Daftar isi ISSN 0216 - 3128
J90
Poppy Itltan Tjahaja, dkk.
STUDI AWAL FITOREMEDIASI LINGKUNGAN PERAlRAN TAWAR: PENYERAPAN RADIOSESIUM OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (E/CHORN/A CRASS/PES) Poppy Intan Tjahaja, Suhulman, Putu Sukmabuana dan Ruchijat Puslitbang
Teknik Nuklir BATAN,
Bandung, e-mail:
[email protected]
Indah Rachmatiah dan Arie Wicaksono Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITB, Bandlwg
ABSTRAK STUDl AWAL FlTOREMEDIASI LlNGKUNGAN P£RAIRAN TAWAR : P£NY£RAPAN RADlOSESIUM OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichomia crassipes). StlIdi awal jitoremediasi lingkungan perairan tawar yang terkontaminasi dengan radiosesium telah dilakukan dellgan cara mempelajari pellyerapan /J4Cs oleh tanaman perairan eceng gondok (Eichomia crassipes). Sistem perairall tawar buatan, berupa bak berisi 400 I. air tawar, dikontaminasi dengan /J4Cs sebanyak 0,5 mL dengan aktivitas 4,63 MBq. Ke dalalll bak tersebut dimasukkon sejullliah tallaman eceng gOlldok dan dipelihara selama 30 hari. Sebagai kontrol dilakukan pula pemeliharaan eceng gondok dalam bak yallg tidak dikontaminasi. Setiap lima hari sekali tanaman eceng gondok, baik yang dipelihara dalam bak yang dikontaminasi mauplm yang di bak kontrol, diambil sebanyak 3 tanaman (individu) untuk diukur kOllsentrasi IJ4CSyang diserapnya. Bersamaan dengan pengambilan sampel eceng gondok dilakukan juga pengambilan sampel air sebanyak 25 mL untuk diukur konsentrasinya. Sampel eceng gondok dipisahkan menjadi bagian akaI' dan batang beserta daun, kemudiall dikeringkan dengan lampu JR. Sampel yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam vial plastik dan didestruksi dengan cara menambahkan HCI 5M sampai volumenya mencapai 100 mL. Sampel eceng gondok dan air masing-masing diukur dengall multi challllel allalyzer (MCA) selama 180 detik. Dari penelitiall illi diketahui bahwa tanaman air eceng gondok dapat mellyerap dall mellgakllllllliasi radiosesium dari air tempatllya tlllllbuhnya. Kemampuan tallaman mengakumulasi radiosesium dinyatakall sebagai faktor trallsfer, yang merupakan rasio. konselltrasi IUCS dalam tallaman terhadap kOllsentrasinya dalam air. Nilai faktor transfer yang diperoleh dari penelitian ini cukup besar, yaitu 188 mL/g, sehingga tanaman eceng gondok dapat dipertimbangkan IlIItuk digUlwkan sebagai jitoremediator atau depoilltan radiosesium di lillgkungan perairan tawar. Kata klwci : jitoremediasi,
radiosesium, perairan tawar, ecellg gOlldok (EicllOmia crassipes)
ABSTRACT PRELIMINARY STUDY ON PHYTOREMEDJA TION OF FRESIIWA TER ENVIRONMENT: RADlOCESIUM UPTAKE BY ECENG GONDOK WATER PLANT (Eichomia crassipcs). A preliminary study on phytoremediation of freshwater envirollment contaminated with radiocesillm matter has beencollducted. The study was cOllducted by examining IJ4Cs uptake by eceng gondok waterplant (Eichornia crassipcs). Simulated fres/nvater ecosystem, i.e. a tank jilled with 400 I.freshwater, was contaminated with 0.5 mLIJ4Cs of 4.63 MBq. Eceng gondok water plant were pm onto the tank and grown for about 30 days. As a control, the other eceng gondok water plant were also growlI on the tank witllOut contamillated water. Every jive days, the waterplallt growlI 011 cOlltamillated water alld alld lion cOlltaminated water, were sampled for measurement of IUCs uptake. 