P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
ISSN 1979 - 7168
POTENSI HUTAN KOTA JOMPIE SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KOTA PARE-PARE, SULAWESI SELATAN Oleh: WAYAN SUARDANA Politeknik Pariwisata Makassar, Jl. Gunung Rinjani, Tanjung Bunga, Makassar Email:
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi Hutan Kota Jompie kota Parepare dan mengkaji apa yang dilakukan pemerintah kota Parepare dalam meningkatkan potensi Hutan Kota Jompie kota Parepare. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan mempergunakan teknik analisis kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hutan Kota Jompie memiliki potensi sebagai daya tarik wisata serta kondisi faktual yang tetap terjaga kelestarian dan alamnya. Peran pemerintah Kota Parepare adalah memaksimalkan guna ruang (zonasi), zona koleksi, zona hutan, zona pendukung, zona penerimaan wisatawan serta pelayanan wisatawan, zona publik. Penelitian ini merekomendasikan agar pemerintah kota Parepare sebagai pengelola menjaga kebersihan sarana olah raga kolam renang sebagai daya tarik wisata. Kata Kunci: Hutan Kota Jompie, potensi wisata, Parepare Abstract This research aims at exploring the potential of Jompie city forest in parepare City, South Sulawesi as well as understanding the local goverment’s efforts in improving it as tourism attraction. This research employs a descriptive approach by utilising the methods of intervew and observation data collections. Data were analysed by three stages including data reduction, data display and conclusion. The research reveals that Jompie city forest has the potential to be developed as tourism attraction including the preservation of the forest and natural uniqueness. To support the potential, the local goverment is expected to optimise the zoning system including space zone, collection zone and public zone, forest zone, supportive zone, entrance zone, service zone and public zone. This research recommends that the local goverment should maintain the cleanliness of the area and fasilities. Keywords: Potential of Jompie city forest, tourism attraction, Parepare
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 82-94 82
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAHULUAN Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang atau pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 199l). Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000). Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit, 2002). Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
ISSN 1979 - 7168
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (Soekadijo, 2000). Indonesia terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Australia serta Dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudra Pasifik. Negara ini mempunyai begitu banyak pulau, baik besar maupun kecil memiliki berbagai macam keindahan baik darat maupun laut yang sangat menarik untuk dinikmati. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam juga memiliki keanekaragaman kesenian dan budaya di setiap daerah membuat suatu daerah mempunyai suatu ciri khas yang dapat dipamerkan ke daerah-daerah lain bahkan ke mancanegara. Ciri khas yang dimiliki suatu daerah tersebut dijadikan sebagai tempat wisata yang menarik. Rumusan masalah penelitian ini yaitu 1) Bagaimana kondisi aktual Hutan Kota Jompie Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai daya tarik wisata? 2) Bagaimana peran pemerintah kota Parepare untuk meningkatkan potensi Hutan Kota Jompie di Kota Pare-Pare, sebagai daya tarik wisata? Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui kondisi aktual Hutan Kota Jompie di Kota Parepare sebagai salah satu daya tarik wisata 2) Untuk mengetahui apa peran pemerintah kota Parepare untuk meningkatkan potensi Hutan Kota Jompie sebagai daya daya tarik wisata.
