Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2010
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC Pelatihan bagi Petugas Kesehatan
MODUL BAGI PESERTA
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
KATA PENGANTAR Kementerian Kesehatan telah selesai menyusun Pedoman Penerapan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Sarana Kesehatan / PITC, yang memberikan pedoman bagi petugas kesehatan dalam memprakarsai tes dan konseling HIV bagi pasien yang datang untuk mendapatkan layanan kesehatan atas keluhan mereka. Perlu disadari bahwa apabila seseorang yang datang ke sarana layanan kesehatan menunjukkan adanya gejala yang mengarah ke HIV maka tanggung jawab dari petugas kesehatan adalah menawarkan tes dan konseling HIV kepada pasien tersebut.Ini bagian dari tatalakasana klinis guna memberikan kesempatan ODHA untuk memanfaatkan layanan kesehatan yang memadai. Namun mengingat besarnya kecenderungan akan terjadinya pemaksaan dalam tes-HIV sehubungan PITC yang akan memberikan dampak negatif pada pasien maka perlu pelatihan dan bimbingan, pemantauan dan evaluasi yang memadai dari penerapan PITC dan program konseling di sarana kesehatan Modul pelatihan yang disusun berdasarkan buku pedoman penerapan tes dan konseling HIV Kementerian Kesehatan RI sarana bantu penerapannya dan dimaksudkan untuk digunakan dalam pelatihan bagi petugas yang terkait di sarana kesehatan. Penghargaan kepada tim penyusun dan para kontributor yang telah memberikan sumbang saran sehingga modul pelatihan ini dapat diterbitkan. Semoga dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya.
Direktur Jendral PP & PL, Kemenkes RI
Prof. dr. Tjandra Y. Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP 195509031980121001
MODUL BAGI PESERTA
i
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI Masalah HIV/AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV/AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan testing dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Testing HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2009 terdapat 262 layanan klinik VCT aktif yang ada di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan yang terintegrasi dalam satu pedoman ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan testing HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui pedoman ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini dan juga kepada pihak GF-AIDS yang telah mendukung kegiatan ini. Ketua Umum PB IDI
Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii
MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
TIM EDITOR
DAFTAR KONTRIBUTOR
Masna Pita, SKM Arta Saragi Dr. Sri Pandam Pulungsih, MSc Dr. Artini Nurjannah, SKM, M.Kes Dr. Asik Surya, MPPM Dr. Ayie Sri Kartika Dr. Bambang Subagyo, SpPD, MM Dr. Dasril Nizam Dr. Diah Setia Utami, SpKJ Dr. Ekarini Dr. Endang Budi Hastuti Dr. Endang Lukitosari Dr. Endang P., M.Epid Dr. Ervina Luki Damayanti Dra. Euis Maryani Kekek Apriana Komaria Siregar, SKM, M.Epid Kurniawan Rachmadi, SKM, MSi Dr. Maryono Masna Pita, SKM Nelly Yardes Dra. Neni Nuraini, M.Kes Dr. Nirmala Kesumah, MHA Nurjannah, SKM, M.Kes Dr. Pandu Riono, MPH, PhD Dr. Ratna Mardiati, SpKJ Dr. Ronald Jonathan Dr. Rudi Rusli Dr. Sri Pandam Pulungsih, MSc Prof. DR. Sudarto Ronoatmodjo, MPH
MODUL BAGI PESERTA
iii
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH Low‐level HIV epidemis Tingkatan epidemi HIV yang rendah, dengan prevalensi secara tetap tidak pernah lebih dari 5% yang terbatas pada kelompok tertentu yang berperilaku berisiko seperti penjaja seks komersial, penasun, LSL. Concentrated HIV epidemis Tingkatan epidemi HIV terkonsentrasi dengan prevalensi lebih dari 5% secara tetap, namun terbatas pada kelompok tertentu yang berperilaku berisiko seperti penjaja seks komersial, penasun, LSL, namun prevalensi masih kurang dari 1% pada ibu hamil di daerah perkotaan. Generalized HIV epidemis Tingkatan epidemi HIV meluas di masyarakat umum, sebagai proksi dinaytakan apabila ditemukan prevalensi lebih dari 1% secara menetap pada kelompok ibu hamil. AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome
ANC
Ante natal Care (lihat KIA)
ART
Antiretroviral Antiretroviral
KEMENKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
HIV
Human Immunodeficiency virus
Therapy
–
terapi
HIV
dengan
obat
IMS Infeksi menular secara Seksual KIA
Kesehatan Ibu dan Anak (lihat ANC)
KTS – VCT
Konseling dan Testing HIV secara Sukarela (lihat juga VCT).
ODHA Orang dengan HIV/ AIDS PDP
Perawatan Dukungan dan pengobatan HIV
PITC
Provider Initiated HIV Testing and Counseling – Layanan Tes dan konseling HIV terintegrasi di saranan kesehatan, yaitu tes dan konseling HIV diprakarsai oleh ptugas kesehatan ketika pasien mencari layanan kesehatan.
iv
MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PMTCT
Prevention on Mother to Child Transmission SDM Sumber Daya Manusia
TB Tuberkulosis three C Azas dalam penyelenggaraan konseling dan testing HIV yang harus selalu diterapkan. Tes HIV hanya akan dilaksanakan setelah mendapatkan informed consent dari klien, disertai dengan counselling terutama pada saat pemberian hasil tes HIV dan dengan menjaga confidentiality (hasil tes tidak akan diungkapkan kepada orang lain yang tidak terkait dengan perawatan klien tanpa seizing klien). UNAIDS
Joint United Nations Programme on HIV DAN AIDS
UNGASS
United Nation General Assembly Special Session
VCT – KTS HIV
Voluntary Counseling and Testing (lihat juga KTS)
WHO
Worlld Health organization ‐ Organisasi Kesehatan Sedunia
MODUL BAGI PESERTA
v
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI ................................................................. TIM EDITOR ........................................................................................................... DAFTAR KONTRIBUTOR .......................................................................................... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH .......................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................................
i ii iii iii iv vi
Modul 1. PENGANTAR PITC .................................................................................. I. Pendahuluan ............................................................................................ II. Tujuan Pembelajaran Umum: ................................................................... III. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................... IV. Pokok Bahasan ........................................................................................ V. Materi Pembelajaran ............................................................................... A. Tantangan dalam Tes HIV .................................................................... B. PITC ‐ Konseling dan Testing HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan .......
1 1 1 1 1 1 1 4
Modul 2. PERTIMBANGAN INISIASI TES HIV ........................................................ I. Pendahuluan ........................................................................................... II. Tujuan Pembelajaran Umum .................................................................... III. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................... IV. Pokok Bahasan ........................................................................................ V. Materi pembelajaran ................................................................................ A. Manfaat dan Hambatan Tes HIV ........................................................... B. Model Tes dan Konseling atas Prakarsa Petugas Kesehatan .................. C. Informasi dasar HIV dan stadium klinis ................................................
9 9 9 9 9 10 10 12 16
Modul 3. INISIASI TES HIV ................................................................................... I. Pendahuluan ........................................................................................... II. Tujuan Pembelajaran Umum .................................................................... III. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................................... IV. Pokok Bahasan ........................................................................................ V. Materi Pembelajaran .................................................................................. A. Tes Diagnostik: ................................................................................... B. Tes HIV Pelayanan Rutin ...................................................................... C. Berikan Informasi Kunci Mengenai HIV/AIDS ........................................ D. Prosedur untuk Menjamin Konfidensialitas .......................................... E. Kukuhkan Kesediaan Pasien Untuk Menjalani tes HIV ...........................
24 24 26 26 26 27 27 28 29 30 33
vi
MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
F. memberikan Informasi Tambahan ....................................................... G. Memadukan Informasi dan Edukasi Pra‐Tes .........................................
34 35
Modul 4. PROSEDUR TES CEPAT .......................................................................... I. PENDAHULUAN ....................................................................................... II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM .............................................................. III. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS ............................................................ IV. POKOK BAHASAN ..................................................................................... V. MATERI PEMBELAJARAN ........................................................................... A. Strategi tes HIV ................................................................................... B. Pilihan Tes HIV .................................................................................... C. Tes Cepat HIV ...................................................................................... D. Menusuk jari untuk Pengambilan Contoh Darah ..................................
38 38 38 38 38 38 39 43 46 47
Modul 5. MENYAMPAIKAN HASIL TES DAN RUJUKAN YANG EFEKTIF ................. I. PENDAHULUAN ........................................................................................ II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM ............................................................... III. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS ............................................................. IV. POKOK BAHASAN ..................................................................................... V. MATERI PEMBELAJARAN ........................................................................... A. Menafsirkan Hasil ............................................................................... B. Penyampaian Hasil ............................................................................. C. Langkah Efektif dalam Merujuk ...........................................................
49 49 50 50 51 51 51 52 56
LATIHAN 1‐1 ...................................................................................................
2
LATIHAN 1‐2 ...................................................................................................
7
LATIHAN 2‐1 ...................................................................................................
10
LATIHAN 3‐1 ...................................................................................................
27
LATIHAN 3‐2 ...................................................................................................
28
LATIHAN 3‐3 ...................................................................................................
29
LATIHAN 3‐4 ...................................................................................................
31
MODUL BAGI PESERTA
vii
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
LATIHAN 3‐5 ...................................................................................................
32
LATIHAN 3‐6 ...................................................................................................
33
LATIHAN 3‐7 ...................................................................................................
34
LATIHAN 3‐8 ...................................................................................................
36
LATIHAN 4‐1 ...................................................................................................
45
LATIHAN 5‐1 ...................................................................................................
51
LATIHAN 5‐2 ...................................................................................................
52
LATIHAN 5‐3 ...................................................................................................
57
viii MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Modul 1.
PENGANTAR PITC I. PENDAHULUAN Pelatihan singkat ini dirancang untuk dokter, perawat, dan bidan di layanan kesehatan primer dan sekunder, untuk meningkatkan ketrampilan dalam memprakarsai atau menawarkan tes dan konseling HIV. Pelatihan merupakan bagian dari pelatihan Perawatan, dukungan dan pengobatan ODHA, namun juga dapat digunakan untuk pelatihan kolaborasi TB‐HIV, klinik KIA, klinik IMS dan layanan kesehatan bagi populasi berisiko tinggi (PS, Penasun, LSL/ Waria). Untuk memberikan konseling bagi pasien yang menolak untuk tes, perlu mengikuti pelatihan tambahan lain yaitu pelatihan konselor KTS/ VCT yang memerlukan waktu lebih panjang.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini peserta memahami tatangan untuk melaksanakn tes HIV serta latar belakang penerapan konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas kesehatan
III. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah selesai mengikuti sesi peserta latih mampu: 1. Menjelaskan tantangan yang dihadapi untuk melaksanakan tes HIV 2. Menjelaskan alasan dan latar belakang dari PITC 3. Menjelaskan tujuan PITC
IV. POKOK BAHASAN 1. Tantangan terkait Tes HIV 2. Provider‐Initiated HIV Counseling and Testing
V. MATERI PEMBELAJARAN A. TANTANGAN DALAM TES HIV Tantangan apa saja yang biasa dihadapi petugas kesehatan untuk menawarkan tes HIV kepada pasien? MODUL BAGI PESERTA
1
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Lakukan curah pendapat tentang hal tersebut.
