TUGAS HYGIENE HACCP dan WORK SAFETY AND HEALTHON FOOD INDUSTRY
Disusun oleh : Ambar sari 5401413050 TJP/ PKK Tata Boga UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 1
Kata Pengantar Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “HYGIENE”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah hygiene. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Bambang Triatma selaku dosen pembimbing mata kuliah hygiene. Saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 30 November 2013
Ambar Sari 2
Daftar Isi 1. Halaman Judul………………………………………………………………1. 2. Kata Pengantar………………………………………………………………2. 3. Daftar Isi ………………………………………………………………….3,4. 4. Hazard Analysis and Critical Control Points……………………………….5. A. Latar Belakang………………………………………………………….5. B. Rumusan Masalah………………………………………………………5. 5. Pengertian HACCP…………………………………………………………6. 6. Tujuh Prinsip HACCP……………………………………………………...7. 7. Mengapa HACCP…………………………………………………………..8. 8. Manfaat HACCP……………………………………………………………9. 9. Daftar Pustaka……………………………………………………………..10. 10. Work Safety And Healthon Food Industry………………………………..11. 1. Pendahuluan…………………………………………………………..11. A. Latar Belakang…………………………………………………….11. B. Tujuan dan Manfaat……………………………………………….12. 11. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………..13. 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja………………………..13. 2. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Industry………….14. 3. Lingkungan kerja di tempat kerja……………………………………..15. 3
4. Faktor- factor yang mempengaruhi lingkungan kerja………………..15. 12. Hasil Pembahasan………………………………………………………...16. 1. Komitmen Dan Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ( K3 ) 1. PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR…………………………..16. 2. PT. NISSIN BISCUIT INDONESIA……………………………..17. 3. PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO…………………………..18. 2. Pembahasan…………………………………………………….18,19,20. 13. Penutup……………………………………………………...…………….21. 1. Kesimpulan……………………………………………………………21. 2. Saran…………………………………………………………………...22. 14. Daftar Pustaka………………………………………………………………23.
4
HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINTS
A. Latar Belakang Jaminan mutu dan keamanan pangan terus berkembang sesuai dengan persyaratan konsumen, Keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh parameter mutu pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau makanan, penampilannya baik , juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman, maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. Hal ini membawa dampak perubahan mulai dari bisnis pangan tanpa adanya pengawasan, pengawasan produk akhir, hingga pengawasan proses produksi bagi jaminan mutu secara total. Pada tahun-tahun terakhir, konsumen menyadari bahwa mutu pangan khususnya keamanan pangan tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk akhir dari laboratorium. Mereka berkeyakinan bahwa produk yang aman didapat dari bahan baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan menghasilkan produk akhir yang baik. Suatu langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya tuntutan dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu sistem jaminan mutu oleh Komite Standar Internasional/ Codex Allimentarius Commission yang telah diakui secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan suatu sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak bahan baku hingga produk akhir. B. Rumusan Masalah. 1. “Apa pengertian dari HACCP ?” 2. “Apa tujuh prinsip HACCP ?” 3. “Mengapa harus menerapkan system HACCP ?” 4.
“Apa saja manfaat dari HACCP ?”
5
1. Pengertian HACCP HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau penghayatan bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu tetapi dapat dilakukan pengendalian untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut. Atau dimanakah letak bahaya dari makanan atau minuman yang dihailkan oleh suatu industri, serta melakukan evaluasi apakah seluruh proses yang dilakukan adalah proses yang aman, dan bagaimana kita mengendalikan ancaman bahaya yang mungkin timbul. Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan kepada pengujian produk akhir. Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang zero-risk atau tanpa resiko, tetapi dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya keamanan pangan. HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari produsen utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran hingga sampai kepada pengguna akhir. Karena HACCP dikenal sebagai sistem keamanan pangan yang efektif, maka dengan menerapkan HACCP secara konsekuen maka perusahaan jaminan pangan akan dapat memberikan kepercayaan pada pelanggan terhadap jaminan keamanan yang telah dilakukan, dan akan memberikan kesan yang baik bahwa industri pangan yang bersangkutan memenuhi komitmen yang kuat dan profesional dalam menjamin keamanan pangan. Bahkan suatu industri pangan penerap HACCP dapat mendemonstrasikan bahwa sistem keamanan pangannya telah memenuhi persyaratan regulasi pemerintah dalam menjamin masyarakat terhadap kemungkinan timbulnya bahaya keamanan pangan.
