Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
POTENSI HUTAN RAWA GAMBUT SEBAGAI SILVOFISHERY Dewi Rosanti
[email protected]
Dosen pada Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang ABSTRACT This paper reports the results of the study on the peat swamp in the Kedaton Village as Silvofishery. Research was conducted between May till October 2012. This research was carried out using survey method. Sample was taken by purpossive sampling. Data and information gathered included diversity index of vegetation, selected soil and water quality, plankton, macrozoobenthos, water insect and fish. Results of the study get 2 species of vegetation in tree, 4 genera of plankton, 3 genera of macrozoobenthos, 2 species of insect water and 3 species of fish. That peat swamp in the Kedaton Village have potency as Silvofishery, although diversity index of vegetation and plankton was median chategory, and diversity index of macrozoobenthos, insect water and fish was low chategory. Key words : peat swamp, vegetation, plankton, macrozoobenthos, fish ABSTRAK Penelitian yang mengkaji Potensi Hutan Rawa Gambut sebagai Silvofishery, telah dilakukan dari Mei sampai Oktober 2012 di kawasan hutan rawa gambut Desa Kedaton Kabupaten OKI. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei, dimana pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling yang didasarkan pada ada tidaknya genangan air. Data dikumpulkan meliputi data vegetasi, sifat tanah dan air, komposisi plankton, makrozoobenthos, serangga air dan ikan. Hasil penelitian ditemukan 2 jenis vegetasi tingkat pohon, 4 genus plankton, 3 genus makrozoobenthos, 2 jenis serangga air dan 3 jenis ikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hutan rawa gambut Desa Kedaton Kabupaten OKI berpotensi sebagai kawasan silvofishery, walaupun keanekaragaman vegetasi dan plankton termasuk sedang, dan keanekaragaman makrozoobentos, serangga air dan ikan tergolong rendah. Kata kunci : rawa gambut, ikan, plankton, makrozoobenthos, vegetasi.
ISSN 1829. 586x
8
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
PENDAHULUAN Hutan rawa gambut merupakan ekosistem yang unik, kaya akan keanekaragaman hayati, memiliki atau dapat memberikan berbagai jasa lingkungan/environment service seperti pengaturan air, penyerapan karbon agar perubahan iklim lokal maupun global dapat terkendali. Kondisi hutan rawa gambut Indonesia saat ini semakin memperihatinkan seiring dengan meningkatnya tekanan dan kerusakan yang dialami (Wibisono, et. al., 2005). Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara-negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Provinsi Sumatera Selatan sendiri memiliki luas hutan gambut 1.483.662 ha. Dari luasan tersebut 54,12% terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Hutan rawa gambut ini merupakan lahan marginal, yakni lahan yang kurang bisa dimanfaatkan dan dikembangkan. Permasalahannya adalah lahan gambut memiliki miskin unsur hara sehingga variasi tumbuhan yang dapat tumbuh relatif terbatas, serta perlu pengendalian tingkat keasaman dan pengaturan tinggi genangan air (Wahyanto, Ritung dan Subagjo, 2003; Bastoni, Sumadi dan Waluyo, 2004; Dirjen Sumber Daya Air, 2004; Agus dan Subiksa, 2008). Saat ini kondisi lahan rawa gambut di Sumatera Selatan sebagian telah rusak, tidak produktif dan belum dikelola dengan baik. Pemanfaatan lahan rawa gambut saat ini hanya sebatas pada kegiatan pertanian, dan masih banyak dijumpai hambatan baik secara fisik, kimia maupun biologis. Permasalahan tersebut berakar pada kepekaan keseimbangan ekosistem rawa, sehingga perubahan pemanfaatan lahan yang berarti perubahan ISSN 1829. 586x
lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap keragaman jenis biota yang terdapat pada lahan tersebut. Salah satu biota di rawa gambut adalah ikan. Salah satu pola yang dapat diterapkan pada lahan gambut adalah agrosilvofishery. Pola agrosilvofishery atau lebih dikenal dengan silvofishery maupun dikenal juga dengan istilah wanamina merupakan budidaya terpadu antara kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan pada wilayah dan waktu yang sama. Pola pendekatan teknis ini berusaha mengatasi permasalahan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat (Bastoni, 2006; Syahni, 2009 dan Hastuti, 2011). Menurut Yudono et al. (2010), silvofishery juga merupakan suatu bentuk usaha terpadu antara hutan dan perikanan. Pendekatan terpadu terhadap konservasi dan pemanfaatan sumberdaya hutan memberikan kesempatan untuk mempertahankan kondisi kawasan hutan tetap baik, disamping itu budidaya perairan dapat menghasilkan keuntungan ekonomi. Faktor penting lainnya adalah teknologi ini menawarkan alternatif yang praktis untuk tambak tetap berkelanjutan (sustainable). Silvofishery atau wanamina merupakan pola pendekatan teknis yang cukup baik, yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian hutan. Sistem ini memiliki teknologi sederhana, dapat dilakukan tanpa merusak tanaman yang ada dan dapat dilakukan sebagai kegiatan sela sambil berusaha menghutankan kembali kawasan yang kritis.