LATIHAN 1-1
2
Tantangan melakukan tes HIV: ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________
MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
BAHAN BACAAN Pada layanan tes HIV di klinik Konseling dan Testing HIV secara sukarela, pasien datang atas prakarsa sendiri. Pada layanan KTS tersebut tes HIV harus didahului konseling pra‐tes. Kebijakan PBB menyatakan bahwa setiap konseling sukarela diikuti dengan konseling pra‐tes, informed consent sebelum pemeriksaan darah HIV, testing HIV dan konseling pasca‐tes yang keseluruhannya bersifat rahasia. Keterbatasan waktu untuk setiap pasien sering menjadi kendala bagi konselor dalam melaksanakan konseling pra‐tes. Setiap individu yang datang pada konselor membawa banyak isu yang perlu dibicarakan. Untuk itu dibutuhkan ketersediaan waktu yang cukup dalam mendiskusikannya. Di dalam Konseling pra‐tes seorang konselor harus mampu membuat keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian risiko dan merespon kebutuhan emosi pasien. Banyak orang takut melakukan tes HIV karena berbagai alasan termasuk perlakuan diskriminasi dan stigmatisasi masyarakat dan keluarga. Karena itu layanan konseling dan tes HIV harus melindungi pasien dengan menjaga kerahasiaan. Seorang konselor harus mampu membangun kepercayaan pasien pada konselor yang merupakan dasar utama bagi terjaganya kerahasiaan sehingga terjalin hubungan baik dan terbina sikap saling memahami. Hal tersebut memerlukan ketrampilan khusus dan membutuhkan pengalaman dari konselor. Banyak tantangan bagi petugas kesehatan untuk menawarkan dan melaksanakan tes HIV pada pasien yang datang ke sarana kesehatan mengingat konsekuensi dan dampak masalah yang terkait dengan hasil tes HIV tersebut bagi pasien maupun petugas. Diantara tantangan tersebut adalah:
Waktu: salah satu tugas penting tenaga kesehatan adalah menyadari adanya keterbatasan waktu dari dokter dalam memberikan pelayanan medis karena kesibukannya; juga perjalanan penyakit akan makin lanjut dengan berjalannya waktu. Menanggapi masalah tersebut, disarankan agar melakukan langsung PITC begitu berhadapan dengan pasien yang diperkirakan terkait HIV.
Sumber Daya Manusia: Pilihan melakukan konseling dan menawarkan testing oleh petugas kesehatan membuat petugas kesehatan lainnya seperti konselor dan dokter ahli dapat bekerja secara beruntun mencegah kecepatan penularan.
Stigma: Salah satu alasan penting yang menyebabkan para petugas kesehatan menolak menawarkan testing HIV adalah ketidaknyamanan pasien. Jika pasien merasa terstigma karena ditawari testing HIV, maka akan sangat mengganggu hubungan antara petugas kesehatan dengan para pasiennya. Di lain pihak, jika pelayanan
MODUL BAGI PESERTA
3
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
tersebut secara rutin ditawarkan kepada seluruh atau hampir seluruh pasien di dalam suatu lingkungan tertentu, maka prosedur dan penawaran prosedurnya akan menjadi dianggap biasa.
Beragamnya kebutuhan pasien: Ada beberapa petugas kesehatan yang mungkin akan menolak menawarkan testing HIV ketika pasien memiliki banyak masalah medis atau psikologik lainnya. Dalam hal tersebut petugas kesehatan merasa terbebani. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diperbantukan perawat konselor (termasuk konselor umum) untuk memberikan dukungan emosi, layanan sosial terkait dan perawatan tambahan lainnya yang berada di luar ruang lingkup praktik para petugas kesehatan. Melihat perubahan positif dalam perilaku pasien merupakan salah satu tanda keberhasilan, yang juga akan membantu petugas kesehatan merasa nyaman. Perasaan terbebani petugas kesehatan dapat diringankan melalui kerjasama dengan konselor. Dengan demikian pasien bukan hanya diobati sakitnya tetapi juga didukung mental emosionalnya.
Tidak ada pelatihan yang akan dapat menjawab semua permasalahan atau hambatan dalam penerapan ketrampilan pada praktik nyata, meski berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembangkan sebuah pelatihan dan menyusun protokol layanan. Perlu ditambahkan pula bahwa setiap intervensi pencegahan HIV yang efektif harus memperhatikan masalah dan fokus perhatian pasien.
Kegiatan berikutnya telah dirancang untuk memikirkan mengenai testing HIV ditinjau dari sudut pandang pasien di setting klinis.
B. PITC - KONSELING DAN TESTING HIV ATAS PRAKARSA PETUGAS KESEHATAN Tujuan pelatihan secara khusus adalah bahwa setelah mengikuti pelatihan dengan mempelajari materi yang ada maka peserta latih akan mampu: 1. Menjelaskan kepada pasien tentang keuntungan dari tes HIV 2. Memberikan edukasi singkat dan terarah tentang penularan dan pencegahan HIV serta akses pada perawatan dan pengobatan HIV 3. Menjelaskan prosedur pemeriksaan tes cepat HIV 4. Mengidentifikasi kebutuhan akan perlunay menjaga konfidensialitas, dan perlunya informed consent serta cara penerapannya dalam tugas seharihari 5. Melakukan tes cepat HIV di layanan kesehatan. 6. Memberitahukan hasil tes HIV kepaa pasien dan melakukan rujukan ke layanan pengobatan, perawatan, pencegahan dan dukungan serta perlunya memberikan informasi kepada pasanagan.
4
MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
BAHAN BACAAN Latar Belakang Pentingnya Konseling dan Testing HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan Sejak tersedia tes antibody yang terjangkau secara luas, Program nasional Pengendalian HIV/AIDS mendorong tes HIV dengan menerapkan konseling dan tes HIV secara sukarela dengan mengembangkan klinik KTS tersebar di daerah yang membutuhkan dan melatih konselor KTS secara luas. KTS dalam hal tersebut merupakan ujung tombak atau pintu masuk utama bagi ODHA untuk mendapatkan layanan PDP HIV. Tes HIV dilaksanakan secara konfidensialitas, dengan mendapatkan informed consent dari pasien, disertai konseling pra dan pasca tes yang memadai. Meskipun layanan KTS tersebut telah dilaksanakan sejak 2005 namun cakupannya belum sesuai dengan harapan. Seperti kita ketahui dari permodelan epidemic yang dikembangkan oleh DEPKES RI bahwa jumlah ODHA yang terjangkau masih jauh dari jumlah yang diperkirakan ada. Sebagai contoh bahwa ODHA yang menjangkau layanan sampai tahun 2009 secara kumulatif adalah 43.118 sementara proyeksi jumlah ODHA pada tahun 2009 berdasarkan data 2006 adalah 314.5001. Tampak bahwa cakupan layanan masih jauh dari yang diharapkan. Terlebih Indonesia telah mengikatkan diri dalam kesepakatan global yaitu Universal Access, untuk memberikan akses pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan bagi semua ODHA yang membutuhkan pada tahun 2010. Mengingat hal tersebut di atas maka jangkauan layanan testing dan konseling HIV perlu ditingkatkan, untuk meningkatkan jumlah orang yang mengetahui status HIVnya agar yang HIV positif mendapatkan akses layanan kesehatan lebih dini. Upaya tersebut adalah layanan konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas kesehatan di samping menguatkan layanan konseling dan testing HIV secara sukarela. Langkah tersebut merupakan langkah penting dalam mencapai tujuan dari universal access bagi ODHA. Lihatlah kembali tantangan untuk melakukan tes HIV yang sering dihadapi pada bahan bacaan pokok bahasan A di atas. Pedoman pelaksanaan PITC di sarana kesehatan merekomendasikan Tes HIV sebagai berikut: 1. Ditawarkan kepada semua pasien yang menunjukkan gejala dan tanda klinis yang mungkin mengindikasikan infeksi HIV, tanpa memandang tingkat epidemic daerahnya. 2. Sebagai bagian dari prosedur baku perawatan medis pada semua pasien yang datang di sarana kesehatan di daerah dengan tingkat epidemic yang meluas.
1 Laporan Triwulan II Situasi Perkembangan HIV&AIDS di Indonesia sampai dengan 30 Juni 2009, Departemen Kesehatan RI
MODUL BAGI PESERTA
5
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
3. Ditawarkan dengan lebih selektif kepada pasien di daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi atau rendah. Persyaratan penting bagi penerapan PITC tersebut adalah adanya lingkungan yang memungkinkan. PITC sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan yang terkait HIV. Juga dilengkapi dengan mekanisme rujukan pada konseling pasca tes HIV yang efektif kepada semua pasien serta rujukan padan dukungan medis dan psikososial bagi mereka yang HIV positif. Harus dipastikan bahwa PITC dengan menggunakan pendekatan model option‐out dalam mendapatkan persetujuan pasien (contoh: “kami sarankan anda untuk menjalani tes HIV. Bila anda tidak keberatan, kami akan laksanakan segera) tidak mengesampingkan kesukarelaan pasien dalam mengambil keputusan untuk tes HIV dan tidak berubah menjadi tes HIV mandatori. Konseling pra‐tes sebagai komponen KTS disederhanakan tanpa sesi konseling dengan paket edukasi yang lengkap, namun tetap diupayakan agar tersedia layanan edukasi dan dukungan emosional di tatanan klinis bila diperlukan. Cara memprakarsai tes HIV pada pasien. 1. Memberikan informasi penting tentang HIV/AIDS 2. Menjelaskan bahwa konfidensialitas akan terjaga dan jelaskan prosedurnya 3. Memastikan kesediaan pasien untuk menjalani tes HIV dan minta persetujuannya 4. Informasi tambahan bila diperlukan dapat diberikan melalui rujukan untuk konseling tambahan. Pendekatan PITC dapat merupakan jalan keluar dalam mengatasi keterbatasan waktu petugas kesehatan di tatanan klinis dan menyediakan anjuran yang jelas dan langsung tentang cara intervensi.
6
MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
LATIHAN 1-2 Diskusikan dengan kelompok saudara tentang: 1. Berapa persen dari pasien saudara yang memiliki risiko HIV. 2. Berapa persen dari pasien yang menganggap bahwa diri mereka sendiri terkena risiko HIV. 3. Berapa persen dari pasien anda yang merasa berisiko tersebut mengetahui status HIV nya?
MODUL BAGI PESERTA
7
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Bagan 1: Alur Layanan Konseling dan tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan KIE untuk pasien (optional) Edukasi diberikan selama pasien menunggu giliran, pilih salah satu cara: • Edukasi kelompok oleh petugas atau dengan AVA • Poster • Brosur
Pasien setuju Tes HIV (dengan informed consent)
Tes Cepat HIV Tes Cepat HIV dilaksanakan oleh Petugas atau di Laboratorium
Kontak awal antara petugas dan pasien Petugas menginformasikan pentinya tes HIV • Banyak pasien tertentu juga mengidap HIV • Diagnosis HIV untuk kepentingan perawatan medis • Sekarang tersedia obat untuk HIV Informasi tentang kebijakan UPK • Semua pasien tertentu akan dites HIV nya kecuali pasien menolak Petugas menjawab pertanyaan pasien
Pasien menolak Tes HIV Petugas mengulang informasi ttg pentinya tes HIV Bila masih menolak juga • Sarankan sebagai alternatif untuk ke klinik KTS dan pulangkan • Pada kunjungan berikutnya diulangi informasi ttg pentinya tes HIVpasien menolak
Petugas menyampaikan hasil tes kepada pasien
Pasien dengan hasil tes HIV negatif
Pasien dengan hasil Tes HIV Positif
• Petugas memberikan hasil tes negatif • Berikan pesan tentang pencgahan secara singkat • Sarankan untuk ke klinik KTS untuk konselin pencegahan lebih lanjut • Anjurkan agar pasangannya mau menjalani tes HIV karen ada kemungkinan dia positif
• Petugas informasikan hasil tes HIV positf • Berikan dukungan lepada pasien dalam menanggapi hasil tes • Informasikan perlunya perawatan dan pengobatan HIV • Informasikan cara pencegahan penularan kepada pasangan • Sarankan agar pasangan di tes HIV • Hasil tes dicatat di klinik VCT
Rujukan Beri informasi tentang klinik KTS terdekat
Rujukan • Berikan surat rujukan ke PDP • Informasikan sumber dukungan yang ada di masyarakat
8
MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Modul 2.