6
2. Tujuh Prinsip HACCP a. Analisis bahaya, Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan produksi pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan, pengolahan di pabrik dan distribusi, sampai kepada titik produk pangan dikonsumsi. Penilaian kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan tindakan pencegahan untuk pengendaliannya. b. Mengidentifikasi Critical Control Point (CCP), Menentukan titik atau tahap prosedur operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya tersebut. CCP berarti setiap tahapan didalam produksi pangan dan/atau pabrik yang meliputi sejak bahan baku yang diterima, dan/atau diproduksi, panen, diangkut, formulasi, diolah, disimpan dan lain sebagainya. c. Menetapkan batas kritis setiap CCP, Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin bahwa CCP berada dalam kendali. d. Menetapkan sistem monitoring setiap CCP, Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari CCP dengan cara pengujian atau pengamatan. e. Menetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang terjadi. Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil pemantauan menunjukan bahwa CCP tertentu tidak terkendali. f. Menetapkan prosedur verifikasi, Menetapkan prosedur verifikasi yang mencakup dari pengujian tambahan dan prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem HACCP berjalan efektif. g. Menetapkan penyimpanan catatan dan dokumentasi, Mengembangkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan pencatatan yang tepat untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.
7
3. Mengapa HACCP Beberapa industri pangan dunia menyimpulkan bahwa bisnis pangan perlu dan harus menerapkan HACCP dengan beberapa alasan sebagai berikut : o Yang paling ditakuti pebisnis pangan adalah “food safety” karena hal itu tidak dapat diatasi dengan “product recall” yang mahal. o Jaminan keamanan pangan adalah salah satu persyaratan standar dan juga wajib oleh Regulasi (UU pangan, UU perlindungan konsumen). o Untuk menjadi kompetitif di pasar global. o Menekankan pada mutu, “food safety”, dan eliminasi “economic fraud” (misslabelling, kesalahan berat, salah ukuran) untuk menjaga keamanan bisnis. o Membutuhkan sistem keamanan pangan yang sejalan dengan program yang sejalan dengan jaminan mutu. o WTO telah mendesak negara anggota dan industri untuk melakukan harmonisasi perdagangan, ekivalensi sistem inspeksi, dan mengurangi hambatan teknis, serta merekomendasi CAC standar untuk memfasilitasi harmonisasi. o CAC telah mengadopsi dan merekomendasi penerapan bagi industri pangan HACCP keseluruh dunia. o Negara-negara mitra bisnis Indonesia telah mengubah regulasi mereka untuk implentasi HACCP
8
4. MANFAAT HACCP a. Menjamin keamanan pangan b. Memproduksi produk pangan yang aman setiap saat. c. Memberikan bukti sistem produksi dan penganganan aproduk yang aman. d. Memberikan rasa percaya diri pada produsen akan jaminan keamanannya. e. Memberikan kepuasan pada pelanggan akan konformitasnya terhadap standar nasional maupun internasional. f. Mencegah kasus keracunan pangan, sebab dalam penerapan sistem HACCP bahaya-bahaya dapat diidentifikasi secara dini, termasuk bagaimana tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangannya. g. Mencegah/mengurangi terjadinya kerusakkan produksi atau ketidakamanan pangan, yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada sistem pengujian akhir produk saja. h. Dengan berkembangnya HACCP menjadi standar internasional dan persyaratan wajib pemerintah, memberikan produk memiliki nilai kompetitif di pasar global. i. Memberikan efisiensi manajemen keamanan pangan, karena sistemnya sistematik dan mudah dipelajari, sehingga dapat diterapkan pada semua tingkat bisnis pangan.
9
Daftar Pustaka Winarno, F.G. dan Surono, 2002. HACCP dan Penerapannya Dalam Industri Pangan. MBRIO PRESS, Bogor.
Mengenal HACCP dan aplikasinya dalam menjamin mutu dan keamanan pangan, Surono 1995.
10
WORK SAFETY AND HEALTHON FOOD INDUSTRY BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktifitas dan peningkatan produktifitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktifitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktifitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya. Bahaya ditempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja cendrung lebih sering terjadi pada populasi pekerja yang kurang memahami proses industry ditempat kerja, atau tidak cukup dilatih dan dilindungi untuk mengatasi kemungkinan bahaya yang dapat terjadi. Seorang dokter perusahaan bertanggung jawab untuk mendidik dan melatih pekerja untuk menjadi pekerja yang terampil, efisien dan produktif. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pemahaman dalam proses pengolahan maupun mengetahui bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan pada kesehatan lingkungan kerja dan mengetahui bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja di suatu perusahaan bidang agroindustri, Pendidikan Teknologi Agroindustri mengadakan kegiatan tahunan yang berupa Kunjungan Studi Lapangan yang 11
dilakukan pada hari kamis, tanggal 27 Juni 2013 pukul 08.00- selesai dengan mengunjungi PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Nissin Biscuit Indonesia dan PT. Nippon Indosari Corpindo. Di Semarang – Jawa Timur.