011 the same time 25 mL of water media were also sampled for IUCS cOllcelltration measurement. The waterplant samples were separated illto roots alld leaves with the stem, and thell dried usillg IR lamp. The dried samples were put 011 the plastic vials and destructed by additioll of HCl 5M ulltil the volume become 100 mL. The water plallt and water samples each were coullted usillg multi challnel allalyzer (MCA) for 180 seconds, From this stlldy it was obtailled that the eceng gOlldok water plallt could absorb alld accumulate radiocesium from the medium. The ability of this plant to accumulate radiocesium was expressed as trallsfer factor, i.e. a ratio OflUCS cOllcentratiOlron the plallllo that of all the waleI' (the medium). From this sludy relalil'ely high trall~fer factor \'{Jlue of 188 mUg was obtailled. Therefore Ihe ecellg gOlldok waterplallt call be cOII.videredto be ulilised as 1Ijitoremediator or depolluttallt of radiocesilllll 011 Ihe freshwater el/l'irOllmellt. Key words: phytoremediation,
radiocesium, freshwater, eceng gondok (Eichornia crassipcs)
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, B Juti 2003
Poppy Illtall Tjahaja, dkk.
ISSN 0216 - 3128
PENDAHULUAN
D
i Indonesia terus kebutuhan akan terutama energi listrik cenderung meningkat, untuk daerah industri. Untuk mengantisipasi hal ini pemerintah mengusahakan pencarian sumber daya lain pengganti rninyak burni untuk dapat memenuhi kebutuhan akan listrik. Salah satu kemungkinan adalah penggunaan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik. Dengan direncanakannya pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PL TN) tentunya pengkajian keselamatan lingkungan perlu dilakukan lebih intensif. Karena pengoperasian PL TN memungkinan terjadinya lepasan bahan radioaktif ke lingkungan baik pada saat reaktor beroperasi normal ataupun pada saat terjadi kecelakaan. Radiosesium (kebanyakan berupa 134CSdan 137Cs) merupakan salah satu bentuk radionuklida yang dapat terlepas ke lingkungan dalam jumlah relatif besar serta mempunyai dampak yang merugikan bagi lingkungan dan manusia pada saat terjadi kecelakaan reaktor nuklir. Radionuklida 134CS dan 137Cs dapat dikatakan sebagai radionuklida yang mempunyai potensi membahayakan kesehatan manusia, karena radiasi gamma yang dipancarkannya dan waktu paruhnya yang relatif panjang, yaitu masing-masing 2,05 tahun dan 30 tahun. Radiosesium yang terlepas ke lingkungan dapat mas uk ke rantai makanan melalui media udara, air, dan tanah. Pada saat terjadi kecelakaan kemungkinan radiosesium akan terlepas ke udara dan pada akhirnya dapat mencapai permukaan tanah. Radiosesium di dalam tanah dapat diserap oleh akar tanaman dan masuk ke dalam tubuh tanaman sampai akhirnya dapat masuk ke dalam tubuh manusia apabila manusia mengkonsumsi makanan yang tercemar radiosesium. Demikian pula apabila radiosesium mencapai sistem perairan, pada akhirnya dapat pula mengkontaminasi tubuh manusia melalui produk makanan yang berasal dari perairan yang tercemar tersebut. Untuk mengantisipasi masuknya radiosesium ke dalam tubuh manusia pada saat terjadinya pencemaran lingkungan oleh radionuklida ini, diperlukan suatu tindakan pengendalian agar radiosesium yang sudah terlanjur masuk ke suatu sistem lingkungan tidak mengontaminasi komponen lingkungan yang merupakan jalur masuknya radionuklida tersebut ke tubuh manusia. Tentu saja tindakan ini diharapkan tidak menil11bulkan dal11pak lanjutan yang mengakibatkan kerugian di kemudian hari baik dari segi kualitas lingkungan maupun biaya. Teknik pcngendalian yang banyak dikembangkan saat ini adalah teknik pengendalian yang ckonol11is dan ramah lingkungan, salah satunya adalah dcngan tcknik atall melodc titorcll1cdiasi yang artinya pcngcndalian