PERTIMBANGAN INISIASI TES HIV I. PENDAHULUAN Pada dasarnya semua layanan kesehatan harus berdasarkan atas kepentingan pasien. Seseorang akan melakukan suatu tindakan apabila ia mengetahui bahwa tindakannya mempunyai dampak baik bagi dirinya. Dan petugas kesehatan akan berhasil memotivasi pasiennya untuk menjalani suatu tindakan medis apabila ia mampu membantu menyelesaikan kendala yang dihadapi pasiennya. Pada mosul ini kita akan mencari tahu manfaat Tes HIV yang mendorong orang untuk menjalnainya, serta hambatan yang mungkin di hadapi pasien sehingga ia menolaknya meskipun banyak manfaat yang akan dapat ia petik.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan berbagai manfaat dan hambatan tes HIV mengenal model konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas kesehatan
III. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah selesai mengikuti sesi peserta latih mampu: 1. Menyebutkan manfaat tes HIV 2. Menyebutkan hambatan tes HIV 3. Menjelaskan model konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas kesehatan (PITC) 4. Mengidentifikasi pasien yang perlu diprakarsai untuk melaksanakan tes HIV
IV. POKOK BAHASAN 1. Manfaat dan hambatan Tes HIV 2. Model Konseling dan Tes HIV dengan Inisiatif Petugas Kesehatan 3. Informasi dasar HIV/AIDS dan tanda klinis terkait HIV/AIDS
MODUL BAGI PESERTA
9
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
V. MATERI PEMBELAJARAN A. MANFAAT DAN HAMBATAN TES HIV
LATIHAN 2-1 1. Berbagilah dalam kelompok terdiri dari 8 sampai 10 orang 2. Lakukan diskusi dalam kelompok, sebagian kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan a) dan sebagian lainnya menjawab pertanyaan b) berikut: a. ”Jika anda adalah pasien yang sedang mempertimbangkan diri untuk menjalani test HIV, apa perlu diketahui tentang keuntungan tes” b. “Jika anda adalah pasien yang sedang mempertimbangkan diri untuk menjalani test HIV, maka pikirkan kemungkinan adanya hal buruk / risiko menjalani tes HIV” Dalam 5 menit beri tahu fasilitator untuk memandu curah pendapat saudara.
10 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
BAHAN BACAAN Tes HIV memunyai peran penting dalam program pencegahan yang berbasis bukti (evidence based) dan dalam mengembangan akses pada perawatan, dan pengobatan antiretroviral yang berkualitas. Sejak awal epidemi HIV/AIDS tes HIV sudah digunakan dalam kegiatan surveilans guna memantau kecenderungan epidemic tersebut. Dengan terus berkembangnya epidemic HIV, maka kebutuhan akan tes HIV bagi individu yang ingin mengetahui status HIVnya semakin meningkat pula. Namun demikian masih banyak orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui statusnya, sehingga testing dan konseling HIV menjadi unsur penting pada program layanan pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Penyebaran HIV akan dapat dikurangi apabila ODHA menyadari status mereka sedini mungkin dan mendaptkan bantuan untuk mencegah penularan infeksi ke orang lain. Untuk mencapai target Universal Access, maka tes dan konseling HIV harus dilaksanakan lebih luas dan dalam skala besar dalam tatanan perawatan klinis bersamaan dengan perluasan layanan konseling dan testing HIV sukarela (KTS/VCT) yang mengandalkan pasien yang datang secara sukarela. Peningkatan akses KTS akan meningkatkan jumlah orang yang mengetahui status mereka. Jangkauan terhadap tes dan konseling HIV tersebut kini telah diperluas hingga ke layanan ibu hamil, klinik TB dan klinik IMS dan lainnya. Pada tes dan konseling atas prakarsa petugas kesehatan (PITC), maka para pengunjung layanan kesehatan yang mungkin dapat mengambil manfaat karena mengetahui status HIVnya, secara rutin ditawari untuk menjalani tes dan konseling HIV dengan pendekatan option‐out. Pendekatan PITC tersebut, setiap pertemuan pasien dengan petugas dianggap sebagai: • Peluang bagi seseorang yang belum pernah tahu status HIVnya untuk mengetahuinya • Peluang bagi seseorang yang pernah menjalani tes HIV dengan hasil negative untuk mengulang tes HIV dengan frekwensi yang logis. • Peluang bagi seseorang yang ingin menentukan arah kehidupannya atau keluarganya sehubungan dengan status HIVnya • Peluang bagi petugas kesehatan untuk memberikan layanan perawatan dan pencegahan terbaik sesuai dengan status HIV bagi pasiennya Pada dasarnya petugas kesehatan tahu tentang manfaat tes HIV, namun kadangkadang tidak cukup peka akan hambatan atas tes HIV. Oleh karenanya maka kita memasukkan diskusi mengenai berbagai hambatan atas tes HIV Pada awal epidemi banyak ceritera beredar bahwa ODHA selalu mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat sekitarnya, bahkan dari keluarganya. Potensi risiko yang sering dihadapi ODHA, seperti misalnya diskriminasi, pengucilan, atau tindak kekerasan.
MODUL BAGI PESERTA 11
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Dasar pertimbangan pelatihan adalah mutlak demi kepentingan mereka yang berisiko untuk mengetahui status HIV mereka. Dengan demikian, berbagai realita kehidupan pasien serta berbagai stigma yang dikaitkan dengan tes HIV akan mengingatkan kita bahwa program tes dan konseling HIV hanya akan efektif dan bermanfaat jika diikuti dengan berbagai intervensi yang komprehensif, termasuk rujukan konseling dan dukungan untuk pencegahan. Kebijakan tes HIV harus selalu memperhatikan hak azasi manusia dan harus mencakup “3 C” yaitu Counseling, consent, confidentiality, atau konseling, persetujuan pasien, dan kerahasiaan. Meskipun konseling tidak dianggap wajib dalam PITC, tetapi konseling tetap diperlukan bagi mereka yang membutuhkan dan perlu dirujuk kepada konselor yang berpengalaman. Pada tempat tes HIV dan konseling yang terpisah, maka kesempatan pertemuan dengan pasien merupakan waktu berharga untuk dimanfaatkan memberi komunikasi pencegahan secara dini. Untuk membantu pasien menanggulangi berbagai hambatan menjalani tes HIV, maka perlu diberikan perhatian yang sangat cermat atas berbagai kebutuhan pasien pada saat menyarankan dilakukannya tes HIV. Pertimbangkan kemungkinan rujukan, kemungkinan pasien mau menjalani rujukan , karena itu hubungan kerja antar petugas dan pasien serta petrugas kesehatan lainnya harus terjalin dengan baik.
B. MODEL TES DAN KONSELING ATAS PRAKARSA PETUGAS KESEHATAN Model PITC yang terpapar pada bagan di bawah dapat menjadi acuan dalam memprakarsai tes dan konseling HIV secara rutin. Bagan alur tersebut menggambarkan terbatasnya peran dan waktu yang dibutuhkan dari seorang dokter (dalam kotak gelap). Petugas kesehatan meprakarsai tes HIV dengan pendekatan option‐out, menjamin konfidensialitas, dan meminta informed consent. Konseling prates dapat diberikan secara singkat oleh petugas kesehatan yang merawat, namun kadang‐kadang diperlukan konseling prates yang lebih mendalam dan dukungan konseling pasca tes dan konseling perubahan perilaku yang dapat diberikan oleh petugas lain seperti konselor sebelum pasien bertemu dokternya. Sering kali juga informasi pra tes diberikan secara kelompok. Sementara menunggu hasil tes pasien dapa diberikan konseling untuk pengurangan risiko. Tergantung dari cara yang dipakai, namun biasanya memakan waktu 5 – 30 menit.
12 MODUL BAGI PESERTA
Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman PITC
Konselor memberikan dukungan emosional, menekankan kembali rencana pengurangan risiko, dan bila + rujuk ke perawatan dan terapi dan menekankan kembali perlunya mengunkapkan hasil kepada orang lain
Dukungan/ rujukan pasca tes
Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman PITC
Petugas memberikan informasi tentang rujukan, dan jika positif, merujuk pengobatan dan perawatan dan anjuran perihal pentingnya pengungkapan status.
Saran/ rujukan pasca tes
Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman PITC
Petugas kesehatan memberikan hasil tes HIV dan mengartikannya
Spesimen untuk Tes HIV dikumpulkan oleh petugas laboratorium (5-30 menit menunggu hasil). Jika tes pertama positif, sample kedua diambil dan dilakukan tes lain
Konselor/ MK memberikan hasil tes HIV dan mengintepretasikan artinya
Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman PITC
o Anjurkan Tes HIV o Informasi pra-tes o Jaminan Kerahasiaan o Berikan informed-consent (gunakan bahasa opt-out bila tidak menolak dan lakukan test HIV)
Tes HIV dan Konseling prakarsa Petugas
Petugas kesehatan membuka hasil
Pengambilan specimen dan melaksanakan tes
Lihat Panduan Komunikasi pada Pedoman PITC
o Konseling manfaat testing o Indentifikasi hambatan testing o Berikan dukungan emosional o Kaji ulang keinginan test
Bagi pasien yang menolak tes
Konselor membuka hasil
o Konselor/MK melakukan Pengkajian Risiko HIV o Konselor/ MK menawarkan rencana pengurangan risiko individu
Konseling Pengurangan Risiko HIV
o Penjelasan HIV/AIDS o Tinjauan tindakan pencegahan o Test HIV ditawarkan
Edukasi Kelompok Pra-tes
Bagan 2: Penyelenggaraan Tes HIV dan Konseling oleh Petugas Kesehatan
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
MODUL BAGI PESERTA 13
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Pelajari Bagan 2: Penyelenggaraan Tes HIV dan Konseling oleh Petugas Kesehatan di halaman 12 • Langkah 1: sarankan untuk menjalani test HIV. Garis bawahi tanda dan gejala yang disajikan pasien, hubungkan dengan gaya hidup dirinya atau pasangannya. Bawa pasien kearah menghubungkan tanda dan gejala tadi dengan infeksi oportunistik terkait AIDS. Untuk meyakinkan adanya hubungan, perlu dilakukan tes HIV. Tekankan pentingnya pertimbangan medis petugas kesehatan, dan betapa bermanfaatnya untuk bertukar pikiran dengan pasien • Langkah 2: Diberikan penjelasan ringkas mengenai informasi pra‐tes, petugas kesehatan memberi jaminan kerahasiaan dan memperoleh pernyataan tidak berkeberatan (informed consent). Katakan bahwa pada Langkah 2, diharapkan agar mereka memberikan penjelasan mengenai penularan HIV, tes HIV, dan cara pencegahannya. Catatlah bahwa hal ini merupakan intervensi yang lebih sederhana dibandingkan dengan konseling pra‐tes yang biasanya dilaksanakan pada KTS/ VCT. Juga, untuk beberapa lingkungan tertentu, informasi pra‐test ini dapat diberikan oleh para petugas kesehatan lainnya di klinik atau dalam sesi edukasi kelompok. Ingatkan para peserta mengenai 3 C’s dengan menekankan bahwa pada tahapan ini petugas kesehatan memusatkan perhatian kepada pernyataan tidak keberatan secara suka rela (informed consent) dan dengan menjamin konfidensialitas .Catatlah bahwa setidak‐tidaknya petugas kesehatan menjalankan Langkah 1. • Langkah 3: Pengambilan contoh darah untuk tes HIV. Pelatihan ini mengasumsikan bahwa tes cepat memang dapat dilakukan, dan bahwa sampel yang diambil adalah sampel dalam bentuk serum yang diambil melalui tusukan pada jari tangan. Perlu dicatat bahwa semakin sempurnanya teknologi telah memungkinkan adanya tes cepat yang efektif . a. Diperkirakan bahwa di layanan yang banyak dikunjungi, dan juga banyak mengambil sample melalui pendekatan PITC adalah Puskesmas atau layanan kesehatan primer. b. Catatlah bahwa pelatihan ini akan memberikan sekilas mengenai tes cepat HIV, tapi bukan merupakan pengganti bagi pelatihan pemeriksaan laboratorium yang membahas mengenai penjaminan mutu dan masalahmasalah laboratorium yang HARUS dilakukan sebelum dapat dijalankannya intervensi tes HIV cepat yang efektif. • Langkah 3b: diskusi penurunan risiko: Lakukanlah diskusi penurunan risiko. Atau lakukan diskusi komunikasi petugas kesehatan‐pasien tentang risiko dalam gaya kehidupan pasien.
