p-ISSN : 2548-3293 e-ISSN : 2548-3366
PesantrenSebagaiPotensiPengembanganDakwahIslam
JURNAL DAKWAN DAN KOMUNIKASI
JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
P-ISSN: 2548-3293 | E-ISSN: 2548-3366
Mitra Bebestari: Wakidul Kohar (IAIN Padang) Ahidul Asror (IAIN Jember) Gushevinalti (UNIB)
Editor in Chief: Adinda Tessa Naumi
Jurnal Manajer Anrial
Editor:
Cikdin Bakti Komala Sari Hariya Toni
Editor Section: Daniel Solekha
Jurnal Dakwah dan Komunikasi merupakan jurnal ilmiah keilmuan dawah dan komunikasi, serta mempublikasikan isu-isu yang ditinjau dari multidisipliner kajian keilmuan, mulai dari dari pengkajian perkembangan ilmu dakwah, ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jurnal ini diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup. Terbit secara periodik, dua kali setiap tahun. Hadirnya jurnal Dakwah dan Komunikasi diproyeksikan sebagai wadah, ruang dan desiminasi hasil kajian sarjana, peneliti dan pemerhati isu-isu perkembangan dakwah, yang meliputi kajian-kajian empiris, dan teoritis. Karena itu, Jurnal Dakwah dan Komunikasi mengundung para sarjana, peneliti dan pemerhati kajian dakwah Islam untuk berpartisipasi dan mempublikasikan karya ilmiahnya yang terbaik pada Jurnal Dakwah dan Komunikasi.
ALAMAT REDAKSI: Labor Pengelolaan dan Penerbitan Jurnal Ilmiah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup. Jl. AK. Gani No. 1 Kotak Pos: 108, Telp. (0732) 21010-21759. Fax. 21010 Curup 39119. e-mail:
[email protected] Website: www.journal.staincurup.ac.id
Daftar Isi Sosial Media Terhadap Kekuatan Personal Branding Tri Risma Maharani Dalam Proses Komunikasi Politik Kontemporer Konstruksi
(Analisis Framing Pemberitaan Di Media Online Republika.co.id dan Tempo.com) Misna Astuti .................................................................................................................. 1
Akulturasi Islam dan Budaya Lokal: Kajian Sejarah Dakwah Islam di Wilayah Rejang Mabrur Syah . ................................................................................................................ 22
Peran Penyuluh Agama Honorer Dalam Meningkatkan Kegiatan Keagamaan di Masyarakat Desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong Cikdin ........................................................................................................................... 46
Strategi Komunikasi Pengelola Prodi Kpi dalam Menciptakan Iklim Organisasi Yang Kondusif Bakti Komala Sari, Adinda Tessa Naumi . ................................................................. 77
Pesantren Sebagai Potensi Pengembangan Dakwah Islam Hariya Toni .............................................................................................................. 105
Peran Penyuluh Agama Honorer dalam Meningkatkan Kegiatan Keagamaan di Masyarakat Desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong Cikdin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup
[email protected] Abstract This study discussed on the effectiveness of the role and function of religious concelor in the society of Batu Dewa. It is considered by the lack of religious activities accompanied with the development of non-Muslim community. Then the synchronization between duty and registration of religious honorary counselor on the conditions of diversity and the society religious activities in the office of Religious Affairs District of Curup Utara. This research was a qualitative. The data collection was done by conducting observation, interviews and documentation. Data analysis was done by reviewing all data starting from data collection, data reduction, data display, and conclusion or verification. The results showed that the role of religious honorary concelor in improving religious activities in the community of Batu Dewa were: as a facilitator, mediator and motivator in implementing the guidance of reading and writing the Quran, taking part in Islamic commemorating activities, and deliver islamic speech in the society. There were two Factors determined the changes of the worship behavior of children in the Batu Dewa of Curup Utara District, namely: internal factors interms of: motivation, talent, and needs. Then external factors in the forms of social, cultural, physical environment and spiritual environment. Key word: Religious Honorary Counselor, Worship Behavior. Abstrak Penelitian ini membahas tentang kurangnya efektifnya peran dan fungsi penyuluh Agama pada masyarakat Desa Batu Dewa yang ditandai dengan minimnya kegiatan keagamaan yang diiringi dengan semakin berkembangnya masyarakat non muslim. Kemudian kurang singkronnya antara tugas dan pencatatan Penyuluh Agama Honorer mengenai kondisi keberagamaan dan kegiatan keagamaan masyarakat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Curup Utara dengan fakta yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
47 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun hasil penelitian adalah peran penyuluh Agama Honorer dalam meningkatkan kegiatan Keagamaan di masyarakat Desa Batu Dewa adalah sebagai fasilitator, mediator dan motifator dalam melaksanakan bimbingan baca dan tulis al-Qur’an, ikut berperan dalam kegiatan memperingati hari besar Islam, dan mengisi materi ceramah maupun ikut berperan dalam kegiatan dakwah Islamiyah di masyarakat desa Batu Dewa. Faktor-faktor yang menentukan perubahan perilaku ibadah anak di Desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara , diantaranya faktor internal (dari dalam diri) yang berupa: Motivasi, bakat, kebutuhan dari dalam, kemudian faktor eksternal (dari luar diri) yang berupa: Faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor lingkungan spiritual keimanan. Kata kunci : Penyuluh Agama Honorer, Prilaku Ibadah.
Pendahuluan
Dakwah Islamiyah merupakan salah satu kegiatan penting yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam. Kegiatan ini mempunyai landasan normatif dalam al-Qur’an dan Hadist. Dalam Al-Qur’an cukup banyak di temukan ayat-ayat yang menyuruh umat Islam berdakwah dan penjelasan tentang prinsip-prinsip cara melaksanakannya. Demikian juga dalam Hadist Nabi terdapat berbagai diktum tentang ajaran berdakwah dan cara melaksanakan dakwah. Namun demikian, untuk melaksanakan dakwah Islamiyah secara praktis aplikasi, beberapa tuntunan dalam Al-Qur’an dan Hadist tersebut terasa belum memuaskan. Apalagi bila dihadapkan pada besarnya tantangan dan problematika dakwah. Untuk itu penyuluh Agama merasa perlu merumuskan berbagai konsep dan teori berkaitan dengan pelaksanaan ajaran dakwah Islamiyah secara baik. Sehingga munculah berbagai pemikiran konstruktif bagi bangunan ilmu dakwah. Secara harfiah dakwah merupakan masdar dari fi’il (kata kerja) da’a , yad’u, da’watan dengan arti ajakan, seruan, panggilan, undangan. 1 Selain itu mendapat varian makna dari etimologi dakwah. Dakwah dapat berarti do’a atau lainnya. Dalam bentuk asalnya, dakwah merupakan aktivitas nubuwah dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia, dengan tujuan utamanya berkaitan erat dengan tujuan ajaran wahyu (al-Qur’an dan al-Hadist) bagi kehidupan umat manusia.
1
Fathul Bahri An-Nabiri, Meneliti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: Sinar Grafika Offsite, 2008), 17 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|48
Penyuluh agama, istilah ini diambil dari kata suluh yang searti dengan obor dan berfungsi sebagai penerangan bagi masyarakat. 2 Penyuluh agama adalah para juru penerang penyampai pesan bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan yang baik. Hasil akhir yang ingin dicapai dari penyuluh agama, pada hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukan melalui pengamalannya yang penuh komitmen dan konsistensi untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain. Pentingnya penyuluh agama sebagai pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa, Allah SWT serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa dakwah.3 Secara teoritis aktivitas penyuluh Agama dapat dikorelasikan dengan prinsip dasar Islam di dalam keperanan mereka menjalankan suatu penyuluhan. Islam melihat peranan seorang penyuluh dalam kegiatan dakwah Islamiyah adalah juru penerang dan pemberi petunjuk kearah kebenaran, juru pengingat (muzakkir), juru penghibur (mubassyir) hati yang duka, serta (muballiqh) penyampaian pesan-pesan Agama, yang prilaku sehari-harinya mencerminkan (uswatun hasanah) contoh teladan yang baik ditengah umatnya. Dalam menuju keberhasilan kegiatan penyuluhan tersebut, maka perlu sekali keberadaan penyuluh Agama yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai sehingga mampu memutuskan menentukan sebuah proses kegiatan penyuluhan dapat berjalan sistematis, berhasil guna, berdaya guna dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan. Adapun dilihat dari fungsi peranan penyuluh agama meliputi ; 1. Fungsi informatif dan edukatif, yaitu penyuluh Agama Islam memposisikan dirinya sebagai da’i yang berkewajiban mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan Agama dan mendidik masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah Nabi. 2. Fungsi konsultatif, yaitu penyuluh Agama Islam menyediakan untuk turut memikirkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat secara umum, penyuluh Agama harus bersedia membuka mata dan telinga terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat. Penyuluh Agama menjadi tempat bertanya dan tempat mengadu bagi masyarakat untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dengan nasihatnya. Maka dalam hal ini penyuluh Agama berperan sebagai psikolog, teman curhat dan teman untuk berbagi. 2
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam: Pengembangan DakwahBimbingan Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009), 49 3 Dapartemen Agama RI, Panduan Tugas Penyuluh Agama Masyarakat, (Jakarta:Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007), 8 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
49 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
3.
