Peta Interaktif untuk Peraga Pembelajaran Geografi .................................................................................................(Saraswati, R., dkk.)
PETA INTERAKTIF UNTUK PERAGA PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA (Interactive Map Creation for High School Geography Learning Module) Ratna Saraswati¹, M.H. Dewi Susilowati² dan Tito Latif Indra³ 1,2,3 Departemen Geografi FMIPA UI E-mail:
[email protected] Diterima (received): 14 Oktober 2013;
Direvisi (revised): 6 November 2013;
Disetujui dipublikasikan (accepted): 21 November 2013
ABSTRAK Pembelajaran Geografi di SMA selama ini dilakukan dengan cara konvensional yaitu ceramah dengan materi dari buku teks yang ada, tanpa alat peraga. Peraga yang digunakan seringkali hanya berupa ilustrasi di papan tulis. Padahal alat peraga merupakan sarana untuk menjelaskan fenomena geografi yang menjelaskan lokasi suatu daerah, fenomena bentang alam dan lainnya, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan terpenuhi. Ketiadaan alat peraga ini menjadikan pelajaran Geografi menjadi tidak efektif dan cenderung membosankan. Alat peraga untuk pembelajaran Geografi yang efektif adalah berupa peta yang akan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran, karena di dalam peta ditunjukkan berbagai informasi yang menunjang pembelajaran Geografi sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI dan KD). KI dan KD dalam Pelajaran Geografi SMA mulai dari Kelas X hingga Kelas XII, semuanya memerlukan peraga peta sebagai alat bantu pembelajarannya. Dari SK dan KD tersebut, alat peraga peta sangatlah diperlukan sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan pokok-pokok bahasan sehingga penyampaian menjadi menarik dan lebih efektif. Kata Kunci: peta interaktif, SIG, perangkat lunak Quantum, geografi
ABSTRACT Learning Geography in high school has been done conventionally by lectures with contents from textbooks without props or demonstration unit. Illustrations on white boards are most often used as the only props. Whereas props could be used as means to better explained geographical phenomenon such as region‟s locations, landscape phemonenon, and others, thereby learning purposes could be met and fulfilled. The absence of props makes geography learning process ineffective, hence it tends to be boring. A prop that could be effective for geography learning is in forms of map that could make students easy to understand during the learning process, because maps could show various informations that could support geography learning according to Core Competency (KI) and Basic Competency (KD). KI and KD in high school geography student from class X to class XII, that all needs map demonstration unit for its auxiliary learning tools. From its SK and KD, map props is crucial as a learning module to better convey the lessons contents so that the learning process could be more interesting and more effective. Keywords: interactive map, GIS, Quantum software, geography
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembelajaran Geografi di SMA sangatlah membutuhkan alat peraga. Alat peraga ini merupakan alat bantu pembelajaran Geografi agar siswa lebih memahami pelajaran geografi secara optimal. Peraga geografi antara lain bisa berupa peta interaktif yang dapat dibuat sendiri oleh siswa dengan bantuan komputer ataupun tanpa bantuan komputer. Pelajaran geografi dengan alat peraga diharapkan membuat siswa belajar dengan lebih menyenangkan. Siswa memperoleh tambahan informasi serta dituntun untuk mengerti apa yang dipelajarinya dan tidak sekedar mengingatnya saja. Terlebih lagi, jika siswa membuat dan memakai alat peraga buatan sendiri, tentunya aktivitas belajar yang dilakukannya merupakan pengalaman yang unik dan pengetahuan yang diperolehnya itu memungkinkan untuk tersimpan lama dalam ingatan.
Penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Alat peraga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih baik dan bermutu. Jika setiap siswa dapat melibatkan diri dalam proses pembelajaran dengan aktif maka potensi mereka dapat dikembangkan untuk memiliki kompetensi yang unggul dan mampu berkompetisi. METODE Dalam tulisan ini akan dijelaskan langkahlangkah pembuatan peraga geografi yang berupa peta interaktif. Data Peraga geografi yang akan dibuat adalah berupa peta interaktif. Peta interaktif ini menggunakan perangkat lunak yang tidak berbayar yaitu
159
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 2 Desember 2013 : 159 - 165
Quantum GIS. Quantum GIS merupakan sebuah perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) yang didukung dengan fitur-fitur pengolahan data spasial berupa vektor, raster, format basis data dan fungsi analisis dalam SIG lainnya (GIS Indonesia, 2013). Data lain yang diperlukan adalah data SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission) yang dapat diunduh gratis, selain itu diperlukan juga peta rupabumi (Geokov, 2013). Data SRTM dapat digunakan untuk membuat peta ketinggian, kemiringan lereng, profil permukaan, potensi banjir/genangan dan masih banyak lagi kegunaannya.