14 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
o Komunikasi/diskusi petugas kesehatan perlu dilanjutkan dengan konseling KTS/ VCT. Diskusi petugas kesehatan dengan pasien akan membuka wawasan pasien tentang sakitnya, sementara konseling akan mengolah gejolak mental emosional yang seringkali membuat kognisi pasien terhambat untuk diimplementasikan pada perilaku. Jika petugas kesehatan tidak memiliki cukup banyak waktu untuk melakukan konseling, maka konseling dilakukan oleh konselor. • Langkah 4: Hasil test HIV disampaikan kepada pasien, dilanjutkan dengan pemberian konseling paska‐tes, dan diberikan pula rujukan. Pada langkah 4 ini, kepada pasien diberikan hasil tes HIV mereka; diberikan penjelasan mengenai hasil tes dan kemungkinan rujukannya agar pasien memperoleh dukungan secara berkesinambungan atau keperluan dukungan lainnya. Meski pun hasil ini dapat saja diberikan oleh petugas kesehatan lainnya, sangat dianjurkan agar petugas kesehatan pelaku PITC yang menyampaikan hasil tes HIV ini. Catatlah bahwa setiap tes yang disarankan petugas kesehatan primer mempunyai dasar pertimbangan medis yang berbeda. Oleh karenanya akan logis jika hasil‐hasil ini perlu ditafsirkan – dan diberitahukan pula rencana kerja tindak lanjutnya – oleh petugas kesehatan yang memang merupakan orang pertama yang memulai proses tersebut. Kegiatan pelatihan akan beralih ke materi berikutnya, memusatkan perhatian kepada berbagai keterampilan untuk dapat mencapai Langkah 1: Menyarankan Tes HIV. Namun untuk menyarankan tes terlebih dahulu harus mengenali penyakit yang mengindikasikan bahwa pasien perlu menjalani tes dan konseling HIV. Untuk itu fasilitator akan menjajikan gambaran singkat tentang HIV dan pengenalan factor risiko pada pasien (Paparan PP Modul 3: Stadium Klinis HIV)
MODUL BAGI PESERTA 15
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
C. INFORMASI DASAR HIV DAN STADIUM KLINIS
Informasi Dasar Tentang HIV KONSELING DAN TES-HIV ATAS PRAKARSA PETUGAS KESEHATAN Pelatihan bagi Petugas Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI 1
H : I : V :
Human Immunodeficiency Virus
A I D S
Acquired Immune Deficiency Syndrome
: : : :
2
Human Immunodeficiency Virus (HIV) • • • •
Retrovirus 2 ss-RNA reverse transcriptase Struktur: envelope
SIFAT HIV • • • • •
HIV adalah suatu retro virus HIV bersifat khas, infeksi bersifat permanen HIV menyerang sel-sel sistem immun tubuh HIV berkembang biak di limfosit T (CD4) HIV terbagi 2 tipe: HIV tipe 1 dan HIV tipe 2
capaid core
3
4
HIV terdapat pada cairan tubuh
5
• • • • • • • •
Cairan cerebrospinal Darah Cairan seksual ASI Urine Air liur Cairan lambung Dll
16 MODUL BAGI PESERTA
CARA PENULARAN • • • •
6
Parenteral (tranfusi darah, sharing needle) Hubungan seksual Perinatal (kehamilan, persalinan, menyusui) Luka terbuka yang terkontaminasi darah yang mengandung virus HIV
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PRINSIP PENULARAN HIV • • • •
E = Exit (virus harus keluar dari tubuh orang yang terinfeksi)
S = Survive (virus harus bertahan hidup diluar tubuh)
S = Sufficient (J=jumlah virus harus cukup untuk dapat menginfeksi)
HIV tidak menular melalui: • • • • • •
Gigitan nyamuk Berciuman pipi Hidup satu rumah dengan Odha Pemakaian kamar mandi bersama Kolam renang Alat makan, dll.
E = Enter (virus masuk ketubuh orang lain melalui aliran darah)
7
8
PERJALANAN PENYAKIT • HIV masuk kedalam tubuh manusia • RNA virus berubah menjadi DNA intermediet/DNA pro virus dengan bantuan enzim transkriparninase, dan kemudian bergabung dengan DNA sel yang diserang. • HIV berkembang biak dilimfosit T (CD4) maka sistem immun tubh sedikit demi sedikit dihancurkan. • Setelah terinfeksi pada sebagian orang timbul infeksi primer.
9
• Masa tanpa gejala pada HIV lamanya 3-10 tahun. • Masa tanpa gejala akan memendek bila viral load pada titik keseimbangan (set point) tinggi. • Setelah masa tanpa gejala akan timbul gejala pendahuluan yang kemudian diikuti oleh infeksi oportunistik (IO) • IO adalah infeksi yang mengikuti perjalanan penyakit HIV. • Dengan adanya IO maka perjalanan penyakit HIV telah memasuki stadium AIDS.
11
10
Window periode (masa jendela) • masa dimana seseorang mulai tertular HIV sampai dengan timbul antibodi HIV. Artinya: Bila seseorang tertular HIV, selama 12 minggu atau lebih pasca paparan HIV orang tersebut bila diperiksa anti HIV hasilnya akan negatif, karena pada masa tersebut antibodi HIV belum terbentuk, tetapi sebenarnya orang tersebut sudah terinfeksi HIV dan pada masa inilah HIV sangat efektif ditularkan kepada orang lain.
12
MODUL BAGI PESERTA 17
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Perjalanan Alamiah Infeksi HIV dan Komplikasi Umum
13
Tehnik pemeriksaan labotarium HIV
14
• Infeksi HIV mempunyai masa asimtonik yang panjang, oleh karena itu pemeriksaan lab penting untuk menentukan adanya infeksi HIV. • Bentuk pemeriksaan lab HIV ada 4 macam: 1. pemeriksaan antibodi 2. pemeriksaan kultur/biakan 3. PCR-HIV RNA (viral/load) 4. Antigen P24 • Paling banyak digunakan adalah tes antibodi HIV
Hasil pemeriksaan antibodi HIV • • • •
Non reaktif (negatif) Reaktif (positif) Negatif palsu (fals -) Positif palsu (fals +)
Hasil Negatif Palsu dapat: • • • •
Orang yang diperiksa dalam masa jendela Serokonversi pada stadium lanjut Agamaglobulinaemia Kesalahan teknis pemeriksaan
Hasil Positif Palsu dapat: • Autoantibodi • Antibodi dari ibu pada bayi yang baru lahir • Kesalahan pemeriksaan 15
16
22 Approved Antiretrovirals (-1,540 Possible Combinations)
Untuk tujuan diagnostik hasil tes dinyatakan positif bila: • Pemeriksaan tes elisa/rapid tes 3x dengan kandungan reagen yang berbeda memberi hasil (+). • Pemeriksaan tes elisa 1x dan konfirmasi dengan western blot memberi hasil (+). • Pemeriksaan tes cepat (abbot diagnostic) 1x dan konfirmasi dengan western blot memberi hasil (+). 17
18
Nevirapine (NVP) Tenofovir
Lopinavir/ritonavir Kaletra/Aluvia
Efavirenz (EFV)
Didanosine (ddl) 19
18 MODUL BAGI PESERTA
20
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
• AZT Efek Samping ARV • Mual, muntah
PANDUAN ARV LINI-I d4T
NVP
Stavudine
Nevirapine
= Stavir, Zerit
AZT
3TC
NRTIs
• 3TC • Sedikit efek samping
= Neviral
Lamivudine
• d4T • Lipodistrofi (efek samping jangka
EFZ
= Hiviral
Efavirenz
Zidovidine
= Stocrin, Efavir
21
22
Efek Samping ARV • NVP • Ruam kulit berat NNRTIs
• Nyeri otot • Gangguan tidur • Sakit kepala • Nyeri perut • Kurang nafsu • Mata/kulit kuning makan
panjang • Mual, muntah • Mata/kulit kuning
Pedoman memulai dan menhentikan profilaksis IO
• Hepatotoksik
• EVF • Teratogenik (jangan diberikan pada usia muda dalam usia reproduksi tanpa metode KB yang aman) 23
Pedoman memulai dan menhentikan profilaksis IO a. Dua tujuan Kotrimoksasol profilaksis - Profilaksis Klasik: untuk mencegah PCP dan toksoplasmosis g untuk semua ODHA dengan stadium klinis 2-3 san 4 atau denganCD4 < 200/mm3. - Untuk mencegah kematian dan kesakitan infeksi bakterial dan malaria juga g ODHA dewasa dengan CD4 < 350/mm3 atau stadium klinis 2, 3, 4. b. Penghentian profilaksis kotrimoksasol - dua kali berturut-turut hasil tes CD4 seperti dalam tabel di atas. - sudah mendapat terapi ARV >6 bulan dengan kepatuhan tinggi. - diberikan kembali apabila jumlah CD4 turun di bawah tingkat 25 awal.
24
Pedoman memulai dan menhentikan profilaksis IO
26
MODUL BAGI PESERTA 19
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
STADIUM KLINIS HIV KONSELING DAN TES-HIV ATAS PRAKARSA PETUGAS KESEHATAN Pelatihan bagi Petugas Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI 1
Diagnosis pada Dewasa
Stadium Klinis HIV Dewasa Stadium Klinis 1
• Sebaiknya berdasarkan hasil lab dan klinik • Tidak semua tempat memiliki sarana lab • Diagnosis berdasarkan gejla dapat mengikuti pedoman Nasional atau WHO
2
• Tidak ada gejala • Pembesaran kelenjar Limfe Menetap (Persistent Generalized Lymphadenopathy)
3
Persistent Generalized Lymphadenopathy
4
Stadium Klinis 2
5
Dermatitis seboroika
• Berat badan menurun <10% dari BB semula • Infeksi saluran napas berulang (sinusitis, tonsitis, otitis media, faringitis) • Herpes zoster • Cheilitis angularis • Ulkus oranl yang berulang • Papular pruritic eruption • Dermatitis seboroika • Infeksi jamur kuku
Papular pruritic eruption • Lengan, tungkai, pinggang, bokong • Simetris
6
20 MODUL BAGI PESERTA
7
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Cheilitis angularis
8
9
Infeksi jamur kuku 1. Subungual distal 2. White superfisial 3. Subungual proksimal 4. Kandicia 5. Distrofik total Disebabkan oleh T. rubrum 10
Kandidiasis Pseudomembran
12
Herpes zoster (shingle)
Stadium Klinis 3
11
• Berat badan menurun <10% dari BB semula • Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung >1 bulan • Demam persisten tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau konstan >37,50C) >1 bulan • Kandidiasis Oral persisten (thrush) • Oral Hairy Leukoplakia • TB paru • Infeksi bakteri berat (pnemonia, empiema, pyomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis atau bakteremia) • Stomatis ulseratif nekrotizing akut, gingivitis atau periodontitis • Anemi (<8 g/dL), netropeni (<0,5 x 10g/L) dan/atau trombositopeni kronis yang tidak dapat diterangkan sebabnya.
Oral Hairy Leukoplakia • Tampak sebagai lesi/plaque atau seperti proyeksi rambut bergelombang pada bagian lateral lidah yang tidak nyeri & tidak dapat hilang dgn menggosoknya. • Merupakan tanda supresi imun & prognosis jelek. • Pemeriksaan histopatologi menunjukkan Eipstein-Barr 13 (EBV) intrasel.
MODUL BAGI PESERTA 21
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Stadium Klinis 4
• HIV wasting syndrome (BB turun 10% + diare kronik >1 bulan yang tidak disebabkan penyakit lain) • Pneumonia Pneumocystis (PCP) • Pneumonia bakteri berat yang berulang • Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital atau anorektal >1 bulan atau viseral) • Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, paru) • TB extra paru • Infeksi Cytomegalovirus (CMV) (retinis atau organ lain) • AToksoplasmosis SSP. • Ensefalopati HIV 15 • Kriptokokus ektra pulmoner termasuk meningitis
14
Stadium Klinis 4
• Infeksi mikrobakteri non-TB diseminata • Progressive multifocal leukoencephalopathy • Cryptosprodiosis kronis • Isosporiasis kronis • Mikosis diseminata (histoplasmosis atau coccidioidomycosis ekstra paru) • Septikemi berulang (a.i. Salmonella non-typhoid) • Limfoma (serebral atau non Hodgkin sel B) • Karsinoma serviks invasif • Leishmaniasis diseminata atipik • Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang simtomatis
16
PCP
18
Candidiasis Esofagus
17
Kriptokokosis
Pneumonia bakterial
19
Sumber Bacaan • Stadium Klinis WHO 2006 • Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA, Depkes RI 2008 • Tambahan dari berbagai sumber
20
22 MODUL BAGI PESERTA
21
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
LATIHAN 2-2 Anda akan diajak fasilitator untuk berlatih menetapkan Stadium Klinis HIV pada beberapa kasus yang terpapar pada slide.