Fungsi advokatif, yaitu penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat/ masyarakat binaannya terhadap berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang merugikan akidah. Mengganggu ibadah dan merusak akhlak. Fungsi advokatif selama ini memang belum mampu seluruhnya dapat diperankan oleh penyuluh Agama, dimana banyak kasus yang terjadi dikalangan umat Islam sering tidak dapat kita bela sehingga banyak kasus yang dihadapi tidak dapat terselesaikan dengan baik.4
Dengan demikian, sangat diperlukan tenaga penggerak penerang agar seluruh umat muslim mengamalkan dan melaksanakan apa yang di anjurkan sesuai dengan ketentuan ajaran Agama Islam dengan begitu, Penulis mencoba untuk memperhatikan kondisi mad’u, jamaah, program penyuluh agama honorer terutama di Desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong yang berada di bawah pengawasan KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Curup Utara. Pemahaman masyarakat Batu Dewa Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong terhadap nilai-nilai dan ajaran Islam masih perlu ditingkatkan dan ini menjadi tanggung jawab serta kewajiban bersama bagi setiap muslim, ulama, pemerintah terutama penyuluh agama yang di tugaskan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong. KUA (Kantor Urusan Agama) adalah kantor yang melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Indonesia di Kabupaten dan Kotamadya di bidang urusan Agama dalam wilayah Kecamatan. Kantor Urusan Agama Kecamatan Curup Utara bertempat di Desa Tasik Malaya mempunyai visi yaitu unggul dalam pelayanan dan bimbingan umat Islam berdasarkan imtaq dan akhlakulkarimah dan misi yaitu tercapainya pelayanan prima dan bimbingan secara maksimal. Terhadap umat Islam yang berdasarkan imtaq dan berakhlak mulia sebagai modal pembangunan nasional. Berdasarkan Struktur kepegawaian KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Curup Utara dengan kepala Kantor Urusan Agama yaitu Yusman Haris. Penyuluh Agama terbagai menjadi 2 (dua) bagian yaitu Penyuluh Agama Non Honorer (PNS) dan Penyuluh Agama Honorer (PAH), Penyuluh Agama Honorer terbagi menjadi 3 (Tiga) bagian yaitu Penyuluh Agama Honorer yang disebut juga sebagai da’i yaitu para juru penerang penyampai pesan Dakwah Islamiyah diantaranya imam-imam masjid, da’i-da’i,Taman Pendidikan Qur’an (TPQ)atau guru mengajidan Remaja Islam Masjid (Risma). Dari observasi yang dilakukan oleh penulis dengan mendatangi KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Curup Utara dan wawancara dengan 4
Netisulistiani, ‘’Penyuluhan Wordpress.Com, 14 November 2014
Penyuluh
Agama’’,
Http//netisulistiani.
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|50
Penyuluh di Kantor Urusan Agama yaitu dengan Drs, H. Bachtiar Iman mengenai tema peran penyuluh Agama honorer terhadap masyarakat di Desa Batu Dewa. Dari hasil data yang diperoleh kemudian penulis menyambungkan dengan kondisi dan situasi yang berkenaan dengan masyarakat yang ada di Desa Batu Dewa dengan melakukan observasi mengenai kegiatan masjid, dan keagamaan warga masyarakat Desa Batu Dewa. Program dari penyuluh Agama itu sendiri sangat banyak namun kurang aktif atau tidak semuanya berjalan sesuai dengan kegiatan yang tertera di KUA (Kantor Urusan Agama). Penyuluh Agama Non Honorer atau yang disebut Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan kegiatan bimbingan dan penyuluhan Agama dan pembangunan melalui bahasa Agama. PAH (Penyuluh Agama Honorer) adalah petugas penyuluhan keagamaan tenaga honorarium yang berada dibawah Kantor Urusan Agama dengan mendapatkan surat kerja (SK) dari kepala Kantor Wilayah Depertemen Agama setempat untuk diperbantukan di daerah-daerah yang dapat honor dari Dapertemen Agama karena melaksanakan fungsinya itu. Sejak semula Penyuluh Agama merupakan ujung tombak Departemen Agama dalam melaksanakan penerangan agama Islam di tengah pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Peranannya sangat setrategis dalam rangka pembangunan mental, moral dan nilai ketaqwaan umat serta turut mendorong peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang baik dibidang keagamaan maupun pembangunan. Tugas penyuluh agama Islam sekarang ini berhadapan dengan suatu kondisi masyarakat yang berubah dengan cepat yang mengarah pada masyarakat fungsional, masyarakat teknologis, masyarakat saintifik dan masyarakat terbuka. Dengan demikian, setiap penyuluh agama secara terus menerus perlu meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengembangan diri, dan juga perlu memahami visi penyuluh agama serta menguasai secara optimal terhadap materi penyuluhan agama itu sendiri maupun teknik menyampaikannya. Sehingga ada korelasi faktual terhadap kebutuhan masyarakat pada setiap gerak dan langkah mereka. Keberhasilan seorang Penyuluh Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya komponen strategi dakwah yang dipilih dan dirumuskan. Karena kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, ras, tradisi, bahasa, serta status sosial ekonomi yang berbeda-beda. Menghadapi kondisi ini seorang penyuluh harus menyusun strategi yang tepat dalam pelaksanaan tugas kepenyuluhannya demi tercapainya tujuan tugas itu 5. Sehingga dari observasi dan wawancara dengan berbagai orang yang dianggap penting dalam permasalahan ini dengan kondisi yang ada dimasyarakat kurangnya efektif peran dan fungsi penyuluh Agama 5
Ibid., 6 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
51 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
dimasyarakat. Pencatatan pengurus dan petugas Penyuluh Agama dengan kondisi dimasyarakat Desa Batu Dewa dianggap kurangnya ada kerjasama antara da’i Penyuluh dengan da’i dimasyarakat, penyuluh dengan Perangkat Masjid, penyuluh dan guru TPQ (Taman Pendidikan Qur’an), penyuluh Agama dan masyarakat dalam hal kegiatan dakwah Islamiyah di masyarakat Desa Batu Dewa. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalahnya sebagaiberikut: 1. Bagaimana Peran penyuluh agama Islam dalam perubahan perilaku ibadah anak di desa Batu Dewa ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku ibadah anak di Desa Batu Dewa? Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang telah disusun serta sesuai dengan batasan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peran penyuluh agama Islam dalam perubahan perilaku ibadah anak. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku ibadah anak Landasan Teoritis Penyuluh berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “yang memberi terang” dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan dalam merumuskan defenisi agama merupakan bagian dari problem mengkaji agama secara ilmiah. Banyaknya defenisi agama malah mengaburkan apa sebenarnya yang hendak kita pahamidengan agama. ada empat pola dalam mendefenisikan agama yang melalui pola akar kata, pradigma deskripsi dan pola berkembang6 Penyuluh agama Islam yang diberi tugas, tanggung jawab wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama Islamterhadap” masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari`ah) dan masalah budi pekerti (akhlakul karimah)”7. Istilah penyuluh agama mulai disosialisasikan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya keputusan menteri agama Nomor 791 Tahun 1985 tentang honorarium bagi penyuluh agama. Istilah penyuluh agama dipergunakan untuk
6
Adeng Muchtar Ghazali, Agama dan Keberagaman Dalam Kontek Perbandingan Agama, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), 23 7 Bambang Pranowo, Pedoman Penyuluhan, (Jakarta : Cetakan Pertama, 2002), 4 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|52