Pengaturan klasifikasi di atas, berpedoman pada klasifikasi berdasarkan model tanah usaha yang dipublikasikan oleh Sandy (1988). Model ini didasari oleh kemiringan lereng dan ketinggian sebagai tempat kegiatan masyarakat (tanah usaha).
Pembuatan Peta Kontur Pembuatan peta kontur menggunakan data SRTM dan Quantum GIS yang dapat diunduh dari internet. Data tersebut kemudian dipotong dan disimpan sesuai lokasi penelitian. Hal ini sangat dianjurkan mengingat luas area cakupan dari satu scenes/kotak/grid data SRTM yang sangat luas yang dapat berdampak terhadap proses kinerja komputer yang digunakan. Semakin besar wilayah yang akan kita proses, maka semakin berat kinerja komputer, dan berlaku sebaliknya. Langkah awal adalah dengan mempersiapkan area yang digunakan untuk menentukan seluas mana data yang akan digunakan. Untuk membuat area tersebut dibuat layer baru berupa poligon sebagai batas daerah penelitian dan berfungsi sebagai batas pemotongan citra. Membuat relief untuk memudahkan dalam melakukan interpretasi morfologi muka bumi maupun stuktur geologi, maka perlu dipertajam tampilan DEM (digital elevation model) dengan menambahkan informasi relief. Didalam Quantum GIS, dapat dibuat relief dari DEM sehingga kenampakan punggungan, lembah atau igir-igir dari suatu bukit atau pegunungan dapat terlihat (GIS Indonesia, 2013). Nilai ketinggian diklasifikasi untuk membuat wilayah dengan ketinggian yang spesifik, dapat dibuat dengan cara mengklasfikasikan data DEM seperti disajikan pada Gambar 1, hal ini dapat diperbesar untuk membuat wilayah ketinggian seperti disajikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2, warna biru tua di pinggir pantai menunjukkan wilayah dataran pantai, dimana ketinggian kurang dari 7 mdpl. Zona ini merupakan zona rawan tsunami, karena morfologi wilayah seperti ini berbentuk landai dan langsung menghadap ke laut. Daerah tersebut berpotensi terjadinya tsunami. Pada zona ini, hendaknya pengembangan lebih diarahkan menjadi zona konservasi, dimana perlu ditanam tumbuhantumbuhan yang dapat menghambat energi gelombang tsunami seperti hutan mangrove dan cemara laut.
160
Gambar 1. Klasifikasi nilai ketinggian.
Gambar 2. Zoom area penelitian. Berikut klasifikasi wilayah berdasarkan ketinggiannya: a. Wilayah ketinggian 0-7 m. Wilayah ini disebut Wilayah Terbatas, mengingat pola penggunaan tanah pada umumnya terbatas pada jenis-jenis tumbuhan tertentu seperti hutan rawa dan belukar. Kegiatan masyarakat pantai umumnya sebagai nelayan, petani tambak, serta petani sawah walaupun hasilnya tidak sebaik pada ketinggian di atasnya. b. Wilayah ketinggian 7-500 m. Wilayah ini digolongkan sebagai Wilayah Utama 1. Wilayah ini umumnya masih merupakan daerah pertanian yang baik. Lebih detil wilayah ini diklasifikasikan menjadi tiga daerah ketinggian, yaitu: 7-< 25 m, 25-100 m, dan >100-500 m. · Wilayah dengan ketinggian antara 7-< 25 m, umumnya merupakan daerah yang terpadat penduduknya terutama di P. Jawa. Pada koridor ini perlu pengelolaan ruang/tanah dengan tepat, mengingat potensi ancaman banjir sangat berpeluang. Dalam hal ini pada ketinggian sekitar 25 m ditarik suatu garis bendungan, karena di batas wilayah ketinggian tersebut biasanya dibuat dam untuk pengendalian banjir maupun pengaturan sistem pengairan, sehingga sebagian besar persawahan bisa panen 2 kali setahun. · Wilayah ketinggian antara 25-100 m, pada umumnya penggunaan tanah di wilayah ini
Peta Interaktif untuk Peraga Pembelajaran Geografi .................................................................................................(Saraswati, R., dkk.)