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 83
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
KAJIAN TEORETIS Pariwisata dan Potensi Daya Tarik Wisata Pengertian wisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut Muljadi (2012), wisata adalah sebuah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan dengan daya tarik wisata dan perjalanan tersebut dilakukan secara sukarela serta tidak untuk mencari nafkah dan tinggal menetap. Wisata adalah sebuah perjalanan yang dilakukan seseorang dan dalam perjalananya singgah sementara waktu dibeberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ketempat asal ia mulai melakukan perjalanan (Suyitno dalam Muljadi, 2012:130-131). Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Menurut WTO, pariwisata adalah berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk dan tinggal diluar dan kebiasan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis dan keperluan lain (Muljadi, 2012). Pengertian kepariwisataan
ISSN 1979 - 7168
menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimens serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wistawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Menurut Hunziker dan Krapf dalam Kodhyat (2011), dijelaskan tentang pengertian kepariwisataan menurut dua pakar kepariwisataan dari Swiss, yaitu kepariwisataan adalah keseluruhan fenomena dan hubunganhubugan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan dari mereka yang bukan penduduk setempat, tidak untuk tinggal menetap dan tidak melakukan pekerjaanpekerjaan dengan menghasilkan upah. Potensi adalah “kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, kesanggupan daya” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 : 784). Prasarana dan Sarana Kepariwisataan Prasarana kepariwisataan adalah fasilitas yang mendukung kepariwisataan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan dalam memenuhi kebutuhan mereka, antara lain: prasarana perhubungan, seperti jaringan jalan raya dan jaringan rel kereta api, bandar udara (airport), pelabuhan laut (sea-port), terminal angkutan darat, dan stasiun kereta api, instalasi tenaga listrik dan instalasi air bersih, sistem perbankan dan moneter,
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 84
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
system telekomunikasi. Sarana kepariwisataan adalah semua perusahaan yang memberi pelayanan langsung atau tidak langsung kepada wisatawan. Jenisnya antara lain: “usaha perjalanan wisata, usaha jasa transportasi wisata, usaha penyediaan akomodasi, usaha jasa makanan dan minuman, usaha daya tarik wisata, rekreasi dan hiburan, serta spa, usaha wisata tirta, dan lain-lain” (Muljadi dan Andri, 2014:13). Menurut Kotler dalam Ridwan (2012:48), produk adalah “segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan. Ada 3 (tiga) komponen atau elemen dalam produk wisata yang biasa disebut dengan triple A, yaitu atraksi, sesuatu yang memiliki daya tarik terhadap wisatawan yang mencakup alam, budaya dan social dan bangunan, sejarah; amenitas/fasilitas (Ridwan, 2012), sesuatu yang memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di daerah tujuan pariwisara (destinasi pariwisata), yaitu akomodasi seperti hotel, villa, condominium, restaurant, bar, dan Café, persewaan mobil (rental mobil), tempat olahraga seperti lapangan golf, toko Souvenir (cenderamata), bank/tempat penukaran uang, telekomunikasi dan listrik, biro perjalanan dan pusat informasi pariwisata. Aksesibilitas merupakan sesuatu yang memberikan kemudahan untuk menghubungkan wisatawan dari
ISSN 1979 - 7168
negara/daerah asal ke negara/daerah tujuan, dan selama berada di daerah tujuan pariwisata (destinasi pariwisata) tersebut, yaitu: infrastruktur seperti bandar udara, pelabuhan kapal, terminal bus dan taxi, stasiun kereta api, dan jalan; transportasi yaitu udara, laut, dan darat, seperti pesawat, kapal pesiar, bus pariwisata, kereta api dan taxi; kebijakan pemerintah, seperti kebijakan transportasi, kebijakan visa, dan routes operated. Daya Tarik Wisata Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut Muljadi (2012), daya tarik wisata yang akan dijual harus memenuhi tiga syarat agar memberikan kepuasan kepada wisatawan/pengunjung, antara lain apa yang dapat dilihat (something to see), apa yang dapat dilakukan (something to do), dan apa yang dapat dibeli (something to buy). Daya tarik wisata yaitu suatu aspek utama dalam pariwisata yang akan dijual agar memberikan kepuasan kepada wisatawan atau pengunjung perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan, antara lain akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, serta tempat penjualan hasil pengrajin masyarakat berupa soevenir dan fasilitas umum yang baik dan bersih dengan mudah dijumpai oleh wisatawan (Muljadi dan Andri, 2014:79). Daya tarik pariwisata
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 85
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
merupakan pendorong utama atau yang menjadi motivator utama bagi wisatawan untuk mengunjungi destinasi yang bersangkutan (Kodhyat, 2011). Data tarik pariwisata menurut Kodhyat (2011) menyebutkan bahwa daya tarik wisata terdiri dari empat macam atau kategori, yaitu (a) alam; (b) budaya; (c) aktivitas; dan (d) peristiwa (events). Penulis dapat menyimpulkan daya tarik wisata bisa berupa alam, buatan manusia, budaya stempat, peristiwa unik setempat, kegiatan olah raga, wisata religious, bisa juga bekas bencana alam seperti lumpur lapindu, bekas letusan gunung, bisa menjadi daya tarik wisatawan. Daerah Tujuan Pariwisata Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata, adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat daya tarik wiata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas srta masyarakat yang saling terkait akan melngkapi terwujudny kepariwisataan. Menurut Pitana dan Ketut (2009:126-127), destinasi pariwisata dapat digolongkan atau dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri destinasi tersebut, yaitu sebagai berikut: Destinasi Sumber Daya Alam, Seperti Iklim, Pantai, Hutan. Destinasi sumber daya budaya, seperti tempat bersejarah, museum, teater, dan masyarakat lokal. Yaitu a) Fasilitas reaksi, seperti taman hiburan.