mengantikan istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai sebelumnya dilingkungan Kedinasan Departemen Agama. Sejak semula Penyuluh Agama merupakan ujung tombak Departemen Agama dalam melaksanakan penerangan agama Islam di tengah pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Peranannya sangat setrategis dalam rangka pembangunan mental, moral dan nilai ketaqwaan umat serta turut mendorong peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang baik dibidang keagamaan maupun pembangunan. Penyuluh Agama Islam adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Penyuluh Agama Islam, yaitu pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mmental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama. Tugas penyuluh agama Islam sekarang ini berhadapan dengan suatu kondisi masyarakat yang berubah dengan cepat yang mengarah pada masyarakat fungsional, masyarakat teknologis, masyarakat saintifik dan masyarakat terbuka. Dengan demikian, setiap penyuluh agama secara terus menerus perlu meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengembangan diri, dan juga perlu memahami visi penyuluh agama serta menguasai secara optimal terhadap materi penyuluhan agama itu sendiri maupun teknik menyampaikannya. Sehingga ada korelasi faktual terhadap kebutuhan masyarakat pada setiap gerak dan langkah mereka. Oleh karena itu selain penyuluh agama memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai, baik penguasaan materi penyuluhan maupun tehnik penyampaian, ia juga mampu memutuskan dan menentukan sebuah proses kegiatan bimbingan dan penyuluhan, sehingga dapat berjalan sistematis, berhasil guna, berdaya guna dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan. Hasil akhir yang ingin dicapai dari penyuluahn agama pada hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukkan melaui pengamalannya yang penuh komitmen dan kosisten disertai wawasan multi cultural, untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain. a. Tujuan Penyuluh Agama Islam Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiataan selesai. Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai maka pihak yang bersangkutan hasuslah dapat memanfaatkan segala sesuatu potensi yang memang dapa tmembawa sesuatu itu tercapai sesutu yang di inginkan. Penyuluhan agama merupakan satu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Bagi proses penyuluhan agama STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
53 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
tujuan merupakan salah satu factor yang penting dan sentral, yang member arah atau pedoman bagi langkah aktivitas penyuluhan. Tujuan penyuluhan juga dapat digunakan sebagai dasar bagi penentuan sasaran dan strategi atau kebijaksanaan penyuluhan, langkahlangkah oprasional, mengandung luasnya skup aktivitas, serta ikut menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan methode dan media yang digunakan. Sedang tujuan penyuluhan agama pada umumnya adalah: a. Tujuan hakiki, ialah menyeru kepada Allah swt (meningkatkan keimanan dan ketaqwaan). b. Tujuan umum, ialah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. c. Tujuan khusus, ialah mengisi segi kehidupanitu dan member bimbingan bagi seluruh masyarakat menurut keadaan dan persoalannya , sehingga Islam berintegrasi dengan seluru kehidupan manusia. d. Tujuan urgen, ialah menyelesaikan dan memecahkan persoalanpersoalan yang ada dalam masyarakat, yakni masalah-masalah yang menghalangi terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. e. Tujuan incidental, ialah menyelesaikan dan memecahkan persoalanpersoalan yang terjadi sewaktu-waktu dalam masyarakat, terutama mengenai penyakit dan kepincangan dalam masyarakat, misalnya penyuapan, pemerasan dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penyuluhan ialah menyeru manusia agar beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan secara oprasional adanya perubahan dari yang negative atau pasif menjadi positif atau aktif, sehingga manusia mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam, sehingga terwujudnya suatu kepribadian yang utuh, keluarga yang harmonis dan masyarakat yang aman dan damai lahir batin, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah swt, yang akhirnya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. b. Peran Penyuluh Agama Islam Tugas penyuluh tidak semata-mata melaksanakan penyuluhan agama dalam arti sempit berupa pengajian saja, akan tetapi keseluruhan kegiatan penerangan baik berupa bimbingan dan penerangan tentang berbagai program pembangunan. Ia berperan sebagai pembimbing umat dengan rasa tanggung jawab, membawa masyarakat kepada kehidupan yang aman dan sejahtera. Posisi penyuluh agama Islam ini sangat strategis baik untuk menyampaikan misi keagamaan maupun misi pembangunan. Penyuluh Agama Islam yang mempunyai SK sebagai Pegawai Negeri Sipil, Ia mendapat tugas sebagai Penyuluh Agama Islam Fungsional, yang mempunyai peranan sangat strategis, karena diberi tugas oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan bimbingan atau
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|54
penyuluh agama dan pembangunan kepada masyarakat melalui bahasa agama. Dalam lingkungan Kementerian Agama peranan penyuluh agama Islam sebagai ujung tombak Kementrian Agama, dimana seluruh persoalan yang dihadapi oleh umat Islam menjadi tugas penyuluh Agama untuk memberi penerangan dan bimbingan. Sehingga sebagai ujung tombak ia dituntut agar ujung tombak itu benar-benar tajam, agar dapat mengenai sasaran yang diinginkan. Bahkan kini, Penyuluh agama sering berperan sebagai corong dari Kementerian agama dimana ia ditugaskan. Peranan inilah yang sering memposisikan penyuluh agama sebagai mahkluk yang dianggap multi talenta. Oleh karena itu, penyuluh agama Islam perlu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan kecakapan serta menguasai berbagai strategi, pendekatan, dan teknik penyuluhan, sehingga mampu dan siap melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan betul-betul professional. Penyuluh Agama Islam Fungsional didalam melaksanakan tugasnya, dibekali oleh surat tugas dan hal-hal yang berkenaan dengan hak-hak sebagai PNS diatur oleh Undang-undang. Akan tetapi sebagai seorang muslim, tugas menyampaikan penyuluhan agama ini merupakan kewajiban setiap muslim, pria atau wanita, karenanya ia harus menyadari bahwa tugas suci ini harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan aktivitas penyuluhan tergantung pada rencana yang telah disusun oleh penyuluh, sebab dengan perencanaan yang baik penyelenggaraan penyuluhan dapat berjalan lebih terarah dan teratur rapi. Sebagai seorang penyuluh Agama Islam yang mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan penyuluhan, sudah barang tentu berusaha agar ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat. Ia dituntut untuk mempersiapkan diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, menguasai metode penyampaian, menguasai materi yang disampaikan, menguasai problematika yang dihadapi oleh obyek penyuluhan untuk dicarikan jalan penyelesaiannya, dan terakhir yang sering dilupakan adalah mengadakan pemantauan dan evaluasi. Oleh karena itu selain penyuluh agama memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai, baik penguasaan materi penyuluhan maupun tehnik penyampaian, ia juga mampu memutuskan dan menentukan sebuah proses kegiatan bimbingan dan penyuluhan, sehingga dapat berjalan sistematis, berhasil guna, berdaya guna dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Pengertian Perilaku Ibadah Dalam mengartikan kata perilaku ada beberapa macam pendapat dari definisi yang mana pengertian perilaku tersebut hampir sama. Dalam
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
55 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
kamus besar bahasa indonesia perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap dari rangsangan yang terwujud dari gerakan-gerakan (sikap) badan atau ucapan8. Perilaku terkadang disamakan dengan tingkah laku yakni perbuatan baik yang disengaja maupun tidak disengaja yang sifatnya abstrak, tidak terwujud yang nampak adalah hasil dari perilaku yakni gejala-gejala yang muncul baik berupa perbuatan maupun ucapan. Pendapat yang sama yang mengenai pengertian perilaku ialah aktivitasaktivitas individu, dalam artian segala yang dikerjakan oleh individu 9. Apapun perbuatan atau aktivitas yang dikerjakan oleh individu itu merupakan pengertian perilaku, jadi pengertian tersebut sama halnya dengan yang diartikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia. Setiap orang pastilah memiliki aktivitas, baik itu aktivitas yang terbiasa atau yang datang secara tiba-tiba. Tingkah laku ditentukan oleh seluruh pengalaman yang didasari oleh pribadi, kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkah lakunya10. Perilaku atau tingkah laku merupakan kesadaran dari diri yang sehingga timbul untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran seseorang. Sebagai contoh seseorang berpikir apabila dirinya menjadi orang yang kaya betapa enaknya hidup ini, semua keinginan akan mudah terkabul. Untuk memperoleh kemudahan menjadi orang kaya, salah satu menjadi jalan yang mudah adalah dengan cara mencuri. Dengan pikiran tersebut maka ia akan melakukannya, ternyata mendapat hasil yang memuaskan bagi dirinya. Dengan demikian otomatisisasi akan selalu mengulanginya terus-menerus, sehinggga pekerjaan itu menjadi pribadinya (seorang pencuri) dan dilakukannya dengan tingkah lakuyang disadari. Selain itu juga pendapat dari Toekijat, bahwa prilaku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan. Tujuan tertentu tidak selalu diikuti secara sadar oleh seorang individu. 11 J.P. Chaplin dalam Dictionary Of Psychology, seperti yang dikutip oleh ramayulis mengisyaratkan ada beberapa macam pengertian tingkah laku. Menurutnya tingkah laku itu sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau balasan yang dilakukan organisme. Tingkah laku juga bisa berarti sesuatu gerak atau komplek gerak-gerik, dan secara khusus tingkah laku juga bearti sesuatu perbuatan atau aktivitas. 12 8