MODUL BAGI PESERTA 23
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Modul 3.
INISIASI TES HIV I. PENDAHULUAN Konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas atau provider‐initiated testing and counseling (PITC) bukan menggantikan voluntary counseling and testing (VTC). Disamping menawarkan tes sukarela, program yang komprehensif ditawarkan dalam PITC/PITC, dukungan pencegahan yang berkesinambungan, dan rujukan ke berbagai program lainnya. Dengan demikian dapat mendorong pasien untuk mengambil pilihan yang lebih sehat. Idealnya, pasien yang ternyata seropositif akan dirujuk untuk menjalani pengobatan dan perawatan. PITC yang direkomendasikan oleh WHO/UNAIDS memiliki dua kategori yang berbeda: • Tes diagnostik: Tes diagnostik adalah bagian dari proses klinis untuk menentukan diagnosis pasien, dan mengacu pada kondisi medis dari pasien (misalnya TB) atau gejala klinis (misalnya IO atau pengurangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya) yang mengidikasikan secara kuat HIV sebagai penyakit yang mendasarinya. • Penawaran rutin: Penawaran rutin untuk tes dan konseling artinya menawarkan tes HIV kepada semua pasien dewasa yang berobat ke sarana kesehatan tanpa memandang alasan berobatnya. Persyaratan penting dalam menerapkan PITC adalah tersedianya layanan konseling pasca‐tes bagi semua pasien yang menjalani tes HIV serta rujukan ke layanan perawatan medis dan dukungan psikososial bagi pasien dengan HIV (+). Dengan diterapkannya model option‐out, (contoh:”saya sarankan anda untuk menjalani tes HIV. Bila anda tidak keberatan maka saya akan laksanakan”) harus dipastikan bahwa persetujuan yang diberikan benar‐benar sukarela, maka harus selalu mendapatkan informed consent sebelum melakukan tes HIV dan tes HIV mandatori tidak dibenarkan. Harus dijelaskan pula bahwa pasien berhak untuk menolak tes HIV tanpa mempengaruhi kualitas layanan atau perawatan yang tidak terkait dengan diagnosis HIVnya. Ketika menerapkan model penawaran tes HIV secara rutin, maka konseling prates yang biasa diberikan pada KTS disederhanakan tanpa sesi edukasi dan konseling yang lengkap. Informasi yang diberikan sekedar untuk meyakinkan bahwa persetujuan pasien didasarkan 24 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
atas pemahaman yang memadai. Namun harus diantisipasi perlunya konseling tambahan yang lebih mendalam bagi pasien tertentu, melalui rujukan kepada konselor khusus. Sesuai dengan kondisi setempat, informasi prates dapat diberikan secara individual atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus selalu diberikan secara individual, pribadi dengan kesaksian petugas kesehatan. Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas kesehatan ketika menawarkan tes‐HIV kepada pasien adalah sebagai berikut: • Alasan menawarkan tes‐HIV dan konseling • Keuntungan dari aspek klinis dan pencegahan dari tes‐HIV dan potensi risiko yang akan dihadapi, seperti misalnya diskriminasi, pengucilan, atau tindak kekerasan. • Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV negatif ataupun positif, termasuk ketersediaan terapi antiretroviral • Informasi bahwa hasil tes akan diperlakukan secara konfidensial dan tidak akan diungkapkan kepada orang lain selain petugas kesehatan yang terkait langsung pada perawatan pasien tanpa seizin pasien • Kenyataan bahwa pasien mempunyai hak untuk menolak menjalani tes‐HIV. Tes akan dilakukan kecuali pasien menggunakan hak tolaknya tersebut. • Kenyataan bahwa penolakan untuk menjalani tes‐HIV tidak akan mempengaruhi akses pasien terhadap layanan yang tidak tergantung pada hasil tes HIV. • Dalam hal hasil tes HIV–positif, maka sangat dianjurkan untuk mengungkapkannya kepada orang lain yang berrisiko untuk tertular HIV dari pasien tersebut. • Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan. Pada umumnya dengan komunikasi verbal sudah cukup memadai untuk memberikan informasi dan mendapatkan informed‐consent untuk melaksanakan tes‐HIV. Ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan untuk mendapatkan dampak buruk seperti diskriminasi, tindak kekerasan pengucilan atau penahanan. Dalam hal tersebut maka perlu diberi informasi lebih dari yang minimal di atas, untuk meyakinkan informed‐consent nya. Informasi pra‐tes bagi perempuan yang kemungkinan akan hamil harus meliputi: • Risiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak • Cara yang dapat dilakukan guna mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anaknya, termasuk terapi antiretroviral profilaksis dan konseling tentang makanan bayi. • Keuntungan melakukan diagnosis HIV secara dini bagi bayi.
MODUL BAGI PESERTA 25
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur secara hukum (pada umumnya <18 tahun). Sebagai individu di bawah umur yang belum punya hak untuk membuat/memberikan informed‐consent, mereka punya hak untuk terlibat dalam semua keputusan yang menyangkut kehidupannya dan mengemukakan pandangannya sesuai tingkat perkembangan umurnya. Dalam hal ini diperlukan informed‐consent dari orang tua atau walinya. Penolakan untuk menjalani tes‐HIV tidak boleh mengurangi kualitas layanan lain yang tidak terkait dengan status HIVnya.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menawarkan tes HIV kepada pasien.
III. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah selesai mengikuti sesi peserta latih mampu: 1. Menjelaskan alur tes HIV diagnostik 2. Menjelaskan tes HIV sebagai bagian pelayanan medis rutin 3. Memberikan informasi kunci mengenai HIV/AIDS 4. Menjelaskan berbagai prosedur untuk memberikan jaminan konfidensialitas
IV. POKOK BAHASAN 1. Tes HIV Diagnostik 2. Tes HIV Pelayanan Rutin 3. Memberikan informasi kunci mengenai HIV/AIDS 4. Jelaskan berbagai prosedur untuk memberikan jaminan konfidensialitas 5. Kukuhkan kesediaan pasien untuk menjalani tes HIV 6. Berikan informasi tambahan 7. Memadukan semua informasi dan edukasi pra tes.
26 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
V. MATERI PEMBELAJARAN A. TES DIAGNOSTIK: Bacalah Buku Pedoman Penerapan halaman 23, naskah dalam kotak dengan judul “Tes Diagnostik” Bacalah tanda‐tanda klinis infeksi HIV pada Pedoman Penerapan KONSELING DAN TES‐HIV ATAS PRAKARSA PETUGAS KESEHATAN: Lampiran 1, halaman 41 Gunakan naskah untuk menawarkan tes HIV kepada pasien yang menunjukkan tanda klinis tersebut. Anda dapat menunjukkannya dengan cara sebagai berikut: Anda terkena limpadenopati; saya akan menelusuri sebab‐sebabnya. Agar kami mampu mendiagnosis dan kemudian merawat penyakit anda, maka anda perlu menjalani tes infeksi TB dan infeksi HIV. Kecuali jika anda berkeberatan atas tes ini”
LATIHAN 3-1 Pertanyaan: Sebutkan beberpa kondisi pasien yang mengindikasikan ia perlu menjalani tes HIV:
MODUL BAGI PESERTA 27
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
B. TES HIV PELAYANAN RUTIN Yang dimaksudkan dengan menawarkan tes HIV dan konseling secara rutin adalah menawarkan tes HIV kepada seorang pasien yang datang ke klinik tidak dengan alasan kunjungan yang berkaitan dengan HIV. Baca Buku Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan halaman 23: naskah dalam kotak ”Penawaran tes HIV secara rutin” Gunakan naskah untuk menawarkan tes HIV kepada pasien. Anda dapat menunjukkannya dengan cara sebagai berikut: “Salah satu dari kebijakan rumah sakit kami adalah memberikan peluang kepada siapa pun untuk menjalani tes HIV sehingga kami dapat merawat dan mengobati anda selama anda di sini dan akan menghubungi anda jika diperlukan tindak lanjut setelah anda keluar dari sini. Kecuali jika anda berkeberatan, kami akan melaksanakan tes tersebut dan memberi anda konseling serta menyampaikan hasil tesnya.” Kedua naskah tersebut di atas (tes diagnostik dan penawaran rutin) merupakan cara untuk menyarankan tes HIV kepada seseorang pasien. Seringkali kedua naskah tersebut dapat digunakan pada situasi yang sama.
LATIHAN 3-2 Praktekkanlah kalimat di atas dengan teman peserta latih lain.
28 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
C. BERIKAN INFORMASI KUNCI MENGENAI HIV/AIDS Bacalah naskah dalam Modul Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan halaman 24 yang berjudul: “Informasi pra‐tes dan edukasi untuk pasien dewasa” pada kotak ke dua bernomor 1: “Memberikan informasi penting HIV”, atau naskah di bawah ini. “HIV merupakan salah satu virus yang hidup dalam sel . Sel tempatnya hidup adalah sel yang bertugas mempertahankan tubuh dari serangan berbagai penyakit infeksi. Tes HIV akan menentukan apakah anda telah terinfeksi oleh virus HIV. Tes ini merupakan tes darah sederhana yang akan memungkinkan kami untuk memberikan diagnosis yang lebih jelas. Setelah tes, kami akan memberikan berbagai layanan konseling untuk membahas secara lebih mendalam lagi mengenai HIV AIDS. Jika hasil tes HIV anda positif, akan kami berikan informasi untuk mengelola penyakit anda tersebut, yang kemungkinan juga termasuk pemberian obatobatan anti virus dan obat‐obatan lain yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit anda. Disamping itu, kami akan membantu anda dengan dorongan untuk mencegah dan mengungkapkan status anda kepada orang yang anda cintai. Jika hasil tes anda negatif, maka pusat perhatian kami adalah memberi anda akses ke berbagai layanan dan hal‐hal yang akan membantu anda tetap mempertahankan kondisi negatif tersebut.” Sesi informasi pra‐tes mencakup informasi mengenai tes, memberikan informasi pokok, yaitu: penularan dan pencegahan, membahas pentingnya pengungkapan, dan menjelaskan dukungan tindak lanjut yang akan diberikan kepada mereka, khususnya jika tes mereka positif. Kesemuanya perlu dilakukan dengan cara yang jelas dan seringkas mungkin.
LATIHAN 3-3 Praktikanlah kalimat di atas dengan teman peserta latih lain.
MODUL BAGI PESERTA 29
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
D. PROSEDUR UNTUK MENJAMIN KONFIDENSIALITAS Diskusikan dengan kelompok anda tentang kerahasiaan dengan pokok bahasan: 1. Rahasia Pribadi 2. Membahas masalah sensitive 3. Masalah yang mungkin timbul bila mengungkap status HIV ke orang lain 4. Diskusikan cara mengatasi masalah tersebut 5. Bagaimana perasaan seseorang ketika ia terlanjur menceriterakan rahasia pribadinya kepada seseorang?
6. Bagaimana rasanya kalau rahasia kita diceriterakan kepada orang lain?
Meskipun semua institusi layanan kesehatan terikat untuk menjaga konfidensilitas pasien mereka, namun adakalanya informasi perlu disampaikan kepada petugas medik lainnya guna kepentingan layanan kesehatan yang dibutuhkan pasien HIV. Karena itu perlu dibicarakan dengan serius akan hal tersebut guna mencegah timbulnya masalah dikemudian hari.
30 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
LATIHAN 3-4 Jawablah pertanyaan di bawah ini dan diskusikan dengan kelompok 1. Kapan kemungkinan konfidensialitas pasien harus diungkap kepada pihak lain?
2. Bagaimana cara untuk mencegah timbulnya masalah karena mengungkap kerahasiaan pasien?
Laporkan kepada fasilitator bila sudah siap
MODUL BAGI PESERTA 31
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
BAHAN BACAAN v Baca Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan halamana 25. Penjelasan prosedur untuk menjamin konfidensialitas Katakan: “Hasil tes HIV ini bersifat rahasia dan hanya Anda dan tim medis yang akan memberikan perawatan kepada anda yang tahu. Artinya, petugas kami tidak diizinkan untuk memberi tahukan hasil tes anda kepada orang lain tanpa seizin anda. Untuk memberitahukannya kepada orang lain sepenuhnya menjadi hak Anda.