191
kontaminasi lingkungan dengan menggunakan tanaman [1]. Beberapa jenis tanaman telah diselidiki di beberapa negara beriklim sedang untuk mengetahui kemampuannya dalam menyerap radionuklida jenis tertentu. Berdasarkan kemampuan tanaman dalam menyerap dan mengakumulasi radionuklida dapat ditentukan apakah suatu jenis tanaman dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam titoremediasi lingkungan. Pada saat terjadi kecelakaan reaktor nuklir, besar kemungkinan terjadi cemaran radiosesium ke lingkungan baik melalui udara, sistem terestrial, maupun sistem perairan. Radiosesium yang terlepas ke udara maupun ke sistcm terestrial, pada akhirnya dapat masuk kc sistcm pcrairan, melalui terjadinya hujan. Apabila suatu kontaminan radioaktif masuk ke suatu sistcm perairan maka cemaran tersebut akan sulit dikendalikan. Alternatif yang diharapkan dapat mengendalikan pencemaran di lingkungan perairan ini adalah dengan mclokalisir cemaran agar tidak meluas wilayah cemarannya dan tidak memasuki komponen lingkungan lainnya yang nantinya merupakan jalur masuknya kontaminan tersebut ke dalam tubuh manusia. Dengan menggunakan teknik atau metodc titoremediasi, diharapkan radionuklida pence mar dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih luas dan parah. Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan gulma yang ban yak dijumpai di sistem perairan di wilayah tropis. Tanaman yang merupakan gulma ini diketahui mempunyai kemar11puan yang relatif besar dalam menycrap berbagai unsur di lingkungan tempatnya hidup, misalnya uranium dan logam berat [2, 3,4]. Melihat kemampuannya ini maka pada penelitian ini ingin diketahui kcmampuan tanaman eccng gondok dalam menycrap dan mengakumulasi radiosesium dari media tumbuhnya. Kemampuan tanaman eceng gondok dalam menyerap dan mengakumulasi radiosesium sangat penting untuk menentukan apakah tanaman ini layak untuk dipertimbangkan sebagai titoremediator radiosesium.
TAT A KERJA DAN PERCOBAAN A/at yang digllnakan Pada penelitian ini digunakan dua bak berkapasitas 500 L (1 m X 1 m X 0,5 m) yang dilengkapi dengan pompa sirklliasi dan penyaring model AA-39-65 untuk pemeliharaan tanaman eceng gondok. Untuk pengambilan sampel air digunakan gayung plastik yang diberi tangkai dan lIntuk pcnyiapan sampcl air digllnakan gelas piala 25 111L.Unlllk pcnyiapan sampcl cccng gondok
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
/92
ISSN 0216 - 3128
digunakan gunting, cawan penguap, dan lampu infra merah, serta peralatan gelas, seperti gelas piala, labu ukur, dan batang pengaduk. Pada saat pencacahan sampel digunakan vial plastik 100 mL sebagai wadah sampel dan spektrometer gamma dengan detektor HPGe dan multi channel analyzer (MCA) sebagai alat pencacah.
Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanarnan eceng gondok yang diambil dari kolam milik penduduk di daerah Arcarnanik, Bandung. Untuk media tumbuh tanarnan digunakan air kolam di lingkungan P3TkN BAT AN, Bandung, air PDAM, dan larutan CsCI dengan konsentrasi 9,26 MBq/mL sebagai kontaminan, sedang untuk penyiapan sampel digunakan larutan HCI 5 M.