9
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Penerapan kegiatan wanamina di kawasan hutan secara umum diharapkan dapat mencegah perusakan kawasan tersebut oleh masyarakat karena akan memberikan alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat di kawasan tersebut. Sedangkan untuk perambah hutan, dapat disediakan lapangan kerja sebagai pedagang dengan menjadikan kawasan wanamina sebagai kawasan wisata. Dengan demikian, kawasan wanamina dapat berfungsi ganda yaitu menjaga dan memelihara ekosistem serta menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Penelitian Hastuti (2010) dan Yudono et al. (2010) diketahui bahwa daun-daun tanaman hutan yang telah gugur dan jatuh ke dalam air akan menjadi substrat yang baik bagi bakteri dan fungi, yang sekaligus berfungsi membantu proses pembusukan daun menjadi detritus. Detritus akan digunakan oleh pemakan detritus seperti amphipoda, mysidaceae, dan lain-lain. Pemakan detritus akan rdimakan oleh biota perairan termasuk ikan. Dengan kata lain, detritus organik akan merupakan sumber energi yang esensial bagi sebagian besar hewan estuaria. Detritus dari daun-daun merupakan salah satu sumber makanan bagi komunitas akut. Sementara, penelitian Zahid et al. (2007) menemukan 34 jenis ikan di hutan rawa gambut Desa Dadahup Kalimantan Tengah. Sementara Widodo et al., (2010) berhasil mengembangkan budidaya ikan patin di lahan gambut Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, untuk itu perlu dikaji mengenai potensi rawa gambut dalam bidang perikanan, sebagai usaha silvofishery dengan jalan ISSN 1829. 586x
menginventaris jenis-jenis ikan yang hidup pada habitat tersebut, beserta segala faktor pendukung kehidupan ikan, seperti produktifitas plankton. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu jalan dalam pemanfaatan lahan rawa gambut menjadi lebih optimal. Prospek pemanfaatan lahan rawa gambut untuk pendayagunaan lahan sangat berpotensi untuk pertanian, perkebunan, tanaman hutan dan perikanan. Kendala yang dialami antara lain pH yang rendah dan miskinnya unsur hara, dapat diatasi dengan pengembangan mikoriza di lahan gambut, dimana mikoriza dapat bersimbiosis memperbaiki ketersediaan unsur hara (Ulfa dan Waluyo, 2005). Karena lahan rawa gambut sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, hanya terbatas untuk kegiatan pertanian, bagaimanakah potensi hutan rawa gambut sebagai salah satu program silvofishery sebagai usaha pendayagunaan lahan yang ditinjau dari kelimpahan plankton dan ikan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji hal tersebut. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai September 2012, di hutan rawa gambut yang terdapat di Desa Kedaton Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah: formalin, aquadest, lugol, rose bengal dan alkohol. Sedangkan alat-alat yang diperlukan untuk penelitian ini adalah: plankton net, meteran, botol sampel, kamera, grab sampler, Sedgwidck Rafter Counting Cell dan mesh.