1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan pembuatan makalah ini sadalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta mengetahui lebih jauh tentang keselamatan dan kesehatan kerja, bagaimana penerapan K3 di industri, serta komitmen dan kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Nissin Biscuit Indonesia dan PT. Nippon Indosari Corpindo cabang Semarang. Manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain : a. Untuk Mahasiswa : Dapat menambah pengetahuan kita tentang syarat dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga kita dapat mengaplikasikannya jika mau bekerja di industry. b. Untuk Dosen Kegiatan ini merupakan mediasi Dosen untuk menjelaskan materi keselamatan dan kesehatan kerja secara lebih jelas kepada mahasiswa.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keselamatan Dan Kasehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang sehat, aman bebas dari kecelakaan. Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun jiwa manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja. Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Maksud dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari resiko bahaya khususnya faktor fisik, kimiawi dan biologis yang mungkin timbul oleh karena beroperasinya suatu proses produksi.
2.2 KONSEP keselamatan dan kesehatan kerja INDUSTRI Beban kerja Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik, mental, dan atau social. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja berat seperti halnya buruh bongkar muat barang dipelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental maupun sosial. Berlainan dari itu adalah beban kerja seorang pengusaha atau manjemen, tanggung jawabnya merupakan beban mental yang relati jauh lebih besar dari beban fisik yang dituntut oleh pekerjaannya.
13
Kapasitas Kerja Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat bergantung kepada motivasi kerja, pengalaman, latar belakang pendidikan, keahlian, ketrampilan, kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran antropometri tubuh serta reaksi kejiwaan.
2.3 Lingkungan Kerja di Tempat kerja Lingkungan kerja yang sering ditemukan ditempat kerja adalah;
Lingkungan Fisik: suhu,ekosistem tekanan udara, noise, penerangan, getaran, dan radiasi
Lingkungan Kimia: Debu, uap, gas, larutan kimia, fume, mist/kabut, awan, dsb.
Lingkungan Biologi: virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, serangga, dll.
Lingkungan Fisiologis: Kesalahan kontruksi, tataletak mesin, sikap badan yang kurang baik sehingga menyebabkan kelelahan atau kecelakaan kerja.
Lingkungan Mental psikologis: kondisi yang membosankan, hubungan kerja yang tidak baik sehingga menimbulkan gangguan psikis (gangguan emosional, batin, atau neorosis), faktor kepemimpinan yang tidak baik, kondisi materil dan psikologis kerja yang kurang baik, lingkungan sosial yang tidak baik.
14
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja di tempat kerja, yaitu; 1. Penerangan. Penerangan memiliki manfaat yang sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran kerja, karena penerangan (cahaya) yang kurang cukup terang dapat mengganggu penglihatan karyawan manjadi tidak jelas pada saat bekerja. 2. Kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Maksud tidak dikehendaki di sini yaitu karena dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan atau rusak.
3. Kebersihan. Kebersihan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan, karena lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa nyaman dan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan. 4. Pertukaran udara. Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan kesegaran, sehingga dapat menimbulkan semangat kerja seseorang. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. 5. Bau-bauan. Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menggannggu di sekitar tempat kerja.
15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN KOMITMEN DAN KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 ) 3.1.1 PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR PT Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang Jawa Tengah mempunyai komitmen untuk menyediakan tempat kerja yang selamat, sehat, dan aman bagi semua karyawannya. Pihak Perusahaan memandang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) setingkat dengan persoalan Kualitas, Produksi dan Biaya Pihak Perusahaan akan selalu berusaha untuk menghilangkan bahaya yang dapat mengakibatkan sakit, luka, kerusakan harta benda, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, dan kehilangan proses serta hal–hal yang dapat merusak lingkungan. Manajemen dan Pengurus P2K3 percaya bahwa semua karyawan PT Indofood CBP Sukses Makmur
Divisi Noodle Semarang Jawa Tengah ini akan bekerjasama dengan
Pengurus Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dalam menjaga komitmen pribadi untuk mensukseskan Proses Peningkatan Secara Terus Menerus. Standarisasi yang berlaku di semua pabrik tersebut telah disertifikasi oleh SGS melalui sertifikasi International Standard Operation (ISO) termasuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Selain itu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. juga memiliki Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan Sertifikat halal yang berlaku untuk semua produk internasional. Pada 21 Maret 1998 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. memperoleh sertifikat manajemen mutu ISO versi 9001. Kemudian pada 5 Februari 2004 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. diperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 (ISO 9001 versi 2000) dari badan akreditasi SGS International of Indonesia.