berupa: pertanian tanah kering, perkebunan, persawahan yang sebagian besar hasilnya baik dan banyak permukiman serta bangunan-bangunan untuk sarana/prasarana fisik kegiatan sosial ekonomi masyarakat. · Wilayah pada ketinggian antara 100-500 m. Penggunaan tanah di wilayah ini umumnya berupa pertanian tanah kering, persawahan dan perkebunan. Permukiman di atas ketinggian 100 m agak tersebar dan makin ke atas memencil, demikian pula bangunanbangunan fisik penunjang kegiatan perekonomian, karena cukup sulitnya topografi untuk pembuatan jaringan jalan. c. Wilayah ketinggian 500-1.000 m. Wilayah ini digolongkan sebagai Wilayah Utama 2. Di wilayah dengan ketinggian ini merupakan daerah peralihan antara beriklim tropika (panas) dan wilayah beriklim sedang (di atas 1.000 m). Penggunaan tanah pada umumnya berupa tanaman iklim sedang. Padi masih tumbuh cukup baik walaupun tidak sebaik di bawah 500 m. Demikian pula untuk perkebunan, seperti karet, kelapa, walaupun bisa tumbuh namun hasilnya tidak sebaik pada ketinggian di bawahnya. d. Wilayah ketinggian di atas 1.000 m. Wilayah ini disebut sebagai Wilayah Terbatas karena suhu rata-rata cukup rendah, dan dikategorikan daerah beriklim sedang. Penggunaan tanah berupa tanaman iklim sedang dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan jenis tanaman tropika dapat tumbuh tetapi sudah tidak ekonomis lagi. Daerah-daerah yang berlereng terjal terdapat jauh lebih banyak daripada daerah ketinggian <1.000 m. Wilayah demikian sebaiknya lebih banyak untuk penggunaan tanaman hutan agar terjamin keawetan tanah usaha pada ketinggian di bawahnya. Semua klasifikasi ketinggian ini diilustrasikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Wilayah tanah usaha.
Garis kontur dapat diekstrak dan diklasifikasikan secara otomatis dengan menggunakan perangkat lunak Quantum GIS, seperti tersaji pada Gambar 4. Peta wilayah ketinggian hasil pemrosesan yang dapat diaplikasikan ke berbagai permasalahan yang ada.
Gambar 4. Peta Kontur. Pembuatan Data Spasial dari Data Sekunder Pembuatan peta dari data sekunder sering dilakukan, misal peta yang dicetak kemudian dibuat digital dengan menggunakan pemindai (scanner). Disini proses georeferencing sangat diperlukan agar peta mempunyai satu referensi yang sama sehingga dapat di-overlay dengan peta lainnya. Langkah awal adalah meng-input koordinat pada peta tersebut, sehingga posisi gambar tersebut sesuai dengan posisi yang sebenarnya. Proses tersebut dinamakan proses geoprocessing. Dalam tahapan ini dipilih lokasi koordinat sebagai referensinya. Biasanya dalam peta, terdapat grid koordinat yaitu pertemuan garis x dan y pada grid koordinat peta sebagai titik referensinya. Format penulisan dalam berupa derajat desimal. Bila koordinat peta masih dalam format derajat-menitdetik, dikonversi menjadi derajat desimal. Kemudian dimasukkan nilainya, dimana X adalah nilai bujur, dan Y adalah nilai lintang (karena posisi wilayah penelitian di lintang selatan maka menggunakan nilai minus). Pengambilan titik ikat minimal 4 titik ikat, dimana distribusinya tersebar merata di seluruh peta yang akan di-georeference. Gambar 5 merupakan peta administrsi Kota Bogor hasil proses georeferensi. Peta hasil proses georeference digunakan sebagai sumber dalam membuat data spasial administrasi. Selanjutnya dilakukan proses menggambar atau dalam hal ini diistilahkan sebagai digitasi on screen. Proses ini adalah menggambar wilayah administrasi Kota Bogor yang mengacu pada image Kota_Bogor_georeference. Untuk memulai proses menggambar, maka diaktifkan Toggle Editing terlebih dahulu. Jika telah aktif, maka proses menggambar dapat dimulai. Dengan cara mengaktifkan layer digitasi_poly 161
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 2 Desember 2013 : 159 - 165
_admin,
kemudian klik Add Feature, maka menggambar batas administrasi Kota Bogor dapat dilakukan dengan menggunakan mouse. Jika telah selesai, klik kanan, maka poligon adimintrasi telah terbentuk. Untuk menghentikan proses editing, maka harus mematikan Toggle editing, dan akhirnya hasil digitasi dapat disimpan.