10
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode survey. Pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling, sebanyak 12 titik. Penentuan 12 titik sampling secara purpossive didasarkan pada ada tidaknya genangan air. Sampel yang diambil meliputi vegetasi pada tingkat pohon, plankton, benthos, ikan, serta air. Cara Kerja Contoh air diambil sebanyak 5 liter untuk tiap titik sampling. Kualitas air dilakukan terhadap suhu, kecerahan, kedalaman dan pH. Sampling benthos dan ikan dilakukan secara horizontal menggunakan water sampler 10 liter dan dilakukan sebanyak 5 kali. Air disaring dengan plankton net yang mempunyai tabung pengumpul plankton ukuran 25 ml. Selanjutnya diawetkan dengan lugol untuk fitoplankton dan formalin untuk zooplankton. Pengamatan plankton di bawah mikroskop yang diteteskan ke dalam Sedwidck Rafter Counting Cell kapasitas 1 ml, dan diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan dengan zigzag menggunakan 3 garis pandang. Untuk mencacah fitoplankton dihitung per sel dan hasil cacahan dinyatakan dalam sel/liter. Sedangkan pencacahan zooplankton berdasarkan jumlah individu yang terlihat. Pengambilan jumlah jenis dan jumlah individu bentos dilakukan dengan cara mengambil contoh subtrat dasar perairan (lumpur dan atau pasir) dengan menggunakan grab sampler dengan cara random dengan 3 kali ulangan. Sampel yang telah diambil dengan grab sampler dimasukkan ke dalam kantong plastic dan diberi label. Untuk mengawetkan sampel digunakan ISSN 1829. 586x
larutan formalin 10% yang telah dibubuhi zat warna rose bengal. Di laboratorium satu per satu isi kantong diayak dam saringan no. 30 US Standar atau saringan bertingkat dengan mata saring 0,250 mm, kemudian dicuci dengan air tawar sehingga diperoleh fauna bentik yang bersih kemudian diawetkan kembali dalam formalin 10%, dimasukkan botol dan diberi label. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan penghitungan jumlah jenis per sampel. Pengambilan sampel ikan liar dilakukan menggunakan alat tangkap yang biasa digunakan nelayan. Parameter Pengamatan Data yang dikumpulkan meliputi: 1) jenis dan kerapatan vegetasi; 2)Jenis ikan, 2) jenis fitoplankton, zooplankton dan benthos, 3) Sifat fisik dan kimia air terdiri dari pH, suhu udara, suhu air. Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan akan diolah dan dianalisa untuk mengetahui kerapatan (density), frekuensi (frequency), indeks keanekaragaman (heterogenitas) vegetasi, plankton, makro zoobenthos, serangga air dan ikan menggunakan rumus menurut Odum (1971) dan Krebs (1978). HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Hutan Rawa Gambut Desa Kedaton OKI memiliki luas 100 ha lebih. Kawasan ini dapat dikatakan tidak memiliki lagi kawasan alami, karena pernah mengalami kebakaran besar tahun 2006 dan 2011. Lahan bekas terbakar tahun 2006 seluas 20 ha saat ini dikhususkan untuk rehabilitasi dan restorasi gambut. Sedangkan lahan 11
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
eks terbakar tahun 2011 seluas 30 ha dijadikan hutan alam untuk tanaman perepat (Combretocarpus rotundatus). Sekitar 50 ha saat ini sudah diusahakan untuk perkebunan kelapa sawit. Suhu rata-rata udara 32oC sedangkan suhu rata-rata air 28oC. Kedalaman air berkisar 20 – 50 cm saat musim kemarau dan mencapai 1 meter lebih saat musim hujan. Curah hujan rata-rata 57- 87 mm/ tahun. Kedalaman gambut mencapai 4-6 meter, dengan pH air 3,5 dan pH gambut 3,2. Vegetasi Vegetasi merupakan faktor biotik yang terpenting dalam ekosistem. Vegetasi bertindak sebagai produsen. Pada kawasan rawa, baik rawa air tawar, rawa gambut maupun rawa pasang surut, vegetasi memiliki peran lebih selain sebagai tempat mencari makan (feeding ground), yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground) dan sebagai daerah asuhan (nursery ground) setelah menetaskan telur.