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1995), 751 9 Bimo Walgito.Psikologi Sosial, (Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2003), 13 10 Jalaluddin, Psikologi Agama,( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), 159 11 Toekijat, Dasar-Dasar Motivasi,( Bandung : CV. Pionir Jaya, 2002), 14 12 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), 97 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|56
Sementara itu Budiarjo seperti yang dituliskan oleh ramayulis berpendapat agak berbeda dengan pendapat diatas, menurutnya tingkah laku iti merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan yang dibuat oleh sejumlah mahluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun harus mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada diotak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan, dan sebagainya, tetapi ia juga menyangkut mental sampai aktivitas fisik. Pendapat yang dilontarkan Budiarjo ini sangat menarik, karena sesungguhnya yang disebut tingkah laku itu bukan saja aspek fisik semata, melainkan juga aspek psikis atau mental.13 Sedangkan perkataan ibadah berasal dari pada perkataan bahasa arab yang membawa maksud hamba. Ini berarti , manusia dalam arti kata yang dilahirkan untuk menjadi hamba kepada Alllah SWT. Ibadah diperintahkan oleh Allah SWT kepada manusia disetiap saat/kapan saja dan dimana saja. Selain itu ibadah juga merupakan tujuan manusia diutus kemuka bumi ini. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-qur’an surat Adz Dzariyaat ; Artinya :“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz Dzariyaat : 56). Ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminologi syariat, ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan Allah sebagai syariat, bukan karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, atau karena tuntunan logika, atau akal manusia. Namun defenisi yang lebih konkret dari ibadah dapat dilihat dari definisi yang diberikan oleh Ust. Ibrahim Muhammad Abdullah Al Buraikan dalam bukunya Pengantar Studi Aqidah Islam, yaitu : “ Ibadah adalah nama yang merangkum segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah SWT, baik berupa perkataan, perbuatan yang tampak dan tidak tampak, dengan kencintaan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna, serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan dan menyalahinya 14. Jadi, perilaku ibadah ialah seluruh aktifitas/kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik fisik maupun psikis yang diniatkan sematamata untuk mencari ridho Allah SWT selama apa yang dilakukan sesuai dengan syariat yang ditentukan. d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibadah Agama menyangkut kehidupan batin manusia, oleh karena itu kesadaran agama dan pengamalan agama seseorang lebih menggambarkan 13
Ibid,. 98 Ukki unsoed team. Konsepsi ibadah dalam islam, http://harokah.blogspot.com/kosepsi-ibadah-dalam-islam.html, diakses pada tanggal 12 januari 2015 14
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
57 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia ghaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang15. Beranjak dari kenyataan yang ada, maka perilaku ibadah berbentuk dari dua faktor, yaitu faktor interen dan faktor ekstern. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku ibadah seseorang antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang. Dalam Islam kita mengenal ibadah mahdhoh (murni ibadah) dikarenakan ketentuan-ketentuannya telah ditetapkan oleh syariat, rukun dan hal-hal membatalkannya dan lain-lain. Ibadah ini meliputi sholat, puasa dan zakat. Dan ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah umum), dikatakan ibadah umum karena ibadah ini ada dalilnya tetapi dalam pelaksanaannya diserahkan kepada umat. Mungkin bisa diungkapkan dengan istilah lain sebagai ibadah ritual dan ibadah sosial. Pembagian ini sebenarnya hanya terpaku kepada eksitensi zahir suatu peribadatan saja. Kalaupun kita lebih teliti lagi, baik yang disebut ibadah ritual pasti dampaknya kembali kepada ibadah sosial dan begitu pula sebaliknya. Kita contohkan, shalat adalah bagian dari ibadah. Dalam AlQur’an disebutkan bahwa shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Tentu, shalat yang kita maksud disini adalah shalat dengan arti yang sebenarnya, dalam arti memenuhi syarat-syarat sah shalat, bukan untuk pujian atau selainnya walaupun zahirnya adalah zahir shalat. Jika seseorang melakukan shalat dengan baik dan benar maka shalatnya masuk kategori ayat tadi niscaya ia tidak akan melakukan berbagai macam perbuatan keji maupun munkar, sehingga komunitas sekitarnya akan merasakan dampaknya. Kita bisa bayangkan jika semua orang melaksanakan hal sama seperti apa yang dilakukan pribadi tadi, maka pasti akan terwujud masyarakat yang aman, tertib dan berkeadilan sosial.
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Penggunaan metode ini karena permasalahan belum jelas, holistic, dinamis dan 15
Jalaluddin, Op. Cit.,. 239 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|58
penuh dengan makna. Selain itu metode ini bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori. Adapun Sumber data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder : 1. Sumber Data Primer Data ini diambil melalui wawancara langsung dengan penyuluh Honorer ( PAH ) dan para tokoh agama yang terjun langsung dalam pembinaan keagamaan di masyarakan Batu Dewa. 2. Sumber Data Sekunder Yaitu data yang diambil sebagai penelitian dan sekaligus bahan pendukung yang berupa observasi, dokumentasi dan instrumen peneliti yang secara langsung dilakukan peneliti, agar memperkuat hasil sebagai data penunjang penelitian tersebut. Data ini diambil dari anggota Majlis Taklim, Pengajian dan Risma. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data atau yang dilakukan peneliti berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Untuk memperoleh data yang diperlukan dari penelitian ini, maka penulis akan menggunakan metode sebagai berikut: 1. Observasi Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamaati dan mencatat gejala-gejala yang diselidiki yang dapat disebut observasi/pengamatan. Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan terhadap gejala yang tanpa pada objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga obsever berada bersama. 16 Adapun alasan penelitian kualitatif mengunakan metode observasi (pengamatan) 2. Wawancara Nasution mengemukakan wawancara (interview) adalah “suatu bentuk komunikasi verbal oleh satu orang atau lebih dengan tujuan untuk memperoleh suatu informasi”.17 Interview dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran PAH dalam membina anak-anak dalam meningkatkan prilaku ibadah. 3. Dokumentasi Dimaksud dengan dokumentasi dalam pelaksanaan penelitian adalah melakukan pencarian data dengan menelaah dokumen-dokumen atau informasi yang tercatat dalam buku catatan. Sehubungan dengan penelitian ini maka dokumentasi dugunakan untuk menyaring
16
Amirul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan II, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 1998),129 17 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). 26 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
59 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