LATIHAN 3-5 Praktekkanlah kalimat di atas dengan teman peserta latih lain.
32 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
E. KUKUHKAN KESEDIAAN PASIEN UNTUK MENJALANI TES HIV BAHAN BACAAN Seperti halnya KTS, PITC pun harus mengedepankan “three C’ – informed consent, counselling and confidentiality atau suka rela, dengan konseling dan konfidensial. Dalam tes dan konseling HIV ada 2 macam pendekatan yaitu: option‐out dan option‐in. Sering kali dipertanyakan pendekatan yang mana yang paling tepat untuk tatanan rumah sakit. Hal tersebut adalah perbedaan utama antara KTS/VCT dan PITC Yang dimaksud dengan option‐in adalah bhawa pasien menyatakan persetujuannya secara jelas atas pelaksanaan tes HIV setelah menerima informasi pra‐tes. Informed consent yang diberikan dala hal tersebut analog dengan yang dipersyaratkan pada tindakan khusus seperti pemeriksaan atau tindakan di tatanan klinis (biopsi hati, atau tindakan bedah). Dengan pendekatan option‐out berarti pasien harus secara jelas menyatakan penolakan dilaksanakannya tes HIV setelah menerima informasi pra tes apabila dia tidak meinginkan tes HIV tersebut. Informed consent yang diberikan dalam hal tersebut analog dengan yang dipersyaratkan pada tindakan‐tindakan umum lain seperti pemeriksaan foto ronsen dada, tes darah dan pemeriksaan non‐invasif lain. Dalam hal ini petugas kesehatan akan melaksanakan tindakan tersebut kecuali pasien menolaknya. Namun demikian, apapun jenis pendekatan yang digunakan baik option‐in ataupun option‐out, pada akhirnya harus sama, yaitu bahwa pasien atau pasienlah yang membuat keputusan berdasarkan informasi yang memadai untuk menerima atau menolak anjuran tes HIV dari petugas kesehatan.
LATIHAN 3-6 Buatlah kalimat yang baik untuk mengukuhkan atau meyakinkan kesediaan pasien untuk menjalani tes dan meminta persetujuannya. Lihat contoh kalimat dalam kotak no 3. buku Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan , halaman 25 yang berjudul: “Menyakinkan Kesediaan pasien untuk menjalani tes, dan mintalah persetujuan”.
MODUL BAGI PESERTA 33
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
F. MEMBERIKAN INFORMASI TAMBAHAN Bacalah Modul Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan halaman 26, kalimat dalam kotak yang berjudul: “Bila pasien perlu informasi tambahan, bahas keuntungan dan pentingnya mengetahui status HIVnya”.
LATIHAN 3-7 Apakah yang dapat anda sampaikan kepada pasien apabila ada pasien yang memilliki pertanyaan seperti di bawah ini? Gunakan kalimat sederhana, singkat dan jelas. 1. “Saya benar‐benar tidak tahu untuk apa sebenarnya tes yang anda katakan tersebut. Apa manfaat tes ini?”
2. “Saudara perempuan saya mengatakan kepada saya bahwa perempuan yang terbiasa bersih tidak akan terkena penyakit kotor.”
3. “Saya tidak akan katakan kepada siapapun seandainya saya mengidap penyakit ini. Jadi apa bedanya saya menjalani tes atau tidak?”
4. “Apa yang seharusnya saya lakukan seandainya ternyata saya mengidap penyakit ini? Apa yang dapat dilakukan klinik ini?”
Apa yang harus kita lakukan apabila pasien terus bertanya atau enggan menjalani tes?
34 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
G. MEMADUKAN INFORMASI DAN EDUKASI PRA-TES Tinjaulah kembali 4 langkah dalam tes HIV dan konseling dalam Modul 2, yang tergambar dalam bagan. Sampai pada tahap ini kita telah belajar melaksanakan ke empat langkah tersebut, yaitu: Langkah 1: Petugas kesehatan menganjurkan tes HIV, dan Langkah 2: berikan informasi pra‐tes, Langkah 3: petugas kesehatan menjaga konfidensialitas dan Langkah 4: dapatkan pernyataan izin tertulis dari pasien. Tes HIV harus dianjurkan kepada pasien TB karena pasien TB sangat besar kemungkinannya mengalami infeksi HIV. Tes HIV pada pasien tersebut merupakan “tes diagnostik” karena diagnosis HIV akan membantu petugas pelayanan perawatan kesehatan memberikan diagnosis dan merawat TB. Namun dapat juga dianggap sebagai “penawaran rutin” karena itu setiap pasien diduga TB secara rutin dianjurkan untuk menjalani Tes HIV. Hal tersebut terutama terjadi pada kelompok dengan prevalensi HIV yang tinggi atau daerah dengan tingkat epidemi yang meluas. Apa pun sebutannya, Tes HIV dapat dianjurkan dengan salah satu dari berbagai cara yang memang telah dipraktikkan.
MODUL BAGI PESERTA 35
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
LATIHAN 3-8 1. Bacalah naskah komunikasi di bawah.
“Ada satu masalah sangat penting yang perlu kita bahas hari ini. Para penderita TB juga memiliki kemungkinan besar terinfeksi HIV. Kenyataannya, sebagian besar infeksi HIV memunculkan gejala TB. Hal ini disebabkan karena pengidap HIV tidak dapat menangkal penyakit infeksi.
Ketika TB dan HIV secara bersama‐sama diderita oleh seseorang, maka kesehatan orang tersebut sangat terancam. Dan seringkali mengancam jiwa. Karena itu, diperlukan diagnosis dan tindakan segera dan tepat. Dengan merawat HIV maka kesempatan untuk menjadi lebih baik dan hidup lebih lama dapat dijangkau.
Demikian pula, jika kami mengetahui bahwa anda mengidap HIV, maka kami dapat merawat TB anda dengan cara yang lebih baik.
HIV merupakan salah satu virus yang hidup dalam sel pertahanan diri dari serangan infeksi .Bila sel pertahanan diri diduduki virus maka tubuh sulit bertahan dari serangan infeksi. Tes HIV akan menentukan apakah anda telah terinfeksi oleh virus HIV. Tes ini merupakan tes darah sederhana yang akan dapat memungkinkan kami untuk memberikan diagnosis yang lebih jelas. Setelah tes, kami akan memberikan berbagai layanan konseling untuk membahas secara lebih mendalam lagi mengenai HIV AIDS. Jika hasil tes HIV anda positif, kami akan memberi anda informasi dan pengetahuan untuk mengelola penyakit tersebut, yang kemungkinan juga termasuk pemberian obat‐obatan anti virus dan obatobatan lain yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit anda. Disamping itu, kami akan membantu anda untuk melakukan pencegahan dan membuka pengungkapan diri. Jika hasil tes anda negatif, maka perhatian akan dipusatkan pada akses ke berbagai pelayanan dan hal‐hal yang akan membantu anda tetap mempertahankan hasil negatif tersebut.”
Dengan alasan inilah maka kami menganjurkan semua penderita TB menjalani tes HIV. Kecuali jika anda berkeberatan, kami akan menjalankan tes HIV tersebut hari ini.”
36 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Naskah di atas menggabungkan anjuran untuk tes HIV pada semua pasien TB dengan semua informasi pra‐tes. Menurut anda pendekatan mana yang terkandung dalam komunikasi di atas? Apakah “Tesing Diagnostik” atau “Penawaran Rutin”?
2. Bacalah naskah komunikasi berikutnya:
“Hasil tes HIV ini hanya akan kami sampaikan kepada anda saja dan tim medis yang akan merawat anda, artinya adalah bahwa hasilnya bersifat rahasia dan membocorkannya kepada siapa pun tanpa izin tertulis dari anda akan sangat bertentangan dengan kebijakan lembaga kami. Apakah anda ingin memberitahu orang lain mengenai hasil tes anda ini atau tidak, sepenuhnya merupakan keputusan anda.
Apakah anda siap menjalani tes? Atau apakah anda memerlukan lebih banyak waktu untuk membahas berbagai implikasi dari hasil positif atau negatif‐nya bagi diri anda?” Menurut Anda, apakah maksud dari komunikasi di atas?
3. Lakukan praktik komunikasi menawarkan tes HIV bagi penderita TB, tanpa membaca naskahnya.
MODUL BAGI PESERTA 37
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Modul 4.
PROSEDUR TES CEPAT I. PENDAHULUAN Materi dalam Modul 4 ini dirancang untuk digunakan pada berbagai tatanan, maka tidak mungkin untuk melakukan pembahasan mendalam dari semua tes HIV. Dalam praktiknya terdapat berbagai teknologi tes HIV serta protokol rasionalnya berubah dengan sangat cepat sehingga perlu terus menyesuaikan pemahaman terhadap perubahan yang terjadi.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan tatacara melaksanakn tes antibody HIV dan menjelaskan tatalaksanan kecelakaan kerja.
III. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah selesai mengikuti sesi peserta latih mampu: 1. Menyebutkan beberapa pilihan tes HIV 2. Menjelaskan tatacara Tes cepat HIV 3. Pengambilan sample darah
IV. POKOK BAHASAN 1. Strategi tes HIV 2. Pilihan Tes HIV 3. Tes Cepat HIV 4. Pengambilan Sampel Darah dengan Tusuk Jari
V. MATERI PEMBELAJARAN Presentasi tentang pemeriksaan laboratorium tes cepat HIV oleh fasilitator (bahan ppt)
38 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
A. STRATEGI TES HIV PAPARAN STRATEGI TES HIV
MODUL BAGI PESERTA 39
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
40 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
MODUL BAGI PESERTA 41
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
42 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
B. PILIHAN TES HIV Diskusikan berbagai jenis tes HIV dan tes cepat HIV berdasarkan pengalaman Anda. Tes cepat HIV pada saat ini sudah mengalami banyak kemajuan dengan angka sensitifitas dan spesifisitas tinggi sehingga lebih banyak disukai untuk melakukan tes HIV pada pasien, mengingat kemudahan dalam pelaksanaannya, terutama jika arus pasien tidak begitu banyak. Untuk selanjutnya pembahasan hanya akan dibatasi pada tes diagnostik terutama tes cepat. Di bawah informasi singkat tentang berbagai macam tes HIV yang digunakan. q Polymerase Chain Reaction (PCR). Tes ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak tergantung pada keberadaan antibody antibodi HIV. Tes digunakan pada bayi yang ibunya belum pernah menjalani tes HIV. Tes ini sangat mahal dan akurasinya masih perlu diteliti lebih lanjut. q Tes CD4 . Tes tersebut merupakan tes untuk menilai fungsi sistem kekebalan yang paling lazim dilaksanakan. Tes yang biasanya dilaksanakan dengan interval waktu 3 atau 6 bulan ini menghitung jumlah sel CD4 (sel pembantu) di dalam darah pasien. q Viral Load Testing: Tes ini dilakukan untuk menentukan aktivitas virus. Hitung CD4 dan viral load merupakan indikator pengambilan keputusan klinis. q Enzyme Immunoassays (EIAs): Tes tersebut mendeteksi anti bodi, segera dapat dilakukan pada mereka yang dicurigai. Tes tersebut mendeteksi antibodi bagi HIV‐1 maupun HIV‐2. Reaksi antibodi biasanya dapat dideteksi melalui adanya perubahan warna; intensitas warna menunjukkan jumlah antibodi yang ada di dalam contoh darah. Tes EIA memerlukan teknisi lab yang sangat berpengalaman dan prosedurnya memerlukan ketrampilan khusus karena rumit. q Western Blot/Line Immunoassays: Tes tersebut untuk konfirmasi pada kasus yang sulit. Tes tersebut perlu ditafsirkan oleh ahli laboratorium, mahal dan sulit digunakan di layanan kesehatan primer. Untuk mengatasi kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan dua tes cepat yang harganya lebih murah dan tetap akurat. q Tes Cepat HIV: Tes cepat dengan reagen yang direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan cukup handal, sama dengan tes EIAs, dapat mendeteksi baik HIV‐1 maupun HIV‐2. Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit, dan waktu tunggu pasien untuk mengetahui hasilnya adalah antara 5 sampai
MODUL BAGI PESERTA 43
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
dengan 30 menit, bergantung kepada jenis tesnya. Pada penggunaan tes cepat diperlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas (Quality Improvement) dan evaluasi dari tes kit. Sampel tes dapat berbentuk serum, darah atau saliva. q Keselamatan kerja: Keselamatan kerja perlu mendapat perhatian karena menyangkut semua pihak dan semua petugas berisiko kontak dengan limbah medis. Oleh karenanya upaya mencegah pajanan dengan semua jenis limbah dan cairan tubuh pasien adalag syarat mutlak. SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku di klinik perlu dibuat dan dipatuhi.