Cara Kerja Sebelum digunakan untuk penelitian, tanaman eceng gondok dipelihara lebih kurang satu minggu dalam bak berisi air untuk proses adaptasi. Sementara itu disiapkan dua buah bak yang masingrnasing diisi air sebanyak 400 L, yang merupakan campuran air kolam, ditambah dengan air dari PDAM dengan perbandingan I : I. Air di dalam bak diputar dengan menggunakan pompa sirkulasi dan penyaring. Bak pertama dikontaminasi dengan radionuklida \34CS dalam bentuk \34CsCI sebanyak 0,5 mL dengan aktivitas 4,63 MBq, sehingga konsentrasi \34CS dalam bak menjadi lebih kurang 11,57 Bq/mL. Bak kedua tidak dikontaminasi dan dijadikan sebagai kontrol. Tanaman eceng gondok sebanyak masingrnasing 20 individu dirnasukkan ke dalam bak pertama dan bak kontrol. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sampel tanaman eceng gondok baik dari bak penelitian maupun bak kontrol, masing-masing sebanyak 3 individu setiap lima hari sekali selama 30 hari [5]. Sampel tanaman dibersihkan dengan cara mence1upkan tanaman ke dalam bak berisi air dan kemudian dicuci dengan air mengalir. Masing-masing individu tanarnan kemudian dipisahkan menjadi bagian akar dan bagian non akar (batang dan daun) lalu ditimbang. Bagian tanaman dikeringkan dengan lampu infra merah sampai diperoleh be rat kering yang konstan. Tanaman yang kering kemudian dilarutkan dalam larutan HCI'5M dalam vial plastik hingga volume larutan menjadi 100 mL, dan kemudian diukur menggunakan spektrometer gamma dengan detektor ,HPGe lama 180 detik. Setiap kali pengambilan ( sampe1 tanaman disertai pula dengan pengambilan amTJ air sebanyak 25 mL dengan menggunakan ge as piala, baik dari bak penelitian maupun dari
Poppy Intan Tjahaja, dkk.
bak kontrol. Sampel air kemudian dicacah dengan spektrometer gamma selama 180 detik. Selarna penelitian, kualitas air dikontrol dengan menjaga ketinggian air tetap konstan dan derajat keasaman dijaga agar tidak melewati kisaran pH 5-7. Akumulasi \34CS dalam tanarnan eceng gondok dinyatakan sebagai faktor transfer yang ditentukan dengan cara membandingkan konsentrasi 134CS dalam tanarnan dengan konsentrasinya dalam air.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis sampel air Air yang digunakan sebagai media tumbuh tanarnan eceng gondok merupakan campuran air dari PDAM dengan air alami yang diambil dari kolam di lingkungan P3TkN. Hal ini dirnaksudkan agar tanaman berada pada kondisi lingkungan yang alami, sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan hidupnya yang baru. Air kolam sebelum digunakan dianalisis kandungan bahan radioaktifnya dengan menggunakan MCA dan hasilnya menunjukkan tidak adanya radiosesium dan bahan radioaktif pemancar gamma lainnya. Selarna penelitian, kandungan 134CSdalam air diukur aktivitasnya setiap lima hari sekali sesuai dengan pengambilan sampel eceng gondok. Hasil pengukuran aktivitas \34CSdalam air menunjukkan adanya penurunan aktivitas dari 4,63 MBq pada awal penelitian menjadi tinggal 0,08 MBq pada akhir penelitian atau pada hari ke 30 (Gambar 1). Penurunan aktivitas \34CS dalam air terjadi relatif lambat sampai hari ke sebelas (3,53 MBq). Setelah hari ke sebelas terlihat penurunan aktivitas \34CS yang tajam, yaitu menjadi 0,09 MBq pada hari ke IS, dan setelah hari ke 15 penurunannya relatif kecil, yaitu menjadi 0,12 MBq, 0, II MBq, dan 0,08 MBq, masing-masing pada hari ke 20, 25, dan 30. Penurunan aktivitas \34CS dalam air dapat dikatakan sebagai akibat adanya penyerapan oleh tanarnan eceng gondok selain juga akibat peluruhan fisiko Seperti yang terlihat pada Gambar I, apabila tidak ada penyerapan oleh tanaman diharapkan penurunan aktivitas 134CSsangat kecil, yaitu dari 4,63 MBq pada awal penelitian (hari ke 0) menjadi 4,50 MBq pada akhir penelitian (hari ke 30).