16
3.1.2
PT. NISSIN BISCUIT INDONESIA PT. Nissin Biscuit Semarang ini telah berusaha menempatkan karyawan pada tugas
yang benar (the right man on the right job) dan masih ditemukan juga karyawan yang kurang disiplin mengikuti peraturan perusahaan, kurang teliti dan kurang serius dalam bekerja serta kurang dapat memberikan contoh yang baik. Budaya kerja dan disiplin kerja yang diberikan oleh PT.Nissin Biscuit Indonesia sangat besar manfaatnya dalam mendorong timbulnya usaha karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan karyawan yang bersangkutan mampu mengemban tugas menurut bidangnya masing-masing agar dapat mencapai efektivitas kerja yang tinggi. Standar mutu yang diterapkan oleh Nissin mencakup penggunaan bahan baku pilihan dan penggunaan tegnologi canggih dalam proses produksi serta penerapan CPMB (Cara Produksi Makanan yang Baik), GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standard Opening Procedure) dan HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point). Standar Mutu ISO 2200:2005 untuk kualitas dan keamanan produk juga telah ditetapka dalam proses produksi disertai dengan sertifikat halal dari Majlis Ulama Indonesia (MUI). Sebuah bukti bahwa semua produk Nissin memenuhi kaidah halal dan aman dikonsumsi.
17
3.1.3 PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Pada tahun 2006 Perseroan mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) yaitu sertifikat jaminan keamanan pangan sebagai bukti komitmen Perseroan dalam mengedepankan prinsip 3H (Halal, Healthy, Hygienic) pada setiap produk Sari Roti. Selain itu, seluruh produk Sari Roti telah terdaftar melalui Badan BPOM Indonesia dan memperoleh sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
3.2 Pembahasan 1. PT. Indofood Sukses Makmur Keselamatan dan Kesehatan kerja di perusahaan ini sangat di utamakan sekali, bagaikan mengutamakan kualitas produk bahan pangan. Pengurus P2K3 melakukan kerja sama dengan semua karyawan di PT. Indofood dalam menjaga komitmen pribadi untuk mensukseskan peningkatan secara terus menerus. System manjemen lingkungan di PT. Indofood sukses makmur telah berkembang sangat baik, Industri berupaya menyediakan sumber daya untuk pembentukan, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan kerja yang diperlukan untuk mengimplentasikan persyaratan dan system manajemen keamanan pangan (SMKP) yang dijamin dan didukung dengan pelaksanaan prosedur untuk pengelolaan sistem manajemen lingkungan dan identifikasi bahaya yang meliputi : a. GMP ( Good manufacturing Practice ) b. SSOP( Standart Sanitation Operation procedure ) c. Heath & Safety Envirionment d. Pelatihan ( Training ) e. GLP ( Good Laboratory practice ) f.
PHC ( Product Handling Control ) 18
Disamping itu semua, dalam hal pelakasaan K3 itu sendiri masih terdapat beberapa kekurangan, seperti penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD) saat bekerja. Contoh kasus pada saat melakukan kunjungan, kami pun menemukan beberapa pekerja tidak mengenakan Alat Pelindung Diri saat bekerja. Tidak ada teguran sama sekali, baik itu oleh teman pekerjanya mau pun dari atasannya. Hal yang perlu di cermati disini adalah menjaga komitmen dalam mensukseskan K3 itu sendiri. Dari contoh kasus yang tadi dapat kita ketahui bahwa komitmen dalam penerapan k3 di PT. Indofood belum dapat dilaksanakan oleh keseluruhan pekerja pabrik atau pun pengelola perusahaan. Maka dari itu perlu adanya evaluasi dalam hal penerapan K3 di perusahaan tersebut. 2.
