POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Oleh Mazir Naser NIM: Q100090222
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
1
2
Telah Disetujui Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Samino, MM
Dr. Sabar Narimo, MM. M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
3
ABSTRAK POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Situs SMP Al Irsyad Surakarta)
Goals of the research: This research has the goals to describe about the model of leadership especially as headmaster to given motivation and founding about the creativity student and teacher in the works. Methods of the Research: The methods of the research which used from the writer is descriptive methods, the other that the writer also using the interview method especially with headmaster, teacher and the students, from the interview, the writer implemented on the data classifying, from the headmaster, teacher and the students.The result: headmaster doing supervision, and take care about the problem from the teacher and headmaster also give support and solve to increasing and progressing on the curriculum and also give good behavior as the example for the teacher and students. The other that headmaster has the jobs to increasing about the discipline on the develop about teacher creativity and spirit on the study to reach goals, vision, mission of the schools. The models leadership to giving motivating on the teachers and students should be done about continue. Headmaster as the actors which very important on counseling and focused on the planning of supervision of the schools. In other that the headmaster give example on the discipline and doing of the jobs which have the requite on good of leader include of characters and moral are suitable on the religion vision, mission, spirit and also intellectuality. Key words: the models of the leadership, leader of headmaster
1
PENDAHULUAN Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti being a leader power of leading atau the qualities of leader (Hornby, 1990: 481). Kedua bentuk yang mengandung arti yang berbeda akan berbeda pula penjabarannya. kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan efektif, kepemimpinan sebagai bagian terpenting manjemen, merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, penorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Dalam sebuah organisasilah seorang pemimpin tersebut akan terlihat bagaimana wujud yang dianggap mampu dalam mengatur sebuah kelompok untuk satu tujuan. Edwin Ghiselli dalam Handoko (1995: 297) mengemukakan teori mereka tentang teori kesifatan atau sifat kepemimpinan. Edwin Ghiselli mengemukakan 6 (enam) sifat kepemimpinan yaitu: (1). Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability) atau pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen. (2). Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses. (3) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir. (4). Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat. (5). Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sehingga mampu menghadapi masalah. (6). Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi. Dari penjelasan di atas, tampak jelas bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan
dalam
sebuah
2
kelembagaan
pendidikan
harus
mengusahakan inisiatif untuk bermutu sebagai wujud usaha membangun sistem pendidikan di sekolahnya. Guru yang kreatif memang bisa muncul dengan sendirinya, dikarenakan aktifitas mereka dan ide-ide mereka sendiri yang mereka munculkan di sekolah tanpa adanya campur tangan kepala sekolah. Akan tetapi itu akan membuat peran kepala sekolah semakin terpuruk hingga tidak akan muncul perkembangan secara umum di sekolahnya karena kinerja guru yang berlebihan. Maka agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, selain guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Selain yang disebutkan di atas, yang berkaitan dengan kepala sekolah sebagai motivator terhap guru, maka Hick (dalam Wahjosumido, 2007: 106) berpendapat bahwa untuk dapat menjadi pemimpin sekolah yang baik, kepala sekolah
harus
mempunyai
kriteria-kriteria
yang
berhubungan
dengan
kepemimpinannya terhadap guru, sebagai berikut: (1). Adil. (2). Mampu memberikan keyakinan (suggesting). (3). Mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives). (4). Mampu sebagai katalisator. (3). Menciptakan rasa aman (providing security). (5). Dapat menjadi wakil organisasi (representing). (6). Mampu menjadi sumber inspirasi (inspiring) dan bersedia menghargai (prising).
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMP Al Irsyad Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al Irsyad Surakarta yang berlokasi di Jl. Kapten Mulyadi 117 Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Surakarta terdapat 49 SMP dalam berbagai jenis, yang terdiri dari
3
27 SMP Negeri, dan 22 SMP Swasta. SMP Al Irsyad merupakan salah satu sekolah swasta yang memadukan pendidikan agama, sains dan keahlian hidup dalam paket pendidikan formal. SMP Al Irsyad berada di Jl. Kapten Mulyadi 117 kecamatan
pasar
kliwon
Surakarta.
Pengumpulan
data
memakai
studi
dokumentasi, wawancara observasi. Kehadiran peneliti, peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir sekaligus pelapor (Moleong, 2001 : 219). Kehadiran peneliti tidak mengganggu dan sangat terbuka dengan pihak sekolah, penelitian di laksanakan pada bulan September hingga Januari. Pada penelitian ini pendekatan dilakukan dalam suasana yang nyaman dan tidak ada unsur paksaan dari peneliti terhadap semua responden (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa). Didalam pelaksanaanya penelian dilakukan pada waktu jam kerja sekolah. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan kreatifitas kinerja guru: (1). Semakin kepala sekolah melakukan supervisi, maka guru semakin termotivasi dan bisa menumbuhkan kreatifitas dalam belajar mengajar. (2). Semakin kepala sekolah peduli terhadap permasalahan yang dihadapi oleh guru, maka guru semakin termotivasi dan meningkatkan kreatifitas di sekolah. (3). Semakin kepala sekolah melibatkan diri dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, maka guru semakin termotivasi dalam pembelajaran kepada siswa. (4). Semakin kepala sekolah mampu memberikan contoh keteladanan kepada guru, maka guru semakin termotivasi dalam berkarya. Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan kreatifitas siswa: (1). Semakin kepala sekolah ikut serta dalam proses pembelajaran, maka siswa semakin termotivasi dan menumbuhkan kreatifitas dalam kelas. (2). Semakin kepala sekolah meningkatkan kedisiplinan dan tata tertib, maka siswa siswa termotivasi dan menumbuhkan kreatifitas dalam sekolah. (3). Semakin kepala sekolah memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada siswa, maka siswa semakin termotivasi dan bisa menumbuhkan kreatifitas siswa di sekolah. (4). Semakin kepala sekolah memberikan keteladanan kepada siswa, maka siswa akan lebih taat serta lebih berkreatif dalam belajar.