44 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
LATIHAN 4-1 1. Sebutkan jenis tes HIV yang digunakan di institusi saudara.
2. Ada berapa macam strategi tes HIV dan kegunaannya.
3. Strategi manakah yang dapat digunakan pada pasien yang dating ke klinik dengan keluhan IMS?
4. Langkah apakah yang perlu dilakukan untuk menghindari risiko pajanan di lingkungan kerjanya?
5. Jelaskan komponen penting dalam prosedur “kewaspadaan universal”
6. Jelaskan upaya untuk menghidari bahaya benda tajam dalam melaksanakan tugas di layanan kesehatan. Kemana kita harus membuang limbah tajam?
MODUL BAGI PESERTA 45
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
C. TES CEPAT HIV Lihat kembali model PITC. Pada materi Tes Cepat HIV ini kita akan bahas berbagai proses dan prosedur yang berkaitan dengan tes cepat HIV. Seperti telah diuraikan dalam paparan fasilitator tentang strategi tes. Untuk mendiagnosis HIV perlu di diperoleh tiga hasil positif dari reagen kit yang berbeda, yang dapat dilaksanakan secara tes serial atau parallel sesuai situasi dan kondisi setempat. (Tunjukkan perbedaan antara tes parallel dengan tes serial).
KEGIATAN Diskusikan berbagai tes cepat dengan berbagai produk yang telah distandarisasi oleh Departemen Kesehatan, dengan merujuk publikasi Depkes tentang hasil evaluasi reagen tes HIV di Indonesia. Penjelasan ringkas dari berbagai tes HIV dan implikasinya dalam mengambil sampel dan prosedur tesnya: • Determine: Sebagaimana halnya dengan semua teknologi sampel darah, contoh darah diambil dengan tusukan ujung jari tangan. Dalam hal tersebut, sampel darah diletakkan langsung kedalam medium testing yang berupa strip. Untuk semua jenis tes, spesimen dicampur dengan bahan kimia yang akan memberi tanda ada/tidak adanya antibodi HIV. Semua tes memerlukan waktu tunggu sebelum kita dapat membaca hasil tes secara akurat. Waktu tunggu pada umumnya adalah 10 sampai dengan 30 menit; hampir semua tes harus dibaca dalam rentang waktu tertentu agar hasilnya valid. • Oncoprobe: Pengambilan specimen ______________________________ • Immuno Dot: ______________________________ • Standard Diagnostic (SD HIV 1/2): ______________________________ • InTec one step anti‐HIV: ______________________________ • Focus Diagnostic: ______________________________ • Capillus: Pengambilan specimen mirip dengan diatas, hanya sampel darah diletakkan pada slide dan dicampur dengan reagen. Capillus memiliki waktu reaksi paling singkat, meski pun hasilnya akan menjadi valid selama jangka waktu 40 menit setelah dicampur dengan reagen.
46 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
• Hema‐Strip: Dengan Hema‐Strip, alat tes diletakkan diatas jari yang ditusuk jarum untuk memperoleh sampel. Alat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah diisi dengan larutan yang akan menimbulkan reaksi untuk tes positif. • OraQuick: OraQuick dilakukan dengan cara yang sama; begitu kita telah memperoleh spesimen, alatnya dimasukkan ke dalam wadah yang telah diisi larutan. • Uni‐Gold: Spesimen diambil dengan pipet yang dapat diisi ulang. Spesimen diletakkan ke dalam alat, dan reagen juga dimasukkan ke dalam alat tersebut.
Bagaimana dengan pengalaman Anda? Kalau keadaan memungkinkan lakukan praktik pengambilan sampel darah.
D. MENUSUK JARI UNTUK PENGAMBILAN CONTOH DARAH Keterampilan untuk mengambil sediaan darah perifer dengan jarum lanset merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki petugas layanan kesehatan.
KEGIATAN Simulasi pengambilan darah perifer dengan praktek penerapan kewaspadaan universal untuk keselamatan kerja. Bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan tes cepat HIV: • Test Kits • Alkohol • Kapas • Wadah peralatan tajam • Sarung Tangan • Apron/Jas Laboratorium • Pengatur waktu atau Jam • Pipet transfer • Petanda untuk pemberian label • Bermain peran dengan pasien sejak dari menawarkan tes hingga mengambil specimen (simulasi saja). • Baca Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan, halaman 36: “Melaksanakan Tes Cepat, Interpretasi dan konseling”.
MODUL BAGI PESERTA 47
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Rangkuman: • Perlengkapan pengambilan Contoh. Praktik yang sehat adalah mempersiapkan terlebih dahulu semua bahan yang diperlukan • Posisi telapak tangan menghadapi ke atas. Pilih jari tangan yang paling lurus untuk memungkinkan pencucukan jari. • Beri tekanan agar aliran darah lancar. Tidak perlu menekan jari dengan kuat. Tekanan akan meningkatkan aliran darah sehingga pengambilan contoh darah akan lebih lancar. • Bersihkan jari tangan dengan alkohol. Gunanya untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Mulailah membersihkan jari tangan dari daerah pangkal ke arah ujung jari. • Pegang jari tangan dan tekankan kuat‐kuat lancet steril persis di tengahtengah ujung jari tangan. • Tekan lancet dengan kuat sehingga ujung jari terluka, Ingat bahwa pasien akan merasa nyeri atau tidak nyaman, sebentar. Tindakan yang tepat adalah menormalkan ketidak nyamanan pasien dan suruh mereka melakukan relaksasi. • Bersihkan atau sapu titik darah pertama yang keluar dengan kapas steril. Darah pertama yang keluar tidak digunakan untuk pemeriksaan sampel, agar spesimen tidak terkontaminasi. • Ambil contoh darah. Aliran darah yang paling lancar jika letak jari berada di bawah siku. • Gunakan kapas sampai pendarahan berhenti.
48 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Modul 5.
MENYAMPAIKAN HASIL TES DAN RUJUKAN YANG EFEKTIF I. PENDAHULUAN Konseling pasca‐tes merupakan bagian integral dari proses tes‐HIV. Semua pasien yang menjalani tes‐HIV harus mendapatkan konseling pasca‐tes pada saat hasil tes disampaikan, tanpa memandang hasil tes HIV‐nya. Konseling bagi yang hasilnya negatif, minimal harus meliputi hal sebagai berikut: • Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang period jendela, yaitu belum terdeteksinya antibodi‐HIV dan anjuran untuk menjalani tes kembali manakala sudah terjadi pajanan HIV pada akhir‐akhir ini. • Nasehat dasar tentang cara mencegah terjadinya penularan HIV • Pemberian kondom laki‐laki atau perempuan Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai perlunya rujukan untuk mendapatkan konseling pasca tes lebih jauh atau dukungan pencegahan lainnya. Bagi pasien dengan hasil tes‐HIV positif, tindakan yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan adalah sebagai berikut: • Memberikan informasi hasil tes HIV kepada pasien secara sederhana dan jelas, dan beri kesempatan kepada pasien sejenak untuk mencerna informasi tersebut. • Yakinkan bahwa pasien mengerti akan arti hasil tes HIV • Beri kesempatan pasien untuk bertanya • Bantu pasien untuk mengatasi emosi yang timbul karena hasil tes positif • Bahas masalah yang perlu perhatian segera dan bantu pasien menemukan jejaring sosial yang mungkin dapat memberikan dukungan dengan segera dan dapat diterima. • Jelaskan layanan perawatan lanjutan yang tersedia di sarana kesehatan dan masyarakat, khususnya ketersediaan layanan pengobatan, PMTCT dan layanan perawatan serta dukungan. • Berikan informasi tentang cara mencegah penularan HIV, termasuk pemberian kondom laki‐laki ataupun perempuan dan cara menggunakannya.
MODUL BAGI PESERTA 49
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
• Beri informasi cara pencegahan lain yang relevan terkait dengan cara menjaga kesehatan seperti informasi tentang gizi, terapi profilaksis kotrimoksasol, dan mencegah malaria dengan kelambu di daerah endemis malaria. • Bahas kemungkinan untuk mengungkapkan hasil tes‐HIV, waktu dan cara mengungkapkannya serta mereka yang perlu mengetahui. • Dorong dan tawarkan rujukan untuk tes‐HIV dan konseling bagi pasangan dan anaknya. • Lakukan penilaian kemungkinan mendapatkan tindak kekerasan atau kemungkinan bunuh diri dan bahas langkah‐langkah untuk mencegahnya, terutama pasien perempuan yang didiagnosis HIV‐positif • Rencanakan waktu khusus untuk kunjungan tindak lanjut mendatang atau rujukan utnuk pengobatan, perawatan, konseling, dukungan dan layanan lain yang diperluklan oleh pasien (misalnya, skrining dan pengobatan TB, terapi profilaksis untuk IO, pengobatan IMS, KB, perawatan hamil, terapi rumatan pengguna opioid, akses pada layanan jarum suntik steril – LJSS). Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV‐positif juga harus meliputi masalah berikut: • Rencana persalinan • Penggunaan antiretroviral bagi kesehatannya sendiri manakala ada indikasi, dan untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak. • Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi dan asam folat • Pilihan tentang makanan bayi dan dukungan untuk melaksanakan pilihannya • Tes‐HIV bagi bayinya kelak dan tindak lanjut yang mungkin diperlukan • Tes‐HIV bagi pasangan
II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melaksanakan penyampaian hasil tes HIV dan menerapkan berbagai strategi tepat untuk merujuk pasien menjalani tes HIV, mengakses perawatan HIV serta layanan lainnya yang berkaitan dengan HIV.
III. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah selesai mengikuti sesi peserta latih mampu: 1. Menafsirkan hasil tes HIV 2. Mengkomunikasikan hasil tes HIV kepada pasien/pasien 3. Meyelenggarakan rujukan yang efektif 50 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
IV. POKOK BAHASAN 1. Menafsirkan hasil tes HIV 2. Menyampaikan Hasil Tes HIV 3. Langkah‐langkah Rujukan yang Efektif
V. MATERI PEMBELAJARAN A. MENAFSIRKAN HASIL Tinjau kembali informasi produk reagen tes kit HIV yang digunakan. Setiap tes kit mempunyai metode masing‐masing dalam menafsirkan hasil tesnya. Masingmasing jenis tes HIV, berbeda cara menfasirkan hasil reaktif, non‐reaktif dan tidak valid. Semua tes cepat memiliki tolok ukur dan kontrolnya masing‐masing, sebagai penjaminan mutunya. Bahaslah perbedaan masing‐masing tes kit yang ada di tempat saudara. Pelajari pula “BAGAN ALUR TES CEPAT HIV DI LAYANAN TES DAN KONSELING HIV” di dalam Buku Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan halaman 40. Dari bagan tersebut jelas bahwa hasil dari satu tes cepat saja belum dapat disimpulkan. dilakukan terlebih dahulu tes konfirmasi (baik dengan menggunakan algoritma sekuensial maupun parallel) sebelum menyampaikan hasilnya kepada pasien. Cermati Bagan alur tersebut, urutan tes cepat dalam cara serial dibuat berdasarkan sensitifitas dan spesifisitas dari masing‐masing reagen tes HIV tersebut dan harus sesuai dengan pedoman nasional, tidak boleh terbalik.
LATIHAN 5-1: Kasus:
MODUL BAGI PESERTA 51
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
B. PENYAMPAIAN HASIL Tugas pertama petugas kesehatan yang menyampaikan hasil tes HIV adalah memikirkan reaksi emosional yang kemungkinan ditampilkan pasien saat menerima hasil tes HIV.
LATIHAN 5-2 1. Bahaslah dalam diskusi dalam kelompok Anda untuk mengantisipasi emosi yang mungkin timbul atau yang pernah mereka lihat dari pasien dengan hasil tes negatif.