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
ISSN 0216-3128
Poppy /Iltall Tjahaja, dkk.
/93
Secara '0
.
\ ....
;;
.........'~ __...--.~.7:":"':.::.~. _-.: ..~ ...
~O_1
'"
.
0.01
10
AkhVlt&S
15
20
Waklu
Gambar
1. Penurunan
1)o1CS
da!am
25
alf :
30
35
(han)
dari
waktu
Alla/isis sampel ecellg gOlldok Turunnya aktivitas 134Cs dalam air dapat dikatakan disebabkan karena adanya penyerapan oleh tanaman eceng gondok. Ini terbukti dari terdeteksinya 134Cs dalam tanaman eceng gondok sejak hari ke 5, yaitu dari 0 pada awal penelitian menjadi 12,91 ± 2,89 Bq dan 9,37 ± 1,44 Bq masing-masing pada bagian akar dan batang beserta daun. Dengan berjalannya waktu terjadi peningkatan aktivitas 134Csdalam tanaman, seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Pada tanaman eceng gondok yang dipelihara dalam bak kontrol tidak. terdeteksi adanya 134CSsejak awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan yaitu setelah satu bulan. Peningkatan aktivitas 134Cs dalam akar dan batang beserta daun terjadi sampai hari ke 20 yaitu masing-masing 53,30 ± 5,40 Bq dan 32,07 ± 2,13 Bq. Setelah hari ke 20 terlihat adanya aktivitas 134Csdalam tanaman mulai menurun, pad a hari ke 25 aktivitasnya menjadi 32,09 ± 5,12 Bq dan 26,02 ± 3,84 Bq masing-masing untuk bagian akar dan batang beserta daun. Pada hari ke 30 aktivitas 134Cs dalam akar relatif sarna dengan aktivitas pada hari ke 25, yaitu 32,37 ± 5,47 Bq, sedang pada batang beserta daun terlihat adanya sedikit peningkatan dibandingkan pengamatan sebelumnya, yaitu mcnjadi 31,02 ± 5,84 Bq.
Gambar
2. Distribusi aktivitas 1J4C dalall/ tanaII/all ecellg \\'a/.:III
Pada Gambar
aktivitas /J4Cs dalam air
sebagai fungsi pengamatan.
gOlldok sehagai filllgsi
keseluruhan
aktivitas
134CS dalam
akar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitasnya dalam batang beserta daunnya .. Kenyataan ini dapat dijelaskan dengan besamya massa akar tanaman eceng gondok dibandingkan dengan massa batang dan daun. Apabila dievaluasi berdasarkan satuan berat kering tanaman maka terlihat bahwa akumulasi 134CSterjadi secara merata di seluruh bagian tanaman (Gambar 3). 3 terlihat bahwa kenaikan
konsentrasi 134Cs terjadi mulai hari ke 5, konsentrasi 134CSdalam akar terlihat sangat tinggi yaitu mencapai 54,38 ± 3,69 Bq/g, sedang pada batang beserta daun sedikit mengalami kenaikan, yaitu menjadi 7,52 ± 1,94 Bq/g. Kenaikan konsentrasi 134CSyang sangat tajam pada bagian akar kemudian diikllti dengan penurunan menjadi 28,00 ± 4,87 Bq/g ; 17,97 ± 5,84 Bq/g ; 25,51 ± 2,62 Bq/g; 21,72 ± 3,66 Bq/g; 18,87 ± 3,13 Bq/g; berturut-turut untuk hari pengamatan ke 11, 15, 20, 25,dan 30. Berbeda dengan akar, setelah hari ke 5 konsentrasi 134Csdalam batang beserta daun terus meningkat menjadi 8,26 ± 0,64 Bq/g pada hari ke II dan mencapai maksimum pada hari ke 15, yaitu 24,44 ± 8,00 Bq/g. Setelah hari ke 15 konsentrasi 134CS dalam batang beserta daun turun secara perlahan-Iahan menjadi 13,32 ± 1,054 Bq/g ; 15,92 ± 1,37 Bq/g ; dan 11,5 I ± 0,47 Bq/g berturut-turut pada hari ke 20, 25, dan 30.