4
Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan kreatifitas kinerja guru, peranan kepala sekolah dalam rangka mutu pendidikan sangat penting karena dapat mempengaruhi berhasil dan tidaknya mutu pendidikan pada sekolah yang dia pegang. Kepala sekolah sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit semangat, mendorong, merintis dan memantapkan serta sekaligus sebagai administrator. Dengan perkataan lain kepala sekolah adalah salah satu penggerak pelaksanaan manajemen pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolahnya. Kepala sekolah dalam bidang pengembangan akademik diperlukan kapasitas yang mencerminkan pemimpin pembelajaran. Kapasitas kepala sekolah terlihat dari potensinya sebagai menjalin komunikasi, kerja sama, mengarahkan dan memotivasi guru sekolah dalam mengintegrasikan diri menjadi tim yang solid, sehingga dapat kekuatannya untuk merealisasikan visi-misi ke dalam aksi dan realisasi. Poros utama sasaran pengembangan kerja sama seluruh komponen pengembang sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam hal pengembangan kurikulum dengan mencari setiap peluang yang tampak, mulai dari metodemetode pembelajaran serta alat bantu proses pembelajaran dengan maksud mengembangkan kinerja guru. Kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran tercermin dalam pengembangan kapasitas diri untuk menjadi teladan. Indikator operasional yang terkait dengan kapasitas diri sebagai teladan atau panutan terlihat pada disiplin kepala sekolah berpakaian, memelihara kebersihan diri, menunaikan kewajiban beribadat kepada Tuhan, tingkat kehadiran di sekolah, datang tepat waktu, cara memanfaatkan waktu di sekolah, cara berkomunikasi yang santun dan menghargai semua orang. Di samping itu keberadaannya di sekolah untuk menyemangati tim kerja, memperlihatkan sebagai pembaca yang efektif, cara memanfaatkan sumber daya di sekolah, menghargai pendapat orang-orang, keterbukaan dalam berkomunikasi dengan semua orang, menghargai prestasi yang dicapai, menyatakan pujian dengan jujur terhadap prestasi yang baik, dan bersikap transparan dalam pengambilan keputusan.
5
Kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran terlihat dalam kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan dan terampil menerapkan ilmu pengetahuannya. Ia memiliki kemampuan yang luas. Hal ini terlihat dalam keterampilan mengolah data, informasi, fakta yang ditunjuang dengan penguasaan teori, prinsip, prosedur yang ditunjang dengan keterampilan berpikir ilmiah serta mampu memecahkan masalah. Kapasitas dirinya terlihat pula dalam kecakapan menerapkan teori dengan prosedur ilmiah sehingga mampu memecahkan masalah yang sekolah hadapi dengan solusi yang cerdas, inspiratif, dan inovatif. Daya inovasinya terlihat dalam kapasitas dirinya dalam menghasilkan gagasan baru dalam mengelola pembaharuan. Sedangkan, produktivitas kepala sekolah ditandai dengan adannya ide-ide baru yang menghasilkan rencana baru, teknik baru, metode baru, proses baru, sumber belajar baru, bentuk pelayanan baru yang dapat meningkatkan kesetaraan peluang untuk berprestasi sehingga mengurangi kesenjangan prestasi antara semua orang. Produktivitas penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepala sekolah adalah keunggulan sekolah, guru, siswa dan seluruh warga sekolah mewujudkan prestasi dan kemampuan menghasilkan mutu lulusan yang setara atau lebih baik daripada yang dapat diwujudkan sekolah pesaing. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran adalah kepemimpinan yang menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran dan pembangunan di sekolah. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua guru agar mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhannya. Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru juga ditujukan untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa meningkat: prestasi belajar meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin tinggi, keingin tahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi, inovasi terealisir, jiwa kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat.