ISSN 1979 - 7168
b) Event seperti Pesta Kesenian Bali, Pesta Danau Toba, pasar malam. c) Aktivitas spesifik, seperti kasino di Genting Highland Malaysia, Wisata Belanja di Hong Kong. d) Daya tarik psikologis, seperti petualangan, perjalanan romantis, keterpencilan. Menurut Pitana dan Ketut (2009:126). Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang segnifikan selam perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Suatu tempat pasti memiliki batas-batas tertentu, baik secara aktual maupun hukum. Wisatawan Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Menurut Kodhyat (2011:13), menjabarkan bahwa wisatawan dipersepsikan sebagai orang yang melakukan kgiatan wisata atau orang yang melakukan perjalanan dan persinggahan, untuk keperluankeperluan yang semata-mata bersifat rekreatif seperti belibur atau jalanjalan ke luar kota untuk berekreasi. Wisata Alam Pariwisata alam menurut PP Nomor 18/1994 merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam serta usah-usaha yang terkait di bidang tersebut (Isdaryono, 2013:246). Menurut Douglass dalam Isdaryono (2013:248). Bicara masalah ruang lingkup pariwisata alam melibatkan berbagai disiplin ilmu
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 86
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
seperti arsitektur lansekap, ekologi, geografi, kehutanan, konservasi dan teknik sipil Ada 2 aspek penting dalam wisata alam: (1) Aspek produk atau obyek daya tarik wisata dan (2) Aspek pasar atau wisatawan. Kedua aspek ini berbeda dalam matra, kondisi, sebaran, dan intensiras pemanfaatan anatara pola wisata alam dengan wisata lainnya. Kegiatan wisata alama ada dua maca: pasif dan aktif (Fandeli dalam Isdaryono, 2013:249). Pola kegiatan wisata alam beraneka ragam mulai dari berjalan kaki, bersepeda, berenang, memancing, hingga menyelam. Karakteristik yang paling menonjol dari pariwisata alam adalah ketergantungannya yang besar pada sumberdaya alam sebagai sumber daya wisatanya. Ketergantungan yang sedemikian besar membuat sektor pariwisata merupakan sector yang sulit berkembag kalau lingkungannya rusak. Dengan kata lain, kerusakan lingkungan akan mengakibatkan kerugian besar bagi sektor ini (Isdaryono, 2013:249). Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kita mengenal mengenai kawasan konservasi dan klasifikasinya sebagai berikut : 1) Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairanyang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwaserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
ISSN 1979 - 7168
penyangga kehidupan, yang mencakup, a) Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. b) Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupakeanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukanpembinaan terhadap habitatnya. 2) Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alamhayati dan ekosistemnya, yang mencakup : a) Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikeloladengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. b) Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. c) Kawasan taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 87