Vegetasi yang tercatat pada areal penelitian masih berada pada tingkat pertumbuhan semai, pancang dan tiang, setelah terbakar pada bulan September tahun 2011 yang lalu, yaitu dari jenis gelam (Melaleuca leucadendron), seduduk (Melastoma afinne), geronggang (Cratoxylum glaucum), perepat (Combretocarpus rotundatus), pulai (Alstonia pnematophora) dan beriang (Ploiarum alternifolium). Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh pakis udang (Stenochlaena palutris), resam (Glecheina linearis), purun (Fimbristylis globulosa), alang-alang (Imperata cylindrica) dan rumput teki (Cyperus rotundus). Untuk tingkat pohon didominasi oleh jenis ramin (Gonystylus bancanus) dan jelutung (Dyera lowii). Vegetasi tingkat pohon inilah yang berpengaruh dalam penyedia makanan bagi biota perairan, melalui guguran serasah. Kerapatan vegetasi tingkat pohon ditampilkan pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Analisis Vegetasi pada Lahan Gambut Desa Kedaton Kabupaten OKI untuk Tingkat Pohon. No Species Nama KR (%) FR DR INP Lokal (%) (%) (%) 1 Gonystylus bancanus Ramin 28,57 40,11 2,69 42,8 2 Dyera lowii Jelutung 71,65 59,89 97,31 157,2 Indeks Keanekaragaman : 1,41 (sedang) Tabel 1 menunjukkan hasil analisis vegetasi untuk tingkat pohon. Tumbuhan yang ada terdiri dari 2 jenis, yaitu Gonystylus bancanus (ramin) dan Dyera lowii (jelutung). Jenis yang mendominasi adalah jelutung, dengan nilai indeks nilai penting (INP) 157,2 %, sedangkan nilai indeks nilai penting ramin sebesar 42,8%.
ISSN 1829. 586x
Karena hanya ditemukan 2 jenis tumbuhan, keanekaragaman vegetasi dapat dikategorikan sedang, dengan nilai indeks keanekaragamn ShannonWiener sebesar 1,41. Meskipun demikian, dengan nilai kerapatan dan frekuensi yang cukup tinggi, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penyediakan serasah ke lingkungan perairan. 12
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Selain sebagai penyuplai serasah sebagai sumber makanan bagi biota perairan, akar-akar vegetasi sangat baik sebagai tempat berlindung biota perairan. Penelitian Rosanti (2007) menunjukkan hasil yang signifikan bahwa tumbuhan tumbuhan rawa berfungsi sebagai nursery ground ikan-ikan dan udang. Walaupun keanekaragaman vegetasi pada areal penelitian ini tergolong sedang. Biota perairan Biota perairan yang dianalisis meliputi plankton, makrozoobenthos dan ikan. Plankton yang ditemukan sebanyak 7 genus, yaitu Spirogyra, Synedra, Ankistrodesmus, Alona, Cyclops, Daphnia dan Difflugia. Sedangkan makrozoobenthos yang ditemukan ada 3 genus yaitu Chironomus, Psephenus dan Ampumixis. Dari golongan serangga ditemukan 2 species yaitu angganganggang (Gerris sp) dan kepinding air (Abedus sp). Sementara ikan yang ditemukan sebanyak 3 jenis yaitu
tempalo lebak (Beta splendens), selincah (Polycanthus hasselti) dan serko (Channa bankanensis). Plankton Di dalam perairan termasuk rawa gambut terdapat organisme, dan salah satunya adalah plankton yang merupakan organisme mikro yang melayang dalam air. Pergerakannya secara pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton terutama terdiri dari tumbuhan makroskopis yang disebut fitoplankton dan hewan mikroskopis disebut zooplankton. Plankton merupakan komponen penting dalam kehidupan akuatik dikarenakan fungsi biologisnya yang penting sebagai mata rantai paling dasar dalam rantai makanan. Semakin tinggi keanekaragaman plankton dalam suatu ekosistem, dapat dikatakan semakin subur badan perairan tersebut. Kepadatan dan keanekaragaman plankton pada penelitian ini disajikan dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Hasil Analisis Plankton di Lahan Gambut Desa Kedaton Kabupaten OKI. No Ordo Familia Genus Kepadatan Keterangan 1 Zygnematales Zygnemataceae Spirogyra 2 ind/ l Fitoplankton 2 Pennales Flagillariaceae Ankistrodesmus 6 ind/ l Fitoplankton 3 Cladocera Cyrodae Alona 2,8 ind/l Zooplankton 4 Copepoda Testudinellidae Cyclops 2,8 ind/l Zooplankton Indeks Keanekaragaman 1,32 sedang Tabel 2 menunjukkan jenis-jenis plankton yang ditemukan pada perairan rawa gambut. Plankton yang ditemukan terdiri dari fitolankton dan zooplankton, sebanyak 4 genus, yaitu Spirogyra dan Ankistrodesmus (fitoplankton) serta Cyclops dan Alona (zooplankton). Kelimpahanplankton masing-masing untuk Spirogyra
ISSN 1829. 586x
sebesar 2 individu/liter, Ankistrodesmus 2 individu/liter, Alona 28 individu/liter dan Cyclops 2,8 individu/ liter. Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa keanekaragaman plankton tergolong sedang, cenderung dikategorikan rendah, dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,32.