:
40
50 ~ g~" 20 30 10 U .~ ~
"
10
15
20
25
30
35
Waklu (hari)
Gambar
3. KOllselltrasi /.I4CS dalam tanaman ecellg gOlldok sebagai fill1gsi waktu
Tanaman eceng gondok dikenal akan kemampuannya dalam menyerap air melalui proses transpirasi dari daun [3]. Bersamaan dengan penyerapan air ikut terserap pula bahan organik dan anorganik yang terdapat dalam air di tempat hidupnya. Dari Gambar 2 terlihat bahwa penyerapan air bersama radiosesium yang ada didalamnya terjadi relatif cepat setelah tanaman dimasukkan ke dalam bak yang mengandung radiosesiul11. lni terlihat dari kenaikan aktivitas 134CSdalam tanaman baik di akar maupun di daun pada pengamatan hari ke 5. Distribusi aktivitas radiosesiul11 tcrlihat tinggi di bagian akaI', ini dapat
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
/94
ISSN 0216 - 3128
dimengerti karena akar langsung bersinggungan dengan medium air yang dikontarninasi dengan . radiosesium, dan melalui akar pula radiosesium diserap oleh tanaman kemudian didistribusikan ke bagian lainnya. Akumulasi
radiosesium
dalam
tanarnan
eceng gondok dinyatakan sebagai konsentrasi radiosesium dalam tanarnan, yaitu aktivitas radiosesium per satuan be rat kering tanarnan. (Gambar 3). Pada awal pengamatan tampak bahwa konsentrasi 134CS dalam akar sangat tinggi (pada hari ke 5 mencapai 54,38 Bq/g), sedang pada bagian daun rendah (pada hari ke 5 konsentrasinya sebesar 7,52 Bq/g). Pada awal pengamatan konsentrasi 134CS dalam air rnasih tinggi, dengan dernikian akar dapat menyerap 134CS dalam jumlah besar, tetapi pada saat itu sebagian besar 134CS baru sampai pada bagian akar, belum ban yak yang didistribusikan ke batang dan daun. Setelah hari ke drastis, sa at 11 konsentrasi 134CS dalam air menurun (hari) 0 Waktu134CS di 25 20 15 11 530 itu pula terjadi penurunan konsentrasi dalam akar, tetapi 134CS dalam daun meningkat. Ini menandakan bahwa 134CS dari akar sudah banyak yang disalurkan ke bagian batang dan daun dan diakumulasikan di bagian daun. Salah satu faktor yang mempengaruhi akumulasi suatu unsur di bagian tanarnan adalah proses metabolismc. Pada metabolisme tanaman, setelah diserap olch akar unsur akan disalurkan ke bagian lain dari tanaman. Pada saat mencapai daun unsur radiosesium mengikuti proses metabolisme yang berlangsung di daun kemudian berpindah lagi ke bagian lain mengikuti proses metabolisme selanjutnya atau tetap tinggal di daun terikat pada senyawa yang membentuk daun. [6,7]. Sesium yang berada dalam tanaman terserap ke dalam sitoplasrna melalui mcmbran plasma. Dalam sel tanaman, sesium mengalami metabolisme seperti kalium yang banyak berperan sebagai biokatalisator dalam proses fotosintesis tanarnan di daun. Oleh karena itu pada umumnya daun mengandung lebih ban yak kalium dibandingkan dengan bagian lain dalam tanaman.