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagikepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata danrekreasi alam. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah Obyek dan daya Tarik Wisata Hutan Kota Jompie di Kota Pareparn. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriftifkualitatif. Subyek/informan penelitian meliputi Pegawai pada Dinas Olah Raga dan Pariwisata Kota Parepare, pengelola Hutan Kota Jompie, wisatawan yang berkunjung pada Hutan Kota Jompie. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara dan dokumentasi, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Dokumentasi berasal dari kata dokumen. Sugiyono (2007:329) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman dalam Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO (Sutopo dan Arief, 2010:7) ada tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebun Raya Jompie (hutan kota jompie) merupakan hutan kota Parepare yang dijadikan obyek dan
ISSN 1979 - 7168
daya tarik wisata. Kebun raya Jompie yang dibangun sejak tahun 1920 menyimpan keanekaragaman hayati serta menjadi objek wisata dan pusat penelitian tumbuhan tropis, terutama tanaman endemik Sulawesi. Jarak dari pusat Kota Parepare yakni sekitar 3,5 km. Kebun Jompie juga sangat strategis karena mudah dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kebun yang mempunyai luas 13,5 hektar ini menawarkan rekereasi seperti kolam renang, area perkemahan, dan jalan setapak untuk wisatan yang ingin menikmati hutan dan pepohonan dengan berjalan-jalan. Hutan Jompie sebagai hutan kota terbaik keenam seIndonesia pada saat Resepsi Kenegaraan HUT RI ke-65 Hutan seluas 13,6 hektar itu sebelumnya diputuskan oleh Pemerintah Pusat sebagai hutan kota terbaik di Sulawesi Selatan. Selain hutan, terdapat juga kebun raya yang ditetapkan sebagai pusat koleksi dan konservasi tumbuhan kawasan pesisir Wallacea dengan menonjolkan keanekaragaman tumbuhan obat, tumbuhan adat dan ethobotani. Dalam kawasan ini terdapat beberapa fasilitas fisik, antara lain kolam renang, 14 unit shelter (tempat istirahat), arena perkemahan (camping ground), gedung pertemuan, saluran drainase, dan jalan setapak yang menjangkau setiap sudut kawasan. Keaneragaman tumbuhan di kawasan ini menurut analisis dari Tim Analisis Vegetasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), terdiri dari 90 jenis yang
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 88
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
berasal dari 81 marga tumbuhan. Sebanyak 7 jenis di antaranya telah teridentifikasi secara lengkap. Sepuluh jenis baru diketahui marganya, dan tiga jenis baru teridentifikasi sampai pada tingkat suku. Beberapa di antaranya diketahui sebagai tumbuhan langka. Koleksi tanaman Kebun Raya Parepare ditanam di petak-petak koleksi (dalam istilah Kebun Raya Indonesia disebut Vak) dan di petakpetak taman tematik. Walaupun ditanam di dua tempat yang berbeda, perlakuan terhadap masing-masing tanaman koleksi tersebut tetap sama. Pembagian tapak kebun menjadi vak-vak ini dipakai agar tanaman koleksi mudah di data dan diketemukan kembali. Pada umumnya vak-vak penanaman tanaman koleksi dibentuk dengan memanfaatkan jalan, jalan setapak, sungai yang ada di dalam kebun raya. Vak-vak ini diberi nomor urut dengan angka romawi. Apabila vak tersebut mempunyai anak/sub vak nomornya diikuti dengan huruf besar, kemudian diikuti dengan nomor urut tanaman yang ditanam di vak tersebut. Cara penomoran ini terdapat baik di buku data registrasi maupun di papan nama tanaman koleksi, pada gambar 1,2,3, berikut ini berikut ini.
ISSN 1979 - 7168
Gambar 1 dan 2 : Kolam renang dan Pintu masuk Hutan Kota Jompie Parepare.
Gambar 3 : Jalan setapak menuju Hutan Jompie Kota Parepare. Analisis SWOT Hutan Kota Jompoe Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan. Faktor Internal Kekuatan (Strength) : 1. Potensi hutan kota Jompie terjaga dan lestari dan alami. 2. Kondisi hutan kota sangat cocok dalam penelitian dan pendidikan.