13
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Dengan nilai demikian, kesuburan lahan dapat dikatakan rendah. Hal ini diduga disebabkan karena kerusakan vegetasi yang terjadi akibat kebakaran lahan, sehingga produksi serasah berkurang dan kandungan oksigen menjadi rendah. Kerusakan vegetasi yang terjadi di sekitar diperkirakan akan mengganggu kehidupan berbagai jenis plankton. Densitas atau kepadatan plankton yang merupakan jumlah individu dalam setiap liter air berpengaruh terhadap keanekaragaman plankton. Kepadatan lankton dengan kisaran 2,8 – 6 individu per liter diduga disebabkan karena turunnya permukaan air akibat kemarau yang panjang. Indeks keanekaragaman jenis plankton pada suatu kawasan menggambarkan adanya kekayaan jenis-jenis plankton di kawasan tersebut. Indeks Keanekaragaman > 2, 0 menunjukkan kondisi perairan yang bagus dengan pH dan sifat fisik yang sesuai untuk kehidupan organisme air. Jika Indeks Keanekaragaman seluruh komunitas zooplankton 1,0-2,5 berarti kondisi lingkungan perairan sedang dalam kandungan bahan organik
cukup. Jika Indeks Keanekaragaman seluruh komunitas zooplankton < 1 lingkungan tercemar berat oleh bahan organik atau bahan pencemar lain (Odum, 1971 dalam Rosanti, 2007). Kesuburan suatu perairan antara lain dapat dilihat dari keberadaan organisme planktonnya, karena plankton dalam suatu perairan dapat menggambarkan tingkat produktivitas perairan tersebut (Sachlan, 1980). Dalam sistem trofik ekosistem perairan, organisme sangat berperan sebagai produsen dan berada pada tingkat dasar, yaitu menentukan organisme pada jenjang berikutnya berupa berbagai jenis ikan-ikan. Oleh karena itu, keberadaan suatu plankton di suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan-ikan di perairan tersebut. Makrozoobenthos Makrozoobenthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan dan biasanya menempel pada dasar substrat yang berupa batu, pasir dan lumpur. Makrozoobenthos merupakan makanan bagi hewan-hewan air. Kepadatan makrozoobenthos dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kepadatan Makrozoobenthos di Perairan Kabupaten OKI. No Ordo Familia Genus 1 Coleoptera Elmidae Ampumixis 2 Coleoptera Psephenidae Psephenus 3 Diptera Chironomidae Chironomus Indeks Keanekaragaman : 0, 95
ISSN 1829. 586x
Rawa Gambut Desa Kedaton Kepadatan Keterangan 2 5 ind/m 15 ind/m2 5 ind/m2 Rendah
14
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat bahwa dari 3 genus makrozoobenthos yang ditemukan yaitu Ampumixis, Psephenus dan Chironomus, kepadatan tertinggi dimiliki oleh Psephenus, sebesar 15 ind/m2, sedangkan dua genus lainnya hanya memiliki kepadatan sebesar 5 ind/m2. Meskipun demikian, makrozoobenthos yang ditemukan dapat dikatakan sedikit, dengan keanekaragaman makrozoobenthos tergolong rendah senilai 0,95. Rendahnya keanekaragaman makrozoobenthos berpengaruh terhadap kelangsungan hidup hewan lainnya, terutama ikan, karena makrozoobenthos merupakan makanan bagi ikan dan hewan akuatik lainnya. Selain itu makrozoobenthos berperan membantu proses dekomposisi serasah tumbuhan dengan jalan mencacahnya menjadi bagian-
bagian kecil, sehingga memudahkan proses dekomposisi oleh organisme dekomposer, sebagai sumber makanan bagi organisme akuatik dan juga berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung aliran energi dari organisme planktonik ke organisme konsumen yang lebih tinggi. Serangga Air Serangga berfungsi membantu mencacah serasah yang gugur, untuk selanjutnya didekomposisi oleh organisme dekomposer, yang selanjutnya menjadi makanan bagi organisme air dari level terendah sampai ke tinggi. Semakin banyak serangga yang berasosiasi, akan semakin cepat proses dekomposisi terjadi. Nilai penting dan keanekaragaman serangga disajikan pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Nilai Penting Serangga di Perairan Rawa Gambut Desa Kedaton Kabupaten OKI. No 1 2