PT. Nissin Biscuit Indonesia Budaya kerja dan disiplin kerja yang diberikan oleh PT.Nissin Biscuit Indonesia-
Unggaran, Semarang sangat besar manfaatnya dalam mendorong timbulnya usaha karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan karyawan yang bersangkutan mampu mengemban tugas menurut bidangnya masing-masing agar dapat mencapai efektivitas kerja yang tinggi. Di perusahaan ini penerapan K3 sudah cukup baik, dari mulai menggunakan Alat Pelindung diri saat bekerja, Kebersihan, jalur uap, kebisingan, dan tempat penyimpanan produk yang cukup baik. Akan tetapi masih terdapat kekurangan- kekurangan, seperti masih ditemukan karyawan yang kurang disiplin mengikuti peraturan perusahaan, kurang teliti dan kurang serius dalam bekerja serta kurang dapat memberikan contoh yang baik. Selain itu, jalur-jalur evakuasinya pun tidak begitu jelas arahnya karena tidak ada tandatanda khusus. Untuk pertukaran udaranya juga sedikit kurang, itu dapat terlihat dari minimnya ventilasi-ventilasi udara yang fungsinya untuk pertukaran udara CO2 di dalam dan O2 di luar pabrik. Dari kesemuanya itu, penerapan K3 di PT. Nissin biscuit Indonesia ini Sudah cukup baik, hanya perlu beberapa evaluasian untuk menjadi perbaikan dalam peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja dan kesejahteraan para pekerja. 19
3. PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Setiap perusahaan mempunyai ketentuan dan kebijakan masing-masing. Budaya kerja disiplin diperusahaan ini pun sangat tinggi. Ketika kami kunjungan ke Pabrik Sariroti ini, suasana pabrik sangat nyaman, system keamanan nya pun ketat, penggunaan alat pelindung diri sangat di utamakan, kebisingannya , kebersihannya pun sangat terjaga, dan minim sekali dari kontaminasi-kontaminasi yang berbahaya bagi keamanan produk. Semuanya tersusun rapih, dalam produksinya pun tanpa banayk bersentuhan langsung dengan manusia. Penerapan K3 disini sangat diperhatikan dan benar-benar memperhatikan kualitas produk yang akan dihasilkan. Pada dasarnya, kontrol kualitas melibatkan pemeriksaan produk, layanan, atau proses untuk tingkat minimum tertentu kualitas. Tujuan dari tim pengendalian kualitas adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang tidak memenuhi standar perusahaan tertentu kualitas. Jika masalah diidentifikasi, tugas tim pengendalian kualitas atau professional mungkin melibatkan penghentian produk sementara. Tergantung pada layanan atau produk tertentu, serta jenis masalah yang diidentifikasi, produksi atau pelaksanaan tidak dapat berhenti sepenuhnya.
20
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kesehatan dan keselamatan kerja khususnya pada perusahan sangat penting dilakukan, karena dapat meningkatkan kesejahtraan, kesehatan dan terutama keselamatan kerja karyawan atau pekerja. Penyediaan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) hanya dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau. Sangat perlu adanya manajemen lingkungan kerja dari industri agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang positif-konstruktif, antara unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
21
4.2 Saran Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang merupakan bagian dari pekerjaan, untuk perusahaan hendaknya mencegah dalam hal ini melakukan perlindungan berupa kompensasi, baik langsung maupun tidak langsung, yang harus diberikan oleh perusahaan kepada pekerja. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan keharusan bagi sebuah perushaan. Untuk menjaga dan memonitor keselamatan kesehatan kerja karyawan maka dilakukan program penyuluhan keselamatan kerja bagi karyawan baik karyawan yang baru masuk kerja atau karyawan yang sudah lama, dengan melakukan pengenalan lingkungan kerja, bahaya dilingkungan kerja, pemakaian alat pelindung diri yang sesuai dengan standar demi keselamatan dan kesehatan karyawan, dan dalam penegendalian keselamatan lingkungan kerja ada beberapa tahap yang dilakukan disetiap area : - Menganalisa bahaya dan tindakan pengendalian - Menentukan tingkat keparahan - Menilai tingkat resiko bahaya - Pengendalian potensi / Resiko bahaya - Penyusunan rancangan pengendalian bahaya
22
Daftar Pustaka
a. PT. Indofood Sukses Makmur b. PT. Nissin Biskuit Indonesia c. PT. Nippon Indosari Cofindo d. Ridley, J. (2006). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Erlangga. e. Bannet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo f. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R. I Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Audit SMK3, Edisi I, Jakarta : Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja g. SNI 01-4852-1998, Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman dan penerapannya, Badan Standarisasi Nasional, 1986. h. Hermawan Thaheer, 2005: Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points), Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
23