disandingkan. Klik toggle editing pada kotak table attribute, kemudian double klik di salah satu record, hingga poligon terpilih, kemudian memberi nama kecamatan dengan mengacu pada letak poligon tersebut. Langkah ini dilakukan hingga semua poligon terisi dengan nama kecamatannya. Untuk menghentikan proses edit maka diklik kembali toggle editing dan kemudian hasil disimpan. Membuat Peta Tematik dari Data Statistik Data kependudukan yang masih berformat tabular, dapat dipetakan dengan syarat basis data spasial dari administrasi tersebut telah tersedia. Misalkan apabila ingin memetakan data jumlah penduduk Kota Bogor per kecamatan, langkah awal adalah harus memiliki data spasial dari administrasi kecamatan Kota Bogor. Sehingga setelah itu, hanya dengan menginput data statistik ke dalam data spasial tersebut dan menampilkannya menjadi sebuah peta tematik. Berikut ini adalah langkahlangkah cara menginput data statistik tabular ke dalam data spasial dan di-layout menjadi sebuah peta tematik.
Input Manual
Gambar 5. Peta Administrasi Kota Bogor. Selanjutnya
edit
kembali
layer
digitasi_poly_admin, dengan memotong poligon tersebut menjadi beberapa poligon administrasi kecamatan. Agar memudahkan dalam mendigitasi batas kecamatan, maka perlu mengatur tampilan poligon agar transparan sehingga Peta Kota_Bogor_georeference dapat terlihat sebagai acuan dalam menggambar batas kecamatan. Langkah berikutnya adalah memotong poligon. Langkah ini dimulai dengan mengaktifkan Toggle editing kembali. Proses memotong poligon ini sama halnya dengan digitasi, syarat utamanya adalah menarik garis melebihi batas poligon yang akan dipotong. Hal serupa dilakukan hingga semua batas kecamatan terpotong. Jika telah selesai, klik Toggle editing untuk menghentikan proses edit, kemudian hasil dapat disimpan. Setiap poligon tentu memiliki keterangannya atau dikenal sebagai istilah data attribute. Untuk membuka atributnya, akan muncul tabel atribut dari digitasi_poly_admin. Terdapat 6 record, yang merepresentasikan 6 poligon yang terdapat di dalam layer digitasi_poly_admin. Setiap poligon diberi keterangan nama kecamatan. Kemudian dibuat kolom baru, dimana kolom ini nanti terisi nama-nama kecamatan untuk masingmasing poligon. Untuk memudahkan pengisian, maka kotak tabel attribute dengan map view perlu
162
Input manual di dalam perangkat lunak Quantum GIS, dengan melakukan penambahan (add) data untuk memanggil data spasial poligon administrasi Kota Bogor. Kemudian memasukkan data shapefile administrasi kecamatan ke dalamnya, dari ini akan muncul kotak Coordinate Reference System Selector, dengan memilih koordinat sistem dari data tersebut, yaitu WGS 84, dan diakhiri dengan klik OK. Langkah selanjutnya adalah memunculkan label nama-nama kecamatan di masing-masing poligon kecamatan Kota Bogor. Selanjutnya adalah, menambahkan informasi atau mengedit tabel attribute dari suatu layer. Misalkan apabila ingin menambahkan informasi lain, seperti jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, maka langkahlangkahnya adalah menambahkan informasi jumlah penduduk di setiap kecamatan. Langkah ini dilakukan dengan membuat field/kolom baru. Untuk melakukan editing, maka harus mengaktifkan mode
editing.