Familia Genus Nama Lokal Coleoptera Abedus Kepinding air Hemiptera Gerris Anggang-anggang Indeks Keanekaragaman : 0, 64
Berdasarkan tabel 4 di atas, hanya 2 genus serangga yang ditemukan yaitu Abedus dan Gerris. Sedikitnya serangga yang ditemukan menyebabkan nilai keanekaragaman serangga tergolong rendah, dengan nilai indeks keanekaragaman ShannonWiener sebesar 0,64. Rendahnya keanekaragaman serangga juga diduga karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung kelangsungan hidup serangga, yang membutuhkan naungan yang khusus untuk berkembang biak dan bermetamorfosis. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses ISSN 1829. 586x
INP (%) 116,4 83,6
Keterangan
rendah
dekomposisi serasah tumbuhan dengan jalan mencacahnya menjadi bagianbagian kecil, sehingga memudahkan proses dekomposisi oleh organisme dekomposer, sebagai sumber makanan bagi organisme akuatik. Serangga sangat berperan mencacah serasah tumbuhan, terutama yang berupa ranting dan bagian tubuhan yang berkayu. Semakain cepat proses ini, penghancuran serasah akan dibantu oleh makrozoobenthos menjadi cacahan yang lebih kecil dan halus, sehingga proses dekomposisi semakin cepat. 15
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Ikan Ikan merupakan biota perairan yang mudah ditemukan di setiap badan perairan, termasuk rawa gambut. Hasil
penelitian menemukan 3 species ikan, yang ditampilkan pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Nilai Penting Serangga di Perairan Rawa Gambut Desa Kedaton Kabupaten OKI. No Familia Genus Species Nama Lokal INP (%) 1 Anabantidae Polycanthus Polycanthus Selincah 9 hasselti 2 Anabantidae Beta Beta splendens Tempalo Lebak 105 3 Channidae Channa Channa Serko 86 bankanensis Indeks Keanekaragaman : 0,86 Tabel 5 menunjukkan bahwa ditemukan 3 species ikan, yaitu Polycanthus hasselti (selincah), Beta splendens (tempalo lebak), dan Channa bakanensis (serko), dengan INP masing-masing 9%, 105% dan 86%, sehingga terlihat species dominan adalah Beta splendens. Dengan jumlah species yang ditemukan hanya 3, keanekaragaman ikan dapat dikatakan rendah, dengan nilai indeks Shannon-Wiener 0,86. Rendahnya keanekaragaman ikan disebabkan karena keanekaragaman plankton, makrozoobenthos dan serangga yang rendah, dimana biotabiota tersebut merupakan pakan alami ikan, seperti yang dikemukakan Rosanti (2005) serta Gaffar dan Fattah (2006) bahwa kehidupan ikan sangat bergantung kepada serasah tumbuhan dan perairan yang kaya plankton dan biota akuatik pada level rendah rantai makanan. Selain itu, tingkat kemasaman tanah yang rendah juga sangat mempengaruhi kehidupan ikan. Hanya ikan-ikan tertentu yang sanggup hidup pada kisaran pH yang rendah (masam). Keinggian air serta pengaruh musim juga menjadi salah satu faktor
ISSN 1829. 586x
penyebab rendahnya keanekaragaman ikan, penyebaran dan kepadatannya. Musim kemarau yang sangat panjang menyebabkan penurunan ketinggian air, sehingga menjadi faktor kematian dan reproduksi ikan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hutan rawa gambut berpotensi untuk dikembangkan sebagai pendayagunaan lahan dengan teknik silvofishery, dengan vegetasi dan biota perairan yang mendukung walaupun dengan tingkat keanekaragaman yang rendah.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Kopertis Wilayah II, yang telah memberikan dana penelitian ini melalui DIPA Kopertis II Tahun 2012 DAFTAR PUSTAKA Agus, F. dan I.G.M. Subiksa. Lahan Gambut : Potensi Pertanian dan Lingkungan. Bogor.