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 89
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
3. Satu-satunya hutan kota di Kawasan Timur Indonesia. 4. Tersedianya sarana olah raga berupa kolam renang yang airnya dari hutan itu sendiri. 5. Tersedianya transporportasi darat maupun laut. Peluang (Opportunities) 1. Satu-satunya Hutan Kota Jompoe Parepare merupakan obyek dan daya tarik wisata hutan kota di Kawasan Timur Indonesia. 2. Dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan di Kota Parepare. 3. Dapat meningkatkan pendapatan daerah, masyarakat dan pengusaha di bidang pariwisata. 4. Sebagai salah satu obyek dan daya tarik wisata alam. 5. Dapat menjadi contoh, untuk daerah lain, bahwa dengan adanya hutan , merupakan sumber oksigen alami. Ancaman (Threats) 1. Apabila tidak dikelola dengan baik (dalam hal promosi) maka kunjungan wisatawan tidak akan meningkat. 2. Adanya kemungkinan wisatawan yang berminat meneliti hutan kota di Kawasan Barat Indonesia seperti di Bogor. 3. Kerusakan ekosistem hutan bisa terjadi, kalau wisatawan membuang sampah plastik, atau kebakaran kalau wisatawan buang putung rokok. 4. Melakukan pengelolaan secara maksimal termasuk di dalamnya tentang promosi agar potensi Hutan
ISSN 1979 - 7168
Kota Jompie dapat lebih diketahui oleh banyak wisatawan mancanegara. Kelemahan (Weaknesses) 1. Tidak terpeliharanya kebersihan kolam renang untuk menarik minat wisatawan. 2. Masyarakat sekitar Hutan Kota Jompie belum termotivasi untuk membuka toko kerajianan (souvenir shop) untuk dibeli oleh wisatawan yang pernah berkunjung di Hutan Kota Jompie sebagai ODTW. 3. Tidak adanya petugas dari Dinas Kehutanan yang mengarahkan wisatawan untuk memberikan informasi tentang Hutan Kota Jompie. Selanjutnyan strategi yang tepat dengan adanya faktor internal dan eksternal terhadap fokus penelitian yang telah dikemukakan adalah bagaimana pengelola Hutan Kota Jompie untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman dan memaksimalkan kekuatan dan peluang dengan cara memperbaiki fasilitas yang ada pada hutan kota Jompie Kota parepare. Peran Pemerintah Kota Parepare dalam mengembangkan Potensi Hutan Kota Jompie sebagai Daya Tarik Wisata ? Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Muhammad Iqbal,S.S.Par Selaku Kepala Bidang Pengambangan Usaha Pariwisata mengatakan bahwa pihak pemerintah yang dalam hal ini Dinas Pemuda dan olah Raga dan Pariwisata
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 90
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Kota Parepare telah merencanakan fasilitas yang ada di Hutan Kota jompie, sebagai daya tarik wisata alam sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota Parepare. Pada saat ini sedang dibangun tempat kemah, tempat pertemuan di puncak bukit di lokasi hutan. Wawancara kepada responden selanjutnya yaitu kepada Bapak Rachmat sebagai penerima restribusi biaya masuk ke kolam renamg di kawasan hutan. Restribusi masuk kawasan sebesar Rp.2.000,untuk masuk ke kolam renang atau wisatawan yang mau masuk ke kawasan hutan Kota Jompie. Memaksimalkan Guna Ruang (Zonasi) Pembagian ruang atau zonasi dirancang untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Kebun Raya (hutam Kota Jompoe) Parepare yang meliputi: kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, administrasi perkantoran dan pelayanan jasa yang akan diselenggarakan secara simultan. Dengan penataan ruang bagi masingmasing kegiatan secara cermat dan tepat, maka masing-masing kegiatan tersebut akan dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya dengan menghindarkan kesalinggangguan antar kegiatan yang dilaksanakan secara bersamaan. Tata ruang/zonasi Kebun Raya (Hutan kota jompue) Parepare pada gambar 4 berikut ini :
ISSN 1979 - 7168