Jika mode editing telah diaktifkan, maka tombol New column akan aktif dan field/kolom baru dapat
mulai dibuat. Kolom baru yang dibuat yakni kolom jumlah penduduk. Caranya adalah dengan membuat kolom baru dengan nama jml_pddk, tipenya sebagai whole number (integer) dengan jumlah digit angka (width) sebanyak 10. Maka, pada tabel attribut tersebut akan muncul kolom baru yang telah kita buat. Kemudian, mengisi jumlah penduduk Kota Bogor berdasarkan informasi yang diambil dari data BPS seperti pada Tabel 1.
Peta Interaktif untuk Peraga Pembelajaran Geografi .................................................................................................(Saraswati, R., dkk.)
Tabel 1.
Jumlah penduduk Kota Bogor Tahun 2005.
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
1
Bogor Selatan
166.745
2
Bogor Timur
86.978
3
Bogor Utara
149.578
4
Bogor Tengah
103.176
5
Bogor Barat
190.421
6
Tanah Sareal
158.187
Sumber: BPS Kota Bogor (2005).
Jika kolom “jml pddk” alias jumlah penduduk telah diisi, maka hasil tersebut disimpan dengan cara stop editing terlebih dahulu lalu klik tombol save. Kemudian, dengan menutup tabel atributnya, dengan mengatur simbol warna poligon berdasarkan nilai kuantitatifnya yang dalam hal ini berdasarkan nilai jumlah penduduknya. Cara mengatur simbolisasi pada layer adalah dengan melakukan setting simbologi suatu layer, dengan melakukannya di 2 mode, yakni mode New Symbology atau Old Symbology. Sebenarnya ini adalah pilihan tergantung dari perspektif yang lebih mudah. Biasanya mode old simbology adalah lebih mudah dan lebih efisien.
Join Attribut Tabel Join attribute table adalah cara memasukkan data tabel ke dalam data spasial dengan acuan pengunci. Cara ini lebih efisien karena tidak perlu melakukan input data tabular satu demi satu ke dalam data attribute spatial, melainkan hanya dengan mencocokkan kolom pengunci antara data attribute spatial dengan data tabel statistik. Karena data yang digunakan adalah data statistik per unit kelurahan, maka harus menggunakan data spasial administrasi kelurahan di Kota Bogor. Caranya adalah dengan membuka atribut dari layer tersebut, maka tampilan dari tabel attribute layer admin_kec_kota_bogor akan muncul. Tabel terdiri dari 3 kolom, salah satunya adalah kolom NMKEL2002 yang berisi informasi nama kelurahan. Langkah selanjutnya adalah membuka file tabel_statistik_bogor.xlsc yang berada di dalam folder tabel_statistik. File excel ini berisi informasi statistik jumlah balita dan lansia per keluarahan di Kota Bogor. Tampilan dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 6. Data tersebut dapat diinput ke dalam data attribute spatial dengan cara metode join attribute. Hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan metode ini adalah, antara tabel statistik dengan tabel atribut memiliki kolom pengunci/kolom join. Kolom join ini adalah kolom yang berisi informasi yang sama diantara kedua tabel. Dalam kasus ini kita gunakan kolom kelurahan (tabel statistik) dan kolom NMKEL2002 (tabel atribut) sebagai kolom
join, karena keduanya memiliki informasi yang sama. Format excel tidak mampu dibaca oleh software Quantum, maka data tersebut perlu disimpan dalam format dbf. Kemudian dimasukkan ke dalam folder tabel_statistik, dan dengan memilih data excel yang telah dikonversi ke dalam format dbf. Maka tabel tersebut akan muncul di dalam kolom Layers dengan tabel statistik telah terinput di dalam perangkat lunak Quantum. Langkah berikutnya adalah melakukan proses join. Hasilnya informasi dari tabel statistik_bogor_dbf telah menyatu dengan tabel attribute dari data shapefile admin_kota_bogor. Dengan menutup tabel tersebut, kemudian layer admin_kota_bogor disimpan menjadi layer shapefile baru, agar hasil join dapat menyatu secara permanen. Kemudian memasukkan layer tersebut, dan dengan mengubah simbol warna pada poligon admin_kota_bogor_join. Dengan mengatur interval nilai jumlah balita seperti disajikan pada Gambar 7, maka simbol warna poligon akan berubah sesuai klasifikasi jumlah balita yang telah di-setting.