Faktor trallsfer Untuk mengetahui besamya akumulasi radiosesium dalam tanaman eceng gondok dihitung nilai faktor transfer radiosesium dari air ke dalam tanaman. Nilai faktor transfer adalah rasio konsentrasi radionuklida dalam tanaman dibandingkan dengan konsentrasinya dalam air, medium tempatnya tumbuh. Nilai faktor transfer dihitung untuk setiap kali waktu pengamatan untuk mengetahui kapan proses akumulasi paling maksimum (Tabcl I).
Poppy [lltan Tjahaja, dkk.
Dari nilai faktor transfer yang dihitung pada hari pengamatan 0 sampai 30 hari terlihat bahwa nilai terbesar adalah pada hari ke 15 (188 mUg). Pada waktu itu konsentrasi 134CS dalam air sangat rendah seiring dengan meningkatnya konsentrasi 134CS dalam tanarnan eceng gondok. Dengan nilai faktor transfer sebesar 188 mUg pada hari ke 15 dapat dikatakan bahwa tanaman eceng gondok mempunyai kemampuan yang besar' dalam menyerap dan mengakumulasi radiosesium dalam tubuhnya. Penelitian penyerapan radiosesium oleh tanarnan air belum banyak dilakukan. lnternatioanl Atomic Energy Agency (IAEA) melaporkan nilai faktor transfer dari air ke tanaman padi sebesar 20 mUg [8].
Tabel l. Nilai faktor transfer
/34CS
dari air ke
tanaman eceng gondok Konsentr. 138 127 188 45tr.0(8tanaman 0dalam / 134CS ) Kon 146 dim 0,2737,63 0,3138,83 0,2342,40 11,4161,90 0,2130,38 8,8236,26 11,57 134CS air (8 sen /mL)
Melihat besamya nilai faktor transfer 134CS dari air .ke tanaman eceng gondok (188 mUg) dapat dikatakan bahwa eceng gondok dapat dipertimbangkan untuk dijadikan fitoremediator pencemaran radiosesium di sistem perairan tawar. Syarat tanaman yang dapat dijadikan fitoremediator lingkungan adalah selain mempunyai nilai faktor transfer yang cukup besar juga tanaman harus tahan terhadap radiasi dan sifat toksik dari unsur yang diakumulasinya. Secara visual tanaman eceng gondok yang digunakan dalam penelitian ini tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaknormalan pertumbuhan dibandingkan dengan tanaman kontrol yang dipelihara dalam air yang bebas radiosesium. Apabila tanaman eceng gondok akan digunakan untuk mengendalikan pencemaran radiosesium di lingkungan perairan tawar, maka berdasarkan penelitian ini sebaiknya setiap lima belas hari setelah dimasukkan ke dalam sistem perairan yang tcrkontaminasi tanaman diganti dengan tanaman yang baru. Tanaman yang telah mengandung radiosesium kemudian dapat diperlakukan scbagai limbah padal.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
KESIMPULAN
6. SALISBURY, B., "Fisiologi Tumbuhan", .Penerbit ITB, Bandung, 34-50, (1992).
Berdasar pada hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa tanaman eceng gondok mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam menyerap dan mengakumulasi radiosesium dari air tempat hidupnya. Radiosesium yang diserap oleh tanaman terdistribusi secara merata ke se\uruh bagian tanaman, dan diakumulasi di seluruh bagian tanaman. Akumulasi
/95
ISSN 0216 - 3128
Poppy IlIlall Tjahaja, dkko
radiosesium
dalam
7. BOWEN, Ho J. Mo, "Environmental Chemistry of Elements", Academic Press, London, 117130, (1979). 8. IAEA, "Handbook of Parameter Values for The Prediction of Radionuc1ide Transfer in Temperate Environments", Technical Report Series No. 364. IAEA, Vienna, 1-34, (1994).