Gambar 4 : Ruang/zonasi Kebun Raya (Hutan Kota Jompue) Parepare Sumber : Dinas pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kota Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan, 2016 Penjelasan 1. Zona Koleksi Zona koleksi mempunyai luasan yang paling luas. Sebagian besar koleksi tanaman Kebun Raya Parepare ditanam dan ditata dalam taman-taman tematik. Sedangkan tanaman koleksi lainnya, yang tidak termasuk di dalam salah satu taman tematik, ditanam di vak-vak koleksi. Dengan demikian Kebun Raya Parepare akan tampak sebagai taman besar yang asri dan bermuatan keilmuan, yang dapat dinikmati pengunjung, baik keindahannya maupun muatan keilmuannya. 2. Zona Hutan Zona hutan yaitu area yang dirancang dan difungsikan sebagai hutan. Area ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan keterampilan (kepramukaan, outbound, dan lainlainnya. Zona hutan juga berfungsi sebagai area tangkapan air. Hutan buatan ini dirancang untuk berfungsi sebagai layaknya hutan sehingga dapat dipakai sebagai acuan dalam pendidikan. Pada perkembangan lebih
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 91
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
lanjut dari Kebun Raya Parepare, sebagian zona hutan dengan pertimbangan seksama dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan lahan koleksi. Vegetasi yang tumbuh disepanjang alur sungai dan di mata air dipertahankan sebagai hutan untuk menjaga kelestarian mata air. Ditempat yang kurang vegetasinya ditambah dengan tanaman baru. Pengurangan tumbuhan di tempat ini dilakukan dengan cermat, terutama hanya untuk keperluan penanaman tanaman koleksi, atau untuk sarana yang penting. 3. Zona Pendukung Merupakan area yang disediakan untuk melakukan kegiatan pendukung operasional kebun raya, antara lain kantor pengelola, perpustakaan, herbarium, pembibitan, laboratorium, bengkel kebun, gudang, pengomposan dan lain-lainnya. 4. Zona PenerimaanWisatawan Zona penerima wisatawan merupakan area yang pertama kali dilihat pengunjung dan penggun jalan raya yang melintas di depan kebun raya, sehingga perlu dirancang dengan cermat agar menarik. Zona ini meliputi area depan kebun raya sepanjang jalan raya, gerbang, sarana tiketing, informasi dan tempat parkir. Kawasan Pelayanan Wisatawan. Kawasan utama penerima wisatawan meliputi gerbang, jalan masuk/keluar kendaraan dan pejalan kaki, sarana tiketing, tempat parkir. Taman di area ini merupakan taman tematik (Taman Adat Bugis), yang
ISSN 1979 - 7168
memuat kelompok tanaman yang dimanfaatkan dalam upacara adat Bugis. Tanaman Lontar (Borassus flabellifer), yaitu tanaman maskot Propinsi Sulawesi Selatan ditanam di sisi sepanjang boulevard menuju visitors center (tanaman pengarah). Rumah adat yang megah dipilih sebagai tempat pelayanan wisatawan. Disini wisatawan dapat beristirahat sejenak, mendapatkan informasi mengenai Kebun Raya Parepare dan membeli tiket tanda masuk. 5. Zona Publik Zona Publik ini merupakan area "diluar" kebun raya yang dapat dikunjungi tanpa membeli tiket tanda masuk. Zona ini meliputi area untuk kios-kios penjualan hasil bumi, cinderamata, restauran dan toko serba ada flora (penjualan tanaman, alat-alat berkebun/pertamanan, buku-buku). Area publik merupakan kawasan Kebun Raya yang disediakan untuk kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan keberadaan Kebun Raya. Area ini terletak diluar pagar/batas Kebun Raya dan masyarakat bebas mengunjunginya tanpa ditarik tiket tanda masuk Kebun Raya. Area publik ini akan menjadi area yang mempunyai fungsi penting bagi terjalinnya hubungan antara Kebun Raya Parepare dengan masyarakat sekitar, karena di area ini masyarakat sekitar dapat berjualan (mencari nafkah). Masyarakat umum pengguna jalan raya dapat singgah tanpa membeli tiket masuk Kebun Raya guna beristirahat, membeli cinderamata, buah-buahan, bibit
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 92
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
