5%
1 1 0 1 0 0 3
2,5% 2,5% 0,0% 2,5% 0,0% 0,0% 7,5%
19 1 7 6 3 4 40
47,5% 2,5% 17,5% 15,0% 7,5% 10,0% 100,0%
Sumber: Data Survei Pemilih Tahun 2010
Gambar 4.21. Grafik Hasil Tabulasi Silang Alasan Memilih Terhadap Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-Masing PPK Berdasarkan hasil tabulasi silang alasan pemilih terhadap pilihan pasangan kandidat di setiap PPK dapat diketahui bahwa pemilih memiliki alasan
bervariasi di setiap PPK. Pemilih yang memilih pasangan Joko
Widodo-FX.
Hadi
Rudyatmo dengan alasan kemampuan kandidat
commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendominasi di tiga PPK yaitu PPK Pasar Kliwon, PPK Banjarsari dan PPK Jebres. Alasan kemampuan kandidat ini cukup rasional karena pasangan tersebut merupakan pasangan incumbent yang telah memimpin Kota Surakarta pada periode 2005-2010 dan kinerjanya dipandang sudah cukup baik serta mampu mengelola Kota Surakarta dengan baik pula. Beberapa kinerja pasangan incumbent ini antara lain penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) tanpa konflik di Klitikan, Mangkunegaran, belakang kampus UNS dan penataan ruang publik perkotaan di Balekambang, city walk di Jalan Slamet Riyadi, Galabo di Gladag dan Taman Sekartaji. Selain itu, relokasi permukiman di wilayah bantaran Bengawan Solo dan pembangunan pasarpasar tradisional juga merupakan hasil kinerja pemerintahan pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo. Seluruh kinerja pasangan tersebut mampu menarik minat masyarakat Kota Surakarta untuk memberikan apresiasi dan reward yang diwujudkan dengan memilih kembali pasangan ini. Pemilih pasangan kandidat Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan alasan program/isu yang ditawarkan mendominasi di dua PPK yaitu PPK Serengan dan PPK Laweyan. Pemilih tertarik terhadap program-program yang ditawarkan pasangan ini sebagai contoh PKMS ( Program Kesehatan Masyarakat Surakarta). Program ini bahkan telah direalisasikan mengingat pasangan ini merupakan pasangan yang telah memerintah periode lalu dan hasil program ini telah dirasakan masyarakat Kota Surakarta. Dengan demikian program yang sudah nyata ini mampu menarik minat masyarakat pemilih Kota Surakarta untuk memilih kembali pasangan ini. Alasan kepribadian kandidat, didukung partai pilihan, kesamaan latar belakang dan alasan lainnya tidak terlalu signifikan prosentasenya. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pemilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo termasuk dalam kategori pemilih yang rasional. Pemilih tersebut commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id
lebih
digilib.uns.ac.id
mengutamakan
kemampuan
dan
program-program
kandidat
dibandingkan dengan pribadi kandidat, ideologi dan latar belakang. Sementara itu, pemilih pasangan kandidat Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie didominasi oleh pemilih yang memiliki alasan didukung oleh partai pilihan. Pemilih tersebut terdapat di dua PPK yaitu PPK Serengan dan Pasar Kliwon. Meskipun demikian prosentase alasan ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pasangan kandidat pertama di PPK dan alasan yang sama. Pemilih pasangan kandidat Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie dengan alasan kemampuan kandidat memiliki prosentase yang sama besarnya dengan alasan didukung partai pilihan di PPK Banjarsari. Alasan kepribadian kandidat juga memiliki prosentase yang sama besarnya dengan alasan didukung partai pilihan di PPK Jebres. Sedangkan di PPK Serengan pemilih dengan alasan program/isu yang ditawarkan dan kesamaan latar belakang memiliki jumlah yang sama dengan alasan didukung oleh partai pilihan. Pemilih pasangan tersebut mayoritas dapat dikategorikan sebagai pemilih yang tradisional. Hal ini terbukti dari alasan yang mendominasi pemilih dalam memilih pasangan tersebut. Pemilih dengan alasan kemampuan dan program yang ditawarkan kandidat jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih yang beralasan lebih karena didukung partai pilihan. Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie merupakan pasangan yang belum banyak dikenal oleh masyarakat Kota Surakarta. Eksistensi mereka hanya pada saat mengikuti Pemilukada sehingga masyarakat kurang mengetahui kemampuan pasangan kandidat tersebut. Pasangan
tersebut
mengandalkan
koalisi
commit to user
partai
pendukung
untuk
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memaksimalkan perolehan suara meskipun kenyataannya tidak mampu meraih dukungan sebesar perolehan suara koalisi partai pendukungnya. Program-program
yang
mereka
tawarkan
masih
kalah
jika
dibandingkan dengan program-program pasangan lawan yang sudah terbukti. Masyarakat lebih memilih terhadap program-program yang sudah mereka rasakan dibandingkan dengan program yang belum terealisasi. Visualisasi hasil tabulasi silang alasan pemilih memilih pasangan kandidat di masing-masing PPK disajikan dalam Peta 15 berikut ini.
commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebaran pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki kecenderungan merata di seluruh PPK baik pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo maupun Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Total perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo 90,09% sedangkan
pasangan
Eddy
S.
Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie
memperoleh 9,91% suara. 2. Perbandingan sebaran perolehan suara partai pendukung yang tergabung dalam koalisi partai dapat mencerminkan perolehan suara pasangan kandidat. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara pada Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan dukungan koalisi partai (PDIP, PKS, PAN, Partai Gerindra dan PDS) yang memperoleh jumlah suara 59,72% pada Pemilu Legislatif 2009. Pasangan Eddy S.Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara dengan dukungan koalisi partai (Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Hanura) yang memperoleh jumlah suara 27,70%. 3. Karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 terhadap pilihan pasangan kandidat cenderung memiliki pola dan variasi yang sama. Faktor karakteristik pemilih tersebut yaitu faktor demografi (jenis kelamin, status marital, umur), faktor pendidikan, faktor ekonomi (pekerjaan dan penghasilan), faktor agama, faktor pengalaman dan faktor pilihan partai. 4. Alasan pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dapat mencerminkan jenis kategori pemilih. Mayoritas pemilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo adalah pemilih rasional karena alasan mereka commit to user
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didominasi kemampuan kandidat (40,7%) dan program/isu yang ditawarkan (22%). Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie mayoritas dipilih oleh pemilih tradisional karena alasan mereka lebih karena didukung oleh partai politik (5,3%), kepribadian kandidat (2,7%) dan kesamaan latar belakang (0,7%). B. IMPLIKASI Dari kesimpulan tersebut di atas maka dapat dijelaskan implikasinya sebagai berikut : 1. Dengan mengetahui sebaran pemilih pasangan kandidat dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan strategi politik pemenangan Pemilukada yang akan datang. 2. Dengan mengetahui perbandingan sebaran pemilih koalisi partai pendukung dan pasangan kandidat dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan partai dalam mengelola konstituennya untuk menggerakkan fungsi mesin politiknya. 3. Dengan mengetahui karakteristik pemilih pasangan kandidat dapat dijadikan bahan kajian dalam meneliti perilaku dan preferensi pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta. 4. Dengan mengetahui alasan pemilih memilih pasangan kandidat dapat dijadikan masukan bagi pasangan kandidat untuk memahami apa yang diharapkan oleh masyarakat pemilih. 5. Dengan mengetahui pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam memetakan hasil Pemilukada dapat menjadi bahan pembelajaran dan dijadikan media dalam pembelajaran geografi di sekolah.
commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu : 1. Perlu adanya strategi politik tim pemenangan pasangan kandidat untuk memenangkan Pemilukada di masa yang akan datang. 2. Perlu adanya kebijakan partai dalam koalisi partai untuk memaksimalkan fungsi dan peran mesin politik guna meningkatkan perolehan suara pasangan kandidat yang didukung. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai preferensi dan perilaku pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta dalam analisis keruangan SIG yang lebih detil misalnya unit analisis kelurahan. 4. Peta-peta hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi guru geografi sebagai bahan pembelajaran maupun media pembelajaran geografi di sekolah khususnya dalam pokok bahasan Sistem Informasi Geografis (SIG).
commit to user
127