2008. untuk Aspek Balai
16
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Penelitian Tanah dan World Agroforestr Centre (ICRAF). Bogor. Bastoni, A. Sumadi, dan A.E. Waluyo, 2005. Tipe Vegetasi Lahan Hutan Sumatera Selatan. Hasil Penelitian Balitbang Taman Palembang. Palembang. Bastoni. 2006. Pemanfaatan Lahan Rawa Terpadu dengan Pola Agrosilvofishery. Prosiding Seminar Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Secara Bijaksana dan Terpadu. Puslitbang Hutan Tanaman. Palembang. Dirjen Sumber Daya Air. 2004. Evaluasi Fungsi Daerah Rawa Sumberdaya Alam Wilayah Barat. Departemen Kehutanan. Jakarta. Gaffar, A.K. dan K. Fatah. 2006. Kegiatan Perikanan di Perairan Hutan Rawa Sungai Musi Kecamatan Sekayu. Prosiding Seminar Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Secara Bijaksana dan Terpadu. Puslitbang Hutan Tanaman. Palembang. Hastuti, R.B. 2010. Penerapan Wanamina (Silvofishery) Berwawasan Lingkungan di Pantai Utara Kota Semarang. Jurnal Lingkungan Tropis Vol.5 No.1. Maret 2011. FMIPA Universitas Diponegoro. Semarang. Rosanti, D. 2005. Keanekaragaman plankton pada Estuaria Sembilang Kabupaten Banyuasin. Jurnal Sainmatika Volume 3 No.1.Fakultas MIPA. Universitas PGRI. Palembang.
ISSN 1829. 586x
Rosanti, D. 2007. Study Komparatif Keanekaragaman Hayati Hutan Mangrove Taman Nasional Sembilang : Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia IV. Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta, Desember 2007. Jakarta Syahni, R. 2009. Penerapan Silvofishery dalam Mitigasi Bencana Tsunami. Badan Perencanaan Pembangunan Sumatera Barat. Padang. Ulfa, M. dan E.A. Waluyo. 2005. Potensi Aplikasi Mikoriza untuk Pembangunan Hutan Tanaman di Lahan Rawa Gambut. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Hutan Tanaman. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Yogyakarta. Wahyunto.S, Ritung dan Subagjo.H. 2003. Peta Luas Sebaran Lahan Gambut dan Kandungan Karbon di Pulau Sumatera/ Maps of Area of Peatland Distribution and Carbon Content in Sumatera. 1990-2002. Wetlands International-Indonesia Programmer & Wildlife Habitat Canada (WHC). Wibisono, L. T. C, S. Labueni dan I.N.N. Suryadiputra. 2005. Panduan Rehabilitasi dan Teknik Silvikultur. Jakarta. Widodo, P., Akmal dan Syarifuddin. 2010. Budidaya Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) pada Lahan Marginal di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi 17
Potensi Hutan Rawa,…..Dewi Rosanti,.....Sainmatika,.....Volume 11,...No.2,…..Desember 2014,.....8-18
Kalimantan Tengah. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Pontianak. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI Yudono, A., A.W. Hasyim., S. Andriyono. 2010. Perencanaan Wilayah Berupa Pengembangan Silvofishery Mengacu PERMEN LH No.17 Tahun 2010 dengan Penginderaan Jauh dan Aplikasi Sistem Informasi Geografis.
ISSN 1829. 586x
Universitas Brawijaya. Malang (Laporan Penelitian). Zahid, A., M.F. Rahardjo., S. Sukimin dan L.S. Syafei. 2007. Keragaman Ikan-ikan di Hutan Rawa Gambut Desa Dadahup Kalimantan Tengah. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan I. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. http://www.sidik.litbang.kkp.go.i d
18