kelengkapan data yang ada demi mendukung dalam memecahkan permasalahan yang diteliti. Kegiatan analisis data merupakan pekerjaan pengumpulan data, dalam penelitian kualitatif harus diikuti langsung dan menuliskan, mengklasifikasikan, menyajikan data sepanjang pengumpulan data, kemudian dalam non statistik ini akan menggunakan pendekatan sebagai berikut : a. Metode deduktif, yaitu berfikir dari kesimpulan atau keputusan umum untuk memperoleh kesimpulan atau keputusan khusus. b. Metode induktif, yaitu berfikir dari keputusan dan kesimpulan khusus untuk memperoleh kesimpulan umum.18 Kemudian menarik kesimpulan dengan menggunakan kedua metode ini. c. Trianggulasi Data yaitu teknik yang lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu dilakukan dengan menguji pemahaman peneliti dengan pemahaman informasi tentang hal-hal yang diinformasikan kepada peneliti.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Peran Penyuluh Agama Islam Dalam Perubahan Perilaku Ibadah Anak Di Desa Batu Dewa Penyuluh agama Islam merupakan para juru dakwah yang diberi hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama islamterhadap”masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari`ah) dan masalah budi pekerti (akhlakul karimah)” . yang ada di desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara. Kegiatan penyuluh agama Islam dilaksanakan di desa Desa Batu Dewa ini. diungkapkan oleh Bapak Firmansyah selaku kepala desa Batu Dewa sebagai berikut: “Latar belakang diadakannya penyuluh agama Islam di desa Batu Dewa ini adalah karena masyarakat belum mempunyai wadah untuk menuntut ilmu agama dan bersilaturahmi. Hal ini mendorong niat kami (masyarakat) untuk membentuk dan mengembangkan kegitan penyuluhan agama Islam, karena masyarakat merasa perlu memiliki pengetahuan agama yang luas dari kegiatan penyuluhan agama Islam”19. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Joni selaku Imam di Desa Batu Dewa sebagai berikut. “Kegiatan penyuluh agama islam yang ada di desa kami memang sudah berjalan dengan epektif, dan perannya sangat membantu kami baik perangkat desa maupun perangkat masjid dalam mendidik akhlak anak-anak yang ada di desa kami, masyarakat senang sekarang sudah mempunyai wadah tempat menimbah ilmu
18
Ibid, h.41 Wawancara Dengan Bapak Firmansyah, Kepala Desa Batu Dewa, Tanggal 28 April 2015 19
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|60
agama islam dan bisa mengetahui lebih dalam tentang ajaran agama islam untuk menata kehidupan yang lebih baik” 20. Dari hasil wawancara di atas peneliti ingin mendapatkan kebenaran yang lebih jelas lagi untuk itu peneliti mewawancarai kepala Kantor Urusan Agama mengenai peran penyuluh agama Islam dalam perubahan perilaku ibadah anak. Hal ini di ungkapkan oleh bapak Yusman Haris menyatakan bahwa : “Penyuluh agama Islam merupakan ujung tombak kementrian agama yang diberi tugas, tanggung jawab wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama islamterhadap” masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari`ah) dan masalah budi pekerti (akhlakul karimah) anak-anak yang ada di Desa Batu Dewa”21. Dari hasil wawancara di atas tampak bahwa kegiatan penyuluhan agama Islam ini diadakan dengan dasar kemauan dan untuk belajar demi untuk menambah wawasan mereka tentang agama Islam, dan mempererat ikatan silaturahmi satu sama lain. Perilaku Ibadah Anak Sebelum Adanya Penyuluh Agama Islam Desa Batu Dewa merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Bermani Ulu Raya, awalnya di desa Batu Dewa tidak mempunyai penyuluh agama dalam hal ini banyak sekali terjadi keluhan dari masyarakat dan oran tua tentang perilaku ibadah anak-anak yang kurang baik, Sesuai yang dipaparkan olehibu Mila Sari selaku penyuluh agama di desa Batu Dewa sebagai berikut: “Sebelum adanya kegiatan bimbingan keagamaan ini memang banyak sekali terjadi keluhan dari orang tua dan masyarakat sekitar, tentang perilaku ibadah anak-anak di desa kami yang kurang baik anak-anak banyak yang belum bisa mengaji, cara berwudhu dan cara sholat yang baik dan benar dan masih banyak anak-anak yang belum mengetahui tentang ajaran agama islam, baik itu tentang aqidah, akhlak, dan hukum-hukum islam”22. Dari wawancara diatas diketahui bahwa masih banyak anak-anak yang belum mengetahui ajaran agama islam,anak-anak di desa Batu Dewa masih banyak yang belum tahu mengaji, cara sholat yang baik serta kurang memahami hukum-hukum dalam islam. Berdasarkan hasil wawancara dengan Darlinda anak yang ada di desa Batu Dewa sebagai berikut: “Kalau sebelum adanya kegiatan bimbingan keagamaan banyak yang belum saya ketahuidalam ajaran agama islam, saya belum bisa mengaji dengan tajwidnya, belum memahami cara sholat yang baik, tentang akhlak kepada kedua orang tua, akantetapi yang menyebabkan saya lalai saya mempunyai kesibukan lain seperti 20
Wawancara Dengan Bapak Joni, Imam Desa Batu Dewa, Tanggal 29 April 2015 Wawancara Dengan Bapak Yusman Haris, Kepala Kantor Urusan Agama, Tanggal, 5 Mei 2015 22 Wawancara Dengan Ibu Mila Sari, Penyuluh Agama, Tanggal, 5 Mei 2015 21
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
61 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
kekebun, membantu pekerjaan dirumah, dan saya berharap setelah adanya bimbingan keagamaan di desa kami bisa membantu kami untuk mengetahui ajaran agama islam23. Senada dengan yang diungkapkan oleh Azahra anggota bimbingan keagamaan sebagai berikut: “Kalau sebelum adanya kegiatan bimbingan keagamaan memang kami anak-anak di desa Batu Dewa masih banyak yang belum mengetahui ajaran agama islam, masih banyak anak-anak yang belum bisa mengaji24. Dari wawancara diatas tampak bahwa perilaku ibadah anak sebelum mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan, bisa dikatakan sudah cukup aktif dan baik, karena seperti yang telah kita ketahui di sisi lain mungkin mereka juga punya kesibukan tersendiri di luar kegiatan bimbingan keagamaan, jadi kalau memang mereka tidak bisa mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan secara penuh dalam satu bulan, misalkan mereka hanya bisa menghadiri dalam satu bulan itu hanya enam kali pertemuan, itu bisa dikatakan hal yang wajar, mungkin memang ada hal lain yang tidak bisa mereka tinggalkan sehinnga harus izin satu kali atau dua kali pertemuan dalam satu bulan. Perilaku Ibadah Anak Setelah Adanya Penyuluh Agama Islam Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yusman Haris25. Selaku kepala kantor urusan agama kecamatan Curup Utara menjelaskan berbagai macam perubahan perilaku ibadah anak setelah adanya penyuluh agama islam yang ada di Desa Batu Dewa yaitu sebgai berikut: Pengetahuan Baca Al-Qur’an Kegiatan ini sengaja dilakukan pada setiap pertemuan, guna untuk memperlancar, dan cepat fasih dalam baca Al-Qur’an, dan supaya nantinya anak-anak ini akan lebih mudah mengingat bacaan-bacaan yang mereka pelajari. a. Pengetahuan Ceramah Agama Kegiatan ini juga rutin dilakukan pada setiap pertemuan, karena ceramah agama ini sangat penting dalam kegiatan penyuluhan agama Islam untuk memperlancar dan memberanikan diri berbicara di depan orang banyak. Dalam hal ini ada sesi Tanya jawab antara penyuluh dengan anak-anak. 23
Wawancara dengan Darlinda, Anggota Penyuluhan Bimbingan Keagamaan, Tanggal 8 Mei 2015 24 Wawancara dengan Azahra, Anggota Penyuluhan Bimbingan Keagamaan, Tanggal 9 Mei 2015 25
Wawancara dengan Bapak Yusman Haris, Tanggal 11 Mei 2015
Kepala Kantor Urusan Agama,
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|62
b. Pengetahuan Do’a dan Zikir Kegiatan menghafal yang dimaksud disini yaitu berupa menghafal do’a, menghafal asmaul husna, serta membaca sholawat dan di tambah pula dengan zikir bersama. c. Pengetahuan Tentang Cara Wudhu dan Sholat Bentuk dari kegiatan praktik dalam kegiatan bimbingan keagamaan ini adalah yang menjadi tugas para pengajar memberikan langsung pengarahan tentang kegiatan seperti cara sholat yang baik dan benar, cara berwudhu, melatih kegiatan cerama agama dan lainnya. Berikut pemaparan dari yang berinisial “As” untuk mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan. Yang membuat saya mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan ini karena saya ingin belajar bersama dengan anak-anak yang lain, dan banyak juga anak-anak yang mengikuti kegiatan ini, jadi saya berpikir apa salahnya saya ikut juga, kegiatannya juga sangat bagus, seperti belajar baca Al-Qur’an kegiatan mendengar Ceramah Agama, kegiatan menghafal, zikir bersama dan kegiatan lainnya, ini yang membuat saya menjadi tertarik untuk ikut kegiatan bimbingan keagamaan, dan banyak juga program yang saya senangi26. Senada dengan yang diungkapkan oleh Nur Baiti anggota bimbingan keagamaan sebagai berikut saya mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan inikarena saya ingin belajar ilmu agama, sebelum adanya penyuluh agama ini pengetahuan saya tentang agama islam bisa dikatakan sangat kurang, alhamdullilah setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan banyak ilmu yang saya dapatkan salah satunya saya mulai lancar baca Al-Quran dan suda banyak memahami tajwidnya27. Kemudian peneliti ingin mendapat kebenaran yang lebih jelas lagi untuk itu peneliti melakukan wawancara dengan seorang anak anggota bimbingan keagamaan hal ini dijelaskan ole Putra Dioba menyatakan bahwa : “Selama beberapa bulan saya mengikuti bimbingan keagamaan banyak hal yang saya ketahui tentang ajaran agama islam, baik itu tentang akhlak, hukum-hukum dalam islam, dan saya terapkan di dalam kehidupan saya, akan tetapi banyak permasalahan yang belum bisa saya selesaikan sendiri. Hal ini memotivasi saya untuk terus mengikuti bimbingan keagamaan yang ada di desa kami28.