Layout Sebuah layout berlaku sebagaimana kanvas bagi pelukis, dimana hal ini dimungkinkan untuk merancang penempatan komponen dari peta dan mengaturnya sesuai dengan disain yang diinginkan. Disain layout tetap tidak boleh melupakan kaidah kartografi bagi tampilan sebuah peta. Mendisain sebuah tampilan layout merupakan persepsi keindahan sehingga bisa dikategorikan sebuah karya seni dilihat dari sudut pembuatnya, namun tidak boleh dilupakan informasi yang sesungguhnya ingin disampaikan dari layout peta yang dibuat (Kraak, 2007). Langkah awal layout peta adalah dengan membuat layer batas kecamatan dengan cara memodifikasi tampilan dari layer admin_kec_kota_bogor. Membuat poligon dari layer admin_kec_kota_bogor menjadi transparan, sehingga hanya terlihat garis batas kecamatannya saja. Selanjutnya adalah mengubah nama layer, dengan melakukan hal yang sama terhadap layer admin_kota_bogor_join. Dengan ini maka nama layer telah diubah sesuai simbol yang ditampilkan di masing-masing layer tersebut. Project tersebut disimpan dan diberi nama sebagai project2. Berikutnya adalah dengan memasukkan ke dalam Mode Composser. Mode ini adalah mode untuk merancang tampilan peta. Diawali dengan menyeting ukuran dan jenis kertas, dan mengatur posisi peta, dengan memunculkan grid koordinat peta, legenda, judul peta, arah utara dan skala batang. Jika telah selesai, maka dapat mengeksportpeta. Gambar 8 menyajikan peta hasil layout, yaitu Peta Jumlah Balita Kota Bogor.
163
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 2 Desember 2013 : 159 - 165
Gambar 6. Peta Kota Bogor dengan basis datanya.
Gambar 9. Tampilan tabel hasil proses joint.
Gambar 7. Basis data kelurahan Kota Bogor.
Gambar 10. Peta hasil Joint Table.
Gambar 8. Basis data nama kelurahan Kota Bogor. Gambar 11. Peta Jumlah Balita Kota Bogor.
164
Peta Interaktif untuk Peraga Pembelajaran Geografi .................................................................................................(Saraswati, R., dkk.)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Pembuatan peraga pembelajaran geografi, dalam bentuk peta interaktif sebagai media pembelajaran geografi, memberikan beberapa contoh pembuatan peta tematik yang akan memperkaya pengetahuan siswa SMA dan bagi guru dapat dugunakan dengan menerapkan scientific approach dalam pengajarannya.
Geokov. (2013). Topo Map Elevation Profile - Vertical Exaggeration. Geokov. Dimuat pada http://geokov.com/Education/Elevation-profile. aspx. [Diakses pada 20 Mei 2013]. GIS Indonesia. (2013). Quantum GIS. Dimuat pada http://inigis.com/category/open-source-gis/quantumgis/ [Diakses pada 20 Mei 2013]. Google Earth. (2013). Hello Earth. Dimuat pada http://www.google.com/earth/index.html. [Diakses pada 6 Maret 2013]. Inigis. (2012). Cara Menggunakan Google Earth. Dimuat pada http://www.inigis.com/cara-menggunakangoogle-earth/1975. [Diakses pada 5 Februari 2013]. Kraak, M-J and F. Ormeling. (2007). Kartografi Visualisasi Data Geospasial. Edisi kedua. Terjemahan. Gajah Mada University Press. Purwadhi, F.S.H. dan T.B. Sanjoto. (2008). Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Universitas Negeri Semarang. Jakarta. Sandy, I.M. (1988). Peta Topografi dan Penggunaannya. Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada DRPM UI dan DIKTI, yang telah memberikan dana hibah ini sehingga bisa terselenggaranya pelatihan guru Geografi SMA Kota Bogor Tahun 2013. Tulisan ini disarikan dari modul Pelatihan Guru Geografi SMA Kota Bogor yang diadakan di Departemen Geografi FMIPA UI yang terselenggara berkat Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat dengan dana dari DIKTI Tahun 2013.
165