6
Kepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kinerja guru, jika diterapkan di sekolah akan mampu membangun komunitas belajar dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school). Sekolah memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang, mendorong kemandirian guru sekolahnya, memberi kewenangan dan tanggung jawab kepada guru sekolahnya, mendorong guru untuk mempertanggung jawabkan proses dan hasil kerjanya, mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa, mengajak sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya berfokus pada layanan prima kepada siswa, mengajak
sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi perubahan,
mengajak sekolahnya untuk berpikir sistem, mengajak sekolahnya untuk komitmen terhadap keunggulan mutu, dan mengajak guru sekolahnya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu mementingkan kekompakan dan kerjasama dalam kelas maupun sekolah, untuk meningkatkan motivasi dan menumbuhkan kinerja guru (profesionalisme). Hal ini sesuai dengan apa yang telah kita bahas sebelumnya dalam bab IV. Bahwa kepala sekolah memberikan pembinaan yang terencana kepada guru, hal ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru sekaligus memberi motivasi kepada guru agar selalu memberikan yang terbaik kepada siswa dan sekolah. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dilaksanakan melalui pelatihan-pelatihan, diklat, seminar. Kepala sekolah juga menyediakan sarana prasarana penunjang lain seperti mengadakan pelatihan dengan biaya sendiri. Hal ini dilakukan karena menurut kepala sekolah dapat menanamkan rasa tanggung jawab dan timbul keseriusan guru dalam pelatihan. Uraian di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu memberikan pembinaan di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga guru semakin termotivasi dan menumbuhkan kreatifitas kinerja dalam proses pembelajaran. Selain itu, proses inovasi di sekolah dapat berjalan dengan baik karena kepala sekolah bertindak sebagai pemimpin (leader). Kepala sekolah juga
7
mengedepankan kerja sama fungsional; menghindarkan diri dari one man show (menonjolkan diri sendiri), menekankan pada kerjasama kesejawatan menciptakan keadaan yang membuat semua guru percaya diri, menghindarkan diri dari wacana negatif publik, kepala sekolah perlu membuktikan dan memiliki kemampuan unjuk kerja profesional, menumbuh kembangkan antusiasme kerja para guru, menghindarkan diri dari suka menyalahkan guru, mampu membetulkan (mengoreksi) kesalahan guru, dan menghindarkan diri agar tidak menyebabkan pekerjaan guru menjadi membosankan, mampu membuat suasana kerja yang membuat guru tertarik dan betah melakukan pekerjaannya. Disamping dituntut untuk terus melakukan motivasi, seorang kepala sekolah harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan kinerja guru adalah kepala sekolah secara berkesinambungan memberikan pembinaan dan keteladanan kepada guru dan biasanya setiap hari senin dan sabtu secara rutin. Selain itu dapat juga pembinaan terprogram setiap setengah semester serta pembinaan insidentil, sewaktu-waktu bila ada informasi terbaru. (2). Pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi dan menumbuhkan semangat belajar siswa adalah kepala sekolah secara rutin mengadakan kunjungan kelas dalam rangka mengamati kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran dari guru. Untuk melihat kondisi apakah kegiatan KBM berjalan dengan lancar dan untuk mengetahui bagaimana siswa menaati tata tertib dalam hal berpakaian. Kegiatan ini untuk membantu perkembangan kreatifitas dan kemampuan siswa dan siswa akan merasa dituntut untuk melakukan yang terbaik untuk sekolah dan diri mereka.
8
DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Andrea K. Rorrer, Linda Skrla and James Joseph Scheurich 2008. “Districts as Institutional Actors in Educational Reform”. Educational Administration Quarterly (http://www.sagepublications.com) Vol. 44, No. 3 307-358 Diakses Tanggal 1 Desember 2011. Anit Someth 2008. “Managing Conflict in School Teams: The Impact of Task and Goal Interdependence on Conflict Management and Team Effectiveness”. (http://www.sagepublications.com) Educational Administration Quarterly 2008; 44; 359. Diakses 13 Oktober 2011. Daryanto, MH. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta David Mayrowetz 2008. “Making Sense of Distributed Leadership: Exploring the Multiple Usages of the Concept in the Field”. (http://www.sagepublications.com) Diakses tanggal 13 Oktober 2011 Pukul 16.49 Depdiknas. 2007. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: BP. Cipta Jaya. Dr. Dimyati. 2009. ”Belajar dan Pembelajaran”. PT. Rineka Cipta:Jakarta. Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE Hans 1990. “Management of Organizational :New Delhi: Prentice Hall of India Hornby, AS. 1990. Oxford Edvanced Dictionary of English. London: Oxford University Press Komariah, Aan. 2006. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Miles, Huberman. 1994:54. The Method of Technic analysis on Educational Programs. London: Oxford University Press Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2002. Menjadi Kepala Sekolah. Jakarta: Alfabeta.
9
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Purwanto, M., N. 2006. administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sardiman,A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta. Susan
Printy. 2010. “Principals’ influence on instructional quality”. www.desf.gov.uk/performancetables. diakses tanggal 13 Oktober 2011 Pukul 13.43 WIB
Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page Limited. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Graha Ilmu
& Kuantitatif.
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara; Jakarta Supriyanto, Arif. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Mutu (Studi Kasus di SD Negeri Sekarjalak 02 Margoyoso Pati). Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tony Bush (2006), “School Leadership and Management inSouth Africa”. (http://www-bushschool.tamu.edu/pubman) : 341-354. Diakses Tanggal 1 Nopember 2011 Pukul 16.10 Wahjosumidjo.2001. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajagrafindo Persada Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
10