26 27
Wawancara dengan As, Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 11 Mei 2015 Wawancara dengan Nur Baiti, Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 11 Mei
2015 28
Wawancara dengan Putra Dioba, Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 12 Mei 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
63 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
Banyak pengetahuan yang mereka dapatkan setelah mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan, karena memang secara langsung mereka belajar bersama dalam kegiatan ini, anak-anak diberi pelajaran, pemahaman tentang agama serta arahan oleh penyuluh. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh ibu Maria selaku penyuluh agama di desa Batu Dewa sebagai berikut. “Banyak pelajaran yang bermanfaat, bagi anak-anak di desa Batu Dewa, banyak pengalaman juga, pengetahuan tentang masalah hukum, akhlak, akidah, dan lainnya, secara bertahap anak-anak sudah mulai memahami apa yang ia pelajari dari kegiatan bimbingan keagamaan” 29. Dari wawancara yang dilakukan diatas dapat diketahui bahwa perubahan perilaku ibadah anak yang relatif singkat dalam kegiatan bimbingan keagamaan yang telah diterapkan sudah mendapatkan solusi dari permasalahan anak-anak di di Desa Batu Dewa. Peneliti berpendapat bahwa materi dalam kegiatan bimbingan keagamaan suda cukup bagus, seperti kegiatan baca Al-Qur’an dan kegiatan lainnya. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Ibadah Anak Agama menyangkut kehidupan batin manusia, oleh karena itu kesadaran agama dan pengamalan agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada, kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia ghaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Beranjak dari kenyataan yang ada, maka perubahan perilaku ibadah anak terbentuk dari dua faktor, yaitu 1. movasi, yaitu dorongan kepada suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Jadi yang menjadi motivasi anak-anak Desa Batu Dewa yaitu sebagai berikut: a. Motivasi belajar, dan untuk menuntut ilmu. b. Anak-anak senang karena untuk yang mau mengikuti bimbingan keagamaan ini di beri juz amah dan Al-Qur’an secara cuma-cuma oleh bapak Rozi selaku tokoh masyarakat di desa Batu Dewa. c. Karena di tempat bimbingan keagamaan ini ada program yang di bentuk oleh bapak Rohidin selaku kepala kantor urusan agama, yaitu berupa hafalan, bagi anak-anak yang bisa menghafal 99 Asmaul Husna ia akan diberi hadiah pakaian bagi yang hafal, hadiah ini sengaja 29
Wawancara dengan ibu Maria Anggota Majelis Taklim At-Taubah, Tanggal 16 Mei 2014 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|64
diberikan dengan suka rela oleh bapak Joni. Sebagai motivator atau menarik perhatian anak-anak untuk semakin rajin mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa motivasi anak-anak di kegiatan bimbingan keagamaan karena untuk menuntut ilmu, dan karena adanya program yang menarik yaitu hafalan Asmaul Husna, serta pemberian bahan pakaian secara cuma-cuma. Berikut pemaparan motivasi dari Fernando untuk mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan. “Yang membuat saya mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan ini karena saya ingin belajar bersama dengan anak-anak yang lain, dan banyak juga anak-anak yang mengikuti kegiatan ini, jadi saya berpikir apa salahnya saya ikut juga, kegiatannya juga sangat bagus, seperti belajar baca Al-Qur’an kegiatan mendengar Ceramah Agama, kegiatan menghafal, zikir bersama dan kegiatan lainnya, ini yang membuat saya menjadi tertarik untuk ikut kegiatan bimbingan keagamaan, dan banyak juga program yang saya senangi”30. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui yang menjadi motivasi anak-anak untuk mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan itu ada pada kegiatannya, Dengan mereka melihat dari proses kegiatannya secara langsung, disanalah mereka akan mendapat dorongan atau termotivasi untuk mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan. Penyuluh agama sebagai komunikasi kelompok, yaitu kelompok belajar, kelompok belajar adalah sekelompok orang yang ingin mendalami pengetahuan yang sama dan mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk belajar. Seperti halnya kelompok belajar dalam bimbingan keagamaan, mereka bersama-sama belajar untuk memahami apa yang mereka belum ketahui, dan anak-anak ini mempunyai tujuan yang sama yaitu menambah pengetahuan dan menimba ilmu pada kelompok belajar yang ada di kegiatan bimbingan keagamaan. Dan pelajaran yang mereka pelajari dalam kelompok belajar yaitu mengenai akidah, akhlak, hukum Islam, belajar mengaji, belajar cara sholat dan cara berwudhu yang baik dan benar. a. Bakat Yang Berhubungan Dengan Kegiatan Penyuluh Agama Bakat anak-anak di kegiatan bimbingan keagamaan yaitu cerama atau MTQ, anak-anak bisa lebih mendalami kemampuan mereka, kemudian anak-anak yang pandai mengaji, ada juga yang pernah mengikuti MTQ. Dan ada juga anak-anak yang pandai cerama pernah mengikuti cerama agama tingkat kecamatan, ia bisa terus mendalami cara mengaji dan cerama tersebut melalui kegiatan 30
Wawancara dengan Fernando, Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 11 Mei 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
65 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
bimbingan keagamaan, dan siapa tahu dengan bakat yang ada pada dirinya anak-anak ini bisa membuat bangga orang tua dan desa Batu Dewa tempat mereka tinggal, dengan kepandaian dan bakat yang mereka punya. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh Ibu Rusmayeni selaku penyuluh agama di desa Batu Dewa sebagai berikut: “Dalam kegiatan bimbingan keagamaan ini anak-anak sering mengikuti kegiatan seperti perlombaan, perlombaan yang sering diikuti, seperti MTQ terbaik di Curup utara, dan ada juga yang pernah mengikuti perlombaan ceramah agama.”31. Senada dengan yang diungkapkan oleh Nur Baiti anggota bimbingan keagamaan sebagai berikut. “Di kegiatan saya aktif, setiap ada perlombaan saya ikuti sama dengan anakanak yang lain, belajar ceramah juga menyenangkan, juga dapat menghibur bagi kami32”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan keagamaan terdapat beberapa bakat anakanak yang membuat mereka menjadi semakin aktif, ada juga anak-anak yang pandai dan senang menyanyi lagu-lagu Qasidah, dan anak-anak yang pandai mengaji, dan pernah mengikuti MTQ. b. Kebutuhan Dari Dalam Kebutuhan dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan rohani. Kebutuhan dari dalam yang akan dipaparkan dalam penelitian ini yaitu kebutuhan para anak-anak akan pengetahuan, ilmu, pengalaman, serta wawasan yang luas. Kebutuhan dari dalam ini yang akan mendorong anak-anak untuk ikut sarta dan aktif dalam kegiatan bimbingan keagamaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Umami selaku anggota bimbingan keagamaan menerangkan. “Kekurangan akan pengetahuan yang membuat saya, khususnya anak-anak yang ada di tempat bimbingan keagamaan ini, merasa ingin mencoba belajar akan hal-hal yang memang belum kami ketahui, yaitu pengetahuan tentang akidah, akhlak, dan ilmu-ilmu agama Islam lainnya. Jadi dengan mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan ini setidaknya kami bisa belajar bersama-sama, atau memahami pengarahan/ajaran yang di sampaikan oleh pengajar, kepada kami”33.
31
Wawancara dengan ibu Rusmayeni, Penyuluh Agama Tanggal, 14 Mei 2015 Wawancara dengan Nur Baiti Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 15 Mei 2015 33 Wawancara dengan Umami Anggota PenyuluhanBimbingan Keagamaan, Tanggal 15 Mei 2015 32
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|66
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa faktor untuk menimbulkan rasa tertarik seseorang itu tergantung kepada kebutuhannya, seperti penjelasan diatas, dengan kesadaran yang anak-anak miliki, dan mereka merasa membutuhkan perkembangan pada diri mereka tentang agama, sehingga mereka berminat dan saling mendukung untuk keinginan bersama dalam kegiatan bimbingan keagamaan. Kegiatan bimbingan keagamaan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak yang mengikuti kegiatannya, banyak manfaat yang bisa mereka dapatkan dalam kegiatan ini. 2. Faktor Eksternal a. Faktor Sosial Faktor sosial ini berupa keadaan yang ada pada lingkungan atau masyarakat. Faktor sosial yang akan dipaparkan disini yaitu yang berkaitan dengan kondisi yang ada dilingkungan di Desa Batu Dewa seperti tetangga, keluarga, teman-teman anak-anak yang ada di desa Batu Dewa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Fatima selaku anggota kegiatan bimbingan keagamaan sebagai berikut. “Kalau dari keluarga, semuanya mengikuti bimbingan keagamaan di sekeliling rumah, semuanya famili mereka semua mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan, dan teman-teman juga banyak mengikuti kegiatan ini, mereka juga sama seperti saya yang membutuhkan pengetahuan dan wawasan” 34. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kerja sama antar penyuluh agama di masyarakat di desa Batu Dewa sudah cukup berjalan dengan baik, anak-anak mempunyai keinginan dan niat untuk belajar. Mereka mempunyai kekompakan untuk mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan, saling mengajak antara satu sama lain. Dan hal ini perlu untuk dikembangkan lagi supaya anak-anak yang belum mengikuti bimbingan keagamaan akan merasa tertarik dan berminat untuk mengikutinya. b. Faktor Lingkungan Fisik Faktor lingkungan fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah dapat berupa, fasilitas belajar, atau tempat kegiatan bimbingan keagamaan, tempat menimba ilmu. Faktor lingkungan fisik yang akan dipaparkan disini yaitu fasilitas yang ada pada bimbingan keagamaan, berupa tempat pelaksanaan bimbingan keagamaan (masjid), dan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan keagamaan. 34