tanaman
diekspresikan sebagai nilai faktor transfer yang mencapai maksimum pada hari ke 15, yaitu sebesar 188 mUg. Nilai faktor transfer yang besar mengindikasikan besamya kemampuan tanaman eceng gondok dalam menyerap dan mengakumulasi radiosesium Besamya kemampuan menyerap dan mengakumulasi radiosesium dapat dijadikan suatu parameter bahwa tanaman eceng gondok dapat digunakan untuk menjadi salah satu fitoremediator pencemaran radiosesium di sistem perairan tawar. Dengan teknik fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok diharapkan pemulihan pencemaran lingkungan oleh radiosesium dapat dilaksanakan dengan efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan.
DAFf AR PUST AKA
TANYAJAWAB Suheryanto Mengapa sebaran Cs pada bagian Janngan enceng gondok berbeda. Poppy Intan T. Distribusi aktivitas pada jaringan berbeda karena lIIelllang massa/volume tiap-tiap bagian tanaman berbeda. Tetapi apabila berdasar atau per berat kering bagian tanama11 maka distribusi konsentrasinya adala/z sama untuk tiap bagian tanaman. Dwi wahini
1. UNITED STATES ENVIRONMENT PROTECTION AGENCY (US EPA), A Citizen Guide to Phytoremediation, US EPA, 5-15, (1998). 20 YATIM, S., "Eceng Gondok Sebagai Kolektor Uranium", Disertasi S-3 Jurusan Kimia, FMIPA, ITB, Bandung, (1991).
Atas dasar apa mengambil asumsi bahwa pada kecelakaan 134CS yang keluar ke air konsentrasinya 11,... Poppy Intan T. Pada saat kecelakaan kila tidak dapat meramalkan berapa besar IJ4 0,' yang masuk ke lingkungan perairan. Tetapi berdasar penelitian sebelulllnya dengan menggunakan ikan. ternyata dengan menggunakan konsentrasi rendah (± /0 Bq/lIIl) sudah dapat diakulllulasi oleh biota (ikan) oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan aktivitas ini.
3.. RA YATI, No, "Kemampuan Eceng Gondok (Eichomia crassipes) dan Kyambang (Salvinia molesta) dalam Mengubah Sifat Fisiko-Kimia Limbah Cair Pabrik Pupuk Urea dan Asam Formiat", Tesis Magister Jurusan Biologi, FMIP A, ITB, Bandung, (1992). 4. SUMARNI, L.,"Kemampuan Eceng Gondok (Eichomia crassipes) dan Kyambang dalam Mengubah Sifat Fisiko-Kimia Air Limbah Industri Tekstil dan Kertas", Tesis Magister Jurusan Biologi, FMIPA, ITB, Bandung, (2000). 5. FUJIMOTO, K., Transfer of radio nuclides from air, soil, and freshwater to the foodchain of man in tropical and subtropical environment, "General Protocol for Transfer Measurement", IAEA, Vienna, 5-8, (1993).
Gatot S. Apa 134CSatau 137Csyang dipakai dipenelitian? apa dasamya. Bagaimana pengaruh enceng gondok semakin banyak sewaktu menyerap 134CS terthadap bniota air seperti mikroba dB?
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
196
ISSN 0216 - 3128
Poppy Iotao T. Dalam penelitian ini digunakan /34Cs. karena waktu paruhnya lebih pendek /37 Cs sehingga dibandingkan dengan pengelolaan limbahnya lebih mudah.
Prosiding
Pertemuan
Poppy Intan Tjahaja, dkk.
Semakin banyak enceng gondok diperairan pengaruhnya kurang baik bagi biota lain. Enceng gondok ini ditanam di perairan hanya pada saat digunakan untuk rekomendasi. setelah itu tanaman diambil dan diperlakukan sebagai limbah padat.
dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
dan Teknologi
Nuklir