tanaman atau keperluan berkebun lainnya. Di area ini terletak tempat parkir kendaraan pengunjung Kebun Raya dan pengunjung melanjutkan wisatanya di Kebun Raya dengan berjalan kaki, karena kendaraan pengunjung tidak diperkenankan masuk Kebun Raya. Area ini dilengkapi dengan restauran, tempat penjualan cinderamata, buah-buahan dan sayuran. Melalui kerjasama antara pihak Kebun Raya dan masyarakat /penduduk sekitar, masyarakat dapat berjualan di area publik ini. Masyarakat tidak boleh berjualan (termasuk penjual asongan) diluar area publik, misalnya di sekitar pintu gerbang atau di dalam kebun. Kegiatan penjualan makanan dan lain-lain di dalam Kebun Raya diselenggarakan oleh pengelola . Di area publik dirancang sebuah toko serba ada flora yang diselenggarakan oleh pengelola kebun. Toko serba ada khusus flora ini menyediakan segala pernak-pernik kerperluan berkebun/ bertaman khususnya untuk rumah tangga, antara lain: peralatan berkebun di rumah, potpot bunga, pupuk, bibit tanaman serta buku-buku tentang tanaman dan pertamanan. Toserba Flora yang berada di area publik ini akan sangat menarik masyarakat yang melewati Kebun Raya yang tidak berkesempatan memasuki kebun, tetapi memerlukan peralatan berkebun, bibit tanaman hias, cinderamata atau keperluan lainnya, dapat diperoleh di toserba flora. Toserba Flora juga akan menarik minat karena merupakan Toserba yang
ISSN 1979 - 7168
unik: khusus menjajakan flora dan perlengkapannya. Toserba flora: Toserba flora dibangun dengan gaya arsitektur Bugis. Lantai atas dipakai untuk restauran, toko buku, peralatan taman rumah, penjualan cinderamata. Lantai bawah (kolong) untuk penjualan pupuk, gudang dan penjualan tanaman. Tanaman yang dijual dijajakan dalam bentuk display taman di halaman gedung, sekaligus sebagai penghias gedung dan contoh taman yang berguna untuk penawaran pembuatan taman rumah. KESIMPULAN 1. Potensi Kebun Raya Jompie (Hutan Kota Jompie) merupakan hutan kota Parepare yang dijadikan obyek dan daya tarik wisata. Kebun raya Jompie yang dibangun sejak tahun 1920 menyimpan keanekaragaman hayati serta menjadi objek wisata dan pusat penelitian tumbuhan tropis, terutama tanaman endemik Sulawesi, masih tetap lestari dan alami. 2. Peran Pemerintah kota Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan adalah menyiapkan : Memaksimalkan Guna ruang (Zonasi), Zona Koleksi, Zona Hutan, Zona Pendukung, Zona Penerimaan Wisatawan, Kawasan Pelayanan Wisatawan, dan Zona Publik. Direkomendasikan untuk Pemeritah Kota Parepare untuk menjaga kebersihan sarana olah raga kolam renang sebagai daya tarik wisata.
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 93
P3M Politeknik Pariwisata Makassar Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA Kodhyat. 2011. Kepariwisataan Indonesia. Jakarta : Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia untuk Lembaga Studi Pariwisata Indonesia (LPSI). Masyhuri dan Zainuddin, M. 2011. Metodologi penelitian : Refika Aditama. Bandung. Muljadi, A.J dan Warman, A. 2014. Kepariwisataan dan perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Muljadi, A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Pitana, I.G. dan Diarta, I.K.S 2009. Pengantar ilmu pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta. Pitana, I.G.., dan Diarta, I.K.S. 2013. Wajah Pariwisata Indonesia. Penerbit Pusat Penelitan dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.Jakarta. Rangkuti, T. 2014. Analisi SWOT. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Satori dan Komariah, A. 2014. Metode penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sunaryo, B. 2013. Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata. Penerbit Gava Media. Yogyakarta. Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta. Tohirin. 2013. Metode penelitian kualitatif. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
ISSN 1979 - 7168
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Widayati, Annisa. 2012 Bali adalah Salah Satu Destinasi Pariwisata Favorit. Yoeti, Oka A . 1996. Pengantar ilmu pariwisata. Penerbit Angkasa. Bandung.
Jurnal Kepariwisataan, Volume 11, No. 01 Februari 2017, Halaman 83-95 94