Wawancara dengan Fatima Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 15 Mei 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
67 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Roilawati selakupenyuluh agama, menjelaskan sebagai berikut: “Kalau masalah tempat pelaksanaan kegiatan bimbingan keagamaan itu dilaksanakan dimasjid desa Batu Dewa, masjidnyapun cukup bagus dan luas, peralatan yang lainnya kita juga bisa gunakan alat-alat di masjid, seperti yasin, Al-Qur’an, mikropon, alat-alat yang kurang dalam kelompok kita bisa menggunakan yang ada di masjid. Seperti alat rebana itu kita sudah punya sendiri di kelompok, kita juga sudah mempunyai seragam busana sendiri dalam kelompok, ada seragam untuk seluruh anggota ada juga seragam khusus untuk klub rebana. Tetapi kami masih mengusahakan untuk peralatan teknologi, seperti kamera digital, untuk dokumentasi kegiatan kelompok, karena untuk kegiatan-kegiatan yang sudah-sudah kita masih menggunakan alat teknologi sendiri-sendiri, itupun cuma beberapa anak-anak yang punya. Jadi masih kami usahakan secepat mungkin untuk bisa membeli kamera khusus untuk kelompok bimbingan keagamaan35. Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasannya fasilitas yang ada pada kegiatan bimbingan keagamaan juga dapat dijadikan faktor menumbuhkan minat anak-anak untuk mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan, semakin lengkap dan bagus fasilitas yang ada akan semakin banyak menimbulkan rasa tertarik anak-anak untuk mengikuti bimbingan keagamaan. Sesuai dengan yang di paparkan oleh Darlinda anggota bimbingan keagamaan sebagai berikut. “Semakin lengkap fasilitas yang kita punya, itu akan menambah semangat bagi kami untuk terus menghadiri kegiatan bimbingan keagamaan, kita belajar otomatis pasti memerlukan kenyamanan, untuk tempat pelaksanaan sudah bagus, masjidnya sangat luas dan bersih, namun perlengkapan kegiatan masih tetap harus terus diperhatikan, masih banyak alat-alat yang perlu ditambah supaya lebih lengkap”36. Mengutip dari hasil wawancara diatas bahwasannya fasilitas perlengkapan, yang ada pada kegiatan bimbingan keagamaan masih membutuhkan penambahan, namun hal ini tidak mengurangi niat mereka untuk belajar. Dalam kegiatan bimbingan keagamaan sarana dan prasarana untuk kegiatan memang sangat dibutuhkan khususnya tempat untuk pelaksanaan bimbingan keagamaan, masjid adalah tempat yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan keagamaan. c. Faktor Lingkungan Spiritual Keimanan Faktor lingkungan spiritual keimanan yang akan dipaparkan dalam hal ini adalah berupa keadaan agama/keyakinan penduduk desa 35
Wawancara dengan Ibu Roilawati Penyuluh Agama, Tanggal 16 Mei 2015 Wawancara dengan Darlinda Anggota Penyuluhan Bimbingan Keagamaan, Tanggal 16 Mei 2015 36
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|68
Batu Dewa, penduduk desa Batu Dewa seluruhnya beragama Islam. Sepanjang pengetahuan peneliti agama inilah yang dianut masyarakat desa Batu Dewa secara turun temurun dari nenek moyang mereka terdahulu. Disamping itu mereka cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan keagamaan baik itu merupakan perayaan Hari Besar Islam, dan kegiatan lain yang menyangkut keagamaan. Dapat diketahui bahwasannya dilingkungan yang ada pada seputar kegiatan bimbingan keagamaan semua masyakatnya beragama Islam, jadi faktor ini juga menjadi penguat untuk anak-anak mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan, karena semua masyarakat yang ada di desa Batu Dewa mempunyai keyakinan yang sama yaitu beragama Islam. Akhlak anak-anak sebelum mengikuti bimbingan keagamaan dan sesudah mengikuti bimbingan keagamaan di desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara. Dalam perubahan perilaku ibadah anak-anak terutama di Desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara di mana bimbingan keagamaan ini di berikan, biasanya bimbingan keagamaan di berikan di mana tempat anak-anak itu belajar mengaji (masjid). Alasan mengapa bimbingan keagamaan ini di berikan agar dapat mengentaskan masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari`ah) dan masalah budi pekerti (akhlakul karimah) selain itu bimbingan keagamaan ini di berikan agar anak-anak di Desa Batu Dewa mampu mengembangkan dan mamahami dirinya dengan baik. Seperti halnya di di Desa Batu Dewa penyuluh agama Islam merupakan bantuan bimbingan keagamaan yang di berikan kepada anak-anak yang mengalami masalah akhlak,baik yang di alami dirinya sendiri maupun memiliki masalah dengan orang lain. Siapa yang memberi dan kepada siapa bimbingan keagamaan di berikan yaitu pada penelitian ini terkhusus anak-anak di Desa Babakan Baru, yang memberikan bimbingan keagamaan adalah penyuluh agama Islam.
Peran Penyuluh Agama Islam Dalam Perubahan Perilaku Ibadah Anak Batu Dewa Di Desa Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Joni selaku Imam Desa Batu Dewa, menjelaskan sebagai berikut: “Kegiatan penyuluh agama islam yang ada di desa kami memang sudah berjalan dengan epektif, dan perannya sangat membantu kami baik perangkat desa maupun perangkat masjid dalam mendidik akhlak anak-anak yang ada di desa kami, masyarakat senang sekarang sudah mempunyai wadah tempat menimbah ilmu agama islam dan bisa mengetahui lebih dalam tentang ajaran agama islam untuk menata kehidupan yang lebih baik”37. 37
Wawancara Dengan Bapak Joni, Imam Desa Batu Dewa, Tanggal 29 April 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
69 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
Dari hasil wawancara di atas peneliti ingin mendapatkan kebenaran yang lebih jelas lagi untuk itu peneliti mewawancarai kepala Kantor Urusan Agama mengenai peran penyuluh agama Islam dalam perubahan perilaku ibadah anak. Hal ini di ungkapkan oleh bapak YusmaHaris Menyatakan bahwa : “Penyuluh agama Islam merupakan ujung tombak kementrian agama yang diberi tugas, tanggung jawab wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama islamterhadap”perannya sangat strategis dalam menyelesaikan masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari`ah) dan masalah budi pekerti (akhlakul karimah) anak-anak yang ada di Desa Batu Dewa”38. Sedangkan menurut teori Ahmad Mansyur Surya Negara, menjelaskan peran penyuluh agama islam sebagai berikut : Penyuluh agama adalah aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada tingkah laku pembaharuannya. Oleh karena itu, yang menjadi inti tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat secara kultural39. Dari hasil wawancara dan teori yang peneliti peroleh, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasanya kegiatan penyuluh agama islam memang sudah berjalan dengan epektif, kegiatan penyuluhan agama Islam ini diadakan dengan dasar kemauan untuk belajardan untuk menambah wawasan mereka tentang agama Islam, dan perannya sangat membantu baik perangkat desa maupun perangkat masjid dalam mendidik ”masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari`ah) dan masalah budi pekerti (akhlakul karimah)”.Anak-anak yang ada di desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara. a. Perilaku Ibadah Anak Sebelum Adanya Penyuluh Agama Islam Berdasarkan hasil wawancara yang dipaparkan olehibu Mila Sari selaku penyuluh agama di desa Batu Dewa sebagai berikut: “Sebelum adanya kegiatan bimbingan keagamaan ini memang banyak sekali terjadi keluhan dari orang tua dan masyarakat sekitar, tentang perilaku ibadah anak-anak di desa kami yang kurang baik anak-anak banyak yang belum bisa mengaji, cara berwudhu dan cara sholat yang baik dan benar dan masih banyak anak-anak yang belum mengetahui tentang ajaran agama islam, baik itu tentang aqidah, akhlak, dan hukum-hukum islam”40.