2. Bahaslah dalam diskusi dalam kelompok Anda untuk mengantisipasi emosi yang mungkin timbul atau yang pernah mereka lihat dari pasien dengan hasil tes positif.
3. Jika masih belum cukup, tanyakan:”Emosi apa saja dari emosi tersebut yang akan menjadi reaksi anda pada saat anda mendengar seseorang mengatakan kepada anda bahwa tes HIV anda ternyata positif?”
Kepekaan kita atas emosi pasien, informasi medis yang akurat dan rujukan merupakan dasar bagi penyampaian hasil tes HIV yang efektif.
52 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
a) Langkah penyampaian hasil tes HIV • Nilailah kesiapan pasien menerima hasil tes. Perlu diingat bahwa hampir semua pasien pada dasarnya sangat siap untuk mendengar berita mengenai hasil tes mereka, sehingga tidak perlu mengulur‐ulur waktu lagi. Lakukan pengecekan singkat (misalnya: ”Anda sudah siap mendengar hasil tes anda?”) akan memungkinkan pasien untuk dapat mengendalikan proses tersebut dan beri peluang pasien untuk bertanya atau mendapat informasi lainnya. • Sampaikan dan tafsirkan hasil tes HIV: Sampaikan hasil tes dengan segera, dengan penjelasan mengenai makna hasil tes tersebut. Salah satu strategi komunikasi yang efektif adalah:
“Hasilnya adalah negatif yang mengisyarat bahwa anda MEMANG atau TIDAK mengidap HIV di dalam sistem darah anda”. Melalui cara ini pasien menerima hasil tes, dengan lebih baik karena menggunakan bahasa yang dimengerti, dan tidak hanya mengandalkan kata‐kat seperti reaktif/non‐reaktif atau bahkan istilah‐istilah positif atau negatif yang mungkin saja malah membingungkan.
• Beri kesempatan meledaknya reaksi emosional: Dengan hening sejenak setelah menyampaikan hasil, pasien diberi kesempatan untuk mengolah gejolak emosinya. Khususnya untuk hasil positif. Berikan komentar simpatik (misalnya:” Ini merupakan berita buruk”) akan member pasien berpeluang membahas perasaannya, yang mungkin saja bentuknya ingin lebih meyakinkan lagi. Jika anda memiliki cukup waktu dan merasa nyaman, penggunaan pertanyaan terbuka mengenai perasaan mereka merupakan strategi yang sangat baik. • Berikan arahan tindak lanjut/informasi medis seperlunya. Mungkin penting bagi anda untuk mengingatkan pasien mengenai paparan‐paparan terakhir pasien dengan faktor risiko, dan perlunya dilakukan tes ulang jika hasil tes mereka negatif. Pasien dengan hasil tes positif perlu diberi konseling mengenai perlunya tindak lanjut medis, adanya berbagai layanan pendukung tambahan, dan perlunya memberi tahu pasangan sehingga pasangan juga perlu dites. • Catatan: laporan terakhir mengenai penyakit IMS terbaru dan paparan HIV terakhir mengisyaratkan bahwa pasien ini mungkin sangat menular karena terjadinya viremia kadar tinggi setelah terjadinya pajanan. Temuan ini, mengisyaratkan perlunya penekanan khusus pada deteksi infeksi HIV akut dan edukasi mengenai perlunya melakukan tes ulang.
MODUL BAGI PESERTA 53
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
• Tawarkan rujukan dan pilihan tindak lanjut: Perkenalkan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dapat membantu memecahkan permasalahan pasien, khususnya bagi ODHA, yang merupakan dukungan yang sangat mendasar bagi layanan kesehatan yang melakukan konseling dan tes HIV. Ingatkan kembali pasien akan jenis layanan lain yang terkait di sarana anda sendiri, atau kenalkan RS untuk rujukan lebih tinggi. • Langkah: q Beri rujukan ke institusi/lembaga yang kompeten dan terpercaya q Tawaran rujukan merupakan salah satu pilihan q Nilailah reaksi pasien terhadap tawaran rujukan q Mintalah dan siapkan pasien untuk rujukan ke suatau layanan lembaga q Jajagi jenis dukungan yang dibutuhkan untuk keperluan rujukan aktif q Lakukan konseling tindak lanjut bersama sumber rujukan yang diperlukan. b) Memahami langkah penyampaian hasil tes HIV
Baca kalimat dalam kotak pada bagian atas pada Buku Pedoman Penerapan Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan halaman 27. Bagan tersebut memberikan panduan tentang berbagai langkah penyampaian hasil tes HIV yang harus dipahami.
Baca contoh komunikasi hasil negatif di bawah ini.
Contoh Naskah komunikasi hasil Negatif
‘Hasil tesnya negatif, artinya bahwa dalam darah anda belum dikenali alat laboratorium adanya virus HIV.”
Artinya ada peluang bahwa virus HIV sudah masuk tubuh karena ada paparan infeksi terbaru, namun belum menghasilkan antibodi sehingga belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium. Jadi saya sarankan agar anda menjalani tes lagi di (sebutkan nama pusat KTS‐nya) dalam jangka waktu enam minggu ini. Mereka juga dapat memberi anda informasi lebih banyak mengenai cara yang dapat anda lakukan untuk tetap tidak terinfeksi, jika memang virus HIV belum masuk dalan tubuh anda” Sementara itu, infeksi HIV memang lazim di dalam masyarakat kita. Anda perlu mengambil berbagai langkah untuk memastikan bahwa anda tidak akan terinfeksi di masa yang akan datang. Mungkin anda sudah faham bahwa penularan dapat terjadi dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terinfeksi. Karena itu anda perlu meminta pasangan anda untuk dites. 54 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Jika pasangan anda juga tidak terinfeksi HIV, anda berdua harus saling setia dan tidak berhubungan seksual dengan orang lain agar anda berdua terlindung dari kemungkinan tertular HIV.
Jika pasangan anda mengidap HIV, atau anda tidak mengetahui statusnya, atau jika anda berhubungan seks dengan lebih dari satu orang, anda dapat melindungi diri anda dari risiko tertular HIV dengan cara: - Tidak melakukan hubungan seks sampai pasangan anda dites dan anda telah memastikan bahwa pasangan anda mengidap HIV atau tidak - Atau dengan menggunakan kondom secara benar setiap kali anda berhubungan seks.
Kami menyediakan kondom di klinik dan anda kami persilakan untuk membawanya. …….. (Sebutkan nama lembaga pusat KTS atau lembaga lainnya) juga menyediakan kondom.
Contoh Naskah komunikasi untuk hasil positif
“Hasil tes anda menunjukkan positif, yang mengisyaratkan bahwa anda memang memiliki HIV di dalam sistem darah anda.
Disamping dukungan dan dorongan dari keluarga dan rekan‐rekan anda, anda perlu perawatan medis yang dapat membantu anda agar anda merasa lebih baik dan hidup lebih lama sekali pun anda terkena infeksi HIV.
Anda perlu datang ke klinik yang memberikan perawatan dan pengobatan HIV jangka panjang.
Bawalah surat pengantar rujukan ini, berikan kepada petugas kesehatan di klinik tersebut. Klinik akan memberitahu bahwa anda dirawat di salah satu pusat terapi TB, dan bahwa anda telah menjalani tes HIV.
Juga, seandainya anda/pasangan anda hamil atau merencanakan untuk hamil, maka sampaikan kepada petugas klinik tempat pemeriksaan kehamilan dan klinik KTS, untuk membahas cara melindungi janin anda dari penularan infeksi HIV.
Jika anda tidak mau orang lain mengetahui status HIV anda saat ini, maka berhati‐hatilah dalam menyimpan surat anda ini sampai anda menyampaikannya kepada petugas kesehatan di klinik HIV.
MODUL BAGI PESERTA 55
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Penting bagi anda untuk berkunjung ke klinik rujukan tersebut sesegera mungkin. Saya berharap sebelum kunjungan berikutnya anda sudah mengunjungi klinik tersebut. Kita akan bahas kembali masalah kita hari ini pada kunjungan anda berikutnya.
C. LANGKAH EFEKTIF DALAM MERUJUK Rujukan yang efektif perlu diberikan dan perlu untuk mengoptimalkan kemungkinan pasien mematuhi rujukan kita. Merujuk pasien merupakan hal yang sangat kritis bagi pasien positif HIV yang memerlukan evaluasi bagi perawatan dan pengobatan. Beberapa kita dalam merujuk yang efekatif adalah sebagai berikut: • Lakukan rujukan ke sumber yang sudah dikenal dan terpercaya: rujukan yang paling efektif adalah rujukan kepada penyelenggara layanan yang telah bekerja sama baik dengan anda atau lembaga anda; • Tawarkan rujukan sebagai salah satu pilihan: dalam pendekatan yang berpusat kepada pasien, pasien ditawari rujukan sebagai salah satu sumber yang mungkin dapat dimanfaatkannya; • Nilai reaksi pasien atas rujukan: perlu diperhatikan bahwa kadang‐kadang pasien punya pengalaman buruk dengan salah satu lembaga tempat mereka akan dirujuk, seperti stigma atau diskriminasi; • Minta pasien dan persiapkan pasien untuk menyetujui pelayanan lembaga yang anda beri rujukan: berikan informasi khusus tentang yang perlu dibawa, kendaraan yang harus dinaiki untuk ke sana, dan dukungan yang dapat diperoleh dari lembaga tersebut; • Nilai jenis bantuan yang diperlukan pasien agar rujukannya efektif: Kadang, pasien yang sudah berdaya hanya perlu sedikit arahan dan sudah mampu untuk mengikutinya, tapi ada pasien lain yang perlu dibantu membuat janji pertemuan atau disusunkan rencana bantuan yang diperlukannya. • Lakukan tindak lanjut dengan pasien dan sumber rujukan seperlunya: tentukan mekanisme untuk mengetahui bahwa pasien memang mengikuti arahannya dan sejauh mana keberhasilan rujukannya baik dari pasien atau institusi rujukan. Kadang‐kadang lembaga/institusi mau menerima atau mungkin tidak mau menerima pasien atau mungkin saja menghambat pasien dalam memperoleh layanan yang diperlukan. Dengan bertindak sebagai pembela pasien, akan membuat perbaikan sistem layanan, atau penerimaan pasien yang mungkin “sudah jauh tertimpa tangga” akan mulai terbuka. Meskipun mungkin hal tersebut bukan merupakan tugas pokok atau fungsi petugas kesehatan perawatan dasar, kebutuhan tersebut tetap harus dipenuhi oleh seseorang yang berasal dari anggota tim kerja perawatan yang sifatnya komrehensif. 56 MODUL BAGI PESERTA
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
LATIHAN 5-3: 1. Berlatih dengan pasien terlatih: Seorang Pasien Terlatih fasilitator Anda akan berbagi pengalamannya pada saat menerima hasil tes HIV kepada peserta latih: a. Bagaimana ia diberi tahu hasil tes positif oleh petugas; b. Bagaimana perasaannya pada saat itu; c. Apa yang dikatakan konselor/petugas kesehatan setelah memberikan hasil tes; d. Apa yang seharusnya konselor/petugas kesehatan sampaikan namun tidak pernah disampaikan pada saat itu; 2. Praktik Penyampaian Hasil tes • Seorang peserta atau fasilitator EPT sedang menunggu hasil tes. Pasien tersebut telah diberi informasi pra‐tes dan ditinggal untuk menunggu hasil. • Panggil satu pasien yang akan kembali dibimbing untuk mendengarkan hasilnya. • Beberapa kelompok berlatih memberikan hasil negatif dan yang lain dengan hasil positif. • Lakukan praktik dalam 10 menit dan fasilitator akan memberikan umpan balik dari hasil praktik di depan kelas dan memandu diskusi selanjutnya. • Adakah kemungkinan dukungan tambahan dari layanan berbasis masyarakat atau perawatan medis yang diperlukan oleh pasien? • Selanjutnya, pada situasi sesungguhnya, seberapa banyak pasien yang memerlukan dukungan atau layanan kesehatan dari sarana kesehatan.
SELAMAT BEKERJA
MODUL BAGI PESERTA 57
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
CATATAN
58 MODUL BAGI PESERTA