38
Wawancara Dengan Bapak Yusman Haris, Kepala Kantor Urusan Agama, Tanggal, 5 Mei 2015 39 Asep Myiddin, Metode Pengembangan Dakwah,, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002, h. 28 40 Wawancara Dengan Ibu Mila Sari, Penyuluh Agama, Tanggal, 5 Mei 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|70
Dari wawancara diatas diketahui bahwa masih banyak anak-anak yang belum mengetahui ajaran agama islam,anak-anak di desa Batu Dewa masih banyak yang belum tahu mengaji, cara sholat yang baik serta kurang memahami hukum-hukum dalam islam. Berdasarkan hasil wawancara dengan Darlindaanak yang ada di desa Batu Dewa sebagai berikut: “Kalau sebelum adanya kegiatan bimbingan keagamaan banyak yang belum saya ketahuidalam ajaran agama islam, saya belum bisa mengaji dengan tajwidnya, belum memahami cara sholat yang baik, tentang akhlak kepada kedua orang tua, akantetapi yang menyebabkan saya lalai saya mempunyai kesibukan lain seperti kekebun, membantu pekerjaan dirumah, dan saya berharap setelah adanya bimbingan keagamaan di desa kami bisa membantu kami untuk mengetahui ajaran agama islam41. Dari wawancara diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwaperilaku ibadah anak sebelum mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan, bisa dikatakan masih banyak anak-anak yang belum bisa mengaji, cara wudhu, cara sholat yang baik dan belum mengetahui tentang ajaran-ajaran agama islam yang lain. Karena seperti yang telah kita ketahui di sisi lain mungkin mereka juga punya kesibukan tersendiri di luar kegiatan bimbingan keagamaan. Berdasarkan implimentasi diatas, penyuluh agama islam dan orang tua memang harus memperhatikanpermasalahan yang sedang dihadapi oleh anak-anak di desa Babakan Baru, dengan adanya bimbingan keagamaan anak-anak harus bisa mengaji dengan tajwidnya, cara, wudhu, cara sholat, pelajaran tentang akhlak dan hukum-hukum dalam islam. b. Perilaku Ibadah Anak Sesudah Adanya Penyuluh Agama Islam Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rohidin 42. Selaku kepala kantor urusan agama kecamatan Bermani Ulu Raya menjelaskan berbagai macam perubahan perilaku ibadah anak setelah adanya penyuluh agama islam yang ada di Desa Batu Dewa yaitu sebgai berikut: a). pengetahuan Baca Al-Qur’an Kegiatan ini sengaja dilakukan pada setiap pertemuan, guna untuk memperlancar, dan cepat fasih dalam baca Al-Qur’an, dan supaya nantinya anak-anak ini akan lebih mudah mengingat bacaan-bacaan yang mereka pelajari. b). Pengetahuan Ceramah Agama Kegiatan ini juga rutin dilakukan pada setiap pertemuan, karena ceramah agama ini sangat penting dalam kegiatan penyuluhan agama 41
Wawancara dengan Darlinda, Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 8 Mei
2015 42
Wawancara dengan Bapak Rohidin, Kepala Kantor Urusan Agama, Tanggal 11
Mei 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
71 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
Islam untuk memperlancar dan memberanikan diri berbicara di depan orang banyak. Dan dalam hal ini ada sesi Tanya jawab antara penyuluh dengan anak-anak. c). Pengetahuan Do’a dan Zikir Kegiatan menghafal yang dimaksud disini yaitu berupa menghafal do’a, menghafal asmaul husna, serta membaca sholawat dan di tambah pula dengan zikir bersama. d). Pengetahuan Tentang Cara Wudhu dan Sholat Bentuk dari kegiatan praktik dalam kegiatan bimbingan keagamaan ini adalah yang menjadi tugas para pengajar memberikan langsung pengarahan tentang kegiatan seperti cara sholat yang baik dan benar, cara berwudhu, melatih kegiatan cerama agama dan lainnya. Kemudian peneliti ingin mendapat kebenaran yang lebih jelas lagi untuk itu peneliti melakukan wawancara dengan seorang anak anggota bimbingan keagamaan hal ini dijelaskan ole Putra Dioba menyatakan bahwa : “Selama beberapa bulan saya mengikuti bimbingan keagamaan banyak hal yang saya ketahui tentang ajaran agama islam, baik itu tentang mengaji dengan tajwidnya, cara sholat yang baik, akhlak, hukum-hukum dalam islam, dan saya terapkan di dalam kehidupan saya, akan tetapi banyak permasalahan yang belum bisa saya selesaikan sendiri. Hal ini memotivasi saya untuk terus mengikuti bimbingan keagamaan yang ada di desa kami.43 Dari hasil wawancara yang dilakukan diatas dapat diketahui bahwa perubahan perilaku ibadah anak yang relatif singkat dalam kegiatan bimbingan keagamaan yang telah diterapkan sudah mendapatkan solusi dari permasalahan anak-anak di Desa Batu Dewa anak-anak sudah bisa mengaji dengan tajwinya, sudah bisa sholat dengan baik dan benar dan sudah mengetahui tentang ajaran-ajaran dalam islam. Peneliti berpendapat bahwa materi dalam kegiatan bimbingan keagamaan memang suda cukup bagus, seperti kegiatan baca Al-Qur’an dan kegiatan lainnya. Akan tetapi kementrian agama harus terus memperhatikan keperluan apa saja yang di butuhkan oleh pihak kantor urusan agama dalam mempasilitasi penyuluh agama islam untuk melaksanakan kegiatan bimbingan keagamaan khususnya di desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara. c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Ibadah Anak Agama menyangkut kehidupan batin manusia, oleh karena itu kesadaran agama dan pengamalan agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada, kaitannya dengan sesuatu yang 43
Wawancara dengan Putra Dioba, Anggota Bimbingan Keagamaan, Tanggal 12
Mei 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|72
sakral dan dunia ghaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Beranjak dari kenyataan yang ada, maka perubahan perilaku ibadah anak terbentuk dari dua faktor, yaitu faktor interen dan faktor akstern. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Roilawati Selaku penyuluh agama sebagai berikut : “Yang mempengaruhi perubahan perilaku ibadah anak di Desa Batu Dewa terbentuk dari dua faktor, yaitu faktor interen dan faktor akstern (dari dalam diri) seperti, Motivasi dan Bakat, (dari luar diri) seperti, Faktor Sosial, Faktor Budaya dan Faktor Lingkungan Fisik”44. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bapak Oscar selaku penyuluh agama di desa Batu Dewa sebagai berikut: “Dalam kegiatan bimbingan keagamaan ini anak-anak sering mengikuti kegiatan seperti perlombaan, perlombaan yang sering diikuti, seperti MTQ terbaik di kecamatan Curup Utara, dan ada juga yang pernah mengikuti perlombaan ceramah agama oleh yang mewakili.”45. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan keagamaan terdapat beberapa bakat anak-anak yang membuat mereka menjadi semakin aktif, ada juga anak-anak yang pandai dan senang menyanyi lagu-lagu Qasidah, dan anak-anak yang pandai mengaji, dan pernah mengikuti MTQ.
Kesimpulan Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapatlah diambil kesimpulan mengenai peran penyuluh agama Islam dalam perubahan perilaku ibadah anak sebagai berikut: 1. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam memang sudah berjalan dengan efektif, pelaksanaan kegiatannya di desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara pada hari senin dan kamis. Kegiatannya di mulai pada jam 14.00 WIB sampai jam 16.30 WIB selesai. Penyuluhan Agama Honorer mengembangkan kegiatan baca Al-Qur’an, ceramah agama, menghafal, praktik sholat, Praktik wudhu, dan kegiatan mempelajari ajaran agama Islam. 44 45
Wawancara dengan Ibu Roilawati, Penyuluh Agama, Tanggal 11 Mei 2015 Wawancara dengan Bapak Oscar, Penyuluh Agama Tanggal, 14 Mei 2015 STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
73 | Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
2. Minat anak-anak mengikuti penyuluhan keagamaan, yaitu Perhatian anak-anak yang menentukan sikap kemudian menjadi sebuah keinginan secara sadar, sehingga tergerak hatinya untuk mengikuti penyuluhan keagamaan secara aktif.Faktor-faktor yang menentukan perubahan perilaku ibadah anak di Desa Batu Dewa Kecamatan Curup Utara , diantaranya faktor internal (dari dalam diri) yang berupa: Motivasi, bakat, kebutuhan dari dalam, kemudian faktor eksternal (dari luar diri) yang berupa: Faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor lingkungan spiritual keimanan.
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Cikdin: Peran Penyuluh Agama Honorer|74
Daftar Pustaka Adeng Muctar Ghazali, Agama dan Keberagaman Dalam Konteks Perbandingan Agama, Pustaka Setia : (Bandung, 2004) An-Nabiri Fathul Bahri, Meneliti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: Sinar Grafika Offsite, 2008) Arifin Isep Zainal, Bimbingan Penyuluhan Islam: Pengembangan Dakwah Bimbingan Psikoterapi Islam,Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009 ArikuntoSuharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2001 Asep Myiddin, Metode Pengembangan Dakwah, , CV Pustaka Setia : Bandung, 2002 Asep Nurdin, “Penyuluh Agama Islam”, Http//Asep Nurdin. Wordpress.Com, 01 Febuari 2015 Bambang Pranowo, Pedoman Penyuluhan II, Jakarta : Cetakan Pertama, 2002, Dapartemen Agama RI, Panduan Tugas Penyuluh Agama Masyarakat, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007 Dapartemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji, Pedoman Peningkatan Penyuluhan Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral, Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Karya Abdi Tama : Surabaya, 2006 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta : Prenada Media Group, 2006 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002 Moloeng, Lexi, Metode Penelitian Kualitatif , Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003 Moh, nazir, metode penelitian, ghalia indonesia, jakarta, 1988 Muhammad Thahir Harun, Pengantar Ilmu Dakwah, (Proyek Pembina Perguruan Tinggi IAIN Ar-Raniri, Banda Aceh, 1984), Toekijat, Dasar-Dasar Motivasi, Bandung : CV. Pionir Jaya, 2002 Winarno Surakmad, Pengantar Penelitian Metode Dan Riset, Tarsito, Bandung, 1990 Sumber On Line Ukki
unsoed team. Peran Penyuluh Agama Islam,http://harokah.blogspot.com/peran penyuluh agama islam.html, diakses pada tanggal 10 April 2015
STAIN Curup: E-ISSN: 2548-3366 | P-ISSN: 2548-3293
Alamat Redaksi: Labor Pengelolaan & Penerbitan Jurnal Ilmiah (LPPPJI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup Jl. Dr. Ak. Gani No. 01 Curup Rejang Lebong Bengkulu Telpon/Fax: 0732-21010 Email:
[email protected] Website: http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JDK